Clinical Pathway Aja

October 9, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Clinical Pathway Aja...

Description

 

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.03 RUMAH SAKIT TINGKAT IV 02.07.04

PANDUAN CLINICAL PATHWAY

RUMAH SAKIT TINGKAT IV 02.07.04 BANDAR LAMPUNG

1

 

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.07.04 RUMAH SAKIT TK.IV 02.07.04

SURAT KEPUTUSAN Nomor : SK /007/7/ 2016

TENTANG PANDUAN CLINICAL PATHWAY

KEPALA RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Tk. IV 02.07.04 Bandar Lampung, maka diperlukan Panduan Clinical Pathway b. bahwa agar mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit Tk. IV 02.07.04

Bandar Lampung dapat terlaksana dengan baik,

perlu adanya Peraturan Kepala Rumah Sakit tentang Panduan Clinical Pathway c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.04 Bandar Lampung Mengingat :

1. Undan Undang-Undang g-Undang Re Republik publik Ind Indonesia onesia No Nomor mor 44 tahun 2 2009 009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang- Undang 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438 Standar Pelayanan 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

2

 

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/ Menkes/ SK/ VIII/ 2008 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit. 6. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit Depkes tahun 1994 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SKII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia 8. Kebijakan Karumkit Tk IV 02.07.04 Nomor : /

/2016 tentang

pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien Rumkit Tk IV 02.07.04

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KESATU

:Keputusan Kepala Rumah Sakit Tk IV 02.07.04 Tentang Kebijakan Panduan Clinical Pathway

KEDUA

:Kebijakan Clinical Pathway sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini

KETIGA

:Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di

Bandar Lampung

PadaTanggal:

25 Januari 2016

Kepala Rumah Sakit Tk IV 02.07.04

Dr.DjokoSulistyoPurwodarminto,Sp.An Mayor Ckm NRP. 110000035305 11000003530571 71   3

 

DAFTAR ISI

SURAT KEPUTUSAN  KEPUTUSAN ................................................... ........................ ............................................. ................................... ................. i BAB I DEFENISI .......................................................................................................... 1  A. Definisi Clinical Pathway   ......................................................................... 1 BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................ 3  A. Tinjauan Klinis Penetapan Penetapan 5 Area Prioritas .......................... ............................................ .................. 3 1. Anak ............................................................................................... 3 2. Neurologi ........................................................................................ 4 3. Penyakit Dalam .............................................................................. 6 4. Bedah ............................................................................................. 7 5. Obgyn ............................................................................................. 8  A. Peran dan Tanggung Tanggung Jawab dalam Kegiatan .................................... ........................................ .... 9 B. Pelaksanaan Kegiatan .......................................................................... 10 BAB III TATA LAKSANA  LAKSANA  ............................................................................................ 11  A. Tabel Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lima Area Klinis Tahun 2016 2016 ................. 11 B. Pencatatan ........................................................................................... 12 C. Evaluasi Dan Pelaporan ...................................................................... 12 BAB IV DOCUMENTASI   ............................................................................................. 13 DOCUMENTASI  A. Tujuan Dokumentasi Dokumentasi ............... ............................................ ................................................. ................................ ............ 13 B. Sistem Pelaporan .................................................................................13 C. Sosialisasi ............................................................................................ 13 D. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 13  13  Tabel Panduan Praktik Klinik (PPK) ............................................................... 14

4

 

Lampiran Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit Nomor

: SK /007/7/2016

Tanggal

: 25/01/2016

BAB I DEFINISI

A.

linical cal P athwa athway  y   Definisi C lini Clinical

Pathways

(CP)adalah

suatu

konsep

perencanaan

pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan ke pa da

pa si en

be rd as ar ka n st stan anda darr

pe pela laya yana nan n medi medis s dan asu asuha han n

keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit Clinical Pathway  adalah  adalah alat untuk melaksanakan pelayanan medis yang terpadu

untuk

mencapai

hasil

pelayanan

yang

diharapkan

mempertimbangkan lama waktu perawatan. Sebagai

dengan

blue print   dalam

melaksanakan pelayanan medis.  medis.  Clinical Pathway adalah gambaran algoritma perawatan pasien dan tujuan mengurangi variasi dan biaya perawatan, meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kualitas perawatan pasien.  pasien.  Clinical Pathway adalah pelayanan medis yang berpihak pada pasien dan menguntungkan bagi pasien, keluarga bahkan kepada Team Work, memberi peluang untuk melaksanakan evaluasi serta proses perbaikan pelayanan medis yang terus-menerus.  terus-menerus.  Clinical Pathway   merupakan penentuan waktu, kategori pelayanan, pengendalian variasi pelayanan dan sudah tentu luaran dari pelayanan itu sendiri. Dengan konsep pelayanan ini maka diharapkan bahwa pelayanan benar-benar berpihak kepada pasien, dengan berbagai kepastian, yaitu kepastian aktivitas kegiatan pelayanan yang diberikan, kepastian hari rawat r awat dan yang terpenting adalah kepastian biaya. Tujuan penentuan Clinical Pathway   adalah untuk lebih mengefesiensikan pelayanan medis, dan mengurangi sebanyak mungkin variasi dan tentu berdampak pada pengendalian biaya. 1

 

Dapat disimpulkan bahwa clinical pathway adalah suatu alur proses kegiatan pelayanan pasien yang spesifik untuk satu penyakit atau tindakan tertentu, mulai dari pasien masuk sampai pasien pulang yang merupakan integrasi dari pelayanan medis, m edis, pelayanan keperawatan, pelayanan farmasi dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa clinical pathway maka sistem INA-CBG tidak akan berjalan sesuai yang diinginkan. Pedoman ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk menetapkan biaya yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan dan efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga masyarakat mendapatkan kepastian biaya yang harus dibayarkan dan menghindari tindakanyang berlebihan yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

2

 

BAB II RUANG LINGKUP

A.

Tinjauan Klinis Penetapan 5 Area Prioritas. Yang merupakan kegiatan pokok dalam lima area klinis prioritas adalah

pemantauan terhadap kasus- kasus klinik yang berpedoman pada penerapan standar pelayanan medis (SPM) dan standar pelayanan operasional (SPO).  Adapun tinjauan klinis dari 5 Area Prioritas tersebut adalah sebagai sebagai berikut : 1.

Anak

Kasus

Diare akut

Alasan dan

Diare akut adalah buang air besar lebih dari3 kali dalam24

implikasi

 jamdengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Menurut Riset kesehatan Dasar 2007, diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% anak usia 1  –  4 tahun Pengertian diare menurut WHO (1999) secara klinis didefinisikan sebagai bertambah bertambahnya nya defekasi (buang air be besar) sar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari . Diare

akut

diberi

batasan

sebagai

meningkatnya

kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002). CPW

Terlampir

SPM

Terlampir 3

 

SPO

Terlampir

Ukuran

Penatalaksanaan diare sesuai dengan guideline

Kinerja Klinis Sumber

a. Pudjiadi AH dkk (Ed (Eds) s) : Pedoman P Pelayanan elayanan Medis. jilid 1, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta 2010 : 58  – 62 Hegar, B dalam Gunardi ,H dkk (Eds) : Kumpulan Tips Pediatri. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta 2010 : 64-69

2. Kasus

Neurologi

 S trok troke e 

Alasan dan

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama.

Implikasi

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

(latar

penyakit jantung dan kanker. Stroke menjadi penyebab

belakang

kecacatan nomor satu di seluruh dunia. Laporan WHO (2011)

masalah)

memperlihatkan

bahwa

penyakit

tidak

menular

saat

ini

merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia. Penyakit pembuluh darah (stroke dan penyakit kardiovaskuler), kanker, dan penyakit paru kronik merupakan penyebab kematian utama, dan bertanggung jawab pada 63% dari seluruh kematian.Stroke kematian.Stroke menjadi penyebab kematian peringkat ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, bahkan di Indonesia menjadi penyebab kematian peringkat pertama dirumah sakit sejak tahun 1996 hingga 1999. Peningkatan Peningkata n kejadian kematian akibat penyakit p embuluh darahdijumpai di negara maju dan negara berkembang (WHO, 2011). Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 menyebutkan bahwa angka kematian akibat infark serebral adalah 11,2% pada pasien yang dirawat di RS. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada pasien yang dirawat di RS (5,24% dari seluruh kematian) (Depkes, 2008). Meningkatnya usia harapan hidup didorong oleh keberhasilan 4

 

pembangunan nasional dan

berkembangny berkembangnya a modernisasi

menyebabkan usia lanjut bertambah dan terjadi perubahan pola hidup yang berpotensi meningkatkan resiko stroke. Penatalaksanaan stroke menjadi masalah yang sangat penting karena memerlukan pengorbanan baik dari aspek moril maupun materiil, dan akhirnya mengakibatkan biaya yang sangat besar, maka diperlukan penatalaksanaan komprehensif stroke yang lebih efektif dan efisien sehingga mendapatkan perbaikan kualitas hidup, menceg mencegah ah kematian dan kec kecacatan. acatan. CPW

 Ada (terlampir)

SPM

 Ada (terlampir)

SPO

 Ada (terlampir)

Evidence (data dasar) Ukuran

Penatalaksanaan stroke sesuai dengan guideline

Kinerja Klinis Sumber

Standar

pelayanan

Stroke

Unit,

Departemen

Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, 2004 , dan Guideline Stroke 2011

5

 

3.

Penyakit Dalam

Kasus

Thyfoid fever

Alasan dan

Demam

implikasi

serovar  Typhi   Typhi (S. (S. thphi ) masih merupakan masalah kesehatan

tifoid

yang

disebabkan

oleh Salmonella enterica

masyarakat di dunia khususnya di negara-negara sedang berkembang,

termasuk

Indonesia.

WHO

memperkirakan

terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara-negara dengan status endemis demam tifoid, 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insiden yang sebenarnya 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap rumah sakit Di Indonesia, insiden demam tifoid masih tinggi bahkan menempati urutan ketiga diantara negara-negara di dunia. Penyakit ini didapatkan sepanjang tahun dengan angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi pada daerah urban dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan riset kesehatan dasar yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes tahun 2007 ditemukan prevalensi penderita demam tifoid sebesar 1,6%

CPW

Terlampir

SPM

Terlampir

SPO

Terlampir

Ukuran

Penatalaksanaan sesuai dengan guideline

kinerja klinis Sumber

Pisi Lpisikito dkk. Kelainan Fibrokistik Dalam: Sjamsuhidajat, Wim de Jong penyunting Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.

1997; 512-55. 6

 

4. Bedah Kasus

Tumor ma mama mae e (fam)

Fibroadenoma mammae adalah tumor neoplasma jinak  payudara yang terdiri dari campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkhimal), yang terbanyak adalah komponen  jaringan fibrous.   Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan pada 10-15% pasien.  Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses hyperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis.

perkambangannya

dianggap

suatu

kelainan

dari

 perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10% fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh setelah mencapai ukuran 2-3 cm.  Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak sengaja. Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita diatas umur 30 tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma payudara  perlu dipertimbangkan. Kista dapat diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonography. Fibroadenoma tidak normal terjadi setelah menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih hormone. 

CPW

Terlampir

SPM

Terlampir

SPO

Terlampir

Ukuran

Terlampir

kinerja klinis Sumber

Pisi Lpisikito dkk. Kelainan Fibrokistik Dalam: Sjamsuhidajat, Wim de Jong penyunting Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. 1997; 512-55. 7

 

5. Obgyn Kasus

 S eks ek s io C aes aesarea-Ham area-Hamii l A term-K TG P at atolog olog i s .

Alasan dan

Seksio sesarea adalah tindakan operasi untuk melahirkan janin

Implikasi

melalui insisi dinding perut dan uterus. Seksio sesare sesarea a dapat

(latar

dilakukan secara primer (berencana) ataupun darurat.

belakang

Terdapat sejumlah indikasi untuk melakukan seksio sesarea,

masalah)

yaitu indikasi Ibu (CPD, kemacetan persalinan), bekas seksio >2 kali, perdarahan antepartum, kegagalan induksi, atau bekas operasi lain pada uterus) dan indikasi janin (gawat janin, malpresentasi, pertumbuhan janin terhambat, makrosomia). Gawat

janin

dalam

persalinan

adalah

keadaan

yang

menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas

dasarnya

dan

menunjukkan

deselerasi

(perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,

glikolisis

(pemecahan

glukosa)

anaerob

menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun. Pada keadaan gawat janin yang menetap diperlukan tindakan segera untuk melahirkan janin. Seksio sesaria yang dilakukan di Instalasi Kamar Operasi umumnya adalah seksio sesarea darurat, dan indikasi gawat  janin merupakan 3 besar penyebab dilakukannya seksio sesaria. CPW

 Ada (terlampir)

SPM

 Ada (terlampir)

SPO

 Ada (terlampir)

Evidence (data dasar) Ukuran

Hasil yang diharapkan adalah :

Kinerja

-  Pasien didorong ke OK dalam waktu 8 menit.

Klinis

-  Operasi selesai dalam 1 jam -  Perdarahan kurang dari 1000 cc -  Tidak ada komplikasi tindakan. 8

 

A.

Peran dan Tanggung Jawab dalam Kegiatan  Adapun pelaksana penyelenggaraan Clinical Pathway  serta   serta peran dan

tanggung jawab dari masing-masing unit adalah sebagai berikut : No 1

Pelaksana

Peran dan Tanggung Jawab

Kepala

Sebagai

Pelindung

dan

Penanggung

Jawab

Rumah Sakit

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Tk. IV

Tk. IV 02.07.04

02.07.04 2

Paurmed

Sebagai

Koordinator

Penyelenggaraan

Pelayanan

Kesehatan di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.04 yang bertanggung jawab untuk memastikan pelayanan agar berjalan baik dan terkoordinir 3

Komite Medik

Sebagai Pengawas Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.04 dalam hal pelayanan Medis dengan

bertanggung

jawab

untuk

melaksanakan

monitoring, audit dan review penyelenggaraan Clinical Pathway   4

Dokter DPJP

Memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien dengan prinsip pelayanan berbasis pasien (Patient (Patient Centered

Care) Care)

melalui

penyelenggaraan

Clinical

Pathway, bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan melengkapi format Clinical Pathway sesuai sesuai dengan kasus yang telah ditentukan dalam buku Pedoman Clinical Pathway.   Pathway. 5

Case

Berpartisipasi memantau kinerja Dokter DPJP dalam hal

Manager

penyelenggaraan Clinical Pathway, bertanggung jawab mengumpulkan hasil format Clinical Pathway   yang telah terisi dan meneruskannya kepada Komite Medik.

9

 

B.

Pelaksanaan Kegiatan  Adapun pelaksanaan Clinical Pathway   dengan jelas dibebankan

kepada dokter DPJP yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan melengkapi format Clinical Pathway  sesuai  sesuai dengan kasus yang telah ditentukan dalam buku Pedoman Clinical Pathway. Kasus yang dibuatkan Clinical Pathway -nya -nya adalah kasus utama tanpa ada kasus penyerta. Kemudian format yang telah terisi akan dikumpulkan oleh Case Manager dengan rekapitulasi bulanan yang akan diteruskan kepada Komite Medik. Komite Medik akan melaksanakan monitoring, audit dan review penyelenggaraan Clinical Pathway tersebut dengan membuat sasaran mutu.

10

 

BAB III TATA LAKSANA  LAKSANA 

Untuk melaksanakan monitoring terhadap lima area klinis prioritas dilakukan kegiatan-kegiatan kegiatan-kegiatan seperti dalam tabel di b bawah awah ini.

A. Tabel Kegiatan Pe Pemantauan mantauan Lima A Area rea Klinis Tahun 2 2016 016 No

Kegiatan

1

Proses Penyusunan dengan

Bulan 2016  Agust

Sep

Okt

Nov

Des

Pembentukan tim Penyusun Clinical Pathway 2

Pemilihan 6 area prioritas Clinical Pathway

3

Penyusunan panduan praktik klinis Clinical Pathway

4

Audit pra implementasi untuk base line data

5

Sosialisasi PPK dan Clinical Pathway ke staf yang terkait

6

Uji coba implementasi

7

Implementasi PPK dan Clinical Pathway

8

Audit Paska Clinical Pathway ke Rekam Medik

11

 

B.

Pencatatan Pencatatan adalah pengumpulan data- data yang diperlukan untuk

melakukan evaluasi terhadap lima area klinis prioritas. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan formulir clinical path way   (CPW) selanjutnya dilakukan rekapitulasi

terhadap

kelengkapan

pengisian

dan

kepatuhan

terhadap

pengisian seperti misalnya kepatuhan terhadap lama hari perawatan yang telah ditetapkan dalam CPW, kepatuhan terhadap pelaksanaan pemberian obatobatan dan lain  –  lain. Pencatatan dilakukan oleh kepala instalasi di mana pasien tersebut dirawat selanjutnya dilaporkan kepada Komite Medik setiap bulan sekali. Komite Medik selanjutnya melakukan rekapitulasi terhadap semua CPW dari semua instalasi disertai kajian dan selanjutnya dilaporkan kepada bidang pelayanan medis (alur pencatatan, evaluasi dan pelaporan seperti dibawah ini).

C.

Evaluasi Dan Pelaporan Untuk

memudahkan

memonitor

alur

pencatatan,

evaluasi

dan

pelaporan terhadap monitoring lima area klinis prioritas ini maka dilbuat alur sebagai berikut:

DPJP

CASE MANAGER

KOMITE MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (AUDIT KLINIS)

KEPALA RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 12

 

BAB IV DOKUMENTASI

A.

Tujuan Dokumentasi Rumah Sakit Tk IV 02.07.04 merancang sistem dan proses, dari hasil

modifikasi berdasarkan prinsip perbaikan mutu yang berhubungan dengan standar PMKP 2.1 tentang penyusunan Clinical practice guidelines (pedoman praktik

klinis/

Standar

Pelayanan

Medis

(SPM)/

Standar

Pelayanan

Keperawatan (SPK)), clinical pathways (CPW/alur klinis), dan/atau protokol klinis

digunakan

untuk

memandu

perawatan

klinis

(Standar

Prosedur

Operasional (SPO). 1) Standarisasi Proses Perawatan Klinis; 2) Mengurangi Risiko Yang Muncul Dalam Proses Perawatan, Khususnya Yang Berhubungan Dengan Langkah-Langkah Keputusan Kritis; 3) Menyediakan Perawatan Klinis Secara Tepat Waktu Dan Efektif Dengan Sumber Daya Yang Ada Secara Efisien; 4) Secara Konsisten Menyediakan Perawatan Bermutu Tinggi Dengan Menggunakan Praktik-Praktik Yang Sudah Terbukti.  Terbukti. 

B.

Sistem Pelaporan Hasil monitoring, audit dan review penyelenggaraan Clinical Pathway

akan

dilaporkan

oleh

Komite

Medik

melalui

Case

Manager

kepada

KepalaRumkit Tk IV 02.07.04. Pelaporan mengenai keberhasilan pencapaian sasaran mutu penyelenggara penyelenggaraan an Clinical Pathway  setiap  setiap tahun.

C.

Sosialisasi Segala bentuk sosialisasi mengenai penyelenggaraan Clinical Pathway  

dilakukan oleh Paurmed. Sosialisasi dilaksanakan kepada unit-unit pelaksana teknis dengan melibatkan Kepala Para Kepala Unit, Kepala Instalasi, SMF, Kepala Bagian Keperawatan dan Kepala Ruangan Perawatan.

D.

Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan yang dicapai dituangkan dengan pelaporan

pencapain sasaran mutu mengenai penyelenggaraan Clinical Pathway. Adapun Pathway. Adapun 13

 

sasaran mutu mengenai penyelenggaraan Clinical Pathway  ini   ini adalah sebagai berikut : 1.

Format Clinical Pathway   dilengkapi oleh dokter DPJP sesuai

dengan kasus yang telah ditentukan dalam buku Pedoman Clinical Pathway   dengan target 80%. Sasaran mutu ini diaudit dengan melihat kelengkapan pengisian format Clinical Pathway oleh Komite Medik setiap bulan dengan menghitung jumlah Format Clinical Pathway yang dinyatakan terisi lengkap dibagi dengan jumlah seluruh pasien dengan kasus utama sesuai kasus dalam buku Pedoman Clinical Pathway setiap bulannyadikali dengan 100%. Target Bulanan : 2.

ℎ    ( ) ℎ ℎ      ( )

 100% 

Format Rekap Hasil Pemantauan.

Fungsi monitoring lapangan pengisian format CPW akan dilakukan oleh Perawat (Kepala Ruangan) di setiap unit pelayanan. Monitoring, Audit dan Review secara umum penyelenggaraan CPW akan dilakukan oleh Komite Medik. Untuk rapat tinjauan manajemen akan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali

Kepala Rumah Sakit Tk IV 02.07.04

dr. Djoko Sulistyo Purwodarminto Sp. An Mayor Ckm NRP 1100000353057 11000003530571 1 14

 

15

 

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) 

DIARE AKUT PADA ANAK  Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung

1.  Pengertian (Definisi)

kurang dari 1 minggu. Menurut Riset kesehatan Dasar 2007, diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% anak usia 1 – 1 – 4  4 tahun a. 

Lama berlangsungnya diare, frekuensi diare sehari, warna feses, adakah lendir atau lendir darah dalam feses b.  Adakah muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, kapan buang air kecil terakhir, demam, sesak nafas, kejang, perut kembung

2.  Anamnesis

c.  Jumlah cairan yang masuk selama diare d.  Jenis makanan dan minuman yang dimakan/minum selama diare e.  Apakah mengkonsumsi makanan minuman yang tidak biasa f.  Apakah terdapat penderita diare disekitarnya g.  Bagaimana dengan sumber air minum a.  Keadaan umum, tanda vital dan kesadaran : Tanda Utama :   Gelisah, rewel, lemah/ letargi/ coma, tampak



haus, turgor kurang atau buruk Tanda tambahan :   Mulut bibir lidah kering, mata dan UUB



3.  Pemeriksaan Fisik

4.  Kriteria Diagnosis

cekung, keluar air mata b.  Nafas cepattak dan dalam (nafas Kuszmaull) tanda asidosis metabolik c.  Kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit (hipo atau hipernatremia), kembung (hipokalemia) d.  Berat Badan e.  Penilaian derajat dehidrasi a.  Diare akut tanpa dehidrasi  : Tidak ditemukan tanda utama maupun tambahan, kehilangan cairan tubuh < 5%BB. KU baik sadar, UUB tak cekung, mukosa mulut dan bibir basah, turgor baik atau cukup, bising usus normal, akral hangat b.  Diare akut dengan dehidrasi ringan /sedang  : Kehilangan cairan 5-10% BB, terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. KU gelisah atau cengeng. Turgor kurang, akral masih 16

 

hangat c. 

Diare akut dengan dehidrasi berat  : kehilangan cairan >10% BB, terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. KU letargi atau koma, UUB sangat cekung, mata sangat cekung, mukosa mulut dan bibir kering. Turgor sangat kurang akral dingin.

Diare akut dengan atau tanpa dehidrasi

5.  Diagnosis Kerja

a.  Keracunan makanan b.  Disentri basiler c.  Disentri amuba

6.  Diagnosis Banding

a.  Pemeriksaan feses lengkap b.  Analisis elektrolit c.  Analisis gas darah bila perlu pada dehidrasi berat dengan asidosis Terlampir dalam protocol

7.  Pemeriksaan Penunjang

8.  Tatalaksana

a. 

9.  Edukasi

(Hospital

Promotion)   Promotion)

Health

Edukasi hygiene lingkungan : jamban yg bersih, selalu memasak makanan dan minuman dan hygiene pribadi : cuci tangan sebelum makan atau memberikan makanan b.  Edukasi : ASI tetap diberikan, makanan sapihan, imunisasi rotavirus bila ada dan masih dalam usia < 6 bulan, imunisasi campak Baik jika tidak dalam dehidrasi berat dan buruk jika

10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis

15. Kepustakaan

terlambat mendapat pengobatan di fasilitas kesehatan IV C SMF Anak a. 

Keluhan berkurang

b.  Lama hari rawat : 3 hari a.  Pudjiadi AH dkk (Eds) : Pedoman Pelayanan Medis. jilid 1, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta 2010 : 58 – 58 – 62  62 b.  Hegar, B dalam Gunardi ,H dkk (Eds) : Kumpulan Tips Pediatri. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta 2010 : 64-69

17

 

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) 

DEMAM TIFOID PADA DEWASA  Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan

1.  Pengertian (Definisi)

2.  Anamnesis

3.  Pemeriksaan Fisik

oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi .1  a.  b.  c.  d.  e.  f.  g.  h.  i. 

Prolonged fever (38,8°-40,5°C) Sakit kepala Menggigil Batuk Berkeringat Myalgia Malaise Arthralgia Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen, mual, muntah, diare, konstipasi.

a. Suhu badan relative meningkat. b.   Bradikardi (peningkatan suhu 1°C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit) c.  Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor) d.  Hepatomegali e.  Splenomegaly f.  Meteorismus g.  Gangguan mental: somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis. a.  Suhu badan meningkat.  b.  Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen, mual, muntah, diare, konstipasi. c.  Bradikardi relative

d.  Lidah yang berselaput e.  Uji Widal 4.  Kriteria Diagnosis Kriteria rawat inap5:

5.  Diagnosis Kerja

a.  Pasien dengan muntah persisten  b.  Diare hebat hingga muncul tanda dehidrasi c.  Distensi abdomen Demam Tifoid

6.  Diagnosis Banding

a.  Demam dengue b.  Malaria c.  Enteritis bacterial

7.  Pemeriksaan Penunjang

a.  Laboratorium b.  Darah perifer lengkap sering: leukopenia, anemia dan 18

 

trombositopenia. c.  Uji Widal: bila kenaikan 4 kali titer antibody O dan H pada specimen yang diambil pada jarak 2 minggu d.  Kultur darah, feses dan urin e.  Uji TUBEX f.  Typhidot   g.  Dipstick h.  Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) Trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:

a. 

Diet (pemberian makanan padat sementara sayuran yang berserat)  b.  Terapi penunjang (simptomatik) c.  Pemberian antimikroba

dini,

menghindari

Pemberian antimikroba pilihan utama: a. 

8. Tatalaksana  

Kloramfenikol 4x500 mg (50-70 mg/KgBB) 14-21 hari atau sampai dengan 7 hari bebas demam

Alternatif lain:

a.   b.  c.  d. 

e.  f. 

Tiamfenikol 4x500 mg Kotrimoksazol 2x960 mg selama 2 minggu Ampisilin dan amoksisillin 50-150 mg/Kg BB selama 2 minggu Sefalosporin generasi III: seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari Sefotaksim 2-3x1 gram, Sefoperazon 2x1 gram Fluorokuinolon   Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari   Siprofloksasin 2x500 mg/hari mg/hari (15 mg/KgBB) selama 5-7 hari   Ofloksasin 2x400 mg/hari (15 mg/KgBB) selama 5-7 hari   Perfloksasin 400 mg/hari selama 7 hari 



 

  Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari a.  Edukasi mengenai kebersihan air, makanan, dan sanitasi b.  Vaksinasi Jika tidak diobati, angka kematian pada demam tifoid 10-20%, 

9.  Edukasi (Hospital Health Promotion)  Promotion) 

sedangkan pada kasus yang diobati angka mortalitas tifoid sekitar 2%. Kebanyakan kasus kematian berhubungan dengan malnutrisi,

10. Prognosis

balita, dan lansia. Pasien usia lanjut atau pasien debil prognosisnya lebih buruk. Bila terjadi komplikasi, maka prognosis semakin buruk. Relaps terjadi pada 25% kasus.

11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis

IV C SMF Penyakit Dalam 19

 

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan

a.  Keluhan berkurang b.  Lama hari rawat : 3 hari a.  Peters CJ. Infections Caused by Arthopod and Rodent Borne viruses, In: Longo Fauci Kasper, Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th  edition. United States of America. McGrow Hill. 2008 b.  Widodo D. demam Tifoid. Buku Ajar penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2797-2805. c.  Parry Christopher M, Hien Trans tinh. Thyphoid fever. N Engl J Med 2002; 347: 1770-1782 d.  Herath. Early Diagnosis of Typhoid Fever by the detection on Salivary IgA. J Clin Pathol 2003: 56: 694-698 e.  Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary D, editors. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia. Interna Publishing. 2015. P892898. f.  Background document: The diagnosis, and prevention of typhoid fever. Communicable Disease Surveillance and Response vaccines and Biologicals. World Health Organization. 2003

20

 

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) 

TUMOR MAMAE  Benjolan pada payudara yang teraba keras, tidak berbatas jelas,

1.  Pengertian (Definisi)

2.  Anamnesis

3.  Pemeriksaan Fisik

tumbuh dengan cepat, dan terdapat tanda infiltrasi inf iltrasi a.  Benjolan dipayudara, keras, batas tidak tegas, b.  Berkembang dengan cepat c.  Adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, KB, hormone, nullipara, d.  Keluar cairan yang tidak semestinya dari putting (darah atau cairan keruh) e.  Ada tanda infiltrasi seperti kulit menjadi keriput f.  Adanya pembesaran kelenjar limfe, axila, supraclavicula a. Pada payudara terdapat tumor padat keras, umumnya pada   permulaan tidak nyeri, tumbuh progresif, dan ada tandatanda infiltrasi atau metastase b.  Lokasi, ukuran, konsistensi, batas, melekat/terfixir, bentuk tidak teratur. c.  Pembesaran kelenjar limfe axila, supraclavicula, d.  Adanya limfeoedema pada lengan ipsilateral e.  Adanya satelit nodul dan ulserasi a.  Keluhan : Tumor atau borok yang mudah berdarah pada payudara, erosi perdarahan atau keluar cairan abnormal puting susu. b.  Fisik : pada payudara terdapat tumor padat keras, batas tidak tegas, bentuk tidak teratur, umumnya pada permulaan tidak nyeri, tumbuh progresif, dan ada tanda-tanda infiltrasi atau metastase. Tanda infiltrasi : mobilitas tumor terbatas, melekat kulit/ muskulus pektoralis/ dinding dada, eritema kulit diatas tumor, peau d’orange, satelit nodule, ulserasi.  ulserasi.  d.  Tanda metastase : regional ada pembesaran kelenjar limfe ketiak/ mammaria interna atau ada tumor di organ tubuh. e.  Radiologi :   Mammografi ada tumor batas tidak tegas, bentuk irreguler, stellate, kalsifikasi mikro tidak teratur.   USG mamma : ada tumor berbatas tidak tegas, hiperechoic.  Tumor Mamae c. 

4.  Kriteria Diagnosis





5.  Diagnosis Kerja

a.  Tumor jinak mamma

6.  Diagnosis Banding

b.  Displasia mamma c.  Tumor phyloides d.  Mastitis kronis 21

 

e.  Sarcoma jaringan lunak f.  Limfoma maligna

7.  Pemeriksaan Penunjang

8.  Tatalaksana

a.  b.  c.  d. 

a.  Tranfusi darah bila anemia b.  Medikamentosa/ konservatif untuk Grade I-II c. 

9.  Edukasi (Hospital Health Promotion)  Promotion) 

Laboratorium DL FNABFoto Thorax USG mamma VC/PC

Operatif pada Grade III-IV

a.  Edukasi Komplikasi Tumor mamae b.  Edukasi Tindakan Operatif c.  Edukasi Perawatan Luka pasca Operasi Ad vitam

10.  Prognosis

: Dubia ad Bonam

Ad sanationam : Dubia ad Bonam Ad fungsionam : Dubia ad Bonam

11.  Tingkat Evidens 12.  Tingkat Rekomendasi 13.  Penelaah Kritis 14.  Indikator Medis

IV C a.  SMF Bedah Umum b.  SMF Bedah Onkologi 80% pasien yang dilakukan operasi pulang dalam keadaan baik

a. 

15.  Kepustakaan

Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, edisi revisi 2003, PABI b.  Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Seymour I, Schwarts, Spenser, edisi 6 , Jakarta, EGC, 2000

22

 

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) 

STROKE NON-HEMORAGIK/ISKEMIK  Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak,

1.  Pengertian (Definisi)

retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging  dan/atau patologi.

Gangguan global berupa gangguan kesadaran Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa : a.  Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu

2.  Anamnesis

b.  c.  d.  e.  f.  g. 

extremitas, kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, wicara dan sebagainya Gangguan fungsi keseimbangan Gangguan fungsi penghidupan Gangguan fungsi penglihatan Gangguan fungsi pendengaran Gangguan fungsi Somatik Sensoris Gangguan Neurobehavioral yang meliputi :   Gangguan atensi   Gangguan memory   Gangguan bicara verbal   Gangguan mengerti pembicaraan 







  Gangguan pengenalan ruang   Gangguan fungsi kognitif lain





3.  Pemeriksaan Fisik

a.   b.  c.  d.  e.  f. 

Penurunan GCS Kelumpuhan saraf kranial Kelemahan motoric Defisit sensorik Gangguan otonom Gangguan neurobehavior

Terdapat gejala defisit neurologis global atau salah satu/beberapa

4.  Kriteria Diagnosis 5.  Diagnosis Kerja 6.  Diagnosis Banding

defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak Stroke Non Hemoragik/Iskemik Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT/MRI Otak)

23

 

a.   b.  c.  d.  e.  f. 

7.  Pemeriksaan Penunjang

CT Scan + CT Angiografi /MRI + MRA Otak EKG Doppler Carotis Transcranial Doppler TCD Bubble Contrast & VMR Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit, analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit. g.  Thorax foto h.  Urinalisa i.  Echocardiografi (TTE/TEE)  j.  Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur) k.  DSA Serebral Tatalaksana Umum : a.  Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan  b.  Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid) c.  Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan) d.  e.  f.  g.  h. 

8.  Tatalaksana

Promotion)  9.  Edukasi (Hospital Health Promotion) 

Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan) Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan Gastroprotektor, jika diperlukan Manajemen nutrisi Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH

Tatalaksana Spesifik a.  Trombo Trombolisis lisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB,  pada stroke iskemik onset 80% Optimalisasi status gizi

fisik/klinis

Terapi obat sesuai indikasi

Meningkatkan

Obat rasional

pasien

Umum: Hemodinamik stabil, Intake  14. KRITERIA PULAN PULANG G

Gizi

berdasarkan

antropometri,

c. GIZI

d. FARMASI

Status

baik Khusus: Demam turun, kesadaran

biokimia,

kualitas

hidup

Status pasien/tanda vital sesuai dengan PPK

baik, tidak ada komplikasi Resume Medis dan Keperawatan 15  RENCANA PULANG/EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien

membawa

Resume

Penjelasan diberikan sesuai dengan

Perawatan/ Surat Rujukan/ Surat

keadaan umum pasien

Kontrol/Homecare Kontrol/Homeca re saat pulang.

Surat pengantar kontrol

40

 

VARIAN

 _____-____-_____ Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

Perawat Penanggung Jawab

Pelaksana

Verivikasi

(____________________) (_______________ _____)

(_________________ (__________________) _)

(______________)

Keterangan : Yang harus dilakukan Bisa atau tidak

√ 

Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY STROKE NON HEMORAGIK/ISKEMIK HEMORAGIK/ISKEMIK 41

 

Rumah Sakit Tingkat IV 02.07.04 No. RM Nama Pasien

:

………………………   ………………………

BB

:

………Kg   ………Kg

:

………cm   ………cm

:

…………   …………

Jenis Kelamin

:

……………………….   ……………………….

TB

Tanggal Lahir

:

……………………….   ……………………….

Tgl.Masuk

:

………….   ………….

Jam

:

………..   ………..

Diagnosa Masuk RS

:

……………………….   ……………………….

Tgl.Keluar

:

………….   ………….

Jam

:

………..   ……….. 8 Hari (tanpa

Penyakit Utama

:

....................... ................................... ............... ...

Kode ICD

Penyakit Penyerta

:

……………………….   ……………………….

Kode ICD

Lama Rawat :

………….   ………….

:

Komplikasi)

Rencana Rawat

Komplikasi

:

……………………….   ……………………….

Kode ICD

:

………….   ………….

R. Rawat/ kelas

:

……./…….   ……./…….

Tindakan

:

……………………….   ……………………….

Kode ICD

:

………….   ………….

Rujukan

:

Ya / Tidak

……………………….   ……………………….

Kode ICD

:

………….   ………….

Kode ICD

:

Z71.3

Dietary Counseling and Surveillance

KETERANGAN

HARI PENYAKIT 1 KEGIATAN

2

3

4

5

6

7

6

7



URAIAN KEGIATAN HARI RAWAT  1

2

3

4

5



1. ASESMEN AWAL Dokter IGD ASESMEN AWAL MEDIS Dokter Spesialis ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Pasien masuk melalui IGD Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:

Dilanjutkan dengan asesmen

Kondisi umum, tingkat kesadaran,

bio, psiko, sosial, spiritual dan

42

 

tanda-tanda vital, riwayat alergi, skrining

gizi,

nyeri,

budaya

status

fungsional: bartel index, risiko  jatuh, risiko decubitus, kebutuhan edukasi dan budaya. Darah lengkap GDS HbA1C Ureum Kreatinin SGOT – SGOT  – SGPT  SGPT Profil Lipid 2. LABORATORIUM Hemostasis Asam Urat Urine Lengkap Analisa Gas Darah Elektrolit Albumin Globulin Rontgen Thorax Brain CT SCAN

Usia > 40 tahun

3. RADIOLOGI/IMAGING Echocardiography EKG Penyakit Dalam Jantung 4. KONSULTASI

Paru

Lama Hari Rawat 8 Hari

Rehab Medis Gizi

43

 

5. ASESMEN LANJUTAN Dokter DPJP Dokter non DPJP/dr. Ruangan a. 

Visite harian/ Follow up Atas Indikasi/ Emergency

ASESMEN MEDIS Asesmen perkembangan harian TNRS

b. 

ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift Lihat risiko malnutrisi melalui skrining

gizi dan mengkaji

data antropometri, biokimia, fisik/ klinis, riwayat makan c. 

ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

termasuk serta

alergi

riwayat

Asesmen

makanan personal.

dilakukan

dalam

waktu 48 jam Telaah Resep d. 

Dilanjutkan dengan intervensi farmasi yang sesuai hasil

ASESMEN FARMASI Rekonsiliasi Obat

Telaah dan Rekonsiliasi

6. DIAGNOSIS a. DIAGNOSIS MEDIS

CVD Stroke Iskemik 00201 Risiko ketidakefektivan  jaringan perfusi perfusi serebral 00092 Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas

b. DIAGNOSIS KEPER KEPERAWATAN AWATAN

00094 Risiko ketidakmampuan ketidakmampuan melaksanakan aktivitas

Masalah keperawatan yang dijumpai setiap hari. Dibuat oleh perawat penanggung  jawab.

00015 Risiko konstipasi 0005Risikoketidakseimbangan temperature

44

 

00155 Risiko jatuh 00248 Risiko gangguan integritas kulit 00132 Nyeri Akut Asupan cairan kurang berkaitan dengan

kurangnya

kebutuhan

pemenuhan

ditandai

dengan

kesulitan menelan, asupan cairan tidak cukup dibanding kebutuhan (NI (NI –  – 3.1)  3.1) Tidak cukupnya asupan makanan peroral

berkaitan

menurunnya

c. DIAGNOSIS GIZI

dengan kemampuan

mengkonsumsi zat gizi energi dan

Sesuai dengan data asesmen,

protein ditandai terbatasnya asupan

kemungkinan saja ada diagnosis lain atau diagnosis

dengan makanan

setelah stroke (NI – (NI  – 2.1)  2.1) Malnutrisi terbatasnya ditandai

berubah selama perawatan.

berkaitan akses

dengan

dengan makanan

BMI

<

18,

kehilangan lemak subkutan dan otot (NI – (NI – 5.2)  5.2) Kurang asupan serat berkaitan dengan kurang asupan buah dan sayur ditandai dengan tidak cukup dibanding dengan kebutuhan dan sulit BAB (NI – (NI  – 5.8.5)  5.8.5) Identifikasi kebutuhan dirumah

Program pendidikan pasien dan keluarga

7. DISCHARGE PLANNING Kebutuhan perawatan suportif

LAMA RAWAT 8 HARI

Penjelasan Diagnosis

Oleh semua pemberi asuhan

8. EDUKASI TERINTEGRASI TERINTEGRASI a. 

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

berdasarkan kebutuhan dan Rencana terapi

45

 

 juga berdasarkan Discharge

Informed Consent Penjelasan

pemberian

makanan

bertahap sesuai hasil tes menelan, b. 

EDUKASI & KONSELING

dimulai dari makananenteral/cair

GIZI

frekuensi 6 kali (porsi kecil sering) sesuai kemampuan, dilanjut ke bentuk saring, lunak, biasa

c. 

EDUKASI KEPERAWATAN

Planning. Pengisian formulir informasi dan edukasi terintegrasi oleh pasien dan atau keluarga Edukasi gizi dilakukan saat

Posisi dan aktivitas

awal masuk pada hari 1 atau

Pencegahan risiko jatuh

ke 2

Bantuan melaksanakan aktivitas sehari-hari

Informasi Obat d. 

EDUKASI FARMASI

Meningkatkan

kepatuhan

pasien

meminum/

menggunakan obat Konseling Obat PENGISIAN

FORMULIR

INFORMASI

EDUKASI TERINTEGRAS TERINTEGRASII

DAN

Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA Trombolysis (Actilyse) Anti hipertensi a. 

INJEKSI Vitamin (citicolin) Insulin Asering

b. 

CAIRAN INFUS

c. 

OBAT ORAL

Varian Anti Hipertensi

46

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF