Common Cold
October 30, 2017 | Author: ak_04 | Category: N/A
Short Description
Download Common Cold...
Description
Anak anda mengalami hidung “meler. Ini lazim yang dialami selama “common cold” (batuk pilek ringan) dan akan berhenti dengan sendirinya. Berikut fakta seputar batuk pilek ringan & hidung meler. Apakah penyebab hidung meler ? Ketika kuman penyebab colds (virus) menginfeksi hidung dan sinus, hidung akan memproduksi lendir. Lendir ini membersihkan hidung & sinus dari kuman tsb. Setelah 2 atau 3 hari, sel-sel imun tubuh akan membunuh kuman tsb, mengubahnya menjadi lendir berwarna putih atau kuning. Di dalam hidung terdapat bakteri baik. Ia juga ada di dalam lendir. Bakteri ini akan mengubah lendir menjadi berwarna kehijauan. Kondisi ini normal & bukan berarti anak butuh antibiotik. Apa yang harus dilakukan ? ? Perawatan terbaik adalah menunggu & perhatikan kondisi anak. Gangguan hidung, batuk dan gejala lainnya seperti demam, pusing, ngilu pada sendi, semua itu terasa mengganggu. Namun demikian antibiotik TIDAK akan membuatnya lebih cepat sembuh. ? Penggunaan vaporizer (penguapan) atau garam nasal drop membantu anak lebih nyaman saltwater nose drops makes their child feel better. Perlukah antibiotik untuk hidung meler ? Antibiotik dibutuhkan jika dokter mendiagnosis anak terkena sinusitis. Dokter biasanya meresepkan obat atau memberikan tips bagaimana menolong anak dengan gejala “colds” seperti demam dan batuk, tetapi antibiotik TIDAK dibutuhkan untuk mengobati hidung meler Bagaimana jika antibiotik tetap diberikan ? Minum antibiotik saat tidak dibutuhkan adalah BERBAHAYA. Tiap kali kita meminum antibiotik (AB), maka kuman-kuman di hidung & tenggorokan beresiko menjadi resisten. Kuman yang resisten tidak dapat dibunuh oleh antibiotik manapun. Akibatnya jika anak butuh AB, ia butuh AB jenis kuat dan harus dimasukkan lewat jarum suntik. Atau butuh rawat inap di RS karena hal ini. Karena hidung meler akan akan sembuh dengan sendirinya, maka sebaiknya jangan minum AB dan gunakan hanya saat dibutuhkan.
Pengertian Common cold adalah infeksi pada saluran pernapasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) yang disebabkan oleh infeksi virus. Gejala utama common cold adalah pilek baik hidung tersembat maupun hidung meler. Sebagian besar orang tua belum familiar dengan istilah common cold. Orang tua lebih terbiasa dengan istilah pilek, flu dan ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Padahal common cold tidak sama dengan flu atau ISPA. Namun kadang tidak mudah membedakan common cold dengan flu atau ISPA.
Common cold disebabkan oleh infeksi virus sehingga tidak memerlukan pengobatan antibiotik. Common cold dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease)
Anak dan Bayi Sering Terkena Common Cold Anak dan bayi lebih sering terkena common cold dibandingkan orang dewasa. Bayi lebih rentan terkena common cold dibandingkan anak yang lebih besar. Dalam satu tahun, bayi bisa terkena common cold hingga tujuh kali atau bahkan lebih. Penyebabnya adalah bayi lebih mudah tertular oleh saudaranya atau orang dewasa di sekitarnya. Selain itu daya tahan tubuh bayi relatif lebih rendah. Oleh karena itu, penting untuk mencegah penularan ke bayi dan anak ketika ada orang dewasa di sekitarnya sedang sakit.
Gejala Gejala utama common cold adalah pilek. Pilek bisa berupa hidung tersumbat, bisa juga hidung meler (keluar cairan/ingus encer). Awalnya ingus encer dan jernih, lalu menjadi lebih kental, dan berwarna kuning kehijauan. Ingus hijau bukan tanda infeksi bakteri. Selain pilek, common cold dapat disertai gejala lain :
Demam rendah, suhu badan berkisar 38 C Bersin-bersin Batuk Nafsu makan berkurang Anak rewel Tidur terganggu
Penyebab Common cold disebabkan oleh infeksi virus. Banyak virus yang dapat menyebabkan common cold. Penyebab paling sering adalah rhinovirus dan coronavirus. Ketika anak terinfeksi virus lalu sembuh, anak umumnya mempunyai daya tahan terhadap virus tersebut. Namun karena banyak sekali virus yang dapat menyebabkan common cold, wajar bila anak mengalami common cold lebih dari sekali dalam setahun, disebabkan terinfeksi virus yang berbeda. Bayi dan anak dapat tertular virus penyebab common cold melalui : 1. Penularan melalui udara. Bila seseorang sakit batuk-pilek, saat dia batuk, bersin atau berbicara bisa menularkan virus pada bayi dan anak. 2. Kontak langsung. Virus dapat menular ketika orang yang sedang sakit menyentuh hidung/mulutnya, lalu menyentuh tangan bayi/anak, selanjutnya bayi/anak menyentuh hidung/mulutnya dengan tangannya yang sudah terkontaminasi virus.
3. Menyentuh benda yang terkontaminasi virus. Virus dari orang yang sedang sakit dapat melekat di permukaan benda dalam waktu 2 jam atau lebih. Anak/bayi bisa tertular bila menyentuh benda yang terkontaminasi virus lalu menyentuh mulut/hidungnya.
Komplikasi Meskipun common cold merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, common cold dapat menyebabkan komplikasi tertentu. Oleh karena itu, common cold tidak bisa dianggap sepele dan perlu pemantauan dari orang tua. Adapun komplikasi yang dapat terjadi adalah : 1. Otitis media (infeksi telinga). Sekitar 5-15 persen anak yang terkena common cold terjadi infeksi pada telinga bagian tengah. Penyebabnya adalah adanya saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dan rongga telinga. 2. Sesak napas. Common cold dapat berkomplikasi menjadi bronkiolitis dan pneumonia. Sesak napas ditandai dengan napas cepat dan berat. 3. Sinusitis. Sinusitis dapat terjadi pada anak besar. Komplikasi tersebut lebih sering terjadi pada anak/bayi dengan faktor risiko tertentu : 1. 2. 3. 4.
Anak berusia kurang dari 2 tahun, karena daya tahan tubuh rendah Anak menderita penyakit imunodefisiensi (daya tahan tubuh rendah) Anak mendapatkan pengobatan kortikosteroid jangka panjang Anak menderita penyakit kronik seperti penyakit jantung, asma, dan lain-lain.
Pengobatan Common Cold Common cold disebabkan infeksi virus. Antibiotik tidak bermanfaat dalam pengobatan common cold. Antibiotik hanya bermanfaat pada infeksi bakteri. Obat batuk dan pilek tidak dianjurkan diberikan pada bayi. Obat batuk-pilek tidak terbukti efektif mempercepat penyembuhan. Pemberian obat batuk-pilek pada bayi justru mempunyai risiko timbulnya efek samping obat. Common cold dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus. Yang lebih diperlukan anak/bayi adalah pemberian cairan/minum lebih banyak, dan pemantauan kondisi emergensi.
Penanganan di Rumah
1. Berikan cairan lebih banyak. Cairan dapat berupa asi, susu, air putih, teh, jus, dan sup. Cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Apabila anak susah minum, berikan cairan sedikit-sedikit tapi sering, sehingga jumlah total cairan bisa banyak. 2. Cairan NaCl tetes hidung. Dokter mungkin akan meresepkan cairan NaCl tetes hidung untuk mengencerkan ingus. Cairan tersebut relatif aman. 3. Pastikan anak/bayi mendapatkan makanan yang cukup. Makanan diperlukan untuk proses penyembuhan. 4. Pantau tanda-tanda kegawatdaruratan.
Segera ke dokter apabila ada tanda kegawatdaruratan berikut ini :
Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih (grunting) Anak tampak sangat lemah Anak tidak mau minum sama sekali Ada tanda-tanda dehidrasi (lihat artikel dehidrasi)
Pencegahan Apabila ada orang dewasa yang sakit, cegah penularan kepada bayi dan anak dengan cara : 1. Gunakan masker selama anda masih batuk/pilek 2. Rajin cuci tangan terutama setelah menutup mulut atau hidung ketika batuk/bersin dan sebelum menyentuh anak/bayi 3. Buka jendela kamar atau ruangan untuk ventilasi
Common Cold ialah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Pada infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah samping nasofaring disertai demam tinggi(1). Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting adalah Rhinovorus. Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxackie dan virus ECHO. Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun, dll)(2,3). Faktor predisposisi adalah kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan, walaupun umur bukan faktor yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini lebih sering diderita pada pergantian musim(1). Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah
dan membengkak(2,4). Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didap[at rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Kongesti hidung disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri(1). Stadium pertama biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Secret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Penyakit dapat berakhir di titik ini. Namun pada kebanyakan pasien, penyakitnya berlanjut ke stadium invasi bakteri sekunder dicirikan oleh suatu rinore purulen, demam dan sering kali sakit tenggorokan. Mukosa yang merah, bengkak dan ditutupi secret mudah diamati intranasal. Sensasi kecap dan bau berkurang. Mengendus dan menghembuskan napas secara berulang menyebabkan kemerahan lubang hidung dan bibir atas. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu, sesudahnya pasien akan sembuh tanpa menemui dokter. Dokter biasanya hanya dihubungi bilamana terjadi komplikasi lanjut seperti pneumonia, laryngitis, infeksi telinga tengah atau sinusitis purulen(5,6). Penyebaran flu yang disebabkan oleh berbagai virus terutama melalui infeksi droplets dan bukan karena tertelan. Jadi, infeksi pernapasan secara teoritik dapat dikendalikan dengan isolasi. N. amun, masyarakat umum tidak terkesan dengan “flu” sehingga tidak mungkin melarang penderita flu pergi ke sekolah, ke tempat kerja, atau berkumpul dengan banyak orang. Kerentanan terhadap flu sangat bervariasi antar individu. Ada beberapa petunjuk bahwa anak hingga usia lima tahun bersifat lebih rentan. Keadaan seperti paparan udara lembab atau angin dingin dan kelemahan yang sering kali disebut-sebut mempermudah perkembangan gejala flu(5). Terapi terbaik pada flu virus tanpa komplikasi mungkin berupa istirahat baring dan isolasi sekitar dua hari. Antibiotik hanya bermanfaat dalam mengobati infeksi sekunder. Antihistamin, desensitisasi, dan tindakan anti alergi umum berguna dalam pengobatan gangguan alergi. Antihistamin digunakan untuk mengobati flu, batuk, dan alergi adalah penghambat H1. Dekongestan oral mengurangi secret hidung yang banyak, membuat pasien merasa nyaman, namun tidak menyembuhkan(4,5). Hanya terapi simtomatik yang diberikan pada anak dengan common cold yaitu diberikan ekspektoran untuk mengatsi batuk, sedativum untuk menenangkan dan antipiretik untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lender dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan posisi bayi prone position, pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontraindikasi pemberian antitusif (misal kodein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi pengumpulan secret sehingga mudah terjadi bronkopneumonia(1). ISPA adalah suatu penyebab utama kesakitan pada bayi dan anak-anak muda. Walaupun paling sering self-limited dan terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi pada saluran pernapasan bagian bawah. Asma, bronchiolitis, atau radang paru paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit sering terjadi terutama pada bayi. Sebagai tambahan, beberapa infeksi saluran pernapasan disebabkan virus yang diperoleh pada awal kehidupan mungkin mendorong kearah sakit asma atau penyakit paru-paru kronik lain(7). Infeksi pernapasan akut yang pertama terjadi pada angka median umur 6 bulan ( cakupan, 0.5-12
bulan). Pada bayi yang lebih muda dari 3 bulan mengalami infeksi pernapasan akut yang pertama, hanya rhinovirus, coronavirus, RSV, dan PIVS dideteksi. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses pada bayi yang lebih muda dari 6 bulan ( 24 dari 44, 55%). Distribusi virus lebih banyak pada bayi yang lebih tua(7). Kebanyakan Infeksi pernapasan akut terjadi pada musim yang dingin: 34 (30%) peristiwa pada musim gugur, 41 ( 37%) pada waktu musim dingin, 26 ( 23%) pada musim semi dan 11 ( 10%) pada musim panas. Walaupun infeksi RSV, HMPV, IV, dan adenovirus terjadi terutama sepanjang musim dingin ( 65%, 50%, dan 86% pada kasus berturut-turut) dan infeksi dengan rhinovirus pada musim gugur ( 46%), distribusi yang musiman nampak seragam [untuk coronaviruses. PIV-1 dan - 2 infeksi terjadi hanya sepanjang musim gugur dan musim dingin, sedangkan PIV-3 infeksi ditemukan sepanjang tahun. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses selama musim panas dan musim gugur ( 26 dari 43, 61%)(7). Bayi yang mengalami wheezing ketika mereka terkena infeksi dengan rhinovirus lebih mungkin untuk mempunyai diagnosa sakit asma pada saat mereka berusia 6 tahun, menurut penyelidik yang memperkenalkan penemuan mereka pada 63rd pertemuan tahunan American Academy of Allergy, Asthma and Immunology. 41 sampel yang mengalami wheezing pada saat terkena infeksi rhinovirus saat mereka bayi( 54%) mempunyai diagnosa sakit asma oleh pada umur 6 tahun dibandingkan dengan 23% dari 214 anak-anak yang tidak mengalami wheezing pada infeksi rhinovirus ( P= . 0002)(8). Selama ini preparat Echinacea sering digunakan untuk mengobati common cold. Tetapi tidak ada konsensus yang benar-benar menjelaskan apakah Echinacea dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Placebo yang dibandingkan dengan Echinacea yang tidak disuling tidak dapat memberikan manfaat atau kerugian pada mahasiswa University of Wisconsin Medical School yang mengalami common cold(9). Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama tetapi dapat dicegah dalam peningkatan resiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-anak. paparan asap pada orang dewasa meningkatkan insiden dan keparahan penyakit asma, gangguan fungsi paru-paru dan saluran napas. Efek paparan asap rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek yang ditimbulkan pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko tertinggi. Hampir separuh dari anak-anak di dunia menghirup asap rokok di rumah dan keadaan pre dan post natal berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan resiko dan keparahan penyakit asma dan infeksi saluran napas. Bila dibandingkan dengan bukan perokok, perokok memiliki resiko yang lebih besar dalam memperoleh common cold(10).
View more...
Comments