CATATAN CATATAN MASTER NLP

February 28, 2018 | Author: Suhandono Wijoyokusumo | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download CATATAN CATATAN MASTER NLP...

Description

Hipnoterapi Bukan Pil Ajaib 1 VIEWS | POSTED BY ADI W. GUNAWAN ON JULY - 5 - 2007 6 COMMENTS

Sejak buku saya yang ke delapan, Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring, beredar dan kini telah menjadi national best seller saya mendapat sangat banyak sms, telpon, maupun email dari pembaca. Ada yang mengucapkan selamat atas terbitnya buku, yang menurut mereka sangat informatif, mudah dicerna, dan diaplikasikan. Ada juga yang bertanya hal-hal yang masih kurang mereka mengerti. Ada juga yang minta waktu bertemu untuk konsultasi dan terapi. Dari sekian banyak klien yang pernah saya tangani ternyata banyak yang mempunyai persepsi, ekspektasi, dan pemahaman yang kurang pas mengenai hipnosis dan hipnoterapi. Banyak klien yang bertanya,”Pak, apakah dalam satu sesi masalah saya bisa terselesaikan?”, ”Pak, bisa tolong anak saya dihipnosis atau dihipnoterapi supaya mau mengikuti saran saya?”, ”Pak, suami saya selingkuh. Bisa terapi supaya dia lupa sama WIL-nya?”, ”Pak, usaha saya sepi. Bisa bapak ajarkan cara menghipnosis pembeli supaya setiap kali saya menawarkan produk mereka langsung beli?”. Dan yang lebih heboh lagi ada yang pernah bertanya, ”Pak, tolong ajarkan teknik hipnosis supaya orang yang memberikan utang pada saya bisa dihipnosis sehingga menjadi baik hati dan tidak tega atau sungkan menagih hutangnya”. Anda mungkin bisa tersenyum saat membaca berbagai pertanyaan di atas. Namun begitulah yang saya alami. Saya sendiri seringkali hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Dari berbagai pengalaman itulah saya akhirnya memutuskan menulis artikel ini untuk “meluruskan” pandangan keliru mengenai hipnoterapi. Apakah hipnoterapi sangat efektif untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah klien, khususnya yang berhubungan dengan mental/emosi? Jawabannya sudah tentu,”Ya”. Apakah semua masalah bisa langsung diselesaikan dengan hipnoterapi? May be yes…may be no. Hipnoterapi walaupun sangat efektif, karena bisa langsung mengakses pikiran bawah sadar, tetap membutuhkan pengetahuan pendukung agar terapi bisa dilakukan dengan hasil optimal dengan sesedikit mungkin sesi terapi. Memang, selama ini dari pengalaman saya pribadi, saya mampu membantu klien menyelesaikan masalah mereka hanya dengan satu sesi terapi saja. Namun seringkali saya juga membutuhkan beberapa sesi. Bahkan ada yang sampai beberapa bulan. Rentang waktu untuk tiap sesi biasanya satu minggu. Ini saya beri contoh beberapa kasus. Seorang Ibu, sebut saja Bu Aan, menghubungi saya dan mengeluh mengenai anaknya, Ayuk, yang saat itu duduk di kelas 6 SD. Apa masalahnya Ayuk? Menurut Bu Aan si Ayuk ini malas, tidak disiplin, tidak punya tanggung jawab, tidak punya

motivasi belajar, tidak mandiri, tidak percaya diri, boros, dan masih banyak lagi masalah lainnya. Setelah memberikan banyak “masukan” Bu Aan ingin membuat janji segera bertemu dengan saya. Semakin cepat semakin baik. Saat saya tanyakan apa yang ia inginkan, Bu Aan dengan cepat dan mantap menjawab, “Pak Adi, saya tahu Bapak seorang terapis. Saya sudah membaca beberapa buku Bapak. Saya juga telah mengikuti beberapa seminar Bapak. Nah, saya ingin Pak Adi menerapi anak saya, pake hipnosis, biar anak saya bisa langsung berubah. Nggak seperti sekarang ini, bikin saya stress.” ”Bu, apapun yang terjadi pada anak kita, ini merupakan hasil pendidikan yang kita lakukan. Baik itu pendidikan di rumah maupun di sekolah. Untuk bisa membantu anak berubah maka yang pertama kali harus berubah adalah orangtuanya. Dalam hal ini ayah dan ibunya. Mengapa begitu? Ya, karena orangtualah yang sebenarnya menjadi sebab utama masalah yang ada dalam diri anak. Orangtua dan lingkungan telah memprogram pikiran bawah sadar anak sehingga anak menjadi seperti sekarang ini. Saya hanya bisa membantu menerapi dengan satu syarat. Saya ingin kerjasama penuh dari orangtua. Kerjasama ini dalam bentuk kesediaan orangtua untuk berubah demi membantu keberhasilan terapi si anak. Terapi pada anak akan sia-sia jika lingkungan tidak berubah. Mengapa demikian? Karena anak adalah hasil pembentukan orangtua dan lingkungan. Nah, pertanyaan saya sekarang adalah apakah Ibu dan Bapak, selaku orangtua Ayuk, bersedia memberikan dukungan ini? Saya hanya bersedia menerapi Ayuk jika orangtuanya juga bersedia berubah.”, jelas saya panjang lebar. Saya bisa merasakan Bu Aan agak kaget saat saya meminta kerjasama orangtua. Sempat terjadi kesenyapan sesaat sebelum Bu Aan kembali berbicara, ”Pak Adi, apa bisa kalau Bapak langsung saja menerapi Ayuk. Masalahnya kan ada dalam diri Ayuk”. Pembaca, inilah tipikal orangtua yang mau menangnya sendiri. Orangtua seperti ini sama sekali tidak bersedia mengakui bahwa mereka turut andil dalam masalah yang ada di dalam diri anak mereka. Saat Bu Aan tidak bersedia memberikan komitmen untuk turut serta dalam membantu proses terapi Ayuk maka saya juga tidak bersedia memberikan waktu saya. Pengalaman saya membuktikan bahwa seringkali orangtualah yang menjadi sebab utama penyimpangan perilaku anak. Ada orangtua yang mempunyai tuntutan yang tidak realistis terhadap anak. Mereka ingin anak mereka sempurna mengikuti standar mereka. Anak yang tidak mampu mengikuti kemauan orangtua akhirnya menjadi tertekan. Dari sini muncul banyak masalah yang berkaitan dengan emosi dan perilaku. Apalagi bila orangtua sering memarahi dan menekan anak, sadar atau tidak sadar, secara psikis.

Pembaca, saya bahkan seringkali tidak perlu menerapi si anak. Yang saya bantu (baca: terapi) berubah adalah orangtuanya. Begitu orangtuanya berubah maka efeknya langsung terlihat dalam diri si anak. Anaknya juga berubah. Ada lagi seorang ibu, sebut saja Bu Fani, yang mengeluh motivasi belajar anaknya, Andi, yang saat ini duduk di kelas 3 SD, di salah satu sekolah di pusat kota Surabaya, turun drastis. Dulu sewaktu mulai kelas 1 SD sampai kelas 2 SD semuanya ok..ok.. saja. Nggak ada masalah. Semangat belajar anaknya sangat tinggi, percaya diri, dan senang sekolah. Namun semuanya berubah saat anaknya naik kelas 3 SD. Dari hasil berbincang dengan Bu Fani saya tahu bahwa ia dan suaminya sangat supportif dan peduli dengan anaknya. Karena orangtuanya tidak ada masalah maka saya minta bertemu dengan anaknya. Ternyata setelah saya selidiki lebih dalam didapatkan fakta bahwa yang menjadi sumber masalah adalah guru dan kepala sekolahnya. Apa yang terjadi pada Andi? Ternyata Andi mengalami intimidasi dan tekanan psikis yang luar biasa. Andi berubah total. Dari seorang anak yang sangat percaya diri, cerdas, pemberani, ramah, dan suka bergaul, Andi berubah menjadi anak yang minder, tidak percaya diri, takut berinteraksi, benci guru, benci kepala sekolah, dan tidak mau masuk sekolah sama sekali. Tekanan psikis dan perlakuan guru dan kepala sekolah di sekolah terhadap Andi sangatlah tidak manusiawi dan sangat layak bila dilaporkan ke Komnas Perlindungan Anak. Pembaca, yang membuat saya tidak habis pikir adalah ternyata sekolah itu sama sekali tidak menghargai kelebihan Andi, yang ternyata IQ-nya 144 pada skala Weschler. Saya sungguh sedih dan kecewa pada sekolah ini. Bagaimana mungkin seorang anak jenius seperti Andi sampai mendapat perlakuan yang sungguh tidak manusiawi? Andi telah berjuang keras membawa nama baik sekolah dalam kompetisi olimpiade sains dan telah masuk final. Nah, kalau akar masalahnya ada pada guru atau lingkungan sekolah maka hipnoterapi tidak akan bisa menyelesaikan masalahnya. Mengapa? Karena saya tidak bisa menerapi guru dan kepala sekolahnya. Hipnoterapi bisa digunakan untuk membantu mengatasi emosi negatif atau trauma yang dialami Andi. Namun apabila lingkungan yang menjadi penyebab trauma tidak ikut dimodifikasi, tidak berubah, maka cepat atau lambat Andi akan kembali mengalami trauma. Bisa jadi trauma kambuhan ini akan lebih berat dari sebelumnya. Lalu bagaimana saya membantu menyelesaikan masalah Andi? Oh, mudah sekali. Saya meminta orangtua Andi untuk memindahkan anak mereka ke sekolah lain yang lebih baik. Inilah satu-satunya cara yang bisa saya lakukan untuk melakukan modifikasi lingkungan. Sudah tentu si Andi juga diterapi agar trauma atau luka batinnya bisa disembuhkan. Hasilnya? Sungguh luar biasa. Dalam waktu singkat, tidak sampai satu minggu sejak pindah sekolah, Andi telah pulih kondisi mental dan emosinya. Walaupun belum seratus persen namun keadaannya sudah sangat-sangat baik.

Kasus lain? Seorang Ibu menghubungi saya berkeluh kesah mengenai suaminya yang ternyata kini ada ”main mata” dengan wanita lain. Ibu ini ingin saya untuk menghipnosis suaminya agar melupakan WIL-nya dan kembali setia padanya. Wah, ini bukan kasus ringan. Peran saya tidak sekedar sebagai seorang hipnoterapis namun juga sebagai Family Therapist. Apakah hipnoterapi bisa membantu menyelesaikan masalah ini? Bisa. Namun akar masalahnya tidaklah sesederhana yang diperkirakan. Ada sangat banyak faktor yang bermain. Kemungkinannya antara lain masalah komunikasi, kurangnya perhatian, kurangnya waktu bersama karena sama-sama sibuk, tuntutan ekonomi yang terlalu tinggi, istri yang dirasa kurang menghargai suami, masalah sex, atau mungkin juga pada dasarnya si suami memang tipe pria mata keranjang. Untuk menyelesaikan masalah ini dibutuhkan komitmen dari istri maupun suami. Mereka harus sepakat, antara lain, untuk sama-sama belajar, berubah, meningkatkan diri, saling memaafkan kekurangan dan kekhilafan, dan menyusun rencana baru mengenai arah hidup mereka. Satu kasus lagi sebagai penutup artikel ini adalah mengenai seorang pria, Pak Tri, yang merasa sangat sulit untuk maju di bisnis atau karirnya. Segala cara sudah dilakukan namun tetap saja ia mengalami berbagai hambatan. Lalu apa akar masalahnya? Ternyata ada beberapa mental block yang sangat besar yang menghambat kinerjanya. Apakah setelah mental block ini berhasil diatasi maka ia langsung bisa sukses? Belum tentu. Mental block bisa dengan sangat cepat diatasi dengan hipnoterapi. Namun ada hal lain lagi yang membutuhkan penanganan khusus dan segera. Apa itu? Ternyata hubungan Pak Tri dengan istrinya tidak baik. Semua ini terjadi karena ia jarang bersedia mendengarkan saran istrinya. Setelah bertahun-tahun hidup dalam keadaan seperti ini akhirnya si istri memilih bersikap apatis dan tidak lagi menunjukkan gairah hidup dalam bentuk dukungan penuh pada suaminya. Nah, yang saya minta ia lakukan adalah, setelah selesai diterapi, setelah mental blocknya dibereskan, ia harus minta maaf pada istri untuk segala kesalahan yang telah ia lakukan terhadap istrinya. Selain itu ia perlu meminta dukungan istrinya dan berjanji akan memulai satu hidup baru. Hasilnya? Sangat luar biasa. Pada saat ia mendapatkan kembali dukungan penuh dari istrinya, ditambah lagi mental blocknya telah dibereskan, karir dan bisnisnya maju dengan sangat pesat. Pembaca, dari apa yang telah saya uraikan di artikel ini saya yakin anda kini mengerti bahwa hipnoterapi, walaupun sangat efektif membantu menyelesaikan masalah, bukanlah pil ajaib yang begitu ”ditelan” bisa langsung menyembuhkan segala macam penyakit dan keluhan.

Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”. Adi dapat dihubungi melalui email [email protected] dan www.adiwgunawan.com.

Ayo kita bandingkan Hypnosis vs NLP!

757 VIEWS | POSTED BY RONNY F. RONODIRDJO ON DECEMBER - 30 - 2010 3 COMMENTS

Jadi… Lebih luas mana Hypnosis atau NLP? Apakah NLP mencakup Hypnosis, atau Hypnosis mencakup NLP? Lebih hebat mana Hypnosis atau NLP? Lebih sakti mana, Hypnosis atau NLP? Lebih baik mana, Hypnosis atau NLP? Lebih baik mempelajari yang mana dulu, Hypnosis atau NLP? Lebih mudah mana, belajar Hypnosis atau NLP? Pertanyaan ini banyak sekali kita jumpai di mana-mana. Mungkin jadi pengin ikutan iseng nambahin pertanyaannya: “Lebih banyak mana pertanyaannya, Hypnosis atau NLP?” Kalau almarhum Gusdur pada posisi ini, mungkin akan mengatakan “Gitu aja kok repot!”, dan sungguhpun saya pernah berada dalam jarak demikian dekat dengan beliau selama jadi Presiden, kali ini saya memilih untuk repot-repot menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas itu deh. Banyak yang geleng-geleng kepala dan suka berdebat mengenai Gusdur yang mungkin bagi mereka kontroversial. Dan ngomongin sesuatu yang kontroversial senantiasa menyenangkan, karena memberi kesempataan bagi kita untuk bisa ngotot dan berada pada posisi ‘kelihatan lebih pintar’. Hehehe, saat ini di TV dan Koran pada ngomongin TimNas sepakbola yang juga kontroversial, dan banyak yang ikut menangguk populer dan menjadi ‘kelihatan lebih pintar’ saat ikutan berdebat soal kontroversi TimNas. Kalau skala kita perluas lagi, maka ngomongin Julian Assenge dan Wikileaks nya juga merupakan topik yang kontroversial, dan menjadi narasumber perdebatan mengenai Assenge-pun akan memberi kesempatan siapapun untuk menjadi yang‘kelihatan lebih pintar’. Kenapa ya, Julian Assenge memiliki penggemar dan penganut yang banyak sekali. Namun kenapa pula yang gemar mencerca dan membencinyapun tak kalah jumlahnya juga. Jadi Julian Assenge sebenarnya siapa, pantaskah ia dipuja sebagai pahlawan ala Robinhood atau haruskah ia dibenci sebagai pencuri?

Aaaaaaah! Pasti dengan mudah Anda sudah tahu, jawabannya. Persis seperti soal NLP dan Hypnosis! Tergantung Anda melihat dari frame yang mana? Apakah Anda melihat dari Frame yang luas atau yang sempit? Atau melihat dari Frame A, Frame B atau Frame … Sampai dengan Frame Z. Semua ini soal Frame alias Pemilihan Konteks dan Pemilihan Makna saja. Yo’i… Mari saya undang Anda menjelajahi berbagai varian derivatif dari pertanyaan ini “Haruskah Julian Assenge dipuja dan haruskah ia dibenci?”, dan sebutlah kita meminjam salah satu ‘ilmu frame’ dari Robert Dilts, yakni Neurological Level:

Nah, mari kita masukkan pertanyaan itu ke dalam Frame di atas : 1. Yang kita persoalkan : Julian Assenge yang Kapan? Julian Assenge yang Dimana? Julian Assenge dalam Konteks apa yang Anda maksudkan? 2. Yang kita persoalkan : Ini tentang apa dulu dari yang Julian Assenge lakukan? 3. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dengan pengetahuan apa? Julian Assenge dengan kemampuan apa? Julian Assenge dengan ekspertise apa? 4. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dengan Nilai-nilai dan Belief apa? 5. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dalam jatidiri yang mana? (Aktivis, pecinta, atasan, manusia biasa, dll) 6. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dalam Relasinya dengan apa/siapa? (Tuhan, Kelompok Politik tertentu, Beyond…) Mari kita terapkan dalam persoalan perbandingan Hypnosis dan NLP ya kawankawan… 1. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis yang Kapan (Pengertian NLP dan Hypnosis dulu dan sekarang berbeda)? NLP/Hypnosis yang Dimana (Di berbagai

temapat orang mendefiniskan NLP/Hypnosis dengan cara beda-beda)? NLP/Hypnosis dalam Konteks apa yang Anda maksudkan? 2. Yang kita persoalkan : Ini tentang apa dulu, dari apa yang biasa orang lakukan dengan NLP/Hypnosis itu? 3. Yang kita persoalkan : Pengetahuan NLP/Hypnosis yang mana? Kemampuan NLP/Hypnosis yang mana? 4. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis yang mengajarkan Nilai-nilai dan Belief apa? 5. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis dalam jatidiri yang mana? (Modeling, Teknik, Komunikasi, Terapi, dll, dll) 6. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis dalam Relasinya dengan apa/siapa? (Tuhan, Kelompok Politik tertentu, Beyond…) Jika mau repot dan punya cukup waktu, mungkin bisa dijawab dulu pertanyaan itu. Sembari menjawabnya, boleh aja melanjutkan ke paragraf di bawah ini. Yuk, mari saya undang lagi Anda untuk menjelajahi berbagai varian derivatif lain dari pertanyaan ini lagi “Haruskah Julian Assenge dipuja dan haruskah ia dibenci?”. Lho, kali ini, bagaimana jika kita lakukan dalam posisi perceptual yang lain, sekarang “diri si penanya (saya)” yang dimasukkan dalam Neuro Logical Level itu : 1. Kapan, Dimana, dan berada dalam konteks apa, saya dalam menilai Julian Assenge? 2. Apa yang saya lakukan, dalam menilai Julian Assenge? 3. Dengan pengetahuan apa sih yang saya miliki, untuk menilai Julian Assenge? Pada kapasitas kemampuan apa, saya menilai Julian Assenge? Punya kualitas ekspertise apa, yang saya pakai untuk menilai Julian Assenge? 4. Belief dan Nilai-nilai apa yang saya anut, saat menilai Julian Assenge? 5. Jati diri apa yang saya pakai, saat menilai Julian Assenge? (Guru, LSM, Pemerintah, Awam, Ahli Hypnosis, manusia biasa, dll) 6. Dalam Relasinya dengan apa/siapa, saat saya menilai Julian Assenge? (Tuhan, Kelompok Politik tertentu, Beyond…) Wellhadalah! Kok akhirnya malah jadi benar ya, kata-kata Gusdur… Akhirnya malah jadi repot sekarang. Kok akhirnya malah jadi rumit ya. Kok akhirnya malah jadi puyeng ya? Pantas saja, akhirnya topik Julian Assenge menjadi kontroversial, lha wong Frame untuk menilainya bisa Multidimensional ‘gitu. Padahal masing-masing pada ngotot sebagai yang paling ngerti… karena apa? Karena mendapat kesempatan menjadi ‘kelihatan lebih pintar’. Lho sebentar, anehnya pas saya puyeng, saya kok saya malah jadi ngerti sekarang, maksud kata-kata Gusdur dengan “Gitu aja kok repot!” Jadi… • • •

Lebih luas mana Hypnosis atau NLP? Apakah NLP mencakup Hypnosis, atau Hypnosis mencakup NLP? Lebih hebat mana Hypnosis atau NLP?

• • • •

Lebih Lebih Lebih Lebih

sakti mana, Hypnosis atau NLP? baik mana, Hypnosis atau NLP? baik mempelajari yang mana dulu, Hypnosis atau NLP? mudah mana, belajar Hypnosis atau NLP?

Ya wislah… Tinggal ganti saja semua kata Julian Assenge dengan pertanyaan mengenai perbandingan Hypnosis dan NLP itu. Oh, perlu contoh… Baiklah…. • Saat menilai ‘Lebih hebat mana Hypnosis atau NLP’? Pengetahuan apa sih yang saya miliki tentang Hypnosis dan NLP? NLP itu apa artinya bagi saya: Apakah Modeling, Sikap, Teknik atau apa? Hypnosis itu apa artinya bagi saya: Apakah ‘komunikasi ekselen’, ‘seni memby-pass critical area’, ‘membuat orang masuk dalam kondisi seperti tidur?’ atau apa? • Kapasitas kemampuan apa sih yang saya miliki tentang Hypnosis dan NLP, saat saya menilai ‘Lebih luas mana Hypnosis atau NLP’? • Kualitas ekspertis apa sih yang saya miliki tentang Hypnosis dan NLP, untuk menilai ‘Hypnosis lebih luas atau lebih sempit dari NLP’? Anda akan menemukan sendiri jawabannya, saat mulai bertualang untuk berani menjawab seluruh pertanyaan itu dengan apa yang Anda ketahui. Di suatu sudut nun jauh dari Santa Cruz California, bisa kita bayangkan ada seseorang duduk manis sambil cekikikan, menonton dengan senang perdebatan kontroversial ini. Mungkin ia mulai membatin sekarang… “Apapun jawabannya…, mo’ Hypnosis kek, mo’ NLP kek… repot-repot amat. Yang penting saya malah jadi lebih pintar, dan diperkaya dengan berbagai frame sudut pandang! Apalagi dibahas dengan Neurological Level!”. Mungkin di sini kita jadi mengerti maksud Richard Bandler saat mengatakan : “Kebutuhan manusia yang mendasar adalah menjadikan dunia ini masuk akal bagi dirinya”. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu tentu saja dalam rangka seseorang ingin mlihat dunia ini secara masuk akal (di level akal yang ia kuasai lho)!

Mengungkap Rahasia Hypnotic Language Pattern Telemarketer 543 VIEWS | POSTED BY ADI W. GUNAWAN ON DECEMBER - 29 - 2010 2 COMMENTS

Pembaca yang budiman, saya yakin sebagai pemegang kartu kredit anda pasti pernah mendapat telpon dari salah satu telemarketer perusahaan kartu kredit itu yang menawarkan anda produk mereka. Biasanya telemarketer ini akan berbicara dengan cepat dan dialog yang terjadi kurang lebih seperti berikut ini: “Selamat pagi. Bisa bicara dengan Bapak Budi Jatmiko Siswono?”

“Ya, saya sendiri.” “Selamat pagi Bapak Bapak Budi Jatmiko Siswono. Bagaimana kabarnya Pak. Baik?” “Ya, baik.” “Nama saya Reni dari kartu kredit ABCD Jakarta. Bisa minta waktunya sebentar?” “Ya, bisa. Ada apa ini?” “Pak Budi, saat ini Bapak adalah pemegang kartu kredit ABCD dengan nomor kartu 1234567890?” “Ya, benar.” “Selamat Pak Budi Jatmiko Siswono. Melihat track record pembayaran kartu kredit pak Budi selama ini yang cukup baik maka bapak berhak mendapat vouncher yang berisi 100 poin yang dapat digunakan untuk memenangkan tiga mobil BMW seri 3 yang terbaru dan 6 tiket pesawat ìAngin Ributî rute Jakarta – Singapore pulang pergi. Voucher ini akan dikirimkan ke alamat Bapak bersama dengan kartu kredit ‘Angin Ribut-ABCD’ yang belum aktif. Nanti bisa Pak Budi aktivasi dengan menghubungi nomor telpon yang tertera di kartu kredit. Apakah benar alamat pengiriman Bapak adalah di Jl. Cinta no 10, RT 5, RW 3, Surabaya?” “Ya, benar.” “Terima kasih Pak Budi. Kami akan segera kirimkan kepada Pak Budi voucher undian yang berisi 100 poin untuk mememangkan hadiah tiga mobil BMW seri 3 yang terbaru dan 6 tiket pesawat ìAngin Ributî rute Jakarta ñ Singapore pulang pergi bersama kartu kredit ìAngin Ribut-ABCDî ke alamat Pak Budi di di Jl. Cinta no 10, RT 5, RW 3, Surabaya. Alamat pengirimannya sudah benar ya Pak?” “Ya, benar.” “Baik Pak Budi. Terima kasih untuk waktunya. Selamat pagi.” Di lain kesempatan pernah juga ada telemarketer dari bank GTCD yang menawarkan upgrade kartu kredit dari Gold ke Platinum. Dialog yang terjadi antara lain sebagai berikut: “Selamat pagi. Bisa bicara dengan Ibu Endah Kusmiati Atmaja?” “Ya, saya sendiri.” “Selamat pagi Ibu Endah. Bagaimana kabar Ibu pagi ini? Baik, kan?” “Ya, baik.” “Saya Rini dari kartu kredit GTCD Jakarta. Bisa minta waktunya sebentar?” “Ya, bisa.” “Saya ingin konfirmasi mengenai kartu kredit Platinum Ibu Endah.Melihat track record pembayaran kartu kredit Gold Ibu sampai saat ini yang sangat bagus Ibu terpilih untuk bisa meng-upgrade ke kartu Platinum. Kami akan mengirimkan kartu kredit Platinum ke alamat Ibu. Apakah benar alamat Ibu Endah adalah di Jl. Antah Berantah no 007, Malang?”

“Benar” “Baik Ibu Endah. Terima kasih untuk waktunya. Kartu kredit Platinum Ibu Endah akan segera kami kirim ke alamat Jl. Antah Berantah no 007, Malang. Selamat pagi dan selamat beraktivitas.” Membaca apa yang saya tulis di atas tampak tidak ada yang istimewa. Ini adalah transkrip dialog yang terjadi antara seorang telemarketer dan nasabah kartu kredit. Namun, tahukah anda bahwa dalam dialog ini sebenarnya telemarketer menggunakan skrip dengan alur yang sangat jelas, bagi yang memahami hypnotic language pattern, untuk secara cerdik mempengaruhi nasabah agar bersedia menerima apa yang ditawarkan. Mari kita analisa apa yang sebenarnya terjadi, baik pada aspek semantik (pilihan kata) yang digunakan dalam dialog dan juga proses hipnosis yang terjadi. Sebelum saya teruskan saya ingin menyegarkan kembali pemahaman anda mengenai hipnosis. Hipnosis adalah penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu sugesti atau pemikiran tertentu. Menembus faktor kritis bisa dilakukan dengan menggunakan otoritas, informasi yang mengandung muatan emosi yang tinggi, message overload, trance logic, rileksasi pikiran, identifikasi kelompok, dan imajinasi. Pada dua contoh transkrip di atas telemarketer berbicara dengan agak cepat dan antusias. Hal ini bertujuan mengakibatkan terjadinya message overload sebagai upaya menembus faktor kritis nasabah. Kasus 1. Dialog dengan Bapak Budi Jatmiko Siswono “Selamat pagi. Bisa bicara dengan Bapak Budi Jatmiko Siswono?” “Ya, saya sendiri.” “Selamat pagi Bapak Bapak Budi Jatmiko Siswono. Bagaimana kabarnya Pak. Baik?” “Ya, baik.” “Nama saya Reni dari kartu kredit ABCD Jakarta. Bisa minta waktunya sebentar?” “Ya, bisa. Ada apa ini?” “Pak Budi, saat ini Bapak adalah pemegang kartu kredit ABCD dengan nomor kartu 1234567890?” “Ya, benar.” Apa yang terjadi pada dialog di atas sebenarnya adalah telemarketer itu memasang ìYes Setî dengan mengajukan pertanyaan yang selalu dijawab dengan jawaban ìYaî oleh Pak Budi. ìYes Setî bertujuan untuk menyiapkan, lebih tepatnya mengarahkan, pikiran klien untuk setuju, beberapa kali, dengan pertanyaan yang ìringanî dan ìalamiahî dan setelah itu secara tidak sadar pikiran akan setuju dan meng-ìYaî-kan tawaran yang diajukan. Cara kerjanya begini. Pikiran manusia cenderung malas untuk berubah. Saat pikiran berjalan di satu rel tertentu maka pikiran cenderung akan terus berjalan di rel ini, dengan segala konsekuensinya.

Coba jawab pertanyaan ini dengan cepat. Misalnya ada titik A dan B di tanah lapang. Jarak antara A dan B adalah 12 meter. Seekor katak kecil melompat dari A menuju ke B. Satu kali melompat katak kecil ini mampu menempuh jarak 1 meter. Berapa lompatan katak kecil ini mencapai titik B? Jawabannya adalah sudah tentu 12 lompatan yang didapat dari 12 dibagi 1. Seekor katak yang lebih besar melakukan hal yang sama. Ia melompat dari A ke B yang letaknya di tanah lapang. Setiap kali melompat ia mampu menempuh jarak 2 meter. Berapa lompatan ia mencapai B? Jawabnya sudah tentu 6 lompatan. Benar, kan? Yaitu 12 dibagi 2 sama dengan 6. Katak dewasa juga melakukan hal yang sama. Setiap kali melompat katak dewasa ini, yang kakinya besar, otot-ototnya kuat dan kekar, baru habis makan serangga yang sangat lezat, mampu menempuh jarak 3 meter. Ia melompat dengan semangat menggunakan kakinya yang sangat kuat dan berangkat dari A ke B yang letaknya di seberang kolam air. Berapa lompatan ia mencapai B? Jawabannya sudah tentu 12 dibagi 3 sama dengan 4 lompatan. Mudah, kan? Pembaca, apa benar 4 lompatan? Jawaban ini salah. Yang benar adalah hanya 2 lompatan. Mengapa dua? Ya, karena A dan B dipisahkan oleh kolam air. Jadi, si katak melompat ke dalam kolam, lalu berenang menuju ke B, dan setelah itu melompat keluar. Jadi hanya butuh 2 lompatan. Namun pikiran yang telah terkunci dengan pola jarak AB (12 meter) dibagi dengan jarak setiap lompatan katak tidak akan memperhatikan faktor bahwa pada kondisi ketiga A dan B dipisahkan oleh kolam air. Dan katak, sesuai dengan karakternya, tidak melompat di dalam kolam air, tapi berenang. Anda jelas sekarang dengan ìYes Setî? “Selamat Pak Budi Jatmiko Siswono.” Telemarketer menggugah pikiran Pak Budi. Kita umumnya senang bila mendapat ucapan selamat. Apalagi dilakukan dengan nada yang riang, gembira, dan antusias. Saat mendapat ucapan selamat maka pikiran Pak Budi masuk ke kondisi antisipatif, ìWah, ini pasti ada sesuatu yang menarik. Saya diberi ucapan selamat. Tapi, selamat ini untuk apa ya?î Setelah itu telemarketer langsung menjawab pertanyaan pikiran Pak Budi yang bertanya-tanya yaitu dengan menyambung dengan kalimat: “Melihat track record pembayaran kartu kredit pak Budi selama ini yang cukup baik maka bapak berhak mendapat voucher yang berisi 100 poin yang dapat digunakan untuk memenangkan tiga mobil BMW seri 3 yang terbaru dan 6 tiket pesawat ìAngin Ributî rute Jakarta – Singapore pulang pergi.” Wow! sampai di sini Pak Budi tentunya sangat senang. Ia mendapat pujian sebagai nasabah yang baik dengan track record yang terpuji karena selalu tepat waktu membayar tagihan kartu kredit. Dan sebagai apresiasinya Pak Budi mendapat hadiah voucher yang bisa digunakan untuk mendapatkan hadiah yang luar biasa yaitu mobil

BMW seri 3 yang harganya bisa mencapai 500 juta rupiah dan juga tiket ke luar negeri gratis. Telemarketer ini dengan cerdik telah melakukan seeding atau implant ide bahwa Pak Budi akan memenangkan hadiah yang ditawarkan. Imajinasi ini saja sudah cukup untuk melemahkan fungsi analitikal pikiran sadar. Dengan demikian sebenarnya nasabah sudah masuk ke kondisi trance. Tanpa disadari Pak Budi pikirannya sudah membayangkan bagaimana nikmatnya naik mobil BMW seri 3. Mungkin juga dia akan jugal mobil ini dan uang tunainya akan digunakan untuk membeli rumah baru atau untuk keperluan lain. Atau Pak Budi membayangkan sedang berlibur dengan keluarganya ke Singapore dengan tiket gratis baik pesawat ‘Angin Ribut’. Ini saja sudah cukup untuk membuat Pak Budi masuk ke kondisi trance. “Voucher ini akan dikirimkan ke alamat Bapak bersama dengan kartu kredit ‘Angin Ribut-ABCD’ yang belum aktif. Nanti bisa Pak Budi aktivasi dengan menghubungi nomor telpon yang tertera di kartu kredit. Apakah benar alamat pengiriman Bapak adalah di Jl. Cinta no 10, RT 5, RW 3, Surabaya?” “Ya, benar.” Nah, ini yang sebenarnya ingin ditawarkan kepada Pak Budi yaitu kartu kredit baru yang merupakan kerjasama antara maskapai penerbangan ìAngin Ributî dan kartu kredit ABCD. Untuk bisa mendapatkan voucher maka Pak Budi harus bersedia menerima kiriman kartu kredit baru ini. Sungguh satu cara yang sangat cerdik. Resistensi atau kemungkinan penolakan Pak Budi, terhadap tawaran kartu kredit baru, diturunkan atau dihilangkan dengan iming-iming dapat voucher berhadiah mobil BMW dan perjalanan ke luar negeri gratis. Alamat pengiriman yang sengaja ditanyakan oleh telemarketer bertujuan untuk secara indirect mendapat persetujuan Pak Budi bahwa ia bersedia menerima kiriman kartu kredit baru ini. Saat Pak Budi menjawab ìyaî maka diasumsikan persetujuan telah didapatkan. Kasus 2. Dialog dengan Ibu Endah Kusmiati Atmaja “Selamat pagi. Bisa bicara dengan Ibu Endah Kusmiati Atmaja?” “Ya, saya sendiri.” “Selamat pagi Ibu Endah. Bagaimana kabar Ibu pagi ini? Baik, kan?” “Ya, baik” “Saya Rini dari kartu kredit GTCD Jakarta. Bisa minta waktunya sebentar?” “Ya, bisa.” Dialog di atas adalah untuk memasang ìYes Setî. ìSaya ingin konfirmasi mengenai kartu kredit Platinum Ibu Endah.î Perhatikan penggunaan kata ìkonfirmasiî pada kalimat di atas. Konfirmasi mengandung makna bahwa telah terjadi pembicaraan sebelumnya, mengenai kartu kredit Platinum, antara Ibu Endah dan telemarketer ini. Pembicaraan melalui telpon

kali ini bersifat memastikan atau validasi untuk ìclosingî dari suatu ìopen loopî yaitu pembicaraan sebelumnya yang belum sampai pada kata akhir. Apakah Ibu Endah pernah bicara dengan telemarketer ini sebelumnya? Tidak pernah. Namun dengan adanya kata ìkonfirmasiî pikiran bawah sadar Ibu Endah, tanpa disadari, menerima ide bahwa ia pernah bicara mengenai hal ini sebelumnya. Melihat track record pembayaran kartu kredit Gold Ibu sampai saat ini yang sangat bagus Ibu terpilih untuk bisa meng-upgrade ke kartu Platinum. Kami akan mengirimkan kartu kredit Platinum ke alamat Ibu. Apakah benar alamat Ibu Endah adalah di Jl. Antah Berantah no 007, Malang?î ìBenar.î Kalimat di atas diawali dengan pujian mengenai track record Ibu Endah. Selanjutnya, ini yang sebenarnya ingin dijual ke (pikiran bawah sadar) Ibu Endah, telemarketer menawarkan upgrade kartu kredit dari Gold ke Platinum. Di sini juga digunakan kata ìterpilihî berarti ini adalah suatu kehormatan, sesuatu yang sangat berharga karena untuk bisa upgrade harus melalui proses seleksi yang ketat. Selanjutnya Ibu Endah ditanya mengenai alamatnya. Saat Ibu Endah menjawab ìyaî maka pada saat ini pula diasumsikan ia setuju dengan tawaran ini. ìBaik Ibu Endah. Terima kasih untuk waktunya. Kartu kredit Platinum Ibu Endah akan segera kami kirim ke alamat Jl. Antah Berantah no 007, Malang. Selamat pagi dan selamat beraktivitas.î Dengan kalimat ini telemarketer mengakhiri pembicaraannya dan mendapatkan persetujuan dari nasabahnya. Pembaca, apakah anda juga pernah mendapat telpon semacam ini? Saya yakin pasti pernah. Saya juga sangat sering. Kalau mendapat telpon seperti ini apa yang harus dilakukan agar tidak terjebak dengan hypnotic language pattern yang digunakan telemarketer? Saya biasanya melakukan hal berikut untuk ìmengerjaiî si telemarketer: 1. Saya jawab semuanya dengan baik dan sopan mengikuti skenario yang digunakan oleh telemarketer. Dan di saat akhir pembicaraan, saat ia menanyakan alamat pengiriman, saya bilang, “Wah! maaf Mbak! saya tidak tahu. Nanti saya tanya sama Tuan.” Biasanya si telemarketer akan bertanya, “Lho, anda ini siapa?”. Saya jawab, “Saya sopir.. Bapak lagi main golf sampai sore. HP saya yang pegang.” 2. Saat ditanya apa kabar saya menjawab dengan nada malas, tidak semangat, dan terkesan loyo dan lemas. Biasanya telemarketer masih akan berusaha untuk ‘mengangkat’ mood dengan bertanya hal lain dan saya konsisten menjawab dengan tidak semangat dan loyo. Biasanya saya bisa langsung merasakan perubahan semangat si telemarketer menawarkan produknya. Dan cara ini sering sangat berhasil. 3. Dari awal saat ditanya saya menjawab bahwa ia salah sambung. Nama yang ia tanyaka itu tidak saya kenal.

4. Saya dengan tegas menolak apapun yang ia tawarkan. 5. Telpon tidak saya angkat.

NLP bisa melejitkan kemampuan atlit Sepakbola? 429 VIEWS | POSTED BY RONNY F. RONODIRDJO ON DECEMBER - 28 - 2010 3 COMMENTS

Tentu saja Anda masih ingat, saat menonton pertandingan bola, beberapa kali pasti pernah diselingi perasaan gemas atau kesal. Bagaimana tidak gemas, kalau suatu umpan bola bagus ternyata jatuh di lapangan kosong. Tentu saja Anda pernah melihat, saat bola nampak sudah ditendang secara akurat oleh seorang pemain back, berusaha memberi umpan lambung ke depan…. Bola nampak membentuk sudut lambung tinggi dan sayangnya jatuh di lapangan yang kosong. Rupanya rekannya yang berlarian ke depan itu, tak satupun dapat menduga kemana jatuhnya bola itu. Mereka terlalu sibuk fokus melihat ke arah depan… Kenapa pemain yang sibuk berlarian ke depan itu tak ada yang bisa “melihat” kemana arah jatuh bola? Karena mereka tidak terlatih dengan baik untuk melihat dengan Peripheral Vision. Anda mungkin juga pernah melihat seorang pemain yang sedang semangat menggiring bola melesat ke arah gawang lawan. Namun tiba-tiba ia kaget, ketika sebuah kaki ternyata sudah mengait bola dari belakang tubuhnya tanpa ia sadari sedikitpun keberadaan si pemain lawan yang menguntitnya. Kenapa pemain yang sibuk menggiring bola ke depan itu tak bisa “melihat” pemain lawan yang mengejarnya? Karena ia tidak terlatih dengan baik untuk melihat dengan Peripheral Vision. Apakah Peripheral Vision Peripheral Vision adalah pandangan atau penglihatan yang mampu mengenali situasi di sekeliling / samping. Kemampuan ini sering disebut juga penglihatan luas, yakni mampu melihat berbagai hal yang berada jauh dari titik fokus penglihatan. Kemampuan ini harus dilatih, tidak sembarang dilatih. Harus dilatih dengan cara yang benar dan efektif! Salah satu hal yang disukai orang-orang tentang NLP adalah kemampuannya diterapkan di berbagai bidang kehidupan, bukan hanya di terapi. Olah raga adalah salah satu dimana NLP dapat memberikan banyak sumbangan yang amat bermanfaat. Dari berbagai manfaat penerapan NLP di olah raga, tulisan kali ini khusus membahas mengenai Peripheral Vision. Suatu yang di dunia olah raga di Indonesia masih jarang diketahui oleh para atlit maupun pelatihnya, terutama manfaat dan cara melatihnya secara efektif -seperti saya- akan jelaskan pada artikel berikut ini. Perlu diingat, pada saat melatih kemampuan ini, harus kemudian diselaraskan dengan Penglihatan Fokus (Foveal Vision), sehingga seseorang dapat menggunakan secara bersamaan kedua penglihatan ini. Kemampuan ini sering disebut sebagai

‘soft eyes’ (pandangan lembut), atau dalam bahasa teknis sering disebut dengan Central – Peripheral Awareness (CPA). Apa manfaat berada dalam kondisi soft eyes ini dalam permainan olah raga, khususnya sepakbola? 1. Secara bersamaan dapat melihat apa yang ada di depan kita dan apa yang ada di samping sekeliling kita. Bahkan pada kondisi ini kita bisa lebih mengenali bahasa tubuh orang lain, gerak-geriknya secara detail. Baik yang di depan kita maupun di sekeliling kita. Sehingga skil ini jelas-jelas bisa dipakai untuk membaca tindak tanduk lawan main. Kita akan dengan cepat menyadari saat lawan hendak merebut bola dari samping atau mungkin dari belakang. Bahkan kita bisa terhindar dari berbagai bahaya niat buruk lawan yang mungkinmau melakukan tindakan tackling pada kita. Manfaat utama ain adalah seperti dalam awal tulisan, yakni mampu membaca pergerakan rekan sepermainan. Misal, saat fokus berlari kedepan, peripheral vision kita akan mampu mengenali umpan kawan dari samping atau belakang, sehingga bola tidak lagi jatuh di tempat yang kosong. 2. Kondisi peripheral vision akan membuat kita bernafas lebih lancar dan nyaman, juga merasa lebih rileks. Hal ini penting dalam bermain olah raga, apalagi sepakbola. Kondisi pikiran dan otot menjadi lebih lentur untuk dipergunakan. Situasi ini sering dideskripsikan orang sebagai ‘masuk pada situasi kalem”. Situasi kalem ini penting sekali untuk membuat orang tidak mudah masuk kondisi emosional saat banyak faktor non teknis yang mengganggu. Misal, sorak sorai dan cercaan oleh penonton, sering memancing emosi pemain. Kondisi kalem membuat pemain lebih memegang kontrol emosi mereka. 3. Mengurangi jumlah “self talk” yang seringkali menjadi masalah saat permainan olah raga. Semua dari kita pernah merasakan tidak enaknya saat kita mencela atau mengkritik diri sendiri secara pedas, misal “Bodoh sekali saya!”, apalagi yang diulang berkali-kali. Bisa merusak fokus dan mood secara bersamaan, bahkan bisa frustrasi. Pemain bola perlu mengurangi self talk, saat situasi sedang “tidak berpihak” pada dirinya. Penelitian menunjukkan, saat berada dalam soft eyes ini, maka self talk akan berkurang secara otomatis. Ini bagus sekali bagi pemain bola yang mulai tertekan kondisi atau baru saja melakukan kesalahan. 4. Bagi penjaga gawang, melatih peripheral vision, akan meningkatkan koordinasi Mata-Kaki. Dengan demikian akan terjadi peningkatan respon atas pergerakan kaki seorang penendang bola. Orang awam, akan mengatakan ini sebagai meningkatnya gerak refleks. Ada banyak sekali berlatih Peripheral Vision, berikut adalah beberapa cara dasar mengembangkanPeripheral Vision menggunakan ilmu NLP. Biasanya saat belajarNLP di pelatihan Licensed Practitioner of NLP, peserta pelatihan akan mendapatkan beberapa latihan dasar teknik ini. Latihan 1 Enak sekali, Anda bisa berlatih Peripheral Vision cara pertama ini dimanapun dan kapanpun. Misalkan Anda sedang duduk sekarang, atau di Cafe, atau di suatu

ruangan. Sambil meRilekskan diri Anda, dengan mudah Anda dapat pilih salah satu objek yang menarik di kejauhan sekitar beberapa meter, misal botol minuman di rak, atau kalender di dinding bergambar artis bahenol. Fokus secara santai pada objek itu, dan sambil terus memandangi objek itu, maka secara bertahap mulai sadari keberadaan barang-barang apa saja yang ada disekitar objek yang Anda fokuskan tadi. Tentunya Anda dapat meLakukan tanpa memindahkan fokus mata anda dari objek itu. Dengan rasa ingin tahu, kenali apa saja bentuk benda-benda di sekitarnya, ada tulisan apa di dekat objek itu, apakah semeter dari itu ada bentuk dan warna tertentu atau pola garis tertentu. Sementara Anda terus melakukan itu, Anda akan kagum bahwa Anda bisa melakukan hal itu makin lama makin jauh dari objek tadi. Tidak heran jika akhirnya Anda bisa mengenali berbagai bentuk penglihatan dari benda yang bahkan berada di sekitar tempat duduk Anda. Beberapa orang akan menyadari langsung bahwa pada saat melakukan ini langsung terjadi pengurangan secara drastis self talk alias berbicara dalam hati. Observasi saja dengan rasa bertualang. Anda mungkin tidak selalu punya kesempatan untuk berlatih dengan cara perlahan menggeser medan penglihatan semacam ini. Maka Anda boleh melatih dengan cara lain yang lebih cepat. Biasakan saat sedang melihat apapun dengan fokus, segera sadari benda apa saja yang ada disekitar objek itu. Dan kemudian secepat kilat kembali fokus melihat ke objek itu. Setelah terbiasa, Anda benar-benar dapat melakukan tanpa menggerakkan mata dan berpindah fokus dari objek, dan bisa mengenali berbagai bentuk dan warna benda di sekelilingnya. Lakukan hal ini dengan cara makin lama makin jauh dari objek utama. Latihan 2 Setiap kali Anda naik mobil, duduklah di samping sopir. Artinya jangan lakukan ini sambil nyetir. Pandanglah kosong ke depan, tanpa fokus. Kemudian, sementara mata Anda memandang ke depan, mulai berikan perhatian pada penglihatan di samping kiri dan kanan secara bersamaan. Lakukan dua hal ini secara bersamaan, bukan melirik ke kanan dan kemudian ke kiri : • Pandangan kosong ke depan tanpa fokus • Beri perhatian pada situasi di kiri dan kanan, tanpa menggerakkan mata kesamping sama sekali. Dalam kondisi mobil berjalan seperti ini, kenali sebanyak mungkin apa saja yang bergerak di kanan kiri Anda. Lakukan sambil dinikmati dan rileks saja. Anda tentu saja bisa melatih cara ini tanpa harus sambil naik mobil. Cukup sambil berjalan, atau berlari. Keuntungannya jika dilakukan sambil naik mobil adalah, kita tidak bosan, dan tidak mungkin nabrak, karena yang nyetir adalah orang lain. Kalau sambil berlari kadang bisa nabrak pada awalnya. Latihan 3

Latihan ini perlu dilakukan dalam kondisi rileks. Duduk di kursi, dan bayangkan atau rasakan seolah anda meletakkan kacamata di atas kepala (seperti yang sering dilakukan orang jika meletakkan kacamata hitam, di atas rambut seperti pakai bando). Kemudian, bayangkan / rasakan seolah mata Anda berpindah kesana sehingga Anda seperti melihat dari kacamata itu. Alternatif dari cara ini adalah dengan cara membayangkan / merasakan seolah anda sedang menggendong seseorang, dan anda melihat dunia melalui mata orang yang anda gendong itu. Pada saat Anda lakukan hal ini dengan benar akan merasakan suatu pergeseran atau perluasan medan penglihatan. Melihat dengan Peripheral Vision ini dengan cepat membuat Anda merasakan suatu sensasi meluasnya bidang pandangan anda. Pada saat Anda sudah meLatih kemampuan menggunakan Peripheral Vision ini secara rutin, sabar dan rileks, maka Anda akan dengan cepat mendapati kenyataan bahwa sikap mental seperti ini akan mudah mencapai hasil, dibandingkan jika seseorang ingin terburu-buru dalam mendapatkan hasil. Koordinasi V-K Beberapa saat yang lalu, pada saat melatihkan skill peripheral vision ini di suatu klub sepakbola, saya pernah ditanya oleh seorang peserta yang agak iseng; “Mana yang lebih penting kita kembangkan Pak, kemampuan Visual (V), kemampuan Auditorial (A) atau kemampuan merasakan / Kinestetik (K)?” Lha ditanya begitu ya saya cuman senyam-senyum saja dan tidak menjawab. Untuk tidak menyinggung perasaannya, wong saya tidak setuju dengan asumsi dari pertanyaan itu. Menanyakan ‘mana yang lebih penting’ berarti mengasumsikan seolah ‘ada yang lebih penting’. Anda tentu bisa menyimpulkan bahwa semua itu punya nilai penting di masing-masing tempat dan fungsinya, karena kelimanya memang dalam satu sistem inderawi. Entah karena kerasukan apa, pemain yang bertanya ini lantas ngotot dan menyatakan bahwa Kinestetik / Perasaan adalah yang terpenting. Untuk menghargai perbedaan pendapat, saya persilahkan ia tetap dalam pendapatnya, khan bolahboleh saja. Syukurlah, ia kemudian nampak senang, mungkin karena debatnya tidak ada yang membantah. Sekalipun pada akhirnya beberapa pemain kemudian secara lucu bercerita, bahwa pemain yang tadikeukeuh dengan ‘lebih penting perasaan’, ternyata perilaku dan kelakuannya malah justru yang banyak menyinggung perasaan orang lain. Sampai ada yang nyeletuk : ”Mungkin karena terlalu fokus pada mengembangkan perasaan sendiri, sehingga luput untuk bisa melihat bahwa perasaan orang lain terlukai”. Saya tidak begitu memusingkan akan peristiwa itu dan dengan cepat sudah terLupakan begitu saja, karena malas bersitegang untuk hal yang nggak penting. Ditulis di sini karena semata-mata menjadi bermanfaat dan dapat menjadi contoh yang bagus sekali untuk menjelaskan konsep Koordinasi V-K.

Pada saat bermain olah raga, maka ada kebutuhan yang tinggi bagi pemain untuk memiliki koordinasi yang sempurna antara apa yang dilihat mata (V) dan bagaimana reaksi otot tubuh tertentu (K). Dalam NLP disebut V/K Coordination, keduanya V dan K adalah sama pentingnya! Dalam permainan sepakbola, ada 3 tipe kebutuhan V/K coordination yang penting dilatih: 1. Visual – Hand : Merespon stimulus Visual dengan gerakan tangan. 2. Visual – Foot : Merespon stimulus Visual dengan gerakan kaki 3. Visual – Body : Merespon stimulus Visual dengan gerakan badan lainya, misal sundulan kepala. Kemampuan pemain bola pada umumnya harus menguasai 2 jenis V/K coordination, yakni tipe 2 dan 3. Sedangkan bagi penjaga gawang, seluruh tipe itu penting, karena Anda tahulah… kemampuan V/K Coordination tipe 1 jelas-jelas juga amat diperlukan untuk menangkap bola! Mungkin ada yang mau nanya…: •

“Mana dari ketiga tipe V/K Coordination itu yang paling penting dikuasai?”

Halah…, kalau anak muda sekarang akan menjawab begini : • “Jiaaaaaah, lagi-lagi…. Justru pertanyaan kayak getto yang paling kagak penting!” V/K Coordination ini harus dilatih dengan sering dan terus menerus dilakukan peningkatan akurasi. Sebagai gambaran, melalui kepekaan V-nya, seorang penjaga gawang akan tahu persis, sudut tendang tertentu akan mengarahkan bola ke sudut mana. Sehingga respon motorik (K) akan secara otomatis bergerak dengan akurat ke arah bola berlari! Contoh lain, seorang pemain akan menendang bola. Ketika matanya sudah melihat sebuah titik yang bagus untuk menyarangkan bola, maka secara otomatis seluruh syaraf Kinestetisnya akan berjalan sempurna sehinga setiap gerakan otot besar dan otot halus akan bekerja sama menghasilkan suatau tendangan yang akurat ke arah itu. Seluruh gerakan otot kaki yang menendang itu terkalibrasi dengan sendirinya karena efek latihan yang akurat. Seolah semua otot sudah tahu tugas masingmasing, sudah dengan sendirinya menghitung seberapa energi harus dibakar untuk menghasilkan kekuatan tendangan itu. Ini hanya akan terjadi bagi pemain yang sudah terlatih akurasi V/K Coordinationnya! Latihan Dasar V/K Coordination Melatih V/K Coordination sangat mudah dilakukan, intinya adalah membuat sirkuit neurologis dalam otak yang menghubungkan V-K agar mengalami rangsang terus menerus sehingga terjadi penebalan, karena sering dilalui sinyal biolistrik. Pandangan mata akan mengarahkan gerakan badan, alias sistem saraf Visual akan mengarahkan gerakan sistem Kinestetik (motoris).

Kalau Anda pernah melihat anak-anak gadis bermain Dance-Dance Revolution (DDR) di Playing Area, itu lho yang cewek-cewek cakep pada loncat-loncat di atas landasan besi bertanda kode tertentu berwarna-warni. Sementara matanya fokus menatap layar yang memancarkan kode dan warna-warni tertentu, dan suara musik dance yang mengajak goyang, maka kaki mereka bergerak meloncat menapak pada kode dan warna yang sama dengan yang dilihat di layar. Game DDR ini sangat baik untuk membangun V/K coordination, dan amat menarik serta menyenangkan untuk dilakukan. Suara musiknya membuat kita berada dalam situasi fun! Nah, untuk menghindari malu karena males main DDR di mall, Anda bisa beli untuk dimainkan di rumah. Saya juga belikan anak saya game ini di rumah, yang bermerek Wii (Nintendo). Tentunya berbeda dengan yang di mall, dalam permaian Wii ini, steppingpad-nya terbuat dari lembaran plastik tipis yang bisa dilipat. Sifat game DDR ini berbeda dengan game console yang lain, yang biasanya hanya meningkatkan V/K coordination antara penglihatan mata dan jari jempol. Misal pada permainan seperti PSP dan sejenisnya. Ada teman yang pernah nyeletuk, katanya fosil generasi kita nanti akan lebih besar ukuran jempolnya, karena lebih sering dipakai dari generasi orang sebelum kita. Dipakai SMS, pesan BB, dan main game dengan joystick di genggaman. Hehehehe Cara lain meningkatkan V/K Coordination adalah dengan memberi umpan bola sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dari berbagai sudut tendang / lempar. Mungkin Anda pernah melihat pemain tennis berlatih dengan diserang oleh meriam bola? Nah, bayangkan saja bahwa latihan itu salah satunya bertujuan melatih peningkatan V/K Coordination ini. Pada waktu belajar NLP dari John Grinder, diajarkan permainan bernama NASA Games. Yakni mirip dengan DDR, namun lebih sederhana gerakannya, sekalipun demikian efektifitasnya tetap mengesankan. Permainan NASA games ini adalah mengamati tulisan di suatu papan tulis / flipchart, bertuliskan huruf abjad (A-Z). Dibawah setiap huruf itu ada kode berwarna lain, bertuliskan ‘L’, ‘R” atau ‘B’ yang dituliskan secara acak. Pemain harus membaca huruf abjad itu secara keras-keras, sementara kedua kaki dan tangannya harus bergerak mengikuti kode ‘L’, ‘R’, atau ‘B’ itu. Arti dari Kode L = Kiri, kode R = Kanan, dan Kode B = Kedua belah Kanan dan Kiri. • Jika kodenya L, maka tangan kiri diangkat lurus setinggi pundak, sekaligus mengangkat kaki kanan sehingga paha horisontal (crossing movement). • Jika kodenya R, maka mengangkat tangan kanan, sekaligus kaki kiri. • Jika kodenya B, maka tekuk kedua kaki selutut, sambil angkat kedua tangan. Game ini luar biasa, karena selain menguatkan V/K Coordination, juga sekaligus menyeimbangkan otak kiri dan kanan, karena sifatnya yang cross movement itu. Kedua hemisphere otak dipaksa bekerja bersamaan untuk tugas yang berkebalikan (kaki kiri = tangan kanan). Menurut John Grinder memainkan game ini dengan perasaan senang juga akan membawa ke kondisi Knowing Nothing State. Yakni

kondisi pembelajaran yang terbaik, tak berprasangka, mirip anak kecil yang belajar, penuh rasa ingin tahu dan ‘totalitas’. Ada banyak sekali teknik NLP yang bisa diajarkan untuk pemain bola, atau pemain olah raga apapun. Sedemkian luar biasanya, bahkan sekalipun baru melatih 2 skill diatas saja pasti sudah akan meningkatkan perfrmance Anda di bidang olah raga. Anda tentu penasaran, apa lagi yang bisa dilakukan dengan NLP untuk melejitkan prestasi olah raga di Indonesia? Apakah belajarNLP bisa menguatkan keyakinan menang? Apakah belajarNLP bisa dipakai untuk sugesti dalam kondisi mata terbuka? Apakah belajarNLP bisa mengajarkan cara mengakses ‘kondisi puncak prestasi’ dalam hitungan detik? Apakah belajarNLP bisa membantu melenyapkan trauma kekalahan dalam waktu 30 menit atau kurang? Apakah belajarNLP bisa dipakai untuk menguatkan fokus dan konsentrasi? Dan apakah… artikel ini akan dilanjutkan ke berbagai teknik NLP lainnya untuk diterapkan di sepakbola? Sementara Anda menunggu untuk menyimak terus artikel lanjutan ini, saya penasaran skill mana yang segera Anda latihkan sekarang, Anda boleh saja mulai kunjungi belajarNLP.com untuk mengetahui apa saja manfaat pelatihan NLP di berbagai aspek kehidupan. Sekalipun dalam artikel ini hanya dibahas manfaatnya untuk olah raga sepakbola, kemampuan peripheral vision dan V/K Coordination ini juga sangat berguna untuk aktivitas olah raga lain seperti Bela Diri, Bola Basket, Volley, Golf, Balap Mobil, dan lain-lain. Bahkan, diluar aspek olah raga, kemampuan ini juga bermanfaat, seperti untuk Trainer, Guru, Pemain Balet, dan sebagainya… Well, Tak terasa hari ini akan ada pertandingan sepakbola antara Indonesia dan Malaysia, untuk yang kedua kali di leg ke 2 Final piala AFF 2010. Saya penasaran, berapa banyak Anda akan mengenali situasi-situasi yang memerlukan Peripheral Vision, ataupun V/K Coordination dalam permainan ini. Bahkan, saat Anda sudah melatih dengan baik Peripheral Vision dan V/K Coordination, rasanya seolah Anda sudah ingin berlari saja ke arah tertentu saat melihat sebuah bola melambung membentuk sudut tertentu… di dalam layar televisi! Gooooooool!

A Skill As A Symptom and A Symptom as A Skill 441 VIEWS | POSTED BY ADI W. GUNAWAN ON DECEMBER - 23 - 2010 1 COMMENT

Seorang klien wanita, sebut saja sebagai Ani, usia 23 tahun, datang ke saya diantar oleh kedua orangtuanya. Keluhannya adalah klien mudah sekali pingsan. Kebiasaan pingsan telah dialami Ani sejak ia kelas 3 SD. Jadi Ani sudah cukup lama menderita. Yang sangat membahayakan adalah Ani dapat pingsan kapan saja dan di mana saja dan ini bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa ada simtom atau indikasi tertentu.

Klien lain, Budi, usia 9 tahun, mengalami ketakutan yang luar biasa setiap kali melihat gambar Yesus yang memakai mahkota duri. Setiap kali melihat gambar atau patung yang menggambarkan Yesus dengan mahkota duri Budi pasti berteriak histeris. Saat ditanya mengapa ia berteriak dan menangis Budi berkata, ìBudi takut. Kepala Yesus keluar banyak darah. AduhÖ Budi ngeri melihat darah menetes dari mahkota duri.î Semakin hari ketakutan ini semakin kuat hingga suatu saat Budi pernah pingsan dan seluruh tubuhnya kaku, sama sekali tidak bisa bergerak. Awal trauma Budi terjadi saat ia berusia 4,5 tahun. Jadi sudah cukup lama Budi mengalami masalah ini. Dan semakin lama ketakutannya semakin menjadi-jadi. Budi mengalami yang disebut dengan sympton proliferation dan symptom mutation yaitu munculnya simtom-simtom baru dan berubahnya beberapa simtom (mutasi) menjadi simtom lain. Ibu Wati, usia 35 tahun, lain lagi kisahnya. Sudah beberapa bulan ini ia sering bicara sendiri. Ia sering mengaku bernama Dede. Beberapa kali ia mengaku sebagai Anto dan berbicara dengan suara anak laki. Saat ditanya dengan siapa ia bicara, Ibu Wati, lebih tepatnya Anto, menjawab, ìItu ada Nonon, Firda, dan Rudi, temanku. Kami janjian mau ke rumah Bu Tres, belajar bersama.î Ternyata Nonon, Firda, dan Rudi adalah teman Ibu Wati saat di kelas 2 SD. Lalu, siapakah Anto yang menjawab pertanyaan? Apakah Anto adalah roh yang merasuki Ibu Wati? Pembaca, sebagai orang awam, bila anda menjumpai kasus seperti yang saya jelaskan di atas, apa yang ada di benak anda mengenai orang-orang ini? Saat bertemu dengan klien-klien ini saya biasanya akan menanyakan apa saja yang telah mereka lakukan untuk mengatasi masalahnya dan siapa saja yang telah mereka mintai pertolongan? Jawabannya bisa macam-macam. Ada yang ke orang pintar, ulama, pendeta, bhante, romo, psikolog, dokter, psikiater, atau pendoa. Orang pintar membantu pasien mereka dengan cara mereka sendiri. Ulama, pendeta, romo, pendoa biasanya mendoakan agar klien sembuh. Ada juga yang melakukan pengusiran roh jahat atau exorcism yang diyakini telah menguasai atau merasuki klien. Penyembuhan dengan cara ini dikenal dengan nama ìtengkingî atau ìruqiahî. Bhante biasanya membacakan doa/parita dan memberikan air suci parita untuk diminum. Psikolog membantu klien dengan pendekatan ilmu psikologi dan teknik intervensi klinis tertentu. Dokter dan atau psikiater biasanya memberikan obat. Dalam artikel ini saya tidak dalam kapasitas untuk menilai atau mengomentari apa yang dilakukan oleh para beliau yang saya sebutkan di atas. Mereka masing-masing melakukan upaya membantu umat atau sesama manusia untuk keluar dari masalah menurut pengetahuan dan kecakapan mereka. Dan ini semuanya benar dalam pengertian yang mereka lakukan sudah sejalan dengan kepercayaan, keyakinan, dan disiplin ilmu yang mereka kuasai.

Sebagai seorang hipnoterapis saya ingin memberikan perspektif yang sedikit berbeda ditinjau dari sudut teknologi pikiran, kondisi kesadaran, dan fenomena trancelogic. Untuk memahami apa yang terjadi pada klien-klien yang saya jelaskan di atas maka kita perlu memahami bahwa trance sebenarnya adalah altered state of consciousness atau ASD. Ada sangat banyak ASD namun khusus dalam dunia hipnoterapi para pakar telah menyusun skala kedalaman tertentu sebagai acuan. Kami di Quantum Hypnosis Indonesia juga punya skala kedalaman trance yang saya beri nama QHI Hypnotic Depth Scale yang terdiri atas 40 skala kedalaman, lengkap dengan fenomena yang bisa muncul pada setiap level. Untuk semua kasus di atas sebelum saya tangani, saya pasti menanyakan riwayat kesehatan klien untuk memastikan bahwa masalah klien bersifat psychogenic bukan organic. Pada kasus pertama, Ani, setelah melakukan intake interview, kalau dalam bahasa psikologi disebut anamnesis, saya menyimpulkan bahwa Ani sebenarnya bukan pingsan atau tidak sadar. Yang terjadi adalah Ani masuk ke kedalaman trance yang sangat dalam sebagai upaya untuk lari dari tekanan mental berlebih (overload) yang mengguncang dan membahayakan kestabilan sistem psikisnya. Saat seseorang berhadapan dengan kondisi yang bersifat mengancam keselamatannya, baik secara fisik maupun psikis, maka respon lawan (fight) atau lari (flight) secara otomatis bekerja. Jika ancaman bisa diatasi maka respon yang bekerja adalah lawan. Jika ancaman ini terlalu besar atau kuat untuk diatasi maka yang aktif adalah respon lari atau flight. Lari, dalam hal ini, bisa lari, secara fisik, menjauhi ancaman, atau lari ke dalam diri dan masuk ke kondisi trance. Bagi orang awam kondisi ini disebut dengan pingsan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Frankel (1976), Trance as a coping mechanism. Saat berhadapan dengan suatu masalah kita akan masuk ke dalam diri untuk mencari pertolongan dengan mengakses dan menggunakan sumber daya apapun yang ada di dalam diri. Jika asumsi saya benar maka Ani dapat saya buat pingsan dengan sengaja. Dengan teknik tertentu saya berhasil membuktikan bahwa dugaan saya benar. Ani dengan cepat masuk ke kondisi pingsan. Jika anda jeli saya tidak mengatakan Ani menjadi pingsan namun saya menulis Ani masuk ke kondisi pingsan. Setelah berhasil membuat Ani pingsan dengan sengaja selanjutnya saya membawa Ani keluar dari kondisi pingsan ini dengan mudah dan cepat. Sebenarnya yang disebut dengan pingsan, menurut orang awam, kalau dalam dunia hipnoterapi disebut sebagai kondisi Esdaile. Orang yang masuk ke dalam kondisi ini akan merasakan perasaan yang begitu menyenangkan, bahagia, damai, dan tidak ingin keluar. Ia sadar sepenuhnya, bisa mendengar apa yang terjadi di sekelilingnya, bisa mendengar orang di sekeliling memanggil-manggil namanya. Namun ia tidak

mau keluar dari kondisi yang begitu menyenangkan. Ia memilih untuk tetap ìpingsanî sampai puas. Baru setelah itu keluar dari kondisi ini. Dengan kata lain pingsannya Ani sebenarnya adalah suatu skill atau keterampilan yang luar biasa. Orang biasa akan sulit bisa masuk ke kondisi Esdaile. Namun Ani dapat dengan mudah masuk ke kondisi ini saat ia merasakan adanya tekanan mental sampai pada level intensitas tertentu. Sayangnya selama ini keterampilan ìpingsanî bekerja secara otomatis, tidak dapat dikendalikan secara sadar oleh Ani. Melalui edukasi yang cukup dan latihan, tentunya semua ini dilakukan dalam konteks terapi, saya melatih Ani sehingga mampu menggunakan keterampilan ini secara sadar, pada waktu dan situasi yang tepat demi kebaikan dan kemajuan dirinya. Saya juga pernah ditelpon oleh seorang sahabat yang dengan suara agak panik mengabarkan bahwa salah satu staffnya, Rina, pingsan dengan mata terbuka. Benar, anda tidak salah baca. Rina, kebetulan saya kenal baik, pingsan dengan mata terbuka. Yang lebih luar biasa lagi, sebelum pingsan Rina memilih duduk atau bersandar di tempat yang aman. Aneh ya, pingsan kok bisa memilih tempat yang nyaman? Menggunakan pemahaman yang sama seperti yang telah saya jelaskan di atas, saya berbicara dengan (pikiran bawah sadar) Rina melalui telpon dan membimbing Rina keluar dari pingsannya. Ternyata Rina memang sedang punya banyak masalah di rumah, dan di kantor ia ditakut-takuti oleh rekan-rekannya yang mengatakan bahwa ada makhluk halus yang senang dengan dirinya. Karuan saja Rina menjadi semakin cemas dan takut hingga akhirnya ia ìpingsanî. Pada prinsipnya ada tiga cara untuk menghasilkan atau memunculkan kondisi hipnosis atau trance state: 1. Dengan menggunakan emosi takut dan tekanan atau paksaan. 2. Dalam kondisi yang tepat klien dapat dirayu atau dipengaruhi untuk masuk ke kondisi trance. Rayuan ini bisa bersifat seksual, non-seksual, atau kombinasi keduanya. 3. Subjek dapat dibimbing, diarahkan, atau diperintahkan untuk masuk ke kondisi trance dengan menggunakan teknik induksi tertentu. Pada kasus Ani dan Rina mereka masuk ke kondisi trance karena emosi takut atau tekanan mental yang berlebih sehingga mengganggu equilibirium sistem psikis. Dalam konteks terapi, cara ketiga adalah yang paling sesuai untuk membawa klien masuk kondisi trance. Kasus Budi lain lagi. Secara umum dikatakan bahwa Budi mengalami halusinasi visual sehingga melihat sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dalam dunia psikiatri ini adalah salah satu indikasi schizophrenia. Berhubung saya bukan psikiater atau dokter jiwa maka saya tidak bisa menggunakan terminologi ini.

Sebagai hipnoterapis saya melihat kasus Budi sebagai fenomena trance yang dinamakan positive visual hallucination, sesuatu yang tidak ada tampak menjadi ada. Foto atau patung yang seharusnya tidak ada darah tampak ada darahnya. Munculnya halusinasi, baik visual maupun auditori, positif maupun negatif, semuanya bergantung pada kedalaman trance yang berhasil dicapai seseorang. Saya memilih tidak berdebat dengan orangtua atau lingkungan Budi yang mengatakan bahwa tidak ada darah di foto atau patung, atau Budi salah lihat, atau menyalahkan Budi. Saya memilih setuju dan sependapat dengan Budi bahwa memang ada darah di mahkota duri Yesus yang ia lihat karena memang ini adalah realita subjektif Budi. Bagaimana cara menyembuhkan simtom ini? Mudah sekali. Yang saya lakukan adalah membalik persepsi realita subjektif Budi, dari positive visual hallucination menjadi negative visual hallucination. Dengan demikian darah yang tadi ada sekarang menjadi tidak ada lagi. Case closed. Lalu, bagaimana dengan tubuh Budi yang kaku? Ini adalah kondisi fisik yang disebut dengan catatonia. Catatonia adalah salah satu fenomena yang muncul saat seseorang masuk ke kondisi hipnosis yang sangat dalam, lebih dalam dari kondisi Esdaile. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Catatonia sering dialami orang sebagai fenomena ìketindihanî yaitu saat setengah sadar, mau tidur, seluruh tubuh menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali. Bagaimana dengan Ibu Wati? Apakah ia kerasukan? Mengapa ia mengaku bernama Anto dan suaranya menjadi anak laki? Yang terjadi pada diri Ibu Wati adalah spontaneous regression atau regresi spontan ke usia 8 tahun saat ia kelas 2 SD. Dede adalah nama panggilan Ibu Wati saat kecil. Sedangkan Anto adalah introject dari salah satu sahabat karib Wati kecil. Saat mengalami spontaneous regression terjadi switching antara Ego State Dede, yang sebenarnya adalah Wati kecil, dan Introject Anto, sahabat karibnya. Yang membingungkan orang disekitarnya adalah baik Dede maupun Anto berbicara melalui Ibu Wati dewasa. Kesannya menjadi seram dan sangat membingungkan karena suara Ibu Wati berubah mengikuti suara Ego State atau Introject yang aktif saat itu. Penanganan kasus ini cukup unik dan membutuhkan kreativitas yang tinggi. Berbekal pemahaman kedalaman tance dan fenomena yang bisa muncul di setiap level kedalaman, saya mengembalikan kondisi Ibu Wati, yang mengalami regresi spontan, dengan melakukan progresi ke masa sekarang. Regresi spontan dan munculnya sifat, perilaku, kemampuan berpikir yang mirip atau sama dengan anak-anak sejalan dengan yang ditemukan oleh Gill dan Brenman (1959) yang berdasar model psikoanalisa Freud sampai pada konsep hipnosis sebagai regression in the service of the ego. Perilaku hipnotik spontan yang tidak adaptif, seperti yang dijelaskan di atas, seringkali salah didiagnosa sebagai gangguan kejiwaan berat. Hal ini mengakibatkan

upaya penanganan untuk membantu klien mengatasi masalahnya menjadi tidak efektif, membutuhkan waktu yang relatif lama, dan membuat klien semakin menderita. Dengan memahami bahwa saat seseorang berhasil masuk ke kondisi deep trance maka bisa muncul berbagai fenomena yang ìtidak lazimî, yang bila tidak dimengerti akan dianggap sebagai simtom gangguan mental, dan juga dengan memahami bahwa simtom yang ditunjukkan klien bisa berupa fenomena trance maka hipnoterapis dapat melatih klien untuk bisa mengendalikan dan menggunakan skill ini secara sadar, sesuai kebutuhan. Namun, hipnoterapis juga perlu sangat hati-hati dalam menyikapi simtom klien. Kita tidak boleh langsung mengatakan bahwa simtom yang ditunjukkan oleh klien adalah skill dan atau skill klien yang mengakibatkan munculnya simtom. Saya biasanya baru berpikir demikian bila klien telah melakukan berbagai upaya terapi secara formal namun belum bisa mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.

Tip Praktis NLP#90: Baca Aja “Self Hypno agar Kepala Cepat Dingiiin…” 864 VIEWS | POSTED BY KRISHNAMURTI ON DECEMBER - 9 - 2010 3 COMMENTS

Setiap Masalah, Pasti Ada Solusi! Karena di kehidupan ini ada hukum alam, ada hukum Polaritas, hukum Dualitas, hukum Hitam Putih, Hukum Siang Malam, maka sebagai manusia, kitapun harus yakin bahwa ada masalah, ada solusi. Itu saja… Nah, repotnya solusi yang terbaik adalah saat Anda tenang, saat Anda hening, saat kepala Anda dingin. Karena hanya mereka yang tenang, yang menang… Bisa gak hanya baca aja? Lalu, bagaimana mendinginkan kepala? Bisa gak dengan cara yang cepat? Bisa gak hanya dengan baca artikel Anda aja? Kan, Anda bisa tuh buat artikel yang mudah dibaca… Demikian tantangan beberapa teman pembaca. Hmmm… ide yang menarik untuk dicari ya… Baiknya, saya coba bagikan apa yang saya alami sendiri saat mendinginkan kepala saya, khususnya saat menghadapai masalah yang tiba-tiba, dimana saya tidak ada persiapan untuk menghadapinya. Namun, secepatnya saya dinginkan kepala ini, lalu saya hadapi masalah tersebut dengan tenaaang saja… Begini Ide Bacaan Mendinginkan Kepala… 1. Sebaiknya artikel ini di-print, karena akan lebih mudah membaca dan melakukan apa yang saya tulis, dibanding baca di internet. 2. Ambil posisi duduk bersila, usahakan tulang punggung dan tulang leher dalam posisi yang tegak lurus, namun tetap rileks, enak dan nyaman.

3. Bacalah kalimat berikut ini dengan tempo 1/3 dari kecepatan rata-rata baca Anda. Jadi dibaca perlahan-lahan saja, persis seperti anak SD yang sedang latihan membaca. Tapi, cukup baca dalam hati, tidak perlu berteriak seperti anak SD ha ha ha… (sekarang mulailah baca kalimat-kalimat berikut di bawah ini, dalam hati dengan tempo yang lambaaat…) *** Sekarang, tariklah nafas Anda secara perlahan. Sambil tarik nafas, berhitunglah dalam hati: 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. Sekarang, tahan nafas Anda sambil baca: 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. Lanjut dengan buang nafas dan baca dalam hati: 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. Kembali ke *** sampai 7 putaran Setelah Anda selesai melakukan 7 siklus nafas 7 ini, sekarang sambil terus buang nafas Anda sebanyak-banyaknya, masuklah ke dalam suasana hening dengan memejamkan mata Anda beberapa saat sekarang… Setelah Anda buka mata, rasakan apa yang ada dalam kepala Anda? Sudah makin dinginkah? Sudah makin tenangkah? Teknik Sugesti Tenaaang… Tenaaang… Tenaaang… (sekarang mulailah baca kalimat-kalimat berikut di bawah ini, dalam hati dengan tempo yang lambaaat…) *** Tariklah nafas Anda perlahan-lahan sekali, sangat perlahan dan sangat perlahan. Tahan nafas Anda beberapa saat, lalu saat hembuskan nafas dengan sangat perlahan, katakan dalam hati: “Tenaaang… Tenang… Tenang…” (Bacalah kalimat di atas sebanyak 3 kali saja, setelah itu lanjutkan baca kalimat di bawah ini) *** Tariklah nafas Anda perlahan-lahan sekali, sangat perlahan dan sangat perlahan. Tahan nafas Anda beberapa saat, lalu saat hembuskan nafas dengan sangat perlahan, katakan dalam hati: “Sabaaar… Sabaaar… Sabaaar…” (Bacalah kalimat di atas sebanyak 3 kali saja, setelah itu lanjutkan baca kalimat di bawah ini) *** Tariklah nafas Anda perlahan-lahan sekali, sangat perlahan dan sangat perlahan. Tahan nafas Anda beberapa saat, lalu saat hembuskan nafas dengan sangat perlahan, katakan dalam hati: “Aku semakin tenaaang… Aku semakin tenaaang… Aku semakin tenaaang…”

(Bacalah kalimat di atas sebanyak 3 kali saja, setelah itu lanjutkan latihan berikutnya…) Teknik Kendorkan Otot Seluruh Tubuh (sekarang mulailah baca kalimat-kalimat berikut di bawah ini, dalam hati dengan tempo yang lambaaat…) Tariklah nafas Anda perlahan-lahan sekali, sangat perlahan dan sangat perlahan. Tahan nafas Anda beberapa saat, lalu hembuskan nafas dengan sangat perlahan… (Terus lakukan cara bernafas ini berulang-ulang sampai bacaan selesai. Bacalah kalimat berikut ini dengan perlahan-lahan saja, saat Anda hembuskan nafas yang perlahan…) Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot mata Anda… Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot dahi Anda… Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot pipi Anda… Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot mulut Anda… Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot leher Anda… Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot lengan Anda.. Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot jari-jari tangan Anda.. Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot bahu Anda… Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot pinggang Anda.. Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot paha Anda.. Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot betis Anda.. Sambil hembuskan nafas… Perlahan-lahan kendorkan otot jari-jari kaki Anda.. Teknik Relaksasi Scanning Tubuh

(sekarang mulailah baca kalimat-kalimat berikut di bawah ini, dalam hati dengan tempo yang lambaaat…) Tariklah nafas Anda perlahan-lahan sekali, sangat perlahan dan sangat perlahan. Tahan nafas Anda beberapa saat, lalu hembuskan nafas dengan sangat perlahan… (Terus lakukan cara bernafas ini berulang-ulang sampai bacaan selesai. Bacalah kalimat berikut ini dengan perlahan-lahan saja, saat Anda hembuskan nafas yang perlahan…) Sambil hembuskan nafas yang panjang dan sangat perlahan-lahan… Kendorkan seluruh otot di tubuh Anda… Dari ujung kepala sampai ke ujung kaki… (Lakukan beberapa kali sampai otot seluruh tubuh Anda kendor seperti tali yang terjatuh…) Demikian ide yang sederhana sekali ini, semoga para pembaca dapat melakukan relaksasi, mendinginkan kepala hanya dengan membaca artikel ini saja. Ciawi, 7 Desember 2010 – Tulisan ini muncul saat saya melakukan relaksasi di mobil, dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari selesai pelatihan di Ciawi, Puncak, Jabar. Krishnamurti, yang masih terus berdoa dan berjuang agar hidup ini berhikmah… Karena masih banyak saja waktu yang tersia-sia…

Tip Praktis NLP#89: Helm Apollo “Penangkal Suara Negatif” 824 VIEWS | POSTED BY KRISHNAMURTI ON DECEMBER - 2 - 2010 3 COMMENTS

Ide Edan Terus Muncul Saya merasakan otak saya makin kreatif, bahkan makin edan luar biasa, setelah sesi hipnotis kejut (Shocking Hypnosis istilah saya sendiri), dimana saya minta secara sengaja agar partner latihan membangunkan saya secara mendadak, saat saya dalam kondisi Deep Trance. Teknik tersebut memang berisiko. Tapi harus dicoba. Kalo gagal, ada guru saya Mbah Bandler di depan kelas. Kalo berhasil, saya akan dapat oleh-oleh sangat banyak dari ikut pelatihan DHE tersebut. Dan, memang kepala saya pening setelah latihan ini selesai. Oh ya, DHE adalah singkatan dari Design Human Engineering yang dipandu oleh penemu NLP Prof. Bandler dan partnernya John La Valle. (saya lupa nama benernya, nanti saya edit lagi. Yg penting saya posting dulu artikel ini yaaa…) Suara-suara Negatif dari Luar

Banyak sekali orang menghabiskan waktunya untuk membahas sesuatu yang berasal dari luar dirinya. Misalnya omelan bos di kantornya. Omongan yang gak enak dari pasangan hidup. Cibiran sinis teman kantor dsb, dsb dan dsb. Sangat banyak yang minta tolong terapi kepada saya, hanya urusan-urusan sepele seperti ini, walau buat mereka ini urusan serius he he… Akhirnya, saya putar otak ke kanan (otak kreatif katanya), bagaimana bisa membantu banyak orang agar mereka bisa membentengi diri mereka sendiri, sehingga serangan dari luar ini bisa diatasi sendiri. Tidak perlu harus minta terapi pake hipnosis, NLP dsb. Seharusnya, orangorang belajar dan menguasi teknik-teknik olah pikiran dan perasaan agar mampu mengatasi berbagai situasi yang tidak enak. Nah, akhirnya muncullah ide yang sederhana ini, walau dengan nama yang edan agar mudah diingat dan dipelajari. Namanya teknik Helm Apollo. Mengapa Helm Apollo? Pertama, karena helm ini kedap suara seperti terlihat di-film aksi Hollywood yang sering kita tonton. Nah, saat mengalami kedap suara di dalam helm, maka suara dari luar helm seperti suara makian, suara yang mengesalkan, suara cibiran, suara hinaan dan suara-suara negatif lainnya, tidak akan terdengar sedikitpun. Kita hanya bisa lihat muka teriak-teriak tanpa suara, seru bukan he he… Alasan kedua, helm SNI (Standar Nasional Indonesia) itu kualitasnya jelek he he… Kita masih bisa dengar suara dari luar, juga karena memang dirancang bukan untuk ke bulan, namun untuk jalan-jalan. Jadi, memang satu-satunya helm yang bisa menangkal suara negatif dari luar diri ini adalah Helm Apollo. Bagaimana teknik meng-install-nya secara imajiner? Mari kita lanjuuut…. Trancing In Tujuannya agar Anda bisa masuk ke Alam Bawah Sadar Anda secara cepat. Untuk teknik “Trancing In” secara mata terbuka, saya sudah membuatnya lebih sederhana menggunakan teknik “Self Hypnosis”. 1. Anda cukup mengikuti panduan berikut ini, dengan membaca 10 kalimat di bawah ini dengan perlahan saja: • • • • • • • • • •

Tarik Tarik Tarik Tarik Tarik Tarik Tarik Tarik Tarik Tarik

nafas nafas nafas nafas nafas nafas nafas nafas nafas nafas

perlahan, buang nafas perlahan, dalam hati katakan 10. lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan

9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.

2. Sekarang bayangkan saja Anda sendirian, berada di sebuah ruangan yang besar berwarna putih. Dimana mata memandang, Anda hanya melihat putih dan putih. Hanya putih…. 3. Di depan Anda, terlihat sebuah Helm Apollo berwarna putih. Anda berjalan mendekati Helm Apollo tersebut. Dengan kedua tangan, Anda mengambil Helm Appolo itu dan perlahan-lahan Anda kenakan di kepala Anda. Telinga Andapun terasa tertutup rapat, bahkan makin lama makin terasa lebih rapat. 4. Dengan perintah suara (Voice Command) yang cukup dibunyikan dalam mulut yang tertutup saja, Anda membunyikan: “KLIK” dan kaca helm-pun tertutup cepat sekali, sehingga Anda sekarang berada di sebuah helm kedap suara. Anda tidak bisa mendengar suara dari luar helm lagi. Sangat kedap suara, Anda hanya bsia mendengar suara Anda sendiri dan detak jantung Anda yang sangat sehat. 5. Sekarang Anda bisa melihat sekitar Anda, namun tanpa suara, sungguh kedap dan tanpa suara. Bahkan, terasa makin lama makin hening. Sangat nyaman dan hening…. 6. Kapanpun Anda perlu untuk membuka Helm Apollo ini, Anda cukup menghembuskan nafas dengan sedikit menghentak: “Fuuuh!”, maka kaca helm-pun terbuka dengan cepat dan Helm Apollo langsung kembali ke tempat yang Anda ambil tadi. Pasang Helm Apollo Setelah Helm Apollo ter-install secara imajiner dalam benak Anda, maka kapanpun Anda mau gunakan cukup bunyikan dalam mulut Anda, bunyi: “KLIK”. Copot Helm Apollo Mencopot helm imajiner tersebut, cukup dengan nafas hentak: “Fuuuh!” Trancing Out Nah, setelah programnya ter-install, Anda harus keluar ke kondisi normal Anda. Sekarang, hanya perlu baca dengan cepat saja angka berikut ini: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. Buang nafas Anda sebanyak-banyaknya sebanyak 3-7 kali. Latihan Bunyikan “Klik” dalam mulut Anda, amati dalam diri Anda. Apakah Anda mulai menjadi “budek? Jika Anda terasa lebih hening, lebih sepi dari sebelumnya, maka program tersebut berhasil dengan baik. Jika belum, install lagi saja Helm Apollo-nya. Jika sudah berhasil mengenakan helm imajiner ini, sekarang buang nafas “Fuuuh!”, apakah pendengaran Anda kembali normal, jika kembali normal atau lebih jelas dalam mendengar, berarti program Helm Apollo ini sudah benar-benar ter-install dengan baik di pikiran Anda. Inilah ilmu canggih yang saya pelajari dari Mbah Bandler, si penemu NLP di Orlando sekitar tahun 2008 lalu. Sangat PENTING untuk Diingat!!!

Ingat, jangan-jangan pernah. Sekali lagi, jangan-jangan pernah MELUDAH di dalam Helm Apollo ini, karena Anda bisa kelenger sendiri ha ha ha…. Orang boleh ngomong apapun tentang Anda. Anda juga tidak punya hak menutup mulut orang lain, bukan? Tetapi sekarang Anda bisa menutup telinga Anda, bukan? Bahkan membuatnya jadi hening semuanya… Nusa Dua, 30 November 2010 Krishnamurti, yang baru kembali sadar ke dunia nyata, dari hidup di alam Dewa, alam Surga di hotel St Regis, Nusa Dua, Bali, sebagai Pembicara Motivasi di acara Royal Tip Adira Finance.

JALAN CEPAT, MEMPERCEPAT OUTCOME 936 VIEWS | POSTED BY WAIDI AKBAR ON NOVEMBER - 30 - 2010 5 COMMENTS

Keseimbangan antara mental dan fisik perlu dijaga. Bahkan filsul Plato mengatakan bahwa pendidikan adalah mengharmonikan seluruh potensi diri, spiritual, emosional, mental (pikiran) dan fisik. Ada baiknya memang di tengah kesibukan kita menyisakan waktu untuk berolah raga Dalam NLP dikenal asumsi dasar bahwa ada harmoni antara pikiran dan tubuh. Pikiran mempengaruhi tubuh dan sebaliknya. Apabila kondisi pikiran seseorang lagi sedih atau katakanlah sedang mengalami depresi, maka kondisi tubuhnya pun jadi terlihat tidak semangat, jalan amat pelan, loyo, tidak begairah. Begitu pula bila kondisi pikiran lagi senang, wajahnya terlihat cerah, berseri-seri, bersemangat, jalannya pun mantap. Bukan hanya itu, kondisi pikiran juga sangat berpengaruh kepada perilaku seseorang. Coba, bila suatu ketika Anda menyetir mobil dan kondisi pikiran lagi tidak fresh, suntuk, banyak masalah yang harus segera diselesaikan, tiba-tiba ada motor/mobil di depan Anda jalannya sangat lambat, Anda cenderung mengumpat. Namun bila kondisi pikiran lagi senang, tidak terburu-buru, Anda cenderung menikmati bahkan mungkin tanpa disadari Anda ikut melambat sambil menikmati musik mobil. Apabila kondisi pikiran dapat mempengaruhi kondisi tubuh dan perilaku/tindakan, sekarang sebaliknya. Kondisi tubuh atau tepatnya posisi/gerak-gerik tubuh mempengaruhi kondisi pikiran. Coba saja, lemaskan dan jatuhkan pundak Anda, rendahkan kepala, tarik nafas dalam-dalam, lantas katakan, “Saya merasa luar biasa…!” Saya percaya bahwa Anda merasa tidak luar biasa. Atau coba yang satu ini, bila Anda mau marah, lantas Anda beranikan diri untuk bersujud syukur, maka saya percaya Anda tidak jadi marah-marah sambil bersujud kehadirat Allah. Hubungan saling mempengaruhi ini mari kita gunakan untuk membangun imajinasi dan motivasi diri untuk mewujudkan apa yang kita inginkan (wellformed outcome). Pagi-pagi, sehabis shalat subuh, kita berolah raga jalan pagi sambil meingkatkan

motivasi diri dan mewujudkan wellformed outcome. Kenapa harus pagi hari? Boleh saja tidak pagi hari. Tetapi pagi hari adalah waktu yang tepat karena udara masih segar, dan secara mental pikiran belum dipenuhi masalah-masalah pekerjaan. Caranya mudah, seperti berikut ini. Persiapan

1. Iamjinasikan atau visualisasikan apa yang ingin Anda raih wellformed outcome berupa: cita-cita jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Pastikan bahwa apa yang Anda visualisasikan sudah benar-benar tergambarkan (kongkrit), terasakan, dan boleh jadi terdengar suara-suara pujian/sanjungan manakala apa yang Anda visualisasikan terwujud. Akan lebih baik bila mengimajikannya sehari sebelum jalan pagi. 2. Niatkan kuat-kuat dan mintalah pada pikiran bawah sadar bahwa pagi hari ini Anda mau olah raga jalan pagi untuk meningkatkan motivasi dan mencapai apa yang Anda inginkan (wellformed outcome). Bila pikiran bawah sadar setuju, ucapkanlah terima kasih. 3. Berdo’alah, bukan saja agar olah raga ini mendapat pahala, tetapi untuk mengakses energi Ilahiyah yang dahsyat. Berdo’alah sepenuh hati agar malaikat mengamini, alam semesta mencatat dan menjadikan diri Anda merasa lebih yakin bersama pelukan energi Illahiyah. Merasa yakin adalah junci penting untuk meraih cita-cita apapun. 4. Pastikan bahwa pakaian atau baju training dan sepatu yang Anda kenakan terasa nyaman sehingga tidak mengganggu fokus Anda. Pelaksanaan 1. Berjalanlanlah dengan kecepatan jalan normal, pandangan ke depan, jangan menunduk. Sebab, jalan sambil menunduk sama dengan sedang “mengundang” kesedihan. Jalan normal ini hanya untuk pemanasan saja. 2. Setelah berjalan kurang lebih 500 meter atau badan sudah terasa panas dan keringat sudah mulai keluar, mulailah Anda mengakses, mengaktifkan apa yang Anda imajinasikan/visualisasikan seperti pada poin 1 (satu) di atas. 3. Begitu Anda sudah dapat mengakses/mengaktifkannya, segera ikuti dengan langkah kaki yang lebih cepat, kepala lebih didongakkan ke atas (jangan terlalu tinggi nanti menabarak orang di depan Anda), pandangan mata menyesuaikan. Pastikan sekali lagi bahwa apa yang Anda visualisasikan ada di depan Anda. 4. Sambil berjalan cepat, sambil memandang ke depan sekaligus memvisualisasikan apa yang diinginkan, katakan setiap langkahnya: satu… dua… tiga… yes! Satu… dua… tiga… yes! Satu…. dua.. tiga… yes! Sampai kurang lebih berjarak 100 meter. Yang saya maksud dengan kata ”yes” di sini dimaknai: ”Yes I can do it!” Yaitu, saya bisa mengerjakan apa yang divisualisasikan. 5. Apabila sudah mencapai jarak 100 meter, sudah merasa agak capai, nafas mulai ngos-ngosan, perlahan langkah dan kembali ke langkah jalan kaki normal. 10. Sambil berjalan normal, rasakan perbedaan antara sebelum dan sesudah jalan cepat. Apabila Anda merasa lebih yakin, lebih percaya diri untuk meraih apa yang

Anda visualisasikan, ucapkan terima kasih pada pikiran bawah sadar yang sudah bersedia menerima apa yang ingin Anda capai, dan jangan lupa ucapkan alhamdulillah, semoga Allah senantiasa membimbing Anda. Apabila Anda masih merasa perlu untuk memperkuat dan menambah yakin dengan apa yang ingin Anda capai/visualisasikan, Anda dapat melakukannya lagi untuk jarak tertentu sesuai kebutuhan. Anda juga dapat melakukannya setiap saat, kapan dan dimana saja saat berjalan kaki. Berjalan kaki cepat, sambil menatap ke depan, akan menjadikan lebih optimis dari pada jalan kaki sambil menundukkan kepala seperti orang sedang depresi. Setahu saya, di negara maju warganya selalu berjalan lebih cepat dari pada kita. Adakah hubungan antara jalan cepat dengan kemajuan suatu bangsa? Saya kurang begitu paham, yang jelas jalan cepat –menurut NLP—dapat merubah submodalitas atau kondisi pikiran. Jauh lebih optimis dari pada mereka yang berjalan lambat. Bila sukses adalah permainan pikiran, maka jalan cepat mampu mempermaikan pikiran yang pesimis menjadi lebih optimis! Selamat mencoba.

SYUKUR PANGKAL SUKSES 825 VIEWS | POSTED BY WAIDI AKBAR ON NOVEMBER - 26 - 2010 3 COMMENTS

SYUKUR PANGKAL SUKSES “Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS: AlBaqarah ,152), ”Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia” (QS: An-Naml, 40) Sering saya tanyakan kepada audience seminar atau training dengan sebuah pertanyaan: sukses dulu baru senang atau sebaliknya, senang dulu baru sukses? Hampir seluruh peserta memilih jawaban sukses dulu baru senang. Jawaban ini jelas keliru! Mestinya senang dulu baru sukses! Kapan senangnya bila harus nunggu sukses dulu? Boleh jadi tidak akan pernah merasa seang bila harus menunggu sukses lebih dahulu. Saya sangat memakluminya karena paradigma mereka sukses adalah identik dengan keberhasilan materi. Yang terpikirkan baginya adalah keberhasilan itu sendiri, tanpa pernah melihat bahwa prasyarat sukses adalah kondisi pikiran yang senang terlebih dahulu. Tidak ada ceritanya orang dalam kondisi pikiran murung, sedih, depresi bisa menjadi sukses. Kesedihan hanya akan menyebabkan suluruh potensi diri tertutup, seluruh sel dan syaraf bersekutu untuk berhenti bekerja, spirit pun nyaris berhenti, segala capaian hari ini menjadi tidak ada gunanya. Apabila sudah demikian, semuanya terlihat serba salah dan putus asa.

Seseorang apabila dalam kondisi pikiran sedang sedih, nyaris semuanya menjadi kelihatan tidak menyenangkan. Nyaris yang terlihat dan terdengar semuanya menjadi negatif, apalagi dalam kondisi bête, dan kesal, kucing lewat pun bisa disalahkan: ditendang! Si kecil yang biasanya terlihat lucu dan menyenangkan, bisa menjadi sasaran kekesalan saat sedikit bawel. Menyalahkan (blaming) pihak lain menjadi jargonnya. Berbeda dengan apabila kondisi pikiran kita dalam keadaan senang, oh…, semuanya terasa menyenangkan, serba baik, pikiran kondisi siap menghadapi tantangan. Manakala seseorang mampu mempertahankan kondisi senang, membanggakan, kondisi percaya diri, merupakan modal penting untuk sukses. Momentum, seperti itu merupakan modal utama dalam melangkah mencapai kesuksesan. Inilah yang saya maksud dengan senang dulu baru sukses, bahwa setiap sukses mempersyaratkan kondisi pikiran tenang dan senang. Syukur Ada satu kata yang membuat pikiran selalu dalam kondisi tenang dan senang manakala diucapkan dan dilaksanakan adalah kata “syukur” itu sendiri. Secara harfiah syukur berarti untung atau merasa lega karena yang dialami oleh seseorang lebih ringan dari pada yang mungkin akan terjadi. Nikmatilah apa yang kita peroleh hari ini, jauh lebih menenangkan dan melegakan pikiran dari pada selalu berpikir berandai-andai yang belum pasti. Berandai-andai itu halal, mimpi itu boleh, tetapi ketika pikiran terus terbawa mimpi menjadikan diri kita tidak pernah menikmati apa yang sudah kita peroleh. Setiap kali kita bersyukur pikiran menjadi tenang, lega dan nikmat. Itu mengapa umat Islam selalu dianjurkan untuk membaca hamdalah (Al hamdulillah) 33 kali sehabis shalat. Maksudnya agar kita pandai bersyukur sekaligus merasakan nikmatnikmat Allah yang tak terhingga banyaknya. Ketenangan dan kenikmatan dapat dirasakan manakala kita pandai bersyukur. Setiap kali kita bersyukur pikiran menjadi netral. Manakala kita sedang sukses menjadi tidak sombong karena syukur bahwa yang diraih adalah karena karunia Allah semata, milik Allah semata. Namun manakala gagal, juga tidak bersedih atau putus asa karena Allah akan menolongnya kelak. Bukan Allah melarang sehingga hari ini Anda gagal misalnya, melainkan Allah hanya menunda hingga tepat waktunya. Menikmati syukur sama dengan melegakan hati, menenangkan dan menyenangkan pikiran. Tidak ada modal penting dalam mengarungi samudra kehidupan kecuali kondisi pikiran yang tenang, senang dan tenteram karena syukur. Inilah rahasia Allah bagi yang ahli syukur, nikmatnya akan terus ditambah: ilmu kita, rezeki kita, akan bertambah banyak manakala pikiran tenang dan senang. Kufur Berbeda bila kita kufur, yakni tidak pernah bersyukur justru kesengsaraan yang diperoleh. Seseorang yang kufur yang berarti mengingkari nikmat hari ini, pikirannya

selalu merasa kurang, merasa belum berhasil, lupa terhadap capain hari ini, maka ia akan merasa tidak cukup untuk melangkah berikutnya. Akar kata kufur adalah “kafara” yang berarti tertutup (jalan pikirannya). Seseorang yang tertutup pikiran dan hatinya, akan selalu merasa buntu dalam hal mengatasi masalah. Di sinilah ketika kita kufur, jalan-jalan pikiran tertutup dan solusi tidak muncul. Bila sudah demikian, adakah sukses? Persis seperti firman Allah: ”Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS lbrahim ,7). Di sini jelas ketika kita syukur ditambah nikmat kita alias sukses, tetapi bila kita kufur pedih sekali siksa kita. Jelas pedih, manakala hidup dalam kebuntuan berpikir.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF