Buku-Petunjuk-Teknis-Penemuan-Pasien-TB-DM-Di-Fasilitas-Kesehatan-Rujukan-Tngkat-Lanjut (25 bh).pdf

June 7, 2019 | Author: ratnaharyanti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Buku-Petunjuk-Teknis-Penemuan-Pasien-TB-DM-Di-Fasilitas-Kesehatan-Rujukan-Tngkat-Lanjut (25 bh).pdf...

Description

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah Nya sehingga Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB - DM di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut dapat diselesaikan tepat waktu.

Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan akan melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penderitanya memiliki kemungkinan 3 kali lebih tinggi untuk menderita TB aktif. Hasil pengobatan TB pada penderita TB dengan komorbid DM akan lebih banyak mengalami kegagalan dibandingkan dengan yang tidak memiliki komorbid DM. Hal ini terjadi akibat adanya penundaan konversi dari kultur dahak, risiko kematian selama pengobatan TB dan risiko relaps paska pengobatan yang lebih tinggi pada penderita TB dengan komorbid DM.

Petunjuk Teknis Teknis ini direkomendasikan untuk menjadi pegangan petugas kesehatan di Fasililitas kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut agar dapat mempermudah petugas kesehatan dalam menemukan Pasien TB-DM. Kami berharap petunjuk teknis ini dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam menemukan pasien TB-DM di FKRTL. Kami juga menyadari bahwa Petunjuk Teknis ini masih jauh dari yang sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.

 Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada tim penyusun, narasumber dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB-DM di FKRTL. Jakarta, Juli 2015 Direktur Jenderal PP dan PL

dr. H. Mohamad Subuh, MPPM NIP 196201 196201191989021001 191989021001 i

TIM PENYUSUN

Tim Pengarah Lily. S. Sulistyowati (direktur Lily. ( direktur PPTM) Sigit Priohutomo ( direktur P2ML) Editor  Christina Widaningrum (Kasubdit TB Kemenkes RI) Dyah Erti Mustikawati (Kasubdit DM Kemenkes RI)

Penyusun  Adi Rahmat (BUKR)  Andra Aswar (PERKENI)  Arifn Nawas (PDPI)  Benyamin Sihombing (WHO) Eka Sulistiany (Subdit TB Kemenkes RI) Em Yunir (PERKENI) Fathiya Isbaniah (PDPI) Firza Asneli Putri (KNCV) Frida Soesanti (IDAI) Masitah Sari Dewi ( Subdit DM Kemenkes Ke menkes RI) Mery Panjaitan ( Subdit DM Kemenkes RI) Muhadi (P (PAPDI) APDI)  Novayanti R. Tangirerung Tangirerung (Subdit TB Kemenkes K emenkes RI) Raini Fathyah ( Subdit DM Kemenkes RI) Sylviana Andinisari (Subdit DM Kemenkes) Sulistyo (Subdit TB Kemenkes RI) Suwandi ( Subdit TB Kemenkes) Telly Kamelia (PERPARI) Vanda Siagian (Subdit TB T B Kemenkes) Wahyuni Indahwati (IDAI) Yusuf Said ( Subdit TB Kemenkes)

ii

DAFTAR DAFT AR ISI KAT KA TA PENGANT PENGANTAR AR ......................................................................... ...................... i TIM PENYUSUN ....................................................................................................ii DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii DAFTAR DAFT AR SINGKA SINGKAT TAN ...........................................................................................iv ................... ........................................................................iv BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1  A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Tujuan ........................................................................................... 3 C. Sasaran ......................................................................................... 4 D. Landasan Hukum .......................................................................... 4 E. Ruang Lingkup .............................................................................. 4 F.

Pengertian ..................................................................................... 5

BAB II. STRA STRATEGI TEGI DAN POKOK-POKOK KEGIAT KEGIATAN TB - DM .......................... 7  A. Strategi Penanggulangan TB ........................................................ 7 B. Strategi Penanggulangan DM ....................................................... 9 C. Kolaborasi TB - DM ..................................................................... 10 BAB III. PENEMUAN KASUS TB - DM ............................................................... 11  A. Penemuan Kasus TB Pada Penyandang DM ............................. 11 B. Penemuan DM Pada Pasien TB ................................................. 14 C. Tatalaksana TB – DM .................................................................. 18 BAB IV. JEJARING TB – DM ............................................................................... 19  A. Konsep Jejaring TB-DM .............................................................. 19 B. Jejaring Internal TB-DM .............................................................. 19 C. Jejaring Eksternal ....................................................................... 20 D. Tatalaksana Rujukan Pasien TB-DM .......................................... 20 BAB V SURV SURVAILANS AILANS TB- DM ............................................................................ 23  A. Monitoring dan Evaluasi .............................................................. 23 B. Supervisi ..................................................................................... 31 BAB VI. PENUTUP .............................................................................................. 32 DAFTAR DAFT AR PUST PUSTAKA AKA ............................................................................................. 33 LAMPIRAN 1 ....................................................................................................... 34 LAMPIRAN 2 ....................................................................................................... 35 LAMPIRAN 3 ...................................................................................................... 38 iii

DAFTAR SINGKATAN

Balitbangkes

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan

BTA

Basil/batang Tahan Asam

CNR

Case Notifcation Rate

DM

Diabetes Mellitus

DMG

Diabetes Mellitus Gestasional

DOTS

Directly Observed Short-course Therapy

ECG  

Electrocardiography

e-TB Manager 

Electronic TB Manager (sistem pencatatan dan pelaporan TB Resistan Obat)

Faskes

Fasilitas kesehatan

FKRTL

Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

FKTP

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

G 2 jam PP

Gula Darah 2 jam Post Prandial

GDPT

Glukosa Darah Puasa Tergangg erganggu u

GDS

Gula Darah Sewaktu

GFR

Glomerulus Filtration Rate

HDL

High Density Lipoprotein

HIV

Human Immunodefcie Immunodefciency ncy Virus

IDF

International Diabetes Foundation

IDI

Ikatan Dokter Indonesia

JKN

Jaminan Kesehatan Nasional

KGB

Kelenjar Getah Bening

KIA

Kesehatan Ibu dan Anak

KIE

Komunikasi Informasi dan Edukasi

LDL

Low Density Lipoprotein

OAD

Obat Anti Diabetes

OAT OA T

Obat Anti Tuberkulosis

Ormas

Organisasi kemasyarakat kemasyarakatan an

PAPDI

Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia

PDPI

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

iv

PERKENI

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PNPK

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran

PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronis

PSM

Procurement and Supply Management

PTM

Penyakit Tidak Menular 

Riskesdas

Riset Kesehatan Dasar 

SIHA

Sistem Informasi HIV-AIDS

SIKDA

Sistem Informasi Kesehatan Daerah

SITT

Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu

TB 

Tuberkulosis

TB RO

Tuberkulosis Resistan Obat

TC

Total Cholesterol

TemPO

Temukan pasien TB, Pisahkan secara aman dan Obati dengan tepat

TG 

Trigliserida

TGT

Toleransi Glukosa Terganggu

TIK

Teknologi Informasi Komunikasi

TSR

Treatment Success Rate

UKBM

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

WHO

World Health Organization

v

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO Tahun 2013 diperkirakan kasus Tuberkulosis (TB) didunia sejumlah 11 juta diantaranya 9 juta adalah kasus baru, dan sekitar 1,1 juta meninggal. Di Indonesia, berdasarkan Global TB Report 2013, diperkirakan 680.000 kasus TB (di antaranya 460.000 adalah kasus baru) atau sekitar 272 kasus TB/100.000 penduduk (diantaranya 183 kasus TB/100.000 penduduk) dan masih tingginya angka kematian akibat TB yaitu 64.000 sebanding dengan 25/100.000 penduduk.

Saat ini jumlah penyandang Diabetes Mellitus (DM) di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 285 juta orang, dan jumlah ini akan terus mengalami peningkatan hingga paling sedikit mencapai 438 juta orang pada tahun 2030. Menurut hasil survei kesehatan nasional 2013 dan

International Diabetes Foundation (IDF)

2015, diperkirakan jumlah penyandang DM di Indonesia sebanyak sekitar 9,1 juta orang. Kasus DM di Indonesia sendiri pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 21.3 juta orang. Berdasarkan riset kesehatan dasar pada tahun 2013, baru sekitar 30% dari penderita DM yang terdiagnosis di Indonesia (Riskesdas 2013).

Diabetes Melitus merupakan faktor risiko penting untuk perkembangan TB aktif (Stevenson et al. 2007; Jeon & Murray 2008; Dooley & Chaisson 2009; Ruslami et al., 2010). Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan akan melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penderitanya memiliki kemungkinan 3 kali lebih tinggi untuk menderita TB aktif. Hasil pengobatan TB pada penderita TB dengan komorbid DM akan lebih banyak mengalami kegagalan dibandingkan dengan yang tidak memiliki komorbid DM. Hal ini terjadi akibat adanya penundaan konversi dari kultur dahak, risiko kematian selama pengobatan TB dan risiko relaps paska pengobatan yang lebih tinggi pada penderita TB dengan komorbid DM. Hampir 90% pasien TB-DM adalah penyandang DM tipe 2. (Baker et al. 2011).

1

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

Sebanyak lebih dari 10% penderita TB merupakan penderita DM, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah penderita DM, jumlah penderita TB juga akan mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Mengingat tingginya prevalensi TB di Indonesia, yaitu 660 per 100.000 orang menurut hasil Survei Prevalensi TB 2013, berbagai strategi dan upaya telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi tersebut. Walaupun demikian, upaya pengendalian TB di Indonesia dapat terhambat akibat terus meningkatnya jumlah penderita DM di Indonesia.

Hasil survei register TB – DM oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2014 di 7 rumah sakit di indonesia, dari 740 kasus TB terdapat 110 penyandang DM (14,9%). Hasil pemeriksaan mikrobiologi dari 110 Pasien TB-DM menunjukkan hasil BTA positif 82,7%, hasil BTA positif pasien TB non DM 49,2%. Hasil kultur positf pada TB-DM 41,8% sedangkan hasil kultur positif pada pasien TB non DM 21,3%. Pada pemeriksaan X-pert MTB/RIF pada pasien TB-DM menunjukkan hasil 27,3% TB resistan obat sedangkan pada pasien TB non DM menunjukkan hasil 9,4% TB resistan obat. Alisjahbana dkk dalam penelitian TANDEM tahun 2013 mendapatkan hasil yang sama dengan survai diatas.

Tahun 2011 Oleh WHO merekomendasikan bahwa ada keterkaitan TB dengan DM yaitu: 1. Orang dengan diabetes mellitus memiliki 2 - 3 kali lebih tinggi berisiko sakit TB dibandingkan dengan orang tanpa diabetes 2. Orang yang menderita TB dan DM berisiko 4 kali lebih tinggi terjadi kematian selama pengobatan TB 3. Konsentrasi Obat Anti Tuberkulosis dalam plasma pasien TB dengan DM lebih rendah dibandingkan dengan pasien TB tanpa DM. Hal ini menyebabkan risiko gagal pengobatan atau resistensi OAT 4. TB dapat memicu timbulnya diabetes, dan memperburuk kontrol glikemik pada penderita diabetes dimana obat TB dapat mengganggu pengobatan diabetes melalui interaksi obat, dan diabetes dapat mengganggu aktivitas tertentu obat anti-TB.

2

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

Dengan adanya keterkaitan TB dan DM telah dilakukan uji coba di 3 (tiga) rumah sakit ( H. Adam Malik, RSUP Dr Karyadi dan RSUD Labuan Baji) tahun 2014 menunjukkan hasil sbb: 1. RSUP H. Adam Malik : a. Dari 50 penyandang DM

yang diskrining TB sebanyak 24 pasien yang

didiagnosis TB dan terdapat 20 (40%) terkonfirmasi secara bakteriologis. b. Dari 50 pasien TB, yang diskrining DM sebanyak 41 pasien TB dan terdiagnosis DM 21 pasien (52%). 2. RSUP dr. Karyadi : a. Dari 50 penyandang DM

yang diskrining TB sebanyak 25 pasien positif

dan dirujuk untuk penegakan diagnosis 7 orang dan semuanya terdiagnosis TB b. Dari 50 pasien TB, yang diskrining DM sebanyak 17 pasien dan dirujuk untuk penegakan diagnosis dan hasilnya 12 penyandang DM (70,6%). 3. RSUD Labuang Baji : a. Dari 17 penyandang DM

yang diskrining TB sebanyak 17 pasien positif

dan dirujuk untuk penegakan diagnosis 2 orang dan semuanya bukan TB. b. Dari 24 pasien TB, yang diskrining DM sebanyak 4 pasien dan dirujuk untuk penegakan diagnosis dan hasilnya 2 penyandang DM (50%). Berdasarkan informasi diatas maka perlu disusun petunjuk teknis

penemuan

kasus TB-DM di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).

B. Tujuan Sebagai acuan penemuan kasus TB – DM di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)

C. Sasaran 1. Petugas kesehatan yang menangani pasien TB dan DM di FKRTL 2. Penanggung jawab program TB dan PTM di dinas Kesehatan provinsi, kab/kota 3. Institusi yang terkait

3

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

D. Landasan Hukum

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, tambahan Lembar Negara Nomor 3273); 2. Undang-undang nomor 29/2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431); 3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; 5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 193); 6. Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 29); 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional; 8. Permenkes Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular; 9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Pengendalian Tuberkulosis (TB); 10. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasyankes lainnya;

E. Ruang Lingkup

Dalam buku ini pembahasan meliputi : 1. Strategi dan pokok-pokok kegiatan TB-DM 2. Penemuan pasien TB-DM 3. Jejaring TB-DM 4. Surveilans

4

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

F. Pengertian 1. Penyakit TB Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Secara umum sifat kumanTB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain adalah sebagai berikut: 

Berbentuk batang dengan panjang 1–10 mikron, lebar 0,2–0,6 mikron.



Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.



Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.

  Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan



dibawah mikroskop. 

Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C



Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.



Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit.

  Dalam dahak pada suhu antara 30–37°C akan mati dalam waktu lebih



kurang 1 minggu. 

Kuman dapat bersifat dormant (”tidur”/tidak berkembang)

2. Penyakit DM Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolik menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya.

Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi penyakit DM, yaitu: a. Diabetes Melitus tipe 1 DM tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel-β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. 5

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

b.

Diabetes Melitus tipe 2 Diabetes Melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau fungsi insulin (resistensi insulin), terutama pada dewasa dan lansia.

c.

Diabetes Melitus tipe lain Diabetes Melitus tipe lain adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.

d.

Diabetes Melitus Kehamilan (Gestasional) Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat (TGT, GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung (Perkeni, 2006).

6

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

BAB II STRATEGI DAN POKOK-POKOK KEGIATAN TB - DM

A. Strategi Penanggulangan TB. 1. Menggalakkan kampanye pencegahan TB untuk memutus rantai penularan TB di masyarakat; a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara pencegahan TB, gejala TB dan akses layanan. b. Advokasi kepada lintas sektor dan lintas program untuk meningkatkan komitmen terhadap penanggulangan TB.

2. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam penanggulangan TB; a. Memastikan komitmen politis di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dengan penegakan peraturan yang ada maupun membuat peraturan baru dan pendanaan untuk mendukung penanggulangan TB. b. Menginisiasi

pendekatan inovatif

untuk

membangun

interaksi

yang

berkelanjutan di semua tingkatan, khususnya di tingkat kabupaten/kota untuk menjamin hubungan yang kuat antara sektor publik dan swasta. c. Meningkatkan koordinasi antara program penanggulangan TB terintegrasi dengan HIV–AIDS dan Diabetes Melitus (DM) dengan lintas program dan lintas sektor, di setiap jenjang untuk menurunkan beban TB di masyarakat. d. Melibatkan

cabang-cabang

kabupaten/kota,

khususnya

organisasi Ikatan

profesi

Dokter

tingkat

Indonesia

provinsi (IDI)

dan

dengan

organisasi profesi terkait, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk mempromosikan penggunaan obat rasional, terstandar dan dukungan kepatuhan berobat pasien untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB dan mencegah terjadinya resistensi obat. e. Melakukan penelitian/riset operasional untuk mengetahui besarnya beban TB sebagai dasar pengembangan kebijakan dan perencanaan kegiatan.

7

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

3. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan penanggulangan TB; a. Meningkatkan angka penemuan semua kasus TB melalui penjangkauan dan edukasi mengenai TB terhadap masyarakat. b. Meningkatkan keberhasilan pengobatan mencapai 90%. c. Meningkatkan kualitas pelayanan TB di tingkat fasyankes. d. Memperluas ketersediaan dari alat diagnostik baru untuk mendeteksi kasus BTA negatif, TB ekstra paru, TB resisten obat pada dewasa maupun anak. e. Melakukan ekspansi layanan pengobatan sesuai dengan peningkatan kebutuhan termasuk penyediaan

obat TB yang berkualitas, pengenalan

obat baru, sumber daya manusia terlatih, dan dukungan pengobatan yang berpusat pada pasien. f. Mengintegrasikan layanan skrining TB dengan layanan HIV-AIDS, DM, KIA, Gizi, populasi rentan dan penyakit gangguan pernapasan lainnya (PPOK) untuk intenstifikasi penemuan kasus TB. g. Menerapkan strategi TemPO untuk penemuan kasus TB secepatnya di fasyankes.

4. Mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) untuk penemuan dan pengobatan pasien TB sebanyak mungkin serta mencegah TB resistan obat; a. Melakukan pelacakan kontak serumah kasus TB paru secara sistematis. b. Melaksanakan pelacakan kasus mangkir.

5. Meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan TB; a. Memperluas layanan TB dan TB Resistan Obat sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. b. Memperluas layanan TB dan TB Resistan Obat dalam skema Jaminan Kesehatan

Nasional

(JKN)

dengan

menyediakan

paket

layanan

komprehensif serta layanan pendukung lainnya.

8

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

6. Meningkatkan kualitas manajemen penanggulangan TB. a. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM untuk memastikan kompetensi sehingga dapat melaksanakan penanggulangan TB dengan baik. b. Mengembangkan laboratorium rujukan nasional sesuai standar sertifikasi WHO sehingga mampu membina laboratorium baik di tingkat fasyankes, maupun Fasyankes laboratorium lainnya termasuk sistem pemantapan mutu. c. Pengadaan obat anti TB terutama obat lini kedua, reagen dan bahan laboratorium dan perlengkapan lainnya dengan menggunakan proses PSM. d. Melaksanakan pemantapan mutu obat anti TB secara nasional oleh BPOM. e. Memperkuat sistem surveilens dengan mewajibkan semua Fasyankes melaporkan kasus TB yang ditemukan termasuk untuk layanan praktik mandiri (mandatory notification). f.

Mengintegrasikan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT) dan sistem pelaporan penyakit lainnya, termasuk Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA), Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA), e-TB manager, sistem informasi organisasi berbasis masyarakat (Ormas), dan JKN ke dalam sistem informasi manajemen kesehatan nasional berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).

B. Strategi Penanggulangan Diabetes Melitus 1. Meningkatkan advokasi, kemitraan, kepemimpinan dan manajemen dalam diabetes melitus 2. Meningkatkan promosi kesehatan dalam penurunan faktor risiko 3. Penguatan

sistim kesehatan untuk diagnosis dini dan tatalaksana Diabetes

Melitus termasuk faktor risikonya 4. Penguatan riset, surveilans, monitoring dan evaluasi terhadap penanggulangan diabetes melitus.

9

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

C. Kolaborasi TB- DM

1. Tujuan kolaborasi TB-DM

adalah penurunan beban

pasien TB

pada

penyandang DM dan menurunkan beban DM pada pasien TB melalui sistim  jejaring dan kemitraan 2. Kegiatan kolaborasi TB-DM Kegiatan TB DM dilaksanakan dengan mengacu pada penanggulangan TB dan DM yang berlaku saat ini meliputi: a. Perencanaan bersama antara program TB dan DM dalam menetapkan peran dan tanggung jawab masing- masing program ditingkat pusat dan daerah termasuk layanan kesehatan. b. Surveilans dilakukan dengan menggunakan data rutin yang didapat dari layanan yang sudah melaksanakan kegiatan kolaborasi TB-DM baik dari layanan TB dan DM, maupun survey dan sentinel. c. Penanganan pasien TB dan penyandang DM secara terpadu di dalam fasilitas pelayanan kesehatan maupun antara fasilitas pelayanan kesehatan dengan faslitas kesehatan lainnya. d. KIE tentang TB-DM e. Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. f.

Monitoring dan evaluasi dengan melibatkan kolaborasi kedua program

g. Supervisi kegiatan TB-DM secara terpadu oleh kedua program.

10

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

BAB III PENEMUAN KASUS TB-DM

A. Penemuan Kasus TB Pada Penyandang DM 1. Dewasa Penapisan TB pada penyandang DM bertujuan untuk menjaring terduga pasien TB. Penjaringan pasien TB pada penyandang DM terdiri dari: a. Segera setelah penegakan diagnosis DM b. Setiap kunjungan penyandang DM ke fasyankes

Penemuan terduga TB pada penyandang DM yaitu dengan melakukan: a. Menemukan gejala dan tanda pada penyandang DM, antara lain: 

Batuk, terutama batuk berdahak

≥ 2

minggu



Demam hilang timbul, tidak tinggi (subfebris)



Keringat malam tanpa disertai aktivitas



Penurunan berat badan



TB Ekstra paru antara lain; Pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB)



Sesak, nyeri saat menarik napas, atau rasa berat di satu sisi dada

b. Pemeriksaan foto toraks mencari abnormalitas paru. Indikasi pemeriksaan foto toraks ulang ditentukan oleh klinisi.

Bila terdapat salah satu gejala TB dan atau foto toraks mendukung TB maka penyandang DM dilakukan penegakan diagnosis TB (sesuai alur diagnosis TB dewasa). Bila dinyatakan TB,

penyandang DM dirujuk ke poli DOTS untuk

penatalaksaaan selanjutnya.

Penapisan TB pada penyandang DM selanjutnya dilakukan pada setiap kunjungan berikutnya dengan mencari gejala dan tanda TB (tanpa foto toraks). Lihat alur penemuan pasien TB pada DM dibawah ini.

11

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

Gambar 1. Alur Penemuan Pasien TB Pada Penyandang DM Penyandang DM

Skrining : Gejala TB Foto





Gejala (+) Toraks (+)

Gejala (+) Toraks (-)

Gejala (-) Toraks (+)

Gejala (-) Toraks (-)

Skrining

Rujuk untuk pemeriksaan lab. penegakan diagnosis TB : Sesuai dengan alur Diagnosis TB pada orang dewasa

TB

Skrining gejala ulang setiap berkunjungan

Bukan TB

Rujuk ke poli DOTS TB untuk tatalaksana TB

12

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

2. Anak

Penemuan pasien TB pada penyandang DM adalah dengan menanyakan beberapa kondisi di bawah ini, yaitu:  A. Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa aktif B. Gejala dan tanda sugestif TB, yaitu:   Batuk lama atau persisten



≥  3

minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak

pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan penyebab lain batuk telah disingkirkan.   Demam lama (≥  2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas



(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi (subfebris) dan dapat disertai keringat malam.   Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh



(failure to thrive).   Berat badan turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas



 ATAU berat badan tidak naik dengan adekuat ATAU tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik. 

Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.

  Keringat malam dapat terjadi, namun keringat malam saja apabila tidak



disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak. 

Gejala spesifik TB terkait organ, antara lain pembengkakan sendi dan tulang belakang, skrofuloderma, dan lain lain.

Bila menemukan salah satu kondisi di atas maka dilakukan pemeriksaan uji tuberkulin, foto toraks, pemeriksaan sputum atau spesimen lain yang relevan Xpert MTB/RIF untuk penegakan diagnosis.

13

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

Gambar 2. Alur Penapisan TB Anak Pada Pasien DM Pasien DM yang terdapat riwayat kontak TB dewasa aktif dan/atau e ala su estif TB Lakukan pemeriksaan uji tuberkulin, foto toraks dan sputum atau spesimen lain yang relevan untuk pemeriksaan Xpert MTB/Rif 

Hasil positif

Hasil negatif

TB

Bukan TB

Tatalaksana TB dan DM sesuai panduan nasional

Keterangan: Tatalaksana DM pada anak sesuai dengan konsensus DM tipe 1 dan DM tipe 2 IDAI, sedangkan tatalaksana TB pada anak sesuai dengan PNPK TB.

B. Penemuan DM Pada Pasien TB 1. Dewasa Penapisan DM pada pasien TB di FKRTL adalah dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa (puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam) atau pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram pada semua pasien TB. Pemeriksaan glukosa dengan menggunakan metode ensimatik dengan spesimen darah vena.

Penapisan DM pada pasien TB adalah dengan memeriksa Gula Darah Plasma Puasa (GDP)

yaitu kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam atau

pemeriksaan glukosa plasma sewaktu (GDS) atau 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram pada semua pasien TB dengan spesimen darah vena. Penegakkan Diagnosis DM dengan kriteria : a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa

≥ 126

b. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu

mg/dl, atau

≥ 200

mg/dl dengan keluhan klasik,

14

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

(keluhan klasik DM: Poliuria, polidipsi, polifagi, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya), atau c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu

≥  200

mg/dl 2 jam setelah TTGO

dengan beban 75 gram, atau d. Pemeriksaan

HbA1c

≥ 

6,5%

dengan

menggunakan

metoda

High

Performance Liquid Chromatographi (HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

Catatan : Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard NGSP , sehingga harus hati-hati dalam membuat interprestasi terhadap hasil pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati, riwayat tranfusi darah 2-3 bulan terakhir, kondisi-kondisi yang mempengaruhi umur eritrosit

dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai

sebagai alat diagnostik maupun evaluasi.

15

Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB‐DM di FKRTL

Gambar 3. Alur Dianosis DM Pada Pasien TB Semua pasien yg terdiagnosa TB

Pem. Gula Darah Puasa

Pem. Gula Darah Sewaktu (GDS)atau GD 2 jam pp

Hasil Pemeriksaan

GDP
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF