March 18, 2017 | Author: Ade Hermawan | Category: N/A
PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN STATUS GIZI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI JAKARTA 2014 0
KATA PENGANTAR Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tubuh. Status gizi khususnya status gizi anak balita merupakan salah satu indikator kualitas sumber daya manusia yang menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, yang akan. Sedemikian strategisnya status gizi dalam upaya pembangunan manusia Indonesia, sehingga ditetapkan sebagai salah satu sasaran dan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014, yaitu menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan prevalensi balita pendek, yang untuk pencapaiannya telah ditetapkan 8 indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi yang prioritas untuk dilaksanakan sebagai mana dijabarkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Pencapaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan gizi dapat diketahui dari Riskesdas yang dilaksanakan setiap 3-5 tahun. Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan informasi terkait situasi status gizi dan indikator kegiatan pembinaan gizi yang spesifik wilayah terutama di kabupaten dan kota secara cepat, akurat, tepat waktu dan berkelanjutan, dipandang perlu melaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) secara periodik dan berkesinambungan. Pedoman Teknis PSG ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, khususnya pengelola kegiatan surveilans gizi, sebagai acuan dalam melaksanakan PSG di kabupaten dan kota. Kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan pedoman ini lebih lanjut. Terima kasih. Direktur Bina Gizi,
Ir. Doddy Izwardy, MA NIP 196302161986031005
1
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pengertian C. Manfaat D. Sistematika Penulisan
1 1
BAB II
TAHAP PERSIAPAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Tujuan B. Disain, Populasi dan Sampel C. Penentuan Sampel (Sampling)
BAB III TAHAP PELAKSANAAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Pengumpulan Data B. Pelaksana C. Monitoring Pelaksanaan Pengumpulan Data BAB IV MANAJEMEN DATA DAN INFORMASI PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Data Entry B. Data Cleaning C. Pengolahan dan Analisis Data D. Penyusunan Laporan E. Diseminasi Hasil BAB V
PENGORGANISASIAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Pelaksana dan Penanggung Jawab B. Alur Pelaporan C. Waktu Pelaksanaan
BAB VI PENUTUP LAMPIRAN
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggitingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita gizi kurang berhasil diturunkan dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat menjadi 19,6 %. Prevalensi balita pendek turun dari 36,8% tahun 2007 menjadi 35,6% tahun 2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat menjadi 37,2%. Untuk pencapaian RPJMN tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014, yaitu: (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita ditimbang berat badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (5) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (7) kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana. Riskesdas yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis bukti hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Sementara itu, kebutuhan informasi situasi status gizi dan capaian kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah khususnya di kabupaten dan kota secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, sehingga perlu dilaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) secara periodik dan berkesinambungan. Pelaksanaan PSG merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi. Data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dan penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di kabupaten dan kota. Untuk meningkatkan kapasitas petugas dalam pelaksanaan PSG, khususnya pengelola kegiatan surveilans gizi, baik di Provinsi maupun di kabupaten dan kota, Kementerian Kesehatan RI mempublikasikan buku Pedoman Teknis PSG sebagai acuan pelaksanaan. B. Pengertian Pemantauan Status Gizi (PSG) dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian status gizi untuk memperoleh informasi besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis. Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi, untuk mendukung kegiatan manajemen pengelolaan kegiatan pembinaan gizi untuk pengambilan keputusan dan tindakan, penentuan kebijakan dan penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan PSG juga dimaksudkan untuk memperoleh informasi pencapaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat.
3
C. Manfaat Pelaksanaan PSG dimaksudkan untuk tersedianya data dan informasi status gizi dan capaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. Dengan tersedianya data dan informasi perkembangan status gizi dan capaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, dapat dimanfaatkan untuk keperluan penentuan tindakan intervensi, penetapan kebijakan dan keputusan serta perencanaan dan penganggaran kegiatan gizi, khususnya di kabupaten dan kota. D. Sistematika Penulisan Bab I merupakan pendahuluan yang menyajikan latar belakang, pengertian dan manfaat dari pelaksanaan PSG. Selanjutnya pada Bab II disajikan tahap persiapan yang terdiri dari menetapkan tujuan, disain, populasi dan sampel, menyediakan instrumen dan peralatan, merekrut dan melatih petugas serta menetapkan rencana kerja dan biaya. Pada Bab III disajikan tahap pelaksanaan PSG yang meliputi pengumpulan data, monitoring pelaksanaan pengumpulan data termasuk kelengkapan informasi dan editing. Pada Bab IV dijelaskan tentang manajemen data dan informasi yang meliputi data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi hasil. Pada Bab V dijelaskan pengorganisasian PSG yang terdiri dari pelaksana dan penanggung jawab, alur pelaporan dan waktu pelaksanaan, dan pada bagian akhir terdapat lampiran yang terdiri dari daftar sampel kab/kota menurut provinsi, contoh tabel acak, daftar variabel, kuesioner PSG, dan petunjuk pengisian kuesioner.
4
BAB II TAHAP PERSIAPAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG) adalah untuk memperoleh informasi status gizi dan capaian kinerja kegiatan pembinaan gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. 2. Tujuan Khusus a. 1) 2) 3) 4) 5)
Untuk memperoleh informasi : Prevalensi Balita Gizi Kurang (“underweight”) berdasarkan indeks BB/U, Prevalensi Balita Pendek (“Stunting”) berdasarkan indeks PB/U-TB/U, Prevalensi Balita Kurus (“Wasting”) berdasarkan indeks BB/TB Persentase balita yang rutin ditimbang di posyandu Persentase rumah tangga dengan garam beriodium.
PSG dapat digunakan untuk memperoleh informasi: b. Untuk memperoleh informasi perkembangan pencapaian indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi: 1. Prevalensi Kurang Energi Kronis (KEK) WUS, ibu hamil dan ibu menyusui dengan indeks LiLA 2. Persentase kurus dan persentase pendek pada anak usia sekolah dan remaja dengan IMT/U dan TB/U 3. Persentase kurus dan gemuk pada dewasa dengan IMT 4. Persentase pendek pada anak usia sekolah, remaja dengan indeks TB/U 5. Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan 6. Persentase ibu hamil mendapat TTD 7. Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif 8. Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A , disesuaikan lagi sesuai diskusi
B. Disain, Populasi dan Sampel 1. Pemantauan Status Gizi (PSG) dilakukan dengan disain potong lintang (cross sectional survey). 2. Populasi adalah balita usia 0-59 bulan. 3. Sampel adalah balita usia 0-59 bulan yang terpilih dari populasi.
5
C. Penentuan Sampel (Sampling) 1. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel (sampling) dilakukan dengan 3 (tiga) tahap, yaitu: (1) tahap pertama memilih sampel kabupaten dan kota1; (2) tahap kedua memilih klaster untuk setiap kabupaten dan kota; dan (3) tahap ketiga memilih sampel RT di setiap klaster. Tahap I : Pemilihan Sampel Kabupaten dan Kota di Provinsi 1) Dengan mempertimbangkan sumber daya tenaga, waktu dan biaya yang tersedia, pada pelaksanaan PSG 2014, jumlah kabupaten dan kota dipilih sebanyak 30% dari jumlah kabupaten dan kota yang ada di setiap Provinsi. Secara proporsional jumlah sampel kabupaten dan kota di setiap Provinsi ditunjukan oleh Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Jumlah Sampel Kabupaten dan Kota Menurut Provinsi
1
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 31 32 33 34 35 36 51 52 53 61 62 63 64 65 71 72 73 74 75 76 81 82 91 94
Jumlah Kabupaten dan Kota Yang Ada 23 33 19 12 11 15 10 14 7 7 6 26 35 5 38 8 9 10 21 14 14 13 9 5 15 11 24 12 6 5 11 9 11 29 497
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Babel Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Jumlah Kabupaten dan Kota Terpilih 7 10 6 4 3 5 3 4 2 2 2 8 11 2 11 2 3 3 6 4 4 4 3 1 5 3 7 4 2 2 3 3 3 9 150
Sampling tahap pertama hanya untuk PSG 2014, mulai tahun 2015 PSG diharapkan dapat dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota
6
2) Pemilihan sampel kabupaten dan kota dilakukan secara acak sistimatik (Systematic Random Sampling), sebagai berikut: a) Buat daftar kabupaten/kota untuk setiap Provinsi. b) Buat gulungan nomor 1-10 untuk di lotere. c) Menentukan kabupaten dan kota terpilih pertama (sampel kabupaten/kota terpilih pertama) dengan cara randomisasi (pemilihan acak dengan lotere). Karena jumlah kabupaten dan kota yang akan dipilih sebanyak 30%, maka pemilihan kabupaten dan kota terpilih nomor 2 dan seterusnya dilakukan dengan menggunakan interval 3 (tiga). Contoh: Provinsi Riau, jumlah kabupaten dan kota = 12 maka jumlah sampel kabupaten dan kota yang akan dipilih = 4. Jika dengan cara lotere terpilih kabupaten nomor 8 sebagai sampel pertama, maka dengan interval 3 terpilih kabupaten/kota nomor urut 11 sebagai sampel nomor 2, kabupaten/kota nomor urut 2 (kembali ke nomor awal) sebagai sampel nomor 3, demikian seterusnya kabupaten/kota nomor urut 5 sebagai sampel nomor 4. b. Tahap II: Pemilihan Sampel Klaster di Kabupaten dan Kota Terpilih Pada setiap kabupaten dan kota dipilih 30 klaster2. Klaster di kabupaten adalah desa/kelurahan, sedangkan klaster di kota adalah Rukun Warga (RW). Pemilihan klaster di kabupaten dan kota dilakukan dengan acak sistematik berdasarkan Probability Proportional to Size (PPS), sebagai berikut: 1) Buat daftar desa/kelurahan termasuk jumlah penduduk. 2) Tentukan interval dengan cara membagi jumlah penduduk dengan jumlah klaster. 3) Tentukan klaster pertama dengan menggunakan Tabel Acak, misalnya dengan menjatuhkan pinsil di atas tabel acak. Contoh Tabel Acak untuk pemilihan sampel terdapat pada Lampiran. Klaster kedua dan seterusnya sampai klaster ke-30 dipilih berdasarkan perhitungan jumlah kumulatif penduduk dan interval. Contoh pemilihan sampel klaster di kabupaten dan kota terpilih, adalah sebagai berikut: 1) Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah penduduk 171.650 orang dan ditentukan 30 klaster, maka interval klaster adalah 171.650/30 = 5.722. 2) Jika dengan menggunakan Tabel Acak terpilih angka 4.7223, maka klaster I (pertama) yang terpilih adalah desa atau kelurahan dengan penduduk kumulatif sekitar 4.722. Lihat Contoh potongan Tabel Acak berikut ini. Tabel 2. Contoh Potongan Tabel Acak
2 3
Untuk Kabupaten, klaster adalah desa atau kelurahan, dan untuk Kota, klaster adalah Rukun Warga (RW) Jika besar interval angkanya 5 digit maka Tabel Acak dibaca 5 digit terakhir, jika besar interval angkanya 4 digit maka Tabel Acak dibaca 4 digit terakhir, demikian seterusnya
7
27767 13025 80217 10875 54127
43584 14338 36292 62004 57326
85301 54066 98525 90391 26629
88977 15243 24335 61105 10967
29490 47724 24432 57411 24472
69714 66724 24896 06368 88779
94015 66733 61880 11748 17944
64874 74108 87873 12102 05600
322444 88222 95160 80580 60478
48277 88570 59221 41867 03343
60311 49739 78626 66692 44071
42824 71484 51594 13986 28091
37301 92003 16453 99837 07362
42678 98086 94614 00582 97703
45990 76668 39014 81232 76447
43242 73209 97066 44987 42537
66067 54244 30945 69170 08345
42792 91030 57589 37403 88975
95043 45547 31732 86995 35741
52680 70818 57260 90307 85771
59820 25704 22304 17710
96163 91035 90314 59621
78851 26313 78438 15292
16499 77463 66276 76193
87064 55387 18396 59526
13057 72681 73538 52113
73035 47431 43277 53856
41207 43905 58874 30743
74699 31048 11466 08670
09301 56699 16082
25852
58905
55018
56374
35824
71708
30540
27886
61732
84722 75454
3) Pada Tabel 3 dapat dilihat angka 4.722 berada di angka kumulatif penduduk antara 1.298 dan 5.867 (angka 4.722 lebih dekat ke angka 5.867 dari pada ke angka 1.298), sehingga klaster pertama berada di Desa Pakkat Hauagong Kecamatan Pakkat. 4) Klaster ke-2 dihitung dari 4.722+5.722=10.444 yang berada di Desa Manalu, selanjutnya klaster ke-3 dihitung dari 10.444+5.722=16.166 yang berada di Desa Rura Tanjung, demikian penghitungan selanjutnya sampai diperoleh 30 klaster, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 3 Daftar Sampel Klaster di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara4 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
4
Kode
Nama Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan/Desa/Kelurahan
12 1215
Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Humbang Hasundutan Kecamatan Pakkat Tukka Dolok Pakkat Hauagong Purba Bersatu Purba Baringin Karya Manalu Pulo Godang Sipagabu Banuarea Sijarango Lumban Tonga Tonga Rura Tanjung Rura Aek Sopang Siambaton Parmonangan Ambobi Paranginan Purba Sianjur Peadungdung Sijarango I Kecamatan Onan Ganjang Aek Godang Sanggaran II
1215010 1215010001 1215010002 1215010003 1215010004 1215010005 1215010006 1215010007 1215010008 1215010009 1215010010 1215010011 1215010012 1215010013 1215010014 1215010015 1215010016 1215010017 1215010018 1215010019 1215020 1215020001 1215020002
Jumlah penduduk merupakan hasil Sensus Penduduk 2010
8
Jumlah Penduduk (Orang)
Jumlah Penduduk Kumulatif (Orang)
1.298 4.569 1.331 1.128 1.186 1.099 1.279 592 628 820 1.141 1.819 1.580 1.580 677 698 460 633 799
1.298 5.867 7.198 8.326 9.512 10.611 11.890 12.482 13.110 13.930 15.071 16.890 18.182 19.762 20.439 21.137 21.597 22.230 23.029
697 722
23.726 24.448
Angka Klaster Terpilih
No Klaster
4.722
1
10.444
2
16.166
3
21.888
4
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
1215020003 1215020011 1215020012 1215020013 1215020014 1215020015 1215020016 1215020017 1215020020 1215020021 1215030 1215030001 1215030002 1215030003 1215030004 1215030005 1215030006 1215030007 1215030008 1215030009 1215030010 1215040 1215040001 1215040002 1215040003 1215040004 1215040005 1215040006 1215040007 1215040008 1215040009 1215040010 1215040011 1215040012 1215040013 1215040014 1215040015 1215040016 1215040017 1215040018 1215040019 1215040020 1215040021 1215040022 1215040023 1215040024 1215040025 1215040026 1215040027 1215050 1215050001 1215050002 1215050003 1215050004 1215050005 1215050012 1215050013 1215050015 1215050016 1215050017 1215050018 1215050019 1215050020 1215050021 1215050022 1215050023 1215050024 1215050025 1215050026 1215050027 1215050028 1215050028
Janji Nagodang Huta Julu Sihikkit Onan Ganjang Parbotihan Batu Nagodang Siatas Sampetua Parnapa Sibuluan Sigalogo Kecamatan Sijama Polang Sanggaran I Sitapongan Sibuntuon Sigulok Batunajagar Bonan Dolok II Bonan Dolok I Hutaginjang Siborboron Nagurguran Kecamatan Dolok Sanggul Sosor Tambok Sihite II Purba Dolok Lumban Purba Simarigung Saitnihuta Aek Lung Purba Manalu Pakkat Pasaribu Lumban Tobing Pasar Dolok Sanggul Janji Sihite I Huta Bagasan Matiti II Matiti I Huta Gurgur Sampean Silaga Laga Sirisirisi Bonani Onan Sileang Sosor Gonting Hutaraja Parik Sinomba Simangaronsang Kecamatan Lintong Nihuta Hutasoit I Lobutua Pargaulan Naga Saribu I Naga Saribu II Siharjulu Sibuntuon Parpea Sibuntuon Partur Sitolu Bahal Tapian Nauli Siponjot Dolok Margu Sitio II Hutasoit II Bonan Dolok Sigompul Nagasaribu IV Nagasaribu V Nagasaribu III Sigumpar Parulohan Habeahan
9
413 417 433 1.374 1.894 697 515 549 998 1.126
24.861 25.278 25.711 27.085 28.979 29.676 30.191 30.740 31.738 32.864
245 410 671 231 300 781 941 284 950 299
33.109 33.519 34.190 34.421 34.721 35.502 36.443 36.727 37.677 37.976
389 1.062 1.769 1.207 783 2.011 1.457 1.759 1.577 3.443 685 5.844 598 1.231 1.848 1.574 1.885 1.663 376 904 1.859 1.996 1.442 1.644 1.745 792 1.654
38.365 39.427 41.196 42.403 43.186 45.197 46.654 48.413 49.990 53.433 54.118 59.962 60.560 61.791 63.639 65.213 67.098 68.761 69.137 70.041 71.900 73.896 75.338 76.982 78.727 79.519 81.173
1.363 768 1.363 1.760 1.160 1.555 2.400 1.161 1.473 2.064 1.904 1.485 1.059 1.118 570 1.103 851 923 1.355 1.273 1.535 550
82.536 83.304 84.940 86.700 87.860 89.415 91.815 92.976 94.449 96.513 98.417 99.902 100.961 102.079 102.649 103.752 104.603 105.526 106.881 108.154 109.689 110.239
27.610
5
33.332
6
39.054
7
44.776
8
50.498
9
56.220
10
61.942
11
67.664
12
73.386
13
79.108
14
84.830
15
90.552
16
96.274
17
101.966
18
107.718
19
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144
1215060 121506001 121506002 121506003 121506004 121506005 121506006 121506007 121506008 121506009 121506010 121506011 1215070 121507001 121507002 121507003 121507004 121507005 121507006 121507007 1215080 121508001 121508003 121508004 121508005 121508006 121508007 121508008 121508009 121508010 121508011 121508012 121508013 121508014 1215090 121509006 121509007 121509008 121509009 121509010 121509011 121509012 121509013 121509014 121509015 121509016 121509017 121509018 121509019 121509020 121509021 121509022 1215100 121510001 121510002 121510003 121510004 121510005 121510006
Kecamatan Paranginan Lumban Sialaman Paranginan Selatan Lumban Barat Lobu Tolong Sihonongan Paranginan Utara Pearung Siborutorup Lumban Sianturi Lobutolong Habinsaran Pearung Silali Kecamatan Bakti Raja Tipang Marbun Toruan Siunong Unong Julu Simamora Sinambela Simangulampe Marbun Tonga Marbun Dolok Kecamatan Pollung Aek Nauli II Aek Nauli I Pandumaan Sipitu Huta Parsingguran II Pollung Parsingguran I Ria Ria Huta Paung Pansur Batu Huta Julu Pardomuan Hutapaung Utara Kecamatan Parlilitan Pusuk II Simaninggir Pusuk I Baringin Sihotang Hasugian Tonga Sionom Hudon Selatan Sihotang Hasugian Dolok I Sionom Hudon Timur I Sionom Hudon Utara Sionom Hudon Julu Sionom Hudon Tonga Sionom Hudon Toruan Sionom Hudon VII Simataniari Sihotang Hasugian Habinsaran Sihotang Hasugian Dolok II Sionom Hudon Timur II Sionom Hudon Sibulbulon Kecamatan Tara Bintang Sitanduk Tara Bintang Sibongkare Sihombu Sihotang Hasugian Toruan Simbara
571 1.250 1.687 1.296 1.762 1.301 917 1.441 339 759 1.164
110.810 112.060 113.747 115.043 116.805 118.106 119.023 120.464 120.803 121.562 122.726
2160 683 475 720 1.044 563 1.177
113.440
20
119.162
21
124.886 125.571 126.046 126.766 127.810 128.373 129.550
124.884
22
1.248 1.183 1.216 1.967 1.875 1.460 924 1.893 1.414 1.082 1.882 443 1.082
130.798 131.981 133.197 135.164 137.039 138.499 139.423 141.316 142.730 143.812 145.694 146.137 147.165
130.606
23
136.328
24
142.050
25
637 1.276 1.552 2.391 2.076 963 976 634 1.200 924 779 520 377 590 940 523 958
147.802 149.078 150.630 153.021 155.097 156.060 157.036 157.670 158.870 159.794 160.573 161.093 161.470 162.060 163.000 163.523 164.481
147.772
26
153.494
27
159.216
28
1.966 1.697 864 1.270 876 496
166.447 168.144 169.008 170.278 171.154 171.650
164.938
29
170.660
30
c. Tahap III: Pemilihan Sampel Rumah Tangga pada Klaster Terpilih Setelah 30 (tiga puluh) klaster dipilih, selanjutnya adalah memilih sampel rumah tangga5 sebagai responden sebanyak 10 (sepuluh) rumah tangga untuk setiap 5
Sampel rumah tangga adalah rumah tangga yang mempunyai anak balita, sebanyak 10 (sepuluh) rumah tanggal untuk tiap klaster.
10
klaster, dengan cara purposive dengan model lingkaran anti nyamuk, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Di klaster terpilih, buat daftar pusat klaster atau titik klaster6 yang biasanya merupakan sarana umum, seperti: kantor kelurahan/dusun/RW, pasar, sekolah/madrasah, tempat peribadatan (mesjid, gereja, pura), posyandu, balai pengobatan, puskesmas. 2) Di setiap klaster dipilih secara acak/melotre satu pusat klaster. 3) Di pusat klaster terpilih tersebut, pengumpul data berjalan dengan memilih arah yang dapat dipilih secara acak, bisa dipilih salah satu ke kiri, kanan, depan atau belakang. Cara yang paling mudah adalah dengan melempar koin untuk memilih arah jalan secara acak. Kemudian pengumpul data berjalan sesuai arah pola anti nyamuk dengan pusat klaster sebagai titik tengah lingkaran. Pola obat anti nyamuk memiliki lingkaran dalam (terdekat dengan pusat klaster), lingkaran kedua, ketiga dan seterusnya. Mulailah bergerak mengikuti lingkaran dalam, kemudian ke lingkaran berikutnya. Hal ini penting agar rumah tangga sampel menyebar di sekitar pusat klaster. 4) Sambil berjalan, pengumpul data dapat membuat peta rumah-rumah yang dilalui dan mengunjungi rumah pertama untuk memeriksa apakah rumahtangga tersebut memiliki balita. Bila rumahtangga tersebut memiliki balita maka dipilih sebagai sampel dan diberi nomor 1. Selanjutnya periksa rumahtangga berikutnya dan seterusnya sampai diperoleh 10 rumahtangga yang memiliki balita, dan beri nomor urut 2, 3, 4, ......, 10. 5) Setelah selesai melakukan pemetaan, rumah-rumah yang telah diberi nomor 1 sampai 10 didatangi untuk dilakukan wawancara, serta pengukuran/ penimbangan terhadap seluruh anggota rumahtangga. Lihat contoh gambar pemetaan berikut. Gambar Pengambilan Sampel Rumah Tangga dengan Lingkaran Anti Nyamuk
6
Titik klaster di desa/kelurahan (kabupaten) adalah kantor desa/kelurahan, dan titik klaster di kelurahan (kota) adalah kantor atau rumah ketua RW
11
Alternatif lain untuk memilih rumah tangga sampel, selain cara mengikuti lingkaran anti nyamuk, juga dapat dilakukan dengan secara acak sederhana, sebagai berikut: 1) Membuat daftar rumah tangga yang mempunyai anak di bawah lima tahun (balita) pada tiap klaster 2) Menentukan interval sampel rumah tangga, berdasarkan jumlah rumah tangga yang mempunyai anak balita dan jumlah sampel rumah tangga yang diperlukan, yaitu 10 rumah tangga. 3) Menentukan sampel rumah tangga pertama secara acak sederhana (misalnya dengan melotre), dan sampel kedua dan seterusnya sampai sampel rumah tangga ke-10 (sepuluh) dipilih berdasarkan interval. Contoh pemilihan sampel rumah tangga pada klaster terpilih adalah sebagai berikut: 1) Klaster I yang terpilih adalah Desa Pakkat Hauagong, Kecamatan Pakkat, dengan jumlah 50 Rumah Tangga (RT). Untuk memilih 10 RT dari 50 RTdilakukan secara acak sederhana. 2) Buat daftar rumah tangga di klaster terpilih yang memiliki balita, kemudian hitung interval sampel dengan membagi jumlah RT yang ada dengan jumlah sampel yang yang diperlukan, yaitu 50/10=5. 3) Sampel RT pertama dipilih dengan cara melotere. Pada Tabel 4 dapat dilihat rumah tangga pertama yang terpilih sebagai sampel adalah nomor urut 2, selanjutnya dengan interval 5 sampel kedua adalah nomor urut 7, demikian selanjutnya terpilih sampel ketiga sampai sampel kesepuluh yaitu nomor urut 12; 17; 22; 27; 32; 37; 42; dan 47. Tabel 4. Contoh Pemilihan Sampel Rumah Tangga Pada Klaster Terpilih
12
No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
No Klaster 22
Nama Desa/Kelurahan Tipang
Nama Kepala Keluarga Simamora Purba Debataraja Eko Siswono Elisanto Simatupang Rangga Suarta Adil Chandra Togatorop Beki Iryanis Iwan Simangunsong Sianturi Adam Pudjanto Satria Evan Siburian Makmur Jufri Susanto Sibagariang Pasaribu Situmorang Suparno Entos Zainal Manalu Harapan Bernardus Ichwan Arbie Sinaga Suroto Sutomo Tito Aan Hutagalung Wempy Suyanto Riga Katmo Sirait Baihaki Bariaji Bowo
Alamat RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4
No Sampel Terpilih 1
2
3
4
5
6
7
8
9 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4
10
2. Menyediakan Instrumen dan Peralatan a. Instrumen Pemantauan Status Gizi (PSG) terdiri dari kuesioner dan formulir yang akan diisi oleh petugas pengumpul data di lapangan (enumerator). Kuesioner/formulir akan berisi data: 1) Tanggal lahir responden dan anggota rumah tangga 2) Umur dalam bulan 3) Berat Badan (BB) 4) Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) 5) Panjang Lengan atas (PLA) 6) Lingkar Lengan Atas (LLA) 7) Frekuensi penimbangan balita di KMS dan atau Buku KIA 8) Ada/tidaknya penanganan tatalaksana anak gizi buruk di rumah tangga 9) Ada/tidaknya konsumsi tablet tambah darah 13
10) Ada/tidaknya konsumsi kapsul vitamin A 11) Dilakukannya/tidak pemberian ASI eksklusif 12) Konsumsi garam beryodium di rumah tangga b. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan antara lain: 1) Dacin/Salter untuk menimbang berat badan balita 0-59 bulan 2) Timbangan injak (digital) untuk menimbang berat badan anak usia sekolah, remaja dan dewasa 3) Alat ukur panjang badan untuk mengukur panjang badan anak usia 0-24 bulan 4) Microtoise untuk mengukur tinggi badan anak diatas 24 bulan, remaja, dan dewasa 5) Pita LLa untuk mengukur Lingkar Lengan Atas WUS dan Ibu hamil 6) Tabel IMT menurut Umur (IMT/U) 7) Aplikasi data entry 8) Buku Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak 9) Daftar jumlah penduduk menurut desa/kelurahan 10) Kuesioner dan Petunjuk Pengisian 11) Alat pengolah data 12) Iodium test 3. Merekrut dan Melatih Petugas a. Perekrutan petugas pengumpul data dilakukan oleh Tim PSG Provinsi, yang terdiri dari Dinkes Provinsi dan Poltkekkes/AIPGI. b. Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Pengumpul Data yang terdiri dari mahasiswa telah mendapatkan kuliah Penilaian Status Gizi dari Poltekkes jurusan gizi dan Institusi Perguruan Tinggi yang memiliki jurusan gizi. c. Petugas pengumpul data (enumerator) yang direkrut akan dilatih untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengumpulan data. Materi pelatihan yang perlu diberikan difokuskan pada teknik sampling, pengukuran antropometri, teknik wawancara, dan penggunaan aplikasi (software) pengolahan data PSG.
Tabel 5. Materi Pelatihan dan Petugas yang Dilatih No Materi Pelatihan 1 Cara menentukan klaster sampling di tingkat kabupaten untuk menentukan desa terpilih 2
Cara menentukan rumah tangga terpilih dari setiap desa terpilih
3
Pengukuran Antropometri
4
Menjalankan aplikasi entry data PSG
Petugas Yang Dilatih Dosen Penanggungjawab dan Pengelola Gizi Dinkes Kab/Kota (Koordinator Lapangan) Dosen Penanggungjawab dan Pengelola Gizi Dinkes Kab/Kota (Koordinator Lapangan) Petugas Pengumpul Data Pengolah data Poltekes
14
Penanggung Jawab Koordinator PSG Provinsi Koordinator PSG Provinsi Koordinator PSG Provinsi Koordinator PSG Provinsi
5
Teknik Wawancara
Petugas Pengumpul Data
Koordinator PSG Provinsi
4. Menetapkan Rencana Kerja dan Biaya Penetapan rencana kerja dan biaya dilakukan untuk mendapatkan gambaran jumlah tenaga, biaya dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pemantauan status gizi. Biaya kegiatan pemantauan status gizi dibebankan utamanya dari dana dekonsentrasi, tetapi tidak menutup kemungkinan ada tambahan dana dari APBD. Komponen biaya yang diperlukan antara lain: a. Tahap persiapan 1) Pengadaan logistik (antropometri kit, kuesioner, dan formulir lainnya) 2) Dana kegiatan untuk rapat 3) Biaya Rekruitmen 4) Biaya pelatihan tenaga pengumpul data 5) ATK b. Pelaksanaan 1) Transport, honorarium dan akomodasi pengumpul data dan supervisor 2) Bahan Kontak c. Pengolahan data 1) Biaya pengiriman data dari kabupaten ke Provinsi 2) Honorarium pengolah data d. Penyusunan Laporan 1) Biaya Pertemuan Finalisasi Laporan 2) Penggandaan laporan 3) ATK e. Diseminasi hasil 1) Biaya penyelenggaraan workshop 2) ATK 3) Penggandaan laporan
15
BAB III TAHAP PELAKSANAAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Pengumpulan Data Setelah dilakukan pemilihan sampel, pada rumah tangga yang terpilih dilakukan pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data terdiri dari pengukuran antropometri dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi data antropometri dan informasi terkait indikator kegiatan pembinaan gizi, sebagai berikut: 1. Status Gizi (Data Antropometri) a. Anak Balita Dilakukan dengan mengukur seluruh anak balita di rumah tangga, meliputi: 1) Mencatat tanggal lahir atau umur (bulan) 2) Mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB). a. Berat badan ditimbang dengan timbangan pegas “salter” b. Tinggi badan diukur dengan alat microtoise untuk anak yang sudah bisa berdiri (umur ≥ 24 bulan) c. Panjang badan diukur dengan alat ukur panjang badan untuk anak yang belum bisa berdiri (umur ≤ 23 bulan), yaitu dengan posisi terlentang7. d. Catat cara pengukuran balita dengan memberi kode tertentu bila diukur telentang atau diukur berdiri. b. Anak Sekolah, Remaja, Dewasa Dilakukan dengan pengukuran berikut: 1) Mencatat tanggal lahir atau umur 2) Mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Panjang Lengan Atas (PLA) dan Lingkar Lingkar Atas (LLA). § Berat Badan ditimbang dengan timbangan kamar mandi § Tinggi Badan diukur dengan alat microtois 3) Khusus untuk Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun) dan ibu hamil serta ibu menyusui selain BB dan TB, juga diukur Panjang Lengan Atas (PLA) dan Lingkar Lengan Atas (LLA) dengan menggunakan pita LLA. 4) Untuk individu kondisi khusus seperti sakit berat, hilang ingatan, bongkok tidak usah diukur 2. Frekuensi Penimbangan Balita Dilakukan dengan mencatat frekuensi penimbangan balita dari Kartu Menuju Sehat (KMS), buku KIA atau formulir lain catatan penimbangan balita yang ada di Posyandu dalam 6 bulan terakhir.
7
Umur dihitung dalam bulan penuh (completed month). Jika anak umur ≤ 23 bulan (23 bulan 29 hari) diukur berdiri dengan microtoise maka aplikasi pengolahan data antropometri akan menambah Panjang Badannya = 0,7 cm dari hasil pengukuran, sebaliknya anak umur ≥ 24 bulan diukur terlentang dengan pengukur panjang badan maka maka aplikasi pengolahan data antropometri akan mengurangi Tinggi Badannya = 0,7 cm dari hasil pengukuran.
16
3. Tata Laksana Gizi Buruk Dilakukan dengan menanyakan dan mencatat tata laksana penanganan kasus balita gizi buruk dari rumah tangga dalam setahun ini. 4. Pemberian dan Konsumsi Tablet Tambah Darah atau Tablet Fe Dilakukan dengan menanyakan dan mencatat umur kehamilan saat ini dan umur kehamilan saat pertama menerima tablet TTD/Fe, jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) atau tablet Fe yang diterima dan dikonsumsi ibu hamil di rumah tangga. Jika ibu hamil tidak menerima TTD atau tablet Fe dari program Kemenkes tetapi secara mandiri (TTD Mandiri), maka TTD Mandiri dicatat sebagai menerima TTD atau tablet Fe dari Kemenkes. 5. Pemberian Kapsul Vitamin A a. Balita 6-11 bulan: dilakukan dengan mencatat dari Kartu Menuju Sehat (KMS), buku KIA atau formulir lain catatan pemberian vitamin A pada bulan Februari atau Agustus. b. Balita 12-59 bulan: dilakukan dengan mencatat dari Kartu Menuju Sehat (KMS), buku KIA atau formulir lain catatan pemberian vitamin A pada bulan Februari dan Agustus. c. Ibu Nifas: dilakukan dengan mencatat dari buku KIA atau formulir lain catatan pemberian vitamin A pada ibu melahirkan dalam waktu 28 hari masa nifas. 6. ASI Eksklusif pada Bayi 0-5 Bulan Dilakukan dengan mencatat pemberian ASI dari Kartu Menuju Sehat (KMS), buku KIA atau formulir lainnya. Jika pemberian ASI tidak dicatat dalam KMS, buku KIA atau formulir, ditanyakan apakah bayi 0-5 bulan hanya diberi ASI saja tanpa makanan dan minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral selama sehari kemarin. 7. Konsumsi Garam Beriodium di Rumah Tangga Dilakukan dengan menguji kandungan Iodium dalam garam yang digunakan keluarga atau rumah tangga dengan menggunakan alat uji kandungan Iodium dalam garam. Hasil uji memberikan perubahan warna (ungu pekat atau ungu pucat) yang mengindikasikan garam mengandung Iodium, atau jika tidak terjadi perubahan warna mengindikasikan garam tidak mengandung Iodium. B. Pelaksana Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Provinsi yang dikoordinasikan Dinas Kesehatan Provinsi dengan pelaksana pengumpulan, pengolahan dan analisis data dari Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) yang terdiri dari perguruan tinggi jurusan gizi dan Poltekkes jurusan Gizi, dibantu petugas kabupaten dan kota serta pelaksana gizi di puskesmas, atau dengan bantuan tenaga bidan atau kader setempat
17
C. Monitoring Pelaksanaan Pengumpulan Data Pada waktu pelaksanaan pengumpulan data dilakukan monitoring yang meliputi: 1. Pengecekan sampel klaster, titik pusat klaster dan pemilihan sampel rumah tangga 2. Kelengkapan pengisian kuesioner 3. Mengamati dan mengarahkan cara melakukan wawancara, pengukuran berat badan, panjang badan/tinggi badan dan pengujian garam konsumsi dengan Iodium test 4. Melakukan reliabilitas hasil pengukuran. Pelaksanaannya dengan mengukur ulang secara acak balita sampel di berbagai klaster yang berbeda. Pelaksana monitoring pengumpulan data adalah Tim Pusat (Direktorat Bina Gizi, Badan Litbangkes), Tim Provinsi (Dinkes Provinsi, Poltekes/AIPGI), Tim Kabupaten/Kota (Dinkes Kabupaten/Kota dan Puskesmas).
18
BAB IV MANAJEMEN DATA DAN INFORMASI PEMANTAUAN STATUS GIZI Manajemen data dan informasi meliputi data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan diharapkan dapat dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan Poltekkes Jurusan Gizi, sehingga dalam hal ini Perguruan Tinggi dan atau Poltekkes Jurusan Gizi merupakan pangkalan data, sementara diseminasi hasil dilakukan bersama Dinas Kesehatan. A. Data Entry Kuesioner atau formulir pengumpulan data yang telah di cek dan validasi pengisian dan kelengkapan data yang diperlukan, selanjutnya dientri dengan menggunakan aplikasi (software) yang khusus dipersiapkan untuk pelaksanaan PSG. B. Data Cleaning Sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data lebih lanjut, dilakukan pengecekan hasil data entry. Pada proses ini, kembali dilakukan pengecekan ulang apabila ditemukan adanya data ekstrim. Data ekstrim di validasi ulang dengan melihat kembali kuesioner atau formulir pengumpulan data yang telah di cek dan validasi. C. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi (software) PSG yang telah disiapkan. Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau software lainnya, misalnya SPSS dan MS Excell. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase, tabel silang, grafik, gambar dan narasi. Selanjutnya dapat disajikan analis data dengan satu variabel (tabel frekuensi), analisis dengan dua atau tiga variabel (tabel silang), dan analisis dengan uji statistik. D. Penyusunan Laporan Laporan hasil pelaksanaan PSG disusun berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, yang disusun menurut kabupaten dan kota serta nasional. E. Diseminasi Hasil Hasil PSG perlu didiseminasikan kepada kepala wilayah (bupati/alikota) dan kepada pemangku kepentingan terkait. Diharapkan hasil PSG dapat dimanfaatkan untuk penentuan tindakan cepat (quick response), pengambilan keputusan, penentuan kebijakan dan perencanaan.
19
BAB V PENGORGANISASIAN PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Pelaksana dan Penanggung Jawab Pelaksana dan penanggung jawab PSG secara berjenjang adalah: 1. Tim Pusat (Direktorat Bina Gizi, Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes RI/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Litbangkes) mempunyai tugas: a. Menyiapkan Petunjuk Teknis PSG, aplikasi PSG dan pedoman pengoperasiannya b. Sosialisasi Juknis PSG kepada Provinsi (Dinkes Provinsi dan Assosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia) c. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Dinkes Provinsi dan Assosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (Perguruan Tinggi yang memiliki Jurusan Gizi dan Jurusan Gizi Poltekes). d. Membuat rencana kerja dan biaya e. Meningkatkan kapasitas petugas PSG di Provinsi melalui Bimbingan Teknis dan Pendampingan f. Mengelola data dan informasi (data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis, penyusunan laporan dan diseminasi hasil) di seluruh Indonesia. g. Menyediakan instrumen, aplikasi PSG dan peralatan pendukung b. Tim Provinsi (Dinkes Provinsi, Perguruan Tinggi Jurusan Gizi dan Jurusan Gizi Poltekes) mempunyai tugas: a. Sosialisasi Juknis PSG kepada Pengelola Gizi Kabupaten/Kota b. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Dinkes Kabupaten/Kota c. Membuat rencana kerja dan biaya d. Menyediakan instrumen, aplikasi PSG dan peralatan pendukung e. Rekruitmen dan peningkatkan kapasitas petugas PSG f. Melasanakan pengumpulan data dengan pengukuran antropometri dan wawancara dengan menggunakan kuesioner g. Mengelola data dan informasi (data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis dan penyusunan laporan) di Kabupaten dan kota. c. Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai tugas: a. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Puskesmas b. Membantu Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG terutama dalam menetapkan klaster di kabupaten dan kota serta pengumpulan data pada klaster terpilih d. Puskesmas mempunyai tugas: a. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Pustu/Polindes/Poskesdes terutama dalam menentukan pusat klaster di desa/kelurahan/RW. b. Membantu Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG mulai dari menetapkan rumah tangga pada klaster terpilih dan pengumpulan data di rumah tangga
20
B. Alur Pelaporan Pada kegiatan ini, setelah data dikumpulkan dari rumah tangga yang dikunjungi, Tim Provinsi selanjutnya mengelola data dan informasi hasil PSG untuk dilaporkan ke Tim Pusat dalam bentuk hard copy maupun soft copy ke alamat Direktorat Bina Gizi, Kemenkes RI atau email
[email protected] Gambar Alur Pelaporan Pemantauan Status Gizi Pusat Direktorat Bina Gizi Poltekes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes
Provinsi Dinkes Provinsi Poltekkes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi
Koordinasi, sosialisasi, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (nasional)
Koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, entry data, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (kabupaten/kota)
Kabupaten/kota Dinkes Kabupaten/Kota Koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, monitoring, dan umpan balik
Kecamatan Puskesmas
Desa/Kelurahan (RW) Pustu/Polindes/Poskesdes
1. 2. 3. 4.
Keterangan: Tim Pusat (Direktorat Bina Gizi, Poltekes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes): melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (nasional) Tim Provinsi (Poltekkes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi): melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, entry data, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (kabupaten/kota) Tim Kabupaten/Kota (Dinkes Kabupaten/Kota): melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data, monitoring, dan umpan balik Petugas Gizi Puskesmas (dibantu petugas kesehatan di Pustu/Polindes/Poskesdes): membantu Tim Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota menentukan sampel rumah tangga dan pelaksanaan pengumpulan data
C. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan PSG diharapkan serentak di seluruh daerah pada bulan Agustus. 21
BAB VI PENUTUP Pedoman Teknis Pemantauan Status Gizi ini dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas pengelola kegiatan pembinaan gizi khususnya pengelola kegiatan surveilans gizi, khususnya di Provinsi, kabupaten dan kota. Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi, untuk memperoleh informasi gambaran status gizi dan informasi pencapaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Tersedianya informasi tersebut akan mendukung kegiatan manajemen kegiatan pembinaan gizi untuk pengambilan keputusan dan tindakan, penentuan kebijakan dan penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan. Dengan ketersediaan Pedoman Teknis Pemantauan Status Gizi ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam menyelenggarakan PSG, sehingga dapat memenuhi harapan berbagai pihak akan tersedianya informasi status gizi dan pencapaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan.
22
Lampiran 1 DAFTAR SAMPEL KABUPATEN DAN KOTA MENURUT PROVINSI PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) 2014 No
Provinsi
Kabupaten/Kota
Aceh 1 2 3 4 5 6 7
Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Timur Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Utara Kab. Aceh Tamiang Kab. Bener Meriah Kota Sabang Sumatera Utara
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kab. Mandailing Natal Kab. Tapanuli Utara Kab. Asahan Kab. Karo Kab. Nias Selatan Kab. Samosir Kab. Padang Lawas Utara Kab. Labuhan Batu Utara Kota Sibolga Kota Tebing Tinggi Sumatera Barat
18 19 20 21 22 23
Kab. Pesisir Selatan Kab. Tanah Datar Kab. Lima Puluh Koto Kab. Dharmas Raya Kota Solok Kota Bukittinggi Riau
24 25 26 27
Kab. Indragiri Hulu Kab. Siak Kab. Bengkalis Kota Pekan Baru Jambi
28 29 30
Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Tebo Sumatera Selatan
31 32 33 34 35
Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Musi Rawas Kab. Oku Selatan Kab. Empat Lawang Kota Pagar Alam Bengkulu
36 37 38
Kab. Rejang Lebong Kab. Seluma Kab. Kepahiang
23
No
Provinsi Lampung
39 40 41 42
Kabupaten/Kota Kab. Tanggamus Kab. Lampung Tengah Kab. Tulang Bawang Kab. Mesuji
Bangka Belitung 43 44
Kab. Belitung Kab. Bangka Selatan Kepulauan Riau
45 46
Kab. Natuna Kota Tanjung Pinang DKI Jakarta
47 48
Kota Jakarta Selatan Kota Jakarta Barat Jawa Barat
49 50 51 52 53 54 55 56
Kab. Bogor Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Cirebon Kab. Karawang Kab. Bandung Barat Kota Bandung Kota Depok Jawa Tengah
57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Kab. Banyumas Kab. Kebumen Kab. Magelang Kab. Sukoharjo Kab. Sragen Kab. Rembang Kab. Jepara Kab. Temanggung Kab. Pekalongan Kab. Brebes Kota Salatiga DI Yogyakarta
68 69
Kab. Bantul Kota Yogyakarta Jawa Timur
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Kab. Ponorogo Kab. Blitar Kab. Lumajang Kab. Bondowoso Kab. Pasuruan Kab. Jombang Kab. Magetan Kab. Tuban Kab. Bangkalan Kab. Sumenep Kota Malang
24
No
Provinsi Banten
81 82
Kabupaten/Kota Kab. Lebak Kota Tangerang
Bali 83 84 85
Kab. Tabanan Kab. Klungkung Kab. Buleleng NTB
86 87 88
Kab. Lombok Tengah Kab. Dompu Kab. Lombok Utara NTT
89 90 91 92 93 94
Kab. Kupang Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Alor Kab. Ende Kab. Rote Ndao Kab. Sumba Barat Daya Kalimantan Barat
95 96 97 98
Kab. Bengkayang Kab. Sanggau Kab. Kapuas Hulu Kab. Kayong Utara Kalimantan Tengah
99 100 101 102
Kab. Kotawaringin Timur Kab. Barito Utara Kab. Seruyan Kab. Gunung Mas Kalimantan Selatan
103 104 105 106
Kab. Kota Baru Kab. Tapin Kab. Hulu Sungai Utara Kab. Balangan Kalimantan Timur
107 108 109
Kab. Kutai Barat Kab. Berau Kota Balikpapan Kalimantan Utara
110
Kab. Nunukan Sulawesi Utara
111 112 113 114 115
Kab. Minahasa Kab. Minahasa Selatan Kab. Siau Tagulandang Biaro Kab. Bolaang Mongondow Timur Kota Tomohon Sulawesi Tengah
116 117 118
Kab. Banggai Kab. Donggala Kab. Parigi Moutong
25
No
Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten/Kota
119 120 121 122 123 124 125
Kab. Bulukumba Kab. Takalar Kab. Maros Kab. Bone Kab. Sidenreng Rappang Kab. Luwu Kota Palopo Sulawesi Tenggara
126 127 128 129
Kab. Muna Kab. Konawe Selatan Kab. Kolaka Utara Kota Kendari Gorontalo
130 131
Kab. Gorontalo Kab. Gorontalo Utara Sulawesi Barat
132 133
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamuju Utara Maluku
134 135 136
Kab. Maluku Tengah Kab. Seram Bagian Barat Kab. Buru Selatan Maluku Utara
137 138 139
Kab. Halmahera Tengah Kab. Halmahera Utara Kota Ternate Papua Barat
140 141 142
Kab. Kaimana Kab. Manokwari Kab. Sorong Papua
142 143 144 145 146 147 148 149 150
Kab. Jayawijaya Kab. Yapen Kab. Biak Numfor Kab. Mimika Kab. Mappi Kab. Keerom Kab. Supiori Kab. Dogiyai Kab. Deiyai
26
Lampiran 2 Tabel Acak 27767 13025 80217
43584 14338 36292
85301 54066 98525
88977 15243 24335
29490 47724 24432
69714 66724 24896
94015 66733 61880
64874 74108 87873
322444 88222 95160
48277 88570 59221
10875 54127
62004 57326
90391 26629
61105 10967
57411 24472
06368 88779
11748 17944
12102 05600
80580 60478
41867 03343
60311 49739 78626 66692 44071
42824 71484 51594 13986 28091
37301 92003 16453 99837 07362
42678 98086 94614 00582 97703
45990 76668 39014 81232 76447
43242 73209 97066 44987 42537
66067 54244 30945 69170 08345
42792 91030 57589 37403 88975
95043 45547 31732 86995 35741
52680 70818 57260 90307 85771
59820 25704 22304 17710 25852
96163 91035 90314 59621 58905
78851 26313 78438 15292 55018
16499 77463 66276 76193 56374
87064 55387 18396 59526 35824
13057 72681 73538 52113 71708
73035 47431 43277 53856 30540
41207 43905 58874 30743 27886
74699 31048 11466 08670 61732
09301 56699 16082 84722 75454
46780 59849 47670 94304 08105
54187 96169 07654 71803 59987
75211 87195 30342 73465 21437
10271 46092 40277 09819 36786
36633 26787 11049 58869 49226
68424 60939 72049 35220 77837
17374 59202 83012 09504 96524
52003 11973 09832 96412 97831
70707 02902 25571 90193 65704
70214 33250 77628 79568 09514
64281 66847 72461 21032 95362
61826 70495 33230 91050 67011
18555 32350 21529 13058 06651
64937 02385 53424 16218 16136
64654 01755 72877 06554 57216
25843 14750 17334 07850 39618
41145 48968 39283 73950 49856
42820 38603 04149 79552 99326
14294 70312 90850 24781 40902
39650 05682 64618 89683 05069
49712 58275 89514 15472 12120
97380 61764 11788 50669 86124
10404 97586 68224 48139 51247
55452 54716 23417 36732 44302
09971 61459 46376 26825 87112
59481 21647 25366 05511 21476
37006 87417 94746 12459 14713
22186 17198 49580 91314 71181
72682 21443 01176 80582 13177
07385 41808 28838 71944 55292
95294 66986 80620 55411 95083
00556 34099 51790 85667 06783
70481 74474 11436 77535 28102
06905 20740 38072 99892 57816
21785 47458 40405 71209 85561
41101 64809 68032 92061 29671
49386 06312 60942 92329 77936
54480 88940 00307 98932 63574
23604 15995 11897 78184 31384
23554 69321 92674 36347 51924
90726 58984 36421 92638 21036
57166 83620 16489 40333 82608
98884 89747 18059 67054 77501
08583 98882 51061 16067 97427
95889 92613 57667 24700 76479
57067 89719 60631 71594 68562
38101 39641 84054 47458 43321
77756 69457 40455 03577 31370
11657 91339 99396 57649 28977
13897 22502 63680 63266 23896
13173 86716 92581 12470 01016
33365 38746 02262 53500 00857
41468 94559 4615 50273 40396
85149 37559 70360 93113 80504
49554 49678 64114 41794 90670
17994 53119 58660 86861 08289
91178 98189 96717 39448 58137
10174 81851 54244 93136 17820
29420 29651 10701 25722 22751
90438 84215 41393 08564 36518
34030 50259 73959 46874 60883
60726 46345 76145 37088 52109
25807 06170 60808 80940 19516
24260 97965 54444 44893 90120
71529 88302 74412 10408 46759
78920 98041 81105 36222 71643
47648 11947 69181 14004 62342
13885 56203 96845 23153 07589
70669 19324 38525 69249 08899
93406 20504 11600 05747 05985
27
Lampiran 3 Kuesioner Pemantauan Status gizi dan Monitoring Evaluasi Kegiatan Pembinaan Gizi
Halaman Pertama Lihat File: kuesioner psg 9apr2014
28
Halaman Kedua Lihat File: kuesioner psg 9apr2014
29
Lampiran 4
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1.
Provinsi
:
2. 3. 4. 5.
Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Tipe Desa/Kelurahan
: : : :
6. 7.
Nomor Klaster Tanggal Pengukuran
: :
8.
Nama Petugas
:
Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tulis nama dan kode kabupaten/kota dari BPS Tulis nama dan kode kecamatan dari BPS Tulis nama dan kode desa/kelurahan dari BPS Tulis nama dan kode tipe desa/kelurahan dari BPS Jika kelurahan tulis kode 1, jika desa tulis kode 2 Tulis nomor klaster HH/BB/TTTT=Tanggal/Bulan/Tahun Contoh: 1 Agustus 2014 ditulis: 01/08/2014 Tulis nama petugas yang mengumpulkan data
II. IDENTITAS RUMAH TANGGA 1.
Nomor Urut Rumah Tangga :
2. 3.
Nama Kepala Rumah Tangga : Nama Responden :
4. 5.
Jumlah anggota rumah tangga : Tingkat Pendidikan :
Tulis nomor urut rumah tangga sesuai urutan nomor sampel Tulis nama kepala keluarga Tulis nama anggota rumah tangga yang menjadi responden Tulis jumlah anggota rumah tangga yang ada Tulis tingkat pendidikan yang dimiliki ayah, ibu dan responden Ketik 1 jika tidak pernah sekolah; ketik 2 jika tidak tamat SD; ketik 3 jika tamat SD; ketik 4 jika tamat SMP; ketik 5 jika tamat SMA; ketik 6 jika Tamat Perguruan Tinggi
IV. MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI 1. 2.
3. 4.
Penimbangan Balita: tulis berapa kali balita ditimbang dalam 6 bulan terakhir Tulis Tata Laksana Balita Gizi Buruk (2.a. sampai 2.c.) jika dalam rumah tangga terdapat balita sangat kurus, yang pernah dirujuk/mendapat perawatan gizi buruk dan dimana dirawat). Tulis Distribusi dan Konsumsi Tablet Tambah Darah (Tablet Fe) (3.a. sampai 3.k.) Konsumsi Garam Beriodium: 4.a. Jenis garam yang digunakan dalam rumah tangga: Tulis 1 jika menggunakan garam bata; tulis 2 jika menggunakan garam curah; tulis 3 jika menggunakan garam halus; tulis 4 jika menggunakan garam gurih
30
5.
6.
4.b. Alasan membeli atau menggunakan garam jenis itu: Tulis 1 karena alas an mengandung Iodium; tulis 2 karena ada di pasaran; tulis 3 jika rasanya tidak pahit; tulis 4 jika alas an murah; tulis 5 karena alasan lainnya 4.c. Kandungan Iodium dalam garam: Lakukan uji kandungan garam yang digunakan di rumah dengan menggunakan Iodium Test, tulis 1 jika hasil uji garam menunjukkan warna biru/ungu; tulis 2 jika hasil uji tidak menunjukkan adanya perubahan warna Pola Pemberian ASI 5.a. Tulis 1, jika bayi 0-5 bulan diberi hanya ASI saja; tulis 2 jika bayi 0-5 bulan diberi makanan dan minuman selain ASI 5.b. Tulis jawaban pada usia berapa bulan bayi diberi makan atau minum selain ASI pertama kali Pemberian Vitamin A 6.a. Tulis jawaban apakah bayi 6-11 bulan sudah diberi Vitamin A berwarna biru dalam 6 bulan terakhir 6.b. Tulis jawaban apakah anak 12-59 bulan sudah diberi Vitamin A berwarna biru dalam 6 bulan terakhir 6.c. Tulis jawaban jika dalam keluarga ada ibu nifas, apakah sudah menerima/meminum kapsul Vitamin A berwarna merah
III. PENGUKURAN ANTROPOMETRI Untuk nomor 14-25 isi dengan hasil pengukuran antropometri dari seluruh anggota rumah tangga yang berhasil diukur pada hari kunjungan8. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Tulis nomor urut Tulis nama lengkap anggota rumah tangga yang berhasil diukur Tulis Jenis Kelamin (JK) anggota rumah tangga yang berhasil diukur (1=laki-laki; 2=perempuan) Tulis Hubungan Keluarga (HK) masing-masing anggota rumah tangga dengan Kepala Keluarga Tulis tanggal lahir (HH/BB/TTTT=tanggal/bulan/tahun; contoh 5 Januari 2010 ditulis 05/01/2010) Dan (7) Jika tanggal lahir tidak diketahui, umur balita dihitung dalam bulan penuh; umur anak usia sekolah dan remaja dihitung dalam tahun dan bulan; dan umur dewasa serta lansia (>18 tahun) dihitung dalam tahun penuh BB ditulis dalam Kg dengan 1 desimal di belakang koma, misal 11,3 Kg PB atau TB ditulis dalam Cm dengan 1 desimal di belakang koma, missal 117,9 Cm Tulis 1 jika balita diukur telentang dan 2 jika diukur berdiri. LLA ditulis dalam Cm dengan 1 desimal di belakang koma, misal 23,7 Cm PLA ditulis dalam Cm dengan 1 desimal di belakang koma, misal 24,6 Cm Tulis keterangan anggota rumah tangga, mis: baduta diukur berdiri, balita diukur terlentang, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dll
Khusus untuk balita, Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun, dan ibu hamil serta ibu menyusui selain mengukur BB dan TB juga diukur PLA dan LLA 8
31
Lampiran 5 Daftar Variabel Kegiatan Pembinaan Gizi
No 1
Variabel Balita menimbang berat badan secara teratur
Sasaran Balita 0 – 59 bulan9
Definisi Operasional Balita yang datang ke posyandu dan ditimbang berat badannya dalam kurun waktu ≤6 bulan terakhir.
Cara Pengumpulan Data Melihat dan mencatat hasil penimbangan balita dari KMS atau buku KIA
Baik = jika balita 6-59 bulan dalam 6 bulan terakhir ditimbang ≥ 4 kali Atau Jika balita 4-5 bulan dalam 5 bulan terakhir ditimbang ≥ 3 kali Atau Jika balita 2-3 bulan dalam 3 bulan terakhir ditimbang ≥ 2 kali Atau Jika balita 0-1 bulan dalam 2 bulan terakhir ditimbang ≥ 1 kali 2
3
4
Konsumsi tablet penambah darah (TTD) pada ibu hamil Ibu nifas mendapat kapsul Vitamin A
Balita 6 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A
Ibu hamil
Ibu nifas
Bayi 6 – 11 bulan dan balita 12 – 59 bulan
Ibu hamil mendapat dan minum tablet tambah darah selama kehamilan. Baik = bila ibu hamil mendapat dan meminum 90 TTD selama kehamilan Ibu hamil mendapat kapsul vit A dalam kurun waktu 28 hari masa nifas. Baik = bila ibu nifas mendapat 2 kapsul vit A merah dalam kurun waktu 28 hari masa nifas Balita 6 – 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A pada bulan Februari dan atau Agustus. Baik = bila bayi 6 – 11 bulan mendapat 1 kali kapsul vitamin A biru pada bulan Februari atau Agustus
5
6
ASI Eksklusif
Konsumsi garam beriodium
Bayi 0 – 5 bulan11
Rumah tangga atau keluarga
Atau Bila balita 12 – 59 bulan mendapat 2 kapsul vitamin A merah pada bulan Februari dan Agustus Bayi umur 0 – 5 bulan yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral sehari kemarin Baik = bila hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral Keluarga menggunakan garam beriodium untuk memasak setiap hari Baik = bila hasil uji garam menggunakan iodium tes atau tes amilum berwarna (ungu pucat atau ungu pekat)
Umur dalam bulan penuh; anak umur 1 bulan 14 hari dihitung 1 bulan, anak umur 1 bulan 29 hari dihitung 1 bulan Jika tidak ada buku KIA atau formulir lainnya, tanyakan pada ibu hamil kemasan TTD yang diterima 11 Bayi 0 – 5 bulan = bayi berumur 0 hari sampai dengan 5 bulan 29 hari 9
10
32
Melihat dan mencatat catatan ibu hamil dibuku KIA atau formulir lainnya10 Melihat dan mencatat catatan ibu nifas dibuku KIA atau formulir lainnya
Melihat dan mencatat pemberian vitamin A pada KMS, buku KIA atau formulir lainnya
Melihat dan mencatat pemberian ASI pada KMS, buku KIA atau formulir lainnya
Menguji garam yang digunakan rumah tangga atau keluarga
Lampiran 6
CONTOH TABEL (DUMMY TABLES) PEMANTAUAN STATUS GIZI Tabel 1. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota Keluarga ≤4 >4 Total
n
%
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Ayah/Ibu dan Responden Tingkat Pendidikan Ayah/Ibu
Ayah/KK n %
Ibu n
%
Responden n %
Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Tidak Tahu Total
Tabel 3. Jenis Kelamin Anak Balita Jenis Kelamin
Balita n
%
Remaja n %
Dewasa n %
Lansia n %
Laki-Laki Perempuan Total
Tabel 4. Prevalensi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/U Status Gizi
BB/U n
GiziBuruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Total
33
%
Tabel 5. Prevalensi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks TB(PB)/U Status Gizi
TB(PB)/U n
%
Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi Total
Tabel 6. Prevalensi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/TB(PB) Status Gizi
BB/TB(PB) n
%
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Total Tabel 7. Prevalensi Status Gizi Anak 5-18 th berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) Menurut Umur Status Gizi
IMT/U n
%
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total
Tabel 8. Prevalensi Status Gizi Remaja dan Dewasa berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) Menurut Umur Status Gizi
Remaja n
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total
34
Dewasa %
n
%
Tabel 9. Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan WUS KEK Status Gizi n
Bumil %
WUS n
%
KEK Normal Total
Tabel 10. Jumlah Bayi (0-1bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu dalam dua bulan terakhir Bayi yang Datang dan ditimbang 2 bulan terakhir Tidak Pernah Satu Kali Dua Kali Total
n
%
Tabel 11. Jumlah Bayi (2-3bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu dalam 4 (empat) bulan Bayi yang Datang dan ditimbang 4 (empat) bulan terakhir Tidak Pernah Satu Kali Dua Kali Tiga Kali Empat Kali Total
n
%
Tabel 12. Jumlah Bayi (4-5bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu dalam 6 (enam) bulan terakhir Bayi yang Datang dan ditimbang 6(enam)bulan terakhir Tidak Pernah Dua Kali Tiga Kali Empat Kali Lima Kali Enam Kali Total
35
n
%
Tabel 13. Jumlah Bayi (6-59bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu dalam 6 (enam) bulan terakhir Bayi yang Datang dan ditimbang 6(enam)bulan terakhir Tidak Pernah Dua Kali Tiga Kali Empat Kali Lima Kali Enam Kali Total
n
%
Tabel 14. Jumlah Balita Kurus dalam Keluarga Total Balita
n
%
Kurus Normal Total
Tabel 15. Jumlah Balita Sangat Kurus Yang dirujuk dalam Keluarga Jumlah Balita Sangat Kurus
Dirujuk ke Rumah Sakit n
%
Puskesmas n
%
Ya Tidak Total
Tabel 16. Usia Kehamilan Ibu dalam Keluarga Ibu Hamil
n
Trimester I (1-3 bln) Trimester II (4-6 bln) Trimester III (7-9 bln) Tidak tahu Total
36
%
TFC n
%
Tabel 17. Jumlah Ibu Hamil Pertama kali Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Ibu Hamil mendapat Tablet Tambah Darah
n
%
Trimester I (1-3 bln) Trimester II (4-6 bln) Trimester III (7-9 bln) Tidak Tahu Total
Tabel 18. Frekuensi Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Frekuensi Ibu Hamil mendapat Tablet Tambah Darah
N
%
Tidak Pernah 1(satu) kali 2(dua) kali 3(tiga) kali Tidak tahu Total Tabel 19. Jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang diperoleh Ibu Hamil Jumlah Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah
n
%
30 butir 60 butir 90 butir Total
Tabel 20. Jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang diminum Ibu Hamil Jumlah Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah
Jumlah Tablet Tambah Darah (butir) 0-30 n
Diminum Tidak Diminum Total
37
31-61 %
n
61-90 %
n
%
Tabel 21. Jumlah Ibu Hamil yang tidak dapat TTD tapi Membeli TTD sendiri Jumlah Ibu Hamil yang Minum Tablet Tambah Darah
Asal Tablet Tambah Darah Puskesmas n %
Beli Sendiri n %
Ya Tidak Total
Tabel 22. Jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang diminum Ibu Hamil yang dibeli sendiri Ibu Hamil beli TTD sendiri
Jumlah Tablet Tambah Darah (butir) 0-30 31-61 61-90 n % n % n %
Diminum Tidak Diminum Total
Tabel 23. Jumlah Ibu Hamil yang menerima/membeli TTD Asal TTD
n
%
Puskesmas Belisendiri Total Tabel 23. Alasan Ibu Tidak Minum TTD Alasan Tidak Minum TTD Bau Tidak Enak Rasa Tidak enak Kotoran Hitam Mual Total
n
%
Tabel 24. Persentasi Jenis Garam yang Digunakan dalam Rumah Tangga Jenis Garam yang Dikonsumsi di Rumah Tangga Garam Bata Garam curah Garam Halus Garam Gurih Total
38
n
%
Tabel 25. Alasan Menggunakan Garam Jenis Garam yang dikonsumsi
Mengandung Iodium n %
Alasan Penggunaan Ada Rasa tidak dipasar Pahit n % n %
Murah n
Garam Bata Garam curah Garam Halus Garam Gurih Total
Tabel 26. Hasil pemeriksaan Garam di rumahtangga Jenis Garam yang Dikonsumsi di Rumah Tangga
Hasil Pemeriksaan Beriodium n
Tidak Beriodium
%
n
%
Garam Bata Garam curah Garam Halus Garam Gurih Total
Tabel 27. Konsumsi ASI Eksklusif Bayi 0-5 bulan Konsumsi Hanya ASI Selain ASI Total
n
%
Tabel 28. Usia Bayi diberi makan /minum selain ASI Pertama kali Usia < 30 hari 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan >6 bulan Total
n
39
%
%
Tabel 29. Persentasi Bayi 6-11 bulan diberi kapsul Vitamin A 6 (enam) bulan terakhir Konsumsi Vit A Pada Bayi 6-11 bulan 6 bulan terakhir Ya Tidak Total
n
%
Tabel 30. Persentasi Bayi 12-59 bulan diberi kapsul Vitamin A 6 (enam) bulan terakhir Konsumsi Vit A Pada Bayi 12-59 bulan 6 bulan terakhir Ya Tidak Total
n
%
Tabel 35. Persentasi Ibu Nifas yang menerima/minum kapsul Vitamin A Ibu nifas menerima/minum Kapsul vitamin A Ya Tidak Total
n
40
%
Lampiran 7 CONTOH KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS DALAM PELAKSANAAN PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN 2014 A. Latar Belakang Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggitingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita gizi kurang berhasil diturunkan dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010 namun sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 19,6%. Prevalensi balita pendek turun dari 36,8% tahun 2007 menjadi 35,6% tahun 2010, namun sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 37,2%.. Untuk mendukung pencapaian RPJMN dan MDGs tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014, yaitu: (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita ditimbang berat badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi garam beryodium; (5) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (7) kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana. Dalam mendukung tercapainya 8 indikator tersebut terdapat beberapa indikator gizi yang dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan sistem kewaspadaan gizi. Riskesdas yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis bukti hanya dilakukan antara 3-5 tahun sekali, sehingga untuk mengetahui perubahan indikator gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, maka pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG) menjadi sangat penting untuk memberikan gambaran kemajuan capaian pembinaan gizi di suatu wilayah antar waktu pelaksanaan Riskesdas. Pelaksanaan PSG merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi program gizi. Data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah. Dalam rangka meningkatkan pemahaman teknis pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG) kepada pengelola gizi baik di Provinsi maupun di kabupaten dan kota serta AIPGI/Poltekkes Jurusan Gizi, maka diperlukan kegiatan Peningkatan Kapasitas petugas pelaksanan kegiatan tersebut. B. Tujuan Umum Meningkatkan Kemampuan Teknis Petugas (Pengelola Gizi Provinsi, Pengelola Gizi Kabupaten dan Kota, TPG Puskesmas dan AIPGI/Poltekkes) Dalam Pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG).
41
C. Tujuan Khusus 1. Petugas Mampu Menentukan Disain, Populasi, Sampel, Besar Sampel, Klaster, Sampel Rumah Tangga 2. Petugas Mampu Melaksanakan Cara Pengumpulan Data 3. Petugas Mampu Melaksanakan Manajemen Data (Editing Data, Entry Data, Cleaning Data) 4. Petugas Mampu Melaksanakan Analisis Data 5. Petugas Mampu Melaksanakan Penyusunan Laporan D. Output Terlaksananya Kegiatan Pemantauan Status Gizi dan tersedianya Informasi Status Gizi dari Seluruh Kabupaten dan Kota. E. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan situasi dan waktu didaerah masing-masing. F. Peserta Peserta kegiatan peningkatan kapasitas petugas dalam pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG) terdiri dari: 1. Dosen AIPGI/Poltekkes Jurusan Gizi 2. Pengelola Gizi Dinkes Kabupaten dan Kota Jumlah Peserta disesuaikan dengan ketersediaan anggaran di Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten dan Kota G. Biaya Biaya kegiatan ini bersumber dari Dana Dekonsentrasi Satker Direktorat Bina Gizi dan APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota serta Biaya Lain yang Dapat dipertanggung jawabkan. H. Jadwal Jadwal terlampir dan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Jadwal tentatif adalah sebagai berikut. Waktu 07.00-08.00 08.00-08.30 08.30-11.00 11.00-13.00 13-00-14-00 14.00-16.00 16.00-17.00
Acara Registrasi Peserta Pembukaan dan Penjelasan Pertemuan § Sampling § Teknik Pengukuran Antropometri § Teknik Wawancara Praktek Lapang di Puskesmas dan Posyandu
Penanggung Jawab Panitia Dinkes Provinsi/Pusat Dinkes Provinsi/Pusat
Keterangan
Buku Juknis PSG 2014
Dinkes Provinsi/Pusat ISHOMA Dinkes Provinsi/Pusat Dinkes Provinsi
Review Penutupan
Catatan : Peserta Kabupaten dan Kota harus membawa data desa/kelurahan dan jumlah penduduk menurut Desa dan kelurahan.
42
Lampiran 8 TEKNIK WAWANCARA PEMANTAUAN STATUS GIZI A. Pengertian Wawancara (interview) adalah salah satu bentuk untuk mendapatkan informasi/data yang dibutuhkan dari responden, yang dilakukan oleh pewawancara dengan tatap muka B. Petugas wawancara § Interviewer (pewawancara): Orang yang mewawancarai, yang menentukan arah pertanyaan yang diajukan § Interviewee (terwawancara): Orang yang diwawancarai C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan wawancara 1. Faktor Pewawancara a. Ketrampilan wawancara § Menjelaskan dulu maksud dan tujuan § Memahami teknik interview yang baik § Menguasai kuesioner, mengacu Buku Pedoman § Probing untuk menggali informasi yg benar Bersikap netral § Mencatat jawaban dgn teliti, lengkap, jelas § Memposisikan diri (yang memerlukan data kita) § Penampilan sederhana, rapi § Sikap sopan, santun, rendah hati § Mampu sebagai pendengar, sebagai komunikator yang baik b. Rasa aman § Telah melapor pada yang berwenang (Dinkes, Puskesmas, Pamong, dll) § Mempunyai surat ijin dan tugas yang lengkap § Terjamin keamanan selama bertugas § Ijin melakukan wawancara (informed consent) 2. Faktor Responden a. Karakteristik sosial § Umur, jenis kelamin § Karakteristik demografi lain (kawin dll) § Ekonomi, pekerjaan § Pendidikan § Adanya “jarak sosial” b. Kemampuan menangkap pertanyaan § Kesulitan umum dalam komunikasi § Kesulitan bahasa teknis kesehatan § Kemampuan fisik dan mental (sakit, cacat indera, dll) § Penggunaan Penerjemah
43
c. Kemampuan menjawab pertanyaan § Kemampuan mengolah pertanyaan § Kemauan untuk menjawab pertanyaan § Keamanan untuk menjawab yang benar § Kerahasiaan responden 3. Situasi Wawancara a. Waktu § Waktu yang tepat untuk wawancara § Lama wawancara § Wawancara diulang karena tidak selesai b. Tempat § Tempat yg tepat untuk wawancara § Dari pintu ke pintu c. Kehadiran orang ketiga § Tanpa kehadiran orang “ketiga” § Diupayakan jawaban dari responden,bukan dari lainnya § Sikap masyarakat § Menghormati norma sosial setempat § Menjaga harapan dan kepercayaan masyarakat § Pemecahan masalah yg timbul di lapangan secepatnya 4. Faktor Isi Kuesioner a. Pertanyaan peka § Pertanyaan dibuat sesuai dgn teknik pembuatan kuesioner yg baik § Hati-hati dengan pertanyaan “peka” (rahasia pribadi, kesehatan, sakit, kematian, SARA, dll) b. Sukar ditanyakan § Gunakan padanan kata/istilah setempat § Kesulitan karena referensi waktu, dsb D. Langkah-langkah Wawancara 1. Persiapan sebelum wawancara: a. Persiapkan bahan untuk wawancara b. Baca dengan seksama lokasi klaster c. Perhatikan baik-baik rumah tangga pada klaster yg akan diwawancarai 2. Persiapan kunjungan lapangan a. Melapor ke Kepala Dinkes setempat b. Menghubungi Puskesmas terdekat c. Menghubungi Puskesmas, Mantri Statistik, atau untuk mendapat petunjuk tentang pusat klaster terpilih, bila diperlukan d. Melapor ke pamong setempat
44
3. Prosedur wawancara: a. Opening Interview § § § § §
Membangun rapport (senyum, rasa humor yang tinggi, Mengucapkan pujian tentang rumah/halaman atau anak) dengan responden Memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan wawancara, Meminta izin penggunaan alat rekam Memberikan kisi-kisi pertanyaan
b. Real Interview : melaksanakan wawancara dengan berpedoman pada interview guide c. Closing Interview Setelah wawancara selesai, jangan lupa sampaikan “Terima Kasih” pada responden d. Cara melakukan Probing § Pak saya ulangi pertanyaannya ya...” § ”mohon diulangi jawaban Bapak” § ”dapatkah Bapak mengulang jawaban sekali lagi” § ”mohon jelaskan maksud bapak” § ”apa yang Bapak maksud?” e. Pengendalian mutu hasil wawancara: § Kekompakan Tim § Cek-ricek kelengkapan dan konsistensi jawaban § Pemecahan masalah yg timbul di lapangan secepatnya § Data harus sahih karena: ü Pencapaian indikator MDGs ü Dukungan pada Sistem Informasi Kesehatan tingkat Nasional, Provinsi ü Bukti untuk memantau pencapaian tujuan Sistem Kesehatan Nasional ü Bahan utk perencanaan, monitoring, evaluasi program gizi dalam rangka kebijakan dan strategi pembinaan gizi kedepan f. Menghindari pendapat orang lain saat wawancara § Hindari adanya orang ketiga di dalam ruangan § Ruangan lebih tenang, lebih tersendiri dan lebih menyenangkan § Jika ada orang ketiga ingin memberikan pendapat, tolak dengan sopan tapi tegas § Sarankan mereka mengemukakan pendapat belakangan § Pusatkan perhatian pada responden anda § usahakan untuk duduk berhadapan dengan responden § ciptakan suasana santai (tidak tegang)
Jika responden menjawab tidak tahu: § Responden tidak begitu mengerti pertanyaan § Responden sedang berfikir, tetapi merasa kurang enak kalau membiarkan pewawancara menunggu lama § Responden ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapatnya
45
Lampiran 9
PANDUAN KERJA MENIMBANG DAN MENGUKUR ANAK Menimbang Anak Menggunakan Timbangan Digital (Taring Scale) Pastikan alat timbang diletakkan di tempat yang keras dengan permukaan yang rata. Harus ada cukup sinar untuk mengoperasikan timbangan dengan energi matahari. Jelaskan semua prosedur penimbangan kepada ibu dan minta bantuan ibu dalam pelaksanaan penimbangan. Bayi harus ditimbang dalam keadaan telanjang. Bungkus bayi dengan selimut atau kain sampai saat ditimbang tiba. Anak-anak yang lebih tua harus ditimbang dengan pakaian seminimal mungkin. Jika menanggalkan pakaian bayi tidak dapat diterima oleh masyarakat, lepaskan pakaian yang dipakai sebanyak mungkin. Jika anak usianya kurang dari 2 tahun timbang anak dengan ibunya. Lakukan penimbangan dengan cara membuat angka nol pada skala penimbangan pertama (angka hasil penimbangan ibu balita). § Untuk menyalakan timbangan, tutup panel solar beberapa detik. Ketika angka 0.0 tampak, timbangan sudah siap digunakan. § Pertama-tama ibu diminta melepas sepatunya dan berdiri di atas timbangan untuk menimbang sendiri. Minta orang lain memegang bayi tanpa pakaian, hanya dibungkus dengan selimut. § Minta ibu untuk berdiri di tengah-tengah timbangan, kaki berdiri tepat pada tanda jejak kaki jika ada. Pakaian ibu tidak boleh menutup layar display atau panel solar. Ingatkan dia untuk tetap diatas timbangan sampai angka berat badannya muncul pada display, sampai bayi ditimbang pada lengan ibu. § Dengan ibu masih di atas timbangan dan berat badannya tampak pada layar baca, kemudian buat angka nol di layar baca dengan cara menutup panel solar beberapa detik sampai muncul angka 0.0. § Serahkan bayi tanpa pakaian kepada ibunya dan minta tetap berdiri di atas timbangan. § Berat badan bayi akan nampak pada layar baca (nampak angka terdekat 0.1 kg). Catat berat badannya. Catatan: Jika seorang ibu sangat berat (misalkan lebih dari 100 kg) dan berat/beban bayi relatif rendah (misalnya kurang dari 2.5 kg), berat badan bayi tidak tercatat pada timbangan. Pada kasus ini, minta seseorang yang mempunyai berat badan lebih ringan untuk menggendong bayi diatas timbangan. Jika anak berumur 2 tahun atau lebih dan akan berdiri diatas timbangan, timbang berat anak sendiri. Jika anak melompat dari timbangan atau tidak mau berdiri, gunakan prosedur penimbangan seperti di atas.
46
Minta ibu untuk membantu menanggalkan sepatu dan pakaian luar anak. Bicaralah dengan anak perlunya untuk tetap berdiri. § Untuk menyalakan timbangan, tutup panel solar beberapa detik. Ketika angka 0,0 tampak, timbangan sudah siap digunakan. § Minta anak untuk berdiri di tengah-tengah timbangan, kaki berdiri tepat pada tanda jejak kaki jika ada). Ingatkan dia untuk tetap diatas timbangan sampai angka berat badannya muncul pada layar baca. § Catat berat badannya mendekati 0,1 kg.
Menimbang Anak Menggunakan Timbangan Salter (Baby Hook Scale) Persiapan untuk Menimbang Berat Badan Anak dengan Menggunakan Timbangan Gantung Salter: 1. Gantung timbangan pada tempat yang aman seperti pada langit-langit rumah, atau gunakan “tripod”yang tersedia. Mungkin dibutuhkan seutas tali untuk menggantung timbangan hingga “sejajar” dengan mata. 2. Minta sang ibu untuk melepas sebanyak mungkin pakaian sang anak. 3. Kaitkan sepasang celana kosong pada kail timbangan untuk menimbang dan sesuaikan timbangan ke angka nol, kemudian pindahkan celana tersebut dari timbangan. 4. Minta sang ibu untuk memegang anaknya. 5. Letakkan tangan pengukur pada bagian kaki dari lubang celana (Panah 1). 6. Pegang kaki anak dan tarik melalui lubang kaki celana (Panah 2). 7. Pastikan bahwa tali pengikat celana tersebut berada di bagian depan anak.
Untuk kelancaran penimbangan perhatikan hal-hal berikut: 1. Pastikan bahwa ibu/pengasuh memahami apa yang sedang terjadi. 2. Pengukuran berat badan dapat bersifat traumatik, pengukur perlu merasa nyaman dengan proses tersebut. 47
3. Jagalah agar peralatan tetap sejuk, bersih dan aman. 4. Jangan bekerja langsung di bawah sinar matahari karena dapat mengganggu pembacaan timbangan dan peralatan lainnya, serta anak yang akan diukur akan merasa lebih nyaman. 5. Diperlukan Dua Orang yang Terlatih. Jika memungkinkan, dua orang harus mengukur tinggi badan anak. 6. Pengukur memegang badan anak dan melakukan pengukuran. Pendamping pengukur membantu memegang anak dan mencatat hasil pengukuran. Jika hanya ada seorang pendamping yang tidak terlatih (misalnya ibu balita), si pengukur yang terlatih harus juga mencatat hasil pengukuran. Pelaksanaan untuk Menimbang Berat Badan Anak dengan Menggunakan Timbangan Gantung Salter: 1. Kaitkan tali pengikat celana tersebut pada tali timbangan. JANGAN MENGANGKAT ANAK HANYA DENGAN MENGGUNAKAN KAIN PENGIKAT. 2. Secara perlahan turunkan anak dan biarkan anak menggantung dengan bebas (Panah 3). 3. Pendamping pengukur berdiri di sisi belakang pengukur dan siap-siap untuk mencatat proses pengukuran. Siapkan formulirnya (Panah 4). 4. Pengukur dan pendamping memeriksa posisi anak. Pastikan anak tergantung dengan bebas dan tidak menyentuh apapun. Ulangi langkah-langkah tersebut sesuai kebutuhan. 5. Pegang timbangan agar tidak goyang dan baca berat badan pada posisi yang paling dekat dengan 0,1 kg (Panah 5). 6. Sebutkan hasil pengukuran ketika anak berada pada posisi diam dan jarum timbangan tidak bergoyang. Meskipun anak tersebut sangat aktif sehingga menyebabkan jarum timbangan bergoyang, ia akan diam cukup lama sehingga ukuran timbangan dapat terbaca. TUNGGU SAMPAI JARUM BERHENTI BERGOYANG. 7. Pendamping segera catat hasil pengukuran dan tunjukkan pada si pengukur. 8. Ketika pendamping telah mencatat hasil pengukuran, Pengukur mengangkat tubuh anak secara perlahan. JANGAN MENGANGKAT ANAK HANYA DENGAN MENGGUNAKAN KAIN PENGIKAT CELANA. Lepaskan kain tersebut dari tali timbangan. 9. Pengukur memeriksa keakuratan dan keterbacaan hasil pengukuran yang tertulis pada formulir. Instruksikan pendamping untuk menghapus atau membetulkan jika ada kesalahan
48
Dalam melaksanakan kegiatan penimbangan balita, perhatikan hal-hal berikut: 1. Lakukan penimbangan anak setelah mengumpulkan semua informasi lisan. Dengan demikian, anda akan lebih dikenal oleh anggota-anggota keluarga dan dapat membantu si ibu dan anaknya merasa lebih nyaman sebelum memulai pengukuran. 2. Timbang Anak Satu per Satu. Selesaikan setiap penimbangan dan pengukuran anak satu persatu. Jangan menimbang serta mengukur anak sekaligus. Hal tersebut akan mudah mengakibatkan kebingungan dan akan menimbulkan risiko kesalahan yang lebih besar seperti mencatat hasil pengukuran seorang anak pada formulir anak yang berbeda. 3. Pada saat menimbang dan mengukur anak, jagalah anak tersebut agar tetap tenang. Seorang anak yang merasa gembira atau takut dapat mempersulit perolehan hasil pengukuran yang akurat. Harus bersikap tegas tetapi tetap lembut terhadap sang anak. Ketenangan dan kepercayaan diri anda akan dirasakan oleh sang ibu dan anak. 4. Catatlah hasil pengukuran dengan menggunakan pensil sehingga jika terjadi kesalahan dapat segera dibetulkan. [Disarikan dari Buku Panduan Pemulihan Yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi. Jakarta: Core-USAID, 2004)
Mengukur Panjang atau Tinggi Badan Mengukur panjang atau tinggi badan anak tergantung pada umur dan kemampuan anak untuk berdiri. § Jika anak usianya kurang dari 2 tahun, mengukur panjang badan anak dengan berbaring telentang menggunakan papan ukur panjang badan yang harus ditempatkan di atas permukaan yang rata, misalnya di meja. § Jika anak berusia 2 tahun atau lebih, ukur dalam keadaan berdiri kecuali jika anak tidak mampu untuk berdiri ukur dengan cara telentang. Untuk pengukuran tinggi badan, gunakan papan dalam posisi pada sudut 90 derajat tegak lurus terhadap lantai dan sejajar dengan dinding atau tiang. Hasil pengukuran tinggi badan yang diukur berdiri perbedaannya lebih kecil sekitar 0,7 cm dibandingkan dengan diukur telentang. Perbedaan ini telah diperhitungkan dalam pengembangan standar pertumbuhan WHO 2005. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penyesuaian. § Jika anak usianya kurang dari 2 tahun dan panjangnya tidak diukur dengan berbaring, ukur dalam keadaan berdiri, tambahkan 0,7 cm untuk menghitung panjang badannya. § Jika anak berusia 2 tahun atau lebih tetapi tidak bisa berdiri, ukur dalam keadaan telentang dan kurangi 0,7 cm untuk menghitung tinggi badannya.
Persiapan Mengukur Panjang atau Tinggi Badan Bersiaplah untuk mengukur panjang/ tinggi badan anak segera setelah ditimbang, sementara pakaian anak dilepaskan. § Lepaskan sepatu dan kaos kaki anak. § Lepaskan pita dan asesoris rambut jika akan mengganggu pengukuran panjang/tinggi badannya
49
Jika bayi ditimbang telanjang, popok kering dapat kembali dipasang untuk menghindari basah sementara mengukur panjang badannya. Jika ruangan dingin dan akan ada penundaan pengukuran, jaga anak tetap hangat dalam selimut sampai pengukuran dilakukan. Jelaskan semua prosedur kepada ibu dan minta bantuannya selama proses pengukuran.
Mengukur Panjang Alasi alat ukur panjang badan dengan kain tipis atau kertas lembut untuk kebersihan dan kenyamanan bayi. Jelaskan kepada ibu bahwa asisten pengukur akan menempatkan bayi pada papan ukur dan kemudian memegang kepala bayi pada tempatnya sementara pengukur melakukan pengukuran. Minta ibu untuk membantu menenangkan bayi dengan cara berdiri disamping bayi. § Bantu ibu membaringkan anak secara telentang sampai punggung menempel pada alas dan kepala anak paling atas menempel pada bagian papan kepala. § Dengan cepat posisikan kepala sedemikian rupa sehingga satu garis vertikal antara cuping telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan papan. (Mata anak harus melihat lurus/langsung ke atas.) Kecepatan adalah penting. Berdiri pada sisi papan panjang badan dimana anda dapat melihat pita-ukur dan menggerakkan papan geser. § Periksa apakah posisi anak lurus sepanjang papan dan tidak berubah. § Punggung harus menempel papan, dan tulang belakang tidak melengkung. Minta asisten pengukur supaya memberitahu anda apabila punggung anak melengkung atau bergerak tidak pada posisi yang benar. § Tekan lutut anak dengan satu tangan dan geser papan kaki dengan tangan yang satunya. Tekan lembut lutut sampai kaki lurus sejauh tidak menyakiti anak. Catatan: tidak mungkin untuk meluruskan lutut bayi baru lahir seperti anak yang berumur lebih tua. Lutut bayi baru lahir mudah retak dan mudah terluka, sehingga tekanlah dengan lembut. § Jika anak benar-benar sulit diukur dengan kedua kakinya, ukur dengan satu kaki pada posisi yang sama dengan menggunakan dua kaki. § Sementara memegang/menahan lutut, tarik papan geser ke arah kaki anak. Telapak kaki harus rata menyentuh papan geser, Jari-jari kaki mengarah ke atas. Jika jari-jari anak menekuk, gelitik telapak kaki anak dan dorong papan geser dengan cepat ketika posisi telapak kaki anak sudah tepat. § Baca hasil pengukuran dan catat panjangnya dalam cm sampai 0,1 cm Ingat: Jika seorang anak diukur panjangnya padahal usianya 2 tahun atau lebih, kurangi 0,7 cm dari panjang badannya dan catat hasilnya sebagai tinggi badan
50
Mengukur Tinggi Badan Dalam Posisi Berdiri Pastikan bahwa papan panjang badan berdiri diatas lantai yang datar dan keras. Lepaskan sepatu, kaos kaki dan asesoris rambut. 1. Sejajarkan mata pengukur dengan pita pengukur: § Bantu posisi anak untuk berdiri pada alas papan dengan kaki agak terbuka. Bagian belakang kepala, punggung, pantat, betis, dan tumit harus semua menempel pada papan vertikal. Untuk anak yang gemuk, minimal ada tiga titik yang menempel pada papan pengukur yaitu punggung, pantat, dan betis. § Asisten pengukur menekan perut dan lutut anak, dan memastikan tumit anak menempel pada papan vertikal. 2. Minta ibunya untuk memberikan perhatian pada anak, menenangkan anak jika dibutuhkan, dan membantu pengukur jika anak pindah dari posisi yang benar. § Posisikan kepala anak sedemikian rupa sehingga menjadi satu garis horisontal antara cuping telinga dengan puncak tulang pipi tegak lurus dengan papan. Untuk menjaga kepala tetap pada posisi ini, pegang dagu anak. § Pertahankan posisi anak, gunakan tangan yang lain untuk menarik kebawah papan kepala sampai menyentuh puncak kepala. § Baca hasil pengukuran dan catat tinggi badan anak dalam cm sampai 0,1 cm di belakang angka pada lembar kunjungan dalam buku GPA. Ingat: seorang anak yang usianya kurang dari 2 tahun tetapi diukur tingginya dengan berdiri, tambahkan 0,7 cm tingginya dan hasilnya dicatat sebagai panjang badannya
51
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) Pengukuran Lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia subur umur 15–45 tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi kronis (KEK). Sasaran : Wanita Usia Subur umur 15–45 tahun dan ibu hamil. Alat : pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain. Persiapan: 1. Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek 2. Jika lengan responden > 33cm, gunakan meteran kain 3. Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta otot lengan tidak tegang 4. Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup. Pengukuran: Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada responden bahwa petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal bahu. Bila responden keberatan, minta izin pengukuran dilakukan di dalam ruangan yang tertutup. 1. Tentukan posisi pangkal bahu. 2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah perut. 3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita LiLA atau meteran (Lihat Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin kepada responden). Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik nolnya. 4. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku). 5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA. 6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar. 7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka yang lebih besar). 8. Tuliskan angka pembacaan pada kuesioner Keterangan: 1. Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri keterangan pada kolom catatan pengumpul data). 2. Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek.
52
TIM PENYUSUN Kontributor: Galopong Sianturi, SKM, MPH Dr. Marina Damajanti, MKM Eko Prihastono, SKM, MA Iwan Halwani, SKM, M.Si. Iryanis, SKM, MM Elisa, SKM Siti Hana, SKM Dewi Astuti, S.Gz Dr. Laila Mahmudah Drg. Lili Tantijati, M.Epid
Editor: DR. Abas Basuni Jahari, M.Sc. Ir. Doddy Izwardy, MA DR. Idrus Jusat, MSc Nils Aria Zulfianto, MSc Setting Lay out: Siswono Kukuh Wicaksono TIM PENYUSUN Kontributor: Galopong Sianturi, SKM, MPH Dr. Marina Damajanti, MKM Eko Prihastono, SKM, MA Iwan Halwani, SKM, M.Si. Iryanis, SKM, MM Elisa, SKM Siti Hana, SKM Dewi Astuti, S.Gz Dr. Laila Mahmudah Drg. Lili Tantijati, M.Epid
Editor: DR. Abas Basuni Jahari, M.Sc. Ir. Doddy Izwardy, MA Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS DR. Idrus Jusat, MSc Nils Aria Zulfianto, MSc Ir. Tatang S. Falah, M.Sc. Setting Lay out: Siswono Kukuh Wicaksono 53