BK MAKALAH

October 14, 2017 | Author: Maman Suherman | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download BK MAKALAH...

Description

DAFTAR ISI Daftar Isi …………………………………………………………………………………….1 BAB I: Pendahuluan A.

Latar Belakang …………………………………………………………….. 2

B.

Rumusan Masalah……………………………………………………………2

C.

Tujuan………………………………………………………………………. 2

D.

Sistematika………………………………………………………………….. 2 BAB II: Masalah-masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan Umum dalam Bimbingan Konseling (Strategi Bimbingan dan Konseling) A. Masalah-masalah Siswa di Sekolah …………………………….………….4 B. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling………………………………9 C. Definisi Bimbingan dan Konseling Perkembangan………………………..11

BAB III: Penutup A.

Simpulan………………………………………………………………

……..13 B.

Implikasi………………………………………………………………

……..13 Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….14

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norama yang berlaku (SK Mendikbud No.025/D/1995). Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif san sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, perkembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaaat individu dalam lingkungan. Semaua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. B. Rumusan Masalah C. Tujuan Agar kita mengetahui jenis-jenis masalah yang dialami siswa di sekolah, proses bimbingan dan konseling yang harus dilakukan dalam mengahadapi masalah siswa dengan pendekatan-pendekatan baik dan tepat. D. Sistematika Makalah ini terdiri dari tiga bab : BAB I: Pendahuluan E.

Latar Belakang

F.

Rumusan Masalah

G.

Tujuan

H.

Sistematika BAB II: Masalah-masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan Umum dalam Bimbingan Konseling (Strategi Bimbingan dan Konseling) 2

D. Masalah-masalah Siswa di Sekolah E. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling F. Definisi Bimbingan dan Konseling Perkembangan

BAB III: Penutup C.

Simpulan

D.

Implikasi

3

BAB II MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN KONSELING (STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)

A. Masalah-masalah Siswa di Sekolah 1. Pengertian dan Ciri-ciri Masalah

Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah yang menimpa sesorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat menggganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Ciri-ciri masalah adalah sebagai berikut : a) Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan kenyataannya (das sein). Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat. b) Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. c) Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan d) Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru. e) Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic Question) yang perlu dijawab. f) Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok. 2. Jenis-jenis Masalah Siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini individu mengalami perubahan yang besar, yang dimulai sejak datangnya fase masa puber. Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada masa puber. Sikap dan perilaku yang dimaksudkan adalah : 4

a) Ingin menyendiri b) Bosan c) Inkoordinasi d) Antagonism social e) Emosi yang meninggi f) Hilangnya kepercayaan diri Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja, dan sebagai akibtnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain : 1) Masalah Emosi Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang tampak pada mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering menimbulkan berbagai permasalahan remaja. Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membantu subjek didik menuju kearah kedewasaan yang optimal harus mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah emosional ini. Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok anak dapat berlatih menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah sesama anggota maupun masalahnya sendiri. Contoh: Maman adalah seorang siswa yang pintar. Dia selalu mendapat nilai yang baik. Walaupun demikian dia adalah seorang yang mudah marah. Suatu waktu dia ditegur oleh guru sejarahnya karena pada saat ulangan jawaban dari soal PGnya sama persis dengan salah seorang temannya yang ternyata mencontek kepada Maman. Gurunya mengurangi nilai keduanya sebanyak 3 point. Hal ini membuat Maman emosi dan memukul temannya yang 5

membuat temannya juga menjadi emosi dan memukul balik kepada Maman dan akhirnya terjadi perkelahian. 2) Masalah Penyesuaian Diri Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersamasama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku , sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam bergaul, dalam keadaan demikian remaja cenderung akan mengikuti pergaulan yang salah tersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat yang akan menimpa dirinya karena kebutuhan akan penerimaan dalam kelompok sebaya dianggap paling penting. Contoh : Beti merupakan siswa pindahan dari Surabaya. Dia adalah seorang anak yang pendiam. Dia pindah pada saat 2 bulan menjelang UAN. Setiap hari Beti disibukkan dengan mengejar ketinggalan pelajarannya karena kurikulum di kedua sekolah berbeda. Hal ini menyebabkan Beti kurang bersosialisasi dengan teman-teman barunya. Teman2nya juga merasa segan untuk mendekati Beti karena Beti cenderung pendiam. Ketika istirahat Beti hanya sendirian. Pada saat diskusipun Beti selalu diam saja sehingga teman-temannya menyimpulkan bahwa Beti tidak ingin bekerja sama. Hal ini lama kelamaan membuat Beti merasa tertekan. Dia merasa terasingkan dan juga berpengaruh pada nilai-nilainya padahal sebelumnya Beti adalah seorang siswi yang pintar. 3) Masalah Perilaku Seksual Pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantic, yang diikuti oleh keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunya minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh informasi tentang seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan, misalnya berciuman, bercumbu, 6

masturbasi, dan bersenggama. Untuk menanggulangi dan mangatasi masalah tersebut, sekolah hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya pendidikan seks. Contoh: Bunga adalah seorang anak yang cantik dan pintar. Orang tuanya sangat bangga padanya. Dia sangat disukai oleh teman-temannya. Suatu hari ada seorang kakak kelas yang menyukainya, Bisma. Bisma adalah seorang anak korban dari ‘broken home’. Akhirnya mereka berpacaran. Setiap hari mereka pergi dan pulang bersama-sama. Teman-temannya mulai merasa Bunga tidak ‘asyik’ seperti sebelumnya. Sampai pada suatu ketika Bunga tibatiba menghilang tanpa kabar begitu juga Bisma. Orang tua Bunga dan Bisma dipanggil ke sekolah dan menanyakan keberadaan mereka. Tetapi itu juga yang menjadi masalah pada orang tuanya. Mereka ingin mengetahui dimana mereka. Ternyata setelah ditelusuri dan menanyakan kepada teman-teman Bisma, Bisma ada di rumah salah satu teman SMPnya bersama dengan bunga. Dan diketahui bahwa Bunga sedang hamil. Mereka tidak mau sekolah dan pulang ke rumah karena takut dimarahi. Jadi mereka memutuskan untuk kabur. 4) Masalah Perilaku Sosial Adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau social ekonomi yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau kelompok remaja yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama, suku, dan social ekonomi, hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut , sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras dan social ekonomi. Contoh: Chacha adalah seorang anak dari seorang pengusaha sukses. Keluarganya sangat mapan dan terpandang. Hal ini membuat Chacha menjadi seorang yang sombong. Dia tidak mau berteman dengan sembarang orang. Dia hanya ingin berteman dengan orang-orang kaya saja. Sampai pada suatu hari Chacha akan mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-17. Dia mengundang semua teman-teman sekelasnya kecuali Tati dan Ramdhan yang merupakan anak dari seorang tukang cuanki dan pembantu rumah tangga. Chacha tidak mau mengundangnya karena mereka tidak mungkin bisa membelikan kado yang bagus untuknya. Hal ini membuat Tati dan Ramdhan sakit hati tetapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Begitu pula dengan teman-temannya yang lain hanya bisa merasa iba. 5) Masalah Moral 7

Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan budi pekerti. Contoh: Malik adalah anak yang nakal. Malik sebenarnya adalah anak-anak yang pintar namun Malik malas untuk belajar. Bagi Malik bermain itu lebih menyenangkan dan tidak membuang-buang waktu. Pada suatu ketika ada razia di sekolahnya. Para guru menggeledah tas para muridnya. Karena razia ini sangat tiba-tiba, siswa-siswa tidak dapat mengelak. Pada saat guru merazia tas Malik, guru tersebut menemukan majalah-majalah porno. Malikpun dibawa ke ruang BK. Selain tas, isi HP juga diperiksa dan di HP Malik ditemukan video-video asusila dan bahkan ada yang dilakukan oleh Malik sendiri. 6) Masalah Keluarga Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah : standar perilaku, metode disiplin, hubungn dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan modern berbeda. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara mereka. Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan waktu pulang dan mengenai teman-teman remaja yang dapat berhubungan terutama teman-teman lawan jenis. Untuk itu sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua. Contoh: Farhan adalah seorang anak yang lincah dan senang bergaul. Dia memiliki banyak teman dimana-mana. Dia sangat senang menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Hal ini bagi Farhan adalah sebuah pelarian dari keadaan rumah yang tidak menyenangkan baginya. Farhan sangat tidak suka terhadap ayahnya yang suka mengaturnya yang menyebabkan sering menentang ayahnya. Dia juga tidak suka pada perlakukan ibunya yang selalu diam saja melihat perlakukan ayahnya terhadapnya. Selain itu dia juga tidak suka pada kakaknya yang lebih segala-galanya dibandingkan dengannya yang membuatnya selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya. Oleh karena itu dia merasa tidak nyaman di rumah.

8

Selain itu dia sering sekali bolos sekolah dan malah bermain bersama teman-temannya yang tidak bersekolah. Hal ini sangat membuat ayahnya frustasi dan mengusirnya dari rumah. 3. Penanganan Masalah Siswa Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukan berbagai gejala penyimpangan perilaku. Yang merentang dari kategori ringan

sampai

dengan

yang

berat.

Upaya

untuk

menangani

siswa

yang

bermasalah,khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan yaitu :

a) Pendekatan Disiplin Penanganan siswa yang bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (Tata Tertib) yang berlaku disekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah dan sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “ lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya. b) Pendekatan Bimbingan dan Konseling Disiplin yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan memberikan 9

efek jera, penanganan masalah siswa berasalah melalui bimbingan konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui bimbingan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mangandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya diantara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap-demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyusunan diri yang lebih baik Dalam hal ini perlu diingat bahwa tidak semua masalah harus ditangani oleh guru BK, dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah beserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut :

1) Masalah (Kasus) Ringan

Seperti, membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum-minuman keras, mencuri di kelas, kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/ guru pembimbing dan mengadakan kunjungan rumah. 2) Masalah (Kasus) Sedang Seperti, gangguan emosional, berpacaran dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar karena gangguan dikeluarga, minumminuman keras tahap pertangahan, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang ditangani dan dibimbing oleh guru BK dan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahliprofesional, polisi, guru dan sebagainya. 10

3) Masalah (Kasus) Berat Seperti, gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminallitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam dan senpi, kasus berat dilakukan Referal (Alih tangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus. B. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling 1. Pendekatan Psikoanalitik Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalamanpengalaman dini. Motif dan Konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Adapun perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi. 2. Pendekatan Eksistensial-Humanistik Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, ketika sendirian dan ketika berada dalam hubungan dengan oranglain, keterhinggan dan kematian dan kecendrungan untuk mengaktualkan diri. 3. Pendekatan Client-Centered Pendekatan ini memandang manusia secaa positif bahwah manusia memiliki suatu kecendrungan ke arah berfungsi penuh. dalam konyeks hubungan konseling, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan. 4. Pendekatan Gestalt Manusia terdorongke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. Pandangannya antideterministik dalam arti individu dipandang memiliki 11

kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang. 5. Pendekatan Analisis Transaksional Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang.meskipun manusia dapat menjadi korban dari putusanputusan dini dan skenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran. 6. Pendekatan Tingkah Laku Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya Pandangan Determistik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian. 7. Pendekatan Rasional Emotif Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecendrungan-kecendrungan kearah berpikir curang. mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif tingkahlaku tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan, dan memutuskan ulang. modelnya adalah didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai reduksi. 8. Pendekatan Realitas Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Menurut Prof. Dedi Supriadi (2004:213),berdasarkan agendanya, bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok(group). bimbingan dan konselingbyang dilakukan secara individual disebut "bibingan individu", sedangkan bimbingan dan konseling yang dilakukan secara berkelompok disebut "bimbingan kelompok".

C. Definisi Bimbingan dan Konseling Perkembangan Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap semua individu yang berkaitan dengan pengembangan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap dalam bidang 12

pribadi-sosial, akademik, dan karir yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan mereka. Konsep bimbingan dan konseling perkembangan mengandung implikasi bahwa target layanannya menjadi tidak sebatas individu saja, melainkan akan tertuju kepada semua individu dalam berbagai kehidupan di dalam masyarakat. Perkembangan yang sehat atau optimal dalam pengembangan perilaku efektif harus terjadi pada setiap diri individu dalam berbagai tatanan lingkungan. Dengan demikian bimbingan dan konseling menjadi terarah kepada upaya membantu indvidu untuk : 1.

Lebih menyadari dirinya dan cara-cara ia merespon lingkungannya,

2.

Meningkatkan keefektifan diri mereka dengan menguasai aspek-aspek

perkembangan yang dapat dimanfaatkan dan dapat mengendalikan respon emosional terhadap situasi yang tidak dapat dikuasai, 3.

Mengembangkan serta mengklasifikasi perangkat tujuan dan nilai-nilai

perilaku pada masa yang akan datang. Strategi layanan bimbingan dan konseling menjadi terarah kepada upaya menata dan menciptakan ekologi perkembangan atau lingkungan belajar yang memfasilitasi perkembangan individu. (Moore-Thomas, 2004, Shertzer & Stone, 1981; Blocher, 1974 dalam Dr. M. Ramli, MA, 2007). Bimbingan dan konseling perkembangan didasarkan pada beberapa asumsi diantaranya ; 1. Watak dasar manusia mendorong individu ke arah perkembangan diri secara positif dan berurutan 2. Konseli bukanlah individu yang sakit 3. Konseling dipusatkan pada situasi saat ini dan yang akan datang 4. Konseli bukanlah pasien 5. Konselor/guru BK bukanlah individu yang netral/bebas nilai-nilai 6. Konseli adalah individu yang unik untuk mengembangakan identitas dirinya dan mengintegrasikannya kedalam gaya hidupnya

13

BAB III PENUTUP A. Simpulan Dalam kegiatan belajar banyak masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh si pelajar. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah letak penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk rnembantu agar mereka berhasil dalam belajar. B. Implikasi •

Uraian di atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah aspek lingkungan, pengaruh sosialkultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.



Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan konseling.



Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dan konseling.



Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural) pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

14

DAFTAR PUSTAKA Baharuddin. 2009. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena. Jogjakarta : AR-Ruzz Media. Nurihsan, Ahmad Juntika. 2007. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama S. J. W. S. Winkel. 1978. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah Menengah. Jakarta: PT Gramedia Tim dosen jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan FIP 1987. Bunga Rampai Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. IKIP Bandung Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan di Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada http://pandidikan.blogspot.com/2010/11/dasar-prinsip-dan-pendekatan-bimbingan.html http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/pendekatan-dan-teknik-konseling/ http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/penanganan-siswa-bermasalah-di-sekolah/ http://taufiqurrahmannoermuslim.blogspot.com/2012/01/dasar-prinsip-dan-pendekatanbimbingan.html http://kucingbangsawan.blogspot.com/2010/10/jenis-masalah-siswa-di-sekolah-menengah.html http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/strategi-bimbingan-dan-konseling.html

15

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF