Case Report Session Skizofrenia Paranoid

January 8, 2019 | Author: Handre Putra | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Case Report Session Skizofrenia Paranoid...

Description

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dala m bentuk dan isi pikiran (contohnya (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku.

2

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah 3

skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated ), ), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.

4

2.2 Epidemiologi

Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari  penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe 5

skizofrenia.

Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada   perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan  perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa la ki-laki ki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk   pasien skizofrenik wanita adalah adala h lebih baik daripada hasil akhir a khir untuk pasien skizofrenia lakilaki. Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis,   prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari daerah lainnya.

3

1

2.3 Etiologi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan). Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk  klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk    bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan

aktivitas

dopaminergik

(seperti

amfetamin)

merupakan

salah

satu

  psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu   banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif  dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan keadaa n hipodopaminergik.

3

Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu: 1.

Mesolimbik dopamin

 pathways: athways:

merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada

  penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin  pathways memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D 2. Hipotesis hiperaktif  mesolimbik dopamin  pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 2.

Mesokortikal dopamin  pathways: athways : jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin 2

 pathways

adalah

sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin

 pathways

dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan

sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui  blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif ata u mungkin gejala kognitif. 3.  Nigostriatal dopamin  pathways : berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak  ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf  ekstrapiramidal.

Penurunan

dopamin

di

nigostriatal

dopamin

 pathways

dapat

menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di   jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 4.

Tuberoinfundibular dopamin

 pathways: athways :

jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke

hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin

 pathways

mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan menurunkan aktivit a ktivitas as noradrenergik.

3

2.4 Gejala dan Diagnosis

Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala ³positif´ dan ³negatif´ dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi   pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. 5 Gejala waham dan halusinasi dapat dapat muncul dan terutama waham curiganya. curiganya. 3

3

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut: A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil): 1) Waham 2) Halusinasi 3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi) inkoherensi) 4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas 5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition) Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran  pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap bercakap-cakap satu sa ma lainnya. B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan). C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6  bulan tersebut, tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (ya ng memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal ata u residual. D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif  atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif  singkat dibandingkan dibandingkan durasi periode aktif dan r esidual. E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum F. Hubungan Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif  3 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia Indonesia yang ke-III ke- III sebagai berikut: y

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):

a)  ± ³thought eco´ eco ´ = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya  berbeda. 4

 ±³thought  ±³thought insertion or withdrawal ´ withdrawal ´ = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam   pikirannya (insertion (insertion)) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal ); withdrawal ); dan  ±³thought  ±³thought broadcasting ´ broadcasting ´ = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;  b)  ± ³delusion of control ´ = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau  ± ³delusion of influence´ influence ´ = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar   ± ³delusion of   passivity´ assivity´ = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ³dirinya´ secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan penginderaan khusus); khusus);  ± ³delusion  perce ption´ tion´ = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; c) Halusinasi auditorik:  ±Suara halusinasi yang berkomentar secara t erus-menerus erus-menerus terhadap perilkau pasien, atau   ±Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang  berbicara) atau  ±Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah salah satu bagian bagia n tubuh pasien d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar  dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa

2.5 Diagnosa Banding

Skizofrenia residual merupakan salah satu diagnosa banding dari skizofrenia paranoid. PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan: a. Gejala ³negatif´ dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.  b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia. 5

c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia. 5

2.6 Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala ³positif´ lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat obat-obat antipsikotik golongan golongan tipikal (CPZ, HLP). 4 Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang   bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1 ). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun 3

negatif.

Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan

klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik ³atipikal secara kuantitatif´ karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.

7

Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT 2) dan antagonis lemah pada reseptor  dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H 1 ). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi  pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia. Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi   perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi  perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk  hal-hal yang dihara pkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan. Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. 6

Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas. Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pas ien dengan skizofrenia. Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep   penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien adalah ³aman´. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak  emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun   pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka 3

sebagai orang yang tidak dapat dipaha mi dan berbeda dari ahli terapi.

2.7 Prognosis

Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Perbedaan   prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel 3

2.1 .

Prognosis Baik

Prognosis Buruk 

Onset lambat

Onset muda

Faktor pencetus yang jelas

Tidak ada faktor pencetus

Onset akut

Onset tidak jelas

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan

 pramorbid yang baik 

 pramorbid yang buruk 

Gejala

gangguan

mood

(terutama

Perilaku menarik diri, autistik 

gangguan depresif)

7

Gejala positif

Gejala negatif 

Riwayat keluarga gangguan mood

Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang baik

Sistem pendukung yang buruk  Tanda dan gejala neurologis Riwayat trauma prenatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian orang yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan yang   berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis dan penyakit menular  lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup dalam masyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian di negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya, telah muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada orang dengan gangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%, sekitar 12 kali lebih tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah peningkatan mortalitas untuk gangguan kardiovaskular juga, mungkin terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses  perawatan kesehatan atau ata u efek samping obat antipsikotik.

8

6

DAFTAR PUSTAKA

1. Suvisaari, Jana. Incidence and Risk Factors of Schizophrenia in Finland. Finland. University of  Helsinki, Faculty of Medicine, Depart ment of Public Health. 1999. Available from: http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/suvisaari/introduction.html [Accessed 1 Februari 2011] 2. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC. Jakarta:1998. 970 3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740 4. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Lumbantobing. Skizofrenia. Skiz ofrenia. FK UI. Jakarta: Ja karta: 2007.26-34 2007.26-34 5. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50 6. Silva, J.A. Costa.Schizophrenia and Public Health. WHO. 1998. 6-13. Available from: www.who.int/mental _  /media/en/55.pdf [Accessed [Accessed on 1 Februari 2011]  _ health health/media/en/55.pdf  7. Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Vol.I. EGC. Jakarta:2007.475,480 & 482

9

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN 1. Identitas Pasien a.   Nama/Kelamin/Umur

: Muslim Hamid / Pria/ 34 tahun

 b. Pekerjaan/pendidikan

: tidak bekerja/Tamat SMA

c. Alamat

: Jalan S.Parman nomor nomor 126C ulak karang, Padang

2. Latar Belakang Bela kang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan

: Belum Menikah

 b. Jumlah Saudara

: 9 orang

c.

Status Ekonomi

: Berasal Berasa l dari golongan golonga n ekonomi rendah renda h dengan  penghasilan perbulan 700.000 yang dikirim dari kakak  kandungnya di Jakarta

d. KB

: Tidak ada

e. Kondisi Rumah

:

f.

-

Rumah permanen, rumah orang tua, perkarangan kecil

-

Ventilasi cukup

-

Pencahayaan cukup

-

Listrik ada

-

Sumber air minum : Sumur 

-

Jamban ada 1 buah

-

Sampah dibakar 

Kondisi Lingkungan Keluarga -

Jumlah penghuni 1 orang, pasien tinggal sendirian di rumah orang t ua nya. Kakak kandung yang pertama tinggal t inggal bersebelahan bersebelahan dengan rumah pasien. Pasien anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Kakak dan adek kandung  pasien banyak tinggal dijakarta.

10

3. Aspek Psikologis di keluarga -

Hubungan di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya kurang baik. Pasien sering marah-marah ketika sakitnya kambuh. Tapi pasien tidak pernah menganggu lingkungan lingkungan sekitarnya.

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga -

Pasien sudah menderita sakit seperti ini sejak 4 tahun yang lalu

-

Adek ibu pasien pernah menderita menderita penyakit yang sa ma, tapi sudah meninggal meninggal tahun 2000.

5. Keluhan Utama y

Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang Autoanamnesa y

Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu, pasien tidak tahu alasan kenapa sering marah-marah

y

Pasien sering merasa gelisah dan da n susah tidur  tidur 

y

Pasien merasa pernah berbicara dengan setan dan jin yang selalu menghibur  nya dan memberikan gambaran ga mbaran dia sukses ditahun tahun kedepan kedepan sejak 4 tahun yang lalu

y

Pasien pernah sekolah S2 manajemen keuangan tapi di DO karena ada nilai D.

y

Pasien curiga te t etangga depan rumahnya marah-marah dengannya karena nilai anak tetangga tersebut rendah

Alloanamnesa  Suami dari kakak ka ndung Pasien y

Pasien dulu sekolah S1 di universitas bunghatta bunghatta tapi di DO karena telah la ma tidak ikut kuliah. Pasien sibuk bekerja dijakarta saat kuliah.

y

Awalnya, sekitar tahun 2006, 2006, ketika pasien baru mendapat mendapat kabar di DO ,  pasien berbicara kasar ke orang tua di mesjid Jakarta karena tersinggung tersinggung akan kata-kata orang tua tersebut. Beberapa hari setelah itu pasien menja di  pemarah, suka berbicara sendiri, ketawa-ketawa sendiri dan merasa kalo dia telah menyelesaikan sekolah S1 nya, dan di DO ketika sekolah S2. Kemudian  pasien pernah dira wat di RSJ HB Sa¶anin tahun ta hun 2007 selama 1 bulan, pulang  paksa, kontrol tidak teratur, nama obat pasien lupa. lupa. 11

Akhir-akhir ini pasien sering s ering nyanyi-nyanyi nyanyi-nyanyi sendiri dan suka mengaji. Pasien

y

dikenal sesosok anak yang alim, sopan, patuh terhadap ora ng tua.

7. Pemeriksaan Fisik  Status Generalis -

Keadaan Umum

: Baik 

-

Kesadaran

: CMC

-  

Nadi

-  

: 84x/ menit

Nafas

: 23x/menit

-

TD

: 110/70 mmHg

-

Suhu

: 37 C

-

BB

: 58 kg

-

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik 

-

KGB

: tidak ada pembesaran KGB

0

TB : 165 cm

Thorax -

-

Paru Inspeksi

: simetris kiri = kanan

Palpasi

: fremitus kiri = kanan

Perkusi

: sonor 

Auskultasi

: suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung Inspeksi

: Iktus tidak terlihat

Palpasi

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi

: Irama teratur, bising (-)

Abdomen Inspeksi

: tidak tampak membuncit, membuncit, Distensi (-),

Palpasi

: Hepar/Lien tidak teraba, NT (-), NL (-),

Perkusi

: Tympani

Auskultasi Auskultas i

: Bising usus (+) normal

12

Status Psikiatri Keadaan umum a. Kesadaran  

: kompos mentis

b. Sikap

perhatian

: kooperatif

c. Tingkah laku motorik

: aktif 

d. Ekspresi fasial

: sederhana

: baik 

insiatif

e. verbalisasi dan cara bicara bicara : lancar  f. kontak psikik

: dapat dilakukan, cukup wajar, lama.

I. Keadaan spesifik  A. Keadaan alam perasaan 1. Keadaan Afektif

: hipertim

2.Hidup Emosi

: a. Stabilitas

: tidak stabil

  b. pengendalian pengendalia n

: cukup

c. echt-unecht echt-unecht

: echt

d. einfuhlung

: adekuat

e. dalam dangkal

: dalam

f. skala diferensiasi : luas g. arus emosi

: biasa aja

B. Keadaan dan fungsi intelek  a. daya ingat  

: bagus

b. daya konsentrasi konsentra si

: bagus

c. orientasi(waktu, tempat, personal, situasi) : tidak terganggu

13

: ada

d. luas pengetahuan pengetahua n umum dan sekolah sekola h

: sukar dinilai

e. dugaan taraf intelegensia

: rata-rata normal

f. discrinimative insight

: terganggu

g. discriminative judgement

: terganggu

h. kemunduran kemunduran intelek

: tidak ada

C. Kelainan sensasi dan persepsi a. ilusi

: Tidak ada

  b. halusinasi halusinas i

- akustik akusti k - visual

: ada, 1 minggu yang lalu, sekarang sekara ng masih ada : ada, 1 minggu yang lalu, sekarang sekara ng masih

- olfactorik : tidak ada, - taktil

: tidak ada

- gustatorik : tidak ada D. Keadaan proses berfikir  1. Kecepatan proses berfikir

: Bagus

2. Mutu proses pr oses berfikir  a. jelas dan tajam  

: jelas,tajam

b. sirkumtansial

: tidak ada

c. inkoherent inkoherent

: ada

d. terhalang

: tidak ada

e. terhambat

: tidak ada

f. meloncat-loncat meloncat-loncat

: ada

g. verbigerasi verbigerasi persevarative

: tidak ada

14

3. Isi pikiran a. pola sentral  

: tidak ada

b. fobia

: ada,

c. obsesi

: tidak ada

d. delusi

: ada, waham kebesaran

e. kecurigaaan

: ada

f. konfabulasi konfabulasi

: tidak ada

g. rasa permusuhan/ permusuhan/ dendam dendam : tidak ada h. perasaan inferior

: tidak ada

i. banyak/sedikit

: banyak 

 

j. perasaan berdosa

: ada

k. hipokondria hipokondria

: tidak ada

l. lain-lain

: tidak ada

E. Kelainan dorongan instingtual dan perbuatan a. Abulia Abulia  

: ada

b. Stupor Stupor

: tidak ada

c. Raptus

: tidak ada

d. Kegaduhan umum

: tidak ada

e. Deviasi seksual

: tidak ada

f. Ekhopraksia

: tidak ada

g. Vagabondage

: tidak ada

h. Piromani

: tidak ada 15

i. Mannarisme  

: tidak ada

j. Lain-lain

: tidak ada

F. Anxietas yang terlihat overt

: ada

G. Hubungan Hubungan dengan realita

: terganggu

8. Laboratorium  tidak ada

9. Diagnosis Kerja Skizofrenia paranoid

10. Diagnosis Banding Skizofrenia residual

11. Manajemen a. Preventif : -

mengelola stress dengan baik 

 b. Promotif : -

Edukasi terhadap keluarga pasien dan pasien t entang penyakitnya dan membutuhkan pengobatan yang lama.

c. Kuratif

:

-

Chlorpromazin 1X100 mg/ hari

-

Haloperidol 1X1,5 mg / hari

-

Vitamin B comp 3X1 tab

d. Rehabilitatif : -

Kontrol teratur ke puskesmas karena membutuhkan membutuhkan pengobatan yang lama

16

Dinas Kesehatan Kodya Padang Puskesmas Ulak Karang

Dokter

: dr.Witha Budiartina

Tanggal

: 1 Februari 2011

R/ Chlorpromazin tab 100 mg

No. X

S1 dd tab I

£

R/ Haloperidol tab 1, 5 mg

No. X

S1 dd tab I

R/ Vitamin B Kompleks S 3 dd tab I

£

No. X £

 _______________________________  ______________________________________ _______

Pro

: Muslim hamid

Umur

: 34 tahun

Alamat : : Jalan S.Parman nomor 126C, Ulak Karang Padang

17

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF