Buku Ajar Profesi Kependidikan
March 3, 2019 | Author: Anonymous 1EJwdIK | Category: N/A
Short Description
Profesi Kependidikan...
Description
Oleh Imron Abdul Hakim Loman Bolam
Dibiayai oleh Kegiatan Program Hibah Kompetisi (PHK-A) S1 PGSD Universitas Sriwijaya Tahun Anggaran 2009 dengan Surat Perjanjian Nomor: 008/SPK/HPN/PHK-A/VIII/2009,Tanggal 13 Agustus 2009
HIBAH PENGAJARAN KEGIATAN PHK-A S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2009 20 09
Kata Pengantar
P
uji Syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis, sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal waktu yang telah disepakati. Mata Kuliah Profesi Kependidikan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa yang belajar di Lembaga Penddikan Tenaga Kependidikan (LPTK), seperti di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan, Universitas Sriwijaya. Bahan ajar yang digunakan untuk mata kuliah ini diambil dari buku atau bahan ajar yang umumnya diterbitkan sebelum Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Nasional, dan Undang-undang RI RI No 14 Tahun 2005, tentang tentang Guru dan Dosen. Dengan demikian, dari segi substansi bahan ajar mata kuliah ini perlu dikembangkan dan di- up-date, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan profesi kependidikan. Pengembangan bahan ajar mata kuliah Profesi Kependidikan ini didanai oleh Program Hibah Kompetisi (PHK-A), Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), FKIP Unsri, tahun anggaran 2009. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pimpinan dan pengelola Program. Selain itu, penulisan bahan ajar ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak yang tak dapat disebutkan satupersatu, kepada mereka kami juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga sumbangsih pemikiran, tenaga dan dukungan moral mereka mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahan ajar yang dikembangkan ini direncakan untuk diguanakan sebagai salah satu bahan ajar utama mata kuliah profesi kependidikan pada Program S1 PGSD, khsusunya, dan di seluruh program studi di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya. Kami menyadari bahwa bahan ajar yang disusun ini masih belum sempurna. Untuk itu kami memerlukan masukan dari semua pihak demi kesempurnaanya, baik substansi/isi/materi maupun dari segi sistematika dan tata letak. Semoga Allah, Yang Memiliki Memiliki Segala Ilmu selalu memberi kemudahan kemudahan bagi kita dalam mempelajari ilmu pengetahuan demi kahidupan yang lebih baik dan bermartabat. Terima kasih Palembang, Awal Desember 2009 Penulis, Imron Abdul Hakim Loman Bolam
DAFTAR ISI
Halaman ……………………………………………………. Kata Pengantar …………………………………………………….
UNIT 1 KONSEP DASAR PROFESI PROFESI KEPENDIDIKAN ………………… 1. Pengertian dan Karakteristik Profesi ……………………. 2. Hakikat Profesi Kependidikan ………………………….. 3. Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik ……………..
U NIT 2 PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU …………… 1 Kedudukan Pendidik dalam Sistem Pendidikan Nasional . 2. Standar Pendidik ……………………………………….. 3. Peningkatan Profesionalitas Pendidik …………………. UANG LINGKUP K OMPETENSI OMPETENSI PENDIDIK ………………… U NIT 3 R UANG
1. Kompetensi Pedagogik ……………………………………….. 2. Kompetensi Profesional ………………………………………. 3. Kompetensi Kepribadian …………………………………….. 4. Kompetensi Sosial ……………………………………………..
U NIT 4. PERAN PENDIDIK DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN K ONSELING ONSELING ……………………………………..… 1. Hakekat Bimbingan dan Konseling ………………………… …………………. 2. Peran Pendidik dalam Bimbingan Konseling ………………….
U NIT 5. PERAN PENDIDIK DALAM MANAJEMEN SEKOLAH ……… 1. 2.
Konsep Dasar Manajemen Mutu Berbasis Sekolah ..…….. ..…….. Pelaksanaan Manajemen Mutu Berbasis Sekolah Sekol ah ………… …………
U NIT 6. PERAN PENDIDIK DALAM MASYARAKAT ……………….. 1. 2. 3.
iii 1
2 14 21
31 32 36 42 50 52 71 85 92
96 97 109 115 117 126 134
Konsep Pembelajaran Berwawasan Masyarakat …………. …………. Satuan dan Program Pendidikan Masyarakat …………….. …………….. Peran Pendidik dalam Pendidikan yang ada di Masyarakat.
134 136 140
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. ………………………………………………….
138
Unit 1 Konsep Dasar Profesi Kependidikan Setelah membaca dan mempelajari seluruh uraian pada Unit ini, anda diharapkan memperoleh kejelasan tentang: (a) Pengertian dan Karakteristik Profesi, (b) Hakikat Profesi Kependidikan, (c) Persyaratan, Hak dan Kewajiban Profesi Kependidikan
Pendahuluan Unit 1 (satu) ini membahas konsep-konsep dasar tentang profesi kependidikan dan atau profesi keguruan. Tujuan Unit ini adalah memberikan pemahaman kepada para mahasiswa calon guru tentang konsep dasar tentang profesi kependidikan/keguruan. Secara khusus, setelah mempelajari unit ini, para mahasiswa, diharapkan dapat menjelaskan beberapa hal sebagai berikut. 1. Pengertian
profesi,
profesional,
profesionalisme,
profesionalitas,
profesionalisasi 2. Karakteristik pekerjaan sebagai suatu profesi 3. Kode Etik Profesi Kependidikan 4. Hakikat Profesi Kependidikan 5. Ruanglingkup profesi kependidikan
Untuk mencapai tujuan tersebut, Unit 1 ini dibagi ke dalam tiga sub unit. Pertama, Pertama,
Pengertian
dan
Karakteristik
Profesi; Kedua, Kedua, Hakikat Profesi
Kependidikan/Keguruan, dan Ketiga, Ketiga, Ruanglingkup Tugas Profesi Guru. Guna menguasai materi ini secara utuh, silakan Anda pelajari setiap unit dengan seksama kemudian kerjakan latihan yang disediakan. Selamat belajar.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Unit 1
1
Sub unit 1 Pengertian dan Karakteristik Profesi Setelah mempelajari sub unit 1, anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian profesi, profesional, profesionalitas, profesionalisme, profesionalisasi dan karakteristik suatu profesi.
1. Pengertian Profesi
I
stilah profesi sudah sering kita dengar dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik melalui televisi, radio, suratkabar bahkan melalui percakapan
orang dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh gambaran yang lebih tepat tentang makna profesi dan beberapa istilah terkait dengan profesi, marilah kita lanjutkan pembahasan berikut ini.
Profesi berasal dari kata profession atau occupation = suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan khusus. Profesi adalah pekerjaan adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi memiliki asosiasi profesi, kode profesi, kode etik, serta etik, serta proses sertifikasi proses sertifikasi dan lisensi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, bidang hukum, kedokteran, kedokteran, keuangan, keuangan, militer, militer, teknik teknik dan desainer dan desainer (Wikipedia) Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) expertise) dari para anggotanya (Djam‟an (Djam‟an Satori, 2003:1.2). Batasan tersebut mengandung arti bahwa jabatan atau pekerjaan yang disebut profesi itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian dan pekerjaan itu tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, tetapi hanya dapat dilakukan oleh orang yang dengan sengaja dipersiapkan untuk menyandang jabatan itu . Andrias Harefa (2009) dalam menegaskan bahwa kata „profesi‟ lebih tepat dipahami sebagai pekerjaan (kegiatan, aktivitas, atau usaha) yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan (kemahiran) yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. mendalam. Pada mulanya kata itu digunakan untuk segelintir orang yang menekuni bidang kedokteran, hukum, kerohanian, dan pendidikan. Namun belakangan, penggunaannya menjadi semakin luas menerobos batas-batas Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub unit 1
2
pengertian konvensional itu. Hampir di semua bidang pekerjaan profesionalisme atau jiwa profesional dituntut dan diharapkan. Dan segala perilaku dan praktik kerja yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman disebut sebagai tidak atau kurang profesional. Andrias Harefa (2008) mema parkan perbedaan makna „pekerjaan‟ atau okupasi (occupation (occupation)) dan karier. Intinya, sebuah pekerjaan hanya dapat disebut sebagai karier apabila pekerjaan itu memberikan kesempatan untuk bergerak maju (carrus, carrus, Latin). Dalam Dalam hubungannya dengan kata „profesi‟, kaum profesional pastilah pastilah memiliki karier, tetapi seseorang yang memiliki karier belum tentu profesional. Sebab mereka yang memiliki karier berarti berpeluang untuk maju, sementara profesional diharuskan diharuskan untuk maju atau memanfaatkan peluang itu secara nyata. Arikunto (1993) menggambarkan “posisi” profesi dalam konteks pekerjaan, yaitu berada pada lingkaran paling dalam, kemudian vokasi (vocation) dan okupasi (occupation). Hal ini menandakan bahwa profesi adalah pekerjaan yang lebih spesifik dibandingkan vokasi dan okupasi. Pada Gambar 1 jelas terlihat, bahwa profesi berada pada lingkaran paling dalam, yang berarti profesi merupakan bagian dari pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Gambar 1. Profesi, Vokasi dan Okupasi
Keterangan: P = Profesi = pekerjaan keahlian khusus V = Vokasi = pekerjaan keterampilan O = Okupasi = pekerjaan mata pencaharian Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
3
Mambo
(2008)
dalam
Portal
Duniaguru
(www.duniaguru.com www.duniaguru.com))
mengemukakan, bahwa pekerjaan profesional dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: Hard Profession dan Soft Profession. Profession . Suatu pekerjaan dapat dikategorikan sebagai
hard profession profession apabila pekerjaan tersebut dapat
didetailkan dalam perilaku dan langkah-langkah yang jelas dan relatif pasti. Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini adalah menghasilkan output pendidikan yang dapat distandarisasikan. Artinya, kualifikasi lulusan jelas dan seragam di manapun pendidikan itu berlangsung. Dengan kualifikasi ini seseorang sudah mampu dan akan terus mampu melaksanakan tugas profesinya secara mandiri meskipun tanpa pendidikan lagi. Pekerjaan dokter dan pilot merupakan contoh yang tepat untuk mewakili kategori hard profession. profession. Sebaliknya, kategori soft profession adalah profession adalah diperlukannya kadar seni dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Ciri pekerjaan tersebut tidak dapat dijabarkan secara detail dan pasti. Sebab, langkah-langkah dan tindakan yang harus diambil, sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi tertentu. Implikasi pekerjaan kategori soft profession profession tidak menuntut pendidikan yang dapat menghasilkan lululan dengan standar tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waktu harus ditingkatkan agar yang bersangkutan (Guru) dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, it u, lembaga in-service framing bagi soft bagi soft profession profession amat penting. Barangkali, guru, guru, wartawan dan pengacara, pengacara, merupakan contoh dari kategori profesi ini (= soft profession). profession). Menurut Mambo, profesi guru lebih cocok dikategorikan sebagai Soft Profession, karena Profession, karena dalam mengajar guru dapat melaksanakannya dengan berbagai cara yang tidak harus mengikuti suatu prosedur baku, dan aspek "sense" dan "art" memegang peran yang amat penting. Misalnya, mungkin saja seorang guru mengajar dengan menyajikan simpulan pada awal pelajaran yang kemudian baru dilaksanakan
pembahasan.
Pada
kesempatan
lain,
ia
mengajar
dengan
menyampaikan bahasan dulu baru menarik simpulan. Kalau dokter membedah dahulu, baru kemudian membius berarti dokter tersebut melakukan malpraktek, dan pasti akan menghasilkan kecelakaan.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
4
Seseorang
yang
memiliki
suatu
profesi
tertentu,
biasanya
disebut
profesional. profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi. Secara lebih lengkap pengertian profesional dibahas pada uraian berikut. Mengiringi istilah profesi, secara berturut-turut dijelaskan pengertian profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi sebagaimana diuraikan oleh Djam‟an Satori (2008) (2008) berikut: a.
Profesional, sekurangnya mempunyai dua makna. Pertama, mengacu kepada
sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi. Kedua, Kedua, mengacu kepada sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Sebutan dan penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan baik formal maupun informal. Pengakuan formal diberikan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah atau organisasi profesi, sementara pengakuan secara informal diberikan oleh masyarakat dan para pengguna jasa suatu profesi. Misalnya sebutan “guru profesional” adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai ketentuan berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatannya maupun dengan latar belakang pendidikan formalnya. Dengan demikian guru SD, SMP atau SMA yang telah lulus S1 dapat dikatakan sebagai guru profesional karena telah memiliki pengakuan formal, berupa ijazah S1. Sebutan guru profesional juga dapat mengacu kepada pengakuan penampilan seorang guru dalam unjuk kerjanya yaitu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Sementara itu, pengakuan secara informal ditujukan pada seseorang yang memiliki keahlian yang diperoleh karena didasarkan pada pengalaman yang bersangkutan, misalnya
seorang “tukang” pijat tradisional tradisional yang memiliki
kemampuan (keahlian) mengobati atau memperbaiki patang tulang, atau keseleo dengan cara tradisional (dipijat/urut). Ia tidak memiliki ijazah formal, tapi diakui oleh masyarakat sebagai seseorang yang memiliki keahlian khusus.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
5
Andrias Harefa Harefa (2008) memaparkan perbedaan makna „pekerjaan‟ atau okupasi dan karier. Intinya, sebuah pekerjaan hanya dapat disebut sebagai karier apabila pekerjaan itu memberikan kesempatan untuk bergerak maju (carrus, carrus, Latin). Dalam Dalam hubungannya dengan kata „profesi‟, kaum „profesi‟, kaum profesional pastilah pastilah memiliki karier, tetapi seseorang yang memiliki karier belum tentu profesional. Sebab mereka yang memiliki karier berarti berpeluang untuk maju, sementara profesional diharuskan diharuskan untuk maju atau memanfaatkan peluang itu secara nyata. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1, Pasal 1, ayat (4) ditegaskan bahwa yang dimaksud profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Mengacu pada uraian di atas, maka jabatan guru atau pendidik dapat dikategorikan dikategorikan sebagai suatu profesi b.
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya secara terus menerus. Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi dari dalam (intrinsik) diri seseorang (dalam hal ini: guru) yang mendorong dirinya untuk berkembang ke arah perwujudan sebagai seorang seorang profesional. c.
Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu
profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan pe ngetahuan dan keahlian yang mereka miliki
untuk
dapat
melakukan
tugas-tugasnya.
Sebutan
profesionalitas
menggambarkan suatu derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk untuk melaksanakan tugasnya. tugasnya. Dalam kaitan ini, Saudagar (2009) mendefinisikan profesionalitas sebagai sikap seseorang profesional yang menjunjung tinggi kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan mengerjakan sesuatu sesuai bidangnya. bidangnya. d.
Profesionalisasi adalah
suatu
proses
menuju
kepada
perwujudan
dan
peningkatan profesi dalam mencapai kriteria sesuai standar yang telah Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
6
ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru secara bertahap akan mencapai suatu derajat kriteria profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Saudagar (2009), profesionalisasi dapat dilihat sebagai suatu proses belajar sepanjang hayat, dan sebagai faktor yang mempengaruhi pengakuan jabatan profesi guru, misalnya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), mutu, dan lainnya.
2. Karakteristik Profesi Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi. Wikipedia (download , 1 Oktober 2009) mengungkapkan beberapa karakteristik suatu profesi sebagai berikut: a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis : Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik. b. Asosiasi profesional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya. c. Pendidikan yang ekstensif ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan jenjang pendidikan tinggi. d. Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis. e. Pelatihan institutional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman
praktis
sebelum
menjadi
anggota
penuh
organisasi.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
7
Peningkatan
keterampilan
melalui
pengembangan
profesional
juga
dipersyaratkan. f.
Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi dianggap bisa dipercaya. g. Otonomi
kerja:
Profesional
cenderung
mengendalikan
kerja
dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar. h. Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. i.
Mengatur diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi. j.
Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. k. Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat. bagi masyarakat. Lebih lanjut, Djam‟an Satori Satori (2008), mengutip Rochman Natawijaya (2008:1.5) mengemukakan beberapa beberapa ciri profesi sebagai s ebagai berikut: a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas. b. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik
yang
memadai
dan
yang
bertanggung
jawab
tentang
pengembangan ilmu pengetahuan pengetahuan yang melandasi profesi itu. c. Ada
organisasi
profesi
yang
mewadahi
para
pelakunya
untuk
mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
8
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik pelakunya dalam mempertahankan kliennya. e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya layanannya yang adil dan baku, dan f. Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa, dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
3. Kode Etik Profesi Guru Indonesia Dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan, guru pasti berinteraksi dengan semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru berinteraksi dengan peserta didik, dengan sejawat dan masyarakat, khususnya orangtua peserta didik. Untuk itu, sebagai suatu profesi, guru, dalam berinteraksi perlu mengacu pada landasan etika profesi yang sudah disepakati oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Hal ini penting agar semua pihak dapat menjalin hubungan yang baik satu dengan lainnya. Untuk memahami pentingnya kode etik profesi, pada bagian ini dibahas beberapa aspek yang berkaitan dengan kode etik, eti k, seperti s eperti etika, et ika, etos kerja dan loyalitas kerja, sebagaimana dipaparkan oleh Djumiran dkk (2004) sebagai berikut.
a.
Etika Kerja Etika adalah suatu disiplin filosofis yang berkenaan dengan perilaku
manusia dan perbuatan bermoral. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling sesuai dan paling baik, sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Etika sebagai acuan pilihan perilaku bersumber pada norma moral, seperti agama, filsafat hidup, budaya masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia kerja, etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja dari para pekerja. Etika kerja biasanya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber nilai moral tersebut di atas. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut sebagai Kode Etik .
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
9
b.
Etos Kerja Mengutip pendapat Surya (2000), Djumiran dkk 2004 menjelaskan bahwa
k ata ata ”Etos” bersumber dari pengertian yang sama dari etika, yaitu sumber -sumber -sumber nilai yang dijadikan rujukan pemilihan dan keputusan perilaku. Etos kerja lebih merujuk: (a) kepada kualitas kepribadian pekerja yang tercermin dalam unjuk kerja secara utuh; (b) merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan perilaku pekerja kearah terwujudnya kualitas kerja tertentu. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung beberapa unsur antara lain: (1) Disiplin kerja; (2) Sikap terhadap pekerjaan; dan (3) Kebiasaan-kebiasaan bekerja. Ketiga aspek ini sangat mendukung terwujudnya terwujudnya kinerja yang baik.
c. Loyalitas Kerja Loyalitas kerja merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja untuk mengikuti pihak yang mempekerjakannya. Dengan loyalitas ini pekerja hanya akan merujuk bentuk dan kualitas unjuk kerjanya kepada majikan atau pihak yang mempekerjakannya. Bagi guru, loyalitas kerja itu diarahkan kepada dunia pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan nasional. Menurut perundang-undangan perundang-undangan yang berlaku, pendidikan nasional menjadi tanggung jawab j awab pemerintah untuk mengembangkan mengembangkan dan melaksanakannya. Dengan demikian, guru sebagai pendidik profesional, harus memberikan loyalitasnya kepada pemerintah.
d. Kode Etik Guru Indonesia Layaknya suatu profesi, guru harus memiliki kode etik profesi. Menurut UU No.8/1074 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana dikutip oleh Djam‟an Satori (2008), bahwa kode etik pegawai negeri sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar dinas. Kode etik guru Indonesia menurut Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tahun 2003 adalah landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI, PGRI, khsusunya, dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya sebagai seorang guru.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
10
Dirumuskannya kode etik profesi pada prinsipnya adalah untuk kepentingan semua anggota profesi tersebut, antara lain untuk: 1. Menjunjung tinggi martabat profesi 2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan pada anggotanya 3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi 4. Meningkatkan mutu profesi, dan 5. Meningkatkan mutu organisasi profesi
Kode etik Guru Guru Indonesia ditetapkan ditetapkan dalam Kongres Kongres PGRI ke XIII pada tanggal 21- 25 November 1973 di Jakarta. Kode etik tersebut disempurnakan lagi pada Kongres PGRI ke XVI tahun 1989 di Jakarta. Adapun rumusan Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai berikut.
Kode Etik Guru Indonesia Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikn adalah bidang pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan Negara serta kemnusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UndangUndang dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut. 1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancsila. 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. 3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagi bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. 5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
11
6. Guru
secara
pribadi
dan
bersama-sama,
mengembangkan
dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. 7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial. 8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya. 9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.
e. Manfaat Kode Etik Guru Kode Etik profesi diharapkan memberikan manfaat bagi anggota profesi tersebut. Dengan kode etik diharapkan: 1.
Guru terhindar dari penyimpangan profesi, karena sudah adanya landasan yang digunakan mereka sebagai acuan.
2.
Guru dapat mengatur hubungan guru dengan peserta didik, teman sejawat/sekerja dan masyarakat, jabatan profesi dan pemerintah.
3.
Guru memiliki pegangan dan pedoman tingkah laku agar lebih bertanggung jawab terhadap profesinya.
4.
Guru memiliki profesionalnya.
arah
yang
benar
dalam
melasanakan
tugas
Rangkuman Profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut keahlian, menggunakan teknikteknik ilmiah dan dedikasi yang tinggi. Keahlian itu didapat melalui pendidikan dan pelatihan khusus dalam waktu yang relatif lama. Suatu pekerjaan disebut profesi apabila pekerjaan itu memiliki standar unjuk kerja, memiliki etika dan kode etik profesi, memiliki organisasi profesi, memakai sistem imbalan, mendapat pengakuan dari masyatakat, dan pemangku jabatan itu dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang memerlukan waktu cukup lama. Kode etik profesi adalah suatu aturan moral untuk dijadikan pedoman dalam berperilaku bagi anggota profesi yang bersangkutan. Manfaat kode etik bagi profesi guru antara lain agar guru sebagai pendidik profesional dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bermartabat. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
12
Latihan: Untuk memantapkan pemahaman Anda mengenai materi yang dipelajari, jawablah pertanyaan berikut: 1.
Apa yang dimaksud dengan profesi
2.
Sebutkan ciri-ciri pekerjaan sebagai suatu profesi
3.
Jelaskan perbedaan profesional dan profesionalisme
4.
Jelaskan 2 butir kode etik guru Indonesia!
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengertian dan Karakteristik Profesi
13
Sub Unit 2 Hakikat Profesi Kependidikan
Setelah mempelajari sub unit 2, anda diharapkan dapat menjelaskan kembali pengertian profesi kependidikan, kependidikan, dan ruang ruang lingkup layanan profesi kependidikan.
1. Pengertian Profesi Kependidikan
P
ada bahan ajar ini digunakan istilah Profesi Kependidikan, bukan Profesi Keguruan, dengan maksud agar bahan ajar ini dapat pula dijadikan salah satu
rujukan bagi berbagai pihak yang bekerja sebagai Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 (6) bahwa guru merupakan salah satu sebutan untuk Pendidik, selain
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lainnya. Pada prinsipnya jenis dan bentuk tugas mereka memiliki kesamaan yaitu menyelenggarakan proses pendidikan atau pembelajaran, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun maupun luar sekolah. Pertimbangan lain menggunakan istilah Profesi Kependidikan adalah karena Guru adakalanya berperan sebagai Tutor, Instruktur, Fasilitator, Konselor dan lainnya pada jalur pendidikan luar sekolah. Dengan demikian, menurut penulis, istilah Profesi Kependidikan dapat mencakup semua pihak yang mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Meskipun demikian, dalam beberapa bagian dalam bahan ajar ini, istilah profesi guru juga digunakan. digunakan. Untuk memahami hakikat Profesi Kependidikan, berikut dikutip beberapa pasal atau ayat dari Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab I Pasal 1 ayat (5), ditegaskan bahwa “tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan”. Selanjutnya pada ayat (6) dikemuk akan akan bahwa yang dimaksud “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan” pendidikan” Bahan Ajar Profesi Kependidikan |
14
Pada Bab XI tugas Pendidik dan Tenaga Kependidikan dibedakan, sebagaimana tercermin pada Pasal 39 ayat (1) dan (2) berikut: a.
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan satuan pendidikan.
b.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Menurut Hamzah B. Uno (2008:15) Guru merupakan suatu Profesi, yang
berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataanya masih terdapat guru yang berlatar pendidikan di luar bidang kependidikan. Pada bagian lain, Uno mengatakan bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. pendidikan. Dalam Undang-undang Undang-undang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1
(1) ditegaskan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dan, pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Menurut
Husnul Chotimah (2008), dikutip oleh Jamal Ma‟mur Asmani
(2009) bahwa bahwa dalam pengertian sederhana, Guru Guru adalah orang orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik. Sementara, masyarakat memandang guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushola, atau tempat-tempat lain. Semua pihak sependapat bila Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Profesi Kependidikan
15
guru memegang peranan amat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Adapun ciri-ciri profesi guru dari National Education Association (NEA) (1948) adalah sebagai berikut: 1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. 2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh t ubuh ilmu yang khusus. 3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama 4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. 5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. 6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri. 7. Jabatan yang lebih mementingkan mementi ngkan layanan diatas keuntungan pribadi. 8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terkait erat. Selanjutnya menurut Robert W. Rickey yang dikutip Djam‟an Satori dkk (2003:1.19) bahwa ciri-ciri profesi profesi keguruan sebagai berikut: 1. Bahwa para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan pribadi. 2. Bahwa para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru. 3. Bahwa para guru dituntut untuk memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal bahan ajar, metikde, anak didik dan landasan kependidikan. 4. Bahwa para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. 5. Bahwa para guru, diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, workshop, seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan ”in ”in service training ”. ”. 6. Bahwa para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a ( a life career ). ). Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Profesi Kependidikan
16
7. Bahwa para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa guru adalah pendidik profesional. Persatuan Guru Republik Indodesia (PGRI) memberi pengertian profesi keguruan untuk pendidikan di Indonesia sebagai berikut : a.
Profesi
keguruan keguruan
adalah adalah
suatu bidang
pengabdian/dedikasi kepada
kepentingan anak didik dalam perkembangannya menuju kesempurnaan manusiawi. b.
Para anggota profesi keguruan, terikat oleh pola sikap dan perilaku guru yang di rumuskan dalam kode etik guru Indonesia.
c.
Para anggota profesi keguruan, dituntut untuk menyelesaikan suatu proses pendidikan persiapan jabatan jabatan yang relatif panjang. panjang.
d.
Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa menyegarkan serta menambah pengetahuannya. pengetahuannya.
e.
Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para anggota harus memiliki kecakapan/ketrampilan teknis.
f.
Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan tentang hak-hak profesional harus seimbang dan merupakan imbalan dari pekerjaan profesionalnya.
2. Ruang Lingkup Layanan Profesi Kependidikan Djumiran dkk (2008) mengungkapkan bahwa jabatan guru bergerak di bidang layanan kepada masyarakat melalui kegiatan pendidikan. Layanan itu meliputi layanan
pembelajaran,
layanan
bimbingan
dan
konseling,
layanan
administrasi/manajemen, layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan layanan ekstra kurikuler. a. Layanan Pembelajaran Kegiatan dalam layanan pembelajaran adalah berupa membelajarkan peserta didik agar peserta didik itu menguasai sejumlah kompetensi yang telah Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Profesi Kependidikan
17
ditetapkan dalam kurikulum. Layanan pembelajaran ini merupakan layanan yang paling utama dilakukan pendidik (guru). b. Layanan Bimbingan Layanan ini berupa bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, kesulitan sosial, dan pribadi. c. Layanan Administrasi Disamping kepala sekolah, guru di SD, SMP dan SMA memberikan layanan administrasi ini, terutama yang berkaitan dengan pengadministrasi siswa, seperti pengisian buku Raport atau kemajuan belajar peserta didik. d. Layanan Kesehatan Sekolah Layanan ini meliputi pendidikan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah. e. Layanan Ekstra Kurikuler Bentuk layanan ini berupa kegiatan olah raga, kesenian, pengembangan bakat dan minat bagi siswa. Sementara, menurut Djam‟an Satori (2008), layanan profesional guru di sekolah, mencakup tiga bidang layanan, yaitu layanan instruksional, layanan administrasi dan layanan bantuan akademik-sosial-pribadi. Secara singkat ketiga jenis layanan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama , Layanan instruksional yaitu berupa penyelenggaraan proses belajar mengajar atau proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik/guru sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Kedua ,
tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam
mengatasi masalah belajar pada khususnya dan masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Masalah yang dihadapi murid sering digolongkan menjadi masalah akademik dan nonakademik. Masalah akademik adalah berkaitan dengan belajar, dan nonakademik berkaitan dengan masalah pribadi, terutama yang bersifat emosi dan salah persepsi terhadap sesuatu. Untuk itu, guru dianjurkan untuk memahami prinsip-prinsip playanan bimbingan dan konseling. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Profesi Kependidikan
18
, guru harus memahami bagaimana pengelolaan atau manajemen Ketiga sekolah: apa peran guru di dalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan sekolah demi kelancaran tugas sebagai guru. Dari ketiga layanan tersebut, layanan instruksional (pembelajaran) merupakan tugas utama guru, sedangkan dua layanan lainnya adalah tugas pendukung. pendukung. Meskipun demikian ketiga layanan tersebut merupakan komponenkomponen yang tak dapat dipisahkan dari tugas pokok seorang pendidik atau guru dalam upaya mewujudkan keseluruhan program pendidikan di sekolah. Mengingat pentingnya layanan yang harus dilakukan guru, maka dalam Undang-undang Guru dan Dosen Bab III Pasal 7 ditegaskan beberapa prinsip profesionalitas guru dan dosen, yaitu yaitu sebagai berikut. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i.
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Profesi Kependidikan
19
RANGKUMAN Profesi kependidikan pada hakikatnya adalah bidang pengabdian/dedikasi kepada kepentingan peserta didik dalam perkembangannya perkembangannya menuju kesempurnaan manusiawi. Profesi kependidikan, khususnya guru, dalam melaksanakan tugasnya, melibatkan kegiatan intelektual, memahami batang tubuh suatu ilmu, memerlukan pendidikan/pelatihan yang relatif lama, memerlukan pelatihan dalam jabatan yang terus menerus atau berkesinambungan, mementingkan layanan kemanusiaan di atas kepentingan pribadi dan mempunyai organisasi profesi yang menaungi profesi pendidik. Layanan yang dapat diberikan pendidik/guru adalah mencakup pembelajaran baik intra maupun ekstra kurikuler, bimbingan dan konseling, administrasi (manajemen) sekolah, dan usaha kesehatan sekolah.
Latihan: 1. Jelaskan, mengapa profesi kependidikan sangat memperhatikan kepentingan dan kemajuan peserta didik? 2.
Jelaskan disertati contoh layanan yang diberikan oleh Pendidik, khususnya guru!
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Latihan:
20
Sub Unit 3 Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
Setelah mempelajari sub unit 3, Anda diharapkan dapat menjelaskan persyaratan, hak dan kewajiban pendidik/guru.
1. Persyaratan Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
S
etiap pekerjaan biasanya memiliki persyaratan tertentu. Pekerjaan Pengacara atau Notaris misalnya, ada persyaratan yang harus dipenuhi
oleh para pelamar yang ingin menjadi Pengacara atau Notaris. Begitu pula pekerjaan sebagai pendidik atau guru.
Persyaratan-persyaratan itu memang
sengaja diadakan dengan maksud agar para pelamar yang diterima nantinya dapat bekerja secara optimal. Dalam sistem kepegawaian negara, jabatan guru termasuk Pengawai Negeri Sipil (PNS). Meskipun demikian, ada juga guru yang bekerja bukan pada pemerintah, karena itu ia bukan PNS melainkan melai nkan sebagai Guru swasta. swast a. Persyaratan yang dibahas di sini adalah khusus persyaratan yang berkaitan dengan kepegawaian (PNS) dan persyaratan kepribadian calon guru, sebagaimana diuraikan oleh Djumiran dkk (2009) dan sumber lai nnya. Persyaratan untuk menjadi PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1976 pasal 3, sebagaimana dikutip Djumiran dari H. Nainggolan, 1984:4951, sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia. Apabila disangsikan tentang kewarganegaraan seorang pelamar, maka harus diminta bukti kewarganegaraannya, yaitu keputusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan yang menetapkannya menjadi warga negara Indonesia. Indonesia.
Apabila ada seorang warga negara
Indonesia keturuan asing yang sudah mengganti namanya dengan nama Indonesia, harus dimintakan pula surat pernyataan ganti nama yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota, di tempat yang bersangkutan tinggal. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 3
21
b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggitingginya 40 (empat puluh) tahun. Pelamar yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau melebihi 40 (empat puluh) tahun tidak dapat diterima sebagai calon PNS. Pelamar yang melebihi 40 (empat puluh) tahun hanya dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil atas keputusan Presiden sesuai dengan ketentuan Penjelasan Pasal 12 ayat (2) Undangundang Nomor 8 tahun 1974 jo Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1975. Usia pelamar ditentukan berdasarkan tanggal kelahiran yang tercantum dalam Akte Kelahiran, tanggal lahir yang tercantum dalam Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah. Apabila terdapat perbedaan tanggal atau tahun kelahiran yang tercantum dalam Akte Kelahiran dan dalam Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah, maka tanggal atau tahun kelahiran yang tercantum dalam akte kelahiranlah yang digunakan. c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasrkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekutan hukum yang tetap, karena melakukan tindak pidana kejahatan atau tindak kejahatan yang ada hubungannya hubungannya dengan jabatannya.
Hukuman percobaan tidak termasuk
dalam syarat yang dimaksud di atas. d. Tidak pernah terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah yang dinyatakan/diputuskan secara tegas oleh Pemerintah Pusat. e. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai pegawai suatu instansi, baik instansi Pemerintah maupun instansi swasta. Seorang yang telah pernah diberhentikan tidak dengan hormat baik dari instansi Pemerintah maupun instansi swasta tidak dapat diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil/ Pegawai Negeri Sipil. f. Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau calon Pegawai Negeri Sipil. Seseorang yang masih berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau calon Pegawai Negeri Sipil/calon anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia/TNI dan Polisi Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
22
Republik Indonesia/Polri,.. penulis) penulis) pada suatu instansi tidak dapat diterima untuk menjadi calon Pegawai Negeri Sipil/ Pegawai Negeri Sipil pada instansi lain. g. Mempunyai pendidikan, kecakapan atau keahlian yang diperlukan. h.
Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan Polri setempat.
i.
Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
j.
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan RI atau negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah.
k. Syarat-syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian ini termasuk syarat-syarat khusus yang ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. Semua syarat seperti tersebut di atas harus dipenuhi oleh setiap pelamar. Apabila salah satu syarat di atas tidak dipenuhi oleh pelamar, maka lamarannya ditolak.
2. Persyaratan Guru Menurut Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Selain persyaratan sebagai PNS seperti disebut di atas, jabatan guru juga memilki persyaratan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 8. Pasal ini menyatakan bahwa guru wajib memilki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. a. Persyaratan Kualifikasi Akademik
Mencermati Pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 ini, tersirat adanya persyaratan untuk menjadi guru minimal berijazah sarjana (S1) atau diploma empat (D4), dengan tidak membedakan apakah itu guru SD, guru SMP (pendidikan dasar) atau guru pada jenjang pendidikan menengah (SMA/Madrasah Aliyah). Berdasarkan pengalaman, persyaratan ini memiliki sifat dinamis dalam Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
23
arti dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Persyaratan tersebut untuk kondisi tahun 2007 masih dianggap memadai. Namun, untuk 10-20 tahun yang akan datang belum tentu persyaratan tersebut masih dianggap layak. Karena itu, persyaratan tersebut akan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan peraturan pemerintah b. Persyaratan Kompetensi
Kompetensi yang wajib dimiliki guru disebutkan dalam Pasal 10 Undangundang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu kompetensi pedagogik, pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Secara lebih mendalam pembahasan mengenai kompetensi ini pada Unit 3. c. Persyaratan Sertifikat Pendidik
Perkembangan persyaratan pendidik mengalami perkembangan sebagai berikut. Pada tahun 1970-an, pengangkatan menjadi guru, rujukan utamanya adalah ijazah kependidikan/keguruan, seperti Sekolah Pendidikan Guru (SPG) untuk menjadi guru pada Sekolah Dasar dan lulusan Pendidikan Guru Agama (PGA) untuk guru agama pada Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Awal tahun 1980-an Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) membuka program baru, yaitu Program Diploma (D1, D2, D3) dan program Sarjana strata satu (S1). Lulusan program ini selain ijazah juga mendapat Sertifikat/Akta Mengajar. Hal ini menjadikan persyaratan untuk menjadi menjadi guru berubah, yaitu yaitu selain ijazah, akta mengajar merupakan rujukan pokok lulusan perguruan tinggi nonguru yang ingin menjadi guru harus memiliki akta mengajar, baru bisa diangkat menjadi guru. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005. Program akta yang selama ini telah berjalan, nampaknya akan berganti nama menjadi Program Sertifikasi Se rtifikasi atau Program Pendidikan Profesi yang lulusannya diberikan sertifikat sebagai pendidik. Program ini akan memberikan Sertifikat Pendidik kepada calon guru dan guru yang lulus uji kompetensi.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
24
d. Persyaratan Kesehatan
Persyaratan ini meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Guru harus sehat jasmani, tidak berpenyakit terutama penyakit menular. Hal ini penting karena pekerjaan guru sehari-hari berinteraksi dengan peserta didik. Guru juga harus sehat rohani (mental), tidak terganggu mentalnya dan sakit jiwanya. Tugas guru tidak mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang terganggu mentalnya dan atau terganggu jiwanya.
3. Persyaratan Khusus Selain persyaratan sebagai calon PNS dan Peryaratan menurut Undangundang yang berlaku, untuk menjadi seorang pendidik, dalam hal ini guru juga diperlukan persyaratan khusus yang melekat pada pribadi guru, antara lain sebagai berikut: a. Memiliki Akhlak Mulia
Guru adalah panutan peserta didik. Secara alamiah, peserta didik dibekali dengan dorongan untuk meniru. Meniru perbuatan yang buruk lebih mudah dilakukan daripada meniru perbuatan yang baik. Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan pada guru untuk membentuk peserta didiknya agar memiliki akhlak mulia (lihat pasal 3 UU No.20 Tahun 2003). Bagaimana tugas ini dapat dilaksanakan guru jika guru tersebut tersebut tidak berahlak mulia. b. Memilki Kewibawaan
Perbuatan mendidik tidak dapat dilakukan atau akan sia-sia seandainya peserta didik tidak mengetahui kewibawaan pendidik. Tanpa kewibawaan, peserta didik akan berbuat sesukanya tanpa menghiraukan kehadiran si pendidik. Apakah sebenarnya kewibawaan itu? Kewibawaan muncul terutama dari kepribadian seseorang. Kepribadian memancarkan kesediaan, kesanggupan, keterampilan, ketegasan, kejujuran, kesupelan, tanggungjawab dan kerendahan hati merupakan sumber munculnya kewibawaan. Kewibawaan tidak dapat muncul hanya karena kepandaian atau ilmu pengetahuan yang cukup. Tidak dapat pula diukur dengan keadaan jasmani. Kewibawaan juga tidak sama dengan kekuasaan, meskipun Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
25
dalam pemakaian sehari-hari terlihat sama. Ha ini disebabkan oleh dampak dari keduanya adalah sama, yaitu patuh, tetapi akar dari kepatuhan itu berbeda. Kewibawaan itu muncul berakar pada kepercayaan, yaitu kepercayaan yang timbal balik. Dalam buku Pengantar Pendidikan, Pendidikan, Tirtaraharja (1994), mengutip pendapat M.J. Langeveld, bahwa terdapat beberapa hal agar kewibawaan terpelihara, yaitu: kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan. Kepercayaan, pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan juga harus percaya bahwa peserta didik dapat didik; Kasih sayang, mengandung dua makna, yakni penyerahan diri kepada yang disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Dengan adanya sifat penyerahan diri maka para pendidik timbul kesediaan untuk brkorban yang dalam bentuk konkritnya berupa pengabdian dalam kerja. Pengendalian terhadap yang disayangi dimaksudkan agar peserta didik tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya; dan K emampuan mendidik, dapat dikembangkan melalui beberapa cara antara lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambil manfaat dari pengalaman kerja dan lainlain. c. Memiliki Kesabaran dan Ketekunan
Pekerjaan sebagai pendidik atau guru membutuhkan kesabaran dan ketekuknan. Hal ini karena peserta didik yang dihadapinya mempunyai beraneka ragam latar belakang seperti kepribadian, keluarga, kondisi sosial ekonomi, budaya dan potensi kecerdasan yang dimilikinya. Dengan perbedaan latar belakang tersebut, memungkinkan munculnya bermacam-macam perilaku dan pola pikir peserta didik yang dapat menyulitkan pendidik dalam menghadapi dan mengatasinya. d. Mencintai Peserta didik
Seorang pendidik sudah selayaknya mencintai peserta didik. Sikap ini sangat penting bagi seorang pendidik dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Apapun yang dilakukan pendidik (guru) semata-mata demi cintanya pada peserta didik agar memiliki pengetahuan dan kepribdian yang baik untuk kehidupannya.
Karena
itu,
ketika
pendidik
melakukan
pembelajaran,
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
26
memberikan hukuman, memberikan tugas, melarang sesuatu harus dilandasi oleh rasa cinta kasihnya pada peserta didik secara tulus dan merata (tidak pilih kasih). Dalam perspektif agama (Islam), syarat menjadi guru yang ideal menurut KH. Moh. Hasyim Asy‟ari yang dikutip oleh Jamal Ma‟mur Asmani (2009) , ada 20 (dua puluh ) macam, yaitu sebagai berikut: Pertama, Pertama, selalu istiqomah dalam muraqabah kepada Allah Swt. Muraqabah adalah melihat Allah Swt dengan mata hati dan menghubungkannya menghubungkannya dengan perbuatan yang dilakukan selama ini, kemudian mengambil hikmah atau jalan yang terbaik bagi dirinya dengan merasakan adanya pemantauan Allah Swt, terhadap dirinya. Salah satu ciri muraqabah, menurut muraqabah, menurut Dzunnun al- Misry adalah mengagungkan apa yang diagungkan oleh Tuhan dan merendahkan apa yang direndahkan oleh Tuhan. Kedua, Kedua,
senantiasa berlaku Khauf (takut kepada Allah) dalam segala
ucapan dan tindakan. Sebab, guru adalah orang yang dipercaya untuk menjaga amanat, baik itu berupa ilmu, hikmah, dan perasaan takut kepada Allah. Ketiga, Ketiga, senantiasa bersikap tenang dalam menghadapi menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sebagai seorang guru; Keempat , senantiasa bersifat Wara Wara’ ’ , yakni meninggalkan perkara syubhat perkara syubhat (sesuatu yang belum jelas hukumnya) dan perkara yang tidak bermanfaat, dan selalu mengoreksi (memperbaiki) diri dalam setiap keadaan. Kelima, Kelima, selalu bersikap tawadhuk . Syekh Junaidi menyatakan bahwa tawadhuk adalah merendahkan hati dan melembutkan diri terhadap mahluk, atau patuh kepada kebenaran dan tidak perpaling dari hikmah, hukum, dan kebijaksanaan. Keenam, selalu bersikap khusuk kepada Allah Swt. Sahabat Umar berkata, “Pelajarilah ilmu dan pelajarilah juga bersamanya ketenangan dan kewibawaan, “Sebagian ulama salaf salaf menyatakan, kewajiban orang – orang orang yang berilmu adalah selalu merendahkan diri kepada Allah Swt, baik di tempat sunyi maupun ramai, menjaga dan menghentikan segala sesuatu yang menyulitkan dirinya sendiri. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
27
Ketujuh, Ketujuh, menjadikan Allah Swt sebagai tempat meminta pertolongan dalam segala keadaan. Kedelapan, Kedelapan, tidak
menjadikan
ilmunya
sebagai
tangga
mencapai
keuntungan duniawi, baik jabatan, harta, popularitas, atau agar lebih maju dibanding temannya yang lain. Kesembilan, Kesembilan, tidak diskiminatif terhadap murid. zuhud dalam urusan dunia sebatas apa yang ia Kesepuluh, Kesepuluh, bersikap zuhud butuhkan, yang rtidak membahayakan dirinya sendiri, keluarga, bersikap sederhana dan bersifat qana’ah. qana’ah. Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang memalingkan diri dari Tuhan, atau mengosongkan hati dari dorongan ingin bertambah lebih dari kebutuhan terhadap makhluk. Jelasnya, zuhud adalah menganggap ringan sesuatu yang ada di dunia. Dengan hati seperti ini, orang yang zuhud tidak akan terpikat oleh harta duniawi dan tidak merasa sedih atas kekurangannya, sehingga ia lebih bisa berkosentrasi dalam dzikir kepada Allah SWT dan kehidupan akhirat. Kesebelas, Kesebelas, menjauhkan diri dari tempat-tempat yang rendah dan hina menurut manusia, juga hal-hal yang dibenci oleh syariat maupun adat setempat . Keduabelas, Keduabelas, menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor dan maksiat walaupun jauh dari keramaian. Jangan melakukan sesuatu yang bisa mengurangi sifat muru’ah (menjaga diri dari perbuatan yang tidak terpuji). Ketigabelas, selalu menjaga syiar-syiar Islam, seperti sholat berjamaah di masjid, menyebarkan salam, amar ma’ruf nabyi munkar (mengajak berbuat baik dan mencegah berbuat jahat) , serta senantiasa sabar terhadap musibah yang menimpanya. Keempatbelas, Keempatbelas, menegakan sunnah-sunnah menegakan sunnah-sunnah dan dan menghapus segala hal yang mengandung unsur bid’ah, bid’ah, menegakan segala hal yang mengandung kemaslahatan bagi kaum muslimin dengan jalan yang dibenarkan syari‟ah, dengan cara yang baik dan lembut, baik menurut adat adat istiadat maupun watak. Kelimabelas, Kelimabelas, membiasakan diri melakukan sunnah yang bersifat syariat, baik qualiyah atau fi’liyah, atau fi’liyah, seperti membiasakan diri membaca ayat-ayat suci al Qur‟an baik di hati di hati atau di lisan, berdoa dan berzikir baik siang atau pun malam,
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
28
melakukan shalat, puasa, berhaji, apabila sudah mampu, membaca shalawat kepada Nabi Saw, mencintai, mengagungkan, dan memuliakannya. Keenambelas, Keenambelas,
bergaul dengan dengan akhak akhak yang yang baik, seperti menampakkan
wajah berseri, banyak mengucapkan dan menyebarluaskan salam, memberikan makanan, menekan rasa amarah dalam jiwa, tidak menyakiti orang lain, bersabar menerima cobaan dari orang lain, mendahulukan orang lain namun jangan minta didahulukan, membantu tapi jangan minta dibantu, selalu mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan Allah, bersikap tenang dan mantap dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mempertaruhkan kedudukan demi menolong orang lain, welas asih kepada fuq kepada fuqara’, ara’, orang miskin, mengasihi tetangga, kerabat, murid, dan mau menolong mereka. Ketujuhbelas, Ketujuhbelas, membersihkan hati dan tindakan dari akhlak yang jelek dan dilanjutkan dengan perbuatan yang baik. Termasuk akhlak yang jelek adalah berprasangka jelek kepada orang lain, iri, dengki, marah bukan karena Allah, meipu, sombong, riya, ujub (bangga diri ), pamer, bakhil , angkuh, tamak,dan lain sebagainya. Kedelapan belas, belas, senantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan bersungguh-sungguh bersungguh-sungguh dalam setiap aktivitas ibadah, seperti membaca, menelaah, menghafal, sehingga tidak ada waktu yang terbuang kecuali untuk mencari ilmu dan mengamalkan ilmu. Ia juga harus menggunakan waktunya untuk keperluan secukupnya saja. Kesembilan belas, belas, tidak boleh membeda-bedakan status, nasib, dan usia dalam mengambil hikmah dari semua orang. Bahkan, seorang guru harus selalu mencari faedah di mana pun ia berada. Keduapuluh, Keduapuluh, membiasakan diri untuk menyusun dan merangkum pengetahuan. Hal tersebut bisa menguatkan hafalan mencerdaskan akal pikiran, mempertajam daya nalar memperjelas keterangan, memuat nama yang harum dan mendapatkan pahala yang besar dan abadi sampai hari kiamat. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, syarat menjadi seorang guru ideal harus mempunyai landasan keagamaan keagamaan yang kokoh dan disiplin, memahami visi dan misi pendidikan secara holistik dan integral, mempunyai kemampuan Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
29
intelektual yang memadai, dan menguasai teknik pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Rangkuman Menjadi guru harus memenuhi persyaratan tertentu. Bagi yang akan menjadi guru pegawai negeri sipil (PNS) dapat mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku seperti: a. Warga Negara Indonesia, b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapanbelas) tahun dan setinggi-tingginya 40 (empatpuluh) tahun, c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasrkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekutan hukum yang tetap, d. Tidak pernah terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila. Undang-Undang Dasar 1945, e. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai pegawai suatu instansi, baik instansi Pemerintah maupun instansi swasta. f. Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau calon Pegawai Negeri Sipil. g. Mempunyai pendidikan, kecakapan atau keahlian yang diperlukan, h. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan Polri setempat. i. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter. j. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara RI atau negara lain yang ditentukan oleh pemerintah Persyaratan lain adalah memiliki Kualifikasi Akademik S1, memiliki Kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya; Memiliki Sertifikat Pendidik; Persyaratan Kesehatan; dan mampu mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Persyaratan pribadi antara lain: a. Memiliki Akhlak Mulia. b. Memilki Kewibawaan, c. memiliki kesabaran dan ketekunan, dan d. Mencintai Peserta didik.
Latihan: 1. Jelaskan apa saja peryaratan per yaratan untuk menjadi guru PNS? 2. Jelaskan disertai contoh persyaratan pribadi calon guru? 3. Jelaskan mengapa seorang pendidik perlu memiliki kewibawaan?
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Persyaratan, Hak dan Kewajiban Pendidik
30
Unit 2 Pengembangan Profesionalitas Pendidik Setelah membaca dan mempelajari Unit 2 ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan kedudukan pendidik dalam sistem pendidikan, standar pendidik, dan peningkatan profesonalitas pendidik.
Pendahuluan Setelah memahami konsep dasar profesi kependidikan dengan segala aspeknya, pokok bahasan pada Unit 2 ini bertujuan memberikan pemahaman kepada para mahasiswa calon guru profesional tentang
pengembangan
profesionalitas pendidik, khususnya guru. Untuk itu, unit 2 ini dibagi ke dalam tiga sub unit sebagai berikut: Sub Unit 1 membahas kedudukan pendidik dalam siste m pendidikan Sub Unit 2 membahas standar nasional pendidikan, dan Sub Unit 3 membahas pengembangan profesionalitas pendidik. Guna mencapai tujuan pembelajaran pada Unit 2 ini, anda diharapkan mempelajarinya secara seksama dan melakukan latihan yang disediakan agar Anda dapat memahami materi yang disajikan secara mantap. Selamat Belajar.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Unit 2
31
Sub Unit 1 Kedudukan Pendidik dalam Sistem Pendidikan Setelah mempelajari Sub Unit 1 ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan kedudukan dan
fungsi pendidik dalam sistem
pendidikan.
1. Kedudukan Pendidik
P
endidikan adalah suatu sistem yang terdiri atas sejumlah komponen atau unsur. Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah Pendidik. Dalam Undang-undang Repubublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa
“Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi” tinggi ”. Memperhatikan uraian di atas, jelaslah bahwa seorang pendidik memiliki kedudukan
yang
sangat
penting
bagi
terjadinya
proses
pembelajaran,
pembimbingan atau pelatihan. Sebab, pendidik bertugas merencanakan dan melaksanakan prorses pembelajaran. Dengan demikian, bila tidak ada pendidik, maka proses pembelajaran atau pendidikan tidak akan berlangsung dengan baik. Guru merupakan salah satu sebutan untuk pendidik. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 2 ditegaskan bahwa: (1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundangundangan. (2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 1
32
Berdasarkan petikan undang-undang tentang guru dan dosen di atas, bahwa guru dipandang sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan anak usia dini. Sebagai tenaga profesional, maka setiap guru harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai yang dipersyaratkan pada setiap jenjang pendidikan di tempat t empat yang bersangkutan bertugas.
2. Fungsi Pendidik Mengapa guru harus profesional, hal ini terkait dengan fungsi guru sebagaimana dijelaskan Pasal 4 Undang-undang Guru dan Dosen, yaitu: “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional ”. Dengan demikian, fungsi guru yang utama ada dua, yaitu sebagai: 1. Tenaga profesional dalam upaya meningkatkan martabat bangsa, bangsa, dan 2. Tenaga profesional dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dalam kaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, Fuad Abdul Rahman (2008), mengemukakan bahwa guru memiliki tiga kelompok tugas, yaitu tugas profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan. Ketiga hal ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Tugas profesi Guru, sebagai pendidik profesional memiliki tiga bentuk kegiatan utama, yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik. Dalam
melaksanakan
fungsinya
sebagai
pendidik,
Guru
profesional harus mampu meneruskan dan mengembangkan nilai -nilai hidup dan kehidupan yang baik kepada peserta didik. Seorang guru diharapkan mampu memanusiakan peserta didik, mendewasakan peserta didik, dan menjadikan peserta didik lebih mandiri dan bertanggungjawab terhadap dirinya dan lingkungannya, terlebih lagi terhadap kehidupannya. Mendidik lebih menekankan pada pengembangan aspek afektif, khususnya khususnya sikap dan moral peserta didik.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kedudukan Pendidik dalam Sistem Pendidikan
33
Mengajar .
profesional
Dalam
melaksanakan
diharuskan
memiliki
fungsinya
sebagai
kemampuan
pengajar,
Guru
meneruskan
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik sesuai bidang keahliannya. Mengajar lebih menekankan pada aspek kognitif, yaitu berhubungan dengan dengan intelektual (otak/pikiran) peserta didik.
Melatih . Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelatih, Guru profesional
dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan keterampilan dan merapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melatih, lebih menekankan pada pengembangan aspek psikomotorik atau keterampilan fisik peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan mereka dan kebutuhan hidupnya.
Memperhatikan uraian di atas, berarti seorang Guru, dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya harus senantiasa memperhatikan tiga aspek yaitu afektif, kognitif dan psikomotor peserta didik. Ketiga aspek ini sedapat mungkin dikembangkan secara seimbang guna mencapai manusia yang seutuhnya.
b. Tugas Kemanusiaan Pendidik dalam hal ini guru memiliki tugas kemanusiaan, karena guru pasti berhubungan langsung dengan manusia. Ketika di sekolah, guru seharusnya berperan sebagai orang tua kedua bagi anak didiknya. Ia harus mampu menarik simpati dan mampu berepati berepati terhadap peserta didiknya, sehingga guru menjadi idola bagi anak didiknya. Dalam konteks ini, guru diharapkan selalu cepat tanggap terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh anak didik, terutama anak didik yang mempunyai masalah di rumahnya. Misalnya, karena perceraian orang tuanya, pertengkaran dengan saudaranya atau masalah lain yang membuat anak didik mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan kesulitan belajar.
c. Tugas Kemasyarakatan Sebagai pendidik profesional, guru memiliki tugas kemasyarakatan. Dala m hal ini, guru dapat mengajar dan mendidik warga sekolah juga warga di sekitar tempat tinggalnya untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila,
berakhlak
mulia
dan
menanamkan
nilai-nilai
solidaritas
dan
kebersamaan dalam hidup bermasyarakat dengan keanekaragaman karakteristik Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kedudukan Pendidik dalam Sistem Pendidikan
34
sosial budaya. Hal ini sesuai dengan salah satu pilar pendidikan yang dicanangkan oleh Unesco, yaitu “learning to live together”, together”, hidup bersama dalam keanekaragaman.
Rangkuman Kedudukan seorang guru sebagai pendidik profesional dalam sistem pendidikan adalah penting. Sebab pendidiklah yang merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sebagai salah satu komponen penting pendidikan. Guru berfungsi sebagai agen pembelajaran dalam rangka meningkatkan martabat dan mutu pendidikan nasional. Guru memiliki tugas profesional, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan
Latihan: Jawablah pertanyaan berikut: 1. Jelaskan mengapa guru sebagai pendidik profesional memiliki kedudukan penting dalam penyelenggaraan pendidikan? pendidikan? 2. Jelaskan dengan disertai contoh bahwa guru memiliki tugas profesi, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kedudukan Pendidik dalam Sistem Pendidikan
35
Sub Unit 2 Standar Pendidik Setelah mempelajari sub unit 2, anda diharapkan dapat menjelaskan kembali tentang pergeseran paradigma pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, dan upaya pengembangan profesionalitas guru
1. Pergeseran Paradigma Pendidikan Pendidikan dan kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Pendidikan dipandang sebagai bagian esensial dari suatu struktur masyarakat yang dapat membantu “mereproduksi” mereproduksi” bentuk masyarakat yang dikehendaki oleh suatu bangsa. Oleh karena itu, di seluruh dunia, pendidikan dipandang sangat penting dan strategis. Kebijakan pendidikan menuntut upaya pembaharuan yang terus menerus tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta pelaksanaan, pemantauan, dan pengendaliannya. Hal ini sesuai dengan tuntutan globalisasi dalam berbagai kehidupan. Globalisasi menuntut adanya standar, termasuk di bidang pendidikan yang diakui oleh dunia internasional. Menurut Menurut Bahrul Hidayat (2006) bahwa: 1. Globalisasi pasar kerja menuntut adanya mutual recognition (saling mengakui) antar negara tentang kualifikasi lulusan lembaga pendidikan 2. Globalisasi meniscayakan proses nasionalisasi dan transnasionalisasi kompetensi lulusan lembaga pendidikan 3. Kompetensi bergeser dari local specific ke global universal sebagai survival kit (seperangkat alat untuk hidup) di era informasi abad 21. Dengan memperhatikan dampak globalisasi, maka terjadilah pergeseran paradigma (cara pandang) sehingga kebijakan pendidikan bergeser dari input – oriented ke outcome-based. Kebijakan input-oriented memandang peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan semata-mata meningkatkan mutu masukan pendidikan. Sementara, kebijakan outcome-based melihat peningkatan mutu Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 2
36
pendidikan harus dimulai dengan “expected outcome” yang jelas dari suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu, perbaikan dan peningkatan peningkatan mutu masukan masukan dan proses pendidikan harus merupakan upaya penjabaran untuk mencapai “expected outcome” , dan standarisasi “expected outcome” dalam bentuk kompetensi menjadi titik awal untuk standarisasi masukan dan proses pendidikan. Bergesernya paradigma dalam kebijakan pendidikan, maka paradigma dalam
pengelolaan
pendidikan
juga
ikut
bergeser.
Uno
(2008:84-85)
mengungkapkan bahwa pergeseran paradigma pengelolaan pendidikan dasar dan menengah telah tercermin dalam visi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN, 1999): “mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggung jawab, terampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi”. Amanat GBHN ini menyiratkan suatu kekhawatiran yang mendalam dari berbagai komponen bangsa terhadap prestasi sistem
pendidikan
nasional
yang
kini
tampak
mulai
menurun
dalam
mempersiapkan SDM yang tangguh dan mampu bersaing di era tanpa batas. Salah satu wujud pergeseran paradigma pengelolaan pendidikan adalah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Sekolah-sekolah dikelola secara mikro
dengan sepenuhnya diperankan oleh warga sekolag seperti kepala sekolah dan guru-guru sebagai pengelola dan pelaksana pendidikan pada setiap sekolah yang juga tidak terpisahkan dari lingkungan masyarakatnya. MBS bermaksud “mengembalikan” sekolah kepada pemiliknya, yaitu masyarakat yang diharapkan akan merasa bertanggung jawab kembali sepenuhnya terhadap pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Menurut Uno, sisi moralnya dari MBS ini adalah bahwa hanya sekolah dan masyarakatlah yang paling mengetahui berbagai persoalan pendidikan yang dapat menghambat peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian merekalah (sekolah bersama masyarakat) yang seharusnya s eharusnya menjadi pelaku utama dalam membangun pendidikan yang bermutu bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakanya. masyarakanya.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Standar Pendidik
37
2. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tuntutan
dari
pergeseran
paradigma
pendidikan
adalah
diperlukan
standarisasi dalam pengelolaan pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Tahun 2005, 2005,
Pasal 1, ayat (1) bahwa yang dimaksud standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan
dengan
standar
pendidikan
Bahrul
Hidayat
(2006)
mengemukakan dalam Seminar Pendidikan di UPI Bandung, Bandung, bahwa standar harus dikembangkan dengan memperhatikan aspek daya saing (competitiveness ( competitiveness)) di satu sisi dan ketercapaian (achievable (achievable)) di sisi lain; standar bersifat minimum criterion yang ditingkatkan secara berkala (dinamis); dan standar tidak selalu harus diartikan penyeragaman (mono (mono standard ), ), tetapi penyatuan kerangka dalam diversifikasi (mutli-standard (mutli-standard ). ). Apa manfaat dengan adanya standarisasi di bidang pendidikan. Hal ini tiada lain adalah untuk memberikan arah yang jelas bagi pengelola pendidikan tentang TARGET kompetensi yang harus dicapai di setiap lembaga dan jenjang pendidikan. Selain itu, pengelola pendidikan mempunyai kebebasan
untuk
menentukan strategi implementasi kurikulum sesuai kondisi dan konteks (alokasi waktu, bahan ajar, urutan materi, metode pembelajaran dan penilaian) Sebagai layaknya fungsi suatu standar, maka standar pendidikan akan menjadi acuan seberapa baik hasil pendidikan yang diinginkan sesuai dengan kondisi yang ada (Standard ( Standard is how good is good ). good ). Bahkan, standar diharapkan mendorong semua pihak untuk melakukan usaha secara terencana dan sistematis untuk mencapainya (Standards ( Standards are created because they improve the activity of life). life). Dengan demikian, semua standar pendidikan diarahkan untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang bermutu, baik kompetensi akademik, kompetensi praktis-vokasional, maupun kompetensi kepribadian sebagai individu dan makhluk sosial Standar nasional pendidikan, menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), mencakup delapan aspek, yaitu:
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Standar Pendidik
38
1. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 2. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 3. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5. Standar Sarana dan Prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi teknologi informasi dan komunikasi. 6. Standar Pengelolaan Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
atau
nasional
agar
tercapai
efisiensi
dan
efektivitas
penyelenggaraan pendidikan. 7. Standar Pembiayaan Standar adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. 8. Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Standar Pendidik
39
Dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, pada bagian ini dibahas lebih lanjut adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini sangat penting untuk diketahui diketahui oleh para calon guru sebagai calon pendidik profesional. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Pasal 28 menjelaskan standar Pendidik sebagai berikut.
Pasal 28 (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial. (4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. (5) Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 29 (1) Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki: a.
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1),
b.
latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan
c.
sertifikat profesi guru untuk PAUD
(2) Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Standar Pendidik
40
b. latar belakang pendidikan tinggi di di bidang pendidikan SD/MI kependidikan lain, atau psikologi; dan c. sertifikat profesi guru untuk SD/MI (3) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c. sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs. (4) Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b. latar belakang pendidikan tinggi dengan dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c. sertifikat profesi guru untuk SMA/MA (5) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan b. sertifikat profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB. SDLB/SMPLB/SMALB. (6) Pendidik pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c. sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK. Pasal 30 (1) Pendidik pada TK/RA sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (2) Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Standar Pendidik
41
(3) Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurangkurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. (4) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (5) Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (6) Pendidik pada SDLB, SMPLB, dan SMALB terdiri atas guru mata pelajaran dan pembimbing yang penugasannya ditetapkan oleh masingmasing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (7) Pendidik pada satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C terdiri atas tutor penanggungjawab kelas, tutor penanggungjawab mata pelajaran, dan nara sumber teknis yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (8) Pendidik Pendidik pada pada lembaga kursus dan dan pelatihan keterampilan terdiri pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur, dan penguji. penguji.
atas
Rangkuman Standar pendidikan menjadi acuan seberapa baik hasil pendidikan yang diinginkan sesuai dengan kondisi yang ada. Bahkan, adanya standar diharapkan mendorong semua pihak untuk melakukan usaha secara terencana dan sistematis untuk mencapainya. Standar Nasional Pendidikan Indonesia meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
standar isi; standar proses; standar kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan;dan standar penilaian pendidikan
Standar kualifikasi pendidikan Pendidik pada jenjang pendidikan TK, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/K SMA/MA/K adalah Diploma IV atau atau Sarjana (S1).
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Standar Pendidik
42
Latihan 1. Mengapa masyarakat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan? 2. Dengan adanya globalisasi, aspek apa saja dalam dunia pendidikan yang pengalami perubahan paradigma? 3. Jelaskan butir-butir standar nasional nasional pendidikan Indonesia.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Standar Pendidik
43
Sub Unit 3 Pengembangan Profesionalitas Pendidik Setelah mempelajari Sub Unit 3 ini, Anda diharapkan memiliki pemahaman tentang upaya pemerintah dalam peningkatan profesionalisme dan profesionalitas pendidik, khususnya tentang Sertifikasi Pendidik, Dimensi Pengembangan Profesionalitas Guru, dan Prinsip-prinsip profesionalitas.
1. Sertifikasi Pendidik Profesional
S
alah satu amanat Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang harus dilakukan oleh Pemerintah adalah
melaksanakan sertifikasi bagi guru dan dosen sebagai pendidik profesional. Sertifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan harkat dan martabat guru sebagi tenaga profesional. Pasal 11 dan 12 Undang-undang Guru dan Dosen menjelaskan pengertian sertifikasi, yaitu proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan Sertifikat Pendidik
adalah bukti bukti formal sebagai pengakuan pengakuan yang yang
diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Pelaksanaan sertifikasi dilakukan dengan mekanisme yang diatur oleh peraturan pemerintah. Baedhowi, Direktur Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional, dalam suatu paparan tanggal 13 April 2008 di Surabaya, antara lain menjelaskan bahwa sertifikasi dapat juga dikatakan semacam „ujian nasional‟ bagi semua guru dari tingkat SD sampai SMA. „UN‟ guru ini digunakan sebagai langkah pemetaan terhadap kompetensi guru secara nasional. Program ini juga penting sebagai upaya melihat sejauh mana persebaran guru-guru yang benar-benar kompeten di bidangnya. Sehubungan dengan proses sertifikasi terdapat beberapa permasalahan, antara lain: 1) 2) 3)
Penentuan guru untuk mengikuti sertifikasi Penentuan Assessor Proses penilaian portofolio/Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 3
44
4) 5)
Pengawasan dalam pelaksaaan sertifikasi Tantangan bagi guru yang bersertifikat Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dalam bentuk portofolio. Dasar Hukum penyelenggaraan sertifikasi adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 3. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik. 5. Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. I.UM.01.02-253. 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan
Adapun latar belakang diselenggarakannya sertifikasi bagi guru dalam jaban antara lain sebagai berikut. 1. UUSPN
pasal 39 (2) menyatakan bahwa Pendidik adalah tenaga
profesional 2. Pasal 42 UUSPN mengamanatkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional 3. Pada Pasal 28 (2) PP No. 19 Tahun 2005, 2005, dijelaskan bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang yang berlaku Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengembangan Profesionalitas Pendidik
45
4. Undang-Undang Guru dan Dosen, Pasal 11, ayat (1) mengamanatkan bahwa sertifikat ser tifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. pers yaratan. 5. Pasal 11 ayat (2), menyatakan bahwa sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakriditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah 6. Guru adalah pendidik profesional. Untuk itu, ia dipersyaratkan memiliki (1) kualifikasi akademik minimal S1/D4 yang relevan dan (2) menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Sertifikasi terhadap jabatan guru guru juga dilakukan di beberapa negara, antara lain: 1. Di Amerika Serikat , Inggris dan Australia diberla kukan secara ketat. 2. Denmark baru mulai dirintis dengan sungguh-sungguh sungguh-sungguh sejak 2003 3. Korea dan Singapura tidak melakukan sertifikasi guru, tetapi melakukan kendali mutu dengan ketat terhadap proses kelulusan di lembaga penghasil guru
Program Sertifikasi memiliki tujuan, yaitu: 1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan pendidikan nasional, 2. Meningkatkan proses dan mutu pendidikan, dan 3. Meningkatkan profesionalisme guru.
Manfaat atau dampak yang yang diharapkan dengan sertifikasi guru adalah: 1. Melindungi Profesi Guru dari Praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra profesi guru. 2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. 3. Meningkatkan Kesejahteraan Guru.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengembangan Profesionalitas Pendidik
46
Pelaksanaan Sertifikasi diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 tahun 2007, antara lain pada beberapa pasal berikut ditegaskan: »
Ps 2 ayat 1, sertifikasi bagi guru dalam jabanan dilaksanakan melalui uji kompetensi.
»
Ps 2 AYAT 2, Uji Kompetensi dilakukan dalam bentuk penilaian Portofolio.
»
PS 2 AYAT 3, Penilaian Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan 10 komponen sebagai berikut: 1. kualifikasi akademik; 2. pendidikan dan pelatihan; 3. pengalaman mengajar; 4. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; 5. penilaian dari atasan dan pengawas; 6. prestasi akademik; 7. karya pengembangan profesi; 8. keikutsertaan dalam forum ilmiah; 9. pengalaman organisasi di bidang kependidikan kependidikan dan sosial; dan 10. penghargaan 10. penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
2. Dimensi Pengembangan Profesionalitas Guru Pengembangan
profesionalitas
Guru
sebagai
pendidik
profesional,
sekurangnya mencakup empat aspek, yaitu: 1. Penguasaan bidang studi atau kurikulum 2. Penguasaan pembelajaran yang mendidik 3. Pengembangan kepribadian dan profesionalitas 4. Pemahaman karakteristik peserta didik
Seorang guru yang baik, sudah pasti harus menguasai bidang studi yang akan diajarkannya. Namun penguasaan bidang studi saja tidak cukup. Ia juga Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengembangan Profesionalitas Pendidik
47
harus memahami kurikulum, khususnya yang berkaitan dengan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini karena di dalam kurikulum tercantum tujuan pembelajaran dan standar kompetensi yang hendak dicapai
dari setiap mata
pelajaran. Bila seorang guru tidak memperhatikan dan menguasi kurikulum, maka ia tidak akan mengetahui sampai level mana materi pelajaran yang harus disampaikan pada jenjang pendidikan di tempat ia bertugas. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik profesional mutlak harus menguasai bidang studi dan kurilukum yang bersangkutan. Pembelajaran merupakan suatu aktivitas pengelolaan kegiatan belajar yang dirancang oleh guru. Dalam aktivitas pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Bentuk interaksi bisa bervariasi tergantung pada model, pendekatan atau metode pembelajaran yang dipilih.
Dalam konteks ini guru
sebaiknya bahkan seharusnya memilih model, pendekatan atau metode pembelajaran yang mendidik, yaitu yang dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan yang positif dan baik sesuai dengan norma, aturan atau sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang menghargai harkat dan martabat manusia. Karena itu, guru harus selalu ingat untuk menggunakan kata-kata, ucapan, atau tindakan yang dapat diteladani kebaikannya oleh peserta didiknya. Kepribadian dan profesionalitas guru senantiasa harus dikembangkan. Hal ini antara lain, karena seorang guru dituntut menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Kepribadian guru yang bersikap terbuka untuk memperbaharui ilmu pengetahuan, khsusunya yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkannya. Begitu pula dalam berinteraksi, baik dengan peserta didik, sesama rekan sejawat maupun dengan masyarakat dapat menggunakan media interaksi yang yang mutakhir mutakhir dan bersikap demoktratis. demoktratis.
Guru
tidak merasa paling tahu, paling benar dan paling patut dihormati, tanpa mempedulikan bahwa peserta didik dan masyarakat juga memiliki hak yang sama untuk
dihormati.
Oleh
karena
itu,
guru
berkewajiban
untuk
menumbuhkembangkan menumbuhkembangkan semangat saling menghargai dalam dal am masyarakat.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengembangan Profesionalitas Pendidik
48
Guru akan dapat melaksanaan tugasnya dengan efektif apabila mengenal karakteristik murid-muridnya. Hal yang harus dipahami guru adalah bahwa setiap murid adalah unik, dan mereka berbeda satu sama lainnya. Perbedaan karakteristik peserta didik tetsebut, bisa karena perbedaan jenis kelamin, tingkat usia, latar belakang sosial ekonomi dan budaya, bahkan dalam cita-cita dan keinginan.
Untuk itu, pemahaman pemahaman mengenai karakteristik peserta didik dari
berbagai aspeknya patut dikuasi oleh guru. Ilmu pengetahuan yang mendukung aspek ini adalah Psikologi perkembangan, Psikologi sosial, Sosiologi dan Antropologi.
3. Prinsip-prinsip Profesionalitas Di dalam Undang-undang Guru dan Dosen, pasal Pasal 7 ditegaskan bahwa Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d.
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i.
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Memperhatikan prinsip-prinsip profesionalitas di atas, maka jelaslah bahwa pekerjaan Guru bukan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan asal-asalan, asal -asalan, iseng atau tanpa niat yang tulus. Menjadi guru yang baik harus didukung oleh motivasi yang kuat dari dalam diri seorang guru dan didukung oleh lingkungan yang menghargai dan menghomati jabatan guru sebagai pekerjaan profesional. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengembangan Profesionalitas Pendidik
49
Rangkuman Profesionalitas Guru sebagai pendidik profesional harus senantiasa dilakukan secara terus menerus, baik oleh guru yang bersangkutan maupun oleh Pemerintah melalui berbagai program, seperti sertifikasi, pelatihan, pemberian penghargaan yang layak dan pantas, perlindungan hukum dan lainnya yang relevan. Sertifikasi sebagai proses pemberian sertifikat bagi pendidik sebagai wujud pengakuan atas profesionalisme guru. Sekurangnya ada 4 dimensi pengembangan profesonalitas guru, yaitu: (a) Penguasaan bidang studi atau kurikulum, (b) Penguasaan pembelajaran yang mendidik, (c) Pengembangan kepribadian dan profesionalitas, (d) Pemahaman karakteristik peserta didik. Prinsip-prinsip yang mesti diperhatikan dalam pengembangan profesionalitas guru, antara lain bahwa Guru hendaknya memiliki bakat, minat, idealisme, panggilan jiwa; memiliki komitmen untuk meninkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; dan memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugas yang diperlukan.
Latihan 1. Jelaskan mengapa Pemerintah melakukan sertifikasi terhadap t erhadap profesi guru. 2. Jelaskan dua dari 4 dimensi pengembangan profesionalitas guru disertai contoh. 3. Jelaskan mengapa dalam pengembangan profesionalitas guru mesti memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana yang ditegaskan pada Pasal 7 Undang-undang Guru dan Dosen Selamat Belajar
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pengembangan Profesionalitas Pendidik
50
Unit 3 Ruang Lingkup Kompetensi Pendidik Setelah membaca dan mempelajari Unit 3, Anda diharapkan memiliki pemahaman tentang ruang lingkup kompetensi guru sebagai pendidik profesional, mencakup pengertian kompetensi, jenis-jenis kompetensi dan aspek-aspek yang mendukung setiap kompetensi.
Pendahuluan Unit 3 ini membahas ruang lingkup kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik profesional sesuai dengan tuntutan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional, dalam sebagaimana dikutip oleh Djumiran dkk (2008:3.2) medefinisikan kompetensi sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain, kompetensi itu merupakan keterampilan unjuk kerja (ability to do) yang dilatarbelakangi
oleh
penguasaan
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan.
Sementara, pada Bab 1 Pasal 10 Undang-undang Guru dan Dosen menjelaskan kompetensi adalah seperangkat seperangkat pengetahuan, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa guru sebagai pendidik profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi Pedagogik, Profesional, Pribadi dan Sosial. Untuk memahami keempat kompetensi tersebut, maka Unit 3 dibagi ke dalam empat sub unit, sebagai berikut. 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Profesional 3. Kompetensi Kepribadian 4. Kompetensi Sosial Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Unit 3
50
Di akhir setiap sub unit, sebagaimana unit 1 dan 2, dilengkapi dengan Rangkuman
dan
Latihan.
Rangkuman
dimaksudkan
untuk
memberikan
kemudahan dalam mengingat materi yang telah disajikan, dan Latihan dimaksudkan untuk lebih memahami materi yang telah dipelajari. Selamat Belajar.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pendahuluan
51
Sub Unit 1 Kompetensi Pedagogik
Setelah mempelajari Sub Unit 1, Anda diharapkan memahami pengertian kompetensi pedagogik, ruang lingkup kompetensi pedagogik, antara lain mengenal perkembangan peserta didik, gaya belajar peserta didik, mengenal kepribadian peserta didik, kemampuan merancang pembelajaran dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
K
ompetensi Pedagogik menurut penjelasan Undang-undang Guru dan Dosen, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Lebih jauh dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sementara
itu, Wardiman Djojonegoro, dalam Acara Seminar Nasional dan
Launching Klub Guru Indonesia Indonesia (KGI) (KGI) Wilayah Yogyakarta,
14 Juni 2009
merinci komponen kompetensi Pedagogik sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek, sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual; 2. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik; 3. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; 4. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik; 5. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran; 6. Merancang pembelajaran yang mendidik; Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 1
52
7. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik; 8. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya; 9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran Memperhatikan komponen kompetensi pedagogik tersebut, berikut akan dibahas beberapa hal, yaitu perkembangan peserta didik, gaya belajar, kepribadian peserta
didik, merancang
pembelajaran
dan
mengevaluasi pembelajaran.
Pembahasan pada bahan ajar ini bersifat umum dan pengantar saja. Hal ini dengan pertimbangan, karena ada mata kuliah khusus, seperti Perkembangan Peserta Didik, dan Belajar dan Pembelajaran yang wajib diikuti oleh mahasiswa di lingkungan FKIP Universitas Sriwijaya.
2. Mengenal Perkembangan Peserta Didik 2.1 Pengertian Perkembangan Perkembangan dalam kajian psikologi dibedakan dengan pertumbuhan. Meskipun demikian, perkembangan dan pertumbuhan selalu berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada seseorang. Kurnia (2007) berpendapat bahwa perubahan merupakan hal yang melekat dalam pengertian perkembangan. Perkembangan atau atau development merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti, perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat bers ifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan kuantitatif disebut juga ”pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Pertumbuhan biasanya lebih merujuk kepada perubahan aspek fisik (biologis) seperti perubahan kelenjar, tinggi dan berat badan, dan kekuatan otot. Perubahan
kualitatif
meliputi
perubahan
aspek
psikofisik,
seperti
peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah penambahan atau peningkatan, ada juga yang mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Jadi perkembangan bersifat dinamis dan tidak pernah statis. Perkembangan lebih merujuk pada Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
53
perubahan sistematis yang terjadi sepanjang siklus kehidupan manusia. Kata sistematis dalam pengertian perkembangan mengandung implikasi bahwa perubahan yang bersifat perkembangan adalah perubahan yang beraturan atau terpola mengikuti tahap atau sekuensi tertentu. Perkembangan adalah proses interaksi yang kompleks karena perkembangan merupakan hasil dari berbagai proses biologis, kognitif, sosial dan moral atau mental. Selain itu, perkembangan juga merupakan hasil interaksi dengan kematangan dan pengalaman. Kematangan merujuk kepada perubahan yang terjadi sebagai hasil pertumbuhan fisik atau perubahan biologis daripada sebagai hasil pengalaman. Kemampuan untuk belajar berjalan, berbicara dan buang air merupakan perkembangan karena hasil kematangan. Perilaku yang dihasilkan karena kematangan disebut perilaku pilogenetik . Kematangan dan pengalaman turut menentukan perkembangan, karena perkembangan merupakan interaksi antara faktor nature (faktor biologis, genetik sebagai faktor bawaan) , dan nurture (faktor lingkungan) , daripada sebagai hasil salah satu faktor. Kombinasi kematangan dan pengalaman akan menghasilkan kesiapan untuk belajar (readiness to learn). learn).
2.2 Pengertian Peserta Didik Didik Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6 12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI, peserta didik usia SMP/MTs adalah 13-15 13-15 tahun, dan peserta didik usia SMA adalah kelompok umur 16-18 tahun, kelompok usia di atas 19 tahun adalah peserta didik pada perguruan tinggi. Kurnia, mengutip Semiawan (2007) menegaskan bahwa konsep peserta didik sebagai suatu totalitas, sekurangnya mengandung tiga pengertian. Ketiga pengertian itu mencakup: Pertama, Pertama, peserta didik adalah makhluk hidup (organisme) organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
54
dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Kedua, keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain. Jika salah satu aspek mengalami gangguan misalnya sakit gigi, sakit kepala, batuk, pilek (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu (rewel, cepat marah, dll). Ketiga, Ketiga, peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan orang dewasa.
2.3. Prinsip-prinsip perkembangan Perkembangan
mengacu
pada
prinsip-prinsip
atau
hukum
perkembangan itu sendiri. Kurnia (2007) mengungkapkan beberapa prinsip perkembangan sebagai berikut.
Prinsip 1: Perkembangan Melibatkan Perubahan Berkembang berarti mengalami perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga pertumbuhan. Peserta didik/anak tidak saja menjadi bertambah besar secara fisik, tetapi juga ukuran dan struktur dalam organ dan otak meningkat. Pada pertumbuhan ada peningkatan ukuran (berat dan tinggi) badan, maupun struktur atau proporsi tubuh. Perubahan secara kualitatif ditandai dengan adanya perubahan fungsi yang besifat progresif/maju dan terarah. Ada keterkatian antara perubahan yang satu dengan yang lain, maupun sebelum dan sesudahnya.
Prinsip 2: Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya Tahun-tahun awal kehidupan anak (0-5 tahun) merupakan saat yang kritis bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan dipandang sebagai landasan bagi pembentukan dasar-dasar kepribadian seseorang. Perilaku yang terbentuk cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap perilaku anak sepanjang hayatnya. Pada tahun-tahun awal, anak belajar menyesuaikan dan membiasakan diri dengan berbagai hal yang ada di sekitarnya. Pada saat ini juga Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
55
terbentuk kepercayaan dasar (basic trust) yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Prinsip 3: Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar Menurut teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Stern memadukan atau mengkonvergensikan
teori
Naturalisme
dan
Empirisme.
Menurut
teori
Naturalisme, perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam (natur e), e), bakat pembawaan, keturunan/heriditas seseorang, termasuk di dalamnya kematangan
seseorang.
Sebaliknya,
teori
Empirisme
berpendapat
bahwa
perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak/individu itu berada dan tumbuh-kembang, termasuk di dalamnya lingkungan keluarga, sekolah, dan belajar anak . Salah satu tokoh pengembang teori atau faham ini adalah John Locke (1932-1704) (1932- 1704) dengan ungkapan “Tabula rasa”, bahwa anak
dilahirkan
bagaikan
kertas
atau
lilin
putih,
lingkunganlah
yang
mengisi/menulisi kertas atau lilin itu.
Prinsip 4: Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat Diramalkan Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut tertentu yang sama, sama, walaupun kecepatan masing-masing individu berbeda-beda. Perkembangan fisik dan psikis bayi, misalnya, mengikuti hukum arah perkembangan yang menyebar keluar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh ( proxomodistal), serta menyebar ke seluruh tubuh, dari kepala ke kaki (cephalucaudal). ( cephalucaudal). Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan, dan kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat berjalan.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
56
Prinsip 5: Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Karakteristik Tertentu Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan bergerak dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih khusus . Pada awal anak belajar atau berinteraksi dengan lingkungan, anak mendapat tanggapan secara umum, baru kemudian secara bertahap tanggapan/persepsi anak semakin khusus dan terperinci. Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. berkesinambungan . Hal
ini
berarti,
perkembangan
aspek
sebelumnya
akan
mempengaruhi
perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi atau hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial, dll.
Prinsip 6: Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan Dalam perkembangan seseorang, selain terdapat pola-pola umum yang sama dan dapat diramalkan, terdapat pula perbedaan pada hal-hal yang khusus. Adanya perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu yang unik , yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar. Perbedaan individu itu disebabkan oleh faktor internal seperti seks atau jenis kelamin, faktor keturunan atau heriditer, juga faktor eksternal seperti faktor gizi, pengaruh sosial budaya, dll. Perbedaan perkembangan juga terjadi antara lain dalam kecepatan dan cara berkembang.
Prinsip 7: Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Karakteristik Khusus Setiap anak/peserta didik memang me mang merupakan individu yang berbeda, yang harus
diperlakukan
berbeda
secara
individual.
Namun
demikian,
pada
perkembangan secara keseluruhan dan juga pada periode atau tahapan perkembangan dalam kehidupan seseorang, terdapat pola-pola umum. Dengan memperhatikan
karakteristik
khusus
pada
setiap
periode
atau
tahapan
perkembangan, maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkembangan anak secara optimal. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
57
Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock adalah periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal dan akhir), periode remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (dewasa dini, usia madya, dan usia lanjut). Peralihan periode perkembangan sebelumnya ke periode berikutnya ditandai oleh gejala keseimbangan dan ketidakseimbangan yang terjadi pada setiap individu. Apabila individu telah mampu mengadakan penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi, maka terbangunlah suatu keseimbangan (equilibrium). (equilibrium).
Selanjutnya,
individu
berupaya
melepaskan
diri
dari
ketergantungannya dengan lingkungan atau keadaan sebelumnya untuk mencari sesuatu
yang
lebih
baru
sehingga
terjadi
keadaan
ketidakseimbangan
(disequilibrium).
Prinsip 8: Terdapat Harapan Sosial pada Setiap Periode Perkembangan Pada setiap periode perkembangan juga terdapat harapan sosial, yang oleh Havighurst disebut tugas
perkembangan
(development task). task). Seseorang
dianggap berperilaku normal apabila mampu melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tuntutan sosial pada periode tertentu dengan menunjukkan pola perilaku yang umum, dan perilaku bermasalah apabila individu tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan atau mengalami kesulitan dalam mengadakan penyesuaian perilaku, sesuai dengan tuntuan sosial dan pola perilaku yang muncul pada periode tertentu. Perilaku bermasalah pada periode perkembangan terjadi karena adanya keterlambatan ataupun percepatan perkembangan aspek tertentu pada diri seseorang dibandingkan dengan gejala perkembangan aspek tertentu pada umumnya, dan individu tersebut mengalami kesulitan penyesuaian dengan teman-teman seusianya.
Prinsip 9: Setiap Perkembangan Mengandung Bahaya Potensial/Resiko Bahaya potensial atau resiko yang terjadi karena peralihan antarperiode perkembangan, yakni dari periode perkembangan sebelumnya ke periode Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
58
perkembangan selanjutnya, terjadi keadaan ketidakseimbangan dan adanya tuntutan sosial terhadap peserta didik yang sedang berkembang. Bahaya potensial tersebut dapat berasal dari dalam individu, baik secara fisik maupun psikis, juga dapat distimulasi dari luar sehubungan dengan masalah-masalah penyesuaian akibat keadaan ketidakseimbangan dan tuntuan sosial untuk menyelesaikan tugas perkembangan itu.
Prinsip 10: Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan Kebahagian dalam perkembangan sangat bervariasi karena sifatnya subjektif. Rasa kebahagiaan itu dipersepsi dan dirasakan setiap orang dengan cara yang sangat bervariasi. Akan tetapi, banyak orang berpendapat bahwa masa anak merupakan periode yang membahagiakan dibandingkan dengan periode-periode lainnya. Kebahagiaan pada masa kecil memegang peranan penting. Berdasarkan hasil
penelitian,
kebahagaian
seseorang
dipengaruhi
oleh penerimaan
(acceptance) dan kasih sayang (affection) dari orang-orang di sekitarnya, serta prestasi (achievement) yang dicapai oleh seseorang dalam kehidupannya.
2.4. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik a. Perkembangan Masa Anak Awal (2 - 6 tahun) Masa anak awal berlangsung dari usia 2 – 6 6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan pola perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Orang tua sering menyebut masa anak awal sebagai usia sulit dan mengundang masalah. Mengapa? Karena pada masa ini anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, kadang menentang dan melawan orang tua, atau orang dewasa lainnya. Pada masa ini perkembangan fisik dan motorik anak sangat pesat. Demikian juga kemampuan berbicaranya. Anak mulai tertarik pada diri sendiri (egosentris). Emosi yang umum pada masa anak awal adalah marah, takut, cemburu, ingin tahu, gembira,
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
59
sedih, dan kasih sayang. Sosialisasi pada masa anak awal terjadi melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar anak, yaitu anggota keluarga dan teman bermain.
b. Perkembangan Masa Anak Akhir (6-12 tahun) Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan orang tua, pendidik, maupun psikolog psikolog perkembangan anak. Orang tua menyebut masa anak akhir sebagai usia yang menyulitkan karena anak pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak mau lagi menuruti perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, sehingga orang tua
menyebutnya
usia
tidak
rapi.
Anak
tidak
terlalu
memperdulikan
penampilannya. Mereka cenderung ceroboh, semaunya, dan tidak rapi dalam memelihara kamar dan barang-barangnya. Pada masa ini, anak juga sering kelihatan saling mengejek dan bertengkar dengan saudara-saudaranya sehingga orang tua menyebutnya sebagai usia bertengkar . Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar , karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. c. Perkembangan pada Masa Puber (11/12 – 14/15 tahun) Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual semakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Pada masa puber yang waktunya relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Dampak lebih lanjut, anak mengambil sikap ”anti” terhadap kehidupan, dan mengalami kehilangan sifat-sifat baik sebelumnya yang terjadi pada masa anak. Tak heran jika ada yang menyebut masa ini sebagai fase negatif . Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
60
Perubahan fisik/tubuh anak puber yang sangat pesat berkenaan dengan perubahan ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), proporsi tubuh (perbandingan bagian-bagian tubuh), dan ciri-ciri seks primer (organ-organ reproduksi), dan ciri ciri seks sekunder (rambut, otot, suara, payudara, dll). Perubahan fisik yang cepat dan mencolok ini mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku anak puber. Karakteristik puber antara lain: sikap menarik diri dan menyendiri; merasa bosan melakukan kegiatan permainan pada masa anak; inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan; antagonisme sosial yang membuat anak sulit bekerjasama dan sering membantah atau menentang; emosi meninggi sehingga anak pada masa puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, kurang percaya diri; dan ada juga yang cenderung berpenampilan sangat sederhana dan bersahaja. Perubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan dan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.
3. Mengenal Gaya Belajar Peserta Didik 3.1 Pengertian Gaya Belajar Susilo (2006) mengemukakan bahwa Learning Styles Styles atau Gaya Belajar merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang tersendiri. Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Ada tiga cara belajar utama siswa, yaitu cara belajar visual, auditori dan kinestetik. Dalam melaksanakan pembelajaran, Guru sebaiknya mengenali cara atau gaya belajar siswa. Hal ini karena setiap gaya belajar membutuhkan bentuk pelayanan
pembelajaran
yang berbeda. Seorang guru sebaiknya tidak
memaksakan gaya belajarnya harus ditiru atau harus sama dengan gaya belajar siswa, karena pada dasarnya setiap orang memiliki karakteristik individu yang berbeda.
3.2 Gaya Belajar Visual Gaya belajar visual memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
61
1. Belajar lebih cepat dengan membaca, membuat grafik, diagram, atau peta; menonton film, atau melihat sebuah demonstrasi. 2. Lebih dahulu membaca atau mencari maeri yang akan dibicarakan sebelum mendengarnya dari guru/dosen atau berdiskusi 3. Sewaktu menghafal pelajaran atau menjawab soal ujian, membayangkan dengan jelas letak jawaban seperti yang disampaikan guru/dosen, buku atau catatan 4. Memiliki data atau informasi yang lengkap, dan catatan pelajaran berisi kombinasi asosiasi visual dan verbal. Menurut Amir Tengku Ramly (2006) tipe atau gaya belajar visual memililiki kemampuan menyerap informasi melalui mata (penglihatan). Mereka sangat membutuhkan kesempatan membaca, mengamat langsung, menonton, atau menyaksikan atas apa yang sedang mereka pelajari. Kemampuan Anda sebagai guru, untuk membuat peta, gambar, konsep grafik dan memvisualkan pengajaran Anda sangat membantu peserta didik untuk lebih cepat menangkap maksud pengajaran Anda. Mengajar dengan teknik visual adalah teknik Anda dalam mempresentasikan materi pelajaran dengan menggunakan media atau alat yang mudah disetap oleh siswa-siswa visual. Untuk kebutuhan siswa visual, biarkan mereka memberi warna-warna pada buku pegangannya, menstabilo, memberi simbol, atau tandatanda tertentu. Bantu mereka dengan menggunakan tanda, simbol atau warna secara lebih terarah. 3.3. Gaya Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar Adutori memiliki ciri-ciri antara lain: 1.
Belajar lebih cepat melalui tatap muka, seperti mendengarkan dosen dan berdiskusi dengan teman
2.
Sewaktu belajar, khususnya pada bagian-bagian penting atau sulit, membaca tulisan dengan bersuara atau berbisik-bisik.
3.
Sewaktu menghafal pelajaran atau menjawab soal ujian, se akan-akan mendengar ualang perkataan pengajar.
4.
Mudah meniru nada dan warna suara, sehingga fasih berbicara
5.
Lebih memilih presentasi daripada laporan tertulis. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
62
Kebutuhan utama gaya belajar auditori adalah kemampuan menyerap informasi melalui indra pendengaran (telinga). Daya ingat siswa yang memiliki gaya belajar ini tergantung pada apa yang didengar. Mereka sangat membutuhkan suara, baik saat membaca, menonton, maupun saat melihat apa pun yang sedang mereka pelajari. Pembelajaran untuk siswa yang memiliki gaya belajar audiori menuntut kemampuan guru menggunakan teknik dramatisasi, role playing (bermain peran), kelompok kerja, dan menggunakan komunikasi dua arah akan membantu mereka (siswa) untuk lebih cerdas dalam memahami pelajar an. Menghadapi siswa yang memiliki gaya belajar audiori, maka dalam mengajar seorang guru juga diharapkan menggunakan gaya yang sama, yaitu auditori. Dalam hal ini, guru menggunakan media atau alat yang membantu siswa audiori. Bagi siswa auditori, biarkan mereka membaca dengan keras, bertanya, berdiskusi atau bermain drama. Guru sedapat mungkin membantu mereka dengan efektivitas berbicara dan berdiskusi di kelas.
3.4 Gaya Belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Belajar lebih cepat dengan mencoba (learning (learning by doing ) 2. Waktu menghafal pelajaran lebih memilih contoh-contoh konkret 3. Menyukai pemecahan masalah dan praktik 4. Menggunakan isyarat tubuh sewaktu berbicara 5. Berorientasi pada fisik Gaya belajar kinestetik ditunjukkan oleh kemampuan menyerap informasi melalui rasa (pelibatan emosi). Amir Tengku Ramly (2006) mengatakan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar ini, daya ingatnya tergantung pada apa yang mereka rasa (tingkat keterlibatan emosi). Mereka sangat membutuhkan „emosi‟, baik saat membaca, melihat, maupun mendengarkan. Mengajar dengan teknik pelibatan emosi dan praktik secara langsung (merasa langsung) akan membantu siswa untuk lebih efisien dalam memahami materi pelajaran. Teknik mengajar kinestetik antara lain, dengan menggunakan media atau alat bantu pembelajaran; Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
63
biarkan mereka „membaca‟ sambil santai, berjalan, mencoba mengamati, menyentuh atau menggunakan alat peraga. Bantu mereka dengan mengefektifkan kendali terhadap „emosi‟ mereka. Adi W Gunawan (2004:139-151) menjelaskan berbagai aspek penting tentang gaya belajar. Dikatakan bahwa gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi t inggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan informasi ke dalam otak. Walaupun banyak pendekatan dalam gaya belajar,
hal yang paling penting adalah bagaimana
pengetahuan mengenai gaya belajar ini dapat kita gunakan untuk membantu kita memaksimalkan proses pembelajaran. Dengan mengetahui gaya belajar murid, kita (guru) tidak terlalu terpaku pada salah satu gaya saja, melainkan mengakomodasaikan
gaya
belajar
yang
berbeda
ketika
melaksanakan
pembelajaran. Dari berbagai pendekatan yang ada, menurut Adi W Gunawan (2004) dalam buku Genius Learning Strategy, bahwa yang paling populer dan dan sering digunakan digunakan saat ini ada tiga, yaitu: 1.
Pendekatan berdasarkan preferensi secara sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik. Dari hasil survei diketahui bahwa terdapat 29% orang visual, 34% auditori dan 37% kinestetik. Gaya belajar ini sering disingkat V-A-K. Bila bicara mengenai preferensi sensori, ini tidak berari bahwa individu tidak dapat mengakses atau menggunakan sistem lain yang ada. Walaupun kita cenderung pada satu jenis preferensi, ini tidak berarti bahwa cara/gaya/sistem lain tidak baik. Semuanya baik, tergantung mana yang kita rasa paling sesuai untuk diri kita.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
64
2.
Pendekatan berdasarkan profil kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner. Menurut Gardner, manusia mempunyai delapan kecerdasan, yaitu: linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, naturalis, spasial, dan kinestetik.
3. Pendekatan berdasarkan preferensi kognitif, dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc. Gregorc membagi kemampuan mental menjadi empat kategori, yaitu konkret-sekuensial, abstrak-sekuensial, konkret-acak dan abstrak-acak. Dari ketiga pendekatan tersebut, ters ebut, yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah pendekatan belajar berdasarkan preferensi sensori.
4. Mengenal Kepribadian Peserta Didik Mengajar dan mendidik bukanlah pekerjaan mudah. Semua pendidik atau guru pasti menginginkan yang terbaik bagi peserta didiknya. Namun, sering kali apa yang baik menurut pendidik atau guru, belum tentu baik menurut peserta didik. Dalam proses pembelajaran pembelajaran sering timbul ketegangan antara pendidik pendidik dan peserta didik. Pendidik didik. Pendidik berusaha mendidik atau menyampaikan materi pelajaran menurut cara yang mereka pikir adalah yang terbaik, sedangkan para peserta didiknya berpikir bahwa pendidik (guru) tidak mengerti tentang diri peserta didik . Hal ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mengenal tipe kepribadian masingmasing. Oleh karena itu, seorang pendidik, sangat dianjurkan untuk memahami tipe kepribadiannya masing-masing, selain memahami gaya belajar yang sudah dijelaskan pada pokok bahasan terdahulu. Dengan memahami tipe kepribadian kedua belah pihak, proses pembelajaran akan berjalan dengan menyenangkan.
4.1 Pengertian Kepribadian Ingridwati Kurnia (2007) menguraikan beberapa aspek tentang kepribadian. Istilah kepribadian atau personality atau personality berasal berasal dari kata Latin ”persona” yang berarti topeng. Pada bangsa Yunani kuno, para aktor memakai topeng untuk menyembunyikan identitas mereka dan memungkinkan mereka memerankan
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
65
tokoh dalam drama. Demikian juga pada bangsa Roma, ”persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Saat ini pengertian kepribadian kebanyakan mengikuti definisi yang dikemukakan oleh Allport (Sukmadinata, 2003). Menurut Allport ”personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment with the enviroment.” Kepribadian merupakan suatu organisasi yang merujuk kepada suatu kondisi atau keadaan yang kompleks dan mengandung banyak aspek. Kepribadian bersifat dinamis, tidak statis, melainkan berkembang secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian meliputi aspek fisik dan psikis yang saling mempengaruhi dan membentuk satu kesatuan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan lainnya. Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting. Konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungan-nya dengan orang lain, serta reaksi orang lain terhadap dirinya. Konsep diri ideal merupakan gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya. Setiap konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikis. Aspek fisik konsep diri merupakan konsep yang dimiliki seseorang ses eorang berkenaan dengan penampilannya, dan kesesuaiannya dengan peran seks yang disandangnya. Aspek psikis berkenaan dengan kemampuan dan ketidakmampuan dirinya, harga diri, dan hubungannya dengan orang lain. Sifat merupakan kualitas perilaku atau pola penyesuaian yang spesifik. Misalnya, reaksi seseorang terhadap masalah dan frustrasi, perilaku agresif dan defensif, perilaku terbuka dan tertutup ketika berinteraksi dengan orang lain. Ciri sifat tersebut ada yang terpisah dan ada yang terintegrasi dengan konsep diri. Sifat juga mempunyai dua ciri menonjol yaitu: (1) individualitas yang Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
66
diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan kekhasan ciri bagi orang lain; serta (2) konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa. Konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang
4.2 Tipe Kepribadian Kepribadian Walaupun setiap orang/anak memiliki kepribadian tersendiri, namun para ahli tetap berusaha untuk menyederhanakan dan mengelompokan sifat-sifat yang memiliki beberapa kesamaan. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa macam tipologi kepribadian. Tipologi kepribadian yang tertua bersifat jasmaniah atau fisik seperti dikemukakan oleh Hippocrates dan Galenus, yang mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Menurut mereka ada empat macam kepribadian. a. Tipe kepribadian koleris/choleric koleris/choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar. b. Tipe kepribadian melankolis/melacholic melankolis/melacholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa. c. Tipe kepribadian Phlegmatis/ phlegmatic phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/masa bodoh. d. Tipe kepribadian Sanguin/ sanguinis sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.
Pembahasan keempat tipe kepribadian dapat juga dipelajari di Buku “Born to be Genius” dan Genius” dan Genius Learning Strategy karangan Adi W Gunawan, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, dan buku “ Pumping Teacher: Memompa Teknik Pengajaran menjadi Guru Kaya”, Kaya ”, Karya Amir Tengk u Ramly & Erlin Trisyulianti, terbitan PT Kawan Kawan Pustaka.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
67
5. Merancang Pembelajaran Rancangan pembelajaran
dapat dianalogikan dengan rancangan strategi
permainan untuk suatu tim. Perancang pembelajaran yang baik, mengetahui kekuatan dan kelemahan siswanya dan dia tahu tantangan yang terkandung dalam kurikulum. Dia memiliki dan menguasai ragam strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membangkitkan kekuatan siswa yang dapat mengurangi kelemahannya. Pembelajaran pada hakekatnya sebagai suatu proses pelaksanaan kurikulum menuntut peran guru untuk mengartikulasikan kurikulum atau bahan ajar serta mengembangkan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang tepat. Lebih lanjut Asmani (2009) mengungkapkan bahwa guru harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran yang terdiri atas beberapa hal berikut:. a. Merumuskan tujuan instruksional (pembelajaran), meliputi : - Mengkaji kurikulum bidang studi, - Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional (pembelajaran), dan - Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang studi yang bersangkutan. b. Mengenal dan menggunakan metode mengajar, meliputi : - Mempelajari macam-macam metode mengajar, dan - Berlatih menggunakan macam-macam metode mengajar. c. Memilih dan menyusun prosedur instruksional (pembelajaran) yang yang tepat, meliputi: - mempelajari criteria pemilihan materi dan prosedur mengajar, - berlatih menggunakan criteria pemilihan materi dan prosedur mengajar, - berlatih menyusun satuan pelajaran. d. Melaksanakan program belajar mengajar, meliputi : - mempelajari fungsi dan peranan guru dalam proses belajar-mengajar - berlatih menggunakan alat Bantu belajar mengajar. - berlatih menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, - memonitor proses belajar siswa, dan - berlatih menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
68
e. Mengenal kemampuan ( entry behaivior ) ) anak didik, meliputi : mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian Prestasi belajar, prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan » mempelajari siswa, menggunakan prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi » berlatih kemampuan siswa, dan mengidentifikasi kemampuan siswa. » berlatih menyusun alat untuk mengidentifikasi »
f. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial, meliputi: - mempelajari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, - berlatih mendiagnosa kesulitan belajar siswa, - berlatih menyusun rencana pengajaran remedial, dan - melaksanakan pengajaran remedial.
6. Mengevaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru yang laindan murid-muridnya. Khusus untuk para murid, guru bisa menggunakan metode lisan, namun lebih objektif kalau menggunakan tulisan dengan menggunakan questioner berupa questioner berupa pertanyaan-pertanyaan kritis dalam lembar khusus yang berisi masukan bebas dengan tanpa identitas nama muridnya, sehingga mereka tidak terbebani dengan apa yang akan ditulisnya. Di sinilah diperlukan jiwa besar guru dalam menerima masukan dan kritikan dari murid- muridnya, tidak emosional, justru, semua masukan itu harus dijadikan media evaliuasi untuk pembenahan diri. Karena tidak ada orang yang sempurna, maka pasti ada kelemahan dan kekurangan. Dalam bahasa agama, disinilah pentingnya tawaashau bil haqqi wa tawaashau bisshabri, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dengan evaluasi ini guru diharapkan Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
69
lebih baik dalam segala hal, kapasitas intelektualnya, integritas kepribadiannya, pendekatan metodologi pengajarannya yang lebih segar, progresif, actual dan performance yang performance yang lebih menarik dan energik.
Rangkuman Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. peserta didik adalah individu yang merupakan suatu totalitas kesatuan psikofisik yang tidak dapat dipisahkan, mempunyai keunikan masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya Pemahaman perkembangan peserta didik hendaknya bertolak dari prinsip-prinsip perkembangan itu sendiri. Hurlock mengungkapkan 10 prinsip perkembangan yang mencakup: (1) perkembangan melibatkan perubahan, (2) perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya, (3) perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, (4) perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, (5) pola perkembangan memiliki karakteristik tertentu, (6) perkembang-an antarindividu terdapat perbedaan, (7) setiap periode perkembangan memiliki karakteristik khusus, (8) terdapat harapan sosial pada setiap periode perkembangan, (9) setiap perkembangan mengandung bahaya potensial/resiko, serta (10) kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode perkembangan Guru sedapat mungkin menyesuaikan gaya belajarnya dengan gaya belajar digolongkan pada tiga macam, yaitu visiual, auditori dan kinestetik. Selain itu juga aspek kepribadian siswa diperhatikan, apakah tipe Sanguinis, Phlegmatis, Koleris atau Melankolis.
Latihan: 1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi pedakogik? 2. Perubahan seperti apa yang diakibatkan oleh perkembangan? 3. Jelaskan disertai contoh dua prinsip dari 10 prinsip perkembangan peserta didik? 4. Sebagai guru SD/MI, mengapa Anda perlu mempelajari karakteristik perkembangan anak pada periode anak awal, anak anak akhir dan puber? 5. Mengapa gaya belajar dan kepribadian peserta didik harus difahami oleh guru? Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Kompetensi Pedagogik
70
Sub Unit 2 Kompetensi Profesional Setelah mempelajari Sub Unit 2, Anda diharapkan memiliki pemahaman tentang ruang lingkup kompetensi profesional, karakteristik materi pelajaran dan model pembelajaran inovatif
1. Pengertian Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan bahwa Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan
materi
pembelajaran
secara
luas
dan
mendalam
yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dalam konteks ini, Wardiman Djojonegoro (2009) mengemukakan guru diharapkan: 1. Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya; 2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi; 3. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi; 4. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran 5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui evaluasi dan penelitian.
2. Penguasaan Materi Pelajaran Mutu pendidikan sedikit banyak bergantung pada keadaan gurunya. Guru adalah faktor penentu keberhasilan belajar di samping alat, fasilitas, sarana dan kemampuan siswa itu sendiri, termasuk partisipasi orang tua dan masyarakat. Menyangkut faktor guru, banyak keterampilan yang harus dimilikinya, harus dikuasainya dengan baik agar proses pendidikannya menjadi penuh bermakna dan selalu relevan dengan tujuan dan bahan ajarannya. Penguasaan materi menjadi
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 2
71
landasan pokok seorang guru untuk keterampilan mengajar. Penguasaan materi/bahan ajar dapat dibentuk dengan membaca buku-buku pelajaran. Djam‟an Sator i (2008), mengutip Depdikdbud (1980) dan Johnson (1980) mengungkapkan bahwa salah satu komponen kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang profesional adalah menguasai bahan pelajaran serta konsepkonsep dasar keilmuannya. Penguasaan materi terdiri atas penguasaan bahan yang harus di ajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang akan diajarkannya itu. Dengan demikian untuk meguasai materi pelajaran diperlukan penguasaan materinya itu sendiri. Ada dua cara memandang materi atau bahan ajar, yaitu pertama pertama dari sudut isi bahan ajar, dan kedua kedua dari sudut cara pengorganisasian bahan ajarnya. Dilihat dari sudut isi i si materi, bahan ajar dapat di golongkan ke dalam enam jenis, seperti berikut. 1. Fakta
Fakta adalah bahan yang isinya terdiri atas sejumlah fakta atau informasi yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi untuk diperdebatkan. Misalnya tahun-tahun sejarah atau peristiwa-peristiwa. 2. Konsep
Konsep adalah bahan bidang studi yang isinya berupa gagasan, ide, pendapatan, teori atau dalil. Konsep itu bersifat abstrak, namun akan menjadi nyata jika di wujudkan dalam bentuk benda atau perbuatan. Misalnya konsep tentang bilangan bulat dan ganjil yang dilambangkan dalam angka 2, 4, 6 dan 1, 3, 5 dan seterusnya. 3. Prinsip
Prinsip adalah tuntutan praktis bagi terselenggaranya perbuatan tertentu seperti dalam belajar dan mengajar. Bahan bidang studi prinsip merupakan bahan yang memberi landasan bagi terwujudnya suatu perbuatan yang diharapkan sehingga setiap tindakan yang dilakukan dapat di kontrol dengan baik. Contohnya prinsip belajar dan mengajar.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Penguasaan Materi Pelajaran
72
4. Keterampilan Keterampilan
Keterampilan terdiri dari keterampilan-keterampilan tertentu yang harus di kuasai, terutama yang menyangkut keterampilan motorik, seperti keterampilan mengetik, mengatur spasi, memukul bola dan lari cepat. Bahan bidang studi keterampilan banyak terdapat dalam bidang studi kejuruan. Cara mempelajarinya pada umumnya dengan tugas dan latihan. 5. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan masalah. Misalnya dalam pelajaran IPA, Ibu Reni memberikan tugas kelompok kepada para siswa untuk membuat kesimpulan mengenai bagaimana cara untuk memanfaatkan sampah. Pokok bahasan ini dipelajari dengan metode pemecahan masalah. Peserta didik ditugasi untuk berpikir dan berbuat dan kemudian diakhiri oleh kesimpulan. 6. Proses
Proses adalah bahan yang melukiskan proses terjadinya sesuatu seperti proses terjadinya perubahan warna, proses terjadinya hujan, proses pengendapan atau penguapan. Bahan bidang studi proses bersumber dari pengalaman. Cara mempelajarinya adalah dengan pratikum di laboratorium atau studi lapangan. Jenis bahan bidang studi berdasarkan cara pengorganisasinya terbagi ke dalam empat jenis, seperti berikut. 1. Bahan Bidang Studi Linier
Karakteristik bahan bidang studi linier disusun secara berurutan dari yang mudah kepada yang sukar tau dari yang sederhana kepada yang kompleks. Peran sistematiknya cukup tinggi, diajarkan secara berangsur-angsur sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Misalnya dalam pelajaran matematika, bahan itu disusun dari himpunan benda-benda nyata yang kemudian dilambangkan dalam bentuk bilangan.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Penguasaan Materi Pelajaran
73
2. Bahan Bidang Studi Kumulatif
Bahan Bidang studi ini tidak disusun dalam serangkaian tingkatan yang berseri seperti pada bahan bidang studi linier. Pendekatan metodologinya adalah child-centered , yaitu pembelajaran itu seluruhnya berpusat pada kebutuhan, minat dan perhatian siswa. Bahan bidang studi ini akan berhasil diberikan mulai dari keseluruhan menuju kepada bagian – bagian. bagian. Metode pengajaran unit merupakan yang paaling cocok untuk pelajaran ini. 3. Bahan Bidang Studi Praktikal
Pendekatan untuk mempelajari bahan bidang studi pratikal adalah dengan drill atau pelatihan. Dapat pula cara menyajikannya dengan demonstrasi sangat besar. Pelajaran olahraga dan kesehatan, kesenian dan kejuruan banyak mengandung bahan bidang studi pratik. 4. Bahan Bidang Studi Eksperiensial
Bahan bidang studi ini erat kaitannya dengan bahan bidang studi pratikal, hanya disini lebih menekankan unsur kreativitas. Dalam mempelajari bahan bidang studi ini siswa diharapkan dapat mengembangkan kegiatannya dalm bentuk kreativitas, tidak t idak terlalu terkait oleh kebiasaan – kebiasaan – kebiasaan kebiasaan tertentu. Bahan bidang studi eksperiensial tidak terbatas pada bidang studi keterampilan kejuruan, tetapi juga terdapat pada bidang studi IPA dan sejenisnya. Misalnya dalam pertanyaan apa yang dapat kita lakukan dengan sabut kelapa. Dari pokok bahasan ini akan keluar pikiran – pikiran yang dihubungkan kepada pengalaman, yaitu berupa hasil yang berasal dari sabut kelapa seperti keset, sapu, bahan bakar, bahkan sampai kepada aneka ragam hiasan. hias an. Pendekatan dalam mempelajari bahan bidang studi ini bersifat child-centered, yaitu bahwa seluruh kegiatan belajar mengajar berpusat pada minat dan perhatian siswa melalui penerapan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA).
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Penguasaan Materi Pelajaran
74
Untuk memudahkan anda dalam mengajarkan jenis materi ini, anda perlu mengetahui bagaimana cara memilih bahan sesuai dengan perkembangannya. Adapun alasan pengembangan dalam pemilihan bahan ajar adalah sebagai berikut. a. Bahan bidang studi itu harus diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Cara memilihnya dilakukan dengan cermat dan mempergunakan kriteria tertentu. b. Bahan bidang studi yang tidak relevan dengan kebutuhan diganti dengan yang
baru.
Penggantian
ini
dilakukan
atas
dasar
perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Bahan bidang studi itu bersifat fundamental dan terbaru. c. Bahan bidang studi yang makin bertambah itu harus dipelajari melalui berbagai media komunikasi. Media dengar, media lihat dan media gerak perlu diperluas. Proses belajar tidak terbatas diruang kelas, tetapi juga di luar kelas, bahkan sampai di luar sekolah. d. Bahan bidang studi yang makin bertambah itu dipelajari melalui berbagai pendekatan, baik pendekatan metode penyampaian pelajaran maupun media pembelajaran yang digunakannya.
2. Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran Dalam praktik pembelajaran, guru dituntut untuk selalu memperbaharui model, pendekatan atau metode pembelajarannya. Hal ini penting agar proses pembelajaran dapat berlangsung penuh makna baik bagi guru itu sendiri maupun bagi peserta didik. Profesor Liliasari (UPI Bandung), dalam Seminar Nasional tentang Peningkatan Profesionalisme Guru yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Sriwijaya, Mei 2009, 2009, mengemukakan beberapa beberapa hal penting berkenaan dengan
peningkatan
profesionalisme
guru
sebagaimana
tertuang
dalam
makalahnya sebagai berikut. Guru profesional harus memiliki kompetensi yang memenuhi ketentuan perundang-undangan. perundang-undangan.
Dalam
Standar
Kualifikasi
dan
Kompetensi
Guru
berdasarkan Permendiknas no. 16 tahun 2007 dinyatakan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, pedagogik, kepribadian, sosial, sosial, dan profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru. Beberapa kompetensi inti Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
75
guru mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan pembelajaran di antaranya: (1) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (2) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (3) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Salah satu kompetensi yang dituntut dalam kompetensi inti yang pertama di atas yaitu menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam pelajaran yang diampu. Kompetensi guru mata pelajaran yang terkait dengan kompetensi inti yang ke 2 di atas, yaitu: (a) menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan; (b) melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan; (c) menggunakan media pembelajaran dan sumber s umber belajar bela jar yang relevan dengan karakteristik karakterist ik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. Selanjutnya untuk memenuhi kompetensi inti yang ke 3 di atas, perlu dimiliki kompetensi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran yang diampu. Selama ini para guru sudah dididik untuk dapat memiliki kompetensikompetensi tersebut melalui pendidikan sarjananya. Dalam mengimplementasikan kompetensinya di lapangan banyak tantangan yang perlu dihadapi para guru, terutama dengan beragamnya lapangan yang dihadapi dan berkembangnya ilmu dari masa ke masa. Guru perlu selalu memperbaharui pengetahuannya agar dapat menjawab tantangan zaman. Sehubungan dengan peningkatan kinerja guru dalam pemenuhan kompetensi-kompetensi tersebut di atas, diperlukan pengetahuan mengenai inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran yang dilakukan guru bila diakui oleh pemerintah akan berdampak pada pemberian maslahat tambahan bagi guru yang bersangkutan (PPRI no 74/2008, pasal 24). Apa, mengapa dan bagaimana inovasi dilakukan dalam pembelajaran, marilah kita ikuti uraian selanjutnya. Dalam makalah ini inovasi pembelajaran yang dibahas lebih difokuskan dalam inovasi pembelajaran Sains (Biologi, Fisika, dan Kimia). Pengertian Pengertian Inovasi Pembelajaran dan Komponen Yang Perlu Diinovasi
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
76
Inovasi secara umum bermakna pembaharuan. Dalam pembelajaran ada 3 komponen pendukung utama yaitu siswa, guru dan materi pembelajaran atau bahan ajar.Interaksi ketiga komponen tersebut akan menghasilkan menghasilkan komponen yang keempat yaitu proses pembelajaran. Akhirnya keempat komponen tersebut akan mencerminkan kualitas pembelajaran. Penggunaan sudut pandang inovasi perlu dikenakan pada seluruh komponen
pembelajaran
tersebut
agar
mencapai
peningkatan
kualitas
pembelajaran yang diharapkan. Peningkatan kualitas pembelajaran menunjukkan kepiawaian guru dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran. Kepiawaian ini menjadi indikator profesionalisme guru. Marilah kita tinjau tiap komponen pembelajaran yang perlu diinovasi. 1. Inovasi Guru
Pada umumnya guru membelajarkan siswa dengan cara menyampaikan materi pelajaran dari buku-buku teks. Hal ini ditengarai membuat pembelajaran menjadi tidak menarik. Hanya sedikit siswa yang tertarik belajar Sains, karena guru menyampaikannya terlalu akademik. Materi pelajaran Sains biasanya dirasakan terlalu “sulit” bagi siswa karena penyampaiannya penyampaiannya oleh guru sangat “inert”. Dalam hubungan dengan kasus tersebut apakah inovasi yang perlu dilakukan guru? Suatu tantangan bagi guru adalah bagaimana membuat Sains menarik dan bagaimana membuat siswa ingin tahu lebih banyak melalui Sains. Untuk menjawab tantangan tersebut hendaknya guru selalu ingat bahwa jiwa Sains adalah inkuiri. Belajar Sains hanya menarik apabila dapat membuat siswa meningkatkan rasa ingin tahu (curiosity ( curiosity)) lebih banyak melalui Sains
.
Peningkatan curiosity siswa curiosity siswa dapat meningkat apabila siswa dipandu bekerja Sains, dan bukan menghafal Sains. Untuk mencapai hal tersebut guru dituntut mendorong siswa untuk bertanya secara kritis dalam bekerja Sains tersebut. Kemampuan itu baru dapat tercapai apabila guru berhasil membimbing siswa melakukan analisis dan sintesis. Dengan pola pembelajaran inovatif yang dilakukan guru, siswa juga akan mengalami inovasi dalam belajarnya. Bagaimana inovasi belajar siswa?
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
77
2. Inovasi Siswa
Siswa perlu diinovasi dalam cara belajarnya. Bila biasanya siswa cukup hanya mengumpulkan pengetahuan dalam pembelajaran, namun belajar masa kini perlu diarahkan untuk mencapai kompetensi tertentu. Pengumpulan pengetahuan siswa yang paling mudah dapat dilakukan melalui hafalan. Apabila pencapaian pengumpulan pengetahuan diukur, biasanya cukup jelas melalui tes tentang konsep-konsep yang dipelajari. Meskipun siswa dapat lulus dalam tes tersebut, belum tentu ia menguasai me nguasai konsep-konsep yang dipelajarinya bila diukur dari segi kinerja. Pengetahuan tentang banyak konsep sains ternyata tidak cukup. Pencapaian kompetensi sains siswa baru dapat diukur melalui kinerja siswa atau penerapan konsep-konsep yang dipelajarinya pada situasi yang berbeda. Apabila biasanya aktivitas kelas didominasi oleh aktivitas guru, maka perlu diubah menjadi didominasi oleh aktivitas siswa. Dari kegiatan menghafal diinovasi menjadi kegiatan berpikir. Jadi dari belajar menerima perlu diubah menjadi belajar menemukan. Untuk meningkatkan komunikasi, belajar individual yang biasanya dilakukan perlu diubah menjadi belajar berkolaborasi. Kegiatan pembelajaran perlu diinovasi dengan beberapa indikator yang perlu diganti, seperti dari menyimak menjadi kegiatan, dari praktikum verifikasi menjadi praktikum berbasis inkuiri. Apabila biasanya siswa hanya menjawab pertanyaan guru, maka perlu diubah menjadi bertanya kepada guru dan sesama siswa. Sebagai akibatnya kegiatan siswa yang biasanya hanya mencatat hal-hal yang disampaikan guru, perlu diubah menjadi merangkum. Kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dari surface dari surface learning menjadi deep learning (Light and Cox,2001). Dari kegiatan siswa mendengarkan ceramah guru perlu diinovasi menjadi siswa mempresentasikan apa yang dipelajarinya. Bertolak dari hal-hal
tersebut
ciri-ciri
proses
pembelajaran
yang
inovatif
meliputi
menyenangkan, menantang, aktif, kreatif, mandiri, interaktif dan inspiratif. Ditinjau dari segi kompetensi siswa belajar sains, perlu adanya inovasi dari menghafal konsep-konsep sains menjadi menguasai konsep-konsep sains, yang selanjutnya dikembangkan menjadi menguasai keterampilan generik sains (Brotosiswoyo, 2000; Liliasari,2008).
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
78
3. Inovasi Bahan Ajar
Pada pembelajaran gaya lama, bahan ajar meliputi buku teks, Lebar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal. Untuk memenuhi tuntutan inovasi maka bahan ajar dapat meliputi buku teks, LKS, soal-soal, audio-video, majalah, software dan perangkat-perangkat lain yang terdapat di lingkungan lingkungan kehidupan siswa. Buku teks merupakan salah satu sumber informasi yang dapat diinovasi dengan buku-buku teks mutakhir dan bahan-bahan pelajaran yang dicari siswa secara aktif dari internet. Bahan ini dapat berupa teks dan non teks. Bahan ajar multimedia dapat berupa software animasi, simulasi, pemodelan, tutorial dan berbagai jenis software lainnya. Bentuk lain bahan ajar dapat dalam bentuk rekaman audio/video, software interaktif, journal ilmiah tercetak ataupun elektronik. Diversifikasi bahan ajar diperlukan megingat pertambahan jumlah siswa per-kelas yang jumlah meningkat sangat pesat. Makin banyaknya jumlah siswa menyebabkan aksesnya terhadap bahan ajar makin terbatas, namun meningkatnya curiosity siswa curiosity siswa memerlukan bahan ajar penunjang yang tak terbatas. Hal ini bukan hanya terbatas pada jumlah dan ragam bahan ajar saja, tetapi juga perlu ditembus ruang dan waktu. Perpustakaan yang dulu hanya memiliki bahan ajar tercetak saja, masa kini dengan adanya inovasi pembelajaran memerlukan adanya bahan ajar yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Bila biasanya perpustakaan hanya dapat digunakan pada jam buka yang terbatas, misalnya pukul 8.00 -20.00, tuntutan penggunaan bahan ajar dapat diinovasi menjadi 24 jam setiap hari dengan menggunakan akses internnet. Dengan demikian penyediaan dan pemanfaatan bahan ajar sudah saatnya tidak dibatasi dengan ruang dan waktu lagi. Hal ini menuntut adanya perubahan kompetensi siswa maupun guru dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dari segi guru tuntutan tersebut menyebabkan perlunya dipenuhi persyaratan kompetensi inti penggunaan TIK oleh guru profesional sebagaimana ditentukan dalam Permendiknas no 16/2007 tentang standar kompetensi guru. Kompetensi guru yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK dapat dikembangkan secara bertahap, dari menggunakan komputer sebagai wahana membaca bahan ajar dan bahan pengayaan pembelajaran, hingga menggunakan Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
79
TIK untuk berkomunikasi. Tahap paling sederhana adalah membuka sumbersumber belajar untuk dirinya sendiri, yang berupa bacaan, mulai dari buku teks elektronik, wikipedia, artikel-artikel jurnal hasil penelitian pendidikan, modelmodel pembelajaran yang menggunakan animasi dan interaktif, hingga simulasi laboratorium (Heinich,1996). Tahap berikutnya adalah menggunakan bahan bahan ajar tersebut untuk pembelajaran siswa. Selanjutnya guru akan mencapai tahap berkomunikasi menggunakan bantuan TIK melalui forum dengan rekanrekan guru untuk saling berbagi pengetahuan, membentuk suatu komunitas belajar. Komunitas belajar ini perlu melibatkan dosen dari universitas sebagai anggota komunitas yang berfungsi menjadi nara sumber. Komunitas ini menyelenggarakan ICT menyelenggarakan ICT Based Lesson Less on Study yang Study yang tidak terbatas oleh jarak, ruang dan waktu; jangkauannya dapat sangat luas menggunakan fasilitas internet. Melalui komunitas belajar yang dibentuk setiap guru dapat meningkatkan pengetahuannya secara terus-menerus, sehingga kesenjangan kemampuan guru karena jauhnya dari informasi dapat dihindarkan. Dalam program ini daerah yang kekurangan guru dapat ditolong melalui virtual class, class, ketika sekolah tersebut terhubung dengan sekolah lain melalui jaringan internet dengan bantuan alat khusus dan TV. Komunikasi ini dapat diperluas dengan layanan komunikasi dengan siswa yang tidak dibatasi oleh tatap muka di kelas dan di sekolah, tetapi dapat pula dilakukan setelah guru dan siswa pulang ke rumah mereka masingmasing. Bentuk komunikasi ini juga dapat diperluas dengan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa membentuk masyarakat belajar. 4. Inovasi dalam Capaian Kompetensi Kompetensi dan Evaluasi Pembelajaran (Asesmen)
Pada umumnya pembelajaran masa kini lebih menekankan capaian pada efek pembelajaran (instructional (instructional effect ). ). Inovasi yang diperlukan terhadap pandangan ini yaitu perlunya capaian suatu proses pendidikan pada efek iringan (nurturant effect ) yang cakupannya jauh lebih luas dan menyeluruh dalam rangka pembentukan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, hasil belajar juga bukan hanya melibatkan ranah kognitif saja, melainkan juga ranah afektif dan psikomotorik. Pengembangan ketiga ranah ini perlu berimbang, dan pembelajaran
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
80
sains
berpotensi
besar
untuk
mencapainya.
Di
manakah
letak
inovasi
pembelajaran sains dalam hal ini?
Beberapa Model Pembelajaran Inovatif Prof Liliasasi (2009) juga mengemukakan beberpa model pembelajaran yang inovatif di antaranya: model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran tematik, model pembelajaran kreatif-produktif, dan model pembelajaran berpikir tingkat tinggi. Karakteristik setiap model tersebut akan dipaparkan pada uraian selanjutnya. 1. Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran ini menekankan pada hakekat Sains sebagai proses, yaitu inkuiri sains. Berdasarkan pola pikir tersebut model pembelajaran ini bertujuan membangun rasa ingin tahu siswa yang pada akhirnya dapat membangun sikap ilmiah siswa. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana siswa dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif. Inovasi yang perlu dilakukan untuk mencapai hal tersebut melalui model pembelajaran ini adalah membuat pembelajaran Sains menantang dan menjadi misteri untuk dipecahkan oleh siswa. Hal ini membuat model pembelajaran ini berbasis keterampilan bertanya kritis. 2.
Model Pembelajaran Kontektual
Berbeda dengan model pembelajaran inkuiri yang lebih memperhatikan pengembangan konsep Sains melalui pengembangan ranah kognitif siswa, model pembelajaran kontekstual lebih bernuansa pengembangan ranah afektif. Model pembelajaran ini berbasis nilai/norma dan bertolak dari kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian dapat ditunjukkan melalui model pembelajaran ini eratnya hubungan Sains dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Inovasi dalam pembelajaran Sains melalui pembelajaran kontekstual yaitu meninjau Sains dari sisi nilai-nilai Sains, yaitu Sains sebagai aplikasi. Dalam hal ini pesan yang dititipkan melalui pembelajaran Sains adalah bahwa aplikasi sains harus untuk kesejahteraan hidup manusia dan alamnya, menghindarkan bahaya/ Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
81
efek sampingan sains yang berdampak buruk bagi kehidupan. Bertolak dari pandangan ini maka pembelajaran sains juga dapat dimanfaatkan untuk membekali siswa yang melanjutkan studi di bidang non-sains. Dengan adanya penekanan pada aplikasi sains dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan pembelajaran kontektual ini dititipi untuk mengembangkan mengembangkan muatan lokal. 3. Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran ini memiliki kesesuaian dengan model pembelajaran kontektual, yaitu berbasis tema dalam kehidupan sehari-hari. Model ini dipilih untuk menghilangkan kesan disiplin-disiplin Sains yang kokoh dan tidak berhubungan satu dengan lainnya. Hal itu menunjukkan arogansi pada setiap disiplin sains. Padahal sesungguhnya ada 6 tema umum dalam pembelajaran Sains, yang menembus antar disiplin sains, yaitu: sistem, model, kekekalan, pola perubahan, skala, dan evolusi. Melalui model pembelajaran tematik akan tergambar keterhubungan berbagai mata pelajaran. Hal ini menunjukkan inovasi adanya kesadaran akan kesatuan Sains dan hubungannya dengan banyak mata pelajaran lain. Jadi penggunaan model pembelajaran tematik ini selalu menggunakan pendekatan hand-on dan minds-on yang lebih konkret bagi siswa. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan belajar Sains oleh banyaknya hubungan dengan mata pelajaran-mata pelajaran lain. Untuk menemukan banyak hubungan ini i ni kekuatan pembelajaran tematik adalah tidak terbatas pada jam pelajaran saja, melainkan dapat berlanjut di luar jam pelajaran tanpa menjadi beban bagi siswa.
4. Model Pembelajaran Kreatif-Produktif
Model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari siklus belajar berbasis konstruktivisme. Model pembelajaran ini sesungguhnya sesungguhnya menerapkan teori Piaget Piaget yaitu model asimilasi dan akomodasi dalam pembentukan struktur kognitif siswa. Pada model siklus belajar tahap-tahap pembelajaran meliputi tahap orientasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep, lebih mengarahkan pada pembentukan konsep-konsep Sains dengan efek iringan berpikir kritis. Untuk mengembangkan berpikir kreatif maka dilakukan modifikasi tahap ke tiga dari siklus belajar menjadi 2 tahap, yaitu tahap interpretasi konsep-konsep sains dan Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
82
re-kreasi aplikasi konsep-konsep sains. Dengan adanya modifikasi ini, selain berpikir kritis dikuasai siswa sebagai efek iringan pembelajaran; juga akan diperoleh efek iringan lain, yaitu berpikir kreatif. Keuntungan lain yang diperoleh melalui model pembelajaran kreatif-produktif adalah efisiensi waktu belajar siswa di kelas, karena tugas-tugas dapat dilakukan di luar kelas.
5. Model Pembelajaran Pembelajaran Berpikir Tingkat Tinggi
Model pembelajaran ini merupakan kulminasi dari berbagai inovasi dalam pembelajaran. Melalui model pembelajaran ini Sains hanyalah sebagai wahana untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Berpikir tingkat tinggi perlu dijadikan efek iringan pembelajaran yang menjadi tujuan utama pembentukan manusia Indonesia yang yang tangguh dalam kompetisi global. global. Dalam merumuskan model pembelajaran berpikir tingkat tinggi, tidak cukup
siswa
hanya
berpikir
melalui
Sains,
melainkan
siswa
terutama
mengembangkan keterampilan berpikir sains; yaitu keterampilan generik sains. Keterampilan ini meliputi: (a) pengamatan langsung dan tak langsung; (b) kesadaran akan skala besaran; (c) bahasa simbolik; (d) kerangka logika taat azas hukum alam; (e) inferensi logika; (f) hubungan kausal; (g) pemodelan matematik; (h) membangun konsep; dan (i) tilikan ruang (Brotosiswoyo, 2000). Melalui model-model pembelajaran berbasis TIK keterampilan generik sains dan berpikir tingkat tinggi berhasil dikembangkan (Liliasari et al, 2008). Dalam menentukan model-model pembelajaran yang dipilih, perlu diperhatikan kesesuaian karakteristik model dengan materi Sains yang akan dibelajarkan dan tujuan pembelajaran tersebut.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
83
Rangkuman Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Ada dua cara memandang materi atau bahan ajar, yaitu pertama dari sudut isi bahan ajar, dan kedua dari sudut cara pengorganisasian bahan ajarnya, yaitu fakta, konsep, prinsip, keterampilan, pemecahan masalah dan proses. Di lihat dari sudut isi materi, bahan ajar dapat digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu: liniar, kumulatif, praktikal, dan eksperimensial. Model pembelajaran inovatif sebaiknya dikuasai guru, seperti inkuiri, kontekstual, tematik, kreatif-produktif, berpikir tingkat tinggi .
Latihan:
1. Jelaskan ruanglingkup kompetensi profesional yang harus dikuasai guru! 2. Jelaskan pengelompokkan materi pelajaran dilihat dari isi bahan ajar! 3. Jelaskan disertai contoh, dua macam model pembelajaran inovatif.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pemahaman Terhadap Inovasi Pembelajaran
84
Sub Unit 3 Kompetensi Kepribadian Setelah mempelajati Sub unit 3, anda diharapkan memiliki pemahaman tentang kompetensi kepribadian dan beberapa aspek yang berkaitan seperti penampilan dan kepribadian, perilaku yang dibenci peserta didik dan disiplin.
1. Pengertian enurut penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sementara, menurut Wardiman Djojonegoro (2009) dengan kompetensi kepribadian, guru diharapkan:
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa;
Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
Mampu mengevaluasi kinerja sendiri (tindakan reflektif); dan
Mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan. secara berkelanjutan.
Prof. Dr. Fuad A Rahman (2008) dengan mengutip dari berbagai sumber menyimpulkan bahwa kepribadian bukanlah konsep tunggal melainkan sangat kompleks dan semua itu ada dalam diri kita dan hidup kita. Oleh karenanya diperlukan keterampilan untuk mengelolanya agar kita menjadi pribadi yang menarik, bermanfaat dan mempesona. Kepribadian adalah segenap organisasi organisasi mental dari manusia pada semua tingkat dari perkembangannya. Ini mencakup setiap fase karakter manusianya, intelek, tempramen, keterampilan, moralitas dan segenap sikap yang telah terbentuk sepanjang hidupnya, jadi Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 3
85
mencakup seluruh kemampuan manusia dan segenap pengalaman sepanjang hidupnya.
2. Penampilan Kepribadian Guru Penampilan yaitu unsur kemampuan mewujudkan berbagai perilaku kinerja yang nampak sesuai dengan bidang jabatan dan tugasnya sebagai pendidik. Penampilan merupakan cerminan kualitas kepribadian sebagai keseluruhan perilaku dalam berbagai aspek yang secara kualitatif akan membentuk keunikan atau kekhasan seseorang dalam interaksi dengan lingkungan di berbagai situasi dan kondisi. Kepribadian yang efektif akan terwujud melalui berfungsinya keseluruhan potensi manusiawi secara penuh dan utuh melalui interaksi antara diri dengan lingkungannya. Ada tiga faktor penting dalam keseimbangan diri (personal stability), sebagaimana dikemukakan oleh Ramly (2006), yaitu: mentalitas, moralitas dan spiritualitas. Unsur penting dari mentalitas adalah bersikap jujur, meyakini nilai-nilai, memegang teguh komitmen, serta selalu meyakini bahwa kehidupan menyediakan segala sesuatunya dalam porsi melimpah bagi setiap orang dalam mencapai citacita dan kariernya. Seseorang yang dikatakan memiliki moralitas yang baik bila memiliki nilai, norma, prinsip hidup dan empati terhadap lingkungan. Moralitas terkait dengan dunia luar diri seseorang (manusia dan lingkungannya). Tingkat moralitas yang baik akan memberikan keseimbangan seseorang dalam memperlakukan dirinya dan orang lain. Spirituaitas adalah sesuatu yang tidak identik dengan segala apapun, karena sesungguhnya kekuatan spiritualitas ada pada setiap manusia. Kekuatan spiritualitaslah yang mengantarkan seseorang guru berani menghadapi teguran dari pihak “penguasa” hanya kerena kerena mengkritik atau menyampaikan menyampaikan masukanmasukanmasukan. Kekuatan spiritualitas akan mencerminkan pribadi seorang guru bersikap tenang, berani, dan santun menghadapi siapa pun. Keyakinan utamanya Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Penampilan Kepribadian Guru
86
adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebenaran. Kekuatan spiritual yang dimiliki seorang guru akan membuat dirinya nyaman dengan profesinya. Dengan kata lain, spiritualitas adalah sesuatu yang yang terkait dengan dengan nilai-nilai dan keyakinan keyakinan terhadap kekuatan di luar diri kita (trancendental ( trancendental ). ). Seseorang dikatakan memiliki spiritualitas yang kuat bila meyakini prinsip-prinsip dan nilai nilai yang menggambarkan kebesaran Allah swt dalam mengekspresikan gagasan dan perasaan dengan berani, diikuti timbang rasa terhadap gagasan maupun perasaan orang lain. Menurut Asmani (2009), penampilan guru sebaiknya menghindari beberapa hal yang umumnya tidak disukai atau dibenci oleh peserta didik, antara lain: 1. Berpakian kurang rapi . Kerapihan dalam berpaikan atau tata rias merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru. Dengan penampilan yang rapi, guru dapat meningkatkan rasa percaya diri dan martabat dirinya sebagai guru. 2. Jarang masuk . Guru sebagai pendidik profesional seharusnya dapat melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Karena itu apabila Guru jarang masuk kelas untuk melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan membimbing para siswanya, tentu mengecewakan murid, pimpinan sekolah juga para wali murid. 3. Pilih kasih (tidak adil). Berlaku atau memperlakukan semua peserta didik secara adil merupakan keharusan bagi guru. Dengan berlaku adil, berarti dia mengedepankan objektivitas daripada subjektivitas. Sebab semua semua muridnya memiliki hak yang sama dalam memperoleh layanan pendidikan dan pembimbingan pembimbingan dari gurunya. 4. Suka memberi PR tanpa mengoreksi. Tujuan memberikan Pekerjaan Rumah (PR) adalah agar siswa termotivasi untuk belajar. Namun, motivasi belajar dari para siswa akan turun bahkan hilang hilan g apabila apabil a memberkan PR PR melebihi kapasitas kemampuan siswa, atau menyita seluruh waktu mereka sehingga tidak sempat bermain. Padahal anak-anak pada usia SD dan SMP masih memerlukan waktu untuk bermain. Begitu juga ketika PR tidak Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Penampilan Kepribadian Guru
87
diperiksa gurunya, murid menjadi tidak mengetahui apakah pekerjaannya itu salah atau benar dan akhirnya menurunkan motivasinya juga. 5. Suka Menyuruh. Dalam pergaulan sehari-hari, kita, termasuk di
dalamnya guru, pada saat-saat tertentu memerlukan bantuan orang lain. Apakah guru tidak boleh meminta bantuan murid? Tentu saja boleh. Namu, cara meminta tolong alias menyuruh mereka dengan bahasa atau cara-cara yang menyebabkan orang lain tersinggung atau keberatan, karena menyuruhnya terlalu sering. Jika kita terpaksa menyuruh mereka, ingat berilah penghargaan misal ucapan terima kasih. 6. Berkata kasar. Gunakanlah kosa kata yang baik, sopan dan santun dan
nada suara yang wajar. Tidak membentak-bentak dan berbicara dengan nada amarah. 7. Menghukum
semena-mena.
Meskipun
Guru
diberi
kewenangan
memberikan hukuman yang bersifat mendidik, tentu hukuman itu tidak diterapkan sekehendak dirinya. Hindari memberi hukuman tanpa terlebih dahulu memberitahukan apa pelanggaran yang telah dilakukan. 8. Cuek di dalam dan di luar kelas. Sikap acuh tak acuh pada peserta didik
semestinya dihindari oleh semua guru profesional. Sikap cuek akan menajuhkan Guru dengan anak didiknya. Sebaliknya, guru harus membangun
keakraban
dengan
peserta
didik
tanpa
mengurangi
wibawanya. 9. Susah Dimintai Tolong. Guru dengan yang memiliki tugas kemanusiaan,
tentu harus mau dimintai tolong oleh orang lain. Ia akan ringan tangan memberikan bantuan, bila ada muridnya memerlukan memerlu kan bantuan darinya.
3. Disiplin sebagai Seorang Pendidik Asmani (2009) dalam buku Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif
mengungkapkan betapa pentingnya disiplin bagi seorang guru.
Kedisiplinan masih menjadi barang mewah di negeri ini, termasuk pada guru. Pada hal, disiplin adalah salah satu syarat mutlak menggapai kesuksesan dalam menggapai cita-cita besar dalam dunia pendidikan. Tanpa disiplin yang tinggi, Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Disiplin sebagai Seorang Pendidik
88
kualitas lembaga pendidikan akan kalah dari bangsa-bangsa lain yang menerapkan disiplin tinggi, seperti Malaysia, Australia, Cina, dan J epang. Membangun kesadaran hidup disiplin patut digalakan semua pihak. Guru sebagai figur teladan murid harus meberikan contoh yang baik dalam penegakan disiplin ini. Amerika menjadi Negara besar sekarang ini, sebagaimana dikatakan Ade Armando, tidak lepas dari tradisi hidup yang mengedepankan kedisiplinan yang ketat dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Disiplin identik dengan konsistensi dalam melakukan sesuatu. Ia merupakan symbol dari stamina yang powerful kerja keras yang tidak mengenal rasa malas, orang yang selalu berpikir pencapaian target secara perfect, secara perfect, dan tidak ada dalam pikirannya kecuali hasil terbaik dari pe kerjaan yang dilakukan. Memang tidak mudah mempunyai karakter dan pola hidup disiplin. Namun, karena disiplin adalah syarat mutlak menggapai kesuksesan hidup, maka mau tidak mau kita harus berlatih secara maksimal dan intensif menjadi oang disiplin. Begitu pula dengan seorang guru, sebab, dia menjadi teladan disiplin bagi muid – muid – muridnya. muridnya. Untuk membangun tradisi disiplin yang kuat, dan beberapa hal yang perlu dilakukan:
1. Ingat selalu manfaat dan kegunaanya
Selalu mengingat manfaat besar disiplin akan mendorong seseorang untuk disiplin. Sebagai seorang guru, disiplin manfaatnya sangat besar, antara lain pembelajaran dapat berjalan secara efektif, baik dan memuaskan. 2. Ingat selau cita-cita
Cita – Cita – cita cita yang besar selalu membutuhkan kerja keras, semangat pantang menyerah, dan prinsip maju tanpa mengenal mundur, Sekali maju, sebsar apapun halangan dan rintangan yang menghadang harus dihadapi dengan sikap kesatria, penuh keberanian. Namun, untuk menggapai semua itu perlu kedisiplinan. kedi siplinan. Cita – cita besar tidak akan terwujud kalau seseorang tidak disiplin melakukan pekerjaan yang berpengaruh besar dalam hidupnya jangka panjang. Sebelum mendisipli nkan murid-muridnya, seorang guru harus disiplin terlebih dahulu, sehingga muridmuridnya segan dan mengikuti perintahnya. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Disiplin sebagai Seorang Pendidik
89
3. Ingat selalu tanggung jawab
Tanggung jawab besar yang ada dipundak guru harus dilaksanakan sebagai amanat dari Negara, masyarakat, dan nurani sendiri. Tanggung jawab mendidk dan mempersiapkan masa depan anak bangsa membutuhkan keseriusan dan kerja keras. Seorang guru harus terus mengingat tugas dan tanggung jawab besarnya di hadapan Allah, Negara, wali murid, dan kepada anak didik. Ia tidak boleh menyepelekan dan merendahkan tanggung jawab tersebut. Karena, menyepelekan amanah berarti menyebabkan hilangnya kepercayaan yang diberikan. Mengingat dekadensi moral dan degradasi prestasi demikian mencolok di Negara ini, maka perjuangan guru dalam mengemban amanat semakin besar. Mutu pendidikan di negeri ini sudah berad jauh di negara-negara yang dulu berada di bawah kita, seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan lainnya. 4. Pandai mengatur waktu Disiplin melaksanakan kegiatan membutuhkan kemampuan mengatyr waktu dengan baik. Dari menejemen waktu tersebut bisa diketahui mana yang menjadi prioritas. Istilahnya, mana yang masuk kategori pekerjaan wajib (harus dilaksanakan), Sunnah (baik dilakukan), Makruh (banyak negatifnya), dan haram (larangan) dilakukan. Kategorisasi ini akan membawa dampak positif. Artinya, ia harus menyibukan diri pada sesuatu yang yang bernilai wajib, baru baru melakukan sesuatu yang bernilai sunnah. Usahakan jangan sampai melakukan kegiatan yang bernilai makruh dan haram, karena sesuatu yang bernilai makruh dan haram akan mengakibatkan mental menjadi ketagihan, sehingga setan mudah untuk untuk
terus
menggodanya. Akibatnya, pekerjaan terbengkalai. Inilah yang harus diperhatikan guru dalam mengatur jadwal kegiatannya setiap hari. 5. Tinggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Disiplin sebagai Seorang Pendidik
90
Hal-hal yang tidak bermanfaat, misalnya begadang malam, nonon televisi sampai malam, ngobrol larut malam, dan sejenisnya, seharusnya ditinggalkan. Seorang guru harus memberikan contoh yang baik dan konstruktif kepada anak didik dan masyarakatnya. Kalau ada godaan, sekali apapun, cepat potong, langsung melaksanakan hal baik tanpa berpikir untuk menunda nanti. Setan trelampau cerdas membelokan maksud baik manusia dengan hal-hal sepele yang melalikan dan menjerumuskan ke lubang kehinaan, kehancuran, dan
kegagalan. Maka, berhati-hatilah.
Tinggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat yang membuang-buang waktu, agar agenda yang telah disusun dapat berjalan dengan baik. Agama sudah memberikan pelajaran kepada kita bahwa sesuatu yang tidak manfaatnya harus ditinggalkan. Ucapan, tindakan, dan segala sepak terjang kita harus membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Rangkuman Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,dan berakhlak mulia. Kepribadian terkait erat dengan penampilan diri. Untuk itu, perlu didukung oleh mentalitas, moralitas dan spiritualitas yang yang kuat. Beberapa aspek yang yang benci murid adalah (a) Berpakian kurang rapi, (b) Jarang masuk (mengajar), (c) Pilih kasih (Tidak adil), (d) Suka memberi PR tanpa mengoreksi, (e) Suka Menyuruh, (f) Berkata kasar, (g) Menghukum semena-mena,(h) Cuek didalam dan diluar kelas, dan (i) Susah Dimintai Tolong. Guru sebagai pendidik profesional mesti menerapkan disiplin pada dirinya, seperti mengatur waktu, melakukan pekerjaan yang bermanfaat, dan selalu bertangjawab Latihan:
1. Jelaskan dengan disertai contoh kompetensi kepribadian yang harus dimiki pendidik 2. Berikan ilustrasi keperibadian guru yang kuat 3. Mengapa guru harus menerapkan disiplin dalam melaksanakan tugas profesionalnya? Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Disiplin sebagai Seorang Pendidik
91
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Disiplin sebagai Seorang Pendidik
92
Sub Unit 4 Kompetensi Sosial
Setelah mempelajari sub unit 4, anda diharapkan dapat memahami kompetensi Sosial yang harus dimiliki guru dan ciri-ciri bahwa guru telah memiliki kompetensi sosial
1. Pengertian
D
lam penjelasan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Nasional
Pendidikan, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Guru diharapkan: 1. Dapat berkomunikasi secara simpatik dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, dan masyarakat; 2. Berkontribusi
terhadap
pengembangan
pendidik
di
sekolah
dan
masyarakat; di tingkat lokal, regional, nasional, dan global; 3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan global; 4. Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
(ICT)
untuk
berkomunikasi dan pengembangan pengembangan diri.
Kompetensi Sosial Guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Lebih Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 4
93
dalam lagi, kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
2. Fungsi Kompetensi Sosial Guru Kompetensi sosial memiliki beberapa dungsi yang harus dikembangkan oleh guru, antara lain sebagai: a. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan b. Perintis dan Pelopor Pendidikan c. Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan d. Pengabdiaan kepada masyarakat
Djam‟an Satori (2008) mengutip Achmad Sanusi (1991) dan D.T. Amiwijaya
(1984)
mengungkapkan
bahwa
kompetensi
sosial
mencakup
kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Menurut kompetensi kemasyarakatan atau kompetensi sosial seorang guru, sudah barang tentu berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Ia terwujud dalam bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat diman ia berada, baik secara formal maupun informal. Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya, Wijaya, dalam Djam‟an Satori (2008) adalah sebagai berikut. a. Terampil berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik. Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, baik lisan maupun tulisan, sangat diperlukan agar orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampaikan oleh guru. b. Bersikap Simpatik. Mengingat peserta didik dan orangtuanya berasal dari latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya secara individual dan ramah agar hubungan antar mereka bisa berlangsung luwes.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Fungsi Kompetensi Sosial Guru
94
c.
Dapat bekerjasama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah. Guru harus dapat menampilkan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya dapat diterima masyarakat. Dengan cara demikian, dia akan mampu bekerjasama dengan dewan Pendidikan/Komite Sekolah baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu guru perlu memahami kaidah-kaidah psikologis yang melandasi perilaku manusia, terutama yang berkaitan dengan hubungan anatar manusia.
d.
Pandai bergaul dengan kawan Sekerja dan Mitra Pendidikan. Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama kawan sekerja, dan orang tua peserta didik, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain atau orangtua berkenaan dengan anaknya, baik di bidang akademis ataupun sosial, dalam memerankan dirinya dalam kelompok kerja atau organisasi profesi guru.
e. Memahami Dunia Sekitarnya (Lingkungan). Guru diharapkan memahami kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat tempat ia ditugaskan. Dengan mengenalnya, maka ia akan mudah menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya
dan
lingkungannya.
masyarakat
mudah
menerima
kehadiran
guru
di
Bagaimana pun masyarakat memandang bahwa guru
adalah salah satu tokoh yang patut dihargai dan dihormati.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, Prof Fuad A. Rahman (2008) mengungkapkan beberapa aspek penting berkenaan dengan konpetensi sosial pendidik, yaitu: 1.
Memahami berbagai faktor yang berpengaruh dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran.
2.
Mengerti berbagai faktor sosial-kultural dan ekonomi yang berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta didik.
3.
Memahami pentingnya hubungan antara sekolah dengan orang tua dan tokoh masyarakat yang berpengaruh terhadap proses pendidikan anak disekolah secara langsung atau tidak langsung
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Fungsi Kompetensi Sosial Guru
95
4.
Mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakat yang merupakan pegangan hidup, yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
5.
Memahami pendekatan-pendekatan yang diterapkan disekolah untuk menarik masyarakat untuk berperan serta dalam pendidikan putra-putri mereka di sekolah sesuai dengan kapasitas dan fungsi mereka.
6.
Menguasai
dan
memahami
perubahan-perubahan
akibat
dampak
globalisasi yang mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan termasuk proses pembelajaran dan bagaimana mengendalikan perubahan tersebut agar tidak terjadi pengaruh negative terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Rangkuman
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif denganpeserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan Kompetensi Sosial, guru bertugas sebagai: (a) Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan, (b) Perintis dan Pelopor Pendidikan, (c) Pelaku Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan, (d) Pengabdi kepada masyarakat. Untuk dapat melaksanakan fungsinya tersebut, maka guru harus memahami berbagai kondisi tentanglingkungan sosialnya. Menurut Cece Wijaya, kompetensi sosial ditandai dengan: (a) Terampil berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik, (b) Bersikap Simpatik, (c) Dapat bekerjasama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah, (d) Pandai Bergaul dengan kawan Sekerja dan Mitra Pendidikan, dan (e) Memahami Dunia Sekitarnya (Lingkungan).
Latihan: 1. Jelaskan apa yang dimaksud kopetensi sosial pendidik? 2. Berikan contoh contoh ketika guru melakukan fungsi fungsi pelopor pendidikan.
sebagai perintis dan
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Fungsi Kompetensi Sosial Guru
96
3. Uraikan dengan contoh dua ciri bahwa guru memiliki kompetensi sosial.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Fungsi Kompetensi Sosial Guru
97
Unit 4 Peran Pendidik Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Setelah mempelajari unit ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menjelaskan : 1. Pengertian, tujuan, fungsi, asas, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling 2. Aspek-aspek bimbingan dan jenis-jenis la yanan bimbingan 3. Organisasi dan administrasi bimbingan di sekolah 4. Tugas-tugas personil pendidikan di sekolah dalam kaitannya dengan bimbingan. 5. Peran kepembimbingan guru dalam pembelajaran 6. Teknik-teknik identifikasi masalah yang dihadapi siswa di sekolah 7. Faktor-faktor yang menimbulkan masalah/kesulitan siswa disekolah 8. Menjelaskan teknik-teknik membantu siswa yang mengalami kesulitan 9. Komponen-komponen program bimbingan pengembangan program belajar di sekolah. sekolah.
di
sekolah
dan
Untuk mencapai tujuan diatas, maka unit 4 ini dibagi dalam dua sub unit materi yaitu: 1. Hakekat Bimbingan dan Konseling 2. Peran Pendidik dalam Bimbingan Konseling
Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling sangat bermanfaat bagi mahasiswa calon pendidik atau guru, karena dalam mengemban tugasnya, guru bertanggung jawab untuk membantu para siswa agar dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Potensi yang dikembang tersebut, tidak hanya menyangkut kecerdasan atau keterampilan, tetapi juga menyangkut seluruh aspek kepribadian. Sehubungan dengan tanggung jawab tersebut, para mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memiliki pemahaman atau kemampuan dalam bidang pengajaran, tetapi juga dalam bidang bimbingan. Dengan memahami konsep-
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Unit 4
96
konsep bimbingan, para mahasiswa diharapkan mampu berfungasi sebagai fasilitator perkembangan siswa, baik menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual. Bagi anda sebagai guru, pengetahuan tentang bimbingan konseling seharusnya benar-benar dimiliki dan dikuasai untuk dapat meningkatkan profesionalitas anda dalam melaksanakan tugas. Pada sub unit 1 anda diajak untuk mengkaji tentang hakikat bimbingan konseling yang meliputi: pengertian bimbingan konseling, fungsi bimbingan, prinsip-prinsip bimbingan, asas-asas bimbingan, bidang-bidang bimbingan, dan jenis-jenis layanan bimbingan. Pada sub s ub unit 2 anda diajak untuk mengkaji peran pendidik dalam bimbingan dan konseling. Dengan menguasai dan memahami materi tersebut diharapkan anda mampu melaksanakan peran sebagai pembimbing dan sebagai konselor bagi anak didik anda. Materi sub unit 2 ini meliputi: organisasi dan administrasi bimbingan di sekolah, uraian tugas personil, dan peren kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran. Agar berhasil menguasai materi unit 4 ini, bacalah uraian secara cermat, baca rangkuman untuk memantapkan pengetahuan, dan kerjakan tugas atau latihan. Selamat belajar.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
97
Sub Unit 1 Hakikat Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian bimbingan Sherzer dan Stone yang dikutip Djam’an Satori
dkk (2003:5.3)
mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Kemudian Sunaryo Kartadinata mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Dari dua pengertian di atas dapat ambil pokok-pokok pengertian seperti berikut : a.
Bimbingan meripakan suatu proses, yang berarti bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan ke giatan yang sistematis dan terencana yang terarah pada pencapaia n tujuan.
b.
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan dengan makna bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah siswa sendiri. Dalam bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya kepada siswa, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan siswa. Istilah bantuan dalam bimbingan juga bermakna sebagai upaya untuk mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa, memberi dorongan dan semangat, menumbuhkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab, dan mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah prilakunya sendiri.
c.
Bantuan diberikan kepada individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu, setiap bantuan kepada siswa akan dipahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah yang dihadapi siswa. Untuk itu, guru perlu memiliki keterampilan memahami perkembangan, kebutuhan, dan masalah siswa.
d.
Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi yang ditandai dengan Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 1
98
penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik dimana individu mampu mengenal dan memahami diri dan sistem nilai, melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang disebutkan diatas akan berkembang terus. 2. Pengertian Pengertian Konseling
Menurut Robinson yang dikutip Djam’an Satori dkk (2003:5.5) mengarrtikan konseling sebagai semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien, dibantu untuk lebih mampu menyesuiakan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan konseling
ini
memberikan
meliputi berbagai
penggunaan informasi,
wawancara
melatih
atau
untuk
memperoleh
mengajar,
dan
meningkatkan
kematangan, dan memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usahausaha penyembuhan (terapi). Usaha kesehatan mental sebagai salah satu bidang penyuluhan disamping sebagai pengembangan kemampuan menyesuaikan diri yang lebih efektif, juga sebagai usaha penyediaan terapi psikis. Penyuluhan juga menangani kesulitan-kesulitan dalam bidang pendidikan / pengajaran yang meliputi
kelemahan
dalam
keterampilan,
kebiasaan
belajar,
perencanaan
kurikulum, dan masalah-masalah emosional. Tujuan umum dari pelayanan bimbimngan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu terwujudnya manusia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dan berbudi pekerti luhur, memiliki memil iki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani jas mani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membantu kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan dan konseling harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan. Secara kh usus layanan bimbingan dan konseling berujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek prbadi-sosial, belajar, dan karir. Bimbingan pribadi- sosial dimasudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
99
perkembangan dalam mewujudkan pribadi yang bertakwa, mandiri
dan
bertanggung jawab. Bimbingan beajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan
pendidikan.
Bimbingan
karir
dimaksudkan
untuk
mewujudkan pribadi pekerja yang produktif. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar mampu mencapai kondis berikut : a.
Memiliki sikap dan kebiasaan untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
b.
Memiliki pemahaman diri, baik keunggulan maupun kelemahannya
c.
Dapat mengembangkan sikap positif baik terhadap diri sendiri, orang lain, keluarga maupun sekolah dimana ia belajar
d.
Membuat pilihan secara sehat sesuai dengan minat dan kemampuannya
e.
Mampu menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga diri orang lain
f.Memiliki f. Memiliki rasa tangung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya g.
Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
h.
Dapat menyelesaikan konflik baik yang bersifat internal maupun sosial
i. Dapat membuat keputusan secara efektif Dalam aspek perkembangan tugas belajar, layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar mampu mencapai kondisi berikut : a.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif
b.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar secara efektif
c.
Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar harian, membuat tugas-tugas memantapkan diri dalam mendalami pelajaran
d.
Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi / ujian
Dalam aspek tugas perkembangan karir, layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar mampu mencapai kondisi berikut: a. Memiliki sikap yang positif terhadap dunia kerja dalam arti dia mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun tanpa merasa rendah diri, yang penting bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma yang dijunjung oleh masyarakat Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
100
b. Mampu membentuk identitas karir, dengan cara mengenal ciri-ciri pekerjaan, kemampuan yang dituntut, lingkungan sosio-psikologis, dan kesejahteraan didalam berbagai lingkungan kerja c. Mampu merencanakan masa depan, yaitu merencanakan kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi sosial-ekonomi d. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir e. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat dalam bidang pekerjaan apa dia mampu. 3.
Fungsi Bimbingan
Fungsi bimbingan adalah seperti berikut : a.
Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa yang memiliki pemahaman terhadap dirinya baik kelebihan maupun kelemahannya, lingkungannya, baik fisik, sosial budaya dan agama. Berdasarkan pemahaman itu siswa sis wa diharapkan mampu mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b.
Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dan berupaya untuk mencegah supaya masalah itu tidak dialami siswa. Teknik yang dapat digunakan adalah layanan pemberian informasi, bimbingan kelompok. Masalah yang perlu dicegah dan diinformasikan kepada siswa diantaranya bahaya minuman keras, penyalahgunaan obat – – obatan obatan terlarang, merokok, drop out dari sekolah, pergaulan bebas dll.
c.
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif.
Pembimbing
senantiasa
berupaya
untuk
menciptakan
lingkungan kondusif atau memfasilitasi perkembangan siswa. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah saling tukar informasi, Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
101
tutorial, dan diskusi. Dalam melaksanakan fungsi ini guru bimbingan dituntut untuk memprogram bimbingan secara sistematis, sesuai dengan kebutuhan karakteristik atau tugas-tugas perkembangan siswa.
d.
Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif yang berkaitan dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
4.
Prinsip-prinsip bimbingan
a. Bimbingan diberikan kepada individu yang berada dalam proses perkembangan,
bantuan
yang
diberikan
harus
bertolak
dari
perkembangan dan kebutuhan siswa. Pembimbing bertugas membantu siswa memahami sistem nilai sebagai bagian dari proses pengembangan dirinya. b. Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa, tidak hanya ditujukan pada siswa yang bermasalah saja tetapi ditujukan pada semua siswa. Ini berarti bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan kebutuhan siswa secara menyeluruh m enyeluruh dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah. Prinsip ini juga mengandung arti bahwa pemberian bantuan kepada siswa tidak menunggu munculnya masalah pada siswa melainkan diarahkan pada upaya mencegah masalah dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah sendiri. c. Bimbingan
dilaksanakan
dengan
mempedulikan
semua
segi
perkembangan siswa. Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa, baik fisik, mental, sosial, emosional, maupun moral-spiritual dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
102
d. Bimbingan berdasarkan kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan. Pembimbing tidak memilihkan sesuatu untuk siswa melainkan membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan pilihan. Proses penentuan pilihan tidak lepas dari konsekuensi pilihan itu artinya membantu siswa untuk memahami dan mau menerima konsekuensi atas pilihannya. e. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan, proses pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa. Pendidikan tidak cukup hanya melaksanakan proses pembelajaran yang terfokus kepada membantu siswa menguasai pengetahuan secara intelektual, melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain seperti keterampilan sosial, kecerdasan emosional, disiplin diri, pemahaman nilai, sikap dan kebiasaan belajar. f. Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya. Prinsip ini mengandung arti bahwa bantuan didalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahmi dirinya, mengarahkan diri kepada tujan yang realistik, dan mencapai tujuan yang realistik itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang diperoleh. Disamping itu kepada siswa diinformasikan tentang berbagai pendidikan lanjutan yang dapat dimasuki, serta jenis-jenis pekerjan yang mensyaratkan kemampuan bidang tertentu. 5. Asas-asas bimbingan
a.
Asas kerahasiaan , yaitu asas yang menuntut kerahasiaan segenap data
atau keterangan peserta didik yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini pembimbing dituntut untuk menjamin kerahasiaan data kliennya, data itu tidak boleh diinformasikan kepada siapapun kecuali pada pihak-pihak
yang
terlibat
dalam
kerja
tim
untuk
membantu
memecahkan masalah klien.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
103
b.
Asas kesukarelaan , yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukarelaan klien mengikuti layanan kegiatan yang diperuntukan baginya. c.
Asas
keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar klien yang menjadi sasaran layanan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan keterbukaan klien. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka. d.
Asas kegiatan , yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengendaki
agar klien yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan layanan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya. e.
Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengarah
pada tujuan umum bimbingan konseling yaitu peserta didik diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri dalam lingkungannya. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bagi perkembangan kemandirian peserta didik. f.
Asas kekinian, yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki akar
objek sasaran mengarah ke permasalahan peserta didik dalam kondisinya sekarang. g.
Asas kedinamisan, yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan
selalu bergerak maju tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu-kewaktu. h.
Asas keterpaduan , yaitu asas yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan baik yang dilakukan oleh guru, pembimbing, maupun oleh pihak lain saling menunjang, harmonis dan terpadu.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
104
i. Asas kenormatifan , yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan normanorma yang ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. j. Asas keahlian, yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan bimbingan dan konseling dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah profesional. Para pelaksana layanan dan kegiatan hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. k.
Asas alih-tangan, yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan tatanan secara cepat dan tuntas atas suatu permasalahan mengalih-tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. l. Asas tut wuri handayani , yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya seluas-luasn ya kepada peserta didik untuk maju. 6. Bidang-bidang Bimbingan
a. Bimbingan pribadi Bimbingan pribadi ini merupakan upaya memberikan layanan kepada individu yang menyangkut karakteristik atau aspek-aspek perkembangan pribadinya yang meliputi kondisi fisik, kemampuan intelektual, kondisi emosional, moralitas dan kesadaran beragama. Bimbingan mempunyai kepedulian untuk membantu individu agar mereka mampu mengembangkan karakteristik perkembangannya secara optimal sehingga dapat mencegah terjadinya masalah. b. Bimbingan sosial Bimbingan sosial merupakan upaya bantuan yang menyangkut pengembangan kemampuan membina hubungan kemanusiaan secara positif dan konstruktif di berbagai lingkungan seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan masyarakat.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
105
c. Bimbingan akademik Bimbingan yang menyangkut upaya pemberian bantuan kepada peserta didik agar mampu menemukan cara belajar yang tepat, dapat memilih program program studi studi yang yang sesuai dengan kemampuan minat,
dapat
mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Bidang pendidikan sekolah dewasa ini sarat permasalahan diantaranya menyangkut usaha-usah belajar siswa, tenaga
bimbingan
harus
mengetahui
segala
permasalahan
yang
menyangkut pendidikan sekolah dan seluk-beluk kegiatan psikis belajar. Pelayanan bimbingan akademik sebagaian besar disalurkan melalui kegatan bimbingan kelompok baik di tingkat pendidikan menengah maupun di pendidikan tinggi. d. Bimbingan karir Bimbingan karir merupakan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik agar memahami dunia kerja, memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, mampu menyiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan, mampu memilih lapangan pekerjaan, dapat membekali diri untuk siap memangku jabatan, dan dapat menyesuaikan men yesuaikan diri dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Bidang pekerjaan sangat bermakna dalam kehidupan seseorang karena sebagian besar waktu dan perhatian dicurahkan pada kepentingan pekerjaan. Bilamana seseorang tidak merasa puas dengan bidang pekerjannya, pekerjannya, dia akan merasa frustasi dan tegang,
7. Jenis-jenis layanan Bimbingan
a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memahami
lingkungan
untuk
memudahkan
dan
memperlancar
berperannya siswa di lingkungan yang baru. Layanan ini diberikan dengan tujuan agar peserta didik memiliki pemahaman akan situas i baru yang akan dimasukinya, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi, peraturan, atau norma yang berlaku dalam lingkungan lingkungan tersebut. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
106
b. Layanan informasi, yaitu layanan yang memungkinkan siswa menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan. Materi layanan informasi ini meliputi aspek pribadi siswa, aspek belajar, aspek sosial, dan aspek karir. c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadinya. d. Layanan pembelajaran, yaitu layanan yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarn ya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Kegiatan layanan ini dapat dilakukan dengan cara pemberian informasi tentang belajar, membantu siswa dalam mengembangakan potensinya, atau membantu bagi yang mengalami kesulitan belajar akibat dari masalah psikologis. e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan yang memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Masalah ini mungkin berupa stres atau frustasi, konflik pribadi, dan kurang konsentrasi dalam belajar. f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara besama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari, sebagai individu, sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat, dan untuk pertimbangan pengambilan keputusan tertentu. Layanan ini bisa ditempuh melalui pemberian informasi, diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, dan karya wisata. g. Layanan
konseling
kelompok,
yaitu
layanan
bimbingan
yang
memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pemecahan masalah melalui dinamika kelompok. Para siswa satu sama lainnya bisa melakukan sharing masalah dan cara-cara memecahkannya.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
107
Rangkuman 1. Bimbingan dapat diartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal 2. Konseling diartikan sebagai proses membantu individu secara perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan diri atau memecahkan masalah yang dihadapinya 3. Konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan yang dipandang inti dari keseluruhan layanan bimbingan 4. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu atau peserta didik agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual. 5. Sebagai proses pemberian bantuan kepada siswa, bimbingan berfungsi sebagai upaya pemahaman, pencegahan, pengembangan, dan perbaikan. 6. Bimbingan diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, sasarannya adalah semua peserta didik, mempedulikan semua aspek perkembangan, kemampuan peserta didik merupakan dasar bagi penentuan pilihan, bimbingan merupakan bagian terpadu dari pendidikan, bantuan yang diberikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan peserta didik mengembangkan prestasinya 7. Penyelenggaraan bimbingan yang profesional harus mempedulikan asas : kerahasiaan, keterbukaan, keahlian, kedinamisan, dan Tut Wuri Handayani. 8. Penyelenggaraan bimbingan meliputi bidang-bidang pribadi, sosial, akademik, dan karir 9. Jenis layanan bimbingan meliputi : orientasi, informasi, pembelajaran, bimbingan kelompok, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan dan konseling kelompok.
Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini ! 1. Buatlah satu rumusan pengertian bimbingan dan konseling dengan bahasa saudara sendiri 2. Jelaskan perbedaan bimbingan dengan konseling 3. Jelaskan dengan disertai contoh kegiatan guru yang bersifat membimbing terkait dengan fungsi-fungsi pemahaman, pencegahan, pengembangan dan perbaikan 4. Mengapa pelaksanaan layanan bimbingan perlu memperhatikan beberapa prinsip dan asas ?
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Hakikat Bimbingan dan Konseling
108
Sub Unit 2 Peran Pendidik dalam Bimbingan dan Konseling 1. Organisasi dan Administrasi Bimbingan di Sekolah Pelaksana bimbingan disekolah dilaksanakan oleh guru BK. Mekanisme organisasi dan administrasi bimbingan di SD telah digariskan dalam Buku Petunjuk Bimbingan dan Konseling di sekolah (Depdikbud, 1994) seperti diuraikan dalam bagian berikut tentang uraian tugas dan tanggung jawab setiap personil dalam kegiatan layanan bimbingan : 1. Kepala Sekolah a) Mengkordinasikan kegiatan layanan bimbingan b) Menyediakan tenaga, sarana, dan fasilitas yang diperlukan c) Melakukan sipervisi terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan layanan bimbingan 2. Guru Kelas/Wali Kelas/Guru Bimbingan Konseling a) Merencanakan program bimbingan mengidentifikasi siswa bermasalah.
termasuk
rencana
b) Melakukan kordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran/guru bidang studi. c) Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dengan mengidentifikasi mengidentifikasi mata pelajaran atau bidang studi masing-masing. d) Menilai proses proses dan hasil layanan bimbingan. e) Menganalisa hasil penilaian layanan f) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian g) Membantu siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler kurikuler 3. Guru Mata Pelajaran/Guru Bidang Studi a) Melaksanakan bimbingan melalui proses belajar mengajar sesuai dengan mata pelajaran. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 2
109
b) Berkonsultasi dengan wali kelas/guru pembimbing dalam hal masalah-masalah yang berkaitan dengan bimbingan c) Bekerjasama dengan wali kelas/guru pembimbing dalam hal pengembangan program bersama/terpadu. Program yang telah disusun, akan dapat terlaksana dengan efektif apabila didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang meliputi: alat pengumpul data (format, pedoman observasi, wawancara, angket, catatan harian, daftar nilai prestasi belajar, kartu konsultasi, dan sebagainya), alat penyimpan data (kartu pribadi, buku pribadi, map dan sebagainya), perlengkapan teknis (buku pedoman, buku petunjuk, buku informasi paket bimbingan), dan perlengkapan administrasi (belangko surat, agenda surat, alat-alat tulis dan sebagainya). Prasarana penunjang layanan bimbingan diantaranya ruang bimbingan dan juga anggaran biaya.
2. Peran Kepembimbingan Guru dalam Proses Pembelajaran a. Bimbingan belajar, yaitu bimbingan yang diarahkan kepada upaya membantu peserta didik dalam mempelajari konsep dan keterampilan yang terkait dengan program kurikuler sekolah. Bimbingan belajar di sekolah akan terpadu dengan proses pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan peserta didik. Kepedulian guru terhadap keragaman individual peserta didik merupakan hal yang penting sebagai dasar penentuan jenis bantuan kepadanya. kepadanya. b. Bimbingan Pribadi, yaitu bimbingan yang lebih terfokus pada upaya membantu peserta didik mengembangkan asfek-asfek kepribadian yang menyangkut pemahaman diri dan lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan emosional, dan identitas diri. Layanan bimbingan pribadi sangat erat kaitannya dengan membantu peserta didik menguasai tugas-tugas perkembangan. c. Bimbingan sosial, yaitu bimbingan yang diarahkan kepada upaya membantu peserta didik mengembangan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi dalam kelompok. Dilihat dari sudut bimbingan proses pembelajaran merupakan wahana waha na bagi pengembangan keterampilan Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peran P endidik dalam Bimbingan dan Konseling
110
sosial, kesadaran saling bergantung, kemampuan menerima dan mengikuti aturan kelompok. Peran guru yang berkaitan dengan layanan bimbingan sosial adalah mengembangkan atmosfir kelas yang kondusif sehingga dapat menumbuhkan rasa turut memiliki kelompok, partisipasi kelompok, dan penerimaan terhadap keragaman individual dalam kelompok. d. Bimbingan karier, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta didik akan ragam pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan. Bimbingan karier juga berkaitan dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri.
3. Membantu Siswa yang Bermasalah Banyak ragam masalah yang dihadapi siswa, namun dalam bahasan ini difokuskan pada masalah kesulitan belajar. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah: a.Tes a. Tes hasil belajar b.Tes kemampuan dasar c.Pengamatan c. Pengamatan sikap dan kebiasaan belajar Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada siswa dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu: 1) faktor
internal antara
lain
gangguan secara fisik, ketidak seimbangan mental, kelemahan emosional, dan kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah. 2) faktor ekstern al antara
lain berasal dari sekolah dan yang berasal dari keluarga.
Upaya bantuan bagi siswa yang mengalami masalah dapat dilakukan dengan cara: 1. Pengajaran perbaikan (Remedial Teaching). 2. Kegiatan pengayaan 3. Peningkatan motivasi belajar 4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peran P endidik dalam Bimbingan dan Konseling
111
d. Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah .
Menurut Muno dan Sara Champan yang dikutip D. Satori dkk (2003 : 6.23) ada empat komponen program bimbingan di sekolah yaitu : 1. Layanan dasar bimbingan, yaitu layanan yang ditujukan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupan 2. Layanan responsif, yang yang bertujuan mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, atau masalah pengembangan pendidikan. pendidikan. 3. Layanan perencanaan perencanaan individual, bertujuan membimbing siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. 4. Pendukung sistem, yang diarahkan pada pemberian layanan dan kegiatan manajemen Tugas pokok guru Bimbingan Konseling dalam melaksanakan bimbingan adalah : menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan program bimbingan, bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut program bimbingan . (Keputusan Menpan Nomor 93, 1995) Rangkuman
Sesuai dengan sifat dan karakteristik perkembangan anak, bimbingan dan konseling di sekolah lebih efektif menjadi bagian terpadu dari tugas guru BP. Dalam proses pembelajaran di sekolah guru perlu menampilkan peran kepemimpinan dengan jalan menciptakan suasana pembelajaran yang bernuansa bimbingan. Dalam proses pembelajaran, guru berperan tidak hanya sebatas menyampaikan bahan ajar tetapi sekaligus mengembangkan perilaku-perilaku efektif yang berkenaan dengan perilaku belajar, pribadi, sosial, dan karir. Masalah yang dihadapi siswa dapat dibedakan kedalam masalah belajar dan masalah bukan belajar. Akan tetapi masalah tersebut bermuara menjadi kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasi dengan melakukan tes kemampuan belajar, tes kemampuan dasar, pengamatan kebiasaan belajar. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar bisa digolongkan kedalam faktor eksternal dan internal. Ada beberapa teknik membantu siswa yang kesulitan belajar yaitu : (1) Pengajaran perbaikan, (2) Pengayaan, (3) Peningkatan motivasi belajar, (4) Peningkatan keterampilan belajar, (5) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peran P endidik dalam Bimbingan dan Konseling
112
Ada 4 komponen inti dalam proses bimbingan yaitu : (1) Layanan dasar umum, (2) Layanan responsif, (3) Layanan perencanaan individual, (4) Pendukung sistem.
Latihan : 1. Jelaskan organisasi dan administrasi bimbingan di sekolah dan tugas-tugas personil pendidikan di sekolah dalam kaitannya kaitannya dengan bimbingan 2. Upaya apa yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam mengambangkan asfek pribadi, sosial, akadmik dan karir siswa ? 3. Uraikan secara singkat bagaimana keterkaitan bidang bimbingan dengan jenis layanan bimbingan ! 4. Jelaskan peran kepembimbingan kepembimbingan guru dalam pembilajaran disekolah ! 5. Jelaskan teknik identifikasi masalah yang dihadapi siswa di sekolah dan sebutkan faktor-faktor yang menimbulkan masalah/kesulitan siswa di sekolah. 6. Jelaskan teknik-teknik membantu siswa yang mengalami kesulitan
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peran P endidik dalam Bimbingan dan Konseling
113
Unit 5 Peran Pendidik Dalam Manajemen Sekolah
nit ini yang membahas peran pendidik dalam manajemen sekolah, memfokuskan kajian pada Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami konsep dasar MPMBS dan dapat mengaplikasikan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah manajemen pendidikan. Dalam kenyataan manajemen pendidikan yang selama ini cendrung bersifat sentralistik telah menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang mandiri, dan akhirnya tidak tumbuh kreativitasnya. Sehubungan dengan maka perlu untuk melakukan orientasi penyelenggaraan pendidikan dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah Pergeseran pendekatan manajemen memerlukan penyesuaian-penyesuaian, baik secara teknis maupun kultural. Penyesuaian secara teknis dapat dilakukan melalui penataran, lokakarya, seminar, dan diskusi tentang MPMBS. Sedangkan penyesuaian secara kultural dapat dilakukan melalui penanaman pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga terbentuk karakter MPMBS kepada semua warga sekolah. Memasukkan materi ini dalam mata kuliah profesi kependidikan juga dimaksudkan untuk penyesuaian baik secara teknis maupun kultural Pengetahuan ini sangat perlu dimiliki oleh mahasiswa calon guru yang nantinya bertanggung
jawab
terhadap
pelaksanaan
pendidikan
terutama
dalam
melaksanakan program-program sekolah. Secara khusus setelah mempejari materi ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan : a. b. c. d. e.
Menjelaskan pengertian dan tujuan MPMBS Menjelaskan perubahan pola manajemen pendidikan Menjelaskan karakteristik MPMBS Menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan MPMBS Menjelaskan tujuan monitoring dan evaluasi Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Unit 5
115
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka materi ini terdiri dan 2 sub unit materi yaitu : A. Konsep dasar dan Karakteristik MPMBS B. Pelaksanaan MPMBS, Monitoring dan Evaluasi Agar berhasil menguasai materi ini, diharapkan anda membacanya secara seksama, baca rangkumannya, kerjakan latihan, dan adakan diskusi dengan teman-teman anda untuk memperdalam pemahamannya. Selamat belajar.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peran P endidik Dalam Manajemen Sekolah
116
Sub Unit 1 Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
1. Latar belakang
Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia aalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata (MPMBS, 2002 : 1). Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan “input-output analysis” analysis” yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input yang diperlukan dalm kegiatan produksi, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataannya mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, hal ini disebabkan pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan, padahal proses pendidikan pendidikan sangat menentukan output. Faktor kedua, penyelenggara pendidikan nasional dilakukan secara “ birokratik-sentralistik ”, sehingga ”, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokasi yang mempunyai jalur sangat penjang dan kadang-kadang kebijakan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat sehingga sekolah kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreatifitas/inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaga termasuk meningkatkan mutu pendidikan. Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 1
117
minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan padahal terjadi atau tidaknya perubahan sangat tergantung pada guru. Partisipasi masyarakat / orang tua murid pada umumnya terbatas pada dukungan dana sedangkan dukungan lain seperti pemikiran, moral, barang / jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggung jawabkan hasil pelaksanaan pendidian kepada masyarakat, khususnya khususnya orang tua siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu dilakukan upayaupaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan orientasi penyelenggaraan pendidikan yaitu
manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
2. Pengertian MPMBS
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha dan sebagainya) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Dengan keluwesan / fleksibilitas, sekolah akan lebih lincah dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara maksimal. Dengan melibatkan
warga
sekolah
dan
masyarakat
secara
langsung
dalam
penyelenggaraan sekolah, maka rasa memiliki mereka terhadap sekolah dapat ditingkatkan, yang kemudian akan diikuti peningkatan tanggung jawabnya terhadap sekolah MPMBS merupakan bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas, efisiensi, inovasi, relevansi dan pemerataan serta akses pendidikan), maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu pendidikan. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
118
3.
Tujuan MPMBS
Manjemen
Peningkatan
Mutu
Berbasis
Sekolah
bertujuan
untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melaui pemberian kewenangan kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Secara rinci MPMBS bertujuan untuk : a. Meningkatkan
mutu
pendidikan
fleksibilitas,partisipasi,
melalui
keterbukaan,
peningkatan kerjasama,
kemandirian, akuntabilitas,
sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. b. Meningkatkan
kepedulian
warga
sekolah
dan
masyarakat
dalam
penyelenggaran pendidikan melalui pengambilan pengambilan keputusan bersama. c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. 4.
Pengertian Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu adalah gambaran dan kasrakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan
kemampuannya
dalam
memuaskan
kebutuhan
yang
diharapkan, Dalam kontek pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BK, karyawan, siswa), dan sumberdaya lainnya (peralatan, dana, bahan). Input perangkat lunak meliputi : struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undang, diskripsi tugas, rencana program dsb. Input harapan-harapan berupa : visi, misi, tujuan dan sasaransasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung berl angsung dengan baik, tinggi-rendahnya ti nggi-rendahnya mutu input dapat diukur Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
119
dari tingkat kesiapan. Makin tinggi tingkat kesiap an input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu, sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar-mengajar, proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar-mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, dana, peralatan dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, serta mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah, yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitas, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan moral kerjanya. Output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi, jika prestasi sekolah terutama prestasi belajar siswa, menunjukkkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik berupa nilai ulangan/ujian, karya ilmiah, lomba akademik ; dan prestasi non akademik seperti imtaq, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejuruan, dan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. pengawasan.
5. Pola Baru Manajemen Pendidikan
Bukti empirik lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional dan dilaksanakannya otonomi daerah, telah mendorong dilakukannya penyesuaian dari pola lama menuju pola baru manajemen pendidikan yang yang lebih bernuansa otonomi dan demokratis seperti yang digambarkan dalam tabel berikut ini.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
120
Dimensi-Dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan (MPMBS, 2002) Pola Lama Subordinasi Pengambilan keputusan terpusat Ruang gerak kaku Pendekatan birokratik Sentralistik Diatur Overregulasi Mengontrol Mengarahkan Menghindari resiko Gunakan uang semaunya Individual yang cerdas Informasi terpribadi Pendelegasian Organisasi herarkis
Menuju
Pola Baru
Otonomi Pengambilan keputusan partisipatif Ruang gerak luwes Pendekatan professional Desentralistik Motivasi diri Deregulasi Mempengaruhi Memfasilitasi Mengelola resiko Gunakan uang seefisien mungkin Teamwork yang cerdas Informasi terbagi Pemberdayaan Organisasi datar
Pada pola lama, tugas dan fungsi sekolah lebih pada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif, sedangkan pola baru sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaga, pengambilan keputusan dilakukan secara pertisipatif, dan partisipasi masyarakat makin besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih diutamakan
daripada
pendekatan
birokrasi,
pengelolaan
sekolah
lebih
desentralistik, perubahan sekolah lebih didorong oleh motivasi diri sekolah daripada diatur dari luar sekolah. Regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi, dan dari mengarahkan ke memfasilitasi,
dari
menghindari
resiko
menjadi
mengolah
resiko,
lebih
mengutamakan teamwork, informasi terbagi ke semua warga sekolah, lebih mengutamakan pemberdayaan dan struktur organisasi lebih datar sehingga lebih efisien. 6. Karakteristik MPMBS
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
121
Jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MPMBS, maka sejumlah karakteristik berikut perlu dimiliki. Dalam menguraikan karakteristik MPMBS, pendekatan sistem yaitu input-proses-output digunakan untuk memandunya, hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan sebuah sistem, sehingga penguraian karakteristik mendasarkan kepada input, proses, dan output. output. 6.1. Output yang Diharapkan Sekolah harus memiliki output yang diharapkan yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik, dan output berupa prestasi non akademik. Output prestasi akademik berupa nilai evaluasi, lomba karya ilmiah, lomba bidang studi, cara berfikir. Output non akademik berupa keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan. 6.2. Proses Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik proses sebagai berikut : a. Proses belajar-mengajar yang efektivitasnya tinggi. Efektivitas proses belajar-mengajar yang tinggi, ditunjukkan oleh sifat PBM yang menekankan kepada pemberdayaan peserta didik. PBM yang efektif juga lebih menekankan pada belajar lebih mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning (l earning to live li ve together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
b. Kepemimpinan sekolah yang kuat. kuat. Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menjelaskan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang terencana. Kepala sekolah dituntut memiliki Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
122
kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar dapat mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.
c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah memiliki lingkungan (belajar) yang aman, tertib dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman. d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif Tenaga pendidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah, sekolah hanyalah merupakan wadah. Oleh karena itu pengelolaan tenaga kependidikan mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga pada imbaloan jasa, merupakan garapan penting bagi kepala sekolah. e. Sekolah memiliki budaya mutu. Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap prilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemenelemen sebagai berikut : (1) informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili, (2) kewenangan harus sebatas tanggung jawab, (3) hasil harus diikiti penghargaan atau sangsi, (4) kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, (5) warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya, (6) atmosfir keadilan harus ditanamkan, (7) imbalan jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaan, (8) warga sekolah merasa memiliki sekolah. f. Sekolah memiliki teamwork yang kompak. Output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual, karena itu budaya kerjasama dalam sekolah harus merupakan kebiasaan sehari-hari warga sekolah. g. Sekolah memilki kewenangan (kemandirian). Sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja, untuk menjadi mandiri sekolah harus memiliki sumberdaya yang cukup untuk menjalankan tugasnya. h. Partisipasi yang tinggi dari warga warga sekolah dan masyarakat. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian dari kehidupan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi pertisipasi, Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
123
makin besar rasa memiliki. Makin besar rasa memiliki maka makin besar pula rasa tanggung jawab, makin besar rasa tanggung jawab maka makin besar pula tingkat dedikasinya. i.
Sekolah memiliki keterbukaan manajemen. Keterbukaan ditunjukkan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
j.
Sekolah memiliki kemauan untuk berubah. berubah. Perubahan harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah, yang dimaksud perubahan adalah peningkatan baik bersifat fisik maupun psikologis.
k. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. berkelanjutan. Evaluasi belajar secara teratur ditujukan untuk kemampuan peserta didik, dan memanfaatkan
hasil
evaluasi
belajar
untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan proses belajar mengajar. Perbaikan terus-menerus harus menjadi kebiasaan warga sekolah. l.
Sekolah reponsif dan antisipatif terhadap kebutuhan. Sekolah harus tanggap terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu, sekolah selalu membaca lingkungan dan menanggapinya ecara cepat dan tepat, dan sekolah harus mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin bekal terjadi.
m. Memiliki komunikasi yang baik Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang baik antar warga sekolah dan juga dengan masyarakat. Komunikasi yang baik akan membentuk teamwork yang kuat, kompak dan cerdas. n. Sekolah memiliki akuntabilitas. Akiuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai yang disampaikan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat. o. Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
124
Sekolah yang efektif memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya baik program maupun pendanaan.
6.3. Input Pendidikan a. Memiliki Kebijakan, Kebijakan, tujuan, tujuan, dan dan sasaran mutu yang jelas. Kebijakan, tujuan, dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu dinyatakan oleh kepala sekolah dan harus disosialisasikan kepada semua warga sekolah. b. Sumberdaya tersedia dan siap. Secara umum sekolah yang menerapkan MPMBS harus memiliki tingkat kesiapan sumberdaya yang memadai untuk menjalankan proses pendidikan, dan kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumberdaya yang ada di sekitarnya. c. Staf-staf yang yang kompeten dan berdedikasi tinggi. Sekolah yang efektif pada umumnya memilki staf yang mampu dan berdedikasi tinggi kepada sekolahnya. d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi. Sekolah mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah. Guru memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai prestasi yang maksimal. Peserta didik juga mempunyai motivasi untuk selalu s elalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat kemampuannya. e. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa) Pelanggan, terutama siswa harus merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Semua input dan proses yang dikerahkan tertuju pada peningkatan mutu dan kepuasan peserta didik. f. Input manajemen. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen yaitu tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuanBahan Ajar Profesi Kependidikan | Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
125
ketentuan yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat tercapai.
Sub Unit 2 Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
T
ahap-tahap pelaksanaan MPMBS ditujukan untuk : Membantu unsur-unsur
penyelenggara pendidikann agar dapat melaksanakan MPMBS secara
efektif dan efisien; membantu sekolah yang menerapkan MPMBS dalam menyusun rencana dan program-programnya untuk mendapatkan dukungan biaya dari pihak-pihak yang berkompeten; dan melakukan uji coba tentang pelaksanaan MPMBS sehingga diharapkan memperoleh masukan yang kostruktif bagi penyempurnaan konsep dan pelaksanaan pelaksanaan MPMBS dimasa yang akan datang.
Tahap-tahap pelaksanaan: 1. Melakukan Sosialisasi
Semua unsur sekolah harus memahami konsep MPMBS. Secara umum garis besar kegiatan sosialisasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Baca dan pahami sistem, budaya, dan sumberdaya yang ada di sekolah secara cermat untuk direfleksikan kecocokannya dengan sistem, budaya, dan sumberdaya baru yang mendukung penyelenggaraan MPMBS. b. Identifikasikan sistem, budaya, dan sumberdaya yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah, dan kenalkan sistem, budaya dan sumberdaya baru yang diperlukan untuk menyelenggarakan MPMBS. c. Buatlah komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang bertanggungjawab. d. Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasikan visi, misi, tujuan, sarana, rencana dan program-program MPMBS.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Sub Unit 2
126
e. Hadapilah status quo terhadap perubahan, jangan menghindar dan jangan menarik diri serta jelaskan mengapa diperlukan perubahan. f. Garis bawahi prioritas sistem, budaya yang belum ada, tetapi sangat diperlukan untuk mendukung program-program MPMBS. g. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program MPMBS.
2. Merumuskan Merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sasaran Sekolah
a. Visi Setiap sekolah harus memiliki visi, yaitu wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Isi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah, gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintah, khususnya tujuan pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolah. Dengan kata lain visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijaksanaan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani. Sebagai contoh, rumusan visi : “UNGGUL DALAM RESTASI BERDASARKAN IMTAQ”. Visi yang dirumuskan dalam kalimat filosofis seperti pada contoh tersebut seringkali memilki aneka tafsir. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksud oleh visi tersebut. Sebagai contoh indikator dari contoh visi diatas ditetapkan sebagai berikut : unggul dalam perolehan NEM; unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya; unggul dalam lomba karya ilmiah remaja; unggul dalam lomba kreatifitas; unggul dalam lomba kesenian; unggul dalam lomba olahraga; unggul dalam disiplin; unggul dalam aktivitas keagamaan dan unggul dalam kepedulian sosial.
b. Misi Misi adalah tindakan untuk mewujudkan / merealisasikan, misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memenuhi kepentingan masing-masing Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
127
kelompok yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok kepentinganan yang terkait dengan sekolah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Berdasarkan contoh visi diatas, maka dirumuskan misi sebagai berikut : 1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif 2. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. 3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal 4. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak. 5. Menerapkan manajemen partisipatif dangan melibatkan seluruh warga sekolah dengan kepentingan yang terkait dengan sekolah.
c. Tujuan Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya dirumuskan tujuan yang merupakan apa yang akan dicapai oleh sekolah yang bersangkutan dan kapan tujuan akan dicapai. Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu tiga sampai lima tahun. Dengan demikian tujuan pada dasarnya tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan. Sebagai contoh sebuah sekolah menetapkan visi dengan indikator sebanyak sembilan aspek, tetapi tujuannya sampai tahun 2009 baru mencakup 5 aspek sebagai berikut : 1. Pada tahun 2009 gain score achievement (GSA) siswa meningkat + 0,1 2. Pada tahun 2009 proporsi lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul minimal 40% 3. Pada tahun 2009 memiliki kelompok KIR dan mampu menjadi finalis lomba KIR tingkat nasional
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
128
4. Pada tahun 2009 memiliki tim olahraga minmal 3 cabang dan mampu menjadi finalis tingkat provinsi 5. Pada tahun 2009, memilki tim kesenian yang mampu tampil pada acara tingkat kabupaten.
d. Sasaran / Tujuan Situasional Sasaran adaah penjabaran tujuan berupa sesuatu yang akan dihasilkan sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandung peningkatan, baik kualitas, ekfektivitas, produktivitas, maupun efisiensi. Agar sasaran dapat dicapai dengan efektf maka harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan, namum penentuan sasaran harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. 3.
Mengidentifikasi Mengidentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran
Fungsi-fungsi yang dimaksud misalnya fungsi proses belajar-mengajar serta fungsi pendukungnya yaitu pengembangan kurikulum, perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, keuangan, pelayanan kesiswaan, pengembangan iklim akademik sekolah, hubungan sekolah masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas. 4. Melakukan Analisis SWOT
Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan teridentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktorfaktornya melalui analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT). Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya dicapai melalui membandingkan faktor dalam kondisi nyata dengan fakor dalam kriteria kesiapan. Yang dimaksud dengan kriteria kesiapan faktor adalah faktor yang memenuhi standar untuk mencapai Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
129
tujuan situasional. Faktor yang memenuhi standar ini ditemukan melalui perhitungan atau pertimbangan yang bersumber pada pencapaian sasaran. Analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi baik internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berada dalam kewenanganan sekolah, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada diluar kewenangan sekolah. Contohnya, fungsi fungsi proses belajar-mengajar terdiri dari banyak faktor diantaranya prilaku mengajar guru (faktor internal dan kondisi lingkungan sosial masyarakat (faktor eksternal). Tingkat kesiapan harus memadai artinya minimal memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang dinyatakan sebagai kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal; peluang, bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai dinyatakan : kelemahan bagi faktor yang tergolong internal; dan ancaman bagi faktor yang tergolong eksternal. Baik kelemahan maupun ancaman disebut persoalan. 5. Alternatif Langkah Pemecahan Pemecahan Persoalan
Dari hasil analisis SWOT maka langkah berikutnya adalah memilih langkah pemecahan persoalan yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan / ketidaksiapan fungsi, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan tindakan yang yang mengubah mengubah ketidak siapan
menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkahlangkah pemecahan persoalan. 6. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu
Berdasarkan
langkah-langkah
pemecahan
persoalan
tersebut,
sekolah
bersama-sama dengan semua unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek,
menengah,
dan
panjang,
beserta
program-program
untuk
merealisasikan rencana tersebut. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detil tentang aspek-aspek mutu yang ingin dihasilkan, kegiatankegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, kapan dan dimana dilaksanakan dan berapa biaya bia ya yang diperlukan. Hal pokok yang harus
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
130
diperhatikan oleh sekolah dalam menyusun rencana adalah keterbukaan kepada semua pihak. Jika rencana adalah merupakan deskripsi hasil yang diharapkan dan dapat digunakan untuk keperluan penyelengaraan kegiatan, maka program adalah alokasi sumberdaya kedalam kegiatan-kegiatan, menurut jadwal waktu dan menunjukkan tata laksana yang sinkron. 7. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
Dalam melaksankan rencana peningkatan mutu yang telah disetujui bersama, maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk menunjukkan sasaransasaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin menggunakan pemahaman-pemahaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, sekolah hendaknya menerapkan konsep belajar tuntas, konsep yang menekankan pentingnya siswa menguasai materi secara utuh dan bertahap sebelum melanjutkan mel anjutkan ke topik yang lain.
8. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari pengelolaan pendidikan baik ditingkat mikro, meso, maupun makro. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring dan evaluasi kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada tingkat sekolah, dinas pendidikan kabupaten kota, dinas pendidikan provinsi, dan departemen. Monitoring dan evaluasi MPMBS bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil monitoring dapat digunakan untk memberi masukan bagi perbaikan pelaksanaan MPMBS. Sedangakan hasil evaluasi dapat memberikan informasi
yang
dapat
digunakan
untuk
memberikan
masukan
terhadap
keseluruhan komponen MPMBS, baik pada konteks, input, proses, output, maupun outcomenya. Masukan-masukan dari hasil monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Komponen-komponen Komponen-komponen MPMBS yang dimonitor dan dievaluasi : Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
131
1. Konteks, adalah eksternalitas sekolah berupa permintaan dan dukungan yang berpengaruh pada input sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama artinya dengan istilah kebutuhan, dengan demikian evaluasi konteks berarti evaluasi tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks adalah penilaian kebutuhan. 2. Input, adalah segala sesuatu yang harus tersedia dan siap karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses 3. Proses, adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam MPMBS secara sistem, proses terdiri dari : proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajarmengajar, proses evaluasi sekolah, dan proses akuntabilitas. Dengan demikian fokus evaluasi pada proses adalah memantau implementasi MPMBS untuk menemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi antar rancangan MPMBS dengan proses implementasi yang sebenarnya. Inkosistensi akan menjurus kepada kegagalan MPMBS. 4. Output, adalah hasil nyata dari pelaksanaan MPMBS, hasil nyata yang dimaksud dapat berua prestasi akademik seperti nilai evaluasi belajar, peringkat lomba karya tulis maupun prestasi non akademik seperti IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olahraga, kesenian, dan kerajinan. 5. Outcome, adalah hasil MPMBS jangka panjang yang berbeda dengan output yang hanya mengukur hasil MPMBS jangka pendek. Karena itu fokus evaluasi outcome adalah pada dampak MPMBS jangka panjang, baik dampak individual, institusional, dan sosial. Untuk melakukan evaluasi ini pada umumnya dilakukan analisis biaya-manfaat (cost benefit analysis).
Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal dan eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Tujuan utama adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri sehubungan dengan sasaran yang telah ditetapkan. Sedangakan yang dimaksud monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitor dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar sekolah misalnya dinas Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
132
pendidikan, pengawas, perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya. Hasil monitoring dan evaluasi ekstenal dapat digunakan untuk : rewards system terhadap individu sekolah, meningkatkan iklim kompetisi antar sekolah, kepentingan
akuntabilitas
publik,
memperbaiki
sistem
yang
ada
secara
keseluruhan, dan membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya.
Rangkuman
MPMBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung, warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan serta perundang-undangan yang yang berlaku. MPMBS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat, meningkatkan tanggung jawab sekolah dan meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah dalam mengejar mutu pendidikan. Karakteristik MPMBS meliputi karakteristik bidang output yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen sekolah yang terdiri dari prestasi akademik dan prestasi non akademik. Karakteristik proses meliputi : Proses belajar-mengajar yang efektif, kepemimpinan sekolah yang kuat, lingkungan sekolah yang aman dan tertib, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, sekolah memiliki budaya mutu, sekolah memiliki team work yang kompak, sekolah memiliki kemandirian, partisipasi masyarakat tinggi, keterbukaan, sekolah responsif dan antisipasif terhadap kebutuhan dan memiliki akuntabilitas. Karakteristik di bidang output memiliki tujuan dan sasaran mutu yang jelas, sumberdaya tersedia dan siap, staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi, fokus pada pelanggan khususnya siswa dan input manajemen.
Latihan : 1. Jelaskan pengertian MPMBS ? 2. Apa tujuan MPMBS ? 3. Jelaskan perbedaan pola manajemen yang lama dengan MPMBS ? 4. Jelaskan karakteristik MPMBS ?
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
133
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
134
Unit 6 Peranan Pendidik Dalam Masyarakat Pendahuluan
Uraian pada unit ini akan membicarakan peran pendidik dalam masyarakat, setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Konsep Pembelajaran Berwawasan Msyarakat 2. Satuan dan program pendidikan yang ada di masyarakat. 3. Peran pendidik dalam pendidikan yang ada di masyarakat Untuk membantu saudara mencapai tujuan tersebut maka unit ini diorganisasikan kedalam 5 sub unit materi seperti berikut : A. Konsep Pembelajaaraan Berwawasan Kemasyarakatan B. Satuan dan Program Pendidikan di Masyarakat. C. Peran Pendidik dalam Pendidikan Masyarakat
A. Konsep Pembelajaran Pembelajara n Berwawasan Kemasyarakatan
Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan adalah pembelajaran yang diselenggarakan dengan menggunakan berbagai potensi yang ada pada lingkungan masyarakat yang terdiri atas sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya budaya, dan sumberdaya teknologi. Dengan dilandasi oleh teori pembelajaran Humanistik, Progresivisme, dan konsruktivisme, serta konsep pendidikan berbasis masyarakat, pembelajaran berwawasan kemasyarakatan harus didasarkan pada hal-hal berikut ini : 1. Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik 2. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran 3. Materi pembelajaran terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari peserta didik
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Unit 6
134
4. Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik 5. Menekankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik 6. Menumbuhkan kerjasama diantara peserta didik 7. Menumbuhkan kemandirian.
Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan berupaya mengoptimalkan seluruh potensi dan kemempuan masyarakat untuk dapat mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin. Prinsip pembelajaran berwawasan kemasyarakatan didasarkan pada pemahaman bahwa masyarakat mempunyai hak untuk menentukan nasipnya sendiri, hak untuk diterima sebagai warga masyarakat, serta hak untuk mewujudkan kemampuannya. Disamping hak, masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat. Berikut ini prinsip-prinsip pembelajaran berwawasan kemasyarakatan yang mengacu pda pendapat Galbraith yang dikutip Ihat Hatimah dkk (2007 : 3.26) : a.
Determinasi diri (self determination). Determinasi diri mengandung makna bahwa stiap keputusan untuk kepentingan peserta didik, harus dimusyawarahkan terlebih dahulu secara bersama.
b.
Membantu Dirinya Sendiri (self help) Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya sehingga setiap peserta didik dapat membantu dirinya untuk berkembang sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya
c.
Mengembangkan Kepemimpinan (Leadership development) Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan, untuk melatih keberanian sehingga kepercayaan diri akan terbentuk. Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peranan Pendidik Dalam Masyarakat
135
d.
Lokalisasi (Localization). Tempat kegiatan belajar diupayakan memiliki nilai strategis bagi peserta didik sehingga memiliki kemudahan untuk dijangkau oleh semua peserta didik.
e.
Pelayanan Terpadu (Integrated delivery of services). Pelayanan yang diberikan pada peserta didik dilakukan secara terpadu dari berbagai komponen yang yang terlibat.
f.
Menerima Perbedaan (accept diversity) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran memiliki karakter yang heterogen, dengan keanekaragaman karakter tersebut diharapkan menjadi modal untuk menciptakan kebersamaan melalui pemenuhan kebutuhan belajar yang beraneka ragam.
g.
Belajar Terus Menerus (Lifelong learning). Prinsip belajar terus menerus harus memperikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk terus belajar sesuai dengan kebutuhannya. kebutuhannya.
B. Satuan dan Program Pendidikan Pendidik an Masyarakat. 1. Satuan Pendidikan di Masyarakat Masyarakat
Dengan mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 4 menyebutkan bahwa satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. a. Kursus
Dalam PP No. 73 tahun 1991, kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah
yang
terdiri
sekumpulan
warga
masyarakat
yang
memperikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Sementara itu Artasasmita yang dikutip Ihat Hatimah (2007 : 4.4) mengemukakan kursus sebagai mata kegiatan pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peranan Pendidik Dalam Masyarakat
136
yang dilakukan secara sengaja, terorganisir, dan sistematis untuk memberikan materi pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau remaja dalam waktu yang relatif singkat agar mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan mengembangkan diri dan masyarakat. b. Pelatihan
Pelatihan kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran kemahiran atau kecakapan, pelatihan berkaitan dengan pekerjaa. Adanya program pelatihan yang terencana dengan baik dan sistematis merupakan syarat utama untuk memberikan kebiasaan atau kecakapan kepada individu agar dia terampil mengerjakan pekerjaannya. Menurut Artasasmita yang dikutip Ihat Hatimah (2007 : 4.4), pelatihan adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan denhan sengaja, terorganisir dan sistematis diluar sistem persekolahan untum memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat dengan mengutamakan praktek daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara yang efisien dan efektif. c. Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah salah satu wadah dalam rangka membelajarkan masyarakat. Menurut Zainudin yang dikutip Ihat Hatimah (2007 : 4.4), kelompok belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan berencana melalui bekerja dan belajar dalam kelompok belajar untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang. d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hoby, dan bakat warga masyarakat. PKBM bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan program bagi warga belajar dengan menggali dan
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peranan Pendidik Dalam Masyarakat
137
memanfaatkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang ada di lingkungannya. e. Majelis Taklim
Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang dibentuk atas dasar pendekatan dari kebutuhan masyarakat, dengan kegiatannya lebih berorientasi pada keagamaan, khususnya khususnya agama Islam. f. Satuan Pendidikan yang Sejenis
Satuan pendidikan yang sejenis adalah satuan yang tidak termasuk pada satuan yang sudah dijelaskan terdahulu. Satuan lainnya diantaranya pesantren, sanggar seni, TKA/TPA. 2. Program Pendidikan di Masyarakat Masyarakat
Berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 3 tercantum program pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan ditujukan untuk mengembangkan mengembangkan peserta didik. a. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakap hidup adalah kemampuan yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi diyakini sebagai unsur penting untuk lebih mandiri. Pendidikan kecakapan hidup berpegang pada prinsip belajar untuk memperoleh pengetahuan, belajar untuk dapat bekerja, belajar untuk menjadi orang yang berguna, dan belajar untuk hidup bersama dengan orang lain. b. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan pemberian berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangnan jasmani dan rohani agar memiliki Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peranan Pendidik Dalam Masyarakat
138
kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Secara umum tujuan program PAUD adalah memberikan dukungan bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya anak usia dini. c. Pendidikan Kepemudaan
Pendidikan kepemudaan adalah pendidikan yang sasarannya khusus pemuda, baik pria maupun wanita, termasuk para remaja. d. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Pendidikan pemberdayaan perempuan diperuntukkan khusus untuk perempuan, hal ini didasarkan bahwa masih banyak perempuan yang belum berdaya, padahal mereka memiliki potensi yang perlu dikembangkan. e. Pendidikan Keaksaraan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan yang dikembangkan saat ini adalah program keaksaraan fungsional yang pada dasarnya merupakan suatu pengembangan dari program keaksaraan sebelumnya. Tujuan program keaksaraan fungsional adalah : 1. Meningkatkan keterampilan membaca, menulis, berhitung dan juga keterampilan berbicara, berpikir, mendengar dan berbuat. 2. Memecahkan masalah kehidupan warga belajar mealui kebiasaan dalam membaca, menulis berhitung dan berbuat. 3. Menemukan jalan untuk mendapatkan sumber-sumber kehidupan warga belajar. 4. Meningkatkan keberanian warga masyarakatuntuk berhubungan dengan lembaga yang berkaitan kebutuhan belajarnya. 5. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan agar dapat berpartisipasi dalam perubahan sosial, ekonomi dan kebudayaan di masyarakat. 6. Meningkatkan kesejahteraan kebudayaan di masyarakat.
keluarga
melalui
keterampilan
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peranan Pendidik Dalam Masyarakat
dan
139
f.
Pendidikan Keterampilan
Program pendidikan keterampilan ditujukan untuk membekali warga belajar dalam bidang keterampilan yang dapat dijadikan bekal usaha. Dengan ketarampilan
yang
dimiliki
diharapkan
masyarakat
dapat
meningkatkan
kemampuan dirinya untuk peningkatan kesejahteraan hidupya. g. Pendidikan Kesetaraan Kesetaraan
Dalam menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikn kesetaraan melalui pendidikan non formal mendapat perhatian cukup tinggi. Hal ini terjadi karena program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun tidak hanya bisa ditangani dengan pendidikan formal saja. Program kesetaraan yang ada dimasyarakat mencakup kelompok belajar paket A, kejar paket B, dan kejar paket C.
C. Peran Pendidik Pendidik dalam Pendidikan yang yang Ada di Masyarakat Masyarakat
Pendidik yang bertugas di pendidikan formal diharapkan memberi kontribusi didalam pendidikan masyarakat lingkungannya. Peran pendidik dalam pendidikan di masyarakat dimulai dari : 1. Memotivasi masyarakat lingkungannya untuk selalu belajar 2. Merekrut warga belajar dalam berbagai program kegiatan belajar 3. Menyelenggarakan kegiatan belajar dalam berbagai program 4. Menjadi narasumber dalam kegiatan belajar masyarakat 5. Menjadi tutor dalam kegiatan belajar yang ada di masyarakat 6. Mengevaluasi program-program kegiatan belajar yang ada di masyarakat untuk ditindak lanjuti. Dengan demikian peran pendidik dalam pendidikan yang dilaksanakan dalam masyarakat meliputi seluruh aktivitas program pedidikan yang ada di masyarakat melalui satuan pendidikan yang tersedia.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peranan Pendidik Dalam Masyarakat
140
Latihan
1. Jelaskan prinsip-prinsip pembelajaran berwawasan kemasyarakatan! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan satuan pendidikan menurut undangundang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional! 3. Jelaskan program pendidikan yang ada di masyarakat! 4. Apa keuntungan dikembangkannya pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) ? 5. Jelaskan peran pendidik dalam program pendidikan masyarakat.
Bahan Ajar Profesi Kependidikan | Peranan Pendidik Dalam Masyarakat
141
View more...
Comments