Bone Healing
December 24, 2017 | Author: jebaje | Category: N/A
Short Description
Download Bone Healing...
Description
PENDAHULUAN Tulang
merupakan
jaringan biologik, yang hidup dan memerlukan
vaskularisasi untuk suport nutrisinya, mampu melakukan fungsi mekanis, kuat, kaku tetapi rapuh bisa patah, baik dalam bentuk fraktur atau fissur dan mampu melakukan regenerasi. Fraktur merupakan fenomena di mana terjadi : a. Hilangnya kontinuitas tulang. b. Kerusakan soft tissue. c. Gangguan pada supply darah. d. Degenerasi tulang atau nekrosis tulang. Respons biologik terhadap fraktur tulang meliputi proses induksi dan konduksi dalam reparasi dan regenerasi tulang dengan latar belakang biologi molekuler yang rumit sebagai underlying process. Reparasi atau regenerasi tulang sedikit berbeda dengan reparasi jaringan pengikat ( soft tissue / fibrous tissue ). Tulang mampu sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut ( scar tissue ). Respons biologik pada penyembuhan fraktur tulang, meliputi pentahapan : a. Tahap kerusakan jaringan dan haematoma b. Inflamasi dan proliferasi seluler c. Reparasi dan pembentukan callus d. Konsolidasi e. Remodeling [4,5] Pentahapan ini ternyata overlapping satu dengan lainnya. Dalam kepustakaan lain terutama dari internet, bone healing hanya dibuat tiga tahap.
a.
Tahap kerusakan jaringan dan haematoma bersama tahap inflamasi dan proliferasi sel,dijadikan tahap inflamasi
b.
Tahap reparasi dan pembentukan callus bersama tahap konsolidasi dijadikan tahap reparasi
c.
Yang ketiga tahap remodelling.
1. TAHAP KERUSAKAN JARINGAN DAN HAEMATOMA : Pada tahap ini fraktur akan menyebabkan rusaknya vaskular yang mensuplai tulang dan menyebabkan terjadinya hematom. Vaskularisasi keujung-ujung fraktura menjadi tak memadai. Hal ini mengakibatkan degenerasi dan nekrosis ujung-ujung fraktur ( sekitar 1-2 mm ).
Proses
ini terjadi 24 jam post fraktur dan berlanjut sampai 2-4 hari.[4,5] Adanya hematom menyebabkan
MHC sel yang rusak (degenerasi dan
nekrosis) berubah menjadi antigen. Hal ini menyebabkan terbentuknya reaksi imun . Sel-sel radang migrasi ke arah fraktur. Terbentuk sitokin dan mediator lainnya, sebagai persiapan absorbsi haematoma atau jaringan nekrotik dan revaskularisasi . Tetapi juga overlapping dengan persiapan proses peradangan.[4,5,6,55,62] PATOBIOLOGI TAHAP KERUSAKAN JARINGAN DAN HAEMATOMA Fraktur akan menyebabkan rusaknya vaskuler di tempat fraktur. Perdarahan itu terjadi akibat ekstravasasi darah. Perdarahan bisa berasal dari tulang (dari vaskuler intra canalis Haversi atau canalis Volksmann ) , bisa dari periosteal / endosteal, bisa dari medulla osseum bahkan bisa dari jaringan sekitar patahan tulang. Hal ini menyebabkan terjadinya haematoma.[4,5]
Tekanan dan pergeseran di daerah fraktur, menyebabkan banyak trombosit yang pecah, keluar protrombin. Protrombin ini akan bercampur dengan
tromboplastin yang keluar dari jaringan pengikat, akan
membentuk trombin.
Trombin
akibat pengaruh fibrinogen akan
membentuk fibrin. Fibrin berupa benang-benang jala yang akan menjala corpusculum sanguinis ( eritrosit,lekosit,trombosit ) menjadi bekuan darah. Di sisi lain, akibat pecahnya vaskuler , nutrisi pada ujung fraktur menjadi terganggu, sangat kurang dan akhirnya iskhemik. Hal ini menyebabkan terjadinya proses degenerasi atau nekrosis tulang di ujung ujung fraktur ( sekitar 1-2 mm), proses ini terjadi 24 jam post traumatik, terjadi awal kematian osteocytes di lacuna tulang dan berlanjut sampai 2-4 hari Perdarahan sendiri
setelah 24 jam terjadi minimalisasi ekstravasasi
darah di tempat fraktur.[4,5,62] Nekrosis tulang ( juga jaringan
pengikat perivaskuler ), akan
menyebabkan terjadinya perubahan substansi jaringan hidup menjadi substansi
jaringan
yang
rusak, degeneratif,
nekrosis dan terjadi
perubahan substansi biokimianya. MHC ( major histocompatibilitas ) sel diproduksi oleh gen 6.p. 25.1 dan gen 6.p.25.3.
MHC merupakan self-antigenitas spesifik sel yang oleh
sistem imun tubuh dinilai sebagai "Self antigenic" , tidak menyebabkan terjadinya reaksi imun. Tetapi dengan proses degenerasi atau nekrosis dan tidak bekerjanya gen yang membuat MHC, biokimia MHC berubah, menjadi bersifat asing dipandang oleh
sistem imun tubuh.
"True
antigenic" jaringan rusak ( degenerasi / nekrosis) terjadi. Hal ini mendorong sel APC ( antigen presenting cell ), sel makrofag yang berfungsi sebagai spionase melihat jaringan nekrotik sebagai antigen, bereaksi sitotropik dengan antigen. Sel APC lalu mengirimkan signal sitokin ( interleukin-l dan interleukin 6 ) untuk menginduksi sel limfosit-T helper. Hal ini menyebabkan reaksi imun terbentuk [6,41,46,55,62]
Induksi interleukin-1 pada sel limfosit-T helper ( CD-4 cell ), menyebabkan sel T helper memproduksi berbagai macam sitokin. a.
GMCSF
(granulocyte
monocyte
colony
stimulating
factor)
menyebabkan migrasi lekosit dan makrofag bergerak ke arah tempat fraktur tulang. b.
MCSF (makcrophage colony stimulating factor) menyebabkan migrasi makrofag ke tempat fraktur.
c.
Interleukin-l membawa stimulasi sel-sel imunosit (granular leucocyte, limfosit, monosit,makrofag, K-sel ) ke tempat fraktur.
d.
Interleukin-6 juga berfungsi
menarik sel-sel radang bergerak
khemotaksis ke daerah fraktur. [17,28,32,62] Khemotaksis sel-sel radang dan mastosit menuju ke tempat nekrotik / hematom, terutama limfosit T sitotoksik ( CD-8 ) dan sel makrofag untuk melisiskan jaringan nekrotik dan hematom , lalu di fagosit oleh sel makrofag sebagai usaha pembersihan.[26,46] Kecuali itu, mempersiapkan sel-sel radang di bantu mediator-mediator radang untuk membuat persiapan tahap II : proses peradangan. Proses ini sesungguhnya telah terjadi sekitar 2 - 5 jam post fraktur. Reaksi imun berlanjut, sel
limfosit-T helper ( sel CD-4 ) memproduksi
berbagai sitokin a.
Interleukin-2, interleukin-4
akan meningkatkan proliferasi sel-sel
radang. b.
Interleukin-5 , memberikan konduksi
pada limfosit B mengalami
transfer menjadi sel plasma yang spesialis membuat antibody ( Ab ) dan Imunoglobulin ( Ig ). Interleukin-5 juga mampu menginduksi sel mastosit atau basofil,
mengalami dominasi reseptor
degranulasi,
hingga pacuan antigen, alergen, mutagen, foreign body
akan
menyebabkan mastosit mengeluarkan mediator vaso-aktif
amin
yang berfungsi mensuport proses inflamasi.Dalam tahap-tahap bone healing
selanjutnya
interleukin-5
bisa
mengiduksi
pula
sel
mesenkhimal
berubah
jadi
fibroblas,osteoblas,khondroblas,
osteoklas, makrofag, bahkan mentransfer monosit jadi makrofag. [17,28,62,64] 2. TAHAP INFLAMASI DAN PROLIFERASI SEL Tahap inflamasi ini terjadi overlapping dengan proses-proses yang terjadi pada tahap kerusakan jaringan dan haematom. Tahap inflamasi berkaitan dengan proses-proses : a. membuat proses pembersihan jaringan nekrotik dan hematom b. membuat proses peradangan c. mempersiapkan proses reparasi. Migrasi khemotaksis sel-sel inflamasi ke daerah fraktur, daerah nekrosis dan hematoma, dipacu
oleh berbagai sitokin ( GMCSF, MCSF,
Interleukin-1, interleukin-6 ) dan antibodi ( khemo-attractan ). Jaringan yang dipenuhi oleh sel-sel inflamasi bertujuan untuk proses pembersihan proses nekrotik dan hematom.[17,28,64] Di samping itu, jaringan yang dipenuhi oleh sel-sel radang, akan membuat proses peradangan . Hal ini dipacu oleh
sitokin ( interleukin-4 dan
interleukin - 10 ), oleh antibodi ( prostaglandin ) dan vaso-aktif amin. Persiapan proses reparasi di pacu oleh berbagai growth factor, BMP, interleukin-5 , interleukin-2, dan
metaloproteinase II.
l-arginin, metaloproteinase I ( angiopoetin ) Oleh karena itu tahap inflamasi overlapping
dengan tahap kerusakan jaringan dan hematoma. Demikian pula antara tahap inflamasi dan proliferasi jaringan overlapping dengan tahap reparasi dan pembentukan callus. [28,42,47,54] PATOBIOLOGIK PROSES INFLAMASI Terjadilah fenomena biologik sebagai berikut : a. Berbagai mediator radang, baik yang berasal dari sel-sel imunosit ( GMCSF, MCSF, interleukin-l, interleukin-6, ) , komponen antibodi
( chemo-attractan ), Insulin derived chemo-attractan bagian dari IGF (insuline growth factor ), menyebabkan terjadinya khemotaksis sel-sel radang dan mastosit ke daerah nekrotik dan hematoma. Sel makrofag akan mengeluarkan ensim proteolitik yang kuat ( TNF ) untuk melisiskan jaringan nekrotik dan haematoma.TNF juga di produksi oleh sel-T CD-4, dan kelak saat tahap remodelling di produksi pula oleh osteoklas.Mekanisme lisis juga dilakukan limfosit-T ( sel CD-8 ), yang memproduksi limfotoksin
sitotoksik
yang bersifat
proteolisis.Debris nekrotik dan hematom ini di fagositosis oleh sel makrofag, dilumatkan lagi di lisosoma sel dengan ensim lisosim. Hal ini dilakukan selama 48 jam post fraktur.[17,47,62] b. Sitokin ( interleukin-4 dan interleukin-10 ) , komponen antibodi ( prostaglandin ) dan vasoaktif amin ( prostaglandin, kinin,kalleikrin, bradykinin, anaphylatoxin, serotonin, histamin, leukotrin) juga di daerah fraktur. Akan membuat mekanisme peradangan. Semuanya akan membuat vasodilatasi, hiperpermiabilitas vaskuler, hingga transudat, fibrinogen,
corpusculum
sanguinis ( eritrosit, lekosit,
trombosit ) mengalami ekstravasasi. Eksudat berbentuk. Jaringan menjadi
bengkak
(tumor).
Tekanan
pada
reseptor-reseptor
syaraf sensorik meninggi ( dolor), Vasodilatasi menyebabkan darah banyak mengalir di daerah radang ( rubor,calor) dan akhirnya kontrol fungsi daerah lesi tsb menjadi sulit ( fungsio lesa ) Proses inflamasi terbentuk. c. Disamping itu, terbentuklah berbagai substansi sebagai persiapan reparasi jaringan yang rusak : c.1 Kerusakan jaringan akan memberikan informasi balik pada gen 22.p.72 dan 22.p.92 sel yang masih hidup di sekitar fraktur untuk memproduksi
metalloproteinase l , dalam hal ini berupa
angiopoetin, suatu mediator yang berfungsi untuk pemacuan pertumbuhan
vaskuler
baru.Revaskularisasi
resorpsi haematoma dan debris. Proses
ini
membantu
pembersihan lapisan
yang
nekrotik
ini
dapat
dilihat
dalam
2-4
hari.
Revaskularisasi juga membantu menyiapkan nutrisi yang adekuat bagi proses c.2.
reparasi jaringan
Gen22.p.72
dan
metalloproteinase III,
gen
22.p.92
juga
menghasilkan
dalam hal ini sebagai BMP ( bone
morphologic protein) yang berupa non collagenous protein sebagai faktor transfer pada sel-sel pluripoten mesenchymal berubah menjadi osteoblast yang harus diikuti oksigenasi yg baik. Bila
oksigenasinya
Mesenkhimal Oksigenasi
akan
sedikit
kurang,
berubah
yang tinggi, sel-sel
sel-sel
menjadi
pluripoten chondroblast,
mesenchymal
akan menjadi
fibroblast Mekanisme transfer sel bisa pula dilakukan oleh interleukin-5.[6,36,38,41,47,55] c.3 Dalam proses peradangan terjadi informasi umpan balik, sel -sel
mensekresi
mediator-mediator
untuk
mempersiapkan
tahap reparasi dan pembentukan callus selanjutnya. Mediator mediator itu adalah: c.3.1. TGF-beta ( Transforming
growth factor beta ) yang
merupakan kelompok hormonal yang mampu menstimuli sel-sel mesenkhimal untuk memproduksi collagen tipe II dan proteoglycan sebagai bagian dari callus. Kelompok growth hormone TGF-beta ini meliputi : c.3.1.1 Insuline berasal
like dari
growth pancreas,
factor
(IGF),
berfungsi
untuk
sintesa matrix cartilago, proliferasi seluler dan stimulasi colagen tipe II ( yang berada di tulang ). c.3.1.2 Platelet
derived
growth
berasal
dari
sel-sel,
chemo-attractant
ke daerah fraktur
trombosit,
factor untuk sel-sel
(PDGF), proliferasi radang
c.3.1.3
Epidermal dari
growth
factor
epidermis
(EGF),
untuk
berasal membantu
proliferasi sel epidermis di tempat lesi. c.3.1.4
Fibroblast
growth
dari
factor
fibroblas
(FGF),
berasal
berfungsi
untuk
menstimulasi proliferasi sel fibroblas c.3.2. Juga
berbagai
protein ensim
mediator
enzym, inhibitor
seperti
extracellular
chemo-attractan, berpengaruh
ensim
terhadap
matrix
proteolitik, transfer
sel
mesenkhimal . [46,52,28,54,62] c.4.
Sitokin
khusus
yang
dibentuk
oleh
sel-T
CD-4,
yakni
Interleukin-5 , mempunyai peran yang penting dalam proses inflamasi : C.4.1. mampu mentransfer limfosit B menjadi sel plasma, khusus pembuat antibodi (Ab) dan imunoglobulin (Ig) yang berperan dalam proses chemo-attractan proses khemotaksis dan inflamasi c.4.2. Mampu membuat transformasi sel, mampu mening katkan pengaruh
pada sel endotel vaskuler agar
ekstraselularisasi nutrisi sesuai dengan pentahapan healing
process.
Caranya
dengan
inhibisi
pada
reseptor AT-1 dan stimulasi pada reseptor AT-2 endotel c.4.3. Memacu sel mastosit untuk
mendominasi reseptor
degranulasi, sehingga pacuan pada reseptor tsb menyebabkan mastosi mengalami prosest degranulasi memproduksi vaso-aktif amin, yang berperan dalam proses peradangan c.4.4. Mampu
melakukan
mesenkhimal menjadi
mekanisme
transfer
sel-sel
fibroblas, atau osteoblas atau
khondroblas.
Bahkan
mampu
makrofag tidak melalui
membuat
sel
monosit, tetapi langsung
menjadi makrofag atau osteoklas. c.4.5. Interleukin-5 juga bisa mentransfer monosit jadi sel makrofag, monosit jadi sel makrofag
jadi
sel
osteoklas atau sel
osteoklas
sesuai
dengan
kebutuhan [32,36,62] 3. REAKSI REPARASI DAN PEMBENTUKAN CALLUS Tahap inflamasi dan tahap reparasi / pembentukan callus overlapping dengan tahap inflamasi dan proliferasi sel, tetapi juga overlapping dengan tahap konsolidasi. Awal reparasi, haematoma sebagai lingkungan yang baik untuk reparasi. Sel-sel pluripoten mesenkhimal migrasi ke daerah hematoma.
Sel-sel
ini
menstransfer
diri
menjadi
fibroblas,
bisa
chondroblas, bisa osteoblas. Bahkan sel-sel mesenkhimal, chondroblas, osteoblas dan fibroblas ini memproduksi matrix mucopolisacharida yang bersifat cair viscous. Sementara itu terjadi pertumbuhan vaskuler baru, revaskularisasi, yang berasal dari vaskuler periosteal, endosteal akibat adanya
angiopoetin.
Di
samping
membuat
mucopolisacharida,
chondroblas membuat matrix cartilagineus ( terdiri dari air, aminoglycan, proteoglycan, collagen II, fibroprotein ), dan fibroblas membuat fibrousmatrix, yang terdiri dari collagen III,
glucos amnio glycan, fibroprotein
Osteoblas membuat osteoid-matrix.. Matrix mucopolisacharida, collagen tipe I,II,III, proteoglycan, aminoglycan, glucos aminoglycan, fibro-protein dan vaskularisasi baru membentuk matrix callus ( terjadi beberapa hari sampai satu minggu. ) Mucopolisacharida lalu menurun jumlahnya sampai beberapa minggu.Collagen III ( dibentuk oleh fibroblas ) beberapa hari sampai l minggu.Segera diikuti proses mineralisasi ( terjadi
beberapa
hari, meningkat lambat sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tampak paling awal di proses enkhondral. Secara radiologik tampak
dalam 1-3 minggu Akibatnya callus tsb makin pekat, keras, lebih mantap dalam memfiksasi fraktur. Gerakan ujung-ujung fraktur makin berlurang. Mineralisasi bisa terjadi beberapa hari ( sekitar 1 minggu ) setelah fraktur tetapi berjalan sampai berbulan-bulan. [34,35,36,60] PATOBIOLOGI PROSES REPARASI DAN PEMBENTUKAN CALLUS 1. Migrasi sel-sel pluripoten mesenchymal ke daerah hematoma, di pacu oleh mediator-mediator. Sel-sel mesenkhimal ini mengalami proliferasi di periosteum sekitar 16 Sampai dengan 32 jam. Di endosteal terjadi sekitar beberapa minggu. Mediator yang mempengaruhi sebagai berikut : a. Imunosit : Terutama limfosit T helper, yakni a.l. GMCSF ( granulocyte monocyte colony stimulating factor) yang memacu khemotaksis sel-sel mesenkhimal pula a.2 MCSF ( macrophag colony stimulating factor ), juga bisa memacu khemotaksis sel-=sel mesenkhimal a.3. interleukin-1 , produk sel APC ( antigen persenting cell yakni makrofag
yang
berfungsi
sebagai
spionase
untuk
mendeteksi antigen ), mampu menggerakkan khemotaksis pada sel-sel mesenkhimal. a.4 Interleukin-6, produk dari sel APC dan sel limfosit-T helper II memacu khemotaksis pula. b. Dari antibodi yang diproduksi oleh sel plasma, terutama antibodi yang memberikan mekanisme khemotaksis tetapi ternyata limfosit B dan sel makrofag bisa pula membuat antibodi penggerak khemotaksis sel.
c. Dari vaso-aktif amin produk degranulasi mastosit, terutama vaso -aktif amin yang mendukung proses peradangan mampu pula mensuport khemotaksis sel pula.
d. PDGF ( Platelet derived growth factor ) yang di produksi oleh trombosit untuk proliferasi sel, tetapi juga bersifat chemo-attractan yang mampu mendukung khemotaksis sel. [7,9,17,18,28,54] 2.
Substrat interseluler dalam
proses
kerusakan atau
peradangan,
akan memberikan informasi pada reseptor beta sel-sel yang masih hidup, diterima oleh gen / C-DNA
22.p 72 dan 22.p.92, untuk
memberikan proses reprogramming
membuat
metalloproteinase
berupa
angiopoetin, yang
(
I, II, III,
berfungsi
IV ). Metalloproteinase I
untuk membuat re-vaskularisasi. Respon ini terjadi di
periosteum dan minggu.
medulla osseum dalam 2-3 hari Vaskularisasi
sampai
satu
ini harus baik, tak terjadi endothelial
dysfunction,sehingga NO dan prostacyclin memadai, dengan akibat nutrisi dan oksigen yang diberikan pada jaringan yang diperbaiki sesuai dengan kebutuhannya. Mempertahankan kondisi vaskuler dilakukanoleh metaloproteinase II yang memacu reseptor AT-2 endotel,
hingga
sel
endotel
vaskuler
memproduksi
NO
dan
prostasiklin. Dua-duanya membuat vasodilatas vaskuler, permiabilitas vaskuler selektif sesuai dengan jaringan yang membutuhkan nutrisi. NO dan prostasiklin juga menghambat efek dari reseptor AT-1 endotel yang terpacu, hingga menyebabkan vasokonstriksi, hiperplasi tunika media dan plaque atau trombus intravaskuler. Mempertahankan vaskuler dalam kondisi baik untuk proses reparasi dan pembentukan callus,juga dilakukan oleh interleukin-5 ( produk dari limfosit-T CD-4.) [6,55,28,54]
3. Terjadi mekanisme transfer sel-sel pluripoten mesenkhimal, menjadi fibroblas ( bila oksigenasinya tinggi), jadi osteoblas bila oksigenasinya memadai, dan jadi chondroblas bila oksigenasinya rendah. Berbagai mediator transfer sbb : a.
Bone morphologic protein ( BMP ). Berasal dari produk sel-sel di daerah
nekrotik,tetapi
tidak
mati,
terpacu
dari
perubahan
ekosistem-nya akan memberikan informasi pada C-DNA- sel. Dalam hal ini c-DNA 22.p 72 dan 22.p 92 untuk melakukan reprogramming
membuat
metalloproteinase.
metalloproteinase III ( BMP tadi ). sel mesenkhimal
Dalam
hal
ini
BMP akan menstimulasi sel-
membentuk osteoblas. Beberapa hari post
fraktur, osteoblas dan osteosit telah tampak. b. TGF-beta ( transforming growth factor-beta ) yang merupakan kelompok hormonal yang mampu
mampu
menstimuli gen
13.p.105, yakni gen untuk replikasi DNA, suatu mitosis sel Tetapi transforming growth factor juga mampu menstimuli sel-sel mesenkhimal
untuk
memproduksi
collagen
tipe
II
dan
proteoglycan sebagai bagian dari callus. Kelompok growth hormone TGF-beta ini meliputi : b.l.
Insuline
like
growth
pancreas,
berfungsi
proliferasi
seluler
factor untuk
dan
(
IGF
),
sintesa
stimulasi
berasal
matrix
dari
cartilago,
collagen
tipe
II
Sel-sel cartilago telah tampak dalam 4 hari. b..2. Platelet
derived
trombosit,
growth
untuk
factor
proliferasi
(PDGF),
sel-sel,
berasal
dari
cheomo-attractan
sel-sel radang ke daerah fraktur dan b.3 Epidermal epidermis tempat lesi
growth untuk
factor membantu
(EGF),
berasal
proliferasi
sel
dari pada
b.4. fibroblast growth factor ( FGF ), berasal dari fibroblas yang
berfungsi
fibroblas
itu
extracellular proteolytic
untuk
sendiri. matrix
enzym,
Juga
menstimulasi berbagai
Protein
enzym,
inhibitory
enzym
proliferasi
mediator
seperti
chemo-attractan, dan
sebagainya
berpengaruh terhadap transfer sel mesenchymal Mekanisme transfer sel-sel mesenkhimal
menjadi fibroblas, osteoblas
dan chondroblas juga bisa dilakukan oleh sitokin,dalam hal ini interleukin 5. Sel mesenkhimal,chondroblas, fibroblas dan osteoblas memproduksi matrix mucopolisacharida yang bersifat cair viscous. Di samping itu chondroblas juga membuat matrix cartilagineus ( terdiri dari air, aminoglycan, proteoglycan, collagen II, fibroprotein ), dan fibroblas membuat fibrous-matrix, yang terdiri dari collagen III,
glucos
amnio glycan, fibroprotein Osteoblas membuat collagen tipe I dan matrix osteoid Matrix mucopolisacharida, collagen tipe I,II,III, proteoglycan, aminoglycan, glucos aminoglycan, fibro-protein dan vaskularisasi baru, membentuk matrix callus. Pada akhir minggu pertama, biasanya akan tampak bentukan jaringan yang terdiri dari revaskularisasi, jaringan fibrous, sel-sel chondroblas dan khondrosit, jaringan callus. [6,46,52,54,55,64] Morfologi pembentukan callus bisa berupa : a. Callus eksterna Jika callus terbentuk dari periosteum, berupa jaringan
disekitar
fraktur. Bentuk callus eksterna akan memberikan bentuk callus yang membenjol yang saat terjadi mineralisasi / osiifikasi bisa berupa
sebagai
woven
bone.
Proses
ossifikasinya
melalui
osifikasi
endochondral ( ossifikasi enkhondral ) b. Callus interna Bila terbentuk dari endosteal. Berjalan lebih lambat. c. Periosteal callus. Terbentuk dari lamina profunda periosteum. Bila proses ossifikasinya melalui intramembranosa, terbentuk woven bone. Pada fraktur dengan posisi yang terfiksasi baik, maka reparasi fraktur mencapai "primary bone healing", di mana callus terlihat sedikit sekali atau tak tampak callus Karakteristiknya : a. Pada daerah fraktur tak terdeteksi callus b. Tak terdeteksi resorpsi permukaan tulang c. Perbaikan langsung pada
pembentukan tulang tanpa melalui
perbaikan tulang intermediate. Kini pemahaman
"primary bone healing disebutkan sebagai contact
healing. Sedangkan yang mengalami bukan "direct healing" disebut sebagai "gap healing"[4,5,34,37] Jumlah callus yang terbentuk banyak menunjukkan fiksasi terhadap gerakan ujung-ujung fraktur kurang baik, atau stabilitas ujung-ujung fraktur kurang. Mineralisasi bisa terjadi beberapa hari ( sekitar 1 minggu ) setelah fraktur tetapi bisa sampai berbulan-bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mineralisasi sbb :. a. Pengaruh sistemik : 1) Stress dan adaptasi Selye Bacq Stress psikogenik,akan berpengaruh terhadap diencephalon, dalam hal ini hipofise dan hipotalamus. Hal ini berpengaruh terhadap
inkresi
hormon
thyreotropin,
yang
akan
memacu
glandula
thyreoidea, hingga mempengaruhi inkresi hormon
thyroxin dan thyro-calcitonin. Hormon
thyroxin,
thyro-calcitonin
dan
hormon
parathormon
dari glandula parathyreoidea mensuport tahap remodelling dalam endapan calcium hydroxy-apatit di matrix tulang, dan serapan calcium hydroxy-apatit di matrix tulang pada woven bone. Stres psikogenik juga berpengaruh pula pada inkresi hormon ACTH, hingga peningkatan ACTH akan memacu glandula suprarenalis, produksi corticosteroid
meninggi
akan menghambat proliferasi
fibroblas, chondroblas dan osteoblas bahkan juga osteoklas. 2) Hormon-hormon lain
juga
berpengaruh pula. Growth hormon
( somatotropin ) yang diproduksi oleh hipofisa berpengaruh untuk transformasi sel, proliferasi sel, sekresi sel dalam bone healing. Oleh karena itu mempercepat terjadinya callus . Demikian pula hormon-hormon androgen /anabolik, akan membantu pembentukan callus. mampu mensuport bone healing, tetapi mekanisme belum jelas. Calcitonin diproduksi oleh glandula tyhroidea drbagai thyreocalcitonin, secara emperik juga mensuport pembentukan infiltrasi calcium hydroxy-apatit,namun mekanisme-nya belum jelas. Sangat mungkin suatu fungsi yang dialektik dengan parathormon yang diproduksi oleh glandula parathyreoidea yang berfungsi untuk demineralisasi tulang. 3)Nutrisi Nutrisi dan oksigen yang adequat sangat diperlukan pada reaksi
penyembuhan.Namun nutrisi yang baik, ekstravasasinya
tergantung pada vaskulernya ( ada disfungsi endotel atau tidak ). Setelah di jaringan pengikat ( soft tissue ), perambatan nutrisi tergantung
pada
keseimbangan
versus fibro-protein dan kolagen III
glucosaminoglikan
(GAG)
4) Usia Makin
tua usia penderita
Healingnya, Masalahnya di nucleus sel
akan makin lambat proses
termasuk terjadi
mekanisme
bone
mineralisasinya.
ketimpangan fungsional
antara C-DNA
dan Mt-DNA yang ada di mitokhondria. C-DNA
mengkoordinasi proses biokimia endotermik kehidupan termasuk healing process ini. Biokimia endotermik selalu harus disuport oleh tenaga
yang adequat. Tenaga ini di produksi oleh reaksi
biokimia eksotermik ( menghasilkan tenaga ) yang dikoordinasi oleh Mt-DNA..Dalam perjalanan usia, Mt-DNA lebih cepat rusak dari pada C-DNA, karena
mitokhondria tak ada gen reparator
untuk Mt-DNA. Sedang di nukleus ada gen reparator untuk memperbaiki
C-DNA
yang
rusak.
Akibatnya
makin
tua,
produksi tenaga pendukung dari Mt-DNA untuk C-DNA dalam operasionalisasi proses Biokimia endotermik
biokimia endotermik
makin kurang,
makin lambat prosesnya, atau biokimia
endotermik menjadi menyimpang prosesnya karena
kekurang
tenaga pendukung. 5. Gangguan vaskuler : Sebagaimana
diterangkan
diatas
tentang
endothelial
dysfunction pada no 3. Juga seberapa jauh ruptura vaskuler terjadi. Dan bleedingnya. Atau trombus yang terbentuk di vaskuler. 6. Neurigenik Pemahaman
neurogenik
dengan
syaraf
simpatik
dan
Parasimpatik ( syaraf otonom ) Tiap organ tubuh termasuk tulang di inervasi oleh syaraf otonom . Gangguan syaraf otonon yang
meng-inervasi tulang akan mempengaruhi proses reparasi, karena fungsi organ tubuh di-pengaruhi secara neurohumoral [ 9,5,13,21] Reaksi reparasi dan pembentukan callus dan kalsifikasi ini bisa mencapai
4
minggu,hingga
fraktura
menyatu
(
terjadi
bone
union ).Pengertian bone union berarti perbaikan tulang yang tidak lengkap, meskipun callus yang menyelimuti telah terjadi kalsifikasi, tetapi belum terjadi ossifikasi. Garis fraktur seringkali masih terlihat, beberapa bulan dan bisa beberapa tahun pada kasus-kasus tertentu. Secara klinik gerakan dan perlakuan angulasi masih terasa nyeri. Bone union tampak dari foto Rontgen. Tetapi tidak cukup kuat dan aman untuk melaksanaan fungsi tulang yang fraktur tersebut. apalagi menghadapi tekanan. Delayed union, suatu perlambatan pada proses reparasi dan pembentukan callus. Sedangkan non union terjadi bila
ujung-ujung fraktur gagal membuat
reparasi dan pembentukan callus,bahkan mengalami atrofik, di kenal sebagai non union atrofik. Sebaliknya bila ujung-ujung fraktur tak mampu membuat reparasi dan callus, tetapi periosteum hiperaktif membuat callus tersebut, terbentuk non union dengan callus melebar ( disebut non union hipertrofik Baik delayed union maupun non union, disebabkan karena : 1. Yang berhubungan dengan fraktur a. Lokasi b. Kerusakan jaringan. c. Tulang yang hilang d. Berkaitan dengan adanya infeksi, tumor e. Banyaknya gerakan gerakan pada garis fraktur f. Infeksi g. Gangguan interposisi jaringan pengikat. 2. Yang berkaitan dengan perawatan : a. Reduksi yang tak adekuat
b. Fiksasi yang tak adekuat berkaitan dengan waktu perawatan dan berkaitan dengan ketepatan fiksasi c. Distraksi d. Infeksi e. Kerusakan vaskularisasi saat reduksi terbuka 3. Berkaitan dengan proses sistemik a. Hormonal b. Nutrisi c. Vaskuler d. Usia e. Neurogenik f. Proses imun [5,9,11,21,52] Mekanisme ossifikasi terjadi, bila osteoblas atau osteosit mengalami proliferasi , mampu mendesak keberadaan khondrosit dan khondroblas yang juga ada di callus. hingga terjadi ossifikasi primer. Tetapi bilamana terhadap
osteoblas atau osteosit kurang mampu dominan
chondroblas
atau
chondrosit
yang
berada
pula
dalam
callus,ossifikasi terjadi melalui osifikasi enkhondral. Artinya pembentukan osteoblas dan
osteosit dari sedikit-sedikit
mengalahkan
dominasi
chondroblas dan chondrosit 4. TAHAP KONSOLIDASI Tahap konsolidasi senantiasa overlapping pula dengan tahap reparasi dan pembentuk callus.
Pemahaman konsolidasi
berarti perbaikan yang
lengkap. Callus yang kalsifikasi telah mengalami osifikasi. Dalam tahap ini osteoclast ( manifestasi dari sel makrofag atau bisa langsung transformasi dari sel-sel pluripoten mesenkhimal ) dan osteoblas saling berperan. Osteoclast dengan produksi TNF / ensim proteolitiknya
yang kuat, akan mendestruksi tulang-tulang baru yang secara morfologik membenjol. Osteoclast akan melisiskan osteosit yg berada di tonjolan callus, akhirnya memfagositosis, masuk ke organella lisosomanya, dan dilisis-lumatkan, dicernakan. Sebaliknya osteoblas merupakan bagian proses konsolidasi untuk daerah-daerah
reparasi
tulang
yang
belum
sempurna
dengan
memproduksi mucopolysacharida, kolagen tipe I, II, III, proteoglikan, aminoglikan, glukosaminoglikan, fibroprotein, vaskularisasi baru, matrix osteoid,
akhirnya infiltrasi calcium hydroxy-apatit, dan terjadi proses
ossifikasi,osteoblas membentuk osteosit Osteoblas juga mengisi celah antar ujung tulang yang fraktur, mengisi celah di callus yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan fragmen tulang ( penyembuhan celah ). Bila aktivitas osteolitik oleh osteoclast dan osteoblastik oleh osteoblas berjalan,akhirnya proses reparasi tulang fraktur (bone healing) terjadi., dalam arti tulang bisa berbentuk seperti semula seperti sebelum terjadi fraktur. Terbentuk
tulang lameller, bila terjadi celah
yang harus diisi
osteoclas dan osteoblas sangat sempit ( kurang dari 200 um ). Daerah yang sempit diisi dulu oleh anyaman tulang dan di bentuk osifikasi ulang. Tulang baru
belum sekuat tulang semula. Untuk kuat bisa mencapai
berbulan-bulan. Kadang-kadang
proses normal dalam perbaikan fraktur terhalang dan
tulang gagal menyatu disebut non union. Non union di mana ujung-ujung tulang menjadi atrofik, tak terjadi callus disebut non union atrofik, sebaliknya ujung gagal menjembatani celah fraktur, namun periosteum hiperaktif membuat callus, terjadi callus yang melebar ( dikenal sebagai non union hipertrofik ) [4,5,11,34] 5. REMODELLING. Tahap remodelling juga overlapping dengan tahap konsolidasi .
Proses remodelling pada hakekatnya proses pembentuk morfologi tulang fraktur yang celah fraktur-nya telah diisi oleh "pengelasan" yang padat, Selama beberapa bulan sampai beberapa tahun (
6-9 tahun ) terjadi
resorpsi oleh osteoklas dan pembentukan tulang baru oleh osteoblas sebagai penulangan ulangan.
Akhirnya terjadi bone healing yang
sempurna, tulang mempunyai morfologi , fungsi dan kekuatan seperti semula. Callus lambat laun diserap dengan mekanisme osteoklasi.
Tulang
trabekuler ( terbentuk dalam 25 - 100 hari ) dirubah jadi tulang osteonal sebagai substansia kompakta ( setelah 50 hari )
Tulang trabekular
banyak tumbuh di daerah medulla osseum. Tulang
immature dan cartilago dalam
juga tergantikan oleh tulang
lameller. Penyusunan bentuk tulang seperti sebelum fraktur. Bagian-bagian callus yang merupakan woven bone dilakukan osteoklasi / di hancurkan agar bentuknya kembali seperti semua, trabeculla tulang dibentuk, substansia compacta tulang di kuatkan. [4,5,19]
View more...
Comments