Coxitis TB Adalah Peradangan Tuberkulosis Pada Sendi Panggul Yang Mengarah Ke Destruksi Permukaan Artikular Dan Disertai Dengan Fleksi

January 23, 2019 | Author: Jenny Schneider | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

coxitis...

Description

Coxitis TB adalah peradangan tuberkulosis pada sendi panggul yang mengarah ke dest destru ruks ksii perm permuk ukaan aan arti artiku kular lar dan dan diser disertai tai deng dengan an flek fleksi si-ad -addu duks ksii kont kontrak raktu turr yang yang menimbulkan nyeri. Coxitis TB biasanya berkembang pada anak usia 5-10 ketika mereka  berada dalam kondisi yang lemah (karena infeksi, kondisi hidup yang kurang baik setelah masuknya agen penyebab tuberkulosis dari fokus utama (biasanya dari paru-paru. Coxitis TB menya!ikan masalah klinis yang signifikan, meskipun tidak diragukan lagi telah men!adi !arang daripada sebelumnya. "ika penyakit ini berkembang di pinggul dapat menyebabkan kerusakan progresif pada sendi !ika tidak diobati pada tahap a#al, dan bahkan dapat berlan!ut ke dislokasi patologis. $yeri, sulit digerakkan, dan perkembangan deformitas yang yang progre progresif sif yang yang menye menyebab babkan kan hilang hilangny nyaa fungsi fungsi dari dari pinggu pinggull yang yang terken terkena. a. %inggu %inggull subluksasi atau dislokasi setelah infeksi sulit untuk kembali stabil, mudah digerakkan, sama dan sebangun, dan konsentris sendi. &mumnya, pinggul tersebut dengan ma!u lesi luksasi lan!ut lan!ut dan ' atau atau akhirny akhirnyaa mengak mengakiba ibatka tkan n osteoa osteoarth rthriti ritiss atau atau ankilo ankilosis sis bahkan bahkan setelah setelah  penyembuhan penyakit. elama tahap a#al infeksi, organisme umumnya menyebar melalui s aluran limfatik ke hilus regional dan kelen!ar getah bening mediastinum dan melalui aliran darah ke tempat yang lebih !auh dalam tubuh. )ombinasi fokus *hon dan kelen!ar getah bening yang terkena dikena dikenall sebaga sebagaii komple kompleks ks +anke. +anke. %asien %asien dengan dengan Coxitis Coxitis TB biasany biasanyaa telah telah mengal mengalami ami infeksi paru terlebih dahulu yang dari sanalah basil tuberkel menapai daerah panggul dengan  penyebaran seara hematogen. Coxitis TB merupakan sekitar 15 dari semua kasus TB osteoartikular dan yang  paling sering melibatkan tulang setelah TB pada tulang belakang. "ika TB osteoartikular  didiagnosa dan diobati pada tahap a#al, sekitar 0-5 pasien menapai kesembuhan hampir  mendekati fungsi normal.

Klasifikasi a. Coxitis tuberkulosis

 biasanya berkembang pada anak usia 5-10 ketika mereka berada dalam kondisi melem melemah ah ( karen karenaa infek infeksi si , kond kondis isii hidu hidup p yang yang kuran kurang g baik baik  setel setelah ah masu masukn knya ya agen agen  penyebab TB dari fokus utama (biasanya dari paru-paru  . Cedera sering merupakan faktor   predisposisi . %enyakit ini menetapkan seara bertahap dengan ge!ala TB sistemik . )emudian ter!adi nyeri pada lututter!adi dan seara bertahap menyebar ke sendi panggul .

ebagai proses dalam sendi berkembang, mobilitas men!adi terbatas dan kontraktur otot-otot mengikuti. %anggul pada sisi yang terkena men!adi sedikit terangkat dan miring ke depan . )apsul sendi men!adi penuh dengan nanah . $anah turun melalui elah-elah intermuskuler , membentuk abses menyebar di pinggul atau di #ilayah glutealis. /islokasi patologis ter!adi  !ika ada kehanuran kepala femur dan aetabulum . %engobatan mendukung dan antituberuloti . Tindakan ortopedi ( gips plester , traksi , memakai belat  membantu proses mereda . angkah-langkah ini !uga bertu!uan untuk menegah atau mengoreksi deformitas anggota badan . "ika pengobatan konseratif tidak efektif , operasi ( arthrodesis , osteotomy , dan dalam beberapa kasus artroplasti  digunakan untuk melumpuhkan sendi atau meluruskan. b. coxitis Nontuberculous

ketika sendi men!adi terinfeksi dari !aringan sekitarnya bila ada penyakit purulen, luka terbuka pada sendi , atau penyakit menular sistemik . 2nset akut, penyakit ini berkembang  pesat dengan tinggi ( septik  suhu dan nyeri ta!am . %engobatan terdiri dari sisanya ( gips , traksi  dan pemberian antibiotik . %engobatan selan!utnya terdiri dari pembedahan 3 sayatan ke dalam sendi atau eksisi parsial.

A. Patologi

)ompleks %rimer 



esi primer biasanya pada paru 4 paru, faring atau usus dan kemudian melalui saluran limfe menyebar ke limfonodulus regional dan disebut primer kompleks. •

%enyebaran ekunder 

Bila daya tahan tubuh penderita menurun, maka ter!adi penyebaran melalui sirkulasi darah yang akan menghasilkan tuberkulosis milier dan meningitis. )eadaan ini dapat ter!adi setelah  beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian dan bakteri dideposit pada !aringan ekstra 4   pulmoner. •

esi Tersier 

Tulang dan sendi merupakan tempat lesi tersier dan seban yak 5  dari tuberkulosis paru akan menyebar dan akan berakhir sebagai tuberkulosis sendi dan tulang. %ada saat ini kasus 4  kasus tuberkulosis paru masih tinggi dan kasus tuberkulosis tulang dan sendi !uga diperkirakan masih tinggi.

%redileksi 3 Tuberkulosis sendi dan tulang terutama mengenai daerah tulang belakang ( 50 4 0   dan sisanya pada sendi 4 sendi besar seperti panggul, lutut, pergelangan tangan, sendi bahu dan daerah persendian keil.

TB tulang atau sendi yang tersering, diikuti sendi panggul (koksitis TB dan sendi lutut (gonitis TB. &mumnya TB tulang atau sendi hanya mengenai satu tulang atau sendi. 6anifestasi klinis yang ditimbulkan bersifat lambat dan tidak khas, sehingga umumnya didiagnosis sudah dalam keadaan lan!ut. elain ge!ala umum TB, dapat timbul ge!ala spesifik, berupa bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri pada pergerakan. *e!ala atau tanda pada TB tulang atau sendi bergantung pada lokasi kelainan. )elainan pada sendi panggul biasanya pasien ber!alan pinang dan kesulitan berdiri. )elainan  pada sendi lutut dapat berupa pembengkakan di daerah lutut, anak sulit berdiri dan ber!alan, kadang ditemukan atrofi otot paha dan betis. %ada

gambaran

radiologi,

tahap

a#al,

menun!ukkan

osteoporosis

regional

 periartikuler dan pembengkakan !aringan lunak sekitar sendi. %ada tahap lan!ut, didapat  penyempitan elah sendi, destruksi tulang ra#an sendi dan lesi osteolitik pada daerah epifise. %ada aspirasi airan sendi, didapat peningkatan sel, penurunan glukosa dan peningkatan  protein. 7ndikasi tindakan bedah pada TB tulang belakang adalah kelainan neurologis, instabilitas spinal,tidak respon terhadap 28T.

8da empat maam tipe proses radang dari tulang dan sendi 3 1. Tipe infeksi tertentu, 9&$/ tipe inisial biota penyebabnya dapat dideteksi, misalnya3  piogenik (nanah memp roduksi infeksi seperti 2steomielitis, septi arthritis /an tenosinoitis. :ang Before *ranulomatous (granuloma produting infeksi, seperti tuberkulosis oateomyelitis /an TB arthritis. ;. Tipe $on Tertentu /an 7diopatik, seperti penyakit rematik, demam rematik, sinoitis transien, rheumatoid arthritis /an spondylitis. . Tipe kronis inflamasi )8+=$8 mengulangi edera fisik, seperti bursitis, stenosans tenoaginitis 1. tadium 7mplantasi etelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun,  bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama ? 4 @ minggu.

)eadaan ini umumnya ter!adi pada daerah paradiskus dan pada anak 4 anak umumnya pada daerah sentral ertebra. ;. tadium /estruksi 8#al etelah stadium implantasi, selan!utnya ter!adi destruksi korpus ertebra serta penyempitan yang ringan pada diskus. %roses ini berlangsung selama < 4 ? minggu. . tadium gangguan neurologis *angguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang ter!adi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. gangguan ini ditemukan 10 dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. ertebra thorakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih keil sehingga gangguan neurologis lebih mudah ter!adi pada daerah ini. Bila ter!adi gangguan neurologis, maka perlu diatat dera!at kerusakan paraplegia, yaitu 3 /era!at 7 3 )elemahan pada anggota gerak ba#ah ter!adi setelah melakukan aktifitas atau setelah ber!alan !auh. %ada tahap ini belum ter!adi gangguan saraf sensoris. /era!at 77 3 Terdapat kelemahan pada anggota gerak ba#ah tapi penderita masih dapat melakukan peker!aannya. /era!at 777 3 Terdapat kelemahan pada anggota gerak ba#ah yang membatasi gerak'aktiitas penderita serta hipestesi'anestesia /era!at 7A 3 Ter!adi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott  paraplegia dapat ter!adi seara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya. %ada penyakit yang masih aktif, paraplegia ter!adi oleh karena tekanan ekstradural dari abses  paraertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi  !aringan. %araplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif ' sembuh ter!adi oleh karena tekanan pada !embatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan !aringan fibrosis yang  progresif dari !aringan granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia ter!adi seara perlahan dan dapat ter!adi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan askuler ertebra. /era!at 7 4 777 disebut sebagai paraparesis dan dera!at 7A disebut sebagai paraplegia.

5. tadium deformitas residual tadium ini ter!adi kurang lebih < 4 5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. )ifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan ertebra yang masif di sebelah depan Manifestasi Klinis

%er!alanan klinis Coxitis TB berlangsung lambat dan kronik. )eluhan biasanya ringan dan makin lama makin berat disertai perasaan lelah pada sore dan malam hari, subfebris, dan  penurunan berat badan. )eluhan yang lebih berat seperti panas tinggi, malaise, keringat malam, anoreksia biasanya bersamaan dengan TB miliar.1; *e!ala-ge!ala dari Coxitis TB tergantung dari dera!at patologis yang ter!adi. %ada tingkat a#al, ge!ala sangat minimal, mungkin hanya ditemukan nyeri dan pembengkakan sendi panggul serta penderita sedikit pinang. %ada tingkat selan!utnya pembengkakan dan nyeri bertambah berat dan terdapat deformitas sendi. %ada stadium ini, pinang merupakan kelainan yang sering ditemukan dan dapat pula ditemukan atrofi otot. /alam keadaan yang lan!ut dan berat, pasien sukar menggerakkan dan mengangkat tungkai pada sendi panggul yang terkena, disertai rasa sakit yang sangat menggangu disekitar paha dan daerah pinggul tersebut.1< Coxitis TB sering ditemukan pada anak-anak umur ;-5 tahun rema!a. *erakan sendi  panggul men!adi sangat terbatas dan pada tingkat lan!ut ter!adi ankilosis atau deformitas yang menetap pada panggul yang pada pemeriksaan menurut Thomas hasilnya positif dan mungkin ditemukan abses dingin atau fistel di daerah panggul. %ada oxitis Tuberkulosa berlangsung lambat, kronik dan biasanya hanya mengenai 1 sendi, keluhan biasanya ringan dan makin lama makin berat disertai perasaan lelah pada sore dan malam hari, subfebris, penurunan berat badan. )eluhan yang lebih berat seperti panas tinggi, malaise, keringat malam, anoreksia biasanya bersamaan dengan tuberulosis milier. %ada sendi, mula-mula !arang timbul gambaran yang khas seperti pada arthritis yang lainnya. Tanda a#al berupa bengkak, nyeri dan keterbatasan lingkup gerak sendi. )ulit diatas daerah yang terkena teraba panas, kadang-kadang malah dingin, ber#arna merah kebiruan. Bisa ter!adi sendi berada dalam kedudukan fleksi berkelan!utan dan mungkin disertai tenosinoitis. %ada anak-anak dapat ditemukan spasme otot pada malam hari (night start. 6ungkin disertai demam, tapi biasanya ringan. %ada kasus yang berat, kelemahan otot bisa ter!adi sedemikian epatnya menyerupai kelumpuhan. Bila pinggul yang terkena, maka ter!adi kelemahan tungkai dengan sedikit rasa tidak enak. /alam keadan yang lan!ut dan

 berat, pasien sukar menggerakkan dan mengangkat tungkai pada sendi pinggul yang terkena, disertai rasa sakit yang sangat mengganggu disekitar paha dan daerah pinggul tersebut. Tuberkulosis ertebra (penyakit pott biasanya ter!adi didaerah thoraolumbal. %enyakit pott merupakan 50 dari seluruh kasus tuberulosis tulang dan sendi. %ada mulanya seluruh kasus Tuberulosis tulang dan sendi.

B. Pemeriksaan laboratorium

1. ;. . 5.

%eningkatan =/ dan mungkin disertai dengan leukositosis u!i mantoux positif  pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikrobakterium biopsi !aringan granulasi atau kelen!ar limfe regional pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel

radiologi Koksitis Tuberkulosis

ering pada anak-anak. %roses dapat dimulai di asetabulum, sinoium, epifisis femur, metafisis femur, atau trokanter mayor. )adang-kadang infeksi menyebar ke panggul dari fous di dalam trohanter mayor atau ishium. esi pada panggul mempunyai karakteristik  dengan destruksi yang banyak tetapi suatu perubahan yang tidak #a!ar sekarang !arang terlihat. emua tingkat kehilangan tulang dari kaput dan olum femur dapat ditemukan. %enemuan yang sering adalah gambaran ton!olan bernama birds beakD. =kspansi dan destruksi didalam asetabulum kadang-kadang memba#a ke protrusio intrapelik dari sendi  panggul. /estruksi tulang biasanya banyak, baik pada asetabulum maupun pada kaput femur. )adang-kadang kaput femur tidak dapat dilihat lagi. Bila destruksi pada asetabulum banyak  dapat menimbulkan protusio asetabuli. /iagnosis diferensial yang penting adalah penyakit  perthes, yaitu nekrosis aaskular dari kaput femur 

Tampilan radiografi Coxitis TB3 1. ;. . Tipe aetabulum melayang 5. Tipe protrusio aetabulum ?. Tipe mortar dan pestle . Tipe atropik 3 kepala femur tidak teratur dengan penyempitan ruang sendi. Tampilan ini sering pada de#asa dan berkembang men!adi ankilosis fibrosa.

/iagnosis radiologis Coxitis TB dapat dilakukan ! ika ditemukan3 15 •

=fusi sendi =fusi sendi dengan edema !aringan lunak dapat men!adi salah satu dari

tanda-tanda a#al Coxitis TB. =fusi sendi mungkin munul ketika sendi telah dinyatakan normal atau hampir normal dalam penampakannya.



2steopenia 2steopenia periartiular adalah manifestasi umum dari Coxitis TB, dan

mungkin lebih umum pada sendi yang menahan beban dari ekstremitas ba#ah daripada di ekstremitas atas. /eteksi osteopenia dengan radiografi polos adalah subyektif. •

%enyempitan ruang sendi Coxitis TB khas menghanurkan tulang ra#an artikular, sehingga

mempersempit sendi lebih lambat dari yang dapat dilakukan infeksi piogenik.  $amun tetap dapat menghilangkan ruang sendi semaksimal infeksi lainnya tergantung pada di tahap mana penyakit ini didiagnosis, ruang sendi yang dapat melebar dengan efusi, normal, atau menyempit. )etidakteraturan korteks • Tuberkulosis menyerang korteks artikular dan subkortikal tulang anellous dalam beberapa mode yang berbeda. =rosi dapat terbentuk pada daerah tulang yang berdekatan dengan tepi tulang ra#an artikular. =rosi ini kurang umum  pada anak-anak dibandingkan pada orang de#asa dan rema!a. /alam lutut, erosi marginal dapat memperlebar kedudukan interkondilaris. elain itu, daerah keil resorpsi dapat ter!adi di sepan!ang permukaan kortikal subhondral, membuat ketidakteraturan, dan tampilan berbintik-bintik ( pitted appearance. %hemister dan Eather menemukan erosi tulang subhondral ter!adi dalam kasus-kasus di mana tulang ra#an kendur namun sebagian besar masih utuh. esi litik  • esi bulat atau oal dengan margin yang sulit didefinisikan dalam tulang berdekatan dengan sendi yang terkena adalah umum ditemukan dalam TB ekstremitas, khususnya pada anak-anak. Beberapa lesi ditemukan tanpa sklerosis, yang lainnya memiliki se!umlah keil sklerosis atau berkembang selama  pengobatan. 8etabulum adalah bagian yang paling umum terkena. esi tersebut  berlokasi pada epifisis dan metafisis dan dapat men!adi lesi di antara kedua fisis. usunan periosteal tulang baru •

/ibandingkan dengan temuan yang dibahas sebelumnya, reaksi  periosteal merupakan manifestasi relatif !arang pada TB tulang. "ika ada, maka  bentuknya kemerahan ( florid  •

%ematangan epifisis lan!ut atau overgrowth %ematangan epifisis lan!ut atau pertumbuhan berlebih adalah karena

hiperemia dan dapat menyebabkan penggabungan fisis prematur dan, karena itu menimbulkan pemendekan ekstremitas. =aluasi pematangan epifisis sulit dilakukan karena radiografi ekstremitas kontralateral biasanya tidak tersedia untuk   perbandingan, karena itu, perubahan tersebut mungkin telah ter!adi tanpa diketahui. Tamainer  a. Foto Rontgen %ada tingkat a#al per!alanan penyakit, foto rontgen menun!ukkan rarefraksi dan mungkin penebalan !aringan lunak disekitar panggul dan pada tingkat lan!ut ditemukan penyempitan ruang sendi, destruksi kaput femoris dan asetabulum, osteoporosis, osteolitik dan mungkin dislokasi panggul. esi mungkin timbul dalam aetabulum, sinoium, epifisis femoralis atau metafisis. )adang-kadang infeksi menyebar ke pinggul dari fokus pada trokanter  mayor atau iskium. emua dera!at kehilangan tulang kepala femoral dan leher dapat ditemukan. ebuah temuan yang sering adalah tampilan bird’s beak   dengan ton!olan intrapelis.

b. CT Scan1> . Plain scans

%enyempitan ruang sendi, erosi tulang marginal dan subkondral dan tanda-tanda yang menyertai demineralisasi dapat dideteksi se!ak dini CT san resolusi tinggi, terutama ketika  panggul lainnya yang digunakan untuk perbandingan. %eradangan yang menyertai kapsul artikular menyebabkan pelebaran besar (lebih besar dari ? mm !. Scan dengan kontras 6edia kontras dapat menun!ukkan peradangan kemerahan dengan meningkatkan

membran sinoial yang, pada gilirannya, batas !elas area efusi sendi. 7nfiltrasi di sekitar dan abses yang meluas bisa lebih mudah dibedakan pada san dengan kontras dari pada san  biasa. c. MR"

Tuberkulosis menyebabkan kerusakan yang signifikan pada kedua sisi sendi sakroiliaka. /alam beberapa kasus, lesi tuberkulosis pada sendi dapat menyebar ke daerah inguinal dan glutealis dan menghasilkan rongga abses. 6+7 panggul menun!ukkan sakroilitis dan osteomyelitis dengan pembentukan abses luas menyebar ke bagian perut di #ilayah iliopsoas, dan dorsal ke daerah gluteal. 1@ *ambaran 6+7 menun!ukkan penyempitan pada ruang sendi di bagian kranial dari aetabulum dengan peningkatan sklerosis subkondral serta peningkatan sinoial dengan edema sumsum tulang di kepala femoral dan aetabulum yang sesuai. d. Kedokteran Nuklir!#

/alam sebuah studi, skintigrafi *a-? memiliki sensitiitas hingga @ dalam mengidentifikasi TB ekstraparu tetapi gagal untuk membantu mendiagnosa kasus meningitis TB. )etika diagnosis diferensial meliputi infeksi tulang, skintigrafi tulang dengan teknesiumm methylene diphosphonate dapat membantu melokalisasi fous sepsis dan sama sensitifnya dengan skintigrafi leukosit 7n-111. kintigrafi *a-? memiliki sensitiitas yang sama untuk  mendeteksi lesi tulang tetapi !uga mampu membantu mengidentifikasi abses paraspinal dan ekstraskeletal lainnya. Teknik penitraan nuklir tidak membantu membedakan antara penyebab yang berbeda dari sepsis, tetapi mereka membantu mengidentifikasi fokus. %enitraan lebih lan!ut dari daerah tersebut, bersama dengan pengambilan sampel !aringan tambahan, dapat dilakukan untuk membantu dalam diagnosis. 9luorodeoxygluose positron emission tomography (9/* %=T memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pemeriksaan gallium dan indium3 (a dapat dilakukan segera, tanpa diperlukan penundaan antara in!eksi dan pemindaianF (b umumnya menghasilkan dosis radiasi yang lebih rendah karena #aktu paruh 9/* yang pendekF ( hal ini menun!ukkan serapan organ yang sedikit normal, keuali di otak dan !antung, dan (d menyediakan  pengukuran kuantitatif fraksi absolut dosis yang disuntikkan yang menapai !aringan. Tuberkuloma biasanya menun!ukkan serapan di 9/* %=T. %eningkatan serapan !uga terlihat dengan penyakit granulomatosa lain dan infeksi seperti sarkoidosis, histoplasmosis, aspergillosis, dan oidioidomyosis. 2leh karena itu, dalam pengaturan lesi paru yang diketahui, 9*/ %=T tidak dapat digunakan untuk membedakan antara penyebab neoplastik  dan non neoplastik. )eterbatasan ini sangat relean dalam #ilayah geografis di mana TB adalah endemik karena, pada kira-kira ; dari kasus, keganasan dan tuberkuloma dapat hidup berdampingan. $amun, satu studi menun!ukkan bah#a menggunakan %=T kolin karbon-11 dapat membantu membedakan antara kanker paru-paru dan TB. $ilai serapan

standar tinggi dalam massa ganas dan rendah tuberkuloma dengan %=T kolin karbon-11 tetapi tinggi di kedua lesi dengan 9/* %=T .

Penatalaksanaan

Tatalaksana standar untuk CoxitisTB adalah dengan menggunakan multi-drugs kemoterapi anti tuberkulosis untuk 1; hingga 1@ bulan dan di padukan dengan pembedahan dan fisioterapi pada tulang yang terkena. 8pabila terapi pembedahan men!adi modalitas utama, anti-tuberkulosis sangat di butuhkan dalam penegahan reaktiasi tuberkulosis. ;1 Beberapa teknik pembedahan yang dapat di gunakan antara lain arthrotomi dengan debridemant, arthodesis, dan girdlestone resetion artrhoplasti atau yang disebut !uga dengan total arthoplasty. %emberian obat anti-tuberkulosis sebaiknya di berikan ; minggu sebelum operasi dan di lan!utkan dengan pemberian 1 tahun setelah operasi. > &ntuk post operatie dapat di berikan obat rifampiin (10 mg'kg, isoniaGid (5 mg'kg, pyraGinamid (;0 mg'kg, dan etambutol (15 mg'kg untuk ; bulan a#al dan diikuti dengan pemberian rifampisin dan isoniaGid pada 10 bulan berikutnya. Eal ini dilakukan untuk menegah ter!adinya reaktiasi infeksi  Mycobacterium tuberculosis. 6eskipun demikian sebuah penelitan menun!ukkan masih terdapat kemungkinan ter!adinya rekatiasi infeksi tuberkulosis mulai dari 1>  hingga ;;  dari semua kasus yang di teliti. $iagnosis Banding

Coxitis TB dapat didiagnosis bandingkan dengan3 • • •

Coxitis piogenik  2steoathritis 6etastase tulang

Prognosis

/iagnosis pada tahap a#al dan kemoterapi yang efektif sangat penting untuk  menyembuhkan penyakit dan untuk menyelamatkan sendi. )emoterapi anti tuberkulosis dengan atau tanpa interensi bedah telah terdokumentasi dengan baik dalam literatur, tetapi kelainan anatomi sisa seperti fleksi abduksi atau adduksi, subluksasi atau dislokasi, dan mana!emen bagi mereka residual pada anak-anak !arang didokumentasikan %bat Anti Tuberkulosis Pili&an Pertama

1.

Isoniazid  7soniaGid merupakan obat paling poten dalam pengobatan tuberkulosis, merupakan

molekul keil larut dalam air, dan merupakan analog sintetik piridoksine.

7soniaGid bersifat bakteriostatik bagi mikobakterium pada fase stasioner, dan bersifat  bakterisid pada kuman yang sedang tumbuh aktif. =fektif mela#an bakteri intraselular. 7nsidensi dan tingkat keparahan efek samping bergantung dosis dan lama pemberian. =fek samping yang dapat timbul antara lain 3 

+eaksi alergi



$euritis perifer 



Eepatitis dan hepatotoksisitas idiosinkrasi



7nteraksi obat.

.

!ifampin +ifampin adalah deriat semisintetik rifamisin B yaitu salah satu anggota kelompok 

antibiotik makrosiklik yang disebut rifamisin. )elompok Gat ini dihasilkan oleh "treptomyces mediterranei. +ifampisin merupakan bakterisidal bagi mikobakteria intraselular !uga ekstraselular, untuk

6ikobakterium

tuberkulosis,

mikobakterium

atipikal

!uga

mikobakterium

leprae.+ifampin efektif menghambat berbagai pertumbuhan kuman gram positif dan gram negatif. angat aktif terhadap $.meningitidis dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa  !enis irus. +ifampin !arang menimbulkan efek yang tidak diingini. :ang paling sering ialah ruam kulit, demam, mual dan muntah. %ada pemberian berselang dengan dosis lebih besar sering ter!adi flu like syndrome, nefritis interstisial, nekrosis tubular akut, dan trombositopenia. %ada  penderita penyakit hati kronik, alkoholisme, dan usia lan!ut, insidens ikterus dikarenakan rifampin bertambah.

#.

$tambutol  Eampir semua galur mikobakterium tuberkulosis dan mikobakterium kansasii sensitif 

terhadap etambutol. =tambutol tidak efektif untuk kuman lain. 2bat ini tetap menekan  pertumbuhan kuman tuberkulosis yang telah resisten terhadap isoniaGid dan streptomisin. )er!anya menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati. )arena itu obat ini hanya aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik. Eipersensitifitas terhadap etambutol !arang ter!adi. =fek samping yang paling penting adalah gangguan penglihatan, biasanya bilatera, yang merupakan neuritis retrobulbar, yaitu  berupa turunnya ta!am penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan #arna, mengeilnya lapang pandangan, dan skotoma sentra maupun lateral. 7nsidens efek samping ini makin tinggi sesuai dengan peningkatan dosis dan lamanya terapi, namun bersifat reersibel. Terapi dengan etambutol menyebabkan peningkatan kadar asam urat darah pada 50   penderita. Eal ini disebabkan oleh penurunan ekskresi asam urat melalui gin!al. =fek  nonterapi ini mungkin diperkuat oleh isoniaGid dan piridoksin.

%.

Pirazinamid  %iraGinamid di dalam tubuh dihidrolisis oleh enGim piraGinamidase men!adi asam

 piraGinoat dan merupakan bakterisid yang kuat untuk bakteri tahan asam yang berada dalam sel makrofag, lebih aktif beker!a pada hanya pada suasana asam. =fek samping yang paling umum dan serius adalah kelainan hati, oleh karena itu hendaknya dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum pengobatan dengan piraGinamid dimulai, dan pemantauan terhadap transaminase serum dilakukan seara berkala selama  pengobatan berlangsung. 2bat ini !uga menghambat ekskresi asam urat dan dapat menyebabkan kambuhnya pirai.

&.

"treptomisin treptomisin in itro bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman

tuberkulosis. 8danya mikroorganisme yang hidup dalam abses atau kelen!ar limpfe regional serta hilangnya pengaruh obat setelah beberapa bulan pengobatan, mendukung konsep bah#a ker!a streptomisin in io ialah supresi, bukan eradikasi kuman tuberkulosis. 2bat ini dapat menapai kaitas, tetapi relatif sukar berdifusi ke airan intrasel. &mumnya streptomisin dapat diterima dengan baik. )adang-kadang ter!adi sakit kepala sebentar atau malaise. +eaksi hipersensitifitas biasanya ter!adi dalam minggu-minggu

 pertama pengobatan. treptomisin bersifat neurotoksik pada saraf kranial ke A777, bila diberikan dalam dosis besar dan !angka lama. /ian!urkan untuk melakukan pemeriksaan audiometri basal dan berkala pada mereka yang mendapat streptomisin. eperti aminoglikosida lainnya, obat ini !uga bersifat nefrotoksik. 2totoksisitas dan nefrotoksisitas ini sangat tinggi ke!adiannya pada kelompok usia di atas ?5 tahun, oleh karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada kelompok usia tersebut. =fek sa mping lain ialah reaksi anafilaktik, agranulositosis, anemia aplastik, dan demam obat.

Tabel !. 'enis dan $osis %bat Tuberkulosis (ada Anak (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF