Critical Perspective of Accounting

July 18, 2018 | Author: Rezha Setyo | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Critical Perspective of Accounting...

Description

1

1. Apa yang saudara ketahui dengan earnings management, sifat earnings management yang natural dan artificial? - Scott (2003:369)mendefinisikan earning management sebagai ”the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective” yang objective”  yang kurang lebih meiliki arti : pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Menurut Sugiri (1998) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001), definisi earning management dibagi dalam dua definisi, yaitu: a. Definisi sempit Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.  b. Definisi luas Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan (2000:19): menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan  bahwa ”praktek earning management dipengaruhi dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak  berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat tingkat kemakmuran yang dikehendakinya”. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing masing -masing individu semata-mata termotivasi semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, memperoleh investasi, pinjaman,  pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik). Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh  principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut  berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning management (Widyaningdyah, 2001). Menurut Healy dan Wahlen yang dikutip oleh Riduwan (2001)menyatakan bahwa earning management terjadi ketika para manajer

2

-

menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan  penyusunan transaksi untuk mengubah mengubah laporan keuangan baik untuk untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis  perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung  pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Menurut Eckel (1981) terdapat dua jenis perataan laba yaitu naturally smooth dan intentionally smooth. Intentionally smooth terbagi atas artificial smoothing dan real smoothing. Aliran perataan laba yang alami (naturally smooth) secara sederhana menyatakan bahwa sifat dari proses menghasilkan laba itu sendiri yang menimbulkan aliran laba yang rata sedangkan artificial smooth dan real smooth merupakan aliran perataan yang dibuat oleh manajemen. Sifat artificial eranings management menurut Scott (2009) terdapat pada definisi manajemen laba itu sendiri bahwa pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Scott juga mengatakan bahwa kita dapat memikirkan manajemen laba sebagai sikap oportunitis manajer untuk memaksimalkan kepuasannya ketika berhadapan dengan kompensasi dan perjanjian utang. Dalam hal kompensasi, perusahaan akan mengantisipasi kesempatan manajer untuk melakukan manajemen laba. Pemberi  pinjaman akan melakukan hal yang sama s ama dalam menentukan tingkat t ingkat bunga yang mereka minta. Manajemen laba memberikan fleksibilitas kepada manajer untuk melindungi mereka sendiri dan perusahaan dalam berhadapan dengan realisasi keadaan yan tidak dapat diantisipasi terhadap kontrak tersebut.

2. Sebutkan sisi baik dan buruknya earnings management, management, dan jelaskan perbedaan earnings management dengan kecurangan akuntansi (fraud). Fenomena earnings management seperti dua sisi mata uang. Pada satu sisi terang, earnings management adalah produk yang „legitimate‟, sedangkan disisi lain (sisi gelap), earnings management dianggap sebagai produk dari suatu tindakan yang „immoral‟ dan „unethical‟. Earning management oleh sebagian kalangan dianggap sebagai „proffesional  judgement‟ atas laporan keuangan, tetapi dapat menyesatkan (mislead) pihak stakeholder dalam melakukan interpretasi terhadap performa ekonomi (economic  perfomance) suatu perusahaan. -

Sisi baik dan buruknya earnings management o Sisi Baik Manajemen Laba Salah satu alasan mengapa manajemen laba terus eksis adalah  bahwa ada sisi baik dari manajemen laba. Sisi baik dari manajemen lba  bisa dilihat dari perspektif kontrak dan pelaporan keuangan. Dari  perspektif kontrak, tingkat manajemen laba bisa dianggap baik apabila terkait dengan kontrak yang efisien vs bentuk oportunistik dari PAT. Dalam kontrak yang efisien, maka diinginkan untuk memberi manajer kemampuan untuk mengelola laba dalam menghadapi kontrak yang rigid dan tidak lengkap. Sehingga interpretasi terhadap manajemen laba harus hati-hati untuk bonus, perjanjian hutang dan alasan politik sebagai hal yang buruk. Seperti interpretasi yang mungkin hanya akan valid apabila manajer terlalu jauh dan oportunistk terhadap kontrak yang ada, sehingga  bisa diekspektasikan manajemen laba akan eksis untuk alasan kontrak yang efisien. Manajemen laba bisa juga menjadi alat untuk menyampaikan

3

o

-

informasi internal ke pasar, mengokohkan harga saham untuk dengan lebih  baik merefleksikan prospek masa depan perusahaan. Sisi Buruk Manajemen Laba Selain teori dan bukti tentang penggunaan manajemen laba yang efisien, terdapat juga bukti bahwa manajemen laba adalah buruk. Dalam  perspektif kontrak, hal ini dapat dihasilkan dari perilaku manajer yang oportunistik. Kecenderungan manajer untuk menggunakan manajemen laba untuk maksimisasi bonus. Dechow, Sloan dan Sweeney (1996) juga menguji praktek manajemen laba, hasil investigasi mereka mengungkap sejumlah motif manajemen laba. Salah satunya adalah kedekatan terhadap  batasan perjanjian hutang. Perusahaan yang melakukan manajemen laba memiliki rata-rata leverage yang lebih besar dan secara signifikan memiliki lebih banyak pelanggaran kontrak hutang daripada sampel kontrol. Dye (1988) memodelkan manajemen laba dari perspektif pasar modal. Dia mempertimbangkan dua generasi pemegang saham, sekarang dan masa depan. Pemegang saham sekarang bisa menjual saham mereka  pada generasi mendatang di masa depan. Berdsarkan informasi internal, dan berdasarkan bahwa menguraikan manajemen laba perusahaan adalah hal yang ”prohibitively costly” untuk pemegang saham masa depan, Dye menunjukkan bahwa manajer bertindak sebagai pemeegang saham sekaran yang memiliki kemampuan dan insentif untuk mengelola laba serhingga maksimisasi harga jual dapat diterima oleh pemegang saham sekarang.

Perbedaan earnings management dengan kecurangan akuntansi (fraud) o Fraud atau kecurangan dalam akuntansi merupakan penyimpangan dari Prosedur Akuntansi yang benar. Jika Prosedur Pr osedur akuntansi diterapkan dengan benar maka informasi akuntansi yang dihasilkan akan sangat  berguna bagi pihak-pihak yang yang membutuhkan. Informasi akuntansi yang yang dihasilkan dari proses akuntansi dari suatu entiti sangatlah penting, dimana informasi ini menjadi pertimbangan terhadap program atau kebijakan entiti tersebut untuk mencapai tujuannya. Selain itu informasi akuntansi yang benar juga dapat berfungsi untuk mengetahui gambaran keuangan atau keadaan suatu entiti atau  perusahaan. o Sedangkan menurut Sugiri (1998) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001), yaitu: Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti khusus ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan  peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis ekonomis jangka panjang unit tersebut. Menurut Healy dan Wahlen, earnings management terjadi ketika  para manajer menggunakan keputusannya keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder

4

tentang kinerja ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. 3. Dalam EMH seharusnya tidak ada reaksi pasar atas perubahan prosedur akuntansi, tetapi mengapa manajer masih melakukan manajemen laba. Manajemen laba muncul dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena manajer atau para pembuat laporan mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukannya. Manajemen laba merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Namun dalam kenyataannya, penggunaan dasar akrual membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Karena itulah, walaupun dalam EMH manajer tetap melakukan praktik manajemen laba. Motivasi untuk melakukan earnings management biasanya timbul akibat “pressure” baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Pressure dari dalam  perusahaan biasanya berhubungan dengan perfoma keuangan yang tidak mencapai target yang telah ditentukan. Motivasi ini semakin kencang bila performa keuangan  berhubungan dengan “reward” berupa insentive keuangan, seperti bonus atau untuk mendapatkan kompensasi yang maksimal. Sedangkan motivasi dari luar, biasanya justru datang dari pihak top manajemen yang ingin menunjukkan bahwa berkat kepemimpinan mereka performa keuangan perusahaan telah menjadi lebih baik. Terutama bila perusahaan ini adalah  perusahaan go publik, maka pihak top manajemen ingin menunjukkan kepada para  pemegang saham bahwa kepemimpinan mereka dapat d apat diandalkan. Kecenderungannya akan lebih kuat, bila data aktual hanya berada dibawah sedikit dari target yang diinginkan. Maka earnings management berfungsi untuk “menyempurnakannya” menjadi laporan keuangan yang lebih baik. Dalam kaitannya dengan pasar modal, earnings management juga dilakukan oleh pihak manajemen bila terdapat “gap” antara perfoma perusahaan dengan ekspektasi dari para analisis pasar modal. Manajemen biasanya secara agresif akan membuat laporan keuangan sesuai dengan “forecast” dari pihak analis pasar modal. Motivasi lain adalah untuk membuat laporan keuangan lebih atraktif dan menarik dalam upaya mengajukan aplikasi pinjaman (loan aplication) atau melaksanakan IPO (Initial Public Offering). Bahkan dalam melakukan pengajuan aplikasi pinjaman, terdapat indikasi  bahwa earnings management dilakukan justru untuk membuat laporan keuangan menjadi “sangat menyedihkan”, dengan tujuan untuk mendapatkan belas kasihan suntikan dana dari pihak bank. 4. Pengungkapan informasi akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam pengungkapan wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Jelaskan menurut pendapat saudara! Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), pengungkapan wajib merupakan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan melebihi yang diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen  perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relavan untuk pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunanya.

5

-

Pengungkapan Wajib Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan emiten dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclousure) dan  pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal suatu negara. Setiap emiten atau perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek wajib menyampaikan laporan tahunan secara  berkala dan informasi material lainnya kepada Bapepam dan publik. Ketentuan mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan nomor X.K.6. Laporan tahunan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profit perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola  perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit. Ikhtisar data keuangan penting meliputi sekurang-kurangnya: a. penjualan / pendapatan usaha; l. jumlah investasi;  b. laba (rugi) kotor m jumlah kewajiban; c. laba (rugi) usaha; n. jumlah ekuitas; d. laba (rugi) bersih; o. rasio laba (rugi) terhadap  jumlah aktiva; e. jumlah saham yang beredar p. rasio laba (rugi) terhadap ekuitas; f. laba (rugi) bersih per saham; q. rasio lancar; g. proforma penjualan / pend apatan r. rasio kewajiban terhadap usaha (jika ada) ekuitas; h. proforma laba (rugi) bersih (jika s. rasio kewajiban terhadap jumlah ada) aktiva; i. proforma laba (rugi) bersih per t. rasio kredit yang diberikan saham (jika ada) terhadap jumlah simpanan (khusus untuk perbankan);  j. modal kerja bersih u. rasio kecukupan modal (khusus untuk perbankan); dan k. jumlah aktiva v. informasi keuangan  perbandingan lainnya yang relevan dengan perusahaan.

-

Pengungkapan Sukarela Pengungkapan sukarela yaitu penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan informasi yang melebihi persyaratan minimum dari peraturan pasar modal yang berlaku. Perusahaan memiliki keleluasaan dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Healy, Palepu, 1993 dalam Sotomo, 2004). Dalam konteks pengungkapan sukarela manajemen perusahaan bebas memilih untuk memberikan informasi akuntansi lainnya yang dianggap relevan dalam

6

mendukung pengambilan keputusan oleh pemakai laporan tahunan (Meek, Gary K, Clare B. Robert dan Sidney J. Gray, 1995 dalam Sutomo, 2004). Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biayanya. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah (Elliot, Robert K. dan Jacobson, Peter D, 1994 dalam Sutomo, 1994). Pengungkapan informasi oleh perusahaan diharapkan akan membantu investor dan kreditor memahami risiko investasi. Biaya pengungkapan informasi oleh perusahaan dapat digolongkan ke dalam biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya pengungkapan langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengembangkan dan menyajikan informasi. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pengumpulan, biaya  pemrosesan, biaya pengauditan dan biaya penyebaran informasi. Biaya  pengungkapan tidak langsung adalah biaya-biaya yang timbul akibat diungkapkannya atau tidak diungkapkannya informsi. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya litigasi dan proprietary cost (biaya competitive disadvantage dan  biaya politik). Biaya litigasi timbul karena pengungkapan informasi yang tidak mencukupi atau pengungkapan informasi yang menyesatkan. Biaya politik terjadi  bila praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi oleh pemerintah. Kerugian persaingan dari pengungkapan informasi terjadi bila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan pesaing untuk memperkuat daya saing mereka. Manajer menyediakan item-item pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan karena mereka mempersepsikan bahwa item-item tersebut  penting untuk diungkap. Ada beberapa kelompok user yang masing-masing memiliki persepsi berkenaan dengan item-item pengungkapan sukarela. Satu kelompok user mungkin mempersepsikan item A lebih penting daripada item B. Sebaliknya mungkin kelompok user lain mempersepsikan item B lebih penting daripada item A. Perbedaan persepsi ini di antara group users mungkin disebabkan oleh perbedaan kebutuhan informasi untuk memenuhi tujuan spesifik mereka. Situasi ini memunculkan penelitian yang bertujuan: mengidentifikasi item-item pengungkapan sukarela yang biasanya disajikan dalam laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di bursa efek. menentukan item-item pengungkapan sukarela yang penting dari persepsi users dan prepares (penyedia laporan keuangan). menentukan tingkat konsensus antara users dan prepares atas pengungkapan sukarela yang penting. 5. Jelaskan perkembangan perkembangan IFRS IFRS di Indonesia dari aspek aspek harmonisasi dan konvergensi terkait erat dengan faktor budaya (culture) antarnegara. Berikan penjelasan singkat tentang isu-isu tersebut, dan dalam pelaksanaannya apakah semua perusahaan harus mengikuti IFRS? International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan kesepakatan global standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan internasional di dunia.. Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September 2009, menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi internasional harus meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk mengurangi kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota G-20. Hal ini cukup baik dimana dunia akuntansi secara global mempunyai satu pedoman inti mengenai prinsip-prinsip akuntansi sehingga terdapat keselarasan diantara satu negara dengan negara lainnya. 





7

Terdapat beberapa macam langkah yang dilakukan oleh banyak negara sehubungan dengan perbedaan dengan standar yang mereka buat se belumnya. Secara garis besar langkah-langkah yang dapat diambil tersebut dapat dibagi menjadi harmonisasi dan konvergensi. Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan komparabilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar  praktik-praktik tersebut dapat beragam. Secara sederhana pengertian harmonisasi standar akuntansi dapat diartikan bahwa suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional. Negara te rsebut hanya membuat agar standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar akuntansi internasional. Harmonisasi fleksibel dan terbuka sehingga sangat mungkin ada perbedaan antara standar yang dianut oleh negara tersebut dengan standar internasional. Hanya saja diupayakan perbedaan dalam standar tersebut bukan perbedaan yang bersifat  bertentangan. Selama perbedaan tersebut tidak berlawanan standar tersebut tetap dipakai oleh negara yang bersangkutan. Konvergensi dalam standar akuntansi dan dalam konteks standar internasional  berarti nantinya ditujukan hanya akan ada ada satu standar. Satu standar itulah yang kemudian berlaku menggantikan standar yang tadinya dibuat dan dipakai oleh negara itu sendiri. Sebelum ada konvergensi standar biasanya terdapat perbedaan antara standar yang dibuat dan dipakai di negara tersebut dengan standar internasional. Konvergensi standar akan menghapus perbedaan tersebut perlahan-lahan dan  bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi perbedaan perbedaan antara standar negara tersebut dengan standar yang berlaku secara internasional.  Namun hal ini tidak mudah diterapkan diterapkan dalam waktu yang singkat. Ada Ada  beberapa faktor pokok yang mendasari pernyataan tersebut. Salah satu faktor yang menjadi hambatan dalam penerapan standard ini (IFRS) di negara Indonesia adalah faktor budaya (culture), karena kebiasaan menggunakan standard akuntasi domestik yang sudah menjadi budaya akan sangat sulit mengubah cara/metode itu untuk menerapkan standard international tersebut, kalaupun standard ini diterapkan maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk penyesuaian dan kemungkinan adanya sedikit perbedaan dalam implementasinya. Faktor budaya menjadi salah satu isu yang cukup rentang dari konvergensi PSAK ke IFRS karena adanya karesteristik dan tingkat yang berbeda antara negra merupakan hambatan yang dihadapai dalam proses harmonisasi standar akuntansi keuangan., kebutuhan dan keinginan antara negara maju dan yang belum maju dan antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat t inggi dan Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Apa yang tepat diterapkan di Amerika Serikat, belum tentu cocok diterapkan di Negara lain dengan karakteristik lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda. 6. Salah satu karakteristik standar akuntansi adalah bahwa standar tersebut tidak mengatur prosedur akuntansi, namun merupakan pedoman yang lengkap tentang fungsi akuntansi sebagai alat untuk mengungkapkan informasi keuangan. Jelaskan dan uraikan landasan apa saja yang diatur dalam standar akuntansi keuangan. Karasteristik standar akuntansi berbasis prinsip mempunyai karasteristik yang diyakini sebagai unsur pelaporan keuangan yang berkualitas, landasan-lanasa yang diatur sebagai karasteristik  – karasteristik karasteristik dalam standar akuntansi keuangan adalah sebagai berikut : Realitas Ekonomi. 

8

Laporan keuangan merupakan sumber utama informasi bagi investor. Untuk itu, standar akuntansi yang berbasis prinsip harus menghasilkan laporan keuangan yang menyajikan dengan sebenarnya konsekuensi ekonomis setiap transaksi, realitas ekonomi saldo yang disajikan dan realitas ekonomi bisnis secara keseluruhan. Dengan kata lain, laporan keuangan harus menyajikan dengan sebenarnya, mencerminkan substansi ekonomi, memberikan penyajian yang benar dan wajar, dan menyajikan dengan wajar. Penyajian dengan sebenarnya ini menunjukkan gambaran tentang hasil atau realitas ekonomi. Standar berbasis  prinsip harus memberikan keyakinan kepada investor bahwa laporan keuangan yang diterbitkan menunjukkan dengan sebenarnya kinerja dan posisi perusahaan 

Transfaran Laporan keuangan ditujukan untuk pengguna akhir yaitu investor. Investor akan kesulitan dalam memahami informasi yang disajikan di laporan keuangan  jika laporan keuangan sangat sa ngat kompleks dan rumit. Agar investor memahami dan  percaya terhadap laporan keuangan yang didasarkan pada standar akuntansi yang  berbasis prinsip, maka laporan keuangan harus memuat pengungkapan yang transparan. Standar akuntansi berbasis harus dikembangkan dengan tujuan yang  jelas untuk menyempurnakan pelaporan keuangan, sehingga investor dapat dengan mudah menemukan dan memahami informasi yang mereka butuhkan.



Konsisten dengan Kerangka Konseptual Kerangka konseptual harus dirancang untuk memberikan pemahaman yang jelas bagi penyaji laporan keuangan, auditor, dan investor atas pendekatan yang mendasari berbagai standar. Setiap standar harus menggambarkan dengan  jelas bahwa standar tersebut sesuai dengan Kerangka Konseptual. IASB menekankan bahwa standar yang berbasis prinsip didasarkan pada Kerangka Konseptual, bukan pada aturan rinci.



Ruang lingkup Kelemahan utama standar akuntansi yang berbasis aturan adalah terlalu kompleks dalam menjelaskan setiap unsur laporan keuangan. Standar akuntansi  berbasis prinsip memecahkan masalah ini dengan menetapkan ruang lingkup yang luas. Standar berbasis prinsip terdiri dari; 1) Kerangka konseptual 2) Sejumlah standar inti yang ditujukan untuk beberapa kategori seperti aset keuangan, aset non keuangan, liabilitas keuangan, liabilitas non-keuangan, ekuitas konsolidasi,  pendapatan, dan penghasilan 3)Standar tertentu yang menggambarkan bagaimana standar inti diterapkan pada kategori transaksi khusus seperti sewa, pensiun, dan lainnya.Pengecualian dari ruang lingkup atau prinsip sedapatnya dihindari. Ruang lingkup dan prinsip harus ditetapkan dengan tujuan bahwa semua transaksi dapat tercakup di dalamnya.



Jelas, Ringkas, dan Sederhana Investor berhak untuk memperoleh informasi yang dinyatakan dengan  jelas dan dapat dimengerti. Oleh karena itu, ruang lingkup standar, istilah-istilah istilah-isti lah dan definisi yang digunakan di dalamnya harus diartikulasikan dengan jelas. Standar berbasis prinsip yang ditulis dengan tepat akan mengurangi kebutuhan akan interpretasi atau pedoman implementasi.

9



Masuk Akal Standar berbasis prinsip tidak memberikan pedoman yang cukup untuk menerapkan standar. Oleh karena itu, standar berbasis prinsip mengharuskan  penyaji laporan keuangan dan auditor untuk menggunakan pertimbangan dalam menerapkan standar yang umum ke transaksi dan peristiwa yang lebih khusus. Standar berbasis prinsip harus memungkinkan penggunaan pertimbangan yang masuk akal. Sebaliknya, sistem yang berbasis aturan kurang memberikan ruang  bagi pertimbangan profesional.

7. Terdapat perdebatan perdebatan pandangan apakah akuntansi perlu diregulasi atau tidak. Jelaskan bagaimana pada level teori, dan uraikan perlu atau tidaknya regulasi, serta implementasi dalam praktik. Scott (2009:484) menjelaskan bahwa terdapat dua teori regulasi akuntansi dalam industri, yaitu: teori kepentingan kepentingan publik (The Public Public Interest Theory) dan (2) teori kelompok kepentingan (The Interest Group Theory). Menurut Posner (1974, p355) teori kepentingan publik menekankan bahwa  peraturan disediakan sebagai jawaban atas permintaan dari publik untuk mengoreksi ketidakefisienan dan ketidakadilan dalam menjalankan praktek pasar. Peraturan pada awalnya digunakan untuk kepentingan masyarakat pada umumnya, dibandingkan kepentingan pribadi tertentu, dan ada wakil yang mengatur peraturan tersebut. Perundang-undangan dipertimbangkan untuk menyeimbangkan antara kegunaan sosial dan biaya sosial. Berdasarkan persepsi ini bagian regulasi kelihatan untuk saling mengisi regulasi dengan intens bahwa runtutan peraturan menyatakan akan menguntungkan  beberapa subject dalam beberapa persyaratan. Teori kepentingan kelompok dalam peraturan ekonomi berasumsi bahwa kelompok akan membentuk untuk melindungi keinginan ekonomi tertentu. kelompok yang berbeda dipandang dipandang tidak sesuai dengan yang yang lain dan kelompok kelompok yang berbeda akan melobi pemerintah untuk ditempatkan di badan legislatif yang secara ekonomis  bermanfaat bagi mereka. sebagai suatu contoh, konsumen mungkin melobi  pemerintah untuk perlindungan harga, atau produsen melobi untuk perlindungan perlindungan tarif. Hubungannya dengan akuntansi keuangan, yaitu kelompok industri tertentu dapat mengatur untuk menerima atau menolak standard akuntansi tertentu . Sebagai contoh, di Australia dimana suatu standard akuntansi yang berkenaan dengan aktivitas umum asuransi telah diterbitkan tentang aktivitas asuransi umum. Satu kebutuhan dari standard ini yang tidak disukai dengan perusahaan asuransi diantaranya adalah bahwa investasi mereka dihargai pada nilai/ harga pasar, dan perubahan apapun di tempat itu diambil secara langsung kepada perkiraan rugi-laba. bagi sejumlah perusahaan Scott (2009:486) menjelaskan bahwa penyusunan standar akuntansi selalu  berkaitan dengan due process yaitu melibatkan perwakilan konstituen penyusun laporan keuangan dan memfasilitasi public hearing, exposure ex posure drafts, dan secara umum, untuk keterbukaan, mensyaratkan voting terbanyak sebelum suatu standar diluncurkan. Karakteristik due process ini konsisten dengan teori interaksi konstituen  berdasarkan konflik. Badan standar akuntansi adalah para pemain dalam permainan kompleks dimana konstituen-konstituen yang berkaitan dengan standar akan memilih strategi lobi untuk atau melawan suatu standar baru. Oleh karena itu, teori regulasi kelompok kepentingan sangat sesuai untuk menggambarkan konflik dari para konstituen dari pada suatu proses hitungan. Kehendak para pemain untuk menerima suatu standar baru meningkat jika mereka merasa bahwa pandangan mereka diakomodasi. Hal ini menjelaskan perhatian

10

 pada due process sebagai suatu langkah akomodasi konflik dalam penyusunan standar. Pertimbangan-pertimbangan ini menjadikan teori regulasi kelompok kepentingan menjadi prediktor yang lebih baik akan standar baru, karena teori kelompok kepentingan secara formal mengakui eksistensi konflik konstituen. Scott (2009:485) menyatakan bahwa teori kelompok kepentingan memiliki  pandangan bahwa suatu industri beroperasi karena terdapat sejumlah kelompok kepentingan. Otoritas politik atau legistatif juga dapat digolongkan sebagai suatu kelompok kepentingan yang memiliki kekuatan untuk memasok regulasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh sebab itu, Deegan (2004:69) menyimpulkan  bahwa regulasi re gulasi dapat dipandang sebagai suatu komoditas dimana terdapat penawaran dan permintaan. Komoditas akan dialokasikan kepada para konstituen dengan efektif secara politis dan dengan meyakinkan legislatif memberikan bantuan regulasi kepadanya. “Versi utama teori t eori kelompok kepentingan adalah teori regulasi kaum elit yang menguasai politik (The ( The Political-Ruling Political -Ruling Elite Theory of Regulation) yang menekankan pada kekuatan politik untuk mendapatkan pengendalian regulator dan teori regulasi ekonomi (The Economic Theory of Regulation) yang menekankan pada kekuatan ekonomi” (Ghozali dan Chariri, 2007:218). Penerapan teori pembuatan peraturan Dalam hal ini pada dasarrnya profesi akuntansi membutuhkan pengesahan standard akutansi yang bisa dicapai hanya dengan standard yang dimilikinya mempunyai kekuatan hukum yang didukung oleh legislative. Bagaimanapun juga  profesi akutansi dapat berjalan dengan kedua hal ini yaitu yaitu : pengesahan standard akuntansi, dan menjaga kepentingan ekonomisnya. Pada hal ini dapat dilihat bahwa campur tangan dalam perturan dalam penetapan susunan standard akuntansi di desain sama dengan kerangka teori kepentingan umum. Penerapan Teori Kepentingan Individu. Batasan pada teori peraturan ini adalah tidak terdapat hubungan mutual secara ekslusif, suatu kejadian yang diterangkan dengan satu teori mungkin bisa diterangkan sama baiknya menggunakan teori yang lain. Pada hal ini tidak jelas satu penjelasan dapat di pertahankan. Cotoh Sarbox yang muncul karena tindakan pemerintah amerika mengikuti bangkrutnya enron yang dimaksudkan untuk menjamin tingkat  pengusaan perusahaan dalam supervise dan audit audit laporan keuangan. Teori ini menjadi seimbang ketika di obserbasi dengan suatu kejadian. Dalam hal ini sangat ses uai jika dilihat dari segi pandang proses politik. 8. Uraikan jika terlalu banyak standar akuntansi, dan dampaknya dalam praktik, serta alternatif cara mengatasinya. Terlalu banyaknya standar akuntansi yang ada didunia terjadi karena banyak faktor. Pada setiap negara menyusun standart yang disesuaikan dengan karakteristik dan budaya negara tersebut. Faktor lain adalah sumber daya manusia yang mungkin setimpang ketika kita melihat negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang. Standar yang terlalu banyak, standar yang terlalu detail, standar yang tidak tegas, maupun standar yang tidak mampu mengatasi perbedaaan merupakan karakteristik adanya standar overload. Standar overload ini akan banyak menimbulkan dampak terutama dalam praktik akuntansi. Standar yang menjadi kaku dan terlalu  banyak yang harus diungkapkan akan mempengaruhi kinerja seorang akuntan dalam menyajikan suatu informasi. Ketika informasi yang disajikan tidak disusun secara sempurna dikarenakan masalah tersebut maka keputusan yang diambil oleh para  penggunannya akan menjadi sebuah hal yang sangat riskan. Standar overload akan membingungkan pengguna dengan banyaknya aturan dan catatan yang harus dibuat

11

oleh mereka karena disatu negara dengan negara lain berbeda standarnya. Dampak yang signifikan akan terlihat dibursa saham seperti wallstreet, NYSE, Nasdaq, atau BEI sekalipun. Perusahaan multinasional yang berekspansi kemasing-masing negara mungkin akan kewalahan dengan semua standar yang berbeda. Alhasil modal yang diharapkan dari publik negara tersebut tidak akan terserap secara efektif dan efisien. Masalah standar overload ini bukan tidak mendapat perhatian dari masyarakat dunia. Pihak-pihak yang berkepentingan seperti AICPA mempunyai kesibukan lain untuk mengantisipasi hal ini. Komite khusus AICPA memberikan  berberapa pendekatan untuk mengatasi standar overload, yaitu: i. Tidak ada perubahan, mempertahankan yang sudah ada (status quo) ii. Melakukan perubahan terhadap konsep GAAP menjadi dua jenis GAAP, misalnya GAAP khusus untuk pengusaha besar dan GAAP khusus untuk  pengusaha keci iii. Melakukan perubahan GAAP untuk menyederhanakan penerapannya bagi semua perusahaan iv. Menentukan pengungkapan dan pengukuran yang berbeda v. Menentukan perubahan terhadap standar akuntansi public untuk pelaporan informasi keuangan vi. Memberi alternative bagi GAAP sebagai basis pilihan dalam penyajian laporan keuangan Konvergensi IFRS merupakan salah sat upaya untuk mengatasi overload standar. Dengan adanya konvergendi tersebut dapat menguntungkan banyak pihak. Selain negara dapat berekspansi ke luar negeri lebih mudah memasuki pasar modal negara tersebut, pemerintah juga akan dimudahkan untuk menyusun regulasi lain yang berkaitan dengan standart. 9. Dalam perumusan standar akuntansi ada tiga pendekatan, yaitu diatur oleh pemerintah, swasta, dan diserahkan langsung pada pasar bebas. Jelaskan kelebihan dan kekurangannya. kekurangannya. - Pendekatan Pasar Bebas Pendekatan pasar bebas dalam menghasilkan standar akuntansi dimulai dari asumsi dasar bahwa informasi akuntansi merupakan sebuah produk yang  bersifat ekonomis, sama seperti barang atau jasa lainnya. Atas dasar tersebut informasi akuntansi merupakan subjek kekuatan permintaan dari para pengguna dan disediakan oleh para penyaji. Hasilnya adalah sejumlah pengungkapan informasi yang optimal pada tingkat harga yang optimal pula. Kapan suatu informasi diperlukan dan sejumlah harga tertentu ditawarkan untuk itu, pasar akan menyediakan informasi asalkan harga yang ditawarkan melebihi biaya informasi tersebut. Kelebihan pendekatan ini : Pengungkapan informasi yang optimal sebanding dengan harga yang optimal dari informasi tersebut. Kelemahan pendekatan ini : Lebih cenderung diakibatkan karena adanya kegagalan pasar, kegagalan  pasar bisanya terjadi karena adanay alokasi informasi yang belum optimal dan dapat disebabkan oleh ; 1. Keenggangan perusahaan mengungkapkan informasi. 2. Adanya penyelewenga informasi.

12

3. Penyajian informasi akuntansi secara tidak semestinya.

-

Regulasi Standar Akuntansi oleh Sektor Swasta Penyusunan standar secara swasta di Amerika Serikat meliputi Committee on Accounting Procedures (1939-1959), Accounting Priciples Board (1959-1973) dan Financial Accounting Standar Board (1973-sekarang). Kelebihan Standar ini adalah: 1. FASB terlihat lebih responsif terhadap berbagai konstituen. 2. FASB tampak mampu menarik, sebagai anggota atau staf, orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis yang diperlukan untuk mengembangkan, mengimplementasikan sistem pengukuran dan pengungkapan alternatif 3. FASB terlihat sukses dalam memperoleh tanggapan dari berbagai konstituensinya dan dalam menanggapi sejumlah masukan. Kelemahan Standar ini adalah: 1. FASB tidak memiliki statutori dan kekuatan untuk memaksakan aturan yang dibuatnya, serta menghadapi penolakan oleh Kongres maupun oleh l embaga  pemerintah lainnya. 2. FASB sering dituduh tidak independen dari dari konstituennya yang besar, kantor akuntan publik dan korporasi. 3. FASB sering dituduh lamban dalam menanggapi isu-isu utama yang krusial  bagi sejumlah konstituennya. Para pendukung dewan tetap mempertahankan bahwa pertimbangan yang mendalam akan memungkinkan FASB memperbaiki akibat yang tidak diinginkan dari suatu pernyataan. Hal ini menimbulkan persoalan tambahan, karena standar yang ditawarkan akan memiliki kesempatan yang kecil untuk diterapkan apabila secara umum tidak memperoleh dukungan.

-

Regulasi Standar Akuntansi Sektor Publik Prinsip umum regulasi menurut Elliot dan Schuetze: 1. Regulasi tidak boleh melanggar hak asasi manusia dan undang-undang dasar. 2. Regulasi harus dirancang untuk mencegah kemungkinan atau realitas  perubahan sosial. 3. Regulasi harus mencerminkan kepentingan publik. 4. Regulasi seharusnya tidak digunakan sektor swasta bila tujuannya dapat dicapai oleh institusi sektor swasta. 5. Regulasi yang potensial seharusnya tidak menanggung m enanggung beban bahwa regulasi tersebut telah terjamin kekuatannya, daripada para pendukung regulasi harus membuktikan bahwa regulasi tersebut memang terjamin. 6. Tindakan yang berhubungan dengan regulasi seharusnya tidak digunakan untuk memperbaiki pelanggaran hukum, atau memerangi perilaku anti sosial. Kegagalan regulasi menurut Buckey dan O‟Sullivan: O‟Su llivan: 1. Zero-cost phenomenom: regulasi sama sekali tidak menanggung kerugian yang ditimbulkan dari kegagalannya. 2. Regulatory lag : akibat dari penundaan regulasi.

13

3. Regulatory trap: mengacu pada kesulitan-kesulitan untuk membalik regulasi yang ada 4. Tar-baby effect merupakan akibat yang ditimbulkan dari kecenderungan regulasi untuk terus berkembang. Kelebihan regulasi ini adalah : 1. Secara umum sudah diketahui bahwa proses inovasi dalam akuntansi didasarkan pada peran lebaga pemerintah. 2. Regulasi sektor publik dalam standar akuntansi dimotivasi oleh kebutuhan untuk melindungi kepentingan umum. 3. Keinginan untuk meyajikan tingkat pengungkapan kepada publik yang dianggap perliu dan memadai dalam pembuat keputusan. 4. Lembaga pemerintah mempunyai legitimasi yang lebih besar melalui kewenangan statutori yang lebih jelas. Selain itu lembaga pemerintah memeiliki kekuatan memaksa yang lebih besar dari pada lembaga sektor swasta. 5. Sejumlah tuntutan agar sektor publik menjadi pengawas dan pengendali muncul disaat suatu tujuan bertentangan bert entangan dengan kepentingan umum Kelemahan regulasi ini : 1. Umumnya diketahui bahwa diperlukan biaya yang besar untuk memenuhi ketentuan pemerintah dalam penyajian informasi. 2. Beberapa orang beragumen bahwa birokrat mempunyai kecendrungan untuk memaksimalkan total aggaran biro mereka. 3. Akan timbul kondisi yang berbahaya apabila penyususn standar bersifat  politis. 4. Beberapa kalangan mempertanyakan tentang perlunya sistem  pemerintahan yang didukung didukung kekuatan kepolisian 10. Jelaskan apa yang dimasud dengan standar akuntansi keuangan adalah hasil dari proses politis? Penyusunan Standard sebagai Hasil Proses Politik Penyusunan standard dipandang sebagai proses politik karena berpotensi secara signifikan menjadi sangat mempengaruhi dari berbagai kelompok  berkepentingan. Oleh karena itu berbagai kelompok kelompok kepentingan berusahan mempengaruhi pengenalan peraturan. Atau secara singkatnya beda kelompok maka akan beda mempengaruhi peraturan akuntansi. Pemerintah di berbagai Negara membentuk pembuat peraturan yang bekerja secara independent yang berusaha untuk menghasilkan st andard dengan kualitas yang tinggi dimana memenuhi kebutuhan para pengguna laporan keuangan dalam membuat suatu keputusan. Beberapa masalah / kasus yang akuntansi yang terkait dengan hal ini ( lobby secara politik ) - Financial Instrument / Instrument keuangan Menyangut IAS 39 Instrument Keuangan –  Keuangan  –  pengakuan  pengakuan dan pengakuan,  pada awal tahun 2002 dimana eropa akan akan mengadopsi IAS, banyak sekali sekali  perhatian berfokus pada standard yang ada pada IAS. Perusahaan yang tercatat

14

-

 pada bursa di eropa sebelumnya yang menggunakan menggunakan standard nasional mereka sekarang mensyaratkan penggunaan IAS untuk laporan keuangan Konsolidasi. Pada area instrument keuangan terjadi potensi perubahan dramatis yang potensial. Secara umum perusahaan menggunakan historical cost untuk instrument keuangan yang ditunukan dari amortisasi biaya, bia ya, dan pemasukan keuntungan pada laporan keuangan hanya pada disadari. Sedangkan pada IAS 39 diatur bahwa perusahaan harus memasukan keuntungan yang belum direalisasi dan kerugian pada instrument keuangan tertentu dalam pendataan ketika terjadi ( tidak pada saat disadari ). Intangible Asset Pada saat australia mengadopsi IAS ,dimana didalamnya terdapa IAS 38 : Intangible Asset , Disana berbeda dengan standard yang diadopsi oleh perusahaan  –  perusahaan  perusahaan di Australia., contoh : intangible asset tidak dapat diakui oleh internal dan intangible asset tidak dapat direvaluasi tanpa adanya suatu pasar yang aktif. Perusahaan –  Perusahaan –  perusahaan  perusahaan di Australia bersama Federasi akuntan mereka dan Pemerintah mencoba meminta keringanan dari standard ini namun ditolak oleh IAS.

11. Saat ini topic CSR semakin banyak dibahas dan dijadikan isu besar, padahal sebagian hanyalah isu saja dan belum merupakan kewajiban bagi perusahaan. Berikan penjelasan singkat tentang isu CSR dan keterkaitannya dengan GCG (Good Corporate Government) yang saudara fahami.

Pelaksanaan Good Corporate Governance sangat diperlukan untuk memenuhi kepercayaan Pengaturan dan pengimplementasian Good Corporate Governance memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan penetapan kebijakan dasar serta tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan penerapan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya. Terdapat lima prinsip utama yang terkandung dalam Good Corporate Governance (Achmad Daniri 2006) yaitu; kerterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban (responsibility), kewajaran (fairness), dan independensi (independency). Selanjutnya gagasan utama Good Coorporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik adalah mewujudkan tanggung jawab sosial (CSR). Hal ini sejalan dengan kesimpulan yang terangkum dalam Konferensi CSR yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Links (IBL) pada 7-8 7-8 September 2006 di Jakarta yaitu “Responsible business is goo  business”. Menteri Koordinator Perekonomian, Dr Boediono (Republika, 2006) saat membuka konferensi ini mengatakan, “CSR merupakan elemen prinsip dalam tata laksana kemasyarakatan yang baik Bukan hanya bertujuan memberi nilai tambah  bagi para pemegang saham. Pada intinya, pelaku CSR sebaiknya tidak memisahkan aktifitas CSR dengan Good Corporate Governance. Karena keduanya merupakan satu continuum (kesatuan), dan bukan merupakan penyatuan dari beberapa bagian yang terpisahkan”. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial (CSR) mempunyai keterkaitan erat dengan Good Coorporate Governance. Seperti dua sisi mata uang, keduanya memiliki kedudukan yang kuat dalam dunia bisnis namun  berhubungan satu sama lain. Tanggung Tanggung jawab sosial berorientasi kepada para stakeholders hal ini sejalan dengan salah satu sa tu prinsip dari empat prinsip utama Good Coorporate Governance yaitu responsibility. Karena itu, prinsip responsibility

15

di sini lebih mencerminkan stakeholdersdriven st akeholdersdriven concept. Menurut Reksodiputro (2004): “Konsep Corporate Social Responsibilities Responsibili ties merupakan bagian pedoman melaksanakan Good Corporate Governance. Masalah etika bisnis dan akuntabilitas bisnis makin mendapat perhatian masyarakat di beberapa negara maju, yang biasanya sangat liberal dalam menghadapi  perusahaan mulai terdengar suara bahwa suara bahwa karena “self -regulation” terlihat gagal, maka diperlukan peraturan baru yang akan memberikan “higher standards for corporate  pratice” dan “tougher penalties for executive misconduct”. Pada saat ini telah terjadi  pergeseran paradigma Good Coorporate Coorporate Governance yaitu dengan memperluas  paradigma teoretis dari agency teory menjadi stakeholder theory perspective. Akibat yang muncul dari pergeseran paradigma ini, Good Coorporate Governance harus mempertimbangka dan memperhatikan masalah corporate social responsibility dalam suatu konteks historis dan filosofi yang luas. Pengungkapan (disclosure) terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability sekarang ini menjadi suatu cara  bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada para stakeholder. Sustainability reporting sebagaimana yang direkomendasikan oleh Global Reporting Initiative terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial Ketiga aspek ini dikenal dengan Triple Bottom Line. 12. Berikan penjelasan tentang apa yang terkait dengan akuntansi lingkungan yang saudara fahami. Akuntansi lingkungan adalah sebuah istilah umum yang mencakup akuntansi di tingkat nasional dan perusahaan. Lebih penjelasan rinci tentang berbagai aspek akuntansi lingkungan disediakan di tempat lain (U.S. EPA, 1995; Business Roundtable, 1993 Selama beberapa dekade, ekonom lingkungan telah mengakui  bahwa tindakan pengukuran pengukuran kinerja ekonomi tradisional mengandung bias terhadap konsumsi sumber daya alam. Memang, seperti yang tercantum dalam laporan WRI sebelumnya, "sebuah negara dapat pembuangan sumber daya mineral, menebang hutan, mengikis tanah yang, mencemari akuifer, dan berburu satwa liar dan perikanan untuk kepunahan" tanpa rekaman ini terhadap pendapatan (Repetto et al, 1989). Banyak negara bekerja untuk memasukkan penyusutan sumber da ya alam ke rekening nasional (UNCTC, 1992). Salah satu tujuannhya adalah untuk merevisi perkiraan,  produk domestik bruto-pada bruto-pada dasarnya "penghijauan PDB." Pada tingkat perusahaan,  penting untuk membedakan antara biaya lingkungan yang ditanggung ditanggung oleh  perusahaan dibandingkan dengan dengan yang dikenakan pada masyarakat sebagai "biaya sosial." Kesehatan efek dari menghirup polusi udara, dampak pencemaran air di  perikanan, atau pencemaran tanah adalah contoh klasik dari biaya sosial, sosial, atau eksternalitas. Di sisi lain, peraturan, kebijakan perusahaan, preferensi konsumen, dan tekanan masyarakat pergeseran beberapa biaya sosial kembali ke perusahaan. Batas  pengeluaran, pajak emisi, mengambil kembali produk produk persyaratan, dan instrumen kebijakan lainnya juga menciptakan insentif ekonomi bagi perusahaan untuk mengurangi potensi dampak lingkungan-untuk membuat "pencemar membayar." Beberapa dari biaya ini sudah sedang disampaikan kepada perusahaan sebagai biaya untuk teknologi pengendalian polusi, staf lingkungan, dan memungkinkan biaya. Meskipun demikian, karena banyak biaya ini tidak t idak langsung, jangka panjang, dan kontingen, mereka cenderung tidak dikenali.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF