Buku 1 Batik

March 13, 2018 | Author: LukmanElekAe | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

buku pembelajaran membuat batik...

Description

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr.Wb. Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, syukur alhamdulillah atas limpahan rahmat dan ridho-Nya, buku pedoman tata cara membatik sederhana yang disusun berdasarkan pengalaman dan pengamatan dari berbagai sumber yang berkecimpung di bidangnya untuk mendapatkan informasi “motif khas batik Jombangan “ penyusun dapat menyelesaikan buku ini dengan judul “ Membatik dengan Hati”. Untuk menghadapi era pasar global, mulai saat ini usaha industri kecil dan menengah ( IKM ) batik harus dipersiapkan secara matang agar bisa mampu bersaing secara kwalitatif dan kwantitatif. Hal ini harus dibarengi upaya meningkatkan kwalitas sumberdaya yang terlibat di dalamnya, baik para perajin, pengusaha batik. Untuk mendapatkan pengetahuan,kemampuan, penguasaan tehnologi dan ketrampilan dalam memasarkan produk secara tradisional maupun secara online melalui media elektronik harus ditempuh, agar dapar lebih meningkatkan hasil yang maksimal. Inovasi dan kreatifitas desain, baik berupa motif, corak, warna, bentuk kemasan produk maupun sarana – prasarana merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh para pengrajin maupaun pengusaha yang menghendaki kemajuan dan kesuksesan di dalam menjalankan usahanya. Untuk IKM batik , perajin dan pengusaha dituntut bekerja keras menciptakan desain-desain baru yang disesuaikan dengan permintaan pasar / konsumen, serasi dengan kemajuan tehnologi dan keinginan masyarakat luas. Uraian di dalam buku ini merupakan petunjuk / informasi yang akan membantu para perajin dan pengusaha IKM batik di Jombang khususnya ataupun daerah lain untuk dapat mengejawantahkan dalam menjalankan roda usahanya. Di dalam penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna, semata karena keterbatasan penulis, untuk itu kritik yang konstruktif sangat kami harapkan, demi kesempurnaan karya-karya selanjutnya. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan informasi yang kami gali melalui para tokoh-tokoh dan sesepuh desa di wilayah Kabupataen Jombang sehingga kami dapat mewujudkan buku panduan desain motif khas Jombang. Insya’ Allah buku ini dapat memberi

i

manfaat dan memberi inspirasi bagi para perajin dan pengusaha batik di Jombang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penyusun

ii

Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................... Daftar Isi ...................................................................................................... BAB 1 Pengembangan Desain Motif Batik Jombangan ..................... A. Pendahuluan ..................................................................... B. Motif Batik ......................................................................... C. Desain Motif Produk Batik ..............................................

iii

BAB 1 PENGEMBANGAN DESAIN MOTIF BATIK

A. Pendahuluan Untuk memajukan suatu usaha batik merupakan tuntutan para pengusaha dan perajin harus pandai berkreatifitas , berinovasi secara padu agar dapat meningkatkan kwalitas dan kwantitas mehasilkan produk yang mampu berbicara di pasar global. Pengembangan desain motif pada dasarnya bisa berawal dari motif dasar atau desain motif yang telah mengalami modifikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam mengembangkan motif desain batik adalah tidak meninggalkan kunci pokoknya yaitu motif yang memiliki makna, filosofi, dan nilai fungsinya untuk apa.Disamping itu tata pewarnaan batik secara keseluruhan agar didapatkan suatu karya yang baik dan berkwalitas, sehingga batik tersebut dapat digunakan sesuai dengan nilai fungsinya masing-masing. B. Motif Batik Motif batik

adalah pola / kerangka / gambaran maksud untuk

mewujudkan ornamen batik yang indah dan bagus secara keseluruhan. Ornamen atau dekorasi merupakan sebutan untuk permukaan batik yang terdiri dari susunan motif. Motif itu sendiri sering disebut corak atau pola batik.Berdasarkan unsur-unsurnya, motif batik dibagi menjadi dua bagian utama motif yaitu : 1. Motif Pokok Motif pokok ini umumnya merupakan motif yang penampilannya lebih menonjol atau ukurannya motif jauh lebih dominan sehingga sangat erat hubungannya dengan makna /arti dan filosofinya. Oleh sebab itu motif pokok ini yang dijadikan sebagai pedoman didalam pemberian nama motif tersebut. 2. Motif Isian (Jawa = isen-isen ) Motif ini tidak memiliki makna tersendiri, penampilanya lebih jauh kelihatan di dalam atau lebih rendah / kecil dibanding motif pokok. Kecuali pada motif semen yang pada umumnya hanya memiliki satu jenis motif isian, kadang sulit dibedakan antara motif pokok dan motif isian. Motif isen ini memiliki fungsi sebagai semangat sebuah karya batik yang seutuhnya,

1

jadi sebuah karya batik klau tidak ada isen-isennya menurut penulis sangatlah kurang sempurna. Keindahan motif Batik Keindahan motif batik klasik ada dua macam, yaitu indah secara visual dan indah secara filosofis ( kejiwaan ). Perpaduan yang harmoni antara susunan bentuk motif dengan tatawarna jika dilihat secara penglihatan mata.Sedangkan keindahan secara rasa yang diperoleh dari arti / makna sesuai dengan pandangan hidup manusia atau pahamisme masing-masing indvidu ,pengamat ,dan juga bagi para kolektor karya batik. Klasifikasi motif batik Klasifikasi ( penggolongan ) motif batik sesuai dengan tata susunan dan bentuk ornamennya( hiasan ) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 1. Motif Geometris Motif-motifnya tersusun secara ilmu ukur, contohnya : segi empat, oval, lingkaran, segi tiga, segi lima, segi enam dsb. 2. Motif non geometris ( Semen ) Adalah motif yang tersusun dalam bentuk gubahan ( rekaan ) bebas / non geometris. Modifikasi motif batik dapat dari motif-motif tradisional yang telah ada lebih dahulu kemudian dipecah-pecah / diurai sesuai keinginan sendiri atau konsensus bersama antara beberapa perajin sesuai hukum tata niaga yang berlaku di negara kita, agar dibelakang hari tidak saling mengklaim tentang hak ciptanya sebagai kekayaan intelektual. Selanjutnya pecahan motif-motif itu dipadukan lagi membentuk susunan yang baru lagi tidak sesuai motif yang semula. Dapat pula dari pecahan-pecahan motif itu ditambah dengan isian motif atau bentuk lain sehingga terbentuk motif lain yang baru lagi. C. Desain Motif Produk Batik Membuat desain motif produk batik yang ber-inovasi sesuai tuntutan kemajuan dan selera konsumen menjadi kewajiban para perajin dan pengusaha batik, yang harus dilakukan terlebih dulu adalah membuat pola gambar motif di atas kertas pola atau kertas jernih tembus pandang (kalkir) agar lebih mudah pengetrapannya di atas kain karena hasil gambar duplikat dari menjiplak akan kelihatan, dalam membuat pola harus mengingat 3 fungsi yaitu estetis, filosofis dan nilai fungsi, agar diperoleh gambar yang bermakna, tidak hanya sekedar indah saja.

2

Pengertian Motif Batik Menurut buku “Seni Kerajinan Batik Indonesia”, motif batik disebut corak batik atau pola batik yaitu kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Menurut unsur-unsurnya motif batik ada 2 ( dua ) yaitu : 1. Ornamen motif pokok batik 2. Ornamen Isen-isen motif batik Dengan perkembangan selanjutnya, maka motif batik dibedakan menjadi 4 corak yaitu 1. Motif Klasik / Tradisional 2. Motif batik dinamis, dengan mereka-reka bentuk-bentuk lama atau merubah bentuk ornamen klasik menjadi bentuk baru dengan tidak terikat penempatan isen - isen. 3. Motif batik Bebas / MODERN, lebih banyak kearah bentuk

lukisan

/painting dengan tidak terikat bentuk ornamen dan isen-isen, tidak terikat harus menggunakan canting atau bahan kainnya dari serat benang alam ataupun sintetis semua bisa digunakan, dengan pewarnaannya disesuai kan dengan daya serap kainnya.. 4. Motif Abstrak, ilustrasi dan atau vinyet lebih kearah gambar imajinatif sesaat.

Sedangkan menurut penggolongannya motif ada yang geometris dan non Geomatris Pembuatan Desain Motif Batik 1. Pemolaan Pembuatan pola dilakukan bila membuat batik tulis ( cantingan ) dipola di atas meja /bidang datar, sedangkan untuk membuat batik cap tanpa harus mempola sudah langsung bentuk capnya dalam satu roport cap batik seukuran 20 – 25 cm. Cara memindahkan pola desain motif ada beberapa cara , untuk kain yang sudah dipatrun ( dipola baju ) dapat menerapkan motif pada bagian yang dikehendaki, sedang untuk kain yang masih polos lebih bebas untuk meletakan motifnya. Ada tiga cara pemolaan : a. Pemolaan dengan cara digeser

3

b. Pemolaan dengan cara glebak c. Pemolaan dengan cara unda-usuk 2. Ada tiga macam raport untuk motif menyambung : a. Motif sambung kanan- kiri b. Motif sambung atas – bawah c. Motif Sambung kanan-kiri dan atas – bawah 3. Pemolaan denga cara print : Pemolaan ini sangat membantu bagai para pembatik yang agak malas membuat pola/ menjiplak, jadi kain yang mau dibatik canthing di gambar print terlebih dahulu tentu saja menggunakan bahan warna yang mudah hilang jika kena air misalnya kesumba

yang dicairkan di tambah

pengenthal kanji lalu dibuat screen pola gambarnya dan cara kerjanya seperti nyablon pada umumnya.

4

BAB 2 SUSUNAN ATAU KOMPOSISI PEWARNAAN

Unsur visual dalam desain batik adalah warna, dimana warna memiliki peranan yang amat penting karena unsur warna itu akan memberikan jiwa atau rasa motif batik itu menjadi hidup ,bagi yang memandangnya, untuk memberikan penilainan tersendiri secara subyektif. Warna pokok hanya terdapat 3 macam yaitu Merah, Biru, dan Kuning (warna primer ). Tetapi dari ketiga warna itu dalam prakteknya dapat dipadukan menjadi tiga lagi yaitu Merah dengan Biru, Biru dengan kuning, Kuning dengan merah (warna sekunder ) sehingga terkumpul enam macam warna. Dari keenam macam warna tersebut dipadukan lagi akan menjadi duabelas warna (warna tersier ). Dalam memadukan warna-warna itu dengan menggunakan perbandingan 1 : 1 agar didapatkan hasil yang pas. A. Teori Memadukan warna Menurut salah seorang ahli tata warna yaitu Guthe mengatakan untuk memudahkan mencampur warna dapat dikerjakan dalam bentuk membuat lingkaran warna sbb. : 1. Warna Primer ( warna pokok) Sebagai warna dasar : Merah , Biru, Kuning Merah

Biru

Kuning

2. Warna Sekunder (warna kedua ) : Violet/ ungu, Oranye, Hijau Merah

Ungu/Violet

oranye

Biru

Kuning Hijau 5

3. Warna Tersier (warna ketiga) merupakan hasil perpaduan dengan perbandingan 1 : 1 antara warna primer dengan warna sekunder sperti gambar di bawah ini

B. Kombinasi Warna Untuk mendapatkan kombinasi warna yang baik dan serasi , harus diperhatikan pengaturan jenis warna dan luas bidang masing-masing warna. Beberapa cara untuk mengkombinasikan warna adalah sbb. : 1. Kombinasi Dua warna Dengan

menggunakan

kombinasi

warna

yang

letaknya

saling

warna

oranye

berhadapan dalam lingkaran warna. Contohnya : -

Warna hijau komplementer dengan warna merah

-

Warna biru komplementer dengan warna oranye

-

Warna

hijau

kebiruan

komplementer

dengan

kemerahan dan sebagainya. 2. Kombinasi tiga warna Untuk memperoleh kombinasi tiga warna yang serasi dengan cara kombinasi warna yang berhadapan dan berdekatan, contohnya : -

merah berkomplementer dengan hijau, dan hijau bila diuraikan akan menjadi hijau kebiruan dan kuning kehijauan. Maka warna yang serasi dari hasil kombinasi adalah : merah + hijau kebiruan + Kuning kehijauan.

6

3. Kombinasi empat warna atau monokromatik Adalah kombinasi empat warna yang tersusun dari warna-warna yang mengarah ke arah hitam (gelap) atau ke arah putih (semakin muda warnanya), contohnya yang ke arah hitam : dari Merah muda + Merah + merahtua kehitaman + hitam dan seterusnya. C. Membaca Penampilan Hasil Pewarnaan Warna tidak mungkin berdiri sendiri dalam unsur seni rupa, kehadiran suatu warna akan dipengaruhi atau ditentukan oleh warna-warna lainnya. Intensitas tampilan warna redup atau terang ditentukan pula oleh nada atau warna yang terdapat disekitarnya. Misalnya warna merah akan lebih nampak apabila diletakan diatas latar warna yang berlawanan. Dan warna merah yang sama akan nampak meredup tampilannya atau turun intensitasnya apabila diletakan diatas dasar warna yang hampir sama merahnya.

7

BAB 3 PEDOMAN MENAIKKAN DAN MENURUNKAN INTESITAS WARNA

Di bawah ini akan penyusun sajikan beberapa paparan bagaimana kita menaikkan dan menurunkan intesitas warna yang kita kehendaki untuk memberikan warna dalam corak batik kita. A. Menaikan intensitas warna : - Merah diletakan diatas latar hijau - Oranye diletakan diatas latar biru - Kuning diletakan diatas latar violet - Oranye kekuningan diletakan diatas latar violet kebiruan - Oranye kemerahan diletakan diatas latar hijau kebiruan - Kuning kehijauan diletakan diatas latar violet kemerahan B. Menurunkan intensitas warna : - Merah diletakan diatas latar oranye kemerahan - Kuning diletakan diatas latar oranye kekuningan - Biru diletakan diatas latar violet kebiruan - Hijau diletakan diatas latar hijau kebiruan - Oranye diletakan diatas latar oranye kemerahan C. Pewarna Sintetis I Zat pewarna sintetis (buatan), berasal dari bahan kimia yang terpilih. Biasanya zat kimia yang dipilih yaitu zat yang jika dipanaskan tidak akan merusak malam dan tidak menyebabkan kesulitan pada proses selanjutnya. Pewarna batik ini digunakan ketika batik sudah dalam keadaan dingin. Zat pewarna sintetis lebih mudah diperoleh di pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam-macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya.Zat warna yang biasa dipakai untuk mewarnai batik antara lain. 1. Napthol Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda.

8

Pencelupan

napthol

dikerjakan

dalam

2

tingkat.

Pertama

pencelupan dengan larutan naptholnya sendiri (penaptholan). Pada pencelupan pertama ini belum diperoleh warna atau warna belum timbul. Kemudian dicelup tahap kedua/dibangkitkan dengan larutan garam diazodium akan diperoleh warna yang dikehendaki. Tua muda warna tergantung pada banyaknya napthol yang diserap oleh serat. Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk mendapatkan

warna-warna

tua/dop

dan

hanya

dipakai

secara

pencelupan. Untuk menghasilkan warna turunan dibutuhkan percampuran warna. Berikut ini beberapa contoh resep: a. Warna merah mengkudu (merah tua) Untuk 1 kain (2 meter) = 3 liter air (larutan) 9 gram Napthol AS-BO + 3 gram TRO + 6 gram kostik 24 gram Garam diazo mearah 3 GL + 3 gram Garam diazo mearah B b. Warna biru dongker Untuk1 kain (2 meter) = 3 liter air (larutan) 10 gram Napthol AS + 3 gram TRO + 6 gram kostik 20 gram Garam diazo biru BB Untuk warna yang lain caranya sama. Silahkan melihat panduan warna Contoh napthol (nama diawali AS-...)

9

Contoh Garam diazo

Panduan warna untuk Napthol dan Indigosol

2. Zat warna indigosol Zat warna indigosol adalah jenis zat warna Bejana yang larut dalam air. Larutan zat warnanya merupakan suatu larutan berwarna jernih. Pada saat kain dicelupkan ke dalam larutan zat warna belum diperoleh warna yang diharapkan. Harus dijemur di bawah sinar matahari untuk membantu membangkitkan warna. Kemudian dioksidasi/ dimasukkan ke dalam larutan asam (HCl atau H2SO4) akan diperoleh warna yang dikehendaki. Obat pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol adalah Natrium Nitrit (NaNO2) sebagai oksidator. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat warna indigosol dipakai secara celupan maupun coletan. Contoh resep warna: Warna coklat muda Untuk1 kain (2 meter) = 3 liter air (larutan) untuk celupan  10 gram Indigo Brown IRRD + 14 gram Nitrit  20 cc HCL Untuk indigosol sebaiknya jangan memakai HCL, jika ukurannya tidak pas akan berbahaya dan mudah menyobekkan kain. HCL bisa

10

diganti dengan nitrit plus asam sulfat. Tetapi kalau ingin ramah lingkungan dan kesehatan bisa menggunakan cuka dapur, cuka apel atau sake. Untuk warna lain resepnya sama. Namun jika proses pewarnaan dengan cara coletan, ukuran warna bisa disesuaikan. Macam warnanya yaitu Yellow IGK, Yellow IRK, Orange HR, Brown IRRD, Blue 048, Grey IRL, Violet 24R, Rose IR, Green IB. Silahkan lihat di panduan warnanya. Contoh warna Indigosol

(Sumber: http://sidangbatikonlineonfacebook.com) 3. Zat Warna Remazol Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut. Jenisnya cukup banyak dengan nama dan struktur kimia yang berbeda tergantung pabrik yang membuatnya. Remazol dapat digunakan secara pencelupan, coletan maupun kuwasan. Zat warna ini mempunyai sifat antara lain : larut dalam air, mempunyai warna yang briliant dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah, untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara kuwasan. Sebelum difiksasi menggunakan Natrium silikat atau waterglass sebaiknya kain diamkan selama semalam agar warna meresap rata. Resep warna celupan untuk 1 meter kain:  25 gram remazol + soda kue dicampur dengan air hangat  20 cc waterglass di tambah air dingin tidak kental dan tidak cair Contoh warna Remazol

11

(Sumber: http://sidangbatikonlineonfacebook.com) 4. Zat warna rapid Zat warna ini adalah napthol yang telah dicampur dengan garam diazodium dalam bentuk yang tidak dapat bergabung (koppelen). Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka. Tanpa difiksasi juga bisa, caranya hanya diangin-anginkan selama semalam sampai berubah warna. Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan secara coletan. Warna yang tersedia adalah merah dan biru. Resep warna untuk coletan: Campurkan 3 gram rapid dengan 20 cc air hangat. 5. Direk Zat warna ini jarang digunakan. Prosesnya biasanya kain dimasukkan dalam rebusan pewarna direk, diamkan sebentar lalu tiriskan. Fiksasinya menggunakan refanol. Direk biasa digunakan untuk mewarna kain jeans. Warna yang tersedia adalah kuning, merah, biru, hitam, ungu, dan coklat. Sebenarnya masih banyak jenis pewarna sintetis yang digunakan untuk mewarnai batik. Tapi secara umum dan yang paling sering digunakan adalah pewarna yang sudah disebutkan diatas. Semua bahan pewarna bisa dibeli diseluruh toko-toko khusus yang menyediakan alat dan bahan membatik.... Selamat dan semangat belajar dan mencoba.... :)

12

BAB 4 PROSES SISTEM BATIK

A. Beberapa proses sistem batik, di antaranya 1. Sistim celup dan nutup 2. Sistim celup dan colet 3. Sistim perpaduan Celup, nutup dan colet 4. Sistim cabut warna B. Warna alam Batik Jombangan Menurut Drs.Sugiyono, M.M.Pd Warna alam adalah warna yang diambil dari mengolah bahan-bahan dari tumbuhan, binatang, tanah, batu-batuan yang ada disekeliling kita. Banyaknya ragam tumbuhan di negeri ini memberikan kekayaan warna alam yang memiliki corak berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Hal ini dicoba oleh pencipta karya dengan tumbuhan sama jenisnya tapi kandungan zat warnanya berbeda, disimpulkan dari unsur kandungan zat / unsur hara tanah itulah yang mebedakannya, sehingga mempengaruhi hasil zat warna alam yang dihasilkan tumbuhan tersebut berbeda-beda pula. Menurut penulis warna yang dihasilkan tumbuhan merupakan aura atau energi positif dari tumbuhan , karena warna inilah yang memberi sentuhan hidupnya suatu karya batik bila dipandang mata, sehingga menimbulkan warna yang etnik, ekslusif dan elegan. Zat warna alam yang berasal dari tumbuhan pada dasarnya adalah Tanin, yang dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu Tanin yang dapat dihidrolisis dan tanin yang tak dapat dihidrolisis (Tanin terkondensasi). Pengambilan tanin dilakukan dengan secara diektraksi dengan pelarut yang sesuai. Zat warna alam secara garis besar dibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : 1. Zat warna Mordant 2. Zat warna Bejana 3. Zat warna Direk Pada umumnya zat warna alam termasuk golongan Zat warna Mordant (rekat), sehingga supaya dapat menempel pada kain dengan baik, maka kain atau benang yang akan diwarnai dimordanting terlebih dahulu dengan

13

oksidan Logam. Warna yang dihasilkannya tergantung dari jenis oksida logam yang dipakainya. Cara mordanting berbeda-beda antara kain katun , kain sutera, dan kain wool.Untuk memperkuat warna supaya tidak luntur perlu dilakukan pengerjaan iring ( after treatment )atau difiksasi( disareni / pengunci ) setelah selesai pencelupan 1. Proses Sistem Mordan Zat yang diperlukan untuk proses yaitu : Sodium Natrium (metabisolfit) sedangkan untuk proses akhir dengan Mordan glukosid. Mordan dari bahasa latin yang artinya menggigit atau melekatkan logam ke serat kain. Ada 3 jenis bahan yang ramah lingkungan untuk proses fiksasi yaitu : Tawas, Kapur, dan Tunjung ( karatnya besi yang sudah diproses ). Proses Mordanting Cara 1 : a. Untuk kain / benang katun dan sejenisnya. Berat kain ( 1 potong ) 2,5 meter : 500 gram Tawas

: 100 gram

Soda abu

: 30 gram

Caranya : 1) Tawas dan soda abu dilarutkan ke dalam 10 liter air ,direbus sampai mendidih 2) Kain / benang dimasukan diaduk-aduk rata selama 1 jam 3) Diamkan /dinginkan sampai 12 jam 4) Kenudian ditiriskan (diatuskan), dan dicuci bersih keringkan. Siap untuk dibatik. b. Untuk kain / benang sutera : Berat kain (1 potong ) 2,5 meter : 500 gram Tawas

: 100 gram

Tanpa abu soda Caranya : 1) Tawas dan soda abu dilarutkan ke dalam 10 liter air ,direbus sampai mendidih 2) Kain / benang dimasukan diaduk-aduk rata selama 1 jam panas api 35 derajad celcius. 3) Diamkan /dinginkan sampai 12 jam.

14

4) Kenudian ditiriskan (diatuskan ), dan dicuci bersih keringkan. Siap untuk dibatik. Warna dari tumbuhan: Yang bisa dipakai atau dipergunakan untuk pewarnaan adalah akar batang, bonggol batang, kulit batang, daun, getah, bunga, buah, kulit buah,

dan

bijinya.

Masing-masing

cara

pengambilannya

dan

pengolahanya berbeda-beda. Ada yang dipakai secara langsung , ada pula yang harus diproses dahulu dengan jalan ekstraksi , direbus, direndam / difermentasi. Jenis tumbuhan yang bisa dipakai untuk menghasilkan warna adalah : a. Kulit pohon atau kayunya: mahoni, kulit pohon jaran, kulit pohon nangka, mengkudu, randu,

kemuning, kayu secang, kulit pohon

Jaran. b. Daun pohon: papaya, bayam, sambiloto, jati, genitu, indigo/ tom, jambu biji, daun nangka suun,daun suji/ pandan sili, daun katuk, daun mangga, daun rambutan, daun serikaya, daun apokat,daun cincau, daun ketepeng, daun jambu alas ungu , daun pacar, dll. c. Bunga pohon : bunga sepatu, bunga bugenvil, bunga mawar, bunga cihong/ pacar air, kenikir sayur, bunga Flamboyan, bunga lavender, bunga kana, dll. d. Kulit Buah pohon : kulit buah manggis, kulit buah duku, kulit buah bixa orelana, kulit buah mangsi, jambu alas ungu, kulit rambutan, sabut kelapa dll. e. Biji buah : Biji bixa ( kesumba ), biji mangga muda, biji alpokat,biji jambe,biji cuncung belut/mangsi-mangsian,gambir, teh, kopi, coklat dll. f.

Akar buah: akar menkudu,akar ketuba, akar randu, akar jambe, dll.

g. Akar tinggal dan umbi : kunyit, rumput teki, wortel, ketela rambat ungu, buah bet, dll. 2. Proses Mordanting Cara II : Proses ini sebagai langkah awal memproses kain yang akan di batik dan diwarnai. Caranya A : untuk kain dari serat alam yang bukan dari kapas

15

a. Siapkan kain katun ( prima, primisima, maystress, shantung dll) b. Membuat cairan TRO 2 gram atau sabun sunlight batangan per 1 liter air dingin. c. Masukan kain , rendam 2 jam lalu dicuci bersih jangan dikucek , selanjutnya angkat jangan diperas terus diangin-anginkan. d. Seterika dulu agar permukaan halus dan siap dipola gambar untuk decanting. Caranya B : untuk kain yang asalnya serat kapas a. Cairkan 2 gram Soda Abu ditambah 8 gram tawas untuk 1 liter air dingin, lalu rebus sambil diaduk hingga mendidih, b. Masukan kainnya, rebus sampai mendidih lagi selama 1 jam, matikan apinya biarkan sampai dingin betul , c. Selanjutnya kain diambil jangan diperas dan dibilas sampai bersih, keringkan terus diseterika dan siap dipola gambar dan decanting. Proses pembuatan warna alam ( Natural Dyes ): a. Khususnya untuk bahan yang berasal dari daun, bunga, daging buah, akar tinggal, umbi, biji buah dapat digunakan secara langsung dengan cara di lumatkan / diblender/ ditumbuk dan diambil air perasannya. Dan bisa juga dengan cara direbus sampai timbul warna / mendidih berkali-kali, diangkat dari api , dinginkan lalu disaring. b. Yang berasal dari kulit kayu dan kayunya, akar, kulit buah, akar tinggal , umbi, teh, kopi, coklat cara pengambilan warnanya dengan Cara di rebus dengan air hingga timbul warnanya / mendidih berkalikali, diangkat dari api, dinginkan lalu disaring, langsung bisa untuk mencelup kain. c. Dengan cara difermentasi / dibusukan, rendam dalam air 1 – 2 malam hingga timbul warna, disaring

langsung bisa digunakan

pewarnaan kain, untuk tumbuhan indigovera dapat

dipastakan /

dibuat pasta dengan cara ditambah kapur tohor yang masih aktif (membatu) agar bisa disimpan lama, kalau mau menggunakan dicampur dengan air gula merah secukupnya, bisa menggunakan pedoman yang sudah teruji dari para pakar batik yang menggunakan warna alam.

16

d. Dengan jalan dibuat bubuk / powder caranya dikeringkan ,lalu dihaluskan siap untuk digunakan pewarnaan dengan ditambah zat lain sebagai penimbul warna (soda Ash, Cobalt, Hidrosolfit dsb.) e. Setiap mencelup warna tunggu 15 sampai 25 menit agar warna betulbetul meresap di kain. Proses pencelupan tidak hanya sekali atau dua kali saja tetapi dapat dilakukan berkali-kali sampai mendapatkan warna yang diinginkan, baru dikunci dengan pengunci (air kapur, air tawas, air tunjung, cobalt). Jika ingin warna yang bermacam-macam dalam satu lembar kain yang telah

decanting dapat dilakukan dengan cara proses tutup-menutup

dengan malam (sistem bedhesan), atau bisa dengan cara dicolekan warna yang diinginkan pada motif yang dikehendaki. Warna yang digunakan harus lebih kental bila mamakai sistim colekan untuk motif beraneka warna. Setiap mencelup warna tunggu 15 – 25 menit agar hasil lebih sempurna. Pengunci warna (fiksasi)

: Setelah proses pencelupan dengan

jarak 3 – 5 menit lalu di celupkan pada pengunci yang dikehendaki agar warna tidak lekas pudar / tidak luntur, dapat digunakan / dicelup dengan beningnya air kapur, atau beningnya air tawas, atau dengan cairan tunjung (Simbul kimianya Fe SO4). Disamping itu bisa dengan beningnya air landha (merang dibakar dan ditambah air dingin) hasilnyapun sangat bervariasi).Proses pencelupan cukup 5 - 7 menit saja. Ukuran tiap 50 gram Tunjung atau tiap 50 gram Tawas atau tiap 50 gram air kapur menggunakan air 10 liter ( sepuluh liter ) Sedangkan untuk pembuatan kain panjang atau jarik system pewarnaanya dengan warna alam banyak menggunakan warna kearah coklat Sogan (Tegeran, Jambal,Tinggi), jika kearah merah menggunakan kayu secang, kulit tingi, biji Bixa , kalau kearah orange menggunakan kulit akar mengkudu, daun jati, Jolawe ,kayu secang . Tunjung ( FeSO4 ) , air kapur serta air Tawas sebagai penguncinya yang disamakan dengan produk-produk dari Solo dan Jogya. Macam kain sebagai bahan yang bisa dibatik antara lain : Primissima,

primis,

prima,shantung,

semua

jenis

katun

dari

kapas,Mori / lawon, kain Gry masih mentah dengan warna putih tulang,

17

sutra alam, sutra serat nanas , kain kaos dan masih banyak lagi.Untuk kain yang bukan dari serat alam tetap bisa dibatik, tapi cara pewarnaannya menggunakan warna sintetis, kita mengikuti permintaan pasar sehingga lebih fleksibel. Ukuran dan

takaran membuat malam batik : GPM + LKM ( 3,2,1

+1+0,5+0,5 ) Gondorukem

= 3 kg

Parafin putih

= 2 kg

Mata kucing

= 1 kg

Lilin lebah / Kote

= 1 kg

Kendal / lemak gajih sapi = 0,5 kg Mentega

= 0,5 kg

Empat macam malam sesuai kegunaannya : a. Malam Carik ,warnanya agak kuning, sifatnya molor , tidak mudah retak, daya lekatnya kuat, umumnya untuk membuat batik tulis halus. b. Malam Biron, dengan warna coklat tua,sifatnya kental gunanya untuk menutup warna biru. c. Malam Gambar, warnanya kuning pucat, mudah retak makanya untuk membuat batik retak seribu (Batik remekan) d. MALAM TEMBOK, WARNANYA COKLAT MUDA, SIFATNYA KENYAL DAN KENTAL, GUNANYA UNTUK NEMBOK / NUTUP WARNA MANA YANG DIKEHENDAKI.

18

BAB 5 PERSIAPAN KAIN DAN PROSES PENGERJAAN PEMBUATAN KAIN BATIK

A. Persiapan 1. Nganji Sebelum dicap, biasanya mori dicuci terlebih dahulu dengan air hingga kanji aslinya hilang dan bersih, kemudian di kanji lagi. Motif batik harus dilapisi dengan kanji dengan ketebalan tertentu, jika terlalu tebal nantinya malam kurang baik melekatnya dan jika terlalu tipis maka akibatnya malam akan “mblobor” yang nantinya akan sulit dihilangkan. Mori dengan kualitas tertinggi [Primisima] tidak perlu dikanji lagi, karena ketebalan kanjinya sudah memenuhi syarat. 2. Ngeplong Biasanya hanya mori yang halus yang perlu dikemplong terlebih dahulu sebelum dibatik. Mori biru untuk batik cap biasanya bisa langsung dikerjakan tanpa dilakukan pekerjaan persiapan. Tujuan dari ngemplong ialah agar mori menjadi licin dan lemas. Untuk maksud ini mori ditaruh diatas sebilah kayu dan dipukul-pukul secara teratur oleh pemukul kayu pula.Mori yang dikemplong akan lebih mudah dibatik sehingga hasilnya lebih baik. B. Tahap Pengerjaan 1. Nglowong, Pelekatan malam [lilin] yang pertama. Selesai dikemplong mori sudah siap untuk dikerjakan. Teknik pembikinan batik terdiri dari pekerjaan utama, dimulai dari pekerjaan utama, dimulai dengan nglowong ialah mengecap atau membatik motifmotifnya diatas mori dengan menggunakan canting Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai dilanjutkan dengan nerusi pada sebelah lainnya, ada dua cara yaitu: a. Proses Nglowong dengan cap / stem. b. Proses Nglowong dengan canting

19

Sejalan dengan ngolowong maka yang dilakukan adalah memberikan isen-isen, yaitu : mengisi rancangan gambar/motif dengan titik-titik, garis, dan ragam hias lainnya dengan menggunakan canting isen-isen 2. Proses Nembok Sebelum dicelup kedalam zat pewarna, bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih harus ditutup dengan malam. Lapisan malam ini ibaratnya tembok untuk menahan zat perwarna agar jangan merembes kebagian yang tertutup malam. Oleh karena itu pekerjaan ini disebut menembok, jika ada perembesan karena tembokannya kurang kuat maka bagian yang seharusnya putih akan tampak jalur2 berwarna yang akan mengurangi keindahan batik tersebut. Itulah sebabnya malam temboknya harus kuat dan ulet, lain dengan malam klowong yang justru tidak boleh terlalu ulet agar mudah dikerok. 3. Medel, Pencelupan pertama dalam zat warna a. Untuk Pewarnaan Tradisional Yaitu : Tujuan Medel adalah memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain. Jaman dulu pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari karena menggunakan bahan pewarna alam tumbuhan indigovera [bahasa jawanya : tom] Zat pewarna ini sangat lambat menyerap dalam kain mori sehingga harus dilakukan berulang kali, kini dengan bahan warna modern bisa dilakukan dengan cepat. b. Pewarnaan Kimia : 1) Pencelupan Pemberian warna dengan cara mencelupkan ke dalam larutan zat warna yang dikehendaki proses pencelupan bisa dilakukan beberapa kali 2) Pencoletan Pemberian warna secara langsung pada bidang kecil dengan menggunakan kuas. 3) Semprotan Pemberian warna dengan disemprot memakai alat semprot /sprey Fress bekas tempat parfum, bekas tempar semprot anti nyamuk dsb.

20

4. Ngerok, Menghilangkan malam klowong Bagian yang akan di soga agar berwarna coklat, dikerok dengan Cawuk

[semacam pisau tumpul dibuat dari seng] untuk menghilangkan

malam nya. 5. Mbironi, Penggunaan malam ke tiga Pekerjaan berikutnya adalam mBironi, yang terdiri dari penutupan dengan malam bagian-bagian kain yang tetap diharapkan berwarna biru, sedangkan bagian yang akan di soga tetap terbuka. Pekerjaan mBironi ini dikerjakan didua sisi kain. 6. Menyoga, Pencelupan kedua Menyoga merupakan proses yang banyak memakan waktu, karena mencelup kedalam soga. Jika menggunakan soga alam, tidak cukup hanya satu dua kali saja, harus berulang kali. Tiap kali pencelupan harus dikeringkan diudara terbuka. Dengan menggunakan soga sintetis maka proses ini bisa diperpendek hanya setengah jam saja. Istilah menyoga diambil dari kata pohon tertentu yang kulit pohonnya menghasilkan warna soga [coklat] bila direndam di air. 7. Nglorod, menghilangkan malam Setelah mendapat warna yang dikehendaki, maka kain harus mengalami proses pengerjaan lagi yaitu malam yang masih ketinggalan di mori harus dihilangkan, caranya dengan dimasukkan kedalam air mendidih yang disebut nglorod. C. Tips Jitu Agar Batik Tak Mudah Pudar 1. Jangan mencuci kain batik di mesin pencuci. 2. Jangan mengunakan sabun pencuci yang sifatnya panas / ada costik sodanya. 3. Gunakan sabun cair bersifat soft / lembut di tangan atau sabun khusus kain batik yang dari bahan alami seperti buah klerek, atau sabun kusus batik di toko-toko batik. 4. Jangan menjemur pakaian batik di area yang kena sinar matahari secara langsung. 5. Jangan mnyemprotkan parfum secara langsung di kain ,gunakan bembatas tisu / kain tipis.

21

6. Jangan menyeterika secara langsung, berilah kain tipis dan halus di atas kain batik yang mau diseterika. Pewarnaan Sintetis II Dengan adanya larangan untuk menggunakan zat warna batik yang mengandung Carsionogen dari pemerintah Jerman, yang dianggap bisa menularkan menimbulkan penyakit kanker kulit yaitu yang terdapat pada zat warna Naptol

dan Rapit, maka pengusaha batik beralih ke zat warna

Indigosol dan Reaktif terutama Remasol yang mana proses pengerjaannya lebih mudah. 1. Pewarnaan Dengan zat warna Indigosol Zat warna Indigosol adalah jenis zat warna yang larut dalam air panas dengan suhu 70 – 80 derajad Celcius, sehingga sebelum digunakan harus dilarutkan dengan air panas terlebih dahulu, setelah larut baru ditambahkan air dingin sesuai dengan ukuran plotnya. Saat kain dicelupkan atau dicoleti sesungguhnya, tetapi

warna

belum timbul warna yang

baru timbul warna yang sesungguhnya setelah

melalui penyinaran dengan sinar matahari dan difiksasi dalam larutan asam ( HCL ). Resep proses pencelupan dengan ukuran sedang / normal : - Zat warna Indigosol

: 2 – 3 gram / 1 Liter air

- Natrium Nitrit

: 4 – 6 gram / 1 liter air

- Asam chlorida ( HCL )

: 10 cc / 1 liter air

Untuk mendapatkan hasil pewarnaan yang warnanya sof ataupun kuat tajam

maka

dapt

dikurangi

ataupun

ditambah

ukuran

takaran

penimbangannya. Untuk proses coletan dengan resep : - Zat warna Indigosol

: 5 – 10 gram / 100 cc air

- Natrium Nitrit

: 4 – 6 gram / 1 liter air

- Asam chlorida ( HCL )

: 10 cc / 1 liter air

2. Pewarnaan dengan zat warna Remasol Sifatnya warna ini cerah dan cara melarutkannya cukup dengan air dingin, tetapi prosesnya memakan waktu agak lama. Untuk proses celupan minimal selama 90 menit, sedangkan untuk proses fiksasinya

22

sampai 24 jam tetapi dapat juga 4 jam dengan penambahan kostik soda atau dengan variasi komposisi yang berbeda. Untuk proses pencelupan dengan resep sbb : - Zat warna Remasol

: 5 – 6 gr / 1 liter air

- Garam dapur

: 40 gram / 1 liter air

- Soda abu

: 20 gram / 1 liter air.

Untuk proses coletan dengan resep : - Zat warna Rremasol

: 5 – 15 gram / 100 cc air

- Fiksasi dengan cara

:

1. Water glass : 750 cc / diencerkan dengan air dingin / hangat 2. Kostik soda : 250 cc / diencerkan dengan air dingin / hangat 3 waktu : 4 jam Jika waktunya lama : 1. Water glass : 950 cc / diencerkan dengan air dingin / hangat 2. Kostik soda : 50 cc / diencerkan dengan air dingin / hangat 3 waktu : 24 jam Komposisi pengenceran Water glass dan kostik soda ukuranya : - Water glass : 750 gram / 250 cc air dingin/ hangat - Kostik soda

: 450 gram / 1 liter air

23

Ikat Celup Dengan Pewarna Alami A. Daftar Alat Alat -

alat yang digunakan untuk membuat motif pada kain dengan

teknik jumput adalah : No.

Nama Alat

Fungsi

1

Karet gelang,senar

Untuk mengikat kain agar tercipta motif

2

Tali plastik

Untuk mengikat kain agar tercipta motif

3

Tali tambang

4

Kain

Untuk membuat jemuran untuk kain dan untuk mengikat kain agar tercipta motif Bahan baku ikat celup Untuk merebus bahan pewarna alam,

5

Kompor minyak

untuk merebus kain, untuk merebus simultan Tempat merebus bahan pewarna alam,

6

Panci

untuk merebus kain, untuk merebus simultan

Wadah

Tempat meletakkan fixaton dan larutan zat

(Baskom/botol)

pewarna alam

8

Parutan

Untuk menghaluskan bahan pewarna alam

9

Pisau/gunting/cutter

10

Pensil

11

Penggaris

12

Saringan

13

Kayu

14

Jarum

Untuk menjahit kain

15

Benang

Untuk menjahit kain

16

Tali Kor

Pengikat tas

17

Strika

Untuk meratakan kain

7

Untuk memotong bahan pewarna alam, untuk memotong kain Untuk membuat pola ukuran pada kain Untuk mengukur kain sesuai ukuran yang diperlukan Untuk menyaring ampas bahan pewarna alam dengan larutan pewarna alam Untuk mengaduk pewarna alam dan simultan pada waktu di rebus

24

B. Daftar Bahan Bahan - bahan yang digunakan untuk membuat motif pada kain dengan teknik jumput adalah : No.

Nama Bahan

Fungsi

1

Kunyit (larutan)

Sebagai Pewarna Alam

2

Garam dapur (larutan)

Sebagai fixaton

3

Air

4

Minyak tanah

Untuk proses perebusan

5

Indigofera (pasta)

Sebagai Pewarna Alam

6

Akar mengkudu (larutan)

Sebagai Pewarna Alam

7

Tanah liat (larutan)

Sebagai Pewarna Alam

8

Cuka

Sebagai fixaton

9

Tawas

Campuran untuk merebus air

Campuran untuk merebus pewarna alam dan fixasi, untuk mencuci kain

C. Proses Kerja Pembuatan

motif

pada

kain

dengan

teknik

jumput

dengan

menggunakan zat pewarna alam memerlukan beberapa proses, yaitu : a.

Mordanting Kain yang hendak diwarnai harus melalui proses mordanting terlebih dahulu. Proses mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap kain serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Mordanting juga berguna untuk membuka serat pada kain agar pada waktu proses pewarnaan, warna menyerap maksimal. Bahan mordant yang digunakan adalah Tawas dan TRO . Proses Mordanting yang dilakukan adalah : 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Masukkan air dan tawas dan TRO ke dalam panci. 3. Berikan minyak tanah pada kompor minyak kemudian nyalakan. 4. Letakkan panci yang berisi air dan tawas di atas kompor minyak yang menyala. 5. Tunggu hingga mendidih , tawas dan TRO larut dalam air. 6. Masukan kain ke dalam panci yang berisi air dan tawas yang telah larut untuk direbus selama 1 jam, dinginkan.

25

7. Angkat kain dari larutan mordan, kemudia jemur hingga kering. 8. Setelah kering buat pola ukuran kain dengan pensil dan diukur dengan penggaris. 9. Gunting kain seukuran 35 x 30 cm. b.

Membuat zat pewarna alam Proses pembuatan larutan zat warna alam disebut juga ekstraksi untuk mengeksplorasi seluruh kandungan warna yang ada pada tumbuhan. Bahan pewarna alam yang digunakan adalah kunyit, jolawe, tegeran, tingi dll. Proses pembuatan larutan zat warna alam yang dilakukan adalah: 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2. Cuci kunyit dengan air. 1) Kunyit yang telah dicuci kemudian dihaluskan dengan cara diparut dengan parutan. 2) Masukkan kunyit yang telah halus ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1 : 3 yaitu 2 kg kunyit dicampur 6 liter air. 3) Berikan minyak tanah pada kompor minyak kemudian nyalakan. 4) Letakkan panci yang berisi campuran kunyit dengan air di atas kompor yang menyala untuk direbus selama 1 jam sampai air yang ada di dalam panci menyusut hingga setengahnya atau menjadi 3 liter. 5) Setelah jadi, pisahkan ampas kunyit dengan larutan kunyit dengan menggunakan saringan. Larutan kunyit itulah yang digunakan sebagai pewarna. 6) Masukan ke dalam wadah.

c.

Membuat fixasi Pada proses pencelupan kain dengan zat warna alam dibutuhkan proses fixasi yaitu proses penguncian warna setelah kain dicelup dengan zat warna alam agar warna memiliki ketahanan / tidak luntur yang baik atau sebagai bahan pengikat warna pada kain. Fixaton yang

dibuat adalah garam dapur tetapi dalam proses

pembuatan motif dengan teknik ikat celup dapat menggunakan cuka sebagai fixatonnya. Proses pembuatan fixaton yang dilakukan adalah :

26

1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. 2) Masukkan air sebanyak 1½ liter ke dalam wadah. 3) Campurkan garam dapur 250 gram dengan air yang ada di dalam wadah. 4) Aduk hingga merata. d.

Proses pembuatan motif pada kain dengan teknik jumput Zat warna alami yang digunakan adalah pasta indogofera, larutan kunyit, larutan tanah liat yang telah dipanaskan, larutan akar mengkudu, dan fixernya adalah cuka.Proses pembuatan motif pada kain dengan teknik jumput yang dilakukan adalah : 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Menyiapkan tempat untuk menjemur kain. 3. Larutkan tanah liat di dalam panci dengan air hingga merata dan menjadi adonan. 4. Buat pola atau bentuk motif pada kain dengan cara diputar kainnya hingga berbentuk spiral, kemudian diikat dengan karet gelang dan tali rapian secara menyilang dengan kencang agar bagian yang diikat tidak terkena warna. 5. Berikan minyak tanah pada kompor minyak kemudian nyalakan. 6. Letakkan panci yang berisi adonan tanah liat di atas kompor yang menyala. Tunggu hingga mengantal. 7. Sambil menunggu tanah liat mengental, buat simultan / babok warna dengan cara letakan campuran pasta indigofera dengan larutan kunyit ditambah larutan akar mengkudu dan menyiapkan fixaton dengan cara menuangkan cuka ke dalam baskom. 8. Setelah adonan tanah liat jadi, campurkan dengan simultan yang telah dibuat. 9. Letakkan panci yang berisi simultan di atas kompor yang menyala, tunggu hingga mengental dan berubah warna menjadi hijau. 10. Setelah kental, panci yang berisi larutan simultan jangan diangkat langsung masukkan pola motif kain yang telah dibuat ke dalam larutan simultan dan tunggu selama 5 menit. 11. Kemudian angkat kain, lalu cuci dengan air dan masukkan ke dalam larutan fixaton yang telah dibuat, sebentar saja. 12. Jemur hingga kering di jemuran yang telah dibuat.

27

13. Setelah kering, kain dibilas dengan air. 14. Buka ikatan pada kain dan lihat motif yang ada. 15. Bilas lagi hingga bersih. 16. Jemur sampai kering. 17. Setelah kering diseterika atau dirapihkan. 18. Kemudian dijahit sampai menjadi tas kecil. Bahan – bahan yang menghasilkan zat warna alam antara lain : No.

Nama Bahan

Nama Latin

Hasil Warna

1

Kulit akar mengkudu

Morinda citrifelia

Kecoklatan

2

Buah Kunyit

Curcuma domestica

Kuning

3

Daun jambu biji

Psidium guajava

4

Daun kapuk

Bombax malabaricum

Abu-abu

5

Kayu secang

Caesalpia sappan

Kemerahan, Orange

Mangifera casturi

Hijau

Bixa Orelana

Merah terang

Peltophorum ferruginum

Merah coklat

Biji/kulit batang

6

mangga

7

Biji bunga kesumba Kulit batang soga

8

jambal

Hijau atau kemerahan

9

Kayu nangka

Artocarpus heterophyllus

Kuning

10

Daun jati

Tectona grandis

Merah marun

11

Daun nila

Indigofera tictoria

Biru dan hitam

12

Teh

Tea

Coklat

13

Tanah liat

-

Coklat muda

14

Kayu tegeran

Cudraina javanensis

Kuning

15

Kulit buah manggis

Garcinia mangostana

Ungu

16

Kacang merah

Vigna umbellata

Merah

Masih banyak lagi bahan untuk membuat larutan pewarna alam. Untuk lebih mengikat warna pada kain diperlukan cairan pengikat yang juga berasal dari alam seperti karat besi, tawas, jeruk nipis, garam dapur, gula kelapa, gula jawa, asam jawa, kapur, tunjung, air kelapa, cuka, dan lain-lain.

28

Pewarnaan Sintesis III Zat warna sintetis (synthetic dyes ) atau zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara (coal, tar, dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang paling sederhana misalnya benzena (C H) sampai bentuk yang rumit mialnya 6 6 krisena (C H) dan pisena (C H). Macam-macam zat warna sintetis 18 12 22 n antara lain: 1. Zat warna Direk 2. Zat warna Asam 3. Zat warna Basa 4. Zat warna Napthol 5. Zat warna Belerang 6. Zat warna Pigmen 7. Zat warna Dispersi 8. Zat warna Bejana 9. Zat warna Bejana larut (Indigosol) 10. Zat warna Reaktif Tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan perlakuan khusus, sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri. tetapi zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan antara lain:

Zat Warna Naptol Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain: Naptol AS-G

Naptol AS-LB

Naptol AS-BO

Naptol AS-D

Naptol AS

Naptol AS.OL

Naptol AS-BR

Naptol AS.BS

Naptol AS-GR

29

Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain: Garam Kuning GC

Garam Bordo GP

Garam Orange GC

Garam Violet B

Garam Scarlet R

Garam Blue BB

Garam Scarlet GG

Garam Blue B

Garam Red 3 GL

Garam Black B

Garam Red B Proses Pewarnaan dengan Naptol : Cara memproses naptol ada 2 cara : 1.

Sistim Panas : Caustic Soda +TRO + Naptol +Air panas diaduk rata setelah kelihatan bening ditambah airdingin. **Ukuran untuk timbul warna muda 2 gram naptol per liternya.Ukuran warna cukupan 4 gram naptol, 4 gram TRO per liternya. Untuk ukuran warna tua 6 gram naptol, per liternya. ** Ukuran Caustic Soda 3 gram per liter ** Ukuran TRO 1 gram per liter ** Ukuran Spiritus 1 gram per liter ** Ukuran Garam Naptol 15 gram sampai 25 gram per liternya.

2.

Sistim Dingin : Caustic Soda + Naptol + Spiritus + Air dingin diaduk rata setelah itu tambahkan air dingin lagi secukupnya.

3.

Larutkan garam naptol secukupnya.

4.

Setelah pembuatan warna selesai siap untuk proses mencelup dengan cara masukan kain yang mau dicelup kedalam larutan Naptol 5 – 10 menit, lalu tiriskan sebentar, setelah itu masukan ke larutan Garam naptol 3 – 5 menit selanjutnya tiriskan jangan kena sinar matahari langsung.

Zat warna indigosol Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan. Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam / Asam sulfat atau Asam florida. Jenis warna Indigosol antara lain: 1. Indigosol Yellow

Indigosol Green IB

30

2. Indigosol Yellow JGK

Indigosol Blue 0 4 B

3. Indigosol Orange HR

Indigosol Grey IBL

4. Indigosol Pink IR

Indigosol Brown IBR

5. Indigosol Violet ARR

Indigosol Brown IRRD

6. Indigosol Violet 2R

Indigosol Violet IBBF

Zat warna rapid Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna ini adalah campuran komponen

naphtol dan garam

diazonium yang

distabilkan, biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok indigosol. Zat warna reaktif Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan (printing).

Zat warna reaktif berdasarkan cara pemakaiannya dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu: reaktif dingin dan reaktif panas. Untuk zat warna reaktif dingin salah satunya adalah zat warna procion, dengan nama dagang Procion MX, yaitu zat warna yang mempunyai kereaktifan tinggi dan dicelup pada suhu rendah. Zat warna reaktif termasuk zat warna yang larut dalam air dan mengadakan reaksi dengan serat selulosa, sehingga zat warna reaktif tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu sifat-sifat tahan luntur warna dan tahan sinarnya sangat baik. Nama dagang zat warna teraktif, sebagai berikut: 1. Procion (produk dari I.C.I) Drimarine (produk Sandoz) 2. Cibacron (produk Ciba Geigy) Primazine (produk BASF) 3. Remazol (produk Hoechst) Levafix (produk Bayer) Zat warna indanthrene Zat warna indanthrene normal termasuk golongan zat warna bejana yang tidak larut dalam air. proses pencelupannya tidak perlu penambahan elektrolit karena mempuyai daya serap yang tinggi. Pemakaian reduktor dan alkali banyak dan dicelup pada suhu (40-60°C). Contoh zat warna Indanthrene: 1. Helanthrene Yellow GC MP 2. Helanthrene Orange RK MP 3. Helanthrene Brilian Pink RS MP 4. Helanthrene Blue RCL MP 5. Helanthrene Green B MP

31

6. Helanthrene Brown BK MP Zat warna pigmen Adalah zat warna yang tidak larut dalam segala macam pelarut. zat warna ini sebetulnya tidak mempunyai afinitas terhadap segala macam serat. Pemakaiannya untuk bahan tekstil memerlukan suatu zat pengikat yang membantu pengikatan zat warna tersebut dengan serat.pengikat yang digunakan yaitu emulsi (campuran dari emulsifier, air dan minyak tanah) yang dicampur dengan putaran tinggi. Zat warna pigmen banyak digunakan untuk cetak saring, tidak layak digunakan sebagai pencelupan. Contoh nama dagang zat warna pigmen: 1. Acram in (Bayer) 2. Helizarin (BASF) 3. Sandye ((Sanyo)Pristofix (Sandoz). 4. Alcilan (I.C.I).

32

WARNA BATIK

JOMBANG DENGAN WARNA NAPTOL 7 PEBRUARI 1978

PEDOMAN PEWARNAAN BATIK JOMBANG DENGAN NAPTHOL : RESEP UNTUK UKURAN KAIN 2 METER S.D 2,5 METER 1. BIRU MUDA ……………………………………Tumpangi Biru Cerah : AS-D : 1,5 gr 3 lt AS-D : 3 GR 3 lt KOSTIC : 3 gr 2X celup Kostic : 3 gr 2 X celup YRO : 1 gr TRO : 1 GR Gr.Biru BB : 8 gr Gr. Biru BB : 10 gr 2. MERAH MUDA……………………………….Tumpangi AS-D : 2 gr 3 lt AS-D KOSTIC : 3 gr 2 X celup AS-BS TRO : 1 gr KOSTIC TRO : 1 gr GR.Merah R : 10 gr Gr. Merah B Gr. Kuning GC: 5 gr Gr. Merah R

Merah Cerah : : 3 gr 3 lt : 3 gr 2 X celup : 3 gr : 10 gr : 10 gr

3. ORANYE………………………………Tumpangi Merah Tua : AS-D : 3 gr 3 lt AS-OL : 6 gr 3 LT KOSTIC : 3 gr 2 X celup KOSTIC : 3 gr 2 x cELUP TRO : 1 GR TRO : 1 GR Gr. Kuning GC : 15 Gr Gr. Merah B : 20 gr

WARNA BATIK JOMBANG DENGAN WARNA NAPTOL , 7 PEBRUARI 1978 PEDOMAN PEWARNAAN BATIK JOMBANG DENGAN NAPTHOL : RESEP UNTUK UKURAN KAIN 2 METER S.D 2,5 METER 4. COKLAT Muda………………………….Tumpangi Merah : AS – LB : 1 gr 3 lt AS-D : 6 gr 3 lt AS-G : 2 gr 2 X celup KOSTIC : 3 gr 2 X celup KOSTIC : 3 gr TRO : 1 gr TRO : 1 gr Gr.Merah R : 10 gr Gr. Merah B : 15 gr Gr. Merah B : 5 gr BORDO G P : 5 gr 5. MERAH MUDA………………………..Tumpangi Coklat Kemerahan : AS : 2 gr 3 lt AS-LB : 2 gr 3 lt KOSTIc : 3 gr 2 X Celup AS-D : 2 gr 2 X celup TRO : 1 gr Kostic : 3 gr TRO : 1 gr Gr. Merah R : 5 gr Gr. Bordo GP : 5 gr Gr. Kuning GC : 10 gr Gr. Merah B : 15 gr

33

6. ORANYE ……………………………………………..TUMPANGI BIRU TUA AS : 3 gr 3 lt AS-D : 6 gr 3 lt KOSTIC : 3 gr 2 X Celup Kostic : 3 gr 2 X Celup TRO : 1 gr TRO : 1 gr Gr. Kuning GC : 15 gr G.Biru B : 18 gr WARNA BATIK JOMBANG, 7 PEBRUARI 1978 PEDOMAN PEWARNAAN BATIK JOMBANG DENGAN NAPTHOL : RESEP UNTUK UKURAN KAIN 2 METER S.D 2,5 METER 7. UNGU MUDA AS-D Kostik TRO Gr. Violet B

……………………………………….Tumpangi Biru Muda : 2 gr 3 lt AS-D : 2 gr 3 lt : 3 gr 2 X Celup Kostic : 3 gr 2 X Celup : 1 gr TRO : 1 gr : 8 gr G.Biru BB : 10 gr

8. Kuning Terang ……………………………Tumpangi AS-G : 6 gr 3 lt AS-D Kostic : 3 gr 2 X Celup AS-OL TRO : 1 gr Kostic TRO : 1 gr Gr. Merah B : 10 gr Gr. Merah B Gr. Merah R : 10 gr Gr. Merah R

Merah Cerah : : 3 gr 3 lt : 3 gr` 2 X Celup : 3 gr : 15 gr : 5 Gr

34

INDIGOSOL UNTUK PENCELUPAN Zat warna indigosol memiliki beberapa sifat dasar yaitu, Memiliki warna dasar muda dan mudah larut dalam air dingin, Setiap warna disebutkan pada zat warna Indigosol dengan tambahan kode di belakangnya, Bisa digunakan untuk Pencelupan atau Pencoletan, Warna yang timbul melalui proses oksidasi langsung di bawah sinar matahari atau dengan zat asam. Kali ini yang akan dibahas adalah memanfaatkan indigosol untuk Teknik Pencelupan Pada Batik. Sifat Indigosol yang mudah larut pada air dingin memudahkan untuk dilakukan proses pencelupan Batik yang notabene tidak bisa bersentuhan langsung dengan air panas karena menggunakan zat perintang lilin yang tidah tahan panas. Bagaimana cara mencelup Batik menggunakan Pewarna Indigosol? Ada 4 tahap dalam proses pencelupan kain Batik pada pewarna yang menggunakan zat warna Sintetis, khususnya Indigosol. 1. Tahap Persiapan Zat Pewarna 2. Tahap Persiapan Kain Batik 3. Tahap Pencelupan/pewarnaan Kain Batik 4. Tahap Finishing/fixasi Kain Batik I.

TAHAP PERSIAPAN ZAT PEWARNA Untuk standar pewarnaan satu meter kain, bahan yang harus disiapkan antar lain: 

3-5 gr indigosol



6-10 NaNO2 (Natrium Nitrit) [biasanya dua kali jumlah pewarna indigosolnya]



1 gelas kecil air panas (100'C)



1-2 lt air dingin

Proses Persiapan : 1. Larutkan indigosol dengan air panas sampai benar-benar larut 2. Masukkan Natrium Nitrit dan larutkan hingga larut juga 3. tambahkan air dingin secukupnya II.

TAHAP PERSIAPAN KAIN BATIK 1. Kain dibatik (ditempeli malam sesuai motif, menggunakan canting) 2. Setelah melekat kuat, kain direndam dalam larutan TRO/Turkish Red Oil (10lt air + 10gr TRO)

35

3. Tiriskan Kain Batik III. TAHAP PENCELUPAN 1. Masukan kain Batik ke dalam larutan Indigosol, ratakan pewarna, lalu tiriskan 2. Diangin-angin di bawah sinar matahari langsung sambil dibolakbalik berkali-kali 3. Lakukan Proses 1 dan 2 tersebut dua kali. IV. TAHAP FINISHING/FIKSASI KAIN BATIK Siapkan 4 lt air + 60cc HCL (diaduk hingga larut merata). Masukan Kain Batik hasil pewarnaan Indigosol ke dalam larutan, sebentar saja. Angkat dari larutan HCL, lalu cuci bersih denga air. Kain Batik Dilorod (direbus) untuk menghilangkan lilim/malam batik yang masih menempel. Lalu keringkan

Langkah-langkah mencolet menggunakan zat warna indigosol sebagai berikut: 1. Siapkan alat dan bahan untuk mencolet. Alat yang biasanya digunakan adalah kuas atau rotan dan gelas aqua. Ukuran kuasnya bisa bervariasi tergantung kebutuhan. 2. Bersihkan meja coletan dan aturlah kertas koran untuk alas. Selain alas koran, bisa juga menggunakan busa ataupun karung goni. Kenapa harus menggunakan alas ya ? Alasannya simpel, agar warna gak mbleber (warna hanya mengenai bidang yang dikehendaki aja) 3. Bentangkan kain yang sudah selesai dibatik di atas meja dengan sisi rengrengan (sisi batikan yang bagian muka) di sebelah atas... Jangan sampai terbalik ... :) 4. Untuk coletan digunakan zat warna Indigosol. Pemilihan zat warna Indigisol dikarenakan warna-warna lebih cerah dibanding zat warna napthol yang cenderung warna gelap. Timbanglah zat warna sesuai dengan resep. Cara menimbang warna, satu demi satu. Atau dapat juga sekaligus bila bagian-bagian yang dicolet tidak terlalu banyak. Semua zat warna ditimbang dan kemudian dilarutkan masing-masing dalam tempat tersendiri. Penimbangan sangat penting dilakukan agar warna sesuai dengan yang dinginkan dan tidak terjadi kesalahan dalam pewarnaan. Nah, sekarang siapkan 2 larutan. Larutan I adalah campuran zat warna Indigosol, nitrit dilarutkan dengan air panas. Perbandingan untuk 1 meter

36

kain untuk celupan adalah 5 gram Indigosol, 7 gram nitit (Na No2) dan 1 liter air panas. Jika hanya coletan saja maka takaran bisa menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Larutan II adalah untuk pembangkit warna. Perbandingannya 20 cc Hcl dicampur 2 liter air dingin. Perbandingan ini harus pas, jika perbandingan tidak pas akan terjadi kesalahan sangat fatal. Jika air Hcl melebihi takaran, akan menyebabkan kain rusak atau rapuh bahkan efek yang terlihat langsung adalah berlubang dan mudah sobek. Jikaterlalu banyak air dingin akan menyebabkan tidak munculnya warna coletan... harus hati-hati ya.... 5. Ambillah kuas rotan yang sudah disiapkan dan mulailah mencolet. Untuk mempermudah pelaksanaannya, pencoletan dikerjakan dari sebelah sisi panjang kain, dari ujung kiri sampai ujung kanan melebar separo lebar kain. Kemudian dari sebelah sisi panjang kain yang satu, dari ujung kanan ke kiri, juga selebar setangah kain. Setelah semua warna dicoletkan, kemudian dikeringkan untuk selanjutnya mencolet sisi terusan sampai selesai seluruh permukaan terusan dan dikeringkan di bawah sinar matahari, untuk menolong mempercepat pembangkitan warna. Ada beberapa warna Indigosol yang tidak memerlukan sinar matahari, yaitu warna pink dan hijau. Namun untuk mendapatkan warna yang maksimal sebaiknya tetap dikeringkan dengan sinar matahari. Hindari teknik mencolet di kala musim hujan kalo tidak ingin mendapat hasil yang mengecewakan ...atau jika terpaksa, gunakan zat warna napthol untuk pencoletan. 6. Siapkan larutan pembangkitkan warna air. 7. Masukkan kain yang sudah kering coletannya ke dalam larutan pembangkit sampai kain terendam seluruhnya. Apabila sudah tidak terlihat lagi perubahan warna, maka kain diangkat, dicuci dan dikeringkan.

Teknik coletan biasanya dilakukan hanya pada motif-motif utama saja, untuk warna latar biasanya tetap menggunakan teknik celup. Keunggulan dari teknik colet adalah : 

Warna yang dihasilkan dalam satu helai batik bisa bermacam-macam.



Penggunakan warna relatif lebih hemat.



Warna yang dihasilkan cerah.



Bisa memilih mana batikan yang ingin dicolet dan mana yang tidak.

37



Bisa menghemat air.

Kelemahan dari teknik ini adalah 

membutuhkan waktu yang relatif lama tergantung berapa banyak motif yang ingin dicolet.



Warna bisa mbleber ke motif lain.



Warna tidak rata dan cenderung tidak terlalu kuat menempelnya pada kain. Teknik colet sering kita temui pada batik pesisiran yang memang

memiliki ciri warna-warna yang cerah. Seperti batik Pekalongan, batik Gresik, batik Madura, batik Indramayu dan daerah-daerah lainnya.

38

BAHAN CAT WARNA INDIGOSOL Indigosol termasuk dalam golongan cat warna bejana yang larut dalam air. Cat warna ini banyak dipakai dalam pembatikan, baik dipakai sebagai cat warna celupan atau cat warna coletan. Istilah coletan dalam pembatikan artinya memberi warna dengan alat kuas. Bahan cat warna tersebut belum nampak warnanya, timbulnya warna direaksikan dengan larutan asam atau oksidakan di bawah sinar matahari. Untuk warna kuning, hijau, coklat, abu-abu dan merah tidak perlu pemanasan langsung sinar matahari, tetapi langsung masuk dalam larutan asam sudah timbul warna. Tetapi untuk warna biru dan violet harus dioksidasikan di bawah langsung sinar matahari , baru timbul warna terus masukkan ke dalam larutan asam. Pada umumnya cat warna indigosol mempunyai warna dasar warna muda, mengkilat dan daya tahannya baik terhadap sinar matahari dan gesekan. A. CARA MENGGUNAKAN CAT WARNA INIGOSOL 1. Bahan Pelengkap 2. Untuk melarutkan cat warna indigosol dipelukan bahan pelengkap: 

Natrium Nitrit ( NaNo2) Sebanyak 2 kali jumlah berat timbang cat warna indigosol. Caranya ditambahkan pada waktu melarutkan indigosol.

Contoh resep: 

3 gram indigosol



6 gram Natrium Nitrit ( NaNo2 )



1 liter air

1. Cara melarutkan bahan cat warna indigosol 3 gram indigosol dilarutkan dengan sedikit air dingin. Kemudian tambahkan air panas kira-kira 60⁰C sebanyak ¼ liter. Ditambahkan kedalamnya 6 gram NaNo2, diaduk sampai serbuk indigosol itu larut semua. Kemudian ditambahkan air dingin secukupnya sehingga jumlah air seluruhnya menjadi 1 liter. Larutan tersbut siap dipakai dan titaruh pada tempat yang teduh. 2. Cara mencelup ke dalam larutan indigosol Bahan ( batikan ) yang sudah siap akan diberi warna, apabila banyak kanjinya sebaiknya dicuci. Kanji harus hilang sama sekali agar supaya

39

tidak mengganggu cat warna yang masuk ke dalam benang. Pada waktu mencuci hendaknya hati-hati, agar bahan yang banyak menggunakan lilin batik atau malam tidak rusak. Apabila bahan tidak banyak kanjinya dapat langsung dicelup. Waktu dicelup harus ditekantekan dan dibolak balik sampai rata. Lama pencelupan 5 menit. Bahan yang dicelup terus diangkat dari larutan cat warna indigosol, ditunggu sampai larutan cat warna indigosol tidak menetes lagi. Dioksidasikan di bawah langsung sinar matahari , sehingga timbul warna (terutama warna biru dan violet). Untuk mendapatkan warna yang sama pada kedua belah muka, maka pemanasan juga harus pada kedua belah muka. Lama pemanasan kera-kira 5 – 10 menit. Pada waktu pemanasan diusahakan tidak terjadi bayangan pada permukaan bahan, agar tidak terjadi warna yang pucat pada bekas bayangan tersebut. 3. Pembangkit warna Untuk memperoleh warna diperlukan larutan asam. Bahan ( batikan ) yang

telah

dicelup

dengan

larutan

cat

warna

indigosol

dan

telah dioksidasikan timbul warnanya. Apabila langsung dipakai masih luntur, maka harus dibangkitkan dulu atau istilahnya dikancing warnanya oleh bahan pembantu. Untuk cat warna indigosol sebagai bahan pembangkit ialah asam chlorida atau asam sulfat, sebanyak 10 cc untuk setiap 1 liter air dingin. Bahan ( batikan ) dicelup ke dalam larutan asam selama 3-5 menit, terus diangkat lekas-lekas dicuci air bersih, agar larutan asam yang masih melekat pada kainnya tidak merusak. Apabila warna yang dihasilkan kurang tua, pekerjaan mencelup tersebut dapat diulangi seperti di atas.

40

BATIK KERATON Pewarnaan Batik 1. PEWARNAAN Proses Pewarnaan pada pewarnaan batik tulis dilakukan dengan dua metode : a. Dengan cara pencoletan Adalah pewarnaan batik dengan menggunakan kuas (biasanya rotan / bambu) sebagai alatnya dengan cara pelukisan pada bidang yang dikehendaki. Dilakukan diatas meja dengan dilapisi bahan penyerap warna (karung goni) b. Dengan cara Pencelupan Adalah pewarnaan batik dengan menggunakan alat celup berupa open jigger (kerekan ) dengan sistem perendaman atau impregnasi.

Teori Warna Warna terlihat oleh mata karena adanya cahaya yang mengantarkan waran bisa dilihat oleh mata. Warna terdiri dari : 1. warna primer ( dasar ) , yaitu merah, biru, kuning. 2. warna sekunder, yaitu hijau (biru-kuning), ungu (merah-biru), orange (merah – kuning). 3. warna tersier, yaitu warna gabungan dari warna – warna sekunder

ZAT WARNA REAKTIF • Nama dagang : procion, remasol • Untuk coletan dan celupan • Kode warna : R3B (merah), R5B (merah), O2R( orange), B2R (biru), B2G (biru), Y7G (kuning), Y3CL (kuning), Y4R (kuning kemerahan), 3RD (coklat), BNH (ungu) dan sebagainya. • Prinsip pewarnaan : Larutkan zat warna dalam air dingin Gunakan larutan celup dalam suhu dingin

41

I. Pewarnaan II. Pembangkitan Prinsip Diwarnai dengan zat warna reaktif Ditambah penguat Dibangkitkan dengan alkali (soda Ash atau Water glass) Contoh Celupan Biru Reaktif Biru B2R : 20 gr soda kue : 10 gr air : 1 liter Soda Ash : 20 gr Air : 1 liter Contoh Coletan Orange reaktif Orange O2R : 40 gr soda kue : 20 gr air : 1 liter Soda Ash : 20 gr Air : 1 liter Contoh resep lain R/ coletan biru : B2G : 20 gr Resist salt : 5 gr Soda Kue : 5 gr Air : 300 ml R/ coletan orange : O2R : 20 gr Resist salt : 5 gr Soda Kue : 5 gr Air : 300 ml

2. CARA KERJA Cara Pengerjaan Dengan coletan kuas : a. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). b. angkat dan keringkan . c. siapkan larutan zat warna sesuai dengan resep coletan. d. warnai motif yang dikehendaki dengan zat warna menggunakan kuas. e. keringkan.

42

f.

lalu bangkitkan dengan soda ash sesuai dengan resep.

Cara Pengerjaan Dengan Celupan : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan Atuskan . 3. siapkan larutan zat warna sesuai dengan resep celupan. 4. tuang larutan celup ke dalam open jigger ( kerekan ) 5. lewatkan kain yang akan diwarnai melalui larutan celup tersebut lakukan sedikitnya 3 kali 6. atuskan kain yang telah terwarnai 7. Bangkitkan warna dengan cara pengoksidasian ( diangin –anginkan). 8. keringkan dan cuci dengan alkali ( soda ash / NaCl ) 9. cuci dingin.

43

ZAT WARNA INDIGOSOL •

Nama dagang : indigosol / sol



Untuk coletan dan celupan



Kode warna : IBL (abu-abu), IR (merah), HR( orange), 4B (biru), IB (hijau), IGK (kuning), IRK (kuning), 14R (ungu), IRD (coklat) dan sebagainya.



Prinsip pewarnaan : Larutkan zat warna dengan air panas Gunakan larutan warna dalam suhu hangat.



Pewarnaan II. Pembangkitan Prinsip Diwarnai dengan zat warna indigosol Dibangkitkan dengan Asam ( air keras + nitrit ). Contoh Celupan Iondigosol IB : 5 gr Air : 1 liter Air keras : 1cc Nitrit : 5 gr Air : 1 liter Contoh Coletan Indigosol IB : 20 gr Air : 1 liter Air keras : 1cc Nitrit : 5 gr Air : 1 liter

Resep lainnya ; R/ coletan hijau : IB : 15 gr Air : 300 ml Suhu : 50 C R/ coletan biru : O4B : 25 gr Air : 300 ml Suhu : 50 C

44

Cara Pengerjaan Dengan coletan kuas : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan keringkan . 3. siapkan larutan zat warna sesuai dengan resep coletan. 4. warnai motif yang dikehendaki dengan zat warna menggunakan kuas. 5. keringkan. 6. lalu bangkitkan dengan Air Keras ditambah Nitrit sesuai dengan resep. Cara Pengerjaan Dengan Celupan : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah ( teepol + air). 2. angkat dan Atuskan . 3. siapkan larutan zat warna indigosol sesuai dengan resep celupan . 4. tuang larutan celup ke dalam open jigger I ( kerekan ) 5. lewatkan kain yang akan diwarnai melalui larutan celup tersebut lakukan sedikitnya 3 kali 6. atuskan kain yang telah terwarnai 7. Bangkitkan warna dengan cara pengasaman ( air keras / H2SO4 itambah nitrit ) dalam Open Jigger II 8. cuci sabun dingin 9. cuci dingin.

45

ZAT WARNA NAPHTOL Pewarnaan dengan Zat Warna Naphtol •

Nama dagang : Naphtol



Untuk celupan



Kode warna : Naphtol : AS, ASBT, ASBO, ASBS, ASBR, ASG dan sebagainya. Garam diazonium ( pembangkit ) : R, BB, BRB, GC dan sebagainya.



Prinsip pewarnaan : Larutkan zat warna Naphtol dalam air panas ambahkan NaOH untuk melarutkannya Gunakan larutan celup dalam suhu dingin Bangkitkan dengan garam diazo pada suhu dingin ( ice color ) Arah warna : Untuk golongan monogenetik : arah warna satu arah ( satu warna ) Untuk golongna poligenetik : arah warna banyak sesuai garam diazonya.



Pewarnaan II. Pembangkitan Prinsip Diwarnai dengan zat warna indigosol Dibangkitkan dengan Garam diazonium Contoh Celupan Naphtol ASBO : 20 gr Kustik soda : 10 gr Air : 1 liter Garam Diazo BB : 40 grr Air : 1 liter Resep lainnya ; R/ celupan Merah : ASOL : 20 gr Kustik Soda : 10 gr Air : 300 ml Suhu : 10 C Garam diazonium R : 40 gr Air : 300 ml Suhu : 10 C

46

Cara Pengerjaan Zat warna naphtol Dengan Celupan : 1. Rendam kain yang akan diwarnai dalam larutan pembasah (teepol + air). 2. angkat dan Atuskan . 3. siapkan larutan zat warna Nahptol sesuai dengan resep celupan . 4. siapkan larutan garam diazonium sesuai resep. 5. tuang larutan celup ke dalam open jigger I (kerekan) 6. tuang larutan garam diazo (pembangkit) dalam open jigger II (kerekan) 7. lewatkan kain yang akan diwarnai melalui larutan celup bak I tersebut lakukan sedikitnya 3 kali 8. atuskan kain yang telah terwarnai 9. Bangkitkan warna dengan melewatkan pada bak II sebanyak pada bak I 10. cuci dingin 11. untuk hasil maksimal dapat dilakukan sekali lagi atau sesuai keinginan seperti kegiatan no 7 12. cuci dingin. 13. keringkan untuk proses selanjutnya.

47

PEWARNA BATIK

Batik merupakan salah satu karya seni yang keindahannya.terlihat dari corak atau motifnya. Bagaikan sebuah lukisan, motif atau corak dalam berbagai warna dilukiskan di atas sehelai kain mori. warna adalah salah satu unsur pesona batik. Jika kita mengulik topik tentang warna batik, maka kita akan menemukan bahwa batik dari setiap daerah memiliki ciri warna berbeda. Batik yang berasal dari tengah pulau, atau daerah pedalaman, umumnya berwarna solid, dan lebih matang. Sedangkan batik dari daerah pesisir senantiasa dibuat dengan paduan warna cerah. Hal ini disebabkan karena warna batik cenderung menyiratkan sikap sosial masyarakat tempatnya dibuat. Masyarakat pedalaman umumnya lebih kental kekeluargaannya, dan tertutup. Sedangkan masyarakat di wilayah pesisir cenderung lebih terbuka, karena memiliki kesempatan bertemu dengan berbagai kelompok masyarakat yang datang ke kota pelabuhan untuk untuk berniaga.

Sebenarnya sesuai tradisi, warna yang digunakan pada batik tidaklah banyak. Warna tersebut adalah: Hitam, Biru tua, Soga/cokelat, Mengkudu/merah. Hijau, Kuning, Ungu Proses pewarnaan batik dilakukan dengan menggunakan zat warna tekstil. Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang warnanya. Tidak semua pewarna tekstil dapat digunakan untuk mewarnai batik.

Hal ini dikaranakan sifat khusus batik, yaitu : 1. Pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik memakai lilin batik. 2. Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap alkali kuat.

48

3. Pada pekerjaan terakhir daripada proses pembuatan batik, terdapat menghilangkanlilin atau lorodan dengan air panas, tidak semua cat tahan terhadap rebusan dalam air lorodan. Secara umum berdasarkan sumber asalnya zat pewarna dibagi menjadi 2 : Zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis. Pada jaman dahulu proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Zat Pewarna Alam semakin sulit ditemukan di jaman seperti sekarang ini. Berbeda dengan zat pewarna alam, zat pewarna sintetis akan lebih mudah diperoleh di pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : 1. Indigo (Indigofera tinctoria) tanaman perdu yang menghasilkan warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daun/ranting. 2. Kelapa (Cocos nucifera) bagian yang dijadikan bahan pewarna adalah kulit luar buah yang berserabut (sabut kelapa). Warna yang dihasilkan adalah krem kecoklatan. 3. Teh (Camelia sinensis) bagian yang diolah menjadi pewarna adalah daun yang telah tua, dan warna yang dihasilkan adalah cokelat. 4. Secang (Caesaslpinia Sapapan Lin) jenis tanaman keras yang diambil bagian kayu, untuk menghasilkan warna merah. Warna merah adalah hasil oksidasi, setelah sebelumnya dalam pencelupan berwarna kuning. 5. Kunyit (Curcuma domestica val) Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang, umbi akar, yang menghasilkan warna kuning. 6. Bawang Merah (Allium ascalonicium L) Bagian bawang merah yang digunakan sebagai bahan pewarna adalah kulit dan menghasilkan warna jingga kecoklatan.

49

Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas. Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Selain itu Karena terbuat dari bahan-bahan alami, pewarna alami relatif tidak seawet pewarna kimia. Hal ini menyebabkan warna batik cenderung cepat memudar jika dicuci dengan detergen biasa. Semula para pencinta batik menggunakan pembersih alami dari buah Lerak. Tetapi kini telah ditemukan sejenis detergen khusus yang mampu membersihkan batik, namun tidak memudarkan warnanya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Zat pewarna sintetis adalah zat pewarna yang dibuat menurut reaksi-reaksi kimia tertentu. Jenis zat warna sintetis untuk tekstil cukup banyak, namun hanya beberapa diantaranya yang dapat digunakan sebagai pewarna batik.Hal ini dikarenakan dalam proses pewarnaan batik suhu pencelupan harus pada suhu kamar. Adapun zat warna yang biasa dipakai untuk mewarnai batik antara lain: 1. Zat warna naphtol Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut

50

garam naptol. Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naphtol dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan larutan naphtolnya sendiri (penaphtolan). Pada pencelupan pertama ini belum diperoleh warna atau warna belum timbul, kemudian dicelup tahap kedua/dibangkitkan dengan larutan garam diazodium akan diperoleh warna yang dikehendaki. Tua muda warna tergantung pada banyaknya naphtol yang diserap oleh serat. Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua/dop dan hanya dipakai secara pencelupan. 2. Zat warna indigosol Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Pada saat kain dicelupkan ke dalam larutan zat warna belum diperoleh warna yang diharapkan. Setelah dioksidasi/dimasukkan ke dalam larutan asam (HCl atau H2SO4) akan diperoleh warna yang dikehendaki. Obat pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol adalah Natrium Nitrit (NaNO2) sebagai

oksidator.

Warna

yang

dihasilkan

cenderung

warna-warna

lembut/pastel. 3.

Zat warna rapid Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna ini adalah campuran komponen

naphtol dan garam

diazonium yang

distabilkan, biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok indigosol. Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka. Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan secara coletan. 4. Zat warna indigosol Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat warna indigosol dipakai secara celupan maupun coletan.

51

Selain Zat pewarna, dalam proses membatik dikenal juga istilah zat pembantu. Yang dimaksud dengan zat pembantu adalah zat-zat yang digunakan sebagai penyempurnaan proses pembatikan, yaitu antara lain: caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang. Zat- Zat pembantu tersebut antara lain : a) Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik. b) Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel (mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol. c) Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap. d) Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap. e) Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori. f)

Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol

g) Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan. h) Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo. i)

Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin.

j)

Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya.

Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan nilai komersil daribarang tekstil. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti warna, pola dan mode,dan nilai–nilai guna yang tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk pakaian,barang–barang rumah tangga atau penggunaan lain. Lagi pula, nilai–nilai gunasebagai pakaian tergantung pada tingkatan yang dikehendaki dari sifa–sifatpenyesuaian

seperti

misalnya

sifat–sifat

pemakaian,

sifat-sifat

pengolahan, sifat–sifat perombakan dan sifat–sifat sebagai cadangan. Nilai–nilai ini dapat diberikandengan cara–cara yang beraneka ragam oleh macam–macam bahan, seperti serat–serat kapas, benang–benang, kain tenun, dan kain rajut, bermacam–macam caraproses, termasuk pencelupan.Serat tekstil sebagai

52

bahan baku utama untuk industri tekstil memegang peranansangat penting. Serat tekstil yang digunakan pada industri tekstil bermacam–macam jenisnya. Ada yang langsung diperoleh dari alam dan ada juga yang berupa seratbuatan. Sifat serat tekstil yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannyadan juga akan sangat menentukan sifat bahan tekstil jadinya. Pemilihan zat warna yang sesuai untuk serat merupakan suatu hal yang penting.Pewarnaan akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi. Efisiensi zat warna sangatpenting dimana harga–bahan kimia cenderung mengalami kenaikan. Selain ituefektifitas kecocokan warna harus diperhatikan kerena merupakan faktor utama penentumutu produk tekstil. Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secaramerata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukanmaka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan

dapat

dilakukandengan

berbagai

macam

teknik

dengan

menggunakan alat–alat tertentu pula.Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warnadalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutantersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warnakedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapazat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutancelup dan kemudian

pencelupan

diteruskan

hingga

diperoleh

warna

yang

dikehendaki.Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu : Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak,pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil dimasukkan kedalamlarutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat negatif pada permukaannya sehinggadalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik olehserat atau tertolak menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat–zatpembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat.Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut difusi zat warna dalam larutan. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapatmengatasi gaya–gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebutdapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi.

53

Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalahpenetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga merupakanproses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran menentukankecepatan celup.

Gaya–gaya ikat pada pencelupan Agar supaya pencelupan dan hasil celupan baik dan tahan cuci, maka gaya ikatan antara zat warna dengan serat harus lebih besar daripada gaya–gaya yang bekerjaantara zat warna dengan air. Pada dasarnya dalam pencelupan terdapat empat jenisgaya ikatan yang menyebabkan adanya daya serap yaitu ;  Ikatan Hidrogen Merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom hidrogen pada gugushidroksil atau amina mengadakan ikatan yang lemah dengan atom lainnya. Contoh : zatwarna direk, naftol, dispersi.  Ikatan Elektrovalen Ikatan antara zat warna dengan serat yang kedua merupakan ikatan yang timbulkarena gaya tarik menarik antara muatan yang berlawanan. Contoh : Zat warna asam,zat warna basa.  Ikatan non polar/ Van der Waals Pada proses pencelupan daya tarik antara zat warna dan serat akan bekerja lebihsempurna

bila

molekul–molekul

zat

warna

tersebut

berbentuk

memanjang dan datar.Contoh : zat warna direk, zat warna bejana, belerang, dispersi, dan sebagainya.  Ikatan kovalen Misalnya zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang sifatnyalebih kuat daripada ikatan–ikatan lainnya sehingga sukar dilunturkan.

Sifat–sifat pencelupan suatu zat warna sering direpresentasikan dalam suatukurva pencelupan tertentu. Dari kurva tersebut diharapkan dapat diperoleh interpretasiyang lebih nyata tentang karakteristik zat warna dalam proses pencelupan. Afinitas sesuatu zat warna umumnya merefleksikan kurva isotherm penyerapan,yakni kurva yang melukiskan perbandingan antar azat warna yang tercelup di dalamserat dengan zat warna di dalam larutan pada berbagai konsentrasi, diukur pada suhuyang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan

54

larutan sesuatu zat dalam sistemcairan dua fasa, maka akan diperoleh isotherm garis lurus menurut rumus Nerst.

Gambar 1. : Kurva Isoterm Penyerapan

Isotherm Langmuir, yaitu yang kerap kali dipergunakan dalam peristiwa pencelupan dimana serat-serat tekstil dianggap mempunyai tempat-tempat tertentuyang aktif dan terbatas yang dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabilatempat-tempat tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhentimeskipun konsentrasinya dalam larutan ditambah.

Gambar 2. : Kurva Isoterm Langmuir Ds = Konsentrasi zat warna dalam larutan (g/liter).Df = Konsentrasi zat warna dalam serat(g/kg). Kemudian

isotherm

dalampencelupan

yang

adalah

ketiga

isotherm

yang

juga

Freundlich.

banyak Isotherm

dipergunakan tersebut

tidak

mempunyai bataspenempatan molekul-molekul zat warna dalam molekul serat, dan dapat dituliskandalam suatu rumus atau bentuk kurva.

Gambar 3. : Kurva Isoterm Freundlich Df = k (Ds)XDimana : Df = konsentrasi zat warna dalam seratDs= konsentrasi zat warna dalam larutanx = pangkat suatu bilangan pecahank = suatu konstanta

Merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom hidrogen pada gugushidroksil atau amina mengadakan ikatan yang lemah dengan atom lainnya. Contoh : zatwarna direk, naftol, dispersi.  Ikatan Elektrovalen Ikatan antara zat warna dengan serat yang kedua merupakan ikatan yang timbulkarena gaya tarik menarik antara muatan yang berlawanan. Contoh : Zat warna asam,zat warna basa.  Ikatan non polar/ Van der Waals Pada proses pencelupan daya tarik antara zat warna dan serat akan bekerja lebihsempurna

bila

molekul–molekul

zat

warna

tersebut

berbentuk

55

memanjang dan datar.Contoh : zat warna direk, zat warna bejana, belerang, dispersi, dan sebagainya.  Ikatan kovalen Misalnya zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang sifatnyalebih kuat daripada ikatan–ikatan lainnya sehingga sukar dilunturkan.

Sifat–sifat pencelupan suatu zat warna sering direpresentasikan dalam suatukurva pencelupan tertentu. Dari kurva tersebut diharapkan dapat diperoleh interpretasiyang lebih nyata tentang karakteristik zat warna dalam proses pencelupan. Afinitas sesuatu zat warna umumnya merefleksikan kurva isotherm penyerapan,yakni kurva yang melukiskan perbandingan antar azat warna yang tercelup di dalamserat dengan zat warna di dalam larutan pada berbagai konsentrasi, diukur pada suhuyang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan larutan sesuatu zat dalam sistemcairan dua fasa, maka akan diperoleh isotherm garis lurus menurut rumus Nerst. Gambar 1. : Kurva Isoterm Penyerapan

Isotherm

Langmuir,

yaitu

yang

kerap

kali

dipergunakan

dalam

peristiwapencelupan dimana serat-serat tekstil dianggap mempunyai tempattempat tertentuyang aktif dan terbatas yang dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabilatempat-tempat tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhentimeskipun konsentrasinya dalam larutan ditambah.

Gambar 2. : Kurva Isoterm Langmuir Ds = Konsentrasi zat warna dalam larutan (g/liter).Df = Konsentrasi zat warna dalam serat (g/ kg). Kemudian

isotherm

dalampencelupan

yang

adalah

ketiga

isotherm

yang

juga

Freundlich.

banyak Isotherm

dipergunakan tersebut

tidak

mempunyai bataspenempatan molekul-molekul zat warna dalam molekul serat, dan dapat dituliskandalam suatu rumus atau bentuk kurva.

Gambar 3. : Kurva Isoterm Freundlich Df = k (Ds)XDimana : D

56

f

= konsentrasi zat warna dalam serat D

s

= konsentrasi zat warna dalam larutanx = pangkat suatu bilangan pecahank = suatu konstanta Selamat hari Jum’at sahabat GPS Wisata Indonesia, setiap Jum’at kita

selalu memposting artikel mengenai batik. Kali ini kita akan bahas tentang teknik membatik pada kaos. Jika selama ini kita mengenal batik hanya untuk kain mori, kain katun dan kain sutra. Banyak pengrajin yang membuat desain batik yang unik pada kaos. Seiring perkembangan jaman dan desain mode busana yang semakin beragam, kaos batik dipilih karena pembuatannya yang lebih mudah, lebih cepat, lebih efisien dan peminat kaos batik malah semakin bertambah. Teknik membatik kaos sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teknik batik yang mengunakan media kain, bedanya hanya pada penggunaan bahan dasar kainnya. Dalam proses membatik pada kaos, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar hasil batik kaosnya bagus dan sesuai harapan. Saat ini batik kaos bisa menjadi pilihan para pecinta batik karena bahannya yang nyaman, lebih kasual dan sporty.

57

MACAM MOTIF BATIK JOMBANG KARYA SUGIYONO : 1.Motif Parang Jombang

11. Motif Cubung Wawung

2.Motif Lereng Jombang

12. Parang Kubalar

3. Motif Jlamprang Jombang

13.Motif Iber-iber

4. Motif Seniti Jombang

14.Motif Rico-rico

5.Motif Bunga Rusmini

15.Motif Rengganis Jombang

6.Motif Bunga Kicak

16.Motif Gerdu Papak Parimono (GPP )

7.Motif Mojo (Motif jombang )

17.Motif Randu kenter

8.Motif Teratai Alit

18.Motif Manggar Cumleret

9.Motif Teratai Mojo

19. Motif Lung Pakis kali Rong Tlatah

10. Motif Sandur

20. Motif Alaska ( alas kabuh )

21. Motif Tapak Liman

36. Motif Jaran Sentulan

22. Motif Surya Rina

37.Motif Jaran Gedhog

23. Motif Lung Gudhe

38.Motif Damar Senthir

24. Motif KembangJombang

39. Motif Mlathi satumpuk

25.Motif Kembang Markisa

40. Motif Sambilotoijo

26.Motif Gathuk Pethuk Wani

41.Motif Kembang Klongser

27. Motif Pring Tutul Sedhapur

42. Motif Teratai Ageng

28. Motif Suket Grinting

43. Motif Gayatri

29.Motif Semar mesem

44.Motif Tumpal Arimbi Nglayu

30. Motif Sekar Taji / Raden Panji

45. Motif Jemparing

31.Motif Lereng Bawuk

46. Motif Cinjo ( Pecinan Jombang )

32.Motif Lerok Lerok Arimbi

47. Motif Tunggorono

33. Motif Margi Sido Mulyo

48. Motif Seblak

34. Motif Menara Langgar

49.Motif Kembang Gleges

35. Motif Godhong Gadhung

50. Motif Karatekajo

51. Motif Gu’yu’ Jombang

61. Motif Klana Bagus

52. Motif Kembang Srikaton

62. Motif Mayang Jambe

53. Motif Waribang

63. Motif Poci ( Ponik Cina )

54. Motif Jambe Sinigar

64. Motif Mbah Gambar

55. Motif Banyak Anggrem

65.Motif Kembang Kates ( Paes )

56. Motif Mancar Bangun

66. Motif Canthel Jombang

57. Motif Kembeng Kembang

67. Motif Gelombang Cinta

58. Motif Njelakamba

68. Motif Kupumanik

58

59. Motif Teja wantah

69.Motif Keong Mas

60. Motif Anggrek alas

70.Motif Segaran Bunga cengkeh

71. Motif Dali Iber

81. Motif Lintang Ngalih

72. Motif Lompong Ungu

82. Motif Waru Alas

73 Motif Kidang Kencana

83. Motif Lereng Bleber

74. Parang Ceplok Gempol

84. Motif Arum dalu

75. parang Canthel Jombang

85. Motif Nglirik

76. Motif Warisan luhur

86. Motif Ukel Canthol

77. Motif Segara Jembar

87. Motif Iber Pengarep-arep (Siswa)

78. motif Jlamprang Ulir

88. Motif Pamer ( Parang Merit )

79. Motif Rante mas

89. Motif Cupa ( Curahan Pamuji )

80. Motif Sido Dhapuk / Jarit manten

90. Motif Sekar Tunjung

91. Motif Pepanggihan

96. Motif Lereng Cumlorot

92.Motif Parang Komala

97. Motif kembang Asem

93. Parang Sinoman

98. Motif Godhong telu lima pitu (357)

94. Motif Tandur Ngelilir

99. Motif Thukulan

95. Motif lereng Gumantung

100. Motif Gambang Manik

101. Motif Kebonraja

102. Motif Sumber Mulyo

103. Motif Bongkotan Sewu

104. Motif Lelaku

105. Moti Markisa

106. Motif Jagoratu

107.Motif Ploso Onjo

108. Motif Taman Yusro

109.Kuluk Kencana Rama Sinta

110.Motif Lar Kambang

111.Motif Srilungan

112. Motif Kantilsidokaton

113.Motif Mojodhuwur

114. Motif mBakung

115. Motif Plosker

116.Motif Nagaraja

117. Motif Lompong Jendron

118. Motif Dandelion ( DD )

119.Motif Saursepuh

120.Motif Kejora

121. Motif Sanjo

122. Motif Jagad Raina

123.Motif Plosokerep

124. Motif Lereng Dandel

125.Motif Sumber Agung

126 Motif Burung Besut ( BB )

127. Motif Sungging drajad

128. Motif Parang DADI

129.Motif Alaskabuh

130. Motif Wonowosa

131. Motif Anggrek Jombang

132. Motif Sri Tanjung

133 Motif Sri Gading

134. Motif Dewi Sri

135. Motif Panjilaras

136. Motif Asem kembar

59

137. Motif Grundung Lesung

138. Motif Babarslamet

139. Motif Buron Alas

140. Motif Air mata Ibu

141. Motif Jatipelem

142. Motif Mbah dander

143. Motif Dhadhung awok

144. Motif Banyuarum

145. Motif Tebu Ireng

146. Motif …………………… dll

60

IV . DAFTAR PUSTAKA

Sutadi, Drs. : Proses Batik Trdisional; Disampaikan pada Pelatihan Pembuatan Batik (Garut,9- 23 Pebruari 1998 ); Balai Besar Penelitian dan pengembangan industri Kerajinan Batik; Yogjakarta 1998 Hartono dan Mulyono: Balai Besar Penelitian dan pengembangan industri Kerajinan Batik; Yogjakarta 1998 Sugiyono, Drs. : Desain Motif Batik Khas Jombangan, Sanggar Batik Giyonaji , Jombang 2012

61

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF