Contoh Kritik Tentang Kesehatan

September 20, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Contoh Kritik Tentang Kesehatan...

Description

 

  Contoh Esai Perda Kesenian dan Rumah Hantu Oleh: Teguh W. Sastro

 Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar   Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga  peraturan, dibuat pasti untuk mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap Tet ap ad ada a jelekn jeleknya. ya. Yakni, Yakni, misaln misalnya, ya, jika jika peratur peraturan an itu justru justru potens potensial ial destru destrukti ktif. f. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak ragamnya.  Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh karenanya, pertentangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, misalnya, soal siapa yang paling berhak  mengusulka mengu sulkan n dan kemudian memasukkan memasukkan pasal-pasa pasal-pasall ke dalam rancangan rancangan Perda itu. Sejauhmana keterlibatan  seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya. Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai  pada tataran pelaksanaannya. pelaksanaannya. Hal ini bukannya menganggap menganggap bahwa adanya adanya peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan  prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya.  Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat kesenian sendiri?

 

Contoh Kritik tentang Kesehatan Judul: Polemik Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Pada umumnya para politikus, masyarakat, dan media massa berpadangan bahwa masalah kesehatan di Indonesia kesehatan Indonesia adalah masalah sulitn sulitnya ya orang miskin mendapatkan mendapatkan pelayanan pelayanan  pengobatan ketika sakit. Oleh karena itu, solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah menambah rumah sakit, puskesmas (balai peng pengobatan), obatan), penyediaan dokter, dan skema pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Joko Widodo mungkin pernah berhasil dengan program Kartu Sehat di Kota Solo dan  berasumsi bahwa cara itu juga akan berhasil diterapkan di seluruh Indonesia. Untuk itu,  beliau mengajukan konsep Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun, seperti yang kita tahu Indonesia bukanlah Solo atau Jakarta yang sudah mempunyai sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan sarana transportasi serta komunikasi yang sudah baik. Konsep Kon sep penyel penyelesai esaian an masalah masalah keseha kesehatan tan rakyat rakyat dengan dengan peneka penekanan nan pada pada pengob pengobata atan, n, seperti sep erti pengg pengguna unaan an KIS, KIS, memang memang secara secara politi politiss cukup cukup menari menarik. k. Sebab, Sebab, pemeri pemerintah ntah terkesan “baik hati” dengan memperhatikan kesehatan rakyat. Demikian pula  pembangunan sarana pengobatan, baik rumah sakit sa kit maupun puskesmas (balai pengobatan), mengesankan hasil pembangunan dalam waktu singkat tampak bentuknya. Hal ini jelas  berbeda dengan program pencegahan yang hasilnya tidak segera tampak secara s ecara dramatis. Suatu hal yang juga mungkin kurang disadari para elite politik adalah program kuratif  memerlukan sarana yang mahal. Sebab, selain bangunan fisik, diperlukan pula sejumlah tenaga profesional dan teknologi yang memadai. Sementara itu, cakupannya sebatas orang yang datang berobat. Semakin lama, biayanya pun semakin mahal. Di sisi lain, secara kultural, masyarakat hanya akan berobat ke sarana itu setelah penyakitnya terasa sudah  parah sehingga s ehingga biaya pengobatannya pun akan lebih mahal. Konsep KIS memang menjanjikan bahwa pemerintah akan menanggung biaya pengobatan, tapi tidak menjamin bahwa seorang pengidap TBC, misalnya, akan datang ke puskesmas  pada fase awal penyakitnya. Padahal, pada fase ini pengobatan akan lebih mudah dan lebih murah.

 

KIS juga tidak akan menjamin bahwa orang tua akan menjaga anak-anaknya dari bahaya asap rokok di rumah supaya tidak mudah sakit. Di samping itu, program ini tidak akan membuat seseorang berusaha menghindari penyakit, termasuk penyakit menular seksual. Untuk itu, visi kesehatan pemerintah yang terpaku pada aspek kuratif akan mengecoh diri sendiri. Visi kesehatan pemerintah seharusnya tidak terpaku pada bantuan terhadap rakyat miskin untuk membayar biaya pengobatannya. Visi kesehatan kesehatan pemerintah pemerintah seharusnya mencita-citakan mencita-citakan rakyat Indonesia yang tidak  gampang jatuh sakit, sehingga mampu hidup lebih produktif. Contoh, pemerintah Kota Bangkok mempunyai visi bahwa pada 1998 tidak ada lagi perempuan di Kota Bangkok  yang meninggal karena kehamilannya. Hal ini diwujudkan bukan dengan membuka tempat  persalinan yang banyak, melainkan menjamin bahwa setiap kehamilan berlangsung secara sehat sejak awal.

Karena itu, tugas menteri kesehatan bukan hanya menyebarkan dokter dan perawat ke seluruh selu ruh peloso pelosok k negeri negeri atau atau menyed menyediak iakan an rumah rumah sakit sakit di mana-ma mana-mana. na. Tugas Tugas menter menterii keseha kes ehatan tan adalah adalah menjag menjagaa agar agar rakyat rakyat tidak tidak jat jatuh uh sakit, sakit, sehing sehingga ga menghe menghemat mat biaya biaya  pengobatan. Bukan hanya biaya yang dari pemerintah, tapi juga yang dibayar sendiri oleh rakyat, baik langsung maupun tidak langsung. Dengan begitu, uang yang dialokasikan untuk pengobatan dapat digunakan untuk hal yang lebih produktif dan meningkatkan daya tabung keluarga. Di samping itu, rakyat yang selalu dalam keadaan sehat juga akan menjadi sumber daya manusia yang lebih tangguh. Sudah seharusnya presiden melihat bahwa program kesehatan bukanlah program untuk  menunjukkan budi baik (karitatif), melainkan sebuah program investasi untuk kepentingan ekonomi negara. Seperti kata Bismarck  kata Bismarck , kanselir kanselir Prusia (Jerman) (Jerman) pada awal era industrialisasi Jerman, “kalau mesin pabrik selalu dirawat agar dapat selalu berfungsi, para  pekerja pun harus selalu dijaga agar mereka tetap sehat sehingga sanggup menjalankan mesin-mesin tersebut. Tanpa pekerja yang sehat, mesin-mesin itu juga tidak akan  produktif.” Patut pula dicatat bahwa konsep puskesmas yang dikembangkan oleh Dr Leimena, Menteri Kesehatan pada 1952, bukan sekadar balai pengobatan. Puskesmas adalah pusat untuk 

 

menjaga agar masyarakat di wilayah kerjanya tetap hidup sehat. Puskesmas harus diawaki oleh petugas yang mengerti soal pendidikan higiene kepada rakyat sekitarnya. Saat ini  puskesmas diawaki oleh dokter yang didorong untuk berpikir kuratif, dan perawat yang dididik untuk merawat pasien di rumah sakit. Konsep yang dicetuskan oleh Leimena itu sendiri sudah berubah 180% sejak awal Orde Baru. Puskesmas sudah dimaknai sebagai balai pengobatan dan menunggu orang sakit datang dat ang beroba berobat. t. Secara Secara tertul tertulis, is, ada progra program-p m-prog rogram ram penceg pencegaha ahan, n, tapi tapi tidak tidak berjala berjalan n karena kar ena anggar anggaran an tidak tidak tersedi tersedia. a. Peneka Penekanan nan kurati kuratiff malah malah semaki semakin n menonj menonjol. ol. Bahkan Bahkan,, adakalanya pemerintah daerah melihat puskesmas sebagai sumber pendapatan. Dengan  begitu, bagi pemerintah daerah, semakin banyak warga yang sakit akan semakin baik, karena semakin besar pula retribusi untuk daerah.

 

Contoh Esai tentang Kesehatan Judul: Pentingnya Gaya Hidup Sehat bagi Mahasiswa

Mahasi Mah asiswa swa adalah adalah sebuta sebutan n bagi bagi orang orang yang yang sedang sedang menemp menempuh uh pendid pendidika ikan n di sebuah sebuah  perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas. Maka dari itu, mahasiswa dipandang bukan lagi sebagai anak kecil ataupun remaja rem aja,, tapi tapi mahasis mahasiswa wa sudah sudah dipand dipandang ang sebaga sebagaii orang orang dewasa dewasa yang yang sudah sudah memili memiliki ki  pemikiran yang matang yang dapat membawa dirinya menuju arah yang lebih baik. Segala sesuatu yang dilakukan oleh mahasiswa akan dinilai seberapa jauh kualitas sebagai seorang mahasiswa yang akan terjun langsung ke lapangan. Mahasiswa dituntut untuk  selalu memiliki akademik yang tinggi, melainkan juga harus memiliki kesehatan yang  prima sebagai penunjang karir kedepannya. Jadi, akan lebih baik kita mempersiapkannya secara matang dengan membiasakan gaya hidup sehat untuk menunjang karir kita. Gaya hidup sehat adalah membiasakan segala sesuatu yang membuat tubuh kita terhindar  dari berbagai penyakit yang akan menurunkan kesehatan kita. Mahasiswa dapat menerapkan gaya hidup sehat dengan sederhana yaitu dengan cara mengatur pola makan kita dengan gizi yang seimbang. Mahasiswa pada umumnya selalu memiliki pola makan yang tidak teratur akibat banyak  kegiatan dan kesibukan yang lainnya. Tidak hanya itu, mahasiswa juga sebagian besar  tidak pernah sarapan datang ke kampus. Dari sini dapat kita lihat, hal sesederhana itu dapat menunjang konsentrasi yang berpengaruh pada perkembangan bidang akademisnya. Hal ini dibuktikan dari riset para ahli dari University Wales  Wales  bahwa sebanyak 22% lebih tinggi  perkembangan akademiknya dibandingkan yang tidak sarapan. s arapan. Kemudian, Kemud ian, kritislah dalam hal memilih memilih makanan makanan yang akan dikonsumsi dikonsumsi.. Biasanya Biasanya mahasiswa dalam mengonsumsi makanan lebih menyukai makanan yang cepat saji. Hal ini dikarenakan dikar enakan efisiensi waktu dan juga mudah mudah untuk dilakukan. dilakukan. Padahal tubuh kita membutuhkan asupan yang tidak sedikit agar gizi kita terpenuhi. Hal ini juga dapat dilihat dari bersih tidaknya dalam pengolahan makanan. Makanan yang diolah dengan cara yang tidak bersih dapat membuat kita mengalami gangguan

 

 pencernaan, seperti diare. Maka dari itu, lebih jeli dalam memilih makanan dan makanan yang sesuai dengan porsi gizi tubuh. Ataupun jika ingin lebih terjamin mutu gizi dan kesehatannya memasak makanan yang akan dikonsumsi sendiri. Selanjutnya menjaga kesehatan dengan berolahraga. Mahasiswa pada umumnya sangat  jarang sekali berolahraga. Hal ini dikarenakan kesibukan yang tanpa henti kemudian setelah sibuk usai timbullah kelelahan dan ditutup dengan tidur. Maka mahasiswa dapat dikatakan sangat jarang berolahraga. Padahal olahraga itu dapat membuat tubuh menjadi fit dan bersemangat serta menjauhkan diri kita dari segala macam penyakit karena dapat menjaga daya tahan tubuh. Bagi mahasiswa yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga, dapat berolahraga sederhana seperti, menaiki dan menuruni tangga di kampus dan jalan kaki kurang lebih 2 sampai 3 kilometer setiap hari. Itu juga sudah dapat membangkitkan daya tahan tubuh.

Yang terakhir adalah menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang terkadang dianggap sepele. Misalnya, makan atau ngemil sambil tiduran, minum sambil berdiri dan terkhusus lagi bagi laki-laki yaitu merokok. Makan atau mengemil sambil tiduran dapat mengakibatkan asam lambung menjadi naik  dan dapat membuat perut menjadi begah, minum sambil berdiri dapat mengakibatkan kenaikan asam lambung dan melukai dinding lambung, menganggu proses penyaringan yang dilakukan ginjal sehingga berpotensi terjadinya gangguan saluran kandung kemih dan dapat berisiko terkena artritis akibat terganggunya keseimbangan cairan dalam tubuh yang tersalurkan hingga bagian sendi. Kebiasaan-kebiasaan diatas meski terlihat sepele tapi dapat mengakibatkan penyakit yang serius. seri us. Maka Maka sebaga sebagaii mahasis mahasiswa wa yang yang berpre berprestas stasii hendak hendaklah lah menyay menyayang angii diri diri sendir sendirii sebag seb agai ai pe penu nunj njan ang g ka kari rirr di ma masa sa de depa pan n da dan n memi memili liki ki ak akad adem emik ik ya yang ng ba baik ik de deng ngan an menerapkan hidup sehat. Jadi, mulai sekarang biasakan gaya hidup sehat dan jadilah mahasiswa yang berprestasi dan memiliki karir yang baik.

 

Contoh Kritik  Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung Penulis: Purwana Adi Saputra

Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa bahw a kaum santrilah santrilah yang mematikan mematikan sastra dari budaya budaya bangsa. bangsa. Di setiap pesantren, pesantren, kedangkala kedan gkalan n pandanga pandangan n membuat membuat mereka menarik kesimpulan kesimpulan picik bahwa bahwa santri santri itu hany hanya a perc percay aya a pada pada dogm dogma a dan dan jumu jumud. d. Mere Mereka ka meli meliha hatt trad tradis isii ha hafa fala lan n ya yang  ng   sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang yang disinkretisasikan sebagai bagian dari buda budaya ya belaja bel ajarny rnya, a, tel telah ah membua membuatt kaum kaum bersaru bersarung ng ini kehila kehilanga ngan n daya daya khayal khayal dari dari dalam dalam dirinya. dirin ya. Dengan Dengan kapasitasn kapasitasnya ya sebagai sebagai sosok yang paling paling berpengaru berpengaruh h bagi transfusi budaya bud aya bangsa bangsa ini, ini, dengan dengan seenakn seenaknya ya ditari ditarikk hipote hipotesis sis bahwa bahwa pesant pesantren renlah lah musuh musuh  pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang  memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai k iai dengan

 

Contoh Esai Sastra

Sastra Penyindir Pemerintah  

Novel adalah salah satu jenis sastra yang semua orang dapat membuatnya, asalkan ada

ide dan cerita yang akan dibuatkan novel.   Novel Novel terkadan terkadang g isinya isinya diambil diambil dari dari realitas kehidupan kehidupan manusia manusia sehari-h sehari-hari. ari. Novel Novel merupakan suatu imajinasi dari penulisnya kemudian dituangkan dalam kata-kata. tidak   jarang juga isi dari sastra novel itu berasal dari curahan hati si penulis contohnya seperti  percintaan, pendidikan bahkan ada juga novel yang bertema menyindir pemerintah.  

Salah satu novel penyindir pemerintah yaitu Nyanyi Nyanyi Sunyi dari Indragiri, memang tema

novel nov el sepert sepertii itu tidak tidak banyak banyak pemina peminatny tnyaa tidak tidak seperti seperti novel novel percin percintaa taan n yang yang lain. lain. Akibatnya novel seperti harus dikemas dengan baik agar banyak manusia yang ingin membaca nya.  

Tapi zaman sekaran banyak banyak penuli penuliss yang yang menerbi menerbitkan tkan novel penyindir penyindir pemerintah pemerintah

karena para penulis ingin menceritakan dan menyuarakan suaranya kepada pemerintah lewat sastra seperti ini.  

Mereka ingin pemerintah pemerintah mendengar mendengar apa yang mereka tulis tentan bencana bencana akibat akibat

keserak kes erakaha ahan n pemeri pemerinta ntah h yang yang pada pada akhirn akhirnya ya membua membuatt masyarak masyarakat at resah resah dan susah. susah. Faktanya Fakta nya di Indonesia Indonesia banyak desa-desa desa-desa terpencil yang tidak tahu apa-apa dan dibawah garis kemiskinan hanya bergantung pada alam. Tetapi alam yang mereka punya diambil  begitu saja s aja atas nama pemerintah.  

Jika sastra novel novel ini ini terus terus dikemb dikembangk angkan an dalam dalam pembelajaran pembelajaran akan membantu membantu para

calon penulis untuk terus menyuarakan isi hati mereka, agar pemerintah bisa membaca dan memikirkan semua tindakan yang akan diambil.

 

Contoh Kritik Esai

 Masa-Masa Sekolah Menengah Menengah Atas  

Pada zaman sekarang memang banyak karya sastra yang yang berupa novel yang bertemakan

 percintaan sebut saja salah satu novel yang pupoler di kalangan masyarakat khususnya remaja Bandung yaitu Dilan 1990, yang ditulis oleh Pidi Baiq. Quotes yang ada di novel Dilan 1990 sangat tenar contohnya "Milea, kamu cantik, tapi akau belum mencintaimu, enggak tau kalau sore. Tunggu aja." (Dilan 1990).  

Quotes Quotes tersebut tersebut merupakan merupakan sepenggal sepenggal ucapan ucapan Dilan Dilan kepada kepada Milea yang tertera pada

cover belakang novel itu. Cover depan dari novel Dilan sangat sederhana tetapi menarik  karena da sesosok gambar dengan motor CB kesayangannya, dan ada beberapa quotes ynag ditulis dalam cover depan dan belakang. Contoh quotes yang ada di cover depan "Cinta itu indah. ika bagimu tidak, mungkin karena salah milih pasangan" (Dilan 1990).  

Kelebihan Kelebihan novel novel ini ada ada pada gaya bahsany bahsanya. a. Bahsanya Bahsanya yang santai, santai, enak dibaca dibaca dan

mudah dimengerti. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, membuat  pembaca hanyut ke dalam cerita. Selain itu percakapan antar tokoh yang terasa natural dan tidak dibuat-buat. Penambahan gambar pada novel itu membuat ilustrasi novel menjadi lengkap dan semakin terasa, seperti gambar rumah Milea di Bandung.  

Kekurangan novel Dilan yaitu tidak konsisten dalam menggunakan kata tidak, enggak 

dan gak dalam narasi. Serta terdapat beberapa bahasa yang tidak pantas contohnya kata kasar yang diucapkan seorang anak geng motor kepada Dilaan. Selain itu banyak dialog yang terlalu singkat dan kebanyakan dialog "hahaha" atau "hehehe". Banyak tokoh yang tidak di deskripsikan tentang fisik tokoh maupun karakter di dalam novel Dilan 1990. * Intinya novel Dilan 1990 sangat bagus dan dapat membawa hanyut pembaca ke dalam certa. cert a. Sifat Sifat yang yang dibuat dibuat Pidi Pidi Baiq Baiq tentan tentang g Dilan Dilan yang yang romant romantis, is, humori humoriss dan bandel bandel membuat pembaca penasaran dengan sosok Dilan. Tetapi ada baiknya kata-kata yang kasar  diganti dengan kata-kata yang lebih baik sehingga pembaca dapat mengambil sisi positif  dari Dilan.

 

Contoh Teks Kritik Novel Judul Buku: Negeri 5 Menara Pengarang:  A. Fuadi Penerbit:  Gramedia Jumlah Halaman: 423 Halaman Harga: Rp. 50.000

 Novel ini berkisah tentang seorang anak MTsN yang dipaksa masuk ke pondok pesantren oleh orang tuanya, kemudian diwajibkan mengikuti aturan-aturan pondok, dimana bila melanggar maka hukumannya adalah malah dia sendiri yang disuruh mencari kesalahan orang kemudian dicatat dalam kartu khusus.  Nama anak itu Alif Fikri, dia adalah salah satu penghuni Pondok Madani yang mengalami ke keja jadi dian an itu, itu, menj menjad adii jasu jasuss atau atau mata mata-ma -mata ta di da dala lam m po pond ndok ok ka karen renaa ta tanp npaa se seng ngaja aja terlambat 5 menit datang ke masjid bersama 5 temannya Raja, Said, Dulmajid, Atang dan Baso. Masuk pondok pesantren bukanlah sepenuhnya kemauan Alif, setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah Alif bercita-cita untuk melanjutkan sekolah SMA, tapi karena orang tuanya ingin agar anaknya menjadi seperti Buya Hamka, walau Alif sendiri ingin menjadi seperti Habibie mau tidak mau, dengan setengah hati Alif mengikuti kemauan orang tua. Kisah Alif Fikri yang tinggal di pondok, membuat pembaca mengetahui bahwa bersekolah di pondok itu tidak monoton belajar tentang agama, membaca dan menghafal Al Qur’an saja, tetapi lebih kepada penerapan kehidupan sehari-hari seperti sekolah umum lainnya dengan tetap mengedepankan dasar/ syariat agama Islam. Di novel ini diceritakan bahwa tinggal di pondok selain bisa tetap menyalurkan hobi, Alif  dan kelima temannya juga dapat mengasah kemampuannya. Seperti halnya Baso yang datang ke Pondok dengan niat menghafal Al-Qur’an, maka selain mengikuti kegiatan  pelajaran umum, kemana-mana dia juga membawa buku favoritnya yakni Al-Qur’an.

 

Begitu pun Alif, meski memiliki ukuran tubuh tidak terlalu tinggi seperti kebanyakan  pemain sepak bola, Alif masih bisa menyalurkan bakat bermain sepak bolanya walau setiap bertanding hanya pasrah sebagai pemain cadangan.  Novel Negeri 5 Menara ini dibungkus dengan bahasa yang mudah dipahami. Bahasanya tidak membingungkan pembaca. Bila pembaca bingung membayangkan pada bab ke-4 yang berjudul ‘Kampung di atas Kabut’ yang menceritakan seluk beluk dalamnya Pondok  Madani, maka di buku itu telah dilengkapi sketsa peta atau tata letak gedung di dalam Pondok. Sayangnya peta itu tidak dibuatkan halaman tersendiri tetapi ditaruh di bagian  belakang cover. Maka bila buku itu tidak disampul rapi, siap-siap saja peta itu akan kabur  dari penglihatan.  Novel ini memperkenalkan mantra rahasia ‘Man Jadda Wajada’. Sebuah pepatah Arab yang berarti, “siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya”. Pesan itu disampaikan lewat pelajaran yang diperoleh para tokoh dalam novel. Pelajaran bahwa apa  pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa. Jangan pernah remehkan mimpi, setinggi apapun. Sungguh Tuhan Maha Mendengar. Membaca novel ini bagaikan menikmati laporan jurnalistik seorang wartawan kawakan. Begitu detail. Beberapa nama tempat dan fakta yang disebut otentik. Kita seperti dibawa  bertamasya secara spiritual, dari Bukittinggi yang permai hingga Washington yang  bersalju. Dari Pondok Madani yang ajaib hingga Trafalgar Square yang meremangkan  bulu roma.  Novel Negeri 5 Menara ini sangat cocok menjadi panduan orang tua yang sedang bingung memasukkan putra-putrinya dalam melanjutkan sekolah ke tingkat lebih tinggi. Barangkali saja, dengan membaca novel ini para orang tua bisa dengan serta merta membuang image  buruk tentang sekolah agama, yaitu pondok pesantren. Dan barangkali saja dengan membaca kisah sukses Alif menjalani kehidupan yang jauh dari orang tua, seorang anak bisa lebih hidup mandiri dengan kemampuannya sendiri dengan pegangan mantra sakti ‘Man Jadda Wajada’. Bagi murid yang sedang menimba ilmu ilm u baik baik yang yang dipond dipondok ok maupun maupun di sekola sekolah h umum, umum, bu buku ku ini juga juga bisa bisa diguna digunakan kan  pegangan karena di dalam buku itu menyimpan banyak tips dan trik ketika menghadapi ujian.

 

Sayangnya buku ini terbit setelah Laskar Pelangi jadi terkesan agak ‘membuntuti’, bahkan  bisa dibilang bahwa nilai yang diangkat sangat mirip dengan Laskar Pelangi. Selain itu, lat latar ar novel novel ini juga juga sedikit sedikit mirip mirip dengan dengan lat latar ar Harry Harry Potter, Potter, tapi tapi pengar pengarang ang berhas berhasil il menghantarkan begitu banyak detail, dari sekolah PM Madani sampai keseharian masingmasing sahibul menara plus keseluruhan penduduk pondokan.  Negeri 5 Menara menampilkan sisi kehidupan berbeda yang mungkin tidak pernah kita tahu, kehidupan pondok dan pola pendidikan di sana. Selain itu, Negeri 5 Menara juga menampilkan sisi-sisi manusiawi yang sering kita rasakan, dan di sini kita akan mendapatkan sebuah solusi yang bijaksana yang mungkin bisa menginspirasi kita. Yang  jelas novel ini sangat cocok untuk para pemimpi sejati. se jati.

 

Contoh kritik Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung Penulis: Purwana Adi Saputra

Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka  yang menganggap bahwa kaum santrilah santrilah yang mematikan sastra dari budaya  bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan kedangkalan pandangan membuat mereka menarik menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud. Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum  bersarung ini kehilangan daya khayal khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan dibantu para ustadnya menempa kepala para santri dengan palu godam paksa.

(Dikutip seperlunya dari Solopos, 5 Desember 2007)

 

Contoh Teks Kritik

Berikut adalah teks kritik sastra menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 196) dilengkapi struktur pada setiap sup judul.

 Menimbang Ayat-Ayat Ayat-Ayat Cinta

Tesis (Penyampaian pendapat) Karya Kar ya sastra sastra yang yang baik baik juga juga bisa bisa mengga menggamba mbarka rkan n hubung hubungan an antarm antarmanu anusia sia,, manusi manusiaa dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya terdapat ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan dalam pengungkapan karya sastra. Begitu pula yang ingin disampaikan oleh Habiburrachman El Shirazy dalam novelnya yang berjudul Ayat-ayat Cinta. Novel yang kemudian menjadi fenomena tersendiri dalam  perjalanan karya sastra Indonesia, terutama yang beraliran islami, karena penjualannya mampu mengalahkan buku-buku yang digandrungi, seperti Harry Potter ini mengusung tema cinta islami yang dihiasi dengan konfl ik-konfl ik yang disusun dengan apik oleh  penulisnya.  Novel ini mengisahkan perjalanan cinta antara 2 anak manusia, Fahri sebagai pelajar  Indonesia yang belajar di Mesir, dan Aisha, seorang gadis Turki. Meskipun mengusung tema cinta tidak lantas membuat novel ini membahas cinta erotis antara laki-laki dan wanita. wan ita. Banyak Banyak cinta cinta lain lain yang yang masih masih bisa bisa digamb digambark arkan, an, seperti seperti cinta cinta pada pada sahaba sahabat, t, kekasih hidup, dan tentu saja pada cinta sejati, Allah Swt. Perjalanan cinta yang tidak biasa digambarkan oleh Habiburrachman. Rangkaian Argumen  Nilai dan budaya Islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan, hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah. Ya, katakan saja  paragraf yang sarat dengan amanah. Namun, dengan bentuk yang seperti itu tidak  kemudian membuat novel ini menjadi membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui tentang Islam.

 

 Latar yang Dilukis Sempurna Hal lain yang pantas untuk diunggulkan dalam novel ini adalah kemampuan Habibu Hab iburrac rrachma hman n untuk untuk meluki melukiska skan n latar latar dari dari tia tiap p peristi peristiwa, wa, baik baik itu tempat tempat kejadi kejadian, an, waktu, maupun suasananya. Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel tersebut ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung sehingga seakan-akan mengajak pembaca untuk berwisata dan menikmati suasana Mesir di Timur Tengah lewat karya tulisannya. Bukan Buk an hal yang yang aneh aneh kemudi kemudian an ketika ketika memang memang ’Kang ’Kang Abik’, Abik’, begitu begitu penuli penuliss sering sering dipang dip anggil gil,, mampu mampu untuk untuk mengga menggamba mbarka rkan n latar latar yang yang bisa bisa dikata dikatakan kan sempurn sempurnaa itu. itu. Ia memang beberapa tahun hidup di Mesir karena tuntutan belajar. Akan tetapi, tidak menjadi mudah juga untuk mengungkapkan setiap tempat yang dijadikan latar. Bahkan oleh orang Mesir sendiri memang tidak memiliki sarana bahasa yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan. Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik. Meskipun banyak menggunakan alur maju, cerita berjalan tidak monoton. Banyak peristiwa yang tidak terduga menjadi kejutan. Konfl ik yang dibangun juga membuat novel ini layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra islami isla mi setelah setelah mereba merebakny knyaa noveln novelnove ovell teenlit teenlit.. Banyak Banyak kejuta kejutan, n, banyak banyak inspir inspirasi asi yang yang ke kemu mudi dian an bisa bisa ha hadi dirr da dala lam m be bena nak k pemb pembaca aca.. Bahk Bahkan an bi bisa sa menj menjad adii se sema macam cam medi mediaa  perenungan atas berbagai masalah masa lah kehidupan.  Karakter Tokoh yang Terlalu Sempurna Sempurna Satu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam novel ini adalah karakter tokoh, yaitu Fahri yang digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut. Maksud penulis di sini, mungkin ia ingin ingin mengga menggamba mbarka rkan n sosok sosok manusi manusiaa yang yang benar-b benar-bena enarr mencit mencitrak rakan an Islam Islam dengan dengan segala seg ala kebaik kebaikan an dan kelembuta kelembutan n hatiny hatinya. a. Hal yang yang menjad menjadii jangga janggall jika jika sosok sosok yang yang digamb dig ambark arkan an begitu begitu sempur sempurna na sehing sehingga ga sulit sulit atau atau bahkan bahkan tidak tidak ditemu ditemukan kan kesala kesalahan han sedikit pun padanya. Jikaa diband Jik dibanding ingkan kan dengan dengan karya karya sastra sastra lama lama milik milik Tulis Tulis Sutan Sutan Sati, Sati, mungki mungkin n akan akan ditemukan kesamaan dengan karakter tokoh Midun dalam Roman Sengsara Membawa  Nikmat yang berpasangan dengan Halimah sebagai tokoh wanitanya. Dalam roman

 

tersebut, Midun juga digambarkan sebagai sosok pemuda yang sempurna dengan segala  bentuk fi sik dan kebaikan hatinya. Hanya saja, di sini penggambarannya tidak  menggunakan bahasa-bahasa yang langsung menunjukkan kesempurnaan tersebut sehingga tidak terlalu kentara. Ini di luar bahasa karya sastra lama yang cenderung suka melebih-leb meleb ih-lebihkan ihkan (hiperbola (hiperbola). ). Perbedaan Perbedaan yang lain adalah tidak banyak banyak digunakann digunakannya ya istilahistilah islami dalam roman tersebut daripada novel Ayat-ayat Cinta. Penegasan Ulang Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya, adakah sosok yang memang  bisa sesempurna tokoh Fahri tersebut. Meskipun penggambaran karakter tokoh diserahkan sepenuhnya pada diri penulis, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh yang dimunculkan tetap memiliki keseimbangan. Dalam arti, jika tokoh yang dimunculkan memang  berkarakter baik, maka paling tidak ada sisi lain yang dimunculkan. Akan tetapi, tentu saja dengan porsi yang lebih kecil atau bisa diminimalisasikan. Jangan sampai karakter ini dihilangkan karena pada kenyataannya tidak ada sosok yang sempurna, selain Rasulullah.

 

Contoh esai  Pentingnya Sastra Sastra bagi Generasi Generasi Muda

Oleh Edy Firmansyah

Sejatinya sastra merupakan unsur yang amat penting yang mampu memberikan wajah manusiawi, unsur-unsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, harmoni, irama, proporsi, dan sublimasi dalam setiap gerak kehidupan ke hidupan manusia dalam menciptakan kebudayaan. Apabila hal tersebut tercabut dari akar kehidupan ke hidupan manusia, menusia tidak lebih dari sekadar hewan berakal.

Untuk itulah sastra harus ada dan selalu harus diberadakan. Sayangnya, untuk kita, bangsa Indonesia, sastra dan kesenian nyatanya kian terpinggirkan dari kehidupan ke hidupan berbangsa. Padahal, kita adalah bangsa yang berbudaya.

 Dalam dunia pendidikan pendidikan sastra dianggap hafalan hafalan belaka. Siswa mengenal mengenal novel-novel  sastra seperti Sengsara Membawa Nikmat, Di Bawah Lindungan Lindungan Ka’bah, dan sebagainya hanya karena mereka ”terpaksa” atau mungkin ”dipaksa” menghafal beberapa sinopsis dari beberapa karya yang benar-benar singkat yang ada dalam buku pelajaran, yang mereka khawatirkan muncul ketika ujian.

 Akibatnya bagi siswa, sastra hanyalah hanyalah aktivitas menghafal, mencatat, mencatat, ujian, dan selesai.  Metodenya hampir sama dari dari tahun ke tahun, dari gen generasi erasi ke generasi. Sehingga, minat terhadap dunia sastra benar-benar tidak terlintas di benak kebanyakan generasi kita.

 Fenomena semacam itu semakin parah parah melanda generasi mud muda a di daerah-daerah, terutama daerah pedalaman. Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri, itu juga melanda  generasi muda di perkotaan.

 Beberapa waktu lalu penulis sempat sempat berbincang-bincang deng dengan an seorang guru bahasa bahasa  Indonesia sebuah sekolah favorit favorit di Pamekasan, Madura, di sebua sebuah h warung kopi sebelah rumah. Iseng-iseng, penulis bertanya tentang perkembangan sastra siswasiswinya.

 

 Dan jawabannya jawabannya sungguh mengejutkan, ”Yah, ”Yah, menurut saya, yang terpenting bagi mereka adalah mampu menjawab soal-soal UAN yang berkenaan berk enaan dengan sastra. Sebab, malu rasanya jika nilai bahasa Indonesia jeblok.” Sangat ironis jawaban seperti itu.

Selang beberapa waktu kemudian, setelah pembicaraan saya dengan guru bahasa  Indonesia itu, terjadi peristiwa yang mengejutkan mengejutkan di Pamekasan. Ada tawuran antarpelajar atau tepatnya tawuran antarkelas yang dilakukan oleh beberapa siswa dari  sekolah terfavorit di Pamekasan.

 Namun, entah karena apa, peristiwa ini tidak diekspos oleh media m massa, assa, koran lokal  sekalipun. Padahal, dalam dalam tawuran itu dua orang siswa harus dirawat intensif intensif di RSUD  Pamekasan. Tentu saja, terjadinya terjadinya tawuran tersebut, kesalahan tidak bisa dilimpahkan  sepenuhnya kepada siswa.

Sekolah pun mestinya memiliki tanggung jawab penuh untuk merefleksi diri mengapa tawuran antarpelajar sering terjadi akhir-akhir ini. Sebab, ada kemungkinan kesalahan dalam mendidik dan memberikan metode pendidikan. Dan salah satunya jelas karena kurangnya pengayaan terhadap sastra.

Sastra adalah vitamin batin, kerja otak kanan yang membuat halus sikap hidup insani  yang jika benar-benar dimatangkan, dimatangkan, akan mampu menumbuhkan sikap yang lebih santun dan beradab.

Tentu akan lain ceritanya jika sekolah lebih mengembangkan sastra kepada  siswasiswinya. Ambil contoh kecil, misalnya pengembangan pengembangan berpuisi.

Selain keseimbangan olah jiwa, kepekaan terhadap lingkungan yang memiliki unsur-unsur  keindahan, siswa akan semakin mengerti tentang hakikat dan nilai-nilai kemanusiaan.

 Jiwa kemanusiaan semakin tebal, maka maka jiwa-jiwa kekerasan yang ada d dalam alam diri manusia akan tenggelam dengan sendirinya. Sebab, jarang sekali puisi dan kekerasan keke rasan tampil dalam tubuh kalimat   yang sama.

 

Terkait dengan itu, beberapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa ternyata berpuisi sebagai salah satu bagian dari sastra selain mampu memanajemen stress, yang notabene pemicu dari lahirnya tindak kekerasan, juga memberikan efek relaksasi serta mencegah penyakit jantung dan gangguan pernapasan (Hendrawan Nadesul, Kompas, 23/07/04).  Maka, tidak bisa lagi kita mengelak mengelak dengan mengatakan bahwa bahwa sastra hanyalah  permainan kata-kata. Kata-kata Kata-kata yang dibolak-balik, diakrobatka diakrobatkan, n, diliuk-liukan di udara imajinasi agar terkesan wah, indah, dan bersahaja bagi siapa saja yang y ang membacanya. Sebab, ternyata dari hasil penelitian di atas, sastra mampu menduduki posisi sebagai terapi alternatif terhadap beberapa penyakit. Sehingga, menjadi wajar bahwa penulis di  sini sangat menekankan untuk untuk sekolahsekolah terus-menerus memberikan waktu yang lebih banyak pada siswanya untuk melatih imajinasi melalui karya-karya sastra baik itu  puisi, cerpen, teater, maupun drama. drama.

Sebab, selain untuk memupuk minat terhadap sastra dan mengembangkan imajinasinya  sebagai  penunjang pengetahuan pengetahuan yang lainnya, diharapkan diharapkan juga nantinya nantinya mampu melahirkan para para budayawan dan sastrawan terkenal sebagai pengganti ”pendekar” sastra pilih tanding  yang tidak produktif lagi karena usia usia dan satu per satu telah men meninggalkan inggalkan kita.

Sebut saja Hamid Jabbar, Mochtar Lubis, dan Pramudya Ananta Toer. Caranya adalah  sekolah harus membuka lowongan lowongan pekerjaan untuk seniman-senima seniman-seniman n profesional yang cenderung urakan di mata masyarakat untuk menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia  sebagai pengganti dari dari guru bahasa Indonesia Indonesia lulusan universitas yang selalu terikat dengan kurikulum sehingga kebanyakan dari mereka tidak mampu mengembangkan minat  sastra pada siswa-siswinya.

 Bisa juga dengan memberikan memberikan waktu khusus untuk para para seniman, sastrawan muda berbakat untuk memberikan pelajaran sastra.

 Nah, kalau tidak segera digagas digagas mulai sekarang, kapan lagi lagi kita akan mampu melestarikan kesastraan kita yang besar dan unik itu, serta siapa yang akan menggantikan  generasi tua?

 

Contoh kritik sastra  Ideologi Patriarki Patriarki dalam Cerpen Cerpen Asma Nadia

Ateng Hidayat Mahasiswa Sastra UPI Bandung

 Diterbitkannya kumpulan cerpen Ketika Mas Gagah Gagah Pergi karya Helvy Tiana Ro Rosa sa (1997) menandai kebangkitan kembali fiksi Islam Indonesia, setelah beberapa dekade terakhir meredup. Sejarah mencatat fiksi Islam Indonesia telah berkembang sejak abad ke-18, antara lain, dengan munculnya Tajussalatin karya Hamzah Fansuri dan Bustanussalatin karya Nuruddin ar-Raniri. Sejak tahun 1997 karya fiksi Islam I slam kembali membumi. Sederetan penulis dan karyanya berhasil mendulang prestasi besar. Di antara penulis tersebut adalah Fahri Asiza, Gola Gong, Jazimah al Muhyi, dan Asma Nadia. Salah satu karya Asma Nadia, penulis fiksi  Islam yang pernah meraih penghargaan penghargaan Adikarya Adikarya IKAPI 2001, adalah cerpen Cerita Tiga  Hari, yang termuat dalam antologi antologi cerpen Meminang Bida Bidadari dari (FBA Press, Maret 2005).

 Banyak pesan moral dan dan nilai religius yang diangkat dala dalam m kumpulan cerpen ini. Termasuk dalam Cerita Tiga Hari yang mengisahkan kebahagiaan satu keluarga. Cerita  yang dikisahkan hanya tiga tiga hari. Hari pertama, menceritakan saat suami berangkat kerja.

 Kepergiannya diiringi tatap istri dan kedua kedua anaknya penuh b bahagia. ahagia. Hari kedua, menceritakan saat suami pulang kerja sampai makan malam. Hal ketiga, menceritakan  saat suami bekerja.

 Ia digoda seorang wanita wanita cantik yang menumpang menumpang di kendaraannya. Adapun Adapun pesan moral  yang terdapat dalam cerpen ini ini adalah peran cinta dan rumah tangga penuh penuh kasih, yang dapat menyingkirkan besarnya godaan terhadap para suami di luar rumah, saat mereka bekerja.

Terlepas dari misi agung yang diemban pengarang, apabila kita membaca dengan memposisikan diri sebagai pembaca perempuan (reading as a women), sebagaimana yang  dinyatakan Jonathan Culler, yaitu adanya kesadaran bahwa ada perbedaan jenis kelamin  yang banyak berpengaruh berpengaruh terhadap kehidupan, budaya, termasuk sastra, kita akan

 

menemukan adanya gender inekualities atau ketidakadilan gender dalam cerpen cer pen ini.

 Djajanegara mengemukakan, mengemukakan, ketidakadilan gender tersebut di antaranya dapat dapat dilihat dari peran dan karakter tokoh. Cerita Tiga Hari mungkin merupakan potret realitas  perempuan Indonesia, yang masih tertindas oleh dominasi laki-laki denga dengan n ideologi  patriarkinya.  Dalam cerpen tersebut masih terdapat pembagian pembagian peran, antara peran domestik/tradisional yang dilakukan oleh perempuan dengan peran publik yang dilakukan oleh laki-laki.

 Istri dan dua anaknya mengantar mengantar sampai ke pintu. Wajah-wajah Wajah-wajah cerah itu yang setiap h hari ari melepasnya pergi.... Istrinya menyuguhkan segelas teh manis hangat. Itulah petikan yang menunjukkan adanya peran domestik tokoh istri. Ia beraktivitas hanya dalam lingkungan rumah tangga, menangani masalah dapur, merawat dan membesarkan anak, dan mengurus rumah. Berbeda dengan tokoh suami, ia beraktivitas di wilayah publik, bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Perhatikan kutipan berikut.

Udara Jakarta yang panas, seharian bekerja mengitari ibu kota berhadapan dengan ruparupa manusia. Kehadiran tokoh istri tidak lebih hanya menjadi pelayan dan pelengkap kehidupan tokoh suami.

 Pembedaan peran domestik domestik dan peran tradisional tersebut jelas merugikan kaum kaum  perempuan, karena hal tersebut sama sekali tidak ada hubungan hubungannya nya dengan seks atau  jenis kelamin. Bukan merupakan kodrat kodrat seorang perempuan un untuk tuk mengurusi hal-hal domestik, laki-laki pun bisa melakukannya.

 Perbedaan peran tersebut hanya merupakan masalah gender, gender, yang dikonstruksi secara  sosial dan kultural oleh masyarakat yang yang didominasi ideologi pa patriarki, triarki, demikian kata  Mansour Fakih.

Selain peran domestik tersebut, perempuan per empuan dalam cerpen ini hanya dijadikan sebagai objek dalam percintaan. Lelaki yang dipanggil sayang itu tersenyum. ters enyum. Mengecup kening, dan dua pipi istrinya .... Lalu sun sayang di kening, dan pelukan istri yang

 

menyambutnya.

 Kutipan tersebut menunjukkan bahwa bahwa kehadiran tokoh istri han hanya ya menjadi pemuas kebutuhan laki-laki, baik secara biologis maupun psikologis. Selain dalam peran tokoh, bias gender dalam cerpen ini dapat dikaji dalam penokohan. Sambutan hangat yang anehnya justru selalu mengalirkan hawa dingin di penat tubuhnya....  Jakarta panas, tapi pikiran tentang tentang istri dan kedua anaknya ya yang ng menanti penuh cinta, menyejukkan perasaan. Kutipan tersebut menunjukkan adanya pencitraan tokoh  perempuan dengan stereotipe lembut, sopan, sopan, menyenangkan, p penuh enuh kasih sayang, dan taat   pada suami.

Tokoh perempuan juga dicitrakan sebagai makhluk yang lemah, perasa, dan patut untuk dikasihi. Citra tersebut melekat pada tokoh perempuan cantik yang menumpang mobil tokoh suami: Wajahnya yang basah dengan air mata, suara isak tertahan ter tahan di balik sapu tangan yang menutupi sebagian rupanya. Betul-betul pemandangan yang mengibakan.

Selain lemah dan patut dikasihani, ia pun dicitrakan dengan karakter jalang, penggoda, dan amoral. Terlihat jelas ketika ia merayu tokoh suami: Tunggu dulu. Kenapa buru-buru.  Mas gak suka dengan saya? saya? Adanya bias gender gender dalam penokohan da dapat pat dilihat dengan terang.

 Karakter tokoh perempuan sangat sangat berbeda dengan karakter tokoh la laki-laki. ki-laki. Tokoh suami dicitrakan sebagai sosok yang jujur, soleh, bermoral tinggi, dan menjunjung tinggi nilainilai religius: Perasaannya sendiri tidak enak berduaan di pinggir jalan yang sepi dengan wanita berpakaian minim ini.

Terdapatnya bias gender dalam cerpen ini menimbulkan pertanyaan besar di benak  pembaca. Kenapa hal hal tersebut terjadi? Bukankah Nadia seorang perempuan? Yan Yang g  seharusnya menjunjung nilai-nilai nilai-nilai feminisme yang memperjuangkan kesetaraan  perempuan dan laki-laki. Seperti yang dilakukan dilakukan oleh para penulis pe perempuan rempuan lainnya,  seperti Fatima Mernissi, Nawalel Saadawi, Wardah Hafidz, dan Lies Ma Marcoes rcoes Natsir.

 Ataukah karena pengaruh ideologi Islam yang ia anut? anut? Benarkah Islam menolak equa equall

 

right’s movement? Adalah Mahmud Abu Syukkah, seorang penulis Kuwait yang mencoba menjelaskan hal ini. Menurutnya, dalam Islam semua manusia kedudukannya sama di sisi s isi Tuhan, baik ia seorang laki-laki maupun perempuan.

 Manusia yang paling paling baik adalah yang p paling aling besar ketaatannya kepada-Nya. kepada-Nya. Bahkan, kalau kita memutar jarum sejarah sampai kehidupan k ehidupan abad ke-7, justru emansipasi  perempuan dalam Islam sudah sudah terjadi pada masa itu. Id Ideologi eologi Islam yang dibawa oleh  Nabi Muhammad telah mampu membebaskan kaum perempuan dari penindasan penindasan kultur  Arab yang mendewakan mendewakan laki-laki.

 Menurut saya, paling tidak ada ada dua hal yang menyebabkan terjadinya gender bias dalam dalam cerpen Cerita Tiga Hari itu. Pertama, karena Nadia terlalu terpaku pada pesan moral dan nilai-nilai religius yang akan disampaikan, sehingga karyanya terkesan terkes an kaku. Hal senada diungkapkan Rahmadianti (Majalah Annida).

 Menurutnya, karya fiksi Islam yang sekarang sedang sedang membumi terlalu mengedepan mengedepankan kan misi dakwah, sehingga aspek estetikanya kurang tergarap ter garap dengan maksimal. Kedua, adanya miss-interpretasi terhadap sumber-sumber ajaran Islam, yaitu Alquran dan Hadis,  yang dijadikan sebagai landasan landasan moral dan etis dalam menulis sebuah karya.

 Dalam Alquran ada ayat yang menyebutkan bah bahwa wa laki-laki adalah pemimpin bagi  perempuan. Dalam Hadis Hadis ada yang menyatakan bahwa istri yang baik adalah adalah yang taat kepada Tuhan dan taat kepada suami.

 Kalau kita tidak memahami memahami konteks sosial politik ketika kedua sumber hukum tersebut diturunkan, maka kita tidak akan mampu menemukan interpretasi yang y ang tepat terhadap ayat dan hadis tersebut. Ketika penafsiran kurang tepat, maka dalam realisasinya pun akan terjadi penyimpangan.

 Akhirnya, terlepas dari kelebihan dan kekurangan kekurangan yang terdapat dalam cerpen Cerita Tiga Hari, sebuah karya fiksi Islam tidak cukup hanya memuat pesan moral yang baik dan nilai-nilai religius yang agung saja. Karena, ternyata kehadirannya kian mengukuhkan bangunan ideologi patriarki yang selama ini menindas kaum perempuan.

 

 C  Contoh ontoh esai Perda Kesenian dan Rumah Hantu

Oleh: Teguh W. Sastro

Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya  juga peraturan, dibuat dibuat pasti untuk mengat mengatur. ur. Tetapi peraturan belum ttentu entu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh karenanya, perten-tangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda itu. Sejauhmana keterlibatan seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya.

Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaannya. Hal ini  bukannya menganggap bahwa adanya adanya peraturan itu tidak baik, baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya.  Akan tetapi, bagaimana bagaimana halnya jika menyangkut mental mental dan visi para seniman dan  birokrat kesenian sendiri?

(Dikutip seperlunya dari Jawa Pos, 30 Januari 2007)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF