BUKU AJAR
tvilKP0BI0t00l I(TD()I(TTPAN EDISI REVISI
BUKU AJAR.
ililKP0BI0L00l KID()KTIPAN EDISI REVISI
STAF PENGAJAR BAGIAN MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
^1$3u ilfrg -*,,.vJ:*L"
BINARUPA AKSARA Publisher
Judul:
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Editor: Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Koordinator Penerbitan: Dr. Lyndon Saputra Layout: Manina Susilowati ISBN 929-583-424-X @
Hak Terbit BINARUPA AKSARA Publisher
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak, mencetak, ataupun menerbitkan sebagian maupun seluruh isi buku ini tanpaizin tenulis dari penerbit.
BINARUPA AKSARA Publisher, (Kelompok KARISMA Publishing) Gedung Karisma, Jl. Moh. Toha No. 2 Pondok Cabe Cjputat - Tangerang 15418.
E-Mail:
[email protected]
Fax
(02 1)
7
47 0-9281, T
slp. O2I-7 4 44-5 5 5 ext. 105/ 123
PENYUSUN BUKU
Agus Syahrurachman
Aidilfiet Chatim Amin Soebandrio \7.K. Anis Karuniawati A.U.S. Santoso B.M. Flasrul Harun Budiman Bela
Miriam Triyatni R
N. Asmono
Pritiwi Sudarmono Retno I. Sastrosoewignjo
Robert Utji R. Sardjito Suharno Josodiwondo
Fera Soemarsono
Suharto
H. Abdul Rahim
Suhud Sumaatmadja
H. Karsinah Lina Isjah Lucky Hartati Moehario Mardiastuti H. \7. Mathilda Lintong
Sujudi Susiana Assani
Tertia Hutabarat T. Mirawati Sudiro IJsman Chatib'Warsa
KATAPENGANTAR
Buku Penuntun Kuliah Mikrobiologi Kedokteran ini merupakan perbaikan diktat Kumpulan Kuliah Mikrobiologi Kedokteran yang selama ini digunakan secara intern di Bagian Mikrobiologi FKUI. Buku yang terutama ditujukan bagi para mahasiswa kedokteran ini, diharapkan juga dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa di bidang kesehatan lainnya dan para klinisi. Mikrobiologi berkembangamat pesat dalam beberapa dekade terakhir, untuk itu kami berusaha menyesuaikan isi buku dengan perkemban gar_yangmutakhir. Namun sebagai akibatnya penerbitan buku menjadi tertunda-tunda. -Walaupun demikian kamipun menyadari bahwa sementara buku ini dicetak, perkembangan ilmu masih tetap berlangsung: sehingga untuk melengkapi kekurangan tersebut diharapkan para mahasiswa berusaha membaca berbagai tulisan ilmiah.
Jakarta Penyusun
I
o 't>
SAMBUTAN il S1'ukur alhamdulillah, keinginan
untuk menerbitkan buku penuntun kuliah
bidang mikrobiologi kedokteran akhirnya dapat terkabul. Dengan diterbitkan-
nya buku ini, semoga mahasiswa serta staf pengajar di bidang kedokteran dan bidang lain yang terkait dapat memanfaatkannya. Mikrobiologi, seperti halnya cabang ilmu lainnya, mengalami perkembangan yangamat pesat. Karena itu, tak dapat dipungkiri bahwa buku ini hanyalah satu titik kecil dalam usaha mengembangkan penerapan ilmu mikrobiologi di Indonesia.
ini dan dengan harapan buku ini akan dapat secara berkala direvisi untuk dapat terus berpacu dengan perkembangan mikrobiologi. Bagaimana pun juga, kita sambut baik lahirnya buku
Jakarta .
Prof. Dr. H. Sujudi Profesor Mikrobiologi Kedok teran
8
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
DAFTAR ISI
"""15
DASAR""
BAGIANI:
BAKTERIOLOGI
BAB1
SEJARAHMIKROBIOLOGI
'"'17
Suiudi
BAB2
KLASIFIKASI DANTAKSONOMI
.....21
KUMAN
Aidilfiet Chatim BAB
3
ULTRASTRUKTUR, MORFOLOGI DAN PEWARNAAN
KUMAN
.''' .''24
Susiana Assani
BAB4
FISIOLOGI
...33
PERTUMBUHANKUMAN
Suharto dan Aidilfiet Chatim
BAB5
METABOLISMEKUMAN
......38
Pratiwi Sudarmono dan Aidilfiet Chatim
BAB6
FLORA NORMAL SERTA HUBUNGAN KUMAN DENGAN HOSPES DAN
LINGKUNGANNYA
.''' .'
42
Suharto BAB
7
GENETIKA DAN
RESISTENSI
.
. .49
Pratiwi Sudarmono
BABS
STERILISASI
DANDESINFEKSI
.....55
Aidilfiet Chatim dan Suharto BAB
9
DASAR PEMERIKSAAN KUMAN-KUMAN AEROB, MIKROAEROFILIK DAN
ANAEROB
,
Abdul Rahim
.70
10
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
BAB1O
INFEKSI
NOSOKOMIAL....
'''
,.75
Suharto dan Robert Utji
BAGIAN ll :IMUNOLOGI BAB
11
PENGANTAR
"
'......'77 ,''79
IMUNOLOGI
Sujudi
..''''82
BAB12 ANTIGEN Sujudi, Suharto, dan A. Soebandrio
BAB13
ANTTBoDT
(TMUNOGLOBULTN)
. ....84
Sujudi, Suharto, dan A. Soebandrio
....88
BAB14 SISTEMKOMPLEMEN.,.. Sujudi, Suharto, dan A. Soebandrio
BAB15 PROSESKEKEBALAN
......92
Sujudi dan Tertia Hutabarat
BAB16 REAKSIANTIGENDENGANANTIBODI
..,...107
Sujudi, Suharto, dan A. Soebandrio
BAB17 HIPERSENSITIVITAS
......,116
Sujudi, Suharto, dan A. Soebandrio
BAGlANlll:
BAKTERIOLOGI
MEDIK
BAB,I8 KOKUSPOSITIFGRAM
"'....123 ......125
IJsman Chatib Warsa BAB
19
BATANG POSITIF
GRAM
..
.
151
Abdul Rahim, Mathilda Lintong, Suharto, dan Suharno Josodiwondo
BAB2O KOKUSNEGATIFGRAM
.....172
Suharno Josodiwondo BAB
21
BATANG NEGATIF
GRAM
Karsinah, Lucky H.M., Suharto dan Mardiastuti H.W.
. . . . ,185
Daftar
BAB22
KUMAN TAHAN
Isi
11
...",'227
ASAM
Robert Utji dan Hasrul Harun BAB
23
NOCARDIA
. . .239
Robert Utjidan Hasrul Harun BAB
24
SPIROCHAETALES
' . .243
Suharno Josodiwondo
"'.....263
BAB25 RICKETTSIA Suharno Josod.iwondo BAB
26
CHLAMYDIA
' ' '272
Suharno Josodiwondo
BAB27 MYCOPLASMA''
'''282
Suharno Josodiwondo
BAGIANIV: BAB
28
VIROLOGIDASAR VIROLOGI
""'285
DASAR
' . '287
Agus Syahrurachman
BAB29 STRUKTURDANSTABILITASVIRUS
.......291
Agus Syahrurachman BAB
30
PENGGOLONGAN
VIRUS
. . . .297
Agus Syahrurachman
........306
BAB31 REPRODUKSIVIRUS Agus Syahrurachman
..
BAB32 PATOGENESISVIRUS . BAB
33
....3,I8
Agus Syahrurachman
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT Agus Syahrurachman
VIRUS
.
.
.328
12
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
BAGIANV: BAB
34
..'...337
VIROLOGIMEDIK SINDROM KLINIK UMUM INFEKSI
VIRUS
.
.
339
R. Sardjito
BAB35 ADENOVIRIDAE
.,.354
R. Sardjito
8A836
HERPESVIRIDAE R. Sardjito
.
...357
BAB37 POXYVIRIDAE.".
..381
R. Sardjito
.'386
BAB38 PICORNAVIRIDAE' R. Sardjifo
BAB39 ORTHOMYXOVIRIDAE
......
395
R. Sardjito
BAB4O PARAMYXOVIRIDAE
....'
.'398
R. Sardjito
BAB4,I CORONAVIRIDAE.
..'401
Karsinah
BAB42 RE0VIR|DAE....
....403
Karsinah
BAB43 RHABDOVIRIDAE. ' Karsinah
...405
BAB44 F|LOV|R|DAE'...
...413
T. MirawatiSudlro
BAB45 FLAV|V|R|DAE"'.
...416
Agus Sjahrurachman
8A846 TOGAVIR|DAE... T. MirawatiSudiro
....440
t
Daftar
BAB
47
VIRUS
"
HEPATITIS
Isi 13 ''
451
Retno lswariSasfrosoewignjo dan Miriam Triyatni (HCV) BAB
48
HUMAN TMMUNODEFTCTENCY V|RUS (HrV)
.
. . . .465
R. Sardjito BAB
49
VIRUS
TUMORIGENIK
. . . 483
Agus Syahrurachman
DAFTAR
PUSTAKA
.''498
14
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
SEJARAH MIKROBIOLOGI Sujudi
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangar kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu peralatan
khusus.
Makhluk ini, yang disebut jasad renik atau mikroorganisme, terdapat di mana-mana. Di antaranya adayangbermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi banyak pula yang merugikan seperri misalnya yang menimbulkan berbagai penyakit. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu
seperti bakteriologi, imunologi, virologi, mikologi dan parasitologi. Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan pesarnya dari tahun ke tahun, sehingga merupakan disiplin-disiplin yang ter-
contoh, dengan ditemukann ya : ::. I i::,: t, :,.,: ..,, ;,,,.,. :,:,,t"t;i yang merupakan suatu kemenangan besar bagi ilmu kedokteran dalam memerangi kumankuman penyebab infeksi, tidaklah berarti bahwa kuman-kuman tersebut telah terkalahkan, karena kenyataannya mereka tetap mampu menimbulkan infeksi. Ditemukannya jenis-jenis kuman baru, sifat-sifat yang baru dari kuman dan jenis infeksi yang "keras kepala" atav yangtidak mau sembuh semuanya ini merupakan btrkti bahwa kuman-kuman tadi mampu mengadaptasikan diri terhadap lingkungannya yang baru. Penyakit infeksi sebenarnya sudah dikenal i
i.
:.
sejak zaman dulu. Manusia purba menganggap bahwa penyakit infeksi merupakan suatu kutukan para dewa atas dosa-dosa manusia sehingga untuk
pisah dan berdiri sendiri-sendiri.
Dalam mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan penyakit (infeksi); dan dicari jalanbagaimana cara pencegahan, penanggulangan serta pemberantasannya.Ilmu ini terus berkembang tanpa hentinya
karena mikroorganisme sebagai makhluk hidup mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yafig baru, sehingga hal ini akan tetap merupakan rantangan bagi ilmu kedokteran. Sebagai
t7
menyembuhkan penyakit tersebut dilakukan pengorbanan-pengorbanan. Kemudian muncul Hipocrates dengan anggapannya bahwa penyebab infeksi terdiri dari dua faktor, yaitu faktor intrinsik yang terdapat dalam tubuh penderita dan faktor ekstrinsik yang terdapat di luar yaitu yang berhubungan dengan udara yang karena sesuatu hal yang tidak diketahui berubah men_ jadi buruk/rusak (malaria).
18
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Muncul selanjutnya teori .r.r:t'i ;i'i,i:r : "'':1 r,' ;,.,,''-,, yang mengatakan bahwa makhluk hidup dapat timbul dari benda-benda mati. Teori ini bertahan untuk beberapa lama. Teori ini kemudian ditinggalkan karena terdapat penemuan-penemuan baruyangdiawali dengan berhasilnya Anton van
"
Leeuwenhoek melihat makhluk-makhluk kecil
dalam berbagai cairan dengan mempergunakan "mikroskop"-nya (Gambar 1.1). Makhlukmakhluk kecil inilah yang sekarang kita kenal sebagai kuman dengan bentuk-bentuk kokus, basil dan spirilum (Gambar 1.2). Louis Pasteur h
;ftf '***m ^#r'a$i""''l t4
,zrftcti {$, 146 w{
*&'sx e#
^ te**P n{h, vv#
Gambar 1.1. Bagan mikroskop Leeuwenhoek: a. Lensa; b. farum untuk meletakkan sediaan; c dan d. Alat pengatur fokus. Qinsser Microbiologt
Gambar 1.2. Gambar bakteri asal mulut yang dibuat oleh Leeuwenhoek. (Zinsser Microbiology edisi 19,hal.2)
edisi 19, bal. 2)
Gambar 1.3. Labu balon berleher pan.lang yang sebagian pipanya berbentuk U.
Sejarah
(1860) memanfaatkan penemuan Leeuwenhoek tadi untuk membuktikan ketidakbenaran teori generatio spontaned^
Ia melakukan
percobaan
dengan memanaskan kaldu di dalam suatu labu balon dengan tujuan mematikan jasad-jasad renik y ang ter dapat
di
dalam ny a. T ernyata setelah di-
diamkan selama beberapa waktuo kaldu tersebut menjadi keruh. Percobaannyayang berikut adalah serupa dengan percobaanny^y^ng terdahulu tetapi dengan mempergunakan labu balon berleher panjang yang bagian tengahnya berbentuk
huruf U yang terisi cairan, sehingga udara luar tidak dapat berhubungan dengan kaldu yang terdapat di dalam labu. Dengan percobaannya ini terbukti bahwa kaldu dalam labu tetap jernih, tetapi akan menjadi keruh apabila cairan di dalam leher U tadi dibuang yang memungkinkan udara
luar langsung masuk ke dalam labu. Kesimpulan percobaan ini adalah bahwa kekeruhan kaldu
tersebut terjadi akibat pertumbuhan mikroba yang terdapat di dalam udara (Gambar 1.3). Mikroba-mikroba dalam ,adara intlah yang menjadi penyebab pembusukan sampah, makanan dan minuman. Ia mengatakan bahwa mikroba-mikroba ini mungkin membahayakan
Mikrobiologi 19
Bersamaan waktunya dengan Pasteur, seorang
dokter Jerman Robert Koch (1876) mengadakan penelitian terhadap kuman-kum an anthrax yang menyerang ternak. Dalam penelitiannya ini ia
berhasil mengasingkan kuman a,nthrax dalam bentuk biakan murni (pwre cubwre)dengan mempergunakan perbenihan kuman (medium), dan membuktikan bahwa kuman-kuman yang di asingkan ini mampu menimbulkan penyakit yang sama bila dimasukkan ke dalam rubuh binatang percobaan yang peka. Berdasarkan penemuan ini Koch memformulasikan kriteria mengenai kuman-kuman ini yang kita kenal sebagai Postulat Koch, yaitu:
1,. Kuman harus selalu dapat ditemukan di dalam tubuh binatang yang sakit, tetapi tidak dalam binatang yang sehat.
2. 3.
Kuman tersebut harus dapat diasingkan dan dibiakkan dalam bentuk biakan murni di luar tubuh binatang tadi. Biakan murni kuman tersebut harus mampu menimbulkan penyakit yang sama pada binatang percobaan.
4.
Kuman tersebut dapat diasingkan kembali dari binatang percobaan tadi.
manusia.
Kebenaran teori Pasteur ini dibuktikan oleh Lister, seorang ahli bedah yang telah melakukan
tindakan-tindakan aseptik pada waktu pembedahan dengan mempergunakan desinfektan yang dapat mematikan mikroba-mikroba yang terdapat di dalam udara. Dengan tindakannya ini angka kematian karena infeksi sesudah operasi ternyata sangat menurun.
tahun 1,900, semua jenis kuman penyebab berbagai penyakit penting telah dapat diket ahui sepert i B ac il I u s antlt r ac i s, C o r7 n eb acteriwm Pada
diptherim, Salmonelk typbosa, Neisseria gononlneae, Closaidium pffingms, Clostridium reani, Shigella d,y s entriae,
Tr ep o ne ma p allidum dan
lainlain.
Dengan majunyateknologi dan semakin lengkapnya peralatan maka berhasil pula ditemukan
20
Buku Ajar Mikrobiologi Kedolcteran
jasad
renik yang lebih kecil dari kuman yang mampu menembus saringan kuman yaitu yang disebut virus. Beberapa contoh misalnya virus mosaik tembakau yang ditemukan oleh Iwanow-
sky (1892) dan Beyerinck (1S99), virus penyebab ';i4;:.:!,.;i:|i- i':;:t.::.i!l: :j.;.r'.';:.,t' pada ternak (Loffler &
Frosch, 1898), virus demam kuning pada manusia flWalter Reed dkk, 1900), virus kuman atau bakteriofaga (Twort & d'Herelle t9I5). Melihat kenyataan bahwa seseorang yang sembuh dari suatu penyakit tidak mudah untuk mendapatkan penyakit yangsama untuk kedua kalinya, telah mendorong para penyelidik untuk melakukan penelitian tentang kekebalan. Edward Jenner (1749-1823) melihat bahwa pemerah susu sapi yang mendapatkan infeksi cacar sapi (cowpox) ternyata kebal terhadap penyakit cacar (i:r:,,,::!:.:t:.. atav ,-:t;i:i:|J. Ia kemudian
menyusun suatu konsep tentang vaksinasi dan berhasil membangkitkan atau menimbulkan kekebalan pada orang-orang terhadap cacar i, tt't,;"i ! i, i,;:i dengan jalan memvaksinasinya memakai cacar sapi
ini kemudian dicontoh oleh Pasteur untuk membuat vaksin terhadap penyakit i:t it i.: t,,'. : i: i t i t :. a, a it : !.; i" ts:: dan ::r j.tr r,. Selain bidang kekebalan juga telah dilakukan percobaan-percobaan dengan bahan-bahan (cowpox). EdwardJenner
:.;
:
kimia untuk mengobati suatu infeksi. kembangan kemoterapi ini dimulai tahun
Per1935
ketika Domagk menemukan bahwa prontosil (sulfanilamida) sangat bermanfaat terhadap infeksi oleh streptokokus. Penemuan penisilin oleh Alexander Fleming (1929) dilanjutkan oleh Florey 8c Chain (1940)
untuk mempergun akannya dalam pengobatan, y^ng ternyata hasilnya sangar menakjubkan. Penemuan penisilin ini kemudian disusul oleh penemuan-penemuan antibiotika lainnya yang jumlahnya sangat banyak. Ternyata kemoterapi ini selain bermanfaat, juga menimbulkan persoalan-persoalan baru, seperti misalnya kuman yang semula peka terhadap sesuatu antibiotik, berubah menjadi resisten, juga timbulnya reaksi-reaksi alergi serta gangguan-gangguan pada normal ecologic flora pada tubuh manusia. Tidak dapat disangkal lagi bahwa mikrobiologi telah mengubah pandangan manusia mengenai timbulnya penyakit-penyakit dan menyingkirkan pendapat atau kepercayaan terhadap qt: i; trai i t; s fltt i;.; ;ar;.:it serta menempatkan proses pembusukan atau fenomena-fenomena lain yang senrpa pada tempat yang sebenarnya dalam siklus benda, baik yang hidup ataupun yang mari.
tr
KLASI FIKASI DAN TAKSON OMI KUMAN Aidiffiet Chatim
Untuk klasifikasi dan determinasi kuman dipakai buku Bergqt's Manual of Determinatiae Bacteriologlt yang menggambarkan sifat-sifat
-
kuman secara terperinci.
Bakteria dibagi dalam tiga kelas dan pembagian selanjutnya adalah - Ordo yang berakhiran - ales - Familia yang berakhiran - ace e - Tribus yang berakhiran eiae
Bakteri' dan bakteri hijau diklasifikasikan sebagai tanaman primitif karena:
-
Kingdom : Procaryotae Divisio : Cyanobacteria Divisio II: Bacteria
mempunyai dinding sel seperti tanaman beberapa jenis bakteri dan semua bakteri hijau bersifat fotosintetik
-
Dalam BergE bakteri dan bakteri hijau dimasukkan dalam satu golongan tersendiri yang di-
-
Genus
Spesies
Contoh
:
Ordo Familia
sebut proca ry otae (prokariota). Prokariota mem-
punyai inti primitif dan berkembang biak secara amitosis menjadi dua bagian. Inti terdiri dari DNA yang terbuka dan tidak terbungkus dalam
Genus Spesies
suatu selaput atau membran. Eubacteria (bakteri
Actinomycetales Mycobacteriaceae
Mycobacterium c o bacteriu m t ub erc ul o s is
fuIy
Nomenklatur (pemberian nama)
sejati) dan Archaebacteria ftakteri purba)
Sepeni halnya t^naman, kuman juga menggunakan dua nam4 yaitu nama binomial Binnnial name),
termasuk procaryotae. Yang parogen terhadap manusia, termasuk dalam Eubacteria. Sedangkan eukariota mempunyai inti yang sebenarnya dan mengalami mitosis.
yang diajukan oleh Linnaeus untuk ranaman pada tahun 1753. Jadi nama kuman selalu terdiri dari nama genus dan epitbeton specifi.cum. Nama genus dimulai dengan huruf besar dan epitheton specificum ditulis dengan huruf kecil.
Prokariota bersel tunggal (uniseluler) dan klasifikasiny a adalah sebagai berikut:
2t
22
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Misalnya Staplrylococctts d'ureus. Nama genus sedapatnya memberikan keterangan mengenai genus tersebut.
Nama kuman dapat
beras
al dari kata
baru
yang disesuaikan dalam bahasa latin atau nama seseorang (penyelidik) yang dilatinkan'
Contoh: Bacillus
batang
Clostridium
spindle, pintalan yang halus
Micrococcus
butir kecil
Erwinia
dari nama Erwin
Pasteurella
dart nama Pasteur dari nama Salmon typhi merupakan
Salmonella Salmonella typhi
penyebab Salmonella pullorwm
tifoid
ditemukan padaayam dari nama Bruce
Spesies adalah suatu jenis mikroorganisme yang
sudah tertentu. Spesies bakteri ditentukan oleh:
t.
Sifat-sifat struktural yang terdiri dari bentuk, besar, cara pergerakan, reaksi terhadap
pewarnaan Gram sefta pertumbuhan makroskopik (sifat-sifat koloni). 2. Sifat-sifat biokimia dan kebutuhan akan nutrisi, produk-produk akhir metabolisme, susunan biokimiavri komponen sel dan metabolit-metabolitnya. 3. Sifat-sifat fisiologisnya terhadap oksigen, temperatur, pH dan respons terhadap zat-z t antibakteri. 4. Sifat ekologi. 5. Komposisi basa DNA, homologi dan sifatsifat genetik.
Hemopbilws influenzae : pertama kali diasingkan
Strain adalah biakan murni kuman tersusun dari keiompok kuman yang merupakan keturunan kuman dari satu isolat. Misalnya: Stapbylococcus aureus strain Oxford, merupakan kuman standar untuk macam-macam kepeduan di laboratorium.
dari penderita influenza
Spesies bakteri men gandrng strain-strain (galur-
Brucella Brucella abortus
: penyebab abortus pada
ternak.
dan disangka sebagai pe-
Clostridium raelchii
nyebab influenza ditemukan oleh \7elch
Nama-nama di atas ad alah nama il miah (s c ient ifi' c name). Sedangkan seh ari-hari yang lebih banyak
dipakai adalah: gonococcus-go
Neisseria gonorrboeae
sifilis
Treponema pallidurn.
Hansen
Mycobacteriwm leprae
Koch, tbc
fuIy
Pneumococcus
c
obacterium tub erculo s is
Streptococcu s pn
eu
rnon iae
galur) mikroorganisme yang sifat-sif.atny a secara garis besar sama tetapi memiliki perbedaanperbedaan. Biovar ft iotip) merupakan s tr ain y ang
dipilih sebagai strain y angterbaik untuk mewakili suatu spesies. \Taiaupun demikian strain-strain biovar (biotip) tidak dapat memperlihatkan semua slfat strain-strain dalam suatu spesies, sehingga untuk menentukan bentuk-bentuk tertentu pada variasi strain digunakan penentuan subspesies seperti serotip (serovar), pathotip (pathovar), mo,rphotip (morphovar), fagatip (phagovar).
Klasifikasi dan Taksonomi Kuman 23
Klasifikasi bakteri patogen
2
Berbeda dengan nomenklatur, tidak ada klasifi-
!=
kasi bakteri yang resmi. Bergey's Manual of Sys.tematic Bacteriologlt edisi ke-8 tidak menggunakan lagi taksa yang lebih tinggi karena ketidakjelasan hubungan genetika. Bergey\ Manual yang
terakhir membagi prokariota dalam
=
jumlah sifat-sifat yangadapadakedua strain jumlah sifat-sifat yang ada pada strain pertama saja
6
=
jumlah sifat*ifat yang ada pada strain kedua saja
i = jumlah sifat-sifat
empar
yang tidak ada pada kedua
strain
divisio utama:
I. Gracilicutes : bakteri negatif Gram II. Firmicutes : bakteri positif Gram III. Tenericutes : bakteri tanpa dinding sel IV. Archaeb acteria
Klasif ikasi berdasarkan genetika Perkembangan-perkembangan dalam biologi mo-
lekuler memungkinkan diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organisme-organisme pada tingkat genetik berdasarkan:
I, II dan III termasuk dalam Eubacteria.
Taksonomi numerik Menggambarkan persamaan, kemiripan dan perbedaan karakteristik bakteri. Jaccard similarity coefficient (S1) menyatakan sifat-sifat yang positif
matchingcofficient (S sttt) menyatakan sifat-sifat yang positif dan negatif. Koefisien-koefisien rersebur menggambarkan persentase sifat-sifat yang sama di ^nt^r^ saja. Sedangkan Simple
DNA
-
komposisi basa
-
pola-pola metabolisme stabil yang dikontrol oleh gen
-
polimer-polimer pada sel struktur organel dan pola regulasinya.
homologi sekuens DNA dan rRNA (RNA ribosomal)
Kekerabatan berdasarkan homologi asam nukleat (homologi sekuens DNA):
organisme-organisme.
,ii
6
= guanin C = sitosin
A = adenin T = timin
U
LTRASTRU KTU R, MORFOLOG
I
DAN PEWARNAAN KUMAN Susiana Assani
Struktur bakteri
elektron tidak bekerja di membran sel; tetapi pada lamelae yangberada di bawah membran sel.
Bakteri termasuk dalam golongan prokariota, yang strukturnya lebih sederhana dari eukariota, kecuali bahwa struktur dinding sel prokariota lebih kompleks dari eukariota.
Bakteri menyimpan pula makanan cadangannya dalam bentuk granula sitoplasma. Granula ini bekerja sebagai sumber karbon, tetapi bila
sumber protein berkurang, karbon dalam granula ini dapat dikonversi menjadi sumber
lnti atau nukleus Dengan pev/arnaan Feulgen,
inti
sel prokariota
nitrogen.
dapat dilihat dengan hanyamenggunakan mikro-
Granula sitoplasma pada beberapa jenis
skop cahaya biasa. Pewarnaan Feulgen sebetulnya mewarnai molekul DNA. Dengan mikroskop elektron tampak bahwa badan inti tidak mempunyai dinding intilmembran inti. Di dalamnya terdapat benang DNA (DNA fibril) yang bila diekstraksi, berupa molekul tunggal dan utuh dari DNA dengan berat molekul 2-3 x 10e. Benang DNA ini disebut kromosom yang panjangnya kira-kira 1. mm. Ekstraksi DNA dilakukan dengan melisiskan dinding sel secara hati-hati, kemudian dilakukan sentrifugasi; maka benang DNA akan terpisah dari materi sel lainnya, dan dapat dimurnikan.
bakteri menyimpan pula sulfur, fosfat inorganik (= granula volutin) dan granula pada jenis kuman korine-bakteria disebut granula meta- kromarik, karena granula tersebut bila diwarnai dengan zat warna biru tua tidak berwarna biru, tetapi berwarna merah. Pada sitoplasma pro- kariota tidak didapatkan struktur mikrotubulus sepeni yang ada pada eukariota.
Membran sitoplasma A. Struktur Membran sitoplasma disebut juga membran sel; yang komposisinya terdiri dari fosfolipid dan protein. Membran sel dari semua jenis prokariota tidak mengandung sterol, kecuali Genus Mycoplasma.
Struktur sitoplasma prokariota tidak mempunyai mitokondria atau kloroplas; sehingga enzim-enz:tm untuk transpor Sel
24
Ultrasnuhur Morfologi dan Pewarnaan Kuman 25
Di tempat-tempat tertentu pada membran sitoplasma terdapat cekungan/lekukan ke dalam (convoluted inoagination) yang disebut mesosom.
Ada dua jenis mesosom:
L
Septal mesosom: berfungsi dalam pembeLateralmesosom.
Kromosom bakteri (DNA) melekat
pada
septal mesosom.
B. Fungsi Fungsi utama membran sitoplasma adalah:
l.
Menjadi tempat transpor bahan makanan
2.
Pada spesies kuman aerob merupakan tempat
3.
transpor elektron dan oksidasi-fosforilasi. Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hi-
secara selektif
drolitik.
4.
5.
Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada biosintesa DNA, poli merisasi dinding sel dan lipid membran = fungsi biosintetik. Mengandung reseptor dan protein untuk sistem kemotaktik.
C. Zat antibakteri yang bekerja
pada
dinding sel
a. b.
Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfer, karena adanya transpor aktif yang menyebabkan tingginya konsentrasi larutan di dalam sel. Karena adanya dinding sel kuman yang relatif sangat kuat, maka meskipun tekanan osmodknya tinggr, sel kuman tidak pecah. Dinding
lahan sel.
2.
Dinding sel
Deterjen: yang mengandung gugus lipofilik dan hidrofilik akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel. Antibiotika yang secara spesifik mempengaruhi fungsi biosintetik dari membran sitoplasma lain: polimiksin, asam ^nt^ra nalidiksat, fenetilalkohol dan novobiosin.
sel ini terdiri dari lapisan peptidoglikan, yang disebut juga sebagai lapisan murein atau mukopeptida (semua nama ini adalah sinonim).
Bakteri dibagi atas bakteri yang positif Gram dan negatif Gram tergantung pada responsnya bila diwarnai dengan pewarnaan kuman menurut GRAM. Sel kuman mula-mula diwarnai dengan zat warna kristal ungu dan Iodium lalu dicuci dengan alkohol atau aseron. Kuman negatif Gram akan kehilangan zat warna ungunya setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan kuman positif Gram tetap mempertahankan 'warna ungu meskipun telah dicuci dengan alkohol. Fungsi lain dari dinding sel selain menjaga tekanan osmotik adalah:
1.
Dinding
sel memegang peranan penring dalam
proses pembelahan sel.
2. 3. 4.
Dinding sel melaksanakan sendiri biosintesa untuk membentuk dinding sel. Berbagai lapisan tertenru pada dinding sel merupakan determinan dari antigen permukaan kuman. Pada kuman negatif Gram, salah satu lapisan dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin yang tidak spesifik, yaitu lipopolisakarida (LPS). LPS ini pada beberapa binatang bersifat toksik.
26
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Enzimlisosim dan beberapa obat yang mengganggu biosintesis peptidoglikan dapat menyebabkan sel kuman kehilangan struktur dinding sel. Bila cairandi sekitarnya memproteksi tekanan osmotik dalam sel maka terjadilah sel tanpa dinding yang disebut protoplas pada kuman positif Gram dan sferoplas pada kuman negatif Gram. Bila sel protoplas dan sferoplas ini masih mampu berkembang biak, maka disebut sebagai kuman Lform. Kapsul Banyak spesies bakteri mensintesa polimer eks-
trasel (pada umumnya polisakarida) yang berkondensasi dan membentuk lapisan di sekeliling sel dan disebut kapsul. Pada medium agar, koloni kuman berkapsul tarnpak sebagai koloni berlendir. IJmumnya kuman berkapsul lebih tahan terhadap efek fagositosis dari daya pertahanan badan. Sejenis kapsul pada Streptococcus tnutans misalnya, dapat melekat erat pada permukaan gigi, membentuk lapisan plaque pada gigi dan mengeluarkan produk asam yang menyebabkan karies gigi.
2. 3.
4.
Lofotrikh: lebih dari satu flagel di satu bagian polar kuman Amfitrikh: flagel terdapar saru atau lebih di kedua polar dari kuman Peritrikh: flagel tersebar merata di sekeliling badan kuman. Protein dari flagel disebut flagellin. Bila suspensi kuman berflagel kita kocok kuat-
kuat, maka flagel akan rontok, tetapi flagel tersebut dapat tumbuh lagi sempurna dalam 3-6 menit.
Pili = fimbriae memiliki rambur pendek dan keras yang disebut pili. Pili terdiri dari subunit-subunit protein. Beberapa kuman negatif Gram
Ada dua jenis Pili:
1,. Pili yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan sel tubuh hospes. 2. Seks Pili yang berfungsi dalam konjugasi dua kuman.
Flagel adalah alat pergerakan.
Virulensi dari berbagai jenis kuman patogen tidak hanya tergantung pada toksin kuman, tetapi jug^ tergantung pada Colonization Antigen, yangterryata adalah pili biasa. Protein M pada Streptococcus adalah juga lapisan fimbrial yang merupakan antigen permukaan, dan lipoteicholic acid yang ada di dalamnya bertanggung jawab pada perlekaran Streptococcus group A pada sel epitel.
Ada tiga jenis flagel:
Endospora
Flagel
Flagel adalah bagian kuman yang berbentuk seperti benang, yang umumnya terdiri dari protein dengan diameter 12-30 nanometer.
1. Monotrikh: flagel tunggal dan terdapat di bagian ujung kuman.
Beberapa genus bakteri dapat membentuk endospora. Yang paling sering membentuk spora ada-
Ultrastruktur, Morfologi dan Pewarnaan
lah kuman batang positif Gram Bacillus gents dan Clostridium. Kuman-kuman ini mengadakan diferensiasi membentuk spora bila keadaan lingkungannya menjadi jelek, misalnya bila medium di sekitarnya kekurangan nutrisi. Masingmasing sel akan membentuk spora, sedangkan sel induknya akan mengalami otolisis. Spora
Kuman 27
Pada waktu germinasi dimana spora kembali
menjadi sel vegetatif terjadi beberapa peristiwa sebagai berikut:
1. Aktivasi:
meskipun lingkungan membaik, spora tidak akan melakukan germinasi sampai terjadi aktivasi yang diawali oleh adanya suatu zat yang merusak coat dart spora
adalah kuman dalam bentuk istirahat. Spora ber-
seperti panas, asam komponen sulfhidril dan
sifat sangat resisten terhadap panas, kekeringan dan zat kimiawi. Bila kondisi lingkungan telah
baik kembali spora dapat kembali melakukan
lain sebagainya. Inisiasi: setelah teraktivasi maka spora akan melakukan germinasi dengan menggunakan
germinasi dan memproduksi sel vegetatif.
sumber makanan dari media/lingkungan-
2.
Secara morfologis, proses sporulasi terjadi de-
ngan
c ra isolasi badan inti yang diikuti dengan
nya-
3.
melipatnya membran sel ke arah dalam.
Outgrowth: kemudian terjadi degradasi dari korteks dan sel vegetarif baru keluar dan hidup seperti semula.
Spora terdiri dari:
a.
b.
Core: adalahsitoplasma dari spora. Di dalam-
nya terkandung semua unsur untuk kehidupan kuman seperti kromosom yang lengkap, komponen-komponen untuk sintesis protein dan lain sebagainya. Dinding spora: lapisan paling dalam dari spora, terdiri dari dinding peptidoglikan dan akan menjadi dinding sel bila spora kembali ke bentuk vegetatif.
c. d. e.
Korteks: adalah lapisan yang tebal dari spora envelope. Juga terdiri dari lapisan peptidoglikan tetapi dalam bentuk yang istimewa. Coat: terdiri dari zat semacam keratin, dan keratin inilah yang menyebabkan spora relatif tahan terhadap pengaruh luar. Eksosporium: adalah lipoprotein membran y ang t erdapat paling luar.
-Morfologi kuman Morfologi kuman dapat dibagi dalam tiga bentuk utama, yaitu: kokus, batang dan spiral. Kokus: kuman berbentuk bulat dapat tersusun sebagai berikut:
-
Mikrokokus, tersendiri (single) Diplokokus, berpasangan dua-dua Pneumokokus adalah diplokokus yang berbentuk lanset, gonokokus adalah diplokokus yang berbentuk biji kopi. Tetrade, tersusun rapi dalam kelompok empat sel.
-
Sarsina, kelompok delapan sel yang tersusun rapi dalam bentuk kubus.
-
Streptokokus, tersusun seperti rantar Stafilokokus, bergerombol tak reratur seperri untaian buah anggur.
28
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Basilus: kuman berbentuk batang dengan panjang bervariasi dari 2-10 kali diameter kuman
tersebut:
-
Kokobasilus, batang yang sangar pendek menyerupai kokus
-
Fusiformis, dengan kedua ujung batang meruncing Streptobasilus, sel-sel bergandengan membentuk suatu filamen.
-
Spiral:
-
Vibrio, berbentuk batang bengkok
-
Spirokhaeta, berbentuk spiral halus, elastik dan fleksibel, dapat bergerak dengan aksial filamen. contoh : - borrelia, berbentuk gelombang - treponema, berbentuk spiral halus dan teratuf - leptospira, berbentuk spiral dengan kaitan pada satu atau kedua ujungnya.
Spirilum, berbentuk spiral kasar dan kaku, tidak fleksibel dan dapat bergerak dengan flagel.
Pewarnaan kuman
Untuk mempelajari morfologi, srruktur, sifatsifat kuman untuk membantu identifikasinya kuman perlu diwarnai. Agar memperoleh hasil pewarnaan yang baik
diperhatikan faktor-faktor berikut:
-
Gelas alas bersih dan bebas lemak
lJmur biakan: 1.8-24 jam,kecuali kuman rahan asam M.tuberculosis yang tumbuhnya sangat lambat. Kuman mengalami perubahan dalam
-
-
morfologi dan strukturnya, sehingga hasil yang diperoleh kurang repat, bila dipakai biakan berumur lebih dari 24 jam. Kualitas z atwarna. Ada zatwarna yang harus dibuat sesaat sebelum dipakai dan ada yang hanya dapat disimpan selama beberapa 'waktu. Tebal tipisnya sediaan. Bila sediaan terlalu tebal atau tidak rata, makapenetrasi zat w arna akan berbeda-beda.
Cara membuat sediaan Suspensi kuman, yaitu satu tetes air garamfaal di atas gelas alas ditambah biakan kuman, disebar
setipis mungkin sehingga membentuk lingkaran dengan diameter kira-kira 1 cm. Sediaan dibiar-
kan mengering di rdara atau dapat dipercepat pengeringannya dengan menghangatkan di atas
api, kemudian direkat/difiksasi dengan melewatkan di atas api ttga kali dan siap untuk diwarnai. Jenis-jenis pewarnaan kuman yang dikenal adalah:
1. pewarnaan negatif (back ground 2. pewarnaan sederhana 3. pewarnaan diferensial 4. pewarnaan khusus.
staining)
Pewarnaan .negatif Suspensi kuman dibuat dalam zat warna negrosin/tinta bak dan disebar'ratakan dengan gelas alas lain (sediaan hapus). Di sini kuman tidak diwarnai dan tampak sebagai benda-benda terang dengan latar belakang hitam. Pewarnaan
Ultrastruktur; Morfologi dan Pewarnaan
ini dipakai untuk kuman yang sukar diwarnai, misalkan
Sp
ir o ch aet a, (frep
o
ne m a,
Lept
o sp
4.
ira dan
Borrelia).
Kuman 29
Sediaan dicuci dengan air dan diwarnai dengan air fukhsin selama I-2 menit. Sediaan dicuci, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop.
Pewarnaan sederhana Pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam
t
warn . Misalnya biru metilen, air fukhsin atau ungu kristal selama l-2 menrt. Zat warna anilin mudah diserap oleh kuman
z
Keterangan:
t.
b.
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat penting. Ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Pewarnaan tahan asam (acid fast staining). Misalkan pewarnaan Ziehl Neelsen dan Kinyoun-Gabbett untuk membedakan kumankuman yang ahan asam dari yang tidak tahan asam.
semua
dalam dinding sel dan protoplasma.
2.
Pemberian lugol menyebabkan terbentuknya kompleks ungu kristal-iodium yang berwarna ungu tengguli kotor.
3.
Pencucian dengan alkohol menyebabkan terjadinya diferensiasi dari dua macam kuman: a. Kuman tetap berwarna ungu b. Kuman tidak berwarna, sebab zat warra dilarutkan oleh alkohol dan keluar dari sel kuman.
Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari
a.
kristal
kuman menjadi :ulgv, zat warna diserap
Pewarnaan diferensial satu macam zat warfla
Setelah diberi karbol ungu
4.
Fukhsin sebagai pewarna kontras
(counter-
stain)mewarnai kuman yang tidak berwarna menjadi merah.
Pewarnaan Gram Hasil dapat dibaca sebagai berikut:
Cara pewarnaan:
1..
2.
Sediaan yang sudah direkat diwarnai dengan
kristal ungu selama 5 menit. Zatwarnadtbuang dan diganti dengan larutan lugol (!,,,, :,:,"r:, ; r F" il dibiarkan selama 45-60 detik. Larutan lugol dibuang dan sediaan dicuci dengan alkohol 960/o selama 30 detik atau digoyang-goyangkan sampai ridak ada zat warna yang mengalir lagi. !
3.
-Kuman positif Gram berwarna ungu -Kuman negatif Gram berwarna merah. Sifat kuman terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi suatu kuman. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antan kuman positif Gram dan kuman negatif Gram.
30
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
positif Gram
Kuman
Kuman negatif Gram
sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman
menjadi tidak berwarna. Kuman positif Gram mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil, sehingga kompleks ungu kristal-Iodium dipertahankan dan sel
Dinding gel:
tebal lipid 14% -kadar -Resistensi terhadap tidak larut -Iapisan peptidoglikan lebih
lebih tipis
l1)2% larut
alkali (1% KOH) -Kepekaan Iodium
terhadap
lebih
peka
kurang peka
kuman tetap berwarna ungu.
-Toksin yang dibentuk -Resistensi terhadap
eksotoksin lebih tahan
endotoksin
Bila dinding sel dilarutkan dengan lisosim
lebih peka
(enzim), maka terbentuklah protoplas. Sel melepaskan kompleks ungu kristal-Iodium setelah dicuci dengan alkohol. Jadi dinding sel
tellurit -Sifat tahan Kepekaan
asam
"*l#*,"n"r terhadap lebih peka
tidakuada yanB
Kepekaan
terhadap
tidak
peka
menahan keluarnya zat warna ungu.
kurang peka
penisilin
-
peka
streptomisin
Permeabilitas dinding sel.
Teori ini
berdasar-
kan tebal tipisnya lapisan peptodiglikan dalam
dinding sel.
Kuman positif Gram mempunyai susunan
Sebagai pegangan dapat dicatat bahwa:
-
Kuman berbentuk kokus yang patogen terhadap manusia bersifat positif Gram, kecuali kokus dari famili Neisseriaceae.
-
Kuman berbentuk batang dan spiral yang patogen bagi manusia umumnya bersifat negadf Gram, kecuali batangdari genus berikut: fuIycobacterium, Corynebacterium, Listeria, Bacillus dan Clostridium.
Ada berbagai teori tentang dasar perbedaaflyang menyebabkan kelainan kedua golongan tersebut.
-
Teori Salton. Teori ini berdasarkan kadar
lipid
yang tinggi Q)"D di dalam dinding sel kuman negatif Gram. Zatlipid ini larut selama pen-
cucian dengan alkohol. Poripori pada dinding sel membesar, sehingga zat warna yang
dinding sel yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas kurang dan kompleks ungu kristal Iodium tidak dapat keluar. Kuman negatif Gram mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1-2 lapisan dan susunan dinding sel tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar, sehingga masih memungkinkan terlepasnya kompleks ungu kristal-Iodium.
Pewarnaan tahan asam - Pewarnaan Ziehl-Neelsen Cara pewarnaan:
l.
Sediaan kuman diwarnai dengan larutan
fukhsin karbol dan dipanaskan dengan api kecil sehingga keluar asap, biarkan selama 5 menit.
Ultrastruhur, Mo{ologi dan Pewarnaan Kuman 31
2.
Sediaan dicuci dengan air dandimasukkan
dalam larutan H2SOa 5olo selama 2 detik. Untuk kuman M. leprae digunakan larutan H2SOa 1%.
3.
Kemudian dicuci dengan alkohol
60olo
sehingga tidak ada warna merah mengalir.
4.
Sediaan dicuci dengan
nyakit tuberkulosis. Sebenarnya hasil ini hanya menunjukkan adanya kuman tahan asam dan kuman yang ditemukan ini mungkin juga bukan kuman tuberkulosis.
air dan diwarnai
dengan larutan biru metilen selama L-2 menit, dicuci dengan air dandikeringkan.
Hasil dapat dibaca sebagai berikut: - Kuman tahan asam berwarna merah Bukan kuman tahan asam berwarna biru.
-
Pewarnaan khusus (special staining)
ini dipakai untuk mewarnai bagianbagian sel kuman atau kuman tertentu yang Pewarnaan
sukar diwarnai dengan pewarnaan biasa. Misalkan:
-
Sesudah pencucian dengan asam-alkohol kuman tahan asam mempertahankan warna merahnya,
sedangkan kuman bukan tahan asam melepas-
kan warna ini dan menjadi tidak berwarna. Sifat tahan asam ini disebabkan karena terdapatnya asam mikoiaty^ngterikat dalam dinding sel. Dinding sel kuman tahan asam
terdiri dari
peptidoglikan, arabinogalaktan dan lipid, sedangkan 50o/o dari lipid ini adalah asam mikolat.
-
Pewarnaan Kinyoun-Gabbett atau Tan Thiam Hok Cara pewarnaan:
1.
Sediaan kuman diwarnai dengan larutan
Kinyoun selama 3 menit dan dicuci dengan air. 2. Sediaan diwarnai dengan larutan Gabbett selama L menit, dicuci dengan air dan di keringkan.
-
Flagel dengan: Pewarnaan Gray. Di sini diperlukan pemantek (mordant) yang meningkatkan afinitas flagel terhadap zat warna dan memperbesar diameter flagel. Suspensi koloidal garam asam tanat menyebabkan ter ladiny a presipitat pada dinding sel dan flagel. Badan kuman dan flagel membesar sehingga mudah terlihat dengan mikroskop biasa setelah diwarnai dengan karbol fukhsin Pewarnaan Novel Pewarnaan Zettnow Pewarnaan Fontana-Tribondeau Ketiga pewarnaan tersebut di atas menggunakan impregnasi dengan Ag. Simpai dengan:
Muir;
simpai berwarna biru dan badan kuman berwarna merah. Pewarnaan
Pewarnaan Hiss; simpai berwarna ungu
Ditemukannya kuman tahan asam dalam sputum
muda dan badan kuman ungu tua. Pewarnaan Gins Burri; adalah suatu kombinasi pewarnaan negatif dengan pewarnaan
penderita seringkali dihubungkan dengan pe-
sederhana, misalkan karbol fukhsin. Simpai
32
'
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
tidak diwarnai dan terlihat sebagai bulatan- Dinding spora yang tebal memerlukan pemabulatan terang dengan latar belakang gelap, nasan,agarpori-porimembesardanzatwarna sedangkan badan kuman berwarna
merah.
Simpai kuman mudah ditembus zat tetapisukarmengikat zatw^rna'
-
Spora
dengan:
warfla,
dapat masuk.
- Inti dengan pewarnaan Feulgen -Difteri dengan pewarnaan Neisser untuk melihat granula Babes-Ernst
Pewarnaan Klein; spora kuman berwarn a d.rg* pewarnaan Becker-Krantz -Spirokhaeta merah dan badan kuman berwarna biru. dan pewarnaan Fontana Tribondeau.
FrsroLoGr PERTUMBUHAN KUMAN Suharto dan Aidilfiet Chatim
Air
Pada pertumbuhan kuman terjadt sintesa yang
bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan.
khas dan berimbang dari komponen-komponen
merupakan pengantar semua bahan gizi yang diperlukan sel dan untuk membuang semua zatz tyangtak diperlukan ke luar sel. Selain untuk melancarkan reaksi-reaksi metabolik, air juga merupakan bagian terbesar dari protoplasma.
protoplasma dari bahan-bahan gizi (nutrien) yang terdapat dalam lingkungannya. Ini merupakan proses yang terus berubah menurut waktu dan merupakan sifat utama makhluk hidup. Kumankuman merupakan kelompok organisme yang sangat omnivor (memakan segalanya). Mereka mampu melaksanakan proses-proses metabolisme dengan memanfaatkan segala macam sumber bahan makanan, mulai substrat anorganik sampai bahan organik yang sangat kompleks. Agaknya tidak ada satu pun persenyawaan organik yang tak dapat dimanfaatkan oleh kuman. Ini merupakan bukti akan kemampuan kuman untuk mengadaptasikan dirinya dan mencerminkan kemamp u^nnyauntuk menanggapi rangsangan yang sebelumnya adalah asing baginya. Meski-
Garam-garam anorganik: Diperlukan untuk mempertahankan keadaan koloidal dan tekanan osmotik di dalam sel; untuk memelihara keseimbangan asam-basa; dan berfungsi sebagai bagian
enzim atau sebagai aktivator reaksi enzim.
Mineral: Selain karbon dan nitrogen, sel-sel hidup memerlukan sejumlah mineral-mineral fainnya untuk pertumbuhannya. - Belerang (sulfur) : seperti halnya dengan nitrogen, sulfur juga merupakan komponen substansi sel. Sebagian besar sulfur sebagai r ,. tetapi kebanyakan mengambilnya dalam ben-
pun di ant;;r^ bermacam-macam spesies kuman terdapat perbedaan-perbedaan dalam keperluanny a akan b ah an gizi, tetapi ada b ah an- b ahan gizr yangagaknya diperlukan oleh setiap jenis kuman.
tuk
-
Substansi yang umum diperlukan
Air: Kuman memerlukan
.'ri.
:, Gulfat).
Fosfor-fosfat ij,:i-i.l : diperlukan sebagai komponen asam-asam nukleat dan berupa koenzim.
-Aktivator
enzim: Sejumlah mineral diperlu-
kan sebagai aktivator enzim seperti jug r" dani.-'.,:"
air dalam konsentrasi
tinggi (cukup) di sekitarnya karena diperlukan 33
ii:iri
34
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Sumber nitrogen: Banyak isi
sel,
temrama prorein,
mengandung nitro gen. Pada kuman, nitro gen mencapai
1.0o/o
berat kering sel kuman. Nitrogen yang
dipakai oleh kuman, diambil dalam bentuk:
NO:,
NOz, NH:, Nz dan R-NHz (R-radikal organik). Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NHr sebagai satu-satunya sumber nitrogen.
COz: diperlukan dalam proses-proses sintesa dengan timbulnya asimilasi COz di dalam sel. Berdasarkan jenis sumber C yang diperlukan, kuman dibagi dalam dua golongan:
Kuman autotrof (litotrof): adalah kuman yang hanyamemerlukan atr, garaminorganik dan COz sebagai sumber C bagi pertumbuhannya, mensintesa sebagian besar metabolik organiknya dari
COz. Energi yang diperlukan diperoleh dari cahaya atau oksidasi bahan-bahan kimia. Kuman autotrof fotosintetik (fotolitotrof), memperoleh energi dari cahaya. Kuman autotrof kemosintetik (kemolitotrof), memperoleh energi dari oksidasi substrat inorganik, seperti Fe, S, NH3, NO2.
Faktor pertumbuhan: Banyak kuman heterotrof tidak dapat tumbuh kecuali diberikan faktorfaktor pertumbuhan. Substansi ini dimasukkan dalam perbenihan dalam benruk ekstrak ragi, darah, vitamin B kompleks, asam amino, purin dan pirimidin. Vitamin B kompleks terurama berperan sebagai katalisator pada reaksi-reaksi di dalam sel.
Oz: Berdasarkan keperluan akan
oksigen,
kuman dibagi dalam lima golongan:
a. b.
Kuman anaerob obligat, hidup anpa C2, 02 toksis terhadap golongan kuman ini. Kuman anaerob aerotoleran, tidak mati dengan adanya C2.
c. d.
Kuman anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atil)tanpao2. Kuman aerob obligat, tumbuh subur biia ada oksigen dalam jumlah besar.
e. Kuman mikroaerofilik,
hanya tumbuh
baik dalam tekanan C2yangrendah.
Kuman heterotrof (organotrof): memerlukan
Potensial oksidasi-reduksi (Eh)
C dalam bentuk senyawaan organik, karbohidrat,
Eh suatu perbenihan merupakan faktor
untuk pertumbuhannya. Dalam golongan ini
notrof) memperoleh energi dari oksidasi senya-
menentukan apakah suaru kumanyang dibiakkan dapat tumbuh atau tidak" Eh kebanyakan perbenihan bila berkontak dengan tdara adalah kurang lebih + 0,2 - 0,4 volt pada pH Z. Kumankuman anaerob tidak mungkin tumbuh kecuali apabila Eh perbenihan mencapai -0,2 volt. Pembentukan suasana anaerob di dalam perbenihan dapat diperoleh dengan jalan mengisap oksigen atau dengan jalan memasukkan persenyawaan
waan organik.
mengandung sulfihidril seperti Na-tioglikolat ke
termasuk semua jenis kuman yang patogen bagi manusia. Dalam laboratorium biasanya dipakai glukosa sebagai sumber C. Energi yang diperlu-
kan diperoleh dari cahaya atau oksidasi senyawaan organik. Kuman heterotrof fotosintetik (fotoorganotrof) memperoleh energi dari cahay a.
Kuman heterotrof kemosintetik
(kemoorga-
yang
Fisiologi Pertumbuhan Kuman 35
dalam perbenihan tersebut. Pertumbuhan bersama kuman anaerob dan aerob juga menurun-
kan Eh lingkungannya. Keadaan ini sangat penting dalam klinik pada lukaJuka infeksi di mana populasi campuran kuman-kuman aerob dan anaerob memungkinkan terjadinya infeksi yang dtawali dengan suasana aerob.
Tiap-tiap kuman mempunyai temperatur optimum yaitu di mana kuman tersebut tumbuh sebaik-baiknya, dan batas-batas temperatur di mana pertumbuhan dapat terjadi. Pembelahan sel terutama sangat peka terhadap pengaruh merusak dari temperatur tinggi. Bentuk-bentuk besar dan garyil (bizarre = aneh) sering dijumpai pada biakan-biakan pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu optimum. Berdasarkan batas-batas suhu pertumbuhan, kuman dibagi atas golongan-golongan:
- mesofilik : - termofilik
:
ny a terdapat pada
kulit, sedangkan organ-organ
dalam tidak terkena.
pH
Temperatur (suhu)
-psikrofilik :
tersebut baru dapat dibiakkan pada telapak kaki mencit yang mempunyai suhu badan rendah. Hasil ini diperoleh dari kenyataan bahwa pada manusia, kelainan-kelainan penyakit lepra biasa-
-':, sampai ," :1.1 " i-. dengan optimum il.] . :'.: f i.-' :.-. :: - :. , dengan optimum
PH perbenihan juga mempengaruhi pertumbuhan kuman. Kebanyakan kuman yang parogen mempunyai pH optimumZ,2 - 7,6. Meskipun suaru perbenihan pada permulaannya baik bagi suatu kuman, tetapi pertumbuhan selanjutnya juga akan terbatas karena produk metabolisme kuman-kuman itu sendiri. Hal itu terutama dijumpai pada kuman-kuman yang bersif at fermentatif yang menghasilkan sejumlah besar asam-asam organik yang bersifat menghambat.
Kekuatan ion dan tekanan osmotik Faktor-faktor seperti tekanan osmotik dan konsentrasi gar am juga perlu diperhatikan. Bagi keb anyakan kuman sifat-sifat yang dimiliki perbenihan yang biasa dipergunakan sudah memuaskan, rerap
,r
t... dengan
optimum
Temperatur optimum biasanya merupakan refleksi dari lingkungan normal organisme tersebut. Oleh karena kuman-kuman yang patogen bagi manusiabiasanyatumbuh dengan baik pada 374 C. Salah satu contoh yang baik adalah pada pembiakan ktman My cobacterium leprae. Setelah bertahun-tahun mengalami kegagalan, kuman
bagi kuman-kuman yang berasal dari air laut dan
kuman-kum
^n
y angdiadaptasikan terhadap per-
tumbuhan dalam larutan gula berkadar tinggi faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan. Kumankuman yang memerlukan kadar garam tinggi disebut halofilik, sedangkan yang memerlukan tekanan osmotik yang tinggi disebut osmofilik. REPRODUKSI KUMAN
Reproduksi kuman dapat berlangsung secara aseksual maupun secafa seksual. Termasuk dalam
36
Buku Aiar Mikrobiologi Kedokteran
reproduksi secara aseksual adalah pembelahan, pembentukan tunas/ cabang dan pembentukan [ilamen.
Pembelahan IJmumnya kuman berkembang biak secara amitosis dengan membelah meniadi dua bagian (binary dir:ision).Waktu di antara dua pembelahan disebut generation time dan ini berlainan untuk setiap jenis kuman, bervariasi antara 20 menit sampai 15 jam. Sebagai contoh, Mycobacterium twberculosis mempunyai generation time L5 1am, tumbuhnya lambat.
nya adalah timbul sel-sel kuman dengan sifatsifat yang berasal dari kedua sel induknya. Reproduksi semacam ini hanya terjadi antara kuman-kuman sejenis dari suatu famili, misalnya Enterobacte riaceae, antara Escherichia coli dengan Sbigella dysenteriae, antara Escbericbia coli dengan
Salmonella typhosa.
Bila kuman ditanam dalam perbenihan yang sesuai dan pada waktu-waktu tertentu ditinjau jumlah kuman yang hidup, maka dapat dilihat suatu grafik yang dapat dibagi dalam empat fase, yaitu:
L
Pembentukan tu nas/cabang Kuman membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan membentuk kuman baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului dengan pembentukan tunas yangtumbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan diri. Dapat dijumpai pada kuman dari famili Streptomycetaceae.
bang biak dalam fase ini, tetapi aktivitas meta-
bolismenya sangat tinggi. Fase ini merupakan persiapan untuk fase berikutnya.
2.
Kuman berkembang biak dengan berlipat dua, jumlah kuman meningkat secara eksponensial. Untuk kebanyakan kuman fase ini berlangsung 1,8-24 jam. Pada pertengahan fase ini pertumbuhan kuman sangat ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua
Pada pembentukan filamen, sel mengeluarkan sera-
but panjang, filamen yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filamen.
bila kuman Haemophilus inJluenzae dibiakkan dalam perbenihan yang basah.
Reproduksi secara seksual Pembelahan kuman di sini didahului oleh pelaburan bahan kromosom dari dua kuman. Akibat-
Fase pembelahan (ogarlrytmik phase/exponential pbase)
Pembentukan filamen
Filamen terputus-putus menjadi beberapa bagian. Setiap bagian membentuk kuman baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal, misalkan
diri (agphase) \(aktu penyesuaian ini umumnya berlangsung selama 2 jam. Kuman belum berkemFase penyesuaian
bahan dalam sel berada dalam keadaan seimb ang
3.
p al an c e d gr oruth).
Fase stasion er (stationary pbase)
Dengan meningkatnya jumlah kuman, meningkat juga jumlah hasil metabolisme yang
toksis. Kuman mulai ada yang mati, pembelahan terhambat. Pada suatu saat terjadi jumlah kuman yang hidup tetap sama.
Fisiologi Pertumbuhan Kuman 37
monomorfi.sme). Ternyata bahwa suatu spesies
log kuman/cc
10
30
waktu sesudah penanaman fiam) Gambar2'. Kurva perkembangbiakan a-b log phase (2 jam): kuman menyesuaikan diri terhadap keadaan sekitamya
t*c
log phase (etponential phase): krmanberkembang biak secara logaritmik sampai jam ke-10
c4:
stationary phase: jtmlah kumaq relatif konstan
d-e: period of decline: jumlah kuman yang mati lebih banyak
4.
Fase kemundu r an/ penurunan (period of dccline)
Jumlah kuman hidup berkurang dan menurun. Keadaan lingkungan menjadi sangat jelak. Pada beberapa jenis kuman timbul bentukbentuk abnormal (bentuk involusi)
kuman dapat mengalami perubahan-perubahan, baik dalam bentuk maupun dalam sifat-sifat lainnya tergantung pada keadaan sekitarnya. Jadi terdapat suatu modifikasi dari monomorfisme. Kuman tidak berubah dari kokus menjadi basilus atau mengadakan mutasi dari genus ke genus lainnya, tetapi suatu spesies dapat mengalami perubahan dalam aktivitas biologis, antigenitas serta virulensinya.
Mutasi:
adalah perubahan yangada hubungan-
nya dengan gen, bersifat tetap dan dapat diturun-
kan pada keturunannya.
Fluktuasi: adalah perubahan yang bersifat sementara dalam morfologi dan fisiolo g L y angbiasanya disebabkan karena keadaan sekitarnya, misalnya kuman yang berpigmen untuk sementara waktu dapat kehilang n kemampuannya untuk membentuk pigmen.
lnvolusi
(degenerasi): Perubahan yang disertai
dengan kemunduran sifat-sifat kuman, terdapat
pada kuman-kuman yang sudah terlalu lama disimpan/dipelihara pada perbenihan artifisial.
Variabilitas Von Nageli berpendapat bahwa kuman-kuman b
erasal hany a dari
b eb e rap
a spesies saja y ang dap at
berubah-ubah bentuknya (teori pleornorfisme). Hal ini mungkin disebabkan karena pada waktu itu belum ditemukan cara-car^ yang sempurna dalam mengasingkan dan membiakkan kuman. Cohn dan Koch berhasil memperoleh suatu biakan murni kuman, dan mengatakan bahwa kuman-kuman selalu tetap bentuknya (teori
Adaptasi: Kuman-kuman berbeda-beda dalam penyesuaian dirinya terhadap keadaan sekitarnyay^ngbaru. Kuman yang patogen dapat kehilangan patogenitasnya apabila ditanam pada per-
benihan, akan tetapi dapat memperoleh patoge-
nitasnya kembali apabila dibiakkan melalui binatang. Contohnya adalahperubahan koloni S menjadi R.
METABOLISME KUMAN Pratiwi Sudarmono dan Aidilfiet Chatim Sel kuman mengadakan kegiatan di daiam sel untuk pertumbuhan, pembelahan sel, pembaharuan komponen sel, dan lain-lain. Seluruh proses pengolahan setelah bahan makanan masuk ke dalam sel disebut metabolisme.
Metabolisme dapat dibagi dalam dua bagian: 1.
Anaboiisme/Asimilasi meliputi proses sintesa (pembangunan )
2.
Katabolisme/Desimilasi meliputi proses deg-
tuhkan C dalam bentuk anorganik. Kuman autotrof kemosintetik mendapatkan energi dengan
oksidasi bahan organik seperri Fe dan NH3. Kuman autotrof fotosintetik mendapatkan energi untuk proses sintesa dari cahaya yang diolah menjadi energi kimia.
Enzim yang memegang peranan penring dalam metabolisme adalah:
-
Dehidrogenase (melancarkan reaksi reduksi oksidasi suatu metabolit)
-
Flavoprotein (transp or zat
-
Sitokrom (proses respirasi pada kuman aerob untuk transpor zatHke C'2)
radasi (perombakan) Sebelum proses diperlukan pengaktifan subunit yang akan dipakai dan energi tinggi (energyr ich) y ai:,;u ATP (Adenosin Triphosphate). Energi
untuk metabolisme diambil dari proses fermen-
H
dalam proses
respirasi
Metabolisme Karbohidrat
tasi, respirasi dan fotosintesa. Hasil reduksi oksi dasi pada semua proses selalu dibentuk ATP, di-
Karbohidrat dipecah menjadi triosa dalam bentuk fosfat dan piruvat (CHICOCOOH). Enzim yang berperan: dari golongan glikosidase dan fosforilase. Metabolisme glukosa menjadi piruvat menurut Embden-Meyerhof (EMp) sebagai berikut:
mana energi yang dibebaskan tersimpan untuk
proses selanjutnya. Senyawa dengan tingkat energi tinggi adalah CoA yang sering dipakai sebagai penyalur energi. Pada fermentasi dar.r respirasi energi diperoleh dari proses katabolisme karbohidrat. Kuman heterotrof, termasuk kuman patogen,
glukosa-glukosa 6 fosfat-fosfogliseraldehide -fosfo gliserat-fosfoenolpiruvat-piruvar. NAD dan senyawa fosfor turut berperan dalam proses ini, seperri dalam reaksi berikut:
menggunakanzat organtksebagai sumber C untuk
mendapatkan energi. I.(uman autotrof membu38
Metabolisme Kuman 39
qblis*
D-*lub.c
l-*iAfpi $-Alt
lr
I
F*uKoro&f0+
Be------:;*l lt*aot
1*
Aw
l'
oot
l.e
ilAD'
gbkE**.,F*n*l$
l?pl
S-.{r,rldorFl,S-diFOa
oo***
tr
r
BJClskm+€-PO4
Y
$
gletraldehl**-POr
xoon
&-{ts{ogluhon*t
I
l*
t
t'o
r--] I t
_*_/
'ffircblnsit
l-roe
pkt
l%*1
$r Fluvnt
:atPl
vd
[r xrnx f* noo" t'ektd
Gambar 5.1 Skema glikolisis Embden Meyerhof Parnas Q,insser Mircrokolog,). i
i !:" i 1 ll'
-j.
'..' 4.e i'
.a\
Trh*gtryfa,
lr.-
$* |
i:,tt
ruao'
*on*
*o'
$* utt I
Metabolisme kuman den gan caralajn, misalnya:
1.
I ?
Cara melalui penrosa {osf'at (Pentosa Phos-
Nr rL
pbate Patbruay)
glukosa-glukosa 5 fosfat-6 fosfoglukonat-
tb l3 r
Cara ini dipakai untuk kuman yang tidak mempunyai enzim aldolosa dan triosa PO4 isomerase yang diperlukan pada EMP.
Cara menurut Entner-Doudoroff (EntnerDoudoroff Pathway), melalui pembentukan glukosa-6 fosfoglukonat-ketodeoksiglukonat-piruvat + gliseraldehid.
ini dipakai pada beberapa
nas dan Eschericbia coli.
Pseudomo-
nr*ox"
f* *un' t aktet
Gambar 5.2 Entner-Doudoroff (Medical Micro-
biology, edisi ke-19, hal.76)
deoksiglukonat.
Cara
*rP
Pir{llst
pentosa fosfat.
2.
aDP
Melalui proses fermentasi piruvat dapat dipecah menjadi alkohol, asam laktat, asam budrat, asam
propionat, asetat, dan sebagainya. Fermen-
tasi dengan pembentukan asam campuran adalah
40
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
khas untuk famili Enterobacteriaceae. Dalam pH 6, enzim hidrogenliase format memecah asam format menjadi COz dan Hz (pembentukan gas). Fermentasi dengan pembentukan asam butirat dilakukan oleh kebanyakan Clostridium. Melalui proses respirasi secara aerob, glikolisis diteruskan hingga piruvat terpecah menjadi CO2 dan H2O. Energi yang dilepaskan diikat dalam bentuk ATP. Oksidasi substrat yang dipakai melalui siklus TCA dari Krebs, dimana 02 berfungsi sebagai reseptor F{. lJrutan sistem enzim yang dipakai dalam transpor zat H ke 02 dalam rantai respirasi ini adalah sebagai berikut: Flavoprotein-sitokrom b-sitokrom c-sitokrom a-O2 Dalam proses respirasi secara anaerob, zat organik seperti nitrat atau sulfat, dan bukan 02 yang berfungsi sebagai reseptor H.
Gamtrar 5.3 Siklus Asan Trikarboksilat (Zinsser Microbiology). (a) transpor elektron secara aerob rukslnal
titt*'
glttt
,tr'o"7x' ^ _. """r\*ro - '-*,}'paro-eltrr,r*ch, :-rf - - trlox *r''
1000 kuman dalam 1 lapangan peng-
lihatan Morpbological Index (MI) adalah jumlah M. lepraeyangberbentuk utuh atau solid per L00 M. leprae.
M. lepraeyangsolid atauutuh dianggap kuman
yang hidup, sedangkan yang fragmented atau nonsolid dianggap kuman yang telah matr. M. lErae hidup intrasel (obligat intrasel). Di luar tubuh dapat hidup selama 2-9 hari. Masa pembelahan atav generation time rata-rata 20 hari. Pertumbuhan kuman M. leprae pada mencit berhasii dilakukan oleh Shepard (1960) sehingga memungkinkan untuk menentukan kuman hidup atau mati dan juga untuk menentukan resistensi kuman terhadap obat anti kusta seperti
Armauer Hansen (1873) adalah orang y^ng pertama menemukan kuman penyebab kusta, yattu Mycobacterium leprae yang bersifat tahan
DDS. Secara imunologik, penyakit kusta dikenal dalam berbagai bentuk klinik. Bentuk LL atau Leprom adalah bentuk polar yang stabil,
asam.
dan respons selulernya (CMD tidak ada atau nol.
B
acterial Index (BI) adalah j umlah kuantitatif
M.leprae: 1
+:
1-10 kuman dalam 100 lapangan penglihatan
Bentuk TT atau tuberkuloid juga bentuk polar yang stabil, tetapi respons selulernya berlebihan sehingga merusak jaringan saraf. Selain kedua bentuk polar tersebut di atas terdapat bentuk BB
238
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
(borderline) yaitu campvran afltara LL dengan TT, dan BT atau BL, tergantung yang manayang lebih menonjol. Perbedaan bentuk klinik LL dan
TT terlihat
pada gambar berikut:
Reaksi lepra ini berupa peradangan akut pada
bercak-bercak kusta di kulit disertai pembengkakan, rasa sakit, panas dan juga jaringan saraf terkena.
Lepromin Merupakan ekstrak leproma, yang dibuat dengan cara menggerus leprom sampai jadi seperti pasta lalu diotoklaf, kemudian disaring dan ditambahkan larutan fenol0,5%. Tes Lepromin dilakukan dengan suntikan subkutis sebanyak 0,1 ml.
LL BL BB BT Dikutip hal.2I)
dari Medicine
in
Pembacaan hasil adalah sebagai berikut:
TT
Tbe Tropics, Leprosy, edisi 2,
Pada LL ditemukan banyak kuman dan tes Lepromin negatif. Pada TT ditemukan sedikit sekali kuman dan tes Lepromin positif. Sebaliknya pada LL ditemukan banyak antibodi, sedangkan pada TT sedikit. Kelebihan antibodi ini dapat memberikan komplikasi yaitu reaksi lepra tipe 2 atau ENL (Erythema Nodosun Leprosun) yang terjadi karena reaksi antigen-
antibodi yang membentuk suatu kompleks yang kemudian diendapkan pada jaringan sehingga terjadi reaksi radang.
72 jam untuk reaksi Fernandez. 3-4 minggu untuk reaksi Mitsuda
++
pembengkakan 1-2 mm pembgngkakan 3-5 mm pembengkakan 5 mm
+++:
ulkus
+ +
Arti Fernandez (+)
: baru kena infeksi
Mitsuda (+)
:
-baru kena infeksi -tanda kekebalan
Tes Lepromin bukan untuk diagnosa tetapi untuk melihat ada tidaknya kekebalan. BCG dan TBC tidak selalu membuat reaksi Miisuda menjadi positif.
NOCARDIA Robert Utji dan Hasrul Harun
CLASS : Actinomycetes ORDO : Actinomycetales FAMILI: 1. Actinomycetaceae
fakultatif. Penyakit oleh kuman ini dinamakan Nocardiosis, misalnya penyakit paru-paru yang oportunis yang sewaktu-waktu dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Bentuk infeksi ini tidak akut, biasanya dapat menjadi kronis.
2. Mycobacteriaceae 3. Nocardiaceae
Genus: 1. Nocardia:
Morfologi dan isolasi
-N. asteroides -N. brasiliensis
Kuman ini berbentuk batang, hlfayangtumbuh halus bercabang-cabang dengan diameter + 1 pm, kemudian menjadi batang dan kokus. Bentuk ini dapat ditemukan di dalam jaringanatau di dalam eksudat yang dikeluarkannya. Struktur sel terdiri dari: dinding sel yang terbentuk dari tiga lapisan membran, inti, poliribosom dan mesosom. Untuk
-N. otidiscatiarum
2. Actinomadura:
-A.
madurae
-A. pelletierii 4. Streptomycetaceae Streptomyces:
_5. somaliensis
membedakan spesies-spesies yang patogen dapat
-5. paraguayensis
dilakukan percobaan-percobaan biokimia dan dengan melihat perbedaan sifat fisiologiknya. Genus ini bersifat tahan asam, mempunyai frlamen yang berkembang menjadi terpisah-pisah. Sifat tahan asam dapat berubah menjadi tidak tahan asam jika ditanam pada perbenihan yang
Nocardia Mikroorganisme ini morfologinya mirip dengan jamur, karena koloni kuman ini masih mempunyai filamen, hifa dan miselium. Filamen tumbuh membentuk cabang-cabang dan pada cabangcabang ini timbul miselium yang berukuran 0,5-3,5 pm. Jika terpisah miselium ini merupakan kuman yang hidup dalam suasana aerob, sebagai saprofit kadang-kadang sebagai parasit
mengandung susu. Pada umumnya kuman-kuman
ini dapat tumbuh pada perbenihan sederhana. Untuk mengisolasi kuman ini, bahan pemeriksaan diambil dari luka yang tertutup abses dari subkutan, cairan sumsum tulang belakang, 239
240
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
kemudian ditanam pada perbenihan Sabouraud, brain heart agar yangmengandun g darah, dieram
pada suhu kamar dan suhu 37oC. Bahan pemeriksaan yang berasal dari saluran hidung dan sputum dapat ditanam pada lempeng agar dengan cara streak tecbnique. N. asteroides dapat tumbuh pada suhu 4O-50oC, bila ditanam pada perbenihan Sabouraud pertumbuhan koloni kering dan membentuk granula dengan warla koloni kuning sampai oranye tua.
Struktur antigen Nocardia bersama-sama Corynebacterium dan Mycobacterium dikenal dengan kelompok CNM (Corynebacterium, Nocardia, Mycobacterium) jika diwarnai dengan cara Gramsifatnya positif Gram, jika diwarnai dengan pewarnaan tahan asam hanya Nocardia dan Mycobactefla saja yang sifatnya tahan asam. Persamaan antigen dari Nocardia dan Mycobacterium dapat dibuktikan dengan tes fiksasi komplemen, tes aglutinasi maupun tes presipitasi. Untuk membuktikan adanya alergi silang (cross allergy) altara kuman Nocardia dengan Mycobacterium dapat dilakukan tes kulit pada hewan percobaan. Pada hewan yang ditulari kuman N. asteroides terjadi reaksi positif bila disuntik dengan larutan yang mengandung protein atau polisakarida suatu organisme, tetapi bila disuntik dengan larutan ruberkulin hasilnya negatif. Sebaliknya hewan yang menderita ruberkulosis bila dilakukan tes kulit dengan menyuntikkan larutan alergen yang berasal dari kuman N. asteroides juga hasilnya negatif,
Larutan Purified protein derirsate (PPD) dan sensitin yang dibuat dari spesies Nocardia dapat menimbulkan indurasi yang sama seperri PPD atau tuberkulin yang dibuat dari kuman tuberkulosis. Sensitin yang berasal dari N. asteroides maupun yang berasal dari kuman tuberkulosis dengan konsentrasi ,. ,1 :.::,..: tidak akan menimbulkan reaksi alergi pada kulit penderita yang drjangkiti l{ brasiliensis atau A. madurae, tetapi jika dosis dinaikkan menjadi l!:j:. j- .: ,.. : ':,.). akan terjadi reaksi silang pada penderita tuberkulosis. Polisakarida dari beberapa strain Nocardia digunakan pula dalam tes presipitasi untuk membuktikan perbedaan anrara N. asteroides dengan N. brasiliensis. ;..
Epidemiologi Nocardia terdapat di mana saja di alam ini. Misetoma lebih banyak terjadi di daerah tropik dan subtropik. Biasanya kuman berasal dari tanah
yang kemudian berpindah dari seseorang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Penyakit ini tidak memandang usia, rasl hanya pada lakilaki usia muda 3 sampai 5 kaii lebih banyak daripadawanita. Penyakit yang disebabkan oleh kuman ini bersifat oporrunis patogen yang timbul sebagai penyakit infeksi sekunder pada
penderita yang lemah karena pemberian obat kortikosteroid.
Manifestasi klinik Nocardiosis dapat menimbulkan infeksi pada, paru-paru yang menimbulkan pneumonia, lesi
Nocardia 241
tumor. Gejala lain
tersebut diwarnai dengan Hematoksilin dan Eosin
adalah penunrnan berat badan, demam, batukbatuk dengan hemoptoe. Lesi-lesi yang timbul dapat menahun sebagai suatu abses, pembesaran saluran sinus dan kemudian dapat berkembang menjadi suatu rongga yang besar. Ditemukan pula pembentukan abses pada otak, lesi pada ginjalyangmeluas sampai ke bagian korteks dan medula. Dengan sinar rontgen gejala yang terjadi pada paru-paru mirip dengan gqala yang disebabkan oleh M. tuberculosis di mana ditemukan pula adanya kelainan pada hilus, infiltrat dan kavitas.
kumannya tidak tampak, namun tampak inflamasi akut. Jaringan yang terinfeksi N. asteroid.es bila diwarnai dengan pewarnaan Gram, kelihatan kuman y^ng bentuknya seperri benangbenang halus sifatnya positif Gram. N. asteroides, N. hrasilimsis dan N. oti.discaaiarum sifatnya tahan asam bila diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan atau pewarnaanTan Thiam Hok. Dengan percobaan-percobaan biokimia dan penanaman pada suhu yang berbeda-beda (ihat Tabel 23.I) dan dengan memperhatikan pembentukan pigmen dapat dilakukan identifikasi.
kadang-kadang berbentuk
Pemeriksaan laboratorium Bahan pemeriksaan dari tersangka seperti sputum, sumsum tulang belakang, cairan dari tem-
Actinomadura dan Streptomyces
p^t yang terinfeksi, jika diwarnai dengan pewarnaan Gram ditemukan kuman positif
tidak tahan asam adalah Actinomadura madurae, Actinomadura pelletieri, StrEtomyces somaliensis
Gram berbentuk batang yang bercabang. Pada infeksi sistemik, di dalam jaringan tidak ditemukan bentuk-bentuk granula, jika jaringan
dan Streptomyces paraguayensis. Kuman dapat di-
Spesies-spesies yang
mirip dengan Nocardia yang
asingkan dari laringanyang terinfeksi atau dari ekzudat yarrg berasal dari lesi subkutan yangberwarna
Tabel23.l Identifikasi Spesies Kuman Nocardia yang Patogen
Pigmen koloni
kuning merah
sampai
oranye
tak berwarna atau
tak berwarna
merah oranye
atau putih
Hidrolisis substrat Kasein
Gelatin Hipoksantin
Tirosin Xantin
+ + + +
Dikutip dari Zinsser Mivobiology, Joklik-\7il1et, edisi \9, hal. 455.
+
+
242
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
putih sampai kuning, merah atau hitam. Kadangkadang tampak granula-granula halus, miselium yang bercabang-cabang pada ujungnya kadangkadang ditemukan bentuk batang yang bundar. Untuk identifikasi dari spesies-spesies ini dapat dibedakan jaringan yang terinfeksi, misalnya terbentuknya granula, pigmen, morfologi dan hasil pewarnaan dengan Hematoksilin dan Eosin.
Pengobatan Obat paling baik dan pertama kali diberikan biasanya sulfadiazin, yang lainnya sulfonamida. Pada kasus infeksi yang berlanjut dengan gejala
tertentu dapat dilakukan pembedahan.
SPIROCHAETALES Suharno Josodiwondo
Ordo Spirochaetales meliputi kuman-kuman berbentuk spiral atau heliks yang ramping dan lentur. Terdiri dari satu set (uniseluler) dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 3-500 mikron. Spiral tersebut terdiri dari satu lilitan atau lebih. Setiap sel kuman terdiri dari silinder protoplasma yang dililit oleh satu atau beberapa fibril aksial yang berpangkal di ujung subterminal dari silinder tersebut. Keseluruhan sel terbungkus oleh sarung luar. Fibril aksial yang ter-
.
julur keluar, karena pecahnya sarung luar,
se-
pintas lalu terlihat sebagai flagel (Gambar 24.7). Panjang fibril aksial tidak selalu sama dan sebagian dapat saling menutupi.
Fibril aksial menen-
tukan bentuk spiral dan merupakan penyebab gerakan kuman yang aktif dan khas. Ada tiga macam
gerakan yang dapat dilakukannya, yaitu gerak rotasi pada sumbu memanjang, gerak searah dengan sumbu memanjang dan gerak fleksi. Kuman
berkembang biak dengan pembelahan melintang.
ai
Gambar 24.7. Gambarelektron-mikroskopik penampang melintang Bonelia burgdorferi pen-r,ebab penyakit Ly-.. Irrti protopiasma kuman terselubung membran sitoplasmik dan dinding sel konvensional. Kesemuanya terbungkus dalam kantong luar. Di antara inti protoplasmik dan kantong luar terdapat flagel periplasmik (fibril aksial), yang berpangkal pada kedua ujung kuman dan melilit inti protoplasmil. fhget y""g p.nting untuk pergerakan kuman ini jumlahnya dapat mencapai seratus helai atau lebih. Jumlah flagel khas untuk setiap spesies. (Dari Steere AC, dkk N Engl. J Med 308: 733-740).
243
244
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
dt antar any a hany a dap at dilihat den gan rnikroskop lapangan gelap dan tidak menyerap zat warna anilin. Kuman yang besar pada pewarnaan bersifat negatif Gram. Kuman-kuman
B eb
e
rap a
hidup secara aerob, anaerob fakultattf atau anaerob. Ada yang bersifat parasit' komensal atau hidup bebas. Beberapa spesies bersifat patogen.
ini
ada yang
SPIROCHAETACEAE ORDO : Spirochaetales FAMILI : Spirochaetaceae
Bersifat anaerob, hidup sebagai parasit atau
GENUS : Spirochaeta
gen.
Cristispira Treponema Borrelia Leptospira Genus Spirochaeta berukuran paniang 5-500 mikron dengan garis tengah 0,2-CI,75 mikron. Bersifat anaerob atau anaerob fakultatif. Hidup air tawar yang mebebas dalam air kotor ^tau ngandung HzS. Tidak bersifat parasit. Spirochaeta berasal dari perkata4n Yunani "spira" berarti spiral dan "chaeta" berarti rambut. Genus Cristispira berukuran panjang 30-150 mikron dengan garis tengah 0,5-3,0 mikron. Bersifat komensal, rcrdapat di dalam traktus ray^p. Berasal dari perdigestivus Mollusca ^ta:u kataan Yunani, cristaberarti tonjolan dan spira. Fibril aksial dapat terlepas dari silinder protoplasma dan membentuk tonjolan di bawah sarung luar atau krista. Bentuk demikian terlihat dalam suasana lingkungan yang kurang baik. Genus Treponema berukuran panjang 5-15 mikron dengan garis tengah 0,009-0,5 mikron.
komensal, beberapa
di
antaranya bersifat pato-
Tidak membentuk katalase dan
oksidase.
Ada tiga macam spesies yang patogen terhadap ' manusia, yaitu Treponema pallidum penyebab sifilis atau lues, Treponemd pertenue penyebab yaws atau framboesia dan Treponen'td. carateuln penyebab pinta. Ketiga macam spesies ini secara morfologis sukar dibedakan, dan hanya dibedakan atas dasar letak lesi yang ditirnbulkannya pada binatang percobaan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa ketiganya hany a merupakan varian minor dari spesies yang sama. Selain itu rnasih ada tujuh spesies lainnya, kebanyakan dapat dibiakkan in uitro dan jarang yang patogen terhadap manusia, tetapi adayangdapat menyebabkan penyakit di rongga mulut. Genus Borrelia berukuran panjang 3-15 mikron, garis tengah 0,2-0,5 mikron. Bersifat anaerob, hidup sebagai parasit, beberapa di ant ar any a ada y ang b e rs if at p at o ge n, antar a lain sebagai penyebab febris recurrentis. Kuman ditularkan oleh kutu (lice) atau sengkenit (tick). Identifikasi kurnan terutama didasarkan atas vektor artropodanya.
Spirochaetales 245
Genus Leptospira berukuran 6-20 mikron, garis tengah 0,1 mikron, berupa spiral rapat
Bersifat aerob, hidup bebas atau sebagai parasit.. Beberapa di antaranya bersifat patogen.
dengan ujung yang membengkok seperti kait.
TREPOIUEMA PALLIDUM Monfologi dan identifikasi Treponema berasal dari perkataan Yunani "trepein" berarti berputar dan "nema" berarti benang. Treponema berupa spiral halus, panjang 5-15
mikron dan garis tengah 0,009-0,5 mikron. Setiap lekukan gelombang berjarak L mikron dan ratarata setiap kuman terdiri dari 8-14 gelombang. Bergerak secara aktif dan karena bentuk spiralnya sangat halus, maka hanya dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap atau dengan teknik imunofluoresensi. Sukar diwarnai dengan zat warna anilin, tetapi dapat mereduksi perak nitrat menjadi iogam perak yang tinggal melekat pada permukaan sel kuman. Dengan impregnasi perakcaralevaditi ini, kuman di dalam jartngan dapat terlihat dengan jelas.
Kuman berkembang biak dengan pembelahan melinrang. T. pallidurn yang patogen terhadap manusia, belum pernah berhasil secara pasti dibiakkan dalam perbenihan biasa, perbenihan jartngan ataupun dalam telur bertunas. Strain Reiter yang berhasil ditanam secara anaerob in vitro, mungkin hanya kuman saprofit,
tetapi morfologis senrpa dengan T. pallidum. Strain ini memerlukan media pertumbuhan yang mengandung 11 macam asarn amino, vitamin, garam, mineral dan serum albumin.
Dalam keadaan anaerob pada suhu 25"C, T. pallidum dapat tetap hidup dan bergerak aktif selama 4-7 hari,jika disimpan dalam suatu perbenihan cair yang rnengandung albumin, natrium karbonat, piruvat, sistein dan ultrafiltrat serum sapi. Dalam darah segar atau plasma yang disimpan pada suhu 4oC, kuman masih dapat bertahan selama paling sedikit 24 jam. Kenyataan ini perlu diperhatikan jika akan melakukan transfusi darah. Ada suatu strain T. pallidum yangdapat dibiakkan dalam testis kelinci, strain ini dikenal sebagai strainNichols. Datram keadaan kering T. pallidum akan cepat mati, demikian pada suhu 42"C. Kenyataan ini dimanfaatkan dalam terapi demam (feoer therapy) untuk penyakit sifilis. Arsen, air raksa dan bismut dapat menyebabkan imobiiisasi dan kematian kuman penyebab sifilis. Efek tersebut dapat dipercepat dengan suhu yang tinggi, sebaiiknya kuman dapat diaktifkan kembali jika diberikan senyawa yang mengandung gugus-SH, misalnya sistein atau BAL. Penisilin meskipun dalam dosis kecil tetap merupakan treponemisida, hanya efeknya kurang cepat, kemungkinan karena pengaruh angka perkembangan kuman yang tidak cukup cepat. Seperti diketahui, waktu pembelahan kuman kira-kira 30 jam.
246
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Antigen kuman
complement fixation), Antigen
Ada tiga macam antigen, yaitu berupa protein yang tidak tahan panas, polisakaridayangahan panas dan antigen lipoid yang serupa dengan bahan yang terdapat dalam kardiolipin. Jika ditinjau berdasarkan spesivisitasnya, maka hanya ada dua macam antigen, yaitu antigen yang terdapat dalam beberapa genus yang berbeda dan antigen yanghanya terbaras pada satu
yang sangat mirip dengan antigen ini, dapat ditemukan pada Treponema yang merupakan fl.o r a y ang hidup dalam t raktus di gestivus manusia, oleh karena itu antibodi terhadapnya dapat ditemukan di dalam serum manusia. Meskipun pada umumnya anribodi ini kadarnya sangat rendah, tetapi kadang-kadang dapat memberikan hasil tes RPCF positif.
ini
atau protein
atau beberapa spesies saja.
Antigen Treponema yang khas antara lain dapat diperiksa dengan tes imobilisasi Treponema
pallidum
(TPI :
Patogenitas Sifilis dapat ditularkan pada orang utan
atau
T. pallidwm immobilization
chimpanzee, gibbon dan pada kera. Skarifikasi
test). Tes TPI sebenarnya merupakan suatu reaksi
pada genitalia dapat menimbulkan cbancre primer yang dalam beberapa minggu kemudian akan berkembang menjadi lesi sifilis sekunder. Kuman dapat diinokulasikan pada mata kelinci dan luka akan menyembuh sendiri. Dalam waktu 4-5 minggu akan terjadi kongesti perikorneal yang diikuti dengan pembentukan pannus dan keratitis yang kemudian menyembuh. Proses tersebut berjalan beberapa minggu. Inokulasi kuman secara intratestikuler akan menimbulkan orkhitis, sedangkan inokulasi ke dalam skrorum akan menimbulkan chancre primer yangmerupakan papel merah dengan permukaan erosif yang akan menjadi ulkus dengan indurasi. Selanjutnya akan timbul lesi generalisata yang merupakan manifestasi sifilis sekunder. Infeksi generalisata dapat terjadi jika kuman disuntikkan secara intravena pada seekor kelinci muda dan kuman akan tetap hidup di dalam kelenjar getah bening. Infeksi pada tikus tidak menimbulkan gqala, meskipun kuman berkembang biak di dalam
bakterisidal yang memerlukan adanya komplemen, pengeraman dalam suasana anaerob selama
18 jam dan suhu 35oC. Hasil tes positif jika kuman tidak dapat bergerak lagi yang berarci telah mati. Tes ini sangar spesifik, tetapi tidak dapat membedakan antara sifilis dengan Treponematosis lainnya. Ada yang berpendapat bah-
wa antibodi imobilisasi merupakan antibodi proteksi terhadap infeksi, karena secara garis besar respons terhadap reaksi TPI sejajar dengan berkembangnya imunitas terhadap superinfeksi. Namun ternyata vaksinasi pada kelinci dapat merangsang imunitas tanp a disert ai adany a p embentukan antibodi imobilisasi.
Antigen protein ditemukan pada kebanyakan Treponema, baik dari spesies yang patoge n atalrpun yang saprofit, merupakan makro molekul yang benalian dengan RNA. Antigen ini dipakai untuk tes pengikatan komplemen yang menggunakan protein Reiter (RPCF : Reiter protein
Spirochaetales 247
jaringan, sedangkan infeksinya tetap bersifat laten. Marmot juga memberikan reaksi serupa, hanyajika kuman diinokulasi secara intrakutan pada plika perinealis, maka akan terlihat reaksi setempat.
Kelinci merupakan binatang percobaan pilihan untuk penyakit sifilis, oleh karena beberapa spesies Treponema dapat memberikan reaksi yang berbeda pada binatang percobaan ini. Inokulasi Treponema pallidum yang berasal dari sifilis venerik akan menimbulkan lesi berupa indurasi setempat yang disertai dengan kelainan pada kelenjar getah bening, sedangkan inokulasi T. pertenuehanya menyebabkan reaksi setempat yang sangat ringan tanpa disertai infeksi pada kelenjar getah bening. Inokulasi strain Treponem yang berasal dari framboesia, sifilis endemik dan dari lesi non venerik, dapat menyebabkan timbulnya lesi setempat yangnyata dengan infeksi pada kelenjar getah bening.
Penyakit sifilis Pada umumnya sifilis ditularkan lewat kontak
seksual. Kuman dapat melakukan invasi padi mukosa yang telah mengalami abrasi ataupun yang masih utuh. Lesi pada pria dapat ditemukan pada penis, sedangkan pada wanita dapat ditemukan di daerah perineum, labium, dinding yagrna atar pada serviks. Hanya
1.
di
antara
1.0
kasus sifilis yang infeksi primernya terdapat ekstragenital dan biasanya terdapat di dalam mulut atau di sekitarnya. Pada garis besarnya dikenal dua macam pelyakit sifilis, yaitu sifilis akuisita dan kongenita,
sedangkan secara epidemiologik dibedakan antara stftlis early dan late. Secara klinik ada beberapa stadium sifilis, yaitu stadium primer, sekunder, laten dan tertier. Stadium primer, sekunder dan early latent termasuk dalam sifilis early, sedanekan stadium late latent dan tertier termasuk dalam sifilis late. Gambaran klinis dan serologis penderita sifilis tanpa pengobatan dapat dilihat pada Gambar 24.2.
Stadium primer Kuman mula-mula berkembang biak di tempat invasi, kemudian sebagian masuk ke kelenjar getah bening yang berdekatan dan peredaran darah. Setelah 3-4 minggu di tempat invasi timbul papel yang akan pecah dan membentuk ulkus bersih yang tidak menimbulkan rasa sakit (indolen), pada perabaan dasarnya rerasa keras karena terjadinya infiltrasi sel-sel limfosit dan plasmosit. Ulkus tersebut disebut ulkws durwm untuk membedakannya dari ulkus molle yang lunak yang disebabkan oleh Haemophilws ducrqti. Ulkus tersebut dapat sembuh spontan dan dalam waktu 2-10 minggu akan timbul lesi sekunder.
Stadium sekunder Dalam stadium ini timbul bercak-bercak merah di seluruh tubuh penderita, tidak terkecuali pada
telapak tangan dan kaki. Pada mukosa mulur dapat ditemukan bercak-bercak putrh mucous patches yangterjadi sebagai akibat vaskulitis setempat. Di tempat-tempat yang lembab, misalnya di mulut, ketiak, anus, vagina dan sebagainya, sering dijumpai kelompok papel dengan
248
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Perjalanan penyakit tanpa pengobatan
(insiden-penelitian Oslo) Darah positif Positif, meragukan, atau negatif
.
!-,-\,,-q.
_A^,.1'",
!:-ti:3trrl:
t;t";..^*
!
10
15 Tahun
Gambar 24.2. Perjalanan penyakit sifilis pada hampir 2.200 pasren yang tidak mendapat pengobatan diteliti dan dicatat secara seksama di Universitas Oslo. Masa inkubasi dari saat infeksi sampai munculnya penyakit primer bervariasi antara 10-90 hari (rata-rata 2lhari). Tanpa pengobatar, chancre akan sembuh dalam waktu 3-6 minggu. Penyebaran asimtomatik berlangsung dalam periode ini, lesi sekunder berkembang attara 34 minggu (rata-rata 6 minggu) setelah munculnya chancre. Lesi ini akan berakhir setelah 2-10 minggu. Setelah stadium sekunder berakhir, pasien akan memasuki fase laten dan akan sembuh spontan atau terjadi relaps dan menjadi manifes stadium sekunder (ditemukan pada24Yopasien). Sifilis tertier dapat muncul bertahun-tahun kemudian, yaitu berupa terbentuknya granuloma sistemik (disebut gumma) di dalam jaringan lunak (pada 15% pasien), penyakit kardiovaskuler (10%), atau lesi pada susunan sarafpusat (8%). (Dicetakkembali dengan izin dari the Southem Medical Journal, 26: 18, 18, 983 1 dari insiden Clark EG, Danholt N: J Chron Dis 2: 3 1 I .)
permukaan yang erosif yang disebut condylornatd lata. Lesi-lesi ini sangat infeksius dan penuh dengan kuman Treponema pallidum. Selain lesi-lesi di kulit juga dapat terjadi meningitis, korioretinitis, hepatitis, nefritis tipe imunokompleks, periostitis, artritis atau artralgia. Lesi sekunder juga dapat menghilang secara spontan, kemudian penderita masuk ke dalam stadium laten. Empat tahun pertama dari stadium laten disebut early latent, sedangkan periode sesudahnya disebut late latent. Dalam stadium late latent tidak terdapat tanda-tanda sifilis aktif, tetapi hasil pemeriksaan
serologi tetap positif. Pengobatan yang bar:u diberikan pada stadium ini, pada umumnya tidak mengakibatkan regresi antibodi Treponema. Perkembangan dari late latent ke arah late symptomatic pada umumnya dapat dicegah dengan pemberian pengobatan secara teratur,
Stadium tertier
Tiga sampai sepuluh tahun setelah stadium sekunder, pada penderita dapat berkembang lesi
lokal nonprogresif yaitu pada kulit atat;- jaringan penunjang yang disebut gutnmd. Lesi ini relatif tenang, oleh karena itu sering disebut sebagai
Spirochaetales 249
sifilis tertier benigna. Kuman iarang atau tidak ditemukan sama sekali. Terbentuknya gulnfti.a terutama merupakan suatu reaksi imunologik dari hospes. Kerusakan iartngan terjadi sebagai akibat reaksi hipersensitivitas terhadap kuman.
Sifilis saraf Selama stadium early, sepertiga dari penderita
sifilis dapat terkena susunan saraf pusatnya dan setengah dari golongan ini jika tidak mendapat pengobatan akan menderrta late neurosyphilis yang jaraknya dari stadium primer dapat mencapai waktu lebih dari 5 tahun. Penyakit ini dapat terjadi tanpa gejala, sedangkan gejala klasik dapat timbul dalam bentuk dementia paralytica, tabes dorsalls dan sebagainya. Gejala penyakit yang timbul juga dapat menyerupai penyakit saraf lainnya. Sif
ilis kardiovaskuler
Setelah 10-40 tahun sejak terjadinya sifilis primer, pender rta yangtidak mendapat pengobatan
ukkan tanda-tanda terkenanya sistem kardiovaskuler. Terjadi kelainan sifilis pada aorta dan arteritis paru-paru. Reaksi peradangan yang terjadi dapat menyebabkan stenosis yang berakibat angina, insufisiensi miokardium yang dapat mengakibatkan kematian. dap at menunj
Sifilis kongenital Sifilis kongenital merupakan penyakit sifilis yang timbul padabayr waktu lahir, beberapa waktu atau beberapa tahun sesudahnya. 'Wanita hamil
yang sedang menderita sifilis, terutama stadium sekunder, dapat menularkan kepada bayi yang
sedang dikandungnya secara transplasental. Treponerna pallidum yangterdapat dalam peredaran
darah ibu masuk ke dalam janin pada minggu kehamilan ke-16. Pada saat tersebut lapisan sel Langhans telah menjadi atropik. Jika infeksinya terjadi secara masif, maka dapat mengakibat-
kan kematian janin, atau bayi lahir langsung mati. Infeksi Treponem a juga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intra-atau ekstrauteri" Jika wanita hamil baru terkena sifilis pada waktu 6 minggu terakhir kehamilannya,
maka biasanya janin belum sempat terkena sifilis, karena kuman belum sempat tersebar di dalam peredaran darah ibu.
Sifilis kongenital praekoks Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada waktu bayi lahir atau setelah berusia 1-3 bulan. Terlihat bullae padatelapak tangan, condylo mat a lata, osteochondritis atau periostitis epipltysk tulan g p anjangyan g dap at menyebabk an terjadinya pseudoparalisis dari Parrot, kelainan pada tulang tibia atau sabre bone, terjadi patah tulang spontan atau penonjolan tulang dahi. Selain itu dapat terjadi gejala penyumbatan hidung atau snffie-nose, hepatosplenomegali, atrofi dan distrofi otot, sehingga berat badan statis tidak bertambah.
Sifilis kongenital tarda Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada usia lebih dari satu tahun sampai usia 6-7 tahun.
Akan ditemukan trias Hutchinson,yaitu berupa tuli saraf ke-8 atau tuli perseptif, deformitas gigi seri atas tengah dan keratitis interstitialis.
250
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Syphilis d'emblee Penyakit ini terjadi karena infeksi Treponema lewat tusukan jarum yang dalam. misalnya
treponema atau tes reagen dan teslerologi yang
menggunakan antigen Treponema atau tes antibodi Treponema.
pada transfusi darah yang berasal dari penderita sifilis. Biasanya tidak dijumpai stadium pri-
Tes reagen
mer melainkan langsung muncul
Reagen
gejala-gejala
stadium sekunder.
Diagnosis laboratorium Untuk pemeriksaan mikroskopik diambil bahan dari cairan jaringan di tempat lesi pada permukaan tubuh. Beberapa jam setelah dimulainya pengobatan dengan antibiotika, kuman akan menghilang dari lesi. Untuk tes serologi diambil serum dari darah atau likuor serebrospinalis.
(non treponemal antigen test)
terdiri dari antibodi IgM dan IgA yang ditujukan terhadap beberapa antigen yang tersebar luas dalam jaringan normal. Dapat ditemukan dalam serum penderita sifilis yang belum mendapat pengobatan, 2-3 mir'ggu setelah in-
feksi. Dalam likuor serebrospinalis baru ditemukan 4-8 minggu setelah infeksi. Contohnya tes flokulasi dan pengikatan komplemen. Kedua tes ini dapat memberikan hasil kuantitatif, yaitu dengan menentukan kadar reagen dalam serum yang secara berturut-turut diencerkan dua kali.
Pemeri ksaa n mi kroskopi k
Pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan
Dalam sediaan segar tanpa pewarnaan, gerak kuman dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap. Darah atau nanah dalam sediaan dapat menyulitkan pemeriksaan. Treponema juga dapat dilihat dengan teknik imunofl uoresensi. Dibuat usapan calr afl j aringan atau eksudat pada gelas alas, setelah kering difiksasi dan kemudian diwarnai dengan serum anti-
hasil tes positif, merupakan titer serum yang bersangkutan. Positif biologik palsu dapat terjadi, jika adanyareagen dalam serum disebabkan
Treponema yang telah dilabel dengan fluoresein.
mikroskop ultraviolet akan terlihat fluoresensi yang khas dari kuman Treponema.
Pada pemeriksaan dengan
Tes serologi
(serology test for syphilis =
STS)
Pada dasarnya adadua macam tes serologi, yaitu te-s
serologi yang menggunakan antigen non-
oleh berbagai kelainan pada tubuh manusia. Misalnya karena infeksi (malaria, lepra, morbili, mononukleosis infeksiosa), vaksinasi dan penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus, polyarteritis nodosa).
flokulasi Tes ini didasarkan atas kenyataan bahwa partikel antigen yang berupa lipid akan mengalami
Tes
flokulasi dalam beberapa menit setelah dikocok dengan reagen. Tes flokulasi yang semula positif akan berub ah menj adi ne gatif 6 -24 bulan setelah pengobatan yang efektif pada sifilis early. Contoh tes flokulasi, antara lain tes Kahn, VDRL
Spirochaetales 251
(Venereal Disease Researcb Laboratory test) dan F.PR (Rapid Plasma Reagen test).
pengikatan komplemen Tes ini didasarkan atas kenyataan bahwa serum
Tes
yang mengandung reagen dapat mengikat komplemen jika ada cardiolipin sebagai antigen. Jika serum yang diperiksa bersifat antikomplemen,
dapat mengakibatkan ter)adinya positif palsu. Contoh tes pengikatan komplemen, misalnya tes \X/R atau \ilassermann. Pada tes WR dipergunakan sel darah merah domba sebagai indikator, hasil tes positif jika tidak terjadi hemolisis dan sebaliknya hasilnya negatif jtka terladi hemolisis.
Tes antibodi treponem a (treponemal antibody test) Pada tes ini antigen yang
dipergunakan berasal
dari treponema, baik kuman seutuhnya yang yang telah dimatikan, atau masih hidup ^t^v salah satu fraksi dari kuman Treponema. Diharapkan dengan cara ini dapat diperoleh hasil tes yang lebih spesifik. Yang terrnasuk tes antibodi Treponema ini antara lain tes fluoresensi antibodi Treponema, tes imobilisasi TrEonema pallidunx, tes pengikatan komplemen TrEonema pallidum dan tes hemaglutinasi pasif Treponerna pallidum. Tes fluoresensi
antibodi treponema
ini juga disebut
FTA-Abs ^t^ufluorescent trep onemal antibo dy abs orption /esl. Merupakan tes imunofluoresensi indirek yang sangat sPesifik dan sensitif terhadap antibodi Treponema. Tes
tes
Serum penderita yang akan diperiksa terlebih dahulu diabsorpsi dengan antigen Reiter yang telah diolah dengan getaran frekuensi tinggi (sonikasi). Dalam tes ini kuman Treponema yang telah dimatikan direaksikan dengan serum pen-
derita dan gamma globulin yang telah dilabel. Kuman akan terlihat berfluoresensi jika terkena sinar ultraviolet. Hasil tes FTA-Abs mulai positif pada sifilis early dan biasanya tetap positif sampai beberapa tahun setelah pengobatan yang efektif, oleh karena itu hasil tes ini tidak dapat dipakai untuk menilai efektivitas pengobatan. Adanya IgM FTA dalam darah bayr yang baru lahir, dapat merupakan bukti terjadinya infeksi intrauteri (sifilis kongenital). Hasil negatif palsu dapar terjadi jika ibu yang sedang hamil terkena sifilis pada bulan-bulan akhir kehamTlannya, sedangkan hasil positif p alsu dap at te rjadi j ika IgM yan g dibuat oleh tubuh bayi bukan sebagai akibat infeksi sifilis. IgA tidak dapat dipakai karena dapat beras al dari ibu sewaktu bayi masih di dalam kandungan, yaitu secara transplasental. Tes
imobilisasi lrepo nema pallidum (TPI)
Dalam tes ini dipergunak an TrEonema pallidum yang masih bergerak aktif sebagai antigen. Dalam serum penderita sifilis yang telah ditambahkan komplemen, kuman yang semula masih dapat bergerak aktif akan mengalami imobilisasi. Peris-
tiwa imobilisasi merupakan proses yang relatif lambat, memerlukan waktu pengeraman selama 18 jam. Antibodi imobilisasi timbul pada minggu ketiga setelah infeksi. Antibodi ini berbeda dari
252
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
TPI memerlukanbiaya yang tidak sedikit, karena harus tersedia reagensra yang reagen. Tes
sangat murni, peralatan khusus dan tenaga yang
terlatih.
BFP
Tes pengikatan komplernen Treponema
pallidurn
ini menggunakan antigen yang Lrerasal dari fraksi protein kuman Treponema pallidum strain Reiter, contohnya tes RPCF atau Reiter protein Tes
Antibodi yang bereaksi dalam tes ini tidak sama dengan antibodi imobilisasi ataupun reagen. Hasil positif
complernent
luar TrE onema pallidum, terutama antigen lipoidal. Secara klinik dapat dibedakan antara BFP akut dan kronik.
fixation
resr.
palsu dapat terjadi kalau fraksi protein tersebut
kurang murni, misalnya mengandung lipopolisakarida.
Tes hemaElutinasi pasif freponema Ballidum (TPHA)
Tes TPHA at^u TrEonema pallidum
passiae
hemagglutination assay menggunakan sel darah merah domba yang telah diolah dengan Trepo-
pallidum.Hasrl tes positif jika terjadi aglutinasi dari sel darah merah domba tersebut. Tes ini juga dapat memberikan hasil secara kuantitatif. Hasilnya sangat spesifik, sensitivitasnya terletak di antarates TPI dan FTA-abs. nema
Biologic false positive (BFP) Hasil tes serologi dinyatakan sebagai BFP, jika tidak ada bukti adanya infeksi sifilis dan hasil tes yang positif bukan rerjadi karena kesalahan teknik. BFP pada tes non-treponema terjadipada 1o/o dari orang-orang normal. Reagen dapat bereaksi dengan lebih dari 200 macam antigen di
akut
Dapat dijumpai pada
dari semua penderita dengan BFP dan akan menghilang dalam waktu 6 bulan. Titer antibodi kurang dari )(, sedangkan hasil tes FTA-Abs negatif" Terutama dap-at ditemukan pada penyakit-penyakit akut, pneumonia, hepatitis, sehabis vaksinasi atav pada penyakit virus dengan gejala eksantem. BFF
f
kronlk
Hasil tes tetap positif (persisten), hasil tes FTAAbs positif , dan pada pemeriksaan terutama ahan ditemukan antibodi IgM, sedangkan pada penyakit sifilis terutama ditemukan antibodi IgG. Terutama dapat ditemukan pada penderita dengan penyakit sistemik, adiksi obat, hepatitis kronik, lepra, penyakit kolagen vaskuler dan pada usia lanjut.
Fenllaian hasil tes serologl Sebaiknya dilakukan kedua macam tes serologi, tes reagen dan tes antibodi Treponema. Jika semuanya memberikan hasil yang positif, maka dilakukan penilaian kuantitatif. Jika hanya salah satu saja yang memberikan hasil tes yang posi tif dan tidak ada bukti sifilis yangjelas, maka dilakukan pemeriksaan ulang dan sebagian senrm dikirimkan ke laboratorium lain, kalau mungkin untuk pemeriksaan TPI atau FTA-Abs. Jika hasilnya positif, berarti ada penyakit sifilis pada saat ini atau pada masa lalu. Belum ada tes
Spirochaetales 253
serologi yang dapat membedakan penyakit sifilis dari penyakit infeksi Treponema lainnya, misalnya framboesia" Jika TPI atau FTA-Abs negatif, sedangkan tes reagen positif, mungkin hasilnya tidak spesifik dan penyebabnya perlu dicari. Hasil tes serologi yang rnula-mula positif pada sifilis early adalah RPCF dan FTA, baru kemudian tes reagen dan selanjutnya tes antibodi Treponema. Jika pada slflis early diberikan pengobatan secara teratlJr, maka reagen akan meng-
hilang dalam waktu 3-6 bulan. Konversi ini lebih cepat terjadi pada sifilis primer dartpada sifilis sekunder. Konversi hasil tes RPCF, TFI dan FTA-Abs, lama terjadinya, terutama yang terakhir. Bahkan hasil ketiga macam tes ini dapat positif selama beberapa tahun. Jika pada penderita sifilis baru diberikan pengobatan dalam masa latent atau late, maka hasil tes serologiknya menjadi sukar untuk dinilai. Pada beberapa kasus titer reagen dapat menurun perlahanJahan tetapi pasti, kemudian hasil tesnya menjadi negatif. Kadang-kadang titernya dapat menetap, misalnya pada hasil tes \X/R. Hasil tes TFI dan FTA-Abs dapat tetap positif selama beberapa tahun setelah diberikannya pengobatan secara teratur. Pada beberapa kasus ada yang menunjukkan konversi hasil tes TFI menjadi negatif, sedangkan hasil tes FTAAbs tetap positif. Kalau diperhatikan fakrafakta ini, agaknya hasil tes antibodi Treponema kurang bermanfaat untuk menilai hasil pengobatan, sedangkan untuk maksud tersebut lebih baik dipergunakan tes reagen kuantitatif.
lmunitas Pada penderita sifilis atau framboesia yang masih
aktif, rcrnyata tahan terhadap
superinfeksi kuman Treponema. Setelah penderita mendapat pengobatan yang teratur dan infeksinya terberantas, maka bekas penderita tersebut akan peka
kembali terhadap infeksi kuman Treponema.
Pengobatan Penisilin masih merupakan obat pilihan.Benzathine penisilin diberikan 2,4 juta unit secara intramuskuler satu minggu satu kali. Untuk stadium primer diberikan dosis total 4,8 juta unit, stadium sekunder dosis total 6 juta unit dan untuk stadium tertier Cosis total 9 juta unit. Jika penderita tidak tahan penisilin, dapat diberikan tetraasiklin atau antibiotika golongan makrolid. Dilakukan pemeriksaan serologi ulangan (kontrol) 1, 3, 6, !2 dan 24 bulan setelah diberikan pengobatan yang sesuai dengan jadwal. Jika trterrrya tetap atau menurun, kepada penderita tidak diberikan pengobatan, sebaliknya jika
titernya meningkat diberikan jadwal
peng-
obatan yang kedua.
Reaksi terhadap suntikan penisilin Sebagai reaksi terhadap suntikan
penisilin, dapat
terjadi syok anafilaktik yang berlangsung secara mendadak atau setelah 24 1am atau lebih. Pada reaksi yang mendadak, segera setelah suntikan, tekanan darah menurun secara drastis, terjadi cardiac drrest (henti jantung) dan gangguan pernapasan. Untuk menanggulanginya, perlu segera diberikan suntikan adrenalin untuk merangsang
254
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
jantung dan menaikkan tekanan darah. Kemudian dilakukan tindakan masase jantung dari luar dan pernapasan buatan. Aminofilin diberikan secara intravena untuk menghilangkan spasme bronkhus. Selain daripada itu dapat pula diberikan hidrokoftison intravena secara perlahanlahan (drip) dan zat asam (Oz). Reaksi yang lambat, baru terjadi 24 jam atau
bahkan beberapa minggu setelah suntikan. Reaksi yang muncul, dapat berupa pruritus, urtikaria, erithema nodosum, artralgia, pembengkakan sendi, dermatitis eksfoliativa, periarteritis
nodosa atau albuminuria. Untuk pengobatannya dapat diberikan obat-obat antihistamin, kortikosteroid atau penisilinase 800.000 unit secara intramuskuler. Untuk mencegah terjadinya syok anafilaktik, orang yang telah pepah alergi terhadap penisilin, jangan diberikan penisilin. Pemberian penisilin dan antihistamin dalam satu tabung suntikan, tidak banyak manfaatnya. Skin test dengan penisilin yang telah diencerkan, kadangkadang juga berbahaya. Perlu berjaga-jaga dengan pemasangan torniquet pada sisi proksimal dari tempat suntikan dan pemberian suntikan kortikosteroid sebelum tes. IJntuk tes hipersensitivitas terhadap penisilin ini, ada yang menggunak an penicilloy l-p o ly ly sine yang disuntikkan intradermal. Preparat ini kurang berbahayajika dibandingkan dengan suntikan penisilin yang diencerkan. Sebaiknya setelah suntikan penisilin, penderita diminta menunggu selama setengah jam sebelum diperbolehkan pulang.
Reaksi Jarisch-Herxheimer Reaksi Jarisch-Herxheimer dapar terjadi 2-1.2 jam setelah suntikan obat anti sifilis dosis inisial. Dimulai dengan reaksi sistemik, yaitu berupa demam dengan suhu lebih dari 38"C, sakit kepala, malaise, pucat dan berkeringat. Penderita merasa seperti terkena influenza biasa.
Hari beri-
e but kemudian diikuti dengan eksaserbasi lesi-lesi setempat. Lesi terlihat membengkak yang terjadi karena infiltrasi oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear. Keadaan ini dapat membahayakan penderita, jika lesi terdapat di tempat-tempat yang penting. Misalnya gurnrna di laring dapat menyebabkan terjadinyaedem di glottis, lesi pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan terjadinya paralisis generalisata, sedangkan aneurisma aorta yang telah ada dapat mengalami ruptur. IJntuk men-
kut ny a
gej ala- gej ala t e rs
m e n ghil an g,
cegah terjadinya reaksi Jarisch-Herxheimer, sebelum pemberian obat anti sifilis, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid. Mekanisme terjadiny a reaksi Jarisch-Herxhei-
mer belum jelas. Ada yang berpendapat sebagai akibat pengobatan terjadi destruksi kuman, kemudian terjadipenyebaran produk-produk destruksi
yang dapar menimbulkan efek hipersensitif. Ada
pula yar'g menduga bahwa produk-produk destruksi tersebut ada yang mempunyai sifat sebagai endotoksin.
Pencegahan Pemakaian kondom dan pemberian penisilin setelah kontak, hanya memberikan efek yang terbatas. Pencucian genitalia setelah kontak,
Spirochaetales 255
dapat memberikan perlindungan sedikit kepada penderita pria. Penyebaran penyakit sifilis dapat
dibatasi dengan pemberian pengobatan yang adekuat kepada semua penderita yang ditemukan. Sumber infeksi dan orang-orangyangtelah kontak dengannya, hendaknya diikuti terus perkemb an gannya, sehin g ga dap at
se
gera dib erikan
pengobatan jika dipandang perlu. Selain daripada itu kebersihan genitalia perlu diperhatikan pula. Beberapa jenis penyakit kelamin dapat ditu-
larkan secara serentak bersama-sama. Oleh karena itu pada seseorang yang sedang menderita salah satu dari sexually transmitted disease (STD),
tidak boleh dilupakan kemungkinan
adanya
penyakit sifilis.
Treponematosis lainnya Ada beberapa penyakit bukan sifilis yang juga disebabkan oleh Treponema yang tidak dapat dibedakan dart Treponema pallidurz. Kesemuanya merupakan penyakit non-venerik dan memberikan hasil STD positif. Pada umumnya penularan terjadi dengan cara kontak langsung. Sampai saat ini belum ada satupun di antara kuman penyebabnya yang berhasil dibiakkan
Bechuanaland disebur dichuraa, di Gambia disebut siti, di Skotlandia disebut sibbens dan di Irlandia disebut button scuny. Lesi primer dan
di
manifestasi kongenital jarang dijumpai pada penyakit ini. Mungkin hal ini reriadtkarena cara penularannya yang berbeda dari penyakit sifilis dan distribusi umurnya yang terutama hanya mengenai anak-anak dan bukan karena perbedaan patogenitas. Selain daripada itu penyakit ini jarang menimbulkan lesi pada sistem kardiovaskuler ataupun saraf. Lesi dapat ditemukan dalam rongga mulut berupa mucous patcltes ata:u lain dapat berupa condy' di kulit yang ^ntar^ Iomata anogenital. Lesi penuh dengan kuman dan bersifat infeksius. Pada ibu-ibu yang sedang menyusui dapat terjanekit pada puting susunya, penularan berasal dari anaknya yang sedang menderita sakit. Pada beberapa penderita, masa latbn berlangsung setelah stadium early, trmbul lesi yang antara lain berupa gulrlma yang dapat merusak tulang, kelainan ini sukar dibedakan dari kelainan yang disebabkan oleh penyakit sifilis biasa. Untuk mengobati sifilis endemik, dapat diberikan penisilin yang merupakan obat pilihan.
dalam perbenihan buatan. Yang termasuk dalam
Framboesia
Treponematosis ini ant^ra lain sifilis endemik, framboesia dan pinta.
Framboesia atau yaws merupakan penyakit daerah tropik yang disebabkan oleh TrEonema pertenue yang secara morfologik dan serologik tidak dapat dibedakan dariT. pallidwm. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak di bawah umur t2 tahun, lewat suatu kontak langsung (ekstragenital). Lesi primer atau induk framboe-
Sifilis endemik Sifilis endemik juga dikenal dengan bermacammacam nama. Di negara-negara Arab dikenal dengan nama bejel, di Rhodesia disebut njovera,
256
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
tropik, sekarang jarang dijumpai, karena sejak tahun 1950-an telah dilakukan pemberantasan secara serentak di seluruh dunia.
sia
timbul 3-4 minggu setelah kontak, biasanya terdapat pada tungkai bawah. Mulai sebagai papel merah yang tidak sakit, dikelilingi oleh
daerah
zona eritem. Bentuk inilah yang terlihat sebagai
Cara pemberantasan ini didasarkan atas suatu sistem yang direncanakan oleh Dr. Kodijat yang disebut TCPS atau Treponernatosis Control Program Simplified.
frambos. Kemudian terjadi ulserasi, permukaannya tertutup oleh krusta yang telah mengering dan selanjutnya terjadi penyembuhan. Lesi sekunder yang tersebar di seluruh tubuh dengan gambaran yang sama dengan lesi primer mulai muncul antara 3 minggu sampai 4 bulan kemudian. Peristiwa ini akan berlangsung secara berturut-turut dalam jangka waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun. Pada telapak kaki sering dijumpai lesi hiperkeratotik yang terasa sakit. Lesi yang terdapat di genitalia sukar dibedakan dari condylornata lata. Lesi tertier yang late biasany a hany a terbatas di kulit dan tulang. Guntma dan ulserasi yang dalam dapat merusak
hidung dan muka. Penyairit ini tidak seganas sifilis, jarang menimbulkan kelainan kongenital, tet api dap at menyeb abk an terjadinya
o stitis atau jari, metakarulna, periostitis pada tulang tibia, pal dan sebagainya, sehingga terjadi deformitas
yang permanen.
Diagnosis laboratorium dan cara pengobatannya, pada dasarnya sama dengan apa yang dilakukan terhadap penyakit sifilis. Karena pada umumnya susunan saraf pusat tidak terkena,
maka pada pemeriksaan likuor serebrospinalis tidak akan ditemukan kelainan, baik pada pemeriksaan mikroskopik ataupun pada pemeriksaan serologik. Pengobatan dengan penisilin, memberikan hasil yang sangat baik. Dahulu penyakit framboesia banyak dijumpai di negara-negara di
Pinta Pada umumnya pinta merupakan penyakit yang
terdapat di daerah tropik, terutama di Amerika Tengah dan Selatan. Di Mexico dikenal dengan nama mal de pinto dan di Colombia disebut carate. Penyakit ini dapat mengenai semua go-
longan umur, terutama dari golongan kulit berwarna. Penularan terjadi dengan cara kontak langsung non-venerik atau dengan perantaraan lalat (Hippelates). Penyakit ini disebabkan oleh Treponema cArdtenrn, dahulu adayang menamakanT. herrejoni. Pinta merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan adanya perubahan pigmentasi pada lesi di kulit. Lesi inisial muncul 7-1.0 harr setelah inokulasi. Lesi dimulai dengan papel merah kecil, dalam waktu 2-3 bulan akan terbentuk bercak eritroskuamosa. Pada umumnya lesi ditemukan di tungkai atau bagian badan lainnya yang tidak tertutup. Pada stadium primer hasil pemeriksaan STS negatif. Stadium sekunder berlangsung
5 bulan kemudian sampai satu tahun atau lebih setelah terjadinyainokulasi. Lesi hampir menye-
rupai lesi yang terdapat pada stadium sebelumnya, tetapi agak sukar dibedakan dari kelainan yang ditemukan pada penyakit kurap, psoriasis,
Spirochaetales 257
sifilis ataupun lepra. Pada stadium ini hasil pemeriksaan STS 600lo positif. Stadium selanjutnya ialah stadium dyschromia late yang biasanya muncul dalam masa dewasa at^v dewasa muda.
penyakit periodontal lainnya. Spirochaeta oral hampir selalu ditemukan dalam sulkus gingiva.
Mula-mula terjadr pigmentasi setempat yang berwarna kebiru-biruan, setelah bertahun-tahun kemudian akan mulai tersebar luas dan digantikan oleh bintik-bintik depigmentasi yang menyerupai vitiligo. Bintik-bintik putih merupakan stadium akhir dari suatu proses depigmentasi selengkapnya. Pinta merah merupakan variasi dari pinta biru yang disertai dengan hiperemia, sedangkan variasi warna kuning atau cokelat terjadi sebagai akibat kurangnya kebersihan dari penderita yang bersangkutan. Pada stadium dyschromi.a lateini hasil pemeriksaan STS 100o/o positif. Penisilin merupakan obat pilihan. Bebe-
denticola, dan T. orale. Pada stomatitis ulseromembranosa dan pada angina yang dikenal dengan nama penyakit Vincent, angina Vincent trencb mouth, kuman-kuman di atas bersama ^tau dengan Bacillus fusrformis dari grup Fusobacterium, meningkat jumlahnya, tenrtama jika dibuat sediaan dari lesi-lesi nekrotik. Dalam sediaan tersebut juga dapat ditemukan Treponema (Borrelra) r.,incentii yang ukurannya agak lebih besar dari Treponema lainnya. Spirochaeta oral tidak bersifat patogen dalam arti kata sebagai
rapa bulan setelah pengobatan hasil pemeriksaan
gistik meningkatkan suatu infeksi supuratif.
STS menjadi negatif. Bercak-bercak biru atau merah akan menghilang secara bertahap. Bercak-
Penyakit sifilis pada kelinci
bercak putih yang telah berlangsung selama lebih dari 5 tahun tidak akan terpengaruh.
Spirochaeta dalam rongga mulut Spirochaeta merupakan bagian dari flora normal dalam mulut yang bersama-sama dengan kuman
lainnya j umlahny a akan menin gkat j ika terdapat ulserasi pada mukosa mulut, gingivitis atau pada
Spirochaeta yang dapat ditemukan dalam rongga
mulut, antara Iain
Treponerna macrodentium, T.
penyebab dari suatu penyakit, tetapi bersama-sama dengan kuman lnnnya,dapat bekerja secara siner-
Pada kelinci juga dapat dijumpai penyakit sifilis
yang merupakan infeksi venerik alami pada binatang ini. Penyakit ini menimbulkan lesi ringan pada genitalia. Kuman penyebabnya disebut Treponema cuniculi,secara morfologik tidak dapat dibedakan dari T. pallidum. Hal ini dapat mengacaukan hasil percobaan inokulasi Z pallidum pada kelinci.
BORRELIA RECURRENTIS Morfologi dan identifikasi
mikron. Dapat bergerak aktif dan sangat flek-
Kuman Borrelia berbentuk spiral tidak teratur dengan panjang 10-30 mikron dan lebar 0,3
sibel. Mudah diwarnai dengan pewarnaan kuman
biasa, Giemsa atau
\Tright dan bersifat negarif
258
Buku Ajar Mikrobiologi Ketukteran
Gram. Kuman dapat diinokulasikan pada anak tikus dan pada selaput korioalantois telur ayam berembrio. Kuman dapat ditanam dalam cairan hidrokel, senrm ata:u cair^n asites yang mengandung potongan ginjal kelinci yang masih segar. Jika terlalu lama dipindah-biakkan in aitro,virulensinya akan b.erkurang sebagaimana terlihat pada hasil percobaan infektivitas pada tikus. Kuman ini bersifat anaerob obligat dan memerlukan lipid untuk pertumbuhannya, selain itu juga dapat memanfaatkan lisolesitin. Suhu pertumbuhan optimum antara 2B-30"C dan dapat disimpan lama pada suhu -Z6oC. Dalam darah ataupun dalam perbenihan yang disimpan pada suhu 4oC, kuman dapat bertahan beberapa bulan. Dalam tubuh beberapa jenis sengkenit (tick) yang lunak dari genus Ornithodoros, kuman ini dapat diturunkan dari generasi ke generasi, sedangkan pada Pediculus humanw.s subspecies bumanws tidak.
hari, tetapi jika ditanam dalam darah yang diambil dari penderita pada waktu serangan mulai mereda, maka kuman akan mati dalam waktu kurang dari 1jam, karena dalam darah penderita sudah terbentuk spirokhetisida. Dapatlah disimpulkan bahwa relaps terjadt karena adany akumankuman y ang tahan terhadap efek spirokhetisida. Kuman-kuman ini dapat berkembang biak dengan leluasa dan kemudian muncul sebagai strainbant.
Kuman-kum an y ang diis olasi setelah terjadiny a beberapa kali relaps, secara serologik berbeda dengan kuman yang diisolasi dari serangan yang pertama. Serum yang diambil setelah terjadinya
protektif terhadap kuman penyebab serangan inisial dan relaps. Penyembuh ter^n akhir setelah 3-10 kali relaps, diduga terladi setelah di dalam tubuh penderita terbentuk antibodi terhadap beberapa varian antigen sekaligus. relaps bersifat
Patologi Pada kasus-kasus fatal, kuman dalam jumlah besar
Struktur antigen Banyak strain B. recurrentis yang berhasil diisolasi dari berbagai tempat di dunia asalnya dart berbagai hospes dan vektor. Beberapa strainlebih mudah tumbuh dalam vektor tertentu, sedang-
kan strain larnnya lebih mudah tumbuh dalam vektor yang beriainan. Perbedaan ini tidak selalu tetap demikian. Struktur antigen Borrelia tidak mantap dan hal ini merupakan penyebab terjadinya relaps. Jika kuman ditanam dalam darah yang diambil dari penderita sebelum berlangsungnya serangan relaps, maka kuman dapat tetap hidup selama 40
dapat ditemukan di dalam limpa, hati, dalam organ parenkhim lainny yangtelah mengalami ^ nekrosis, dan dalam lesi-lesi hemoragik di dalam ginjal dan traktus gastrointesitinalis. Pada penderita dengan meningitis, kuman dapat ditemukan dalam likuor serebrospinalis dan jaringan otak. Terny ata pada binatan g percobaan, marmot atau tikus, otak dapat merupakan reservoir setelah kuman menghilang dari peredar an darah.
Demam berulang (relapsing fever) Borrelia recurrentis merupakan penyebab demam berulang epidemik dengan Pediculus humanus
Spirochaetales 259
subspesies hwmanus sebagai vektornya. Sampai
ini belum
dikenal- adanya reservoir alam untuk Borrelia recurrentis. Demam berulang lainnya, yaitu demam berulang endemik, disebabkan oleh beberapa spesies Borrelia lainsaat
nya yang pada umumnya ditularkan oleh bebe-
rapa spesies Ornitbodoros sebagai vektornya. Pada penyakit demam berulang endemik, dikenal beberapa macam binatang yang dapat bertindak sebagai reservoirny a, antaralainbeberapa jenis binatang mengerat, kelinci, landak, kambing dan sebagainya. Semua bentuk demam berulang memberikan gejala klinik yang serupa. Penyakitnya berlangsung secara mendadak, demam menggigil, sakit kepala hebat, seringkali disertai nyeri otot dan persendian, limpa agak membesar dan gejalagejala ikterus. Masa tunas antara 3-I0 hari. Dalam waktu demam, kuman dapat ditemukan di dalam darah. Demam berlangsung selama 3-5 hart, kemudian suhu menurun dan meninggalkan penderita dalam keadaan tidak demam, tetapi dengan keadaan tubuh yang lemah. Masa tanpa demam berlangsung selama 4-I0 hari dan segera diikuti den g an s e ran gan ke du a de n gan gej ala- ge 1 ala y ang sama dengan serangan yang pertama. Seranganserangan tersebut dapat terjadi berulang-ulang 3-10 kali, pada umumnya dengan gejala-gejala yang semakin ringan. Dalam waktu tidak demam, kuman tidak dapat ditemukan di dalam darah. Kuman jarang ditemukan di dalam air seni. Antibodi terhadap Borrelia muncul dalam masa demam dan kemungkinan efek aglutinasi
dan lisisnya dapat dengan segera mengakhiri serangan. Varian yang tidak terkena efek ini dengan leluasa berkembang biak dan menimbulkan serangan baru. Pada seorang penderita yang telah mengalami beberapa kali serangan, dapat diisolasi beberapa varian antigen. Keadaan ini juga dapat dijumpai pada percobaan inokulasi dengan satu macam kuman.
Pemeriksaan laboratorium Bahan pemeriksaan berasal dari darah yang di ambil dari penderita pada waktu demam meningkat. Dibuat sediaan darah tebal yang diwarnai secara \flright atau Giemsa dan dicari kuman
di antara sel-sel darah merah. Selanjutnya darah diinokulasikan secara intraperitoneum pada tikus. Setelah 2-4 hari dibuat sediaan darah ekor dan dicari kumannya. Tes pengikatan komplemen dapat dikerjakan dengan menggunakan kuman yang ditanam dalam suatu perbenihan sebagai antigen, ternyata cara penyediaan antigen yang baik tidaklah mudah, dan pada umumnya hasil tes serologi kurang bermanfaat untuk diagnosis, dikarenakan oleh banyaknya varian antigen yangdapat ditemukan pada seorang penderita. Pada penderita dengan demam berulang epidemik dapat terbentuk aglutinin terhadap kuman Proteus OX-K dan serum penderita juga memberikan hasil positif pada tes VDRL.
lmunitas Setelah suatu infeksi, pada tubuh penderita ter-
bentuk antibodi lisis, aglutinin dan spirokhetisidin. Pada umumnya imunitas yang terbentuk setelah suatu serangan demam berulang bersifat
260
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
jangka pendek. Imunitas jangka panjang dapat terbentuk jika infeksinya menetap, yaitu imuni-
tas terhadap superinfeksi yang kemungkinan merupakan irnunitas seluler"
Pengobatan Tetrasiklin, terutama klortetrasiklin merupakan obat pilihan. Penisilin rcrnyata juga efektif untuk pengobatan. Selain antibiotika kepada penderita demam berulang juga perlu diberikan cairan dan elektrolit.
Epidemiologi dan pencegahan f)emam berulang bersifat endemik di berbagai tempat di dunia. Reservoir vtamany^ binatang mengerat yang merupakan sumber infeksi L,agi Ornithodoros" Penyebaran dan insidennya bergantung kepada ekologi Ornithodoros yang bersangkutan. Perlu diingat bahwa dalam tubuh sengkenit lunak ini dapat terjadi transmisi Borreiia dari generasi ke generasi secara transovarium. Kumandapat ditemukan di seluruh jaringan tubuh sengkenit. Fenularan terjadi lewat gigitan atau penghancuran sengkenit. Penyakit yang ditularkan oleh sengkenit ini bersifat sporadik. Jika penderita demam berulang tersebut
juga terjangkit kutu (Pediculushuma bumanus), maka 4-5 hari kemudian kutu yang telah mengisap darah penderita dapat menjadi sumber infeksi bagi orang-orang di sekitarnya dan penularan terjadi sebagai akibat gosokan bangkai kutu pada luka gigitan. Penularan oleh kutu manusia ini dapat mengakibatkan terjadinya epiderni pada penduduk yang telah terjangkit kutu dan penyebaran dipermudah dalam keadaan tertentv, antara lain penduduk yang sangat padat, kekurangan gizi dan pada iklim yang dingin. Di daerah endemik, kadang-kadang infeksi pada manusia terjadi sebagai akibat kontak dengan darah atau laringan binatang mengerat yang telah terkena infeksi. Pada kasus-kasus sporadik mortaiitasnya rendah, tetapi pada kasus epidemik mortalitasnya dapat mencapai 50Yo. Pencegahan terutama dilakukan dengan cara menghindari kontak atau berdekatan dengan sengkenit atau kutu dan memberantas kedua macarn artropoda tersebut, baik dengan cara menjaga kebersihan atau dengan menggunakan insektisida. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yangdapat digunakan untuk pencegahan.
LEPTOSPORA Morfologi dan sifat-sifat
naan Burri, Fontana Tribondeau, Becker
Leptospira merupakan kuman berbentuk spiral halus, ujung sel kuman bengkok, bergerak aktif
atau Giemsa. Gerak kuman dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap.
dan berukuran i.: --:i: iri:; :r i;. j 3r:,l. Morfoiogi tersebut dapat dilihat setelah diberikan pewar-
Krantz
Bersifat aerob obligat dengan suhu pertumbuhan antara 28-30'C. Untuk pertumbuhan di-
Spirochaetales 261
periukan perbenihan yang mengandung serum kelinci 1Oolo. Leptospira iuga dapat dibiakkan pada selaput korioalantois. Perbenihan yang banyak digunakan dalam pembiakan I-eptospira antara lain perbenihan Vervoort, Noguchi, Fletcher dan Cox. Leptospira juga dapat bertahan lama dalam air terutamapada pH alkali. Spesies, serogrup dan serotiP Secara garis besar Leptospira dapat dibagi men!adi dua spesies, yaitu Leptospira interrogans yang patogen dan Leptospira biflexa yang bersifat sa-
profit, yafig terutama ditemukan pada Permukaan air tawar) larang ditemukan pada air laut dan jarang ada kaitannya dengan infeksi pada mamalia" Spesies yang patogen dibagi dalam 16 serogrup dimana tercakup 150 serotip (serovar). Dari banyak strain Leptospira dapat diekstraksi lipopolisakarida yang memiliki reaktivitas grup. Fatogenesis
Infeksi Leptospira terladi karena masuknya kuman lewat luka di kulit atau lewat mukosa yang masih utuh tanpa menimbulkan kelainan setempat. Selanjutnya kuman masuk ke dalam darah dan menimbulkan leptospiremia, kuman masuk ke dalam organ-organ tubuh antara lain ginjal dan hati.
Leptospirosis (contohnya penyakit \7eil arau infectious iaundice)
Cara infeksi
Infeksi terjadi lewat makanan atav minuman yang tercernar urin hewan reservoir' Kuman
kulit atau konjungtiva sewaktu mandi di kolam renang juga dapat masuk lewat luka kecil di atau di sungai yang tercemar.
Manifestasi klinik Setelah melewati masa tunas antara 70-12 hari, penderita akan terkena demam mendadak dan
menggigil, sakit perut dan muntah-muntah. Penderita mengeluh sakit otot, sakit kepala hebat dan epistaksis, mungkin dapat ditemukan konjungtivitis. Hati agak membengkak, pada 50o/o dari kasus dijumpai ikterus pada hari kelima, Pada
hepatitis karena Leptospira ini seringkali disertai dengan peningkatan serum kreatin fosfokinase (pada hepatitis virus kadarnya normal). Pada minggu pertama sakit, Leptospira dapat
dijumpai di seluruh tubuh penderita, hal ini dapat dibuktikan dengan cara inokulasi darah penderita pada marmot. Pada minggu ke-2 Leptospira mulai menyerang ginjal dan pada akhir minggu ke-2 dapat ditemukan dalam urin. Leptospira dalam urin dapat dijumpai sampai hari ke-40. Kerusakan pada ginial dapat menyebabkan gagal ginjal dan berakib at fatal, mungkin perlu dialisis. Jika susunan saraf pusat terkena, dapat menyebabkan timbulnya gejala meningitis atau ensefalitis.
Diagnosis laboratorium
Untuk bahan pemeriksaan yang berupa darah dan likuor serebrospinalis, Leptospira dapat ditemukan pada minggu sakit yang pertama. Leptospira dapat ditemukan dalam urin mulai akhir minggu pertama sampai hari ke-40. Darah
262
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
dalam bentuk sediaan tebal dan sedimen urin diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap. Untuk kultur, bahan pemeriksaan ditanam dalam p erbenihan cair atau semisolid yan g men gandun g serum kelinci 70o/o dan ditambahkan 5-fluorourasil sebagai selectioe inhibitor. Percobaan binatang dilakukan dengan menginokulasi bahan pemeriksaan pada marmot atau hamster secara intraperitoneum. Setelah 8-14 hari marmor atau hamster akan mati, pada autopsi dapat ditemukan lesi hemoragik dalam berbagai organ yang mengandung Leptospira. Pemeriksaan serologi sangat penting untuk diagnosis leptospirosis. Pada umumnya antibodi baru ditemukan setelah hari ke-7 atau ke-10. Titernya akan selalu meningkat dan akan mencapai puncaknya pada minggu sakit yang ke-3 atauke-4. Namun hasil tes serologi bergantung kepada jumlah strain Leptospira yang dipergunakan untuk memeriksa serum penderita. Titernya dimulai dari l/I0.000 ke atas. Untuk tes serologi ini dapat digunakan cara aglutinasi mikroskopis atau makroskopis, atau tes hemaglutinasi. Imunitas yang timbul setelah infeksi bersifat spesies spesifik terhadap serotip rertentu. Imunitas akan menetap bertahun-tahun.
Pengobatan
Untuk pengobatan dapat diberikan penisilin, tetrasiklin, streptomisin atau antibiotika golong-
an makrolid. Pengobatan sebaiknya diberikan sedini mungkin, karena jika pengobatan diberi kan setelah lewat hari ke-4 hasilnya tidak akan mempengaruhi perjalanan penyakit.
Epidemiologi, pencegahan dan kontrol Leptospirosis sebenarnya merupakan penyakit pada hewan (zoonosis), infeksi pada manusia terladi secara kebetulan. Sumber infeksi urama tikus dan binatang mengerar lainnya. Dapat juga ditularkan dari babi atau brnatang ternak lainnya. Juga dapat dirularkan oleh anjing. Leptospira akan diekskresi lewat urin atau feses penderita yang sedang sakit arau oleh karier yang tidak menunjukkan suatu gejala. Orang-orang yang sering terkena leptospirosis terutama para petani, penangkap ikan, pekerja tambang, penggali parit atau orang-olzLngyangbekerja di pemotongan hewan. Di bidang kedokteran veteriner, vaksinasi dapat dipergunakan secara efektif. Vaksinasi juga perlu diberikan kepada orangorang yang tinggal di daerah endemik. Dengan vaksinasi dapat diperoleh proteksi yang bersifat serovar spesifik. Sebagai kontrol antara lain dapat berupa pencegahan kontak dengan air yang tercemar, misalnya sungai, kolam renang atau tempat penyimpanafi alr. Sedangkan kemungkinan pencemaran dapat dicegah dengan cara memberantas binatang mengerat.
RICKETTSIA Suharno Josodiwondo
ORDO : Rickettsiales FAMILI : Rickettsiaceae GENUS : Rickettsia
Beberapa jenis mamalia dan artropoda meru-
pakan hospes alam untuk Rickettsia, bahkan yang terakhir dapat bertindak sebagai vektor dan reservoir. Infeksi pada manusia hanya bersifat insidentil, kecuali pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu manusia juga,yartu Pediculus pestinxenti. Penyakit demam semak
Meskipun sangat kecil dan selalu terdapat di dalam sel, Rickettsia bukanlah termasuk virus, melainkan tergolong bakteri. Rickettsia mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat bakteri, mengandung asam nukleat yang terdiri dari RNA dan DNA, berkembang biak dengan pembelahan biner, dinding sel mengandung
(scrub typhus) disebabkan oleh Rickettsia tswtsugamusbi, dapat dijumpai
mukopeptida, mempunyai ribosom, mempunyai enzim yang aktif pada metabolisme, dihambat oleh obat-obat antibakteri dan dapat membentuk ATP sebagai sumber energi. Rickettsia dapat berbentuk batang, kokoid atau pleomorf, bersifat negatif Gram, berukuran 1-0,3 mikron, merupakan parasit intraseluler obligat, kecuali Ro chalimaea quintana y ang dapat hidup dalam perbenihan tanpa sel. Penyakit yang ditimbulkannya ditandai dengan demam dan kelainan pada kulit (skin rasb) Rickettsiosis ditularkan lewat gigitan serangga pada kulit, hanya penyebab Q feaer yang ditularkan lewat udara (air borne), sehingga pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan kulit.
di berbagai tempat di
Indonesia, misalnya di Sumatera Utara, Kalimantan, Pulau Jawa, Sulawesi dan lrian Jaya. Lawa tungau trombiculid merupakan vektor utama pada penyakit demam semak, sedangkan tikus rumah atau tikus ladang bertindak sebagai reservoirnya.
Sifat-sifat kuman Dalam pewarnaan Giemsa, Rickettsia terlihat berwarna biru. Dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Tumbuh dalam kantong kuning telur bertunas dan dengan cara sentrifugasi dapat diperoleh kuman murni. Rickettsia juga dapat tumbuh dalam biakan sel. Sepeni bakteri, perbandingan kadar RNA dan DNA pada rickettsia adalah 3,5;1. Dinding sel serupa dengan dinding sel kuman negatif
263
264
Buku Ajm Mikrobiologi Kedokteran
Gram, terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Rickettsia mempunyai enzim yang penting untuk metabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat dan glutamat serta mengubah asam glutamat menjadi asam aspartat. Jika disimpan pada suhu OoC, rickettsia akan kehilangan aktivitas biologiknya yang berupa aktivitas hemolitik dan respirasinya, toksisitas dan infektivitasnya. Semua aktivitas tersebut dapat dipulihkan jika ditambahkan nicotinamide adenine dinucleotide ${AD). Aktivitas biologiknya juga dapat hilang jika disimpan pada suhu 36"C, kecuali jika ditambahkan glutamat, piruvat atau aden o s ine trifo sfat e (ATP). Rickettsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Rickettsi^aprorpazekii dan Rickettsia typhi (Rickettsia mooseri) tumbult dalam .sitoplasma, sedangkan golongan penyebab spotted feaer tumbuh dalam inti sel. Rochalimaea quintana dapat tumbuh dalam perbenihan tanpa sel. Rickettsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingk atyangrendah, misalnya dalam telur beftunas pada suhu 32"C. Perkembangan kuman akan sangat berkurang jika suhunya dinaikkan sampai 40"C. Pemberian sulfonamida akan memperberat penyakit yang disebabkan oleh.rickettsia karena obat ini meningkatkan pertumbuhan kuman. Seballkny a para-aminobenzoic acid (PABA) yang struktur molekulnya analog sulfonamida, dapat menghambat pertumbuhan rickettsia. Efek hambatan ini dapat dihilangkan oleh paralrydroxybenzoic acid. Tetrasiklin dan kloramfenikol
dapat menghambat pertumbuhan kuman, kedua-
nya dapatdipakai untuk pengobatan rickettsiosis.
Pada umumnya rickettsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan
atau oleh bahan-bahan bakterisid. Rickettsia mudah mati jika disimpan pada suhu kamar, tetapi dalam tinj a serang ga y ang telah men gering dapat tetap infektif selama berbulan-bulan, meskipun disimpan dalam suhu kamar. Penyebab Q
fever tahan terhadap tindakan pasteurisasi pada suhu 60"C selama 30 menit.
Antigen dan antibodi Ada tiga macam antigen utama, yaitu antigen grup, antigen spesies dan antigen yang senrpa dengan Proteus. Antigen grup larut dalam ether dan dapat
ditemukan di lingkungan kuman. Antigen berasal dari permukaan lapisan pembungkus kuman. Masing-masing anggota dari golongan tifus dan spottedfever mempunyai antigen grup yang sama. Anggota gol ongan scrub rypbus mempunyuanrigen grup yang sangat heterogen. Antigen spesies yang pada golongan suub typbus merupakan anrigen strain ternyata bertalian dengan kuman. Untuk memperoleh antigen ini, suspensi kuman dicuci bersih sehingga antigen grup ikut tersingkirkan. Antigen beberapa golongan rickensia adayang senrpa dengan antigen beberapa strain kuman Proteus. Kenyataan ini dimanfaatkan untuk reaksi
\feil-Felix.
Antibodi pada rickettsiosis mulai muncul pada minggu kedua sakit dan akan mencapai puncaknya sewaktu atau sesudah penyembuhan berlangsung. Untuk kepentingan diagnosis, titer
Rickettsia 265
antibodi dalam serum yang diambil pada saat demam tinggi dibandingkan dengan titer dalam masa konvalesen. Jika serum penderita dites dengan antigen dari beberapa macam strain, maka antigen yang memberikan reaksi paling kuat dianggap sebagai antigen penyebabnya. Reaksi Veil-Felix sebenarnya merupakan reaksi aglutinasi kuman Proteus. Antibodi penderita rickettsiosis dapat bereaksi dengan antigen O polisakarida kuman Proteus strain X. Strain ini hanya bereaksi dengan antigen O yang tidak tertutup oleh antigen H flagel dan disebut strainProteus OX. Infeksi Proteus yang sering terjadi di dalam traktus urinarius dapat mengacaukan hasil reaksi ini, meskipun demikian tes ini masih tetap berguna dan masih merupakan
pada kantong kuning telur bertunas atau pada biakan sel.
Untuk tes imunofluoresensi indirek dipakai suspensi rickettsia yang dibuat dari biakan kuman pada kantong kuningtelur bertunas yang telah dimurnikan. Untuk tes ini diperlukan g/o-
bulin antibunTan yangteiah dilabel dengan fluorescein. Dengan tes ini tenrtama dapat ditentukan grup atau golongannya. Untuk tes hemaglutinasi pasif ada yang memakai sel darah merah manusia golongan O. Sel darah merah dipekakan dengan antigen dari ekstrak rickettsia yang dibuat dengan cara pemanasan dalam suasana alkali. Rickettsia yang masih hidup dapat membuat toksin yang serupa dengan endotoksin bakteri. Toksin ini berupa lipopolisakarida kompleks cara diagnostik yang mudah. Pada reaksi \feilyang dapat menyebabkan kematian binatang 'percobaan Felix dipakai tiga macam strain Proteus, strain dalam waktu beberapa jam setelah OX-2, OX-19 dan OX-K. Hasil reaksi ini dapat inokulasi Rickettsia. Antibodi antitoksin terdipakai untuk membedakan beberapa macam bentuk selama terjadi infeksi dan bersifat khas rickettsiosis, OX-19 positif pada tifus epidemik terhadap toksin yang berasal dari golongan tifus, spotted dan endemik, OX-K positif pada demam semak, feoer dan scrub fever. Jrka suspensi kuman OX-2 dan OX-19 positif pada Rocky Mountain yang telah dicampur dengan antibodi antitoksin spotted feaer, Mediterranean fever dan Sowtb disuntikkan pada binatang percobaan, maka African tick ferser, sedangkan reaksi \feil-Felix binatang tersebut tidak akan mati karena toksin. Percobaan ini disebut tes netralisasi toksin. negatif pada Ricketssialpox dan Qfever. Untuk tes aglutinasi juga dapat dipergunakan Gambaran patologi suspensi Rickettsia, hasilnya dapat memberikan reaksi dengan antibodi spesifik. Reaksi ini sangat Rickettsia berkembang biak di dalim sel endotel membantu sensitif dan dapat digunakan untuk pembuluh darah kecil. Sel membengkak dan diagnosis. Untuk tes pengikatan komplemen . nekrosis, terjadr trombosis pembuluh dar ah y ang dipergunakan antigen yang berasal dari dinding dapat mengakibatkan ruptur dan nekrosis. Di sel yang merupakan campuran protein. Bahan kulit tampak nyata adanya lesi vaskuler. Vaskuuntuk antigen diperoleh dari biakan kuman litis yang terjadi pada beberapa organ merupa-
266
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
kan dasar terjadtnya gangguan hemostatik. Dalam
Golongan tifus (Typhus group)
jarrngan otak dapat ditemukan penumpukan limfosit, leukosit polimorfonuklear dan makrofag yang benalian dengan kelainan pembuluh darah pada masa kelabu. Kelainan ini disebut nodul tifus. Pada pembuluh darah kecil jantung
Golongan ini merupakan rickettsia penyebab tifus epidemik dan tifus endemik, yaitu Rlc-
dan organ-organ lainnyapun dapat
terkena
kelainan yang serupa.
lmunitas Infeksi Rickettsia pada manusia diikuti dengan timbulnya kekebalan yang tidak lengkap (hanya sebagian) terhadap reinfeksi yang berasal dari suatu sumber di luar. Selain itu seringkali terjadi relaps. Dalam suatu biakan sel makrofag, Rickettsia juga difagositosis dan selanjutnya dapat berkembang biak intraseluler meskipun ada antibodi. Jika ke dalamnya dimasukkan limfosit yang berasal dari binatang yang telah kebal, maka pembiakan tersebut akan terhenti.
Gambaran klinik Semua infeksi Rickettsia ditandai dengan adanya
demam, sakit kepala, qalaise, lesu, kelainan di kriit (skin rasb), pembesaran limpa dan hati, hanya pada Q fezter tidak disertai adanya kelainan di
kulit. Kadang-kadang disenai dengan adanya perdarahan di bawah kulit. Pada kasus-kasus yang berat dapat dijumpai gejala stupor, delirium dan bahkan shock atau bercak-bercak gangren di kulit atar laringan subkutan. Mortalitasnya sangat variabel, mulai kurangdari 1 o/o sampai setinggi 90olo. Setelah sembuh pada umumnyatimbul kekebalan. Masa tunas antar^ 1 sampai 4 minggu.
kettsia proraazeki dan Rickettsia typbi. Kuman
ini
berkembang biak di dalam sitoplasma sel hospes.
Penyakit yang ditimbulkannya disebut demam tifus. Masa tunas antara 5-18 hari. Pada dasarnya gambaran klinik demam tifus sama, hanya pada tifus endemik gejala penyakirnya lebih ringan jika dibandingkan dengan tifus epidemik dan jar ang berakibat fatal.
Tifus epidemik Demam tifus epidemik juga disebut louse-borne typhus, cdrnp feuer atau jail feoer. Dahulu penyakit ini sempat menimbulkan korban yang sangat
tahun 1915 di Serbia terdapat 315.000 korban yang meninggal karena penyakit ini. Pada saat ini penyakit ini relatif besar, misalnya pada
jarang ditemukan lagi, kebanyakan kasus hanya
ditemukan di Afrika lJtara. Penyakit ini ditularkan oleh kutu manusia, Pediculus oestiftienti yang bersarang di dalam lipatan pakaian, dalam sehari kutu beberapa kali keluar untuk menghisap darah dari
kulit
hospes. Jika darah yang diisapnya mengandung kuman, maka sel-sel usus
akan terkena infeksi, kuman berkembang biak di dalamnya, sewaktu sel pecah kuman ke luar dan bercampur dengan tinja kutu. Sambil meng-
isap darah, kutu mengeluarkan tinja. Gigitan kutu menimbulkan rasa gatal, sewakru hospes menggaruk, tinja infeksius secara tidak sengaja masuk ke dalam luka gigitan dan menimbulkan infeksi pada hospes. Kelenjar ludah kutu tidak
Rickettsia 267
terkena infeksi dan tidak terjaditransmisi secara transovarium. Kutu yang telah terkena infeksi mati dalam waktu 1-3 minggu . Rickettsia prorttazeki dapat menimbulkan infeksi pada mamalia
binatang percobaan, namun sampai saat ini hanya manusia yang dikenal sebagai reservoir alamnya. Kutu kepala iuga dapat menularkan tifus epidemik, tetapi jauh kurang efektif jika dibandingkan dengan kutu badan. Pada tifus epidemik gejala penyakitnya berat dan demam berakhir dalam waktu 2 minggu. Bagi para penderita yang berumur 40 tahun ke atas sering berakibat fatal. Selama masa epidemi
mort alit asn y a dap at mencap ai 6 -3 Oo/o. Penyakit Brill-Zinser juga disebut tifus laten, merupakan relaps dari tifus epidemik sebelumnya. Gejala penyakitnya lebih ringan jika dibandingkan
dengan tifus epidemik yang klasik dan berlangsung lebih pendek, kurang dari2 mrngga'
Tifus endemik Tifus endemik juga disebut murine typbus,
ras
typ.bus ata:u fleaborne typhus' Penyebabnya Ric' kensia rypbi yang dahulunya juga disebut Ric' kettsia mooseri. Penyakit
ini ditularkan
dari tikus
ke tikus dan dari tikus ke manusia oleh pinjal trkus (Xenopsylla cbeopsis) dan kutu tikus (Polyplax spinulosa), selain itu kutu manusia pun dapat menularkannya. Di antar^pinjal dan kutu tidak terj adi transmisi secara transovarium. Mekanisme infeksinya sempa dengan yangteriadi pada tifus epidemik, yaitu lewat tinja dan iuka di kulit. Penyakit ini terutama dijumpai di tempattempat yang banyak tikus, misalnya di daerah
pelabuhan atau di daerah pedesaan yangbanyak tanaman biji-bij ian. Pemakaian insektisida dapat
menurunkan populasi kutu dan pinjal tikus, sedangkan tindakan selanjutnya memberantas tikus dengan racun. Dengan cara demikian kemun gkin an terjadinya inf eksi Rickettsia pada
manusia dapat dicegah atau dikurangi. Dalam dua dekade terakhir insidensinya terus menurun. Rickettsia typbi dan Rickettsia prozuazek'i mempunyai antigen yang seruPa. Penderita yang telah sembuh dari salah satu infeksi oleh kuman ini ter ny at^ kebal terhadap kedua-duanya. Anehnya imunisasi dengan salah satu kuman di atas yang telah terlebih dahulu dimatikan, hanya dapat
menimbulkan imunitas yang homolog. Hal ini terj adi karena inf eksi alam atau imunisasi den gan kuman hidup pada umumnya dapat memberikan kekebalan yang lebih lengkap dan lebih tahan
lama daripada imunisasi dengan kuman yang telah dimatikan. Selain daripada itu setiap imunogen hanya mampu membangkitkan antibodi terhadap antigen reaksi silang dengan titer yang lebih rendah daripada terhadip antigennya sendiri. Gelala penyakitnya lebih ringan
jika diban-
dingkan dengan tifus epidemik. Jarang berakibat fatal, kecuali pada penderita usia tua.
Golon gan spottedf, ever Dalam golongan ini termasuk penyakit-penyakit demam yang disebabkan oleh Rickettsia yang sukar dibedakan dari penyebab golongan tifus, tetapi, dapat berkembang biak di dalam sitoplasma ataupun inti sel hospes. Penyakitnya terutama ditularkan oleh sengke nit (tick) danbukan
268
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
oleh kutu atau pinjal. Dalam tubuh sengkenit, kuman tersebar di seluruh organ, termasuk ovarium dan kelenjar ludah, sehingga dapat terjadi transmisi secara transovarium dan lewat air ludah. Jadi selain sebagai vektor, sengkenit juga berfungsi sebagai reservoir primer. Dalam goiongan ini termasuk Rochy Mountain spotted ferter yang disebabkan oleh Rickettsia rickettsii. Mediterranean fever (boutonneuse fever), ,South African tick bite feaer, Kenya ticb, typhus dan Indian tick typhus, kesemuanya
Golongan demam semak
Demam semak atav scrub typhus juga dikenal sebagai chiggerborne typhus, rniteborne typbus, tropical typbus, lapanese flood (river) feoer, rural fever, demam Kedani atau penyakit tsutsugamushi. Penyebabnya mempunyai banyak nama, yaitu Rickettsia tsutsugamushi, Rickettsia nipp o n i c a, tetap r R i c k ett s i a akamus h i, atau Ri c k ett s ia orientalis. Penyakit demam semak bersifat endemik, terdapat di Timur Jauh penyebarannya meliputi daerah segitiga sehias 5 juta mil persegi, disebabkan oleh R. conorii. Nortb Asian tick borne mulai dari Australia, Jepang, Korea, Vietnam sampai ke India, di dalamnya termasuk Indofickettsiosis yang disebabkan oleh Ricketsin sibirica dan Queensland tick ryphus yang disebabkan oleh nesia. Dalam Perang Dunia II, penyakit ini Rickettsia australis. Rickettcialpox dan Russian seiTrpat menimbulkan banyak korban di antara vesiculer rickettsiosis yang disebabkan oleh Rlcpasukan Jepang dan Sekutu. Perkataan tsutsugd.kettsia akari, pada kedua penyakit ini ditemurnusbi berasal dari bahasaJepang, tsutsugaberarti . berupa vesikel sehingga kan kelainan kulit yang sesuatu yang kecil dan berbahaya, dan mushi menyerupai cbickenpox (varisela). Dan akhirnya berarti makhluk. Sebutan scrub berasal dari penyakit demam yang menyerupai Rocky pendapat bahwa infeksi hanya terjadi setelah Mountain spotted feoer yang disebabkan oleh penderita memasuki semak belukar di daerah Rickettsia canada. Golongan spotted ferser int yang endernik. Dalam perkembangan selanjutnya'ternyata bahwa infeksi Rickettsia tsutsugasecara klinis, gejala penyakitnya serupi dengan golongan tifus, hanya kelainan kulitnya mulai mwsbi juga dapat terjadi di daerah-daerah yang timbul di ekstremitas dan selanjutnya menye- bukan merupakan semak belukar, misalnya di bar secara sentripetal. Telapak tangan dan kaki pantai di daerah-daerah yang bukan merupakan semak belukar, misalnya di pantai berpasir, juga terkena. Gejala penyakitnya dapat ringan, misalnya pada Mediterrdnean fever, dapat juga pegunungan pasir atau di hutan tropis di daerah dengan gejala yang berat, misalnya pada Bra- khatulistiwa, sehingga untuk dapat memberikan zillian spotted fever. Ang\a mortalitasnya pun gambaran yang lebih tepat, ada yang mengusulkan istilah cbiggerborne typhus, karena penyakit sangat variabel, pada orang tv^y^ng menderita ini ditularkan oleh rungau trombiculid dalam Rocky Mountain spotted fever angka mortalitasstadium larva (cbigger) nya dapat mencapai 60%.
Rickettsia 269
Tungau trombiculid dewasa meletakkan telurnya di atas tanah lembab yang kaya humus. Telur menetas dan keluar larva. Larva atau chiger merupakan satu-satunya stadium yang mengisap darah dari binatang vertebrata. Setelah mengisap darah, larva menjatuhkan diri ke tanah, berkembang menjadi nimfa dan bentuk dewasa. Lingkaran hidupnya meliputi 50-70 hari. Tungau betina yang dewasa dapat hidup lebih dari 1 tahun. Transmisi Rickettsia tsutsugamusbi dapat terjadi secara trans-stadium atau trans-ovarium. Tungau dapat berfungsi sebagai vektor dan reservoir sekaligus. Di Indonesiaterdapat beberapa spesies tungau yang dapat menjadi vektor penyakit demam semak, yirtu Leptotrombid.ium /.eliense, Leptotrombidium arenicola, Leptotrombidium fletcheri dan L ep t otr o m b idiwm s cutt e I ar e. Lap o r an ditemukanny a Leptotro mbidium ak amusb i masih diragukan kebenarannya, karena secara morfologis sukar dibedakan dari Leprotrombidium fletcheri. Leptotrombidium deliense. merupakan vektor utama, terdapat hampir di segala macam habitat dan hospesnyapun paling banyak mac mny^. Leptotrombidium arenicola ditemukan di daerah Ancol, Jakar'ta, habitat berupa semak beralangalang. L ept o tro rnb idiurn s cut e l lare hospe s utamanya burung, oleh karena rtr jarang ditemukan pada hewan yang berjalan di aias tanah. Sebagai reservoir untuk Rick ettsia tsuts wgamush i adalah tikus rumah dan tikus ladang. Secara klinis gejala penyakitnya menyerupai tifus epidemik. Sering ditemukan adanya limfositosis dan limfadenopati. Satu sampai dua
minggu setelah gigitan larva infeksius, timbul demam, menggigil dan sakit kepala hebat. Dalam beberapa hari selanjutnya, timbul kelainan di kulit dan pneumonitis.
Demam query (Q fever) Demam query disebabkan oleh Coxiella bwrnetii yang termasuk keluarga Rickettsiaceae. Dibedakan dari Rickettsia lainnya, karena tahan hidup di luar sel hospes, penularan pada manusia lewat inhalasi partikel infeksius dan bukan
lewat gigitan serangga, gejala penyakit yang ditimbulkannya berupa pneumonitis tanpa kelainan kulit, dan tidak menyebabkan timbulnya antibodi terhadap Proteus strain OX. Binatang percobaan yang kebal terhadap coxiella tidak kebal terhadap infeksi Rickettsia lainnya. Dengan demikian penyebab demam query termasuk dalam genus tersendiri. Binatang ternak yang terkena infeksi coxiella, sekresi hidung dan ludahnya mengandung kuman, demikian juga dengan plasenta dan cairan amnionnya yang pada waktu binatang sedang melahirkan dapat menyebarkan kuman ke benda-benda di sekitarnya. Kuman ini dapat tetap hidup dan tahan lama dalam sekresi dan ekskresi yang telah mengering, dalam wol, air ataupun dalam susu. Pada suhu ZO.C kuman dapat bertahan selama beberapa menit, dalam formaldehid O,5o/o dapat bertahan selama 48 jam, sedangkan dalam fenol 0,4o/o dapat bertahan selama beberapa hari. Menurut penelitian di Australia, tikus berkantung (bandicoot) merupakan reservoir alam, sedangkan sengkenit (tick) dapat bertindak seba-
270
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
gai vektor. Sapi dan domba merupakan hospes
insidental yang biasanya terkena infeksi lewat gigitan sengkenit. Sapi yang terkena infeksi dapat menyebarkan kuman lewat air susu yang dikeluarkannya. Kebanyakan kumannya telah dimatikan pada waktu pasteurisasi. Penyakit yang ditimbulkan coxiella pada manusia berlangsung secara mendadak, demam dan menggigil tanpa kelainan kulit. Yang sering penyakitnya berupa pneumonitis yang menyerupai pneumonia atipik. lrka terjadi endokarditis subakut oleh kuman ini, dapat berakibat fatal. Penyakit ini terutama dapat dijumpai pada para petugas penyembelihan hewan atau pada para peternak. Pada para penderita sakit akut, kuman coxiella dapat ditemukan dalam dahak, air seni atau di dalam darah. Selain itu serum penderita diperiksa untuk mengetahui adanya kenaikan titer antibodi.
infeksi hanya terbatas pada kutu manusia. Kutu dapat dimanfaatkan untuk xenodiagnosis, yaitu kutu normal dibiarkan mengisap darah penderita, kemudian kuman penyebab penyakit dicari dalam jaringan kutu. Pada demam parit, demam menggigil berlangsung secara mendadak, hilang tirnbul dengan siklus 3-5 hari. Gejala lainnya berupa sakit kepala, malaise, nyeri otot dan nyeri tulang, terutama di daerah tulang kering. Kelainan kulit
nampak pada masa demam. Penyakit ini pertama kali ditemukan berjangkit di antara para pasukan tentara yang sedang bertempur dalam Perang Dunia I. Pemeri ksaa n laboratoriu m Pada Rickettsia selalu disertai dengan bakteremia pada stadium awal dari demamnya. Sebagai
Demam parit (trench fever)
bahan pemeriksaan, darah seutuhnya diinokulasikan pada marmot, tikus atau relur bertunas. Pada marmot jantan akan dijumpai gejala-gejala
Demam
parit atau trencb fever juga disebut d.emam lima bari, demam quintana atav demarn tulang
yang khas, yaitu berupa demam, pembengkakan pada skrotum, nekrosis, perdarahan dan akhir-
kering (sbin bonefever). Disebabkan oleh Rochali-
nya binatang tersebut mati. Jika darah penderita baru diambil setelah minggu perrama sakit, maka inokulasi harus dikerjakan dengan bahan gerusan bekuan darah yang sedapat mungkin
maea qwintana. Rochalimaea quintana berbeda dari Rickettsia lainnya, karena tidak dapat dibiak-
kan dalam binatang percobaan biasa, biakan sel ataupun dalam telur bertunas, tetapi dapat tumbuh dalam agar darah dalam suasana udara dengan kadar COz 10olo. Tidak dikenal adanya binatang sebagai reservoir. Penyakitnya ditularkan oleh
kutu manusia lewat tirya yangdikeluarkannya. Kuman berkembang biak di dalam lumen usus dan bukan di dalam sel epitel usus. Siklus
tidak mengandung serum, karena di dalam serum sudah terdapat antibodi yang dapat mengurangi infektivitas kuman. Isolasi primer di dalam kantong kuning telur berrunas hasilnya kurang memuaskan. Pada tikus percobaan, kuman dapat ditemukan di dalam eksudat peritoneum.
Biopsi kulit penderita Rocky Mountain
spotted
Rickettsia 271
di antarahari keempat dan kedelapan setelah sakit, akan menunjukkan adanya Rickettsia jika dilakukan pemeriksaan imunofluoresensi. Selain itu serum penderita dapat diperiksa secara serologik dengan reaksi Weil-Felix, imunofluoresensi atau komplemen fiksasi. Dua reaksi yang terakhir selalu positif fever yang dikerjakan
pada semua jenis rickettsiosis.
Pengobatan Tetrasiklin dan kloramfenikol merupakan obat pilihan. Sulfonamida merupakan kontraindikasi. Untuk mencegah relaps, pengobatan tetap diteruskan selama 3-5 hari setelah suhu penderita normal. Antibiotika menekan pertumbuhan kuman. Penyembuhan tergantung kepada mekanisme kekebalan penderita yang pada umumnya memerlukan waktu dua minggu untuk dapat mencapai suatu tingk^t y^ng mampu menekan kuman. Jika pengobatan dimulai setelah hari keenam sakit, maka imunitasnya akan berkembang seperti dalam keadaan tanpa pengobatan dan tidak terjadi relaps. Sebaliknya jika antibiotika diberikan pada awal dari penyakitnya dan hanya diberikan dalam jangka pendek, maka mekanisme kekebalannya kurang cukup mendapat rangsangan, sehingga dapat terjadi relaps. Relaps dapat dicegah dengan memberikan pengobatan yang cukup efektif selama lebih dari 10 hari.
Pencegahan
Untuk dapat melakukan
pencegahan secara
tepat, maka terlebih dahulu harus diketahui cara p
enularann y a. D
ap
at te rjadt. inokulasi lan gsun g
pada mamalia, yaitu lewat gigitan artropoda sewaktu mengisap darah. Dapat terjadi penularan pada anropoda sewaktu mengisip darah mamalia yang telah terkena infeksi. Selain itu dapat juga terjadi penularan dari artropoda ke artropoda lewat telur yang telah terkena infeksi (transovarium). Hanya ada satu kekecualian yartu pada Coxiella burnetii yang ditularkan kepada manusia lewat debu. Pada umumnya pencegahan dapat dikerjakan dengan memutuskan rantaian infeksi, imunisasi atau dengan pemberian antibiotika. Rantaian infeksi dapat diputuskan dengan membasmi kutu dengan insektisida, membasmi tikus dengan racun, mendirikan bangunan yang tidak mudah untuk bersarangnya tikus, kebersihan lingkungan, mengenakan perlengkapan tertentu yang dapat mencegah gigitan artropoda misalnya sepatu bot, celana panjang terusan dengan kaus kaki, minyak gosok antiserangga. Penularan Qfeaer lewat susu dapat dicegah dengan pemanasan pada 62,5"C selama 30 menit atau dengan pemanasan pada71.,5"C selama 1.5 menit. Vaksinasi aktif dapat dikerjakan dengan menyuntikkan antigen yang berasal dari kantong kuning telur bertunas atau dari biakan sel yangtelah diolah dengan formalin. Vaksin yang demikian dibuat untuk tifus epidemik, Rocky Mountain Spotted feaer dan Qfever. Kloramfenikol dapat diberikan untuk pencegahan demam semak di daerah yang endemik. Obat diberikan secara oral 3 gram sekali satu minggu. Tetrasiklin pga dapat diberikan untuk pencegahan.
CHLAMYDIA Suharno Josodiwondo
ORDO : Chlamydiales FAMILI : Chlamydiaceae GENUS
:
Chlamydia
Chlamydia juga dikenal sebagai Miyagawanella atau Bedsonia. Negatif Gram, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Meskipun ukurannya sangat kecil dan hanya dapat hidup intrasel, namun kuman ini bukan termasuk virus melainkan bakteri. Hal ini terbukti dari sifat-sifat berikut yang tidak terdapat pada virus, yaitu memiliki ribosom, RNA dan DNA, dinding sel dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat, mempunyai enzim yang aktif pada metabolisme, membelah secara biner dan pertumbuhannya dapat dihambat oleh obatobat antibakteri. Chlamydia tidak mampu membentuk sendiri senyawa fosfat berenergi tinggi. Energi yang dibutuhkannya diambil dari sel hospes, oleh karena itu kuman ini juga disebut sebagai parasit energi.
0,2-0,4 mikron, mempunyai satu inti dan sejumlah ribosom yang diliputi oleh dinding sel yang terdiri dari beberapa lapis. Badan elementer masuk ke dalam sel dengan cara fagositosis. Di sekelilingnya terbentuk vakuola. Dalam waktu 8 jam badan elementer berkembang menjadi badan inisial yang berukuran 0,8-1,5 mikron. Bentuk ini juga disebut sebagai badan retikuler, isi sel kurang padat jika dibandingkan dengan badan elementer, kadar RNA empat kali lebih banyak daripada DNA dan tidak bersifat infeksius. Empat jam berikutnya b4dan inisial membelah secara biner, membentuk badan intermedier dan kemudian badan elementer. Badan intermedier merupakan bentuk transisi antara badaninisial dan badan elementer. Badan inisial, badan intermedier dan badan elementer terkumpul dalam vakuol di dalam sel, bentuk demikian disebut sebagai badan inklusi. Badan inklusi pada hakikatnya merupakan mikrokoloni kuman di dalam sel hospes. Di dalam sel hospes dapat terbentuk beberapa mikrokoloni kuman jika
Siklus perkembangan Chlamydia berkembang melalui beberapa stadium. Mulai dengan badan elementer yang infeksius. Berbentuk sferis dengan garis tengah 272
terjadi fagositosis terhadap lebih dari satu badan elementer. Pematangan badan inisial menjadi badan elementer disertai dengan meningkatnya sintesis
DNA
dengan cepat sehingga kadar
DNA
dan RNA berimbang. Pada waktu sel hospes
Chlamydia 273
pecah, badan elementer tersebar ke luar dan menimbulkan infeksi pada sel-sel hospes baru. Siklus perkembangan Chlamydia memakan waktu 24 - 48 iam.
Komposisi kuman Chlamydia mempunyai dinding sel yang seruPa dengan dinding sel kuman negatif Gram. Kadar zat lemak relatif tinggi, terutama berupa fosfolipid. Dalam dinding sel terdapat peptidogli kan y angmengandung asam muramat' Pembentukan dinding sel dapat dihambat oleh penisilin dan sikloserin. DNA pada badan elementer,
terkumpul di dalam inti, sedangkan pada badan inisial, DNA tersebar di dalam sitoplasma. Enam puluh persen badan elementer berupa protein, dan paling sedikit terdiri dari 18 jenis asam amino.
Pewarnaan Dengan pewarnaan Giemsa, badan elementer terlihat berwarna ungu, sedangkan badan inisial dan sitoplasma sel hospes berwarna biru. Dalam pewarnaan Gram Chlamydia bersifat negatif Gram. Untuk identifikasi kuman, hasil pewarnaan Giemsa jauh lebih penting daripada hasil pewarnaan Gram. Dengan pe.warnaan Giemsa badan inklusi yang telah matang berupa masa padat di dalam sitoplasma berdekatan dengan inti sel hospes dan terlihat berwarna ungu tua' sedangkan dalam pewarnaan Lugol, badan inklusi Cblamydia tracltomatis terlihat sebagai massa berwarna cokelat, karena mengandung glikogen. Kemungkinan glikogen dihasilkan
sendiri oleh kuman dan bukan oleh sel hospes, karena ternyata pembentukannya dihambat oleh penisilin. Pada umumnya Chlamydia yang menghasilkan glikogen jauh lebih peka terhadap
sulfadiazin dan sikloserin daripada yang tidak. Hasil pewarnaan Lugol untuk mewarnai kuman dalam biakan sel, kepekaanny^ sangat kurang jika dibandingkan dengan hasil pewarnaan lainnya, karena glikogen hanya menyeraP Iodium dalam salah satu fase saja dari siklus perkembangan Chlamydia.
Antigen kuman Chlamydia mempunyai dua jenis antigen, yaitu antigen grup dan antigen spesies. Kedua macam antigen ini terdapat di dalam dinding sel. Antigen grup berupa lipopolisakarida yang tahan panas, nukleasa dan proteinasa, tetapi tidak tahan terhadap periodat (KJO4) dan lesitinase. Sebagian dari antigen grup dapat dipisahkan dengan deoksikolat. Antigen ini mengandung 2'keto'3 de o xy o ct an o ic a c id seperti lip op olisaka rida y ang terdapatpada bakteri negatif Gram. Antigen grup tidak dapat dipakai untuk identifikasi spesies atau strain Chlamydia. Antigen ini dapat ditentukan dengan tes pengikatan komplemen. Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar antigen gruP telah dilepaskan dengan fluorokarbon atau deoksikolat. Antigen ini dapat dimurnikan dengan cara imunoadsorpsi, sebagian berupa protein yang dapat ditentukan dengan imunofluoresensi. Chlamydia tracltornatis terdiri darr 1.4 macam imunotip. Imunotip A, B dan C merupakan penyebab
274
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
penyakit trakhoma yang klasik, imunotip D, E, F, G, H, I, J, K dan M merupakan penyebab konjungtivitis inklusi dan uretritis non spesifik, sedangkan imunotip L I, il dan III merupakan penyebab limfogranuloma venereum. Efek toksik kuman ada hubungannyadengan antigen. Cara netralisasi efek toksik kuman dengan serum anti spesifik, dapat digunakan untuk menentukan imunotip kuman. Chlamydia juga mempunyai hemaglutinin yangsangat labil yang dapat menggumpalkan sel darah merah ayamdantikus. Efek hemaglutinasi dapat dihambat oleh antibodi grup.
mudah dengan cara senrrifugasi. Cara isolasi Chlamydia dengan menggunakan biakan sel merupakan cara rercepat. Chlamydia juga dapat berkembang biak di dalam kantong kuning telur bertunas yang telah berumur 6-8 hari. Cara isolasi yang terakhir memerlukan banyak waktu. Seperti halnya beberapa bakteri lainnya, Chlamydia )uga dapat melakukan metabolisme endogen, tetapi hanya sampai batas-batas tertentu. Kuman juga dapat membentuk COz dari glukosa, piruvat arau glutamat, selain- itu juga mempunya i enzim dihidro genasa. Daya tahan kuman
Metabolisme dan pertumbuhan Karena tidak memiliki sistem enzim penghasil energi sendiri, maka Chlamydia harus menye-
suaikan diri terhadap lingkungan intraseluler. Energi yang diperlukannya diambil dari sel hospes, misalnya benrpa ATP yang merupakan senyav/a fosfat berenersi tinggi. Chlamydia tahan terhadap fagositosis, tidak terpengaruh oleh enzim lisosom dan dapat menghambat sintesis DNA sel hospes. Pada sel hospes terdapat tempat lekat tertentu untuk Chlamydia, jika bagian ini dihilangkan, maka kuman akan sukar masuk ke dalam sel. Chlamydia dapat berkembang di dalam biakan sel, misalnya dari sel HeLa atau sel McCoy. Dalam sel HeLa akan lebih mudah tumbuh jika ke dalam cairan perbenihan ditambahkan dietlrylaminoetbyl (DEAE) dextran, sedangkan untuk sel McCoy dengan Co50 juga memudahkan tumbuhnya kuman di dalam sel. Inokulasi kuman ke dalam sel dapat diper-
Aktivitasnya mudah dihambat dengan pemanasan. Infektivitasnya hilang setelah dipanaskan pada suhu 60"C selama 10 menit. Meskipun pada suhu 37oC,jika dibiarkan selama 3-I2 jam, maka sebagian aktivitasnya akan hilang. Dalam proses liofilisasi (freeze drying) sebagian besar infektivitasnya hilang, tetapi dalam keadaan ini kuman dapat berrahan bertahun-tahun. Dalam eter kuman hanya dapat benahan 30 menir, sedangkan dalam fenol 0,5olo masih dapat bertahan selama 24 jam. Antibiotika dapat menghambat perkembangan Chlamydia. Penisilin dan sikloserin sebagai penghambat dinding sel dapat menyebabkan kelainan bentuk, tetapi untuk pemakaian di klinik terbukti tidak efektif. Tetrasiklin dan eritromisin sebagai penghambat sintesis prorein, terbukti efektif baik untuk pemakaian di klinik araupun di laboratorium. Aminoglikosida dan polimiksin kurang efektif untuk kuman ini.
Chlamydia 275
penyebab psittacosis pada manusia, ornitosis
Hubungan kuman-hospes kali dapat
Dalam suatu infeksi Chlamydia, dicap ai keseirnb an g afl antar a kuman dan ho spes, sehingga sebagai akibatnya kuman dapat meneacap
tap terus dalam hospes untuk waktu yanglama atau bahkan seumur hidup. Dalam tubuh hospes terbentuk antibodi yang hanya memberikan
sedikit efek protektif. Pemberian antibiotika yang cukup lama dapat membasmi kuman dalam
tubuh hospes, namun pemberian pengobatan dalam waktu dini yang diberikan dalam dosis yang kurang kepada penderita yang telah lama
pada burung atau pneumonitis pada kucing.
2.
Cblamydiatrachomatis
Membentuk badan inklusi intrasitoplasma yangpadat dan mengandung glikogen. Pada umumnya peka terhadap sulfonamida. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan penyakit tra-
koma, konjungtivitis inklusi, uretritis nonspesifik, salpingitis, servisitis, pneumonitis pada bayi dan lymphogranuloma venereunT (LGV).
sakit, dapat menekan penyakitnya, tetapi di sam-
ping
itu juga dapat memberikan
kesempatan
Penyebab LGV dapat menimbulkan infeksi
kepada kuman yang bersangkutan untuk terus
pada tikus jika disuntikkan intraserebral, sedangkan penyebab trakhoma dan konjungtivitis inklusi tidak. Kemati^n y^ng mendadak setelah penyuntikan intravena kuman penyebab trakhoma dan konjungtivitis inklusi, terjadi sebagai akibat intoksikasi (toxic death). Jika sebelumnya tikus telah diberikan imunisasi dengan strain kuman yang sama, maka peristiwa tersebut tidak akan terjadi. Kenyataan ini dapat dimanfaatkan untuk penentuan kuman, yaitu dengan cara yang disebut mouse toxicity preoention test.
menetap di dalam jaringan tubuh hospes.
Imunisasi dengan kuman yang masih hidup atau yang telah diinaktifkan dapat mencegah kematian karena efek.toksik, tetapi tidak dapat mencegah infeksi; hanyajika terjadi infeksi, gejala penyakir yangtimbul menjadi lebih ringan.
Klasifikasi Chlamydia dapat dibeda-bedakan atas
dasar
patogenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Pembedaan antigen antaralain dapat ditentukan atas dasar reaksi antigen-antibodi dengarl cara imunofluoresensi, netralisasi toksin dan sebagai-
nya.Dua spesies yang terpenting adalah:
1.
Chlamydia psittaci
Membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang terseb ar secara difus dan tidak mengandung glikogen. Pada umumnya tahan terhadap sulfonamida. Dapat merupakan
Trakhoma Trakhoma dan konjungtivitis inklusi merupakan penyakit yang sama-sama mengenai mata bagian luar. Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dari golongan Trachoma Inclusion Conjunctioit^ (TRIC). Pada hakikatnya penyakit ini hanya menimbulkan infeksi pada manusia, tetapi luga dapat ditularkan pada
276
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
rimata tertentu
den gan gei ala y ang rin gan.
Jika tikus, pada diinokulasikan secara intranasal dapat menyebabkan pnuemonia fatal. Penyakit trakhoma sudah dikenal seiak zaman dahulu, merupakan penyakit yang eral hubungannya
p
dengan kemiskinan dan sebagai saiah satu Penye-
bab kebutaan. Tracboma berasal dari perkataan Yunani yang arlinya hasar, suatu kenyataan yang sesuai dengan gambaran konjungtiva yang terkena infeksi. Penyebab utama dari penyakit ini terdiri dari Chlamydia trachomatis rmunotip
A, B dan C. Pada penderita trakhoma dapat ditemukan
hipertrofi folikuler dari konjungtiva
tarsalis
bagian atas. Jika penyakitnya bertambah berat akan terlihat reaksi peradangan yang ditandai dengan hipertrofi papuler atau folikuler konjungtiva dan akan terlihat adanyaeksudat muko-
purulenta 50olo kasus trakhoma disertai infeksi sekunder oleh bakteri lain. Pada kerokan bahan folikel akan ditemukan sel-sel epitel kornea dan konjungtiva yang mengandung badan inklusi intrasitoplasma. Pada kornea terlihat vaskularisasi, kemudian dapat terbentuk pannus dan parut sekunder yang dapat mengakibatkan kebutaan total ataupun sebagian. Penyakit ini dapat diobati dengan sulfonamida atau tetrasiklin, tetapi memerlukan pengobatan jangka panjang dengan penyembuhan yang kurang sempurna. Kekebalan yang ditimbulkannya kurang efektif, yang terbukti dengan sering dijumpainya reinfeksi atau relaps. Penderita menunjukkan hasil tes Frei negatif. Dalam tubuh penderita terbentuk antibodi yangdapat
mengikat komplemen yangluga dapat bereaksi dengan antigen psittacosis atau sejenisnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa tes pengikatan komplemen tidak cukup khas untuk diagnosis dan tidak dapat membedakan trakhoma dari konjungtivitis inklusi. Kesulitan ini dapat diatasi dengan tes mikroimunofluoresensi. Konju ngtivitis inklusi
Konjungtivitis inklusi atau inclusion blenorrhea atau slaimnting pool conjunctiaitis merupakan konjungtivitis benigna y ang dapat dijumpai pada bayi yang baru lahir atau pada orang dewasa. Secara klinis berbeda dari trakhoma karena tidak dijumpai pannus dan parut pada kornea. Meskipun dianggap sebagai self limiting disease namun penyakit ini dapat menetap selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun pada orang dewasa.
Kuman penyebab penyakit ini dapat ditanam pada kantong kuning telur bertunas dan mem-
bentuk badan elementer. Bahan pemeriksaan dapat berasal dart cervix seorang ibu atau mata seorang bayi. Hasil biakan tersebut dapat menyebabkan konjungtivitis mukopurulenta pada kera cynomolgus, tetapi tidak mempengaruhi kornea. Kuman ini juga dapat ditanam pada biakan sel dan nampak sangat serupa dengan penyebab trakhoma. Mikroorganisme penyebab
penyakit ini termasuk Chlamydia tracbomatis imunotip E sampai dengan K. Masa tunas pada bayi yang baru lahir antara 5-t2hari. Penyakit ini timbul secara mendadak dan ditandai dengan infiltrasi konjungtiva dari
Chlamydia 277
kelopak mata bagian bawah yang disertai dengan eksudat purulenta. Konjungtiva terlihat menebal, terdapat infiltrasi sel polimorfonuklear pada jaringan epitel dan teriihat adanyabadan inklusi
basofilik intrasitoplasma yang tidak dapat dibedakan dari trakhom a. Badan inklusi sebaiknya dicari daribahan yang berasal dari kerokan epitel dan bukan dari eksudat. Kadang-kadang penyakit-
nya berat, dengan pembentukan pseudomembran, namun secara klinis masih mudah dibedakan dari gonorrhoea. Stadium akut berlangsung dua minggu, kemudian gejalanyamenurun secara bertahap, tetapi kelainan kornea tidak kembali normal dalam beberapa bulan dan dapat tetap menunjukk an adany a rnfiltrasi selama satu tahun. Pada orang dewasa penyakit ini timbul sebagai konjungtivitis folikuler yang akut dengan sedikit sekret dan pembesaran ringan kelenjar periokuler. Folikel yang ditemukan terlihat sama dengan yang ditemukan pada trakhoma, tetapi hipertrofi lebih nyata terlihat pada kelopak mata bagian bawah, tidak ada perubahan pada kornea dan pada pemeriksaan mikroskopik bahan folikuler tidak menunjukkan perubahan nekrotik. Penyakit ini secara klinis sukar dibedakan dari bentuk konjungtivitis folikuler akut lainnya, sehingga diagnosis haius ditegakkan atas dasar adanya badan inklusi. Penyakit ini pada orang dewasa dapat sembuh spontan tanpa meninggalkan kelainan pada kornea ataupun konjungtiva, tetapi penyakitnya cenderung berlangsung lebih lama darrpada yarg terdapat pada bayr. Meskipun sebenarnya penyakit ini merupakan penyakrt pada mata, namun dapat pula me-
nimbulkan infeksi pada traktus urogenitalis yang ditularkan lewat kelamin. Badan inklusi dapat ditemukan dalam kerokan traktus urogenitalis ibu dari bayi y angsakit, infeks inya padaumumnya terbatas pada muara serviks bagian luar dan pada epitel transisi yang secara histologi serupa dengan epitel konjungtiva. Infeksinya pada seorang wanita mungkin tidak mengakibatkan gejala apapun, tetapi sebaliknya menimbulkan gejala uretritis pada seorang pria. Bayi pada waktu lahir terkena infeksi dari ibunya, sedangkan orang dewasa seringkali terkena infeksi di kolam renang yang telah tercemar oleh seseorang dengan infeksi pada traktus urogenitalisnya. Konjungtivitis inklusi dapat merupakan penyakit j ab atan dar r p ar a ahli kebidan an dan p enyakit kandungan. Serum penderita memberikan hasil tes pengikatan komplemen positif dengan antigen grup, tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk diagnosis. Penyakit pada bayi tidak dapat dicegah dengan pemberian perak nitrat, tetapi penyakitnya dapat diobati dengan sulfonamida atau tetrasiklin yang diberikan secara topikal.
lnfeksi genital Chlamydia trachomatis dari golongan TRIC merupakan penyebab uretritis non spesifik (NSU =
'$flanita dapat mengannon spesifi.c uretbritis). dung kuman ini dalam waktu lama tanpa menunjukkan gelala-gelaIa pada traktus urogenitalisnya. Penderita gonorrhoea setelah mendapat pengobatan penisilin sering menderita NSU. 4Oo/o darr NSU disebabkan oleh Chlamydia
278
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
tracbomatis golongan TRIC (fracb oma Inclusion
artritis, kelainan konjungtiva dan
Conjunctiviti).
terkenanya susunan saraf pusat. Pada stadium ketiga timbul sindroma uretrogenitoperineal. Pada wanita dapat ditemukan
Ly m p hog ra n u I o m
a ve ne re u m
Lymphogranuloma penereum atau LGV merupa-
kan penyakit venerik yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis imunotip L I, il dan III. Penyakit ini juga disebut clirnatic bubo, tropical bubo, lymphopathia aenereum atau lympbogranuloma inguinale. Lymphogranulorna ingwinale
harus dibedakan dari granuloma inguinale, karena yang terakhir bukan disebabkan oleh Chlamydia tracbomatis melainkan oleh Donoaania granwlornatis. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis dengan alasan yang masih kurang jelas, apakah ada hubungannya dengan iklim yang panas dan lembab ataukah karena keadaan sosial ekonominya yang masih
gejala-gejala
elefantiasis nondestruktif dari labia dan klitoris yang disebut estiomene, sedangkan pada pria dapat ditemukan kelainan pada penis dan skrotum. Jika rektum dan anus terkena dapat mengakibatkan terjadinya stenosis arau srrikrura pada rektum. Penyakit ini dapat diobati dengan sulfonamida atau tetrasiklin. Binatang percobaan. Jika kuman diinokulasikan secara intraserebral pada rikus, akan teradi leptomenin gitis den gan
gej ala-gejala inko o rdinasi, lemas dan paresis, selanjutnya 3Oo/o dart tikus tersebut akan mati. Jika kuman diinokulasikan secara intranasal dapat terjadi pneumoj
nitis, tikus dapat mati dalam waktu 1 minggu.
rendah. Pada penyakit ini lesi primer berbentuk
Pada pemeriksaan akan ditemukan alveolitis des-
vesikuler atau herpetiformis, terdapat pada glans penis atau pada praeputium, pada labium bagian
kuamativa
posterior, dinding vagina atau serviks, kadangkadang dapat ditemukan di dalam uretra atau di daerah anus. Jika vesikel pecah akan meninggalkan parut. Lesi tersebut tidak sakit dan seringkali sukar ditemukan. Pada stadium kedua terjadi invasi sistem getah bening. Kelenjar getah bening setempat terkena, temtama kelenjar inguinal, sedangkan pada wanita luga disertai kelenjar-kelenjar getah bening di daerah pelvis, membesar, tidak nyeri dan membentuk bubo. Kemudian timbul gejala-gejala umum dan setempat, demam dan sakit-sakit seluruh tubuh, bahkan pada beberapa kasus dapat ditemukan
kuman penyebabnya dapat ditemukan di dalam jaringan yang terkena.
den gan p er adangan
noduler di sekitar
kapiler dan saluran getah bening, sedangkan
Penyakit ini dapat ditularkan pada kera jika kuman diinokulasik an p ada p r dep ut iuft]ny a, kelenjar getah bening atau jarrngan rektum. Pada binatang tersebut akan teijadi reaksi peradangan yang khas. Kera juga dapat ditulari penyakit dengan inokulasi kuman secara intraperitoneal, intraokuler atau intranasal, tetapi tidak secara intravena atau intraserebral. Imunitas: Infeksi yang tidak diberikan pengobatan cenderung untuk menahun, kuman peny ebabnya akan menetap berrahun-tahun. Tidak
Chlamydia 279
banyak diketahui renrang adany aimunitas aktif.
Terbentuknya antibodi dapar diketahui dengan tes pengikatan kompiemen. Hasilnya akan lebih khas, jika serum penderita terlebih dahulu di adsorpsi dengan antigen heterolog. Serum penderita sifiiis pun dapat memberikan hasil tes positif yang tidak khas. Serum dengan titer ., yang disertai gambaran klinis yang khas dianggap mempunyai nilai diagnostik, peningkatan titer dianggap mempunyai nilai yang lebih tinggi. Antibodi spesifik dalam serum penderita dapat ditentukan dengan tes mikroimunofluo,"
resensi.
Adanya hipersensitivitas pertama kali diketahui oleh Frei, yaitu berupa reaksi tipe lambat terhadap suntikan intradermal bahan yaflg mengandung kuman. Hipersensitivitas akan berkembang 1-6 minggu setelah infeksi dan dapat tetap positif seumur hidup. Reaksinya dapat menjadi negatif selama pengobatan dengan sulfonamida. Antigen Frei asli berupa larutan pus yang diencerkan l/5 dengar air garam faal dan disterilkan dengan pemanasan. Antigen yang diolah dari otak tikus yang telah terkena infeksi tidak memberikan reaksi yang khas, oleh karena itu tidak dapat dipakai. Sebagai gantLnyadapat dipakai antigen yang diolah dari kantong kuning telur yang telah diinokulasi dengan kuman, bahan ini disebut antigen Lygranum. Hasil tes ini tidak khas untuk LGV, karena antigen grup ikut serta di dalamnya, sehingga penderita dengan infeksi Chlamydia lainnyapun dapat memberikan hasil tes yang positif. Suatu modifikasi beberapa antigen dengan cara ekstraksi asam, ternyata dapat
memberikan hasil res yang jauh lebih spesifik. Hanya karena pembuatannya sukar, maka antigen ini belum dapat dipakai secara umum. Tes Frei dikerjakan dengan menyunrikkan ,: .: ::,; antigen secara intradermal (intrakutan) pada lengan bawah kiri, sebagai kontrol pada lengan kanan disuntikkan larutan kantong kuning telur normal atau garam faal (tergantung dari antigen yang dipergunakan). Hasil tes dibaca setelah 48-96 jam. Hasilnya positif jika timbul nodul inflamasi pada tempat sunrikan dengan garis tengah paling sedikit 6 mm lebih lebar darrpada tempar suntikan kontrol. Eritem yang timbul ditempat suntikan tidak ikut dinilai. Epidemiologi. Penyakit ini tersebar di selu-
ruh dunia dan terurama
ditemukan pada golongan dengan keadaan sosial ekonomi rendah. Pada umumnya ditularkan lewat hubungan
kelamin. Dikenali adanya infeksi mara dengan sindroma okuloglanduler. Infeksi primernya dapat ditemukan dalam rongga mulut, berupa lesi vesikuler yangtidak nyeri dan dapat disertai pembengkakan lidah. Dapat terjadi infeksi pada perawat yang bertugas membersihkan penderita atau pada ahli bedah yang melakukan ekstirpasi kelenjar.
Psittacosrs (Ornithosis) Psittacosis merupakan
penyakit pada burung
yang dapat ditularkan kepada manusia. Kuman penyebabny a, Chlamydia psittaci, masuk ke dalam tubuh manusia lewat traktus respiratorius. Dalam
iangka waktu dua rninggu kuman dapat ditemukan di dalam darah, jika paru-paru pasien mulai
280
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
terkena, maka kuman juga dapat ditemukan di dalam dahak. Psittacosis menimbulkan bercak-bercak peradan gan pada p aru-p aru, bagian-b agian yan g
telah
menyembuh terlihat berbatas tegas. Eksudat terutama mengandung sel-sel mononuklear. Pada bronkus hany a ditemukan kelainan sedikit. Lesi
serupa dengan pneumonitis yang disebabkan oleh virus atau Mycoplasma. Hati, limpa, jantung dan ginjal sering mengalami pembesaran dan kongesti. Masa tunas rata-r^ta 10 hari. Penyakitnya berlangsung secara mendadak, terjadi malaise, demam, tidak napsu makan, fotofobia dan sakit kepala hebat. Penyakitnya mungkin tidak berkembang lebih lanjut dan pasien mulai membaik dalam beberapa hari. Pada kasus yang berat, tanda-tandapneumonia mulai timbul pada akhir minggu pertama. Gambaran klinisnya dapat menyenrpai influenza, pneumonia atipis atau demam tifus. Pada orang tua mortalitasnya dapat mencapai20o/o.
Bahan pemeriksaan dapat berasal dari darah
atau dahak, sedangkan dari pasien yang telah meninggal dapat diambil j aringan paru-parunya. Bahan pemeriksaan diinokulasikan pada tikus secara intra-abdominal, pada kantung kuning telur bertunas atau pada biakan sel. Kuman yang berhasil ditemukan diidentifikasikan dengan anti serum standar dengan cara pengikatan komplemen, teknik fluoresensi z t anti, atau dengan tes netralisasi pada tikus. Dalam waktu 10 hari mulai terbentuk antibodi dalam tubuh pasien, dengan pemberian antibiotika pembentuk-
annya dapat terhambat samp ai 2-40 hari atau bahkan dapat tertekan sama sekali. Serum pasien
infeksi Chlamydia lainnya juga dapat memberikan hasil tes pengikatan komplemen yang positif dengan antigen psittacosis. Pasien dapat tetap menunjukkan titer yang tinggi selama berbulan-bulan, bahkan pada seorang karier dapat tetap menunjukkan titer yang tinggi selama bertahun-tahun. Sementara itu imunitas yang timbul bersifat tidak lengkap. Tetrasiklin merupakan obat pilihan, kuman tidak peka terhadap obat-obat golongan aminoglikosida dan kebanyakan strain tidak peka terhadap sulfonamida. Meskipun pemberian antibiotika dapat menghilangkan gejala kliniknya, namun tidak selalu berarti bahwa pasien telah bebas dari kuman penyebabnya, sehingga sebagai akibatnya pasien bersangkutan dapat menjadi seorang karier. Strain kuman juga dapat menjadi resisten terhadap obat, namun jelas dengan diperkenalkannya pengobatan antibiotika, mortalitasnya menurun dart 20o/o menjadi 2o/o. Kematian pada umumnya terjadi pada pasien yang berumur 40-50 tahun. Epidemiologl. Kuman masuk ke dalam tubuh manusia lewat traktus respiratorius. Bahan infeksius yang berasal dari hewan, misalnya tinja yang telah mengering, secara tidak sengaja terhisap ke dalam paru-panr manusia. Penularan langsung secara kontak dengan binatang yang telah terkena infeksi, jarangterjadi. Kakatua dan burung parkit merupakan reservoir utama. Jika burung-burung ini dipelihara di dalam kandang, dapat merupakan sumber penyakit yang ende-
Chlamydia 281
mis dalam suatu peternakan unggas. Kemungkinan adanyabinatang mengerat sebagai sumber infeksi bagi manusia, masih belum diketahui dengan pasti. Dalam keadaan tertentu infeksi dapat ditularkan dari manusia ke manusia, hal yang demikian dapat terjadi di rumah sakit, misalnya penularan dari pasien kepada petugas yang merawatnya. Karena sangat kontagius, maka sering terjadi penularan di laboratorium Pencegahan. Untuk pencegahan ke dalam makanan unggas dapat ditambahkan tetrasiklin. Carayangdemikian ada kurang baiknya, karena dapat mempercepat timbulnya kuman yang
resisten terhadap antibiotika tersebut. Vaksin untuk ornithosis ternyata tidak bermanfaat. Unggas yang dikirim, terlebih dahulu diamati di dalam karantina, yang terkena infeksi segera di-
matikan. Untuk menentukan adanya ornitbosis pada kalkun, ada yang menganjurkan pemakaian tes intradermal. Kepada para pekerja dalam suatu peternakan unggas hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan diberikan perlindungan terhadap kemungkinan terkena infeksi dari bahan-bahan infeksius yang berasal dari lingkun gan kerjanya.
MYCOPLASMA Suharno Josodiwondo
ORDO : Mycoplasmatales FAMILI : Mycoplasmataceae GENUS : Mycoplasma
agak datar, pinggirnya bening (translwscent), bagian
tengah keruh din granuler. Kuman tumbuh jauh ke dalam agar danmembentuk penampilan seba-
.
Permukaan koloni dapat mengadsorpsi sel darah merah. Membentuk zona hemolisis. Tumbuhnya sangar lambat, 5-10 hari atau bahkan lebih. gal
Dahulu disebut Pleuropneumonia-Like Organis m (PPLO). Bersifat negatif Gram. Merupakan prokariota paling kecil dan paling sederhana yang masih dapat melakukan . Bersifat sangat pleomorf, karena tidak mempunyai dinding sel yang kaku dan hanya terbungkus oleh tiga lapis membran. Micoplasma peka terhadap tetrasiklin dan eritromisin, tetapi tahan terhadap penisilin, sefalosporin dan vankomisin. Dapat tumbuh/berkembang biak dalam perbenihan tanpa sel, dan pertumbuhannya dihambat oleh antibodi spesifik. Kuman ini mempunyai afinitas terhadap membran sel hospes (dari saluran kemih atau saluran napas). Pada umumnya bersifat anaerob fakultatif, suhu pertumbuhan optimum ,: '' : , dan pH optimum 7. Untuk tumbuhnya perlu kolesterol dan asam iemak rantai panjang, sedangkan sumber energi utama didapat dari glukosa atau arginin.
Beberapa spesies yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia:
-
tr[ycoplasma pneurnoniae merupakan penye-
-
fulycoplasma hominis merupakan
bab Primary Atypical Pneumonia.
flora nor-
mal traktus urogenitalis. Dapat menimbulkan acute afebrile respiratory illness dengan eksudat pada tenggorokan dan tonsil.
-
Ureaplasma urealyticum dahulu disebut Mycoplasma T Strain. Untuk tumbuhnya perlu urea
Merupakan flora normal traktus urogenitalis, dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis. Pada wanita kuman ini juga dapat menyebabkan korioamnionitis, sehingga pada ibu hamil dapat mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Kuman ini peka terhadap obat golongan aminosiklitol, misalnya spektinomisin. 10olo.
Koloni kuman Ukuran koloni kuman sangat kecil, garis tengahnYa antara , berbentuk bundar 282
Mycoplasma 283
Pemeri ksaan
laboratorium
Bahan pemeriksaan dapat berasal dari usap teng-
gorok, sputum, eksudat, sekresi saluran napas' uretra dan genitalia. Pemeriksaan mikroskopik langsung tidak mudah, sehingga perlu pembiakan.
Kultur pada perbenihan padat suhu 3ZoC perlu waktu 3-10 hari. Kultur pada perbenihan cair perlu waktu 48-96 jam, dan untuk itu dapat dipakai perbenihan beart infusion pepton broth dengan agar 2o/o dan cairan asites 30olo, serum kuda atau kelinci. Untuk pemeriksaan serologik digunakan tes pengikatan komplemen dengan antigen glikolipid hasil ekstraksi biakan Mycoplasma dengan kloroform metanol. Tes hambatan hemaglutinasi dengan menggunakan tanned red celk yang telah diolah dengan antigen Mycoplasma. Selain itu juga ada tes imunofluoresensi indirek.
Primary Atypical Pneumonia Mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab yang utama, selain itu juga dapat disebabkan Y trus, lainnya Penyebab respiratory synqttial virus. Chlamydia dan Rickettsia (Coxiella bwrnetii). Perlu dibedakan dari pneumonia lobaris yang
oleh virus artar alain adenovirus, infl uen za
stitialis dan peribronkialis atau bronkiolitis dengan nekrosis. Pada pemeriksaan darah terlihat jum-
lah leukosit dan hitung jenis normal. Dari hasil kultur sputum dan usap tenggorok' Mycoplasma ditemukan pada awal penyakit. Dengan cara imu-
nofluoresensi, kuman dapat ditemukan dalam sel mononuklear dari usap tenggorok. Antibodi dapat dideteksi dengan reaksi pengikatan komplemen, imunofluoresensi, hemaglutinasi, dan hambatan pertumbuhan kuman. Sebagai reaksi tidak spesifik dapat dijumpai adanya cold hernagglutinin terhadap golongan darah O (50"/"). Pada pasien yang tidak diobati, titernya terus meningkat setelah minggu sakit ke m/IV. Titer t/32 ke atas menyokong diagnosis infeksi Mycopl as m a pn ew mon ia e. Untuk pengobatan dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin, vaksinasi hanya memberikan sedikit perlindungan (a5-67o/.). Perlu diketa-
hui bahwa infeksi Mycoplasma pneumoniae ber' sifat endemik dan dapat ditemukan di seluruh dunia.
disebabkan oleh pnemokokus.
Bentuk kuman dengan kelainan pada dinding sel (wall-defective microbial forms) Dinding sel kuman atau sebagian dari komponennya dapat dihilangkan secara hidrolisis
Masa tunas 1-3 minggu, secara klinis dapat dijumpai keluhan rasa lesu, demam, sakit kepala,
dengan menggunakan lisozim, atau dengan cara menghambat biosintesis peptidoglikan dengan
sakit tenggorokan, batuk dan nyeri dada. Dalam sputum dapat dijumpai bercak-bercak darah.
menggunakan antibiotika misalnya penisilin. Sebagai akibatnya dapat terbentuk protoplas atau sferoplas yang berbentuk sferis yang dapat tetap utuh dalam larutan hipertonis (osmotik sensitif). Tidak bergerak, tidak membelah, dan
Pada foto toraks dapat dijumpar patcl'ry pneu'
monic process, sedangkan secara patologi anatomik dapat dijumpai gambaran pneumonitis inter-
284
Buku Ajar Mikrobiologi Kddokteran
tidak membentuk dinding sel baru. Pada umumny a tahan terhadap bakteriofaga. Protoplas pada umumnya berasal dari kuman positif Gram. Pada permukaannya tidak terdapat komponen dinding sel, hanya ada membran sitoplasma. Sferoplas terutama berasal dari kuman negatif Gram, pada permukaannya masih terdapat komponen dinding sel berupa polisakarida dan lipoprotein. Varian fase-L (L-form bacteria) dapat terjadi pada Proteus rsulgaris, Escbericbia coli, beberapa jenis Haemophilus dan Salmonella sp. dan
Streptobacillus moniliformis. T erbentuk karena suhu rendah, adanya bakteriofaga, penisilin, atau
serum anti. Berupa massa plotoplasma lunak berbentuk sferis besar (sebesar leukosit) atau sebagai granula sangar kecil 0,175-0,25 prm. Secara morfologik sempa Mycoplasma, tetapi dalam perbenihan cair tidak tumbuh arau tumbuh kembali seperti kuman asalnya. Bentuk L tidak menimbulkan masalah di klinik, karena sensitif terhadap antibiotika dengan efek proteolitik, misalnya tetrasiklin atau eritromisin.
Bagian lV VIROLOGI DASAR
285
286
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
PENDAHULUAN Agus Syahrurachman
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh vrrus
telah digambarkan beberapa abad yang lalu di dalam data-data arkeologik. Misalnya pada 400 S.M. Aristoteles menemukan penyakit rabies, penyakit viral pertam a pada binatang yang diketahui, dan yang oleh Celius Aureliarus disebut sebagai lrydropbobia.
Namun demikian, sampai beberapa
abad
kemudian virus sebagai penyebab penyakit belum
dapat ditemukan. Eksistensi virus baru diketahui pada akhir abad 19. Dmitri Iwannowski pada tahun 1892 mungkin merupakan orang pertama yang melaporkan penularan infeksi oleh filtrat saringan bakteri pada tembakau dan menyebabkan penyakit mosaik pada tanaman tersebut. Pada tahun 1898 Martinus Beijerink menyat akan b ahwa p enyeb ab inf eksi p ada frltr at suci bakteri tersebut adalah hidup dan tak berbentuk partikel, serta memb erurtya nama Contagium ,uirtum fluidum atau 'uirus yang berarti racun.
Kemudian berturut-turut pada tahun 1900 ditemukan virus demam kuning oleh \flalter Reed; 1906 ditemukan partikel virus vaccinia oleh Paschen yang kemudian terkenal dengan nama badan elementer Paschen; Twort pada tahun 191.5 danD'herelle pada tahun 1917 dalam
penyelidikan terpisah menemukan virus yang menyerang bakteri dan diberi nama bakter rofaga; 1 9 3 3 ditemukan virus tumori genik p ada mammalia oleh Shope dan1934 Rous serta Reard menunjukkan bahwa virus-virus lersebut dapat menyebabkan tumor pada binatang. Sejak saat itu perkembangan virologi menjadi lebih pesat. Tercatat dalam sejarah beberapa penemuan yang memberi landasan yang kokoh dalam virologi. Dalam bidang morfologi misalnyaLuna dan Anderson pada tahun 1942 mempenunjukkan penggunaan mikroskop elektron untuk melihat morfologi partikel virus; \Tilliams dan \Tyckoff pada tahun 1944 mempergunakan teknik sbadow casting pada penelitian virus dengan mikroskop elektron. Dalam bidang reproduksi virus tercatat fuvers pada tahun L928 yangmenyatakan bahwa untuk reproduksi virus diperlukan sel hidup; Good, Pasteur dan kawan-kawan menemukan teknik pembiakan virus dalam telur ayam bertunas pada tahun 1946 dan dikembangkan oleh Beveridge dan Burnet untuk mengasingkan dan membiakkan virus rnfTuenza, yang selanjutnya berkembang lagi menjadi teknik hitung bintik (pock cownting tecbnique) dengan menghitung pock forming unit (PFTJ) untuk menetapkan potensi
287
288
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
virus vaccinia-variola. John Enders pada tahun 1952 berhasil membiakkan virus Poliomielitis yang neurotropik di dalam biakan jaringan sel 'kera; Renato Dulbecco menemukan teknik pla4ue untuk menentukan titer infektivitas virus secara in vitro dengan menghitung plaque forming unit (PFU). Dalam bidang imunologi tercatat Hirst pada tahun 1941 menemukan fenomena hemaglutinasi pada virus inflienza, kemudian Theiler dan Smith, Sabin dan Enders berturut-turut berhasil mengembangkan vaksin virus demam kuning, virus poliomielitis dan virus morbili. Berbagai penemuan baru dalam bidang virologi terus terjadi, walaupun demikian masih banyak t^nt^ngan yang dihadapi untuk memecahkan persoalan-persoalan penyakit akibat infeksi virus, baik dalam bidang patogenesis, diagnosis, pengobatan, pencegahan maupun rehabili-
tasinya.
Virus sampai sekarang diketahui merupakan organisme terkecil dan berdasarkan trofismanya dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: l. Virus binatang, untuk selanjutnya yang dibicarakan hanya golongan virus ini. 2. Virus tanaman tinggi 3. Virus bakteri dan jamur seperti bakteriofaga yang menyerang bakteri, aktinofaga y^ng menyerang actinomyce s, zimof.aga yang menyerang jamrr, sianofaga yang menyerang rydnoplryceae.
Berdasarkan besar dan kemajemukaflnya, mikroorganisme bersel tunggal dapat disusun mulai dari yang terbesar dan termajemuk sampai
yang terkecil dan tersederhana adalah protozoa,
sel ragi dan beberapa jenis jamur, kuman, mikoplasma, riketsia dan klamidia. Mikroorganisme tersebut di atas disebut mikroorganisme sejati, sebab selain mengandung DNA'sebagai sumber informasi generik, juga mempunyai peralatan sendiri untuk membentuk makromolekul dan energi seperri asam ,rrrtl."r, protein, karbohidrat dan lipid untuk keperluan pertumbuh an danmengadakan reproduksi dengan pembelahan biner.
Virus ternyata menempati tempat
khusus,
bukan hanya karena strukturnya sederhana dan ukurannya yang terkecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, tetapi juga karena sifat-sifatnya yang khusus. Asam nukleat virus
dapat berantai tunggal atau ganda, RNA atau DNA; virus tidak mempunyai ribosom, mitokondria atau organel lainnya untuk membentuk protein dan energi. Berbeda dengan mikroorganisme lain, virus tidak dapat tumbuh dan berkembang biak pada media mati. Pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan sel hidup. Hal ini karena komponen virus dibuat dengan bantuan peralatan sel hospes/pejamu .yang diserangnya. Karena itu virus merupakan parasit obligat intrasel. Pembentukan komponen virus tersebut dimungkinkan karena virus yang merupakan parasit pada tingkat genetis, setelah menginfeksi sel, genomnya akan mempengaruhi kontrol mekanisme sintetik sel hospes. Perbedaan virus dan mikroorganisme ^ntara lain dapat dilihat pada Tabel 28.1. Seperti yarrg
Pendahuluan 289
Tabel zg.t PERBEDAAN DI ANTARA MIKROORGANISME
Pembiakan Pembiakan
Mikroorganisme pada media mati Bakteri Mikoplasma Riketsia
Klamidia Virus
+ +
Kepekaan terhadap
dengan pembelahan
Asam nukleat
Ribosom
+ + + +
DNA dan RNA DNA dan RNA DNA dan RNA DNA dan RNA DNA atau RNA
+ + + +
telah diterangkan di atas, virus adalah parasit pada tingkat genetis. Karenanya virus mampu menimbulkan berbagai ragam penyakit. Banyak penyakit viral yang bersifat menular dan sering menimbulkan kematian seperti rabies, demam kuning, hepatitis, demam berdarah, cacar dan sebagainya. Banyak pula virus yang menyebabkan penyakit yang bersifat sangat menular dan menyebabkan terjadinya wabah sampai wabah raya, seperti virus iniluenza, virus cacar, virus parotitis, virus respiratory syncytial, rhinovirus dan sebagainya.
Selain itu virus dapat Trga menimbulkan kelainan sampai kematian janin, jika terjadi infeksi pada wanita hamil. Penyebaran virus terhadap janin dapat terjadi melalui ovum, amnion, maupun peredaran darah. Kelainan patologis yang terladi pada janin tergantung pada kemampuan virus menginfeksi ibu, menyebar pada janin dan kemampuan virus menyebabkan kelainan pada janin baik secara langsung maupun dengan cara mempengaruhi lingkungan janin.
Interferon Antibiotik + + + + +
Beberapa virus telah diketahui dapat menye-
babkan kelainan sampai kematian 1anrn, antara
lain: rubelavirus, cytomegalovirus, mungkin pula herpes simpleks virus, varisela-zoster virus dan coxsackie B virus. Dari percobaan-percobaan pada binatang telah diketahui bahwa beberapa virus dapat menyebabkan terjadinya tumor, misalnya beberapa retrovirus, adenovirus, papovavirus dan herpesvirus. Pada manusia virus Epstein-Barr diduga merupakan penyebab tumor limfoma Burkitt, karsinoma nasofaring dan mononukleosis infeksiosa; sementara Human papilomavirus dihubungkan dengan karsinoma ieher rahim, karsinoma kulit dan mukosa lain. Virus adalah mikroorganisme terkecil, karenanyaia dapat melewati saringan kuman, sehingga oleh Beijerinck disebut contagium aiaum fluidunt. Selarn itu virus juga mempunyai tropisma tertentu, ada virus neurotropik, virus pneumotropik, virus dermatotropik, virus viserotropik dan virus pantropik. Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, Horne dan Tournier (1966) adalah:
290 1.
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukledt (RNA) atau asam deoksiribonukleat
6.
(DNA), akan tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus. 2.
Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu terdiri dari pembungkus yang
sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus.
7.
Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya.
8.
Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam
mengelilingi/melindungi asam nukleat. J.
4.
Virus mengadakan reproduksi hanya dalam se1 hidup, yaitu di dalam nukleus, sitoplasma atau di dalam kedua-duanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup.
Virus tidak mempunyai informasi genetik sistem Lipman untuk sintesis energi berpotensi tinggi.
5.
Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner (binary fi.ssion). Partikei virus baru dibentuk dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat infektif.
Asam nukleat parrikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim sel hospesnya,
sel hospes
9.
tidak lama sebelum dibebaskan.
Selama berlangsungnya proses pembebasan,
beberapa partikel virus mendapat selubung
Iuar yang mengandung lipid protein
dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes.
10. Partikel
virus lengkap disebut airion dan terdiri dari inti asam nukleat yangdikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang
disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid.
STRUKTUR DAN STABILITAS VIRUS Agus Syahrurachman
simetri yang dikenal, yaitu simetri heliks dan simetri ikosahedral.
Morfologi dan komponen virus Virus merupakan mikroorganisme terkecil yang pernah dikenal. Umumnya tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, kecuali poxvirus. Ukuran virus bervariasi mulai dari poxvirus yang kira-kira 300 x 25a x 100 nm sampai parvovirus yang kira-kira berdiameter 20 nm. Karena itu, mudah dimengerti iika morfologi virus baru diketahui setelah dikembangkan mikroskop elektron dan metode difraksi
Bentuk simetri ikosahedral adalah bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi.
tertentu. Pada picornavirus terdapat 60 kapsomer, adenovirus252 kapsomer, herpesvirus 162 kapsomer, papovavirus 72 kapsomer. Reovirus
menduduki kelas tersendiri karena
sinar X.
Inti virion merupakan
ini mempunyai
aksis rotasi berganda. Karena keteraturannya, jumlah kapsomer yang ada pada virion dapat dihitung dengan rumus
Bentuk
asam nukleat yang
seringkali bergabung dengan protein sehingga disebut nukleoprotein. Di luar nukleoprotein terdapat lapisan protein lain sebagai pembungkus yang dikenal sebagai bapsid. Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikat satu sama lain dengan ikatan nonkovalen. Kapsid melindungi asam nukle at dart pengaruh ekstraseluler, mempermudah proses penempelan dan mungkin pula proses penembusan ke dalam sei. Polipeptida yang menyusun kapsid dapat sama, dapat pula tidak. Agar dapat melindungi asam nukleat, molekutr polipeptida harus tersusun simetris, dan sampai saat ini hanya dua jenis
ia
mem-
punyai dua lapis kapsid, yang keduanya tersusun menurut simetri ikosahedral. Pada simetri heliks, asam nukle^t yang me-
manjang dikelilingi oleh molekul-molekul protein yang tersusun seperti spiral, sehingga hanya mempunyai satu aksis rotasi. Contoh simetri demikian ditemui pada myxovirus dan rhabdovirus.
Hanya lima kelompok virus yang terdapat dalam keadaan telanjang, yaitu picornavirus, reovirus, adenovirus, papovavirus dan parvovims. Sedangkan pada virus-virus lainnya, di luar dari kapsid terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein dan lipid, dimana spike glikoprotein (peplomer) menempel. 291
292
Buk'u Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Tabel29-l MORFOLOGI VIRUS BINATANG
Virus DNA
Virus DNA
Parvoviridae Papovaviridae Adenoviridae Herpesviridae Poxviridae
Sferis Sferis Sferis Sferis
Picornaviridae
Sferis Sferis Sferis Sferis Sferis Sferis Sferis
20
45-55 z0-80
Flaviviridae Togaviridae Bunyaviridae Arenaviridae Coronaviridae
Retroviridae
+ +
150
Brickshaped
100x240x300
20-30 40-60 60-70 90-100
+ + + + + + + + +
85-1,20
80-120 100-200
Orthom;.xoviridae Sferis/filamenosa
80-120
Paramyxoviridae
Sferis/filamenosa
100*200
Rhabdoviridae Reoviridae
Seperti peluru Sferis
ZO-80
50-80
Ikosahedral Ikosahedral Ikosahedral Ikosahedral Ikosahedral Ikosahedral Ikosahedral Ikosahedral
Helik Helik Helik Helik Helik Helik Helik
Gambar 29-1,
Virus DNA Pa
V;rus RNA
s
rvovi rus
s
Bacteriophaqe M52 Papovavirus
d,
Adenovirus
-l\1
Herpesvirus
Poxvirus
M53 Iobacco mosaic virus
1;., Togavirus \7
Bacteriophage
r\
{.. . ,l/
{ffi
0
Picornavirus
cnra-ra'
1$ g ,{ffi|
Orthomyxovirus
6J
r","'r*ou,.u,
Coronavirus
Rhabdovirus
,*i Escherichia coli
,,t| :t_ -{.,1-,.:: 1
(Dikutip
dal/' Medical
(long diameter)
Microbiolog,,)
72 252 162
60o
:
(?)
Ikosahedral
MORFOLOGI DAN STRUKTUR BERBAGAI ViRUS
32
;
Struktur dan Stabilitas
Gambar
Virus 293
29-2 STRUKTUR VIRUS. Dua macam struktur virus: virus telanjang dan virus berselubung dengan simetri lkosahedral (kiri) atau heliks (kanan) (Dikutip dari MedicaL Microbiology).
Ringkasan mengenai uraian morfologi virus dapat dilihat pada Tabel 29-1.,Gambar 29-1. dan Gambar 29-2.
Untuk dapat menganalisis komponen kimia virus, diperlukan virus murni. Untuk pemurnian dipakai bahan-bahan yang mengandung virus dalam jumlah yang besar, misalnya bahan seluler yang berasal dari jaringan atav biakan sel terinfeksi atau bahan ekstraseluler seperti plasma, cairan alantois, medium biakan sel/jaringan.
Pemurnian virus ikosahedral tak berselubung umumnya tidak mengalami kesulitan yang ber-
arti. Sebalik ny a bany ak virus berselubung tidak mudah dimurnikan, karena jumlah selubung per virion bervariasi sehingga virion-virion bersifat heterogen baik dalam ukuran maupun dalam densitasnya.
Asam nukleat virus binatangternyat^ sangat heterogen. Beberapa di antaranya merupakan DNA sedang yang lainnya RNA, sebagian rantar tunggal sebagian lagi rantai ganda, sebagian mem-
punyai polaritas positif sebagian lagi negatif. Pengertian tentang asam nukleat virus mempunyai arti penting untuk dapat memahami pro-
294
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
virus, sifat biologik dan sebagainya. Misalnya saja ukuran asam nukleat dihubungkan dengan jumlah informasi genetik yang dibawanya; segmentasi asam nukleat pada virus influensa dihubungkan dengan terjadtnya rekombinasi genetika yang menimbulkan terjadinya antigenic sbift, derajar homolog basa asam nukleat dihubungkan dengan taksonomi virus. Asam nukleat picornaviridae dan arbovirus mampu langsung bergabung dengan ribosom sel hospes atau berpolaritas positif, sehingga informasi genetik yang diperlukan untuk pembentukan progeni dapat langsung ditranslasikan darinya. Kejadian tersebut terakhir tak dapat feramati jika asam nukleat berpolaritas negatif atau anti ffiessage, seperti pada myxovirus dan rhabdovirus. Bagian terbesar dari struktur virus adalah protein. Protein merupakan komponen tunggal kapsid, bagian terbesar dari selubung dan dapat merupakan bagian proteininti (core protein) pada beberapa virus ikosahedral. Protein tersebut di atas disebut juga sebagai protein struktural, karena mempunyai fungsi membentuk rangka virion. Selubung virus sering mengandung glikoprotein. IJnsur karbohidratnya terdiri dari monosakari da y ang dihubungkan dengan r antai polipeptida oleh ikatan glikosida. Protein dari beberapa virus yang termasuk dalam golongan arbovirus, myxovirus, picornavirus, reovirus, adenovirus dan papovavirus mempunyai sifat dapat menggumpalkan sel darah merah berbagai spesies binatang. Protein tersebut dikenal dengan haemaglutinin. ses perkembangbiakan
Selain itu beberapa virus juga mengandung enzim, yang dapat dikategorikan ke dalam tiga golongan,
1.
Neuraminid^sa yang menghidrolisis galaktosa N asetil neuraminat. Enzim ini terdapat pada orthomyxovirus yaitu pada salah satu tonjolan glikoprotein ny a. Enzim ini berfungsi membantu proses penetrasi ke dalam sel.
2.
Beberapa jenis
virion mengandung RNA polimerasa. Jika genom virus merupakan genom yang langsung dapat bertindak sebagai mRNA, maka ekspresi genom dapat terjadi secara langsung. Hal demikian ditemukan pada picornavirus dan arbovirus. Tetapi jika genom virus berupa DNA atau RNA dengan polaritas negatif, maka sebelum genom
tersebut diekspresikan dalam bentuk prorein,
terlebih dahulu harus ditranskripsikan menjadi RNA dengan polaritas positif. Dalam haI yang disebut terakhir, terdapat dua jenis sumber enzim polimerasa. Pertama virus menggunakan polimerasa yang terdapat di dalam sel hospes, seperti pada herpesvirus, adenovirus, papovavirus. Kedua, virion mengandung polimerasa sendiri seperti pada poxvirus, myxovirus, rhabdovirus. Retrovirus mempunyai enzim transkriptasa terballk (reoerse transcriptase) yang berfungsi membentuk DNA dari cetakan RNA.
3.
Beberapa
virion juga mengandung enzim
yang bekerja pada asam nukleat. Adenovirus, poxvirus dan retrovirus misalnya mengandung enzim nukleasa.
Struktur dan Stabilitas
Virus yang berselubung mengandung lipid netral, fosfolipid dan glikolipid pada selubungnya. Komposisi dari campuran ini tergantung pada jenis sel yang diinfeksinya, medium dimana sel
tumbuh, dan jenis virus yang menginfeksi.
Stabilitas virus Karena virus hanya terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein, virus sangat mudah dipengaruhi faktor-faktor luar. Pengetahuan tentang faktor fisik dan kimiawi yang menghilangkan infektivitas virus penting tidak hanya untuk disinfeksi dan antisepsis, tetapi juga dalam hubungannya dengan pembuatan vaksin, isolasi virus dari bahan pemeriksaan dan Pengawetan virus. Pada umumnya virus sangat labil terhadap pengaruh panas. Kecuali virus hepatitis B dan virus scrapie, pemaparan virus pada suhu 55-60oC selama beberapa menit menyebabkan denaturasi kapsid dan hilangnya infektivitas
virion akibat ketidak-mamPuannya melekat pada sel atau/dan gangguan pada proses pelepasan selubung kapsid (uncoating). Bahkan pada suhu tubuhpun, kehilangan infektivitas terjadi. Beberapa virus lebih stabil terhadap pengaruh panas daripada virus lainnya. Adenovirus, enterovirus' papovavirus termasuk virus yang relatif stabil terhadap pengaruh panas, sedangkan flavivirus,
Respiratory sync)'tial virus termasuk yang relatif labil. Virus berselubung umumnya lebih labil terhadap pengaruh panas daripada virus ikosahedral telanjang. Dapat dikatakan bahwa
waktu paruh untuk hampir semua virus dapat
Vitus 295
dihitung dalam: detik pada suhu 60"C, menit pada suhu 37"C,jam pada 2)"C,hari pada 4"C, bulan sampai tahun pada suhu lebih rendah atau sama dengan minus 7OoC. Karena itu untuk penyimpanan jangka lama, suspensi virus harus disimpan pada suhu sangat rendah atau dengan cara liofilisa si (freeze-drying). Suspensi virus lebih baik bila terdapat dalam
larutan isotonik dan pH faali, walaupun demikian batas toleransinya cukup luas. Dalam hubungannya dengan pH dikenal tes stabilitas terhadap pH rendah yang berguna untuk membedakan enterovirus dan rhinovirus. Pada tes ini virus disuspensikan dalam larutan dengan pH 3 dan dieram selama 3 jam, kemudian infektivitasnya diukur. Enterovirus stabil, sedangkan rhinovirus dan rubela virus tidak stabil. Diketahui pula bahwa beberapa jenis garam bersifat sebagai stabilisator. Larutan garam ; ijirji lir: :{;::'"i1 , secafa berturut-turut dapat mempertinggi stabilitas enterovirus, sebagian rhinovirus, reovirus; myxovirus, rubela virus; dan herpesvirus. Dengan cara menambahkan ii.',;i--.i7 misalnya, enterovirus tahan suhu pemanasan 56oC selama 1jam. Semua virus dapat diinaktifkan oleh radiasi elektromagnetik, terutama sinar pengion dan sinar gelombang pendek. Sinar X menginaktifkan virus dengan cara memecah asam nukleat. Oleh karena itu inaktivasi oleh sinar X pada virus dengan asam nukleat rantai tunggal lebih efektif dartpada virus dengan asam nukleat rantai ganda. Sinar ultra ungu juga merusak asam nukleat yaitu dengan terjadinya ikatan kovalen
296
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
pirimidin berdekatan membentuk derivat siklobutan, akhirnya mengaki-
disinfeksi bakteri dibandingkan virus berselubung.
batkan ketidakmampuan asam nukleat bereplikasi dan juga mungkin translasi. Selain itu sinar ultra ungu juga menyebabkan ikatan stlang(cross link) antara dua rantai DNA dan pembentukan fotohidrat (derivat 6 hidroksi 5-6 dihidro) yang keduanya berperan dalam mekanisme inaktivasi. Pada dosis radiasi sangat tinggi, selain asam nukleat, kapsid juga menjadi rusak sehingga virus kehilangan kemampuan untuk mengadakan interferensi, haemaglutinasi dan sifat-sifat khas keantigenannya. Diketahui pula bahwa virion dapat berinteraksi dengan zat warna seperti biru metilen, merah netral, sedemikian rupa sehingga iluminasi oleh cahaya akan menginaktifkan virus tersebut. Fenomena tersebut dikenal sebagai efek fotodinamik. Poliovirus; adenovirus dan reovirus; herpesvirus dan vaccinia berturut-turut merup akan virus-virus y ang tahan, kuran g tahan dan peka terhadap efek fotodinamik. Bahan-bahan kimia seperti fenol, kresol, HCI encer, natrium hipoklorit dapat menginaktifkan virus dengan cepat. Dalam hal ini virus telanjang umumnya lebih tahan terhadap pengaruh berbagat zat kimia yang biasa digunakan untuk
dapat menginakti{kan virus.
antaradua molekul
Sabun, garam empedu, pengudaraan (aerasi) juga
Di antara berbagai zat kimiq terdapat beber^p^ z t kimia yang sering dipakai dalam penelitian virologis, antara lain: polioksietilen eter atau sorbitan yang melarutkan komponen lipid selubung virus sehingga komponen bagian dalam terbuka dan memungkinkan untuk mempelajari morfologi, aktivitas enzimatik, konstitusi antigennya; guanidin, urea dan fenol yang bekerja mengurangi ikatan hidrogen sehingga kapsid terpecah menjadi 'rantai-rantai polipeptid a," formaldehid yangbanyak dipakai untuk membuat vaksin tanpa banyak mengganggu sifat imunogenitasnya, eter atau natrium deoksikolat pelarut lipid yang dapat digunakan untuk membedakan enterovirus, rhinovirus, reovirus, parvovirus, adenovirus, poxvirus, papovavirus (kelompok tahan terhadap eter) dari arbovirus, arenavirus, rubelavirus, coronavirus, myxovirus, herpesvirus, rhabdovirus (kelompok peka terhadap eter). Di samping zat kimia yang bersifat inaktivator, terdapat juga zat kimia yang bersifat stabilisator, misalnya: serum normal, albumin, susu bebas lemak (skimnted milk) dan gliserol.
PENGGOLONGAN VIRUS Agus Syahrurachman
Pada awalnya kriteria menentukan apakah suatu jasad termasuk virus atau bukan hanyaatas dasar
kemampuannya melewati saringan kuman. Dengan lebih diketahuinya penyakit yang ditimbulkannya, cara penula r anrty a dan ekologinya, penggolongan virus dikembangkan lebih lanjut. Penggolongan tersebut kurang menguntungkan karena kurang kuat dipakai sebagai dasar pengembangan ilmu, walaupun dari segi praktis klinis menguntungkan. Atas dasar itu pada tahun 7966 dibentuk komite internasional untuk penamaan dan penggolongan virus. Pada saat ini hierarki penggolongan virus meliputi pembagian atas famili, subfamili (pada beberapa famili), genus dan spesies. Hierarki penggolongan lebih rendah, yaitu s.ebagai subspesies, galur dan varian tidak ditentukan oleh komite tetapi oleh kelompokkelompok kerja tertentu. Nama famili virus ditandai dengan akhiran viridae. Anggota famili merupakan virus yang mempunyai sifat umum sama dan tidak banyak berubah. Anggota famili tertentu mempunyai morfologi virion, struktur dan replikasi genom khas. Hal ini menunjukkan kemungkinan filogenitas yang sama. Dari berbagai famili, emPat famili, yaitu herpesviridae, poxviridae, papova-
viridae dan retroviridae dibagi lagi atas subfamili. Nama subfamili diberi akhiran virinae. Nama genus virus ditandai dengan akhiran virus. Anggota genus merupakan spesies yang mempunyai sifat serupa. Kriteria penggolongan spesies dalam genus tertentu masih belum seragam dan bervariasi tergantung familinya. Kridapat berupa sifat fisikokimia ter ra y ^ngdipakai
dan/atau serologi. Pengelompokan virus atas spesies merupakan hal yang masih diperdebatkan. Ada yang menganggap bahwa spesies merupakan kumpulan galur dengan sifat tertentu yang berbeda dari kumpulan galur lain. Sifat yang dipakai sebagai kriteria penentuan spesies dapat berupa sifat fisikokimia, sifat serologik ataupun sifat biologik lain. Penamaan virus
tidak mengikuti penamaan
binomial seperti pada penamaan bakteri. Dengan kata lain tidak mengikuti penamaan Linnaeus. Untuk kepentingan formal, huruf pertama dari famili, subfamili dan genus harus huruf besar dan nama lengkap ditulis dengan huruf miring atau digaris bawahi. Aturan tersebut boleh tidak dipakai pada pemakaian informal. Lwoff, Horrie dan Tournier merupakan ahli yang berjasa dalam pengembangan taksonomi 297
298
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Tabel 30-1 Sifat virus untuk penggolongan
Unsur
Sifat yang dinilai
Virion
Besar dan benruk
virion
Ada-tidaknya selubung Simetri dan struktur kapsomer
Genom
Jenis asam nukleat
(RNA atau DNA).
Jumlah rantai asam nukleat Polaritas asam nukleat Segmentasi asam
nukleat
;
Berat molekul asam nukleat
Morfologi rantai (linier atau sirkuler) Jenis nukleotida di ujung 5' (ima prime) genom Ada tidaknya polipeptida di ujung 5' (imaprime) genom Ada tidaknya poliadenosin di ujung 5' Qima prime) genom
Protein
virus
Jumlah jenis protein
Ukuran protein Fungsi protein
IJrutan susunan asam amino
Replikasi
Strategi replikasi asam nukleat Sifat transkripsi Sifat translasi dan kejadian pasca-translasi : Tempat pengumpulan protein virion, tempat perakitan virion, tenipat dan carapelepasan virion dari sel. Sitopatologi sel akibat infeksi
Sifat fisik
Stabilitas terhadap pengaruh pH, suhu, pelarut, deterjen, radiasi dan ion Mg, ion Mn.
Sifat
biologik
Reaksi silang serologik, spektrum hospes, patogenitas, trofisme, (histo)patoiogi, rantai penularan, hubungan dengan vektor dan distribusi geografik
'virus. Mereka mengajukan beberapa kriteria
virus. Kriteria tersebut adalah:
bagai dasar penggolongan
se-
Dengan lebih majunya pengetahuan tentang virus, banyak kriteria tambahan yang dipakai. Secara ringkas kriteria tersebut dapat dilihat
pada Tabel 30-1. L Jenis asam nukleat, RNA atau DNA 2. Simetri kapsid Saat ini telah lebih dari enam puluh satu famili virus diidentifikasi. Dua puluh satu di antaranya 3. Ada-tidaknya selubung 4. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosahe- mempunyai anggota yang mampu menyerang dral atau diameter nukleokapsid untuk virus manusia dan binatang. Famili yang pentingdapat dilihat pada uraian di bawah dan untuk memuhelikoidal.
Penggolongan
Tabel 30
-
Virus 299
2
Virus RNA Sifat penting
Famili
Picornaviridae
RNA:
rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan
RNA komplementer yang benindak
sebagai cetakan sintesis
RNA
genom.
berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter rrl.ion i "..: :.':,. (Picos = kecil) Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma' Spektrum hospes sempit.
Virion: Tidak
Caliciviridae
RNA:
n, polaritas positif, segmen tunggal.
Virion: tidak berselubung, berbentuk ikosahedral, Diametervirion'i;' "" ..,''.
tersusun atas tiga jenis protein utama.
Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma. Spektrum hospes sempit.
Togaviridae
RNA:
rt, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA
komplementer yang bertindak sebagai cetakan RNA genom. berselubung, nukleokapsid berbentuk ikosahedral, tersusun atas tiga sampai empat jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran sel.
Virion:
Spektrum hospes luas.
Flaviviridae
RNA:
rt, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui RNA komplementer yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi sintesis RNA genom.
Virion:
berselubung, simetri nukleokapsid belum jelas, tersusun atas empat jenis protein utama.
Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion .. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran sel. Spektrum hospes luas.
Bunyaviridae
RNA:
rt, polaritas negatif, terdiri dari tiga segmen. Pada proses replikasinya, RNA virion disalin menjadi mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi mRNA selanjutnya disintesis RNA komplementer. Setiap segmen
RNA komplementer kemudian menjadi
cetakan bagi
RNA
genom.
Virion:
, Arenaviridae
berselubung, nukleokapsid berbentuk helik, tersusun atas empat protein utama. Protein seiubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion Replikasi terjadi di sitoplasma dan morfogenesisnya melaiui proses buddingdi membran Golgi. Spektrum hospes luas. .
RNA:
rt, polaritas negatif, terdiri dari dua segmen. Prinsip replikasi RNA-nya
viri.", iHltffitl]ln,rkl.okrprid
sama dengan
berbentuk helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk
virion pleomorfik. Diameter virion
:,
-.:.'.: , ,,, (rata-rata i
i'-'
l'.',.. :.
'-,:).
Replikasi terjadi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses buddingdi membran plasma.
Spektrum hospes luas.
300
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran
Tabel 30-2
Virus RNA (I-anjutan) Famili
Sifat penting
Coronaviridae
RNA: Virion:
n, polaritas positif, terdiri dari satu segmen. Replikasi RNA genom melalui pembentukan rantai RNA negatif yang kemudian benindak sebagai cetakan bagi RNA genom. Sinresis RNA negatif disenai sintesis enam jenis mRNA. berselubung, nukleokapsid berbentuk helik, tersusun atas riga protein utama. Bentuk virion pleomorfik. Diameter virion
li- ii:l
,,,''.
Replikasi terjadi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budd.ing di membran intrasitoplasma.
Rhabdovirida"
RNA
:
Virion:
rr, polaritas negatif, satu segmen. Prinsip replikasi RNA-nya sama dengan Bunyaviridae berselubung, nukleokapsid berbenruk helik, tersusun atas empat sampai lima Proteln. dengan selubungSeraktivitas hemaglutinasi. Diameter dan ::r:: dan 1.|i-':it) it:z':.
Virion berbentuk sepeni peluru
.
panjang vrrron
l'.:-!li
Replikasi terjadi di sitoplasma dan morfogenesisnya terjadi di membran plasma atau membran intrasitoplasma, tergantung spesies virus.
Filoviridae
RNA
:
Virion:
.
rt, polaritas negatif, segmen tunggal. berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tujuh jenis protein utama. Berbentuk pleomorfik. Diameter virion 8l ::rr:r dan panjangnya dapat mencapai i.1"*:)* t;:*.
Replikasi terjadi di sitoplasma.
paramlxoviridae RNA :
il#ff1xj;,T,-,J"T';;'ff.";-"Tr-;"Ti*x';Hti'il1i*m,iffii"1.iifi RNA genom. berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 6-10 jenis protein utama. Virion berbentuk pleomorfik. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi dan menginduksi fusi sel. Replikasi terjadi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses bud.dingdi membran plasma. Diameter virion 15**-1** xis:'. cetakan
Virion:
Spektrum hospes sempit.
onhomyxoviridae RNA :
'
rr, segmen berganda (7 untuk influenza c dan 8 untuk influenza A danB), polaritas negadf. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis nRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan protein produk mRNA. RNA komplementer dibuat dan dijadikan cetakan untuk pembuatan RNA genom. Sifat segmentasi genom virus memudahkan terjadinya virus mutan. y'irion: berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atasT-9 jenis protein utama. Virion berbentuk pleomorfik. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter {}:-1::; ::r::. Pada yang filamentosa pani^ngnya dapat mencapai beberapa mikrometer. Replikasi RNA terjadi di inti dan sitoplasma dan morfogenesis terjadi melalui proses budding di membran plasma.
Penggolongan
l4rus 301
Tabel 30-2
Virus RNA (-anjutan) Famili
Sifat penting
Reoviridae
RNA:
rantai ganda, segmen berganda (10 untuk reovirus dan orbivirus, 11 untuk'rotavirus, 12 untuk Colorado tick fever virus. Setiap mRNA berasal dari satu segmen genom. Sebagian mRNA dipakai untuk sintesis protein dan sebagian lagi dipakai sebagai cetakan
untuk pembuatan rantai RNA pasangannya.
Virion: tak berselubung,
kapsidnya dua lapis dan bersimetri ikosahedral.
Replikasi dan morfogenesis terjadi di siroplasma. Diameter virion
Retroviridae
RNA: .
ii.
r
,
., r,r.
n, rerdiri dari dua molekul polaritas negatif yang identik. Replikasi dimulai dengan pemisahan kedua molekul RNA dan pembuatan rantai DNA dengan cetakan RNA tersebut dengan bantuan reoerse transcriptase virion. Setelah molekul RNA-DNA terpisah, dibuat rantai DNA komplementer terhadap pasangan DNA yang sudah ada. DNA serat ganda kemudian mengalami sirkularisasi dan berintegrasi dengan kromosom hospes. Selanjutnya RNA genom dibuat dengan
v,,,"",;:'::r*r"d:,ffi iT#J[TJffi ]:**"n1lx;"r,.*spro,ehu,ama Diameter virion E**1,1* *m. Morfogenesis virus terjadi melalui pr