Cedera Saraf (Neuropraxia)

July 14, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Cedera Saraf (Neuropraxia)...

Description

 

Cedera Saraf Perifer

2.1 Definisi

Peripheral Nerve Injury atau cedera saraf perifer adalah istilah umum yang digunakan untuk  menggambarkan kerusakan saraf di luar otak atau sumsum tulang belakang. Cedera saraf   perifer biasanya disebabkan oleh trauma. Sebuah cedera saraf perifer terjadi ketika setiap saraf di tubuh yang tidak di otak atau sumsum tulang belakang rusak. Jik Jika

sara saraff

perif erifer er ru rusa sak k

kemu kemud dian ian otot dis isu uplai plai ole leh h

sa sara raff

yan ang g tid tidak ak mener menerima ima

informasi dari otak, maka organ yang hanya dipersarafi oleh saraf perifer menjadi lemah atau lumpuh.Kerusakan saraf juga berarti bahwa otak tidak menerima informasi dari tubuh.

Hal ini menimbulkan bebrapa sensasi pada tubuh seperti mati rasa, kesemutan dan nyeri. Tidak seperti tulang belakang, saraf perifer memiliki kemampuan untuk disembuhkan. Menurut WHO, technical report series 645, 1980 : batasan neuropati saraf tepi atau kematian saraf perifer adalah kelainan menetap (lebih dari beberapa jam) dari neuron sumsum tulang, neuron neu ron motori motorik k batang batang otak otak bagian bagian bawah, bawah, sensor sensorimo imotor tor primer primer,, neuron neuron susuna susunan n saraf  saraf  autonom perifer dengan kelainan klinis, elektroneurografik dan morfologik  Salah Sal ah satu contoh contoh dari dari cedera cedera saraf saraf perifer perifer adalah adalah poline polineuro uropati pati.. Poline Polineuro uropat patii adalah adalah neuropati dengan lesi utama pada neuron. Pada umumnya polineuropati dapat menyebabkan kelainan kelain an simetris simetris dan bilateral pada sistem saraf tepi. Kelainan Kelainan ini dapat berbentuk motorik, motorik, sensorik, sensorimotor atau autonomik. Distribusinya dapat proksimal, distal atau umum. Poli Po line neur urop opat atii meng mengak akib ibatk atkan an ke kele lema maha han n atau atau pa paral ralys ysee pa pada da be bebe bera rapa pa ba bagi gian an tu tubu buh. h. Kerusakan ini dapat disembuhkan seperti kerusakan pada sistem saraf perifer lainnya karena ujung saraf akson yang rusak memiliki kemampuan untuk degenarasi aksonal. 2.3 Etiologi

1.

1.

Secara langsung, akibat luka terbuka

2.

2.

Secara tidak langsung karena peregangan

3.

3.

Pada patah tulang atau dislokasi sendi

 

4.

4.

Kare Ka rena na teka tekana nan n akib akibat at pemb pembid idai aian an,,

pe pema masa sang ngan an to torn rnik iket et at atau au tida tidaka kan n

 pembalutan 5.

5.

Iskemia pada emboli arteri atau sindrom kompartemen

6.

6.

Penyuntikan yang mengenai saraf 

  2.4 Manifestasi Manifestasi Klinis 1. 1. Kausalgia yaitu nyeri hebat seperti terbakar, sepanjang distribusi serabut saraf 

yang mengalami kerusakan persial. 2.

2.

Hiperestesia

3.

3.

Perubahan trofik pada kulit

4.

4.

Hiperak Hip eraktiv tivita itass vasomo vasomotor tor,, hiperak hiperaktiv tivita itass kerja kerja syaraf syaraf yang yang menimb menimbulk ulkan an

 perubahan pada diameter pembuluh darah, biasanya vasokontriksi. vasokontriksi.   2.5 Klasifikasi

Klasifikasi cedera saraf s araf digambarkan oleh Seddon pada tahun 1943 dan oleh Sunderland pada tahun tah un 1951. 1951. Klasifi Klasifikas kasii cedera cedera saraf saraf digamb digambark arkan an oleh oleh seddon seddon neurap neuraprax raxia ia terdir terdirii dari, dari, aksonotmesis, dan neurotmesis. Sunderland memperluas sistem klasifikasi menjadi 5 derajat cedera saraf. 1.

Cede Cedera ra sara saraff Ting Tingka katt pert pertam amaa

Disebut juga neuropraxia, berupa kerusakan pada serabut myelin, hanya terjadi gangguan kondisi saraf tanpa terjadinya degenrasi wallerian. Saraf akan sembuh dalam hitungan hari setelah sete lah cedera, cedera, atau sampai sampai dengan dengan empat empat bulan. bulan.pen penyem yembuh buhan an akan akan sempurn sempurnaa tanp tanp ada masalah motorik dan sensorik. 1.

Ced eder eraa sara saraff tin ting gkat kat dua dua

Disebu Dis ebutt juga juga axonot axonotmesi mesis, s, terjad terjadii diskot diskotinu inuitas itas myelin myelin dan aksonal aksonal,, tidak tidak meliba melibatkan tkan  jaringanenc  jaringan encaps apsula ulatin ting, g, epineu epineuriu rium m

dan perine perineuri urium um,, ju jug ga ak akan an se sem mbu buh h se semp mpu urn rna. a.

Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat daripada cedera tingkat pertama. 1.

Ced eder eraa sar saraf af tin tingkat kat tig tigaa

Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson dan endoneurium. Cedera juga akan sembuh dengan lambat, tetapi penyembuhannya hanya sebagian.penyembuhan akan tergantung pada  beberapa faktor, sepertisemakin rusak saraf, semakin lama pula penyembuhan terjadi.

 

1.

Ced eder eraa sar saraf af tin tingkat kat em empat pat

Cedera Ced era ini meliba melibatka tkan n kerusa kerusakan kan myelin myelin,, akson, akson, endone endoneuri urium um dan perine perineuri urium. um. Cedera Cedera derajat ini terjadi bila terdapat skar pada jaringan saraf, yang menghalangi penyembuhan. 1.

Ced eder eraa sar saraf af tin tingkat kat lim limaa

Cedera ini melibatkan pemisahan sempurna dari saraf, seperti saraf yang terpotong. Cedera saraf tingkat empat dan lima memerlukan tindakan operasi untuk sembuh.   Tabel 1. Klasifikasi cedera saraf 

Derajat ce cedera sa saraf

Myelin

Akson

Endoneurium

perineurium

epineurium

+/-

Tidak

tidak

tidak

tidak  

Ya

Ya

tidak

tidak

Tidak  

III

Ya

Ya

ya

tidak

Tidak

IV

Ya

Ya

ya

ya

Tidak

V. Neurotmesis

Ya

Ya

ya

ya

Ya

1.

1.

Neuropraksia

Axonotmesis

 

 

  Tabel 2. Cedera saraf, penyembuhan penyembuhan dan tindakan bedah

Penyemban Derajat cedera saraf 

spontan

Tindakan Waktu penyembuhan

 bedah

 

Penuh

Berlan Ber langsu gsung ng dalam dalam hitun hitungan gan hari hari smpai smpai 4 bulan bulan tidak  setelah cedera

Penuh

tidak 

First neupraxia

Second Axonotmesis

Regenerasi terjadi kira-kira 1inci perbulan

Parsial Third

ya Regenerasi terjadi kira-kira 1inci perbulan

Tidak ada Fourth

Setelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira

ya

1 inci per bulan

Tidak ada Fifth Neurotmesis 2.6

Setelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira

ya

1 inciper bulan.

Komplikasi

1.

Remisi spontan

2.

Distro Distrofi fi reflex reflex simpat simpatik ik à Penyaki Penyakitt ini diyaki diyakini ni sebagai sebagai reaksi reaksi bera beranta ntaii abnorma abnormall dari sistem saraf simpatik, yakni sistem tubuh yang mengatur aliran darah di kulit. Penyakit ini secara spontan bisa hilang dengan sendirinya tapi kalau sudah timbul luar biasa sakitnya.

3.

Kont Kontra rakt ktur ur miog miogen en ak akib ibat at pa para rali lisis sis otot otot se seba baga gaii ak akib ibat at ke kete terl rlamb ambat atan an timb timbul ulny nyaa kontraktur atrogen

4.

Penyak Penyakit it kaki kaki diabe diabetic tic akina akinatt anesthe anesthesia sia dan dan ganggu gangguan an saraf saraf auton autonom om

  2.7

Patofisiologi

Sistem saraf meliputi saraf perifer di wajah, lengan, lengan, kaki, badan, dan beberapa beberapa saraf kranial. kranial. Sistem Ini berkomunikasi antara saraf otak dan otot, kulit, organ internal dan pembuluh darah. Apabila Apabila sel saraf perifer mengalami mengalami kerusakan kerusakan terutama pada selubung selubung mielin, maka  perjalanan impuls dari sistem saraf pusat akan terputus dan tidak ada respon yang ditimbulkan oleh organ efektor. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh Demyelination yakni, kehancuran atau hilangnya selubung mielin. Ketika myelin mengalami degradasi, konduksi sinyal di sepanjang saraf bisa terganggu atau hilang dan saraf akhirnya layu. Sistem kekebalan mungkin memainkan peran penting dalam

 

hal ini terkait dengan penyakit yang diderita, termasuk peradangan dapat menjadi penyebab karena produksi sitokin yang banyak melalui regulasi faktor nekrosis tumor (TNF) [3] atau interferon.   2.8

Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan diagnostik, meliputi : 1.

Elektromiografi (EMG)

Elektr Ele ktromi omiogr ografi afi dapat dapat member memberika ikan n pemant pemantauan auan secara secara berkes berkesina inambu mbunga ngan n fungsi fungsi saraf  saraf  kran kranial ial da dan n pe peri rifer fer.. Jika Jika str struk uktu turr saraf saraf terir teririta itasi si saat saat mani manipu pulas lasii op oper erasi asi,, ak akti tivi vita tass elek elektr trom omio iogr grafi afi ak akan an tamp tampak ak pa pada da otot otot ya yang ng di diin inerv ervasi asi saraf saraf terseb tersebut ut.. Irita Iritasi si ring ringan an menyebabka menye babkan n aktivitas aktivitas EMG transien sedangkan sedangkan cedera yang lebih serius menyebabkan menyebabkan aktivitas EMG yang lebih panjang. Elektrokauter dan irigasi cairan salin merupakan etiologi mayor interferensi EMG. Pemantauan intraoperatif melalui EMG dapat digunakan untuk (1) mempreservasi fungsi nervus fasialis pada tindakan operatif basis cranii, misalnya reseksi neuroma akustik, (2) memonitor fungsi nervus kranialis yang menginervasi otot, yaitu nervus III, IV, VI, IX, X, XI, dan XII, (3) memonitor fungsi medula spinalis dan akar saraf spinal saat operasi spinal. Elektroda diletakkan pada otot yang diinervasi oleh saraf yang terancam cedera ced era selama selama operasi operasi.. Pada Pada operasi operasi stabil stabilisas isasii verteb vertebra, ra, pedicle  pedicle screw dapat distimulasi distimulasi langsung untuk menentukan ada tidaknya penetrasi ke kanalis spinalis. Penggunaan agen  pelemas otot yang memblok neuro memblok neuromuscu muscular lar junction junction sebaik sebaiknya nya dikontrol dikontrol sehingga sehingga tidak  mempengaruhi interpretasi. Elektromiografi (EMG) studi memungkinkan lokalisasi cedera saraf tepi dan memberikan informasi tentang prognosis. Tes EMG terdiri dari dua bagian: studi konduksi saraf (baik motor dan sensorik) dan pemeriksaan jarum elektroda. Studi ini idealnya harus dilakukan 3 minggu setelah cedera. EMG Sebuah dilakukan jika pleksus saraf  tepi atau cedera saraf akar diduga, untuk mengkonfirm mengkonfirmasi asi adanya adanya cedera saraf, serta menil menilai ai keparahan dan lokasi. Studi-studi ini biasanya dilakukan oleh ahli saraf. 2.

Potensial Aksi Saraf Sensori (SNAP)

Pemeriksaan Pemeri ksaan SNAP membantu membantu menilai tingkat tingkat regangan regangan pada cedera pleksus pleksus brakhial. brakhial. Lesi tingkat akar yang terbatas didaerah preganglion dan tidak meluas kedaerah postganglion

 

 berakibat hilangnya sensori distal lengkap dan tetap mempertahankan konduksi sensori distal. Yang terakhir ini bertahan karena kerusakan serabut sensori distal ganglion ganglion akar saraf tidak   berdegenerasi. Retensi konduksi sensori dari daerah anestetik dapat diperiksa dengan merangsang jari pada distribusi C6 (jempol dan telunjuk), C6-7-8 (jari tengah) dan C8-T1 (kelin (ke lingki gking ng dan jari manis) manis) dan pencata pencatatan tan saraf saraf median median,, radial radial dan ulnar ulnar diprok diproksima simal. l. Adanyaa potensi Adany potensial al aksi aksi saraf saraf sensori sensori campur campuran an memasti memastikan kan cedera cedera pre-ga pre-gangl nglion ionik ik pada pada distribusi satu akar atau lebih. Karena distribusi sensori akar didistal tumpang tinduh dengan satu atau lebih akar lain, sulit menentukan dengan pemeriksaan ini bahwa satu akar, misalnya C6, adalah suatu cedera preganglionik. Stimulasi telunjuk (bahkan jempol) yang anestetik  dapat menimbulkan SNAP pada distribusi saraf median bila baik akar C6 atau C7, atau C6 dan C7, rusak pada tingkat preganglionik. Ini menjadikannya sulit untuk menentukan pada  pemeriksaan SNAP apakah cedera akar C6 terjadi preganglionik. Keadaan ini kurang jelas  pada akar C5 karena tidak ada stimulasi noninvasif spesifik atau daerah pencatatan untuk  hantaran

ini:

Penilaian

teliti akar sebelah atas dengan pencatatan SNAP tidak mungkin pada tingkat ini. 3.

Somatosensory-Evoked Potential (SSEP)

Pe Peme meri riks ksaa aan n

SSEP SSEP digu diguna naka kan n

meni menila laii

ting tingka katt

ce cede dera ra,,

ap apak akah ah pr prag agan angl glio ioni nik k

at atau au

 postganglionik, pada lesi pleksus brakhial. Ia bernilai terbatas pada bulan-bulan  pertama cedera. Pemeriksaan somatosensori berguna pada saat operasi atas cedera brakhial kare arena

regangan

atau

kontusi.

Bila

ce ced der eraa

postg stganglionik,

stimulasi

akar 

 proksimal dari tingkat cedera membangkitkan potensial somatosensori diatas tulang belakang servikal (SSP) dan membangkitkan (evoked) respons kortikal diatas kranium kontralateral (ECR). (EC R). Bila Bila cedera cedera pragan pragangli glioni onik k atau pra dan postga postgang nglio lionik nik,, stimul stimulasi asi terhad terhadap ap akar, akar,  bahkan

didalam

atau

dekat

foramen

intervertebral,

tidak

akan

membangkitkan respons apapun. Reparasi jarang berhasil. Sayangnya, timbulnya SSP atau ECR

mungkin

han any ya

memerlukan

bebera rap pa

ra rattus

ser eraabut

yan ang g

intak

antara

daerah yang distimulasi dan daerah perekaman, hingga respons positif hanya memastikan keutuhan minimal saraf atau akar spinal. ECR negatif lebih penting dari ECR positif. 4.

Potensial Aksi Saraf Intrabedah (NAP)

Mencakup pemeriksaan NAP batang saraf pada setiap sisi lesi. Karena pelacakan yang ideal untuk

memutuskan skan

ap apaakah

akan

mer ereepar araasi

sar saraf

8

minggu

se settelah

ce ced dera ra,,

 

 NAP menjadi pemeriksaan definitif yang penting bila dicurigai adanya neuroma yang parah  pada

kontinuitas

dan

otot

sasaran

pertama

berjarak

lebih

dari

3

inci

dibawahnya. Hal penting pada perekaman NAP adalah: 1. Tampilan neuroma yang parah pada kontinuitas tidak perlu berhubungan dengan arsitektur  internal. 2. Bila akson mempunyai kemampuan melintas lesi, sudah dapat direkam oleh NAP jauh sebelum akson mampu mencapai target. 3. Tehnik Tehnik ini terutam terutamaa bergun bergunaa pada pada lesi saraf saraf ekstre ekstremit mitas as bawah bawah dimana dimana otot otot sasaran sasaran  pertama terletak 6-8 inci dibawah lesi. Jadi stimulasi saraf dan EMG tidak dapat memastikan hal ini untuk 6-8 bulan atau lebih, jadi penting bahwa rencana reseksi diambil sebelum masa tersebut. Perekaman NAP juga sangat membantu menentukan perluasan lesi pleksus brakhial dan memb me mber erik ikan an in inde deks ks atas atas be berap rapaa ba bany nyak ak pu punt ntun ung g pr prok oksim simal al da dari ri le lesi si ak akan an di dire resek seksi. si. Kebanyakan cedera pleksus brakhial yang dipilih untuk operasi akan memiliki satu atau lebih elemen

keutuhan,

namun

dengan

sejumlah

variabel

kkerusakan intraneural. Perekaman NAP intrabedah membantu menentukan akan perlunya reseksi. Disaat operasi, pengamatan terpenting adalah merekam ada atau tidaknya respons,  bukan bentuk atau bahkan kecepatannya. Respons NAP regeneratif adalah kecil dan biasanya lambat lam bat,, sedang sedang yang yang diakib diakibatk atkan an adanya adanya sisa bagian bagian yang yang utuh utuh mungki mungkin n kecil kecil namun namun  biasanya lebih cepat atau mempunyai hantaran pada jangkauan normal. Bila cedera  praganglionik tanpa cedera postganglionik, perekaman yang lebih distal akan memperlihatkan penghantaran cepat, NAP besar, tepat seperti mendiagnostik tiadanya SSP atau ECR bila akar distimulasi pada tingkat ini. Pemeriksaan Radiologis 1.

Si Sina narr-X X Tula Tulang ng Bela Belaka kang ng Se Serv rvik ikal al dll dll Fr Frak aktu tura ra tu tula lang ng be bela laka kang ng se serv rvik ikal al se seri ring ng  berhubungan dengan cedera regang proksimal yang berat yang tidak dapat direparasi,  paling tidak pada tingkat akar ruas tulang belakang bersangkutan. Fraktura tulang lain seperti humerus, klavikula, skapula dan/atau iga, bila diamati memberikan perkiraan

 

kasar atas kekuatan yang menghantam bahu, lengan atau leher, namun tidak selalu membantu menentukan tingkat atau luasnya cedera. Kerusakan pleksus biasanya lebih  proksimal dibanding sisi fraktura yang tampak, sering pada tingkat akar. Fraktura humeru hum eruss tengah tengah teruta terutama ma berkai berkaitan tan dengan dengan cedera cedera saraf saraf radial radial.. Fraktu Fraktura ra kominu kominuta ta radius dan ulna pada tingkat lengan bawah tengah juga berkaitan dengan cedera saraf  median dan ulner, dan terkadang dengan palsi saraf interosseus posterior. Komponen  peroneal saraf siatik sering, namun tidak selalu, terkena secara khusus pada dislokasi atau ata u cedera cedera pa pang nggu gul. l. Fr Frak aktu tura ra femur femur ba bawa wah h da dan n frakt fraktur uraa tibi tibial al da dan n fibu fibule lerr bi bisa sa mengen men genai ai saraf saraf perone peroneal al dan/at dan/atau au tibial tibial.. Sekali Sekali lagi, lagi, cedera cedera saraf saraf mungki mungkin n lebih lebih  proksimal dari daerah fraktura yang diperkirakan. Fraktura femur tengah bisa berkaitan dengan cedera regang siatik lebih keproksimal pada tingkat bokong. Radiograf dada  bisa menampakkan elevasi diafragma yang tidak berfungsi, yang berarti paralisis saraf  frenik. Ini tanda prognosis yang relatif buruk untuk reparasi akar saraf C5 setelah cedera tertutup, karena biasanya berarti kerusakan proksimal pada tingkat leher. 2.

Mielografi

Bisa menjadi bagian penting dalam mengelola pasien dengan cedera regang pleksus brakhial  berat. Biasanya tidak diindikasikan untuk lesi pleksus ditingkat infra klavikuler atau aksiler  (keban (ke banyak yakan an luka luka tembak tembak pada pada pleksu pleksus), s), kecual kecualii ada bukti bukti radiol radiologi ogiss kerusak kerusakan an tulang tulang  belakang servikal atau trayeknya supraklavikuler medial. Meningosel pada tingkat  bersangkutan menunjukkan tenaga yang cukup telah terjadi pada tingkat akar proksimal yang merobek merob ek arakhnoid arakhnoid dan menyebabk menyebabkan an bocornya bocornya agen kontras. kontras. Ini tidak harus berarti bahwa akar mengalami avulsi dari kord spinal. Lebih sering adanya meningosel menunjukkan walau akar mungkin secara kasar masih utuh, terdapat kerusakan internal yang bermakna pada tingkat yang sangat proksimal. Sejumlah pasien dengan kerusakan tingkat akar dimana tidak  terdapat terdap at meningosel meningosel (biasanya ditingkat ditingkat akar yang lebih atas) dapat direparasi dengan baik, walau terdapat meningosel meningosel pada akar lain (biasanya pada tingkat tingkat yang lebih bawah). Walau demikian, bila terdapat meningosel, paling sering kerusakan pada proksimal akar, karenanya tidak dapat direparasi. Temuan ini juga menjadikan bahwa kerusakan pada tingkat lain yang tidak dengan adanya meningosel adalah sangat proksimal lebih mungkin. Mielografi modern de deng ngan an ko kont ntra rass laru larutt air air bisa bisa mena menamp mpilk ilkan an ak akarar-ak akar ar pa pada da ru ruan ang g suba subarak rakhn hnoi oid, d, da dan n membandingkan sisi terkena dan sisi sehat menentukan daerah disrupsi akar. Mielografi tetap  berguna membantu perencanaan pada cedera pleksus.

 

1.

Tomogr Tomografi afi Terko Terkompu mputer ter (CT) (CT) dan dan Pencitr Pencitraan aan Reso Resonan nansi si Magnet Magnetik ik (MRI) (MRI)

Pemaparan Pemap aran tomografi tomografi terkomput terkomputer er dengan dengan kontras kontras intra-tekal intra-tekal dimanfaatka dimanfaatkan n pada cedera regang

walau

terkadang

abnormalitas

tetap

tidak

dijumpai

karena

irisan

 biasanya tidak cukup rapat untuk mencakup semua daerah akar pada setiap tingkat. Akib Ak ibat atny nya, a,

miel mielo ogr graf afii

teta tetap p

meru merup pakan akan

pemer emerik iksa saan an

ra radi dio olo log gis

yan yang

di disu suk kai ai..

Pencitraan resonansi magnetik mungkin membantu menampilkan akar saraf. Pemeriksaan MRI ini hanya memperkuat mielogram dan tidak menggantikannya. CSS didalam meningosel dapat tampak pada MRI, namun biasanya kurang jelas bila dibanding mielografi. 1.

Tes ko konduksi ssaaraf 

2.

Nerve biopsi

3.

Spinal tekan

  Tes lainnya yang dilakukan tergantung pada penyebab yang dicurigai kondisi, dan dapat mencakup x-ray, imaging scan, dan tes darah.   2.9

Penatalaksanaan

Dalam mengelola pasien dengan peripheral nerve injury perlu mengetahui mekanisme cedera, responss patologis, respon patologis, dan kapasitas kapasitas regenerasi regenerasi yang akan terjadi. terjadi. Rencana Rencana atas apakah apakah akan dilakukan dilak ukan operasi, operasi, bila akan dioperasi, dioperasi, dan apa yang dilakukan dilakukan bila lesi terbuka berdasar   pada tidak hanya atas pengertian akan patologi pemulihan, namun juga akan beberapa hal yang membatasi membatasi regenerasi regenerasi neural dalam dalam arti pemulihan pemulihan fungsional fungsional praktis. praktis. Pemeriksaan Pemeriksaan klinis, klini s, pemeriksaan pemeriksaan elektrodiagnos elektrodiagnostik, tik, dan pemeriksaan pemeriksaan radiologis radiologis akan membantu dalam membuat keputusan. Penilaian Klinis 1.

Pemeriksaan Mo Motor 

Penekanan Penek anan atas pemeriksaan pemeriksaan motor secara klinis untuk cedera saraf spesifik adalah tahap terpenting dalam mengelola semua cedera saraf, adalah adalah pemeriksaan teliti anggota, dengan dengan  perhatian besar pada semua fungsi motor dan sensori. Pemeriksaan harus menentukan

 

apakah kehilangan kehilangan distal distal sisi cedera lengkap lengkap atau tidak. tidak. Hanya ini yang akan akan menjelaskan menjelaskan  pada pemeriksaan selanjutnya terjadi perubahan atau tidak. Pemeriksaan motor adalah cukup sebagaii bukti regenerasi sebaga regenerasi bila pemulihan pemulihan jelas. Pengamatan Pengamatan klinis klinis fungsi fungsi motor volunter  volunter  dapat juga ditentuk ditentukan an dengan respons respons motor terhadap terhadap stimulasi. stimulasi. Stimulasi Stimulasi saraf terutama terutama  berguna dalam pengenalan awal adanya pemulihan peroneal memadai dan mencegah  perlunya operasi. Pasien dengan cedera saraf peroneal tidak mampu memulai aksi volunter   pada otot peroneal dan tibial anterior anteri or (eversi dan dorsifleksi dorsifleksi kaki). Ini berlangsung berlangsung beberapa beberapa minggu setelah perbaikan perbaikan elektr ele ktrofi ofisiol siologi ogiss yang yang ditunj ditunjukk ukkan an oleh oleh kontrak kontraksi si otot otot yang yang kuat kuat pada pada stimul stimulasi asi saraf  saraf   peroneal: (1) tepat dibelakang kepala fibula, atau (2) tepat didalam didalam hamstring hamstring lateral, dimana dimana batang batang saraf mudah dipalpasi. Penting pertamatamaa memasti tam memastikan kan bahwa bahwa otot otot yang yang diamati diamati berkontr berkontraks aksii pada pada distri distribus busii dari dari saraf saraf yang yang diharapkan untuk distimulasi. 1.

Tanda Tinel

Melakukan penekanan pada pertengahan ligamentum carpi transversum (volare). positif jika timbull nyeri, yang berarti terdapat. timbu terdapat. penjepitan penjepitan saraf (entrapment).Tan (entrapment).Tanda da Tinel positif hanya menunjukkan regenerasi serabut halus dan tidak menunjukkan apapun tentang kuantitas dan kualitas yang sebenarnya dari serabut yang baru. Dsisi lain, interupsi interupsi saraf total ditunjukkan ditunjukkan oleh tiadanya tiadanya respons respons sensori distal (tanda Tinel negatif) setelah waktu yang memadai negatif) memadai telah berlalu untuk terjadinya regenerasi serabut halus (4-6 minggu). Tanda Tinel negatif lebih bernilai dalam penilaian klinis dibanding tanda Tinel positif. 1.

Berkeringat

Kembalinya Kemba linya keringat keringat didaerah didaerah otonom otonom menunjukk menunjukkan an regenerasi regenerasi serabut simpatis bermakna. bermakna. Pemulihan Pemul ihan ini mungkin mungkin mendahulu mendahuluii pemulihan pemulihan motori atau sensori dalam beberapa minggu atau bulan, karena serabut otonom pulih dengan cepat. Pemulihan berkeringat tidak selalu  berarti akan diikuti fungsi motori atau sensori. 1.

Pemulihan Sen Sensori

 

Pemulihan sensori sejati adalah tanda yang berguna, terutama bila terjadi didaerah otonom dimana dim ana tumpan tumpang g tindih tindih saraf saraf berdek berdekatan atan minimal minimal.. Daerah Daerah otonom otonom saraf saraf median median adalah adalah  permukaan volar dan dorsal telunjuk dan permukaan volar jempol. Saraf radial tidak  mempunyai daerah otonom yang tegas. Bila terjadi kehilangan sensori pada distribusi ini,  biasanya mengenai sejumput daerah anatomis tertentu. Daerah otonom saraf ulnar adalah  permukaan palmar 11 falang distal kelingking. Daerah otonom saraf tibial adalah tumit dan sebagian telapak kaki, sedang saraf peroneal adalah tengah dorsal kaki. Sayangnya pemulihan sensori, bahkan pada daerah otonom, tidak pasti diikuti pemulihan motori.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF