February 12, 2019 | Author: dannidan | Category: N/A
Laporan PKL di PNL APJ Semarang
17 Apr 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Dalam menghadapi Abad 21 yang ditandai oleh liberalisasi perdagangan diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar siap menghadapi persaingan global yang yang makin terbuka. Selaras dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, maka proses pendidikan di perguruan tinggi harus memperhatikan lingkungan dan kebutuhan dunia kerja khususnya dunia usaha dan/ atau dunia industri. Dunia kerja pada masa mendatang secara selektif akan menjaring calon tenaga kerja yang benar-benar profesional pada bidangnya, karena dengan persaingan global akan makin terbuka lebar kesempatan bagi tenaga kerja asing untuk memasuki/menguasai dunia kerja di Indonesia. Oleh karena itu salah satu tantangan utama bagi lulusan perguruan tinggi adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memasuki dunia kerja. Salah satu upaya peningkatan SDM khususnya dalam pendidikan tinggi adalah melalui program Praktek Kerja Lapangan yang merupakan sarana penting bagi pengembangan diri dan kemampuan kemampuan berwirausaha serta kemandirian bagi lulusannya. 1.2. Ruang Lingkup
Di dalam Perusahaan Listrik Negara (PLN) APJ Semarang terdapat bagian-bagian kerja yang saling berhubungan dan mempunyai fungsi masing-masing. Dalam laporan akhir program Praktek Kerja Lapangan ini Lapangan ini hanya akan dibahas mengenai apa yang ada pada bagian kerja Distribusi di PT. PLN APJSemarang. 1.3. Tujuan Dari Progaram Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan merupakan Lapangan merupakan suatu bentuk pendidikan yang memadukan proses belajar akademik dengan pengalaman kerja yang terencana, terbimbing dan mendapat insentif.
Program Praktek
Kerja
Lapangan memungkinkan
mahasiswa
memperoleh
kemampuan yang praktis dengan dihadapkan pada penerapan dunia kerja di luar kampus. Melalui program Praktek Kerja Lapangan Lapangan akan diperoleh calon tenaga kerja yang mandiri,
profesional, dan siap memasuki dunia kerja. Lama pelaksanaan PKL secara umum adalah antara 3-6 bulan. Maksud dan tujuan diadakannya program Praktek Kerja Lapangan di PT PLN (PERSERO) adalah : Mempercepat
waktu penyesuaian bagi lulusan perguruan tinggi dalam memasuki dunia
kerja Meningkatkan
kualitas SDM bagi calon tenaga kerja yang mandiri dan professional
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti program Praktek Kerja Lapangan adalah sebgai berikut : 1. Dapat diikuti oleh semua mahasiswa dari semua program studi dengan melalui seleksi 2. Mendapat izin pimpinan perguruan tinggi dan dari orang tua 3. Minimal duduk di semester 6, tetapi belum lulus 4. Memiliki semangat kerja dan dapat bersosialisasi dalam suatu organisasi/dunia kerja 5. Memiliki motivasi yang tinggi, ketekunan, dan ketahanan mental 6. Mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja yang bersangkutan Dengan adanya program Praktek Kerja Lapangan ini Lapangan ini mendatangkan banyak manfaat Diantaranya : a. Perusahaan : 1. Mempermudah perusahaan dalam merekrut calon karyawan yang professional 2. Membantu perusahaan dalam meningkatkan mutu kar yawan 3. Menghemat dana untuk pengembangan SDM 4. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi ti nggi dan perusahaan. b. Perguruan Tinggi : 1. Menyesuaikan metode dan isi kuliah agar lebih relevan dengan dunia kerja 2. Meningkatkan kemampuan tenaga pengajar agar memberikan kuliah yang relevan dengan dunia kerja disamping mutu akademisnya 3. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi dan perusahaan dalam sarana dan prasarana pendidikan 4. Membekali kemampuan dasar yang memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pekerjaan 5. Meningkatkan kualitas program praktek kerja lapangan para lulusannya. c. Mahasiswa 1. Memiliki pengalaman kerja di suatu perusahaan 2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari pe rguruan tinggi dalam dunia kerja
profesional, dan siap memasuki dunia kerja. Lama pelaksanaan PKL secara umum adalah antara 3-6 bulan. Maksud dan tujuan diadakannya program Praktek Kerja Lapangan di PT PLN (PERSERO) adalah : Mempercepat
waktu penyesuaian bagi lulusan perguruan tinggi dalam memasuki dunia
kerja Meningkatkan
kualitas SDM bagi calon tenaga kerja yang mandiri dan professional
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti program Praktek Kerja Lapangan adalah sebgai berikut : 1. Dapat diikuti oleh semua mahasiswa dari semua program studi dengan melalui seleksi 2. Mendapat izin pimpinan perguruan tinggi dan dari orang tua 3. Minimal duduk di semester 6, tetapi belum lulus 4. Memiliki semangat kerja dan dapat bersosialisasi dalam suatu organisasi/dunia kerja 5. Memiliki motivasi yang tinggi, ketekunan, dan ketahanan mental 6. Mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja yang bersangkutan Dengan adanya program Praktek Kerja Lapangan ini Lapangan ini mendatangkan banyak manfaat Diantaranya : a. Perusahaan : 1. Mempermudah perusahaan dalam merekrut calon karyawan yang professional 2. Membantu perusahaan dalam meningkatkan mutu kar yawan 3. Menghemat dana untuk pengembangan SDM 4. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi ti nggi dan perusahaan. b. Perguruan Tinggi : 1. Menyesuaikan metode dan isi kuliah agar lebih relevan dengan dunia kerja 2. Meningkatkan kemampuan tenaga pengajar agar memberikan kuliah yang relevan dengan dunia kerja disamping mutu akademisnya 3. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi dan perusahaan dalam sarana dan prasarana pendidikan 4. Membekali kemampuan dasar yang memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pekerjaan 5. Meningkatkan kualitas program praktek kerja lapangan para lulusannya. c. Mahasiswa 1. Memiliki pengalaman kerja di suatu perusahaan 2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari pe rguruan tinggi dalam dunia kerja
3. Memberikan kesempatan kerja yang lebih besar 4. Memperoleh insentif sesuai dengan kemampuannya 5. Memberikan kesempatan mencari pengalaman, promosi, dan peningkatan karir 6. Memperoleh pengalaman berorganisasi dalam tim kerja nyata. BAB II PT. PLN (PERSERO) 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara
Sejarah perkembangan PT. PLN terdiri dari beberapa tahapan – tahapan atau beberapa periode : a. Periode sebelum tahun 1943 – 1943 – 1945 1945 Pada tahun ini pengusahaan kelistrikan di Indonesia dirintis oleh perusahaan listrik list rik swasta Belanda, yaitu seperti NV. ANIEM, NV. GEBEO, NV. OGEM dan perusahaan lokal lainnya. b. Periode tahun 1943 – 1943 – 1945 1945 Pada periode ini, perusahaan listrik swasta dikuasai oleh jepang dan dikelola menurut situasi daerah tertentu seperti perusahaan listrik Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan lain – lain – lain. lain. c. Periode tahun 1945-1950 Pada periode ini perusahaan listrik dan gas diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dari tangan Jepang dan melalui Ketetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/SD/1945 tanggal 27 Oktober 1945, dibentuk jawatan listri k dan gas yang berkedudukan di Yogyakarta. Pada masa Agresi Belanda I (19 Desember 1948) perusahaan listrik yang dibentuk dengan Ketetapan Presiden di atas dikuasai oleh pemilik semula. Pada Agresi Belanda II sebagian besar kantor jawatan listrik dan gas direbut kembali oleh pemerintah Belanda, sedangkan perusahaan listrik swasta diserahkan pada pemilik semula sesuai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). d. Periode tahun 1951 – 1951 – 1966 1966 Jawatan tenaga membawahi perusahaan untuk perusahaan Tenaga Listrik (PENUPETEL) dan diperluas membawahi juga perusahaan Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik. Pada tahun 1952 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu jika kasasi penguasaannya telah berakhir, maka beberapa perusahaan listrik milik swasta tersebut diambil alih dan digabungkan ke jawatan Negara. Pada tahun 1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DD PLN) terbentuk berdasarkan Undang – Undang Undang Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara dan melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 tahun 1961 dibentuklah
Badan Pimpinan Umum PLN (BPU PLN) yang mengelola semua Perusahaan Listrik Negara dan Gas dalam satu wadag organisasi. Pekerjaan Umum dan Tenaga pada saat itu menetapkan SK Menteri PUT Nomor Menteri 19/01/20 tanggal 20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut : 1. BPU adalah suatu Perusahaan Negara yang diserahi tugas menguasai dan mengurus perusahaan – perusahaan listrik dan gas yang berbebtuk badan hukum. 2. Organisasi BPU PLN dipimpin oleh direksi. 3. Di daerah dibentuk daerah aksploitasi yang terdiri atas : - 10 daerah eksploitasi listrik umum dan distribusi - 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik - 1 daerah eksploitasi khusus pembangit listrik - 13 Pembangkit Listrik Negara eksploitasi proyek kelistrikan. 4. Daerah eksploitasi khusus distribusi dibagi lebih lanjut menjadi cabang dan ranting. 5. Daerah eksploitasi khusus pembangkit dibagi lebih lanjut menjadi sektor. e. Periode tahun 1967 – 1985 Dalam kabinet Pembangunan I Dirjen GATRIK PLN dan Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK) dialihkan ke Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL). Lembaga masalah ketenagaan (LMK) ditetapkan dalam pengelolaan PLN melalui Peraturan Menteri PUTL Nomor 6/PRT/1970. Tahun 1972 PLN ditetapkan sebagai perusahaan Umum melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10, Pemerintah juga memberi tugas dibidang kelistrikan kepada PLN untuk mengatur, membina, mengawasi, dan melaksanakan perencanaan umum dibidang kelistrikan nasional disamping tugas – tugas sebagai perusahaan. Mengingat kebijakan energi dan PLN seta PGN dari Departemen dibidang Ketenagaan selanjutnya ditangani oleh Dirjen Ketenagaan (1981). Dalam Kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen Listrik dan Energi Baru (LEB). Perubahan nama ini untuk memperjelas tugas dan fungsinya yaitu : - Program Kelistrikan - Pembinaan – pembinaan pengesahan. - Pengembangan energi baru. Tugas – tugas pemerintah yang semula dipikul PLN secara bertahap dikembalikan ke Departemen sehingga PLN dapat lebih memusatkan fungsinya sebagai perusahaan. f. Periode tahun 1985 – 1990 Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi pningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara umum, oleh karena itu
usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan dan pengelolaan perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup merata dengan pelayanan mutu yang baik. Kemudian dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan dibidang tenaga listrik diperlukan upaya secara optimal memanfaatkan sumber energi untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga penyediaan tenaga listrik terjamin. Untuk mencapai maksud tersebut pemerintah menganggap bahwa ketentuan dan perundang – undangan yang sudah ada tidak lagi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan listrik maka bersama – sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menetapkan Undang – Undang Nomor 15 tahun 1985. Keputusan pengadaan Undang – Undang “ Jawatan “ tersebut, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Berdasarkan Undang – Undang dan peraturan pemerintah tersebut ditetapkan bahwa PLN merupakan salah satu pemegang kekuasaan usaha tenaga listrik. Sesuai dengan makna yang terkandung dalam Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1990 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara. Peraturan ini merupakan dasar hukum pengelolaan PERUM Listrik Negara sebagai pemegang kuasa usaha ketenagaan listrik. g. Periode tahun 1990 – sekarang Dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha penyediaan tenaga listrik maka PERUM Listrik Negara yang didirikan dengan PP Nomor 17 Tahun 1990 dinilai memenihu persyaratan untuk dialihkan bentuknya menjadi PERSERO. Selanjutnya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1994 tanggal 6 April 1994 tentang pengalihan bentuk PERUM menjadi PERSERO hal ini tercantum dalam anggaran dasar PT. PLN (PERSERO) Akte Notaris Sujipto, SH Nomor 109 t anggal 30 Juli 1994. 2.2. Visi, Misi, dan Motto Perusahaan Listrik Negara
PT.PLN mempunyai visi dan misi dalam menjalankan tugas-tugasnya dan dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Visi PLN, yaitu : Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang unggul, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Misi PLN yaitu : a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham. b. Menjadikan tenaga listriak sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. Motto PLN, yaitu : Listrik untuk kehidupan yang lebih baik ( Electricity for a better life ) BAB III PT. PLN ( PERSERO ) AREA PELAYANAN dan JARINGAN SEMARANG 3.1. Sejarah PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang
Dengan dikeluarkannya Undang – Undang 86 Tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang Nasionalisasi semua perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Dengan itu maka seluruh perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia. Di Jawa Tengah setelah diambil alih dari kekuasaan Belanda Perusahaan Listrik yang semula bernama NV ANIEM berubah nama menjadi PN Perusahaan Listrik Negara (PN PLN). Sesuai Surat Keputusan Direksi PLN pada tahun 1965 PN PLN Jawa Tengah berubah nama menjadi PLN Exploitasi X kemudian PLN Wilayah XIII. Pada tahun 1972 keluar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1972 dari PN PLN berubah nama menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara (PERUM) dan pada tahun 1994 dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 Tanggal 16 Juni 1994 pengalihan bentuk Perusahaan LIstrik Negara menjadi PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH. Dengan adanya Restrukturisasi tahun 2000, sesuai Keputusan General Manajer Nomor : 038.K/021/PD.I/2001 tanggal 10 April 2001 PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan Pelanggan disingkat PT. PLN (PERSERO) AP Semarang dan Ranting berubah menjadi Unit Pelayanan Pelanggan disingkat UP. Pada tahun 2003, melalui Keputusan General Manager PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta Nomor 123.K/021/GM/2003 berubah struktur organisasi menjadi APJ sedangkan unitnya menjadi UP/UJ dan UPJ. 3.2. Lokasi PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang
Lokasi PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang bertempat di Pemuda Nomor 93 Semarang, Telp : (024) 354 7651-55, Kotak Pos : 50139, Faximile : (024) 351 3708, Email :
[email protected], website : www.apjsemarang.com. 3.3. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang
Didalam penyelenggaraan dan pelayanan listrik Negara untuk umum dalam negeri, PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang memberikan jasa pelayanan kepada pelanggan yaitu : a. Pelayanan pemberian tata cara perhitungan besarnya biaya listrik. b. Pelayanan pemberian informasi penyambungan tenaga listrik kepada calon pelanggan, pelanggan dan masyarakat. c. Lelayanan permintaan penyambungan baru, perubahan daya, penyambungan sementara, perubahan tarif, balik nama pelanggan dan pelayanan lainnya serta pengendalian pelanggan. d. Pelayanan pembayaran Biaya Penyambungan (BP), Uang Jaminan Pelanggan (UJL), Tagihan Susulan (TS), biaya sementara, biaya perubahan dan biaya lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Membuat kuitansi penerimaan pembayaran biaya penyambungan. f. Membuat perintah kerja yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan, perbaikan, perubahan, penambahan atau pembongkaran sambungan tenaga listrik. PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang membawahi beberapa unit pelayanan, yaitu : a. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Selatan b. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Barat c. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Tangah d. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Timur e. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Kendal f. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Demak g. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Purwodadi h. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Tegowanu i. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Weleri j. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Boja 3.3. Pengenalan Umum Struktur Organisasi PT. PLN APJ Semarang
Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Semarang merupakan Area yang tergolong kecil dengan
membawahi
tiga
Unit
Pelayanan
(UP)
dan
Susunan Organisasi Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) sbb:
satu
Unit
Jaringan
(UJ).
3.4. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Pada Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Semarang
3.3.1Manajer Area Pelayanan & Jaringan Tugas Pokok Manajer Area Pelayanan & Jaringan adalah: Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha secara efisien dan efektif serta menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik, peningkatan kualitas pelayanan, pelaksanaan pengelolaan jaringan tegangan menengah (JTM), jaringan tegangan rendah (JTR), sambungan rumah (SR) dan Alat Pembatas & Pengukur (APP), pegelolaan keuangan serta pengelolaan SDM dan administrasi, membina hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi yang efektif guna menjaga citra perusahaan serta mewujudkan Good Coorporate Governance. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Manajer Area Pelayanan dan Jaringan mempunyai fungsi: a. Menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik b. Menyusun dan menerapkan program penjualan tenaga listrik c. Memantau perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tariff d. Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan e. Mengkoordinir dan mengendalikan pengoperasian jaringan tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR), sambungan rumah (SR) dan APP . f. Melaksanakan kegiatan pengelolaan PUKK g. Menangani permasalahan hukum yang terjadi di lingkungan area h. Melaksanakan pengelolaan SDM, Keuangan & Administrasi i. Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaan Pemasaran, Niaga, Distribusi, Keuangan, SDM dan Administrasi.
j. Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok sesuai prosedur yang ditetapkan. 3.3.2 Asisten Manajer Pemasaran & Niaga Tugas Pokok Asisten Manajer Pemasaran adalah: Bertanggung jawab atas kajian penetapan harga listrik, prakiraan kebutuhan tenaga listrik, usulan pengembangan produk dan jasa baru, penyusunan potensi pasar, petunjuk pelaksanaan segmentasi pasar dan promosi, peneraan, humas dan penyuluhan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer Pemasaran mempunyai fungsi: a. Memberi masukan untuk penetapan harga listrik b. Menyusun prakiraan kebutuhan energi c. Membuat usulan pengembangan produk dan jasa baru d. Melaksanakan riset pasar e. Menyusun metoda dan petunjuk pelaksanaan segmentasi pasar f. Menyusun metoda dan petunjuk pelaksanaan promosi g. Mengelola peneraan dan pengujian peralatan distribusi h. Melaksanakan kegiatan kehumasan dan penyuluhan ketenaga-listrikan dan prosedur pelayanan kepada pelanggan / masyarakat i. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan pemasaran dan rencana perbaikannya 3.3.3. Asisten Manajer Distribusi Tugas Pokok Asisten Manajer Distribusi adalah: Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan desain konstruksi, rencana, dan SOP untuk operasi & pemeliharaan distribusi, perbekalan dan evaluasi pengelolaan distribusi yang dikelola oleh unit-unit. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer Distribusi mempunyai fungsi: a. Membuat desain konstruksi berdasarkan desain standar b. Menyusun usulan pengembangan distribusi c. Membuat analisis kinerja jaringan distribusi d. Menyusun rencana operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi e. Menyusun SOP pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi f. Membantu pelaksanaan PB dan PD pada konsumen selektif g. Melaksanakan pembangunan jaringan distribusi dan sarana lainnya h. Melaksanakan administrasi pembangunan
i. Melaksanakan tata laksana perbekalan j. Melakukan pemutakhiran peta jaringan distribusi k. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan operasi dan pemeliharaan distribusi serta rencana perbaikannya. 3.3.4. Asisten Manajer Keuangan Tugas Pokok Asisten Manajer Keuangan adalah: Bertanggung jawab atas penyusunan RKAP dan cash flow, melaksanakan pengelolaan pendanaan dan arus kas secara akurat serta kegiatan perbekalan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer Keuangan mempunyai fungsi: a. Menyusun RKAP area dan cash flow b. Menyusun dan memantau anggaran belanja dan pendapatan APJ, Unit Pelayanan (UP), Unit Jaringan (UJ) dan Unit Pelayanan & Jaringan (UPJ) c. Membuat laporan hasil penjualan tenaga listrik dan pendapatan lainnya d. Memonitor pengelolaan piutang e. Melaksanakan dan mengkoordinir pembiayaan operasi dan investasi f. Membuat laporan keuangan secara berkala g. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan keuangan dan rencana perbai kannya 3.3.5 Asisten Manajer SDM dan Administrasi Tugas Pokok Asisten Manajer SDM & Administrasi adalah: Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SDM, tata usaha secretariat, rumah tangga, keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan kerja dan kegiatan umum lainnya, pelaksanaan bidang kehumasan serta penanganan masalah hokum. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer SDM dan Administrasi mempunyai fungsi: a. Menyusun dan mengusulkan Formasi Tenaga Kerja (FTK) b. Melaksanakan program pendidikan & pelatihan pegawai c. Melaksanakan pengembangan karier pegawai d. Melaksanakan updating data pegawai e. Melaksanakan penilaian kinerja pegawai f. Menyusun & mengusulkan mutasi pegawai g. Memproses pelanggaran disiplin pegawai h. Mengelola penyusunan anggaran pegawai dan pembayaran penghasilan pegawai i. Mengelola kesekretariatan dan rumah tangga kantor
j. Melaksanakan pembinaan keamanan dan K3 k. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan SDM dan administrasi serta rencana perbaikannya. 3.3.6 Asisten Manajer Perencanaan Tugas Pokok Asisten Manajer Perencanaan adalah: Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan perencanaan suatu pembuatan desain konstruksi, rencana, dan SOP untuk operasi & pemeliharaan distribusi, perbekalan dan evaluasi pengelolaan distribusi yang dikelola oleh unit-unit juga hal yang terkait dengan perencaan dan pengawasan untuk sistem pembayaran untuk pelanggan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer Perencanaan mempunyai fungsi: a. Membentuk suatu sistem perencanaan untuk pelanggan yang berkenaan dengan penghematan listrik. b. Menyusun usulan pengembangan distribusi. c. Melaksanakan tata laksana perbekalan d. Membuat usulan pengembangan produk dan jasa baru e. Menyusun prakiraan kebutuhan energy f. Melakukan pemutakhiran peta jaringan distribusi g. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan Perencanaan serta rencana perbaikannya. BAB IV GAMBARAN UMUM SISTEM KETENAGALISTRIKAN DAN BISNIS PROSES SISTEM DISTRIBUSI 4.1. GAMBARAN UMUM
Energi listrik sebagai salah satu bentuk energi yang paling efektif dan efisien, keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Peralatan tersebut dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk suatu sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama laian saling terhubung oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda, tetapi antar bagian saling bekerja sama untuk melaksanakan suatu proses operasi sistem tenaga listrik. Gambar 2.1 menunjukkan berbagai bagian dari sistem tenaga listrik dalam skema garis tunggal.
Suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur yaitu, pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemakaian tenaga listrik. Pembangkitan tenaga listrik terdiri atas berbagai jenis pusat tenaga listrik, seperti pusat listrik tenaga air (PLTA), pusat listrik tenaga uap (PLTU), pusat listrik tenaga nuklir (PLTN), pusat listrik tenaga gas (PLTG), dan pusat listrik tenaga diesel (PLTD). Letak pusat tenaga listrik, dan hal ini terutama berlaku bagi pusat listrik tenaga air, sering jauh dari pusat-pusat pemakaian tenaga listrik, seperti kota dan industri. Dengan demikian, energi listrik yang dibangkitkan di pusat tenaga listrik, sering harus disalurkan, atau ditransmisikan melalui jarak-jarak yang jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik. Tiba di kota, energi listrik itu harus dibagikan atau didistribusikan kepada para pemakai atau pelanggan. Salah satu bagian dari proses sistem tenaga listrik adalah sistem distribusi, dimana secara garis besar proses operasi sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain : 1. Proses pembangkitan tenaga listrik ( PLTA, PLTU, PLTG, PLTD, PLTP, PLTN, dll ). 2. Proses transmisi daya listrik dengan tegangan tinggi ( 30 kV, 70kV, 150 kV, 500 kV ) dari pusat-pusat pembangkit ke gardu-gardu induk. 3. Proses pendistribusian tenaga listrik dengan tegangan menengah ( misalnya 6 kV, 12 kV atau 20 kV ) dan tegangan rendah ( 110 V, 220 V dan 380 V ) dari gardu induk ke konsumen. Pada suatu sistem yang cukup besar, tegangan yang keluar dari generador harus dinaikkan dulu dari tegangan menengah (tegangan generator) menjadi tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi (tegangan transmisi). Menyalurkan energi listrik melalui jarak-jarak yang jauh harus dilakukan dengan tegangan yang tinggi untuk memperkecil kerugian-kerugian yang terjadi, baik rugi-rugi energi maupun penurunan tegangan. Suatu sistem tenaga listrik harus memenuhi syarat-syarat dasar seperti : 1. setiap saat memenuhi jumlah energi listrik yang diperlukan consumen sewaktu-waktu 2. mempertahankan suatu tegangan yang tetap dan tidak terlampau bervariasi, standar variasi tegangan Indonesia adalah -10% sampai +5%.
3. mempertahankan suatu frekuensi yang stabil dan tidak bervariasi lebih dari misalnya 0,2 Hz 4. menyediakan energi listrik dengan harga yang wajar 5. memenuhi standar-standar keamanan dan keselamatan 6. tidak mengganggu lingkungan hidup Tegangan generator yang biasanya berupa tegangan menengah (TM) di gardu induk (GI) melalui transformator dinaikkan menjadi tegangan transmisi, berupa tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET). Standar tegangan menengah di indonesia adalah 20kV. 150kV sampai . Dan 500 kV untuk tegangan tegangan ekstra tinggi. Standar ini mengikuti rekomendasi dari Internacional Electrotechnical Commission (IEC). Standar tegangan menengah untuk distribusi adalah 20 kV. Standar Tegangan Rendah di Indonesia adalah 230V / 400V. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.1, pada pusat listrik tegangan generator dinaikkan di gardu induk dari tegangan generator menjadi tegangan transmisi. Setibanya di pinggir kota, tegangan transmisi diturunkan lagi menjadi tegangan menengah. Gardu Induk (GI)
Gardu induk adalah merupakan instalasi yang sangat penting dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. Gardu induk pada prinsipnya adalah pusat penerimaan dan penyaluran tenaga listrik pada tegangan yang berbeda. Gardu induk terdapat di seluruh sistem tenaga listrik. Dimulai pada pusat tenaga listrik dengan mempergunakan transformator daya, sebuah GI meningkatkan tenaga menengah yang dibangkitkan oleh generator menjadi tegangan transmisi yang diperlukan. Mendekati tempat-tempat pemakaian energi listrik, yaitu kota atau pemakai besar seperti industri, tegangan transmisi diturunkan kembali menjadi tegangan menengah. Sebuah gardu induk pada umumnya terdiri atas peralatan utama berikut : transformator daya, reaktor pembatas arus, pemutus daya, berbagai peralatan switching ( switch gear ), pengamanan terhadap petir, dan peralatan pengukuran serta proteksi. Secara umum gardu induk dapat dibedakan dua macam, yaitu : GI
penaik tegangan
GI
penurun tegangan
GI penaik tegangan berfungsi sebagai pengumpul daya dan menyalurkannya melalui suatu tegangan tinggi. GI ini dapat dibangun bersama-sama dengan pusat pembangkit. Sedangkan GI penurun tegangan ditempatkan pada pusat beban yang disalurkan melalui distribusi primer, daya disalurkan dengan tegangan yang lebih rendah daripada tegangan yang masuk.
Saluran Transmisi
Energi listrik dibawa oleh konduktor, yaitu melalui saluran transmisi dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik kepada para pemakai. Agar penyediaan tenaga listrik dapat dilakukan dengan baik, sistem tenaga listrik perlu memenuhi beberapa persyaratan dasar. Diantaranya adalah sebagai berikut : Menyediakan
setiap saat, di tempat yang diperlukan, daya dan energi sebanyak yang
diinginkan yang diperlukan oleh pelanggan.
Mempertahankan suatu tingkat tegangan yang stabil, yang tidak boleh melebihi 5 persen dan kurang dari 10% dari nilai nominal.
Memepertahankan
suatu tingkat tegangan yang stabil, yang tidak boleh berubah lebih
dari 0,2 Hz. Menyediakan Memenuhi
energi listrik dengan harga yang wajar.
standar keamanan dan keandalan.
Tidak mengganggu lingkungan.
Desain saluran transmisi akan tergantung dari beberapa hal seperti : Jumlah Jarak Biaya
daya yang harus ditransmisikan.
dan jenis lapangan yang harus ditransmisikan. yang tersedia.
Pertimbangan-pertimbangan
lain, misalnya masalah-masalah urban dan kemungkinan
pertumbuhan beban di waktu mendatang. Komponen-komponen utama saluran transmisi adalah struktur pendukung, konduktor sebagai penghantar energi, dan isolator. Struktur pendukung terdiri atas tiang atau menara listrik yang harus memikul konduktor pada suatu tingkat ketinggian secara aman di atas tanah. Untuk tegangan 70 kV ke bawah dapat dipergunakan struktur pendukung berbentuk sederhana seperti tiang listrik, terbuat dari kayu, besi ataupun beton. Untuk tegangan yang lebih tinggi, dan diperlukan struktur pendukung yang lebih canggih, berupa menara listrik yang dapat terbuat dari besi ataupun beton. Konduktor untuk saluran udara tegangan tinggi terbanyak terdiri atas kawat alumunium diperkuat baja ( Alumunium Cable Steel Reinforced , ACSR), karena memiliki ciri-ciri ekonomi yang baik. Isolator diperlukan untuk mengaitkan konduktor pada struktur pendukung secara mekanikal yang kuat, dan sekaligus memisahkan secara elektrikal struktur pendukung dari konduktor. Isolator terbanyak dibuat dari porselen, gelas, ataupun bahan sintetik. Dari sudut listrik, isolator perlu memiliki resistansi yang tinggi. Dilihat dari segi
bentuk dan pemasangan, terdapat dua jenis isolator, yaitu isolator tumpu ( pintype insulator ) dan isolator gantung ( suspension type insulator ). Distribusi Daya
Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok dan nyaman bagi manusia modern. Tanpa listrik infra-struktur masyarakat sekarang tidak menyenangkan. Makin bertambahnya konsumsi listrik per kapita di seluruh dunia menunjukkan kenaikan standar kehidupan manusia. Pemanfaatan secara optimum bentuk energi ini oleh masyarakat dapat dibantu dengan sistem distribusi yang efektif. Klasifikasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan di masa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya. A. Berdasarkan Tegangan Pengenal Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV, namun sekarang yang banyak dikembangkan oleh PLN adalah tegangan 20 kV. b. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringann Tegangan Rendah (JTR), salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang mengubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 110 Volt, 220 Volt dan 380 Volt. B. Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas pelayanannya. Ada pun jenis jaringan primer yang biasa digunakan adalah: a. Jaringan distribusi pola radial b. Jaringan distribusi pola loop
c. Jaringan distribusi pola grid d. Jaringan distribusi pola spindle a. Jaringan Distribusi Pola Radial.
Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.
Gambar 4.2. Pola jaringan radial
b. Pola Jaringan Distribusi Loop
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula. Gambar (2.5) menunjukan suatu bentuk jaringan distribusi tipe loop. Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber cadangan. jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Gambar 4.3. Pola Jaringan Loop
c. Jaringan Distribusi Pola Grid
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder . Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain. Pola jaringan grid ditunjukan pada (Gambar 2.6)
Gambar 4.4 Pola Jaringan Grid
Keuntungan dari jenis jaringan ini adalah:
Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop.
Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban.
Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi.
Adapun kerugiannya terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal dan biaya investasi yang juga mahal. d. Jaringan Distribusi Pola Spindel
Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari poal radial dan loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebutexpress disebutexpress feeder . Sistem gardu distribusi ini terdapat di sepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban. Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui saluran cadangan dan GH.
Gambar 4.5 Sistem Jaringan Spindel
Keuntungan pola jaringan ini adalah : Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola radial. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.
Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola grid. Dengan demikian pola proteksinya akan lebi h mudah.
Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.
4.2. BISNIS PROSES DALAM DISTRIBUSI 4.2.1. Bisnis Proses Dalam Bagian Kerja Distribusi
Bisnis proses yang ada dalam distribusi di PLN terdiri dari 3 kegiatan yaitu: 4.2.1.1. Pengoperasian Sistem Pengoperasian sistem yang ada di PLN APJ Semarang adalah penyaluran tenaga listrik melalui jaringan transmisi 150 KV dengan gardu induk yang tersebar di berbagai kota. Dari Gardu Induk ini tegangan diturunkan menjadi 22 KV untuk disalurkan ke konsumen yang dalam hal ini menjadi wewenang PT. PLN ( persero ) Distribusi.
Gardu Induk 150 KV yang termasuk dalam suplai penyaluran yang melayani APJ Salatiga meliputi : a. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Selatan b. PT. PLN (PERSERO) (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Barat c. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Tangah d. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Timur e. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Kendal f. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Demak g. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Purwodadi h. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Tegowanu i. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Weleri j. PT. PLN (PERSERO) (PERSERO) Unit Pelayanan Boja 4.2.1.2. Perencanaan Sistem Selain Pengoperasian jarak dekat, saat ini PLN juga bisa mengoperasikan peralatannya dengan jarak jauh yaitu dengan menggunakan SCADA. SCADA itu dipasang pada GI yang ada dalam wilayah kerja APJ Semarang yang kemudian dioperasikan, dikontrol dan dipantau lewat APJ Semarang dan UPJ - UPJ seperti yang telah disebutkan diatas. Namun Pengoperasian tanpa SCADA juga masih diperlukan karena tidak setiap peralatan dioperasikan dengan menggunakan SCADA. 4.2.1.3.Pemeliharaan Sistem Sistem yang dipelihara oleh PLN adalah system peralatan listrik dari gardu induk sampai ke konsumen.. Dalam system transmisi tenaga te naga listrik digunakan sistem tegangan tinggi. Pada umumnya transmisi dengan menggunakan saluran udara ( Over Head Line ) Line ) lebih banyak digunakan daripada pemakaian kabel tanah. Keuntungan penggunaan sistem saluran udara dalam trasmisi adalah : a. Bahan isolasi dipakai relatif sederhana. b. Gangguan-gangguan Gangguan-gangguan yang terjadi dapat diatasi dengan cepat. c. Biaya jauh lebih murah. Pada umumnya transmisi tenaga listrik dari pusat pembangkit hingga ke konsumen melalui beberapa urutan sebagai berikut : 1. Pusat Tenaga listrik ( Power ( Power Station ) Yaitu tempat dimana terdapat mesin-mesin pembangkit energi listrik. 2. Gardu Induk Penaik Tegangan ( Step-Up Transformator Substation )
Merupakan tempat dimana tegangan output dari generator dinaikkan menjadi tegangan tertentu. Biasanya terletak dekat dengan pusat tenaga listrik. 3. Saluran tegangan Tinggi ( Trasmision ) Berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat tenaga listrik sampai ke pusat-pusat pemakai. Biasanya terletak di kota-kota yang berjarak puluhan sampai ratusan kilometer. 4. Gardu Induk Penurun Tegangan ( Step-Down Tranformator Substation ) Yaitu tempat Penurun Tegangan tinggi menjadi tegangan menengah. Biasanya berlokasi dipinggiran kota. 5. Gardu Induk ( Switching Substation ) Merupakan tempat-tempat pendistribusian tenaga listrik melalui kabel tanah atau saluran udara ke gardu-gardu distribusi. 6. Hantaran Distribusi Primer / Jaringan Tegangan Menengah ( Feeder ) Merupakan suatu jaringan listrik bertegangan menengah dengan system kabel tanah atau saluran udara yang menghubungkan gardu hubung ke gardu distribusi atau dari Gardu Induk ke Gardu Distribusi. 7. Gardu Distribusi Yaitu tempat dimana terdapat transformator penurun tegangan menengah menjadi tegangan rendah. 8. Hantaran distribusi Sekuinder / Jaringan Tegangan Rendah Yaitu jaringan listrik bertegangan rendah berupa kabel tanah atau saluran udara yang menghubungkan Gardu Distribusi dengan konsumen.
Gambar 4.6. Gambar Rangkaian Pengaman di Gardu Induk Distribusi – Konsumen
Keterangan :
a. PMT Setting system PMT ada 2 ( Dua ) yaitu : On Reclosing : Apabila ada gangguan sesaat ( tidak permanent ), apabila itu masih dua kali trip ( jatuh ) maka secara otomatis akan langsung masuk ( beroperasi )kembali. Namun, jika sudah yang ketiga kali , maka langsung lock out. Off Reclosing : Apabila ada gangguan permanent atau tidak permanent, satu kali trip ( jatuh ) maka langsung lock out. Pengaman pada PMT ada 3 : GVR ( Ground Voltage Relay ) OCR ( Over Current Relay ) UFR ( Under Frequency ) b. ABSW ( Air Break Switch )
ABSW adalah alat pemutus tegangan udara, biasanya terletak pada tiang-tiang transmisi. Bentuknya seperti pisau yang fungsinya sebagai saklar yang bisa membuka dan menutup ( On / Off ) c. FCO ( Fuse Cut Out ) Fuse Cut Out adalah peralatan pengaman pada PLN yang apabila tidak ada gangguan, Ia bersifat sebagai konduiktor. Biasanya FCO ini dipasang pada percabangan-percabangan jaringan. Pengaman pada FCO adalah fuse link. Fuse link ini menggunakan kawat nikelin yang akan putus apabila mencapai panas tertentu. Gambar rangkaian FCO :
Gambar 4.7 FCO
Pemasangan fuse link FCO pada feeder dari GI ( Gardu Induk ) sampai ABSW 1 hanya untuk beban sampai 100 A diatas itu akan menyebabkan PMT pada GI yang bekerja apabila terjadi kerusakan atau gangguan pada jaringan. Pemasangan ampere pada fuse link juga harus diperhatikan : Contoh perhitungannya: Misal untuk trafo 50 KVA, maka : Apabila FCO itu dipasang pada percabangan dengan banyak trafo maka FCO yang harus dipasang merupakan total dari trafo Misal : Setelah percabangan itu terdapat 10 trafo 50 KVA maka FCO yang dipasang adalah Apabila Disconnecting Switch, dipasang pada percabangan 3 phasa pada konsumen besar. Pada dasarnya sama fungsinya dengan ABSW tapi ada time switchnya d. Recloser Recloser dipasang pada jaringan 3 phasa utama Fungsi peralatan pengaman recloser :
Memperkecil daerah padam Mempermudah mencari lokasi gangguan Apabila terkena gangguan, recloser akan jatuh dan bila dalam 2 detik pemadaman tidak ada gangguan lagi, maka secara otomatis recloser akan masuk kembali ( menyala kembali ). Apabila recloser jatuh sampai 3 kali maka berarti ada gangguan permanent. Contoh misalnya : Kawat jaringan putus Relaynya Ground Voltage Recloser dipasang minimal tiap 8 Km dari tiap feeder. Recloser ini selalu dalam keadaan on reclosing ( bisa dioperasikan dalam keadaan ber beban ). Biasanya recloser ini dipasang di pedesaan yang sulit atau jauh dijangkau oleh petugas. Karena system kerjanya memudahkan jika suatu saat terjadi gangguan seasaat sehingga petugas tidak perlu harus repot-repot datang jika gangguannya ringan. e. Secsionalizer Fungsinya pada dasarnya hampir sama dengan recloser karena memperkecil daerah padam, hanya saja dengan secsionalizer maka daerah yang dipadamkan bisa menjadi semakin kecil lagi dan semakin memudahkan dalam mencari daerah yang terkena gangguan. Sistem kerja dari secsionalizer harus dioperasikan dalam keadaan tak berbeban ( Off Reclosing ) Dari kesimpulan diatas, maka peralatan di PLN dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan operasinya : a) On Load Operation Bisa Dioperasikan dalam keadaan berbeban Contoh = PMT, Recloser, FCO b) No Load Operation Tidak bisa dioperasikan apabila dalam keadaan berbeban Contoh = Secsionalizer, Disconnecting Switch BAB V OPERASI SISTEM 5.1. Pendahuluan
Dari hirarkinya, jaringan distribusi berada di rangkaian terakhir dari sistem jaringan listrik yang besar sekali, dan peranannya adalah mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen. Dapat dimengerti bahwa pada jaringan distribusi khususnya terjadi titik pertemuan antara dua kepentingan
dengan
persyaratan-persyaratannya
masing-masing.
Pihak
konsumen
membutuhkan listrik dengan mutu penyaluran yang baik, sedang perusahaan listrik dihadapkan kepada masalah kesanggupan jaringannya sendiri Tetapi yang jelas sebenarnya kedua macam kepentingan itu tidaklah bertentangan, malahan mempunyai tujuan yang sama. Bagi konsumen mutu penyaluran yang baik akan memberikan kepuasan manusiawi, sedang bagi perusahaan listrik mempertahankan mutu penyaluran berarti menekan kerugian-kerugian jaringan sehingga jaringan akan beroperasi secara efisien. Suatu jaringan dinyatakan sebagai jaringan yang baik apabila ia memenuhi kriteria tertentu dalam : Kelangsungan Tegangan
penyaluran, serta
dan frekuensi
Untuk sampai kepada tujuan tersebut perlu dikenal dengan baik jaringan distribusi secara fungsional, pada keadaan normal maupun keadaan gangguan. Pada keadaan normal masalah yang harus dipecahkan antara lain misalnya faktor daya yang rendah dan penurunan tegangan jaringan secara berlebihan. Sedang pada keadaan gangguan masalahnya adalah pengalihan beban yang mengalami pemadaman ke sumber-sumber yang dicadangkan. Gangguan itu sendiri sedapat mungkin dicegah terjadinya, atau apabila tetap terjadi maka ia harus dihilangkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Gangguan sangat erat hubungannya dengan masalah pemeliharaan. Gangguan dianalisa dan dijabarkan untuk menetapkan langkah dan kebijaksanaan pemeliharaan, yang tidak lain dalam tujuannya memperoleh jaminan operasi jaringan yang stabil. Dapat di simpulkan bahwa banyaknya gangguan yang terjadi untuk sebagainya disebabkan karena kurang baiknya pemeliharaan. Bidang tugas operasi dan pemeliharaan merupakan sistem teknik yang berdampingan. Lingkup pekerjaannya semakin luas dengan berkembangnya teknologi, khususnya dalam menunjang peningkatan keandalan jaringan. Operasi jaringan distribusi menyangkut segala macam masalah pengawasan, pengontrolan, pencatatan dan penyetelan kondisi semua peralatan, termasuk melakukan tindakan-tindakan selama keadaan darurat karena gangguan. Untuk memungkinkan tercapainya tujuan operasi, disyaratkan faktor-faktor sebagai berikut : Pengenalan
yang baik atas jaringan distribusi, termasuk kondisinya
Penyusunan
pedoman operasi yang mencakup tujuan, aturan, tugas, aturan pelengkap,
dan gambar / tabel / formulir Organisasi
pelaksanaan
Prosedur Pengoperasian Normal / Gangguan Secara Umum Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah diseluruh unit kerja PLN, dalam usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga
listrik, mempercepat penyelesaian gangguan-gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri. Pengoperasian Jaringan Tegangan Menengah ( 6 dan 20 KV ) tersebut dilaksanakan dengan : a. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan tele kontrol maupun di lapangan. b. Menerima informasi-informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian ( observasi ) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan. c. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan dan kemudian membuat penilaian ( observasi ) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan. d. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak-pihak lainyang bersangkutan. e. Mengawasi jaringan secara terus-menerus dan tidak terputus-putus. f. Mengusut dan melokalisasikan gangguan jaringan. g. Mendeteksi gangguan jaringa sehingga sehingga titik gangguannya dapat diketemukan untuk diperbaiki 5.2. Operasi Jaringan Tegangan Menengah Di Gardu Induk
5.2.1. Keadaan normal ¦ Pada pelaksanaan pemasukkan / pengeluaran PMT-PMT penghantar: 150KV, kopel 150 dan 70KV dan trafo 150 dan 70KV yang dilaksanakan oleh area/ pengatur beban/ piket pengawas secara remote control ( RC ) maupun oleh operator gardu induk ( GI ) pusat listrik tenaga ( PLT ) apabila RC gagal atau pada GI/ PLT yang tidak dilengkapi fasilitas RC, sepanjang hal tersebut mempengaruhi penyaluran kepada konsumen maka: a. Area berkonsultasi dengan pengatur beban b. Pengatur beban memutuskan sendiri c. Piket pengawas berkonsultasi dengan piket pimpinan. ¦ Posisi normal PMT 20 KV, trafo TT / TM adalah dalam keadaan masuk ¦ Posisi normal semua feeder TM 20 KV dari GI adalah dalam keadaan masuk ¦ Pengatur distribusi atau piket cabang melakukan pencatatan data-data operasional yang diperlukan atas GI/ PLT. Dapat langsung dilakukan pencatatan dari display, apabila hal tersebut dimungkinkan oleh adanya fasilitas tele processing. ¦ Pusat pengaturan distribusi menerima pemberitahuan mengenai perubahan keadaan jaringan di GI dari Area, Pengatur Beban, Piket Pengawas. Dapat melalui printer dan display apabila tersedia fasilitas tele processing. Pemasukkan / pengeluaran PMT feeder TM yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan distribusi.
Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan/ pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi. ¦ Pemasukkan / pengeluaran PMT feeder TM yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan distribusi. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan/ pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi dengan sepengetahuan operator GI/ PLT. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMTPMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi. ¦ Pemasukkan / pengeluaran PMT-PMT TM dari trafo TT/ TM yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan distribusi setelah berkonsultasi dengan AREA. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan/ pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi dengan sepengetahuan operator GI/ PLT dan setelah berkonsultasi dengan AREA. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi setelah berkonsultasi dengan AREA. ¦ Operator GI/ PLT wajib dan bertanggung jawab untuk melaporkan semua pelaksanaan permintaan pengaturan jaringan kepada pusat pengaturan distribusi tersebut diatas. 5.2.3. Keadaan Gangguan ¦ Pusat pengaturan distribusi menerima pemberitahuan mengenai keadaan gangguan di GI dari AREA , apabila tidak tersedia fasilitas tele processing. Namun isyarat pemberitahuan ( alarm ) bisa juga diterima melalui printer dan display, apabila terdapat fasilitas tele processing. Apabila fasilitas tele processing gagal, maka yang berlaku pemberitahuan dari AREA. ¦ Pengeluaran PMT-PMT TM trafo yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi denga sepengetahuan operator GI/ PLT. Apabila RC gagal, pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi. ¦ PMT TM feeder khusus tidak dikeluarkan pada keadaan gangguan total.
¦ Pengeluaran PMT feeder TM yang tidak atau belum dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi denga sepengetahuan operator GI/ PLT. Apabila RC gagal, pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distri busi. ¦ Pemasukkan PMT feeder TM yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan distribusi. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi dengan sepengetahuan operator GI/ PLT. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi. ¦ Pemasukkan PMT-PMT TM dari trafo yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan distribusi setelah berkonsultasi dengan AREA. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi dengan sepengetahuan operator GI/ PLT dan setelah berkonsultasi dengan AREA. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi setelah berkonsultasi dengan AREA. ¦ Operator GI/ PLT wajib dan bertanggung jawab untuk melaporkan semua pelaksanaan dari permintaan pengaturan jaringan kepada pusat pengaturan distribusi tersebut diatas. 5.3. Pemeliharaan
5.3.1. PMT penyulang distribusi di Gardu Induk yang dilengkapi Auto Recloser dengan sistem radial Apabila ada rencana pekerjaan pemeliharaan yang memerlukan pemadaman penyulang, maka piket distribusi mengambil langkah-langkah sebagai berikut : a. Memastikan ke piket cabang yang bersangkutan apakah sudah siap untuk pemadaman b. Meminta ke Gardu Induk untuk melepas Pmt dan Pms penyulang yang bersangkutan c. Memastikan atau memberitahu gardu induk agar proses reclosing tidak terjadi d. Memerintahkan ke piket cabang untuk
memasang peralatan grounding pada
jaringan dari kedua sisi setelah di check terlebih dahulu dengan voltage detector Setelah cabang menyelesaikan pekerjaan atau pemeliharaan terhadap jaringan yang bersangkutan dengan hasil baik, maka penormalannya sebagai berikut :
a. Melepas peralatan grounding pada jariongan b. Melaporkan ke piket distribusi bahwa pekerjaan atau pemeliharaan telah selesai, petugas cukup aman dan penyulang siap dimasukkan kembali c. Piket distribusi meminta ke gardu induk untuk memasukkan kembali Pms dan Pmt penyulang tersebut diatas. Manuver jaringan : Suatu kegiatan modifikasi jaringan sehingga akan tercapai kondisi penyaluran yang tetap stabil Macam Konfigurasi Jaringan a. Radial = keandalan rendah, losser besar, pengoperasian mudah, biaya sistem rendah. Jika padam tidak bisa disuplay dari yang lain. b. Loop = kondisinya melingkar dan bisa saling berhubungann, keandalan tinggi, losser kecil, pengoperasian sulit, biaya sisitem tinggi c. Spindel = Gabungan antara sistem radial dan loop 5.4. Optimalisasi Tegangan Pelayanan Untuk Penigkatan Umur Operasi Trafo Distribusi, Kinerja Losses dan Harga Jual kWh
5.4.1. Pengertian Optimalisasi tegangan pelayanan adalah optimalisasi yang memanfaatkan dampak ganda / kuadrat perubahan tegangan pelayanan terhadap konsumsi energi suatu beban. Dengan memanfaatkan range pada standar tegangan pelayanan, maka konsumsi energi suatu beban dapat dinaikkan atau diturunkan secara signifikan, dengan perubahan yang kecil pada tegangan suplai. Pada trafo overload yang memerlukan waktu untuk penyesuaian kapasitas gardu, optimalisasi tegangan adalah alternatif penanganan sementara yang termurah dan instan untuk menghindari kerusakan trafo. Pengaturan tegangan pelayanan juga dapat meningkatkan pendapatan / keuntungan dengan memanfaatkan celah pada segmen-segmen tarif listrik dan kecenderungan prosentase beban segmen tarif tertentu terhadap standarisasi kapasitas trafo distribusi. Dalam hal ini golongan beban yang bertarif tinggi dioptimalisasi sehingga meningkatkan harga jual rata-rata Kwh Demikian juga dengan kinerja loses, yakni dengan memanfaatkan celah pada komposisi loses terhadap suatu golongan beban. 5.4.2.. Pembahasan A. Optimalisasi Tegangan untuk Memperbesar / Memperkecil Beban Optimalisasi tegangan pelayanan didasarkan atassamaan umum untuk pemakaian energi listrik, yaitu :
P = energi (kwh) V = tegangan (volt) Z = impedansi beban (ohm) T = waktu (jam) Cos = faktor beban Dengan memperhatikan persamaan untuk kapasitas : VA = V . I * VA = daya kompleks I* = Arus beban konjugat Dari kedua persamaan diatas, dapat dilihat bahwa pemakaian energi adalah berbanding pangkat dua terhadap besar tegangan pelayanan, sedangkan kapasitas daya adalah perkalian dari besar tegangan dan arus yang dialirkan. Prosentase maksimum perubahan konsumsi daya suatu beban yang dioptimalisasi dalam range tegangan standar pelayanan (198 – 231 volt) adalah sekitar 36,11 % dengan perhitungan sebagai berikut :
Dengan kata lain konsumsi energi suatu beban yang dilayani dengan tegangan standar minimal dapat dinaikkan sebesar 36,11% jika dioptimalisasi ke tegangan standar maksimal, demikian juga sebaliknya. B. Optimalisasi Tegangan untuk Memperbesar / Memperkecil Beban Trafo Distribusi Apabila tujuan optimalisasi adalah untuk peningkatan penjualan energi listrik, maka beban gardu dapat diperbesar dengan menaikkan tegangan pelayanan pada tap changer. Sedangkan apabila diinginkan mengurangi beban trafo karena overload, maka tegangan pelayanan diturunkan. Sehingga dari sudut pandang loses distribusi, beban dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Beban Penyulang Losses Kecil - Konsumen TM dengan prosentase loses sekitar 2 %, dimana tidak terdapat komponen loses gardu dan JTR. - Konsumen TR daya besar dengan Kwh Meter terletak di gardu distribusi. Prosentase loses 4 % yaitu tidak terdapat komponen loses JTR / SR.
2. Beban Penyulang losses Tinggi - Konsumen TR daya besar dengan Kwh Meter terletak di persil konsumen. Prosentase loses 9 % dimana terdapat semua komponen losses baik JTM, Gardu dan JTR / SR. - Konsumen TM umum biasa dengan Kwh Meter terletak di persil pelanggan. Prosentase loses sekitar 9 %, dimana terdapat semua komponen loses baik JTM, Gardu dan JTR/SR. Dengan memperhatikan pengelompokkan beban diatas, maka kinerja losses dapat ditingkatkan dengan optimalisasi maksimum tegangan pada beban losses rendah dan optimalisasi minimum pada beban loses tinggi. Sehingga pemakaian Kwh meningkat pada beban yang losesnya kecil, dan menurun pada beban yang losesnya besar. Dengan demikian loses secara komulatif akan menurun. Berdasarkan kontribusi losses dan prosentase konsumsi energi, peluang keuntungan optimalisasi sangat besar pada golongan tariff rumah tangga dan social. Namun sebaiknya tidak dilaksanakan karena adanya SR – SR deret dimana resiko under standar tegangan akan terjadi. Prinsip optimalisasi dapat juga dietrapkan pada penyambungan baru / tambah daya, yaitu dengan seoptimal mungkin mengupayakan penempatan kwhmeter di gardu distribusi. Contoh kasus : Suatu
gardu distribusi tegangan 215,13 V yang melayani beban daya besar TR dengan
kwh meter terletak di gardu. Apabila dioptimalisasi ke tegangan 231 V, maka diperoleh peningkatan penjualan kwh sebesar 15,3 %.
Apabila gangguan tersebut mela yani pelanggan TR umum / biasa dengan kwh meter terletak di rumah pelanggan. Jika tegangan dioptimalisasi ke 198 V, maka pengurangan penjualan kwh adalah 15,3%.
Dari
pengelompokkan beban berdasarkan loses diatas, maka loses kumulatif untuk kedua
contoh tersebut sebelum dioptimalisasi adalah sebesar 6,5 %. Sedangkan apabila dilaksanakan optimalisasi, maka loses menjadi 6,1 % atau tutun sebesar 0,4 % dengan jumlah konsumsi kwh sama. Secara umum, optimalisasi tegangan dengan tujuan memperbaiki kinerja loses pada gardu pelayanan umum dilaksanakan dengan optimalisasi tegangan maksimal apabila prosentase beban losses rendah lebih besar dari 50% bebn gardu. C. Optimalisasi Tegangan Untuk Peningkatan Harga Jual Rata-Rata. Secara umum, beban berdasarkan harga jual tiap kwh dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Beban Tarif Tinggi Yaitu beban dengan harga beli keh yang lebih tinggi dari harga jual rat-rat. Biasanya adalah beban tarif Bisnis, Industri dan Publik. 2. Beban Tarif Rendah Yaitu beban dengan harga beli kwh lebih rendah dari harga jual rat a-rata. Biasanya adalah beban tariff rumah tangga dan sosial. Peningkatan rupiah jual kwh rata-rata dapat dilaksanakan dengan optimalisasi maksismum tegangan pada beban tarif jual tinggi. Sedangkan beban tarif rendah dioptimalisasi minimal atau tidak dioptimalisasi. Dengan demikian pemkaian kwh mengingkat pada beban yang tarifnya tinggi, dan menurun atau tetap pada beban yang tarifnya murah. Sehingga harga jual rata-rata secara kumulatif akan meningkat. Contoh Kasus : - Untuk suatu pelanggan tarif bisnis yang dilayani dengan tegangan 215,13 V. Apabila dioptimalisasi ke tegangan 231 V, maka diperoleh peningkatan penjualan Kwh adalah 15,3 %. - Sedangkan apabila pelanggan tersebut adalah tarif sosial. Apabila dioptimalisasi ke tegangan 198 V, maka pengurangan penjualan kwh adalah 15,3%. - Apabila harga rata-rata tiap kwh tarif bisnis adalah Rp. 419,50 / kwh dan tarif sosial Rp. 237,00 / kwh, maka harga jual rata-rata tiap kwh untuk kumulatif kedua pelnggan di atas sebelum dilakukan optimalisasi adalah Rp. 328,25 / kwh. - Apabila dilakukan optimalisasi tegangan, maka untuk jumlah kwh yang sama, harga jual rata-rata kumulatif menjadi Rp. 342,21 atau meningkat sebesar Rp. 13,96 per kwh. Secara umum, optimalisasi tegangan dengan tujuan meningkatkn harga jual kwh pada gardu pelayanan umum dilaksankan dengan optimalisasi mksimal apabila prosentase beban pelanggan-pelanggan tarif tinggi lebih besar dari prosentase beban pelanggan-pelanggan tarif rendah. D. Pelaksanaan Optimalisasi Tegangan 1. Optimalisasi dari Gardu Induk Optimalisasi tegangan dapat dilakukan dari gardu induk apabila : - Beban tarif rendah / loses tingi (pada umumnya tarif R dan S) disuplai dengan trafo tenaga sendiri. - Beban tarif tinggi / loses rendah (pada umumnya tarif B, I dan P) disuplai dengan trafo tenaga sendiri.
- Beban tarif tinggi / losses rendah lebih dominan pada sistem yang disuplai suatu trafo tenaga. - Pada beban puncak, tidak menyebabkan trafo-trafo distribusi overload. - Pada beban dasar, tidak menyebabkan tegngan over standar pda konsumen. - Memperhatikan kemungkinan konsumen-konsumen TM mengatur ulang tap changer trafo distribusinya. Jika tidak, maka dapat terjadi kontraproduktif dimana : - Harga rata-rata kwh menurun dan loses meningkat - Terjadi banyak overload pada trafo-trafo distribuai yang akan menyebabkan kerusakan. - Terjadi overstandar tegangan pada konsumen. Memperhatikan
komposisi
beban
sistem
pada
umumnya,
maka
peluang
melaksanakan opimalisasi dari GI adalah pada saat beban puncak. Yakni sebagai kompensasi terhadap drop tegangan yang cukup besar : - drop tegangan pada penghantar-penghantar sistem - drop tegangan pada trafo tegangan dan distribusi karena faktor regulasi tegangan trafo pada beban puncak - besar drop tegangan dalam sistem dapat diukur pada sisi sekunder trafo distribusi Optimalisasi ini dapat dilaksankan apabila trafo-trafo distribusi telah disyaratkan beroperasi pada beban 85 % kapasitasnya. E. Optimalisasi Dari gardu distribusi Optimalisasi dari gardu distribusi relatif lebih mudah dilaksanakan karena hal-hal sebagai berikut : - Daya kontak konsumen-konsumen besar pada umumnya relatif sama dengan standarisasi KVA trafo distribusi, sehingga biasa dilayani dengan trafo tersendiri. - Tarif bisnis pada umumnya terkonsentrasi di Kota, sedangkan tarif industri di kawasan industri. - Kecenderungan golongan tarif bebn mudah diidentifikasi sekalipun pada gardu pemakaian bersama. F. Teknis Pelaksanaan Pengukuran tegangan untuk optimalisasi peningkatan kinerja losses dan harga jual rata-rat kwh dilakukan pada terminal-terminal beban atau pada titik pemakaian. Sedangkan optimlisasi untuk memperpanjang umur operasi trafo overload, diukur pada tegangan sekunder trafo distribusi.
BAB VI SISTEM PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN 20KV 6.1. Pendahuluan
Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua aspek, sehingga faktor keamanan pada pusat pembangkit listrik maupun pada jaringan tegangan menengah sangat diperlukan. Dalam jaringan distribusi terdapat banyak sekali gangguan yang mengakibatkan penurunan kapasitas daya listrik yang disalurkan ke beban. Hal tersebut dapat mengganggu mekanisme kerja penggunaan energi listrik. Maka dari itu untuk memperoleh kontinuitas pelayanan tersebut penerapan dan penggunaan peralatan proteksi dalam mengatasai gangguan mempunyai peranan yang sangat penting.
Peralatan
pengaman
pengaman
pada
dalam
daerah
-
sistem
daerah
tenaga
tertentu.
listrik,
Daerah
digunakan
pengaman
sebagai
tersebut
dibuat
sedemikian rupa sehingga dibeberapa bagian dalam saluran terjadi tumpang tindih sehingga tidak ada daerah didalam sistem tenaga listrik yang tidak terlindungi. Alat
proteksi
yang
bekerja
yang
digunakan
memberi
perintah
adalah kepada
sebuah pemutus
rele tenaga
dan
perlengkapannya
untuk
membuka
atau
memisahkan bagian bila terjadi gangguan.
Untuk
memudahkan
berfungsi
membuka
pengamanan dan
terhadap
menutup
secara
gangguan, otomatis
digunakan yang
disebut
rele
yang
”reclosing
(recloser)” dimana sistem kendalinya ada pada kotak kontrol elektronik. Recloser merupakan suatu
peralatan
pengaman
yang
dapat
mendeteksi
arus lebih karena hubung singkat antara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah, dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan selang waktu yang dapat diatur misal dengan setting interval reclose 1 sampai 5 detik dan setting interval reclose 2 sampai 10 detik dan pada trip ketiga recloser akan membuka tetap dengan sendirinya karena gangguan itu bersifat permanen. Peralatan peranan
ini
digunakan
penting
dalam
sebagai
pelindung
perlindungan
sistem
saluran daya
distrbusi
dan
karena
saluran
mempunyai distribusi
merupakan elemen vital suatu jala-jala, yang menghubungkan gardu induk (GI) ke pusat – pusat beban.
Pembatasan mungkin
dengan
tempat-tempat sekering dahulu
gangguan cara
pada
memasang
strategis
ditempat
dan
yang
saat
pelayanan
terdekat itu
diukur
saklar-saklar
diberi
ganguan
dapat
bersekering
pengaman dengan
terjadi.
lebur.
letak Pada
untuk
Ini
yang
akan
gangguan jaringan
daerah
sesempit
dipasang
menjamin
akan
bekerja
distribusi
pada bahwa
terlebih
diperoleh
data
bahwa 70% sampai 80% gangguan bersifat permanen yaitu gangguan yang dapat dihilangkan
atau
diperbaiki
setelah
bagian
yang
terganggu
itu
diisolir
dengan
atau
jaringan
bekerjanya pemutus daya (TS. Hautaruk,1991:4).
Permasalahan tegangan
yang
sering
menengah
20kV
muncul adalah
pada
saluran
bagaimana
distribusi
mengatasi
suatu
gangguan
menghambat kelancaran sistem penyaluran beban. Ada banyak jenis recloser digunakan
dalam
mengatasi
otomatis
yang
dapat
media
peredaman
gangguan
mempersempit busur
salah
daerah
apinya
satunya gangguan.
adalah
memasang Jenis (PLN,
sebuah
recloser
yang yang rele
menurut
Pusdiklat.1997):
1. Vaccum (hampaudara) -Nova 2. GasSF6 -Brush -Nullec 3. Oil (minyak) -MVE -VWVE Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan suatu persoalan, penegasan istilah yang digunakan adalah: 1. Recloser
adalah
fasilitas
tembahan
pada
system
distribusi
untuk
menghindari
pemutusan transient (KG.jacson, 1981:302). 2. Sistem adalah sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama - sama untuk melakukan suatu maksud (WJS. Poerwodarminto, 1996 : 955). 3. Proteksi
adalah piranti
yang dirancang
untuk melindungi komponen peralatan
atau sistem listrik dari berbagai efek yang merusak ketika kondisi ab-normal muncul selama operasi (KG.Jacson,1981:291). 6.2. Sistem Jaringan Distribusi
Sistem kelompokkan distribusi
jaringan
distribusi
menjadi
dua
tegangan
ditinjau
tegangan,
menengah.
dari
yaitu
Sistem
sistem
tegangannya
distribusi
distribusi
tegangan
tegangan
dapat
rendah
menengah
di
di dan
PLN
mempunyai sistem radial dengan saluran udara dan saluran kabel tanah pada kotakota
besar.
Bila
Tegangan
menengah
dikelompokkan
yang
berdasarkan
digunakan
sumber
saat
ini
pemasukan
adalah
20
tegangan
kV. sistem
distribusi, dapat berasal dari: 1.
Pusat
pembangkit
tegangan
rendah,
disalurkan
pada
sistem
distribusi
pada
tegangan
pulau
-
yang umumnya pada listrik desa. 2.
Pusat
pembangkit
menengah
dan
tegangan
tegangan
menengah,
rendah
umumnya
didistribusikan di
dapatkan
di
pulau
sedang atau kecil. 3. Dari sistem tegangan tinggi menggunakan trafo daya pada GI.
Sistem
distribusi
mempunyai
fungsi
menyalurkan
dan
mendistribusikan
tenaga listrik dari gardu induk atau pusat pembangkit ke pusat - pusat atau kelompok
beban,
dengan
mutu
yang
memadai
dan
keterhandalan
sistem
yang
tinggi. Jadi tingkat kehandalan tinggi dapat diperoleh dengan tingkat komunitas pelayannan yang tinggi dan frekuensi pemadaman karena gangguan rendah. Frekuansi pemadaman karena gangguan dapat diperkecil dengan sistem proteksi yang sesuai, baik dan memadai.
6.3. Gangguan
6.3.1. Pengertian
Gangguan
adalah
suatu
keadaan
sistem
yang
tidak
normal,
sehingga
gangguan pada umumnya terdiri dari hubung singkat dan rangkaian terbuka (open circuit). Bila hubung singkat dibiarkan berlangsung lama pada suatu sistem daya, akan muncul pengaruh-pengaruh berikut ini : 1. Berkurangnya batas - batas keseimbangan untuk sistem daya itu. 2. Rusaknya
peralatan
yang
berada
dekat
dengan
gangguan
yang
disebabakan
oleh arus yang besar, arus yang tidak seimbang atau tegangan - tegangan rendah yang disebabkan oleh hubung singkat.
3. Ledakan minyak
ledakan isolasi
kebakaran
yang mungkin sewaktu
sehingga
terjadi
hubung
dapat
pada
singkat,
membahayakan
peralatan dan
orang
yang mengandung
mungkin yang
menimbulkan
menanganinya
dan
merusak peralatan yang lain. 4.
Terpecah suatu
-
pecahnya
rentetan
keseluruhan
tindakan
pengaman
daerah
pelayanan
yang
diambil
sistem oleh
daya
sistem
itu -
oleh sistem
pengaman yang berbeda - beda.
6.3.2. Sebab - Sebab Terjadinya Gangguan
Menurut
Hutauruk
(1991:4),
ada
beberapa
macam
gangguan
tranmisi,
yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Faktor - faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem transmisi ialah :
1. Surja petir atau surja hubung. Petir
sering
menyebabkan
gangguan
pada
sistem
tegangan
tinggi
sampai
150 - 500kV. Sedangkan pada sistem dibawah 20kV, yang menjadi sebab utama adalah surja hubung. 2. Burung Jika
burung
clearance
dekat
(jarak
pada
aman)
isolator menjadi
gantung
dari
berkurang
saluran
sehingga
transmisi, ada
maka
kemungkinan
terjadi loncatan api. 3. Polusi (debu) Debu
-
debu
yang
menempel
pada
isolator
merupakan
konduktor
yang
bisa menyebabkan terjadinya loncatan bunga api. 4. Pohon - pohon yang tumbuh dekat saluran trans misi. 5. Retak - retak pada isolator. Dengan
adanya
retak
-
retak
isolator
maka
secara
petir yang menyambar akan tembus (break down) pada isolator.
6.3.3. Macam – macam Gangguan 1. Gangguan pada saluran : a) Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui tahap hubung tanah.
mekanis
apabila
ada
b) Gangguan dua fasa. c) Gangguan dua fasa ketanah. d) Gangguan satu fasa ketanah atau gangguan tanah. 2. Lamanya waktu gangguan : a) Gangguan permanen Gangguan
permanen
baru
dapat
dihilangkan
atau
diperbaiki
setelah
bagian terganggu itu di isoler dengan bekerjanya pemutus daya. b) Gangguan temporer Gangguan temporer yaitu gangguan yang terjadi hanya dalam waktu singkat kemudian sistem kembali pada keadaan normal. Misalnya gangguan yang disebabkan oleh petir atau burung, dimana terjadi loncatan api pada isolasi udara atau minyak.
Dari berbagai macam penyebab gangguan tersebut, jenis gangguan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Gangguan akibat hubung singkat. Termasuk hubung singkat satu atau dua fasa
ketanah
(ground),
hubung
singkat
antara
dua
fasa
dengan
tiga
fasa,
atau hubung singkat antara tiga fasa dengan tanah. 2.
Gangguan pada
akibat
penghantar
putusnya satu
fasa,
kawat dua
penghantar fasa
dan
(Open tiga
Circuit)
fasa.
Dari
dapat
terjadi
gangguan
ini
menimbulkan: a. Kontinuitas penyaluran daya terputus. b. Penurunan tegangan yang cukup besar dapat menyebabkan rendahnya kualitas tenaga listrik. c. Peralatan - peralatan yang terdapat pada tempat terjadinya gangguan akan rusak.
6.3.4. Pencegahan Gangguan
Sistem
tenaga
listrik
dikatakan
baik
apabila
dapat
mencatu
atau
menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat kehandalan yang tinggi. Kehandalan disini meliputi kelangsungan, dan stabilitas penyaluran sistem tenaga listrik. Pemadaman listrik sering terjadi akibat gangguan yang tidak dapat diatasi oleh
sistem
pengamanannya.
Kehandalan
ini
akan
sangat
mempengaruhi
kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik bisa merusak peralatan listrik.
Sebagaimana
di
jelaskan
didepan,
ada
beberapa
jenis
gangguan
pada
saluran tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu perlu dicari upaya pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan listrik, pada
terutama sistem
pada
tenaga
manusia
listrik
akibat
biasa
di
adanya
gangguan.
kategorikan
Pencegahan
menjadi
dua
gangguan
langkah
sebagai
berikut (supriyadi,1999:13) :
1. Usaha memperkecil terjadinya gangguan Beberapa
cara
untuk
mengurangi
akibat
gangguan,
antara
lain
sebagai
berikut : a. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan. b. Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan penangkal petir (arrester). c. Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah sekecil mungkin pada kaki menara, serta selalu mengadakan pengecekan. d. Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan mengurangi atau menghindarkan sebab – sebab gangguan karena binatang, polusi, kontaminasi, dan lain - lain. e. Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan peraturan yang berlaku. f Menghindarkan kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata cara operasional dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin. g. Memasang kawat tanah pada SUTT dan GI untuk melindungi terhadap sambaran petir. h. Memasang lighting arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir. 2. Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan Beberapa
cara
untuk
mengurangi
akibat
gangguan,
antara
lain
sebagai
berikut : a. Mengurangi akibat gangguan misalnya dengan membatasi arus hubung singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atu dengan memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus gangguan satu fasa terbatas. Pemakaian peralatan yang tahan atau handal terhadap terjadinya arus hubung singkat.
b. Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengaman lebur atau rele pengaman pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai. c. Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu. Hal ini dapat dilakukan, misal dengan: 1. Memakai saluran ganda atau saluran yang membentuk lingkaran. 2. Memakai penutup balik otomatis. 3. Memakai generator cadangan. d. Mempertahankan stabilitas system selama terjadinya gangguan, yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator yang memadai. e. Membuat data pengamatan gangguan sistematis dan efektif, misalnya dengan menggunakan alat pencatat gangguan untuk mengambil langkah - langkah lebih lanjut.
6.4. Sistem Pengaman
6.4.1. Pengertian Pengaman
Sistem
pengaman
peralatan
-
generator,
bus
bawah
tenaga
peralatan
tanah,
yang
listrik
merupakan
terpasang
bar,
transformator,
dan
lain
saluran
sebagainya
sistem
pada
sistem
udara
tegangan
terhadap
kondisi
pengaman
pada
listrik,
seperti
tenaga tinggi,
saluran
ab-normal
operasi
kabel sistem
tenaga listrik tersebut.
6.4.2. Fungsi Pengaman
Kegunaan pengaman tenaga listrik antara lain (Supriadi, 1999 : 3) : 1.
Mencegah listrik
kerusakan
akibat
terjadinya
peralatan
-
gangguan
peralatan atau
kondisi
pada
sistem
operasi
sistem
tenaga yang
tidak normal. 2.
Mempersempit
daerah
yang
terganggu
sehingga
gangguan
tidak
melebar pada sistem yang lebih luas. 3.
Memberikan
pelayanan
tinggi kepada konsumen.
tenaga
listrik
dengan
keandalan
dan
mutu
4.
Mengamankan
manusia
dari
bahaya
yang
ditimbulkan
oleh
tenaga
sistem
tenaga
listrik.
Pada
saat
listrik,
misal
diambil
terjadi adanya
suatu
dibiarkan
gangguan arus
lebih,
tindakan
gangguan
itu
atau
tegangan
untuk akan
ketidak
lebih,
mengatasi
meluas
normalan dan
kondisi
keseluruh
pada
sebagainya, gangguan
sistem
sehingga
maka
perlu
tersebut.
Jika
bisa
merusak
semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu sistem pengaman yang handal.
Pengaman pemutus
pada
sisatem
tenaga
rangkaian
(PMT)
jika
terjadi
tenaga
atau
listrik
circuit
gangguan
pada
breaker
yang
dasarnya
(CB)
operasinya
yang
terdiri
bekerja
dikendalikan
atas
memutus oleh
rele
pengaman.
Rusaknya sistem
peralatan
daya,
laksanakan
yang
dimana secara
pada
mengakibatkan sistem
otomatis
daya
tanpa
terjadinya
proses
campur
peniadaan
tangan
gangguan hubung
manusia.
pada
singkat
Peralatan
di ini
sebagai sistem perlindungan atau sistem pengaman (protection system).
6.4.3. Daerah-Daerah Perlindungan Pengaman (Proteksi)
Batas
setiap
daerah
menentukan
bagian
sistem
daya
sedemikian
rupa
sehingga untuk gangguan yang terjadi didalam daerah tersebut, sistem proteksi yang
bertanggung
jawab
akan
bertindak
untuk
memisahkan
semua
gangguan
yang berada di daerah itu untuk seluruh bagian yang lain dari sistem. Karena pemisah (pemutus
daya
dialakukan
oleh
pemutus
peralatan
didalam
antara
=
de-energization) rangkaiaan, daerah
itu
dalam
jelas dengan
bahwa bagian
menyisipkan pemutus rangkaian (Stevenson,1990 : 319).
keadaan pada
terganggu
setiap
lainnya
dari
titik
tadi
hubungan
sistem
harus
Gambar 6. 1. Daerah Proteksi Keterangan gambar : 1. Daerah pelindungan pembangkit. B=Breaker 2.
Daerah
pelindungan
trafo
tenaga.
P=Daerah Gangguan 3.
Daerah
pelindungan
ril.
pelindungan
ril.
T=Transduser 4. Daerah pelindungan saluran tranmisi R=Rele 5.
Daerah
G=Generator Pada gambar diatas bagian sistem daya terdiri dari satu generator, dua transformator, dua saluran transmisi dan tiga buah ril dilukiskan oleh diagram segaris. Garis putus-putus dan tertutup menunjukkan pembagian sistem daya kedalam lima daerah proteksi. Masing-masing daerah mengandung satu atau beberapa komponen sistem daya disamping dua buah pemutus rangkaian. Setiap pemutus dimasukkan kedalam dua daerah proteksi yang berdekatan. Daerah 1, misal mengandung generator, transformatornya yang berhubungan, dan saluran penghubung antara generator dan transformator itu. Daerah 3 hanya suatu saluran transmisi. Daerah 1 dan 5 masing-masing mengandung dua komponen system daya.
Aspek
penting
lainnya
tentang
daerah
proteksi
adalah
bahwa
daerah
yang
berdekatan selalu tumpang tindih (overlap). Hal ini memang perlu karena jika tidak
demikian,
berdekatan,
maka
betapapun
bagian kecilnya
kecil akan
sistem
yang
dibiarkan
berada tanpa
diantara
proteksi,
daerah jika
yang
kebetulan
terjadi gangguan dibagian yang saling menutupi, maka bagian yang lebih besar dari sistem daya ( yaitu yang berhubungan dengan kedua daerah yang saling tumpang tindih ) akan dipisah dan tidak akan memberikan pelayanan. Untuk itu mengurangi
kemungkinan
semacam
ini
hingga
sekecil-kecilnya,
bagian
yang
tumpang tindih dibuat sekecil mungkin. 6.5. Rele Pengaman
6.5.1. Pengertian
Pada
saat
listrik
misalnya
diambil
terjadi
suatu
gangguan
ada
arus
atau
lebih,
tindakan
ketidak
tegangan
untuk
normalan
lebih,
mengatasi
atau
kondisi
pada
sistem
sebagainya, gangguan
tenaga
maka
perlu
tersebut.
Jika
dibiarkan, gangguan itu akan meluas ke seluruah sistem sehingga bisa merusak seluruh peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, mutlak diperlukan suatu sistem pengaman yang handal. Salah satu komponen yang penting untuk
pengaman
tenaga
listrik
adalah
rele
pengaman
baik
elektronik
(protection
relay).
Rele
pengaman
direncanakan
adalah
untuk
suatu
piranti,
mendeteksi
suatu
kondisi
ketidak
atau
magnetic
normalan
pada
yang
peralatan
listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul maka
rele
membuka
pengaman pemutus
secara
tenaga
otomatis
agar
bagian
memberikan terganggu
sinyal dapat
atau
perintah
dipisahkan
dari
untuk sistem
yang normal. Rele pengaman dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang perlu diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran - besaran yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fasa, frekuensi, dan lain sebagainya sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian akan
mengambil
keputusan
seketika
dengan
perlambatan
waktu
membuka
pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga dalam hal ini harus mempunyai kemampuan untuk memutus arus hubung rangkaian
singkat dalam
maksimum keadaan
kembali.(Supriyadi,1999 : 21). 6.5.2. Fungsi Rele
yang
melewatinya
hubung
singkat
dan dan
harus
mampu
kemudian
menutup membuka
Pada
prinsipnya
rele
pengaman
yang
di
pasang
pada
sistem
tenaga
listrik
mempunyai tiga macam fungsi (Supriyadi, 1999 : 22) yaitu : 1)
Merasakan,
mengukur,
dan
menentukan
bagian
sistem
yang
terganggu
serta memisahkan secepatnya. 2)
Mengurangi
gangguan
kerusakan
yang
lebih
pengaruh
gangguan
terhadap
sistem
tersebut
parah
dari
peralatan
yang
terganggu. 3)
Mengurangi
terganggu
dalam
serta
sistem dapat
yang
lain
beroperasi
yang
tidak
normal,
juga
untuk mencegah meluasnya gangguan.
6.5.3. Persyaratan Rele Pengaman
Pada
sistem
Pengaman
tenaga
listrik,
berkualitas
yang
rele
baik
memegang
memerlukan
peran
rele
yang
sangat
pengaman
yang
penting.
baik
pula.
Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman (Supriyadi, 1999 : 22), seperti tersebut dibawah ini 1. Keterandalan (reliability) Pada
kondisi
berbulan gangguan tersebut. rusak
normal
bulan atau maka
berat
lebih
rele
Kegagalan atau
atau
tidak
rele
tidak
gangguan,
tidak bekerja.
boleh
kerja
ada
rele
gagal
dapat
gangguannya
Seandainya
bekerja
dalam
mengakibatkan
meluas
mungkin
sehingga
suatu
selama
saat
mengatasi
terjadi
gangguan
alat
yang
diamankan
daerah
yang
mengalami
yang
seharusnya
pemadaman semakin luas. Rele
tidak
bekerja,
boleh
tetapi
seharusnya pengaman
bekerja.
dan di
gagal
kerja, Hal
menyulitkan tentukan
dari
ini
analisa
artinya
rele
menimbulkan gangguan
rancangan,
pemadaman
yang
pengerjaan,
terjadi.
tidak
yang
tidak
Keandalan
beban
yang
rele
digunakan,
dan perawatan. 2) Selektivitas (selectivity) Selektivitas terhadap bagian bertugas
berarti bagian
dari
rele
yang
sistem
harus
terganggu,
tenaga
mengamankan
listrik
peralatan
mempunyai sehingga
daya mampu
beda dengan
yang
terkena
gangguan.
atau
bagian
sistem
(discrimination) tepat
memilih
Kemudian
dalam
rele
jangkauan
pengamanannya. pada
daerah
Tugas dan
rele
tenaga
dan
pemutus
tenaga
sedemikian
Dengan
jangan
sampai
terjadi
pemutus
mendeteksi
pengamanannya
pemutus
dipisahkan.
untuk
dan
memisahkan
demikian
dilepas
masih
pelayanan.
dari
sehingga
bagian
dan
memberikan
bagian
rupa
Jika
adanya
sistem
yang
bagian
dari
secara
normal, atau
terjadi
membuka
terganggu.
yang
pemutusan
yang
untuk
lainnya
beroperasi terjadi
perintah
setiap
sistem
gangguan
Letak
sistem
tidak
dapat
terganggu
sehingga
pemadaman
tidak hanya
terbatas pada daerah yang terganggu.
3) Sensitivitas (sensitivity) Rele
harusnya
mempunyai
(kritis)
sebagaimana
minimal awal
terjadinya
pada
awal
gangguan.
kejadian.
kepekaan
yang
direncanakan.
Oleh
Hal
karena
ini
Rele
itu,
tinggi
terhadap
harus
dapat
gangguan
memberikan
bekerja
lebih
keuntungan
besaran
mudah
dimana
pada diatasi
kerusakan
peralatan yang harus diamankan menjadi kecil. Namun demikian rele harus stabil, artinya: a. Rele harus dapat membedakan antara arus gangguan atau arus beban maksim um. b. Pada saat pemasukan trafo daya, rele tidak boleh bekerja karena adanya arus inrush, yang besarnya seperti gangguan, yaitu 3 sampai 5 kali arus beban maksimum. c. Rele harus dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan beban. 4) Kecepatan kerja Rele
pengaman
misalnya
isolasi
sehingga
peralatan
sistem
yang
diperlukan
harus
dapat
bocor
akibat
listrik
besar
karena
atau untuk
yang
bekerja adanya
dengan gangguan
diamankan
luas, menjaga
cepat
tegangan
dapat
kecepatan kestabilan
jika
lebih
mengalami
kerja sistem
rele
ada
gangguan,
terlalu
lama
kerusakan.
Pada
pengaman
agar
tidak
mutlak
terganggu.
Hal ini untuk mencegah rele salah kerja karena transient akibat surja petir.
5) Ekonomis Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele pengaman adalah masalah harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan dalam sistem tenaga listrik jika harganya mahal. Persyaratan reabilitas, sensitivitas, selektivitas, dan kecepatan kerja rele hendaknya tidak menyebabkan harga rele menjadi mahal. 6.5.4. Jenis – Jenis Rele
Pada
dasarnya
saluran
distribusi
sistem
perlindungan
arus
maupun
pada
transmisi
saluran
lebih
yang
tidak
digunakan
berdiri
sendiri
pada artinya
dalam pengoperasiannya, dibantu oleh rele lain, yaitu (Sulasno, 1993: 345): a. Rele arus lebih Adalah
rele
perlindungan
yang
bekerja
apabila
arus
yang
melewati
daerah pengaman (zone protection) melebihi arus penyetelan dari rele arus tersebut dan memerintahkan PMT (pemutus tenaga) untuk segera memisahkan daerah terganggu secara otomatis. b. Rele arah Adalah
reale
yang
bekerja
bila
arus
gangguan
mempunyai
arah
tertentu
dan arah sebaliknya tidak bekerja. Apabila rele arah ini digabung dengan rele arus lebih maka rele tersebut akan diakatakan sebagai rele arus lebih terarah. c. Rele gangguan tanah Adalah
rele
yang
bekerja
apabila
terjadi
gangguan
hubung
singkat
ketanah atau antara fasa ketanah. d. Rele penutup kembali (auto reclosing) Apabila
pemutus
tenaga
yang
dibuka
pada
waktu
terjadi
gangguan
dapat ditutup kembali secara otomatis sesudah waktu tertentu maka proses ini dinamakan penutup kembali. e. Rele jarak atau impedansi Rele
jarak
bekerja
atas
dasar
perbandingan
tegangan
(V)
dan
arus
(I)
yang terukur pada lokasi rele dimana rele tersebut ditempatkan pada saat terjadinya gangguan. Apabila V / I yang terukur lebih kecil dari V / I yang diamankan atau impedansi (L) saluran yang diamankan rele bekerja. Oleh karena
impedansi
saluran
transmisi
sebanding
dengan
jarak
maka
rele
impedansi juga disebut rele jarak. f. Rele turun tegangan Apabila
terjadi
gangguan
pada
saluran
transmisi
yang
mengakibatkan
tegangan sistem turun dibawah harga penyetelan rele ini, maka rele turun tegangan bekerja. g. Rele waktu
Rele
waktu
sebagai
ini
akan
penghambat
bekerja kerja
sesuai
penjatuhan
sifat
penyetelan
pemutus
tenaga
dan yang
berfungsi disesuaikan
dengan lokasi gangguan. h. Rele perasa (statter) Rele
ini
bekerja
selanjutnya
paling
awal
menghidupkan
rele
untuk
yang
lain
merasakan untuk
gangguan
beroperasi
yang
(menghidupkan
rele pengukur atau rele waktu). BAB VII PENUTUP BALIK OTOMATIS (AUTO CIRCUIT RECLOSER) 7.1. Pengertian
Recloser
adalah
rangkaian
listrik
yang
terdiri
pemutus
tenaga
yang
dilengkapi kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu suatu peralatan
elektronik
sebagai
kelengkapan
recloser
dimana
peralatan
berhubungan dengan tegangan menengah dan pada peralatan dikendalikan
cara
pelepasannya.
Dari
dalam
kotak
ini
tidak
ini recloser
dapat
kontrol
inilah
pengaturan
(setting) recloser dapat ditentukan. Alat
pengaman
ini
bekerja
secara
otomatis
guna
mengamankan
suatu
sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya adalah untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur selang waktunya, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak membuka tetap
(lock
out),
kemudian
recloser
akan
menutup
kembali
setelah
gangguan itu hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka atau
menutup
balik
sebanyak
setting
yang
telah
ditentukan
kemudian
recloser
akan membuka tetap (lock out).
7.2. Fungsi Recloser
Pada daerah
suatu
atau
memperkecil memisahkan dianggap
jaringan
yang
daerah daerah
hilang,
settingannya
gangguan
yang
sehingga
recloser
terganggu
sistemnya
terganggu
pada
gangguan
sesaat
sampai
gangguan dengan
permanen,
secara
demikian jaringan
recloser akan
aktif
berfungsi
secara
akan
cepat
memisahkan
sehingga
dapat
sesaat,
recloser
akan
gangguan
tersebut
akan
masuk
kembali
kembali secara
sesuai otomatis.
Untuk
lebih
lengkapnya
dibawah
ini
adalah
beberapa
sesaat
sama
setting
waktu
pada gangguan yang terjadi: 1) Setting recloser terhadap gangguan prmanen Interval 1st :5detik 2 nd :10 detik Lock out :3X trip (reclose 2X) Reset delay :90 detik 2)
Setting
recloser
terhadp
gangguan
dengan
gangguan
permanen yang membedakan adalah tidak ada trip ke 3.
7.3. Selang Waktu Penutup Balik Recloser
Ada bermacam-macam
selang
penutup
kembali
atau
recloser
interval
dari recloser adalah sebagai berikut terjadi:
1. Menutup balik seketika atau instantaneous reclosing Membuka beban
yang
kontak terdiri
paling
singkat,
agar
tidak
mengganggu
dari
motor
industri,irigasi,dan
dikerjakan
untuk
reclosering
penutup
pertama
daerah
daerah-daerah
yang
tidak
boleh
padam terlalu lama. Ini
sering
Kerugian
dari
gangguan
transient,
seperti
adalah
gangguan
pertama
cukup
akibat
penghantar, benang layang-layang, ionisasi
dari
waktu
cabang
gas dari
urutan
untuk pohon
reclosering.
menghilangkan yang
mengenai
bunga api yang timbul
waktu gangguan dan belum hilang dalam waktu-waktu yang relatif singkat. 2. Waktu tunda (time delay) a. Menutup kembali 2 detik Diharapkan dalam selang waktu ini telah cukup waktu untuk menghilangkan gangguan, transient dan menghilangkan ionisasi gas. Bila digunakan diantara fuse trip operational, maka waktu 2 detik ini cukup untuk mendinginkan di fuse beban. b. Menutup kembali 5 detik. Selang waktu ini sering digunakan diantara operasi penjatuh tunda dari recloser substantion untuk memberikan kesempatan guna pendingin fuse disisi sumber, maka waktu 5 detik ini cukup untuk mendinginkan fuse disisi beban. c. Waktu reclosing yang lebih lama (longer reclosing interval)
Yaitu selang 10 detik, 15 detik dan seterusnya, biasanya digunakan bila pengaman
cadangan
terdiri
dari
breaker
yang
terkontrol
rele.
Ini
memungkinkan timing disc pada rele lebih mempunyai cukup waktu untuk reset. 7.4. Cara Kerja Recloser
Waktu
membuka
karakteristiknya.
Secara
dan
menutup
garis
pada
besarnya
recloser
adalah
dapat
sebagai
diatur
berikut
pada
kurva
(PLN
(Persero)
melalui
recloser
1997 : PBO) : 1. Arus yang mengalir normal bila tidak terjadi gangguan. 2.
Ketika
terjadi
sebuah
gangguan,
arus
yang
mengalir
membuka dengan operasi “fast”. 3.
Kontak setting
recloser yang
kesempatan
akan
ditentukan. agar
menutup Tujuan
gangguan
kembali
setelah
memberikan
tersebut
hilang
selang dari
beberapa waktu
sistem,
detik,
adalah
terutama
sesuai
memberi gangguan
yang bersifat temporer. 4.
Apabila
yang
terjadi
adalah
gangguan
permanen,
maka
recloser
akan
membuka dan menutup balik sesuai setting yang ditentukan dan kemudian lock out. 5.
Setelah
gangguan
permanen
dibebaskan
oleh
petugas,
baru
dapat
dikembalikan pada keadaan normal. 7.5. Klasifikasi Recloser
Reclose dapat diklasifikasiakan sebagai berikut :
a. Menurut jumlah fasanya recloser dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Fasa tunggal Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga.
2. Fasa tiga Fasa tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada saluran utama.
b. Menurut media redam busbar apinya adalah : 1. Media minyak (Bulb Oil)
2. Media hampa udara (Vaccum) 3. Media gas SF 6 c. Menurut peralatan pengendalinya adalah :
1. Recloser terkendali hidraulik Recloser ini mengguanakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap beban (seri trip coil). Bila arus yang mengalir pada recloser 200% dari arus setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas yang secara mekanik membuka kontak utama recloser.
2. Recloser terkontrol elektronis Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara lebih teliti dibanding recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus penjatuh, urutan operasi dari recloser terkontrol elektronis dapat dilakukan dengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki recloser. 7.6. Cara Pengoperasian Recloser
Dalam recloser
pendeteksian tipe
pengaturannya
gangguan
VWVE maka
dari
recloser
menggunakan itu
kita
perlu
yang kotak
akan kontrol
mengetahui
kita
bahas
elektronik tentang
kotak
yaitu sebagai kontrol
elektroniknya. Dibawah ini adalah gambar rangkaian kotak kontrol elektronis pada recloser:
Gambar 7.1. Rangkaian Kotak Kontrol Elektronik
Gambar 7.2. Diagram Satu Garis Current Transformer Pada Recloser Pada bushing
gambar
pada
bagian
transformer
terlebih
dikirim
kotak
yang
ke
secara
7.1.
diatas recloser
dahulu
pada
menerus
jaringan
circuit
dengan
kontrol
terus
arus
yang
yang
telah
perbandingan
bagian
kondisi
oleh
diturunkan
1000/1A
sensing
memonitor
dirasakan
circuit arus.
Bila
oleh
(gambar
(melalui
ke3
current
7.2.)
control
arus
buah
yang
akan cable)
mengalir
melewati harga dari minimum trip resistor maka level detection and timming circuit
akan
bekerja
dengan
mengirim
sinyal
ke
trip
circuit
sesuai
dengan
kurva arus waktu yang ditentukan dalam time current plug dan trip circuit ini akan trip
mengirim coil
perintah
bekerja
waktu
yang
yang
ditentukan
ke
maka
telah
sequence
ditentukan selesai
reclosing
circuit
initiating
solenoid
permanen
maka
recloser
yang
maka
relay
untuk
mulai
recloser
dengan
urutan
(trip)
pertama,
setelah
waktu
relay
akan
tersebut
mengirim
perintah
gangguan
elektronik
Setelah
sesuai
mengirim Jika
bekerja.
bekerja
kerja
sequence
bekerja.
kontrol
coil
waktu
selanjutnya
untuk
kotak
dari
trip
ke
tersebut akan
sinyal
reloser
adalah
bekerja
ke close
gangguan
sebanyak
tiga
kali dan pada trip yang ke tiga sequence relay pada trip circuit akan membuka sehingga recloser akan lock out. Jika initiating
gangguan solenoid
yang bekerja
terjadi
bersifat
kembali
dan
sesaat sensing
maka
setelah
circuit
reloser
tidak
close
merasakan
adanya arus yang melewati dari harga minimum trp resistor waktu yang telah ditentukan
dalam
reset
delay
plug
maka
reset
akan
bekerja
dan
seluruh
rangkaian akan kembali seperti semula (sebelum terja di gangguan).
Gambar 7.3. Elektronic Control Box Keterangan gambar : 1. Phase trip sequence selector Untuk
memilih
jumlah
trip
cepat
pada
gangguan
fasa
yang
kurva
arus
waktunya diprogram seperti pada pase trip timming socket 1. 2. Lock out selector Untuk memilih jumlah total operasi sampai lock out (mengunci). 3. Ground trip sequence selector Untuk memilih jumlah operasi trip cepat pada gangguan tanah yang kurva arusnya diprogram seperti pada ground trip timming socket 1. 4. Minimum Trip Resistor
Untuk
menyetel
level
arus
trip
minimum
untuk
ground
dan
masing
-
masing fasa. Tahanan catrige ini ditandai dengan arus primer. 5. Operation counter Menunjukkan jumlah total trip. 6. Sequence Relay. Langkah-langkah kontrol melalui uirutan operasinya 7. Ground Trip Blok/Normal Operation Switch Memblok
semua
trip
gangguan
tanah
dalam
posisi
keatas
menengah
operasi tanpa sengaja. 8. Manual Control Switch Ada 2 Posisi Posisi trip : Posisi open : Penutup balik mengunci, memberikan urutan rele sampai urutan mengunci dan memutus baterai. Posisi close : Penutup
balik
menutup
mengembalikan
rele
urutan
(sequence
relay)
keposisi start dan menghubungkan kembali batterai. Dipertahankan dalam posisi close menolak cold load inrush dengan memblok operasi trip cepat. Tetapi akan mengunci dalam posisi close, untuk gangguan permanen. 9. Control fuse Memproteksi
terhadap
aliran
battere
jika
sumber
rangkaian
tegangan
demikian rendah untuk menutup balik (recloser). 10. Non reclosing / normal closing switch Menyetel posisi
kotrol
non
untuk
reclosing
sekali tanpa
buka
tutup
mengganggu
dan
lock
penyetelan
out
(mengunci)
operasi
to
dalam
lock
out
selector. 11. Lamp test / lock out indicating switch. Menguji kondisi lampu signal dan mengecek untuk lock out (mengunci). 12. Lock out indikator signal lamp Memberi indikasi secara visual untuk kontrol lock out bila lock out test switch dioperasikan. 13. Batery test terminals Memberikan jalan untuk test tegangan battery dan laju pengisian. 14. Reset Delay Plug
Menentukan
interval
tunda
waktu
sebelum
kontol
reset
setelah
penutupan
berhasil selama urutan operasi. Nilai penundaan ditentukan oleh posisi dari plug dalam socket. 15. Pase Trip Timming Plugs Memberikan
suatu
plug,
mengkoordinasi
untuk
variasi
kurva
arus
operasi
yang
trip
diintegrasikan
fasa
terhadap
pada
individu
pengaman
cadangan
dan pengaman disisi hilir. 16. Ground Trip Timming Plug Memberikan individu
suatu
plug
variasi
untuk
kurva
arus
waktu
mengkoordinasi
yang
operasi
diintegrasikan
trip
ground
pada
terhadap
pengaman cadangan dan pengaman disisi hilir. 17. Reclosing Interval Plug Menentukan
interval
tunda
untuk
masing
-
masing
operasi
penutup
balik.
Harga tunda waktu ini ditentukan oleh posisi dari plug soket. Instant plug hanya untuk interval reclose (penutup balik) pertama. Pada pada
recloser
saat
pelepasan
menggunakan closing
oil
media yang
pengendaliannya tegangan
tipe
24
VWVE maupun
minyak.
mendapat
yang
cooper,
busur
pemasukannya
Sarana sumber
menggunakan volt
merek
remot
diperoleh
di
pemasukannya tegangan
20kV
melalui dari
api
pada
yang
ditimbilkan
padamkan
digerakkan
elektronik
batere
yang
sisi
oleh
selenoid
sumber,
sedang
control diisi
dengan
box
dengan
terus
menerus.
sepenuhnya
dilakukan
Syarat pemasuakan recloser tipe VWVE merek cooper : 1.
Recloser
tipe
VWVE
merek
cooper
pemasukannya
oleh selenoid closing oil, di mana alat ini terpasang didalam recloser dan tersambung
dengan
tegangan
20
kV
maka
syarat
umumnya
adalah
harus
recloser
harus
ada tegangan 20 kV. 2. Sumber tegangan DC 24 volt dari battery cadmium. 3. DC fuse 0,38 A, dalam keadaan baik. 4.
Reset
trip
manual
stik,
yang
ada
diujung
samping
atas
selalu pada posisi reset. 7.7. Recloser Tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) Merek Cooper
Recloser
adalah
sebuah
alat
proteksi
atau
pengaman
pada
jaringan
tegangan menengah 20 kV. Cara kerja recloser mengamankan dan melindungi manusia atau komponen
listrik
yang
vital
yaitu
dengan
memutus
aliran
listrk
pada daerah yang terjadi gangguan secara otomatis secepat mungkin sehingga tidak mengganggu sistem jaringan yang lain. Ganbar
4
dibawah
ini
adalah
sebuah
recloser
tipeVWVE
merek
cooper,
sedang pada gambar 5 a,b,dan c menunjukkan ukuran fisik dari recloser. Pada gambar 6 menunjukkan bagian - bagian recloser tipe VWVE merek cooper.
Gambar7.4. Recloser Tipe VWVE Merek Cooper Gambar 7.5.a. Tampak Depan
Gambar 7.5.b.Tampak Samping
Gambar 7.5.a. Tampak Atas
Gambar 7.6. Bagian-bagian Dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper.
Keteranagan gambar : 1.
Closing
tool
untuk
memasukkan
tongkat
yang
digunakan
untuk
mereclose
recloser secara manual. 2.
Closing
selenoid
contactor
sebagai
tenaga
otomatis setelah mendapat sinyal dari kotak kontrol.
untuk
mereclose
recloser
secara
3.
Fuse
berfungsi
untuk
melindungi
sistem
ketika
closing
selenoid
gagal
bekerja. 4.
Insulating
support
sebagai
penopang
vaccum
interrupter
yang
terbuat
dari
fiberglass. 5. Sleet hold tempat operasi manual dan sebagi petunjuk indicator posisi. 6.
Current
exchange
terbuat
dari
beryllium-cooper
untuk
hambatan
yang
sebagai
media
rendah dan ketahanan yang tinggi. 7.
Vaccum
interrupter
sebagai
tenaga
recloser
untuk
trip
dan
peredam bunga api. 7.8 Recloser Sebagai Sistem Proteksi Pada Jaringan 20 Kv.
7.8.1. Gangguan Permanen
Gambar 7. 7. Gangguan Permanen Pada Jaringan Jika pada daerah A (pada gambar 7 diatas) terjadi gangguan permanen atau gangguan tetap maka recloser akan memutus (trip) selama tiga kali dan recloser akan reclose sebanyak dua kali. Untuk lebih jelasnya kita lihat grafik berikut :
Gambar 7. 8. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Tetap Jika memutus (menutup)
terjadi dan dan
gangguan
permanen
dalam
waktu
5
detik
karena
gangguan
yang
recloser
akan
kembali
menutup
(reclose)
dan
memutus selanjutnya
dan akan
(gambar recloser terjadi
dalam
8) akan
adalah waktu
kembali
maka
recloser
reclose gangguan
10
membuka
detik untuk
atau tetap akan yang
akan masuk maka
kembali ketiga
kalinya
untuk
kemudian
recloser
akan
lock
out
dan
baru
dapat
dihubungkan
lagi secara manual setelah daerah yang terjadi gangguan dapat diatasi.
7.8.2. Gangguan Sesaat Jika terjadi gangguan sesaat akibat sambaran petir (pada gambar 9 dan 10) maka recloser akan membuka (trip) dan 5 detik kemudian akan menutup (reclose) kembali dan setelah itu recloser akan kembali beroperasi seperti biasa.
Gambar 7. 9. Recloser Mengalami Gangguan Sesaat
Gambar 7.10. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Sesaat
7.8.3. Gangguan Semi Permanen Jika pohon
yang
terjadi
gangguan
melintang
diatas
semi
permanen
jaringan
akibat
(biasa terkena
disebabkan tiupan
oleh
angin),
dahan recloser
akan reclose berulang - ulang setiap gangguan terjadi tetapi apabila gangguan tersebut sudah melewati reset time (gambar 11). Reset time ini diatur (setting) dalam jangka waktu 60-120 detik.
Gambar 7.11. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Semi Permanen
7.9. Pemasangan Recloser Pada Jaringan
Gambar 7.12. Pemasangan Recloser Pada Tiang Jaringan Recloser dipasang pada jarak 8 Km (PLN, Recloser 1999). Jarak tersebut dipasang antara PMT pada gardu induk dengan recloser yang pertama (terdekat). Sedangkan untuk memasang recloser yang kedua tetap sama dengan pemasangan recloser yang kesatu atau juga dengan mempertimbangkan kondisi yng dilewati jaringan. Tujuan dari dipasang reclos er tersebut adalah (PLN,Recloser 1999) : 1. Melindungi suatu peralatan listrik yang relative nilai harganya lebih mahal atau penting, agar tidak terjadi kerusakan yang total. 2.
Sebagai
pengaman
terhadap
keselamatan
pekerja
atau
mesyarakat
terhadap
jaringan
distribusi
bahaya listrik. Pemasangan tegangan
menengah
recloser 20
KV
sebagai
sietem
sederhana,
secara radial atau satu arah (gambar 13).
proteksi
sepanjang
pada
jaringan
tersebut
beroperasi
Gambar 7.13. Pemasangan Recloser Pada Jaringan Yang Beroperasi Secara Radial
BAB VIII PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dan data-data selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang bertempat di Pemuda Nomor 93 Semarang, maka penulis mempunyai kesimpulan dan saran yang sekiranya dapat membangun bagi kedua belah pihak, yaitu pihak PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dan POLITEKNIK Negeri Semarang. Diantaranya adalah : SIMPULAN :
1. PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang bekerja untuk konsumen, pengusaha kecil dan industri dalam hal penyediaan dan pelayanan jasa penyediaan tenaga listrik. 2. Selain proses penyediaan tenaga listrik, PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang dalam pelayanan jasanya juga mengutamakan kehandalan sistem dist ribusi guna menjamin mutu pelayanan pada konsumen (masyarakat). 3. Sistem proteksi distribusi merupakan salah satu factor utama dalam menjamin keberlanjutan proses penyaluran tenaga listrik dari pembangkit pada konsumen, karena sistem proteksi melindungi jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh gangguan yang dapat timbul karena berbagai factor. 4. Recloser merupakan alat proteksi jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) yang berfungsi untuk mengamankan jaringan dari kerusakan yang disebabkan gangguan sementara atau permanen, alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. SARAN
Setelah menyelesaikan praktek kerja lapangan penyusun ingin memberikan saran-saran yang mungkin dapat memberikan manfaat :