Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda 3

May 11, 2017 | Author: Darma Doni | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Dajjal...

Description

DAJJAL AKAN MUNCUL DARI SEGITIGA BERMUDA - bagian 3 BAHAYA BESAR DAN TEMPAT MENYEMBUNYIKAN RAHASIA. Kesaksian berikut ini merupakan kesaksian yg paling berbahaya, yakni pertemuan a ntara Nabi Musa dan Samiri. Di dalam kejadian akbar ini, terkandung rahasia pali ng besar menyangkut problematika Dajjal. Rahasia itu tersimpan begitu rapi dan t ersembunyi seperti api pada kayu bakar. Nabi Musa adalah sosok hamba Allah yg sangat fanatik dan berjiwa keras ketika se dang marah karena Allah. Bahkan, ia betul-betul seorang perkara di bumi ini jika sedang memperlihatkan kemarahannya. Saking besar kemarahannya karena Allah, ia sangat terpengaruh oleh kemarahannya itu sehingga tidak mengetahui kapan ia mara h. Meskipun demikian, ketika ia kembali menemui kaumnya sesudah menemui Tuhannya dan melihat mereka menyembah patung anak lembu, padahal ia sedang memegang bebe rapa lembar batu tulis, ia pun melemparkannya. Karena peristiwa itu, ia dikataka n telah memecahkan batu tulis tersebut. Demikian pula penilaian dari ahli kitab. Namun, Allah menggantikannya dengan lembaran-lembaran lain. Hanya saja, tidak a da sesuatu pun dalam Alquran yg menunjukkan hal itu, walaupun ia memang melempar kannya ketika menyaksikan apa yg terjadi. Menurut ahli kitab, lemparan itu ada d ua. Tetapi menurut versi Alquran, secara lahirnya, batu tulis itu berjumlah bany ak. Nabi Musa tampaknya hanya terpengaruh dengan berita dari Allah SWT ihwal pen yembahan patung anak lembu. Maka Allah SWT pun memerintahkannya untuk menyaksika n dengan mata kepalanya sendiri. Oleh sebab itu, disebutkan dalam hadist yg diri wayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibn Hibban dari Ibn 'Abbas. Ibn 'Abbas berkata bahw a Rasulullah saw. berbada, "Berita itu tidak seperti yg disaksikan oleh mata". Bagaimanapun, entah lembaran batu tulis itu pecah atau tidak---dan saya cenderun g mengakui tidak pecah---reaksi dari Nabi Musa dengan melemparkan batu tulis itu , menjadi dalil lain yg menambahkan kewaspadaanya, yg menguatkan betapa keras ke marahannya sampai suatu takaran yg melewati batas. Oleh sebab itu, ia sampai ber ani menarik kepala dan memegang janggut saudaranya, Harun. Mungkin anda setuju dengan saya, bagi orang yg dikenal mempunyai watak keras dan pemarah seperti itu, tidaklah rasional, aneh, tidak sesuai dengan kewajaran, da n tidak sejalan dengan sifat-sifatnya yg digambarkan oleh Alquran kalau ia menga jak berbicara dengan Samiri dengan tutur kata sangat halus, santun, dan lemah-le mbut. Malahan, awal perbincangannya pun hanya sekedar minta penjelasan tentang a lasan yg mendorongnya melakukan fitnah sangat besar dan bagaimana ia berhasil da lam usahanya itu. Mungkin anda juga setuju dengan saya bahwa Nabi Musa---yg melemparkan lembaran-l embaran batu tulis ketika menyaksikan Bani Israil ada disekitar anak lembu yg me reka buat sendiri---segera bereaksi dengan mengatakan bahwa ia tersesat dan meng ingkari Allah. Apakah normal dan tidak aneh jika ia hanya berdialog dengan Samir i yg ada di depannya, dan tidak melakukan tindakan lainnya? Bukankah anda setuju dengan saya bahwa Nabi Musa memarahi saudaranya dengan menarik kepalanya, "Hai Harun, apakah yg menghalangimu memberitahukan aku ketika kamu melihat mereka tel ah tersesat sehingga tamu tidak mengikuti aku?" (Q.S. Thaha, 20:92-93) Apakah ha l itu adalah reaksi keras Nabi Musa disertai ucapan dengan nada penuh kemarahan? Bukankah kita telah biasa menengar bahwa jika Nabi Musa marah, maka seketika kut juga ia melampiaskan kemarahannya? Atau, ia marah, lalu kemarahannya itu diikut i dengan ucapan, kemudian melakukan tindakan lain dalam kesempatan lain, hatta k epada orang Mesir yg ditamparnya sampai mati? Meskipun para ulama tafsir mengatakan bahwa kata al-khathb yg dipergunakan Nabi Musa dalam berdialog dengan Samiri menunjukkan betapa jeleknya bencana itu, yg j elas adalah bahwa Nabi Musa hanya mengucapkan kata-kata itu dan tidak melakukan tindakan apa pun. Kalau begitu, kita boleh menuliskan seribu tanda tanya. Semuan ya tidak mungkin di benarkan kecuali hanya dalam satu keadaan, yakni bahwa tiada nya reaksi keras berupa tindakan lain---kecuali dialog dari Nabi Musa---hanyalah wahyu dari Allah kepadanya. Itulah sisa dialog yg tidak disebutkan Alquran. Dih arapkan bahwa ia kembali menjelaskan wasiat khusus dari Allah kepadanya ketika m elakukan dialog dengan Samiri, selain risalah yg disampaikan kepadanya. Allah berfirman, Ia berkata: "Apa yg mendorongmu untuk melakukan (hal demikian),

wahai Samiri?" Kata Al-khathb sebetulnya berarti urusan yg penting. Namun, gaya bahasa yg dipakai Nabi Musa yg dipakai dalam dialognya dengan Samiri betul-betu l lembut, lunak, dan tenang seakan-akan ia berbicara dengan anaknya atau ia sepe rti berbincang-bincang dengan kedua putrinya Nabi Syu'aib, Musa bertanya: "Bagai mana keadaan kalian berdua?" Mereka menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (tern ak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bap ak kami adalah orang tua renta yg telah lanjut usia." (Q.S. Qashash, 28:23). Sam iri menjawab, "Aku mengetahui sesuatu yg mereka tidak mengetahuinya, maka aku am bil segenggam dari kelak rasul (ajaran-ajarannya) lalu aku melemparkannya, dan d emikianlah nafsuku membujukku." (Q.S. Thaha, 20:96). Anehnya, jawabn Samiri mempunyai ekspresi dan penuturan yg keras, seakan-akan ia telah melakukan sesuatu yg menjadi haknya. Atau, seakan-akan ia telah mempunyai rencana sebelumnya untuk mengadakan uji coba kepada mereka. Ketika ada kesempat an, ia tidak berpikir panjang lagi dan langsung melakukannya. Dan ternyata berha sil. Sekarang mulailah tabir dirinya terbuka. Ia mengaku mengetahui banyak hal yg tid ak diketahui Bani Israil. Ia juga, dengan usia relatif panjang, memiliki banyak pengalaman yg belum diketahui dan dilalui Bani Israil yg relatif masih sangat mu da itu. Sungguh, ia adalah seorang manusia luar biasa. Ia mempunyai banyak kekua tan yg tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Daya nalarnya pun telah jauh melamp aui daya nalar kebanyakan Bani Israil. Ia mempunyai pemikiran cemerlang yg tidak mereka miliki. Bahkan, ia pun sampai mengetahui beberapa akidah ilmiah---kimia dan fisika---yg memungkinkannya berinovasi dalam melakukan banyak hal yg tidak d apat dilakukan orang lain. Ia banyak belajar dari berbagai pengembaraanmya dalam usianya yg panjang itu. Ia pun telah memelihara peninggalan utusan Allah, malai kat Jibril yg diutus dari langit, sebagaimana diberitakan oleh seekor binatang r aksasa yg rajin mengunjunginya dan mengawasi serta membimbingnya. Padahal, ketik a itu ia masih kecil dan hidup di suatu pulau yg berada di jantung laut Yaman. Dalam kitab Tafsir karya Ibn Jarir ath-Thabari disebutkan qira'at lain, yakni ba shartu bi ma lam tubshiru bih (aku mengetahui apa yg belum kamu ketahui). Ucapan itu ditujukan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya. Dengan pengertian lain, Sa miri berkata kepada Nabi Musa demikian, "Aku mengetahui apa yg tidak engkau dan sahabat-sahabatmu ketahui." Tetapi, dalam kitab tafsir Mafatih al-Ghaib karya ar -Razi terkesan makna, "Aku melihat apa yg tidak mereka lihat." Menurut ar-Razi, kata ra'a dapat juga diartikan "mengetahui". Di sini, Nabi Musa mulai menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang Daj jal. Ia juga diperintahkan oleh Allah untuk memperingatkan kaumnya dari fitnah y g akan ditimbulkannya. Jika saja Nabi Musa diberi kekuasaan untuk memeranginya, tentu ia akan menebas lehernya begitu melihat dan mengetahui wataknya yg buruk d an sangat biadab itu atau setelah menanyainya dan membuktikan alasan perbuatanny a. Teristimewa lagi, Samiri terang-terangan mengaku bahwa dirinya bertanggung ja wab penuh. Ia juga menyadari sepenuhnya bahwa ia telah dibujuk dan terpedaya ole h nafsunya sendiri. Menanggapi pertanyaan Samiri itu, Nabi Musa hanya mengatakan, "Pergilah kamu!" Y a, Nabi Musa hanya menyuruhnya pergi dengan sepenuh kebebasan dan kemerdekaan. I a tidak menyiksanya atau apakah membunuhnya. Ia tidak memenjarakannya, bahkan ta k menahannya sesaat pun. Ia hanya menyuruhnya pergi. Ya, pergi untuk melancong d i muka bumi kemana saja sesuai dengan kemauan dan kehendaknya. Ia bebas berhubun gan dengan siapa saja. Ia bebas melakuklan apa saja dan dimana saja serta bergau l dengan siapa saja. Yg penting, ia bebas dan merdeka! "Sesungguhnya bagimu dida lam kehidupan (di dunia ini). Menurut para sarjana etimologi, al-ma'rifah, yg didalamnya ada alif lam untuk ka ta benda, dalam tiga bagian, yakni untuk mengenalkan al-ahd, sesuatu yg telah di ketahui sebelumnya, untuk mengenalkan jenis, maupun untuk menerangkan istighraq. Yg ada dalam kata al-hayat adalah istighraq, yakni cakupan seri kehidupan macam apa pun yg ingin dilakukan oleh Samiri boleh dilakukan. Artinya, segala macam seri kehidupan terbuka lebar untuk engkau lakukan. Engkau boleh bersenang-senang dan melalukakan apa saja seperti yg dilakukan binatang bu as dan liar di hutan belantara dan di daratan. Engkau berhak melakukan apa saja yg engkau suka. Engkau boleh memilih jalan hidup yg engkau inginkan. Selamanya,

engkau berhak mengatakan, "Jangan kau sentuh aku." Tak seorang pun boleh menyent uhmu untuk mengganggumu. Dan tak boleh ada yg membahayakanmu selama engkau masih diberi kesempatan hidup oleh Allah. Yg aneh ialah bahwa banyak ahli tafsir mena ngkap makna dari ungkapan, "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam keh idupan di dunia ini (hanya dapat mengatakan), 'Janganlah menyentuhku,' menyataka n bahwa Samiri mempunyai penyakit kulit yg ganas dan menular sehingga membikin t akut orang untuk mendekatinya." Ibn Katsir mengatakan, "Sebagaimana engkau telah mengambil dan menyentuh apa yg tidak pantas engkau ambil dan sentuh berupa kelak utusan Allah dari langit, maka siksaan bagimu di dunia adalah mengatakan, "Tidak boleh menyentuh.' Engkau tida k boleh menyentuh orang lain, dan orang lain pun tidak berhak menyentuhmu. Dan termasuk hal yg aneh dari Ibn Katsir, semoga Allah meridhai dirinya dan ijti hadnya, ialah bahwa Samiri pantas dihukum karena ia telah menyentuh jejak utusan Allah dan mengambilnya, bukan karena ia telah memfitnah Bani Israil. Padahal, j ika seseorang berkesempatan seperti Samiri, melihat Jibril dan kudanya, serta me ngetahui bahwa kudanya itu---jika menyentuh tanah---akan menjadikan tanah itu su bur, maka ia pasti akan mengambil jejak rasul itu, meskipun tidak pernah mempuny ai niat untuk melakukan suatu kejahatan. Sayyid Quthb mengatakan bahwa, Pergilah kamu, karena kamu telah terusir. Dan tak boleh ada yg menyentuhmu dengan kejahatan, atau pun dengan (memberikan) kebaika n. Dan kamu pun tidak berhak untuk menyentuh seseorang, adalah salah satu bentuk siksaan yg berlaku dalam agama Islam pada masa Nabi Musa, yakni siksaan pengasi ngan. Di samping adanya pernyataan mengenai ketidakbersihan seorang penjahat, ma ka ia tidak boleh mendekati, dan tidak boleh didekati orang lain. Bagian pertama apa yg dikatakan Sayyid Quthb memang benar. Namun, bagian kedua m asih bisa dikritik. Sebab, lapangan atas Samiri untuk tidak menyentuh seseorang tidaklah rasional. Jika ia diusir dari Bani Israil dan itu tidak terjadi, maka i a masih berhak bergaul dengan yg lain. Jika Nabi Musa menyiksanya dengan pengasi ngan, yg demikian itu menguatkan pandangan saya bahwa Samiri telah meninggalkan Bani Israil dan bahwa Nabi Musa tidak melakukan apa-apa, selain menyampaikan bah wa ia berhak mengenyam kehidupan dengan penuh keleluasaan. Akan tetapi, ia harus pergi jauh dan menjauhi Bani Israil serta tak seorang pun boleh menyentuhnya. J ika ada orang yg berusaha menyentuhnya dengan menimpakan sesuatu kejahatan, maka ia berhak mengatakan, "La misasa (tidak boleh menyentuhku)." yakni tidak boleh ada yg bertindak sewenang-wenang kepadaku dan tidak boleh seorang pun mendekatik u untuk menggangguku. Barangsiapa mencoba menggangguku, maka ia tidak akan berku asa. Imam ar-Razi mempunyai pendapat yg bagus. Pada intinya, ucapan Nabi Musa kepada Samiri itu adalah, Sesungguhnya aku menjadikanmu dalam golongan orang-orang teru sir, dengan pengertian bahwa jika kamu ingin memberitahukan pada orang lain tent ang keadaanmu, maka engkau hanya mengatakan, "Tidak boleh menyentuhku." Pendapat ar-Razi itu saya setujui karena mendekati kebenaran. Samiri memang betu l-betul terusir dai Bani Israil dengan kata, "Pergilah!." Pengusiran itu tidak s ama dengan siksaan. Jika ia disiksa oleh Nabi Musa, maka ia hidup dalam keadaan tidak baik. Alasannya ialah tobat bagi mereka yg telah mencoba menyembah patung anak lembu a dalah dengan cara saling membunuh seperti diisyaratkan Alquran. Apakah logis jik a siksaan bagi pelaku fitnah, yg memalingkan orang dari penyembahan kepada Allah , hanya berupa pengusiran saja? "Dan sesungguhnya bagimu ada janji (hukuman) yg kamu sekali-kali tidak dapat mengingkarinya" (Q.S. Thaha, 20:97). Kebebasanmu ti dak mutlak karena akan ada yg memberikan siksaan kepadamu dan membunumu. Hingga kini, waktunya yg tertentu hanya diketahui oleh Allah SWT. "Maka sesungguhnya ba gi kamu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Tidak boleh m enyentuh (aku)." (Q.S. Thaha, 20:97) Atas dasar itu, Rasulullah saw. menolak memberikan izin kepada 'Umar bin Khathth ab untuk membunuh Ibn Shayyad yg ketika itu disangka sebagai Dajjal. Ia bermohon , "Biarkan aku menenggak lehernya, wahai Rasulullah!" Rasulullah saw. menjawab, "Jika benar ia adalah Dajjal, maka engkau tidak mempunyai kekuasaan atasnya. Tet api jika ia bukan Dajjal, maka tidak ada manfaatnya bagimu membunuhnya." (Al-Qur thubi dalam karyanya at-Tadzkirah).

Dalam sahih Muslim disebutkan hadist panjang dari Jabir bin 'Abdullah: Maka berk atalah 'Umar bin Khaththab, "Berilah aku izin untuk membunuhnya, wahai Rasululla h!" Rasulullah saw. bersabda, "Jika benar ia adalah Dajjal, maka kamu bukan tand ingannya. Lawannya adalah Nabi 'Isa. Tetapi jika ia bukan Dajjal, maka engkau ti dak berhak membunuh seorang dari ahl al-ahd." Abu Dawud ath-Thayalisi meriwayatkan dalam Musnad-nya, sebagaimana disebutkan da lam al-Jami' ash-Shaghir susunan Imam as-Suyuthi, bahwa al-'Alqami berkata: Diri wayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada seorang pu n punya kekuasaan untuk mengatasi Dajjal kecuali Nabi 'Isa bin Maryam". Bahkan Imam Mahdi yg akan melawan Dajjal tidak sanggup membunuhnya sendirian. Yg akan membunuh Dajjal, dengan izin Allah dan pada saat yg telah ditentukan serta tidak dapat diingkari adalah Nabi 'Isa al-Masih, yg akan melenyapkan kepribadia n Dajjal sampai punah. Pikirkan, wahai pembaca budiman, sekali lagi: Dan sesungguhnya bagimu ada janji (hukuman) yg kamu sekali-kali tidak dapat menhindari (mengingkari)-nya. Tidak di ragukan lagi bahwa janji hukuman itu berlaku didunia ini, sesuai dengan pengetah uan Allah SWT. Sebab, seperti dimaklumi bersama, terjadinya kiamat merupakan jan ji yg tidak dapat dihindari oleh semua makhluk Allah dan tentunya bukan janji kh usus untuk Samiri saja. Janji yg tidak dapat diingkari itu keras sekali dan berk aitan dengan perkataan sebelumnya, yakni ia boleh pergi dengan bebas tanpa ada y g menyentuhnya. Dajjal bebas bergerak dan menentukan pilihan. Tidak akan ada yg mampu mengalahka n Dajjal kecuali pada saat janji hukuman yg telah di tentukan. Nabi Musa pernah berkata seperti kepada orang zalim, "Kamu mempunyai satu hari." Tetapi satu hari yg dimaksud bukanlah satu hari pada hari kiamat." Demikianlah kata para ulama t afsir. Kita semua termasuk dalam janji hari Kiamat. Janji itu bukan janji khusus yg tidak dapat diingkari. Janji ini berlaku pada suatu zaman yg bukan zaman Nab i Musa, sebagaimana dipahami dari nashsh. Jika tidak, Musa memiliki hubungan lai n dengannya. Namun, Dajjal tidak bersentuh pada zaman Nabi Musa. Jadi ia tersent uh pada zaman lain. Wallahu a'lam. "Dan lihatlah Tuhanmu itu yg kamu tetap menyembahnya, sesungguhnya kami akan mem bakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya kedalam laut (beru pa abu yg berserakan). Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yg tidak ada Tuhan s elain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." (Q.S. Thaha, 20:97-98). Patung yg pembuatannya dipimpin Samiri dan didesain secara khusus ini dibakar ol eh Nabi Musa dan dihanbur-hamburkannya ke laut. Nabi Musa membakarnya karena pat ung itu bukan hanya sekadar emas, melainkan juga berupa daging dan darah sebelum nya, meskipun hal itu hanya diperlakukan secara khayalan belaka seperti pengaruh sihir pada indera atau dengan perantaraan jejak rasul yg disalahgunakan. Sebab, emas akan bertambah jika dibakar atau dicairkan diatas api. Akan tetapi, Nabi M usa tidak menginginkan apa pun. Oleh karena itu, ia membakarnya sampai menjadi a bu dan kemudian membuangnya ke Laut Merah. Nabi Musa menjadikannya abu yg berham buran di hadapan kaum Bani Israil dan di hadapan Samiri sendiri. Hal itu dilakuk an untuk menyadarkan mereka semua bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yg mengeta hui segala sesuatu yg ada dahulu, sekarang, dan yg akan datang. Sangsi berdiri sambil menitipkan tuhannya yg telah dihancurkan. Sementara itu, N abi Musa mengajak kaumnya untuk pergi menuju lembah di Sina. Kemudian Samiri ber diri dipinggir pantai Laut Merah seraya menitipkan Bani Israil. Ia berkata pada mereka, "Sampai berjumpa lagi, wahai Bani Israil pada saat Musa tidak ada." Pertemuan Kedua dengan Seorang Agung (Nabi) dalam Kehidupan Dajjal yang Membenta ng Luas. Setelah diusir oleh Nabi Musa, Samiri mulai mengembara sendirian melalui jala n-jalan di Sina menjauhi Nabi Musa dan kaumnya. Lalu, suatu ketika, ia duduk-dud uk di puncak suatu gunung tinggi memandangi orang-orang yg berpergian dengan men aiki perahu dilautan. Ia berharap dapat pergi menumpang perahu pergi ke negeri m ana saja yg dapat dikunjunginya.

Untuk pertama kalinya ia pergi ke suatu negeri yg dikenal dengan nama Bilad al-G hal (negeri makmur). Lalu ia tinggal disitu sebentar. Kemudian ia pergi menuju k abilah-kabilah al-Bulghar. Setelah itu, ia tinggal cukup lama bersama penduduk a l-Awral. Ia juga pernah mencoba hidup dilingkungan kabilah al-Ghuzz. Dari situ i a melanjutkan pengembaraannya ke Chorcha. Ketika merasakan kerinduan untuk kemba li ke kampung halamannya, ia kembali melalui laut untuk menuju pulau hijau di la ut Yaman. Yg aneh dari Samiri adalah bahwa ia betul-betul telah mencapai usia sangat lanju t, tetapi tidak tampak adanya keriput pada wajahnya. Ia bergerak dan biasa melom pat bagaikan seorang laki-laki yg baru berusia tiga puluh tahun. Padahal, ia lah ir seratus tahun sebelum kelahiran Nabi Musa. Ia telah mendapatkan banyak pengalaman dari perjalanannya ke berbagai bangsa di berbagai negeri yg dikunjunginya. Saking banyaknya negeri dan bangsa yg dikunjun ginya, tak seorangpun bisa membayangkan bagaimana caranya melakukan itu semua. B ahkan, ia juga menguasai berbagai bahasa dari Hierogliph hingga bahasa-bahasa yg digunakan bangsa-bangsa yg berada antara dua sungai (Eufrat dan Tigris). Ia hidup disebuah pulau sebagai seorang raja. Pada mulanya, ia mencoba mencari b inatang raksasa. Tetapi ia tidak mendapatkannya. Seakan-akan ia telah bersembuny i atau telah menjadi abu. Ia menyangka bahwa temannya itu telah mati. Ia menduga demikian karena betapa panjang umurnya. Lalu ia mencoba pergi melihat-lihat tuj uh batu besar tempat berbagai tulisan yg mengajarinya mengenal Allah SWT. Tiba-t iba ia mendapatkan binatang raksasa aneh itu, tetapi keadaanya sudah berubah. Ke mampuannya berbicara telah hilang. Binatang itu hanya dapat mengucapkan: "La ila ha illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Hanya milik-Nya kerajaan dan segal a pujian. Dia menghidupkan dan mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu". Pa da mulanya Samiri kebingungan. Tetapi hatinya kembali pada apa yg telah diusahak an dan dilakukannya. Ia tidak mengubah niatnya, bahkan tidak menyesali kesalahan nya. Ia tetap saja mengikuti kehendak nafsunya, seperti kata penyair, "Ia rasaka n cinta hingga jatuh cinta tatkala sendiri, ia tak kuasa. Tampak laut dikira omb ak ketika mendekat, ia tenggelam." Namun, ia tidak dapat hidup sendiri di pulau itu tanpa binatang tersebut. Maka i a kembali ke Samirah tanah moyangnya. Ia mendapatkan dunia tidak seperti pernah dilihatnya. Disitu ia menemukan sekelompok manusia yg disebut as-Samiriyyah, cam puran orang-orang Yahudi dan orang-orang Assyria. Kelompok manusia tersebut terb entuk setelah kembalinya sebagian kelompok Yahudi menyusul kejatuhan negeri Babi lonia yg besar itu. Lalu mereka membangun kuil khusus untuk mereka. Di dalam kui l itu mereka biasa membaca syiar-syiar kuil Bait Al-Muqaddas. Ia menemukan bahwa nama Samirah telah menjadi Jirzim sebagai bukti, yaitu gunung terkenal di Samir ah. Dajjal mengetahui bahwa orang-orang Samirah mengaku sebagai keturunan para penga nut agama Musa yg benar dan bahwa Musa menjadikan Bait Iyl, yakni Rumah Allah, s ebagai kiblatnya setelah tersebar kabar bahwa Nabi Ya'qub, nenek moyang tertingg i bangsa Ibrani telah membangun tempat ibadahnya yg disucikan Allah di tempat it u. Tetapi yg paling mengherankannya adalah bahwa ia mendengar tentang seseorang ket urunan dari Nabi Dawud, dari pihak ibu, mengaku sebagai nabi. Ia adalah al-Masih , sang penyelamat kaum Yahudi dari pertikaian, kezaliman, dan kepunahan. Ia data ng bukan untuk menghapus, melainkan untuk menyempurnakan Namus (ajaran agama). Dajjal ingin mengetahui apakah orang itu betul-betul nabi atau bukan. Ia memutus kan untuk mengujinya agar menjadi pertemuan besar kedua dalam hidupnya, yg perna h dijanjikan kepadanya. Ia pergi ke tempat tinggalnya dan mengutus seseorang, se mentara ia tetap tinggal diluar. Orang itu berkata, "Jika engkau benar-benar seo rang nabi, katakan padaku siapa berada diluar!" Nabi Isa al-Masih berhenti sejenak, lalu berkata, "Wahai saudaraku, beritahukan kepada orang yg mengutusmu bahwa Allah yg Mahaperkasa lagi Mahaagung menerima ta ubat dan mengampuni dosa-dosa segenap hamba-Nya. Jika hamba itu mau bertaubat, m engesakan Tuhan, maka ia benar-benar kembali. Dia-lah yg melindungi anak kecil y g sedang tidur dari kekejaman penguasa. Dia-lah yg memeliharanya di pulau tempat tinggal binatang raksasa itu disaat ia masih kecil. Dia-lah yg mengajarkan kepa danya keesaan Tuhan dan salat melalui tulisan kepercayaannya, Jibril. Dia Mahaku

asa untuk memaafkan fitnah yg telah dilakukannya kepada Bani Israil jika ia beri man kepada Masih ar-Rabb dan apa yg diturunkan padanya berupa Injil." Utusan itu keluar menemui orang yg cacat kedua matanya, lalu menyampaikan kabar yg diterimanya. Tetapi ia tidak menanggapinya selain mengatakan, "Ia adalah tula ng sihir. Setan-setan telah masuk kedalam dirinya. Jika ia seorang nabi, ia tida k akan mengetahui siapa aku dan apa yg telah terjadi, sebab para nabi itu tidak akan memberitahukan yg gaib. Hanya Allah yg mengetahui yg gaib, meskipun ada dia ntara setan yg mencuri kabar sebagaimana diajarkan dukun Mesir kepadaku." Dajjal mencampurkan satu kegaiban dan kegaiban lain. Padahal, semua kegaiban bai k yg telah, sedang, akan, atau tidak akan ada hanya diketahui oleh Allah SWT. Ad alah mungkin bahwa Allah memberitahukan yg gaib kepada salah seorang nabi untuk menguatkan hujjah-nya. Sementara itu, kegaiban yg diketahui para setan adalah ka bar yg dicuri dari langit. Mereka mendengar dari para Malaikat, lalu membicaraka nnya. Selanjutnya, mereka kembali kepada pemimpin mereka, mengabarkannya dan men campurnya dengan seratus kebohongan. Ini semuanya adalah kegaiban yg bukan kegai ban. Sebagai contoh, seseorang bersembunyi dibalik dinding, lalu kami tanyakan s epada seseorang, "Siapakah yg berada dibalik dinding itu?" Ini adalah ketersembu nyian, bukan kegaiban. Jin atau malaikat menampakkannya dengan wahyu yg benar, a tau dengan penyingkapan dari Allah kepada nabi dan wali-Nya. Namun Dajjal tidak mau berhadap-hadapan. Ia ingin membenarkan dirinya dengan huj jah yg lemah untuk tidak mengimani Nabi 'Isa al-Masih. Bahkan, ia tidak akan men emuinya sama sekali. Padahal, dalam sanubarinya, ia meyakini bahwa 'Isa bin Mary am adalah nabi kedua yg ia baca pada batu tulis. Namun, ia tidak ingin menjadi p engikutnya, walaupun Nabi itu mengangkatnya sebagai penguasa atau raja suatu neg ara atau negeri. Ia menginginkan sesuatu yg lain yg menurutnya cocok untuk dirin ya, yakni mengapa ia tidak menjadi nabi? Bahkan, mengapa ia tidak menjadi Tuhan? Mengapa ia tidak menguasai seluruh negeri yg ia kelilingi, ia tinggali, ia kunj ungi, bahkan yg belum ia kunjungi? Ia ingin segala sesuatu tunduk padanya, tetap i bagaimana caranya? Binatang raksasa itu memberitahukannya bahwa kesempatan terakhir baginya adalah mendustakan nabi kedua. Jika ia mendustakannya dan datang nabi ketiga, maka ia a kan menjadi tuhan yg memerintah tetapi tidak berkuasa. Sekarang, ia berketetapan untuk menjadi tuhan yg memerintah dan berkuasa. Sebab, tidak ada yg dapat memer intah tanpa kekuasaan. Bagaimana perkataan ini bisa terjadi? Pasti, binatang itu adalah setan yg telah mencuri berita dari langit, dan ia mengetahui bahwa aku a kan menjadi orang mulia di dunia ini. Tetapi, ia berbohong dalam pemberitaannya kepadaku. Atau berita-berita itu disampaikan kepadaku setelah dicampuri berita-b erita lain. Begitulah pembohong membenarkan dirinya dalam dusta apapun. Pembunuh membenarkan dirinya dalam kedurhakaannya. Penipu membenarkan dirinya dalam tipuannya. Itula h penyakit jiwa lama yg merasuki akal dan hati pendurhaka di setiap zaman dan di setiap tempat. Nabi 'Isa al-Masih menunggu kembalinya seseorang yg ada di luar. Tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi. Orang itu yg akan mencuri nama dan gelarannya di kemudia n hari. Nabi 'Isa al-Masih memperingatkan kaum dan para pengikut (hawariyyum)-ny a akan fitnah Dajjal yg mengaku sebagai al-Masih, padahal sesungguhnya bukan. Ia juga mengaku sebagai tuhan semesta alam, padahal sesungguhnya bukan. Nabi 'Isa memperingatkan mereka akan kejahatan dan sihirnya. Dajjal menutskan untuk pergi mengembara ke negeri-negeri yg jauh. Ia akan pergi melancong ke negeri-negeri India, Buddha, Jepang dan Cina. Ia mulai menjelajahi lautan, tanah-tanah tandus, padang pasir, dan daratan. Ia b ergaul dengan berbagai kehidupan dan makhluk-makhluk hidup. Ia mempelajari berba gai pengalaman tanpa batas. Tetapi, ia belum melihat kerajaan. Anehnya, ia melak ukan banyak kejahatan, menumpahkan darah, mencuri, merampas, merampok seperti pe mbajak laut ulung. Tetapi ia tidak memiliki lebih dari kendaraannya. Dajjal telah tergila-gila dengan pemikiran untuk menguasai dunia. Ia berpikir un tuk kembali ke pulaunya yg dulu di laut Yaman. Ia ingin mengasingkan diri dari s egala urusan dunia. Ia berpikir dan merencanakan uuntuk menguasai seluruh negeri yg pernah dilaluinya. Ia menaiki perahunya beserta para pengikutnya menuju Yama n. Disitu ia turun menuju salah seorang pengikutnya. Lalu ia membawa sejumlah be

sar perhiasan emas didalam perahu besar yg dikemudikannya sendiri menuju pulau y g ditujunya. Setelah ia berlabuh dan berjalan menuju gua, tiba-tiba binatang raksasa itu meri ntangi jalannya. Binatang itu bersama dua puluh orang yg berwajah seperti mataha ri yg bersinar dan bercahaya, tubuh mereka tinggi melebihi pohon-pohon yg tinggi . Pada tangan mereka yg besar terdapat rantai besi besar berlapis baja mengkilat seperti emas yg bukan dari dunia ini. Binatang itu juga memegang bel seperti yg digunakan untuk memanggil ikan hiu. Orang yg cacat kedua matanya ini menggigil. Dengan ketakutan, ia bertanya, "Apa ini? Siapa mereka? Bagaimana mereka dapat s ampai kesini? Bukankah telah aku katakan bahwa engkau adalah setan betina yg mem punyai pelayan?" Mendengar perkataannya, binatang itu merasa ketakutan, lalu berteriak, "Wahai or ang paling bodoh, engkau telah menyia-nyiakan dua kesempatan, dan tidak tersisa bagimu kecuali janji terakhir." Sebelum binatang itu menyelesaikan perkataannya, atau sebelum orang itu bertanya lagi, tiba-tiba dua puluh orang itu menyerangny a. Ia pingsan karena takut. Setelah Dajjal siuman, ia mendapati dirinya telah berada di dalam gua, sementara binatang itu ada di depannya. Ketika ia ingin menggerakkan kedua kaki dan tanga nnya, ia merasakan berat sekali. Ia mendengar bunyi lonceng yg menakutkan. Semen tara itu, cahaya pagi telah menyinari guanya melalui celah-celah diatas, disampi ng pintunya yg selalu terbuka. Ia mendapati dirinya terikat. Kedua tangan dan ka kinya terbelenggu dengan rantai yg sangat panjang agar dapat bergerak, berdiri, duduk, berjalan, atau buang air dibelakang yg jauh dari gua itu yg disiapkan seb elumnya dan disiapkan pula sumur dirampinya. Binatang itu sangat memperhatikan k ebersihan dan mengurus badannya. Ia diliputi ketakutan yg tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mencoba melepask an ikatan dirinya. Tetapi, bagaimana mungkin ia dapat melakukan itu, sementara b elenggu yg mengikat kedua kaki dan tangannya sangat kuat. Hal seperti itu belum pernah ia lihat sebelumya. Bahkan, ia tidak pernah menengarnya di berbagai penja ra dinasti para Fir'aun atau dari para penguasa lainnya pernah ia lihat. Semua b adannya terbelenggu dan ujungnya diikatkan ke dinding gua yg terbuat dari batu. Kalaupun ia dapat melepaskan rantai itu dari batu, maka bagaimana ia dapat melep askan rantai yg mengikat kedua tangan dan kakinya. Keadaanya jadi lebih sulit da ripada menemukan burung gagak di atas samudra yg luas. Dalam keadaan jiwanya, otot-ototnya yg laku, batinnya yg lemah dan membisu, bina tang itu berkata padanya, "Wahai Dajjal masa depan, dewa kekufuran dan kejahatan , sekarang engkau berada di zaman penutup para nabi, kekasih Allah, Muhammad saw . Ia telah lahir beberapa hari yg lalu ketika engkau berada di tengah lautan ser aya melalaikan ketentuan yg berjalan. Engkau berada di penghujung akhir zaman di bumi. Janji Allah telah datang masanya. Engkau tidak akan terlepas dari rantai yg membelenggumu kecuali setelah wafatnya kekasih Allah, Muhammad saw. yg berpul ang ke hadirat yg Mahatinggi. Tanda telah dekatnya masa keluarmu dari gua adalah hijrahnya Nabi Muhammad saw. ke tanah suci (Madinah al-Munawwarah) setelah oran g-orang Arab memeranginya dan mengusir pengikutnya dari Makkah, dan kemenanganny a atas mereka. Sedangkan tanda keluarmu sebagai orang sombong di dunia adalah, t erputus pohon kurma Baisan, berkurangnya air danau Thabary, keringnya mata air Z ughar, dan banyak terjadi gempa bumi dahsyat sebelum keluarnya musuhmu yg akan m emarahimu." Sambil berusaha melepaskan diri dari belenggu, Dajjal berkata kepada binatang it u, "Bagaimana aku dapat meyakini bahwa perkataanmu itu benar? Mengapa engkau tid ak mencabut sihirmu dan menjauhi setan-setanmu? Sungguh aku ingin keluar untuk m emerintah dunia. Dunia ini tidak ada rajanya kecuali aku. Sedangkan engkau berus aha menghalangi hakku? Aku adalah manusia paling tua karena waktu tidak berpenga ruh kepadaku. Seluruh dunia di sekitarku telah berubah, tetapi aku tidak pernah berubah, tidak beruban, dan tidak menjadi renta. Jadi, aku adalah anak para dewa . Binatang itu ingin menutup dialog dengannya, lalu ia berkata, "Engkau bersabar a tau tidak, janji Allah pasti benar. Engkau di laknat, di usir, dan dilemparkan s eperti Iblis terkutuk, yg telah di peringatkan kepadamu melalui tulisan-tulisan utusan kepadamu.

Kemudia binatang itu pergi darinya. Binatang itu senantiasa mendatanginya dengan buah-buahan untuknya tetapi berbicara kepadanya. Ia berusaha membuka pembicaraa n, tetapi binatang itu tidak menjawabnya kecuali dengan pandangan-pandangan kepr ihatinan kepadanya. Sampai pada suatu hari, binatang itu melihat seorang laki-la ki bersama teman-temannya berlabuh dengan perahu kecil di tepi pantai pulau itu. Binatang itu menghampirinya untuk mengatakan bahwa ada seseorang di gua yg seda ng menanti kabar gembira darinya. Laki-laki itu mendekatinya dengan rasa takut. Maka binatang itu berkata, "Hilangkan rasa takutmu orang-orang yg bersamamu. Aku bukan setan. Aku di perintah oleh Allah ke pulau ini untuk melindungi seseorang mempunyai kaitan dengan masa depan dunia. Aku adalah suruhan utusan Allah untuk mengucapkan selamat kepadamu dan berbicara kepadamu mengenai orang itu." Orang baru itu tidak lain adalah seorang sahabat Rasulullah saw., Tamim ad-Dari bersama kawan-kawannya. Ungkapan yg disebutkan dalam manuskrip kuno mengenai riwayat ini ditemukan oleh salah seorang ulama al-Quds. Ungkapan itu ditujukan kepada Tamim sendiri. Riwaya t yg disebutkan dalam Shahih Muslim itu mengemukakan bahwa dialog itu dilakukan dengan sekelompok orang yg diantaranya adalah Tamim ad-Dari. Wallahu a'lam. Berikut ini peristiwa mengenai Tamim ad-Dari yg disebutkan dalam shahih Musli m; Telah menyampaikan kepada kami Ibnu Buraidah dari Amir bin Syurahbil asy-Sya' bi kabilah Hamdan, bahwa ia pernah bertanya kepada Fathimah binti Qais, saudara perempuan adh-Dhahhak bin Qais dan termasuk kelompok perempuan pada hijrah perta ma. 'Amir berkata, "Sampaikanlah kepadaku suatu hadist yg engkau dengar dari Ras ulullah saw., yg tidak engkau sandarkan kepada siapapun selain beliau." Fathimah berkata, "Jika engkau mau, niscaya aku lakukan." Amir berkata, "Tentu, sampaika nlah kepadaku." Fathimah berkata, "Aku menikahi Ibn al-Mughirah. Ia termasuk pem uda pilihan kaum Quraisy ketika itu. Lalu ia terkena musibah pada permukaan jiha d bersama Rasulullah saw. Ketika aku telah menjadi janda, aku dilamar oleh 'Abdu r Rahman bin 'Awf untuk salah seorang sahabat Rasulullah saw. Sementara itu, Ras ulullah melamarku untuk mawla-nya, Usamah bin Zaid. Aku pernah diberitahu bahwa Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa mencintaiku, maka hendaklah ia mencintai Usamah.' Maka ketika Rasulullah saw. berbicara kepadaku, aku berkata, 'Urusanku ada ditangan Anda. Nikahkanlah aku kepada siapa saja yg Anda suka.' Lalu Rasulul lah saw. bersabda, 'Pindahlah kamu ke Ummu Syarik.' Ummu Syarik adalah perempuan kaya dari kalangan Anshar yg telah banyak memberikan sumbangan di jalan Allah, dan disinggahi banyak tamu. Aku berkata, "Aku akan melakukannya.' Maka beliau be rsabda, 'Jangan engkau lakukan. Sesungguhnya Ummu Syarik adalah seorang wanita y g banyak tamunya. Aku tidak suka kerudungmu jatuh, atau baju tersingkap dari ked ua betismu, sehingga kaum itu akan melihat auratmu. Tetapi, pindahlah ke putera pamanmu, 'Abdullah bin 'Amr bin Ummi Maktum, seorang laki-laki dari Bani Fihr.' Fathimah pun pindah kepadanya. Ketika masa iddah-ku berakhir, aku mendengar seru an seorang sahabat Rasulullah saw., 'Marilah shalat berjamaah!' Maka aku pergi k e mesjid dan shalat bersama Rasulullah saw. pada barisan wanita yg berada tepat di belakang kaum itu. Setelah menyelesaikan shalatnya, Rasulullah saw. duduk di mimbar. Sambil tersenyum, beliau bersabda, 'Hendaklah setiap orang tinggal di te mpat shalatnya.' Selanjunya beliau bersabda, 'Apakah kalian mengetahui sebab aku mengumpulkan kalian?' Mereka menjawab, 'Hanya Allah dan Rasulnya yg lebih menge tahui.' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya aku, demi Allah, tidak mengumpulkan kalia n bukan karena ada pengharapan ataupun ketakutan. Melainkan aku mengumpulkan kal ian adalah karena Tamim ad-Dari, yg dulunya seorang Nasrani, datang untuk berbai 'at masuk Islam. Ia menceritakan kepadaku seperti apa yg telah aku sampaikan kep ada kalian tentang Dajjal. Ia menceritakan kepadaku bahwa ia mengendarai perahu bersama tiga puluh orang dari Lakhm dan Judzam. Mereka dipermainkan ombak selama sebulan di laut. Lantas mereka berlabuh menuju suatu pulau di laut itu sampai t erbenam matahari. Mereka duduk-duduk di pantai dekat perahu. Lalu mereka naik ke pulau itu. Maka mereka didatangi seekor binatang yg banyak bulunya, yg mereka t idak dapat membedakan mana bagian depan dan mana bagian belakangnya. Mereka berk ata, 'Celaka kamu, apakah kamu ini?' Binatang itu menjawab, 'Aku adalah mata-mat a.' Mereka bertanya, 'Mata-mata apa?' Ia menjawab, 'Wahai kaum, pergilah kepada orang yg berada di dalam gua, karena ia merindukan berita dari kalian.' Tamim ad -Dari berkata, 'Ketika binatang itu menyebutkan kepada kami seseorang, kami meni

nggalkannya karena mungkin ia adalah setan perempuan. Selanjutnya ia berkata, 'L alu kami berangkat segera hingga memasuki gua. Tiba-tiba didalamnya ada seorang manusia yg paling besar badannya dan diikat dengan rantai yg kuat. Kedua tangan dan lehernya disatukan dan diikat dengan besi diantara hingga kedua mata kakinya . Kami katakan, 'Celaka kamu, mahluk apakah kamu ini?' Ia menjawab, 'Kalian tela h mengetahui perihalku, kini beritahukan kepadaku, siapakah kalian ini?' Mereka menjawab, 'Kami adalah manusia dari Arab. Kami mengendarai perahu lalu dihantam gelombang laut besar, dan ombak mempermainkan kami selama sebulan. Kemudian kami berlabuh di pulaumu ini. Maka kami duduk-duduk dekat perahu, lalu memasuki pula u ini. Kami didatangi seekor binatang yg berbulu lebat sehingga tidak diketahui mana bagian muka dan mana bagian belakangnya. Kami bertanya, "Celaka kamu, mahlu k apa kamu ini?" "Saya adalah mata-mata." "Mata-mata apa?" "Pergilah kepada oran g yg ada di gua ini, karena ia sangat merindukan berita dari kalian." Maka kami pun bersegera menjumpaimu. Kami takut pada binatang itu, dan kami tida k tenang jangan-jangan ia adalah setan betina. Orang itu berkata, "Beritahukan k epadaku tentang kurma Baisan! "Tentang apanya yg engkau tanyakan? "Aku bertanya kepada kalian, apakah kurma berbuah?" "Ya." "Serumitinya pohon kurma itu hampir tidak akan berbuah." Lalu ia berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang danau T habariyah!" "Tentang apanya yg engkau tanyakan?" "Apakah danau itu masih berair? " "Ya, danau itu masih banyak airnya." "Sesungguhnya air danau itu hampir habis. " Ia berkata, "Beritahukan kepadaku tentang mata air Zughar!" "Mengenai apa yg k amu tanyakan?" "Apakah mata air itu masih memancarkan air? Dan, apakah pendudukn ya masih bercocok tanam dari mata air itu?" "Ya, mata air itu masih memancarkan banyak air, dan penduduknya bercocok tanam dari air tersebut." "Terangkan kepada ku tentang nabi yg diutus kepada orang-orang buta huruf, apa yg dilakukannya?" " Ia telah keluar dari Makkah menuju Yastrib." "Apakah orang Arab memeranginya?" " Ya." "Bagaimana caranya ia memperlakukan mereka?" "Ia telah menundukkan orang-or ang Arab terdekatnya, sehingga mereka mengikutinya." "Apakah demikian?" "Ya." "L ebih baik bagi mereka untuk mengikutinya. Aku akan memberitahukan kepada kalian mengenai diriku. Aku ini adalah al-Masih. Aku hampir akan diizinkan keluar, maka aku akan keluar. Lalu aku akan berjalan di muka bumi. Aku tidak melewatkan suat u kampung melainkan aku tinggali selama empat puluh malam kecuali kota Makkah da n Thaibah (Madinah). Kedua kota itu diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki salah satu kota itu, aku dihadang oleh malaikat yg memegang pedang untuk memengg alku. Disetiap celah kedua kota itu dijaga oleh para malaikat." Fathimah berkata, "Sambil memukulkan tongkatnya pada mimbar, Rasulullah saw bers abda, 'Ini adalah Thaibah, yakni kota Madinah. Ingatlah, apakah hal itu telah ak u sampaikan kepada kalian?' Orang-orang menjawab, 'Benar.' Nabi Muhammad saw. be rsabda, 'Sungguh cerita Tamim itu sesuai dengan apa yg telah aku sampaikan kepad a kalian, juga mengenai kota Makkah dan Madinah. Ketahuilah, sesungguhnya Dajjal itu berada di laut Syam atau di laut Yaman, bukan dari arah timur, bukan dari a rah timur, bukan dari arah timur.' Beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke ara h timur." Selanjutnya Fathimah berkata, "Maka aku menghafalkan hadist ini dari R asulullah." (Lihat shahih Muslim dengan syarah Imam an-Nawawi, Mathba'ah al-Mish riyyah, XVIII, hlm. 78-82). Kemudian Tamim ad-Dari pergi bersama teman-temannya dan tidak kembali lagi. Kala upun mereka berpikir untuk kembali lagi, mereka tidak akan dapat sampai ke pulau itu, meskipun dengan pengalaman berlayar mereka. Sebab, setelah peristiwa ini, pulau tersebut menjadi jauh untuk dapat dikunjungi. Ombak-ombaknya digerakkan de ngan kekuasaan Allah SWT. Seakan-akan ombak-ombak itu sendiri adalah perahu yg b ergerak di lautan. Allah menetapkan bahwa tidak ada seorangpun yg mendatangi pul au itu setelah ada Dajjal di dalamnya. *** Kekasih Allah adalah Muhammad saw. Tiba-tiba, pada suatu hari, Dajjal bangun dar i tidurnya. Ia melihat rantai yg mengikat kedua tangan dan kakinya bagaikan gara m yg mencair dalam air. Atau, seakan-akan besi berumur enam puluh tiga tahun itu

, yg merupakan keseluruhan umur Nabi Muhammad saw., telah termakan. Masalahnya b ukan karena ini dan itu. Yg jelas, semua itu merupakan pemuliaan kepada Nabi Muh ammad saw. seperti tipuan para setan dilakukan dengan mencuri berita ke langit s etelah kelahiran Nabi Muhammad saw., maka begitulah tipuan orang yg cacat kedua matanya ini dan pengembaraanmya di bumi pada zaman Nabi Muhammad saw. Dajjal yg mengaku dirinya sebagai tuhan baru ini menemukan dirinya bebas dari ik atan kuat itu. Tiba-tiba binatang itu telah ada dihadapannya dan berkata, "Selam at tinggal, wahai orang yg paling jahat di muka. Engkau menuju dunia yg penuh ke palsuan, sementara aku menuju kepada kerajaan Allah, Tuhanku, Tuhanku, dan Tuhan segala sesuatu. Aku menuju Barzakh yg hanya diketahui oleh Allah SWT. "Kemana?" "Apakah engkau tidak ingat? Sesungguhnya ajalku datang bersamaan dengan saat ke luarmu. Saat keluarmu bersamaan dengan tenggelamnya pulau ini keluar menuju duni a yg fana. Segala ukuran adalah milik Tuhan semesta alam ini, yakni Allah. Tiada Tuhan selain Dia. Sementara itu, engkau hanya seorang hamba yg diciptakan. Engk au telah memilih qadar-mu sendiri. Laknat Allah ditimpahkan atasmu dan atas oran g yg melindungimu di rumahnya." Binatang itu pergi ke hutan belantara. Dan Dajjal yg sesat itu menaiki perahunya ke negeri-negeri baru yg ia pernah dengar dan pernah dicapai dinasti Fir'aun se belum Nabi Musa. Mereka membicarakannya bahwa negeri-negeri itu berwarna emas. D isana mereka mengukir gambar-gambar pada batu yg menunjukkan bahwa mereka telah sampai ke negeri ini. Mereka pun membicarakan kaum-kaum yg menyembah setan. Disa na setan memiliki lautan dan daratan. Ingatannya menyimpan seluruh perkataan ini. Sekali lagi nafsunya menggodanya bah wa ia layak menjadi tuhan bagi kaum-kaum yg menyembah sesuatu yg tidak mereka li hat itu. Kemudian waktu berlalu. Akalnya berpikir dan membayangkan. Orang itu ma sih mempunyai kekuatan dan kehebatan seakan-akan ia dilahirkan hari ini, bukan t iga ribu tahun yg lalu. Sebelum pergi mengembara ke negeri-negeri baru itu, Dajjal berpendapat bahwa seb aiknya ia menengok terlebih dahulu negeri Arab. Ia ingin mengenal lebih dahulu a gama yg dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Lalu ia pergi ke Yaman, Syam, dan Irak. S elanjunya ia menuju Afrika Selatan, dan kemudia ke Maroko. Ia menyimpan berbagai ilmu dan pengetahuan. Ia berpikir untuk pergi ke negeri barat (Maroko) dan duni a baru. Ia tinggal di salah satu negeri itu dan selanjutnya pergi kemana saja yg diinginkannya. Tujuannya adalah negara-negara di benua Amerika. Ada apa disana? Dan apa yg terjadi? Yg terjadi adalah satu hal saja. Persoalannya jelas dan sus ul-menyusul. Pandangannya disusul dengan pandangan lain. Wallahu a'lam bis shawab

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF