Chapter 8 Avi
April 4, 2018 | Author: Rini Trah | Category: N/A
Short Description
download aje...
Description
CHAPTER 8
Economic Consequences dan Positive Accounting Theory
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas matakuliah Teori Akuntansi yang dibimbing oleh Endang Mardianti, S.E., M.Si., Ak
Oleh AviSunani BintiShofiatulJannah
(136020300111012) (136020300111014)
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nopember 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul“Economic Consequences dan Positive Accounting Theory”, tanpa ada halangan yang berarti. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah TeoriAkuntansi. Penulis menyadari sebagai manusia tentunya memiliki kelemahan dan keterbatasan, sehingga tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Berkaitan dengan hal di atas, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada. 1.
Ibu Endang Mardianti, S.E., M.Si., Ak. Sebagai dosen mata kuliah Teori Akuntansi yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat selesai.
2. Kedua orangtua kami yang selalu memberikan semangat dan doa demi kelancaran dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan waktu, kemampuan, tenaga, pengetahuan maupun pengalaman yang ada sehingga penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca dan menjadi sumbangan yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.
Malang, 23 Nopember 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………...1 B. Rumusan Masalah………………………………………….....3 C. Tujuan Penelitan……………………………………………...3
BAB II
PEMBAHASAN A. Konsekuensi Ekonomi ............................................................ 4 B. Teori Positive Accounting Theory .......................................... 12 C. Asal dan perkembangan Positive Accounting Theory.............. 15 D. Tiga Hipotesis Positive Accounting Theory ............................ 19 E. Penelitian Empiris Positive Accounting Theory ...................... 21 F. Membedakan opportunistic dan efficient contracting versi Positive Accounting Theory ................................................ 23
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………25 B. Saran ...................................................................................... 27 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 28
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsekuensi ekonomi merupakan sebuah konsep yang menyatakan bahwa disamping implikasi dari teori pasar sekuritas efisien, pilihan kebijakan akuntansi juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Pada intinya, gagasan tentang konsekuensi ekonomi adalah merupakan kebijakan akuntansi perusahaan dan perubahannya dalam kebijakan. Terutama, hal ini penting bagi manajemen.Tetapi, jika hal ini penting bagi manajemen, maka kebijakan akuntansi penting bagi investor yang memiliki perusahaan, karena manajer dapat mengubah dengan baik operasi aktual dari perusahaan mereka akibat perubahan kebijakan akuntansi tersebut. Sebagai contoh, manajer mungkin akan memotong maintenance dan H&D untuk mengkompensasi kebijakan akuntansi baru yang menurunkan bottom line. Penting untuk menggaris bawahi bahwa “kebijakan akuntansi” mengacu pada berbagai
kebijakan
akuntansi,
tidak
hanya
satu
yang
mempengaruhi
arus
kas
perusahaan.Misalnya, sebuah perusahaan mengubah dari declining-balancemenuju straightline amortization. Hal ini tidak akan mempengaruhi arus kas operasi perusahaan. Hal ini tidak akan berdampak pada pajak pendapatan yang dibayarkan, karena otoritas pajak memiliki regulasi capital cost allowance mereka sendiri. Akan tetapi, kebijakan amortisasi yang baru ini akan secara pasti mempengaruhi reported net income. Jadi, menurut doktrin konsekuensi ekonomi, perubahan kebijakan akuntansi itu penting, meskipun kurang berdampak terhadap arus kas.Berdasarkan teori pasar efisien, perubahan tersebut tidak penting (meskipun pasar mungkin bertanya mengapa perusahaan mengubah kebijakan) karena future cash flowdan nilai pasar dari perusahaan tidak dipengaruhi secara langsung. Pemahaman akan konsep konsekuensi ekonomi terhadap pilihan kebijakan akuntansi adalah penting untuk dua alasan. Pertama, konsep ini menarik.Banyak dari kejadian yang 1
paling menarik dari praktek akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.Kedua, temuan bahwa kebijakan akuntansi itu tidak penting adalah bertentangan dengan pengalaman akuntan.Banyak akuntansi keuangan yang dikhususkan untuk diskusi dan berargumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus digunakan dalam berbagai situasi, dan banyak perdebatan serta konflik dalam presentasi laporan keuangan mencakup pilihan kebijakan akuntansi.Konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata. Dengan adanya konsekuensi-konsekuensi ekonomi tersebut memunculkan pertanyaan “mengapa mereka ada?”.Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mengenal teori akuntansi positif.Teori ini berdasarkan pada kontrak perusahaan, terutama kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak utang.Kontrak tersebut biasanya berdasarkan variabel-variabel akuntansi keuangan, seperti net incomedan pengukuran likuiditas.Karena kebijakan akuntansi mempengaruhi nilai dari variabel-variabel tersebut, dan karena manjemen bertanggungjawab terhadap kontrak perusahaan, merupakan hal yang lumrah jika manajemen fokus terhadap pilihan kebijakan akuntansi. Tentu saja, manajemen akan memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan kepentingan perusahaan, atau kepentingan mereka sendiri, terkait dengan kontrak tersebut. Teori akuntansi positif berusaha untuk memprediksi kebijakan akuntansi apa yang akan dipilih manajer dalam rangka melakukan hal tersebut.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah munculnya konsekuensi ekonomi dan hubungannya dengan pasar efisien? 2. Apakah positive accounting theory? 3. Bagaimana asal dan perkembangan positive accounting theory? 4. Apakah hipotesis dari positive accounting theory? 2
5. Bagaimana penelitian Empiris positive accounting theory? 6. Bagaimana membedakan opportunistic dan efficient contracting versi positive accounting theory?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui munculnya konsekuensi ekonomi dan hubungannya dengan pasar efisien. 2. Untuk mengetahui positive accounting theory. 3. Untuk mengetahui asal dan perkembangan positive accounting theory. 4. Untuk mengetahui hipotesis positive accounting theory. 5. Untuk mengetahui penelitian empiris positive accounting theory. 6. Untuk mengetahui membedakan opportunistic dan efficient contracting versi positive accounting theory.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Konsekuensi Ekonomi 1. The Rise of “Economic Consequences” (Munculnya Konsekuensi Ekonomi) Sejak tahun 1960-an, profesi akuntansi Amerika mulai peduli dengan meningkatnya pengaruh dari “outside forces” dalam proses penetapan standar. Dua perkembangan paralel telah menandai hal ini.Pertama, individu dan kelompok yang jarang memperlihatkan minat dalam penetapan standar akuntansi mulai mengintervensi secara aktif dan kuat dalam proses penetapan standar. Kedua, pihak-pihak tersebut mulai meminta argumen dibandingkan mereka yang secara tradisional telah bekerja dalam diskusi akuntansi.Konsekuensi ekonomi telah digunakan untuk mendeskripsikan beberapa argumen tersebut. Zeff (1978) mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak dari laporan akuntansi dalam
perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, serikat pekerja,
investor dan kreditur”. Inti dari definisi ini adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi keputusan sesungguhnya yang dibuat oleh manajer dan lainnya, dibandingkan secara sederhana menggambarkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mencatat beberapa contoh di USA dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi standar akuntansi yang ditetapkan oleh the Accounting Principle Board (pendahulunya FASB) dan pendahulu lainnya seperti the Committee on Accounting Procedure (CAP). Pembuat kebijakan akuntansi sejak tahun 1960-an telah peduli dengan masalah yang disebut Zeff sebagai “intervensi pihak ketiga” (third-party intervention) yang sangat mempersulit penetapan standar akuntansi. Jika kebijakan-kebijakan akuntansi tidak penting, pilihan atas beberapa kebijakan akan ketat antara badan pembuat standar dan akuntan serta auditor yang bertugas untuk mengimplementasikan standar. Jika hanya pihak-pihak tersebut 4
yang terlibat, maka model akuntansi tradisional, berdasarkan konsep yang terkenal seperti matchingantara biaya dan pendapatan, realisasi dan konservatisme, dapat diaplikasikan dan tidak seorang pun selain pihak yang terlibat akan peduli dengan kebijakan spesifik apa yang digunakan. Dengan kata lain, sebagai akibatnya pilihan kebijakan akuntansi akan menjadi netral. Ketika mencoba memahami argumen pihak ketiga, satu hal yang harus diingat bahwa sebelum tahun 1970-an model akuntansi dikerjakan oleh the American Institute of CPAs committee on accounting procedure (CAP) dan the APB yang secara formal melahirkan pertimbangan akuntansi teknis (kadang disebut “prinsip akuntansi” atau “pertanyaan konseptual” seperti pengukuran aset, liabilitas dan pendapatan serta “the fair presentation” akan posisi keuangan dan operasi. Pembuat kebijakan fokus dengan komunikasi informasi keuangan kepada investor aktual dan potensial, yang tentu saja penghargaan mereka diberikan oleh SEC, yang mana telah dibebankan oleh Congress untuk memastikan “full and fair disclosure” dalam laporan kepada investor. Third-party intervenor, oleh karenanya akan memiliki insentif yang jelas untuk mengajukan banding terhadap model akuntansi yang digunakan pembuat kebijakan daripada meningkatkan momok model konsekuensi ekonomi yang disukai oleh pihak ketiga. Ketika manajemen perusahaan mulai mengintervensi dalam proses penetapan standar untuk peningkatan derajat, maka posisi yang benar itu mungkin akan samar. Sebuah uji argumen manajemen menemukan range of tactical rhetoric dibawah ini.Argumen itu ditulis dalam hal: a. Model akuntansi tradisional, dimana manajemen benar-benar fokus tentang pengukuran akuntansi yang tidak biasa dan terdengar retorika.
5
b. Model akuntansi tradisional, dimana manajemen benar-benar berusaha untuk memajukan kepentingan pribadinya dalam konsekuensi ekonomi sebagai konten laporan yang dipublikasikan. c. Konsekuensi ekonomi dimana manajemen adalah egois. Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak awal 1970-an, manajemen menjadi semakin jujur dalam dialognya dengan FASB, secara bersikeras memajukan argumen ketiga dan membawa konsekuensi ekonomi ke depan. Menurut Zeff “… pihak luar mengintervensi proses penetapan standar dengan himbauan terhadap kriteria yang melampaui pertanyaan tradisional akan pengukuran akuntansi dan fair presentasion. Mereka malah fokus dengan konsekuensi ekonomi…”. Dua faktor cenderung menjelaskan mengapa konsekuensi ekonomi tidak menjadi masalah yang substantif sebelum 1970-an. Pertama, minat manajemen dan pihak lainnya terutama menggunakan argumen kedua yang ditulis di atas, mendorong badan pembuat standar untuk membatasi mereka dengan model akuntansi tradisional.Kedua, the CAP dan APB, dengan sedikit pengecualian, ditentukan atau muncul untuk menyelesaikan kontroversi dalam konteks akuntansi tradisional. Sebagai contoh tentang argumen konsekuensi ekonomi, Zeff menjelaskan usaha oleh beberapa
perusahaan
di
US
untuk
mengurangi
reported
earnings
dengan
mengimplementasikan penggantian biaya akuntansi selama 1947 sampai 1948 (periode dengan inflasi yang tinggi). Di sini, konstituensi pihak ketiga yang di intervensi adalah manajemen, yang tidak menyukai skeptisisme mereka tentang akuntansi current value, berpendapat dalam mendukung penggantian biaya amortisasi untuk mendukung pajak yang lebih rendah dan gaji yang lebih rendah untuk meningkat, dan untuk melawan persepsi publik akan ekses profitabilitas. Argumen pasar efisien akan menjadi intervensi yang tidak perlu karena perubahan kebijakan tidak akan mempengaruhi arus kas, dan pasar akan melihat 6
melalui reported net income yang tinggi yang dihasilkan oleh amortisasi historical cost selama inflasi. Zeff merespon berbagai intervensi badan penetapan standar.Respon pertama adalah untuk memperluas keterwakilan konstituensi pada badan penetapan standar. Respon juga terhadap penggunaan exposure draft yang diusulkan menjadi standar baru menjadi umum sebagai perangkat yang memungkinkan berbagai konstituensi untuk mengomentari perubahan kebijakan akuntansi yang diusulkan. Konsekuensi ekonomi pada akhirnya diterima sebagai masalah kebijakan substantif yang valid dalam beberapa alasan: a. Suasana zaman. Dekade 1970an sangat jelas dimana masyarakat Amerika memegang tanggungjawab lembaga untuk sosial, lingkungan dan konsekuensi ekonomi terhadap tindakan mereka, dan merealisasikan opini masyarakat pada subjek ini akhirnya menjadi jelas (relevan) akan minat mereka terhadap aktivitas penetapan standar akuntansi. b. The sheer intractability terhadap masalah akuntansi yang dipecahkan. Sejak pertengahan 1960-an, APB dan FASB mendapatkan pertanyaan yang sulit dimana posisi industri telah berada pada level yang bagus. Pada beberapa tingkatan, perusahaan yang sensitif terhadap kinerja mereka, dievaluasi melalui reported earnings mengijinkan tindakan pengambilan keputusan mereka untuk dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang bagaimana perilaku akan terlihat melalui “the prism of accounting earnings” (prisma laba akuntansi). Perusahaan lainnya masih menyesuaikan praktek akuntansi mereka untuk menggambarkan kinerja ekonomi pada level terbaik – dan manajer jelas tidak menyukai untuk mengubah tindakan pengambilan keputusan dalam rangka mengakomodasi standar akuntansi yang baru diberlakukan. Hal ini juga akan menjadi perhatian manajer yang digaji berdasarkan incentive compensation plans.
7
c. Besarnya dampak. Beberapa masalah yang dihadapi APB dan FASB di beberapa tahun terakhir telah meramalkan dampak tingkat tinggi pada volatilitas atau tingkatpendapatan dan rasio keuangan utama lainnyabahwa FASB tidak dapat lagi mendiskusikan akuntansi yang diusulkantanpa menghadapi gencarnya argumen atas konsekuensi kemungkinan ekonomi.Contohnyayaitu akuntansi untukfluktuasi valuta asing, inflasi domestik dan perubahan harga relatif dan
biayaeksplorasi dan pengeboran perusahaan diindustri
perminyakan. d. Pertumbuhan pilihan informasi ekonomi sosial, perilaku, income smoothing, dan literaturdecision usefulness dalam akuntansi. Tulisan terbaru dalam literatur pilihan informasi ekonomi-sosial telah menyediakan kerangka analisis yang luas pada masalahkonsekuensi ekonomi dapat dikonseptualisasikan. Dimulai denganStedry, literatur tentang implikasi perilaku angka-angka akuntansi telah berkembang secara signifikan, menarik
perhatian
para
peneliti
dan
pembuat
kebijakan
akan
pentingnya
mempertimbangkan efek dari informasi akuntansi. Literatur income smoothing telah menemukan adanya motif manajerial untuk mempengaruhi pengukuran trenearnings. Literatur decision usefulnessmeskipunterbatas pada direct userinformasi akuntansi, telah membantu untuk mengurangi kecenderungan akuntan untuk berdebat atas "kebenaran" yangmelekat pada pendapatan akuntansi yang berbeda dansebagai gantinya, untuk fokus pada penggunaan informasi oleh mereka yang menerima laporan akuntansi. e. Ketidakcukupan reformasi prosedural yang diadopsi oleh APB dan FASB. Meskipun suksesi langkah prosedural dimana kedua badan telah ditugaskan untuk menyediakan pihak
luar
dengan
forum
untuk
mengekspresikanpandangan
mereka,
klaim
akankonsekuensi ekonomi -dan kritik yang dihasilkan dari pernyataan badan penetapan standar terusberlanjut. Kesimpulannya secara jelas telah menyampaikan bahwa prosedur cara untuk memperbaiki kesalahan sendiri tidak akan memecahkan masalah. 8
f. Penelitian the Moss dan Metcalf. Pada pertengahan tahun 1976, diketahui bahwa anggota kongres John E. Moss (D-Calif.) dan mendiang Senator Lee Metcalf (D-Mont.)melakukan penelitian terhadap kinerja dari profesi akuntansi, termasuk penetapan standar kegiatannya, dan telah cukup untuk disimpulkan bahwa tanggapan badan penetapan standar atas dampak ekonomi dan sosial dari keputusan merekaakan menjadi masalah. g. Semakin pentingnya earnings figuremanajer perusahaan dalamtransaksipasar modal. Terutama pada tahun 1960-an,ketika pasar modal kompetitif secara intens dan gerakan merger bergerak cepat, earnings figure dilihat sebagai elemen penting dari strategi dan taktik manajerial. Faktor ini adalah penting di pasar saat ini, sebagai langkah aktivitas merger yang dipercepat. h. Angka Akuntansi dilihat sebagai alat kontrol sosial. Kendali sosial perusahaan Amerika telah dikenal baik di tingkat regulasi energi, bidang transportasi dan komunikasi, tetapi dalam beberapa tahun terakhir angka pendapatan diperlakukan sebagai perangkat pengendalian pada skala luas. Contohnya adalah insentif fiskal (seperti investasi kredit pajak dan definisi ulang penghasilan kena pajak yang menyimpang dari laba akuntansi) yangmemiliki pengaruh pada perdebatan dalam laporan keuangan, mekanisme pengendali harga dalam Phase II pada 1972-73 dandata base yang diatur oleh the Energy policy and Conservation Act of 1975. i. Kesadaran bahwa pihak luar bisa mempengaruhi hasil perdebatan akuntansi.Sebelum tahun 1960-an, kontroversi akuntansi jarang dilaporkan dalam pers keuangan,dan secara luas diyakini bahwa akuntansi adalah konstan, jika bukan merupakan parameter tetap, pada manajemen operasi bisnis. Dengan publisitas yang diberikan pada akuntansi untukkredit investasi pada 1962-63, dalam dialog antara AICPA di 1963-1964 alih kekuasaan dari APB dan perselisihan akuntansi lainnya yang melibatkan APB, manajer
9
dan pihak luar lainnya menyadari bahwa akuntansi mungkin merupakan variabel yang mengatur akuntansi tidak pantang menyerah atau bahkan kaku. j. Meningkatnya penggunaan argumen ketiga, dalam perdebatan akuntansi. Sebagian besar untuk alasan yang disebutkandi atas, pihak luar mulai membuang dalih bahwa mereka keberatan terhadap perubahan standar akuntansi yang diusulkan, terutama fungsi dari perbedaan mengenai interpretasi yang tepat dalam prinsip akuntansi. Alasan yang benar muncul dan pembuat kebijakan akuntansi tidak bisa lagi mengabaikan implikasi mereka. Hal ini penting bahwa konsekuensi ekonomi telah menjadi isu penting pada suatu waktu ketika akademisi akuntansi dan keuangan telah menyatakan bahwa pasar modal US adalah efisien sehubungan dengan informasi yang tersedia secara umumdan pasar tidak bisa "tertipu" oleh penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk mencerminkan realitas ekonomi yang sama. Menurut Zeff, badan penetapan standar menghadapi dilema. Untuk memelihara kredibilitas akuntan, mereka perlu untuk menetapkan kebijakan akuntansi berkenaan dengan model akuntansi keuangan dan konsep tradisionalnya (matching and realization). Sejak net income tidak lagi sebagai konstruksi ekonomi yang jelas pada kondisi yang tidak ideal, tidak ada lagi teori yang secara jelas menetapkan kebijakan akuntansi apa yang harus digunakan, selain persyaratan samar-samar bahwa beberapa tradeoff antara relevansi dan reliabilitas adalah perlu. Oleh karenanya, badan penetapan standar harus beroperasi tidak hanya dalam domain teori akuntansi, tapi juga dalam domain politik.Zeff mengacu pada hal ini sebagai “delicate balancing act”. Tanpa sebuah teori untuk mengemudikan pilihan kebijakan akuntansi, kita harus menemukan beberapa cara untuk mencapai konsesus dalam kebijakan akuntansi. Sementara kebutuhan untuk menyeimbangkan akan mempersulit badan penetapan standar, hal ini membuat studi proses penetapan standar, dan teori akuntansi secara umum menjadi menantang dan menarik. 10
2. Hubungan antara Pasar Sekuritas Efisien dan Konsekuensi Ekonomi Teori pasar sekuritas efisien memprediksi tidak ada reaksi harga terhadap perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berdampak pada profitabilitas dan arus kas.Jika tidak ada reaksi harga sekuritas (menyiratkan ada perubahan dalam biaya dan modal perusahaan), hal ini belum jelas mengapa manajemen dan regulator harus secara khusus fokus dengan kebijakan akuntansi yang perusahaan gunakan. Dengan kata lain, teori pasar efisien menunjukkan pentinganya full disclosure, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Namun demikian, sekali pengungkapan penuh akan kebijakan akuntansi dibuat, maka pasar akan mempresentasikan nilai dari sekuritas perusahaan pada kebijakan yang digunakan dan tidak akan tertipu dengan variasi reported net income yang timbul dari perbedaan pada kebijakan akuntansi. Dalam area yang penting akan pilihan kebijakan akuntansi, seperti akuntansi untuk ESOs, memperlihatkan bahwa konstituensi manajemen secara jelas bereaksi terhadap perubahan dalam kebijakan akuntansi. Beragam reaksi ini diringkas dalam konsep konsekuensi ekonomi.Pilihan kebijakan akuntansi adalah penting meski tidak berdampak terhadap arus kas.Kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan manjemen sesungguhnya, termasuk kebijakan untuk mengintervensi mendukung atau menentang standar akuntansi yang diusulkan. B. Teori Positive Accounting Theory Scoot (2009: 284) mendefinisikan Positive accounting theory (PAT) adalah “berkaitan dengan memprediksi tindakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh pimpinan perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar akuntansi baru yang diusulkan”. Teori akuntansi positif dipopulerkan oleh Watt dan Zimmerman.Menurut Watt and Zimmerman (1986, p.7) dalam Deegan (2004: 202) menyatakan bahwa Positive accounting theory lebih menjelaskan kepada praktek-praktek akuntansi.Positive accounting theory 11
dirancang untuk menjelaskan dan memprediksi dimana perusahaan akan melakukan dan dimana perusahaan tidak akan menggunakan metode khusus yang seharusnya perusahaan gunakan. Scoot (2009: 284) menjelaskan bahwa PAT mengambil pandangan bahwa perusahaan mengelola perusahaannya dengancara yang paling efisien demi memaksimalkan prospek mereka untuk bertahan. Beberapa perusahaan lebih desentralisasi daripada lainnya. Beberapa perusahaan memimpin aktivitas di dalam ketika perusahaan lain mengkontrakkan aktivitas sama., beberapa perusahaan keuangan berhutang lebih daripada lainnya. Bentuk paling efisien untuk organisasi pada dasarnya tergantung pada hukum atau lingkungan institusional, teknologinya, dan derajad kompetisinya dalam industry.Faktor ini menentukan sejumlah peluang investasi yang tersedia untuk perusahaan, dank arena prospectnya. Perusahaan dapat dipandang sebagai ikatan kontrak, bahwa perusahaan tersebut dapat dijelaskan dengan luas oleh kontrak yang ada.Contoh kontrak perusahaan adalah kontrak dengan karyawan, pemasok, peminjam, dan shareholders sebagai operasi utama.Perusahaan ingin meminimalkan berbagai contracting cost berhubungan dengan kontrak ini. Biaya yang termasuk didalamnya seperti biaya negosiasi, biaya meningkat dari moral hazard dan pengamatan contract performance, cost of possible renegotiation atau contract violation yang seharusnya diantisipasi selama jangka waktu kontrak. Contracting cost juga mempengaruhi cost of capital perusahaan, karena obligasi dan saham mewakili kontrak antara perusahaan dan penyedia modal. Kontrak dengan contracting cost lebih rendah disebut efficient contracts. PAT berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan dipilih sebagai bagian masalah lebih luas dari pencapaian efisiensi tata kelola perusahaan. PAT tidak akan mengusulkan perusahaan memperkenalkan kebijakan akuntansi apakah yang akan mereka 12
gunakan. Hal ini akan menjadi sangat mahal. Yang diinginkan adalah memberikan manager beberapa fleksibilitas untuk memilih dari sejumlah kebijakan akuntansi yang tersedia, sehingga mereka dapat beradaptasi di keadaan baru atau tak terduga. Sejumlah kebijakan akuntansi yang tersedia dapat diambil dari GAAP, meskipun tidak ada alasan, lainnya daripada biaya, mengapa sejumlah kebijakan akuntansi tidak dapat dibatasi kontrak.Tetapi memberikan management fleksibilitas untuk memilih dari sejumlah kebijakan akuntasi yang terbuka
memunkginkan untuk opportunistic behavior ex post.
Dengan memberikan sejumlah kebijakan yang tersedia, manager mungkin memilih kebijakan akuntasi sesuai dengan tujuan mereka, dengan demikian mengurangi contract efficiency. PAT mengasumsikan bahwa manager adalah rasional (seperti investor) dan akan memilih kebijakan akuntansi yang paling bermanfaat bagi mereka. Manajer memaksimalkan kemampuan ekspektasinya. PAT tidak mengasumsikan bahwa manager akan bertindak sederhana seperti memaksimalkan laba perusahaan. Manager hanya akan memaksimalkan laba jika dirasa hal itu menjadi kepentingan terbaik mereka. PAT tidak berusaha untuk meceritakan individu atau konstitusi tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Teori yang melakukan hal itu disebut normative.Apakah teori normative memiliki kemampuan baik memprediksi tergantung pada tingkatnya dimana individu sebenarnya membuat keputusan sebagaimana yang ditulis teori.Tentu saja beberapa teori normative memiliki kemampuan memprediksi. Deegan (2004: 203) menjelaskan bahwa Positive accounting theory berebeda dengan normative accounting theory.Normative accounting theory menjelaskan bagaimana praktek seharusnya terlaksana dan praktek seharusnya sejalan dengan teori yang ada.Normative accounting theory sebagai hasil dari teori tertentu seperti norma, standar, atau tujuan terbalik dengan praktek nyata yang dapat berusaha untuk mencapai hal tersebut. Fokus PAT adalah 13
pada hubungan diantara berbagai macam individu termasuk dalam menyediakan sumbersumber pada organisasi dan bagaimana akuntansi digunakan untuk membantu fungsi-fungsi hubungan organisasi tersebut. PAT yang dikembangkan oleh Watt dan Zimmermanini berdasarkan dari central economic based-asumption dimana semua aksi individu digerakkan oleh kepentingan pribadi (self-interest) dan semua individu-individu akan beraksi dalam kesempatan yang ada untuk meningkatkan kemakmurannya. PAT akan memprediksi bahwa organisasi akan menghadapi suatu mekanisme dari manager sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. PATdibangun dari literatur ekonomi dan berasumsi tentang efisiensi pasar (berasal dari Efficient Market Hypothesis), dibangun dari reaksi pasar terhadap informasi akuntansi (berasal dari Capital Asset Pricing Model) dan dibangun dari peran perjanjian kontaktual yang dapat meminimalisir konflik (berasal dari Agency Theory). C. Asal dan perkembangan Positive Accounting Theory Penelitian tentang Positive accounting theory dimulai di pertengahan tahun 1960-an dan menjadi dominan sekitar tahun 1970-an dan 1980-an, dimana penelitian-penelitian tersebut membawa perubahan paradigma. Awalnya jenis penelitian akuntansi adalah penelitian akuntansi normative, yaitu penelitian yang mencoba menyediakan penjelasan berdasarkan pada perspective teori yang mendasari tujuan akuntansi.Peneliti normative saat itu adalah Edward and Bell, Chamber and Sterling. Watts (1995,p. 299) dalam Deegan (2004: 205) menyediakan sebuah pengetahuan dalam kecenderungan penelitian akuntansi yang terjadi dari 1950 sampai 1970. Hal tersebut dibuktikan oleh Dykman dan Zeff (1984) dalam Deegan (2004: 205) bahwa pengenalan penelitian positif dalam akuntansi pertengahan 1960.Jenis paper utama yang dipublikasikan adalah dalam bahasa Inggris yang normative (seperti penelitian Edwards dan Bell, Chambers dan Sterling).Ada 365 penelitian akuntansi jenis ini yang mengasumsikan bahwa phenomena dan tujuan adalah untuk menarik kesimpulan dari persepsi mereka.Hanya 3% dari artikel 14
yang empiris dan sebagian besar tidak didesain utnuk menguji hipotesis. Sebenarnya tidak satupun artikel pada periode tersebut menggunakan model matematika atau kurang menggunakan teknik yang baku. Sekarang hampir semua artikel di Accounting Review adalah tradisi positif dan menjadi ujung tombak dalam jurnal-jurnal akademik (tetapi semuanya dimulai dari tahun 1963). Perubahan paradigm dari normative ke penelitian positif dijelaskan oleh Watts (1995,p. 299) dalam Deegan (2004: 206), bahwa perubahan paradigma tersebut diikuti dengan perubahan pada sekolah bisnis di Amerika di akhir tahun 1950-an dan di awal tahun 1960-an. Laporan-laporan pada komisi pendidikan bisnis di Ford Foundation dan Carnegie Corporation of New York juga ikut mempengaruhi perubahan tersebut, dimana pengujian dan bentuk hipotesis menjadi penting untuk penelitain yang baik. Selain itu menurut Watt and Zimmerman (1986, p 339) dalam Deegan (2004: 206), menyatakan bahwa komputer dan machine-readable data base (CRSP and Compustat) merespon dalam penelitian empiris, sehingga teori positif dalam keuangan dan ekonomi dapat digunakan oleh peneliti-peneliti akuntansi. Hal ini cukup mendukung perkembangan Positive accounting theory dan peneliti lebih mudah dalam membuat metodologi dalam penelitian tentang positive accounting theory. Dalam Deegan (2004: 206), Watt juga mempertimbangkan satu penelitian yang sangat penting untuk menerima paradigma riset positif yaitu dari peneliti Australia Ball and Brown.Watt menyatakan bahwa ketertarikan Ball and Brown (1968) tentang riset akuntansi yang terkait pasar modal meningkatkan jumlah penelitian positif. Watt menyebutkan artikelartike empiris dari artikel yang dipublikasikan Journal of accounting Research meningkat dari 13% tahun 1967 menjadi 31 % tahun 1968 dan 60% tahun 1972. Sedangkan artikelartikel yang menganut paradigma Normative accounting theory menurun dari 24% tahun 1967 menjadi 7% tahun 1968 dan nol pada tahun 1972. Sehingga Accounting Review 15
menghentikan untuk mempublikasikan normative accounting paper.Artikel-artikel empiris tentang pasar modal merupakan artikel dengan tradisi positif.Paham normatif tertantang pada bukti dan interpretasi dari bukti tersebut, tetapi tidak menyediakan bukti-bukti tandingannya. Dalam Deegan (2004: 207) dijelaskan bahwa ada penelitian yang juga penting yang membangun Positive accounting theory yaitu penelitian dari Fama tentang Efficient Market Hypothesis (EMH).EMH berfokus pada asumsi bahwa pasar modal bereaksi terhadap efisienya
dan
tidak
biasnya
informasi
pada
informasi
yang
tersedia
yang
diinformasikan.Penelitian tersebut menyebutkan suatu perspektif bahwa harga saham mencerminkan informasi yang dipublikasikan tetapi informasi tersebut sangat tergantung dari pengungkapan akuntansi.Pasar modal menjadi lebih kompetitif dan menghasilkan informasi yang diterima oleh publik yang berpengaruh pada harga saham. Dipertengahan tahun 1970-an selain oleh pasar yang efisien Positive accounting theory juga dibangun dari perkembangan perjanjian kontraktual yang melandaskan pada pengontrolan dan usaha kepentingan tertentu sebagai agen. Dalam hal penelitian ini menjelaskan bagaimana Positive accounting theory menunjukkan peran akuntansi mereduksi biaya keagenan dalam organisasi.Penelitian ini juga menekankan tentang efisiensi dalam pembuatan kontrak yang berpengaruh dalam struktur pengelolaan perusahaan yang efisien. Deegan (2004: 215) lebih jauh menjelaskan bahwa tahun 1990 Watt and Zimmerman mempublikasikan artikel dalam The Accounting Review yang membicarakan tentang sepuluh tahun perkembangan Positive accounting theory dengan judul (Positive accounting theory : A Ten Years Perspective). Beliau mendefinisikan ada tiga hipotesis yang sering digunakan dalam Positive accounting theory literatur untuk menjelaskan dan memprediksi ketika perusahaan akan mendukung atau melawan metode-metode akuntansi tertentu. Hipotesishipotesis tersebut disebut dengan management compensation hypothesis (atau hipotesis bonus plan), the debt hypothesis (or debt/equity hypothesis) dan the political cost hypothesis. 16
Peneliti-peneliti yang menggunakan ketiga hipotesis tersebut sering mengadopsi dengan perspektif bahwa manager atau agen akan beraksi oportunis ketika harus memilih metode-metode akuntansi tertentu karena pemilihan metode tersebut akan dapat meningkatkan profit sekaligus dapat meningkatkan bonus mereka. Selain itu peneliti-peneliti juga mengadopsi perpektif efisiensi Dalam perspektif ini manager memilih metode-metode akuntansi tertentu karena metode-metode tersebut dapat menyediakan catatan yang dapat melihat kinerja perusahaan secara efisisien. D. Tiga Hipotesis Positive Accounting Theory Ada tiga hipotesis dalam Positive Accounting Theory, yaitu The Bonus Plan Hypothesis The Debt Covenant Hypothesis The Political Cost Hypothesis a. The Bonus Plan Hypothesis, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer perusahaan dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini. Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan.Para manajer perusahaan, seperti orangorang lain, menginginkan imbalan yang tinggi.Jika imbalan mereka bergantung, paling tidak sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada pendapatan bersih, maka kemungkinan mereka bisa meningkatkan bonus mereka pada periode tersebut dengan melaporkan pendapatan bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal ini akan cenderung menyebabkan penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa yang akan datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa kini (present value)
17
dari kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat dengan memberikan perubahan menuju masa kini. b. The Debt Covenant Hypothesis, dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini. Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus bertemu selama masa perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan bunga, modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan penalti, seperti pembatasan dividen atau tambahan pinjaman. Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri.Untuk mencegah, atau paling tidak menunda, pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan akuntansi tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini.Berdasarkan hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan mendekati kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih cenderung untuk melakukan hal ini. c. The Political Cost Hypothesis, dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju masa depan.
18
The Political Cost Hypothesis memperkenalkan suatu dimensi politik kedalam pilihan kebijakan akuntansi.Political cost dapat dikenakan dengan keuntungan tinggi, dimana mungkin menarik perhatian media dan konsumen.Seperti perhatian dapat dengan cepat diterjemahkan kedalam politk “panas” dalam perusahaan, dan politikus mungkin merespon dengan pajak baru atau regulasi lainnya. Hal ini terjadi di perusahaan minyak selama jangka waktu membatasi supply minyak mentah dan meningkatkan harga minyak gas. E. Penelitian Empiris Positive Accounting Theory Positive Accounting Theory telah dihasilkan sejumlah penelitian empiris.Banyak penelitian yang telah akrab menguji dampak dari tiga hipotesis yang dijelaskan di atas.Contohnya adalah sebagai berikut. Bonus plan hypothesis yang diinvestigasi oleh Healy (1985), menemukan bukti bahwa manager perusahaan dengan bonus plan berdasarkan pada net income yang dilaporkan dengan sistematis diadpsi kebijakan akrual sehingga untuk memaksimalkan bonus ekspektasi mereka. Dichev dan Skinner (2002), menguji Debt Covenant Hypothesis. Jones (1991), meneliti tindakan perusahaan melaporkan net income lebih rendah selama investigasi pembebasan impor. Pengabulan kebebasan untuk perusahaan dipengaruhi oleh kompetisi luar negeri, pada bagian ini adalah keputusan politik. UU perdagangan mengizinkan untuk bebas dari pertolongan seperti perlindungan bea untuk perusahaan dalam industry yang dipengaruhi oleh kompetisi luar negeri. Jones menguji apakah perusahaan menggunakan discretionary accruals untuk melaporkan pendapatan lebih rendah. Pendekatan Jones terhadap masalah ini dengan mnaksir menggunakan persamaan regresi, yaitu
19
Penelitian di atas hanya beberapa penelitian yang menguji prediksi dari PAT.Watts dan Zimmerman (1986, 1990) dalam Scoot (2009: 293) menjelaskan bahwa tiga hipotesis di atas memiliki validitas empiris dalam menjelaskan perbedaan reaksi manager terhadap pilihan kebijakan akuntansi. Ketika tiga hipotesis PAT mungkin memprediksi reaksi manager, bukti kurang kuat bahwa mereka dapat memprediksi reaksi investor terhadap perubahan
kebijakan
akuntansi,
meskipun
kemampuan
economic
consequencesmempengaruhi nilai perusahaan. Jika kebijakan akuntansi mempengaruhi contract
efficiency
dan operasi manajemen dari
perusahaan,
harapannya
adalah
mempengaruhi keputusan jual/beli investor, merespon harga saham terhadap perubahan kebijakan akuntansi
seperti adanya standard akuntansi baru. Tetapi Bernard (1989)
membuktikan bahwa pasar merespon economic consequences terhadap standar akuntansi baru yang pada umumnya sudah sulit didapat. F. Membedakan opportunistic dan efficient contracting versi PAT Tiga hipotesis PAT yang dijelaskan di atas dalam bentuk opportunistic, yang diasumsikan bahwa manager memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas ekspektasi mereka relative untuk memberikan pemberian upah dan kontrak obligasi dan political cost. Hipotesis ini juga bisa disebut sebagai bentuk efisiensi, dengan asumsi bahwa kontrak perusahaan dan sistem kontrol internal dan pada umumnya tata kelola perusahaan, 20
limit opportunism, dan memotivasi manager memilih kebijakan akuntansi untuk mengontrol contracting cost, dengan cara demikian menguntungkan perusahaan dan shareholdernya. Ada dua bentuk PAT yang membuat prediksi sama. Contohnya adalah dari bonus plan hypothesis seorang manager mungkin memilih amortisasi garis lurus diatas declining balancesehingga opportunistically meningkatkan pembayaran upah. Tetapi, kebijakan yang sama dapat dipilih dibawah bonus hypothesisuntuk alasan efisiensi. Andaikan, amortisasi garis lurus mengukur paling baik opportunity costbagi perusahaan menggunakan capitas asset nya. Kemudian, hasil amortisasi garis lurus dalam pelaporan incomebahwa lebih baik mengukur kinerja manager. Hasilnya, kebijakan akan lebih efisien memotivasi manager (dimana tujuannya adalah bonus menempati tempat pertama) relative terhadap kemungkinan kebijakan amortisasi lainnya. Konsekuensinya adalah akan sulit bagi perusahaan apakah perusahaan memilih kebijakan akuntansi karena oppourtunism atau effisiensi. Penelitian PAT yang menunjukkan masalah adalah sebagai berikut. Mian and Smith (1990), yang melaporkan bukti bahwa perusahaan membuat keputusan efficient dengan mematuhi persiapan konsolidasi laporan keuangan. Christie and Zimmerman (1994), menginvestigasi tingkat income increasingpilihan akuntansi dalam sebuah sampel perusahaan yang telah menjadi takeover target. Dechow (1994), berpendapat bahwa ketika akrual relative luas (contohnya adalah pertumbuhan perusahaan dengan cepat), net income seharusnya lebih tinggi berhubungan dengan return saham, relative terhadap cash flow, daripada ketika perusahaan dalam steady state. Study ofDichev and Skinner (2002), menyediakan bukti bahwam efficient contracting versi PAT beroperasi. Guay (1999), Study of Derivative Activities.
21
Ahmed, Billings, Harris and Morton (2002) (ABHM), meneliti peran conservatism dalam efficient debt contracting.
22
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut. 1. Sejak tahun 1960-an, profesi akuntansi Amerika mulai peduli dengan meningkatnya pengaruh dari “outside forces” dalam proses penetapan standar. Dua perkembangan paralel telah menandai hal ini. Pertama, individu dan kelompok yang jarang memperlihatkan minat dalam penetapan standar akuntansi mulai mengintervensi secara aktif dan kuat dalam proses penetapan standar. Kedua, pihak-pihak tersebut mulai meminta argumen dibandingkan mereka yang secara tradisional telah bekerja dalam diskusi akuntansi. Konsekuensi ekonomi telah digunakan untuk mendeskripsikan beberapa argumen tersebut. 2. Scoot (2009: 284) mendefinisikan Positive accounting theory (PAT) adalah “berkaitan dengan memprediksi tindakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh pimpinan perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar akuntansi baru yang diusulkan”. Teori akuntansi positif dipopulerkan oleh Watt dan Zimmerman. Menurut Watt and Zimmerman (1986, p.7) dalam Deegan (2004: 202) menyatakan bahwa Positive accounting theory lebih menjelaskan kepada praktek-praktek akuntansi. Positive accounting theory dirancang untuk menjelaskan dan memprediksi dimana perusahaan akan melakukan dan dimana perusahaan tidak akan menggunakan metode khusus yang seharusnya perusahaan gunakan. 3. Penelitian tentang Positive accounting theory dimulai di pertengahan tahun 1960-an dan menjadi dominan sekitar tahun 1970-an dan 1980-an, dimana penelitian-penelitian tersebut membawa perubahan paradigma. Awalnya jenis penelitian akuntansi adalah 23
penelitian akuntansi normative, yaitu penelitian yang mencoba menyediakan penjelasan berdasarkan pada perspective teori yang mendasari tujuan akuntansi. Peneliti normative saat itu adalah Edward and Bell, Chamber and Sterling. 4. Ada tiga hipotesis dalam Positive Accounting Theory, yaituThe Bonus Plan Hypothesis, The Debt Covenant Hypothesis, dan The Political Cost Hypothesis. 5. Penelitian Empiris Positive Accounting Theoryadalah sebagai berikut. Bonus plan hypothesis yang diinvestigasi oleh Healy (1985), menemukan bukti bahwa manager perusahaan dengan bonus plan berdasarkan pada net income yang dilaporkan dengan sistematis diadpsi kebijakan akrual sehingga untuk memaksimalkan bonus ekspektasi mereka. Dichev dan Skinner (2002), menguji Debt Covenant Hypothesis. Jones (1991), meneliti tindakan perusahaan melaporkan net income lebih rendah selama investigasi pembebasan impor. Pengabulan kebebasan untuk perusahaan dipengaruhi oleh kompetisi luar negeri, pada bagian ini adalah keputusan politik. UU perdagangan mengizinkan untuk bebas dari pertolongan seperti perlindungan bea untuk perusahaan dalam industry yang dipengaruhi oleh kompetisi luar negeri. Jones menguji apakah perusahaan menggunakan discretionary accruals untuk melaporkan pendapatan lebih rendah. 6. Membedakan opportunistic dan efficient contracting versi PAT bahwa ada tiga hipotesis PAT yang dijelaskan di atas dalam bentuk opportunistic, yang diasumsikan bahwa manager memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas ekspektasi mereka relative untuk memberikan pemberian upah dan kontrak obligasi dan political cost. Hipotesis ini juga bisa disebut sebagai bentuk efisiensi, dengan asumsi bahwa kontrak perusahaan dan sistem kontrol internal dan pada umumnya tata kelola perusahaan, limit
24
opportunism, dan memotivasi manager memilih kebijakan akuntansi untuk mengontrol contracting cost, dengan cara demikian menguntungkan perusahaan dan shareholder nya. B. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan untuk pembaca adalah bahwa pembaca dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai economic consequences dan positive accounting theory dari berbagai jurnal pendukung lainnya.
25
DAFTAR PUSTAKA Ball, R. & Brown, P. (1968). An empirical evaluation of accounting income numbers. Journal of Accounting Research, 6 (2): 159–177. Collet, Peter. 1993. Standard Setting and Economic Consequences: An Ethical Issue. (Working Paper Series No. 5, University of Tasmania, Department of Accounting and Finance, March, 1993) Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill, Australia. Moonitz, M. The Basic Postulates of Accounting, AICPA Accounting Research Study No. 1 (American Institute of CPA's, 1961). Scott, W.R. (2009). Financial Accounting Theory. Prentice-Hall, Toronto, Canada. Sharpe, William. F. "Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk," Journal of Finance (September, 1964), pp. 425-42. Sprouse, K. T., and Moonitz, M. Attempt to Establish a Conceptual Framework of Accounting. (online) diakses di http://people.wku.edu/jack.hall/attempts.html pada 21 November 2013 pukul 20.12 WIB Watts & Zimmerman. (1990). Positive accounting theory: A ten year perspective. The Accounting Review, 65 (1): 131-156. Zeff, Stephen A. 1978. The Rise of “Economic Consequences”. The Journal of Accountancy, p. 56-63. Zeff, Stephen. The Evolution of the Conceptual Framework for Business Enterprises in the United States, Accounting Historical Journal, Vol. 26, No. 2 Desember, 1999.
26
View more...
Comments