BUKU METODE MENGHAFAL AL-QUR'AN MTR.docx

November 29, 2018 | Author: ويراوانجمهورى | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download BUKU METODE MENGHAFAL AL-QUR'AN MTR.docx...

Description

BUKU METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN AL-QUR’AN UNTUK MAHASISWA UIN MATARAM A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

 Al Qur'an merupaka merupakan n kalam Allah Swt.

yang diturunka diturunkan n kepada

Sang Baginda Nabi yang Agung Muhammad Saw. sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi kaum muslimin yang wajib dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mambacanya al Qur'an bernilai ibadah di sisi  Allah swt. Apalagi bila berupay berupaya a memahami isi-kandung isi-kandungannya annya dan lebihlebih bila seseorang berusaha untuk menghafalnya. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).”(HR. Muslim). Di hadist lain, Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al -Bukhari no. 4639). Salah satu tujuan ditulisnya buku ini adalah mengingatkan kepada para penghafal Al-Qur’an Al- Qur’an dan calon penghafal bahwa ses ungguhnya menghafal tanpa metode dan dengan metode ibarat menyeberang sungai yang luas tanpa jembatan. Menghafal Al- Qur’an itu mudah hanya jika kita tahu tekniknya. Juga, agar semua variasi menghafal dan muraja’ah Al Qur’an tetap terpelihara. Sedangkan bagi para penghafal Al-Quran Allah dan Rasulnya telah menjanjikan pahala dan kedudukan yang mulia. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Sawbersabda: “Penghafal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah

(kehormatan), (kehormata n), Al Quran kembali meminta: W ahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (HR. Tirmidzi, hadits hasan {2916}, Inu Khuzaimah, Al Hakim, ia menilainya hadits shahih). Menghafal Al-Quran memang sudah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah saw, diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lag i. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi At -Turmudzi dan An-Nasa’i). An- Nasa’i). IAIN Mataram sebagai satu-satunya lembaga Pendidikan Tinggi  Agama Islam Negeri harus menjadi yang terdepan dalam membina dan mencetak

para

penghafal

kalam-kalam

Tuhan.

Terlebih

dengan

transformasi IAIN Mataram menjadi UIN Mataram, yang dimana dalam proses perubahan tersebut, IAIN Mataram mengusung Quranic Center sebagai icon  atau ciri khas UIN Mataram yang akan menjadi bergining , keunggulan dan model bagi pengembangan metode menghafal Al-Quran di PTAIN lainnya di Indonesia.

(kehormatan), (kehormata n), Al Quran kembali meminta: W ahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (HR. Tirmidzi, hadits hasan {2916}, Inu Khuzaimah, Al Hakim, ia menilainya hadits shahih). Menghafal Al-Quran memang sudah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah saw, diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lag i. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi At -Turmudzi dan An-Nasa’i). An- Nasa’i). IAIN Mataram sebagai satu-satunya lembaga Pendidikan Tinggi  Agama Islam Negeri harus menjadi yang terdepan dalam membina dan mencetak

para

penghafal

kalam-kalam

Tuhan.

Terlebih

dengan

transformasi IAIN Mataram menjadi UIN Mataram, yang dimana dalam proses perubahan tersebut, IAIN Mataram mengusung Quranic Center sebagai icon  atau ciri khas UIN Mataram yang akan menjadi bergining , keunggulan dan model bagi pengembangan metode menghafal Al-Quran di PTAIN lainnya di Indonesia.

2. Tujuan

Pengembangan metode menghafal Al-Quran yang dirumuskan oleh TIM Quranic Center bertujuan untuk menemukan metode menghafal yang efektif dan relevan untuk diterapkan di kalangan mahasiswa IAIN Mataram.

BAB II B. PEDOMAN UMUM MENGHAFAL AL-QUR’AN 1. Keutamaan Menghafal al-Qur’an

Dalam sejarah Islam, penghafalan al- Qur’an memiliki warna tersendiri dalam

penjagaan

al-Qur’an.

Pada

masa

penyebaran

Islam

dan

penyampaian wahyu, Rasulullah Saw. mengajarkan al- Qur’an kepada para sahabat dan koleganya dengan sistem

talaqqi, yakni membacakan

langsung di depan sang pendengar. Kemudian para sahabat secara langsung berusaha menghafalkannya. Hal tersebut juga yang dilakukan oleh Rasulullah ketika menerimanya dari Malaikat Jibril as. Sistem hafalan ini mengakar dalam diri sahabat yang kemudian secara estafet ditularkan kepada generasi penerus yaitu tabiin. Disatu sisi, tradisi dan sistem hafalan yang sangat kental ini juga dilatar belakangi oleh keadaan dari kebanyakan sahabat yang termasuk kalangan Ummy (tidak bisa baca tulis), maka tiada lain cara yang paling pasti

dan

ampuh

untuk

menjaga

kalam

Allah

adalah

dengan

menghafalnya. Sistem hafalan ini terus bergulir dan eksis sampai masa sekarang, meskipun tinta dan percetakan al- Qur’an semakin bertebaran dengan segala bentuk mesin dan alat editingnya. Allah dalam kalamNya, secara tersirat telah memastikan terjaganya al- Qur’an dari segala bentuk perubahan,

baik

pengurangan

ataupun

penambahan

apalagi

kemusnahan. 1 Dan hadirnya para penjaga al- Qur’an (Huffazh) di dunia ini adalah satu dari sekian bukti keberlangsungan al- Qur’an dari dulu sampai hari akhir kelak. Untuk memberikan semangat gerak untuk baca dan penghafalan alQur’an ini Nabi Muhammad seringkali memberikan motivasi dalam banyak 1

 Al-Qur’an Surat al -Hijr: 9

tempat baik yang langsung tertera dalam al- Qur’an  maupun dari literatur hadis. Dianatara kelebihan atau keutamaan menghafal al- Qur’an dapat dirangkum sebagai berikut:

Derajat yang tinggi bagi para penghafal

Satu prestasi yang besar bagi umat Islam adalah ketika Allah Swt meninggikan derajatnya di dunia dan di akhirat. Derajat yang tinggi ini bisa didapat dengan memperbanyak membaca al- Qur’an dan menghafalnya. Dalam banyak hadis, Rasulullah memberikan gambaran bahwa penghafal al-Qur’an memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah., mereka termasuk keluarga Allah. Imam Ahmad bin Hanbal merekamnya dalam Musnad nya, dalam bab Musnad Anas bin Malik  juz 24 halaman 377

“Nabi bersabda: sesungguhnya Allah memilki keluarga dari kalangan manusia, dan ahlul Qur’an (penghafal, pembaca al-Qur’an)   adalah keluarga Allah dan makhluk pilihanNya ”.

Di samping menjadi  Ahlullah, para penghafal al-Qur’an menjadi pilihan pertama dan utama dalam hal kepemimpinan. Rasulullah seringkali mengutamakan satu sahabat daripada sahabat lainnya karena hafalan alQur’annya. Dulu, apabila beliau mengirim utusan, beliau berpesan: 

“Apabila waktu shalat telah datang, maka azanlah salah satu dian tara kalian, dan hendaklah orang yang lebih banyak hafalan al- Qur’annya yang mengimami shalatnya”.

Demikian banyaknya fadhilah bagi yang menghafalkan al-Qur’an, sehingga tidak heran jika para sahabat dulu selalu berlomba-lomba dalam mengambil ayat-per ayat langsung dari Rasulullah Saw. Tidak ada kata lelah dan puas dalam hafalan, mereka selalu berjibaku setiap malam dan

siangnya untuk memurajaah dan menatalaqqi   kan bacaannya ke hadapan Rasulullah. Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit,  Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin ‘Abbas adalah contoh sahabat yang tidak pernah henti-hentinya untuk melafalkan al- Qur’an setiap harinya. Pemandangan seperti ini tiada lain disebabkan karena Allah telah menjanjikan lewat lisan Rasulullah Saw yakni kenikmatan hidup yang tiada tandingannya, manusia terbaik adalah yang belajar al- Qur’an dan mengajarkannya, bacaan al-Qur’an yang dilantunkan tiap waktu kelak akan datang menjadi syafaat di hari kiamat. Dengan kelebihan-kelebihan ini tidak salah kalau orang yang hidup bersama al- Qur’an adalah mode hidup yang sangat dibolehkan untuk iri kepadanya. Rasulullah bersabda: 



 Atau dalam redaksi yang lain:

2. Istilah-istilah dalam menghafal al-Qur’an DAFTAR ISTILAH:

Bi dunin nazhar

: Dengan tanpa melihat

Bin nazhar

: Dengan melihat

Bi’ah

: Lingkungan

Dhamir

: Kata ganti

Futur

: Rasa malas

gibthah

: Berharap nikmat semisal nikmat orang lain

Harakat

: Tanda baca agar pelafalan (Arab) mudah

Huffaz

: Para penghafal Al-Qur’an

Khat

: Tulisan tangan, tulisan Arab dengan tangan

Makhraj

: Tempat keluarnya huruf

Manzil

: Hafalan lama (muraja’ah)

Muraja’ah

: Mengulang-ulang hafalan

Musabaqah

: Lomba

Mushaf

: Lembaran Al-Qur’an dalam bentuk tulisan

Mutqin

: Kuat (hafalan)

Nahwu sharaf

: Ilmu tata bahasa Arab

Qaul

: Perkataan

Qiyamullail

: Shalat Tahajud/malam hari

Qiyamunnahar

: Shalat sunnah siang hari

Sabak

: Hafalan baru saat ini

Sabki

: Hafalan kemaren (rangkaian sabak)

Sanad

: Mata rantai riwayat sampai Nabi

Syahwat

: Kecenderungan hati yang kurang baik

Syafaat

: Pertolongan

Syar’i

: Hukum Islam

Muhaffidz

: orang yang membimbing dan menyima’ hafalan

Syubhat

: Ketidak jelasan atau kesamaran

Tahfidz

: Menghafal, proses menghafal Al-Qur’an

Tahrif

: Menyelewengkan

Tajwid

: Ilmu hukum bacaan Al-Qur’an

Tasmi’

: Memperdengarkan hafalan Al-Qur’an

Tilawah

: Membaca Al-Qur’an

Visualisai

: menggambarkan, membayangkan

Waqaf

: cara atau tempat berhenti dalam Al-Qur’an

Ziyadah

: Menambah hafalan baru

Pengertian dari istilah-istilah dalam menghafal Al-Qur’an

1. Qiroat (membaca biasa) adalah bacaan yang di lakukan dengan sedang-sedang tanpa mempercepat dan memperlambat bacaan dengan memperhatikan qoidah hukum-hukum tajwidnya. 2. Tadarus (membaca al-Quran dengan tajwid) adalah Membaca dengan saling

memperdengarkan/simaan

bacaan

al- Qur’an

dan

memperhatikan qoidah hukum-hukum tajwidnya. 3. Tilawah (membaca al-Quran dengan irama dan seni yang indah) adalah

Membaca

al-Qur’an

dengan

suara

yang

indah

dan

mengiramakannya tanpa menghilangkan hukum qoidah tajwidnya. 4. Murotal (membaca al-Quran dengan teratur, mutawaliyat atau berkesinambungan) adalah membaaca al- Qur’an dengan secara berkesinambunga, teratur dan tidak terlepas dari hukum qoidah tajwidnya. 5. At-Tahqiq (bacaan yang sangat lambat) adalah bacaan yang di iringi dengan lantunan suara yang bagus dan sesuai dengan standar lagu yang ada pada seni membaca al- Qur’an seperti irama yang sering di baca oleh para qori dan qoriah. 6. At-Tartil (bacaan perlahan dan tenang, cocok untuk sembari mentadabburi Al Quran) adalah membaca al- Qur’an dengan cara pelan dan tenang sambil metadabbur atau menghayati makna dari alQur’an. 7. At-Tadwir (bacaan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, bacaan dengan irama yang sedang) adalah membaca al- Qur’an dengan cara sedang dan berirama dengan memperhatikan tajwidnya. 8. Al-Hadr (bacaan yang dilakukan dengan cepat) adalah bacaan cepat di lakukan dengan irama yang cepat tanpa mengiramakannya akan tetapi tetap memperhatikan hukum bacaan tajwidnya bacaan ini cocok untuk acara khataman al-qur’an.

9. Tahsin (memperbaiki bacaan AlQur’an sifat dan makhrojnya) adalah membaca al-Qur’an dengan memperhatikan segala bentuk sifat huruf dan makhraj huruf yang ada dalam al- Qur’an. 10. Tafwidz (setoran hafalan) adalah melakukan setoran hafalan baru untuk tambahan hafalan yang sebelumnya sudah di setorkan kepada ustaz sebagai mustami atau pendengar. 11. Ziyadah (tambahan hafalan) adalah melakukan penambahan hafalan baru untuk di setor kepada ustaz sebagai mustami atau yang mendengarkan hafalan baru. 12. Tasmi’ (memperdengarkan hafalan al -qur’an kepada guru) adalah memperdengarkan hafalan baru kepada guru atau ustaz yang sebagai mustami atau tempat memperdengarkan hafalan baru. 13. Takrir (mengulang hafalan) adalah mengulang hafalan yang sudah di setor yang merupakan hafalan lama dengan tujuan untuk memperkuat hafalan agar tidak mudah hilang. 14. Rubu’  (tempat berhenti yang di tandai dengan huruf " " ) adalah tempat berhenti dan tempat memulai bacaan ayat al- Qur’an yang di tandai dengan huruf " " 15. Muroja’ah (mengulang hafalan) adalah mengulang hafalan dengan tujuan untuk memperkuat hafalan yang sudah di setor maupun yang sudah di takrir atau yang di ulang. 16. Tamrinat

(latihan-latihan)

adalah

latihan

menjawab

soal

untuk

melanjutkan bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang di tanya oleh guru dalam rangka mengevaluasi kekuatan hafalan yang di miliki para penghafal. 17. Tajwid (cara membaca Al- Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan hukum bacaan Al-Qur’an) adalah hukum-hukum membaca alQur’an dengan koidah dan cara yang benar dalam membaca al -qur’an.

18. Murojaah Syakhsiah (mengulang hafalan dengan cara perorangan) adalah mengulang hafalan dalam rangka memperkuat hafalan dengan cara mengulang dengan sendiri atau individu. 19. Murojaah Ijtimaiyah (mengulang hafalan dengan cara bersama/ kelasikal) adalah mengulang hafalan dalam rangka memperkuat hafalan dengan cara bersama atau klasikal mulai dari hafalan lama sampai hafalan baru. 20. Murojaah subuiyah (mengulang hafalan dengan cara bersama sekali dalam seminggu) adalah mengulang hafalan lama dengan cara simaan

kepada

santri

para

penghafal

secara

bergiliran

dan

melaporkan hasil dari simaan yang sudah di lakukan kepada mustami atau ustaz, berapa halaman yang dapat di baca dengan cara bil gaib atau tidak melihat mushaf. Ini dilakukan 1 kali dalam seminggu.

Kiat-Kiat Sebelum Menghafal al-Qur’an

a. Luruskan Niat Niat adalah awal dari semua amal. Dan sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Jika niatnya ikhlas, peluang amal sholeh diterma  Allah terbuka lebar. Namu jika niat tidak ikhlas dan keliru, bukan karena  Allah, maka sia-sialah amalnya. Nabi bersaabda:

“ Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya. ” (H.r. Bukhari Muslim

Betapa banyak orang yang membaca dan menghafal Al- Qur’an, namun beroleh pahala yang kecil karena niatnya. Bahkan dalam hadits riwayat Imam Muslim dijelaskan oleh Nabi bahwa kelak pada hari kiamat ada pembaca Al-Qur’an yang dihempaskan ke dalam api neraka karena niatnya yang keliru. Dan betapa banyak orang yang hanya

sedikit membaca dan menghaffal Al-Qur’an tetapi berlimpah pahala. Semua karena niatnya.

b. Tentukan Target Jika seseorang ingin dan akan menghafal Al- Qur’an namun tidak menetapkan target di awal, kemungkinan dia akan santai atau berleha-leha. Akibatnya hafalan lambat bertambah dan tidak lancar. Oleh karena itu langkah selanjutnya ialah membuat target sendiri. Berapa ayat atau halaman yang ingin dihafalkan setiap harinya. Berapa lamakah ingin menyelesaikan hafalan 30 juz? Mulailah dari sekarang. Waktu sangat singkat, tak ada waktu bermalas-malasan. Penentuan target ini penting, karena begiut banyak orang yang menghafal Al-Qur’an namun tanpa target waktu yang jelas. Akhirnya hafalnnya lamban dan tidak selesai. Bagi seorang santri atau mahasiswa yang menghafal tanpa target yang terukur dikhawatirkan akan dijuluki santri atau mahasiswa abadi. Sebelum menghafl AlQur’an, tentukan target terlebih dahulu.

c. Memilih Waktu Terbaik Setelah target selesai ditetapkan. Buatlah jadwal menghafal harian. Kapan dan di mana? Misalnya, selepas shalat subuh ditetapkan untuk memulai menghafal hafalan baru. Setelah shalat zuhur untuk mengulang hafalan. Setelah shalat ashar untuk memantapkan hafalan baru dan muraja’ah.  Diantara waktu yang baik untuk menghafal al-Qur’an adalah:  Tengah malam, setelah shalat Subuh, pagi hari, Setelah shalat Ashar, Antara shalat Magrib dan Isya, Setelah shalat Isya

d. Memilih Tempat yang Nyaman Suasana hati akan mempengaruhi semangat dalam menghafal dan mengulang hafalan. Oleh karena itu tempat yang tenang, aman, dan nyaman juga harus dioptimalkan demi mejaga pandangan dan telinga dari hal-hal yang mengalihkan dan menyibukkan hati dari AlQur’an. Tempat-tempat yang sangat baik ialah masjid, persawahan yang hijau, atau tempat lain yang nyaman dan syahdu untuk menghafal. Sebaiknya jauhi tempat-tempat yang merusak kondisi hati dan menghalangi dari konsentrasi seperti pasar, kecuali untuk menguji kekuatan hafalan. Lingkungan sangat berdampak bagi pembentukan karakter penghafal Qur’an. Mereka yang tinggal di lingkungan umum atau jauh dari nafas-nafas Qur’an, sangat mungkin akan menemui banyak kedala dalam menghafal Al- Qur’an karena jauhnya dari lingkungan yang Qur’ani. Lingkungan

penghafal

akan

membuat

semangat

dana

berlomba-lomba menyelesaikan hafalan serta menjaga hati dan pikiran. Sementara lingkungan yang sarat dengan warna dan kecenderungan duniawi hanya akan melailaikan hati dan pikiran. Membuat fokus terhadap Al-Qur’an hilang dan hanya membuat pikiran cinta dunia dan ingin menjadi hamba harta dan kedudukan.

e. Menjaga Kesehatan Banyak penghafal Al-Qur’an yang terlalu larut dalam usaha menghafal

Al-Qur’an

sampai

lupa

dengan

kondisi

fisik

dan

kesehatannya. Maka salah seorang guru dalam satu pertemuan mengamanatkan kepada para santri agar berolahraga dan menjaga kesehatan.

Karena

penghafalAl- Qur’an

yang

memungkinkan lebih mudah terserang penyakit.

banyak

duduk

Bagaimana mungkin seorang itu mampu menghafal Al- Qur’an dengan baik dan tuntas jika sakit-sakitan dan tidak dalam kondisi tubuh

yang

sehat?

Menjaga

kesehatan

banyak

ragam

dan

bentuknya. Yang paling kuat ialah olahraga rutin.

f. Memperhatikan Mushaf yang digunakan Perlunya menggunakan satu bentuk mushaf dalam menghafal karena akan lebih memudahkan dalam proses ingatan. Bahkan sangat dianjurkan untuk menjaga sebaik mungkin mushaf pegangan dari awal sampai akhir. Bergantinya mushaf akan mengakibatkan kebigungan

dalam

mengingat

bahkan

memudarkan

hafalan.

Bagaimana tidak, mushaf satu dengan lainnya terdapat perbedaan seperti tata letak, bentuk tulisan bahkan sampai pada tanda baca, waqf dan ibtida’ nya.

JAUHI MUSIK, DENGARKAN MURATTAL

Di zaman sekarang ini musik menjadi sebuah ujian baru bagi umat Islam. Di mana-mana diadakan koser musik. Hampir di setiap stasiun TV mengadakan acara pencarian bakat menjadi pemusik. Dan dengan mudahnya rekaman musik-musik itu diperoleh dan didengarkan. Dengan hal ini telah melalaikan kebanyakkan umat Islam terutama anak muda dari alQur’an dan dzikir kepada Allah. Bagi yang sedang menghafal al- Qur’an tidak dibenarkan menjadi pencandu musik. Karena, selain tidak layak, sebagian ulam mengharamkan musik terutama musik-musik masa kini yang mudharat alih-alih bermanfaat. Musik juga akan mengganggu hafalan, terutama musik yang bernada tinggi atau keras. Karena yang terngiang-ngiang dalam benaknya lebih dominan alunan musik dan nyanyian ketimbang suara murattal yang pernah

didengarnya. Belakangan ini banyak sekali orang terutama anak sekolah yang mengeluh buruknya hafalan dan daya ingatnya terhadap al- Qur’an. Kebiasaan mendengarkan musik akan membawa pelakunya menjadi akrab dengan musik. Sebaliknya, semakin sering seseorang mendengarkan murattal, berinteraksi dengan al- Qur’an maka akan membuatnya akrab dengan al-Qur’an. Perhatikanlah orang yang kecanduan musik. Hampir setiap

waktu

di

setiap

kesempatan

dan

setiap

tempat

dia

akan

mendengarkannya. Sebaliknya orang yang terbiasa mendengarkan murattal al-Qur’an akan senantiasa melantunkan al -Qur’an di setiap waktu dan di setiap kesempatan. Tidak merasa berat untuk mengambil al- Qur’an lalu membukanya, membaca, atau menghafalkannya. JAUHI MAKSIAT DAN JEMPUT CAHAYA Setan setalah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. (Q.s. al-Mujadalah [58]:19)

Banyak orang yang mengeluhkan beratnya membaca al- Qur’an. Namun sedikit di antara mereka yang bisa mengoreksi diri. Ada pula yang ragu bahwa maksiat dapat melunturkan hafalan al- Qur’an dan menghalangi dari cahaya. Maka dari itu ingatlah bahwa al- Qur’an itu nuur (cahaya). Da n sekali-kali cahaya itu tidak akan dimasukkan ke

dalam hati yang penuh

maksiat. Di antara maksiat yang memudarkan hafalan ialah pandangan mata terhadap sesuatu yang diharamkan oleh Allah, baik yang tidak disengaja apalagi yang disengaja dan berlama-lama dengan pandangan maksiatnya tersebut. Kemudian bagaimanakah keadaan kita di zaman sekarang yang dikelilingi oleh maksiat dan “parade” pamer aurat?

JAUHI MAKSIAT

Maksiat menjadi salah satu penyebab terbesar rusaknya hafalan dan hilangnya ingatan atau melemahnya daya ingat seseorang. Terutama di zaman ini yang penuh dengan maksiat. Di samping kiri-kanan, atas bawah, dan depan belakang. Di mal-mal, pasar-pasar, tempat kerja, sekolah-sekolah, tempat wisata, sampai di jalan-jalan kita temukan pemandangan yang mengganggu mata. Kebanyakan maksiat itu masuk melalui pandangan mata, bukan hanya ucapan lisan yang melintas di telinga saja. Di sini maksiat, di sana maksiat. Di mana-mana maksiat. Suatu ketika imam syafi’i mengadukan buruknya hafalan kepada Imam Waki’, gurunya. Lalu imam Syafi’I berkata:

“Maka beliau menyarankanku agar meninggalkan maksiat.” Waki’ bin al-jarrah ketika ditanya tentang obat lupa hafalan beliau berkata, “resepnya ialah meninggalkan maksiat. Aku belum pe rnah mencoba sesuatu yang semisal dengan itu untuk menghafal.” (Kitab Jami’  Akhlaq arRaawi ). 2

Oleh karena itu, seyogyanya maksiat harus dijauhi oleh Muslim pada umumnya dan terlebih-lebih oleh para penghafal Al- Qur’an: 

Al-Qur’an itu cahaya. Dan cahaya ti dak akan hingga di tempat yang kotor.



Orang yang sering bermaksiat akan terlihat buruk perilakunya,  jelek perangainya, serta gelap rupanya.

2

 Herman Syam El-Hafidh siapa bilang menghafal al-Quran itu sulit?. Pro-U Media. Yogyakarta.

 

Orang yang gemar bermaksiat akan kesulitan mengulang hafalannya.



Orang yang gemar bermaksiat akan mudah hilang hafalannya.



Orang yang gemar bermaksiat akan mudah bosan dan akhirnya menjauh dari AL-Qur’an.



Orang

yang

gemar

bermaksiat

akan

kesulitan

bangun

Qiyamullail di malam hari. 

Orang yang gemar bermaksiat akan kesulitan dalam hafalan pelajaran lain.



Jika ada yang gemar bermaksiat namun tetap kuat hafalannya, maka itu adalah ujian atau malah istidraj dari Allah artinya hukuman yang di berikan oleh Allah sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung.

Allah biarkan orang ini dan tidak

disegerakan azabnya. 

Kemaksiatan akan menghalangi seseorang untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an sehingga AL-Qur’an tidak sampai ke dalam hatinya, hanya sampai kerongkongannya saja.

Langkah-langkah agar terlepas dari jerat maksiat

1. Perbanyak Tahajud dan berdoa agar dilepaskan atau di jauhkan 2. Senantiasa bersama orang-orang shalih 3. Banyak berbuat amal shalih 4. Merenungi kebesaran Allah 5. Banyak istigfar dan bertaubat ISTIQOMAH

Istiqomah dalam bahasa Arab artinya al- isti’dal (seimbang). Secara istilah, istiqomah adalah berpegang pada seluruh bagian-bagian agama, baik

yang lahir maupun batin, dan tetap teguh di dalamnya. Dalam topik yang kita bicarakan, istiqomah berarti konsisten dalam menghafal Al- Qur’an. Sebagaimana iman yang kadang bertambah dan kadang berkurang, demikan jugalah dengan istiqomah dalam menghafal Al- Qur’an. Jika tidak istiqomah, siapa pun akan berhenti menghafal di tengah jalan, penuh penderitaan, dan putus asa. Nabi bersabda:

“Katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian Istiqomahlah. ” (H.r. Muslim) Betapa banyak orang yang tidak istiqomah dalam menghafal AlQur’an. Tidak konsisten. Ada yang mengatakan bahwa orang yang tidak berkelanjutan (istiqomah) pada dasarnya disebabkan oleh sentuhan syubhat  dan syahwat.  Ada 3 karakter penghafal Al-Qur’an ketika menghafal Al-Qur’an: 

Mahzun adalah orang lemah semangat dan menyerah di awal-

awal menghafal Al-Qur’an. Merasa berat atau tergoda urusan dunia. 

Mutawashil

adalah

orang

terus

maju

melangkah,

tidak

menyerah walau harus jatuh bangun. Tapi belum tentu tuntas. 

Najih adalah orang terus menghafal dan istiqomah sampai

tuntas hafalannya. Kiat istiqomah

1. Melakukan ketaatan, muraja’ah berkelanjutan. 2. Meninggalkan maksiat. Menjaga kebersihan hati.

3. Meneladani orang terdahulu maupun penghafal shalih masa kini. 4. Menetapkan target hafalan harian yang seimbang/mudah. 5. Memperhatikan nilai ihsan. Selalu merasa diawasi oleh Allah. 6. Berkumpul dengan orang-orang shalih dan teman-teman yang baik. 7. Berusaha sakinah dan bahagia bersama Al- Qur’an. 8. Merenungkan keagungan Al- Qur’an dan penghafalanya. 9. Berdo’alah selalu agar diberi keistiqomahan. Mamfaat istiqomah

1. Terpeliharanya seseorang dari azab pada hari kiamat. 2. Dapat memasukkan seseorang ke dalam surga. 3. Mendapat ampunan dan pertolongan dari Allah. 4. Melahirkan optimisime dan pantang mundur dalam menghafal. 5. Meraih kemuliaan yang besar bersama Al- Qur’an Kesabaran

Kesabaran

menjadi

syarat

mutlak

dalam

menghafal

al- Qur’an.

Manakala tidak ada kesabaran, akan hilanglah semangat. Betapa banyak para penghafal Al-Qur’an yang berhenti meghafal padahal bisa jadi sedikit lagi dia akan menemukan ketenangan bersama Al- Qur’an yang akan membuatnya betah menghafal Al-Qur’an. Ibarat orang yang mengalir sumur di tanah yang gersang. Ketika menggali di kedalaman 16 meter dia berburuk sangka dan putus asa sehingga tidak melanjutkan usahanya menggali sumur, padahal mata airnya ada di kedalaman 20 meter. Padahal tersisa 4 meter lagi dia akan menemukan apa yang dicarinya.

Demikianlah menghafal Al=Qur’an. Harus dengan keabaran dan keteguhan hati, niscaya akan sukses. BERDOALAH

setelah berusaha menghafal dan muraja’ah jangan lupa untuk berdo’a agar dimudahkan dalam menghafal Al- Qur’an, dijadikan mutqin, serta mampu memahami dan mengamalkannya. Doa inilah yang menjadi pegangan. Do’a adalah senjata ampuh menghaf al Al-Qur’an. Berdo’alah di waktu waktu mustajab seperti Qiyamullail. Mintalah doa dari keluarga, orangtua, dan orang-orang yang shalih. Ketika menghadapi masalah atau kendala dalam menghafal Al-Qur’an, tidah cukup hanya meminta bantuan kepada manusia. Diantaranya ialah doa agar disehatkan badan dan dikuatkan akal untuk menghafal. Tidak cukup hanya bergantung dengan metode dalam menghafal Al-Qur’an rumusan manusia. Tetapi bergantunglah kepada yang menurunkan Al-Qur’an itu. Niscaya sukses dalam menghafal aka n diraih. Begitu banyak penghafal Al- Qur’an, namun banyak pula yang lalai dari berdoa. Mereka kurang meyakini kekuatan doanya. Padahal sekedar berinisiatif berdoa saja itu sudah merupakan tanda kebaikan. Umar bin Khathab radhiyaallahu’anhu pernah berkata,

“Aku tidak menyangsikan

diperkenankannya doa, tapi menyangsingkan doa itu sendiri. Maka, barang siapa yang diberi ilham agar berdoa, maka perkenankan Allah bersamanya.” Berdoalah agar hati tetap istiqomah dan daya ingata menjadi kuat sehingga mudah menghafal dan mengulang-ulang hafalan Al- Qur’an. Adapun bentuk doanya boleh dalam bahasa apa saja dan dalam rangkaian kalimat bebas. Tergantung keinginan sang peminta. Karena sesungguhnya dia meminta kepada yang mahatahu. Dan jangan lupa agar berdoa di waktuwaktu yang mustajab. Seperti ketika malam Lailatul Qadr, setelah shalat

wajib, jeda antara azan dan iqomah, waktu sepertiga malam, dan ketika sujud. Berdoalah secara terus-menerus tanpa putus. Dan yang terpenting berdoalah dengan penuh keyakinan bahwa doa kita akan dikabulkan oleh  Allah. Selain itu jangan lupakan adab-adab berdoa. Menghafal Al- Qur’an adalah amal shaleh teramat mulia dalam rangka menjaga kalamulla, firmannya. Yakinlah bahwa rahmatnya tercurah kepada penjaga Kitab Suci-nya.

MENGATASI JENUH DAN FUTUR

Jenuh dan malas (futur) menambah maupun mengulang hafalan biasanya akan menimpa setiap penghafal Al- Qur’an. Bahkan, tidak sedikit yang berhenti di tengah jalan hanya karena pasrah dengan rasa jenuh yang melanda. Namun ada pula yang hanya mengalami kejenuhan sesaat tidak sampai berkepanjangan. Oleh karena itu perlu dipahami tentang rasa jenuh ini. Rasa jenuh dan bosan umumnya terasa ketika hafalan telah menginjak 2/3 Al-Qur’an atau juz 20 ke atas. Sehingga sangat tidak normal  jika rasa jenuh menimpa di awal-awal menghafal. Rasa jenuh muncul karena aktivitas mononton terus-menerus yang berlangsung lama (rutinitas). Beberapa penyebab jenuh di antaranya: 1. Aktivitas yang membosankan 2. Terlalu kelelahan dan terus berulang 3. Tujuan yang tidak jelas 4. Merasa terbeban/stres 5. Kesehatan tubuh yang kurang optimal

6. Tidak ikhlas/benci rutinitas Penyebab jenuh lainnya: 1. Terlalu lancar 2. Beban muraja’ah 3. Terlalu buruk/macet hafalan 4. Kesulitan mengingat 5. Banyak pengganggu fokus 6. Tidak sabar 7. Urusan duniawi Kiat Mengatasi Kejenuhan yang Melanda

1. Ingat kembali tujuan menghafal Al- Qur’an 2. Tinggalkan muraja’ah akatif paling lama 1 pekan dengan catatan hafalan yang kita miliki lancar. 3. Ganti muraja’ah dengan mendengarkan audio murattal 4. Selama libur dari muraja’ah perbanyaklah membaca buku 5. Utamakan membaca buku kisah para ulama’ terdahulu yang penuh hikmah dan pengorbanan 6. Jalan-jalan atau berlibur ke alam terbuka, toko buku, atau objek wisata yang jauh dari maksiat 7. Menulis kata-kata motivasi di samping tempat tidur atau di rumah 8. Berdoalah Di antara yang dapat menyebabkan seorang penghafal putus di tengah jalan ialah: 1. Putus asa 2. Ingin menikah (bagi pemuda) 3. Memikirkan lanjut studi 4. Tidak sabar

5. Merasa berat 6. Tidak mutqin (lancar) 7. Sibuk dengan dunia/kerja 8. Bosan atau jenuh 9. Tekanan dari diri sendiri atau orang lain Sebab-sebab hafalan macet: 1. Jarang atau kurang muraja’ah 2. Banyak beban pikiran (tidak fokus) 3. Maksiat

ADAB TERHADAP AL-QUR’AN

Selain

menghafal

Al-Qur’an,

seorang

Muslim

hendaknya

memperhatikan adab seputar interaksi dengan Al- Qur’an agar berkah dan meraih kemuliaan yang sesungguhnya bersama Al- Qur’an. Di antara adab terhadap Al- Qur’an: 1. Memperhatikan niat ketika membaca dan menghafal 2. Sebaiknya bersiwak atau membersihkan mulut sebelum membaca AlQur’an 3. Membaca ta’awudz di permulaan bacaan 4. Senantiasa membaca Al-Qur’an 5. Tidak membaca/menghafal Al-Qur’an ketika dilanda kantuk berat 6. Tidak di tempat kotor 7. Membaca Al-Qur’an hendaknya tartil tidak tergesa -gesa 8. Menyaringkan bacaan Al-Qur’an 9. Memperindah suara/bacaan ketika membaca 10. Di sunnahkan sujud jika membaca ayat-ayat sajdah 11. Meletakkan mushaf Al-Qur’an di tempat yang tinggi

12. Berusaha memahami Al-Qur’an 13. Menghayati dan mentadabbur Al- Qur’an 14. Tidak menjadikan ayat-ayat tertentu sebagai jimat yang digantungkan 15. Mengamalkan Al-Qur’an

SOPAN SANTUN MEMBAWA AL-QUR’AN

1. Hendaknya selalu dalam keadaan baik dan sempurna. 2. Hendaknya membawa dari tempat yang lebih tinggi sebagai penghormatan dari keagungannya. 3. Hendaknya terpelihara dari hal-hal yang tercela, jiwa selalu dalam keadaan bersih, lebih tinggi dari orang-orang yang sombong dan rendah diri terhadap orang-orang soleh. 4. Hendaknya dalam keadaan khusyu’. 5. Hendaknya tidak menjadikan Al- Qur’an sebagai mata pencarian hidup. 6. Hendaknya

memelihara

bacaan

dan

memperbanyak

membacanya. 7. Hendaknya memelihara bacaan pada malam hari melebihi siang harinya. 8. Hendaknya mengamalkan semua ajarannya. 9. Hendaknya suci dari hadas kecil dan besar. SOPAN SANTUN MEMBACA AL-QUR’AN

1. Hendaknya membaca dengan jiwa yang ikhlas dan memelihara kesopanannya. 2. Hendaknya mampu menghadirkan dalam dirinya, bahwa ia sedang mengagungkan dan mensucikan Allah serta membacanya seakan-

akan melihat Allah walaupun ia tidak melihatnya, tetapi dia yang melihatnya. 3. Hendaknya membersihkan mulut dengan siwak. 4. Hendaknya di tempat yang bersih dan suci. 5. Hendaknya bersih badannya, pakaiannya namun dan suci dari hadas. 6. Tidak membaca di tempat-tempat yang dilarang membacanya, seperti di kamar mandi dan WC. 7. Disunnahkan membaca dengan menghadap kiblat, penuh khusyu’, tenang anggota badannya dan hatinya.

ADAB DAN ETIKA PENGHAFAL AL- QUR’AN

Para ulama salaf berpesan hendaknya senantiasa menjauhi ghibah (menuturkan kejelekan orang lain) dan duduk bersama orang-orang yang banyak bicara, ngobrol, dan bercanda. Di antara etika penghafal Al- Qur’an ialah: 1. Meninggalkan atau menasehati teman yang buruk 2. Menjaga diri dari perkara syubhat dan meragukan 3. Menghindari majelis-majelis lahgwi (canda tawa atau sia-sia) 4. Menghindari orang yang gemar maksiat dan durhaka kepada Allah 5. Menjaga akhlak mulia 6. Menjaga diri dari hal yang tidak layakmenurut aturan masyarakat sekitar 7. Hendaknya senantiasa menjadikan Nabi sebagai teladan dalam perkataandan perbuatan 8. Menghindari pertemanan dengan orang-orang yang mufsid (suka merusak) 9. Menjauhi teman-teman yang malas

10. Hindari para pengangguran. Menganggur dari urusan dunia dan urusan akhirat 11. Tidak melakukan kezaliman kepada makhluk yang lain 12. Berbuat baik terutama kepada ahli Al- Qur’an 13. Selalu terdepan melaksanakan hukum-hukum Al- Qur’an 14. Senantiasa berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan ibadah utama 15. Menda’wahkan Al-Qur’an di mana pun berada 16. Menjaga Al-Qur’an dari penistaan dan penyimpangan orang -orang yang bodoh 17. Memberi makan kepada para penghafal Al- Qur’an 18. Menahan diri dari candaan yang berlebihan 19. Mengakkan Qiyamullail 20. Menahan dari tidur pada halaqah tahfidz apalagi di depan gurunya 21. Tidak meninggalkan suara di depan gurunya 22. Meninggalkan obrolan yanag tidak penting ketika halaqah berlangsung 23. Menahan menjawab obrolan ketika Al- Qur’an masih terbuka di depannya 24. Tidak merendahkan penghafal Al- Qur’an yang lain 25. Memuliakan guru selayaknya 26. Menjauhi hal-hal yang tidak disukai guru 27. Tidak menempati tempat gurunya 28. Jika bertamu pada guru perhatikanlah waktu yang sesuai 29. Memuliakan guru dan sanak keluarganya Bekal menghafal Al-Qur’an terutama di lembaga tahfidz

1. Ada niat kuat untuk menghafal Al-Qur’an dan menyelesaikannya 2. Punya bekal biaya 3. Cerdik dengan metode terbaik 4. Bersabar dantahan diri

5. Patuh arahan guru 6. Siap dengan masa yang lama

BAB II C. METODE MENGHAFAL AL- QUR’AN DARI BERBAGAI REFERENSI

Kesulian

untuk

menciptakan

tawaran

pengembangan

metode

menghafal al-Qur’an yang relatif baru tidak dapat dielakkan. Namun, bagaimanapun dengan keadaan yang semakin kesini semakin berubah, mahasiswa dengan pernak-perniknya proses perkuliahan yang dibebani tugas dan kesibukan organisasi membutuhkan budaya dan lingkungan baru untuk

menghafal

al-Qur’an.

Disinilah

tuntutan

dari

kalangan

civitas

akademika untuk memberikan tawaran baru dalam metode menghafal alQur’an yang lebih cocok dengan kondisi mahasiswa. Untuk memberikan tawaran tersebut, tentunya memrlukan referensi yang tidak asal-asalan, karenanya memberikan gambaran metode menghafal yang telah ada sangat diperlukan. Baik dalam bentuk buku, jurnal atau referensi penelitian yang lain. Di samping itu, metode menghafal yang telah diterapkan oleh lembaga-lembaga Tahfiz yang ada, begitu juga telaah pengalaman (testimoni) para penghafal juga sangat patut dijadikan bahan perbandingan. Di bawah ini, akan dipaparkan metode-metode menghafal al- Qur’an yang kerap ditemukan di lembaga-lembaga tahfiz dan hasil dari telaah atas buku-buku, jurnal hasil penelitian terkait metode menghafal dan juga telaah atas pengalaman dari para penghafal al- Qur’an. 1. Telaah Pustaka Atas Buku dan Jurnal Penelitian a. Metode Turki3

3

  Yahya Bin Abdurrazak, Cara mudah dan Cepat mengahafal AL-Qura’an (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2010)

Negara Turki memeliki peran dalam bidang Al-Quran yang tidak biasa dianggap remeh. Rasanya kita patut melihat metode yang mereka gunakan untuk menghafal Al-Qur’an sebab metode mereka memiliki keunggulan Langkah-langkah Penerapannya 1) Seorang sswa berlatih membaca Al- Qur’an denga melihat mushaf selama beberapa waktu lamanya 2) Menghafal dengan menggunakan mushaf huffazh yang membagi AlQur’an menjadi tiga puluh juz stiap juz terdiri dari 20 halaman dan setiap halaman terdiri dari 15 baris 3) Siswa memulai hafalannya dari halaman terakhir juz pertama, kemudian hari kedua berpindah ke halaman terakhir juz kedua. Demikanlah setiap harinya ia berpindah ke halaman terakhir juz-juz berikutnya lalu menghafalnya hingga hafalannya sempurna tiga puluh halaman. Dengan demikian, telah berlalu satu bulan penuh untuk menghafal setiap halaman terakhir dari juz-juz Al- Qur’an 4) Awal bulan kedua ia mulai menghafal halaman yang berada sebelum halaman terakhir juz pertama. Keumudian, pada hari kedua ia menghafal halaman sebelum halaman terakhir juz dua demikian seterusnya sebagaimana ia lakukan pada tahap awal. b. Metode Al-Qosimi 4

Dalam metode ini, terbagi menjadi beberapa fasal kecil yaitu:

1. C ara Praktis Meng hafal Al- Qur’an Dr.Abdul Muhsin Al-Qosim (Imam dan Khatib masjid Nabawi) Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. (

).  Maktab

Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. 1428/2007. 4

  Abu Hurri Al-Qosimi, Metode Al-Qosimi (cepat dan kuat hafal juz ‘amma)  (Solo AlHurri, 2010)

Dalam tulisan ini dikemukakan cara mudah menghafal Qur’an. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang

disertai

cepatnya

waktu

yang

ditempuh

untuk

mengkhatamkan al-Qur’an. Misalnya jika ingin menghafal surat an nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini: a) Bacalah ayat pertama 20 kali b) Bacalah ayat kedua 20 kali c) Bacalah ayat ketiga 20 kali d) Bacalah ayat keempat 20 kali e) Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali. Pertanyaan yang akan muncul di sini adalah, B ag aimana Cara

 Menambah Hafalan P ada Hari B eri kutnya? ? Jika ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda,kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.

B ag aimana

cara

meng g abung kan

antara

meng ulang

(muraja’ah) dan menambah hafalan baru? ? . Jangan sekali-kali

anda menambah hafalan tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumnya, karena jika anda menghafal qur’an terus menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu hingga bisa menyelesaikan semua alQur’an, kemudian anda ingin mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali, karena secara tidak disadari anda akan banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal dan seolah-olah anda menghafal dari nol. Oleh karena itu cara yang paling baik dalam menghafal

adalah

dengan

mengumpulkan

antara

muraja’ah

(mengulang) dan menambah hafalan baru. Anda bisa membagi seluruh mushaf menjadi tiga hafalan baru, setiap 10 juz menjadi satu bagian, jika anda dalam sehari menghafal satu halaman maka ulangilah

dalam

sehari

empat

halaman

yang

telah

dihafal

sebelumnya hingga anda dapat menyelesaikan sepuluh juz, jika anda dapat menyelesaikan sepuluh juz maka berhentilah selama satu bulan penuh untuk mengulang sebanyak delapan halaman. Setelah satu bulan anda mengulang hafalan, anda mulai kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, dan mengulang setiap harinya 8 halaman sehingga anda bisa menyelesaikan 20 juz, jika anda telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulang,setiap hari anda harus mengulang 8 halaman, jika sudah mengulang selama 2 bulan, maka mulailah menghafal kembali setiap harinya satu atau dua halaman tergantung kemampuan dan mengulang

yang

telah

dihafal

sebanyak

8

lembar,

hingga

menyelesaikan seluruhnya. Jika telah menyelesaikan 30 juz, ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan setiap harinya setengah juz, kemudian pindahlah ke 10 ju berikutnya juga setiap harinya diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama, kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dengan cara yang hamper sama, yaitu setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.

B ag aimana cara meng ulang al-qur’an (30 juz) setelah menyelesaikan muraja’ah diatas?   Mulailah mengulang al-qur’an

secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz,

dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari, dengan demikian maka akan bisa mengkhatamkan al-qur’an setiap dua minggu sekali. Dengan cara ini maka dalam jangka waktu satu tahun insya allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal al- qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.

 A pa yang dilakukan s etelah meng hafal al- qur’an selama  s atu tahun? Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, jadikanlah al- Qur’an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi semasa hidupnya, beliau membagi al- qur’an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan al- Qur’an setiap 7 hari sekali. Abu bin Huzaifah rahimahullah: aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagaimana cara mereka membagi al- qur’an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawab: “kami kelompokkan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan wirid mufashal dari surat qoof hingga khatam al- qur’an”. (HR. Ahmad). Jadi mereka membagi wiridnya sebagai berikut:   Hari

pertama: membaca surat al-Fatihah hingga akhir sura

an-Nisa’, 

Hari kedua: dari surat al-Maidah hingga akhir surat atTaubah,

 Hari

ketiga: dari surat Yunus hingga surat an-Nahl,

 Hari

keempat: dari surat al-I sra’ hingga surat al-Furqon,

 Hari

kelima: dari surat asy-Sy u’ara hingga ahkir surat Yaasin,

 

Hari keenam: dari surat ash-Shafat hingga akhir surat alHujarat,

 Hari

ketujuh: dari surat Qoof hingga akhir surat an-Naas.

Para ulama menyingkat wirid nabi dengan al- qur’an menjadi kata: “FamiBisyauqin (

)”, dari masing-masing huruf tersebut

menjadi syimbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya.

B agaimana mutasyabih

cara

(mirip)

membedakan dalam

antara

al-Q ur’an? Cara

bacaan

yang

terbaik

untuk

membedakan antara bacaan yang hamper sama (mutasyabih) adalah dengan cara membuka mushaf lalu bangdingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya, kemudian buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika melakukan muraja’ah hafalan perhatikan perbedaan tersebut dan

ulangilah

secara

terus

menerus

sehingga

anda

bisa

mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).

 2. Metode Meng hafal Untuk S emua Us ia B ias a Metode ini memiliki tiga putaran dalam membaca perhalaman setiap putaran masing-masing dibaca 35 kali dengan melihat mushaf. Hasil akhir setiap ayat akan dibaca 75 kali, setelah itu halaman yang sudah dibaca baru dihafal. Untuk memberikan kesan yang kuat dalam ingatan kita metode ini memberikan medifikasi, yaitu: setiap bacaan ganjil membaca dengan mushaf dan setiap bacaan genap membaca tanpa mushaf. Jika ayatnya pendek-pendek maka kelompokkanlah setiap 5 ayat menjadi satu kelompok jika dalam satu halaman ayatnya kira 10 ayat, maka 5 ayat pertama disebut halaman setengah atas dan 5 ayat kedua disebut halaman setengah bawah. 3. Metode Hafal Lancar Perayat

Metode ini cukup mudah dipahami, tanpa menyebutkan berapa kali pengulangannya disesuaikan dengan kemampuan individu namun kami anjurkan minimal perayat dibaca 40 kali. Biasaanya menghafal dengan metode ini ayat-ayat paruh awal lebih kuat hafalannya karena lebih sering diulang, semakin ke bawah kualitas hafalannya semakan menurun solusinya perbanyaklah pengulangan pada ayat-ayat di paruh terakhir. 4. Metode Menghafal Cepat

Metode ini biasa dilakukan dengan baik apabila seseorang telah sering megkhatamkan Al-Quran minimal 40 kali. Metode ketiga ini hampir sama dengan dua metode sebelumnya. Perbedaannya hanya terdapat pada jumlah pengulannagannya saja maksudnya metode ketiga ini lebih sedikit jumlah pengulanagn bacanya yaitu putaram pertama 3 kali, putaran kedua dan ketiga masing-masing dua putaran c. Metode Hanifida5

Langkah Penerapan 1) Hafal Rumus Angka Untuk memudahkan menghafal Al-Qur’an dengan metode Hanifida harus memahami rumus angka yang terdiri dari rumus primer dan skunder 2) Mengahafal Ayat dengan menggunakan sistem/teknik akselerasi learning Setelah memahi rumus angkat tersebut langkah selanjutnya menggabungkan rumus, ayat,

sekaligus terjemahannya ke dalam

cerita yang telah disusun dan ditulis menjadi sebuah kalimat yang disertai warna dan gambar. Penyampaian cerita hendaknya dilakukan 5

 Mahmud K.I dkk, Teknik Menghafal Kompotemporen Metode Hanifida

dengan gaya dan ekspresi yang menarik, lucu, penuh imajinasi, visualisasi, intonasi dan penuh aksi. Cerita biasa diolah dan diganti dengan yang lebih lucu dengan catatan harus ada tiga kata kunci di dalamnya, yaitu rumus angka, ayat dan terjemahannya d. Metode Dawaran6

Metode ini berasal dari negeri sudan. Metode ini sebenarnya tidaklah asing seperti namanya. Hanya saja, metode ini mengandung sisi pembaharuan. Oleh karena itu, metode ini bukanlah meupakan satu satunya pegangan buat para qori’ sekalian, akan tetapi untuk menambanh pengtahuan dan wawasan. Terlebih masih banyak orang yang

hingga

sekarang

ini

yang

menghafal

al- Qur’an

dengan

menggunakan metode ini. Mereka bengatakanmetode ini sangat bagus. Langkah-Langkah Penerapannya: 1) Guru pengajar pada suatu halaqah (pengajaran) mendiktekan alQur’an kepada murid –  muridnya yang berada di sekelilingnya, masing-masing murid mendapat giliran tertentu. Lalu sang guru mendiktekan kepada setiap muridnya seperempat halaman yang menjadi bagaiannya, kemudian memperbaiki bacaan, pengucapan, dan penulisannya di papan lauh (tulis). 2) Guru tersebut duduk ditengah  – tengah muridnya agar posisinya bisa dekat dengan semua siswa. Setiap kali ia selesai memperbaiki seperempat halaman hafalan siswa tesebut kembali ketempatnya. Kemudia giliran siswa yang lainnya hingga ia selesai memperbaiki hafalan seluruh siswa. 3) Kondisi ini berlangsung selama lebih dari dua jam, Selam itu pula mereka menghafalkan al-Qur’an. Mer eka duduk diatas tikar dan 6

  Yahya Bin Abdurrazak, Cara mudah dan Cepat mengahafal AL-Qura’an (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2010)

sebagainya, agar

rasa malas tidak menyerang murid atau agar

pikirannya tidak disibukan oleh selain hafalannya 4) Selanjutnya sang guru langsung memerintahkan mereka melakukan tahan kedua, yaitu 5) Memrintahkan mereka berbaris membentuk lingkaran. Kemudian mereka mulai melakukan dawaran (berputar) sambil berjalan, sementara sang guru berada di tengah lingkaran sambil mengawasi, mengatur, mengarahkan, dan mengingatkan siswa yang keluar dari aturan. 6) Ketika mereka berputar, para siswa harus mengulangi hafalan yang tadinya mereka hafal ketika duduk. 7) Tidak mengapa mereka sedikit mengaraskan suaranya, sebab hal tersebut dapat membangkitkan gairah dan semangat mereka dalam menghafal. 8) Setelah berputar berlangsug selama satu jam, guru memerintakan mereka agar kembali duduk, kemudian mereka kembali menyetorkan hafalan kepada syaikh atau guru dengan jiwa dan semangat yang baru. 9) Terkadang, sang guru memerintahkan beberapa orang siswa untuk membacakan hafalannya sambil berdiri. Mereka yang tinggal di benua afrika biasaa menamakannya dengna istilah “melempar”. Sebab seolah  –  olah siswa melemparkan hafalannya kepada pendengaran gurunya. Biasaanya, siswa yang membaca sambil berdiri lebih semangat dan siap siaga membacakan hafalannya.

Metode dawaran ini memiliki banyak manfaat salah satunya pergerakan dawaran yang terus menerus dapat mengembalikan gairah otot – otot jantung dan anggota tubuh lainnya, stelah sekian lama duduk kegiatan

dawaran

mengndung

suatu

perubahan

yang

dapat

membangkitkan semangat serta peralihan dalam jiwa siswa apabila ia merasa bosan atau lelah. Sebab, biasaanya anak  – anak suka bergerak kesana kemari dan apabila menahannya bergerak dalam waktu yang cukup lama, pastilah mereka merasa bosan dan tidak tahan. Di negeri  –  negeri barat sekarang ini muncul suatu metode pengajaran moderen yang mirip dengan metode dawaran, dari sisi tertentu.

Mereka

merasa

bahwa

merekalah

yang

pertama

kali

menemukan teori ini. Padahal kaum muslimin meski dengan sarana serba terbatas telah terlebih dahulu menemukan sejumlah besar metode pendidikan modern. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam metode dawaran ini, hendaknya praktiknya tidak dilakukan dengan cepat, dan lingkaran yang di buat harus cukup besar, sehingga siswa yang melakukan dawaran tidak pusiang jika lingkaran yang di buat teramat kecil. Selain itu, hendaknya kegiatan ini dilakukan di sebuah areal yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang baik. e. Metode Uzbekistan7

Metode ini popular di beberapa Negara Islam yang muncul setelah komunisme(Uni Soviet) seperti Kyrgyzstan, Kazakhstan, dan Degestan. Namun, yang jelas metode ini sangat berkembang di Uzbekistan. Langkah-langkah Penerapannya 1) Memperbaiki bacaan Al-Quran halaman awal dari Al- Qur’an di Hadapan seorang guru 2) Mengulangi Pembacaannya sebanyak 300 kali dengan melihat kea rah mushaf.

7

  Yahya Bin Abdurrazak, Cara mudah dan Cepat mengahafal AL-Qura’an (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2010)

3) Setelah ini mengugulang pembecaannya sebanyak 300 kali, ia membacakannya

dihadapan

guru

tanpa

Kemudian, ia tidak melakukan muroja’ah

melihat

mushaf.

dan berlatih ke

halaman berikutnya. Demikian seterusnya hingga ia dapat menghafal seluruh Al-Quran 4) Setelah ia menghafal Al-Quran seluruhnya kemudian sang guru memerintahkannya

membaca

Al-Qur’an

dengan

melihat

mushaf sebanyak 150 menamatkan Al-Qur’an 5) Apabila ia telah menemukan semu itu dia diberikan gelar  AlHafidz al-Qari ’.

2. Metode Menghafal di Lembaga-Lembaga Tahfizh

Dalam penelitian terkait motode tahfizh di lembaga tahfizh,penelitian ini akan melihat metode-metode yang ada di pondok pesantren sekitaran Lombok. Lembaga Tahfizh akan dibagi menjadi tiga zona, yakni pondok pesantren tahfizh yang ada di Lombok Barat, pondok pesantren tahfizh yang ada di Lombok Tengah dan pondok pesantren tahfizh yang ada di Lombok Timur. a. Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Di Lombok Barat 1. Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar 8

PP Yusuf Abdussatar adalah salah satu pondok pesantren tahfizh di Lombok Barat yang bisa dibilang tua. Awal mula terbentuknya lembaga Tahfidzul Qur’an Yusuf Abdussatar adalah di mulai dari keilmuan beliau (TGH. Yusuf Abdussatar) dalam bidang hafalan Qur’an. TGH. Yusuf Abdussatar menghafal al- Qur’an di Sholatiyah Makkah al-Mukarromah dan mengkhatamkan al- Qur’an 8Hasil

dari wawancara dengan pengurus pondok Zainuddin & Maliki Syukri pada jumat 26 – Agustus 2016

pada umur 7 tahun. Sedangkan berdirinya ponpes Yusuf Abdussatar sejak tahun 1995 yang di dirikan oleh anak TGH. Yusuf Abdussatar yaitu TGH. Khualid Yusuf. Program Tahfizh yang dikembangkan di PP Yusuf Abdussatar ini dikemas untuk kalangan santri setingkat SMP/Tsanawiyah sampai ke  jenjang Ma’had ‘Aly/Takhassus. Dengan target standar Perhari dengan capaian setengah halaman, Perminggu = 3  –  4 halaman, Pertahun dengan capaian minimal: 5 juz dan maksimal 10 juz, satu bulan minimal peserta menghafal 1 juz. Sedangkan target yang di capai secara normalnya adalah 3 tahun untuk 30 Juz.

a) Langkah Penerapan Metode

Langkah dan metode yang dikemas dalam program Tahfiz PP Yusuf Abdussatar sebagai berikut: 1. Tahap awal yang akan dilalui oleh santri yakni bulan pertama sampai bulan ke tiga santri harus mengadakan Tahsin alQira’ah dan tadarus Binnazhar pada surah -surah penting yang banyak terdapat ayat-ayat mutasyabih dan pada ayat yang banyak ditemukan huruf-huruf yang mutaqorribah. 2. Setelah melewati bulan ketiga barulah melalui tes seleksi kelayakan menghafal Qur’an dengan tes membaca al -Qur’an dan

memperhatikan

qoidah-qoidah

tajwid

serta

sifat-sifat

huruhnya. 3. Santri diwajibkan membaca berulang kali dengan memakai tajwid (misalkan sampai 3 kali). 4. Setelah mengahafal, santri wajib di simak oleh teman sekelas sebelum maju ke badal/pentasmi’. 5. Nyetor diadakan setiap hari kecuali hari Jum’at

6. Murajaah dilakukan dengan tiga tahapan: 

Muraja’ah syakhsyiah (perorangan) simaan bersama teman.



Muraja’ah Ijtima’iyah (kelompok) mengulang hafalan dengan

semua kelas berkumpul di satu aula. 

Muraja’ah subu’iyaha (satu kali seminggu) simaan bersama

teman dan hasil simaan di laporkan kepada Ust yang mengampu muroja’ah subu’iyah.  

Langkah terakhir adalah, adanya ujian tahfiz untuk setiap anak setiap 3 bulan.

b) Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari metode yang diterapkan di atas adalah  pertama, disiplin, terkontrol, tidak terlalu terburu-buru, kedua,

Lebih mengutamakan fashih bacaan dan Mengkhatamkan dalam tempo 3 tahun atau sebelum selesai dari sekolah formal MTS dan SMA. Sedangkan kendala yang seringkali dihadapi adalah waktu lebih banyak yang dibutuhkan, kemudian terdapat peserta yang sampai 3 bulan masih ada yang kurang lancar membaca, dari target yang sudah di tentukan. 2. Pondok Pesantren Al-Aziziyah

Metode Tahfizh yang digunakan oleh PP Al-Aziziyah adalah metode tahfizh yang diterapkan di Masjidil Harom. Sedangkan pada pelaksanaannya dikreasikan oleh siswa. Sedangkan sasarannya adalah untuk semua usia/kalangan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Pada setiap jenjang tersebut, kegiatan menghafal dimasukkan dalam matrikulasi. Sedangkan sasaran utama dari semua jenjang tersebut adalah untuk siswa Mts-MA. a. Langkah Penerapan Metode

b. Kelebihan dan Kekurangan

b. Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Di Mataram

Pondok Pesantren Abu Hurairah didirikan oleh bidang pendidikan, yayasan Al-Hunafa’, sebuah yayasan yang bercorak dan berorientasi pemahaman Salafi. Pendirian pondok Pesantren ini berangkat dari kesadaran yang utuh dan landasan yang kokoh tentang pentingnya menuntut ilmu syar'i (ilmu agama yang bersandarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah dan dipahami sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam) dan keutamaan yang diperoleh oleh orang-orang yang menuntut ilmu syar'i serta mengamalkannya. Kurikulum yang diterapkan pada lembaga ini merupakan integrasi dari kurikulum pemerintah (dari Departemen Agama) dengan kurikulum pondok (yang sebagian besar materinya diadopsi dari kurikulum yang digunakan di Negara Saudi Arabia). Sesuai dengan orientasi keagamaan pondok Pesantren Abu Hurairah maka Visi pondok pesantren Abu Hurairah adalah: “ Mewujudkan generasi tangguh dan utuh dengan berwawasan agama, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada ajaran agama Islam yang benar dan murni.” Sedangkan misinya, yaitu: (1) Mengupayakan lulusan dengan pemahaman bidang agama Islam yang luas dan mendalam untuk memasuki  jenjang selanjutnya; (2) Mengupayakan lulusan dengan berwawasan agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berlandaskan pada ajaran agama

Islam yang benar dan murni; (3) Mengupayakan generasi yang tangguh dan utuh dengan berwawasan luas dan mendalam berlandaskan pada ajaran agama Islam yang benar dan murni untuk membangun agama dan bangsa; (4) Mengupayakan generasi yang tangguh dan utuh dengan kemampuan intelektual, emosional dan spiritual religi berlandaskan pada ajaran agama Islam yang benar dan murni untuk membangun agama dan bangsa. Visi dan misi pondok pesantren tersosialisasi dengan baik melalui buku profil, brosur, pamplet yang di letakkan ditempat-tempat strategis di kawasan pesantren. Landasan ajaran Islam yang benar dan murni yang tertulis dalam Visi tersebut juga difahami dan dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di pondok pesantren Abu Hurairah, hal ini terlihat jelas dari prilaku seluruh komponen yang ada di pondok pesantren mulai dari pimpinan sampai kepada santri, kurikulum yang diterapkan maupun aturan-aturan yang diberlakukan di pondok Pesantren Abu Hurairah. 9 Sesuai dengan visi, misi serta tujuan pondok pesantren Abu Hurairah maka tahfizul Qur’an merupakan kegiatan yang teramat penting dalam mencetak santri yang memiliki kualifikasi keilmuan dan kepribadian Islami. Pada Tahun 2002 Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram membuka jenjang pendidikan setingkat SMA yang diberi nama Madrasah  Aliyah Plus (MA Plus) dengan Program unggulan adalah Madrasah Aliyah 9

Observasi tanggal 2/9/2016.

Keagamaan (MAK). Acuan yang digunakan dalam penerapan program ini adalah Keputusan Menteri Agama RI No. 371 tahun 1993 tentang Madrasah  Aliyah Keagamaan (MAK) dan juga Keputusan Menteri Agama RI No. 374 tahun 1993 tentang kurikulum MAK. Seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan lembaga-lembaga pendidikan Islam, maka pada Tahun 2005 Pondok Pesantren membuka jenjang pendidikan setingkat SMP yang diberi nama "SMP Islam Terpadu Abu Hurairah Mataram". Pada tahun 2010, SMP-IT resmi dipecah menjadi dua Sekolah; SMP-IT Putra dan SMP-IT Putri. Kurikulum yang digunakan di SMP-IT integrasi dari kurikulum Kemendiknas (Dinas Pendidikan Nasional) dan Kurikulum Pondok. Penerimaan siswa untuk tahun pertama yang pada saat itu masih terbatas pada siswawati. Selain lembaga setingkat SMA dan SMP Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram juga membuka jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebagai pelengkap dari lembaga-lembaga pendidikan menengah pertama (SMP) dan Menengah Atas (MA) yang sudah ada. Sekolah Dasar ini diberi nama "Sekolah Dasar Islam Terpadu Abu Hurairah Mataram" dan resmi berdiri pada tahun 2006. Sejalan

dengan

perkembangan

pondok

pesantren

di

atas,

perkembangan peminatpun meningkat dari tahun ke tahun. Kalau pada awal

pembukaan lembaga pendidikan abu Hurairah hanya menerima santri putri, dan gencarnya sosialisasi yang dilakukan maka pada saat penelitian ini dilakukan sosislisasi pendaftaran melalui brosur tak dilakukan karena terpenuhinya kuota pendaftar, hingga pimpinan pondok pesantren tak merasa perlu melakukan sosialisasi sebagaimana ketika pondok pesantren ini baru didirikan. 10 Sebagai lembaga pendidikan Islam, sistem pembelajaran yang digunakan mengacu kepada system terpisah (yaitu ruangan dan lokasi Sekolahnya) antara laki-laki dan perempuan, maka pada tahun pelajaran 2008/2009 Pondok pesantren Abu Hurairah membuka jenjang pendidikan SMA yang khusus bagi siswa putri dan kelas belajar setingkat SMP yang khusus bagi Putra. Dengan demikian ke depan Ponpes Abu Hurairah Mataram sebagai salah satu lembaga pendidikan dan mitra kerja pemerintah dalam menyukseskan program-program pendidikan khususnya program wajib belajar

9

tahun

dan

kelanjutannya

berharap

sudah

mampu

menyelenggarakan semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah atas dan bahkan Perguruan Tinggi Islam. Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram dalam penyelenggaraan proses pendidikan berlokasi di dua tempat yaitu:

10

wawancara 22/9/2016

1. Jln Soromandi No. 1A Lawata Kelurahan Dasan Agung Baru Kecamatan Mataram Kota Mataram. Telp.(0370) 642404. 2. Jln. Majapahit No. 58B Samping Dinas Kehutanan Provinsi NTB Kota Mataram. Telp. (0370) 6610066, 6685533, 622871. Pondok pesantren Abu Hurairah memiliki Tujuan dan target. Adapun tujuan pondok pesantren Abu hurairah adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan siswa dalam penguasaan khusus tentang agama Islam. 2. Membekali siswa dengan pengajaran yang memadai untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi baik di dalam negeri maupun luar negeri. 3. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri saejalan dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

dengan

didasarkan pada pemahaman ilmu yang benar. 4. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agarna Islam yang benar dan murni untuk membangun Agama dan Bangsa. Sedangkan target pondok pesantren Abu Hurairah adalah: 1. Menghasilkan siswa yang beraqidah dan bermanhaj salaf. 2. Menghasilkan siswa yang mampu membaca, menghafal, memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dan Sunnah.

3. Menghasilkan siswa yang mampu berbahasa Arab secara aktif, lisan dan tulisan dan bisa memahami literatur yang berbahasa Arab dengan benar. 4. Menghasilkan siswa yang bisa berbahasa Inggris yang dapat membantu mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain terutama di bidang keilmuan dan keIslaman.

Untuk mengawal penerapan kurikulum tersebut pondok pesantren  Abu Hurairah telah merekrut guru-guru/ustaz-ustaz yang sebagian besar merupakan alumni timur tengah. Dan seperti yang diungkapkan mudir ma’had Abu Hurairah, Fahruddin Lc bahwa semua guru di pondok pesantren telah dibekali dengan pemahaman mendalam tentang akhlak dan prilaku Rasulillah Saw dan mereka memahami benar bahwa mereka harus memberikan contoh kepada para santrinya. Dalam satu kesempatan wawancara, mudir ma’had ini mengungkapkan bahwa setiap minggu dewan guru berkumpul dan saling memberi tausiyah, tak harus mudir atau pimpinan yang memberi tausiah tapi juga para guru secara bergantian. Untuk saling mengingatkan tentang berbagai hal termasuk keikhlasan dalam beramal karena gaji yang mereka terima tak seberapa bila dibandingkan dengan lembaga lain. (wawancara, tanggal 15/9/2014) Di samping peran para guru, terdapat sistem evaluasi yang diterapkan di sekolah-sekolah formal pondok pesantren Abu Hurairah melalui

Uji kompetensi pada tiap-tiap mata pelajaran (teori dan praktek) dan uji hafalan (untuk mata pelajaran Tahfidzul Qur’an dan Hadits) , sistem evaluasi di pondok pesantren juga dilaksanakan dalam beberapa tahap; Ulangan Kompetensi Dasar, Penugasan, Ujian Tengah Semester (ujian blok), Ujian  Akhir Semester, Ujian Akhir Nasional dan Ujian Akhir Pondok  A.

Sistem Pendidikan Non Formal Penanaman karakter tidak hanya dilakukan melalui sekolah-sekolah

formal pondok pesantren Abu Hurairah, tapi juga melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan di pondok. Kegiatan di luar sekolah formal tersebut dapat dilihat dari kurikulum pondok pesantren sebagai berikut:

Kurikulum Pondok SD IT  A. Mata Pelajaran

Kelas/Alokasi Waktu I

II

III

IV

V

VI

Tahfidzul Qur’an

5

5

5

5

5

5

 Aqidah

2

2

2

2

2

2

Fiqih

2

2

2

2

2

2

 Adab & Akhlak

2

2

2

2

2

2

Siroh

2

2

2

2

2

2

Bahasa Arab

2

2

2

2

2

2

Bahasa Inggris

2

2

2

2

2

2

Komputer

2

2

2

2

2

2

Jumlah

19

19

19

19

19

19

Kurikulum Pondok (SMP IT)  A. Mata Pelajaran Pelajaran

Waktu

Tahfidzul Qur’an

5

 Aqidah

3

Fiqih

2

Hadits

3

Siroh

2

 Adab & Akhlak Akhlak

2

Imla’ & Khot

2

Nahwu & Shorof

2

Bahasa Arab

8

Jumlah

29

Tahfizul Qur’an dalam kurikulum jenjang pendidikan di Abu Hurairah masuk dalam kurikulum formal maupun kurikulum pondok. Proses dan metode tahfizul qur’an dibedakan antara jenjang SD dengan jenjang yang lebih tinggi SMP dan SMA. Pertimbangan perbedaan metode tersebut dikarenakan perbedaan kemampuan dalam membaca, memahami ayat-ayat al=Qur’an. Metode tahfiz yang diterapkan di jenjang SD adalah Talqin. Talqin merupakan sebuah metode dengan memperdengarkan ayat-ayat al- qur’an berkali-kali ke peserta didik dan kemudian diulang, sampai lama kelamaan peserta didik menghafal sebuah ayat. Sedangkan metode tahfiz untuk  jenjang SMP maupun SMA tidak ditentukan ditentukan dan secara teknis diserahkan diserahkan kepada masing-masing peserta didik. Walaupun metode tahfiz diserahkan kepada masing-masing peserta didik, peserta didik diwajibkan untuk mengikuti program tahsin qiro’ah selama 3 bulan, untuk memastikan bahwa bacaan al-qur’an al-qur’an dari sisi tajwid, makhorijul huruf dan sebagainya sebelum mereka memulai program tahfizul qur’an. Sebagai kegiatan yang menjadi kurikulum wajib, Pembina pondok pesantren Abu hurairah menerapkan target-target minimal untuk semua  jenjang pendidikan. pendidikan. Ketetapan Ketetapan itu antara lain: jenjang SD memiliki target hafalan 5 juz, jenjang SMP memiliki target hafalan 5 juz, jenjang SMA memiliki target hafalan 5 Juz. Dari penjelasan Pembina pondok pesantren  Abu Hurairah walaupun walaupun target hafalan sudah ditentukan ditentukan namun ada juga

beberapa orang yang melampaui target, seperti misalnya ada bahkan ada yang mampu menghafal 30 juz begitu menyelesaikan pendidikan SMA. HASIL WAWANCARA DI PONDOK PESANTREN ABU HURAIRAH  A. METODE MENGHAFAL MENGHAFAL 1. SD dilakukan dengan cara talqin SD menghafal juga di akhir jam pelajaran 2. SMP dan SMA menghafal sendiri dan seoran hafalan

c. Pondok Pesantren Tahfizul Tahfizul Qur’an Di Lombok Tengah 1. Pondok Pesantren Nurul Qur’an 11

Pondok Pesantren Nurul Qur’an adalah pondok pesantren yang memang fokus untuk kajian al-Qur’an. al- Qur’an. Di PP Nurul Qur’an terdapat empat jurusan yakni Tilawatil Qur’an, Tahfizh al -Qur’an, Kaligrafi alal Qur’an dan Kajian Kitab al -Qur’an (Dirasah Qur’aniyah). PP Nurul Qur’an didirikan oleh tokoh al -Qur’an yaitu TGH. Sabaruddin  Abdurrahman.  Abdurrahman. Dalam sejarahnya, program tahfizh di PP Nurul Qur’an dibina pertamakali oleh Ust. Suryadi (juari 1 MHQ 30 Juz Internasional di Thailand) bersama Ust Azhar Hariyadi Loteng. Awalnya metode yang diterapkan adalah sebagaimana yang terdapat di pondok tahfizh biasanya seperti PP. Al-Ishlahuddiny Kediri, PP Yusuf Abdussatar dan lainnya. Namun Metode ini kemudian diramu dengan metodemetode yang ada di beberapa Pondok Tahfiz di Jawa seperti PP 11Hasil

wawancara dengan pembina PP Nurul Qur’an (TGH Sabaruddin Abdurrahman) pada tanggal 26 Agustus 2016 di Lendang Simbe desa Mertak Tombok Praya.

Madrasatul Qur’an Tebu Ireng, PP Hamalatul Qur’an Jombang, PP.  Al-Munawwir Krapyak Jogja yang di bawa oleh pembina Tahfizh saat ini.12 Terkait sasaran dari program tahfizh di PP Nurul Qur’an adalah untuk kalangan santri setingkat SMP/Tsanawiyah sampai ke jenjang Ma’had ‘Aly/Takhassus. Sedangkan target hafalan yang wajib dilalui para santri tahfizh adalah: setiap hari aktif wajib setoran hafalan 1 rubu’/’Ain.

Target  bulanan minimal peserta menghafal 1 juz.

Sedangkan target yang telah tercapai secara normalnya adalah 3 tahun untuk 30 Juz.

a. Langkah Penerapan Metode

Langkah dan metode terapan dalam proses tahfizh di PP Nurul Qur’an dapat disederhanakan dengan pointer di bawah ini: 1. Bulan pertama santri harus mengadakan Tahsin al-Qira’ah dan tadarus Binnazhar sampai khatam sebelum mulai menghafal. 2. Santri diwajibkan membaca berulang kali dengan memakai tajwid (misalkan sampai 3 kali). 3. Setelah mengahafal, santri wajib di simak oleh teman sekelas sebelum maju ke badal/ pentasmi’. 4. Nyetor diadakan setiap hari kecuali hari Jum’at 5. Murajaah

dilakukan

dengan

setoran/ takrir

al-Hifzh  sekali

seminggu, semaan al-Qur’an setiap hari jum’at, tahajjud berjamaah dengan al-Qur’an bil ghaib, shalat jamaah setiap hari dengan ayat bersambung. 6. Langkah terakhir adalah, adanya ujian tahfiz untuk setiap anak setiap 3 bulan.

12Pembina

Tahfizh saat ini dipercayakan kepada Ust M. Salimudin Ishak, M.Hum

b. Kelebihan dan Kekurangan

Banyak kelebihan yang dapat dilihat dari metode tahfih di PP Nurul

Qur’an

ini,

diantaranya:  pertama,

disiplin

dan

tetap

terkontrol, kedua, proses penghafalan al-Qur’an tidak terkesan terburu-buru atau asal cepat, dan ketiga, lebih mengutamakan fashih bacaan dan kekuatan hafalan. Sedangkan kekurangan dari metode yang diterapkan adalah waktu lebih banyak yang dibutuhkan, di samping itu, banyaknya peserta/peminat yang kurang lancar membaca, karenanya butuh waktu dan tenaga ekstra untuk pembenahan bacaan sebelum menghafal. Bahkan ada yang mulai dari IQRA’. Untuk lebih memudahkan, lihatlah jadwal harian tahfizh di bawah ini: Waktu 03.30 – 05.30

Kegiatan

Penanggung Jawab

Tahajjud, Tambahan Hafalan, Sholat

Pembimbing

Subuh Berjamaah

Tahfizh

05.30 – 06.30

Tadarus Hafalan

Individu

07.00

Persiapan Kelas Tahfiz, sarapan dll

-

07.30-09.00

Tadarus binnadhor 3 juz(10 hari

-

khatam sekali) 09.30 – 12.00

Setoran Hafalan minimal satu rubu’ 

14.30 – 15.30

Tadarus hafalan, sholat Ashar

Pembimbing Tahfiz -

berjamaah 16.00 – 16.30

Tadarus 1 Juz bersama dan atau

-

kelompok 16.45 – 17.30

Kelas Diniyah

Pembimbing

Diniyah 19.00-20.00

Tadarus Persiapan Hafalan

-

20.30 – 22.00

Setoran Hafalan minimal saturubu’ 

Pembimbing Tahfiz

2. Pondok Pesantren Ibn Masykur Halimatussakdiyah 13

PP

Ibn

Syakur

menerapkan

metode

tahfizh

yang

dinamakannyametode “LUPAKAN”. Meotode tersebut merupakan singkatan

dari

Lihat,

Ucapkan,

Pahami

Arti,

Kaitkan

Ayat,

Nyetor.Metode tersebut adalah duplikat dari program yang ada di Lembaga RUHAMA Bogor. Metode tersebut digaungkan oleh Ust  Ahmad Bogor. Sasaran dari metode ini adalah untuk semua kalangan (umum). Namun di mulai dari usia 13 tahun ke atas (tidak dibatasi). Namun metode ini lebih cocok untuk kalangan yang belum bisa bahasa Arab. a. Langkah Penerapan Metode

Metode ini ditempuh dengan sistem daurah. Dalam 1 hari dibagi ke dalam 7 halaqah (7 kali setoran) yang masing-masing memiliki target waktu dan hafalan. Seperti halaqah pertama (03.00-05.00) wajib nyetor minimal 2 halaman, halaqah kedua (05.30-07.00) wajib nyetor minimal 2 halaman, halaqah 3 (08.3011.00) wajib nyetor minimal 4 halaman dan seterusnya. Sedangkan untuk pemula, akan dilatih cara menghafal cepat dengan cara bertahap. Awalnya3 jam untuk 1 halaman, kemudian 2 jam untuk 1 halaman, kemudian 1 jam untuk 1 halaman, bahkan sampai 5 menit untuk 1 halaman.

13Hasil

wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren Ibn Masykur Halimatussakdiyah pada tanggal 27 agustus 2016

Program daurah ini bisa menghafal 2 juz dalam waktu 2 minggu, dan menghatamkan hafalan dalam waktu 25 -60 hari.

b. Kelebihan dan Kekurangan

Metode yang dikembangkan PP Ibnu Masykur di atas sangat terlihat banyak kelebihan seperti proses yang sangat cepat bahkan 60 hari bisa hafal 30 juz, kemudian terkontrol dengan baik dan disiplin. Namun disatu sisi terdapat kelemahan yang tidak bisa dihindari seperti, peserta down. Ini disebabkan karena peserta tidak mampu menghadapi metode yang agak “memaksa”.

d. Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Di Lombok Timur 1. Pondok Pesantren Dar Ash-Shamad

Pondok pesantren Dar al-Shamad adalah pondok tahfizh yang masih terglong sangat muda. Namun, prestasi yang telah ditelurkan tidak kalah dengan lembaga-lembaga yang lebih dulu ada di Lombok Timur.Sebut saja, MTQ Nasional yang ke 26 yang diselenggarakan di Mataram pada bulan  Agustus lalu, salah satu muridnya mendapatkan predikat terbaik I untuk kategori hafalan sepuluh juz. Prestasi yang ditorehkan oleh salah satu siswa di pondok pesantren tersebut atas nama Lalu Khaerurrazzaq, bukan saja di level nasional, akan tetapi di tingkat Asia juga memperoleh juara I untuk kategori hapalan sepuluh juz pada kegiatan Musabaqah Hifdz al-Quran yang diadakan oleh Kerajaan Saudi Arabia. 14 14

Wawancara dengan pimpinan PP Dar al-Shamad pada Hari/Tanggal: Ahad, 21  Agustus 2016

Ust. L. Muhibbin sebagai pimpinan PP Dar al-Shamad memaparkan bahwa bahwa di dalam kegiatan menghafal al-Quran, ia tidak mengacu kepada salah satu metode tertentu seperti yang sudah ada di panduanpanduan atau buku-buku Ia hanya menerapkan satu metode yang ia namakan dengan metode tahfidz artinya bahwa anak dimotivasi untuk menghafal terlebih dahulu tanpa harus dia bisa atau bagus bacaannya. Inilah yang membedakannya dengan model tahfidz di tempat lain, karena harus dimulai dari bacaan yang sudah baik dan sesuai standar tajwid, akan tetapi di sini tidak dituntut untuk seperti demikian. Yang pentig dia menghafal terlebih dahulu. Ia mencontohkan dalam kasus Lalu Khaerurrazzaq bahwasanya ia mengalami kesulitan yang sangat berat di dalam melafalkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu. Sebagai contoh, dia tida k bisa menyebut huruf “Tsa” sehingga ia menyebut bakso saja kesulitan dan begitu seterusnya, akan tetapi dalam kondisi tidak fasih tersebut ia teruskan dan tekankan untuk menghafal al-Quran tanpa menghiraukan kefasihan di dalam melafalkannya. Dalam proses belajar menghafal al-Quran, ia sebagai guru lebih banyak membacakan ayat-ayat al-Quran kepada murid-muridnya dan mengulang-ulang bacaan tersebut. Maka, bagi mereka yang cepat di dalam menghafal ayat-ayat yang sudah dibacakan tadi, maka ia sebagai guru akan memberikan reward   kepada muridnya. Reward   tersebut bisa berupa uang, atau makanan sesuai dengan kesepakatan antara guru dan murid. Maka tentu metode seperti ini, memang mengharuskan seorang guru memiliki kesiapan lebih sedikit dalam hal material, karena dengan begitu si murid menjadi semangat untuk menghafal al-Quran. Perlu diketahui, pondok pesantren ini memang dikhususkan bagi anak-anak yang masih SD, sehingga metode reward   tersebut sangat efektif untuk dilakukan. Dengan cara seperti ini, salah seorang murid di pondok pesantren ini bisa menghafal sampai tujuh juz beserta jumlah ayat dan nomor urutannya dalam satu tahun.

2. Pondok Pesantren Tahfizh Pancor

Pondok Pesantren Pancor Lombok Timur yang didirikan langsung oleh Maulanasyaikh

TGH

Zainuddin

Abdul

Majid,

di

samping

mengelola

pendidikan formal seperti Madrasah Ibtidaiyah hingga Perguruan Tinggi, Ponpes ini juga mengelola kegiatan tahfidz al-Quran bagi para santri yang mempunyai keinginan dan kesungguhan untuk menghafal al-Quran. Kegiatan tahfidz al-Quran di pondok ini dibimbing langsung oleh TGH. Mahfudz Muhyiddin yang juga merupakan salah satu alumni senior di Ponpes tersebut. Tepatnya setelah menamatkan studi di PTIQ mengabdi di Jakarta sekitar tahun 1985 beliau kembali ke Ponpes NW Pancor dan dipercayakan oleh Maulana Syeikh TGH. Zainuddin Abdul Majid untuk membina tahfidz alQuran. 15 Dalam disampaikan,

kegiatan beliau

pembinaan tidak

tahfidznya

menggunakan

sebagaimana

metode

tertentu

yang dalam

pembinaannya, akan tetapi memberikan keleluasaan kepada para santri (murid) dalam menghafal tanpa diberikan target tertentu seperti sekian ayat, lembar atau per hari ataupun minggu. Namun demikian, para santri diberikan kesempatan untuk tasmi’ (setor hapalan) setiap selesai dari sholat ash ar sampai selesai. Tentu dalam penerapannya, beliau juga melihat kondisi daripada para santri sehingga yang belum fashih dalam bacaan, maka beliau meluruskan bacaan-bacaan itu terlebih dahulu. Model pembinaan seperti ini dalam pandangan beliau sangat efektif terutama bagi mereka yang memiliki kesadaran tinggi, karena dalam penerapan model seperti ini sangat ditentukan oleh kesadaran. Sehingga bagi mereka yang ingin menghafal, maka mereka serius dan sungguh-

15

Wawancara dengan Pembina Tahfizh Ponpes NW Pancor Lotim pada HariAhad, 21  Agustus 2016

sungguh terutama sekali dalam menyetor hapalan. Dengan cara seperti dalam pandangan TGH Mahfudz, sudah menghasilkan ratusan penghafal alQuran yang tersebar di berbagai tempat dan sudah mengabdi kepada masyarakat. 3. Testimoni Para Penghafal al-Qur’an

 Anak bab ini berisikan kumpulan pengalaman-pengalaman dari para penghafal. Masing-masing penghafal memiliki metode, tehnik, doa sampai wiridan tersendiri yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. a.

Dr. Muhammad Said Ghazali Lc, MA. Pada Mulanya Saya menghafal al- Qur’an Setelah melaksanakan Studi di Universitas Al Azhar di Mesir, Karena Tuntutan sistem perkuliahan yang mengharuskan Mahasiswa asing untuk menghafal alQur’an. Dimana pada setiap tahunnya pada program S1 (Th. 1992 1993) harus menghafal tujuh Juz selama empat Tahun Akademik. Di samping Komitmen al Azhar yang mewajibkan Seluruh Mahasiswa untukmenghafal Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Karena dorongan dan cita-cita harus selesai studi di Univ. al  Azhar, maka saya mempersiapkan diri dengan mengambil langkahlangkah untuk menghafal al Quran, sekalipun saya hanya menghafal Muqarrar (Ketentuan Juz yang wajib dihapal dari Juz I  – Juz 15) sampai selesai program S3. tapi saya sudah merasakan bagaimana menghafal al Quran dan Saya berprinsip dan mengambil kesimpulan bahwa Menghafal al Quran itu Mudah yang penting ada kemauan dan konsentrasi, tidak mesti dibatasi dengan umur.  Ada beberapa langkah yang saya lakukan dalam menghafal al Qur ’an, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Luruskan niat dan berdoa kemudian melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. 2. Menentukan metode menghafal sesuai kondisidan cara saya bisa mengingat, menyerap dan memahami apa yang saya baca dan hafal. 3. Memilih Jenis Mushaf yang saya gunakan untuk Menghafal, Saya menggunakan Mushaf Madinah (Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru).Walillahilhamd, Mushaf Kecil yang saya gunakan satu-satunya dari dulu masih ditangan saya sampai sekarang, terkadang saya juga menggunakan Mushaf lain jika Mushaf tersebut sama ukuran dan bentuknya dengan mushaf madinah. 4. Menghafal per satu halaman,Saya membaca satu lembar yang mau Saya hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu Saya baru mulai menghafal lima baris dengan mateng baru menghapal lima baris selanjutnya pada lembaran yang sama. Setelah hafal satu lembar, baru Saya pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. 5. Terus mengulangi halaman- halaman yang sudah dihafal sebelumnya. Sebagai contoh, setiap hari saya mengulangi lima halaman: satu yang baru, empat yang lama. Jika saya ingin menghafal halaman ke-enam, maka saya harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu saya tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Begitu seterusnya.

6. Untuk memancing hapalan, Saya menulis setiap awal ayat yang ada di muka halaman pertama, lalu saya gantung didepan sejadah saya, Saya selanjutnyamengulangi hafalan dalam solat lima waktu atau dalam perjalanan dan disaat situasi perjalanan sedang ramai, Bahkan tidak jarang Saya merekam suara sendiri atau mendengar bacaan al Quran qori’ tertentu seperti syeh Muhammad Ayyub. 7. Memperdengarkan hafalan kepada guru, teman dan partner tahfozh yang lain, dan tidak jarang saya minta untuk dites dengan berbagai pertanyaan sehingga saya tahu mana letak kesalahan saya, baik dalam menghafal maupun membaca. Terkadang untuk menguatkan hafalan,Saya mencoba untuk menulis semua yang saya hafal dan memancing ingatan dengan menghubungkan hafalan dengan peristiwa penting, benda, orang atau tanda tanda dsb. 8. Waktu Saya menghafal tidak tentu, tergantung situasi dan kondisi kapan saya bisa konsentrasi hanya, saya mewajibkan diri untuk setiap hari menghafal dan paling banyak saya lakukan menghafal pada malam hari. Intinya,

dalam

menghafal

dan

menjaga

hafalan

diperlukan

kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. dan harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalan. W allahu A’lam.  b.

Dr. H. Zainuri, M.A Saya mengawali kegiatan menghafal al-Quran ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dengan cara yang tidak terstruktur atau teratur karena sekedar untuk menyelesaikan kewajiban atau tugas dari guru mengaji sore hari. Pada waktu itu yang menjadi materi hafalan masih sebatas ayat-ayat pendek saja, namun demikian kegiatan itu

 justru mengantarkan saya untuk mendapatan juara pada event-event musabaqah hifdz al-Quran tingkat Desa Bunut Baok untuk kategori hafalan surat-surat pendek. Kemudian, barulah saya fokus menghafal al-Quran ketika saya melanjutkan studi S1 di Universitas Mu’tah Yordania, kebetulan saya mengambil jurusan yang tidak mewajibkan hafalan al-Quran 30 juz. Jurusan yang saya ambil adalah jurusan Syari’ah dan Dirasah Islamiyah (keilmuwan

Islam),

dimana

jurusan

ini

mewajibkan

setiap

mahasiswanya untuk menghafal 10 juz sebagai syarat untuk menjadi sarjana di jurusan tersebut. Karena itu setiap mahasiswa yang sudah menyelesaikan semua mata kuliah untuk jenjang S1 tidak akan bisa diwisuda kalau belum menyetorkan hasil hafalan al-Qurannya. Sehingga sangat banyak mahasiswa yang waiting list   wisudanya karena tertunda hafalan alQurannya. Melihat kenyataan yang demikian berbagai macam cara orang terutama mahasiswa Indonesia untuk bisa mengahafal al-Quran, ada yang pulang ke ma’had Tahfidz al -Quran di Indonesia satu semester, ada yang memilih tinggal di Yordania dengan “memaksa” diri untuk menghafal al-Quran. Dalam situasi yang demikian, pihak universitas juga berupaya mencari berbagai metode untuk membantu mahasiswa agar dapat menyelesaikan kewajiban menghafal al-Quran. Maka lahirlah konsep yang saya sebut dengan metode ijbari (pemaksaan). Metode ini dihadirkan bersamaan dengan ditawarkannya mata kuliah pilihan “al-Tilawah wa al-Hifdz”, di mana setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut, diwajibkan untuk setor hapalan 2 juz per semester. Jadi dalam pembelajaran mata kuliah ini, di samping mempelajari kaidah tajwid secara teoritis, juga mempraktekkan bacaanbacaan sesuai dengan tema yang dibahas dalam ilmu tajwid pada juz

yang akan menjadi kewajiban hapalan. Dengan demikian, dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dalam menghapal, karena sekali seseorang itu salah dalam membaca dan dihapal, maka akan sangat sulit baginya untuk diperbaiki. Selanjutnya, dalam operasional mata kuliah tersebut, kami dibebankan untuk menghafal setiap minggunya dua halaman dalam alquran dan menyetornya pada dosen tersebut pada setiap pertemuan perkuliahan. Di sinilah seorang mahasiswa dituntut kesabaran dan kesadaran yang tinggi untuk mau menghafal. Karena itu menjadi persyaratan pada mata kuliah ini, maka setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut sudah tentu bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua tugas dari dosen. Saya pribadi di dalam menghafal biasaanya dilakukan setelah magrib sampai isya, kemudian dilanjutkan untuk murajaah (mengulang hafalan) pada waktu selepas sholat subuh setiap harinya. Maka pada saat pertemuan mata kuliah bersangkutan kami sudah siap untuk menyetor sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati antara dosen pengampu dan mahasiswa bersangkutan. Pada saat menambah setoran, maka setiap mahasiswa mengulang hafalannya dari pertama dan begitu seterusnya sampai mata kuliah itu berakhir dan hafalan dua  juz pun berakhir dengan baik. Namun perlu diingat bahwa mata kuliah ini hanya ditawarkan satu semester, sehingga sisa hafalan delapan juz berikutnya wajib disetor. Maka, cara-cara yang sudah didapatkan di mata kuliah tersebut saya terapkan dalam kehidupan pribadi dan setiap semester bisa menyicil setoran dua juz, dua juz, sehingga untuk menyelesaikan setoran hafalan yang sepuluh juz, saya hanya memerlukan waktu lima semesater atau dua setengah tahun. Fakultas sendiri memberikan keleluasaan bagi setiap mahasiswa dalam menyetor hafalan, apakah dengan cara per

semester atau di akhir tahun perkuliahan sebelum proses wisuda dengan menyetor sepuluh juz langsung. Ternyata cara kedua ini jauh lebih berat dibanding cara pertama yang menyetor hapalan per semester. c.

H. Masruri, M.A Proses menghafal saya dimulai dari ketika saya mondok di Ponpes  Al-Aziziyah Kapek Gunung Sari. Dengan demikian langkah dan metode menghafal yang saya lakukan tidak berbeda dengan metode menghafal yang telah ditulis di atas. Namun, di sini saya akan memberikan sedikit gambaran yang sangat berpengaruh pada proses hafalan saya.  Agar proses menghafal Al-Qur’an lebih mudah, fokus, dan terkoodinir dengan baik, maka para asatidz (guru/ pembimbing )membagi santri calon penghafal Al- Qur’an menjadi beberapa halaqah ( Kelompok ). Semua santri diharuskan menghafal mulai dari juz 30 yaitu surat Al Nass sampai Al Naba’. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para calon penghafal Al-Qur’an di dalam menghafal, dengan alasan karena pada juz 30 terdiri dari surat-surat dan ayat-ayat pendek. Memulai menghafal dari surat dan ayat pendek akan memudahkan dan memberikan motivasi lebih di dalam menghafal Al- Qur’an.  Beberapa langkah yang saya maksudkan adalah: 1. T asmi’   (memperdengarkan bacaan kepada ustadz). Seorang ustadz membacakan surat-surat/ayat-ayat yang akan dihafal, kemudian diikuti oleh semua santri penghafal Al- qur’an dengan cara melihat mushaf.Cara ini dilakukan berulang-ulang sampai santri penghafal benar-benar baik dan benar bacaannya, baik dari segi makharij al-huruf, Waqf ibtida’ dan hukum-hukum tajwid yang lain. Proses selanjutnya adalah para santri penghafal diharuskan untuk menyetor hafalan yang sudah

ditugaskan oleh ustadz yang bersangkutan, bagi santri yang belum menghafal diberikan sanksi, yaitu dengan cara berdiri sampai benar-benar hafal, kalau sudah hafal, baru kemudian diperbolehkan duduk kembali dengan terlebih dahulu menyetor hafalannya. Sedangkan bagi santri yang sudah menghafal diperbolehkan melanjutkan hafalannya. Cara ini terus dilakukan sampai santri benar-benar menghafal 1 Juz. 2. Muroja’ah. Di sini, Semua santri yang sudah menghafal 1 juz tidak

diperbolehkan

melanjutkan

hafalannya

sebelum

memuroja’ahkan hafalannya sampai benar-benar kuat. Dan

cara untuk mengetahui hafalannya kuat atau tidak adalah imtihan ( ujian/tes ). Seorang ustadz memberikan beberapa soal

kepada santri dan kalau santri menjawab semua soal-soal yang diberikan,

maka

baru

diperbolehkan

menambah

dan

melanjutkan hafalannya. Sebaliknya, jikalau tdak bisa menjawab soal-soal yang diajukan, maka santri tidak diperbolehkan menambah dan melanjutkan hafalan sampai benar-benar hafal. Proses muroja’ah ini dilakukan dengan tujuan supaya hafalan santri menjadi kuat, lebih-lebih ketika sudah menghafal 30 juz. Dan proses muroja’ah ini berjenjang, ada yang muroja’ah ketika hafalannya sudah mencapai 1 juz,2 juz, 5 juz, 10 juz, 15 juz, 20  juz dan seterusnya. 3. Musabaqah.Pemimpin Ponpes mengadakan musabaqah tahfiz  Al-Qur’an, mulai dari golongan 1 j uz, 5 juz, 10 juz, 20 juz dan 30  juz dengan menyediakan hadiah bagi para pemenangnya. Langkah ini dilakukan untuk memotivasi dan

mengevaluasi

kekuatan hafalan santri dan kegiata ini dilakukan setiap tahun. Demikianlah

beberapa

langkah

penerapan

yang

penulis

temukan dan alami ketika menjadi santri di ponpes Al-Aziziyah.

Setiap kegiatan apapun bentuknya, pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Begitu juga dengan metode yang digunakan pada kegiatan menghafal. Diantara kelebihan yang penulis temukan selama menjadi santri di Ponpes Al-Aziziyah adalah kemudahan di dalam menghafal dan menjaga kekuatan hafalan. Adapun kekurangannya, ada pada

sistem

muroja’ah

yang

terlalu

lama

sehingga

terkesan

membosankan dan ini akan menghambat proses melanjutkan dan menambah

hafalan

yang

berimplikasi

kepada

waktu

untuk

menyelesaikan hafalan 30 juz semakin lama. Demikianlah pengalaman pribadi penulis yang menyelesaikan hafalan 30 juz selama kurang lebih 4,5 tahun. d.  Salimudin,

M.Hum

Proses menghafal al-Qur’an saya jalani semenjak duduk di kelas Sekolah Dasar (SD). Namun, pada usia ini saya menghafal masih atas dasar perintah dari sang paman (TGH. Sabaruddin Abdurrahman). Dan hafalan saya sampai lulus SD tidak lebih dari dua juz. Begitu seterusnya sampai melanjutkan ke jenjang SMP. Ghirah untuk menghafal al-Qur’an kembali meningkat ketika akan melanjutkan sekolah Aliyah. Dan PP Al-Ishlahuddiny Kediri menjadi pilihan sebagai tempat menghafal al- Qur’an. Di pondok inilah saya menghafal al-Qur’an selama 3 tahun (2005 -2007). Pengalaman sukaduka dalam menghafal al-Qur’an tetap saya nikmati. Metode menghaf al pribadi pun saya dapatkan di pondok tersebut. Setelah menyelesaikan hafalan 30 juz yang bertepatan dengan lulus sekolah Madrasah Aliyah, kemudian saya melanjutkan studi di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta dengan mengambil jurusan Tafsir dan Hadis. Disinilah saya mengembangkan kajian al- Qur’an sembari menguatkan hafalan di dua pondok pesantren, Pondok Pesantren Al-Muhsin dan AlMunawwir Krapyak.Di Ponpes Al-Muhsin saya sempat menjadi ketua

komunitas Jam’iyah Hamalatul Qur’an, kumpulan mahasiswa penghafal al-Qur’an.Merasa

masih

kekurangan

metode

tikrar

al-Qur’an

(mengulang hafalan), saya melanjutkan rihlah ‘ilmiah ke pondok-pondok tahfizh yang ada di Jombang-Jatim. Dua pondok khusus tahfizh yang saya singgahi adalah PP Hanifida dan PP Hamalatul Qur’an Jogoroto Jombang. Dari beberapa tempat persinggahan rihlah tahfizh yang telah saya sebutkan di atas, saya dapat menyimpulkan metode menghafal dan murajaah yang telah saya alami sebagai berikut:

1. 

Menentukan target hafalan harian. Ini bertujuan agar fikiran lebih terfokuskan pada target tetap,

2.  Baca

berulang kali dengan memakai tajwid (misalkan sampai 3

kali). Bacaan sebelum menghafal sangat berpengaruh untuk mempercepat hafalan. 3.

Membagi halaman yang akan dihafal menjadi 2-3 bagian. Masing-masing bagian dibaca 5 kali kemudian mencoba menghafalkannya kalimat demi kalimat, ayat demi ayat sampai benar-benar kuat,

4.

Setelah bagian satu, dua, dan tiga (dalam satu halaman) dihafal secara terpisah, kemudian dipadukan dalam satu hafalan. Metode ini tidak jarang juga berubah, terkadang saya menghafal dengan runtutan atau alur kisah, dan atau tema dalam alQur’an.

5.

Setelah target hafalan selesai, saya membaca lagi berulang kali dengan mencermati tulisan dan barisnya. Begitu juga, pada fase ini yang menjadi perhatian saya adalah pada ayat-ayat yang mirip dengan ayat yang pernah dihafal pada surat/halaman lainnya. Hal ini sangat membantu dalam mengingat alur ayat

yang dihafal, bagaimanapun juga, hafalan seseorang sangat ditentukan oleh ingatan akan tulisan pada mushaf. Begitu juga sangat

membantu

dalam

membedakan

ayat-ayat

yang

redaksinya mirip. 6. 

Langkah kemudian adalah meminta beberapa teman untuk menyimak hafalan saya sampai benar-benar mutqin.

7.

Nyetor hafalan pada ustaz.

8.  Setelah

nyetor hafalan, saya mengulang kembali hafalan yang

disetor pada ustaz, karena bisa jadi terdapat beberapa koreksi dari ustaz yang bersangkutan dalam hal huruf, hafalan, dan lainnya. Jika tidak ada kesalahan waktu setoran hafalan, saya tetap kembali mengulangnya sampai yakin mutqin. Proses di atas, adalah langkah-langkah yang saya lakukan setiap harinya dalam menghafal al-Qur’an. Namun, sebagaimana penghafal lainnya bahwa, tugas terberat adalah dalam menjaga al- Qur’an baik dengan hafalan, pemahaman dan pengamalan. Karenanya, di sini perlu saya paparkan juga langkah dan metode pribadi saya dalam mengulang hafalan. Sekali lagi, metode yang saya berikan tidak lepas dari hasil dari rihlah ke berbagai pondok tahfizh di atas. Kagiatan takrir yang saya

lakukan bisa disederhanakan sebagai berikut: 1. Membuat target tetap murajaah harian (minimal 3 juz) 2. Memperbanyak muraqabah harian (membaca dengan melihat mushaf), ini biasaanya 3-5 juz/hari. 3. Menyetorkan kembali hafalan ke pentasmi’ 4. Ikut dalam kegiatan Simaan/Khataman al- Qur’an 5. Takrir dalam shalat 6. Memperbanyak mendengarkan dalam Mp3 murattal 7. Nyimak bacaan Hafiz lain

Demikian metode yang pernah dan Insya Allah   saya tetap  jalankan. Semoga Allah tetap membimbing kita semua untuk tetap berdiri tegak dalam menjaga kalamqodim-Nya. Allah tidak serta merta akan menjadikan kita Hafizh al-Qur’an, menguatkan hafalan yang sudah kita punya, namun yakin saja, Allah akan tetap membantu jika kita tetap berusaha dan berdoa.

BAB IV D. METODE MENGHAFAL AL-JAMI’AH DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MANHAJ “AT-TIKRAR” UIN MATARAM METODE MENGHAFAL Al-QUR’AN

 A. Mengenal kerja memori (ingatan) dalam menghafal Al- Qur’an Memori (ingatan) merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena hanya dengan ingatan itulah manusia mampu merefleksikan dirinya, berkomunikasi dan menyatakan pikiran dan

perasaannya

yang

berkaitan

dengan

pengalaman-

pengalamannya. Ingatan juga berfungsi memperoses informasi yang kita terima setiap saat, meskipun sebagian besar informasi yang masuk itu diabaikan saja, karena dianggap tidak begitu penting atau tidak di perlukan di kemudian hari. Menghafal Al-Qur’an adalah suatu proses mengingat di mana seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seeperti fonetik, waqaf dan lain-lain) harus diingat secara sempurna. Karena itu, seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya itu mulai dari

proses awal hingga pengingatan kembali ( recalling ) harus tepat. Keliru dalam dalam memasukkan atau menyimpannya akan keliru pula dalam mengingatnya kembali, atau bahkan sulit ditemukan dalam memori. Seorang ahli psikologi ternama, Atkitson, menyatakan bahwa para ahli psikologi menganggap penting membuat perbedaan dasar mengenai ingatan. Pertama, mengenai tiga tahapan, yaitu encoding, (memasukkan informasi kedalam ingatan),

Storage (menyinpang

informasi yang sudah dimasukkan), dan retrievel (mengingat kembali informasi tersebut). Kedua, mengenai dua jenis ingatan, yaitu short term memory (ingatan jangka pendek), dan long term memory (ingatan

 jangka panjang)

1. Encoding  (memasukkan informasi ke dalam ingatan)  Adalah suatu proses memasukkan data-data informasi kedalam ingatan. Proses ini melalui dua alat indra manusia yaitu penglihatan dan pendengaran. Kedua alat indra yaitu mata dan telinga, memegang peranan penting dalam penerimaan informasi ssebagaimana banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di mana penyebutan mata dan telinga selalu beriringan ( as-sam’a wal abshar ).  Itulah sebabnya, sangat dianjurkan untuk mendengarkan suara sendiri (sekedar didengar sendiri) pada saat menghafal Al- Qur’an agar kedua alat sensorik ini bekerja dengan baik. 1. Konsep Umum

Metode ini dinamakan dengan metode At-Tikrar karena kekuatan terbesar dari metode ini ada dalam penekanan Tikrar (Pengulangan) hafalan

yang

diatur

dan

disesuaikan

dengan

padatnya

kegiatan

Mahasiswa UIN Mataram sebagai peserta program tahfizh, dengan metode ini para peserta diarahkan untuk menghafal sekaligus muroja’ah sedikit demi sedikit disetiap kali tatap muka. Secara umum para peserta Tahfizh Al-Quran dengan metode ini, akan mendapatkan pengalaman belajar Menghafal Al-Quran melalui tiga jenis program yaitu: a. Program Yaumiyah  yang dirancang untuk kegiatan menambah

maupun mengulang hafalan sehari-hari b. Program Daurah yang dirancang untuk mengulang, menjaga dan

mengevaluasi hafalan mahasiwa setiap 6 bulan, diadakan saat liburan semester Ganjil. c. Program Imtihan yang dirancang untuk mengulang, menjaga dan

mengevaluasi hafalan mahasiwa dalam 1 tahun, diadakan saat liburan semester Genap. Dalam menghafal Al-Quran dengan metode At-Tikrar UIN Mataram, para peserta Program Tahfiz akan dibagi menjadi beberapa halaqah (Kelompok)

dengan jumlah maksimal 10 orang untuk tiap-tiap halaqah

yang di pandu oleh seorang Instruktur ( Muhafidz atau Muhafidzah ), dan dikontrol oleh seorang Koordinator Instruktur dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Peserta :

a. Mampu membaca Al-Quran dengan Tartil dan Mujawwad serta mengerti ilmu tajwid dasar  b. Memiliki kemauan yang kuat untuk menjadi Penghafal Al-Quran c. Sanggup mengikuti program pembinaan hingga tuntas. d. Berakhlak al-karimah

2) Instruktur  (Muhafidz atau Muhafidza h) :

a. Di utamakan Hafizh/ Hafizhah b. Memahami metode Menghafal Al- jami’ah UIN Mataram c. Memiliki komitmen tinggi untuk membina para peserta program tahfizh menjadi Hafizh/Hafizhah d. Siap

berperan

sebagai

pembimbing

dan

penguji

hafalan

mahasiswa asuhannya.

3) Koordinator Instruktur

a. Seorang Hafizh/Hafizah 30 Juz yang hafalannya mutqin, b. Bertugas mengevaluasi hafalan seluruh peserta program tahfizh berdasarkan usulan dari Instruktur Halaqah c. Berperan sebagai Evaluator dan Supervisior Program Tahfizh AlQuran.

Dalam penerapannya, metode ini membutuhkan 5 kali tatap muka setiap pekannya. Setiap kali tatap muka para peserta program Tahfizh akan mendapatkan pengalaman belajar selama 90 menit yang terbagi dalam 3 tahapan : 1. 30 Menit pertama Ziyadatulhifdzi (menambah hafalan) 2. 30 Menit ke dua Murajaah Jam’iyah  (mengulang hafalan dengan secara berkelompok) 3. 30 Menit ke tiga Muraja’ah fardiyah atau Individual Pembagian membiasakan

waktu

diri

tersebut

dirancang

sedemikian

menghafalkan

Al-Quran

sekaligus

rupa

menjaga

mengulangi hafalan, guna mencapai target-target hafalan berikut ini: No

1.

Target

Harian

Capaian Hafalan

1 halaman

Keterangan

15 baris/ halaman

untuk dan

2.

Mingguan

5 halaman

3.

Bulanan

1 juz

4.

Satu semester

5 juz

5.

Tahunan

10 Juz

¼ Juz/ pekan (ujian hafalan oleh instruktur setiap akan pindah ke ¼ juz berikutnya) ujian hafalan oleh Kor.Instruktur setiap akan pindah ke juz berikutnya, berlaku kelipatan. ujian hafalan oleh Kor.Instruktur setiap akan pindah ke juz berikutnya, berlaku kelipatan. (Daurah 1) ujian hafalan diakhir tahun ajaran. (Daurah 2/Imtihan)

Dalam table di atas, tergambar dengan jelas target harian, target mingguan, target bulanan, target /semester serta target tahunan yang dievaluasi disetiap tingkatan capaian hafalan untuk menjaga kualitas hafalan sehingga dalam waktu minimal 3 tahun peserta program Tahfiz dengan Metode At-Tikrar UIN Mataram dapat menyelesaikan hafalan AlQuran 30 Juz dengan kualitas hafalan yang Mutqin/Sangat baik. Untuk mencapai target-target tersebut, tentunya diperlukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien baik dalam menambah hafalan baru, mengulang hafalan (muraja’ah) maupun peoses evaluasi.

1. Program Yaumiyah A. Alat dan Media Pembelajaran

Untuk menunjang efektifitas pembelajaran Tahfiz Al-Quran dalam program yaumiyah metode At-Tikrar UIN Mataram, diperlukan beberapa  Alat dan Media pembelajaran sebagai berikut :

1. Buku Setoran Yaumiyah (SEYAM)

Buku

SEYAM

merupakan

singkatan

dari

Buku

Setoran

Yaumiyah. Buku ini berfungsi untuk merekam jejak kegiatan

pembelajaran dan capaian hafalan baru maupun hafalan murajaah, sehingga buku ini wajib dimiliki oleh setiap peserta Program Tahfizh. Berikut adalah gambaran Buku SEYAM : ISI BUKU SEYAM Hafalan Baru No.

Hari/Tangg al

Juz

Nam  Aya a t Surat

Muroja'ah i al i

Halama n N

Ju z

Nam a Surat

No. Srt: Ayat

Paraf INSTRUKT UR

HLM

1 2 3 4 5

Petunjuk pengisian : 1. Buku SEYAM wajib

diisi

oleh Instruktur

setiap

kali peserta

menyelesaikan setoran hafalan Muroja’ah. 2. Kolom Ziyadah Hafalan baru di isi ketika Peserta menyetorkan hafalan baru di 30 menit Pertama. 3. Kolom Muroja’ah diisi

ketika Peserta menyetorkan pengulangan

hafalan di 30 menit Ke tiga. 4. Untuk kolom NILAI di isi dengan kode “ L”  jika hafalan yang disetorkan memenuhi kriteria kelulusan dan diberikan kode “TL” jika tidak memenuhi keriteria kelulusan. 5. Tabel setoran hafalan baru maupun setoran hafalan muroja’ah diisi sesuai perintah isian dalam tiap-tiap kolom. 2. Mushaf Hafalan Al-Quran

Ket.

Mushaf Al-Quran yang digunakan dalam proses menghafal  Al-Quran dengan Metode ini adalah Mushaf Bahriyah. Bahriyah. Penulisan Penulisan  Al-Qur'an  Al-Qur'an dalam mushaf tersebut menggunakan sistem “ayat pojok”, yaitu setiap halaman diakhiri dengan penghabisan ayat, setiap halaman berisi 15 baris dan setiap juz berisi 20 halaman, dan awal juz selalu tertulis di halaman sebelah kiri. Dengan menggunakan Mushaf Bahriyah para peserta program tahfiz akan mendapatkan beberapa keuntungan, antara lain: a. Penulisan

Mushaf

dengan

sistem

“ayat

pojok”

memudahkan dalam menghafal setiap halaman Al-Quran tanpa kesulitan untuk membolak-balik halaman; b. Sistem “ayat pojok” memudahkan dan menguatkan hafalan dengan cara mengingat setiap awal dan akhir halaman. c. Jumlah baris yang lebih sedikit dalam setiap halaman akan meringankan peserta Program Tahfizh dalam usaha menghafal Al-Quran / halaman; d. Dengan jumlah 20 halaman disetiap Juz, memudahkan pembagian hafalan dalam 4 bagian untuk 4 pekan (1 bulan) dengan masing-masing 5 halaman untuk tiap pekan,sehingga capaian hafalan dapat ditargetkan 1 juz/ bulan.

3. Meja Lipat

Meja lipat digunakan untuk meletakkan Al-Quran ditempat yang pantas dan mulia selama proses pembelajaran Tahfizh AlQuran berlangsung. 4. Sajadah

Sejadah digunakan untuk meletakkan Al-Quran sebagai alas tempat menaruh Al-Quran selama proses pembelajaran Tahfizh AlQuran berlangsung. B. Teknik Pelaksanaan

Pada poin ini akan dijelaskan deskripsi dan Langkah-langkah praktis pelaksanaan metode Tahfizh Al-Quran At-Tikrar UIN Mataram. Sebagaimana telah dipaparkan dalam konsep umum bahwa penerapan metode ini membutuhkan waktu waktu 90 menit yang terbagi dalam beberapa kegiatan sebagaimana dalam tabel berikut:

NO

Waktu

Kegiatan

Keterangan

Peserta dengan

1.

30 Menit I

Ziyadah Al-Hifzhi

2.

30 Menit II

Muraja’ah Ijtima’iyah

Seluruh Peserta

3.

30 Menit III

Muraja’ah Infiradiyah/

Peserta dengan

Syakhshiyyah

Mustami’

Mustami’

Dalam tabel diatas, waktu tatap muka yang yang berjumlah 90 menit dibagi menjadi 3 untuk tiga kegiatan berbeda; 1 kali menghafal dan 2 kali mengulang hafalan dengan alokasi masing-masing kegiatan sejumlah 30 Menit. Berikut ini penjelasan kegiatan-kegiatan tersebut :

 Ziy adah h Al-Hi A l-Hifzh fzhi  i  (30 1. Ziyada  (30 menit ke-1) a. Deskripsi Umum Ziyadah Al-Hifzhi adalah kegiatan menambah hafalan baru yang dilakukan oleh peserta Program Tahfizh yang telah terbentuk dalam satu halaqah (kelompok) dengan jumlah 10 orang

Mahasiswa

dan

1

orang

Instruktur

(Mustami’/Mustami’ah). Ziyadah Al-Hifzhi dilakukan dengan cara Instruktur (Mustami’/ Mustami’ah) memanggil satu persatu mahasiswanya untuk menyetorkan ayat-ayat AlQuran yang telah dihafal. Kegiatan ini berlangsung selama 30 menit

pertama

dengan

asumsi

setiap

mahasiswa

mendapatkan jatah waktu 3 menit untuk menyetorkan 1 halaman Al-Quran yang telah ia hafalkan. Sebagai latihan dan pembiasaan menghafal Al-Quran, Para mahasiswa peserta Program Tahfizh akan mulai menghafal dari juz 30 yang di mulai dari akhir Juz 30 (QS:  An-Nas ) secara berurutan berurutan sampai ke awal juz 30 (QS. AnNaba’). Setelah juz 30 selesai disetorkan dan dinyatakan lulus

ujian

oleh

Kor.

Instruktur,

penambahan

hafalan

dilanjutan mulai dari Juz 1 QS. Al-Fatihah & Al-Baqarah secara berurutan hingga mengkhatamkan hafalan Al-Quran 30 Juz. Untuk menjaga kuwalitas dan kuwantitas hafalan, tiaptiap

hafalan

yang

disetorkan

kepada

Instruktur

(Mustami’/Mustami’ah) harus memenuhi krieria kelayakan sebagai berikut : a) Setoran hafalan Al-Quran dibacakan

dengan Tartil dan

Mujawwad. b) Setiap 1 halaman disetorkan Tanpa Ada A da kes alaha alahan n  fatal (Khatta’ Jali/lupa lanjutan ayat, potongan kalimat maupun kesalahan

huruf

sehingga

diberitahukan

oleh

mustami’/ah) c) Setoran hafalan ¼ Juz hanya boleh Khatta’ Jali

mak mak s imal 2 kal k ali  i , kesalahan ke 3 tidak di toleransi.

Setoran

hafalan

yang

memenuhi

kriteria

di

atas

dinyatakan lulus dengan diberi kode “L” pada buku SEYAM di kolom nilai dan boleh melanjutkan ke halaman berikutnya. Sebaliknya setoran hafalan yang tidak memenuhi criteria di atas dinyatakan Tidak Lulus dengan di beri kode “TL” dan harus mengulang di halaman yang sama pada waktu Ziyadah hafalan

dipertemuan

berikutnya.

Untuk

memperoleh

gambaran yang lebih jelas, perhatikan contoh penulisan Ziyadah Hafalan dalam buku SEYAM berikut ini :

Ziyadah Hafalan Baru

Muroja'ah

Hari/Tanggal Juz

Nama Surat

Ayat

H lm

       i       a          l        i         N 

Senin, 1/12/'16

1 Al-Baqarah

1-5

2

L

Selasa, 2/12/'16

1 Al-Baqarah

6-16

3

TL

Rabu, 3/12/'16

1 Al-Baqarah

6-16

3

L

Kamis, 4/12/'16

1 Al-Baqarah

17-24

4

L

Jumat, 5/12/'16

1 Al-Baqarah

25-29

5

TL

Senin, 8/12/16

1 Al-Baqarah

25-29

5

L

Juz

Nama Surat

No. Srt: Ayat

Hlm

       i       a          l        i  

Paraf Instruktur

      N 

dan seterusnya…

b. Langkah Praktis Berikut langkah praktis kegiatan Ziyadah Al-Hifzhi selama 30 menit pertama : 1. Mustami’/ah  memimpin

para

Mahasiswa

Halaqah

Tahfizh untuk berdoa dan memulai persiapan setoran selama 10 menit;

2. Mustami’/ah 

mengumpulkan

buku

SEYAM

para

mahasiswa. 3. Mustami’/ah  memanggil

satu

persatu

mahasiswa

berdasarkan nama yang tertera pada buku SEYAM untuk meyetorkan hafalan 4. Mustami’/ah menyimak setoran hafalan mahasiswa dan memberikan penilaian L atau TL di buku SEYAM berdasarkan kriteria kelayakan hafalan yang telah ditentukan. 5. Tiap

mahasiswa

yang

telah

selesai

menyetorkan

hafalan diarahkan untuk kembali ketempat duduk untuk mempersiapkan setoran muroja’ah.

2. Muraja’ah Ijtima’iyah (30 Menit ke -2)

a. Deskripsi Umum Muraja’ah Ijtima’iyah adalah kegiatan dalam 30 Menit ke 2 yang dirancang untuk mengulang hafalan secara berjamaah

dalam

bentuk

Tadarrus

Bersama

secara

berulang-ulang disetiap kali pertemuan. Tadarrus dilakukan tanpa melihat Mushaf (bil Ghaib) bagi mahasiswa yang sudah pernah menyetorkan hafalan pada halaman-halaman yang menjadi materi tadarrus, sedangkan bagi mahasiswa yang belum hafal diperkenankan untuk membuka Mushaf. Materi Muraja’ah Ijtima’iyah meliputi bacaan Al -Quran dalam Juz-Juz yang menjadi target hafalan dalam 1 halaqah. Yang dimaksud dengan target hafalan dalam 1 Halaqah adalah materi

hafalan

yang

akan

dihafalkan

oleh

tiap-tiap

mahasiwa dalam 1 halaqah, perhatikan tabel berikut :

Bulan ke-

1

Capaian Hafalan

Materi

Anggota Halaqah

Muraja’ah Ijtima’iyyah

10 orang Anggota mulai

Juz 30

menghafalkan Juz 30 2

1 dari 10 orang Anggota telah lulus

Juz 30 dan Juz 1

Juz 30 dan Mulai menghafalkan Juz 1 3

1 dari 10 orang Anggota telah lulus

Juz 30, Juz 1, dan Juz 2

Juz 1 dan mulai menghafalkan Juz 2 sedangkan anggota yang lain baru mulai menghafalkan Juz 1 4

1 dari 10 orang Anggota telah lulus

Juz 30, Juz 1, Juz 2 dan

Juz 2 dan mulai menghafalkan Juz 3

Juz 3

sedangkan anggota yang lain baru mulai menghafalkan Juz 2 5

1 dari 10 orang Anggota telah lulus

Juz 30, Juz 1, Juz 2,

Juz 3 dan mulai menghafalkan Juz 4

Juz 3 dan Juz 4

sedangkan anggota yang lain baru mulai menghafalkan Juz 3 Dan seterusnya hingga 30 Juz……

Muraja’ah Ijtima’iyah ini memiliki beberapa fungsi penting dalam upaya menghafal Al-Qur’an bagi Mahasiswa UIN Mataram : 1. Memberikan waktu khusus untuk mahasiswa untuk mengulang hafalan ditengah kesibukan perkuliahan. 2. Memudahkan Mahasiswa untuk menghafalkan Al-Quran karena telah sering membaca dan mendengar materi hafalannya secara berulang-ulang.

3. Mengurangi kesalahan dalam menghafal Al-Quran karena sebelum menghafal telah membaca dengan teliti dan berulangulang.

b. Langkah Praktis Berikut langkah praktis kegiatan Muraja’ah Ijtima’iyah selama 30 menit ke-2: 1. Mustami’/’ah 

mempersiapkan

mahasiswa

dalam

halaqahnya untuk kegiatan Muraja’ah Ijtima’iyah. 2. Mustami’/’ah menentukan permulaan materi muraja’ah (Halaman/Juz) sambil mengingatkan mahasiswa yang sudah pernah menghafalkan materi tersebut untuk menutup mushaf dan membaca Bil Ghaib. 3. Mustami’/’ah

memimpin

Muraja’ah

dengan

memperhatikan waqaf, ibtida’ maup un kesalahan bacaan dan hafalan. 4. Setelah 30 menit berlalu mustami’/’ah menutup tadarrus dengan kalimat tasdhiq, mengingatkan dan meluruskan kesalahan-kesalahan

baik

dalam

hafalan

maupun

hukum-hukum bacaan

3. Muraja’ah Syakhshiyah (30 Menit ke -3)

a. Deskripsi Umum Muraja’ah Syakhshiyah adalah dalam 30 Menit ke 3 yang dirancang untuk mengulang hafalan secara pribadi dalam bentuk setoran ulang materi-materi hafalan yang telah

dilewati. Pada dasarnya muraja’ah syakhshiyyah merupakan pelengkap Ziyadatul Hifzhi sekaligus sebagai upaya setiap individu dalam halaqah untuk mengingat kembali beberapa halaman yang telah dihafalkan dalam tiap-tiap ¼ juz. Muraja’ah syakhshiyyah dapat dilakukan perorangan dengan mustami’/mustami’ah atau dengan berpasangan (2 orang yang

menyetorkan

hafalan

secara

bersamaan

kepada

Mustami’/’ah). Untuk memudahkan dan memperjelas target Muraja’ah Syakhshiyyah, setiap 1 juz akan dibagi menjadi 4 bagian dengan kode: ¼ Juz I, ¼ Juz II, ¼ Juz III dan ¼ Juz IV. Tiaptiap bagian diupayakan untuk selesai disetorkan dalam  jangka waktu 1 pekan dengan 5 kali tatap muka, Dimana para

mahasiswa

Syakhshiyyah

ke

membacakan

¼

hanya ¼ Juz

Juz

boleh

melanjutkan

berikutnya

sebelumnya

setelah

secara

Muraja’ah mampu

keseluruhan,

contoh:

“¼ Juz II dari Juz 1 boleh di   setorkan jika telah mampu menyetorkan ¼ Juz I dari Juz 1 secara keselurhan, ¼ Juz III dari Juz 1 boleh disetorkan jika telah mampu menyetorkan ¼ Juz II dari Juz 1 secara keselurhan”, Perhatikan tabel di bawah ini. :

Ziyadah Hafalan Baru

Muroja'ah

Hari/Tanggal Juz

Nama Surat

Ayat

Hlm

       i       a          l        i          N 

Juz

Nama Surat

No. Srt: Ayat

Hlm

       i       a          l        i          N 

Paraf Instruktur

Senin, 1/12/'16

1 Al-Baqarah

1-5

2

L

1 Al-Baqarah

2:1-5

2

L

TT

Selasa, 2/12/'16

1 Al-Baqarah

6-16

3

L

1 Al-Baqarah

2:1-5

2

L

TT

Rabu, 3/12/'16

1 Al-Baqarah

17-24

4

L

1 Al-Baqarah

2: 1-16

2-3

L

TT

Kamis, 4/12/'16

1 Al-Baqarah

25-29

5

L

1 Al-Baqarah

2:1-24

2-4

L

TT

Jumat, 5/12/'16

1 Al-Baqarah

30-37

6

L

1 Al-Baqarah

2:1 -37 (1/4 juz 1)

2-6

L

TT

Senin, 8/12/'16

1 Al-Baqarah

38-48

7

L

1 Al-Baqarah

2:38-48

7

L

TT

Selasa, 9/12/'16

1 Al-Baqarah

49-57

8

L

1 Al-Baqarah

2:38-48

7

L

TT

Rabu, 10/12/'16

1 Al-Baqarah

58-61

9

L

1 Al-Baqarah

2: 38 - 57

7-8

L

Kamis, 11/12/'16

1 Al-Baqarah

62-69

10

L

1 Al-Baqarah

2: 38 - 61

7-10

L

 jumat, 12/12/'16

1 Al-Baqarah

70-7 6

11

L

2 Al-Baqarah

2: 38 - 76 (1/4 juz 2 7-11

L

dan seterusnya

b. Langkah Praktis 1. Mustami’/ah  memanggil mahasiswa satu persatu atau berpasangan berdasarkan nama yang tertera pada buku SEYAM

untuk

meyetorkan

hafalan

Muraja’ah

Syakhshiyyah 2. Mustami’/ah  menyimak setoran hafalan mahasiswa dan memberikan penilaian L atau TL di kolom nilai untuk setoran Muroja’ah pada buku SEYAM berdasarkan kriteria kelayakan hafalan yang telah ditentukan. 3. Tiap mahasiswa yang telah selesai menyetorkan hafalan diarahkan untuk kembali ketempat duduk. 4. Mustami’/ah menutup pertemuan dengan do’a.

C. Langkah Praktis Metode Tahfizh At-Tikrar UIN Mataram

Berikut ini adalah Langkah-langkah praktis Program Yaumiyah dari membuka pertemuan hingga penutupan.

NO

Waktu

Kegiatan

Ket.

Ziyadah Al-Hifzhi

1. Mustami’/ah memimpin para Mahasiswa Halaqah Tahfizh untuk berdoa dan memulai persiapan setoran selama 10 menit; 2. Mustami’/ah mengumpulkan buku SEYAM para mahasiswa. 1.

30 Menit 1

3. Mustami’/ah memanggil satu persatu mahasiswa berdasarkan nama yang tertera pada buku SEYAM untuk meyetorkan hafalan 4. Mustami’/ah menyimak setoran hafalan mahasiswa dan memberikan

Peserta dengan Mustami’

penilaian L atau TL di kolom nilai untuk setoran Ziyadah Hafalan Baru pada buku SEYAM berdasarkan kriteria kelayakan hafalan yang telah ditentukan. Muraja’ah Ijtima’iyah

5. Mustami’/’ah mempersiapkan mahasiswa dalam halaqahnya untuk kegiatan Muraja’ah Ijtima’iyah. 6. Mustami’/’ah

2.

menentukan

permulaan

materi

muraja’ah

(Halaman/Juz) sambil mengingatkan mahasiswa yang sudah pernah

Seluruh

30 Menit

menghafalkan materi tersebut untuk menutup mushaf dan membaca

Peserta

ke 2

Bil Ghaib.

Di pimpin

7. Mustami’/’ah memimpin Muraja’ah dengan memperhatikan waqaf,

Mustami’

ibtida’ maupun kesalahan bacaan dan hafalan. 8. Setelah 30 menit berlalu mustami’/’ah menutup tadarrus deng an kalimat tasdhiq, mengingatkan dan meluruskan kesalahan-kesalahan baik dalam hafalan maupun hukum-hukum bacaan Muraja’ah Infiradiyah/ Syakhshiyyah

3.

30 Menit ke-3

9. Mustami’/ah memanggil mahasiswa satu persatu atau berpasangan berdasarkan

nama

yang

tertera

pada

meyetorkan hafalan Muraja’ah Syakhshiyyah

buku

SEYAM

untuk

Peserta dengan Mustami’

10. Mustami’/ah menyimak setoran hafalan mahasiswa dan memberikan penilaian L atau TL di kolom nilai untuk setoran Muroja’ah pada buku SEYAM

berdasarkan

kriteria

kelayakan hafalan yang telah

ditentukan. 11. Tiap mahasiswa yang telah selesai menyetorkan hafalan diarahkan untuk kembali ketempat duduk. 12. Mustami’/ah menutup pertemuan dengan do’a.

Demikianlah penjelasan singkat tentang pedoman praktis menghafal  Al-Quran dengan Metode At-Tikrar UIN Mataram.

2. Program Daurah

Bagi seorang penghafal al-Qur’an, tantangan terbesar bukanlah saat saat menghafal, namun ujian terbesar adalah ketekunan dan kesadaran untuk tetap menjaga hafalan. Karena dalam beberapa pengalaman pribadi (testimoni) dari para Hafizh sebagaimana yang terbaca pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa, banyak hafalan sudah tidak mutqin (kuat) bahkan sudah hilang, karena banyaknya kendala dan waktu yang tidak termanaje dengan baik dan teratur. Dengan latar permasalahan di atas, maka UIN Mataram memberikan tawaran dan rancangan program takrir dan murajaah yang dinamakan dengan Program Daurah Tahfz 1. Prorgam ini bertujuan untuk memberikan waktu yang cukup kepada mahasiswa untuk meningkatkan kekuatan hafalan. Dengan adanya program ini, mahasiswa akan lebih leluasa dan fokus kepada hafalan yang sudah mereka setorkan pada masa sebelumnya.

Kegiatan dan Langkah-langkah Program Daurah

a. Murajaah dilakukan dengan sistem daurah Murajaah dan takrir pada program daurah ini akan dilaksanakan

dalam waktu yang telah ditentukan, yakni waktu liburan semester. Lama waktu yang akan digunakan adalah satu bulan. Waktu ini dirasa sangat efisien dikarenakan beberapa hal:  pertama, menghafal al-Qur’an sangat membuthkan kondisi dan lingkungan yang tenang dan tidak terganggu dengan urusan lain selain al-Qur’an. Faktor paling berpengaruh dalam menghafal al-Qur’an adalag lingkungan. Lingkungan qurani seperti ini akan sangat membantu untuk tetap menjaga ghirah dan semangat untuk menghafalkan al-Qur’an. Kedua, mahasiswa dalam menghafal alQur’an selama bulan aktif kuliah, mereka lebih difokuskan untuk ziyadah (menambah hafalan), maka diperlukan waktu liburan untuk diadakan program daurah agar tidak adanya ‘gangguan’ dari segala pernak pernik urusan perkuliahan. Kemudian,

sistem

daurah

yang

dimkasudkan

adalah

mahasiswa/santri tahfizh akan mengadakan murajaah dalam satu kelas yang

sama

sesuai

masing-masing

angkatan.

Tugas

utama

mahasiswa/santri pada daurah ini adalah untuk terus mengulang hafalan. b. Mahasiswa/Santri Takrir dan Murajaah 5 Kali dalam Sehari Secara tehnis, program daurah ini terbagi ke dalam beberapa waktu. Ada lima kali pertemuan/halaqah setiap harinya mulai dari pagi sampai

malam

hari.

Dalam

lima

halaqah

tersebut,

mahasiswa

diwajibkan untuk mengikuti segala bentuk kegiatan dan tata tertib yang ada. Beberapa bentuk atau model takrir dan murajaah yang akan

dijalankan oleh mahasiswa pada saat program daurah berlangsung adalah:

1. Murajaah Ijtima’iyah Murajaah Ijtima’iyah dimaksudkan adalah mengulang hafalan

dengan cara bersama dengan teman sekelas dengan bacaan secara murattal (pelan) dan juga tadwir (bacaan sedang). Hal ini terus

dilakukan setiap harinya. Kelebihan yang didapatkan dari murajaah dengan cara ini adalah mahasiswa tidak akan cepat merasa jenuh dan capek karena membaca dengan bersama. Disamping itu, hafalan antar satu dengan lainnya akan saling kontrol karena jika salah satu diantara mahasiswa lupa, maka akan secara otomatis dibenarkan oleh teman yang lainnya. Murajaah ijtima’iyah model kedua dimaksudkan adalah dengan

memperdengarkan hafalan kepada sesama partner tahfizh yang telah ditentukan oleh instruktur (pembimbing) tahfiz. Pembacaan dilakukan secara bergiliran, misalkan 15 menit pertama dibacakan oleh si A, kemudian 15 menit

kedua bacaan akan dilanjutkan oleh si B.

Murajaah sistem ini sangat membantu calon penghafal untuk

mengingat karena adanya pembiasaan simak menyimak.

2. Murajaah istimrar  Murajaah istimrar adalah sistem pengulangan hafalan dengan

berjamaah. Letak perbedaan dengan sistem murajaah ijtima’iyah adalah bahwa sistem istimrar dibacakan dengan sambung ayat dari satu santri ke santri yang lain. Konsentrasi dan kekuatan hafalan sangat dibutuhkan dalam model murajaah seperti ini.

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan murajaah ini adalah 60 menit. Singkatnya waktu untuk menghindari rasa jenuh dari calon penghafal.

3. Murajaah Takririyah Murajaah Takririyah  yakni mengulang hafalan dengan cara

menyetor kembali hafalan kepada pentasmi’ seperti halnya pada proses ziyadah. Setoran takrir tidak jauh berbeda dengan metode ziyadah yakni calon penghafal akan maju satu persatu untuk

didengarkan hafalannya oleh pentasmi’. Dalam metode pengulangan seperti ini diwajibkan memenuhi standar minimal setiap kali halaqah. Untuk mengefisienkan waktu dan mencapai target maksimal daurah maka standar wajib minimal setoran takrir adalah 5 halaman setiap kali halaqah. Setelah proses setoran takrir selesai, diharapkan kepada intruktur/pentasmi’ untuk memberikan tanda bukti dan nilai hafalan kepada calon penghafal di laman yang telah disediakan pada lembar laporan tahfiz yang telah disiapkan. Contoh lembar laporan tahfizh bisa dilihat di bawah ini: Contoh Laporan Takrir dengan target 5 halaman Hari/Tgl

Surat

Setoran Mulai

Nilai

Selesai

Paraf

Hafalan

Selasa, 1 Nop 16

Al-Baqarah

1

48

Mumtaz

Ttd

Rabu, 2 Nop 16

Al-Baqarah

49

83

Jayyid 

Ttd

Kamis, 3 Nop 16

Al-Baqarah

84

112

Jayyid

Ttd

Jumat, 4 Nop 16

Al-Baqarah

113

145

Mumtaz 

Ttd

dst dst dst dst dst dst dst dst

Laporan takrir seperti yang tertlihat diatas menunjukkan adanya penilaian yang harus diisi dan pantau oleh sang instruktur. Jika mahasiswa menyetor dengan bacaan baik, lancar dan tidak ada kesalahan maka nilai yang diberikan adalah mumtaz (sempurna). Sedangkan jika bacaannya baik, hafalannya lancar namun terdapat kesalahan yang tidak banyak maka nilai yang diberikan adalah  jayyid  jiddan (sangat baik). Namun ketika hafalannya tidak lancar, maka tidak

perlu diberikan nilai, dan yang bersangkutan wajib mengulangi setoran pada giliran terakhir setelah peserta tahfiz yang lain sudah habis. Model murajaah ini sudah banyak dilakukan oleh dan di lembagalembaga tahfiz dan pondok pesantren saat ini. Di samping sangat membantu calon penghafal untuk mereview kembali hafalan secara matang, pembimbing tahfiz juga sekaligus bisa memantau setiap hari hafalan dari masing-masing mahasiswa.

4. Murajaah Mubadalah (bergantian) Murajaah seperti ini adalah dengan pengetesan hafalan dengan

cara menyambung ayat oleh mahasiswa calon penghafal, yang ayat pertamanya dibacakan langsung oleh pembimbing tahfiz. Aturan main dalam sistem murajaah model ini adalah, pembimbing tahfizh akan memberikan soal tahfizh kepada mahasiswa secara acak. Namun setiap pertemuan semua mahasiswa dipastikan mendapatkan minimal satu paket soal tahfiz.

5. Murajaah Tamrinat  Murajaah tamrinat biasa disebut juga dengan imtihan/ latihan. Murajaah seperti ini adalah mengulang hafalan dengan adanya tes

tahfiz. Murajaah seperti ini akan dilaksanakan sekali dalam sepekan.  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh mahasiswa dalam murajaah ini, yakni masing-masing mahasiswa memberitahukan

 jumlah hafalan yang sudah mutqin/ kuat kepada pembimbing, karena soal tamrinat atau latihan tahfiz tersebut disesuaikan dengan jumlah hafalan yang sudah kuat dari mahasiswa yang bersangkutan. Demikian halnya, murajaah seperti ini sebenarnya sudah lama dipraktekkan pada even-even al- Qur’an seperti Musabaqah Hifzhil Qur’an. Metode seperti ini sangat membantu mahasiswa dalam mengukur kemampuannya dalam menguatkan hafalannya.

Paparan manajerial kegiatan daurah 1 diatas, memperlihatkan bahwa, daurah ini sangat memberikan ruang dan waktu yang banyak untuk mengulang hafalan. Maka target yang akan dicita-citakan setelah program ini adalah hafalan yang telah disetorkan selama menghafal al- Qur’an akan terjamin

kuat

dan

mutqin.

Pada

akhirnya,

paparan

di

atas

bisa

disederhanakan dengan tabel di bawah ini yang dilengkapi dengan waktu, nama kegiatan dan target yang harus dicapai:

Halaqah

Waktu

Menit

Target Tikrar

Ket. Kegiatan

Halaqah 1

05.30-07.00

90

20 Halaman

Ijtima’iyah

Halaqah 2

08.30-11.00

130

5 Halaman

Setoran takrir

Halaqah 3

13.30-15.00

90

10 Halaman

Muradha’ah

Halaqah 4

16.00-17.00

60

10 Halaman

Istimrar 

Halaqah 5

20.00-22.00

120

-

Tamrinat

3. Program Imtihan

Program imtihan adalah program yang diagendakan untuk evaliuasi hasil dari program yaumiyah dan program daurah selama dua semester. Program ini pada dasarnya adalah agenda puncak dari agenda metode attikrar yang digalakkan UIN Mataram. Dalam kegiatan ini, mahasiswa diharuskan untuk mendaftarkan diri kepada masing-masing instruktur tahfiz yang mengampu, kemudian akan didaftarkan kepada pihak yang berwenang, dalam hal ini adalah pengurus Qur’anic Centre UIN Mataram. a. Waktu Waktu yang digunakan untuk imtihan adalah setiakp akhir tahun ajaran,

dan

setelah

diselesaikannya

program

daurah

setiap

semester. Waktu alokasi waktu yang dibutuhkan sekitar 1 minggu dengan beberapa tahap seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini: Hari ke-

Agenda

Ket

1

Pendaftaran

Instruktur Tahfizh

2

Pendataan

Pengurus QC

4

Tes/Imtihan

Penguji

7

Pengumuman Kelulusan

QC

b. Langkah Kegiatan Kegiatan dalam Imtihan ini memiliki dua tahap, tertutup dan terbuka. Tertutup dimaksudkan dengan ujian hafalan yang dilakukan di dalam ruangan tertutup dengan dihadiri oleh penguji tahfiz

yang

telah

disiapkan.

Sedangkan

imithan

terbuka

dimaksudkan ujian hafalan yang diselenggarakan di ruangan terbuka, yang dihadiri oleh beberapa peserta dan undangan, baik dari pihak masyarakat, pemerintahan, civitas akademika, dan juga mahasiswa yang lain. Ujian model ini yang juga biasa disebut dengan uji publik. Ujian seperti ini biasanya yang dilakukan di negara-negara Timur Tengah seperti Irak, Libiya, Palestina dan lainnya. Beberapa langkah atau format yang harus diperhatikan pada program imtihan adalah: 1. Penguji menyoal dengan acak Seperti

halnya

pada

Musabaqah

Hifzhil

Qur’an,

proses

ujian/imtihan juga mengambil langkah dengan memberikan pertanyaan kepada mahasiswa yang di uji. Sa’il (penguji) membacakan sebagian dari ayat yang telah ditentukan secara acak. Standar soal yang dibacakan adalah standar juz yang menjadi target tahunan. Sedangkan jumlah paket soal yang dibacakan adalah sebanyak 3 paket soal.

2. Mahasiswa menjawab dengan bacaan tartil

Dalam menjawab soal yang diajukan, mahasiswa secara langsung membaca ayat dengan bacaan yang tartil. 3. Kode Bel Jika terjadi kesalahan dalam bacaan (huruf, harakat, waqf ibtida’, lanjutan ayat, dll ) maka penguji akan memberikan kode teguran yang ditandai dengan kode bel. 4. Penilaian Mahasiswa yang mengikuti ujian, harus memperhatikan pointpoint yang akan dinilai dalam ujian tahfizh. Jika mahasiswa bersangkutan tidak lulus, maka mahasiswa tidak dibolehkan ikut daurah yang lebih tinggi (tidak naik kelas). Ini artinya, yang bersangkutan harus mengikuti daurah yang akan diadakan semester lanjutan. Untuk lebih mudah dipahami, tabel di bawah ini bisa dijadikan ilustrasi uraian di atas: Soal Jumlah 3 paket soal

Kriteria Kelulusan Hafalan Lancar dan benar, fashih dengan tanda dan kaidah tajwid,

-

-

-

Aturan Kesalahan ditandai dengan bel 1 kali Mengganti paket soal ditandai dengan bel 2 kali Jika mahasiswa tidak bisa melanjutkan maka di tuntun oleh penguji Jenis kesalahan adalah: huruf, harakat, waqf ibtida’, lanjutan ayat, dll

Penilaian Mumtaz (sempurna 90100) Jayyid Jiddan (80-89sangat baik) Jayyid (baik, 65-79) Maqbul (cukup 60-64)

5. Contoh ayat ujian Penguji

dalam

memberikan

soal/pertanyaan

kepada

mahasiswa seyogyanya dengan ayat-ayat yang seringkali dianggap membingungkan bagi para penghafal, misalkan ayatayat tersebut adalah apa yang dinamakan dengan ayat mutasyabih (ayat yang beredaksi mirip). Kesalahan yang sering

dialami para penghafal adalah sering terjebak dalam ayat-ayat yang beredaksi mirip ini. Ayat seperti ini sangat banyak dalam al-Qur’an. Seperti contoh ayat -ayat yang berbicara tentang kisah Nabi Adam as terdapat dalam surat al-Baqarah, al- A’raf, Thaha.

Ayat-ayatnya

hampir

mirip,

perbedaan

biasanya

terdapat dalam bentukan kata kerja (fiil), dhamir (kata ganti) dan lainnya. Begitu juga ayat yang mengisahkan tentang Nabi Luth, Nuh, Musa, surga dan neraka, dan lainnya. Karenanya, dalam menghafal harus menjadi prioritas tersendiri ketika menemukan ayat yang mirip dengan hafalan yang sudah. Perhatikan letak perbedaannya, lihat, baca, ulangi dengan matang dan yakin. Di bawah ini penulis memberikan beberapa contoh ayat yang seringkali menjadi kebingungan para penghafal. Dan perhatikanlah

perbedaannya

pada

kalimat

bawah.16 Keterangan Surat  Al-Baqarah: 34

Contoh Ayat

 Al-Isra’: 61

16

Bisa diteruskan sebanyak-banyaknya......

yang

bergaris





 Al-Kahfi: 50



Thaha: 116-117

 )116( )117(  Al- A’raf: 80  An-Naml: 54  Al-‘Ankabut: 28

 )28(  Al-Hijr: 28-31

)29( )30( )31( 

Shad: 71-74

 )71( )72( )74(

 )73(

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF