Contoh Dummy Buku

October 6, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Contoh Dummy Buku...

Description

 

Sanjungan untuk “Sekuel Gerimis Hati” Membaca buku ini sangat menyenangkan karena tiap cerita dibabarkan dengan cara mudah, tetapi sangat mendalam, halus, dan indah untuk mencapai pencerahan.

Jiwo Reaper, Mahasi Mahasiswa wa Ceritanya sangat mengena dan dapat terjadi pada siapa saja :)

Mil a Anggraeni, Murid SMA  Buku ini indah karena lembut berhias estetika kehidupan kehidupan yang halus dan tulus.

Kasminah Nuryati, Ibu Rumah Tangga Melalui cerita yang sederhana terdapat makna yang mendalam.

Revialiando, Mu Muririd SM SMA  A  Ceritanya biasa namun namun ditulis dengan cara yang luar biasa.

Rosiyana Lendra, Mahasiswii Ceritanya mengharuk mengharukan. an.

SiSitt i Nurjanah, Karyaw Karyawan an Swa Swasta sta i

 

Banyak hal yang dapat dipetik dari ceritanya, agar kita tidak membuat kesalahan yang sama.

Lupita Teta Ningsih, Mahasiswi Ceritanya segar dan menghibur.

Mei Eva Oktaviani, Mahasiswi Ceritanya bagus aku suka :)

Diah Novika Sari, Mahasiswi Melalui cerita yang sederhana terdapat makna yang mendalam.

Dhetiiana, Calon Dhet Calon Bidan

ii

 

iii

 

 Pub V Senyumanmu, Ku Rindu ! ! Penulis: Andita Wahyuningtyas,dkk

Cetakan pertama, November 2012 Diterbitkan oleh: Pub! Publishing Jl. Kumbang No.14, Bogor 16151 Telp: 08 89 22 71 00, Fax: 0251-8329101 email: [email protected] Editor Guruh Ramdhani Iis Purningsih Lay Out dan Desain Cover Aprilia Iryanti

ISBN J3C-210J3C-210-194 194

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

Copyright © Pub! Publishing,2012 Publishing,2012 iv

 

Buku ini di persembahkan untuk seluruh mahasiswa/i Manajemen Informatika angkatan 47 Diploma Institut Pertanian Bogor

v

 

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Ketentuan Pidana : Pasal 72 1.

2.

vi

Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Ayat (1) atau pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 ( lima miliar rupiah). Barang siapa dengan sengaja menyiarkan , memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

 

kata Pengantar   Sequel ketiga “Gerimis hati” ini di luncurk luncurkan an untuk memenuhi permintaan atau lebih tepatnya “tuntutan” dari pembaca yang tidak terbendung. Seperti yang dijelaskan pada sequel sebelumnya “Gerimis hati” merupakan merupakan ungkap ungkapan an simbolis. Setiap tulisan dalam buku ini merupakan kisah nyata yang dialami penulis dengan berbagai macam permasalahan yang ada,namun disikapi dengan cara pandang positif yang kemudian diceritakan kembali sehingga memberikan daya magnet positif untuk pembacanya.   Sampul buku ini di ilustrasikan berdasarkan cerita ketiga: “Senyumanmu, kurindu!!“ . Kebanyakan dari kita sudah pernah mengalami kehilangan, entah itu kehilangan dalam bentuk materi, bagian tubuh, atau jiwa . Kita sering kali melupakan melupakan apa yang sudah ada untuk mengejar hal yang belum pasti di dapat, sehingga acap kali Tuhan mengambil sesuatu yang paling berharga dari hidup kita agar kita belajar untuk mensyukuri mensyuk uri setiap tetes nikmatNya. Hidup bukan hanya bercerita tentang kehilangan kehilangan,, ada banyak tawa , kebahagiaan dan cinta. Itulah hidup, lupakan sakitnya , maafkan dan lupakan. Hidup akan menjadi terlalu singkat untuk hidup dalam penyesalan. Come on , laugh your heart out :)

  Tidak lupa kami menguca mengucapkan pkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang ikut membantu, terutama kami ucapkan terimakasih vii

 

kepada bapak Guruh Ramdani yang dengan sabar membimbing dan mendidik kami untuk tidak hanya belajar meningkatk meningkatkan an skill dan knowledge knowledge kami, kami, tapi  juga mendidik kami agar memiliki memiliki attitude yang baik. Terimakasih pak :)   Selanjutnya kami berterimaksih kepada keluarga besar Program Diploma, Institut Pertanian Bogor, atas perhatian dan kesabarannya mengawasi dan mengawasi proses pembuatan buku ini dari awal hingga terbit. Terimakasih juga kepada teman-teman Manajemen Informatika angkatan 47 , kalian yang terbaik.

Bogor, November 2012

viii

 

Dafttar Isi Daf Kata Pengantar

vii

Daftar Isi

ix

Bagian1  Video Emalia Efendi Keinginan Keingin an Yang Yang Kuat K uat Bunga Ay Ayu u Lestari Nasution Senyumanmu, Ku Rindu !! Andita Wahyunin ahyuningtyas gtyas Semua Ada Waktunya Bagus Rinaldhi Untuk Kalian, Anak-anakk Anak-anakku u Corry Bani Putri Tarigan Bagian2 Cerita Tentang Ayam Gresie Eflin Siahaan Pencuri Susu Coklat Nathalia Agnesta Putri Hikmah Dibalik Kursi Roda Nona Dinar Ajari Aku Tuk Bisa Sri Rahayu Utami Sakit! Aprilia Iryanti

Biografi Singkat Penulis

3 11 15 25 30

39 45 51 63 69 76

ix

 

Bagian 1

 

1 Video

Emalilia Efendi Ema Ef endi c

Tahukah kalian, bahwa menyayangi seseorang itu adalah hal yang mudah dan indah? Bisa merasakan sesuatu yang membuat jantung berdegup kencang itu rasanya luar biasa, apalagi jika orang yang kita sayangi ternyata juga menyayangi kita. Buatku hal itu seperti keajaiban. Usiaku 18 tahun saat ini, hidupku biasa saja seperti murid SMA normal lainnya. Tetap belajar dan sekolah dengan baik, tapi juga tidak lupa bermain untuk menghibur diri. Banyak yang mengatakan bahwa aku adalah adala h gadis tomboy tomb oy,, cuek, dan keras. Aku sejujurnya setuju dengan pernyataan itu, sampai dia

 

Gerimis Hati hadir dan terus berputar di pikiranku, dan mulai saat itulah aku tahu, bahwa gadis cuek dan keras ini juga bisa lemah dan rapuh. Aku mulai sadar bahwa aku mengaggumi seseorang. Bukan seseorang yang menjadi pusat perhatian, tapi dia seorang yang pendiam, cuek, dan tidak terlalu banyak bergaul dengan temanteman perempuan. Aku mengaguminya dengan cara yang yang sederhana, cukup cukup duduk dengan manis di belakangnya, kemudian mengamati. Semua hal kecil yang dia lakukan, setiap pakaian yang ia kenakan, setiap senyuman, setiap gerakan, semuanya terlihat begitu indah dan menggelikan. selaras. Teman-temanku tingkahku sungguh Tapi biarlah… bilang Suatu hari, kelas kami mengadakan acara kumpul kum pul bersama di rumah salah satu sa tu teman. Aku dan dia pun turut hadir ha dir,, tapi pada waktu wakt u itu, kuperhatikan ada yang aneh dengannya, dia terlihat gelisah dan tidak setenang biasanya. Tapi perhatianku terhenti saat sahabatku Rama menyerahkan sebuah handycam padaku. “Apaan ma?” Tanyaku padatempat Ramat saat itu.lo “ Tolong nih rekam dong Ma l, dari Mal, tempa duduk posisinya pas banget nih,” katanya penuh semangat. “Mau ada apaan emangnya?” Tanyaku penasaran. “Udah, kalau si Rheda mulai ngomong, lo  juga mulai rekam ya, bakalan ada adegan yang seru soalnya,” ujar Rama masih bersikap misterius. Aku menurut saja, toh aku juga tidak ada kerjaan selain memperhatikan memperhatik an laki-laki yang yang terlihat gelisah itu.

4

 

Video Jika terus kuperhatikan, nanti dibuat gelisahnya juga diriku. “Ehem..., semuanya tenang sebentar,” tiba-tiba saja Redha, sang penghibur dan penghidup suasana di kelas kami berdiri dan mulai belagak bicara layaknya orang penting. Aku mulai merekam, sepertinya adegan yang Rama maksud adalah atraksi dari si Redha, kirakira apa ya? Sulap? Debus? Salto? Entahlah, yang jelas saat itu aku pun bertanya-tanya. “Malam ini akan menjadi malam yang bersejarah buat salah satu, atau mungkin bisa dua orang teman kita, tergantung pihak keduanya juga sih.” “Lo mau ngapain si, mot? usatemanku usah h pake prolog pryang olog deh, langsung straight to pointGak aja,” lain menyauti basa basi Redha yang basi itu. “Santai dong Kas, jomblo menahun bikin lo sensi banget kayaknya,” balas Rheda tidak mau kalah. Satu ruangan pun sekejap dipenuhi tawa, bahkan b ahkan Ikas Ikas sendiri ikut tertawa. “Oke... oke, kita lupain jomblo kesiangan ini, langsung aja ya. Sebenernya malem ini gue cuma bertugas sebagai moderator temen baik menatap gue, tapi sebelumnya, saudari Ade...” buat Rheda tiba-tiba Ade, teman kelasku yang lain. Aku pun mengalihkan fokuss video ke arah Ade, Gadis itu hanya sedikit kaget foku saat namanya disebut. “Bisa lo maju ke depan sini?” Pinta Rheda lagi. Meski sedikit bingung Ade tetap melangkahkan kakinya ke depan ruangan dan berdiri di sebelah Rheda. “Oke Yan, sekarang giliran lo, tugas gue cuma

5

 

Gerimis Hati sampe sini aja,” Rheda bicara pada laki-laki yang sedari tadi aku perhatikan secara diam-diam itu. Masih dengan posisi duduk, dia hanya membalas Rheda dengan anggukan kecil sambil menggumamkan kata terima kasih.  Wajahnya  W ajahnya masih tegang, fokus videoku pun beralih padanya yang bertukar posisi dengan Rheda, dan terus mengikuti setiap senti gerakannya, Rama sedari tadi sudah berbisik halus dari jauh padaku untuk merekam adegan ini. Perasaanku tidak enak, dan semakin tidak enak saat ia menghampiri Ade. Semua orang di sana seakan menahan napas saat ia - laki-laki itu - sekarang di hadapan Ade. Jantungku berdegup kencang,tepat berharap..., dan terus berharap..., semoga saja apa yang aku pikirkan tidak menjadi kenyataan. Beberapa sahabatku, yang tahu bagaimana perasaanku, menatapku menatapku mawas, siaga satu. “De..,” laki-laki itu mulai mengeluarkan suaranya. Ade menaggapi dengan wajah penasaran, dan kemudian, tiba-tiba saja ia berlutut di hadapan Ade. Suasana jadi semakin panas, beberapa teman perempuanku bersedekap, bahkan ada yang pelanpelan mengatakan “So Sweet,” sisanya hanya memandang dengan serius ke arah dua cucu Adam yang menjadi pemeran utama di ruangan itu. Sepertinya hanya aku yang ingin berlari dari ruangan yang lama-kelamaan terasa pengap tanpa sebab itu. “Sebenernya gue udah lama punya perasaan sama lo..,” ia mulai mengutarakan maksud dari semuanya. Pada titik itu, aku tidak bisa lagi merasakan apa-

6

 

Video apa, aku pura-pura ikut tersipu saat ia mengakui isi hatinya yang tulus pada Ade, ikut berbaur menikmati momen yang seharusnya indah itu, tetap berusaha kuat menyanggah handycam apa yangyang tetaptelah kupegang, memaksakan menyelesaikan Rama percayakan padaku. “Mal.., udah gw aja yang rekam ya,” salah satu sahabatku, Amel, berniat menggantikan posisiku saat itu. Apa sih yang ia khawatirkan? Apa menurutnya aku akan tiba-tiba membanting handycam milik Rama? Ide yang cukup bagus sebenarnya, tapi aku cukup waras saat itu untuk tidak melakukannya. Tidak di hadapan teman-temanku. “Ga usah mel, gue baik-baik aja. Handycam ini gak bakal gue banting kok, tenang aja,” ucapku dengan senyum yang dipaksakan, berusaha bicara dengan nada yang santai. Sahabatku tidak tertawa mendengarnya, wajahnya malah terlihat prihatin. Bahkan dua sahabatku yang lain, yang juga tahu seperti apa aku mengagumi orang itu selama ini, pelan-pelan mengusap bahdari bahuku, uku,belakang. dan memberikan kekuatan kekuatan dengan merangkulku “Jadi..., bagaimana saudari Ade? Apakah  jawaban anda? Jangan biarkan pejuang cinta kita menunggu dong,” Rheda kembali mengambil alih situasi acara ‘penembakan’ tersebut. Dan seperti akhir dari cerita dongeng sebelum tidur, Ade pun hanya mengangguk dan mengatakan ‘Ya’ dengan tersipu. Semua yang ada di sana bertepuk riuh, dia yang aku kagumi pun tersenyum penuh kelegaan, wajah

7

 

Gerimis Hati gelisahnya hilang tidak berbekas, sepertinya semua yang ada di sana s ana terciprat kebahagiaan pasangan baru itu, kecuali lingkaran kecil yang ada di sekelilingiku, semuanya dengan senyum yang seperti dipaksakan. Akhir yang diam membahagiakan ini rasanya akhir dari film sedih bagi kami, penuh dengan rasa sesak. Esoknya, aku tidak sengaja bertemu dengan Ade dan Dwi di depan kelas, mereka berdua sedang asik menonton sesuatu dari handphone milik Ade. Aku mendekati mereka, memastikan hal yang terjadi semalam tidak akan merubah apa pun, Ade tetap temanku dan aku tidak punya masalah dengannya. Karena mereka penasaran tonton. aku pun ingin tahu apa yang sedang “Nonton apa sih?” Tanyaku penasaran. “Video kemaren malem,” jawab Dwi. Ternyata itu merupakan video yang aku rekam pada malam sakral itu, not bad-lah meski ada yang goyang-goyang sedikit. Menyedihkan sekali aku harus menonton adegan ini lagi. Pikirk Pikirku u saat itu. “Siapa sih yang ngerekam?” Ade mengeluarkan suaranya, aku agak melirik ke nih, arahnya. “Goyang-goyang mulu agak ngeblur lagi,” tambahnya lagi. Aku tidak mau perduli dia benar-benar tidak tahu, atau hanya pura-pura tidak tahu bahwa akulah yang merekam adegan itu. Mendengarnya, aku hanya bisa cengengesan dan segera berbalik pergi meninggalkan mereka. Jengkel? Ya iya lah... Dua tahun sudah berlalu be rlalu sejak peristiwa itu, aku dan laki-laki itu masih seperti dulu, meski kami ada

8

 

Video dalam satu ruang lingkup yang sama, dia tetap dengan dunianya dan aku masih tetap dengan duniaku. Tapi ketika tiba-tiba dia ada di hadapanku hada panku dan menyapaku, saat itu yang ada hanyalah dunianya aku yang berputar di sekelilingnya. Bukannyadengan aku bermaksud lancang, tapi perasaan seperti ini bukanlah hal yang bisa kita atur semaunya. Masalah dia sudah ada yang memiliki, perasaanku tidaklah sekecil sekecil itu. itu. Aku masih akan tetap mengaguminya jika aku memang masih mampu, tidak peduli dia tahu atau tidak, mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk menyadari, bahwa terus mempertahankan rasa ini tidak memberikan manfaat, tapi itu bukan sekarang, dan aku tidak tahu sampai kapan. Sekali lagi, menyayangi seseorang itu adalah hal yang mudah, bagian tersulitnya adalah saat kita tahu, bahwa orang yang kita sayangi itu tidak tercipta untuk kita.

9

 

2 Keinginan yang Kuat Bunga Ayu Lestari Nasution =

Mungkin persahabatan kami tergolong tidak biasa, karena aku dan Mery sahabatku tinggal di kota yang berbeda. Kami pertama bertemu di saat masih duduk di kelas dua sekolah dasar da sar.. Dia baru saja pindah pin dah ke sekolahku. Di saat itu ibu wali kelas memintanya untuk duduk di sebelahku. Ketika kami duduk di kelas empat sekolah dasar, aku mendapat kabar yang menyedihkan. Mery memberitahuku bahwa ayahnya dipindah tugaskan ke luar kota, yang mengharuskan dia dan keluarganya pindah ke kota Padang. Aku merasa sangat terpukul, karena kami sudah seperti sepert i saudara, kemana-mana kami

 

Gerimis Hati selalu bersama, bermain, bahkan saling menginap di rumah satu sama lain pun sering kami lakukan. lakukan. Dalam benakku saat itu, semua tinggal kenangan dan aku nggak tau kapan bisa bertemu Hari yangkami yang kubenci kubenci pun tiba.lagi. pun Sahabatku harus meninggalkan kota Padangsidimpuan ini. Sekolah pun mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan dengan berfoto bersama di depan kelas. Kami pun sempat berjanji akan selalu memberi kabar satu sama lain. Sesampainya di Padang, Mery mengirim pesan singkat yang dikirim ke nomor handphone mamaku, karena saat itu aku belum memakai handphone sendiri. Yangdiberi isinya,kepercayaan “Bunga, Mery udah nyampe padang. Semua baik-baik aja. Jangan lupa sering-sering kasih kabar ke aku yaa...” Aku pun membalas pesannya, “Alhamdulillah, iya Mery. Kamu juga ya sering kasih kabar.”   Komunik Komunikasi asi kami tidak terputus sampai di situ. situ. Mery maupun aku sering menelpon bergantian. Dan yang aku ingat, biaya telepon menjadi membengkak karena aku. Aku pun jadi sering dimarahi mama. Untuk menghemat biaya, sejak itu kami memutuskan untuk berkomunikasi dengan menggunakan surat. Saat lebaran pun kami saling berkirim kartu ucapan Selamat Idul Fitri. Dan itu rasanya menyenangkan sekali. Kebiasaan surat-menyurat itu kami lakukan sampai duduk di kelas enam sekolah dasar. Sampai akhirnya aku diberi kepercayaan memakai handphone sendiri, dan berhenti melakukan surat-menyurat.   Kami pun pun beranjak remaja dan sudah menjadi

12

 

Keinginan yang Kuat murid Sekolah Menengah Pertama. Lagi-lagi aku mendapat kabar ayah Mery dipindah tugaskan lagi. Kali ini ke Semarang. Memang ayahnya seorang pegawai BUMN yang harusmustahil siap ditempatkan di mana saja. Tadinya aku merasa bisa bertemu dia lagi. Dalam satu pulau saja kami tidak pernah bisa bertemu, apalagi jika kami berada di pulau yang berbeda. Aku di pulau Sumatera dan Mery sahabatku di pulau Jawa. Sungguh jauh rasanya.   Sejak Mery pindah pindah ke ke Semarang kami masih saling berkomunikasi tetapi tidak sesering dulu. Namun kami merindukan sekali bisa bertemu muka. Hingga aku pun lulus dari di Sekolah Menengah dan melanjutkan pendidikan Institut PertanianAtas Bogor. Mery pun melanjutkan pendidikan di Universitas Gajah Mada. Ya, kami sekarang berada di pulau Jawa. Karena kami berada di satu pulau, kami merasa semakin dekat, dan terlintas di benakku bahwa keinginan kami untuk bertemu pasti akan terwujud. Tetapi hari-hari kami di pulau Jawa ini sama-sama disibukkan dengan perkuliahan, yang membuat keing keinginan inan kami sulit terealisasi. Jadwal libur kami pun berbeda. Pada suatu jumat siang, tiba-tiba aku mendapat pesan singkat dari Mery yang isinya berbunyi, “Bunga, Mery mau ke Jakarta. Kita ketemuan yuk!...” Aku merasa terkejut mendapat pesan singkat yang tidak terduga tersebut. Setelah dua tahun menimba ilmu di kota Bogor, akhirnya kami bisa bertemu juga pikirku, sambil membalas pesan itu, “Ayuuk, kapan kamu ke Bogor?”

13

 

Gerimis Hati Mery membalas lagi, “Minggu aku ke sana, yaa..”   “Oke,” balasku. Minggu itu kami dii Restoran cepat saji sasiang ji di dekat Stasiunjanjian Bog or.. bertemu Bogor Sesampai di d sana aku melihat sosok sahabatku yang sudah sepuluh tahun tidak bertemu, tanpa bisa menahan perasaan haru, aku memeluk memeluknya nya dan berkata, “Mer “Mery y, akhirnya kita ketemu juga.” “Iya, seneng banget.” Jawab Mery.   Kemudian kami berjala berjalan-jalan n-jalan di kota Bogor Bogor,, sepanjang jalan tidak habis-habisnya kami bercerita saat dasar dulu. Kami sangat akrab, masih samasekolah seperti dulu.   Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam lima sore. Saatnya aku mengantar Mery ke Stasiun Bogor. Rasanya empat jam pertemuan itu sangat berarti dan berlalu cepat sekali. Setelah membeli tiket lalu dia berpamitan kepadaku sambil memeluk. Tak terasa mataku berkaca-kaca menahan tangis. Aku tidak ingin Mery melihatnya. “Ayo mery, main ke Jogja.ada Akuwaktu tunggu.”   “Iya kalau akuUcap ke Mery sana”  jawabku.. “Dan... sahabatku  jawabku sahabatku pergi lagi,” pikirku. pikirku.   Ternyata di balik semuanya Allah Swt., sudah punya rencana buat kami, dengan keinginan yang kuat dan persahabatan yang sangat baik. Kami bisa bertemu lagi. Tidak ada yang tak mungkin pikirku. Mudah-mudahan persahabatan kami tidak akan terputus sampai nanti dan kelak aku bisa bertemu Mery lagi.

14

 

3 Senyumanmu, Ku Rindu !! Andita Andi ta Wahyuningtyas gtyas 6

Aku siswi kelas 3, SMA N 1 Pamulang. SMA? SMA memang masa yang menyenangkan bagiku, aku bisa jadi diriku sendiri, tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Aku senang jika guru-guru sedang rapat sehingga pelajaran kosong atau kadang kami dipulangkan, dipulangk an, masa di mana aku ingin mencoba banyak

 

Gerimis Hati hal baru, bandel ingin bolos sekolah, sekolah, mersakan yang namanya cinta pertama, dan SMA-ku lengkap ketika ada mereka para sahabatku. Kami mulai dekat ketika Masa Orientasi Sekolah Nunu, Icha,semua Desi, Rifki, Shalli, Indra, Fudhol,(MOS). dan Narda. Hampir hal yang berhubungan dengan sekolah kami lakukan bersama, kami satu kelas dan satu tempat les. Mereka ada di saat aku sedang susah dan senang, mereka yang menasehatiku ketika aku sedang berbeda pendapat dengan orang tua, mereka yang memapahku saat aku merasa down, mereka yang mengajariku arti persahabatan, kesetiaan, kebersamaan. Mereka orangorang Hari hebatini, yang kehidupanku. UAN. kehidupanku. harimempengaruhi terakhir aku melaksanakan Merupakan akhir perjalanan SMA-ku, semoga hasil yang aku dapat memuaskan dan dapat kuliah di tempat yang ku inginkan. Pagi Pagi ini sedikit berbeda dari hari sebelumnya saat melaksanakan UAN, temantemanku terlihat lebih sumringah, mungkin karena merasa berada di depan gerbang kebebasan. “Hari ini kita ke Ragunan, yuk!” Seru Mya di sisi kananku yang sedang asik ngobrol dengan perkumpulannya. perkumpulannya. “Eh, nanti sore s ore berenang, berena ng, Yuk,” Yuk,” kata Esti dari sisi si si yang berbeda . “Gimana kalo nanti kita karokean aja” kata Dinar. Masing-masing dari kami memiliki rencana sendiri-sendiri untuk melepas penat setelah UAN. ”Kita kemana nih ?” Tanya Rifki. ”Nanti ke Bude aja yaa, gue laper! Abis itu baru deh, terserah pada mau kemana!” kata Fudhol. “Ayo Ayo,, Boleh!!!” Bol eh!!!” Seru kami mengiyakan mengi yakan perkataan

16

 

Senyumanmu, Ku Rindu!! Fudhol. Aku dan sahabatku, memilih Warteg Bude yang merupakan nama kantin di sekolah kami untuk melepas penat dan memuaskan rasa lapar kami tentunya. ngutang Selain harganya murah di sini juga bisa Tak lama setelah perbincangan ini, bel masuk pun berbunyi, kami pun masuk kelas dengan tertib, mengerjakan soal UAN dengan sebaik-baiknya. Dua  jam pun berlalu, murid-murid keluar kelas dengan tampang lega, mereka tertawa lepas. “ Warteg BUDE!!!” Di Bude, siang ini lebih ramai dari biasanya, setengah dari siswa dan siswi di sini,kepenatan rupanya kami kdan ami berfikir hal yang sama, yaituada melepas rasa lapar. “Cie, anak Bogor!” kata Nunu setibanya aku di Bude. Nunu menggodaku karena tadi pagi ada pengumuman di papan pengumuman sekolah, dan nama ku tertera di sana, diterima PMDK di Diploma IPB. “Haha, apaan sih? rezeki emang ga kemana kali!” kataku yang langsung masuk antrian untuk memilih menu makanan. “Loe – loe pada gimana?” lanjutku lanjutk u penasaran “Belom rezeki gue, Yas….” Jawab Shalli pasrah. “Tenang aja, Semarang masih muat nampung kita kali, Shall!!” kata Rifki dengan percaya dirinya. “Bandung apalagi ya, Cha! Masih muat banget nampung kita” kata Desi ke Icha sambil menepuk bahu Icha. “Muat banget, Des! Bandung kan luas!” kata Icha menjawab, dan membalas menepuk bahi Desi.

17

 

Gerimis Hati “Dhol, diem aja loe? Kenapa? Tumben!! kaya orang lagi bingung, belom bayar hutang! ” Tanya Rifki, fudhol yang terlihat bingung sedang sibuk dengan minumannya hanya di aduk-aduk. “Aduh bingung yang nih gue, kuliah di mana ya?” kata Fudhol. “ Yaelah Dhol, Dho l, selow aja kali, loe mah gampang, g ampang, kan udah ganteng, tinggal senyum di depan kamp kampusnya usnya  juga langsung di suruh masuk.” Canda Indra, Indra memang hampir tak pernah serius kalo ditanya, tapi kalo soal tanggung jawab dia juaranya diantara kami “HAHAHA” tawa kami pecah serentak “Masuk doang“Lagian yaa, numpang lewat, Ndra” jawab Fud lo, masih aja bingung, yang Fudhol. guehol. pikirin sekarang nih, kalo gue pisah sama loe-loe pada deh, ga tau gue gimana, kalo kata mutiara di kartu undangan anak-anak nih ”tiada kesan tanpa kehadiaran kalian”!! kalian”!! “ kata kata Indra. ”Nih ya, loe Shall, Ki, kalo udah jadi arsitek, lo berdua ya yang yang bangun rumah rumah gue, Shalli ngedesain lantai bawah, rifki ngedesain lantai atas. loe Des, Cha kalo bini gue hamil terus lahiran nih yaa, loe yang jadi bidannya, Desi bini pertama, Icha bini kedua. eh, loe jadi apanya gue ya, Dhol? ” Lanjut Indra dan bertanya pada Fudhol “Nah gue tau, kalo anak gue cowok, loe yang ngajarin anak gue, biar  jadi ganteng kaya lo, Dhol, abang ganteng. Terus kalo anak gue cewek, loe juga yang ngajarin anak gue biar cantik. Kan abang cantik, loe mah kanan kiri  juga bisa, ganteng bisa, cantik juga bisa” lanjut indra, fudhol memang ganteng, senyumnya manis, tapi kalo ada ajang cowok tercantik pasti dia juga menang,

18

 

Senyumanmu, Ku Rindu!! dia paling jago soal merawat tubuh. semua tertawa mendengar celotehan Indra. ”Udah deh, masa tua gue tinggal ongkang-ongkang kaki aja!” kata Indra, lalu semua kompak pak menyoraki Indra. ”Eith,kom nanti dulu, gue duluan kali, liat aja” kata Fudhol. “Duluan apanya, Dhol? Matinya? Hahah,” kata Rifki. “Eith dah, Ki! kalo ngomong, hahhah, nikahnya lah duluan gue, kan gantengan gue!! hahah” canda Fudhol. Mungkin ini yang akan kami rindukan, berceloteh bersama kemudian semuanya bisa tertawa lepas. Sekolah, Pengumuman Kelulusan Ini hari yang aku tunngu, begitu juga dengan teman-temanku. menunggu secarik kertas bertuliskan kata “LULUS,” “LULUS,” hasil memuaskan memuas kan adalah pelengkapnya, semoga hasil terbaik yang aku dapatkan.sekarang pukul 08.00, Semua siswa- siswi SMA Negeri 1 Pamulang berkumpul di lapangan, dan berharap cemas menunggu hasil pengumuman UAN, “aduh takut nih gue,” kata salah seorang, “deg-degan nih gue,” kata yang lainnya, “lulus gak ya?” Yang lainnya lagi menimpali. ”Ndra, lulus ga nih kita?” Tanya ku, sedikit ragu untuk mendapatkan mendapatkan jawaban yang serius s erius dari Indra. “Lulus, Yas! Selow! Dukun kita kan canggih,  Yas!”jawab  Y as!”jawab Indra. “Dukun apaan, Ndra? Dukun Dukun anak tuh, ibunya si Rifki?” kataku.

19

 

Gerimis Hati “Haha, kenapa emak gue yang dibawa-bawa? Eith, Dukun anak? Bagusan dikit kenapa? Bidan gitu, dokter anak lebih keren!” Kata Rifki membela diri. Kami larut dalam canda yang semakin ga jelas. Waktu W aktu hampir 1 jam berlau, kami kompak memasang muka yang lebih cemas. “Perhatia “P erhatian-perhati n-perhatian!!” an!!” Terdenga erdengarr suara dari podium, suara itu cukup canggih untuk menarik perhatian kami. “Harap tenang, kami akan segera membagikan hasil pengumuman, kelas IPA dapat mengambil amplopnya di sisi kanan saya, dan IPS di sisi kiri saya, setelah mengambil pengumuman, silahkan berkumpul kembali di lapangan!!” kata Bu Sri. Suasana yang tadinya hening seketika menjadi ramai. Ketika seluruh siswa dan siswi memegang hasil pengumuman, terdengar lagi suara ibu Sri, ”Aba-aba ada di saya, saya hitung satu sampai tiga, baru boleh dibuka ya, Anak-anak!” “Baik, bu!” Kata anak-anak serentak. “Satu…. Dua… Tiiigaa!!!” Tiiigaa!!!” Kata bu Sri. Anak-anak serentak sibuk membuka amplop, “GUE LULUS !!” Teriak Indra, ”Gue juga lulus!!” Kata ku. “Selamat ya teman-teman,” kata Nunu, kami berpelukan, berpeluk an, tak kuat menahan rasa haru dan bahagia, lepas sudah masa abu-abu kami. Selamat tinggal masamasa bandel, selamat tinggal banyolannya Indra. Mungkin masih akan tetap ada masa putih abu-abu ku, tapi tak seintens sekarang. Aku pasti akan merindukan kalian, merindukan perbincangan kita yang tak jelas

20

 

Senyumanmu, Ku Rindu!! ujungnya, masa-masa bersama di kantin. Proses demi proses kami lalui untuk mendapat tempat kuliah sesuai keinginan kami. Kami mulai sibuk sendiri-sendiri, sampaiperan akhirnya kami benarbenar mulai sibuk melakoni sebagai mahasiswa baru. Aku sebagai mahasiswa baru IPB, Shalli dan Rifki sebagai mahasiswa baru arsitek di Semarang, Fudhol sebagai mahasiswa baru Ilmu Komputer di UAI, Nunu sebagai mahasiswa baru Gizi, Desi dan Icha sebagai mahasiswa baru di Bandung, dan Narda sebagai mahasiswi DKV di Binus. Kuliah Hampir 1,5 tahun sudah aku jadi anak kuliahan. Ini waktu-waktu riskan untuk merinduk merindukan an masa-masa SMA, “aaah, kapan kapan bisa pada ngumpul lagi? Kangen nih” kata Narda menghubungik menghubungiku u lewat telepon. ”Ayo dong, Nar!” kataku, “kata Fudhol, minggu depan kan Indra ulang tahun, kita buat pesta kejutan aja buat dia, sekalian ngumpul-ngumpul” lanjutku. “Setuju, gue SMS anak-anak deh, di warung mas Dimas, ya? Jam 8 aja, sambil ngomongin dulu rencananya,” kata Narda. “Sip lah,tapi bilang ke Indra jam 10-an aja, biar pas ke jam 00.00-nya,” kataku. Seminggu pun berlalu, ini hari yang kutunggu, untung memang hari Sabtu, malam Minggu. Ini pertemuan lengkap pertama kami kami setelah lulus SMA, kami saling bersalaman, berpelukan melepas rindu. “Dhol, muka loe tambah bersih aja, perwatan di mana? Gue aja yang cewek ga bersih-bersih banget,” kata Shalli.

21

 

Gerimis Hati “Cuma pake shampoo,” jawab Fudhol dengan nada iklan shampoo rejoice, dan entah mengapa itu senyum termanis dari senyum yang manis yang ia punya, tapi memang Fudhol bersih dan lebih cerah, pesta kejutan untukkelihatan Indra akan segera dimulai,, rencana kami, Indra akan kami ikat di gawang dimulai lapangan sekitar warung mas Dimas, ditutup matanya kemudian kemu dian kami kami ceplokin, ceplokin, setelah itu baru kami beri kue. Hari ini indah sekali, acara kejutan untuk Indra berjalan lancar, meski pertemuan ini singkat, tapi sangat berkesan dan dapat melepas seluruh kerinduan. Tak ada yang berubah, semua masih sama, mereka masih seru dan menyenangk menyenangkan. an. 3 hari kemudian Hari ini adalah hari Rabu, telat bangun, telat ke kampus, kuis Aljabar Linier dan Presentasi hasil laporan, lengkap. Lengkap bikin bad mood dan ada sedikit perasaan gelisah, Hari ini ada kuliah pukul 08.00, entah mengapa, aku seperti tak bergairah dan bersemangat untuk menjalankan aktifitas apa pun, termasuk ke kampus, kuis dan presentasi. “Mungkin karena sudah telat dan ada kuis hari ini, hingga mood ku jadi sangat tidak baik,” pikirku, sambil menghidupkan menghidupk an HP yang di carge dari semalem dalam keadaan mati, buka buka twitter dan recent update, ini jadi kebiasaanku. Ketika bangun tidur langsung HP yang dicari, tiba-tiba ti ba-tiba di d i tweet muncul muncu l tulisan, “RIP “ RIP, yang tenang ya, kami merindukan mu!” tweet Dinik teman SMA-ku. “RIP “RI P, Ahmad Ahma d Yoga Yoga Fudholi, Fudho li, yang yang tenang, ten ang, Dhol D hol” ”

22

 

Senyumanmu, Ku Rindu!! tweet Shalli. “RIP Ahmad Yoga Fudholi? Ahmad Yoga Fudholi mana? Fudhol-kah? Abang cantik? kenapa?” Pikirku. Badanku lemas seketika, langsung menelepon shalli, ”Shall, Ahmad yogaaku Fudholi? Fudhol Shal?” tanyaku meyakinkan. “Iya Yas, Fudhol, Ahmad Yoga Fudholi udah gak ada, dia pergi duluan ninggalin kita, Yas!!” kata Shali, kemudian kami menangis bersama. Apa karena ini mood-k mood-ku u jadi jadi tidak baik, tak ada semangat dan gairah, apa karena ini perasaan ku gelisah, mengapa cepat sekali, Dhol? Apa ucapan 1,5 tahun lalu adalah doa? Apa pertemuan 3 hari lalu adalah pertanda dan kenangan terakhir yang ingin Fudhol kasih ke kami? Pantas mukanya terlihat bersih. semua begitu cepat? Memang, soal kematian, jodoh dan rezeki sudah diatur dan tidak ada yang bisa menentang kuasaNya. Mengapa bisa secepat ini? Kabar kepergianya simpang siur, ada yang bilang dikeroyok seniornya lantaran rebutan cewek. Berita akhirnya adalah dikroyok hanya karena dikira ngambil helm senior yang tenyata hanya salah paham, mengapa harus seperti ini, karena hari ini ada kuis dan presentasi hasil laporan, aku menjalankan aktifitasku seperti biasa, namun dengan hati yang sedang bersedih. Maaf tidak bisa mengantarmu ke peristirahatan terakhir, sahabat. Hari ini mendung, mungkin sebentar lagi hujan, sepertinya bumi pun tak rela kehilanganmu. Kamu akan selalu ada di hati, sahabat terbaik, sahabat terindah. Ini jalan Allah yang terbaik hingga kamu dipanggil duluan dari pada kami, kami semua pasti

23

 

Gerimis Hati akan menyusulmu, cepat atau lambat, dari foto-foto pemakamanmu yang aku terima, senyum-mu masih senyum terindah yang pernah ku lihat, di saat kami bersedih kehilanganmu, kau masih tersenyum untuk kami. Sahabat, wajahmu terlihatbisa bersinar bersinar. . Kami K ami sadar semua tidak ada yang abadi dan semua akan kembali kepada-Nya, kami merindukanmu dan akan selalu meridukanmu, Merindukan senyummu, Ahmad  Yoga  Y oga Fudholi! Fudholi!

24

 

4 Semua Ada Waktunya Bagus Rinaldhi f

Nama saya Bagus Rinaldhi. Saya anak pertama dan memiliki tiga orang adik. Saya mempunyai hobi bermusik namun juga tertarik akan dunia bisnis. Sejak masih duduk di bangku SMA, saya sering menjadi makelar bisnis seperti makelar baju, motor, hingga menjalankan proyek-proyek di SMA yang bisa menghasilkan profit yang cukup banyak. Namun kegiatan saat masih SMA dulu, hanya saya jadikan iseng saja. Karena, pada saat saa t itu saya masih merasakan zona nyaman mendapatkan semua fasilitas dari orang tua. Kebetulan papa juga merupakan pebisnis atau wiraswastawan yang pada saat itu sedang mengalami keberuntungan mendapatkan profit yang cukup

 

Gerimis Hati maksimal. Sedangkan mama merupakan ibu rumah tangga yang juga membantu usaha-usaha ayah.   Namun keadaan semuanya berubah pada April 2011. Padahal saat itu saya sudah tercantum sebagai mahasiswa diploma IPB semester dua, dan mengontrak sebuah rumah bersama tiga teman di daerah Warung Jambu, Bogor. Saat itu mama menghubungi lewat handphone untuk menanyakan kabar.   “Halo mas,” sapa mama.   “Iya mah, kenapa?” jawabku. Percakapan di telepon pun berlangsung cukup lama sampai akhirnya aku meminta sesuatu kepadan kepadanya. ya.   “Mah, kapan nii mau beliin aku aku kamera DSLR?” Tanyaku penuh harap.   “Iya mas, nanti nanti mama beliin. Makanya Makanya doain mama sama papa ya, biar masalah mama dan papa cepat selesai.” jawab mama. Dengan nada santai dan tidak mau tahu masalah apa yang sedang dialami orangtuaku, saya pun hanya berkata, “oh iya mah.”  Tidak  T idak lama kemudian percakapan perca kapan di handphone pun selesai. Saya sama sekali mengabaikan kata-kata mama jika mereka sedang mengalami masalah. Saya tidak peduli saat itu.   Namun, ketika saya memutuskan untuk pulang tiga hari kemu kemudian, dian, akhirnya saya mengetahui  jika mama dan papa sedang mengalami musibah yang cukup besar. Saya mengetahuinya pertama kali ketika baru sampai di rumah, adikku Nanda yang masih duduk di kelas dua SD menghampiriku. “Mas, doain

26

 

Semua Ada Wak Waktunya tunya papa sama mama tuh, Papa sama mama lagi ada masalah. Papa sama mama ditipu sama om Cahyono” kata adikku.   “Ah yang bener??” Jawabku tak percaya. “ Terus sekarang papa pa pa sama sa ma mama ma ma di mana??” Tanyaku serius.   “Papa sama mama sekarang lagi di kantor polisi” jawab adikku pelan.   Saya sangat kaget kaget dan tak percaya. Selama ini saya sebenarnya mengetahui jika mama dan papa sedang berhubungan dengan om Cahyono dalam suatu bisnis yang nominalnya ratusan juta, hingga milyaran rupiah. Om Cahyono merupakan teman lama dari mama. Saya pun sudah menganggap beliau seperti om sendiri. Saya masih tidak percaya jika beliau tega menipu keluarga kami.   Tidak lama kemudian, akhirnya mama dan papa pulang. Saya menghampiri mereka untuk mencium tangan. Terlihat wajah mama tidak seperti biasanya. Beliau seperti kurang fresh dan agak kurus. Sedangkan papa masih terlihat lebih baik dibanding mama. Setelah saya cium tangan mereka, papa mengajak mama, saya, dan tiga adik saya untuk membicarakan sesuatu.   “Mas, Jar, Jar, Vi, Nda.., sini! Papa mau ngomong,” kata papa dengan nada santai.   Saya beserta adik-adik pun langsung bergegas menghampirinya.   Di ruang tamu, tamu, papa yang yang duduk ditemani ditemani mama menceritakan semua kronologis kenapa mereka sampai bisa tertipu. Setelah itu, papa meminta

27

 

Gerimis Hati anak-anaknya untuk mendengarkan pesan-pesannya. “Mas, Jar, Jar, Vi, Nda … Maafin papa yaa kalau sekarang se karang keluarga kita jadi begini. Papa cuma mohon sama kalian semua agar bisa mengikhlaskan beberapa harta yang kita punya. Papa rencananya akan menjual rumah yang kita tempatin sekarang dan mobil kita. Ga usah takutt yaa.. kita kan masih punya rumah satu lagi, yang taku masih bisa kita tempatin, meskipun rumahnya lebih kecil dari yang ini. Anggap aja ini semua belum rejeki buat kita. Ini cobaan dari yang di atas, tandanya Allah masih sayang sama keluarga kita. Kalau rejeki, nanti insya Allah akan diganti yang lebih baik. Sekarang kita sabar aja, ikhlas, ikhlas, terus ikhtiar dan berdoa. Papa Papa cuma mau pesan sama kamu semua, jangan pernah takut atau malu sama teman-teman kamu dan siapa pun atas terjadinya hal ini. Mental kalian pokoknya harus kuat. Kita akan ulang lagi semuanya dari nol. Papa mohon bantuan kalian semua yaa, terutama sama Mas Aldi, dan Mas Fajar. Kita kerja sama bareng-bareng sampai ke puncak lagi. Terakhir, papa cuma pesan, hidup itu harus sportif. Kita boleh ditipu sama orang, tapi  jangan pernah kamu nipu orang. Biar Allah aja yang kasih ganjaran itu semua.” kata papa.   “Iya pah, Insya Allah kita semua termasuk orang yang kuat. Semoga semuanya bisa berjalan dengan lancar dan kembali ke keadaan seperti semula,” jawabku sedih dan sedikit meneteskan air mata.   Saya sangat sedih dan terpuk terpukul ul setelah apa yang dikatakan papa. Namun di sisi lain saya sangat bangga bisa mempunyai keluarga yang kompak dan

28

 

Semua Ada Wak Waktunya tunya bisa besabar dalam keadaan sulit, terutama papa yang sangat bisa menjadi panutan anak-anaknya.   Setelah kejadian itu, akhirnya saya sadar bahwa roda terus berputar be rputar.. Ada saatnya kita diatas diat as dan kadang di bawah. Semenjak itulah saya merasa harus keluar dari zona nyaman. Saya terus berikhtiar dan bedoa, sampai akhirnya saya dapat beberapa tawaran bisnis dari beberapa teman. Setelah dijalankan, saya  jadi tahu, ternyata bisnis tidak semudah apa yang kita pikirkan. Banyak lika-liku yang harus dilalui beserta resikonya. Tapi setidaknya saya merasa sudah melangkah dengan benar.   Berani melangkah memang ada resiko kegagalan, tapi tidak melangkah sama sekali, sudah pasti gagal. Saya percaya, selama bisa terus fokus, konsisten, berkomitmen, sabar sa bar,, dan ikhlas menjalankan menjal ankan hidup yang positif dan sportif sportif,, maka akan tiba saatnya, indah pada waktunya.

29

 

5 Untuk Kalian, Anak-anaku Corry Bani Putri Tarigan i

Mamak, begitu biasa aku memanggilnya. Beliau adalah seorang wanita berumur 42 tahun, yang telah melahirkan dan merawatku selama lebih dari 20 tahun. Wanita ini menjadi wanita yang sangat berpengaruh dalam hidupk hidupku. u. Aku memiliki 4 orang adik, 3 perempuan, dan 1 laki-laki. Bapakku hanyalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di tempat sekarang kami tinggal. Karena di rumah ini ada 7 orang dengan kondisi kebutuhan sandang dan pengan lebih besar, mamak membantu bapak dengan mengurus ladang. Saat ini, aku dan adikku yang nomor 2 bernama Kezia telah menduduki bangku perguruan tinggi,

 

Gerimis Hati sedangkan adikku yang lain masih bersekolah di SMP dan SD, dan yang terakhir berumur 3 tahun. Setahun yang lalu, saat aku libur kuliah dan Kezia baru lulus dari SMA. Kezia tengah menunggu hasil dari ujian yang diikutinya untuk dapat duduk di bangku perguruan tinggi negeri. Selama kami di rumah, mamak selalu mengajak kami pergi ke ladang. lada ng. Tapi Tapi karena hari h ari ini aku sakit, yang yan g pergi ke ladang menemani mamak cuma adik-adikku, dan tinggallah aku sendiri di rumah. Peraturannya, siapa yang tidak ikut ke ladang dia harus membersihkan rumah, karena Bapak melarang adanya pembantu di rumah ini. Menurut Bapak, percuma Bapak punya 4 anak perempuan kalau rumah masih kotor. Jadi, kami membagi tugas jika semua anak bapak di rumah.   Sebelum mereka pergi ke ladang, Kezia menitipkan menitipk an pesan, “Kuli.., aku titip liatin pengumuman ya! Aku ngga berani liat..” li at..” Teriak Teriak Kezia Ke zia di depan depa n pintu sebelum pergi ke ladang siang ini. “Iya, mana kartumu? ” “ Tengok aja a ja di lemari kamar kamar,, di dalam d alam binderku b inderku ada itu.” “Oke..okee!” Karena pengumumannya ditampilkan ditampilkan di internet sekitar jam 6 sore, aku mengerjakan tugasku terlebih dahulu untuk unt uk membersihkan members ihkan rumah. Tapi, Tapi, tidak tida k terasa waktu sudah menunjukkan jam 6 sore. Aku langsung menghidupkan menghidupk an internet, tak sabar ingin tahu hasilnya. Segera kuketikkan nama situs dan aku tekan angka demi angka yang tertulis di kartu ujiannya. Sesuai dengan keyakinanku, di internet tertulis

32

 

Untuk Un tuk kalian, Anak-anakku ‘LULUS.’ Ya Ya adiiku, adii ku, Kezia, lulus lul us di salah s alah satu s atu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung. Bahagia? Ya, aku bahagia dengan kelulusannya, karena Bapak tidak percuma menyekolahkan kami di tempat yang jauh dari mereka, dan harus menahan rindu selama beberapa bulan. Aku menunggu pulangnya Mamak dan adikadikku dari ladang, mulut ini tidak sabar untuk mengucapkan selamat kepada Kezia dan Mamak. Tidak lama kemudian, aku mendengar suara sepeda motor yang tidak asing lagi berhenti di depan rumahku. Spontan, aku berdiri dan langsung berlari keluar dan berteriak kepada Kezia. “Kiiiddaaaa... kau lulus ini. Di Bandung meen!”Seruk meen!”Seruku u pada Kezia. Mamak tersenyum dan terlihat lelah. Mungkin karena Mamak lelah seharian berada diladang.   “Iyaa? Ah, bohong kau! Mana? Aku mau liat.” Kebetulan, aku belum menutup halaman pengumumannya di internet. Kami pergi ke kamar diikutii mamak setelah diikut s etelah memarkirkan sepeda motornya.   “Ye, mak aku lulus. Mana Bapak? Belum pulang?”   “Belum, ada yang rusak paling dipabrik, makanya lama pulang. Ciee, anak Bandung dia.” Kataku sambil tertawa.   “ Ya udah, kita tunggu aja Bapak pulang, ya. Mandi dulu kita.” Kata mamak. Setelah mandi, kami duduk di depan TV sambil menunggu. Tidak lama kemudian, Bapak pun pulang. Belum sempat Bapak memarkirkan sepeda motornya, aku dan Kezia sudah menghampirinya.

33

 

Gerimis Hati   “Pak, kida lulus di Bandung pak. ” kataku sambil menggandeng Kezia.   “Iya nakk nakku? u? Selamat ya, ya, nakku. nakku.” ” Jawab Bapak yang lalu memarkirkan motornya dan memeluk Kezia. Kami pun masuk ke dalam rumah untuk membicarakannya membicarakann ya lagi.   “Bapak ganti baju dulu, ya.” Bapak masuk ke kamarnya dan membereskan perlengkapannya. Setelah selesai, dia keluar dan duduk bersama kami.   “Jadi gimana nakku ?” Tanya bapak pada Kezia “Mau yang di mana kam (kamu) (kamu) jadinya ?”   Kebetulan Kezia mendapatkan beasiswa di sebuah Universitas Swasta di daerah Bekasi dengan  jurusan yang diminatinya. Sementara universitas negeri yang berhasil didapatkannya hari ini hanya karena ajakan seniornya.   “Kam pikirkan pikirkan dulu baik-baik, di mana yang dirasa lebih suka.” tanya bapak.   “Iya, masih ada waktu-ndu (kamu) selama belum waktunya daftar ulang, berat ke mana? Kalau masalah biaya, bukan kalian yang mikirkan. Mamak sama Bapak yang usahakan,” tambah mamak.   “Iya pak, iya mak. Masih seminggu lagi daftar ulangnya mak,” jawab Kezia. Setelah pembicaraan selesai, aku dan Kezia masuk ke kamar. kamar. Sewaktu Sewakt u di kamar aku menambahkan menamb ahkan kata-kata mutiara.   “Kau pikirkan aja dulu, semedi kalau perlu. perlu. Kalau masalah biaya, gimana pun pasti diusahakan tapi keseriusanmu yang perlu. Nanti putus di tengah  jalan, gimana gimana perasaan mamak sama bapak itu coba ?

34

 

Untuk Un tuk kalian, Anak-anakku ”   “Iya, tapi yang di Bandung itu aku ngga suka. suka. Ngga sejalan rasanya.” Kata Kezia.   “Aku bukannya mau maksa kau buat di situ, ya gimana hatimu ajalah.”   “Iyaaaa...”Jawab Kezia singkat.   Setelah beberapa beberapa hari dia berpikir dan diberi masukan sama orang tua kami, Kezia pun memilih kuliah di Bekasi. Walaupun terasa berat dalam hal biaya, orang tua kami tidak pernah menyinggungnya dalam setiap obrolan kami. Aku tahu, pasti berat karena saat pembayaran SPP ada 4 tempat yang harus dibayar lunas dan orang tuaku sangat bekerja keras untuk mendapatkan biaya itu. Mereka rela bekerja sampai malam, tidak mengenal panasnya matahari dan dinginnya hujan. Saat aku mengingatnya, aku ingin memeluk mereka dan mengucapkan “Terima kasih mak, terima kasih pak untuk semua pengorbanan yang kalian lakukan untuk kami, demi kami.”

35

 

Bagian 2 

 

6 CERITA TENTANG AYAM Gresie Eflin Siahaan l

Aku terlahir menjadi anak bungsu di sebuah keluarga keluar ga Batak. Patrialisme adat Batak mengharuskan kami sekeluarga untuk tinggal bersama kakek dan nenek, atau yang sering saya sebut “Opung Doli” dan “Opung Boru” di sebuah kota kecil kecil di Sumatera Utara.   Kabanjahe, adalah kota kecil yang sejuk tempat aku lahir, dan menerima didikan baik formal maupun non formal.

 

Gerimis Hati Kakek sudah meninggal, sejak bapak masih berumur 9 tahun, sehingga aku hanya mengenal nenek sebagai sosok opung. Opung Boru merupakan sosok wanita yang lembut dan sangat ramah, tetapi bukan berarti aku bebas dari didikan tegas opung. Sama seperti banyaknya pendapat orang tentang didikan di suku Batak yang tegas dan disiplin. Terlepas dari kedisplinan , opung juga selalu mengajarkanku tentang buah kebaikan dari sebuah kebijaksanaan, terutama bijak dalam bersosial dan bergaul. Kata Opung orang pintar itu belum tentu bijak, tetapi orang bijak sudah pasti pintar. Opung  juga selalu mengingatk mengingatkanku anku dengan satu pribahasa kuno kun o Batak, yaitu yaitu “ mata do guru roha roha sisean ,” yang artinya mata adalah guru dan hati penuntunnya. Ini adalah nasehat yang hampir setiap hari aku dengar. Hari ini hari Minggu, seperti biasa kami pergi ke Gereja untuk beribadah. Tepat pukul 12.00, kami pulang untuk menyantap makan siang di rumah. Sesampainya di rumah, opung bergegas mengganti pakaian dan kemudian menuju pekarangan belakang rumah untuk melihat ayam peliharaannya, karena opung memiliki banyak peliharaan mulai dari anjing, sepasang kelinci , dan sekitar 27 ekor ayam. Saat itu, aku dan mama sudah berada di dapur menunggu opung sambil memotong buah. Sesaat setelah opung sampai di dapur, kami mendengar suara pekikan ayam. Aku dan opung kemudian mengintip dari jendela dapur, dan terkejut melihat tetangga kami baru saja memotong leher ayam opung dan membuangnya kembali ke pekarangan. Lalu kami

40

 

Cerita Tentang Ayam melihat tetangga itu masuk kembali ke rumahnya. Tak lama kemudian opung menghampiri ke tempat di mana ayam itu dibuang. Kemudian dia membersihkan ayam yang baru saja mati itu, dan memasaknya menjadi ayam gulai kesuk kesukaan aan mama. Sejam kemudian, setelah selesai memasak, opung memanggil ku. “Gresie,,! “ panggil opung dengan suara khasnya yang lembut Aku pun yang sedang asik menonton, langsung berlari menemuin menemuinya ya di dapur dapur.. “Kenapa pung?” Tanyaku. “Antar ayam gulai ini ke rumah Namboru Gultom, ya, “ sahut opung lembut sambil meletakkan masakannya masakanny a di atas meja makan. Namboru Gultom adalah sebutan untuk tetangga sebelah kami. Namanya bukan Namboru Gultom karena “Namboru” adalah panggilan bahasa Batak yang berarti “bibi” dan “Gultom” adalah salah satu marga di suku Batak. Dia sangat benci dengan ayam-ayam kami yang mungkin sering merusak tanaman di pekarangan belakang rumahnya. Dalam hitungan detik, aku sudah sampai di depan pintu rumah Namboru Gultom. “Namboru,,,!” “Nambor u,,,!” Teriakku dari da ri luar lua r Namboru Gultom keluar dan bertanya, “ada apa Gresie? “ “Ini namboru, ada ayam gulai masakan opung,” sahutku dengan senyum Namboru Gultom pun membalas senyumku, dan berkata, “ Baah, terima kasih ya, bilang ke opung,

41

 

Gerimis Hati tapi namboru mau pergi, ada pesta, kalau ada yang ulang tahun sampaikan salam namboru saja ya.“ “Iya namboru,” sahutku. Kemudian aku langsung pulang dan masih bingung kenap kenapa a opung tidak marah, bahkan memberikan ayam itu, dan kenapa juga Namboru Gultom tidak memiliki rasa bersalah sedikit pun. Sesampainya di rumah, aku ke dapur dan siap untuk makan siang bersama keluarg keluarga. a. Hari Rabu berikutnya, Hal yang sama terulang lagi pada sore hari, ketika aku baru saja selesai les private matematika. Opung melihat Namboru Gultom memotong lagi leher ayamnya, dan kembali membuangnya ke pekarangan rumah. Setelah Namboru Gultom masuk, opung kembali mengambil ayam itu, dan memasaknya. Kali ini opung menyulap ayam malang itu menjadi ayam goreng. Setelah memasak, opung pun kembali menyuruhku mengantarkannya ke rumah Namboru Gultom. Hal yang sama terjadi kembali, Namboru Gultom masih saja tidak menyadari bahwa itu adalah ayam yang dibunuhnya, dan selalu saja mengira bahwa di rumah ada yang ulang tahun atau acara syukuran kecil-kecilan, karena memang di adat Batak sering sekali dilaksanakan acara syukuran kecil keluarga. Seperti syukuran ujian, ulang tahun, dan masih banyak syuk syukuran uran lainnya. Kejadian penyulapan ayam ini pun terjadi lagi ketiga kalinya, tepatnya terjadi pada hari Minggu, 19 Juni, tahun 2000, jam 07.00, di saat kami masih

42

 

Cerita Tentang Ayam sarapan, dan opung sudah mengeluarkan ayam ayamnya dari kandang. Seperti sebelumya, opung pun kembali memasaknya menjadi “ayam pinadar,” yaitu masakan khas Batak, dan menyuruhku kembali mengantarkannya mengantark annya ke rumah Namboru Gultom. Sesampainya di rumah Namboru Gultom aku kembali memanggilanya, Tapi kali ini, setelah aku memberikan ayam masakan opung, dia pun bergegas bertanya, “ opung ada di rumah, kan? “ “iya namboru” sahutku terheran-heran melihat dia yang terburu-buru sekali. Sesampainya di rumah, Bou Gultom berkata, “eda..!“ Eda adalah panggilan adat Batak untuk sesama wanita yang seumuran “Iya eda, “ sahut opung dari dapur sambil tersenyum “Maaf ya eda, aku pikir ayam yang pertama dan kedua itu karena ada yang ulang tahun, tapi aku bingung kenapa setiap aku potong leher ayammu, aku dikasih ayam yang enak, maaf-lah ya eda,” sesal Namboru Gultom “Sudahlah eda, ga apa apa, memang ayamku  juga salah, merusak tanamanmu di belakang” sahut opung dengan tetap tersenyum Setelah itu, mereka melanjutkan perbincangannya, perbinc angannya, dan d an aku pun masuk ke dalam kamar. kamar. Sejak saat itu aku mengerti mengapa opung selalu mengajarkan kami untuk bijak dalam bersosial, dan selalu mengingat pribahasa kuno itu. Karena kebijakan kebijak an bukan hanya datang dari mata sebagai indra penglihatan tetapi juga dari hati yang bersih sebagai

43

 

Gerimis Hati penuntunnya, dan buah kebijakan kebijakan selalu manis .

44

 

7 Pencuri Susu Coklat Nathalia Agnesta Putri Q

Kegiatan jadwal kuliah . Ada beberapa dari mereka memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah menum1puk seperti menyuci,menyetrika dan membereskan kamar kos’an yang terlihat seperti kapal pecah. Adapun yang menggunakan waktunya untuk ‘balas dendam’ tidur.   Pada waktu itu aku kost kost di Taman Taman Malaba Mal abarr, disana suasananya ramai sekali

tetapi setiap hari

 

Gerimis Hati minggu saja, karena sebagian dari mereka adalah orang sibuk yang setiap harinya bekerja. Sudah bisa ditebak kalau mereka pasti lebih tua dari aku. Setiap hari minggu kami selalu berkumpul, sering memasak bareng bahkan nge’gosip’ bareng, entah ada saja yang dibicarakan. Mereka diantaranya mbak dewi, mbak sarah, mbak ivana, mbak Martha dan aku sendiri yang paling muda. Mereka sering bercerita tentang perjalanan hidupnya sampai sekarang , dari situ aku banyak mendapatkan pengalaman berharga . kami mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang malas, rajin, bawel, dan doyan tidur.   Setiap pagi biasanya aku sering membuat susu coklat hangat untuk sarapan, maklum saja kalau anak kosan harus mengerjakan ini itu harus dilakukan sendiri. Setelah membuat susu hangat di dapur aku langsung menghampiri mereka yang sedang asik mengobrol. Walaupun terkadang aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Entah kenapa aku selalu merasa kalau hari minggu waktunya berlalu begitu cepat. Tidak terasa sudah banyak obrolan yang kami bicarakan. Karena hari sudah sore jadi kami kembali ke kamar masingmasing untuk melakukan aktivitas selanjutnya dan beristirahat menghadapi hari esok.   Senin 06.00, Saat itu aku masih semester tiga, saat rajin-rajinnya bangun pagi karena takut telat masuk kuliah. Kebetulan aku masuk jam 07.00 jadi sekitar jam 06.30 harus berangkat kuliah. Sebelum aku ke kampus aku ke dapur dulu untuk membuat susu coklat hangat. Karena masih terlalu panas dan

46

 

Pencuri Susu Coklat tidak mungkin langsung meminumnya, jadi saya tinggal sebentar untuk merapik merapikan an kamar sambil memasukan barang apa saja yang akan dibawa ke dalam tas. Biasanya kalau terburu-buru pasti banyak barang yang tertinggal. Setelah merapikan semuanya aku kembali ke dapur untuk meminum susu coklat hangat itu. Tiba-tiba susunya di dalam gelas habis. h abis. aku bingung dan heran siapa yang meminumnya? Saat bersamaan mbak dewi masuk ke dapur, aku langsung menanyakan kepada dia “Mbak ,liat siapa yang minum susu coklat aku nggak?” tanyaku “ngga k lia, mbak juga baru “nggak bar u keluar kamar,memang kamar,memang ada yang minum?” “Iyaa mbak, ini tinggal gelasnya tapi isinya udah nggak ada” “ya sudah kamu buat lagi aja” sarannya Karena hari sudah semakin siang, tidak mungkin aku membuatnya lagi. Kemudian aku langsung berangkat menuju kampus. Dijalan aku masih memikirkan kemana habisnya susu coklat hangat itu , “siapa yang meminumnya ya?” tanyaku dalam hati. Tapi ya sudahlah, sudah lah, sambil samb il terus berjalan ber jalan aku menikmati menikma ti udara pagi kota bogor. Selasa 06.00, hari ini aku masuk pagi lagi walaupun tidak sepagi hari senin. Tidak seperti biasanya hari ini suasana kost ramai sekali, jadi aku terbangun lebih cepat. Sekitar jam 06.30 aku pergi ke dapur untuk membuat susu coklat hangat lagi, saat itu suasana kost’an masih ramai, karena mereka belum berangkat kerja. Aku membuat susu sambil

47

 

Gerimis Hati memperha tikan kesibukan memperhatikan kesibukan mereka, ada yang kesianga kesiangan n dan ada yang bingung mencari sepatunya. Sambil menunggu agar tidak terlau panas saat diminum, aku pun ke kamar untuk bersiap-siap berangkat ke kuliah. Sekembalinya ke dapur, susu coklat hangat pun hilang lagi. Yaaaah, lagi-lagi aku tidak minum susu itu. Tapi ya sudahlah, karena aku harus segera berangkat ke kampus walaupun masih merasa bingung dengan kejadian itu.   Rabu 06.30 06.30 , hari ini aku masuk agak siang tidak terlalu pagi. Karena K arena di kost’an sangat berisik aku  jadi terbangun lebih pagi. Karena masih penasaran siapa yang meminum susu coklat itu, hari ini aku ingin menyelidiki siapa yang meminumnya. Karena itu aku aku langsung pergi ke ke dapur untuk membuat susu coklat lagi lalu meninggalkannya sejenak. Setelah beberapa menit ditinggal dan kembali lagi ke dapur ternyata tinggal gelas tanpa isinya lagi, “ah kehilangan jejak lagi kan, apa setan yang minum? tapi tidak mungkin” pikiran aku pada waktu itu.   Akhirnya ide cemerlang pun datang . Sepulang nya kuliah aku langsung mampir ke kamarnya Sepulangnya kamarnya mbak dewi untuk meminta obat penguras perut. Karena pada saat itu dia pernah bilang mempunyai obatnya. “mbak minta obat penguras perut itu dong” tanyaku “buat apa lia? Kamu susah buang air besar?”  jawabnya “iya nih mbak” Dengan muka muka yang agak pucat “nih, hati-hati ya pakenya jangan berlebihan.”

48

 

Pencuri Susu Coklat   Keesokan harinya aku bangun pagi dan membuat susu hangat itu lagi sambil menuangkan sedikit obat penguras perutnya , agak jahat sih sebenarnya tapi aku sangat ingin tahu siapa pelakunya. Kebetulan hari ini aku libur kuliah kuliah jadi bisa agak santai dan berleha-leha. Setelah membuatnya kemudian aku aku tinggal sebentar seben tar ke ke kamar kamar.. Saat kembali kembali ke dapur susu coklatnya pun sudah hilang lagi. Dan sekarang tinggal tunggu siapa pelakunya.   Sudah cukup cukup lama aku menunggu ,tapi tandatanda pelakunya belum juga kelihatan sampai pada akhirnya beberapa jam kemudian mbak sarah pulang ke kosan karena sakit perut. “mbak kenapa?” “sakit perut nih aku, dari tadi udah bolak-balik kamar mandi terus, makanya aku izin pulang” “loh kok bisa, salah makan kali tadi pagi?” tanyaku terus “padahal aku belum makan, cuma minum susu tadi pagi yang ada di dapur” jawabnya Semula aku aku tidak percaya percaya sih kalau mbak sarah yang meminum susu coklat itu tiap pagi “itukan susu yang aku buat tiap pagi mbak” “oh itu punya kamu? Hehe aku kira punya siapa” Karena mbak sarah bolak-balik kamar mandi terus, aku pun jadi tidak tega melihatnya apalagi ditambah ditamba h mukanya yang pucat. Ya Ya sudah aku langsung langsu ng mengantarnya ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa dan diberi obat, sambil jalan pulang aku pun mengatakan mengatak an yang sejujurnya.

49

 

Gerimis Hati “maaf ya mbak aku tadi pagi ngga sengaja nuangin obat penguras perut punya mbak dewi ke gelas susu coklat tadi,habis aku penasaran sih siapa yang minum susu coklatku setiap pagi” ujar saya “ga papa lia, salah aku juga sih asal minum ngga nanya punya siapa. Jadi gini deh kena jebakan batman hahaha ….” jawabnya sambil tertawa.   Jarak kost’ kost’an an dengan rumah sakit tidak terlalu  jauh. Jadi waktu perjalanan tidak terlalu lama. Kami pun berlalu berjalan sambil mengobrol dan tertawa.

50

 

8 HIkmah Dibalik kursi Roda Nona Dinar

P

“GEDEBUGG!!” Tiba-tiba terdengar suara seperti sesuatu yang  jatuh ke lantai, mengagetkan mengagetkanku ku yang sedang asyik bermain telepon genggam di ruang tengah. “Dinar,, tolooooong!” Begitulah “Dinar Beg itulah suara berikutnya ber ikutnya yang aku dengar. Aku segera tahu siapa pemilik suara itu. Cepat-cepat aku menghampiri ke arah suara tersebut berasal.

 

Gerimis Hati Dan betapa kagetnya aku karena mendapati nenek sedang terpeleset di kamar mandi dengan posisi jatuh yang sangat menyedihkan. Aku panik, mengingat di rumah tidak ada siapa-siapa selain aku dan nenek. Kepanikan ku bertambah ketika ku sadari nenek tidak merasa tangan kananny kanannya a sedang aku raih untuk membantunya berdiri. “Ayo Yangti, Dinar bantu berdiri,” begitulah sapaan akrab ku terhadap nenek. Aku memang sangat akrab dengan beliau, mengingat beliau adalah Ibu dari Ibuku, Ibuk u, juga karena setiap harinya aku selalu menemani beliau tidur tid ur.. Aku mulai meraih mera ih badannya. badann ya. Namun kaki kanan beliau tidak bereaksi sama sekali. “Iyyaaa, yang.., tti jug.., ga sud.., dah mumulai beldili, ta.., pi kaki kanan yang.., tti susah digelakiiin ini naa.., nak.” Jawab yangti dengan logat tutur kata yang tidak biasa. Terbata-bata seperti seseorang yang baru belajar bicara. Bahkan tiba-tiba saja nenek tidak bisa ngucapkan huruf ‘R’. Aku semakin panik. “ Yangti tunggu sebentar seb entar ya. Dinar minta min ta bantuan ke tetangga.” Jawabku putus asa mengingat aku tidak mungkin mampu membopong nenek sendirian. Aku kembali bersama beberapa tetangga yang kebetulan memang sedang berada di rumah. Terlihat nenek sudah pucat, dengan peluh keringat di dahi. Tidak ada waktu lagi, aku segera menghubungi Ayah, Ibu serta saudara-saudara yang lain. Untuk pertolongan pertama, aku mengoleskan minyak pijat ke tangan dan kaki nenek. Iseng-iseng aku mencubit keras-keras tangan kanannya, begitu pula terhadap kaki kanannya. Namun nihil, beliau

52

 

Hikmah Dibalik Kursi Roda tidak merasakan sakit atau mengerang sedikit pun. Aku curiga sesuatu telah terjadi pada nenek. Kekhawatiranku Kekhawatirank u semakin menjadi-jadi. Tak berselang lama Ibu datang, disusul dengan Ayah dan saudara-saudara yang lain. Nenek segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi kurang beruntung. Dikarenakan sakit nenek yang serius dan alat-alat kesehatan yang kurang lengkap, rumah sakit tersebut menyarankan membawanya ke luar kota. Setelah menerima surat rujukan dari pihak rumah sakit, nenek bersama mobil ambulance segera berangkat ke rumah sakit yang dimaksud, salah satu rumah sakit terbaik di kota Kediri. Nenek segera menjalani beberapa pemeriksaan. Tak lama dokter pun angkat bicara mengenai sakit yang diderita nenek. Dan memang benar dugaanku dari awal bahwa beliau sakit yang tidak biasa. Ya, beliau menderita stroke yang tergolong serius, karena setengah badannya yang sebelah kanan sudah mati rasa. Tentu tidak hanya aku saja yang terkejut, tapi semua keluargaku yang hadir saat itu juga merasakan hal yang sama. Siapa yang pernah menyangka bahwa hal sepele yang terjadi pada nenek di kamar mandi tersebut akan berakibat sangat serius. Sudah pasti nenek sekarang akan susah untuk berbicara, apalagi berjalan. Tanpa menunggu menung gu waktu lagi, lagi , Ibu segera meminta me minta pelayanan yang terbaik pada dokter tersebut. Apapun akan dilakukan Ibu demi kesembuhan nenek. Aku bisa merasakan seperti apa kesedihan beliau, begitu juga dengan tiga saudara Ibu yang lain.

53

 

Gerimis Hati Namun kali ini kur kurang ang beruntung, semua kamar inap pasien yang diinginkan Ibu penuh. Tersisa pun hanya tipe kamar yang berisi lima orang. Sungguh tidak tega membayangkan nenek yang sakit stroke harus bercampur dengan orang lain dalam satu ruangan. Akhirnya setelah melewati proses yang panjang, nenek dapat pindah ke kamar yang lebih layak. Aku dan saudara-saudara yang lain segera membantu memindahkan barang-barang ke kamar nenek yang baru. Hari pertama di rumah sakit keadaan nenek belum ada perubahan. Beliau hanya bisa terbaring lemah. Setengah badannya mati rasa. Sudah pasti makan juga tidak enak. Bahkan untuk buang air kecil pun nenek harus memakai selang yang tersambung dengan plastik sebagai alat pembuangan. Hari demi hari keadaan nenek tidak ada perubahan. Sepertinya infus dan obat hanya lewat saja di tubuhnya, tanpa menghasilkan apa-apa. Pengobatan secara herbal pun sudah di usahakan oleh sanak saudara. Namun hasilnya masih nihil. “Yangti harus lebih sabar lagi ya. Ngga boleh ngeluh terus. Yangti pasti sembuh. Ngga ada penyakit yang ngga ada obatnya.” Hiburku suatu pagi, di saat hanya aku dan tante yang bisa menjaga nenek. Sejak beliau jatuh sakit, saudara yang datang untuk menjaga pun dijadwal, mengingat semua memang harus tetap bekerja demi menebus biaya pengobatan nenek. Merasa semuanya sia-sia, akhirnya keluarga besar menyarankan merawat nenek di rumah. Segala

54

 

Hikmah Dibalik Kursi Roda kebutuhan segera disiapkan, mulai dari kursi roda, tongkat, tempat infus, tempat buang air, dan lainlain. Membayangkan alat-alat itu akan berada di rumah sepertinya sepe rtinya agak aneh. an eh. Tapi Tapi tidak masalah, mas alah, demi kesembuhan nenek semua keluarga rela melakukan apapun yang terbaik. Akhirnya, setelah tiga minggu di rumah sakit, nenek dibawa pulang. Ada kesenangan tersendiri bagi beliau. Terlihat dari raut mukanya yang lebih ceria daripada beberapa minggu terakhir. Aku juga ikut senang. Setidaknya berada di rumah, nenek akan lebih banyak yang memperhatikan. Sangat banyak keluarga yang ikut mengantar kepulangan nenek ke rumah hari ini, bahkan saudara dari luar kota sekali pun hadir. Aku memang masih sedih nenek belum kembali sehat seperti sedia kala, namun di sisi lain aku juga bahagia dengan keluarga besar yang sering berkumpul belakangan ini. Tidak seperti sebelumnya, mereka selalu disibukkan dengan pekerjaan peker jaan masing-masing tanpa peduli kabar nenek. Sekarang semua perhatian tertuju pada beliau. Mulai dari makan, buang bua ng air, air, mandi, dan mengerjakan meng erjakan hal-hal lainnya nenek tidak bisa sendiri. Hanya berbaring lemah dan duduk di kursi roda yang dapat nenek lakukan. Walaupun Ibu sudah mencarikan seseorang untuk melayani nenek, tetapi pengawasan keluarga terhadap beliau tetap tidak luput. Bahkan Ibu juga mencarikan seorang ahli pijat saraf dan fisioterapi guna melatih nenek untuk bergerak dan belajar berjalan setiap hari. “Yangti makan yang banyak terus minum obat

55

 

Gerimis Hati ya biar cepat sembuh. Perkembangannya sudah banyak lho. Yangti sudah mulai bisa menggerakkan  jari-jari kembali kan?” Hiburku sambil menyuapi beliau makan, sore itu. Hanya anggukan dan senyum yang aku terima sebagai jawabannya. Perlahan memang nenek mengalami banyak perubahan dalam gerak tubuh, walaupun belum bisa berjalan dan logat bicaranya belum kembali normal. Tetapi aku tak pernah berhenti bersyukur atas apa yang telah direncanakan oleh Allah SWT. Selalu ada rencana-Nya yang indah dibalik cobaan-Nya kali ini, yaitu mempererat tali persaudaraan keluarga besar kami yang sempat renggang bertahun-tahun. “GEDEBUGG!!” Tiba-tiba terdengar suara seperti sesuatu yang  jatuh ke lantai, mengagetkan mengagetkanku ku yang sedang asyik bermain telepon genggam di ruang tengah. “Dinar,, tolooooong!” Begitulah “Dinar Be gitulah suara berikutnya ber ikutnya yang aku dengar. Aku segera tahu siapa pemilik suara itu. Cepat-cepat aku menghampiri ke arah suara tersebut berasal. Dan betapa kagetnya aku karena mendapati nenek sedang terpeleset di kamar mandi dengan posisi jatuh yang sangat menyedihkan. Aku panik, mengingat di rumah tidak ada siapa-siapa selain aku dan nenek. Kepanikan ku bertambah ketika ku sadari nenek tidak merasa tangan kananny kanannya a sedang aku raih untuk membantunya berdiri. “Ayo Yangti, Dinar bantu berdiri,” begitulah sapaan akrab ku terhadap nenek. Aku memang sangat akrab dengan beliau, mengingat beliau adalah Ibu dari

56

 

Hikmah Dibalik Kursi Roda Ibuku, juga karena setiap harinya aku selalu menemani Ibuku, beliau tidur tid ur.. Aku mulai meraih badannya. bada nnya. Namun kaki kanan beliau tidak bereaksi sama sekali. “Iyyaaa, yang.., tti jug.., ga sud.., dah mumulai beldili, ta.., pi kaki kanan yang.., tti susah digelakiiin ini naa.., nak.” Jawab yangti dengan logat tutur kata yang tidak biasa. Terbata-bata seperti seseorang yang baru belajar bicara. Bahkan tiba-tiba saja nenek tidak bisa ngucapkan huruf ‘R’. Aku semakin panik. “ Yangti tunggu sebentar seb entar ya. Dinar minta min ta bantuan ke tetangga.” Jawabku putus asa mengingat aku tidak mungkin mampu membopong nenek sendirian. Aku kembali bersama beberapa tetangga yang kebetulan memang sedang berada di rumah. Terlihat nenek sudah pucat, dengan peluh keringat di dahi. Tidak ada waktu lagi, aku segera menghubungi Ayah, Ibu serta saudara-saudara yang lain. Untuk pertolongan pertama, aku mengoleskan minyak pijat ke tangan dan kaki nenek. Iseng-iseng aku mencubit keras-keras tangan kanannya, begitu pula terhadap kaki kanannya. Namun nihil, beliau tidak merasakan sakit atau mengerang sedikit pun. Aku curiga sesuatu telah terjadi pada nenek. Kekhawatiranku Kekhawatirank u semakin menjadi-jadi. Tak berselang lama Ibu datang, disusul dengan Ayah dan saudara-saudara yang lain. Nenek segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi kurang beruntung. Dikarenakan sakit nenek yang serius dan alat-alat kesehatan yang kurang lengkap, rumah sakit tersebut menyarankan membawanya ke luar kota. Setelah menerima surat rujukan dari pihak

57

 

Gerimis Hati rumah sakit, nenek bersama mobil ambulance segera berangkat ke rumah sakit yang dimaksud, salah satu rumah sakit terbaik di kota Kediri. Nenek segera menjalani beberapa pemeriksaan. Tak lama dokter pun angkat bicara mengenai sakit yang diderita nenek. Dan memang benar dugaanku dari awal bahwa beliau sakit yang tidak biasa. Ya, beliau menderita stroke yang tergolong serius, karena setengah badannya yang sebelah kanan sudah mati rasa. Tentu tidak hanya aku saja yang terkejut, tapi semua keluargaku yang hadir saat itu juga merasakan hal yang sama. Siapa yang pernah menyangka bahwa hal sepele yang terjadi pada nenek di kamar mandi tersebut akan berakibat sangat serius. Sudah pasti nenek sekarang akan susah untuk berbicara, apalagi berjalan. Tanpa menunggu menung gu waktu lagi, lagi , Ibu segera meminta me minta pelayanan yang terbaik pada dokter tersebut. Apapun akan dilakukan Ibu demi kesembuhan nenek. Aku bisa merasakan seperti apa kesedihan beliau, begitu juga dengan tiga saudara Ibu yang lain. Namun kali ini kur kurang ang beruntung, semua kamar inap pasien yang diinginkan Ibu penuh. Tersisa pun hanya tipe kamar yang berisi lima orang. Sungguh tidak tega membayangkan nenek yang sakit stroke harus bercampur dengan orang lain dalam satu ruangan. Akhirnya setelah melewati proses yang panjang, nenek dapat pindah ke kamar yang lebih layak. Aku dan saudara-saudara yang lain segera membantu memindahkan barang-barang ke kamar nenek yang

58

 

Hikmah Dibalik Kursi Roda baru. Hari pertama di rumah sakit keadaan nenek belum ada perubahan. Beliau hanya bisa terbaring lemah. Setengah badannya mati rasa. Sudah pasti makan juga tidak enak. Bahkan untuk buang air kecil pun nenek harus memakai selang yang tersambung dengan plastik sebagai alat pembuangan. Hari demi hari keadaan nenek tidak ada perubahan. Sepertinya infus dan obat hanya lewat saja di tubuhnya, tanpa menghasilkan apa-apa. Pengobatan secara herbal pun sudah di usahakan oleh sanak saudara. Namun hasilnya masih nihil. “Yangti harus lebih sabar lagi ya. Ngga boleh ngeluh terus. Yangti pasti sembuh. Ngga ada penyakit yang ngga ada obatnya.” Hiburku suatu pagi, di saat hanya aku dan tante yang bisa menjaga nenek. Sejak beliau jatuh sakit, saudara yang datang untuk menjaga pun dijadwal, mengingat semua memang harus tetap bekerja demi menebus biaya pengobatan nenek. Merasa semuanya sia-sia, akhirnya keluarga besar menyarankan merawat nenek di rumah. Segala kebutuhan segera disiapkan, mulai dari kursi roda, tongkat, tempat infus, tempat buang air, dan lainlain. Membayangkan alat-alat itu akan berada di rumah sepertinya sepe rtinya agak aneh. an eh. Tapi Tapi tidak masalah, mas alah, demi kesembuhan nenek semua keluarga rela melakukan apapun yang terbaik. Akhirnya, setelah tiga minggu di rumah sakit, nenek dibawa pulang. Ada kesenangan tersendiri bagi beliau. Terlihat dari raut mukanya yang lebih ceria daripada beberapa minggu terakhir. Aku juga

59

 

Gerimis Hati ikut senang. Setidaknya berada di rumah, nenek akan lebih banyak yang memperhatikan. Sangat banyak keluarga yang ikut mengantar kepulangan nenek ke rumah hari ini, bahkan saudara dari luar kota sekali pun hadir. Aku memang masih sedih nenek belum kembali sehat seperti sedia kala, namun di sisi lain aku juga bahagia dengan keluarga besar yang sering berkumpul belakangan ini. Tidak seperti sebelumnya, mereka selalu disibukkan dengan pekerjaan peker jaan masing-masing tanpa peduli kabar nenek. Sekarang semua perhatian tertuju pada beliau. Mulai dari makan, buang bua ng air, air, mandi, dan mengerjakan meng erjakan hal-hal lainnya nenek tidak bisa sendiri. Hanya berbaring lemah dan duduk di kursi roda yang dapat nenek lakukan. Walaupun Ibu sudah mencarikan seseorang untuk melayani nenek, tetapi pengawasan keluarga terhadap beliau tetap tidak luput. Bahkan Ibu juga mencarikan seorang ahli pijat saraf dan fisioterapi guna melatih nenek untuk bergerak dan belajar berjalan setiap hari. “Yangti makan yang banyak terus minum obat ya biar cepat sembuh. Perkembangannya sudah banyak lho. Yangti sudah mulai bisa menggerakkan  jari-jari kembali kan?” Hiburku sambil menyuapi beliau makan, sore itu. Hanya anggukan dan senyum yang aku terima sebagai jawabannya. Perlahan memang nenek mengalami banyak perubahan dalam gerak tubuh, walaupun belum bisa berjalan dan logat bicaranya belum kembali normal. Tetapi aku tak pernah berhenti bersyukur atas apa yang telah direncanakan oleh Allah SWT. Selalu ada

60

 

Hikmah Dibalik Kursi Roda rencana-Nya yang indah dibalik cobaan-Nya kali ini, yaitu mempererat tali persaudaraan keluarga besar kami yang sempat renggang bertahun-tahun.

61

 

9  Ajari Aku Tuk Bisa  

Sri Rahayu Utami T

“Ayu! Kamu tuh kerjaannya baca buku terus. Sekali-kali bantu mama beresin rumah dong!”, perintah mama. “Mama ganggu aja deh. Aku kan lagi sibuk baca buku nih”, ucapku ucapku dalam hati sambil cemberut. “Malah cemberut lagi. Kamu tuh perempuan, Ayu. Kamu juga sudah gede. Umur kamu kan sudah tujuh belah tahun. Seharusnya kamu membantu pekerjaan rumah. Setiap hari kerjaan kamu tuh baca buku. Main internet. Pura-pura sibuk kalau diminta tolong sama mama. Setiap hari pulangnya telat

 

Gerimis Hati terus. Ditanya dari mana, jawabannya sibuk inilah, sibuk itulah. Sebagai perempuan, seharusnya kamu membantu mama. Belajar masak, nyapu, ngepel, nyuci baju, nyuci piring dan semua pekerjaan rumah. Kamu harus terbiasa melakukan itu semua daripada nanti terlambat. Mama juga kan yang repot, yang malu kalau kamu tidak bisa apa-apa!”, omel mama. “What? Terlambat? Terlambat untuk apa? Memangnya aku mau langsung nikah apa? Harus bisa ini itu. Mengerjakan tugas ibu rumah tangga? Enak saja. Aku masih SMA. Mau sekolah tinggi dulu. Mau  jadi wanita karir karir dulu”, gumamku gumamku dalam hati. “Iya, aku bantu mama. Sini sapunya!”, ucapku akhirnya terpaksa. Lalu aku langsung mengambil sapu dari tangan mama dan langsung menyapu. Duh, aku nggak bisa nyapu. nyap u. Setiap piket kelas aku aku jarang nyapu. Paling membersihkan kaca atau buang sampah saja. “Kamu itu!!!! Sini sapunya kalau nggak mau nyapu! Bukannya jadi bersih malah tambah kotor. Sudah kamu mandi sana!”, omel mama melihat gaya menyapuku yang aneh. Mendengan perkataan mama, aku langsung pergi ke kamar mandi.  Ya,  Y a, itulah keribut keributan-ker an-keributan ibutan kecilk kecilku u dengan mama. Kata mama, aku putri satu-satunya yang bernama Sri Rahayu Utami berumur tujuh belas tahun, harus bisa dan mampu mengerjakan pekerjaan pekerjaan rumah tangga. Seperti memasak, mencuci piring, mencuci baju dan sederet tugas ibu rumah tangga lainnya. Aku harus bisa melakukan itu semua karena aku cewek. Benar-benar tidak adil. Sekarang sudah zaman

64

 

 Ajari Aku Tuk Bisa emansipasi. Semua cewek nggak harus jadi ibu rumah tangga yang menjaga anaknya dan beresin rumah. Ribet amat. Cita-citaku menjadi wanita karir yang sukses. Sekarang saja cewek boleh nembak cowok duluan. Kayaknya susah banget sih jadi cewek di keluargaku. Padahal aku lebih suka baca buku, internetan, gabung dengan ekskul ini, ekskul itu. Biar sibuk agar kelihatan keren. Kakak dan adikku santai-santai saja waktu genteng rumah bocor. Dengan tenangnya mereka menelpon tukang untuk memperbaiki atap. Padahalkan mereka cowok. Seharusnya mereka lebih  jago dalam hal kayak kayak gini. ~~~ Sore ini aku mengantarkan kue pesanan Tante Rina. Rumahnya berada di ujung jalan rumahku. Cukup jauh. Namun, tidak apa-apa, aku ingin bertemu dengannya. Tante Rina seorang wanita karir yang cukup sukses. Wanita seperti dialah yang sangat ku kagumi. Tiba di depan rumahnya, ku tekan bel. Dalam hati aku berdoa, mudah-mudahan Tante Rina ada di rumah. Doaku terkabul ternyata Tante Rina yang membukakan pintu untukku. “Ada apa, Yu?”, tanya Tante Rina. “Ini tante. Kue pesanan tante”, ucapku sambil memberikan kue. “Oh iya. Ayo masuk dulu!”, ajaknya ramah. Begitu masuk ke rumahnya, langsung terlihat buku-buku bisnis yang terjejer rapih. Aku sering meminjam buku dari Tante Tante Rina. Ri na. Buku-bukunya bagus. bagus .

65

 

Gerimis Hati “Kabar mama bagaimana, Yu?”. “Ya gitu deh. Biasa saja”. “Loh? Kok gitu jawabnya? Lagi marahan ya?”. “Nggak kok, tapi kemarin iya. Tan, kenapa sih mama sering nyuruh-nyuruh aku beresin rumah dan suka marah-marah kalau aku pulang telat?”. “Hahahaha. Kamu harusnya tanya sama mama kamu dong, bukan sama tante”. Keningku berkerut. Iya juga sih. “Aku cuma mau tanya pendapat tante. Mama selalu ingin aku mengerjakan perkerjaan rumah tangga. Katanya semua hal itu akan berguna di kehidupanku nanti. Aku mau sekolah dan menjadi wanita wani ta karir dulu kayak tante. Aku harus menjadi men jadi wanita wani ta karir. karir. Aku nggak mau  jadi cewek rumahan”, curhatku curhatku berkepanjangan. berkepanjangan. Tante Rina termenung. “Kayaknya kamu salah mengartikan mengartik an emansipasi deh”. “Maksudya?”, tanyaku heran. “Menurut kamu, emansipasi itu berarti semua cewek harus jadi wanita karir? Nggak harus jadi ibu rumah tangga?”. “Iya”. Aku berpikir. Memangnya itu bukan emansipasi yaa. “Kalau menurut kamu seperti itu, berarti sama saja pada zaman dahulu sebelum R.A. Kartini. Dulu perempuan harus menjadi ibu rumah tangga. Kalau sekarang, semua perempuan harus menjadi wanita karir yang sukses, gitu? Bukannya sama saja, bahwa perempuan harus menjadi wanita pekerja?”. Kami berdua terdiam sejenak. Lalu Tante Rina berbicara kembali. “Ketahuilah Ayu, emansipasi itu

66

 

 Ajari Aku Tuk Bisa adalah sebuah kebebasan. Kebebasan untuk memilih sesuatu hal yang diinginkannya. Perlukah tante memberitahu kenyataan padamu?”. Aku mengangguk mantap. “Dulu, tante dan mamamu saling bersaing di kampus. Mamamu selalu menjadi anak didik kesayangan dosen sekampus karena kepintarannya. IP-nya lebih tinggi dari tante saat lulus. Sebenarnya mamamu bisa menjadi wanita yang lebih hebat daripada tante, tapi dia lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Para dosen sangat mennyayangkan hal itu, tapi mamamu berani. Berani mengambil keputusan yang cukup ditentang banyak orang. Mamamu menentang para dosen, kak kakek ek dan nenekmu yang menginginkan mamamu sukses. Karena apa? Karena satu hal. Karena cinta. Cintanya pada papamu, kakakmu, adikmu dan padamu. Mamamu memang sangat berani dalam mengambil keputusan hebat, memilih cinta dibandikan kesuksesan yang sudah terbentang di depan matanya. Tante sangat mengagumi mamamu, Yu”. Aku nggak percaya. Oh Tuhan, apa yang sudah ku lakukan selama ini. Tante Rina yang selama ini ku kagumi ternyata sangat mengagumi mama. Kenapa hal ini baru ku ketahui sekarang? Oh Tuhan, maafkan aku. Aku Aku segera pamit pulang untuk menemui mama. Mamaku tersayang. Saat berjalan memasuki rumah, ku lihat banyak orang berkerumunan. Ada apa ini? “Ayu tabah ya. Ini In i cuma cum a ujian uji an dari da ri Tuhan. Tuhan. Jangan bersedih. Mamamu ditabrak mobil saat menyeberang

67

 

Gerimis Hati di jalan depan. Mamamu terluka cukup cukup parah. Namun,  jangan khawatir, khawatir, sekarang mamamu mamamu sudah dibawa ke rumah sakit”, ucap seorang tetanggaku. “Tiiidddaaakkkk!!!”, teriakku. Tuhan, apa yang aku lakukan? Aku belum sempat meminta maaf dan mengatakan mengatak an aku sangat menyayanginya. Tiga hari setelah kejadian itu, aku kecapean menggantikan posisi mama. Itu juga tidak semua pekerjaan mama aku kerjakan. Pakaian kotor menumpuk. Dapur berantakan. Dan aku tidak bisa membereskan itu semua. Aku tidak membayangkan bagaimana lelahnya mama setiap hari bisa membersihkan ini semua.

~~~ Hari ini aku ke rumah sakit. Ku masuki ruang inap in ap tempat mamaku dirawat. Ku lihat wajah mama yang sedang tertidur pulas. Aku tak mau mengganggunya. Baru ku sadari, wajah cantikku merupakan keturunan mama. Namun, sekarang wajah itu terlihat lebih tua dan ada kerutan disekitar mata dan dahinya. Ku dekati mama dan ku genggam tangannya. tan gannya. Kasar K asar.. Aku tahu ini karena cintanya cintan ya padaku, papaku, kakakku kakakku dan adikku. adi kku. Aku sadar, selama ini aku telah salah paham pada mama. Aku salah menilai mama. Air mataku mulai menetes perlahan membasahi pipik pipiku. u. Maafkan aku mama. Ajari aku agar memiliki  jemari sepertimu. Jemari yang menunjukk menunjukkan an betapa besarnya cintamu untukku mama. Ajari aku tuk bisa sepertimu.

68

 

10 Sakit! Aprilia Iryanti V

“Sakit adalah bagian dari hidup. Penyakit hadir untuk menjadi guru kita” (Ajahn Brahm).   Dua hari yang lalu aku divonis dokter. dokter. Hari itu adalah hari terburuk sepanjang sejarah kesehatanku. Rasa sakit ini menamparku telak , aku ingin rasa sakit itu hilang. Tapi tidak bisa karena aku terlanjur sakit. Sebenarnya ini yang sudah bertahun-tahun kurasakan.

 

Gerimis Hati Awalnya hanya rasa sakit yang tak berarti namun sekarang , rasa sakit itu merubah duniaku duniaku..   Dulu aku aku fikir rasa sakit itu biasa. Rasanya memang sakit tapi aku fikir itu tidak akan berlansung lama. Aku sudah tahu resikonya bila sakit ini didiamkan. Rasa sakitnya bertambah parah. Sekarang sakit itu terasa ‘super’. Super sakit, super ngilu, super pusing. Super segalanya. Rasanya yang super itu membuatku marah. Aku marah pada Tuhan . Tapi aku malu , sakit ini hasil perbuatank perbuatanku u sendiri, aku hanya bisa melampiaskannya pada tiap orang yang mengajakku mengajakk u bicara. “April minggir dong, ga keliatan nih” seru Putri dari barisan belakang. “Apa sih ? Kalo gak keliatan maju dong kedepan!” sentakkku . Aku tau dia begitu karena aku menghalangi tulisan di papan tulis. Tapi aku tidak tahan dengan teriakkan, sakit itu bertambah ngilu ketika ada teriakkan. “ Yee … nyolot amat sih lo , tinggal minggir” balas Putri sewot sambil beranjak kebarisan depan. “….” Aku diam.   Harusnya marah-marah itu berhasil membuat aku puas. Tapi dalam kenyataannya hanya membuat panas hati dan banyak musuh saja . Semua tidak suka orang disalahkan tanpa sebab. ***   Aku terkaget dengan getar handphoneku diatas meja, kulihat kedip warna oren di displaynya ,hp itu sudah hampir tak kusentuh sejak aku sakit. Hp itu berdering. “ah paling cuma operator” Kataku

70

 

Sakit!

malas beranjak dari kasur, ku teruskan kegalauanku. Saat aku diam dikamarku dengan bibir manyunku. Sambil sesekali aku melihat ke arah jarum  jam, lalu Hhhhhh …..desahank …..desahanku……. u……. .Lalu aku Melirik

lagi , lalusejak mendesah Jarum jam itu terasa hanya mengalir bergeser 2 menit lirikan lagi. terakhirku. Waktu Waktu menga lir begitu lambat di kamarku. Aku mencari sesuatu yang berbeda. Aku melamun menatap langit-langit yang sama. Letak lemari, karpet dan meja belajar yang  juga masih sama. Tak ada yang berbeda di sini . Aku menyerah. Semuanya mengalir dan bergerak seperti biasa, hanya aku yang terbaring malas-malasan yang merusak suasana kamar ini.   Aku tertidu tertidurr sejak lamunan terakhi terakhirku. rku. Mataku berkunang-kunang, aku bangun seperti biasa. Aku harus ke dokter siang ini. Kupaksakan diriku bangkit dari kegalauan yang tidak ada hasilnya ini. Aku memakai pakaian seadanya, berdandan seadanya. Aku pergi kedokter sendirian. Aku menolak tawaran mama untuk menemani m enemani aku pergi ke dokter, dokter, aku malu karena sakit ini aku sendiri yang membuatnya.   Kuhabiskan perjalanan ke ke dokter itu dengan lamunan. Aku memikirkan apa yang aku lakukan sampai bisa sakit begini. Aku berfikir mundur, dimulai ketika aku masih kecil. Sejak kecil aku suka makan, aku tidak pernah malu- malu memakan semua yang kusuka dari mulai makanan panas, minuman dingin ,  junkfood, snack, jajanan pasar semuanya ku makan. Tentu saja mama tidak tinggal diam, mama ngomelngomel tak karuan ketika aku memakan makanan panas lalu meminum minuman dingin. Sampai kemarin aku masih menganggap angin omelan mama kemarin itu .

71

 

Gerimis Hati “Li, kamu kalo makan panas minumnya jangan dingin !” omel mama “iyaaaaaaaaaaaaaa” kataku kataku bohong sambil terus memakan makanan makanan panas dan meminum air dingin. “loh , ko kamu masih minum dingin?” tegur mama . Rupanya mama melihat aku makan panas dan minum dingin. “iyaaaa seret ni mah “ balasku sambil terus makan. “kamu tuh ya , kalo di bilangin ngeyel. Liat aja nanti ya kalau kamu sakit ” omel mama mama lagi . Entah sudah berapa kali mama memperingatkanku untuk jangan asal makan. Seperti biasa aku hanya menganggap angin omelan mama itu. “kamu tuh ya , kalo di bilangin ngeyel. Liat nanti ya kalau kalau kamu kamu pasti sakit … “ kalimat kalimat itu membekas di kepalaku. ***   Aku sampai di poliklinik perusahaan pukul dua siang. Aku berjalan lambat kesana. Tempat itu sudah berbeda. Gedungnya yang dulu terlihat gagah , sudah lusuh dimakan dimakan jaman. Cat nya nya yang bewarna hijau terang kini sudah pudar dimakan usia . Bungabunga yang tumbuh di taman masih terawat, tapi itu bukan bunga yang sama yang sering ku petik ketika ketika aku masih kecil. Ada rasa kangen bercampur takut disana, tapi rasa kangen itu segera memudar ketika aku teringat kalau aku tidak suka ke dokter.   Aku menarik formulir berobat, ku isi dengan lukisan seadanya yang susah dibaca, aku yakin resepsionis itu pasti mengira yang menulis itu adalah

72

7  

Sakit! anak sekolah dasar. Aku mendapat nomor antrian berobat setelah menyerahkan form itu. Aku duduk di kursi paling pojok di sudut ruangan . Aku jadi teringat artikel yang kubaca dulu kalau masingmasing golongan darah mempunyai karakter sendiri dalam memilih letak tempat tempat duduk , dan sesuai aku aku duduk di sudut ruangan seperti karakteristik golongan darahku AB. “TENG NOOONGG !!!” Suara papan nomor urut berobat itu mengagetkanku. Membuyarkan lamunan golongan darahku. Badanku tegang, panas dingin ketika melihat papan indicator itu. “Dua nomor lagi, dua nomor lagi, nomor urutku..” kataku panik ***   Tibalah giliranku. Aku mengamati bendabenda yang ada di ruangan dokter . Di tengah ruangan terdapat satu bangku besar dengan lampu terang , disampingnya terdapat westafel kecil dengan peralatan besi yang terlihat mengkilap, aku tidak bisa melihat lebih jelas apa itu . “eheem… dari hasil rontgen di bagian radiologi , kayanya kayanya gigi gigi kamu kamu harus dicabut tiga” kata dokter Adit. Aku tidak mendeng mendengarkan arkan kalimat apa yang dikatakan sebelumnya. “Lia , kamu gpp kan? Kamu dengar apa yang saya bilang tadi kan? ” Tanya dokter Adit lagi “eeeh , iya dok . dengerrr .. denger koo ”  jawabku gugup . Kutatap mata dokter itu penuh dengan ketidak

73  

Gerimis Hati puasan, mencoba mencari jawaban dalam diam “ … yang bener aja , masa gigi gua harus di cabut tiga…” gumamku dalam hati.   Kucoba meyakinkan hatiku kalau aku tidak akan kehilangan gigi sebanyak itu. Ku tatap dokter Adit. Dokter itu balik menatapku tepat di mata. Aku tersentak kaget, aku mengalihkan pandangan dan mempersiapkan mempersiapk an diri… “Dok , emang harus yaa giginya dicabut sampai tiga gitu. ” ***   Aku sudah bosan mendengar sakit gigi itu lebih baik dari pada sakit hati. Weks… itu salah sakit gigi juga tidak kalah menyiksa. Keduanya tidak bisa di bandingkan. Bagi orang yang sudah pernah sakit gigi pasti setuju.Aku harus terbiasa tidak merasakan kehilangan salah satu gigi geraham kirik kiriku, u, untung dua gigi lainnya dapat diselamatkan. diselamatkan. Namun rasanya lega, aku sudah terbebas dari rasa sakit itu lagi. Memang hanya satu gigiku yang dicabut, tapi aku bersyukur sakitku hanya sakit gigi. Aku tidak bisa b isa membayangkan dengan pola makanku yang seperti ini, bagaimana jika salah satu ginjalku yang dicabut Tuhan? ***

74  

“Laugh your your heart out, dance d ance in the rain, cherish the moment, ignore the pain, live, laugh, love,  forgive and and forget, forget, life’s too short to be living with regrets :)” - (Anonymous)

75

 

Biograf Singkat `Penulis

2

 Video Emalia Efendi Emalia Efendi lahir di Jakarta , 4 Otober 1992. diyang Bogor dan cinta Bogor karna wilaBesar wilayahnya yahnya yan g asri. Tertarik Tertarik dengan dunia lingkungan dan penghijauan  juga suka berpetualang ke alam bebas. Sebelumnya selain cerpen ini, belum punya pengalaman tentang menulis selain di catatan facebook. Sekarang tercatat sebagai mahasiswi semester 5, Program keahlian Manajemen Informatika di Diploma IPB.

Keinginan Yang Kuat Bunga Ayu Lestari Nasution   Bunga Ayu Lestari Nasution Lahir di Padangsidimpuan, 18 Juni 1992. Melanjutkan kuliah ke Program Diploma Institut Pertanian Bogor mengambil  jurusan manajemen informatika. Bunga adalah anak ke 1 dari 4 bersaudara. Facebook: Bunga Ayu Lestari Nasution Senyumanmu, Ku Rindu !! Andita Wahyuningtyas   Andita Wahyuning ahyuningtyas tyas merupa merupakan kan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis Penulis dilahirkan pada 21 februari 1993. Citacita penulis menjadi seorang psikolog, mempunyai hobi berenang, sekarang penulis sedang menempuh pendidikan di Diploma IPB jurusan Manajemen Informatika. Facebook: Andita Wahyuningtyas

76  

Biograf Singkat Penulis

2

Semua Ada Waktunya Bagus Rinaldhi   Bagus Rinaldhi Lahir di Jakarta 20 ttahun yang lalu tepatnya pada tanggal 10 Juli 1992.Saat ini bagus tercatat sebagai mahasiswa Manajemen Informatika Diploma IPB. Bagus bercitacita menjadi pengusaha, motto bagus adalah “Don’t be afraid to go too far, far, for success lies just beyond”` Facebook: Bagus Rinaldhi

Untuk Kalian, Anak-anakku Corry Bani Putri Tarigan Corry Bani Putri Tarigan Tarigan lahir la hir di Medan, 12 September 1992. Memounyai hobbi unik yaitu Kepoin kamu yang akan menjadi masa depanku.Corry bercitacita ingin punya keluarga yang selalu menyambut pagi dengan senyuman. Corry memiliki kata mutiara: “Seharusnya dukacita punya batas kadaluarsa” Facebook ; Corry Bani Putri Tarigan

Cerita Tentang Ayam Gresie Eflin Siahaan   Gresie Eflin Siahaan lahir di Kabanjahe 29 juni 1992, Mempunyai hobi jalan jalan , membaca, wisata kuliner. Anak ke 2 dr 3 bersaudara ini sekarang sedang kuliah kuliah di di Diploma IPB  jurusan Manajemen Informatika. Informatika. Facebook: Gresie Eflin Siahaan

77  

Biograf Singkat `Penulis

2

Pencuri Susu Coklat Nathalia Agnesta Putri   Nathalia Agnesta Putri mengambil  jurusan manajemen informatika di Diploma Institut Pertanian.Lia Pertanian.Lia begitusapaanya tinggal di Karawaci, Jawa Barat, Indonesia. Lia lahir pada August 14, 1992.

Hikmah Dibalik Kursi Roda Nona Dinar Nona Dinar biasa dipanggil nona lahir tanggal pada 18 September 1991, anak ke 2 dari 2 bersaudara ini sekarang sedang berkuliah di Diploma Institut Pertanian Bogor mengambil jurusan manajemen informatika

Ajari Aku Tuk Bisa Sri Rahayu Utami   Sri Rahayu Utami lahir di Bitung, 30 januari 1992. Lahir ditengah keluarga yg cinta akan dunia laut dan dari dua budaya yg berbeda, yaitu manado dan sunda. Tiga belas tahun hidup di manado dan akhirnya pindah ke tanah kelahiran papanya,Sunda,sampai sekarang. Kini menuntut ilmu di salah satu universitas ternama, 47 yaitudengan Institut Pertanian Bogor angkatan Program Keahlian Manajemen Informatika.

Sakit! Aprilia Iryanti Aprilia Iryanti lahir di Kebumen, 21 April 1992. Hobinya makan, tidur dan jalan jalan. Anak pertama dari dua dua bersaudara ini sekarang sedang menempuh tingkat akhir di Diploma Institut Pertanian Bogor menambil  jurusan manajemen Informatika. Informatika.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF