Buku Budidaya Ikan

March 4, 2017 | Author: Nurul Jannah Zulkefly | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Buku Budidaya Ikan...

Description

Gusrina

untuk Sekolah Menengah Kejuruan

Gusrina BUDIDAYA IKAN

ISBN XXX-XXX-XXX-X Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

untuk SMK

HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Gusrina

BUDAYA IKAN Untuk SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

i

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang

BUDIDAYA IKAN Untuk SMK Penulis Ilustrasi, Tata Letak Perancang Kulit

: Gusrina : :

Ukuran Buku

:

410 GUS b

GUSRINA Budidaya Ikan untuk SMK /oleh Gusrina. ---- Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

ii

KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Direktur Pembinaan SMK

iii

KATA PENGANTAR Buku Budidaya Ikan merupakan salah satu judul buku teks kejuruan yang akan digunakan oleh para pendidik dan peserta didik SMK dan lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya. Buku teks kejuruan dalam bidang budidaya ikan saat ini belum banyak dibuat, yang beredar saat ini kebanyakan bukubuku praktis tentang beberapa komoditas budidaya ikan. Buku Budidaya Ikan secara menyeluruh yang beredar dimasyarakat saat ini belum memenuhi kebutuhan sebagai bahan ajar bagi siswa SMK yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK. Dengan melakukan budidaya ikan maka keberadaan ikan sebagai bahan pangan bagi masyarakat akan berkesinambungan dan tidak akan punah. Pada buku ini akan dibahas beberapa bab yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan budidaya ikan. Bab pertama berisi tentang wadah budidaya ikan, bab kedua berisi tentang media budidaya ikan, bab ketiga berisi tentang hama dan penyakit ikan, bab keempat berisi tentang nutrisi ikan, bab kelima berisi tentang teknologi pakan buatan, bab keenam berisi tentang teknologi pakan alami, bab ketujuh berisi tentang pengembangbiakan ikan dan bab kedelapan berisi tentang hama dan penyakit ikan. Sedangkan materi penunjang seperti pemasaran, analisa usaha budidaya ikan dan kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada bab terakhir. Agar dapat membudidayakan ikan yang berasal dari perairan tawar, payau maupun laut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah memahami jenis-jenis wadah dan media budidaya ikan, pengetahuan tentang nutrisi ikan dan jenis-jenis pakan alami yang meliputi tentang morfologi, biologi dan kebiasaan hidup. Selain itu pengetahuan teknis lainnya yang harus dipahami adalah tentang pengembangbiakan ikan mulai dari seleksi induk, teknik pemijahan ikan, proses pemeliharaannya sampai pemanenen ikan. Akhir kata penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ini dihadapan pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada suami dan anak-anak atas dukungan dan orang tua tercinta serta teman-teman yang telah membantu. Selain itu kepada Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah yang menyediakan anggaran untuk meyediakan sumber belajar buku teks kejuruan yang sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan SMK. Semoga buku ini bermanfaat bagi yang membacanya dan menambah pengetahuan serta wawasan. Dan juga kami mohon saran dan masukan yang membangun karena keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun. Cianjur, November 2007 Penyusun

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Glosari Sinopsis Peta Kompetensi Bab I. PENDAHULUAN

Halaman iv v ix xiii xvi xxviii xxx 1

Bab II. WADAH BUDIDAYA IKAN 2.1. JENIS-JENIS WADAH BUDIDAYA IKAN 2.1.1. Kolam 2.1.2. Bak 2.1.3. Akuarium 2.1.4. Karamba Jaring Apung 2.2. KONSTRUKSI WADAH BUDIDAYA 2.2.1. Konstruksi kolam 2.2.1.1. Pematang kolam 2.2.1.2. Dasar kolam dan saluran 2.2.1.3. Pintu air 2.2.2. Konstruksi akuarium 2.2.3. Konstruksi Keramba Jaring Apung 2.3. PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA

21 21 21 24 24 26 27 27 27 28 29 31 34 43

Bab III. MEDIA BUDIDAYA IKAN 3.1. SUMBER AIR 3.2. PARAMETER KUALITAS AIR 3.2.1. Sifat Fisik 3.2.1.1. Kepadatan (density/berat jenis) 3.2.1.2. Kekentalan (Viscosity) 3.2.1.3. Tegangan Permukaan 3.2.1.4. Suhu air 3.2.1.5. Kecerahan dan kekeruhan air 3.2.1.6. Salinitas 3.2.2. Sifat Kimia 3.2.2.1. Oksigen 3.2.2.2. Karbondioksida 3.2.2.3. pH air 3.2.2.4. Bahan organic dan garam mineral 3.2.2.5. Nitrogen 3.2.2.6. Alkalinitas dan kesadahan 3.2.3. Sifat Biologi 3.3. PENGUKURAN KUALITAS AIR BUDIDAYA

50 50 53 53 53 53 54 54 56 57 58 58 60 61 63 65 67 68 68

v

Bab IV. PENGEMBANGBIAKAN IKAN 4.1. SELEKSI INDUK 4.1.1. Selective Breeding 4.1.2. Outbreeding/Hibridisasi/Crossbreeding 4.1.3. Seks Reversal 4.1.4. Inbreeding 4.1.5. Aplikasi seleksi induk pada budidaya 4.1.5.1. Seleksi induk ikan Lele 4.1.5.2. Seleksi induk ikan mas 4.1.5.3. Seleksi induk ikan Nila 4.1.5.4. Seleksi induk ikan Patin 4.2. TEKNIK PEMIJAHAN IKAN 4.2.1. Perkembangan dan pematangan gonad 4.2.2. Kelenjar hipofisa, HCG dan ovaprim 4.2.3. Perjalanan hormon ke sel target 4.2.4. Stripping dan pembuahan buatan 4.2.5. Ovulasi dan fertilisasi 4.2.6. Aplikasi teknik pemijahan pada ikan budidaya 4.2.6.1. Pemijahan ikan mas 4.2.6.2. Pemijahan ikan lele 4.2.6.3. Pemijahan ikan nila 4.3. PENETASAN TELUR 4.3.1. Perkembangan embrio 4.3.2. Proses penetasan telur 4.3.3. Aplikasi penetasan telur ikan 4.4. PEMELIHARAAN LARVA DAN BENIH IKAN 4.5. PEMBESARAN IKAN 4.5.1. Pembesaran ikan mas 4.5.2. Pembesaran ikan nila 4.5.3. Pembesaran ikan bandeng 4.6. PEMANENAN 4.6.1. Pemanenan benih ikan nila 4.6.2. Pemanenan benih ikan patin 4.6.3. Pemanenan ikan mas

73 73 76 81 83 92 95 96 97 100 102 103 104 109 113 114 116 117 117 124 126 130 131 132 133 138 146 146 151 154 157 157 158 160

Bab V. NUTRISI IKAN 5.1. ENERGI 5.2. PROTEIN 5.3. KARBOHIDRAT 5.4. LIPID 5.5. VITAMIN 5.6. MINERAL Bab VI. TEKNOLOGI PAKAN BUATAN 6.1. JENIS-JENIS BAHAN BAKU 6.2. PENYUSUNAN FORMULASI PAKAN 6.2.1. Metode segi empat Pearsons 6.2.2. Metode aljabar

162 162 167 182 190 199 232 243 246 258 258 264

vi

6.2.3. 6.2.4. 6.2.5. 6.3. 6.4. 6.4.1. 6.4.2. 6.4.3. 6.5. 6.6.

Metode linier Metode Trial and error (coba-coba) Metode Worksheet PROSEDUR PEMBUATAN PAKAN UJI COBA PAKAN IKAN Uji pakan secara kimia Uji pakan secara fisik Uji pakan secara biologis MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PAKAN DAN KUALITAS AIR

Bab VII. TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN ALAMI 7.1. JENIS-JENIS PAKAN ALAMI 7.2. BUDIDAYA PHYTOPLANKTON 7.2.1. Wadah dan peralatan budidaya Phytoplankton 7.2.2. Penyiapan media budidaya Phytoplankton 7.2.3. Penebaran bibit/inokulasi 7.3. BUDIDAYA ZOOPLANKTON 7.3.1. Budidaya Daphnia 7.3.2. Budidaya Artemia 7.3.3. Budidaya Rotifera 7.4. BUDIDAYA BENTHOS 7.5. BIOENKAPSULASI

268 272 277 282 292 292 304 308 315 324 329 329 336 336 339 348 354 354 367 377 388 396

Bab VIII. HAMA DAN PENYAKIT IKAN 8.1. JENIS-JENIS HAMA DAN PENYAKIT 8.1.1. Hama ikan 8.1.2. Penyakit ikan 8.2. PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN 8.2.1. Pencegahan hama 8.2.2. Pencegahan parasit dengan penyaringan air sistem filter 8.2.3. Pencegahan terhadap beberapa penyakit 8.3. GEJALA SERANGAN PENYAKIT 8.4. PENGOBATAN PENYAKIT IKAN

400 400 400 402 412 412 413 415 417 431

Bab IX. PEMASARAN 9.1. PENGERTIAN PEMASARAN 9.2. CIRI-CIRI PEMASARAN HASIL PERIKANAN 9.3. PERENCANAAN DAN TARGET PENJUALAN 9.4. ESTIMASI HARGA JUAL 9.5. SISTEM PENJUALAN 9.6. STRATEGI PROMOSI

446 446 447 449 450 454 455

Bab X. 10.1. 10.2. 10.3.

463 463 476 477

ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN NET PRESENT VALUE (NPV) NET BENEFIT COST RATIO (NBC RATIO)

vii

10.4. 10.5. 10.6.

INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) ANALISIS BREAK EVENT POINT APLIKASI ANALISA USAHA

477 478 479

Bab XI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 11.1. PENGERTIAN K3 11.2. PENERAPAN KAIDAH K3 PADA DUNIA USAHA PERIKANAN BUDIDAYA

485 485 485

Daftar Pustaka

492

viii

DAFTAR GAMBAR No. 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14. 1.15. 1.16. 1.17. 1.18. 1.19. 1.20. 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2.17 2.18 2.19 2.20 2.21 2.22 2.23

Judul Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) Ikan Patin (Pangasius hiphothalamus) Ikan Bawal (Colosoma brachyponum) Ikan Tawes (Puntius gonionotus) Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) Ikan Sepat (Trichogaster pectolaris) Ikan Kowan (Ctenopharyngodon idella) Ikan Lele (Clarias sp) Ikan Sidat (Anguilla sp) Udang vanamei (Penaeus vannamei) Ikan Bandeng (Chanos chanos) Kerapu Merah (Plectopomus maculates) Ikan Kakap putih (Lates calcarifer) Ikan Kerapu (Chromileptes altivelis) Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Ikan Beronang (Siganus gutatus) Kolam tanah Kolam semiintensif Kolam intensif Kolam Pemijahan Kolam Penetasan Kolam Pemeliharaan Kolam Pemberokan Bak beton Bak Fiber Bak Plastik Akuarium Kelompok Akuarium sejenis Akuarium Tanaman Kolam jaring terapung tampak atas Kolam jaring terapung tampak depan Bentuk pematang trapesium sama kaki Bentuk pematang trapesium tidak sama kaki Kemiringan dasar kolam Saluran tengah atau kemalir Pintu pemasukan dan pengeluaran air di tengah Pintu pemasukan dan pengeluaran air di sudut Pintu pemasukan dan pengeluaran air bentuk L Pintu pemasukan dan pengeluaran air system monik

Halaman 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 7 22 22 22 23 23 23 24 24 24 24 25 26 26 26 27 28 28 28 29 29 29 30 30

ix

2.24 2.25 2.26 2.27 2.28 2.29 2.30 2.31 2.32 2.33 2.34 2.35 2.36 2.37 2.38 2.39 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20

Pemasukan dan pengeluaran air pipa paralon Meletakkan lembaran kaca Mengukur kaca Memotong kaca Menghaluskan bagian pinggir kaca Lem silicon dan alat tembak lem Penggunaan alat tembak lem Lakban pada kaca Mengeringkan akuarium Kerangka jarring apung Pelampung drum besi Jangkar Pola jarring Pengeringan dasar kolam Mengairi kolam Sanitasi bak budidaya Termometer Secchi disk Salinometer Refraktometer Flow meter DO meter pH meter Kerta Lakmus Planktonnet Haemocytometer Ekman Dredge Spektrofotometer Diagram skematik perkawinan dua tipe linebreeding Induk ikan lele betina dan genital papilla Induk ikan lele jantan dan genital papilla Induk ikan mas betina dan genital papilla Induk ikan mas jantan dan genital papilla Induk ikan nila Induk ikan patin jantan dan betina Kanulasi induk ikan patin Skema pengaturan sekresi hormone Letak dan jenis kelenjar endokrin ikan dari arah depan Mekanisme hormone steroid Representasi diagram pada penempang sagital otak Pengambilan kelenjar hipofisa Penggerusan kelenjar hipofisa Pemutaran alat sentrifuse Pembuatan ekstrak kelenjar hipofisa Pengambilan kelenjar ekstrak hipofisa Penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa Pemasangan kakaban dikolam pemijahan cara Sunda Kolam pemijahan cara Cimindi

30 32 32 32 32 33 33 34 34 37 38 38 41 43 46 48 71 71 71 71 71 71 72 72 72 72 72 72 95 96 97 100 100 102 102 103 105 106 109 110 111 112 112 112 112 113 118 119

x

4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.10 6.11 6.12 6.13 6.14 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10 7.11 7.12 7.13 7.14 7.15 7.16 7.17 7.18 7.19 7.20 7.21 7.22 7.23 7.24 7.25 7.26 8.1

Kolam pemijahan cara Magek Kolam pemijahan cara Kantong Kolam pemijahan cara Dubish Kolam pemijahan cara Hofer Diagram susunan kolam pemijahan bersekat Sampling benih ikan Pengemasan benih Disk mill Hammer mill Vertical mixer Horizontal mixer Alat penggiling daging Alur proses pembuatan pakan skala pabrikasi Silo Alat pengukur kadar air Peralatan pengukuran kadar protein Peralatan pengukuran kadar lemak Peralatan pengukuran kadar serat kasar Peralatan pengukuran kadar abu Metode pemberian pakan dengan tangan Ametode pemberian pakan dengan demand feeder Chlorella sp Tetrasemis sp Scenedesmus sp Skeletonema costatum Spirulina sp Brachionus sp Artemia salina Moina sp Daphnia sp Paramecium Tubifex sp Erlemeyer Cawan Petri Jarum ose Pipet kaca Tabung reaksi Mikroskop Bak fiber Aerator Daphnia sp (bagian-bagian tubuh) Kemasan cyst Artemia Perkembangbiakan Artemia Rotifera Daur hidup rotifer Tubifex Daur hidup tubifex Ichthyophthirius multifiliis

120 121 122 123 129 145 159 283 283 284 284 286 287 287 293 294 294 295 296 323 323 331 332 332 333 333 334 334 335 335 335 335 336 337 337 337 337 337 338 338 360 367 373 382 384 391 392 405

xi

8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 8.10 8.11 8.12 8.13 8.14 8.15 8.16 8.17 8.18 8.19 8.20 8.21 8.22 8.23 8.24

Siklus hidup Ichthyophthirius multifiliis Trichodina tampak bawah Trichodina tampak atas Myxobolus sp Myxosoma sp Thellohanellus sp Henneguya sp Dactylogyrus sp Gyrodactilus sp Lernea sp Argulus indicus tampak bawah Saprolegnia sp Achlya sp Aeromonas sp Mekanisme kerja mekanik Penumpukan partikel pada media filter mekanik Filter air Dropsy pada ikan plati dan cupang Dropsy tampak samping Akumulasi cairan Contoh kasus kelainan gelembung renang Gejala umum ulcer Ikan terserang white spot

406 407 407 407 408 408 408 409 409 410 411 411 411 412 413 414 415 418 419 419 420 421 422

xii

DAFTAR TABEL No. 1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7

Judul Komoditas akuakultur yang sudah lazim dibudidayakan dalam system budidaya di Indonesia Perbandingan antara ukuran akuarium dengan ketebalan kaca Jenis pelampung dan lama pemakaian Ukuran mata jaring yang digunakan berdasarkan ukuran ikan yang dibudidayakan Perbandingan jumlah mata jarring yang harus dipotong dalam berbagai ukuran kantong jarring dan mata jaring. Dosis kapur tohor (CaO) Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan Hubungan antara kadar oksigen terlarut dan suhu Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan Presentase ammonia bebas terhadap ammonia total Kriteria kualitas air Golongan C Parameter kualitas air untuk budidaya ikan dan peralatan pengukuran yang dapat digunakan Perbandingan strategi, keuntungan dan kerugian dari seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan seleksi between family (C) Pengaruh silang dalam terhadap frekuensi genotype dan frekuensi alel dalam lokus Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas matang gonad Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan nila Dosis pengapuran untuk menetralkan dari berbagai jenis tekstur tanah dan pH awal yang berbeda Perkembangan stadia embrio ikan lele pada suhu 28 o C Lama pemeliharaan ikan mas berdasarkan sistem pemeliharaan Kebutuhan energi untuk ikan Salmon Kebutuhan energi untuk Catfish Nama dan singkatan asam amino Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa jenis ikan dalam % protein pakan Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering pakan) pada beberapa jenis ikan budidaya Klasifikasi karbohidrat Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan sumbernya oleh beberapa ikan budidaya

Halaman 3 31 37 39 42 45 56 60 62 66 69 70 78 94 99 99 101 128 134 150 166 166 171 178 182 184 188

xiii

5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 5.13 5.14 5.15 5.16 5.17 5.18 5.19 5.20 5.21 5.22 5.23 5.24 5.25 5.26 5.27 5.28 5.29 5.30 5.31 5.32 5.33 5.34 5.35 5.36 5.37 5.38 5.39 5.40 5.41 5.42 5.43

Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk pertumbuhan beberapa ikan budidaya Nama umum asam lemak Kelompok asam lemak unsaturated jenuh Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan Komposisi asam lemak essensial pada berbagai sumber lipid (g/100 g asam lemak) Penggolongan beberapa sumber vitamin A Kebutuhan vitamin A beberapa spesies ikan budidaya Kekurangan vitamin A pada beberapa jenis ikan Kebutuhan vitamin D beberapa spesies ikan budidaya Kebutuhan vitamin E beberapa spesies ikan budidaya Kriteria respon ikan terhadap pemberian vitamin E sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya Gejala kekurangan vitamin E pada beberapa ikan budidaya Kebutuhan tiamin dalam pakan Tanda-tanda kekurangan tiamin A pada ikan budidaya Kebutuhan vitamin B2 dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan budidaya Kebutuhan vitamin B6 dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan piridoksin pada ikan budidaya Kebutuhan vitamin B5 dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan asam pantotenat pada ikan budidaya Kebutuhan biotin dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan biotin pada ikan budidaya Kebutuhan asam folat dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan asam folat pada ikan budidaya Kebutuhan vitamin B12 dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan vitamin B12 pada ikan budidaya Kebutuhan Niasin dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan Niasin pada ikan budidaya Kebutuhan inositol dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya Kebutuhan Kolin dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan kolin pada ikan budidaya Kebutuhan vitamin C dalam pakan ikan Tanda-tanda kekurangan vitamin C pada ikan budidaya Kebutuhan mineral makro dalam pakan pada berbagai jenis ikan air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering) Kebutuhan mineral mikro dalam pakan pada berbagai

190 194 195 196 197 202 203 203 205 207 208 209 211 212 213 214 215 216 218 218 220 220 221 222 223 223 224 225 226 226 227 228 229 230 237 237

xiv

5.44 5.45 5.46 5.47 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.10 6.11 6.12 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10 8.1 8.2

jenis ikan air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering) Kebutuhan zat besi pada beberapa jenis ikan Kebutuhan mineral seng pada beberapa jenis ikan Kebutuhan mangan pada beberapa jenis ikan Kebutuhan mineral tembaga pada beberapa jenis ikan Beberapa jenis ikan berdasarkan kebiasaan makannya Kandungan nutrisi bahan baku nabati Kandungan nutrisi bahan baku hewani Kandungan nutrisi bahan baku limbah pertanian Rekomendasi penggunaan bahan baku untuk pakan ikan dan udang dalam % Jenis dan kandungan nutrisi bahan baku ikan karnivora Hasil analisa proksimat bahan baku Bahan baku pakan yang mengandung zat antinutrisi dan cara menghilangkan zat antinutrisi Acuan bentuk dan tipe pakan buatan untuk ikan budidaya Skedul pemberian pakan dalam usaha budidaya ikan Skedul pemberian pakan pada udang Jumlah pakan harian pudang dengan kelangsungan hidup 80% Komposisi pupuk pada media stok murni kultur algae Komposisi Trace Metal Solution Komposisi pupuk pada phytoplankton air tawar Komposisi pupuk phytoplankton semi masal Komposisi pupuk kultur missal Komposisi campuran vitamin pada media Dphnia Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 5 permill Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 30 permill Ukuran badan dan nilai kalori rotifer Kandungan komposisi beberapa bahan bioenkapsulasi Bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan serta dosisnya Obat dan bahan kimia yang digunakan pengobatan penyakit ikan

238 239 240 241 247 251 252 252 254 255 256 285 291 320 321 322 341 341 342 346 347 363 371 372 383 398 402 443

xv

GLOSARI Adenohipofisa

:

salah satu bagian dari kelenjar hipofisa yang mengandung sel-sel pensekresi hormon prolaktin, hormon Adrenocorticotropic (ACTH), hormon pelepas tiroid (Thyroid Stimulating Hormone), hormon pertumbuhan (STHSomatotropin) dan Gonadotropin. Pars intermedia mensekresi hormon pelepas melanosit (Melanocyte Stimulating Hormone).

Adaptasi

:

Masa penyesuaian lingkungan baru.

Aerasi

:

Pemberian udara ke dalam air untuk penambahan oksigen

Akrosom

:

Organel penghujung pada kepala spema yang dikeluarkan yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur.

Aksi gen aditif

:

aksi gen yang mana fenotipe heterosigot merupakan intermedit antara kedua fenotipe homosigot, kedua alel tidak memperlihatkan dominansi, keduanya memberikan konstribusi yang seimbang dalam menghasilkan suatu fenotipe

Aklimatisasi

:

Penyesuaian fisiologis terhadap perubahan salah satu faktor lingkungan

Albinisme

:

kondisi genetik yang tidak sempurna yang menyebabkan organisme tidak membentuk pigmen

Alel

:

Bentuk alternatif suatu gen

Alel dominan

:

Alel yang diekspresikan secara penuh dalam fenotipe itu

Alel resesif

:

Alel yang pemunculan fenotipenya ditutupi secara sempurna

Aldehida

:

Molekul organik dengan gugus karbonil yang terletak pada ujung kerangka karbon

suatu

organisme

dalam

xvi

Anabolisme

:

Pembentukan zat organik kompleks dari yang sederhana, asimilasi zat makanan oleh organisme untuk membangun atau memulihkan jaringan dan bagian-bagian hidup lainnya.

Anadromus

:

Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan dilaut dan bermigrasi ke air tawar untuk memijah.

Anafase

:

Tahap mitosis dan meiosis yang mengikuti metafase ketika separuh kromosom atau kromosom homolog memisah dan bergerak ke arah kutub gelendong.

Androgen

:

Hormon steroid jantan utama, misalnya testoteron

Androgenesis

:

Proses penjantanan

Antibiotik

:

Bahan kimiawi yang membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhannya.

Antibodi

:

Imunoglobin pengikat antigen yang dihasilkan oleh sel limfosit B, berfungsi sebagai efektor dalam suatu respon imun.

Antigen

:

Makromolekul asing yang bukan merupakan bagian dari organisme inang dan yang memicu munculnya respon imun.

Asam amino

:

Molekul organik yang memiliki gugus karboksil maupun gugus amino. Asam amino berfungsi sebagai monomer protein.

Asam deoksiribonukleat

:

Suatu molekul asam nukleat berbentuk heliks dan beruntai ganda yang mampu bereplikasi dan menentukan struktur protein sel yang diwariskan.

Asam lemak (fatty acid)

:

Asam karboksilik dengan rantai karbon panjang. Asam lemak bervariasi panjang dan jumlah dan lokasi ikatan gandanya, tiga asam lemak berikatan dengan satu molekul gliserol akan membentuk lemak.

Asam lemak jenuh (Saturated fatty acid)

:

Asam lemak dimana semua karbon dalam ekor hidrokarbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal, sehingga memaksimumkan jumlah atom hidrogen yang dapat berikatan dengan kerangka karbon.

xvii

Asam lemak tak jenuh (Unsaturated fatty acid)

:

Asam lemak yang memiliki satu atau lebih ikatan ganda antara karbon-karbon dalam ekor hidrokarbon. Ikatan seperti itu mengurangi jumlah atom hidrogen yang terikat ke kerangka karbon.

Asam nukleat

:

Suatu polimer yang terdiri atas banyak monomer nukleotida, yang berfungsi sebagai cetak biru untuk protein dan melalui kerja protein, untuk semua aktivitas seluler. Ada dua jenis yaitu DNA dan RNA.

:

Asam amino yang tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh hewan sehingga harus tersedia dalam makanan.

Aseksual

:

Perkembangbiakan tidak melalui perkawinan

Autosom

:

Kromosom yang secara tidak langsung terlibat dalam penentuan jenis kelamin, sebagai kebalikan dari kromosom seks.

Auksospora

:

Sel-sel yang besar perkembangbiakan zigot baru

Backross

:

Bentuk perkawinan yang sering digunakan dalam pemuliaan yaitu mengawinkan kembali antara anak dan orangtuanya yang sama untuk beberapa generasi.

Basofil

:

Bersifat menyerap basa.

Benthos

:

Organisme yang hidup di dasar perairan

Blastomer

:

Sel-sel anak yang dihasilkan selama pembelahan zygot.

Blastula

:

Rongga yang terbentuk selama fase pembelahan zigot.

Blastulasi

:

Proses pembentukan blastula

Biomassa

:

Bobot kering bahan organik yang terdiri atas sekelompok organisme di dalam suatu habitat tertentu atau bobot seluruh bahan organik pada satuan luas dalam suatu waktu tertentu.

Budidaya

:

Usaha yang bermanfaat dan memberi hasil, suatu

Asam essensial

amino

berasal

dari

xviii

sistem yang digunakan untuk sesuatu dibawah kondisi buatan.

memproduksi

Closed Breeding

:

Perkawinan yang dekat sekali kaitan keluarganya, misalnya antara anak dan tetua atau antara antar saudara sekandung.

Cyste

:

Fase dorman dari crustacea karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai

Dekomposer

:

Fungi dan bakteri saprotropik yang menyerap nutrien dari materi organik yang tidak hidup seperti bangkai, materi tumbuhan yang telah jatuh dan buangan organisme hidup dan mengubahnya menjadi bentuk anorganik.

Densitas

:

Jumlah individu persatuan luas atau volume atau masa persatuan volume yang biasanya dihitung dalam gram/cm3 atau jumlah sel/ml.

Deoksiribosa

:

Komponen gula pada DNA, yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan dengan ribosa, komponen gula pada RNA

Detritus

:

Materi organik yang telah mati atau hancuran bahan organik yang berasal dari proses penguraian secara biologis.

Disipon

:

Membersihkan badan air dengan mengeluarkan kotoran bersama sebagian jumlah air.

Disucihamakan

:

Disterilkan dari jasad pengganggu.

Dorsal

:

Bagian punggung

Diagnosis

:

Proses pemeriksaan terhadap suatu hal

Diferensiasi gonad

:

Proses penentuan kelamin dengan pernyataan fenotipe melalui perkembangan alat kelamin dan ciri-ciri kelamin.

Diploid

:

Keadaan perangkat kromosom kromosomnya diwakili dua kali (2n)

Diploidisasi

:

Penggandaan jumlah kromosom pada sel-sel haploid

Donor

:

Pemberi sumbangan

bila

setiap

xix

Dormant

:

Telur yang dibuahi dan merupakan dinding tebal dan jika menetas menjadi betina amiktik.

Ekspresi gen

:

Pengejewantahan bahan genetik pada suatu makhluk hidup sebagai keseluruhan jumlah tabiat yang khas.

Elektroforesis gel

:

Pemisahan asam nukleat atau protein berdasarkan ukuran dan muatan listriknya, dengan cara mengukur laju pergerakkannya melalui suatu medan listrik dalam suatu gel.

Embriogenesis

:

Proses perkembangan embrio

Endokrin

:

Kelenjar/sel yang menghasilkan hormon

Enzim

:

Molekul protein komplek yang dihasilkan oleh sel dan bekerja sebagai katalisator dalam berbagai proses kimia didalam tubuh makhluk hidup.

Enzim restriksi

:

Enzim yang digunakan untuk memotong fragmen DNA yang memiliki sekuen tertentu.

Estrogen

:

Hormon seks steroid betina yang utama.

Eukaryot

:

Makhluk yang sel-selnya mengandung inti sejati yang diselimuti selaput inti, mengalami meiosis, membelah dengan mitosis dan enzim oksidatifnya dikemas dalam mitokondria.

Fekunditas

:

Jumlah sel telur yang dihasilkan oleh seekor hewan betina pertahun atau persatuan berat hewan.

Feminisasi

:

Proses pembetinaan

Fenotipe

:

Ciri fisik dan fisiologis pada suatu organisme atau sifat yang terlihat pada makhluk hidup yang dihasilkan oleh genotipe bersama-sama dengan faktor lingkungan.

Feromon

:

Sinyal kimiawi atsiri dan kecil yang berfungsi dalam komunikasi diantara hewan-hewan dan bertindak sangat mirip dengan hormon dalam mempengaruhi fisiologi dan tingkah laku.

xx

Fertilisasi

:

Penyatuan gamet haploid untuk menghasilkan suatu zigot diploid.

Flagella

:

Tonjolan berbentuk cambuk pada salah satu sel untuk alat gerak.

Fotosintesis

:

Pengubahan energi cahaya menjadi energi kimiawi yang disimpan dalam glukosa atau senyawa organik lainnya.

Galur

:

Pengelompokkan anggota-anggota jenis yang hanya memiliki satu atau sejumput ciri, biasanya bersifat homozigot dan dipertahankan untuk keperluan percobaan genetika.

Gamet

:

Sel sperma atau telur haploid, gamet menyatu selama reproduksi seksual untuk menghasilkan suatu zigot diploid.

Gastrula

:

Tahapan pembentukan embrio berlapis dua dan berbentuk piala.

Gastrulasi

:

Proses pembentukan gastrula dari blastula atau proses pembentukan tiga daun kecambah ektoderm, mesoderm dan endoderm.

Gelendong

:

Kumpulan mikrotubula pergerakan kromosom eukariotik.

Gen

:

Bagian kromosom yang mengatur sifat-sifat keturunan tertentu atau satuan informasi yang terdiri atas suatu urutan nukleotida spesifik dalam DNA.

Generasi F1

:

Turunan pertama atau turunan hibrid dalam fertilisasi-silang genetik.

Generasi F2

:

Keturunan yang dihasilkan generasi hibrid F1.

Genom

:

Komplemen lengkap gen-gen suatu organisme, materi genetik suatu organisme.

Genotipe

:

Kandungan genetik suatu organisme.

Ginogenesis

:

Proses perkembangan embrio yang berasal dari

yang menyelaraskan selama pembelahan

dari

perkawinan

xxi

telur tanpa kontribusi material genetik jantan Gonad

:

Organ seks jantan dan betina, organ penghasil gamet pada sebagian besar hewan.

Gonadotropin

:

Hormon yang merangsang aktivitas testes dan ovarium.

Haploid

:

Memiliki jumlah kromosom yang khas untuk gamet makhluknya.

Heritabilitas

:

Keragaman fenotipe yang diakibatkan oleh aksi genotipe atau menggambarkan tentang persentase keragaman fenotipe yang diwariskan dari induk kepada keturunannya. Dinotasikan dengan huruf h2 dengan nilai berkisar antara 0 – 1.

Hermaphrodit

:

Individu yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina.

Heliks ganda

:

Bentuk DNA asli

Haemoglobin

:

Protein mengandung besi dalam sel darah merah yang berikatan secara reversibel dengan oksigen.

Herbivora

:

Hewan heterotropik yang memakan tumbuhan.

Heterozigot

:

Mempunyai dua alel yang berbeda untuk suatu sifat genetik tertentu.

Heterosis

:

Suatu ukuran untuk menilai keunggulan dan ketidakunggulan hibrid

Hibrid

:

Turunan dari tetua yang secara genetik sangat berbeda, bahkan mungkin berlainan jenis atau marga.

Hibridisasi

:

Perkawinan antara individu yang berbeda atau persilangan.

Hipofisasi

:

Salah satu teknik dalam pengembangbiakan ikan dengan cara menyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisa kepada induk ikan untuk mempercepat tingkat kematangan gonad.

Hipotalamus

:

Bagian ventral otak depan vertebrata, yang berfungsi dalam mempertahankan homeostasis,

xxii

khususnya dalam mengkoordinasikan endokrin dengan sistem saraf.

sistem

Histon

:

Protein kecil dengan porsi besar yang terdiri dari asam amino bermuatan positif yang berikatan dengan DNA bermuatan negatif dan berperan penting dalam struktur kromatinnya.

Homeostasis

:

Kondisi fisiologis yang mantap dalam tubuh.

Homozigot

:

Mempunyai dua alel yang identik untuk suatu sifat tertentu.

Hormon

:

Bahan kimia pembawa sinyal yang dibentuk dalam sel-sel khusus pada kelenjar endokrin. Hormon disekresikan ke dalam darah kemudian disalurkan ke organ-organ yang menjalankan fungsi-fungsi regulasi tertentu secara fisiologik dan biokimia.

Ikan transgenik

:

Ikan yang memiliki DNA asing didalam tubuhnya

Inaktivasi sperma

:

Menonaktifkan sperma

Inbreeding

:

Perkawinan antara individu-individu yang sekerabat yaitu berasal dari jantan dan betina yang sama.

Infeksi Retroviral

:

Salah satu metode transfer gen. Metode ini menggunakan gen-gen heterogen yang dimasukkan ke dalam genome virus dan dapat dipindahkan kepada inang yang terinfeksi virus tersebut.

Inkubasi

:

Masa penyimpanan

Interfase

:

Fase dimana tidak ada perubahan pada inti sel, waktu istirahat.

Karakter kuantitatif

:

Suatu ciri yang dapat diturunkan dalam suatu populasi yang bervariasi secara kontinu sebagai akibat pengaruh lingkungan dan pengaruh tambahan dua atau lebih gen.

Kariotipe

:

Metode pengorganisasian kromosom suatu sel dalam kaitannya dengan jumlah, ukuran dan jenis.

Katadromus

:

Ikan-ikan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di perairan tawar dan bermigrasi ke

xxiii

laut untuk memijah. Kelenjar hipofisa

:

Kelenjar kecil dibagian otak bawah yang menghasilkan berbagai macam hormon yang dibutuhkan pada makhluk hidup .

Kromosom

:

Struktur pembawa gen yang mirip benang yang terdapat di dalam nukleus.

Kopulasi

:

Proses perkawinan

Kista

:

Suatu stadia istirahat pada hewan cladosera atau crustacea tingkat rendah.

Larva

:

Organisme yang belum dewasa yang baru keluar dari telur atau stadia setelah telur menetas.

Larutan hipoklorit

:

Larutan yang mengandung HClO

Lokus

:

Tempat khusus disepanjang kromosom tertentu dimana gen tertentu berada.

Maskul;inisasi

:

Penjantanan.

Meiosis

:

Tipe pembelahan sel dan nukleous ketika jumlah kromosom direduksi dari diploid ke haploid.

Metasentrik

:

Kromosom yang sentromernya terletak ditengahtengah.

Metafase

:

Tahapan mitosis dan meiosis ketika kromosom mencapai keseimbangan posisi pada bidang ekuator.

Metamormofose

:

Perubahan bentuk organisme dalam daur hidup

Mikropil

:

Lubang kecil pada telur tempat masuknya sperma.

Mikroinjeksi

:

Metode yang digunakan dalam mengintroduksi DNA asing ke dalam pronukleus atau sitoplasma telur yang telah terbuahi. DNA asing disuntikkan pada saat fase 1-2 sel.

Mitosis

:

Proses pembelahan nukleus pada sel eukariotik yang secara konvensional dibagi menjadi lima tahapan : profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase. Mitosis mempertahankan

xxiv

jumlah kromosom dengan cara mengalokasikan kromosom yang direplikasikan secara sama ke masing-masing nukleus anak. Morula

:

Sekelompok sel anak (blastomer) yang terbentuk selama fase pembelahan zygot.

Nauplii

:

Bentuk stadia setelah menetas pada crustacea atau copepoda.

Neurohipofisa

:

Bagian dari kelenjar hipofisa, terdiri dari pars nervosa yang berfungsi mensekresi Oxytoxin, Arginin Vasotocin dan Isotocin

Omnivore

:

Organisme pemakan segala

Ovarium

:

Kelenjar kelamin betina yang menghasilkan ovum.

Ovipar

:

Berkembangbiak dengan menghasilkan telur.

Ovivipar

:

Berkembangbiak dengan menghasilkan telur tetapi telur tersebut menetas dalam tubuh induknya.

Outbreeding

:

Perkawinan antara individu-individu yang tidak sekerabat (berbeda induknya), masih dalam satu varietas atau beda varietas.

Ovulasi

:

Proses terlepasnya sel telur dari folikel.

Partenogenesis

:

Perkembangbiakan telur menjadi individu baru tanpa pembuahan telur dan menghasilkan telur diploid.

Pemijahan

:

Proses peletakan telur atau perkawinan

Pigmen

:

Zat warna tubuh

Plasmid

:

Molekul DNA sirkular yang bereplikasi pada sel-sel bakteri secara independent.

Polar body

:

Sel telur hasil pembelahan meiosis yang tidak memiliki sitoplasma.

Profase

:

Tahap pertama meiosis dan kromosom mulai jelas terlihat.

Progeni

:

Keturunan yang berasal dari sumber yang sama,

mitosis

ketika

xxv

anak cucu Poliploidisasi

:

Proses pergantian kromosom dimana individu yang dihasilkan mempunyai lebih dari dua set kromosom.

Reproduksi

:

Proses perkembangbiakan baik secara aseksual maupun seksual.

Seleksi

:

Pemisahan populasi dasar yang digunakan ke dalam kedua kelompok, yaitu kelompok terpilih dan kelompok yang harus terbuang.

Sentromer

:

Bagian kromosom yang terletak pada titik ekuator kumparan pada metafase, tempat melekat benang penarik gelendong, posisi sentromer menentukan bentuk kromosom.

Seks reversal

:

Proses pembalikan kelamin dengan menggunakan metode tertentu.

Spermatogenesis

:

Proses perkembangan spermatogonium menjadi spermatis

Spermatogonium

:

Sel-sel kecambah untuk membentuk sperma

Spermatozoa

:

Sel gamet jantan dengan inti haploid yang ememiliki bentuk berekor.

Spermiasi

:

Proses dimana spermatozoa dilepaskan dari cyste dan masuk kedalam lumen.

Spermiogenesis

:

Proses metamorfosa spermatozoa

Submetacentrik

:

Sentromer terletak pada ujung kromosom yang memiliki dua lengan yang tidak sama panjangnya.

Subtelocentrik

:

Sentromer juga terletak pada ujung kromosom namun masih jelas terlihat adanya lengan pendek.

Spektrofotometer

:

Suatu instrumen yang mengukur porsi dari cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda yang diserap dan dihantarkan oleh suatu larutan berpigmen.

Telofase

:

Tahap akhir dari mitosis atau meiosis ketika

spermatid

menjadi

xxvi

pembagian selesai.

sitoplasma

dan

penyusunan

inti

Testis

:

Gonad yang berperan menghasilkan sperma

Tetraploid

:

Individu yang mempunyai empat kromosom haploid pada nukleusnya.

perangkat

Triploid

:

Individu yang mempunyai tiga kromosom haploid pada nukleusnya.

perangkat

Triploidisasi

:

Proses pembuatan organisme triploid dengan menggunakan kejutan suhu untuk menahan polar body II atau menahan pembelahan mitosis awal.

Vitellogenesis

:

Proses deposisi kuning telur, dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari vitelogenin eksogen yang membentuk kuning telur.

Zygot

Sel diploid sebagai hasil perpaduan gamet jantan dan gamet betina haploid.

SINOPSIS

Buku teks dengan judul budidaya ikan dapat dipelajari oleh para peserta diklat dan pendidik pada Sekolah Menengah Kejuruan yang mengambil program studi Budidaya Ikan. Menurut SKKNI dalam program studi Budidaya Ikan dapat dikelompokkan menjadi Budidaya Ikan Air Tawar, Budidaya Ikan Air Laut, Budidaya Ikan Air Payau dan Budidaya Ikan Hias. Dalam buku teks ini akan memberikan pengetahuan mendasar tentang bagaimana membudidayakan ikan dan dapat di aplikasikan pada berbagai habitat budidaya. Pada buku teks ini berisi tentang wadah budidaya yang dapat digunakan dalam melakukan budidaya ikan, media yang optimal dalam budidaya ikan agar proses budidaya dapat berlangsung sesuai dengan kebutuhan ikan untuk hidup tumbuh dan berkembang, bagaimana melakukan proses perkembangbiakan ikan budidaya dari sudut biologis ikan budidaya dan aplikasi pada beberapa ikan budidaya, kebutuhan nutrisi untuk ikan yang akan dibudidayakan, bagaimana membuat pakan ikan yang harus diberikan pada ikan budidaya, bagaimana memproduksi pakan alami sebagai pakan yang sangat dibutuhkan bagi larva ikan dan benih ikan budidaya, hama dan

xxvii

penyakit ikan yang dapat menyerang ikan budidaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam budidaya ikan. Budidaya ikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting saat ini dan masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan ikan merupakan salah satu jenis pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang mempunyai harga jual relatif murah dan mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Dengan mengkonsumsi ikan maka kebutuhan gizi manusia akan terpenuhi. Oleh karena itu kemampuan sumberdaya manusia untuk memproduksi ikan budidaya sangat dibutuhkan. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan keterbatasan lahan budidaya selanjutnya, maka dibutuhkan suatu teknologi budidaya ikan pada lahan yang terbatas dan produktivitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Dengan mempelajari buku teks ini diharapkan para pembaca dapat mengaplikasikan ilmu budidaya pada berbagai media dan teknologi budidaya. Pengetahuan tentang wadah budidaya ikan dan media yang dibutuhkan bagi ikan budidaya akan memberikan pemahaman tentang investasi yang harus dipersiapkan sesuai dengan skala produksi yang akan diterapkan. Dengan menerapkan teknologi budidaya ikan yang intensif dibutuhkan pemahaman tentang produksi pakan buatan yang ramah lingkungan tetapi sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya. Selain itu dalam membudidayakan ikan sangat dibutuhkan pakan alami pada fase larva dan benih, maka sangat dibutuhkan suatu pemahaman bagaimana membudidayakan pakan alami yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Selain itu dalam suatu budidaya ikan maka akan ada kendala yang dialami pembudidaya ikan yaitu adanya serangan hama dan penyakit ikan. Oleh karen itu diperlukan pemahaman tentang jenis-jenis hama dan penyakit yang dapat menyerang ikan budidaya serta bagaimana tindakan pencegahan dan pengobatan yang harus dilakukan oleh para pembudidaya agar ikan yang dibudidayakan tidak terserang hama dan penyakit. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka penerapan teknologi yang terkini telah merambah dalam budidaya ikan. Pengembangbiakan ikan secara tradisional akan semakin kurang diminati dan akan beralih kepada sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan produksi pada ikan budidaya. Aplikasi teknologi molekuker dalam budidaya ikan sudah bisa diterapkan mulai dari rekayasa kromosom, rekayasa gen dan terkini adalah rekayasa sel. Rekayasa kromosom antara lain adalah melakukan kegiatan ginogenesis, androgenesis dan poliploidisasi yang tujuan dari manipulasi kromosom ini untuk meningkatkan produktivitas ikan budidaya dan memberikan nilai tambah pada pembudidaya ikan. Sedangkan rekayasa gen dapat diterapkan jika peralatan untuk melakukan rekayasa ini tersedia dimana dengan melakukan rekayasa gen dapat dibuat komoditas ikan budidaya yang disisipi gen yang menguntungkan bagi pembudidaya misalnya gen pertumbuhan, gen antibeku dan gen warna tubuh.

xxviii

Dengan mempelajari buku teks ini diharapkan dapat memahami pengetahuan yang sangat mendasar dalam membudidayakan ikan. Dalam buku teks ini juga dijelaskan berbagai kemampuan dasar untuk melakukan suatu kegiatan yang langsung dapat diaplikasikan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai kalangan.

PETA KOMPETENSI

KODE UNIT PBD. PL 00.001U.01

PBD. PL 00.002U.01

PBD. PL 00.003U.01

JUDUL UNIT KOMPETENSI/SUB KOMPETENSI Memenuhi persyaratan kerja di DU/DI 1. Menyetujui kondisi dan ketentuan ketenagakerjaan 2. Memenuhi persyaratan ketenagakerjaan Memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan dan lingkungan di tempat kerja 1. Mengikuti prosedur di tempat kerja untuk kesehatan dan keselamatan di tempat kerja 2. Melakukan tindakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam kondisi bahaya/darurat 3. Memelihara insfrastruktur dan lingkungan kerja Membina kerjasama 1. Melakukan interaksi di tempat kerja 2. Melakukan pertemuan, menyelami dan mengarahkan klien dan pelanggan 3. Memelihara penampilan pribadi Menggunakan sistem komunikasi 1. Mengumpulkan, mencatat dan mengirim data xxix

PBD. PL 00.004U.01

PBD. PL 00.005U.01

2. Mengumpulkan, mencatat dan menyediakan informasi untuk memenuhi kebutuhan tempat kerja 3. Menanggapi masalah Membuat perencanaan kerja 1. Membuat jadwal kegiatan 2. Mengatur bahan, peralatan dan cara kerja Menyiapkan peralatan

1. PBD. PL 00. 006U. 01 2. 3. 4.

PBD.PL 00.007U.01

Mengidentifikasi jenis peralatan Menentukan peralatan Mengontrol cara kerja peralatan Membuat laporan

Mengidentifikasi parameter kualitas air 1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan dalam identifikasi parameter kualitas air 2. Mengambil sampel air di lapangan 3. Mengukur parameter kualitas air 4. Membuat laporan hasil identifikasi parameter kualitas air

KODE UNIT

JUDUL UNIT KOMPETENSI/ELEMEN KOMPETENSI Menentukan lokasi budidaya 1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi budidaya PBD. PL00.008U. 01 2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi budidaya melalui kegiatan survey lapangan 3. Menentukan lokasi 4. Membuat laporan Menyiapkan wadah 1. Mengidentifikasi wadah PBD. PL 00. 009U. 01

2. Menentukan wadah 3. Mengontrol proses penggunaan wadah 4. Membuat laporan Mengidentifikasi hama dan penyakit ikan xxx

1. Mengambil sampel di lapangan PBD. PL 00. 010U. 01

PBD. PL 00. 011U. 01

2. Mengidentifikasi gejala serangan 3. Menentukan jenis parasit 4. Membuat laporan Mengemas ikan 1. Menyiapkan teknik pengepakan 2. Menentukan jenis ikan yang dikemas 3. Melakukan pengepakan ikan

4. Membuat laporan Memasarkan ikan PBD. PL00.012U. 01 1. Mencari order pemasaran 2. Melaksanakan penjualan 3. Menyiapkan kuota/target 4. Mengontrol proses pemasaran

PBD.PL 01.001I.01

PBD.PL 01.002I.01

PBD.PL 01.003I.01

PBD.PL 01.004I.01

PBD.PL 01.005I.01

Menentukan lokasi pembenihan ikan 1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi pembenihan 2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi pembenihan ikan 3. Memilih lokasi pembenihan ikan 4. Membuat laporan Menyiapkan media pembenihan ikan 1. Merencanakan kegiatan persiapan media pembenihan 2. Menyiapkan wadah pembenihan 3. Menyiapkan air untuk pembenihan 4. Membuat laporan Mengelola induk ikan 1. Memelihara calon induk ikan 2. Menyeleksi calon induk jantan dan betina 3. Melakukan pematangan gonad induk ikan 4. Menyeleksi induk siap pijah Memijahkan induk ikan 1. Melakukan proses pemijahan ikan 2. Menangani telur 3. Menetaskan telur Mengkultur pakan alami 1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan alami 2. Menyiapkan media tempat tumbuhnya pakan alami 3. Menebar bibit pakan alami xxxi

PBD.PL 01.006I.01

PBD.PL.01.007I.01

PBD.PL.01.008I.01

PBD.PL 02.009I.01

PBD.PL 02.010I.01

PBD.PL 02.011I.01

PBD.PL 02.012I.01

Memelihara larva ikan 1. Merawat larva ikan 2. Memberi pakan larva 3. Mengamati perkembangan larva 4. Menangani hama dan penyakit pada pemeliharaan larva 5. Memantau kualitas dan kuantitas air pada pemeliharaan larva Memanen hasil pembenihan ikan 1. Merencanakan kegiatan pemanenan hasil pembenihan 2. Melakukan pemananen benih ikan 3. Mengemas benih ikan 4. Membuat laporan Memasarkan hasil pembenihan ikan 1. Mengidentifikasi calon pembeli 2. Membuat kesepakatan 3. Melakukan transaksi 4. Melakukan perhitungan laba rugi 5. Membuat laporan Menentukan lokasi pendederan ikan 1. Merencanakan tahapan kegiatan penentuan lokasi pendederan ikan 2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi pendederan ikan 3. Memilih lokasi pendederan 4. Membuat laporan Menyiapkan media pendederan ikan 1. Merencanakan kegiatan persiapan pendederan ikan 2. Menyiapkan wadah pendederan ikan 3. Menyiapkan air untuk pendederan ikan 4. Membuat laporan Menebar benih ikan pada pendederan 1. Merencanakan kegiatan penebaran benih ikan 2. Menebar benih ikan 3. Membuat laporan Memantau pertumbuhan benih ikan pada pendederan 1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan benih ikan 2. Mengambil sampel untuk menduga pertumbuhan benih ikan 3. Melakukan sortasi xxxii

PBD.PL 02.013I.01

PBD.PL 02.014I.01

PBD.PL 02.015I.01

PBD.PL 02.016I.01

PBD.PL 02.017I.01

4. Membuat laporan Mengelola pakan benih ikan pada pendederan 1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan untuk benih ikan 2. Merencanakan kegiatan pengelolaan pakan benih ikan 3. Menentukan jumlah, waktu dan frekuensi pemberian pakan 4. Membuat laporan

Mengelola kualitas dan kuantitas air pada pendederan ikan 1. Merencanakan kegiatan pengelolaan kualitas dan kuantitas air 2. Mengidentifikasi kualitas dan kuantitas air pada pendederan ikan 3. Mengelola kualitas dan kuantitas air pada pendederan ikan 4. Membuat laporan Mengendalikan hama dan penyakit pada pendederan ikan 1. Merencanakan kegiatan monitoring hama dan penyakit 2. Mengidentifikasi hama dan penyakit 3. Melakukan pengobatan ikan 4. Mencatat kejadian serangan penyakit 5. Membuat laporan Memanen hasil pendederan ikan 1 Merencanakan kegiatan pemanenan hasil pendederan ikan 2. Memanen benih ikan 3. Membuat laporan Memasarkan hasil pendederan ikan 1. Mengidentifikasi calon pembeli 2. Membuat kesepakatan 3. Melakukan transaksi 4. Melakukan perhitungan laba rugi 5. Membuat laporan Menentukan lokasi pembesaran ikan xxxiii

PBD.PL 03.018I.01

PBD.PL 03.019I.01

PBD.PL 03.020I.01

PBD.PL 03.021I.01

PBD.PL 03.022I.01

PBD.PL 03.023I.01

1. 2.

Merencanakan tahapan kegiatan pemilihan lokasi Mengidentifikasi persyaratan lokasi pembesaran ikan 3. Memilih lokasi pembesaran ikan 4. Membuat laporan Menyiapkan media pembesaran ikan 1. Merencanakan kegiatan persiapan pembesaran ikan 2. Menyiapkan wadah pembesaran ikan 3. Menyiapkan media pembesaran ikan 4. Membuat laporan Menebar benih ikan pada pembesaran 1. Merencanakan kegiatan penebaran benih ikan 2. Menebar benih ikan 3. Membuat laporan Memantau pertumbuhan ikan pada pembesaran 1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan ikan 2. Mengambil sampel untuk menduga pertumbuhan ikan 3. Melakukan sortasi 4. Membuat laporan Mengelola pakan pembesaran ikan 1. Mengidentifikasi jenis-jenis pakan untuk pembesaran ikan 2. Merencanakan kegiatan pengelolaan pakan pembesaran ikan 3. Menentukan jumlah, waktu dan frekuensi pemberian pakan 4. Membuat laporan Mengendalikan hama dan penyakit pada pembesaran ikan 1. Merencanakan kegiatan monitoring hama dan penyakit 2. Mengidentifikasi hama dan penyakit pada pembesaran ikan 3. Melakukan pengobatan ikan 4. Mencatat kejadian serangan penyakit 5. Membuat laporan Memanen hasil pembesaran ikan

xxxiv

1. PBD.PL 03.024I.01

PBD.PL 03.025I.01

Merencanakan kegiatan pemanenan ikan hasil pembesaran 2. Melakukan pemanenan 3. Mengemas ikan hasil pembesaran 4. Membuat laporan Memasarkan hasil pembesaran ikan 1. Mengidentifikasi calon pembeli ikan 2. Melakukan kesepakatan 3. Melakukan transaksi 4. Melakukan penghitungan laba rugi 5. Membuat laporan

xxxv

BAB I

Indonesia

merupakan salah satu

negara dengan luas perairan hampir dua pertiga dari luas wilayahnya yaitu sekitar 70%. Wilayah perairan di Indonesia berdasarkan kandungan kadar garamnya atau salinitas dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis perairan yaitu perairan tawar, perairan payau dan perairan laut. Dari ketiga jenis perairan tersebut dapat dihasilkan suatu produksi perikanan yang memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Potensi perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 15,59 juta hektar (Ha) yang terdiri dari potensi air tawar 2,23 juta ha, air payau 1,22 juta ha dan budidaya laut 12,14 juta ha. Pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing baru 10,1 persen untuk budidaya ikan air tawar, 40 persen pada budidaya air payau dan 0,01 persen untuk budidaya laut, sehingga secara nasional produksi perikanan budidaya baru mencapai 1,48 juta ton. Oleh karena itu, untuk tahun 2006 Departemen Kelautan dan

PENDAHULUAN

Perikanan Republik Indonesia, menurut Freddy Numberi (2006), akan menargetkan produksi perikanan pada tahun 2006 mencapai 7,7 juta ton atau meningkat sebesar 13%, yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 5,1 juta ton dan produksi perikanan budidaya sebesar 2,6 juta ton, serta konsumsi ikan menjadi 28kg/kapita/tahun. Berdasarkan target produksi perikanan budidaya yang telah ditetapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan maka Departemen Pendidikan Nasional sebagai departemen yang akan menciptakan sumber daya manusia yang bergelut dibidang kelautan dan perikanan untuk membuat suatu perangkat pendidikan agar dihasilkan sumber daya manusia yang kompeten sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini. Perikanan budidaya baik perikanan air tawar, air payau dan air laut sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan 1

salah satu jenjang pendidikan yang akan menciptakan sumberdaya manusia tingkat menengah yang trampil dan kompenten sesuai dengan bidang keahliannya masingmasing. Salah satu bidang keahlian yang ada pada SMK ini adalah Budidaya Ikan/Budidaya Perairan. Dalam bidang keahlian ini akan dipelajari berbagai macam hal tentang budidaya ikan dari berbagai macam perairan baik tawar, payau dan laut, yang dalam kegiatan produksi akuakultur dikenal sebagai budidaya air tawar (freshwater culture), budidaya air payau (brackishwater culture) dan budidaya laut (mariculture). Salah satu alat bantu yang dapat membantu dalam kegiatan belajar mengajar di SMK adalah buku. Saat ini ketersediaan buku teks tentang budidaya ikan di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pembinaan SMK, Dirjen Mandikdasmen mengadakan kegiatan penulisan buku teks yang dapat digunakan bagi semua kalangan pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di SMK. Buku teks yang akan dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran di SMK bagi bidang keahlian Budidaya Air tawar, Budidaya Air Payau dan Budidaya Air laut ini diberi judul Budidaya Ikan. Dalam buku Budidaya Ikan ini akan dibahas tentang berbagai topik yang sangat mendukung pemahaman tentang bagaimana cara melakukan budidaya ikan sesuai dengan kaidahkaidah dalam melakukan kegiatan produksi budidaya ikan. Topik-topik pembelajaran ini dikelompokkan

dalam beberapa bab yaitu wadah budidaya ikan, media budidaya ikan, pengembangbiakan ikan, nutrisi ikan, teknologi pakan buatan, teknologi produksi pakan alami, hama penyakit ikan dan genetika ikan.

Wadah budidaya ikan Dalam bab ini akan dibahas tentang berbagai macam wadah yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan antara lain adalah kolam/tambak, bak, akuarium dan karamba jaring terapung. Selain itu juga akan dibahas tentang bagaimana konstruksi dari setiap wadah yang akan dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan yang sesuai dengan tingkat/level produksi yang diterapkan. Dan juga akan dibahas tentang bagaimana menyiapkan wadah budidaya ikan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya sesuai dengan kaidahkaidah dalam melakukan kegiatan budidaya. Dengan memahami berbagai macam wadah budidaya, konstruksi wadah budidaya dan persiapan wadah budidaya ikan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya maka akan diperoleh peningkatan produktivitas dalam budidaya ikan. Berdasarkan keberadaan dan lokasi perairan yang ada di Indonesia maka kegiatan budidaya ikan air tawar akan lebih banyak dilakukan pada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah atau dataran tinggi, sedangkan budidaya ikan air payau 2

dapat dilakukan pada masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah sekitar pantai, muara sungai atau rawa payau. Pada masyarakat yang hidup di daerah pantai dimana pantainya mempunyai perairan laut yang terlindung dari ombak dan badai seperti teluk, selat dan perairan dangkal yang terlindung dapat melakukan kegiatan budidaya ikan. Berdasarkan lokasi budidaya ikan

tersebut dapat dilakukan pemilihan terhadap wadah budidaya ikan yang sesuai dengan karakteristik setiap lokasi budidaya. Berdasarkan jenis wadah budidaya ikan yang dipilih oleh para pembudidaya ikan di Indonesia,menurut Effendi (2004), sistem budidaya ikan dan beberapa komoditas yang sudah lazim dibudidayakan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Gambar 1.1 – 1.20 Berbagai macam komoditas ikan budidaya.

Tabel 1.1. Komoditas akuakultur yang sudah lazim dibudidayakan dalam sistem budidaya di Indonesia. Sistem

Komoditas

Kolam air tenang

Ikan mas, nila, gurami, udang galah, patin, bawal, tawes, ikan hias, tambakan, sepat, kowan, mola, sidat, pakan alami

Kolam air deras

Ikan mas

Tambak

Udang windu, bandeng, belanak, mujair, nila, kakap putih, kerapu, rumput laut, kepiting bakau, udang galah

Jaring apung

Kerapu, kakap, udang windu, bandeng, samadar, ikan hias laut, ikan mas, nila, mujair, gurami, patin, bawal, sidat, ikan hias air tawar.

Jaring tancap

Kerapu, kakap, udang windu, bandeng, samadar, ikan hias laut, ikan mas, nila, mujair, gurami, patin, bawal, sidat, ikan hias air tawar

Keramba

Ikan mas, nila, mujair, patin, gurami, betutu

Kombongan

Ikan mas, ikan nila

Akuarium/tangki/bak

Ikan hias, benih ikan konsumsi, plankton pakan alami

3

Gambar 1.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Gambar 1.2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1.3. Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy)

Gambar 1.4. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

Gambar 1.5. Ikan Patin (Pangasius hiphothalamus)

4

Gambar 1.6. Ikan bawal (Colosoma brachyponum)

Gambar 1.9. Ikan sepat (Trichogaster pectolaris )

Gambar 1.10. Ikan kowan (Ctenopharyngodon idella) Gambar 1.7. Ikan tawes ( Puntius gonionotus)

Gambar 1.11. Ikan lele (Clarias sp) Gambar 1.8. Ikan tambakan (Helestoma temmincki)

5

Gambar 1.12. Ikan sidat (Anguilla sp.)

Gambar 1.13. Udang Vanamei (Penaeus vannamei)

Gambar 1.14. Ikan bandeng (Chanos chanos)

Gambar 1.15. Kerapu merah (Plectropomus maculatus)

Gambar 1.16. Ikan kakap putih (Lates calcariver)

Gambar 1.17. Ikan kerapu (Chromileptes altivelis)

Gambar 1.18. Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)

Gambar 1.19. Lobster Air tawar (Cherax Quadricarinatus) 6

Gambar 1.20. Ikan Beronang Lada (Siganus gutatus) Berdasarkan sistem budidaya ikan tersebut maka dapat dipilih beberapa wadah budidaya ikan yang akan dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya yaitu kolam yang dapat dikelompokkan menjadi kolam air deras dan kolam air tenang berdasarkan sumber air yang dipergunakan dalam kegiatan budidaya. Sedangkan beberapa jenis wadah budidaya ikan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan diperairan umum antara lain adalah jaring apung, jaring tancap, karamba dan kombongan. Pada kegiatan budidaya ikan air tawar, payau ataupun laut dibutuhkan benih ikan dan induk ikan yang dapat menggunakan jenis wadah budidaya antara lain adalah bak,tangki dari bahan serat fiber dan akuarium. Oleh karena itu dalam buku teks ini akan dibahas tentang berbagai macam wadah budidaya ikan antara lain adalah kolam/ tambak, bak, akuarium dan karamba jaring terapung.

Media Budidaya Ikan Ikan sebagai salah satu jenis organisme yang hidup pada suatu

perairan, jika manusia melakukan kegiatan budidaya yaitu memproduksi organisme tersebut dalam suatu lingkungan perairan yang terbatas dan terkontrol dengan baik maka manusia harus memahami tentang lingkungan perairan dimana ikan tersebut dapat tumbuh dan berkembangbiak seperti di habitat aslinya. Lingkungan perairan tempat ikan yang dibudidayakan tumbuh dan berkembang biasa disebut dengan media. Media yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan ada beberapa persyaratan-persyaratan agar ikan dapat tumbuh dan berkembangbiak pada wadah yang terbatas tersebut. Dalam buku teks ini akan dibahas tentang berbagai macam sumber air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan, berbagai macam parameter kualitas air yang akan mendukung kegiatan budidaya ikan dan bagaimana kita melakukan pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup oragnisme air yang akan dibudidayakan. Dalam bahasan sumber air berisi tentang sumber air yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan ada beberapa macam. Berdasarkan asalnya sumber air yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan yaitu air hujan yang mengalami limpasan/berakumulasi sementara ditempat-tempat rendah misalnya : air sungai, waduk, danau 7

dan rawa. Selain itu air permukaan dapat juga didefenisikan sebagai air yang berada disungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami infiltrasi kedalam. Sumber air permukaan tersebut sudah banyak dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan. Sedangkan air tanah yaitu air hujan yang mengendap atau air yang berada dibawah permukaan tanah. Air tanah yang saat ini digunakan untuk kegiatan budidaya dapat diperoleh melalui cara pengeboran air tanah dengan kedalaman tertentu sampai diperoleh titik sumber air yang akan keluar dan dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Pada topik tentang parameter kualitas air akan dibahas tentang beberapa parameter kualitas air dari berbagai aspek antara lain adalah aspek fisik, aspek kimia dan aspek biologi. Dari aspek fisik akan dibahas secara detail tentang beberapa parameter fisik dari suatu perairan yang sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan budidaya ikan antara lain adalah kepadatan/berat jenis air, kekentalan/viscosity, tegangan permukaan, suhu air, kecerahan dan kekeruhan air serta salinitas. Pada aspek secara kimia akan dibahas secara detail tentang beberapa parameter kimia yang sangat berpengaruh pada media budidaya ikan antara lain adalah oksigen, karbondioksida, pH, bahan organik dan garam mineral, nitrogen, alkalinitas dan kesadahan. Sedangkan pada aspek secara biologi akan dibahas tentang kepadatan dan kelimpahan plankton pada suatu wadah budidaya ikan

yang sesuai untuk media budidaya ikan. Pada topik pengukuran parameter kualitas air akan dibahas beberapa parameter kualitas air dari aspek fisik, kimia dan biologi dengan menggunakan beberapa peralatan pengukuran kualitas air yang sangat mudah pengoperasionalan alatnya dan tersedia dibeberapa tempat budidaya. Dengan mengetahui nilai parameter kualitas air pada suatu media budidaya maka akan dapat dicegah suatu kejadian yang dapat merugikan bagi organisme air yang dibudidayakan sehingga tidak merugikan manusia. Seperti diketahui bahwa organisme air yang dipelihara dalam suatu wadah budidaya mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan media dimana ikan itu hidup, sehingga jika terjadi fluktuasi terhadap beberapa parameter kualitas air pada suatu lingkungan budidaya segera dilakukan penanganan dengan memberikan perlakuan khusus pada media budidaya.

Pengembangbiakan ikan Ikan sebagai salah satu jenis organisme perairan yang sudah dapat dibudidayakan oleh manusia. Dengan melakukan kegiatan budidaya maka kebutuhan manusia akan ikan akan selalu tersedia sesuai dengan permintaan. Dalam melakukan kegiatan budidaya ikan untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal dilakukan suatu program pengembangbiakan terhadap ikan yang akan dibudidayakan. Ilmu yang mendasari 8

dalam program pengembangbiakan ikan adalah tentang biologi ikan, fisiologi ikan, kebiasaan hidup ikan, reproduksi ikan dan berbagai ilmu tentang rekayasa siklus reproduksi ikan. Ikan yang akan dibudidayakan harus dikelola dengan baik tentang persediaan induk ikan yang akan dibudidayakan. Pengembangbiakan ikan peliharaan akan berhasil jika tersedia induk yang baik. Ketersediaan induk ikan budidaya harus dikelola dengan baik untuk memperoleh benih ikan yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat jenis dan tepat harga. Oleh karena itu dalam buku ini akan dibahas tentang beberapa hal yang berperan penting dalam melakukan program pengembangbiakan ikan budidaya. Ikan yang akan dibudidayakan adalah ikan yang telah mengalami domestikasi dalam lingkungan budidaya. Domestikasi adalah pemindahan suatu organisme dari habitat lama ke habitat baru dalam hal ini manusia biasa memperoleh ikan dengan cara mengambil dari alam kemudian dipelihara dalam suatu lingkungan yang terbatas yaitu kolam pemeliharaan. Suatu jenis ikan dalam sistem budidaya ikan dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat domestikasinya menjadi empat tingkat yaitu : 1. Domestikasi sempurna, yaitu apabila seluruh siklus hidup ikan sudah dapat dipelihara di dalam sistem budidaya. Contoh beberapa jenis ikan asli Indonesia yang sudah terdomestikasi sempurna antara lain adalah ikan gurame, ikan baung dan bandeng.

2. Domestikasi dikatakan hampir sempurna apabila seluruh siklus hidupnya sudah dapat dipelihara di dalam sistem budidaya, tetapi keberhasilannya masih rendah. Ikan asli Indonesia yang terdomestikasi hampir sempurna antara lain adalah ikan betutu, balashark dan arwana. 3. Domestikasi belum sempurna apabila baru sebagian siklus hidupnya yang dapat dipelihara di dalam sistem budidaya. Contohnya antara lain adalah ikan Napoleon, ikan hias laut, ikan tuna. 4. Belum terdomestikasi apabila seluruh siklus hidupnya belum dapat dipelihara di dalam sistem budidaya. Jenis-jenis ikan yang sudah dapat dibudidayakan di Indonesia sangat banyak jumlahnya ada yang berasal dari perairan Indonesia asli atau diintroduksi dari negara lain.Jenis ikan introduksi yang sudah terdomestikasi secara sempurna di Indonesia adalah ikan Mas dan ikan Nila. Dengan banyaknya jenis ikan yang sudah terdomestikasi secara sempurna akan memudahkan manusia untuk melakukan kegiatan pengembangbiakan. Pengembangbiakan ikan budidaya dapat dilakukan dengan cara tradisional, semi intensif ataupun intensif. Dengan melakukan pengembangbiakan ikan maka ketersediaan benih ikan secara kualitas dan kuantitas akan memadai. Penyediaan benih ikan budidaya saat ini dapat dilakukan oleh masyarakat dengan cara menangkap benih ikan dari alam (sungai, danau, laut dan sebagainya) 9

atau dengan cara melakukan proses pemijahan ikan di dalam wadah budidaya. Pemijahan ikan budidaya di dalam wadah budidaya dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu pemijahan ikan secara alami, pemijahan ikan secara semi buatan dan pemijahan ikan secara buatan. Pemijahan ikan secara alami adalah pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon) di dalam wadah budidaya. Jenis ikan yang sudah dapat dilakukan pemijahan secara alami didalam wadah budidaya antara lain adalah ikan Mas, ikan Nila, ikan Bandeng, ikan Kerapu, ikan Kakap, ikan Gurame, ikan Baung, ikan Lele. Pemijahan ikan secara semi intensif adalah pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam. Jenis ikan yang sudah dapat dilakukan pemijahan secara semi buatan antara lain adalah ikan Bawal, ikan Lele, ikan Kakap, ikan Kerapu. Pemijahan ikan secara buatan adalah pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/pengurutan. Jenis ikan yang sudah dapat dilakukan pemijahan secara buatan antara lain adalah ikan Patin, ikan Mas, ikan Lele. Dalam buku ini akan dibahas tentang bagaimana cara melakukan kegiatan produksi budidaya ikan mulai dari

kegiatan pembenihan ikan, kegiatan pendederan ikan, kegiatan pembesaran ikan dan kegiatan pemanenan ikan. Kegiatan pembenihan ikan merupakan suatu kegiatan budidaya yang menghasilkan benih ikan. Benih ikan dalam budidaya ikan diperoleh dari induk ikan, oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembenihan ikan harus dipahami terlebih dahulu tentang teknik seleksi induk ikan, karena benih ikan yang unggul diperoleh dari induk yang unggul. Jika dalam melakukan kegiatan pembenihan ikan tidak memperhatikan tentang seleksi induk yang baik maka akan memperoleh benih ikan yang tidak bermutu. Benih ikan yang diperoleh dari hasil pembenihan ikan akan dilakukan tahapan pemeliharaan yang disebut dengan kegiatan pendederan. Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan pada kegiatan pembesaran ikan. Pada beberapa jenis ikan air tawar ada beberapa tahapan kegiatan pendederan ikan untuk mempercepat siklus perputaran produksi, seperti pada budidaya ikan mas ada beberapa tahapan pendederan, misalnya pendederan pertama menghasilkan benih ikan berukuran 2 – 3 cm, pendederan kedua menghasilkan benih ikan berukuran 5 – 8 cm. Baru kemudian berlanjut pada kegiatan produksi selanjutnya yaitu pembesaran ikan. Kegiatan pembesaran ikan merupakan kegiatan budidaya yang memelihara benih ikan sampai berukuran konsumsi. Dengan melakukan seluruh kegiatan budidaya ikan mulai 10

dari pembenihan sampai pembesaran ikan maka kegiatan pengembangbiakan ikan budidaya telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumber pangan dan non pangan yang relatif murah.

Nutrisi ikan Kajian tentang nutrisi ikan sangat diperlukan untuk memahami kebutuhan ikan akan zat gizi yang dibutuhkan ikan agar tumbuh dan berkembang. Zat gizi yang dibutuhkan oleh ikan agar dapat tumbuh dan berkembang meliputi tentang kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Zat gizi tersebut pada setiap jenis ikan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan tentang kebutuhan zat gizi tersebut bagi setiap jenis ikan yang akan dibudidayakan. Dalam kegiatan budidaya ikan biasanya para petani ikan sangat membutuhkan pakan yang akan diberikan pada ikan yang dibudidayakan pada wadah budidaya. Pakan yang diberikan ada dua jenis yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah jasad hidup yang diberikan sebagai pakan pada organisme air. Sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari berbagai macam bahan baku hewani dan nabati dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut dengan cara dibuat oleh manusia dengan bantuan peralatan pakan. Pada pakan alami dan pakan

buatan harus diperhatikan tentang kandungan zat gizinya agar ikan yang diberi pakan tersebut dapat tumbuh dan berkembang. Dengan memahami kebutuhan nutrisi setiap ikan yang dibudidayakan maka kebutuhan zat gizi ikan akan terpenuhi. Seperti diketahui pakan atau makanan yang dikonsumsi oleh ikan melupakan sumber energi utama dalam tubuh ikan. Makanan yang masuk kedalam tubuh ikan akan diubah menjadi energi kimia dan disimpan oleh tubuh dalam bentuk ATP (Adenosin triphosphat). Energi yang diperoleh dari makanan itu yang akan digunakan oleh ikan untuk kegiatannya. Dalam buku ini akan dibahas tentang penggunaan energi yang berasal dari pakan oleh ikan dan bagaimana penyebarannya dalam proses metabolisme ikan. Energi yang diperoleh dari makanan akan dapat memberikan pertumbuhan dan perkembangan ikan budidaya jika makanan yang diberikan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup untuk setiap jenis ikan. Oleh karena itu sangat penting mengetahui kebutuhan energi untuk setiap jenis ikan. Seperti diketahui bahwa pakan buatan harus mengandung energi lebih dari 3000 kilokalori agar dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi ikan budidaya. Setelah memahami tentang energi yang dibutuhkan oleh setiap jenis ikan maka pengetahuan tentang sumber nutrien utama sebagai sumber energi yaitu protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin dan mineral harus dipelajari agar 11

kebutuhan ikan akan nutrisi tercukupi. Protein adalah suatu molekul komplek yang besar (makromolekul), yang terbentuk dari molekul asam amino (20 macam), dimana asam amino satu sama lain berhubungan dengan ikatan peptida. Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin dan lain-lain. Protein dibutuhkan sebagai sumber energi utama karena protein ini terus menerus diperlukan dalam makanan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak. Protein sangat dibutuhkan oleh ikan sebagai sumber utama energi dan pada ikan kebutuhan protein ini bervariasi bergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan. Kebutuhan ikan akan protein ini berkisar antara 20 – 60% dan kebutuhan protein ini sudah sampai pada kebutuhan asam amino setiap jenis ikan dimana setiap jenis ikan kebutuhannnya akan asam amino sangat spesifik. Protein yang diberikan pada ikan budidaya tidak boleh berlebih ataupun kekurangan harus tepat karena kalau berlebih ataupun kekurangan akan memberikan pertumbuhan yang negatif. Kelebihan protein dalam pakan akan mengakibatkan ikan memerlukan energi ekstra untuk melakukan proses deaminasi dan mengeluarkan amoniak sebagai senyawa yang bersifat racun sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan akan berkurang. Kekurangan protein dalam pakan jelas akan mengakibatkan pertumbuhan yang negatif karena

protein yang disimpan didalam jaringan otot akan dirombak menjadi sumber energi sehingga pertumbuhan menjadi terhambat. Pengetahuan nutrisi ikan selanjutnya adalah karbohidrat, karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat adalah sumber energi yang murah dan dapat menggantikan protein yang mahal sebagai sumber energi. Karbohidrat pada manusia dan hewan darat merupakan sumber energi utama sedangkan pada ikan karbohidrat merupakan sumber energi yang disebut dengan Protein Sparring Effect yaitu karbohidrat dapat digunakan sebagai sumber energi pengganti bagi protein , karbohidrat sebagai mitra protein jika tubuh kekurangan protein maka karbohidrat akan dipecah sebagai pengganti energi yang berasal dari protein. Dengan menggunakan karbohidrat dan lemak sebagai sumber bahan baku maka hal ini dapat mengurangi harga pakan. Pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi dalam tubuh dapat juga dipengaruhi oleh aktivitas enzim dan hormon. Enzim dan hormon ini penting untuk proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh seperti glikolisis, siklus asam trikarboksilat, jalur pentosa fosfat, glukoneogenesis dan glikogenesis. Selain itu dalam aplikasi pembuatan pakan karbohidrat seperti zat tepung, agaragar, alga, dan getah dapat juga digunakan sebagai pengikat makanan (binder) untuk meningkatkan kestabilan pakan 12

dalam air pada pakan ikan dan udang.

setiap jenis ikan mempunyai kebutuhan yang spesifik.

Kemampuan setiap jenis ikan dalam memanfaatkan karbohidrat berbedabeda, kebutuhan karbohidrat bagi ikan budidaya berkisar antara 20 – 40%. Hal ini dikarenakan enzim yang mencerna karbohidrat yaitu amilase pada ikan omnivora dan herbivora aktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan ikan karnivora, oleh karena itu pada pencernaan karbohidrat pada ikan karnivora lebih rendah dibandingkan dengan ikan herbivora dan omnivora. Selain itu kemampuan sel memanfaatkan glukosa sebagai bentuk sederhana dari karbohidrat dan sumber energi yang paling cepat diserap didalam sel pada ikan herbivora dan omnivora lebih besar dibandingkan dengan ikan karnivora. Pengetahuan tentang kebutuhan karbohidrat pada komposisi nutrisi pakan setiap jenis ikan perlu dipelajari agar dapat menyusun kebutuhan nutrisi ikan yang tepat dan murah.

Nutrien yang digunakan oleh ikan sebagai katalisator (pemacu) terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh ikan adalah vitamin. Vitamin merupakan salah satu nutrien yang bukan merupakan sumber tenaga tetapi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan semua proses di dalam tubuh. Vitamin merupakan senyawa organik dan biasa disebut dietary essensial yaitu harus diberikan dari luar tubuh karena tubuh tidak dapat mensintesis sendiri, kecuali beberapa vitamin misalnya vitamin C pada ayam dan vitamin B pada ruminansia. Menurut Steffens (1989) vitamin adalah senyawa organik dengan berat molekul rendah dengan komposisi dan fungsi yang beragam dimana sangat penting untuk kehidupan tetapi tidak dapat disintesis (atau hanya disintesis dalam kuantitas yang tidak cukup/terbatas) oleh hewan tingkat tinggi dan oleh sebab itu harus disuplai dari makanan. Vitamin dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang tidak banyak tetapi kekurangan vitamin dalam komposisi pakan akan membawa dampak negatif bagi ikan budidaya. Pada buku teks ini akan dibahas tentang berbagai macam vitamin, fungsi dan peranannya, kebutuhan berbagai jenis ikan akan vitamin dan dampak yang diakibatkan jika dalam komposisi pakan kekurangan vitamin. Vitamin berdasarkan klasifikasinya dikelompokkan menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air mempunyai sifat bergerak

Kebutuhan nutrien ikan selanjutnya adalah lemak. Lemak sebenarnya adalah bagian dari lipid. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter dan benzena. Lipid itu terdiri dari lemak, minyak, malam dan senyawa-senyawa lain yang ada hubungannya. Perbedaan lemak dan minyak adalah pada titik cairnya dimana lemak cenderung lebih tinggi titik cairnya karena molekulnya lebih berat dan rantai molekulnya lebih panjang. Kebutuhan ikan akan lemak juga bervariasi antara 4 – 18% dan

13

bebas didalam badan, darah dan limpa, mudah rusak dalam pengolahan, mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh air keluar dari bahan, tidak stabil dalam penyimpanan, kecuali vitamin B12 dapat disimpan dalam hati selama beberapa tahun, berfungsi sebagai koenzim atau kofaktor dalam reaksi enzimatik, kecuali vitamin C dan kelebihan vitamin ini di dalam tubuh akan dieksresikan ke dalam urin. Jenis vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), vitamin B5 (Asam pantotenat), vitamin B6 (Piridoksin), vitamin B12 (Kobalamin), biotin, asam folat, inositol, kolin dan vitamin C. Kelompok yang kedua adalah vitamin yang larut dalam lemak. Kelompok vitamin yang larut dalam lemak mempunyai sifat dapat disimpan dalam hati dan jaringanjaringan lemak, tidak larut dalam air maka vitamin ini tidak dapat dikeluarkan atau dieksresikan akibatnya vitamin ini dapat ditimbun dalam tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kelompok vitamin ini terdiri dari vitamin A, vitamin D, vitamin E dan vitamin K. Kebutuhan ikan akan vitamin sangat ditentukan oleh ukuran atau umur ikan, kandungan nutrien pakan, laju pertumbuhan dan lingkungan dimana ikan itu hidup. Vitamin merupakan koenzim yang sangat diperlukan dalam metabolisme tubuh. Bila kekurangan vitamin maka ikan akan memberikan gejala-gejala yang spesifik untuk setiap jenis vitamin. Penggunaan vitamin dalam pakan ikan biasanya memakai vitamin yang sintetik karena ikan tidak dapat

menggunakan bahan makanan yang segar, kecuali pada beberapa jenis ikan herbivora yang dapat memanfaatkan vitamin dari daun. Pada proses pembuatan pakan ikan, kehilangan vitamin tidak dapat dihindarkan karena sifat vitamin tersebut. Oleh karena itu perlu diperhitungkan kandungan vitamin yang tepat pada waktu menyusun formulasi pakan. Nutrien selanjutnya yang bukan merupakan sumber energi tetapi berperan sebagai kofaktor dalam setiap proses metabolisme adalah mineral. Mineral merupakan unsur anorganik yang dibutuhkan oleh organisme perairan (ikan) untuk proses hidupnya secara normal. Ikan sebagai organisme air mempunyai kemampuan untuk menyerap beberapa unsur anorganik ini tidak hanya dari makanannya saja tetapi juga dari lingkungannya. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam penyusunan pakan buatan mineral mix biasanya ditambahkan berkisar antara 2 – 5 % dari total jumlah bahan dan bergantung pada jenis ikan yang akan mengkonsumsinya. Walaupun sangat sedikit yang dibutuhkan oleh ikan mineral mempunyai fungsi yang sangat utama dalam tubuh ikan. Dalam buku teks ini akan dijelaskan secara detail tentang kebutuhan mineral pada ikan yang dibudidayakan serta dampak yang diakibatkan jika ikan kekurangan mineral dalam komposisi pakannya. Mineral berdasarkan konsentrasinya di dalam tubuh hewan dikelompok14

kan menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah mineral makro yaitu mineral yang konsentrasinya dalam tubuh organisme dibutuhkan dalam jumlah besar (lebih dari 100 mg/kg pakan kering) terdiri dari Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Sodium (Na), Potassium (K), Phosphorus (P), Clorine (Cl) dan Sulphur (S). Kelompok yang kedua adalah mineral mikro yaitu mineral yang konsentrasinya dalam tubuh setiap organisme dibutuhkan dalam jumlah sedikit (kurang dari 100 mg/kg pakan kering) terdiri dari Besi (Fe), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), Cobalt (Co), Molybdenum (Mo), Cromium (Cr), Selenium (Se), Fluorinr (F), Yodium (I), Nickel (Ni) dan lain-lain.

Teknologi pakan buatan Dalam buku teks ini akan diuraikan secara jelas tentang berbagai kajian yang mendukung dalam membuat suatu rekayasa dalam membuat pakan ikan. Beberapa subtopik akan dibahas antara lain adalah jenis-jenis bahan baku, bagaimana cara menyusun formulasi pakan ikan dari yang sangat sederhana sampai teknologi komputer, bagaimana prosedur pembuatan pakan dari skala rumah tangga sampai pabrikasi, dan bagaimana melakukan pengelolaan terhadap pakan yang sangat membutuhkan keahlian tersendiri agar dalam melakukan suatu usaha budidaya ikan menguntungkan. Dimana kita tahu bahwa pakan buatan merupakan

biaya operasional tertinggi kurang lebih 60% dari total biaya produksi, jika kita dapat mengelola dengan baik penggunaan pakan buatan dalam suatu uasaha budidaya ikan maka biaya pakan akan dapat dikurangi dan pertumbuhan ikan terjadi secara optimal sehingga keuntungan produksi meningkat. Selain itu dalam proses pemberian pakan pada ikan sebagai organisme air yang hidup dalam media air maka harus diketahui juga tentang kaitan antara pakan ikan dan kualitas air, sehingga pakan yang diberikan selama proses budidaya ikan berlangsung tidak memberikan dampak negatif terhadap media budidaya. Jenis-jenis bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat pakan ikan dapat dikelompokkan kedalam bahan baku hewani yaitu jenis-jenis bahan baku yang berasal dari hewan, bahan baku nabati yaitu jenis-jenis bahan baku yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan baku limbah industri yaitu bahan baku yang berasal dari hasil pengolahan industri pertanian, perikanan yang sudah tidak digunakan tetapi masih dapat diolah untuk sumber bahan baku pakan. Penyusunan formulasi pakan merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh para pembudidaya ikan yang akan membuat pakan ikan sendiri karena pakan ikan yang dibuat sendiri mempunyai keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan membeli dipasar. Pakan ikan yang dibuat sendiri mempunyai formulasi sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan 15

mengkonsumsi pakan tersebut. Karena setiap jenis ikan mempunyai kebutuhan kandungan nutrien/zat gizi yang spesifik. Oleh karena itu dalam menyusun formulasi pakan harus dibuat perencanaan yang tepat tentang peruntukkannya jenis dan umur ikan yang akan mengkonsumsinya. Dalam menyusun formulasi pakan ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain adalah metode segiempat/square methods merupakan metode penyusunan formulasi pakan yang paling lama sebagai dasar utama dalam menyusun formulasi pakan, selanjutnya adalah metode cobacoba/trial and error yaitu metode penyusunan formulasi pakan yang dilakukan dengan cara mencoba berbagai bahan dengan komposisi disesuaikan dengan kandungan gizi setiap bahan baku dan merupakan kelanjutan dari metode segiempat. Metode selanjutnya adalah metode aljabar merupakan suatu metode penyusunan formulasi pakan ikan dengan menggunakan persamaan matematika yaitu persamaan aljabar dan keempat juga menggunakan persamaan matematika yaitu persamaan linier. Penyusunan formulasi pakan dengan menggunakan persamaan matematika dapat menggunakan alat bantu komputer apabila anda bisa membuat program matematika tersebut dalam komputer. Selain itu ada juga yang menyusun formulasi pakan ikan dengan metode worksheet yang prinsipnya hampir sama dengan persamaan sebelumnya, perbedaannya hanya menggunakan lembar kerja setiap

langkah untuk memudahkan dalam penyusunan formulasi. Pakan ikan dibuat oleh para produsen untuk memenuhi kebutuhan produksi budidaya ikan. Jika para pembudidaya ikan dapat membuat pakan ikan sendiri akan sangat menguntungkan apabila dipahami prosedur pembuatan pakan ikan yang benar. Pakan ikan dapat dibuat secara skala rumahtangga maupun secara pabrikasi. Prinsip dalam pembuatan pakan ikan yang harus dipahami adalah bagaimana prosedur yang benar dalam membuat pakan ikan. Pakan ikan berbeda dengan pakan ternak, pakan ikan dibuat untuk dikonsumsi oleh ikan yang hidup diair, mempunyai ukuran lambung yang pendek, dan tidak langsung dapat dikonsumsi ikan tetapi berhubungan dengan media air dimana ikan hidup. Oleh karena itu dalam prosedur pembuatan pakan harus diperhatikan dengan benar tentang komposisi bahan baku yang akan digunakan dalam membuat pakan ikan, bentuk bahan baku yang akan digunakan harus dalam bentuk tepung. Oleh karena itu tahapan pertama dalam prosedur pembuatan pakan adalah membuat tepung semua bahan baku yang disebut dengan milling. Peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan penepungan bahan baku ada berbagai macam bergantung pada kapasitas bahan baku yang akan ditepung mulai dari disc mill, hammer mill dan lain-lain. Prosedur selanjutnya setelah bahan baku ditepung adalah melakukan penimbangan bahan baku jika proses pembuatan pakan dilakukan secara skala rumah tangga, tetapi 16

jika pembuatan pakan dilakukan secara pabrikasi maka langkah selanjutnya adalah pencampuran atau mixing. Setelah dilakukan pencampuran langkah selanjutnya adalah pembuatan adonan sampai benar-benar tercampur secara sempurna, kemudian pencetakan pakan buatan atau pelleting. Pakan yang telah terbentuk sesuai dengan keinginan pembuat jika dilakukan secara skala rumah tangga maka pakan tersebut harus dilakukan pengeringan atau drying, tetapi jika dilakukan secara pabrikasi dimana peralatan pembuatan pakannya telah dilengkapi dengan peralatan steam untuk mengeringkan pakan sehingga tidak dibutuhkan proses pengeringan pakan. Langkah terakhir dalam proses pembuatan pakan adalah pengemasan dan pengangkutan pakan kepada para konsumen. Pakan dibutuhkan dalam suatu usaha budidaya ikan dapat berasal dari pakan alami dan pakan buatan. Pada usaha budidaya ikan yang intensif pakan yang digunakan dalam usaha tersebut adalah pakan buatan. Oleh karena itu harus dibuat suatu manejemen pakan yang baik agar pakan yang digunakan benar efisien dan efektif. Penggunaan pakan yang benar dalam proses budidaya akan sangat menguntungkan para pembudidaya. Selain itu ikan sebagai organisme air maka habitatnya selalu berada didalam air. Oleh karena itu bagaimana para pembudidaya ikan harus memahami keterkaitan antara pakan ikan dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Saat ini telah ditemukan tentang formulasi pakan ikan yang ramah

lingkungan yang memperhatikan kandungan gizi pakan dengan dampaknya terhadap kualitas air sebagai media budidaya ikan.

Teknologi pakan alami Pada bab sebelumnya telah dibahas tentang pakan buatan, pada bab ini akan dibahas tentang jenis-jenis pakan alami yang dapat digunakan dalam budidaya ikan, bagaimana melakukan budidaya berbagai jenis pakan alami yang dapat dikonsumsi oleh ikan terdiri dari phytoplankton, zooplankton dan bentos. Plankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air. Plankton didalam perairan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad nabati sedangkan zooplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani. Sedangkan bentos adalah organisme air yang hidup didasar perairan . Jenis-jenis phytoplankton dan zooplankton yang dapat dibudidayakan dapat dikelompokkan berdasarkan habitatnya adalah plankton air tawar dan plankton air laut. Plankton air tawar digunakan untuk ikan-ikan air tawar dan plankton air laut digunakan untuk ikan-ikan air laut. Begitu juga dengan benthos disesuaikan dengan habitatnya tetapi benthos yang 17

sudah dapat dibudidayakan pada umumnya adalah yang berasal dari air tawar. Untuk meningkatkan mutu dari pakan alami saat ini sudah dapat dilakukan tenkologi bioenkapsulasi yaitu proses peningkatan mutu dari zooplankton yang telah dibudidayakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva yang mengkonsumsi pakan alami tersebut. Ada berbagai macam bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dari zooplankton tersebut. Dalam buku teks ini akan dibahas berbagai cara dan bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dari pakan alami.

Hama dan penyakit ikan Pada setiap kegiatan budidaya ikan pasti akan terdapat kendala yang dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas dalam suatu usaha. Penyebab utama terjadinya kegagalan produksi ikan budidaya biasanya disebabkan oleh karena adanya hama dan penyakit yang menyerang dalam wadah budidaya ikan. Karena ikan yang sakit tidak akan mengalami pertumbuhan berat badan yang optimal dan hal ini sangat merugikan bagi para pembudidaya. Agar tidak terjadi serangan hama dan penyakit ikan dalam wadah budidaya maka sebelum dilakukan kegiatan budidaya harus dilakukan treatment pada wadah yang akan digunakan seperti membersihkan wadah budidaya, penggunaan air yang baik secara kualitas dan kuantitas,

peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan budidaya telah disucihamakan, jangan memelihara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat secara bersamaan, membuang segera ikan yang sakit. Jika ikan telah terserang hama dan penyakit ikan maka langkah yang harus dilakukan adalah melakukan pengobatan terhadap ikan yang sakit. Dalam buku teks ini akan dibahas tentang jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya, beberapa kegiatan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit ikan serta cara melakukan pengobatan jika ikan yang dibudidayakan telah terserang hama dan penyakit ikan. Hama adalah makhluk hidup yang menyerang atau memangsa ikan yang dipelihara sehingga ikan tersebut mati. Jenis hama ada beberapa macam ada hama yang menyerang larva ikan, benih ikan atau ikan ukuran besar. Penyakit ikan adalah suatu akibat dari interaksi tiga komponen yaitu lingkungan, ikan itu sendiri dan agen penyakit yang menyebabkan ikan yang dibudidayakan menjadi sakit dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ikan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah penyakit ikan yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit dan makanan. Pada bagian selanjutnya akan dibahas secara detail jenisjenis penyakit dan cara penanggulangannya serta pengobatannya.

18

Pemasaran Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian pemasaran, ciri-ciri pemasaran hasil perikanan, perencanaan dan target penjualan, estimasi harga jual, sistem penjualan dan strategi promosi. Dengan mempelajari materi pemasaran ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang pemasaran hasil produksi budidaya ikan dengan berbagai karakteristik produk perikanan yang laku jual dimasyarakat. Analisa Usaha Budidaya Ikan Dalam suatu kegiatan budidaya tujuan dilakukannya produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk hasil budidaya ikan. Budidaya ikan sebagai salah satu usaha yang menghasilkan ikan untuk dijual yang berarti akan mendapatkan suatu nilah tambah bagi para pembudidayanya. Dalam bab ini akan dibahas tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu usaha budidaya ikan menguntungkan dikaji dari aspek ekonomi. Oleh karena itu akan dibahas tentang pengertian studi kelayakan, Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBC Ratio), Internal Rate of return, Analisis break Event Point (BEP), dan aplikasi analisa usaha. Dalam melakukan usaha budidaya ikan diharapkan produk yang dihasilkan akan terjual semua dan mempunyai harga yang sesuai dengan keinginan penjual sehingga akan diperoleh

keuntungan. Jika dalam melakukan suatu usaha tidak mendapatkan keuntungan sebagai upah dari mengelola usaha budidaya ikan maka para pembudidaya ikan tidak akan tertarik untuk membudidayakan komoditas perikanan. Seperti kita ketahui budidaya ikan pada kondisi lahan yang semakin lama semakin terbatas karena bertambahnya populasi manusia di bumi harus selalau dibudidayakan dan memberikan nilai tambah bagi para pembudidaya. Kesehatan dan keselamatan kerja Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja pada suatu usaha budidaya ikan harus dapat diaplikasikan. Dengan melaksanakan Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungaan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Peraturan tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada dunia usaha dan dunia industri telah diatur oleh negara yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Usaha budidaya ikan merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan ditempat tertutup atau terbuka seperti kolam, tambak, jaring terapung. Oleh karena itu harus diperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja selama melakukan kegiatan budidaya diberbagai tempat kerja. Tempat 19

kerja merupakan suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atausering dimasuki tempat kerja untuk keperluan usaha dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Dengan melakukan budidaya ikan secara intensif untuk memperoleh target produksi yang telah ditetapkan maka kesehatan dan keselamatan kerja harus selalu diperhatikan agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kecerobohan atau kelalaian manusia.

20

BAB II

2.1. Jenis-Jenis Wadah Budidaya Ikan Dalam budidaya ikan air tawar dan laut, ada beberapa jenis wadah yang dapat digunakan antara lain adalah kolam, bak, akuarium, jaring terapung/ karamba jaring apung. Kolam dapat digunakan sebagai wadah untuk budidaya ikan air tawar sedangkan bak, akuarium, jaring terapung dapat digunakan untuk melakukan budidaya ikan air tawar dan laut. Kolam dan bak berdasarkan defenisinya dibedakan karena kolam dalam bahasa Inggrisnya pond adalah suatu wadah yang dapat menampung air dalam luasan yang terbatas, sengaja dibuat oleh manusia dengan cara melakukan penggalian tanah pada lahan tertentu dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 1,5 – 2,0 m dan sumber air bermacam-macam. Sedangkan bak atau tanki adalah suatu wadah budidaya ikan yang sengaja dibuat oleh manusia yang berada diatas permukaan tanah yang dapat menampung air dengan bahan baku yang digunakan untuk membuat bak tersebut disesuaikan dengan kebutuhan manusia.

WADAH BUDIDAYA IKAN

Jenis-jenis kolam dapat dibedakan berdasarkan sistem budidaya yang akan diterapkan dan sumber air yang digunakan. Sedangkan jenis-jenis bak atau tanki ini biasanya dikelompokkan berdasarkan bahan baku pembuatannya yaitu yang terbuat dari beton disebut bak beton, yang terbuat dari kayu dilapisi dengan plastik disebut bak plastik, yang terbuat dari serat fiber disebut bak fiber. Akuarium merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk budidaya ikan yang terbuat dari kaca dan mempunyai ukuran tertentu. Jaring terapung merupakan suatu wadah budidaya ikan air tawar dan laut yang sengaja dibuat oleh manusia untuk membatasi air yang berada dalam suatu perairan umum (danau, laut, waduk, sungai) agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan. 2.1.1. Kolam Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air yang biasa dilakukan yaitu :

21

1. Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah (Gambar 2.1). 2. Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya(dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah (Gambar 2.2). 3. Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok (Gambar 2.3). Jenis-jenis kolam berdasarkan sumber air yang digunakan adalah kolam air mengalir/running water dengan sumber air berasal dari sungai atau saluran irigasi dimana pada kolam tersebut selalu terjadi aliran air yang debitnya cukup besar (50 l/detik) dan kolam air tenang/ stagnant water dengan sumber air yang digunakan untuk kegiatan budidaya adalah sungai, saluran irigasi, mata air, hujan dan lain-lain tetapi aliran air yang masuk ke dalam kolam sangat sedikit debit airnya (0,5 – 5 l/detik) dan hanya berfungsi menggantikan air yang meresap dan menguap.

Gambar 2.1. Kolam tanah

Gambar 2.2. Kolam semiintensif

Gambar 2.3. Kolam Intensif Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan berdasarkan proses budidaya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kolam antara lain adalah kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan/ pembesaran, kolam pemberokan induk. Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat sebagai tempat perkawinan induk-induk ikan budidaya. Ukuran kolam pemijahan ikan bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan dipijahkan dalam setiap kali pemijahan. Bentuk kolam 22

pemijahan biasanya empat persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 x 1,5 m dengan kedalaman air 0,75 – 1,00 m. Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan yang baik yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air yang mengalir serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih dari kotoran atau rumputrumput liar (Gambar 2.4).

Gambar 2.5. Kolam Penetasan Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi). Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah dasar kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan (Gambar 2.6).

Gambar 2.4. Kolam Pemijahan Kolam penetasan adalah kolam yang khusus dibuat untuk menetaskan telur ikan , sebaiknya dasar kolam penetasan terbuat dari semen atau tanah yang keras agar tidak ada lumpur yang dapat mengotori telur ikan sehingga telur menjadi buruk atau rusak. Ukuran kolam penetasan disesuaikan juga dengan skala usaha. Biasanya untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan larva, ukurannya adalah 3 x 2 m atau 4 x 3 m (Gambar 2.5).

Gambar 2.6. Kolam Pemeliharaan Kolam pemberokan adalah kolam yang digunakan untuk menyimpan induk-induk ikan yang akan dipijahkan atau ikan yang akan dijual/angkut ke tempat jauh (Gambar 2.7) 23

Gambar 2.7. Kolam Pemberokan

Gambar 2.9. Bak fiber

2.1.2. Bak Wadah budidaya ikan selanjutnya adalah bak atau tanki yang dapat digunakan untuk melakukan budidaya ikan. Berdasarkan proses budidaya ikan, jenis bak yang akan digunakan disesuaikan dengan skala produksi budidaya dan hampir sama dengan kolam dimana dapat dikelompokkan menjadi bak pemijahan, bak penetasan, bak pemeliharaan dan bak pemberokan. Bak yang digunakan untuk melakukan pemijahan ikan biasanya adalah bak yang terbuat dari beton (Gambar 2.8) atau fiber (Gambar 2.9) sedangkan bak plastik (Gambar 2.10) biasanya digunakan untuk melakukan pemeliharaan larva ikan.

Gambar 2.10. Bak Plastik 2.1.3. Akuarium Akuarium merupakan salah satu wadah pemeliharaan ikan yang relatif sangat mudah dalam perawatannya. Akuarium dapat digunakan untuk budidaya ikan tawar dan air laut biasanya pada proses kegiatan pembenihan ikan atau untuk pemeliharaan ikan hias. Akuarium ini terbuat dari bahan kaca dimana penamaan akuarium ini berasal dari bahasa latin yaitu aqua yang berarti air dan area yang berarti ruang. Jadi akuarium ini adalah ruangan yang terbatas untuk tempat air yang berpenghuni, yang dapat diawasi dan dinikmati.

Gambar 2.8. Bak Beton 24

Akuarium yang digunakan untuk budidaya ikan ini dapat dibuat sendiri atau membeli langsung dari toko. Fungsi akuarium sebagai wadah untuk budidaya ikan juga dapat berfungsi sebagai penghias ruangan dimana akuarium tersebut dapat dinikmati keindahannya oleh penggemarnya. Berdasarkan fungsinya, akuarium dapat dibedakan antara lain adalah : 2.1.3.1. Akuarium Umum Akuarium ini diisi dengan berbagai jenis ikan dan tanaman air yang bertujuan untuk penghias ruangan. Syarat akuarium umum : a. Akuarium akan diletakkan sesuai dan serasi dengan ruangan. b. Alat perlengkapan akuarium meliputi aerator, kabel listrik, pipa pvc, dan lain-lain yang diletakkan tersembunyi supaya nampak alami. c. Usahakan dasar akuarium tampak alami d. Tanaman disusun dengan estetika e. Jenis ikan yang dipelihara harus harmonis Jenis akuarium ini biasanya digunakan sebagai hiasan bagi berbagai jenis ikan yang dapat dinikmati keindahan warna tubuh ikan baik ikan air tawar maupun ikan air laut dari jenis ikan hias maupun ikan konsumsi.

2.1.3.2. Akuarium Kelompok Ikan-ikan yang dipelihara di dalam akuarium kelompok harus ikan sejenis/sekeluarga serta ditanami oleh tanaman air yang tanaman air yang diperlukan oleh kelompok ikan yang dipelihara. Syarat akuarium kelompok : a. Jenis ikan yang dipelihara harus masih sekarabat b. Susunan tanaman air disesuaikan dengan ikan yang dipelihara. Jenis akuarium ini biasanya digunakan untuk memelihara ikan dalam satu kelompok baik ikan hias maupun ikan konsumsi dari ikan air tawar dan laut (Gambar 2.11).

Gambar 2.11. Akuarium Kelompok 2.1.3.3. Akuarium Sejenis Dalam akuarium ini, estetika dan dekorasi dikesampingkan, karena tujuan dari akuarium sejenis untuk mengembang-biakan ikan. Jenis akuarium ini yang biasa digunakan untuk membudidayakan ikan air tawar dan laut (Gambar 2.12). 25

Gambar 2.12. Akuarium sejenis 2.1.3.4. Akuarium Tanaman Dalam akuarium ini yang memegang peranan adalah tanaman air. Ikan dimasukan kedalam akuarium untuk penghias dan pemelihara tanaman.

karamba merupakan alternatif wadah budidaya ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan karena seperti diketahui wilayah Indonesia ini terdiri dari 70% perairan baik air tawar maupun air laut. Dengan menggunakan wadah budidaya karamba dapat diterapkan beberapa sistem budidaya ikan yaitu secara ekstensif, semi intensif maupun intensif disesuaikan dengan kemampuan para pembudidaya ikan. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ada beberapa antara lain adalah karamba jaring terapung, karamba bambu tradisional dengan berbagai bentuk bergantung pada kebiasaan masyarakat sekitar. Teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ini relatif tidak mahal dan sederhana, tidak memerlukan lahan daratan menjadi badan air yang baru serta dapat meningkatkan produksi perikanan budidaya. Jenis karamba jaring apung yang digunakan untuk membudidayakan ikan dapat dilihat pada Gambar 2.14 dan 2.15.

Gambar 2.12. Akuarium Tanaman

2.1.4. Keramba Jaring Apung (KJA) Wadah budidaya ikan selanjutnya yang dapat digunakan oleh masyarakat yang tidak memiliki lahan darat dalam bentuk kolam, masyarakat dapat melakukan budidaya ikan di perairan umum. Budidaya ikan dengan menggunakan

Gambar 2.14. Kolam jaring terapung tampak atas

26

berbentuk bujur sangkar, berbentuk lingkaran atau berbentuk segitiga. Dari berbagai bentuk kolam ini yang harus diperhatikan adalah tentang persyaratan teknis konstruksi kolam. Persyaratan teknis konstruksi suatu kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan sebaiknya mempunyai : Gambar 2.15. Kolam jaring terapung tampak depan

2.2. Konstruksi Wadah Budidaya Dari beberapa jenis wadah budidaya ikan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat digunakan untuk menentukan jenis wadah yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan. Langkah selanjutnya adalah memahami konstruksi wadah budidaya agar wadah budidaya yang akan dibuat sesuai dengan kaidah budidaya. 2.2.1. Konstruksi kolam Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh pemilihan lokasi yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah yang akan dijadikan kolam harus mampu menyimpan air atau kedap air sehingga kolam yang akan di buat tidak bocor. Bentuk kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada beberapa macam antara lain adalah kolam berbentuk segi empat/empat persegipanjang,

2.2.1.1. Pematang kolam. Pematang kolam dibuat untuk menahan massa air didalam kolam agar tidak keluar dari dalam kolam. Oleh karena itu jenis tanah yang akan digunakan untuk membuat pematang kolam harus kompak dan kedap air serta tidak mudah bocor. Jenis tanah yang baik untuk pematang kolam adalah tanah liat atau liat berpasir. Kedua jenis tanah ini dapat diidentifikasi dengan memperhatikan tanah yang ciricirinya antara lain memiliki sifat lengket, tidak poros, tidak mudah pecah dan mampu menahan air. Ukuran pematang disesuaikan dengan ukuran kolam. Tinggi pematang ditentukan oleh kedalaman air kolam, sebaiknya dasar pematang kolam ini ditanam sedalam ± 20 cm dari permukaan dasar kolam. Bentuk pematang yang biasa dibuat dalam kolam budidaya ikan ada dua bentuk yaitu berbentuk trapesium sama kaki dan bentuk trapesium tidak sama kaki. Bentuk pematang trapesium sama kaki artinya perbandingan antara kemiringan pematang 1 : 1 (Gambar 2.16),

27

Gambar 2.16. Bentuk pematang trapesium sama kaki sedangkan bentuk pematang trapesium tidak sama kaki artinya perbandingan antara kemiringan pematang 1 : 1,5 (Gambar 2.17).

adalah 1 m maka lebar pematang pada bagian bawahnya adalah 4 m pada kedalaman kolam 1 m. 2.2.1.2. Dasar kolam dan saluran

Gambar 2.17. Bentuk pematang trapesium tidak sama kaki Sebagai acuan dalam membuat pematang kolam untuk kolam yang berukuran 200 m2 lebar pematang dibagian atas adalah 1 m maka lebar pematang pada bagian bawahnya adalah 3 m untuk pematang bentuk trapesium sama kaki pada kedalaman kolam 1m, jika kolam tersebut dibuat dengan pematang trapesium tidak sama kaki maka lebar pematang pada bagian atas

Dasar kolam untuk budidaya ikan ini dibuat miring ke arah pembuangan air, kemiringan dasar kolam berkisar antara 1-2% yang artinya dalam setiap seratus meter panjang dasar kolam ada perbedaan tinggi sepanjang 1-2 meter (Gambar 2.18).

Gambar 2.18. Kemiringan dasar kolam Cara pengukuran yang mudah untuk mengetahui kemiringan dasar kolam adalah dengan menggunakan selang 28

air yang kecil. Pada masing-masing ujung pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air ditempatkan sebatang kayu atau bambu yang sudah diberi ukuran, yang paling bagus meteran, kemudian selang kecil yang telah berisi air direntangkan dan ditempatkan pada bambu, kayu atau meteran. Perbedaan tinggi air pada ujungujung selang itu menunjukkan perbedaan tinggi tanah/ kemiringan dasar kolam. Saluran didalam kolam budidaya ada dua macam yaitu saluran keliling atau caren dan saluran tengah atau kemalir. Saluran didalam kolam ini dibuat miring ke arah pintu pengeluaran air. Hal ini untuk memudahkan di dalam pengeringan kolam dan pemanenan ikan (Gambar 2.19).

Gambar 2.20. Pintu pemasukkan air dan pengeluaran air ditengah Ada juga letak pintu pengeluaran dan pemasukan air berada disudut secara diagonal (Gambar 2.21). Letak pintu air tersebut ada kelemahannya yaitu air dikedua sudut yang lain tidak berganti dan memperpanjang saluran pengeringan sehingga penangkapan ikan relatif berlangsung agak lama.

Gambar 2.19. Saluran tengah atau kemalir

2.2.1.3. Pintu air Kolam yang baik harus memiliki pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air secara terpisah. Letak pintu pemasukkan dan pengeluaran air sebaiknya berada di tengah-tengah sisi kolam terpendek agar air dalam kolam dapat berganti seluruhnya (Gambar 2.20).

Gambar 2.21. Pintu pengeluaran dan pemasukan air berada disudut Pada kolam tanah pintu pemasukan dan pengeluaran air dibuat dari bambu atau pipa paralon. Bentuk pintu pemasukan 29

diletakkan sejajar dengan permukaan tanggul sedangkan pintu pengeluaran dapat dibuat dua model yaitu pertama sama dengan pintu pemasukkan dengan ketinggian sesuai dengan tinggi air kolam dan kedua dibuat dengan model huruf L (Gambar 2.22). Gambar 2.23. Pintu pemasukan dan pengeluaran air menggunakan sistem monik

Gambar 2.22. Pintu pemasukan dan pengeluaran air bentuk L Pada kolam beton pintu pemasukan dan pengeluaran air menggunakan sistem monik. Pada pintu air sistem monik ini ada celah penyekatnya dan dapat dibuat lebih dari satu. Celah penyekat ini berfungsi untuk menempatkan papan-papan kayu yang disusun bertumpuk. Papanpapan kayu ini dapat dibuka dan diatur yang pengaturannya disesuaikan dengan kebutuhan. Pada pintu air ini papan penyekatnya dapat diganti dengan saringan (Gambar 2.23).

Persyaratan konstruksi teknik dalam membuat bak yang akan digunakan untuk budidaya ikan secara prinsip hampir sama dengan kolam dimana harus mempunyai pintu pemasukan dan pengeluaran air tetapi dasar bak pada umumnya adalah rata. Konstruksi pintu dan pemasukan air pada bak dapat dibuat dengan model pembuatan instalasi air untuk pemasukan air dan pengeluaran airnya menggunakan pipa paralon (PVC) dengan bentuk huruf L (Gambar 2.24).

Gambar 2.24 Pemasukan dan pengeluaran air pipa paralon (PVC)

30

2.2.2. Konstruksi Akuarium Konstruksi wadah akuarium sangat bergantung pada desain yang akan dikerjakan berdasarkan bentuk akuarium yang diinginkan. Bentuk akuarium yang biasa digunakan sebagai wadah budidaya ikan antara lain adalah akuarium segiempat, akuarium trapesium, akuarium segidelapan, akuarium segienam, akuarium botol dan akuarium ellips. Setelah merencanakan bentuk

akuarium kaca yang akan dibuat, langkah selanjutnya menentukan ukuran kaca yang akan dipergunakan untuk membuat akuarium. Ukuran kaca yang akan digunakan biasanya berkisar antara 3 mm – 16 mm. Sebagai acuan dalam membuat akuarium, ukuran kaca yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Untuk kaca yang akan digunakan sebagai dasar akuarium sebaiknya ketebalannya ditambah 1 – 2 mm.

Tabel 2.1. Perbandingan antara ukuran akuarium dengan ketebalan kaca Tebal kaca (mm)

Panjang akuarium (cm)

3 3 3 5 5 6 6 10 10 10 12 16

30 40 50 70 80 90 120 150 150 180 190 200

Setelah menentukan bentuk dan ukuran kaca yang akan dipergunakan untuk membuat akuarium maka langkah selanjutnya adalah memotong kaca. Kaca yang dipergunakan untuk membuat akuarium masih dalam bentuk lembaran kaca. Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam memotong kaca antara lain adalah :

Lebar akuarium (cm) 20 20 30 35 40 45 50 45 45 45 50 70

Tinggi akuarium (cm) 20 30 30 35 40 45 50 50 60 60 60 65

1. Letakkan lembaran kaca pada meja kerja, meja kerja harus dalam keadaan datar dan bersih. Hal ini untuk menghindari terjadinya keretakan kaca yang akan dipergunakan.

31

Gambar 2.25. Meletakan lembaran kaca 2. Ukuran kaca yang akan dipotong ini disesuaikan dengan bentuk akuarium yang akan dibuat. Dalam membuat potonganpotongan kaca, lembaran kaca dibuat polanya terlebih dahulu dengan menggunakan spidol dan penggaris besi. Pola yang sudah dibentuk dapat langsung dipotong.

Gambar 2.27. Memotong kaca 4. Setelah kaca terpotong, bagian pinggir dari potongan-potongan kaca harus dihaluskan dengan gerinda atau batu asahan karborondum.

Gambar 2.28. Menghaluskan bagian pinggir kaca

Gambar 2.26. Mengukur kaca 3. Untuk memotong kaca gunakan alat pemotong kaca yang banyak dijual di toko besi.

Setelah kaca yang dibutuhkan untuk membuat akuarium tersebut disiapkan langkah selanjutnya adalah melakukan perakitan akuarium. Dalam merakit akuarium dibutuhkan ketelitian dan ketepatan dalam merangkainya. Kaca sebagai bahan utama dalam pembuatan akuarium dapat diperoleh dengan cara membeli lembaran kaca atau 32

membeli potongan kaca sesuai dengan ukuran yang tepat. Akuarium sebagai salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan baik ikan hias maupun ikan konsumsi yang berasal dari perairan tawar dan laut dapat diperoleh dengan cara membeli langsung ditoko atau membuatnya sendiri. Dengan membuat akuarium sendiri akan diperoleh keuntungan antara lain adalah harganya relatif lebih murah, ukuran sesuai dengan kebutuhan dan kaca yang digunakan mempunyai ketebalan sesuai dengan luasan akuarium yang dibuat. Dalam membuat akuarium, ada beberapa hal yang harus dikuasai agar akuarium yang dibuat tidak bocor dan tahan lama, yaitu merancang/mendesain akuarium, memotong kaca, merakit akuarium dan melakukan uji coba terhadap akuarium tersebut.Akuarium yang akan dirakit sendiri, langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan kaca sebagai dasar utama pembuatan akuarium. Kaca yang akan dirakit menjadi akuarium ini sudah dalam bentuk potonganpotongan kaca yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran akuarium yang akan dibuat. Sebelum dirakit kaca-kaca tersebut sebaiknya dilakukan penggosokan dengan menggunakan batu asahan karborundum atau gerinda. Hal ini bertujuan agar akuarium yang dibuat tidak berbahaya bagi pemakainya. Kaca-kaca yang telah dihaluskan seluruh bagian pinggirnya dengan gerinda ini telah siap untuk dirakit. Langkah selanjutnya adalah

menyiapkan alat dan bahan lainnya yaitu lem kaca silikon, alat tembak lem, lakban besar dan cutter. Lem kaca yang digunakan adalah lem silikon yaitu lem khusus untuk merekatkan kaca agar melekat dengan baik dan tidak bocor. Alat tembak lem silikon ini berfungsi untuk memudahkan si pembuat akuarium dalam merakit akuarium, bentuk alat tembak ini seperti pistol sehingga disebut alat tembak.

Gambar 2.29. Lem silikon dan alat tembak lem

Gambar 2.30. Penggunaan alat tembak lem Sedangkan lakban yang digunakan dalam merakit akuarium sebaiknya lakban plastik yang berwarna colklat 33

atau hitam dengan ukuran lebar lakbannya adalah 5 cm. Lakban ini berfungsi untuk membantu berdirinya kaca dengan kaca lainnya agar tidak bergeser yang memudahkan dalam pemberian lem kaca.

Langkah terakhir dalam merakit akuarium adalah melakukan uji coba terhadap akuarium tersebut. Ujicoba tersebut dilakukan dengan mengisi air ke dalam akuarium selama 24 jam dan perhatikan apakah ada bagian yang bocor. Untuk memperoleh akuarium yang rapih setelah diuji coba bersihkan lem yang tidak rapih dengan menggunakan cutter. 2.2.3. Konstruksi Keramba Jaring Apung

Gambar 2.31. Plakban pada kaca Pada saat menempelkan lem silikon ke kaca sebaiknya ketebalan lem pada seluruh permukaan kaca sama. Hal ini akan membuat ketebalan lem sama pada setiap sudut . Setelah seluruh kaca terakit menjadi akuarium, langkah selanjutnya adalah mengeringkan akuarium tersebut minimal selama 24 jam agar lem silikon tersebut benar-benar kering.

Gambar 2.31. Mengeringkan akuarium

Wadah budidaya ikan selanjutnya yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia adalah karamba jaring terapung. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring. Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring dan tempat lalu lalang orang pada waktu memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan tempat pemeliharaan ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan yang mempunyai masa pakai yang lama. Dalam mendesain konstruksi wadah budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk membuat budidaya ikan dijaring terapung. Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. 34

Sebelum membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Sama seperti wadah budidaya ikan sebelumnya persyaratan secara teknis dan sosial ekonomis dalam memilih lahan yang akan digunakan untuk melakukan budidaya ikan harus diperhatikan. Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah : 1. Arus air. Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar perairan. Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit

budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis pantai. 2. Tingkat kesuburan. Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi. 3. Bebas dari pencemaran. Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut. Bahan pencemar yang biasa 35

masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus. Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut. 4. Kualitas air. Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan. Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada Bab 2. Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis

maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang akan dibuat. Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain : 1. Kerangka Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut. Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali. Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun. Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan bambu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah 36

juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. Bambu yang digunakan untuk kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5 – 7 cm di bagian pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3 – 5 cm. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm tetapi jenis bambu ini kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk. Ukuran kerangka jaring terapung berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan cirata pada umumnya menggunakan kerangka dari bambu dengan ukuran 7 X 7 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari empat buah petak/kantong. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.32.

2. Pelampung Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2. Jenis pelampung dan lama pemakaian No. 1. 2. 3.

Jenis pelampung Drum besi Styrofoam Fiberglass

Lama pemakaian (bulan) 12 – 15 36 – 75 50 – 75

Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 33 – 35 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.33.

Gambar 2.32. Kerangka Jaring Apung

37

Gambar 2.33. Pelampung drum besi

3. Pengikat Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring. 4. Jangkar Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.34.

Gambar 2.34. Jangkar 5. Jaring Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan umum, biasanya terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. Kantong jaring terapung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan, untuk ikan air laut ukuran kantong jaring yang biasa digunakan berukuran mulai 2 X 2 38

X 2 m sampai 5 X 5 x 5 m. Sedangkan untuk jenis ikan air tawar berkisar antara 3 X 3 X 3 m sampai 7 X 7 X 2,5 m. Untuk mengurangi resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain, biasanya kantong jaring terapung dipasang rangkap (doubel) yaitu kantong jaring luar dan kantong jaring dalam. Ukuran jaring bagian luar biasanya mempunyai mata jaring (mesh size) yang lebih besar.

Tabel 2.3. Ukuran mata jaring yang digunakan berdasarkan ukuran ikan yang dibudidayakan.

Salah satu contohnya adalah sebagai berikut : a. Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring luar. b. Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai kantong jaring dalam.

Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m. Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring.

Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di perairan umum, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inch. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

No.

Ukuran mata jaring

Ukuran ikan

1. 2. 3. 4.

0,5 cm 1,0 cm 2,5 cm > 2,5 cm

1 – 2 cm 5 – 10 cm 20 – 30 cm > 30 cm

Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan 39

tertarik/terbuka (”Hang In Ratio”). Nilai ”Hang In Ratio” dalam membuat kantong jaring terapung adalah 30%. Adapun perhitungan yang digunakan untuk memotong jaring ada dua cara, yaitu : (1) menggunakan rumus tertentu dan (2) melakukan perhitungan cara di lapangan. Rumus berdasarkan ”Hang In Ratio” adalah sebagai berikut : i 1. L = ----------1-S 2. d = D √ 2S – S2 Keterangan : S : Hang In Ratio L : Panjang jaring sebelum Hang In atau dalam keadaan tertarik i : Panjang tali ris D : dalam kantong jaring (jumlah mata jaring dikalikan ukuran mata jaring dalam keadaan tertarik) D : dalam kantong jaring sesudah Contoh penggunaan rumus dalam menghitung jaring yang akan dipotong dengan ukuran 7 X 7 X 2 m adalah sebagai berikut: Misalnya, kantong jaring yang akan dibuat 7 X 7 X 2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Diketahui Hang In Ratio (S) adalah 30% = 0,3, Panjang tali ris (i) = 4 X 7 m = 28 m. Maka untuk mencari panjang jaring sebelum Hang In adalah :

i L = -----1–S 28 28 L = ------- = ------- = 40 m 1 – 0,3 0,7 Jadi panjang tiap sisi adalah 40 m : 4 = 10 m Jumlah mata jaring 10 m = 1000 cm : 5,08 cm = 197,04 mata jaring dibulatkan 197 mata jaring. Diketahui dalam jaring sesudah Hang In (d) adalah 2 m, maka dalam kantong jaring sebelum dipotong (D) adalah : d

=

D =

D √ 2S – S2 d -----------√ 2S – S2

2 D = -------------------√ 2 (0,3) – 0,32 2 = --------------√ 0,6 – 0,09 2 = ---------√ 0,51 =

2 --------- = 2,8 m 0,7141

Jadi jumlah mata jaring 2,8 m = 280 cm : 5,08 cm = 55,1 mata jaring dibulatkan menjadi 55 mata jaring. 40

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh ukuran lembaran jaring yang akan dipotong untuk kantong jaring berukuran 7 X 7 X 2 m adalah 197 X 197 X 55 mata jaring. Sedangkan para petani ikan dilapangan biasanya menghitung jaring yang akan digunakan untuk membuat kantong jaring menggunakan perhitungan sebagai berikut : Misalnya kantong jaring yang akan dibuat berukuran 7 X 7 X 2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Berdasarkan hasil penelitian panjang jaring akan berkurang sebesar 30% dari semula. Maka secara praktis dilapangan diperhitungkan jumlah mata jaring dalam setiap meter adalah: 100 ------------------------------ = (100% - 30%) X 2,54

100 ------------------ = 0,7 X 2,54 100 --------- = 56,2 = 56 1,778 Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, jumlah mata jaringnya adalah 392 X 392 X 112 mata jaring. Sedangkan ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah mata jaring yang akan dipotong adalah 196 X 196 X 56. Angka-angka ini diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah mata jaring. Berdasarkan hasil kedua perhitungan tersebut memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring. Jaring tersebut dibentangkan dan dibuat pola seperti Gambar 2.35.

Gambar 2.35. Pola jaring 41

Sebagai acuan untuk melakukan pemotongan jaring yang akan dipergunakan untuk

membuat kantong jaring terapung dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Perhitungan jumlah mata jaring yang harus dipotong dalam berbagai ukuran kantong jaring dan mata jaring. Ukuran kantong jaring (p X l X t) (meter)

Ukuran mata jaring (inch)

Ukuran kantong jaring (p X lX t) dalam jumlah mata jaring

2 X 2 X2

1 2

112 X 112 X 112 56 X 56 X 56

3X3X2

1 2

168 X 168 X 112 84 X 84 X 56

4X4X2

1 2

224 X 224 X 112 112 X 112 X 56

5X5X2

1 2

280 X 280 X 112 140 X 140 X 56

6X6X2

1 2

336 X 336 X 112 168 X 168 X 56

7X7X2

1 2

392 X 392 X 112 196 X 196 X 56

8X8X2

1 2

448 X 448 X 112 224 X 224 X 56

9X9X2

1 2

504 X 504 X 112 252 X 252 X 56

10 X 10 X 2

1 2

560 X 560 X 112 280 X 280 X 56

6. Pemberat Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang masing-masing

beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung. 42

7. Tali/tambang Tali/tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali/tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas. Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris. Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30 m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.

budidaya. Dalam membudidayakan ikan dengan menggunakan kolam yang biasanya dilakukan untuk melakukan budidaya ikan air tawar, harus dilakukan persiapan kolam agar dapat dipergunakan untuk membudidayakan ikan. Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan dasar kolam, perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran air, pemupukan dan pengapuran. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan meliputi : 1. Pengeringan Pengeringan dasar kolam sangat dibutuhkan oleh ikan agar bakteri pembusuk yang dapat menyebabkan ikan sakit, racun sisa dekomposisi selama budidaya terbuang. Pada kolam pemijahan pengeringan dasar kolam bertujuan agar ikan dapat memijah karena tanah yang dikeringkan dan diairi akan melepaskan bau tertentu yang disebut petrichor, selain itu pengeringan dasar kolam dapat membunuh hama dan penyakit yang ada di dalam kolam Gambar 2.36.

2.3. PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA Setelah mengetahui bermacammacam wadah budidaya ikan dan mengetahui konstruksi wadah tersebut maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan segalanya agar wadah budidaya ikan tersebut dapat dipergunakan untuk kegiatan

Gambar 2.36. Pengeringan dasar kolam 43

2. Perbaikan pematang Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam dapat diakibatkan oleh binatang air seperti belut, kepiting dan hewan air lainnya. Pematang bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan banyak yang keluar kolam. Perbaikan pematang ini hanya dilakukan pada kolam tanah, sedangkan pada kolam tembok dilakukan perawatan dan pengecekan kebocoran pada setiap bagian pematang. 3. Pengolahan dasar kolam Pengolahan dasar kolam dilakukan pada kolam tradisional dan kolam semi intensif dimana dasar kolam berupa tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan kering sampai 3-5 hari. Tujuan pengolahan dasar kolam adalah mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi (penguraian) senyawa-senyawa organik dalam tanah sehingga senyawasenyawa yang beracun yang terdapat di dasar kolam akan menguap. Tanah yang baru dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi dengan saringan. Tujuannya

untuk menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam dan benih ikan budidaya yang ditebarkan tidak kabur atau keluar kolam (Gambar 2.37).

Gambar 2.37. Pengolahan tanah dasar kolam 4. Pengapuran. Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat tanah dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan. Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor/kapur aktif (CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit 44

bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2, Dolomit merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapur lahan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang.

Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Sebagai acuan dalam memberikan kapur pada kolam budidaya ikan dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tetapi ada juga para petani menggunakan dosis kapur berkisar antara 100200gram/m2 hal ini dilakukan bergantung kepada keasaman tanah kolam.

Tabel 2.5. Dosis kapur Tohor (CaO) menurut jenis tanah dan macam kolam dengan luas 100 meterpersegi Macam kolam Kolam baru Kolam lama

Jenis tanah berpasir 25 kg 15 kg

Jenis tanah pasir berlumpur 30 kg 20 kg

5. Pemupukan. Pemupukan tanah dasar kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang porous serta menumbuhkan phytoplankton dan zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami benih ikan. Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak besar (sapi, kerbau, kuda dan lain-lain) atau kotoran unggas (ayam, itik dan lain-lain) yang telah dikeringkan.

Jenis tanah lumpur berpasir 40 kg 30 kg

Jenis tanah berlumpur 60 kg 40 kg

Sedangkan pupuk buatan berupa bahan-bahan kimia yang dibuat manusia dipabrik pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanah. Jenis pupuk buatan yang dapat digunakan antara lain adalah pupuk nitrogen (urea, ZA), pupuk phosphor (TSP), pupuk kalium (KCl) dan pupuk NPK yang merupakan gabungan dari ketiga hara tunggal. Dosis pupuk kandang juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya berkisar antara 100-150 gram/m2 sedangkan untuk kolam yang kurang kesuburannya dapat 45

ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2 . Dosis yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2. Kolam dapat juga dipupuk menggunakan, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10 gr/m2 dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan. 6. Pengairan Kolam yang telah dikeringkan, dikapur dan di pupuk tersebut lalu diairi agar pakan alami di kolam tersebut tumbuh dengan subur. Pengairan ini harus dilakukan minimal 4 –7 hari sebelum larva/benih ikan di tebar ke dalam kolam pemeliharaan agar pakan alami tumbuh dengan sempurna. Ketinggian air di kolam ikan ini bergantung pada jenis kolam, untuk kolam pemijahan ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam pemeliharaan 1-1,25 m (Gambar 2.38).

Gambar 2.38. Mengairi kolam Wadah budidaya ikan (kolam) yang sudah dipersiapkan dan siap untuk dipergunakan sebagai wadah untuk kegiatan budidaya. Agar kolam yang

dipergunakan senantiasa baik untuk kegiatan budidaya maka harus selalu dilakukan pengelolaan terhadap kolam budidaya baik kolam pemeliharaan, pemijahan, penetasan telur dan lain sebagainya. Pada pengelolaan kolam yang akan dipergunakan sebagai wadah pemeliharaan induk/calon induk sebaiknya mempunyai persyaratan yang sesuai dengan lingkungan yang layak bagi kehidupan induk. Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan kolam induk ikan ini adalah : 1. Persiapan wadah Wadah mempunyai pematang kokoh dan tidak bocor, pintu pemasukan, serta pintu pengeluaran yang dipasang saringan. Adanya saringan air ini baik pada pintu pemasukan maupun pada pintu pengeluaran, untuk menghindari masuknya ikan liar, terutama ikan predator yang dapat mengganggu proses pemijahan bahkan dapat memangsa induk maupun larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dengan cara membalik tanah bagian dasar kolam yang di lanjutkan dengan pengapuran dan pemupukan. Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan dasar dan perairan kolam sebagai stok pakan alami bagi calon induk. Pemberian kapur selain dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk 46

memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan. Pemupukan dasar kolam dapat digunakan pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk buatan. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk ke dasar kolam dan dilanjutkan dengan pemupukan susulan setelah 15 hari dengan cara memberikan pupuk yang dibungkus dari karung plastik yang diberi lubang keci-kecil sehingga pupuk akan terurai secara perlahan. 2. Pengairan Pengairan dimaksudkan untuk menjaga kondisi lingkungan bagi induk sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan yaitu perairan subur, cukup tersedia oksigen terlarut ( >5 ppm), CO2 ( 10 cm 25 – 400 JTU Air tawar 0 – 5 o/oo Air payau 6 – 29 o/oo Air tawar 30 – 35 o/oo

Termometer Secchi Disc Turbiditymeter Salinometer/ Refraktometer

Air deras 50 l/dt Air tenang 0,5 – 5 l/dt

Current meter

5 – 6 ppm Max 25 ppm 6,5 – 8 50 – 500 ppm CaCO3 3 – 15 dH < 1,5 ppm < 0,1 ppm < 0,2 ppm 0 – 1,5 ppm < 0,02 ppm

DO meter/Metode Winkler CO meter/Metode Titrasi pH meter/Kertas Lakmus

Sesuai kebutuhan

dH meter Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Planktonnet/ Haemocytometer Ekman Dredge

Peralatan-peralatan yang dapat digunakan untuk mengukur parameter kualitas air dapat dilihat pada Gambar . 3.1 sampai dengan Gambar 3.12.

70

Gambar 3.1. Termometer

Gambar 3.2. Secchi disc

Gambar 3.3. Salinometer

Gambar 3.4. Refraktometer

Gambar 3.5. Flow meter

Gambar 3.6. DO meter

71

Gambar 3.7. pH meter

Gambar 3.8. Kertas lakmus

Gambar 3.9. Planktonnet

Gambar 3.10. Haemocytometer

Gambar 3.11 Ekman dredge

Gambar 3.12. Spektrofotometer

72

BAB IV.

Pengembangbiakan

ikan

PENGEMBANGBIAKAN IKAN

meru-

pakan salah satu kegiatan dari proses budidaya ikan. Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Dalam bab ini akan dibahas beberapa materi yang terkait dalam proses pengembangbiakan ikan antara lain adalah seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih ikan, pembesaran ikan dan pemanenan.

4.1. SELEKSI INDUK Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi. Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal. Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai pemuliabiakan ikan budidaya. Induk ikan yang unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul. Di Indonesia saat ini belum ada tempat sebagai pusat induk ikan

yang menjamin keunggulan setiap jenis ikan. Induk ikan yang unggul pada setiap kegiatan usaha budidaya ikan dapat berasal dari hasil budidaya atau menangkap ikan di alam. Karakteristik induk yang unggul untuk setiap jenis ikan sangat berbeda. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pembudidaya ikan dalam melakukan seleksi induk agar tidak terjadi penurunan mutu induk antara lain adalah : • Mengetahui asal usul induk • Melakukan pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali dilakukan pemijahan sampai usia produktif. • Melakukan seleksi induk berdasarkan kaidah genetik • Melakukan pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi. • Mengurangi kemungkinan perkawinan sedarah Untuk meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya maka induk yang akan digunakan harus dilakukan seleksi. Seleksi ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Tujuan 73

dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas dalam budidaya ikan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu : 1. Ekstensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil budidaya dengan memperluas lahan budidaya. 2. Intensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan meningkatkan hasil persatuan luas dengan melakukan manipulasi terhadap faktor internal dan eksternal. Dengan bertambahnya jumlah penduduk sepanjang tahun dan jumlah lahan budidaya yang tidak akan bertambah jumlahnya, maka untuk meningkatkan produktivitas budidaya masa yang akan datang lebih baik menerapkan budidaya ikan yang intensif dengan memperhatikan aspek ramah lingkungan. Program intensifikasi dalam bidang budidaya ikan dapat dilakukan antara lain adalah : 1. Rekayasa faktor eksternal yaitu lingkungan hidup ikan dan pakan, contoh yang sudah dapat diaplikasikan adalah budidaya ikan pada kolam air deras dan membuat pakan ikan ramah lingkungan. 2. Rekayasa faktor internal yaitu melakukan rekayasa terhadap genetik ikan pada level gen misalnya transgenik, level kromosom misalnya Gynogenesis, Androgenesis,

Poliploidisasi, level sel misalnya dengan melakukan transplantasi sel. 3. Rekayasa faktor eksternal dan internal yaitu menggabungkan antara kedua rekayasa eksternal dan internal. Oleh karena itu agar dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dalam budidaya ikan harus dilakukan seleksi terhadap ikan yang akan digunakan. Seleksi menurut Tave (1995) adalah program breeding yang memanfaatkan phenotipic variance (keragaman fenotipe) yang diteruskan dari tetua kepada keturunannya. Keragaman fenotipe merupakan penjumlahan dari keragaman genetik, keragaman lingkungan dan interaksi antara variasi lingkungan dan genetik. Seleksi merupakan aplikasi genetik dimana informasi genetik dapat digunakan untuk melakukan seleksi. Seleksi ikan yang paling mudah dilakukan oleh para pembudidaya ikan adalah melakukan seleksi fenotipe dibandingkan dengan seleksi genotipe. Seleksi fenotipe dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu seleksi fenotipe kualitatif dan seleksi fenotipe kuantitatif. Menurut Tave (1986), seleksi fenotipe kualitatif adalah seleksi ikan berdasarkan sifat kualitatif seperti misalnya warna tubuh, tipe sirip, pola sisik ataupun bentuk tubuh dan bentuk punggung dan sebagainya yang diinginkan. Fenotipe kualitatif ini merupakan sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dan dikelompokkan secara tegas. Sifat ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. 74

Sedangkan seleksi fenotipe kuantitatif adalah seleksi terhadap penampakan ikan atau sifat yang dapat diukur, dikendalikan oleh banyak pasang gen dan dipengaruhi oleh lingkungan. Adapun ciri-ciri atau parameter yang dapat diukur antara lain adalah panjang tubuh, bobot, persentase daging, daya hidup, kandungan lemak, protein, fekunditas dan lain sebagainya. Fenotipe adalah bentuk luar atau bagaimana kenyataannya karakter yang dikandung oleh suatu individu atau fenotipe adalah setiap karakteristik yang dapat diukur atau sifat nyata yang dipunyai oleh organisme. Fenotipe merupakan hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan serta interaksi antara genotipe dan lingkungan serta merupakan bentuk luar atau sifatsifat yang tampak. Menurut Yatim (1996), genotipe menentukan karakter sedangkan lingkungan menetukan sampai dimana tercapai potensi itu. Fenotipe tidak bisa melewati kemampuan atau potensi genotipe. Yang dimaksud dengan karakter itu adalah sifat fisik dan psikis bagian-bagian tubuh atau jaringan. Karakter diatur oleh banyak macam gen, atau satu gen saja. Berhubung dengan banyaknya gen yang menumbuhkan karakter maka dibuat dua kelompok karakter yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif adalah karakter yang dapat dilihat ada atau tidaknya suatu karakter. Karakter ini tidak dapat diukur atau dibuat gradasi (diskontinyu). Sedangkan karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat diukur nilai atau derajatnya, sehingga ada urutan

gradasi dari yang rendah sampai yang tinggi (kontinu). Karakter kuanlitatif ditentukan ole satu atau dua gen saja sedangkan karakter kuantitatif disebabkan oleh banyak gen (tiga atau lebih). Dengan melakukan seleksi maka akan menghasilkan suatu karakter yang mempunyai nilai ekonomis penting dan karakter fenotipe yang terbaik sesuai dengan keinginan para pembudidaya. Untuk mendapatkan induk ikan yang unggul dilakukan program seleksi dengan menerapkan beberapa program pengembangbiakan antara lain dengan kegiatan selective breeding, hibridisasi/outbreeding/ crossbreeding, inbreeding, monoseks/seks reversal atau kombinasi beberapa program breeding. Dalam bab ini akan dibahas semua program breeding tersebut sehingga dalam budidaya ikan akan diperoleh hasil baik induk dan benih yang unggul. Induk yang unggul akan menghasilkan benih yang unggul sehingga dengan memelihara benih unggul proses budidaya akan menguntungkan dengan melihat laju pertumbuhan ikan yang optimal sehingga produktivitas budidaya ikan akan meningkat. 4.1.1. Selective breeding Selective breeding adalah suatu program breeding yang mencoba untuk memperbaiki nilai pemuliabiakan (breeding value) dari suatu populasi dengan melakukan seleksi dan perkawinan hanya pada ikan-ikan yang terbaik. Hasil yang akan diperoleh adalah induk yang terseleksi yang mempunyai 75

karakteristik lebih baik dari populasi sebelumnya. Selective breeding menurut Tave (1995) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Seleksi individu/massa 2. Seleksi famili Pada ikan teknik seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu seleksi massa/individu dan seleksi famili. Seleksi induk secara individu ini disebut juga dengan seleksi massa. Seleksi massa/individu adalah seleksi yang dilakukan dengan memilih individuindividu dengan performan terbaik. Seleksi ini merupakan teknik seleksi yang paling sederhana dengan biaya lebih murah dibandingkan seleksi lainnya. Hal ini dikarenakan pada seleksi individu hanya memerlukan fasilitas dan peralatan sedikit (kolam, jaring, hapa dan lain-lain), pencatatan data lebih singkat sehingga akan lebih mudah dilakukan. Seleksi individu dapat diterapkan pada ikan nila jika nilai heritabilitas ikan nila ini lebih besar dari 0,25, waktu pemijahan harus bersamaan dan culling top 5 – 10% (Tave, 1995). Induk yang baik secara alami dapat dihasilkan melalui seleksi secara ketat dan tepat terhadap sekelompok ikan, pengalaman menunjukan bahwa untuk mendapatkan induk 50 ekor yang sesuai kriteria diperlukan 2000 ekor calon induk. Seleksi famili adalah seleksi dengan mempergunakan performans dari saudaranya baik saudara tiri sebapak (half sib) atau saudara sekandung (full sib). Saudara tiri sebapak adalah keluarga (famili) yang dibentuk oleh sekelompok anak

yang berasal dari satu bapak dengan beberapa induk betina (Half sib), karena pada ikan satu induk jantan dapat membuahi lebih dari satu induk betina, maka anak-anak yang dihasilkan dari bapak yang sama dengan induk betina yang berbeda ini disebut dengan saudara tiri sebapak. Sedangkan setiap keluarga/famili yang berasal dari satu bapak dengan satu induk disebut saudara sekandung (full sib), dan pada ikan budidaya ada juga yang melakukan perkawinan dimana satu jantan hanya membuahi satu induk betina. Seleksi famili dapat diterapkan untuk ikan jika nilai heritabilitas ikan tersebut lebih kecil atau sama dengan 0,15. Seleksi famili merupakan alternatif seleksi yang dapat dilakukan apabila pengaruh lingkungan sulit dikontrol. Dalam seleksi famili ada dua jenis seleksi yaitu seleksi dalam famili (within-family) dan seleksi diantara famili (between family). Seleksi within family sebaiknya diterapkan untuk seleksi pertumbuhan pada ikan , karena masing-masing famili dipelihara pada kolam terpisah dan ikan dengan pertumbuhan terbaik dipilih dari masing-masing famili, sehingga semua famili akan terwakili. Cara ini dilakukan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi adanya perbedaan umur akibat tidak terjadinya proses pemijahan secara serempak. Dari hasil penelitian pada ikan nila, diantara ketiga teknik seleksi yaitu seleksi individu, seleksi within family dan between family, ternyata seleksi within family lebih efisien hasilnya dibandingkan dengan seleksi individu atau between family. 76

Pada saat akan membudidayakan ikan setiap pembudidaya harus sudah memahamii karakter fenotipe setiap individu ikan yang akan dibudidayakan dengan memperhatikan ciri-ciri morfologinya. Ciri-ciri morfologi setiap ikan budidaya yang harus diamati adalah karakter morfometrik dan karakter meristik. Karakter morfometrik adalah bentuk tubuh dari setiap ikan budidaya seperti panjang total tubuh, panjang standar, panjang kepala, tinggi badan dan lain-lain, sedangkan karakter meristik yang dapat diukur antara lain adalah jumlah sisik pada linea lateralis, jumlah jari-jari sirip punggung, jumlah jari-jari lemah sirip dada, jumlah jari-jari lemah sirip perut, jumlah jari-jari sirip dubur, jumlah tapis insang pada lengkung insang bagian luar (gill racker), jumlah vertebrae dan jumlah tulang rusuk. Dengan memahami karakterkarakter yang harus dipunyai oleh induk ikan yang unggul berdasarkan karakteristik setiap jenis ikan. Menurut Tave (1995) perbandingan strategi keuntungan serta kerugian dari seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan seleksi between family (C) dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dalam tabel 4.1 tersebut ada huruf h2, huruf ini berarti heritabilitas. Heritabilitas dapat dilakukan pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui besarnya keragaman fenotipe yang diakibatkan oleh aksi genotipe atau menggambarkan tentang persentase keragaman fenotipe yang diwariskan dari induk kepada keturunannya. Nilai heritabilitas dinotasikan dengan angka, yang berkisar antara 0 – 1.

Nilai heritabilitas satu berarti karakter yang diwariskan kepada keturunannya seluruhnya diakibatkan oleh keragaman genetik tidak ada pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas nol berarti karakter yang diwariskan kepada keturunannya seluruhnya diakibatkan oleh keragaman lingkungan tidak ada pengaruh genetik. Nilai heritabilitas ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu rendah mempunyai nilai antara 0–0,1, medium mempunyai nilai antara 0,1–0,3 dan tinggi mempunyai nilai antara 0,3 – 1,0. Selain itu dalam tabel tersebut terdapat istilah asynchronous spawning, istilah ini merupakan salah satu kelompok strategi dalam reproduksi ikan dimana ada tiga strategi reproduksi ikan yaitu synchronous spawning, synchronous spawning kelompok dan asynchronous spawning. Synchronous spawning berarti proses pemijahan ikan dalam reproduksi dilakukan dengan cara semua telur dipijahkan dan induk ikan akan mati, contohnya pada ikan salmon. Synchronous spawning kelompok adalah kelompok ikan yang dapat memijah berkali-kali tetapi pemijahannya ini masih

77

Tabel 4.1. Perbandingan strategi, keuntungan dan kerugian dari seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan seleksi between family (C) (Tave, 1985) Tipe

Strategi

Keuntungan

Kerugian

A

Memilih individu yang terbaik, hubungan famili tidak penting

Terbaik ketika h2 ≥ 0,25,murah, dapat dilakukan dengan sedikit kolam, relative mudah untuk menggunakan 2-3 fenotipe, seluruh ikan yang besar terseleksi, mudah untuk menahan populasi breeding, data yang dibutuhkan sedikit jumlah data yang dikumpulkan sedikit

Tidak efektif ketika h2 ≤ 0,15, sehingga sangat sukar untuk memilih ikan yang terbaik, asynchronous spawning dan menyebabkan masalah.

B

Memilih individu yang terbaik dari setiap famili

Terbaik ketika h2 ≤ 0,15 dan mempengaruhi Ve famili daripada individu, dapat digunakan dengan asynchronous spawning, mudah untuk memelihara populasi breeding yang besar, sedikit mahal daripada between famili.

Moderatly expensive, membutuhkan banyak kolam, sukar untuk menggabungkan 2-3 fenotipe, ikan kecil dapat menjadi induk ikan yang terpilih, membutuhkan banyak data dan banyak data yang harus dikumpulkan.

C

Memilih famili yang terbaik berdasarkan nilai rata-rata famili, nilai individual tidak dipertimbangkan

Terbaik ketika h2 ≤ 0,15 dan mempengaruhi Ve individu daripada famili, dapat dipergunakan ketika ikan harus dimatikan

Sangat mahal, membutuhkan banyak kolam, sukar untuk menggabungkan 2-3 fenotipe, ikan kecil dapat menjadi induk terpilih dapat mengakibatkan terjadinya inbreeding, membutuhkan banyak data dan banyak data yang dikumpulkan.

78

tergantung pada musim pemijahan, misalnya ikan patin, ikan bawal. Sedangkan asynchronous spawning adalah kelompok ikan yang dapat memijah berkali-kali dan tidak tergantung pada musim pemijahan karena proses perkembangan oositnya selalu ada, contoh jenis ikan kelompok ini adalah ikan nila. Program selective breeding di lakukan untuk memperbaiki karakter fenotipe terutama laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan yang tinggi pada populasi ikan budidaya akan meningkatkan produksi ikan yang dibudidayakan dan biasanya berkaitan dengan peningkatan dalam produksi pakan bila ikan yang dibudidayakan mengkonsumsi pakan buatan. Dengan produktivitas yang tinggi dalam budidaya ikan maka pendapatan para pembudidaya ikan akan meningkat. Dengan melakukan seleksi ikan berdasarkan selective breeding ini akan diperoleh individu ikan yang mempunyai karakter fenotipe terbaik sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan pada saat dibudidayakan. Prosedur yang harus dilakukan bagi para pembudidaya yang akan melakukan seleksi individu dengan strategi memilih individu yang terbaik dalam suatu populasi adalah sebagai berikut : 1. Dalam suatu usaha budidaya ikan jika akan melakukan program seleksi individu minimal harus mempunyai 25 pasang induk yaitu 25 ekor induk jantan dan 25 ekor induk betina. 2. Melakukan pemijahan ikan dan mengamati pertumbuhan ikan dari setiap pasangan. Misalnya

dari pemijahan satu pasang induk ikan diperoleh benih ikan sebanyak 200 – 300 ekor, maka harus selalu dilakukan pemantauan pertumbuhan benih ikan tersebut. 3. Membuat kurva pertumbuhan dari data pertumbuhan benih ikan dan lakukan pemanenan pada individu yang terbaik sebanyak 5–10% dari ukuran populasi yang tertinggi nilai pertumbuhannya. 4. Benih ikan yang terpilih pada tahap ketiga tersebut dipelihara secara terpisah sebagai calon induk yang akan digunakan untuk proses pemijahan selanjutnya. Menurut Tave (1995) dalam program seleksi individu akan diperoleh induk yang unggul dengan melakukan perkawinan pada populasi terpilih sebanyak empat generasi. 5. Dari calon induk yang dipelihara pada tahap keempat akan diperoleh induk ikan yang dapat digunakan untuk proses pemijahan selanjutnya , dan akan diperoleh larva dan benih ikan. Kemudian proses selanjutnya dilakukan pemeliharaan sampai diperoleh kurva pertumbuhan dan lakukan pemilihan dari populasi individu sebanyak 5 – 10% dari populasi yang terbaik yang mempunyai ukuran tertinggi. Lakukan kegiatan tersebut sampai empat generasi dan akan diperoleh calon induk yang telah terseleksi secara individu Berikut ini adalah contoh seleksi calon induk pada ikan nila meliputi beberapa kriteria yaitu : 79





• •





Tingkat pertumbuhan ikan, calon induk mempunyai tingkat pertumbuhan yang paling cepat diantara kelompok ikan. Warna ikan nila yang masih mempunyai tingkat kemurnian yang baik dapat di identifikasi dengan adanya warna garis hitam tegas dan jelas terletak secara horisontal di bagian tubuh ikan. Bentuk badan melebar, mata relatif besar, dan sisik teratur. Konversi pakannya baik, yang dapat di identifikasikan dengan pertumbuhan bobot badan > 70 % dari jumlah pakan yang diberikan 3 - 5 % perhari dari bobot ikan. Waktu matang gonad induk berumur 7 - 8 bulan, dengan berat badan rata-rata 300 gram per ekor untuk jantan dan 250 300 gram per ekor untuk betina. Produktifitas dalam menghasilkan telur cukup tinggi (induk dengan panjang badan 6 cm dapat menghasilkan 200 telur, sedang induk yang panjang badannya 20 cm menghasilkan 1500 butir telur).

Prosedur yang dapat dilakukan oleh para pembudidaya ikan yang akan melakukan seleksi famili adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan ikan yang akan dipijahkan dari beberapa famili yang dimiliki, minimal jumlah famili yang harus dikumpulkan adalah 30 famili. Pada ikan nila dimana pemijahan dapat dilakukan dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 4 maka dalam perkawinan 8 jantan

2.

3.

4.

5.

6.

akan diperoleh famili sebanyak 32 yaitu 1 jantan dapat membuahi 4 betina sehingga satu jantan dapat membuat famili halfsib dan full sib sebanyak 32 famili fullsib dan 8 famili haflsib karena dari satu jantan akan dihasilkan empat keluarga fullsib maka 8 jantan akan ada 32 famili fullsib atau 8 famili halfsib. Melakukan pemijahan untuk ke 32 famili tersebut dan lakukan pengamatan intensif dan cermat setiap hari untuk mengamati pasangan-pasangan ikan yang sudah memijah. Melakukan pemeliharaan larva ikan pada setiap famili pada hapa yang terpisah dengan memberikan pakan dan pengelolaan kualitas air sesuai prosedur. Melakukan pemeliharaan benih ikan pada setiap famili pada waring yang terpisah, hitung jumlah benih yang dihasilkan dari setiap famili. Pada ikan nila misalnya satu ekor induk betina menghasilkan 2000 – 3000 ekor. Pendederan dilakukan pada padat penbaran yang rendah untuk setiap famili pada kolam pendederan minimal 2 bulan. Menghitung jumlah ikan yang diperoleh dari hasil pendederan dan lakukan pengukuran berat dan panjang tubuhnya sebanyak 30% dari jumlah populasi setiap famili,misalnya dalam satu famili ada 2000 ekor maka jumlah sampel yang dihitung adalah 600 ekor. Melakukan pemilhan ukuran dari seluruh populasi dan ambil individu dari setiap famili yang mempunyai pertumbuhan yang 80

terbaik, kurang lebih 8 minggu kemudian tentukan 50% dari populasi yang terbaik pertumbuhannya untuk dipelihara lebih lanjut menjadi calon induk dan sisanya dijual. 7. Melakukan pemeliharaan pada kolam pembesaran ikan sampai ikan-ikan pada setiap famili berukuran induk dan lakukan pengukuran satu persatu pada setiap famili dan pilih sebanyak 20-30 ekor betina terbesar dan jantan terbesar sebanyak 10-20 ekor dari setiap famili. 8. Sisanya dibuang atau dijual sebagai ikan ukuran besar dan induk yang terpilih dapat dilakukan untuk seleksi induk selanjutnya dengan melakukan pemijahan massal. Pada beberapa spesies ikan sangat berbeda untuk diperoleh induk unggulnya. Pada jenis ikan nila wanayasa dapat diperoleh induk yang terseleksi secara famili dengan melakukan pemijahan ikan yang terpilih pada generasi ke tiga. 4.1.2. Outbreeding/Hibridisasi/ Crossbreeding Outbreeding adalah perkawinan antara individu-individu yang tidak sekerabat (berbeda induknya), masih dalam satu varietas atau beda varietas. Outbreeding ini akan menghasilkan heterozigositas yang akan menguatkan individuindividunya terhadap perubahan lingkungan yang biasa disebut juga mempunyai fitnes yang tinggi. Fitnes yaitu kemampuan relative pada organisma untuk bertahan hidup dan

pemindahan gen untuk generasi berikutnya. Individu yang mempunyai heterosigositas yang tinggi maka akan mempunyai fitness yang tinggi pula. Oleh karena itu untuk memperoleh induk ikan yang mempunyai kemampuan hidup yang tinggi sebaiknya dalam proses budidaya harus dilakukan perkawinan yang terseleksi. Sedangkan crossbreeding atau hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat diaplikasikan pada ikan, udang, kerang-kerangan maupun rumput laut. Hasil dari program ini dapat menghasilkan individu-individu yang unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005). Hibridisasi akan mudah dilakukan apabila dapat dilakukan reproduksi buatan seperti halnya ikan mas dan ikan nila, dimana dapat dilakukan striping telur dan sperma. Selain itu ada defenisi lain dari hibridisasi yang sebenarnya tidak jauh berbeda. Hibridisasi adalah perkawinan antara spesies yang berbeda. Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang memiliki sifat unggul. Berdasarkan hal tersebut para ahli genetika perikanan membagai hibridisasi ke dalam dua macam yaitu : 1. Interspecifik hibridisasi yaitu perkawinan antara spesies yang berbeda. 2. Intraspecipik hibridisasi yaitu perkawinan dalam satu species. Hasil dari beberapa jenis ikan yang dilakukan persilangan biasanya 81

paling mudah memperhatikan karakter fenotipe kualitatif misalnya : 1. Warna tubuh, dimana dapat dilakukan persilangan antara ikan yang mempunyai warna antara lain : • Ikan warna tubuh Albino disilangkan dengan ikan berpigmen normal • Ikan berwarna kuning/merah/putih disilangkan dengan ikan berwarna hijau/biru/abu-abu • Ikan berwarna bintik disilangkan dengan ikan tanpa bintik 2. Tipe sirip pada ikan dapat dilakukan persilangan antara ikan yang mempunyai sirip antara lain: • Ikan bersirip kumpay disilangkan dengan ikan bersirip normal • Ikan bersirip kumpay disilangkan dengan ikan yang ekornya membundar 3. Pola sisik pada ikan dapat dilakukan persilangan antara ikan yang mempunyai sisik antara lain: • Ikan bersisik bergaris disilangkan dengan ikan yang tidak mempunyai sisik • Ikan bersisik menyebar/kaca disilangkan dengan ikan yang bersisik penuh 4. Bentuk tubuh ikan Dalam kegiatan hibridisasi ini biasanya akan dihasilkan individu baru pada ikan konsumsi yang sudah dilakukan misalnya melakukan persilangan antara ikan nila hitam dengan ikan nila putih akan dihasilkan ikan nila yang berwarna tubuh ikan merah. Pada umumnya

jenis-jenis ikan hias yang dihasilkan oleh para pembudidaya ikan banyak yang diperoleh dari hasil persilangan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam produksi benih ikan hias baru-baru ini dari suatu populasi yakni persilangan antar varitas atau strain (hibridisasi intervaritas) yang memiliki tampilan morfologi dari spesies yang sama. Hibridsasi intervaritas adalah mempersilangkan antara induk jantan dan induk betina yang berasal dari spesies yang sama namun minimal memiliki dua karakter fenotipe tampilan morfologi yang berbeda (Kirpichnikov, 1981). Disamping itu, karakter lain dari hasil persilangan antara varitas adalah fertile yakni dari masing-masing jenis kelamin masih tetap mampu untuk menghasilkan keturunan walaupun peluang dari benih keturunan tersebut cenderung memiliki karakter fenotipe tampilan morfologi yang bervariasi. Hibridisasi merupakan persilangan antara varitas atau spesies yang secara morfologis memiliki perbedaan. Kirpichnikov (1981), menyatakan bahwa perbedaan yang paling menonjol yang digunakan dalam hibridisasi intervaritas adalah perbedaan warna, bentuk, ukuran dan kelengkapan biologis lain yang melekat pada organ tubuh. Perolehan ikan hybrid sangat bergantung pada karakter dari induk. Waynorovich dan Horvarth (1980) menyatakan bahwa ikan hasil hibridisasi interspesies adalah steril. Disamping itu rata-rata ukuran morfometrik dan meristik dari ikan hibrid kebanyakan berada pada pertengahan (intermediate) diantara 82

nilai rata-rata meristik induk.

morfometerik

dan

Hibridisasi merupakan metode yang digunakan dalam upaya memperoleh ikan keturunan baru. Matsui (1935) menyatakan bahwa banyaknya varitas pada ikan maskoki merupakan akibat dari perkawinan antara mutan dengan induk asal atau antara mutan dengan mutan dari induk yang sama sehingga secara morfologi terdapat varitas ikan maskoki baru. Hibridisasi didasarkan pada perbedaan tampilan morfometrik dan meristik. Metode paling banyak dilakukan oleh petani ikan maskoki adalah hibridisasi karena disamping memiliki varitas yang banyak, pada ikan keturunan sering diperoleh warna, bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda sehingga jumlah varitas akan lebih banyak. Kirpichnikov (1981) menyatakan bahwa hasil perlakuan hibridisasi tidak hanya dilihat dari tampilan morfologi namun harus dilakukan pula pengukuran morfometrik dan meristik karena data yang diperoleh merupakan refleksi dari kekuatan penurunan karakter dari sumber gamet disamping kondisi lingkungan terjadi pada saat pembelahan sel mulai bekerja. Beberapa spesies ikan air tawar yang sering digunakan dalam kegiatan persilangan adalah spesiesspesies ikan yang memiliki varitas yang banyak dan memiliki karakter morfologi yang dapat dibedakan secara jelas seperti populasi spesies ikan hias yang terdiri dari spesies ekor pedang (Xyphophorus maculatus), ikan guppi (Poecilia reticulata) dan ikan maskoki

(Carassius auratus). Sementara pada spesies ikan konsumsi, adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan spesies ikan konsumsi lain karena disamping memiliki berbagai varitas juga keturunan hibrid telah mampu untuk dibudidayakan. Pengertian tentang persilangan ikan ini ada berbagai pendapat misalnya crossbreeding merupakan persilangan juga tetapi bukan persilangan seperti hibridisasi, melainkan persilangan balik. Jenis ikan konsumsi yang merupakan hasil persilangan balik adalah lele sangkuriang yang telah direlease oleh Menteri Perikanan dan Kelautan pada tahun 2004. Jenis ikan ini merupakan hasil persilangan balik antara ikan lele generasi ke dua dengan ikan lele generasi ke enam yang telah dibuat oleh Balai Besar Pengembangan Budidaa Air Tawar, Sukabumi. 4.1.3. Seks reversal Seks reversal (monosex) adalah suatu teknologi yang membalikan arah perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina tanpa merubah genotipenya. Tujuan dari penerapan sek reversal adalah menghasilkan populasi monoseks (tunggal kelamin), yang sangat bermanfaat dalam : 1. Mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat Pada beberapa jenis ikan konsumsi ada beberapa jenis 83

ikan dimana pertumbuhan ikan jantan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat daripada ikan betina, misalnya ikan nila jantan mempunyai pertumbuhan lebih cepat pada ikan bentina, tetapi pada jenis ikan lainnya yaitu ikan mas pertumbuhan ikan betinanya justru lebih cepat dibandingkan dengan ikan jantan. Pada kelompok udang-udangan khususnya lobster untuk yang berjenis kelamin jantan mempunyai pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan betina. Oleh karena itu bagi para pembudidaya yang akan memelihara jenis ikan tersebut dengan menggunakan populasi tunggal kelamin akan lebih menguntungkan dibandingkan jika memelihara ikan dengan populasi dua kelamin, selain itu waktu yang dibutuhkan untuk memelihara ikan tersebut lebih cepat sehingga terjadi efisiensi biaya produksi dan keuntungan akan meningkat. 2. Mencegah pemijahan liar Dalam kegiatan budidaya ikan jika memelihara ikan jantan dan betina dalam satu wadah budidaya maka tidak menutup kemungkinan ikan tersebut pada saat matang gonad akan melakukan pemijahan yang tidak diinginkan pada beberapa jenis ikan yang memijahnya sepanjang masa, seperti ikan nila, ikan mas. 3. Mendapatkan penampilan yang baik Ikan yang dinikamati keindahan warna tubuhnya adalah ikan hias, hampir semua jenis ikan hias

yang berkelamin jantan mempunyai warna tubuh yang lebih indah dibandingkan dengan ikan bentinanya. Oleh karena itu jika yang dipelihara pada ikan hias adalah ikan jantan maka akan diperoleh hasil yang lebih menguntungkan karena nilai jualnya lebih mahal. 4. Menunjang genetika ikan yaitu teknik pemurnian ras ikan Pada kegiatan rekayasa genetika misalnya ginogenesi akan diperoleh induk ikan yang mempunyai galur murni. Induk ikan yang galur murni ini akan mempunyai gen yang homozigot sehingga untuk melakukan perkawinan pada induk yang homozigot tanpa mempengaruhi karakter jenis kelamin ikan tersebut dilakukan aplikasi seks reversal pada induk galur murni sehingga pemurnian gen itu masih tetap bertahan. Teknologi seks reversal dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu : 1. Terapi hormon yaitu dengan menggunakan hormon steroid 2. Rekayasa kromosom Teknologi seks reversal dengan rekayasa kromosom akan dibahas pada bab IX secara detail pada subbab ini akan dibahas teknologi seks reversal dengan menggunakan terapi hormon. Menurut Koolman & Rohm (2001) hormon adalah bahan kimia pembawa sinyal yang dibentuk dalam sel-sel khusus pada kelenjar endokrin. Hormon disekresikan ke dalam darah kemudian disalurkan ke organ-organ yang menjalankan 84

fungsi-fungsi regulasi tertentu secara fisiologik dan biokimia. Sel-sel sasaran pada organ sasaran memiliki reseptor yang dapat mengikat hormon, sehingga informasi yang diperoleh dapat diteruskan ke sel-sel akhirnya menghasilkan suatu respon. Pesan hormon disampaikan pada sel-sel sasaran menurut dua prinsip yang berbeda. Hormon lipofilik masuk kedalam sel dan bekerja pada inti sel, sedangkan hormone hidrofilik bekerja pada membran sel. Teknik sex reversal mulai dikenal tahun 1937 ketika estradiol 17β disintesis untuk pertama kalinya. Dalam perjalanannya teknik sex reversal telah mengalami beberapa perbaikan berawal dari perlakuan sex reversal yang baik dilakukan pada saat beberapa hari setelah menetas, yaitu sebelum gonad berdiferensiasi, terus berkembang hingga penerapanyang dilakukan pada induk yang sedang bunting. Teknik sex reversal berbeda dengan hermaprodit, pada ikan hermaprodit setelah melewati rentang waktu tertentu, gonad secara alamiah akan berubah menjadi jenis kelamin yang berlawanan, fungsi hormon hanya mempercepat proses perubahan tersebut. Sedangkan pada teknik sex reversal perubahan jenis kelamin ikan sangat dipaksakan dengan membelokkan perkembangan gonad menjadi jantan atau betina dengan proses penjantanan (maskulinisasi) atau pembetinaan dengan (feminisasi). Berdasarkan tipe reproduksinya, ikan dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :

1. Gonokhorisme (gonochorism), yaitu memiliki jenis kelamin yang terpisah 2. Hermaprodit (hermaphroditism), yaitu kedua jenis kelamin berada pada individu yang sama. 3. Uniseksualitas (unizexuality), yaitu spesies yang semua individunya betina Ekspresi atau perwujudan seks bergantung pada dua proses, yaitu determinasi seks dan diferensiasi seks. Determinasi seks bertaggung jawab pada seks genetik (seks genotipe), sedangkan diferensiasi seks bertanggung jawab pada perkembangan yang nyata dari kedua jenis gonad (seks genotipe), yaitu jantan dan betina. Kedua proses tersebut secara bersamasama bertanggung jawab pada timbulnya dua kemungkinan morfologi, fungsional, serta perilaku pada individu jantan dan betina. Penentu seks merupakan sejumlah unsur genetik yang bertanggung jawab terhadap keberadaan gonad, atau sekumpulan gen yang bertanggungjawab terhadap pembentukan gonad. Terdapat tiga model penentu seks yang dapat diterapkan pada ikan, yaitu : • Kromosom, yang merupakan pewarisan seks atau heterokromosom. Sistem kromosom determinasi seks betina atau jantan XX/XY. • Penentu seks poligenik (polifaktorial) adalah suatu sistem penentuan seks dimana terdapat gen penentu seks jantan dan betina epistatik (superior) yang berada pada autosom maupun heterokromosom. 85



Penentu seks oleh lingkungan, melibatkan interaksi antar genotipe dan lingkungan, terutama suhu media selama perkembangan larva.

Proses diferensiasi seks adalah suatu proses perkembangan gonad ikan menjadi suatu jaringan yang definitif (pasti), yang terjadi terlebih dahulu pada betina dan kemudian baru terjadi pada jantan. Gonad ikan pada saat baru menetas masih berupa benang yang sangat halus dan belum berdiferensiasi menjadi jantan atau betina. Proses diferensiasi seks pada betina ditandai dengan meiosis oogonia dan/atau perbanyakan sel-sel somatik membentuk rongga ovari, sebaliknya pada diferensiasi seks pada jantan ditandai dengan muculnya spermatoonia serta pembentukan sistem vaskular pada testis. Hormon steroid secara alamiah terlibat dalam proses diferensiasi seks. Upaya pengontrolan proses diferensiasi seks dilakukan dengan pemberian steroid seks dari luar tubuh (eksogenous) pada ikan yang belum berdiferensiasi. Ikan-ikan hasil sex reversal pada umumnya mengalami perubahan kelamin yang bersifat permanen dan berfungsi normal. Pemberian steroid seks sebaiknya diberikan sebelum muncul tanda-tanda diferensiasi gonad dengan menggunakan hormon estrogen atau androgen. Jenis-jenis hormon steroid yang dapat digunakan dalam terapi hormon antara lain adalah : 1. Estrogen (hormon betina) : Estradiol-17 β, esteron, estriol

atau ethynil estradiol. Hormon ini memberikan efek perubahan dari jantan menjadi betina (feminisasi). 2. Androgen (hormon jantan) : Testoteron, 17 α-Methyl Testoteron, androstendion. Hormon ini memberikan efek perubahan dari betina menjadi jantan (maskulinisasi). Pada sex reversal terkadang terjadi penyimpangan ekstrim yang dialami, hal ini dapat terjadi karena pada beberapa jenis ikan (lele amerika) terdapat suatu zat yang menyerupai enzim aromaterase sehingga hormon 17α metiltestosteron yang masuk ke dalam tubuh terlebih dahulu dikonversi menjadi estradiol 17β dan berfungsi sebagai hormon sehingga terjadi penyimpangan hingga 100%. Dalam penerapan sex reversal dengan menggunakan terapi hormon dapat diberikan beberapa cara yang didasarkan pada efektifitas, efisiensi, kemungkinan polusi dan biaya. Cara pemberian hormone dalam teknologi seks reversal dapat dilakukan dengan beberapa cara antara alin adalah : 1. Oral Metoda oral adalah metode pemberian hormon melalui mulut yang dapat dilakukan dengan pemberian pakan alami maupun pakan butan. Pada pakan buatan, hormon dilarutkan dalam pelarut polar seperti alkohol. Cara yang dilakukan adalah dengan mencampur hormon 17 α metyltestoesteron secara merata dengan pakan dengan dosis disesuaikan jenis ikan yang akan diaplikasikan. Pemberian hormon 86

pada pakan alami dapat dilakukan dengan teknik bioenkapsulasi. Secara detail teknik tentang bioenkapsulasi ini dijelaskan secara detail pada bab VII. Selanjutnya Anonim, (2001), mengatakan bahwa berdasarkan penelitian sampai saat ini teknik penghormonan melalui oral paling banyak digunakan para pembudidaya ikan karena hasil yang diperoleh lebih dari 95 sampai 100% bila dibandingkan dengan perendaman yang menghasilkan 70 – 80%. Dengan pencampuran hormon pada pakan juga sangat efisien dalam pemakaian dosis hormon dan kemudahan memperoleh pakan ikan. Sedangkan kelemahan metoda oral ini adalah pada awal pemberian pakan, larva perlu menyesuaikan jenis pakan buatan sehingga apabila pakan tidak segera dimakan maka kemungkinan besar hormon akan tercuci kedalam media budidaya. Menurut Muhammmad Zairin Jr. (2002), pemberian akriflavin dengan dosis 15 mg/kg pakan dengan frekwensi pemberian pakan 3 – 4 kali sehari menghasilkan 89% ikan jantan dengan survival rate 88%. Prinsip kerja pencampuran hormon pada pakan yakni hormon dilarutkan dan diencerkan dalam alkohol. Kemudian larutan hormon dicampurkan dengan pakan buatan berupa pellet serbuk dengan cara menyemprotkan

larutan hormon secara merata kepermukaan pakan dengan menggunakan sprayer. Setelah tercampur dengan merata, pakan dibiarkan di udara terbuka di tempat yang tidak terkena sinar matahari (di angin-anginkan) agar alkohol dapat menguap. Selanjutnya pakan yang telah tercamput hormon dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan di simpan di dalam lemari pendingin 2. Perendaman (dipping/bathing) Metoda perendaman (dipping), yaitu dengan cara merendamkan larva ikan ke dalam larutan air yang mengandung 17 α metyltestoesteron dengan dosis 1,0 gram/liter air. Metode ini dapat diaplikasikan pada embrio, dan pada larva ikan yang masih belum mengalami diferensiasi jenis kelamin (sex), dan lama perendaman tergantung dosis hormon yang diaplikasikan, dimana semakin banyak dosis hormon maka semakin singkat waktu perendaman dan demikian juga sebaliknya. Perendaman yang dilakukan pada fase embrio dilakukan pada saat fase bintik mata mulai terbentuk, karena dinggap embrio telah kuat dalam menerima perlakuan. Kelemahan cara ini adalah obat atau hormone terlau jauh mengenai target gonad, namun lebih hemat pada penggunaan hormone. Perendaman juga dapat dilakukan pada umur larva yang telah habis kuning telurnya, karena ada anggapan pada stadia ini gonad masih berada 87

pada fase labil sehingga mudah dipengaruhi oleh rangsangan luar. Kelemahannya adalah efektifitas hormone berkurang karena jauh mengenai target gonad. Larva yang dipergunakan dalam penerapan teknologi sex reversal ini adalah larva yang berumur antara 5 – 10 hari setelah menetas atau pada saat tersebut panjang total larva berkisar antara 9,0 sampai 13 mm , dimana ikan dengan umur serta ukuran seperti tersebut di atas secara morfologis masih belum mengalami diferensiasi kelamin.(Anonim, 2001). Perendaman induk betina yang sedang bunting juga merupakan salah satu alternative pada metode dipping namun harus dipertimbangkan efektifitas dan efesiensinya sehingga induk yang direndam sebaiknya indukinduk yang berukuran kecil. 3. Suntikan/implantasi Metode suntikan atau implantasi ini biasanya hanya dapat dilakukan pada ikan yang berukuran dewasa. Proses penyuntikan dilakukan pada bagian punggung ikan dengan dosis yang disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan. Perlu diperhatikan bahwa pengubahan jantanisasi (maskulinisasi) kadang-kadang menunjukkan penyimpangan seperti ditemukan individu yang memiliki bakal testis dan sekaligus bakal ovari. Selain itu mungkin saja dijumpai individu yang steril/abnormal karena gonadnya

tidak dapat berkembang. Hal ini biasanya berhubungan dengan kesesuaian dosis yang diberikan. Menurut Zairin Jr (2002) Secara umum dosis yang terlalu tinggi akan mendorong sterilitas dan dosis yang terlalu rendah akan mendorong sex reversal yang tidak sempurna sehingga bakal testis dan ovari dapat dijumpai pada saat bersamaan. Setelah dilakukan aplikasi teknologi seks reversal pada individu ikan, maka harus dilakukan uji progeni. Uji progeni ini untuk menentukan apakah ikan yang telah ditreatment tersebut sudah berubah kelamin. Terdapat dua metode yang digunakan dalam identifikasi jenis kelamin, antara lain adalah : 1. Metode asetokarmin Identifikasi gonad dengan metode asetokarmin dilakukan hanya untuk keperluan penelitian, karena ikan harus dimatikan terlebih dahulu untuk diambil gonadnya. Asetokarmin adalah larutan pewarna yang digunakan untuk mewarnai jaringan gonad. Larutan ini dibuat dengan cara melautkan 0,6 g bubuk karmin didalam 100 ml asam asetat 45%. Larutan dididihkan selama 2 – 4 menit kemudian didinginkan, kemudian disaring dengan kertas saring dan disimpan dalam botol yang tertutup rapat pada suhu ruang. Pemeriksaan gonad dilakukan dengan cara membedah ikan terlebih dahulu yang kemudian diambil gonadnya secara hatihati. Gonad yang sudah terambil diletakkan pada gelas objek dan diberi larutan asetokarmin 2 – 3 88

tetes, kemudian dicincang dengan pisau skalpel sampai halus, lalu tutup dengan gelas penutup dan siap diamati di bawah mikroskop. 2. Metode morfologi Identifikasi kelamin dengan pengamatan morfologi adalah cara terhemat karena tidak harus mematikan ikan yang akan diamati. Cara ini apat dilakukan pada ikan-ikan yang memiliki dimorfisme seksual yang jelas antara jantan dan betina. Aplikasi seks reversal telah berhasil dilakukan pada beberapa jenis ikan berdasarkan hasil penelitian antara lain adalah : 1. Ikan hias : ikan guppy, cupang, tetra kongo dan rainbow trout dengan menggunakan metode perendaman embrio untuk ikan cupang dan tetra kongo, perendaman induk untuk ikan guppy, perendaman larva untuk rainbow dan pemberian pakan. 2. Ikan konsumsi : nila dan mas, dengan perendaman embrio, larva dan pemberian pakan. Langkah awal dalam melakukan seks reversal adalah menyiapkan wadah yang akan digunakan. Wadah yang dapat digunakan untuk melakukan teknik sex reversal antara lain adalah akuarium, bak fiber, bak semen, bak plastik. Wadah untuk teknik sex reversal dapat dikelompokan berdasarkan kebutuhan dan jenis metode yang akan digunakan. Wadah-wadah yang digunakan yang mendasar adalah wadah pemeliharaan induk dapat berupa kolam semen atau bak-bak

plastik, wadah perlakuan yang berupa akuarium dengan ukuran yang menyesuaikan dengan kepadatan ikan yang akan diberi perlakuan, dan wadah pemeliharaan larva. Peralatan yang digunakan pada teknik sex reversal adalah peralatan lapangan pemeliharaan ikan yang berupa seser, selang sipon, aerator, selang aerasi, dan batu aerasi. Peralatan yang akan digunakan sebaiknya disanitasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan desinfektan atau sabun cuci untuk menghindari ikan yang akan dipelihara dari hama penyakit yang kemungkinan terbawa pada wadah. Selain peralatan lapangan, untuk melakukan teknik sex reversal juga diperlukan peralatan dalam perlakuan melalui pakan yaitu, baskom yang digunakan sebagai wadah dalam pembuatan ramuan pakan, sendok kayu digunakan untuk mengaduk dan meratakan larutan hormon, hand sprayer digunakan untuk menyemprotkan larutan hormon dalam pakan, spuit suntik sebagai alat untuk mengambil larutan hormon dan botol gelas yang berwarna gelap sebagai wadah pelarutan hormon dengan alcohol. Sedangkan peralatan yang diperlukan pada perlakuan melalui rendaman antara lain, baskom plastik sebagai wadah perendaman induk atau larva, aerator sebagai penyuplai udara, spuit suntik sebagai alat untuk mengambil larutan hormon dan botol gelas yang berwarna gelap sebagai wadah pelarutan hormon dengan alcohol

89

Bahan-bahan yang harus disediakan antara lain hormon 17α metiltestosteron atau estradiol 17β sesuai dengan kebutuhan dan tujuan sex reversal, alcohol sebagai pelarut hormon, pakan alami atau buatan (bila melalui metode oral) dan air bersih yang telah diendapkan selama 12 – 24 jam sebagai media perendaman (bila menggunakan metode dipping) Pembuatan pakan berhormon Dalam aplikasi seks reversal dengan metode oral melalui pemberian pakan berhormon maka dosis hormon yang digunakan akan sangat spesifik untuk jenis ikan tertentu. Dalam prosedur ini akan dibuat pakan berhormon untuk jenis ikan nila. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tangkaplah larva ikan yang akan diberikan perlakuan dari kolam/bak pemijahan 2. Pilihlah larva yang masih berumur di bawah 10 hari dengan melihat kriteria yang sesuai dengan ciri-ciri yang sudah ditentukan. 3. Timbanglah biomassa larva yang akan diberi perlakuan penghormonan yaitu dengan cara mengambil dan menimbang beberapa sampel untuk kemudian hasil penimbangan sampel dibagi dengan jumlah rata-rata larva sampel untuk mendapatkan berat rata-rata larva, selanjutnya hitunglah jumlah populasi larva, lalu kalikan dengan berat rata-rata larva untuk mendapatkan berat total larva. 4. Timbanglah pakan yang dibutuhkan untuk larva sesuai

dengan dosis yang sudah ditentukan (Feeding rate 30 – 40% per bobot biomassa/hari) dikalikan selama 10 hari pemberian pakan. 5. Siapkanlah larutan alkohol dengan konsentrasi 70% sesuai dengan kebutuhan. 6. Siapkanlah hormon yang akan digunakan sesuai kebutuhan. Misalnya jumlah kebutuhan pakan 250 gram, dosis penghormonan 40 mg/kg pakan, maka timbanglah hormon sebanyak 10 mg. 7. Larutkanlah hormon tadi ke dalam alkohol tersebut sebanyak 10 ml ( 1mg/ml), lalu simpan dalam botol berwarna gelap (tidak bening). 8. Campurlah larutan hormon dengan pakan dengan cara menggunakan hand sprayer disemprotkan secara merata pada pakan. Untuk menghilangkan alkohol anginanginkanlah pakan tersebut sampai bau alkoholnya sudah tidak menyengat lagi. 9. Simpanlah hormon yang sudah dianginkan pada kantong plastik yang berwarna gelap dengan ditutp rapat-rapat baik sebelum maupun sesudah dipakan, atau dapat juga disimpan dalam reprigrator (+ 4o C) 10. Diskusikan secara berkelompok tentang prosedur pembuatan pakan berhormon Pembuatan larutan perendaman Aplikasi seks reversal pada ikan guppy bertujuan untuk menghasilkan ikan berjenis kelamin jantan. Pada 90

ikan guppy jenis kelamin jantan mempunyai warna dan bentuk tubuh yang lebih indah dibandingkan dengan ikan betina. Teknik seks reversal pada ikan guppy dapat dilakukan dengan dua metode yaitu perendaman induk dan pemberian pakan berhormon. Pada metode perendaman, dosis yang digunakan adalah 2 mg/l air dan lama perendaman selama 12 jam sampai 24 jam pada induk ikan yang sedang bunting dan memberikan hasil 100% jantan. Sedangkan dengan metode pemberian pakan dengan dosis 400 mg/l dengan lama perlakuan 10 hari hanya menghasilkan 58% jantan (Zairin, 2002). Adapun prosedur pembuatan larutan perendaman adalah sebagai berikut : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan diperlukan 2. Buatlah larutan hormon dengan cara timbang hormon sebanyak 20 mg dan masukkan dalam tabung polietilen dan tambhakan 0,5 ml larutan alkohol 70%. Tutup dan kocok sampai hormon larut, kemudian tuangkan hormon kedalam wadah berisi 10 liter air pemeliharaan , beri aerasi dan siap untuk digunakan. 3. Pilihlah induk ikan guppy yang sedang bunting dengan melihat bentuk tubuhnya dan pilihlah induk yang akan melahirkan 8 hari kemudian sebanyak 50 ekor. Ikan guppy biasanya mengalami masa bunting selama 40 hari. 4. Masukkan induk tersebut kedalam larutan hormon dan rendam selama 24 jam.

5. Pindahkan induk ikan guppy yang telah direndam ke dalam akuarium dan amati proses kelahiran anak dan hitung jumlah anak yang dihasilkan 6. peliharalah anak yang dihasilkan sampai berumur 2-3 bulan dan diidentifikasi jenis kelaminnya secara morfologis dan histologis. Penerapan seks reversal yang telah dilakukan penelitian oleh beberapa peneliti yang telah disusun dalam Zairin (2002) sangat berbeda untuk jenis ikan tentang dosis dan hasil yang diperoleh antara lain adalah : • Ikan mas : 100 mg/kg pakan selama 36 hari pada larva 8 – 63 hari, pada suhu 20 – 25 oC, menghasilkan 71 – 90% betina • Ikan mas : 100 mg/kg pakan selama 36 hari, pakan berhormon-cacing-pakan berhormon, menghasilkan 97% betina • Ikan nila 10 – 60 mg /kg pakan, selama 10 – 15 hari, umur 21-28 hari, hasilnya 95-100% jantan • Ikan guppy, 400 mg mt/kg pakan, selama 10-15 hari pada betina bunting, hasil 70% jantan • Ikan guppy, 1-2 mg/liter media selama 24 jam pada betina bunting, hasil 100% jantan • Congo tetra fase bintik mata, 25 mg/liter media selama 8 jam, hasil 89% jantan • Betta splendens/cupang fase bintik mata, 20 mg/liter media selama 8 jam, hasil 85% jantan

91

Keberhasilan teknik sex reversal dapat diketahui melalui beberapa parameter antara lain : a.

Daya tetas telur atau kualitas larva yang dihasilkan Jumlah telur yang menetas Perhitungan daya tetas telur =

x 100% Jumlah telur awal

b.

c.

Derajat kelangsungan hidup larva yang dihitung setelah beberapa hari pemeliharan Jumlah larva yang hidup Derajat kelangsungan hidup = x 100% Jumlah larva awal Nisbah kelamin, perbandingan jenis kelamin yang dihasilkan. Hal ini dapat dihitung setelah 2-3 bulan pemeliharaan larva. perhitungan nisbah kelamin untuk mengetahui keberhasilan teknik sex reversal dengan rumus : jumlah individu jantan % jantan

=

x 100% jumlah individu total jumlah individu betina

% betina

=

x 100% jumlah individu total

Inbreeding Inbreeding adalah perkawinan antara individu-individu yang sekerabat yaitu berasal dari jantan dan betina yang sama induknya dan pada varietas yang sama. Inbreeding atau silang dalam akan menghasilkan individu yang homozigositas. Kehomozigotan ini akan melemahkan individu-individunya terhadap perubahan lingkungan. Homozigositas ini berari hanya ada satu tipe alel untuk satu atau lebih lokus. Selain itu silang dalam akan menyebabkan penurunan kelangsungan hidup telur dan larva,

peningkatan frekuensi ketidak normalan bentuk dan penurunan laju pertumbuhan ikan. Silang dalam menyebabkan heterozigositas ikan berkurang dan keragaman genetik menjadi rendah. Menurut Nurhidayat (2000), lele dumbo yang berasal dari Sleman, Tulung Agung dan Bogor mempunyai stabilitas perkembangan yang rendah akibat telah mengalami tekanan silang dalam yang ditunjukkan dengan tingginya nilai fluktuasi asimetri dan adanya individu yang tidak tumbuh sirip dada dan sirip perut pada kedua sisinya 92

(abnormal). Menurut Leary et al (1985), individu yang homozigot kurang mampu mengimbangi keragaman lingkungan dan memproduksi energi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu fluktuasi asimetri merupakan indikator untuk mengetahui adanya silang dalam. Fluktuasi asimetri ini merupakan perubahan organ atau bagian tubuh sebelah kiri dan kanan yang menyebar normal dengan rataan mendekati nol. Selain itu individu yang mengalami tekanan silang dalam mempunyai ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang rendah. Berdasarkan beberapa parameter pengukuran dalam menentukan apakah pada suatu populasi telah mengalami tekanan silang dalam, memperlihatkan bahwa silang dalam memberikan dampak negatif dalam budidaya ikan. Tetapi dalam program untuk memperoleh individu galur murni hanya dapat dilakukan dengan menerapkan program breeding ini.Jadi tujuan penerapan silang dalam (inbreeding) hanya bertujuan untuk memperoleh induk ikan yang mempunyai galur murni, individu galur murni mempunyai homozigositas yang tinggi. Program breeding ini merupakan program konvensional dalam memperoleh induk ikan yang galur murni. Perkawinan antara individu-individu yang sekerabat ini yang sangat dekat kekerabatannya biasa terjadi dalam suatu populasi ikan yang sangat kecil. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya silang dalam pada program penegmbangbiakan

ikan dibutuhkan suatu penerapan effective breeding number (Ne) pada ikan budidaya. Berdasarkan hasil penelitian nilai Ne untuk setiap jenis ikan berbeda, misalnya pada ikan mas nilai Nenya adalah > 50 ekor yang berarti jika para pembudidaya akan melakukan program pembenihan ikan mas dalam suatu hatchery, minimal harus mempunyai induk dengan jumlah lebih dari 25 pasang agar tidak terjadi inbreeding. Pada ikan nila, nilai Nenya adalah > 133 ekor , sedangkan pada ikan lele adalah 50 ekor. Dalam memperoleh induk ikan yang mempunyai galur murni dapat dilakukan dengan dua metode yaitu : 1. Closed breeding. Closed breeding berarti perkawinan yang tertutup, yang mempunyai arti lain yaitu melakukan perkawinan yang dekat sekali kaitan kekeluargaannya misalnya anak dan tetua atau antar saudara sekandung. Perkawinan antara saudara sekandung atau antara individu-individu yang sefamili akan mengakibatkan pembagian alel-alel melalui satu atau lebih dari leluhur yang sama. Bila perkawinan individu ini terjadi maka alel-alel yang mereka dapatkan dari leluhur yang sama akan diperoleh kembali. Maka hal ini akan mengakibatkan keturunan yang dihasilkan adalah individu-individu yang homozigot dari satu atau lebih lokus. Dengan melakukan silang dalam, ferkuensi gen tidak berubah tetapi homosigositas meningkat. Menurut Tave (1986) pengaruh 93

untuk beberapa generasi. Menurut Tave (1986) prosedur linebreeding dapat dilakukan dengan dua tipe yaitu Mild Linebreeding dan Intense Linebreeding. Untuk membedakan kedua program linebreeding ini menurut Tave (1986) dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dari hasil mild linebreeding bertujuan untuk individu A berkontribusi 53,12% pada gen individu K, sedangkan pada intense linebreeding individu A berkontribusi 93,75% pada gen individu G.

silang dalam terhadap frekuensi genotipe dan frekuensi alel dalam lokus dapat dilihat pada Tabel 4.2. 2. Line breeding. Line breeding berarti perkawinan satu jalur yaitu perkawinan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu baik yang berasal dari nenek moyang bersama yang jantan maupun betina terhadap kostitusi genetik pada progeninya. Bentuk line breeding yang sering dilakukan adalah backcross kepada orangtuanya yang sama

Tabel 4.2. Pengaruh silang dalam terhadap frekuensi genotipe dan frekuensi alel dalam lokus. Perkawinan setiap generasi : AA X AA; Aa X Aa; aa X aa (Tave, 1986) Generasi P1 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 Fn

Frekuensi genotipe

Frekuensi Alel

f(AA)

f(Aa)

f (aa)

f(A)

f(a)

0,25 0,375 0,4375 0,46875 0,48437 0,49218 0,49609 0,49804 0,49902 0,49951 0,5

0,5 0,25 0,125 0,0625 0,3125 0,15625 0,007812 0,003906 0,001953 0,000976 0,0

0,25 0,375 0,4375 0,46875 0,48437 0,49218 0,49609 0,49804 0,49902 0,49951 0,5

0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

94

Mild Linebreeding A

X

Intense Linebreeding

B

A X B





C X

D

A

↓ E

X C ↓

X

G

A X D

↓ H

↓ X

I

A X E

↓ A

↓ X

J

G

↓ K Gambar 4.1. Diagram skematik perkawinan dua tipe linebreeding yaitu mildline breeding dan intense line breeding (Tave, 1986). Aplikasi seleksi induk pada budidaya Dalam aplikasi budidaya para petani ikan biasanya melakukan pemeliharaan terhadap induk ikan yang diperoleh dari hasil budidaya dengan cara induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah. Hal ini lebih memudahkan dalam pengelolaan, pengontrolan dan yang terpenting dapat mencegah terjadinya memijah diluar kehendak “mijah maling”. Kolam induk berupa kolam tanah, kolam tembok, atau kolam tanah dengan pematang dari tembok. Tidak ada ketentuan khusus tentang ukuran kolam untuk

pemeliharaan induk. Biasanya kolam induk hanya disesuaikan dengan kondisi lahan dan keuangan. Untuk memudahkan dalam pengelolaan dan efisiensi penggunaan kolam, maka luas kolam induk jantan dan betina masing-masing berkisar 15 – 30 meter persegi. Setiap kolam dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air. Di kedua saluran ini biasanya dilengkapi dengan saringan agar induk-induk tersebut tidak keluar atau kabur. Kepadatan penebaran induk antara 3 – 4 kg/m2, sedangkan ketinggian air dikolam induk antara 60 – 75 cm. Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, 95

setiap hari induk di beri pakan bergizi. Jenis pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pelet sebanyak 3 – 5 % perhari dari bobot induk yang dipelihara. Ada juga induk ikan yang diberikan pakan berupa limbah peternakan ayam (ayam yang mati) yang dibakar atau direbus terlebih dahulu. 4.1.5.1. Seleksi Induk Ikan Lele Seleksi induk ikan lele secara umum di mulai dari ikan ukuran benih (5-10 cm ). Benih ikan yang baik untuk induk di pilih dengan ciri-ciri antara lain adalah memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, tidak cacat, gerakan lincah dan memiliki bentuk tubuh yang baik. Benih/calon induk tersebut dipelihara didalam kolam dengan baik, selanjutnya calon induk

tersebut dilakukan seleksi induk secara berkala sampai mendapat induk yang benar-benar baik dan sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan pembenihan ikan lele diawali dengan seleksi induk. Induk yang akan dipilih adalah induk jantan dan betina yang matang gonad. Ciri-ciri induk betina ikan lele adalah genital papila berbentuk bundar (oval), bagian perut relatif lebih besar, gerakan lambat, jika di raba bagian perut terasa lembek dan alat kelamin berwarna kemerah merahan. sedangkan induk jantan dicirikan dengan genitalnya meruncing ke arah ekor, perut ramping dan pada ujung alat kelamin berwarna kemerahan selain itu ada perubahan warna tubuh menjadi coklat kemerahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.

Gambar 4.2. Induk ikan lele betina tampak atas (kiri) dan genital papilla (kanan)

96

Gambar 4.3. Induk ikan lele jantan tampak atas (kiri), genital papilla (kanan) Induk yang sudah dipilih berdasarkan matang gonadnya, kemudian diberok (dipuasakan) selama 2 hari. Selama pemberokan induk jantan dan betina dipisahkan. Tujuan dari pemberokan ini adalah untuk mengurangi kandungan lemak pada tubuh ikan. Hal ini disebabkan lemak pada tubuh ikan dapat menghambat ovulasi telur pada betina dan pengeluaran sperma pada induk jantan. Induk yang akan diberok dipisahkan antara induk jantan dan betina. Hal ini bertujuan untuk menghindari mijah maling. Selain itu, pemisahan induk tersebut bertujuan mempercepat pemijahan ikan. Ciri-ciri induk betina lele dumbo yang siap untuk dipijahkan sebagai berikut: • Bagian perut tampak membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lembek. • Lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak membesar.





Jika bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir telur berwarna hijau tua dan ukurannya relatif besar. Gerakannya lambat.

Ciri-ciri induk jantan lele dumbo jantan yang telah siap untuk dipijahkan sebagai berikut : • Alat kelamin tampak jelas memerah • Warna tubuh agak kemerahmerahan • Tubuh ramping dan gerakannya lincah. 4.1.5.2. Seleksi induk ikan Mas Induk ikan Mas yang akan dipijahkan sebaiknya dipelihara dalam tempat yang terpisah antara jantan dan betina agar pertumbuhan induk ikan opimal dan tidak terjadi perkawinan yang tidak diinginkan. Dalam pemeliharaan induk ikan Mas harus dilakukan dengan baik dan benar

97

agar diperoleh induk yang siap dan unggul untuk dikawinkan. Pemeliharaan induk ikan Mas merupakan salah satu aspek penting yang harus dilaksanakan dalam program pengembangbiakan ikan Mas. Induk ikan Mas yang dipelihara dengan baik akan menghasilkan telur dan benih ikan dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan. Induk ikan yang baik sebaiknya dipelihara dari masa benih, hal tersebut dapat dilihat dari gerakan yang incah, tumbuh bongsor, sehat dan mempunyai nafsu makan yang baik. Pemeliharaan benih calon induk sebaiknya dilakukan sejak pemanenan, benih umur 1 bulan. Dalam pemeliharaan calon induk ini harus diberi pakan yang cukup dan bergizi. Calon-calon induk yang dipelihara tersebut selanjutnya di seleksi kembali pada saat berukuran 100-200 gram. Calon induk jantan dan betina dipilih berdasarkan ciri-iri morfologisnya yang baik, diantaranya adalah: • Calon induk harus mempunyai karakter morfologis dengan kriteria sebagai berikut: bentuk tubuh kekar, pangkal ekor kuat dan lebar, sisik besar dan teratur, warna cerah, kepala lancip dan lebih kecil dari lebar tubuh (1 : 1,5), daerah perut melebar dan datar, badan tebal dan berpunggung tinggi. • Calon induk harus berasal dari keturunan yang berbeda, baik jantan maupun ikan betina. • Calon induk harus mempunyai sifat cepat tumbuh, sehat, tahan

terhadap penyakit dan perubahan lingkungan serta responsive terhadap pakan. Calon-calon induk yang telah di seleksi dipelihara di kolam pemeliharaan induk sampai siap untuk dipijahkan. Agar diperoleh induk yang berkualitas dan dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang maksimal, yang harus diperhatikan adalah: • Pemeliharaan pakan yang teratur, pakan yang diberikan harus mempunyai kadar protein 30-35%, jumalh pakan yang diberikan per hari berkisar antara 2-3% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2-3 kali. • Kondisi kolam pemeliharaan harus optimal, yaitu kandungan oksigen terlarut minimal 5 ppm, suhu air berkisar25-300C dan air tidak tercemar. • Padat penebaran calon induk berkisar antara 0,1 kg/m2 – 0,25 kg/m2. Calon-calon induk tersebut dipelihara sampai mencapai ukuran tertentu untuk dipijahkan. Induk ikan Mas jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan ikan Mas betina. Umur ikan Mas jantan 10-12 bulan dengan bobot 0,6-0,75 kg sudah sampai matang kelamin, sedangkan induk betina yang ideal mencapai matang gonad pada umur 1,5-2 tahun dengan berat 2-3 kg. Induk ikan Mas yang akan dipijahkan harus benar-benar dapat dibedakan antara jantan dan betina. Adapun ciri-ciri induk jantan dan betina ikan Mas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

98

Tabel 4.1. Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ikan Mas No 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7.

Jantan

Betina

Sirip dada relatif panjang, jari-jari Sirip dada relatif pendek, lunak, luar tebal lemah, jari-jari luar tipis Lapisan sirip dada kasar Lapisan dalam sirip dada licin Kepala tidak melebar Kepala relatif kecil, bentuk agak meruncing Tubuh lebih tipis/langsing, Tubuh lebih tebal/gemuk ramping dibandingkan betina dibandingkan jantan pada umur pada umur yang sama yang sama Gerakannya gesit Gerakannya lamban dan jinak Sehat dan tidak cacat Sehat dan tidak cacat Sisik teratur dan warna cerah Sisik teratur dan warna cerah

Induk ikan Mas jantan dan betina harus dipelihara dalam kolam yang terpisah agar ikan cepat matang kelamin dan tidak terjadi perkawinan liar. Induk yang dipelihara dengan

baik akan dapat mencapai matang gonad. Adapun ciri-ciri induk ikan Mas yang matang gonad dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

Tabel 4.2 . Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Matang Gonad No 1. 2.

3.

Jantan

Betina

Tubuh ramping

Perut membulat dan lunak jika diraba Mengeluarkan cairan putih/ Genital papilla mengembang, sperma bila perut ditekan ke arah agak terbuka dan berwarna anus kemerahan Lubang anus melebar dan menonjol (agak membengkak)

99

Gambar 4.3. Induk ikan mas betina tampak atas (kiri) dan genital papilla (kanan)

Gambar 4.4. Induk ikan mas jantan tampak atas (kiri), genital papilla (kanan)

4.1.5.3. Seleksi induk ikan nila Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Pengelolaan induk dilakukan atas dasar sifat induk dan kebutuhan

induk agar mampu hidup dan berkembang-biak secara optimal. Ruang lingkup pengelolaan induk dengan mengacu pada ketercapaian efisiensi suatu usaha pembenihan ikan dapat di kelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu pengadaan induk, pemeliharaan calon induk, dan peningkatan mutu induk atau mempertahankan mutu induk. Untuk dapat mencapai efisiensi suatu usaha pembenihan, dalam pengadaan induk ada dua hal yang 100

harus diperhatikan yaitu kuantitas calon induk dan kualitas calon induk. Perhitungan untuk menentukan berapa jumlah induk yang harus tersedia dalam suatu unit pembenihan, agar dapat menghasilkan benih sesuai dengan peluang atau pangsa pasar yang ada, maka dalam menghitung jumlah induk harus mempertimbangkan 4 aspek yaitu : • Skala usaha, yaitu satuan unit usaha terkecil dalam pembenihan ikan nila yang secara ekonomis masih mampu memberikan efisiensi dan keuntungan yang optimal. • Kuantitas dan kontinuitas produksi, yaitu banyaknya produk (benih) yang harus dihasilkan sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam periode dan interval waktu tertentu secara terus menerus sesuai dengan target yang telah ditentukan. • Produktifitas induk, yaitu kemampuan induk betina dari setiap pemijahan untuk menghasilkan benih ikan nila sesuai dengan kriteria yang ditentukan.



Mortalitas induk, yaitu prosentase jumlah induk yang hilang selama pemeliharaan (umur produktif) baik yang disebabkan oleh kematian/hilang atau sesuatu hal sehingga induk tersebut tidak berproduksi untuk menghasilkan telur.

Dari aspek tersebut diatas secara praktis jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh digangggu ikan lain. Dengan demikian jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad. Setelah mengetahui tanda-tanda calon induk yang baik pada ikan nila, selanjutnya kita harus mampu membedakan induk jantan dan induk betina. Untuk dapat membedakan antara induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5.

Tabel 4.3 . Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina CIRI-CIRI INDUK BETINA • • • •

Dagu relatif kecil berwarna putih. Sirip dada berwarna hitam dan pendek. Perut melebar berwarna putih. Bila perut diurut dari dada ke genitalia keluar cairan bening.

CIRI-CIRI INDUK JANTAN • • • •

Dagu menonjol berwarna merah. Sirip dada berwarna coklat kemerahan dan relatif panjang. Perut pipih warna hitam. Bila perut diurut dari dada ke genitalia tidak keluar cairan. 101

dapat dipijahkan adalah bila bagian perut diurut ke arah anus akan keluar cairan putih dan kental. Untuk dapat membedakan induk ikan patin jantan dan betina yang matang gonad dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Induk ikan patin jantan (atas) dan betina (bawah) Gambar 4.5. Induk ikan nila 4.1.5.4. Seleksi induk ikan patin Induk ikan patin dapat dipijahkan setelah umur 2-3 tahun. Pada umur tersebut induk ikan patin telah memiliki berat badan 3-5 kg/ekor. Ciri-ciri induk betina adalah memiliki bentuk urogenital bulat dan perut relatif lebih mengembang dibandingkan induk jantan. Sedangkan induk jantan memiliki papila dan bagian perut lebih ramping. Induk betina ikan patin yang matang gonad mempunyai ciri-ciri bagian perut membesar ke arah lubang genital berwarna merah, membengkak dan mengkilat agak menonjol serta jika diraba bagian perut terasa lembek. Sedangkan ciri-ciri induk jantan ikan patin yang

Induk ikan yang telah diseleksi selanjutnya diberok (dipuasakan) selama 1-2 hari. Selama pemberokan induk ikan, air terus menerus dialirkan ke kolam/wadah pemberokan. Tujuan pemberokan adalah untuk mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur. Oleh sebab itu selama pemberokan induk ikan tidak diberi makan. Bila bagian perut induk ikan betina masih tampak membesar setelah pemberokan, induk ikan tersebut dikanulasi (dilakukan penyedotan telur ikan dengan kateter) untuk menetukan apakah induk ikan tersebut sudah siap dipijahkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.6. Kanulasi bertujuan untuk mengetahui derajat kematangan gonad induk betina dengan mengukur keseragaman diameter telur. Kanulasi dilakukan dengan cara 102

menyedot telur dengan menggunakan selang kecil (kateter) berdiameter 2-2,5 mm. Selang kecil tersebut dimasukkan ke dalam lubang urogenital sedalam 4 - 6 cm ke dalam ovarium. Ujung selang yang lain dihisap dengan mulut selanjutnya selang tadi ditarik keluar dari lubang urogenital, lalu ditiup untuk mendorong telur keluar dari selang. Telur yang keluar dari selang ditampung pada lempeng kaca tipis atau pada wadah lain. Selanjutnya telur tersebut diukur garis tengahnya menggunakan penggaris. Bila 90 95% telur memiliki garis tengah 1,0 – 1,2 mm, berarti induk betina tersebut dapat dipijahkan. Selain itu ciri-ciri telur yang telah matang adalah akan cepat mengering atau saling berpisah bila diletakkan dipunggung tangan.

Gambar 4.7. Kanulasi induk ikan patin 4.2. TEKNIK PEMIJAHAN IKAN Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan betina. Dalam budidaya ikan teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan 3 macam cara, yaitu:

1. Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon). 2. Pemijahan ikan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam. 3. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/ pengurutan. Untuk dapat melakukan pemijahan ikan pada beberapa jenis ikan budidaya maka harus memahami tentang tingkat kematangan gonad dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap kematangan gonad. Hal ini harus dipelajari karena tingkat kematangan gonad ikan sangat mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan. Walaupun saat ini telah banyak diketemukan hormon– hormon perangsang pertumbuhan dan pematangan gonad, namun tetap saja membutuhkan waktu dalam proses pertumbuhan dan pematangannya. Tingkat kematangan gonad ikan dapat dideteksi dengan melihat tanda-tanda morfologi dan fisiologi sel telur atau sel sperma. Tandatanda morfologis ikan matang gonad untuk ikan betina antara lain adalah : gerakannya lamban, perut gembung, perut bila diraba terasa lunak, kulit 103

kadang kelihatan memerah, kadangkadang telur telah keluar pada lubang genital, lubang genital memerah. Dan tanda-tanda sel telur matang secara fisiologis adalah: Polar Body I telah keluar, Germinal Vesicle/GV (Inti sel) telah menepi berada di depan microfile, warna telur telah transparan, ukuran telur mendekati 1 mm. Sejenak sebelum ovulasi GV akan melebur sehingga disebut Germinal Vesicle Break Down (GVBD). Sedangkan tanda-tanda ikan jantan matang gonad secara morfologis antara lain adalah : ikan lebih langsing dibanding ikan betina, gerakannya lincah, bila diurut kearah lubang genital cairan seperti susu akan keluar. Dan tanda-tanda sel sperma matang antara lain adalah : warna kental seperti susu/santan, organ sperma telah lengkap, motilitas tinggi, kenormalan lebih dari 90%. Disamping kesehatan, kenormalan ikan merupakan unsur yang penting juga, karena faktor ini akan diturunkan kepada anaknya. Pada saat pemilihan induk ikan matang gonad usahakan induk ikan tidak stress. Jika induk ikan stress walaupun kematangan gonadnya sudah memenuhi, ikan tersebut biasanya tidak akan memijah. Jika demikian keadaannya pemijahan ikan bisa tertunda atau malah tidak jadi memijah, yang akhirnya telur ikan akan terserap kembali atau atresia. 4.2.1. Perkembangan dan pematangan gonad

Perkembangan telur dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari ikan (lingkungan dan pakan). Pengaruh faktor lingkungan terhadap gametogenesis dibantu oleh hubungan antara poros HipotalamusPituitary-Gonad melalui proses stimulisasi atau rangsangan. Hormon-hormon yang ikut dalam proses ini adalah GnRH dan Steroid. Keadaan ini memungkinkan untuk perlakuan pemberian hormone baik melaui penyuntikan, implantasi dan pakan. Hormon sangat penting dalam pengaturan reproduksi dan sistem endocrine yang ada dalam tubuh, yang reaksinya lambat untuk menyesuaikan dengan keadaan luar. Hasil kegiatan sistem endocrine adalah terjadinya keselarasan yang baik antara kematangan gonad dengan kondisi di luar, yang cocok untuk mengadakan perkawinan. Aktivitas gonadotropin terhadap perkembangan gonad tidak langsung tetapi melalui biosintesis hormon steroid gonad pada media stadia gametogenesis, termasuk perkembangan oosit (vitelogenesis) pematangan oosit, spermato-genesis dan spermiasi. Hormon gonadotropin dengan glicoprotein rendah dapat mengontrol vitelogenesis, sedangkan yang tinggi mengakibatkan aksi ovulasi. Hormon tiroid akan aktif bersinergi dengan gonadotropin untuk mempengaruhi perkembangan ovari dan kemungkinan lain juga untuk meningkatkan sensitivitas pengaruh gonadotropin. Sel target hormon gonadotropin adalah sel teka yang merupakan bagian luar dari lapisan 104

folikel. Pada ikan goldfish dan rainbowtrout dihasilkan 17αhidrokxy-20β-dihidroxyprogresterone (17 α, 20β-Pg) oleh lapisan folikel sebagai respon terhadap aktifitas gonadotropin untuk merangsang kematangan telur. Teori yang lain kontrol endokrin terhadap kematangan oosit dan ovulasi pada teleostei adalah GTH merangsang (a) sintesa steroid pematangan pada dinding folikel (ovari) dan (b) sekresi mediator ovulasi. Sistem endokrin dan sistem saraf merupakan sistem kontrol pada semua makhluk hidup tidak terkecuali ikan, sistem ini adalah cara utama tubuh untuk menyampaikan informasi antar sel dan jaringan yang berbeda. Dalam sistem endokrin dilakukan sekresi internal dari substansi aktif biologik. Sistem endokrin menggunakan messenger kimia yang disebut hormone yang ditransportasikan oleh sistem pembuluh darah. Sistem endokrin lebih lambat daripada sistem saraf karena hormone harus melalui perjalanan ke sistem memutar untuk mencapai organ target. Berdasarkan dari sudut ilmu, endokrin merupakan mediasi biokimia pada proses fisiologis. Mediasi ini dapat terjadi antar populasi, antar organisma, antar jaringan di dalam suatu organisma, antar organ dan sel, dan juga antar generasi pada kasus hormon di dalam telur. Hormon sebagai mediator biokimiawi dilepas dari tempat produksinya menuju organ target melalui beberapa cara, yaitu (a) difusi sederhana di dalam sel

atau dari satu sel ke sel lainnya di dalam organ; (b) transportasi melalui darah atau berbagai cairan tubuh sehingga langsung mencapai organ atau sel; atau (c) secara tidak langsung melalui lingkungan luarnya. Sistem endokrin didalam tubuh sangat kompleks tetapi biasanya mengikuti dua prinsip. Pertama berdasarkan responnya dibagi menjadi dua kelenjar endokrin, yaitu pituitary dan beberapa kelenjar dibawah kontrol pituitary. Kedua, hormone yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut seringkali menghambat produksi hormone pituitary, proses ini disebut penghambatan feedback. Adanya bentuk kombinasi sistem penghambatan feedback ini menyebabkan terjadinya keseimbangan respons. Jadi sistem endokrin mengontrol dirinya sendiri sebagaimana halnya mengontrol sistem organ yang lain. Skema pengaturan sekresi hormone diilustrasikan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Skema pengaturan sekresi hormone, + menunjukkan

105

sekresi hormone; - menunjukkan mekanisme feedback Secara umum sistem endokrin ikan sama dengan vertebrata lainnya. Ikan memiliki urofisis yang terletak pada pangkal ekor, tetapi tidak memiliki kelenjar paratiroid. Sistem endokrin juga memungkinkan tubuh untuk dapat mengatasi stress. Kelenjar endokrin dilihat dari asal embrionya berdiferensiasi dari seluruh lapisan germinal. Untuk yang berasal dari mesoderm (korteks adrenal, gonad) menghasilkan hormone-hormon steroid; dan yang

berkembang dari ectoderm atau endoderm mensekresikan hormone amino termodifikasi, peptid atau protein. Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al (1962) terdapat pada beberapa organ antara lain adalah pituitary, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannous, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, interstitial tissue of gonads dan urohypophysis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Letak dan jenis kelenjar endokrin ikan dari arah depan ke arah belakang (Lagler et al.,1962) Kelenjar endokrin pada ikan menghasilkan jenis hormone tertentu, seperti pada kelenjar utama pada ikan adalah pituitary dimana pada kelenjar tersebut menghasilkan sembilan macam sel penghasil hormone yaitu prolactin (PL), corticotrophs (CT), Gonadotrophs (GTH), Somatotrophs (STH),

Thyrotrophs (TSH), Melanotrophs (MSH) dan Neurosecretory nerve ending (NS). Hormon yang terdapat pada kelenjar pituitary antara lain adalah Oxytocin yang berfungsi merangsang konstraksi urine dan kelenjar susu, Anti Diuretic Hormone (ADH) yang berfungsi menaikkan tekanan darah lewat aksinya pada 106

arteriola dan menggiatkan reabsorbsi air dari tubuli ginjal serta hormon ini sangat penting dalam osmoregulasi yaitu pengaturan tekanan osmosis cairan tubuh. Kedua hormon tersebut terdapat pada bagian posterior pituitary. Pada bagian anterior pituitary terdapat beberapa macam hormon diantaranya adalah hormon pertumbuhan yang berfungsi merangsang pertumbuhan dan mengontrol proses osmoregulasi; hormon prolactin pada mamalia menstimulasi aksi produksi susu, pada ikan kontrol hidromineral (air tawar) hyperosmotic regulation pada ikan teleost selain itu prolactin pada ikan air tawar berfungsi untuk maintannce ion dan water permeability pada ephitelium dari organ osmoregulasi, dan pada beberapa ikan prolactin memberikan efek dalam mengontrol gonadal steroidogenesis, metabolisme lemak dan parental panning. Hormon selanjutnya yang dihasilkan dari anterior pituitary adalah Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang merangsang produksi gamet oleh gonad atau merangsang pematangan gonad (vitellogenesis), Luteinezing Hormone (LH) yang merangsang produksi sex hormone yaitu testosterone, estrogen, progesterone atau merangsang pematangan akhir. Kelenjar lainnya penghasil hormon adalah kelenjar Thyroid antara lain adalah Tiroksin Tetraiodothyronine (T4), Triidothyronine (T3) dan Calcitonin. Fungsi dari hormon tersebut antara lain adalah meningkatkan laju metabolisme, esensial untuk pertumbuhan dan

perkembangan normal. Hormon Thyroid pada ikan selalu berasosiasi dengan hormone pertumbuhan dan cortisol memberikan kontribusi pada kontrol pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme dan osmoregulasi. Sedangkan Calcitonin merangsang penyimpanan kalsium pada tulang, sekresi calcitonin dirangsang oleh tingginya kalsium dalam darah. Pada kelenjar adrenal cortex yang merupakan lapisan luar dari kelenjar adrenal menghasilkan beberapa jenis hormone antara lain adalah cortisol (A. Glucocorticoid), Aldoserone (Mineralocorticoid), kortikosterone. Produksi cortisol meningkat sebagai akibat dari berbagai stimulant stress yaitu rendahnya kualitas air, penanganan, kenyamanan ikan, pollutant dan water acidification. Fungsi utama cortisol ini berkaitan dengan metabolisme energi, ion regulation dan respon terhadap stress. Kelenjar adrenal medulla atau sel kromaffin menghasilkan hormone antara lain adalah ephineprin dan norephinephrin. Epinephrin berfungsi mobilisasi glikogen, bertambahnya aliran darah lewat otot skeletal, bertambahnya konsumsi oksigen denyut jantung, sedangkan norephineprin berfungsi pada neurotransmitter adrenergic, naiknya tekanan darah dan konstraksi arteriola dan venula. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endocrine pancreas pada kebanyakan vertebrata terdapat pada pulau-pulau individu dari sel sekresi yang diliputi oleh connective 107

tissue dan terbenam dalam exocrine tissue dari pancreas. Pada Islet of Langerhans ini mengandung 4 tipe sel endocrine yaitu A cell (Glucagon), B cell (Insulin), D cell (Somatostantin) dan F cell atau PP (Pancreatic Polypeptide). Glucagon berfungsi meningkatkan glukosa darah, merangsang katabolisme protein, selain itu dapat menstimulasi lipolysis pada ikan atau memobilisasi lemak. Insulin pada ikan berfungsi untuk menurunkan glukosa darah, menambahkan pemakaian glukosa dan sintesis protein serta lemak dan menurunkan glukoneogenesis dan merangsang glikogenesisi. Somotostantin merupakan hormone yang menghambat pertumbuhan, peran pada ikan secara fisiologis belum jelas tetapi dengan menyuntikkan somatostantin pada coho salmon dapat menyebabkan penurunan insulin, plasma, glucagons menurun dan level GLP serta berhubungan dengan penurunan glikogen hati dan hyperglycemia. Pada kelenjar pineal dihasilkan hormone melatonin, sedangkan pada kelenjar thymus dihasilkan hormone Thymosin, Pada gastrointestinal endocrine cels dihasilkan beberapa hormone utama antara lain adalah Glucagon, Glucagon Like Peptide, Somatostantin, Pancratic Polypeptide, Gastrin, Sekretin, Cholecytokin, Bombensin, Enkephalin, Tachikinins, Serotonin, Vasoactive Intestinal Peptida, neuropeptide, Gatric Inhibitory peptide. Sedangkan pada Urophysis dihasilkan hormone Urotensin I dan Urotensin II yang secara fisiologis masih belum jelas fungsinya namun

diduga berperan dalam osmoregulator dan fisiologi reproduksi, ekstrak urophysis menyebabkan konstraksi gonadal smooth muscle. Hal ini dimungkinkan Urotensin mensikronisasi osmoregulasi dan reproduksi pada ikan matang gonad. Urotensin II mempunyai fungsi antara lain adalah kontraksi jantung, kantung kemih, usus, penyerapan ion di usus. Pada jaringan chromaffin juga dihasilkan hormone antara lain adalah catecholamines, adrenalin dan nor adrenalin. Pada teleost katekolamin memiliki pengaruh penting pada peredaran oksigen ke jaringan, mempengaruhi pergerakan ion pada ikan yang meningkatkan pertukaran ion melalui insang dengan menstimulasi peningkatan luar area gill lamella dalam kontak dengan lingkungan. Pada subbab ini akan dibahas tentang mekanisme aksi-aksi hormone steroid pada ikan. Hormon steroid adalah hormone yang memiliki struktur kimia berdasarkan pada inti steroid, yang mirip dengan cholesterol dan sebagian besar jenis hormone ini berasal dari kolesterol itu sendiri, disekresi oleh korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), ovarium (estrogen : estradiol-17ß, esteron, estriol dan lain-lain, progesterone), testis (androgen : androstendion, testosterone, 11ketotestosteron dan lain-lain) dan plasenta (estrogen dan progesterone). Menurut Koolman & Rohm (2001) hormone adalah bahan kimia pembawa sinyal yang dibentuk dalam sel-sel khusus pada kelenjar endokrin. Hormon disekresikan ke 108

dalam darah kemudian disalurkan ke organ-organ yang menjalankan fungsi-fungsi regulasi tertentu secara fisiologik dan biokimia. Sel-sel sasaran pada organ sasaran memiliki reseptor yang dapat mengikat hormone, sehingga informasi yang diperoleh dapat diteruskan ke sel-sel akhirnya menghasilkan suatu respon. Pesan hormone disampaikan pada sel-sel sasaran menurut dua prinsip yang berbeda. Hormon lipofilik masuk kedalam sel dan bekerja pada inti sel, sedangkan hormone hidrofilik bekerja pada membrane sel. Hormon steroid dan tiroksin termasuk kedalam kelompok hormone lipofilik. Hormon ini menembus membrane sel dan berikatan pada suatu reseptor spesifik didalam sasaran. Berdasarkan uraian diatas maka mekanisme hormone steroid adalah dengan cara hormone steroid masuk kedalam sel dan berikatan dengan reseptor didalam sitoplasma. Hormon reseptor yang kompleks masuk kedalam nucleus dimana akan berikatan dengan chromatin dan mengaktivasi gen yang spesifik. Gen (DNA) yang mengandung informasi akan memproduksi protein. Ketika gen aktif maka protein akan dihasilkan secara diagram dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Mekanisme hormone steroid Teori lain untuk pematangan sel telur adalah adanya hubungan erat antara poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad. Hipotalamus akan melepas GnRH jika dopamin tidak aktif. Fungsi GnRH adalah merangsang keluarnya GtH (Gondotropin) yang berada pada Hipofisa. Jika GtH keluar maka hormon Testosteron yang berada pada sel theca keluar, sedangkan hormon Testosteron akan merangsang dikeluarkannya hormon Estradiol-17β yang berada pada sel granulose. Hormon Estradiol-17β ini akan menggertak kerja liver untuk memproses precursor kuning telur (vitellogen) untuk dikirimkan ke sel telur sebagai kuning telur. Dengan demikian pertumbuhan telur terjadi. Sebagai pematang sel telur diperlukan media MIH (Maturtaion Inducing Hormon) dan MPF (Maturation Promoting Factor) untuk hormon 17α,20β-dyhidroxy-4pregnen-3-one yang bersumber dari sel granulose. 4.2.2. Kelenjar hipofisa, HCG dan ovaprim 109

Kelenjar hipofisa banyak sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan perkembangan dan pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin yaitu GTH I dan GTH II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang pematangan gonad. Letak kelenjar hipofisa ini

terdapat pada bagian otak sebelah depan. Kelenjar ini menempel pada infundubulum dengan suatu tangkai yang pendek, agak panjang atau pipih bergantung pada jenis ikannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.11 tentang otak dan bagian-bagian pada ikan maskoki dan hampir sama untuk semua ikan.

Gambar 4.11. Representasi diagram pada penampang sagittal dari otak goldfish sebagai dasar penampang seri menggambarkan topografi dari GHRH-ir perikarya pada otak, pinealocytes dalam pineal dan corticotrophs pada pituitary (siklus yang gelap). Garis putus-putus mengindikasikan GHRH-ir fiber tract. Catatan bahwa GHRH-ir fiber pada area NPO dan PVO tidak asli pada nuclei ini., tetapi area transverse. AVT, Area Ventralis Telencephali, CBL, Cerebellum, FL, Facial Lobes, GNC, Glomerular Nuclear Complex, INF, Hypothalamic Inferior Lobe, LR, Lateral Recess, NLL, Nucleus of the Lateral Lemniscus, NLTi Nucleus Lateralis Tuberis pars Lateralis, NLTp, Nucleus Lateralis Tuberis pars posterioris, NPO, Nucleus Preopticus, NPP, Nucleus Preopticus Periventricularis; OLB, Olfactory Bulb; ON, Optic Nerve; OT, Optic Tectum; PIN, pineal; PIT, Pituitary; PVO, Paraventricular Organ; SGN, Secondary Gustatory Nucleus; TEL, Telencephalon. (Rao, et al., 1995).

Pematangan oosit dan ovulasi telur dengan menggunakan ekstraksi kelenjar hipofisa banyak mengandung kelemahan diantaranya adalah: (1) hilangnya ikan donor karena diambil kelenjar hipofisanya. (2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan

untuk induksi pematangan akhir sel telur dan sel sperma tidak tepat. (3) belum diketahui dengan pasti hormon mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad. (4) penyakit mudah menular. Bagi para pembudidaya ikan yang akan melakukan pemijahan ikan 110

secara buatan dengan menggunakan kelenjar hipofisa dapat dengan mudah membuatnya. Adapun cara membuat kelenjar hipofisa ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan dosis yang akan digunakan dalam proses pemijahan. 2. Menimbang ikan donor dan ikan resipien . 3. Ikan donor diletakkan di atas talenan yang tidak licin dan dipotong secara vertikal dengan titik pemotongan dibagian belakang tutup insangnya hingga kepala ikan putus atau terpisah dari badannya (Gambar 4.12, kiri atas).

4. Kepala ikan yang terpotong dihadapkan keatas dan disayat dari pangkal hidung ke bawah bagian potongan pertama hingga tulang tengkorak ikan terbuka dan otak kelihatan jelas (Gambar 4.12 kiri tengah dan bawah). 5. Kemudian kelenjar otak disingkap/diangkat dan akan tampak kelenjar hipofisa dibawah kelenjar otak (Gambar 4.12, kanan). 6. Dengan menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diambil dan diletakkan di dalam cawan (Gambar 4.12, kanan)

Gambar 4.11. Pengambilan kelenjar hipofisa 111

7. Selanjutnya dibersihkan dengan aquadest hingga kotoran dan darah yang melekat hilang. 8. Kelenjar hipofisa dimasukkan ke dalam tabung pengerus. Kelenjar hipofisa digerus menggunakan alu kaca hingga hancur (Gambar 4.12)

Gambar 4.12. Penggerusan kelenjar hipofisa 9. Larutan hipofisa diambil dari gelas pengerus menggunakan alat suntik/spuit Dimasukkan ke dalam tabung reaksi/tabung sentrifuse (Gambar 4.13)

Gambar 4.13. Pembuatan ekstrak kelenjar hipofisa

11. Larutan hipofisa disentrifuse dan didiamkan selama satu menit sampai terbentuk dua lapisan pada larutan tersebut. Larutan yang agak keruh dibagian atas endapan diambil dengan jarum suntik (Gambar 4.14 dan Gambar 4.15).

Gambar 4.14. Pemutaran alat sentrifuse

Gambar 4.15. Pengambilan ekstrak kelenjar hipofisa

112

11. Larutan siap disuntikkan pada ikan yang akan dipijahkan (Gambar 4.16)

Gambar 4.16. Ekstrak kelenjar hipofisa siap disuntikkan pada ikan Hormon Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon gonadotropin yang disekresi oleh wanita hamil dan disintesa oleh sel-sel sintitio tropoblas dari placenta. HCG mempunyai dua rangkaian rantai peptida yaitu α yang mengandung 92 asam amino dan β mengandung 145 asam amino. Pada beberapa spesies menggunakan hCG sebagai pemacu merangsang pematangan gonad sangat efektif, bisa sebagai pengganti ekstrak kelenjar hipofisa tetapi pada beberapa spesies penggunaan hCG kurang efektif mesti dikombinasikan dengan Pregnan Mare Serum Gonadotropin (PMSG) atau ovaprim. HCG berperan dalam pemecahan dinding folikel saat akann terjadi ovulasi. LH (Litunuising Hormon) adalah hormon perangsang ovulasi yang kuat, hCG memiliki potensi LH. Fungsi LH dalam sel theca akan merangsang PGE (prostaglandin) dan PGF2α dari asam arachidonad. PGF2α juga mempunyai peran penting dalam

pecahnya folikel dan pengeluaran oosit yang telah matang. OVAPRIM adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 ml ovaprim mengandung 20 ug sGnRHa(D-Arg6-Trp7, Lcu8, Pro9-NET) – LHRH dan 10 mg anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung didalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat. Dari ketiga macam hormon yang dapat digunakan untuk melakukan pemijahan ikan seperti yang telah dijelaskan, maka pemilihan hormon yang akan digunakan sangat bergantung pada jenis ikan yang akan dibudidayakan, harga ekonomis dan efisiensi dalam penggunaannya. Ketiga hormon tersebut prinsipnya adalah membantu proses kematangan gonad ikan yang akan menentukan keberhasilan proses pemijahan. 4.2.3. Perjalanan hormon ke sel target Bagaimana hormon yang disuntikan itu mencapai sel target. Hormon tersebut mencapai sel target melalui komunikasi antar sel. Ada tiga cara sel-sel itu berkomunikasi yaitu : 113

1. Sel menskresikan senyawa kimia (chemical signaling) kepada sel lain ditempat yang berjauhan. 2. Sel mengekspresikan molekul permukaan yang mempengaruhi sel lainnya yang berkontak fisik dengan sel tersebut. 3. Sel membentuk ’gap juction’ yang menghubungkan masing-masing sitoplasma sehingga dapat terjadi pertukaran molekul-molekul kecil. Sedangkan komunikasi antar sel dengan cara sekresi kimia dapat dibagi berdasarkan jauhnya jarak yang dirempuh senyawa kimia tersebut yaitu: 1. Sinyal endokrin (Endocrine signaling), dimana sel kelenjar endokrin akan mensekresikan hormon yang akan dibawa aliran darah ke sel target yang terdistribusi di bagian lain dari tubuh. 2. Sinyal parakrin (Paracrine signaling), dimana sel menskresikan senyawa kimia (local chemical mediator) yang mempunyai efek terhadap sel yang berada disekelilingnya. Senyawa kimia yang diskresikan ini akan diserap dan diserap dengan cepat. 3. Sinyal sinaptik (Synaptic signaling), merupakan suatu neurotransmitter dan bekerja khusus untuk sel syaraf pada suatu daerah khusus yang disebut chemical synapses. Sel-sel target akan memberikan respon terhadap sinyal yang datang melalui protein khusus yang disebut receptor.

4.2.4.

Stripping dan pembuahan buatan

Stripping adalah proses dikeluarkannya telur atau sperma ikan dengan bantuan manusia/bukan secara alamiah. Proses pengeluaran telur atau sperma tersebut tentu saja menghendaki cara tertentu agar telur atau sperma tidak rusak ataupun justru induk ikan yang akan rusak/mati. Seseorang yang akan melakukan stripping telur atau sperma ikan mesti harus telah tahu cara stripping yang baik, dan tahu posisi gonad ikan, dengan demikian arah urutan/stripping akan benar atau organ yang diurut tidak salah. Feeling seorang pengurut sebaiknya telah menyatu dengan induk ikan tersebut. Kenapa demikian karena seseorang tersebut akan mengerti kapan pengurutan diberhentikan dan kapan akan dimulai lagi. Oleh karena itu seorang pembudidaya harus memahami tentang proses secara fisiologis ovulasi dan akan dibahas pada subbab ini. Telur atau sperma tidak akan bisa distripping jika proses fisiologis ovulasi belum sempurna. Pembuahan secara buatan dilakukan dengan bantuan manusia, dengan cara mempertemukan sel telur dengan sel sperma pada suatu tempat tertentu dan dengan alat tertentu. Proses melakukan pembuahan buatan ini diperlukan sikap kehati-hatian agar telur tidak luka, sperma tidak luka atau proses penempelan sperma pada sel telur merata. Meratanya sperma menempel pada telur akan menambah jumlah pembuahan sperma pada sel telur. Proses pembuahan buatan ini membutuhkan 114

waktu tertentu, maksudnya jika terlalu lama maka sperma atau sel telur bisa mati atau terganggu. Jika demikian keadaannya proses pembuahan tidak akan berhasil dengan baik. Ingat telur dan sperma itu hidup sehingga bermetabolisme. Kematangan telur dan sperma ikan dipastikan diperiksa dibawah mikroskop, jika telah memenuhi tanda-tanda tersebut di atas maka segeralah dilakukan stripping. Langkah pertama lakukan stripping induk jantan terlebih dahulu dengan prosedur yang telah ditentukan. Sperma adalah gamet jantan yang dihasilkan oleh testis. Cairan sperma adalah larutan spermatozoa yang berada dalam cairan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testis. Campuran antara seminal plasma dengan spermatozoa disebut semen. Dalam setiap testis semen terdapat jutaan spermatozoa. Sperma ikan yang sudah matang terdiri dari kepala, leher dan ekor. Ada sperma yang mempunyai “middel Piece” sebagai penghubung antara leher dan ekor. Di dalam middle piece ini berisi mitokondria yang akan berfungsi untuk metabolisme sperma. Kepala sperma, kepala sperma terisi materi inti, chromosom terdiri dari DNA yang bersenyawa dengan protein. Informasi genetika yang dibawa oleh spermatozoa diterjemahkan dan disimpan di dalam nolekul DNA. Sperma yang didalamnya terkandung chromosomX akan menghasilkan embrio betina sedangkan sperma mengandung

chromosom-Y akan embrio jantan.

menghasilkan

Ekor sperma, ekor sperma berfungsi memberi gerak maju seperti gerak cambuk. Selubung mitokondria berasal dari pangkal kepala membentuk dua struktur spiral kearah berlawanan dengan arah jarum jam. Bagian tengah ekor merupakan gudang energi untuk kehidupan dan pergerakan spermatozoa oleh proses-proses metabolik yang berlangsung di dalam helix mitokondria. Mitokondria mengandung enzim-enzim yang berhubungan dengan metabolisme spermatozoa. Bagian ini banyak mengandung fosfolipid, lecithin dan plasmalogen.Plasmalogen mengandung satu aldehid lemak dan satu asam lemak yang berhubungan dengan glicerol maupun cholin. Asam lemak dapat dioksidasi dan sebagai sumber energi untuk aktifitas sperma. Komposisi kimiawi sperma pada plasma inti (nukleoplasma) diantaranya adalah DNA, Protamine, Non Basik Protein. Sedangkan seminal plasma mengandung protein, potassium, sodium, calsium, magnesium, posfat, klarida. Sedangkan komposisi kimia ekor sperma adalah protein, lecithin dan cholesterol. Sperma tidak bergerak dalam semen/air mani, tetapi akan segera bergerak ketika bersentuhan dengan air. Fruktosa dan galaktosa merupakan sumber energi utama bagi sperma ikan mas. Gardiner dalam Norman (1995) menyatakan semen yang encer banyak 115

mengandung glukosa sehingga memberikan motilitas yang lebih baik. Sedangkan semen yang kental banyak mengandung potassium sehingga akan menghambat motilitas sperma. Motilitas sperma banyak dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa, NaCl, KCl, serta Osmolitas media. Daya tahan hidup sperma dipengaruhi oleh pH, tekanan osmotik , elektrolit, non elektrolit, suhu dan cahaya. Pada umumnya sperma than hidup dan aktif pada pH 7. Sperma tetap motil untuk waktu lama di dalam media yang isotonik dengan darah. Pada umumknya sperma mudah dipengaruhi oleh keadaan hipertonik dari pada hipotonik. Larutan elektrolit sperti kalium, magnesium, dapat dipergunakan sebagai pengencer sperma tetapi Calsium, pospor dan kalium yang tinggi dapat menghambat motilitas sperma. Sedangkan cuprum dan besi merupakan racun bagi sperma. Larutan non elektrolit dalam bentuk gula, sperti fruktosa, glukosa dapat dipergunakan sebagai pengencer sperma. Prinsip dasar untuk mempertahankan agar sperma tetap hidup adalah dengan menambahkan sesuatu kedalam semen yang berintikan mempertahankan pH, tekanan osmotik serta menekan pertumbuhan kuman. Untuk keperluan yang sesuai bagi kebutuhan sperma dipergunakan bahan glukosa, kuning telur, air susu yang mengandung lippoprotein dan lecithin. Sedangkan untuk mempertahankan pH semen

dipergunakan sitrat, fosfat dan tris. Untuk menghambat pertumbuhan kuman dipergunakan penicilin, streptomicin, sedangkan untuk pembekuan diperlukan glicerol. 4.2.5. Ovulasi dan fertilisasi Setelah telur matang maka telur akan diovulasikan oleh ikan betina. Ovulasi itu adalah proses keluarnya sel telur (oosit) yang telah matang dari folikel dan masuk ke dalam rongga ovarium atau rongga perut (Nagahama, 1990). Pelepasan sel telur terjadi akibat: 1. Telur membesar. 2. Adanya konstraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang menekan sel telur keluar. 3. Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga pecah dan terbentuk lubang pelepasan hingga telur keluar. Enzim yang berperan dalam pemecahan dinding folikel: protease iplasmin kemudian diikuti oleh hormon Prostaglandin F2α (PGF2α) atau Cotecholamin yang merangsang konstraksi aktif dari folikel Setelah ovulasi kemudian akan diikuti oleh ikan jantan untuk mengeluarkan sperma. Sperma yang tadinya bergerak lamban menjadi bergerak cepat (motilitas tinggi) dikarenakan bersentuhan dengan air. Pergerakan sperma tersebut akan mengarah pada sel telur kerena distimulasi oleh adanya 116

Gimnogamon I yang dieksresikan oleh telur. Setelah sperma menempel pada telur, telur akan mengeluarkan Androgamon I untuk menekan motilitas sperma dan Gymnogamon II untuk menggumpalkan sperma. Berjuta-juta sperma menempel pada sel telur tetapi hanya satu sperma yang bisa masuk melalui micropil. Kepala sperma masuk dan ekornya tertinggal diluar, sebagai sumbat micropile sehingga yang lain tidak bisa masuk. Berjuta-juta sperma yang menempel pada telur disingkirkan oleh telur dengan reaksi kortek. Karena apabila tidak disingkirkan akan mengganggu metabolisme zigot. Pembuahan sel telur merupakan awal dari perkembangan embrio ikan. Pembuahan merupakan penggabungan sel telur dengan spermatozoa sehingga membentuk zygote. Pembuahan pada ikan umumnya terjadi di luar tubuh, dimana induk betina mengeluarkan telur dan induk jantan mengeluarkan spermatozoa. Telur yang tidak dibuahi akan mati dan berwarna putih air susu. Menurut Nesler dalam Sumantadinata (1983), suatu substansi yang disebut fertilizing merangsang spermatozoa untuk berenang berusaha mencapai telur. Telur akan mengeluarkan fertilizing pada saat-saat terakhir ketika dilepas dan siap dibuahi. Pembuahan satu telur hanya membutuhkan satu spermatozoa bagian kepalanya masuk Kedalam telur melalui mycropyle, sedangkan bagian ekornya tetap berada

tertinggal di luar. Cytoplasma dan chorion merenggang dan semakin tersumbat yang akan segera menutup mycropyle untuk menghalangi masuknya spermatozoa lainnya. Sumantadinata (1983) mengatakan, setelah memasuki telur, inti spermatozoa mulai membesar dan chromosomnya mengalami perubahan sehingga memungkinkan untuk berhimpun dengan chromosom dari sel telur fase awal pembelahan. 4.2.6. Aplikasi teknik pemijahan pada ikan budidaya 4.2.6.1. Pemijahan ikan Mas Macam-macam Metode Pemijahan Ikan Mas menurut Sumantadinata (1983) dapat dilakukan secara alami dan secara buatan. Pemijahan secara alami setiap daerah memiliki ciri khas dalam cara memijahkan ikan Mas. Pemijahan ikan Mas secara alami yang banyak dikenal di masyarakat adalah cara Sunda, Cimindi, Rancapaku, Magek, Kantong, Dubisch dan Hofer. 1. Pemijahan cara Sunda Pemijahan ikan Mas cara Sunda merupakan cara pemijahan yang banyak digunakan petani, khususnya di Jawa Barat. Cara ini menggunakan kolam pemijahan dan kolam penetasan secara terpisah. Kolam pemijahan dipersiapkan secara khusus, yaitu dengan mengeringkan dasar kolam, membersihkan kolam dari rumput atau sampah, memasang substrat dan mengairi kolam. 117

Pemijahan cara ini menggunakan kakaban sebagai substrat untuk menempelkan telur. Kakaban tersebut dipasang berderet-deret dan terapung 5-10 cm di bawah permukaan air. Induk ikan yang siap dipijahkan dilepaskan secara hati-hati ke dalam kolam

pemijahan. Pelepasan induk dilakukan + pukul 16.00-17.00. Proses pemijahan biasanya terjadi mulai tengah malam pukul 01.00-06.00 yang ditandai dengan gerakan ikan yang saling berkejaran dan timbulnya bau anyir pada air kolam pemijahan.

2

3

1

1. Kakaban

Gambar 4.17.

2. Bilah bambu penahan

3. Patok bambu

Pemasangan kakaban di kolam pemijahan pemijahan cara Sunda (Sumantadinata, 1983).

Sehari setelah induk ikan dilepas pada kolam pemijahan dilakukan pengamatan terhadap kakaban. Kakaban yang telah berisi telur segera diangkat dan dipindahkan ke kolam penetasan. Sebelum kakaban disusun di kolam penetasan, terlebih dahulu dibersihkan dari Lumpur dengan menggoyang-goyangkan secara perlahan di kolam pemijahan. Kakaban tersebut dipasang berderet-deret di kolam penetasan 3-5 cm di bawah permukaan air. Telur akan menetas setelah 36-48 jam pada suhu 28-300C. Pemijahan cara Sunda menggunakan kolam

pada

penetasan sekaligus sebagai kolam pendederan. Persiapan kolam penetasan meliputi pengolahan dasar kolam, pembuatan kamalir, pemupukan, pengapuran dan mengairi. Persiapan kolam tersebut dilakukan beberapa hari sebelum pemijahan induk. 2. Pemijahan cara Cimindi Persiapan kolam pemijahan cara Sunda dan Cimindi pada dasarnya adalah sama, hanya terdapat perbedaan induk kolam. Pada pemijahan cara Cimindi, kolam pemijahan merupakan bagian dari kolam penetasan dan 118

penetasan melalui lubang pematang sementara. Telur ikan pada kakaban ditetaskan pada kolam pemijahan. Setelah benih berumur 7 hari, pematang sementara dibongkar dan benih ikan akan menyebar ke kolam besar. Pada kolam besar ini benih ikan didederkan.

kolam pendederan. Kolam pemijahan terletak pada salah satu sudut kolam penetasan dengan pematang dari tanah sebagai pembatas sementara. Bila induk ikan telah memijah, kakaban tetap berada di kolam pemijahan, sedangkan induk ikan dibiarkan masuk ke kolam 4

2

1

3

5

1. Kolam pemijahan 2. Pematang sementara 3. Kolam penetasan/pendederan 4. Saluran pemasukan air 5. Saluran pengeluaran air

Gambar 4.18. Kolam pemijahan cara Cimindi (Sumantadinata, 1983). 3. Pemijahan cara Rancapaku Pemijahan cara Rancapaku hampir sama dengan cara Cimindi, yaitu kolam pemijahan merupakan bagian kolam penetasan. Perbedaannya adalah petak pemijahan dengan cara Rancapaku terbuat dari tumpukan batu atau bambu. Penetasan telur dilakukan pada kolam pemijahan. Setelah selesai memijah, induk ikan dipindahkan ke kolam besar atau ke kolam

pemeliharaan induk, sedangkan kakaban tetap di kolam pemijahan. Telur ikan Mas akan menetas setelah 36-48 jam pada suhu 28-300C. anak ikan Mas yang mulai mencari makan akan menyebar ke kolam besar melalui celah tumpukan batu atau bambu. Benih ikan tersebut dipelihara sampai umur 2-3 minggu.

119

tetap berada di kolam pemijahan, sedangkan induk ditangkap dan dikembalikan ke kolam induk. Telur-telur ikan Mas ditetaskan padakolam pemijahan. Benih ikan ditangkap setelah berumur 1 minggu. Pemanenan benih dilakukan dengan mengalirkan air dari dasar kolam dan ditampung dengan kantong yang terbuat dengan bahan kain halus. Selanjutnya benih tersebut dipindahkan ke wadah lain untuk didederkan atau dipasarkan.

4. Pemijahan cara Magek Pemijahan ikan Mas di Sumatera Barat dikenal dengan cara Magek. Pemijahan dengan cara ini diperlukan kolam seluas 3-4 m2 dengan kedalaman air 0,75 m. dinding kolam tegak lurus diperkuat papan. Dasar kolam ditebari pasir yang telah dicuci bersih dari tanah dan bahanbahan lain yang berbahaya. Di atas pasir ini dhamparkan ijuk yang dijepit dengan belahan bambu. Setelah induk ikan selesai memijah, ijuk tersebut c

d

b

a

P2 P1

0,5-0,6 m

P3 K

1,5-2,0 m

a. papan b. penyekat papan c. belahan bambu d. ijuk

P1 pipa pemasukan P2 pipa pelimpasan P3 pipa pengurasan

Gambar 4.19. Kolam pemijahan cara Magek (Sumantadinata, 1983). 5. Pemijahan cara Kantong Pada beberapa daerah di Jawa Barat, pemijahan ikan Mas dilakukan dengan cara Kantong. Pemijahan cara Kantong mirip dengan cara Magek. Kolam pemijahan berbentuk segi empat dengan kedalaman air sekiatr 60 cm. Dasar kolam diberi lapisan kerikil dan pasir agar airnya tetap

jernih. Bentuk dasar kolam dibuat miring ke arah pengeluaran air untuk memudahkan pengaturan air dalam penangkapan anak ikan. Pemijahan cara Kantong menggunakan rumput sebagai tempat menempelkan telur. Rumput yang digunakan adalah rumput yang tidak mudah busuk di air. Rumput tersebut disebar di 120

kolam pemijahan, induk yang telah selesai memijah ditangkap dan dikembalikan ke kolam induk, sedangkan telur-telurnya dibiarkan di kolam pemijahan untuk ditetaskan. Kolam pemijahan dialiri air secara perlahan. Telur ikan akan menetas setelah 36-48 jam pada suhu 28-300C. benih yang berumur 5-7 hari dipungut/panen. Benih –benih ikan akan hanyut

A

bersama air melalui pintu pengeluaran yang dialirkan ke bentangan kain yang direntangkan pada dua buah bambu. Bentangan kain tersebut berupa kantong yang terendam setengah bagian pada genangan air tenang. Selanjutnya benihbenih yang ditampung pada kain tersebut dikumpulkan dan didederkan di sawah/kolam.

1 2

B

K Keterangan: A. Kolam pemijahan B. Kolam kecil tempat kantong pelimpasan

K. kantong 1. pipa

Gambar 4.20. Kolam pemijahan cara Kantong (Sumantadinata, 1983). 6. Pemijahan cara Dubisch dan Hofer Pemijahan ikan cara Dubisch dan Hofer menggunakan rumput sebagai tempat meletakkan telur. Dubisch adalah seorang ahli perikanan berasal dari Jerman. Oleh sebab itu cara pemijahan ikan yang diperkenalkan Dubisch disebut cara Dubisch. Cara ini banyak digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kolam pemijahan cara Dubisch berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 8 x 8 atau 10 x 10 meter. Kedalaman air kolam

pemijahan adalah 30 cm. Pada bagian tengah dasar kolam lebih tinggi daripada bagian tepi/sisi kolam. Pada dasar kolam sekeliling petakan terdapat saluran keliling dengan lebar 60 cm dn kedalaman 30-40 cm. Saluran keliling berfungsi untuk memudahkan penangkapan induk setelah selesai memijah. Ketinggian air kolam adalah 10 cm di atas pucuk rumput. Bagian tengah dasar kolam miring ke arah saluran pengeluaran air dan ditanami rumput yang tahan tergenang air. Dasar tengah yang 121

kolam pemeliharaan induk, sedangkan telur dibiarkan untuk ditetaskan.

miring memudahkan turunnya air dalam pemanenan benih ikan. Induk ikan yang selesai memijah ditangkap dan dipindahkan ke

Ardiwinata (1971)

Huet (1970)

A B

A B

A. Rumput B. Saluran

B

B

Gambar 4.21. Kolam pemijahan cara Dubisch (Sumantadinata, 1983) Hofer seorang ahli perikanan melihat beberapa kelemahan/ kekurangan pemijahan cara Dubisch. Kelemahan tersebut terletak pada dasar kolam yang dapat menimbulkan stress bagi induk ikan. Hal ini disebabkan adanya perubahan drastic antara bentuk saluran dengan bentuk pelataran (bagian tengah kolam) yang ditumbuhi rumput tempat memijah. Induk ikan istirahat di saluran merasa tempat/kolam tersebut kecil, tidak ada rumput dan gelap, tetapi setelah keluar dari saluran menuju bagian tengah kolam yang ditumbuhi rumput dan terang menyebabkan induk agak ketakutan. Masa takut dan

stress ini mengurangi keinginan ikan untuk memijah. Berdasarkan kelemahan tersebut, Hofer memodifikasi dasar kolam pemijahan cara Dubisch. Pada kolam pemijahan cara Hofer tidak terdapat saluran keliling kolam, tetapi seluruh petakan kolam dibagi menjadi dua bagian, yaitu setengah bagian yang dangkal dan setengah bagian lebih dalam. Bagian yang dangkal ditanami rumput sebagai tempat menempelkan telur, sedangkan bagian lebih dalam digunakan untuk berkumpulnya benih ikan Mas sehingga memudahkan pemungutan benih ikan.

122

A

B C

Cara Hofer A. Pipa pemasukan air B. Bagian dasar yang dangkal ditanami rumput C. Pipa pngeluaran air

Gambar 4.22. Kolam pemijahan cara Hofer (Sumantadinata, 1983) Pelepasan induk ke kolam pemijahan dilakukan dengan hati-hati. Hindari induk terkena benturan. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 1 dalam satuan berat 3 : 1 dalam satuan ekor. Pemilihan sistem pemijahan ini bergantung kepada skala usaha yang dilakukan. Pada pemijahan ikan secara alami, pemilihan induk yang matang kelamin harus tepat dan benar. Dalam pemijahan ikan Mas secara alami dan semi buatan dibutuhkan media/substrat pemijahan yang disebut dengan kakaban. Kakaban ini adalah tempat meletakkan telur ikan Mas yang terbuat dari ijuk pohon enau. Kakaban ini biasanya berukuran panjang 1-1,5 m dengan lebar sekitar 0,5 m. ijuk yang digunakan sebagai bahan pembuat kakaban ini harus dibersihkan dengan membuang serat-serat yang kasar dan disisir dengan sikat kawat. Jumlah kakaban

yang diletakkan pada kolam pemijahan tergantung pada jumlah induk yang dipijahkan. Untuk memijahkan satu pasang induk jumlah kakaban yang dibutuhkan adalah 5-8 buah. Satu pasang induk ikan Mas adalah perbandingan jumlah induk jantan dan betina yang akan dipijahkan berdasarkan bobot badan 1 : 1, sedangkan berdasarkan jumlah ikan adalah 2 : 1 atau 3 : 1. Sebelum ikan Mas jantan dan betina dipijahkan sebaiknya induk ikan tersebut diberok terlebih dahulu di dalam kolam pemberokan selama 12 hari dan dipisahkan antara jantan dan betina. Selama dalam pemberokan, induk ikan ini tidak diberi pakan, oleh karena itu kondisi kualitas air kolam pemberokan harus optimal. Pemberokan ikan Mas ini bertujuan untuk :

123

1. Mengurangi lemak pada daerah kantong pembungkus telur (ovarium), karena lemak yang terlalu banyak dapat mengganggu kelancaran pelepasa telur. 2. Memisahkan induk jantan dan betina untuk menahan sementara keinginan memijah sehingga pada saat pemijahan di kolam pemijahan kedua induk ikan saling tertarik untuk memijah. Pemijahan ikan Mas secara buatan biasanya dilakukan oleh para petani ikan yang membutuhkan ketersediaan benih yang kontinu dalam jumlah dan mutu. Pemijahan secara buatan ini dilakukan dengan memberikan suntikan hormon kepada induk ikan Mas jantan dan betina agar cepat mengalami kematangan gonad. Setelah dilakukan penyuntikan hormon, induk ikan Mas jantan dan betina akan di stripping, yaitu dilakukan pengurutan agar telur dan sperma keluar dari tubuh induk ikan Mas dan dilakukan pembuahan ikan Mas secara buatan. Hormon yang digunakan antara lain adalah ovaprim, pregnil, HCG atau kelenjar hipofisa ikan Mas itu sendiri. Ikan Mas jantan dan betina siap memijah dan matang gonad dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Jumlah induk yang ditebar bergantung pada luas ukuran kolam pemijahan. Ikan Mas akan meletakkan telur pada kakaban. Kakaban yang berisi telur ikan Mas selanjutnya dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva/benih. Hal ini jika pemijahan dilakukan alami dan semi intensif. Jika pemijahan ikan Mas dilakukan secara buatan, maka telur

ikan Mas yang telah dicampur sperma ditebar ke dalam akuarium dan dipelihara sampai menetas dan berumur 2-4 minggu. 4.2.6.2. Pemijahan Ikan Lele 1. Persiapan wadah dan substrat (kakaban) Persiapan bak pemijahan dilakukan sebelum dilakukan pemijahan. Untuk setiap pasang induk yang beratnya antara 0,5 – 1 kg diperlukan satu buah bak pemijahan dengan ukuran 1 x 2 x 0,5 meter atau 1 x 1 x 0,5 meter. Sebelum kolam atau bak digunakan, bak dicuci bersih agar kotoran-kotoran dan lumut yang menempel terlepas dan dasar bak menjadi bersih dan benih lele terhindar dari serangan penyakit. Selanjutnya bak diisi air bersih setinggi 30 – 40 cm. Sebagai tempat atau media menempelnya telur, di dasar bak dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan. Namun, ukuran yang biasa digunakan panjangnya 75 – 100 cm dan lebarnya 30 – 40 cm. Sebagai patokan, untuk 1 pasang induk lele dumbo dengan berat induk betina 500 gram, dibutuhkan kakaban sebanyak 3 – 4 buah. Jika kurang, dikhawatirkan telur yang dikeluarkan ketika pemijahan tidak tertampung seluruhnya atau menumpuk di kakaban, sehingga mudah membusuk dan tidak menetas. Kakaban harus menutupi seluruh permukaan dasar bak pemijahan, sehingga semua telur lele dumbo tertampung di kakaban. Bagian atas bak pemijahan di tutup 124

dengan seng atau triplek atau anyaman bambu untuk mencegah induk lele dumbo yang sedang dipijahkan meloncat keluar. 2. Pemilihan induk siap pijah Tidak semua induk yang dipelihara dapat dipijahkan. Hal ini disebabkan belum tentu semua induk telah matang kelamin dan siap dipijahkan. Sebelum dipijahkan, induk dipilih yang sesuai dengan persyaratan. Salah satu persyaratan yang mutlak adalah induk telah berumur 1 tahun, baik jantan maupun betina. Pemilihan induk dilakukan dengan cara mengeringkan kolam induk, baik kolam induk jantan mapun betina, sehingga induk – induk ikan lele dumbo akan terkumpul. Selanjutnya induk – induk tersebut ditangkap dengan menggunakan seser atau serokan dan ditampung dalam wadah seperti tong plastik. 3. Penyuntikan hormon Untuk merangsang induk lele dumbo agar memijah sesuai dengan yang diharapkan, sebelumnya induk harus disuntik menggunakan zat perangsang berupa kelenjar hipofisa atau HCG (Human Chlorionic Gonadotropine) atau ovaprim. Kelenjar hipofisa dapat diambil dari donor ikan lele dumbo yang telah matang kelamin dan telah berumur minimal 1 tahun. Penyuntikan menggunakan kelenjar hipofisa cukup dengan 1 dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil kelenjar hipofisanya, beratnya sama dengan ikan induk lele dumbo yang akan

disuntik. Namun, jika menggunakan ovaprim, penyuntikan cukup dilakukan satu kali dengan dosis untuk induk betina 0,2 ml dan untuk induk jantan sebanyak 0,1 ml. Sebagai bahan pelarut digunakan air untuk injeksi berupa aquabidest sebanyak 0,3 – 0,4 ml. Penyuntikan dapat dilakukan pada 3 tempat, yaitu pada otot punggung, batang ekor dan sirip perut. Akan tetapi pada umumnya dilakukan pada otot punggung dengan kemiringan alat suntik 45°. 4. Pemijahan Induk lele dumbo yang telah disuntik selanjutnya dipijahkan secara alami, atau dipijahkan secara buatan. Jika akan dilakukan secara semi buatan, setelah induk ikan lele disuntik dengan hormon maka induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan. Induk akan memijah setelah 8 – 12 jam dari penyuntikan. Selama proses pemijahan berlangsung dilakukan pengontrolan agar induk yang sedang memijah tidak melompat keluar tempat pemijahan. Pemijahan ikan lele dapat dilakukan secara alami, semi buatan dan buatan (induced breeding). Pemijahan ikan lele secara alami dapat dilakukan dengan memijahkan induk jantan dan betina tanpa perlakuan khusus. Induk ikan lele memijah berdasarkan kondisi alam dan ikan itu sendiri. Kelemahan pemijahan secara alami adalah pemijahan induk belum dapat diperkirakan waktunya sehingga ketersediaan telur juga belum dapat 125

di perkirakan. Pemijahan secara semi buatan adalah pemijahan dengan cara memberi perlakuan khusus yaitu dengan menyuntik induk ikan menggunakan hormon. Hormon yang digunakan adalah hormon sintetis atau hormon hypofisa. Jika Induk disuntik menggunakan hormon sintetis (Ovaprim) dapat dilakukan dengan dosis 0,1-0,2 ml di tambah aquabides sebanyak 1-2 ml. Pemijahan secara semi buatan induk jantan dan betina disuntik. Induk yang telah disuntik dimasukkan kedalam kolam/bak pemijahan. Pemijahan secara buatan yaitu dengan menyuntikan hormon gonadotropin kedalam tubuh induk betina. Untuk mendapatkan hormon ini ada yang sudah dalam bentuk cairan hormon siap pakai, ada pula yang harus di ekstrak dari kelenjar horman ikan tertentu.

yang telah disiapkan sebelumnya dicampur dengan telur. Telur dan sperma diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah telur dan sperma tercampur merata, lalu ditambah air sampai semua telur terendam dan biarkan beberapa menit agar semua telur terbuahi oleh sperma. Air rendaman yang berwarna putih selanjutnya di buang, Telur yang telah dibuahi disebarkan kepermukaan substrat “kakaban” dan direndam dalam bak sampai menetas. Untuk mencegah infeksi pada induk, maka setelah dilakukan pengurutan induk ikan ditreatment dengan cara direndam dalam larutan formalin 50 – 150 ppm selama 3 jam, kemudian induk ikan di lepas ke dalam bak fiber penampungan induk yang sudah disediakan. 4.2.6.3. Pemijahan ikan nila

Pada ikan lele yang akan dilakukan pemijahan secara buatan maka pengambilan sperma dilakukan dengan pembedahan perut induk jantan. Selanjutnya sperma diambil dan dibersihkan dari darah dengan menggunakan tissue. Kelenjar sperma dipotong-potong dengan menggunakan gunting kemudian ditekan secara halus untuk mengeluarkan sel sperma dari kelenjar sperma tersebut, lalu diencerkan di dalam larutan sodium clorida 0.9 % dalam mangkuk plastik yang bersih. Pengurutan induk betina dilakukan dengan hati-hati agar induk tersebut tidak terluka. Telur induk betina tersebut ditampung dalam baki dan pada waktu yang bersamaan sperma

Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 - 30 derajat celsius. Pada umumnya nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Untuk menjaga induk hidup optimal, maka parameter kualitas air dipertahankan dalam kondisi yang layak bagi kehidupan induk, terutama kandungan oksigen terlarut (> 5 126

ppm) dan suhu tidak berfluktuasi. Padat penebaran induk tergantung dari ukuran induk dan sistem pemijahan yang dilakukan. Selama proses pemijahan air kolam harus tetap berganti, dengan cara mengalirkan air pemasukan ke kolam secara kontinu melalui pipa yang ada saringannya. Air dijatuhkan kepermukaan kolam agar terjadi percikan air untuk proses difusi oksigen. Pemijahan ikan nila dengan menggunakan hapa (kantung jaring dengan mata jaring yang lembut lebih kecil dari ukuran larva) hanya pada ikan nila yang sudah diadaptasi pada kondisi tersebut. Kantung jaring dapat digunakan beberapa bulan saja paling lama 6 bulan, karena mata jaring mudah sekali tertutup baik oleh lumpur maupun organisme yang menempel pada jaring sehingga dapat mengganggu sirkulasi air. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa sistim antara lain: 1. Pemijahan Secara Tradisional/ Alami Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;

Persiapan Kolam Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar kolam tersebut. Biasanya jarak antara kobakan satu dengan yang lainnya kira-kira 25 cm. Bila areal/kolam mempunyai luasan 100 m2 (1000 x 1000 cm2), maka satu baris panjang didapat 1000:100 cm = 10 dan satu baris lebar 1000:100 = 10, jadi banyaknya kobakan 10 x 10 = 100 atau banyaknya ikan jantan adalah 100 ekor. Sedangkan yang betina adalah 3 x 100 = 300 ekor. Induk betina yang lebih banyak 3 x jantan adalah agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam berlumpur untuk pembuatan sarang dan 127

meningkatkan kesuburannya agar cukup tersedia pakan alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan.

parasit larva ikan serta meningkatkan pH dasar kolam. Dosis pengapuran untuk menetralkan berbagai tingkatan pH dan jenis tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit dan Tabel 4.6. Dosis Pengapuran untuk Menetralkan dari Berbagai Jenis Tekstur Tanah dan pH Awal yang Berbeda NO 1 2 3 4 5 6

pH Awal < 4,0 4,0 - 4,5 4,6 - 5,0 5,1 - 5,5 5,6 - 6,0 6,1 - 6,5

Kebutuhan Kapur CaCO3 (kg/Ha) Lempung berliat Lempung berpasir Pasir 7.160 5.370 4.975 3.580 1.790 1.790

14.320 10.740 8.950 5.370 3.580 1.790

Pemupukan dapat diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari ketiga macam pupuk tersebut. Jenis pupuk yang biasa digunakan terdiri dari : • Kotoran ternak besar (sapi, kerbau, kuda dll) dengan dosis 1500 kg/ha atau kotoran ayam sebanyak 600- 1200 kg/ha • TSP dosis 100 kg/ha • Urea dosis 150 kg/ha Dosis tersebut tidak mutlak , tetapi bisa disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah kolam perairan. Cara pemberian pupuk kandang bisa dionggokan dibeberapa tepi kolam. Sedang untuk pupuk anorganik disebarkan pada dasar kolam. Agar kolam bisa menjadi subur lagi bisa ditambah dengan pupuk hijau, misalnya daun orok-orok, daun lamtoro dan lain- lain. Selanjutnya kolam diairi ± 70 cm. Pemupukan

4.475 4.475 3.580 1.790 895 0

susulan dapat diberikan 2 minggu kemudian dengan cara memasukan pupuk kandang/hijau ke dalam karung plastik yang diberi lubang secara merata dan direndam di dekat pintu pemasukan air kolam. Cara ini akan memberikan pengaruh penguraian pupuk secara bertahap dan terus menerus sehingga pertumbuhan pakan alami dapat stabil dan tidak terjadi blooming plankton yang merugikan. Pengairan Selama proses pemijahan ikan membutuhkan suasana parameter kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 30 °C dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut, pengairan kolam harus dilakukan dengan pengaturan yang baik. Air 128

pemasukan terus menerus dialirkan dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk luasan kolam 200 m2. Pemberian pakan Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energi dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.

dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relatif mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk. Desain kolam pemijahan dapat dilihat pada Gambar . •

2. Pemijahan secara intensif

Persiapan kolam Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekatsekat antara kolam jantan, kolam betina dan kolam larva (gambar.1). Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.

Dari sifat perilaku ikan nila maka untuk meningkatkan hasil dan produktifitas induk ikan nila di dalam menghasilkan larva, pemijahan ikan dapat dilakukan dengan melakukan manipulasi lingkungan yang sesuai dengan sifat memijah ikan. Pemijahan secara buatan dapat dilakukan dengan dua cara : Pemijahan Intensif Yang Sepenuhnya Dilakukan Di Kolam Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan larva ikan

Gambar 4.23. Diagram susunan kolam pemijahan bersekat •

Proses pemijahan Apabila konstruksi berbentuk lingkaran

kolam dengan 129



diameter kolam I adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara 250 -300 ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot > 500 gr/ekor. Indukinduk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk betina yang ada.

mengumpulkan induk-induk pada satu sudut hapa untuk memperkecil ruang gerak induk dan memudahkan penangkapan. Induk betina di tangkap satu persatu di pegang bagian kepala, mulut di buka dan di goyang-goyang di dalam air atau dialiri air yang bagian bawahnya sudah dipasang lambit/seser halus. Telur yang ada pada mulut induk nila akan keluar dan tertampung di lambit dan selanjutnya di tampung pada wadah (ember/baki) untuk di bawa ke tempat penetasan. Setelah selesai pengambilan telur, induk dipelihara di kolam secara terpisah antara jantan dan betina dan setelah ± 14 hari sudah dapat dipijahkan kembali. Setelah pemijahan induk jantan dan induk betina di ambil dan di pelihara pada kolam induk yang berbeda, untuk persiapan pemijahan berikutnya.

Pemeliharaan Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 % perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan larva.

4.3.

Pemijahan Dilakukan Di Hapa, Penetasan Telur Dilakukan Pada Corong Tetas Induk yang sudah siap dipijahkan (matang gonad) di masukkan ke dalam hapa pemijahan dan dipelihara dengan memberikan pakan tambahan serta pengaturan air yang baik sampai hari ke 7. Pengambilan telur dilakukan pada hari ke 8 - 10 dengan cara

Penetasan telur

Setelah induk ikan melakukan pemijahan maka sel telur dan sel sperma akan bertemu dan mengalami proses pembuahan (fertilisasi) yang akan membentuk zygot. Oleh karena itu pembuahan ini merupakan proses peleburan antara sel telur dan sel sperma untuk membentuk zygot. Pembuahan terjadi ditandai dengan masuknya spermatozoa ke dalam telur lewat micropyle. Tiap sel sperma cukup untuk membuahi satu butir telur. Pada saat pembuahan spermatozoa masuk yaitu hanya kepalanya saja sedangkan ekornya tinggal di luar, cytoplasma dan chorion merenggang dan semacam sumbat segera menutup micropyle untuk 130

menghalangi masuknya spermatozoa lain. Pengerasan chorion disebabkan oleh enzim pengeras yang terdapat pada bagian dalam lapisan chorion. Pengerasan chorion berguna untuk melindungi embrio yang masih sangat sensitif. Setelah membentuk zygot maka setiap individu akan mengalami proses embriogenesis sebelum menetas. Untuk memahami tentang proses penetasan telur maka harus dipahami proses tentang embryogenesis. 4.3.1. Perkembangan embrio Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zygote (cleavage), stadia morula (morulasi), stadia blastula (blastulasi), stadia gastrula (gastrulasi) dan stadia organogenesis. Stadia Cleavage Cleavage adalah pembelahan zygote secara cepat menjadi unit-unit yang lebih kecil yang di sebut blastomer. Stadium cleavage merupakan rangkaian mitosis yang berlangsung berturut-turut segera setelah terjadi pembuahan yang menghasilkan morula dan blastomer. Stadia morula Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah secara

melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutup anima. Stadia morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer. Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk kecil membentuk dua lapis sel. Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel utama (blastoderm), yang meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass cells), fungsinya adalah membentuk tubuh embrio. Kedua adalah adalah kelompok sel-sel pelengkap, yang meliputi trophoblast, periblast, auxilliary cells, fungsinya adalah melindungi dan menghubungi antara embrio dengan induk atau lingkungan luar. Kelompok sel-sel yang terdiri dari jaringan embrio (blastodic) dan jaringan periblas, pada ikan, reptil dan burug disebut cakram kecambah (germinal disc). Stadia blastula Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, meso-dermal, dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ. dicirikan dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel datar membentuk blastocoel dan blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi sebagian besar kuning telur. Pada blastula sudah terdapat daerah yang berdifferensiasi membentuk organorgan tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochorda, syaraf, 131

epiderm, ektoderm, mesoderm dan endoderm. Stadia gastrula Gastrulasi adalah proses perkembangan embrio, dimana sel bakal organ yang telah terbentuk pada stadia blastula mengalami perkembangan lebih lanjut. Proses perkembangan sel bakal organ ada dua, yaitu epiboli dan emboli. Epiboli adalah proses pertumbuhan sel yang bergerak ke arah depan, belakang dan kesamping dari sumbu embrio dan akan membentuk epidermal, sedangkan emboli adalah proses pertumbuhan sel yang bergerak ke arah dalam terutama diujung sumbu embrio. Stadia gastrula ini merupakan proses pembentukan ketiga daun kecambah yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Pada proses gastrula ini terjadi perpindahan ektoderm, mesoderm, endoderm dan notochord menuju tempat yang definitif. Pada periode ini erat hubungannya dengan proses pembentukan susunan syaraf. Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi oleh lapisan sel. Dan beberapa jaringan mesoderm yang berada disepanjang kedua sisi notochord disusun menjadi segmensegmen yang disebut somit yaitu ruas yang terdapat pada embrio. Stadia organogenesis Organogenesis merupakan stadia terakhir dari proses perkembangan embrio. Stadia ini merupakan proses pembentukan organ-organ tubuh makhluk hidup yang sedang berkembang. Dalam proses organogenesis terbentuk berturut-

turut bakal organ yaitu syaraf, notochorda, mata, somit, rongga kuffer, kantong alfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotochord, linea lateralis, jantung, aorta, insang, infundibullum dan lipatan-lipatan sirip. Sistem organ-organ tubuh berasal dari tiga buah daun kecambah, yaitu ektodermal, endodermal dan mesodermal. Pada ektodermal akan membentuk organorgan susunan (sistem) saraf dan epidermis kulit. Endodermal akan membentuk saluran pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat pernafasan, dan mesodermal akan membentuk rangka, otot, alat-alat peredaran darah, alat eksresi, alat-alat reproduksi dan korium (chorium) kulit. Jika proses organogenesis ini telah sempurna maka akan dilanjutkan dengan proses penetasan telur. 4.3.2. Proses penetasan telur Penetasan adalah perubahan intracapsular (tempat yang terbatas) ke fase kehidupan (tempat luas), hal ini penting dalam perubahanperubahan morfologi hewan. Penetasan merupakann saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya. Penetasan terjadi karena 1) kerja mekanik, oleh karena embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang dalam cangkangnya, atau karena embrio telah lebih panjang dari lingkungan dalam cangkangnya (Lagler et al. 1962). Dengan pergerakan132

pergerakan tersebut bagian telur lembek dan tipis akan pecah sehingga embrio akan keluar dari cangkangnya. 2) Kerja enzimatik, yaitu enzim dan zat kimia lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar endodermal di daerah pharink embrio. Enzim ini disebut chorionase yang kerjanya bersifat mereduksi chorion yang terdiri dari pseudokeratine menjadi lembek. Sehingga pada bagian cangkang yang tipis dan terkena chorionase akan pecah dan ekor embrio keluar dari cangkang kemudian diikuti tubuh dan kepalanya. Semakin aktif embrio bergerak akan semakin cepat penetasan terjadi. Aktifitas embrio dan pembentukan chorionase dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dalam antara lain hormon dan volume kuning telur. Hormon tersebut adalah hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisa dan tyroid sebagai hormon metamorfosa, sedang volume kuning telur berhubungan dengan energi perkembangan embrio. Sedangkan faktor luar yang berpengaruh adalah suhu, oksigen, pH salinitas dan intensitas cahaya. Penetasan telur terjadi bila embrio telah menjadi lebih panjang dari pada lingkaran kuning dan telah terbentuk sirip ekor. Penetasan terjadi dengan cara pelunakan chorion oleh suatu enzim atau substansi kimia lainnya hasil sekresi kelenjar ekstoderm. Selain itu penetasan juga disebabkan oleh gerakan-gerakan larva akibat peningkatan suhu, intensitas cahaya dan pengurangan tekanan oksigen.

4.3.3. Aplikasi ikan

Penetasan

Telur

Penetasan telur pada ikan budidaya dapat dilakukan dengan berbagai wadah. Wadah penetasan telur ikan dapat digunakan antara lain adalah akuarium, kolam, bak atau fiber glass. Wadah yang di gunakan harus bersih. Sebelum penetasan telur, air wadah penetasan di sanitasi menggunakan methalyne blue (MB). Jika penetasan telur dilakukan di kolam harus menggunakan hapa. Hapa yang digunakan dengan mata jaring 1 mm atau lebih kecil dari butiran telur. Air pada wadah penetasan harus mengalir terus menerus. Salah satu sumber oksigen terlarut di dalam wadah penetasan berasal dari difusi air langsung dengan udara. Kadar oksigen terlarut di dalam wadah adalah 6 - 8 ppm. Pada ikan lele biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur yang telah menempel pada kakaban dapat ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan sistem budidaya yang akan diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus menerus. Seluruh telur yang akan ditetaskan harus terendam air, kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang aerasi. Telur 133

akan menetas tergantung dari suhu air wadah penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. Telur ikan lele akan menetas berkisar antara 24-57 jam dari pembuahan. Selama penetasan telur harus selalu dicek, telur yang sehat berwarna hijau kecoklatan, bila ada telur yang berwarna putih harus segera dibuang untuk menghindari berkembangnya jamur. Perkembangan stadia embrio pada ikan lele telah diamati oleh Volkaert et al (1994) yang melakukan pengamatan pada suhu penetasan telur yang optimal adalah 28oC (Tabel 4.7). Telur ikan lele (African catfish) akan menetas setelah 24 jam dengan derajat penetasan 80–100%. Tabel 4.7. Perkembangan stadia embrio ikan lele pada suhu 28oC Waktu (jam) Stadia embrionik 0 : 45 1 : 00 1 : 15 1 : 30 1 : 45 2 : 00 2 : 15 2 : 30 2 : 45 4 : 15 4 : 45 5 : 15 7 : 00 8 : 15 12 : 00 24 : 00

2 sel 4 sel 16 sel 32 sel 64 sel 128 sel Morula Awal Blastula Akhir Blastula Dimulainya epiboly 30% epiboly Germinal disk 60% epiboly 90% epiboly 1 – 10 somite 80–100% menetas

Pada ikan nila penetasan telur dapat dilakukan dengan dua metode yaitu penetasan dengan menggunakan corong penetasan dan metode konvensional. Pada metode konvensional dari induk ikan nila yang mempunyai bobot 250 - 300 gr dapat menghasilkan 300 - 800 butir telur. Telur ikan nila akan menetas setelah 4 - 6 hari. Telur yang telah menetas tidak langsung dilepaskan induknya melainkan tetap dimulutnya. Induk betina melepas larva jika sudah dapat berenang. Pada tahap awal larva dilepaskan, induk betina masih menjaganya. Di alam, induk betina ikan nila mulai melepaskan larva dari mulutnya pada umur 4 - 5 hari. Pada umur tersebut induk betina masih menjaga larva-larva tersebut. Jika keadaan lingkungan larva kurang aman, induk ikan menghisap kembali larvanya. Kuning telur larva akan habis setelah berumur 5 - 7 hari. Setelah kuning telur habis, larva akan mencari makanan disekitarnya. Biasanya induk betina menjaganya dengan mengikuti kelompok larva tersebut berenang. Jika ada ikan lain yang mendekati kelompok larva atau keadaan perairan kurang aman maka induk tersebut memasukkan kembali larva-larva tersebut kedalam mulutnya. Selanjutnya larva dilepaskan kembali pada perairan yang relatif aman dari gangguan ikan lainnya. Secara keseluruhan proses ini memerlukan waktu kurang lebih 18 hari. Sedangkan penetasan telur ikan nila secara intensif dilakukan pada corong tetas, yang merupakan modifikasi dari penetasan telur secara alami. Modifikasi tersebut 134

terlihat pada kondisi lingkungan, suplai air untuk gerakan telur, oksigen terlarut dan sebagainya. Air yang dialirkan ke corong penetasan selain agar telur-telur tetap bergerak juga untuk mempertahankan kualitas air tetap baik. Corong tetas yang digunakan berbentuk kerucut terbuat dari bahan fibre glass atau bahan lain. Pada corong tetas terdapat pipa- pemasukan dan pengeluaran air. Pipa pemasukan terletak di dasar corong tetas sedangkan pipa pengeluaran terletak di bagian atas corong tetas. Corong yang berukuran tinggi 45 cm, diameter atas 30 cm, diameter bawah 15 cm dapat menetaskan telur sebanyak ± 15.000 butir telur/corong. Corong tetas sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari endapan kotoran, sisa telur dan lumut kemudian dikeringkan. Setelah itu direndam pada larutan malachyte green atau methalyn blue 10 ppm selama 15 - 30 menit. Selama kegiatan penetasan telur air terus menerus dialirkan ke corong penetasan. Agar penggunaan air lebih efisien, sebaiknya memakai sistem resirkulasi air. Dengan sistem ini air yang telah digunakan akan melalui saringan terlebih dahulu baik secara fisis, biologis mapun khemis sebelum digunakan selanjutnya ke corong tetas. Dengan menggunakan saringan tersebut, sistem resirkulasi air dapat digunakan selama lebih dari 6 bulan, selain lebih efisien, juga mudah dalam pengontrolan parameter kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan telur dan larva. Bak penampungan air dan saringan yang digunakan secara berkala kira-

kira 6 bulan sekali dibersihkan. Hal ini untuk menghindari penyumbatan aliran air oleh kotoran. Tujuan penetasan telur meggunakan corong tetas adalah untuk meningkatkan daya tetas telur. Tahap awal perkembangan telur, telur sangat rentan terhadap gangguan khususnya gangguan secara mekanik. Gangguan secara mekanik umumnya terjadi pada saat membersihkan telur dari kotoran, memasukkan telur ke corong penetasan dan gerakan telur akibat debit air yang terlalu besar. Oleh sebab itu penanganan telur harus dilakukan secara hati-hati. Debit air yang terlalu besar dapat menyebabkan telur membentur dinding atau telur lainnya dengan keras sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pada saat panen, sering terdapat perbedaan umur larva. Perbedaan ini karena pemijahan induk tidak serentak sehingga perkembangan embrio telur setiap induk pada kolam pemijahan yang sama sering berbeda. Demikian juga ukuran telur setiap induk berbeda-beda. Sebelum dimasukkan ke corong penetasan, telur yang berbeda baik masa inkubasi maupun ukuran telur harus dipisahkan terlebih dahulu. Pemisahan telur bertujuan untuk memudahkan pemanenan larva. Pemisahan atau pemilihan telur dapat dilakukan pada saat telur diambil dari mulut induk dan pada saat telur ditampung. Umumnya telur pada satu induk seragam baik masa inkubasi maupun ukuran. Oleh sebab itu pemisahan telur lebih baik dan lebih cepat dilakukan dilakukan 135

pada saat telur diambil dari mulut induk. Setiap telur yang diambil dari mulut induk ditampung dalam satu wadah. Sedangkan telur dari induk lain yang berbeda masa inkubasi dan ukuran telurnya ditampung pada wadah yang lain. Selanjutnya setelah dibersihkan, telur yang sama masa inkubasi dan ukuran dari induk yang lain di tetaskan pada corong tetas yang sama. Sedangkan telur yang lain ditetaskan pada corong tetas yang berbeda. Jika pemisahan telur pada wadah penampungan dinama seluruh telur ditampung dalam satu wadah kemudian dilakukan pemisahan akan lebih rumit dan lama sehingga dapat mengakibatkan telur mati. Kematian telur tersebut dapat karena telur tidak bergerak, benturan dan sinar matahari langsung. Masa inkubasi telur ikan nila berhubungan dengan warna telur. Telur yang baru dibuahi memiliki warna kuning muda. Sedangkan telur yang akan menetas berwarna kuning kecoklatan. Telur yang berwarna putih susu adalah telur mati. Telur hasil seleksi dibersihkan dan dipisahkan, dimasukkan ke dalam corong tetas. Air terus menerus dialirkan ke dalam corong tetas. Besar kecilnya debit air yang masuk ke dalam corong tetas di atur menggunakan kran. Debit air untuk penetasan telur ikan sebesar 0,8 liter perdetik. Debit air yang terlalu besar dapat mengakibatkan kematian telur karena tekanan air sehingga telur dapat terbentur ke dinding corong tetas atau terbawa air keluar corong tetas. Sebaliknya debit air yang terlalu kecil dapat mengakibatkan

telur tidak bergerak dan kekurangan oksigen. Telur yang tidak bergerak dan kekurang oksigen akan mati. Oleh sebab itu kegiatan sehari-hari pada saat penetasan telur adalah mengontrol debit air dan membersihkan corong tetas. Corong tetas dapat dibersihkan dengan menyipon kotoran atau telur yang mati. Pada saat pengontrolan debit air di dalam corong tetas harus selalu stabil sehingga tidak mengganggu gerakan telur. Air yang masuk pada corong tetas memiliki tekanan yang merata diseluruh bagian corong tetas agar telur yang ada semua bergerak. Jika tekanan aliran air hanya terdapat pada beberapa begian corong tetas saja mengakibatkan terdapat titik mati tekanan air. Telur yang terdapat pada tekanan titik mati tersebut tidak bergerak dan mati. Telur ditetaskan pada corong tetas selama 5 - 7 hari. Selama penetasan telur, air terus menerus dialirkan. Hari ke dua penetasan telur akan terlihat telur yang mati dan hidup. Telur yang mati segera dibuang karena akan mempengaruhi kualitas air. Sumantadinata (1983) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah : 1. Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada induk dan tingkat kematangan telur. 2. Lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari suhu, oksigen, karbondioksida, amonia, dll. 3. Gerakan air yang terlalu kuat yang menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara 136

telur atau benda lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah. Blaxter dalam Sumantadinata (1983), penetasan telur dapat disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau pengurangan tekanan oksigen. Dalam penekanan mortalitas telur, yang banyak berperan adalah faktor kualitas air dan kualitas telur selain penanganan secara intensif. Oleh karena itu induk betina hanya dapat memijah perlu waktu lama. Akan tetapi pada pemijahan secara intensif, induk ikan nila betina dapat dipijahkan setiap 2 - 4 minggu. Hal ini dapat dijelaskan secara fisiologis ikan sebagai berikut; pada pemijahan alami, selama proses pengeraman telur dan pemeliharaan larva, induk betina akan terhambat perkembangan gonadnya. Sedangkan pada pemijahan intensif proses tersebut dilakukan secara buatan (corong tetas). Dengan demikian induk betina dapat bebas dari tugas tersebut dan segera menyiapkan kembali untuk pemijahan berikutnya dalam waktu yang relatif cepat. Pada ikan nila yang telurnya akan ditetaskan pada corong penetasan harus dilakukan pemanenan telur. Pemanenan telur ikan nila ini dilakukan pada hari ke 9. Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan nila. Sebelum pemanenan terlebih dahulu permukaan air kolam diturunkan sampai ketinggian 10 - 20 cm. Jika pemijahan dilakukan di hapa

(waring), maka caranya adalah dengan menarik salah satu ujung hapa ke salah satu sudut hapa. dengan hati-hati untuk menghindari induk mengeluarkan telur. Karena induk ikan nila jika merasa dalam bahaya atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang tempat. Hal ini akan menyulitkan dalam mengumpulkan telur ikan nila. Pengambilan telur ikan nila dilakukan dengan menangkap induk satu persatu. Penangkapan induk dilakukan menggunakan seser kasar dan seser halus. Kedua seser ini digunakan pada saat bersamaan. Seser kasar berfungsi untuk menangkap induk sedangkan seser halus berfungsi untuk menampung telur ikan. Seser kasar terletak dibagian atas dan seser halus terletak dibagian bawah. Pada saat menangkap induk dilakukan dengan hati-hati agar telur tidak dikeluarkan. Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan memegang bagian kepala ikan. Pada saat bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup insang. Selanjutnya tutup insang di siram air sehingga telur keluar melalui rongga mulut. Selanjutnya telur-telur tersebut ditampung dalam wadah. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari gerakan induk sekecil mungkin agar telur yang telah keluar tidak berserakan. Induk yang telah diambil telurnya dan yang belum memijah dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Telur pada wadah penampungan jangan terkena sinar matahari langsung dan diupayakan telur selalu bergerak. Telur yang terlalu lama 137

diam serta kena sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian. Selanjutnya sebelum dimasukkan ke corong tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran berupa lumpur, lumut, sisa pakan dan sebagainya. Telur yang telah bersih dari kotoran dapat dimasukkan ke dalam corong penetasan.

4. 4. Pemeliharaan larva dan benih ikan Larva adalah anak hewan avertebrata yang masih harus mengalami modifikasi menjadi lebih besar atau lebih kecil untuk mencapai bentuk dewasa. Menurut Lagler (1956), larva adalah organisme yang masih berbentuk primitif atau belum mempunyai organ tubuh lengkap seperti induknya untuk menjadi bentuk definitif yaitu metamorfosa. Perkembangan stadia larva meliputi stadia pro-larva dan stadia pasca larva. Stadia pro-larva merupakan tahap larva yang masih memiliki kuning telur, sedangkan stadia pasca larva merupakan tahap larva yang telah habis kuning telurnya dan masa penyempurnaan organ-organ tubuh yang ada. Akhir stadia ini ditandai dengan bentuk larva yang sama dengan induknya yang biasa disebut dengan juvenil atau benih ikan. Larva ikan yang baru menetas memiliki kuning telur. Larva tersebut mengambil makanan dari kuning telur. Kuning telur akan habis setelah larva berumur 3 hari. Setelah kuning telur habis, larva mengambil

makanan dari luar atau lingkungan hidupnya. Larva ikan yang dibudidayakan harus dilakukan pemeliharaan untuk mencapai stadia benih. Wadah yang dapat digunkan untuk melakukan pemeliharaan larva ini bermacam-macam. Wadah pemeliharaan larva ini antara lain dapat berupa bak atau kolam. Pada pemeliharaan di bak yang perlu diperhatikan adalah sanitasi wadah sebelum digunakan untuk pemeliharaan dengan cara wadah direndam menggunakan larutan Methilen Blue 100 ppm selama 24 jam, kemudian dikuras dan diisi air bersih. Sedangkan wadah yang menggunakan kolam, sebelum digunakan harus disiapkan terlebih dahulu. Persiapan kolam pemeliharaan larva/pendederan meliputi perbaikan pematang, pengolahan dasar kolam, perbaikan pipa pemasukan dan pengeluaran, pemupukan dan pengapuran. Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam dapat diakibatkan oleh binatang air seperti belut, ular, kepiting dan lain-lain. Pematang yang bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan lolos keluar kolam. Perbaikan pematang yang bocor dilakukan dengan menyumbat bagian yang bocor menggunakan tanah atau ijuk. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar kolam. Tujuan mengolah dasar kolam adalah untuk menguapkan gas beracun yang terdapat di dasar kolam. Tanah yang baru dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini disebut kemalir. Kemalir 138

berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari dan jika ada predator (pemangsa). Kemalir dibuat mulai dari pipa pemasukan air sampai pipa pengeluaran air. Kemalir dibuat dengan ukuran lebar 0,5 meter dan kedalaman 0,3 meter. Pipa pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi saringan. Fungsi saringan pada pipa pemasukanan adalah untuk menghindari masuknya ikan liar atau sampah, sedangkan fungsi saringan pada pipa pengeluaran adalah untuk menghindari lolosnya benih ikan keluar kolam. Setelah melakukan pengolahan dasar kolam dan perbaikan pematang, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran bertujuan untuk membasmi bibit penyakit dan meningkatkan kadar pH tanah. Kapur di tebar merata di dasar kolam. Dosis kapur yang di tebar adalah 10 - 50 gr/m2 . Untuk kolam baru diperlukan 50 - 150 kg kapur/m2 Kapur ditebarkan pada dasar kolam lalu dicampur dengan lapisan lumpur paling atas sedalam 5 cm . Seminggu kemudian lakukan pemupukan dengan 50 - 100 kg pupuk kandang/100 m2, TSP 0,25 kg/100 m2, dan urea 0,25 kg/100 m2. Semprot kolam dengan menggunakan pestisida golongan organophosphat seperti Sumithion, Argothion, dan Diazinon dengan konsentrasi 3 - 4 ppm. Kolam sudah dapat diairi 5 - 7 hari setelah semua rangkaian kegiatan tersebut diatas dilakukan. Kolam yang telah di pupuk dan dikapur segera ditutup pipa

pengeluaran air. Selanjutnya pipa pemasukan air di buka. Setelah ketinggian air 20 - 30 cm, tutup pipa pemasukan air. Biarkan kolam selama 5 - 7 hari. Hari ke - 8 benih ikan dapat di tebar ke kolam untuk didederkan. Setelah dipastikan hampir semua telur menetas, kakaban diangkat untuk menghindari penurunan kualitas air akibat adanya pembusukan dari telur – telur yang tidak menetas. Disamping itu juga dilakukan pergantian air bak penetasan dengan membuang air sampai ¾ bagian volume air dan kemudian diisi kembali dengan air yang baru. Larva ikan lele yang baru menetas akan berwarna hijau dan berkumpul di dasar bak penetasan dibagian yang gelap. Ukuran larva lebih kurang 5 – 7 mm dengan berat 1,2 – 3 mg. Setelah berumur 2 hari, larva mulai bergerak dan menyebar ke seluruh bak penetasan. Sampai umur 3 hari larva tidak perlu diberi pakan tambahan, karena masih memanfaatkan cadangan makanan yang dibawa di dalam tubuhnya, yakni yang dikenal dengan “kuning telur”. Larva ikan lele dumbo baru diberikan pakan tambahan setelah berumur 4 hari dengan memberikan emulsi kuning telur ayam. Pemberian pakan tersebut sampai umur 5 hari. Setelah menginjak umur 6 hari, larva diberi pakan alami (makanan hidup) yang berukuran kecil, seperti kutu air (daphnia sp) atau cacing sutera (tubifex). Pakan buatan kurang baik diberikan karena jika tidak habis akan membusuk sehingga menurunkan kualitas air pada bak pemeliharaan. Pakan alami diberikan 139

3 kali sehari, pagi, siang dan sore hari atau sesuai dengan kebutuhan. Faktor lain yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan benih atau larva adalah kualitas air. Pergantian air dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan. Jumlah air yang diganti sebanyak 50–70 % dengan cara menyipon (mengeluarkan air secara selektif dengan selang) sambil membuang kotoran yang mengendap pada dasar bak pemeliharaan larva. Selang yang digunakan adalah selang plastik yang lentur dan biasa digunakan sebagai selang air. Setelah benih lele berumur 2 – 3 minggu dan mencapai ukuran 0,5 – 2 cm, benih sudah siap untuk dipanen. Agar benih lele tidak mengalami stres, pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah. Cara memanennya adalah air dalam bak disurutkan secara perlahan, selanjutnya benih ditangkap secara hati hati menggunakan seser (serokan) halus. Benih dapat langsung dipasarkan (dijual) langsung kepada pembeli atau didederkan pada kolam pendederan. Larva yang akan didederkan sebaiknya jangan ditebarkan langsung ke dalam kolam namun terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi untuk menghindarkan perubahan suhu ekstrim antara suhu kolam dengan suhu air pada wadah pengangkutan. Padat penebaran larva 10.000–15.000 ekor/m2. Selama masa pendederan (28 - 30 hari) pemupukan ulang perlu dilakukan untuk menjamin tersedianya makanan alami yang

cukup. Pemupukan dapat dilakukan 1 - 2 kali seminggu, menggunakan pupuk kandang (25 kg kotoran sapi atau 3 kg kotoran ayam/100 m2). Pada saat pemeliharaan dapat diberi makanan tambahan berupa makanan halus seperti bekatul, konsentrat, atau pakan buatan bentuk tepung. Pengelolaan kualitas air dapat dilakukan berupa pengontrolan sistem pemasukan air agar tetap mengalir untuk mempertahankan tinggi air di kolam serta menjamin difusi oksigen terlarut kedalam kolam. Sedangkan pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan cara mencegah hama atau hewan liar masuk ke kolam seperti: membersihkan lingkungan sekitar kolam, memasang saringan pada pipa inlet, memasang pagar sekeliling kolam, memasang lampu perangkap, dan lain sebagainya. Pendederan adalah pemeliharaan benih lele dumbo yang berasal dari hasil pembenihan sehingga mencapai ukuran tertentu. Pendederan dilakukan dalam dua tahap, yakni pendederan pertama dan pendederan kedua. Pada pendederan pertama, benih lele dumbo yang dipelihara adalah benih yang berasal dari pembenihan yang berukuran 1 – 3 cm. Benih ini dipeliharan selama 12 – 15 hari sehingga saat panen akan diperoleh lele dumbo berukuran kurang lebih 5 – 6 cm perekornya. Pada pendederan ke dua, benih yang dipelihara berasal dari hasil pendederan pertama. Pemeliharaan dilakukan selama 12 – 15 hari 140

sehingga diperoleh benih lele dumbo berukuran 8 – 12 cm perekornya. Pendederan ini dapat dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok. Penebaran benih dilakukan setelah 6 hari dari pemupukan atau saat pakan alami telah tersedia. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 200 – 300 ekor/M2 berukuran 1 - 3 cm per ekornya. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar benih lele dumbo tidak mengalami stress. Benih yang akan didederkan sebaiknya jangan ditebar langsung ke kolam namun terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi untuk menghindari perubahan suhu yang mencolok antara suhu air kolam dan suhu air pada wadah pengangkutan. Cara penebaran untuk proses adaptasi (aklimatisasi) benih lele dumbo cukup mudah. Benih lele dumbo yang masih berada di dalam wadah pengangkutan di biarkan terapung-apung diatas permukaan air selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan air dari kolam ke wadah pengangkutan sedikit demi sedikit. Dengan cara ini diharapkan kualitas air yang ada di dalam wadah pengangkutan tersebut akan sama dengan yang ada di kolam. Kegiatan pemeliharaan benih merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama pemeliharaan, benih harus diberi pakan tambahan. Pakan tambahan berupa tepung pelet sebanyak 3 – 5 % dari jumlah total benih yang dipelihara. Pakan diberikan 3 – 4 kali sehari. Agar pemberian pakan lebih efektif, sebaiknya pemberian pakan

disebarkan merata pendederan.

pada

kolam

Untuk memperkecil mortalitas atau kehilangan benih, selama pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang benih lele berupa belut, ular, ikan gabus. Tindakan pencegahan penyakit cukup dengan menjaga kualitas dan kuatitas air kolam, yakni dengan menghindarkan pemberian pakan yang berlebihan. Karena pakan yang berlebihan akan menumpuk di dasar kolam dan bisa membusuk yang akhirnya menjadi salah satu sumber penyakit. Pada ikan nila pemeliharaan larva dan benih ikan dapat dilakukan pada wadah pemeliharaan larva antara lain adalah akuarium, fibre glass, bak dan sebagainya. Sebelum larva dimasukkan, wadah pemeliharaan larva terlebih dahulu dibersihkan dan dilakukan sanitasi. Sanitasi dapat menggunakan malachyte green atau methalyn blue 10 ppm dengan cara dibilas keseluruh permukaan wadah. Pemeliharaan larva dilakukan selama 6 - 8 hari, larva berumur 3 hari sudah dapat berenang di dasar wadah pemeliharaan. Sedangkan larva umur 5 hari sudah dapat berenang dipermukaan air. Pemeliharaan larva meliputi pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air. Selama pemeliharaan, larva dapat diberi pakan berupa pakan alami, tepung ikan, dedak halus dan sebagainya. Pakan yang diberikan harus lebih kecil dari bukaan mulut larva dan jumlah 141

pakan. Ukuran butiran pakan harus lebih kecil dari bukuaan mulut larva. Demikian pula jumlah pakan harus sesuai dengan jumlah larva. Pakan yang tersisa di wadah pemeliharaan dapat mengakibatkan kualitas air kurang baik. Oleh sebab itu setiap hari dilakukan penyiponan terhadap kotoran atau sisa pakan. Air harus terus menerus mengalir di wadah. Selain itu sebaiknya diberi aerasi pada wadah pemeliharaan larva. Benih yang telah berumur 7 - 8 hari ditebar di kolam pendederan. Diharapkan pada saat penebaran pakan alami sudah tersedia di kolam. Padat penebaran benih ikan nila sebanyak 75 - 100 ekor/m2. Benih dari wadah pemeliharaan larva ditangkap menggunakan seser halus. Larva yang tertangkap tersebut ditampung di wadah. Selanjutnya benih tersebut ditebar di kolam. Sebelum ditebar terlebih dahulu di lakukan aklimatisasi dengan cara wadah yang berisi larva dimasukkan ke dalam air kolam. Jika suhu air wadah penampungan larva lebih rendah dari suhu air kolam maka air kolam dimasukkan sedikit demi sedikit ke wadah penampungan sampai suhu kedua air tersebut sama. Selanjutnya larva ditebar dengan cara memiringkan wadah penampungan larva sehingga larva dapat keluar dengan sendirinya berenang ke kolam. Penebaran larva sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Pendederan dilakukan selama 3 - 4 minggu. Pada umur tersebut benih ikan sudah men-capai ukuran 3 - 5 cm. Selama pendederan benih ikan selain mendapatkan makanan alami

di kolam juga diberi pakan tambahan yang halus seperti dedak. Pakan tambahan tersebut ditebar di sepanjang kolam. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 - 3 kali perhari. Kandungan protein pakan benih ikan sebesar ≥ 30 %. Jumlah pakan yang diberikan 10 % dari biomasa. Kualitas air sangat penting diperhatikan dalam kegiatan pendederan. Suhu yang baik untuk pendederan ikan nila adalah 28 - 30 °C. Sedangkan oksigen terlarut sebesar 6 - 8 ppm. Pertumbuhan ikan mulai terganggu pada suhu ≤ 18 °C dan ≥ 30 °C. Pada suhu optimum, pertumbuhan ikan normal. Suhu air sangat berpengaruh pada laju metabolisme ikan. Perubahan temperatur yang terlalu drastis dapat menimbulkan gangguan fisiologis ikan yang dapat menyebabkan ikan stress. Pencegahan hama dan penyakit pada kegiatan pendederan sangat perlu dilakukan. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan pengeringan dan pengapuran dasar kolam serta pergantian air kolam, membuat saringan air sebelum air masuk ke kolam. Hama yang sering menyerang benih ikan nila adalah belut, ular, burung, ikan gabus dan ikan lele. Penyakit yang menyerang terutama penyakit parasitik seperti Ichthyophthirius multifilis yang mengakibatkan bintik putih dipermukaan tubuh ikan dan mengakibatkan kematian masal. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan menambahkan garam dapur 142

di kolam media sebanyak 200 gr/m3.

pendederan

Pemeliharaan benih pada ikan patin meliputi pemberian pakan, pengelolaan kualitas air serta pengendalian/hama penyakit ikan. Pemberian pakan yang perlu diperhatikan adalah jenis pakan, kadar protein, jumlah ukuran, dan frekuensi pemberian pakan. Pemberian pakan benih ikan patin yang dipelihara secara intensif dapat diberikan jenis cacing tubifex, daphnia, rotifera dan lain-lain. Pemberian pakan benih ikan harus disesuaikan ukuran benih ikan dengan ukuran pakan. Pakan yang diberikan untuk benih ikan sesuai dengan bukaan mulut benih ikan. Pakan yang diberikan harus lebih kecil dengan bukaan mulut ikan. Pengelolaan kualitas air mutlak perlu diperlukan karena benih patin sangat peka terhadap perubahan lingkungan khususnya kualitas air. Pada pemeliharaan benih ikan patin secara intensif yang dilakukan di bak atau akuarium perlu dilakukan pembersihan kotoran dan penggantian air di wadah pemeliharaan. Pembersihan wadah dilakukan dengan menyipon kotoran dan sisa makanan menggunakan selang. Pada saat menyipon harus dilakukan dengan hati-hati agar benih ikan tidak ikut keluar. Penyiponan dapat juga dilakukan juga sekaligus dengan penggantian air. Air yang dikeluarkan pada saat penyiponan segera diganti dengan air bersih. Air yang dikeluarkan sebanyak 25 - 50%. Sehingga air yang diganti sebanyak air yang dikeluarkan. Hal yang perlu

diperhatikan pada saat penggantian air adalah suhu air. Suhu air yang akan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharan. Selain itu air baru yang akan dimasukkan sebaiknya telah diendapkan terlebih dahulu. Pengendalian hama dan penyakit benih ikan patin lebih ditekankan pada pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi lingkungan seperti wadah dan air. Demikian juga air yang akan digunakan sebaiknya disanitasi demgan menggunakan methylen blue, malachyte green, Kalium permanganat dan sebagainya. Wadah yang akan digunakan sebaiknya terlebih dahulu dibersihkan menggunakan deterjen. Hama dan penyakit ikan timbul disebabkan oleh kondisi lingkungan, kondisi benih ikan dan bibit penyakit. Ketiga bibit penyakit tersebut menjadi suatu sistem sehingga benih ikan terserang penyakit. Kondisi lingkungan yang kotor menyebabkan benih ikan lemah, kurang nafsu makan. Pada kondisi tersebut benih ikan mudah terserang bibit penyakit. Parasit/penyebab penyakit sering menyerang bibit benih ikan patin adalah Ichthyopthirius mulitifilis atau white spot, gyrodactius sp, dactilogyrus sp, aeromonas sp dan sebagainya. Ichthyopthirius sp sering menyerang pada bagian sisik dan sirip benih ikan. Benih ikan yang terserang penyakit ich biasanya menggosokgosokkan bagian tubuhnya ke dinding atau dasar wadah. Pemeliharan benih ikan patin dilakukan secara intensif di bak, akuarium, fiberglass dan dapat juga 143

dilakukan dipeliharaan di kolam. Jika pemeliharan benih ikan patin di kolam harus dilakukan persiapan. Persiapan tersebut meliputi pengolahan dasar kolam, pemupukan dan pengapuran, pembuatan kamalir, perbaikan saluran dan sebagainya. Pengolahan dasar kolam berfungsi untuk mengoksidasi gas beracun yang terdapat di dasar kolam. Pengolahan dasar kolam meliputi pencangkul tanah dasar kolam. Selanjutnya dilakukan pemerataan dasar kolam. Pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami dikolam. Pakan alami ini diharapkan menjadi pakan utama bagi benih ikan. Pupuk ditebar merata di dasar kolam. Dosis pupuk yang ditebar sebanyak 0,3 - 0,5 kg/m2. Selanjutnya kolam diisi dengan air setinggi 40 cm. Pakan alami akan mencapai puncaknya aetelah 10 – 14 hari dari pemupukan. Pada hari ke 10 air kolam dinaikkan menjadi 50-70 cm. Selanjutnya benih ikan dapat dilepas ke kolam. Pelepasan benih sebaiknya dilakukan sore hari agar suhu air kolam sudah menurun. Pelepasan benih ikan menggunakan metode aklimatisasi. Demikian juga untuk pelepasan benih ikan patin ini juga menggunakan metode aklimatisasi. Metode aklimatisasi adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada ikan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Lingkungan baru tersebut adalah suhu, pH dan salinitas. Suhu merupakan ”Controling factor” yaitu apabila suhu air berubah maka faktor yang lain akan berubah. Sedangkan pH

termasuk ”Masking factor” yaitu sebagai faktor pengendali perubahan kimia dalam air. Ikan mempunyai alat dan cara untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Alat-alat tersebut akan dipergunakan pada saat sedang mengadakan proses osmoregulasi. Alat-alat tersebut antara lain kulit, insang, ginjal. Namun demikian ikan mempunyai batas toleransi terhadap perubahan lingkungannya. Begitu juga ikan mempunyai batas toleransi terhadap perubahan lingkungannya. Sebagai contoh ikan hanya mampu mentolerir perubahan suhu hanya ± 5 0C, perubahan ini mampu ditolerir 0,5 0C permenit. Betapa pentingnya kehatihatian saat pelepasan benih ikan patin. Padat penebaran sangat tergantung kepada ”Caryng Capacity” kolam tersebut dan sifat serta ukuran ikan. Caryng capacity bisa diartikan daya dukung kolam yang menyangkut kelimpahan pakan alami, ketersediaan oksigen serta minimalnya faktor penggangu hidupnya ikan. Caryng capacity bisa dihitung, contoh : ada beberapa juta sel per ml kelimpahan planktonnya, ada berapa ppm kandungan oksigennya atau berapa kapasitas oksigen per volume kolam tersebut. Kemudian dengan menggunakan metode sampling ada berapa juta sel plankton yang terdapat dalam perut ikan dan berapa laju kecepatan respirasi ikan tersebut dalam menyerap oksigen. Hal ini bisa digunakan rumus Schroeder (1975), respirasi ikan pada suhu 20-30 0C. 144

Y= 0.001 W0,82 Y= Konsumsi O2/ikan (gr)/jam W= Berat ikan R= 0.99 Dengan membandingkan caryng capacity dengan jumlah plankton isi perut ikan dan laju respirasi ikan maka padat penebaran bisa dicari. Secara singkat caryng capacity biasanya telah diketemukan berdasarkan pengalaman atas beberapa kali pendederan ikan atau pemeliharaan ikan pada kolam tersebut. Contoh kolam A seluas 200 m2 biasanya ditebar ikan 100 ekor/ m2 atau menghasilkan ikan 300 kg. Dalam pemeliharaan benih ikan patin harus dilakukan pemberian pakan. Menurut beberapa penelitian bahwa pendekatan jumlah pakan yang diberikan per hari adalah 3% dari total bobot ikan. Frekuensi pemberian pakannya 3 kali yaitu pagi, siang dan sore hari dengan jumlah yang sama. Tetapi kondisi permintaan pakan akan berubahubah tergantung suhu air. Apabila cuaca cerah, matahari bersinar terang maka suhu air akan naik segala proses/metabolisme dipercepat. Barangkali apabila kondisi demikian frekuensi pemberian pakan akan lebih dari 2 kali. Tetapi apabila cuaca mendung, matahari tidak bersinar otomatis suhu akan menurun, kondisi ini dibarengi dengan fotosintesis plankton terhambat. Sehingga produksi oksigen menurun sebagai akibat nafsu makan ikan menurun permintaan ikan akan pakan juga menurun. Ada suatu teori bahwa untuk mengatasi ikan kekurangan oksigen disamping melakukan aerasi

air, diusahakan ikan selalu berenang dipermukaan air. Hal ini terjadi apabila ikan dipuasakan. Pakan yang diberikan selama pendederan benih ikan patin adalah campuran tepung pelet dengan bekatul dengan perbandingan 1 : 2. Tetapi sebenarnya jenis ikan ini sangat menyukai pakan alami. Jika kombinasi kedua jenis pakan yaitu pakan buatan dan pakan alami diberikan bersama adalah sangat baik, karena unsur gizinya saling melengkapi. Dari hari kehari ikan hidup itu tumbuh, baik bertambah panjang maupun bertambah berat. Begitu pula dari hari ke hari populasi ikan semakin berkurang ada beberapa ikan yang mati. Atas dasar kejadian ini maka untuk menetukan jumlah pakan pada hari-hari berikutnya perlu diadakan sampling ikan (Gambar 4.24). Jika total bobot ikan diketahui maka jumlah pakan yang dibutuhkan dapat dihitung. Konversi/efesiensi pakan akan dapat dihitung apabila jumlah pakan yang diberikan serta bobot total ikan diketahui. Untuk itu pendataan hal ini perlu ketekunan.

Gambar 4.24. Sampling benih ikan

145

4.5. Pembesaran Ikan Pembesaran ikan merupakan salah satu proses dalam budidaya ikan yang bertujuan untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi. Pada usaha budidaya ikan pembesaran merupakan segmen usaha yang banyak dilakukan oleh para pembudidaya ikan. Dalam melakukan pembesaran ikan ini relatif tidak terlalu sulit karena ketrampilan yang dibutuhkan tidak sesulit dalam melakukan pembenihan ikan. Pada kegiatan pembesaran ikan yang perlu diperhatikan antara lain adalah wadah yang akan digunakan dalam proses pembesaran, padat penebaran, pola pemberian pakan, pencegahan terhadap hama dan penyakit ikan, pengontrolan pertumbuhan (sampling, grading dan sortasi) serta pengelolaan kualitas air. Berdasarkan jenis pakan yang digunakan dalam melakukan proses pembesaran ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Pembesaran ikan secara tradisional yaitu pembesaran ikan yang hanya mengandalkan pakan alami yang terdapat dalam kolam budidaya. Padat penebaran disesuaikan dengan daya dukung kolam dan pakan yang tersedia di kolam pembesaran. Dalam pembesaran tradisional ini kesuburan perairan akan sangat menentukan tumbuhnya pakan alami. Misalnya pembesaran ikan pada kolam tergenang, pembesaran ikan disawah.

2. Pembesaran ikan semiintensif yaitu pembesaran ikan yang lebih mengutamakan pakan alami yang terdapat pada kolam dan diberi pakan tambahan yang tidak lengkap kandungan gizi dari pakan tersebut. Pada pembesaran semi intensif ini padat penebaran lebih tinggi dibandingkan dengan tradisional. Misalnya melakukan pembesaran ikan pada kolam air tenang dengan memberikan pakan tambahan berupa dedak selain pakan alami yang terdapat pada kolam pembesaran. 3. Pembesaran ikan intensif yaitu pembesaran ikan yang dalam proses pemeliharaannya mengandalkan pakan buatan dalam pemberian pakannya serta dilakukan pada wadah yang terbatas dengan kepadatan maksimal. Dalam pembesaran secara intensif ini harus diperhitungkan kualitas dan kuantitas air yang masuk kedalam kolam pembesaran. 4.5.1. Pembesaran ikan mas Pembesaran ikan mas dapat dibedakan menjadi 3 kelompok berdasarkan penyediaan pakan dan luas lahan pemeliharaan, yaitu : 1. Pembesaran ikan mas secara ekstensif/tradisional. 2. Pembesaran ikan secara semi intensif. 3. Pembesaran ikan mas secara intensif. Pembesaran ikan mas secara tradisional adalah pembesaran ikan mas dalam kolam yang tenang 146

airnya dan dalam pemeliharaannya hanya mengandalakan pakan yang ada didalam kolam pemeliharaan, tidak ada pakan tambahan. Biasanya ukuran kolam pembesaran relatif luas (lebih dari 200m2). Pembesaran secara semi intensif adalah pembesaran ikan mas dalam kolam air tenang tetapi dalam pemeliharannya diberi makanan tambahan. Makanan tambahan ini dapat berupa dedak, limbah rumah tangga, daun-daunan dan sebagainya. Selain itu dapat juga ditambahkan pakan buatan (pellet) tetapi jumlahnya sedikit. Pembesaran ikan mas di sawah dan di dalam kerambah merupakan salah satu contoh pembesaran ikan mas secara semi intensif. Pembesaran ikan mas secara intensif adalah ikan mas dalam air yang mengalir, ukuran kolam pemeliharaan relatif kecil (kurang dari 100m2) dan sangat bergantung pada pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan biasanya adalah pellet. Salah satu contoh pembesaran ikan mas secara intensif adalah pembesaran ikan mas di kolam air deras (running water) atau jaring terapung. Berdasarkan jenis ikan yang dipelihara dalam kolam pemeliharaan/pembesaran ikan mas di kelompokkan menjadi 2, yaitu : 1. Mono kultur, yaitu pemeliharaan ikan mas dalam wadah pembesaran yang hanya diisi oleh ikan mas saja. Dalam pemeliharaan ikan mas secara monokultur dapat dikelompokkan

menjadi tunggal campur kelamin.

kelamin

dan

Pemeliharaan ikan mas tunggal kelamin adalah pemeliharaan ikan mas yang menggunakan ikan jantan atau ikan betina saja. Pemeliharaan ikan mas campur kelamin adalah pemeliharaan ikan mas dengan menggunakan ikan jantan dan betina bersamasama dalam wadah pemeliharaan. Hal ini muncul karena adanya kecenderungan pada ikan mas betina untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ikan jantan. 2. Polikultur yaitu pemeliharaan ikan mas dengan mempergunakan lebih dari satu jenis ikan dalam wadah pemeliharaan. Ikan mas dapat dipelihara secara polikultur dengan ikan mas atau ikan nila, karena jenis ikan ini bukan merupakan pesaing makanan dalam kolam pemeliharaan. Dalam melakukan usaha pembesaran ikan mas, ukuran benih yang akan digunakan sangat bergantung kepada sistem budidaya yang akan ditetapkan. Pada budidaya ikan mas di kolam air deras, ukuran benih yang dapat digunakan sebaiknya berukuran 100 gram/ekor. Sedangkan pembesaran ikan mas di jaring terapung saat ini sudah dapat menggunakan benih ikan mas yang berukuran lebih dari 5 – 8 cm. Padat penebaran benih ikan mas di kolam pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati dan biasanya di tebar pada saat matahari belum 147

bersinar. Agar benih yang ditebar tidak mengalami stress atau tingkat kematian yang tinggi. Sebaiknya benih ikan mas tersebut dibiarkan keluar dengan sendirinya dari tempat penampungan benih (plastik) kedalam pemeliharaan.

kepada ikan pemeliharaan seperti daun-daunnan, keong, limbah rumah tangga dan lainlain. Pakan tambahan dibutuhkan oleh ikan mas dalam pemeliharaan ikan mas secara semi intensif.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembesaran ikan mas sampai mencapai ukuran konsumsi adalah :

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan susunan bahan tertentu dengan gizi sesuai keperluan ikan. Pakan buatan dapat berbentuk pellet, larutan (emulsi dan suspensi), lembaran (flake atau waren) dan remahan. Ikan mas yang dipelihara secara intensif dan semi intensif memerlukan pakan buatan. Bentuk pakan buatan yang biasa diberikan adalah pellet. Garis tengah pellet berkisar antara 2-4 mm.

1. Pakan. Pakan merupakan suatu sumber energi bagi ikan. Tanpa makanan ikan tidak akan tumbuh dan berkembang biak. Pakan yang dapat diberikan untuk ikan mas adalah pakan alami, pakan buatan dan pakan tambahan. Pakan alami adalah makanan hidup bagi larva dan benih ikan yang diperoleh dari perairan/kolam atau membudidayakannya secara terpisah. Ikan mas merupakan ikan pemakan segala (omaevora), oleh karena itu sebaiknya pada kolam pemeliharaan harus dilakukan pemupukan awal 3-5 hari sebelum penebaran benih dan pemupukan susulan agar ketersediaan pakan alami di dalam kolam pemeliharaan selalu ada. Ketersediaan pakan alami yang melimpah akan menguntungkan bagi ikan dan petani itu sendiri karena tidak lagi membutuhkan pakan tambahan dalam pemeliharaannya. Pakan tambahan yang diberikan dalam bentuk apa adanya

2. Pengelolaan kualitas air. Pengelolaan kualitas air adalah cara pengendalian kondisi air di dalam kolam budidaya sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan hidup bagi ikan yang akan di pelihara. Dalam pembesaran ikan mas agar dapat tumbuh dengan optimal maka kondisi air kolam pembesaran harus sesuai dengan kebutuhan ikan mas. Variable kualitas air yang sangat berpengaruh pada ikan mas antara lain : •

Suhu air Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan. Pada suhu air yang tinggi maka laju metabolisme akan 148

kadar O2 yang terlarut yang rendah. Oleh karena itu kadar CO2 yang layak untuk budidaya ikan mas sebaiknya < 5mg/l

meningkat, sedangkan pada suhu yang rendah maka laju metabolisme akan menurun. Dengan suhu yang optimal maka laju metabolisme akan optimal. Pertumbuhan ikan mas sangat dipengaruhi oleh suhu air, baik dalam usaha pembesaran ikan mas atau pembenihan ikan mas. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan mas berkisar antara 25-30oC •



Kadar oksigen terlarut. Untuk dapat hidup manusia membutuhkan oksigen yang dibutuhkan ikan yang hidup di dalam air disebut dengan oksigen terlarut. Ikan mas membutuhkan oksigen dalam bentuk terlarut dalam air untuk proses metabolisme di dalam tubuhnya dan untuk bernafas. Kandungan oksigen terlarut di dalam air agar ikan mas tumbuh dan berkembang minimal 3 ppm. Kebutuhan oksigen terlarut ini sangat dipengaruhi oleh suhu air, biasanya suhu air meningkat maka kandungan oksigen terlarut menurun (berkurang). Kadar CO2 Sumber air yang akan digunakan untuk budidaya ikan mas antara lain adalah air tanah, air sungai atau air hujan. Air tanah adalah salah satu sumber air yang banyak digunakan untuk budidaya. Jika menggunakan maka harus di tampung terlebih dahulu dalam bak penampung air minimal 24 jam, karena air tanah tersebut mengandung CO2 yang tinggi berkaitan erat dengan



Volume air Ikan mas yang dipelihara di dalam kolam air deras mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan mas yang dipelihara d kolam air tenang. Pada pemeliharaan ikan mas di kolam air deras membtuhkan volume air yang besar, dimana debit air yang masuk ke dalam kolam pemeliharaan berkisar antara 75300 liter/detik. Pada kolam air deras dengan debit air yang tinggi maka kandungan oksigen terlarut di dalam kolam pemeliharaan cukup tinggi. Dengan oksigen yang cukup maka proses metabolisme ikan akan optimal maka pertumbuhan ikan pun akan optimal.



Kekeruhan air Dalam membesarkan ikan mas di kolam pemeliharaan harus diperhatikan juga tentang kekeruhan air. Kekeruhan air menggambarkan tentang banyak cahaya yang dapat masuk ke dalam perairan. Kekeruhan air ini disebabkan oleh bahan organic dan anorganik yang terlarut di dalam kolam. Air yang jernih biasanya miskin akan mineral, air yang terlalu keruhpun tidak baik untuk budidaya ikan karena banyak mengandung Lumpur. Air yang baik untuk budidaya ikan yang mempunyai 149

warna air tidak keruh dan tidak jernih. Untuk mengukur kekeruhan biasanya dilakukan pengukuran kecerahan air karena kecerahan air sangat bergantung kepada warna iar dan kekeruhan. Nilai kecerahan yang ideal untuk pertumbuhan air sebaiknya berkisar antara 25 – 40 cm. 3. Pengelolaan Kesehatan Ikan Salah satu kendala dalam membudidayakan ikan mas adalah terserangnya ikan mas yang dibudidayakan dari hama dan penyakit. Jenis hama dan penyakit yang biasanya menyerang ikan mas ukuran larva sampai konsumsi dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu : • Hama, misalnya huhurangan, notorecta sp, eybister sp dsb. • Parasit, misalnya ichthyoptherius multifiliis berbentuk bulat putih yang menempel pada badab ikan, trichodina sp dsb. • Cendawan • Bakteri dan virus.

Hama yang menyerang ikan pilihan dapat diatasi dengan melakukan penyaringan terhadap air yang masuk ke dalam kolam pemeliharaan. Penyakit ikan di kolam pemeliharaan ikan mas akan muncul jika kondisi perairan kolam (kualitas air kolam) rendah, hal ini dapat menyebabkan daya tahan tubuh ikan menurun. Penyakit ikan ini dapat terjadi akibat interaksi antar ikan itu sendiri, penyakit dan lingkungan yang buruk. Lingkungan yang uruk sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ikan. Dengan lingkungan yang buruk maka daya tahan tubuh ikan menurun sehingga penyakit akan mudah menyerang ikan. Setelah ketiga hal tersebut di jelaskan di atas di lakukan dengan baik, maka dalam memelihara ikan mas akan memperoleh produksi ikan mas yang cukup tinggi dan efisien. Lama pemeliharaan ikan mas sangat tergantung kepada ukuran ikan yang digunakan, padat penebaran dan luas kolam yang digunakan serta sistem pemeliharaan yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Lama pemeliharaan ikan mas berdasarkan sistem pemeliharaan. No. 1. 2. 3.

Sistem Pembesaran Pembesaran Tradisional (ekstensif) Pembesaran Semi Intensif di Kolam/ sawah Pembesaran Ikan Intensif

Ukuran Benih 50-80 gram/ekor 50-80 gram/ekor 50-100

Padat Penebaran 1-2 kg/m2

Lama Pemeliharaan 6 bulan

3-5 kg/m2

5 bulan

5-10 kg/m2

4 bulan

150

di Jaring Terapung

gram/ekor

lembaran (flake atau waver) dan remahan.

4.5.2. Pembesaran ikan nila Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembesaran/ pemeliharaan ikan nila sampai mencapai ukuran konsumsi adalah : 1. Pakan Pakan merupakan sumber energi bagi ikan. Tanpa makanan ikan tidak akan tumbuh dan berkembang biak. Pakan yang dapat diberikan untuk ikan nila adalah pakan alami, pakan buatan dan pakan tambahan. Pakan alami adalah makanan hidup bagi larva dan benih ikan yang diperoleh dari perairan/kolam atau membudidayakannya secara terpisah. Ikan nila merupakan ikan pemakan plankton yang tumbuh disekitarnya. Persiapan pakan alami di kolam pemeliharaan dilakukan dengan pemupukan awal 3-5 hari sebelum penebaran benih dan pemupukan susulan setelah pemeliharaan berjalan agar ketersediaan pakan alami di kolam tersebut tetap ada. Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan dalam bentuk apa adanya kepada ikan seperti daun-daunan, limbah rumah tangga, keong dan lain-lain. Sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan susunan bahan tertentu dengan gizi sesuai keperluan. Pakan buatan dapat berbentuk pellet, larutan (emulsi dan suspensi),

Ikan nila yang dipelihara secara intensif dan semi intensif memerlukan pakan buatan. Bentuk pakan buatan yang biasa diberikan adalah pellet. Garis tengah pellet berkisar antara 2-4 mm. 2. Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas adalah cara pengendalian kondisi air di dalam kolam budidaya sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan hidup bagi ikan yang akan dipelihara. Dalam budidaya ikan nila di kolam agar ikan dapat tumbuh dan berkembang maka kondisi air kolam budidaya harus sesuai dengan kebutuhan ikan nila. Variabel kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap ikan nila antara lain adalah: •

Suhu air. Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan. Pada suhu air yang tinggi maka laju metabolisme akan meningkat, sedangkan pada suhu yang rendah maka laju metabolisme akan menurun. Dengan suhu yang optimal maka laju metabolisme akan optimal. Pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh suhu air dalam usaha pembesaran atau pembenihan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap aktifitas 151

saluran pencernaan benih ikan nila. Makanan alami yang berupa detritus dan fauna dasar selesai dicerna dalam waktu 1,68 jam pada suhu 27 – 28oC dan 1,31 jam pada suhu 32-33 oC. Pada suhu 27 – 28oC pakan zooplankton dapat dicernakan dalam waktu 2,2 jam. Ikan dapat mencernakan makanannya selama 2,5 – 3 jam pada suhu 30oC. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka suhu optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25 – 30oC. •



Volume air Pertumbuhan ikan nila yang dipelihara dalam air mengalir lebih cepat daripada yang dipelihara dalam air tergenang. Dalam kondisi air mengalir, ikan nila dengan bobot awal 9,1 gram diberi pakan pellet 25% protein dan feeding ratenya 3,5% dalam waktu seminggu akan mencapai bobot 34,2 gram. Selain itu volume air sangat menentukan padat penebaran ikan nila yang optimal. Padat penebaran ikan nila di kolam adalah 30 ekor/m2. Kadar oksigen terlarut Untuk dapat hidup manusia membutuhkan oksigen begitu juga dengan ikan. Oksigen yang dibutuhkan ikan yang hidup didalam air disebut dengan oksigen terlarut. Ikan nila merupakan ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen terlarut dalam air, namun pertumbuhan ikan ini akan optimal jika kandungan oksigen terlarut lebih dari 3 ppm. Kandungan oksigen terlarut kurang dari 3 ppm dapat

menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan akhirnya mati. •

Kadar garam (salinitas) Ikan nila mempunyai toleransi salinitas yang cukup luas, tetapi pertumbuhan ikan nila pada kadar garam lebih dari 30% akan terhambat. Pada kadar garam yang tinggi ikan membutuhkan energi yang minim untuk osmoregulasi sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang.



Cemaran Ikan nila yang dipelihara pada musim kemarau banyak yang mati. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh secara tidak langsung dari sinar matahari yang dapat meningkatkan keasaman (pH) perairan. Gejala mabuk pada ikan nila dapat diakibatkan dari akitifitas berenang ikan yang cepat dipermukaan dengan gerakan tidak beraturan dan tutup insang bergerak aktif. Selain itu air budidaya yang tercemar minyak akan menyebabkan kerusakan sel-sel saluran pencernaan. Oleh karena itu agar ikan nila tunbuh dengan cepat air budidayanya tidak boleh tercemar baik oleh limbah industri maupun rumah tangga. Dalam air budidaya ikan yang baik sepintas dapat dilihat dari keruh atau tidaknya air kolam. Untuk mengetahui tingkat kekeruhan air kolam dapat dilihat dari tingkat kecerahan air kolam dengan menggunakan alat pengukur yang disebut secchi disk atau keeping secchi. 152

Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan nila di kolam berkisar antara 25-40 cm. Artinya jarak batas pengelihatan terhadap keeping secchi adalah berkisar antara 25-40 cm dari atas permukaan perairan. Kecerahan kurang dari 25 cm tidak menguntungkan karena mengakibatkan rendahnya kandungan oksigen terlarut di kolam. Pada kolam budidaya yang keruh maka jarak batas penglihatan terhadap keeping secchi rendah yang berarti kolam tercemar bahan organik atau Lumpur. 3. Pengelolaan kesehatan ikan Dalam memelihara ikan nila di kolam selalu ada saja kendalanya diantaranya adalah terhadap hama dan penyakit dalam kolam pemeliharaan. Hama yang biasa terdapat dikolam pemeliharaan adalah cladocera sebagai pesaing/kompetitor, copepoda sebagai predator benih, larva, kumbang air, serangga air dan lain-lain. Hama tersebut kadang-kadang sulit untuk dihilangkan. Pengendalian hama yang paling mudah melakukan penyaringan terhadap air yang masuk kedalam kolam pemeliharaan. Penyakit ikan dikolam pemeliharaan akan muncul jika kondisi perairan kolam (kualitas air kolam) rendah, hal ini dapat menyebabkan daya tahan tubuh ikan menurun. Penyakit ikan ini dapat terjadi akibat interaksi

antar ikan itu sendiri, penyakit dan lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ikan. Dengan lingkungan yang buruk maka daya tahan tubuh ikan menurun sehingga penyakit akan mudah menyerang ikan. Jenis-jenis penyakit ikan antara lain adalah penyakit pendarahan, penyakit jamur, penyakit bakteri. Setelah ketiga hal utama yang telah di jelaskan diatas dilakukan dengan baik maka dalam memelihara ikan nila akan diperoleh produksi ikan nila yang cukup tinggi dan efisien. Lama pemeliharaan ikan nila sangat bergantung kepada ukuran ikan yang akan dipanen. Sebagai bahan pertimbangan ada 4 ukuran ikan nila yang diproduksi dipasaran yaitu : • Ukuran 100 gram, umurnya kurang lebih 3-4 bulan • Ukuran 250 gram, umurnya kurang lebih 4-6 bulan. • Ukuran 500 gram, umurnya kurang lebih 6–8 bulan. • Ukuran diatas 800 gram umurnya kurang lebih 9-12 bulan. Ikan nila mempunyai ciri khas tersendiri dimana pertumbuhan ikan nila yang dipelihara secara tunggal kelamin yaitu ikan jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan ikan nila yang dipelihara secara campuran (jantan dan betina). Oleh karena itu banyak petani ikan yang lebih suka memelihara ikan nila jantan. Sistem pemeliharaan ikan nila berdasarkan jenis kelamin ini disebut monokultur 153

sedangkan untuk pemeliharaan ikan nila dengan jenis ikan lainnya disebut dengan polikultur. Pada pemeliharaan ikan untuk mencapai ukuran konsumsi dapat digunakan beberapa macam kolam pemeliharaan : 1. Kolam empat persegi panjang dengan luas 200-500m2, kedalaman air 1-1,25m, dasar kolam dapat tanah atau beton. 2. Kolam jaring terapung yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran minimal 1-4 m2 dan maksimal 9 – 49 m2 , yang terbuat dari bahan jaring dengan kedalaman air 1,5 – 2 m. 3. Hampang atau keramba yang dapat dilakukan diperairan dasar yang dangkal dengan kedalaman air 1-2m. 4. Mina padi yaitu pemeliharaan ikan nila disawah. Penebaran benih pada pemeliharaan ikan nila di kolam berukuran 10 gram per ekor, sedangkan untuk jenis terapung biasanya 25 gram per ekor, intensitas berbudidaya yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. Pemeliharaan secara ekstensif Pada pemeliharaan ini kolam yang digunakan relatif cukup besar dari 200m2, kepadatan ikan relatif rendah (1 ekor per m2) dan pakan yang diberikan hanya mengandalkan pakan yang tumbuh dari kolam. Benih yang ditebarkan biasanya campur kelamin dan berukuran 10 gram per ekor. 2. Pemeliharaan semi intensif Perbedaan utama dalam pemeliharaan ekstensif adalah

kepadatan benih yang ditebar, dimana untuk semi intensif padat penebarannya 5-10 ekor per m2 dan kolam diberi pupuk dan pakan tambahan kepada ikan nila berupa dedak atau ampas tahu, daun sente sebanyak 510% dari bobot ikan setiap hari 3. Pemeliharaan secara intensif Pemeliharaan ikan nila secara intensif ini biasanya dilakukan di jaring terapung atau kolam air deras. Padat penebaran ikan nila di jaring terapung adalah 400-500 ekor per m3 dengan bobot awal benih 15-25 gram per ekor, sedangkan di kolam air deras kepadatan tebarnya 10-20 ekor per m2. Pada pemeliharaan ini sumber energi bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang adalah pakan buatan dalam bentuk pellet yang diberikan sebanyak 3-5% sehari dan frekuensi pemberian pakan 3-5 kali sehari. Pakan buatan tersebut harus mengandung protein 20-30%. 4.5.3 Pembesaran ikan bandeng Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan oleh manusia ditambak. Jenis Ikan ini saat ini juga sudah dapat dibudidayakan di keramba jaring apung pada air tawar, hal ini dikarenakan sifat ikan ini yang euryhaline (tahan terhadap perubahan yang besar dari kadar garam dalam air) Ikan bandeng dapat dipelihara ditambak yang mempunyai kadar garam relatif berfluktuasi. Ikan bandeng dapat dipijahkan secara 154

buatan di panti pembenihan/hatchery dengan cara implementasi atau hypofisasi. Oleh karena itu benih ikan bandeng yang disebut nener ini dapat diperoleh dari alam atau panti pembenihan/hatchery. Nener bandeng yang berasal dari pantai/alam ini merupakan hasil pemijahan ikan bandeng secara alami dilaut. Ikan bandeng yang telah matang kelamin akan memijah secara alami dan akan menghasilkan telur sebanyak 5.700.000 butir dalam tubuhnya. Pelepasan telur ini terjadi pada malam hari dan akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi nener yang berukuran 5 mm. Nener ini akan terbawa oleh arus air mendekati pantai dan kemudian akan ditangkap oleh para penyeser. Ukuran nener yang ditangkap ini kurang lebih 13 mm.

alam selain tidak tersedia secara kontinue juga mempunyai ukuran yang sangat beragam. Oleh karena itu nener yang berasal dari panti pembenihan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nener ditambak-tambak pembesaran. Nener yang dihasilkan dari panti pembenihan mempunyai keunggulan. Karena kemurnian nener dapat dijamin 100% dan umurnya diketahui secara tepat. Nener yang berasal dari alam atau hatchery, yang akan digunakan untuk usaha pembesaran ikan bandeng ditambak, haruslah nener yang sehat. Nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umurnya yaitu : 1. Tidak terdapat luka atau lecet 2. Tidak cacat pada organ tubuh 3. Warnanya tidak kusam 4. Gerakannya aktif

Nener ikan bandeng yang diperoleh dari alam ditangkap oleh pencari nener sangat bergantung kepada musim, lokasi, cara dan waktu penangkapan. Pada musim nener jumlah nener cukup melimpah yang dapat mengakibatkan menurunnya harga nener. Selain itu waktu penangkapan yang tepat yaitu diawal musim penangkapan mempunyai daya tahan dan vitalitas yang tinggi dalam pengangkutan serta mempunyai harga jual yang lebih mahal.

Dengan menggunakan nener yang sehat maka akan diperoleh target produksi yang sesuai dengan rencana. Selain nener yang sehat dalam pemilihan benih ikan bandeng (nener) juga harus diperhatikan ukuran benih. Ukuran benih yang akan ditebar ke dalam tambak pembesaran sebaiknya seragam. Hal ini akan menguntungkan dalam pemeliharaan, karena ikan tidak akan berebut makanan sehingga pertumbuhan ikan seragam, kekuatan makanpun seragam.

Tetapi ketersediaan nener dari alam ini tidak bersifat kontinue sehingga untuk mengusahakan pembesaran ikan bandeng secara intensif dibutuhkan nener bandeng yang berasal dari panti pembenihan/hatchery. Nener dari

Ukuran nener yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan yang dapat membedakannya adalah cara pemeliharaan ditambak pembesarannya. 155

Jika yang ditebar adalah nener kecil maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu 4 – 6 ekor/kg bisa mencapai lebih dari 6 bulan sedangkan jika yang ditebar adalah gelondongan maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi berkisar antara 4 – 6 bulan. Dalam memilih nener yang berasal dari alam maupun hatchery dapat dilakukan dengan menghitung jumlah ruas tulang belakang. Nener yang berkualitas prima memiliki jumlah ruas tulang belakang antara 44 – 45. Jumlah ruas tulang belakang dapat dihitung menggunakan mikroskop sederhana pada pembesaran 10 kali atau nener ditempatkan pada sumber cahaya seperti lampu senter. Nener bandeng yang telah dipilih selanjutnya akan ditebar kedalam tambak pembesaran. Sebelum nener tersebut ditebar harus dihitung terlebih dahulu padat penebaran nener ditambak pembesaran dan dilakukan aklimatisasi. Nener ikan bandeng yang akan ditebar kedalam tambak pembesaran sebaiknya ditentukan terlebih dahulu tentang jumlah nener yang akan ditebar. Nener bandeng yang akan ditebarkan dan dipelihara ditambak pembesaran harus diketahui jumahnya agar dapat diketahui jumah ikan bandeng yang akan dipanen. Istilah dalam perikan disebut dengan padat penebaran. Padat penebaran adalah perbandingan jumlah ikan-ikan/nener

yang akan ditebar dengan luas tambak pembesaran. Dengan mengetahui padat penebaran pada awal pemeliharaan akan diperoleh manfaat antara lain adalah : • Dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan • Dapat mengoptimalkan tambak pembesaran sesuai dengan daya dukung tambak pembesaran tersebut. • Dapat mengurangi timbulnya penyakit ditambak pembesaran karena kepadatan tinggi. • Dapat menetukan target produksi pada akhir pemeliharaan. Masa pemeliharaan nener bandeng ditambak pembesaran sangat bergantung kepada ukuran nener yang ditebar pada awal pemeliharaan. Ukuran nener yang ditebar kedalam tambak pembesaran bervariasi antara 1–15 cm. Padat penebaran nener ditambak pembesaran juga ditentukan oleh ukuran nener, lama pemeliharaan, mutu nener dan daya dukung kesuburan tambak pembesaran. Padat penebaran nener ditambak pembesaran berkisar antara 5 – 6 ekor/m2 untuk ukuran nener bandeng 3 – 5 cm. Sedangkan untuk nener yang berukuran 1 – 3 cm, padat penebarannya berkisar antara 2 – 3 ekor/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12 – 15 cm yang disebut gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 1.500 ekor/ha. Nener bandeng yang akan ditebar kedalam tambak pembesaran. Setelah menghitung jumlah yang akan ditebar lalu dipersiapkan nener 156

tersebut. Nener bandeng untuk sementara diaklimatisasi selama satu hari dalam bak plastik. Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan kondisi lingkungan tambak pembesaran. Penyesuaian suhu, salinitas dan pH dapat dilakukan juga begitu nener bandeng yang dikemas dalam kantong plastik dating. Caranya kantong plastik yang terisi nener diisi penuh dengan air yang ada dalam tambak pembesaran, maka secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada didalam kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi penyesuaian. Penebaran nener ditambak pembesaran sebaiknya dilakukan, pada pagi atau sore hari pada saat matahari tenggelam. Hal ini untuk menghindari kematian nener akibat stress karena tingginya suhu dilingkungan. Lakukan penebaran nener dengan hati-hati ! Langkah selanjutnya setelah dilakukan penebaran nener bandeng adalah melakukan proses pemeliharaan nener sampai mencapai ukuran konsumsi. Proses yang dilakukan selama pemeliharaan sama persis dalam melakukan budidaya ikan lainnya meliputi pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemantauan pertumbuhan. Perlakuan selama pemeliharaan sangat ditentukan oleh sistem budidaya yang diterapkan. 4.6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada setiap akhir siklus budidaya. Dalam budidaya ikan ada dua siklus produksi yaitu pada usaha pembenihan ikan maka yang akan dipanen adalah benih ikan. Sedangkan pada usaha pembesaran ikan yang akan dipanen adalah ikan ukuran konsumsi. Prisnsip pemanenan benih ikan dan ikan ukuran konsumsi pada umumnya adalah sama. Dalam subbab ini akan diuraikan proses pemanenan ikan pada stadia benih. Pemanenan benih ikan harus dilakukan dengan hatihati. Selain itu waktu dan cuaca pada saat panen perlu diperhatikan. Banyak petani pembenih yang gagal karena kurang hati-hati pada saat panen. 4.6.1. Pemanenan benih ikan nila Kegiatan pemanenan benih meliputi persiapan penampungan benih, pengeringan kolam, penangkapan benih dan pengangkutan. Pemanenan benih ikan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. 1. Penampungan benih Sebelum pengeringan kolam, terlebih dahulu dilakukan persiapan penampung benih. Penampung benih dapat berupa hapa atau bak. Air pada penampungan harus terus menerus mengalir, hal ini bertujuan untuk mensuplai oksigen ke dalam air wadah penampungan. Hapa yang akan digunakan untuk menampung benih di pasang didepan pipa pemasukkan air. Sebaiknya 157

hapa di pasang di kolam yang paling dekat dengan kolam yang akan dipanen. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengangkutan benih yang telah di tangkap. Pemasangan hapa dilakukan dengan mengikat ke empat sudutnya ke patok bambu/kayu. 2. Pengeringan Kolam Pengeringan kolam sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar penangkapan benih dapat dilakukan sebelum suhu air naik. Pengeringan kolam harus dilakukan dengan hati-hati agar benih ikan dapat berkumpul pada kamalir sehingga memudahkan pemanenan. Pengeringan kolam diawali dengan menutup pintu pemasukkan air. Selanjutnya pada pintu pengeluaran air di pasang saringan untuk mencegah benih ikan keluar kolam. Setelah di pasang saringan, pintu pengeluaran air di buka sedikit demi sedikit agar benih ikan tidak terbawa arus air. 3. Penangkapan benih Setelah air kolam kering, benih ikan berkumpul di kamalir. Penangkapan benih dilakukan menggunakan seser atau ancho. Penangkapan benih di mulai dari hilir atau di depan pintu pengeluaran air. Benih ikan di depan pintu pengeluaran harus habis di tangkap. Jika benih ikan di hilir telah habis dilanjutkan ke lebih hulu sampai habis di depan pintu pemasukkan air (hulu). Penangkapan benih ikan yang di mulai dari hilir bertujuan agar

benih ikan tidak stres akibat kualitas air. Jika penangkapan benih di mulai dari hulu (depan pintu pemasukkan) maka benih ikan yang terdapat di hilir akan stres atau mabuk karena air dari hulu sudah kotor akibat lumpur. Pada saat panen sering terlihat ikan mengalami stres atau mabuk. Hal ini diakibatkan kualitas air kurang baik khusunya suhu, oksigen dan lumpur. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan mengalirkan air dari pipa pemasukkan. Jika masih terlihat benih ikan stres atau mabuk pemanenan dihentikan dan di tunda sampai besok atau hari lainnya. Benih yang telah ditangkap di tampung dalam wadah pengangkutan berupa ember atau alat lainnya. Benih pada wadah pengangkutan segera dikumpulkan di hapa tempat penampungan benih. Benih yang cacat, luka dan mati lebih banyak akibat penanganan. Penanganan tersebut biasa terjadi pada saat penangkapan dan pengangkutan benih ke tempat penampungan benih. 4.6.2. Pemanenan benih ikan patin Tahap akhir dari pekerjaan memelihara benih ikan patin adalah memanen. Hasil dari memanen benih ikan tersebut merupakan evaluasi terhadap pekerjaan memelihara benih ikan patin tersebut. Jika hasilnya benih ikan banyak maka secara teknik produksi 158

pekerjaan memelihara benih ikan tersebut dapat dikatakan berhasil. Tetapi kebalikannya jika hasilnya benih ikan sedikit maka pekerjaan memelihara benih ikan patin tersebut secara teknik produksi dapat dikatakan gagal. Kapan benih ikan patin dipanen? Menentukan waktu/saat panen benih ikan patin biasanya tergantung dari lamanya memelihara benih ikan tersebut atau ukuran benih ikan tersebut. Tetapi adakalanya jika kondisi ikan serta lingkungan ikan baik, ukuran benih ikan akan tercapai pada periode waktu pemeliharaan ikan tersebut seperti biasanya. Ukuran benih ikan dipanen adalah 2 inci (5 cm) setelah dipelihara selam 3 minggu dimulai dari ukuran ikan 1 inci. Pemenenan benih ikan patin dilakukan seperti memanen benih ikan lainnya. Setelah benih ikan tersebut dipanen, benih ikan

ditampung dalam tempat penampungan baik berupa bak maupun fiberglass. Jangan lupa teknik aklimatisasi tetap dilakukan pada saat memasukkan benih ikan tersebut ke dalam tempat penampungan. Sebelum benih ikan patin diangkut ke tempat lain yang relatif jauh, benih ikan tersebut dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari. Pemuasaan tersebut dimaksudkan agar benih ikan mengeluarkan kotoran dari dalam perutnya, agar nanti pada saat benih ikan diangkut sudah tidak mengelurkan kotoran lagi. Jika benih ikan masih mengeluarkan kotoran pada saat pengangkutan maka kondisi kualitas air media pengangkutan benih ikan akan dengan segera menurun sehingga tidak mustahil benih ikan akan segera mati.

159

Gambar 4.26. Pengemasan benih Pengemasan benih ikan hasil 2. Sistem terbuka pembesaran ini sebaiknya harus memperhatikan faktor-faktor sebagai Pengangkutan benih ikan sistem berikut : terbuka biasanya dilakukan untuk • Jarak dan waktu tempuh mengangkut benih ke lokasi yang • Jumlah benih yang diangkut dekat. Benih ikan tersebut dalam wadah dimasukkan kedalam wadah dan • Kondisi kuailtas air selama diberi aerasi selama pengangkutan yang terpenting pengangkutan. Dan suhu air yaitu suhu air, salinitas air, pH diusahakan berkisar antara 15 – dan oksigen didalam wadah 200C . pengangkutan. Suhu air yang baik untuk pengemasan ikan 4.6.3. Pemanenan ikan mas hidup adalah 15 – 200C. Oleh karena itu sebaiknya Panen merupakan tahap akhir dari pengangkutan dilakukan pada suatu proses produksi dalam pagi atau malam hari, pH air budidaya ikan. Tidak sedikit petani yang baik adalah 7 – 8, jumlah atau pengusaha ikan yang gagal oksigen didalam pengangkutan dalam usaha budidaya ikan harus 3 kali jumlah air. dikarenakan pada waktu panen, penanganan dan alat Pengemasan benih ikan dapat kelengkapannya kurang tepat. dilakukan dalam 2 cara yaitu : Penangganan ikan pada waktu panen bertujuan untuk : 1. Sistem Tertutup 1. Mengurangi atau menghindari Sistem tertutup yaitu sistem kehilangan, kematian dan pengemasan benih ikan dalam kerusakan ikan. wadah tertutup seperti kantong 2. Mempertahankan kesegaran ikan plastik. setelah dipanen sampai tiba di Cara yang dilakukan untuk konsumen. pengangkutan benih ikan dengan Hasil panen ikan yang akan dijual kantong plastik adalah : dan dikonsumsi oleh masyarakat • Kantong plastik yang dijual dalam dua cara : digunakan harus cukup air 1. Ikan dalam keadaan hidup agar mata ikan tenggelam sampai ketangan konsumen. • Rasio oksigen = air sekitar 2. Ikan dalam keadaan mati tetapi 3:1 masih dalam kondisi segar. • Plastik harus terikat dengan baik Penentuan waktu panen biasanya • Masukkan plastik dalam diperoleh setelah dilakukan Styrofoam dan tambahkan es pengukuran berat badan ikan yang batu yang terbungkus plastik dipelihara. Berat badan ikan yang lalu diselipkan diantara plastik akan dijual sangat tergantung pada dalam Styrofoam. 160

selera konsumen. Oleh karena itu sebelum melakukan panen harus dilakukan pengamatan terhadap permintaan pasar tersebut. Dengan mengetahui data mengenai permintaan konsumen tentang ukuran ikan dan keadaan ikan (mati segar atau masih hidup) maka akan dapat dilakukan waktu pemanenan dan penentuan cara panen yang sesuai. Waktu panen yang tepat adalah pada pagi hari atau sore hari. Hal ini dilakukan karena pada waktu pagi atau sore hari suhu air di kolam rendah sehingga ikan tidak stress pada saat dilakukan pemanenan.

seperti lumpur atau larutan suspensi lainnya dapat menutupi labirin pada insang lele sehingga ikan tidak dapat bernafas. 2. Pemanenan tidak dilakukan pada saat hujan. 3. Waktu pemanenan tidak melebihi dari jam 10.00 atau bila cuaca panas sebaiknya pada sore hari (lebih dari jam 16.00). Gunakan alat-alat pemanenan yang terbuat dari bahan halus seperti : seser, hapa agar tidak melukai ikan.

Cara panen pada prinsipnya dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Panen selektif Panen selektif biasa dilakukan jika pada waktu tebar ukuran ikan tidak seragam atau keinginan petani untuk menjual ikan dengan ukuran yang berbedabeda. Alat yang digunakan biasanya lambit dan hapa/waring. 2. Panen total Panen total dilakukan secara sekaligus dengan cara menguras air kolam dan di depan pintu pengeluaran telah dipasang waring atau hapa untuk memudahkan penangkapan ikan pada saat panen. Untuk menghindari kematian ikan mas pada saat pemanenan, hal yang harus dilakukan jangan terjadi luka atau banyak sisik lepas karena penggunaan alat saat panen adalah: 1. Jagalah kondisi air agar tidak terlalu keruh, karena kotoran 161

BAB V.

Dalam Bab ini akan didiskusikan tentang berbagai macam bahan gizi pakan ikan/makanan yang sangat penting bagi kebutuhan ikan. Ikan merupakan salah satu jenis organisme air sumber pangan bagi manusia yang banyak mengandung protein. Agar dapat dibudidayakan dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama maka dalam proses pembudidayaannya selain menggunakan pakan alami juga memberikan pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan pada ikan harus mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut. Saat ini dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan tentang nutrisi ikan maka pabrik pakan buatan ikan menyusun formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap jenis ikan yang akan dibudidayakan. Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas beberapa subbab yang sangat mendukung dalam proses pembuatan pakan ikan yaitu pengetahuan tentang energi dan kandungan nutrien yang harus terdapat pada pakan ikan yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Pengetahuan tentang

NUTRISI IKAN

zat gizi ini meliputi penggolongan nutrien dan tipe, struktur kimia, fungsi umum dan arti penting di dalam ilmu gizi hewan air. Nutrien atau kandungan zat gizi dalam bahan pakan di bagi menjadi enam bagian yaitu : energi, protein dan asam amino, lipid dan asam lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Dalam materi ini akan dipelajari secara spesifik objektifitas untuk masing-masing bagian tersebut.

5.1. ENERGI Dalam kehidupan manusia setiap hari sering mendengar istilah energi. Energi berasal dari kata Yunani yaitu En yang berarti in dan Ergar yang berarti work, dari arti kata asalnya energi dapat didefenisikan sebagai kapasitas atau sesuatu yang dapat diolah kedalam bentuk kerja atau kemampuan untuk bekerja. Bentuk energi dalam kehidupan manusia dapat dikelompokkan berdasarkan sumbernya yaitu energi mekanik, energi panas,energi listrik dan energi molekuler. Energi akan ada dan hadir dalam setiap bentuk yang berbeda dan disesuaikan dengan pekerjaan berbeda. Pada ikan 162

sebagai organisme yang berhubungan dengan air membutuhkan makanan untuk menyediakan energi yang mereka perlukan. Energi bagi makhluk hidup berasal dari makanan dimana dari makanan ini akan diubah menjadi energi kimia dan disimpan dalam tubuh dalam bentuk Adenosin Tri Phosphat (ATP). Dengan adanya energi ini dapat mengubah energi kinetik dari suatu reaksi metabolisme yang menimbulkan kerja dan panas. Pada ikan sumber energi diperoleh dari pakan, dimana pada pakan ikan ini mengandung zat gizi/nutrien yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein dan dapat terukur secara langsung atas pertolongan bom kalorimeter. Energi diperlukan untuk melakukan pekerjaan mekanis (aktivitas otot), pekerjaan kimia (proses kimia yang berlangsung dalam tubuh), kerja elektrik ( aktifitas saraf), dan pekerjaan osmotik (memelihara badan untuk menjaga keseimbangan satu sama lain dan dengan medium air tawar, payau atau air laut dimana organisme air itu hidup). Energi yang diperoleh oleh makhluk hidup ini dapat menimbulkan panas dimana menurut ilmuwan Lavoiser dan La Place (1780) Panas dari tubuh hewan berasal dari oksidasi zat-zat organik dan makanan yang diberikan digunakan sebagai sumber energi. Oleh karena itu nilai energi suatu bahan makanan dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan nilai gizi dari bahan makanan tersebut. Energi bebas adalah energi yang tersedia untuk aktifitas biologi dan

pertumbuhan setelah kebutuhan energi terpenuhi. Kuantitas dan energi yang tersedia untuk pertumbuhan merupakan jenis energi yang paling utama dari segi pandangan akuakultur. Kebutuhan energi hewan air berbeda-beda kuantitasnya, hal ini dapat dibedakan berdasarkan jenis ikan yang dibudidayakan, kebiasaan makan, ukuran ikan, lingkungan dan status reproduksi. Energi yang disediakan oleh makanan adalah salah satu pertimbangan yang penting di dalam menentukan nilai gizinya. Energi dinyatakan dalam kilokalori (kkal) atau kilojoule (kJ). Satu kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu gram air dari 14,5oC menjadi 15,5 oC (dalam air 10C). Joule adalah satuan tenaga listrik dalam sistem metrik dan satu kkal sama dengan 4.184 kJ. Sebagai contoh, 70 kkal sama dengan 293.02 kJ atau dapat juga menggunakan satuan British Thermal Unit (BTU) dimana 1 BTU = 252 kalori. Setelah mempelajari bagian ini, pembaca harus bisa membedakan bentuk energi dan pengukurannya. Memahami metabolisme energi berkenaan dengan makanan, persamaan energi dalam keseimbangan dan faktor-faktor yang berpengaruh pada energi yang menyebabkan kebutuhan ikan akan energi disesuaikan dengan cara pemberian pakan dalam budidaya ikan dan memahami arti protein energi ratio yang merupakan perbandingan antara protein optimal dengan energi yang terdapat dalam pakan ikan.

163

Pemanfaatan Energi Energi yang diperoleh dari pakan digunakan sebagai sumber energi utama yang dalam pembagian energi disebut dengan Gross Energi atau energi kotor. Gross Energi (GE) nilai makanan ini dapat didefenisikan sebagai total energi yang terdapat dalam makanan. Semua energi yang diperoleh dari asupan pakan yang dikonsumsi oleh ikan, tidak semuanya dipergunakan untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan ikan karena energi tersebut akan dibagi menjadi Digestible energy (DE) yaitu energi yang dapat dicerna dan Fecal energy (FE) yaitu energi yang digunakan untuk kegiatan pembuangan hasil eksresi pada ikan berupa feses. Dari Digestible Energy ini yang selanjutnya akan dipergunakan oleh ikan untuk kegiatan proses metabolisme dan proses hasil buangan metabolisme yang terbagi menjadi Metabolizable Energy (ME) yaitu energi yang dapat dipergunakan untuk kegiatan metabolisme dan Metabolic Excretion yaitu energi yang dikeluarkan oleh ikan untuk proses pembuangan urin (Urine Excretion) dan Gill Excretion (GE). Energi yang dipergunakan untuk kegiatan metabolisme didalam tubuh ikan ini dibagi lagi menjadi dua yang akan dipergunakan untuk kegiatan aktivitas metabolisme seperti kegiatan mengkonsumsi oksigen dalam media pemeliharaan yang biasa disebut dengan Heat Increment (HiE) atau dengan kata lain dalam proses fisiologis ikan yang disebut dengan Specific Dynamic Action yaitu energi yang diperlukan

oleh ikan untuk aktivitas hidup harian ikan. Energi yang tersisa dari proses kegiatan metabolisme adalah energi bersih yang disebut dengan Net Energy (NE) yang akan dipergunakan maintennce atau perawatan ikan seperti metabolisme basal, aktivitas ikan, aktivitas renang, adaptasi terhadap suhu dan sisanya baru akan dipergunakan untuk pertumbuhan. Jadi energi yang akan dipergunakan untuk pertumbuhan adalah energi yang tertinggal setelah kebutuhan untuk metabolisme basal ikan terpenuhi dan jika masih ada yang tersisa energi tersebut akan dipergunakan untuk kegiatan reproduksi. Jadi pertumbuhan dapat terjadi jika semua proses metabolisme ikan terpenuhi dan setelah pertumbuhan somatik terpenuhi baru akan dilanjutkan dengan pertumbuhan gonadik. Untuk memudahkan dalam memahami pembagian energi yang diperoleh dari pakan oleh ikan dapat dilihat pada diagram berikut : Gross Energy(GE)/Intake Energy Fecal Energy (FE) Digestible Energy (DE) Metabolic Excretion Metabolizable Energy Heat Increment (HiE) Net Energy (NE) Maintenance (HEm) Recovered Energy (RE) Sumber Watanabe (1988)

164

Energi Metabolisme Tingkat kebutuhan energi pada ikan biasanya dikaitkan dengan tingkat kebutuhan protein optimal dalam pakan. Dalam dunia akuakultur biasa disebut dengan protein energi ratio (P/e). Nilai protein energi ratio pada ikan konsumsi sebaiknya berkisar antara 8 – 10. Nilai ini diperoleh dari hasil perhitungan antara kadar protein dalam pakan dengan jumlah energi yang diperoleh dalam formulasi pakan tersebut pada level energi yang dapat dicerna (DE). Nilai energi yang diperhitungkan tersebut biasa disebut dengan energi metabolisme. Energi metabolisme ini diperoleh setelah nutrien utama karbohidrat, lemak, dan protein mengalami beberapa proses kimia seperti katabolisme dan oksidasi di dalam tubuh hewan. Energi bebas digunakan untuk pemeliharaan pada proses kehidupan seperti metabolisme sel, pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas fisik. Keseimbangan antara energi dan protein sangat penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ikan budidaya. Apabila kandungan energi dalam pakan berkurang maka protein dalam tubuh ikan akan dipecah dan dipergunakan sebagai sumber energi. Seperti kita ketahui pada ikan protein sangat berperan dalam pembentukan sel baru, jika protein dipakai sebagi sumber energi maka akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Oleh karena itu jumlah energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan ikan budidaya sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan, komposisi pakan, tingkat reproduksi dan tingkat metabolisme standar.

Energi didalam tubuh organisme biasanya akan diubah menjadi energi kimia yang biasa disebut dengan Adenosin Triphosphat atau ATP. ATP ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai aktivitas misalnya proses kehidupan biokimia seperti anabolisme atau sintesa, daya mekanis, tenaga elektris, kerja osmotik dan proses metabolisme lainnya. ATP adalah suatu energi yang kaya akan molekul karena unit triphosphatnya berisi dua ikatan phosphoanhydride. Adenosin triphosphat (ATP) adalah daya penggerak penting karena merupakan energi yang yang dibutuhkan dalam proses biokimia pada kehidupan. Ikan merupakan organisme air yang menggunakan protein sebagi sumber energi utama berbeda dengan manusia yang menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi utama. Oleh karena itu dalam menyusun pakan ikan ada suatu parameter yang disebut dengan kesimbangan energi yang diperoleh dari perhitungan nilai energi yang dapat dicerna dibagi dengan kadar protein pakan ikan. Nilai energi dari setiap kandungan nutrisi pada ikan sangat berbeda, seperti berdasarkan hasil penelitian dari satu gram protein akan memberikan nilai energi kotor (GE) sebesar 5,6 kkal/g, sedangkan untuk satu gram lemak adalah 9,4 kkal/g dan untuk satu gram karbohidrat adalah 4,1 kkal/g. Nilai energi ini merupakan nilai energi yang diperoleh apabila zat makanan secara sempurna dibakar menjadi hasil-hasil oksidasi melalui CO2, H2O dan gas lainnya. Menurut Buwono (2004) distribusi energi pada 165

ikan budidaya dapat dikelompokkan sebagai berikut : • Gross Energy adalah 100% • Digestible Energy adalah 85% • Fecal Energy untuk ikan herbivora adalah 15% sedangkan untuk ikan karnivora adalah 20% • Metabolizable Energy adalah 80% • Metabolic Excretion berkisar antara 3 – 5% • Net Energy adalah 52,5 % • Heat Increment Energy adalah 27,5%

Jika pakan yang dikonsumsi oleh ikan masuk kedalam tubuh ikan sebagai energi kotor yang secara distribusi energi adalah 100% maka konversi energi untuk satu gram protein pada DE adalah 80% dikali 5,6 kkal/g yaitu 4,48 atau 4,5 kkal/g, sedangkan untuk karbohidrat adalah 80% dikali 4,1 kkal/g yaitu 3,8 kkal/g, untuk satu gram lemak adalah 80% dikali 9,4 kkal/g yaitu 7,52 kkal/g. Tetapi nilai konversi energi ini dari hasil penelitian sangat berbeda untuk setiap jenis ikan yang dibudidayakan seperti terlihat pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.

Tabel 5.1. Kebutuhan energi untuk ikan Salmon Nutrient Protein Lemak Karbohidrat

Gross Energy (kkal/g)

Digestibility (persent)

Available (kkal/g)

5,6 9,4 4,1

70 85 40

3,9 8,0 1,6

Gross Energy (kkal/g)

Digestibility (persent)

Available (kkal/g)

5,6 9,4 4,1

80 90 70

4,5 8,5 2,9

Tabel 5.2. Kebutuhan energi untuk Catfish Nutrient Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan data dari tabel tersebut diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa setiap jenis ikan mempunyai daya cerna yang berbeda pada nutrisi yang dikonsumsinya. Pada ikan salmon merupakan salah satu jenis ikan karnivora mempunyai kecernaan

yang rendah terhadap karbohidrat sehingga energi yang diperoleh dari karbohidrat hanya dapat dicerna sebanyak 40%, sedangkan ikan catfish merupakan salah satu jenis ikan omnivora mempunyai kemampuan mencerna karbohidrat

166

lebih tinggi dibandingkan dengan ikan karnivora yaitu 70%.

5.2. PROTEIN Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin dan lain-lain. Protein dibutuhkan sebagai sumber energi utama karena protein ini terus menerus diperlukan dalam makanan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak. Protein mengandung karbon sebanyak 5055%, hidrogen 5-7%, dan oksigen 20-25% yang bersamaan dengan lemak dan karbohidrat, juga mengandung nitrogen sebanyak 1518%, rata-rata adalah 16% dan sebagian lagi merupakan unsur sulfur dan sedikit mengandung fosfat dan besi. Oleh karena itu beberapa literatur mengatakan bahwa protein adalah makro molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan boleh juga berisi sulfur. Kadar nitrogen pada protein dapat dibedakan dari lemak dan karbohidrat serta komponen bahan organik lainnya. Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu Proteos yang berarti pertama atau utama. Hal ini dikarenakan protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah didalam sel hidup dan merupakan 50% atau lebih berat kering sel. Protein dalam setiap sel mahluk hidup tersimpan dalam jaringan dan organ dan sebagai

komponen utama jaringan tubuh ikan. Nutrient ini di perlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta perawatan jaringan dan organ. Tidak ada bahan gizi lain yang dapat menggantikan peran utamanya dalam membangun dan memperbaiki sel dan jaringan yang rusak. Sebagai tambahan protein juga berperan untuk kontraksi otot dan komponen enzim, hormon dan antibodi. Protein dalam bentuk komplek sebagai heme, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Hewan air harus mengkonsumsi protein untuk menggantikan jaringan tubuh yang aus/rusak (perbaikan) dan untuk mensintesis jaringan baru (pertumbuhan dan reproduksi). Selain itu protein mempunyai peranan biologis karena merupakan instrumen molekuler yang mengekspresikan informasi genetik. Semua protein pada makhluk hidup dibangun oleh susunan yang sama yaitu 20 macam asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologi. Dari 20 macam asam amino ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu asam amino essensial sebanyak 10 macam merupakan asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tetapi tubuh ikan tidak dapat mensintesisnya, dan asam amino non essensial sebanyak 10 macam yaitu asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh dan dapat disintesis dalam tubuh ikan itu sendiri. Dalam bab ini akan dipelajari tentang sepuluh asam amino yang penting yang diperlukan oleh ikan dan struktur bahan kimia, membedakan antara asam amino essensial dan asam amino non-essensial; asam 167

amino yang diserap ikan; efek defisiensi dan kelebihan dari asam amino berkenaan dengan aturan makan ikan ; prosedur bagaimana cara menentukan kebutuhan asam amino secara kwantitatif dan kwalitatif pada ikan; metoda mengevaluasi mutu protein; dan bagaimana cara menentukan kebutuhan protein beberapa jenis ikan budidaya. Penggolongan Protein Sampai saat ini protein dapat diklasifikasikan penggolongannnya berdasarkan bentuk, struktur tiga dimensi serta penggolongan lainnya. Berdasarkan bentuk protein dibagi menjadi dua golongan yaitu protein globular dan protein serabut. • Protein globular adalah protein yang rantai-rantai polipeptidanya berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat atau berbentuk bola . Jenis protein ini biasanya larut dalam sistem larutan (air) dan segera berdifusi dan mempunyai fungsi gerak atau dinamik. Beberapa contoh dari protein globular antara lain adalah: enzim, protein transport pada darah,hormon protein, protein pecahan serum darah, antibodi dan protein penyimpan nutrien. • Protein serabut adalah protein yang tidak larut dalam air dan merupakan molekul serabut panjang dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu dan tidak berlipat menjadi globular. Protein globular ini terdiri dari suatu rantai panjang polypeptide. Protein ini biasanya memberikan

peranan struktural atau pelindung. Beberapa contoh protein serabut antara lain adalah collagen, yang ditemukan dalam tulang rawan atau tulang lembut, pembuluh darah, acuan/matriks tulang, urat daging, sirip dan kulit; elastins. Hal tersebut adalah suatu komponen nadi/jalan utama dan ikatan sendi; dan keratins, di mana protein jenis ini bersifat melindungi seperti kulit dan timbangan. Pengelompokkan protein lainnya adalah diklasifikasikan berdasarkan pada sifat fisis atau disebut juga kedalam protein yang digolongkan berdasarkan penggolongan lain. Protein jenis ini dapat dikelompokkan ke dalam protein sederhana, protein gabungan dan protein asal. • Protein sederhana adalah protein yang pada saat dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino-asam amino atau derivat-derivatnya. Protein jenis ini antara lain adalah albumin (zat putih telur), zat serum dari darah, lactoalbumin dari susu, leucosin dari gandum; albuminoids (keratin dari rambut, kuku jari tangan, bulu, wol, sutera fibroin, elastin dari jaringan/tisu menghubungkan collagen dari tulang rawan dan tulang); globulins (edestin dari biji-rami, serum globulin dari darah, lactoglobulin dari susu, legumin dari kacang polong); histones (globin dari hemoglobin, scombrone dari spermatozoa sejenis ikan air tawar); dan protamins (salmine dari ikan salem, scombrine dari sejenis ikan air tawar). Kelompok ini 168





dibedakan oleh daya larut dalam berbagai bahan pelarut seperti air, larutan garam, alkohol, dan oleh karakteristik lain. Protein gabungan adalah protein sederhana bergabung dengan radikal non protein. Protein jenis ini antara lain adalah nukleoprotein, glykoprotein, phosphoprotein, hemoglobins, dan lecithoproteins. Nukleoproteins adalah gabungan dari satu atau lebih molekul protein dengan asam nukleat yang disajikan dalam semua nucleus sel. Glykoprotein adalah gabungan dari molekul protein dan unsur yang berisi suatu karbohidrat selain dari asam nukleat atau lesitin misalnya mucin. Phosphoprotein adalah gabungan molekul protein dengan zat yang mengandung phosphor selain dari asam nukleat atau lecithin misalnya kasein. Hemoglobin adalah gabungan molekul protein dengan hematin atau zat-zat yang sejenis. Lecithoprotein adalah gabungan molekul protein dengan lecithin misalnya jaringan fibrinogen. Protein asal adalah protein yang berasal dari protein bermolekul tinggi yang mengalami degradasi karena pengaruh panas, enzim, atau zat-zat kimia. Protein yang termasuk kedalam golongan ini terdiri dari protein primer misalnya protean dan protein sekunder misalnya protease, pepton, peptida.

Pengelompokkan protein yang ketiga adalah pengelompokkan protein berdasarkan struktur protein. Seperti

diketahui bahwa semua protein adalah polipetida dengan berat molekul yang besar. Suatu peptida yang mengandung lebih dari 10 asam amino dinamakan dengan polipeptida. Peptida ini mempunyai satu gugus α-asam amino bebas dan satu gugus α-karboksi bebas. Berdasarkan strukturnya protein dikelompokkan menjadi struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur kwarterner. • Struktur Primer merupakan struktur rangkaian asam amino yang memanjang pada suatu rantai polypeptida. Sebagai contoh, peptide Leu-Gly-Thr-HisArg-Asp-Val mempunyai suatu struktur yang utama berbeda dari peptide Val-Asp-His-Leu-Gly-ArgThr. • Struktur sekunder merupakan asam amino dalam rangkaian polipeptida yang membentuk suatu lilitan misalnya dalam bentuk α heliks atau lembaran berlipat β. Struktur sekunder α heliks kerangka peptida secara ketat mengelilingi sumbu panjang molekul dan gugus R residu asam amino dibiarkan mengarah keluar dari heliks dan kaya akan residu sistein yang dapat memberikan jembatan disulfida. Konformasi yang stabil α heliks dari rantai polipeptida karena adanya ikatan peptida yang berada pada bidang datar, tidak berotasi dan pembentukan banyak ikatan. Struktur sekunder lembaran berlipat β membentuk zigzag dan tidak ada ikatan hidrogen dalam rantai polipeptida yang berdekatan. Gugus R mengarah keluar dari struktur zigzag. Pada struktur ini tidak 169





dijumpai jembatan disulfida diantara rantai bersisihan dan rantai polipeptida yang berdekatan biasanya mempunyai arah yang berlawanan atau bersifat anti pararel. Struktur tersier merupakan bentuk tiga dimensi dari semua atom di dalam molekul protein. Interaksi antara residu asam amino yang jauh pada suatu rantai polypeptide memimpin ke arah lipatan dan suatu penyesuaian yang berbentuk rantai polypeptide bulat yang mengumpamakan tiga satuan bentuk dimensional, sebagai contoh, myoglobin. Struktur kwarterner merupakan bentuk protein yang terdiri dari dua atau lebih rantai polypeptide menjadi bagian dari molekul protein tunggal. Yang biasanya terjadi seperti dimers, trimers, tetramers, terdiri dari dua, tiga, dan empat rantai polypeptide. Polypeptide menjaga kesatuan oleh ikatan kimia lemah, sebagai contoh, hemoglobin molekul terdiri dari dua rantai α dan dua rantai β. Masing-masing globin rantai di dalam hemoglobin terikat untuk suatu kelompoknya, yang berfungsi mengangkut oksigen ke jaringan badan. Protein kwarterner mudah dirusak oleh berbagai manipulasi dengan akibat kehilangan aktivitas biologi. Kehilangan aktivitas ini disebut denaturasi yang secara fisik denaturasi ini dapat dipandang sebagai suatu perubahan konfirmasi rantai polipeptida yang tidak

mempengaruhi primernya.

struktur

Asam amino Dalam menyusun komposisi pakan ikan saat ini para peneliti sudah melakukan penyusunan komposisi pakan berdasarkan kebutuhan asam amino setiap jenis ikan. Hal ini dikarenakan komposisi kebutuhan asam amino setiap jenis ikan sangat berbeda dan sangat menentukan laju pertumbuhan dari ikan yang dibudidayakan. Asam amino merupakan bahan dasar yang dihasilkan dari proses pemecahan atau hidrolisis dari protein. Asam amino ini membangun blok protein. Istilah amino datang dari -NH2 atau suatu kelompok amino yang merupakan bahan dasar alami dan asam datang dari perbandingan COOH atau suatu kelompok karboxyl, oleh karena itu disebutlah asam amino. Dalam molekul protein asam amino membentuk ikatan peptida (ikatan antara amino dan kelompok karboxyl) di dalam rantai yang panjang disebut rantai polipeptida. Ada banyak asam amino di alam tetapi hanya dua puluh yang terjadi secara alami. Asam amino sangat dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu asam amino essensial dan nonessensial. Asam amino secara umum ditulis dengan satu atau tiga huruf yang dapat dilihat pada Tabel 5.3.

170

Tabel 5.3. Nama dan singkatan asam amino (Millamena, 2002) Asam amino

Singkatan tiga huruf

Singkatan satu huruf

Asam amino essensial Arginin Histidin Isoleucin Leucin Lysin Methionin Phenylalanin Threonin Tryptophan Valin

Arg His Ile Leu Lys Met Phe Thr Trp Val

R H I L K M F T W V

Asam amino nonessensial Alanin Asparagin Asam Aspartad Cystein Asam Glutamat Glutamin Glycin Prolin Serin Tyrosin

Ala Asn Asp Cys Glu Gln Gly Pro Ser Tyr

A N D C E Q G P S Y

Asam amino di golongkan menjadi asam amino essensial dan asam amino non essensial. Asam amino essensial adalah asam amino yang tidak bisa dibuat atau disintesis oleh organisme mendukung pertumbuhan maksimum dan dapat menjadi penyuplai dari asam amino. Kapasitas dari pakan ikan memiliki kandungan asam amino yang dibutuhkan ikan berbeda-beda. Esensialitas dari suatu asam amino akan tergantung pada ikan yang diberi pakan. Sebagai contoh, glycine diperlukan oleh ayam tetapi

bukanlah penting bagi ikan. Asam amino non esensial yaitu asam amino yang dapat dibentuk atau disintesis dalam jaringan dan tidak perlu ditambahkan dalam komposisi pakan. Asam amino dapat juga digolongkan berdasarkan komposisi kimia menurut Millamena (2002) adalah sebagai berikut: 1. Asam amino alifatik • Basic terdiri dari : arginine dan lysin

171



Acidic terdiri dari : asam aspartic dan asam glutamic • Netral terdiri dari : leocin , isoleucine, valine, alanine, glycine,methionine, chysteine, threonine dan serine. 2. Asam amino aromatic terdiri dari: phenylalanine dan tyrosine 3. Asam amino heterocyclic terdiri dari histidine, tryptophan dan proline

Asam amino non essensial Asam amino non esensial yang dibutuhkan untuk ikan adalah: alanine, asparagirie, asam aspartad, cyestin, asam glutamat, glutamin, glycin, prolin, serin dan tyrosin. Asam amino non esensial asam amino yang dapat secara parsial menggantikan atau memberikan asam amino yang sangat dibutuhkan atau harus ada dalam komposisi pakan.

Asam amino esensial Ada sepuluh asam amino esensial (EAA) yang diperlukan oleh pertumbuhan ikan yaitu: arginin, histidin, isoleucin, leucin, methionin, phenylalanin, threonin, tryptophan dan valin. Kesepuluh asam amino ini merupakan senyawa yang membangun protein dan ada beberapa asam amino merupakan bahan dasar dari struktur atau unsur lain. Methionin adalah prekursor dari cyestein dan cystin. Methionin juga sebagai penyalur metil (CH3). Beberapa kelompoknya terdiri dari creatin, cholin, dan banyak unsur lain. Jika suatu basa hydrogen (OH) ditambahkan ke phenylalanin, maka tyrosin dibentuk. Tyrosin diperlukan untuk hormon thyroxin, epinephrin dan norepinephrin dan melanin pigmen. Arginin menghasilkan ornithin ketika urea dibentuk dalam siklus urea. Perpindahan suatu karboksil (COOH) digolongkan dalam bentuk histamin. Tryptophan adalah prekursor dari serotonin atau suatu vitamin, asam nikotinik. Semua ikan bersirip membutuhkan ke sepuluh asam amino esensial.

Metabolisme Asam Amino Metabolisme asam amino meliputi sintesis dan pemecahan protein, protein dalam pakan pertama kali dicerna didalam lambung dan asam klorida yang terdapat dalam lambung akan memberikan medium asam yang dapat mengaktivasi pepsin dan renin untuk membantu mencerna protein. Pepsin memecah protein dalam gugus yang lebih sederhana yaitu protease dan pepton dan akhirnya akan dipecah menjadi asam amino. Protein kemudian diserap kedalam usus dalam bentuk asam amino. Metabolisme asam amino umumnya dapat terjadi dalam tiga lintasan, yaitu 2 lintasan proses katabolisme asam amino yang merupakan proes degradasi dan glukoneogenesis, serta satu lintasan proses anabolisme asam amino yang merupakan proses sintesa protein. Ada 20 asam amino dalam protein. Bila selama sintesis protein, satu dari asam amino hilang, maka sintesis protein terhenti. Karena sintesis dan degradasi terus menerus dari protein adalah khas untuk semua bentuk kehidupan. Sintesis protein dikode 172

oleh DNA (kode genetik) yang terdapat di inti mitokondria. Tersedianya asam amino harus mencerminkan distribusinya dalam protein. Bila tidak, sintesis protein dibatasi oleh nutrien. Asam-asam amino terutama diperlukan dalam sintesis protein tubuh dan senyawa-senyawa lain yang secara fisiologis penting bagi metabolisme, misalnya hormonhormon dan neurotransmiter. Pada umumnya kelebihan asam amino akan segera dikeluarkan oleh deaminasi oksidatif dan rangka karbonnya diubah menjadi asetil atau aseto-asetil Ko A, piruvat, atau salah satu dari zat antara siklus asam trikarboksilat yang kemudian dioksidasi menjadi energi. Namun dalam beberapa kasus tertentu akan diubah menjadi glukosa dan lemak. Ikan mengekskresikan amonia bebas dan disebut sebagai amonetilik. Amonia adalah toksik terhadap sistem syaraf pusat oleh mekanisme yang belum seluruhnya dimengerti tetapi tampaknya melibatkan pembalikan jalan glutamat dehidrogenase dan akibatnya kekurangan ketoglutarat, zat antara yang diperlukan dalam siklus asam trikarboksilat. Asam sitrat dan garamgaramnya bersifat sangat tidak larut serta mengendap dalam jaringan dan cairan bila konsentrasinya melampaui beberapa miligram per 100 ml. Karena itu tidak ada produk akhir dari metabolisme nitrogen yang dapat ditolelir dengan baik oleh organisme tingkat tinggi. Asam amino yang berlebihan dari yang diperlukan untuk sintesis

protein dan biomolekul lainnya tidak dapat disimpan dalam tubuh maupun diekskresikan keluar tubuh. Kelebihan asam amino cenderung digunakan untuk bahan bakar. Sebelum memasuki siklus asam trikarboksilat untuk menghasilkan energi asam amino harus didegradasi terlebih dahulu. Degradasi asam amino terjadi dalam dua tahap utama. Tahap pertama adalah deaminasi oksidatif, merupakan tahap pengubahan asam amino menjadi zat antara yang dapat memasuki siklus asam trikarboksilat, dan gugus amino. Tahap ke dua adalah tahap oksidasi zat dalam siklus asam trikarboksilat menjadi CO2 dan H2O. Tempatnya pemecahan asam amino adalah hati. Gugus α amino dari banyak asam amino mula-mula akan dipindahkan ke α keto glutarat untuk membentuk asam glutamat yang kemudian mengalami deaminasi oksidatif membentuk ion NH4+. Enzim aminotransferase mengkatalisis pemindahan suatu gugus α amino dari suatu asam amino α kepada keto. Enzim-enzim ini disebut juga transaminase, umumnya menyalurkan gugus α amino dari berbagai asam amino kepada α –ketoglutarat untuk diubah menjadi NH4+ (ion amonium). Ion amonium dibentuk dari glutamat dengan deaminasi oksidatif. Reaksi dikatalisis oleh enzim glutamat dehidrogenase yang tidak biasa karena dapat menggunakan NAD+ maupun NADP+. Aktivitas glutamat dehidrogenase diatur secara alosterik. Guanosin trifosfat (GTP) dan Adenosin Trifosfat (ATP) adalah inhibitor alosterik, sedangkan 173

Guanosin Difosfat (GDP) dan Adenosin Difosfat (ADP) adalah aktivator alosterik. Jadi penurunan muatan energi akan mempercepat oksidasi asam amino. Dalam proses katabolisme protein maka akan dihasilkan amonia sebagai hasil deaminasi oksidatif, zat ini merupakan bahan yang bersifat racun dan harus dikeluarkan dari tubuh. Pada makhluk hidup sebagian besar dikeluarkan melalui dua jalan kecil dalam tubuhnya yaitu : • Amonia dengan asam glutamat dalam hati, untuk membentuk glutamin membutuhkan ATP, ditranspot ke ginjal dan kemudian dipisahkan kembali menjadi glutamat dan amonia. Akhirnya dieksresikan ke urin sebagai garam amonium (NH4+.) • Amonia dengan karbondioksida untuk membentuk carbamil, yang kemudian difosforilasi menjadi karbokmoil fosfat, sebuah reaksi yang membutuhkan dua ATP. Karbamoil fosfat kemudian masuk ke dalam siklus ornithin urea. Ikan-ikan yang memiliki paru-paru (lungfish), pada musim kering menjadi ikan darat dan mengeksresikan urea untuk menghemat air. Kebutuhan asam amino essensial dalam pakan ikan Pakan ikan sangat dibutuhkan bagi ikan yang dibudidayakan dalam suatu wadah budidaya. Fungsi utama pakan ini adalah sebagai penyedia energi bagi aktifitas sel-sel tubuh. Dalam tubuh ikan energi yang berasal dari pakan

dipergunakan untuk proses hidupnya yaitu tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Dalam tubuh ikan berisi sekitar 65-75% protein pada suatu basis berat kering. Protein sangat menentukan dalam menyusun formulasi pakan ikan. Asam amino yang berasal dari protein ini sangat diperlukan oleh berbagai sel untuk membangun dan memperbaiki jaringan rusak. Kelebihan Asam amino digunakan sebagai sumber energi atau dikonversi ke lemak. Informasi tentang kebutuhan protein kotor ikan menjadi nilai yang menentukan dan data tentang kebutuhan asam amino untuk setiap ikan penting karena mutu protein sangat bergantung kepada komposisi asam amino nya dan penyerapannya. Penentuan tentang kebutuhan asam amino sangat penting karena akan sangat membantu dalam melakukan perancangan diet uji amino yang digunakan untuk menentukan kebutuhan asam amino yang diperlukan bagi ikan. Protein dalam pakan ikan akan saling keterkaitan dengan zat nutrien lainnya, misalnya protein bersama dengan mineral dan air merupakan bahan baku utama dalam pembentukan sel-sel dan jaringan tubuh. Protein bersama dengan vitamin dan mineral ini berfungsi juga dalam pengaturan suhu tubuh, pengaturan keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh serta pengaturan metabolisme dalam tubuh. Oleh karena itu ikan yang dibudidayakan harus memperoleh asam amino dari protein makanannya secara terus menerus yang sangat diperlukan 174

bagi pertumbuhan sel dan pembentukan jaringan tubuhnya. Melalui sistem peredaran darah, asam amino ini diserap oleh seluruh jaringan tubuh yang memerlukannya. Pertumbuhan somatik, pertumbuhan kelanjar reproduksi, perkembangan dan pembangunan jaringan baru ataupun perbaikan jaringan yang rusak selalu membutuhkan protein secara optimal yang terutama diperoleh dari asam-asam amino essensial yang bersumber dari pakan ikan yang dikonsumsi. Ikan tidak mempunyai kebutuhan protein yang mutlak namun untuk menunjang pertumbuhannya ikan membutuhkan suatu campuran yang seimbang antara asam-asam aminoesensial dan non esensial. Protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi faktor-faktor yang bervariasi seperti ukuran ikan, temperatur air, kecepatan pemberian pakan, ketersediaan dan kualitas pakan alami, kandungan energi keseluruhan yang dapat dihasilkan dari pakan dan kualitas protein. Kualitas pakan dikatakan rendah apabila kadar asam-asam amino esensial dalam proteinnya juga rendah. Pemilihan bahan dan komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan akan sangat menentukan kelengkapan dan keseimbangan antara asam-asam amino esensial dan tak esensial. Ikan dapat tumbuh normal apabila komposisi asam amino esensial dalam pakan tak jauh berbeda (mirip) dengan asam amino dalam tubuhnya. Oleh karena itu adanya variasi keseimbangan antara asam amino esensial dan non

esensial dalam pakan diharapkan dapat memacu pertumbuhan ikan. Cepat tidaknya pertumbuhan ikan ditentukan oleh banyaknya protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh sebagai zat pembangun. Oleh karena itu agar ikan dapat tumbuh secara normal, pakan harus memiliki kandungan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisme sehari-hari dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan sel-sel tubuh yang baru. Keseimbangan antara energi dan kadar protein sangat penting dalam laju pertumbuhan, karena apabila kebutuhan energi kurang, maka protein akan dipecah dan digunakan sebagai sumber energi. Pemakaian sebagian protein sebagai sumber energi ini akan menghambat pertumbuhan ikan, mengingat protein sangat berperan dalam pembentukan sel baru. Pemberian pakan yang tepat dengan kisaran nilai kalori/energi yang memenuhi persyaratan bagi pertumbuhan ikan dan dengan kandungan gizi yang lengkap akan dapat meningkatkan nilai retensi protein. Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, serta dimanfaatkan bagi metabolisme sehari-hari. Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana yaitu asam 175

amino dan dipeptida. Ada dua jenis enzim yang terlibat dalam proses pencernaan protein, yaitu enzim endopeptidase yang berfungsi memutuskan ikatan peptida pada rantai polipeptida dan enzim eksopeptidase yang berfungsi memutuskan gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (-NH2) yang dimiliki protein. Asam amino dan dipeptida dapat masuk kedalam aliran darah dengan cara transpot aktif.

dipertimbangkan adanya keseimbangan antara asam-asam amino esensial dan non esensial yang terkandung pada protein bahan dasar pembuat pakan ikan tersebut. Tidak semua bahan makanan yang merupakan sumber protein hewani maupun nabati mengalami defisiensi asam amino yang sama. Oleh karena itu, defisiensi pada salah satu asam amino pada suatu bahan dapat disubstitusi dengan asam amino yang sama dari bahan yang berbeda.

Kualitas protein berbeda-beda tergantung pada jenis dan jumlah asam amino penyusunannya. Penentuan kualitas protein dapat dilakukan dengan membandingkan komposisi asam amino esensial yang dikandung bahan makanan dengan standar kebutuhan asam amino esensial pada hewan uji.

Arginin merupakan asam amino yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan optimal ikan muda. Disamping berperan dalam sintesia protein, arginin juga berperan dalam biosintesis urea.

Persentase terendah dari kandungan asam amino esensial pada makanan terhadap pola standar tersebut dinamakan sebagai skore asam amino. Adapun yang dimaksud dengan asam amino esensial pembatas adalah asam amino esensial yang mempunyai presentase terendah yang terkandung dalam suatu protein bahan makanan. Dalam penyusunan komposisi bahan-bahan pembuat pakan ikan, harus diperhitungkan terlebih dahulu kelengkapan asam amino esensial pada bahan dan kebutuhan tiap jenis ikan terhadap asam amino esensial dan non esensial. Kebutuhan setiap jenis ikan terhadap asam amino esensial dan non esensial berbedabeda,sehingga perlu

Histidin merupakan asam amino esensial bagi pertumbuhan larva dan anak-anak ikan. Histidin diperlukan untuk menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Perubahan-perubahan konsentrasi isoleisin, leusin dan valin dalam serum dipengaruhi oleh peningkatan kadar protein pakan. Peningkatan konsentrasi dari salah satu asam amino berantai cabang ini, misalnya leusin, akan memberikan pengaruh pada konsentrasi isoleisin dan valin dalam serum. Pengamatan ini memberikan indikasi leisin mungkin mampu mempermudah jaringan tubuh dalam menyerap asam-asam amino berantai cabang. Lisin merupakan asam amino esensial pembatas dalam protein nabati. Defisiensi lisin dalam pakan ikan dapat menyebabkan kerusakan pada sirip ekor (nekrosis), yang 176

apabila berkelanjutan dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan. Tingkat penggunaan lisin dipengaruhi oleh kadar arginin, urea dan amonia. Ketika terjadi degradasi arginin, maka penggunaan lisin akan meningkat. Metionin (essensial) dan sistein (non essensial) merupakan asam amino yang mengandung sulfur. Sistein mampu mereduksi sejumlah metionin yang diperlukan bagi pertumbuhan optimal. Kebutuhan metionin pada ikan biasanya berkaitan dengan kadar metionin dalam serum dan kadar makanan yang dicerna. Metionin juga merupakan asam amino pembatas dalam beberapa bahan makanan sumber protein nabati. Defisiensi metionin dapat mengakibatkan penyakit katarak pada rainbow trout. Fenil alanin (essensial) dan tirosin (non essensial) keduanya mempunyai struktur kimia yang mirip sehingga keduanya bisa saling menggantikan. Fenil alanin dan tirosin diklasifikasikan sebagai asam amnino aromatik. Keduanya diperlukan dalam jumlah yang cukup untuk mendorong sintesis protein dan fungsi-fungsi fisiologis lain pada ikan. Ikan mampu dengan segera mengubah fenil alanin menjadi tirosin atau menggunakan tirosin untuk melakukan metabolisme yang diperlukan bagi asam amino fenil alanin tersebut. Oleh karena itu untuk menentukan kebutuhan asam amino aromatik khususnya fenil alanin, dalam pengujian haruslah digunakan bahan pangan tanpa tirosin atau berkadar tirosin rendah.

Triptofan merupakan asam amino pembatas dalam bahan makanan sumber protein nabati. Defisiensi triptofan pada ikan salmon menyebabkan lordosis dan skoliosis sedangkan pada ikan rainbow trout menyebabkan nekrosis pada sirip ekor, kerusakan pada operculum insang dan katarak pada mata. Selain menyebabkan penyakit pada mata, defisiensi triptopan juga akan meningkatkan kadar kalsium, magnesium, sodium dan potasium dalam ginjal dan hati ikan. Kebutuhan asam amino essensial dan nonessensial pada ikan sangat ditentukan oleh jenis bahan baku pembuatan pakan. Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan asam amino esensial yang disebabkan oleh penggunaan komposisi pakan yang kandungan proteinnya sedikit atau tidak mencukupi kebutuhan asam amino esensial. Dapat juga disebabkan adanya bahan kimia yang dapat mempengaruhi komposisi pakan, pemanasan yang berlebih saat pembuatan pakan dan penguapan dari pakan tersebut. Ketidakseimbangan asam amino kaitannya dengan asam amino yang saling bertentangan atau asam amino yang berbahaya yang dapat menyebabkan pertumbuhan pada ikan tidak optimal. Pertentangan asam amino terjadi ketika asam amino yang diberikan melebihi jumlah yang dibutuhkan. Hal ini dapat meningkatkan kebutuhan asam amino lain yang serupa. Contohnya adalah pertentangan leucin dengan isoleucin dan arginin dengan lisin yang diamati pada beberapa jenis ikan. Asam amino bersifat racun apabila diberikan 177

asam amino esensial dari suatu organisme adalah dengan penambahan pada komposisi pakan dengan asam amino L kristal. Pelarutan nutrisinya dapat diperkecil dengan penggunaan pakan yang mengandung air stabil sehingga dapat menghemat penggunaan pengikat atau memanfaatkannya dalam praktek pemberian pakan. Sejauh ini kebutuhan asam amino essensial dalam makanan yang dibutuhkan oleh ikan dan jumlah yang dibutuhkan pada ikan budidaya telah ditetapkan pada beberapa jenis ikan berdasarkan hasil penelitian. Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 5.4.

dengan jumlah yang berlebih. Efek negatif yang ditimbulkan tidak dapat diperbaiki dengan penambahan asam amino ke dalam komposisi pakan. Di dalam perumusan komposisi pakan, komposisi pakan yang direkomendasikan tentang asam amino esensial harus dengan hatihati dalam memilih dan mengkombinasikan dua atau lebih sumber protein. Keterbatasan kandungan asam amino dalam salah satu sumber asam amino dapat dilengkapi dengan sumber lain yang melimpah dengan kandungan asam amino yang sama sehingga menjadi suatu pakan ynag lebih baik. Cara lain untuk mengetahui kebutuhan Tabel 5.4.

Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa jenis ikan dalam % protein pakan (Akiyama et al, 1997)

Jenis ikan Chum Salmon Chinook Salmon Coho Salmon Channel Catfish Common carp Catle Nile Tilapia Milk Fish Japanese eel Rainbow trout Yellow tail White surgeon Red drum

Arg

His

Leu

Lys

6,5 6,0 3,2 4,3 4,3 4,8 4,2 5,3 4,5 3,5 3,9 4,8 3,7

1,6 1,8 0,9 1,5 2,1 2,5 1,7 2,0 2,1 1,6 2,6 2,3 1,7

3,8 3,9 3,4 3,5 3,3 3,7 3,4 5,1 5,3 4,4 4,7 4,3 4,7

5,0 5,0 3,8 5,1 5,7 6,2 5,1 4,0 5,3 5,3 5,3 5,4 5,7

Kebutuhan asam amino pada ikan seperti tabel diatas diperoleh dengan cara melakukan penelitian. Menurut Millamena (2002) ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan apakah suatu asam amino tersebut

Met + Cys 3,0 4,0 2,7 2,3 3,1 3,4 3,2 3,3 3,2 2,7 2,4 2,2 2,9

Phe + Tyr 6,3 5,1 4,5 5,0 6,5 6,2 5,5 5,2 5,8 5,2 4,5 5,3 4,5

Thr

Trp

Val

Ile

3,0 2,2 2,0 2,2 3,9 5,0 3,8 4,5 4,0 3,4 2,9 3,3 2,8

0,7 0,5 0,5 0,5 0,8 1,0 1,0 0,6 1,1 0,5 0,7 0,3 0,8

3,0 3,2 2,2 3,0 3,6 3,6 2,8 3,6 4,0 3,1 3,0 3,3 3,1

2,4 2,2 1,2 2,6 2,5 2,4 3,1 4,0 4,0 2,4 2,6 3,0 2,9

termasuk dalam kelompok asam amino essensial dan non essensial yaitu: • Metoda pertumbuhan • Metoda radio isotop.

178

Metoda pertumbuhan digunakan oleh Halver (1957) untuk mengetahui penggunaan satu rangkaian asam amino diet uji yang berisi kristal Lamino sebagai sumber nitrogen. Pakan dirumuskan berdasarkan pada pola asam amino seperti protein telor ayam utuh, protein telor ikan Chinook, atau kantung kuning telur ikan Chinook. Untuk sepuluh amino, percobaan dilakukan dengan melakukan pemberian pakan dengan menggunakan pakan dasar yang berisi semua asam amino dan pakan uji yang tidak mengandung asam amino. Ikan uji dilakukan penimbangan berat badan setiap dua kali untuk mengukur pertumbuhan dan mengetahui pengaruh pakan uji tersebut. Selain itu sampel ikan uji juga diberi pakan yang kekurangan asam amino untuk melihat pertumbuhan yang terjadi dan dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan dengan asam amino yang lengkap, setelah itu penyelidik menggunakan suatu diet test serupa untuk menentukan asam amino esensial yang lain pada ikan. Pada Metoda rasio isotop yang digunakan oleh Cowey et al. (1970), ikan uji disuntik secara intraperitoneal dengan menggunakan radio aktif yang diberi label 14C glukosa dan dibiarkan hidup dengan mengkonsumsi pakan alami selama 7 hari. Ikan uji kemudian dimatikan dan dibuat larutan yang homogen

dan melakukan isolasi protein. Dari hasil isolasi tersebut kemudian protein tersebut dilakukan hidrolisasi dan asam amino yang diperoleh dipisahkan dengan menggunakan peralatan chromatografi dan menghitung radio aktifitas. Evaluasi kualitas protein Protein yang terdapat dalam suatu bahan pakan dapat dikatakan bermutu jika memberikan pertumbuhan positif pada ikan budidaya atau protein dikatakan mutunya tinggi apabila komposisi asam amino yang terkandung di dalamnya menyerupai bentuk asam amino yang dibutuhkan oleh ikan dan tingkat kecernaannya tinggi. Mutu protein biasanya dievaluasi dengan metode biologi dan kimia. Metode kimia menentukan kuantitas atau jumlah protein/asam amino pada bahan pakan sedangkan metode biologi dengan cara menentukan reaksi ikan terhadap protein dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan pertahanan. Dalam metode biologi, berat tubuh dan nitrogen digunakan sebagai ukuran untuk mutu protein dimana metode biologi lebih akurat dibanding metode kimia. Menurut Millamena (2002) perhitungan Protein Effisiensi ratio (PER), nilai biologi (BV) dan kebutuhan protein bersih (NPU) adalah sebagai berikut:

Perbandingan Efisiensi Protein (PER) Penambahan bobot (gram) PER = Kandungan protein dalam pakan (gram)

179

Nilai Biologi (BV) Nitrogen yang digunakan BV

= Nitrogen yang diserap

Dimana : R = A =

Nitrogen yang digunakan Nitrogen yang diserap

Dan :

I – (F - Fo) A – (U – Uo)

A = R =

Dimana : I F Fo U Uo

= = = = =

Nitrogen yang diambil Nitrogen dalam feses Metabolisme nitrogen dalam feses Nitrogen yang keluar bersama urine Endogeneus nitrogen

R BV =

I – (F–Fo) – (U – Uo) x 100

A

x 100 I – (F – Fo)

Tidak cukup data dalam nilai biologi yang diperoleh untuk pengaturan pakan ikan dan sulit dalam penentuan metabolisme feses dan endogeneus nitrogen secara terpisah. Penggunaan Protein Bersih Nitrogen yang digunakan NPU =

x 100 Nitrogen yang diambil

dimana : NPU ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Penambahan nitrogen pada pakan ikan

+

pengurangan nitrogen pada pakan ikan

NPU = Nitrogen yang diambil dari pengujian protein

180

Kebutuhan protein pada ikan Protein didalam tubuh sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan, pembentukan jaringan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak dan penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan. Kebutuhan protein dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh jumlah dan jenis-jenis asam amino essensial, kandungan protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan (Lovel, 1989). Protein dapat juga digunakan sebagai sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi dan juga sebagai penyusun utama enzim, hormon dan antibodi. Oleh karena itu pemberian protein pada pakan ikan harus pada batas tertentu agar dapat memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan dan efisiensi pakan yang tinggi. Selain itu protein sangat penting bagi kehidupan karena merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup dan berperan sebagai instrumen molekuler yang mengekspresikan informasi genetik, unsur struktural didalam sel dan jaringan. Protein yang dibutuhkan ikan bersumber dari berbagai macam bahan dimana kualitas protein bahan bergantung pada komposisi asam amino.

Jumlah kebutuhan protein maksimum merupakan tingkat kualitas protein yang tinggi dalam kandungan pakan yang diperlukan untuk pertumbuhan maksimum. Untuk menentukan kebutuhan protein suatu jenis ikan dapat dilakukan dengan melakukan percobaan pemberian pakan yang akan membantu dalam penggunaan uji kandungan protein dari sumber yang nilai biologinya tinggi. Respon yang akan memberikan keuntungan dan daya tahan paling tinggi biasanya diperoleh dari komposisi pakan ikan terbaik. Protein yang terdapat dalam jaringan tubuh ikan dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan kebutuhan protein. Cara ini dilakukan dengan menganalisis kandungan nitrogen dalam jaringan dengan interval dua minggu sampai tidak ada penurunan nitrogen yang tertahan pada jaringan. Jumlah kandungan protein yang minimal dari suatu pakan untuk menghasilkan pertumbuhan maksimum sangat bergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan. Berdasarkan penelitian beberapa spesies ikan kebutuhan kandungan protein pada ikan budidaya berkisar dari 27% sampai 60%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.

181

Tabel 5.5.

Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering pakan) pada beberapa jenis ikan budidaya (Millamena, 2002)

Jenis ikan Asian sea bass Common carp Grouper Japanese eel Kuruma shrimp Milk Fish Red sea bream Snake head Red snapper Tiger shrimp Nile Tilapia White shrimp Yellow tail Abalone

Sumber protein Fish meal, soybean meal Fish meal, casein Tuna, muscle meal Fish meal, meat meal, shrimp meal Casein dan asam amino Squid meal Casein + egg albumin Fish meal, casein Casein, gelatin Fish meal, soybean dan cassava meal Casein Fish meal Fish meal, soybean, squid meal Casein Fish meal, soybean, shrimp meal Fish meal, casein Fish meal Fish meal, mussel meal, collagen Squid meal Fish meal, casein Soybean meal, rice bran Fish meal, squid meal

Sumber protein tinggi untuk ikan dapat diperoleh pada beberapa bahan baku antara lain adalah telor utuh, kasein, kombinasi kasein dan agar-agar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan yang maksimum antara lain adalah : jenis, ukuran ikan atau umur, temperatur air, protein yang berkualitas seperti yang telah dikemukanan sebelumnya dengan mengetahui komposisi asam amino. Ikan yang berukuran lebih kecil mempunyai kebutuhan protein

Kadar protein optimal 43 31 – 38 40 – 50 43 44 60 ¾ 55 40 30 – 40 24 55 52 44 40 40 30 28 34 – 42 28 – 32 55 27

lebih tinggi dibanding ikan yang lebih tua pada jenis ikan yang sama itu.

5.3. KARBOHIDRAT Karbohidrat merupakan salah satumakro nutrien dan menjadi sumber energi utama pada manusia dan hewan darat. Pada ikan, tingkat pemanfaatn karbohidrat dalam pakan umumnya rendah pada khususnya hewan karnivora, karena pada ikan

182

sumber energi utama adalah protein. Ikan karnivora lebih sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan herbivora. Selain itu ikan yang hidup diperairan tropis dan air tawar biasanya lebih mampu memanfaatkan karbohidrat daripada ikan yang hidup diperairan dingin dan air laut. Ikan laut biasanya lebih menggunakan protein dan lemak sebagai sumber energi daripada karbohidrat, tetapi peranan karbohidrat dalam pakan ikan sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa ikan yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi tanpa karbohidrat dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan retensi protein tubuh. Selain itu pakan yang mengandung karbohidrat terlalu sedikit akan menyebabkan terjadinya tingkat katabolisme protein dan lemak yang tinggi untuk mensuplai kebutuhan energi ikan dan menyediakan metabolisme lanjutan (intermedier) untuk sintesis senyawa biologi penting lainnya, sehingga pemanfaatan protein untuk pertumbuhan berkurang. Oleh karena itu pada komposisi pakan ikan harus ada keseimbangan antara karbohidrat, protein dan lemak, dimana ketiga nutrien tersebut merupakan sumber energi bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang. Karbohidrat merupakan senyawa organik yang tersusun dari atom karbon (C), hidrogen (H) dan Oksigen (O) dalam suatu perbandingan tertentu. Karbohidrat berdasarkan analisa proksimat terdiri dari serat kasar dan bahan ekstrak

tanpa nitrogen. Karbohidrat biasanya terdapat pada tumbuhan termasuk pada gula sederhana, kanji, selulosa, karet dan jaringan yang berhubungan dan mengandung unsur C,H,O dengan rasio antara hidrogen dan oksigen 2:1 yang hampir serupa dengan H2O dan kemudian dinamakan ”karbohidrat”. Formula umum karbohidrat adalah Cn (H2O)2. Karbohidrat adalah sumber energi yang murah dan dapat menggantikan protein yang mahal sebagai sumber energi. Selain itu karbohidrat merupakan Protein sparing effect yang artinya karbohidrat dapat digunakan sebagai sumber energi pengganti bagi protein dimana dengan menggunakan karbohidrat dan lemak sebagai sumber bahan baku maka hal ini dapat mengurangi harga pakan. Pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi dalam tubuh dapat juga dipengaruhi oleh aktivitas enzim dan hormon. Enzim dan hormon ini penting untuk proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh seperti glikolisis, siklus asam trikarboksilat, jalur pentosa fosfat, glukoneogenesis dan glikogenesis. Selain itu dalam aplikasi pembuatan pakan karbohidrat seperti kanji, zat tepung, agar-agar, alga, dan getah dapat juga digunakan sebagai pengikat makanan (binder) untuk meningkatkan kestabilan pakan dalam air pada pakan ikan dan udang. Klasifikasi Karbohidrat Karbohidrat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu monosakarida, 183

disakarida, dan polisakarida. Pembagian karbo-hidrat ini berdasarkan pada jumlah molekul pembentuknya, satu, dua atau beberapa unit gula sederhana. Disakarida dan polisakarida merupakan turunan (derivat) dari monosakarida. Monosakarida tidak dapat dihidrolisa lagi menjadi bentuk yang lebih sederhana. Disakarida dapat dihidrolisa menjadi dua molekul mono-sakarida, sedangkan polisakarida (termasuk) oligosakarida akan membentuk lebih dari tiga molekul monosakarida. Selain itu karbohidrat dapat juga

diklasifikasikan berdasarkan pada tingkat kecernaan, yaitu karbohidrat yang dapat dicerna, karbohidrat yang dapat dicerna sebagian dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Gula, kanji, dextrin, dan glikogen adalah karbohidrat yang dapat dicerna, selulosa, serat kasar dan hemisellulosa adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Galaktogen, mannosan, inulin dan pentosa adalah termasuk karbohidrat yang dapat dicerna sebagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Klasifikasi Karbohidrat (Millamena, 2002) Kelompok Karbohidrat

contoh

Monosakarida (satu unit glikosa)

Pentosa, Arabinosa, Ribosa, Xylosa, Xylulosa, Hexosa, Glucosa, Fruktosa dan Mannosa

Disakarida (dua unit glikosa)

Sukrosa, Maltosa, Laktosa

Oligosakarida (2-10 unit glikosa)

Raffinosa, Stachyosa, Verbascosa

dextrin, glycogen, Polisakarida (Glycan, > 10 unit Starch/kanji, cellulosa, hemicellulosa, lignin, glikosa) chitin, pectin, gums and mucilages, alginat, agar, karageenan

Monosakarida Monosakarida adalah bentuk karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang sederhana lagi. Umumnya monosakarida diperoleh dari hasil hidrolisis senyawa tanaman yang lebih kompleks, larut dalam air dan

rasanya manis. Monosakrida utama yang terdapat dalam bentuk bebas dalam makanan adalah glukosa dan fruktosa. Glukosa, galaktosa, fruktosa dan mannosa merupakan bentukheksosa yang mempunyai makna fisiologis paling penting. Glukosa merupakan zat gula dalam tubuh yang dibawa oleh darah dan 184

merupakan bentuk paling utama dalam jaringan. Hal ini dikarenakan glukosa merupakan sumber energi yang paling cepat diserap didalam sel dan masuk kedalam darah dan akan dikatabolisme dalam proses glikolisis. Rumus empiris glukosa adalah C6H12O6. Glukosa banyak terdapat dalam buah-buahan, jagung manis dan madu dalam bentuk DGlukosa. D-Glukosa ini telah dihasilkan secara komersial dengan hidrolisis pati jagung yang menghasilkan sirop jagung dan kristal dekstrosa. D-Glukosa ini mempunyai peran penting dalam pakan dan metabolisme ikan serta merupakan gula darah pada semua hewan. Glukosa dapat disimpan didalam hati dan otot dalam bentuk glikogen. Fruktosa dapat diubah menjadi glukosa dalam hati, sedangkan galaktosa selain dapat diubah menjadi glukosa dalam hati juga dapat dimetabolisir. Mannosa merupakan unsur pembentuk senyawa glikoprotein.

arabinosa. Silosa dibentuk dengan hidrolisis pada pentosa. Jumlah yang pantas pada xilosa dibentuk dalam pembuatan bubur pada makanan melalui hidrolisis pada hemiselulosa. Arabino dihasilkan pada getah arabic dan dedak gandum. Hexosa mempunyai rumus umum C6H12O6. Gula heksosa biasanya dalam bentuk : galactosa, dan glukosealdoses. Fruktosa adalah ketohexose alami penting dan karbohidrat paling manis. Rotan atau gula umbi manis (sukrosa) dihidrolisis, satu molekul dibentuk pada fruktosa dan satu molekul pada glukosa yang dibentuk. Laktosa tidak terjadi secara bebas di alam. Hidrolisis lactose atau gula susu menghasilkan galactose dan glukosa. Glukosa, Fructose, dan galactose mempunyai rumusan molekular yang sama tetapi susunan rumus mereka berbeda pengaturan di dalam suatu molekul. Disakarida

Kebanyakan monosakarida diperoleh dengan hidrolisis unsur yang lebih komplek. Hidrolisis adalah suatu reaksi kimia yang mana suatu unsur yang komplek dipecah menjadi unsur yang lebih kecil dengan penambahan suatu katalisator. Monosakarida sering dikatakan sebagai bentuk dari suatu gula sederhana. Dua rangkaian gula sederhana secara komersil penting pentosa atau lima gula atom karbon dan hexoses atau enam gula atom karbon. Ribosa dan Dioxyribosa merupakan struktur RNA dan DNA. Pentosa mempunyai rumus yang umum C5 H10 O5. dan mempunyai komersial yang penting dalam bentuk aldopentosa silosa dan

Disakarida merupakan bentuk karbohidrat yang kalau dihidrolisis akan menghasilkan dua molekul monosakarida. Rumus molekul disakrida adalah C12H22O11, dari rumus bangun ini memperlihatkan bahwa satu molekul air telah dipindahkan sebagai dua monosakarida yang telah dikombinasikan. Dengan hidrolisis mengakibatkan perpecahan molekul dan pembentukan hexoses. Ada tiga bentuk disakarida penting yaitu sukrosa, laktosa dan maltosa. Sukrosa, bentuk gula yang biasanya disebut juga dengan gula meja, terdiri dari satu molekul glukosa dan 185

satu molekul fruktosa yang dinamakan dengan gula invert. Sumber utama sukrosa sebagian besar dari tebu dan gula bit. Laktosa, atau gula susu, banyak diperoleh pada semua susu mamalia. Hasil hidrolisis laktosa akan menghasilkan sebuah molekul glukosa dan sebuah molekul galaktosa. Maltosa terjadi secara alami dalam benih zat tepung yang diproduksi tumbuhan. Maltosa dibentuk dari hidrolisis zat tepung dengan enzim α-amilase. Maltosa akan dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim α-gluc0sidase menjadi dua molekul glukosa. Polisakarida Polisakarida merupakan bentuk karbohidrat yang kalau dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh molekul monosakarida. Polisakarida biasanya dibentuk oleh kombinasi hexosa atau monosakarida lain dan biasanya merupakan senyawa dengan molekular tinggi dan kebanyakan tidak dapat larut dalam air dan dipertimbangkan yang paling utama bahan gizi tumbuhan asli. Ketika hidrolisis dengan asam atau enzim, mereka dipecah ke dalam berbagai produk intermediate dan yang akhirnya ke dalam gula sederhana, polisakarida mempunyai formulasi umum (C6H10O5)n. Tiga bentuk polisakarida yang banyak terdapat dalam bahan baku pakan antara lain adalah pati, dextrin dan glikogen. Pati/starch merupakan bentuk polisakarida yang banyak terdapat pada tumbuhan dan diperoleh di dalam akar umbi (kentang),

rhizomes, dan biji-bijian. Bentuk ini merupakan sumber bahan makanan yang termurah dan merupakan sumber energi bagi manusia dan hewan. Glikogen dihasilkan dari mamalia dan hewan lain dari glukosa di dalam darah dan diperoleh didalam jaringan otot dan hati. Glikogen merupakan bentuk penyimpanan pada karbohidrat pada hewan dan merupakan zat tepung di dalam tumbuhan. Sedangkan dekstrin merupakan hasil dari proses pemecahan hidrolisis pati menjadi maltosa. Dekstrin terdiri dari serangkaian senyawa dengan bobot molekul yang lebih rendah. Pada hewan dekstrin merupakan hasil pemisahan glukosa dari amilopektin yang meninggalkan residu percabangan yang disebut α-limit dekstrin, tersusun dari 8 – 10 glukosa. Didalam pakan, dekstrin merupakan substrat kesukaan organisme acidophilik dalam saluran pencernaan dan bila pakan mengandung dekstrin maka sintesis vitamin B dalam usus akan meningkat. Selulosa adalah komponen struktur utama dalam tumbuhan pada dinding sel tumbuhan dan unsur yang paling berlimpah-limpah pada tumbuhan. Selulosa adalah unsur penting yang tidak dapat larut dan dapat didegradasi oleh enzim menjadi beberapa unit glukosa dan bisa dihidrolisis dengan asam kuat. Hemiselulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas suatu campuran unit hexosa dan pentosa. Jika dihidrolisis hemiselulosa menghasilkan glukosa dan sebuah pentosa, biasanya silosa yang merupakan komponen utama pada 186

dinding sel tumbuhan. Tidak seperti selulosa, hemiselulosa lebih sedikit bersifat resisten terhadap degradasi kimia dan dapat dihidrolisis dengan cairan asam . Lignin ditemukan dalam tongkol jagung dan porsi akar yang berserat. Lignin merupakan struktur kompleks yang terdiri dari karbon-karbon yang saling berikatan dengan eter yang mana bersifat resisten terhadap alkali dan asam. Chitin merupakan komponen struktur utama menyangkut eksoskeleton kaku pada hewan tak bertulang punggung seperti serangga, binatang berkulit keras dan juga terjadi dalam sel ganggang, ragi dan jamur adalah polysoccoharida dengan atom zat hidrogen seperti halnya C,H dan O yang terdiri atas N-acetil Dglukosamin. Chitin mempunyai peran struktural dan suatu jumlah dari kekuatan mekanis yang dapat menghentikan ikatan hidrogen. Peptin ditemukan terutama antara dinding sel tumbuhan dan mungkin juga sebagai penyusun dinding sel itu sendiri. Peptinase tidak dapat dihidrolisis dengan enzim pectinase mamalian tetapi dicerna oleh aksi mikrobial. Tindakan itu disadap dengan air panas atau air dingin dan membentuk suatu ”gel” (agar-agar). Alginates, agar dan caragenan merupakan hasil ekstraksi dari rumput laut seperti Glacillaria sp dan Kappaphycus sp. Pemanfaatan Karbohidrat Pakan oleh Ikan Karbohidrat pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida, disakarida dan monosakarida.

Karbohidrat tersebut berasal dari tumbuhan (zat tepung, serat, sellulosa dan fruktosa) dan dari hewan (mangsa) berbentuk glikogen. Ikan tidak memiliki kelenjar air liur (salivary gland) sehingga proses pencernaan karbohidrat pada ikan dimulai dibagian lambung. Pencernaan karbohidrat secara intensif terjadi disegmen usus yaitu dengan adanya enzim amilase pankreatik. Pada segmen usus, amilum (zat tepung) dan glikogen akan dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi maltosa dan dekstrin, Kemudian maltosa dan dekstrin ini akan dihidrolisa oleh enzim laktase atau sukrose menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada dinding usus, galaktosa dan fruktosa akan diubah menjadi glukosa. Dalam bentuk glukosa itulah karbohidrat dapat diserap oleh dinding sel (enterosit) lalu masuk kedalam pembuluh darah. Ikan tidak memiliki enzim pencerna karbohidrat yang memadai di dalam saluran pencernaannya, sehingga nilai kecernaan karbohidrat pakan umumnya rendah. Aktivitas enzim amilase dalam menghidrolisa pati pada ikan omnivora seperti ikan tilapia dan ikan mas lebih tinggi daripada ikan karnivora seperti ikan rainbowtrout dan yellowtail. Nilai kecernaan karbohidrat ini sangat dipengaruhi oleh sumber dan kadar karbohidrat dalam pakan serta jenis dan ukuran ikan. Nilai kecernaan beberapasumber karbohidrat oleh beberapa ikan budidaya dapat dilihat pada Tabel 5.7 Karbohidrat yang berstruktur kompleks memiliki nilai kecernaan yang rendah daripada karbohidrat yang berstruktur sederhana. Perbedaan sumber pati 187

juga dapat menyebabkan perbedaan nilai kecernaan karbohidrat dan bergantung juga pada rasio amilosa/amilopektin. Dimana semakin tinggi rasio amilosa/ amilopektin maka kecernaan karbohidrat semakin tinggi. Beberapa perlakuan yang biasa dilakukan pada saat membuat pakan ikan adalah dengan melakukan pengukusan pati

dimana dengan melakukan pengukusan maka akan dapat meningkatkan nilai kecernaan dari karbohidrat tersebut. Hal ini dikarenakan pengukusan dapat menyebabkan sel-sel pati menjadi lunak dan pecah sehingga lebih mudah dicerna.

Tabel 5.7. Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan sumbernya oleh beberapa ikan budidaya (Wilson, 1994). Jenis ikan Rainbow Trout

Sumber Dekstrin Tepung ubi kukus Tepung dikukus

Channel catfish

Glukosa Sukrosa Laktosa Tepung jagung dikukus

tidak

Tepung jagung dikukus Mas

Tepung ubi tidak kukus Tepung ubi dikukus

Karbohidrat berserat dalam wujud bahan kimia sangat sukar dicerna oleh beberapa jenis ikan dan tidak membuat suatu kontribusi yang baik kepada kebutuhan gizi ikan. Tingkatan kebutuhan serat kasar

Kadar Karbohidrat pakan (%)

Nilai kecernaan (%)

20 60 20 60 11,5 40,2 20 – 60 20 – 60 20 – 60 12,5 25 50 12,5 25 50 ? ?

77,2 45,5 69,2 26,1 90,0 48,2 99 – 100 99 – 100 94 – 97 72,8 60,9 55,1 83,1 78,3 66,5 55,0 85,0

dalam tubuh ikan diperlukan secara khas dan terbatas kurang dari 7%. Ketersediaan berbagai formulasi karbohidrat pada komposisi nilai yang gizi belum jelas, karbohidrat yang dapat dicerna (karbohidrat

188

dengan bobot molekul kecil dan panjang rantai lebih pendek seperti glukosa). Pada ikan mas dan ikan air tawar lainnya dapat memanfaatkan karbohidrat lebih efektif dibandingkan dengan ikan air laut. Ikan air laut lebih efektif menggunakan glukosa dan dekstrin sebagai sumber zat tepungnya. Udang windu menggunakan zat tepung lebih baik dengan glukosa dan dextrin. Kebutuhan optimum Karbohidrat Pakan Pertumbuhan ikan budidaya secara maksimal dapat tercapai jika kondisi lingkungan pemeliharaan dan makanan terjamin secara optimum. Fungsi utama karbohidrat sebagi sumber energi di dalam pakan harus berada dalam kondisi yang seimbang antara ketiga makro nutrien (protein, lemak dan karbohidrat). Pakan yang mengandung karbohidrat terlalu tinggi dapt menyebabkan menurunnya pertumbuhan ikan budidaya. Beberapa penelitian telah menunjukkan pertumbuhan ikan dan tingkat efisiensi pakan yang rendah bila kandungan karbohidrat dalam pakannya tinggi. Ikan sebagai organisme air kurang mampu memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi utama dalam pakannya dibandingkan dengan hewan darat dan manusia, namun dari hasil beberapa penelitian hewan air seperti ikan masih sangat membutuhkan karbohidrat dalam komposisi pakannya. Pada ikan rainbowtrout yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi,

terjadi laju glukoneogenesis yang tinggi, sedangkan yang diberi pakan dengan kandungan protein rendah dan karbohidrat tinggi didapatkan laju glukoneogenesis yang rendah (Cowey et al, 1977). Kebutuhan karbohidrat untuk setiap jenis dan ukuran ikan juga dipengaruhi oleh kandungan lemak dan protein pakan. Pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang dikenal dengan Protein Sparring Effect. Terjadinya Protein Sparring Effect oleh karbohidrat dapat menurunkan biaya produksi pakan dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan. Kebutuhan karbohidrat pakan bagi pertumbuhan ikan budidaya bervariasi menurut spesies, sumber karbohidrat dan kondisi lingkungannya (Tabel 5.8.). Pada tabel tersebut jelas terlihat bahwa ikan karnivora umumnya mempunyai kemampuan yang lebih rendah dalam memanfaatkan karbohidrat pakan dibandingkan dengan ikan omnivora atau herbivora. Penyebab rendahnya kemampuan ikan dalam memanfaatkan karbohidrat pakan tersebut antara lain disebabkan oleh nilai kecernaan sumber karbohidrat, aktivitas enzim karboksilase ikan, kemampuan penyerapan glukosa serta kemampuan sel memanfaatkan glukosa dalam darah. Secara umum kandungan karbohidrat pakan yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan karnivora berkisar antara 10 – 20%, ikan omnivora dapat memanfaatkan karbohidrat pakan secara optimal pada tingkat 30 – 40% dalam pakannya. 189

Tabel 5.8 Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk pertumbuhan beberapa ikan budidaya.

Jenis ikan

Karbo hidrat pakan (%)

Sumber karbohidrat

References

Ekor kuning Seabream merah Rainbow trout Kakap putih Kerapu Channel catfish Mas Tilapia

10 20 10 20 9 30 40 40

Dekstrin Dekstrin Dekstrin Tepung terigu Tepung terigu Dekstrin Dekstrin Dekstrin

Shimeno et al (1996) De Silva dan anderson (1995) De Silva dan anderson (1995) Catacuta dan Coloso (1997) Shiau dan Lan (1996) Wilson (1994) Wilson(1994),Shimeno et al (1996) Wilson (1994),Shimeno et al (1996)

5.4. LIPID Lipid adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter dan benzena. Senyawa organik ini terdapat didalam sel dan berfungsi sebagai sumber energi metabolisme dan sebagai sumber asam lemak esensial yang mempunyai fungsi specifik dalam tubuh seperti untuk struktur sel dan pemeliharaan integritas membran-membran yang hidup. Fungsi lain dari lipid antara lain adalah sebagai komponen utama struktur sel, penyimpan bahan bakar metabolik, untuk mengangkut bahan bakar, sebagai pelindung dinding sel dan juga sebagai komponen pelindung kulit vertebrata. Lipid terdiri dari lemak, minyak, malam dan senyawa-senyawa lain yang ada hubungannya. Lipid merupakan komponen penting dalam pakan ikan karena lipid dapat

dijadikan sebagai sumber energi bagi ikan selain protein dan karbohidrat. Lipid berbeda dengan lemak. Perbedaan antara lemak dan minyak adalah pada titik cairnya, lemak cenderung lebih tinggi titik cairnya, molekulnya lebih berat dan rantai molekulnya lebih panjang. Oleh karena itu lipid merupakan salah satu sumber asam lemak essensial yang tidak bisa di sentesa oleh ikan. Sebagai sumber energi, lipid telah ditunjukan untuk memberikan beberapa protein untuk pertumbuhan. Lipid juga sumber penting sterol, phospolipid, dan vitamin lemak yang dapat larut. Asam lemak dari lipid mungkin juga bertindak sebagai pendahuluan pada steroid hormon dan prostaglandin. Klasifikasi Lipid Berdasarkan struktur molekulnya lipid dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu :

190







Lipid sederhana, kelompok ini disebut juga dengan nama homolopida yaitu suatu bentuk ester yang mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Jika dihidrolisis. Lipid yang termasuk kedalam kelompok ini hanya menghasilkan asam lemak dan alkohol. Lipid sederhana ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : - Lemak : senyawa ester lemak dengan gliserol. Lemak dalam keadaan cair disebut minyak. - Lilin/malam/waks : senyawa ester asam lemak dengan alkohol monohidrat yang berbobot molekul tinggi Lipid kompleks, kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alkohol yang mengandung gugus lain. Lipid kompleks dibagi menjadi tiga golongan yaitu : - Fosfolipid : kelompok lipid yang selain asam lemak dan alkohol, juga mengandung residu asam fosfat. Lemak ini sering mempunyai basa yang mengandung nitrogen dan substituen lain, seperti gugus alkohol berupa gliserol dalam gliserofosfolipid dan gugus alkohol yang berupa sfingosin dalam sfingofosfolipid. - ikolipid (Glikosfingolipid) : kelompok lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin dan karbohidrat. - Bentuk lipid komplek lainnya: Sulfolipid dan aminolipid dan lipoprotein Prekursor dan derivat lipid : asam lemak, gliserol, steroid, senyawa alkohol disamping gliserol serta

sterol, aldehid lemak, badan keton dan berbagai hormon. Karena tidak bermuatan asilgliserol (gliserida), kolesterol dan ester kolesterol dinamakan lemak netral (Meyes, 1999). Klasifikasi Lipid menurut Millamena et al (2002) dapat dikelompokkan menjadi : • Triglycerides atau lemak yang dibentuk oleh reaksi glicerol dengan molekul asam lemak sehingga disebut glycerides. Dengan begitu ketika suatu triglyceride dihidrolisis, 3 molekul asam lemak dan 1 molekul glicerol dibentuk. Triglycerides tidak menjadi komponen pada bio membran tetapi mereka terakumulasi pada adipose atau jaringan lemak. Triglyceride merupakan bentuk utama pada binatang yang menyimpan energi. • Phospholipids adalah ester pada asam lemak dan asam phosphor (H3PO4) dan basa nitrogen. Senyawa campuran tersebut biasa asam phosphatidic. Beberapa Phospholipids yang penting adalah phosphatidyl choline (lecithin), phosphatidyl ethanolamine (cephalin), phosphatidyl serine, dan phosphatidyl inositol. Mereka adalah komponen utama membran biologi. • Waxes adalah ester pada rantai panjang asam lemak dengan berat molekul tinggi alkohol monohydric. Seperti triglycerides, waxes merupakan sumber nergi yang disimpan 191

dalam tumbuhan dan bintang dan bertindak melindungi mantel. Waxes padat pada temperature lingkungan.



Beberapa ester pada rantai alcohol yang panjang, R1CH2OH dan rantai panjang asam lemak, R2-COOH O Contoh : R2 –CO -CH2 –R1 Beberapa ester, R2-CH2 –O -CH2 –R1 •



Steroids adalah rantai panjang alkohol yang biasa pada polycylic. Merupakan tanda pada jenis kelamin atau hormon lain pada ikan dan udang dan secara biologi sangat penting dalam proses reproduktif. Streroid mempunyai beberapa struktur umum yang terdiri dari sistem fused-ring. Kolesterol secara fisiologi adalah sterol penting dan tersebar luas dalam membran biologi, terutama dalam binatang. Sphingomyelins tidak berisi glycerol, tetapi zat asam yang mengandung gemuk ester membutuhkan rantai amino alcohol sphingosine. Lipid ini merupakan lipid komponen otak dan jaringan syarat pertumbuhan pada binatang.

Fungsi umum dari lipid Fungsi yang umum adalah: • Sumber energi berkenaan dengan metabolisme, adenosine triphosphate (ATP). Kandungan energi lipid berisi kira-kira dua





kali lebih dari energi protein dan karbohidrat. Sumber dari asam lemak esensial (EFA) yang penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. EFA tidak bisa disintesis oleh organisme air dan akan disintesis jika jumlahnya tidak cukup untuk pertumbuhan dan harus disediakan pada pakan ikan, misalnya : asam arachidonik (ARA), asam eicosapentaenoie (EPA), dan asam decosahexaenoic (DHA) adalah asam lemak esensial yang sangat penting di dalam pakan ikan dan krustasea. Komponen sellular yang penting dan selaput subsellular, misalnya: phospholipid dan asam lemak polyunsurated (PUFA). Sumber steroid yang melaksanakan fungsi penting seperti pemeliharaan sistem selaput, transportasi lipid dan prekursor dari hormon steroid.

Asam lemak Salah satu unsur penting dari lipid adalah asam lemak. Asam lemak ini ada juga yang menyebutkan sebagai lipid dengan makna fisiologis. Berdasarkan kandungan unsurnya asam lemak mempunyai rumusan yang umum yaitu CH3 (CH2)n COOH , dimana: n variasi dari 0 sampai ke 24 dan pada umumnya suatu bilangan genap. Asam lemak diberi suatu nama umum disamping formulasi bahan kimianya dan singkatan stenografi. Di dalam tatanama asam lemak, sebuah asam lemak di 192

indentifikasi dengan formula: A:B n3, A:B n-6, A:B n-9, kadang-kadang ditulis dengan huruf ω (omega) dimana, A adalah banyaknya atom carbon dan banyaknya ikatan ganda, n-3, n-6, n-9 adalah posisi ikatan ganda dari metil berakhir pada asam lemak. Sebagai contoh tujuan kuatitatif untuk palmitoleic atau asam hexadecenoic adalah 16:l n-7 yang ini berarti bahwa asam palmitoleic mempunyai 16 karbon dan berisi pada ikatan rangkap terdapat pada posisi karbon ketujuh karbon. Berdasarkan jumlah ikatan rangkap pada asam lemak maka asam lemak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak jenuh terdiri dari unsur Carbon dari 1 – 24 yaitu format (1), asetat (2), propionat (3), butirat (4), valerat (5), kaproat (6), kaprilat/oktanoat (8), kaprat/dekanoat (10), laurat (12), miristat (14), palmitat (16), stearat (18), arakidat (20), behenat (22), lignoserat (24). Angka yang terdapat didalam kurung merupakan jumlah atom Carbon yang terdapat pada unsur asal lemak. Pada asam lemak tidak jenuh dapat dikelompokkan kedalam enam kelompok berdasarkan jumlah ikatan rangkapnya yaitu : • Satu ikatan rangkap disebut dengan monoeat, antara lain adalah palmitat/ ω7 (16 : 1;9), oleat/ ω9 (18 : 1;9), elaidat/ ω9 (18 : 1;9) , erusat/ ω9 (22 : 1;9), nervonat/ ω9 (24 : 1;13)

• •







Dua ikatan rangkap disebut asam dienoat, yaitu linoleat/ ω6 (18 : 2;9.12 ) Tiga ikatan rangkap disebut dengan asam trienoat antara lain adalah g.Linolenat/ ω6 (18 : 3; 6.9.12) dan a.Linolenat/ ω3 (18 : 3;9.12.15) Empat ikatan rangkap disebut asam tetranoat, antara lain adalah arakidonat/ ω6 (20 : 4;5.8.11.14) Lima ikatan rangkap disebut asam pentanoat, antara lain adalah Timnodonat/ ω3 (20 : 5 ; 5.8.11.14.17) dan Klupanodonat/ ω3 (22 : 5; 7.10.13.16.19) Enam ikatan rangkap disebut dengan asam Heksanoat antara lain adalah Servoat/ ω3 (22 : 6; 4.7.10.13.16.19)

Dari pengklasifikasian asam lemak tersebut diatas dapat dilihat dari penulisan angka-angka dibelakang koma, urutan pertama menyatakan banyaknya jumlah atom Carbon, urutan kedua adalah banyaknya ikatan rangkap pada unsur asam lemak, sedangkan pada urutan terakhir adalah letak/lokasi ikatan rangkap terdapat pada rantai Carbon keberapa, misalnya asam lemak Arakidonat/ ω6 (20 : 4; 5.8.11.14), rumus bangun asam lemak tersebut terdiri dari Carbon sebanyak 20 buah, jumlah ikatan rangkapnya adalah 4 buah, letak ikatan rangkap tersebut terdapat pada Carbon ke 5, 8, 11 dan 14. Berdasarkan Millemena (2002) pengelompokan asam lemak dapat dibagi menjadi empat berdasarkan kejenuhannya yaitu Saturated, Unsaturated, Polyunsaturated dan

193

Higly Unsaturated. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9

dan Tabel 5.10.

Tabel 5.9 Nama umum asam lemak Nama umum Saturated Fomat Asetat Propionat Butirat Valerat Caproat Caprilat Caprat Laurat Miristat Palmitat Stearat Arachidat Behenat Lignoserat Unsaturated Asam Palmitoleat Asam oleat Polyunsaturated Asam Linoleat Asam Linolenat Highly Unsaturated Asam arakidonat Asam eikosapentanoat Asam dokosaheksanoat

Nama kimia

Notasi singkat

Asam butanoat Asam pentanoat Asam keksanoat Asam oktanoat Asam dekanoat Asam dodekanoat Asam tetradekanoat Asam heksadekanoat Asam oktadekanoat

1:0 2:0 3:0 4:0 5:0 6:0 8:0 10:0 12:0 14:0 16:0 18:0 20:0 22:0 24:0

Asam heksadesenoat Asam oktadesenoat

16 :1 n-7 18 : 1 n-9

Asam oktadekadienoat Asam oktadekatrinoat

18 : 2 n-6 18 : 3 n-3

Asam eikosatetraenoat

20 : 4 n-6 20 : 5 n-3 22 : 6 n-3

194

Tabel 5.10. Kelompok Asam lemak Unsaturated/tidak jenuh (Millemena, 2002) Klas

Keluarga

Notasi singkat

Rumus bangun

n-9

Oleat

18 : 1 n-9 20 : 1 n-9

CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH

n-6

Linoleat

18 : 2 n-6 18 : 3 n-6 20 : 3 n-6 20 : 4 n-6 22 : 4 n-6

CH3-(CH2)4-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)7COOH

n-3

Linolenat

18 : 3 n-3 20 : 5 n-3 22 : 5 n-3

CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2CH=CH-(CH2)7-COOH

Kebutuhan asam lemak pada ikan Asam lemak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan budidaya adalah asam lemak essensial yaitu asam lemak yang sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan namun tubuh (hati) kurang mampu mensisntesisinya oleh karena itu harus disuplai dari pakan. Sedangkan asam lemak essensial yaitu asam lemak yang dapat disintesa oleh tubuh. Asam lemak essesial (Essensial Fatty Acid/EFA) yang sangat diperlukan

ikan terdiri dari asam lemak linoleat, asam lemak linolenat, asam lemak Eicosapentanoat (EPA) dan asam lemak Dokosaheksanoat (DHA). Komposisi asam lemak di dalam ikan adalah cenderung dipengaruhi oleh faktor seperti kadar garam, suhu dan makanan. Selain itu kebutuhan asam lemak essensial untuk setiap jenis ikan berbeda antar spesies terutama antara ikan air tawar dan air laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.11.

195

Tabel 5.11. Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan (Watanabe, 1988) Jenis ikan Rainbow Trout

Carp Sidat Chum Salmon Coho Salmom Ikan ayu Tilapia zilli Tilapia nilotica Seabream merah Turbot Yellow tail Yamame Coregonus

Jenis asam lemak

Kebutuhan (%)

18 : 3 ω3 18 : 3 ω3 18 : 3 ω3 ω3 HUFA 18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3 18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3 18 : 2 ω6 dan 18 : 3 ω3 ω3 HUFA Tri18 : 3 ω3 18 : 3 ω3 atau 20 : 5 ω3 18 : 2 ω6 atau 20 : 4 ω6 18 : 3 ω6 ω3 HUFA atau 20 : 5 ω3 ω3 HUFA ω3 HUFA 18 : 3 ω3 18 : 3 ω3

1 0,8 20 % dari lipid 10% dari lipid 1 0,5 1 0,5 1 – 2,5 1 1 0,5 0,5 0,8 2 1 0,5

Komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan ikan yang mengandung lemak, walaupun penambahan lemak pada pakan sebaiknya tidak lebih 18%. Tetapi dalam lemak pakan harus diperhatikan apakah terdapat komposisi asam lemak essensialnya. Sumber lemak bagi ikan dapat berasal dari berbagai bahan pakan yaitu minyak hewani atau minyak nabati, keduanya telah ditemukan dan bisa digunakan dalam makanan ikan. Komposisi asam lemak dari berbagai bahan baku pakan ikan dapat dilihat pada Tabel.. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain atau lemak minyak ikan

mengandung berbagai macam asam lemak unsaturated pada rantai karbon panjang (20 atau 22 panjangnya rantai karbon), kebanyakan dari sumber hewani memliki asam lemak dari kelompok n-3 . Rantai panjang n-3 asam lemak biasanya menyusun 1/4 - 1/3 semua asam lemak di dalam minyak ikan, sedangkan, rantai panjang asam lemak di dalam kebanyakan minyak nabati jarang melebihi 5% dan sering kurang dari 1%. Kebutuhan lipid berkenaan dengan aturan makan ikan dapat diperoleh dari profil asam lemak.

196

Tabel 5.12.

Komposisi asam lemak essensial pada berbagai sumber lipid (g/100g asam lemak) (Millamena, 2002)

Sumber lipid

18 : 2 n6

18 : 3 n3

20 : 5 n3

22 : 6 n3

Sumber Tanaman Minyak jagung Minyak kelapa Minyak bijikapas Minyak bijilin Minyak palm Minyak palm kernel Minyak Rapeseed Minyai kacang Minyak kedele Minyak bungamatahari

58 2 53 17 10 2 15 30 50 70

1 0 1 56 1 0 8 0 10 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber hewan laut Minyak capelin Minyak hati cod Minyak hati cuttlefish Minyak herring Minyak hati pollack Minyak salmon Minyak Sardin Minyak shortnect Minyak Skipjack Minyak hati cumi

5 5 1 1 2 3 3 1 5 3

0 1 2 1 0 0 1 1 3 3

7 16 12 8 12 10 13 19 7 12

5 14 18 5 7 10 10 14 12 10

Ikan memerlukan asam lemak dari kelompok n-3 dan n-6 dalam komposisii pakannya. Jenis asam lemak yang sangat diperlukan bagi ikan budidaya adalah asam linolenat ( 18:3n-3), asam linoleat ( 18:2n-6), asam eocosapentaenoat ( EPA, 20:5n-3) dan asam docosahexaenoat ( DHA, 22: 6n-3). Kekurangan asam lemak essensial pada komposisi pakan ikan dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan kondisi kekurangan asam lemak essensial dalam waktu yang brekepanjangan

akan menyebabkan kematian ikan budidaya. Asam lemak essensial ( EFA) kebutuhan sangat berbeda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan yang lainnya seperti telah dijelaskan pada Tabel diatas. Pada jenis ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) memerlukan sekitar 1% 18:3n-3 dalam pakannya Kombinasi 18:3n-3 dan 18:2n-6 dalam berbagai proporsi tidak meningkatkan laju pertumbuhan atau konversi pakan ikan laut. Pada ikan karper (Cyprinus carpio), salah satu

197

jenis ikan budidaya air tawar yang paling lama dibudidayakan di dunia memerlukan jenis asam lemak dari kelompok kedua-duanya yaitu: 18:2n-6 dan 18: 3n-3. Selain itu komposisi asam lemak dapat memberikan pertambahan berat badan yang terbaik dan konversi pakan yang baik dengan komposisi asam lemak campuran dari1% 18:2n-6 dan 1% 18:3n-3 pada ikan belut (Anguilla japonica). Pada ikan budidaya air panas yang lain., membutuhkan antara 18:2n-6 dan 18:3n-3, tetapi pada level 0,5%. Pada ikan Herbivora didaerah tropis seperti Nila tilapia (Tilapia nilotica) membutuhkan asam lemak n-6 ataupun lebih dari n-3. kebutuhan asam lemak dalam komposisi pakan berkisar antara 18:2n-6 atau 20:4n-6 sebanyak 0,5% . Asam lemak n-3 (n3 HUFA) adalah asam lemak esensial dari beberapa ikan air laut seperti red sea bream (Chrysophyrs majo), dan ikan buntut kuning (Seriola quinquerodiata). Kebutuhan asam lemak polyunsaturated rantai yang panjang harus diberikan untuk menambah atom karbon atau melepas hidrogen dari pakan, sebagian besar ikan air laut air diperairan dingin membutuhkan asam lemak n-3 (Millamena, 2002). Penelitian tentang asam lemak esensial dibutuhkan untuk ikan air panas dan spesies ikan di filiphina menunjukkan bahwa beberapa spesies membutuhkan asam lemak antara n-3 dan n-6 sementara lainnya hanya n-3. Pada ikan bandeng yang di budidayakan pada air laut dibutuhkan n-3 HUFA dan pertumbuhan yang terbaik didapatkan dengan menggunakan

antara linolenic (18:3n-3) atau n-3 HUFA sebagai sumber lipid. Ikan laut kakap pada stadia juvenil membutuhkan antara n-3 dan n-6 PUFA dengan kadar 0,5% dalam komposisi pakannya atau pada perbandingan n-3/n-6 dengan rasio 1,0. Ikan Grouper membutuhkan n-3 HUFA sekitar 1%. Pada juvenil udang windu (Penaeus monodon), sekitar 2,6% dari komposisi pakan PUFAnya dapat meningkatkan pertumbuhan sedangkan komposisi 18:2n-6 lebih besar daripada 5% memiliki efek negatif pada pertumbuhan. Kemudian, spesies yang berbeda membutuhkan EFA yang berbeda dan perbedaan lebih jelas pada ikan air panas dari pada ikan air dingin. Lemak pakan yang kekurangan asam lemak essensial akan memberikan dampak negatif bagi ikan budidaya. Hal ini dikarenakan lemak pakan yang tidak mengandung EFA akan mengakibatkan penurunan kandungan lemak pada hepatopankreas ikan carp. Akumulasi lemak pada hati hewan yang kekurangan EFA dapat mengganggu biosintesis lipoprotein. Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Watanabe (1988) kekurangan EFA akan sangat berpengaruh terhadap spawning/pemijahan rainbowtrout dan seabream merah, hal ini dikarenakan EFA berperan penting pada fisiologi reproduksi sebagai tokoferol pada ikan. Selain itu pada rainbowtrout dewasa yang memakan lemak kekurangan EFA pada usia tiga bulan sebelum telur matang, maka telur yang dihasilkan memiliki 198

daya tetas yang rendah. Dengan memberikan EFA sebanyak 1% yaitu asam lemak linoleat ternyata kondisi penetasan telur dapat ditingkatkan. Dampak negatif lainnya jika kekurangan EFA pada telur ikan yang telah dibuahi maka akan terjadi perubahan bentuk/deformasi tubuh dan larva menjadi abnormal. Dengan adanya perubahan bentuk tubuh, kecacatan larva maka pertumbuhan ikan tersebut akan terlambat. Biosintesis Asam lemak Lemak yang dikonsumsi oleh ikan akan dicerna didalam lambung akan dihidrolisis menjadi monogliserida dan asam lemak bebas dengan bantuan enzim lipase dan ditambah dengan proses saponifikasi dan emulsi oleh asam empedu dan lecithin dalam empedu. Akhir hidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Berdasarkan studi secara in vitro pada ikan layang, ikan cod dan rainbow trout enzim lipase akan menghidrolisis triaslglyserol menjadi 2-monoasilglyserol dan asam lemak bebas. Hidrolisis 2-monoasilglyserol selanjutnya akan membentuk glyserol dan asam lemak bebas. Setelah dicerna selanjutnya akan dilakukan penyerapan, seperti diketahui bahwa asam lemak merupakan produk yang tidak larut dalam air maka asam lemak yang lebih rendah dan kolin akan diserap langsung didalam mukosa usus halus. Monogliserida dan asam lemak yang tidak larut diemulsi dan dilarutkan membentuk komplek koloid yaitu misel yang masuk kedalam sel epitel. Monogliserida disintesis disel berepitel membentuk

triglyserida. Triglyserida dan sedikit fosfolipid dan kolesterol bebas akan berkombinasi membentuk Chylomicron, yaitu komplek koloid yang besarnya 0,5 – 1,5 µm, Chylomicron ini diserap kedalam sistem lipatik dan selanjutnya lewat melalui kantong torakic menjadi sistem yang sistemik dan dengan cepat diangkut oleh hati dan jaringan untuk katabolisme dan cadangan energi. Rantai panjang asam lemak, gabungan triglyserida dilakukan penyimpanan pada suhu yang lama dalam bentuk energi dalam lemak atau jaringan adipose hewan. Ketika energi diperlukan dalam jumlah besar, asam lemak dipecahkan untuk menghasilkan energi.

5.5. VITAMIN Vitamin berasal dari kata vitamine yang berarti zat hidup (vital) yang mengandung N (amine) atau disebut juga biokatalis. Vitamin merupakan senyawa organik dengan berat molekul rendah (berat molekulnya biasanya kurang dari 1000) dengan komposisi dan fungsi yang beragam yang sangat penting bagi kehidupan tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh. Vitamin termasuk kedalam komponen pelengkap yang mana kehadirannya dalam makanan sangat diperlukan untuk menormalkan pertumbuhan dan perawatan kesehatan dan ketidakcukupan dalam bahan makanan dapat mengakibatkan pengembangan kondisi specifik pathologic. Istilah vitamin dengan kata lain adalah dietary essensial

199

yaitu harus diberikan dari luar tubuh karena tubuh tidak dapat mensintesis sendiri. Jumlah vitamin yang dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit dibandingkan dengan zat nutrisi lainnya tetapi kekurangan vitamin dalam komposisi pakan dapat menyebabkan gejala tidak normal pada ikan sehingga akan mengganggu proses pertumbuhannya. Kebutuhan ikan akan vitamin sangat ditentukan oleh faktor dalam maupun faktor luar antara lain adalah jenis dan ukuran ikan, laju pertumbuhan, komposisi pakan, kondisi fisiologis ikan serta lingkungan perairan dimana ikan itu hidup.

disimpan dalam hati atau jaringanjaringan lemak seperti halnya lemak, vitamin memerlukan protein pengangkut untuk memindahkan-nya dari satu tempat ke tampat yang lain. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka vitamin dalam kelompok ini tidak dapat dikeluarkan atau diekskresikan, akibatnya vitamin ini dapat ditimbun dalam tubuh bila dikonsumsi berlebihan/dalam jumlah banyak. Vitamin yang larut dalam lemak ini dapat diserap dengan efisien kalau terdapat penyerapan lemak yang normal. Begitu diserap, molekul vitamin tersebut diangkut di dalam darah dalam bentuk lipoprotein atau terikat dengan protein pengikat yang spesifik.

Klasifikasi Vitamin

Vitamin-vitamin yang larut dalam air bergerak bebas dalam badan, darah dan limpa. Karena sifatnya yang larut dalam air, vitamin ini mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh air, keluar dari bahan. Selain itu sifat vitamin ini tidak stabil selama penyimpanan. Oleh karena itu harus tersedia dalam pakan secara terus menerus. Berbeda halnya dengan vitamin B12 yang dapat disimpan dalam hati selama beberapa tahun. Semua vitamin yang larut dalam air, kecuali vitamin C berfungsi sebagi koenzim atau kofaktor dalam reaksi enzimatik.

Vitamin dapat dikelompokkan menjadi dua golongan menurut Tacon (1991) yaitu pertama vitamin yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A (retinol) , vitamin D (kolekalsiferol/ergokalsiferol), vitamin E (alfa tokoferol) dan vitamin K (menadion), kedua adalah vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), vitamin B5 (asam pantotenat), vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12 (kobalamin), biotin, asam folat, inocitol, kolin dan vitamin C (asam askorbat). Vitamin yang larut dalam lemak banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan dan biji-bijian sebagai sumber minyak seperti kacang tanah,kacang kedelai dan sebagainya. Sekali diserap dalam tubuh, vitamin-vitamin tersebut

Vitamin A Vitamin A atau retinol merupakan senyawa poliisoprenoid yang mengandung cincin sikloheksanil. Didalam tubuh, fungsi utama vitamin A dilaksanakan oleh retinol dan 200

kedua derivatnya yaitu retinal dan asam tetinoat. Senyawa tersebut terutama disimpan dalam bentuk ester retinol didalam hati (Steffens, 1989). Menurut Winarno (1997), vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam beberapa bentuk yaitu vitamin A alkohol (retinol), vitamin A aldehida (retinal), vitamin A asam (asam retinoat) dan vitamin A ester (ester retinil). Vitamin A mempunyai fungsi menjadikan penglihatan normal, dalam retina pada mata vitamin A dikombinasikan dengan protein khas membentuk pigmen penglihatan. Pigmen penglihatan ini berfungsi sebagai penerima dan transmisii cahaya dari mata ke otak. Vitamin A dibutuhkan untuk memelihara jaringan epitel lendir/cairan spesial dlam saluran reproduksi, kulit, tulang, saluran gastrointestin. Secara normal mata akan mengeluarkan cairan lemak kental yang disebut mukus (lendir). Cairan tersebut diproduksi oleh sel epitel mukosa, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata. Mekanisme penglihatan terjadi karena fungsi vitamin A dan protein yang terjadi di dalam sel batang retina mata. Sel tersebut akan berfungsi dengan adanya rangsangan sinar yang berintensitas rendah dan bukan oleh adanya rangsangan warna. Komponen aktif yang berperan dalam proses penglihatan adalah senyawa retinol teroksidasi yaitu retinal atau vitamin A aldehid yang akan mengikat protein yang dikenal dengan nama opsin. Kompleks retinal opsin tersebut disebut Rodopsin, yang akan menyusun

membran sel batang. Pada saat rodopsin memperoleh rangsangan sinar, retinal akan beraksi melalui berbagai reaksi enzimatis dan memberikan rangsangan ke saraf optik dan seterusnya akan diteruskan ke otak. Dalam bahan makanan vitamin A terdapat dalam bentuk karoen sebagai ester dari vitamin A dan sebagai vitaminA bebas. Keaktifan biologis karoten jauh lebih rendah dibandingkan dengan vitamin a, karena karoten merupakan sumber utama vitamin A. Sayuran dan buahbuahan yang berwarna hijau atau kuning biasanya banyak mengandung karoten. Ada hubungan langsung antara derajat kehijauan sayuran dengan karoten. Semakin hijau daun tersebut semakin tinggi kadar karotennya, sedangkan sayuran yang daun-daunannya berwrna pucat seperti selada dan kol sangat miskin dengan karoten. Sumber bahan yang kaya akan retinol terdapat pada minyak hati ikan (minyak hati ikan halibut 9000 ug/g, minyak hati ikan cod 180 ug/g) dan tepung hati hewan 25 – 100 ug/g. Bahan pakan yang berasal dari tumbuhan yang kaya akan vitamin A (retinol setara 1 ug/g berat basah) termasuk wortel tua = 20, bayam = 10, watercess = 5. Provitamin A yaitu β-karoten banyak terdapat dalam sayuran hijau dan secara praktisnya terdapat dalam wortel, ubi jalar dan waluh. Jumlah vitamin A/retinol dalam sumber bahan dinyatakan dalam Internasional Unit (IU) atau Satuan Internasional (SI). 1 IU vitamin A

201

setara 0,344 ug retinol atau 0,6 ug beta karoten, jadi : 1RE = 1 ug retinol (3,33 IU) = 6 ug βkaroten (10 IU) = 12 ug karatenoid (10 IU).

Sumber vitamin A dibagi dalam tiga kelompok yaitu kandungan tinggi, sedang dan rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Penggolongan beberapa sumber Vitamin A (Flint (1981) dalam Winarno (1997) Tinggi (RE > 20000 ug/100g) Minyak ikan Minyak kelapa sawit

Sedang (RE 1000-20000 ug/100g) Hati kambing/domba Hati ayam Ubi jalar Wortel Bayam

Vitamin A sangat dibutuhkan oleh ikan dan jumlah kebutuhan vitamin A pada beberapa spesies ikan berbeda. Kebutuhan vitamin A pada beberapa jenis ikan budidaya dapat dilihat pada Tabel 5.14. Vitamin dalam tubuh ikan berperan dalam penglihatan, mata, permukaan epitel serta membantu proses pertumbuhan. Peranan retinol untuk penglihatan normal sangat penting karena penglihatan mata sangat tergantung oleh adanya rodopsin, suatu pigmen yang mengandung retinol. Pada kondisi kekurangan vitamin A, sel epitel mukosa mata

Rendah (RE < 1000 ug/100g) Roti Daging (sapi) Kentang Ikan

tidak mampu memproduksi mukus, tetapi akan mengeluarkan protein yang tidak larut dalam air yang disebut keratin. Apabila keadaan tersebut terjadi secara terus menerus, maka sel-sel membran akan menjadi kering dan mengeras, yang disebut dengan keratinisasi. Xeropthalmia adalah keadaan kekurangan vitamin A, mula-mula konyugasi mata mengalami keratinasi, kemudian kornea mata juga terpengaruh dan bila dibiarkan berlanjut akan menjadi buta. Beberapa gejala kekurangan vitamin A pada ikan dapat dilihat pada Tabel 5.15.

202

Tabel 5.14 Kebutuhan vitamin A beberapa spesies ikan budidaya (Tacon, 1987 dan 1991) Jenis ikan

Status pemeliharaan/ wadah/vitamin

Kebutuhan

Referensi

Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Dalam ruangan/ tangki/bahan murni

4000–20000IU/kg

Aoe dkk, 1968

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Dalam ruangan/ tangki/bahan murni

1000–2000 IU/kg

Dupre, 1970

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Dalam ruangan/ tangki/bahan murni

2000–2500 IU/kg

Halver,1972

Rainbow trout

-

2500–5000 IU/kg

Halver, 1972

Rainbow trout

-

2000–2500 IU/kg

Kitamura,1967

R

Halver, 1972

2000–4000 IU/kg

Shim & Tan, 1989

Salmon Ikan Guppy

Dalam ruangan/ tangki/bahan murni -

Tabel 5.15. Kekurangan vitamin A pada beberapa jenis ikan (Tacon 1987&1991) Jenis ikan

Gejala defisiensi

Salmon

Pertumbuhan lambat, xeropthalmia, epitel kornea menjadi keruh dan mengental, degenerasi retina

Ikan mas (Cyprinus carpio)

Anoexia, warna tubuh menjadi kusam, pendarahan pada sirip dan kulit, xeropthalmia, abnormal/melengkung pada bagian operculum

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Depigmentasi, mata menonjol dan buram (xeropthalmia), oedema, atropia, pendarahan pada ginjal, mortalitas meningkat

Guppy (Poecilia reticulata)

Pertumbuhan menurun, efisiensi pakan buruk

203

Vitamin A dalam pemberiannya pada ikan sebaiknya tidak berlebihan, karena berdasarkan hasil penelitian dalam Tacon (1991), pemberian vitamin A dengan dosis 2,2 – 2,7 juta IU/kg pada ikan salmon memberikan dampak keracunan. Dampak keracunan vitamin A ini dapat dilihat dari gejala-gejalanya antara lain adalah pertumbuhan menurun dan terjadi pendarahan, pecah/erosi yang hebat pada sirip ekor, dubur, dada, perut dan punggung. Oleh karena itu pemberian vitamin A ini harus sesuai dengan kebutuhan ikan, karena vitamin A ini merupakan vitamin yang larut dalam lemak jika kelebihan dalam tubuh ikan tidak dapat dieksresikan keluar tubuh tetapi disimpan dalam bentuk berikatan dengan lemak. Vitamin D Menurut Murray (1999), vitamin D merupakan prohormon steroid. Vitamin ini diwaklili oleh senyawa steroid yang terutama terdapat pada hewan, tanaman dan ragi. Melalui berbagai perubahan metabolik dalam tubuh, vitamin D menghasilkan suatu hormon yang dikenal dengan nama kalsitriol, kalsitriol ini mempunyai peranan sentral dalam metabolisme kalsium dan fosfor. Dari beberapa jenis vitamin D dua diantaranya dianggap yang paling penting yaitu vitamin D2 (ergo kalsiferol) dan (7-dehidrokolesterol vitamin D3 kolikolaferol). Struktur kedua vitamin tersebut sangat mirip. Vitamin ini merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan sangat sensitif terhadap adanya oksigen dan sinarmatahari. Kedua vitamin tersebut merupakan

kristal putih yang dibentuk dari proses irradiasi senyawa sterol yang kemudian diikuti dengan proses pemurnian. Vitamin D disebut juga vitamin anti-rachitis (Andarwulan dan Koswara, 1989). Sumber utama vitamin D di alam adalah kolekalsiferol (vitamin D3). Seperti vitamin A, kolekalsiferol hanya terdapat pada jaringan hewan. Pada kebanyakan hewan darat kolekalsiferol diproduksi dalam kulit melalui sinar UV dengan provitamin 7 dehidrokolestrol. Vitamin D didalam tubuh aktifitasnya dapat dibagi kedalam tiga tempat yaitu usus, tulang dan ginjal. Di dalam usus vitamin D berperan dalam absorbsi Ca, karena pada keadaan defisiensi/kekurangan vitamin D maka penyerapan Ca menurun. Di dalam usus terdapat Ca binding protein yang memerlukan vitamin D. Di dalam tulang vitamin D berperan dalam proses reaksi collagen dan meningkatkan resorbsi tulang. Sedangkan dalam ginjal, vitamin D berfungsi dalam mengurangi clearance Ca dan P. Vitamin D dapat disintesis dalam tubuh manusia dan hewan dalam bentuk vitamin D2. laju sintesis vitamin D tergantung pada jumlah sinar matahari yang diterima serta konsentrasi pigmen di kulit. Vitamin tersebut kemudian diaktifkan oleh sinar matahari dan diangkut ke berbagai alat tubuh untuk dimanfaatkan atau disimpan di dalam hati. Menurut Tacon (1987), sumber bahan yang kaya akan kolekalsiferol termasuk hati ikan (minyak hati ikan cod 2 – 10 ug/g), minyak dan tepung 204

hati hewan serta tepung ikan. Sumber pakan yang mengandung cholecalciferol/vitamin D sering dinyatakan dalam Internasional Unit (IU). 1 IU berpotensi 0,025 ug cholecalciferol dan setara 1 unit BSI (British Standart Unit) atau 1,3 unit AOAC (Association of Analytical Chemist USA). Pengukuran keaktifan atau kekurangan vitamin D dapat dilakukan dengan cara line test yaitu membandingkan 2 kelompok hewan

percobaan yang dibiarkan kekurangan vitamin D dengan memberi diet rachitogeni dan kelompok lain diberi minyak ikan. Setelah 7 – 10 hari tulang-tulang panjang dianalisis terhadap adanya calcium line, makin tebal calcium linenya maka makin tinggi kekuatan vitamin D tersebut. Kebutuhan vitamin D pada ikan budidaya juga bervariasi menurut jenis ikannya Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Kebutuhan vitamin D pada beberapa jenis ikan budidaya (Tacon, 1987 & 1991) Status pemeliharaan/ wadah/vitamin

Jenis ikan

Kebutuhan

Referensi

Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Dalam ruangan/ tangki/bahan murni

NR

NRC, 1983

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Dalam ruangan / tangki / bahan murni

1000 IU/kg

Murray, 1980

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Dalam ruangan / tangki / bahan murni

500 IU/kg

Lowel&Li, 1978

Rainbow trout (S. gairdneri)

-

1600 – 2400IU/kg

Barnet, 1979

Penaeid (Penaeus japonicus)

Dalam ruangan / tangki / bahan murni

R

Kanazawa, 1983

Kekurangan vitamin D pada ikan budidaya dapat menyebabkan beberapa gejala, misalnya pada ikan salmon mengakibatkan terjadinya penurunan pertumbuhan dan efisiensi pakan, anorexia, tetani, isi hati/lemak otot meningkat tinggi dan tingkat plasma T3 meningkat. Pada ikan channel catfish mengakibatkan terjadinya penurunan petumbuhan sedangkan pada udang

sintasan/kelangsungan hidup menurun. Kekurangan vitamin D dapat mengakibatkan : • Riketsia, ditandai oleh bengkok tulang belakang kaki sehingga berbentuk O pada anak-anak. • Tetani, suatu gejala ditandai bengkoknya pergelangan tangan dan sendi akibat rendahnya kalsium dalam serum karena

205



kekurangan vitamin D atau rusaknya kelenjar paratiroid Osteomalacia, penderitaan diakibatkan kekurangan vitamin D dan kalsium pada orang dewasa.

Vitamin D dalam tubuh jika berlebihan dapat menyebabkan keracunan, gejala keracunan pada ikan salmon dapat diperlihatkan dengan terjadinya penurunan pertumbuhan, kelesuan, warna tubuh semakin gelap. Pada ikan channel catfish gejala keracunan mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan efisiensi pakan buruk (Tacon, 1991). Vitamin E Vitamin E (tokoferol) berperan sebagai antioksidan dari larutan lemak ekstraseluler dan intraseluler dalam tubuh hewan. Dengan menerima oksigen, vitamin E dapat membantu mencegah okidasi terhadap vitamin A dalam saluran pencernaan. Dalam jaringan vitamin E menekan terjadinya oksidasi asam lemk tak jenuh. Vitamin E juga terlibat dalam proses sintesis, khususnya dalam proses pemasangan pirimidin ke dalam asam nukleat, serta dalam proses pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang. Vitamin E dibutuhkan dalam sintesis koenzim A yang penting dalam pernafasan. Selain itu dapat melindungi HUFA (Highly Unsaturated Fatty acid) dalam sel dan submembran sel dan senyawa reaktif lainnya (seperti vitamin A dan vitamin C) dari pengaruh oksidasi dengan bertindak

sebagai perangkap radikal bebas. Vitamin E juga berperan penting dalam respirasi sel dan biosintesisa DNA dan sebagai koenzim Q. Vitamin E dan vitamin C dapat berfungsi sebagai antioksidan, melindungi asam lemak secara in vitro dan in vivo (Machlin, 1990). Sumber bahan pakan yang banyak mengandung tocopherol antara lain adalah : tepung alfalfa, tepung kulit ari gandum (100 mg/kg), seluruh telur ayam, kulit ari beras (75 – 100 mg/kg), kulit padi, gandum biasa (10 -75 mg/kg), bahan pembuat bir kering, bijian barley, semua tepung lemak kedelai, biji jagung, sisa penggilingan gandum ( 25- 50 mg/kg), tepung getah biji/buah pohon ek, dedak gandum, bijian gandum hitam, sorgum, tepung ikan, oat, tepung biji bunga matahari, tepung biji kapas (10-25 mg/kg) dan sumber lainnya. Cara pengukuran vitamin E dinyatakan dalam Satuan Internasional (SI) atau dalam miligram alfa tokoferol. 1 SI vitamin E sama dengan 1 mg DL-alfa-tokoferol asetat sintetik, D-alfa-tokoferol alami sama dengan 1,49 SI/g. Biasanya keaktifan tokoferol yang bukan alfa tokoferol diabaikan karena potensi keaktifannya rendah. Pencernaan vitamin E biasanya bersamaan dengan pencernaan lemak yang dimulai dari bagian lambung dab secara intensif ada di usus. Lemak dan vitamin E dihidrolisis dengan katalisator lemak menjadi monogliserida dan asam lemak. Dengan adanya garam empedu yang berfungsi sebagai pengelmusi lemak maka terbentuklah 206

’miseles” yang siap diserap dalam dinding usus. Penyerapan vitamin E di dalam usus dalam bentuk αtokoferol yang merupakan bentuk aktif vitamin E. Vitamin E akan dibebaskan dan diserap selama proses pencernaan lemak dan diangkut dalam darah oleh lipoprotein pertama lewat penyatuan ke dalam kilomikron yang mendistribusikan vitamin kejaringan yang megandung lipoprotein lipase kemudian ke hati.

Kebutuhan vitamin E dalam komposisi pakan ikan mutlak diberikan karena vitamin E sangat membantu dalam proses reproduksi ikan dan sebagai antibodi. Kebutuhan vitamin E untuk setiap jenis ikan budidaya sangat bervariasi, berdasarkan hasil penelitian oleh beberapa peneliti sangat beragam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17. Kebutuhan vitamin E pada beberapa jenis ikan (Tacon, 1987, 1991) Jenis ikan

Status pemeliharaan / wadah/vitamin

Kebutuhan (mg/kg pakan)

100 Dalam ruangan/ Ikan Mas tangki / bahan murni (Cyprinus carpio) 300 Dalam ruangan/ Ikan Mas tangki / bahan murni (Cyprinus carpio) 30 - 75 Dalam ruangan/ Channel catfish tangki / bahan murni (Ictalurus punctatus) 50 - 100 Dalam ruangan/ Tilapia tangki / bahan murni (Oreochromis niloticus) 20 – 30 Dalam ruangan/ Rainbow trout tangki / bahan murni (S. gairdneri) 50 – 100 Dalam ruangan/ Rainbow trout tangki / bahan murni (S. gairdneri) 200 Dalam ruangan/ Penaeid tangki / bahan murni (Penaeus japonicus) R Dalam ruangan/ Coho salmon tangki / bahan murni (O. kisuth) 40 – 50 Dalam ruangan/ Chinook salmon tangki / bahan murni (O. tshawytscha) R Dalam ruangan/ Brook trout tangki / bahan murni (S. fontinalis) R: memperlihatkan kebutuhan akan vitamin, tetapi keperluan belum diketahui

Selain itu kebutuhan akan vitamin E telah dilakukan penelitian oleh beberapa peneliti dengan mengamati pertambahan berat badan dengan

Referensi Watanabe, 1970 Watanabe, 1970 Murray, 1980 Satoh etal, 1987 Cowey et al, 1981 Watanabeet al, 1981 Kanazawa, 1983 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 secara kuantitas

kisaran kebutuhan vitamin untuk setiap jenis ikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.18.

207

Tabel 5.18. Kriteria respon ikan terhadap pemberian vitamin E sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya (NRC, 1993) Jenis ikan Atlantik salmon Pasifik salmon Pasifik salmon Rainbow trout Rainbow trout Rainbow trout Rainbow trout Channel catfish Channel catfish Ikan mas Ekor kuning Tilapia biru Ikan nila

Kebutuhan (berat/kg pakan) 35 mg 30 IU 40 – 50 mg 30 IU 25 mg 100 mg 50 mg 25 mg 50 mg 100 119 25 mg 50 -100 mg

Takeuchi (1992), menjelaskan bahwa ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) yang diberikan α-tokoferol 2,0; 4,5; 9,4; 18,7; 27,5; 44,5 mg/100 g pakan, memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pemberian vitamin E sebanyak 4,5 dan 9,4 mg/100 g pakan. Ikan mengalami distropi yang ditandai hilangnya daging ikan bagian punggung tubuh jika diberikan α-tokoferol sebanyak 2,0 mg/100 g pakan. Sedangkan Hamre et al (1994), meneliti ikan salmon atlantik dengan pemberian DL αtokoferol asetat sebanyak 0 dan 15 mg/kg pakan, ikan mengalami defisiensi. Ikan yang mengalami defisiensi vitamin E akan memperlihatkan haemoglobin seluler rendah, volume dan jumlah sel darah merah meningkat dan bagian sel darah merah tidak matang. Kadar

Kriteria Respon WG, ADS WG, ADS WG, MLS WG, ADS WG, ADS MLS AASLP WG, ADS AASLP WG, ADS MLS WG WG, ADS

Referensi Lall et al,1988 Woodall et al,1964 Halver, 1972 Woodall et al, 1964 Hung et al, 1980 Watanabe et al, 1981 Cowey et al, 1983 Murray&Andrew, 1974 Wilson et al, 1984 Watanabe et al, 1970 Shimeno, 1991 Roem et al, 1990 Sotoh et al, 1976

vitamin E 60 mg/kg pakan dapat memberikan kelngsungan hidup yang tinggi. Pada hasil penelitian Syahrizal (1988) pada ikan lele pemberian α-tokoferol dalam pakan akan memberikan hasil yang terbaik pada kadar 211,60 – 308,16 mg/kg pakan pada kadar lemak 6,38 – 6,50%. Berdasarkan hasil penelitian beberapa peneliti yang konsern tentang pemberian vitamin E pada ikan budidaya tersebut memperlihatkan bahwa vitamin E ini benar-benar sangat dibutuhkan oleh ikan budidaya untukmeningkatkan laju pertumbuhan dan seperti juga pada manusia vitamin e dapat meningkatkan kesuburan dan ternyata pada ikan budidaya juga memberikan dampak yang positif terhadap proses percepatan organ

208

reproduksi yang dapat meningkatkan masa reproduksi ikan budidaya. Oleh karena itu pemberian vitamin e pada ikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan tidak boleh berlebihan dan kekurangan. Dari hasil pengamatan

para peneliti diperoleh suatu gejala umum jika ikan yang dibudidayakan kekurangan vitamin E dalam pakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.19.

Tabel 5.19. Gejala kekurangan vitamin E pada beberapa ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Gejala

Ikan mas (Cyprinus carpio)

Penyakit otot, mortalitas meningkat, exopthalmia

Salmon

Pertumbuhan menurun, exopthalmia, ascites, anemia, insang menggumpal, epicarditis, endapan ceroid dalam limpa, mortalitas meningkat, warna insang memucat, kerusakan otot, daya tetas telur menurun

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Pertumbuhan dan efisiensi pakan menurun, meneteskan diathesis, penyakit otot, depigmentasi, hati berlemak, anemia, terhentinya perkembangan jaringan pankreas, mortalitas meningkat, pengendapan ceroid dalam hati dan pembuluh darah

Penaeids (Penaeus japonicus)

Survival dan pertumbuhan menurun

Tilapia (Oreochromis niloticus)

Anorexia, pertumbuhan menurun, effisiensi pakan rendah, mortalitas meningkat, pendarahan pada kulit dan sirip, degradasi urat/otot, kerusakan pada sel produksi darah merah

Vitamin K Menurut Tacon (1987), di alam vitamin K terdapat dalam dua bentuk yaitu vitamin K1 yang disebut mefiton

dan vitamin K2 yang disebut mevaquinon atau farnaquinon. Vitamin K1 banyak terdapat pada sayuran sedangkan vitamin K2 banyak terdapat pada hasil

209

metabolisme bakteri usus dan terdapat pada jaringan. Vitamin K merupakan senyawa sintetis yang banyak digunakan secara klinis dan disebut sebagai Menadion (Vitamin K3). Vitamin K digunakan untuk pemeliharaan koagulasi darah normal dalam kemudahan produksi dan atau pelepas berbagai protein plasma yang dipergunakan untuk koagulasi darah (pembekuan darah). Sumber bahan baku pakan yang banyak mengandung vitamin K antara lain adalah tepung alfalfa (9 mg/kg), tepung ikan (2 mg/kg), tepung hati dan sayuran hijau (bayam, kangkung, kubis, jelatang dan pine neddles). Vitamin K1 banyak terdapat pada daun lobak , teh hijau, brokoli, kol, selada, sedangkan vitamin K2 banyak terdapat pada hasil metabolisme bakteri usus dan terdapat pada jaringan. Kebutuhan vitamin K pada ikan budidaya belum banyak dilakukan penelitian, menurut Tacon (1991) kebutuhan vitamin K pada ikan channel catfish berkisar antara 0,5– 1 mg/kg pakan, dimana pada dosis tersebut dapat memberikan pertambahan berat badan. Selain itu kekurangan vitamin K pada ikan budidaya juga memberikan dampak yang negatif pada ikan salmon dimana ikan salamon yang kekurangan vitamin K akan memberikan gejal peningkatan penggumpalan darah, anemia,

pendarahan pada insang, mata dan jaringan pembuluh darah, Sedangkan pada channel catfish mengakibatkan pendarahan pada kulit dan pada udang mengakibatkan terjadinya penurunan kelangsungan hidup (Tacon, 1991). Vitamin Yang Larut Dalam Air Vitamin B1 (Tiamin) Tiamin berperan sebagai kofaktor enzim untuk metabolisme karbohidrat dalam menghasilkan energi dan proses dekarboksilasi (pelepasan karbondioksida) dalam reaksi enzim multiplek. Penyerapan tiamin oleh usus berlangsung melalui dua mekanisme yaitu pertama difusi secara pasif yang terjadi pada saat konsentrasinya tinggi dan kedua berlangsung melalui transport aktif yaitu pada saat konsentrasinya menurun. Didalam tubuh tiamin tidak dapat disimpan dalam jumlah banyak, oleh karena itu kelebihian tiamin didalam tubuh akan dibuang melalui urin. Sedangkan dalam jumlah terbatas tiamin dapat disimpan di dalam hati, ginjal, jantung, otot dan otak. Kebutuhan tiamin untuk berbagai jenis ikan berbeda-beda seperti yang diperoleh dari hasil rangkuman oleh Tacon (1991) melalui berbagai penelitian oleh peneliti pada Tabel 5.20.

210

Tabel 5.20. Kebutuhan Tiamin dalam pakan (Tacon, 1991) Jenis ikan Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (S. gairdneri) Brown trout (Salmo trutta) Brook trout (Salvelinus fontinalis) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Atlantik salmon (Salmo salar) Turbot (Scopthalmus maximus) Tilapia (Oreochromis sp) Shrimp larva (Penaeus japonicus) Shrimp juvenile (Penaeus japonicus)

Setiap jenis ikan membutuhkan jumlah tiamin yang berbeda dalam komposisi pakan. Apabila kandungan tiamin dalam pakan tidak mencukupi

Kandungan (mg/kg) 0,5 1 1 -10 10 – 12 10 – 12 10 – 15 10 – 15 10 – 15 0,6 – 2,6 2,5 40 60 - 120

Referensi Aoe et al, 1969 Mclaren et al, 1978 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Cowey et al, 1975 Lim et al, 1991 Kanazawa, 1985 Deshimaru&Kuroki, 1979

maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti pada Tabel 5.21.

211

Tabel 5.21. Tanda-tanda kekurangan tiamin pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan lambat, kepekaan yang meningkat karena getaran pada wadah atau akibat kilatan cahaya.

Mc Laren et al, 1974 Philips&Brockway, 1975, Halver 1957,Kitamura et al, 1967

Common carp (Cyprinus carpio)

Pendarahan pada sirip, kegugupan memucatnya warna tubuh, nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat

Aoe et al, 1969

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat, pewarnaan kulit menjadi gelap, kematian

Dupree, 1966, Murai& Andrew, 1978

Red sea bream (C. major)

Nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat

Yone, 1975

Eel (Anguila japonica)

Nafsu makan berkurang, ataxia, gejala perubahan memutarnya badan, pendarahan pada sirip

Arai et al, 1972 Hashimoto et al, 1972

Tilapia (Oreochromis sp)

Nafsu makan berkurang, warna kulit menjadi muda, gangguan syaraf, efisiensi pakan dan pertumbuhan rendah, hematocrit rendah

Lim et al, 1991

Asian seabass (Lates calcarifer)

Nafsu makan berkurang, pewarnaan kulit menjadi gelap, pertumbuhan lambat, kematian yang diakibatkan setelah penanganan

Booyaratpalin & Wanakowat, 1991

Shrimp (Penaeus japonicus)

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup rendah

Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung tiamin antara lain adalah daging berwarna merah, hati mamalia laut dan beras merah, krustasea, moluska, sayuran dan

buah-buahan. Tiamin juga sudah diproduksi secara komersil dalam bentuk tiamin klorida dan tiamin difosfat monoklorida. Keberadaan tiamin dalam tubuh ikan sangat

212

dipengaruhi oleh suhu, pH dan bisulfat, basa organik, enzim tiaminase dan radiasi (Steffens, 1992) Vitamin B2 (Riboflavin) Riboflavin berperan dalam proses oksidasi reduksi dalam jaringan dan terdapat dalam bentuk koenzim/enzim flavin yang disebut flavoprotein. Flavoprotein ini sebagai koenzim pada oksidasi asam amino, reaksi dihydropolite dehydrogenase dan transport elektron. Riboflavin didalam usus diubah kedalam bentuk koenzimnya dan setelah itu akan didistribusikan ke dalam sel-sel agar dapat berfungsi dalam proses biokimia. Ada dua koenzim dari riboflavin yaitu Flavin Mono Nucleotida (FMN) dan Flavin

Adenin Dinucleotida (Prawirokusumo, 1991).

(FAD)

Penyerapan riboflavin akan meningkat dengan adanya garamgaram empedu. Hasil metabolisme riboflavin ini akan dieksresikan ke dalam urin dan feses dan sejumlah kecil melalui cairan empedu dan keringat. Metabolisme riboflavin dipengaruhi oleh hormon tiroid dimana hormon tiroid ini akan meningkatkan aktivitas FAD dan FMN. Pada keadaan hipotiroid akan terjadi peningkatan laju perubahan riboflavin menjadi FMN dan FAD. Kebutuhan ikan akan vitamin B2 ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.22. Apabila kandungan riboflavin dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.23.

Tabel 5.22. Kebutuhan Vitamin B2 dalam pakan ikan Jenis ikan

Kandungan (mg/kg)

Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Brown trout (Salmo trutta) Brook trout (Salvelinus fontinalis) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Atlantik salmon (Salmo salar) Tilapia (Oreochromis sp) Shrimp larva (Penaeus japonicus) Shrimp juvenile (Penaeus japonicus)

7 9 2,7 20 – 30 20 – 30 20 – 25 20 – 25 5 – 10 0,6 – 2,6 5 80

Takeuchi et al, 1980 Murai&Andrew, 1978 Amezaga&Knox,1990 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1980 Halver, 1972 Lim et al, 1991 Kanazawa, 1985

213

Tabel 5.23. Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan lambat, ada paskularisasi pada kornea, lensa mata kabur, erosi pada moncong mulut, erosi sirip ekor yang parah, bertambahnya laju kematian, pendarahan pada sirip ekor, otot yang lemah, bagian dinding perut mengalami pencekungan, takut pada cahaya, tulang punggung tidak normal, pembentukan zat warna yang terang atau gelap, tidak ada koordinasi, malas bergerak, kurang darah

McLaren et al, 1974 Philips&Brockway, 1975, Halver 1957, Kitamura et al, 1967, Poston et al,1977, Takeuchi et al, 1980, Hughes et al, 1981, Woodward,1982, Amegaza&Knox, 1990

Common carp (Cyprinus carpio)

Nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat, laju kematian sangat tinggi, pendarahan pada kulit dan sirip, sangat gugup, takut sinar.

Aoe et al, 1969

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Kekerdilan dengan badan yang pendek, hilangnya nafsu makan, pertumbuhan lambat, katarak

Dupree, 1966, Murai& Andrew, 1978

Red sea bream (C. major)

Pertumbuhan lambat

Yone, 1975

Eel (Anguila japonica)

Pendarahan pada sirip, takut sinar, pertumbuhan lambat, nafsu makan berkurang, malas bergerak

Arai et al, 1972

Walking carfish (Clarias batracus)

Nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat, pendarahan pada kulit dan sirip, bertambahnya laju kematian

Butthep et al, 1985

Asian seabass (Lates calcarifer)

Pergerakan lambat, takut cahaya, katarak, tubuh pendek, pertumbuhan dan efisiensi pakan serta kelangsungan hidup menurun, pewarnaan tubuh menjadi gelap

Booyaratpalin & Wanakowat, 1991

Tilapia (Oreochromis sp)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, kaget terhadap sinar, kematian tinggi, katarak

Lim et al, 1991

Shrimp (Penaeus japonicus)

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada benih menurun

Kanazawa, 1985

214

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung riboflavin antara lain adalah daging dan produk susu, bayam, asparagus dan brokoli. Riboflavin tidak stabil jika terkena panas dan cahaya, dimana dengan adanya cahaya akan merusak aktivitas riboflavin secara perlahanlahan. Dalam bentuk larutan riboflavin sangat tidak stabil. Dekomposisinya sangat dipengaruhi olehsuhu dan pH larutan. Vitamin B6 (Piridoksin) Piridoksin berperan dalam metabolisme asam amino, maka bila kekurangan vitamin ini akan mengalami gangguan pada metabolisme protein. Dalam metabolisme protein ada enam reaksi yang memerlukan vitamin B6 yaitu reaksi transaminasi, reaksi decarboksilasi, reaksi dehydrasi, reaksi desulphurasi, reaksi racemisasi, reaksi cleavage, reaksi

kondensasi, reaksi aldolase serta reaksi-reaksi lainnya. Piridoksin didalam usus diubah kedalam bentuk piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat. Metabolisme piridoksin dimulai sejak vitamin ini masuk kedalam organ atau jaringan tubuh dan akan diubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat sampai dikeluarkan lagi kedalam berbagai bentuk untuk digunakan oleh jaringan lain atau dieksresikan. Transportasi vitamin ini didalam tubuh diperantarai oleh enzim piridoksal kinase yang banyak terdapat pada semua jaringan terutama otak , hati dan ginjal. Kebutuhan ikan akan vitamin B6 ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.24. Apabila kandungan piridoksin dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.25.

Tabel 5. 24. Kebutuhan Vitamin B6 dalam pakan ikan Jenis ikan Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Brown trout (Salmo trutta) Brook trout (Salvelinus fontinalis) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Atlantik salmon (Salmo salar) Red sea bream (C.major) Glithead bream (Sparus auratus) Asean seabass ( Lates calcarifer) Penaeids (Penaeus japonicus) juvenil Penaeids (Penaeus japonicus)larva Penaeids (Penaeus vannamei)

Kandungan (mg/kg) 5,4 3 10 - 15 10 – 15 10 – 15 10 15 – 20 10 – 15 5–6 1,25 5 - 10 60 120 80 - 100

Referensi Ogino, 1965 Murai&Andrew, 1978 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Hardy et al, 1979 Halver, 1980 Takeda&Yone, 1971 Kissil et al, 1981 Wanakowat et al, 1989 Deshimaru&Kuroki, 1979 Kanazawa, 1985 He&Lawrence, 1991

215

Tabel 5.25. Tanda-tanda kekurangan riboflavin pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Mudah terganggu, peka terhadap rangsangan, berkurangnya nafsu makan, awal rigor mortis yang cepat, ataxia, penimbunan cairan pada kantong perut, konstraksi overkulum yang berlebihan, berenang cepat dan tidak teratur, pewarnaan permukaan punggung hijau kebiruan, pewarnaan pada kulit, kurang darah dan bernafas dengan cepat

McLaren et al, 1974 Philips&Brockway, 1975, Halver 1957, Kitamura et al, 1967, Poston et al,1977, Takeuchi et al, 1980, Hughes et al, 1981,

Common carp (Cyprinus carpio)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat, sangat mudah terganggu

Ogino, 1965

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Nafsu makan menurun, sangat mudah terganggu, berenang tidak teratur, kejang, pewarnaan biru hijau pada permukaan punggung

Dupree, 1966, Murai& Andrew, 1978

Red sea bream (C. major)

Pertumbuhan lambat

Yone, 1975

Eel (Anguila japonica)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat, sangat mudah terganggu

Arai et al, 1972

Turbot (S maximus)

Pertumbuhan menurun

Adron et al, 1978

Gilthead bream (S auratus)

Nafsu makan menurun, kematian tinggi, hyperirritability, berenang tidak teratur, efisiensi pakan menurun

Kissil et al, 1969

Yellowtail

Pertumbuhan menurun

Sakaguchi et al, 1983

Snakhead

Pertumbuhan menurun, ataxia, berenang tidak teratur, wedema, pewarnaan tidak normal, kebutaan, lensa kabur

Agrawal&Mahajan, 1983

216

Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Ikan lele (Clarias batracus)

Pertumbuhan lambat, peningkatan kematian, erosi pada sungut, sangat mudah terganggu, kehilangan keseimbangan, awal rigor mortis lebih cepat, berenang tidak teratur, pengikisan pada sirip dan rahang bawah, bernafas dengan cepat

Butthep et al, 1985

Asian seabass (Lates calcarifer)

Nafsu makan menurun, berenang di permukaan tidak mau berkelompok, berenang seperti spiral tidak beraturan, luka pada bibir bawah, kematian tinggi, kekejangan pada otot tak sadar, penurunan konversi pakan.

Wankowat et al, 1989

Penaeid Shrimp (Penaeus japonicus)

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup menurun

Deshimaru&Kuroki,1 979, Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung piridoksin antara lain adalah khamir, biji-bijian misalnya jagung dan gandum. Piridoksin tidak stabil jika terkena sinar ultra violet karena vitamin ini mempunyai spektrum absornas ultra violet yang khas dan sangat dipengaruhi oleh perubahan pH. Vitamin B5 (Asam Pantotenat) Asam pantotenat berperan dalam formasi koenzim A. Koenzim A adalah gabungan antara mercapto ethyl amine dengan phosphopanthothenic acid dan

adenosin -31-51 diphosphat. Koenzim A ini berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Prawirokusumo, 1991). Asam pantotenat mudah diserap didalam usus yang akan mengalami fosforilasi oleh ATP menjadi bentuk asam 4-fosfopantotenat. Kebutuhan ikan akan vitamin B5 ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.26. Apabila kandungan asam pantotenat dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.27.

217

Tabel 5.26. Kebutuhan Vitamin B5 dalam pakan Kandungan (mg/kg)

Jenis ikan Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Brown trout (Salmo trutta) Brook trout (Salvelinus fontinalis) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Red sea bream (C.major) Mexican cichlid (C. urophthalmtus) Tilapia ( Oreochromis mossambicus) Shrimp (Penaeus japonicus)

30 - 50 15 40 - 50 40 – 50 41 – 50 40 - 50 40 – 50 10 80 NR NR

Referensi Ogino, 1965 Wilson et al, 1983 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Yano et al, 1975 Chaves et al, 1990 Room et al, 1990 Kanazawa, 1985

Tabel 5.27. Tanda-tanda kekurangan asam pantotenat pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Berkurangnya nafsu makan, partumbuhan menurun, kurang darah, tutup insang berlendir, pergerakan lambat, operculum menggembung

Common carp (Cyprinus carpio)

Nafsu makan menurun, partumbuhan menurun, pergerakan sangat lambat, kurang darah, pendarahan pada kulit, exophthalmia

McLaren et al, 1974 Philips&Brockway, 1975, Halver 1957, Kitamura et al, 1967, Poston et al, 1977, Coat & Halver, 1958, Matsumoto et al, 1991, Ogino, 1967

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, pengikisan pada kulit, kurang darah

Dupree, 1966, Murai& Andrew, 1978

Red sea bream (C. major)

Pertumbuhan menurun, kematian tinggi

Yone, 1975, Yano et al, 1988

Eel (Anguila japonica)

Pertumbuhan lambat, berenang tidak normal, luka pada kulit

Arai et al, 1972

218

Jenis ikan

Tanda-tanda

Ikan lele (Clarias batracus)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, kematian tinggi, sungut terkikis, pendarahan di bawah kulit, sirip rusak, oedema, bernafas cepat, insang dan hati pucat

Butthep et al, 1985

Mexican cichlid (C urophthalmus)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, kematian tinggi, bernafas cepat, pewarnaan gelap, exophthalmia, pendarahan pada sirip dan kepala

Chaves de Martinezl et al, 1990

Asian seabass (Lates calcarifer)

Nafsu makan menurun, pertum-buhan menurun, penurunan efisiensi pakan, pewarnaan gelap, berenang tidak normal, pendarahan pada operculum, pengikisan pada sirip pelvic

Boonyaratpalin & Wanakowat, 1991

Prawn (M.rosenbergii)

Pertumbuhan menurun

Heinem, 1988

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung asam pantotenat antara lain adalah ragi bir kering, air susu, keju, keju dilaktose kering, telur yam, beras sosoh, tepung kacang tanah, tepung biji matahari, dedak gandum, tepung alfalfa dan gula tebu kering. Asam pantotenat dapat mengalami kerusakan mutu karena proses oksidasi dan suhu tinggi. Oleh karena itu penyimpanan dalam suhu dingin sangat dianjurkan. Dan selama proses pengolahan pakan dengan suhu yang tinggi vitamin ini akan mengalami kehilangan kandungannya karena pemanasan.

Referensi

Biotin Biotin berperan di dalam metabolisme sebagai fiksasi karbondioksida yang selanjutnya ditransfer ke substrat yang lain. Biotin yang berikatan dengan karbondioksida disebut dengan karboksibiotin. Biotin juga berperan dalam reaksi dalam pembentukan asam lemak, metabolisme beberapa asam amino dan metabolisme karbohidrat. Kebutuhan ikan akan biotin ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.28. Apabila kandungan biotin dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejala-gejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.29.

219

Tabel 5.28. Kebutuhan Biotin dalam pakan Jenis ikan

Kandungan (mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Brown trout (Salmo trutta) Brook trout (Salvelinus fontinalis) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Lake trout (S namaycush) Red sea bream (C.major) Larva udang (Penaeus japonicus)

1 1 - 25 4

Referensi Ogino et al, 1970 Guther & Meyer, 1990 Lovel & Buston, 1984 Halver, 1972 Walton et al, 1984 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Poston, 1976 Yone, 1975 Kanazawa, 1985

Tabel 5.29. Tanda-tanda kekurangan biotin pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan menurun, kematian bertambah, efisiensi pakan menurun, luka pada colon, jaringan tidak tumbuh, kejang, insang pucat

Philips&Brockway, 1975, Halver 1957, Kitamura et al, 1967, Coat & Halver, 1958, Poston & Page 1985

Common carp (Cyprinus carpio)

Pertumbuhan menurun, pergerakan menurun.

Ogino et al, 1970, Guther & M Burgdoff, 1990

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Tidak terjadi pewarnaan, kurang darah, nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, hypersinsiitifity

Robinson & Lovel, 1978, Lovel & Buston, 1984

Eel (Anguila japonica)

Pertumbuhan lambat, pewarnaan gelap, tingkah laku berenang tidak normal

Arai et al, 1972

Shrimp (Penaeus japonicus)

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup menurun

Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung biotin antara lain adalah ragi bir kering, ragi torula

kering, tepung biji bunga, telur ayam, beras sosoh, tepung hati dan paru, dedak padi, tepung biji kapas, tepung

220

kacang tanah, tepung alfalfa, gandum, tepung darah kering, tepung ikan. Biotin juga bisa dalam bentuk alkohol yang disebut dengan biotimal dan dapat disintesis secara kimia dan mempunyai aktivitas biotin 100% (Tacon, 1991). Kandungan biotin dari bahan baku akan mudah hilang karena proses leaching. Asam Folat Asam folat merupakan koenzim untuk beberapa sistem enzim. Di dalam tubuh asam folat berfungsi untuk mentransfer satu satuan karbon seperti gugus metil dimana unit-unit karbon ini akan dihasilkan selama metabolisme asam amino. Oleh karena itu asam folat berperan di dalam sintesis asam amino. Asam folat yang terdapat dalam bahan

baku pakan biasanya dalam bentuk poliglumat sedangkan asam folat yang dapat diserap oleh usus harus dalam bentuk monoglutamat. Oleh karena itu sebelum dapat diserap oleh usus, asam folat harus dihidrolisis terlebih dahulu. Hidrolisis berlangsung oleh adanya aktivitas enzim konjugase. Penyerapan asam folat dipengaruhi oleh efisiensi mekanisme dekonjungase yaitu yeast. Kelebihan asam folat didalam tubuh akan dibuang melalui urin. Kebutuhan ikan akan asam folat ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.30. Apabila kandungan biotin dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejala-gejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.31.

Tabel 5.30. Kebutuhan Asam folat dalam pakan Ikan (Tacon, 1991) Jenis ikan Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Brown trout (Salmo trutta) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Atlantic salmon (Salmo salar) Red sea bream (C.major)

Kandungan (mg/kg) NR 0,5 - 1 1–5 6 – 10 6 - 10 6 – 10 6 – 10 5 – 10 NR

Referensi Aoe et al, 1969 Duchan& Lovel, 1991 McLaren et al, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1980 Yone, 1975

221

Tabel 5.31. Tanda-tanda kekurangan asam folat pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Kurang darah, pertumbuhan lambat, nafsu makan menurun, pewarnaan gelap, insang pucat, exophthalmia

Eel (Anguila japonica)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat, pewarnaan gelap.

McLaren et al, 1947, Philips&Brockway,1957 Kitamura et al, 1967, Coat & Halver, 1958 Arai et al, 1972

Rohu (Labeo rohita)

Penurunan hematocrit, pertumbuhan

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Nafsu makan menurun, peningkatan kematian, lethargy, pertumbuhan menurun, hematocrit rendah

Dupree, 1966, Duncan & Lovel,1991

Ikan lele (Clarias batracus)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, warna kulit memudar, insang dan hati pucat

Butthep et al, 1985

Shrimp ( P japonicus)

Penurunan kelangsungan hidup larva

Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung asam folat antara lain adalah tepung ikan laut, susu, sayuran berdaun hijau tua, bunga kobis, kacang-kacangan, gandum. Asam folat dapat berbentuk kristal folasin sebagai bentuk komersil yang banyak digunakan sebagai food additive untuk fortifikasi bahan makanan (Andarwulan dan Sutrisno, 1992). Vitamin B12 (Cyanokobalamin) Vitamin B12 disebut juga dengan cyanokobalamin karena berdasarkan struktur kimianya vitamin ini terdiri atas asam cobalt ditengah dengan

penurunan

John & Mahajan, 1979

tetra ring dari porphyrin. Gugus cyanide terdapat pada asam cobalt, karena itu disebut cyanokobalamin. Vitamin ini berperan dalam penggunaan asam propionat. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan timbunan methylmalonyl CoA dan akan dikeluarkan lewat urin dan disebut methylmalonic aciduria. Kebutuhan ikan akan vitamin B12 ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.32. Apabila kandungan biotin dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejala-gejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.33.

222

Tabel 5.32. Kebutuhan Vitamin B12 dalam pakan Ikan (Tacon, 1991) Jenis ikan

Kandungan (mg/kg)

Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Tilapia (O.niloticusi) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)

NR NR NR NR 0,015-0,02 0,015-0,02

Hashimoto, 1953 Kashiwada&Teshima,1966 Limsuwan& Lovel, 1981 Lovel&Limsuwan, 1982 Halver, 1972 Halver, 1972

Tabel 5.33. Tanda-tanda kekurangan vitamin B12 pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, microcyctic hypochromic anemia, eritrocit pecah, efisiensi pakan rendah

Halver, 1957, Philips et al, 1963

Channel catfish (I.punctatus)

Penurunan pertumbuhan, hematocrit rendah

Dupree,1966; Limsuwan & Lovell, 1981

Eel (Anguila japonica)

Pertumbuhan lambat

Arai et al, 1972

Red sea bream

Pertumbuhan lambat

Yone, 1975

Rohu (Labeo rohita)

Penurunan pertumbuhan, hematocrit rendah, megaloblastic

John & Mahajan, 1979

Shrimp ( P japonicus)

Penurunan kelangsungan hidup larva

Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung vitamin B12 antara lain adalah tepung ikan laut, udang, kepiting, oyster, scallop, tepung daging dan tulang.

Niasin (Asam nikotinat) Niasin dapat juga disebut dengan vitamin B3 atau asam nikotinat yang berperan dalam reaksi enzimatik dalam tubuh. Asam nikotinat merupakan unsur dari dua buah 223

koenzim, yaitu Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamid Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP). NAD adalah koenzim bagi sejumlah enzim dehidrogenase yang berperanan dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan asam amino. Sedangkan NADP berperan dalam reaksi hidrogenasi pada jalur heksosa monofosfat (HMP) dalam metabolisme glukosa. Bentuk tereduksi dari NADP mempunyai

peranan penting dalam sintesis lemak dan steroid (Muchtadi dkk, 1993). Kebutuhan ikan akan niasin ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.34. Apabila kandungan niasin dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejala-gejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.35.

Tabel 5.34. Kebutuhan Niasin dalam pakan Ikan (Tacon, 1991) Jenis ikan Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Brown trout (Salmo trutta) Brown trout (Salmo fontinalis) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Shrimp (P.japonicus) larva

Kandungan (mg/kg) 28 14 120 – 150 10 120 - 150 120 – 150 150 – 200 150 – 200 400

Referensi Aoe et al, 1969 Murai& Andrews, 1978 Halver, 1972 Poston&Wolfe, 1985 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Kanazawa, 1985

224

Tabel 5.35. Tanda-tanda kekurangan niasin pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat, penurunan efisiensi pakan, pewarnaan gelap, berenang tidak teratur, penimbunan cairan pada lambung

McLaren et al, 1947, Philips&Brockway,1957 Kitamura et al, 1967, Coat & Halver, 1958, Poston & Wolfe,1985

Common carp (Cyprinus carpio)

Pendarahan pada kulit, kematian tinggi

Aoe, et al, 1966

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

Pendarahan dan luka pada kulit dan sirip, kurang darah, exophthalmia, kematian tinggi

Dupree, 1966, Murai & Andrew,1979

Red sea bream

Pertumbuhan lambat

Yone, 1975

Eel (Anguila japonica)

Pendarahan dan luka pada kulit, penurunan pertumbuhan, ataxia, pewarnaan gelap

Arai et al, 1972

Ikan lele (Clarias batracus)

Nafsu makan menurun, pertumbuhan menurun, muscle spasms, kehilangan keseimbangan, pendarahan dibawah kulit dan sirip, exopthalmia, kematian tinggi, berenang tidak teratur.

Butthep et al, 1985

Shrimp ( P japonicus)

Pertumbuhan dan penurunan kelangsungan hidup

Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung niasin antara lain adalah beras sosoh, ragi kering, dedak, dedak gandum, tepung biji bunga matahari, tepung kacang tanah, tepung hati dan paru, tepung jagung, tepung gandum (Tacon, 1991).

menghilangkan lemak dalam hati. Inositol berperan terutama sebagai komponen inositida pada hampir semua membran sel. Myoinositol merupakan komponen penting inositol yang mengandung phospholipid. Katabolisme inositol mungkin terjadi melalui reaksi glikolisis dan siklus krebs (Kuksis dan Mookerjea, 1991).

Inositol Inositol disebut pula zat lipotropik yang berarti dibutuhkan untuk

Kebutuhan ikan akan inositol ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada

225

Tabel 5.36. Apabila kandungan biotin dalam pakan berkurang maka akan

menyebabkan gejala-gejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.37.

Tabel 5.36. Kebutuhan inositol dalam pakan Ikan (Tacon, 1991) Jenis ikan

Kandungan (mg/kg)

Referensi

440 NR 250 – 300 200 – 300 300 – 400 300 – 400 550 – 900 2000-4000 2000

Aoe et al, 1969 Burtle,1981 McLaren et al, 1947 Halver, 1972 Halver, 1972 Halver, 1972 Yone et al, 1971 Kanazawa, 1985 Kanazawa et al, 1985

Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Red sea bream (C.major) Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil Shrimp (Penaeus japonicus)larva

Tabel 5.37. Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referens

Salmonids

Pertumbuhan menurun, distended abdomen, warna gelap, peningkatan waktu pengosongan lambung

Mc Laren et al, 1947, Halver, 1957, Philips & Brockway 1957 Coates & Halver, 1958

Common carp (Cyprinus carpio)

Penurunan pertumbuhan, kulit dan sirip luka/pendarahan, kehilangan mucosa kulit

Aoe&Masuda, 1967

Red sea bream

Pertumbuhan menurun

Yone, 1975

Eel (Anguila japonica)

Nafsu makan dan pertumbuhan menurun

Arai et al, 1972

Shrimp ( P japonicus)

Pertumbuhan dan hidup menurun

Kanazawa et al, 1976, Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung inositol antara lain

kelangsungan

adalah tepung ikan, ragi bir kering, benih gandum.

226

Kolin Kolin adalah basa ammonium bervalensi empat dan tersebar luas dia alam, produk degradasinya seperti betain (garam karboksimetiltrimetilammonium hidroksida. Menurut Halver (1988) peran dan fungsi dari kolin antara lain adalah komponen utama dalam fosfolipid dalam membran sel dan lipoprotein serum (pengemulsi), donor asam lemak untuk kolesterol dalam pengelolaan LDL, sumber

grup metil untuk sintesis metionin dan substrat untuk pembentukan neurotransmitter, asetil kolin. Kebutuhan ikan akan kolin ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.38. Apabila kandungan biotin dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejala-gejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.39.

Tabel 5.38. Kebutuhan kolin dalam pakan Ikan (Tacon, 1991) Jenis ikan

Kandungan (mg/kg)

Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Lake trout (Salmo nemaycush) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Red sea bream (C.major) Stureon (A. transmontanus) Tilapia (T.aurea) Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil Shrimp (Penaeus japonicus)larva

4000 400 774 - 813 1000 600 – 800 600 – 800 500 1700 – 3100 NR 600 6000

Referensi Ogino et al, 1970 Wilson & Poe,1988 Rumsey, 1991 Ketola, 1976 Halver, 1972 Halver, 1972 Yone et al, 1988 Hung, 1989 Roem et al, 1990 Kanazawa, 1985 Kanazawa et al, 1985

227

Tabel 5.39. Tanda-tanda kekurangan kolin pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Pertumbuhan menurun, hati banyak mengandung lemak, efisiensi pakan menurun, pendarahan pada ginjal dan usus

Mc Laren et al, 1947, Halver, 1957, Philips & Brockway, 1957,Coates & Halver, 1958, Ketola,1976, Poston, 1990, Rumsey, 1991

Common carp (Cyprinus carpio)

Pertumbuhan menurun dan hati banyak mengandung lemak

Ogino et al, 1970

Channel catfish (I. punctatus)

Penurunan pertumbuhan, pendarahan pada ginjal dan usus

Dupree, 1976, Wilson&Poe, 1988

Red sea bream (C. major)

Pertumbuhan menurun, kematian

Yone, 1975, Yano et al, 1988

Eel (Anguila japonica)

Nafsu makan dan pertumbuhan menurun

Arai et al, 1972

Sturgeon (A.transmontanus)

Pertumbuhan menurun, penyerapan lemak pada hati

Rumsey, 1991

Shrimp ( P japonicus)

Pertumbuhan dan hidup menurun

Kanazawa et al, 1976, Kanazawa, 1985

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung kolin antara lain adalah tepung udang, tepung hati, tepung biji matahari, tepung paru, tepung ikan , tepung benih gandum, tepung ikan putih , tepung biji kapas, tepung kedelai, tepung tulang, tepung kacang tanah (Tacon, 1991). Vitamin C (asam askorbat) Vitamin C atau asam korbat mempunyai dua bentuk yaitu bentuk oksidasi disebut L dehydro ascorbic acid dan bentuk reduksi yang disebut

kelangsungan

L ascorbic acid. Vitamin C sangat penting bagi pertumbuhan semua hewan karena berperan pada banyak sistem metabolisme enzim. Hasil penelitian dari Boonyaratpalin et al (1993), vitamin C sangat berperan dalam pembentukan hydroksiprolin (penyusun kolagen). Dimana kolagen ini terdiri dari hydroksi prolin dan hydroksiprolin. Bersama-sama dengan ATP dan Mg Cl2 merupakan kofaktor dalam menghambat adipose tissue lipase dan memacu hydrolitik deaminasi dari peptidaatau protein sehingga berperan dalam proses aging yaitu membuat jaringan lebih

228

tahan lama dari proses pelapukan. Selain itu vitamin C dapat meningkatkan respon netrofil terhadap kemotoksis dan meningkatkan proliferosi limfosit sebagai respon terhadap nitrogen serta peningkatan aktivitas netrofil terhadap endotoksin. Gejala defisiensi vitamin C pada ikan disebabkan oleh rusaknya kolagen dan jaringan penunjang. Kolagen merupakan protein pada ikan dan konsentrasinya tinggi ditemukan pada kulit dan tulang (Sandness, 1991). Kelebihan vitamin C dalam tubuh akan dimetabolisme selanjutnya

dieksresikan melalui urin. Dengan demikian didalam urin terdapat sejumlah metabolit-metabolit asam askorbat dan yang telah teridentifikasi antara lain adalah asam dehidro askorbat, asam diketogulonat askorbat-2-sulfat, metil askorbat serta 2-keto-askorbitol (Muchtadi dkk, 1993). Kebutuhan ikan akan vitamin C ini berbeda-beda seperti yang telah dirangkum oleh Tacon (1991) pada Tabel 5.40. Apabila kandungan viatamin C dalam pakan berkurang maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera pada Tabel 5.41.

Tabel 5.40. Kebutuhan vitamin C dalam pakan Ikan (Tacon, 1991) Jenis ikan

Kandungan (mg/kg)

Referensi

Common carp (Cyprinus carpio) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Nile tilapia (Oreochromis niloticus) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Chinok salmon (O.tshawytscha) Coho salmon (Oncorhynchus kisutch) Atlantic salmon (Salmo salar) Atlantic salmon (Salmo salar) Yellow tail (S quinqueradiata) Asean sea bass (Lates calcarifer)

NR 60 60 880 25 – 50 NR 11 1250 100 – 150 40 50 – 100 20 – 264 210 10 100 – 150 50 – 80 50 10 – 20 30 700 – 1100

Sato et al, 1978 Wilson & Poe, 1973 Lovel & Lim, 1978 Lovell, 1973 Andrew & Murray, 1974 Launer et al, 1978 Lovell & Naggar, 1989 Soliman et al, 1986 Halver, 1972 Hilton et al, 1978 Sato et al, 1982 Dabowski et al, 1990 Sato et al, 1991 Cho & Cowey, 1991 Halver, 1972 Halver, 1972 Lall et al, 1989 Sandness et al, 1991 Kanazawa et al, in press Boonyaratpalin et al, 1989

229

Jenis ikan Mexican cichlid (C urophthalmus) Flounder (Paralichthys olivaceus) Plaice (Pleuronectes platessa) Prawn (Macrobrachium rosenbergii) Shrimp (Penaeus japonicus) juvenile Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil Shrimp (Penaeus vannamei) juvenil Shrimp (Penaeus japonicus)larva

Kandungan (mg/kg)

Referensi

40 – 110 60 – 100 200 50 – 100 10.000 3000 1000 215- 430 100 10.000

Chaves de Martinez, 1990 Tesima et al, 1991 Rosenlund et al, 1990 Moncreiff et al, 1991 Guary et al, 1976 Deshimaru & kuroki, 1976 Lightner et al, 1979 Shigueno&itoh, 1988 Kanazawa, 1985 Lawrence& He, 1991

Tabel 5.41. Tanda-tanda kekurangan inositol pada ikan budidaya (Tacon, 1991) Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Salmonids

Pertumbuhan menurun, scoliosis lordosis, pendarahan pada sirip bagian dalam, warna gelap, kematian meningkat, penurunan daya tetas telur

Mc Laren et al, 1947, Halver, 1989, Philips &Brockway, 1957, Coates & Halver, 1958, Kitamura et al, 1967, Hilton et al, 1978, Sato et al, 1991

Channel catfish (I punctatus)

Penurunan pertumbuhan, scoliosis lordosis, pendarahan bagian dalam dan luar, erosi pada sirip, kulit berwarna gelap, nafsu makan menurun, berenang tidak teratur

Lovell,1973, Andrew&Murai, 1974, Lovel&Lim, 1973, Wilson&Poe, 1973, Lim&lovell, 1978, Wilson et al, 1989

Red sea bream

Pertumbuhan menurun

Yone, 1975

Eel (Anguila japonica)

Pertumbuhan menurun, erosi pada sirip, erosi pada rahang bawah

Arai et al, 1972

Snakehead (C.punctata)

Scoliosis lordosis, kurang darah, filamen insang berubah.

Mahajan & Agrawal, 1979.

230

Jenis ikan

Tanda-tanda

Referensi

Tilapia

Scoliosis lordosis, pertumbuhan menurun, pendarahan pada bagian dalam dan luar, erosi pada sirip ekor, exophthalmia, kurang darah, daya tetas telur menurun

Soliman et al, 1986

Ikan lele (C batracus)

Scoliosis, pendarahan pada bagian luar, erosi pada sirip, warna kulit gelap

Butthep et al, 1985

Indian major carp

Pertumbuhan menurun, kematian meningkat, scoliosis lordosis, hypochromic macrocytic anemia

Agrawal & Mahajan, 1980

Turbot (S maximus)

Pertumbuhan menurun, renal granuloma, kematian

Baudin-Laurence et al, 1989, Coustans et al, 1990, Gouillou et al, 1991

Plaice

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup menurun

Rosenlund et al, 1990

Asian seabass (Lates calcarifer)

Pertumbuhan menurun, pewarnaan gelap, kehilangan keseimbangan, erosi pada sirip ekor, pendarahan pada insang, exophthalmia, badan pendek, filamen insang rusak

Boonyaratpalin et al, 1989

Mexican Cichlid

Pertumbuhan menurun, kematian tinggi, pewarnaan gelap, pendarahan pada mata, erosi pada kepala dan sirip, exophthalmia, scoliosis lordosis, iritasi, perubahan tulang kepala

Chevas de Martinez, 1990

Udang galah

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup menurun

Heinen, 1988, Moncreiff et al, 1991

Gejala kematian dengan tandatanda hitam, efisiensi pakan dan pertumbuhan serta kelangsungan hidup menurun

Kanazawa, 1985, Guary,1976, Lightener et al, 1970, Shigueno&Itoh, 1988, Lawrence & He, 1991

Shrimp ( P japonicus)

231

Sumber bahan pakan yang banyak mengandung vitamin C antara lain adalah lobster, kepiting dan sebagian besar terutama terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak dan sangat larut dalam air. Disamping itu vitamin C mudah teroksidsi bila dalam keadaan alkalis, suhu tinggi, terkena sinar matahari dan logam beraty seperti seng, besi dan terutama tembaga. Oleh karena itu agar vitamin C yang terdapat dalam bahan pakan harus dihindari dari hal-hal tersebut diatas.

5.6. MINERAL Ikan dalam komposisi zat gizinya juga membutuhkan mineral dalam campuran pakannya agar ikan dapat tumbuh dengan baik. Mineral merupakan unsur anorganik yang dibutuhkan oleh organisme perairan (ikan) untuk proses hidupnya secara normal. Ikan sebagai organisme air mempunyai kemampuan untuk menyerap beberapa unsur anorganik ini, tidak hanya dari makanannya saja tetapi juga dari lingkungan. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan adalah sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam penyusunan pakan buatan mineral mix biasanya ditambahkan berkisar antara 2 – 5% dari total jumlah baha baku dan bervariasa bergantung pada jenis ikan yang akan mengkonsumsinya. Walaupun sangat sedikit yang dibutuhkan oleh ikan, mineral ini mempunyai fungsi yang sangat

utama dalam tubuh ikan antara lain adalah : • Merupakan bagian terbesar dari pembentukan struktur kerangka, tulang, gigi dan sisik. • Mineral tertentu dalam bentuk ion di dalam cairan tubuh dapat berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa serta regulasi pH dari darah dan cairan tubuh lainnya. • Adanya keterlibatan mineral dalam kerja sistem syaraf dan konstraksi otot • Merupakan komponen penting dalam hormon, vitamin, enzim dan pigmen pernafasan atau sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis dan enzim aktivator. • Berperan dalam pemeliharaan tekanan osmotik dan juga mengatur pertukaran air dan larutan dalam tubuh ikan. Berdasarkan banyaknya fungsi mineral dalam kehidupan ikan, maka mineral merupakan salah satu bahan yang harus ada dalam komposisi pakan ikan. Dan unsur mineral ini sangat essensial bagi kehidupan hewan, ikan dan udang. Unsur mineral essensial ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua grup berdasarkan konsentrasinya di dalam tubuh ikan, yaitu: mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang konsentrasinya dalam tubuh organisme dibutuhkan dalam jumlah besar (lebih dari 100 mg/kg pakan kering), yaitu Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Sodium (Na), Potassium (K), Phosphorus (P), Chlorine (Cl) dan Sulphur (S).

232

Mineral mikro adalah mineral yang konsentrasinya dalam tubuh setiap organisme dalam jumlah sedikit (kurang dari 100 mg/kg pakan kering),yaitu : Besi (Fe), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), Cobalt (Co), Molybdenum (Mo), Cromium (Cr), Selenium (Se), Fluorine (F), Iodine/Iodium (I), Nickel (Ni) dan lain-lain. Calsium (Ca) Kalsium merupakan unsur mineral makro yang didalam tubuh disimpan pada tulang, gigi dan sebagian besar pada kulit dan kerangka tubuh. Peranan dan fungsi kalsium didalam tubuh antara lain adalah sebagai komponen utama pembentuk tulang, gigi, kulit serta sisik dan memelihara ketegaran kerangka tubuh, mengentalkan darah, sebagai ”intracellular regulator” atau messenger yaitu membantu regulasi aktivitas otot kerangka, jantung dan jaringan lainnya, konstraksi dan relaksasi otot, membantu penyerapan vitamin B12, menjaga keseimbangan osmotik. Pengambilan kalsium dari perairan oleh ikan digunakan atas dasar untuk kegiatan struktural. Transpor Ca dari air oleh aliran darah ke jaringan tulang dan kulit berlangsung secara cepat. Jumlah lemak dalam pakan sangat berpengaruh dalam penyerapan Ca oleh usus. Pada kondisi abnormal, yaitu penyerapan lemak terganggu maka Ca pun akan sedikit yang diserap. Hal ini dikarenakan asam lemak yang tidak diserap akan berikatan dengan Ca

dan akan terbuang dalam bentuk feses. Kandungan Ca dalam perairan sangat diperlukan untuk kehidupan ikan. Perairan dengan kandungan Ca rendah akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan mengganggu adaptasi pada saat kondisi lingkungan berubah. Perairan yang kaya akan Ca akan meningkatkan toleransi terhadap temperatur dan akan mengurangi keracunan akibat menurunnya pH. Untuk perairan yang kandungan Ca rendah, pH rendah dan kandungan alumunium tinggi tidak akan dihuni oleh ikan. Kandungan Ca yang harus ada dalam pakan ikan sangat sulit untuk diterapkan secara pasti. Sebagai contoh, pada ikan rainbowtrout dengan bobot awal 1,2 g, antara ikan yang diberi Ca 0,3 g/kg dengan 3,4 g/kg ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam pertumbuhannya yang dipelihara pada perairan dengan kandungan Ca 20 – 30 mg/l (Ogino dan Takeda, 1978). Menurut Rumsey (1977) kebutuhan Ca untuk ikan rainbowtrout pada perairan dengan kalsium rendah (3 mg Ca/l) sama saja dengan yang dipelihara pada kandungan kalsium tinggi (45 mg Ca/l) yaitu sebesar 2 g/kg dalam pakannya. Sedangkan menurut Arai et al (1975) pemberian Ca sebanyak 2,4 g/kg merupakan kebutuhan minimal yang harus dipertimbangkan, pemberian Ca sebanyak 11,5 – 14 g/kg akan berakibat buruk terhadap laju pertumbuhan.

233

Phosphor (P) Phosphor adalah komponen pembentuk kerangka tubuh dimana tulang itu disusun oleh mineral P sebesar 16% dan Ca 37%. Selain itu phosphor berfungsi dalampengaktifan proses metabolisme, komponen DNA, RNA, ATP dan berbagai koenzim, pergerakan otot dan memelihara keseimbangan asam basa. Phosphor yang diserap oleh tubuh berasal dari makanan dalam bentuk ion fosfat. Penyerapan P oleh tubuh sangat bergantung kepada kandungan P dan Ca dalam pakan. Tingginya kandungan P dalam pakan akan berkorelasi terhadap peningkatan penyerapan P. Akan tetapi, penyerapan P akan semakin menurun dengan meningkatnya kandungan Ca dalam pakan. Sebagian besar kebutuhan P untuk membentuk jaringan struktur tubuh diperoleh dari pakan. Ketersediaan P dalam air akan mengganggu penyerapan P dalam pakan oleh tubuh. Pakan dengan kandungan Ca rendah dan P tinggi akan mendorong ikan untuk mengambil Ca dari lingkungan perairan. Kekurangan mineral P pada pakan ikan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, proses pembentukan tulang terganggu dan konversi pakan menjadi meningkat. Kekurangan phosphor pada ikan mas mengakibatkan pertumbuhan terganggu, nafsu makan menurun, tulang belakang bengkok dan rapuh serta kandungan lemak dalam daging meningkat. Wilson et al (1982), melakukan penelitian

terhadap ikan channel catfish yang memperlihatkan bahwa peningkatan P yang tersedia dalam makanan dari 0,07% menjadi 0,54% akan meningkatkan pertambahan bobot relatif dari 135% menjadi 706% dan efisiensi pakan dari 36% menjadi 99%. Tetapi bila kandungan P terus dinaikkan sampai 1,02% maka pertumbuhan relatif akan turun dari 706% menjadi 620% dan efisiensi pakan akan turun dari 99% mejadi 90%. Magnesium (Mg) Magnesium merupakan kofaktor bagi semua enzim yang terlibat di dalam reaksi pemindahan fosfat (fosfokinase) yang menggunakan ATP dan fosfat nukleotida yang lain sebagai substrat. Pada hewan vertebrata kurang lebih 60% total magnesium tubuh berada dalam tulang, sebagian lagi terdapat dalam bentuk mineral yang mengkristal dan berada dalam sel jaringan lunak. Fungsi magnesium bagi ikan dan udang adalah sebagai komponen esensial dalam menjaga homeostasis intra dan ekstra seluler. Magnesium dalam tubuh diserap oleh usus halus dan hanya sedikit yang dieksresikan dan hampir seluruhnya diserap secara sempurna. Penyerapan magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh masuknya magnesium dalam usus, waktu singgah diusus, kecepatan penyerapan air, kadar kalsium fosfat dan laktosa dalam pakan, sumber magnesium dan umur serta jenis ikan. Kandungan magnesium di dalam ikan jumlahnya relatif rendah 234

dibandingkan dengan hewan darat. Sebagian besar magnesium, kurang lebih 65%, berada dalam kerangka tubuh ikan. Pada ikan mirror carp terdapat 340 – 3300 gram dimana kandungan terbesar terdapat pada vertebrae sebesar 1,0 – 1,6 g/kg, pada otot 200 – 267 mg/kg dan pada hati terdapat 62 – 203 mg/kg.

maka dapat mengakibatkan pertumbuhan lambat dan pakan menjadi tidak efisien. Sedangkan pada ikan yang berukuran 21 gram yang dipelihara selama delapan minggu, kekurangan Mg dapat mengakibatkan penurunan kandungan Mg pada plasma, otot dan tulang.

Konsentrasi magnesium dalam perairan tawar sering tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme ikan, oleh karena itu pemberian mineral magnesium pada pakan untuk pemeliharaan ikan air tawar sangat penting. Rendahnya suplai magnesium dalam pakan dapat mengakibatkan nafsu makan berkurang, pertumbuhan dan aktivitas ikan berkurang, kandungan Ca dan Mg dalam tubuh dan vertebrae akan berkurang. Selain itu ikan akan memperlihatkan keabnormalan dalam pertumbuhan tulang. Pada ikan trout telah diteliti oleh Cowey et al (1977) bahwa pertambahan bobot dan penggunaan pakan pada ikan yang diberi pakan dengan kandungan Mg sebesar 1000 mg/kg jauh lebih baik dibandingkan dengan ikan trout yang hanya diberi Mg sebesar 26 - 63 mg/kg. Perbaikan kandungan Mg dalam pakan akan berdampak terhadap peningkatan Mg dalam serum. Kekurangan Mg pada kandungan Ca 26 dan 40 g/kg akan menyebabkan penyakit nephacalcinosis dan di dalam jaringan otot akan meningkat kandungan Na yang dapat meningkatkan cairan ekstraseluler. Pada ikan rainbow trout berukuran 16 gram atau 35 gram memerlukan Mg dalam pakan sebesar 500 mg/kg. Jika kurang dari 500 mg/kg pakan

Berdasarkan hasil penelitian Satoh et al (1983) , pada ikan trout yang tidak ditambahkan mineral Mg pada pakan buatannya menunjukkan adanya gejala katarak sebesar 29%. Pada ikan Mas pemberian Mg sebesar 52 mg/kg dapat meningkatkan kematian sebesar 16%. Selain itu pada ikan mas yang dipelihara selama 83 hari dengan pakan kurang Mg menunjukkan peningkatan terjadinya katarak sebesar 40%. Oleh karena itu pada ikan mas diestimasi kebutuhan Mg dalam pakan berkisar antara 400 – 500 mg/kg. Potassium (K) Ion potassium (K) adalah elektrolit yang banyak dijumpai dalam tubuh dalam bentuk ion terdisosiasi penuh dan merupakan partikel utama yang bertanggungjawab dalam osmolaritas. Ion K ini akan mempengaruhi kelarutan protein dan komponen lainnya. Ion K ini bersama-sama dengan natrium dan klorida berperan secara fisiologis dalam memelihara keseimbangan air dan distribusinya, memelihara keseimbangan osmotik normal, memelihara keseimbangan asam basa dan memelihara iritabilitas otot.

235

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa peneliti diketahui bahwa ikan air tawar dalam pemenuhan ion K tidak banyak diambil dari lingkungan perairan, namun lebih banyak diperoleh dari pakan. Apabila ion K dalam pakan kurang dari 1 mg/kg akan menyebabkan penggunaan pakan tidak efisien, pertumbuhan lambat dan kematian meningkat. Pertumbuhan ikan dapat dicapai jika pada pakan ikan mengandung ion K maksimum 800 mg/kg. Konsentrasi K dalam tubuh berkisar antara 600 – 800 mg/kg pakan. Sodium (Na) Sodium seperti halnya potasium sangat penting perannya dalam osmoregulasi dan keseimbangan asam basa ikan. Pada hewan darat sodium yang berasal dari makanan akan diserap oleh tubuh secara cepat dan efisien dan hanya sedikit sekali yang dikeluarkan melalui feses. Kekurangan sodium dapat mengakibatkan dehidrasi, keletihan, anoeexia dan kram otot. Pemberian sodium sebesar 2200 mg/kg pakan pada ikan rainbowtrout sudah mencukupi kebutuhan ikan tersebut terhadap sodium. Tetapi dalam percobaan Salman dan Eddy (1988) pemberian sodium sebesar 1000 – 3000 mg/kg pakantidak memberikan perbedaan pertambahan bobot .

Clorin (Cl) Clorin berperan besar dalam aktivitas osmoregulasi. Pertukaran klorin sebagian besar terjadi pada insang. Pada ikan air tawar pengambilan klorin terjadi pada kondisi medium yang hipotonik, dengan cara memompa NaCl melalui insangnya dan pengeluaran klorin dilakukan dalam bentuk urin. Pada ikan air laut pengambilan klorin dilakukan dengan cara melakukan banyak minum air laut sehingga klorin secara difusi ikut masuk kedalam tubuh ikan. Selain itu ikan air laut bisa melakukan dengan cara memompa melalui insang epithelium pada kondisi medium hipertonik. Dalam kondisi normal klorin dikeluarkan dalam bentuk urin pada jumlah yang sedikit, namun pada kondisi stres ikan banyakmengeluarkan urin sehingga kehilangan NaCl cukup besar. Klorin keluar dari tubuh melalui urin dan sedikit melalui feses. Ketersediaan Cl di dalam air sangat menguntungkan untuk kehidupan ikan agar mempunyai toleransi terhadap perubahan suhu. Pada ikan salmon yang dipelihara dengan kandungan garam 1 – 1,5% memberikan pengaruh terhadap peningkatan food intake dan transportasi. Pemberian garam pada bahan pakan dari segi manfaatnya masih diperdebatkan. Hal ini dikarenakan dari hasil penelitian memberikan hasil yang menunjukkan bahwa pemberian NaCl pada pakan berakibat buruk pada penambahan bobot. Pemberian NaCl sebanyak 3% pada pakan mengakibatkan pertambahan bobot hanya 85% dibandingkan dengan kontrol. Pada 236

osmoregulasi dalam urin hipoosmotik normal, sedangkan pada ikan laut pengambilan NaCl dalam jumlah besar relatif sering terjadi pada berbagai kasus.

penambahan NaCl sebanyak 6% memberikan pertambahan bobot sebesar 77% sedangkan penambahan sebanyak 12% mengakibatkan pertambahan bobot sebesar 70%. Hal ini dikarenakan NaCl pada tingkatan yang tinggi diserap dalam 24 jam yang kelebihannya akan dikeluarkan kedalam perairan tawar pada sistem

Kebutuhan mineral makro dan mikro pada beberapa jenis ikan menurut hasil penelitian Steffens dapat dilihat pada Tabel 5.42 dan 5.43.

Tabel 5.42. Kebutuhan mineral makro dalam pakan pada berbagai jenis ikan air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering) Jenis ikan

Ca

P

Rainbow trout Mas Sidat Jepang Channel catfish Tilapia

300 mg – 3g 300 mg – 3g 300 mg – 3g 4,5 g 7g

Sekitar 6 g Sekitar 6 g Sekitar 6 g 4,2 – 4,5 g 4,5 – 6 g

Mg

K

400 – 700 mg 400 – 700 mg 400 – 700 mg 400 – 700 mg 400 – 700 mg

Max 1,6 g -

Tabel 5.43. Kebutuhan mineral mikro dalam pakan pada berbagai jenis ikan air tawar (mg/kg pakan) Jenis ikan

Fe

Cu

Mn

Zn

Co

Se

Rainbow trout Channel catfish Tilapia Common carp Ikan kerapu

R 30 30

3 5 3 3

13 2,4 1,7 13 5

15 – 30 20 20 15 – 30 30

0,5

0,15 - 0,38 0,25 R 0,1

Besi (Fe) Zat besi merupakan unsur mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh ikan dan manusia. Dalam makanan terdapat dua

macam zat besi, yaitu dalam bentuk heme dan non heme. Zat besi heme ditemukan dalam bentuk hemoglobin dan zat besi non heme dalam otot yang disebut myoglobin.

237

Fungsi dan peranan zat besi dalam tubuh ikan antara lain adalah : • Unsur yang sangat penting dalam pigmen darah (hemoglobin dan myoglobin) • Terlibat dalam pengangkutan oksigen dalam darah dan urat daging (otot) serta pemindahan/transfer elektron dalam tubuh • Unsur yang sangat penting dari variasi sistem enzim, yang meliputi enzim katalase, enzim peroxidase, enzim xantin oksidase, enzim aldehyde oxidase dan enzim succinic dehydrogenase.

Ikan dapat menyerap zat besi terlarut dari air melalui insang, sirip dan kulit. Zat besi dalam bentuk tereduksi, ion Fero (Fe ++) lebih mudah diserap karena lebih mudah larut dalam cairan-cairan pencernaan. Penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan sangat dipengaruhi oleh kadar keasaman, pH atau keasaman lambung dan bagian atas usus halus. Ikan sangat membutuhkan zat besi dalam suplai makanannya. Kebutuhan zat besi untuk setiap jenis ikan berbeda. Menurut hasil penelitian Lall (1989) dan NRC (1993) kebutuhan zat besi pada setiap jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 5.44.

Tabel 5.44. Kebutuhan zat besi pada beberapa jenis ikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis ikan

Zat besi (mg/kg pakan)

Atlantik Salmon (Salmo solar) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Eel (Anguila japonica) Common carp (Cyprinus carpio) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Kerapu (Epinephelus sp)

Kekurangan zat besi pada ikan dapat membawa dampak yang merugikan bagi ikan. Pada beberapa jenis ikan memberikan dampak yang berbeda, misalnya pada ikan channel catfish dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, konversi pakan rendah, nafsu makan menurun dan abnormalitas. Sedangkan pada

60 30 170 150 60 30

ikan salmon, japanese eel, common carp dan red sea bream dapat mengakibatkan hypochromic microcytic anemia yaitu sel-sel darah merah berwarna lebih pucat dengan ukuran sel yang lebih besar.

238

Seng (Zn) Ikan mengakumulasi seng dari dua sumber, yaitu pakan dan air, namun seng yang berasal dari pakan penyerapannya lebih efisien daripada dari air. Seng di dalam tubuh organisme sangat berperan penting sebagai kofaktor dari beberapa sistem enzim yng penting dalam proses metabolisme. Ikan dapat menyerap seng dari insang, kulit dan sirip. Seperti unsur lainnya selain diperoleh dari lingkungan perairan mineral seng perlu ditambahkan kedalam sumber makanannya agar kebutuhan ikan

akan mineral seng dapat terpenuhi. Mineral seng diserap dengan bantuan proses difusidalam duodenum dan jejenum bagian atas. Zat-zat yang membantu penyerapan mineral seng antara lain adalah asam amino terutama histidin dan sistein, asam sitrat, monosakarida dan komponenkomponen EDTA. Kebutuhan ikan akan mineral seng ini bervariasi bergantung pada usi, kematangan seksual, komposisi pakan, suhu air dan kualitas air. Kebutuhan mineral seng dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.45.

Tabel 5.45. Kebutuhan mineral seng pada beberapa jenis ikan No. 1. 2. 3. 4. 5.

Jenis ikan

Zat besi (mg/kg pakan)

Channel catfish (Ictalurus punctatus) Tilapia (Oreochromis aurea) Common carp (Cyprinus carpio) Rainbow trout (Salmo gairdneri) Kerapu (Epinephelus sp)

Dampak dari kekurangan mineral Zn untuk setiap jenis ikan berbeda. Pada ikan channel catfish dapat menyebabkan pertumbuhan menurun, nafsu makan rendah dan menurunkan tingkat serum alkaline phosphatase. Pada ikan mas menyebabkan pertumbuhan lambat, nafsu makan menurun, kematian tinggi, pengikisan pada kulit dan sirip serta menaikkan kadar besi dan tembaga diusus dan hepatopankreas.

20 20 15 - 30 15 - 30 50

Selain itu menurut Watanabe (1988) memperlihatkan bahwa kekurangan seng pada Rainbow trout dapat menyebabkan pertumbuhan menurun, mortalitas tinggi, pengikisan pada sirip dan kulit serta katarak pada mata dan bentuk tubuh menjadi kerdil dan pendek. Pada Japanese eel akan menyebabkan bentuk tubuh yang kerdil sedangkan pada channel catfish juga menyebabkan

239

serta

kunci dari beberapa sistem enzim, mangan essensial untuk pembentukan tulang, regenerasi sel darah merah, metabolisme karbohidrat dan siklus reproduksi.

Mangan pada ikan sangat berperan sebagai enzim aktivator untuk enzim-enzim yang menjembatani transfer dari grup phosphatase, sebagai komponen essensial dari enzim piruvate carboxylase, sebagai kofaktor atau komponen

Kebutuhan mangan pada beberapa jenis ikan berbeda (Tabel 5.46). untuk induk ikan salmon kebutuhan mineral mangannya > 50 mg/kg.

pertumbuhan anorexia.

lambat

Mangan (Mn)

Tabel 5.46. Kebutuhan mangan pada beberapa jenis ikan No. 1. 2. 3. 4.

Jenis ikan

Zat besi (mg/kg pakan) 20 20 13 13

Atlantik Salmon (Salmo solar) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Common carp (Cyprinus carpio) Rainbow trout (Salmo gairdneri)

Dampak yang diakibatkan dari kekurangan mineral mangan pada komposisi pakan ikan untuk setiap jenis ikan biasanya berbeda, antara lain adalah ; berkurangnya pertumbuhan, struktur tulang yang tidak normal pada ikan rainbow trout, carp dan tilapia, rendahnya daya tetas dan jumla telur pada induk ikan, ataxia yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mengkoordinasikan gerakangerakan otot secara sempurna serta menurunnya penampakan reproduksi. Kekurangan mangan pada pakan dapat dilakukan dengan menambahkan kandungan mineral mangan dalam pakan dalam bentuk mangan sulphat

MnSO4) (MnCl2).

dan

mangan

klorida

Tembaga (Cu) Tembaga merupakan unsur essensial dari sistem oksidasireduksi-enzim dan terlibat dalam metabolisme besi. Oleh karena itu tembaga terlibat dalam sintesis hemoglobin dan produksi sel darah dan perawatannya. Tembaga dibutuhkan untuk pembentukan pigmen melanin dan pigmen pada kulit, untuk pembentukan tulang dan penghubung jaringan serta merawat keseimbangan serabut myelin dari jaringan syaraf.

240

Mineral tembaga yang diserap oleh hewan dan ikan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk kimia mineral tembaga yang diterima, kandungan beberapa ion metal lain dan zat-zat organik serta umur.

Kebutuhan mineral tembaga berdasarkan hasil penelitian pada beberapa jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 5.47.

Tabel 5.47. Kebutuhan mineral tembaga pada beberapa jenis ikan No. 1. 2. 3. 4.

Jenis ikan

Zat besi (mg/kg pakan)

Atlantik Salmon (Salmo solar) Channel catfish (Ictalurus punctatus) Common carp (Cyprinus carpio) Rainbow trout (Salmo gairdneri)

Dampak kekurangan tembaga pada ikan sebagai organisme air jarang sekali terjadi karena mineral ini sudah cukup banyak tersedia dalam air. Pada ikan dampak mineral tembaga yang sudah diamati adalah kalau terjadi keracunan tembaga akibat terjadinya pencemaran lingkungan perairan yang dapat mengakibatkan rusaknya insang, mengurangi pigmentasi dan pertumbuhan lambat. Cobalt (Co) Mineral cobalt pada ikan diserap dari air disekitarnya dan masuk melalui insang. Konsentrasi cobalt yang masuk kedalam tubuh ikan sanagt dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan konsentrasi kalsium, dimana dengan meningkatnya suhu dan kalsium dilingkungan akan meningkatkan konsentrasi cobalt.

5 5 3 3

Cobalt mempunyai fungsi dan peranan pada ikan antara lain adalah merupakan komponen integral dari Cyanocobalamin (vitamin B12), sangat dibutuhkan untuk sintesa microflom pada saluran usus serta sangat penting untuk pembentukan sel darah merah dan perawatan jaringan syaraf, cobalt juga berfungsi sebagai agen kegiatan untuk sistem variasi enzim. Penyerapan mineral cobalt oleh ikan akan meningkat jika tubuh kekurangandan diserap dalam usus halus. Cobalt yang diserap secara normal tidak selalu dalam bentuk vitamin B12, hanya 1/10 – 1/12 cobalt pada tubuh dalam bentuk vitamin. Kebutuhan mineral cobalt oleh ikan berkisar antara 1 – 6 mg/kg pakan. Meningkatnya kandungan cobalt pada tubuh ikan rainbow trout dapat menyebabkan racun dan meningkatkan haemorrhages pada saluran 241

pencernaan dan pola putih pada sel darah. Selama masa perkembangan embrio telur ikan rainbow trout kebutuhan cobalt meningkat. Yodium (I) Yodium adalah komponen integral dari hormon thyroid dan sangat penting untuk sintesis hormon thyroid, yaitu Triiodothyronine (T3) dan thyroxine (Tetra iodothyronine/ T4). Yodium berfungsi untuk mengatur laju metabolisme seluruh proses ke dalam tubuh. Ikan memperoleh yodium dari air melalui pompa brachial dan makanan. Jumlah total yodium yang terkandung dalam kelnjar thyroid adalah 70 – 80%. Yodium terdapat dalam saluran pencernaan dalam bentuk ion I- dan diserap secara sempurna dalam lambung dan usus, kemudian ditransport ke kelenjar thyroid dan diubah dalam bentuk yodium inorganik yaitu Monoiodotirosin, Diodotirosin, Triiodothyronine (T3) dan thyroxine (Tetra iodothyronine/ T4) serta komponen-komponen organik yang mengandung yodium. Yodium yang tertangkap oleh kelenjar thyroid akan disimpan dalam bentuk Tiraglobulin merupakan protein yang mengandung yodium. Kebutuhan ikan akan yodium berkisar antara 1 – 5 mg/kg pakan. Dampak kekurangan yodium pada ikan brook trout mengakibatkan thyroid hyperflasia (pembengkakan pada kelenjar thyroid), bentuk tubuh kerdil dan pertumbuhan terhambat.

Selenium (Se) Selenium adalah bagian yang melengkapi dari enzim Glutation Peroksidase yaitu suatu enzim yang merubah hydrogen peroxide dan lemak hydroperoxides ke dalam air dan lemak alkohol secara berurutan. Enzim ini berfungsi dalam melindungi sel dari pengaruh peroxides. Enzim ini bersama-sama dengan vitamin E berfungsi sebagai antioksidan biologis yang melindungi polyunsaturated phospholipid di dalam sel dan sub sel membran dari kerusakan peroksidatif. Selenium diserap oleh ikan dari makanan dan lingkungan perairan melalui jalur gastrointestinal. Duodenum merupakan daerah penyerapan utama mineral ini dan akan berikatan pada protein dalam bentuk asam amino yang mengandung ikatan sulfur. Selenium yang berikatan dengan protein ini akan ditransport kedalam plasma darah dan jaringan lainnya. Pada ikan selenium sangat dibutuhkan untuk mencegah penyakit otot menyusut (muscular dystrophy). Kebutuhan selenium untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan memaksimalkan aktivitas glutathione peroxidase adalah 0,15 – 0,28 mg/kg untuk ikan rainbowtrout dan 0,25 mg/kg untuk ikan channel catfish. Pada ikan rainbow trout dan channel catfish kekurangan selenium dapat mengakibatkan depresi pertumbuhan.

242

BAB VI. Teknologi Pakan Buatan

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk ikan peliharaan yang berasal dari berbagai macam bahan baku yang mempunyai kandungan gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan ikan dan dalam pembuatannya sangat memperhatikan sifat dan ukuran ikan. Pakan buatan dibuat oleh manusia untuk mengantisipasi kekurangan pakan yang berasal dari alam yang kontinuitas produksinya tidak dapat dipastikan. Dengan membuat pakan buatan diharapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan akan terpenuhi setiap saat. Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria-kriteria seperti: • Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan • Diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran bukaan mulut ikan • Pakan mudah dicerna • Kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh • Memiliki rasa yang disukai ikan • Kandungan abunya rendah • Tingkat efektivitasnya tinggi

Sebelum melakukan pembuatan pakan ikan harus dipahami terlebih dahulu tentang jenis-jenis pakan yang dapat diberikan kepada ikan budidaya. Pengelompokkan jenisjenis pakan ikan dapat dibuat berdasarkan bentuk, berdasarkan kandungan airnya, berdasarkan sumber dan berdasarkan konstribusinya pada pertumbuhan ikan. Jenis-jenis pakan buatan berdasarkan bentuk antara lain adalah: 1. Bentuk larutan Digunakan sebagai pakan burayak ikan (berumur 2 - 20 hari). Larutan ada 2 macam, yaitu: 1) Emulsi, bahan yang terlarut menyatu dengan air pelarutnya; 2) Suspensi, bahan yang terlarut tidak menyatu dengan air pelarutnya. Bentuk larutan ini biasanya diberikan pada saat larva dengan komposisi bahan baku yang utama adalah kuning telur bebek atau ayam dengan tambahan vitamin dan mineral. 2. Bentuk tepung/meals Digunakan sebagai pakan larva sampai benih (berumur 2-40 hari). Tepung halus diperoleh dari 243

3.

4.

5.

6.

remah yang dihancurkan atau dibuat komposisi dari berbagai sumber bahan baku seperti menyusun formulasi pakan , dan biasanya diberikan pada larva sampai benih ikan. Bentuk butiran/granules Digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80 hari). Tepung kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan atau dibuat sama seperti membuat formulasi pakan lengkap dan bentuknya dibuat menjadi butiran. Bentuk remahan/crumble Digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung (berumur 80-120 hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi butiran kasar. Bentuk lembaran/flake Biasa diberikan pada ikan hias atau ikan laut dan dibuat dari berbagai bahan baku disesuaikan dengan kebutuhan dan pada saat akan dibentuk dapat menggunakan peralatan pencetak untuk bentuk lembaran atau secara sederhana dengan cara membuat komposisi pakan kemudian komposisi berbagai bahan baku tersebut dibuat emulsi yang kemudian dihamparkan di atas alas aluminium atau seng dan dkeringkan, kemudian diremasremas. Bentuk pellet tenggelam/sinking Biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan air tawar maupun ikan air laut yang mempunyai kebiasaan tingkah laku ikan tersebut berenang di dalam perairan. Ukuran ikan

yang mengkonsumsi pakan bentuk pellet bervariasi dari ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm maka ukuran pelet yang dibuat biasanya 50%nya yaitu 1 mm. Bentuk pellet ini juga dapat digunakan sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari. 7. Bentuk pellet terapung/floating Biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan air tawar maupun ikan air laut yang mempunyai kebiasaan tingkah laku ikan tersebut berenang di permukaan perairan. Ukuran ikan yang mengkonsumsi pakan bentuk pellet bervariasi dari ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm maka ukuran pelet yang dibuat biasanya 50%nya yaitu 1 mm. Bentuk pellet ini juga dapat digunakan sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari. Jenis pakan ikan berdasarkan kandungan airnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1. Pakan basah yaitu pakan yang mengandung air biasanya lebih dari 50%. Pakan basah biasanya terdiri dari pakan segar atau pakan beku, berupa cincangan atau gilingan daging ikan yang tidak bernilai ekonomis. Jenis pakan ini biasa diberikan kepada induk-induk ikan laut/udang, contoh pakan basah antara lain adalah cincangan daging cumicumi atau ikan laut. 2. Pakan lembab yaitu pakan yang mengandung air berkisar antara 20-40%. Pakan lembab dibuat 244

sebagai alternatif dari pakan basah yang banyak kekurangannya antara lain dapat mencemari perairan dan kekurangan asam amino tertentu. Pakan lembab ini dibuat dengan komposisi pakan sesuai kebutuhan ikan tetapi dalam prosesnya tidak dilakukan pengeringan, dibiarkan lembab dan disimpan dalam bentuk pasta kemudian dibekukan. Tetapi ada juga pakan basah ini dibuat dengan komposisi ikan yang dipasteurisasi ditambah beberapa tambahan seperti perekat, vitamin dan mineral atau silase ikan yang diberi beberapa komposisi zat tambahan. Pakan lembab ini dapat diberikan pada ukuran ikan dari benih sampai ke pembesaran. 3. Pakan kering yaitu pakan yang mengandung air kurang dari 10%. Jenis pakan ini yang biasa digunakan pada budidaya ikan secara intensif karena sangat mudah dalam proses distribusi, penyimpanan dan penanganannya. Jenis pakan kering ini dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk disesuaikan dengan kebutuhan ikan dan pada setiap tahapan budidaya dapat menggunakan pakan kering ini disesuaikan dengan ukuran dan jenis ikan yang akan mengkonsumsinya. Jenis pakan ikan berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan alami dan pakan buatan. Dalam buku teks ini akan dibahas secara detail setiap kelompok pakan ini pada bab tersendiri yaitu teknologi pembuatan

pakan dan teknologi produksi pakan alami. Jenis pakan ikan berdasarkan konstribusinya dalam menghasilkan penambahan berat badan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1. Suplementary Feed/pakan suplemen yaitu pakan yang dalam konstribusinya hanya menghasilkan penambahan berat badan kurang dari 50%. Jenis pakan ini biasanya dibuat oleh para pembudidaya ikan dengan mencampurkan beberapa bahan baku tanpa memperhitungkan kandungan proteinnya sehingga kandungan nutrisi dari pakan ini tidak lengkap. 2. Complete Feed/pakan lengkap yaitu pakan yang dalam konstribusinya menghasilkan penambahan berat badan lebih dari 50%. Jenis pakan ini biasanya adalah pakan kering dengan berbagai bentuk dimana komposisi bahan bakunya lengkap sehingga kandungan protein pakan mencukupi kebutuhan ikan yang akan mengkonsumsinya. Dengan mengetahui jenis-jenis pakan maka para pembudidaya ikan dapat menentukan jenis pakan yang akan dibuat disesuaikan dengan ikan yang akan dipeliharanya. Jenis pakan buatan yang akan dibahas dalam buku ini adalah pakan buatan yang akan dikonsumsi oleh ikan yang berukuran induk, larva atau benih sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan dalam bentuk pakan kering atau lembab. Pakan buatan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan akan 245

memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan yang mengkonsumsinya. Selain itu pakan yang dibuat sendiri mempunyai kandungan protein dan energi yang sesuai dengan kebutuhan ikan serta mempunyai harga yang lebih murah dibandingkan dengan membeli pakan buatan. Pakan merupakan komponen biaya operasional yang cukup besar dalam suatu usaha budidaya ikan sekitar 60% merupakan biaya pakan. Oleh karena itu dengan mempunyai kompetensi pembuatan pakan ikan diharapkan akan mengurangi biaya produksi yang cukup besar. Dalam membuat pakan buatan langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan perencanaan pembuatan pakan buatan. Perencanaan terhadap pembuatan pakan harus dibuat dengan seksama agar pakan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan ikan yang mengkonsumsinya. Pengetahuan pertama yang harus dipahami adalah mengenai kandungan nutrisi dari pakan buatan. Kandungan nutrisi yang terdapat didalam pakan buatan harus terdiri dari protein, lemak, karbohidrat , vitamin dan mineral. Komposisi nutrisi pakan yang terdapat pada pakan buatan sangat spesifik untuk setiap ukuran ikan. Kualitas pakan buatan ditentukan antara lain oleh kualitas bahan baku yang ada. Hal ini disebabkan selain nilai gizi yang dikandung bahan baku harus sesuai dengan kebutuhan ikan, juga pakan buatan ini disukai ikan baik rasa, aroma dan lain sebagainya yang dapat merangsang ikan untuk

memakan pakan buatan ini. Kajian tentang materi ini telah dibahas dalam bab sebelumnya yaitu tentang nutrisi ikan.

6.1. JENIS-JENIS BAHAN BAKU Bahan baku yang dapat digunakan dalam membuat pakan buatan ada beberapa macam. Dalam memilih beraneka macam bahan baku tersebut harus dipertimbangkan beberapa persyaratan. Persyaratan pemilihan bahan baku ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu persyaratan teknis dan persyaratan sosial ekonomis. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah : • Mempunyai nilai gizi tinggi, dengan bahan baku yang bergizi tinggi akan diperoleh pakan yang dapat dicerna oleh ikan dan dapat menjadi daging ikan lebih besar dari 50%. • Tidak mengandung racun, bahan baku yang mengandung racun akan menghambat pertumbuhan ikan dan dapat membuat ikan mati. • Sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan dialam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan. Seperti diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan 246

dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor, omnivor dan karnivor. Maka dalam memilih bahan baku yang akan digunakan untuk ikan herbivor akan sangat berbeda untuk ikan karnivora atau omnivor. Pada ikan herbivor komposisi bahan Tabel 6.1.

baku lebih banyak yang berasal dari nabati dan untuk ikan karnivor maka komposisi bahan bakunya lebih banyak berasal dari hewani. Beberapa jenis ikan berdasarkan kebiasaan makannya dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Beberapa jenis ikan berdasarkan (Hertrampf,J.W and Pascual,F.P, 2000)

Kelompok Herbivora

kebiasaan

makannya

Jenis ikan Big head carp (Aristichtus nobilis) Grass carp/ikan koan (Ctenopharyngodon idellus) Javanese carp (Puntius gonionotus) Silver carp (Hypothalmichtys molitrix) Gurami (Osphyronemus gourami) Bandeng (Chanos chanos) Perch (Perca sp) Rabbit fish/beronang (Siganus guttatus) Tilapia (Oreochromis spp) Siamemese gurami (Trichogaster pectoralis)

Omnivora

Channel catfish/lele amerika (Ictalurus punctatus) Common carp/ikan mas (Cyprinus carpio) Grey mullet/ikan belanak (Mugil cephalus)

Karnivora

Black carp (Mylopharyngodon piceus) Catfish/ikan lele (Clarias batrachus) Grouper/ikan kerapu (Epinephelus spp) Atlantic salmon (Salmo salar) Pacific salmon (Oncorhynchus spp) Seabass/ikan kakap (Lates calcarifer) Brown trout (Salmo trutta) Rainbow trout (Salmo gairdneri)

247

Persyaratan sosial ekonomis yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah : • Mudah diperoleh • Mudah diolah • Harganya relatif murah • Bukan merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan. • Sedapat mungkin memanfaatkan limbah industri pertanian Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan buatan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku hewani, bahan baku nabati dan bahan baku limbah industri pertanian. Bahan baku hewani adalah bahan baku yang berasal dari hewan atau bagian-bagian tubuh hewan. Bahan baku hewan ini merupakan sumber protein yang relatif lebih mudah dicerna dan kandungan asam aminonya lebih lengkap dibandingkan dengan bahan baku nabati. Beberapa macam bahan baku hewani yang biasa digunakan dalam pembuatan pakan ikan antara lain adalah : • Tepung ikan • Silase ikan • Tepung udang • Tepung cumi-cumi • Tepung cacing tanah • Tepung benawa/kepiting • Tepung darah • Tepung tulang • Tepung hati • Tepung artemia

Bahan baku nabati adalah bahan baku yang berasal dari tumbuhan atau bagian dari tumbuh-tumbuhan. Bahan nabati pada umumnya merupakan sumber karbohidrat, namun banyak juga yang kaya akan protein dan vitamin. Beberapa macam bahan baku nabati yang biasa digunakan dalam pembuatan pakan ikan antara lain terdiri dari ; • Tepung kedelai • Tepung jagung • Tepung terigu • Tepung tapioka • Tepung sagu • Tepung daun lamtoro • Tepung daun singkong • Tepung kacang tanah • Tepung beras Bahan baku limbah industri pertanian adalah bahan baku yang berasal dari limbah pertanian baik hewani maupun nabati. Beberapa macam bahan limbah yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan antara lain terdiri dari; • Tepung kepala udang • Tepung anak ayam • Tepung darah • Tepung tulang • Ampas tahu • Bungkil kelapa • Dedak halus • Isi perut hewan mamalia Selain ketiga jenis bahan baku tersebut untuk melengkapi ramuan dalam pembuatan pakan buatan biasanya diberikan beberapa bahan tambahan. Jumlah bahan tambahan (feed additive) yaitu bahan makanan atau suatu zat yang ditambahkan dalam komposisi pakan untuk meningkatkan kualitas dari pakan 248

tersebut. Jumlah bahan tambahan yang digunakan biasanya relatif sedikit tetapi harus ada dalam meramu pakan buatan. Jenis-jenis bahan tambahan antara lain terdiri dari : • Vitamin dan mineral, vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah sedikit karena tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh ikan maka dalam pembuatan pakan harus ditambahkan. Jumlah pemberian vitamin dan mineral dalam pakan buatan berkisar antara 2 – 5%. Vitamin dan mineral untuk membuat pakan ikan dapat dibuat sendiri yang disebut vitamin premix atau membelinya di toko. Vitamin dan mineral dijual di toko penggunaannya sebenarnya untuk ternak tetapi dapat juga digunakan untuk ikan. Merek dagang vitamin dan mineral tersebut antara lain adalah Aquamix, Rajamix, P fizer Premix A, P frizer Premix B, Top Mix, Rhodiamix 273. • Antioksidan, antioksidan adalah zat antigenik yang dapat mencegah terjadinya oksidasi pada makanan dan bahan-bahan makanan. Penggunaan antioksidan dalam pembuatan pakan ikan bertujuan untuk mencegah penurunan nilai nutrisi makanan dan bahan-bahan makanan ikan serta mencegah terjadinya ketengikan lemak atau minyak, serta untuk mencegah kerusakan vitamin yang larut dalam lemak. Dalam memilih jenis antioksidan yang akan digunakan harus diperhatikan beberapa syarat berikut yaitu ; ƒ Antioksidan harus efektif dalam mencegah proses





oksidasi dari makanan ikan yang mengandung lemak dan unit yang larut dalam lemak. ƒ Tidak bersifat racun bagi ikan ƒ Harus efektif dalam konsentrasi rendah ƒ Mempunyai nilai ekonomis Jenis antioksidan yang biasa digunakan dalam pembuatan pakan buatan adalah BHA (Butil Hidroksi Anisol) dan BHT (Butil Hidroksi Toluene). Jumlah yang aman digunakan sebaiknya adalah 200 ppm atau 0,02% dari kandungan lemak dalam pakan, sedangkan jenis antioksidan lainnya yaitu Etoksikuin dapat digunakan sebesar 150 mg/kg pakan. Selain itu vitamin C saat ini merupakan salah satu jenis vitamin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Bahan pengikat (Binder), penambahan bahan pengikat di dalam ramuan pakan buatan berfungsi untuk menarik air, memberikan warna yang khas dan memperbaiki tekstur produk. Jenis bahan pengikat yang dapat digunakan antara lain adalah : agar-agar, gelatin, tepung kanji, tepung terigu, tepung maizena, Carboxymethy Cellulose (CMC), karageenan, asam alginat. Jumlah penggunaan bahan pengikat ini berkisar antara 5 – 10%. Asam amino essensial sintetik, adalah asam-asam amino yang sangat dibutuhkan sekali oleh ikan untuk pertumbuhannya dan tidak dapat diproduksi oleh ikan. Asam amino ini dapat diperoleh dari hasil perombakan protein, protein tersebut diperoleh dari sumber bahan baku hewani dan 249





nabati. Tetapi ada sumber bahan baku yang kandungan asam aminonya tidak mencukupi. Oleh karena itu bisa ditambahkan asam amino buatan/sintetik kedalam makanan ikan. Jenis asam amino essensial tersebut adalah : arginine, Histidine, Isoleucine, Lysine, Methionine, Phenylalanine, Threonine, Tryptophan, Valine dan Leucine. Pigmen, adalah zat pewarna yang dapat diberikan dalam komposisi pakan buatan yang peruntukkannya untuk pakan ikan hias, dimana pada ikan hias yang dinikmati adalah keindahan warna tubuhnya sehingga dengan menambahkan pigmen tertentu kedalam pakan buatan akan memunculkan warna tubuh ikan hias yang indah sesuai dengan keinginan pembudidaya. Jenis pigmen yang ada dapat diperoleh dari bahan-bahan alami atau sintetik seperti pigmen karoten , astaxantin dan sebagainya. Dosis pemberian pigmen dalam komposisi pakan biasanya berkisar antara 5 – 10%. Antibiotik, adalah zat atau suatu jenis obat yang biasa ditambahkan dalam komposisi pakan untuk menyembuhkan ikan yang terserang penyakit oleh bakteri. Dengan pemberian obat dalam pakan yang berarti pengobatan dilakukan secara oral mempermudah pembudidaya untuk menyembuhkan ikan yang sakit. Dosis antibiotik yang digunakan sangat bergantung pada jenis penyakit dan ukuran ikan yang terserang penyakit.





Attractants adalah suatu zat perangsang yang biasa ditambahkan dalam komposisi pakan udang/ikan laut. Seperti diketahui udang merupakan organisme yang hidupnya di dasar dan untuk menarik perhatiannya terhadap pakan buatan biasanya ditambahkan zat perangsang agar pakan buatan tersebut mempunyai bau yang sangat menyengat sehingga merangsang udang/ikan laut untuk makan pakan ikan tersebut. Beberapa jenis attractant yang biasa digunakan dari bahan alami atau sintetis antara lain adalah terasi udang, kerang darah, glysine 2%, asam glutamate, cacing tanah atau sukrosa. Hormon, adalah suatu bahan yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin dan ditransportasikan melalui pembuluh darah ke jaringan lain dimana beraksi mengatur fungsi dari jaringan target. Ada banyak jenis hormon yang terdapat pada makhluk hidup. Penggunaan hormon dalam pakan buatan yang telah dicoba pada beberapa ikan antara lain ikan bandeng, ikan kerapu adalah pembuatan pakan dalam bentuk pelet kolesterol, dimana pada pakan buatan tersebut ditambahkan hormon yang bertujuan untuk mempercepat tingkat kematangan gonad, hormon yang digunakan adalah kombinasi antara 17 αmetiltestoteron dan a-LHRH.

Selain mengetahui jenis-jenis bahan baku yang akan digunakan untuk 250

membuat pakan buatan harus mengetahui kandungan nutrisi dari bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan buatan. Kandungan nutrisi bahan baku dapat diketahui dengan melakukan analisa proximat terhadap bahan baku tersebut. Dari hasil analisa proximat

akan diketahui kandungan zat gizi bahan baku yang meliputi : kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa nitrogen (BETN). Adapun komposisi kandungan nutrisi bahan baku dapat dilihat pada tabel 6.2 , 6.3 dan 6.4.

Tabel 6.2. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Nabati NO

JENIS BAHAN BAKU

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Dedak padi Dedak gandum Cantel Tepung terigu Tepung kedelai Tahu Tepung sagu Bungkil kelapa Biji kapok randu Biji kapas Tepung daun turi Tepung daun lamtoro Tepung daun singkong Tepung jagung Kanji

PROTEIN % 11,35 11,99 13,00 8,90 39,6 7,80 7,25 17,09 27,40 19,40 27,54 36,82 34,21 7,63 0,41

KARBOHIDRAT % 28,62 64,78 47,85 77,30 29,50 1,60 77,45 23,77 18,60 21,30 16,08 14,69 74,23 86,40

LEMAK % 12,15 1,48 2,05 1,30 14,30 4,60 0,55 9,44 5,60 19,50 4,73 5,40 4,60 4,43 0,54

251

Tabel 6.3. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Hewani NO

JENIS BAHAN BAKU

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Tepung ikan import Tepung rebon Benawa/kepiting Tepung ikan mujair Ikan teri kering Ikan petek kering Tepung kepiting Tepung cumi Tepung ikan kembung Rebon basah Tepung bekicot Tepung cacing tanah Tepung artemia Telur ayam/itik Susu

PROTEIN % 62,65 59,40 23,38 55,6 63,76 60,0 53,62 62,21 40,63 13,37 54,29 72,00 42,00 12,80 35,60

KARBOHIDRAT % 5,81 3,20 0,06 7,36 4,1 2,08 13,15 1,26 1,67 30,45 0,70 52,00

LEMAK % 15,38 3,60 25,33 11,2 3,7 15,12 3,66 5,25 1,52 4,18 11,50 1,00

Tabel 6.4. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Limbah Pertanian NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

JENIS BAHAN BAKU Isi perut hewan mamalia Tepung anak ayam Bungkil kelapa sawit Tepung kepala udang Tepung anak ayam Tepung kepompong ulat sutera Bungkil kacang tanah Tepung darah Silase ikan Ampas tahu Bekatul Tepung menir

PROTEIN % 8,39 61,65 18,7 53,74 61,56 46,74

KARBOHIDRAT % 5,54 64 0 -

49,5 71,45 18,20 23,55 10,86 8,64

28,3 13,32 43,45 45,46 88,03

LEMAK % 53,51 27,3 4,5 6,65 27,30 29,75 11,4 0,42 1,20 5,54 11,19 1,92

252

Bagaimanakah anda melakukan penyiapan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan buatan? Apakah bahan baku itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut diskusikan dan pelajari materi dalam buku ini atau mencari referensi lain dari buku, internet, majalah dan sebagainya.

sumber hewani. Hal ini dikarenakan ikan-ikan laut merupakan organisme air yang bersifat karnivora yaitu organisme air yang makanan utamanya adalah berasal dari hewani dalam hal ini adalah ikanikan yang mempunyai ukuran tubuhnya lebih kecil dari yang mengkonsumsinya.

Bahan baku adalah bahan yang akan digunakan untuk membuat pakan buatan. Bahan baku yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pakan buatan tersebut. Jenis-jenis bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat pakan buatan untuk induk, larva dan benih ikan dapat dikelompokkan menjadi bahan baku hewani, nabati dan bahan tambahan. Jenis bahan baku yang akan digunakan untuk pembuatan pakan ikan laut biasanya berasal dari

Berdasarkan kebiasaan makan pada setiap jenis ikan maka jenis-jenis bahan baku yang akan digunakan untuk ikan karnivora atau herbivora/omnivora akan sangat berbeda dalam pemilihannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tacon (1988) dalam Millamena et al (2000) telah direkomendasikan penggunaan beberapa bahan baku yang dapat digunakan berdasarkan kebiasaan makan ikan (Tabel 6.5)

253

Tabel 6.5. Rekomendasi penggunaan bahan baku untuk pakan ikan dan udang dalam % (Tacon, 1988) Jenis bahan baku Tepung Alfalfal Tepung darah Cassava/tepung tapioka Tepung kelapa Tepung biji jagung Tepung maizena Tepung biji kapas Penyulingan jagung Dicalsium phosphate Tepung bulu ayam Tepung ikan Konsentrat protein ikan Tepung giling Tepung hati Tepung daging dan tulang Tepung limbah peternakan Tepung minyak lobak Tepung kulit padi Tepung udang Tepung cumi Tepung gandum Tepung kedelai Tepung kedele penuh lemak Tepung terigu Biji gandum Tepung kanji Air dadih Yeast kering

Ikan karnivora

Ikan herbivora/ omnivora

Udang karnivora

Udang herbivora/ omnivora

5 10 15 15 20 15 15 10 3 10 Bebas 15 15 50 20 15 20 15 25 Bebas 20 25 35 20 15 15 10 15

10 10 35 25 35 20 20 15 3 10 Bebas 10 25 50 25 20 25 35 25 Bebas 35 35 40 35 30 15 10 15

5 10 15 15 15 15 10 10 3 10 20 15 15 25 15 15 15 15 Bebas Bebas 15 20 20 20 15 20 10 15

10 10 25 25 20 15 15 3 10 35 15 25 20 20 20 20 35 Bebas Bebas 35 30 30 35 30 20 10 15

Ikan karnivora di alam akan memakan ikan yang lebih kecil ukurannya, didalam suatu usaha budidaya biasanya diberikan ikanikan rucah. Kontinuitas ikan rucah di alam sangat bergantung kepada ketersediaan alam. Oleh karena itu pembuatan pakan buatan diharapkan mampu menggantikan kebutuhan

ikan laut akan pakan. Pakan buatan untuk ikan laut bahan baku yang biasa digunakan antara lain dapat dilihat pada Tabel 6.6. Kandungan nutrisi bahan baku yang biasa digunakan untuk membuat pakan buatan dapat dilihat pada Tabel 6.6 .

254

Tabel 6.6. Jenis dan Kandungan nutrisi bahan baku ikan karnivora Jenis bahan Tepung mujair Tepung petek Tepung teri Tepung tongkol Tepung kembung Tepung cumi Tepung kepala udang Tepung kerang Tepung darah Tepung kedelai Tepung kanji Tepung beras Tepung sagu Tepung ketan Tepung dedak Tepung jagung

Kadar protein

Kadar lemak

Kadar karbohidrat

55,60 66,00 63,76 55,72 40,36 74,80 43,95 66,56 93,00 37,42 0,41 14,10 7,25 8,21 10,86 7,63

11,20 15,12 3,70 4,11 5,25 8,80 5,11 1,40 6,26 0,54 15,10 0,55 2,13 11,19 4,43

7,36 2,08 4,10 6,62 1,26 0,26 47,51 73,24 66,21 83,12 34,73 72,71

Kadar serat kasar 0 17,45 1,10 13,16 12,80 11,24 2,26 13,16 1,52

Kadar air

Kadar abu

6,34 9,60 10,28 4,95 20,90 6,53 8,48 12,80 8,49 1,32 12,60 11,02

19,50 13,20 18,28 28,60 31,96 3,40 26,70 7,10 4,98 1,55 12,80 1,53 2,96 1,55 2,70

Selain itu untuk menambah pengetahuan tentang jenis-jenis bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat pakan ikan, berdasarkan hasil analisa proksimat kandungan bahan baku pakan yang telah dilakukan pada laboratorium Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Departement. Philipina dapat dilihat pada Tabel 6.7.

255

Tabel 6.7. Hasil analisa proksimat bahan baku (Mllamena et al, 2000). Kadar air

Kadar protein

Kadar lemak

Kadar serat kasar

Bahan Ekstra Tanpa Nitrogen

Abu

Sumber Hewani Tepung ikan lokal Tepung ikan chili Tepung ikan danish Tepung ikan Peru 1 Tepung ikan Peru 2 Tepung ikan tuna Tepung ikan putih Tepung kepala udang Tepung udang Tepung cumi Tepung kepiting Tepung kodok Tepung darah Tepung daging & tulang

10,3 8,4 9,5 8,3 7,1 9,4 7,2 6,5 8,2 6,9 5,5 7,6 6,3 5,6

64,1 70,1 73,9 68,3 67,9 65,4 69,0 51,2 68,6 78,5 74,1 62,5 87,7 46,8

6,5 8,5 9,4 5,9 10,0 8,0 7,6 5,2 3,9 5,5 7,1 1,7 3,0 9,6

0,8 0,5 0,3 0,8 1,3 0,8 0,6 13,3 3,6 1,3 0,9 1,2 0,4 2,0

8,5 4,1 2,4 7,7 4,1 8,8 4,8 5,3 7,6 6,7 8,1 4,7 3,3 7,5

20,1 16,8 14,0 17,3 16,7 17,0 18,0 25,0 16,3 8,0 9,8 29,9 5,6 34,1

Nabati Tepung daun akasia Tepung daun alfalfal Tepung daun camote Tepung daun cassava Tepung daun ipil Tepung daun kangkung Tepung malunggay Tepung daun pepaya Tepung copra Cowpea Mugbean hijau Mugbean kuning Butiran beras Tepung jagung Tepung tapioka Tepung roti Tepung terigu Tepung pollard Tepung biji gandum Tepung maizena Tepung beras Dedak Tepung jagung

4,4 7,2 4,5 5,9 7,8 5,7 3,5 5,4 7,9 8,0 7,1 7,7 5,0 8,4 11,9 12,1 11,3 9,5 6,0 7,3 9,2 7,0 5,6

25,7 17,2 29,7 22,1 25,1 28,5 30,4 20,7 22,0 23,0 23,2 24,1 26,5 7,8 0,4 12,9 15,3 15,4 27,8 62,6 13,3 3,3 35,8

5,6 3,0 4,9 9,3 6,8 5,4 8,4 11,6 6,7 1,3 1,2 1,1 0,8 4,7 0,2 1,2 1,7 4,5 4,3 7,7 14,1 2,0 19,8

21,2 27,7 10,0 12,4 10,6 10,5 8,3 11,2 17,3 4,1 3,1 3,8 4,0 2,6 1,1 0,3 0,8 10,3 3,4 2,2 8,5 32,4 4,9

41,7 42,9 43,2 49,2 44,0 43,6 43,7 42,6 44,3 67,5 68,7 67,1 64,6 83,1 98,2 84,9 81,1 64,0 59,6 25,9 53,4 41,6 33,9

5,8 9,2 12,2 7,0 13,5 12,0 9,2 13,9 9,7 4,1 3,8 3,9 4,1 1,8 0,1 0,7 1,1 5,8 4,9 1,6 10,7 20,7 5,6

Jenis bahan baku

256

Jenis bahan baku

Kadar air

Kadar protein

Kadar lemak

Kadar serat kasar

Bahan Ekstra Tanpa Nitrogen

Abu

7,2 4,2 7,9 5,9 4,4 7,3 4,0 7,2 8,3

89,7 37,9 94,4 64,6 54,6 65,2 52,1 49,4 55,2

0,1 4,1 0,0 8,6 9,4 10,9 1,8 1,6 0,8

0,3 10,7 0,1 3,0 4,0 1,4 2,1 2,4 1,7

8,9 8,9 5,1 12,5 20,1 8,8 15,7 34,5 35,1

1,0 38,4 0,4 11,8 11,9 13,7 28,3 12,1 7,4

7,8 8,0 8,0 8,1 7,6 10,1 10,4 8,5 10,4 10,4 8,0 5,5 9,8 15,2 7,0 6,1

71,2 55,5 27,2 51,9 24,4 35,1 33,6 57,8 9,0 24,7 56,7 49,1 20,6 13,8 10,2 5,4

8,3 6,8 3,4 10,4 7,1 4,2 18,1 7,6 0,8 2,6 2,8 10,7 3,3 1,9 0,4 0,8

5,4 11,3 12,9 3,5 2,5 5,6 4,4 8,4 9,6 0,7 0,6 2,1 16,4 9,3 5,8 6,1

9,9 15,0 36,5 15,3 26,7 27,7 23,0 17,2 46,4 20,2 28,1 19,0 35,9 36,9 44,8 57,3

5,2 11,4 20,0 18,9 39,3 27,4 20,9 9,0 34,2 51,8 11,8 19,1 23,8 38,1 38,8 30,4

Sumber lainnya Casein Tepung kepiting Gelatin Tepung kerang hijau Tepung Oyster Tepung scallops Tepung snail Ragi Breewer Ragi Candida Pakan alami Acartia sp Artemia Azolla Brachionus sp Chaetoceros calcitran Chlorella air laut Isochrysis galbana Moina macrocopa Sargassum Skeletonema Spirulina Tetraselmis sp Digman Enteromorpha Gracilaria sp Kappaphycus sp

Hasil analisa proksimat dari setiap bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan perhitungan formulasi pakan. Pada tabel sebelumnya telah diuraikan tentang kadar karbohidrat dari setiap bahan baku pakan untuk memudahkan dalam menghitung jumlah energi dalam setiap formulasi.

Seperti diketahui bahwa dari hasil analisa proksimat karbohidrat dibagi menjadi serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Sedangkan untuk menghitung energi yang digunakan adalah kadar karbohidrat, tetapi untuk mengetahui daya cerna setiap bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat pakan ikan adalah kadar serat kasar. Oleh 257

karena itu pemahaman tentang bahan baku tersebut sangat penting. 2.

6.2. PENYUSUNAN FORMULASI PAKAN Jenis bahan baku yang harus disiapkan sangat bergantung kepada jenis ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut dan stadia pemberian pakannya. Selain itu untuk mengetahui jenis-jenis bahan baku yang akan dipilih harus dilakukan perhitungan. Perhitungan jumlah bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan tersebut dinamakan menyusun formulasi pakan. Setelah mengetahui tentang jenis-jenis bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan, kandungan zat gizi dari bahan-bahan baku tersebut dan cara menyusun formulasi/ramuan pakan buatan barulah kita dapat membuat pakan buatan. Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang jenis bahan baku dan kandungan gizinya selanjutnya adalah menyusun formulasi. Pengetahuan yang harus dipahami dalam menyusun formulasi pakan ikan adalah kebutuhan ikan akan beberapa kandungan zat gizi antara lain adalah : 1. Protein, kebutuhannya berkisar antara 20 – 60%. Untuk ikan-ikan laut biasanya kebutuhan protein cukup tinggi karena merupakan kelompok ikan karnivora yaitu berkisar antara 30 – 60%. Sumber protein dapat diperoleh dari hewani atau nabati tetapi

3.

4. 5.

untuk ikan laut lebih menyukai sumber protein diambil dari hewani. Lemak, kebutuhannya berkisar antara 4-18%. Sumber lemak/lipid biasanya adalah : • Hewani : lemak sapi, ayam, kelinci, minyak ikan • Nabati : jagung, biji kapas, kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai Karbohidrat, terdiri dari serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN), kebutuhannya berkisar antara 20 – 30%. Sumber karbohidrat biasanya dari nabati seperti jagung, beras, dedak, tepung terigu, tapioka, sagu dan lain-lain. Kandungan serat kasar kurang dari 8% akan menambah struktur pellet, jika lebih dari 8% akan mengurangi kualitas pellet ikan. Vitamin dan mineral, kebutuhannya berkisar antara 2–5% Jumlah keseluruhan bahan baku dalam menyusun formulasi pakan ikan ini harus 100%.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam menyusun formulasi pakan antara lain adalah : 1. Metode Pearsons Square (Metode segi empat Pearsons) 2. Metode Aljabar 3. Metode Linier (Program linier) 4. Metode coba-coba (Trial and Error) 5. Metode Work Sheet 6.2.1. Metode segi empat Pearsons Metoda segiempat kuadrat adalah suatu metode yang pertama kali 258

dibuat oleh ahli pakan ternak dalam menyusun pakan ternak yang bernama Pearsons.. Metode ini ternyata dapat diadaptasi oleh para ahli pakan ikan dan digunakan untuk menyusun formulasi pakan ikan. Dalam menyusun formulasi pakan ikan dengan metode ini didasari pada pembagian kadar protein bahan-bahan pakan ikan. Berdasarkan tingkat kandungan protein, bahan-bahan pakan ikan ini terbagi atas dua bagian yaitu : • Protein Basal, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20%. • Protein Suplement, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein lebih dari 20%. Dalam metode segi empat ini langkah pertama adalah melakukan pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan. Disarankan untuk memilih bahan baku pembuatan pakan ikan ini tidak hanya dari satu sumber bahan saja tetapi menggunakan beberapa bahan baku dari sumber nabati, hewani atau limbah hasil pertanian. Misalnya kita akan membuat pakan ikan dengan kadar protein 35% dengan menggunakan bahan baku terdiri dari tepung ikan, dedak halus, tepung jagung, tepung terigu dan tepung kedelai. Maka dengan menggunakan metode segiempat ini, tahapan yang harus dilakukan antara lain adalah : • Mengelompokkan bahan baku yang telah dipilih berdasarkan





kadar protein dari setiap bahan baku tersebut yaitu ; - Bahan baku kelompok protein Basal : Dedak halus 15,58%, Tepung Jagung 9,50%, Tepung terigu 12,27% - Bahan baku kelompok protein Suplemen: Tepung ikan 62,99%, Tepung kedelai 43,36% Melakukan perhitungan rata-rata kandungan bahan baku dari protein basal dan protein suplemen dengan cara melakukan penjumlahan semua bahan baku yang berasal dari protein basal dan membagi dengan berapa macam jumlah bahan baku protein basal. Begitu juga dengan bahan baku suplemen dilakukan penjumlahan kadar protein suplemen kemudian dibagi dengan berapa macam jumlah bahan baku protein suplemen. Dari contoh kasus diatas maka jumlah kadar protein basal dari ketiga bahan baku tersebut adalah 15,58% + 9,50% + 12,27% = 37,35%, kemudian nilai rata-rata bahan baku protein basal adalah 37,35% : 3 = 12,45%. Sedangkan jumlah kadar protein suplemen dari dua bahan baku tersebut adalah 62,99% + 43,36% = 109,35%, kemudian rata-rata bahan baku protein suplemen adalah 109,35% : 2 = 54,68%. Setelah bahan baku dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu protein basal dan protein suplemen maka langkah selanjutnya adalah membuat kotak segi empat. Pada bagian tengah kotak segi empat diletakkan nilai kandungan 259

protein pakan yang akan dibuat. Pada bagian atas kiri segiempat diletakkan nilai rat-rata kandungan protein basal dan pada bagian bawah kiri

segiempat diletakkan nilai ratarata kandungan protein suplemen, lihat pada gambar dibawah ini ;

Protein basal12,45%

Protein suplemen 54,68% •



Lakukan perhitungan untuk mengisi kekosongan nilai pada sisi sebelah kanan segiempat dengan cara diagonal untuk setiap kandungan protein basal dan kandungan protein suplemen tersebut. Pada bagian tengah segiempat tersebut diletakkan kadar protein pakan ikan yang akan dibuat yaitu 35%. Untuk mengisi nilai disebelah kanan segiempat bagian atas adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein suplemen maka nilai tersebut adalah melakukan pengurangan nilai

..........%

.

...........%

protein suplemen dengan kadar protein pakan yaitu 54,68% 35% = 19,68%. Sedangkan untuk mengisi nilai pada segiempat sisi kanan pada bagian bawah adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein basal bahan baku dilakukan pengurangan antara kadar protein pakan dengan kadar protein bahan baku basal yaitu 35% - 12,45% = 22,55%, maka dapat dilihat pada gambar segiempat dibawah ini adalah sebagai berikut ;

Protein basal 12,45%

19,68%

Protein suplemen 54,68%

22,55%

Setelah diperoleh nilai pada keempat sudut segiempat tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan penjumlahan

nilai pada bagian sisi sebelah kanan, maka dapat dilihat pada gambar segiempat di bawah ini :

260

Protein basal 12,45%

19,68%

Protein suplemen 54,68%

22,55% __________ + 42,23%



Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi setiap bahan baku yang telah disusun dengan cara sebagai berikut :

membuat pakan sebagai berikut :

Komposisi bahan baku yang berasal protein suplemen adalah : Tepung ikan = 53,40% : 2 = 26,7% Tepung kedelai = 53,40% : 2 = 26,7%

-

Komposisi bahan baku yang berasal dari protein basal adalah : Dedak halus = 46,60% : 3 = 15,53% Tepung Jagung = 46,60% : 3 = 15,53% Tepung terigu = 46,60% : 3 = 15,53%

= 46,60% 22,55% = ---------- X 100% 42,23% = 53,40% -

Dari hasil perhitungan langkah sebelumnya maka dihitung komposisi bahan yang akan digunakan

adalah

-

19,68% Protein Basal = ---------- X 100% 42,23%

Protein Suplemen

ikan

pada dapat baku untuk

Untuk membuktikan bahwa komposisi bahan baku yang dipergunakan untuk membuat pakan ikan mengandung kadar protein 35% yang berarti dalam satu kilogram pakan mengandung 350 gram protein dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : Tepung ikan Tepung kedelai Dedak halus Tepung jagung Tepung terigu

26,7% 26,7% 15,53% 15,53% 15,53%

X 62,99% X 46,36% X 15,58% X 9,50% X 12,27%

= 16,82% = 12,38% = 2,42% = 1,48% = 1,91% -------------- + 35,01% 261

Jika akan membuat pakan ikan sebanyak 100 kg maka komposisi bahan baku yang harus disiapkan adalah sebagai berikut : Tepung ikan Tepung kedelai Dedak halus Tepung jagung Tepung terigu

26,70% 26, 70% 15,53% 15,53% 15,53%

X 100 kg X 100 kg X 100 kg X 100 kg X 100 kg

Jika dalam komposisi bahan baku pembuatan pakan ikan akan ditambahkan bahan tambahan maka jumlah bahan baku utama harus dikurangi dengan jumlah bahan tambahan yang akan digunakan. Misalnya dalam komposisi bahan pakan tersebut akan ditambahkan vitamin sebanyak 2% dan mineral 2% maka jumlah bahan utama akan berkurang menjadi 100% - 4% (2% + 2%) = 96%. Maka jumlah kadar protein dari bahan utama tersebut ditambahkan agar komposisi bahan baku dari pakan ikan tersebut memenuhi kebutuhan kadar protein pakan yang akan dibuat menjadi (35%) X 100% /96% = 36,46%. Hal ini dilakukan karena vitamin dan mineral tidak mempunyai kandungan protein. Maka komposisi bahan baku menjadi sebagai berikut ;

= 26,70 kg = 26,70 kg = 15,53 kg = 15,53 kg = 15,53 kg --------------- + 99,99 kg

Pada bagian tengah segiempat tersebut diletakkan kadar protein pakan ikan yang telah ditambahkan menjadi 36,46%. Untuk mengisi nilai di sebelah kanan segiempat bagian atas adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein suplemen maka nilai tersebut adalah melakukan pengurangan nilai protein suplemen dengan kadar protein pakan yaitu 54,68% - 36,46% = 18,22%. Sedangkan untuk mengisi nilai pada segiempat sisi kanan pada bagian bawah adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein basal bahan baku dilakukan pengurangan antara kadar protein pakan dengan kadar protein bahan baku basal yaitu 36,46% - 12,45% = 24,01%, maka dapat dilihat pada gambar segiempat di bawah ini adalah sebagai berikut

Protein basal 12,45%

18,22%

Protein suplemen 54,68%

24,01%

262

Setelah diperoleh nilai pada keempat sudut segiempat tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan penjumlahan nilai pada bagian sisi

sebelah kanan, maka dapat dilihat pada gambar segiempat di bawah ini:

Protein basal 12,45%

18,22%

Protein suplemen 54,68%

24,01% __________ + 42,23%

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi setiap bahan baku yang telah disusun dengan cara sebagai berikut : Protein Basal

Protein Suplemen

=

18,22% --------------- X 96% = 41,42% 42,23%

=

24,01% --------------- X 96% = 54,58% 42,23%

Dari hasil perhitungan pada langkah sebelumnya maka dapat dihitung komposisi bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan adalah sebagai berikut : - Komposisi bahan baku yang berasal protein suplemen adalah: Tepung ikan

= = Tepung kedelai = =

-

Komposisi bahan baku yang berasal dari protein basal adalah: Dedak halus = 41,42% : 3 = 13,81% Tepung jagung = 41,42% : 3 = 13,81% Tepung terigu = 41,42% : 3 = 13,81%

54,58% : 2 7,29% 54,58% : 2 27,29%

263

Untuk membuktikan bahwa komposisi bahan baku yang dipergunakan untuk membuat pakan ikan mengandung kadar protein 35% Tepung ikan Tepung kedelai Dedak halus Tepung jagung Tepung terigu

27,29% 27,29% 13,81% 13,81% 13,81%

yang berarti dalam satu kilogram pakan mengandung 350 gram protein dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

X 62,99% X 46,36% X 15,58% X 9,50% X 12,27%

= 17,19% = 12,6516% = 2,1516% = 1,1320% = 1,6945% -------------- + 34,82% mendekati 35%

Maka komposisi bahan baku pakan ikan menjadi : Tepung ikan 27,29% Tepung kedelai 27,29% Dedak halus 13,81% Tepung jagung 13,81% Tepung terigu 13,81% Vitamin 2 % Mineral 2 % -------------+ 100% 6.2.2. Metode aljabar Metode aljabar merupakan suatu metode penyusunan formulasi yang didasari pada perhitungan matematika yang bahan bakunya dikelompokkan menjadi X dan Y. X merupakan jumlah berat bahan baku dari kelompok sumber protein utama (protein suplement) dan Y merupakan jumlah berat kelompok sumber protein basal. Perhitungannya menggunakan rumus aljabar sehingga didapat formulasi pakan ikan sesuai dengan kebutuhan. Pada persamaan aljabar dalam matematika ada dua metode yang

digunakan dalam mencari nilai pada komponen X dan Y yaitu metode substitusi dan metode eliminasi. Metode substitusi adalah suatu metode mencari nilai x dan y dengan cara mengganti dengan beberapa persamaan sedangkan metode eliminasi adalah suatu metode mencari nilai x dan y dengan cara menghilangkan salah satu komponen dalam persamaan tersebut. Contoh kasus menghitung formulasi pakan dengan menggunakan metode aljabar, jika akan dibuat pakan ikan dengan kadar protein 35% dari berbagai bahan baku antara lain adalah tepung ikan (kadar protein 62,65%), tepung kedelai (kadar 264

protein 39,6%), ampas tahu (kadar protein 25,55%), tepung bekicot (kadar protein 54,29%), dedak halus (kadar protein 15,58%) dan tepung jagung (kadar protein 9,50%). Maka tahapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : • Melakukan pengelompokkan bahan baku berdasarkan kadar proteinnya yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku protein suplemen dan bahan baku protein basal. Dalam metode aljabar dapat dibuat suatu formulasi pakan ikan yang sangat sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan mengkonsumsi pakan ikan tersebut. Pada metode segiempat semua bahan baku dari kelompok protein basal dan kelompok protein suplemen dibuat sama, padahal seperti kita ketahui ada kebutuhan bahan baku yang berbeda untuk setiap jenis ikan. Seperti dalam rekombinasi penggunaan bahan baku bahwa penggunaan bahan mempunyai batas optimum yang dapat digunakan untuk menyusun formulasi pakan. Oleh karena itu dalam menggunakan Tepung ikan kadar protein Tepung kedelai kadar protein Ampas tahu kadar protein Tepung bekicot kadar protein

Rata-rata kadar protein dari kelompok sumber protein suplement adalah 299,03% dibagi 6 = 49,84% = 0,4984 Sedangkan untuk bahan baku sebagai kelompok protein basal

metode aljabar rekomendasi penggunaan bahan baku dapat diterapkan sesuai dengan jenis ikan yang akan disusun formulasinya. Misalnya dalam formulasi pakan ini ingin dibuat kandungan bahan baku yang berasal dari tepung ikan dan tepung bekicot sebagai sumber bahan baku hewani adalah 2 kali lebih banyak dari komposisi bahan baku lainnya. Maka komposisi kelompok sumber bahan protein suplemen adalah sebagai berikut: - Tepung ikan kadar protein 62,65% adalah 2 bagian - Tepung kedelai kadar protein 39,6% adalah 1 bagian - Ampas tahu kadar protein 25,55% adalah1 bagian - Tepung bekicot kadar protein 54,29% adalah 2 bagian Maka dari komposisi kelompok bahan baku protein suplemen tersebut menjadi 6 bagian (2+1+1+2 bagian) maka rata-rata kadar protein dari kelompok ini menjadi : 62,65% 39,60% 25,55% 54,29%

X2 X1 X1 X2

= 125,30% = 39,60% = 25,55% = 108,58% ------------- + 299,03%

adalah dedak halus dapat digunakan 2 kali lebih banyak dibandingkan dengan tepung jagung karen aselain harganya murah juga penggunaannya masih dapat lebih besar dari tepung jagung maka komposisi 265

kelompok sumber bahan protein basal adalah sebagai berikut : Dedak halus kadar protein 15,58% adalah 2 bagian Tepung jagung kadar protein 9,50% adalah 1 bagian Maka dari komposisi kelompok bahan baku protein basal tersebut menjadi 3 bagian (2+1 bagian) maka rata-rata kadar protein dari kelompok ini menjadi : Dedak 15,58%X2 = 31,16% T. Jagung 9,50% X 1 = 9,50% --------- + 40,66%





0,1355 adalah rata-rata kadar protein kelompok protein basal, sedangkan nilai 35 adalah kadar protein pakan yang akan dibuat. Setelah mendapatkan dua buah persamaan maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan secara matematika dengan menggunakan metode aljabar untuk mencari nilai x dan y. Nilai x dan y ini dapat diperoleh dengan cara substitusi atau eliminasi. Secara eliminasi : X + Y = 100 (persamaan 1) 0,4948X + 0,1355 Y = 100 (persamaan 2)

Rata-rata kadar protein dari kelompok sumber basal adalah 40,66% dibagi 3 = 13,55% = 0,1355

Persamaan 1 dikalikan dengan nilai 0,4984 maka diperoleh persamaan 3 yaitu : 0,4984 X + 0,4984Y = 49,84

Langkah selanjutnya menetapkan komponen X dan Y

Persamaan 3 dikurangi dengan persamaan 2 maka hasilnya :

X adalah kelompok protein suplemen Y adalah kelompok protein basal

0,4984 X + 0,4984 Y = 49,84 0,4984 X + 0,1355 Y = 35,00

sumber

-

sumber

Berdasarkan persamaan aljabar akan diperoleh dua persamaan yaitu : Persamaan 1 adalah X + Y = 100, seperti diketahui bahwa jumlah bahan baku yang akan digunakan untuk menyusun formulasi pakan adalah 100 %. Persamaan 2 adalah 0,4948X + 0,1355Y = 35, nilai 0,4948 adalah rata-rata kadar protein dari kelompok protein suplemen, nilai

0,3629 Y = 14,84 Y = 14,84 0,3629 = 40,89 Setelah diperoleh nilai Y maka untuk mencari nilai X dengan cara memasukkan persamaan 1 sehingga diperoleh nilai X yaitu: X + Y = 100 X = 100 – Y X = 100 – 40,89 X = 59,11 266

Setelah diperoleh nilai Y maka untuk mencari niali X dengan cara memasukkan persamaan 1 sehingga diperoleh nilai X yaitu: X + Y = 100 X = 100 – Y X = 100 – 40,3 X = 59,7

Secara substitusi : X + Y = 100 (persamaan 1) 0,4948 X + 0,1355 Y = 35 (persamaan 2) Dari persamaan 1 dapat diperoleh persamaan X=100–Y, maka jika nilai X dari persamaan 1 dimasukkan dalam persamaan 2 maka nilai Y akan diperoleh yaitu : 0,4948 (100–Y)+0,1355 Y = 35 49,48–0,4948Y+0,1355 Y = 35 - 0,4948Y+0,1355Y=35 – 49,48 - 0,3593

Y = Y =



- 14,48 14,48 0,3593

=

40,3

Dari kedua metode dalam persamaan aljabar ini diperoleh nilai yang tidak terlalu berbeda sehingga dapat diperoleh nilai X dan nilai Y, dimana nilai X merupakan komposisi bahan dari protein suplemen dan nilai Y merupakan komposisi bahan dari protein basal. Langkah selanjutnya adalah menghitung setiap komposisi bahan baku dari nilai X dan Y yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya.

Komposisi bahan baku dari protein suplemen adalah sebagai berikut : Tepung ikan Tepung kedelai Ampas tahu Tepung bekicot

2/6 1/6 1/6 2/6

X X X X

59,11% 59,11% 59,11% 59,11%

= = = =

19,70% 9,85% 9,85% 19,70% + 59,10%

Komposisi bahan baku dari protein basal adalah sebagai berikut : Dedak halus Tepung jagung

2/3 1/3

X 40,89% = X 40,89% =

27,26% 13,64% + 40,90%

267

Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini mempunyai kadar protein 35% dapat dilakukan pengecekan dengan cara menghitung sebagai berikut : Tepung ikan Tepung kedelai Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung

19,70% 9,85% 9,95% 19,70% 27,26% 13,63%

X X X X X X

62,65% 39,60% 25,55% 54,29% 15,58% 9,50%

= = = = = =

12,34% 3,90% 2,54% 10,69% 4,25% 1,29% + 35,26%

Berdasarkan perhitungan tersebut terbukti bahwa formulasi pakan dengan menggunakan metode aljabar dapat dengan mudah dibuat dengan kelebihan dapat menggunakan bahan baku sesuai dengan kebutuhan ikan atau kebiasaan makan ikan dan kebutuhan optimal pemakaian bahan baku.

6.2.3. Metode linier Metode Linier merupakan metode penyusunan formulasi pakan dengan menggunakan rumus matematika dan bisa dibuat programnya melalui komputer. Metode ini dapat diterapkan jika pengetahuan komputer dan matematikanya cukup

baik. Pada metode linier dengan melakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus matematika dapat dilakukan dengan cara : • Memilih jenis bahan baku yang akan digunakan dan dibuat suatu tabel dengan beberapa persamaan yang akan digunakan, misalnya akan dibuat pakan ikan dengan kadar protein 35% dengan menggunakan jenis bahan baku antara lain adalah tepung ikan (kadar protein 62,65%), tepung kedele (kadar protein 39,6%), ampas tahu (25,55%), tepung bekicot (kadar protein 54,59%), dedak halus (kadar protein 15, 58%) dan tepung jagung (kadar protein 9,5%).

268

No.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis bahan baku

Kadar Protein (%)

Jumlah bahan baku (%)

n

X

Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Σ



Y

Nilai X kuadrat (Dalam persen) X2

Kadar protein yang diinginkan (%) XY

62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50

? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ?

207,17

100%

?

35%

Nilai Y dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan linier, yaitu : Y=a+bX Σ Y = n. a + b. Σ X Σ X Y = n. Σ X a + b. Σ X2 ΣY–bΣX

Nilai X kuadrat dalam persen dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai X pada kolom tersebut kemudian dibagi 100 maka nilai X dalam kuadrat untuk tepung ikan adalah (62,65 X 62,65) dibagi 100 = 39,25. Begitu seterusnya untuk setiap bahan baku yang digunakan sehingga diperoleh nilai seperti pada tabel di bawah ini :

a = n nΣXY–ΣXΣY b=

n Σ X 2 – ( Σ X )2

269

No.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis bahan baku

Kadar Protein (%)

Jumlah bahan baku (%)

n

X

Kadar protein yang diinginkan (%) XY

62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50

? ? ? ? ? ?

39,25 15,68 6,53 29,47 2,43 0,90

? ? ? ? ? ?

207,17

100%

94,24

35%

Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Σ



Y

Nilai X kuadrat (Dalam persen) X2

Dari persamaan linier tersebut kita dapat menghitung nilai a dan b sebagai koefisien yang akan dipergunakan untuk menghitung nilai Y dengan cara sebagai berikut :

ΣY–bΣX a = n 100% - 0,02. 207,17% a = 6

nΣXY–ΣXΣY b =

100% - 4,14%

n Σ X 2 – ( Σ X )2

a = 6

6. 35% - 207,17 . 100% b =

2

6. 94,24 – (207,17) 210% - 207,17% b = 565,44% - 429,19% 2,83 b = 136,25 b = 0,02

95,86 a = 6 a =

15,98

Setelah diperoleh nilai koefisien a dan b maka dapat dimasukkan dalam persamaan linier untuk mencari nilai Y yaitu Y = 15,98 + 0,02 X. Dari persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung nilai Y pada tabel 270

diatas untuk setiap bahan baku yang digunakan, misalnya untuk bahan baku tepung ikan nilai Y nya adalah = 15,98 + (0,02 X 62,65) = 15,58 + 1,253 = 17,23,

No.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis bahan baku n Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Σ



1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis bahan baku n Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Σ

Y 17,23 16,77 16,49 17,07 16,29 16,17

Nilai X kuadrat (Dalam persen) X2 39,25 15,68 6,53 29,47 2,43 0,90

Kadar protein yang diinginkan (%) XY ? ? ? ? ? ?

100%

94,24

35%

Kadar Protein (%)

Jumlah bahan baku (%)

X 62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50 207,17

Setelah diperoleh nilai Y pada setiap bahan baku maka dapat dihitung nilai XY dengan cara mengalikan nilai X dengan nilai Y sehingga dapat diperoleh nilai XY untuk bahan baku tepung ikan adalah 62,65 dikali dengan 17,23

No.

lakukan perhitungan nilai Y untuk setiap bahan baku yang digunakan sehingga semua nilai Y pada setiap bahan baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

dibagi 100 maka hasilnya adalah 10,79%. Lakukan perhitungan untuk setiap bahan baku yang digunakan sehingga diperoleh nilai seperti pada Tabel dibawah ini :

Y 17,23 16,77 16,49 17,07 16,29 16,17

Nilai X kuadrat (Dalam persen) X2 39,25 15,68 6,53 29,47 2,43 0,90

Kadar protein yang diinginkan (%) XY 10,79% 6,64% 4,21% 9,27% 2,54% 1,54%

100%

94,24

35%

Kadar Protein (%)

Jumlah bahan baku (%)

X 62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50 207,17

271



Langkah selanjutnya adalah menyusun formulasi bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan dengan kadar protein 35% dengan metode linier adalah sebagai berikut : Tepung ikan Tepung kedelai Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung

17,23% 16,77% 16,49% 17,07% 16,29% 16,17% + 100,02%

6.2.4. Metode Trial and Error (coba-coba) Metode coba-coba (Trial and Error) merupakan metode yang banyak digunakan oleh pembuat pakan skala kecil dimana metode ini relatif sangat mudah dalam membuat formulasi pakan ikan. Metode ini prinsipnya adalah semua bahan baku yang akan digunakan harus berjumlah 100%. Jika bahan baku yang dipilih untuk penyusunan formulasi sudah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah mengalikan antara jumlah bahan baku dengan kandungan protein bahan baku. Langkah tersebut dilakukan sampai diperoleh kandungan protein pakan sesuai dengan yang diinginkan. Dalam metode ini maka si pembuat formula harus sudah mengetahui dan

memahami kebutuhan bahan baku yang akan digunakan tersebut sesuai dengan kebutuhan ikan dan kebiasaan makan setiap jenis ikan serta kandungan optimal setiap bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi tersebut. Para peneliti yang menggunakan metode ini biasanya menggunakan rumus matematika biasa yang digunakan dalam persamaam kuadrat atau dengan menggunakan perkalian biasa atau menggunakan metode berat yaitu menghitung dengan cara mencoba dan mencoba lagi berdasarkan satuan berat. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun pakan ikan dengan metode coba-coba (Trial and error) adalah sebagai berikut : •

Pilihlah bahan baku yang akan digunakan untuk menyusun pakan ikan dan susunlah berdasarkan kandungan protein pada setiap bahan baku tersebut. Misalnya dalam membuat pakan ikan untuk ikan Mas dengan kandungan protein 35% dengan bahan baku yang digunakan adalah tepung ikan (kadar protein 62,65%), tepung kedele (kadar protein 39,6%), ampas tahu (25,55%), tepung bekicot (kadar protein 54,59%), dedak halus (kadar protein 15, 58%) dan tepung jagung (kadar protein 9,5%). Untuk memudahkan maka dibuat tabel seperti dibawah ini :

272

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung

Kadar protein bahan baku (%)

Jumlah bahan baku (%)

Kadar protein bahan baku (%)

62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50

? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ?

100%

35%

Masukkan jumlah bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi pakan sampai semua bahan baku yang digunakan berjumlah 100%. Dalam mengisi kolom jumlah bahan baku harus mempertimbangkan kadar protein bahan baku, jenis ikan yang akan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



bahan baku

Jenis bahan baku Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Vitamin Mineral

mengkonsumsi bahan baku, macam-macam bahan baku, harga dan kebutuhan optimal bahan baku untuk setiap jenis ikan berdasarkan kebiasaan makannya.

Kadar protein bahan baku (%)

Jumlah bahan baku (%)

Kadar protein bahan baku (%)

62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50 -

20 15 16 15 20 10 2 2

? ? ? ? ? ?

100%

35%

Setelah jumlah bahan baku yang akan digunakan diletakkan pada kolom jumlah bahan baku maka langkah selanjutnya adalah menghitung kadar protein pada setiap bahan baku dengan cara

jumlah bahan baku yang akan digunakan dkalikan dengan kadar protein bahan baku. Misalnya untuk tepung ikan mempunyai kadar protein 62,55%, jika akan digunakan 273

sebanyak 20% dari total bahan baku maka kontribusi kadar protein dari tepung ikan adalah 20% dikali dengan 62,55% = No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Jenis bahan baku Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Vitamin Mineral

12,51%. Lakukan perhitungan untuk semua bahan baku sehingga diperoleh nilai seperti dalam tabel dibawah ini.

Kadar protein bahan baku (%)

Jumlah bahan baku (%)

Kadar protein bahan baku (%)

62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50 -

20 15 16 15 20 10 2 2

12,51 5,94 4,09 8,14 3,12 0,95

100%

35%

Setelah dimasukkan kedalam tabel tersebut lakukan penjumlahan dan dicek apakah jumlah kadar protein semua bahan baku tersebut sudah 35% . Jumlah kadar protein semua bahan baku itu adalah 12,51 + 5,94 + 4,09 + 8,14 + 3,12 + 0,95 = 34,75. dari hasil coba-coba tersebut baru diperoleh kadar protein semua bahan baku adalah 34,75%, padahal kadar protein pakan yang diinginkan

adalah 35% maka masih kekurangan kadar protein sebanyak 0,25%, maka dari bahan baku yang digunakan harus ditambahkan bahan baku yang kadar proteinnya tinggi dan mengurangi jumlah bahan baku yang kadar proteinnya rendah sampai benar-benar diperoleh nilai kadar protein sebesar 35%. Maka komposisi pakan ikan kadar 35% yang telah diperbaiki menjadi seperti tabel dibawah ini:

274

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jenis bahan baku Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Vitamin Mineral

Kadar protein bahan baku (%)

Jumlah bahan baku (%)

Kadar protein bahan baku (%)

62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50 -

22 16 15 13 20 10 2 2

13,78 6,34 3,83 7,06 3,12 0,95 -

100%

35,08%

Untuk melengkapi komposisi pakan dari keempat metode diatas sebaiknya dilakukan perhitungan nilai energi dari formulasi pakan tersebut. Formulasi pakan yang telah dibuat tersebut dapat memberikan pertumbuhan yang optimal pada ikan budidaya jika pakan yang dibuat tersebut mempunyai perbandingan/rasio protein energi berkisar antara 8 – 10. Nilai No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jenis bahan baku Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Vitamin Mineral

perbandingan antara protein dan energi (digestible energi) dapat dilakukan perhitungan. Adapun cara melakukan perhitungan adalah sebagai berikut : • Misalnya komposisi pakan yang telah diperoleh adalah dari hasil perhitungan seperti yang telah dilakukan dengan metode trial and error sebagai berikut :

Kadar protein bahan baku (%)

Jumlah bahan baku (%)

Kadar protein bahan baku (%)

62,65 39,60 25,55 54,29 15,58 9,50 -

22 16 15 13 20 10 2 2

13,78 6,34 3,83 7,06 3,12 0,95 -

100%

35,08%

275



setiap bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan sebagai berikut :

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk kadar lemak dan karbohidrat dari No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jenis bahan baku Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Vitamin Mineral

Kadar lemak bahan baku (%)

Jumlah bahan baku (%)

Kadar lemak bahan baku (%)

15,38 14,30 5,54 4,18 12,15 4,43 -

22 16 15 13 20 10 2 2

3,38 2,29 0,83 0,54 2,43 0,43 -

100%

9,90%

Setelah itu lakukan perhitungan kadar karbohidrat bahan baku, karbohidrat dalam analisa proksimat merupakan

penjumlahan dari serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.

No.

Jenis bahan baku

Kadar karbohidrat bahan baku (%)

Jumlah bahan baku (%)

Kadar karbohidrat bahan baku (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tepung ikan Tepung kedele Ampas tahu Tepung bekicot Dedak halus Tepung jagung Vitamin Mineral

5,81 29,5 26,92 30,45 28,62 74,23 -

22 16 15 13 20 10 2 2

1,28 4,72 4,04 3,96 5,72 7,42 -

100%

27,14%

Dari hasil perhitungan diperoleh kandungan nutrisi dari formulasi pakan yang telah dibuat yaitu : Kadar protein : 35 %

Kadar Lemak : 9,9% Kadar Karbohidrat : 27,14%

276

Pada penjelasan tentang energi pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang nilai energi dari setiap bahan makanan dimana berdasarkan nilai Gross Energi (GE) diketahui 1 gram protein setara dengan 5,6 kkal/g, sedangkan untuk satu gram lemak adalah 9,4 kkal/g dan untuk satu gram karbohidrat adalah 4,1 kkal/g. Dengan berdasarkan nilai GE dapat dihitung nilai energi yang dapat dicerna oleh ikan yaitu 80% dari nilai GE maka 1 gram protein setara Protein Lemak Karbohidrat

: : :

dengan 4,48 kkal/g, sedangkan untuk satu gram lemak adalah 7,52 kkal/g dan untuk satu gram karbohidrat adalah 3,28 kkal/g. Maka dalam komposisi pakan dengan kandungan protein 35% berarti dalam satu kilogram pakan terdapat 350 gram protein, 99 gram lemak dan 271,4 gram karbohidrat. Untuk memperoleh nilai jumlah energi dari formulasi pakan tersebut dilakukan penjumlahan nilai energi yang berasal dari protein, lemak dan karbohidrat yaitu :

350 gram X 4,48 kkal/gram = 1568,00 kkal 99 gram X 7,52 kkal/gram = 744,48 kkal 271,4 gram X 3,28 kkal/gram = 890,19 kkal + 3202,67 kkal

Maka protein energi ratio adalah 3202,67 dibagi 350 = 9,15.

Hal ini berarti dalam satu gram protein yang dihasilkan dari formulasi pakan tersebut diimbangi dengan energi sebesar 9,15 kkal, yang berarti energi yang diperoleh dari hasil perhitungan formulasi pakan tersebut sudah memenuhi kriteria kebutruhan ikan akan energi yaitu berkisar antara 8 – 10. 6.2.5. Metode worksheet Metode yang terakhir dan saat ini banyak digunakan oleh pembuat pakan adalah metode worksheet. Metode ini dapat menggunakan alat bantu komputer untuk menghitung jumlah bahan baku yang digunakan dengan membuat lembar kerja pada program microsoft excell. Data

kandungan nutrisi bahan baku dan jenis bahan baku yang akan digunakan dimasukkan dalam data tersebut dan berapa jumlah kebutuhan untuk setiap jenis bahan baku harus mengalikan antara persentase bahan baku yang digunakan dengan kandungan protein, lemak dan karbohidrat bahan baku, dengan program ini hanya membantu dalam perkalian antara kolom yang satu dengan kolam yang lainnya dengan program komputer. Prinsipnya adalah hampir sama dengan trial and error atau mau menggunakan metode apa saja untuk mengisi kolom jumlah bahan baku yang akan digunakan dimana pada metode ini perhitungan dapat dibantu dengan komputer. Metode ini dapat mempermudah para pembuat 277

yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan dapat bersumber dari hewani, nabati atau limbah hasil pertanian. Selain itu dengan menggunakan berbagai sumber bahan baku akan saling melengkapi kekurangan dan kelebihan zat nutrisi yang terkandung di dalam setiap bahan baku. Misalnya bahan baku yang akan digunakan adalah tepung ikan, tepung kedelai, tepung bekicot, tepung terigu, dedak, tepung jagung, vitamin dan mineral dengan komposisi zat nutrisi pada setiap bahan baku tersebut adalah seperti pada tabel dibawah ini.

formulasi untuk memperoleh formulasi pakan yang lengkap dengan kandungan energi dari formulasi pakan yang dibuat. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun formulasi pakan dengan metode worksheet adalah sebagai berikut : •



Lakukan pemilihan terhadap jenis bahan baku yang akan digunakan dalam membuat pakan ikan. Misalnya akan dibuat pakan ikan Mas, ikan Mas ini merupakan salah satu jenis ikan berdasarkan kebiasaan makannya adalah ikan dari kelompok omnivora yaitu kelompok ikan pemakan segala. Oleh karena itu jenis bahan baku Jenis bahan baku

Kadar protein (%)

Kadar lemak (%)

Kadar abu (%)

Kadar serat kasar (%)

Kadar BETN (%)

Tepung ikan Tepung kedelai Tepung keong mas Tepung terigu Tepung jagung Dedak Vitamin Mineral

65,8 35,8 52,8 15,3 7,8 13,3 -

6,5 19,8 14,6 1,7 4,7 14,1 -

20,1 1,8 15,3 0,7 1,8 10,7 -

0,8 4,9 0,7 0,8 2,6 8,5 -

8,5 33,9 19,5 81,1 83,1 53,4 -

Dari tabel pada tahap sebelumnya tentukan terlebih dahulu jumlah setiap bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan mas dan kadar protein, lemak dan karbohidrat serta energi (kalori) pakan buatan yang akan dibuat. Misalnya kadar protein pakan adalah 35%, kadar lemak adalah



10% dan kadar karbohidrat kurang dari 40% dengan nilai energi (kalori) pakan buatan adalah 3500 sehingga ratio/perbandingan protein dan energi adalah 10. Buatlah perkiraan jumlah setiap bahan baku yang akan digunakan dengan cara menggunakan menggunakan 278

metode yang anda inginkan dan masukkan dalam kolom yang berisi jumlah bahan baku dan hitunglah kadar protein, lemak Jenis bahan baku

Jumlah bahan baku (%)

Tepung ikan Tepung kedelai Tepung keong Tepung terigu Tepung jagung Dedak Vitamin Mineral Jumlah •

Kadar protein (%)

Kadar lemak (%)

Kadar abu (%)

65,8 35,8 52,8 15,3 7,8 13,3 -

6,5 19,8 14,6 1,7 4,7 14,1 -

20,1 1,8 15,3 0,7 1,8 10,7 -

35

10

-

Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah bahan baku yang akan digunakan dan Jenis bahan baku Tepung ikan Tepung kedelai Tepung keong Tepung terigu Tepung jagung Dedak Vitamin Mineral Jumlah



100

Jumlah bahan baku (%) 20 15 10 10 15 25 2 3 100

dan karbohidratnya. Adapun worksheet yang dibuat seperti tabel dibawah ini :

0,8 4,9 0,7 0,8 2,6 8,5 -

Kadar BETN (%) 8,5 33,9 19,5 81,1 83,1 53,4 5 ppm, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air antara 6 – 8.

Langkah kerja yang harus dilakukan pada pembuatan media budidaya Rotifera sama dengan budidaya Daphnia. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan inokulasi bibit pakan alami kedalam media kultur yaitu pertama melakukan identifikasi jenis bibit pakan alami Rotifera, kedua melakukan seleksi terhadap bibit pakan alami Rotifera, ketiga melakukan inokulasi bibit pakan alami sesuai dengan prosedur . Identifikasi Rotifera perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan inokulasi. Rotifera merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidup diperairan tawar didaerah tropis dan subtropis. Berdasarkan klasifikasinya Rotifera sp dapat dimasukkan kedalam : Filum : Rotifera Kelas : Monogononta Ordo : Ploima Famili : Brachionidae Subfamili : Brachioninae Genus : Brachionus Spesies : Brachionus calyciflorus Morfologi Rotifera dapat dilihat secara langsung dibawah mikroskop, ciri khas nya yang sangat mudah untuk dikenali adalah adanya corona atau semacam selaput yang dikelilingi cilia yang mencolok disekitar mulutnya. Lingkaran cilia dibagian anterior terdapat diatas pedestal yang terbagi dua yang disebut trocal disk. Gerakan membranela pada trochal disk seperti dua roda yang berputar. 381

Trochal disk digunakan berenang dan makan.

untuk

Tubuh Rotifera umumnya transparan, beberapa berwarna hijau, merah atau coklat yang disebabkan oleh warna makanan yang ada disekitar saluran pencernaannya. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu bagian kepala yang pendek, badan yang besar dan kaki atau ekor. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris. Pada kepala terdapat corona yang berguna sebagai alat untuk mengalirkan makanan, organ perasa atau peraba dan bukaan mulut. Rongga badan berisi cairan tubuh dan terdapat beberapa organ tubuh, yaitu saluran pencernaan yang terdiri dari mastax dengan kelenjar ludah, oesophagus, lambung dengan kelenjar perut dan usus. Organ ekresi, organ genital meliputi germanium atau ovari dan vitellarium. Sejumlah otot-otot melingkar dan membujur yang meluas sampai ke kepala dan kaki. Kepala dan badan tidak jelas batasnya, kaki ramping dan ujung kaki mengecil, pada ujung kaki terdapat dua ruas semu atau lebih bahkan kadang-kadang tidak terlihat karena ditarik kedalam tubuh atau mengkerut dan adakalanya tidak. Kaki yang beruas semu mempunyai dua jari dan mengandung kelenjar kaki yang bermuara di ujung jari. Badan Brachionus dilapisi kutikula yang membentuk lapisan agak tebal dan kaku yang disebut lorica. Ukuran

lorica berbeda-beda untuk setiap spesies yang sama pada habitat berbeda. Rata-rata lebar lorica Brachionus calyciflorus bervariasi antara 124 – 300 mikron. Panjang tubuh berkisar antara 200 – 500 µm . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.23.

Gambar 7.23. Rotifera Langkah selanjutnya setelah dapat mengidentifikasi jenis Rotifera yang akan ditebar kedalam media kultur adalah melakukan pemilihan terhadap bibit Rotifera. Pemilihan bibit Rotifera yang akan ditebar kedalam media kultur harus dilakukan dengan tepat. Bibit yang akan ditebar kedalam media kultur harus yang sudah dewasa. Rotifera dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis. Ukuran badan dan nilai kalori rotifer berdasarkan volume dan bobot dapat dilihat pada tabel 7.9.

382

Tabel 7.9. Ukuran badan dan nilai kalori rotifer (Brachionus sp) Rotifer

Panjang lorika (µm)

Betina Jantan Telur Telur Kista

273 ± 13 113 ± 3 128 ± 1 98 ± 4

Lebar lorika (µm)

Volume (ml)

Bobot (µg)

Nilai kalori (10 -7 kkal)

170 92 105 77

1,77 0,29 0,90 0,30

0,195 0,031 0,096 0,033

10,89 1,75 5,50 1,85

Perkembangbiakan Rotifera di dalam media kultur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara sexual dan asexual. Perkembangbiakan secara asexual (tidak kawin) yang disebut dengan Parthenogenesis terjadi dalam keadaan normal. Sifat yang khas pada rotifera adalah adanya dua tipe jenis betina yaitu betina miktik dan amiktik. Betina amiktik menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi betina amiktik pula. Tetapi dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan (tidak normal) seperti terjadi perubahan salinitas,

suhu air dan kualitas pakan, maka telur betina amiktik tersebut dapat menetas menjadi betina miktik. Betina miktik ini akan menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi jantan. Bila jantan dan betina miktik tersebut kawin, maka betina miktik akan menghasilkan telur dorman (dorman egg) dengan cangkang yang keras dan tebal yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek dan kekeringan, dan dapat menetas bila keadaan perairan telah normal kembali. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.24.

383

Gambar 7.24. Daur hidup rotifer (Brachionus sp)

Rotifera mempunyai umur hidup yang relatif singkat yaitu antara 4 – 19 hari. Menurut beberapa ahli 24 jam setelah menetas Brachionus muda telah menjadi dewasa dan dapat menghasilkan telur 2 sampai 3 butir. Hal ini telah diperkuat oleh peneliti bahwa jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina Brachionus calyciflorus yang dikultur secara khusus di laboratorium adalah rata-rata 3 – 6 butir. Sedangkan pengetahuan tentang jumlah telur yang dihasilkan oleh betina miktik masih sedikit sekali, tetapi diduga tidak jauh berbeda dari jumlah telur yang dihasilkan oleh betina amiktik.

Setelah dapat membedakan antara individu Rotifera yang telur, anak, remaja dan dewasa maka selanjutnya adalah memilih individu yang dewasa sebagai calon bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur. Jumlah bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur sangat bergantung kepada volume media kultur . Padat penebaran bibit yang akan diinokulasi kedalam media kultur biasanya adalah 20 – 25 individu perliter. Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan menebarkannya secara hati-hati kedalam media kultur sesuai dengan 384

padat tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Rotifera ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi dan sore hari. Langkah kerja dalam menebar bibit pakan alami rotifera adalah sebagai berikut : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan inokulasi/penanaman bibit pakan alami Rotifera! 2. Siapkan mikroskop dan peralatannya untuk mengidentifikasi jenis Rotifera yang akan dibudidayakan! 3. Ambillah seekor Rotifera dengan menggunakan pipet dan letakkan diatas objec glass, dan teteskan formalin agar individu tersebut tidak bergerak ! 4. Letakkan objec glass dibawah mikroskop dan amati morfologi Rotifera serta cocokkan dengan gambar 6. 5. Lakukan pengamatan terhadap individu Rotifera beberapa kali ulangan agar dapat membedakan tahapan stadia pada Rotifera yang sedang diamati dibawah mikroskop ! 6. Hitunglah panjang tubuh individu Rotifera dewasa beberapa ulangan dan perhatikan ukuran tersebut dengan kasat mata! 7. Lakukanlah pemilihan bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur d an letakkan dalam wadah yang terpisah! 8. Tentukan padat penebaran yang akan digunakan dalam budidaya pakan alami Rotifera tersebut sebelum dilakukan penebaran.

9. Hitunglah jumlah bibit yang akan ditebar tersebut sesuai dengan point 8. 10. Lakukan penebaran bibit pakan alami Rotifera pada pagi atau sore hari dengan cara menebarkannya secara perlahan-lahan kedalam media kultur. Pemupukan susulan pada budidaya rotifera dilakukan sama dengan budidaya daphnia. Frekuensi pemupukan susulan ditentukan dengan melihat sample air didalam media kultur , parameter yang mudah dilihat adalah jika transparansi kurang dari 0,3 m didalam media kultur. Hal ini dapat dilihat dari warna air media yang berwarna keruh atau warna teh bening. Jika hal tersebut terjadi segera dilakukan pemupukan susulan. Jenis pupuk yang digunakan sama dengan pemupukan awal. Mengapa pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera harus dipantau ? Kapan waktu yang tepat dilakukan pemantauan populasi pakan alami Rotifera yang dibudidayakan didalam media kultur ? Bagaimana kita menghitung kepadatan populasi pakan alami Rotifera didalam media kultur ? Mari kita jawab pertanyaanpertanyaan tersebut dengan mempelajari beberapa referensi tentang hal tersebut atau dari majalah dan internet yang dapat menjawabnya. Didalam handout ini akan diuraikan secara singkat tentang pertumbuhan Rotifera, menghitung kepadatan populasi dan waktu pemantauannya. 385

Rotifera yang dipelihara dalam media kultur yang tepat akan mengalami pertumbuhan yang cepat. Secara biologis Rotifera akan tumbuh dewasa pada umur satu hari (24 jam setelah menetas), jika pada saat inokulasi yang ditebarkan adalah bibit Rotifera yang dewasa maka dalam waktu dua hari bibit Rotifera tersebut sudah mulai beranak, karena periode maturasi Rotifera pada media yang mempunyai suhu 25 oC adalah satu hari. Jumlah telur yang dikeluarkan dari satu induk bibit Rotifera adalah sebanyak 2 – 3 butir. Daur hidup Rotifera adalah 6 – 19 hari dan Rotifera menjadi dewasa hanya dalam waktu satu hari, sehingga bisa diperhitungkan prediksi populasi Rotifera didalam media kultur. Berdasarkan siklus hidup Rotifera maka kita dapat menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pemanenan sesuai dengan kebu tuhan larva atau benih ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami Rotifera. Ukuran Rotifera yang dewasa dan anak-anak berbeda oleh karena itu perbedaan ukuran tersebut sangat bermanfaat bagi ikan yang akan mengkonsumsi dan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva. Pemantauan pertumbuhan pakan alami Rotifera di media kultur harus dilakukan agar tidak terjadi kepadatan populasi yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi didalam media. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya oksigen didalam media kultur. Tingkat kepadatan populasi yang

maksimal didalam media kultur adalah 80 individu permililiter, walaupun ada juga yang mencapai kepadatan 120 – 150 individu permililiter. Untuk mengukur tingkat kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal tiga kali sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil air media kultur yang berisi Rotifera dengan menggunakan baker glass atau erlemeyer. Hitunglah jumlah Rotifera yang terdapat dalam botol contoh tersebut, data tersebut dapat dikonversikan dengan volume media kultur. Langkah Kerja dalam memantau pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera adalah sebagai berikut : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan pemantauan pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera. 2. Tentukan waktu pemantauan kepadatan populasi sesuai dengan prediksi tingkat pertumbuhan Rotifera di media kultur. 3. Ambillah sampel air dimedia kultur dengan menggunakan baker glass/erlemeyer, amati dengan seksama dan teliti ! 4. Hitunglah jumlah Rotifera yang terdapat dalam baker glass tersebut ! 5. Lakukanlah kegiatan tersebut minimal tiga kali ulangan dan catat apakah terjadi perbedaan nilai pengukuran dari ketiga lokasi yang berbeda. 386

6. Hitunglah rata-rata nilai populasi dari ketiga sampel yang berbeda lokasi. Nilai rata-rata ini akan dipergunakan untuk menghitung kepadatan populasi pakan alami Rotifera di media kultur. 7. Catat volume air sampel dan jumlah Rotifera dari data point 6, lakukan konversi nilai perhitungan tersebut untuk menduga kepadatan populasi pakan alami Rotifera didalam media kultur. Pemanenan pakan alami Rotifera ini dapat dilakukan setiap hari atau seminggu sekali atau dua minggu sekali. Hal tersebut bergantung kepada kebutuhan suatu usaha terhadap ketersediaan pakan alami Rotifera. Pemanenan pakan alami Rotifera yang dilakukan setiap hari biasanya jumlah yang dipanen adalah kurang dari 20% . Pemanenan Rotifera dapat juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung kepada kelimpahan populasi Rotifera di dalam media kultur. Untuk menghitung kepadatan Rotifera pada saat akan dilakukan pemanenan, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau mikroskop. Rotifera diambil dari dalam wadah, yang telah diaerasi agak besar sehingga Rotifera merata berada di seluruh kolom air, dengan memakai gelas piala volume 100 ml. Rotifera dan air di dalam gelas piala selanjutnya dituangkan secara perlahan-lahan sambil dihitung jumlah Rotifera yang keluar bersama air.

Apabila jumlah Rotifera yang ada sangat banyak, maka dari gelas piala 100 ml dapat diencerkan, caranya adalah dengan menuangkan kedalam gelas piala 1000 ml dan ditambah air hingga volumenya 1000 ml.Dari gelas 1000 ml, lalu diambil sebanyak 100 ml. Rotifera yang ada dihitung seperti cara diatas, lalu kepadatan di dalam wadah budidaya dapat diketahui dengan cara mengalikan 10 kali jumlah didalam gelas 100 ml. Sebagai contoh, apabila di dalam gelas piala 100 ml terdapat 200 ekor Rotifera, maka kepadatan Rotifera diwadah budidaya adalah 10 X 200 ekor = 2000 individu per 100 ml. Pemanenan Rotifera dapat dilakukan berdasarkan siklus reproduksinya, dimana Rotifera akan menjadi dewasa pada umur satu hari dan dapat bertelur setiap hari, maka dapat dipredeksi kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur jika padat tebar awal dilakukan pencatatan. Rotifera dapat berkembangbiak tanpa kawin dan usianya relative singkat yaitu 6 – 19 hari. Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke empat – sembilan jika populasinya sudah mencukupi, pemanenan tersebut dilakukan dengan cara menggunakan seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari disaat matahari terbit, pada waktu tersebut Rotifera akan banyak mengumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar. Dengan tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk melakukan pemanenan. Rotifera yang baru 387

dipanen tersebut dapat digunakan langsung untuk konsumsi larva atau benih ikan. Rotifera yang sudah dipanen tersebut dapat tidak secara langsung diberikan pada larva dan benih ikan hias yang dibudidayakan tetapi dilakukan penyimpanan. Cara penyimpanan Rotifera yang dipanen berlebih dapat dilakukan pengolahan Rotifera segar menjadi beku . Proses tersebut dilakukan dengan menyaring Rotifera dengan air dan Rotiferanya saja yang dimasukkan dalam wadah plastic dan disimpan didalam lemari pembeku (Freezer). Langkah kerja dalam melakukan pemanenan rotifera dilakukan sama dengan pemanenan pada Daphnia, yang membedakan adalah waktu pemanenan dan jumlah rotifera yang akan dipanen setiap hari.

7.4. BUDIDAYA BENTHOS Jenis organisma yang dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan konsumsi dan ikan hias yang termasuk kedalam kelompok Benthos adalah cacing rambut. Cacing rambut sangat banyak diberikan untuk ikan hias dan ikan konsumsi karena mengandung nutrisi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dibudidayakan. Dalam rambut

membudidayakan cacing prosedur yang dilakukan

hampir sama dalam membudidayakan pakan alami sebelumnya. Kegiatan budidaya cacing rambut ini dimulai dari persiapan peralatan dan wadah, penyiapan media kultur, penanaman bibit, pemberian pupuk susulan, pemantauan pertumbuhan dan pemanenan cacing rambut. Oleh karena itu semua kegiatan tersebut akan diuraikan didalam buku ini. Peralatan dan wadah yang dapat digunakan dalam mengkultur pakan alami Tubifex ada beberapa macam. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan antara lain adalah bak platik, bak semen, tanki plastik, bak beton, bak fiber ,kolam tanah dan saluran air. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya Tubifex antara lain adalah selang air, timbangan, saringan halus/seser, ember,gayung. Pemilihan wadah yang akan digunakan dalam membudidayakan Tubifex sangat bergantung kepada tujuannya. Wadah yang terbuat dari bak semen, bak beton, bak fiber dan tanki plastik biasanya digunakan untuk membudidayakan Tubifex secara selektif yaitu membudidayakan pakan alami ditempat terpisah dari ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami. Pada budidaya tubifex fungsi aerator dapat digantikan dengan mengalirkan air secara kontinue kedalam wadah pemeliharaan. Debit air yang masuk kedalam wadah pemeliharaan adalah 900 ml/menit. Selang air digunakan untuk memasukkan air bersih dari tempat penampungan air kedalam wadah 388

budidaya. Peralatan ini digunakan juga untuk mengeluarkan kotoran dan air pada saat dilakukan pemeliharaan. Dengan menggunakan selang air akan memudahkan dalam melakukan penyiapan wadah sebelum digunakan untuk budidaya. Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam membudidayakan pakan alami Tubifex diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya , langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan terhadap wadah tersebut. Wadah budidaya yang telah diairi dapat digunakan untuk memelihara Tubifex. Air yang dimasukkan kedalam wadah budidaya harus bebas dari kontaminan seperti pestisida, deterjen dan chlor. Kedalaman media didalam wadah budidaya yang optimum adalah 10 cm dan maksimum adalah 20 cm. Kedalaman media dalam wadah budidaya berdasarkan habitat asli di alamnya hidup pada daerah yang mengandung lumpur dengan distribusi pada daerah permukaan substrat pada kedalaman tertentu. Berdasarkan hasil peneltian tubifex yang berukuran juwana dengan berat kurang dari 0,1 mg umumnya terdapat pada kedalaman 0 – 2 cm, cacing muda yang mempunyai berat 0,1 – 5,0 mg pada kedalaman 0 – 4 cm, sedangkan cacing dewasa yang mempunyai berat 5,0 mg pada kedalaman 2 – 4 cm. Media seperti apakah yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang pakan alami Tubifex. Tubifex merupakan hewan air yang

hidup diperairan tawar subtropik dan tropik baik di daerah danau, sungai dan kolam-kolam. Berdasarkan habitat alaminya pakan alami Tubifex ini merupakan organisme yang hidup didasar perairan yang banyak mengandung detritus dan mikroorganik lainnya. Tubifex ini biasanya dapat hidup pada perairan yang banyak mengandung bahan organik. Bahan organik yang terdapat didalam perairan biasanya berasal dari dekomposisi unsur hara. Unsur hara ini dialam diperoleh dari hasil dekomposisi nutrien yang ada didasar perairan. Untuk melakukan budidaya pakan alami diperlukan unsur hara tersebut didalam media budidaya. Unsur hara yang dimasukkan kedalam media tersebut pada umumnya adalah pupuk. Pupuk yang terdapat dialam ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, sisa tanaman, limbah rumah tangga. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia dasar yang dibuat secara pabrikasi atau yang berasal dari hasil tambang, seperti Nitrat, Fosfat (Duperfosfat/DS, Triple Superfosfat/ TSP, Superphosphat 36, Fused Magnesium Phospate/FMP), Silikat, natrium, Nitrogen (Urea, Zwavelzure amoniak/ZA, Amonium nitrat, Amonium sulfanitrat) dan lain-lain. Jenis pupuk yang dapat digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur pakan alami Tubifex adalah pupuk organik dan 389

anorganik. Pemilihan antara kedua jenis pupuk tersebut sangat bergantung kepada ketersediaan pupuk tersebut dilokasi budidaya, dan kedua jenis pupuk tersebut dapat digunakan sebagai sumber unsur hara.

phytoplankton sebagai makanan utama Tubifex. Dengan tumbuhnya pakan Tubifex di dalam media kultur maka pakan alami yang akan dipelihara didalam wadah budidaya tersebut akan tumbuh dan berkembang.

Jenis pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas tidur hewan tersebut. Campuran ini telah mengalami pembusukan sehingga sudah tidak berbentuk seperti semula. Pupuk kandang yang akan dipergunakan sebagai pupuk dalam media kultur pakan alami adalah pupuk kandang yang telah kering. Mengapa pupuk kandang yang digunakan harus yang kering ? Pupuk kandang yang telah kering sudah mengalami proses pembusukan secara sempurna sehingga secara fisik seperti warna, rupa, tekstur, bau dan kadar airnya tidak seperti bahan aslinya.

Berapakah dosis pupuk yang harus ditebarkan kedalam media kultur pakan alami Tubifex ? Berdasarkan pengalaman beberapa pembudidaya dosis yang digunakan untuk pupuk kandang dari kotoran ayam sebanyak 50% dari jumlah media yang akan dibuat. Jika jumlah media yang dibuat sebanyak 500 gram maka jumlah pupuknya adalah 250 gram. Kemudian pupuk tersebut dimasukkan kedalam wadah budidaya dicampur dengan lumpur kolam dengan perbandingan satu banding satu. Pupuk tersebut akan berproses didalam media dan akan tumbuh mikroorganisme sebagai makanan utama dari Tubifex. Waktu yang dibutuhkan oleh proses dekomposisi pupuk didalam media kultur pakan alami Tubifex ini berkisar antara 2-7 hari. Setelah itu baru bisa dilakukan penebaran bibit Tubifex kedalam media kultur.

Pupuk kandang ini jenisnya ada beberapa macam antara lain adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam, burung dan kuda. Dari berbagai jenis kotoran hewan tersebut yang biasa digunakan adalah kotoran ayam dan burung puyuh. Kotoran ayam dan burung puyuh yang telah kering ini digunakan dengan dosis sesuai kebutuhan. Pupuk yang dimasukkan ke dalam media kultur pakan alami yang berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, fungi, detritus dan beragam

Selama dalam pemeliharaan harus terus dilakukan pemupukan susulan seminggu sekali dengan dosis 9% pemupukan awal. Berdasarkan hasil penelitian Yuherman (1987) pemupukan susulan dengan dosis 75% dari pemupukan awal setelah 10 hari inokulasi dapat memberikan pertumbuhan yang optimal pada tubifex. Pakan alami Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 – 57 hari. Oleh karena itu agar pembudidayaannya 390

bisa berlangsung terus harus selalu diberikan pemupukan susulan. Dalam memberikan pemupukan susulan ini caranya hampir sama dengan pemupukan awal dan ada juga yang memberikan pemupukan susulannya dalam bentuk larutan pupuk yang dicairkan. Parameter kualitas air didalam media kultur pakan alami Tubifex juga harus dilakukan pengukuran. Tubifex akan tumbuh dan berkembang pada media kultur yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 – 5 ppm dan jika kandungan oksigen terlarut > 5 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan tubifek, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air antara 6 – 8.

Genus Spesies

: :

Tubifex Tubifex sp.

Morfologi Tubifex dapat dilihat secara langsung dibawah mikroskop, ciri khasnya yang sangat mudah untuk dikenali adalah adanya tubuhnya berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuh terdiri dari beberapa segmen berkisar antara 30 – 60 segmen. Pada setiap segmen di bagian punggung dan perut akan keluar seta dan ujungnya bercabang dua tanpa rambut. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris mempunyai dinding yang tebal terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.25.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan inokulasi bibit pakan alami kedalam media kultur yaitu pertama melakukan identifikasi jenis bibit pakan alami Tubifex, kedua melakukan seleksi terhadap bibit pakan alami Tubifex, ketiga melakukan inokulasi bibit pakan alami sesuai dengan prosedur . Identifikasi Tubifex perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan inokulasi. Tubifex merupakan salah satu jenis Benthos yang hidup didasar perairan tawar didaerah tropis dan subtropis. Berdasarkan klasifikasinya Tubifex sp dapat dimasukkan kedalam : Filum : Annelida Kelas : Oligochaeta Ordo : Haplotaxida Famili : Tubificidae

Gambar 7.25. Tubifex sp Langkah selanjutnya setelah dapat mengidentifikasi jenis Tubifex yang akan ditebar kedalam media kultur adalah melakukan pemilihan terhadap bibit Tubifex. Pemilihan bibit Tubifex yang akan ditebar kedalam media kultur harus 391

dilakukan dengan tepat. Bibit yang akan ditebar kedalam media kultur harus yang sudah dewasa. Tubifex dewasa berukuran 30 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara hermaprodit. Perkembangbiakan Tubifex di dalam media kultur dapat dilakukan dengan cara asexual yaitu pemutusan ruas tubuh dan pembuahan sendiri (Hermaphrodit). Telur cacing rambut dihasilkan didalam kokon yaitu suatu bangunan yang berbentuk bulat telur, panjang 1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm. Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya yang disebut klitelum. Telur yang terdapat didalam kokon ini akan mengalami proses metamorfosis dan akan mengalami pembelahan sel seperti pada umumnya perkembangbiakan embrio didalam telur yang dimulai dari stadia morula, blastula dan gastrula. Telur yang terdapat didalam kokon ini akan menetas menjadi embrio yang sama persis dengan induknya hanya ukurannya lebih kecil. Proses perkembangbiakan embrio didalam kokon ini biasanya berlangsung selama 10 – 12 hari jika suhu didalam media pemeliharaan berkisar antara 24 – 25 oC. Induk tubifex yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi tubifex mempunyai usia sekitar 40 – 45 hari. Jumla telur dalam setiap kokon berkisar antara 4 – 5. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur didalam kokon sampai menetas

menjadi embrio tubifex membutuhkan waktu sekitar 10 – 12 hari. Jadi daur hidup cacing rambut dari telur , menetas dan menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar 50 – 57 hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.26.

Gambar 7.26. Daur hidup Tubifex (Tubifex sp) Setelah dapat membedakan antara individu Tubifex yang bertelur, anak, remaja dan dewasa maka selanjutnya adalah memilih individu yang dewasa sebagai calon bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur. Jumlah bibit yang akan ditebarkan kedalam media kultur sangat bergantung kepada volume media kultur . Padat penebaran bibit yang akan diinokulasi kedalam media kultur biasanya adalah 2 gram permeter persegi. Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan menebarkannya secara hati-hati kedalam media kultur sesuai dengan 392

padat tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Tubifex ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi dan sore hari. Setelah dilakukan penebaran bibit didalam media pemeliharaan harus dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan adalah pemupukan yang dimasukkan kedalam media kultur selama pemeliharaan pakan alami Tubifex dengan dosis 9 % dari dosis pemupukan pertama yang sangat bergantung kepada kondisi media kultur. Pemupukan tersebut sangat berguna bagi pertumbuhan detritus, fungi dan bakteri yang merupakan makanan utama dari pakan alami Tubifex. Selama dalam pemeliharaan tersebut harus terus dilakukan pemupukan susulan seminggu sekali atau dua minggu sekali dengan dosis yang bergantung kepada kondisi media kultur , biasanya dosis yang digunakan adalah 9% dari pemupukan awal. Pakan alami Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 – 57 hari. Oleh karena itu agar pembudidayaannya bisa berlangsung terus menerus harus selalu diberikan pemupukan susulan. Dalam memberikan pemupukan susulan ini caranya hampir sama dengan pemupukan awal dan ada juga yang memberikan pemupukan susulannya dalam bentuk larutan pupuk yang dicairkan. Fungsi utama pemupukan susulan adalah untuk menumbuhkan pakan

yang dibutuhkan oleh Tubifex agar tumbuh dan berkembang. Berdasarkan kebutuhan pakan bagi Tubifex tersebut maka prosedur yang dilakukan dalam memberikan pemupukan susulan ada dua cara . Pertama adalah dengan menebarkan secara merata kedalam media pemeliharaan sejumlah pupuk yang sudah ditimbang sesuai dengan dosis pemupukan susulan. Kedua adalah dengan cara membuat larutan pupuk didalam wadah yang terpisah dengan wadah budidaya, larutan pupuk tersebut dialirkan keseluruh permukaan media pemeliharaan ,dengan dosis yang telah ditentukan. Frekuensi pemupukan susulan ditentukan dengan melihat sample air didalam media kultur , parameter yang mudah dilihat adalah jika warna media pemeliharaan sudah terang didalam media kultur. Hal ini dapat dilihat dari warna air media yang berwarna keruh atau warna teh bening. Jika hal tersebut terjadi segera dilakukan pemupukan susulan. Jenis pupuk yang digunakan sama dengan pemupukan awal. Mengapa pertumbuhan populasi pakan alami Tubifex harus dipantau ? Kapan waktu yang tepat dilakukan pemantauan populasi pakan alami Tubifex yang dibudidayakan didalam media kultur ? Bagaimana kita menghitung kepadatan populasi pakan alami Tubifex didalam media kultur ? Mari kita jawab pertanyaanpertanyaan tersebut dengan mempelajari buku ini selanjutnya. Didalam buku ini akan diuraikan secara singkat tentang pertumbuhan 393

Tubifex, menghitung kepadatan populasi dan waktu pemantauannya. Tubifex yang dipelihara dalam media kultur yang tepat akan mengalami pertumbuhan yang cepat. Secara biologis Tubifex akan tumbuh dewasa pada umur 40 – 45 hari, jika pada saat inokulasi yang ditebarkan adalah bibit Tubifex yang dewasa maka dalam waktu sepuluh sampai duabelas hari bibit Tubifex tersebut sudah mulai bertelur pada media yang mempunyai suhu 24 – 25 oC. Jumlah telur yang dikeluarkan dari satu induk Tubifex sangat bergantung kepada jumlah kokon yang dihasilkan pada setiap induk. Kokon ini akan terbentuk pada salah satu segmen tubuh induk tubifex. Daur hidup Tubifex adalah 50 – 57 hari dan Tubifex menjadi dewasa dalam waktu empat puluh hari, sehingga bisa diperhitungkan prediksi populasi Tubifex didalam media kultur. Berdasarkan siklus hidup Tubifex maka kita dapat menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pemanenan sesuai dengan kebutuhan larva atau benih ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami Tubifex. Ukuran Tubifex yang dewasa dan anak-anak berbeda oleh karena itu perbedaan ukuran tersebut sangat bermanfaat bagi ikan yang akan mengkonsumsi dan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva. Pemantauan pertumbuhan pakan alami Tubifex di media kultur harus dilakukan agar tidak terjadi kapadatan populasi yang mengakibatkan tingkat kematian

yang tinggi didalam media. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya oksigen didalam media kultur. Tingkat kepadatan populasi yang maksimal didalam media kultur adalah 30 – 50 gram permeterpersegi, walaupun ada juga yang mencapai kepadatan 120 – 150 gram permeterpersegi. Untuk mengukur tingkat kepadatan populasi Tubifex didalam media kultur dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal tiga kali sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil air media kultur yang berisi Tubifex dengan menggunakan baker glass atau erlemeyer. Hitunglah jumlah Tubifex yang terdapat dalam botol contoh tersebut, data tersebut dapat dikonversikan dengan volume media kultur. Pemanenan pakan alami Tubifex dapat dilakukan setelah pemeliharaan selama dua bulan setelah itu pemanenen dapat dilakukan setiap dua minggu biasanya jumlah yang dipanen adalah kurang dari 50% . Pemanenan Tubifex dapat juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung kepada kelimpahan populasi Tubifex di dalam media kultur. Pada saat pemanenan sebaiknya wadah budidaya tubifex tersebut ditututp terlebih dahulu selama 6 jam untuk memudahkan pemanenan, karena dengan penutupan selama 6 jam tubifex akan keluar secara perlahanlahan dari lumpur tempatnya bersembunyi membenamkan sebagian tubuhnya tersebut. 394

Untuk menghitung kepadatan Tubifex pada saat akan dilakukan pemanenan, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau mikroskop. Tubifex diambil dari dalam wadah pemeliharaan dan ditimbang jumlah tubifex yang diambil setelah itu dapat dihitung jumlah individu pergramnya dengan melakukan perhitungan matematis. Pemanenan Tubifex dapat dilakukan berdasarkan siklus reproduksinya, dimana Tubifex akan menjadi dewasa pada umur empat puluh sampai empat puluh lima hari dan dapat bertelur setelah sepuluh sampai duabelas hari, maka dapat dipredeksi kepadatan populasi Tubifex didalam media kultur jika padat tebar awal dilakukan pencatatan. Tubifex dapat berkembang iak tanpa kawin dan usianya relative singkat yaitu 50–57 hari. Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke limapuluh sampai limapuluh tujuh jika populasinya sudah mencukupi, pemanenan tersebut dilakukan dengan cara menggunakan seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari disaat matahari terbit, pada waktu tersebut Tubifex akan banyak mengumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar. Dengan tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk melakukan pemanenan. Tubifex yang baru dipanen tersebut dapat digunakan langsung untuk konsumsi larva atau benih ikan. Tubifex tersebut

yang dapat

sudah dipanen tidak secara

langsung diberikan pada larva dan benih ikan hias yang dibudidayakan tetapi dilakukan penyimpanan. Cara penyimpanan Tubifex yang dipanen berlebih dapat dilakukan pengolahan Tubifex segar menjadi beku. Proses tersebut dilakukan dengan menyaring Tubifex dengan air dan Tubifexnya saja yang dimasukkan dalam wadah plastic dan disimpan didalam lemari pembeku (Freezer). Untuk melakukan budidaya tubifek secara skala kecil dapat dilakukan dengan menggunakan wadah yang terbuat dari bak plastik dengan langkah kerja sebagai berikut : 1. Pembuatan wadah budidaya dengan menggunakan bak kayu yang terbuat dari kayu yang dilapisi plasti dengan ukuran misalnya 100 cm X 50 cm X 10 cm. 2. Masukkan media kedalam wadah budidaya tubifex dengan kedalaman media 5 cm, media ini terbuat dari lumpur dan pupuk kandang dengan perbandingan lumpur dan pupuk kandang adalah 1 : 1. 3. Masukkan air kedalam wadah yang telah berisi media tersebut, kedalaman air dalam wadah budidaya adalah 2 cm dan buatlah sistem air mengalir pada wadah budidaya dengan debit air berkisar 900 ml/menit. 4. Biarkan media tersebut selama 5–7 hari agar terjadi proses pembusukan didalam wadah budidaya dan akan tumbuh detritus dan mikroorganisme lainnya sebagai makanan untuk tubifex. 395

5. Setelah itu masukkan tubifex kedalam media tersebut dengan dosis 2 gram permeter persegi. 6. Lakukan pemeliharaan tubifex tersebut dengan melakukan pemupukan susulan dan pemantauan pertumbuhan setiap sepuluh hari sekali. 7. Pemanenan tubifex dapat dilakukan setelah minimal 40 hari pemeliharaan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Fadillah (2004) bahwa pertumbuhan populasi tubifex mencapai puncaknya setelah dipelihara selama 40 hari.

7.5. BIOENKAPSULASI Untuk meningkatkan mutu pakan alami dapat dilakukan pengkayaan , istilah pengkayaan bisa juga disebut dengan bioenkapsulasi. Pengkayaan terhadap pakan alami ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas nutrisi dari pakan tersebut. Jenis pakan alami yang dapat dilakukan pengkayaan adalah dari kelompok zooplankton misalnya artemia, rotifer, daphnia, moina dan tigriopus. Semua jenis zooplankton tersebut biasanya diberikan kepada larva dan benih ikan air tawar, payau dan laut. Dengan meningkatkan mutu dari pakan alami dari kelompok ini dapat meningkatkan mutu dari larva dan benih ikan yang mengkonsumsi pakan tersebut. Peningkatan mutu pakan alami dapat dilihat dari meningkatkan kelangsungan hidup/sintasan larva dan benih yang

dipelihara, meningkatkan pertumbuhan larva dan benih ikan serta meningkatkan daya tahan tubuh larva dan benih ikan. Menurut Watanabe (1988) zooplankton dapat ditingkatkan mutunya dengan teknik bioenkapsulasi dengan menggunaan teknik omega yeast (ragi omega). Omega tiga merupakan salah satu jenis asam lemak tidak jenuh tinggi yaitu asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak ini tidak dapat disintesis di dalam tubuh dan merupakan salah satu dari asam lemak essensial. Ada dua metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pakan alami yaitu : 1. Indirect Method yaitu metode tidak langsung. Metode pengkayaan zooplankton secara tidak langsung dilakukan dengan cara memelihara zooplankton dengan media Chlorella dan ragi roti Saccharomyces cerevisiae, dengan dosis sebanyak 1 gram yeast/106 sel/ml air alut perhari. 2. Direct Method yaitu metode langsung. Metode pengkayaan zooplankton secra tidak langsung adalah dengan cara membuat emulsi lipid. Lipids yang mengandung ω 3 HUFA di homogenisasi dengan sedikit kuning telur mentah dan air yang akan menghasilkan emulsi dan secara langsung diberikan kepada pakan alami dicampur dengan ragi roti. Tahapannya : 396

-

Pembuatan emulsi lipid (mayonnaise) Pengecekkan ke Homoenisasi emulsi dibawah mikroskop Pencampuran dengan ragi roti Pemasukan emulsi kedalam media pakan alami Pemberian pakan alami langsung ke larva ikan

Adapun prosedur yang dapat dilakukan jika akan melakukan pengkayaan zooplankton adalah sebagai berikut : Pengayaan terhadap Artemia salina sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas nutrisi dari pakan tersebut. Artemia salina merupakan salah satu jenis pakan alami dari kelompok zooplankton yang dapat diberikan kepada larva ikan konsumsi atau ikan hias. Pada stadia larva semua jenis ikan sangat membutuhkan nutrisi yang lengkap agar pertumbuhan larva sempurna sesuai dengan kebutuhannya. Pengkayaan terhadap pakan alami ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Jepang dapat meningkatkan pertumbuhan. Alat dan bahan • Mixer • Minyak ikan • Vitamin yang larut dalam air • Kuning telur • Aquades • Ragi roti/fermipan Langkah kerja : 1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbanglah minyak ikan sebanyak 5 gram, vitamin yang larut dalam air sebanyak 10 gram dan kuning telur sebanyak 1 gram dan letakkan dalam wadah yang terpisah. 3. Masukkan 5 gram minyak ikan kedalam mixer dan lakukan homogenisasi selama 2 – 3 menit dengan alat tersebut. 4. Tambahkan 10 gram vitamin yang larut dalam air kedalam mixer dan tambahkan pula kuning telur mentah sebanyak 1 gram kemudian tambahkan 100 ml aquades. 5. Lakukanlah pencampuran dengan mixer selama 2 – 3 menit sampai terjadi campuran yang homogen. 6. Ambillah 20 ml emulsi yang telah dibuat pada langkah sebelumnya sebanyak 20 ml, dan tambahkan 5 gram ragi roti dan campurlah dengan air kultur artemia. 7. Jumlah emulsi yang telah dibuat diatas tersebut dapat dipergunakan untuk memperkaya jumlah nauplius artemia sebanyak 100 – 200 naupli perml, sedangkan untuk rotifer emulsi tersebut dapat dipergunakan untuk memperkaya sebanyak 500 1000 individu per liter. Pemenuhan kebutuhan akan asam lemak essensial oleh larva ikan dapat dipenuhi dengan pemberian sumber pakan yang tepat yang berasal dari hewani dan nabati pada pengkayaan pakan alami seperti minyak ikan dan minyak jagung. Pada umumnya komposisi minyak ikan laut lebih komplek dan 397

mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang pada minyak ikan laut terdiri dari asam lemak C18, C20 dan C22 dengan kandungan C20 dan C22 yang tinggi dan kandungan C16 dan C18 yang rendah. Sedangkan kandungan asam lemak ikan air tawar mengandung C16 dan C18 yang tinggi serta C20 dan C22 yang rendah. Komposisi lain yang terkandung dalam minyak ikan adalah lilin ester, diasil gliserol eter, plasmalogen netral dan fosfolipid. Terdapat pula sejumlah kecil fraksi yang tak tersabunkan, antara lain adalah : vitamin, sterol, hidrokarbon dan pigmen, dimana komponenkomponen ini banyak ditemukan pada minyak hati ikan bertulang rawan.

Bahan yang kaya akan asam lemak n-6 umumnya banyak dikandung oleh minyak yang berasal dari tumbuhan. Minyak jagung mengandung asam lemak linoleat (n-6) sekitar 53% (Stickney, 1979). Minyak jagung diperoleh dengan jalan ekstraksi bagian lembaga, baik dengan tekanan tinggi maupun dengan jalan ekstraksi menggunakan pelarut. Dalam pembuatan bahan emulsi untuk memperkaya Daphnia sp dapat ditambahkan juga kuning telur ayam mentah dan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae ). Kandungan asam lemak dari beberapa bahan yang dapat dipergunakan untuk membuat emulsi bioenkapsulasi dapat dilihat pada Tabel 7.10.

Tabel 7.10. Kandungan komposisi beberapa bahan bioenkapsulasi Komposisi asam lemak SFA C 14 : 0 C 16 : 0 C 18 : 0 C 20 : 0 C 22 : 0 MUFA C 16 : 1 C 18 : 1 C 20 : 1 PUFA C 18 : 2 C 18 : 3 C 20 : 2 C 20 : 3

Minyak ikan lemuru (%)

Minyak jagung (g/100g)

20,5 7,1 ()

1 14 2 Trace Trace

10,2 8,2 3,1

Trace 30 -

1,0 () 2,8

50 2 ()

Kuning telur ayam (g/100g)

Ragi roti (% total asam lemak)

Minyak ikan lemuru (%)

1,1 11,2 88,4 () ()

12,68 20,41 3,82 0,52 0,34

() () ()

14,2 38,0 1,6

12,42 4,45 2,70

10,202 0,377 () ()

15,1 6,4 () ()

1,17 0,88 0,16 0.40

23,869

398

Komposisi asam lemak C 20 : 4 C 20 : 5 C 22 : 2 C 22 : 3 C 22 : 4 C 22 : 5 C 22 : 6 Sumber

Minyak ikan lemuru (%)

Minyak jagung (g/100g)

Kuning telur ayam (g/100g)

5,2 17 Trace Trace 1,2 3,3 6,4 Winarno (1993)

() () () () () () () Gurr (1992)

1,419 0,012 () () () () 0,629 Yuhendi (1998)

Ragi roti (% total asam lemak) () () () () () () () Watanabe (1988)

Minyak ikan lemuru (%) 2,53 10,61 0,16 1,81 6,28 Dualantus (2003)

Keterangan : SFA : Saturated Fatty Acid MUFA : Monounsaturated Fatty Acid PUFA : Polyunsaturated Fatty Acid () : tidak ada data - : tidak terdeteksi

399

BAB VIII.

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

Dalam suatu usaha budidaya ikan yang intensif dengan padat penebaran tinggi, dengan penggunaan pakan buatan yang sangat besar dapat mengakibatkan terjadinya suatu masalah. Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat budidaya ikan adalah munculnya serangan penyakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lambat (kekerdilan), mortalitas meningkat, konversi pakan manjadi sangat tinggi dan menurunnya hasil panen (produksi). Ikan yang dipelihara dapat terserang hama dan penyakit karena diakibatkan oleh kualitas air yang memburuk dan malnutrisi. Ikan yang sehat akan mengalami pertumbuhan berat badan yang optimal. Ikan yang sakit sangat merugikan bagi para pembudidaya karena akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Oleh karena itu agar ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya tidak terserang hama dan penyakit harus dilakukan pencegahan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan

pengobatan, Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

8.1. JENIS-JENIS HAMA DAN PENYAKIT 8.1.1. Hama Ikan Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada. 400

Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan : • Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan.





Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi. Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya. Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolam pemeliharaan agar hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya

Untuk menghindari adanya hama ikan, dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan bahan kimia. Akan tetapi penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati hal ini mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan kimia sintetis umumnya sulit mengalami penguraian secara alami, sehingga pengaruhnya (daya racunnya) akan lama dan dapat membunuh ikan yang sedang dipelihara. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan bahan pemberantas hama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar tuba, biji teh, daun tembakau dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh hama yang ada dalam kolam dan cepat terurai kembali menjadi netral. Pada Tabel 8.1. di bawah ini kandungan zat aktif serta dosis yang tepat untuk pemberantasan hama.

401

Tabel 8.1. Bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan serta dosisnya. Bahan organik Akar tuba Biji teh Tembakau

Bahan aktif Rotenon Saponin Nikotin

Ada beberapa tindakan penanggulangan serangan hama yang dapat dilakukan, antara lain adalah sebagai berikut : Penanggulangan Ular 1. Ular tidak menyukai tempattempat yang bersih. Karena itu, cara menghindari serangan hama ular adalah dengan mejaga kebersihan lingkungan kolam. 2. Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya dibuat pematang dari beton atau tembok untuk menghindari serangannya. 3. Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali. Penanggulangan Belut 1. Sebelum diolah, sebaiknya kolam digenangi air setinggi 20 – 30 cm, kemudian diberi obat pembasmi hama berupa akodan dengan dosis rendah, yakni 0,3 – 0,5 cc per meter kubik air. 2. Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga belut mati. Selanjutnya air dibuang.

Dosis 10 kg/ha 150 – 200 kg/ha 200 – 400 kg/ha

Penanggulangan Ikan Gabus 1. Memasang saringan di pintu pemasukan air kolam, sehingga hama ikan gabus tidak dapat masuk. 2. Mempertinggi pematang kolam agar ikan gabus dari saluran atau kolam lain tidak dapat loncat ke kolam yang berisi ikan. 8.1.2. Penyakit Ikan Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi (penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang timbul disebabkan oleh masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh dalam maupun bagian tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan, kekurangan makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk.

402

Penyakit yang muncul pada ikan selain di pengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit pada ikan antara lain : 1. Adanya serangan organisme parasit, virus, bakteri dan jamur. 2. Lingkungan yang tercemar (amonia, sulfida atau bahanbahan kimia beracun)

Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan sebagai berikut:

5. Kondisi tubuh ikan sendiri yang lemah, karena faktor genetik (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).

1. Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk memotong siklus hidup penyakit. 2. Kondisi lingkungan harus tetap dijaga, misalnya kualitas air tetap baik. 3. Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika berlebihan dapat mengganggu lingkungan dalam kolam. 4. Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar ikan tidak lukaluka. 5. Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput atau keong mas.

Oleh karena itu untuk mencegah serangan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan cara antara lain ; mengetahui sifat dari organisme yang menyebabkan penyakit, pemberian pakan yang sesuai (keseimbangan gizi yang cukup), hasil keturunan yang unggul dan penanganan benih ikan yang baik (saat panen dan transportasi benih). Dalam hal penanganan saat tranportasi benih, agar benih ikan tidak mengalami stress perlu perlakuan sebagai berikut antara lain; dengan pemberian KMnO4, fluktuasi suhu yang tidak tinggi, penambahan O2 yang tinggi, pH yang normal, menghilangkan bahan yang beracun serta kepadatan benih dalam wadah yang optimal.

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan . Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan) dan kondisi jasad patogen (agen penyakit). Dari ketiga hubungan faktor tersebut dapat mengakibatkan ikan sakit. Sumber penyakit atau agen penyakit itu antara lain adalah parasit, cendawan atau jamur, bakteri dan virus.

3. Lingkungan dengan fluktuasi ; suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar 4. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan

403

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang ditimbulkannya pun sangat besar. Penyebaran penyakit ikan di dalam wadah budidaya sangat bergantung pada jenis sumber penyakitnya, kekuatan ikan (daya tahan tubuh ikan) dan kekebalan ikan itu sendiri terhadap serangan penyakit. Selain itu cara penyebaran penyakit itu biasanya terjadi melalui air sebagai media tempat hidup ikan, kontak langsung antara ikan yang satu dengan ikan yang lainnya dan adanya inang perantara. Jenis-jenis Penyakit 1. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit noninfeksi tidak menular. Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh pemberian pakan yang berjamur, berkuman dan pencemaran lingkungan perairan. 2. Penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme pathogen. Organisme pathogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri atau virus.

Penyakit non infeksi Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Biasanya ikan yang mengalami keracunan terlihat lemah dan berenang tidak normal dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik kemudian mati. Penyakit karena kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh. Ikan juga akan terlihat kurang lincah. Untuk mencegah terjadinya keracunan, pakan harus diberikan secara selektif dan lingkungan dijaga agar tetap bersih. Bila tingkat keracunan tidak terlalu parah atau masih dalam taraf dini, ikan-ikan yang stress dan berenang tidak normal harus segera diangkat dan ditempatkan pada wadah yang berisi air bersih, segar dan dilengkapi dengan suplai oksigen. Untuk mencegah kekurangan gizi, pemberian pakan harus terjadwal dan jumlahnya cukup. Pakan yang diberikan harus dipastikan mengandung kadar protein tinggi yang dilengkapi lemak, vitamin A, mineral. Selain itu, kualitas air tetap dijaga agar selalu mengalir lancar dan parameter kimia maupun biologi mencukupi standar budidaya. Penyakit infeksi 1. Penyakit yang disebabkan virus, antara lain adalah Infectious Pancreatic Necrosis (IPN), Viral Haemorrhagic Septicaemia (VHS), Channel Catfish Virus (CCV), Infectious Haemopotic Necrosis (IHN). 404

2. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, antara lain adalah Flexibacter columnaris, Edwardsiella tarda, Edwardsiela ictalurus, Vibrio anguillarum, Aeromonas hydrophylla, Aeromonas salmonicida. 3. Penyakit yang disebabkan oleh jamur, antara lain adalah Ichthyoponus sp, Branchyomycetes sp, Saprolegnia sp dan Achlya sp. 4. Penyakit yang disebabkan oleh parasit. Jenis parasit ada beberapa macam yaitu endoparasit dan ektoparasit. Yang termasuk kedalam endoparasit antara lain adalah protozoa dan trematoda, sedangkan ectoparasit adalah crustacean. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain adalah Ichtyopthirius multifiliis, Myxobolus sp, Trichodina sp, Myxosoma sp, Henneguya sp dan Thelohanellus sp. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda antara lain adalah Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Clinostomum sp. Penyakit yang disebabkan oleh crustacean antara lain adalah Argulus sp, Lernea cyprinaceae. Untuk memahami tentang berbagai jenis penyakit infeksi dan bagaimana para pembudidaya melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan pada ikan yang terserang penyakit, maka harus dipahami terlebih dahulu tentang morfologi dari macam-macam penyakit tersebut. Oleh karena itu dalam penjelasan berikut akan diuraikan tentang biologi dan

morfologi dari berbagai jenis penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya. 1. Ichthyophthirius multifiliis. Ichthyophthirius multifiliis adalah jenis parasit yang digolongkan kedalam phylum Protozoa, subphylum Ciliophora, kelas Ciliata, subkelas Holotrichia, Ordo Hymenostomatida, famili Ophryoglenia dan genus Ichthyophthirius multifiliis (Hoffman, 1967). Kecuali pada bagian anterior yang berbentuk cincin (cystome), hampir di seluruh permukaan tubuh Ichthyophthirius multifiliis tertutup oleh silia yang berfungsi untuk pergerakannya, bagian sitoplasmanya terdapat makronukleus yang berbentuk seperti tapal kuda, mikronukleus (inti yang kecil) yang menempel pada makronukleus dan sejumlah vakuola kontraktil Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 8.1.

Gambar 8.1. Ichthyophthirius multifiliis Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan penyakit bintik putih atau White spot disease atau Ich. Parasit 405

ini dapat menginfeksi kulit, insang dan mata pada berbagai jenis ikan baik ikan air tawar, payau dan laut. Parasit ini mempunyai panjang tubuh 0,1 – 1,0 mm dan dapat menyebabkan kerusakan kulit dan dapat menyebabkan kematian. Parasit ini berkembangbiak dengan cara membelah biner. Individu muda parasit ini memiliki diameter antara 30 – 50 µm dan individu dewasanya dapat mencapai ukuran diameter 50– 100 µm. Siklus hidupnya dimulai dari stadium dewasa atau stadium memakan (tropozoit) yang berkembang dalam kulit atau jaringan epitelium insang dari inang. Setelah fase makannya selesai, Ichthyophthirius multifiliis akan memecahkan epithelium dan keluar dari inangnya untuk membentuk kista. Larva-larva berkista tersebut akan menempel pada tumbuhan, batuan atau obyek lain yang ada di perairan. Kemudian membelah hingga sepuluh kali melalui pembelahan biner yang menghasilkan 100 – 2000 sel bulat berdiameter 18 – 22 µm. Sel-sel itu akan memanjang seperti cerutu berdiameter 10 X 40 µm dan mengeluarkan enzim hyaluronidase. Enzim tersebut digunakan untuk memecahkan kista sehingga tomit (sel-sel muda) yang dihasilkan dapat berenang bebas dan segera mendapatkan inang baru. Tomittomit itu motil dan bersifat infektif sampai berumur 4 hari dan akan mati jika dalam waktu 48 jam tidak segera menemukan inang yang baru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.2.

Gambar 8.2. Siklus hidup Ichthyophthirius multifiliis Cara penyerangan parasit ini dengan menempel pada lapisan lendir bagian kulit ikan, parasit ini akan menghisap sel darah merah dan sel pigmen pada kulit ikan. Ikan yang terserang parasit ini memperlihatkan gejala sebagai berikut : • produksi lendir yang berlebihan. • adanya bintik-bintik putih (white spote) • frekuensi pernafasan meningkat • pertumbuhan terhambat 2. Cyclochaeta domerguei Hewan ini termasuk protozoa, jenis protozoa ini mempunyai nama lain Trichodina . Jenis parasit ini berbentuk seperti setengah bola dengan bagian tengah (dorsal) cembung, sedangkan mulut pada bagian ventral. Pada bagian mulut dilengkapi alat penghisap dengan 406

dilengkapi suatu alat dari chitine yang melingkari mulut. Alat chitine ini berbentuk seperti jangkar (anchor). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.3 dan Gambar 8.4. Gejala adanya serangan parasit ini adalah pendarahan pada kulit ikan, pucat, ikan berlendir banyak.

Gambar 8.3. Trichodina tampak bawah

dari kelas Sporozoa, subkelas Myxosporea, ordo Cnidosporodia, subordo Myxosporidia, famili Myxobolidae yang merupakan bagian dari filum Myxozoa dan termasuk kedalam kelompok endoparasit. Kunci identifikasi yang penting dari keempat jenis parasit ini adalah pada sporanya, yang merupakan fase resisten dan alat penyebaran populasi. Spora myxosorea terdiri atas dua valve, yang dibatasi oleh sebuah suture. Pada valve terdapat satu atau dua polar kapsul yang penting untuk identifikasi. Spora pada parasit kelas Cnidosporidia ini mempunyai cangkang, kapsul polar dan sporoplasm. Di dalam kapsul polar terdapat filament polar. Bila spora memiliki dua kapsul polar maka digolongkan ke dalam genus Myxobolus sp dan bila hanya memiliki satu kapsul polar maka akan digolongkan kedalam genus Thellohanellus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.5, 8.6, 8.7 dan 8.8.

Gambar 8.4. Trichodina tampak atas 3. Myxobulus sp, Myxosoma sp, Thellohanellus sp dan Henneguya sp. Keempat jenis parasit ini merupakan penyebab penyakit Myxosporeasis. Penyakit ini disebabkan oleh parasit

Gambar 8.5. Myxobulus sp.

407

Gejala infeksi pada ikan antara lain adanya benjolan pada bagian tubuh luar (bintil) yang berwarna kemerahmerahan. Bintil ini sebenarnya berisi ribuan spora yang dapat menyebabkan tutup insang ikan selalu terbuka. Jika bintil ini pecah, maka spora yang ada di dalamnya akan menyebar seperti plankton. Spora ini berukuran 0,01 – 0,02 mm, sehingga sering tertelan oleh ikan. Gambar 8.6.Myxosoma sp.

Gambar 8.7. Thellohanellus sp.

Gambar 8.8. Henneguya sp.

Pengaruh serangan myxosporea tergantung pada ketebalan serta lokasi kistanya. Serangan yang berat pada insang menyebabkan gangguan pada sirkulasi pernafasan serta penurunan fungsi organ pernafasan. Sedangkan serangan yang berat pada jaringan bawah kulit dan insang menyebabkan berkurangnya berat badan ikan, gerakan ikan menjadi lambat, warna tubuh menjadi gelap dan system syaraf menjadi lemah. 4. Dactylogyrus sp Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae dan genus Dactylogyrus . Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, 408

satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.9. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.

Gambar 8.9. Dactylogyrus sp 5. Gyrodactilus sp. Gyrodactilus sp digolongkan kedalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili Gyrodactylidae, subfamily Gyrodactylinae dan genus Gyrodactilus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5 – 0,8 mm, hidup pada permukaan tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ-organ lokomosi hospes dan respirasi. Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok-

kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.10. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.

Gambar 8.10. Gyrodactilus sp. 6. Lernea sp. Parasit ini termasuk crustacea (udang-udangan tingkat rendah). Ciri parasit ini adalah jangkar yang menusuk pada kulit ikan dengan bagian ekor (perut) yang bergantung, dua kantong telur berwarna hijau. Jenis parasit ini biasa disebut dengan cacing jangkar karena bentuk tubuhnya yaitu bagian kepalanya seperti jangkar yang akan dibenamkan pada tubuh ikan sehingga parasit ini akan terlihat menempel pada bagian tubuh ikan yang terserang parasit ini. Parasit ini sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangan telurnya. Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan berkas lubang pada kulit ikan sehingga akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit ini dalam siklus hidupnya mengalami 409

tiga kali perubahan tubuhnya yaitu nauplius, copepodit dan bentuk dewasa. Dalam satu siklus hidupnya membutuhkan waktu berkisar antara 21 – 25 hari. Individu dewasa dapat terlihat secara kasat mata dan pada bagian bawah tubuhnya pada individu betina mempunyai sepasang kantung telur. Kantung telur ini akan menetas dan naupliusnya akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan lainnya. Untuk lebi jelasnya dapat di lihat pada Gambar 8.11.

Gambar 8.11. Lernea sp.

7. Argulus indicus Argulus indicus merupakan salah satu ektoparasit yang termasuk kedalam phylum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Entomostsaca, ordo copepoda, subordo Branchiora, famili Argulidae, genus Argulus. Ciriciri parasit ini adalah bentuk seperti kutu berwarna keputih-putihan, menempel pada bagian tubuh ikan, mempunyai alat penghisap, sehingga biasa disebut juga dengan nama kutu ikan. Alat penghisap ini akan menghisap darah ikan. Oleh karena itu ikan yang terserang akan menurun pertumbuhannya serta akan mengakibatkan pendarahan pada kulit. Tubuh Argulus indicus mempunyai dua alat penghisap dibagian bawah tubuhnya, berupa alat yang akan menusukkan alat tersebut kedalam tubuh ikan yang diserang. Pada pinggiran karapacenya terdapat empat pasang kaki yang berfungsi untuk berjalan pada bagian tubuh ikan, berenang bebas dan berpindah dari satu ikan ke ikan yang lain. Perkembangbiakan terjadi secara kawin karena jenis Argulus indicus ini ada jantan dan betina, ukuran tubuh jantan lebih kecil daripada betina. Daur hidup Argulus indicus terjadi selama 28 hari dimana 12 hari untuk fase telur dan menetas sedangkan fase larva sampai dewasa membutuhkan waktu berkisar 16 hari. Larva Argulus indicus dapat hidup tanpa ikan selama 36 jam sedangkan individu dewasa dapat hidup tanpa inang selama 9 hari. Jumlah telur yang dihasilkan dari individu betina berkisar antara 50 250 butir. Telur yang dihasilkannya 410

akan diletakkan pada berbagai benda yang ada di dalam perairan. Telur akan menetas menjadi larva setelah beberapa kali berganti kulit akan berubah menjadi dewasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.12.

Gambar 8. 13. Saprolegnea sp

Gambar 8.12. Argulus indicus tampak bawah 8. Saprolegnea sp dan Achlya sp. Kedua organisme ini termasuk jenis jamur yang sangat berbahaya bila lingkungan air sangat tercemar oleh bahan organik. Ciri-ciri jamur ini adalah adanya benang pada tubuh ikan yang lemah kondisi tubuhnya. Hifa dari jamur dapat masuk ke dalam otot ikan bagian dalam dan dapat menyebabkan kematian ikan. Pada umumnya jamur ini biasanya menyerang ikan-ikan yang lemah karena terserang penyakit lain seperti ektoparasit. Selain itu dapat menyerang telur-telur ikan yang tidak dibuahi atau yang berkualitas buruk. Secara kasat mata jamur ini hanya terlihat berwarna putih dan untuk melihat secara jelas harus menggunakan alat bantu mikroskop. Bentuk jamur dengan bantuan alat bantu mikroskop ini dapat dilihat pada Gambar 8.13 dan 8.14..

Gambar 8.14. Achlya sp 9. Aeromonas sp, Pseudomonas sp, Flexibacter columnaris, Edwardsiella sp Keempat organisme tersebut termasuk jenis bakteri yang sangat berbahaya bagi ikan, terutama ikan yang tidak bersisik. Serangan bakteri tersebut terjadi bila ikan dalam kondisi antara lain; pakan yang tidak seimbang kandungan gizinya, lingkungan air yang kandungan organiknya tinggi, fluktuasi parameter kualitas air yang besar, infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan parasit dan faktor genetik (ikan tidak cukup kebal oleh 411

serangan bakteri). Ciri-ciri serangan bakteri tersebut adalah adanya bercak merah pada kulit, insang dan organ bagian dalam. Umumnya bila tidak diobati dapat menyebabkan penyebaran yang sangat luas dan menyebabkan kematian ikan secara massal.

• •

• • •



Gambar 8.16. Aeromonas sp 10.

Epithelioma papulasum, Herpesvirus, Lymphocystis

Ketiga organisme ini termasuk kedalam kelompok virus yang dapat menyerang ikan budidaya baik ikan air tawar, payau maupun laut. Jika ikan terserang virus maka ikan akan sulit sekali untuk dilakukan pengobatan dan ikan yang terserang virus akan mati secara massal.

8.2. PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN Secara umum hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit pada kegiatan budidaya ikan antara lain adalah : • Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.

Pemeliharaan ikan yang benarbenar bebas penyakit. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas atau daya dukung kolam pemeliharaan. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (Lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

8.2.1. Pencegahan Hama Pada pemeliharaan ikan di kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama lain berupa hewan pemangsa lainnya seperti; udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam kolam akan menjadi pesaing ikan yang dipelihara dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Untuk menghindari serangan hama pada kolam sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar kolam dibersihkan. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Leptotilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas kolam dengan 412

lembararan jaring. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, juga ikan tidak akan melompat keluar. 8.2.2. Pencegahan Parasit dengan Penyaringan Air Sistem Filter Mekanik Filter mekanik merupakan sebuah alat untuk memisahkan material padatan dari air secara fisika (berdasarkan ukurannya), dengan cara menangkap/menyaring materialmaterial tersebut sehingga tidak terbawa pada air pemasukan. Material-material tersebut dapat berupa suspensi partikel kecil atau parasit ikan. Oleh karena itu fungsi filter mekanik selain menyaring partikel juga parasit yang berukuran besar tidak dapat masuk dalam kolam. Partikel padatan dalam hal ini bukan merupakan bahan terlarut tetapi merupakan suatu suspensi. Ukurannya dapat bervariasi dari sangat kecil, hingga tidak bisa dilihat oleh mata (sebagai contoh: partikel, plankton, organisme parasit, bakteri yang menyebabkan air keruh). Partikel-partikel ini dapat terperangkap dalam berbagai jenis media, dengan syarat diameter lubangnya atau porinya lebih kecil dari diameter partikel. Media tersebut dapat berupa kapas sintetis atau bahan berserabut lain, spong, kaca atau keramik berpori, kerikil, pasir, dll. Bahan yang diperlukan untuk sebuah filter mekanik adalah berupa bahan yang tahan lapuk, memiliki lubang-

lubang (pori-pori) dengan diameter tertentu sehingga dapat menahan atau menangkap partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari diameter media filter tersebut (Gambar 8.17).

Gambar 8.17. Mekanisme Kerja Filter Mekanik Gambar 8.17 menunjukkan gambaran kasar tentang mekanisme kerja sebuah filter mekanik. Dalam gambar itu tampak bahwa partikel yang berukuran lebih besar dari diameter (pori) media filter akan terperangkap dalam filter sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil dan juga air akan lolos. Sebuah wadah atau bak kosong dapat pula berfungsi sebagai filter mekanik. Akan tetapi proses yang terjadi bukan melalui penyaringan partikel melainkan melalui proses pengendapan. Hal ini dimungkinkan dengan membuat aliran air serendah mungkin sehingga kecepatan partikel mengendap menjadi lebih besar daripada laju aliran air. Bak pengendapan umum digunakan dalam manajeman kolam ikan (seperti kolam ikan koi).

413

Media filter mekanik (bahan yang digunakan untuk menyaring atau menangkap partikel) memiliki ukuran diamater lubang atau ukuran pori beragam, dari satuan mikron (sepersejuta meter) hingga satuan sentimeter (seperseratus meter), tergantung dari bahan yang digunakan. Diatom atau membran berpori-mikro, misalnya, memiliki pori-pori dengan satuan ukuran mikron sehingga selain dapat menahan suspensi juga dapat menangkap infusoria, bakteri dan algae bersel tunggal. Sedangkan jenis yang lain bisa mempunyai ukuran pori lebih besar. Hal yang menarik dari ukuran pori ini adalah diameter efektifnya. Seperti terlihat pada gambar 8.17, secara alamiah akan terjadi bahwa efektifitas filter mekanik akan meningkat dengan berjalannya waktu. Diameter pori filter yang semula hanya dapat menangkap partikel yang berkukuran lebih besar dari diameter porinya, dengan berjalannya waktu akan dapat pula menangkap partikel yang berukuran lebih kecil. Hal demikian dapat terjadi, karena dengan adanya halangan yang diakibatkan oleh partikel yang terjebak dan menutup lubang pori semula maka ukuran pori efektif yang berfungsi akan semakin mengecil, sehingga partikel lebih kecilpun lama-kelamaan akan bisa tertangkap. Keadaan ini dapat membawa kesimpulan yang salah, bahwa filter mekanik semakin lama akan semakin efektif. Pada kenyataannya tidak demikian, dengan semakin "efektifnya" filter mekanik akan membawa ke keadaan dimana tidak akan ada lagi sebuah partikelpun, termasuk air, yang bisa dilewatkan. Dengan kata lain filter

akan tersumbat total sehingga gagal berfungsi (Gambar 8.18)

Gambar 8.18. Penumpukan partikelpartikel pada media filter mekanik. Meskipun pada awalnya akan dapat meningkatkan efektifitas filter, tapi dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadinya penyumbatan sehingga filter gagal berfungsi. Hal yang umum terjadi adalah semakin halus pori-pori media filter mekanik yang digunakan akan semakin cepat pula penyumbatan terjadi. Apabila penggunakan media sangat halus ini perlu dilakukan maka dengan menggunakan sistem filter mekanik bertingkat akan dapat menolong mengurangi resiko terjadinya penyumbatan dengan cepat. Filter mekanik perlu dirawat dan dibersihkan secara periodik agar dapat tetap berfungsi dengan baik. Kontrol terhadap kondisi filter ini sebaiknya dilakukan secara rutin. Apabila media sudah tidak dapat lagi berfungsi dengan baik karena rusak atau terdekomposisi, maka perlu dilakukan penggantian dengan media baru.

414

Selain itu agar dapat melakukan pembuatan filter secara mekanik yang akan digunakan dalam kolam pemeliharaan ikan dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Siapkan alat dan bahan pembuatan filter 2. Bersihkan wadah.dan peralatan dengan menyikat secara

3. 4. 5. 6. 7.

seksama agar semua kotoran hilang. Bersihkan bahan dengan membilaskan air bersih Susunlah bahan filter seperti gambar dibawah ini Pasang frame besi dengan kawat kasanya Pasang pompa diatas kotak plastik. Jalankan pompa, catat kondisi air yang keluar.

Air menuju kolam

Pasir halus Frame besi dan kawat kasa Kerikil kasar/ potongan plastik Air dari kolam

Gambar 8.19. Filter mekanik. 8.2.3. Pencegahan terhadap beberapa penyakit Pencegahan terhadap white spot Tindakan karantina terhadap ikan yang akan dipelihara merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot. Pada

dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini. Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di tokotoko perikanan. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti metil biru, malachite green, dan atau formalin. Meskipun demikian, ketiga senyawa itu tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh 415

kulit ikan. Oleh karena itu, pemberian bahan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan white spot secara menyeluruh dari wadah pemeliharaan. Perlu diperhatikan bahwa spesies ikan tertentu, khususnya yang tidak bersisik, seperti lele, diketahui sangat tidak toleran terhadap produk-produk anti white spot, oleh karena itu, perhatikan cara pemberian obat-obatan tersebut pada kemasannya dengan baik Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2ppt (part per thousand)) diketahui dapat menghilangkan white spot. Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam. Wadah dapat dibersihkan dari white spot dengan cara memindahkan seluruh ikan dari wadah tersebut. Pada lingkungan tanpa ikan sebagai inang, fase berenang dari whte spot akan mati dengan sendirinya. Pada wadah pemeliharaan ikan dengan suhu diatas 21°C, akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 4 hari. Akan lebih aman lagi apabila wadah tersebut dibiarkan selama 7 hari. Semua peralatan budidaya juga akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 7 hari. Radiasi dengan sinar ultra violet dapat pula membantu mengurangi populasi white spot. Ikan yang lolos dari serangan white spot diketahui akan memiliki

kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kekebalan ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Meskipun demikian ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stres atau terjangkit penyakit lain. Untuk mencegah agar tidak berjangkit penyakit bintik putih, air kolam harus sering diganti atau dialiri air baru yang segar dan jernih. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di kolamkolam lain. Pencegahan terhadap jamur Pencegahan jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya tetap baik. Agar ikan tidak terluka, perlakuan hati-hati pada saat pemeliharaan ikan sangat perlu diperhatikan. Pencegahan terhadap bakteri Pada umumnya bibit penyakit, apalagi berupa bakteri yang sangat kecil dan sudah tersebar di semua perairan, sukar sekali diberantas sampai tuntas. Karena air merupakan media penular yang membawa bibit-bibit penyakit secara luas. Maka cara pencegahanlah yang harus dipahami benar-benar oleh petani ikan. Ikan akan terhindar dari wabah penyakit apabila ikan selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi baik artinya, makanan cukup, keadaan lingkungan baik, bersih dari segala pencemaran, agar ikan-ikan berdaya tahan tinggi untuk 416

membentuk kekebalan alamiah terhadap berbagai penyakit.

8.3. GEJALA SERANGAN PENYAKIT Berdasarkan tempat tumbuhnya penyakit di dalam tubuh ikan maka bagian tubuh ikan yang diserang penyakit dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1. Bagian luar tubuh ikan yaitu kulit, sirip, mata, hidung dan insang. Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat dan berlendir. Ikan tersebut biasanya akan menggosokgosokkan tubuhnya pada bendabenda yang ada di sekitarnya. Sedangkan serangan penyakit pada insang menyebabkan ikan sulit bernafas, tutup insang mengembang dan warna insang menjadi pucat. Pada lembaran insang sering terlihat bintik-bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan). 2. Bagian dalam tubuh ikan. Penyakit yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan perut ikan membengkak dengan sisik yang berdiri. Sering pula dijumpai perut ikan menjadi kurus. Jika menyerang usus, biasanya akan mengakibatkan peradangan dan jika menyerang gelembung renang, ikan akan kehilangan keseimbangan pada saat berenang. Oleh karena itu ikan dikatakan sakit bila terjadi suatu kelainan baik secara anatomis maupun fisiologis.

Secara anatomis terjadi kelainan bentuk bagian-bagian tubuh ikan seperti bagian badan, kepala, ekor, sirip dan perut. Secara fisiologis terjadi kelainan fungsi organ seperti; penglihatan, pernafasan, pencernaan, sirkulasi darah dan lainlain. Gejala yang diperlihatkan dapat berupa kelainan perilaku atau penampakan kerusakan bagian tubuh ikan. Adapun ciri-ciri ikan sakit adalah sebagai berikut; 1. Behaviour (perilaku ikan) • Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megapmegap). • Ikan sering menggosokgosokan tubuhmya pada suatu permukaan benda. • Ikan tidak mau makan (nafsu makan menurun). • Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, maka ikan yang sakit akan memisahkan diri dan berenang secara pasif 2. Equilibriun Equibriun artinya keseim-bangan, ikan yang terserang penyakit keseimbangannya terganggu, maka ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur, bahkan menabrak dinding bak. 3. External lesion Adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu karena adamya serangan penyakit. External lesion pada ikan antara lain: • Discoloration Pada ikan sehat mempunyai warna tubuh normal sesuai dengan pigmen yang dimilikinya. Kelainan pada warna yang tidak sesuai dengan pigmennya adalah 417





suatu discoloration. Seperti warna gelap menjadi pucat dan lain-lain. Produksi lendir Lendir pada ikan sakit akan berlebihan bahkan sampai menyelimuti tubuh ikan tergantung pada berat tidaknya tingkat infeksi. Kerusakan organ luar Kelainan bentuk organ ini disebabkan oleh parasit tertentu yang menyebabkan kerusakan organ seperti pada kulit, sirip, insang dan lainlain. Pada insang dapat menyebabkan insang terlihat pucat atau adanya bercak merah.

4. Faktor kondisi Pada ikan sehat mempunyai korelasi antara bobot (M) dan panjang (L) ikan yang seimbang yaitu dengan rumus sebagai berikut

K=

L3

Dimana : M : berat ikan (gr) L : panjang ikan (cm) Ikan mempunyai nilai K yang berbeda-beda tergantung jenisnya bila nilai K berubah dari normal maka ikan dikatakan sakit. Pada ikan mas sehat K = 1,9 sedangkan yang sakit K = 1,6 ikan yang mempunyai K < 1,4 ikan tidak dapat hidup lagi. Gejala penampakan kerusakan bagian tubuh ikan antara lain: 1. Dropsy Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.

100 M

Gambar 8.19. Dropsy pada Platty (kiri) dan Cupang (kanan) . Tampak sisik yang berdiri (mengembang) sehingga menyerupai bentuk buah pinus.

418

Gambar 8.20. Dropsy tampak samping, menunjukkan perut membuncit sebagai akibat akumulasi cairan/lendir pada rongga perut. Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau lendir dalam rongga tubuh (Gambar 8.21). Gejala ini disertai dengan, • malas bergerak, • gangguan pernapasan, • warna kulit pucat kemerahan

Gambar 8.21. Akumulasi cairan Akumulasi cairan selain akan menyisakan rongga yang "menganga" lebar, juga akan menyebabkan organ dalam tubuh ikan tertekan. Bila gelembung renang ikut tertekan dapat menyebabkan keseimbangan ikan terganggu Secara alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dalam lingkungan, tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali. Perubahan bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi karena akibat

masalah osmoregulator ;pada ikan yaitu, • kualitas air yang kurang baik • menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan, • malnutrisi atau karena faktor genetik. malnutrisi atau karena faktor genetik. Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi. 2. Kelainan Gelembung Renang Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan. Beberapa kelainan atau masalah dengan gelembung renang, yang umum dijumpai, adalah : • sebagai akibat dari luka dalam, terutama akibat berkelahi atau 419



karena kelainan bentuk tubuh.

Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang yang kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, karena dalam kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tidak ada fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada subtrat.

Gambar 8.22. Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) pada ikan "red parrot", ikan berenang dengan kepala di bawah. Tanda-tanda penyakit kelainan gelembung renang a. Perilaku berenang tidak normal dan b. Kehilangan keseimbangan. c. Ikan tampak kesulitan dalam menjaga posisinya dalam air. Kerusakan gelembung renang menyebabkan organ ini tidak bisa mengembang dan mengempis,

sehingga menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam. Dalam beberapa kasus ikan tampak berenang dengan kepala atau ekor dibawah atau terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang terbalik. 3. Mata Berkabut (Cloudy Eye) Mata berkabut atau "cloudy eye" ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih. Secara umum gejala ini disebabkan oleh • Kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Apabila gejala mata berkabut terjadi, maka hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air hingga sesuai dengan keperluan ikan yang bersangkutan. • Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain. 4.

Sembelit (Konstipasi)

Sembelit atau konstipasi (constipation) merupakan gejala yang tidak jarang dijumpai pada ikan, dengan ciri utama ikan kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang kotoran, dan malas (berdiam diri di dasar). Dalam kasus berat bisa disertai dengan nafas tersengal420

sengal (megap-megap) dan badan mengembung. 5. Ulcer Ulcer merupakan suatu pertanda tarjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan.

Sering pula borok ini disertai dengan memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dapat memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, selain itu, dapat pula disertai dengan gejala penyakit bakterial lainnya seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).

Gambar 8.23. Gejala umum Ulcer yang disertai dengan infeksi jamur Saprolegnia. 6. Busuk Mulut Tanda-tanda penyakit adalah : 1. mulut membengkak, 2. mulut tidak bisa mengatup 3. disusul kematian dalam waktu singkat. Busuk mulut merupakan penyakit akibat infeksi bakteri. 1. Kehadiran penyakit ini ditandai dengan munculnya memar putih atau abu-abu disekitar kepala, sirip, insang dan rongga mulut. 2. Memar tersebut kemudian akan bekembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih kelabu, khususnya di sekitar mulut, sehingga mulut sering menjadi tidak bisa terkatup.

3. Kehadiran benda ini tidak jarang sulit dibedakan dengan serangan jamur. Oleh karena itu, untuk memastikan dengan jelas diperlukan pengamatan dibawah mikroskop. Pada serangan ringan, seperti ditunjukkan oleh adanya memar putih saja, kematian dapat terjadi setelah timbulnya kerusakan fisik yang berarti. Sedangkan dalam serangan akut dan cepat, yang biasanya terjadi di dearah dengan suhu udara hangat seperti di Indonesia, penyakit tersebut dapat berinkubasi kurang dari 24 jam dan kematian terjadi dalam waktu 2 – 3 hari, diantaranya disertai dengan rontoknya mulut. Meskipun demikian, di beberapa kasus bisa terjadi 421

kematian tanpa disertai gejala fisik apapun, sehingga apabila dijumpai kematian mendadak pada ikan, salah satu yang perlu dicurigai adalah akibat serangan penyakit ini. 7. Bintik Putih - White Spot (Ich) White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich", merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam air memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut.

secara umum dapat dibagi dua yaitu : • Tahapan infektif dan • Tahapan tidak infektif (sebagai "mahluk" yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.

Tanda-tanda Penyakit Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut

Gambar 8.24. Ikan yang terserang "white spot" Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan gejala sebagai berikut : • Penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut.



Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. 422





Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam air sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka.

Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : • Mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, • Akibat gangguan pernapasan, atau • Menyebabkan infeksi sekunder. • Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis antara lain adalah : • Ikan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat • Siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). • Pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak

• • •

lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. Sirip tampak robek-robek dan compang-camping. Insang juga tampak memucat. Kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megapmegap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi, ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.

8. Keracunan Kolam maupun akuarium merupakan suatu ekosistem kecil yang sangat terbatas, oleh karena itu terjadinya pencemaran oleh bahan beracun yang dapat terakumulasi pada ekosistem tersebut. Beberapa bahan beracun yang dapat masuk kedalam lingkungan kolam maupun akuarium baik sengaja maupun tidak, antara lain adalah: • Obat-obatan yang sengaja diberikan untuk mengatasi/mencegah suatu penyakit pada ikan. • Bahan kimia yang secara tidak sengaja digunakan disekitar akuarium, sperti parfum, aerosol, asap rokok berlebihan, minyak, insektisida, cat, deterjen atau sabun.

423

• •

Hasil metabolisme ikan yaitu urine dan kotoran ikan. Kualitas air sumber yang tercemar.

Racun bisa juga juga ditimbulkan dari : • Obat-obatan atau bahan kimia seperti kaporit • Pembusukan bahan-bahan organik pada dasar wadah dapat pula menyumbangkan bahan beracun, seperti; amonia, nitrit, dan nitrat • Ikan beracun: Beberapa jenis ikan dan binatang tertentu (terutama dari lingkungan air laut) diketahui mengandung racun. Oleh karena itu, binatang-binatang ini bisa menimbulkan akibat fatal pada ikan lainnya. Beberapa contoh dari golongan binatang beracun ini adalah; skinned puffer, boxfish, truckfish, soapfish, lionfish, scorpion fish, ikan pari, anemon, mentimun laut, gurita, koal api, spong api, landak laut, dan fireworms. Pada umumnya binatangbinatang tersebut akan mengeluarkan racunnya apabila dalam keadaan terancam atau ketakutan. Beberapa jenis juga dapat mengeluarkan racunnya apabila terluka atau sakit. Gejala keracunan pada ikan: • Ikan meluncur dengan cepat kesana kemari secara tiba-tiba, • Berenang dengan liar, dan terkadang hingga menabrak benda-benda yang adad. • Nafas tersengal-sengal.

• •

Warna menjadi pudar. Terkadang tergeletak di dasar wadah dangan nafas tersengalsengal.

Oleh karena itu, apabila ikan secara tiba-tiba dan serentak (hampir menimpa seluruhnya) bernapas tersengal-sengal bisa dipastikan air tercemar bahan beracun. 9. Euthanasia Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan untuk menentukan apakah harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut (Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan. Cara Euthanasia yang Dianjurkan: Perlu diingat bahwa ikan mempunyai rasa sakit dan stress, oleh karena itu, euthanasia perlu dilakukan secara manusiawi. Beberapa cara yang biasa dilakukan adalah: •

Konkusi : Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut 424

dipukulkan pada benda keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali. Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk merusakkan otaknya. •



Dekapitasi: Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan penghancuran otak ini diperlukan. Pembiusan overdosis: Cara ini termasuk sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk melakukan Euthanasia bersamasama pada ikan yang mengalami sakit secara masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.

Cara Euthanasia yang tidak dianjurkan: • Memasukan ikan kedalam septitank hidup-hidup dan menggelontornya dengan air. • Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai mati.

• • • •

Memasukkan ikan pada air mendidih. Memasukkan ikan pada air dingin (es). Mendinginkan ikan secara perlahan-lahan. Mematahkan leher ikan tanpa diikuti dengan pengrusakan otak

Setelah melakukan Euthanasia, kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari binatang lain tersebut. Dari penjelasan tentang beberapa gejala serangan penyakit maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tanda-tanda penyakit pada beberapa jenis ikan pada umumnya hampir sama, misalnya untuk penyakit bintik putih pada ikan air tawar, payau maupun laut hampir sama. Gejala yang umum pada ikanikan yang terjangkit penyakit ini akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus 425

berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas, sirip tampak robek-robek dan compangcamping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat

disembuhkan kecil.

akan

relatif

sangat

Penyakit yang menyerang ikan budidaya sebenarnya dapat dideteksi lebih dini oleh para pembudidaya jika memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan oleh ikan budidaya. Setiap ikan yang terserang penyakit akan memberikan suatu gejala yang khas. Secara umum gejala ikan sakit yang dapat dilihat dengan mudah bagi para pembudidaya ikan, dapat dilihat dari dua kejadian yang terjadi pada ikan budidaya yaitu cara kematian ikan di kolam dan tingkah laku ikan yang dipelihara. Cara kematian ikan dikolam budidaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa yaitu : 1. Kematian ikan di kolam budidaya terjadi secara tiba-tiba dengan ciri-cirinya adalah : • Ikan yang berukuran besar mati lebih dulu • Ikan yang belum mati ada dipermukaan kolam atau disaluran air masuk •

Air kolam berubah warna dan menyebarkan bau busuk



Ikan-ikan yang mati terjadi pada dini hari



Tanaman air pada mati.

Hal ini penyebabnya adalah : kekurangan oksigen di kolam budidaya 2. Kematian ikan yang terjadi secara tiba-tiba dan kejadiannya tidak selalu pada pagi hari tetapi terjadi kapan saja dengan ciricirinya adalah :

426



Ikan yang kecil mati terlebih dahulu



Hewan air lainnya seperti kodok, siput



Ikan berenang bertabrakan

mati saling

Hal ini penyebabnya adalah : keracunan 3. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan pada waktu yang cukup lama. Penyebabnya adalah parasit 4. Kematian ikan yang terjadi dengan kecepatan kematian pada awal. Jumlah ikan yang mati sedikit, kemudian banyak dan jarak antara kematian berselang sedikit. Penyebabnya adalah : virus dan bakteri. 5. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan dengan kecepatan kematian ikan sedikit, sampai mencapai puncak dengan jumlah kematian yang tetap. Penyebabnya adalah masalah makanan. Selain memperhatikan cara kematian dari ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya, penyakit yang menyerang pada ikan budidaya dapat dilakukan pemantauan dengan melihat tingkah laku ikan yang diduga terserang penyakit. Tingkah laku ikan yang terserang penyakit pada beberapa jenis penyakit biasanya spesifik. Adapun tingkah laku ikan pada wadah budidaya yang terserang penyakit dapat diketahui antara lain adalah : 1. Ikan-ikan yang dipelihara selalu berada atau berkumpul di permukaan air atau di saluran

pemasukkan air. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : •

Kekurangan perairan



Parasit ikan

oksigen

di

2. Ikan berada di permukaan air dan gerakannya sedikit lebih cenderung ikan tersebut berdiam diri (seperti keadaan lemas). Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : •

Parasit di insang



Kerusakan disebabkan (virus)



Ikan kekurangan zat nutrisi (haemoglobin)

insang yang oleh bakteri

3. Aktivitas makan ikan berkurang. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Perubahan kualitas atau mutu air • Makanan tidak cocok • Segala macam penyakit 4. Ikan berenang terbalik dengan posisi bagian perut berada di atas dan ikan melakukan gerakan mengguling-gulingkan badannya. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Parasit • Virus 5. Ikan berada di dasar perairan dan tidak mau makan, serta siripnya tidak berkembang. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : 427

• Parasit • Kualitas air yang buruk 6. Ikan diam di dasar perairan dan menepi dipinggiran kolam. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : Parasit dari jenis Ichthyophthirius multifiliis. 7. Ikan gelisah (terlampau aktif) dan menggesekkan badannya pada batu-batuan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Myxosoma • Crustacea 8. Ikan bergetar, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah parasit. Dengan melihat tingkah laku ikan yang dibudidayakan di wadah budidaya apapun, maka para pembudidaya ikan sudah dapat menduga adanya gejala serangan penyakit pada ikan. Untuk melihat secara jelas dan pasti tentang jenis penyakit yang menyerang ikan peliharaan tersebut maka harus dilakukan pengamatan dan melihat secara langsung organ tubuh ikan yang terserang penyakit. Secara kasat mata dapat diketahui tentang jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dari bagian tubuh luar ikan dan bagian dalam tubuh ikan. Pada bagian tubuh ikan bagian luar antara lain memberikan tanda-tanda serangan penyakit adalah : 1. Warna tubuh ikan lebih gelap dari biasanya. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Kekurangan vitamin C • Virus



2.

3.

3.

5.

6.

7.

Parasit jenis Trypanosoma (whirling disease) Warna tubuh ikan kemerahan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Insang ikan menggumpal disebabkan oleh bakteri, jamur dan parasit • Ikan kekurangan makanan Adanya luka borok. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Trematoda • Bakteri • Lernea dan Argulus Adanya pendarahan pada daerah tertentu. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Argulus • Lernea • Bakteri Ikan tubuhnya bengkak. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Tumor • Siste (telur dari parasit) Perubahan bentuk tubuh ikan, seperti badannya bengkok, tidak mempunyai sirip. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah : • Genetik (keturunan) • Kekurangan zat nutrisi (makanan) Perubahan kulit ikan ada beberapa macam, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

428

• • •



Terdapat bintik putih, penyebabnya adalah Ichthyophthirius multifiliis Terdapat selaput yang tidak beraturan, penyebabnya adalah jamur Ada lapisan lendir berwarna abu-abu, penyebabnya adalah Trichodina, Costia, Chilodonella. Ada bercak lendir dan darah, penyebabnya adalah Monogenea.

Selain itu untuk lebih memastikan praduga tentang jenis penyakit yang telah menyerang ikan budidaya sebaiknya dilakukan kembali pemeriksaan ikan sampel di laboratorium hama dan penyakit ikan atau ditempat pengambilan sampel secara langsung. Prosedur yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan parasit adalah ikan sampel terlebih dahulu dimatikan dengan cara menusukkan jarum pada bagian medulla oblangata. Kemudian panjang tubuh ikan dan berat tubuh ikan setiap sampel di catat. Pemeriksaan dapat dilakukan pada bagian internal maupun eksternal meliputi permukaan tubuh, sirip, insang, lambung dan usus. Ada beberapa metode pemeriksaan yaitu metode pemeriksaan ektoparasit, metode pemeriksaan endoparasit, metode penanganan spesimen dan identifikasi parasit. Metode pemeriksaan Ektoparasit 1. Seluruh permukaan tubuh diamati secara kasat mata atau dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50 kali, setelah itu lendir dikerik dengan

menggunakan pisau bedah dan dibuat preparat ulas pada gelas obyek yang telah ditetesi air dan diamati di bawah mikroskop. 2. Seluruh sirip ikan dipotong dari tubuh dengan menggunakan gunting,ditempatkan pada gelas obyek yang telah ditetesi oleh air agar tidak kering lalu diamati di bawah mikroskop. 3. Kedua belah insang diambil semua, dipisahkan antara filamen dengan tapisnya lalu ditumbuk secara perlahan dan ditetesi oleh air agar tidak kering lalu diamati di bawah mikroskop. Metode Pemeriksaan Endoparasit 1. Perut ikan dibuka dengan menggunting perut bagian bawah ikan dari mulai anus hingga ke bawah sirip dada. Buka penutup rongga perut pada bagian atas mulai dari anus sampai sirip dada dan digunting mengikuti tutup insang sehingga isi perut terlihat. Isi perut dipindahkan ke dalam gelas objek atau cawan petri yang ditetesi dengan NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop. 2. Pisahkan antara usus dan lambung, buka lambung dengan menggunakan gunting secara memanjang lalu diamati dibawah mikroskop atau bisa dengan mengerik secara perlahan bagian dalam lambung lalu oleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop. 3. Usus yang sudah dipisahkan digunting memanjang lalu diletakkan pada gelas objek, dibuat sayatan setipis mungkin baru dilihat dibawah mikroskop. 429

Jika dari pengamatan secara kasat mata atau visual dapat diduga jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dan untuk memastikan secara ilmiah dapat dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan membuat preparat. Misalkan dari penampakan bagian luar tubuh ikan yang dibudidayakan diprediksi jenis penyakitnya maka prosedur yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Protozoa Protozoa diperoleh dengan mengerik lendir atau mukus yang kemudian dioleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh air. Terdapat dua cara untuk dapat membuat preparat protozoa, yaitu : • Teknik Impregnaris Perak Nitrat • Sediakan ulasan mukus yang sudah kering udara lalu genangi dengan larutan perak nitrat 0,2% selama 5 – 10 menit, rendam preparat dalam air di bawah sinar matahari selama 15 – 30 menit kemudian dikeringkan. • Teknik pewarnaan Giemsa • Sediakan ulasan mukus yang sudah dikeringkan udara lalu fiksasi dengan menggunakan metanol selama 15 menit, genangi preparat dengan Giemsa selama 15 – 30 menit kemudian bilas dengan air dan keringkan. Myxosporea Parasit ini merupakan endoparasit yang berada pada urat daging. Parasit ini ditemukan dalam bentuk kista atau spora. Kista dapat dipecahkan sehingga spora dapat keluar. Suspensi spora ditipiskan dan

difiksasi dengan methanol 3 – 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 20 menit. Setelah itu preparat dicuci dengan air bersih, dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop. Monogenea Organ yang mengandung parasit ini direndam dalam larutan formalin selama 30 menit untuk melepaskan parasit. Parasit monogenea yang terlepas disusun dalam gelas objek dan ditetesi dengan amonium pikrat gliserin. Spesies parasit ini diidentifikasi menurut organ penempelannya. Digenea Digenea atau metaserkaria di dapat dari usus atau daging ikan. Parasit ini mudah mengkerut sehingga harus dipres dengan gelas penutup dan difiksasi dengan formalin 3% selama 5 menit dan disimpan dalam larutan alkohol 70%. Cestoda Cestoda yang biasanya menenpel pada usus dilepaskan dengan hatihati agar scoleks tidak terputus. Cestoda yang telah terlepas diletakkan dalam gelas objek dan dipres. Kemudian preparat ini difiksasi dengan alkohol 70% atau formalin 3% selama 5 – 30 menit. Acathocephala Cacing yang terdapat pada usus ikan ini diambil dengan hati-hati agar proboscisnya tidak terputus. Parasit ini kemudian dicuci dengan NaCl 430

0,85% lalu dicuci dengan air bersih. Perbedaan tekanan akan membuat cacing menjadi kaku dan proboscis terjulur. Cacing dibiarkan dalam air kran kurang lebih selama 1 jam kemudian ditutup dan difiksasi dengan larutan fiksatif pada salah satu ujung gelas penutup. Larutan fiksatif yang digunakan adalah Bouin beralkohol dan dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan formalin. Cacing disimpan dalam formalin 3%. Nematoda Parasit ini biasanya menginfeksi usus, hati, kulit, daging dan perut. Nematoda dapat ditemukan dalam bentuk kista maupun tidak. Cacing yang melekat diambil dengan menggunakan pinset sedangkan kista dipecah sehingga cacing keluar kemudian difiksasi dengan alkohol atau formalin 3% agar tetap rileks.

8.4. PENGOBATAN PENYAKIT IKAN Pengobatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para pembudidaya ikan jika ikan yang dipelihara terserang penyakit. Sebelum melakukan pengobatan terhadap ikan yang sakit, terlebih dahulu harus diketahui jenis penyakit yang menyebabkan ikan sakit agar dapat diketahui jenis obat yang akan digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh para pembudidaya ikan yang akan melakukan pengobatan terhadap beberapa jenis penyakit infeksi yaitu:

1. Jika penyakit ikan disebabkan oleh virus maka tidak ada obat yang dapat memberantas virus tersebut. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyakit. 2. Jika penyakit disebabkan oleh bakteri maka obat yang dapat digunakan adalah bahan kimia sintetik atau alami atau antibiotika. 3. Jika penyakit disebabkan oleh jamur dan parasit maka obat yang digunakan adalah bahan kimia. Dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan bahan kimia harus diperhatikan beberapa hal yaitu : 1. Bahan kimia yang digunakan harus larut dalam air 2. Bahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap produksi kolam. Bahan yang digunakan harus selektif yaitu bahan yang digunakan hanya mematikan sumber penyakit tidak mematikan ikan. 3. Bahan tersebut mudah terurai Pengobatan ikan sakit dapat dilakukan beberapa metoda. Metoda yang dilakukan harus mempertimbangkan antara lain; ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang diberikan dan sifat ikan. Beberapa metoda pengobatan adalah sebagai berikut : 1. Melalui suntikan dengan antibiotika Metoda penyuntikan dilakukan bila yang diberikan adalah sejenis obat seperti antibiotik atau vitamin. Penyuntikan 431

dilakukan pada daerah punggung ikan yang mempunyai jaringan otot lebih tebal. Penyuntikan hanya dilakukan pada ikan yang berukuran besar terutama ukuran induk. Sedangkan yang kecil tidak dapat dilakukan. 2. Melalui makanan Obat atau vitamin dapat diberikan melalui makanan. Akan tetapi bila makanan yang diberikan tidak segera dimakan ikan maka konsentrasi obat atau vitamin pada makanan akan menurun karena sebagian akan larut dalam air. Oleh karena itu metoda ini afektif diberikan pada ikan yang tidak kehilangan nafsu makannya. 3. Perendaman Metoda perendaman dilakukan bila yang diberikan adalah bahan kimia untuk membunuh parasit maupun mikroorganisme dalam air atau untuk memutuskan siklus hidup parasit. Pengobatan ikan sakit dengan metoda perendaman adalah sebagai berikut: • Pengolesan dengan bahan kimia atau obat, metoda ini dilakukan bila bahan kimia atau obat yang digunakan dapat membunuh ikan, bahan kimia atau obat dioleskan pada luka di tubuh ikan. • Pencelupan; Ikan sakit dicelupkan pada larutan bahan kimia atau obat selama 15 – 30 detik, metoda ini pun dilakukan bila bahan kimia atau obat yang digunakan dapat meracuni ikan.



Perendaman; dilakukan bila bahan kimia atau obat kurang sifat racunnya atau konsentrasi yang diberikan tidak akan membunuh ikan. Pada perendaman jangka pendek (15 – 30 menit) dapat diberikan konsentrasi yang lebih tinggi daripada pada perendaman dengan waktu yang lebih lama (1 jam lebih sampai beberapa hari)

Jenis bahan kimia dan obat yang digunakan dalam pengobatan dan pencegahan harus mempertimbangkan antara lain: • Dalam dosis tertentu tidak membuat ikan stress maupun mati • Efektif dapat membunuh parasit • Sifat racun cepat menurun dalam waktu tertentu. • Mudah mengalami degradasi dalam waktu singkat. Jenis Bahan Kimia Dan Obat Yang digunakan antara lain adalah : 1. Kalium Permanganat (PK) Kalium permanganat (PK) dengan rumus kimia KMnO4 sebagai serbuk maupun larutan berwarna viol et. Sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan infeksi bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam. Bila dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi kimia sebagai berikut; KMnO4 Æ K+ + MnO4MnO4- Æ MnO2+2On On - Oksigen elemental. (Oksidator)

432

Sifat Kimia Oksidator kuat • •



• •

Sifat bahan aktif beracun adalah merusak dinding-dinding sel melalui proses oksidasi. Mangan oksida membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit yang akhirnya menyebabkan kematian. Secara umum tingkat keracunan PK akan meningkat pada lingkungan perairan yang alkalin (basa). Tingkat keracunannya sedikit lebih tinggi dari tingkat pengobatannya. Dapat mengoksidasi bahan organik.

Manfaat • Efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur (ektoparasit dan infeksi bakteri) dengan dosis 2 - 4 ppm pada perendaman. • Bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi. • Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 1025 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resisten terhadap PK, kecuali dengan perendaman.



• • • •





Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup, perlakuan diulang setiap 2-3 hari Sebagai disinfektan luka. Dapat mengurangi aeromonas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif lainnya. Dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada Ulcer. Golongan ikan Catfish, perlakuann kalium permanganat dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm. Sebagai antitoxin terhadap aplikasi bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-20 jam dapat menetralisir residu Rotenone atau Antimycin. Dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan dosis pestisida yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, maka untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm. Transportasi burayak dapat dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm.

Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri) • Filter biologi tidak boleh dilewatkan larutan PK, karena dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. • Aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul organik 433

• • •





teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut menurun. Berikan dosis sebanyak 2-4 ppm. Dosis 2 ppm diberikan pada ikanikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik. Dosis 4 ppm diberikan pada ikanikan bersisik. Dosis tersebut tidak akan merusak tanaman air, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman air dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya. Satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia. Perlakuan dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.

2. Klorin Dan Kloramin Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan

sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum. Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau menyengat. Perlakuan klorinasi dikenal dengan kaporit. Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl). Cl2 + H2O Æ H2ClO3 Æ Cl2 + H2O NH4Cl + H2O Æ NH4+ + ClO3Sifat Kimia • Klorin relatif tidak stabil di dalam air • Kloramin lebih stabil dibandingkan klorin • Klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan • Reaksi dengan air membentuk asam hipoklorit • Asam hipoklorit tersebut dapat merusak sel-sel protein dan sistem enzim ikan. • Tingkat keracunan klorin dan kloramin akan meningkat pada pH rendah dan temperatur tinggi, karena pada pH rendah kadar asam hipoklorit akan meningkat. • Efek racun dari bahan tersebut dapat diperkecil bila residu klorin dalam air dijaga tidak lebih dari 0.003 ppm • Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm dapat membunuh ikan dengan cepat Tanda-tanda Keracunan • Ikan bergerak kesana kemari dengan cepat. • Ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah. • Klorin dan kloramin secara langsung akan merusak insang sehingga dapat menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan 434

kerja insang dan ikan tampak tersengal-sengal dipermukaan. Perlakuan Oleh karena klorin sangat beracun bagi ikan maka perlu dihilangkan dengan cara sebagai berikut; • Air di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara kimiawi maupun fisika. • Pengaruh klorin dihilangkan dengan pemberian aerasi secara intensif. • Mengendapkan air selama semalam. Dengan demikian maka gas klorin akan terbebas ke udara. • Menggunakan bahan deklorinator atau lebih dikenal dengan nama anti klorin. • Anti-klorin lebih dianjurkan untuk air yang diolah dengan kloramin. • Kloramin relatif lebih sulit diatasi hanya oleh natrium tiosulfat saja dibandingkan dengan klorin, karena maskipun gas klorinnya dapat diikat dengan baik, tetapi akan menghasilkan amonia. • Mengalirkan air hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit. • Segera pindahkan ikan yang terkena keracunan klorin kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi. Dalam keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada akuarium. • Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya gangguan pernapasan pada ikan-ikan. 3. Biru Metilen (Methylene Blue) Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan Ichthyopthirius (white

spot) dan jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 - 2 persen. Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk. Sifat Kimia • Metil biru merupakan pewarna thiazine. • Digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada akuarium. • Dapat merusak filtrasi biologi dan kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan lainnya termasuk lem akuarium. • Dapat merusak pada tanaman air. • Untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Dosis dan Cara Pemberian • Untuk infeksi bakteri, jamur dan protozoa dosis yang dianjurkan adalah 2 ml larutan Metil biru (Methylene Blue) 1 % per 10 liter air akuarium. • Perlakuan dilakukan dengan perendaman jangka panjang pada karantina. • Untuk mencegah serangan jamur pada telur, dosis yang dianjurkan adalah 2 mg/liter. • Cara pemberian metil biru pada bak pemijahan adalah setetes demi setetes. Pada setiap tetesan biarkan larutan metil biru tersebut tersebar secara merata. • Tetesan dihentikan apabila air akuarium telah berwarna kebiruan atau biru jernih (tembus pandang). Artinya isi di dalam 435





akuarium tersebut masih dapat dilihat dengan jelas. Perlakuan ini cukup dilakukan sekali kemudian dibiarkan hingga warna terdegradasi secara alami. Setelah telur menetas, penggantian air sebanyak 5 % setiap hari dapat dilakukan untuk mengurangi kadar metil biru dalam air tersebut dan mengurangi akumulasi bahan organik dan ammonium

4. Metronidazol Metronidazol dan di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan dikembangkan untuk manusia melawan bakteri-bakteri anaerob dan protozoa. Dalam dunia ikan hias, diketahui, obat ini biasa digunakan untuk mengobati hexamitiasis. Dosis dan Cara Pemberian • Dosis yang disarankan adalah 10 ppm • Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar 250 mg/tablet • Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga sebanyak 3 ulangan • Pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan, • Metronidazol diberikan secara oral, yaitu dicampurkan pada pakan dengan obat, konsentrasi 1 % berat. • Diberikan dengan cara mencelupkan pakan pada larutan metronidazol.

Di-Metronidazol Dosis = 5 ppm. Diberikan seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan dilakukan dengan selang 3 hari (4 hari sekali). Pada kasus berat, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004%. 5. Malachite Green Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin. Terdapat indikasi bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman air. Disamping itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan akuarium, termasuk plastik. Hindari penggunaan malachite green dalam bentuk serbuk (tepung). 436

Disarankan untuk menggunakan malachite green dalam bentuk larutan jadi dengan konsentrasi 1% dan telah terbebas dari unsur seng. Dosis dan Cara Pemberian • Dosis 0.1 - 0.2 ml dari larutan 1% per 10 liter air, sebagai perlakuan perendaman jangka panjang. Pemberian dosis dapat dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis dilakukan, disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 % • Dosis 1 - 2 ml dari larutan 1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 - 60 menit). Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan sebanyak 4-5 ulangan. • Dosis campuran antara Malachite Green dan Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 - 0.1 ppm MG dan 10 -25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1 -0.2 ppm MG dan 10 - 25 ppm Formalin. • Malachite Green dapat pula diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10 menit. • Perlakuan hendaknya dilakukan pada tempat terpisah. Perhatian • Malachite Green dapat bersifat racun terhadap burayak ikan, terhadap beberapa jenis tetra, dan beberapa jenis catfish seperti Pimelodidae atau blue gill. Beberapa penyimpangan hasil perlakuan dengan MG dapat terjadi apabila perlakuan dilakukan pada pH air diatas 9

• •

atau apabila temperatur air diatas 21 ° C. Yakinkanlah MG yang digunakan adalah dari jenis yang bebas Seng. Tidak ada salahnya dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2 ikan sebelum perlakuan MG dilakukan pada sejumlah banyak ikan.

6. Oxytetracyline Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang digunakan dalam pengobatan penyakit akibat infeksi bakterial sistemik pada ikan Dosis dan Cara Pemakaian • Suntik; 10-20 mg oksitetrasiklin per kg berat badan ikan. Ulangi penyuntikan apabila diperlukan. • Oral; diberikan melalui pakan. Dosis 60 - 75 mg per kg berat badan ikan per hari. Berikan selama 7 - 14 hari. • Perendaman; Jangka panjang (5 hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan. 7. Garam Inggris / Epsom Salts (MgSO4.7H20) Garam inggris biasa digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam air, dan sering efektif dalam mengobati sembelit (tidak bisa buang kotoran) pada ikan. Dosis dan Cara Pemberian Sebagai pencahar (pencuci perut), larutkan 1 sendok teh peres (2,5 g) 437

garam inggris dalam 18 liter air (0,14 ppt). Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam sedikit air akuarium pada wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam akuarium yang telah berisi air dengan takaran yang sesuai. Peningkatan sedikit temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) dapat membantu meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga diharapkan akan dapat mempercepat pemulihan dari gejala sembelit. 8. Hidrogen Peroksida Larutan jernih ini sepintas mirip air, dengan rumus kimia H2O2. Bahan ini merupakan oksidator kuat, berbahaya bila dikonsumsi. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan oksigen. 2H2O2 Æ 2H2O + O2 Bahan ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik pada akuarium. Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai penambah oksigen dalam akuarium, untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang terjadi. Sebuah produk peralatan akuarium menggunakan hidrogen perosida untuk penambah oksigen tanpa tenaga listrik.

Penggunaan Hidrogen Peroksida Dalam Akuarium: Sebagai anti protozoa: Diberikan sebagai perlakuan perendaman dalam jangka pendek. Dosis yang digunakan adalah 10 ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air. Perendaman dilakukan selama maksimum 5-10 menit. Perendaman harus dihentikan apabila ikan menunjukkan gejala stress. Untuk memulihkan kondisi kekurangan oksigen: Dosis yang digunakan 1-2 ml Hidrogen Peroksida 3% dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan. Sebelum diberikan dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida tersebut, setidaknya dengan perbandingan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagian air). Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini dapat segera tercampur dengan baik setelah dimasukan kedalam akuarium. Perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja, yaitu bila kekurangan oksigen. Setelah itu dicari penyebab sebenarnya agar dapat diatasi dengan lebih baik.

438

9. Formalin (HCHO dan CH3OH) Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 3740% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin sangat beracun, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, tetapi lebih banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. Ikan yang akan diawetkan harus melalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%. Penggunaan • Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 - 30 menit). • Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama.

Dosis dan Cara Pemberian • Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata. • Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengal-sengal (megapmegap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium) • Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 - 3 hari, kembalikan ikan pada wadah semula. • Jangan dilakukan pada filter biologi, karena akan membunuh bakteri yang ada pada filter • Lakukan penggantian air sebanyak 30%. • Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelum ikan dimasukkan. Lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau kurang apabila ikan menunjukkan gejala stres.

439

Peringatan Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun, oleh karena itu jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat bersifat eksplosif (meledak). Sifat Fisika dan Kimia Formalin Tampilan : cairan jernih (tidak berwarna) Bau : berbau menusuk, keras Kelarutan : sangat larut Berat jenis : 1.08 pH : 2.8 Identifikasi Bahaya: Sangat berbahaya! Dapat menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung pada tingkat dan lama kontak. Uap berbahaya. Berbahaya apabila terhirup atau terserap kulit. Menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau menyebabkan kebutaan apabila tertelan. Mudah terbakar. Pertolongan Pertama: • Terhisap: Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, beri nafas buatan, apabila kesulitan bernafas beri oksigen, panggil dokter.







Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan, menonaktifkan dan menyerap bahan dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan dapat menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul. Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit Segera hubungi dokter.

Dengan mengetahui berbagai macam obat dan bahan kimia yang dapat digunakan dalam melakukan pengobatan, maka akan sangat membantu para pembudidaya ikan untuk mengobati ikan yang sakit. Sebagai contoh dalam aplikasinya, untuk ikan yang sakit yang akan diobati dengan antibiotika antara lain oxytetracycline. Maka cara pengobatannya dapat dilakukan misalnya saja dengan merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam. Atau mau menggunakan bahan kimia dengan cara merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5 – 10 ppm selama 12 – 24 jam, merendam ikan dalam larutan kalium permanganate (PK) 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit. Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa serbuk dapat dicampurkan ke dalam makanan ikan 440

jika akan melakukan pengobatan dengan sistem oral. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 – 3 minggu. Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, untuk larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan dari hari ke hari. Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit bakteri adalah melalui makanan. Makanan ikan yang akan diberikan dicampur dulu dengan chloromycetin 1 – 2 gram untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang harus diperhatikan adalah tetap menjaga kualitas air agar selalu sesuai dengan kebutuhan hidup yang ideal bagi ikan. Perlu diketahui bahwa apabila pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, atau perhitungannya kurang cermat, maka lama kelamaan bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri tertentu. Pada daerah yang mengalami wabah penyakit, sering kali pencegahannya sulit dihindari. Untuk mengurangi kerugian yang besar biasanya dilakukan pengobatan pada ikan. Oleh karena ikan hidup di air, sehingga bahan kimia yang

digunakan juga akan terlarut dalam air. Hal ini dapat berakibat selain bertujuan untuk mengobati ikan sakit, akan tetapi ikan pun dapat terbunuh bila tidak dilakukan metoda, waktu, dosis obat yang tepat. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam melakukan pengobatan terhadap ikan yang sakit maka harus dilakukan beberapa persiapan yaitu : 1. Ikan yang akan diobati sebaiknya harus dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam sebelum diberikan pengobatan. 2. Wadah yang digunakan untuk melakukan pengobatan ikan harus memakai wadah yang terbuat dari bahan plastik, jangan menggunakan wadah yang terbuat dari seng. Hal ini dapat membuat bahan kimia bereaksi dengan wadah yang terbuat dari seng. 3. Dalam melakukan pengobatan, jumlah obat yang akan diberikan kepada ikan yang sakit harus tepat jenis, dosis dan benarbenar terukur. 4. Pengobatan sebaiknya dilakukan pada suhu perairan yang rendah misalnya pada pagi atau sore hari. 5. Sebaiknya dalam melakukan pengobatan dilakukan secara bertahap yaitu : • Pengobatan pendahuluan • Pengobatan pendahuluan merupakan pengobatan awal dimana ikan yang sakit diambil sebagian kecil dan diberi obat dengan jumlah yang sesuai dengan dosis. • Pengobatan pokok, yang dilakukan setelah 12 – 24 jam dari pengobatan pendahuluan. 441

Cara pengobatan yang tidak berakibat fatal bagi ikan adalah sebagai berikut : 1. Pengolesan. Cara ini biasanya digunakan untuk penyakit ikan yang kronis dengan dosis obat yang tinggi. Bagian ikan yang sakit diolesi obat dengan menggunakan kapas. Kemudian ikan segar dikembalikan ke air yang segar. 2. Perendaman pada bak. Ikan yang terserang penyakit direndam dalam wadah/bak tertentu yang berisi larutan obat selama 5 – 30 menit. Hal ini memberi kemungkinan lamanya kerja obat untuk membunuh penyakit. Caranya sangat sesuai bila parasit terdapat dalam lapisan kulit yang terlindung. Oleh karena ikan terendam pada larutan yang berbahaya maka

konsentrasi obat toleransi oleh ikan.

masih

di

3. Perendaman pada kolam. Umumnya cara ini memerlukan perendaman yang lebih lama dari pada bak (1 jam s/d beberapa hari) dengan bahan kimia. Tujuan dari perendaman yang lama ini adalah memberi kesempatan pada obat untuk memutuskan rantai kehidupan parasit dan konsentrasi obat biasanya sangat rendah sekali sehingga tidak berbahaya bagi ikan. Untuk metoda ini sebaiknya menggunakan bahan kimia yang mudah terurai menjadi netral. Bahan kimia dan obat yang dapat digunakan untuk mengobati ikan pada berbagai penyakit dapat dilihat pada Tabel 8.2.

442

Tabel 8.2. Obat dan bahan kimia yang digunakan pengobatan penyakit ikan. NO 1

2

JENIS PARASIT Protozoa

Cacing, crustacea tingkat rendah dan jamur

METODA

BAHAN KIMIA/OBAT

Pengolesan



Formalin



100 ppm

Perendaman pada bak

• •

NaCl, KMnO4

• •

25 % 100 ppm

Perendaman pada kolam Pengolesan

• • • • • • • • • •

• • • • • • • • • •

100 ppm 20 ppm 0,1 % 100 ppm 20 % 0,01 ppm 0,25 ppm 50 ppm 1-1,5%,15 ‘ 0,15 ppm



200 kg/ha



100 ppm



1 kapsul tiap 10 Kg makanan



50 mg/kg Makanan selama 7 – 10 hari

Perendaman pada kolam



Rivanol Formalin Formalin Rivanol NaCl KMnO4 NH4OH Formalin NH4Cl Malachite green Ekstrak biji teh Formalin

Pemberian antibiotic pada makanan



Tetrasiklin



Oxytetrac yclin

Perendaman pada bak

Perendaman pada kolam

• 3

Aeromonas sp dan Pseudomonas sp

DOSIS

Pengobatan white spot Obat hanya dianjurkan untuk pencegah penyakit. Sebenarnya pemakaian antibiotik kurang baik pengaruhnya terhadap ikan dan lingkungan. Oleh karena itu, pemakaiannya tidak dianjurkan pada ikan yang dikonsumsi. Obat ini akan tertinggal dalam jaringan daging atau

lemak dan ini berbahaya bagi kesehatan. Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit bintik putih adalah: Malachyte green. Obat ini diberikan sebanyak 1 gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2 hari; dalam 10 hari, ikan yang sakit akan sembuh. Dalam 443

pengobatan cara ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan diberi makanan yang cukup baik. Formalin. Ikan yang sakit direndam setiap hari dalam larutan formalin 30% (dalam dosis 1 : 2000), lamanya perendaman 1 jam. Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan setiap hari, selama 3 – 5 hari berturut-turut. Cara ini juga dapat menyembuhkan penyakit bintik putih. Methilene blue. Caranya, dibuat larutan methyl biru dengan konsentrasi 1 % (satu gram metal biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit kemudian dimasukkan dalam wadah yang berisi air bersih. Kemudian didalamnya diberi larutan baku yang sudah dibuat tadi. Ikan dibiarkan di dalam larutan selama 24 jam. Agar ikan yang sakit benarbenar sembuh dan terbebas dari parasit, pengobatan dilakukan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari. Pengobatan jamur Ikan yang terserang penyakit ini tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas dan dapat menyerang telur sehingga menghambat pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium

permanganate, larutan garam dapur, dan larutan malachite green. Ikan direndam dalam larutan kalium permanganate 1 gram per 100 liter, selama 60 – 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit. Sedangkan untuk mengobati penyakit ikan dengan malachite green, sebelumnya dibuat larutan baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1–2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang sampai tiga hari berturut-turut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan perendaman selama 24 jam tetapi dosisnya dikurangi menjadi 0,15 – 0,70 ppm. Dapat juga menggunakan formalin 100 – 200 ppm selama 1 – 3 jam dan perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam. Pengobatan bakteri Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak lambat, bernafas megapmegap di permukaan air, warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada insang dan kulit. Pengobatan penyakit dari kelompok bakteri ini dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah : 1. Metode perendaman dalam larutan PK 10 - 20 ppm selama 30 - 60 menit atau PK 3 – 5 ppm selama 12 – 24 jam. Dengan larutan Nitrofuran 5 – 10 ppm 444

selama 24 jam dan dengan larutan antibiotik oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam, tetrasiklin / kemisitin/Chloramphenikol 250 mg dalam 500 liter air selama 2 jam dan dilakukan setiap hari selama 3 – 5 hari. 2. Pada ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan metode penyuntikan menggunakan antibiotik oksitetrasiklin sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan, Kanamysine sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan dan Streptomysin sebanyak 20 – 60 mg/kg ikan. Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan ke dalam makanan ikan. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 – 3 minggu. Dosis penyuntikan antibiotik larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan dari hari ke hari.

Pengobatan Trematoda Pada ikan budidaya salah satu jenis parasit dari kelompok Trematoda yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa menyerang ikan pada bagian insang dan kulit. Insang yang dirusaknya akan menjadi luka dan menimbulkan pendarahan yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan metode perendaman dalam larutan formalin teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml dalam 1 m3 selama 15 menit atau dengan larutan Methylene Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan Malachite Green 2 – 3 ppm selama 30 – 60 menit.

3. Metoda oral yaitu dengan pemberian pakan yang dicampur dengan antibiotik misalnya oksitetrasiklin sebanyak 50 mg/kg ikan diberikan setiap hari selama 7 – 10 hari.

445

BAB. IX. PEMASARAN

9.1. PENGERTIAN PEMASARAN Untuk menentukan jumlah produksi ikan yang akan dibudidayakan pada suatu usaha budidaya ikan diperlukan data tentang permintaan hasil produksi tersebut. Permintaan hasil produksi budidaya merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat produksi. Produksi yang tinggi dengan nilai jual yang tinggi sangat diharapkan oleh para pembudidaya. Keberhasilan usaha budidaya ikan ini sangat ditentukan oleh pemasaran (marketing) hasil produksi, oleh karena itu maka terlebih dahulu kita harus mengenal konsep dan ruang lingkup pemasaran. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), pemasaran merupakan tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang-barang atau jasa dari produsen ke tangan atau pihak konsumen. Pemasaran menurut Kotler (1997) didefinisikan sebagai proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang

bernilai kepada pihak lain. Proses tersebut terjadi karena adanya kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk; nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasar dan konsep. Berdasarkan defenisi tersebut diketahui bahwa pemasaran sangat diperlukan untuk mentransfer antara produsen dan konsumen. Pemasaran merupakan kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang atau jasa, maka dengan demikian pemasaran termasuk tindakan atau usaha yang produktif. Kegunaan yang diciptakan oleh kegiatan pemasaran adalah kegunaan tempat, kegunaan waktu, dan kegunaan kepemilikan. Kegunaan waktu berarti bahwa barang-barang mempunyai faedah (manfaat) atau nilai (harga) yang lebih besar (tinggi) setelah terjadi perubahan waktu, umpamanya ikan jambal siam (Pangasius succi) harganya mahal bila bukan pada musimnya dan nilainya bisa sangat

446

murah bila pada musimnya, ikan bandeng pada hari raya suku tertentu harganya sangat tinggi karena banyaknya permintaan sedangkan produksi tetap sehingga harga jual menjadi mahal. Kegunaan tempat berarti bahwa barang-barang atau jasa mempunyai faedah (manfaat) atau nilai (harga) yang lebih besar (tinggi) karena perubahan tempat, umpamanya ikan mas (Cyprinus carpio) yang dihasilkan di Cianjur akan mempunyai kegunaan lebih besar (harganya mahal) bila dipindahkan atau di bawa ke Jakarta sebagai daerah konsumen. Kegunaan kepemilikan berarti bahwa barang-barang atau jasa mempunyai faedah (manfaat) atau nilai (harga) yang lebih besar (tinggi) karena beralihnya hak milik atas barang, umpamanya ikan nila (Tilapia nilotica) mempunyai kegunaan (faedah) yang lebih tinggi bila berada atau dimiliki oleh si A dibandingkan apabila berada pada si B. Pemasaran merupakan tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan barang atau jasa dari produsen sampai konsumen, maka proses pengaliran barang dari produsen ke konsumen tersebut meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi), dan proses penyebaran (dispersi). Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari aliran barang atau jasa yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang lebih besar, agar dapat disalurkan ke

pasar-pasar eceran secara lebih efisien. Equalisasi merupakan proses tahap kedua dari aliran barang atau jasa, kegiatan ini berlangsung antara proses konsentrasi dengan proses dispersi, proses equalisasi ini merupakan tindakan-tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas. Proses dispersi merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari aliran barang atau jasa, dimana barang-barang atau jasa yang terkumpul disebarkan ke arah konsumen. Dengan memahami pengertian dari pemasaran ini maka proses produksi budidaya ikan sebaiknya mengacu pada aspek pasar. Aspek pasar ini akan menentukan kapasitas produksi hasil perikanan berdasarkan komoditas perikanan yang akan diusahakan dan bagaimana sistem pemasaran yang akan diterapkan. Permintaan terhadap komoditas perikanan ini meliputi jumlah ikan yang akan diproduksi yaitu volume atau biomassa, tingkat harga, waktu atau musim.

9.2. CIRI-CIRI PEMASARAN HASIL PERIKANAN Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), pemasaran hasil perikanan mempunyai sejumlah ciri, diantaranya sebagai berikut : 1. Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang

447

2.

3.

4.

5.

tahun, sedangkan penawarannya sangat tergantung kepada produksi yang sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada umumnya pedagang pengumpul memberi kredit (advanced payment) kepada produen (petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan dalam waktu tertentu. Saluran pemasaran hasil perikanan pada umumnya terdiri dari : produsen (petani ikan), pedagang perantara sebagai pengumpul, grosir (wholesaler), pedagang eceran, dan konsumen (industri pengolahan atau konsumen akhir). Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai konsumen pada umumnya meliputi prosesproses pengumpulan, pengimbangan, dan penyebaran, dimana proses pengumpulan merupakan proses yang terpenting. Kedudukan terpenting dalam pemasaran hasil perikanan terletak pada pedagang pengumpul karena berhubungan dengan fungsinya sebagai pengumpul dari daerah produksi yang terpencar-pencar, skala produksi kecil-kecil, dan produksinya musiman.

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), barang-barang hasil perikanan dapat digolongkan ke dalam : barang-barang konsumsi dan bahan-bahan mentah. Barangbarang konsumsi adalah produk perikanan yang langsung

dipergunakan oleh konsumen akhir dalam bentuk yang sama saat meninggalkan produsen. Sedangkan bahan-bahan mentah adalah produk perikanan yang dipergunakan oleh pabrik atau pengolah (processor) untuk dijadikan atau menghasilkan barang baru. Barang-barang perikanan mempunyai ciri yang dapat mempengaruhi atau menimbulkan masalah dalam pemasaran. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Produksinya musiman, berlangsung dalam ukuran kecilkecil (small scale) dan daerah terpencar-pencar. Produksi ikan tertentu dapat berlangsung secara musiman, sehingga dapat menimbulkan beban musiman (peak load) dalam pembiayaan, penyimpanan, pengangkutan, dan penjualan. Produksi ikan juga dilakukan oleh petani ikan terpencar-pencar dengan ukurannya yang kecil-kecil, sehingga memerlukan lembagalembaga dan fasilitas-fasilitas pemasaran yang dapat menghimpun hasil perikanan tersebut agar menjadi jumlah yang lebih besar guna diangkut ke pusat-pusat konsumsi dan pusat-pusat pengolahan (processing) agar lebih efisien. 2. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relatif stabil sepanjang tahun, sedangkan untuk komoditas tertentu produksinya kadang bersifat musiman dan jumlahnya tidak tentu karena pengaruh cuaca, sehingga menimbulkan masalah

448

dalam penyimpanan dan pembiayaan. 3. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah rusak (perishable). Karena barangbarang hasil perikanan merupakan organisme hidup, sehingga mudah atau cepat mengalami kerusakan atau pembusukan akibat dari kegiatan bakteri, enzimatis, dan oksidasi. Masalah ini membutuhkan usaha perawatan khusus dalam proses pemasaran guna mempertahankan mutu, seperti penyimpanan perlu dilakukan di tempat-tempat atau ruangan dingin (kamar dingin, ruangan dingin, peti dingin), pengangkutan perlu dilengkapi dengan alat atau mesin pendingin. Usaha ini memerlukan biaya tambahan dan demikian dapat meningkatkan biaya pemasaran. 4. Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah, karena sangat tergantung dengan keadaan cuaca. Perubahan tersebut dapat mnimbulkan fluktuasi harga sebagai akibat perubahan dari kondisi penawaran. Variasi demikian dapat mengakibatkan tidak terorganisirnya pasar, akibatnya menyebabkan perubahan harga, menambah ongkos penyimpanan dan sukar dalam grading. Dengan berbagai ciri khas dari produk hasil perikanan tersebut maka dalam memasarkan hasil perikanan ada dalam beberapa bentuk antara lain adalah bentuk

segar yaitu bentuk asli dari hasil produksi budidaya ikan, produk setengah jadi yaitu produksi hasil perikanan dalam bentuk pengolahan sederhana seperti ikan asin atau produk hasil perikanan dipasarkan dalam bentuk sudah diolah lebih tinggi telah mengalami perubahan bentuk dari aslinya seperti dibuat menjadi sarden atau produk lainnya.

9.3. PERENCANAAN DAN TARGET PENJUALAN Pemasaran akan berhasil dengan baik apabila direncanakan terlebih dahulu, berbagai kegiatan perlu dilalui sebelum memasarkan suatu produk. Kegiatan-kegiatan tersebut menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), adalah sebagai berikut : 1. Penelitian pasar dan perencanaan. Penelitian pasar dipusatkan kepada barangbarang yang akan dijual, dengan maksud untuk menemukan barang apa yang diinginkan oleh konsumen. Penelitian ini akan dihubungkan dengan persoalan tentang rencana produksi, antara lain harga dari macam-macam barang, kualitas barang, kebiasaan dan motif pembelian dari konsumen. 2. Memperkirakan kesanggupan penjualan (estimating potentials of sales). Dalam hal ini harus diperhitungkan pendapatan konsumen serta cara-cara bagaimana pendapatan konsumen tersebut dibelanjakannya, bagaimana pengaruh harga terhadap permintaan, pengaruh

449

persaingan dan penilaian terhadap akibat-akibat karena adanya perubahan-perubahan penjualan di dalam keadaankeadaan perdagangan pada umumnya. 3. Pemilihan saluran distribusi. Pemilihan saluran distribusi merupakan sebagian daripada perencanaan fungsi-fungsi penjualan yang juga mencakup pengambilan keputusan dengan memperhatikan macam distribusi mana yang paling efektif. Apakah produsen menjual barangnya langsung kepada pedagang eceran ataukah menjual melalui berbagai perantara, melalui pos, ataukah langsung menjual kepada konsumen akhir dari rumah ke rumah. 4. Penentuan syarat-syarat penjualan. Kegiatan ini meliputi penetapan syarat-syarat dan kondisi-kondisi penjualan yang meliputi : • syarat-syarat pengiriman misalnya waktu penyerahan dan pembayaran ongkos angkutan, • cara-cara pembayaran misalnya potongan harga dan kredit, • kualitas serta kuantitas barang yang dijual, dan • hal-hal lain yang ada hubungannya dengan penjualan. 5. Membuat kontak dengan pembeli. Kegiatan membuat kontak dengan pembeli meliputi berbagai kegiatan, diantaranya : • menetapkan pasar, apakah barangnya akan dijual di

daerah geografis luas atau sempit • setelah menetapkan pasar, pihak penjual harus mencari pembeli di pasar tersebut, dimana para pembeli berada dan bagaimana kebutuhannya • membuat kontak dengan pembeli potensial tersebut dan mengembangkan serta memelihara hubungannya, • menciptakan permintaan konsumen potensial misalnya melalui reklame, memberi contoh barang untuk dicoba secara Cuma-cuma. 6. Pemindahan hak milik atas barang. Pemindahan hak milik atas barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli merupakan suatu langkah yang diperlukan dan yang resmi di dalam penjualan barang-barang, tetapi pemindahan hak milik ini harus disertai dengan penerimaan barang-barang oleh pihak pembeli sesuai dengan kontrak pembelian. Kegiatan penjualan dikatakan sudah selesai apabila pihak pembeli sudah menerima barang dari pihak penjual dan memilikinya.

9.4. ESTIMASI HARGA JUAL Agar pemasaran dapat berjalan dengan lancar, maka perlu direncanakan terlebih dahulu kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pemasaran. Selain itu perencanaan biaya pemasaran ini sebagai bahan

450

pertimbangan juga dalam hal nilai atau harga barang yang akan dijual. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), pembiayaan pemasaran berarti mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi-transaksi dalam arus barang dari sektor produksi sampai sektor konsumsi. Pembiayaan dan menanggung risiko merupakan fungsi umum dan penyerta dari semua kegiatan pemasaran, bahkan mempunyai aplikasi penting dalam bidang pemasaran. Oleh karena itu barang-barang tidak dapat melalui semua sistem pemasaran tanpa didukung oleh pembiayaan. Pemilik barang pada setiap tingkat pasar (stage of distribution) harus mengorbankan modal yang dimilikinya atau harus meminjam modal dari sumber lainnya (kredit). Petani ikan juga perlu modal atau kredit untuk fase selama memiliki barang dan menunggu penjualan atau pembayaran. Pedagang besar (wholesaler) di samping membiayai stock yang dimilikinya, harus juga membiayai fasilitas-fasilitas pemasaran yang terikat padanya seperti processing plan, storage plan, sarana dan prasarana pengangkutan, dan kegiatankegiatan peragaan. Pedagang eceran harus juga mengeluarkan biaya untuk kegiatan penjualannya dan dalam beberapa hal untuk pembelian oleh pelanggan di tingkat eceran. Pembiayaan bisa saja berasal dari kredit, hal ini berarti menggunakan modal uang orang lain yang nantinya harus dikembalikan berikut

bunganya. Kredit dapat diperoleh dari pihak swasta (perorangan), Bank Pemerintah, Bank Komersial, Koperasi, Bank Desa, atau Organisasi Sosial. Kredit dari pihak swasta (para pelepas uang, pedagang pengumpul atau tengkulak) telah menimbulkan tiga aspek masalah kredit dalam pemasaran hasil perikanan. Ketiga aspek dimaksud adalah : 1. Tingkat bunga (interest rate) sangat tinggi. Kredit pasar yang dikenal sebagai ”utang mindering” (karena pelunasannya secara cicilan, ”midering”), bunga tersebut bisa sampai 120 bahkan 150% per tahun. 2. Petani ikan wajib menjual hasil produksinya kepada pemberi kredit (pelepas uang, tengkulak) dengan harga yang ditentukan oleh pihak pemberi kredit. 3. Hasil produksi harus segera dijual kepada pemberi kredit (pedagang pengumpul) tanpa dapat ditahan sementara waktu untuk menunggu harga lebih baik. Ketiga aspek masalah kredit seperti diuraikan di atas telah menempatkan petani ikan bermodal kecil pada bargaining position sangat lemah, sebaliknya sistem kredit seperti ini menempatkan pedagang pengumpul dan pelepas uang pada posisi sangat menguntungkan. Karena tanpa memberi kesempatan kepada petani ikan untuk memilih pedagang dan harga yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu penggunaan kredit oleh petani ikan semakin penting untuk melakukan proses produksi

451

terlebih dahulu sesuai permintaan konsumen. Sebaiknya jumlah kredit juga mempertimbangkan jangka waktu proses produksi dan proses penyaluran barang. Maka dengan demikian petani ikan perlu merencanakan terlebih dahulu semua kebutuhan biaya dengan seksama agar penggunaan modal terutama modal hasil pinjaman dapat digunakan lebih efisien. Konsep Biaya Pemasaran Biaya pemasaran ini mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan oleh produsen (petani ikan) untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (badan perantara) serta laba (profit) yang diterima oleh badan yang bersangkutan. Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan margin. Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama (produsen) dan harga yang dibayarkan oleh pembeli akhir (konsumen). Apabila margin dinyatakan dalam persentase, maka disebut mark-up, yaitu suatu persentase margin (margin dalam bentuk persentase) yag dihitung atas dasar harga pokok penjualan (cost of goods sold) atau atas dasar harga penjualan eceran suatu produk.

Analisa Biaya Pemasaran 1. Analisa Biaya dan Margin Perpindahan barang dari produsen ke konsumen akhir kadang-kadang memerlukan waktu cukup lama, sehingga memungkinkan timbulnya berbagai risiko yang perlu ditangani dan berhubungan dengan masalah biaya pemasaran yang harus dikeluarkan. Sehubungan dengan itu maka harus ada lembaga pemasaran yang menyediakan biaya untuk seluruh kegiatan fungsi pemasaran tersebut, seperti : biaya grading, biaya pengolahan, biaya pengangkutan, dan lain-lain, sampai barang tersebut dijual kepada konsumen akhir. Pembiayaan merupakan fungsi pemasaran yang mutlak diperlukan dalam menangani sistem pemasaran, konsekuensinya akan berpengaruh terhadap harga eceran (harga yang harus dibayarkan oleh konsumen). Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemasaran tersebut, antara lain : pengangkutan, penyimpanan, risiko, kerusakan, waktu kerja, grading, dan lain-lain. Metode yang dapat dipakai untuk menghitung perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dikeluarkan oleh konsumen (marketing margin), yaitu : • Marketing margin dapat dihitung dengan memilih sejumlah barang tertentu yang diperdagangkan dan mencatatnya sejak dari produsen sampai ke konsumen akhir sistem pemasaran • Marketing margin dapat dihitung dengan mencatat nilai penjualan (gross money sale), nilai

452

pembelian (gross money purchase) dan volume barang dari setiap lembaga pemasaran (marketing agency) yang terlibat pada saluran pemasaran. Dengan ketiga unsur tersebut, yaitu : nilai pemasaran (Ps), nilai pembelian (Pb), dan volume barang (V), maka average gross margin (AGM) dari tiap marketing agency dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Ps - Pb AGM = V Dengan menetapkan suatu saluran pemasaran tertentu dan mencari average gross margin dari pedagang yang mengambil bagian dalam saluran tersebut, maka marketing margin dari keseluruhan saluran pemasaran dapat diketahui. 2. Analisis Reactive Programming Dalam pemasaran, termasuk pemasaran di bidang perikanan terdapat dua pihak yang perlu duhubungkan satu sama lain selama proses penyaluran barang, yaitu pihak produsen di satu pihak dan pihak konsumen di lain pihak. Proses penyaluran barang oleh produsen atau lembaga pemasaran sebetulnya bisa lebih dari satu saluran/pola pemasaran, dimana masing-masing pola itu mungkin akan melibatkan lembaga pemasaran yang tidak sama. Ada saluran pemasaran yang melibatkan banyak lembaga pemasaran

sehingga salurannya menjadi panjang, ada juga saluran pemasaran yang hanya melibatkan sedikit lembaga pemasaran sehingga salurannya menjadi pendek. Masalah pola saluran pemasaran ini, bukan semata-mata terletak pada panjang pendeknya saluran pemasaran, tetapi saluran mana yang memberikan tingkat efisiensi yang paling tinggi, yang ditunjukkan oleh besarnya penerimaan bersih dari kegiatan pemasaran tersebut. Untuk menentukan saluran mana yang memberikan keuntungan maksimum, maka dapat digunakan analisis Reactive Programming. Analisa Reactive Programming didasarkan kepada analisa regional daerah produksi dan daerah konsumsi, yang kaitannya sangat erat dengan masalah biaya transfer. Untuk memudahkan analisa pemasaran antar regional dengan asumsi bahwa jumlah produksi yang dihasilkan di daerah produksi sama dengan jumlah yang diminta di daerah konsumsi. Hubungan antara daerah produksi dan konsumsi biaya transfer per unit barang dari masingmasing saluran antar kedua daerah tersebut. Untuk menentukan pola pemasaran yang optimum antara kedua daerah itu harus diketahui harga di daerah produksi, harga di daerah konsumsi, dan biaya transfer bagi barang tersebut. Dengan demikian saluran pemasaran antara daerah produksi (i) dan daerah konsumsi (j) hanya dapat aktif selama keadaan : Hj > Hi + BTij

453

Selain itu satu daerah produksi (i) akan menyalurkan barang ke daerah konsumsi (j) dan (k) apabila : Hk – BTij = Hj – BTik Dimana : Hi = harga barang di produksi (i) Hj = harga barang di konsumsi (j) Hk = harga barang di konsumsi (k) BTij = biaya transport daerah produksi konsumsi (j) BTik = biaya transport daerah produksi konsumsi (k)

daerah daerah daerah antara (i) dan antara (i) dan

9.5. SISTEM PENJUALAN Kegiatan penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang termasuk kelompok fungsi pertukaran, sasaran penjualan adalah mengalihkan barang kepada pihak pembeli dengan harga yang memuaskan (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Pada dasarnya kegiatan penjualan dapat dilaksanakan sebagai berikut : penjualan melalui inspeksi (pengawasan, pemeriksaan), penjualan melalui contoh (sample), penjualan melalui penggambaran (description), atau penjualan melalui kombinasi dari ketiga penjualan tersebut. Penjualan pengawasan (inspection)

melalui/dengan atau pemeriksaan maksudnya adalah

adanya ijin dari para penjual kepada pembeli untuk memeriksa dan meneliti semua barang sebelum pembeli memilih apa yang dibelinya. Penjualan dengan cara ini terjadi karena adanya sifat-sifat barang tersebut dan situasi pemasarannya, dimana : • tidak adanya standarisasi terhadap barang, • adanya sifat cepat rusak yang tinggi dari barang, • tingkat pembelian yang sangat cepat sehingga lalu lintas langganan dan tingkat penjualan akan terganggu, • suatu cara memamerkan barangbarang yang akan mendorong sejumlah pembelian yang terjadi saat bersamaan, dan • adanya tekanan kepada tingkat pelayanan sendiri yang tinggi oleh pembeli-pembelinya atau wakil-wakil dari pembeli. Penjualan dengan atau melalui contoh adalah penjualan karena berdasarkan kepada prinsip-prinsip standarisasi, sehingga cukup dengan contoh saja dari barang yang diperdagangkan yang dilihat atau diteliti oleh pembeli, jadi contoh ini akan merupakan wakil untuk semua unit barang yang akan dijual. Penjualan dengan penggambaran terjadi karena ada anggapan bahwa barang-barang akan bisa digunakan sedemikian rupa di dalam katalogkatalog, sehingga tidak ada satu unit barang pun perlu ada pada waktu penjualan diselesaikan. Contoh penjualan barang seperti ini adalah penjualan barang yang dilakukan melalui pos (mail order selling) dan

454

penjualan barang yang dilakukan untuk masa yang akan datang (future trading). Penjualan dengan cara ini hanya mungkin dilakukan karena adanya perkembangan standarisasi dan perbaikan mutu bersama-sama dengan perkembangan di dalam proses komunikasi. Penjualan dengan cara ini hanya akan berhasil baik, jika adanya syarat kebebasan dalam mengadakan kebijakan garansi terhadap barang-barang, sehingga dengan demikian pembeli tidak perlu memeriksa barangbarang untuk memuaskan pilihannya. Penjualan kombinasi antara selling by sample, selling by inspection, dan selling by description telah menjadi biasa di dalam perdagangan yang modern. Pada penjualan seperti ini tersedianya contoh (sample) yang mewakili semua barang yang diperdagangkan dan daftar penawaran (cataloque) dari sebagian barang yang dijual yang dibuat setiap hari. Para pembeli dapat memeriksa contoh dalam kemasan-kemasan dari semua barang yang diperdagangkan.

9.6. STRATEGI PROMOSI Suatu usaha untuk menarik perhatian pembeli dengan tujuan meningkatkan volume penjualan disebut “promosi penjualan”. Promosi penjualan hasil perikanan dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan cara menghubungi atau mengunjungi para pembeli (calon pembeli) secara langsung, atau dengan cara tidak langsung yaitu

melalui pemasangan (advertising).

iklan

Iklan merupakan elemen penting dalam program penjualan, terutama untuk barang-barang konsumsi. Iklan merupakan alat komunikasi masal dan dapat diulangi dengan biaya yang relatif rendah. Iklan ini dapat berupa kata-kata tertulis, tercetak atau diucapkan, gambargambar, diagram-diagram dan simbol-simbol. Namun program iklan untuk hasil perikanan dibatasi beberapa hal, sebagai berikut: • Kualitas produk bervariasi luas Rata-rata kualitas produk bervariasi dari hari ke hari, dari musim ke musim, dari tahun ke tahun bahkan dari suatu usaha ke usaha yang lain. Berbeda dengan produk industri (pabrik) yang mana kualitas dapat dikontrol, sehingga hasilnya relatif seragam. • Perishability dari produk Sifat ini mempersulit reklame (iklan), karena perubahan dalam kualitas maupun tersedianya produk (availability) • Kesukaran dalam mempertahankan keseragaman produk dan pengepakannya Karena produk perikanan dihasilkan oleh banyak usaha perikanan yang skala kecil (small scale) dan secara geografis terpencar • Elastisitas dari berbagai produk Permintaan untuk kebanyakan hasil perikanan inelastis, sehingga manfaat daripada kegiatan promosi sangat kecil dibandingkan dengan produk yang permintaannya elastis.

455

Menyiapkan Tenaga Penjualan Semua pendekatan penjualan adalah mencoba mengubah seorang tenaga penjual yang asalnya hanya pencatat pesanan yang pasif menjadi pencari pesanan yang aktif. Dalam melatih tenaga penjual ini ada 2 (dua) macam pendekatan, yaitu : pendekatan yang berorientasi pada penjualan dan pendekatan yang berorientasi pada pelanggan. Pendekatan yang berorientasi pada penjualan ini beranggapan bahwa pelanggan tidak akan membeli kecuali bila ditekan, sehingga mereka terpengaruh oleh presentasi yang rapi dan sikap manis, dan janji tidak akan kecewa setelah menandatangani pesanan. Sedangkan pendekatan yang beroreientasi pada pelanggan adalah pendekatan yang berupaya agar penjualan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Beberapa hal yang harus dikuasai oleh tenaga penjual ikan, antara lain : 1. Jenis ikan, asal ikan, nama ilmiah, varietas ikan, nama dagang, nama daerah, besar maksimal, jenis kelamin, umur ikan, dan sebagainya. 2. Kualitas air yang baik, sumber air yang dapat digunakan, dan cara pergantian air 3. Harga ikan per ekor, harga grosir, bonus 4. Hama dan penyakit ikan, pengendalian dan pengobatannya. 5. Jenis pakan, harga pakan, bahan pembuatan pakan 6. Teknis budidaya

Riset pemasaran sangat penting dilakukan, karena riset pemasaran merupakan kunci keberhasilan pemasaran. Adapun tujuan riset pemasaran adalah untuk menaksir permintaan efektif (demand efektive) dan permintaan potensial (demand potensial) dari suatu produk. Pengertian riset pemasaran adalah suatu riset yang ditujukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menentukan kebijakan pemasaran (marketing policies) dan rencana usaha, termasuk untuk memecahkan masalah-masalah pemasaran (Converse, Huegy and Mitchell, 1985). Sehingga dengan demikian riset pemasaran akan banyak membantu untuk : 1. Mengidentifikasi masalahmasalah dalam pemasaran 2. Mengantisipasi peluang-peluang pasar 3. Membantu mengenal dan memahami keadaan target pemasaran 4. Mengembangkan kombinasi pemasaran Riset pemasaran sangat penting untuk pengambilan keputusan, karena keputusan dimulai dari analisa permasalahan melalui beberapa tahapan, yaitu : tahap merumuskan masalah, tahap mencari kemungkinan pemecahan masalah, tahap mengukur kemungkinan pemecahan masalah, dan tahap memutuskan kemungkinan pemecahan masalah yang paling baik.

456

Tahap-tahap tersebut di atas dapat diselesaikan dengan intuisi atau dengan fakta atau dengan keduanya. Untuk masalah-masalah kecil, insidentil, dan masalah yang perlu pemecahan segera bisa dengan intuisi. Sebaliknya untuk masalahmasalah besar, bukan insidentil, serta tidak memerlukan pemecahan segera sebaiknya diselesaikan dengan fakta, walaupun kadangkadang tetap memerlukan instuisi dari hasil pengalaman-pengalaman masa lalu. Kesemuanya itu sematamata karena pertimbangan biaya dan waktu merupakan pembatasan utama. Pentingnya riset pemasaran ini makin terasa karena pemasaran bersifat komplek dan dinamis. Kemudian didorong lagi oleh perubahan penduduk, pendapatan, situasi ekonomi, persaingan teknologi baru, dan sebagainya. Jadi pada saat ini keputusan tidak hanya dapat diambil berdasarkan intuisi dan pengalaman saja, tetapi harus ditunjang dengan fakta yang cukup tentang keadaan yang lalu, sekarang, dan kemungkinan di masa yang akan datang. Riset pemasaran dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu : analisa pasar dan observasi pasar. Analisa pasar adalah penyelidikan keadaan pasar pada suatu saat tertentu. Sedangkan observasi pasar adalah suatu bagian dari penyelidikan pasar yang bertugas mempelajari gerakan dan perubahan yang terdapat di daerah penjualan. Analisa pasar ini meliputi penyelidikan pasar mengenai analisa permintaan, analisa penawaran, dan analisa

produk yang di bawa ke pasar. Sedangkan observasi pasar meliputi segi permintaan, segi penawaran, dan segi pergerakan atau perubahan dalam distribusi. Prosedur riset pemasaran pada dasarnya dibedakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu : pendahuluan, perencanaan dan pelaksanaan penelitian, dan hasil dan rekomendasi. Tahap pendahuluan terdiri dari 3 (tiga) langkah, yaitu : analisa situasi, penelitian informal, dan perumusan masalah. Tahap perencanaan dan pelaksanaan terdiri dari 2 (dua) langkah, yaitu : perencanaan penelitian formal dan pengumpulan data. Sedangkan tahap hasil dan rekomendasi terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu : tabulasi dan analisa, interpretasi hasil, kesimpulan dan rekomendasi, serta penyusunan laporan. Manusia sebagai pembeli yang sifatnya dinamis dan mempunyai karakter yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai pilihan yang berbeda terhadap barang yang ditawarkan. Oleh karena itu riset pemasaran akan berhasil dengan baik apabila metode yang diterapkan baik dan tepat. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam riset pemasaran, yaitu : survey, historis, observasi, dan percobaan. Metode survey merupakan metode yang paling sering digunakan dan juga paling produktif. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam metoda survey, yaitu : mail survey, personal interview, telephone survey, dan panel.

457

Metode historis merupakan metode pengumpulan data yang telah lalu, dengan maksud untuk dapat melihat perbandingan-perbandingan, persamaan-persamaan, kelainankelainan pada masa lalu, untuk dapat digunakan memprediksi atau meramalkan masa sekarang dan masa yang akan datang. Metode historis ini sering dilakukan untuk keprluan : pengukuran potensi pasar, kecenderungan harga pasar, penelitian dan indeks daya beli, sera analisa biaya distribusi dan sebagainya. Metode Observasi yaitu metode yang digunakan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung terhadap kejadian-kejadian atau perbuatan konsumen atau gejala pasar. Keuntungan metode ini adalah lebih obyektif dan lebih akurat dibandingkan dengan metode survey, namun dengan metode observasi ini lebih banyak waktu yang dibutuhkan, apalagi bila harus menunggu sampai terjadinya fenomena tertentu. Metoda percobaan dalam bidang pemasaran digunakan untuk mengetes berbagai macam jenis rencana-rencana, misalnya : reklame promosi penjualan untuk mendeterminasi harga-harga dan produk-produk dan pembungkus baru, untuk mengetahui harga diantara tiga macam harga untuk suatu produk, dan sebagainya. Strategi pemasaran harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : keadaan persaingan, perkembangan teknologi, kebijakan politik dan ekonomi, sumber daya alam, serta market segmentation.

1. Keadaan Persaingan Keadaan persaingan agak sulit untuk diduga kapan saingan baru akan muncul. Oleh karena itu sebaiknya selalu perbaikan mutu dijadikan sebagai kegiatan yang selalu harus diperhatikan walaupun tidak atau belum ada saingan. 2. Perkembangan Teknologi Kemunculan teknologi baru yang akan memperbaiki proses produksi, baik dari segi efisiensi maupun dari segi model sulit diduga. Oleh karena itu sebaiknya harus selalu mencoba menggunakan teknologi baru lebih cepat dari saingan. Walaupun dalam hal ini ada risiko, karena teknologi baru yang muncul akan disusul oleh teknologi lain yang lebih canggih, sehingga perlu pertimbangan yang matang. 3. Kebijakan Politik dan Ekonomi Perubahan-perubahan peraturan pemerintah dalam bidang ekonomi, seperti : naik turunnya suku bunga, pembatasan kredit, atau politik moneter. Juga perubahanperubahan politik, seperti : perubahan susunan keanggotaan DPR, perubahan atau pergantian pejabat. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kegiatan bisnis yang sulit diduga sebelumnya. 4. Sumber Daya Alam Dalam beberapa hal sumber daya alam juga sulit diramalkan kapan berkurang atau kapan ditemukan sumber daya alam baru. Sehingga

458

sumber daya alam ini kadangkadang dapat merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kegiatan bisnis yang sulit diduga.

kebutuhan dan keinginan konsumen sangat erat kaitannya dengan demografis, dan juga demografis ini lebih mudah diukur jumlahnya.

5. Market Segmentation

Segmentasi pasar berdasarkan psikologis adalah pemilahan segmen pasar berdasarkan kelompokkelompok, seperti : kelas sosial, gaya hidup, atau kepribadian. Walaupun konsumen berasal dari unsur demografis yang sama namun psikologis dapat berbeda, sebagai contoh konsumen yang kelas sosialnya kuat akan berbeda dalam memilih kualitas produk yang ditawarkan dibandingkan dengan yang kelas sosialnya lemah, demikian juga dengan gaya hidup dan kepribadian.

Secara garis besar segmen pasar dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu : masyarakat secara umum atau segmen tertentu saja. Kedua jenis strategi tersebut mempunyai kelabihan dan kekurangan, namun sekarang ini sudah banyak yang memilih segmen tertentu saja. Ada beberapa cara untuk menyusun segmen pasar, antara lain : berdasarkan geografis, berdasarkan demografis, berdasarkan psikologis, dan berdasarkan segmentasi prilaku. Segmentasi pasar berdasarkan geografis adalah segmentasi pasar yang dipilah-pilah berdasarkan kebangsaan, propinsi, kota, dan sebagainya. Jadi untuk mencapai sasaran geografis dapat disusun iklan, promosi, dan usaha penjualan yang mengarah kepada lokasi tertentu yang dapat diklasifikasikan, misalnya : sebagai daerah ibu kota, propinsi, kabupaten, desa, pinggiran kota, daerah dingin, daerah panas, dan sebagainya. Segmentasi pasar berdasarkan demografis adalah dalam hal ini pasar dipilah-pilah berdasarkan variabel-variabel, seperti : jenis kelamin, umur, jumlah anggota keluarga, pendapatan, jabatan, pendidikan, agama, suku, dan sebagainya. Segmentasi pasar berdasarkan demografis ini sangat banyak digunakan, karena

Segmentasi pasar berdasarkan perilaku adalah pemilahan konsumen berdasarkan klasifikasi sebagai berikut : occasion yaitu konsumen yang mengkonsumsi sesuatu pada hari-hari istimewa, benefit yaitu konsumen yang membeli sesuatu berdasarkan kepentingan pribadinya, user status yaitu konsumen yang dikelompokkan atas dasar statusnya dalam mengkonsumsi produk yang ditawarkan, loyalitas yaitu pengelompokkan konsumen berdasarkan kesetiaannya mengkonsumsi suatu produk, dan attitude yaitu pengelompokkan konsumen yang didasarkan atas tanggapannya terhadap suatu produk. Manfaat segmentasi pasar dapat diperoleh secara maksimal bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

459

1. Dapat diukur, besarnya daya beli setiap segmen dapat diukur dengan tingkat tertentu. 2. Dapat dicapai, seberapa jauh segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. 3. Besarnya, suatu kelompok akan pantas disebut segmen apabila cukup besar dan cukup menguntungkan. 4. Dapat dilaksanakan, seberapa jauh program-program efektif dapat disusun untuk menarik minat segmen. Pemasaran hasil budidaya ikan yang berhasil sangat erat kaitannya dengan penyusunan program produksi budidaya ikan yang tepat. Program produksi adalah suatu rencana tentang kegiatan produksi yang meliputi tentang jumlah produksi, jadwal produksi dan prediksi panen yang akan dilakukan. Perencanaan program produksi harus disusun untuk memberikan arahan dan petunjuk bagi pelaksana produksi sehingga kegiatan produksi dapat berlangsung sesuai dengan target produksi yang ditetapkan. Program produksi dalam budidaya ikan biasanya disusun berdasarkan metode produksi yang telah ditentukan pada awal sebelum kegiatan produksi dilakukan. Dalam berbagai macam metode budidaya ikan yang akan dipilih pada prinsipnya bagi seorang yang akan menyusun suatu program produksi harus mengetahui ketersediaan sarana prasarananya yang dimiliki. Jumlah produksi dalam suatu usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar

akan hasil dari produk perikanan sangat ditentukan oleh ketersediaan produk tersebut, jenis produk tersebut dipasaran, lokasi dimana produk tersebut dihasilkan. Target produksi dari suatu usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh sarana prasarana produksi yang dimiliki dan sistem teknologi budidaya yang digunakan. Perencanaan jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam proses produksi budidaya ikan biasanya dipilih berdasarkan pertimbangan bisnis (ekonomis) dan teknologi (budidaya). Berdasarkan pertimbangan bisnis, spesies ikan yang dipilih harus berorientasi pasar, yaitu seberapa banyak permintaan pasar terhadap spesies ikan yang akan diproduksi, termasuk pola waktu permintaan pasar, kompetitor yang bergerak dengan komoditas tersebut dan tingkat kejenuhan pasar terhadap komoditas yang akan diusahakan tersebut. Dengan memperhatikan beberapa aspek tersebut maka dalam menyusun program produksi dapat ditetapkan target produksi persatuan waktu. Persatuan waktu dalam usaha budidaya ikan ini dapat dihitung persiklus produksi atau periode waktu tanam. Jumlah produksi budidaya ikan dapat disusun dengan melihat informasi pasar. Informasi pasar suatu produk perikanan dapat diketahui dengan melihat data permintaan dan pasokan serta harga komoditas perikanan tersebut dalam lima tahun terakhir. Dari data tersebut dapat dilakukan analisis sehingga bisa disimpulkan tentang tingkat

460

permintaan produk dan kejenuhan terhadap produk tersebut. Selain itu jumlah produksi suatu produk ikan sangat ditentukan oleh teknologi budidaya yang akan digunakan. Dalam bab sebelumnya sudah dijelaskan tentang kelemahan dan keuntungan dari ketiga metode produksi tersebut. Jika akan menentukan jumlah produksi sesuai dengan metode produksi tersebut maka dapat dibuat suatu rencana produksi disesuaikan dengan tingkat teknologi yang digunakan. Pada tingkat teknologi yang tradisional dimana metode produksi yang digunakan adalah secara ekstensif dengan padat penebaran yang rendah maka target produksi yang diharapkan dalam budidaya tersebut tidak sebanyak jika mengunakan teknologi intensif. Dalam teknologi intensif dimana metode produksi yang digunakan juga intensif dengan padat penebaran yang yang tinggi maka akan diperoleh target produksi yang tinggi pula. Oleh karena itu dalam menyusun jumlah produksi yang akan ditetapkan akan sangat bergantung kepada tingkat permintaan pasar dan teknologi yang diterapkan dalam melaksanakan budidaya tersebut. Penentuan jumlah produksi atau target produksi biasanya dilakukan berdasarkan skala usaha budidaya ikan. Target produksi suatu usaha budidaya ikan ini sangat ditentukan oleh jumlah produksi yang ingin dihasilkan sehingga muncul peristilahan industri skala kecil, menengah dan besar. Target produksi ini akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya

adalah permintaan pasar, kemampuan permodalan dan kemampuan manajemennya. Penentuan target produksi tidak boleh melebihi dari permintaan pasar karena jika target produksi lebih tinggi akan mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak laku jual karena tidak terserap oleh pasar. Dalam menyusun jadwal produksi juga dipertimbangkan tentang kapan dilakukannya pemanenan. Pemanenan ikan budidaya biasanya dilakukan sesuai dengan tahapan kegiatan produksi. Jika proses produksinya adalah pembenihan maka output yang diharapkan pada saat panen adalah benih ikan dan prediksi waktu panennya perperiode relatif lebih singkat sekitar satu sampai dua bulan. Jika dalam kegiatan produksinya adalah pendederan maka prediksi waktu panennya adalah sekitar satu sampai dua bulan dan outputnya adalah benih ukuran lebih besar dari tahap pembenihan. Pada tahap produksinya adalah pembesaran ikan maka prediksi waktu panennya adalah relatif lebih lama berkisar antara tiga sampai empat bulan , karena output yang diharapkan adalah ikan air tawar berukuran konsumsi. Prediksi hasil pemanenan ikan ini akan sangat menentukan proses pemasarannya. Segmen pasar untuk benih biasanya para petani ikan yang melakukan pembesaran ikan. Sedangkan segmen pasar untuk ikan konsumsi adalah masyarakat yang membutuhkan ikan sebagai salah satu sumber protein hewani yang murah. Segmen pasar untuk ikan berukuran konsumsi relatif lebih

461

luas/banyak dibandingkan dengan segmen pembenihan. Sistem pemasarannya tidak berbeda antara benih dan ikan konsumsi. Pemasarannya pada pembenihan ikan dan pembesaran ikan ini dapat dilakukan secara langsung kekonsumen atau dengan menggunakan jasa perantara/broker.

produsen kepada konsumen tanpa atau dengan perantara. Jadwal pemasaran benih ikan dan ikan konsumsi ini biasanya dibuat bersamaan dengan jadwal produksi. Jadwal produksi dan pemasaran yang tepat akan diperoleh suatu hasil produksi yang menguntungkan sesuai dengan program produksi yang dibuat.

Pemasaran benih ikan dan ikan konsumsi dapat dilakukan dari

462

BAB. X. ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN

10.1. PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN Dalam budidaya ikan air peran studi kelayakan memegang peranan penting apalagi dikaitkan dengan investasi yang begitu besar. Tanpa kajian dari studi kelayakan yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu tentu usaha yang didirikan tidak akan berjalan sesuai yang diharapkan. Berdasarkan pengertiannya Studi kelayakan adalah suatu seni cara merangkai, menggabungkan dan menganalisa suatu rencana investasi secara keseluruhan atas faktor-faktor yang mempengaruhi antara multi disiplin ilmu, sehingga menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan yakni layak dan tidak layak investasi tersebut. Dengan demikian usaha budidaya ikan harus ada studi kelayakannnya baik itu pembenihan maupun pembesaran. Aspek Umum dan Legalitas Aspek umum meliputi hal hal yang berkaitan dengan latar belakang usaha itu dilakukan siapa

pemrakarsa perusahaan, kepemilikan perusahaan serta yang menyangkut susunan pengurus perusahaan tersebut. Struktur permodalan adalah Modal dasar yang tercantum dalam akte notaris, sedangkan aspek legalitas menyangkut pendirian perusahaan. 1. Pengertian Perencanaan Biaya Operasional Produksi Setiap proses produksi agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka sebelum melakukan proses produksi diperlukan perencanaan. Perencanaan tersebut menyangkut bagaimana produksi bisa berlangsung dengan biaya seoptimal mungkin dengan hasil yang optimal pula. Dengan demikian pengertian perencanaan biaya operasional produksi adalah perencanaan mengelola dari mulai input, proses sampai dengan output yang berupa produk tersebut dihasilkan dengan penekanan kepada penggunaan biaya seefisien mungkin dengan menghasilkan produk yang optimal.

463

2. Identifikasi Dokumentasi Perencanaan Biaya Operasional Produksi yang diperlukan Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam operasional produksi budidaya ikan air tawar adalah : • Dokumen tentang biaya investasi • Dokumen tentang biaya operasional produksi • Dokumen tentang hasil produksi dan pendapatan • Dokumen tentang biaya perawatan dan pemeliharaan gedung serta peralatan • Dokumen tentang target dan realisasi yang hendak dicapai • Dokumen tentang gaji staf dan karyawan • Dokumen tentang data pasar • Buku tentang ekspedisi atau surat masuk dan keluar • Buku kas besar • Buku tentang utang piutang • Dokumen perjanjian kerjasama • Kuitansi dan catatan lain yang dianggap perlu Semua dokumen tersebut adalah untuk memudahkan dalam kaitannya dengan penyusunan perencanaan biaya operasional produksi sehingga dapat diketahui dengan mudah

keuntungan optimal dari perusahaan tersebut. 3. Penyusunan Cash Flow dan Proposal Dalam kaitannya dengan perencanaan biaya operasional produksi, cash flow dan proposal merupakan dua hal yang serat kaitannya dengan kelayakan suatu usaha/produksi yang akan dilakukan. Cash flow adalah tahapan dana yang dikeluarkan serta mengalir berdasarkan waktu yang ditentukan serta jumlahnya sesuai dengan tahapan waktu serta keperluan produksi. Pada cash flow dapat dilihat pada bulan atau tahun berapa produksi mencapai titik impas (break even point) dan pada bulan atau tahun berapa keuntungan optimal bisa dicapai. Sedangkan proposal berguna untuk mendapatkan dana baik pinjaman dari perbankan, koperasi, maupun investor yang mau menanamkan modalnya dalam kegiatan produksi tersebut. Berikut ini dapat dilihat contoh format cash flow dan proposal yang dapat dilakukan dalam menyusun biaya operasional produksi.

.

464

Contoh format cash flow NO. A. 1. 2. 3. B. 1. 2.

C. D. E.

URAIAN

1

TAHUN 3

2

4

5

Sumber Dana Modal investasi Modal operasional Hasil penjualan JUMLAH Penggunaan Dana Investasi Operasional a. Biaya tetap b. Biaya variabel c. Bunga bank d. Pengembalian JUMLAH Balance (A – B) Kas Awal Kas Akhir

Contoh Format Proposal 1. Gambaran umum, yang meliputi antara lain : • Biodata pengusaha • Alamat usaha • Alamat pemilik • Data usaha, meliputi : ƒ Sektor usaha ƒ Jenis produksi ƒ Tahun mulai produksi ƒ Usaha lain 2. Hubungan dengan perbankan • Sebagai pemilik rekening • Sebagai pemilik tabungan • Sebagai nasabah/peminjam • Data yang diperlukan, meliputi : Nama Bank, Nomor rekening, dan Fasilitas yang sedang dinikmati 3. Aspek legalitas • Ijin domisili usaha • Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP)



Surat tanda pendaftaran industri kecil • Nomor Peserta Wajib Pajak (NPWP) • Kartu penduduk • Kartu keluarga 4. Aspek manajemen • Riwayat pengelola perusahaan • Susunan organisasi perusahaan, yang meliputi susunan : ƒ Ketua ƒ Wakil ketua ƒ Sekretaris ƒ bendahara • Sistem pengendalian ƒ Keuangan ƒ Produksi ƒ pemasaran 5. Aspek teknis produksi • Gambaran tentang produk • Teknis produksi

465

• •

Lokasi Fasilitas yang sekarang digunakan • Tenaga kerja 6. Aspek pemasaran • Segmen pasar • Target/sasaran produksi • Omset penjualan • Perkembangan pasar • System pemasaran dan cara pembayaran 7. Aspek keuangan • Rincian biaya investasi, modal kerja, struktur biaya (biaya produksi dan operasional produksi, rincian investasi/penyusutan) • Penjualan • Cash flow dan kelayakan usaha • Analisa rugi laba 8. Kelayakan usaha • Pemasaran • Penggunaan teknologi • Kelayakan bahan baku • Profitabilitas, yang meliputi : ƒ Net Present Value (NPV) ƒ Internal Rate Return (IRR) ƒ Return On Invesment (ROI) ƒ Payback Period (PP) Catatan : NPV dan IRR dilakukan apabila kegiatan usaha dilakukan lebih dari satu tahun, namun kalau kurang dari satu tahun analisa usaha cukup menggunakan R/C atau B/C serta Break Event Point (BEP). Perencanaan studi kelayakan yang baik akan menentukan keberhasilan usaha selanjutnya. Pada

perencanaan studi kelayakan yang dituangkan dalam usaha meliputi : Aspek Umum dan Legalilitas, Pemasaran, Teknik Perencanaan, Manajemen dan Organisasi, serta Keuangan. Studi kelayakan biasanya merupakan usaha jangka panjang yang memerlukan investasi yang cukup tinggi. Kajian yang meliputi aspek umum dan legalitas, pemasaran, teknik perencanaan, serta keuangan merupakan suatu rangkaian yang tertuang dalam bentuk proporsal. Di mana proporsal ini sebagai bahan untuk memberi gambaran tentang asset dari perusahaan yang akan dibuat guna mendapatkan modal dari lembaga perbankan atau pengusaha lain yang punya modal ingin menanam di perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut butuh perencanaan yang matang agar pelaksanaan berjalan lancar sesuai yang diinginkan. Untuk itu tentunya perlu ada perencanaan biaya. Perencanaan biaya operasional produksi adalah perumusan usaha yang dilakukan dalam kaitannya dengan menghitung biaya yang diperlukan selama produksi itu berlangsung. Investasi sifatnya tetap oleh sebab itu biaya investasi disebut juga biaya tetap (fixed cost) sedangkan biaya operasional sifatnya berubah ubah dan sering pula disebut biaya variabel (variabel Cost). Kedua biaya tersebut diperlukan untuk menghitung keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan produksi, laporan keuangan yang menyangkut analisa rugi laba, serta analisa lain seperti : kapan usaha tersebut mengalami titik 466

impas (BEP) serta menghitung RC dan B/C Ratio dan termasuk dalam perencanaan biaya operasional produksi. Hal-hal yang perlu di dimasukan dalam perencanaan biaya operasional untuk budidaya ikan antara lain adalah : 1. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam kegiatan produksi erat kaitannya dengan penggunaan metode perencanaan biaya operasional produksi 2. Penyusunan perencanaan biaya operasional produksi 3. Pengadministrasian perencanaan biaya operasional produksi Perencanaan Produksi Langkah awal dalam pelaksanaan proses produksi adalah merencanakan produk atau komoditi apa yang akan diusahakan, misalnya : komoditi ikan mas, ikan nila, ikan hias, dan lain-lain, dengan harapan produk tersebut dapat dipasarkan, serta hasilnya memberikan keuntungan, juga dapat berlangsung dalam jangka panjang. Perencanaan produk ini bukan hanya merencanakan fisik produk saja, tetapi juga proses-proses yang memungkinkan produk tersebut terwujud, yakni : • produk yang akan di hasilkan harus yang memungkinkan disenangi dan sesuai dengan selera konsumen, contohnya untuk ikan hias koki banyak pilihan yang bisa ditawarkan, misalnya : red head, slayer, black moli, dan lain-lain,







produk yang dihasilkan terdiri dari bagian yang mana, apakah berupa benih, ikan konsumsi atau yang lainnya, persyaratan produk yang akan dihasilkan harus sesuai dengan mutu produk yang dinginkan konsumen penentuan pengujian mutu yang dihasilkan, seperti : ukuran, kesehatan, dan lain-lain.

Pelaksanaan Produksi Sebelum tahap pelaksanaan produksi dilakukan perlu diperhatikan apakah sarana (input) produksi yaitu 5 M (man, money, machine, material, and method) sudah tersedia, karena kegiatan produksi merupakan aliran yang dimulai dari input sampai dengan proses. Secara sederhana kegiatan produksi dapat digambarkan sebagai berikut : Masukan (Input)

Proses

Hasil (Output)

Penentuan Bahan Setelah penentuan produk yang akan dihasilkan, langkah selanjutnya adalah penentuan atau pemilihan bahan baku yang akan digunakan, misalnya induk ikan yang harus disediakan dan jenis pakan yang akan digunakan, agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian diharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh konsumen, sehingga akhirnya dapat mendatangkan keuntungan yang

467

yang memungkinkan berkembang dengan baik.

usaha

Beberapa persyaratan dalam memilih bahan baku seperti : ikan, induk ikan, pakan ikan dan lain-lain yaitu : 1. Ikan yang dipilih sebaiknya ikan yang mudah dipelihara, atau bila usaha itu merupakan usaha pembenihan ikan maka sebaiknya ikan yang dipilih adalah ikan yang mudah dalam pemijahannya, serta diharapkan dalam pelaksanaannya cukup menggunakan peralatan yang tersedia, sehingga kemungkinan besar biaya produksi akan lebih ringan. 2. Bahan baku yang disediakan harus yang berkualitas, karena untuk memperoleh suatu hasil produksi yang baik dibutuhkan bahan baku yang baik pula, misalnya untuk memperoleh benih yang baik diperlukan induk ikan yang baik pula. 3. Bahan baku yang disediakan hendaknya yang mudah diperoleh, artinya bila sewaktuwaktu memerperlukan bahan baku tersebut secara mendadak maka dapat dengan mudah diperoleh atau tidak perlu menunggu lama, sehingga proses produksi tidak terhambat atau terganggu. 4. Bahan baku yang tersedia hendaknya yang relatif murah, dengan demikian diharapkan usaha yang dijalankan dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar.

Penyediaan Peralatan Setelah proses produksi ditentukan langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memilih peralatan yang akan digunakan untuk proses produksi. Dalam pemilihan peralatan perlu dipertimbangkan faktor ekonomi dan faktor teknis dari peralatan tersebut. Pertimbangan ekonomis, yaitu pertimbangan yang berhubungan dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk pengadaan, penggunaan dan perawatan tersebut. Sedangkan pertimbangan teknis, yaitu pertimbangan yang berhubungan dengan sifat teknis dari peralatan tersebut, antara lain : kapasitas peralatan, keserbagunaan peralatan, ketersediaan suku cadang, kemudahan untuk memperbaiki (konstruksi sederhana). Berdasarkan proses produksi yang telah ditentukan, peralatan yang dipakai, dan cara kerja yang ditentukan, maka dapat ditentukan pula tata letak (lay out) peralatan. Dalam menentukan tata letak peralatan ada 7 (tujuh) prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu : 1. prinsip integrasi, artinya tata letak yang baik harus dapat diintegrasikan dengan seluruh faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan, mesin, dan perlengkapan lainnya sehingga dapat menghasilkan kerja sama yang harmonis, 2. prinsip memperpendek gerak, 3. prinsip memperlancar arus pekerjaan yang dapat menjamin kelancaran arus bahan tanpa hambatan,

468

4. prinsip penggunaan ruangan yang efektif dan efisien, 5. prinsip keselamatan dan kepuasan pekerjaan, 6. prinsip keluwesan, yaitu dapat disesuaikan dengan keadaan jika diperlukan adanya perubahanperubahan, dan 7. prinsip proses produksi berkesinambungan dan intermitten. Tata letak peralatan yang baik adalah adalah bila peralatan dan tempat penyimpanan disusun urutannya sesuai dengan keterkaitannya. Tata letak yang baik adalah memungkinkannya mobilitas orang-orang yang bekerja di ruang tersebut tidak terganggu, sehingga tidak mengurangi efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Penentuan Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk menentukan apakah kita membutuhkan tenaga kerja atau tidak, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu : 1. Apakah seluruh kegiatan dalam pelaksanaan usaha tersebut dapat kita lakukan sendiri 2. Bila ”tidak” berarti kita harus merekrut tenaga kerja sesuai dengan tingkat kebutuhan 3. Lalu apakah keuangan usaha kita mampu memberikan upah bagi tenaga kerja tersebut, ataukah kita menggunakan anggota keluarga kita sendiri. Apabila kita sudah memutuskan untuk menggunakan tenaga kerja, terlepas dari tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja upahan atau keluarga (pekerja keluarga),

maka pertimbangan berikut yang perlu dilakukan adalah : 1. Jenis pekerjaan/jabatan apa yang akan mereka isi 2. Apa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengisi pekerjaan/jabatan tersebut, dan 3. Berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan Agar pelaksanaan kegiatan usaha sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengendalian terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan kelancaran usaha tersebut. Pengendalian tersebut terdiri dari pengendalian bahan, pengendalian peralatan, pengendalian tenaga kerja, pengendalian biaya dan pengendalian kualitas. Selanjutnya akan diuraikan secara detail tentang setiap aspek dalam pengendalian tersebut agar kegiatan usaha budidaya ikan dapat berjalan sesuai rencana dan menguntungkan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi para pembudidaya ikan yang menggantungkan hidupnya dari uasaha budidaya ikan ini. 1. Pengendalian Bahan Pengendalian bahan yang biasa digunakan dalam proses produksi pada umumnya terdiri dari pengendalian penggunaan bahan dan pengendlian persediaan bahan. Pengendalian semacam ini merupakan suatu pengendalian yang dilakukan agar bahan dapat digunakan secara efektif dan efisien, sehingga dapat menekan kemungkinan risiko kerugian. 469

Bahan perlu disediakan secukupnya, dengan kata lain bila persediaan bahan yang terlalu banyak akan mengakibatkan penggunaan modal yang tidak efisien, sebaliknya bila bahan yang disediakan terlalu sedikit akan mengganggu kelangsungan kegiatan produksi, kerena bisa terjadi kehabisan persediaan bahan sebelum waktunya. Kejadian ini dapat menyebabkan peningkatan biaya produksi. Selain itu bila bahan yang diperlukan tersedia dalam jumlah yang cukup serta waktu yang tepat maka pengendaliannya akan lebih mudah, karena tidak memerlukan gudang penyimpanan yang yang besar dan waktu penyimpanan yang lama. Jadi halhal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian persediaan bahan, antara lain : jumlah, macam, syaratBanyak kali Pesan 1x 2x 3x 4x 5x 6x

Jumlah yang Dipesan 8.000 4.000 2.000 1.000 500 250

syarat bahan yang diperlukan untuk proses produksi, tatalaksana penerimaan, tatalaksana penyimpanan, tatalaksana pengeluaran barang, menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan bahan, dan menentukan jumlah pesanan yang paling ekonomis. Untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis (economic ordering quality) dapat dilakukan seperti pada contoh kasus di bawah ini. Suatu usaha pembesaran ikan di jaring apung sebanyak 1 unit (4 kolam) memerlukan pakan untuk satu kali periode produksi sebanyak 8 ton. Bila biaya sekali pesan Rp. 5.000,- dan biaya penyimpanan Rp. 500 per kilogram, maka :

Rata-rata Barang

Biaya Penyimpanan

4.000 2.000 1.000 500 250 125

2.000.000 1.000.000 500.000 250.000 125.000 62.500

Penjelasan : Jika jumlah yang dipesan 1x untuk memenuhi kebutuhan satu kali periode pemeliharaan, maka jumlah pakan yang harus dipesan sebanyak

Biaya Pesanan

Biaya Total

5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

2.005.000 1.010.000 515.000 270.000 150.000 92.500

8.000 kg. Jadi rata-rata jumlah barang yang harus disimpan di gudang sebanyak 8.000 kg : 2 = 4.000 kg, maka :

Biaya penyimpanan 4.000 kg x Rp. 500,- = Rp. 2.000.000,Biaya satu kali pesan = Rp. 5.000,Biaya total

= Rp. 2.005.000,-

470

Demikian pula dengan cara perhitungan untuk 2 kali pesan, 3 kali pesan, dan seterusnya. 2. Pengendalian Peralatan Pengendalian peralatan juga termasuk hal penting, karena merupakan aset yang utama dalam suatu usaha. Manfaat dari pengendalian peralatan, antara lain adalah : • proses produksi akan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan • peralatan yang diperlukan sudah tersedia dalam keadaan siap pakai • terjaganya peralatan dalam kondisi baik, • berjalannya proses produksi dengan baik sehingga dengan demikian dapat terhindar dari kemungkinan risiko kerugian. 3. Pengendalian Tenaga Kerja Agar pelaksanaan proses produksi dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan harus disiapkan, maka perlu disiapkan pula tenaga kerja sesuai dengan yang diperlukan. Hal-hal yang perlu disiapkan berkaitan dengan tenaga kerja ini, adalah : jumlah tenaga kerja yang diperlukan, syarat-syarat ketrampilan, rencana latihan yang diperlukan, menciptakan semangat dan gairah kerja dengan jalan penentuan gaji/ upah, serta kondisi kerja yang baik dalam rangka perawatan tenaga kerja yang baik.

4. Pengendalian Biaya Kegiatan pengendalian biaya perlu dilakukan agar biaya untuk membuat barang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Seandainya ada penyimpangan biaya dari yang sudah direncanakan, maka hal itu sudah harus diperhitungkan sebelumnya. Pengendalian biaya dapat dilakukan melalui 4 (empat) langkah, yaitu : 1. menetapkan standar untuk biayabiaya kegiatan produksi 2. membandingkan biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya 3. menetapkan bagian yang bertanggung jawab untuk menangani jika terjadi penyimpangan, dan 4. melaksanakan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri penyimpangan Setiap tahapan produksi selalu ada biaya yang membuat biaya tersebut lebih tinggi dari yang seharusnya, penyebab tingginya biaya tersebut antara lain adalah pemakaian bahan yang berlebihan, pemakaian jam tenaga kerja yang berlebihan, dan pemakaian dana untuk investasi yang berlebihan. Pemakaian yang berlebihan tersebut dinamakan pemborosan (waste). Untuk mengatasi pemborosan tersebut dapat diatasi melalui beberapa langkah sebagai berikut : 1. Pembelian yang baik. Pembelian bahan yang berkualitas baik dengan harga yang lebih rendah berarti menekan biaya bahan. Harga yang murah memungkinkan pembelian bahan dalam jumlah yang banyak, 471

2.

3.

4.

5.

sehingga dapat dihasilkan produk jadi lebih banyak pula. Menekan pemborosan bahan. Usahakan agar bahan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan sehingga mengurangi bahan yang terbuang, misalnya cara memberi pakan ikan diusahakan jangan sampai ada pakan yang tidak termakan karena ikan sudah kenyang, tapi pakan tetap masih diberikan. Menekan hasil produksi yang tidak baik atau cacat. Dari sekian banyak produksi mungkin ada yang tidak baik atau cacat akibat kesalahan manusia, oleh karena itu hindari dengan cara menerapkan disiplin kerja yang selalu mematuhi prosedur kerja yang sesuai dengan persyaratan teknis. Menekan biaya tenaga kerja. Menekan biaya tenaga kerja artinya menekan jam kerja yang berlebihan karena jam kerja menentukan upah yang harus dibayarkan. Jam kerja yang berlebihan bisa terjadi karena tenaga kerja tersebut kurang efisien, misalnya mobilitas pekerja terganggu akibat dari tataletak peralatan yang kurang baik. Menekan biaya sediaan. Biaya sediaan sebaiknya ditekan serendah mungkin, karena semakin besar biaya sediaan maka semakin besar kemungkinan biaya lain yang harus ditanggung oleh perusahaan, misalnya : bunga pinjaman, asuransi, sewa gudang, risiko kerusakan barang, dan opportunity cost yang sebetulnya bila di simpan di bank

akan menghasilkan bunga dengan risiko minimum. Meskipun demikian bahan sediaan harus tetap ada karena untuk menjamin kontinuitas produksi. 5. Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas merupakan usaha memepertahankan dan memperbaiki kualitas produk. Pengendalian kualitas bertujuan agar hasil atau produk sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan (memuaskan konsumen). Pengendalian kualitas dapat dilakukan dalam 4 (empat) langkah, yaitu : 1. menentukan standar kualitas produk 2. menilai kesesuaian produk dengan standar 3. mengadakan tindakan koreksi 4. merencanakan perbaikan secara terus menerus untuk meniali standar yang telah ditetapkan Pengendalian kualitas pada dasarnya adalah suatu kegiatan terpadu antar bagian perusahaan, yaitu : • bagian pemasaran, mengadakan penilaian-penilaian tingkat kualitas yang dikehendaki oleh para konsumen, • bagian perencanaan, merencanakan model produk sesuai dengan spesifikasi yang disampaikan oleh bagian pemasaran, • bagian pembelian bahan, memilih bahan sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh bagian perencanaan, 472



bagian produksi, memilih peralatan yang akan digunakan dan melakukan proses produksi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Kegiatan Budidaya Ikan saat ini merupakan salah satu usaha yang sangat menjanjikan bagi masyarakat. Segmen usaha budidaya ikan berdasarkan proses produksinya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu usaha pembenihan ikan, usaha pendederan ikan dan usaha pembesaran ikan. Usaha pembenihan ikan merupakan suatu usaha perikanan yang keluarannya (output) adalah benih ikan. Usaha pembesaran ikan merupakan suatu usaha perikanan yang keluarannya (output) adalah ikan yang berukuran konsumsi. Usaha pendederan ikan merupakan suatu usaha perikanan yang keluarannya (output) adalah benih ikan tetapi ukurannya lebih besar dari output pembenihan. Komoditas yang dipilih dalam usaha budidaya ikan sangat bergantung pada permintaan pasar, lingkungan dan aspek teknis lainnya. Berdasarkan komoditas usaha perikanan budidaya dikelompokkan menjadi usaha budidaya ikan air tawar, usaha budidaya ikan air payau dan usaha budidaya ikan air laut.

Suatu usaha secara umum dikatakan baik apabila usaha tersebut sehat, menguntungkan, dan mampu melakukan investasi-investasi secara jangka pendek dan jangka panjang. Dengan demikian suatu usaha harus layak ditinjau dari aspek finansial, aspek finansial ini terutama menyangkut perbandingan antara pengeluaran (biaya) dengan pendapatan (revenue earning) dari aktivitas usaha, serta waktu didapatkannya hasil (returns). Biaya adalah jumlah korbanan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk (output) dalam suatu kegiatan produksi. Berdasarkan pengelompokkannya biaya terdiri dari dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai kegiatan itu berlangsung sampai kegiatan tersebut mulai berjalan contohnya : pendirian bangunan, pembelian peralatannya, tenaga kerja yang berhubungan biaya investasi, survey. Sedangkan biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama produksi itu berlangsung : misalnya : pembelian induk, tenaga kerja, biaya listrik dan air, bahan bakar, over head cost dan lain-lain (Tabel 9.1 dan Tabel 9.2).

473

Tabel 9.1. Biaya investasi Usaha Pembenihan Ikan Gurami (Effendi, 2002) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Jenis barang Bangunan Sumur Pompa air&pipa Rumah jaga Induk Ikan Hapa Telepon Baskom Serok Ember Tabung oksigen Blower Selang sipon Selang aerasi Sendok Akuarium Rak akuarium Termometer Gayung Pipa udara Saringan Total

Jumlah satuan 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 44 ekor 1 unit 1 unit 6 buah 5 buah 2 buah 1 unit 1 unit 3 buah 1 meter 5 buah 36 unit 3 unit 1 buah 2 buah 10 btg 2 buah

Total Biaya (Rp) 20.000.000 1.000.000 400.000 2.500.000 2.200.000 50.000 1.200.000 45.000 25.000 15.000 600.000 1.500.000 7.500 15.000 7.500 3.600.000 1.800.000 15.000 6.000 90.000 40.000 35.116.000

Umur ekonomis (Tahun) 10 tahun 10 tahun 5 tahun 10 tahun 5 tahun 5 tahun 10 tahun 5 tahun 2 tahun 2 tahun 10 tahun 10 tahun 2 tahun 2 tahun 10 tahun 10 tahun 10 tahun 6 tahun 2 tahun 5 tahun 1 tahun

Nilai sisa (Rp)

Penyusutan Pertahun (Rp)

1.500.000 0 40.000 0 15.000 5.000 0 0 0 1.500 600.000 150.000 0 0 750 360.000 0 0 0 0 0

1.850.000 100.000 72.000 250.000 437.000 9.000 120.000 9.000 12.500 6.750 0 135.000 3.750 7.500 675 324.000 180.000 2.500 3.000 18.000 40.000

2.672.250

3.580.675

474

Tabel 9.2. Biaya Operasional Usaha Pembenihan Ikan Gurami (Effendi, 2002) Biaya Tetap Telepon Sewa kolam Administrasi Listrik Gaji Karyawan Tunjangan PBB Penyusutan Jumlah Biaya Tetap

3 bulan (Rp) 225.000 500.000 75.000 375.000 4.800.000 1.600.000 9.000 7.584.000

1 Tahun (Rp) 900.000 2.000.000 300.000 1.500.000 19.200.000 1.600.000 36.000 3.580.675 29.116.675

Biaya Variabel Pellet Pakan Larva Kutu air Cacing sutera Pupuk kandang Kapur Pupuk urea Ijuk Obat-obatan Oksigen Plastik packing Karet gelang Jumlah biaya variabel

3 bulan (Rp) 950.400 346.500 375.000 375.000 7.500 3.750. 700 45.000 50.000 60.000 10.000 2.500 2.226.350

1 Tahun (Rp) 3.801.600 1.386.000 1.500.000 1.500.000 7.500 3.750 700 180.000 200.000 240.000 40.000 10.000 8.869.550

Total Biaya Operasional Untuk mengetahui secara komprehensif tentang kriteria layak atau tidaknya suatu aktivitas usaha dapat digunakan lima kriteria investasi, yaitu : Payback Period, Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Namun tiga kriteria terakhir yang umum dipakai dan dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Sebaliknya dua kriteria pertama didasarkan atas salah pengertian tentang sifat dasar biaya sehingga

37.986.225 tidak menyebabkan kekeliruan dalam urutan peluang investasi. Kedua kriteria ini sering tidak dianjurkan untuk dipergunakan (Ernan R., S. Saefulhakim, dan D.R. Panuju, 2007). Unsur-unsur penting dalam analisis kelayakan finansial adalah harga, pajak, subsidi, dan bunga. Dalam analisis finansial, harga yang dipakai adalah harga pasar, pajak diperhitungkan sebagai biaya, subsidi dinilai mengurangi biaya (jadi merupakan benefit). Bunga dalam 475

analisis finansial dibedakan atas bunga yang dibayarkan kepada orang-orang luar dan bunga atas modal sendiri (imputed atau paid to the entily). Bunga yang dibayarkan kepada orang-orang yang meminjamkan uangnya pada kegiatan usaha dianggap sebagai cost. Bunga atas modal sendiri tidak dianggap sebagai biaya karena bunga merupakan bagian dari finansial returns yang diterima. Selain kriteria investasi yang digunakan untuk melihat kelayakan finansial suatu usaha adalah jangka waktu pengembalian modal dengan cara menghitung titik impas (Break Event Point). Perhitungan titik impas ini dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal usaha atau untuki mengetahui volume produksi (nilai penjualan) minimal yang harus dicapai agar kegiatan usaha tidak mengalami kerugian atau penghasilan penjualan yang diterima dikurangi biaya yang dikeluarkan sama dengan nol.

10.2. Net Present Value (NPV) NPV merupakan nilai sekarang dari suatu usaha dikurangi dengan biaya sekarang pada tahun tertentu. Dimana :

Bt

=

Ct

=

I T

= =

Seleksi formal terhadap NPV adalah bila nilai NPV bernilai positif berarti usaha tersebut layak dan sudah melebihi Social Opportunity Cost of Capital sehingga usaha ini diprioritaskan pelaksanaannya, bila NPV bernilai 0 berarti usaha tersebut masih layak dan dapat mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital, dan bila nilai NPV bernilai negatif maka sebaiknya usaha tersebut jangan diteruskan. NPV menghitung nilai sekarang dari aliran kas yaitu merupakan selisih antara Present Value (PV) manfaat dan Present Value (PV) biaya. Jadi jika nilai NPVnya positif (lebih dari 0) artinya nilai bersih sekarang menggambarkan keuntungan dan layak diaksanakan, namun bila nilai NPVnya sama dengan 0 artinya usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marginal), sehingga usaha diteruskan atau tidak terserah kepada pengambil keputusan, sedangkan bila nilai NPVnya negatif (kurang dari 0) artinya usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Rumus kriteria investasi ini adalah sebagai berikut :

manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha pada time series (tahun, bulan, dan sebagainya) ke-t (Rp) Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu usaha pada time series ke-t tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi dan sebagainya (Rp) Merupakan tingkat suku bunga yang relevan Periode (1, 2, 3,……………, n)

476

10.3. Net Benefit Cost Ratio (NBC ratio) BC ratio (BCR) merupakan cara evaluasi usaha dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh suatu usaha dengan nilai sekarang seluruh biaya usaha. Seleksi formal BCR adalah bila BCR lebih besar dari 0 (BCR > 0) maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan, namun bila BCR sama dengan 0 (BCR = 0) maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga usaha tersebut dilanjutkan atau tidak terserah pengambil keputusan, sedangkan bila BCR kurang dari 0 (BCR < 0) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus BCR dapat ditulis sebagai berikut : n

B/C =

∑ B I (1 + i)

t

∑ C I (1 + i)

t

t =1 n

t =1

t

t

Dimana : B = Nilai seluruh hasil C = Nilai seluruh biaya Net BCR adalah perbandingan antara Present Value manfaat bersih positif dengan Present Value biaya bersih negatif. Seleksi formal Net BCR adalah bila Net BCR lebih besar dari 1 (Net BCR > 1) maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak untuk dilaksanakan, namun bila Net BCR sama dengan 1 (Net BCR = 1) maka

usaha tersebut tidak untuk dan tidak rugi (marjinal) sehingga dilaksanakan atau tidaknya usaha tersebut terserah pengambil keputusan, sedangkan bila Net BCR kurang dari 1 (Net BCR < 1) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus Net BCR sebagai berikut :

dapat

ditulis

n

NetBCR = ∑ ( Bt − C t ) / 1 + i ) t i =1

Dimana : B = nilai seluruh hasil bersih C = nilai seluruh biaya bersih

10.4. Internal Rate Return (IRR)

of

Cara lain untuk menilai suatu usaha adalah dengan membandingkan nilai IRR dengan discount rate (suku bunga), yaitu bila IRR lebih besar dari suku bunga yang telah ditetapkan maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan, namun bila IRR lebih kecil dari suku bunga maka maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan, sedangkan bila IRR sama dengan suku bunga yang ditetapkan maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak terserah pengambil keputusan. Rumus IRR dapat ditulis sebagai berikut :

IRR = i '+ (i"−i ' )

NPV ' NPV '− NPV "

Dimana : I’

=

Tingkat discount rate

477

I”

=

NPV’ NPV’

= =

(DR) pada saat NPV positif Tingkat discount rate (DR) pada saat NPV negatif Nilai NPV positif Nilai NPV negatif

10.5. Analisis Break Event Point (BEP)

suatu kegiatan usaha atau sebagai penentu batas pengembalian modal. Produksi minimal suatu kegiatan usaha harus menghasilkan atau menjual produknya agar tidak menderita kerugian, BEP adalah suatu keadaan dimana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Analisis BEP digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal atau investasi TB dan TP TP TB=TBT+BV BEP BV

Q Dimana : TP = TB = TBT = TBV = Q = BV =

Total Penerimaan Total Biaya Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Volume penjualan Biaya Variabel per unit

478

Titik BEP adalah pada saat total penerimaan sama dengan total biaya, yaitu TP = TB, karena TP = TBT + (BC.Q). Analisa BEP merupakan alat analisis untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha untuk mencapai nilai impas yang artinya suatu usaha tersebut tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Suatu usaha dikatakan layak, jika nilai BEP produksi lebih besar dari jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini dan BEP harga harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini, dimana BEP produksi dan BEP harga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Total Biaya BEP Produksi = Harga penjualan Total Biaya BEP Harga = Total Produksi

10.6. Aplikasi analisa usaha Dengan melakukan kegiatan budidaya ikan, diharapkan akan mendapatkan nilai tambah bagi para pembudidaya ikan. Nilai tambah tersebut dapat berupa keuntungan finansial/materi maupun ketrampilan. Untuk memperoleh keuntungan materi maka dslsm membudidayakan ikan harus dilakukan analisa usaha. Seperti telah dijelaskan sebelumnya dalam kegiatan budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga segmen

usaha yaitu usaha pembenihan ikan, usaha pendederan ikan dan usaha pembesaran ikan. Dalam buku ini akan diuraikan secara singkat cara menghitung analisa usaha pada beberapa kegiatan budidaya ikan. Analisa usaha budidaya ikan dikatakan layak jika : ƒ R/C > 1 ƒ Rentabilitas > bunga bank, dimana : R : Revenue (pendapatan) C : Cost (biaya) Keuntungan Rentabilitas= X 100% Biaya ƒ BEP Produksi > jumlah produksi ƒ BEP Harga < harga yang berlaku saat ini Analisa Usaha Pembenihan Ikan Gurame Dalam membuat analisa usaha pembenihan ikan Gurame dibuat asumsi terlebih dahulu untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan , antara lain adalah : • Jumlah induk yang dibutuhkan dengan luas kolam 100 m2 untuk satu kali pemijahan adalah 1 ekor induk jantan yang mempunyai berat 6 kg dan satu ekor induk betina yang beratnya 10 kg. • Jumlah benih yang dihasilkan dari satu ekor induk betina adalah 1500 ekor dengan ukuran benih perekor berkisar antara 2 3 cm • Kematian benih ikan selama pemeliharaan diprediksi 10% • Selama satu tahun dapat dilakukan pemijahan sebanyak 3 kali sehingga semua kebutuhan

479

dalam usaha pembenihan ikan dalam setahun dikalikan 3 Bunga bank pertahun adalah 16% Panen dapat dilakukan setelah tiga bulan pemeliharaan

• •

Setelah membuat beberapa asumsiasumsi tersebut dapat dibuat suatu perhitungan analisa usaha selama pemeliharaan.

Pengeluaran : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Uraian

Satuan

Sewa kolam Induk jantan Induk betina Sarang telur Persiapan kolam Saprokan (pupuk, kapur, obat-obatan dan lain-lain) Pakan induk (pellet) Pakan alami (untuk benih dan induk) Bunga bank

Harga Satuan

Harga

2 unit 6 kg 10 kg 4 bh 2 unit

Rp 100.000,Rp 30.000,Rp 30.000,Rp 5.000,Rp 50.000,-

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

200.000,180.000,300.000,20.000,100.000,100.000,-

150 kg

Rp

Rp Rp

750.000,200.000,-

Rp

296.000,-

5.000,-

16%

Total Pengeluaran

Rp 2.257.000,-

Pendapatan : 16.200 ekor X Rp 200,- = Rp 3.240.000,Keuntungan

= Pendapatan – Pengeluaran = Rp 3.240.000,- - Rp 2.257.000,- = Rp 983.000,3.240.000

R/C Ratio

=

= 1.43 2.257.000 Laba/keuntungan

Rentabilitas

=

X 100% Biaya Operasional 983.000

Rentabilitas

=

X 100% = 43,55% 2.257.000

480

Total Biaya BEP Produksi

= Harga Penjualan 2.257.000

BEP Produksi

=

= 11.285 200 Total Biaya

BEP Harga

= Total Produksi 2.257.000

BEP Harga

=

= 139,32 16.200

Analisa usaha Pendederan Ikan Gurame Asumsi : • Padat penebaran benih : 10 ekor/m2 • Kematian benih selama pemeliharaan : 10% • Bunga bank 20% pertahun



Panen benih dilakukan setelah tiga bulan pemeliharaan

Setelah membuat beberapa asumsiasumsi tersebut dapat dibuat suatu perhitungan analisa usaha selama pemeliharaan.

Pengeluaran : No.

Uraian

Satuan

1. 2.

Sewa kolam Benih

3. 4. 5.

Pakan benih Persiapan kolam Saprokan (pupuk, kapur, obat-obatan dan lain-lain) Bunga bank

6.

1 unit 6.000 ekor 250 1 unit

16%

Total Pengeluaran

Harga Satuan

Harga

Rp 100.000,Rp 200,-

Rp 100.000,Rp 1.200.000,-

Rp

Rp 1.250.000,Rp 50.000,Rp 100.000,-

50.000,-

Rp

432.000,-

Rp 3.132.000,-

Pendapatan :

481

5.400 ekor X Rp 800,- = Rp 4.320.000,Keuntungan = Pendapatan – Pengeluaran = Rp 4.320.000,- - Rp 3.132.000,- = Rp 1.188.000,4.320.000 R/C Ratio

=

= 1,43 3.132.000 Laba/keuntungan

Rentabilitas

=

X 100% Biaya Operasional 1.188.000

Rentabilitas

=

X 100% = 37,93% 3.132.000 Total Biaya

BEP Produksi = Harga Penjualan 3.132.000 BEP Produksi =

= 3915 800 Total Biaya

BEP Harga

= Total Produksi 3.132.000

BEP Harga

=

= 580 5.400

Analisa usaha Pembesaran Ikan Gurame Asumsi : • Padat penebaran benih : 10 ekor/m2 • Kematian benih selama pemeliharaan : 10% • Bunga bank 20% pertahun





Panen ikan dilakukan setelah delapan bulan pemeliharaan dengan ukuran ikan pada saat panen adalah 500 ekor/gram Luas jaring yang digunakan jaring apung 7 X 7 X 3 m

Setelah membuat beberapa asumsiasumsi tersebut dapat dibuat suatu perhitungan analisa usaha selama pemeliharaan.

482

Pengeluaran : No.

Uraian

Satuan

1. 2.

Sewa kolam Benih

3. 4. 5. 6.

Pakan benih Persiapan kolam Tenaga kerja Bunga bank

Harga Satuan

1 unit 3500 ekor 2000 1 unit 1 org 16%

Rp 200.000,Rp 800,Rp

50.000,-

Total Pengeluaran

Harga Rp 200.000,Rp 2.800.000,Rp 10.000.000,Rp 50.000,Rp 700.000,Rp 2.200.000,Rp 15.950.000,-

Panen = 3.150 ekor X 500 gram/ekor = 1.575.000 gram = 1.575 kg Pendapatan : 1.575 kg X Rp 15.000,- = Rp 23.625.000,Keuntungan

= =

Pendapatan – Pengeluaran Rp 23.625.000,- - Rp 15.950.000,- = Rp 7.675.000,23.625.000

R/C Ratio

=

= 1,48 15.950.000 Laba/keuntungan

Rentabilitas

=

X 100% Biaya Operasional 7.675.000

Rentabilitas

=

X 100% = 48,12% 15.950.000 Total Biaya

BEP Produksi

= Harga Penjualan 15.950.000

BEP Produksi

=

= 1063,33 15.000

483

Total Biaya BEP Harga

= Total Produksi 15.950.000

BEP Harga

=

= 10.126,98 1575

484

BAB. XI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

11.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kesehatan dan keselamatan kerja pada dunia usaha dan dunia industri harus diperhatikan dengan seksama pada semua para tenaga kerja yang berada didalam lingkup tersebut. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dengan menerapkan K3 akan dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dalam dunia usaha bidang perikanan khususnya budidaya ikan merupakan salah satu sektor dunia usaha yang menggunakan tenaga kerja untuk memenuhi target produksinya. Tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki

tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumbersumber bahaya. Pada dunia usaha budidaya ikan tempat bekerjanya terdapat di dalam ruangan atau diluar ruangan bergantung pada tingkat usahanya. Usaha budidaya ikan dapat dilakukan secara ekstensif, semi intensif ataupun intensif sangat menentukan penerapan kesehatan dan keselamatan kerjanya. Pada usaha budidaya ikan secara ektensif atau tradisional dimana pada usaha ini tidak banyak menggunakan peralatan-peralatan yang dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerjanya

11.2. Penerapan kaidah K3 pada dunia usaha perikanan budidaya Dalam dunia perikanan budidaya ada tiga fase yang dapat dijadikan segmen usaha yaitu pembenihan, pendederan dan pembesaran. Usaha pembenihan adalah usaha dalam budidaya ikan yang outputnya adalah benih ikan . Usaha pendederan adalah usaha dalam budidaya ikan yang outputnya ukuran ikan sebelum ditebarkan ke unit pembesaran atau

485

ukuran sebelum konsumsi. Sedangkan usaha pembesaran adalah usaha dalam budidaya ikan yang outputnya adalah ikan berukuran konsumsi. Kegiatan produksi dalam budidaya ikan dibagi dalam beberapa kegiatan antara lain adalah pembenihan, pendederan dan pembesaran. Kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan produksi tersebut harus dilakukan agar target produksi yang diharapkan tercapai dan tidak terdapat kecelakaan kerja. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan produksi ini berkaitan dengan metode produksi yang digunakan. Metode produksi dalam budidaya ikan ada tiga yaitu : 1. Metode produksi secara ekstensif 2. Metode produksi secara semi intensif 3. Metode produksi secara intensif Metode produksi secara ekstensif adalah suatu metode budidaya yang sangat membutuhkan areal budidaya yang luas dengan sumber pakan yang digunakan dalam budidaya adalah pakan alami. Pakan alami ini dibuat didalam wadah budidaya dimana ikan tersebut dipelihara. Dalam metode produksi ini hasil yang diperoleh membutuhkan waktu relatif lebih lama. Metode produksi secara semi intensif adalah suatu metode budidaya yang membutuhkan areal budidaya yang luas dengan sumber pakan yang digunakan dalam budidaya adalah pakan alami ditambah dengan pakan tambahan atau supplemental feed.

Dalam metode produksi ini ditambahkan pakan buatan yang mempunyai kandungan nutrisi lebih rendah dari pakan pabrik dan hanya memberikan kontribusi terhadap penambahan energi kurang dari 50%. Metode produksi secara intensif adalah suatu metode budidaya yang menggunakan prinsip dari areal budidaya sekecil-kecilnya diperoleh hasil produksi sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut dalam melakukan budidaya ikan secara intensif adalah dalam wadah budidaya yang terbatas diperoleh hasil yang optimal. Penggunaan areal budidaya yang terbatas dengan hasil yang optimal maka dalam proses budidayanya hanya mengandalkan pakan buatan pabrik atau complete feed. Complete feed ini merupakan pakan ikan buatan yang memberikan kontribusi terhadap penambahan energi lebih dari 50%. Kesehatan dan keselamatan kerja pada setiap metode budidaya ikan ini sangat berbeda karena sangat berbeda tentang target produksi dan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mencapai produksi. Pemilihan metode produksi ini sangat ditentukan dari ketersediaan sarana prasarana yang dimiliki. Peralatan produksi yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan ada beberapa macam. Jenis-jenis peralatan produksi yang dapat digunakan dalam budidaya ikan berdasarkan siklus budidaya kegiatannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Peralatan pembenihan ikan 486

2. Peralatan pendederan ikan 3. Peralatan pembesaran ikan Berdasarkan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya ikan, peralatan yang harus disediakan antara lain adalah : 1. Peralatan pemberian pakan 2. Peralatan pengukuran kualitas air 3. Peralatan pencegahan hama dan penyakit ikan 4. Peralatan pengolahan lahan budidaya 5. Peralatan pembenihan ikan secara buatan 6. Peralatan panen 7. Peralatan listrik. Peralatan yang akan disiapkan dalam membudidayakan ikan sangat bergantung kepada metode produksi yang telah ditetapkan. Peralatan yang digunakan dalam budidaya ikan secara tradisional atau ekstensif adalah peralatan yang sangat sederhana. Peralatan yang harus disiapkan dalam metode produksi secara tradisional atau ekstensif antara lain adalah cangkul yang berfungsi untuk mengolah tanah dasar kolam, timbangan yang berfungsi untuk menimbang berbagai macam bahan yang dibutuhkan dalam budidaya seperti pupuk, kapur,dan pakan. Peralatan lainnya adalah golok atau parang, seser halus dan kasar yang digunakan untuk mengambil benih atau ikan dari kolam pemeliharaan dan juga dapat digunakan untuk membuang kotoran yang terdapat didalam kolam. Selain itu biasanya petani ikan tradisional menggunakan kecrik untuk menangkap ikan. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan budidaya ikan dengan

metode ekstensif atau tradisional ini biasanya kecelakaan kerja diakibatkan oleh kecerobohan orang yang bekerja. Peralatan yang harus disediakan dalam budidaya ikan secara semi intensif dan intensif harus lengkap seperti dibawah ini ; 1. Peralatan pemberian pakan antara lain adalah : • Timbangan : gantung, duduk atau digital • Ancho • Ember/baskom/piring plastik • Saringan 2. Peralatan kualitas air antara lain : • Termometer • Secchi disk • DO meter • PH meter • Mikroskop 3. Peralatan hama penyakit ikan antara lain : • Seser halus • Mikroskop • Refregerator • Peralatan gelas : baker glass, erlemeyer, petri dish, tabung reaksi, pipet, gelas ukur dan lain-lain. • Injection 4. Peralatan pengolahan antara lain adalah : • Traktor/hand traktor • Cangkul • Parang/golok • Filter air • Selang air

tanah

487

5. Peralatan pemijahan ikan secara buatan antara lain adalah : • Alat bedah • Talenan • Tisue grinder • Spuit Injection • Baki/baskom • Automatic heater • Aerator/blower • Batu aerasi dan selang aerasi • Alat siphon • Alat bedah • Kain lap 6. Peralatan panen antara adalah : • Tabung oksigen • Kantong plastik • Timbangan • Kotak stryrofoam • Selang oksigen • Hapa

lain

7. Peralatan listrik adalah : • Genset • Pompa air

lain

antara

Setelah peralatan yang akan digunakan dalam budidaya ikan tersedia langkah selanjutnya sebelum digunakan adalah mengecek kesiapan peralatan tersebut. Dengan pengecekan yang benar diharapkan alat yang disiapkan dapat dioperasionalkan dengan benar. Peralatan yang dibuat oleh pabrik biasanya didalam peralatan tersebut terdapat buku manual untuk mengoperasionalkan alat. Peralatan yang akan digunakan sebaiknya dilakukan pengecekan keberfungsinya karena setiap alat

mempunyai fungsi yang berbedabeda, misalnya aerator digunakan untuk mensuplai oksigen pada saat membudidayakan ikan skala kecil dan menengah, tetapi apabila sudah dilakukan budidaya secara intensif maka peralatan yang digunakan untuk mensuplai oksigen kedalam wadah budidaya ikan menggunakan blower. Peralatan selang aerasi berfungsi untuk menyalurkan oksigen dari tabung oksigen kedalam wadah budidaya, sedangkan batu aerasi digunakan untuk menyebarkan oksigen yang terdapat dalam selang aerasi keseluruh permukaan air yang terdapat didalam wadah budidaya. Selang air digunakan untuk memasukkan air bersih dari tempat penampungan air kedalam wadah budidaya. Peralatan ini digunakan juga untuk mengeluarkan kotoran dan air pada saat dilakukan pemeliharaan. Dengan menggunakan selang air akan memudahkan dalam melakukan penyiapan wadah sebelum digunakan untuk budidaya. Peralatan lainnya yang diperlukan dalam membudidayakan ikan adalah timbangan, timbangan yang digunakan boleh berbagai macam bentuk dan skala digitalnya, karena fungsi utama alat ini untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam budidaya ikan . Ikan yang dipelihara didalam wadah pemeliharaan akan tumbuh dan berkembang oleh karena itu harus dipantau pertumbuhan di dalam wadah pemeliharaan . Alat yang digunakan adalah seser, timbangan, ember, baskom yang berfungsi untuk menghitung pertumbuhan ikan yang 488

dibudidayakan didalam wadah pemeliharaan. Selain itu diperlukan juga seser atau saringan halus pada saat akan melakukan pemanenan ikan. ikan yang telah dipanen tersebut dimasukkan kedalam ember plastik untuk memudahkan dalam pengangkutan dan digunakan juga hapa untuk menampung ikan sebelum dijual. Setelah berbagai macam peralatan yang digunakan dalam membudidayakan ikan diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya , langkah selanjutnya adalah melakukan pembersihan atau perawatan sesuai dengan jenis peralatannya. Peralatan yang sudah dibersihkan dari segala benda yang dapat menurunkan kualitas pekerjaan dapat langsung digunakan sesuai dengan prosedur. Dengan melakukan pengecekan pada semua peralatan yang akan digunakan untuk budidaya ikan maka telah dilakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kelalaian atau kecerobohan dalam bekerja yang dapat membuat orang yang bekerja cedera. Kesehatan tempat bekerja pada dunia usaha budidaya ikan pada umumnya diruang terbuka sehingga kebutuhan oksigen untuk para pekerja diluar ruangan tercukupi dan kondisi lingkungan budidaya ikan yang berair mengakibatkan kondisi kelembaban ruang budidaya sangat lembab. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan budidaya ikan para pekerja harus selalu menggunakan pakaian kerja sesuai

dengan peraturan perusahaan dan jangan menggunakan pakaian kerja yang basah. Pemakaian baju kerja yang basah dapat mengganggu kesehatan para pekerja oleh karena itu pada para pekerja yang bekerja berhubungan langsung dengan air yang akan membasahi pakaian kerja sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang terlindung dari air. Atau dapat juga pada saat bekerja yang berhubungan dengan air menggunakan pakaian kerja yang khusus dan jika sudah selesai dengan pekerjaan bisa menggunakan pakaian yang lain sehingga kesehatan para pekerja tetap terjamin. Penggunaan pakaian kerja yang basah dapat mengakibatkan kesehatan para pekerja terganggu. Oleh karena itu harus dipikirkan pakaian kerja yang tepat bagi para pekerja yang bermain dengan air sebagai media hidup ikan yang dipeliharanya. Keselamatan kerja dalam kegiatan budidaya ikan yang menggunakan peralatan listrik harus diperhatikan beberapa hal yang biasanya menyebabkan kecelakaan diantaranya adalah : • Beban listrik terlalu besar untuk satu stop kontak sehingga dapat menimbulkan pemanasan yang dapat membakar kulit kabel. • Sistem kabling yang tidak memenuhi persyaratan standar • Kesalahan menyambungkan peralatan pada sumber listrik yang jauh lebih tinggi dari voltase yang seharusnya • Adanya tikus-tikus yang mengerat kabel sehingga dapat

489

menimbulkan hubungan pendek atau kebakaran. Kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha budidaya ikan yang mempunyai gudang bahan-bahan kimia harus diperhatikan tentang proses penyimpanannya. Penyimpanan bahan kimia yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kecerobohan manusia. Oleh karena itu dalam menyimpan bahan kimia harus diperhatikan beberapa faktor yang akan mempengaruhi bahan kimia selama penyimpanan digudang antara lain adalah : 1. Temperatur, terjadinya kenaikan suhu dalam ruang penyimpanan akan memicu terjadinya reaksi bahkan dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Kondisi ini dapat mengubah karakteristik bahan kimia. Resiko berbahayapun dapat terjadi sebagai akibat kenaikan suhu di dalam ruang penyimpanan. Oleh karena itu didalam ruangan penyimpanan bahan kimia harus terdapat alat ukur suhu ruang yaitu termometer. Ada beberapa termometer yang dapat mengukur temperatur ruangan. Termometer yang biasa digunakan untuk mengukur suhu ruangan yaitu temperatur minimum dan maksimum. 2. Kelembaban, kelembaban dapat diartikan sebagai perbandingan tekanan uap air diudara terhadap uap air jenuh pada suhu dan tekanan udara tertentu. Kelembaban dapat diartikan sebagai banyaknya uap air diudara. Faktor kelembaban

sangat penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan pengaruhnya pada zat-zat higroskopis. Bahan kimia higrokoskopis sangat mudah menyerap uap air dari udara, juga dapat terjadi reaksi hidrasi eksotermis yang akan menimbulkan pemanasan ruangan. Kontrol terhadap kelembaban ruang penyimpanan penting dilakukan untuk mencegah kerugian-kerugian yang tidak diinginkan. Ada beberapa alat pengukur kelembaban yang dapat digunakan seperti higrometer, termohigrometer atau termometer bola basah dan bola kering. 3. Interaksi dengan wadah, bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan kemasan atau wadah sehingga dapat merusak wadah sampai akhirnya menyebabkan kebocoran. Kebocoran bahan kimia terutama yang berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan seperti ledakan, kebakaran dan melukai tubuh. Misalnya, wadah yang terbuat dari bahan besi/logam, sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang bersifat korosif karena akan terjadi peristiwa karatan/korosif sehingga akan merusak wadah. 4. Interaksi antar bahan kimia, selama penyimpanan bahan kimia dapat berinteraksi dengan bahan kimia lainnya. Interaksi ini dapat mengakibatkan perubahan karakteristik bahan kimia tersebut, misalnya interaksi 490

antara bahan kimia yang bersifat oksidator dengan bahan kimia yang mudah terbakar dapat menimbulkan terjadinya kebakaran, sehingga dalam penyimpanannya harus terpisah. Penggunaan bahan-bahan kimia biasanya dilakukan pada usaha budidaya ikan yang intensif dan melakukan kegiatan pengukuran kualitas air, kesehatan ikan dengan bahan-bahan kimia. Oleh karena itu harus diperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja yang bertanggungjawab pada unit tersebut.

491

DAFTAR PUSTAKA

Abel. 1989. Water Pollutin Biology. Dept of Biology. Sunderland Polytechnic. Halsted Press. New York. Affandi,R., DS Sjafei, MF Rahardjo dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. Pusat Antar universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor. Agrara T. 1976. Endokrinologi Umum. Airlangga University Press. Yogyakarta. Alimuddin. 1994. Pengaruh waktu awal kejutan panas terhadap keberhasilan Triploidisasi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus L). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ath_Thar.M.H.F. 2007. Efektivitas promoter β-actin ikan medaka Oryzias latipes dengan penanda gen hrGFP (humanized Renilla reniformis Green Fluorescent Protein) pada ikan lele Clarias sp keturunan F0. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Andarwulan, dan S.Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta. Anonymous. 1985. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis OF Muller) Seri Ke Tiga. Proyek Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Serang. Antik, E dan Hastuti,W. 1986. Kultur Plankton. Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan International Development Research Centre. Jakarta. Andrew JW, Sick LV. 1972. Studies on the nutritional requirement of dietary penaeid shrimp. Proceedings of the World Mariculture Society 3:403414. Alava VR, Lim C. 1983. The quantitative dietary protein requirement of Penaeus monodon juveniles in controlled environment. Aquaculture 30:53-61.

492

Avers CG. 1986. molecular cell biology. Rutgers University. The Benjamin Cummings Publising Co. Inc. 832 p. Baustista-Teruel MN, Millamena OM. 1999. Diet development and evaluation for juvenile abalone, Haliotis asinine: protein to energi levels. Aquaculture 178:117-126. Bonyaratpalin.M. 1989. Methodologies for vitamin requirement studies. Fish Nutrition research in Asia. Edited by S.S de Silva. Proceeding of Third Asian Fish Nutrition Network Meeting International Development. Reseach Center of Canada. 58 – 67 Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn University. Alabama. USA Borgstrom G. 1962. Fish as Food Volume III. Nutrition, Sanitation and Utilization. Academic Press, New York and London. Bongers ABJ, EPC in’t Veld, K Abo-Hashema, IM Bremmer, EH Eding, J.Komen, CJJ Richter. 1994. Androgenesis in common carp (Cyprinus carpio) using UV irradiation in synthetic ovarian fluid and heat shocks. Aquaculture, 122 : 119 – 132. Catacuta,M.R and Coloso. 1997. Growth of juvenile Asian Seabass, Lates calcarifer fed varyng carbohydrate and lipid levels. Aquculture, 149: 137-144. Calduch-Giner. J.A, Duval H, Chesnel F, Boeuf G, Perez-Sanches J and Boujard D. 2000. Fish Growth Hormone Receptor : Molecular Characterization of Two Membrane-Anchored Forms. Journal of the Endocrine Society : 3269 – 3273. Campbell.N.A; Reece. J.N; Mitchell. L.G. 2002. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Carman O. 1990. Ploidy manipulation in some warm water fish. Master’s Thesis. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. Japan. Carman O. 1992. Chromosome set manipulation in some warm water fish. A Dissertation. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. Japan. Chumadi dkk. 1992. Pedoman Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 493

Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Third Edition. Waveland Press, Inc. Illionis, USA. Cowey,C.B and Walton,M.J. 1989. Intermedier metabolism, p : 259-329. In. J.E Halver (Ed.), Fish Nutrition,2nd. Academic Press. New York. Chris Andrews, Adrian Exell and Neville Carrington., 1988. The Manual of Fish Health. New Jersey: Tetra Press, Davis, D.A and Delhert MG III. 1991. Dietary Mineral Requirment of Fish and Shrimp. Pages : 49 – 65. In : Proceedings of The Aquaculture Feed Processing and Nutrition Workshop. Akimaya, D.M and Ronni K.H.T. Singapore. Davis, C.C. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan state University Press. Chicago. De Silva,S and T.A. Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture. Chapman & Hall, London. Dieter Untergasser Translation by Howard H. Hirschhorn, 1989. Handbook of Fish Diseases. T.F.H. Publications, Inc Devlin,R.H, C.A. Biagi, T.Y. Yaseki. 2004. Growth, viability and genetic characteristic of GH transgenic coho salmon strains. Aquaculture 236 : 607 – 632. Dunham RA. 2003. Aquaculture and Fisheries Biotechnology Genetic Approaches. CABI Publishing. Wallingford, Oxfordshire Ox 10.8 DE. UK. Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. Effendi. M.I. 1997. Yogyakarta.

Biologi

Perikanan.

Yayasan

Pustaka

Nusatama.

Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. Gong Wu, Yonghua Sun & Zuayan Zhu. 2003. Growth hormone gene transfer in common carp. Aquatic Living Resources 16 : 416-420.

494

Glick. B.R and Pasternak.J.J. 2003. Molecular Biotechnology : Principles and Applications of Recombinant DNA (Third Edition). ASM Press. Washington, D.C. Halver, J.E. 1988. Fish Nutrition. Academic Press. San Diego. Hamre,K; B.Hjeltne; H.Kryi; S. Sandberg; M.Lorentzen; and O.Lie. 1994. Decesed Concentration of Haemoglobin, Accumulation of Lipid Oxidation Product”s and unchanged Skeletal Muscel in Atlantik Salmon. Salmo salar Fed Low Dietary Vitamine E. Physiology and Biochemistry. 12 (5) : 421 – 429. Harper. 1990. Biokimia. EGC (Penerbit Buku Kedokteran). Jakarta. Hepher B. 1988. Nutrition of Pond Fish. Cambridge University Press. Cambridge. Halver JE. 1989. Fish Nutritiion 2nd edition. Academic Press Inc. Jean L Marx. 1991. Revolusi Bioteknologi, diterjemahkan oleh Wildan Yatim . Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 513 hal. Jusuf.M. 2001. Genetika I. Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto. Jakarta. Kobayashi S, Alimuddin, Tetsuro Morita, Misako Miwa, Jun Lu, Masato Endo, Toshio Takeuci dan Goro Yoshikazi. 2006. Transgenic nile Tilapia (Oreochromis niloticus) over-expressing growth hormone show reduced ammonia excretion. Departement of Marine Biosciences Tokyo University of Marine Science and Technology. Tokyo. Japan. Koolman J and Rohm KH. 2001. Atlas berwarna dan teks biokimia. Wanadi SI penerjemah. Sadikin M , editor. Jakarta : Hipokrates 2000. Kebijakan DKP: Perikanan Budidaya 2003 Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Kurniastuty, dkk., 2004. Hama dan Penyakit Ikan. Balai budidaya Laut Lampung. Lampung. Kuksis,A dan S. Mookerjea. 1991. Kolin. Vitamin. In Robert E. Olson (Eds), Jilid II. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Lewin, R.A. 1976. The Genetic of Algae.Blackwell scientific Publications Oxford. London. Edinburg.

495

Linder,M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Alih bahasa : A. Parakkasi dan A.Y. Amwila). UI Press. Jakarta. Linder, M.C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Mikromineral. Hal : 261-344. Dalam : Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan pemakaian secara klinis. Penerbit Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta. Lovel T. 1988. Nutrition and feeding of fish. An AVI Book. Published by Van Nostrad Reinhold. New York. Machin,L.J. 1990. Handbook of Vitamin. Second Edition Rivised and Expanded. Mc Vey,J.P and J.R.Moore. 1983. CRC Handbook of Marine Culture. Vol I. Crustacean Aquaculture. CRC Press. Inc.Boca. Raton . Florida. Millamena,M.O, R.m. Coloso and F.P. Pascual. 2002. Nutrition in Tropical Aquaculture. Essential of fish nutrition, feeds and feeding of tropical aquatic species. Aquaculture Departemen. Southeast Asian Fisheries Development Center. Tingbauan. Iloilo, Philipines. Muchtadi,D., Nurheni S.P, dan Made A. 1993. Metabolisme zat gizi : sumber, fungsi dan kebutuhan bagi tubuh manusia. J.2. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Murray,R.K; D.K.Granner; P.A. Mayes; and V.W. Rodwell. 1999. Biokimia Harper. Edisi 24. Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta. Mujiman, A. 1987. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Matty. AS. 1985. Fish Endocrinology. Croom Helm London & Sydney Timber Press. Portland. Oregon. 267p. Morales et all. 2001. Tilapia chromosomal growth hormone gene expression accelerates growth in transgenic zebra fish (Danio rerio). Marine Biotechnology. Vol 4. No.2. Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. 123 hal. NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Water Fishes and Shellfish. National Academy of Sciencess. Washington DC. O.A Conroy and R.L Herman 1966. Textbook Of Fish Diseases. Eastern Fish Disease. Laboratory, Bureau of Sport Fisheries and Wildlife Leetown, West Virginia.

496

Prentis. S. 1990. Bioteknologi, diterjemahkan oleh Wildan Yatim. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 513 hal. Promega. 1999. Technical Manual. pGEM – T and pGEM – T easy Vector System. Instruction for use of products. USA. Pennak,R.W. 1978. Freshwater Invertebrae of the United State.2nd ed. John Wiley and Sons. New york. Prawirokusumo,S. 1991. Biokimia Nutrisi (Vitamin). BPFE. Yogyakarta. Purdom. C.E. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman & Hall. London. Randall, J.E., 1987. A Pliraninary synopsis of the Grouper (Perciformes; Serranidae; epinephelinae)of the Indo – Pacific regionin J.J. Polavina, S. Raiston (editors). Tropical Sappers and Grouper ; Biologi and Fisheries Management. Westview Press inc., Boulder and London. Rahman. MA and Maclean N. 1992. Production of transgenic tilapia (Oreochromis niloticus) by one-cell-stage microinjection. Aquaculture, 105 (1992) 219 – 232. Elsivier Science Publisher B.V. Amsterdam. Rocha A, S Ruiz, A Estepa and J.M Coll. 2004. Application of Inducible and Targeted Gene Strategies to produce Transgenic Fish : A review. Marine Biotechnology 6, 118 – 127. Springet-Verlag. New York. LLC. Sambrook.J, Fritssch, E.F, Maniatis,T. 1989. Molecular Cloning. A Laboratory Manual. Second edition. Cold Spring Harbor Lobaratory Press. USA. Suharsono dan Widyastuti,U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik Dasar Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Suharsono. 2006. Prinsip Pengklonan Gen Melalui Teknologi Rekombinan. Pelatihan Teknik Dasar Pengklonan Gen. Bogor.

DNA

Sumantri.D. 2006. Efektifitas ovaprim dan aromatase inhibitor dalam mempercepat pemijahan pada ikan lele dumbo Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal. Sumantadinata,K. 2005. Materi narasumber Diklat Guru perikanan se Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. Suyanto.R.S. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

497

Sandness,K. 1991. Studies on Vitamin C in Fish Nutrition Dept of Fisheries and Marine Biologi. University of Bergen Norway. Shiau,S.Y and C.W.Lan. 1996. Optimum dietary protein level and protein to energy ratio for growth of grouper (Epinephelus malabaricus). Aquaculture, 145: 259 – 266 Shimeno,S.H, Hosokawa and M.Takeda. 1996. Metabolic response of juvenile yellowtail to dietary carbohidrat to lipid ratios. Fisheries Science, 62 : 945 - 949 Sumantadinata, K., 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia. Sastra Hudaya. Sukma, O.M., 1987. Budidaya Ikan. Jakarta: Depdikbud. Suseno, 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Jakarta: Penebar Swadaya. Shepherd,J and Bromage, N. 2001. Intensive Fish Farming. Blackwell Sciene Ltd. London. Steffens W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Limited. John Wiley & Sons. England. Stephen Goddard. 1996. Feed Management In : Intensive Aquaculture. Chapman & Hall, New York. Syarizal. 1988. Kadar optimum Vitamin E ( α-Tocoferol) dalam Pakan Induk ikan (Clarias batracus Linn). Thesis. IPB. Bogor. Smith. 1982. Introduction to Fish Physiology. Publication Inc. England. P. 115. Tacon,A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp a Training Manual. FAO. Brazil. Tacon,A.G.j. 1991. Proceeding of The Nutrition Workshop. American Soybeen Association. Singapore. Takeuchi W. 1988. Fish Nutrition and mariculture. Departemen of aquatic Biosc. Tokyo University of Fisheries. JICA. Takeuchi; T.K. Watanabe; S. Satoh and T. Watanabe. 1992. Requirements of Grass Carp Fingerling for α-Tocoferol. Nipon. Suisan Galakkashi. 58 (9) : 743 – 1749.

498

Teknologi Tepat Guna, 2005. Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut. Menteri Negara Riset dan Teknologi Taufik Ahmad, Erna Ratnawati, dan M. Jamil R. Yakob. 2002, Budi Daya Bandeng Secara Intensif. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Tucker, C.S and Hargreaves, J.A. 2004. Biology and culture of Channel Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam. Volckaert.F.A, Hellemans.B.A, Galbusera.P, and Ollevier. F. 1994. Replication, expression, and fate of foreign DNA during embryonic and larval development of the African catfish (Clarias gariepinus). Molecular Marine Biology and Biotechnology 3(2) 57 – 69. Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Texbook The General Aquaculture Course. Kanagawa International Fisheries Training Centre Japan International Cooperation agency. Wilson,R.P. 1994. Utilization of dietary carbohydrate by fish. Aquaculture, 124 : 67 – 80. Yoshimatsu, dkk., 1986. Grouper final Report Marine Culture Research and Development in Indonesia. ATA 192, JICA. P 103 – 129. Yatim W. 1996. Genetika. Tarsito . bandung . 124 hal. Zairin.M.J. 2003. Endokrinologi dan perannya bagi masa depan Perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zairin.M.J. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. Penebar Swadaya. Jakarta.

499

Gusrina

untuk Sekolah Menengah Kejuruan

Gusrina BUDIDAYA IKAN

ISBN XXX-XXX-XXX-X Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

untuk SMK

HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF