Dalai Lama 14 : Kematian

May 8, 2018 | Author: edy pekalongan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Dalai lama ke 14 berbicara tentang Kematian menurut ajaran Budha Tibet...

Description

Yang Mulia Dalai Lama ke 14 : Tenzin Gyatso

Tentang Kematian Diketik oleh : Edy Pekalongan Oktober 2011

KEMATIAN Sumber : Buku “ The Way To Freedom “ Bab 4.

guru budha mengajarkan bahwa dari semua waktu yang berbeda untuk bercocok tanam, maka musim gugur adalah waktu yang terbaik, dari semua bahan bakar yang ada, kotoran sapilah yang terbaik, dari semua jenis pengetahuan yang beragam, pengetahuan tentang perubahan ( anitya) dan kematian adalah yang terbaik. Kematian adalah pasti, tetapi kedatangannya tidak bisa dipastikan. Walaupun berupaya untuk siap dalam menghadapi berbagai hal, kita tidak akan pernah tahu mana yang akan datang terlebih dahulu - hari esok atau kematian. Kita sama sekali tidak dapat memastikan bahwa orang tualah yang akan mati terlebih dahulu sedangkan yang muda akan hidup lebih lama.

sikap paling realistis yang dapat dikembangkan adalah berharap untuk mendapatkan segala sesuatunya yang terbaik namun disisi lain juga siap untuk menghadapi hal hal yang terburuk. Bila yang terburuk tidak terjadi, maka segala sesuatunya akan terasa baik. Tetapi jika sebaliknya hal yang terburuk terjadi juga maka kita sudah siap. ini juga berlaku dalam menjalankan Dharma; bersiaplah untuk menghadapi yang terburuk, karena tak seorangpun tahu kapan kita akan meninggal.

setiap hari kita mendengar berita berita tentang kematian dari media massa atau kematian seorang teman, baik yang tidak begitu kita kenal, maupun seorang kerabat. kadang kadang kita merasa kehilangan dan ada kalanya kita nyaris merasa senang, akan tetapi terkadang kita dibawah sadar masih beranggapan bahwa hal itu tidak akan terjadi pada kita. kita berpikiran bahwa diri kita kebal terhadap perubahan, sehingga kita menunda latihan spiritual ( yang akan mempersiapkan kita menghadapi kematian ), dengan berpikir bahwa kita akan memiliki banyak  waktu dimasa yang akan datang. ketika waktu yang tak terelakkan tiba, satu satunya hal yang kita miliki hanyalah penyesalan, Kita perlu menjalankan Dharma sekarang juga agar kapanpun kematian itu datang, kita telah siap.  jika saat kematian tiba, tidak ada satupun keadaan yang dapat mencegahnya. Tidak peduli jenis tubuh apa yang anda miliki.tidak peduli seberapa kebalnya anda terhadap penyakit, kematian

secara pasti akan menyerang. Bila kita bercermin pada kehidupan para Budha dan Bodhisatva dimasa lampau, sekarang ini mereka hanyalah sebuah kenangan. Guru guru besar india seperti Nagarjuna dan Asanga, memberikan dukungan dukungan besar terhadap Dharma dan bekerja untuk kepentingan semua mahluk, namun kini yang tertinggal dari mereka adalah nama. hal yang sama berlaku pula untuk para penguasa hebat dan tokoh tokok politik. Kisah -kisah tentang kehidupan mereka begitu nyata sehingga terkesan begitu hidup.

bila berziarah ke india, kita menemukan tempat tempat seperti wihara besar Nalada, dimana guru guru besar seperti Nagarjuna dan Asanga belajar dan mengajar. Sekarang Nalada sudah menjadi puing puing. BIla melihat jejak jejak yang ditinggalkan oleh tokoh tokoh besar sejarah, reruntuhan ini menunjukkan kepada kita tentang hakikat perubahan. sebagaimna sloka budhis kuno mengatakan, meskipun kita pergi ke bawah tanah atau kedalam laut atau ke luar angkasa, kita tidak akan mampu menolak kematian. Anggota anggota keluarga kita cepat atau lambat akan terpisah satu sama lainnya, bagaikan sekumpulan dedauan yang tertiup oleh hembusan angin. dalam satu atau dua bulan mendatang, beberapa orang dari kita mungkin mati dan yang lainnya akan mati beberapa tahun lagi. Dalam usia delapan puluh atau sembilan puluh tahun hampir semua dari kita - termasuk Yang Mulia Dalai Lama- akan mati. Maka hanya kesadaran spiritual kita yang akan menolong. manusia tidak dapat berasumsi bahwa setelah terlahir ke dunia ini, dirinya akan semakin jauh dari kematian. justru sebaliknya, kita semakin dekat, seperti kawanan bintang yang digiring menuju tempat pemotongan. seperti halnya gembala yang menggiring sapi sapi dan lembu lembu mereka dan membawa mereka kembali ke kandang. demikian pula kita - yang tersisksa oleh penderitaan yang disebabkan oleh kelahiran, penyakit dan usia tua dan kematian- sesungguhnya menuju semakin dekat dengan akhir kehidupan kita.

segala sesuatu di alam semesta ini merupakan subjek bagi perubahan dan akhirnya akan menjadi tercerai berai. sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Dalai Lama ketujuh, anak anak muda yang kuat dan sehat tetapi mati muda seseungguhnya merupakan guru guru yang mengajarkan kepada kita tentang perubahan. dari semua orang yang kita kenal atau temui, tidak seorangpun yang akan hidup alam waktu seratus tahun lagi. kematian tidak dapat dicegah dengan mantra mantra atau dengan mencari perlindungan kepada seorang pemimpin politik yang selama bertahun tahun dalam kehidupan ini, saya telah menemui banyak orang. Kini mereka hanyalah objek objek dalam memori saya. belakangan ini saya menjumpai lebih banyak orang orang baru. Bagaikan menonton sebuah drama, setelah melakoni peran perannya mereka berganti pakaian dan mucul kembali.

 jikalau kita menghabiskan kehidupan yang singkat ini dibawah pengaruh keterikatan dan kebencian dan jika demi kehidupan yang singkat ini pula kita justru meningkatkan klesa, maka kerusakan yang kita lakukan akan berlagsung sangat lama, karena kerusakan itu akan menghancurkan kemungkinan kita untuk mencapai kebahagiaan tertinggi.

 jika kadang kadang kita tidak berhasil dalam hal hal duniawi yang bernilai kecil, itu bukanlah masalah besar. Namun jika menyia nyiakan kesempatan berharga dari kehidupan sebagai manusia, itu berarti kita membiarkan diri kita jatuh dalam masa yang lama. Masa depan kita berada di tangan kita sendiri- yaitu apakah kita ingin menjalani penderitan yang ektrem dengan  jatuh ke alam alam kehidupan selain alam manusia ( alam alam sengsara, alam binatang, asura, hantu, neraka - penerjemah ) atau apakah kita ingin mencapai bentuk bentuk kelahiran kembali yang lebih tinggi atau apakah kita ingin mencapai penerangan sempurna. Shantideva mengatakan bahwa dalam kehidupan ini, kita memiliki kesempatan, tanggung jawab serta kemampuan untuk memutuskan dan menentukan jenis kehidupan kita dimasa depan. kita harus melatih citta kita agar tidak menyia nyiakan kehidupan ini, baik untuk sebulan maupun untuk satu hari sekalipun dan siap menghadapi kematian.

 jika kita dapat mengembangkan pengertian itu, motivasi kita untuk berlatih spirittual akan muncul dari dalam- faktor motivasinal yang paling kuat ada disana. Geshe Sha-ra-wa (10701141) berkata bahwa gurunya yang terbaik adalah meditasi terhadap perubahan. Budha Sakyamuni mengatakan dalam ajarannya yang pertama bahwa dasar dari timbulnya penderitaan adalah dikarenakan oleh perubahan.

pada saat menghadapi kematian, praktisi praktisi yang terbaik akan bersuka cita, praktisi praktisi tingkat menengah akan siap untuk itu dan bahkan praktisi praktisi tingkat terendahpun tidak akan mengalami penyesalan. disaat hari terakhir kita tiba, sangatlah penting untuk tidak memiliki penyesalan sedikitpun, jika tidak, maka negativitas yang kita alami pada waktu menghadapi kematian akan mempengaruhi kelahiran kembali berikutnya. cara terbaik untuk membuat kehidupan menjadi penuh arti adalah dengan menerapkan welas asih.

Bila melakukan perenungan terhadap kematian dan perubahan, anda akan mulai membuat kehidupan anda penuh arti. anda mungkin berpikir bahwa karena cepat atau lambat harus mati, tidak ada gunanya untuk berpikir tentang kematian sekarang, karena hanya akan menimbulkan perasaan tertekan dan khawatir. akan tetapi pengetahuan tentang kematian dan perubahan justru akan membawa manfaat yang besar. jika citta ( batin ) kita di cengkram oleh perasaan bahwa kita

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF