Critical Thinking Fix
August 4, 2017 | Author: Ukhy Pandawa | Category: N/A
Short Description
Download Critical Thinking Fix...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Critical thinking, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan merupakan keterampilan penting untuk perawat pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dan juga untuk perawat pemimpin dan perawat manajer (Thomas & Herrin, 2008 dalam Huber, 2010). Dalam lingkungan perawatan kesehatan, perawat staf, pemimpin, dan manajer harus mampu menganalisis dan mensintesis berbagai informasi untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan yang kompleks. Untuk memberikan perawatan pasien yang efektif, mereka juga harus mampu menggunakan
pemikiran
kritis
dan
pengambilan
keputusan
untuk
memecahkan masalah perawatan pasien. (Grossman, 2007 dalam Huber, 2010). Setiap pasien mempunyai permasalahan keperawatan yang harus diselesaikan oleh pasien dengan bantuan tenaga kesehatan salah satunya adalah perawat. Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan pemecahan masalah berdasarkan kemampuan perawat dalam critical thinking. Critical thinking adalah cara bersikap yang baik terhadap isu-isu yang terjadi dan penanganannya. Critical thinking bukan sinonim dengan pemecahan masalah (problem solving) dan pengambilan keputusan (decision making), namun pemecahan masalah yang efektif dan pengambilan keputusan yang tepat tidak dapat dilakukan tanpa kemampuan critical thinking. (Lemire, 2002 dalam Huber 2010). Kemampuan critical thinking tidak semata-mata datang secara alami. Perawat yang seorang pemikir kritis selalu membuka pikirannya dan memiliki kemampuan untuk merefleksikan peristiwa dan tindakan yang dilakukan dan untuk menganalisa informasi secara kompleks. (Huber, 2010).
1
B. Tujuan 1. Mahasiswa mampu memahami pengertian critical thinking. 2. Mahasiswa mampu memahami tujuan critical thinking. 3. Mahasiswa mampu memahami manfaat critical thinking 4. Mahasiswa mampu memahami strategi critical thinking 5. Mahasiswa
mampu
memahami
aplikasi
critical
thinking
dalam
keperawatan C. Manfaat 1. Bagi pelayanan keperawatan Memberi gambaran tentang critical thinking sehingga perawat dapat menerapkannya dalam pelayanan keperawatan kepada pasien untuk mencapai tujuan keperawatan. 2. Bagi institusi pelayanan kesehatan Memberi gambaran tentang critical thinking sehingga dapat diterapkan dalam mengambil keputusan institusi. 3. Bagi penulis Memberi gambaran tentang apa, kapan, siapa, dimana dan bagaimana menggunakan kemampuan critical thinking.
2
BAB II TINJAUAN TEORI A. Critical Thinking 1. Pengertian a. Critical thinking adalah sebuah kesatuan ketrampilan kognitif termasuk interpretasi, analisis, evaluasi, penjelasan dan regulasi diri (Facione, 2007 dalam Huber 2010) b. Keterampilan
yang
dapat
digunakan
untuk
menganalisis,
mengkonseptualisasikan peristiwa, dan menghindari kecenderungan bertindak terburu-buru atau atas dasar informasi yang tidak memadai (Huber 2010). c. Proses intelektual termasuk dimensi refleksi untuk mengidentifikasi,
menggali dan menggambarkan pilihan (Brookfield, 1991 dalam Huber, 2010). d. Rasionalisasi dari berbagai
argumentasi,
isu-isu,
ide, kesimpulan, asumsi, prinsip,
pernyataan,
kepercayaan
dan
tindakan
(Bandman, 1988 dalam Huber 2010). e. Proses intelektual dan keterampilan konseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan / atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk teladan, itu didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui divisi materi pelajaran: kejelasan, ketepatan, presisi, konsistensi, relevansi, alasan yang baik, kedalaman, keluasan, dan keadilan (Michael Scriven & Richard Paul, 2011)
3
Gbr.1 Core Critical Thinking Analysis adalah
kemampuan untuk menguraikan suatu materi
menjadi komponen-komponennya sehingga struktur organisasinya mudah untuk dipahami. Ketrampilan ini antara lain mengidentifikasi bagian-bagian suatu informasi, menganalisis hubungan antar bagian, dan mengenali prinsip organisasi yang ada di dalamnya. Evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi sesuai tujuan yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan dengan memberi batasan kriteria yang digunakan, kriteria internal atau ekternal yang sesuai dengan tujuan. Explanation adalah kemampuan menjelaskan permasalahan yang terjadi, alternative pemecahan masalah dan kebijakan/ keputusan yang diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut. Interpretasi adalah kemampuan untuk menilai yang selanjutnya mengambil keputusan Self-regulation adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri atau dapat menempatkan diri dalam menghadapi permasalahan yang ada. Inference adalah kemampuan mengambil kesimpulan yang tepat. Komponen critical thinking yang dikemukakan oleh Markquis, 2006 adalah insight ( cara pandang ), intuition ( kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas ), emphaty ( empati ) dan willingness to take action ( kesediaan untuk mengambil tindakan ). 4
2.
Tujuan critical thinking Pemimpin dan menejer dalam keperawatan diwajibkan menciptakan suasana pelayanan yang terbaik berdasarkan critical thinking, dimana ia memimpin untuk menciptakan solusi-solusi yang inovatif terhadap problem dalam sistemperawatan yang ada ( Huber, 2010 ). Critical thinking bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta-fakta yang jelas dan akurat berdasarkan pemikiran yang logis sehingga menghasilkan keputusan yang menarik, tuntas, jelas dan reasonable. Tujuan universal critical thinking adalah terciptanya keputusan dan ketetapan yang baik ( Huber 2011 dan Yoder-Wise 2011).
3.
Manfaat critical thinking Critical thinking merupakan dasar bagi seseorang dalam upaya mengambil keputusan sebagai solusi terpilih dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Huber ( 2011 ) manfaat
critical thinking bagi
seseorang, adalah : a. Critical thinking memungkinkan seseorang memanfaatkan potensi dalam melihat masalah, memecahkan masalah, dan menyadari diri b. Upaya mengembangkan pengetahuan dan menguatkan argumen terhadap sesuatu permasalahan. c. Memampukan seseorang mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas sebagai upaya menelaah kasus atau masalah secara komprehensif. d. Sebagai cara seseorang mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi atau fakta-fakta dengan efektif e. Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan / fakta-fakta yang kuat dan logis. f. Membiasakan seseorang berpikiran terbuka dan komunikatif.
5
Critical thinking akan menghasilkan pemikiran yang jelas dan sistematik, akurat, relevan, dalam, luas dan logis ( Huber, 2010). Kebiasaan menggunakan critical thinking membentuk karakter tertentu dalam pribadi tersebut. Karakteristik seorang yang critical thinking menurut Marquiss (2009 ), adalah : 1. Open to new ideas 2. Intuitive 3. Analithical 4. Persistent 5. Assertive 6. Communicator 7. Flexible 8. Sympathetic 9. Caring 10. Observant 11. Resourcefull 12. Creative 13. Insightfull 14. Willing to take action 15. Outcome directed 16. Willing to change 17. Knowledge able 18. Risk taker Manfaat critical thinking dalam praktik keperawatan adalah membuat pertimbangan dan keputusan berdasarkan pada hasil pengkajian dan diagnosis terhadap masalah dan situasi yang dihadapi. Critical thinking akan menghasilkan pertimbangan klinik yang efektif dan profesional sehingga tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan outcome kesehatan ( Yoder-Wise, 2011).
6
Gbr. 2. Problem – Solving and Decision making. Menurut Huber ( 2010 ), critical thinking dalam keprawatan merupakan hal yang esensial, merupakan proses yang kompleks dimana data disintesis sehingga perawat dapat mengambil keputusan yang akurat. Personal dalam lingkup keperawatan yang menggunakan critical thinking akan menjadi confidence, contextual perspective, creativity, flexibility, acquisitiveness, intellectual integrity, intuition. Menurut Huber ( 2010 ), critical thinkers berbeda dengan traditional thinkers dimana seorang traditional thinkers berpikir berdasarkan pandangan norma/aturan dalam keperawatan sedangkan seorang critical thinkers berpikir menantang dan mempertanyakan norma yang ada. Oleh karena itu, critical thinking akan menyediakan lebih banyak pilihan sebagai alternative solusi dari setiap problem dalam keperawatan dan membuat orang berpikir kreatif ( creative thinkers ). Critical thinkers yang efektive adalah individu yang sadar akan dirinya yang mengembangkan rasionalisasi setiap alasan yang didapatkan melalui pertanyaan-pertanyaan “ Why”, “What” dan “How” ( Huber 2011 dan YoderWise, 2011).
7
4. Strategi critical thinking Kemampuan critical thinking bukan semata-mata bawaan lahir, namun bisa dipelajari melalui strategi-strategi critical thinking. Dengan strategistrategi tersebut seseorang bisa menerapkan kemampuan critical thinking dalam memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan dengan tepat. Menurut Robert Kennedy, 2012 dikatakan bahwa strategi sukses dalam berpikir kritis adalah : a. Secara sadar memunculkan pertanyaan b. Menyadari kesenjangan informasi c. Membedakan antara observasi & kesmipulan, fakta dan dugaan d. Mengenali kata-kata simbol untuk ide-ide, dan bukan ide sendiri e. Menggali asumsi
f. Menggambarkan kesimpulan yang sesuai dengan data g. Menunjukkan penalaran hipotesis-deduktif h. Membedakan antara alasan induktif dan deduktif i. Menguji alasan yang dipikirkan/ dimunculkan oleh diri sendiri j. Menyadari alasan/ pertimbangan yang dikemukannya sendiri Selain itu, Kennedy juga mengatakan ada strategi lain, yaitu : a. mengidentifikasi kunci b. definisi c. mengidentifikasi ketidakjelasan d. mengidentifikasi variabel e. merumuskan pertanyaan f. mendefinisikan masalah atau isu g. klasifikasi informasi h. sequencing informasi i.
mengenali pola
j.
menentukan kredibilitas
k. memisahkan fakta dari opini l.
mengidentifikasi asumsi 8
m. mengidentifikasi nilai-nilai n. memperhatikan bukti hilang o. mengidentifikasi hubungan p. membandingkan & mengkontraskan q. sebab dan akibat r. meringkas informasi s. menggunakan analogi
Kemampuan critical thinking dapat diterapkan di segala bidang baik manajemen, kesehatan, pendidikan, bisnis dan lain-lain. Dalam dunia pendidikan kemampuan critical thinking ini disampaikan oleh Benjamin Bloom, yang kemudian disebut sebagai taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom membagi cara belajar menjadi tiga domain, kognitif, affektif, dan psikomotor. Domain kognitif yang menekankan hasil intelektual. Domain ini dibagi lagi menjadi kategori atau tingkat. Kata-kata kunci yang digunakan dan jenis pertanyaan yang diajukan dapat membantu dalam pembentukan dan dorongan critical thinking, terutama di tingkat yang lebih tinggi. Tiga tingkat pertama (pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi) masuk dalam kategori kemampuan critical thinking tingkat rendah. Sementara tiga tingkat terakhir (analisis, sintesis, dan evaluasi) masuk ke dalam keterampilan critical thinking tingkat tinggi.
9
Gbr 3. Bloom’s taxonomy Keterampilan
critical
thinking
dicontohkan
dengan
mengajukan
pertanyaan tentang kemungkinan alternatif dalam rangka untuk mencapai beberapa tujuan. Bertanya dan menjawab pertanyaan adalah keterampilan dialog. Kemungkinan alternatif ditunjukkan oleh model mental. Suatu proses bertanya model mental diterapkan karena kehandalan untuk mencapai tujuan peserta dalam waktu yang tersedia
Gbr. 4. A model of critical thinking with three embedded layers: mental models, critical dialogue, and control based on reliability. 10
Critical thinking melibatkan penggunaan kelompok keterampilan saling berhubungan untuk menganalisis, mengintegrasikan, dan mengevaluasi apa yang dibaca dan didengar. Untuk menjadi pemikir yang kritis, harus dapat memutuskan apakah pendapat seseorang itu benar atau salah, apakah sudah mewakili berbagai ide dan apakah solusi tertentu yang diambil adalah efektif. Seorang pemimpin dapat mengambil keputusan yang terbaik, dengan menggunakan langkah-langkah critical thinking sebagai berikut (Guffey, 1998): a.
Mengidentifikasi dan memperjelas masalah. Tugas pertama adalah mengakui bahwa ada masalah. Beberapa masalah besar dan jelas. Langkah pertama dalam mencapai sebuah solusi menunjukkan dengan tepat area masalah.
b.
Mengumpulkan informasi. Pelajari lebih lanjut tentang situasi masalah. Carilah penyebab dan solusi. Langkah ini mungkin berarti memeriksa file, brainstorming dengan sesama pekerja.
c.
Mengevaluasi bukti. Darimana informasi itu berasal ? Apakah itu mewakili berbagai sudut pandang ? Bias apa yang bisa diharapkan dari masing-masing sumber ? Seberapa akurat informasi yang dikumpulkan ? Apakah fakta atau opini ?
d.
Pertimbangkan alternatif dan implikasi. Menarik kesimpulan dari bukti yang dikumpulkan dan menentukan solusi. Kemudian, menimbang keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif. Berapa biaya, manfaat, dan konsekuensi ? Apa hambatan, dan bagaimana mereka bisa ditangani ? Yang paling penting, apa solusi terbaik melayani tujuan Anda dan orang-orang dari organisasi Anda ? Di sinilah kreativitas pemimpin sangat penting
e.
Memilih dan menerapkan alternatif terbaik. Pilih satu alternatif dan memasukkannya ke dalam tindakan. Kemudian,
menindak
lanjuti
keputusan
pelaksanaan rencana yang sudah disusun. 11
dengan
memantau
hasil
Huber, 2010 menyampaikan bahwa critical thinking memerlukan monitoring pemikiran yang sistematis untuk clarity ( mampu mengelaborasi masalah, mampu dengan cepat menemukan jalan keluarnya, mampu memberikan ilustrasi, mampu memberikan contoh ), accuracy ( apakah hal tersebut benar ? bagaimana dapat melakukan /cek bahwa itu akurat ? bagaimana menentukan itu benar ), relevance ( bagaimana menghubungkan ide dengan pertanyaan yang timbul ?, bagaimana menghubungkan dengan issu ?, bagaimana relasinya satu ide dengan ide lainnya ), depth (bagaimana menghitung berapa jumlah problem yang muncul dalam pertanyaan, bagaimana menguraikan faktor-faktor yang bermakna ), breadth ( bagaimana pandangan terhadap hasil pengamatan dari jawaban terhadap suatu pertanyaan/masalah? )
dan logic ( berpikir logis, membuat pengertian,
menemukan fakta/bukti/petunjuk ). Sedangkan aspek yang ditanyakan dalam proses critical thinking adalah : a.
Akhir dan tujuan
b.
Kata-kata pertanyaan
c.
Sumber informasi dan fakta
d.
Metode dan kualitas informasi
e.
Penilaian dan model pertimbangan yang digunakan
f.
Konsep yang digunakan dalam beralasan
g.
Asumsi
h.
Implikasi yang diikuti
i.
Sudut pandang atau kerangka acuan
Beberapa pertanyaan dalam critical thinking, adalah : a.
Mengapa ?
b.
Apa masalah yang paling mendasar ?
c.
Apa yang bisa saya simpulkan dari data ini ?
d.
Apakah sumber data dapat dipercaya ?
e.
Bagaimana saya dapat memeriksa keakuratannya ?
f.
Apakah terdapat dua hal yang konsisten ?
12
5.
Critical thinking dalam keperawatan Critical thinking adalah sebuah keterampilan yang dapat digunakan untuk menganalisis, mengkonseptualisasikan peristiwa. Critical thinking memiliki pengaruh kuat pada pengambilan keputusan dan pemecahan masalah ketika perawat manajer dihadapkan dengan setiap hari masalah. Keterampilan yang mencerminkan critical thinking meliputi analisis, evaluasi, kesimpulan, dan pertimbangan deduktif dan induktif. Ketrampilan
tersebut
digunakan
dalam
memecahkan
setiap
permasalahan yang dihadapi. Kemampuan critical thinking ini tidak dapat dipisahkan dengan pertimbangan professional (profesional judgment), pengambilan keputusan (decision making), pemecahan masalah (problem solving) dan kreatifitas (creativity). Critical thinking disini terjalin dan berhubungan dengan yang lainnya. Seseorang yang menerapkan ketrampilan critical thinking, terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan di lingkungan tersebut. Seorang perawat pemimpin atau manager dituntut untuk dapat menghadapi permasalahan keperawatan yang terjadi, dan memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan ketrampilan critical thinking. Kemampuan critical thinking tidak dapat dipisahkan dengan proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Ketiga hal tersebut berbeda namun saling berhubungan. Kemampuan critical thinking merupakan landasan dalam membuat pemecahan masalah dan mengambil keputusan. Hal ini dapat diilustrasikan pada gambar sebagai berikut : Critical Thinking
Problem Solving
Decision Making
Gbr. 5. Differences and interaction among critical thinking, problem solving and decision making 13
Perawat dalam praktek secara terus menerus membuat keputusan berdasarkan pengkajian dan diagnose pasien dan permasalahan praktis atau situasi. Pertimbangan klinik adalah ketrampilan yang kompleks dalam proses critical thinking. Pertimbangan klinik dalam tindakan keperawatan secara langsung untuk mencapai derajat kesehatan pasien secara optimal (Pesut & Herman, 1999 dalam Huber, 2010). Pendekatan yang digunakan perawat dalam menyelesaikan permasalahan pasien adalah menggunakan proses keperawatan. proses keperawatan ini diawali dengan pengkajian (penggalian data), merumuskan permasalahan berdasarkan data yang didapat saat pengkajian, menentukan rencana tindakan untuk mengatasi permasalahan dan mencapai tujuan, melaksanakan rencana yang sudah disusun dan melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. Setelah itu dilakukan pengkajian kembali, diagnose, rencana keperawatan, tindakan, dan evaluasi. Tahap ini dilakukan terus-menerus sampai permasalahan pasien teratasi.
Gbr. 5. Proses keperawatan sebagai pendekatan critical thinking dalam keperawatan
14
15
BAB III PEMBAHASAN A. Analisa Implikasi critical thinking dalam keperawatan Keperawatan merupakan profesi yang berperan memberikan asuhan pada klien yang mempunyai masalah kesehatan baik actual, resiko dan potensial. Oleh karena itu, keperawatan selalu berhadapan pada masalah ( problem ) yang harus segera dipecahkan atau di carikan jalan keluar agar terjadi peningkatan kualitas hidup pada klien yang di asuhnya. Kemampuan problem solving dan decition making merupakan hal yang esensi dalam praktik keperawatan yang efektif. Keputusan yang baik dikembangkan melalui critical tinking. Critical thinking merupakan dasar dalam problem solving dan decision making.
Gbr.6. Problem Solving and Decision Making Model Suatu metode ilmiah yang disebut proses keperawatan merupakan strategi profesi perawat untuk critical thinking ( critical thinking ). Melalui proses keperawatan, perawat mengambil keputusan berdasarkan pengkajian dan diagnose pada kebutuhan klien serta situasi dan masalah yang klien hadapi, kemudian membuat analisa data atau fakta terkait dan menemukan beberapa alternative tindakan untuk membantu klien. Dari beberapa alternative tersebut 16
perawat memilih tindakan yang paling efektif mengatasi masalah klien. Tindakan yang dipilih tersebut merupakan keputusan perawat yang telah didasarkan pada kajian yang dalam dan akurat. Hal tersebut merupakan aplikasi critical thinking dalam problem solving dan decision making dalam praktik keperawatan. Secara tidak disadarai sebenarnya perawat selalu menggunakan kemampuan critical tinking dalam praktik. Menurut penelitian Asprisunadi ( 2011 ) yang berjudul Hubungan antara critical thinking perawat dengan kualitas asuhan keperawatan dihasilkan bahwa critical thinking memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan dan penilaian klinis yang akan menjadi penentu pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Kebutuhan untuk critical thinking dalam keperawatan telah ditekankan dalam lingkup keperawatan yang berubah dengan cepat. Perawat yang critical thinking berpeluang 6 kali menunjukkan kualitas asuhan keperawatan yang lebih baik. Oleh karena itu, di dalam memberikan asuhan keperawatan perawat dituntut untuk critical thinking agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih efektif dan komprehensip. Hal ini di dukung dari hasil penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara critical thinking perawat dengan kualitas asuhan keperawatan (p=0,017; α 0,05). Hal serupa juga disampaikan oleh Yildirim Belgin, Ozkahraman Şukran (2011) penelitian yang berjudul Critical Thinking in Nursing Process and Education, bahwa critical thinking merupakan proses mencari, memperoleh menganalisis
dan
mengevaluasi
informasi
sebagai
pedoman
untuk
mengembangkan pemikiran seseorang dengan kesadaran diri dan kemampuan untuk menggunakan informasi tersebut dengan menambah kreativitas dalam proses keperawatan. Proses keperawatan adalah model ilmiah pemecahan masalah menggunakan langkah-langkah penilaian, diagnosis keperawatan atau identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk merencanakan perawatan pasien. Proses keperawatan digunakan sebagai pemecahan masalah dalam rencana keperawatan sebagai dasar untuk praktek profesionalisme dalam praktek keperawatan sahari-hari. Proses keperawatan 17
dapat menggambarkan rencana perawatan yang dapat membantu perawat critical thinking di dalam pengambilan keputusan. Critical thinking meliputi berpikir kreatif, keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu, dan tidak dibatasi oleh standar dan tujuan yang telah ditetapkan. Critical thinking tidak termasuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap, dan merupakan komponen penting dari pendekatan pemecahan masalah dan proses keperawatan, tetapi untuk menjangkau pemikiran tingkat tinggi dan bukan merupakan istilah yang identik dengan "proses keperawatan." Critical thinking bukanlah cara tunggal untuk berpikir, tapi kompleks, multidimensional proses kognitif tergantung pada pemikiran reflektif dan toleransi untuk ambiguitas penting untuk membuat keputusan dalam praktek keperawatan. Beberapa masalah yang terjadi dalam praktik keperawatan, bahwa kemampuan critical thinking terkadang tidak menjadi habit yang selalu dikembangkan sehingga hanya dirasakan sebagai rutinitas. Akibatnya, kemampuan critical thinking menjadi stagnasi dan kurang akurat serta kurang reasonable. Hal ini berefek pada ketidakakuratan dalam pengambilan keputusan dalam merawat klien sehingga outcome perawatan tidak tercapai secara maksimal bahkan bias menimbulkan masalah baru. Ini terjadi karena rutinitas dan kurang dikembangkannya kemampuan critical thinking dalam problem soving dan decision making. Laura J. Fero 2008 ) dalam penelitian yang berjudul “Critical thinking ability of new graduate and experienced nurses” ingin mengetahui aplikasi critical thinking dalam pengkajian pada perawat dengan berbagai tingkat. Hasilnya tampak bahwa ketersediaan data klinis yang esensi (65·4%), menyediakan data yang relevan dan rasional untuk pengambilan keputusan (62·6%). Selain itu tampak bahwa ada perbedaan yang significant kemampuan critical thinking antara perawat yang baru lulus dengan perawat yang sudah advance ( p = 0.046). Hal ini menunjukkan bahwa critical thinking. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membangun kembali critical thinking pada perawat dalam praktik klinik. Upaaya yang nyata dikembangkan adalah peningkatan jenjang pendidikan formal perawat. Jonathan ( 2010 ). 18
Dalam penelitiannya yang berjudul “Critical thinking as an outcome of a Master’s degree in Nursing programme” mengatakan bahwa program master dalam keperawatan meningkatkan kemampuan critical thinking. Selain pendidikan formal, sekarang ini digalakkan adanya pelatihan-pelatihan sesuai rumpun keahlian yang dikembangkan oleh PPNI melalui kolegium keperawatan. Upaya lain adalah adanya kebijakan registrasi tenaga kesehatan yang diatur dalam
PERMENKES nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 yang
mengevaluasi kompetensi perawat melalui uji kompetensi untuk mendapatkan registrasi.
Hal
ini
merupakan
pemicu
bagi
perawat
untuk
mau
mengembangkan critical thinking dalam melaksanakan perannya. Strategi akreditasi juga menjadi pemicu dalam pengembangan perawat untuk berpikir secara kritis terhadap bidang pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya. Critical thinking, problem solving dan decision making merupakan kemampuan yang penting pada pemimpin dan menejer keperawatan ( Huber, 2010 ). Pemimpin dan menejer keperawatan harus mampu menganalisa uraian data atau fakta-fakta untuk menyelesaikan berbagai bentuk masalah yang berkaitan dengan pasien dan organisasinya. kemampuan critical thinking menjadi bagian yang penting yang harus dikuasai dan menjadi kebiasaan untuk menghasilkan keputusan dan ketetapan yang baik, akurat, dan mencapai tujuan dalam organisasi tersebut atau tujuan pelayanan pada segenap kliennya. Pemimpin dan menejer keperawatan tidak hanya menerapkan critical thinking tetapi juga harus mampu memotivasi dan mengembangkan staf dalam organisasinya untuk mengembangkan kemampuan critical thinking. Beberapa penelitian mengemukakan bahra peran pemimpin dan menejer keperawatan sangat penting untuk memberikan dorongan pada stafnya dan semua unsure dalam organisasinya untuk mengembangkan critical thinking. Marchigiano G., Eduljee N. & Harvey K. (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Developing critical thinking skills from clinical assignments: a pilot study on nursing students’ self-reported perceptions” mengemukanan 19
bahwa pemimpin dan menejer keperawatan berperan utama dalam memberikan support terhadap perawat dan mahasiswa yang belajar di ruang perawatannya untuk menggunakan teknik analisa journal dalam praktik keperawatannya. Permasalahannya masih sering ditemukan adanya keputusan yang kurang tepat dalam menyelesaikan permasalahan oleh menejer dan pimpinan. Keputusan yang salah sering terjadi ketika pemimpin dan menejer tidak melakukan proses menganalisa setiap informasi, fakta-fakta atau anggapananggapan dan pernyataan-pernyataan yang ditawarkan sebagai sesuatu yang benar. Pemimpin dan menejer tidak merefleksikan dan melakukan pengujian berdasarkan
evidence
dan
alasan
yang
ilmiah.
Akibatnya
timbul
ketidaknyamanan bahkan konfkik antara pimpinan dan menejer dengan staf. Hal ini sering terjadi pada kepemimpinan yang tradisional dimana pemimpin dan menejer sangat menepati norma-norma tanpa mengembangkan pemikiran yang kritis terhadap norma yang berlaku apakah masih sesuai dan relevan ( kepemimpinan statusquo). Sebagai upaya meminimalisasi kondisi di atas adalah bahwa seorang pimpinan dan menejer harus mempunyai keseimbangan EQ dan IQ dalam melakukan perannya. Karena kemampuan tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan. Hal ini penting karena critical thinking merupakan kemampuan mental dan kemampuan kognitif. Relasi yang baik antara kedua kemampuan tersebut akan menimbulkan hasil inquiri yang baik sehingga mendukung pengambilan keputusan yang baik pula. Upaya lain yang sedang digalakkan adalah aplikasi evidence base praktic dalam praktik keperawatan dan menejemen keperawatan. Evidence base menyediakan alas an ilmiah yang sudah diuji kebenarannya sehingga dapat menjadi aacuan dalam bertindak bagi pimpinan dan menejer serta praktisi keperawatan.
20
B. Kekuatan dan kelemahan aplikasi critical thinking dalam keperawatan Kekuatan yang dimiliki perawat dalam mengaplikasikan critical thinking, diantaranya : 1. Kurikulum
pendidikan perawat yang
menekankan kemampuan
critical thinking dalam pemecahan pasalah klien. 2. Tersedianya metode proses keperawatan yang merupakan strategi critical thinking dalam memberikan asuhan keperawatan. 3. Keunikan kasus klien yang dihadapi dalam setiap waktu merupakan pemicu perawat untuk selalu belajar dan critical thinking. 4. Selalu bekerja dalam tim work, hal ini memberikan peluang bagi perawat untuk selalu mengembangkan critical thinking dalam bersikap terhadap permsalahan tim tersebut dan dalam pelayanan pada klien. Kelemahan yang dihadapi dalam aplikasi critical thinking, diantaranya : 1.
Rutinitas kerja, hal ini membuat perawat terkadang kurang kreatif dan enggan belajar.
2.
Beban kerja yang dirasakan berat, sehingga menjadi alasan klasik bahwa perawat tidak punya waktu untuk mengkaji lebih dalam atau belajar dari setiap kasus klien yang dihadapinya.
3.
Beragamnya jenjang pendidikan, hal ini mempengaruhi keberagaman dalam mengaplikasikan critical thinking pada sebuah kasus. Karena pendidikan sangat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap suatu permasalahan yang dihadapi.
21
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Critical thinking merupakan bagian penting yang mendasari problem solving dan decision making.
Critical thinking merupakan proses
menganalisa setiap informasi, fakta-fakta atau pernyataan-pernyataan dan anggapan-anggapan yang ditawarkan sebagai suatu kebenaran. Critical thinking melibatkan proses refleksi, pengujian berdasarkan evidence dan menghadirkan pendapat lain tenang fakta yang dibutuhkan. Tujuan universal critical thinking adalah terciptanya keputusan dan ketetapan yang baik Component
critical thinking meliputi insight, intuition, empathy dan
willingness to take action. Sehingga seorang critical tinkers akan mempunyai karakteristik Open to new ideas,intuitive, Analithical, Persistent, Assertive, Communicator, Flexible, sympathetic, Caring, Observant, Resourcefull, Creative, Insightfull, Willing to take action, Outcome directed, Willing to change, Knowledge able, Risk taker. Critical thinkers yang efektive adalah individu yang sadar akan dirinya yang mengembangkan rasionalisasi setiap alasan yang didapatkan melalui pertanyaan-pertanyaan “ Why”, “What” dan “How” ( Huber 2011 dan Yoder-Wise, 2011). Critical thinking dilakukan dengan mengidentifikasi dan memperjelas masalah, mengumpulkan informasi, mengevaluasi bukti, pertimbangkan alternatif dan implikasi, memilih dan menerapkan alternatif terbaik. Critical thinking dalam keperawatan termaknai dalam metode proses keperawatan. Belajar setiap saat dari klien dan belajar melalui evidence based practice menjadi strategi dalam upaya mengembangakan kemampuan critical thinking bagi perawat, pimpinan dan menejek keperawatan.
22
B. Saran Perawat hasrus selalu mengembangkan kemampuan critical thinking dalam memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan untuk mendapatkan outcome pelayanan yang baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asprisunadi (2011). Hubungan Antara bepikir kritis perawat dengan Kualitas Asuhan Keperawatan. Jakarta: FKUI David, et all. (2013). Do Scores on Three Commonly Used Measures of Critical Thinking Correlate With Academic Success of Health Professions Trainees? A Systematic Review and Meta-analysis. Association of American Medical Colleges. Diakses 17 April 2013. http://journals.lww.com/academicmedicine/Abstract/publishahead/Do_Scor es_on_Three_Commonly_Used_Measures_of.99429.aspx Drenan, J. (2010). Critical thinking as an outcome of a Master’s degree in Nursing programme. Journal of Advanced Nursing Volume 66, Issue 2, pages 422– 431, February 2010. diaskes 16 April 2013. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.13652648.2009.05170.x/abstract? deniedAccessCustomisedMessage=&userIsAuthenticated=false Guffey, Mary Ellen. (1998). Five Steps to Better Critical-Thinking, ProblemSolving, and Decision-Making Skills. South-Western College Publishing. Diakses 18 April 2013. http://www.asa3.org/ASA/education/think/psguffey.htm. Huber. (2010). Leadership and Nursing care management fourth edition. Maryland heights, Missouri. USA Huber. (2000). Leadership and nursing care management second edition. WB Sounders Company. USA Kenedy Robert A. (2012). Successful CriticalThinking Strategies. Founders College York University, Toronto. diakses 18 April 2013http://www.yorku.ca/yulearn/universityskills/Presentation_CriticalThin king2.pdf Laura, et all. (2008). Critical thinking ability of new graduate and experienced nurses. Journal of Advanced Nursing Volume 65, Issue 1, pages 139–148, January 2009. Diakses 17 April 2013. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.13652648.2008.04834.x/abstract? deniedAccessCustomisedMessage=&userIsAuthenticated=false Laura, et all. (2010). Critical thinking skills in nursing students: comparison of simulation-based performance with metrics. Journal of Advanced Nursing 24
Volume 66, Issue 10, pages 2182–2193, October 2010 . diakses 17 April 2013. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.13652648.2010.05385.x/abstract? deniedAccessCustomisedMessage=&userIsAuthenticated=false Marchigiano, et all. (2010). Developing critical thinking skills from clinical assignments: a pilot study on nursing students’ self-reported perceptions. Journal of Nursing Management Volume 19, Issue 1, pages 143–152, January 2011. Diakses 17 April 2013. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.13652834.2010.01191.x/abstract? deniedAccessCustomisedMessage=&userIsAuthenticated=false Marvin S. Cohen. (2000). A three-part theory of critical thinking: dialogue, mental models, and reliability diakses 18 April 2013. http://www.au.af.mil/au/awc/awcgate/army/critical/three-part.pdf Paul, et all. (1990). Critical Thinking Skills. North Central Regional Educational Laboratory. diakses 17 April 2013. http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/envrnmnt/drugfree/sa3crit.htm Scriven Michael & Paul Richard. (2011). Defining Critical Thinking. The Critical Thinking Community. diakses 17 April 2013. http://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766 Susan Zori& Barbara Morrison . (2002). Critical thinking in Nurses managers. American Hospital Association. Diaskes 17 April 2013. https://nursingeconomics.net/ce/2011/article27075098.pdf Walker Stacy E. (2003). Active Learning Strategies to Promote Critical Thinking. Journal of Athletic Training. diakses 18 April 2013http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC233182/ Wangensteen, et all. (2011). Research utilisation and critical thinking among newly graduated nurses: predictors for research use. A quantitative crosssectional study. Journal of Clinical Nursing Volume 20, Issue 17-18, pages 2436–2447, September 2011 . diakses 16 April 2013. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.13652702.2010.03629.x/abstract Yildirim Belgin, Ozkahraman Şukran (2011). Critical Thinking in Nursing Process and Education. International Journal of Humanities and Social Science vol 1 No 13.
25
Yildirim, B &Ozkahraman. (2011). Critical Thinking Theory and Nursing Education. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 17 [Special Issue – November 2011. diakses 17 April 2013. http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_1_No_17_Special_Issue_November_ 2011/19.pdf Yoder-Wise. (2011). Leading and managing in nursing. Elsevier Mosby. USA
26
CRITICAL THINKING Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
DISUSUN : SUKRI
NIM 2012 – 01 – 021
TH. TATIK PUJIASTUTI
NIM 2012 – 01 – 022
THERESIA TITIN MARLINA
NIM 2012 – 01 – 023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint CAROLUS PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN 2012 / 2013
27
Daftar Isi Halaman Judul ...............................................................................................
i
Kata Pengantar ..............................................................................................
ii
Daftar Isi .......................................................................................................
iii
BAB I. Pendahuluan A.
Latar Belakang
1
………………………………………………………..
2
B.
Tujuan
2
………………………………………………………………... C.
Manfaat
3 3
……………………………………………………………….
5
BAB II. Konsep Teori Critical Thinking …………………………………..
5
A. Pengertian……………… …………………………………………….
8
B. Tujuan …………….. ………………………………………………..
13
C. Manfaat ……………………………………………………………… D. Staregi ………………………………………………………………..
16
E. Critical thinking dalam keperawatan ……………………………….. BAB III. Pembahasan
21
A.
Analisa Implikasi Critical thinking dalam keperawatan ................
B.
Kekuatan dan Kelemahan aplikasi Critical thinking dalam keperawatan ....................................................................................
BAB V. Penutup A.
Kesimpulan ........................................................................................ ..
B.
Saran ................................................................................................... .
Daftar Pustaka
28
22 23
Iii KATA PENGANTAR Puji Tuhan atas rahmat dan kasihNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan ini dengan baik. Pada makalah ini dibahas mengenai critical thinking. Harapan kami, dengan analisis ini dapat menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga kualitas asuhan menjadi lebih baik dan berkualitas. Banyak kekurangan dalam melakukan analisis ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Penulis
29
ii
30
31
View more...
Comments