Buku Bambu

April 30, 2018 | Author: Yusra Faperta | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Yusra...

Description

KATA PENGANTAR  Berdasarkan Berdasar kan Keputusan Menteri Kehutanan - RI Nomor : P.40/Menhut-II/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan, tercantum bahwa Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan (BP2SDMK) berkedudukan sebagai unsur pendukung dengan tugas melaksanakan penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan dan salah satu fungsinya adalah penyiapan bahan materi penyuluhan kehutanan. Penyiapan materi penyuluhan dilakukan dalam rangka membekali Penyuluh Kehutanan dengan berbagai informasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kehutanan serta meningkatkan kompetensi yang bersangkutan. Salah satu kebijakan prioritas pembangun pembangunan an kehutanan adalah mendorong pengembangan pengembangan hasil hutan bukan kayu antara lain jenis bambu, karena itu penyuluh kehutanan diharapkan menguasai berbagai komponen tentang bambu seperti jenis bamboo, teknik budidaya, prospek serta peluang usaha yang dapat di manfaatkan dari bambu. Buku ini disusun dengan mengambil bahan dari berbagai sumber dan masukan dari tenaga ahli/narasumber, literatur serta pengalaman pengembangan di beberapa tempat. Diharapkan buku ini dapat menjadi acuan dan referensi dalam pendampingan pengembangan usaha bamboo sehingga pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan benar. Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak sehingga buku ini dapat tersusun. Semoga bermanfaat. Kepala Pusat,

Ir. Erni Mayana, MM NIP.. 19580521 198403 2 001 NIP iii

DAFTAR ISI

BAB V ANALISA EKONOMI BUDIDAY BUDIDAYA A BAMBU ......................

25

A. Analisa Usaha Rebung Bambu ............... ............................... ................ B. Analisa Usaha Keran Keranjang jang Buah ................ ............................. .............

25 26

iii

BAB VI ANEKA PRODUK BERBAHAN BAKU BAMBU .............. ................. ...

27

.............................. .............. ................................ ................................. ..................... ....

v

DAFTAR GAMBAR ............... ............................... ................................. ................................ ...............

vii

A. Konstruksi Bambu ............... ............................... ............................... ............... B. Aneka Keraj Kerajinan inan Bambu ............... ............................... ....................... ....... C. Model Bambu ................. ................................. ................................ .................... ....

27 28 29

DAFTAR PUST PUSTAKA AKA ....................... ....................................... ................................. ....................... ......

30

Halaman KATA KAT A PENGANT PENGANTAR AR .............. .............................. ................................. ................................ ............... DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN ................. ................................. ................................ ..................... .....

1

BAB II MENGENAL TANAM TANAMAN AN BAMBU ............................... .................................. ...

3

A. Morfologi Bambu ................ ................................ ................................ ................ B. Jenis - Jenis Bambu yang Bernilai Ekonomi ............ 1. Bambu Apus .............. .............................. ................................ ................... ... 2. Bambu Ater ............... ............................... ................................. ................... .. 3. Bambu Andong ................. ................................. ............................. ............. 4. Bambu Betung ................. ................................. ............................. ............. 5. Bambu Hitam ................ ................................ ................................ ................ 6. Bambu Talang ............... ............................... ................................ ................ C. Manfaat Bambu ............... ............................... ................................. ................... ..

3 3 3 5 6 7 8 9 10

BAB III Budidaya Bambu .................................... .................................................... ................

13

A. Syarat Tumbuh ................ ................................ ................................. ................... .. B. Perbany Perbanyakan akan Tanaman .............. .............................. ........................... ........... C. Penana Penanaman man ............... ............................... ................................ ........................ ........ D. Pemeliha Pemeliharaan raan ................ ................................ ................................ ..................... .....

13 14 14 17 18

BAB IV PANEN DAN PASCA PANEN BAMBU...................... BAMBU............................. .......

21

A. Waktu Tebang ............... ............................... ................................ ..................... ..... B. Cara Tebang .............. .............................. ................................. ........................ ....... C. Pengaw Pengawetan etan ............... ............................... ................................ ........................ ........ D. Penyimpa Penyimpanan nan ................ ................................ ................................ ..................... .....

21 21 22 24

v

vi

berproduksi optimal dan kontinu, bahan baku harus tersedia terus-menerus dalam jumlah yang cukup. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan penanaman bambu dalam bentuk perkebunan. Pembudidayaan bambu dapat dilakukan pada lahan-lahan yang tidak produktif. Dengan demikian bambu dapat meningkatkan produktivitas lahan.

II. MENGENAL TANAMAN TANAMAN BAMBU BAMBU A. Morfologi Bambu Tanaman bambu umumnya tumbuh dengan membentuk rumpun, akan tetapi bambu dapat juga hidup secara soliter. Pada  jenis-jenis tertentu, bambu memiliki percabangan yang sangat banyak dan membentuk perdu. Ada juga bambu yang memiliki kemampuan memanjat. memanjat. Bambu yang tergolong besar dan tegak berasal dari spesies Bambusa sp., Dendrocalamus spp. dan Gigantochloa spp. Dalam kondisi normal, pertumbuhan bambu lurus ke atas dan ujung batang melengkung karena menopang berat daun. Tinggi tanaman bambu berkisar antara 0,3 - 30 m. Dengan diameter batang 0,25 - 25 cm dan ketebalan dindingnya mencapai 25 mm. Batang bambu berbentuk silinder, terdiri dari banyak ruas/buku-buku dan berongga pada setiap ruasnya. Pada saat umur tanaman masih muda batang bambu masih lunak dan diselimuti semacam pelepah mulai dari pangkal hingga ujung batang. Setelah tanaman dewasa batang bambu keras dan pelepah tersebut mengering sehingga lepas satu per satu dari setiap ruas bambu. B. Jenis-Jenis Bambu Bambu yang yang Bernilai Bernilai Ekonomi Ekonomi 1.

Bambu Apus Bambu apus (Gigantochloa apus Bl. Ex (Schult.f) Kurz) dikenal juga dengan nama bambu tali, awi tali atau pring tali. Bambu ini umumnya membentuk rumpun rapat. Tinggi bambu apus dapat mencapai 20 m dengan warna batang hijau cerah sampai kekuning-kuningan. Batangnya tidak bercabang di bagian bawah. Diameter batang 2,5 - 15 cm, tebal dinding 3 - 15 mm dan panjang ruas 45 - 65 cm. Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3 - 15 m.

2

3

Bentuk batang bambu apus sangat teratur. Pada buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan bulu-bulu halus yang menempel di sekitar buku-buku berwarna coklat kehitaman. Pelepah batangnya tidak mudah lepas meskipun umur batang sudah tua. Jenis bambu ini diduga berasal dari Burma dan sekarang tersebar luas di seluruh kepulauan Indonesia. Bambu apus umumnya tumbuh di dataran rendah tetapi dapat juga tumbuh di pegunungan sampai ketinggian 1.000 m dpl. Bambu ini diperbanyak dengan rimpang atau potongan buluhnya. Bambu apus berbatang kuat, liat dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang, kuat dan lentur. Ada  juga yang menggunaka menggunakannya nnya sebagai sebagai alat musik. Bambu apus dalam keadaan masih basah berwarna hijau dan tidak keras, kalau sudah kering warnanya menjadi kekuning-kuningan, kekuning-ku ningan, liat dan tidak mudah putus.

2.

Bambu Ater Bambu Bambu ater (Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro) mempunyai beberapa nama daerah antara lain awi temen, pring jawa, pring legi dan pereng keles. Batang bambu ater berwarna hijau sampai hijau gelap dengan diameter 5 - 10 cm dan tebal dinding batang 8 mm. Panjang ruasnya antara 40 - 50 cm dan tinggi tanaman mencapai 22 m. Pelepah batangnya mudah gugur. Ruas-ruas bambu ini tampak rata dengan garis putih melingkar pada bekas perlekatan pelepah buluh. Pada batang yang muda tampak pelepah batang melekat berwarna hijau kekuningan bulu-bulu halus berwarna hitam, kuping pelepah buluh kecil, panjang pelepah 21 - 36 cm dan bentuknya hampir segitiga dengan ujung runcing. Daerah perakaran tidak jauh dari permukaan tanah. Jenis bambu ater banyak tumbuh di dataran rendah, tetapi dapat juga tumbuh baik di dataran tinggi pada ketinggian 750 m dpl. Bambu ater biasanya digunakan orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah tangga dan kerajinan tangan. Pembuat alat musik bambu atau angklung  juga sangat menyukai jenis bambu ini sebagai bahan bakunya. Rebung bambu ater terkenal enak dan biasa dikonsumsi sebagai s ayuran.

Gambar 1 : Bambu Apus (Gigantochloa apus Bl. Ex (Schult.f) Kurz) Gambar 2 : Bambu Ater (Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro) 4

5

3.

Bambu Andong Bambu

4.

Bambu Betung

Bambu andong (Gigantochloa verticillata (Willd) Munro) atau (Gigantochloa pseudo arundinacea (Steud) Widjaya), dikenal dengan sebutan awi gombong, awi surat atau pring surat.

Bambu betung dikenal dengan nama ilmiah (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne). Mempunyai beberapa nama daerah antara lain awi bitung, pring petung dan pereng petong.

Batang bambu andong berwarna hijau kekuningan dengan garis kuning yang sejajar dengan batangnya. Bambu ini membentuk rumpun tidak terlalu rapat, diameter batangnya sekitar 5 - 13 cm, panjang ruas rata-rata 40 - 60 cm dan ketebalan dinding batangnya 20 mm. Tanaman ini tingginya sekitar 7 - 30 m. Pelepah batang yang muda berwarna hijau pada bagian atas, bagian dalamnya licin mengilap dan kaku seperti kertas. Pelepah batang yang kering warnanya abu-abu dan mudah gugur. Pelepah ini tertutup oleh bulu-bulu halus berwarna coklat tua.

Jenis bambu ini mempunyai rumpun yang agak sedikit rapat. Warna batang hijau kekuning-kuningan. Ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari jenis bambu yang lain. Tinggi batang mencapai 20 m dengan diameter batang sampai 20 cm. Ruas bambu betung cukup panjang dan tebal, panjangnya antara 40 - 60 cm dan ketebalan dindingnya 1 1,5 cm.

Batang bambu andong digunakan untuk bahan bangunan, chopstick dan untuk membuat berbagai kerajinan tangan.

Gambar 3 : Bambu Andong (Gigantochloa verticillata (Willd) Munro) 6

Jenis bambu ini dapat ditemui di dataran rendah sampai ketinggian 2.000 m dpl. Bambu ini akan tumbuh baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah yang beriklim tidak terlalu kering. Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar serta ruasnya panjang. Dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik) dan berbagai jenis barang kerajinan. Rebung bambu betung terkenal paling enak untuk disayur diantara  jenis-jenis bambu bambu lainnya. lainnya.

Gambar 4 : Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne) 7

5.

6.

Bambu Hitam Bambu Bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.) dikenal Widj.) dikenal  juga dengan sebutan bambu wulung, pring wulung, pring ireng atau awi hideung. Jenis ini disebut bambu hitam karena warna batangnya hijau kehitam-hitaman atau ungu tua. Rumpun bambu hitam agak jarang. Pertumbuhannyapun agak lambat. Buluhnya tegak dengan tinggi 20 m. Panjang ruas-ruasnya 40 - 50 cm, tebal dinding buluhnya 8 mm dan garis tengah buluhnya 6 - 8 cm. Bambu hitam tersebar di pulau Jawa dan hidup di dataran rendah hingga ketinggian 650 m dpl. Di Jawa Barat,  jenis bambu ini sangat baik untuk dibuat alat musik seperti angklung, gambang atau calung. Bambu hitam dapat juga digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan. Sifat bambu ini dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras, tetapi setelah kering sangat keras dan warnanya menjadi hitam kecoklatan, daya lenturnya kurang sehingga mudah pecah dan mudah putus.

Bambu Talang Bambu talang (Schizostachyum brachycladum Kurz.) sering juga disebut awi buluh, pereng bulu, buluh nehe, ute wanat atau bulo talang. Rumpun bambu talang tumbuh rapat. Tinggi batangnya mencapai 15 m dan panjang ruasnya 32 - 50 cm dengan diameter 8 - 10 cm. Warna batang hijau kekuningan, pelepah batang biasanya ditutupi bulu-bulu halus berwarna coklat. Pelepah ini jarang terlepas dari batangnya meski sudah kering. Pada bagian tengah batang dan buku-buku di atasnya tumbuh cabang-cabang. Tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah sampai 1.000 m dpl dan menyebar di semua wilayah Indonesia. Batang bambu talang banyak digunakan untuk bahan atap, dinding dan lantai rumah adat Toraja, selain itu bambu talang juga digunakan untuk rakit, tempat air dan bahan kerajinan tangan seperti ukiran dan anjaman. Konon di Minahasa serat-seratnya dapat dijadikan bahan baku kerajinan tenun bambu untuk membuat kain dan karung.

Gambar 6 : Bambu Talang (Schizostachyum brachycladum Kurz.) Gambar 5 : Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.) 8

9

III. BUDIDAYA BAMBU A. Syarat Tumbuh Pertumbuhan Pertumbuh an setiap tanaman sangat dipengaruh dipengaruhii kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan bambu adalah iklim dan jenis tanah. 1.

Iklim Di Indonesia, tanaman bambu tumbuh dengan baik dan penyebarannya sangat luas. Tanaman bambu bisa dijumpai pada dataran rendah sampai dengan dataran tinggi dengan ketinggian antara 0 - 2.000 m dpl. Tanaman bambu menyukai tempat terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Tanaman bambu tumbuh di berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A, B, C, D sampai E (Schmidt Fergusson)   atau dari iklim basah sampai kering. Semakin Fergusson) basah tipe iklimnya makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik, karena untuk pertumbuhannya bambu membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimum 1.020 mm per tahun. Kelembaban udara yang dikehendaki minimum 80%. Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu memiliki suhu berkisar antara 8,8 - 36°C.

2.

Gambar 7 : Rebung/T Rebung/Tunas unas Bambu Muda

12

Tanah Bambu dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, mulai dari tanah berat sampai tanah ringan, tanah kering sampai tanah becek dan dari tanah subur sampai tanah tandus. Beberapa jenis tanah yang terdapat di pusat bambu di Indonesia adalah jenis tanah campuran antara latosol coklat dengan regosol kelabu serta andosol coklat kekuningan. Perbedaan jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kemunculan rebung bambu. 13

kebutuhan. Pemberian lapisan ini biasanya juga dilakukan sebagai finishing barang kerajinan bambu agar lebih menarik. Karena bambu dipengaruhi oleh kelembaban udara maka bahan pelapisnya harus tahan terhadap air. Zat pelapis yang biasa digunakan adalah pernis, lak atau zat pewarna. D. Penyimpanan Bambu yang telah ditebang adakalanya tidak langsung digunakan, untuk itu bambu perlu disimpan terlebih dahulu agar bambu tidak cepat rusak karena hama atau jamur, maka cara penyimpanannya perlu diperhatikan.

V. ANALISA EKONOMI EKONOMI BUDIDAYA BAMBU Budidaya bambu selain bermanfaat dari sisi konservasi juga dapat memberikan keuntungan finansial. Beberapa hasil olahan rebung bambu terbukti sangat diminati konsumen mancanegara. Demikian juga hasil-hasil kerajinan berbahan baku bambu merupakan salah satu produk ekspor ke Eropa. Di ba bawah wah ini a adalah dalah contoh analisis ekonomi pada budidaya bambu betung per hektar lahan usaha : A. Analisa Usaha Rebung Bambu 1.

Biaya Produksi Biaya a.

Cara penyimpanan bambu yang baik adalah dalam gudang yang sirkulasi udaranya baik, kering dan tidak terpengaruh oleh angin atau hujan. Bambu tidak ditumpuk tetapi disandarkan pada dinding.

Biaya Produks Produksii 3 Tahun Pertama 1)

2) 3) 4)

b.

Pengolaha Pengol ahan n lahan lahan 100 bedeng bedengan an (100 (100 rumpun), diameter bedengan 3 m (100 x Rp. 10.000,-) Pem Pe mup upu uka kan n (3 th th)) : (10 1000 x 3 x Rp Rp.. 2. 2.00 000, 0,--) Peme Pe meliliha hara raan an (3 th th)) : (12 (12 x 3 x Rp. Rp. 50 50.0 .000 00,,-)) Pemanenan dll (3 th)

= Rp Rp.

1. 0 0 0. 0 0 0

= Rp Rp.. = Rp. Rp. = Rp.

600. 60 0.00 0000 1.800. 1.80 0.00 0000 45 0 . 00 0

Jumlah Bi Biaya Pr Produksi 3 Th Pe Pertama

= Rp Rp.

3 . 8 50 . 0 0 0

Biaya Produksi Setiap Tahun Berikutnya 1) Pemupukan : 100 x Rp. 2.000,-

= Rp.

2 00 . 0 00

2) Pemeliharaan : 12 x Rp. 50.000,-

= Rp.

6 00 . 0 0 0

3) Pemanenan dll

= Rp.

45 0 . 00 0

= Rp.

1. 2 5 0. 00 0

Jumlah Biaya Per Th Berikutnya

2.

Hasil Produksi Hasil Lahan 1 ha, dengan 100 rumpun. Apabila per rumpun ditanam 10 buluh bambu akan menghasilkan 60 rebung/rumpun/tahun, maka :

24

25

a.

b.

Hasil rebung pada 3 tahun pertama 100 rumpun x 60 rebung = 6.000 rebung Dengan asumsi berat 1 rebung 0,5 kg dan harga per kg rebung sebesar Rp. 1.500,Maka hasil produksi rebung adalah : 3.000 x Rp. 1.500,- = Rp. 4.500.000,Jadi keuntungan pada 3 tahun pertama adalah : Rp. (4.500.000,- – 3.850.000,-) = Rp. 650.000,-

VI. ANEKA PRODUK BERBAHAN BERBAHAN BAKU BAMBU BAMBU A. Konstruksi Bambu

Keuntungan hasil rebung pada setiap tahun berikutnya adalah : Rp. (4.500.000,- – 1.250.000) = Rp. 3.250.000,-

B. Analisa Usaha Keranjang Buah Dengan asumsi bahwa 1 ha ditanami 100 rumpun, per rumpun 10 batang, maka seluruhnya ada 1.000 batang bambu. 1 batang bambu berdiameter 10 cm, panjang 6 m dapat dibuat 6 keranjang, dengan nilai jual RP 1.500,-/keranjang. 1.

Hasil Produksi Hasil produksi 1 ha lahan adalah : 1.000 (batang) x 6 (keranjang) x Rp. 1.500,- = Rp. 9.000.000,-

2.

Gambar 8 : Konstruksi Bambu

Biaya Produksi Biaya Dengan asumsi satu orang pengrajin dapat menyelesaikan 1 batang bambu menjadi 6 keranjang dalam waktu 1 hari, maka 1.000 batang dapat menghasilkan 6.000 keranjang. Apabila ongkos seorang pengrajin Rp. 7.000,-/hari, maka upah pengrajin untuk 6.000 keranjang adalah 6.000/6 x Rp. 7.000,- = Rp 7.000.000,-

3.

Keuntungan Keuntungan usaha keranjang buah (9.000.000 – 7.000.000) = Rp. 2.000.000,26

adalah

Rp.

27

B. Aneka Kerajinan Bambu

C. Mebel Bambu

Gambar 10 : Mabel Bambu

Gambar 9 : Aneka Kerajinan Bambu

28

29

DAFTAR PUSTAKA Nur Berlian V.A, 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Krisdianto dkk., Sari Hasil Penelitian Bambu

30

31

COVER DALAM

Materi Penyuluhan Kehutanan Seri : 6 / 2012

Diperuntukkan Bagi Penyuluh Kehutanan MAU TAHU TENTANG BAMBU ? ISBN.

Mau Tahu Tentang Bambu ? Pengarah

:

Kepala Pusat Penyuluhan Kehutanan

Penanggung Jawab

:

Kepala Bidang Metode, Materi dan Alat Bantu Penyuluhan Kehutanan

Penyusun

:

Dyah Ediningtya Ediningtyas, s, S.Hut, M.Si Ir.. Victor Winarto, M.Si Ir

Design Cover

:

Jaya Suhendi

Catatan KEMENTERIAN KEHUTANAN

: Tulisan ini bukan hasil hasil karangan sendiri, melaink melainkan an diambil dari berbagai tulisan dan hasil kunjungan lapangan, selanjutnya diperuntukan bagi Penyuluh Kehutanan

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENYULUHAN KEHUTANAN

2012

ii

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF