Chapter 5 Measurement Theory
October 2, 2017 | Author: Dennis Givari | Category: N/A
Short Description
Chapter 5 Measurement Theory...
Description
Konsep Pengukuran
Konsep Pengukuran Secara Umum Secara umum akuntansi dipandang sebagai displin pengukuran dan pengkomunikasian.
What is measurement? Campbell mendefiniskan pengukuran adalah : “the assignment of numerals to represent properties of material systems other than numbers, in virtue of the laws governing these properties” Sedangkan menurut Stevens: pengukuran (measurement) adalah: “assignment of numerals to objects or events according to the rules”(pelekatan suatu angka kepada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu). Dalam pengertian Campbell, “Systems” sama dengan “objects or events” dalam pengertian Steven. Dalam hal ini contohnya adalah : meja, manusia, aset, atau jarak perjalanan.“Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “ System” dalam pengertian Campbell. Adnan (2005) menyatakan bahwa pengukuran memegang peranan penting dalam kaitannya dengan peran laporan akuntansi yang harus menyajikan data kuantitatif tentang posisi kekayaan perusahaan dalam suatu waktu tertentu.
Skala (Scale) Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan sematik yang digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal, ordinal, interval atau rasio.
1. Skala Nominal (nominal scale) Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.”
2. Skala Ordinal (ordinal scale)
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini. Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
3. Skala Interval (interval scale) Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala ordinal. Tidak hanya memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, missal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.
4. Skala Rasio (ratio scale) Skala rasio adalah skala yang:
Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian Interval antar objek diketahui dan sama Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir diketahui
Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjang dari A.
Penggunaan Skala yang diperbolehkan (permissible operations of scales) Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variabel-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.
Tipe-tipe Pengukuran (types of measurement) Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenisjenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis: fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell.
1. Pengukuran Fundamental (fundamental measurement) Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiaptiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.
2. Pengukuran Turunan (Derived measurements) Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi, contoh pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan pengurangan pendapatan dengan beban.
3. Pengukuran Formal (Fiat measurements) Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang bisa diamati dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung. Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun, tidak adateori empiris yang konfirmasi untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika kita membangun skala pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa pada kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan berprestasi dalam kuliah matematika.
Keandalan dan Ketepatan (realiability and accuracy) Apa yang dimaksud dengan Keandalan dan Ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau error. Sumber kesalahan : 1. Operasi Pengukuran tidak tetap
Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan secara tepat dan karenanya dapat diinterpretasikan salah oleh pengukur. 2. Pengukur Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak benar. 3. Instrumen Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat. 4. Lingkungan Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil. 5. Atribut yang tidak jelas Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung. 6. Resiko dan Ketidakpastian Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika semua pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan, maka yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang diterima. Jika pengukuran masih dalam batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi.
Pengukuran yang dapat diandalkan Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran. Istilah ‘presisi’ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali yang diterapkan pada properti tertentu. Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu perangkat operasi.
Pengukuran yang akurat Konsistensi hasil, presisi dan kehandalan tidak selalu menyebabkan akurasi. Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju ‘nilai sejati ' dari atribut pengukuran. Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya. Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari ‘kegunaan’, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.
Pengukuran dalam ilmu Akuntansi Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal. Laba berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam satu periode akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh : historical cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan pada kita bahwa konsep perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang dari waktu ke waktu dan menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental. Yang terkini, standar pelaporan keuangan internasional telah membuat konsep lebih tepat yaitu konsep “nilai wajar”. Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar” ini. Bahwa konsep ini merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih fokus pada penilaian “Balance Sheet”, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba yang sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan pengambilan keputusan oleh investor dibandingkan kebenarannya.
Oleh Belkaoui (2000) mengemukakan empat atribut yang diukur dan dua unit ukuran yang digunakan. Empat atribut dari semua kelompok aset dan hutang yang mungkin diukur adalah: 1. Kos historis (historical cost) 2. Kos pengganti (replacement cost) 3. Nilai buku yang dapat direalisasikan. 4. Kapitalisasi atau nilai tunai atas aliran kas harapan. Dua unit ukuran (unit of measure) yang mungkin digunakan adalah: 1. Unit uang 2. Unit daya beli umum Perbedaan penentuan atribut dan unit pengukuran inilah yang menjadi penyebab timbulnya perbedaan konsep penilaian dan pengukuran. Kombinasi empat atribut tersebut dan dua unit ukurannya menghasilkan alternatif penilaian aset dan model penentuan laba. Setiap alternatif tersebut menghasilkan laporan keuangan yang berbeda, yang memberi makna dan relevansi berbeda bagi pemakainya. Belkaoui mengevaluasi alternatif ini dengan menggunakan contoh sederhana untuk mempertinggi kejelasan konseptual dan komparabilitas di antara berbagai
pendekatan. Evaluasi tersebut menyoroti sifat perbedaan dan dasar perbandingan hasil berbagai alternatif tersebut. Belkaoui membandingkan model-model tersebut berdasarkan kriteria: 1. Kesalahan waktu, yakni kriteria untuk menentukan apakah atribut atau elemen-elemen laporan keuangan yang seharusnya diukur dalam akuntansi keuangan dan pelaporan adalah jenis atribut yang terhindar dari kesalahan waktu (timing errors). Penyebabnya adalah perubahan dalam nilai yang terjadi dilaporkan pada periode tertentu tetapi dicatat dan dilaporkan pada periode lain. Atribut yang disukai adalah atribut yang mengakui perubahan dalam nilai pada periode yang sama dengan terjadinya perubahan. Secara ideal, laba dapat didistribusikan pada keseluruhan aktivitas bisnis. 2. Kesalahan unit pengukuran (measuring unit errors) adalah criteria untuk menentukan apakah unit ukuran yang seharusnya diterapkan untuk atribut-atribut elemen-elemen laporan keuangan seharusnya adalah jenis unit ukuran yang menghindari kesalahan unit pengukuran. Kesalahan unit pengukuran terjadi ketika laporan keuangan tidak dinyatakan dalam unit daya beli umum. Unit pengukuran yang lebih disukai adalah unit pengukuran yang mengakui perubahan tingkat harga umum dalam laporan keuangan. 3. Kemampuan ditafsirkan (interpretability) untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan yang dihasilkan seharusnya dapat dipahami baik dari segi makna maupun penggunaan. Agar model akuntansi dapat diinterpretasikan, model tersebut harus diletakkan dalam laporan “jika maka ...” untuk menyampaikan kepada pemakai pemahaman makna sebagaimana menunjukkan salah satu kegunaannya. Karena ada dua kemungkinan unit ukuran, interpretasi model akuntansi–menurut definisinya–, akan berupa salah satu berikut: a. Jika model akuntansi mengukur berbagai atribut dalam unit uang, maka hasilnya dapat dinyatakan dalam jumlah dolar (number of dollar atau NOD); b. Jika model akuntansi mengukur biaya historis dalam unit daya beli umum, maka hasilnya tetap dinyatakan dalam NOD; c. Jika model akuntansi mengukur nilai sekarang dalam unit daya beli umum, maka hasilnya dinyatakan dalam kemampuan memiliki barang (command of goods atau COG) 4. Relevansi (relevance) model akuntansi. Dengan kata lain, hasil laporan keuangan seharusnya berguna. Dari sudut pandang normatif, COG dianggap sebagai atribut yang paling relevan karena mengekspresikan perubahan tingkat harga umum. Hasil evaluasi Belkaoui (2000) diringkas dalam suatu tabel yang menampilkan enam model alternatif yang dianggap cukup untuk mewakili delapan model yang diinterpretasikan, seperti berikut:
Ringkasan di atas menunjukkan bahwa model akuntansi nilai buku yang dapat direalisasikan disesuaikan tingkat harga umum adalah model pengukuran yang memenuhi semua kriteria. Menurut Belkaoui (2000), harga sekarang (current value) memiliki beberapa interpretasi, yakni: nilai kapitalisasi atau nilai tunai (present value); harga beli sekarang (current entry price); harga jual sekarang (current exit price); dan kombinasi nilai.
Masalah Pengukuran bagi Auditor Fokus pengukuran laba telah bergeser dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih, misalnya pengakuan kerugian penurunan nilai. Auditor harus menentukan apakah manajemen telah membuat penilaian yang tepat dan masuk akal. Adanya berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang menimbulkan masalah tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan : 1. metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten, 2. menggunakan asumsi yang beralasan, 3. data yang digunakan untuk penilaian tersebut valid. Pada prakteknya, Auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan yang audit untuk menerima metode penilaian atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee akan mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul adalah audit atas biaya historical seperti standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan secara tepat, tapi biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang dipengaruhi oleh kondisi yang berubah-ubah.
Pengukuran menurut SFAC No.5 SFAC No.5: “Recoqnition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises“ (Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan Perusahaan Bisnis) Dalam SFAC No.5, FASB berusaha untuk memperluas lingkup pengukuran hasil dari operasi perusahaan bisnis dengan memperkenalkan definisi dari comprehensive income sebagai berikut: Comprehensive income adalah perubahan dalam ekuitas (aset bersih) dari sebuah entitas selama satu periode dari transaksi dan kejadian dan keadaan yang berasal dari sumber non-pemilik. Mencakup semua perubahan dalam ekuitas selama satu periode kecuali semua yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Pendekatan ini mewakili usaha FASB untuk mempersatukan pendekatan pemeliharaan modal dan pendekatan transaksi akuntansi tradisional untuk mengukur pendapatan. Dengan pendekatan pemeliharaan modal, pendapatan bersih didefinisikan sebagai jumlah maksimum dari sumber daya perusahaan yang dapat didistribusikan kepada pemilik selama periode tertentu (di luar investasi dari pemilik baru) dan dengan tetap meninggalkan perusahaan bisnis pada akhir periode sebaik pada awal periode. SFAC No.5 menyarankan agar laporan arus kas menggantikan laporan atas perubahan posisi keuangan dan memberikan dorongan untuk mewajibkan laporan arus kas Menurut SFAC No.5 sebuah set lengkap dari laporan keuangan dalam satu periode harus menggambarkan: 1. 2. 3. 4. 5.
Posisi keuangan pada akhir periode. Penerimaan selama suatu periode. Comprehensive income untuk periode tersebut. Arus kas selama periode tersebut. Investasi oleh dan distribusi kepada pemilik selama periode tersebut.
Laporan atas posisi keuangan harus menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas sebuah entitas dan hubungan mereka dengan satu sama lain untuk suatu waktu. Laporan ini juga harus menggambarkan struktur sumber daya yang dimiliki entitas-kelompok besar dan jumlah aset-dan struktur pembiayaannya-kelompok besar dan jumlah kewajiban serta ekuitasnya.
Penerimaan adalah ukuran kinerja entitas selama satu periode. Penerimaan mengukur tingkat dimana aliran masuk dari aset (pendapatan dan untung) melebihi aset yang keluar. Konsep penerimaan yang ada dalam SFAC No.5 serupa dengan pendapatan bersih untuk satu periode yang ditentukan dengan pendekatan transaksi. Diharapkan bahwa konsep penerimaan akan berlanjut menjadi subjek untuk proses perubahan gradual yang telah terkarakterisasi dalam pengembangannya. SFAC No. 5 mendefinisikan comprehensive income sebagai sebuah ukuran yang luas dari efek transaksi dan kejadian lain pada sebuah entitas. Hal ini terdiri dari seluruh perubahan ekuitas yang diakui dari sebuah entitas selama satu periode dari transaksi kecuali yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Di bawah definisi SFAC No.5, hubungan antara perolehan dan comprehensive income diilustrasikan sebagai berikut: Pendapatan Perolehan Dikurangi:beban Tambah atau kurang penyesuaian akuntansi kumulatif Ditambah:keuntungan Tambah atau kurang perubahan ekuitas non pemilik lainnya Dikurangi:kerugian = Perolehan = Comprehensive Income Laporan arus kas harus merefleksikan baik secara langsung maupun tidak langsung penerimaan kas sebuah entitas, diklasifikasikan berdasar sumber utama dan pembayaran kasnya yang diklasifikasikan berdasar penggunaan utamanya selama suatu periode. Laporan tersebut harus memasukkan informasi aliran kas mengenai operasi, pembiayaan, dan aktivitas investasi. Laporan mengenai investasi oleh dan distribusi kepada pemilik mencerminkan transaski modal sebuah entitas selama satu periode. Yaitu, mencerminkan dimana dan dengan cara apa ekuitas dari entitas meningkat atau menurun dari transaksi dengan pemilik. Sebagai tambahan atas permasalahan comprehensive income, SFAC No.5 menunjuk pada permasalahan pengukuran tertentu yang berhubungan erat dengan pengakuan. Menurut SFAC No.5, sebuah item dan informasi mengenai hal tersebut harus memenuhi empat kriteria pengakuan dan harus diakui ketika kriteria tersebut terpenuhi (subjek atas biaya-manfaat dan hambatan materialitas). 1. Definisi. Item harus memenuhi definisi sebuah elemen yang terkandung dalam SFAC No.6. 2. Keterukuran. Harus memiliki ciri yang relevan, dapat diukur dengan keandalan yang cukup. 3. Relevan. Informasi mengenai item tersebut dapat membuat perbedaan bagi keputusan pengguna. 4. Keterandalan. Informasi tersebut bersifat jujur, dapat diverifikasi, dan netral. Kriteria pengakuan ini konsisten dengan dan secara nyata berasal dari SFAC No.1, 2, dan 6. SFAC No.5 menyediakan pedoman dalam mengaplikasikan kriteria pengakuan dalam kasus tersebut ketika penerimaan perusahaan dipengaruhi oleh keputusan pengakuan. Pedoman ini konsisten dengan doktrin mengenai konservatisme. Dengan kata lain, pengakuan atas pendapatan dan keuntungan didasarkan pada uji tambahan mengenai (1) direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) diperoleh sebelum diakui sebagai pendapatan. Pedoman untuk mengakui beban dan kerugian tergantung baik pada konsumsi atas keuntungan atau kerugian atas keuntungan di masa yang akan datang. Salah satu jurang besar dalam SFAC No.5 adalah kegagalannya dalam mendefinisikan istilah pendapatan. Lebih jauh lagi, SFAC No.5 tidak memecahkan perdebatan antara nilai sekarang/nilai historis. Kegagalan ini tampaknya disebabkan oleh posisi yang diambil Dewan dengan menerima kegunaan bagi pembuatan keputusan sebagai tujuan yang berlebihan dari laporan keuangan. Pengembangan teori akuntansi di masa mendatang akan menggunakan konsep yang didefinisikan dalam SFAC No.5 sebagai pedoman operasional. Mereka harus menjadi batasan yang luas dalam pengembangan respon terhadap masalah akuntansi yang kontroversial.
Pengukuran menurut SAK Indonesia Pengukuran ini terdapat pada Exposure Draft (ED) PSAK 55 (revisi 2011) paragraf 43-77. Secara umum, tidak terdapat perbedaan subtansial antara ED PSAK 55 (revisi 2011) dengan PSAK 55 (revisi 2006). Perbedaan hanya terdapat pada pengaturan reklasifikasi dimana dalam ED PSAK 55 (revisi 2011) memperbolehkan reklasifikasi aset keuangan dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi ke pinjaman yang diberikan dan piutang serta reklasifikasi dari tersedia untuk dijual ke pinjaman yang diberikan dan piutang dengan kondisi dan syarat tertentu. 1. Paragraf 43-44 menjelaskan tentang pengukuran awal aset keuangan dan liabilitas keuangan. 2. Paragraf 45-46 menjelaskan tentang pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal. 3. Paragraf 47 menjelaskan tentang Pengukuran Liabilitas Keuangan setelah Pengakuan Awal. 4. Paragraf 48-50 menjelaskan tentang Pertimbangan dalam Pengukuran Nilai Wajar. 5. Paragraf 51-61 menjelaskan tentang reklasifikasi. 6. Paragraf 62-64 menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian. 7. Paragraf 65-69 menjelaskan tentang Penurunan Nilai dan Tidak Tertagihnya Aset Keuangan. 8. Paragraf 70-72 menjelaskan tentang Aset Keuangan yang Dicatat Berdasarkan Biaya Perolehan Diamortisasi. 9. Paragraf 73 menjelaskan tentang Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan. 10. Paragraf 74-77 menjelaskan tentang Aset Keuangan yang Tersedia untuk Dijual.
Konsep pengukuran menurut APB no.4 1. Pengukuran aktiva dan pasiva unit usaha Bahwa akuntansi keuangan terutama berkepentingan dengan pengukuran sumber ekonomi dan asalnya serta perubahannya 2. Pengukuran dalam satuan moneter bahwa pengukuran transaksi dilakukan dengan menggunakan satuan moneter 3. Approximation Bahwa angka-angka hasil pengukuran dalam akuntansi merupakan pendekatan makna objek atau kejadian yang ingin diwakili oleh angka tersebut dan bukan hasil pengukuran yang pasti. Qualitative objective pada APB No. 4 yaitu: 1. relevance (relevansi) 2. understandability (dapat dimengerti) 3. verifiability (dapat dicek kebenarannya) 4. neutrality (netralitas) 5. timeliness (ketepatan waktu) 6. comparability (komparabilitas) 7. completeness (kelengkapan)
KENDALA PENGUKURAN
Kendala pengukuran yang utama timbul karena data ekonomi disajikan berdasarkan asumsi bahwa data itu relevan untuk meramalkan masa datang. Karena hubungan antara masa kini dan masa datang umumnya tidak pasti, maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini. Tetapi ketidak mampuan untuk membuat pengukuran yang terandal atas attribut khusus yang dianggap relevan disebabkan oleh kurangnya teknik pengukuran yang terandal dan ketidak mampuan untuk menemukan prosedur pegukuran yang menjelaskan secara layak attribut yang sedang diukur. Jadi kendala disebabkan oleh ketidak pastian, kurangnnya objeksitfitas dan vearibilitas dalam pengukuran, kurangnya unit moneter yang stabil. Kenservatisme bertindak sebagai kendala pada pengukuran akuntansi karena hal ini sudah sedemikian tertanam didalam pemikiran manajemen dan para akuntan, tetapi konservatisme ini sebagai kendala yang harus dibuang melalui metode pendidikan yang semestnya 1. Ketidakpastian/ uncertainty Ketidak pastian dalam akuntasi timbul dari dua sumber utama a. Informasi akuntansi umumnya berhubungan dengan kesatuan yang diharapkan akan tetapi hidup pada masa yang akan datang karena alokasi sering dilakukan antara periode masa lalu dan masa datang maka asumsi harud dibuat mengenai logika alokasi ini dan berdasarkan harapan mengenai masa datang b. Pengukuran akuntansi sering diasumsikan menggambarkan ungkapan kekayaan dalam nilai uang yang membutuhkan estimasi jumlah mendatang yang tidak pasti Jadi pengukuran manapun yang didasarkan pada estimasihanya dapat bersifat sementara akan tetapi in tidak berarti bahwa estimasi dan ramalan tidak harus dibuat seteliti mungkin jikga ternyata relevan 2. Objektifitas dan verifiabilitas Agar pengukuran akuntansi dapat sehandal mungkin dalam menyajikan informasi yang relevan untuk peramalan dan pengambilan keputusan oleh para investor dan para pemakai laporan keuagan lainnya, maka para akutan harus menetapkan attribut apa yang sedang diukur dan kemudian memilih prosedur pengukuran yang dapat menjelaskan attribut itu secara akurat. Objektivitas mengandung beberapa arti diantaranya: a. Pengukuran yang bersifat impersonal atau berada diluar pikiran orang yang melakukan pengukuran maksudnya adalah pengukuran terpisah dari orang yang melakukan pengukuran jadi diasumsikan bahwa tidak terdapat penilaian sujektif dan bias pribadi b. Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diperiksa atau verifiable maksudnya adalah penekanannya terletak pada bukti pendukung bukan pada pengukuran itu sendiri. c. Pengukuran yang didasarkan pada kesepakatan para pakar yang kompeten hal ini mengandung makna bahwa pengukuran dapat dikatakan objektif jika dapat dibuktikan dengan kesepakatan pribadi dari pakar d. Lebar sempitnya dispersistatistik dari pengukuran attribut bila dilakukan oleh pengukur yang berbeda. Jika beberapa penyidik menggunakan metode pengukuran yang sama atau serupa atas attribut yang didasarkan pada bukti yang serupa maka beberapa pengukuran yang dihasilkan sangat mengkin akan menghasilkan kisaran nilai 3. Keterbatasan dari unit moneter Walaupun data akuntansi tidak dibatasi untuk diukur dalam unit moneter, namun laporan akuntansi secara tradisional mencakup terutama informasi keuangan dan dalam banyak kasus unit moneter merupakan unit pengukuran yang paling baik khususnya bila penggabungan diinginkan atau diperlukan. Akan tetapi unit moneter mempunya
keterbatasan sebagai metode pengkomunikasian informasi. Batasan atau kendala yang paling serius disebabkan oleh kenyataan bahawa nilai unit omeneter tidak stabil dengan berjalannya waktu. karena banyak ramalan dan keputusan harus menggandalkan perbandingan data akuntasi secara sahih sepanjang waktu maka ketidakstabilan unit moneter menyebabkan data akuntasnsi yang didasarkan pada harga tukar masa lalu harus disajikan kembali agar dapat diperbandingkan dengan harga tukar berlaku dan yang akan datang agar relevan dan teredah untuk pengabilam keputusan dan ramalan secara layak. Denga kata lain, kendala pengukuran yang berupa ketidak stabilan unit pengukur menuntut modifikasi dalam penggunaan harga tukar dari beberapa periode waktu yang dinyatakan dalam nilai uang. 4. Konservatisme Istilah konservatisme umumya digunakan untuk mengartikan bahwa para akuntan harus melaporkan nilai yang terendah dari beberapa nilai yang mungkin untuk aktiva dan pendapatan serta nilai yang tertinggi dari beberapa nilai yang mungkin untuk kewajiban dan beban. Hal ini juga menyiratkan bahwa beban harus diakui sedini mungkin dan pendapatan diakui selambat mungkin. oleh karena itu aktiva bersih atau net asset lebih mungin dinilai dibawah harga tukar berlaku dari pada diatasnya dan perhitungan laba mungkin akan menghasilkan yang terendah diantara beberapa jumlah alternatif yang ada. Jadi, pesimisme dianggap lebih baik dibanding optimisme dalam pelaporan keuangan. Terdapat tiga argumen untuk konservatisme. Argumen yang pertama bahwa kecendrungan terhadap pesimisme dianggap perlu untuk mengimbangi optimisme yang berlebihan dari para manajer atau pemilik. Argumen yang kedua bahwa laba dan penilaian yang dinyatakan terlalu tinggi lebih berbahaya bagi perusahaan dan pemiliknya dari pada penyajian yang terlalu rendah(under statement). argumen yang ketiga bahwa akuntan lebih mampu memperuleh informasi lebih banyak dari pada yang dapat dikomunikasikan kepada para investor dan kreditor dan bahwa akuntan dihadapkan pada dua jenis resiko yaitu resiko bahwa apa yang dilaporkan itu ternyata tidak benar dan resiko bahwa apa yang tidak dilaporkan ternyata benar. Sebaik-baiknya konservatisme dia merupakan metode yang sangat buruk dalam memperlakukan adanya ketidakpastian dalam penilaian dan laba. Dan seburuk-buruknya dia sama sekali mengakibatkan distorsi atas data akuntansi. Bahaya utamanya adalah karena konservatisme merupakan metode yang sangat kasar(crude method), pengaruhnya tidak terduga. Oleh karena itu, data yang dilaporkan secara konservatif tidak dapat diinterpretasikan dengan tepat walaupun oleh pembaca yang baik sekali pun. Perlu juga dicatat bahwa konsevatisme bertentangan dengan tujuan untuk mengungkapkan semua informasi yang relevan dan dengan konsistensi sejauh konsistensi itu merupakan hal yang relevan dan konservatisme dapat mengurangi keterbandingan atau komparabiliti karena tidak dapat standar yang seragan dalam penerapannya.
Referensi : - Hendriksen, E.S., Accounting Theory, Homewood, Illinois, Richard D.Irwin Inc - Belkaoui, Ahmed,Accounting Theory,Harcourt Brace Jovanovich Inc.,New York - Wolk,Harry and Tearney, Accounting Theory,PWS-Kent publishing, Boston - www.iaiglobal.or.id - Jayne Godfrey, Allan Hodgson, Ann Tarca, Keryn Holmes, Jane Hamilton, Accounting Theory 7th edition, John Wiley & Sons Australia, Limited, 2006
View more...
Comments