Contoh kasus dilema etik keperawatan gawat darurat KASUS DAN PEMBAHASAN
KASUS : Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita kanker kolon terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi dibawa ke IGD karena jatuh dari kamar mandi dan menyebabkan robekan di kepala. laki-laki tersebut mengalami nyeri abdomen dan tulang dan kepala yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi denganpemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya adan ya rintihan ketika istirahat dan nyeri n yeri bertambah hebat h ebat saat laki-laki laki -laki itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak ta mpak bisa b isa tidur namun ia sering meminta diberikan dib erikan obat analgesik. Kondisi klien semakin melemah dan mengalami men galami sesak yang tersengal-sengal sehingga mutlak membutuhkan membutuhk an bantuan oksigen dan berdasar diagnosa dokter, klien maksimal hanya dapat bertahan beberapa hari saja. Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar informasi dari dokter, keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia pasif dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu oksigen dan obat obatan lain dan dengan keinginan agar dosis analgesik ditambah. Dr spesilalist onkologi yang ditelp pada saat itu memberikan advist dosis morfin yang rendah dan tidak bersedia menaikan dosis yang adakarena sudah maksimal dan dapat bertentangan dengan UU yang ada. Apa yang seharusnya dilakukan oleh anda selaku perawat yang berdinas di IGD saat itu menghadapi desakan keluarga yang terus dilakukan?.
Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical dilemma). dilemma). Dilema etik merupakan suatu masalah masal ah yang sulit dimana tidak ada alternatif alt ernatif yang memuaskan memuas kan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus har us tergantung tergantun g pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. emosional. Kerangkan pemecahan pemecahan dilema etik banyak banyak diutarakan dan pada dasarnya dasarnya menggunakan menggunakan kerangka kerangka proses keperawatan keperawatan / pemecahan pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).
Kozier et. et. al (2004) (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut : 1. Mengembangkan data dasar 2. Mengidentifikasi konflik 3. Membuat
tindakan
alternatif
tentang
rangkaian
tindakan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut 4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat 5. Mendefinisikan kewajiban perawat 6. Membuat keputusan
yang
direncanakan
dan
PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK
1. Mengembangkan data dasar :
Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih lanjut informasi yang ada mengenai dilema etik yang sedang dihadapi. Mengembangkan data dasar melalui : a) Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat meliputi : Klien, keluarga dokter, dan perawat. b) Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan keluarga untuk melepas alat bantu nafas atau juga untuk memberikan penambahan dosis morphin. c) Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien dan tidak melanggar peraturan yang berlaku. d) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak menuruti keluarga untuk melepas alat bantu nafas dan tidak diberikan penambahan dosis morphin, klien dan keluarganya menyalahkan perawat karena dianggap membiarkan pasien menderita dan apabila keluarga klien kecewa terhadap pelayanan di IGD mereka bisa menuntut ke rumah sakit.
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah mengalami metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Keluarga meminta penambahan dosis pemberian
morphin
untuk
mengurangi
keluhan
nyerinya
dan memutuskan
untuk
tidak memberikan alat bantu apapun termasuk oksigen, Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah : a) Tidak memberikan Oksigen dan penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik Beneficience- Nonmaleficience b) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat melanggar nilai autonomy.
3. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri dan melepaskan oksigen Konsekuensi : 1)
Tidak mempercepat kematian klien
2)
Membiarkan Klien meninggal sesuai proses semestinya
3)
Tidak melanggar peraturan mengenai pemberian morfin
4)
Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
5)
Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
6)
Keluarga
dan
pasien
cemas
dengan
situasi
tersebut
b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri. Konsekuensi : 1)
Tidak mempercepat kematian pasien
2)
Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
3)
Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi
c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila diperlukan. . Konsekuensi : 1)
Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2)
Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat.
3)
Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4)
Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
5)
Beresiko melanggar peraturan yang berlaku.
d. Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam proses berdukanya Konsekuensi : 1)
Tidak mempercepat kematian klien
2)
Keluarga dapat melewati proses berduka dengan seharusnya
3)
Keluarga tidak menginginkan dilakuakn euthanasia terhadap pasien
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut. Perawatmembantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan
terlibat
langsung dalam asuhan
keperawatan
yang dapat
mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga serta sistem berduka keluarga dan lain-lain.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
1)
Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri yang sesuai
2)
Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
3)
Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien
4)
Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya
5)
Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi
6)
Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support.
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) beserta perbaikan terhadap sistem berduka keluarga dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.