City Branding.pdf
August 24, 2018 | Author: Ming Muslimin | Category: N/A
Short Description
Download City Branding.pdf...
Description
TUGAS UAS MATA KULIAH SENI & MEDIA PERANCANGAN CITY BRANDING KOTA BUKITTINGGI
Oleh: Raudhul Rizky, S. Sn 1520898411
PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bukittinggi adalah nama sebuah kota yang terletak di bagian utara Provinsi Sumatera Barat. Dua kata yang terhimpun jadi satu, mempunyai makna identik dengan letaknya pada ketinggian perbukitan. Topografi Kota Bukittinggi berbukit dan berlembah dengan ketinggian yang bervariasi antara 909m sampai 941m diatas permukaan laut. Oleh karena letaknya yang demikian maka Bukittinggi beriklim sejuk dengan suhu berkisar antara 19° C pada malam hari dan 22° C pada siang hari. (Zulqayyim, 2006; 13). kontur tanah di kota ini berbukit-bukit, ada sekitar ada 27 bukit yang terdapat dalam wilayah kota Bukittinggi. Bukittinggi merupakan pusat kebudayaan Sumatra Barat, terletak di dataran tinggi sebelah utara Padang di bukit Agam. Berbeda dengan Padang yang merupakan pusat roda pemerintahan dan perdagangan modern maka Bukittinggi adalah kota yang tenang dihiasi oleh panorama alam. Lembahnya yang sangat terkenal adalah Ngarai Sianok dengan kedalaman 100 M dan kemiringan antara 80° – 90° adalah salah satu daya tarik kota Bukittinggi dijadikan sebagai kota wisata. Keagungan Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Sago pun ikut menghiasi moleknya kota Jam Gadang ini. (http://www.indonesia.travel/id/destination/463/bukittinggi). Pada zaman Belanda kota ini dijuluki Parijs van Sumatera, mengingat keindahan alamnya yang menawan. Pemerintah kolonial membangun kota ini sebagai kota kedua setelah Padang dan sering dijadikan kota peristirahatan. Bukittinggi Koto Rang Agam, baris dalam lirik lagu Minang, meletakkan posisi Bukittinggi sebagai sentral aktivitas bagi daerah sekitarnya. Orang-orang dari daerah sekeliling Bukittinggi yang pada zaman Belanda disebut onder afdeling Agam Tuo, memang lebih banyak beraktivitas di kota terutama pada siang hari. Zaman dulu aktivitas dipusatkan di pasar Pasa Galuang. Saat ini meluas sampai ke berbagai kantor, perusahaan, sekolah dan lain sebagainya. Di kota Bukittinggi terdapat sebuah menara jam besar yang dinamakan Jam Gadang, Jam Gadang sudah berdiri di jantung kota sejak 1926. Selama ini Jam Gadang telah berjasa sebagai penunjuk waktu. Pada bulan Ramadhan, sirinenya berbunyi sebagai pertanda imsak dan berbuka.
Bukittinggi pantas juga disebut Kota Perjuangan mengingat perannya yang sangat signifikan pada masa republik masih sangat muda. Bukittinggi pernah dijadikan ibukota provinsi, bahkan ibukota negara Indonesia. Wakil Presiden pertama Indonesia adalah putra Bukittinggi, Muhammad Hatta pernah menjalankan fungsi pemerintahan untuk wilayah Sumatera selama beberapa bulan. Saat-saat genting Agresi Militer II Belanda, Bukittinggi telah menjadi mata rantai yang menyelamatkan eksistensi Republik Indonesia untuk seterusnya
dengan
lahirnya
Pemerintahan
Darurat.
(http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id= 5228:city-branding-untuk-bukittinggi&catid=11:opini&Itemid=83) Di tahun 1980-an Bukittinggi pernah dinobatkan sebagai Kota Bunga. Saat itu berbagai bunga ditanam diberbagai tempat untuk menghias kota. Maka, penuhlah pinggir-pinggir trotoar, jalur atau tempat terbuka hijau, taman dan halaman rumah warga dengan bunga berbagai jenis. Julukan resmi yang disandang Bukittinggi saat ini adalah sebagai Kota Wisata. Objek wisata Bukittinggi berada di pusat kotanya, dan Jam Gadang sebagai titik pusat. Dari sana, orang dengan mudah meraih kebun binatang Kinantan, benteng Fort de Kock, Istana Bung Hatta, Monumen Bung Hatta, dan lobang Jepang dengan berjalan kaki. Belum lagi dengan objek-objek wisata lainnya seperti museum Tri Daya Eka Dharma, ngarai sianok, taman panorama, rumah kelahiran bung hatta, jembatan limpapeh, dan juga jenjang 1000. Wisata kuliner yang dapat diperoleh di los lambung dan wisata belanja di pusat pertokoan Pasa Ateh. Tulisan Bukittinggi Kota Wisata dapat dijumpai sebagian besar antero kota, sampai pada kaos-kaos oblong yang banyak dijual pedagang sebagai cendera mata. Namun yang sangat disayangkan citra kota Bukittinggi masih kalah dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, masih cukup banyak orang yang belum mengetahui tentang kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi terhimpit dengan keberadaan kota Padang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Barat. Jadi yang diingatan orang dari Sumatera Barat adalah Padang. Alangkah banyaknya keuntungan dan manfaat yang bisa didapatkan masyarakat kota Bukittinggi apabila Bukittinggi bisa dikenal dengan city branding segala potensi wisata yang dimiliki kota Bukittinggi.
yang kuat dengan
Melihat peluang ini Dinas Pariwisata kota Bukittinggi merencanakan serangkai campaign untuk membuat positioning city branding untuk kota Bukittinggi agar kota ini bisa makin dikenal dikenal luas disertai dengan persepsi yang baik, dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus, dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dan dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang tinggi, sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya makin meningkat. City branding dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu kota atau wilayah untuk membuat positioning yang kuat di dalam benak target mereka, seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga kota dapat dikenal secara luas baik regional ataupun global. Untuk konteks Indonesia, jauh sebelum konsep city branding muncul, sudah banyak kota yang telah memiliki positioning jati diri kuat yang dapat dianggap sebagai cikal bakal sebuah citra (branding). Contohnya Kota Bandung sebagai ‘kota kembang’ atau ‘paris van java’. Kota Yogyakarta diposisikan sebagai ‘kota pelajar’ atau ‘kota budaya’ dan Kota Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali sebagai ‘pulau dewata’ (Nia Kurniasih, 2012). Untuk itu berkaca kepada kota-kota besar yang sudah memiliki indentitas yang kuat tersebut, kota Bukittinggi perlu menetapkan satu brand untuk kotanya yang benar-benar dapat merepresentasikan Bukittinggi seutuhnya.
B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan ke dalam pokok permasalahan utama yaitu, bagaimana mengenalkan dan mengangkat citra kota Bukittinggi dengan potensi wisata dan alam yang dimilikinya melalui perancangan city branding yang unik dan menarik?
C. Batasan Masalah Kota Bukittinggi dalam perancangan city branding ini memposisikan dirinya sebagai kota wisata, kota sejarah, dan kota budaya. Jadi untuk mengenalkan kota Bukittinggi serta untuk mengangkat citra kota Bukittinggi,
maka perancangan city branding kota Bukittinggi ini dimulai dari merancang logo, tagline, sampai pada perancangan strategi promosi.
D. Tujuan Perancangan 1.
Merancang city branding yang unik dn menarik yang dapat memberikan gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang tersebut mendengar kata kota Bukittinggi.
2.
Membangun karakter dan identitas yang kuat dari kota Bukittinggi.
3.
Menarik wisatawan lokal maupun interlokal untuk datang dan secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi perekonomian masyarakat kota Bukittinggi.
4.
Memantapkan konsep city branding dari kota Bukittinggi sebagai tempat tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan (events).
E. Manfaat Perancangan Manfaat yang didapatkan dari perancangan tugas ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu, manfaat subjektif bagi saya sebagai mahasiswa, manfaat objektif bagi masyarakat, dan manfaat bagi klien yang bersangkutan.
1. Bagi Mahasiswa Desain Komunikasi Visual Mahasiswa dapat memahami dan mengasah kemampuannya dalam suatu proses pembuatan desain, serta dapat menambah materi pembelajaran dan juga menambah pengalaman.
2. Bagi Masyarakat Melalui
perancangan
city
branding
akan
mengenalkan
mengangkatcitra dari kota Bukittinggi, sehingga kota ini bisa dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan, sehingga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya makin meningkat.
3. Bagi Lembaga Daerah 1. Daerah tersebut dikenal luas (high awareness), disertai dengan persepsi yang baik 2. Dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific purposes) 3. Dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan (events) 4. Dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang tinggi
LANDASAN PENCIPTAAN
A. Identifikasi Data Untuk menunjang perancangan city branding Kota Bukittinggi pada bagian literatur, akan dibahas mengenai aspek-aspek apa saja yang membentuk city branding Kota Bukittinggi sebagai pembentuk identitas kota. Pembahasan aspek-aspek ini dimaksudkan agar strategi komunikasi yang digunakan dapat memperkuat perancangan city branding.
1. Brand a. Definisi Brand Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai "nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikan dari barang atau jasa pesaing." Dengan demikian, sebuah brand adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau berwujud - dikaitkan dengan apa yang digambarkan brand (Kotler dan Keller, 2009: 332). Straub dan Attner (dalam Soemanagara, 2008: 100) membedakan brand menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Nama (a brand name), merupakan bentuk kata, huruf atau gabungan keduanya digunakan untuk memberikan ciri khas. 2) Tanda (a brand mark), mrupakan sebuah simbol atau design yang digunakan untuk memberikan ciri dan membedakannya. 3) Karakter (a trade character) merupakan sebuah lambang yang menunjukkan kualitas Manusia. Alina Wheeler (2009: 51) mengemukakan bahwa branding adalah sebuah proses yang digunakan untuk membangun kesadaran dan memperluas kesetiaan pelanggan terhadap merek sebuah perusahaan. Proses branding juga sebuah proses merebut kesempatan untuk
menunjukkan mengapa konsumen harus memilih satu merek atas merek yang lain. Penggunaan konsisten suatu merek (brand), simbol, ataupun logo membuat brand tersebut dapat dikenali oleh konsumen, dan bisa membuat sifat-sifat brand tersebut, serta segala sesuatu yang berkaitan dengannya, tetap diingat. Akan tetapi, walaupun unsur visual dari desain merupakan suatu aspek penting dalam pembangunan brand, hal itu saja tidaklah cukup untuk membuat suatu brand menjadi kuat (Temporal, 2001: 37). Jadi secara teknis, ketika seseorang menciptakan nama baru, logo, atau simbol untuk sebuah produk baru, ia telah menciptakan sebuah brand. Namun demikian, brand bukan produk tetapi memberi arti pada produk dan mendefinisikan identitas produk dalam ruang dan waktu. Brand sepenuhnya adalah janji, persepsi, segala sesuatu yang konsumen lihat, dengar, baca, ketahui, rasakan pikiran tentang suatu produk, jasa, atau bisnis. Merek juga memiliki posisi istimewa dibenak konsumen, berdasarkan pengalaman masa lalu, pergaulan, dan ekspektasi masa depan. Nama brand, dan taglines, slogan atau frase hal pendek yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mempromosikan sebuah produk. Visual utama dari diferensiasi adalah logo yang merupakan landasan identitas visual, didukung dengan elemen grafis yang berkontribusi pada identitas visual atau program branding. Ketika brand adalah hal pertama yang diperkenalkan kepada publik, nama, merk, logo, dan kemasan akan membentuk identitas brand. Identitas sebuah brand merupakan hal yang nyata dan menarik bagi indera. Calon konsumen dapat melihat, menyentuh, mendengar, dan melihat brand
tersebut bergerak. Identitas brand menguatkan
diferensiasi, membuat ide-ide besar dan makna secara mudah untuk diakses. Identitas brand mengambil elemen berbeda dan disatukan ke dalam sistem secara keseluruhan.
b. Fungsi dan Tujuan Brand Dari David Heigh dan Alina Wheeler, diketahui bahwa brand memiliki tiga fungsi utama. Pertama adalah
navigation, konsumen
memilih bantuan dari berbagai pilihan yang membingungkan. Kedua, reassurance, brand atau
mengkomunikasikan instrinsik kualitas produk
layanan dan meyakinkan calon konsumen bahwa mereka
membuat pilihan yang tepat. Ketiga, engagement, brand menggunakan citra yang khas, bahas, dan asosiasi guna mendorong calon konsumen untuk mengidentifikasi brand (Heigh dan Wheeler dalam Primayudi, 2012: 37). Tujuan branding adalah membentuk persepsi yang diinginkan oleh brand dimata konsumen sehingga konsumen bisa mengerti apa yang ingin ditawarkan oleh sebuah brand, sehingga sampai pada kecintaan konsumen pada brand tersebut. Jadi tujuan branding bukan semata-mata untuk menjual produk, tetapi dapat bertujuan lebih mendalam, yaitu kecintaan konsumen pada brand dari sebuah produk yang sering diistilahkan dengan brand loyalty. Kecintaan atau rasa suka konsumen terhadap produk yang memiliki brand tertentu didasari oleh serangkaian pengalaman sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh pencitraan merek yang tinggi.
c. Strategi Branding Strategi brand adalah pondasi taktis inti branding, yang menyatukan semua perencanaan untuk setiap visual dan verbal aplikasi. Strategi branding didefinisikan melalui kepribadian, hal yang membedakan
brand
dari
competitor,
positioning
brand,
mengkomodifikasi esensi brand yang merupakan rencana konseptual sebagai
pedoman
bagi
manajemen
profesional
untuk
kreatif
mengaplikasikan brand dari identitas dan kemasan untuk sebuah iklan. Strategi brand juga didasarkan pada sebuah visi, sejalan dengan strategi bisnis, nilai dan budaya dalam perusahaan, serta memahami persepsi dan kebutuhan calon konsumen. Strategi brand yang efektif memberikan ide pemersatu sentral, dimana sebuah prilaku atau
tindakan menciptakan komunikasi yang selaras. Strategi brand mengedepankan positioning, diferensiasi, keunggulan kompetitif, dan keunikan nilai proporsi (Primayudi, 2012:). Dengan terintegrasinya proses branding dengan strategi promosi didalam proses pemasaran, maka apa yang ingin dicapai oleh brand akan tercipta secara efektif dan efisien
d. Brand Architecture Merencanakan brand architecture sangatlah penting karena akan berdampak pada sistem identitas baik secara verbal (penamaan atau penyebutan), maupun visual (susunan dan konstruksi logo). Merencanakan identitas brand dari sejak awal terhadap kemungkinan pengembangan segi visualnya di masa depan sangatlah penting. Misalnya saja dalam hal logo, logo didesain tidak hanya untuk masa sekarang saat suatu perusahaan masih kecil dan hanya mempunyai satu produk, atau masih belum memiliki anak perusahaan. Bila seperti itu, hasilnya adalah logo yang berumur pendek dan tidak efisien. Seorang desainer harus memiliki pemikiran jauh kedepan dan menciptakan logo yang bisa mengakomodasi perubahan-perubahan yang ada di dalam perusahaan. (Rustan, 2009: 55)
e. Brand Positioning Positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (dibandingkan dengan para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan merek (brand) dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat perusahaan. Penentuan Brand Positioning
yang
baik
membantu
strategi
pemasaran
dengan
mengklarifikasi esensi merek, tujuan apa yang dicapai konsumen berkat bantuannya, dan cara ia melakukannya dengan cara yang unik. Hasil akhir dari penetapan brand positioning adalah keberhasilan penciptaan proposisi nilai yang berfokus kepada pelanggan, yaitu meyakinkan mengapa target market harus membeli produk itu (Kotler dan Keller, 2009: 375).
Secara sederhana positioning dapat diartikan sebagai apa yang kita ingin dirasakan orang lain (Rangkuti, 2009: 31). Kegiatan utama dalam mengelola suatu merek adalah dengan membuat brand positioning. Positioning yang jelas dapat menunjukkan kepada kita, kepada siapa target market merek (brand) ditujukan, apa yang ingin kita komunikasikan kepada target market tersebut dan media apa yang akan kita pakai sebagai alat untuk menyampaikan komunikasi kita tersebut, sehingga kita dapat berhubungan secara langsung dengan target market. Positioning mengandung makna atau arti yang spesifik yang dikandung dalam suatu merek. Merek yang memiliki positioning yang jelas, akan disimpan dalam benak konsumen sebagai merek yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan merek lain dalam kategori produk yang sama. Pada umumnya, positioning dinyatakan dalam bentuk pernyataan pendek bahkan dalam satu kata yang mencerminkan merek tersebut. Pernyataan ini dapat menjelaskan kepada konsumen, mengapa merek kita berbeda dari merek pesaing sehingga merek kita dapat memberikan jaminan atau janji bahwa dengan membeli merek ini, konsumen dapat teratasi masalahnya (Rangkuti, 2009: 63) Al Ries dan Jack Trout (dalam Kotler dan Keller, 2009: 375) mengungkapkan bahwa penetapan positioning dimulai dengan produk, yaitu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Namun, penetapan positioning bukanlah kegiatan yang anda lakukan terhadap produk. Penetapan positioning adalah kegiatan yang anda lakukan terhadap pikiran calon pelanggan.
2. Promosi Promosi merupakan kegiatan penting yang berperan aktif dalam memperkenalkan, memberitahukan, dan mengingatkan manfaat dari suatu produk agar produk tersebut digunakan oleh konsumen dan masyarakat. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Bagaimanapun juga baiknya kualitas sebuah produk, apabila konsumen tidak mengetahui, belum pernah mendengarnya, dan tidak yakin
bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah mengkonsumsi atau menggunakannya. Freddy Rangkuti (2009: 51) menyatakan bahwa setiap promosi yang dilakukan tentu memiliki sebuah tujuan yaitu untuk mencari laba. Pada umumnya kegiatan promosi yang dilakukan harus mendasarkan kepada tujuan sebagai berikut: a) Modifikasi tingkah laku Tujuan dari promosi ini adalah berusaha untuk mengubah tingkah laku dan pendapat individu tersebut, dari tidak menerima suatu produk menjadi setia terhadap produk tersebut. b) Memberitahu Kegiatan promosi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan, mengenai produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat pembeli, kegunaan, keistimewaan, dan lain sebagainya. Promosi yang bersifat informasi ini umumnya lebih disukai dan dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan. c) Membujuk Promosi ini bersifat membujuk atau persuasif, lebih mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar promosi dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap prilaku konsumen. Promosi ini akan menjadi dominan jika produksi yang bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan. d) Mengingatkan Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk mempertahankan brand produk di hati masyarakat.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa peranan kegiatan promosi sangat penting dan harus memperlihatkan dengan cara yang tepat sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa promosi adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi atau berkomunikasi antara produsen
dan
konsumen
yang
bersifat
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan sasaran untuk menciptakan permintaan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
3. City Branding Memperkenalkan kota dalam sebuah brand sebagaimana produk merupakan
branding
untuk
sebuah
kota.
Hal
tersebut
bertujuan
memperkenalkan potensi-potensi yang dimiliki dan mempromosikan kota tersebut, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. City branding dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu negara atau daerah untuk membuat positioning yang kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga negara dan daerah tersebut dapat dikenal secara luas di seluruh dunia. Secara harfiah, city branding bisa diartikan sebagai sebuah usaha yang dimulai dengan membentuk merek untuk sebuah kota, dengan tujuan dikenal oleh masyarakat lebih luas dengan persepsi yang baik, dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific purpose), dianggap tepat untuk tujuan wisata, tempat tinggal, berinvestasi dan memberikan keamanan untuk berbagai kegiatan (Primayudi, 2010: 1). Pemasaran sebuah kota, daerah, dan negara telah menjadi sangat dinamis, kompetitif, dan penting dewasa ini. Dalam keadaan ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri agar lebih menonjol dari pada kompetitor mereka. Kota, daerah, dan negara menemukan bahwa gambaran yang baik dan implementasi penuh dari brand strategy memberikan banyak manfaat dan keuntungan. Lokasi geografis, seperti produk dan personal, juga dapat dijadikan acuan untuk membuat brand dengan menciptakan dan mengkomunikasikan identitas bagi suatu lokasi yang bersangkutan. Kota, negara bagian, dan negara masa kini telah aktif dikampanyekan melalui periklanan, direct mail, dan perangkat komunikasi lainnya (Keller dalam elib.unikom.ac.id)
Gambar 1. City branding kota Yogyakarta Sumber: skyscrapercity.com
Beberapa kota di Indonesia telah lebih dulu memiliki city branding salah satunya adalah kota Yogyakarta yaitu Jogja "Never Ending Asia" Bisa dikatakan city branding ini sukses membuat kesan para wisatawan, karena sesuai dengan potensinya yang kaya akan budaya. Pemilihan nama Jogja daripada Yogya ataupun Yogyakarta telah melalui penelitian terlebih dahulu yang hasilnya lebih mudah diucapkan. Tagline “Never Ending Asia” juga melalui penelitian yang memperkuat fakta bahwa Jogja bisa memberi janji bahwa dengan datang ke Jogja orang bisa menemukan pengalaman yang tidak ada habisnya (http://muhammadirawansaputra.wordpress.com/tag /city-branding/, 18 Des 2013, 14.20 WIB). Contoh city branding berikutnya yang ada di Indonesia adalah city branding dari Kota Jakarta yakni “Enjoy Jakarta” yang mana mengajak wisatawan untuk menikmati Jakarta dengan segala kelebihan dan
Gambar 2. City branding kota Jakarta Sumber: cometfireworks.com
kekurangannya. Menikmati belanja meski macet. Selain itu, menurut Tatang, Kasubdis Litbang Dinas Pariwisata, mengatakan semua orang mempersepsikan “enjoy” di segala kalangan usia, pekerjaan, status sosial. City branding ini bertujuan untuk memberikan ciri, simbol dan karakter kepariwisataan Jakarta, meningkatkan citra destinasi pariwsata Jakarta,
meningkatkan
rasa
hormat
masyarakat
terhadap
Jakarta,
meningkatkan orang untuk berkunjung ke Jakarta, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap Jakarta sebagai daerah tujuan wisata berkualitas(http://perempuan0n220185.wordpress.com/2011/12/20/strategicity-branding-kota-jakarta/). Di beberapa kota dan negara, konsep city branding mereka sudah sangat tertata dengan sangat rapi. Kita bisa lihat Singapura dengan profesionalisme yang dibangun lewat Singapore Tourism Board, city branding Uniquely Singapore yang menggantikan slogan lama mereka New Asia mampu menyedot jutaan orang (lebih dari 7,6 juta orang) untuk datang berkunjung ke Singapura dan menghabiskan jutaan dollar uang mereka untuk berwisata, untuk belanja, untuk kesehatan dan juga untuk melanjutkan pendidikan. Singapura merupakan satu contoh city branding yang mampu menarik wisatawan asing datang dan memberikan keuntungan bagi Singapura. (http://adjie.blogdetik.com/2008/10/22/city-branding/)
Gambar 3. city branding Singapura Sumber: bp.blogspot.com,
Satu lagi contoh kampanye city branding yang sangat sukses adalah untuk Kota New York “I Love NY” yang berhasil menyelamatkan kota Big Apple itu dari kemelut ekonomi. Sejarah "I Love NY", berangkat dari peristiwa para pebisnis di kota New York yang dilanda krisis ekonomi
akhirnya memutuskan pindah ke Connecticut. Pada saat itu kota New York kehilangan pemasukan pajak. Pemerintah kota New York meminta tolong pada pemerintah pusat, tapi jawaban Presiden saat itu adalah tidak bisa membantu New York secara finansial. Akhirnya pemerintah New York beralih ke bisnis pariwisata. Mereka lantas menginventarisir produk-produk apa saja yang dimiliki New York, dari sumber daya alam hingga gerakan
Gambar 4. City branding kota New York Sumber: en.wikipedia.or
seni dan budaya. Pemerintah lokal meminjam uang pada bank, di mana uang itu akan digunakan untuk kampanye city branding "I Love NY”, yang kemudian logonya dijiplak oleh banyak kota. Kampanye itu mendorong peningkatan pengujung New York dan menyumbang pendapatan negara sebesar 1,6 miliar USD dari sektor pariwisata. Bisa dikatakan, New York adalah kota pionir yang melakukan city branding di dunia (http://www.the-marketeers.com/archives/citybranding-from-location-to-destination.html#.UtNNrJw_ZnI) City branding adalah proses atau usaha membentuk merek dari suatu kota untuk mempermudah pemilik kota tersebut memperkenalkan kotanya kepada target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut dengan menggunakan kalimat positioning, slogan, icon, eksibisi, dan berbagai media lainnya. Sebuah city branding bukan hanya sebuah slogan atau kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari pikiran, perasaan,
asosiasi dan ekspetasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang tersebut melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk, layanan, event, ataupun berbagai simbol rancangan yang menggambarkannya. Dalam membuat sebuah city branding, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya: 1. Attributes: Do they express a citys brand character, affinity, style, and personality?(menggambarkan sebuah karakter, daya tarik, gaya, dan personalitas kota) 2. Message: Do they tell a story in a clever, fun, and memorable way? (menggambarkan sebuah cerita secara pintar, menyenangkan dan mudah atau selalu diingat) 3. Differentiation: Are they unique and original? (unik dan berbeda dari kota-kota yang lain) 4. Ambassadorship: Do they inspire you to visit there, live there, or learn more? (Menginspirasi orang untuk datang dan ingin tinggal di kota tersebut). (adjie.blogdetik.com/2008/10/22/city-branding)
Upaya city branding
Kota Bukittinggi dapat berupa positioning,
slogan, icon, ekshibisi, dan berbagai cara lain. Strategi suatu wilayah untuk memiliki positioning yang kuat sehingga dapat dikenal luas diseluruh dunia merupakan suatu upaya yang disebut dengan city branding. Sebagai bagian dari strategi pemasaran, city brand merupakan konsep yang muncul dari sebuah penelitian yang diawali dengan place branding. Kemudian berkembang pada penelitian country branding, city branding, city area branding, hingga destination branding, dari rangkaian penelitian tersebut kemudian muncul konsep city branding (Primayudi, 2010: 1)
4. Identitas Identitas adalah salah satu metode untuk dapat dikenali, mengenali, dan membedakan satu hal dengan yang lain. Identitas adalah suatu cara untuk suatu hal yang memungkinkan suatu lembaga, merek, produk, atau perusahaan dikenal dan dibedakan dengan yang lainnya. Identitas tersebut harus diciptakan melalui suatu rancangan design khusus yang meliputi segala hal khas/unik berkenaan dengan lembaga yang bersangkutan secara
fisik. Design itu memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat mengingatkan khalayak akan lembaga tertentu. Identitas sesungguhnya merupakan salah satu bentuk tertua dari komunikasi yang didasarkan pada suatu rancangan tertentu (designed communication) dan senantiasa terarah pada tujuan-tujuan yang praktis. Ide dasarnya selalu untuk menciptakan identifikasi, melalui keseragaman (uniformity). Dalam kenyataannya 'seragam' selalu dipergunakan sebagai fungsi dan ekspresi identifikasi (penunjuk kepada diri sendiri sebagai suatu hal yang unik, berbeda dari yang lain) yang paling sederhana (Jefkins, 1995: 298). Apabila kita berkenalan dengan seorang teman baru, yang pertama kali kita nilai adalah penampilan fisiknya, wajah, gaya rambut, pakaian, dan lain-lain. Kedua, kita akan menilai perkatan dan cara bicara orang tersebut, apakah sopan, tegas, santai, atau humoris. Terakhir yang kita nilai adalah tingkah laku orang tersebut, apakah sopan dan menjaga tata krama, atau kasar dan tidak tahu aturan, apakah tingkah lakunya konsisten dengan apa yang orang tersebut katakan. Ketiga tahap penilaian manusia terhadap sesamanya ini dalam konteks identitas disebut dengan identity mix. Terdiri dari: 1.
Visual. Contoh: Logo, tipografi, warna, packaging, seragam, signage, bangunan.
2.
Komunikasi. Contoh: iklan, laporan tahunan, press release, costomer service, public relation.
3.
Perilaku (Behaviour). Contoh: Corporate value, corporate culture, norma Setelah berkenalan, melihat penampilan, cara berkomunikasi, dan
tingkah laku seseorang, didalam benak kita segera muncul hasil penilaian keseluruhan terhadap orang tersebut. Hal inilah yang disebut dengan brand image : gambran mental terhadap sebuah brand. Identitas yang ditampilkan dengan konsisten akan memberi gambaran pada publik bahwa entitas tersebut konsekuen dan profesional. Dari situ diharapakan dapat meningkatkan brand awareness dan masyarakat (Rustan, 2009: 54).
brand image positif di benak
B. Kota Bukittinggi Kota Bukittinggi adalah kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi Sumatera Tengah. Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan dahulunya dijuluki sebagai Parijs van Sumatra selain Kota Medan. Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia. Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban di Negeri Sembilan, Malaysia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Agam. Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah Jam Gadang, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol bagi kota yang berada di tepi Ngarai Sianok. Bukittinggi yang terkenal sebagai kota pusat pengembangan pariwisata di Sumatera Barat, memiliki alam yang indah dengan dikenal dengan sebutan Bukittinggi Kota Wisata yang dicanangkan Gubernur Sumatera Barat Bapak Ir. Azwar Anas tanggal 11 Maret 1984. Lembahnya yang sangat terkenal ialah Ngarai Sianok yang terletak pada sisi barat Kota Bukittinggi dengan kedalaman 100 m serta mempunyai kemiringan antara 80° - 90° yang menjadi daya tarik pariwisata, disamping Jam Gadang yang dibangun oleh Controleur Rook Maker tahun 1926 dengan latar belakang tiga gunung yaitu: Gunung Marapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Sago sehingga pernah populer dengan sebutan Tri Arga sebagai julukan untuk daerah ini.
1. Potensi Kota Bukittinggi a. Wisata Bidang Kepariwisataan
ditetapkan sebagai potensi unggulan
daerah Kota Bukittinggi adalah berangkat dari
kondisi
alam dan
geografis Kota Bukittinggi itu sendiri. Terletak ditengah-tengah
Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M – 941 M diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 16,1°C sampai 24,9°C, merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera. Topografi kota yang berbukit dan berlembah dengan panorama alam yang elek serta dikelilingi oleh tiga gunung, Merapi, Singgalang dan Sago seakan menjadi tonggak penyangga untuk memperkokoh Bukittinggi. Inilah yang menyebabkan Bukittinggi disebut juga sebagai “ Kota Tri Arga”. Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan sejarah yang dapat diketgorikan sebagai keajaiban seperti, Lobang Jepang, benteng Fort De Kock, jam Gadang dll. Hal ini membuktikan Bukittinggi sebagai kota tua yang sarat dengan sejarah, salah satunya yang selalu melekat dengan sejarah bangsa yaitu : Bukittinggi menjadi Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember 1949 – Juli 1950. Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini, menyebabkan Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati. Sinergi dengan potensi unggulan derah lainnya. Bukittinggi juga dikembangkan menjadi wisata Perdagangan dan jasa , wisata kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini dapat
dibuktikan
dengan
kontribusi
sector
pariwisata
untuk
menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40 %.
b. Perdagangan dan Jasa Bidang Perdagangan dan Jasa ditetapkan sebagai potensi unggulan daerah adalah berangkat dan sejalan dengan fungsi Bukittinggi itu sendiri. Dari sejarah Kota Bukittinggi, dimulai dengan didirikannya Pasar Atas diatas Bukit Kandang Kabau pada tahun 1858 yang dimaksudkan sebagai tempat transaksi bagi masyarakatnya. Lokasi inilah yang berkembang dan diperluas menjadi pusat kegiatan masyarakat Bukittinggi. Dengan demikian sejak semula Bukittinggi dimaksudkan dan mempunyai fungsi sebagai tempat perdagangan. Seiring dengan pesatnya perkembangan kegiatan perdagangan, sekaligus melekat pada
fungsi penyediaan jasa. Fungsi sebagai kota Perdagangan dan Jasa sudah melekat pada Kota Bukittinggi yasng berkembangnya dewasa ini demikian pesatnya, apalagi dengan didukung 4 pusat pasar induk. Menjadikan Bukittinggi sebagai sentral perdagangan, yang bukan hanya berskala regional, khususnya untuk barang-barang konveksi, pakaian jadi dan barang-barang kerajinan tangan. Produk ini merupakan kerajinan masyakat sekitar Bukittinggi dan pada umumnya dipasarkan di Pasar Aur dan potensi ini juga berskala nasional dan bahkan mancanegara. Sektor Perdagangan dan jasa merupakan sektor penyumbang utama bagi pendapatan Kota Bukittinggi, dimana hampir setengah pendapatan daerah pada tahun 2005 (43 %) yang ditunjukkan dengan PDRB Kota Bukittinggi menjadi Pusat Pelayanan perdagangan dan jasa.
c. Seni Budaya Kota Bukittinggi tidak saja memiliki potensi pada tempat-tempat yang menarik untuk dilihat oleh para wisatawan yang datang. Namun, terdapat berbagai seni dan budaya yang disajikan oleh Kota Bukittinggi. Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI) merupakan acara tahunan yang diadakan oleh pemerintahan Kota Bukittinggi sejak tahun 2000. PEDATI ini selalu dilaksanakan di Lapangan Kanti Wirabraja Kota Bukittinggi dikarenakan lapangan tersebut berada di pusat Kota Bukittinggi. Kegiatan yang awalnya digagas oleh kelompok masyarakat yang menamakan dirinya Pemuda Pecinta Persatuan Bangsa ini bertujuan menjalin persatuan dan kesatuan bangsa melalui pendekatan keragaman dan kekayaan budaya, sekaligus menyambut momentum peringatan Sumpah Pemuda. Kekukuhan masyarakat Kota Bukittinggi terhadap seni tradisi, mendapat apresiasi dari para seniman, budayawan atau pejabat publik. Masyarakat sangat mengapresiasi terhadap sikap masyarakat sebab, pewaris seni budaya di Kota Bukittinggi mampu melestarikannya dengan banyak mendirikan perkumpulan seni (grup seni). Di Kota
Bukittinggi terdapat tiga belas grup kesenian, yaitu Gastaranah, Saayun Salangkah, Puti Limo Jurai, Sakato, Ganto Minang, Mahligai, Perguruan Silat Harimau Singgalang Salimbado, Syofyani, Rabuang Kuning, Bambu Kuniang, Komunitas Musik Tradisional Saluang, Satria Muda Indonesia dan Mustika Minang.
METODE/PROSES PENCIPTAAN
A. Analisis SWOT Pengertian / definisi analisis SWOT adalah suatu metoda penyusunan strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu unit bisnis tunggal. Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat berupa domestik maupun multinasional. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan faktor didalam perusahaan (S dan W). Kata-kata tersebut dipakai dalam usaha penyusunan suatu rencana matang untuk mencapai tujuan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
B. Kota Bukittinggi a. Strengths (Kekuatan) Kondisi Geografis : 1. Kota Bukittinggi merupakan kota yang memiliki letak strategis yakni di tengah-tengah pulau Sumatera dan juga sebagai kota perlintasan dan persinggahan di pulau Sumatera. 2. Udara yang sejuk Kota Bukittinggi sangat cocok untuk beristirahat dan berwisata. 3. Masih banyaknya pohon yang menghiasi Kota Bukittinggi sehingga menambah keindahan dan suasana kesejukan.
Ekonomi
:
1. Kota Bukittinggi sudah memiliki perekonomian yang kuat.
Fasilitas
:
1. Kota Bukittinggi memiliki berbagai macam kuliner khas yang mudah ditemui dan tersebar diseluruh penjuru Kota Bukittinggi.. 2. Banyaknya tempat wisata yang dapat dikunjungi di Kota Bukittinggi yang dapat menyegarkan pikiran dengan pemandangan alamnya yang indah.
3. Banyaknya tempat wisata belanja di Kota Bukittinggi mulai dari toko-toko pakaian, barang bekas, distro, butik, dan salah satunya yaitu Pasar Aur Kuning yang menjadi pasar konveksi terbesar seSumatera. 4. Banyaknya tempat belajar/sekolah yang berkualitas didukung dengan udaranya yang sejuk menjadikan Kota Bukittinggi sebagai kota destinasi pendidikan bagi masyarakat sekitar Sumatera Barat. 5. Tersedianya Rumah Sakit Stroke yang merupakan satu-satunya Rumah Sakit Stroke yang ada di Indonesia.
Masyarakat : 1. Masyarakat Kota Bukittinggi yang ramah, sopan, dan mudah bersosialisasi menambah kenyamanan Kota Bukittinggi.
b. Weakness (Kelemahan) Kondisi
:
1. Kondisi jalanan Kota Bukittinggi yang sering macet pada hari-hari libur sehingga mengganggu kenyamanan dan keteraturan kota. 2. Kurangnya lahan parkir bagi para wisatawan yang berkunjung pada hari-hari libur sehingga mengganggu kelancaran lalu lintar kota. Fasilitas
:
1. Sarana dan prasarana di Kota Bukittinggi yang kurang memadai Masyarakat : 1. Kurangnya kepedulian anak muda Kota Bukittinggi dalam melestarikan budaya. 2. Masyarakat Kota Bukittinggi belum sepenuhnya mengetahui potensi yang dimiliki Kota Bukittinggi, sehingga perlu diperkenalkan kembali untuk menambah kecintaan terhadap Kota Bukittinggi.
c. Opportunities (Peluang) 1. Kota Bukittinggi bisa menjadi kota percontohan dalam bidang Pariwisata dan Kuliner.
2. Kota Bukittinggi memiliki potensi unggulan yang bisa menambah pendapatan daerah misalnya potensi sebagai kota wisata, banyak turis mancanegara yang berkunjung ke Bukittinggi. 3. Kota Bukittinggi bisa go international jika ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat Kota Bukittinggi dalam membenahi Kota Bukittinggi ke arah lebih baik. 4. Kota Bukittinggi memiliki banyak sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat meningkatkan perekonomian kota.
d. Threat (Ancaman) 1. Kota Bukittinggi terancam kehilangan karakter karena pengaruh dari perkembangan kota yang pesat yang mendorong masyarakat untuk terus berubah namun tidak diimbangi dengan pelestarian budaya. 2. Banyaknya wisatawan yang datang mengunjungi Kota Bukittinggi, bisa menjadi sebuah ancaman untuk Kota Bukittinggi yang membuat masyarakat
Kota
Bukittinggi
tidak
merasa
memiliki
Kota
Bukittinggi yang akhirnya muncul ketidakpedulian terhadap Kota Bukittinggi. 3. Pada hari libur Kota Bukittinggi selalu dipadati oleh wisatawanwisatawan dari berbagai daerah domestik maupun internasional, jika pemerintah kurang tegas dalam menanggapi peraturan tentang keteraturan lalu lintas dan kebersihan lingkungan akan tidak seimbang dengan perkembangan kota yang semakin pesat.
C. USP (Unique Selling Preposition) a. Kota Bukittinggi memiliki potensi wisata yang tidak dimiliki oleh kotakota lain yang ada di Indonesia seperti Jam Gadang, Panorama, Ngarai Sianok, Benteng Fort de Kock, dan lain sebagainya. b. Kota Bukittinggi memberikan sajian kuliner yang berbeda yang tidak dapat ditemukan di kota-kota lainnya seperti Nasi Kapau dan Kerupuk Sanjai. c. Kota Bukittinggi memiliki iklim dan hawa yang sejuk dan sangat cocok untuk berwisata dan beristirahat.
d. Kota Bukittinggi mampu memadukan antara modernisasi dengan tradisi.
D. Segmentasi Target audience dalam perancangan ini meliputi : a. Demografi Jenis kelamin
: Laki-laki dan perempuan
Usia
: 15 - 50 tahun
Pendidikan
: SD - Strata 3
Pekerjaan
: Pelajar, karyawan, pengusaha, pegawai, wiraswasta. Umumnya para pekerja diatas adalah masyarakat yang
bergaya
hidup
modern,
gemar
berlibur,
bersemangat, dan masih berjiwa muda. Pengeluaran /bln
: ± Rp. 2.000.000,Seseorang dengan kisaran jumlah pengeluaran seperti diatas mampu membagi prioritas antara pekerjaan dan keluarga.
b. Geografi Secara geografis target audience dikhususkan pada masyarakat yang berdomisili di wilayah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat dan pada seluruh Indonesia dan mancanegara pada umumnya. Hal ini dikarenakan city branding tidak akan dapat berfungsi bila masyarakat dalam kotanya sendiri tidak sadar dan peduli terhadap kota mereka sendiri. Sehingga perlu ditumbuhkan rasa bangga terhadap Kota Bukittinggi bagi segmen yang bersangkutan.
c. Psikografis Secara
sederhana,
psikografis
diartikan
sebagai
segmentasi
berdasarkan gaya hidup. Mereka adalah segmen masyarakat yang bekerja keras, menikmati hidup, senang berlibur, gaya hidup modern, menyukai halhal yang benar-benar baru, konsumtif sebagai aktualisasi diri, berjiwa muda namun tetap memelihara nilai-nilai budaya.
E. Solusi Membuat city branding sebuah kota bukan perkara membuat sebuah identitas yang ditanamkan secara paksa kepada masyarakatnya. Tapi bagaimana sebuah kota dapat memberikan rasa bangga pada orang yang menetap didalamnya, menarik para pengunjung untuk berwisata atau berinvestasi di kota tersebut, dan memberikan rasa rindu kepada orang yang pergi meninggalkan kota tersebut. Sebuah brand seharusnya dapat memenuhi harapan masyarakatnya dan nilai-nilai di dalam kota tersebut harus diperlihatkan secara nyata. Hal – hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana menanamkan brand image agar masyarakat semakin mencintai Kota Bukittinggi dan menarik para wisatawan dan investor untuk mengunjungi Kota Bukittinggi sebagai destinasi wisata dan investasi. Hal ini bisa dimulai dengan pengenalan dan memberikan informasi lebih kepada masyarakat Kota Bukittinggi tentang potensi-potensi Kota Bukittinggi mulai dari wisatanya, sejarah, budaya, kuliner, dan potensi lainnya yang dimiliki Kota Bukittinggi sehingga masyarakat Kota Bukittinggi bisa merasa bangga dan merasa memiliki apa yang dimiliki Kota Bukittinggi. Jika rasa memiliki dan mencintai kota itu sudah tercipta, tidak menutup kemungkinan akan adanya perubahan yang dilakukan masyarakat Kota Bukittinggi. Hal ini juga dapat berdampak pada wisatawan yang diharapkan dapat memberikan brand image bahwa Kota Bukittinggi adalah kota yang sangat nyaman dan sangat cocok untuk berlibur dan beristirahat dan juga menjadi destinasi wisata utama di Sumatera atau pun di Indonesia.
DAFTAR SUMBER ACUAN
Jefkins, Frank; Periklanan. Jakarta; Penerbit Erlangga, 1995 Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller; Manajemen Pemasaran. PT Jaya Cemerlang, 2009
Macanan
M.A, Morissan; Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2010 Primayudi, Kadek. City Branding Kota Gede Herritage Travelling Diary. Thesis (ISI Yogyakarta; 2010). Rangkuti, Freddy; Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Rustan, Surianto; Mendesain Logo. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Sanyoto, Sadjiman Ebdi; Nirmana (dasar-dasar seni dan desain). Yogyakarta; Jalasutra, 2009. Soemanagara, Rd; Strategic Marketing Communication: Konsep dan Terapan. Bandung; Penerbit Alfabeta, 2008
Strategis
Temporal, Paul; Branding in Asia (Membangun Merek di Asia) Penciptaan, Pembangunan, dan Manajemen Merek Asia untuk Pasar Global. Batam, Interaksara, 2001 Wheeler, Alina; Designing Brand Identity: An Essential Guide for The Entire Branding Team. New Jersey; John Wiley & Sons, inc, 2009
Zulqayyim; Boekittinggi Tempo Doeloe. Padang; Andalas University Press, 2006
View more...
Comments