Cryptosporidiosis pada Manusia dan Hewan (Cryptosporidiosis in Humans and Animals)

November 18, 2017 | Author: Putra Syah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Membahas seputar penyakit Zoonosis Criptosporidia serta pencegahan dan pengendaliannya pada manusia dan hewan...

Description

CRYPTOSPORIDIOSIS PADA MANUSIA DAN HEWAN

KELOMPOK I SETIAWAN PUTRA SYAH ENNY SASWIYANTI IMAS SRI NURHAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Syah SP et al. 2011

CRYPTOSPORIDIOSIS PADA MANUSIA DAN HEWAN Setiawan Putra Syah, Enny Saswiyanti, Imas Sri Nurhayati PS Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

I.

PENDAHULUAN Cryptosporidiosis (kriptosporidiosis) adalah suatu penyakit zoonosis yang

tergolong ke dalam kelompok waterbone diseases yang disebabkan oleh protozoa Cryptosporidium sp. Cryptosporidiosis menyebabkan infeksi pada usus halus yang menyebabkan diare akut pada manusia dan hewan. Pertama kali ditemukan pada lambung dan usus halus tikus oleh Tyzzer pada tahun 1907 (Sinambela 2008), sedangkan kasus pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1976 yang menyerang anak-anak usia 3 tahun dengan keadaan immunocompeten dan yang mengenai orang dewasa dengan immnunocompromise. Pada tahun 1976 sampai dengan 1982 kasus pada manusia jarang dilaporkan. Pada tahun 1982 dilaporkan kenaikan kejadian infeksi secara drastis setelah diketahui Cryptosporidiosis adalah suatu infeksi oportunistik yang dapat terjadi pada penderita AIDS. Spesies utama yang menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang adalah Cryptosporidium parvum. Cryptosporidosis berhasil diidentifikasi pada 170 spesies binatang, diantaranya ayam, kalkun, anjing, kuda, babi, domba, tikus liar, burung, ikan dan reptile (Chin 2000; Said 2003; Sinambela 2008). Pada umumnya merupakan infeksi akut jangka pendek yang ditularkan secara fecal -oral serta sering juga ditularkan melalui makanan atau sumber air yang terkontaminasi oocyts dari spesies Cryptosporidium atau melalui kontak dengan orang yang terinf eksi dengan penyakit ini serta pe rmukaan lingkungan seperti kolam renang yang terkontaminasi oocyts. Infeksi terjadi apabila tertelan oocyts matang yang dikeluarkan bersama f eses hospes yang terinf eksi. Gejala penyaki t yang timbul pada umumnya diare, mual, dan muntah, serta kram perut. Pada orang yang sistem Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

1

Syah SP et al. 2011

kekebalan tubuhn ya baik, gejala ini tidak bertahan lebih lama dan sembuh dengan sendirinya, namun pada penderita immunocompromise (seperti penderita AIDS) gejala semakin memburuk dan sulit disembuhkan karena sistem pertahanan tubuh yang sudah rusak.

II.

AGEN PENYEBAB Cryptosporidiosis pada umumnya disebabkan oleh

Cryptsporidium

parvum. Protozoa ini bersifat int raseluler, namun ekstrasitoplasma banyak

ditemukan

di

bawah

membran

terluar

yang

melapisi

permukaan sel pada lambung dan usus halus. Oocyts merupakan stadium inf ektif yang banyak ditemukan pada f ese s manusia a tau hewan yang terinfeksi. Protozoa ini memiliki ukuran jauh lebih kecil daripada koksidia dan memiliki kemampuan untuk melekat pada sel lapisan usus halus dan merusak mikrophili, akibatnya akan menghambat proses penyerapan di usus. (Chotiah 2008). Oocyts cryptosporidium berbentuk bulat hamp ir oval, berukuran 4-6 µm dan bisa dikelirukan dengan ragi/khamir jika tidak dilakukan pengecatan dengan benar (Chin 2000). Ketika matang, oocyts terdiri dari empat sporosit yang tidak selalu terlihat, ref raktil, terdiri dari 1 -8 granule yang menonjol, dan dilapisi oleh dua dinding yang tebal (Roberts et al. 2005).

Gambar 1. Oocyts Cryptosporidium sp. Oocyts umumnya dapat hidup lama di air termasuk di laut, tetapi tidak dapat bertahan hidup pada pengeringan ( Cook & Mason 1996). Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

2

Syah SP et al. 2011

Oocyts bertahan pada lingkungan yang lembab dan dingin . Oocyts dapat hidup di lingkungan yang jelek dalam waktu yang lama. Oocyts sangat resisten terhadap desinfektan kimia yang digunakan untuk menjernihkan dan disinfeksi air minum. Klor atau monokloramin diperlukan konsentrasi 80 mg/l

untuk

inaktivasi 90% dengan waktu kontak 90 menit. Parasit ini tidak mengalami inaktivasi secara sempurna dengan larutan 3% sodium hipoklorit dan Oocyts dapat bertahan hingga 3 sampai 4 bulan dalam larutan 2,5% potassium bicromat (Said 2007 ).

Cryptsporidium sp. memilik i sistem klasif i kasi sebagai berikut:

Gambar 2. Taksonomi Cryptosporidium: skema sederhana, menunjukkan hubungan dengan spesies medis penting lainnya (Casemore et al. 1985).

III.

TRANSMISI PENYAKIT Transmisi penyakit melalui rute fekal-oral, yaitu penularan dari orang ke

orang, dari binatang ke orang, melalui air dan penularan melalui makanan akibat tindakan yang kurang higienis sehingga terkontaminasi feses yang mengandung Oocyts

cryptosporidium.

Oocyts

merupakan

stadium

infektif

yang

dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Parasit menginfeksi sel epitel Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

3

Syah SP et al. 2011

4

saluran pencernaan dan sekali waktu dalam siklus hidupnya dapat menyebabkan autoinfeksi pada manusia (Chin 2000; NSW Health Department 2001; Sinambela 2008; CDC 2011). Dalam proses transmisi penyakit Cryptosporidium sp memiliki siklus hidup sebagai berikut,

Oocyts yang telah mengalami sporulasi mengandung empat

sporosit dikeluarkan bersama feses individu yang terinfeksi dan mungkin melalui rute yang lain seperti sekresi saluran pernafasan.

Transmisi Cryptosporidium

parvum dan Cryptosporidium hominis terjadi melalui kontak dengan air yang sudah terkontaminasi. Wabah di AS banyak terjadi di taman air, kolam renang umum dan pusat pelayanan umum yang telah terkontaminasi feses manusia atau hewan yang terinfeksi.

Setelah tertelan atau terhidup oleh hospes,

terjadi eksitasi, (

,

)

empat sporosit dikeluarkan dari setiap Oocyts menembus sel epitel, usus dan jaringan yang lain seperti saluran pernafasan. (

,

) Sporosit dapat berkembang

menjadi tropozoit, kemudian mengalami multiplikasi aseksual (Schizogoni atau merogoni yang menghasilkan meron tipe I.

Merozoit yang dihasilkan dari meron

tipe I dapat mereinfeksi sel dan mengulang kembali siklus aseksual atau menginfeksi sel dan berkembang menjadi meron tipe II. Tiap meron tipe II akan membebaskan 4 buat merozoit diyakini bahwa hanya merozoit tipe II yang akan berkembang mengalami multiplikasi seksual (gametogoni) mikrogamont menghasilkan makrogamont

dan

. Mikrogamet yang keluar dari mikrogamont akan

membuahi makrogamont yang matang dan menghasilkan zygot berkembang menjadi Oocyts berdinding tebal

, yang akan

, dan Oocyts berdinding tipis

.

Oocyts akan bersporulasi berkembang menjadi sporosit yang infektif. Keluarnya sporosit dari Oocyts berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara Oocyts yang berdinding tebal akan dikeluarkan melalui feses dan apabila tertelan segera akan menginfeksi hospes lainnya (Chen et al. 2002; Robert et al. 2005; Sinambela 2008; CDC 2011; DPDx 2011).

Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

Syah SP et al. 2011

Gambar 3. Siklus hidup Cryptosporidium sp.

IV.

EPIDEMIOLOGI Cryptosporidiosis merupakan penyakit endemik yang hampir terjadi di

seluruh dunia terutama di negara – negara berkembang. Oocyts Cryptosporidium sp Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

5

Syah SP et al. 2011

mudah ditemukan di lingkungan sekitar terutama air permukaan seperti : sungai, danau, selokan dan air tergenang. Hal ini disebabkan Cryptosporidium sp memiliki bermacam – macam reservoar seperti unggas dan burung, ikan, reptil, mamalia kecil (tikus, kucing, anjing) dan mamalia besar (terutama sapi dan domba, kuda, kambing, babi) (Chin 2000; Said 2003; Fayer 2004; Sinambela 2008). Wabah Cryptosporodiosis yang paling terkenal terjadi di Milwaukee (Wisconsin) pada tahun 1993 yang menginfeksi lebih dari 400.000 orang (Meinhardt et al. 1996; Sinambela 2008). Sebanyak 3-7% penyebab diare di negara berkembang adalah disebabkan oleh Cryptosporidium sp. Dalam suatu penelitian, dilaporkan

bahwa

angka

prevalensi Cryptosporidiosis

di Asia

dan

Afrika

masing -masing adalah 4,9% dan 10,4 %. Selain itu, Cryptosporidiosis juga dikenali sebagai “traveler’s diarrhoea”. Di negara dengan tingkat sanitasi yang tidak optimal, penyediaan sumber air yang terkontaminasi, dan kontak dengan hewan, mempunyai risiko yang tinggi terinfeksi dengan parasit ini (Meinhardt et al).

Sumber : Galmes et al. 2003

Gambar 4. Distribusi kasus Cryptosporidiosis di Spanyol 1995 - 2002

Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

6

Syah SP et al. 2011

Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

7

Syah SP et al. 2011

Tabel 1. Laporan outbreak Cryptosporidiosis di Spanyol 1995 - 2003 Tahun

Tempat

Jumlah yang terekspos

1997

Sekolah

200

66

Oktober

1998

Sekolah

519

62

April

Kontaminasi instalasi

1998*

Hotel

2500

3

Juli

Turis

1999

Sekolah

138

36

Oktober

2000

Tempat Umum

750

Januari

Sumber air

Kontaminasi air pertanian

2000

Tempat Umum

100

Mei

Sumber air

Pengolahan air yang tidak terkontrol

2000*

Hotel

25

Mei

kolam renang

Turis

2000

Sekolah

45

13

Oktober

2001

Picnic

80

5

Juli

Sumur

Tidak dilakukan pengolahan pada air

2003*

Hotel

2000

391

Juli

Sumber air

Turis

2003*

Hotel

4

Juli

Kasus Waktu

Sumber penularan

Keterangan

Sumber Failure/alterations air

Turis

Sumber : Galmes et al. 2003 * Laporan outbreaks oleh European surveillance services. Catatan : Tidak ada outbreaks Cryptosporidiosis yang dilaporkan The Centro Nacional de Epidemiología in Madrid during 1995, 1996 or 2002.

V.

GEJALA KLINIS PADA MANUSIA DAN HEWAN

A. Cryptosporidiosis Pada Hewan Pada Hewan Cryptosporidium sp. dapat menyebakan kerugian diantaranya, diare, anoreksia, dan penurunan berat badan pada hewan secara ekonomi yang terutama pada fase neonatus (Mahdi & Ali 2002). Sejumlah 1 – 10 oocyst dari Zoonosis Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor 2011

8

Syah SP et al. 2011

Cryptosporidium sp. dapat menimbulkan infeksi pada hewan (Said 2003). Criptosporidiosis ditemukan hampir pada semua kelompok sapi bahkan pada letupan neonatal enteritis dengan gejala diare di Scotlandia pada tahun 2003 paling tinggi disebabkan oleh cryptospiridia (35%) sedangkan koksidia hanya 3% (Mason & Caldov 2005), di peternakan sapi perah di Bohemia Republik Ceko ditemukan prevalensi yang tinggi (18,2%) pada sapi dengan umur 12 – 18 bulan (Ondrackova et al. 2009). Baru-baru ini dilaporkan pada pedet sapi perah pra-disapih di China dengan sampel 801 feses dari tujuh daerah di Provinsi Henan yang diperiksa oocyst Cryptosporidium diperoleh tingkat infeksi keseluruhan adalah 21,5%, dengan peternakan di Xinxiang memiliki prevalensi tertinggi (40%) (Wang et al. 2011). Begitupula di ruminansia pada sampel kotoran diare dari 258 pedet pra-disapih (130 hari) dari 9 peternakan yang terletak di kawasan Banat, Rumania, yang diperiksa secara

mikroskopis

terhadap

keberadan

ookista

Cryptosporidium,

secara

keseluruhan 65 (25%) sampel ditemukan positif. Persentase infeksi lebih tinggi tercatat pada pedet berusia antara 8 dan 14 hari dibandingkan dengan kategori usia lainnya (1-7, 8-14, 15-21 dan 22-30 hari; p
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF