BreastFeeding and Breastmilk Jaundice PADA bayi baru lahir
January 13, 2018 | Author: frellywelong | Category: N/A
Short Description
BREAST FEEDING DAN BREAST MILK PERBEDAAN KEDUANYA, pada bayi baru lahir....
Description
Kuning pada Bayi Pada umumnya timbulnya kekuningan pada bayi dapat dibagi menjadi yang normal (fisiologis) dan tidak normal (patologis). Yang ditakutkan para orang tua jelas adalah yang tidak normal. Proses yang tidak normal ditandai dengan kekuningan muncul di bawah 24 jam, dan peningkatan bilirubin dalam darah yang terlalu tinggi. Tanda-tanda kekuningan atau jaundice ini biasanya dapat dilihat pada kulit dan mata, yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darahnya. Kekuningan akan muncul pertama kali di daerah kepala, dan jika semakin tinggi akan timbul di dada, badan, dan kaki serta tangan. Bliriubin
timbul
karena
adanya
pergantian
dan
pemecahan
untuk
pematangan sel darah merah. Biasanya akan timbul 1-2 minggu setelah lahir. Untuk mengetahui kadar bilirubin harus dilakukan pemeriksaan dengan pengambilan sampel darah. Kekuningan pada bayi memang umum terjadi pada bayi yang diberi ASI dan biasanya lebih lama dibanding bayi yang tidak diberi ASI. Terdapat dua jenis kekuningan akibat menyusui yaitu breastmilk jaundice dan breastfeedingjaundice: Breastmilk Jaundice Breastmilk jaundice adalah proses kekuningan yang biasanya timbul pada bayi cukup bulan dan diberi ASI dengan teratur dan cukup. Hingga kini,
penyebab
pastinya
belum
diketahui,
walaupun
ada
yang
memperkirakan disebabkan oleh sesuatu hal di ASI yang menghambat pemecahan bilirubin. Biasanya breastmilk jaundice cenderung diturunkan secara genetis dan terjadi pada 2-4% bayi yang baru lahir. Breastmilk jaundice biasanya berlangsung selama 4 sampai 12 minggu setelah lahir. Ibu yang bayinya mengalami breastmilk jaundice maka 70% dapat berulang kembali pada bayi berikutnya. Adanya kekuningan ini bukan berarti ASI tidak baik atau ASI harus dihentikan. ASI tetap dilanjutkan untuk bayi ini. Apakah bilirubinnya tetap harus diperiksa? Ya, kadar bilirubin harus tetap diperiksa untuk mengetahui angka kadar pastinya. Pengawasan ini diperlukan untuk menghindari komplikasi, walaupun jarang terjadi.
Epidemiologi terjadi pada 1% bayiyang baru lahir, sedangkan etiologinya belum diketahui secara jelas dan pasti apa yang menyebabkan kondisi ini, namun dicurigai bahwa Beta Glukoronidase, suatu zat yang terdapat
dalam
Asi
mengurangi
kemempuan
hepar
bayi
untuk
mengatasikadar bilirubin dalam tubuhnya. Gejala klinis , kondisi ini muncul setelah bayi berumur sekitar 1minggu dan memuncak pada hari ke 10 sampai 21 namun dapat berlangsung selama 2-3 bulan. Selama kururn waktu tersebut. Walaupun bayi banyak minum ASI, pertambahan berat badannya normal, BAB dan BAK biasanamun bilirubinnya tetap tinggi dan kelihatan kuning. Penatalaksanaan , tidak perlu untuk berhenti menyusui dalam kondisi ini. Apabila bayi dalam keadaan sehat seperti disebutkan di atas maka tidak ada alasan untuk memberhentikan pemberian ASI, yang dapat dilakukan adalah pemberian terapi sinar.
Breastfeeding Jaundice Breastfeeding jaundice disebabkan karena bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup (bedakan dengan breastmilk jaundice yang bayi mendapatkan cukup ASI) dan bayi terlambat untuk mulai mendapatkan ASI. Ketika bayi tidak mendapatkan cukup ASI, maka pergerakan sistem pencernaannya berkurang, sehingga bilirubin tidak banyak dikeluarkan dan menumpuk dalam darah. Bilirubin seharusnya dikeluarkan bersama feses (kotoran). Apakah berbahaya ? Pada
umumnya
kedua
ini
tidak
berbahaya
jika
dilakukan
pemeriksaan, penanganan, dan pengawasan yang tepat oleh dokter. Jika bilirubin sangat tinggi, maka dapat terjadi keracunan bilirubin (bilirubin toxicity). Bilirubin yang menembus sawar darah otak (blood-brain barrier)
dan masuk ke dalam otak menyebabkan komplikasi gangguan saraf otak yang disebut ensefalopati akut hingga kernikterus. Tanda-tanda komplikasi dibagi dalam tiga fase, yaitu: fase awal: bayi tempak lemas, tidak menggerakan otot, menangis dengan nada tinggi, dan penurunan daya menghisap fase menengah: kejang dan tampak sangat rewel dan gelisah. Fase ini dapat amat berbahaya bagi bayi dan dapat menyebabkan kematian fase lanjut: kejang, kesulitan bernafas, koma, dan dapat sebabkan kematian Namun, sekali lagi, komplikasi dapat dicegah dengan pemeriksaan, penanganan, dan pengawasan yang tepat oleh dokter. Maka kita tidak boleh membiarkan bilirubin menjadi sangat tinggi. Apa yang Harus Dilakukan? Hal berikut ini dapat diberikan pada bayi cukup bulan.
Jika Sobat merasa tidak yakin dan cemas apakah kekuningan pada
bayi normal atau tidak, periksakanlah ke dokter. Biasanya setelah pemeriksaan fisik, dokter
akan
meminta
pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar blirubin, jenis golongan darah, hitung darah lengkap, hitung jumlah retikulosit (sel darah merah yang masih muda), dan pemeriksaan darah tebal (untuk
melihat bentuk sel darah). Jika kadar bilirubin amat tinggi atau melewati batas normal, memang dapat disarankan untuk menjalankan terapi misalnya
terapi sinar. Jika menurut dokter bayi dapat dirawat di rumah, lakukanlah pemberian ASI yang cukup dan memadai untuk si kecil. Mintalah ajaran atau nasihat dokter atau bidan mengenai cara pemberian ASI
yang benar. Anda tidak perlu untuk mengganti ASI ke susu formula karena kedua jaundice ini. Ingatlah ASI Anda tetap yang terbaik. Dengan menghentikan pemberian ASI, Anda justru akan memperburuk
keadaannya. Jangan mengganti asupan apapun tanpa petunjuk dokter, misalnya air gula kepada bayi. Anda tetap harus memberi ASI.
Apakah Bisa Dicegah? Kekuningan pada bayi yang normal atau fisiologis terjadi pada 5070% bayi. Hal ini normal terjadi, maka tidak ada cara khusus untuk menghindarinya. Namun kita tetap harus melakukan tindakan untuk mencegah kadar bilirubin terlalu tinggi. Bilirubin yang terlalu tinggi akan memberikan komplikasi yang serius. Pencegahan komplikasinya dengan memberikan ASI yang cukup, sering, dan memadai untuk si kecil.
Fototerapi Hiperbilirubinemia yang tidak terkonjugasi dapat berkurang dengan cara terpapar dengan sinar intensitas tinggi. Fototerapi memberikan sinar dimana foton dari cahaya diserap oleh molekul bilirubin di kulit. Bilirubin mengabsorpsi sinar biru secara maksimal dengan range 420-470 nm. Bilirubin pada kulit mengabsorpsi energi sinar, menyebabkan beberapa reaksi photochemical. Produk dari fototerapi merupakan hasil reaksi fotoisomer yang reversibel, dimana bilirubin yang tidak terkonjugasi (toksik) diubah menjadi tidak toksik dan dapat diekskresikan tanpa harus dikonjugasi. Efek terapeutik dari fototerapi tergantung pada :
Energi
sinar
yang
dipancarkan
dalam
range
panjang
gelombang yang efektif Jarak antara sinar dan bayi (jarak yang efektif 15-20 cm) Luas tubuh bayi yang diekspose (gunakan selimut fiberoptic fototerapi untuk meningkatkan luas area yang diekspose) Penggunaan fototerapi menurunkan kebutuhan untuk transfusi tukar pada bayi dengan hemolitik jaundice ataupun nonhemolitik jaundice. Apabila ada indikasi untuk transfusi tukar, fototerapi tidak dapat digunakan sebagai pengganti. Akan tetapi, fototerapi dapat mengurangi kebutuhan untuk transfusi tukar berulang pada bayi dengan jaundice hemolisis. Fototerapi dilakukan secara kontinu, dan posisi bayi sering diputar untuk memaksimalkan luas area tubuh
yang terekspose. Fototerapi dihentikan saat konsentrasi bilirubin yang tidak terkonjugasi telah berkurang sampai level yang aman sesuai dengan usia bayi dan kondisinya. Sebelum fototerapi dilakukan, mata bayi harus ditutup untuk mencegah kerusakan kornea.
Beberapa
jenis
lampu
fototerapi yaitu : 1. Tabung fluoresen 2. Lampu halogen 3. Fiberoptic systems 4. Light Emiting Diodes (LED)
Gambar 7. Garis fototerapi
Transfusi Tukar
yang
dapat
digunakan
untuk
Transfusi tukar memindahkan darah yang kaya akan bilirubin (dari sirkulasi) dan menggantikannya dengan donor darah (biasanya sel darah merah dengan plasma). Saat terjadi pemidahan bilirubin, hal ini juga terjadi 8: -
pemindahan sel darah merah yang dilapisi antibody
-
koreksi anemia
-
pemindahan antibodi maternal
-
pemindahan produk toksik yang dihasilkan pada saat proses hemolitik Volume transfusi tukar (TT) mencapai 170ml/kg, dimana dengan
volume ini dapat memindahkan 85% sel darah merah pada bayi dan 110% bilirubin yang beredar di sirkulasi (bilirubin ekstravaskular memasuki sirkulasi darah pada saat pertukaran berlangsung). Karena 50% bilirubin pada bayi terletak pada ekstravaskular, hanya 25% dari total bilirubin yang dipindahkan. Kadar bilirubin pada saat post TT sekitar 60% dari pre TT. Munculnya ketidakseimbangan antara bilirubin yang berada pada intravascular dan ekstravaskular, muncul rebound pada serum bilirubin (dalam waktu 30 menit) sehingga kadarnya 70-80% dari pre TT.
8
Tabel 3. Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO Usia Bayi
Bayi
Cukup
bulan Dengan
sehat
resiko
Hari
mg/dL
mg/dL
Hari ke 1
15
13
Hari ke 2
25
15
Hari ke 3
30
20
Hari ke 4
30
20
faktor
Gambar 8. Garis Transfusi Tukar Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasi: a. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dL b.
Kadar
bilirubin
meningkat
>6mg/dL/12jam
walaupun
sedang
mendapatkan terapi sinar dan kadar Hb 11 – 13 gr/dL c. Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat dengan terapi sinar. Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi:
Emboli (emboli, bekuan darah), trombosis
Hiperkalemia,
hipernatremia,
hipokalsemia,
hipoglikemia
Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin
Perforasi pembuluh darah Komplikasi tranfusi tukar
asidosis,
Vaskular: emboli udara atau trombus, trombosis
Kelainan jantung: aritmia, overload, henti jantung
Gangguan elektrolit: hipo/hiperkalsemia, hipernatremia, asidosis
Koagulasi: trombositopenia, heparinisasi berlebih
Infeksi: bakteremia, hepatitis virus, sitomegalik, enterokolitis nekrotikan
Lain-lain: hipotermia, hipoglikemia
View more...
Comments