Buku-2 Pekerjaan HotMix

April 20, 2017 | Author: Iqbal Rhizaldi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Buku-2 Pekerjaan HotMix...

Description

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha

Kuasa atas selesainya penyusunan

MANUAL PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS, dengan status saat ini RSNI - 2 (PRA-KONSENSUS).

Manual disusun menjadi 3 buku, yaitu Buku 1 :

Petunjuk Umum, Buku 2 : Petunjuk Ringkas, dan Buku 3 : Kumpulan Formulir Kerja. Manual ini disusun dengan anggaran DIP tahun 2002, Departemen Kimpraswil. Dalam penulisan Manual ini penulis menyadari masih adanya kekurangankekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat kami hargai. Masukan dan kritik tersebut sangat diperlukan untuk penyempurnaan manual ini sebelum pemakaiannya diwajibkan. Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, untuk dapat meningkatkan kualitas pekerjaan khususnya pekerjaan campuran beraspal panas. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan manual ini.

Jakarta,

Nopember 2002

Penulis: 1. 2. 3. 4. 5.

Ir. Nyoman Suaryana, MSc. DR. Djoko Widayat, MSc Ir. Kurniadji, MSc. Ir. Tatang A. Dachlan, M.EngSc. Ir. Anwar Yamin, MSc.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………………………………….………....................……….………….

i

DAFTAR GAMBAR……………..…………………………………..........……….........

ii

1. 2. 3. 4. 5.

1 1 2 2 2 3 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 8 8 9 11

Ruang lingkup................................................................................................... Acuan normatif................................................................................................. Istilah dan definisi............................................................................................. Persyaratan...................................................................................................... Acuan operasionil pekerjaan campuran beraspal panas.................................. 5.1. Pembuatan formula campuran kerja (FCK)............................................... 5.2. Kegiatan operasionil di unit produksi aspal............................................... 5.2.1. Tempat penimbunan agregat dan penampungan aspal................ 5.2.2. Unit pencampur aspal..................................................................... 5.2.2.1 Bin dingin (cold bins)............................................................... 5.2.2.2 Pengering (dryer)..................................................................... 5.2.2.3 Unit saringan panas (hot screen)............................................ 5.2.2.4 Bin panas (hot bins)................................................................. 5.2.2.5 Penimbangan (weigh hopper)................................................. 5.2.2.6 Pencampur (mixer/pugmill)...................................................... 5.2.2.7 Pemeriksaan hasil produksi AMP............................................ 5.2.3. Kegiatan operasionil di lokasi kerja (di lapangan).......................... 5.2.3.1 Pekerjaan persiapan................................................................ 5.2.3.2 Penghamparan campuran beraspal........................................ 5.2.3.3 Pemadatan campuran beraspal..............................................

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar

1 2 3 4 5

Bagan alir pekerjaan campuran beraspal panas........................... Bagan alir pembuatan FCK/JMF................................................... Ilustrasi pemeriksaan di unit pencampur (AMP)............................ Bagan alir pekerjaan pemasangan lapis perekat/pengikat............ Ilustrasi pemeriksaan pada saat penghamparan...........................

ii

3 4 8 9 11

1 Ruang lingkup Manual pekerjaan campuran beraspal panas ini digunakan sebagai acuan operasional untuk pekerjaan campuran beraspal panas pada pekerjaan prasarana transportasi, terutama pada pekerjaan jalan. Manual ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman tentang pekerjaan campuran beraspal panas yang akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Manual dilengkapi dengan ilustrasi dan foto yang tepat guna, mudah dipahami dan dilaksanakan, terutama oleh pengguna yang terlibat dalam pelaksanaan campuran beraspal panas. Buku manual ini disajikan dalam 3 buku yang terpisah, dengan ruang lingkup sebagai berikut : Buku 1

: Petunjuk umum Menguraikan petunjuk umum acuan operasional pekerjaan campuran beraspal panas berdasarkan teknologi yang terbaru dalam bidang pekerjaan campuran beraspal panas. Dalam buku ini dijelaskan secara rinci dari semua aspek mengenai campuran beraspal panas, dimulai dari pengetahuan umum mengenai bahan campuran beraspal panas, produksi agregat di unit pemecah batu, pengujian kualitas di laboratorium dan di lapangan, pembuatan formula campuran kerja, produksi campuran di unit pencampur, sampai dengan penghamparan dan pemadatan di lapangan. Pada bagian akhir dari manual ini dijabarkan secara ringkas mengenai sistem jaminan mutu (quality assurance) untuk pekerjaan jalan, khususnya pekerjaan campuran beraspal panas. Dalam lampiran disajikan kesalahan-kesalahan umum yang banyak ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan pekerjaan campuran beraspal panas.

Buku 2 :

Petunjuk ringkas Menguraikan secara ringkas acuan operasional pekerjaan campuran beraspal panas dengan kalimat-kalimat yang sederhana dan mudah dipahami. Isinya merupakan rangkuman dari buku 1.

Buku 3 :

Kumpulan formulir kerja Merupakan kumpulan formulir kerja, seperti daftar periksa untuk pekerjaan pengawasan, daftar periksa peralatan dan formulir pengujian laboratorium.

Pemisahan menjadi tiga bagian tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pemakaiannya di lapangan. Buku ini diharapkan bermanfaat, mudah dilaksanakan dan sesuai dengan perkembangan teknologi perkerasan untuk campuran beraspal panas, sehingga pekerjaan campuran beraspal panas yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang berlaku.

2 Acuan normatif Manual ini menggunakan acuan dokumen SNI (Standar Nasional Indonesia), AASHTO ( American Association of State Highway and Transportation Officials), ASTM (American Society for Testing and Materials), dan standar lainnya. Secara lengkap acuan yang digunakan dijabarkan dalam Buku 1 : Petunjuk umum.

1 dari 12

3 Istilah dan definisi Secara lengkap istilah dan definisi yang digunakan dijabarkan dalam Buku 1 : Petunjuk umum.

4 Persyaratan Untuk menjamin keberhasilan suatu proyek, terlebih dahulu harus dipenuhi suatu persyaratan minimum menyangkut aspek manajeman dan aspek teknis. Persyaratanpersyaratan ini mengacu pada penerapan Quality Assurance (QA) berdasarkan ISO9000 (SNI 19-9001) dan Peryaratan umum kompetensi laboratorium (SNI 19-170252000). Persyaratan yang tercantum dapat di bagi menjadi dua, diantaranya yang dianggap penting dan berhubungan langsung yaitu : a)

Persyaratan manajemen Sistem manajemen proyek jalan disyaratkan memperhatikan hal sebagai berikut : -

Organisasi, tugas dan wewenang yang jelas Sistem mutu telah dibuat, yaitu berupa prosedur-prosedur kerja (SOP). Pengendalian dokumen kontrak (penyimpanan, pendistribusian, penerimaan) Pengendalian rekaman mutu, seperti misalnya hasil-hasil pengujian. Audit internal (pemeriksaan internal untuk memastikan sistem mutu berjalan) Rapat tinjauan mutu (rapat dilakukan minimum sebanyak 1 kali dalam sebulan)

b) Persyaratan teknis Faktor-faktor teknis yang menentukan keberhasilan proyek untuk mencapai mutu yang disyaratkan, antara lain meliputi : - Persyaratan personil (kualifikasi personil memenuhi syarat) - Persyaratan peralatan (alat telah diperiksa dan laik pakai, daftar periksa peralatan pada Buku 3 : Petunjuk umum dapat digunakan) - Persyaratan bahan (bahan telah diperiksa dan memenuhi syarat, formulir pengujian pada Buku 3 : Petunjuk umum dapat digunakan) - Persyaratan lingkungan kerja (misalnya penerangan cukup, terlindung dari angin dan getaran khususnya untuk penimbangan contoh uji) - Pengendalian mutu berjalan sesuai dengan ketentuan, dengan jumlah dan frekwensi sesuai dengan persyaratan spesifikasi. - Pelaporan Persyaratan lain yang penting adalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5 Acuan operasionil pekerjaan campuran beraspal panas Proses pekerjaan campuran beraspal panas pada prinsipnya dimulai dari pemenuhan persyaratan manajemen dan teknis di atas dan kemudian dilanjutkan dengan langkahlangkah operasionil seperti pembuatan formula campuran kerja, FCK (job mix formula, JMF), kegiatan rutin di unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan kemudian kegiatan penghamparan dan pemadatan di lapangan. Bagan alir pekerjaan campuran beraspal diperlihatkan pada Gambar 1. Tahapan-tahapan seperti diperlihatkan pada Gambar 1 tersebut kemudian diuraikan dengan lebih jelas pada pasal-pasal berikutnya.

2 dari 12

Kegiatan : Mulai

Periksa 1 - FCK / JMF telah disetujui (lihat Pasal 5.1) - peralatan baik dan laik pakai (AMP, alat penghampar dan alat pemadat) - bahan tersedia dalam jumlah cukup dan telah memenuhi syarat

Permintaan untuk mulai melakukan pekerjaan (request)

Periksa 1

Batasan cuaca (2)

tidak

Kesiapan permukaan jalan (3)

Pengendalian lalu-lintas (4)

kegiatan 2 - tidak diperkenankan bekerja pada saat turun hujan kegiatan 3 - lihat Pasal 5.2.3.1 Periksa 4 - pengatur dan pengaman lalu-lintas telah siap

Pencampuran (5) Penghamparan (6) Pemadatan (7)

kegiatan 5 - lihat Pasal 5.2.2

Perbaikan (9)

tidak

kegiatan 6 - lihat Pasal 5.2.3.2

Periksa 8

kegiatan 7 - lihat Pasal 5.2.3.3 Periksa 8 - periksa toleransi ketebalan, kerataan kemiringan, kepadatan

Ya

Pengukuran, pembayaran

kegiatan 9 - perbaikan atau pembongkaran sesuai kondisi

Pemeliharaan rutin Selesai

Gambar 1. Bagan alir pekerjaan campuran beraspal

5.1 Pembuatan formula campuran kerja (FCK) Pembuatan formula campuran kerja, FCK (job mix formula, JMF) meliputi tahapan pembuatan rancangan campuran berdasarkan agregat dari bin dingin (cold bins), pembuatan rancangan campuran berdasarkan agregat dari bin panas (hot bins), uji coba pencampuran di AMP, dan selanjutnya uji coba penghamparan dan pemadatan. Setelah semua tahapan tersebut dilaksanakan dan memenuhi persyaratan, maka rancangan campuran dapat disahkan menjadi formula campuran kerja (JMF). Berikutnya adalah bagan alir pelaksanaan pembuatan formula campuran kerja (JMF) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2 berikut.

3 dari 12

Mulai

Evaluasi jenis campuran dan persyaratannya

Kesesuaian mutu bahan dengan spesifikasi

tidak

Ganti bahan

tidak

Perbaikan alat atau ganti alat uji

tidak

Perbaikan gradasi, jika perlu ganti bahan

ya

Kesesuaian peralatan dengan standar pengujian ya

Pembuatan FCR untuk mengetahui karakteristik campuran dari bin dingin

Kesesuaian karaktristik campuran dengan spesifikasi ya

Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh dari bin panas dan diuji gradasinya Penentuan komposisi tiap bin sesuai gradasi rencana, selanjutnya pembuatan FCR untuk mengetahui karakteristik campuran. Hasil yang diperoleh dievaluasi untuk menentukan kadar aspal optimum Uji coba pencampuran di AMP untuk melihat kesesuaian operasional dengan rencana (sebelumnya periksa kondisi AMP)

Sesuai dengan rencana

tidak

ya

Jika perlu atau jika terjadi banyak overflow lakukan perubahan gradasi

Uji coba pemadatan di lapangan untuk menentukan jumlah lintasan pemadat.

Campuran beraspal mudah dipadatkan

tidak

Perubahan gradasi atau penambahan pasir pada proporsi yang diijinkan

ya

Pengesahan FCR menjadi FCK (Selesai)

Gambar 2 Bagan alir pembuatan FCK / JMF

4 dari 12

Selama proses pembuatan formula campuran kerja (FCK / JMF), beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah : a) Bahan yang digunakan telah memenuhi syarat spesifikasi, perhatikan kepipihan dan kebersihan agregat yang digunakan. b) Peralatan yang digunakan laik pakai, gunakan daftar periksa seperti yang dicantumkan pada Buku 3:Petunjuk umum, untuk pemeriksaan alat pemecah batu (stone crusher), unit pencampur aspal (AMP), dan alat penghampar (finisher). c) Peralatan laboratorium yang digunakan harus memenuhi syarat, seperti dimensi dan kalibrasi.

5.2 Kegiatan operasional di unit produksi aspal 5.2.1 Tempat penimbunan agregat dan penampungan aspal Metoda penanganan agregat di tempat penimbunan mempunyai pengaruh besar pada perbedaan volumetrik campuran antara FCK (JMF) dengan pelaksanaan. Segregasi yang terjadi selama proses penumpukan, pemindahan, dan terkontaminasinya agregat dengan tanah sering dijumpai di beberapa proyek jalan. Bahan agregat yang ada di tempat penimbunan harus dijamin mempunyai sifat-sifat fisik dan gradasi yang sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan formula campuran kerja (FCK). Pemeriksaan pada tempat penimbunan agregat meliputi : a) b) c) d)

Kebersihan agregat, terutama kebersihan pasir. Bentuk agregat kubikal, tidak pipih, dan keras Agregat tidak mengalami segregasi atau degradasi. Agregat tidak tercampur dan tidak terkontaminasi tanah lempung dan bahan lainnya.

Pengujian mutu aspal seharusnya dilakukan secara berkala terhadap aspal yang baru datang sebelum dimasukkan ke dalam tangki (ketel) penyimpanan, namun hal ini tidak pernah/jarang sekali dilakukan, padahal aspal yang digunakan belum tentu seluruhnya memenuhi persyaratan, adakalanya beberapa parameter mutu aspal tidak terpenuhi seperti titik lembek dan penetrasi. Dengan mutu aspal yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan perkerasan beraspal tidak berumur sesuai rencana.

5.2.2 Unit pencampur aspal (AMP) Selama produksi campuran beraspal panas di AMP beberapa hal pokok yang digunakan sebagai acuan operasionil adalah seperti diuraikan di bawah ini.

5.2.2.1 Bin dingin (cold bins) Jenis bin dingin (cold bins) yang umum dikenal adalah : (1) ban berjalan menerus, (2) getar, dan (3) aliran. Jenis pertama (ban berjalan menerus) cocok untuk agregat halus, sedangkan yang lainnya cocok untuk agregat kasar. Kontinuitas aliran material dari bin dingin ini sangat berpengaruh terhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu pengendalian mutu yang ketat pada bin dingin. Pemeriksaan agregat pada bin dingin meliputi : a) Tidak ada perubahan gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena perbedaan quari atau suplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat, maka harus dilakukan pembuatan FCK/JMF kembali. b) Agregat tidak bercampur. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih. Pengisian yang baik dimungkinkan jika ukuran bak (bucket) loader lebih kecil dari bukaan mulut bin dingin.

5 dari 12

c) Kalibrasi bukaan bin dingin secara periodik. d) Bukaan bin dingin kadang-kadang tersumbat, misalnya jika agregat halus basah, agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum seperti batu dan kayu. e) Perubahan kecepatan ban berjalan, dan ada operator yang mengontrol aliran agregat dan membuang material yang tidak perlu.

5.2.2.2 Pengering (dryer) Pengering (dryer) mempunyai fungsi; (1) menghilangkan kandungan air pada agregat, dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Pemeriksaan yang diperlukan pada bagian ini adalah : a) b) c)

Kalibrasi alat pengukur suhu Pemeriksaan suhu agregat yang dipanaskan Pengamatan pada asap yang keluar dari cerobong asap. Jika asap berwarna hitam berarti pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Sementara jika asap berwarna putih berkabut (mengandung uap air) berarti agregat basah dan ada kemungkinan kadar air masih tertinggal setelah proses pengeringan.

5.2.2.3 Unit saringan panas (hot screen) Umumnya pada proses penyaringan ini terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang semestinya masuk ke hot bin I tetapi terbawa ke hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi prosentase tersebut dapat bertambah jika; lubang saringan tertutup agregat, kecepatan produksi tidak berimbang dengan kecepatan penyaringan, agregat halus basah/menggumpal, dan lubang-lubang pada saringan sudah ada yang rusak. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada bagian ini adalah : a) Pemeriksaan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan b) Pengontrolan gradasi agregat

5.2.2.4 Bin panas (hot bins) Jika agregat halus masih menyisakan kadar air setelah pemanasan, maka agregat yang halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding hotbin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 200. Kebocoran-kebocoran yang mungkin terjadi pada hot bins juga perlu diperhatikan.

5.2.2.5 Penimbangan (weigh hopper) Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu pencapaian berat tiap bin panas sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat tersebut dan melakukan pemeriksaan aliran material mulai dari bin dingin. Akan tetapi jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing bin panas tidak sesuai. Aliran agregat yang tidak seragam juga dapat menyebabkan temperatur campuran menjadi bervariasi. Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini adalah : a) Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal b) Kotak timbangan (weigh box) tergantung bebas c) Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP

6 dari 12

5.2.2.6 Pencampur (mixer / pugmill) Dalam pugmill terjadi dua tipe pencampuran, yaitu pencampuran kering dan pencampuran basah (setelah ditambah aspal). Lamanya pencampuran kering diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1 atau 2 detik. Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari degradasi dan oksidasi atau penuaan (aging). Umumnya lamanya waktu pencampuran total sekitar 30 detik. Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini adalah : a) b) c) d)

Temperatur aspal (pada tangki aspal) Lamanya pencampuran Pedal tip (pengaduk) tidak aus atau patah Tutup pugmill tidak bocor

5.2.2.7 Pemeriksaan hasil produksi AMP Pemeriksaan terhadap hasil produksi AMP sangat diperlukan untuk mengetahui secara dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan segera. Penyimpangan dan penyebabnya dijabarkan dengan lebih detil pada Buku 1 dari Manual ini. Pemeriksaan secara visual meliputi, antara lain : a) Penyelimutan aspal pada agregat b) Terjadi penggumpalan atau tidak c) Warna asap; biru menyatakan kelebihan panas (overheating) dan warna asap putih berkabut (uap air) menyatakan kadar air pada agregat masih relatif tinggi. d) Tampak campuran di dalam bak truk yang rata menyatakan kelebihan panas atau kadar aspal atau kadar air relatif tinggi. e) Jika campuran menggumpal kemungkinan kurang panas (underheating) Meskipun telah dilakukan pemeriksaan secara visual, pemeriksaan dengan alat juga harus dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi : a) Pemeriksaan temperatur di atas truk pengangkut (dump truck) dengan pengukur suhu b) Pengambilan contoh uji untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran dengan jenis, jumlah dan frekuensi sesuai dengan persyaratan. Kebersihan truk pengangkut juga harus diperhatikan tertutama kebersihan bak (bebas dari bahan yang dapat merusak aspal, seperti solar atau oli). Bak harus ditutup dengan terpal selama proses pengangkutan untuk mencegah penurunan temperatur pada permukaan. Gambar 3 di bawah ini memberikan ilustrasi dari kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan di unit produksi aspal (AMP) untuk menjamin hasil yang diperoleh memenuhi syarat yang ditetapkan.

7 dari 12

Penimbunan (stock pile): - agregat kubikal dan bersih - tidak segregasi/degradasi - tidak ada perubahan tampak visual agregat (perubahan quari / suplier) Pemeriksaan: - saringan baik - timbangan (kalibrasi) - temperatur pencampuran - waktu pencampuran

Bin dingin : - kalibrasi bukaan - pemisah antar bin (agregat tidak bercampur) - kelengkapan (penggetar, tenaga pembersih)

Pengering (dryer) : - pembakaran sempurna (lihat warna asap) - kontrol temperatur - sudu-sudu (mangkok) pengaduk baik - sudut kemiringan dryer

Pemeriksaan : - perhatikan tampak visual campuran - periksa temperatur camp. di atas truk - bak truk bersih dan pengangkutan dilindungi dengan terpal

Gambar 3 Ilustrasi pemeriksaan di unit pencampur (AMP)

5.2.3 Kegiatan operasionil di lokasi kerja (di lapangan) 5.2.3.1 Pekerjaan persiapan Sebelum Kontraktor melakukan penghamparan, maka harus ada surat permohonan kerja (request) terlebih dahulu paling tidak 2 hari sebelumnya. Dengan dasar request tersebut dilakukan pemeriksaan / pengecekan terhadap kesiapan permukaan. Request dapat ditolak jika kesiapan permukaan yang akan dilapis belum memadai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : a) Lubang, jejak roda, dan deformasi harus sudah diperbaiki. b) Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan. c) Untuk penghamparan di atas lapis pondasi agregat, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : - Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan (konus pasir) dan dilakukan uji gilas (prof rolling) - Kerataan permukaan lapis pondasi di bawah toleransi yang diijinkan (straight edge) - Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik , dan lain-lain. d) Pengendalian elevasi horisontal dan vertikal dilakukan dengan membuat patok ketinggian. Jika mungkin digunakan alat penghampar yang mempunyai pengatur elevasi otomatis, yaitu dengan acuan kawat baja, atau dengan acuan yang bergerak.

8 dari 12

Setelah permukaan siap, maka dilakukan pemasangan lapis resap pengikat (prime coats) atau lapis perekat (tack coats). Kegiatan :

Mulai

Periksa 1-4 - periksa bahan aspal apakah sesuai dengan persyaratan - periksa kesiapan alat penyemprot (asphalt distributor) - periksa manual - periksa hasil pekerjaan sebelumnya

Permintaan untuk mulai melakukan pekerjaan (request)

Periksa 1-4

tidak

Ya

Pengendalian Lalulintas

Kesiapan permukaan jalan (7)

Batasan cuaca (6)

Kesiapan kerja (5)

Uji coba (trial) Pelaksanaan pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat

Perbaikan

No

kegiatan 5 - perlindungan terhadap struktur, kerb dan lainnya agar tidak terkotori kegiatan 6 - tidak diperkenankan bekerja pada saat turun hujan kegiatan 7 - permukaan yang rusak telah diperbaiki terlebih dahulu - permukaan bersih dari kotoran, lempung dll

Periksa 8 Ya

Periksa 8 - periksa toleransi sesuai spesifikasi

Pemeliharaan (9)

kegiatan 9 - pemeliharaan dan proteksi harus dilakukan sebelum dilakukan pelapisan dengan campuran beraspal

Pengukuran, pembayaran

Selesai

Gambar 4 Bagan alir pekerjaan pemasangan lapis perekat/pengikat

5.2.3.2 Penghamparan campuran beraspal Penghamparan campuran beraspal dilakukan dengan alat penghampar mekanis bermesin (finisher). Secara garis besar pemeriksaan yang dilakukan pada saat penghamparan adalah (kegiatan tersebut diilustrasikan pada Gambar 5) : a) Pemeriksaan kesiapan alat penghampar - Roda atau rantai baja (tracks) terpasang dengan baik. Tekanan roda yang kurang atau pemasangan rantai baja yang kurang kencang dapat mengganggu pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak merata. - Roda pendorong (push roller) harus bersih dan dapat berputar dengan baik sehingga truk dan alat penghampar dapat bergerak beriringan. - Penampung (hopper), sayap-sayap (wing hopper), penyalur (conveyor), pintu masukan penampung (flow gates), dan ulir pembagi (augers/screw) harus dapat bekerja dengan baik untuk menjaga kontinuitas aliran campuran beraspal.

9 dari 12

Kontinuitas aliran campuran beraspal yang terlalu sedikit atau berlebih dapat mempengaruhi tekstur dan keseragaman campuran. - Pelat sepatu (screed) harus dipanaskan pada awal operasi, untuk mencegah hasil penghamparan yang tampak kasar dan bertekstur terbuka. - Tinggi jatuh pemadat tumbuk dan pemilihan frekuensi penumbuk getar akan mempengaruhi tekstur permukaan yang diperoleh. b) Pemeriksaan campuran beraspal secara visual Beberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal dapat dilihat secara visual dan diperiksa sebelum dilakukan penghamparan, yaitu : - Berasap biru; asap biru yang keluar dari campuran berasapal di atas truk pengangkut atau terlihat pada pemasok (hopper) alat penghampar mengindikasikan terjadinya kelebihan panas (overheating). - Campuran beraspal tampak kaku; tampak visual campuran beraspal yang kaku mengindikasikan campuran tersebut telah dingin. - Permukaan campuran beraspal di atas bak truk tampak rata; pada umumnya permukaan campuran beraspal di atas bak truk membentuk bukit. Jika permukaan tersebut terlihat rata, maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau kadar air. - Campuran beraspal tampak kering / berwarna coklat; campuran yang mengandung terlalu sedikit aspal biasanya tampak kering dan berwarna kecoklatan. - Campuran beraspal beruap; campuran beraspal masih mengandung kadar air. Kelebihan kadar air juga akan menyebabkan campuran beraspal terlihat seperti kelebihan aspal. - Segregasi; segregasi mungkin terjadi akibat kesalahan penanganan. - Terkontaminasi; campuran beraspal dapat terkontaminasi solar yang disemprotkan pada dasar bak truk. Campuran beraspal juga dapat terkontaminasi plastik atau lainnya. c) Pelaksanaan penghamparan Jika diperlukan pengaturan screed (perubahan ketebalan), maka harus dilakukan secara bertahap. Jika diperlukan penambahan lebar penghamparan, maka pada bagian pelebaran tersebut harus terjangkau ulir pembagi untuk menghindari terjadinya segregasi. Pekerjaan manual dengan penebaran hanya boleh dilakukan jika penghamparan dengan alat finisher sulit atau tidak bisa dilakukan dengan baik. Penebaran dengan tangan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya segregasi. Selama pelaksanaan penghamparan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : - Temperatur campuran beraspal harus diperiksa pertama kali di atas truk, kemudian di periksa kembali setelah penghamparan sebelum pemadatan. - Tekstur permukaan harus seragam dan baik. Tekstur yang kurang baik dapat disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan. - Kerataan permukaan harus sesuai. Penghamparan yang tidak menerus dapat menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan. Gradasi yang tidak sesuai, perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari truk saat pengisian juga dapat menyebabkan permukaan tidak rata. - Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah tikungan. - Sambungan melintang dan memanjang harus dibuat tegak lurus. Metoda yang dilakukan dapat berupa pemotongan sambungan sebelum dimulainya penghamparan, atau dengan menaruh balok atau kertas pada bagian sambungan.

10 dari 12

Pada saat penghamparan kembali, maka balok atau kertas tersebut diambil sehingga diperoleh sambungan yang tegak. Untuk sambungan memanjang, umumnya dipakai kayu atau baja siku untuk membentuk sambungan tegak. Pintu masukan bekerja baik untuk mengatur kontinuitas aliran material

Penerimaan campuran : -

Periksa tiket pengiriman periksa tampak visual periksa temperatur

Roda pendorong bersih dan berputar baik

Ulir pembagi bekerja baik dan kuantitas material tidak berlebih atau kurang

Operator mengatur ketebalan dan kemiringan sesuai rencana

Penggetar screed berfungsi baik

Gambar 5 Ilustrasi pemeriksaan pada saat penghamparan

5.2.3.3 Pemadatan campuran beraspal Pada saat pemadatan terjadi 3 gaya utama, yaitu gaya tekan alat pemadat, gaya tahan pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan gaya tahan pada lapisan di bawahnya yang telah stabil (lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal). Untuk memperoleh pemadatan yang baik, maka gaya tahan lapisan yang telah stabil harus seimbang dengan gaya tekan alat pemadat. Atau dengan kata lain campuran beraspal seolah-olah mendapat gaya tekan dari atas dan bawah. Jika lapisan yang stabil (lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal) belum cukup padat maka kepadatan campuran beraspal kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan. a) Faktor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan Faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan adalah sebagai berikut : - Karakteristik campuran beraspal ; tekstur dan bentuk agregat sangat mempengaruhi kemudahan pemadatan, sebagai contoh penambahan pasir alam akan memudahkan pemadatan. Aspal bersifat sebagai pelumas, pada suhu yang dingin aspal kurang encer ( lebih viscous). Aspal dengan viskositas yang tinggi akan relatif lebih sulit dipadatkan. Kadar aspal juga mempengaruhi kemudahan pemadatan, kadar aspal yang tinggi relatif lebih mudah dipadatkan. Pengaruh temperatur ada hubungannya dengan viskositas aspal, untuk viskositas aspal yang berbeda maka berbeda juga temperatur pemadatannya. Pemadatan pada temperatur yang tidak sesuai dapat menyebabkan retak rambut. - Kondisi lingkungan; kelembaban, kecepatan angin dan temperatur lingkungan mempengaruhi kecepatan penurunan temperatur campuran beraspal.

11 dari 12

- Ketebalan lapisan; semakin tebal lapisan campuran beraspal pemadatannya relatif semakin sulit (diperlukan usaha yang relatif lebih).

maka

b) Alat pemadat - Mesin gilas roda baja; digunakan untuk pemadatan awal (breakdown rolling ) atau pemadatan akhir (finish rolling). Untuk pemadatan akhir harus digunakan tandem dengan berat 8 – 10 ton. - Mesin gilas roda karet penumatik ; digunakan untuk pemadatan antara (intermediate rolling). Alat pemadat ini merupakan alat pemadat utama dalam pemadatan campuran beraspal. Kepadatan campuran beraspal diperoleh setelah berapa kali lintasan sesuai dengan hasil uji coba pemadatan pada FCK (JMF). c) Prosedur pemadatan Pemadatan campuran beraspal dilakukan dalam tiga operasi yang terpisah, seperti berikut ini : - Pemadatan awal (breakdown rolling); menggunakan mesin gilas roda baja. Dimulai kurang lebih 0 – 10 menit setelah penghamparan. - Pemadatan antara (intermediate rolling); menggunakan mesin gilas roda karet pneumatik. Dimulai kurang lebih 5 – 15 menit setelah penghamparan. - Pemadatan akhir (finish rolling); menggunakan mesin gilas roda baja. Dimulai tidak lebih dari 45 menit setelah penghamparan. Urutan pemadatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Pemadatan pada campuran beraspal yang tipis (kurang dari 5 cm) Urutan pemadatannya adalah sebagai berikut : -

sambungan melintang ujung tepi pemadatan awal mulai dari daerah yang terendah pemadatan antara mulai dari daerah yang terendah pemadatan akhir

2) Pemadatan pada campuran beraspal yang tebal (lebih dari 5 cm) Urutan pemadatannya adalah sebagai berikut : -

sambungan melintang pemadatan awal mulai dari 30 cm – 40 cm dari tepi yang lemah pemadatan antara mulai dari daerah yang terendah pemadatan akhir

3) Pemadatan sambungan memanjang Pemadatan pada daerah sambungan dibuat overlap d) Pemeriksaan hasil pemadatan -

Tekstur permukaan; penyimpangan pada tekstur permukaan dapat disebabkan karena kesalahan pencampuran, penanganan, penghamparan atau pemadatan Kerataan permukaan; kerataan permukaan diukur dengan mistar 3 meter (straight edge). Toleransi yang diijinkan sesuai persyaratan. Kepadatan ; pengukuran kepadatan lapangan dilakukan tiap 200 m dengan alat contoh inti (core drill). Hal yang penting dalam pengujian kepadatan adalah waktu penimbangan. Apakah cukup didiamkan 1 malam. Menurut prosedur penimbangan baru dilakukan setelah benda uji mempunyai berat konstan.

12 dari 12

DAFTAR PUSTAKA

Asphalt Institute, MS-2, 1993, “Mix Design Methods”, Asphalt Institute, Lexington, Kentucky, USA. Asphalt Institute, MS-22, 1993, “Principles of Construction of Hot-Mix Asphalt Pavements”, Asphalt Institute, Lexington, Kentucky, USA. Asphalt Institute, MS-4, 1985, “The Asphalt Handbook”, Asphalt Institute, Lexington, Kentucky, USA. Asphalt Institute, Superpave Series No. 2, 1996, “Supervape Mix Design”, Asphalt Institute, USA. Anwar Hadi, 2000, “Sistem Manajemen Mutu Laboratorium, Sesuai ISO/IEC 17025:2000 General Requirement for the Competence of Testing and Calibration Laboratories”, PT Gramedia, Jakarta. Bina Marga, 2000, “Dokumen Kontrak : Spesifikasi Volume 3 ”, Bina Marga, Jakarta. Bina Marga, 1999, “Panduan Perencanaan Campuran Beraspal Berdasarkan Kepadatan Mutlak ”, SK N0. 76/KPTS/Db/1999, Jakarta. Bina Marga, 1988, “Buku Pemeriksaan Peralatan Penghampar Aspal (Asphalt Finisher) ”, , Jakarta. Bina Marga, 1988, “Buku Pemeriksaan Peralatan Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant) ”, , Jakarta. Bina Marga, 1988, “Buku Pemeriksaan Peralatan Pemecah Batu (Stone Crusher) ”, , Jakarta. Badan Standar Nasional Indonesia, 2000, “Penulisan Standar Nasional Indonesia ”, BSN, Jakarta. Dickinson, E.J, J.H. Nicholas and S. Boas Traube, 1958, “Physical factors affecting the absorbtion of oxygen by thin films of bitumen binders”, Journal of Apllied Chemeistry, Vol 8. pp. 673-687 Glenn, R. Kemp and Nelson, H. Predoehl, 1981, “A Comparasion of Field and Laboratory Environments on Asphalt Durability”, Proceeding Association of Asphalt Paving Technology, Vol. 50. pp. 492-537. San Diego, California. Halcrow & Association, 2001, “Quality Management System, Quality Manual ”, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Jakarta. Halcrow & Association, 2001, “Highway Construction Check List ”, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Jakarta. Millard, 1993, “Road Building in the Tropics”, TRL, London, UK. Nyoman Suaryana, 2001, “Laporan Akhir Studi Pengkajian Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Untuk Konstruksi Prasarana Jalan”, Pustran, Bandung. Nyoman Suaryana, 2001, “Laporan Percobaan Penerapan Quality Assurance ISO-9000”, P3JJ Propinsi Kalimantan Timur. Nyoman Suaryana, 2002, “Laporan Akhir Studi Pengembangan Quality Assurance Pelaksanaan Pembangunan Jalan Nasional dan Propinsi”, Pustran, Bandung. Nyoman Suaryana, Anwar Yamin, Kurniadji, 2002, “Kesalahan kesalahan Umum dalam Penerapan Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas”, KRTJ Ke-7, Bali.

Nevizond Chatab, 1997, “Mendokumentasi Sistem mutu ISO 9000”, ANDI, Yogyakarta. Pustran, 1997, “Buku Kalibrasi Peralatan Konstruksi Jalan (Unit Asphalt Mixing Plant) ”, Pustran, Bandung. Richard Barret Clements, 1993, “Quality Manager’s, Complete Guide to ISO 9000”, Prentice Hall, New Jersey RN 31, 1993, “A Guide to the Structural Design of Bituminous-Surfaced Roads in Tropical and Sub-tropical Countries”, TRL, London, UK. Shell, 1995, “The Shell Bitumen Industruial Handbook”, Shell Bitumen, UK. SNI 19-17025-2000 “ Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi ”, BSN, Jakarta. Suhawono, 1994 “ Program Apresiasi Pengendalian Mutu Terpadu, Gugus Kendali Mutu dan ISO -9000 ”, Yayasan Manajemen Mutu Indonesia, Jakarta. US Army, Handbook 2000 “ Hot-Mix Asphalt Paving ”, US Army Corps of Engineers, USA. Yaw, A. Tuffour, Ilan Ishai and Joseph Craus, 1985 “ Relating Asphalt Aging and Durability to its Compositional Change ”, Proceeding of the Association of Asphalt Paving Technology, APT, Vol. 54. pp. 163-181

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF