August 2, 2017 | Author: Yulis Hallo See Neutron | Category: N/A
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek 1.2 Lokasi Proyek Lokasi proyek berada di daerah Sukadana Kabupaten Kayong Utara 1.3 Batasan Amatan Batasan amatan pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut: 1. Kolom berfungsi untuk mengikat antar konstruksi dinding. Kolom juga berfungsi untuk menahan beban vertical. 2. Pekerjaan Balok Balok berfungsi mengikat antar konstruksi kolom. Balok juga berfungsi sebagai penahan plat lantai. 3. Pekerjaan Plat Lantai Plat lantai merupakan lantai yang didukung oleh balok balok yang bertumpu pada kolom kolom bangunan. 1.4 Tujuan dan Sasaran Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan 2 yaitu 1. Tujuan Mengamati pekerjaan Kolom lantai 3, Balok lantai 4 dan Plat Lantai 4 serta mengetahui sistem pengecorannya pada proyek pembangunan Ruko di jalan M. Yamin. 2. Sasaran 1. Mengetahui lebih detail mengenai pekerjaan struktur seperti Kolom, Balok dan Plat lantai. 2. Mengetahui Metode Pelaksanaan Konstruksi 3. Mengetahui Sistem Pengecoran yang baik dan benar untuk konstruksi dengan beton betulang. 1.5 Metode Pengumpulan Data YULINDA LISSUMIRA 3201107047 1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Dalam memperoleh data-data untuk memenuhi ketentuan dalam pelaksanaan PKL 2 ini, maka dilakukan beberapa cara adalah sebagai berikut: 1. Metode observasi : a. Foto dokumentasi di lapangan b. Catatan hasil pangamatan di lapangan 2. Metode wawancara : Tanggapan dari pembimbing lapangan maupun para pekerja yang berkaitan dengan proyek pembangunan ruko mengenai spesifikasi pekerjaan yang sedang diamati. 3. Metode literature : Hasil perbandingan dari perencanaan dengan yang terjadi di lapangan. 1.6 Sistematika Pembahasan Sesuai dengan judul yang di ajukan untuk laporan praktek kerja lapangan ini, maka system pembahasan / penulisan sebagai berikut : BAB I TINJAUAN PROYEK Berisi latar belakang proyek meliputi sistem penujukkan proyek, tujuan proyek diselenggarakan, pihak-pihak yang terlibat dalam proyek serta struktur organisasi proyek. Selain itu juga berisi data teknis proyek yang berisi spesifikasi teknis proyek, batasan amatan yang berisi rincian pekerjaan keseluruhan, spesifikasi pekerjaan yang diamati. Metode pengumpulan data serta sistematika penyusunan laporan yang menyangkut langkah-langkah penulisan laporan secara sistematis, berurutan dan terperinci. BAB II TINJAUAN TEORI Berisikan tentang penjelasan /atau definisi berkaiatan dengan pekerjaan yang diamati dan jenis-jenis bahan yang digunakan menurut ketentuan dan standarisasi yang berlaku. BAB III TINJAUAN KEGIATAN YANG DIAMATI
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 2
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Berisikan tentang pekerjaan
yang
diamati,
jenis
pekerjaan
dan
penjelasan/ulasan tentang pekerjaan yang diamati. Lingkup pekerjaan meliputi material, metode dan tenaga pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan. Serta rincian pekerjaan yang terdiri dari
tahapan-tahapan
konstruksi serta bagian-bagiannya. BAB IV ANALISA Berisi analisa terhadap hasil amatan serta hasil dari perbandingan antara teori yang dimiliki terhadap pengamatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Mengutarakan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya keselarasan maupun ketidakselarasan antara teori yang dimiliki terhadap praktek di lapangan. Serta usulan/rekomendasi terhadap pihak pelaksana proyek serta masukkan untuk pembangunan proyek sejenis selanjutnya. BAB V PKESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan – kesimpulan yang ditarik berdasarkan dari analisa pada bab sebelumnya kemudian memberikan saran – saran tentang hasil dari kesimpulan tersebut. LAMPIRAN Pada bab ini berisi surat surat serta data data yang berkaitan mengenai proyek dan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 3
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
BAB II PENGENALAN INSTITUSI PELAKSANA & PROYEK .1 Tinjauan Umum Institusi Pelaksana 2.1.1 Sejarah Singkat Institusi Pelaksana CV. Tri Wastu merupakan salah satu perusahaan komoditer yang bergerak dibidang jasa Perencanaan Data Umum Perusahaan Nama Perusahaan
: CV. TRI WASTU
Bentuk Badan Hukum: CV. (Perusahan Komanditer) Alamat
: Jl. Karangan Blok C No. 9, Pontianak
Phone / Fax
: (0561) 577494
Email
:
[email protected],
[email protected]
Akte Pendirian
: No. 03 Tanggal 5 Januari 2007
NPWP
: 02.527.940.7.701.000
SITU
: 104.07/PK2T&PMD/R-I/k/07
2.1.2
Struktur Organisasi Pelaksana
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 4
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2.2 Tinjauan Umum Proyek Data Teknis pada proyek di Jl. M. Yamin adalah : Nama Proyek
: Masjid Agung Ustmain Al-Khair
Lokasi Proyek
: Sukadana, Kab. Kayong Utara
Owner
: Panitia Pembangunan |Masjid
Luas Lantai
: 4500m2
Bidang/Sub Bidang
: Arsitektur/Jasa Desain, Pradisain & Adm. Kontrak
Nilai Kontrak
: Rp 200.000.000,00
Prosedur Pendapatan Proyek Proyek 2.2.1
Gambaran Umum Proyek
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 5
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Proyek yang akan dilaksanakan adalah ruko dua pintu dengan jumlah lantai yaitu 5 lantai, konstruksi beton betulang, dan beton yang digunakan yaitu beton redy mix yang didatang kan perusahaan dari Duta Mix. 2.2.2
Jadwal Pelaksanaan Proyek Proyek ruko di jalan M. Yamin merupakan proyek swasta yang
dijadwalkan dilaksanakan dari bulan September 2013 hingga Agustus 2014.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 6
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
BABA III PEKERJAAN PELAKSANAAN PROYEK 3.1 Lingkup Pekerjaan 3.1.1 Pengertian Struktur Kolom, Balok & Plat lantai 3.1.1.1 Struktur Bangunan Stuktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan untuk member kekuatan dan kekakuan yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan. Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban. Beban-beban tersebut menumpu pada elemen-elemen yang selanjutnya disalurkan kebagian bawah tanah bangunan, sehingga beban-beban tersebut akhirnya dapat ditahan. Elemen-elemen struktur utama dikelompokan menjadi tiga kelompok utama, yaitu: -
Elemen kaku yang umum digunakan: balok, kolom, pelengkung, plat
-
datar, plat berpelengkung tunggal dan cangkang. Elemen tidak kaku atau fleksibel: membrane atau bidang berpelengkung
-
tunggal maupun ganda. Elemen-elemen yang merupakan rangkaian dari elemen-elemen tunggal:
rangka, rangka batang, kubah dan jaring. a) Struktur Kolom Kolom merupakan batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya YULINDA LISSUMIRA 3201107047 7
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996) SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 8
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan. Jenis-jenis Kolom Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga: 1. 2. 3.
Kolom ikat (tie column) Kolom spiral (spiral column) Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu: 1.
Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2.
Kolom
menggunakan
pengikat
spiral.
Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 9
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi 3.
momen dan tegangan terwujud. Struktur
kolom
komposit
merupakan
komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang. Hasil berbagai eksperimen menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral ternyata lebih tangguh daripada yang menggunakan tulangan sengkang. Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis. 1. Kolom Utama yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8–10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm). YULINDA LISSUMIRA 3201107047 10
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2. Kolom Praktis adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20. Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolomkolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 11
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Dasar-dasar Perhitungan menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom: 1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan. 2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari
beban
eksentris
karena
sebab
lainnya
juga
harus
diperhitungkan. 3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya. 4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom. Urutan pelaksanaan pekerjaan kolom adalah sebagai berikut: 1. Stek tulangan kolom YULINDA LISSUMIRA 3201107047 12
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pabrikasi tulangan kolom Pemasangan tulangan kolom Pemasangan sepatu kolom Instalasi pipa elektrikal Pabrikasi bekisting kolom Instalasi bekisting yang telah diberi oil form Pemberian beton eksisting dengan calbond Pengecoran kolom
b) Struktur Balok Balok dapat didefinisikan sebagai salah satu dari elemen struktur portal dengan bentang yang arahnya horizontal,sedangkan portal merupakan kerangka utama dari struktur bangunan, khususnya bangunan gedung. Beban yang bekerja pada balok biasanya berupa beban lentur, beban geser maupun torsi (momen puntir), sehingga perlu baja tulangan utnuk menahan beban beban tersebut. Tulangan ini berupa tulangan memanjang atau tulangan longitudinal (yang menahan beban lentur) serta tulangan geser/begel (yang menahan beban geser atau torsi).
Gambar 1. Elemen Balok & Kolom Portal (Sumber: Buku Balok Plat Beton Betulang,2010) Balok beton betulang atau balok tulangan rangkap ialah balok beton yang diberi tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah tekan. Dengan dipasangnya tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok akan lebih kuat dalam hal menerima beban yang berupa momen lentur. Oleh sebab itu, balok dengan tulangan tunggal secara praktis tidak YULINDA LISSUMIRA 3201107047 13
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
ada (jarang sekali dijumpai). Meskipun penampang beton pada balok dapat dihitung dengan tulangan tunggal (yang memberikan hasil tulangan longitudinal saja), tetapi pada kenyataannya selalu ditambahkan tulangan tekan. Gambar 2. Letak Tulangan pada Balok (Sumber: Buku Balok Plat Beton Betulang,2010) Tambahan tulangan tekan longitudinal ini selain menambah kekuatan balok dalam hal menerima beban lentur, juga berfungsi untuk memperkuat kedudukan begelbalok (antara tulangan longitudinal dan begel diikat dengan kawat lunak yang disebut binddraad), serta sebagai tulangan pembentuk balok agar mudah dalam pelaksanaan pekerjaan beton. 4.
Pemasangan Tulangn Balok Tulangan longitudinal tarik maupun tekan pada balok dipasang
dengan arah sejajar sumbu balok. Biasanya tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan, kecuali balok yang menahan momen lentur kecil. Untuk balok yang menahan momen lentur kecil ( misalnya balok praktis), cukup dipasang tulangan tarik dan tulangan tekan masing-masing 2 batang (sehingga berjumlah 4 batang), dan diletakkan pada sudut penampang balok. Untuk balok yang menahan momen lentur besar, tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan. Keadaan ini disebabkan oleh kekuatan beton pada daerah tarik yang diabaikan, sehingga praktis semua beton tarik ditahan oleh tulangan longitudinal tarik (jadi jumlahnya banyak). Sedangkan pada daerah beton tekan,
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 14
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
beban tekan tersebut sebagian besar ditahan oleh tulangan, sehingga jumlah tulangn tekan hanya sedikit. Pada portal bangunan gedung, biasanya balok yang menahan momen lentur besar terjadi didaerah lapangan (bentang tengah) dan ujung balok (tumpuan jepit balok). Gambar 3. Bidang Momen (BMD) akibat kombinasi beban pada Balok (Sumber: Buku Balok Plat Beton Betulang,2010) Gambar 4. Bidang Momen & Pemasangan Tulangan pada Balok (Sumber: Buku Balok Plat Beton Betulang,2010) Pada gambar, dilapangan (bentang tengah balok) terjadi momen positif (M+), berarti penampang beton daerah tarik berada di bagian bawah, sedangkan diujung (dekat kolom) terjadi sebaliknya, yaitu terjadi momen negative (M-), berarti daerah penampang beton daerah tarik berada di bagian atas. Oleh karena itu didaerah lapangan dipasang tulangan bawah (8D22) yang lebih banyak daripada tulangan atas (4D22), sedangkan di ujung terjadi sebaliknya, yaitu dipasang tulangan alas (6D22) yang lebih banyak daripada tulangan bawah (4D22). 5. Distribusi Renggangan dan Tegangan Renggangan dan tegangan yang terjadi pada balok dengan penampang beton betulangan rangkap, dilengkapi dengan beberapa notasi yang akan dipakai untuk perhitungan selanjutnya. 6. Retak Balok Akibat Gaya Geser Jika ada sebuah balok yang ditumpu secara sederhana (yaitu dengan tumpuan sendi pada ujung yang satu dan tumpuan rol pada ujung lainnya),
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 15
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
kemudian diatas balok diberi beban cukup berat, balok tersebut dapat terjadi 2 jenis retakan, yaitu retak arah vertical dan retak arah diagonal. Gambar 5. Jenis retakan pada Balok (Sumber: Buku Balok Plat Beton Betulang,2010) Retak vertical terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban lentur, sehingga biasanya terjadi pada daerah lapangan (bentang tengah) balok, karena pada daerah ini timbul momen lentur paling besar. Retak miring terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban geser, sehingga
biasanya terjadi pada daerah ujung (dekat tumpuan) balok,
karena pada daerah ini timbul gaya geser/gaya lintang paling besar. Gambar 6. Retak Balok Akibat Gaya Geser (Sumber: Buku Balok Plat Beton Betulang,2010) Pada gambar a. akibat berat sendiri dan beban-beban diatas balok, maka pada tumpuan kiri maupun kanan timbul reaksi (R A dan RB) yang arahnya keatas, sehingga pada tumpuan kiri terjadi gaya lintang/ gaya geser sebesar RA keatas. Pemasangan begel balok dilaksanakan
melingkupi tulangan
longitudinal, dan kedua tulangan tersebut saling diikat dengan kawat binddraad. Dengan demikian begel tersebut selain berfungsi untuk menahan gaya geser, juga berfungsi untuk mencegah pergeseran tulang longitudinal
akibat
gaya
potong,
sehingga
kedudukan
tulangan
longitudinal lebih kuat.
c) Plat Lantai
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 16
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Plat merupakan struktur tipis yang di buat dari beton betulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang plat ini relative sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Plat beton betulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung plat ini berfungsi sebagai diafragma/unsure pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal. Plat beton betulang banyak digunakan pada bangunan sipil baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada plat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/ beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur. Oleh karena itu plat juga direncanakan terhadap beban lentur ( seperti pada kasus balok) 1. Tumpuan Plat Untuk merencanakan plat beton betulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan antara plat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada plat. Untuk bangunan gedung umumnya plat tersebut ditumpu oleh balok balok secara monolit, yaitu plat dan balok di cor bersama sama sehingga menjadi satu kesatuan, atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 17
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Kemungkinan lain plat didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok yang dikenal dengan plat cendawan. 2. Jenis Perletakan Plat pada Balok Kekakuan hubungan antara plat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi salah satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan plat pada balok : a. Terletak Bebas Keadaan ini terjadi jika plat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara plat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga plat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut. Plat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas. b. Terjepit Elastis Keadaan ini terjadi jika plat dan balok di cor bersama sama secara monolit, tetapi ukuran balik cukup kecil sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi plat. c. Terjepit Penuh Keadaan ini terjadi jika plat dan balok di cor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi plat. YULINDA LISSUMIRA 3201107047 18
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
3. Sistem Penulangan Plat Sistem penulangan plat pada darasnya dibagi menjadi 2 macm, yaitu : sistem perencanaan plat dengan tulangan pokok satu arah (one way slab) dan sistem perencanaan plat dengan tulangan pokok dua arah (two way slab). a. Penulangan Plat satu arah b. Penulangan Plat dua arah 3.1.1.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Pada bangunan yang menggunakan struktur beton betulang, diperlukan cetakan beton atau perancah dan struktur sementara pendukung cetakan beton (steiger atau scaffolding). Steiger ini dapat dibongkar setelah 2-3 minggu, ketika beton sudah dianggap dapat memikul beban bagi pekerjaan diatasnya. Agar pekerjaan dapat dilakukan secara berkesinambungan, maka perlu disiapkan sejumlah steiger dan kebutuhan perancah untuk tiga lantai. Pada bangunan yang menggunakan struktu baja/lomposit, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih cepat, karena pada saat pekerjaan tanah dan fondasi dilakukan, kolom dan balok baja dapat disiapkan di bengkel pabrikasi baja. Setelah pekerjaan fondasi selesai, kolom kolom baja di pasang di lokasi tertentu dimana angkur kolom dapat disiapkan. Setelah kolom kolom terpasang maka balok dan balok anak dapat disambungkan ke kolom dengan baut tegangan tinggi (HTB-high tensile bolt). Selanjutnya diatas balok balok tersebut dapat dipasang plat baja (steel deck) dan tulangan baja yang berbentuk jarring (wired mesh) dan tulangan penahan geser, yang selanjutnya dicor dengan adukan beton. Mengingat plat baja juga berfungsi sebagai alats plat lantai, maka tidak diperlukan cetakan beton dan steiger sebagaimana yang dibutuhkan pada struktur yang menggunakan beton betulang. Pengecoran beton pada bangunan tinggi biasanya dilakukan dengan mengangkut adukan beton dari bawah ke elevasi lantai yang di cor dengan ember semen (bucket) ukuran besar. YULINDA LISSUMIRA 3201107047 19
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Bucket ini diangkat dengan bantuan alat penggerek tower crane untuk bangunan yang mempunyai jumlah lantai lebih dari 24 meter. Gambar 2. Tower crane (Sumber: Buku Sistem Bangunan Tinggi, 2005) Untuk lantai-lantai bangunan dibawah enam lapis, adukan dapat diangkat dengan menggunakan mobil crane atau dipompa (pump create) dengan menggunakan mobil pompa beton. Gambar 3. Mobil Crane & Pompa Beton (Sumber: Buku Sistem Bangunan Tinggi, 2005)
a) Pembesian Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur beton karena daya dukung struktur betonbetulang didapatkan dari hasil kerja sama antara beton dan tulangan . kerja sama ini adalah hasil penelitian seorang Prancis Monier (1867), ini tidak lain berarti penemuan baru mengenai penulangan beton. Tulangan tersebut terdiri dari suatu jaringan batang batang besi, penelitian dan perkembangan sekitar satu kurun waktu menghasilkan baja beton seperti sekarang. Jenis besi/baja beton yang biasa digunakan untuk konstruksi Gambar 1. Ciri-ciri Tampak Baja Beton (Sumber: Buku Pedoman Pengerjaan Beton, 1994) 1. Pemotongan & Pembengkokan Persiapan untuk melakukan pemotongan dan pembengkokan sebenarnya telah dimulai setelah perancang. Karena susuna dari konstruksi tulangan sangat tergantung dari pilihan perancang seperti YULINDA LISSUMIRA 3201107047 20
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
detail
tulangan,
panjang
dan
bentuk
batang,
maka
dapat
mengakibatkan biaya pengerjaan setiap perancang atau kombinasi perancang dan penganyam sering banyak berbeda. Antara lain penting diperhitungkan pula dengan panjang yang dipasarkan 12m. dari 12 m ini dapat dihasilkan potongan tanpa ada yang terbuang (efisien), yakni berupa: 2 x 600, 3 x 400, 4 x 300, 5 x 240, 7 x 171, 8 x 150 mm. Sengkang sengkang pda balok dan kolom harus dilengkapi kait miring atau kait lurus.
Gambar 4. Kait Miring (Sumber: Biku Pedoman Pengerjaan Beton, 1994)
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 21
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar 5. Alat alat Pemotong & Pembengkokan (Sumber: Buku Pedoman Pengerjaan Beton, 1994) 2. Penganyaman Penganyaman tulangan balok dapat dilakukan bermacam macam.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 22
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar 6. Cara Penganyaman Sangkar Tulangan Balok (Sumber: Buku Pedoman Pengerjaan Beton, 1994) Pada tulangan lantai awal mulanya penganyam akan melakukan pengukuran. Jarak sumbu ke sumbu tulangan ditandai pada bekisting dengan menggunakan kapur tulis. Setlah tulangn lapis pertama dipasang, tulangan lapis kedua akan dipasang. Kemudian seluruh persilangan tulangan atau sebagiannya diikat secara ikatan silang.
Gambar 8. Penganyaman Tulangan Lantai di Lapangan YULINDA LISSUMIRA 3201107047 23
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
(Sumber: Buku Pedoman Pengerjaan Beton, 1994)
b) Bekisting Dalam pelaksanaan bangunan, terutama sejak 10-20 tahun terakhir ini beton semakin banyak dipakai sebagai bahan bangunan. Beton membutuhkan suatu bekisting (acuan) baik untuk mendapatkan bentuk yang direncanakan maupun untuk pengerasannya. Walaupun bekisting hanya merupakan alat bantu sementara, tetapi bekisting memegang suatu peranan penting. Selain pembiayaan, kualitas bekisting juga menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Sejak dulu bekisting dibuat dari kayu, oleh karena itu dasar pengetahuan tentang perilaku dan mutu kayu perlu dikenal. Susunan dari bekisting harus dibuat semudah dan semanfaat mungkin, supaya penggunaannya lebih efisien. Umumnya untuk bekisting dari kayu akan memakai papan kayu berpenampang 10 x 100mm2 , 15 x 100m2, atau 15 x 150mm2 dengan panjang 3a’4 m. Jelas kiranya bila untuk plat papan bekisting dapat menggunakan kayu multipleks dengan ketebalan 1520mm. Pada umumnya sebagai kayu penyangga dan kayu stempel tiang dipakai balok kayu dengan penampang empat persegi panjang: 4x6cm, 5x7cm, 8x12cm, atau balok kayu bulat. Sambungan kayu bekisting disarankan memakai paku. Umumnya untuk sambungan bekistingsering dipakai paku normal. Suatu paku yang berkepala ganda dapat juga dipakai,
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 24
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
paku ini mudah untuk dilepaskan namun kepala paku yang menonjol dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
Gambar 8. Paku (Sumber: Buku Pedoman Pengerjaan Beton, 1994) a) Bekisting Lantai Bila ada beberapa balok dibagian bawah suatu lantai pendukung yang berada diatas tanah, maka di tempat bagian balok-balok yang telah direncanakan itu akan digali alur alur. b) Bekisting Kolom Kolom biasanya berbentuk persegi empat panjang atau segi empat sama sisi karna mudah bekistingnya. Papan kayu seukuran 15x100mm dan balok kelam disusun menjadi dinding pemisah sehingga mendapat bentuk yang sesuai.
Gambar 11. Bekisting Kolom
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 25
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
(Sumber: Buku Pedoman Pengerjaan Beton, 1994) c) Cor Beton Beton adalah suatu komposis dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus & kasar) dan ditambah dengan pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan bahwa semen mengikat pasir dan bahan agregat lain. Kadang kadang ditambahkan pula campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki kualitas beton. Campuran dari bahan susun (semen, pasir, kerikil dan air) yang masih plastis ini di cor ke dalam acuan dan dirawat untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air, yang mempercepat pengerasan beton, tetapi ketahanan terhadap tarik rendah. Gambar 13. Skema Bahan Susun Beton (Sumber: Buku Balok Plat Beton Betulang,2010) 1. Persyaratan bahan susun beton a. Persyaratan air Air untuk pembuatan beton sebaiknya air bersih yang dapat diminum. Air yang diambil dari dalam tanah (air sumur) atau air yang berasal dari Perusahaan Air Minum, pada umumnya cukup baik bila dipakai untuk pembuatan beton. Menurut Peraturan Beton Betulang Indonesia Tahun 1971 (PBI-1971), air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton tersebut harus tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan baja tulangan. b. Persyaratan Semen YULINDA LISSUMIRA 3201107047 26
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Menurut SII 0031-81 (Tjokrodimuljo, 1996) semen (semen Portland) yang di pakai di Indonesia di bagi menjadi 5 jenis, yaitu: 1. Jenis I untuk penggunaan umum tanpa persyaratan khusus. 2. Jenis II untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang. 3. Jenis III untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras). 4. Jenis IV untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah. 5. Jenis V untuk beton yang sangat tahan dengan sulfat. Semen Portland yang digunakan untuk pembuatan beton adalah semen yang berbutir halus. Kehalusan butir semen ini dapat diraba/ dirasakan dengan tangan. Semen yang bercampur/ mengandung gumpalan-gumpalan (meskipun kecil) tidak baik untuk pembuatan beton. c. Persyaratan Pasir Pasir merupakan agregat halus yang mempunyai ukuran diameter 1mm – 5mm. pasir yang digunakan sebagai bahan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Berbutir tajam dank eras. 2. Tidak mudah lapuk/ hancur oleh perubahan cuaca. 3. Tidak menganung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. 4. Tidak menggunakan pasir laut ( kecuali dengan petunjuk staf ahli) d. Persyaratan Kerikil Krikil merupakan agregat kasar yang memiliki diameter 5mm – 40mm. sebagai pengganti kerikil dapat juga menggunakan batu
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 27
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
pecah (split). Kerikil atau batu pecah yang memiliki ukuran diameter lebih dari 40mm tidak baik untuk pembuatan beton. Kerikil atau batu pecah untuk bahan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Bersifat padat dan keras. 2. Harus bersih dan tidak mengandung lumpur lebih dari 1%. 3. Dalam keadaan darurat, dapat menggunakan kerikil bulat. 2. Adukan Beton Jika salah satu atau beberapa jenis cmpuran bahan susun dikurangi, maka tidak terjadi adukan beton, tetapi adukan lain. Misalnya jika semen di campur dengan air kemudian ditambah pasir saja dan diaduk hingga merata, maka akan didapat adukan mortar. Tetapi jika semen di campur dengan air saja kemudian diaduk hingga merata, maka akan diperoleh adukan pasta semen. Baik adukan mortar atau pasta semen, bila dibiarkan lama kelamaan akan menjadi keras dan padat. 3. Batching Plant Beton Batching plant merupakan alat yang brfungsi untuk mencampur dan memproduksi beton ready mix dalam produksi yang besar namun dalam kualitas yang tetap baik, sesuai standar, nilai stamp test dan trengthnya stabil sesuai yang diharapkan, untuk itu komposisi material harus terkendali. Bagian bagian batching plant antara lain: 1. Cement silo, tempat untuk menyimpan semen dan menjaga semen agar tetap baik. 2. Belt convenyor, untuk menarik bahan /material keatas dari bin ke storage bin. 3. Bin tempat pengumpulan bahan agregat kasar dan halus.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 28
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
4. Storage bin, digunakan untuk memisahan frakasi agregat, terdiri dari 4 tempat yaitu: agregat butir kasar (split), butir menengah (screening), butir halus (pasir), dan fly ash. 5. Timbangan pada alat Batching Plant, terbagi menjadi 3 yaitu: timbangan untuk agregat, semen dan air. 6. Dosage Pump digunakan untuk penambahan bahan admixture seperti retarder. 7. Tempat penampungan air yang berfungsi sebagai suplay kebutuhan air pada ready mix.
Gambar 14. Batching Plant (Sumber: www.Ilmusipil.com) 3.2 Daftar Pustaka Asroni, Ali (2010). Balok dan Plat Beton Betulang. Yogyakarta. Graha Ilmu Sagel, Ing R (1994). Pedoman Pengerjaan Beton. Surabaya. Erlangga Juwana, Jimmy S (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta. Erlangga http://www.ilmusipil.com/batching-plant-beton 3.3 Pekerjaan Amatan
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 29
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Pekerjaan amatan yang diambil pada proyek Ruko 5 lantai di jalan M. Yamin adalah pekerjaan struktur kolom, balok dan plat lantai. Karena proses pelaksanaan sudah berjalan hingga lantai 3 bersamaan dengan jadwal Pkl, oleh sebab itu pekerjaan yang diamati adalah pekerjaan struktur yang akan dimulai pada lantai 4. 1. Pekerjaan Kolom Sebelum pekerjaan struktur dilaksanakan, terlebih dulu dilakukan pemotongan dan pembenkokan atau pembentukan tulangan menjadi begel untuk menyusun tulangan kolom dan balok. Tulangan berdiameter 8mm dipotong sebanyak mungkin untuk di rakit ke beberapa kolom dan balok yang dibutuhkan. Pemotongan besi sepanjang 1.4 m dilakukan menggunakan mesin pemotong.
Gambar V1. Pemotongan Besi (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) YULINDA LISSUMIRA 3201107047 30
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Besi hasil pemotongan kemudian dibentuk menyerupai begel/kait lurus. Pembengkokan dilakukan di lapangan menggunakan alat pembengkok besi dan balok kayu yang sudah dipasang paku sebagai poros dengan jarak tertentu sesuai ukuran begel yang dibutuhkan. Begel begel yang sudah terbentuk nantinya di tumpuk untuk kemudian di rakit dengan tulangan pokok. Perakitan atau penganyaman dilakukan dengan bantuan besi yang dibentuk untuk menggantung tulangan ketika proses penganyaman. Begel-begel dipasang setiap jarak 15cm dan di kait dengan kawat 4 lapis pada setiap ujungnya.
Gambar III 2. Proses Pembesian (Sumber: Data Pribadi di Lapangan)
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 31
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Pada pekerjaan kolom berketinggian 4 m dengan ukuran 20/50cm, penganyaman begel dilakukan langsung setelah besi ulir disambung dari sisa besi yang muncul di kolom lantai sebelumnya. Besi ulir yang digunakan setiap kolom adalah besi berdiameter 16 sebanyak 10 batang dengan panjang 4.7m. Kolom lain seperti kolom praktis menggunakan besi polos berdiameter 8 sebanyak 4 batang sebagai tulangan pokok. Setelah pembesian kolom dilakukan, bekisting dengan bahan multipleks 8mm dicetak sesuai ukuran kolom dan dipasangkan ke setiap kolom. Pengukuran dilakukan menggunakan selang air untuk menentukan tinggi kolom agar sama tinggi ketika bekisting dipasang. Penggunaan bahan multipleks juga berguna untuk mendapatkan hasil cetakan beton yang baik. Bekisting yang sudah terpasang dijepit dengan balok kayu untuk merapatkan dan menyatukan
setiap sisi bekisting kolom. Setelah menyatu bekisting
dipasang penyangga dari kayu agar tetap pada posisi tegak. Balok kayu yang digunakan untuk bekisting adalah kayu berukuran 5/10, 5/12, dan 5/7 serta kayu bulat.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 32
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar III 3. Proses Bekisting Kolom (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) 2. Pekerjaan Balok Balok yang dikerjakan adalah balok induk dengan ukuran 20/50 dan balok anak 20/40. Begel yang sudah dibentuk kemudian dikaitkan ke besi ulir berdiameter 13 sebanyak 8 batang dan 6 batang untuk balok anak seperti yang direncanakan dalam gambar kerja. Proses penganyaman sama seprti pekerjaan kolom, begel dipasang dengan jarak yang sama yaitu 15cm. bedanya penganyaman tidak langsung di lantai 4 namun dibuat ditempat lain kemudian dinaikkan ke lantai 4 dan dipasang, penganyaman dilapangan dilakukan ketika melakukan sambungan dan ketika melakukan penambahan tulangan ekstra.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 33
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar III 4. Pembesian Balok (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) Sebelum pemasangan tulangan balok, besi besi peranca harus dipasang untuk mempermudah pekerjaan pelaksanaan. Ketika pemasangan tulangan balok sebagian balok akan dipasang bekisting. Pemasangan bekisting dimulai dari dasar balok kemudian sisi kanan kiri. Setiap sisi dipasang penyangga dengan balok kayu dan ditahan dengan besi peranca.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 34
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar III 5. Bekisting Balok (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) 3. Pekerjaan Plat Lantai Pekerjaan ini dimulai dari pemasangan rangka bekisting alas. Semua harus dipastikan tertutup rapat agar pada saat pengecoran beton tidak bocor keluar.
Gambar III 6. Bekisting Lantai (Sumber: Data Pribadi di Lapangan)
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 35
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Wired mesh yang sebelumnya sudah dipotong sesuai ukuran dinaikkan kelantai 4, kemudian dipasangkan diatas bekisting lantai, pemasangan wired mesh dilakukan sebanyak 2 lapis, bagian ujung besi dimasukkan kedalam tulangan balok dan setiap sambungan di matikan dengan kawat.
Gambar III7. Pemasangan Wired mesh (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) Setiap platnya harus di pasang besi melengkung untuk menahan wired mesh tetap pada posisinya dan tidak turun ke wired mesh di lapisan pertama.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 36
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar III8. Penahan Wired mesh (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) Setelah wired mesh semua selesai dipasang, semua sisi ditutup atau dibekisting untuk selanjutnya dilakukan pengecoran. 4. Pengecoran Sistem pengecoran yang dipakai tidak seperti pada umumnya dilakukan per pekerjaan, misalnya bila pekerjaan bekisting kolom telah selesai maka dilakukan pengecoran. Tetapi berbeda pada proyek ruko ini, pengecoran dilakukan setelah bekisting kolom, balok dan plat lantai selesai. Di jelaskan oleh pembimbing proyek bahwa sistem pengecoran yang dilakukan disebut sistem “kaki meja”, jadi pada saat pengecoran, beton akan masuk secara bersamaan ke kolom, balok dan plat lantai. Berarti mereka akan saling mengikat satu sama lain. Gambar III9. Sistem pengecoran Kaki Meja (Sumber: Data Pribadi) Cor beton yang digunakan adalah cor beton ready mix k 225 dengan tambahan bahan kimia ‘sikamen (bahan untuk mempercepat proses pengerasan) yang dipesan perusahaan ke Duta Mix. Sistem kerja pengecoran dilakukan menggunakan mobil pompa dan mobil beton. Dari mobil pompa disiapkan, selang selang pipa dipasang hingga samapi ke lantai pengecoran.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 37
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar III10. Pemasangan Selang (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) Dalam sekali pengecoran dibutuhkan 10 mobil kapsul berisi 7m3 per mobil. Bila selang selang pipa telah terpasang, beton dari mobil beton di masukkan ke dalam mobil pompa yang akan memompa beton ke lantai.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 38
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
Gambar III11. Pengecoran (Sumber: Data Pribadi di Lapangan) Pengecoran di mulai dari bagian belakang, beton yang dating diratakan kesemua bagian.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 39
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
BAB IV ANALISA PEKERJAAN 1.1 Bahan Bahan bahan yang digunakan berdasarkan amatan kurang lebih sama dengan bahan bahan dalam kajian proses pekerjaan seperti besi untuk tulangan, wiredmesh, bahan bekisting seperti kayu multileks, balok kayu penyangga, bahan bahan beton ready mix seprti semen portland, bahan agregat air dan bahan kimia tamabahan admixture (sikamen). 1.2 Alat Alat alat yang digunakan sama dengan kajian proses pekerjaan pelaksanaan, seperti paku, besi peranca, besi pembengkok, alat ukur (selang air & meteran), palu, linggisn sekop perata beton dsb. 1.3 Tenaga kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan kurang lebih 15 – 20 orang, terdiri dari kepala tukang dan pekerja.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 40
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II PROGRAM STUDI ARSITEKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pada proses pembesian baik kolom maupun balok pekerjaan begel dan lain lain harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena proses pembesian menentukan kualitas ketahanan beton terhadap beban. 2. Pemilihan bahan bekisting harus lah cermat, sebab jenis bahan bekisting yang di gunakan sangat berpengaruh terhadapbentuk dan hasil cetak beton. 3. Dalam proses perataan beton harus dilakukan secara merata, agar tidak ada beton yang berlubang atau bagian bagian yang berongga ketika beton mengeras dan pembongkaran dilakukan. 5.2 Saran Dalam proses pelaksanaan pekerjaan, setiap pekrjaan harus dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan lancar dan sesui dengan perencanaan.
YULINDA LISSUMIRA 3201107047 41