Bronkopneumonia Pada Anak..
November 1, 2018 | Author: Tabitha Maudy Charoline Ginting | Category: N/A
Short Description
Kasus Anak...
Description
Bronkopneumonia (Adi S Nainggolan) Nainggolan)
Bronkopneumonia sering terjadi pada anak dan balita, tergantung dari penyebabnya peradangan dapat bersifat ringan hingga berat. Bronkopneumonia pada anak dapat terjadi setelah suatu infeksi pada saluran pernapasan atas menyebar ke saluran pernapasan bawah. Bronkopneumonia Bronkopneumonia pada anak termasuk sebagai penyebab penyebab mortalit mo rtalitas as anak balita yang utama di Indonesia. Pada tahun 2001 Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) telah memprediksikan angka a ngka kematian balita akibat penyakit bronkopneumonia bronkopneumonia adalah sekitar 5 balita per 1000 balita dalam satu tahun.
Definisi •
•
•
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi, seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2000).
Bronkopneumonia adalah infeksi akut paru-paru disebabkan oleh bakteri dan virus (Biddulph, 1999). Bronkopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah khususnya pada bronchus yang dapat mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000).
Kesimpulan dari definisi-definisi tersebut adalah: Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dll) yang menyebar membentuk bercakbercak infiltrat (konsolidasi) di alvioli.
Etiologi Bronkopneurmonia dapat disebabkan oleh bakteri (pneumococus, Streptococus), virus pneumony hypostatik, syndroma loffller, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2000).
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
Seseorang anak yang baru saja terinfeksi oleh mikroorganisme peyebab tidak segera mengalami bronkopneumonia, ada sejumlah faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi berkembang menjadi bronkopneumonia, antara lain : •
•
•
•
Apabila anak mengalami Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA) berulang. Apabila anak mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi terutama protein. Apabila anak sering terpapar asap dan polusi udara. Apabila anak tidak mendapatkan Imunisasi yang memadai Langkah Pengobatan
Patofisiologi Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah yang juga menginfeksi saluran pernafasan, sehingga menyebabkan dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
Tanda & Gejala Bronkopneumonia pada anak dapat menyebabkan beberapa gejala yang diawali dengan demam yang tidak begitu tinggi, batuk dengan sputum produktif bewarna hijau kekuningan, pilek, suara yang serak dan nyeri pada tenggorokan. Selanjutnya demam akan semakin bertambah meninggi, batuk anak semakin bertambah hebat, dahak semakin kental dan bewarna kekuningan, anak tampak bernapas cepat dan sesak dengan tarikan pada otot di daerah rusuk. Dan pada kondisi yang sangat berat anak tampak pucat bewarna agak kebiruan dan lemas.
Langkah Pengobatan
Bronkopneumonia pada anak yang disebabkan virus umumya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu hingga dua minggu. Pengobatan diberikan hanya bersifat mengurangi gejala, seperti obat untuk batuk dan obat untuk demam. Bronkopneumonia yang disebabkan oleh bakteri memerlukan pengobatan dengan obat antibiotik. Pada bronkopneumonia dengan gejala yang ringan pengobatan dapat dilakukan secara rawat jalan, sedangkan pada bronkopneumonia dengan gejala yang berat memerlukan perawatan inap di rumah sakit.
Pengobatan dan perawatan pada pasien bronkopneumonia di rumah sakit antara lain dapat dilakukan dengan cara: •
•
Pemberian terapi oksigen. Pemberian oksigen diperlukan pada gejala yang berat agar kebutuhan oksigen dalam tubuh dapat tercukupi. Pemberian terapi cairan. Cairan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan dasar tubuh, dan pada gejala yang berat cairan dapat diberikan secara parenteral.
•
•
Pemberian terapi simptomatik. Obat – obatan simptomatik diperlukan untuk meringankan gejala bronkopneumonia seperti batuk, demam, dahak produktif dan obstruksi salura napas. Pemberian terapi antibiotik. Obat antibiotik diberikan segera secara empiris sesuai dengan dugaan mikroorganisme penyebab, apabila telah didapatkan hasil pemeriksaan terhadap kultur dan resistensi antibiotik, maka antibiotik empiris diganti dengan antibiotik yang sensitif terhadap bakteri
Penkes •
•
•
•
Perawatan selama masa kehamilan Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan. Perbaikan gizi balita Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
Lanjutan
• •
• •
Memberikan imunisasi lengkap pada anak Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah. Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
Lanjutan
• •
•
• •
Menjauhkan balita dari penderita batuk Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi. Mengupayakan agar bagian dalam rumah (kamar) terpapar sinar matahari, agar ruangan tidak lembab. Mencegah anak agar tidak menghirup debu. Menjaga kebersihan rumah.
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul •
• •
•
•
•
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran oksigen. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
Rencana Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk. Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler, frekuensi pernafasan normal (30-60 X/menit pada bayi dan 15-30 X/menit pada anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan, AGD normal (Pa O2 80 – 100 dan CO2 35 – 45). Intervensi •
•
•
•
Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam (mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara nafas) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki (penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal) Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam (Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah) Lakukan kolaborasi pemberian O2 (kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan oksigen yang diberikan)
Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria suhu tubuh normal 365 – 375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120 140 X/menit (bayi) 100-120 X/menit (anak) Respirasi normal 30-60 X/ment (bayi) 30-40X/menit (anak). Intervensi : Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam (perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi) Berikan kompres hangat (kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi yaitu kontak langsung dengan obyek) Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter (menurunkan panas di pusat hepotalamus) •
•
•
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran oksigen Tujuan : klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan kriteria mampu melaksanakan aktifitas ringan dan mampu mempertahankan gerak. Intervensi Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan energi (istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara bertahap dan mencegah pengeluaran yang berlebihan) Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress (Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada klien) Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi (membantu mobilisasi secara bertahap) Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat (istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua) •
•
•
•
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas. Tujuan : volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output dengan kriteria kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan membran mukosa lembab, tidak demam. Intervensi : Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral (Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan mencegah status cairan tubuh). Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam (mengetahui perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran cairan) Berikan cairan infus sesuai program dokter (memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit) Kolaborasi tentang pemberian antipiretik (mencegah timbulnya demam) •
•
•
•
View more...
Comments