budnus1
September 10, 2017 | Author: Rahmad Hidayat | Category: N/A
Short Description
Download budnus1...
Description
BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA
PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI KEBENDAHARAAN NEGARA
WORO ARYANDINI DAN TIM
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa, yang atas berkah-Nya sehingga buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dapat diterbitkan. Bahan Ajar yang dihasilkan ini akan digunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran bagi seluruh dosen mata kuliah Budaya Nusantara sebagai bentuk standardisasi proses pendidikan dan pembelajaran dalam rangka menjaga mutu dan meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Tugas utama kita, dosen-dosen Budaya Nusantara, adalah mencoba membantu mendiskripsikan kebudayaan suku-suku bangsa dalam masyarakat yang majemuk. Kuliah Budaya Nusantara pada hakekatnya mempelajari suatu masyarakat yang multietnik secara komparatif, dan menganalisis dengan segala teori kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan kajian masyarakat yang multietnik itu, akan sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang nantinya ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Kebudayaan Suku-suku
Bangsa Indonesia Indonesia, yang dalam
Ensiklopedi Suku-suku Bangsa Indonesia karya pakar
antropologi Dr. Junus
Mellalatoa, terdiri atas 931 suku bangsa itu, sangat perlu dimengerti dan dipahami oleh kita semua. Buku Bahan Ajar ini yang hanya memuat ikhtisar 19 suku bangsa yang ada di Indonesia, diharapkan dapat merupakan langkah awal untuk memahami suku-suku bangsa di Indonesia pada umumnya. Kami memandang proyek penulisan buku Bahan Ajar ini sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh Direktur Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara kepada
generasi pertama Dosen Budaya Nusantara di perguruan tinggi ini, dalam rangka menstabilisasi pendidikan Budaya Nusantara. Salah satu tugas itu adalah penulisan suatu buku Bahan Ajar yang dapat mengikhtisarkan menjadi satu bahan keterangan tentang sebanyak mungkin masyarakat dan adat–istiadat dari aneka warna suku bangsa di Indonesia.
2|P a g e
2|P a g e
Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar Bahan ajar ini memenuhi persayaratan, baik dari segi materi maupun penampilannya. Namun karena keterbatasan pengetahuan kami, tentu Bahan Ajar ini masih kurang sempurna. Oleh karenanya kami mohon kritik dan saran, untuk perbaikan pada cetakan beruikutnya. Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktur STAN yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk membuat buku Bahan Ajar ini, dan kepada semua penulis yang dengan sumbangan bab yang ditulisnya memberi isi pada buku ini. Tak lupa juga saya menyatakan penghargaan saya sebesar-besarnya kepada semua yang telah membantu dalam semua tahap menuju ke arah penyelesaian dan penerbitan buku ini, terutama Staf Program Studi Akuntasi STAN, yang telah membantu menyediakan peta untuk masing-masing kebudayaan, serta
selalu membantu tersedianya keperluan
untuk membuat Bahan Ajar ini.
Catatan: Buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dimaksudkan untuk pemberian materi bahan perkuliahan tahap pertama setiap semester Jakarta,
Agustus 2011
Woro Aryandini
1|P a g e
1|P a g e
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2 DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3 BANGSA ................................................................................................................................... 4 A. Konsep Suku Bangsa .................................................................................................... 4 B. Pengertian Kemajemukan Bangsa ................................................................................ 8 C. Terbentuknya Bangsa Indonesia .................................................................................. 9 D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia ........................................................................ 10 KEBUDAYAAN ..................................................................................................................... 14 B. Wujud Kebudayaan .................................................................................................... 15 C. Kerangka Kebudayaan ............................................................................................... 15 D. Sistem Nilai Budaya ................................................................................................... 17
2|P a g e
2|P a g e
PENDAHULUAN
Kepulauan Indonesia yang juga disebut Nusantara merupakan suatu gugusan pulau yang terpanjang dan terbesar di dunia. Ia terdiri atas ribuan pulau, yang diatasnya dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan adat istiadatnya masing-masing, yang berbeda-beda. Adat istiadat atau kebudayaan suku bangsa itu dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain letak geografis, iklim - termasuk curah hujan - ,
keadaan tanah, jumlah penduduk, di
samping masih ada faktor lainya. Sebagai daerah kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia, ia juga merupakan tempat persinggahan dan dilewati oleh lalu lalangnya orang dari Benua Asia yang mengunjungi Benua Australia, dan sebaliknya. Faktor ini juga mempengaruhi adat istiadat suatu suku bangsa, karena tentu ada jejak atau peninggalan dari manusia yang melewati suatu daerah.
Oleh karenanya akan disinggung pula tentang
persebaran bangsa-bangsa yang menjadikan bangsa Indonesia atau terjadinya bangsa Indonesia. Untuk memahami budaya tiap suku bangsa di Nusantara bukanlah hal yang mudah, karena budaya mencakup gagasan, perilaku berpola dan kebudayaan fisiknya yang berupa hasil karya tiap suku bangsa. Karenanya dalam setiap bab yang berbicara tetang suatu suku bangsa, akan dianalisis sistem budayanya yang merupakan kompleks gagasan, sistem sosialnya yang merupakan wujud perilaku berpolanya, dan kebudayaan fisknya yang merupakan hasil karyanya, berupa unsur universal yang ada pada setiap kebudayaan suatu masyarakat. Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I terdiri atas delapan bab, Bab I, Bab II dan Bab III merupakan paparan tentang konsep dan teori yang berkaitan tentang bangsa maupun suku bangsa, kebudayaan dan dinamikanya. Bab IV berbicara tentang pengaruh suatu kebudayaan yang masuk, dalam hal ini kebudayaan Hindu, Budha, Islam, dan Barat. Bab V, Bab VI, Bab VII, dan Bab VIII secara utuh membicarakan suatu kebudayaan tiap suku bangsa.
3|P a g e
3|P a g e
BAB BANGSA
1
Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menguraikan arti bangsa, suku bangsa, keanekaragaman budaya bangsa, terbentuknya bangsa Indonesia serta simbol dan slogan yang dimilikinya. A. Konsep Suku Bangsa Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Para ahli umumnya sepakat bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajari atau sering disebut dengan learning behavior Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup, yakni perjuangannya terhadap dua kekuatan yang kuat dan abadi, alam dan zaman. Kebudayaan tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus menerus berganti-gantinya.. Tiap-tiap kelompok masyarakat pada periode yang sama seringkali memiliki budaya yang berbeda-beda. Perbedaan budaya juga mungkin dalam satu kelompok masyarakat karena adanya perbedaan zaman atau masa. Berbicara tentang Kebudayaan Nusantara tentu tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan suku bangsa yang hidup dan berkembang di Indonesia. Kelompok etnik atau suku
bangsa
adalah
suatu
golongan
manusia
yang
anggota-anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan
4|P a g e
4|P a g e
ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa. Adapula suku bangsa yang ditentukan berdasarkan percampuran ras seperti sebutan "orang peranakan" untuk campuran bangsa Melayu dengan Tionghoa, "orang Indo" sebutan campuran bule dengan bangsa Melayu, "orang Mestis" untuk campuran Hispanik dengan bumiputera, "orang Mulato" campuran ras Negro dengan ras Kaukasoid, Eurosia, dan sebagainya. Adapula suku bangsa yang ditentukan menurut agamanya, seperti sebutan Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang Muslim, orang Serani bagi yang beragama Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim di Bosnia, orang Moro atau Bangsa Moro di Filipina Selatan, dan sebagainya. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bermigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan ke luar negeri seperti ke Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Melayu, dan Suku Madura adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang. Pembagian kelompok suku di Indonesia pun tidak mutlak dan tidak jelas akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling pengaruh; sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Banten dan Cirebon adalah suku tersendiri dengan dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah sub-etnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula Suku Baduy yang sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan Suku Sunda. Contoh lain percampuran suku bangsa adalah Suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun orang Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial. Hal-hal yang menjadi unsur pembentuk
suku bangsa meliputi hubungan darah,
kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.
5|P a g e
5|P a g e
Gambar 1.1 Unsur-Unsur Pembentuk Suku Bangsa
hubungan darah
Kesamaan mitologi
unsurunsur suku bangsa
Kesamaan religi
Kesamaan bahasa
Kesamaan adat istiadat
1. Hubungan Darah Hubungan darah atau kekerabatan merupakan unsur utama pembentuk suku bangsa. Pada awalnya manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu Adam dan Hawa. Kemudian dari mereka terlahir anak cucu yang tinggal bertebaran di bumi. Pada tiap-tiap wilayah yang mereka tinggali berkelompoklah masyarakat atau suku yang memiliki identitas yang spesifik dibanding dengan kelompok yang lain. Secara fisik adanya hubungan darah ini dapat dikenali dari kesamaan warna kulit, rambut, dan bentuk fisik yang lain. Dari kesamaan hubungan darah ini muncullah suku-suku yang sangat beragam. Sebelum terbentuknya bangsa-bangsa
dan negara-negara di Eropa, sesungguhnya
Inggris, Prancis, Belanda, Portugis, Spanyol dan bangsa-bangsa di sekita Eropa merupakan suku bangsa tidak ubahnya suku Jawa, Sunda, Madura, Bugis dan suku-suku lainnya di Indonesia. 2. Kesamaan Bahasa Bahasa merupakan unsur pembentuk suku bangsa yang mudah kita kenali. Dalam satu areal / pulau dapat terdiri dari beberapa suku. Contoh yang paling mudah adalah di
6|P a g e
6|P a g e
Pulau Jawa. Selain suku Jawa yang banyak mendiami Jawa Timur dan Jawa Tengah, juga terdapat suku Sunda yang mendiami Jawa Barat, suku Betawi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat suku Madura yang tinggal di pulau Madura yang masih bagian dari propinsi Jawa Timur. Dapat juga ditambahkan di sini adanya suku Tengger yang mendiami Gunung Bromo di Jawa Timur. Kalau kita perhatikan unsur pembentuk suku-suku di atas, terlihat dengan mudah yang menjadi penentunya adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di tiap-tiap suku bersangkutan. Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa, suku Sunda menggunakan bahasa Sunda, suku Betawi menggunakan bahasa Betawi, suku Madura menggunakan bahasa Madura dan suku Tengger menggunakan bahasa Tengger 3. Kesamaan Adat Istiadat Kesamaan adat kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur pembentuk suku bangsa yang sangat mudah dikenali. Dengan melihat adat istiadat seseorang sering kali kita dapat menduga dari seseorang berasal. Dalam pengertian sempit adat istiadat sering diknotasikan sebagai budaya masyarakat setempat, meskipun pada dasarnya budaya sesungguhnya lebih luas pengertiannya dari sekedar adat istiadat. Cara berpakaian, rumah tinggal hingga dalam upacara perkawinan terlihat nyata perbedaan adat yang dimiliki antar suku di Indonesia. Pakaian khas orang Jawa berbeda dengan pakaian adat orang Dayak ataupun Papua. Rumah adat orang Minangkabau tentu berbeda dengan rumah adat orang Bugis ataupun orang Maluku. Dalam upacara perkawinan terlihat perbedaan yang nyata antara adat suku Aceh dengan suku Betawi ataupun orang Nusa Tenggara. 4. Kesamaan Religi Kesamaan agama yang dianut suatu kelompok masyarakat sering menjadi unsur pembentuk suatu suku bangsa. Suku Aceh dan Madura identik dengan agama Islam sedangkan suku Toraja identik dengan agama Kristen. Sementara itu Bali diidentikkan dengan agama Hindu dan suku Tionghoa identik dengan agama Konghucu. Adanya kesamaan religi umumnya menjadi unsur pembentuk suatu suku bangsa, meskipun tidak seluruh anggota masyarakat suatu suku bangsa mempunyai keyakinan agama yang homogen. Sebagai contoh meskipun Bali mayoritas beragama Hindu namun cukup banyak juga masyarakat yang beragama Islam ataupun Kristen.
7|P a g e
7|P a g e
5. Kesamaan Mitologi Mitologi adalah ilmu tentang mitos. Mitologi berkaitan dengan sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan makhluk halus di suatu kebudayaan. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, kehidupan makhluk halus dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri. Salah satu mitos yang terdapat pada suku Batak adalah keyakinan bahwa asal mula manusia di dunia ini adalah yang tinggal di tanah Batak tepatnya saat ini berada di pulau Samosir. Ada juga mitos di sebagian suku Jawa utamanya di Yogyakarta tentang Nyi Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan. Mitos-mitos ini dapat menjadi unsur pembentuk suatu ikatan kesukuan meskipun dalam banyak hal mitos ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan atau bertentangan dengan keyakinan agama (syirik) B. Pengertian Kemajemukan Bangsa Menurut Prof. Dr. H. Nur Syam, Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel, kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam kehidupan masyarakat. Yang terjadi adalah adanya kesetaraan budaya, sehingga antara satu entitas budaya dengan budaya lainnya tidaklah berada di dalam suasana bertanding untuk memenangkan pertarungan. Di dalam Kitab Suci Al Qur’an, disebutkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam berbagai penggolongan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Kitab-kitab suci yang lain pun juga menginformasikan hal yang sama tentang multikulturalitas tersebut. Secara empiris (kasat mata) tidak ada masyarakat yang bercorak monokultur. Secara empiris masyarakat terdiri dari berbagai penggolongan sosial, budaya, politik, agama, serta terdiri dari berbagai etnis dan suku. Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan bangsa harus mampu memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua, yang dalam slogan bangsa Indonesia dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Kebhinnekaan bukan malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.
8|P a g e
8|P a g e
C. Terbentuknya Bangsa Indonesia Nusantara
merupakan
istilah
yang
dipakai
oleh
orang
Indonesia
untuk
menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16), namun untuk menggambarkan konsep yang berbeda dengan penggunaan sekarang. Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-Belanda. Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Malaysia memakai istilah ini namun dalam pengertian yang agak berbeda. Di Malaysia, istilah ini lazim digunakan untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup Filipina. Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi. Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
9|P a g e
9|P a g e
Selanjutnya kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok. D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia Secara singkat bangsa dapat didifinisikan sebagai kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara karena dipersatukan oleh cita-cita yang sama. Dalam konteks negara kita, bangsa Indonesia terbentuk dari kumpulan suku-suku bangsa yang sangat beragam dari Sabang sampai Merauke yang berhimpun bersama dengan membentuk negara Indonesia dengan tujuan mencapai kemakmuran dan kejayaan bangsa dan negara. Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini meliputi rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang Burung Garuda, dan Bendera Merah Putih. 1. Pancasila Rumusan yang terinci dalam lima sila pada Pancasila merupakan ringkasan tata nilai yang berlaku dan hidup pada bangsa Indonesia khususnya pada saat Pancasila itu disepakati oleh para founding fathers negara Indonesia. Pada saat ini nilai-nilai luhur yang terangkum pada Pancasila mulai memudar dan berganti dengan nilai-nilai yang cenderung negatif milik bangsa lain karena adanya ilfiltrasi budaya dan pemikiran pada bangsa Indonesia 2. Burung Garuda Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950 3. Bendera Merah Putih Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan
10 | P a g e
10 | P a g e
ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama. Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah
bendera
perang
Sisingamangaraja
XII.
Dua
pedang
kembar
melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang–pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran
kerajaan
Bone.
Bendera
Bone
itu
dikenal
dengan
nama
Woromporang. Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan para nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Sistem ini diadopsi sebagai bendera nasional pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan telah digunakan sejak saat itu pula. Selain simbol-simbol bangsa dan negara, kita juga memiliki slogan-slogan yang menunjukkan jati diri bangsa dan negara Indonesia. Slogan bangsa Indonesia ketika masa perjuangan untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan adalah hidup atau mati. Kemudian untuk mempersatukan bangsa yang sangat beragam dari aspek agama, suku, bahasa, dan banyak perbedaan
11 | P a g e
11 | P a g e
lainnya kita memiliki slogan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”. Pada masa reformasi ini muncul slogan dari para pemimpin politik yang sering disampaikan dalam pertemuan umum dan kampanyenya yang kita dengar Bersama Kita Bisa. Mungkin tidak ada salahnya kalau saat ini kita gunakan slogan ini untuk membangkitkan semangat meraih kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara dengan sedikit perubahan sehingga menjadi Indonesia Bisa.
RANGKUMAN 1) Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Hal-hal yang menjadi unsur pembentuk suku bangsa meliputi hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi. 2) Kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam kehidupan masyarakat. Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan bangsa harus mampu memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua. Kebhinnekaan bukan malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga. 3) Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16). Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan HindiaBelanda.Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. 4) Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini meliputi rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang Burung Garuda, dan Bendera Merah Putih. Slogan bangsa Indonesia ketika masa
perjuangan
untuk
meraih
kemerdekaan
dan
mempertahankan
kemerdekaan adalah hidup atau mati. Slogan Bhinneka Tunggal 12 Ika, | P kita age gunakan untuk mempersatukan bangsa yang beraneka budaya.
12 | P a g e
LATIHAN 1) Jelaskan apa pengertian suku bangsa! 2) Sebutkan unsur-unsur apa saja yang menjadi pembentuk suku bangsa! 3) Jelaskan proses terbentuknya bangsa Indonesia! 4) Berikan 3 (tiga) contoh kemajemukan suku bangsa! 5) Sebutkan simbol-simbol bangsa Indonesia!
13 | P a g e
13 | P a g e
BAB KEBUDAYAAN
2
Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa dapat menguraikan makna definisi kebudayaan, wujud kebudayaan yang berupa sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik meliputi unsur-unsur E.kebudayaan yang universal
A. Definisi Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat (1980:195) kata ‘kebudayaan’ berasal dari kata ‘bhudayah’ (Bahasa Sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagi ‘hal-hal yang bersangkutan dengan akal’. Sedangkan kata ‘budaya’ merupakan perkembangan majemuk dari ‘budi daya’, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta , rasa, dan karsa, dengan ‘kebudayaan’ yang berarti hasil dari cipta, rasa dan karsa. Namun dalam Bahan Ajar ini kebudayaan dan budaya diartikan sama. Kebudayaan mencakup keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menginterprestaikan, memahami, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kebudayaan dapat diartikan secara luas mau pun secara sempit. Ahli Antriopologi menangkapnya secara luas, yang oleh Koentjaraningrat (198o:193) diberi definisi sebagai berikut: “Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar” Cakupannya adalah bahasa, tatanan sosial, pencarian nafkah, pengetahuan, kesenian, teknologi, dan religi. Ketujuh unsur kebudayaan ini lazim disebut Cultural Universal (unsur kebudayaan yang universal).
14 | P a g e
14 | P a g e
Kebudayaan yang diartikan secara sempit biasanya diberi arti terbatas kepada hal-hal yang indah seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, dan kesusasteraan, yaitu yang membuat manusia lebih beradab, lebih halus, dan lebih berbudi B. Wujud Kebudayaan Kebudayaan yang diartikan secara luas mempunyai tiga wujud, yaitu: 1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, letaknya di dalam kepala masing-masing orang yang menganutnya. Disebut sistem budaya karena gagasan dan pikiran tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasar asasasas yang sangat erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relatif mantap dan kontinu. Jika masyarakat menyatakan gagasannya dalam bentuk tulisan, maka wujud sistem budaya itu berada dan dapat ditangkap dalam bentuk karangan-karangan, dalam buku-buku yang dihasilkan warga masyarakat itu. Sistem budaya ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia di dalam masyarakat . Ia disebut adat, tata kelakuan, atau adat istiadat. 2. Kompleks perilaku berpola, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, sifatnya konkret, dapat diamati, atau diobservasi. Wujud ini disebut sistem sosial. Sistem ini tidak dapat dilepaskan dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan yang berada di dalam kepala manusia. Karena manusia saling berinteraksi, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan gagasan, konsep dan pikiran baru. 3. Benda hasil karya manusia, disebut wujud kebudayaan fisik, misalnya arca , nyanyian, gedung, meja, dan yang semacam itu. Karena setiap kebudayaan memiliki paling sedikit tujuh unsur kebudayaan fisik ini, maka disebut juga sebagai cultural universal, unsur kebudayaan yang universal C. Kerangka Kebudayaan Kerangka Kebudayaan terdiri atas tiga lingkaran yang konsentris, sesuai dengan tiga wujud kebudayaan yang ada: 1. Lingkaran pertama, yang paling dalam disebut Sistem Budaya. Meskipun tidak terlihat (covert culture), karena berada di dalam otak masing-masing individu, merupakan jaringan dari beberapa sistem, yaitu :
15 | P a g e
15 | P a g e
a. Sistem nilai budaya b. Sistem norma c. Etika d. Pandangan Hidup e. Ideologi Nasional 2. Lingkaran kedua, terletak lebih luar, disebut Sistem Sosial, yaitu perilaku berpola. Interaksi sosial yang berpola itu dapat diamati karena ia sudah tampak; dan kemudian makna interaksi itu dapat dianalisis, dapat dipotret, dan dapat difilmkan. 3. Lingkaran yang ketiga adalah yang paling luar, karenanya paling jelas terlihat. Lingkaran ini berisi tujuh unsur kebudayaan yang disebut unsur kebudayaan yang (Cultural Universal),
universal
karena selalu ada dalam setiap masyarakat. disebut juga
Kebudayaan Fisik. Ketujuh unsur kebudayaan itu adalah: a. Bahasa b. Sistem Pengetahuan c. Sistem Teknologi d. Sistem Organisasi Sosial e. Sistem Ekonomi f.
Sistem Religi
g. Kesenian Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan tadi (termasuk ketujuh unsur kebudayaan yang disebut Cultural Universal), dapat dilihat dalam Bagan1 dan Bagan 2 Bagan I Wujud Kebudayaan
16 | P a g e
16 | P a g e
Bagan II
View more...
Comments