Contoh Laporan Tugas Akhir DIII Kebidanan

March 5, 2019 | Author: nimas nimangsari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Tugas Akhir DIII Kebidanan tahun 2015...

Description

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN TERHADAP NY.T DI BPM DWI SRI ISNAWATI PUNGGUR LAMPUNG TENGAH

Oleh: NIMAS NIMANGSARI NIM.12242024

LAPORAN TUGAS AKHIR POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI D III KEBIDANAN METRO 2015

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN TERHADAP NY.T DI BPM DWI SRI ISNAWATI PUNGGUR LAMPUNG TENGAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Oleh: NIMAS NIMANGSARI NIM.12242024

LAPORAN TUGAS AKHIR POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI D III KEBIDANAN METRO 2015

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmayNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan terhadap Ny.T di BPM Dwi Sri Isnawati Kecamatan Punggur Lampung Tengah”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.

Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

2.

Supriatiningsih, AK., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

3.

Septi Widiyanti, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

4.

Islamiyati, AK., MKM, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5.

Firda Fibrila, S.Si.T., M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

6.

Kusrini Katharina, S.Pd., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberikan masukan dalam perbaikan LTA

v

7.

Dwi Sri Isnawati, A.Md.Keb. yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penyusunan LTA di BPM Dwi Sri Isnawati Punggur Lampung Tengah.

8.

Ny.Tina Ristiana selaku responden atas kerjasamanya yang baik

9.

Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai Suparmin dan Sofiyah, kedua kakakku Budi Santoso dan Joko Susilo, kakak iparku Juwariyah dan Sarina, Galuh Saputra, D’Kripkz dan seluruh anggota keluargaku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga LTA ini selesai pada waktunya.

10. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Metro,

Februari 2015

Penulis

vi

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO Laporan Tugas Akhir, Juni 2015 Nimas Nimangsari Asuhan Kebidanan Berkelanjutan terhadap Ny.T di BPM Dwi Sri Isnawati, Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah xvii + 181 halaman, 19 tabel dan 8 lampiran

RINGKASAN

Asuhan kebidanan berkelanjutan terhadap Ny.T umur 21 tahun G 1P0A0 usia kehamilan 35 minggu dengan tafsiran persalinan pada tanggal 29 Maret 2015 dilakukan di BPM Dwi Sri Isnawati, Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah, waktu pelaksanaan asuhan kebidanan yaitu tanggal 18 Februari 2015-30 April 2015. Pada kasus ini diagnosa kebidanan ditegakkan melalui hasil pengkajian terhadap pasien yaitu dengan data subjektif dan data objektif. Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan penulis mulai dari kehamilan, persalinan,nifas dan KB diperoleh bahwa pada kehamilan masalah yang dialami ibu yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang ketidaknyamanan pada trimester III yang dialaminya yaitu sering kencing dan kurangnya kesadaran ibu untuk melakukan senam hamil dan perawatan payudara, perencanaan yang dilakukan yaitu memberikan penjelasan kepada ibu tentang cara mengatasi keluhan sering kencing yang dialaminya dan akan mendemonstrasikan ulang cara melakukan senam hamil dan perawatan payudara. Pada persalinan terdapat indikasi perineum kaku dan pucat, perencanaan yang dilakukan yaitu melakukan tindakan episiotomi. Pada masa nifas ibu mengeluh kurang tidur, perencanaan yang dilakukan yaitu memberikan penjelasan tentang kebutuhan istirahat pada masa nifas. Pada kunjungan KB ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulanan setelah diberikan konseling dini tentang KB pada kunjungan nifas 6 minggu dan setelah mendapat izin dari suami, perencanaan yang dilakukan yaitu akan melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan. Penatalaksanaan yang dilakukan oleh penulis terhadap Ny.T berdasarkan hasil pengkajian pada kehamilan, persalinan, nifas dan KB yaitu memberitahu ibu untuk mengurangi asupan cairan pada 2 jam sebelum tidur agar keluhan sering kencingnya tidak mengganggu istirahatnya pada malam hari, kemudian melakukan demonstrasi ulang senam hamil, mengajarkan lagi cara perawatan payudara pada ibu dan akan mengevaluasi kemampuan ibu pada kunjungan berikutnya. Pada saat persalinan penulis melakukan tindakan episiotomi karena terdapat indikasi perineum kaku dan pucat, kemudian segera setelah bayi lahir dilakukan IMD, setelah itu penulis melakukan heating perineum karena terdapat luka episiotomi derajat 2. Pada masa nifas penulis memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan istirahatnya dengan cara tidur ketika bayinya tidur dan bergantian menjaga bayinya dengan suami/keluarga, pada kunjungan KB penulis melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang telah dilakukan oleh penulis diperoleh data bahwa keluhan sering kencing ibu pada malam hari sudah berkurang, ibu sudah melakukan senam hamil dan perawatan payudara dirumah, pada persalinan bayi lahir 15 menit setelah dilakukan episiotomi, IMD tidak dilakukan lagi setelah 20 menit karena keluarga yang tidak vii

kooperatif, dan heating perineum telah dilakukan. Pada kunjungan nifas berikutnya ibu sudah bisa istirahat dengan cukup dengan cara tidur ketika bayinya tidur dan bergantian menjaga bayinya dengan suami/keluarga. Pada kunjungan KB penulis melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan sesuai dengan keinginan ibu dan suami. Berdasarkan asuhan kebidanan berkelanjutan yang telah dilakukan terhadap Ny.T dapat disimpulkan bahwa secara menyeluruh kondisi yang dialami oleh Ny.T adalah fisiologis, tetapi pada persalinan dilakukan tindakan episiotomi karena adanya indikasi perineum kaku dan pucat. Saran yang diberikan agar asuhan kebidanan berkelanjutan dapat terlaksana secara optimal yaitu agar BPM melengkapi alat untuk pemeriksaan protein urin dan glukosa urin, waktu pelaksanaan asuhan kebidananan berkelanjutan sebaiknya diperpanjang agar asuhan yang diberikan bisa lebih optimal, untuk Program Studi Kebidanan Metro agar melengkapi koleksi buku-buku kebidanan terutama yang up to date dengan ilmu kebidanan terbaru agar mempermudah mahasiswa dalam melakukan peyusunan laporan tugas akhir.

Kata Kunci

: Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB

Daftar Bacaan

: 19 (2005 – 2014)

viii

DAFTAR ISI

Halaman : Halaman Luar ..................................................................................................

i

Halaman Dalam ................................................................................................

ii

Halaman Persetujuan .......................................................................................

iii

Halaman Pengesahan ......................................................................................

iv

Kata Pengantar .................................................................................................

v

Ringkasan ........................................................................................................ vii Daftar Isi ..........................................................................................................

ix

Daftar Tabel .................................................................................................... xiii Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv Daftar Singkatan .............................................................................................. xv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang ..............................................................................

1

B. Pembatasan Masalah ....................................................................

4

C. Tujuan ...........................................................................................

5

D. Ruang lingkup ..............................................................................

6

E. Manfaat .........................................................................................

6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan ....................................................................................

8

1. Pengertian ...............................................................................

8

2. Tanda Gejala ...........................................................................

8

3. Perubahan Fisiologi pada Ibu Hamil ...................................... 11 4. Keluhan Kehamilan pada Trimester III ................................... 16 5. Asuhan Kebidanan pada Trimester III ................................... 21 6. Kebutuhan Kesehatan Ibu ....................................................... 22 7. Pengkajian pada Kehamilan .................................................... 35 ix

8. Diagnosa Kehamilan ............................................................... 38 9. Perencanaan pada Asuhan Kebidanan Kehamilan ................. 38 10. Pelaksanaan pada Pemeriksaan Kehamilan ............................ 39 11. Evaluasi pada Pemeriksaan Kehamilan................................... 41 B. Persalinan ...................................................................................... 42 1. Pengertian Persalinan ............................................................. 42 2. Tanda dan Gejala Persalinan .................................................. 42 3. Perubahan Fisiologi Maternal Selama Persalinan .................. 44 4. Empat Kala dalam Persalinan ................................................ 46 5. Lima Benang Merah ................................................................ 47 6. Faktor Esensial Persalinan ...................................................... 50 7. Kebutuhan Kesehatan Ibu Selama Persalinan ......................... 52 8. Pengkajian pada Persalinan .................................................... 52 9. Diagnosa pada Persalinan........................................................ 56 10. Perencanaan Asuhan Persalinan .............................................. 57 11. Pelaksanaan Pertolongan Persalinan Menggunakan Metode 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal ....................................... 62 12. Evaluasi pada Persalinan ........................................................ 87 C. Nifas ............................................................................................. 88 1.

Pengertian .............................................................................. 88

2.

Tujuan Asuhan Masa Nifas .................................................. 88

3.

Tanda Gejala Nifas Normal .................................................. 88

4.

Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium .................. 89

5.

Kebutuhan Kesehatan Ibu dalam Masa Nifas ....................... 93

6.

Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas ...................................... 98

7.

Pengkajian .............................................................................. 100

8.

Diagnosa ................................................................................. 100

9.

Perencanaan pada Asuhan Kebidanan pada Nifas Normal ... 100

10. Pelaksanaan Kunjungan Nifas................................................ 101 11. Evaluasi pada Masa Nifas ..................................................... 102 D. Keluarga Berencana ...................................................................... 103 1.

Pengertian KB ....................................................................... 103

x

2.

Tujuan Program KB ............................................................... 103

3.

Kebutuhan Kesehatan Ibu ...................................................... 104

4.

Rencana Kelengkapan Keluarga ............................................ 104

5.

Jenis-jenis Alat Kontrasepsi ................................................... 104

BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN TERHADAP NY.T DI BPM DWI SRI ISNAWATI PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015..................................................................................... 119 A. Kehamilan .................................................................................. 119 1. Kunjungan Kehamilan 1 ........................................................ 119 2. Catatan Perkembangan I ....................................................... 133 3. Catatan Perkembangan II ....................................................... 136 B. Persalinan .................................................................................. 141 1. Pengkajian Persalinan Kala I ................................................. 141 2. Catatan Perkembangan Kala II .............................................. 145 3. Catatan Perkembangan Kala III ............................................. 149 4. Catatan Perkembangan Kala IV ............................................. 152 C. Nifas .......................................................................................... 155 1. Pengkajian Nifas 6 Jam .......................................................... 155 2. Catatan Perkembangan Nifas 6 Hari ...................................... 161 3. Catatan Perkembangan Nifas 2 Minggu ................................ 164 4. Catatan Perkembangan Nifas 6 Minggu ................................ 167 D. Pengkajian KB .......................................................................... 170 1. Data Subjektif (S) ................................................................. 170 2. Data Objektif (O) .................................................................. 170 3. Analisa Data (A) ................................................................... 170 4. Penatalaksaan (P) .................................................................. 171 BAB IV PEMBAHASAN A. Kehamilan ................................................................................... 173 B. Persalinan .................................................................................... 175

xi

C. Nifas ............................................................................................ 177 D. Keluarga Berencana .................................................................... 178 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 179 B. Saran..................................................................................................... 180 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Rekomendasi Kisaran Kenaikan Berat Badan Total untuk Wanita Hamil Berdasarkan BMI Sebelum Hamil ...................................................... 15 Tabel 2 Teknik perawatan payudara prenatal ..................................................

29

Tabel 3 Anamnesis pada Antenatal Care .........................................................

36

Tabel 4 Pemeriksaan Antenatal Care ...............................................................

37

Tabel 5 Diagnosa Kehamilan ...........................................................................

38

Tabel 6 Pelaksanaan Pemeriksaan Antenatal Care .........................................

39

Tabel 7 Perubahan Fisiologis Maternal selama Persalinan .............................

44

Tabel 8 Pengkajian Kala I ...............................................................................

53

Tabel 9 Power, Passage, dan Passanger ..........................................................

53

Tabel 10 Pengkajian pada Persalinan Kala IV ................................................

55

Tabel 11 Diagnosa Persalinan Kala I ..............................................................

56

Tabel 12 Diagnosis Persalinan Kala II ............................................................

56

Tabel 13 Diagnosis Persalinan Kala III ..........................................................

57

Tabel 14 Diagnosis Persalinan Kala IV ..........................................................

57

Tabel 15 Penanganan Persalinan Kala I ..........................................................

68

Tabel 16 Penanganan Persalinan Kala II ........................................................

69

Tabel 17 Penanganan Persalinan Kala III .......................................................

74

Tabel 18 Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali ..........................

78

Tabel 19 Penanganan Persalinan Kala IV .......................................................

82

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Informed Consent

Lampiran 2

Kontrak Kegiatan

Lampiran 3

Lembar Konsul

Lampiran 4

Senam Hamil

Lampiran 5

Perawatan payudara

Lampiran 6

Senam Nifas

Lampiran 7

Partograf

Lampiran 8

Lembar Perbaikan

xiv

DAFTAR SINGKATAN

KB

: Keluarga Berencana

AKI

: Angka Kematian ibu

AKB

: Angka Kematian Bayi

MDGs

: Millennium Development Goals

SDKI

: Survey Demogravi Kesehatan Indonesia

GPA

: Gravida Partus Abortus

CSEP

: Canadian Society for Exercise Phisiology

FITT

: Frequency Intensity Time Type

CVAT

: Costovertebral Angel

ANC

: Antenatal Care

IV

: Intra Vena

IM

: Intra Muscular

HIV/ AIDS : Human Immunodeficiency Virus/ Acquired immune deficiency Syndrome BAKSOKU

: Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat

BAB

: Buag Air Besar

BAK

: Buan Air Kecil

IU

: Internasional Unit

WHO

: World Health Organization

UNICEF

: United Nations Children’s Emergency Fund

IVACG

: International Vitamin A Consultative Groups

ASI

: Air Susu Ibu

AC

: Air Conditioner

DJJ

: Denyut Jantung Janin xv

PTT

: Penegangan Tali Pusat Terkendali

SDP

: Sel Darah Putih

TTV

: Tanda - Tanda Vital

UNPAD

: Universitas Padjadjaran

PTS

: Penduduk Tumbuh Seimbang

RENSTRA

: Rencana Strategis

KR

: Kesehatan Reproduksi

AKDR

: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKBK

: Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

FSH

: Follicle Stimulating Hormone

LH

: Luteinizing Hormone

LILA

: Lingkar Lengan Atas

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

IRT

: Ibu Rumah Tangga

TT

: Tetanus Toxoid

TD

: Tekanan Darah

RR

: Respiration Rate

TFU

: Tinggi Fundus Uteri

PX

: Processus Xiphoideus

HB

: Hemoglobin

TM III

: Trimester III

HPHT

: Hari Pertama Haid Terakhir

TP

: Tafsiran Persalinan

LTA

: Laporan Tugas AKhir

TBJ

: Tafsiran Berat Janin

PAP

: Pintu Atas Panggul xvi

UUK

: Ubun - Ubun Kecil

WIB

: Waktu Indoesia Barat

IMD

: Inisiasi Menyusui Dini

KIE

: Konseling Informasi dan Edukasi

BB

: Berat Badan

TB

: Tinggi Badan

IUD

: Intra Uterine Device

IUFD

: Intra Uterine Fetal Death

BBLR

: Berat Bayi Lahir Rendah

KIA

: Kesehatan Ibu dan Anak

KN 1

: Kunjungan Neonatus 1

K1

: Kunjungan Kehamilan 1

SPM

: Standar Pelayanan Minimal

xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya, oleh karena itu pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal, sehingga ibu dapat memantau kondisinya dan janinnya selama kehamilan dan diharapkan ibu hamil dapat bersalin di fasilitas kesehatan agar ibu dan bayi dapat sehat, selamat dan terpantau kondisinya sampai masa nifas serta ibu bisa mendapatkan penjelasan tentang KB sehingga ibu dapat segera memutuskan KB yang sesuai untuk dirinya agar jarak kehamilan dapat diatur dan tidak terlalu dekat. Di Indonesia sendiri masih banyak adat budaya dan kebiasaan yang salah pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan KB seperti periksa hamil jika hamil tua saja,

persalinan di dukun,

tidak dilaksanakannya kunjungan neonatus,

minum jamu-jamuan, tidak membatasi jumlah anak, urut saat hamil, jarak kehamilan yang terlalu dekat dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan tersebut tentu saja mempunyai dampak buruk untuk ibu dan janin seperti tidak terpantaunya 1

2

kondisi ibu selama kehamilan, komplikasi yang tidak terdeteksi, persalinan dengan risiko tinggi sampai dengan kematian ibu dan janin. Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator untuk menilai kesejahteraan ibu dan bayi tetapi pada tahun 2012 AKI di Indonesia justru meningkat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan AKB 32/1000 kelahiran hidup. Dapat dilihat angka tersebut mengalami kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu AKI di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah 32/1000 kelahiran hidup. Hal ini tentu bertentangan dengan target MDGs tahun 2015 yaitu yang akan menurunkan AKI hingga 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup.(SDKI, 2012). Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 laporan dari Kabupaten terdapat 179 kasus dimana kasus kematian terbesar (59, 78%) terjadi pada saat persalinan dan 70, 95% terjadi pada usia 20-34 tahun. (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012). Kasus kematian ibu berdasarkan usia pada saat kematian di Kabupaten Lampung Tengah sebanyak 2 kasus untuk usia 35 tahun. Penyebabnya yang terbesar adalah karena eklampsia yaitu sebanyak 59, 33%, perdarahan 40, 23%, infeksi 2%,

dan lain lain sebanyak 75, 42%.(Dinas Kesehatan Kabupaten

Lampung Tengah, 2012). Pada tahun 2014 tidak ada kasus kematian ibu untuk wilayah puskesmas Punggur, untuk kasus kematian bayi dan balita terdapat 11 kasus,

9 kasus

kematian bayi kelompok usia 0-7 bulan dan 2 kasus kematian balita. Kematian

3

bayi baru lahir semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan. Kematian bayi paling banyak disebabkan karena IUFD sebanyak 4 kasus,

diikuti dengan kelainan

konginetal sebanyak 4 kasus, dan 3 kasus untuk BBLR. (Laporan unit KIA Puskesmas Punggur tahun 2014). Kecamatan Punggur merupakan wilayah yang cukup luas dengan jumlah penduduk 41.275 jiwa, yang terdiri dari 864 bayi, 3.765 balita, 1.478 anak prasekolah, 10.328 wanita usia subur, 951 ibu hamil, 190 ibu hamil dengan risiko tinggi, 908 ibu bersalin, 2.641 usia lanjut. Untuk Desa Mojopahit sendiri jumlah penduduknya 3.864 jiwa, yang terdiri dari 79 bayi, 345 balita, 136 anak prasekolah, 947 wanita usia subur, 87 ibu hamil, 17 ibu hamil dengan risiko tinggi, 83 ibu bersalin, dan 242 usia lanjut. (Laporan unit KIA Puskesmas Punggur tahun 2014). Puskesmas

Punggur

sudah

cukup

masyarakatnya dalam bidang kesehatan,

baik

dalam

menggerakkan

tetapi pada tahun 2014 tetap ada

beberapa cakupan yang belum mencapai SPM yaitu sebagai berikut cakupan K4 yaitu 985 jiwa dengan cakupan 81, 1% dari SPM 90%, cakupan ibu hamil risiko tinggi yang ditangani yaitu 61 jiwa dengan cakupan 11, 15% dari SPM 100%, cakupan neonatus risiko tinggi yang ditangani yaitu 42 jiwa dengan cakupan 41, 37% dari SPM 100%, Cakupan ibu nifas yang mendapatkan vitamin A pada tahun 2014 yaitu 78, 5% dari SPM 90 %, Cakupan ibu hamil dengan KEK yaitu 0, 6% dari SPM 10%, Cakupan ASI eksklusif yaitu 28, 7% dari SPM 80%, Cakupan imunisasi TT1 pada ibu hamil yaitu 86% dari SPM 90%. Cakupan peserta KB untuk wilayah Punggur yaitu terdiri dari 1844 suntik dengan cakupan 27, 3%, 1640 pil dengan cakupan 24, 3%, 513 IUD dengan cakupan 7, 6%,

4

154/279 MOW/MOP dengan cakupan 2, 2%/4, 1%,

2259 implant dengan

cakupan 33, 5%, serta 49 kondom dengan cakupan 0, 7%.(Laporan unit KIA Puskesmas Punggur tahun 2014). Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa untuk wilayah kecamatan Punggur cakupan K4, ibu hamil dengan risiko tinggi yang ditangani, ibu nifas yang mendapatkan vitamin A, imunisasi TT1 pada ibu hamil, ibu hamil dengan KEK, ASI eksklusif dan neonatus dengan risiko tinggi yang ditangani belum mencapai SPM. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat serta pengaruh adat dan kebiasaan yang ada dimasyarakat sehingga menyebabkan tidak dilakukannya kunjungan neonatus,

kunjungan kehamilan

secara rutin, kunjungan nifas dan posyandu sebagai upaya dalam pemantauan kesehatan ibu dan bayi/balita. Penulis sebagai calon bidan akan memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan terhadap Ny.T dari hamil, bersalin, nifas sampai KB. Dengan tujuan agar ibu hamil dapat terpantau kondisinya sehingga dapat mendeteksi dini komplikasi serta menerapkan pelayanan obstetri esensial, pelayanan antenatal, persalinan yang bersih dan aman dan keluarga berencana sesuia dengan empat pilar safe motherhood yang merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan AKB.

B. Pembatasan Masalah Asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas dan KB fisiologis terhadap ibu dilakukan dengan manajemen kebidanan dengan memperhatikan

5

asuhan kebidanan yang berkelanjutan (continuity of care) dari hamil, bersalin, nifas sampai KB.

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan dengan memperhatikan continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada kehamilan terhadap Ny.T di BPS Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah b. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada persalinan terhadap Ny.T di BPS Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah c. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada nifas terhadap Ny.T di BPS Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah d. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada KB terhadap Ny.T di BPS Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah

6

D. Ruang Lingkup a. Sasaran Ny.T G1P0A0 usia kehamilan 35 minggu dengan tafsiran persalinan pada tanggal 29 Maret 2015 dengan memperhatikan asuhan kebidanan yang berkelanjutan atau continuity of care mulai dari asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas dan KB. b. Tempat Asuhan kebidanan berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan KB terhadap Ny.T dilaksanakan di BPM Dwi Sri Isnawati, Amd.Keb Desa Mojopahi, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah c. Waktu Asuhan kebidanan berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan KB terhadap Ny.T dilaksanakan dari tanggal 18 Februari-30 April 2015

E. Manfaat 1. Bagi BPM Dwi Sri Isnawati, Amd.Keb Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dengan memperhatikan continuity of care yaitu dari pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, persalinan yang bersih dan aman, pemantauan masa nifas dengan kunjungan nifas dan pelayanan KB. 2. Bagi Program Studi Kebidanan Metro Manfaat

bagi

institusi

diantaranya

sebagai

dokumentasi

untuk

perbandingan penelitian selanjutnya dan sebagai referensi serta sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.

7

3. Bagi Klien/Pasien Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya asuhan kebidanan sejak masa kehamilan,

persalinan,

nifas dan keluarga berencana serta meningkatkan

pengetahuan tentang manfaat asuhan kebidanan sejak masa kehamilan, persalinan, nifas hingga keluarga berencana. 4. Bagi Penulis Selanjutnya Sebagai bahan yang dapat dipergunakan untuk perbandingan dalam memberikan asuhan berkelanjutan yang berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan. (Prawirohardjo, S, 2006: 89). Kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan perumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.(Manuaba, I, dkk, 2012: 75).

2. Tanda Gejala a. Tanda Dugaan Kehamilan 1) Amenorea (Terlambat Datang Bulan) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan Ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan. 2) Mual Dan Muntah (Emesis) Pengaruh estrogen dan Progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut 8

9

morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang. 3) Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. 4) Sinkope atau Pingsan Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. 5) Payudara Tegang Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama. 6) Sering Miksi Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua gejala ini sudah menghilang. 7) Konstipasi Atau Obstipasi Pengaruh progerteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. 8) Pigmentasi Kulit Keluarnya

melanophore

stimulating

hormone

hipofisis

anterior

menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum),

pada

dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar

10

Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), di sekitar pipi (kloasma gravidarum). 9) Epulis Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila ibu hamil. 10) Varises atau Penampakan Pembuluh Darah Vena Karena pengaruh dari estrogen dan progeteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan. b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan 1) Rahim membesar, sesuai tuanya hamil. 2) Pada pemeriksaan dalam,

dijumpai tanda hegar,

tanda

chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks, dan teraba ballottement. 3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

c. Tanda Pasti Kehamilan 1) Gerakan janin dalam rahim 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba abgian-bagian janin. 3) Denyut jantung janin Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotografi,

alat Doppler.

Dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin.(Manuaba, I, dkk, 2012: 107-109).

11

3. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil a. Uterus Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hiperplasia dan hipertrofi, sehingga menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda Hegar. Hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan hidramnion yang teraba lebih besar. Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama disebut tanda Piskaseck. Perubahan konsentrasi hormonal yang memengaruhi rahim,

yaitu

estrogen dan progesteron menyebabkan progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim yang disebutBraxton Hicks. b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks).

12

c. Ovarium Dengan terjadinya kehamilan,

indung telur yang mengalami korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu .Hal ini terjadi karena kemampuan vili korialis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin. d. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan,

yaitu estrogen,

progerteron dan

somatomamotrofin. e. Sirkulasi Darah Ibu Menurut Manuaba (2012),

peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa

faktor, antara lain : 1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. 2) Terjadi

hubungan langsung antara arteri dan vena

pada

sirkulasi

retroplasenter. 3) Pengaruh hormone estrogen dan Progesterone makin meningkat. Menurut Manuaba (2012), akibat dari faktor-faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu : 1) Volume darah, volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih

besar

dari

pertumbuhan

sel

darah,

sehingga

terjadi

hemodilusi(pengenceran darah) dengan puncaknya pada umur kehamilan 32

13

minggu. Volume darah bertambah sebesar 25-30 %, sel darah bertambah sekitar 20%. 2) Sel darah, sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga mencapai 10.000/ml. 3) Sistem respirasi, pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% daripada biasanya. 4) Sistem pencernaan,

oleh karena pengaruh estrogen,

pengeluaran asam

lambung meningkat dan dapat menyebabkan: a) Hipersalivasi b) Daerah lambung terasa panas c) Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari, yang disebut morning sickness. d) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum. e) Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, disebut hiperemesis gravidarum. f) Progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi. 5) Traktus urinarius, karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.

14

6) Perubahan pada kulit, terjadi deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone. 7) Metabolisme, mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. f. Plasenta dan Air Ketuban Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan tebal 2, 5 sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. tali pusat yang menghubungkan plasenta panjangnya 25-60 cm. Tali pusat terpendek yang terpendek yang pernah dilaporkan adalah 2, 5 cm dan terpanjang sekitar 200 cm. Plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke-16. Jumlah likuor amnii (air ketuban) sekitar 1000 ml sampai 1500 ml pada kehamilan aterm.(Manuaba, I, dkk, 2012: 85-98). g. Berat Badan Maternal Peningkatan berat badan selama kehamilan juga mencakup produk konsepsi (janin, plasenta, dan cairan amniotik), dan hipertrofi beberapa jaringan maternal (uterus, payudara, darah, cadangan lemak, cairan ekstraseluler dan ekstravaskular). Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5 kg, 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal ini berkaitan dengan risiko komplikasi terendah selama kehamilan dan persalinan serta berat badan bayi lahir rendah rendah. (Preticia et al, 1996). Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan berat badan. Tingkat edema, laju metabolik, asupan diet, muntah atau diare, merokok, jumlah cairan amniotik dan ukuran janin, semuanya harus diperhitungkan. Usia maternal, ukuran tubuh prakehamilan, paritas, ras-etnisitas, hipertensi, dan diabetes juga memengaruhi pola peningkatan berat badan maternal.(Abrams et al, 1995).

15

Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap ibu hamil, saat ini didasarkan pada indeks massa prakehamilan (body mass indeks [BMI]), yang menggambarkan perbandingan antar berat badan dengan tinggi badan ibu. Secara umum, pertumbuhan optimal bayi yang belum lahir terjadi jika terjadi jika ibu yang memiliki BMI prakehamilan rendah (27) peningkatan berat badannya lebih sedikit daripada ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan sehat (BMI antara 20 dan 25)(Healt Canada, 1999). Rata-rata peningkatan berat badan gestasional adalah antara 11 dan 16 kg. (Fraser, 2009). The Institute of Medicine’s Subcommitte on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy berpendapat bahwa berat badan selama kehamilan dapat dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (IMB, atau “berat badan untuk tinggi badan) wanita sebelum hamil. BMI didefinisikan sebagai berat badan dibagi tinggi badan yang dikuadratkan (kilogram/m2 atau pon/inci2). Rekomendasi kisaran kenaikan berat badan total untuk wanita hamil berdasarkan BMI sebelum hamil adalah sebagai berikut : Tabel 1 Rekomendasi Kisaran Kenaikan Berat Badan Total Untuk Wanita Hamil Berdasarkan BMI Sebelum Hamil Kategori Berat Badan Untuk Tinggi Badan Rendah (BMI 26,0 hingga 29,0)

Kenaikan Berat Badan Yang Dianjurkan Kg pon 12,5-18 28-40 11,5-16 25-35 7,0-11,5

Sumber : Varney, Helen., dkk. 2008:548.

15-25

16

4. Keluhan Kehamilan pada Trimester III Trimester III mencakup minggu ke-29 sampai 42 kehamilan. Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Hal yang mendasari ketidaknyamanan pada trimester III adalah : a. Pertambahan ukuran uterus akibat dari perkembangan janin dan plasenta serta turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan pengaruh pada sistem organ maternal. Hal tersebut menjadi dasar timbulnya ketidaknyamanan pada ibu selama trimester III. b. Pada trimester III kadar Progesterone mengalami peningkatan dan stabil hingga 7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil. c. Penantian dan persiapan akan persalinan memengaruhi psikologis ibu. Ibu merasa khawatir terhadap proses persalinan yang akan dihadapinya, keadaan bayi saat dilahirkan. Sehingga dukungan pendamping sangat dibutuhkan. Menurut Farid Husin (2014), perubahan-perubahan tersebut menjadi dasar timbulnya keluhan-keluhan fisiologis pada trimester tiga, yaitu : a. Sering berkemih Keluhan sering berkemih disebabkan oleh tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat. Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan dalam menangani keluhan ini adalah dengan cara menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak terganggu.

17

b. Varises dan Wasir 1) Varises Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik-vena sehingga katup vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah balik dan biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Kelemahan katup vena pada kehamilan karena tingginya kadar hormone Progesterone dan estrogen sehingga aliran darah balik menuju jantung melemah dan vena dipaksa bekerja lebih keras untuk dapat memompa darah. Karenanya, varises vena banyak terjadi pada tungkai, vulva atau rectum. Selain perubahan yang terjadi pada vena, penekanan uterus yang membesar selama kehamilan pada vena panggul saat duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava superior saat berbaring dapat menjadi pencetus terjadinya varises. Selain itu pada kehamilan kadar estrogen dan Progesterone memengaruhi pembuluh darah untuk relaksasi akibatnya tekanan akan meningkat sebagai usaha memompa darah. Riwayat keluarga, frekuensi berdiri terlalu lama dan usia menjadi faktor pencetus terjadinya varises. 2) Wasir Wasir atau hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesterone menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran uterus secara umum secara umum mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena dan rectum secara spesifik. Pengaruh hormone Progesterone dan tekanan disebabkan oleh uterus menyebabkan vena-vena pada rectum mengalami tekanan yang lebih dari biasanya. Akibatnya, ketika massa dari rectum akan dikeluarkan

18

tekanan lebih besar sehingga terjadilah hemoroid. Penekanan dapat terjadi pada vena bagian dalam (internal hemoroid) ataupun bagian luar (eksternal hemoroid) rectum. c. Sesak Nafas Sesak nafas pada ibu hamil disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus akan memengaruhi keadaan diafragma ibu hamil, dimana diafragma terdorong keatas 4 cm disertai pergeseran ke atas tulang iga. d. Bengkak dan Kram pada Kaki Bengkak atau oedema adalah penumpukan atau retensi cairan pada daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler. Oedema pada kaki biasa dikeluhkan pada usia kehamilan diatas 34 minggu. Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat dan mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan semakin besar (Jean, 2011). 1) Asuhan Kebidanan pada Bengkak Dikaki a) Anjurkan ibu untuk memperbaiki sikap tubuhnya, terutama saat duduk dan tidur. Hindari duduk dengan posisi kaki menggantung karena akan meningkatkan tekanan akibat gaya gravitasi yang akan menimbulkan bengkak. Pada saat tidur posisikan kaki sedikit tinggi sehingga cairan yang telah menumpuk dibagian ekstraseluler dapat beralih kembali pada intraseluler akibat dari perlawanan gaya gravitasi. b) Hindari mengenakan pakaian ketat dan berdiri lama, duduk tanpa adanya sandaran.

19

c) Lakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur untuk memfasilitasi peningkatan sirkulasi. d) Kenakan

penyokong

abdomen

maternal

atau

korset

untuk

menghilangkan tekanan pada vena panggul. e) Anjurkan ibu untuk menggunakan stocking untuk dapat membantu meringankan tekanan yang memperberat kerja dari pembuluh vena sehingga dapat mencegah terjadinya varises. f) Lakukan senam kegel untuk mengurangi varises vulva atau hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi darah.. g) Gunakan

kompres

es

di

daerah

vulva

untuk

mengurangi

pembengkakan. h) Lakukan mandi air hangat untuk menenangkan. i) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan mengandung kalsium dan vitamin B. Kalsium bermanfaat untuk mencegah terjadinya kram akibat tidak terpenuhinya kebutuhan kalsium tubuh. Sedangkan vitamin B akan membantu menstabilkan sistem saraf. Kram pada kaki disebabkan oleh adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah pada pembuluh darah panggul yang disebabakan oleh tertekannya pembuluh tersebut oleh uterus yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Kram juga dapat disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan kalsium terionisasi dalam serum. e. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah Gangguan tidur yang dialami ibu hamil terutama pada trimester III disebabkan

oleh

ketidaknyamanan

akibat

uterus

yang

membesar,

20

ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin, terutama jika janin aktif. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering berkemih di malam hari), terbangun dimalam hari dan mengganggu tidur yang nyenyak. Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan yaitu dengan menganjurkan ibu untuk mandi dengan air hangat, minum air hangat, contohnya susu sebelum tidur dan melakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur. f. Nyeri Perut Bawah Secara normal nyeri peru bagian bawah disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh sebagian besar ibu dalam kehamilannya. Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya kontraksi Braxton-hicks juga terkait dengan keluhan ibu terkait dengan nyeri perut bagian bawah. g. Heartburn Perasaan panas pada perut atau heartburn atau pirosis sebagai rasa terbakar di saluran pencernaan bagian atas, termasuk tenggorokan. Penyebab heartburn pada kehamilan adalah peningkatan progesterone yang menyebabkan terjadinya relaksasi otot polos, sehingga terjadi penurunan irama dan pergerakan lambung serta penurunan tekanan pada spinkter esofagus bawah. h. Kontraksi Braxton-Hicks Pada trimester akhir, kontraksi dapat sering terjadi setiap 10-20 menit dan juga, sedikit banyak, mungkin berirama. Pada akhir kehamilan, kontraksikontraksi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi penyebab persalinan palsu (false labour).(Husin, F, 2014: 133-143)

21

5. Asuhan Kebidanan pada Trimester III Menurut Farid Husin (2014), dasar dalam pemantauan pada trimester III kehamilan yaitu pada usia kehamilan 27-42 minggu, diantaranya: a. Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan IMT ibu b. Pemeriksaan tekanan darah c. Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin d. Penentuan letak janin dengan palpasi abdominal e. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin f. Deteksi terhadap masalah psikologis dan berikan dukungan selama kehamilan g. Kebutuhan execise ibu yaitu dengan senam hamil h. Deteksi pertumbuhan janin terhambat dengan pemeriksaan palpasi i. Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III j. Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III dan melakukan tindakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat k. Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan l. Persiapan laktasi m. Persiapan persalinan n. Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan kemungkinan kelainan letak janin, letak plasenta atau penurunan kesejahteraan janin o. Lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada trimester III.(Husin, F, 2014: 275-276)

22

6. Kebutuhan Kesehatan Ibu a. Kebutuhan Istirahat pada Ibu Hamil Adanya aktivitas yang dilakukan setiap hari otomatis ibu hamil akan sering merasa lelah daripada sebelum waktu hamil. Ini salah satunya disebabkan oleh faktor beban dari berat janin yang semakin terasa oleh sang ibu. Oleh karena itu pengaturan aktivitas yang tidak terlalu berlebihan sangatlah perlu diterapkan oleh setiap ibu hamil. Banyak wanita menjadi lebih mudah letih atau tertidur lebih lama dalam separuh masa kehamilannya.Rasa letih meningkat ketika mendekati akhir kehamilan. Setiap wanita hamil menemukan cara yang berbeda mengatasi keletihannya. Salah satunya adalah dengan cara beristirahat atau tidur sebentar di siang hari. Untuk memperoleh relaksasi sempurna, ada beberapa syarat yang harus dilakukan selama berada dalam posisi relaksasi, yaitu: 1) Tekuk semua persendian dan pejamkan mata 2) Lemaskan seluruh otot secara tubuh, termasuk otot-otot wajah. 3) Lakukan pernapasan secara teratur dan berirama. 4) Pusatkan pikiran pada irama pernapasan atau hal-hal yang menyenangkan. 5) Apabila saat itu menyilaukan atau gaduh, tutuplah mata dengan sapu tangan dan tutuplah telinga dengan bantal. 6) Pilih posisi relaksasi yang paling menyenangkan. Waktu terbaik untuk melakukan istirahat adalah setiap hari setelah makan siang, pada awal istirahat sore, serta malam sewaktu mau tidur. Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan istirahat atau selama proses persalinan:

23

1) Posisi relaksasi dengan terlentang. 2) Posisi relaksasi dengan berbaring miring. 3) Posisi relaksasi dengan duduk. Ketiga posisi tersebut diatas dapat dipergunakan selama his dan pada saat itu ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada irama pernapasan atau pada sesuatu yang menenangkan.Sangat dianjurkan untuk tidak memperhatikan nyeri his. (Jannah, N, 2012: 151-152). b. Senam Hamil Senam hamil merupakan terapi latihan gerakan untuk menjaga stamina dan kebugaran ibu selama kehamilan dan mempersiapkan ibu secara fisik maupun mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal. Menurut Canadian Society for Exercise Physiology (CSEP),

prinsip

pelaksanaan senam pada ibu hamil yang aman dikenal dengan istilah FITT, yaitu: 1) Frequency (F), senam hamil dilakukan 3-4 kali dalam seminggu 2) Intensity (I), diukur dengan melihat denyut jantung ibu disesuaikan dengan umur. Intensitas ini bisa juga diobservasi melalui “talk test”. Jika ibu berbicara dengan nafas terengah-engah,

maka intensitas senam harus

diturunkan. 3) Time (T), durasi senam hamil dimulai dari 15 menit, kemudian dinaikkan 2 menit perminggu hingga dipertahankan pada durasi 30 menit. Setiap kegiatan senam,

disertai dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5-10

menit. 4) Tipe (T),

pemilihan jenis gerakan harus berisiko minimal dan tidak

membahayakan.(Husin, F, 2014: 288-289)

24

5) Menurut Manuaba (2012), syarat senam hamil : a) Ibu hamil cukup sehat berdasarkan pemeriksaan dokter atau bidan b) Kehamilan tidak mempunyai komplikasi (keguguran berulang, kehamilan dengan perdarahan, kehamilan dengan bekas operasi) c) Dilakukan setelah kehamilan berusia 20-22 minggu d) Dengan bimbingan petugas (Manuaba, I, dkk, 2012: 135)

c. Tanda-Tanda Bahaya dalam Kehamilan 1) Perdarahan Vagina Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting di sekitar waktu pertama terlambat haid. Hal ini karena terjadinya implantasi. Pada waktu lain dalam kehamilan,

perdarahan ringan mungkin

pertanda dari Serviks yang rapuh (erosi), mungkin normal atau disebabkan oleh infeksi. Menurut Nurul Jannah (2012),

perdarahan vagina yang terjadi pada

wanita hamil dapat dibedakan menjadi 2 bagian : a) Pada awal kehamilan : abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik terganggu. b) Pada akhir kehamilan : solusio plasenta dan plasenta previa.

2) Sakit Kepala yang Hebat, Menetap dan Tidak Hilang Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan yang biasa disebabkan oleh pengaruh hormone dan keletihan.

25

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat adalah salah satu gejala preeklampsi.Preeklampsi biasanya juga disertai dengan penglihatan tibatiba hilang/kabur,

bengkak/oedema pada kaki dan muka serta nyeri pada

epigastrium.

3) Nyeri Abdomen yang Hebat Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan dengan persalinan normal.Merupakan nyeri yang hebat,

menetap,

dan tidak hilang

setelah beristirahat bisa berarti appendicitis, abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis dan infeksi kandung kemih. Menurut Nurul Jannah (2012),

nyeri abdomen bagian bawah dapat

bersifat: a) Nyeri kuat,

terus-menerus dalam 3 bulan pertama. Mungkin bisa

disebabkan oleh kehamilan diluar kandungan yaitu didalam tuba fallopi (saluran sel telur) yang dikenal dengan kehamilan ektopik terganggu. Menurut Nurul Jannah (2012),

tanda dan gejala kehamilan ektopik

terganggu ini adalah: (1) Terlambat datang bulan. (2) Nyeri perut bagian bawah disatu sisi. (3) Perdarahan yang sedikit dari liang vagina. (4) Pusing, TD menurun, dan nadi meningkat. (5) Abdomen ibu terasa tegang. b) Nyeri kuat yang berdenyut-denyut (seperti kram) pada 6 bulan pertama kehamilan bisa berarti abortus/ keguguran.

26

c) Nyeri kuat, terus-menerus di akhir kehamilan. Bisa berarti terjadi robekan plasenta dari dinding rahim. Ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa ibu. d) Nyeri yang berdenyut-denyut disekitar bulan ke-7 atau 8 bisa berarti akan mengalami persalinan yang lebih cepat.

4)

Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-

6.Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu selama 12 jam yaitu sebanyak 10 kali. 5) Keluar Air Ketuban sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini) Dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau yang khas.Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak akan mempersulit persalinan yang dilakukan di tempat dengan fasilitas belum memadai. 6) Muntah Terus-menerus (Hiperemesis Gravidarum) Terdapat muntah yang terus-menerus yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Menurut Nurul Jannah (2012), gejala-gejala hiperemesis lainnya: a) Nafsu makan menurun. b) Berat badan menurun. c) Nyeri daerah epigastrium.

27

d) Tekanan darah menurun dan nadi meningkat. e) Lidah kering. f) Mata nampak cekung.

7) Demam Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh malaria. Menurut Nurul Jannah (2012), pengaruh malaria terhadap kehamilan: a) Memecahkan butir darah merah sehingga menimbulkan anemia. b) Infeksi plasenta dapat menghalangi pertukaran dan menyalurkan nutrisi ke janin. c) Panas badan tinggi merangsang terjadi kontraksi rahim. Akibat

gangguan tersebut

dapat

terjadi

keguguran,

persalinan

prematuritas, dismaturitas, kematian neonates tinggi, kala II memanjang, dan retensio plasenta.

8) Anemia Menurut Nurul Jannah (2012), anemia dibagi menjadi: a) Anemia ringan : 9-10 gr% b) Anemia sedang : 7-8 gr % c) Anemia berat : < 7 gr% Pengaruh anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus,partus prematurus, IUGR, infeksi, hiperemesis gravidarum, dan lain-lain. Menurut Nurul Jannah (2012), tanda-tanda anemia adalah sebagai berikut: a) Bagian dalam kelopak mata, lidah, dan kuku pucat.

28

b) Lemah dan merasa cepat lelah. c) Mata berkunang-kunang. d) Napas pendek. e) Nadi meningkat. f)

Pingsan.

9) Kejang Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi. (Jannah, N, 2012: 183-191)

d. Pemeliharaan Payudara Payudara yang dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi, perlu perhatian yang seksam. Dengan pakaian dalam (bra) yang longgar, maka perkembanga payudara tidak terhalang. Puting susu penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu perlu ditari tarik sehingga menonjol dan memudahkan memberi ASI. Puting susu yang terlalu masuk dikeluarkan dengan jalan operasi atau dengan pompa susu. Perawatan payudara sebelum lahir (prenatal breast care) bertujuan memelihara hygine payudara, melenturkan/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk kedalam (retracted nipple). Perawatan payudara setelah melahirkan (postnatal breast care) bertujuan memelihara hygiene payudara, memperbanyak/ memperlancar produksi ASI dan merangsang sel-sel payudara.

29

Tabel 2 Teknik Perawatan Payudara Pranatal No. 1 2 3 4 5 6

Teknik Perawatan Payudara Prenatal Kompres puting susu dan area sekitarnya dengan menempelkan kapas/lap yang dibasahi minyak atau baby oil. Bersihkan puting dan area sekitarnya dengan handuk kering yang bersih. Pegang kedua puting susu lalu tarik keluar bersama dan diputar kedalam 20 kali, keluar 20 kali. Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu payudara diurut dari pangkal menuju puting susu sebanyak 30 kali Kemudian pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk memastikan saluran susu tidak tersumbat. Pakailah bra yang menopang payudara.

Sumber: Manuaba , I, dkk, 2012: 121.

e. Persiapan Persalinan Dan Laktasi Salah satu tujuan persiapan persalinan adalah meningkatkan kesehatan optimal menjelang persalinan dan segera dapat memberikan laktasi.Untuk mencapai keadaan optimal menjelang persalinan perlu dilakukan dua langkah penting yaitu melakukan senam hamil dan mempersiapkan keadaan payudara untuk laktasi. (Manuaba, I, dkk, 2012: 123) f. Standar Pelayanan Minimal Asuhan Antenatal “11 T” 1) Timbang Berat Badan Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. 2) Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA). Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung

30

lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23, 5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). 3) Ukur Tekanan Darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria) 4) Ukur Tinggi Fundus Uteri Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,

kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu. 5) Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin. 6) Tentukan Presentasi Janin Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

31

7) Beri Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum,

ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. 8) Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi) Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. 9) Periksa Laboratorium (Rutin Dan Khusus) Menurut Depkes RI (2010), pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi: a) Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. c) Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu

32

hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil. d) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama,

sekali pada

trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga). e) Pemeriksaan darah Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi. f) Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan. g) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah

menjalani

konseling

kemudian

diberi

kesempatan

untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV. h) Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,

apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

33

10) Tatalaksana/Penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. 11) KIE Efektif Menurut Depkes RI (2010), KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi: a) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9- 10 jam per hari) dan tidak bekerja berat. b) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan. c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan. d) Tanda bahaya pada kehamilan,

persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-

34

tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. e) Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan. Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya. f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya. g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya,

dan kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

35

h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan. i) KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga. j) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum. k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster) Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasiauditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan. (Depkes RI, 2010)

7. Pengkajian pada Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2008),

pada pemeriksaan kehamilan harus

dilakukan pengkajian. Pengkajian pada kehamilan terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan.

36

a. Anamnesis Pada Pemeriksaan Kehamilan Tabel 3 Anamnesis pada Antenatal Care Riwayat Kehamilan Ini 1. Usia ibu hamil 2. HPHT, siklus haid 3. Perdarahan pervaginam 4. Keputihan 5. Mual dan muntah 6. Masalah /kelainan pada kehamilan sekarang 7. Pemakaian obat-obat (termasuk jamu-jamuan)

Riwayat Obstetri Lalu

Riwayat Penyakit

1. Jumlah kehamilan 2. Jumlah persalinan 3. Jumlah persalinan 4. Jumlah persalinan cukup bulan 5. Jumlah persalinan premature 6. Jumlah anak hidup 7. Jumlah keguguran 8. Jumlah aborsi 9. Perdarahan pada kehamilan, persalinan, nifas terdahulu 10. adanya hipertensi dalam kehamilan terdahulu 11. berat bayi< 2, 5 kg atau>4kg 12. adanya masalahmasalah selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu

1. Penyakit Jantung 2. Tekanan Darah Tinggi 3. Diabetes Mellitus 4. TBC 5. Pernah operasi 6. Alergi obat/makanan 7. Ginjal 8. Asma 9. Epilepsy 10. Penyakit hati 11. Pernah kecelakaan

Sumber: Prawirohardjo, S. 2006: 91-92.

Riwayat Sosial Ekonomi 1. Status perkawinan 2. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan 3. Jumlah keluarga dirumah yang membantu 4. Siapa pembuat keputusan dalam keluarga 5. Kebiasaan makan dan minum 6. Kebiasaan merokok, menggunakan obat-obat dan alkohol 7. Kehidupan seksual 8. Pekerjaan dan aktivitas seharihari 9. Pilihan tempat untuk melahirkan 10. Pendidikan 11. Penghasilan

37

b. Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) Tabel 4 Pemeriksaan Antenatal Care Fisik Umum Kunjungan pertama : 1. Tekanan darah 2. Suhu badan 3. Nadi 4. Pernafasan 5. Berat badan 6. Tinggi badan 7. Muka: Edema, pucat 8. Mulut&gigi : kebersihan, karies, tonsil, paru 9. Tiroid/gondok 10. Tulang belakang/punggung : Skoliosis 11. Payudara : puting susu, tumor 12. Abdomen: bekas operasi 13. Ekstremitas: Edema, varises, reflek patella 14. Costovertebral angle tenderness (CVAT) 15. Kulit: kebersihan/penyakit kulit

Pemeriksaan Luar Pada setiap kunjungan : 1. Mengukur tinggi fundus uteri 2. Palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih 28 minggu) 3. Auskultasi detak jantung janin

Kunjungan berikut : 1. Tekanan darah 2. Berat badan 3. Edema 4. Masalah dari kunjungan pertama

Sumber: Prawirohardjo, S. 2006: 92-93.

Pemeriksaan Dalam Pada kunjungan pertama: 1. Pemeriksaan vulva/perinium untuk: a. Varises b. Kondiloma c. Edema d. Hemoroid e. Kelainan lain 2.

a. b. c.

3. a. b. c. d. e. f. *

Pemeriksaan dengan speculum untuk menilaii: Serviks Tanda-tanda infeksi Cairan dari ostium uteri Pemeriksaan untuk menilai: Serviks* Uterus* Adneksa* Bartholini Skena Uretra Bila kehamilan minggu

usia 500 cc Periksa apakah ada darah keluar langsung pada saat memeriksa uterus. Jika uetrus berkontraksi kuat, lokhea kemungkinan tidak lebih dari menstruasi Periksa untuk memastikan kandung kemih tidak penuh. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya 1. Periksa setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil pantau ibu lebih sering. 2. Apakah ibu membutuhkan minum? 3. Apakan ibu ingin memegang bayinya 1. Apakah bayi bernafas dengan baik? 2. Apakah bayi kering dan hangat? 3. Apakah bayi siap disusui/pemberian ASI memuaskan?

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 119.

56

9. Diagnosa pada Persalinan a. Diagnosis pada Persalinan Kala I Tabel 11 Diagnosis Persalinan Kala I Kategori

Keterangan

Sudah dalam persalinan (inpartu)

Kemajuan persalinan normal

Ada tanda-tanda persalinan : Pembukaan Serviks> 3 cm His adekuat (teratur, minimal 2 X dalam 10 menit selama 40 detik) Lendir darah dari vagina Kemajuan berjalan sesuai dalam patograf

Persalinan bermasalah

Seperti : kemajuan persalinan yang tidak sesuai dengan patograf melewati garis waspada

Kegawatdaruratan saat persalinan

Seperti : Eklamsi, perdarahan, gawat janin.

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 108.

b. Diagnosis pada Persalinan Kala II Tabel 12 Diagnosis Persalinan Kala II Kategori

Keterangan

Kala dua berjalan dengan baik

Ada kemajuan pnurunan kepala bayi

Kondisi kegawatdaruratan pada kala dua

Kondisi kegawatdaruratan membutuhkan peubahan dalam penatalaksanaan perubahan segera contoh kondisi tersebut termasuk : eklamsi, kegawatdaruratan bayi, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu.

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 111.

57

c. Diagnosis pada Persalinan Kala III Tabel 13 Diagnosis Persalinan Kala III Kategori

Deskripsi

Kehamilan dengan janin normal tunggal

Persalinan sepontan melalui vagina pada bayi tunggal cukup bulan

Janin normal

1. 2. 3. 4.

Bayi dengan penyulit

Lihat bayi dengan penyulit seperti : berat badan kurang, asfiksia , afgar rendah, cacat lahir pada kaki.

Tidak ada tanda-tanda kesulitan pernafasan Apgar lebih dari 7 pada menit ke 5 Tanda-tanda vital setabil Berat badan >2500 gram

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 115-116.

d. Diagnosis pada Persalinan Kala IV Tabel 14 Diagnosis Persalinan Kala IV Kategori Involusi normal

Kala IV dengan penyulit

Deskripsi 1. 2. 3. 4. 1. 2.

Tonus – uterus tetap berkontraksi Posisi –fundus uteri di atau bawah umbilikus Perdarahan-tidak berlebihan Cairan-tidak berbau Sub-involusi-uterus tidak keras posisi sdiatas umbilikus Perdarahan-atonia, laserasi, bagian plasenta tertinggal/membran/yang lain.

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 120.

10. Perencanaan Asuhan Persalinan a. Asuhan Kala I Persalinan 1) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, dan keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu. 2) Mengatur aktifitas dan posisi yang nyaman bagi ibu.

58

3) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara ibu diminta untuk menarik nafas panjang,

kemudian dilepaskan

dengan meniup sewaktu ada his. 4) Menjaga privasi ibu antara lain dengan menggunakan penutup atau tirai dan tidak menghadirkan orang lain tanpa pengetahuan ibu dan seizin ibu. 5) Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu,

prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil

pemeriksaan. 6) Menjaga kebersihan diri dengan membolehkan ibu untuk mandi dan menganjurkan ibu untuk membasuh kemaluannya seusai buang air besar atau kecil. 7) Mengatasi rasa panas ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat. Bidan dapat mengatasinya dengan meggunakan kipas angin/AC. 8) Masase dengan melakukan pijatan pada punggung dan mengusap perut dengan lembut. 9) Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi. 10) Mempertahankan

kandung

kemih

tetap

kosong

menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin. 11) Memberikan support pada ibu dan keluarga.

dengan

59

b. Asuhan Kala II 1) Memberikan dukungan pada ibu dalam menghadapi persalinan. 2) Memberikan ibu makanan dan minuman jika tidak ada his. 3) Mendampingi ibu dengan keluarga atau suami saat melahirkan. 4) Memantau DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (nadi 12x/menit). Selama mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin. 5) Memimpin persalinan jika sudah ada tanda-tanda Kala II. 6) Memakai sarung tangan saat kepala bayi terlihat 7) Menjaga kebersihan ibu jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain bersih. 8) Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his. 9) Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa bersih dan biarkan kepala bayi memutar. 10) Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah persalinan dengan cara tepat. 11) Segera setelah lahir, periksa keadaaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segara keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan hangat. 12) Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong diantara dua klem dengan gunting steril. 13) Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui.

60

c. Asuhan Kala III 1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta 2 menit setelah kelahiran bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0, 2 mg IM. 2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT),

PTT

dilakukan hanya kalau uterus berkontraksi. 3) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan. 4) Jika menggunakan manajemen aktif Kala III dan plasenta belum lahir dalam 15 menit, berikan oksitosin 10 IU secara IM dosis kedua. 5) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh. 6) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta. d. Asuhan Kala IV 1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. 2) Evaluasi fungsi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri. 3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

61

4) Periksa perenium perdarahan aktif (misalnya, apakah dari laserasi atau episiotomi). Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu: a) Laserasi derajat 1:

Robekan terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, dan kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik. b) Laserasi derajat 2:

Robekan terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior,

kulit perineum,

dan otot perineum.

Diperlukan penjahitan. c) Laserasi derajat 3:

Robekan terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani. d) Laserasi derajat 4: komisura posterior,

Robekan terjadi pada mukosa vagina, kulit perineum,

otot perineum,

otot

sfingter ani, dan dinding depan rektum. Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat 3 atau 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan. 5) Evaluasi keadaan umum ibu. 6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.(Wiknjosastro, G.H., dkk: 2008: 114-115)

62

11. Pelaksanaan Pertolongan Persalinan Menggunakan Metode 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal: a. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua b. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set. c. Memakai celemek plastik. d. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. e. Menggunakasn sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. f. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,

isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set. g. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dan gerakan vulva ke perineum. h. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. i. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan clorin 0, 5 %, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan clorin 0, 5 %. j. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit). k. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta

63

l. ibu untuk meneran saat ada His apabila ibu sudah merasa ingin meneran.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada His, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia meneran nyaman). m. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. n. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. o. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. p. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu. q. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. r. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. s. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut. t. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin. u. Menunggu hingga kapala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. v. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,

pegang secara

biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan

64

muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. w. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah atas. x. Setelah badan dan lengan lahir,

tangan kiri menyusuri punggung

kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) y. Menilai penilaian selintas: 1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan. 2) Apakah bayi bergerak aktif. z. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu. aa. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. bb. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. cc. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin). dd. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

65

ee. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem. ff. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. gg. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. hh. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. ii. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu,

di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.. jj. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. kk. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). ll. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

66

mm. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras). nn. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. oo. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. pp. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan. qq. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. rr. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramaskuler di paha kiri anterolateral. ss. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. tt. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. uu. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. vv. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

67

ww. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. xx. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. yy. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0, 5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. zz. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. aaa. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering. bbb. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. ccc. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %. ddd. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0, 5%. eee. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. fff. Melengkapi partograf.

68

a. Penanganan pada Persalinan Kala I Tabel 15 Penanganan Persalinan Kala I Tindakan

Deskripsi dan Keterangan

Menghadirkan orang yang di anggap penting oleh ibu seperti : suami, keluarga pasien atau orang dekat

Dukungan yang dapat diberikan : 1. Mengusap keringat 2. Menemani/ membimbing jalan-jalan (mobilisasi) 3. Memberiakan minum 4. Merubah posiis dan sebagainya 5. Memijat atau mengosok pinggang

Mengatur aktivitas dan posisi ibu

6.

Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his Mejaga privasi ibu

Penjelasan tentang kemajuan persalinan Menjaga kebersihan diri Mengatasi rasa panas

Masase Pemberian cukup minum Mempertahankan kandung kemih tetap kosong Sentuhan

Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya 7. Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun ibu ingin di tempat tidur sebaiknya tidak di anjurkan tidur dengan posisiterlentang lurus Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktui ada his Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, di anatra lain menggunakan penutup atau tirai, tidak mengadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan Membolekan ibu untuk mandi, menganjurkan ibu untuk mebasuh kemaluannya seusai membuang air kecil Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, dapat di atasi dengan cara : 1. Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar 2. Menggunakan kipas biasa 3. Menganjurkan ibu untuk mandi Jika ibu suka, lakukan masese pada punggung atau mengusap perut dengan lembut Untuk memnuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin Disesuaikan dengan keinginan ibu , memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk mengurangi kesendirian ibu selama proses persalinan.

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 109.

69

b. Penanganan pada Persalinan Kala II Tabel 16 Penanganan Persalinan Kala II Tindakan Memberikan dukunga terus menerus pada ibu Menjaga kebersihan diri

Mengipasi dan masese Memberikan dukungan mental

Mengatur posisis ibu

Menjaga kandung tetap kosong

kemih

Memberikan cukup minum Memimpi mengedan

Bernafas selama persalinan

Pemantauan denyut jantung janin Melahirkan bayi

Deskripsi dan Keterangan Kehadidiran seseorang untuk : 1. mendampingi ibu agar merasa nyaman 2. menawarkan minum dan memijat ibu 3. ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar infeksi 4. bila ada darah, lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan Menambah kenyamanan bagi ibu Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara : 1. Menjaga privasi ibu 2. Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan 3. Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu Dalam memimpi mengedan dapat dipilih posisi berikut : 1. Jongkok 2. Menungging 3. Tidur miring 4. Setengah duduk Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri mudah mengedan, kurangnya trauma dan perineum dan infeksi Ibu di anjurkan untuk berkemih sesrering mungkin, kandung kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala kepada rongga panggul Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi Ibu dipimpi mengedan selam his anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai afgar rendah Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir . hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan Periksa djj setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami brakikardi (< 120). Selama mengedan yang lama akan terjadi penguranagn darah dan oksigen kejanin Menolong kelahiran kepala : 1. Letakkan satu tangan kekepala bayi agar depleksi tidak terlalu cepat 2. Menahan perineum dengan satu tangan bila diperlukan 3. Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir atau darah Periksa tali pusat 4. Bila lilitan tali pusat terlalu ketat diklem pada dua tempat kemudian digunting di anatar dua klem tersebut sambil melindungi leher bayilahirkan bahu dan anggota seluruhnya :

70

Tindakan

Bayi dikeringkan dan dihanagtkan sampai seluruh tubuh Merangsang bayi

Deskripsi dan Keterangan 5. Tempatkan kedua tanagn pada sisi kepala dan leher bayi 6. Lakuakan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu depan lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang 7. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi samping menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya kepunggung bayi untuk 8. Mengeluarkan tubuh bayi seluruhnaya pegang erat bayi jangan sampai jatuh Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan diselimuti dengan menggunakan handuk dan sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan berikan bayi untuk menetek 1. Biasanya dengan melakukan pengerinagn cukup diberikan rangsangan pada bayi 2. Dilakukan dengan cra mengusap-usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 112-113.

c. Episiotomi 1) Pengertian Episiotomi Episiotomi adalah insisi jaringan perineal yang bertujuan melebarkan pintu vulva selama pelahiran.(Diane M.F., dkk:2009). 2) Indikasi Dilakukan Episiotomi a) Gawat janin. b) Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang,

distosia

bahu, ekstraksi forceps, ekstraksi vakum). c) Perineum kaku dan pendek d) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan. 3) Jenis-jenis Episiotomi a) Episiotomi Median Episiotomi median,

yang diinsisi ke arah titik tendinoeus perineum,

memisahkan dua sisi otot perineum bulbokavernosus dan otot tranversus perinea

71

superfisialis. Kedua sisi otot transversus perinea profunda juga dapat dipisahkan, bergantung pada kedalaman insisi. b) Episiotomi Mediolateral Teknik episiotomi mediolateral sama dengan teknik episiotomi median kecuali arah potongan dan letak gunting untuk memotong. Tidak penting apakan episiotomi mediolateral dipotong kearah kiri atau kanan. Lebih mudah bagi peserta didik dengan tangan dominan kanan memperbaiki episiotomi mediolateral kiri, begitu juga sebaliknya. Episiotomi mediolateral dipotong pada celah yang dimulai digaris tengah fourchette posterior dengan titik pengguntingan diarahkan ke tuberositas iskiadika pada sisi yang sama sfingter ani eksterna,

arahkan

potongan cukup jauh kearah lateral untuk menghindari sfingter dan akan lebih baik tinggalkan kira-kira 1 cm otot levator ani di antara insisi dan sfingter untuk diperbaiki. Juga berhati-hati untuk tidak memulai potongan pada aspek lateral fourchette atau mengarahkan potongan terlalu jauh ke sisi lateral sebagai upaya menghindari kelenjar Bartholini di sisi tersebut. Episiotomi mediolateral memotong sampai titik tendineus pusat perineum,

melewati

bulbokavernosus

dan

otot-otot

transversus

perinea

superfisialis dan profunda, dan ke dalam otot pubokoksigeus (levator ani). Berapa banyak otot pubokoksigeus yang dipotong bergantung pada panjang dan kedalaman insisi. Biasanya potongan tersebut lebih besar daripada potongan episiotomi median karena biasanya episiotomi dilakukan jika diperlukan ruang lebih banyak daripada yang tersedia antara fourchette posterior dan sfingter ani eksterna.

72

4) Melakukan Episiotomi Dengan Anastesi Local a) Memberikan Anastesi Local Berikan anastesi local secara dini

agar obat tersebut memiliki cukup

waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anastesi lokal adalah bagian dari asuhan sayang ibu. (1) Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu dia untuk merasa rileks. (2) Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air distilasi steril, sebagai contoh larutkan 5 ml lidokain dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air steril. (3) Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan, jika diperlukan). (4) Letakkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum (5) Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan di episiotomi. (6) Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik, jangan suntikan lidokain,

tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan

tusukkan kembali. Alasan : ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika lidokain disuntikkan kedalam pembuluh darah.

73

(7) Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan maksimum 10 ml lidokain. (8) Tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit melembung karena anastesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum di sepanjang garis yang akan dilakukan episotomi.

b) Prosedur Melakukan Episiotomi (1) Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan : melakukan episiotomi akan menyebabkan perdarahan maka jangan melakukannya terlalu dini. (2) Masukkan dua jari kedalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut kea rah luar pada perineum. Alasan : hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah di episiotomi. (3) Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting ditengah-tengah fourchette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika anda bukan kidal, episiotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi untuk mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarah gunting cukup jauh ke arah samping untuk menghindari sfingter. (4) Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari menggunting jaringan sedikit demi

74

sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhan lebih lama. (5) Gunakkan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina. (6) Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan dilapsi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan. (7) Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi. (8) Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi tambahan, lakukan penjahitan

jika

terjadi

perluasan

episiotomi

atau

laserasi

tambahan.(Wiknjosastro, 2008: 172)

d. Penanganan pada Persalinan Kala III Tabel 17 Penanganan Persalinan Kala III Langkah-Langkah Inti Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin Memberikan oksitosin

Melakukan penanganan tali pusat terkendali atau PTT

Deskripsi dan Keterangan Dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai proses pelepasan plasenta Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta 1. Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal 2. Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas dan hanya bayi tunggal 3. Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta masih belum lahir 4. Jika oksitosin tidak tersedia , rangsang puting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas: 1. Satu tangan diletakkan pada korpus uteri diatas simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan dengan gerakan dorso kranial- kearah belakang dan kearah kepala ibu. 2. Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi 3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi , ibu dapat juga memberitahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus tidak sedang berkontraksi , tangan

75

Langkah-Langkah Inti

Masase fundus

Deskripsi dan Keterangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT , ulangi langkah-langakahPTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. Begitu plasenta terlepas , keluarkan dari jalan lahir dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan kebawah dan ke atas sesuai jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus agar menimbulkan kontrksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan postpartum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi , mulailah melakukan kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan postpartum.

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 116-117.

e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1) Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam b) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga IMD selesai dilakukan, tersebut seperti:

menimbang,

prosedur

pemberian antibiotika salep

mata, vitamin K1 dan lain-lain. d) Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai

sedini

mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih,

bahkan

sampai bayi dapat menyusui sendiri. Bayi diberi topi dan

76

diselimuti Ayah atau keluarga dapat member dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan. 2) Keuntungan Kontak Kulit Dengan Kulit Untuk Bayi a) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi b) Kontak kulit ke kulit dan IMD akan: (1) Menstabilkan pernapasan (2) Mengendalikan temperature tubuh bayi (3) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik (4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif (5) Meningkatkan kenaikan berat badan (bayi kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat) (6) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi (7) Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama (8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi (9) Bilirubin akan lebih cepat

normal dan mengeluarkan

mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian ikterus BBL (10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya

77

3) Keuntungan Kontak Kulit Dengan Kulit Untuk Ibu a) Merangsang produksi oksitosin pada ibu (1) Manfaat oksitosin untuk ibu: (a) Stimulasi

kontraksi

uterus

dan

menurunkan

risiko

perdarahan pascapersalinan (b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI (c) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi (d) Ibu menjadi lebih tenang, fasilitas kelahiran plasenta dan pengalihan

rasa

nyeri

dari

berbagai

prosedur

pascapersalinan lainnya b) Merangsang produksi prolaktin pada ibu (1) Manfaat prolaktin untuk ibu (a) Meningkatkan produksi ASI (b) Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman (c) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu (d) Menunda ovulasi 4) Keuntungan IMD Untuk Bayi a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi. b) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.

78

c) Meningkatkan kecerdasan. d) Membantu bayi mengkoordinasi kemampuan hisap,

telan dan

napas. e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi f) Mencegah kehilangan panas g) Memulai IMD akan: (1) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah (2) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan lamanya bayi disusui (3) Merangsang produksi ASI (4) Memperkuat reflex mengisap bayi. Reflek menghisap awal pada bayi paling kuat dalam bebrapa jam pertama setelah lahir. 5) Lima Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali Tabel 18 Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali Langkah

Perilaku Yang Teramati

Perkiraan Waktu

1 2

Bayi beristirahat dan melihat Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa jarinya ke mulut Bayi mengeluarkan air liur Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu, lengan dan badannya kea rah dada ibu dengan mengandalkan indra penciumannya Bayi melekatkan mulutnya ke putting ibu

30 menit pertaa 30-60 menit setelah lahir dengan kontak kulit dengan kulit terus-menerus tanpa terputus

3 4

5

Sumber : Wiknjosastro, Gulardi: 2008: 134 6) Langkah Inisiasi Menyusu Dini Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir a) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan (1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran (2) Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu

79

(3) Nilai bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak(2 detik) (4) Bila tidak perlu diresusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan

verniks.

Verniks

akan

menghangatkan tubuh bayi. Setelah kering,

membantu selimuti bayi

dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem. (5) Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga membantunya mencari putting ibunya yang berbau sama (6) Lender cukup dilap dengan kain bersih. Penghisapan lender di dalam mulut dan hidung bayi dapat merusak selaput lender dan meningkatkan risiko infeksi pernapasan (7) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus

(hamil

tunggal)

kemudian

suntikan

intramuscular 10 IU oksitosin pada ibu. Jaga bayi tetap hangat. b) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam (1) Setelah tali pusat dipotong dan diikat. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tetapi lebih rendah dari putting. (2) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

80

(3) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antar ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit (4) Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu (5) Selama kontak kulit ke kulit tersebut,

lanjutkan dengan

langkah manajemen aktif kala 3 persalinan c) Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai menyusu (1) Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusu (2) Anjurkan ibu dan orang lainya untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. (3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu, tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia. (4) Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi diruang bersalin hingga bayi selesai menyusu

81

(5) Segera setelah BBL selesai menghisap,

bayi akan berhenti

menelan dan melepaskan putting. Bayi dan ibu akan merasa mengantuk. Bayi kemudian diselimuti dengan kain bersih, lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi. Mengoleskan salep antibiotika pada mata bayi dan memberikan suntikkan vitamin K1. (6) Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. (7) Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan BBL (pemberian antibiotika salep mata dan vitamin K1) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu. (8) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat. (9) Satu jam kemudian, berikan bayi suntikkan Hepatitis B pertama. (10) Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan kembali bayi dekat dengan ibu sehingga mudah tejangkau dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.(Wiknjosastro, 2008: 131)

82

f. Penanganan pada Persalinan Kala IV Tabel 19 Penanganan Persalinan Kala IV Tindakan

Deskripsi dan keterangan

Ikat tali pusat

Pemeriksaat tali pusat dan masase

Nutrisi dan hidrasi Bersihkan ibu Istirahat Peringatkan hubungan dan bayi Memulai menyusui

ibu

Menolong ibu kekamar mandi

Mengajari ibu dan anggota keluarga

Jika petugas sendirian dan sedang melakukan manajemen aktif kala III persalinan, maka tali pusat di klem , dan gunting dan berikan oksitosin. Segera setelah plasenta dan selaputnya lahir, lakukan masase fundus agar berkontraksi , baru tali pusat diikat dan klem di lepas Periksa fundus 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan postpartum. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya. Bersihkan perinium ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering Biarkan ibu beristirahat-ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu posisi yang nyaman. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi , sebagai permulaan menyusui dengan bayinya. Bayi sngat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI . menyusui juga membantu uterus berkontraksi Jika ibu perlu kekamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu dan selamat karna ibu masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil setelah 3 jam postpartum Ajari ibu atau anggota keluarga tentanag: 1. Bagaimanan memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi 2. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 120-121

g. Pemeriksaan Perdarahan Dari Perineum Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan: 1) Derajat 1 Laserasi derajat 1 meliputi mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum, tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik.

83

2) Derajat 2 Laserasi derajat 2 meliputi mukosa vagina,

komisura posterior, kulit

perineum, dan otot perineum, lakukan heating perineum sesuai prosedur. 3) Derajat 3 Laserasi derajat 3 meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,

otot perineum,

dan otot sfingter ani. Penolong asuhan persalian

normal (APN) tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat, segera rujuk ke fasilitas rujukan. 4) Derajat 4 Laserasi derajat 4 meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rektum. Penolong asuhan persalian normal (APN) tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat, segera rujuk ke fasilitas rujukan.(Wiknjosastro, 2008: 115)

h. Tindakan Penjahitan Pada Laserasi Perineum Atau Episiotomi Tindakan menjahit laserasi atau episiotomi adalah unruk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan umtuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis. .(Wiknjosastro, 2008: 177)

84

i. Penjahitan Episiotomi Mediolateral Episiotomi mediolateral dipotong miring terhadap garis tengah yang tegak lurus terhadap perineum. Hal ini memengaruhi penjahitan dalam dua cara, yaitu: 1) Pada episiotomi mediolateral, aspek medial insisi cenderung meretraksi lebih banyak daripada aspek lateral. Oleh karena itu, berhati-hati ketika melakukan jahitan pada setengah bagian medial luka untuk mengamankan jaringan yang terlibat tanpa masuk ke rectum. 2) Menjahit dari sisi ke sisi insisi harus dilakukan sesuai dengan sudut insisi (pada sudut miring) dan tidak dilakukan langsung menyilang seolah-olah tepat terhadap sudut garis tengah yang tegak lurus. Menjahit miring difasilitasi dengan memegang alat pemegang jarum yang pararel dengan pinggiran insisi. Pada episiotomi mediolateral, akan terdapat lebih banyak jaringan di sisi lateral daripada sisi medial. Oleh karena itu,

harus behati-hati ketika

meluruskan dan menyatukan jaringan. Hal ini dilakukan dengan melibatkan lebih banyak jaringan pada tusukan lateral dan setengah bagian jahitan dan mengetahui bahwa interval di antara jahitan pada aspek medial baris jahitan benang akan lebih dekat bersama-sama daripada interval antara jahitan pada aspek lateral barisan jahitan benang. 3) Langkah-langkah penjahitan perineum a) Masukan satu tamponade b) Identifikasi struktur yang terkait c) Penjahitan mukosa vagina d) Penjahitan otot bulbokavernosus

85

e) Penjahitan otot-otot pubokoksigeus dan otot transversus perinea profunda dengan satu lapisan jahitan dalam terputus-putus f) Penjahitan otot transversus perinea superfisialis dengan lapisan lain jahitan dalam terputus-putus. g) Lakukan pemeriksaan rectum untuk memeriksa adanya jahitan didalam rectum. h) Perbaiki fasia subkutaneus perineum i) Jahit pinggiran kulit j) Lepas ikatan benang k) Angkat tampon l) Lakukan pemeriksaan vagina m) Lakukan pemeriksaan rektovagina n) Lakukan pemeriksaan rectum (Helen Varney, 2008: 1190)

j. Pendokumentasian Asuhan Persalinan Dengan Partograf Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebur normal atau dengan komplikasi. Menurut Winkjosastro (2008), petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :

86

1) Denyut jantung janin, catat setiap 1 jam. 2) Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaanvagina: U

: selaput utuh

J

: selaput pecah

M : air ketuban bercampur mekonium D

: air ketuban bernoda darah

K

: tidak ada cairan ketuban atau kering

3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase) a) O: sutura terpisah b) 1: sutura (pertemuan dan tulang tengkorak)Bersesuaian c) 2: sutura tumpang tindih tetapi dapat di perbaiki d) 3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat di perbaiki 4) Pembukaan mulut rahim (serviks) di nilai setiap 4 jam dan di berikan tanda silang (x). 5) Penurunan : mengacu pada bagian kepala (di bagi 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan abdomen / luar di atas simfisis pubic. Catat dengan lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi O/5 sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis 6) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah di jalani sesudah pasien di terima 7) Jam : catat jam sesungguhnya 8) Kontraksi : catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap kontraksi dalam hitungan detik

87

a) Kurang dari 20 detik ; kontraksi lemah b) Antara 20 – 40 detik : kontraksi sedang c) Lebih dari 40 detik : kontraksi kuat 9) Oksitosin ; jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infuse dan dalam tetesan per menit 10) Catat semua obat yang di berikan 11) Nadi catatlah setiap 30 – 60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar 12) Tekanan darah cacatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah 13) Suhu badan catatlah setiap 2 jam 14) Protein aseton dan volume urine catatlah setiap 2 jam. Jika temuan – temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan. (Saifuddin, A, 2010: N-12).

12. Evaluasi pada Persalinan Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji ulang keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,

apakah benar-benar telah terpenuhi

sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan, S, 2008: 102).

88

C. Nifas 1. Pengertian Pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.(Varney, H, 2008: 958) Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperto keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Prawirahardjo, S, 2006: 122)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi. b. Melaksanakan skrining yang komprehensif mendekati masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga, berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. d. Memberikan pelayan keluarga berencana. (Prawirahardjo, S, 2006 : 122)

3. Tanda Gejala Nifas Normal a. Ibu telah melahirkan >2jam yang lalu b. Berlangsung sampai 6 minggu atau 42 hari postpartum dan keseluruhan alat kandungan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

89

4. Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium Masa Post Partum meliputi perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus terjadi untuk mengambalikan fungsi-fungsi organ Seperti Sebelum Hamil, Perubahan-Perubahan Itu Terdiri Atas : a. Uterus Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluran desisdua/endo metrium dan eksfiloisasi tempat perlekatan plasenta yang di tandai dengan penurunan ukuran berat serta perubahan pada lokasi uterus juga di tandai dengan warna dan jumlah lokia. Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta dan selaput janin, bertanya sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum. b. Lokia Lokia adalah istilah utnuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama peurperium, karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokiaberupa 1) Lochea Rubra/Merah (Kruenta) Lochea Rubra berwarna merah karena mengandung darah, ini adalah lokia pertama yang mulai keluar segera setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua atau tiga hari hari pertama pasca partum.lokia rubra terutama mengandung darah dan jaringan desidua. 2) Lochea Sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.

90

3) Lochea Serosa Lochea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokia rubra, serosa, dam merah muda.Lokia ini Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.lokia serosa terutama mengandung cairan serosa,

jaringan

desidua, leukosit dan, eritrosit. 4) Lochea Alba/Putih Lokhea alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa wanita, lokia ini tetap ada pada saat pemeriksaan pasca partum. Warna lokia alba putih krem dan terutama mengandung leukosit dan sel desidua c. Vagina dan Perineum Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar. Dan celah pada introitus.Setelah satu hinga dua hari pertama pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema, sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya. d. Payudara Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat mengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama pascapartum karena tubuhnya mempersiapakan untuk memnerikan nutrisi kepada bayinya. Wanita menyusi berespon terhadap menstimulasi bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu.

91

e. Perubahan Tanda-Tanda Vital 1) Tekanan Darah Segerah setelah melahirkan,

banyak wanita mengalami peningkatan

sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. 2) Suhu Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapratum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. 3) Nadi Denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum,

haemorragi,

demam selama

persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat memengaruhi proses ini. Apa bila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan adanya infeksi atau haemorragi pascapartum lambat. 4) Pernapasan Fungsi pernpasan kembali normal wanita selama jam pertama pasca partum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti berlebihan cairan, eksaserbasi asma atau embolus paru 5) Perubahan Sistem Renal Pelvis renalis dan ureter, yang memegang dan di latasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pasca partum.Segera segerah setelah pascapartum kandung kemih, edema, mengalami kongesti, dan hipotonikyang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap dan residu

92

urine yang berlebihan kecuali perawatan di berikan untuk memastikan berkemih secara periodik. 6) Penurunan Berat Badan Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata12 pon(4, 5) pada waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, plasenta dan cairan amnion.wanita dapat kembali penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama minggu pertama pascapartum karena kehilangan cairan. 7) Perubahan Gastrointestinal Konstipasi mungkin menjadi masalah pada peurperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalianan dan karena wanita menhan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan defekasi. 8) Dinding Abdomen Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini meregang selama kehamilan.Semua wanita puerpera mengalami beberapa derajat diastasis rekti-pemisahan otot rektus abdomen.Seberapa berat diastasis bergantung pada sejumlah faktor termasuk kondisi umum dan tonus otot wanita. 9) Perubahan Hematologi Leukositosis, dengan peningkatan hitung sel darah putih hingga 15.000 atau lebih selama persalinan, dilanjutkan dengan peningkatan SDP selama dua hari pertama pascapartum.hitung sel darah putih dapat mengalami peningkatan lebih lanjut hungga 25.000 atau 30.000 tanpa patologis jika wanita mengalami

93

persalinan lama. Akan tetapi, dugaan infeksi harus di pastikan jika peningktan SDP signifikan.(Varney, H, 2008: 959-962)

5. Kebutuhan Kesehatan Ibu dalam Masa Nifas a. Early Ambulation Early

ambulation

adalah

kebijaksanaan

untuk

selekas

mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan sekarang tidak angap perlu lagi menahan penderita terletang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan.Penderita sudah di perbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. b. Diet Diet harus sangat mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu,

lagi pula makanan ibu sangat

mempengaruhi susunan air susu. c. Suhu Harus di awasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi. d. Miksi Tiap penderita di suruh kencing 6 jam postpartum dalam 8 jam postpartum belum dapat kencing belum melebihi 100 cc, maka di lakukan kateterisasi. Jika penderita sesudahnya belum dapat kencing atau banyaknya kencing belum memuaskan kateterisasi di lakukan 8 jam. e. Defekasi Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka di beri clysma air sabun atau glycerine.

94

f. Puting Susu Puting susu harus di perhatikan kebersihanya dan harus segera di obati, karena kerusakan puting susu merupakan porte d’entree dan dapat menimbulkan mastitis. g. Datangnya Haid Kembali Ibu yang tidak menyusukan anaknya, haidnya datang lebih cepatdari ibu yang menyusukan anaknya. Pada ibu golongan pertama biasanya haid datang 8 minggu setelah persalinan; pada ibu golongan kedua haid seringkali tidak datang selama ia menyusukan anaknya, tetapai kebanyakan haid lagi pada bulan ke-4. (Obstetri fisiologi UNPAD ;323-327). h. Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung di kemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus-menerus(kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiaphari sampai 10 kali.

95

Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2011), senam nifas dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari ke-10 yang pelaksanaannya secara bertahap, sistematis dan kontinu. Tujuan dilakukannya senam nifas yaitu: 1) Memperbaiki sirkulasi darah 2) Memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan 3) Memperbaiki tonus otot pelvis 4) Memperbaiki regangan otot abdomen (perut) setelah hamil 5) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah 6) Meningatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul (Vivian Nanny Lia Dewi: 2011: 81)

i. ASI Eksklusif ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaas ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara. Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1667 bayi selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan risiko kematian akibat infeksi saluran napas akut dan diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal sebagai berikut. 1) Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi. 2) ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman.

96

3) ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam. 4) ASI diberikan tidak menggunakan botol,

cangkir,

maupun dot. (Vivian

Nanny Lia Dewi: 2011: 25)

j. Cara Menyusui Yang Benar Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Hal penting dalam posisi meyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2011), cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut: 1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai. 2) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi. Ibu harus merasa rileks. 3) Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telingan, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus. 4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan

97

menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak meregangkan lehernya untuk mencapai putting susu ibu. 5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah payudara dan ibu jari diatas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola. 6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar. 7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan putig susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. 8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut bayi dan payudara ibu. 9) Menyendawakan

bayi

dengan

menyandarkan

bayi

di

pundak

atau

menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. (Vivian Nanny Lia Dewi: 2011: 30)

98

6. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fasefase sebagai berikut : a. Fase Taking In Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening skill) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut : 1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misalnya: jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan sebagainya. 2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya. 3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

99

4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa memnbantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama. b. Fase Taking Hold Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayinya, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain. c. Fase Letting Go Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan

100

sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya. 7. Pengkajian Melakukan pengkajian terhadap Ny. T P1A0 nifas normal dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan umum (TTV, keadaan umum dan kesadaran), pemeriksaan fisik dan melakukan perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan. 8. Diagnosa Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. T P1A0 nifas normal dengan seksama mulai dari 2 jam setelah persalinan sampai 6 minggu postpartum.

9. Perencanaan pada Asuhan Kebidanan pada Nifas Normal Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya yaitu: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua

101

belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan secara efektif. (Soepardan, S, 2008: 101). Rencana asuhan kebidanan yang saya akan berikan terhadap Ny. T P 1A0 adalah memberikan informasi terhadap ibu tentang kebutuhan istirahat, tanda bahaya masa nifas dan senam nifas. 10. Pelaksanaan Kunjungan Nifas Menurut Sarwano Prawirohardjo Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas di lakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,

dan untuk

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. a. Kunjungan pertama, 6-8 jam setelah persalinan yang bertujuan untuk: 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan 2) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalianan akan terjadinya antonia uteri 3) Mendeteksi penyebab lain perdarahan seger merujuk bila perdarahan terus menerus berlanjut. 4) Memberikan konseling pada ibu dan anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas akibat antonia uteri.. 5) Konseling tentang pemberian ASI awal. a) Melakukan bounding attachment antara ibu dan bayi yang baru dilahirkannya. b) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi c) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ibu dan bayi yang baru dilahirkn untuk 2 jam pertama atau sampai keadaan iu dan bayinya stabil.

102

b. Kunjungan kedua, 6 hari setelah persalinan , yang bertujuan untuk: 1) Memastikan proses involusi uteri berjalan dengan normal. 2) Evaluasi adanya tanda-tanda demam,

infeksi,

atau perdarahan

abnormal.(Prawirohardjo, S, 2006: 123) 3) Memastikan ibu cukup makan , minum, dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit. 5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan pada bayi. c. Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah persalinan : Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan. d. Ke empat, 6-8 minggu setelah persalinan, yang bertujuan untuk: 1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami 2) Memberi konseling untuk ber KB secara dini. (Prawirahardjo, S: 2006) 11. Evaluasi pada Masa Nifas Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji ulang keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,

apakah benar-benar telah terpenuhi

sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan, S, 2008: 102).

103

D. Keluarga Berencana 1. Pengertian KB Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Anggraini, Yetti, dkk: 2011: 47).

2. Tujuan Program KB Tujuan umum program KB adalah Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 meliputi : a. Keluarga dengan anak ideal b. Keluarga sehat c. Keluarga berpendidikan d. Keluarga sejahtera e. Keluarga berketahanan f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya g. Penduduk tumbuh seimbang (PTS). (Anggraini, Yetti, dkk: 2011: 48).

104

3. Kebutuhan Kesehatan Ibu KB untuk kesehatan ibu yaitu bertujuan untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa untuk mengurangi angka kelahiran serta untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa, mendapatkan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. (Anggraini, Yetti, dkk: 2011: 48).

4. Rencana Kelengkapan Keluarga Bagi pasangan yang berencana membatasi kehamilan dapat menggunakan metode KB yang meliputi metode sederhana (kondom, interuptus,

spermisida,

koitus

pantang berkala) dan metode efektif dengan hormonal (pil KB:

Progesterone onlypil, pil KB kombinasi, pil KB sekuensial, after morning pill; suntikan KB: depoprovera setiap 3 bulan, Norigest setiap 10 minggu, Cyclofem setiap bulan; susuk KB setiap lima tahun), mekanis dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Copper T, Medusa, Seven Copper), atau metode KB darurat.

5. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi a. KB Metode Sederhana Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakkan tanpa bantuan orang lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah kondom,

pantang

berkala, senggama terputus, dan spermisid. Metode sederhana akan lebih efektif bila penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur. Yang termasuk kedalam kontrasepsi metode sederhana yaitu :

105

1) Kondom Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga tidak masuk ke dalam kanalis servikalis.Di seluruh dunia,

dengan makin meningkatnya

perkembangan penyakit hubungan seksual,

pemakaian kondom makin

meningkat.Konsep kerja kondom adalah menghalangi tertumpahnya sperma kedalam vagina sehingga spermatozoa tidak mungkin masuk ke dalam rahim dan seterusnya.Kegagalan kondom terjadi bila karet kondom bocor atau robek, dan menarik penis setelah lemah sehingga sebagian sperma tidak dapat masuk vagina. Keuntungan kontrasepsi kondom adalah murah,

mudah didapatkan

(gratis), tidak memerlukan pengawasan medis, berfungsi ganda, dan dipakai oleh kalangan yang berpendidikan.Sedangkan kerugiannya adalah kenikmatan terganggu,

mungkin alergi terhadap karet atau jelinya yang mengandung

spermisid,

dan sulit dipasarkan kepada masyarakat dngan pendidikan

rendah.Kondom yang dipakai bersamaan dengan pantang berkala mempunyai efektivitas yang makin meningkat. 2) Pantang Berkala Syarat utama metode pantang berkala adalah siklus menstruasi teratur dan kerjasama dengan suami harus baik.Dengan siklus menstruasi yang terartur dapat memberikan petunjuk masa subur.Metode pantang berkala dikenal 2 sistem, yaitu menggunakan sistem kalender dan menggunakan penilaian suhu basal. a) Pantang Berkala dengan Sistem Kalender Metode ini memerlukan system menstruasi yang teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamian dengan tidak

106

melakukan hubungan seks. Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan perhitungan minggu subur sebagai berikut : (1)

Menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30 hari.

(2)

Masa subur dapat diperhitungkan, yaitu menstruasi hari pertama ditambah 12 yang merupakan hari pertama minggu subur akhir minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 19.

(3)

Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 14

b) Pantang Berkala dengan Sistem Suhu Basal Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak 0, 5 samapai 1 derajat Celcius pada hari ke-12 sampai ke-13 menstruasi, ketika ovulasi terjadi pada hari ke-14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu basal sehingga siklus menstruasi yang disertai “ovulasi” terdapat temperatur “bifasik”. Pantang berkala dengan sistem pengukuran suhu basal memerlukan pengetahuan

dan

metode

pengukuran

yang

akurat,

sehingga

dapat

bermanfaat.Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% sampai 20%.Kelemahan sistem pantang berkala adalah pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat, hanya dapat digunakan oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna pada siklus menstruasi 20 sampai 30 hari. c) Senggama Terputus Konsep “metode senggama terputus” adalah mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi. Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitar 30 sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan

107

kemaluan, semen yang tertumpah diluar sebagian dapat masuk ke genetalia, dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak. d) Spermisida Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan 5 sampai 10 menit,

hubungan seksual dapat dilakukan agar spermasid

dapat

berfungsi. Metode spermasid tetap dikembangkan oleh berbagai pabrik farmasi seperti foam tablet,

krem atau pasta,

supositoria,

dan jeli. Kekurangan

spermisida yaitu sebagai berikut : (1)

Merepotkan menjelang hubungan senggama

(2)

Nilai kepuasan berkurang

(3)

Dapat menimbulkan iritasi dan alergi

(4)

Kejadian hamil tinggi sekitar 30 sampai 35% karena pemasangan tidak sempurna atau terlalu cepat melakukan senggama.

b. KB Metode Efektif 1) Kontrasepsi Hormonal Perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

hormonal

telah

mempelajari bahwa esterogen dan Progesterone memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, esterogen dapat menghambat pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi. Di samping itu Progesterone dapat menghambat pengeluaran hormone luteinizing

108

(LH).Esterogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil kontrasepsi mencapai uterus-endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi. a) Kontrasepsi Hormonal Pil Berbagai pabrik farmasi terdapat perbandingan kekuatan estrogenik (lebih dominan estrogen) atau progesterogenik (dominan Progesterone),

melalui

penilaian siklus menstruasi. Adapun keuntungan dan kerugian Kb pil, sebagai berikut: (1) Keutungan (a) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin 100%. (b) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah : (c) Ketegangan menjelang menstruasi. (d) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur. (e) Nyeri saat menstruasi. (f) Pengobatan pasangan mandul. (g) Pengobatan penyakit endometriosis. (h) Dapat meningkatkan libido. (2) Kerugian : (a) Harus minum pil secara teratur. (b) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. (c) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, tumbuh akne, mual sampai muntah). (d) Memengaruhi fungsi hati dan ginjal.

109

(3) Jenis-jenis Pil KB (1) Pil kombinasi,

sejak semula telah terdapat kombinasi komponen

Progesterone dan esterogen. (2) Pil sekuensial, pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh. Dua belas pil pertama hanya mengandung esterogen, pil ketigabelas dan seterusnya merupakan kombinasi. (3) Progesteron, pil ini hanya mengandung Progesterone dan digunakan ibu postpartum. (4) After morning pil, pil ini digunakan segera setelah hubungan seksual.

b) Kontrasepsi hormonal suntikan Waktu pemberian KB suntikan adalah pasca-persalinan (segera ketika masih dirumah sakit, jadwal suntikan berikutnya), pasca-abortus (segera setelah perawatan, jadwal waktu suntikan diperhitungkan), dan interval (hari kelima menstruasi, jadwal waktu diperhitungkan dengan pedoman Depoprovera (interval 12 minggu), Norigest (interval 8 minggu) dan Cyclofem (interval 4 minggu). (1) Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan : (a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. (b) Mengentalkan lendir Serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa. (c) Mengganggu peristaltik tuba fallopi, sehingga konsepsi dihambat. (d) Mengubah suasana endometrium, implantasi hasil konsepsi

sehingga tidak sempurna untuk

110

(2) Keuntungan KB suntikan : (a)

Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu

(b)

Tingkat efektivitasnya tinggi

(c)

Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

(d)

Pengawasan medis yang ringan

(e)

Dapat

diberikan

pascapersalinan,

pasca-kegugran

atau

pascamenstruasi (f)

Dapat mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi

(g)

Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi

(3) Kerugian KB suntikan : (a)

Perdarahan yang tidak menentu

(b)

Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan

(c)

Masih terjadi kemungkinan hamil

(d)

Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB menghentikan suntikan KB

c) Kontrasepsi Suntikan Progestin (1) Profil (a) Sangat efektif (b) Aman (c) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi (d) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan (e) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI

111

(2) Jenis Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu : (a) Depo Medroksiprogesreron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong). (b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat,

diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik

intramuskuler. (3) Cara Kerja (a) Mencegah ovulasi (b) Mengentalkan lendir serviks sehingga

menurunkan kemampuan

penetrasi sperma (c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi (d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (4) Efektivitas Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0, 3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (5) Keuntungan (a) Sangat efektif (b) Pencegahan kehamilan jangka panjang (c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri

asal penyuntikannya

112

(d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah (e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI (f) Sedikit efek samping (g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik (h) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause (i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik (j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara (k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). (6) Keterbatasan (a) Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan tidak haid sama sekali. (b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntik) (c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut (d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering (e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. (f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

113

(g) Terlambatnya

kembali

kesuburan

bukan

kerusakan/kelainan pada organ genitalia,

karena

terjadinya

melainkan karena belum

habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan) (h) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang (i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit penurunan kepadatan tulang (densitas) (j) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi(jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat. (7) Yang dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin (a) Usia reproduksi (b) Nulipara dan yang telah memiliki anak (c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi (d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai (e) Setelah abortus atau keguguran (f) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi (g) Perokok (h) Tekanan darah 40 detik, DJJ (+), frekuensi 150 x/menit. e) Hasil Pemeriksaan Dalam Pukul 19.25 WIB, portio tidak teraba, penipisan 100%, pembukaan serviks 10 cm, selaput ketuban (-),

144

presentasi belakang kepala, petunjuk uuk kiri depan, penyusupan 0 (tulang-tulang kepala janin terpisah dan sutura dapat dipalpasi), penurunan 2/5 di Hodge III+, bagian yang menumbung tidak ada. 2) Masalah Tidak ada d. Penatalaksanaan (P) 1) Memberikan informed consent pada keluarga bahwa pertolongan persalinan normal akan dilakukan. Keluarga mengerti isi dari Informed consent sudah diberikan dan ditandatangani oleh suami. 2) Menjelaskan kondisi ibu saat ini, bahwa saat ini ibu memasuki proses persalinan dengan adanya tanda-tanda persalinan yaitu mulas pada perut bagian bawah,keluar cairan lendir pada vagina dan pembukaan 10 cm Ibu mengerti kondisinya saat ini 3) Memberikan asuhan sayang ibu, dengan memberikan dukungan psikologis, menyakinkan ibu bahwa ibu tidak sendiri dan persalinan akan berjalan lancar, serta mengajarkan teknik relaksasi pada ibu dengan cara menarik nafas panjang lewat hidung dan keluarkan perlahan lewat mulut. Asuhan sayang ibu telah diberikan 4) Menyiapkan ruang bersalin, alat-alat, obat, kebutuhan ibu, persiapan penolong persalinan, serta memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik. Ruang bersalin, aat-alat, obat, kebutuhan ibu, persiapan penolong persalinan sudah siap.

145

5) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dengan cara menarik nafas panjang lewat hidung dan perlahan keluarkan lewat mulut. kedua tangan merangkul paha, mata dibuka dan mulut ditutup, kepala diangkat, melihat ke perut lalu mengejan sekuatnya seperti BAB keras, dan tidak bersuara saat mengejan dan mengatur posisi ibu senyaman mungkin seperti tidur miring, setengah duduk, jongkok dan mengurangi rasa nyeri dengan cara meminta suami/keluarga mengelus-ngelus punggung dan perut ibu. Ibu bersedia melakukan teknik meneran yang telah diajarkan 6) Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan semangat pada ibu. Keluarga sangat mendukung ibu 7) Memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk ibu seperti makan dan minum agar ibu mendapat tambahan tenaga untuk persalinan diantara his. Ibu mau makan dan minum disela-sela his. 8) Mendokumentasikan kala I dalam partograf (observasi pembukaan, penurunan kepala, tanda-tanda vital, DJJ, dan his). Hasil pemeriksaan sudah ditulis di partograf 9) Memantau adanya tanda-tanda kala II persalinan, yaitu : dorongan ibu untukmeneran, adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka. Tanda gejala kala II terlihat pada pukul 19.25 WIB

2. Catatan Perkembangan Kala II Tanggal 28 Maret 2015

Pukul 19.25 WIB

S: a. Ibu mengatakan perut terasa mulas seperti ingin BAB

146

b. Ibu mengatakan ingin mengejan c. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama dari perut bagian bawah menjalar ke pinggang. d. Ibu mengatakan pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak O: a. Tanda-tanda Vital TD

: 120/70 mmHg

Pols

: 83 x/mnt

RR

: 24 x/mnt

Temp : 36,50C

b. Kontraksi uterus 5x dalam 10 menit intensitas kuat dan teratur lamanya >40 detik. c. Pengeluaran blood slym yang makin banyak d. Keadaan kandung kemih kosong e. Hasil Pemeriksaan Dalam Pukul 19.25 WIB, portio tidak teraba, penipisan 100%, pembukaan serviks 10 cm, selaput ketuban (-), presentasi belakang kepala, petunjuk uuk kiri depan, penyusupan 0 (tulang-tulang kepala janin terpisah dan sutura dapat dipalpasi), penurunan 2/5 di Hodge III+, bagian yang menumbung tidak ada. f. Inspeksi Vulva membuka, anus mengembang dan perineum menonjol.

A: a. Diagnosa G1P0A0 hamil 39 minggu 6 hari, janin hidup tunggal intrauterin, presentasi belakang kepala, inpartu Kala II normal Dasar :

147

1) HPHT: 22 Juni 2014

TP: 29 Maret 2015

2) Kontraksi uterus 5x dalam 10 menit, lamanya 55 detik, teratur 3) Pada inspeksi tampak vulva membuka, anus mengembang, dan perineum menonjol. 4) Hasil Pemeriksaan Dalam Pukul 19.25 WIB, portio tidak teraba, penipisan 100%, pembukaan serviks 10 cm, selaput ketuban (-), presentasi belakang kepala, petunjuk uuk kiri depan, penyusupan 0 (tulang-tulang kepala janin terpisah dan sutura dapat dipalpasi), penurunan 2/5 di Hodge III+, bagian yang menumbung tidak ada. 5) DJJ 150 x/mnt, teratur, terdapat pada puntum maksimum P: a. Terlihat tanda dan gejala kala II Hasil pemeriksaan ada dorongan yang kuat ingin meneran, perenium menonjol, vulva dan anus membuka. b. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan esensial yang dibutuhkan lalu memakai APD Partus set, heating set, resusitasi bayi dan pakaian bayi telah disiapkan dan penolong telah mengenakan APD c. Mencuci tangan, memakai handscone dan memasukkan obat-obatan esensial ke dalam spuit dengan prinsip PI Obat oksitosin 10 IU sudah dimasukan kedalam spuit dan sudah diletakan pada partus set d. Melakukan vulva hygiene Vulva hygiene telah dilakukan

148

e. Memeriksa DJJ dan mendokumentasikannya ke dalam partograf DJJ 150x/menit teratur (partograf terlampir) f. Membantu ibu mengatur posisi saat meneran, meminta ibu untuk mengangkat kedua paha menggunakan kedua tangan yang berada dilipatan paha, meminta ibu jangan memejamkan mata, matanya menghadap kearah perut dagunya menempel ke dada, dan apabila ibu merasa dorongan yang kuat dan perut terasa kencang-kencang ibu boleh mengejan. Ibu dapat memperagakan posisi meneran yang ibu inginkan, serta cara mengejan yang benar g. Memimpin ibu untuk meneran saat adanya kontraksi Ibu telah dipimpin meneran. h. Setelah terlihat perineum kaku dan pucat maka penulis menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap), kepala bayi keluar masuk vulva 3-4 cm, alat kelamin ibu kaku dan terlihat pucat, beritahu ibu bahwa akan dilakukan penambahan jalan lahir. Ibu mengerti tentang kondisinya dan bersedia untuk dilakukan penambahan jalan lahir. i. Menyuntikan lidokain 1% dengan cara masukkan jarum secara subcutan, mulai komisura posterior, menelusuri sepanjang perineum dengan sudut 45 o. Aspirasi, jika tidak ada darah suntikan anastesi sambil menarik jarum keluar. Penyuntikan anastesi lidokain 1% sudah dilakukan j. Memastikan anastesi bekerja dengan cara menekan tempat infiltrasi dan tunggu 1-2 menit, kemudian lakukan episiotomi. Anastesi sudah bekerja dan episiotomi sudah dilakukan

149

k. Memimpin ibu untuk meneran saat adanya kontraksi Ibu telah dipimpin meneran. l. Menolong kelahiran kepala dengan tangan kanan melindungi perineum, sementara tangan kiri menahan kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal dan menunggu kepala melakukan putaran paksi luar Kepala bayi lahir dan sudah melakukan putaran paksi luar Menolong kelahiran bahu dan seluruh badan bayi dengan teknik sanggah susur Seluruh badan bayi telah lahir pukul 20.35 WIB m. Melakukan penilaian sepintas pada bayi Jenis kelamin bayi perempuan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, pergerakan aktif, n. Mengeringkan bayi dengan handuk yang telah diletakkan diatas perut ibu dan menggantinya dengan kain yang kering dengan bayi tetap diatas perut ibu Bayi masih berada diatas perut ibu dengan kain bersih dan kering

3. Catatan Perkembangan Kala III Tanggal 28 Maret 2015

Pukul : 20.35 WIB

S: a. Ibu mengatakan bahwa ia merasa senang atas kelahiran bayinya b. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya

O: a. Bayi lahir spontan pervaginam tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB, normal, jenis kelamin perempuan b. Tanda-tanda vital

150

TD

: 110/70 mmHg

Suhu : 36,60C

RR

: 26 x/mnt

Nadi

: 88 x/mnt

c. Kandung kemih ±50 cc d. Palpasi dilakukan dengan hasil uterus teraba bulat dan keras, TFU sepusat e. Plasenta belum lahir f. Kontraksi uterus baik g. Perdarahan ± 45 cc h. Pada inspeksi terdapat luka episiotomi i. Terdapat tanda pelepasan plasenta adanya pertambahan panjang tali pusat, uterus teraba bulat dan keras, adanya semburan darah. A: a. Diagnosa : P1A0 partus Kala III, normal Dasar : 1) Ibu merasa lega telah melahirkan anaknya 2) Bayi lahir pukul 20.35 WIB 3) Plasenta belum lahir

P: a. Memastikan janin tunggal dengan melakukan palpasi uterus Palpasi telah dilakukan dan tidak ada janin kedua b. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU dan menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral dengan tujuan agar kontraksi rahim ibu tetap baik serta mencegah perdarahan. Ibu bersedia dan ibu telah disuntik pada pukul 20.36 WIB

151

c. Melakukan pemotong tali pusat, dengan cara mengklem tali pusat 2-3 cm dari umbilikus, kemudian urut tali pusat ke arah bawah dan klem kembali 1 cm dari klem pertama, kemudian potong tali pusat, pastikan untuk melindungi perut bayi dari pemotongan tali pusat, ikat dengan benang DTT, lalu lepas klem. Pemotongan tali pusat dilakukan pada pukul 20.37 WIB, serta tali pusat sudah diikat dan dibalut kasa steril. d. Melakukan IMD, setelah tali pusat dipotong dan diikat. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tetapi lebih rendah dari puting. Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. e. Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan menggunakan tangan kanan yaitu meregangkan tali pusat sejajar dengan lantai sedangkan tangan kiri melakukan tekanan dorso kranial pada fundus uteri ibu hingga plasenta lahir seluruhnya pukul 20.45 WIB, setelah itu langsung melakukan masase uterus sebanyak 15 kali dalam 15 detik dan kontraksi sudah baik f. Memeriksa plasenta dan selaputnya, plasenta dan selaputnya lengkap, kemudian memeriksa apakah terdapat laserasi, terdapat laserasi pada perineum derajat 2.

152

4. Catatan Perkembangan Kala IV Tanggal 28 Maret 2015

Pukul : 20.45 WIB

S: Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya dan Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas O: a. Keadaan Umum

: baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda-tanda vital TD

: 110/80 mmHg

Pols

: 88 x/mnt

RR

: 28 x/mnt

Temp : 36,8oC

d. Kontraksi baik e. Kandung kemih ±50 cc f. TFU 1 jari dibawah pusat g. Pengeluaran pervaginam darah 250 cc h. Terdapat luka episiotomi pada perineum derajat 2

A: a. Diagnosa P1A0 partus Kala IV normal Dasar : 1) Ibu partus pukul

: 20.35 WIB

2) Plasenta lahir pukul : 20.45 WIB 3) TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik 4) Pengeluaran pervaginam darah 250 cc

153

5) Kandung kemih ±50 cc 6) Terdapat luka episiotomi pada perineum derajat 2 P: a. Menyiapkan heating set dan melakukan heating perineum b. Melakukan evaluasi keadaan umum ibu, kondisi ibu baik dan merasa lega atas kelahiran bayinya c. Mengawasi jumlah perdarahan, kontraksi uterus, tanda vital, kebutuhan eliminasi setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua (terlampir dalam partograf), selama 2 jam kondisi ibu baik.

20. 45

Tekanan Darah (mmHg) 110/80

Nadi (x per menit) 88

21.00

110.80

88

21.15

120/80

88

21.30

120/80

85

22.00

12/70

80

22.30

120/80

80

Jam Ke

Waktu (WIB)

1

2

Suhu (oC)

Tinggi Fundus Uteri

36,6

36,7

Kontraksi Uterus

Kandung Kemih

Perdarahan

3 jari dibawah pusat 3 jari dibawah pusat 3 jari dibawah pusat

Baik

50 cc

40 cc

Baik

Kosong

40 cc

Baik

Kosong

35 cc

2 jari dibawah pusat

Baik

Kosong

35 cc

2 jari dibawah pusat

Baik

50 cc

30 cc

2 jari dibawah pusat

Baik

Kosong

20 cc

d. Melakukan pengukuran plasenta dan ukuran plasenta normal 1) Panjang tali pusat

: 50 cm

2) Berat plasenta

: 500 gram

3) Tebal plasenta

: 2,5 cm

4) Diameter plasenta

: 18 cm

5) Insersi

: Sentralis

e. Melibatkan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, ibupun telah makan dan minum dengan baik

154

f. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kontraksi uterus yang baik terasa keras serta beri tahu bidan segera jika uterus terasa lembek, ibu dan keluargapun mengerti dan bersedia melakukannya. g. Mengajarkan keluarga melakukan masase uterus yaitu dengan cara meletakkan telapak tangan pada perut ibu kemudian gerakkan memutar 360 0 dengan memberikan sedikit tekanan dan keluarga bersedia untuk melakukannya h. Setelah 20 menit IMD dilakukan dan tidak berhasil karena keluarga dan pasien kurang kooperatif, kemudian lanjutkan dengan perawatan BBL yaitu berikan salep mata untuk mencegah infeksi pada mata, dan berikan injeksi vitamin K1 1 mg secara IM dipaha kiri antero lateral untuk mencegah perdarahan akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. Salep mata dan vitamin K1 telah diberikan. i. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 , berikan suntikan imunisasi Hep B di paha kanan antero lateral. Bayi sudah disuntik Hep B dipaha kanan antero lateral. j. Melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi BB : 3700 gram, PB : 50 cm, LK: 34 cm, LD: 34 cm, LILA : 11 cm, jenis kelamin perempuan, anus ada k. Anjurkan ibu untuk istirahat baring dan ibu sudah nyaman tidur berbaring l. Melakukan dokumentasi pemantauan dan penilaian pada tabel partograf dan partograf telah diisi

155

C.

Nifas 1. Pengkajian Nifas 6 Jam Tanggal pengkajian: 29 Maret 2015

Pukul 02.35 WIB

a. Data subyektif (S) 1) Ibu mengatakan sudah bisa duduk 2) Ibu mengatakan perutnya masih mulas 3) Ibu mengatakan telah makan beberapa suap nasi, sayur dan lauk serta minum 2 gelas air putih 4) Ibu sudah BAK 1 kali dan belum BAB 5) Ibu mengatakan sudah bisa tidur selama ± 2 jam 6) Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 1x dan BAK 3x 7) Ibu mengatakan bayi sudah menyusu b. Data Obyektif (O) 1) Pemeriksaan umum pada ibu dan bayi a) Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis dengan tekanan darah 110/80 mmhg, suhu 36,70c, pernafasan 24 x/menit, denyut nadi 85 x/menit b) Puting susu menonjol dan bersih, colostrum sudah keluar c) Kontraksi uterus baik, TFU teraba 2 jari dibawah pusat, pembesaran liver tidak ada. d) Tidak ada luka parut pada perineum, terdapat luka bekas jahitan pada perinium, vagina merah, pengeluaran ada, warna merah kehitaman, lokhea rubra, perdarahan ± 40 cc

156

e) Pada ekstremitas bawah tidak terdapat edema, tidak terdapat varises, tidak terdapat kemerahan/tegang, dan tanda Homan (-). f) Riwayat menyusui : bayi mau menyusu g) Tanda-tanda vital pada bayi normal, RR:40x/menit, suhu : 36,5oC, Nadi : 140x/menit, pergerakan aktif. c.

Analisa data (A) 1) Diagnosa Nifas 6 jam Dasar a) Ibu melahirkan bayinya tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB b) Plasenta lahir pukul 20.45 WIB, plasenta lengkap c) Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat d) Pengeluaran pervaginam lokhea rubra, warna merah kehitaman. e) Bayi mau menyusu dan sudah BAK 3x, BAB 1x f) Tanda-tanda vital pada bayi normal, RR:40x/menit, suhu : 36,5oC, Nadi : 140x/menit, pergerakan aktif. 2) Masalah Tidak ada 3) Kebutuhan Informasikan kepada ibu tentang : a) Early ambulation b) Teknik menyusui yang benar c) Kebutuhan nutrisi

157

d) ASI eksklusif e) Perawatan bayi sehari-hari f) Personal hygiene dan perawatan luka jahitan perineum g) Personal Hygiene h) Tanda Bahaya pada Masa Nifas d. Penatalaksanaan (P) 1) Observasi keadaan ibu saat ini. Mengobservasi keadaan ibu meliputi TTV, kontraksi uterus, TFU, dan pengeluaran lokhea. Hasil pemerksaan : TD: 110/80 mmHg, suhu: 36,7°C, RR: 24x/menit, Pols: 85x/menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat dan pengeluaran lokhea rubra, terlihat jumlah darah ± 30 cc pada pembalut ibu. ibu mengerti bahwa kondisinya saat ini baik. 2) Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini Menganjurkan ibu melakukan mobilisasi dini, karena ibu sudah dapat duduk maka anjurkan ibu untuk belajar berdiri apabila ibu tidak merasa pusing/berkunang-kunang maka menganjurkan ibu untuk mulai belajar berjalan ke kamar mandi dengan tetap didampingi oleh suami/keluarga(apabila ibu ingin kekamar mandi). Ibu sudah bisa berjalan ke kamar mandi dengan didampingi oleh suami(apabila ibu ingin kekamar mandi).

158

3) Ajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu bayi digendong dengan satu tangan dengan posisi kepala bayi pada siku ibu, memposiskan badan bayi menghadap dada dan perut ibu, mengolesi puting dengan colostrum yang keluar supaya tidak lecet, membuka mulut bayi dan langsung memasukkan puting ibu ke mulut bayi sampai seluruh aerola masuk, membiarkan bayi menyusu hingga kenyang, saat sudah selesai keluarkan puting dari mulut bayi secara perlahan dengan jari kelingking, lalu sendawakan bayi dengan menepuk-nepuk punggung bayi selama 10-15 menit. Ibu sudah bisa melakukan teknik menyusui yang benar sesuai yang telah diajarkan. 4) Anjurkan ibu untuk makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan bayinya. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya yaitu dengan mengonsumsi nasi, lauk-pauk yang berprotein tinggi seperti telur, tempe, tahu, ikan,daging dan lain-lain untuk mempercepat

proses

penyembuhan

mengonsumsi

buah-buahan

dan

luka

sayuran

jahitan,

yang kaya

serta akan

antioksidan, gizi dan serat seperti bayam, wortel, daun katu, pisang, pepaya, jeruk, apel, dan lain-lain, dan minum susu untuk ibu menyusui agar ASI ibu lancar dan kebutuhan nutrisi ibu dan bayi dapat terpenuhi.

159

Ibu bersedia untuk makan-makanan bergizi seimbang yang kaya akan protein, karbohidrat,serat dan vitamin, serta mengonsumsi susu untuk ibu menyusui. 5) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau setiap bayi menginginkan (on demand) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin/jika bayi menginginkan (on demand) Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin atau kapanpun bayi menginginkannya. 6) Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif yaitu menyusui bayi selama 6 bulan tanpa makanan tambahan. Ibu akan menyusui bayinya secara eksklusif 7) Ajarkan pada ibu perawatan bayi sehari-hari Mengajarkan pada ibu cara perawatan bayi

sehari-hari dan

mengajarkan pada ibu cara memandikan bayi dan meminta ibu untuk memandikan bayinya dengan air hangat 2 kali sehari dengan cara mandi rendam, memberi kasa steril pada tali pusat bayi, mengganti pakaian bayi apabila BAK atau BAB, serta tidak memakaikan bedak pada tubuh bayi. Ibu mengerti tentang perawatan bayi sehari-hari dan akan melakukan perawatan bayi sehari-hari.

160

8) Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan memberikan kasa betadin pada luka jahitan serta mengganti celana dalam dan pembalut jika lembab. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan memberikan kasa betadin pada luka jahitan, menggantinya setiap sesudah mandi, serta mengganti celana dalam dan pembalut jika lembab, setelah BAK/BAB dan setelah mandi. Ibu akan menjaga personal hygiene dan merawat luka jahitannya seperti yang sudah diajarkan oleh bidan. 9) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya nifas seperti perdarahan, demam, tidak nafsu makan yang lama, lochea berbau busuk, sakit kepala dan tanda bahaya pada bayi seperti tali pusat berbau busuk, demam tinggi, warna kulit kebiruan, bayi tidak mau menyusu, dan bayi kejang. segera menemui petugas kesehatan jika mengalami 1 dari tanda bahaya tersebut Keluarga paham tentang tanda bahaya yang dijelaskan dan mengerti tindakan yang harus segera dilakukan apabila itu terjadi. 10) Menjelaskan cara minum obat-obatan yang diberikan kepada ibu seperti vit.A dosis 200.000 iµ yang bulat besar yang berwarna merah diminum besok malam jam 20.35 wib, kegunaanya untuk memperbaiki keadaan ibu dan mencegah terjadinya kerusakan pada mata setelah melahirkan, sedangkan tablet fe yang kecil berwarna merah diminum 1x sehari sebelum tidur selama masa nifas ibu, kegunaannya untuk memperbaiki kadar darah setelah melahirkan dan obat amoxcilin 3x1 sehari untuk

161

memperbaiki sistem kekebalan tubuh, serta kassa steril dan betadine untuk perawatan luka serta untuk perawatan tali pusat pada bayi. Ibu mengerti tentang penjelasaan kegunaan obat-obatan yang diberikan dan akan minum sesuai yang dianjurkan. Tablet fe diberikan 40 butir, vit. A diberikan 1 butir, 10 tablet amoxcilin. 11) Beritahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 4 April 2015 dan segera mendatangi bidan/tenaga kesehatan lainnya jika ada keluhan Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang dan akan segera mendatangi petugas kesehatan jika terdapat keluhan.

2. Catatan Perkembangan Nifas 6 Hari Tanggal Pengkajian : 04 April 2015

Pukul 16.00 WIB

S: a. Ibu mengatakan keadaaan tubuhnya perlahan mulai membaik. b. Ibu mengatakan pengeluaran ASI lancar dan bayinya menyusu dengan baik c. Ibu mengatakan sudah mulai terbiasa untuk melakukan perawatan bayi seharihari sendiri d. Ibu mengatakan belum melakukan senam nifas e. Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan kurang tidur pada malam hari

162

O: a. Pemeriksaan umum ibu Keadaan umum ibu baik, TD 120/80 mmHg, RR 20 x/mnt, Pols 81x/mnt, Temp 36,60C, tidak ada pembengkakan dan kemerahan pada payudara, ASI keluar dengan lancar, kontraksi uterus baik, TFU ½ simfisis pusat, pengeluaran lochea sanguilenta yaitu berwarna merah kecoklatan dan berlendir, luka jahitan sudah kering, tidak ada edema, tidak ada varises,

tidak ada

kemerahan pada ekstrimitas bawah dan tanda homan (-). b. Pemeriksaan pada Bayi 1) Keadaan umum bayi baik 2) Tanda- Tanda Vital: RR: 40x/menit, Suhu: 36,80C, Nadi 137x/menit. 3) Tidak ada pembesaran pada abdomen A: a. Diagnosa Nifas 6 hari Dasar: b. Ibu partus tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB c. ASI lancar dan bayi menyusu dengan baik d. Kontraksi Baik, Tinggi fundus uteri ½ simfisis pusat e. Pengeluaran pervaginam lochea sanguilenta, tidak berbau f. Luka jahitan sudah kering b. Masalah Tidak ada

163

c. Kebutuhan Informasikan pada ibu tentang : 1) Kebutuhan istirahat 2) Senam Nifas 3) Personal Hygiene P: a. Beritahu ibu tentang kondisinya saat ini Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini baik, kesadaran compos mentis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital:TD: 120/80 mmHg, Pols: 81x/ menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,6°C, bayi menyusu dengan baik, kontraksi baik, TFU ½ pusat-symfisis, lokhea sanguilenta dan tidak berbau busuk. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini. b. Anjurkan ibu untuk istirahat dengan cukup dan untuk bergantian menjaga bayinya dengan suami atau keluarga Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan bergantian menjaga bayinya dengan suami atau keluarganya. Ibu bersedia untuk beristirahat jika bayinya tidur dan bergantian menjaga bayinya dengan suami atau keluarganya. c. Ajarkan ibu untuk melakukan senam nifas Mengajarkan ibu melakukan senam nifas yang terdiri dari latihan kegel, latihan pernapasan diafragma, latihan mengangkat pinggul, latihang mengangkat kepala, latihan meluncurkan kaki, latihan mengencangkan otot perut, latihan untuk merapatkan otot perut, latihan untuk mengecangkan alas panggul,

latihan

untuk

mengencangkan

pinggang

kembali,

latihan

164

memperbaiki sirkulasi tubuh,

latihan meregangkan badan, duduk, berdiri

berbaring telungkup, berbaring terlentang, dan duduk dikursi. Ibu bersedia melakukan senam nifas d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal Hygiene Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene pada seluruh tubuh ibu terutama alat kelaminnya yaitu dengan mandi minimal 2 kali sehari ganti pakaian 2 kali sehari serta mengganti celana dalamnya apabila terasa lembab, mencuci alat kelaminnya sesudah BAK dan BAB serta mengganti kasa betadin pada luka jahitan setelah mandi. Ibu sudah menjaga personal hygienenya e. Evaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu Mengevaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu Ibu sudah mengonsumsi tablet Fe sejumlah 7 tablet dan akan melanjutkan meminum tablet Fe 1x per hari f. Beritahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 11 April 2015 Ibu bersedia untuk dikunjungi oleh penulis

3. Catatan Perkembangan Nifas 2 Minggu Tanggal Pengkajian : 11 April 2015

Pukul 09.00 WIB

S: a. Ibu mengatakan keadaan bayinya sehat b. Ibu mengatakan keadaaan tubuhnya perlahan mulai membaik.

165

c. Ibu mengatakan pengeluaran ASI lancar dan bayinya menyusu dengan baik d. Ibu mengatakan sudah bisa tidur siang

1 jam saat bayinya tidur dan

sudah bergantian menjaga bayinya dengan suami dan keluarga O: a. Pemeriksaan umum ibu Keadaan umum ibu baik, TD 120/80 mmHg, RR 21 x/mnt, Pols 85 x/mnt, Temp 36,70C, tidak ada pembengkakan dan kemerahan pada payudara, ASI keluar dengan lancar, TFU tidak teraba, diastasi rekti ½, pengeluaran lokhea serosa yaitu berwarna kuning kecoklatan, tidak ada edema, tidak ada varises dan kemerahan pada ekstrimitas bawah, tanda Homan (-). b. Pemeriksaan pada Bayi 1) Keadaan umum bayi baik 2) Tanda- Tanda Vital: RR: 42x/menit, Suhu: 36,60C, Nadi 130x/menit. 3) Tidak ada pembesaran pada abdomen A: a. Diagnosa Nifas 2 minggu Dasar: 1) Ibu partus tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB 2) Kontraksi uterus baik, TFU tidak teraba, diastasi rekti ½ 3) Pengeluaran pervaginam lokhea serosa, tidak berbau b. Masalah Tidak ada

166

c. Kebutuhan Mengevaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas

P: a. Beritahu ibu kondisinya saat ini Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini baik. Keadaan umum baik, TD: 120/80 mmHg, Pols: 85x/ menit, RR: 21x/menit, Suhu: 36,7°C, kontraksi baik, TFU sudah tidak teraba, diastasi rekti ½ , lokhea serosa tidak berbau, dan keadaan bayi baik. Ibu mengerti bahwa keadaannya saat ini baik. b. Evaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas Mengevaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas dengan melakukan senam bersama-sama. Ibu sudah bisa melakukan beberapa gerakan dalam senam nifas tetapi sebagian masih melihat instruktur. c. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene pada seluruh tubuh ibu terutama daerah genetalia Ibu bersedia menjaga personal hygienennya d. Evaluasi jumlah table Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu Mengevaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu Ibu sudah mengonsumsi tablet Fe sejumlah 14 tablet dan akan melanjutkan meminum tablet Fe 1x per hari

167

e. Beritahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 09 Mei 2015 Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang

4. Catatan Perkembangan Nifas 6 Minggu Tanggal pengkajian/ Pukul : 09 Mei 2015/ 15.00 WIB a. Data Subjektif (S) 1) Ibu mengatakan kondisinya sudah membaik 2) Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat 3) Ibu mengatakan bayinya menyusu ASI dengan baik 4) Ibu mengatakan sudah melakukan senam nifas dirumah 5) Ibu mengatakan bingung untuk memilih KB yang cocok untuk dirinya b. Data Objektif (O) 1) Pemeriksaan umum pada ibu Keadaan umum ibu baik, TD 120/80 mmHg, RR 18x/mnt, Pols 80 x/mnt, Temp 36,50C, tidak ada pembengkakan dan kemerahan pada payudara, ASI keluar dengan lancar, TFU tidak teraba, pengeluaran lokhea alba yaitu berwarna putih, tidak ada odema, tidak ada varises dan kemerahan pada ekstremitas bawah, tanda Homan (-). 2) Pemeriksaan umum pada bayi a) Keadaan umum bayi normal b) Tanda- Tanda Vital: RR: 40x/menit, Suhu: 36,70C, Nadi 135x/menit.

168

c) Tidak ada pembesaran pada abdomen c. Analisa Data (A) 1) Diagnosa Nifas 6 minggu Dasar: a) Ibu partus tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB b) Ibu mengatakan bingung untuk memilih KB yang cocok untuk dirinya c) Ibu mengatakan sudah melakukan senam nifas dirumah 2) Masalah Tidak ada 3) Kebutuhan a) Mengevaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas b) Menjelaskan pada ibu macam-macam KB dan efek sampingnya d. Penatalaksanaan (P) 1) Jelaskan kondisi ibu saat ini Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik, TD: 120/80 mmHg, RR: 18x/menit,N: 80x/menit, S: 36,5 oC, TFU sudah tidak teraba. Ibu mengerti kondisinya saat ini. 2) Evaluasi senam nifas yang sudah dilakukan ibu dirumah dan beritahu ibu untuk melanjutkan senam nifas dirumah Mengevaluasi senam nifas yang sudah dilakukan ibu dirumahdan memberitahu ibu untuk melanjutkan melakukan senam nifas dirumah.

169

Ibu bersedia melanjutkan senam nifas dirumah 3) Evaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu Mengevaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu Ibu sudah mengonsumsi tablet Fe sejumlah 40 tablet 4) Berikan konseling KB secara dini pada ibu yaitu dengan menjelaskan pada ibu macam-macam KB yang cocok untuk ibu pada masa nifas dan efek sampingnya Menjelaskan pada ibu untuk segara menentukan pilihan KB yang cocok untuk dirinya serta menjelaskan pada ibu macam-macam KB dan efek sampingnya terutama yang cocok untuk ibu masa nifas, yang pertama yaitu Metode Amenorhea Laktasi (MAL) yaitu dengan syarat menyusui secara penuh tanpa makanan/minuman tambahan, belum haid sejak masa nifas selesai, umur bayi kurang dari 6 bulan, metode ini tidak memiliki efek samping asal syarat-syarat tersebut terpenuhi, yang kedua yaitu pil progestin (mini pil), metode ini cocok untuk ibu menyusui yang ingin memakai pil KB, efek samping utamanya yaitu gangguan perdarahan (perdarahan bercak/perdarahan tidak teratur), yang ketiga adalah suntikan progestin metode ini cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI, penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, gangguan haid,dll. yang keempat yaitu kontrasepsi implant, efektif selama 3-5 tahun tergantung merek, efek sampingnya yaitu perubahan pola haid, spotting, dll. yang kelima yaitu AKDR, efektif selama 10 tahun, efek sampingnya yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama, spotting, dll.

170

Ibu sudah mengerti macam-macam KB dan efek sampingnya dan akan mediskusikan dulu dengan suaminya KB yang cocok untuk dirinya dan akan menentukan pilihan KBnya pada kunjungan berikutnya.

D. KB Tanggal Pengkajian

: 11 Mei 2015

Pukul: 14.00 WIB

1. Data Subjektif (S) a) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulanan dan sudah mendapatkan izin dari suami b) Riwayat haid Menarche

: 12 tahun

Siklus haid

:

Lama haid

: 6-7 hari

Nyeri haid

: tidak ada

28 hari

Banyaknya darah : 2-3 x ganti pembalut c) Data Psikologis Suami mengizinkan ibu untuk menggunakan KB suntik 3 bulanan 2. Data Objektif (O) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD 120/70mmHg, RR 20 x/menit, pols 80 x/menit, temp 36,8 0C ,BB 48 kg, PP Test negatif. 3. Analisa Data (A) a. Diagnosa P1A0 calon akseptor KB suntik 3 bulan

171

b. Dasar : 1) Ds: a) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan b) Ibu mengatakan sudah mendapat izin dari suami 2) Do: a) TTV : TD: 120/70 mmHg Pols: 80 x/ menit, RR :20x/menit Temp : 36,80C b) PP test (-) c. Masalah Tidak ada d. Kebutuhan Melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan

4. Penatalaksanaan (P) a. Jelaskan kondisi ibu saat ini Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik, TD: 120/80 mmHg, RR: 18x/menit,N: 80x/menit, S: 36,5oC Ibu mengerti kondisinya saat ini. b. Menjelaskan pada ibu tentang efek samping dari ber-KB seperti badan gemuk, tidak haid, dan sering pusing, namun itu normal karena itu pengaruh hormon yang ada di obat suntik yang diberikan. Ibu mengerti tentang efek samping dari ber KB suntik 3 bulanan c. Menjelaskan pada ibu jika terjadi haid tidak lancar cara mengatasinya yaitu dengan :

172

1) Bila tidak hamil pengobatan apapun tidak perlu, beri penjelasan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim 2) Bila ibu tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan dilanjutkan, anjurkan terapi lain Ibu menerima resiko untuk ber-KB suntik d. Menanyakan kembali pada ibu apakah ibu yakin menggunakan KB suntik 3 bulanan (depoprovera) atau ibu ingin menggunakan kontrasepsi lain. Jika ya, lakukan penyuntikan DMPA pada otot gluteus secara IM sebanyak 3 cc dengan teknik aseptik. Ibu yakin memilih KB suntik 3 bulanan dan atas izin suami. Penyuntikan KB suntik 3 bulanan telah dilakukan. e. Memberitahu ibu untuk kembali yaitu pada tanggal suntik kembali pada tanggal 02 Agustus 2015 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan dan bila terjadi hal-hal tersebut maka dianjurkan segera datang ke tenaga kesehatan. Keluhan tersebut seperti : 1) Timbul abses akibat pembengkakan tempat penyuntikkan 2) Perdarahan bercak yang 2x lebih banyak dalam satu masa haid 3) Menganjurkan ibu untuk memakai kontrasepsi tambahan selama 1 minggu Ibu akan kembali pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada tanggal 02 agustus 2015.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara konsep asuhan kebidanan dalam teori dengan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) yang telah diberikan terhadap Ny.T di BPS Dwi Sri Isnawati,Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah, dengan menggunakan 7 langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Asuhan kebidanan berkelanjutan ini dilakukan mulai dari tanggal 18 Februari 2015 sampai 30 April 2015. Asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap Ny.T merupakan asuhan kebidanan berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas sampai KB. A. Kehamilan Berdasarkan pengkajian kehamilan yang telah dilakukan terhadap Ny.T diperoleh bahwa ibu mengeluh sering kencing. Penatalaksanaan yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menganjurkan ibu untuk mengatasinya dengan cara mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur hal ini sesuai dengan teori menurut Farid Husin (2014) asuhan kebidanan yang dapat dilakukan dalam menangani keluhan sering berkemih adalah dengan cara menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak terganggu. Evaluasi dilakukan pada kunjungan kedua dan diperoleh bahwa keluhan sering berkemih yang dialami oleh ibu sudah berkurang terutama pada malam hari.

173

174

Berdasarkan pengkajian diperoleh hasil bahwa Ny.T tidak melakukan senam hamil dan perawatan payudara karena malas. Penatalaksanaan yang dilakukan oleh penulis yaitu mendemonstrasikan kembali cara melakukan senam hamil agar stamina ibu terjaga hal ini sesuai dengan teori menurut Farid Husin (2014) senam hamil merupakan terapi latihan gerakan untuk menjaga stamina dan kebugaran ibu selama kehamilan dan mempersiapkan ibu secara fisik maupun mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal dan mengajarkan kembali cara perawatan payudara agar payudara ibu bersih serta elastis sehingga ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2012) perawatan payudara sebelum lahir (prenatal breast care) bertujuan memelihara hygine payudara, melenturkan/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk kedalam (retracted nipple). Pada kunjungan berikutnya ibu sudah melakukan gerakan senam hamil dengan baik dan ibu mengatakan kadang menerapkannya pada kegiatan seharihari seperti duduk bersila saat menonton TV dan ibu sudah melakukan perawatan payudara setiap sebelum mandi. Berdasarkan pengkajian kehamilan yang telah dilakukan oleh penulis terhadap Ny.T diperoleh bahwa penulis baru bisa melakukan pemeriksaan protein urin dan glukosa urin pada kunjungan kedua karena tidak tersedianya alat pemeriksaan, sehingga penulis harus menyiapkan alatnya terlebih dahulu agar pada kunjungan kedua penulis dapat melakukan pemeriksaan, artinya pemeriksaan protein urin dan glukosa urin tidak rutin dilakukan sebelumnya. Tes PMS dan VDRL tidak dilakukan karena Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah bukan merupakan daerah endemis PMS, tidak tersedianya alat, dan tidak ditemukan

175

indikasi adanya PMS pada ibu. Tes malaria dan pemberian terapi yodium tidak dilakukan karena Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah bukan daerah endemis malaria dan gondok, tidak tersedianya alat pemeriksaan, dan tidak ditemukan gejala/indikasi pada Ny. T. Sedangkan menurut Depkes RI (2010) dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari timbang berat badan, ukur LILA, ukur TD, ukur TFU, hitung DJJ, tentukan presentasi janin, beri imunisasi tetanus toksoid (TT), beri tablet tambah darah (tablet Fe), periksa laboratorium (pemeriksaan HB, protein urin, glukosa urin, PMS, VDRL, malaria, gula darah, dan golongan darah), tatalaksana/penanganan kasus dan KIE efektif (Pemberian terapi yodium pada daerah endemis gondok). Pemeriksaan protein urin dan glukosa urin pada Ny.T dilakukan pada kunjungan kedua dirumah Ny.T yaitu pada tanggal 11 maret 2015 dan diperoleh bahwa protein urine (-) dan glukosa urin (-), setelah mengetahui hasil pemeriksaan Ny.T merasa lega karena ia dan janinnya dalam keadaan sehat dan normal.

B. Persalinan Berdasarkan pengkajian pada persalinan yang telah dilakukan terhadap Ny. T pada tanggal 28 maret 2015, pukul 19.25 WIB diperoleh bahwa pembukaan lengkap (10 cm), pada inspeksi diperoleh bahwa perineum terlihat kaku dan pucat, pada saat ibu meneran terlihat kepala keluar masuk vulva 3-4 cm. Berdasarkan data ini menunjukkan indikasi untuk dilakukan episiotomi hal ini sesuai dengan teori menurut wiknjosastro (2008) indikasi dilakukan tindakan episiotomi yaitu gawat janin, persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu,

176

ekstraksi forceps, ekstraksi vakum), perineum kaku dan pendek, jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan. Setelah dilakukan pengkajian diperoleh bahwa Ny T G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 6 hari, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala, inpartu kala II. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan tindakan episiotomi kearah mediolateral hal ini sesuai dengan teori menurut Diane M. Fraser (2009) Episiotomi adalah insisi jaringan perineal yang bertujuan melebarkan pintu vulva selama pelahiran yang dapat dilakukan dengan cara mediolateral/median. Setelah dilakukan tindakan episiotomi, 15 menit kemudian bayi lahir. Pada pukul 20.37 WIB penulis meletakkan bayi diatas dada ibu dibawah puting susu untuk melakukan IMD, setelah tali pusat dipotong dan diikat penatalaksanaan ini sesuai dengan teori menurut Utami Roesli (2013) IMD adalah proses menyusu segera yang dilakukan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Satu jam pertama kelahiran bayi adalah saat paling penting, karena di masa satu jam pertama ini terjadi fase kehidupan yang mempengaruhi proses menyusui. Pada pukul 20.57 WIB bayi dan ibu sudah dipindahkan ke ruangan pasien karena keluarga sudah banyak yang berdatangan untuk melihat bayi dan pasien meminta bayinya untuk segera dibedong. Penatalaksanaan yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan KIE pada ibu tentang ASI Eksklusif agar bayi tetap bisa mendapatkan ASI eksklusif walaupun IMD tidak berhasil dilakukan. ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI

177

eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaas ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara. Setelah ibu diberikan KIE tentang ASI eksklusif, ibu berjanji akan memberikan bayinya ASI eksklusif. C. Nifas Berdasarkan pengkajian nifas yang telah dilakukan oleh penulis diperoleh data bahwa pada hari ketujuh masa nifas ibu mengeluh kurang istirahat. Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan pada malam hari kurang tidur karena bayinya rewel, kemudian penulis melakukan KIE tentang kebutuhan istirahat pada ibu. Penatalaksanaan kebutuhan istirahat pada ibu nifas yaitu menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur, kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri hal tersebut diatas sesuai dengan teori menurut Prawirohardjo (2008). Satu minggu setelah diberikan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat ibu sudah mulai tidur siang dan bergantian menjaga bayinya dengan suami/keluarga, sehingga kebutuhan istirahat ibu dapat terpenuhi hal ini sesuai dengan teori menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2011) ibu memasuki fase letting go yaitu ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.

178

D. KB Berdasarkan pengkajian pada KB yang telah dilakukan oleh penulis diperoleh hasil bahwa tidak ada kesenjangan antara teori kebidanan dengan asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap Ny.T, setelah dilakukan konseling untuk KB secara dini pada 6 minggu postpartum, pada kunjungan berikutnya

Ny.T

sudah

memutuskan

untuk

menggunakan

KB

suntik

progestin/suntik 3 bulanan. Ny. T 21 tahun calon akseptor KB suntik 3 bulan. KB suntik progestin ini cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI sesuai dengan teori menurut Affandi (2011) perempuan yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin salah satunya yaitu menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. Penulis kemudian akan melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan terhadap Ny.T. Penatalaksanaanya adalah pertama melakukan penimbangan BB, ukur TD, kemudian menyiapkan obat, mendesinfekti tempat penyuntikan, melakukan penyuntikan secara IM pada bokong ibu, aspirasi, ternyata tidak ada darah kemudian melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan , setelah diberikan injeksi KB suntik 3 bulan Ny.T merasa lega dan tidak khawatir akan hamil lagi dalam waktu dekat ini, karena Ny.T ingin memberi jarak antara kehamilan pertama dan kehamilan selanjutnya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Setelah memberikan asuhan kebidanan berkelajutan terhadap Ny.T mulai dari kehamilan, persalinan, nifas sampai KB dengan menggunakan 7 langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney yang dilakukan di BPS Dwi Sri Isnawati, Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah dari tanggal 20 februari 2015- 09 Mei 2015. Maka dapat disimpulkan bahwa : 1.

Berdasarkan hasil pengkajian pada kehamilan terhadap Ny.T diperoleh bahwa ibu hamil normal dengan keluhan yang fisiologis pada trimester III yaitu sering berkemih. Pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sesuai dengan standar 11T, dan dilakukan sesuai dengan kontrak kegiatan yang telah di tanda tangani oleh Ny. T.

2.

Berdasarkan hasil pengkajian pada persalinan diperoleh bahwa persalinan yang dijalani oleh Ny.T normal tetapi pada kala II dilakukan tindakan episiotomi karena terdapat indikasi perineum kaku dan pucat. Kemudian dilakukan IMD segera setelah bayi lahir dan tali pusat telah dipotong serta diikat, IMD tidak berhasil dilakukan karena keluarga kurang kooperatif.

3.

Berdasarkan hasil pengkajian pada masa nifas terhadap Ny.T diperoleh bahwa masa nifas ibu normal dengan keluhan kurang tidur, tidak ditemukan adanya tanda bahaya pada masa nifas.

4.

Berdasarkan hasil pengkajian pada KB diperoleh bahwa asuhan pada KB telah diberikan dengan baik dan memperhatikan kebutuhan ibu, Ny.T

179

180

memutuskan untuk menggunakan KB suntik 3 bulanan dan sudah mendapat izin dari suami.

B. Saran 1. Bagi BPM Dwi Sri Isnawati, Amd.Keb Pelayanan kebidanan yang dilakukan di BPM Dwi Sri Isnawati sudah cukup baik, untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan sebaiknya BPM dilengkapi dengan alat pemeriksaan protein urin dan glukosa urin yang sebelumnya tidak ada agar dapat mendeteksi dan menangani komplikasi sedini mungkin serta mendukung pelaksanaan asuhan kebidanan berkelanjutan. 2. Bagi Program Studi Kebidanan Metro Koleksi buku di Perpustakaan Prodi Kebidanan Metro sudah cukup lengkap tetapi untuk buku-buku terbaru dengan teori-teori terbaru masih sulit ditemukan, sedangkan dalam melakukan penyusunan laporan tugas akhir penulis memerlukan banyak sumber buku kebidanan yang up to date/ terbaru sesuai dengan evidance based diharapkan perpustakaan Prodi Kebidanan Metro dapat melengkapi koleksi bukunya untuk memfasilitasi penulis berikutnya dalam melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir.

3. Bagi Klien/Pasien Dengan terlaksananya asuhan kebidanan berkelanjutan ini klien sebaiknya meningkatkan kesadarannya dalam bidang kesehatan dan lebih kooperatif dengan tenaga kesehatan agar ibu dan bayi dapat terus terpantau kondisinya.

181

4. Bagi Penulis Selanjutnya Asuhan kebidanan berkelanjutan yang diterapkan selanjutnya sebaiknya lebih baik dari yang sudah dilakukan oleh penulis saat ini, inovasi-inovasi dalam memberikan asuhan sebaiknya diterapkan dengan mengikuti evidence based untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, kelengkapan alat juga harus diperhatikan untuk memaksimalkan asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran., dkk (ed). 2011.Buku Panduan Praktis Kontrasepsi.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Pelayanan

Anggraini,Yetti,2010.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta:Pustaka Rihama Bencoolen,Rafess.2011.Melakukan Amniotomi dan Episiotomi. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/melakukan amniotomidan-episiotomi.html. (diakses 18 Juni 2015) Bobak,dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC BKKBN. 2015. BKKBN Gandeng IBI dan IDI demi Capai Target MDGs 2015. www.jdih.net/web-bppkb/berita/269/bkkbn-gandeng-ibi-dan-idi (Diakses tanggal 28 Februari 2015) Departemen Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Lampung 2012. Lampung. Fraser, Diane M., dkk. 2009. Buku Ajar Bidan Edisi 14.Jakarta:EGC Husin,Farid, dkk., (ed). 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto Jannah, Nurul .2012. Buku ajar asuhan kebidanan kehamilan. Yogyakarta : ANDI Manuaba, Ida Ayu Chandranita., dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Saifuddin,A.B.,dkk (ed).2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Roesli, Utami.2013.Inisiasi Menyusui Dini. http://menyusui.info/imd/artikelimd/inisiasi-menyusu-dini-sebuah-definisi/(diakses 19 Juni 2015) Saifuddin, Abdul Bari ., dkk (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Soepardan, Suryani.2008.Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC

Varney, Helen., dkk. 2008a. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC .2008b. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC Wiknjosastro,Gulardi., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal Edisi Revisi 5. Jakarta : JNPK-KR Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah.2014.Perencanaan Tingkat Puskesmas.Lampung

LAMPIRAN

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN TERHADAP NY. T DI BPM DWI SRI ISNAWATI PUNGGUR, LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015

Yang bertanda tangan dibawah ini : 1.

Tina Ristiana, 21 tahun, bertempat tinggal di desa banjar sari kecamatan gunung sugih kabupaten lampung tengah, sebagai pihak yang akan diberi asuhan berkelanjutan.

2.

Nimas Nimangsari, 12242024, Prodi Kebidanan Metro, sebagai pihak yang akan memberikan asuhan berkelanjutan. Pihak yang akan diberi asuhan berkelanjutan memberi izin kepada pihak yang

akan memberikan asuhan berkelanjutan untuk melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan dari hamil, bersalin, nifas dan KB dalam rangka menyusun Laporan Tugas Akhir dengan frekuensi pemberian asuhan sebanyak 9 kali, yaitu : 1) Kehamilan

: 3 kali

3) Nifas

: 3 kali

2) Persalinan

: 1 kali

4)

: 2 kali

KB

Dengan rincian kegiatan sebagai berikut : ASUHAN YANG

HARI/TANGGAL KUNJUNGAN KUNJUNGAN

DIBERIKAN KEHAMILAN

KEGIATAN

1

1. Melakukan asuhan kehamilan dengan melakukan pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan kadar haemoglobin. 2. Mengajarkan pada ibu cara melakukan senam hamil. 3. Mengajarkan pada ibu cara perawatan payudara perawatan payudara 4. Memberikan penjelasan tentang ketidknyamanan pada Trimester III 5. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene 6. Memberikan penjelasan tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan. 7. Memberikan penjelasan tentang tanda-tanda persalinan 8. Memberikan penjelasan

tentang persiapan persalinan 9. Memberikan KIE tentang kebutuhan istirahat 2

1. Melakukan pemeriksaan kebidanan dengan palpasi menurut leopold, mengukur TFU, menghitung TBJ, dan pemeriksaan DJJ dengan auskultasi menggunakan fetoskop dan melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan protein urine dan glukosa urine. 2. Mengevaluasi gerakan senam hamil yang dilakukan ibu dirumah. 3. Mengevaluasi perawatan payudara yang dilakukan ibu dirumah

3

1. Melakukan pemeriksaan kebidanan dengan palpasi menurut leopold, mengukur TFU, menghitung TBJ, dan pemeriksaan DJJ dengan auskultasi menggunakan fetoskop. 2. Mengevaluasi gerakan senam hamil yang dilakukan oleh ibu

dirumah 3. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan.

PERSALINAN

1

Melakukan asuhan kebidanan pada persalinan normal: 1. Melakukan pemantauan kala I dengan partograf yaitu kondisi ibu, kondisi janin dan kemajuan persalinan. 2. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi meneran dengan setengah duduk. Salah satu keuntungan posisi setengah duduk adalah suplai oksigen dari ibu ke janin dapat berlangsung secara maksimal. 3. Memberikan asuhan sayang ibu: a. Memberikan ibu makan/minum di antara kontraksi yang bertujuan untuk membantu mencegah gangguan

gastrointestinal. b. Memberikan ibu masase ringan pada punggung bagian bawah untuk mengurangi rasa nyeri yang ibu alami. 4. Melakukan penatalaksanaan IMD dengan meletakkan bayi diatas dada ibu selama 1 jam pertama kelahiran yang bertujuan untuk menghangatkan tubuh bayi. NIFAS

1

Melakukan asuhan pada 6-8 jam masa nifas: 1. Mengobservasi tandatanda vital, kontraksi uterus, dan jumlah pendarahan. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan. 3. Memberikan konseling pada ibu tentang: a. Teknik menyusui yang benar. b. Pentingnya ASI eksklusif 0-6 bulan pertama tanpa MP-

ASI. c. Menjaga bayi agar tetap hangat. a. Tanda-tanda bahaya pada ibu dalam masa nifas dan bayi. 2

Melakukan asuhan kebidanan pada hari ke-6 masa nifas: 1. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu nifas, yaitu: a. Keadaan putting susu bersih/tidak dan pengeluaran ASI lancar/tidak. b. Evaluasi involusi uterus, kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.

c. Evaluasi pengeluaran pervaginam (lochea) dan jika terdapat luka laserasi periksa keadaan luka laserasi dan penjahitan kering/belum. 2. Menilai adanya tandatanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup nutrisi, cairan dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-tanda penyulit. 5. Memberikan konseling pada ibu tentang: a. Perawatan payudara pada masa nifas. b. Perawatan bayi seharihari seperti personal hygiene, perawatan tali pusat, dll. 3

Melakukan asuhan kebidanan pada minggu ke-2 masa nifas: 1. Mengevaluasi involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus dan tidak ada perdarahan. 2. Menilai adanya tandatanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup

nutrisi, cairan dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-tanda penyulit. 5. Memberikan konseling KB secara dini. 1

1. Memastikan ibu untuk menjadi akseptor KB sesuai dengan keinginan ibu. 2. Menjadwalkan untuk ibu mulai menggunakan KB.

SENAM HAMIL

NO A. 1.

GERAKAN

KETERANGAN LATIHAN PENDAHULUAN Duduk bersila * Sebanyak mungkin ibu hamil melakukan pekerjaan rumah dengan dududk bersila

2.

Melemaskan otot paha bagian dalam * Duduk bersila * Letakkan kedua telapak tangan diatas lutut * Tekan kearah luar dengan bantuan berat badan, bokong kan terangkat dari kasur. Pertahankan 3 detik.

3.

Latihan otot tungkai * Dorso fleksi dan plantar fleksi * Inversi dan eversi * Sirkum duksi Lakuakn 2 kali sehaari masing-masing 6 kali.

B. 1.

LATIHAN DASAR PERNAPASAN Latiha pernapasan perut * Tidur terlentang dengan 1 bantal, kedua kaki di bengkokkan, kedua telapak tangan diletakkan diatas perut sekitar pusat * Keluarkan napas dari mulut, perut kempis hingga telapak tangan lepas dari dindind perut. * Tarik napas dari hidug, perut mengembang hingga tangan terdorong dari perut.

2.

Latiha pernapasan iga Tidur terlentang dengan 1 bantal, kedua kaki di bengkokkan, kedua tangan mengepal di iga bawah dada. * Keluarkan napas dari mulut, iga mengempis hingga kepalan terlepas. * Tarik napas dari hidug, iga mengembang hinggakepalan tangan terdorong keatas. *

3.

C. 1.

Latiha pernapasan dada: * Tidur terlentang dengan 1 bantal, kedua kaki di bengkokkan, kedua tangan diletakkan diatas dada. * Keluarkan napas dari mulut, dada mengempis telapak tangan menekan dada. * Tarik napas dari hidug, dada mengempis hingga kediua telapak tangan keatas. LATIHAN OTOT PERUT Tidur terlentang, kaki bengkok, tangan diatas perut, kempiskan dinding perut ke dalam, sehingga lepas dari telapak tangan.lakukan 6 kali.

D.

LATIHAN OTOT BOKONG Tidur terlentang, kaki lurus, kerutkan bokong lakukan 15-30 kali

E.

LATIHAN DASAR PANGGUL JATUH KEDEPAN Dasar: tidur terlentang kedua lutut bengkok, kerutkan otot perut dan bokong, sehingga membentuk cekungan di punggung. Lakukan 15-30x .

1.

2.

Peningkatan: posisi merangkak, kerutkan otot perut dan bokong.

F.

LATIHAN DASAR PANGGUL JATUH KESAMPING Dasar: tidur terlentang, 1 kaki lurus, 1 kaki bengkok, geserkan kaki lurus mendekati iga. Lakukan 6x

1.

2.

Peningkatan: merangkak kepala menoleh ke panggul kiri/ kanan mendekati iga kiri/kanan.

G.

LATIHAN ROTASI PANGGUL Dasar: tidur terlentang, 1 kaki dibengkokkan, kedua tangan diletakkan dibawah bantal, membawa lutut yang berlawanan angkat tumit, lakukan 6x.

2.

Peningkatan: posisi merangkak, lingkari dada dengan satu lengan, jari keatass, suku lurus, ayunkan lengan keatas belakang. Lakukan 6x.

H.

1.

J. 1.

LATIHAN MENGEJAN Mengejan efektif, tidur bersandar 2 bantal, kedua tangan merangkul paha, tarik kearah samping atas, siku tidak boleh tertahan kasur, tarik napas dari mulut, tundukkan kepala, dagu menempel dada, mata terbuka, kempiskan perut dan mengejan kearah bawah, tahan sambil merangkul kedua paha, keluarkan napas mendesah, lakukan napas panting, lakukan 3 kali. LATIHAN MENCEGAH SUNGSANG Merangkak kedua tangan sejajar dengan bahu, dan kedua lutut sejajar dengan panggul agak dilebarkan. Letakkan kepala diantara kedua tangan, menoleh kekiri/kekanan. Letakkan siku diatas kasur lalu jauhkan siku sejauh mungkin kesamping kanan dan kiri sehingga dada menyentuh kasur. * Untuk mencegah letak sungsang 1x sehari 15 detik * Untuk letak sungsang 2x sehari 1520 detik

K. 1.

LATIHAN MENCEGAH WASIR Tidur terlentang dengan kedua lutut bengkok kerutkan otot bokong dan angkat panggul setinggi mungkin ke atas tahan dalam keadaan berkerut, napas biasa kemudian lepaskan, lakukan 5-6 kali.

L. 1.

LATIHAN RELAKSASI TOTAL Tidur miring kekiri tangan yang diatas merangkul bantal, tangan bawah posisi fleksi di belakang punggung, kerutkan otot-otot dari ujung kaki sampai otot muka bersama-sama, kemudian santai, napas dengan irama lambat, sampai tercapiai istirahat sempurna/ tidur selama 5-10 menit.

PERAWATAN PAYUDARA PADA KEHAMILAN

No 1.

Pelaksanaan 1. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN Cuci tangan dari lengan hingga siku dengan menggunakan sabun dan air mengalir

A

PELAKSANAAN

1.

1. Kompres puting susu sampai bagian aerola mamae dengan kapas yang telah dibasahi minyak selama 2-3 menit

2.

2. Olesi ibu jari dan jari telunjuk dengan minyak 3. Jika puting susu normal, Letakkan ibu jari dan jari telunjuk di sekitar puting susu. Lakukan gerakan memutar ke arah dalam sebanyak 30 kali putaran untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu

3.

4.

4. Jika puting susu datar atau masuk ke dalam, a. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan puting susu. Secara perlahan, tekan dan hentakan ke arah luar menjauhi puting susu sebanyak 30 kali b. Lakukan hal yang sama dengan tahap diatas, tetapi tarikan dan hentakan jari telunjuk dari arah atas dan bawah

5.

5. Mengeluarkan Colostrum

6.

6. Membersihkan puting susu dan payudara dengan kain kering dan bersih. 7. Mencuci tangan setelah tindakan. Cuci tangan dengan lengan hingga siku dengan menggunakan sabun dan air mengalir

7.

SENAM NIFAS

NO

GERAKAN

KETERANGAN

A.

SENAM SIRKULASI

1.

Tarik napas dalam 3-4 x melalui hidung lalu keluarkan lewat mulut

2. Berbaring dengan lutut lurus, regangkan sedikitnya 12 x pilih gerakan dorso fleksi (buka tutup) bukan plantar fleksi unruk mencegah kram.

3.

Menegencangkan kaki, berbaring denga kaki lurus, tarik kekia kaki ke atas pada pergelagan kaki dan regangkan pada bagian belakang lutut ke tempat tidur, tahan posisi dalaam hitungan detik, bernafaalah secara normal dan rileks, ulangi derakan sebanyak 10 x.

B.

SENAM DASAR PANGGUL

1. Lutut dalam posisi ditekuk, angkat panggul tanpa mengangkat perut dengan prinsip visualisasi dan konsentrasi pada otot, angkat, tarik masuk, dan tahan. (seperti buang air kecil dan ditahan di tengah*)

C.

SENAM ABDOMEN

1.

Posisi berbaring dengan kedua lutut di tekuk dan telapak kaki datar menapak di lantai, letakkan kedua telapak tangan diabdomen depan paha, tarik napas dan pada saat akhir hembuskan napas. Lakukan sebanyak 10 x

2.

Masih dalam posisi berbaring, telapak tangan berada di samping pinggang dan menempel di lantai, kaki di tekuk dan telapak kaki menempel di lantai, kencangkan otot abdomen dan otot pangguldengan sedikit menekan area belakang ke lantai, tahan posisi sasmpai hitingan ke 5 lalu bernapas normal dan rileks, lakukan 5 kali dan tinggkatkan 10 x di minggu selanjutnya

D.

STABILTAS BATANG TUBUH

1.

Posisi duduk dengan kaki datar diatas lantai, dan tangan diatas otot abdomen daaeah, tarik otot dasar panggul dan naikkan lutut dengan kaki beberapa inci Di atas lantai, tahan gerakan selama 5 detik, dengan bagian panggul dan tulang belakang tetap berada pada posisinya. Tingkatkan secara bertahap sehingga ibu bidan megulang dan menahan gerakan selama 10 detik dan di ulang senbanyak 10x

2.

Berbaring miring, tekuk kedua lutut keatas depan dengan tangan menopang kepala dan tangan lainnya monopang tubuh dengan telapak tangan menempel pada lantai. Tarik otot transfsersum dan dasar panggul serta angkat lutut keatas dengan memutar paha ke arah luar sementara tumit tetap berdekatan. Tahan selama 5 detik dan ulangi sebanyak 5 x. Tingkatkan dengan menahan selama 10 detik dan ulangi 10x.

3.

Posisi berbaring miring dan lutut kaki dibawah di tekuk kearah belakang, tarik abdomen bagian bawah, dan naikkan kaki yang atas sejajar dengan tubuh. Tahan gerakan selama 5 detik dan ulangi 5x. Tingkatkan penahanan 10 detik dan ulangi 10x

4.

Posisi berbaring terlentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar diatas lantai, tarik abdomen bawah dan biarkan lutut kanan sedikit kearah luar, dengan sedikit mengendalikan untuk memastikan pelvis tetap berada pada posisi dan punggung tetap datar secara perlahan kembalikan lutut pada posisi semula yang tegak lurus. Ulangi 5 x pada masing-masing kaki dan ulangi secara bertahap hingga sampai 10 kali.

Ra 5.

Tetap pada posisi berbaring terlentang tekuk kedua lutut keatas dan kaki datar di atas lantai, letakkan tangan di atas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah, secara perlahan luruskan tumit, setelah 1 kaki dengan tetap mempertahankan punggung datar setinggi panggul. Ulangi gerakan 5 x pada masing-masing kaki, dan tingkatkan hingga 10x pada masingmasing kaki.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF