BRONKHOMALASIA
March 5, 2019 | Author: Firman Dwi Cahyo | Category: N/A
Short Description
1...
Description
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
BRONKOMALASIA
DISUSUN OLEH :
1. Stephen Felius
10. Isni Martiyani Putri
2. G. A. K. Sri Sundari
11. Kamila Aulia
3. N. W. Intan Afsari Dewi
12. Indah Pudyastuti
4. Puspita Melati
13. Kharisma Agustina
5. Sri Mujiati
14. Liota Marsha Renardiya
6. Fitriani Widyastanti
15. Melinda Anggardini
7. Galih Purwoningsih
16. Miranda Ayu Risang .B
8. Hana Muzdalifah
17. Nevy Kusuma Danarti
9. Indah Apriliana
PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2018 i
KATA PENGANTAR
Terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menerima ilmu hingga kami telah mencapai jenjang tertinggi dalam status pendidikan, yaitu sebagai mahasiswa. Tak lupa pula kami berterima kasih kepada-Nya karena telah memberi kami waktu untuk menyelesaikan tugas makalah Keperawatan ANAK . Dalam proses pembuatan makalah ini kami sebagai tim penyusun mengalami berbagai hambatan, akan tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari media yang memadai, makalah ini dapat tertuntaskan dengan baik. Tak ketinggalan pula kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya, juga membantu dalam pengumpulan bahan, penyusunan dan pembuatan makalah. Tentunya sebagai manusia, kami sebagai penyusun tak lepas dari berbagai kesalahan, dan kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat di makalah kami ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca sebagai bahan evaluasi atas makalah yang kami susun. Harapannya agar kami menjadi lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga bermanfaat bagi semua pembaca.
Semarang, 19 Juli 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................. .................................................
i
Kata Pengantar ............................................. .................................................
ii
Daftar Isi......................................................................... ...............................
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................. ........................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................
3
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................
3
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 2.1 Definisi Bronkomalasia ............................................................................
4
2.2 Etiologi Bronkomalasia ............................................................................
4
2.3 Klasifikasi Bronkomalasia ................................................ .......................
5
2.4 Pathway Bronkomalasia ...........................................................................
6
2.5 Patofisiologi Bronkomalasia ....................................................................
6
2.6 Manifestasi Klinis Bronkomalasia ...........................................................
7
2.7 Pemeriksaan Penunjang Bronkomalasia ..................................................
8
2.8 Komplikasi Bronkomalasia ............................................... .......................
9
2.9 Penatalaksanaan Bronkomalasia ................................................ ..............
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian .............................................. ..................................................
12
3.2 Diagnosa ................................................. ..................................................
16
3.3 Intervensi ................................................ ..................................................
17
iii
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan ................................................ ..................................................
22
4.2 Saran.............................................. ...........................................................
22
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap
pasangan. Setiap manusia tentunya ingin mempunyai anak yang sempurna baik secara fisik maupun psikis.Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara (Depkes, 2014). Di tangan anak-anak yang sehat dan sejahtera akan melahirkan bangsa
yang kuat, sejahtera dan bermartabat.Suatu kenyataan saat ini bahwa harapan kelangsungan hidup anak-anak Indonesia masih rendah sehingga masih banyak anak terlahir di negeri ini dalam situasi yang tidak menguntungkan karena berbagai sebab seperti penyakit infeksi, penyakit bawaan (kelainan kongenital), malnutrisi, berat badan lahir rendah dan lain-lain sehingga kualitas hidup mereka dimasa depan akan rendah (IDAI, 2008). Di beberapa negara mortalitas anak mulai menurun karena suksesnya imunisasi, kontrol diare, infeksi saluran pernapasan akut, dan perbaikan pelayanan yang terfokus pada layanan kesehatan primer.Sebagai konsekuensi, kelainan kongenital mengambil proporsi yang lebih besar dalam mortalitas anak (World Bank dalam WHO, 2013). Kelainan kongenital didefinisikan sebagai kelainan struktural atau fungsional termasuk kelainan metabolisme yang timbul saat lahir(Rosano A, dkk., 2000. Agha MM, dkk., 2006). Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.WHO memperkirakan adanya 260.000 kematian (7% dari seluruh kematian neonatus) yang disebabkan oleh kelainan kongenital di tahun 2004.Bayi-bayi dengan kelainan kongenital menjadi masalah khususnya untuk negara berkembang karena angka kejadiannya yang cukup tinggi dan membuat sumber daya berkurang. Bayi dengan kelainan
kongenital
yang
bertahan
hidup,
saat
tumbuh
akan
ketergantugan terhadap orang lain, ataupun alat bantu (WHO, 2013).
1
mengalami
Angka kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di dunia yaitu sekitar 303.000 jiwa pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap tahunnya(WHO, 2016). Data World Health Organization South-East Asia Region (WHO SEARO) tahun 2010 memperkirakan prevalensi kelainan kongenital di Indonesia 3 adalah 59,3 per 1000 kelahiran hidup. Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia, maka akan ada sekitar 295.000 kasus kelainan bawaan pertahun. Data laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa sebesar 1,4% bayi baru lahir usia 0-6 hari pertama kelahiran dan 19% bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal disebabkan karena kelainan kongenital (Depkes, 2016). Salah satu kelainan kongenital yang dapat ditemui yaitu bronkomalasia. Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun (Children’s NationalHealth System,2016). Prevalensi bronkomalasia di dunia sangat luas dan bervariasi secara geografis. Di Indonesia, prevalensi bronkomalasia belum diketahui secara pasti. Bronkomalasia sendiri dapat ditangani dengan tindakan pembedahan atau trakheotomi. Dengan pertimbangan angka kejadian yang cukup tinggi, maka sangat perlu dilakukan pencegahan yang lebih optimal. Tindakan asuhan keperawatan yang te pat pada anak dengan kelainan kongenital bronkomalasia penting dilakukan dan harus diperhatikan oleh perawat untuk memberikan pelayanan yang optimal sehingga akan membantu mengurangi dampak yang diakibatkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia. 1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa definisi bronkomalasia?
2.
Bagaimana etiologi bronkomalasia?
3.
Apa saja klasifikasi bronkomalasia? 2
4.
Bagaimana pathway bronkomalasia?
5.
Bagaimana patofisiologi bronkomalasia?
6.
Apa saja manifestasi klinis bronkomalasia?
7.
Apa saja pemeriksaan penunjang bronkomalasia?
8.
Apa saja komplikasi bronkomalasia?
9.
Bagaimana penatalaksanaan bronkomalasia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia? 1.3 TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui definisi bronkomalasia.
2.
Untuk mengetahui etiologi bronkomalasia.
3.
Untuk mengetahui klasifikasi bronkomalasia.
4.
Untuk mengetahui pathway bronkomalasia.
5.
Untuk mengetahui patofisiologi bronkomalasia.
6.
Untuk mengetahui manifestasi klinis bronkomalasia.
7.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bronkomalasia
8.
Untuk mengetahui komplikasi bronkomalasia
9.
Untuk mengetahui penatalaksanaan bronkomalasia
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama bagi mahasiswa keperawatan agar memahami mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia, sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat bagi pasien.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI BRONKOMALASIA
Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka. Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan).tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap.Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016)
2.2 ETIOLOGI BRONKOMALASIA
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik. Bronkomalasia dibagi menjadi 2 yaitu: 1.
Primer : melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal dari prematuritas, defek struktural kartilago yang inherent atau dari ketiadaan congenital cincin tulang rawan di bronkus subsegmental. Seperti yang terlihat pada sindrom William Campabell
2.
Sekunder : terjadi dari peningkatan kompresi eksternal oleh struktur jantung atau anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder
4
2.3 PATHWAY BRONKOMALASIA Faktor penyebab: Prematur
Gangguan kongenital
Defisiensi pada cincin kartilago
Penyempitan/ menutupnya jalan nafas (bronkus)
Gangguan disfungsi gas di alveoli
Hipoksemia Hiperkapnia
Sesak Napas
Hipoksia
Kelemahan tubuh
Asidosis Respiratorik
Bayi cepat lelah
Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran gas Intoleransi Aktivitas
Ketidakefektifan pola napas
5
O2 otak menurun
Kesadaran menurun Ketidakseimba ngan perfusi jaringan serebral
Kejang
Resiko cidera
2.4 PATOFISIOLOGI BRONKOMALASIA
Penyakit penyebabnya
bronkomalasia adalah
bayi
adalah yang
penyakit/kelainan lahir
premature.
yang
salah
Kelahiran
satu
prematur
menyebabkan beberapa kelainan bawaan/ ketidaksempurnaan organ tubuh pada bayi. Hal itu disebut kelainan congenital yang menyebabkan defisiensi pada cincin kartilago. Pada pasien bronkomalasia, defisiensi pada cincin kartilago menyebabkan jalan napas (bronkus) menyempit/menutup pada saat ekspirasi. Hal itu menyebabkan gangguan disfungsi gas pada alveoli yang berdampak hipoksemia dan hiperkapnia. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen di jaringan sehingga pasien akan mengalami hipoksia. Suplai oksigen ke jaringan yang tidak adekuat akan berdampak kepada pasien sehingga pasien akan mengalami gejala sesak napas. Pasien yang mengalami bronkomalasia biasanya terjadi ketidakmampuan mengeluarkan kadar CO2 yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
asidosis
respiratorik
mengalami gangguan pertukaran gas.
yang
dapat
menyebabkan
penderita
Suplai O2 ke otak menurun akan
menyebabkan terjadinya kejang dan bias menyebabkan penurunan kesadaran sehingga penderita dapat mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan apabila penderita mengalami kejang akan beresiko mengalami cidera. Pada
pasien
bronkomalasia
pasien
mengalami
sesak
napas
dapat
menyebabkan otot tubuh menjadi lemah sehingga jika terjadi pada bayi, bayi akan menjadi cepat lelah dan nafsu makannya akan menurun.
2.5 MANIFESTASI KLINIS BRONKOMALASIA 1.
Gejala Bronkomalasia
a. Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat. b. Demam sub-febril (kecuali infeksi sekunder oleh bakteri). c. Puncak gejala pada hari ke-5 sakit : batuk, sesak napas, takipne, mengi,minum menurun, apne, sianosis.
6
d. Bila terjadi obstruksi hebat, pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal, suara nafas melemah, dan “wheezing” yang semula jelas dapat menghilang. 2.
Tanda-tanda Bronkomalasia
a. Nafas cuping hidung b. Penggunaan otot bantu napas (dada mengembang disertai retraksi interkostal dan subkostal). c. Sesak napas, takipne, apneu. d. Hiperinflasi dada. e. Retraksi, expiratory effort. f.
Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
g. Ekspirasi memanjang, mengi. h. Hepar atau limpa dapat teraba.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG BRONKOMALASIA 1.
Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring, trakea dan bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau bronkoskop serat
optik
fleksibel
yang
disebut
dengan
bronkofibroskop.Melalui
bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep biopsi dapat dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan untuk pemeriksaan sitologi. Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan mengumpulkan spesimen.Indikasi bronkoskopi adalah sebagai berikut. a.
Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
b.
Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
c.
Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
d.
Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
e.
Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.
7
Adapun prosedur tindakan bronkoskopi adalah sebagai berikut. a.
Persetujuan tindakan.
b.
Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
c.
Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
d.
Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
e.
Periksa dan catat tanda-tanda vital.
f.
Premedikasi.
g.
Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowlers dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi. Tenggorok disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan melalui mulut atau hidung.
2.
h.
Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
i.
Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
CT-Scan
CT scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang digunakan untuk mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai kelainan
pada
paru-paru.
CT
scan
atau
pemindaian
tomografi
terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil dari sudutsudut
yang
berbeda,
yang
kemudian
akan
dikombinasikan
untuk
menghasilkan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur internal paru-paru. Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur abnormal di dalam paru-paru atau ketidakteraturan yang bisa jadi merupakan
gejala
yang
dialami
oleh
pasien.Di
samping
untuk
mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru, CT scan juga dapat digunakan untuk memandu pengobatan tertentu untuk memastikan ketepatan dan ketelitian.Banyak tenaga medis profesional menggunakan CT scan paru-paru untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat bagi pasien, yang meliputi p eresepan , pembedahan, atau terapi radiasi. 8
CT scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT scan dada atau toraks.Prosedur untuk melakukan CT scan paru-paru meliputi penghasilan berbagai gambaran X-ray, yang disebut dengan irisan yang dilakukan di dada atau abdomen bagian atas pasien.Irisan-irisan tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk melihat gambaran akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan bidang.Tidak seperti prosedur X-ra y tradisional, CT scan menyediakan gambaran yang lebih rinci
dan
akurat
yang
menunjukkan
hingga
abnormalitas
atau
ketidakteraturan yang bersifat minor. Selain itu, CT scan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis tumor paru apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada.Itulah mengapa CT scan paru-paru digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk dari pertumbuhan kanker.Prosedur pencitraan ini juga dapat membantu mengidentifikasi adanya pembesaran nodus limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari paru-paru. 3. MRI Dada
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti Rontgen USG, atau CT scan. ,
2.7 KOMPLIKASI BRONKOMALASIA
1. Pneumonia Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau
adanya
kondisi
yang
trakheabronkialis.(Wilson, 2006) 9
mengganggu
tekanan
saluran
2. Bronkitis Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran (Ngastiyah, 2006). Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 2004) 3. Polychondritis Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditandai peradangan tulang rawan yang biasa terjadi pada telinga dan hidung. Penyakit ini dikenal dengan nama lain seperti Meyenburg Altherr Uehlinger sindrom, kronis atrofi polychondritis
dan
sindrom
Von
Meyenburg.Penyakit
ini
dapat
mempengaruhi tulang rawan dari setiap jenis dan jaringan sendi, telinga, hidung dan trakea. Penyebab polychondritis diyakini gangguan autoimun. Sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan dan tulang rawan menyebabkan kerusakan dan peradangan. Antibodi yang dihasilkan autoimun akan menghancurkan glycosaminoglycans yang merupakan bagian terpenting dalam jaringan ikat di tulang rawan. 4. Asma Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai dengan 10
penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus.(Smelzer Suzanne : 2001). Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabagcabang trakheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007).
2.8 PENATALAKSANAAN BRONKOMALASIA
1. Timeinvasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang kontinu. 2. Tekanan udara positif kontinu Metode menggunakan respiratory ventilation/ CPAP (Continuous Positive Airway Pressure ). 3. Trakheotomi Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka atau membuat saluran udara langsung melalui sebuah insisi di trakhea (the windp ipe).
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN Tanggal masuk
: 30 April 2018
Jam
: 19.15 WIB
Ruang
: C1L2 ( Anak )
No. Reg.
: C346907
Identitas Nama
: An. A
Umur
: 2 bulan 28 hari
Nama Ayah
: Tn. J
Nama Ibu
: Ny. I
Pekerjaan Ayah
: Buruh
Pekerjaan Ibu
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Margohayu Rt/Rw 04/05, kec. Karangawen, Kab.
Demak Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan Ayah
: SLTA
Pendidikan Ibu
: SLTA
1.Riwayat Perawatan Sekarang Pasien menderita batuk serta pilek. Pasien tidak menggigil, tidak mengalami kejang. Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau, konsistensi padat serta bau khas. Pasien masih batuk dan pilek. Anak masih bersedia makan dan minum, BAB dan BAK tidak ada kelainan. 3 hari lalu anak masih batuk dan pilek. Nafas anak tampak lebih cepat dari biasanya, terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil / sesuai yang dimakan. Anak tampak lemas. Berat badan anak menurun dari 4,3 kg menjadi 3,5 kg. BAK dan BAB
12
tidak ada kelainan. Lalu anak dibawa ke RS. Kota Semarang, diperiksa Lab. Darah dengan hasil : Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/µl ; Tr : 1.057.000/µl ; Hc : 30,9% Dan mendapat rujukan ke RS. Dr. Kariadi. An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi. An.A tidak mempunyai riwayat alergi. An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS.
1.1.2
Riwayat Keperawatan Kelahiran Pre Natal
Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.
Intra Natal
An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan, langsung menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 50 cm, umur kehamilan 9 bulan.
Post Natal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif, mulai awal bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac. 1.1.3
Riwayat Keperawatan Keluarga
Dari kedua keluarga tidak ada riwayat bronchomalasia 1.1.4
Riwayat Sosial Yang mengasuh
An.A diasuh oleh kedua orang tuanya, kedua orang tua sangat menyayanginya.
Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga baik, ada komunikasi antar anggota keluarga. Saat dirawat di RS orang tua selalu menjaga pasien
Pembawaan secara umum
An.A terlihat kurang aktif
Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih, ada jendela. 1.1.6
Riwayat Sosial Pola istirahat /tidur
13
An.A mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam sering terjaga Pola kebersihan
An.A mandi masih dibantu oleh ibunya Pola eliminasi
An.A sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit BAB 1x sehari . 1.2 Pemeriksaan Fisik Kesadaran
: GCS : E= 4, M= 6, V= 5 Composmentis
Nadi
: 124x/ menit dengan kekuatan lemah
Pernafasan
: 50x/ menit dengan nafas cepat dan meningkat
Suhu tubuh
: 37,2 0 C
Kulit : ▪
Berkeringat, lembab, turgor baik.
▪
Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.
Mata : ▪
Konjungtiva
: tidak anemis
▪
Sclera
: tidak ikteric
▪
Pupil
: normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan reflek
cahaya ( + ) langsung Kepala : ▪
Rambut
: warna hitam, lurus,
▪
Kulit kepala
: tidak ada laserasi, kulit kepala berminyak.
Hidung : ▪
Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung
bersih, ada cuping hidung Telinga : ▪
Daun telinga
: simetris antara kanan dan kiri, bersih
▪
Liang telinga : tidak terdapat serumen
▪Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran tidak ada gangguan, bentuk simetris Mulut : ▪
Mulut bersih, tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa lembab
14
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis.
Dada : Frekuensi : 50x/menit Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral kanan kiri=2:1, terdapat retraksi dinding dada Palpasi
: tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.
Perkusi
: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah Jantung
: batas kiri dan kanan sulit dinilai
Perut : Inspeksi
: Perut datar, tidak ada massa, lemas.
Auskultasi : Peristaltik usus normal 12 x/ menit. Palpasi
: Tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar
Perkusi
: Timpani
Genetalia : Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis normal. Pada anus tidak terdapat hemoroid. Ekstrimitas : Ekstrimitas atas
: Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat sianosis
Ekstrimitas bawah
: Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat sianosis
1.4 Pemeriksaan Diagnostik I. Laboratorium Tanggal 9 April 2018 Hematologi Hb
: 8,20 gr/ dL
Hematokrit
: 27,8 %
Erythrosit
: 3,64 juta/ mmk
MCV
: 76,4 fL
15
MCH
: 22,5 pg
MCHC
: 29,5 gr/ dL
Leukosit
: 26,4 ribu/ mmk
Hitung Jenis Darah Tepi Eosinofil
: 2%
Basofil
: 0%
Batang
: 0%
Segmen
: 58%
Limfosit
: 30%
Monosit
: 6%
Eritrosit
: anisitosis ringan poikilositosis sedang
Trombosit
: jumlah meningkat, bentuk normal
Leukosit
: jumlah tampak meningkat, limfosit teraktivasi +, smudge cell +
RDW
: 17,4 %
MPV
: 7,60 fL
BGA
: pH: 7,20m, CO3: 21mmHg, pCO2: 48 mmHg, BE: -3, pO2: 75
3.2 ANALISA DATA NO
1.
DATA
DX KEP
DS: -
Gangguan pertukaran gas
DO: -retraksi dada
b/d
- cuping hidung
ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
-RR: 50 x/menit
16
-pH: 7,20 -HCO3: 21mmHg -pCO2: 48 mmHg -BE: -3 -pO2: 75 2.
DS : Orang tua pasien mengatakan anaknya
Pola napas tidak efektif b/d
sesak napas sejak 3 hari yang lalu disertai batuk
kelemahan otot pernafasan
dan pilek. DO : - px terlihat kesulitan bernapas -RR 50x/menit -terdapat retraksi otot dada -napas cuping hidung -terdapat suara ronchi basah halus lobus bawah 3.
DS : Orang tua mengatakan anak terkadang
Ketidakcukupan nutrisi b/d
muntah
faktor biologis
sekitar
¼
gelas
kecil/sesuai
yang
dimakan. orang tua mengatakan nafsu minam ASI anak menurun. DO: - BB anak menurun dari 4,3 kg menjadi 3,5 kg. Hb: Hb
: 8,20 gr/ dL
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 2. Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot pernafasan 3. Ketidakcukupan nutrisi b/d faktor biologis
17
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2.
Pola
napas
tidak
efektif b/d kelemahan otot pernafasan
TUJUAN
Tujuan: Gas exchange, Keseimbangan asam basa, Elektrolit, ventilation, Vital Sign Status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi: a. peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat b. Paru-paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan c. AGD dalam batas normal
INTERVENSI
a. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu c. Keluarkan sekret dengan suction bila perlu d. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan e. Berikan kolaborasi bronkodilator f. Monitor respirasi dan status O2 g. Catat
pergerakan
kesimetrisan,
dada,
penggunaan
tambahan,
retraksi
amati otot otot
supraclavicular dan intercostal h. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
Tujuan: 1.posisikan pasien untuk Setelah dilakukan memaksimalkan ventillaasi tindakan 2. Pertahankan jalan nafas yang paten keperawatan selama 3. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi 3x24 jam . 4. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap dibuktikan dengan oksigenasi kriteria hasil : 5. Monitor vital sign a. Tidak ada 6. Informasikan pada keluarga tentang tehnik relaksasi suara
napas
tambahan
b. Tidak
terjadi
sianosis
18
untuk memperbaiki pola nafas. 7.Monitor pola nafas
c. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) 3.
Ketidakcukupan nutrisi biologis
b/d
Tujuan : faktor
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam ketidakcukupan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. asupan makanan dan cairan bayi tercukupi. 2. terjadinya penurunan frekuensi muntah. 3. Hemoglobin dalam batas normal 4. Berat badan mengalami peningkatan dalam rentang normal.
19
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi. 2. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah 3. Monitor turgor kulit 4. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan Hb. 5. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 6. Monitor intake nuntrisi
BAB IV PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan).tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap.Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016) Bronchomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik. Bronkomalasia
terdapat
2
jenis
yaitu
bronkomalasia
primer
dan
bronkomalasia sekunder.Bronkomalais primer disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago diklasifikasikan sebagai kongenital sedangkan bronkomalasia sekunder merupakan kelainan didapat (bukan kongenital) disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan bronkoskopi, CT-Scan dada,
dan
MRI
dada.
Komplikasi
yang
dapat
terjadi
antara
lain
pneumonia,bronchitis, polychondritis, dan asma.
4.2 SARAN
Bagi petugas kesehatan Sebaiknya memeriksa keadaan bayi secara lengkap dikarenakan masalah bronkomalasia sering terjadi pada saat lahir, sehingga saat terdeteksi secara dini maka akan lebih cepat untuk penanganannya. 20
DAFTAR PUSTAKA
Children’s NationalHealth System.Situation analysis. New York: 2016. Departemen Kesehatan. Hari kelainan bawaan sedunia cegah bayi lahir cacat dengan pola hidup sehat. 2016, (Diakses 08 Mei 2017) Dari URL :http://www.depkes.go.id/article/print/16030300001/3-maret-hari-kelainan bawaansedunia-cegah-bayi-lahir-cacat-dengan-pola-hidup-sehat-.html. Departemen Kesehatan. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia.Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2014. IDAI. Deklarasi Surabaya. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak-XIV. Surabaya: 2008. Ngastiyah, 2006. Perawatan Anak Sakit , Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Rosano A dkk. Infant mortality and congenital anomalies from 1950 to 1994: an international perspective. Journal of epidemiology and community health 2000;54:660-6. Sala A, Martínez Deltoro A, Martínez Moragón E. Asmática con broncomalacia y buena respuesta al tratamiento con presión positiva continua en la vía aérea. Arch Bronconeumol. 2014 Schwartz DS.Tracheomalacia treatment and management. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment. Updated March 23, 2014.Accessed February 13, 2015. Smeltzer, Suzanne C.2001.buku ajar keperawatan medical bedah brunner& suddarth. Jakarta :EGC. Speer, Kathleen Morgan.2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathway Ed.3.Jakarta : EGC. Staf Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak,FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan Anak . Denpasar : RSUP Sanglah Denpasar. Stein, Raimund. 2012. Hypospadias. Europan Association of Urology. 11: 33-45. Tarwoto & Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Manusia
dan
Proses
Tim
Penulis Staf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. 1994. PedomanDiagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak . Surabaya : RSUD Dokter Soetomo Surabaya
World Health Organization.Birth defect in South-East Asia a public health challenge.Situation analysis. India: 2013. World Health Organization.Congenital Anomalies.2016. (Diakses 08 Mei 2017) Dari URL: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs370/en/ http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contemporary pediatrics/news/chronic-cough-watch-red-flags?page=full http://www.gosh.nhs.uk/medical-information-0/search-medicalconditions/tracheobronchomalacia March 2013 http://www.newcastle-hospitals.org.uk/services/childrens_treatment-and medication_bronchomalacia-in-children.aspx https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/02/19/bronkomalasia bronchomalacia/Posted on February 19, 2010
2
View more...
Comments