Case Overview Wal Mart
May 22, 2019 | Author: Ribka Kristin | Category: N/A
Short Description
marketing day...
Description
Case Overview
Wal-Mart : The Future is Sustainability Pendahuluan
Wal-Mart merupakan perusahaan multinasional multinasional yang berpusat di Amerika, didirkan oleh Sam Walton di tahun 1962 dan beroperasi sebagai department-store dengan konsep EDLP (Everyday is Low Price). Sejarah Wal-Mart menunjukkan bahwa konsep harga murah yang ditawarkannya, ternyata memberikan memberikan dampak (baik negatif maupun positif) kepada masyarakat. Secara positif, Wal-Mart menguntungkan pelangganya, karena pelanggan dapat menabung lebih dari $287 milyar per tahunnya atau $950 per orang. Namun, sisi negatifnya adalah banyak komunitas yang merasa dirugikan dengan adanya kehadiran Wal-Mart di wilayah mereka. Sebagai sebuah perusahaan yang berdiri cukup lama, Wal-Mart memiliki hubungan yang beraneka ragam dengan para stakeholder nya, nya, yang meliputi pesaing, pemasok, dan pegawai. Terdapat beberapa isu etis terkait hubungan dengan stakeholder -nya -nya tersebut, seperti tuduhan atas diskriminasi, imigran illegal, kecurangan yang dilakukan wakil presiden Wal-Mart, Thomas Coughlin. Namun, saat ini WalMart sudah menunjukkan usaha-usaha yang signifikan untuk membangun citra dirinya sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial.
Hubungan Wal-Mart dengan Pesaing
Kehadiran Wal-Mart di suatu wilayah, sangat merugikan pesaingnya yaitu toko lokal yang sebelumnya beroperasi di wilayah itu. Toko lokal tidak mampu bersaing dengan Wal-Mart karena kapabilitas harga murah yang ditawarkan Wal-Mart tidak mampu dilakukan oleh pesaing lainnya. Wal-Mart mendapat gugatan karena dituduh menerapkan predatory pricing yang membuat pesaingnya bangkrut. Selain itu, agar dapat memberikan harga murah, Wal-Mart dituduh menurunkan gaji dan bonus yang diterima pegawai. Riset menunjukkan bahwa gaji pegawai lokal berkurang hingga 5% setelah Wal-Mart membuka cabang di wilayah baru. Akibatnya, terdapat beberapa aktivis dan penduduk yang tidak mengizinkan Wal-Mart untuk membuka cabang di wilayah/kota mereka.
Hubungan Wal-Mart dengan Pemasok
Konsep Everyday is Low Price, membuat manajemen Wal-Mart harus melakukan efisiensi perusahaan dengan sangat baik. Oleh sebab itu, Wal Mart bekerja sama dengan pemasok agar mereka menurunkan harga pokoknya, sehingga perusahaan dapat memberikan harga murah kepada pelanggan. Wal-Mart berencana untuk menurunkan biaya pengemasan hingga 5% sebagai upaya untuk meningkatkan sustainability .
Namun, beberapa kritik mengatakan bahwa Wal-Mart melakukan efisiensi dengan cara menekan pemasoknya karena beban yang harus ditanggung pemasok menjadi lebih besar, terutama apa bila WalMart menargetkan untuk menempatkan jaringan pemasok utamanya di Cina. Pada saat seorang pemasok produk tidak dapat memenuhi permintaan, maka Wal-Mart akan memutuskan hubungan dengan pemasok tersebut dan mencari pemasok produk lainnya yang mampu memberikan harga pokok sesuai dengan keinginan perusahaan. Di sisi lain, banyak pemasok Wal-Mart yang dipaksa untuk memindahkan produksi mereka dari Amerika Serikat ke Asia demi menekan biaya produksi. Hal ini sangat tidak sesuai dengan tujuan awal Sam Walton, pendiri Wal-Mart, yang mengkampanyekan program “Buy American” di mana semua barang yang dijual Wal-Mart seharusnya berasal dari toko-toko di Amerika.
Hubungan Wal-Mart dengan Pegawai
Tunjangan Pegawai Wal-Mart mendapat kritikan keras terkait bonus dan gaji yang diberikan kepada pegawainya. Wal-Mart menurunkan 60% asuransi kesehatan dari para pegawainya. Wal-Mart banyak merekrut pekerja parttime yang mengindikasikan perusahaan ingin merekrut pegawai yang lebih sehat dan produktif. Publisitas negatif ini mengakibatkan saham Wal-Mart jatuh sebesar 27% di antara 2000-2005. Namun, untuk membersihkan nama baiknya, Wal-Mart menerapkan pay-tied-performance pada hampir sepertiga tokonya. Wal-Mart juga meningkatkan paket asuransi kesehatan untuk pegawainya di tahun 2008 melalui penawaran biaya yang rendah dan resep umum, yang menghasilkan sebesar $25 juta dalam tabungan pegawainya. Sikap Keras Wal-Mart terhadap Serikat Pekerja Pendiri Wal-Mart, Sam Walton, sejak dahulu menentang adanya kehadiran serikat pekerja karena berpotensi mengurangi daya kompetitif perusahaan. Meski Wal-Mart mengatakan bahwa dirinya tidak menentang kehadiran serikat pekerja pada umumnya, namun perusahaan memandang bahwa serikat pekerja tidak dibutuhkan di antara manajer dan karyawan, karena hal itu justru akan membawa permasalahan bagi manajer. Wal-Mart tampaknya berjuang melawan kehadiran serikat pekerja ini terbukti dari tindakan Wal-Mart yang berusaha menghambat perkembangan serikat All-China Federation Trade Union (ACFTU). Pada tahun 2006, karyawan Wal-Mart berhasil membentuk serikat pekerja, namun Wal-Mart mengancam untuk tidak akan memperbarui kontrak mereka tergabung dalam serikat pekerja. Diskriminasi dan Kondisi Lingkungan Kerja Pada Desember 2005, Wal-Mart harus membayar $172 juta kepada lebih dari 100,000 pegawai di California atas tuduhan Wal-Mart tidak memberikan jam makan siang dan pengurangan istirahat serta penggunaan time-card untuk menghindari overtime pegawai.
Wal-Mart juga menerima tuduhan mengenai diskriminasi terhadap pegawai perempuannya. Meski pegawai perempuanya berjumlah lebi hdari dua per tiga dibanding pegawai pria, hanya kurang dari 10% dari mereka yang menjadi manajer toko. Studi di tahun 2001 menunjukkan bahwa Wal-Mart menggaji pegwai perempuan di bawah pegawai laki-laki pada posisi yang sama. Akan tetapi di antara tahun 2007 & 2009, National Association of Female Executives melihat adanya usaha Wal-Mart untuk menghapus diskriminasi tersebut, terbukti dari penghargaan yang diraih WalMart sebagai “Top Company for Executive Women”.
Imigran Ilegal Pada Oktober 2003, US Immigrations and Custom Enforcement menemukan adanya 250 imigran gelap yang bekerja di 61 kantor Wal-Mart di 21 states. Imigran gelap ini bekerja 7 hari dalam seminggu dengan upah di bawah minimum. Namun, Wal-Mart mengakui bahwa memang perusahaan mempekerjakan imigran gelap dan tidak menghentikan kontrak mereka karena pemerintah federal yang meminta WalMart untuk berlaku seperti itu. Pekerja Sweatshop Wal-Mart mengambil langkah untuk mengukur seberapa besar perusahaan dapat menghindari praktik mempekerjakan karyawan sweatshop dengan merekrut ahli anti-sweatshop dan bekerja sama dengan tim Business for Social Responsibility untuk melakukan program inspeksi secara global. Pada Desember 2007, Wal-Mart menerima kritikan dari Senator Byron Dorgan atas tuduhan penjualan dekorasi/hiasan Natal yang dibuat oleh pekerja sweatshops di Cina. Informasi ini bersumber dari National Labor Comittee yang meneliti bahwa rata-rata umur pekerja tersebut ialah 12 tahun, yang bekerja 15 jam per hari dengan upah 26 cents per jam.
Isu Etis Kepemimpinan
Pada Maret 2005, vice-president Wal-Mart, Thomas Couglin, dipaksa mengundurkan diri akibat tindakan pencurian yang ia lakukan terhadap uang perusahaan sebesar $500,000, yang tercermin dalam bonus, reimbursment dan kartu hadiah yang tidak terotorisasi. Pada Januari 2006, Couglin menyatakan dirinya bersalah karena menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya (hunting vacations, dog enclosure, sepasang sepatu boots dari kulit buaya). Meski demikian, ia mengambil jutaan dolar sebagai kompensasi atas pengunduran dirinya. Coughlin menerima lebih dari $10 juta sebagai kompensasi, dan dijatuhkan hukuman sebagai tahanan rumah selama 27 bulan, denda $440,000 dan harus melayani komunitas selama 1,500 jam. Mona Williams mengatakan bahwa hal ini sangat mempermalukan perusahaan karena seseorang yang diharapkan dapat bekerja dengan penuh integritas, malah menjatuhkan citra perusahaan di mata publik. Permasalahan Lingkungan
Seperti kebanyakan perusahaan lainnya, Wal-Mart menjadi target perusahaan yang berpotensi mencemari lingkungan alam. Environmental Protection Agency (EPA) sudah “mencap” Wal-Mart sebagai perusahaan yang melanggar peraturan storm water dan batasan kualitas udara. Pada tahun 2005, WalMart menerima gugatan dari U.S Attorney Office di Los Angeles yang menyatakan bahwa siklus operasi perusahaan, yang meliputi : transportasi, handling, identification, recycling, treatment, storage, dan pembuangan barang, yang dilakukan Wal-Mart ternyata menggunakan material yang berbahaya. Permasalahan utama terkait lingkungan yang dihadapi Wal-Mart ialah urban sprawl. Pembangunan toko-toko Wal-Mart ternyata memberikan tekanan terhadap infrastruktur kota, seperti jalan, parkir, arus lalu lintas. Terdapat penekanan terhadap green space yang diambil akibat konstruksi gedung WalMart. Isu lainnya terkait sejumlah toko-toko yang diabaikan (350-400 toko per tahunnya) atau setara dengan 534 lapangan sepakbola. Wal-Mart sengaja tidak membiarkan perusahaan retail lainnya untuk membeli toko-toko terabaikan ini, sehingga sebenarnya banyak terdapat empty spaces. The Program : Sustainability 360
Wal-Mart melakukan beberapa upaya untuk memperbaiki hubungan dengan stakeholder lingkungan, dengan membuat perusahaan lebih”hijau”. Terdapat beberapa target yang ditetapkan Wal -Mart agar menjadi perusahaan yang hijau, di antaranya adalah : -
Mengurangi efek emisi gas pada toko-toko, pusat distribusi di seluruh dunia sebanyak 20%
-
Mendesain prototype yang lebih efisien 25-30% di akhir 2009
-
Mengembangkan dan menerapkan energi inovatif dan teknologi efisien pada toko lama dan toko baru
-
Mengurangi jumlah pengemasan di dalam supply-chain sebanya 5% di 2013.
Saat ini, Wal-Mart sedang berusaha mengupayakan 4 area lingkungan utama, yakni : peningkatan limbah/buangan dan daur ulang, sumber daya alam, energi, komunitas sosial. Target jangka panjang Wal-Mart adalah mendapatkan pasokan dari 100% energi yang diperbarui (renewable energy ), mengusahakan 0% pembuangan (zero-waste), mendistribusikan produk yang ramah lingkungan.
Sustainability Leadership
Wal-Mart telah mengambil langkah untuk mendapatkan tujuan sustainability -nya. Perusahaan sudah membuka dua toko yang ramah lingkungan di McKinney, Texas dan Aurora, Colorado (lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan cuaca dan iklim). Toko-toko ini mendapatkan pasokan listrik dari panel solar dan turbin angin. Wal-Mart berharap toko-toko yang ramah lingkungan ini dapat toko percontohan yang hemat energi, sumber daya alam dan mengurangi tingkat polusi. Untuk mengurangi konsumsi energi, Wal-Mart menerapkan “daylighting”, suatu fitur otomatis yang akan mengatur penggunaan energi listrik (pada saat siang, lampu akan meredup, dan akan menyala terang di saat malam). Selain daylighting, Wal-Mart menerapkan sentralisasi pengaturan heating dan cooling untuk toko-tokonya yang beroperasi di USA.
Wal-Mart juga berusaha mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan menjual lebih banyak lagi produk-produk “green”. Di tahun 2009, Wal Mart meng uji teknologi baru, yakni dua jenis hybrid trucks dan dua fueled-heavy duty trucks. Antara tahun 2005-2008, perusahaan berhasil meningkatkan fleetefficiency sebesar 25% melalui penggunaan teknologi baru, rute dan prosedur bongkar muat barang. Target baru Wal-Mart adalah melipatgandakan besaran efisiensi ini menjadi dua kali lipat di tahun 2015. Wal-Mart berupaya melibatkan asosiasinya untuk terlibat dalam usaha penghijauan lingkungan dan sekitar 500,000 asosiasi Wal-Mart di USA telah ikut berpartisipasi dalam Personal Sustainability Project (PSP), program penghijauan lingkungan yang dipelopori oleh Lee Scott, CEO Wal-Mart. Mekanisme program ini adalah toko-toko di Wal-Mart akan memilih target sustainability sendiri dan membuat komitmen untuk mengawasi perkembangannya selama beberapa minggu ke depan. Program ini ternyata berhasil, terbukti dari proses daur ulang sebanyak 3 juta pon plastik, mendorong orangorang untuk beralih menjadi hemat energi dengan penggunaan lampu pijar dan juga mendorong gaya hidup sehat. Program ini berhasil membuat 20,000 orang berhenti merokok. Untuk mengukur seberapa besar produk ramah lingkungan digunakan oleh pelanggannya, Wal-Mart menerbitkan Sustainability Live Better Index di 2007. Indeks ini memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi, on-state by state basis , permintaan pelanggan terhadap produk-produk berbiaya rendah, sehat dan ramah lingkungan. Sebaliknya, pelanggan juga dapat mendeteksi seberapa besar tingkat adopsi perusahaan terhadap beberapa kategori : lampu pijar, susu organik, produk-produk kertas yang dapat didaur-ulang, makanan bayi organik, kopi organik, produk-produk pembersih organik. Hasilnya adalah, terdapat kenaikan sebesar 66% pada average adoption rates. Usaha-usaha penghijauan yang dilakukan Wal-Mart ternyata membuahkan hasil yang signifikan. Perusahaan dapat menghemat sebesar USD 25 juta/tahun dalam sistem energi pendukung (truck), USD 7 juta/tahun untuk hemat energi (penggunaan lampu pijar di toko-toko).
Usaha Wal-Mart untuk Meningkatkan Nilai Etis Perusahaan dan Tanggung Jawab Sosial
Meski menerima banyak tuduhan, Wal-Mart melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan reputasi etisnya, sama halnya dengan reputasi sustainability dan corporate governance. Pada tahun 2004, WalMart membentuk Global Ethics Office dan menerbitkan Global Statement of Ethics. Wal-Mart juga membuat Ethical Standards Team yang terdiri atas 200 associates. Tujuan dibentuknya tim ini adalah untuk mengawasi kepatuhan perusahaan supplier terhadap kebijakan “Standard for Supplier” Wal-Mart dan peraturan lokal. Pada tahun 2005, CEO Wal-Mart, Lee Scott, menerbitkan artikel di koran yang memberitahukan kepada publik bahwa Wal-Mart telah meningkatkan spending asuransi pegawainya, kontribusi terhadap proyek disaster management (seperti menyumbangkan dana $300,000 untuk banjir di Brazil Selatan, $3 juta untuk gempa bumi di Cina).
Reputasi kepemimpinan Wal-Mart yang jatuh akibat skandal Thomas Coughlin, dibangkitkan kembali melalui kepemimpinan Lee Scott, CEO Wal-Mart dari Januari 2002-Januari 2009. Lee Scott adalah seorang pemimpin yang sangat menekankan clean energy . Berkat dirinya, fasilitas California saat ini sudah menggunakan energi solar dan 15% kebutuhan energi di Texas dapat dipenuhi dari tenaga angin. Pengaruh kepemimpinan Lee Scott ini ternyata berhasil memberikan dampak yang positif terhadap perusahaan, sehingga ia masuk ke dalam 100 Most Influential People in Business Ethichs di tahun 2008. Respon dan Strategi Wal-Mart di Masa Krisis Finansial
Suatu fakta yang menarik, bahwa pada saat terjadi krisis keuanganantara tahun 2008-2009, reputasi Wal-Mart malah justru terangkat. Lain halnnya dengan kebanyakan toko, penjualan Wal-Mart meningkat 2% per 2008. Wal-Mart menciptakan suatu safety measures bagi operasional tokonya, setelah terjadi insiden Black Friday yang memakan korban. Di samping itu, Wal-Mart meluncurkan inisiatif baru untuk membantu keluarga dengan permasalahan keuangan, seperti menerbitkan MoneyCard (reloadable Visa debit card untuk membentu lower-income consumers). Karena krisis ekonomi, Wal-Mart menurunkan harga dari kartu ini (dari $9 menjadi hanya $3). Inisiatif ini ternyata menghasilkan $500 juta per tahun dalam tabungan pelanggannya.
View more...
Comments