Bismillah UP Tessa

July 13, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Bismillah UP Tessa...

Description

 

PENGARUH WAKTU APLIKASI SITOKININ DAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH KENTANG G2  (Solanum tuberosum L.) KULTIVAR MEDIANS DI DATARAN MEDIUM JATINANGOR

USULAN PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh : TESSA PRIMA DEWI 150510150125

UNIVERSITAS PADJADJARAN PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI JATINANGOR 2018   

 

 

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….i  BAB I  I PENDAHULUAN ............................ ................................................... ............................................. .................................... .............. 1 1.1

Latar Belakang .......................................... ................................................................ ............................................ ......................... ... 1

1.2

Identifikasi Masalah ............................................. .................................................................... .................................... ............. 3

1.3

Maksud dan Tujuan .......................................... ................................................................. ........................................ ................. 4

1.4

Kegunaan penelitian ............................................. .................................................................... .................................... ............. 4

1.5

Kerangka Pemikiran ............................................. .................................................................... .................................... ............. 4

1.6

Hipotesis ............................................ .................................................................. ............................................ ................................. ........... 6

BAB II  II TINJAUAN PUSTAKA .................................... .......................................................... ........................................ .................. 8 2.1

Botani Tanaman Kentang ............................................ ................................................................... ............................. ...... 8

2.2

Syarat Tumbuh Tanaman Kentang ......................................... ........................................................... .................. 9

2.3

Ukuran Ubi Bibit ..................................... .....................................Error! Bookmark not defined. 

2.4

Paclobutrazol ............................................. ................................................................... ............................................ ........................ 11

BAB III  III BAHAN DAN METODE ............................................ ................................................................... ........................... .... 13 3.1

Waktu dan Tempat Percobaan............................................ ................................................................ .................... 13

3.2

Alat dan Bahan Percobaan .......................................... ................................................................. ........................... .... 13

3.3

Rancangan Percobaan .......................................... ................................................................. .................................. ........... 13

3.4

Rancangan Analisis .......................................... ................................................................. ...................................... ............... 15

3.5

Pelaksanaan Percobaan ........................................... .................................................................. ............................... ........ 15

3.6

Pengamatan Percobaan ............................................ ................................................................... ............................... ........ 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... ............................................................................... .................................. ............ 19

i

 

 

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk tanaman sayuran semusim yang merupakan sumber karbohidrat selain padi dan jagung. Kandungan nutrisi pada kentang dinilai cukup baik karena mengandung protein  berkualitas tinggi, asam amino essensial, mineral, antioksidan, sumber vitamin C, vitamin B dan senyawa anti kanker (Laurensius, 2012). Kentang termasuk ke dalam jenis sayuran komersial bernilai tinggi. t inggi. Saat ini, banyak diminati oleh swayalan, insdustri makanan, restoran, dan penduduk asing yang menetap di Indonesia (Samadi,2007). Dari tahun ke tahun, luas panen, hasil produksi dan produktivitas kentang relatif masih rendah dan tidak stabil. Pada tahun 2015, luas panen kentang di Indonesia adalah sebesar 66.983 ha dengan produksi 1.219.270 ton dan produktivitas 18,20 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi 1.213.038 ton pada tahun 2016 namun produktivitas naik menjadi 18,23 ton/ha pada luas  panen 66.450 ha (Badan Pusat Statistik,2016). Dibandingkan dengan  produktivitas kentang di Eropa bisa mencapai 50 ton/ha, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah. Untuk mencapai hasil yang lebih tinggi dan mutu yang baik banyak bibit didatangkan dari luar negeri tetapi harganya mahal mencapai 40-50% dari total biaya produksi.Oleh karena itu,masih banyak  petani kentang yang belum mampu untuk membeli bibit impor (Apriin Bukit,2008). Di Indonesia, budidaya kentang sudah lama dilakukan namun  produktivitasnya masih rendah. Rendahnya produktivitas kentang di Indonesia terkait dengan pemakaian benih yang rendah mutunya, pengadaan dan distribusi  benih kentang berkualitas yang belum kontinyu dan memadai. Sumber benih kentang bagi petani ialah benih yang diproduksi sendiri dari hasil panen kent kentang ang yang sebelumnya atau benih yang dibeli dari daerah sentra produksi kentang.

1

 

 

Sampai saat ini kebutuhan bibit kentang nasional mencapai 300 ribu ton per tahun namun masih disuplai benih dengan kualitas rendah (Pardede, 2017). Selain itu, permasalahan tersebut tempat budidaya kentang masih terbatas karena dipengaruhi oleh faktor topografi, iklim, dan cuaca yang sesuai. Di Indonesia pada umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi perhatian banyak pihak terutama para pemerhati lingkungan dan kelestarian alam. Usaha budidaya kentang di dataran tinggi secara terus menerus dan tidak terkendali dapat merusak lingkungan seperti erosi dan menurunkan produktivitas tanah. Oleh karena itu, langkah perluasan  penanaman kentang kentang di dataran medium merupakan salah satu langkah alternatif yang dapat diupayakan (Bank Indonesia,2011). Dataran medium tersedia sangat luas di Indonesia dan mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi areal pertanaman kentang, namun pertanaman kentang di dataran medium mempunyai banyak kendala terutama suhu yang tinggi sehingga tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman kentang (Duaja, 2012). Dengan meningkatnya suhu akan merubah keseimbangan yang akan menyebabkan kecepatan respirasi akan melebihi kecepatan photosintesis yang menyebabkan berkurangnya hasil (Janic, 1972

dalam

Harlastuti,1980). 

Kendala utama pengembangan sayuran dataran tinggi di dataran medium adalah ketidakmampuan kultivar yang ditanam beradaptasi terhadap stress lingkungan yang tidak sesuai yang dapat mengakibatkan tanaman tidak  berproduksi secara normal, terutama akibat suhu yang tinggi di dataran medium (Hamdani, dkk., 2016). Pada dataran medium, suhu pada siang hari dapat mencapai 35 C dan pada malam hari 24 C. Hambatan utama pembentukan ubi 



adalah suhu udara dan suhu tanah di atas 25 C. Suhu yang tinggi merangsang 

 peningkatan hormon giberelin (GA) yang selanjutnya akan memperlambat  proses pembentukan pembentukan ubi. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kentang terhambat atau menjadi lambat (Duaja, 2012).

2

 

 

Salah satu cara untuk merekayasa faktor lingkungan tumbuh tanaman.kentang pada dataran medium adalah dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang diharapkan dapat bertujuan bert ujuan untuk mengatur keseimbangan  pertumbuhan sehingga tanaman menjadi lebih optimal (Ibrahim, dkk., 2015). Salah satu usaha untuk meningkatkan jumlah ubi dan meningkatkan ukuran ubi  pada dataran medium adalah dengan pengaplikasian ZPT yang bersifat dalam menghambat

sintesis

giberelin

yaitu

paclobutrazol.   Zat

penghambat

 pertumbuhan ini ditujukan untuk dapat menghambat pertumbuhan tanaman seperti daun, akar, panjang ruas, tinggi tanaman dan tidak berpengaruh mengurangi hasil panen namun memacu pertumbuhan pada buah/umbi (Irfan, 2013). Selain dengan pengaplikasian zat penghambat paclobutrazol, pemilihan ukuran ubi bibit memiliki peranan penting dalam meningkatkan produksi tanaman kentang. Menurut Setiadi (2009)

dalam Arifin,

dkk., (2014.) kualitas

ubi benih kentang yang baik adalah yang memiliki ukuran ubi 30-60g/ubi. Pada dasarnya semua berat ubi benih kentang dapat dipakai untuk dijadikan sebagai  bibit namun apabila memilih bibit yang beratnya dibawah 20g produksinya akan rendah. Umbi yang berukuran besar dapat tumbuh lebih baik, menghasilkan daun yang lebih panjang dan lebih besar sehingga dihasilkan  jumlah umbi tanaman dan total hasil yang tinggi (Sutapradja, 2008). 1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut :  1.  Apakah terdapat pengaruh interaksi antara ukuran ubi bibit dan waktu aplikasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman kentang ? 2.  Kombinasi ukuran ubi bibit dan waktu aplikasi paclobutrazol mana yang menghasilkan respons terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil  pada tanaman kentang?

3

 

 

1.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah: 1.  Untuk mengetahui pengaruh ukuran ubi bibit dan waktu aplikasi  paclobutrazol terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil pada tanaman kentang 2.  Untuk memperoleh ukuran ubi bibit dan waktu aplikasi paclobutrazol yang efektif dan dapat memberikan respons terbaik terhadap komponen  pertumbuhan dan komponen komponen hasil pada tanaman kentang 1.4 Kegunaan penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai  penggunaan ukuran ubi bibit dan waktu aplikasi paclobutrazol yang  berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang di dataran medium Jatinangor. Selain itu diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan informasi baru kepada

petani atau masyarakat luas sebagai upaya upaya untuk

meningkatkan produksi kentang di Indonesia khususnya pada Dataran Medium. 1.5 Kerangka Pemikiran

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan tanaman, yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Pada pertanaman kentang di dataran medium mempunyai banyak kendala terutama suhu yang tinggi sehingga tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman kentang (Duaja, 2012).Selain itu, kendala utama dalam peningkatan  produksi kentang adalah pengadaan benih kentang berkualitas yang belum memadai sehingga produksi kentang rendah (Pardede, 2017). Samadi (1997) menyatakan bibit kentang yang dianjurkan adalah 30-45g dan 40-60g. Umbi yang terbentuk dari jumlah batang yang banyak akan menghasilkan umbi yang berukuran kecil. Sebaliknya jumlah batang yang sedikit akan menghasilkan jumlah umbi yang sedikit, tetapi umbi yang

4

 

 

terbentuk berukuran lebih besar daripada umbi yang berukuran kecil. Hal ini terjadi karena stolon yang terbentuk pada batang lebih sedikit sehingga tidak terjadi kompetisi dalam pengisian umbi. Hal ini diduga besarnya cadangan makanan yang terdapat dalam ubi (Sitanggang, ( Sitanggang, 2014). Menurut Soelarso (1997) yang menyatakan mata umbi kentang sebenarnya adalah buku dari batang. Jumlah mata umbi 2-14 buah tergantung pada ukuran umbi yang digunakan. Adapun penelitian Angelia dkk. (2014) menyatakan  penggunaan ukuran umbi bibit 21-40 gram mampu meningkatkan hasil 29,43 % jika dibandingkan dengan ukuran umbi bibit < 20 gram. Paklobutrazol merupakan salah satu retardan yang bila diberikan pada tanaman yang responsif dapat menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, mengurangi laju perpanjangan batang  pertumbuhan dan perkembangan daun (Tumewu

tanpa mempengaruhi et al., 2012). Retardan

diperlukan untuk menekan aktivitas gibberellin. Salah satu fungsi utama dari giberelin ialah untuk menstimulasi perpanjangan sel. Ketika produksi giberelin dihambat,pembelahan sel tetap terjadi namun sel-sel baru tidak mengalami  pemanjangan sehingga terbentuknya terbentuknya cabang dengan panjang panjang buku buku lebih pendek (Nurjanah, dkk., 2014). Berdasarkan penelitian Hamdani dkk (2009) yang melakukan penelitian  pada tanaman kentang dapat meningkatkan laju tumbuh relatif dan laju asimilasi tanaman. Pacloburazol juga dapat mempersingkat pertumbuhan vegetatif dan secara tidak langsung fotosintat dialirkan ke pertumbuhan reproduktif (Wilkinson dan Richard,1991), dan meningkatkan proses asimilasi dari batang ke akar (Davis dan Curry,1991). Adapun penelitian Hamdani dkk (2016) menyatakan bahwa Aplikasi  paclobutrazol mengakibatkan tinggi tanaman kentang yang rendah, tetapi memberikan jumlah umbi per tanaman tertinggi (9.2 butir) dan bobot umbi tertinggi (702.1 g per tanaman), setara dengan 23.3 ton/ha dengan persentase umbi klas A mencapai 70.9%. Begitu juga dengan penelitian Wijana dkk

5

 

 

(2015), Konsentrasi paclobutrazol menunjukkan hasil berbeda nyata pada  parameter jumlah dan diameter umbi. Jumlah umbi menunjukkan bahwa konsentrasi P3 (45 ppm) menghasilkan nilai tertiggi yaitu 11,33 umbi, sedangkan diameter umbi nilai tertinggi terti nggi terdapat pada konsentrasi P2 (30 ppm) yaitu 17,79 mm. Menurut Syahfitri dkk (2017), Interaksi antara waktu  pemberian dan konsentrasi paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap bobot  biomassa tanaman dan jumlah umbi. Bobot Bobot biomassa biomassa tanaman dan jumlah jumlah umbi tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan waktu pemberian umur 28 HST dengan konsentrasi paklobutrazol 0,75 g/L air. Menurut Wattimena (1989) menyatakan bahwa tanaman tidak akan respon terhadap zat pengatur tumbuh yang bersangkutan apabila tidak diberikan pada masa

pekanya.

Secara

keseluruhan,

diperoleh

bahwa

semakin

awal

 paklobutrazol diberikan pada tanaman maka sifat penghambatnya akan semakin  besar, sebaliknya semakin lama pakloutrazol diberikan pada pada tanaman maka sifat  penghambatan yang ditimbulkan semakin kecil. Hal ini didukung oleh Sambeka Sambeka dkk (2012), aplikasi paklobutrazol sebelum 7 MST (vegetatif akhir) dapat menekan pertumbuhan vegetatif serta meningkatkan hasil ubi kentang, karena  pada fase

ini

giberilin

yang terdapat

pada meristem

apikal dapat

dihambat.Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Boyke dkk (2015) menyatakan bahwa Aplikasi Paclobutrazol pada pemberian 30 Hari Setelah Tanam memberikan efek penekanan yang nyata/ berpengaruh terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan pemberian 45 Hari Setelah Tanam. 1.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran , maka dibuat hipotesis sebagai berikut: 1.  Terdapat pengaruh interaksi perlakuan ukuran ubi bibit dan waktu aplikasi  paclobutrazol

dalam

meningkatkan

komponen hasil pada tanaman kentang.

6

komponen

pertumbuhan

dan

 

 

2.  Terdapat interaksi perlakuan ukuran ubi dan waktu aplikasi paclobutrazol yang paling efektif dalam meningkatkan komponen pertumbuhan dan komponen hasil pada tanaman kentang.

7

 

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1  Botani Tanaman Kentang

Menurut Setiadi (2003), ), dalam sistematika (taksonomi) Tanaman kentang diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo

: Solanales (Berumbi)

Famili

: Solanaceae (Berbunga terompet)

Genus

: Solanum

Spesies

: Solanum tuberosum L.

Tanaman kentang (Solanum

tuberosum 

L) merupakan tanaman sayuran

semusim, berbentuk perdu atau semak, berumur pendek kurang lebih hanya 90 – 180 180 hari

dan

hanya

sekali

berproduksi

dalam

satu

masa

pembudidayanya

(Samadi,1997). Bagian-bagian penting pada tanaman kentang menurut Samadi (2011) adalah sebagai berikut a.  Daun Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun terletak berselang-seling pada  batang tanaman, berbentuk oval agak bulat dengan ujung yang meruncing dan tulang daun yang menyirip. Warna pada daun mulai dari hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, respirasi dan persediaan tanaman.  b.  Batang Berbentuk segi empat atau segilima, tergantung varietasnya, tidak berkayu dan bertekstur agak keras. Warna pada batang umumnya hijau tua dengan  pigmen ungu. Batang bercabang dan setiap cabang ditumbuhi daun yang rimbun. Tanaman kentang berbentuk semak dan panjang panjan g batang kentang 50 cm  120  –  120

cm. Batang yang berada di bawah permukaan tanah disebut juga dengan 8

 

 

stolon

(Soelarso,1997).  Ujung

stolon

membengkak

sebagai

tempat

 berkumpulnya zat cadangan makanan yang di sebut umbi kentang. Seluruh stolon tidak dapat membentuk umbi. c.  Akar Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan berukuran sangat kecil Kedalaman daya da ya tembusnya bisa mencapai 45 cm. d.  Bunga Tanaman kentang ada yang berbunga dan tidak tergantung varietasnya.. Warna pada bunga yaitu kuning atau ungu. Bunga kentang adalah zygomorph (mempunyai bidang simetris), berjenis kelamin dua (Hermaphroditus) warna mahkota berbentuk terompet dengan ujung seprti bintang, lima benang sari  berwarna kuning melingkari tangkai t angkai putiknya. Bunga kentang tersusun dalam dala m  bentuk karangan bunga (inflorescens) yang tumbuh diujung batang. Satu karangan bunga memiliki 1  –  30   30 bunga. Tetapi pada umumnya 7  –  15   15 bunga untuk tiap karangan bunga (Soelarso, 1997).  e.  Umbi Ukuran, bentuk dan warna umbi kentang bermacam-macam, tergantung varietasnya. Ukuran umbi bervariasi dari kecil hingga besar. Bentuk umbi ada yang bukat, oval, bulat panjang. Umbi kentang berwarna kuning, putih dan merah. Jumlah mata umbi 2  –   14 buah tergantung ukuran umbi. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru (Setiadi,2003). 2.2  Syarat Tumbuh Tanaman Kentang

a.  Iklim Di Indonesia, kentang dapat tumbuh subur di daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-3000 m dpl sedangkan ketinggian yang ideal bagi tumbuhnya tanaman kentang adalah berkisar antara 1000-1300 m dpl dengan curah hujan 1500 mm per tahun (Setiadi,2003). Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara 15-18oC pada malam hari dan 24-30o C pada siang hari. . Jika suhu rata-rata 23oC,

9

 

 

daun biasanya akan menjadi kecil dan jarak antar ruas menjadi panjang. Suhu yang cocok selama periode pertumbuhan dari bertunas sampai stadium primordial bunga adalah 12 – 16 16oC. Sedangkan setelah stadium primordial bunga suhu yang cocok o

o

adalah 19 C  –   21 C. RH udara yang tinggi 80% - 90% sangat baik untuk  pertumbuhan kentang (Soelarso, 1997). 

 b.  Tanah Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai struktur cukup halus atau gembur, drainase baik, tanpa lapisan kedap air, debu atau debu berpasir dan sedikit kering. Tanaman kentang lebih menyukai tanah  –   tanah vulkanis (andosol) yang gembur dan bayak mengandung humus atau subur. pH tanah yang cocok adalah 6  –  7  7 (Ashari, S., 1995).Kelembaban tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih dari 70% menyebabkan kentang mudah terserang penyakit busuk batang/leher akar (setiadi,2003).  2.3  Media Tanam

Benih kentang merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti penggunaan bibit berkualitas mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil. Ukuran ubi untuk dijadikan bibit mempunyai berat per ubi 30-60 gram.  Namun demikian, dengan seleksi yang ketat keta t maka ukuran ubi antara 20-30 gram dapat dipakai sebagai bibit. Bahkan ubi yang berukuran lebih besar dari 60 gram juga dapat digunakan sebagai bibit untuk perbanyakan bibit juga untuk pertanaman komersial (Sunarjono,1978). Apabila ukuran bibit yang digunakan kecil atau lebih kecil dari 30 gram  pertumbuhan kentang tidak sempurna atau batang utama tumbuhnya lebih kecil. Hal ini disebabkan cadangan makanan sedikit dan mata tunas yang tumbuh juga kecil-kecil sehingga produksi menjadi rendah, begitu juga bibit yang besar atau lebih besar dari 60 gram, pertumbuhan akan lebih rimbun. Hal ini disebabkan cadangan makanan banyak dan mata tunas yang tumbuh  juga banyak yang berakibat pada unsur hara dan air yang diserap lebih

10

 

 

cenderung pula untuk pertumbuhan batang sehingga pembentukan sedikit (Soelarso,1997). Umbi yang dihasilkan umumnya tidak lagi berukuran seragam, mulai dari 20  –  400  400 gram. Penangkar biasanya memilih yang berukuran kecil antara 20-50 gram untuk dijual sebagai bibit. Umbi yang besarnya lebih dari 50 gram dijual sebagai bahan untuk konsumsi (Hartus,2001). Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa menanam bibit yang besar akan diperoleh umbi yang kecil dan demikian pula sebaliknya (Soelarso,1997). 2.4  Paclobutrazol

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah merupakan suatu zat yang dapat mempengaruhi jaringan di organ tanaman dan tidak mensuplai unsur hara sama sekali pada tanaman. Salah satu bentuk ZPT yaitu retardan yang merupakan zat penghambat tumbuh. penggunaan retardan pada tanaman dapat menghambat pemanjangan batang, memperpendek jarak ruas, meningkatkan warna hijau daun dan menjadikan pertumbuhan vegetatif tanaman mampu mendukung proses pembentukan bunga (Endah, 2007). Salah satu jenis retardan yang umum digunakan adalah paclobutrazol. Paclobutrazol merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus empiris Paclobutrazol merupakan turunan pirimidin yang mempunyai rumus empiris C15H2gCIN3O dengan rumus kimia (2RS' 3RS)-1-(4-chlorophenyl)-4, dimethyl-2-(1,2,4-triazol'1-yl)-pentan-3-ol. Menurut Lienargo dkk. (2014),  pengaruh paclobutrazol sebagai retardan antara lain yaitu memperpendek ruas tanaman. Paclobutrazol menghambat sintesis giberelin yang berperan dalam pemanjangan sel di dalam tanaman. Adapun dampak dari penghambat sintesis giberelin tersebut yaitu sel tanaman terus membelah, tetapi sel-sel  baru tersebut tidak mengalami pemanjangan. Paclobutrazol digunakan untuk mengatur pola pertumbuhan tanaman dan bertujuan agar pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi seimbang, sehingga dapat menekan kompetisi pemanfaatan source (Serly dkk., 2013).

11

 

 

Pemakaian paclobutrazol memungkinkan adanya suatu pendekatan secara langsung langsung pada pengendalian pertumbuhan

dengan menghambat

sintesis Giberelin. Paclobutrazol dapat efektif mengatur pertumbuhan tanaman yang menghambat pertumbuhan serta meningkatkan hasil ubi dan kualitas kentang (Esmaielpour, dkk., 2011). 

12

 

 

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1

Waktu dan Tempat Percobaan

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2018 di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang dengan ketinggian ± 752 m di atas  permukaan laut (dpl). 3.2  Alat dan Bahan Percobaan Percobaan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik, meteran, polybag berukuran 40 cm, alat penghitung intensitas cahaya, alat  pengukur suhu dan kelembaban lingkungan tumbuh. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ubi bibit kentang kultivar Medians (G 1), Paclobutrazol, sitokinin, tanah, kompos, arang sekam, cocopeat, pupuk anorganik, pupuk kandang (pupuk dasar), insektisida dan fungisida. 3.3  Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan metode eksperimental dan Rancangan Percobaan yang akan digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial.. Perlakuan percobaan terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah kombinasi media tanam dengan 4 taraf, antara lain: M1: Tanah + Kompos M2: Tanah + Kompos + Arang Sekam M3: Tanah + Kompos + Cocopeat + Arang Sekam M4: Tanah + Kompos + Cocopeat + Arang Sekam Faktor kedua adalah waktu aplikasi zat pengatur tumbuh dengan 3 taraf, antara lain : P1 : Tanpa Paclobutrazol P2: 20 HST Sitokinin, 40 HST PBZ

13

 

 

P3: 30 HST Sitokinin, 50 HST PBZ Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan. Setiap satuan  percobaan ditempatkan sesuai tata letak percobaan RAK.

14

 

 

Keterangan : B1P1 : Ukuran ubi bibit 10-30g dan tanpa Paclobutrazol B1P2 : Ukuran ubi bibit 10-30g dan Paclobutrazol 30 HST B1P3 : Ukuran ubi bibit 10-30g dan Paclobutrazol 45 HST B1P4 : Ukuran ubi bibit 10-30g dan Paclobutrazol 60 HST B2P1 : Ukuran ubi bibit 30-50g dan tanpa Paclobutrazol B2P2 : Ukuran ubi bibit 30-50g dan Paclobutrazol 30 HST B2P3 : Ukuran ubi bibit 30-50g dan Paclobutrazol 45 HST B2P4 : Ukuran ubi bibit 30-50g dan Paclobutrazol 60 HST B3P1 : Ukuran ubi bibit 50-70g dan tanpa Paclobutrazol B3P2 : Ukuran ubi bibit 50-70g dan Paclobutrazol 30 HST B3P3 : Ukuran ubi bibit 50-70g dan Paclobutrazol 45 HST B3P4 : Ukuran ubi bibit 50-70g dan Paclobutrazol 60 HST

Gambar 1. Tata Letak Percobaan 3.4 

Rancangan Analisis

Analisis data percobaaan dilakukan berdasarkan model linear dari Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Pengujian signifikasi untuk mengetahui pengaruh rata-rata perlakuan digunakan uji pada taraf 5%, apabila berbeda nyata, pengujian dilanjutkan

dengan Uji Berganda

Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1995) 3.5  Pelaksanaan Percobaan

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini, sebagai  berikut a. Penyiapan Penyiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan merupakan tanah incepstisols Jatinangor yang dicampurkan secara merata dengan pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Media tanam tersebut dimasukkan ke dalam 36 polybag. Kemudian, polybag  berisi media tanam tersebut disiram dengan air hingga lembab. Polybag yang telah berisi media tanam disusun pada plot percobaan sesuai dengan

15

 

 

 penyusunan pengacakan yang telah dilakukan. Penyusunan plot percobaan dibuat membujur searah utara-selatan agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman.  b. Penyiapan Bahan Tanam dan Penanaman Bahan Tanam yang digunakan adalah bibit kentang varietas Granola (G2) dengan berbagai ukuran sebagai perlakuan. Sebelum dilakukan penanaman, dibuat lubang tanam pada polybag dengan kedalaman 5-7 cm. kemudian memasukkan satu bibit kentang ke dalam lubang tanam tersebut dengan posisi mata tunas menghadap ke atas dan tutup dengan tanah. c. Aplikasi Aplikasi Sitokinin dan Paclobutrazol Sitokinin diaplikasikan pada tanaman sesuai dengan perlakuan saat 20 HST, 30 HST dan perlakuan kontrol (tanpa aplikasi sitokinin) dengan konsentrasi 100ppm. Dosis yang digunakan adalah 20 ml per tanaman. Aplikasi sitokinin adalah dengan cara menyemprotkan ke daun tanaman kentang menggunakan sprayer. Paclobutrazol diaplikasikan pada tanaman sesuai dengan perlakuan saat 40 HST, 50 HST dan perlakuan kontrol (tanpa aplikasi paclobutrazol) dengan konsentrasi 100ppm. Dosis yang digunakan adalah 20 ml per tanaman. Aplikasi paclobutrazol adalah dengan cara menyemprotkan ke daun tanaman kentang menggunakan sprayer. d. Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan gulma,  pembumbunan, pemupukan, pemasangan ajir dan pengendalian hama dan  penyakit.  

Penyiraman, dilakukan setiap hari yaitu pada pagi atau sore hari sesuai dengan kondisi cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan embrat.

 

Penyiangan Gulma, penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

16

 

 

 

Pendangiran dan Pembumbunan, dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman agar peredaran udara menjadi lancar kemudian  peninggian tanah agar ubi tanaman selalu terkubur. Ubi kentang yang terpapar sinar matahari langsung dapat berubah warna menjadi kehijauan dan kandungan solaninnya meningkat sehigga menurunkan kualitas ubi. Selain itu juga pembumbunan dilakukan untuk membantu perkembangan ubi dan memperkokoh berdirinya batang. Pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 4 MST dan 8MST bersamaan dengan pemberian pupuk susulan.

 

Pemupukan, pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik yaitu pupuk  NPK yang dilarukan dalam air. Pemupukan Pemupukan diberikan pada setiap tanaman sebanyak 240ml. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiraman

dan pembumbunan saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST.   Pemasangan Ajir, dilakukan untuk membantu tanaman tumbuh tegak dan tidak rebah. Pemasangan ajir menggunakan bambu berukuran panjang ±120 cm dengan lebar 2-3cm pada tanaman berumur 4 MST. Pengajiran dilakukan dengan mengikat batang tanaman kentang pada bambu dengan tali rapia.  

Pengendalian Hama dan Penyakit, Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida dan fungisida sesuai intensitas serangan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan saat intensitas serangan hama dan  penyakit telah mencapai ambang batas ekonomi. Apabila terserang hama dan penyakit, penyemprotan dilakukan 1 minggu sekali dan harus merata sampai belakang sisi daun.

e. Panen Panen Pemanenan dilakukan dengan melihat ciri-ciri daun telah berwarna kekuning-kuningan, batang tanaman telah berwarna kekuningan atau mengering, kulit ubi tidak mudah mengelupas dan umur telah mencapai 90 HST (Samadi, 2007). Pemanenan pada pagi hari dan dilakukan dengan cara membongkar polybag dengan hati-hati agar tidak menimbulkan cacat pada ubi. kemudian ubi dikumpulkan dikumpulkan dan dipisahkan dari ubi-ubi y yang ang busuk.

17

 

 

Ubi dibiarkan beberapa saat agar terkena sinar matahari, baru ubi dimasukkan kedalam wadah penampung yaitu karung. (Parman, S., 2007). 3.6 Pengamatan Percobaan

Terdapat 2 jenis pengamatan yaitu komponen pertumbuhan dan komponen hasil.   Pengamatan

Agronomi meliputi tinggi tanaman (cm), luas daun, indeks luas

daun, Nisbah Pupus Akar dan bobot kering.   Pengamatan

Fisiologis meliputi pertukaran gas, Giberelin, Klorofil, dan Stomata 

18

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Panen Kentang Menurut Provinsi, 2012-2016. Available at http://www.bps.go.id/ at http://www.bps.go.id/ (diakses pada tanggal 8 November 2017) Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Kentang Menurut Provinsi ,2012-2016. Available at http://www.bps.go.id/ at http://www.bps.go.id/ (diakses pada tanggal 8 November 2017) Badan Pusat Statistik. 2016. Produktivitas Kentang Menurut Provinsi,2012-2016. Available at http://www.bps.go.id/ at http://www.bps.go.id/ (diakses pada tanggal 8 November 2017) Boyke,L.,Edy,F.L.,Diane,T.,dan Boyke,L.,Edy,F .L.,Diane,T.,dan Najoan,J. 2015. Kajian aplikasi paclobutrazol dan  beberapa jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang dataran menengah. Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi. Bukit, A.2008.Pengaruh berat umbi bibit dan dosis pupuk kcl terhadap  pertumbuhan dan produksi kentang. kentang. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Hamdani,J.S.,Sumadi,. Suriadinata,Y.R.,dan Martins,L. 2016. Pengaruh naungan dan zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang kultivar atlantik di dataran medium. J.Agron.Indonesia. 44 (1):33-39. Prabaningrum,L., Moekasan,T.K., Sulastrini,I., dan Handayani,T. 2014. Teknologi Budidaya Kentang Di Dataran Medium. Balai Penelitian tanaman Sayuran. Available at :www.balitsa.litbang.deptan.go.id (diakses pada 10 November 2017) Syahfitri,A.P., Lahay,R.R., dan Purba, E. 2017.Pengaruh waktu pemberian dan konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi  jalar. Jurnal Agroekoteknologi vol.5 (3). Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

19

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF