Chapter II(2)
September 29, 2017 | Author: Maya Rentina | Category: N/A
Short Description
strok...
Description
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. STROKE ISKEMIK
II.1.1. Definisi Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler ( Kelompok Studi Stroke Perdossi, 2011 ). Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak ( Sjahrir, 2003 ). II.1.2. Epidemiologi Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun (Hacke dkk,2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4.8 juta penderita stroke yang bertahan hidup. (Goldstein dkk, 2006). Insiden stroke pada pria lebih tinggi daripada wanita, pada usia muda, namun tidak pada usia tua. Rasio insiden pria dan wanita adalah 1.25 pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-74 tahun, 1.07 pada kelompok usia 75-84 tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85 tahun ( Lloyd dkk, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, berdasarkan penelitian Machfoed, di peroleh hasil bahwa dari 1.397 pasien stroke terdapat 808 pria, 589 wanita, dan 1001 orang dengan stroke iskemik ( Machfoed , 2003 ). II.I.3.Faktor Resiko Faktor
resiko
untuk
terjadinya
stroke
dapat
diklassifikasikan
berdasarkan kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak ( non modifiable, modiable, atau potentially modifiable ) dan bukti yang
kuat ( well documented
atau less well documented ). ( Goldstein, 2006 ) 1.
2.
Non modifiable risk factors :
Usia
Jenis kelamian
Berat badan lahir rendah
Ras / etnis
Genetik
Modifiable riks factors : Well – documented and modifiable risk factors a.
Hipertensi
b.
Paparan asap rokok
c.
Diabetes
d.
Atrial fibrilasi dan beberapa faktor jantung tertentu
e.
Dislipidemia
f.
Stenosis arteri karotis
g.
Sickle cell disease
h.
Terapi hormonal pasca menopause
Universitas Sumatera Utara
i.
Diet yang buruk
j.
Inaktivitas fisik
k.
Obesitas
Less well – documented and modifiable risk factors a.
Sindroma metabolik
b.
Penyalahgunaan alkohol
c.
Penggunaan kontrasepsi oral
d.
Sleep – disordered breathing
e.
Nyeri kepala migren
f.
Hyperhomosisteinemia
g.
Peningkatan lipoproteinemia
h.
Hypercoagulability
i.
Inflamasi
j.
Infeksi
II.I.4. Patofisiologi
Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan otak mengalami hipoksia daerah regional otak, sehingga menimbulkan reaksi yang berakhir dengan diikuti kematian sel –sel otak beserta
pendukungnya. (
Becker, dkk, 2010 ) Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap, yaitu : ( Sjahrir, 2003 ) Tahap I :
a. Penurunan aliran darah b. Pengurangan O2 c. Kegagalan energi
Universitas Sumatera Utara
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion b. Spreading depression
Tahap 3 :
Inflamasi
Tahap 4 :
Apoptosis
II.2. LIPID DAN TRIGLISERIDA II.2.1. Lipid Sebagai pendahuluan, karena trigliserida merupakan bagian dari lipid, maka terlebih dahulu dibicarakan tentang lipid. Lipid
adalah molekul –
molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam pelarut - pelarut organik. II.2.I.1 Fungsi lipid Ada beberapa fungsi lipid di antaranya: 1.Sebagai penyusun struktur membran sel Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material - material. 2.Sebagai cadangan energi Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa 3. Sebagai hormon dan vitamin Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
vitamin membantu regulasi proses – proses biologis II.2.I.2. Jenis - jenis lipid Terdapat beberapa jenis lipid yaitu : 1. Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh 2. Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida 3. Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid 4. Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, dan steroid
II.2.I.3. Metabolisme lipid Metabolisme lipid dibagi 3 jalur yaitu jalur eksogen, endogen dan reverse
cholesterol
transport.
Kedua
jalur
pertama
berhubungan
dengan
metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida, sedang jalur reverse cholesterol transport mengenai metabolisme kolesterol HDL. Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal ( vena porta ) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. ( Guyton, 1997 ) Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh
miseleus
( dalam bentuk besar disebut emulsi )
Universitas Sumatera Utara
dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus ( enterosit ). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa. ( Guyton, 1997 ) Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu - waktu jika kita membutuhkan energi dari
lipid,
trigliserida
ditransportasikan pemecahan
dipecah
menuju
sel-sel
menjadi untuk
asam
lemak
dioksidasi
lemak jaringan ini dinamakan lipolisis.
dan
menjadi
gliserol, energi.
untuk Proses
Asam lemak tersebut
ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). ( Nelson D.L, 2000) Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika tidak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. ( Guyton, 1997 ) Proses
oksidasi
asam
lemak
dinamakan
oksidasi
beta
dan
menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Gambar I metabolisme lemak di unduh dari http://www.nature.com/nrendo/journal/v3/n10/fig_tab/ncpendmet0625_F
:
Universitas Sumatera Utara
Gambar II. Jalur Eksogen Dan Endogen dari Meabolisme Lemak Dikutip dari : Djokomoeljanto, R . Patofisiologi Dislipidemi, dalam Kumpulan Makalah Lipid dan Aterosklerosis, FK UNDIP, Semarang ; 1999
Gambar III. Reverse Colesterol Transport dari Meatabolisme Lemak Dikutip dari : Jhon ME Adam. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit FKUI, Jakarta ; 2006 II.2.2.Trigliserida II.2.2.1.Defenisi Triasilgliserol atau trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dengan asam lemak. Proporsi molekul trigliserol yang mengandung residu asam lemak yang sama pada ketiga posisi ester pada lemak alami sangatlah kecil ( Murray, 2000 ). Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma dalam 2 bentuk yaitu sebagai klomikron berasal dari penyerapan usus setelah makan lemak, dan sebagai VLDL ( Very Low Density Lipoprotein ) yang dibentuk oleh hepar dengan bantuan insulin.
Trigliserida ini di dalam jaringan diluar hepar ( pembuluh
Universitas Sumatera Utara
darah, otot, jaringan lemak ), dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian oleh hepar dimetabolisasikan menjadi LDL. Kolesterol yang terdapat pada LDL ini kemudian ditangkap oleh suatu reseptor khusus di jaringan perifer itu, sehingga LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat. ( Murray, 2000 )
Gambar IV.Pembentukan Trigliserida Kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL ( High Density Lipoprotein ) ke hepar untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu sebagai lemak empedu sehingga sering disebut sebagai kolesterol baik. Fungsi utama Trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida, dan apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O). ( Guyton, 1997 )
Gambar V. Metabolisme trigliserida II.2.2.2. Struktur kimia Trigliserida Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR", dimana R, R' dan R" masing – masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami bervariasi, namun
panjang
yang
dapat
paling umum adalah 16, 18 atau 20 atom
karbon. Asam lemak alami yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan biasanya terdiri dari jumlah atom karbon yang genap disebabkan cara asam
lemak
dibiosintesis dari Asetil koA. ( Nelson D.L, 2000 )
Universitas Sumatera Utara
Pada sel, trigliserida dapat melalui membran sel dengan bebas, tidak seperti molekul lainnya, karena karakteristiknya non polar sehingga tidak bereaksi dengan lapisan ganda fospolipid pada membran.
Gambar VI : Struktur kimia dari Trigliserida Dikutip dari : Alvarez, H. and Steinbüchel, A. Triacylglycerols in prokaryotic micro organisms
II.2.2.3. Kadar Trigliserida dalam darah dan hubungannya dengan stroke iskemik
Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan lipoprotein dengan arterosklerosis serebrovaskular; ada hubungan positif antara kadar kolesterol
total dan trigliserida dengan risiko stroke; dan ada hubungan
negatif antara meningkatnya HDL dengan risiko stroke. ( Antonius N, 2008 )
Kadar trigliserida dalam darah dapat memberi banyak
informasi
mengenai kondisi kesehatan kita. Makanan merupakan salah satu sumber trigliserida, selain itu hati juga memproduksi trigliserida. Jika kita mengkonsumsi kalori
berlebih
terutama
yang
berasal dari
karbohidrat,
maka
hati
akan
meningkatkan produksi trigliserida. ( Nelson D.L, 2000 )
Universitas Sumatera Utara
Kadar trigliserida yang berlebih ini baik yang berasal dari makanan ataupun yang berasal dari produksi di hati akan disimpan dalam sel lemak di tubuh. Ketika dibutuhkan, tubuh akan melepas trigliserida tersebut dalam bentuk asam lemak, yang menggerakkan pergerakan tubuh, menimbulkan panas
dan
menyediakan energi untuk proses tubuh.( Guyton, 1997 )
Untuk kesehatan tubuh, kadar trigliserida dalam tubuh sebaiknya kurang dari 150 mg/dl, menurut The National Heart, Lung and Blood Institute. Batas antara kadar trigliserida normal dan tinggi antara 150-199 mg/dL, tinggi antara 200 - 499 mg/dl, dan untuk kadar yang sangat tinggi > 500 mg/dl. ( ATP Guidelines, 2001 )
Trigliserida dan lemak lain dalam tubuh bergerak melalui pembawa khusus yang disebut dengan lipoprotein. Kadar
trigliserida yang tinggi dapat
membahayakan kesehatan karena beberapa lipoprotein yang tinggi kandungan trigliseridanya juga mengandung kolesterol. Kondisi ini menyebabkan terjadinya atherosclerosis ( penyempitan dinding arteri ) pada orang yang mempunyai kadar trigliserida tinggi. ( Austin, 1999 )
Seseorang
yang
mempunyai
kadar
trigliserida
tinggi
sering
mempunyai faktor resiko lain untuk penyakit jantung dan stroke. Orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, seringkali juga mempunyai kadar trigliserida yang melewati batas normal. Kondisi-kondisi tersebut akan meningkatkan resiko untuk menderita penyakit jantung atau mengalami serangan jantung atau stroke. ( Antonius, 2008 )
Universitas Sumatera Utara
Tabel I : Kadar Trigliserida Normal ______________________________________________ ATP III Classification of Serum Triglycerides (mg/dL) ______________________________________________ 500
Very High
_____________________________________________ Dikutip dari : Adult Treatment Panel Guidelines
II.2.2.4. Trigliserida Tidak Puasa sebagai faktor resiko stroke iskemik Walaupun data tentang keterlibatan trigliserida sebagai penyebab stroke masih belum jelas dan kontraversi, tetapi ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan. Untuk pertama kalinya, dengan metode Kohort, para peneliti dari Sheba
Medical
Center
di Tel
Hashomer
Israel
mengindikasikan bahwa
peningkatan resiko penyakit stroke juga berkaitan dengan kadar lemak
darah
yang disebut trigliserida.( Nodestgaard dkk, 2007 ) Lipska, dkk ( 2007 ), melalui penelitian yang bersifat case control study dengan 214 pasien astroke akut, mencoba untuk mengkaitkan komponen sindroma metabolik dengan resiko stroke. Komponen sindroma metabolik yang dapat teramati dalam catatan medik adalah kadar trigliserida. Albrink dan Man, 1959 ,menyatakan bahwa kadar trigliserida yang ada dalam darah, bermakna untuk memicu untuk menjadi faktor resiko terjadinya stroke.
Universitas Sumatera Utara
Namun Tell et al, 1988; Ridker, 2008, menyatakan secara klinis konsentrasi plasma trigliserida mempunyai pengaruh dalam hal terjadinya stroke masih kontroversial. Tetapi ada beberapa penelitian yang menunjukkan peningkatan kadar trigliserida menjadi faktor resiko yang cukup significan terhadap terjadinya stroke iskemik,
hal ini dinyatakan dalam penelitian Lindenstrom et al, 1994
(prospective observational survey); Ahmed et al, 1999;. serta Milionis et al, 2005. Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa trigliserida sebagai faktor resiko stroke iskemik, hanya pada wanita yang menunjukkan nilai bermakna dengan penelitian Prospective study (Bansal et al, 2007, ), sedang pada laki – laki terlihat kurang bermakna ( Salonen et al, 1982, Haheim et al, 1993;. Bowman et al, 2003 ). Berdasarkan
literature,
perbedaan
di
atas, dapat dilihat melalui
penelitian ( Havasi et al, 2006 ), dimana kadar lipid profile mencapai kadar yang cukup tinggi, dipengaruhi oleh faktor –faktor seperti : etnis, konsumsi alkohol, dan menapouse ( Austin, 1991; Sarwar et al, 2006;. Ridker, 2008 ). Rhoads dan Feinleib,1983, menemukan bahwa pria Puerto Rico dan Jepang memiliki kadar trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang berasal dari Kuakasia. Dengan jumlah sampel yang lebih besar pada penderita stroke dengan berbagai etnis, perbedaan tersebut masih dipelajari ( Sarwar et al., 2006 ). Hal ini juga dikaitkan dengan metodologi yag berbeda dalam
setiap
penelitian, salah satunya kadar trigliserida yang diukur melalui dua kondisi yang berbeda yaitu puasa dan tidak puasa
Universitas Sumatera Utara
Penelitian dari Hiroyasu Iso, Yoshihiko Naito, Shinichi Sato, dan kawan – kawan memberikan kesimpulan bahwa kadar trigliserida dalam darah dapat menjadi faktor resiko untuk terjadinya stroke, walaupun kadar kolesterol rendah. Secara umum, kadar trigliserida sering diukur pada keadaan puasa, untuk
menghindari
variabilitas ( Ridker, 2008 ),
tetapi sekarang perlu juga
memeriksa kadar trigliserida tidak puasa untuk mencari faktor resiko stroke iskemik (Zilversmit, 1979; Ryu dkk, 1992; Bengtsson et al, 1993; Stensvold et al, 1993; Jeppesen et al, 1998; Abdel-Maksoud dan Hokage,2002 ). Borge G Nordesgaart dkk, menyimpulkan kenaikan kadar trigliserida tidak puasa
dapat dipertimbangkan sebagai resiko stroke, berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan pada 7587 wanita dan 6394 pria pada tahun 1976 – 2004 dengan metode kohort. Thomas S. Bowman dkk ( 2008 ), menemukan
kadar
trigliserida
rendah pada pasien yang tidak puasa lebih cenderung untuk menjadi stroke iskemik, berdasarkan hasil dari case control study pada 296 pasien untuk masing – masing kelompok. Pikija trigliserida
dkk ( 2006 )
melakukan
studi
hubungan
antara
kadar
dengan keparahan stroke iskemik akut dengan menggunakan volume
infark dan CT scan . Pasien dengan kadar trigliserida puasa yang lebih tinggi ( dalam 24 jam setelah masuk rumah sakit ), berhubungan dengan volume infark yang lebih kecil.
Universitas Sumatera Utara
II.2.2.5. Cara Pengukuran Pengukuran kadar trigliserida puasa dilakukan setelah penderita berpuasa lebih kurang 8 jam, sedangkan untuk yang tidak puasa, pengukuran dilakukan setelah mengkonsumsi makanan lebih kurang 4 - 6 jam. (Bansal , dkk, 2007 ) Serum trigliserida mencapai level tertinggi setelah makan lebih kurang 3 - 6 jam dan bertahan beberapa hari berikutnya. ( Dharmalingam ) Tabel II : Kadar TG tidak puasa pada pria dengan resiko Stroke Iskemik Nonfasting Triglycerides Level Events Hazard ratio (95% CI ) < 89
85
Referent
85 -176
351
1.3 (0.8-1.9)
177 -265
189
1.6 (1.0-2.5)
266 – 353
73
1.5 (0.9-2.7)
354 – 442
40
2.2 (1.1-4.2)
>443
41
2.5 (1.3-4.8)
________________________________________________ Dikutip dari : Freiberg JJ et al. JAMA 2008; 300:2142-2152.
Universitas Sumatera Utara
Tabel III : Kadar TG tidak puasa pada wanita dengan resiko Stroke Iskemik
Nonfasting Triglycerides Level Events Hazard ratio (95% CI ) < 89
159
Referent
85 -176
407
1.3 (0.9-1.7)
177 -265
135
1.6 (1.3-2.9)
266 – 353
26
1.54(0.7-2.9)
354 – 442
13
2.5 (1.0-6.4)
>443
10
3.8 (1.3-11)
________________________________________________ Dikutip dari : Freiberg JJ et al. JAMA 2008; 300:2142-2152.
II.2.2.6.Patofisiologi Trigliserida menyebabkan Stroke Iskemik Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan aliran darah yang tiba-tiba pada pembuluh darah otak, menyebabkan iskemi jaringan bagian distal pembuluh darah dan memicu nekrosis bila tidak segera diperbaiki. Penyebab utama stroke iskemik adalah arterosklerosis yang mengenai arteri besar dan medium pada leher dan kepala. Trombosis arteri berasal dari hancurnya plak ateroskerotik atau dapat juga berasal dari emboli yang terbentuk di arteri karotis dan aorta asenden. Trombus terbentuk karena beberapa faktor yang meliputi
pembuluh darah yang
tidak baik, adanya timbunan lemak, kalsium dan faktor pembekuan darah. Menurut definisi
WHO, arteroklerosis merupakan kombinasi dari
perubahan tunika arteri, yang meliputi penimbunan lemak dan karbohidrat, yang diikuti oleh terbentuknya jaringan fibrosis,
kalsifikasi dan disertai perubahan
pada tunika media arteri ( Wijaya, 1999)
Universitas Sumatera Utara
Aterosklerosis adalah serangkaian perubahan pada tunika intima pembuluh darah arteri berupa penimbunan lipid, adanya serbuk sel radang ke dalam tunika ( terutama monosit dan limfosit ),
proliferasi sel -sel otot polos,
pelepasan kolagen serta matriks protein oleh sel -sel otot polos,
penumpukan
kompleks karbohidrat, bekuan darah dan fibrin, yang kemudian dikuti pembentukan jaringan ikat, serta perubahan di dalam struktur tunika media. Aterosklerosis merupakan kontributor utama terhadap patogenese terjadinya serangan jantung, infark serebri dan penyakit vaskuler perifer. ( Siswono, 2006 ) Walaupun
masih
kontroversial,
namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kadar trigliserida yang tinggi dapat dihubungkan dengan terjadinya proses patologis dari dinding pembuluh darah seperti disfungsi endotel, aterosklerosis dan pembentukan thrombus yang dapat memicu terjadinya stroke iskemik. ( Tell dkk, 1988, Ridker, 2008 ) Kadar trigliserida yang tinggi pada pemeriksaan pasien yang tidak puasa, digambarkan sebagai akibat sisa – sisa lipoprotein yang mampu menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke
dalam subendotel dan berkumpul
membentuk foam cell atau sel busa yang merupakan pertanda awal untuk terjadinya aterosklerosis. ( Bansal dkk, 2007 ) Mekanisme lain yang juga penting adalah adanya peranan gen seperti 4G allele of 4G/5G polymorphism of the plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) dengan komponen plasma lipid. Khusus untuk trigliserida ditemukan kontribusi yang cukup signifikan dari genotip 4G/4G untuk meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan HDL, sehingga memicu terjadinya thrombus. (Chen dkk, 2003 )
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya
kadar
trigliserida
dapt
dilihat
sebagai
refleksi
terganggunya proses pemecahan partikel - partikel trigliserida srhingga dapat memicu penumpukan partikel atherogenesis. ( Bansal, 2007 ) Pada penelitian terakhir ditemukan bahwa ketika konsentrasi serum trigliserida mencapai level tertinggi pada post prandial , maka arteri carotid di ekstra kranial mengalami aterosklerosis. ( lindenstrom, 1994 ) II.2.2.7. Patofisiologi Komponen Lain dari Lipid Menyebabkan Stroke Iskemik Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam
darah,
diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah mengandung 80 % kolesterol yang di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. ( Siswono, 2006 ) Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Bila kolesterol LDL (High Density Lipoprotein) jumlahnya berlebih,di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembulun darah berupa plak, bila plak terlepas, akan menyumbat aliran darah ke jantung dan menimbulkan serangan jantung, bila ke otak menyebabkan stroke. Kolestelol LDL yang menembus endotel dan mengalami proses modifikasi menjadi LDL oksidasi. LDL - oks bersifat kemoaktraktan untuk monosit dan sel otot polos. Monosit akan menempel dan migrasi ke subendotel kemudian berubah menjadi makrofag yang memfagosit LDL - oks dan menjadi sel busa (foam cell) yang merupakan awal aterosklerosis
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pembuluh darah
kolesterol
HDL,
mempunyai
fungsi
membersihkan
dari kolesterol LDL yang berlebihan, sehingga ada hubungan
negatif antara meningkatnya HDL dengan risiko stroke. Kadar HDL yang rendah setelah serangan stroke akan mengakibatkan hambatan pemulihan dan peningkatan mortalitas. Hal ini berhubungan dengan peran HDL yang memberi efek stabilisasi dan regresi plak, sehingga akan mencegah terbentuknya
emboli,
menginhibisi
terbentuknya
plak
atau
meregresi
plak
aterosklerotik yang sudah terbentukserta proteksi terhadap oksidasi LDL.
Gambar VII. Injuri Endotel menyebabkan penetrasi lipid dan sel inflamasi. Dikutip dari: The Internet stroke center, Atherosclerosis and trobus formation , Role of monocyt ang T-limphocytes in the transformation to foam cell, 2007
II.2. 2.8. Pembentukan Inti Lipid pada Mekanisme pembentukan Plak Pada
percobaan binatang dan manusia,
fenomena pertama yang
diamati pada pembentukan plak adalah perlekatan monosit endotel yang utuh. Perlekatan ini kemudian diikuti intima. Didalam intima monosit akan
pada permukaan
oleh migrasi monosit kedalam
teraktifasi diubah oleh makrofag.
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan ini menghasilkan kondisi paradok, meskipun
kolesterol
LDL bebas memasuki intima, kolesterol LDL tidak akan ditangkap oleh makrofag yang
kekurangan
reseptor.
Penampakan
paradok
dapat
dijelaskan
pada
hubungannya dengan perubahan kimia dimana kolesterol LDL mengalami modifikasi oleh sel-sel dinding arterial. Modifikasi minor pertama terjadi di dekat permukaan endotel. Perubahan ini menghasilkan molekul proinflamasi yang disebut mmLDL (Minimaly Modified Low Density Lipoprotein)
yang
mempunyai
peran
dalam
ekspresi endotel untuk melepaskan mediator molekul monosit. Faktor-faktor ini bersama dengan kolesterol LDL yang mengalami modifikasi akan
menyebabkan migrasi monosit dan menyiapkan penerimaan
monosit untuk mengaktifkan mereka sendiri dan membaginya dalam tunika intima. Perubahan
selanjutnya molekul kolesterol LDL menjadi LDL –oks sehingga mudah
dikenali oleh scavenger receptor.
Gambar VIII. Mekanisme Pembentukan Plak Dikuti dari : Anti oxidant properties of ilex paraguariensis in vitro inhibition of peroxide induced human LDL oxidation and of DNA double strand breaks
Universitas Sumatera Utara
induction in saccharomyces cerevisiae Presented at the International Scientific Conference on Complementary, Alternative, and Integrative Medicine Research Universities of Harvard and UCSF, Boston ; 2002.
Low - Density Lipoprotein (LDL) mengantarkan kolesterol ke dalam tubuh sementara HDL mengeluarkan kolesterol dari aliran
darah. Oleh sebab itu
bila kadar LDL di dalam darah terlalu tinggi akan berakibat buruk bagi tubuh, sedangkan keberadaan HDL baik bagi tubuh. Keseimbangan nilai antara kedua jenis kolesterol ini menunjukkan arti kadar kolesterol. Bila tingginya kadar kolesterol total disebabkan oleh kadar LDL yang tinggi, akan sangat beresiko menderita penyakit jantung atau stroke, tetapi bila total kadar kolesterol tinggi disebabkan oleh kadar HDL yang tinggi, resiko menderita penyakit jantung atau stroke tidaklah tinggi.
Universitas Sumatera Utara
II.2.3. Kerangka Teori
TRIGLISERIDA Tanne dkk, kadar TG tinggi sebagai faktor resiko stroke
Trigliserida puasa
Albrink & Man,1959, trigliserida sbg resiko
Ridker, 2008, kadar TG puasa tinggi resiko stroke Dharmalingan dkk 2004, TG puasa berhub. Dgn ketebalan tunika intima
Trigliserida tdk puasa Zilversmit, 1979; TG tdk puasa sbg resiko stroke Bansal, 2007, TG PP kaya sisa lipoprotein
Pembentukan sel foam
Ryu dkk, 1992, TG PP stroke
Lindenstrom et al, 1994,TG sbg resiko stroke iskemik
Atherosklerosis
Borge G Nordesgaart dkk,TG tinggi + HDL tinggi sbg resiko stroke Thomas S. dkk 2008, Kadar rendah TG PPStroke
Thomas, 2006, TG rendah severity stroke
Lindenstrom et all,1994, Kons TG PP atherosc.art
Stroke Iskemik
Universitas Sumatera Utara
II.2.4. Kerangka Konsepsional
TRIGLISERIDA
TRIGLISERIDA TIDAK PUASA
STROKE SKEMIK
Universitas Sumatera Utara
View more...
Comments