Conference Dan Operan

November 22, 2018 | Author: Egas Xavier | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

bbb...

Description

TIMBANG TERIMA (OPERAN) DAN CONFERENCE DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kelompok 13: Budi Yanto Heronimus Nazar Mustaqim Yasinta

Egas A. Da C. Xavier Jameun Rupisa

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2015 KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera, Puji syukur kehadiran Allah Sang Pengasih yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengasuh yang telah membimbing penulis menyelesaikan tugas yang Judul “Timbang Terima (Operan) dan Conference” pada Mata Kuliah “Manajemen Keperawatan” dengan sebaik mungkin. Penulis sadar bahwa dalam tugas ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisannya maupun isinya. Oleh karna itu, penulis mengharap kritik dan saran yang sifat nya membangun guna memperbaiki tugas yang akan datang. akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Bermanfaat.

Malang, 17 Desember 2015 Kelompok 13

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Pengertian

2.1.1.1 Pengertian Timbang Terima 2.1.1.2 Tujuan Timbang Terima 2.1.1.3 Manfaat Timbang Terima 2.1.1.4 Tahapan dan Langkah-langkah dalam Timbang Terima 2.1.1.5 Prosedur dalam Timbang Terima 2.1.1.6 Metode dalam Timbang Terima 2.1.1.7 Efek Timbang Terima 2.1.1.8 Dokumentasi dalam Timbang Terima 2.1.1.9 Skema Timbang Terima 2.1.1.10 Mekanisme Kegiatan Timbang Terima 2.1.1.11 Evaluasi dalam Timbang Terima 2.2 Definisi Pre dan Post Conference 2.2.1 Pre Conference 2.2.2 Post Conference 2.2.3 Tujuan Pre dan Post Conference 2.2.4 Tujuan pre conference adalah: 2.2.5 Tujuan post conference adalah: 2.2.6 Syarat Pre dan Post Conference 2.2.7 Pedoman pelaksanaan conference 2.2.8 Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift dan konference, yaitu pertemuan tim untuk pembehasan masalah kesehatan dan timbang terima klien. Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Sedangkan konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. 1.2 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1.3 1. 2.

Rumusan Masalah Apa pengertian conference dan timbang terima? Apa tujuan dan manfaat Conference dan timbang terima? Bagaimana tahapan dan langkah-langkah dalam conference dan timbang terima! Bagaimana prosedur dan metode dalam conference dan timbang terima! Apa efek dari timbang terima? Bagaimana dokumentasi dalam conference dan timbang terima! Bagaimana skema dan mekanisme kegiatan dari timbang terima! Bagaimana evaluasi dalam timbang terima! Tujuan Penulisan Mengetahui dan memahami pengertian conference dan timbang terima Mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat conference dan timbang terima

3.

Mengetahui dan memahami tahapan dan langkah-langkah dalam conference

4.

dan timbang terima Mengetahui dan memahami prosedur dan metode dalam conference dan

5. 6. 7.

timbang terima Mengetahui dan memahami efek dari timbang terima Mengetahui dan memahami dokumentasi timbang terima Mengetahui dan memahami skema dan mekanisme kegiatan dari timbang

8.

terima Mengetahui dan memahami evaluasi dalam timbang terima

BAB II PEMBAHASAN 2.1

PENGERTIAN

2.1.1 Pengertian Timbang Terima Timbang terima merupakan suatu sistem komunikasi yang bertujuan mentransfer informasi yang essensial bagi perawatan klien secara aman dan

holistik (Riegel, 1985). Dengan demikian tersedianya kontinuitas yang lebih baik dari pelayanan keperawatan antara perawat yang satu dengan lainnya. Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008), Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan. Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya. Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.

2.1.2 Tujuan Timbang Terima a. Tujuan umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting. b. Tujuan Khusus: - Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus) - Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien

-

Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat

-

dinas berikutnya Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,

mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu: a) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat. b) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan keperawatan. 2.1.3 Manfaat Timbang Terima Manfaat bagi perawat: 1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat 2. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat 3. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna 4. Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien 5. Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan 6. Menimbulkan rasa aman 7. Meningkatkan percaya diri/bangga Manfaat bagi pasien: Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap, sehingga klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Manfaat bagi Rumah sakit: Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif. 2.1.4 Tahapan dan Langkah-langkah dalam Timbang Terima Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan timbang terima/Operan: Menurut Lardner et.all (1996) operan memiliki 3 tahapanyaitu: 1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya. 2. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkin adanya komunikasi dua

arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang. 3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien langsung. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam, 2002): a. b.

Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan

c.

disampaikan. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab

d.

shift selanjutnya meliputi:  Kondisi atau keadaan pasien secara umum  Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan  Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan

e.

tidak terburu-buru. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan pasien.

2.1.5 Prosedur dalam Timbang Terima 1. Persiapan a. Kedua kelompok dalam keadaan siap. b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan. 2. Pelaksanaan Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung jawab: a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan. b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan. c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:  Identitas klien dan diagnosa medis.  Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.  Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.  Intervensi kolaborasi dan dependen.  Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin. e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci. g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2002) 2.1.6 Metode dalam Timbang Terima 3 Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah: a. Dilakukan hanya di meja perawat. b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi. c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum. d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya 4

tidak up to date. Timbang terima dengan metode bedside handover Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara

tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya: a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi penyakitnya secara up to date. b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat. c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya: a. Menggunakan Tape recorder Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication. b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi. c. Menggunakan komunikasi tertulis –written Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi. 2.1.7 Efek Timbang Terima Timbang terima atau operan juga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut: 1. Efek Fisiologi Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek Psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu

aktivitas

kelompok

dalam

masyarakat.

Saksono

(1991)

mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat. 3. Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan. 4. Efek Terhadap Kesehatan Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. 5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

2.1.8 Dokumentasi dalam Timbang Terima Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan

keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat. Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain: a.

Identitas pasien.

b.

Diagnosa medis pesien.

c.

Dokter yang menangani.

d.

Kondisi umum pasien saat ini.

e.

Masalah keperawatan.

f.

Intervensi yang sudah dilakukan.

g.

Intervensi yang belum dilakukan.

h.

Tindakan kolaborasi.

i.

Rencana umum dan persiapan lain.

j.

Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah: a.

Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.

b.

Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

c.

Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)

2.1.9 Skema Timbang Terima Gambar 2.1: Skema timbang terima PASIEN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA MEDIS MASALAH RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH DILAKUKAN

YANG AKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN KEADAAN PASIEN

MASALAH: - TERATASI - BELUM - SEBAGIAN

2.1.10 Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

TAHAP

KEGIATAN

Pra

1.

Timbang

Kedua kelompok dinas sudah siap dan

WAKTU TEMPAT

PELAKSANA

10 menit Nurse

Karu

berkumpul di Nurse Station. 2. Karu mengecek kesiapan timbang terima

Terima

Station

PP

tiap PP. 3. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan catatan (Work Sheet), PP yang akan mengoperkan, menyiapkan buku timbang terima & nursing kit. 4. Kepala ruangan membuka acara timbang terima dilanjutkan dengan doa. Pelaksanaan 3

PP dinas pagi melakukan timbang terima

Timbang

kepada PP dinas sore. Hal-hal yang perlu

Terima

disampaikan PP pada saat timbang terima: a. Identitas klien dan diagnosa medis

20 menit

Nurse

Karu

Station

PP PA

termasuk hari rawat keberapa atau post op hari keberapa. b. Masalah keperawatan. c. Data yang mendukung. d. Tindakan keperawatan yang sudah/belum dilaksanakan. e. Rencana umum yang perlu dilakukan: Pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu. 4 Karu membuka dan memberi salam kepada klien, PP pagi menjelaskan tentang klien, PP sore mengenalkan anggota timnya dan melakukan validasi data. 5 Lama timbang terima setiap klien kurang lebih 5 menit, kecuali kondisi khusus yang

Disamping tempat tidur klien

memerlukan keterangan lebih rinci. Post timbang

1. Klarifikasi hasil validasi data oleh PP

5 menit Nurse station

Karu

terima

sore. 2. Penyampaian alat- alat kesehatan. 3. Laporan timbang terima ditandatangani

PP

oleh kedua PP dan mengetahui Karu (kalau pagi saja). 4. Reward Karu terhadap perawat yang akan dan selesai bertugas. 5. Penutup oleh karu. Hal-hal yang perlu diperhatikan: (Nursalam, 2008)    

Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan

 

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara



langsung di dekat klien. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di nurse station.

2.1.11 Evaluasi dalam Timbang Terima 1) Evaluasi Struktur Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain: Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer. 2) Evaluasi Proses Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.

Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien. 3) Evaluasi Hasil Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

2.2

Definisi Pre dan Post Conference Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.

Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. 2.2.1 Pre Conference Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap

perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006) Waktu: setelah operan Tempat: Meja masing-masing tim Penanggung jawab: Ketua tim atau Pj tim Kegiatan: 1) 2)

Ketua tim atau Pj tim membuka acara Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing-masing

3)

perawat pelaksana Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait

4) 5)

dengan asuhan yang diberikan saat itu. Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement. Ketua tim atau Pj tim menutup acara

2.2.2 Post Conference Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Waktu: Sebelum operan ke dinas berikutnya. Tempat: Meja masing-masing tim. Penanggung jawab: ketua tim atau Pj tim Kegiatan: 1) 2)

Ketua tim atau Pj tim membuka acara. Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah

3)

diberikan. Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien

4)

yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya. Ketua tim atau Pj menutup acara.

2.2.3 Tujuan Pre dan Post Conference Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu

koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M. Marelli, et.al, 1997). 2.2.4 Tujuan pre conference adalah: 1) Membantu untuk mengidentifikasi

masalah-masalah

pasien,

merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil 2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan 3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien 2.2.5 Tujuan post conference adalah: Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

2.2.6 Syarat Pre dan Post Conference a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim 2.2.7 Pedoman pelaksanaan conference a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan memberi umpan balik d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan 2.2.8 Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi

Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006). a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana. b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masingmasing. c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi: 1. Keluhan utama klien 2. Keluhan klien 3. TTV dan kesadaran 4. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru. 5. Masalah keperawatan 6. Rencana keperawatan hari ini. 7. Perubahan keadaan terapi medis. 8. Rencana medis. d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi: 1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti: keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan. 2) Ketepatan pemberian infuse. 3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan. 4) Ketepatan pemberian obat / injeksi. 5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain, 6) Ketepatan dokumentasi. e. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan. f. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing –masing perawatan asosiet. g. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat diselesaikan.

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan)

yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Tujuan umum timbang terima adalah Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting. Sedangkan tujuan khususnya diantaranya ialah menyampaikan kondisi dan keadaan pasien dan menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. Manfaat timbang terima bagi perawat diantaranya adalah meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat. Manfaat bagi klien adalah klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Dan bagi Rumah Sakit adalah meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif. Tiga tahapan dalam timbang terima yaitu: Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab, Pertukaran shift jaga, dan Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006)

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF