Buku pedoman praktik Dasar K3.pdf

May 10, 2017 | Author: Joshua Robbins | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Buku pedoman praktik Dasar K3.pdf...

Description

BUKU PEDOMAN

TIM PENYUSUN PEDOMAN PRAKTEK DASAR-DASAR K3 TAHUN 2014

PRAKTIK DASAR-DASAR K3

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2014

KATA PENGHANTAR

Penerbitan Buku Pedoman Praktikum Dasar-Dasar K3 ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Kesehatan Lingkungan. Dengan menggunakan Buku Pedoman Praktikum ini, maka proses bimbingan pelaksanaan praktikum, baik bagi mahasiswa maupun pengajar akan lebih terstruktur, sehingga target kompetensi yang akan dicapai menjadi lebih tepat. Dengan adanya buku pedoman praktikum, maka tahapan kegiatan perencanaan, persiapan dan pelaksanaan praktik, serta kegiatan paska praktikum, peserta praktik dapat memahami dan mampu dalam menggunakan alat-alat praktikum yang ada di Jurusan Kesehatan Lingkungan, baik yang berkaitan dengan bahan praktikum, keamanan selama praktik serta waktu yang di perlukan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, perkembangan akan selalu mengikuti, sehingga suatu saat ditemukan hal baru yang berkaitan dengan buku pedoman praktikum ini. Oleh karena itu saran dan kritik atas buku pedoman praktikum ini selalu terbuka. Harapan kami, Buku Pedoman Praktikum Dasar-Dasar K3 memberikan manfaat bagi para penggunanya.

Jakarta, Desember 2014 Tim Penyusun Buku Pedoman Praktikum Dasar - dasar K3 Wastyo Wiarawan Yusuf Dawudi Editor Wakhyono Budianto,SKM.,Msi

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

i

DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………………. i DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………………………. ii I.

II.

PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………………………..

1

1.1

Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………………

1

1.2

Maksud Dan Tujuan ……………………………………………………………………………………………….. Maksud ……………………………………………………………………………………………………… 1.2.1 Tujuan ………………………………………………………………………………………………………. 1.2.2 1.2.2.1 Tujuan Umum …………………………………………………………………………………………. Tujuan Khusus ………………………………………………………………………………………….. 1.2.2.2

2 3 3 3 3

PENENTUAN SAMPEL

4

2.1

Penentuan Titik Pengambilan Sampel di lingkungan kerja ………………………….

4

2.2

Pengambilan sampel ada beberapa metode berdasarkan periode waktunya Menurut National Institute Ocupational Safety and Health (NIOSH) ………………………………………………………………………………………………………………………..

5

Lokasi Pengambilan Sampel berdasarkan lokasi / area dapat di bedakan dalam beberapa tempat ……………………………………………………………………..

5

Pelaksanaan Pengambilan sampel berdasarkan peralatan sampling ……….

5

III. PENGUKURAN FAKTOR BAHAYA KERJA ………………………………………………………………

6

3.1

Faktor Bahaya Fisik …………………………………………………………………………………………………. 3.1.1 Pengukuran Tekanan Panas / Iklim Kerja ………………………………………….. 3.1.2 Pengukuan Intensitas Penerangan di Tempat Kerja ………………………… 3.1.3 Pengukuan Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja ……………………………

6 6 10 15

3.2

Faktor Bahaya Ergonomi ………………………………………………………………………………………..

20

3.3

Faktor Bahaya Kimia ……………………………………………………………………………………………….

29

3.4

Faktor Psikososial ………………………………………………………………………………………………………

32

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………………………………………….. Format Laporan Praktikum ………………………………………………………………………………………………… Soal Latihan ……………………………………………………………………………………………………………………………. Tekanan Panas ……………………………………………………………………………………………. 1. Kebisingan …………………………………………………………………………………………………….. 2. Pencahayaan ……………………………………………………………………………………………….. 3. Debu ………………………………………………………………………………………………………………. 4.

38 39 40 40 40 41 41

2.3 2.4

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

ii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan ilmu multi disiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja , keselamatan kerja dan melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan kerja. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan jaminan keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman dimana tenaga kerja dapat terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan teori penyebab kecelakaan , di ketahui bahwa kecelakaan kerja dapat di hindari apabila penyebabnya dapat di ketahui dan dihilangkan. Faktor penyebab atau di sebut hazard terdiri atas fisik , kimia, biologis, ergonomi dan psikososial. Hazard kimia adalah faktor bahaya di lingkungan kerja, kadar debu, kadar gas CO, kadar CO2 , kadar gas amonia dan sebagainya. Hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan tenaga kerja yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Hazard fisik adalah faktor bahaya dilingkungan kerja seperti tingkat kebisingan, tekanan panas, penerangan, getaran, radiasi sinar ultra violet dan gelombang elektromagnetik. Hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan tenaga kerja yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Hazard biologis adalah faktor bahaya di lingkungan kerja potensi bahaya yang di sebabkan oleh mahluk hidup (biologi) gangguan kesehatan pada pekerja yang terpajan . Potensi bahaya yang menyebabkan alergi / iritasi akibat bahan-bahan biologis (debu kapas, dedaunan, bulu, bunga, dll) Bahaya faktor biologi atau biological hazard (biohazard) didefinisikan sebagai agen infeksius atau produk yang dihasilkan agen biologi atau biological agent didefinisikan sebagai mikroorganisme, Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

1

Hazard ergonomi adalah melakukan gerakan yang sama berulang-ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktifitas tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar. Hazard Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya interaksi dari aspek-aspek (uraian tugas) job description, disain kerja dan organisasi serta managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan ganggua fisik, sosial dan psikologi. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar produktivitas kerja dapat tetap terjaga. Hal ini dapat ditinjau dari dua faktor yaitu: a. Dari aspek Kesehatan adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang timbul karena faktor-faktor yang ada di tempat kerja, dan a. Dari aspek Keselamatan adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena orang yang terkena stress memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya kecelakaan. Dalam praktikum dasar-dasar k3 mahasiswa akan di latih untuk dapat melakukan praktik identifikasi hazard, analisis resiko dan merencanakan tindakan pengendalian, jenis-jenis hazard yang di evaluasi di sesuaikan dengan peralatan yang ada. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1

Maksud

Tersedianya penduan praktikum Kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat di jadikan pedoman dalam melakukan pengukuran / monitoring dan evaluasi dilingkungan kerja.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

2

1.2.2

Tujuan

1.2.2.1 Tujuan Umum Diharapkan

praktikum

dapat

menerapkan

pengetahuan

tentang

peralatan, pengujian dan evaluasi faktor-faktor bahaya di tempat kerja. 1.2.2.2 Tujuan Khusus Diharapkan praktikum dapat :  Melakukan pengukuran faktor kimia (kadar debu partikel di lingkungan kerja ).  Melakukan pengukuran faktor fisik (kebisingan, pencahayaan, tekanan panas, di lingkungan kerja ).  Melakukan pengukuran faktor biologi  Melakukan pengukur factor psikososial (kelelahan dan stress kerja).

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

3

II.

PENGAMBILAN SAMPEL

2.1 Penentuan Titik Pengambilan Sampling di Lingkungan Kerja Pengambilan titik sampling sangat penting karena dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya pada lokasi dan tempat tertentu merupakan langkag awal untuk mendapatkan sampel yang representatif, sebelum menentukan

lokasi titik

pengambilan sampel lingkungan kerja. Ada 3 langkah yang harus di perhatikan dan perlu dibandingkan: 1. Langkah Awal Menentukan titik pengukuran ,  Pengenalan Lingkungan (Hazar Indentifikasi) Memahami tahap-tahap proses produksi atau kegiatan yang menyangkut kegiatan operasional perusahaan dan faktor-faktor bahaya yang timbul dalam proses tersebut, jumlah tenaga kerja yang terpapar sehingga dapat mengetahui bagian mana dan parameter apa dapat diketahui secara jelas. 2. Langkah Kedua Penilaian Lingkungan (Risk Assesment) pada tahap ini di ketahui bagian apa dan parameter apa diadakan pengukuran di lapangan dan pengambilan sampel dengan menggunakan peralatan sesuai yang di butuhkan, setelah sampling di analisis, hasil nya di bandingkan dengan Standart Nilai Ambang Batas (NAB). 3. Langkah Ketiga Pengendalian (Risk Control) dalam tahap ini setelah didapat hasil analisa di bandingkan dengan NAB, ternyata melebihi NAB yang telah ditentukan, maka langkah pengendalian dari faktor-faktor lingkungan tersebut.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

4

2.2 Pengambilan sampling ada beberapa metode berdasarkan periode waktunya Menurut National Institute Ocupational Safety and Health (NIOSH) : 1. Pengambilan Sampel selama 8 jam ( Full Periode ) Pengambilan sampel selama waktu 8 jam di sesuaikan dengan jam kerja. 2. Pengambilan Sampel kurang dari 8 jam ( Full Periode Single Sample ) 3. Pengambilan Sampel kurang dari 8 jam ( Full Periode Consecutif Sample ) 4. Pengambilan Sampel Sesaat ( Random / Grab Sample ) 2.3 Lokasi Pengambilan Sampling berdasarkan lokasi /

area

dapat di

bedakan dalam beberapa tempat : 1.

Pada Sumber Kontaminan Langsung didekatkan pada sumber

2.

Pada Lokasi Kerja di dekat Tenaga Kerja Langsung dekatkan ke pekerja

3.

Pada tempat-tempat yang sering dilalui tenaga kerja Langsung / tempatkan pada lokasi yang sering pekerja lalui

4.

Pada Personal / Perorangan. Langsung pada pekerja / alat di kenakan pekerja selama jam kerja

2.4Pelaksanaan Pengambilan sampling berdasarkan peralatan sampling dapat di bedakan 2 yaitu : 1. Direct Reading Pengambilan sampel dengan pembacaan langsung tanpa melalui analisia laboratorium. 2. Indirect Reading Pengambilan sampel dengan mengunakan analisa laboratorium .

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

5

III. PENGUKURAN FAKTOR BAHAYA KERJA 3.1 Faktor Bahaya Fisik 3.1.1 Pengukuran Tekanan Panas / Iklim Kerja 1. Dasar Teori Tekanan panas adalah faktor di tempat kerja yang ditimbulkan oleh perpaduan kondisi suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan radiasi. Pengujian yang dilakukan ditentukan dengan mengukur suhu kering, suhu basah dan suhu bola dimana satuan dan rumus yang digunakan dinyatakan sebagai Indeks Suhu Basah dan Bola ( ISBB). 2. Tujuan Memahami konsep dasar pengukuran tekanan panas di dan melakukan pengukuran di lingkungan kerja dengan menggunakan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), sesuai dengan Nilai Amabang Batas (NAB) yang ditentukan. 3. Alat  Area Heat Stress Monitor Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan panas pada area kerja 4. Cara Kerja a. Tentukan lokasi dan titik sampling b. Lakukan pengukuran tekanan panas di dekat tenaga kerja yang sedang melakukan aktivitas. c. Posisikan Area Heat Stress Monitor berada di dekat tenaga kerja. d. Tekan tombol On pada alat heat stress monitor diamkan selama 10 menit berada ditempat pengukuran. e. Setelah 10 menit amati dan baca pada layar monitor tercantum suhu udara kering, suhu udara basah, suhu udara basah, suhu udara bola (globe), kelembaban udara, indeks suhu bola basah (ISBB) Indoor dan Out door. f. Catat pda formulir hasil pengukuran tekanan panas g. Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) Kepmenakertrans No : 13 tahun 2011 tentang NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

6

Pengaturan waktu kerja setiap jam

ISBB (˚C ) Beban Kerja Sedang 28,0

75% - 100%

Ringan 31,0

Berat -

50 % - 75%

31,0

29,0

27,5

25% - 50%

32,0

30,0

29,0

0% - 25%

32,2

31,1

30,5

 Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi: ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.  Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

Catatan :  Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kalori/jam.  Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam.  Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jam. 5. Rumus Indeks suhu bola basah bola a) Rumus yang dikembangkan berdasarkan perpindahan lokasi kerja. Dalam hal pemaparan ISBB yang berbeda-beda karena lokasi kerja yang berpindah-pindah menurut waktu, maka berlaku ISBB rata-rata dengan rumus sebagai berikut: (ISBB1) (t1) + (ISBB2) (t2) +………+(ISBBn) (tn) ISBB rata-rata = --------------------------------------------------------------t1 + t2 +……………….+.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

7

Keterangan : 0 C ISBB ISBB1 ISBB2 ISBBn ISBB rata-rata SBA SK SB t1, t2, tn,

: : : : : :

Derajat Celcius Indeks Suhu Basah dan Bola Indeks Suhu Basah dan Bola menurut waktu 1 Indeks Suhu Basah dan Bola menurut waktu 2 Indeks Suhu Basah dan Bola menurut waktu n Indeks Suhu Basah dan Bola diterima rata-rata selama waktu tertentu : Suhu Basah Alami : Suhu Kering : Suhu Bola : Jangka waktu pemaparan selama ISBB1, ISBB2, ISBBn yang bersangkutan, dinyatakan dalam menit. (Catatan : Waktu pemaparan selama 30-60 menit, dan waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu awal, tengah, dan akhir shift kerja.

Catatan : 1. Hasil dari ISBB rata-rata adalah hasil yang digunakan untuk dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu peratuan-peraturan yang terkait. 2. Waktu Kerja dan Istirahat disesuaikan dengan lamanya waktu kerja yang dilakukan oleh pekerja di ruangan tersebut, yang dinyatakan dalam persentase. 3. Perhitungan kategori beban kerja adalah sebagai berikut : a. Grandjen (1998),menyatakan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumi oksigen, kapasitas vasilitas paru & suhu inti tubuh. PENILAIAN BEBAN KERJA (Christensen,1991.Encyclopaedia of Occupational Health and Safety.ILO Geneva) Beban kerja

Konsumsi 02 l/mnt

Ventilasi paru l/mnt

Suhu rectal

Denyut Jantung

ringan

0,5-1,0

11-20

37,5

75-100

sedang

1,0-1,5

20-31

37,5-38

100-125

berat

1,5-2,0

31-43

38-38,5

125-150

Sangat berat

2,0-2,5

43-56

38,5-39

150-175

Sgt berat sekali

2,5-4,0

60-100

>39

>175

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

8

b. Penilaian beban kerja dapat dilakukan berdasarkan berat badan pekerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Kebutuhan Kalori Perjam Menurut Jenis Aktivitas

Sumber (SUMA’MUR,1982)

Contoh : Seorang pekerja dengan berat badan sekitar 65 kg bekerja sebagai tukang batu dibawah terik matahari , maka berdasarkan data tersebut diatas / baris 21 , diperoleh jumlah kalori yang dibutuhkan adalah : 5,71 x 65 kg = 371 Kilocal / jam. Beban kerja ini termasuk dalam kategori beban kerja berat ( > 350- 500 Kilokal /jam-----Kepmenaker No.51 th 1999) Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

9

Formulir Tekanan Panas Nama Perusahaan

: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Alamat Perusahaan

: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Petugas

: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Tanggal Sampling

: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Lokasi No Pengukuran

3.1.2

Waktu

Hasil Pengukuran SK 0C

SB 0C

RH %

ISBB 0C

Beban Kerja

Keterangan

Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja

1. Dasar Teori Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk menberikan penerangan kepada benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau mesin dan proses produksi serta lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas penerangan yang optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan juga diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya. 2. Tujuan Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

10

3. Alat  Lux Meter Mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian eneergi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor. 4. Penentuan Titik Pengukuran a. Penerangan Setempat Obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan dan pengukuran dapat di lakukan di atas meja. b. Penerangan Umum Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi 1 (satu) meter. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan.  Luas ruangan kurang dari 10 m² . Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 1 (satu) meter.  Luas ruangan antara 10 sampai 100 m² . Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 3 (tiga) meter.  Luas ruangan lebih dari 100 m² . Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 (enam) meter. 5. Cara Kerja a. Hidupkan Luxmeter b. Letakan alat ke titik pengukuran yang telah ditentukan, baik penerangan setempat atau umum. c. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil. d. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil. e. Matikan lux meter setelah pengukuran. f. Bandingkan

dengan

Nilai

Ambang Batas

(Permenkes)

Nomor :

1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

11

6. Rumus Pengolahan Data a) Pencahayaan Umum Rumus pengolahan data pencahayaan umum adalah sebagai berikut :  Dalam satu titik dilakukan 3 kali pembacaan/pengukuran karena angka yang tertera pada alat lux meter / light meter berubah-ubah tidak stabil. Perhitungan rata-rata pencahayaan per titik : P1 + P2 + P3 = .... lux ∑P  Dalam satu ruangan akan diperoleh beberapa titik pengukuran tergantung dari luas ruangan yang telah di ukur, sehingga mendapatkan beberapa titik pengukuran. Perhitungan rata-rata pencahayan ruangan : T1 + T2 + .......... + Tn = .... lux ∑T Keterangan : P1 = Pembacaan/pengukuran pertama P2 = Pembacaan/pengukuran kedua P3 = Pembacaan/pengukuran ketiga ∑ P = Jumlah pembacaan/pengukuran T1 = Titik pertama T2 = Titik kedua Tn = Titik ke- n ∑ T = Jumlah Titik Catatan : Hasil dari perhitungan rata-rata pencahayaan ruangan adalah hasil yang digunakan untuk dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu peraturan-peraturan yang terkait. b) Pencahayaan Setempat Rumus pengolahan data pencahayaan setempat adalah sebagai berikut :  Dalam satu titik tempat kerja (objek kerja) dilakukan 3 kali pembacaan/pengukuran karena angka yang tertera pada alat lux meter / light meter berubah-ubah tidak stabil. Perhitungan rata-rata pencahayaan per titik (objek kerja) : P1 + P2 + P3 = .... lux ∑P

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

12

Keterangan : P1 = Pembacaan/pengukuran pertama P2 = Pembacaan/pengukuran kedua P3 = Pembacaan/pengukuran ketiga ∑ P = Jumlah pembacaan/pengukuran Catatan : 1.

Hasil dari perhitungan rata-rata pencahayaan per titik (objek kerja) adalah hasil yang digunakan untuk dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu peraturan yang terkait.

2. Tentukan kategori ruangan yang dijadikan objek pengukuran agar bisa menentukan nilai/besaran pencahayaan (lux) yang akan dijadikan perbandingan dari hasil pengukuran. Formulir Intensitas penerangan setempat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Nama Perusahaan Alamat Jenis Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja Ruangan Kerja Jenis Lampu Tanggal Pengukuan

: : : : : : :

…………………………………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………………………….

Denah penerangan setempat Meja Kerja 1

Meja Kerja 2

Meja Kerja 3

Meja Kerja 4

Meja Kerja 5

Meja Kerja 6

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

13

Hasil Pencatatan Pengukuran penerangan setempat

Ruangan

Hasil (Lux) Pengukuran 1

Pengukuran 2

Pengukran 3

Rata-rata

Formulir Intensitas penerangan umum :

………………………………………………………………………………………………………………………….

2. Alamat

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

3. Jenis Perusahaan

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

4. Jumlah Tenaga Kerja

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

5. Ruangan Kerja

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

6. Jenis Lampu

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

7. Tanggal Pengukuan

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

1.

Nama Perusahaan

Denah penerangan umum

meter

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

14

Hasil Pencatatan Pengukuran penerangan umum Hasil (Lux) Ruangan

3.1.3

Pengukuran 1

Pengukuran 2

Pengukran 3

Rata-rata

Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja

1. Dasar Teori Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alatalat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. 2. Tujuan Memahami konsep dasar intensitas kebisingan dan melakukan pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter di lingkungan kerja. Dengan prinsip kebisingan diterima oleh mikrofon pada sound level meter dan dirubah menjadi gelombang listrik yang kemudian dibaca pada monitor dalam satuan desibel (dB). 3. Alat  Integrating Sound Level Meter (SLM) Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan pada frequensi yang berbeda-beda dan untuk mengukur intensitas bunyi dengan frequensi tertentu.  Noise Dosimeter Merupakan sound level meter yang digunakan untuk mengukur dose paparan bising hubungan dengan waktu, alat ini di pergunakan pengukuran kebisingan personal yang diterima oleh pekerja selama 8 jam/hari terutama bagi tenaga kerja yang berpindah-pindah. Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

15

4. Penentuan Titik Pengukuran  Pengukuran dengan titik sampling Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.  Pengukuran dengan peta kontur Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, 1.

warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA,

2.

warna orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA,

3.

warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90 dBA.

 Pengukuran dengan Grid Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas. 5. Nilai Ambang Batas Kebisingan Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

16

tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja , bandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (MENAKERTRANS), Nomor : Per.13/MEN/X/2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Waktu pemaparan per hari 8 Jam 4 2 1

Intensitas kebisingan dalam dBA 85 88 91 94

30 15 7,5 3,75 1,88 0,94

Menit

97 100 103 106 109 112

28,12 14,06 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11

Detik

115 118 121 124 127 130 133 136 139

6. Cara Kerja a. Tentukan lokasi dan titik pengukuran . b. Tekan tombol on pada sound level meter c. Tekan tombol Respon (jenis suara) slow / fast. d. Atur tombol Jaringan A atau C. e. Baca angka yang tertera pada monitor

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

17

7. Pengolahan Data Intensitas Kebisingan Pengolahan data pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan Distribusi Frekuensi sebelum dimasukkan kedalam rumus, yaitu menentukan nilai dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) Array yaitu urutkan dari data yang terkecil sampai dengan data yang terbesar. 2) Range yaitu cari nilai Range dengan menggunakan menghitung selisih dari data terbesar dikurangi data terkecil. Range = Data max. – Data Min. 3) Kelas (K) yaitu mencari banyaknya kelas dengan menggunakan rumus Sturgess. K = 1 + 3,3 log n 4) Interval (I) yaitu mencari nilai interval dengan membagi Nilai Range dengan Nilai Kelas. I=R/K 5) Kemudian masukkan kedalam Tabel Distribusi Frekuensi No. 1 2 ... Dst

Banyaknya Kelas

Interval Kelas (X) .................. - .................. .................. - .................. .................. - .................. Dst.

Frekuensi (f) ....................... ....................... .......................

Nilai Tengah (Xi) ....................... ....................... .......................

Batas Atas

Batas Bawah

 Mencari nilai tengah dengan cara menjumlahkan batas bawah dengan batas bawah kemudian dibagi 2. 6) Setelah mendapatkan frekuensi dan nilai tengah, kemudian hitunglah menggunakan rumus sebagai berikut : Ls

= 10 log 1/n Tn.100,1Ln = 10 log 1/n (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + …. + Tn.100,1Ln) = 10 log 1/n ( .....................) = ..........

Keterangan : Ls

= Titik Sampling ke- n

Tn

= Frekuensi Kelas ke- n

T1

= Frekuensi Kelas Pertama

T2

= Frekuensi Kelas Kedua

Ln

= Nilai Tengah Kelas ke- n

L1

= Nilai Tengah Kelas Pertama

L2

= Nilai Tengah Kelas Kedua Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

18

Urutan perhitungan yang harus dilakukan adalah langkah sebagai berikut : 1) Hitung dahulu 0,1 x Nilai Tengah ke- n 2) Kemudian hitung 10 dipangkatkan dengan hasil dari langkah No. 1 3) Kemudian hitung dengan mengalikan Frekuensi ke-n dengan hasil dari langkah No.2 4) Kemudian lakukan urutan langkah dari No. 1 sampai dengan langkah No.3 sesuai dengan banyaknya kelas yang di dapat 5) Kemudian jumlahkan hasil dari seluruh banyaknya kelas yang telah dilakukan proses langkah No.1 – langkah No. 3 6) Kemudian hitung 1/n

,n itu adalah (jumlah banyaknya data)

7) Kemudian hitung hasil dari langkah No.5 dikalikan dengan hasil dari langkah No.6 8) Kemudian cari nilai log (logaritma) dari hasil langkah No. 7 9) Kemudian yang terakhir adalah kalikan hasil nilai log (logaritma) dari langkah No.8 dengan (10). 10) Langkah No. 9 adalah hasil akhir yang akan dibandingkan dengan regulasi (peraturan)

Tabel Distribusi Frekwensi No.

Interval Kelas (X)

Frekuensi (f)

Nilai Tengah (Xi)

1

.................. - ..................

.......................

.......................

2

.................. - ..................

.......................

.......................

3

.................. - ..................

.......................

.......................

4

.................. - ..................

.......................

.......................

5

.................. - ..................

.......................

.......................

6

.................. - ..................

.......................

.......................

dst

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

19

Formulir Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di tempat kerja :

………………………………………………………………………………………………………………………….

2. Alamat

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

3. Jenis Perusahaan

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

4. Alat yang digunakan

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

5. Ruangan Kerja

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

6. Petugas

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

7. Tanggal Pengukuran

:

………………………………………………………………………………………………………………………….

1.

No

Nama Perusahaan

Lokasi Pengukuran

Waktu Pengukuran

Intenstas Kebisingan

Leq

3.2 Faktor Bahaya Ergonomi 1. Dasar Teori Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya (meja, kursi, dan perlengkapan lainnya) diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerak-gerakan yang dibutuhkan. Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya, antara laki-laki dan perempuan dan beberapa suku bangsa.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

20

1. Tujuan Beberapa ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi ditempat kerja  Posisi Berdiri Pada posisi berdiri, ukuran-ukuran tubuh yang paling penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depa dan panjang lengan.  Posisi Duduk Pada posisi duduk, ukuran-ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. 2. Alat  Alat ukur tinggi  Meteran kain  Pengaris segitiga  Busur  Lembar pengamatan 3. Cara Kerja Langkah-langkah dalam melakukan praktikum pengukuran Antropometri adalah sebagai berikut :  Dengan menggunakan alat-alat yang telah disediakan, ukurlah dimensidimensi tubuh manusia.  Untuk memudahkan pengamatan, gambar antropometri bisa dilihat di lampiran dengan keterangan sebagai berikut : 4. Pedoman Pengukuran A. Tinggi tempat duduk a) Tinggi tempat duduk  Tinggi tempat duduk diukur dari lantai sampai pada permukaan atas bagian depat alas duduk.  Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai ke telapak kaki (tinggi belakang lutut sampai telapak kaki).  Ukuran yang disarankan adalah 38 - 48 cm (tergantung ukuran antropometri pekerja).

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

21

b) Panjang alas duduk  Diukur dari garis proyeksi permukaan sedepan sandaran duduk permukaan atas alas duduk.  Harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis punggung (jarak dari belakang lutut sampai pantat/tulang ekor).  Ukuran yang disarankan adalah 36cm. c) Lebar tempat duduk  Diukur pad garis tengah alas duduk melintang.  Harus lebih besar dari lebar pinggul.  Ukuran yang disarankan 40-45cm (Australia) d) Sandaran pinggang  Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan bagan bawahnya setinggi garis pinggul.  Sandaran pinggang dapat disetel ke atas dan ke bawah dan bergerak 8 - 12 cm di atas alas duduk.  Dalamnya sadaran pinggang adalah 35-38cm dari ujung depan epan alas duduk e) Sandaran tangan(bila ada)  Jarak antara tepi dalam kedua sandaran lebih lebar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu.  Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku (dalam keadaan duduk).  Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah.  Ukuran yang di perkenakan adalah: ‡ Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan adalah 46-48 cm ‡ Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. ‡ Panjang sandaran tangan adalah 21 cm. f) Sudut alas duduk  Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan pada pekerjaan untuk melaksanakan pemilihanpemilihan gerakan dan posisi.  Alas duduk adalah horisontal.  Sudut kemiringan yang disarankan adalah 3 - 5 derajat. g) Tinggi meja  Tinggi meja dan bagian bawah alas meja (kolong) harus melebihi dari tinggi lutut depan.  Tinggi meja tidak melebihi tinggi dada dan tidak lebih rendah dari tinggi siku pada saat posisi duduk.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

22

B. Komputer  Lokasi peralatan kontrol dan display harus mudah diraih.  Pekerjaan harus memiliki kebebasan bergerak atau merubah posisi.  Gerakan yang repetitif ,sering berlebihan dengan rotasi badan atau pinggang yang ekstrim harus dihindari.  Posisi layar adalah sedikit di bawah level mata pengguna komputer  Keyboard dan layar terpisah.  Layar dapat diubah sudutnya.  Warna huruf /obyek gelap dengan latar belakang bewarna lebih terang/kontras.  Jarak mata ke layar sebaiknya sekitar 50 cm - 70 cm.  Jarak mata ke keyboad adalah sekitar 45 cm - 50 cm.  Apabila sudut antar pinggul dan paha lebih dari 90 maka perlu diberikan penyanggan kaki bagi pekerja. OSHA (2000) dalam Health & Safety Guidelines For Video Diaplay Terminal in Workplace, juga menetapkan beberapa kriteria ,antara lain sebagai berikut : a. Layar display (monitor)  Karakter (huruf ) tidak boleh berkedip-kedip.  Tulisan dan simbol-simbol tidak boleh kelihatan pecah atau buyar.  Ukuran karakter harus cukup untuk jarak pandang (ANSI/HFS100,1988)  Pekerja harus dapat mengatur program untuk meningkatkan ukuran karakter sehingga mudah dibaca.  Layar harus mempunyai pengatur tingkat keterangan (brightness) dan kontras dan operator harus mengetahui cara mengaturnya.  Warna background harus kontras dengan warna karakter.  Sisi atas layar tepat atau seikit dibawah posisi pandangan operator.  Jarak pandang adalah 16-29 inch. b. Keyboards  Harus terlepas dari monitor untuk mendapatkan posisi dan sudut yang dapat diatur sesuai kebutuhan.  Keyboard harus tipis untuk meminimalkan masalah pada pergelangan tangan (pegal).  Tuts harus cukup sensitif dan mengeluarkan suara yang tida terlalu keras.  Permukaan keyboard tumpul.  Keyboard mempunyai alas pergelangan tangan yang tingginya tidak melebihi tuts baris pertama. Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

23

c. Mouse  Tinggi mouse sama dengan tinggi keyboard.  Letak mouse adalah di samping keyboard.  Pada saat meggunakan mouse, lengan harus selalu berada dekat dengan tubuh.  Lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan usahakan berada pada satu garis lurus,sedikit tinggi di atas mouse. d. Document holder  Documen holder harus stabil dan dapat diatur tinggi,jarak dan sudut pandangnya.  Document holder dapat diletakan disamping layar/monitor atau antara monitor dan keyboard,sehingga meminimalkan gerakan kepala dan leher operator.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

24

PENGUKURAN ANTROPOMETRI STATIS/DIMENSI TUBUH Nama

:

………………………………………………

Jenis olahraga yang dilakukan

:

…………………………………………………

Umur

:

………………………………………………

Jumlah jam/minggu

:

…………………………………………………

Jenis Kelamin

:

………………………………………………

Suku Bangsa

:

………………………………………………

Berat badan

:

……………………………………………..

Tanggal ukur

:

……………………………………………..

ANTROPOMETRI STATIS

No

1.

2.

3. 4. 5. 6.

7.

Data Yang Diukur

Simbol

Hasil Pengukuran (cm)

Tinggi badan tegak. tbt (Tinggi tubuh posisi tegak berdiri yaitu : dari lantai s/d ujung kepala) Tinggi mata berdiri. tmb (Eye height, Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak) Tinggi bahu berdiri tbhb Tinggi siku berdiri tsb Tinggi panggul berdiri , tpgb Hip height Tinggi buku tangan berdiri tbtgb (Knuckle height, Tinggi buku tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak) Tinggi kepalan tangan tkpltgb berdiri (Fingertip height, Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak)

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

25

ANTROPOMETRI STATIS

No

8.

9. 10. 11.

12.

Data Yang Diukur

Simbol

Tinggi duduk tegak (Tinggi tubuh dalam posisi duduk : dukur dari atas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala) Tinggi mata duduk. (Tinggi mata dalam posisi duduk) Tinggi bahu duduk . (Tinggi bahu dalam posisi duduk) Tinggi siku duduk (Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) Tebal paha

tdt

15. Tinggi lutut berdiri. (Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk) 16. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 20. Tebal dada berdiri ANTROPOMETRI STATIS

tmd tbd tsd

tp tlb

tdb

No

Data Yang Diukur

Simbol

13.

pkl

21

Pantat ke lutut (panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut) panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut/betis Lebar dari dada dalam keadaan membusung Tebal perut duduk

26

Panjang kepala

14.

20

Hasil Pengukuran (cm)

Hasil Pengukuran (cm)

pkb

ldbng tpd Pk

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

26

ANTROPOMETRI STATIS

No

Data Yang Diukur

17.

Lebar lengan

18.

Lebar bahu

Simbol

Hasil Pengukuran (cm)

llgn lb

Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk)

ANTROPOMETRI STATIS

19.

Lebar pinggul

lp

27

Lebar kepala

lk

No

Data Yang Diukur

22

Tinggi siku sampai dengan

Simbol

Hasil Pengukuran (cm)

bahu 23

Siku ke siku Panjang siku yang diukur

sks

dari siku sampai dengan ujung jari – jari dalam posisi siku tegak lurus 35

Jangkauan tangan ke atas Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur dari pantat sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal tetapi dalam posisi duduk)

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

27

ANTROPOMETRI STATIS

No

24

Data Yang Diukur

Jangkauan

tangan

Simbol

ke

Hasil Pengukuran (cm)

jtd

depan Panjang jangkauan tangan diukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan 25

Panjang jangkauan tangan, diukur dari bahu sampai dengan ujung ibu jari

34

Jangkauan tangan ke atas Tinggi jangkauan tangan

jta

dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal) 36

Panjang jangkauan tangan diukur dari tebal bahu sampai dengan ujung ibu jari

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

28

3.3 Faktor Bahaya Kimia 3.3.1

Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja.

1. Dasar Teori Analisa bahan kimia dalam udara memerlukan beberapa langkah diantaranya pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja secara gravimetri yang meliputi tahap persiapan, pengambilan contoh, penimbangan dan perhitungan kadar debu total. 2. Tujuan Mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran debu di ruang kerja, mengetahui kadar debu di udara ruang kerja, membandingkan kadar debu dengan standar / peraturan perundangan dan membuat rencana pengendalian debu di ruang kerja. 3. Alat  LVS (Low Volume Sampler) atau HVS (High Volume Sample)  Timbangan Analitik  Oven  Pinset  Desikator  Thermohygrometer 4. Cara Kerja  Timbang Kertas saring dengan Analitic Balance (timbangan elektrik)  Keringkan filter dengan menggunakan oven temperature 1000C selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit.  Timbang filter kering dengan menggunakan timbangan elektrik dengan teliti (A)  Masukkan filter kedalam filter holder, rangkaian dengan pompa hisap  Nyalakan pompa dan atur volume udara yang akan dihisap (Flow Rate) selama 1 jam  Matikan alat, lepas filter holder dan dengan hati-hati keluarkan filter  Keringkan kembali lakukan seperti sebelum ditimbang  Timbang kembali filter (B) dan lakukan penghitungan Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

29

5. Pengolahan data pengukuran kadar debu Pengolahan data di dalam pengukuran kadar debu total menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut : Kadar Debu Total = W2 – W1 Q x t Keterangan : W2 W1 t Q

= = = =

Berat kertas saring setelah pengukuran Berat kertas saring sebelum pengukuran Lamanya waktu pengukuran yang digunakan Tekanan (daya hisap) pompa yang digunakan

Catatan : 1.

Lamanya waktu pengukuran yang digunakan berbeda tergantung dari alat ukur yang digunakan, HVS (High Volume Sample) atau LVS (Low Volume Sample). Untuk pengukuran yang menggunakan alat HVS lamanya waktu pengukuran adalah 30 menit, sedangkan pengukuran yang menggunakan alat LVS lama waktu pengukuran adalah 60 menit.

2.

Tekanan (daya hisap) pompa yang digunakan berbeda tergantung dari alat ukur yang digunakan, HVS (High Volume Sample) atau LVS (Low Volume Sample). Untuk pengukuran yang menggunakan alat HVS tekanan yang digunakan dalam satuan m3/menit, sedangkan pengukuran yang menggunakan alat LVS tekanan yang digunakan dalam satuan liter/menit.

3.

Lakukan konversi hasil dari berat kertas saring dari gram (g) menjadi miligram (mg) dan konversikan juga tekanan (daya hisap) alat LVS dari liter/menit menjadi m3/menit terlebih dahulu, karena satuan yang dipakai pada NAB adalah mg/m3.  1 gram = 1000 mg  1 liter/menit = 10-3 atau 0,001 m 3/menit

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

30

RUMUS PERHITUNGAN KADAR DEBU BERDASARKAN SNI 16-7058-2004 C

C

(W2 - W1) - (B2 - B1) = ----------------------------------- (mg/l) V Atau ( W2 - W1 ) - ( B2 - B1 ) = ----------------------------------- x 103 (mg/m3) V

Keterangan : C = kadar debu total (mg/l) atau (mg/ m3); W2 = berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg); W1 = berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg); B2 = berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg); B1 = berat filter blanko sebelum pengambilan contoh (mg); V = volume udara pada waktu pengambilan contoh (l) atau (m3). Formulir pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja Nama perusahaan

:..........................................

Alamat perusahaan

:..........................................

Jenis perusahaan

:..........................................

Tanggal pengukuran

:..........................................

Data pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja No

Lokasi Pengukuran

Nomor Filter

Waktu Pengukuran (menit)

Flowrate (l/menit)

SK (ºC)

RH (%)

Keterangan

CATATAN Pengukuran suhu dan kelembaban adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan saat pengambilan contoh.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

31

3.4Faktor Bahaya Psikososial 3.4.1

Kelelahan Kerja di tempat kerja

1. Dasar Teori Kata Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Terdapat dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang sebabnya adalah persyaratan atau psikis (Suma’mur). 2. Tujuaan Tujuan ada dua yaitu :  Kerja otot dinamis, yaitu kerja otot yang rythmis dan berirama, dimana pengerutan dan pengendoran terjadi silih berganti, bekerja sebagai pompa peredaran darah, berjalan sesuai dengan tingkat kontraksi otot.  Kerja otot statis, yaitu kerja otot yang menetap untuk periode tertentu secara kontinyu, dimana pembuluh darah akan tertekan dan peredaran darah berkurang, sehingga otot tubuh merasa sakit dan mudah lelah. 3. Permeriksaan kelelahan secara subyektif a). Penilaian secara subyektif (Industrial Fatique Research Committee/IFRC : dari Jepang)  Kuesioner kelelahan 30 item/daftar pertanyaan  Pertanyaan : 

No Urut 1 s/d 10

= Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan



No Urut 11 s/d 20

= Pertanyaan tentang pelemahan motivasi



No Urut 21 s/d 30

= Pertanyaan tentang pelemahan fisik

 Cara pengisian Contoh desain penilaian kelelahan kerja subyektif dengan 4 skala likert,dimana : Skor – 1

= tidak pernah merasakan

Skor – 2

= kadang-kadang merasakan

Skor – 3

= sering merasakan

Skor – 4

= sering sekali merasakan

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

32

b). Klasifikasi tingkat kelelahan subyektif berdasarkan total skor individu  Penentuan Interval C = Xn – Xi K Keterangan: K(kelas) = 4 (rendah,sedang,tinggi, dan sangat tinggi) Xn

= 4 x 30

Xi

= 1 x 30

Interval

= (4 x 30) – (1 x 30) 4 = 120 – 30 4 = 22

Tingkat Kelelahan

Total Skor Individu

Klasifikasi Kelelahan

Tindakan Perbaikan

1

30 – 52

Rendah

Belum diperlukan tindakan perbaikan

2

53 – 75

Sedang

Mungkin diperlukan tindakan kemudian hari

3

76 – 98

Tinggi

Diperlukan tindakan segera

4

99 – 120

Sangat Tinggi

Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin

Pedoman diatas merupakan pedoman sederhana untuk menentukan klasifikasi kelelahan subyektif

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

33

Nama tenaga kerja Bagian Shift kerja Masa kerja Petugas/paraf

Tanggal tes Jenis kelamin Umur Bulan/tahun Berat badan Tinggi badan

Pertanyaan tentang pelemahan

No

Kegiatan, Motivasai, dan Fisik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

L/P Tahun Kg Cm

Skoring 1

2

3

4

Perasaan berat di kepala Menjadi Lelah seluruh badan Kaki merasa berat Menguap Merasa kacau pikiran Menjadi mengantuk Merasakan beban pada mata Kaku dan canggung dalam gerakan Tidak seimbang dalam berdiri Mau berbaring Merasa susah berpikir Lelah untuk berbicara Menjadi gugup Tidak dapat berkonsentrasi Sulit memusatkan perhatian Mudah Lupa Kurang Kepercahaya diri Merasa Cemas Sulit mengontrol sikap Tidak tekun dalam kerja Tidak dapat tekun dalam pekerjaan Sakit di kepala Kaku di bahu Nyeri di punggung Sesak napas Haus Suara serak Merasa pening Tremor pada anggota badan Merasa Kurang sehat Jumlah skor pada kolom 1,2,3,dan 4 Total skor strees individu

Langkah: 1. Hitunglah jumlah skor pada masing-masing kolom(1,2,3 dan 4) dari 30 pernyataan di atas. 2. Kemudian Jumlahkan masing-masing hasil jumlah skor kolom 1,2,3, dan 4. 3. Kemudian hasil penjumlahan tersebut dimasukan kedalam klasifikasi kelelahan yang ada yaitu termasuk kelelahan rendah,sedang,tinggi dan sangat tinggi(skor terendah 30 dan skor tertingi 120).

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

34

3.4.2

Stress Kerja

1. Dasar Teori Stress akibat kerja merupakan gangguan fisik dan emosional sebagai akibat ketidak sesuaian antara kapabilitas, sumber daya atau kebutuhan pekerja yang berasal dari lingkungan pekerjaan. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya stress karena beban kerja yang tidak sesuai, buruknya lingkungan sosial, konflik yang terjadi, lingkungan kerja yang berbahaya. Kondisi tempat kerja yang tidak nyaman tersebut menjadi peranan yang penting dalam menyebabkan terjadinya stress kerja. Padahal stress kerja secara langsung dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja. Hal ini dikarenakan stress kerja dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan bahkan terjadinya kecelakaan kerja. 2. Tujuan Mengidentifikasi faktor – faktor stress kerja : lingkungan organisasi ( TuntutanTugas, tuntutan Peran, tuntutan sosial,

struktur

organisasi,

Kepemimpinan,

dan

pengembangan organisasi ), Individu (masalah dalam keluarga,masalah ekonomi keluarga) Cara cepat untuk mendeteksi stress kerja Nama tenaga kerja Bagian Shift kerja Masa kerja Petugas/paraf NO 1 2 3 4 5 6 7

Tanggal tes Jenis kelamin Umur Bulan/tahun Pendidikan Jabatan

PERTANYAAN

L/P Tahun

YA

TIDAK

Saya tidak mempunyai waktu untuk melakukan hobi atau kegiatan lain di luar pekerjaan Saya sering membawa pekerjaan ke rumah dan mengerjakannya pada malam hari Saya tidak dapat melakukan pekerjaan atau tugas sebaik biasanya . Kadang-kadang saya merasa penilaian saya kabur dan tidak sebaik biasanya Kelihatannya pada hari kerja saya tidak tersedia cukup waktu untuk mengerjakan semua hal yang harus saya kerjakan Saya sering merasa tidak sabar dengan kecepatan kerja yang ada Kadang-kadang saya sangat enggan pergi kerja Saya coba menyelesaikan tugas banyak dalam waktu yang lebih sedikit. Hal ini kadang-kadang mengakibatkan saya tidak mempunyai waktu lagi untuk mengatasi masalah – masalah yang timbul tak terduga

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

35

NO 8 9 10 11 12 13

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

PERTANYAAN Nafsu makan saya berubah.Kadang-kadang saya ingin kudapan/ngemil terutama makan yang manis-manis, atau kadangkadang saya malah kehilangan nafsu makan Saya merasa terlalu banyak tenggang waktu yang harus dipenuhi baik dalam pekerjaan ataupun dalam hidup saya,yang sulit untuk dipenuhi. Kadang – kadang saya merasa marah dan kesal pada sesuatu yang tidak jelas atau merasa bahwa ada sesuatu yang hilang, tetapi saya tidak tahu apa yang hilang itu Rasa percaya diri fan kepuasan diri saya lebih rendah dari biasanya. Saya sering kali mempunyai sedikit perasaan bersalah jika saya relaks dan tidak mengerjakan sesuatu meskipun dalam waktu sebentar saja Saya sering berfikir tentang masalah pribadi,bisnis atau kehidupan professional saya yang harus saya kerjakan.Masalah-masalah tersebut seringkali mengganggu pikiran saya pada saat saya sedang menikmati aktivitas rekreasi Kadang-kadang saya merasa sangat kelelahan.Saya juga meraskan kelelahan itu disaaat saya bangun tidur Saya mencoba mengajak orang lain untuk cepat-cepat mengerjakan tugasnya. Semua orang kelihataannya bergerak terlalu lamban. Kadang –kadang saya menyela dan menyelesaikan kalimat orang lain Walau saya kelihatan sedang mendengarkan pembicaraan orang lain,tapi sebenernya saya sedang sibuk dengan pikiran saya sendiri Saya mempunyai kecenderungan untuk makan, berbicara,bergerak,berjalan dan mengerjakan hamper segala sesuatunya dengan cepat Saya merasa sangat sakit dan nyeri, terutama pada leher atau kepala,dada,punggung bawah, bahu dan rahang.(pada wanita: siklus menstruasi seringakali tidak teratur) Saya menja marah dan meradang jika mobil atau lalu lintas didepan saya bergerak terlalu lambat. Saya merasa perustasi jika sedang mengantri. Kadang – kadang saya merasa desfresi, mudah tersinggung,mudah terluka, cepat marah, tegang, ceroboh,daya ingat dan konsentrasi terganggu. Kadang- kadang saya berkeringat berlebihan . Gairah sex yang menurun , atau saya merasa tihdak puas pada kehidupan sexual saya. Saat mengerjakan tugas rutin, saya menjadi tidak sabar. Saya menggertakan gigi saya , terutama jika saya merasa stress atau tidak sabar. Saya mempunyai ketergantungan yang besar pada alcohol,rokok,kopi,atau obat-obatan (baik obat resep atau obat bebas).

YA

TIDAK

Sumber : Suicide and material health association international 2004-2006

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

36

3. Interprestasi hasil tes a) Nilai 4 Anda tidak dalam keadaan stress akibat kerja dan tidak mudah dan kemungkinan kecil untuk menjadi stress akibat kerja. b) Nilai 5 – 13 Anda cenderung untuk mendapat stress akibat kerja dan menderita efek negative dan stress kerja. Anda sebaiknya melakukan pengendalian tergadap stress dan mengikuti konseling. c) Nilai ≥ 14 Anda sangat mudah kena stress akibat kerja dan dampak negatifnya. Dan harus secepatnya mengatasi hal tersebut segera konsultasi ke dokter dan mencari konselor yang ahli dalam manajemen stress. Keterangan : Bila jawaban responden “ya” bernilai 1 sedangkan jawaban responden “tidak” bernilai 0

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

37

Daftar Pustaka 1. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7061-2004 Pengukuran Iklim Kerja (panas) dengan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola. (ICS 17.200.10 Badan Standar Nasional / BSN) 2. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7058-2004 Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja. (ICS 17.060 Badan Standar Nasional / BSN) 3. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7062-2004 Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja (ICS 17.180.20 Badan Standar Nasional / BSN) 4. SNI (Standar Nasional Indonesia) 16-7231-2009 Metode pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja (ICS 13.140 Badan Standar Nasional / BSN) 5. SNI (Standar Nasional Indonesia) 7269-2009 Penilaioan beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi (ICS 13.100 Badan Standar Nasional / BSN) 6. Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

Republik

Indonesia

(Permenakertrans) Nomor Per.13.MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. 7. Keputusan

Menteri

Kesehatan

1405/MENKES/SK/XI/2002

Tentang

Republik

Indonesia

Persyaratan

(Permenkes)

Kesehatan

Nomor

Lingkungan

:

Kerja

Perkantoran dan Industri. 8. Sumadi, SKM.,MM, Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan KerJa (K3) 9. Kuat Prabowo, SKM.,M.Kes, Mata Kuliah IKL 3901 Hyperkes II , Ergonomi dan Biomekanika . 10. Nurmianto, Eko, 1996, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama, Jurusan Teknik Industri ITS, PT. Candimas Metropole, Jakarta. 11. Suma’mur PK, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT Gunung Agung, Jakarta. 12. Rachman A, dkk, Pedoman Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Depkes RI Jakarta, 1990 13. Harrington & Gill F.S, Buku Saku Kesehatan Kerja, EGC,2005 14. OSHA (2000), Health & Safety Guidelines For Video Diaplay Terminal in Workplace. 15. National Institute Ocupational Safety and Health (NIOSH) U.S Department of Health, Education, and welfare Public Health Service.Center for Disease Control, 1977. 16. Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang 17. Suicide and Material Health Association International 2004-2006 Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

38

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM 1. Judul  Jenis pengukuran yang dilakukan. 2. Tujuan  Tujuan dari dilakukannya pengukuran tersebut. 3. Manfaat  Manfaat bagi mahasiswa dan pekerja yang tempat kerjanya dilakukan pengukuran. 4. Tinjauan Pustaka  Pustaka yang mendukung isi pembahasan dari hasil praktikum, berisi teori dan peraturan yang mendukungnya. 5. Alat dan Bahan  Peralatan dan bahan yang digunakan pada saat melakukan praktikum. 6. Cara Kerja  Cara kerja pada saat melakukan praktikum, hal-hal yang di ukur dan diamati pada saat pengukuran. 7. Hasil  Data hasil pengukuran yang telah dilakukan pengolahan. 8. Pembahasan  Pembahasan hasil pengolahan data, dibandingkan dengan teori atau peraturan yang ada. 9. Kesimpulan dan Saran  Kesimpulan dari hasil yang telah di analisis serta saran yang dapat dilakukan untuk tindakan perbaikan.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

39

SOAL LATIHAN 1. TEKANAN PANAS Sebuah perusahaan textile melakukan kegiatan identifikasi bahaya fisik rutin terkhusus kepada masalah tekanan panas yang ada pada bagian spinning. Pengukuran dilakukan menggunakan alat pengukur tekanan panas manual berupa termometer suhu basah alami, termometer suhu kering, dan termometer suhu bola yang dirakit pada satu rangkaian statif. Waktu pengukuran dibagi kedalam 3 kali pengukuran selama 8 jam kerja yaitu awal shift kerja sekitar jam 08.30 WIB, pertengahan kerja sekitar jam 11.30 WIB, dan akhir shift kerja sekitar jam 14.30 WIB. Lama pemaparan tekanan panas yang dilakukan tiap-tiap waktu adalah 30 menit. Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Awal Kerja : SBA = 28 0C, SB = 29 0C, dan SK = 30 0C 2) Pertengahan Kerja : SBA = 29 0C, SB = 31 0C, dan SK = 30 0C 3) Akhir Kerja : SBA = 29 0C, SB = 30 0C, dan SK = 31 0C Hitunglah ISBB rata-rata di dalam ruangan spinning tersebut, jika beban kerjanya termasuk beban kerja sedang dan waktu kerjanya 75-100%. Kemudian lakukan pembahasan hasil ISBB rata-rata yang didapat dibandingkan dengan regulasi yang digunakan yaitu PERMENAKER No. 13 Tahun 2011 tentang NAB faktor fisik dan kimia. 2. KEBISINGAN Sebuah perusahaan manufacture melakukan kegiatan identifikasi bahaya fisik rutin terkhusus kepada masalah kebisingan yang ada pada bagian Chucking Machine. Pengukuran dilakukan menggunakan Sound Level Meter. Titik pengukuran dibagi kedalam 3 titik sampling dimana ada aktvitas dari si pekerja. Lama pengukuran kebisingan yang dilakukan adalah 5 menit yang di ambil datanya setiap 1 menit/5 detik. Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Titik Pertama : 95, 93, 92, 88, 87, 93, 91, 90, 87, 89, 90, 88, 89, 86, 90, 88, 87, 89, 90, 88 88, 87, 85, 84, 88, 89, 94, 86, 91, 90, 88, 85, 84, 87, 89, 90, 87, 86, 91, 95 89, 92, 88, 86, 84, 86, 91, 93, 89, 95, 84, 86, 87, 85, 84, 86, 89, 92, 88, 91 2) Titik Kedua : 93, 90, 87, 86, 84, 85, 82, 86, 87, 89, 88, 92, 88, 85, 93, 86, 89, 85, 82, 85 88, 87, 89, 93, 86, 88, 87, 86, 85, 82, 88, 90, 86, 87, 91, 86, 87, 92, 87, 84 86, 91, 87, 93, 84, 82, 86, 90, 86, 92, 87, 90, 87, 85, 82, 86, 89, 93, 88, 86 3) Titik Ketiga : 91, 86, 84, 89, 87, 85, 80, 82, 80, 85, 88, 90, 84, 85, 87, 91, 86, 88, 85, 84 89, 86, 83, 81, 85, 90, 87, 89, 86, 84, 85, 89, 90, 87, 91, 86, 87, 84, 80, 81 85, 88, 87, 90, 87, 91, 87, 85, 83, 86, 87, 90, 86, 83, 82, 86, 85, 80, 84, 86 Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

40

Hitunglah kebisingan masing-masing titik di bagian Chuncking Machine tersebut. Kemudian lakukan pembahasan hasil yang didapat dibandingkan dengan regulasi yang digunakan yaitu PERMENAKER No. 13 Tahun 2011 tentang NAB faktor fisik dan kimia. 3. PENCAHAYAAN Sebuah perusahaan melakukan kegiatan identifikasi bahaya fisik rutin terkhusus kepada masalah pencahayaan yang ada pada ruangan administrasi. Pengukuran dilakukan menggunakan lux meter dan di ukur dengan metode pengukuran pencahayaan umum dan setempat. Waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari sekitar jam 09.00 WIB. Cahaya yang ada di dalam ruangan adalah hanya cahaya buatan yang bersumber dari lampu TL/neon. Luas ruangan adalah 60m2 sehingga diperoleh 6 titik pengukuran di setiap 3x3 meter. Di dalam ruangan ada 4 meja kerja yaitu meja kerja Pak Wanda, Pak Tono, Ibu Sri, dan Ibu Kiki. Dari pengukuran pencahayaan umum diperoleh hasil sebagai berikut : Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6

= = = = = =

98 lux, 110 lux, 107 lux 100 lux, 103 lux, 99 lux 102 lux, 92 lux, 90 lux 100 lux, 90 lux, 93 lux 107 lux, 112 lux, 115 lux 108 lux, 99 lux, 103 lux

Dari pengukuran pencahayaan setempat diperoleh hasil sebagai berikut : Meja Pak Wanda Meja Pak Tono Meja Ibu Sri Meja Ibu Kiki

= = = =

90 lux, 85 lux, 92 lux 100 llux, 98 lux, 103 lux 98 lux, 105 lux, 100 lux 89 lux, 85 lux, 86 lux

Hitunglah pencahayaan secara umum dan setempat dari ruangan administrasi tersebut menggunakan rumus yang sesuai dengan tipe pengukuran pencahayan yang digunakan. Kemudian lakukan pembahasan hasil yang di dapat secara umum dan setempat dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu Kepmenkes 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 4. DEBU Sebuah perusahaan melakukan kegiatan identifikasi bahaya fisik rutin terkhusus kepada masalah kadar debu total yang ada pada ruangan produksi. Pengukuran dilakukan menggunakan HVS (High Volume Sample) untuk bagian Cold Forming. Waktu pengukuran dilakukan pada 3 kali yaitu pada pagi hari sekitar jam 09.00 WIB, siang hari jam 12.00 WIB, dan Sore hari jam 15.00 WIB.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

41

Dari pengukuran menggunakan LVS (Low Volume Sample) diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Pagi Hari W1 = 0,09562 g W2 = 0,09570 g t = 60 menit V = 10 liter/menit 2. Siang Hari W1 = 0,09551 g W2 = 0,09561 g t = 60 menit V = 10 liter/menit 3. Sore Hari W1 = 0,09557 g W2 = 0,09568 g t = 60 menit V = 10 liter/menit Hitunglah kadar debu total dari alat LVS diruangan Cold Forming tersebut. Kemudian lakukan pembahasan hasil yang di dapat secara umum dan setempat dibandingkan dengan regulasi yang dijadikan acuan yaitu Kepmenkes 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Buku Pedoman Praktik Dasar-dasar K3 Jurusan Kesehatan Lingkungan

42

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF