April 8, 2018 | Author: Dian Agus Setyawati | Category: N/A
BIOKIMIA Struktur & Fungsi Biomolekul Oleh : Yohanis Ngili Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2009
Hak Cipta 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta 55511 Telp. : 0274-882262; 0274-4462135 Fax. : 0274-4462136 E-mail :
[email protected]
Ngili, Yohanes BIOKOMIA: Struktur & fungsi Biomolekul/Yohanes Ngili - Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2009 xx + 324 hlm, 1 Jil. : 23 cm. ISBN:
978-979-756-448-3
1. Kimia
I. Judul
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Anugerah dan Berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul. Penulisan buku Biokimia ini secara khusus bertujuan untuk menunjang proses pembelajaran mata kuliah Biokimia pada Program Sarjana (S-1) dan Magister (S-2). Buku ini disusun untuk membantu yang selama ini terkendala oleh minimnya buku biokimia berbahasa Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa biokimia merupakan suatu interdisiplin ilmu yang merupakan pusat dari berbagai subbidang ilmu seperti Kedokteran, Nutrisi, Bioteknologi, Mikrobiologi, Fisiologi, Biologi Sel, Biofisik, Genetik, Kimia Organik, Farmasi, dan lainnya Penulisan buku ini disusun secara kompilasi dari berbagai sumber, baik dari informasi yang ada di Internet yang merupakan hasil penelitian, yang disediakan secara open source maupun dari buku cetak (textbook) yang telah ada. Selain itu juga, pada beberapa submateri diambil dari jurnal penelitian internasional. Buku Biokimia: Stuktur dan Fungsi Biomolekul ini dapat digunakan sebagai buku acuan dalam mempelajari Biokimia pada tingkat dasar dan lanjutan. Biokimia yang menyangkut Struktur dan Fungsi Biomolekul dalam kurikulum kimia meliputi materi-materi : Karbohidrat; Asam Amino dan Peptida; Protein; Lipid, Membran, Transpor, Penyinalan; Asam Nukleat; dan Katalis dan Kinetika Enzim. Ilmu Biokimia sebagai disiplin ilmu yang mandiri adalah ilmu yang mempelajari struktur organisasi, dan fungsi materi hidup pada tingkat molekul. Pembagian kajian biokimia dikategorikan dalam 3 bagian yakni, (1) Struktur dan Fungsi Biomolekul; (2) Metabolisme dan Bioenergitika; dan (3) Aliran Informasi Genetik.
viii
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Perkembangan Biokimia yang cepat saat ini menuntut adanya pelbagai strategi untuk menghasilkan produk (output) pembelajaran biokimia yang memadai. Bercermin dari hal tersebut maka penulisan buku ini diharapkan membantu pembaca “mencerna” ilmu biokimia secara sistematis dan komprehensif. Penulisan buku ini juga merupakan salah satu cara penulis memperkenalkan ilmu biokimia sebagai cabang ilmu paling menantang saat ini. Sebagai contoh riset tentang AIDS, Kanker, TBC, Malaria, maupun penyakit-penyakit yang diakibatkan karena mutasi genetik, perlu ditangani dari perspektif pemahaman biokimia yang memadai. Perkembangan ilmu biokimia yang sering di sebut sebagai “The Front Line of Science” saat ini menuntut kita untuk lebih banyak membaca artikel Jurnal riset maupun buku-buku biokimia yang terbaru. Penulis melalui kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Terima kasih kepada Bapak A. Saifuddin Noer, Ph.D sebagai pembimbing dan pendorong serta dengan rela hati telah memberikan banyak referensi berarti dalam penyelesaian dan penyempurnaan buku ini. Juga kepada pak Susanto sebagai kepala pemasaran Penerbit Graha Ilmu cabang Bandung yang telah banyak membantu. Dengan senang hati penulis menunggu saran dan kritik untuk penyempurnaan buku ini dan semoga buku ini dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran Biokimia pada program sarjana dan magister di Indonesia. Bandung, Desember 2008 Penulis, Yohanis Ngili
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Struktur dasar asam a-amino dalam konfigurasi L R adalah gugus samping dari 20 gugus kimia 37 Gambar 2-2 Titrasi 10 mmol glisin.HCl oleh larutan NaOH. Garis putus-putus menunjukkan titrasi dengan ditambahkan formaldehid 50 Gambar 2-3 Titrasi 10 mmol asam glutamat hidroklorida oleh NaOH’ 53 Gambar 2-4 Pemisahan asam amino menggunakan kromatografi penukar ion. Luas puncak adalah proporsional dengan jumlah asam amino dalam larutan. 57 Gambar 2-5 Protein dibangun oleh asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida untuk membentuk rantai polipeptida. 61 Gambar 2-6. Bagian dari rantai polipeptida yang dibagi menjadi unit-unit peptida, digambarkan sebagai balok dalam diagram. 63 Gambar 2-7 Diagram menunjukkan rantai polipeptida di mana atom-atom rantai utama digambarkan sebagai unit peptida kaku, dihubungkan melalui atom-atom Ca 64 Gambar 2-8 Plot Ramachandran menunjukkan kombinasi yang diperbolehkan untuk sudut konformasi phi dan psi 67 Gambar 2-9 Contoh-contoh atom logam intrinsik fungsional penting dalam protein. (a) Pusat di-besi pada enzim ribonukleotida reduktase 69 Gambar 2-10 Disulfide biasanya merupakan produk akhir dari oksidasi udara dengan reaktan 2-CH2SH + 1/2 O2 70
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Gambar 3-1 Reaksi reaksi degradasi Edman Gambar 3-2 Gel filtrasi protein Gambar 3-3 Jembatan garam antara rantai-rantai samping residu Arg dan Glu Gambar 3-4 Definisi sudut torsi protein w, f, y, dan c Gambar 3-5 Plot Ramachandran untuk alanilalanin Gambar 3-6 Kaidah tangan kanan a-heliks Gambar 3-7 Struktur b sheet Gambar 3-8 Representasi model struktur protein dimana a-heliks Gambar 3-9 Spektrum ORD untuk poli-D-lisin Gambar 3-10 Diagram topologi untuk (a) protein pengikat retinol (RBP, retinol binding protein) dan (b) triosefosfat isomerase (TPI) Gambar 3-11 Representasi diagram unit lipatan supersekunder b-a-b dari suatu protein Gambar 3-12 a-Heliks adalah salah satu elemen utama struktur sekunder dalam protein Gambar 3-13 Gugus bermuatan negatif seperti ion fosfat seringkali terikat pada ujung amino a-heliks Gambar 3-14 Ilustrasi skematik b sheet antiparalel Gambar 3-15 b -Sheet paralel Gambar 3-16 Ilustrasi pilinan b-sheet dan Ikatan hidrogen antara untai b dalam b-sheet campuran dari protein yang sama Gambar 3-17 Struktur mioglobin memperlihatkan semua atom sebagai lingkaran kecil yang dihubungkan oleh garis lurus Gambar 3-18 Contoh diagram skematik untuk tipe struktur miglobin dan struktur enzim triosefosfat isomerase yang dipelopori oleh Jane Richardson
77 82 85 89 91 93 94 96 97 99 101 108 111 113 114 115 115 117
Daftar Gambar
xi
Gambar 3-19 b -Sheet biasanya digambarkan hanya dengan panah dalam diagram topologi yang menunjukkan arah tiap untai b dan bagaimana untai tersebut dihubungkan satu sama lain sepanjang rantai polipeptida 118 Gambar 3-20 Motif hairpin sangat sering dalam b -sheet dan dibangun dari dua untai b bersebelahan yang dihubungkan oleh daerah loop 119 Gambar 3-21 Dua untai β paralel yang bersebelahan biasanya dihubungkan oleh satu α-heliks dari ujung-C untai 1 kepada ujung-N untai 2 121 Gambar 3-22 Motif β-α-β pada prinsipnya bisa memiliki dua “tangan” 122 Gambar 3-23 Motif yang bersebelahan dalam urutan asam amino juga biasanya bersebelahan dalam struktur tiga dimensi 124 Gambar 3-24 Rantai peptida lisozim dari bakteriofage T4 yang melipat menjadi 2 domain 139 Gambar 3-25 Struktur lisozim T4 yang menunjukkan lokasi terjadinya 2 mutasi yang menstabilkan struktur protein melalui interaksi elektrostatik dengan dipol-dipol pada a-heliks. 141 142 Gambar 3-26 Konstruksi 2 heliks pada domain Z Gambar 3-27 Diagram ribbon struktur domain B1 dari protein G (biru) dan dimer Rop merah. 145 Gambar 4-1 Suatu amfifil membentuk suatu monolayer pada permukaan air 170 Gambar 4-2 Satu bentuk micelle, yakni micelle bentuk bola 171 172 Gambar 4-3 Bentuk-bentuk lipid bilayer Gambar 4-4 Struktur umum partikel lipoprotein 176 Gambar 4-5 Liposom adalah vesicle yang memiliki banyak lapisan fosfolipid 177 Gambar 4-6 Fosfopipid dengan kepala yang besar cenderung berpartisi ke dalam lapisan luar di mana tolakannya lebih lemah 178
xii
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Gambar 4-7 Beberapa protein integral yang diisolasi dari membran memiliki berat molekul besar Gambar 4-8 Model mosaik fluida struktur membran Gambar 4-9 Oligosakarida berikatan-N dalam glikoprotein: tipe kompleks, dan tipe manosa tinggi Gambar 4.10 Struktur membran gliserofosfolipid Gambar 4-11 Struktur dari spingolipid spingomielin dan galaktoserebrosida Gambar 4-12 Plot radioaktivitas sel yang telah dicuci pada waktu-waktu yang berbeda Gambar 4-13 Ketergantungan kecepatan transport pada konsentrasi zat terlarut Gambar 4-14 Plot v terhadap [S]o tidak akan menunjukkan kejenuhan kecuali jika difusi sederhana dianggap sepele dibandingkan transpor carrier Gambar 4-15 Plot 1/v terhadap 1/[S]o untuk kedua persamaan garis lurus. Untuk difusi sederhana dan transpor memakai carrier Gambar 4-16 Cara zat terlarut bergerak melintasi membran Gambar 4-17 [S+] dan [s+] = konsentrasi kesetimbangan, terlihat bahwa terdapat lebih banyak muatan negatif daripada positif pada membran Gambar 6-18 Tipe-tipe transpor aktif Gambar 4-19 Protein transpor bisa berperan sebagai carrier yang dapat bergerak, misalnya protein transmembran besar dapat berotasi, protein kecil bisa menyilang membran, dan protein transpor bisa membentuk pori-pori atau saluran Gambar 4-20 Perubahan konformasi dalam suatu pori-pori protein sebagai tempat transpor zat terlarut Gambar 4-21 Pengikatan K+ oleh Valinomisin Gambar 4-22 Struktur reseptor Glucocorticoid Gambar 4-23 Kajian skematis dari reseptor-reseptor yang bergabung dengan protein G
181 182 185 188 190 193 194 195 196 197 198 199
201 202 203 206 206
Daftar Gambar
xiii
Gambar 4-24 Siklus aktivasi dan deaktivasi heterotrimerik protein G 208 Gambar 4-25 Hidrolisis fosfatidilinositol 4,5-bifosfat (PIP2) oleh fosfolipase C 210 Gambar 4-26 Skema reseptor faktor pertumbuhan epidermal / epidermal growth factor (EGF) 211 Gambar 4.27 Aktivasi cAMP protein kinase oleh cAMP 214 Gambar 5-1 Untai DNA yang berperan sebagai templat untuk replikasi 217 Gambar 5-2 Pasangan Basa dalam DNA 232 Gambar 5-3 Pasangan-pasangan basa dalam dupleks DNA 233 235 Gambar 5-4 Diagram heliks ganda DNA bentuk B Gambar 5-5 Bentuk Z dan bentuk B DNA. 237 Gambar 5-6 Variasi yang tergantung pada urutan dalam geometri pasangan basa DNA 237 239 Gambar 5-7 Sistesis oligonukleotida fase padat Gambar 5-8 Perbedaan spektrum uv untuk bentuk DNA aslinya (heliks ganda), dan bentuk terdenaturasi (untai tunggal) 240 Gambar 5-9 Kurva pelelehan untuk DNA dari spesies yang berbeda 241 Gambar 5-10 Suhu lelehan DNA sebagai fungsi dari kandungan G + C 242 244 Gambar 5-11 Analisis COT pada berbagai DNA Gambar 5-12 Penyusunan histon dan DNA dalam nukleosom 247 Gambar 5-13 Bentuk-bentuk topoisomer dari supercoil 248 Gambar 5-14 Pemanjangan DNA melalui pasangan basa yang ujungnya overlapping yang dilakukan oleh EcoRI 252 Gambar 5-15 Langkah-langkah pembentukkan suatu sambungan, atau rekombinasi dari molekul DNA 253 Gambar 5-16 Proses denaturasi, penempelan primer, dan pemanjangan dalam Polymerase Chain Reactin (PCR) 256 Gambar 5-17 Reaksi PCR 258
xiv
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Gambar 6-1 Energi aktivasi adalah energi yang lebih rendah untuk reaksi-reaksi yang dikatalisis. Energi substrat pada tiap tahap reaksi Gambar 6-2 Hubungan hiperbol antara kecepatan awal (v0) dan konsentrasi substrat awal ([S]0 dari suatu reaksi katalisis enzim Gambar 6-3 Grafik Lineweaver-Burk, prosedur untuk menentukan 2 parameter kinetik steady-state pada persamaan Michaelis-Menten Gambar 6-4 Plot dari –log (apparent Km = pKm versus pH untuk enzim. Gambar 6-5 Plot Lineweaver-Burk : 1/v0 versus 1/[S]0 untuk (a) inhibisi kompetitif murni dan (b) inhibisi nonkompetitif murni Gambar 6-6 Bentuk paling sederhana dari regulasi jalur metabolisme yakni inhibisi suatu enzim oleh produk jalur tersebut Gambar 6-7 Kontrol dalam jalur metabolisme bercabang Gambar 6-8 Sifat kinetik yang mungkin dari enzim-enzim regulator Gambar 6-9 Kurva pengikatan oksigen untuk hemoglobin dan mioglobin Gambar 6-10 Kurva pengikatan yang dibahas oleh persamaan n-site MWC models dengan KR[X]=a Gambar 6-11 Sifat-sifat dari suatu enzim alosterik MWC dengan adanya efektor-efektor heterotropik -oo0oo-
271 281 283 297 300 301 302 303 305 312 314
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino netral, nonpolar, alifatik) Tabel 2.2 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino polar, alifatik) Tabel 2.3 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino aromatis) Tabel 2.4 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino mengandung sulfur) Tabel 2.5 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino mengandung gugus asam amino sekunder) Tabel 2.6 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino yang bersifat asam) Tabel 2.7 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino yang bersifat basa) Tabel 2.8 Nilai pKa Beberapa Asam Amino Tabel 2-9 Berbagai bentuk asam glutamat yang mendominasi hadir pada titik-titik yang berbeda selama titrasi
39 40 41 41
41 42 43 52 55
xvi
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Tabel 3-1 Jenis-jenis Interaksi Nonkovalen yang Terlibat dalam Stabilitas Struktur Protein Tabel 3-2 Kecenderungan residu-residu asam amino untuk membentuk a-heliks Tabel 4-1 Beberapa Kelompok Utama Fosfogliserida Tabel 4-2 Lipoprotein Plasma Tabel 4-3 Komposisi Membran Tabel 4-4 Sistem Transpor Carrier Tabel 5-1 Komposisi Basa DNA dalam Berbagai Spesies Tabel 5-2 Perbandingan Heliks-heliks DNA Tabel 6-1 Kelas-kelas Utama Enzim Tabel 6-2 Subklasifikasi Hidrolase -oo0oo-
87 93 162 176 180 200 231 236 264 265
Daftar Isi
KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI BAB 1 KARBOHIDRAT 1. Pendahuluan 2. Gliseraldehid 3. Aldosa Sederhana 4. Ketosa Sederhana 5. Struktur D-glukosa 6. Konformasi Glukosa 7. Monosakarida Selain Glukosa 8. Ikatan Glikosida 9. Polisakarida BAB 2 ASAM AMINO DAN PEPTIDA 1. Asam Amino 2. Sifat Asam-basa dari Asam Amino 3. Analisis Asam Amino 4. Ikatan Peptida 5. Rantai Polipeptida 6. Reaksi Sistein BAB 3 PROTEIN 1. Pengantar 2. Pemurnian dan Karakterisasi Protein 3. Pelipatan Protein
v vii xiii xv 1 2 6 9 12 20 21 27 32 37 37 44 56 57 59 68 73 73 74 84
xviii
BAB 4 BAB 5
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
4. Struktur Protein 89 5. Motif-motif Struktur Protein 104 6. Homologi Urutan dan Evolusi Protein 125 7. Prediksi, Rekayasa, dan Rancangan Struktur Protein 126 8. Metode Penentuan Struktur Protein 146 LIPID, MEMBRAN, TRANSPOR, DAN PENSINYALAN 153 1. Pengantar 153 2. Kelompok-kelompok Lipid 154 3. Asam Lemak 156 4. Gliserolipid 159 5. Sfingolipid 163 6. Lipid yang Diturunkan dari Isopren (Terpen) 166 7. Sifat Lipid dalam Air 170 8. Asam Empedu dan Garam Empedu 173 9. Lipoprotein Plasma 175 10. Vesicle 177 11. Membran 179 12. Struktur dan Fungsi Membran 186 13. Transpor 191 14. Mekanisme Molekul Transpor Lintas Membran 200 15. Pensinyalan 204 ASAM NUKLEAT 215 1. Pengantar 215 2. Asam Nukleat dan Konstituen Kimianya 217 3. Nukleosida 222 4. Nukleotida 224 5. Polinukleotida 227 6. Struktur DNA 230 7. Denaturasi DNA 239 8. Ukuran, Organisasi, dan Topologi DNA 245 9. Struktur dan Tipe RNA 248 10. Nuklease 249
xix
Daftar Isi
11. Dna Rekombinan dan Isolasi Gen 12. Polymerase Chain Reaction BAB 6 KATALITAS DAN KINETIKA ENZIM 1. Konsep Dasar Katalisis Enzim 2. Klasifikasi Enzim 3. Mode Peningkatan Laju Pemotongan Ikatan 4. Peningkatan Laju dan Energi Aktivasi 5. Mutagenesis Sisi-terarah (Site-directed Mutagenesis) 6. Kinetika Enzim 7. Ketergantungan Laju Reaksi Enzim Pada Konsentrasi Substrat 8. Evaluasi Grafik Km dan Vmaks 9. Definisi Inhibisi Enzim 10. Persamaan Inhibisi Enzim 11. Dasar Mekanis Persamaan Michaelis-menten 12. Turunan Persamaan Steady-state 13. Enzim-enzim Multireaktan 14. Pengaruh Ph Pada Laju Reaksi Enzim 15. Mekanisme Inhibisi Enzim 16. Enzim Regulator DAFTAR PUSTAKA TENTANG PENULIS -oo0oo-
251 253 261 261 263 266 275 277 278 281 282 283 284 285 288 292 294 298 301 317 321
Bab
1
KARBOHIDRAT
1. PENDAHULUAN Karbohidrat adalah kelompok senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O. Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus karbonil dalam bentuk aldehid atau keton. Senyawa ini juga memiliki banyak gugus hidroksil. Karena itu, karbohidrat merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan senyawa-senyawa tersebut. Senyawa karbohidrat yang memiliki tiga sampai sembilan atom karbon disebut monosakarida. Gabungan senyawa-senyawa monosakarida akan membentuk senyawa karbohidrat yang lebih besar. Ikatan penghubung antara dua buah monosakarida disebut ikatan glikosida atau glikosidik. Dalam disakarida, terdapat satu ikatan glikosida yang meng hubungkan dua monosakarida. Sedangkan dalam trisakarida terdapat dua ikatan glikosida yang menghubungkan tiga buah monosakarida. Karbohidrat yang memiliki beberapa unit monosakarida disebut oligo sakarida, sedangkan yang memiliki banyak unit monosakarida disebut sebagai polisakarida. Banyak monosakarida maupun oligosakarida memiliki rasa manis, karena itu karbohidrat yang massa molekul relatif (Mr)-nya kecil sering disebut sebagai gula. Terdapat dua jenis monosakarida, yakni aldosa dan ketosa. Aldosa mengandung gugus aldehid (R-CHO), sedangkan ketosa mengandung gugus keton (R-CO-R’). Selain itu, monosakarida juga dapat dikelompokkan menurut jumlah atom karbon yang dimilikinya. Bila mengandung tiga atom karbon maka monosakarida tersebut disebut triosa; sedangkan bila mengandung empat atom karbon maka disebut tetrosa; pentosa untuk yang mengandung lima atom karbon; heksosa untuk yang mengandung enam atom karbon; dan seterusnya.
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Kedua macam pengelompokkan monosakarida ini dapat digabungkan. Misalnya, glukosa merupakan aldoheksosa, yakni gula monosakarida Karbohidrat dengan enam atom karbon dan suatu gugus aldehid. Ketotriosa
Aldopentosa
Aldopentosa
Ketoheptosa
Ketopentosa Karbohidrat
CH2OH CO
CH2OH
KetotriosaCHOH Aldopentosa
CH2OH
CHO Aldopentosa CHOH
CHOH
CH2OH CO
CH2OH
CHOH
CHOH
CH2OH
COH HOH2C
CHOCHOH CHOH
HOH2C
Ketoheptosa CO
CHOH
CHOH
CHOH
CO
COH
CHOH CHOH
CHO
CO
CH2OH
CH2OH
CH2OH
CHOH Ketopentosa
CHOH
CHO
CH2OH
CH2OH
CH2OH
CHOH
CO CH2OH CHOH
CHOH CHOH CHOH CH OH
CH2OH
2
CHOH CH2OH
2. GLISERALDEHID
2. GLISERALDEHID 2. GLISERALDEHID Gliseraldehid merupakan aldosa yang paling sederhana:
Gliseraldehid Gliseraldehid merupakan aldosa yang paling sederhana: merupakan aldosa yang paling sederhana: Cermin Cermin
1
CHO 1
2
CHO
2 CHOH
CHOH
CH23OH CH2OH
3
Karbon Kiral
Karbon Kiral
L-Gliseraldehid
L-Gliseraldehid Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
D-Gliseraldehid
D-Gliseraldehid 2
Karbohidrat Karbohidrat
Bab I Karbohidrat
L-Gliseraldehid L-Gliseraldehid
D-Gliseraldehid D-Gliseraldehid
Gliseraldehidmemiliki memiliki sifatsifat pereduksi karenakarena merupakan suatu Gliseraldehid sifat pereduksi karena merupakan suatualdehid. aldehid. Gliseraldehid memiliki pereduksi merupakan suatu Atom C-2pada padamolekul molekul ini adalah adalah pusat kiral (disebut asimetris), aldehid. Atom C-2 pada molekul ini kiral adalah pusatjuga kiralpusat (disebut juga Atom C-2 ini pusat (disebut juga pusat asimetris),
pusat asimetris), sehingga terdapat isomer yang dikenal sehingga terdapatdua dua isomeryang yang dikenaldua sebagai enansiomer: sehingga terdapat isomer dikenal sebagai enansiomer: enansiomer:
CHO CHO H C OH H C OH CH2OH CH2OH
D-Gliseraldehid D-Gliseraldehid
HO HO
CHO CHO C H C H CH2OH CH2OH
L-Gliseraldehid L-Gliseraldehid
sebagai
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Karbohidrat Karbohidrat
Bila digambarkan menurut proyeksi Fischer, maka strukturnya Bila digambarkan menurut proyeksi Fischer, maka strukturnya seperti berikut: seperti berikut:
Bila digambarkan menurut proyeksi Fischer, maka strukturnya seperti berikut:
H H
CHO CHO OH OH CH2OH CH2OH
HO HO
CHO CHO H H CH2OH CH2OH
Proyeksi Fischer ini menyederhanakan struktur tiga struktur dimensi gliseraldehid Proyeksi Fischer ini menyederhanakan tiga dimensi seperti Proyeksi Fischer ini menyederhanakan struktur tiga dimensi gliseraldehid seperti berikut: gliseraldehid seperti berikut: berikut: CHO CHO H H
OH OH CH2OH CH2OH
CHO CHO HO HO
H H CH2OH CH2OH
Enansiomer adalah bayangan Enansiomer adalah bayangancermin cerminsatu satusama samalain. lain.Struktur Struktursebelah Enansiomer adalah bayangan cermin satu sama lain. Struktur sebelah sebelah kiri disebut D-gliseraldehid, sedangkan kananL-gliseraldehid. disebut kiri disebut D-gliseraldehid, sedangkan yang kananyang disebut kiri disebut D-gliseraldehid, kanan disebut L-gliseraldehid. L-gliseraldehid. Awalan sedangkan D- dan L- yang menunjukkan konfigurasi atau Awalan penataan D- dan Lmenunjukkan konfigurasi atau penataan gugus di gugus di sekeliling konfigurasi pusat kiral. atau penataan gugus di sekeliling Awalan D- dan Lmenunjukkan sekeliling Bila hanya terdapat satu atom karbon kiral, maka di antara kedua pusat kiral. pusat kiral. enansiomer hanya terdapat sedikit perbedaan sifat fisik maupun sifat Bila hanya terdapat satu atom karbon kiral, maka di antara kedua kimia. Sifat yang palingsatu besaratom perbedaannya adalahmaka aktivitas optik, kedua Bila hanya terdapat karbon kiral, di antara enansiomer terdapat sedikit perbedaan sifat fisik berotasi maupunketika sifat kimia. yaknihanya kemampuan suatu larutan enansiomer untuk enansiomer hanya terdapat sedikit perbedaan sifat fisik maupun sifat kimia. disinari cahaya polarisasi. Salah satuaktivitas enansiomer berotasi Sifat yang palingoleh besar perbedaannya adalah optik,akan yakni kemampuan Sifat yang paling besar adalah optik,lainnya yakni kemampuan searah jarum jam,perbedaannya dan diberi tanda (+).aktivitas Enansiomer akan suatu larutan enansiomer untuk berotasi ketika disinari oleh cahaya polarisasi. berotasienansiomer berlawanan untuk arah jarum jam, diberi tandaoleh (-). cahaya Contohnya suatu larutan berotasi ketika disinari polarisasi. adalah enansiomerakan D-gliseraldehid adalah jarum (+) sehingga ditulis lengkap Salah satu enansiomer berotasi searah jam, dan diberi tanda (+). Salah satu enansiomer akan berotasi searah jarum jam, dan diberi tanda (+). sebagai D-(+)-gliseraldehid, sedangkan pasangannya adalah L-(-)Enansiomer lainnya akan berotasi berlawanan arah jarum jam, diberi tanda (-). gliseraldehid. Campuran enansiomer D arah dan Ljarum akanjam, memberikan Enansiomer lainnya akan berotasi berlawanan diberi tanda (-). Contohnya enansiomer adalahenansiomer. (+) sehingga rotasiadalah total tergantung pada D-gliseraldehid proporsi masing-masing Bila ditulis Contohnya adalah enansiomer D-gliseraldehid adalah (+) sehingga ditulis lengkap sebagai D-(+)-gliseraldehid, sedangkan pasangannya adalah L-(-)lengkap sebagai D-(+)-gliseraldehid, sedangkan pasangannya adalah L-(-)gliseraldehid. Campuran enansiomer D dan L akan memberikan rotasi total gliseraldehid. Campuran enansiomer D dan L akan memberikan rotasi total
Bab I Karbohidrat
proporsi kedua enansiomer itu seimbang, maka rotasi totalnya adalah nol, dan larutan tersebut dinamakan sebagai campuran rasemat. Aktivitas optik diukur menggunakan polarimeter. Besarnya aktivitas optik diukur sebagai sudut rotasi dengan simbol a (alfa). Satuannya yakni derajat atau radian (SI). Aktivitas optik suatu larutan Karbohidrat tergantung pada beberapa faktor, yakni konsentrasi senyawa, panjang sel tempatcahaya larutanpolarisasi, tersebut,suhu, panjang cahaya polarisasi, suhu, gelombang dan gelombang pelarut. Penggambaran yang lebih dan mengenai pelarut. Penggambaran yang lebih jelasberikut. mengenai skema dari alat jelas skema dari alat polarimeter sebagai polarimeter sebagai berikut.
sinar monokromatik
filter polarisasi
tabung sampel
cahaya bidang terpolarisasi
bidang rotasisinar terpolarisasi
sinar tak terpolarisasi
Karena ketergantungannya pada banyak faktor, yang diukur dalam Karena ketergantungannya pada banyak faktor, a yang diukur T selalu dan diekspresikan sebagai rotasi spesifik percobaan selalu diubah dan diubah diekspresikan sebagai rotasi spesifik dalam percobaan D , dengan
α
[ ]T , dengan superscript dan subscript menunjukkan suhu dan panjang sel (dm) × konsentrasi (g cm yang )
α D= superscript dan subscript yang menunjukkan -3suhu dan panjang gelombang sinar (D yakni bentuk D untuk natrium, nm). panjang gelombang sinaruap(D yakni589,2 bentuk
D untuk uap natrium,
589,2 nm). T
[α ]D = panjang sel (dm) T
D
panjang sel (dm)
konsentrasi (g cm -3 ) α
× konsentrasi (g cm -3 )
Nama pelarut diberikan dalam tanda kurung setelah nilainya, misalnya
25 D
=
+17,50 (dalam air).
Nama pelarut diberikan dalam tanda kurung setelah nilainya, misalnya 25 = [α ]D +17,50 (dalam air).
3. ALDOSA SEDERHANA Aldosa
sederhana
diturunkan
dari
gliseraldehid,
yakni
dengan
memasukkan atom karbon kiral terhidroksilasi (CHOH) di antara karbon C-1 dan
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
3. ALDOSA SEDERHANA Aldosa sederhana diturunkan dari gliseraldehid, yakni dengan memasukkan atom karbon kiral terhidroksilasi (CHOH) di antara karbon C-1 dan C-2 pada molekul gliseraldehid. Misalnya, dua macam Karbohidrat molekul tetrosa terbentuk ketika CHOH dimasukkan ke dalam Dgliseraldehid: CHO
H
C
OH
H
C
OH
CH2OH CHO H
C
OH
D-Eritrosa
+CHOH
CH2OH D-Gliseraldehid
CHO HO
C
H
H
C
OH
CH2OH D-Treosa
L
Eritrosa
Treosa
Gliseraldehid akan menurunkan duadua aldotetrosa, yaitu L-eritrosa LGliseraldehid akan menurunkan aldotetrosa, yaitu dan L-eritrosa Dengan demikian terdapat empat macam aldotetrosa. Dari aldotetrosa. masingdan treosa. L-treosa. Dengan demikian terdapat empat macam aldotetrosa diturunkan duaditurunkan aldopentosa, dua sehingga totalnya terdapat Dari masing masing-masing aldotetrosa aldopentosa, sehingga delapan aldopentosa. Dari molekul-molekul aldopentosa diturunkan 16 totalnya terdapat delapan aldopentosa. Dari molekul-molekul aldoheksosa. Di bawah16 ini aldoheksosa. adalah struktur Di delapan aldopentosa danstruktur 16 aldopentosa diturunkan bawah ini adalah aldoheksosa
yang
disederhanakan,
dengan
o
melambangkan
melambangkan gugus OH; dan atom H tidak digambarkan.
aldehid;
Bab I Karbohidrat
delapan aldopentosa dan 16 aldoheksosa yang disederhanakan, dengan o melambangkan aldehid; melambangkan gugus OH; dan atom Karbohidrat H tidak digambarkan. CHO
CHO
CHO
H
OH
HO
H
HO
H
OH
HO
H
H
CH2OH
H
O
O
O
O
D
L
D L Arabinosa
D
O
O
O
O
L
D
L
D
O
D
Alosa
Altrosa
H CH2OH
D-Treosa
O
OH
HO
CH2OH
L-Eritrosa
Ribosa
H
OH
CH2OH
D-Eritrosa
CHO
L-Treosa O
O
L
D
O
O
L
D
Xilosa
Glukosa
O
Liksosa
L
O
Manosa
L
O
O
O
O
O
O
O
O
D
L
D
L
D
L
D
L
Gulosa
Idosa
Galaktosa
Talosa
Ada dua kelompok aldosa sederhana, yaitu kelompok D dan kelompok L.
Untuk menentukan di kelompok mana suatu aldosa tergabung, adalah
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Ada dua kelompok aldosa sederhana, yaitu kelompok D dan kelompok L. Untuk menentukan di kelompok mana suatu aldosa tergabung, adalah dengan memperhatikan atom karbon kiral yang Karbohidrat paling dekat dengan gugus pereduksi kemudian membandingkannya Karbohidrat dengan gliseraldehid. CHO H H HO
CC OH H
HO
C
H
H
C
OH
H
C
OH
H H
Karbon kiral yang paling Karbon kiral dekat dengan yang paling gugus pereduksi dekat dengan
CHO C OH
C
CHO
OH
C
OH
CH2OH
CHO
Persamaan struktur Persamaan
H
struktur
C
C
OH
OH
CH2OH
CH2OH
CH2OH
D-Gliseraldehid
D-Glukosa
gugus pereduksi
H
D-Gliseraldehid
D-Glukosa
Dalamgula gula yang yang ditunjukkan di bawah, (1) adalah L danL (2), (3), dan Dalam ditunjukkan di bawah, (1) Ladalah dandan (2), Dalam gula yang ditunjukkan di bawah, (1) adalah dan (2), (3), (4) adalah kiral terjauh pereduksi adalah (3), dan D. (4) Pada adalah(3)D.atom Padakarbon (3) atom karbondari kiralgugus terjauh dari gugus (4) adalah D. Pada (3) atom karbon kiral terjauh dari gugus pereduksi adalah pereduksi adalah C-2. C-2. C-2.
CHO CHO
CHO CHO
CHO CHO
CHOCHO
HH CC
OH OH
HH CC
OH OH
H H
CC OH OH
HO HO C C CHCH 2OH 2OH
HO HOC
H C
H
H H
H H
CC OH OH
CHCH 2OHOH
HO HOC
H C
H
HO CC HO
CH2OH CH 2OH (1)
(1)
CH CH2 2
H H C C OHOH
2
CH2OH
H
H
CH2OH
HC
HC
OH OH C
NH2 C NH2
CH2OH (2)
(2)
(3)
(3)
(4)
CH2OH
(4)
Aldotetrosa memiliki dua pusat kiral, aldopentosa memiliki tiga pusat
Aldotetrosa memiliki dua pusat kiral, aldopentosa memiliki tiga pusat
kiral, dan aldoheksosa memiliki empat pusat kiral.
Setiap pusat kiral ini
kiral, dan aldoheksosa memiliki empat Setiap kiral ini memberikan aktivitas optik. Aktivitas optikpusat total kiral. tergantung padapusat besarnya memberikan kontribusi dariaktivitas tiap pusatoptik. kiral.
Aktivitas optik total tergantung pada besarnya
Bab I Karbohidrat
Aldotetrosa memiliki dua pusat kiral, aldopentosa memiliki tiga pusat kiral, dan aldoheksosa memiliki empat pusat kiral. Setiap pusat kiral ini memberikan aktivitas optik. Aktivitas optik total tergantung pada besarnya kontribusi dari tiap pusat kiral. Jika terdapat lebih dari empat atom karbon kiral, suatu aldosa diberi dua awalan konfigurasi. Salah satunya untuk empat pusatKarbohidrat kiral dengan nomor terendah, dan yang lainnya untuk sisa molekulnya. Konfigurasi untuk gugus bernomor tertinggi disebutkan lebihKarbohidrat dulu. Aldooktosa yang ditunjukkan berikut memiliki nama D-eritro-L-galaktooktosa. Aldooktosa yang ditunjukkan berikut memiliki nama D-eritro-Lgalaktooktosa. CHO Aldooktosa yang ditunjukkan berikut memiliki nama D-eritro-L-galaktooktosa.
HO
H CHO
HHO
H OH
H H
OH OH
H
OH
HO
H
HO
H H
OH
OH
H
L-Galakto
H
OH
H
L-Galakto
OH
D-Eritro D-Eritro
CHCH 2OH OH 2
KETOSA SEDERHANA 4. KETOSA SEDERHANA 4.4.KETOSA SEDERHANA Ketosa sederhana diturunkan dari dihidroksiaseton, yang merupakan
Ketosa sederhana diturunkan dihidroksiaseton, merupakan Ketosa sederhana diturunkan daridari dihidroksiaseton, yangyang merupakan suatu isomer dari gliseraldehid. isomer dari gliseraldehid. suatusuatu isomer dari gliseraldehid. CH2OH
CHO
CH2OH
CHO
COCH OH 2
CHOH CH OH
CO
Dihidroksiaseton CH2OH
Dihidroksiaseton
CHOH 2
Gliseraldehid CH2OH
Gliseraldehid
Dihidroksiaseton tidak memiliki pusat kiral, tetapi turunannya memiliki atom karbon kiral di antara gugus keto dan salah satu gugus hidroksimetil. Terdapat
Dihidroksiaseton tidak memiliki pusat kiral, tetapi turunannya memiliki atom dua ketotetrosa, empat ketopentosa, dan delapan ketoheksosa.
karbon kiral di antara gugus keto dan salah satu gugus hidroksimetil. Terdapat Ketosa yang paling banyak ditemukan yakni D-fruktosa ditunjukkan di
10
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Dihidroksiaseton tidak memiliki pusat kiral, tetapi turunannya memiliki atom karbon kiral di antara gugus keto dan salah satu gugus hidroksimetil. Terdapat dua ketotetrosa, empat ketopentosa, dan delapan ketoheksosa. Ketosa yang paling banyak ditemukan yakni D-fruktosa ditunjuk kan di bawah. Bandingkanlah konfigurasi untuk atom karbon kiral Karbohidrat Karbohidrat yang paling jauh dari gugus keto (C-5) dengan D-gliseraldehid. 11
CH22OH OH CH
22
CO CO
HO HO
HH HH
33
CC
44
CC
55
CC
HH OH OH OH OH
66
CH22OH OH CH
Fruktosadinamai dinamaidemikian demikianjauh jauhsebelum sebelumstrukturnya strukturnya diketahui. diketahui. Hal Hal yang yang sama sama Fruktosa
Fruktosa dinamai demikian jauh sebelum strukturnya diketahui.
terjadi pada pada banyak banyak aldosa aldosa lainnya. Nama-nama seperti seperti glukosa, glukosa, manosa, manosa, terjadi Hal yang sama terjadi padalainnya. banyakNama-nama aldosa lainnya. Nama-nama seperti ribosa, danfruktosa fruktosadisebut disebut nama trivial, yaknibersifat bersifat nonsistematik. ribosa, dan nama yakni glukosa, manosa, ribosa, dantrivial, fruktosa disebutnonsistematik. nama trivial,
yakni
Ketosa yangditunjukkan ditunjukkan didi bawah bawah ini ini dikenal dikenal luas luas sebagai sebagai D-ribulosa D-ribulosa bersifatKetosa nonsistematik. yang Ketosa yang ditunjukkan di Nama bawah dikenal luas senyawa sebagai karena merupakan isomer dariD-ribosa. D-ribosa. Nama ini iniini tidak tepat, karena karena senyawa karena merupakan isomer dari tidak tepat, D-ribulosa karenadua merupakan isomer Nama ini tidak ini hanya memiliki memiliki pusat kiral, kiral, bukandari tiga D-ribosa. seperti yang yang disiratkan oleh ini hanya dua pusat bukan tiga seperti disiratkan oleh tepat, karena senyawa ini hanya memiliki dua pusat kiral, bukan tiga awalanrib-. rib-. Senyawa ini ini berkaitan berkaitan dengan dengan D-eritrosa, dan dan nama nama yang yang tepat tepat awalan seperti yangSenyawa disiratkan oleh awalan rib-. D-eritrosa, Senyawa ini berkaitan dengan adalahD-eritro-pentulosa. D-eritro-pentulosa. adalah D-eritrosa, dan nama yang tepat adalah D-eritro-pentulosa.
CH22OH OH CH CO CO
HH
CC
OH OH
HH
CC
OH OH
CH2OH OH CH 2 Duagula guladidibawah bawahini inimemiliki memiliki nama nama sistematik sistematik yang yang tepat tepat yakni yakni (1) (1) L-TreoL-TreoDua pentulosa, umumnya umumnya disebut disebut L-xilulosa; L-xilulosa; (2) (2) D-Arabino-heksulosa, D-Arabino-heksulosa, umumnya umumnya pentulosa, disebut D-fruktosa.
Bab I Karbohidrat
11
Dua gula di bawah ini memiliki nama sistematik yang tepat yakni Karbohidrat (1) L-Treo-pentulosa, umumnya disebut L-xilulosa; (2) D-ArabinoKarbohidrat heksulosa, umumnya disebut D-fruktosa. CH2OH
CH2OH
CO CH2OH
CO CH 2OH H CO
CO H
H OH
H HO
OH H
CH2H OH
H H
OH OH
HO H
HO
HO
OH
H
CH2OH (1)
CH2OH (2)
OH
CH2OH
(1)
(2)
Nama sistematik untuk monosakarida ketosa selalu diakhiri dengan –
sistematik monosakarida ketosa ketosa selalu strukturnya diakhiri ulosa, Nama selain fruktosa dan untuk nama trivial lainnya. Beberapa Nama sistematik untuk monosakarida ketosa selalu diakhiri dengan dengan –ulosa, selain fruktosa dan nama trivial lainnya. Beberapa tidak berkaitan dengan dihidroksiaseton, dan dinamai dengan –
ketosa dengan dihidroksiaseton, dan ulosa, selainstrukturnya fruktosa konfigurasi dantidak namaberkaitan trivial lainnya. Beberapa ketosa suatu strukturnya mempertimbangkan semua atom karbon kiral sebagai unit,
dinamai dengan mempertimbangkan konfigurasi semua atom karbon dan dinamai dengan kiral sebagai suatu unit, dengan mengabaikan gugus karbonil. Perhatikanketosa ketosadidibawah bawah ini. Ketosa tersebut memilikitiga tigaatom atom mempertimbangkan konfigurasi semua atom karbon kiral sebagai suatu unit, Perhatikan ini. Ketosa tersebut memiliki karbon kiral dalam konfigurasi D-arabino (meskipun disusupi oleh gugus oleh keto). dengan mengabaikan gugus karbonil. karbon kiral dalam konfigurasi D-arabino (meskipun disusupi gugus keto). keto berada pada posisi 3. Ketosa iniatom memiliki Gugus keto ini Gugus berada pada posisi 3.ini.Ketosa ini memiliki enam karbon, Perhatikan ketosa di ini bawah Ketosa tersebut memiliki tiga atom enam atom karbon, sehingga dinamai D-arabino-3-heksulosa. sehingga D-arabino-3-heksulosa. karbon kiral dinamai dalam konfigurasi D-arabino (meskipun disusupi oleh gugus keto). tidak berkaitan dengan dihidroksiaseton, dengan mengabaikan gugus karbonil.
Gugus keto ini berada pada posisi 3. Ketosa ini memiliki enam atom karbon, CH2OH
sehingga dinamai D-arabino-3-heksulosa. HO
C
H
CH CO2OH HOH H
H
CC
OH H
C OH CO
CCH2OH OH
Jika nama suatu ketosa tidak mengandung nomor, maka diasumsikan bahwa H C OH ketosa tersebut berkaitan dengan dihidroksiaseton dan gugus keto berada pada CH2OH posisi 2.
Karbohidrat 12
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
5. STRUKTUR D-GLUKOSA
D-Glukosa monosakarida yang nomor, palingmaka banyak ditemukan. Jika nama adalah suatu ketosa tidak mengandung diasumsi
kan D-glukosa bahwa ketosa tersebut berkaitan dengan dihidroksiaseton danterdapat Monomer terdapat dalam darah, sedangkan polimernya gugus keto berada pada posisi 2.
Karbohidrat adalah dalam tepung maupun selulosa. Proyeksi Fischer molekul D-glukosa
seperti berikut:
5. STRUKTUR D-GLUKOSA
5. STRUKTUR D-GLUKOSA
CHO D-Glukosa monosakarida palingbanyak banyakditemukan. ditemukan. D-Glukosa adalahadalah monosakarida yangyang paling H darah,darah, OH MonomerD-glukosa D-glukosa terdapat sedangkan polimernya Monomer terdapat dalamdalam sedangkan polimernya terdapat terdapat dalam tepung maupun selulosa. Proyeksi molekul dalam tepung maupun selulosa. molekul Fischer D-glukosa adalah HOProyeksi Fischer H D-glukosa adalah seperti berikut: seperti berikut: H CHO OH H H HO
OH OH
CH2HOH
H
OH
OH Penulisan seperti di atas disebutH juga sebagai struktur rantai terbuka atau CH2hanya OH struktur rantai lurus. Struktur seperti ini ada dalam larutan. D-glukosa
Penulisan di atas juga sebagai(struktur dalam bentuk kristal seperti memiliki duadisebut macam struktur dan rantai ) yangterbuka juga berbeda Penulisan seperti di atas disebut jugaseperti sebagai rantai terbuka atau atau struktur rantai lurus. Struktur inistruktur hanya ada dalam larutan.
aktivitas optiknya ketikabentuk dilarutkan. Baik maupun D-glukosa kristal dua struktur (a -D-glukosa, dan struktur rantaidalam lurus. Struktur sepertimemiliki ini hanya-D-glukosa ada macam dalam larutan. D-glukosa
b) yang jugamolekul berbeda aktivitas optiknya ketika dilarutkan. Baikberbeda a-Dkeduanya berupa lingkar: dalam bentuk kristal memiliki dua macam struktur ( dan ) yang juga glukosa maupun b-D-glukosa, keduanya berupa molekul lingkar:
aktivitas optiknya ketika dilarutkan. keduanya berupa molekul lingkar: CH2OH
O H H CH2OHH O OH H H H HO H OH OH H HO H OHOH
-D-Glukosa H OH
-D-Glukosa
Baik
-D-glukosa maupun
-D-glukosa,
CH2OH O HCHH2OH OH O OH HH H OH HOH
H HO OH H HOH
H-D-Glukosa OH
-D-Glukosa
Kedua Kedua struktur seperti di atas sebagairumus rumus proyeksi Haworth. struktur seperti di atasdikenal dikenal sebagai proyeksi Haworth. StrukturStruktur tersebut tidak tidak menggambarkan molekul aslinya, menunjukkan tersebut menggambarkan bentuk bentuk molekul aslinya, tetapitetapi menunjukkan
Bab I Karbohidrat
13
Kedua struktur seperti di atas dikenal sebagai rumus proyeksi Haworth. Struktur tersebut tidak menggambarkan bentuk molekul aslinya, tetapi menunjukkan konfigurasi tiap atom kiral. Ketika a-D-glukosa atau b-D-glukosa dilarutkan dalam air, Karbohidrat struktur lingkar akan terbuka sehingga terbentuk struktur rantai terbuka. Reaksi ini reversibel, dan kesetimbangan terjadi antara Karbohidrat struktur lingkar. umumnya, aldehid bereaksi dengan alkohol untuk terbuka Pada dan kedua struktur lingkar. Padareversibel umumnya, aldehid bereaksi reversibel dengan alkohol untukbereaksi membentuk lalu dengan lingkar. Pada umumnya, dengan alkohol untuk membentuk hemiasetal lalu aldehid dengan adanya reversibel katalishemiasetal asam akan membentuk adanya katalis asam akan asetal: membentuk hemiasetal lalumembentuk dengan adanya katalis asam akan membentuk asetal: asetal: R
O
RC O H C
+ R'OH
+ R'OH
H
OH
R
R C OH H C OR' OR' H
+ R''OH
+ R''OH
R
OR''
R C OR'' H C OR' H OR'
Pembentukan lingkar dari struktur terbuka D-glukosa terjadi ketika gugus
Pembentukan lingkar dari struktur terbuka D-glukosa terjadi
Pembentukan lingkar dari dengan struktur gugus terbukaaldehid. D-glukosa terjadi ketikamenjadi gugus hidroksil pada C-5 bereaksi Karbon aldehid ketika gugus hidroksil pada C-5 bereaksi dengan gugus aldehid. hidroksil padaterbentuk C-5 bereaksi dengan gugus aldehid. Karbon aldehid menjadi kiral, sehingga duakiral, hemiasetal yaituterbentuk -D-glukosa -D-glukosa. Karbon aldehid menjadi sehingga duadan hemiasetal yaitu
a-D-glukosa b-D-glukosa. kiral, sehingga dan terbentuk dua hemiasetal yaitu H
H H
C
H
OH
HO C H H C OH HH CC
O
1 2C
C
O OH
H HO
2 3C
C
HO H
H
OH C C OH
H C OH HO C H
1
O
OH
H CH C OH 2 Hemiasetal ( 2-D-glukosa) CH OH
HO
HO
C
H
H
H
C C
OH H
H HO
C C
OH H
O
3 4C
C
H OH
HO H
C C
H OH
O
HH
4 5C
OH OH
H H
C C
OH
H
5 6C
OH CH2OH
H
C OH CH 2
H O
C
-D-glukosa dan -D-glukosa.
C
6
CH2OH
Hemiasetal ( -D-glukosa)
OH
HemiasetalCH ( -D-glukosa) 2OH
Hemiasetal ( -D-glukosa)
Kedua hemiasetal di atas disebut sebagai anomer, dan karbon C-1 pada
Kedua hemiasetal di karbon atas disebut sebagai anomer, dan dan karbon C-1 C-1 pada struktur lingkar disebut anomerik. Kedua hemiasetal di atas disebut sebagai anomer, karbon Pembentukan hemiasetal dan hemiketal, dari struktur lingkar disebut karbon anomerik. pada struktur lingkar disebut karbon anomerik.
suatu aldehid atau keton
Pembentukan hemiasetal dan dengan hemiketal, dari suatu aldehid atau keton yang direaksikan dengan alkohol perbandingan 1:1 yang akan yang direaksikan dengan dengan perbandingan 1:1 yang akan menghasilkan suatu pusat kiralalkohol pada karbon karbonil. menghasilkan suatu pusat kiral pada karbon karbonil.
Karbohidrat Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
14
Pembentukan hemiasetal dan hemiketal, dari suatu aldehid atau keton yang direaksikan dengan alkohol dengan perbandingan 1:1 yang Karbohidrat akan menghasilkan suatu pusat kiral pada karbon karbonil. Aldehid
Asetal
Ketal
Hemiketal
Alkohol Keton
Asetal
Hemiasetal
Alkohol
Aldehid
Keton
Hemiasetal
Alkohol
Ketal
Hemiketal
Alkohol
Penerjemahan struktur rantai terbuka ke dalam struktur cincin Haworth
Penerjemahan struktur rantai terbuka ke dalam struktur cincin
paling baik dilakukan dalam prosedurdalam step-by-step. D-Glukosa digunakan Haworth paling baik dilakukan prosedur step-by-step. D-Glukosa Penerjemahan struktur rantai terbuka ke dalam struktur cincin Haworth
digunakan dalam contoh dalam contoh berikut: paling baik dilakukan dalamberikut: prosedur step-by-step. 1. Tulis struktur rantai terbuka. 1. Tulis struktur terbuka. dalam contohrantai berikut: 1. Tulis struktur rantai terbuka.
D-Glukosa digunakan
CHO CHO
H
H
HO
HO
OH H
OH H
H
H
OHOH
H
H
OHOH
CH2CH OH 2OH 2. Putar struktur searah jarum jam pada sisinya dan bengkokkan melingkar 2. Putar searah jarum pada sisinya bengkokkan melingkar 2. struktur Putar struktur searahjam jarum jam pada dan sisinya dan bengkokkan hampir membentuk cincin.
melingkar hampir hampir membentuk cincin.membentuk cincin. H
H
5
H 5
CH2OH
OH2OH CH
O
CH2OH 2. Putar struktur searah jarum jam pada sisinya dan bengkokkan melingkar Bab I Karbohidrat
15
hampir membentuk cincin. H 5
H 4
CH2OH
O
OH OH
H
H
OH
H
HO Karbohidrat
Karbohidrat
3. Putar ikatan C-4–C-5 untuk membawa hidroksil pada C-5 3. Putar ikatan C-4–C-5 untuk membawa hidroksil pada C-5 mendekati mendekati karbonil. 3. Putargugus ikatan C-4–C-5 untuk membawa hidroksil pada C-5 mendekati gugus karbonil.
gugus karbonil.
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul CH2OH 5
H
H
4
5
OH
H H OH OH
4
14
CH2OH OH
O H H
O
HH
HO HO H H
OHOH
4. Bentuk hemiasetal dengan pengikatan hidroksil pada C-5 dengan 4. Bentuk hemiasetal dengan pengikatan hidroksil pada 4. Bentuk hemiasetal dengan pengikatan hidroksil padaC-5 C-5dengan dengangugus gugus gugus karbonil. karbonil. karbonil. CH2CH OH2OH H
5
H
5
O O H H
H H OH OHH H HO HO OHOH H
H
OH
OH
CHCH 2OH 2OH 5
H H
5
O O OH OH
HH OHOH H H HOHO HH H
H
OH
OH
Penerjemahan struktur rantai terbuka ke dalam struktur bentuk tertutup juga
Penerjemahan struktur rantai terbuka ke dalam struktur bentuk tertutup juga dilakukan pada prosedur sebagai berikut:
dilakukan pada prosedur sebagai berikut:
Penerjemahan struktur rantai terbuka ke dalam struktur bentuk tertutup juga dilakukan pada prosedur sebagai berikut:
-D-Glukosa
-D-Glukosa
D-Glukosa
HO
OH H
16
HO
OH
H H
OH
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Penerjemahan struktur rantai terbuka ke dalam struktur bentuk tertutup juga dilakukan pada prosedur sebagai berikut:
-D-Glukosa
Karbohidrat
D-Glukosa (bentuk rantai terbuka)
Karbohidrat
-D-Glukosa Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
D-(+)-Glukosa
D-(+)-Glukosa
D-(+)-Glukosa
D-(+)-Glukosa
bentuk terbuka bentuk terbuka
15
bentuk intermediet bentuk intermediet
bentuk siklik bentuk siklik
Adalah normal untuk menulis struktur cincin gula dengan menghilangkan atom Adalah normal untuk cincin gula dengan menghilangkan atom H yang menempel padamenulis karbon,struktur misalnya -D-glukosa ditulis sebagai:
bentuk terbuka
bentuk intermediet
Bab I Karbohidrat
bentuk siklik
17
Adalah normal untuk menulis struktur cincin gula dengan menghilangkan atom
Adalah normal untuk menulis struktur cincin gula dengan H yang menempel pada karbon, misalnya -D-glukosa ditulis sebagai: menghilangkan atom H yang menempel pada karbon, misalnya b-Dglukosa ditulis sebagai: CH2OH
O
HO
OH
OH OH
Penyebutan a atau b pada anomer tergantung pada konfigurasi karbon anomerik relatif terhadap konfigurasi atom kiral yang Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul menentukan apakah monosakarida tersebut termasuk kelompok L atau D (dalam glukosa yakni C-5). Jika dalam rumus proyeksi Fischer gugus hidroksil pada karbon ini berorientasi cis, maka anomer tersebut disebut a. Sedangkan jika gugus hidroksil tersebut trans, maka anomer disebut b. Perbandingan struktur dalam langkah (2) contoh soal di atas dengan langkah (4) menunjukkan bahwa gugus hidroksil pada C-5 berada di bawah bidang datar cincin sebelum cincin tertutup. Karena itu, anomer dengan hidroksil anomerik yang berada di bawah bidang datar cincin disebut a. Meskipun bentuk rantai terbuka glukosa mempunyai empat pusat kiral, namun pembentukan cincin menciptakan pusat kiral yang kelima. Hal ini menyebabkan kedua anomer berbeda dalam rotasi optik. Ketika 25 a-D-glukosa padat dilarutkan dalam air, [α ]D yakni +1120. Ketika b25 D-glukosa padat dilarutkan dalam air, [α ]D yakni +190. Rotasi optik larutan a- dan b-D-glukosa padat yang baru dibuat berubah seiring dengan waktu, peristiwa ini disebut mutarotasi. Perubahan dalam rotasi optik berarti perubahan dalam struktur. Ketika a-D-glukosa dilarutkan dalam air, anomer a-D merupakan satu-satunya struktur yang ada pada saat pelarutan. Pembukaan cincin merupakan reaksi yang lambat, tetapi karena reaksi tersebut reversibel, maka anomer b-D akan muncul bersama dengan bentuk rantai terbuka. Akhirnya, suatu kesetimbangan antara bentuk rantai terbuka
16
reversibel, maka anomer terbuka.
-D akan muncul bersama dengan bentuk rantai
Akhirnya, suatu kesetimbangan antara bentuk terbuka dan 18 Biokimia: Struktur dan Fungsirantai Biomolekul
+520. Untuk alasan ini, struktur di bawah [α ] +520. Untuk alasan ini, struktur keduamenggambarkan anomer dicapai pada digunakandan untuk keadaan glukosa dalam larutan, dan juga di bawah digunakan untuk menggambarkan keadaan glukosa dalam ketika konfigurasi karbon anomerik tidak karbon diketahui. larutan, dan juga ketika konfigurasi anomerik tidak diketahui. 25 D
kedua anomer dicapai pada
25 D
CH2OH O
HO
H, OH
OH OH
Karbohidrat
Selain terbentuk struktur anomerik D-glukosa lingkar enam, bisa juga terbentuk anomerik lingkar lima. lingkar Lingkar lima ketika Selain terbentuk struktur anomerik D-glukosa enam, bisaterjadi juga terbentuk yang bereaksi adalah C-4 dengan karbonil pada anomerik lingkar lima. gugus Lingkarhidroksil lima terjadi ketika yang gugus bereaksi adalah gugus Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul aldehid. hidroksil C-4 dengan gugus karbonil pada aldehid. HO
C
H
H
H
C
OH
HO
C
H
H
C
H
C
O
1
O
H
2
OH
HO
3
H
H
4
H
5
C
6
CH2OH
OH
CH2OH
C C C C
H
C
OH
H
C
OH
HO
C
H
OH
H
C
OH
H
C
O
OH
CH2OH
anomer
anomer
Bentuk rantai terbuka glukosa diterjemahkan ke dalam rumus proyeksi Haworth
Bentuk rantai terbuka glukosa diterjemahkan ke dalam rumus proyeksi untuk cincin lingkar lima sebagai berikut, bersama dengan simbol dan yang Haworth untuk cincin lingkar lima sebagai berikut, bersama dengan sesuai a untuk tersebut. simbol danrumus-rumus b yang sesuai untuk rumus-rumus tersebut. CH2OH HO
H O
CH2OH HO
H O OH
17
Bentuk rantai terbuka glukosa diterjemahkan ke dalam rumus proyeksi Haworth terbuka ke dalam rumus simbol proyeksi Haworth untukBentuk cincinrantai lingkar limaglukosa sebagaiditerjemahkan berikut, bersama dengan dan yang untuk cincin lingkar lima sebagai berikut, bersama dengan simbol sesuai untuk rumus-rumus tersebut. Bab I Karbohidrat
dan
yang 19
sesuai untuk rumus-rumus tersebut.
CH2OH HOHO
CH2OH
CH2OH
H OOH
CH2OH
HO
H
HO
H O OOHOH
OH OH OH OH
OH OH
OH OH
OHOH
Cincin lingkar enam disebut piran, sedangkan cincin lingkar lima disebut furan.
Cincinenam lingkar enam piran, disebut piran, sedangkan cincinlima lingkar limafuran. Cincin lingkar disebut sedangkan cincin lingkar disebut disebut furan.
O
O
O Piran
Piran
O Karbohidrat
Furan
Furan
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul -D-Glukopiranosa -D-Glukopiranosa
18
Piran
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
-D-Fruktofuranosa
18
-D-Fruktofuranosa
Furan
Karena lingkar enam disebut glukopiranosa, dan Karenaitu, itu, glukosa glukosa lingkar enam disebut glukopiranosa, dan glukosa glukosa lingkar lima disebut glukofuranosa. Biasanya furanosa kurang lingkar lima disebut glukofuranosa. Biasanya furanosa kurang stabil karena stabil karena besarnya halangan sterik antara gugus H, hidroksil, besarnya halangan sterik antara gugus H, hidroksil, dan hidroksimetil pada dan hidroksimetil pada karbon-karbon yang berbeda. Dalam larutan karbon-karbon yang berbeda. Dalam larutan glukosa, hanya sedikit sekali
dan -glukofuranosa yang terdapat dalam kesetimbangan campuran tersebut.
-
besarnya halangan sterik antara gugus H, hidroksil, dan hidroksimetil pada karbon-karbon yang berbeda. Dalam larutan glukosa, hanya sedikit sekali 20
-
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
dan -glukofuranosa yang terdapat dalam kesetimbangan campuran tersebut.
glukosa, hanya sedikit sekali a- dan b-glukofuranosa yang terdapat dalam kesetimbangan campuran tersebut. 6. KONFORMASI GLUKOSA Haworth untuk anomer 6.Struktur KONFORMASI GLUKOSA
D-glukopiranosa dapat diubah sedikit
untuk menunjukkan bentukuntuk asli molekul. Atom-atom karbon dalam molekul ini Struktur Haworth anomer D-glukopiranosa dapat diubah 0 sedikitsudut untuk menunjukkan bentuk asli molekul. Atom-atom karbon membentuk 109 di tiap atom. Tekukan ini membuat molekul lebih stabil.
dalam molekul ini membentuk sudut 1090 di tiap atom. Tekukan 0 yaitu kursi dan Dengan sudut 109 , terdapat dua kemungkinan konformasi, ini membuat molekul lebih stabil. Dengan sudut 1090, terdapat dua perahu:kemungkinan konformasi, yaitu kursi dan perahu:
Kursi
Perahu
Gugus-gugus yang terikat pada atom karbon bisa Karbohidrat berada pada posisi ekuatorial atau posisi aksial. Posisi ekuatorial yakni jika gugus Gugus-gugus yang terikat pada atom karbon bisa beradaaksial pada posisi tersebut berada pada bidang datar, sedangkan bilaekuatorial tegak lurus atau posisi aksial. Posisi ekuatorial yakni jika gugus tersebut berada pada terhadap bidang. bidang datar, sedangkan aksial bila tegak lurus terhadap bidang. a
a
e
e
e
e
e
e a a
e
a
a
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul a
e e
e
e a
a a
Dua kemungkinan bentuk kursi
19
e
a
a
Konformasi -D-glukopiranosa
Konformer yang paling stabil adalah konformer kursi. Pada Konformer yang paling stabil adalah konformer kursi. Pada sikloheksana, sikloheksana, energi perahu antaradengan konformer dengan perbedaan perbedaan energi antara konformer konformer perahu kursi adalah sekitar 25 kJmol-1 yang berarti hanya terdapat 1 konformasi perahu dari 1000 molekul pada 250C. Monosakarida memiliki gugus hidroksil dan hidroksimetil pada atom-
Konformer yang paling stabil adalah konformer kursi.
Pada sikloheksana,
perbedaan energi antara konformer perahu dengan konformer kursi adalah Bab I Karbohidrat
sekitar 25 kJmol
-1
21
yang berarti hanya terdapat 1 konformasi perahu dari 1000
molekulkonformer pada 250C. kursi adalah sekitar 25 kJmol-1 yang berarti hanya terdapat 1Monosakarida konformasi perahu dari 1000 molekul pada dan 250C.hidroksimetil pada atommemiliki gugus hidroksil
Monosakarida memiliki gugus hidroksil dan hidroksimetil pada atom-atom karbon cincin. Hal ini menyebabkan gugus-gugus ini pada posisi ekuatorial. Padaposisi posisi aksial gugus-gugus ini akan mengganggu cenderung berada pada ekuatorial. Pada posisi aksial gugus-gugus ini cincin akan mengganggu kestabilan cincin karena kestabilan karena besarnya halangan sterik.besarnya halangan sterik. atom karbon cincin. Hal ini menyebabkan gugus-gugus ini cenderung berada
CH2OH HO HO
O
CH2OH OH O
OH
OH
OH
OH
lebih stabil
OH
Karbohidrat
7. MONOSAKARIDA SELAIN GLUKOSA
7. MONOSAKARIDA SELAIN GLUKOSA
Terdapat dua aldoheksosa merupakan isomer dari glukosa,yakni yakni Terdapat dua aldoheksosa yang yang merupakan isomer dari glukosa, manosa manosadan dangalaktosa: galaktosa: CHO
Biokimia: Struktur dan Fungsi HO Biomolekul H HO
CHO H
OH
H
HO
H
H
OH
HO
H
H
OH
H
CH2OH D-Manosa
OH CH2OH
D-Galaktosa
Berikut struktur rantai tertutup dan Berikut digambarkan digambarkan struktur rantai tertutup Glukosa Glukosa dan galaktosa galaktosa yanghanya dibedakan hanya berdasarkan orientasi yang dibedakan berdasarkan orientasi satu gugus hidroksil satu (-OH),gugus pada hidroksil (-OH), pada C4. C4.
20
Berikut digambarkan digambarkan struktur Berikut struktur rantai rantai tertutup tertutup Glukosa Glukosadan dangalaktosa galaktosa yang dibedakan hanya berdasarkan orientasi satu gugus hidroksil (-OH), pada yang dibedakan hanya berdasarkan orientasi satu gugus hidroksil (-OH), pada C4. 22 Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul C4.
-D-Galaktosa -D-Galaktosa
-D-Glukosa -D-Glukosa
D-Manosa mudah diterjemahkan dalam D-Manosadan dan D-galaktosa D-galaktosa mudah diterjemahkan ke dalamkestruktur D-Manosa D-galaktosa mudah dalam struktur struktur Haworth. Berikut ini anomer diperlihatkan anomer akedari kedua gula Haworth. Berikut inidan diperlihatkan dariditerjemahkan kedua gula tersebut. tersebut. Haworth. Berikut ini diperlihatkan anomer dari kedua gula tersebut. CH2OH
CH2OH
O CH2OH HO
HO
OH
OH
HO
O OH OH OH OH
O CH2OH
HO OH OH
-D-Manopiranosa
O OH OH OH
-D-Galaktopiranosa
OH
Karbohidrat
-D-Manopiranosa -D-Galaktopiranosa Keduanya merupakan epimer dari glukosa, yakni dengan meng Biokimia: karbon Struktur dananomerik, Fungsi Biomolekul 21 abaikan keduanya berbeda dari glukosa dalam Keduanya merupakan epimer dari glukosa, yakni dengan mengabaikan konfigurasi hanya satu atom karbon, manosa pada C-2,hanya galaktosa pada karbon anomerik, keduanya berbeda dari glukosa dalam konfigurasi satu Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 21 C-4. atom karbon, manosa pada C-2, galaktosa pada C-4. Fruktosa merupakan suatu ketoheksosa,dengan dengan struktur rantairantai bentuk bentuk Fruktosa merupakan suatu ketoheksosa, struktur dan bentuksilklik silklik sebagai berikut, terbukaterbuka dan bentuk sebagai berikut,
D-Fruktosa
-D-fruktosa
-D-fruktosa
Aldopentosa yang paling umum dikenal adalah D-ribosa, yakni gula yang ada dalam RNA:
CHO H
OH
-D-fruktosa
-D-fruktosa
D-Fruktosa
Bab I Karbohidrat 23 Aldopentosa yang paling umum dikenal adalah D-ribosa, -D-fruktosa yakni gula yang -D-fruktosa D-Fruktosa
ada dalam RNA:
Aldopentosa yang paling umum dikenal adalah D-ribosa, yakni gula yang
Aldopentosa yang paling umum dikenal adalah D-ribosa, yakni ada dalam RNA: CHO gula yang ada dalam RNA: H CHO
OH
H
OH
H
OH
H
OH
H H
OH OH
2OH CHCH 2OH
D-Ribosa D-Ribosa
Struktur Haworth cincincincin lima danlima enam untuk D-ribosa yakni (hanya Struktur Haworth dan cincin enamD-ribosa untuk D-ribosa Struktur Haworth cincin lima dancincin cincin enam untuk yakni (hanya
anomer diperlihatkan): yakni (hanya yang anomer b yang diperlihatkan): anomer yang diperlihatkan):
O
O OH OH
HOH2C
HOH2C
O
HO
HO
OH
OH
-D-Ribopiranosa
OH
OH
-D-Ribopiranosa Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
OH
O
OH
OH
OH
-D-Ribofuranosa
OH
OH
-D-Ribofuranosa 22
Dalam bentuk kristal hanya terdapat b-D-piranosa, tetapi dalam larutan akan terbentuk juga anomer a dan b dari D-ribosa, baik Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul piranosa maupun furanosa. Sudut pentagon umum yakni 1080, sangat mendekati sudut tetrahedral, menunjukkan bahwa bentuk cincin furanosa mendekati planar. Beberapa gula yang memiliki cincin furanosa tidak bisa memiliki struktur planar karena halangan sterik antara substituen pada cincin. Dalam b-D-ribofuranosa, perhatikan bahwa gugus hidroksil dan atom H yang terikat pada atom karbon pada ikatan C-2–C3 adalah eclipsed. Tolakan antara gugus-gugus eclipsed dihindari dengan memilin cincin keluar bidang datar, yakni dengan menaikkan C-3 ke atas bidang datar dan menurunkan C-2 ke bawah bidang datar. Konformer ini dikenal sebagai T23(T untuk twist, dengan C-3 dinaikkan dan C-2 diturunkan). Alternatif lain untuk menghindari
22
antara gugus-gugus eclipsed dihindari dengan memilin cincin keluar bidang antara gugus-gugus eclipsed dihindari dengan memilin cincin keluar bidang datar, yakni dengan menaikkan atas bidang datar menurunkan datar, yakni dengan menaikkan C-3C-3 ke ke atas bidang datar dandan menurunkan C-2C-2 3 24 ke Struktur dan Biomolekul bawah bidang datar.Konformer Konformer ini dikenal sebagai T2(T (T untuk twist ke bawah bidang datar. iniBiokimia: dikenal sebagai T23 Fungsi untuk twist , ,
dengan dinaikkan diturunkan).Alternatif Alternatif untuk menghindari dengan C-3C-3 dinaikkan dandan C-2C-2 diturunkan). lainlain untuk menghindari halangan sterik yakni dengan menaikkan atau menurunkan keluar bidang halangan sterik yakni dengan menaikkan atau menurunkan C-3C-3 keluar bidang halangan sterik yakni dengan menaikkan atau menurunkan C-3 keluar
envelope datar dan membentuk konformer E (untuk bidang datar dan membentuk E (untuk envelope ). ). envelope). datar dan membentuk konformer Ekonformer (untuk O O
2OH CHCH 2OH
HOH C HOH 2C 2 HOHO
OHOH
OHOH OHOH 3 T 3 T2
O O HOHO
HOHO 3 E3 E
2
Gula yang tereduksi akan membentuk gula deoksi , dengan satu gugus hidroksil Gula yang tereduksi akan membentuk gula deoksi , dengan satu gugus hidroksil Gula yang tereduksi akan membentuk gula deoksi, dengan satu 2tergantikan oleh atom hidrogen.Gula Gula deoksi yang paling banyak adalah tergantikan oleh atom hidrogen. deoksi yang paling banyak adalah 2-
gugus hidroksil tergantikan oleh atom hidrogen. Gula deoksi yang D-ribosa yang dalam DNA: deoksiD-ribosa yang adaada dalam DNA: deoksipaling banyak adalah 2-deoksi-D-ribosa yang ada dalam DNA: CHO CHO
HH
HH
HH
OHOH
HH
OHOH 2OH CHCH 2OH
Karbohidrat
2-Deoksi-D-Ribosa 2-Deoksi-D-Ribosa
Gula deoksi lainnya yang juga banyak ditemukan adalah L-fukosa dalam Gula deoksi lainnya yang juga banyak ditemukan adalah L-fukosa
dalam binatang, dan L-ramnosa dalam tumbuhan dalam tumbuhan dan bakteri. dan bakteri. binatang, dan L-ramnosa Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
CHO
CHO
H
H
OH
H
OH
H
OH
H
OH
HO
H
H
HO
H
HO
HO CH3
L-Fukosa
23
23
CH3 L-Ramnosa
Jenis gula tereduksi lainnya adalah alditol, di mana gugus aldehid pada suatu aldosa telah tereduksi. Misalnya, alditol yang dihasilkan dari D-glukosa diberi nama D-glusitol (sorbitol).
H HO Bab I Karbohidrat
HO HO HO
OH HO
H CH3
H
CH3
L-Fukosa
H H CH3 CH3
H
L-Ramnosa
L-Fukosa
25
L-Ramnosa
gula tereduksi lainnya adalahalditol, alditol, di pada Jenis Jenis gula tereduksi lainnya adalah di mana managugus gugusaldehid aldehid Jenis gula tereduksi lainnya adalah alditol, di mana gugus aldehid pada D-glukosa suatu aldosa telah telah tereduksi. Misalnya, alditol yang dihasilkan pada suatu aldosa tereduksi. Misalnya, alditol yang dari dihasilkan suatu aldosa telah tereduksi. Misalnya, alditol yang dihasilkan dari D-glukosa (sorbitol). diberi nama D-glusitol dari D-glukosa diberi nama D-glusitol (sorbitol).
diberi nama D-glusitol (sorbitol).
CH2OH
CH2OH
H
H
OH
OH H
HO
HO H
H OH
H H
OHOH
H
OH CH 2OH D-Glusitol CH 2OH
D-Glusitol Bila gugus hidroksimetil pada aldosa dioksidasi menjadi asam karboksilat, maka
Bila gugus pada aldosa menjadimolekul asamini uronat .dioksidasi Padaasam pH fisiologis, molekul yanghidroksimetil dihasilkan Bila gugus hidroksimetil padadisebut aldosa asam dioksidasi menjadi karboksilat, maka karboksilat, maka molekul yang dihasilkan disebut asam uronat. terdapat dalam bentuk garam yang dinamakan uronat. uronat. Pada fisiologis, molekul molekul yangfisiologis, dihasilkan molekul disebut asam Pada pH ini terdapat dalampHbentuk garam yangini terdapat dalam uronat. bentuk garam yang dinamakan dinamakan - uronat.
COO O
COOO OH HO HO
OH
OH OH OH
-D-Glukuronat
OH
-D-Glukuronat Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
24
Asam aldonat diturunkan dengan mengoksidasi gugus aldehid pada aldosa menjadi gugus asam karboksilat. Pada pH fisiologis, molekul24 ini terdapat dalam bentuk garam aldonat. Jika asam aldonat memiliki lima atau lebih atom karbon, maka secara spontan terbentuk d-lakton sebagai hasil reaksi gugus hidroksil pada C-5. Misalnya, glukosa dapat teroksidasi menjadi asam glukonat, yang berada dalam kesetimbangan dengan asam rantai terbuka dan glukonolakton.
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
dalam bentuk garam aldonat. Jika asam aldonat memiliki lima atau lebih atom karbon, maka secara spontan terbentuk
26
-lakton sebagai hasil reaksi gugus
hidroksil pada C-5. Misalnya, glukosa dapat teroksidasi menjadi asam glukonat,
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
yang berada dalam kesetimbangan dengan asam rantai terbuka dan glukonolakton.
COH H
OH
HO
H
H
OH
H
OH
Kimia (+O)
CH2OH OH H H COOH OH H HO H
CH2OH
CH2OH O OH HO
OH
OH +H2O
-H2O
CH2OH O
Enzimatik (-2H)
Asam D-glukonat (C6H12O7)
HO
O
OH
D-Glukonolakton (C6H10O6)
OH
OH
Gula amino merupakan molekul yang terbentuk ketika gugus Gula amino merupakan molekul yang terbentuk ketika gugus hidroksil pada gula hidroksil pada gula diganti dengan gugus amino. Gula amino ini diganti dengan gugus amino. Gula amino ini tersebar luas secara alami, yang tersebar luas secara alami, yang paling banyak adalah D-glukosamin, paling banyak adalah D-glukosamin, D-galaktosamin, dan asam neuraminat. D-galaktosamin, dan asam neuraminat. Gugus amino dalam senyawaGugus amino dalam senyawa-senyawa tersebut biasanya terasetilasi: Karbohidrat senyawa tersebut biasanya terasetilasi: COOH CO CH2OH O H,OH
HO
CH2OH O
OH OH Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul HO
NHCOCH3 N-Asetil-D-glukosamin
H,OH NHCOCH3
N-Asetil-D-galaktosamin
H
H
H
OH
H3COCHN
H
HO
H
H
OH
H
OH
25
CH2OH Asam N-Asetilneuraminat (asam sialat)
Di alam, banyak monosakarida maupun turunannya yang berada dalam bentuk ester, yakni satu atau lebih gugus hidroksilnya telah tersubstitusi oleh gugus fosfat atau sulfat. Ester fosfat biasa ditemukan sebagai komponen metabolisme di dalam sel, sedangkan ester sulfat ditemukan pada oligosakarida dan
(asam sialat)
Di alam, monosakarida maupun turunannya yang berada dalam Babbanyak I Karbohidrat 27 bentuk ester, yakni satu atau lebih gugus hidroksilnya telah tersubstitusi oleh gugus fosfat atau Di sulfat. fosfat biasa ditemukan sebagai komponen metabolisme alam,Ester banyak monosakarida maupun turunannya yang berada
dalamsel, bentuk ester, yakni atau ditemukan lebih gugus pada hidroksilnya telah dan di dalam sedangkan estersatu sulfat oligosakarida tersubstitusi oleh gugus fosfat atau sulfat. Ester fosfat biasa ditemukan sebagai komponen metabolisme di dalam sel, sedangkan ester sulfat ditemukan pada oligosakarida dan polisakarida di luar sel.
polisakarida di luar sel.
8. IKATAN GLIKOSIDA
8.Monosakarida IKATAN GLIKOSIDA dalam
bentuk lingkar memiliki karbon pereduksi yang
dalam bentuk memiliki disebutMonosakarida karbon anomerik. Guguslingkar hidroksil pada karbon karbon pereduksi anomerikyang jauh lebih disebut karbon anomerik. Gugus hidroksil pada karbon anomerik jauh
reaktif lebih daripada alkohol primer atauprimer sekunder Reaktivitas ini dipengaruhi reaktif daripada alkohol ataubiasa. sekunder biasa. Reaktivitas tarikanini elektron oleh atom oksigen pada dipengaruhi tarikan elektron olehcincin. atom oksigen pada cincin.
O
H C OH
Gugus hidroksil anomerik sangat mudah bereaksi dengan alkohol atauanomerik amina (NH ). Proses ini bereaksi dikenal sebagai glikosilasi, Gugus(OH) hidroksil sangat mudah dengan alkohol dan (OH) atau 2 produknya disebut O-glikosida (reaksi dengan alkohol) dan N-glikosida Karbohidrat amina (NH2). Proses ini dikenal sebagai glikosilasi, dan produknya disebut O(reaksi dengan amina). glikosida (reaksi dengan alkohol) dan N-glikosida (reaksi dengan amina). O OR
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul ROH
O
OH
O-Glikosida
26
H2O
RNH2
Suatu monosakarida
H2O
O NHR
N-Glikosida
Gugus R dalam kedua glikosida di atas dinamakan aglikon. Cincin molekul glikosida tak dapat membuka untuk membentuk struktur rantai lurus. Karena itu, glikosida tidak memiliki sifat pereduksi. Nama lain dari
monosakarida
O
H2O 28
N-Glikosida
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul NHR
aglikonaglikon. . Gugus RRdalam glikosida di atas dinamakan Gugus dalamkedua kedua glikosida di atas dinamakan Cincin takdapat dapat membuka untuk membentuk Cincinmolekul molekul glikosida glikosida tak membuka untuk membentuk struktur struktur lurus. Karenatidak itu, glikosida tidak memiliki rantai lurus.rantai Karena itu, glikosida memiliki sifat pereduksi. Nama lainsifat dari pereduksi. Nama lain dari glikosida adalah asetal. glikosida adalah asetal.
O
R
+ R'OH
C H
OH
R C H
R
+ R''OH
C
OR'
H
OR'
Asetal (glikosida)
Hemiasetal (bentuk cincin)
Aldehid (monosakarida rantai terbuka)
OR''
Istilah glikosida adalah nama generik, glikosida yang berasal dari glukosa, fruktosa, dan ribosa dikenal sebagai glukosida, fruktosida, fruktosa, dan dikenal Akhiran sebagai –osida glukosida, fruktosida, dan ribosida, dan ribosa sebagainya. diberikan padaribosida, glikosida. sebagainya.juga Akhiran –osida diberikan glikosida. Glikosida juga bisa Glikosida bisa memiliki cincinpada lingkar lima atau lingkar enam Karbohidrat yang dikenal furanosida atauenam piranosida. memiliki cincin sebagai lingkar lima atau lingkar yang dikenal sebagai furanosida
Istilah glikosida adalah nama generik, glikosida yang berasal dari glukosa,
atau piranosida.
CH2OH
CH2OH
O
HO
OH
HO OCH3
H O OCH3 OH OH
OH -D-Metilglukopiranosida
-D-Metilglukofuranosida
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Karena cincin glikosida tidak
27 membuka, Karena cincin glikosida tidak dapatdapat membuka, strukturstruktur tersebut tersebut tidak
tidak menunjukkan mutarotasi pada putaran optik. menunjukkan mutarotasi pada putaran optik. Jika Jika kitakitamengambarkan struktur b-D-metilfruktofuranosida, mengambarkan struktur -D-metilfruktofuranosida, maka maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1. Tulislah struktur untuk D-fruktosa. 1. Tulislah struktur untuk D-fruktosa. 2. Ubah menjadi bentuk cincin Haworth lingkar lima. 2. Ubah menjadi bentuk cincin Haworth lingkar lima. 3. Ambil anomer b dan substitusi hidroksil anomerik dengan gugus 3. Ambil anomer dan substitusi hidroksil anomerik dengan gugus metil. metil. CH2OH CO
CH OH
CH2OH
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1. Tulislah struktur untuk D-fruktosa. Ubah menjadi bentuk cincin Haworth lingkar lima. Bab I 2.Karbohidrat 3. Ambil anomer
29
dan substitusi hidroksil anomerik dengan gugus metil.
CH2OH CO HO
H
H
OH
H
OH
CH2OH O HO
OH, CH2OH
CH2OH O OCH3 HO CH2OH OH
OH
CH2OH (1)
(2)
(3) -D-Metilfruktofuranosida
Ikatanglikosida glikosida banyak dalam senyawa-senyawa biologis. Ikatan banyakditemukan ditemukan dalam senyawa-senyawa Bila aglikon merupakan suatu monosakarida, maka ikatan glikosida yang biologis. Bilajuga aglikon juga merupakan suatu monosakarida, maka ikatan terjadi akan membentuk yang dinamakansenyawa disakarida.yang Ikatan glikosida glikosida yang terjadisenyawa akan membentuk dinamakan disakarida. Ikatandengan glikosida yang terbentuk yang terbentuk monosakarida berikutnyadengan akan monosakarida menghasilkan berikutnya akan menghasilkan trisakarida; seterusnya. trisakarida; demikian seterusnya. Sejumlah besardemikian monosakarida yang Sejumlah monosakarida yang terhubung terhubung besar oleh ikatan glikosida dinamakan polisakarida. oleh ikatan glikosida dinamakan polisakarida. Unit-unit monosakarida dalam oligosakarida atau polisakarida diberi nama dengan menambahkan akhiran –osil. Misalnya, trisakarida yang dibentuk dari tiga molekul glukosa dinamakan Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 28 glukosilglukosilglukosa. Agar tidak terlalu panjang, nama tiap unit monosakarida dapat disingkat, misalnya: Glc (glukosil), Gal (galaktosil), Fru (fruktosil), GlcN (glukosaminil), GlcNAc (N-asetilglukosaminil), GlcA (glukuronil), NeuNAc (N-asetilneuraminil). Istilah glikan adalah nama alternatif untuk polisakarida. Misalnya, glukan merupakan poliner dari glukosa; xilan merupakan polimer dari xilosa; dan glukomanan adalah polimer dari glukosa dan manosa. Di bawah ini adalah contoh struktur dua molekul disakarida, yang masing-masing dibentuk dari dua monomer glukosa.
glukan merupakan poliner dari glukosa; xilan merupakan polimer dari xilosa; dan glukomanan adalah polimer dari glukosa dan manosa. Di bawah ini adalah contoh struktur dua molekul disakarida, yang masing30 Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul masing dibentuk dari dua monomer glukosa.
HO
HO
CH2OH O
CH2OH O
OH
OH
O
H,OH
OH
OH
CH2OH O
CH2OH O O
OH OH
H,OH
OH
Maltosa -Glc-(1 4)-Glc
Selobiosa -Glc-(1 4)-Glc Karbohidrat
OH
Maltosa (terhubung melalui ikatan glikosidik 1 4)
Selobiosa (terhubung melalui ikatan glikosidik 1 4)
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
29
Maltosa adalah gula pereduksi. Meskipun merupakan glikosida, Maltosa gula pereduksi. Meskipun merupakan unit glukosa keduaadalah memiliki atom karbon anomerik dan glikosida, cincinnyaunit keduauntuk memiliki atom karbonaldehid. anomerikUntuk dan cincinnya bisa membuka bisaglukosa membuka membentuk alasan yang sama, larutan menunjukkan untukmaltosa membentuk aldehid. mutarotasi. Untuk alasan yang sama, larutan maltosa menunjukkan mutarotasi.
Maltosa adalah gula pereduksi. Meskipun merupakan glikosida, unit kedua memiliki atom karbon anomerik dan cincinnya bisa membuka Bab I glukosa Karbohidrat untuk membentuk aldehid.
Untuk alasan yang sama, larutan maltosa
31
menunjukkan mutarotasi.
-D-glukosa
-D-glukosa
Ikatan glikosidik -1,4
Maltosa [ -D-glukopiranosil)-(1 4)-D-glukopiranosa] Karbohidrat
Sukrosa tidak sifat pereduksi. Sukrosa atau gula30 tebu Biokimia: Struktur danmemiliki Fungsi Biomolekul adalah disakarida dengansifathidroksil anomerik a-D-glukosa Sukrosa tidak memiliki pereduksi. Sukrosa atau guladari tebu adalah dikondensasikan dengan hidroksil dari b-D-fruktosa. -D-glukosa dikondensasikan dengan Karena disakarida dengan hidroksil anomerik dari anomerik itu keduanya adalahdaria-glukosida dan b-fruktosida. Tidak ada unit yang -D-fruktosa. Karena itu keduanya adalah -glukosida hidroksil anomerik memiliki hidroksilTidak anomerik danmemiliki tidakhidroksil ada cincin dapat ada unit yang anomerikyang dan tidak ada terbuka dan -fruktosida. yang dapat terbuka untuk membentuk aldehid. untukcincin membentuk aldehid.
Ikatan ( 1
-glukosa
-fruktosa Sukrosa [ -D-fruktofuranosil -D-glukopiranosa
CH2OH O
2)
-fruktosa
32
Struktur dan Fungsi Biomolekul Sukrosa [ -D-fruktofuranosilBiokimia: -D-glukopiranosa
CH2OH O HO
OH HO
O
CH2OH O HO CH2OH
Karbohidrat
OH
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
31
-D-Galaktosa
-D-Galaktosa dari
Ikatan glikosidik -1-4
Laktosa [ -D-galaktopiranosil-(1
4)- -D-Glukopiranosa]
Nama sistematik untuk sukrosa yakni a-D-glukosil-(1 → 2)-b-DNama sistematik untuk sukrosa yakni → -D-glukosil-(1 2)- -D-fruktosida ( -Dfruktosida (a-D-glukopiranosil-(1 2)-b-D-fruktofuranosida) atau glukopiranosil-(1 2)- -D-fruktofuranosida)(b-D-fruktofuranosil-(2 atau -D-fruktosil-(2 1)- -D- → 1)b-D-fruktosil-(2 → 1)-a-D-glukosida 1)- -D-glukopiranosida). Dalam bentuk glukosida ( -D-fruktofuranosil-(2 a-D-glukopiranosida). Dalam bentuk singkatan, namanya yakni a-Fru dan -Fru-(2 1)- -Glc. namanya yakni -Glc-(1 Glc-(1 →singkatan, 2)-b-Fru dan b-Fru-(2→2)-1)-a-Glc. 9. POLISAKARIDA
9. POLISAKARIDA Polisakarida memiliki fungsi utama sebagai pembentuk struktur atau untuk memiliki penyimpanan fungsi energi. Tepung glikogen merupakan polimerstruktur glukosa Polisakarida utamadansebagai pembentuk atau yang berfungsi sebagai penyimpan gula di dalam tumbuhan dan hewan. untuk penyimpanan energi. Tepung dan glikogen merupakan polimer Tepung terdapat sebagai amilosa dan amilopektin.
Amilosa adalah suatu
polimer linear dari -D-glukosa yang terhubung oleh ikatan (1 amilopektin memiliki cabang yang terbentuk oleh ikatan
4). Sedangkan
(1 6), selain rantai
Bab I Karbohidrat
33
glukosa yang berfungsi sebagai penyimpan gula di dalam tumbuhan dan hewan. Tepung terdapat sebagai amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah suatu polimer linear dari a-D-glukosa yang terhubung oleh ikatan a(1→4). Sedangkan amilopektin memiliki cabang yang terbentuk oleh ikatan a(1→6), selain rantai linear yang terbentuk oleh ikatan a(1→4). Karbohidrat
Ikatan
(1
4)
Struktur amilosa
Struktur 3-D amilosa
Glikogen juga merupakan polimer bercabang, dengan jumlah percabangan lebih banyak daripada amilopektin.
Karbohidrat
34
Glikogen
juga
merupakan
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
polimer
bercabang,
dengan
jumlah
percabangan lebih banyak daripada amilopektin. Ikatan (1
6)
Ikatan (1
4)
Polimer lainnya adalah merupakan bahan Contohglukosa struktur glikogen dan amilopektin yangselulosa, terikat melalui yang ikatan (1 4) dengan melalui ikatan (1 6) cabang yang terhubung utama pembentuk dinding sel pada tanaman. Ikatan pada selulosa adalah b(1→4). Selulosa tidak dapat dicerna oleh mamalia, tetapi beberapa serangga, protozoa, danselulosa, jamuryangmemiliki enzimutama selulase Polimer glukosa lainnya adalah merupakan bahan yang pembentuk dapat menghidrolisis danadalah kambing dinding sel pada ikatan tanaman. b(1→4). Ikatan padaSapi selulosa (1 4).dapat mencerna selulosa dengan protozoa yang serangga, hidup dalam Selulosa tidak dapat dicerna bantuan oleh mamalia, tetapi beberapa protozoa,sistem pencernaannya. dan jamur memiliki enzim selulase yang dapat menghidrolisis ikatan (1 4). Selain tumbuhan juga dengan mengandung pektin Sapi dan selulosa, kambing dapat mencerna selulosa bantuan protozoa yang dan hidup dalam Pektin sistem pencernaannya. hemiselulosa. merupakan polimer dari arabinosa, galaktosa, Selain selulosa, Hemiselulosa tumbuhan juga mengandung pektin dandari hemiselulosa. dan asam galakturonat. adalah polimer D-xilosa, DPektin merupakan polimer dari arabinosa, galaktosa, dan asam galakturonat. manosa, atau D-galaktosa. Hemiselulosa polimer dari D-xilosa, D-manosa, ataudan D-galaktosa. Dinding seladalah jamur, eksoskeleton serangga artropoda, serta Dinding atas sel jamur, serangga dan artropoda, serta moluska, terdiri kitin, eksoskeleton yakni polimer N-asetil-b-D-glukosamin Karbohidrat moluska, terdiri kitin, glikosida yakni polimer N-asetil- -D-glukosamin yang yang terhubung olehatasikatan b(1→4). terhubung oleh ikatan glikosida (1 4).
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
34
Contoh struktur kitin: polimer N-asetil- -D-glukosamin yang terhubung oleh ikatan glikosida (1 4)
Jaringan
penghubung
dalam
mamalia
kaya
akan
polisakarida
glikosaminoglikan, yang disebut juga mukopolisakarida. Kondroitin sulfat adalah
Bab I Karbohidrat
35
Jaringan penghubung dalam mamalia kaya akan polisakarida glikosaminoglikan, yang disebut juga mukopolisakarida. Kondroitin sulfat adalah polimer dengan ikatan a(1→3) yang menghubungkan disakarida asam glukuronat dan N-asetilgalaktosamin; dengan gugus hidroksil pada karbon 6 galaktosamin banyak diganti oleh gugus sulfat. Asam hialuronat merupakan polimer dari disakarida yang terdiri atas asam glukuronat dan N-asetilglukosamin; asam ini berfungsi sebagai pelumas pada sendi seperti siku dan lutut. -oo0oo-
36
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Bab
ASAM AMINO DAN PEPTIDA
2
Asam Amino dan Peptida
BAB II
ASAM AMINO DAN PEPTIDA 1. ASAM AMINO
1. ASAM AMINO
Asam-asam amino dalam protein seluruhnya merupakan asam aAsam-asam amino dalam protein seluruhnya merupakan asam amino, yakni baik gugus amino maupun gugus karboksil keduanya amino,mengikat yakni baik gugus aminoyang maupun keduanya mengikat atom karbon samagugus yaitu karboksil atom karbon a. Atom karbonyang a merupakan kiral, sehingga memilikipusat atom karbon sama yaitupusat atom karbon . Atom asam karbonamino merupakan aktivitas optik (kecuali bila rantai samping adalah atom H). semua kiral, sehingga asam amino memiliki aktivitas optik (kecuali bila rantai samping asam amino yang ditemukan dalam protein memiliki konfigurasi adalahL.atom H). semua asam amino yang ditemukan dalam protein memiliki konfigurasi L.
COOH3N+
C
H
R
Gambar 2-1 Struktur dasar asam a-amino dalam konfigurasi L; R
Gambar 2-1 Struktur dasar asam -amino dalam konfigurasi L; R adalah adalah gugus samping dari 20 gugus kimia gugus samping dari 20 gugus kimia
Terdapat 20 macam asam amino yang digunakan dalam sintesis protein (lihat Tabel 2.1 - 2.7). Penamaan asam amino dapat
Terdapat 20 macam asam amino yang digunakan dalam sintesis
protein (lihat Tabel 2.1 - 2.7). Penamaan asam amino dapat disingkat menjadi tiga huruf atau satu huruf.
Dalam banyak protein, sebagian asam amino
mengalami modifikasi setelah masuk menjadi bagian protein. Misalnya dalam
38
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
disingkat menjadi tiga huruf atau satu huruf. Dalam banyak protein, sebagian asam amino mengalami modifikasi setelah masuk menjadi bagian protein. Misalnya dalam kolagen, gugus hidroksil ditambahkan pada residu prolin sehingga menghasilkan residu hidroksiprolin. Asam amino dikelompokkan menurut sifatnya, yakni polar atau nonpolar, aromatik atau alifatik, atau asam atau basa. Asam amino aromatik dapat menyerap cahaya ultraviolet. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasinya dalam larutan. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa absorbansi sinar dengan panjang gelombang tertentu oleh suatu substansi dalam larutan adalah proporsional dengan konsentrasinya, C (molL-1) dan panjang jalur sinar, l (cm) dalam larutan. A = εCl dengan A merupakan absorbansi larutan dan e adalah koefisien absorbansi molar. Absorbans didefinisikan sebagai logaritma dari rasio intensitas sinar (Io) terhadap intensitas sinar yang ditransmisikan (I). A = log10
I0 I
dan panjang jalur sinar, l (cm) dalam larutan.
A
Cl
dengan A merupakan absorbansi larutan dan
adalah koefisien absorbansi
Bab 2 Asam dan didefinisikan Peptida sebagai logaritma dari rasio intensitas sinar (Io) molar.Amino Absorbans terhadap intensitas sinar yang ditransmisikan (I).
I
A log10 0 Tabel 2.1 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, I dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino netral, nonpolar, Tabel 2.1 Asam amino yang digunakan dalamalifatik) sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino netral, nonpolar, alifatik)
Nama & Struktur Kimia Asam Amino
Struktur 3D
Singkatan
Glisin H H3N+
C
Gly
G
Ala
A
Val
V
H
COO-
Alanin H H3N+
C
CH3
COO-
Valin H H3 N
+
C
CH3 CH
COO- CH3 Asam Amino dan Peptida
Leusin H H3N+
CH3
C
Leu
L
CH2 CH
Biokimia: Struktur - dan Fungsi CH3Biomolekul
37
COO
Isoleusin
+
H3N
H
CH3
C
CH
CH2
Ile
CH3
I
COO-
Tabel 2.2
Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino polar, alifatik)
Nama & Struktur Kimia Asam Amino
Struktur 3D
Singkatan
39
H3N+
H
CH3
C
CH
CH2
Ile
CH3
COO-
40
I
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Tabel 2.2 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya Tabel 2.2 Asam amino yang digunakan sintesis protein, dikelompokkan (asam aminodalam polar, alifatik) menurut struktur kimianya (asam amino polar, alifatik)
Nama & Struktur Kimia Asam Amino
Struktur 3D
Singkatan
Serin H H3N+
C
CH2 OH
Ser
S
Thr
T
COO-
Threonin
H3N+
H
OH
C
CH
CH3
COO-
Asam Amino dan Peptida
Asparagin Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul H
H3N+
C
CH2
COO-
C
NH2
38
Asn
N
Gln
Q
O
Glutamin H H3N+
C
CH2
COO-
Tabel 2.3
CH2
C
NH2
O
Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino aromatis)
H3N+
C
CH2
CH2
COO-
C
NH2
O
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
41
Tabel 2.3Asam Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino aromatis) dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino aromatis) Tabel 2.3
Nama & Struktur Kimia Asam Amino
Struktur 3D
Singkatan
Fenilalanin H H3N+
C
Phe
CH2
F
COOAsam Amino dan Peptida
Tirosin Triptofan HH H N+ C CH H3N3+ C CH2 2C
OH
Tyr
Y
Trp
W
COOCOO-
N H
Tabel 2.4 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 39 Tabel 2.4 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan (asam amino mengandung sulfur) menurut struktur kimianya (asam amino mengandung sulfur) Nama & Struktur Kimia Asam Amino
Struktur 3D
Singkatan
Sistein H H3N+
C
CH2
SH
Cys
C
Met
M
COO-
Metionin H
H3N+
C
CH2 CH2
S
CH3
COO-
Tabel 2.5
Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino mengandung gugus asam amino sekunder)
H H3N+
42
C
CH2 CH2
S
Met
CH3
M
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
COO-
Tabel 2.5 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut strukturdalam kimianya (asam dikelompokkan amino mengandung Tabel 2.5 Asam amino yang digunakan sintesis protein, menurut strukturgugus kimianya (asam amino mengandung asam amino sekunder) gugus asam amino sekunder)
Nama & Struktur Kimia Asam Amino Prolin +
H2N H
Struktur 3D
Singkatan
CH2 CH2
C
Pro
CH2
P
COOAsam Amino dan Peptida
Tabel 2.6 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein,40 dikelompokkan menurut struktur kimianya Tabel 2.6 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan (asam amino yangamino bersifat menurut struktur kimianya (asam yang asam) bersifat asam)
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Nama & Struktur Kimia Asam Amino
Struktur 3D
Singkatan
Aspartat H
H3N+
C
CH2
COO-
Asp
D
Glu
E
COO-
Glutamat H
H3N+
C
CH2
CH2
COO-
COO-
Tabel 2.7
Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino yang bersifat basa)
Nama & Struktur Kimia Asam Amino Lisin H
H3N+
C
CH2
CH2
CH2 CH2 +NH3
Struktur 3D
Singkatan
Glutamat H
H3N+ C CH2 CH2 COOBab 2 Asam Amino dan Peptida COO-
43 Glu
E
Tabel 2.7 Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein, dikelompokkan menurut struktur kimianya Tabel 2.7 Asam amino yang digunakan dalam bersifat sintesis protein, (asam amino yang basa)dikelompokkan menurut struktur kimianya (asam amino yang bersifat basa) Nama & Struktur Kimia Asam Amino Lisin H
H3N+
C
CH2
Struktur 3D
Singkatan
CH2 CH2 +NH3
CH2
COO-
Lys
K
Banyak asam amino yang terlibat dalam metabolisme, tetapi tidak ditemukan dalam protein. Misalnya b-alanin, -OOC-CH2-CH2-NH3+, yang merupakan intermediet dalam sintesis vitamin B asam pantotenat. b-alanin tidak ditemukan dalam protein. Meskipun asam amino yang terdapat di alam kebanyakan memiliki konfigurasi L, namun beberapa asam amino berkonfigurasi D ditemukan dalam antibiotik tertentu Asam Amino dan Peptida serta dalam dinding sel beberapa bakteri. Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
41
Arginin H H3N+
C
NH2 CH2
CH2
CH2
NH
C
COO-
+
NH2
Arg
R
His
H
Histidin H H3N
+
C
N CH2
COO-
CH
C CH
NH
Banyak asam amino yang terlibat dalam metabolisme, tetapi tidak ditemukan dalam protein.
Misalnya
-alanin, -OOC-CH2-CH2-NH3+, yang
44
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
2. SIFAT ASAM-BASA DARI ASAM AMINO Asam amino merupakan senyawa amfoter, yakni memiliki gugus asam dan juga gugus basa. Karena itu, asam amino dapat membawa muatan listrik total yang tergantung pada sifat larutannya. Muatan yang dibawa suatu molekul mempengaruhi interaksinya dengan molekul lain. Sifat ini dimanfaatkan untuk isolasi dan pemurnian asamAsam amino maupun Amino dan Peptida protein. Air merupakan pelarut biologis utama. Sifat asam-basa molekul Air berkaitan merupakanerat pelarut utama. asam-basa molekul terlarut denganbiologis disosiasi air. Air Sifat merupakan elektrolit lemah yang bisa menjadi dan ion hidroksil. Dalamyang terlarut berkaitan eratterdisosiasi dengan disosiasi air.proton Air merupakan elektrolit lemah disosiasi air, proton dengan molekul lainnya yang air, bisaproses terdisosiasi menjadi protonberikatan dan ion hidroksil. Dalam air proses disosiasi berikatan (ikatan hidrogen) sehingga membentuk ion hidronium proton berikatan dengan molekul air lainnya yang berikatan (ikatan hidrogen) (H3O+): sehingga membentuk ion hidronium (H3O+):
H
H O
H
O
H
Ke
O
H
H + OH-
H
Dalam air murni bersuhu 250C terdapat 1,0 x 10-7 mol L-1 H3O+ dan ion OH dengan konsentrasi ekuivalen. Proton tidak berada dalam dengan konsentrasi ekuivalen. tidak proton beradamemiliki dalam keadaan keadaan “telanjang” di dalamProton air karena afinitas “telanjang” tinggi di dalam karenaair. proton afinitas tinggi untuk molekul Tetapi untukair molekul Tetapimemiliki untuk tujuan penyederhanaan, protonair. dalam + airtujuan seringkali ditulis sebagaiproton H . dalam air seringkali ditulis sebagai H+. untuk penyederhanaan, Proses disosiasi air merupakan proses kesetimbangan yang Proses disosiasi air merupakan proses kesetimbangan yang berlangsung sangat cepat, dengan tetapan kesetimbangan ditulis seperti berlangsung berikut: sangat cepat, dengan tetapan kesetimbangan ditulis seperti
Dalam air murni bersuhu 250C terdapat 1,0 x 10-7 mol L-1 H3O+ dan ion OH-
berikut:
KK e e=
aaH O+ × aaOHH3 O OH
(a )
3
-
22
H22OO H
Untuk larutan encer, aktivitas (a) air dianggap konstan mendekati 1,0 dan aktivitas zat terlarut merupakan konsentrasinya. Dengan demikian, dapat ditulis suatu tetapan praktis, Kw, yakni produk ionik dari air:
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
45
Untuk larutan encer, aktivitas (a) air dianggap konstan mendekati 1,0 dan aktivitas zat terlarut merupakan konsentrasinya. Dengan demikian, dapat ditulis suatu tetapan praktis, Kw, yakni produk ionik dari air: Kw = [H3O+].[OH-] atau sering juga ditulis Kw = [H+][OH-], dengan mengabaikan hidrasi proton. Air murni pada suhu 250C memiliki Kw = 10-14. Karena dalam air murni [H+] = [OH-], maka H + = 10-14 = 10-7 mol L-1 Dalam larutan asam, [H+] lebih tinggi dan [OH-] lebih rendah karena produk ionik adalah konstan. Nilai Kw tergantung pada suhu, misalnya pada 370C Kw = 2,4 x 10-14. Seorang ahli kimia Denmark, S.P.L Sørensen mendefinisikan pH (potentia Hydrogenii) sebagai: pH = -log10 [H+] Pada larutan netral, [H+] = [OH-], dan untuk air murni pada 250C maka pH = -log10 (10-7) = 7,0 Air destilasi yang biasa dipakai dalam laboratorium tidak terlalu murni. Sejumlah kecil CO2 yang terlarut dalam air akan membentuk asam karbonat sehingga meningkatkan konsentrasi ion hidrogen sampai sekitar 10-5 mol L-1. Karena itu air destilasi memiliki pH sekitar 5. Suatu asam adalah senyawa yang dapat menyumbangkan proton pada senyawa lain (menurut definisi Brønsted). Senyawa CH3COOH adalah suatu asam, yang bernama asam asetat. Ketika dilarutkan dalam air, gugus karboksil pada asam asetat tidak terdisosiasi sempurna. Karena
Suatu asam adalah senyawa yang dapat menyumbangkan proton pada senyawa lain (menurut definisi Brønsted). Senyawa CH3COOH adalah suatu 46 asam, yang bernama asam asetat. Ketika dilarutkan dalam air, gugus karboksil Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
pada asam asetat tidak terdisosiasi sempurna.
Karena itu asam asetat
itu asamsebagai asetat asam termasuk lemah. asam termasuk lemah.sebagai Reaksiasam disosiasi asamReaksi lemah disosiasi bertipe HA dalam airlemah adalahbertipe
HA dalam air adalah Maka, reaksi disosiasi untuk asam asetat adalah
Maka, reaksi disosiasi untuk asam asetat adalah HA + H2O
CH3COOH + Donor H+ (asam)
A- + H3O+
H2O
CH3COO-
Akseptor H+ (basa)
Basa konjugasi
+
H3O+ Asam konjugasi
Pemberian merupakanproses prosesdua duaarah. arah.Ion Pemberiandan danpenerimaan penerimaan proton proton merupakan Ion H3O+ yang terbentuk dapat mendonorkan proton kembali pada H3O+ yang terbentuk dapat mendonorkan proton kembali pada ion asetat untuk ion asetat untuk membentuk asam asetat. Hal+ ini berarti ion H3O+ membentuk asam asetat. Hal ini berarti ion H3O dapat dianggap sebagai dapat dianggap sebagai asam dan ion asetat dapat dianggap sebagai asam ion asetat dapat dianggap basa. itu asetat disebut basa.dan Karena itu asetat disebut basasebagai konjugasi dariKarena asam asetat. basa konjugasi asam asetat. Proses dari asosiasi dan disosiasi di atas membentuk suatu kesetimbangan, dan larutan akandisosiasi memiliki konsentrasi H3O+ yang lebih Proses asosiasi dan di atas membentuk suatu besar daripada dalam air murni. Karena itu larutan ini akan memiliki kesetimbangan, dan larutan akan memiliki konsentrasi H3O+ yang lebih besar pH di bawah 7,0. daripada dalam air murni. Karena itu larutan ini akan memiliki pH di bawah 7,0. Tetapan disosiasi asam, Ka, adalah ukuran kekuatan suatu asam. a HaO a Aa A K aK a 3 H 3O Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekula Haa H aa Ha2OH 2O 44 Untuk asam asetat, Ka adalah aHaO aCHa COO 3 3COO K aK a 3 H 3O CH aCHa 3COOH aHa2O CH 3COOH
H 2O
dengan a merupakan aktivitas termodinamika dari zat kimia tersebut. Dalam larutan encer, konsentrasi air sangat mendekati konsentrasi air murni. Menurut konvensi, aktivitas air murni adalah 1,0. Selanjutnya, aktivitas zat terlarut dalam larutan encer dapat diperkirakan dari konsentrasi zat tersebut. Untuk itu, persamaan untuk tetapan disosiasi H+ = asam dapat ditulis sebagai berikut:
10-14 = 10-7 mol L-1
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
47
[H + ][A - ] Ka = [HA ] Untuk asam asetat, persamaan ini menjadi [H + ][CH 3COO- ] Ka = [CH3COOH ] Semakin besar nilai Ka maka semakin besar pula kecenderungan asam tersebut untuk melepaskan proton, yang berarti asam semakin kuat. Dengan cara yang sama seperti pH, pKa dapat ditulis pKa = -log Ka Asam Amino dan Peptida
Semakin rendah nilai pKa suatu senyawa kimia maka semakin tinggi nilai Ka, yang berarti senyawa tersebut makin kuat sifat asamnya. Suatu basa adalah senyawa yang dapat menerima proton dari suatu Suatu basa adalah senyawa yang dapat menerima proton dari suatu asam. Ketika metilamin (CH3-NH2) dilarutkan dalam air, senyawa tersebut asam. Ketika metilamin (CH3-NH2) dilarutkan dalam air, senyawa menerima proton dari air sehingga konsentrasi OH- dan pH tersebut menerima proton dari airmeningkatkan sehingga meningkatkan konsentrasi OHdan pH menjadi semakin tinggi. menjadi semakin tinggi. CH3
NH2
Basa
CH3 NH3+ +
+ H2O Asam
Asam konjugasi
OHBasa konjugasi
Sama seperti seperti pada dengan naiknya konsentrasi OH- OHSama pada asam asamasetat, asetat, dengan naiknya konsentrasi
maka reaksi sebaliknya menjadi lebih signifikan sampai akhirnya proses tersebut mencapai kesetimbangan. Persamaan untuk tetapan kebasaan, tersebut kesetimbangan. Kb,mencapai dapat ditulis sebagai berikut:Persamaan untuk tetapan kebasaan, Kb, maka reaksi sebaliknya menjadi lebih signifikan sampai akhirnya proses
dapat ditulis sebagai berikut:
Kb
[CH 3 -NH 3 ][OH - ] CH 3 -NH 2
dapat ditulis sebagai berikut: 48
Kb
[CH 3 -NH ] Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 3 ][OH CH 3 -NH 2 +
-
[CH 3 -NH 3 membingungkan ][OH ] Akan tetapi, penggunaan tetapan karena kita harus K b = Kb dapat
[CH -NH ]
2 menjaga dua macam tetapan, Ka dan K3b. Kesetimbangan kimia merupakan
Akan tetapi, penggunaan tetapan Kb dapat membingungkan karena kita harus menjaga dua macam tetapan, Ka dan Kb. Kesetimbangan pandangkimia asam konjugasinya. asamitu konjugasi ini bila dianggap merupakan proses duaArtinya, arah, karena lebih mudah mengukur kebasaan dari sudut pandang asam konjugasinya. Artinya, mendonorkan proton pada air: asam konjugasi ini dianggap mendonorkan proton pada air: proses dua arah, karena itu lebih mudah bila mengukur kebasaan dari sudut
CH 3
NH 3 + + H 2 O
CH 3
NH 2 + H 3O +
[CH33-NH -NH22][H ][H33OO +]] [CH K Kaa = [CH [CH33-NH -NH33+]] Ka dan KKa hubungan sebagaisebagai berikut:berikut: b memiliki dan Kb memiliki hubungan [CH 3 -NH 2 ][H 3O ] [CH + + ] 3 -NH 3 ][OH [CH 3 -NH 2 ][H 3O ] [CH 3 -NH 3 ][OH[H ]3O ][OH+- ] K a Kb K a ⋅ K b = [CH 3 -NH 3 ] + ⋅ CH 3 -NH 2 = [H 3O ][OH - ]
[CH 3 -NH 3 ]
[CH -NH ] 3
2
maka, K a K b K w Ka.Kjika =Kkita b w Denganmaka, kata lain, mengetahui Ka dari asam konjugasi, maka kita dapat
Dengan kata lain, jika kita mengetahui Ka dari asam konjugasi,
Asam Aminobasa dan Peptida menghitung Dengan demikian, b untuk makaKkita dapatbasanya. menghitung Kb untuk basanya.kuatnya Dengan sifat demikian, suatu
suatu senyawa oleh konjugasinya. rendahnya nilai Ka senyawakuatnya ditandaisifat olehbasa rendahnya nilai Kaditandai untuk asam untuk asam konjugasinya. Campuran suatu asam dan basa konjugasinya dapat menahan Campuran suatu asam dan basa konjugasinya dapat menahan
perubahan pH ketika Campuran perubahan pH sedikit ketika asam sedikit atau asambasa atau lain basaditambahkan. lain ditambahkan. Campuran seperti inipenyangga dikenal sebagai penyangga (buffer). seperti ini dikenal sebagai (buffer ).
Biokimia:Reaksi Strukturdisosiasi dan Fungsi asamBiomolekul asetat adalah seperti berikut:
46
Reaksi disosiasi asam asetat adalah seperti berikut: CH 3COOH + H 2O
CH 3COO - + H3O+
+ + Asam Asam tambahan menyebabkan H3OH3O dan CHCH3COO tergabung 3COO tambahan menyebabkan dan tergabungkembali + kembali membentuk asam asetat, sehinggaHpembentukan H3O membentuk asam asetat, sehingga pembentukan 3O dihalangi. Sebaliknya, +
penambahan NaOH menyebabkan disosiasi asam asetat menjadi asetat, sehingga mengurangi penurunan konsentrasi H3O+.
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
49
dihalangi. Sebaliknya, penambahan NaOH menyebabkan disosiasi asam asetat menjadi asetat, sehingga mengurangi penurunan konsentrasi H3O+. Sifat di atas bisa dikuantisasi dengan menurunkan persamaan [H + ][A - ] Ka = [HA ] yakni: log Ka = log [H+] + log [A-] – log [HA] – log Ka = – log [H+] – log [A-] + log [HA] Karena –log Ka = pKa dan –log [H+] = pH maka pK a = pH + log atau
[HA] [asam] = + pH log [A - ] [basa konjugasi]
pH = pK a + log
[basa] [asam konjugasi]
Kedua persamaan di atas adalah persamaan HendersonHasselbalch. Dari persamaan ini dapat dihitung komposisi penyangga yang memiliki pH tertentu. Perlu diperhatikan bahwa jika [HA] = [A-] maka pH = pKa. Banyak molekul biologis yang memiliki lebih dari satu gugus yang bisa terdisosiasi. Disosiasi salah satu gugus dapat mempengaruhi kecenderungan gugus-gugus lainnya untuk terdisosiasi. Hal ini terjadi pada asam amino yang memiliki gugus karboksil dan gugus amino. Dalam air, gugus karboksil cenderung melepaskan proton sedangkan gugus amino mengikat proton. Kedua reaksi tersebut dapat terjadi tanpa terbentuknya H3O+ maupun OH-. Hasilnya, asam amino membawa muatan negatif dan juga muatan positif di dalam larutan
asam amino tersebut.
Sebagai contoh, suatu titrasi dimulai dengan larutan
glisin hidroklorida, yang kedua gugusnya terdapat dalam bentuk asamnya. Penambahan natrium hidroksida menimbulkan peningkatan pH larutan. Pada Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 50 saat yang sama, proton yang terdisosiasi bereaksi dengan ion hidroksil yang ditambahkan untuk membentuk molekul air, sehingga menyebabkan disosiasi
yangterjadi. pH-nya terus
mendekati netral. Dalam keadaan ini, senyawa tersebut disebutKurva sebagai zwitterion. titrasi terlihat pada Gambar 2-2. Pada titik A, kedua gugus yang Titrasi suatu asam terdapat amino dalam dilakukan mempelajari sifat dimiliki glisin hidroklorida bentukuntuk asamnya (terprotonasi): zwiterionik asam amino tersebut. Sebagai contoh, suatu titrasi dimulai HOOC-CH2-NH3+ sehingga molekul bermuatan +1. Setelah penambahan 10 dengan larutan glisin hidroklorida, yang kedua gugusnya terdapat mmol NaOH (titik C, pH mendekati 6,0), salah satu gugus hampir dalam bentuk asamnya. Penambahan natrium hidroksida menimbulkan terdeprotonasi sempurna sehingga molekul tak bermuatan. Setelah ditambah peningkatan pH larutan. Pada saat yang sama, proton yang terdisosiasi lagi 10 mmol NaOH, keduayang juga ditambahkan terdeprotonasi (titik E) dan bentuk bereaksi dengan iongugus hidroksil untuk membentuk – molekul OOC-CH muatan -1. terjadi. 2-NH2 dengan molekulakan air,menjadi sehingga menyebabkan disosiasi terus Titrasi 10 mmol glisin.HCl oleh larutan NaOH +1
-1
0
Muatan
16 14
E
12 D
pH
10 8 C
6 4
B
2
A
0 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Jumlah proton terdisosiasi
Gambar 2-2
Titrasi 10 mmol glisin.HCl oleh larutan NaOH. Garis putus-putus
ditambahkan formaldehid. Gambar 2-2menunjukkan Titrasi 10 titrasi mmoldengan glisin.HCl oleh larutan NaOH. Garis putus-putus menunjukkan titrasi dengan ditambahkan formaldehid.
Kurva titrasi terlihat pada Gambar Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
2-2. Pada titik A, kedua gugus 48 yang dimiliki glisin hidroklorida terdapat dalam bentuk asamnya (terprotonasi): HOOC-CH2-NH3+ sehingga molekul bermuatan +1. Setelah penambahan 10 mmol NaOH (titik C, pH mendekati 6,0), salah satu gugus hampir terdeprotonasi sempurna sehingga molekul
Dekatnya titik B dan D menandakan bahwa pH hanya berubah sedikit pada Bab 2 NaOH. Asam AminoDalam dan Peptidahal ini, larutan berperan sebagai 51 penambahan penyangga.
Pada titik B pH = 2,3, setengah dari gugus pertama telah tertitrasi menjadi basa tak bermuatan. Setelah ditambah lagi 10 mmol NaOH, gugus kedua konjugasinya, sementara setengah sisanya masih dalam – bentuk asam, juga terdeprotonasi (titik E) dan bentuk molekul akan menjadi OOC-1. CH2-NH=2 dengan sehingga [asam] [basa muatan konjugasi]. Pada titik ini pKa = pH atau pKa = 2,3 Dekatnya titik B dan D menandakan bahwa pH hanya berubah untuk titrasisedikit dalam gambar. Gugus yang pertama tertitrasi haruslah merupakan pada penambahan NaOH. Dalam hal ini, larutan berperan Pada titik pHadalah = 2,3, setengah gugus pertama asam yangsebagai relatifpenyangga. kuat, dalam hal Bini gugus dari karboksil. Gugus kedua telah tertitrasi menjadi basa konjugasinya, sementara setengah sisanya yang tertitrasi adalah dengan[asam] pKa = masih dalam gugus bentuk amino, asam, sehingga = 9,6. [basa konjugasi]. Pada titikpH ini pKa = pH atau pKatidak = 2,3memiliki untuk titrasi dalam disebut gambar. Gugus Nilai ketika molekul muatan titik isoelektrik. yang pertama tertitrasi haruslah merupakan asam yang relatif kuat, Titik isoelektrik pH 6,0. Gugus Ketika kedua larutan glisin berada dalam dalam untuk hal iniglisin adalahadalah gugus karboksil. yang tertitrasi adalah gugus amino, dengan pKa = 9,6. keadaan isoelektrik, sebagian molekul akan berupa COOH-CH2-NH3+ yang Nilai pH ketika molekul tidak memiliki muatan disebut titik -CH jumlahnya isoelektrik. seimbang dengan COO 2-NHadalah 2, serta 2-NH2. Titik isoelektrik untuk glisin pHbeberapa 6,0. KetikaCOOH-CH larutan glisin berada dalam keadaan isoelektrik, sebagian molekul akan berupa K pH pada titik isoelektrik dapat dihitung dari nilai p a tiap gugus. COOH-CH2-NH3+ yang jumlahnya seimbang dengan COO--CH2NH2, serta beberapa COOH-CH2-NH2. pH pada titik isoelektrik pK a 2 dapat dihitung dari nilai pKa tiappK gugus. a1
pH I
2
pK a1 + pK a 2 pH I = 2 Dapat dilakukan modifikasi kimia untuk memeriksa nilai pKa yang ditentukan
dalam titrasi asam amino. Misalnya melakukan titrasi dengan kehadiran Dapat dilakukan modifikasi kimia untuk memeriksa nilai pKa formaldehid. ini dalam menunjukkan Gambar yangTitrasi ditentukan titrasi asambahwa amino. pKa Misalnya melakukan titrasi2-2 adalah 1 dalam dengan kehadiran formaldehid. Titrasi ini menunjukkan bahwa pKa1 milik gugus karboksil dan pKa2 adalah milik gugus amino. dalam Gambar 2-2 adalah milik gugus karboksil dan pKa2 adalah milik gugus amino. (HCHO) bereaksi reversibel dengan gugus amino seperti Formaldehid Formaldehid (HCHO) bereaksi reversibel dengan gugus amino berikut: seperti berikut:
R
NH2
+
2HCHO
R
CH2
OH
CH2
OH
N
Dengan demikian, pKa gugus amino menjadi berubah dalam larutan formaldehid, sedangkan gugus karboksil tidak terpengaruh. Ditemukan bahwa
52
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Dengan demikian, pKa gugus amino menjadi berubah dalam larutan formaldehid, sedangkan gugus karboksil tidak terpengaruh. Ditemukan bahwa pKa1 asam amino dalam formaldehid tidak berubah sehingga berarti pKa ini menunjukkan gugus karboksil. Sementara itu, pKa2 menjadi lebih rendah (garis putus-putus dalam Gambar 2-2). Besarnya penurunan pKa ini tergantung pada konsentrasi formaldehid. Oleh karena itu, pKa2 menunjukkan disosiasi gugus amino. Pada umumnya, gugus karboksil merupakan asam yang lebih kuat daripada gugus –NH3+. Gugus karboksil cenderuk mempunyai nilai pKa di bawah 5 sedangkan gugus –NH3+ di atas 7. pKa karboksil glisin (2,3) lebih rendah daripada pKa asam asetat (4,7). Pada pH di bawah 6, gugus amino dalam larutan glisin memiliki muatan positif. Muatan positif ini menstabilkan muatan negatif ion karboksilat dengan adanya interaksi elektrostatik. Hal ini berarti gugus karboksil pada glisin akan kehilangan protonnya lebih cepat, sehingga merupakan asam yang lebih kuat (dengan nilai pKa lebih rendah). Beberapa asam amino memiliki rantai samping prototropik. Misalnya, asam aspartat dan asam glutamat memiliki gugus karboksil tambahan, histidin memiliki gugus imidazol, lisin memiliki gugus amino, dan arginin memiliki gugus guanidino. Nilai pKa asam-asam amino ini dapat dilihat dalam Tabel 2.8. Tabel 2.8 Nilai pKa Beberapa Asam Amino Asam Amino Glisin Serin Alanin Valin Leusin Asam aspartat Asam glutamat Histidin Sistein Tirosin Lisin
pKa1 (a-COOH) 2,3 2,2 2,3 2,3 2,4 2,1 2,2 1,8 1,7 2,2 2,2
pKa (a-NH3+) 9,6 9,2 9,7 9,6 9,6 9,8 9,7 9,2 10,8 9,1 9,0
pKa (rantai samping) – – – – – 3,9 4,3 6,0 8,3 10,1 10,5
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
53
Kurva titrasi asam-asam amino ini memiliki lekukanAsam tambahan, seperti Amino dan Peptida terlihat dalam Gambar 2-3 untuk asam glutamat. 16
0
+1
-2
-1
14
Muatan
D
12 C
pH
10 8 6 B
4 A
2 0 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Jumlah proton terdisosiasi Gambar 2-3. Titrasi 10 mmol asam glutamat hidroklorida oleh NaOH
Gambar 2-3. Titrasi 10 mmol asam glutamat hidroklorida oleh NaOH’ Berbagai gugus dalam asam amino memiliki muatan yang tergantung pada pH Berbagai gugus dalam asam amino memiliki muatan yang tergantung larutan, yakni: pada pH larutan, yakni: 1. Bentuk Bentuk terprotonasi karboksil dan dan rantai samping tirosin 1. terprotonasipada padagugus gugus karboksil rantai samping adalah adalah tak bermuatan, sedangkan bentukbentuk terdeprotonasinya memiliki tirosin tak bermuatan, sedangkan terdeprotonasinya memiliki muatan negatif (anion). muatan negatif (anion). 2. terprotonasipada padagugus gugusamino, amino, rantai samping imidazol 2. Bentuk Bentuk terprotonasi rantai samping imidazol asam asam serta gugus pada gugus guanidino asam amino amino amino histidin,histidin, serta pada guanidino asam amino arginin, arginin, semuanya memiliki muatan positif (kation). Sedangkan semuanya memiliki muatan positif (kation). Sedangkan bentuk bentuk terdeprotonasi gugus-gugus tersebut tidak memiliki terdeprotonasi gugus-gugus tersebut tidak memiliki muatan. muatan. Larutan lebih bersifat asam pada pH di bawah nilai pKa suatu gugus, dan bentuk terdeprotonasi lebih mendominasi. Seiring naiknya pH sampai di atas nilai pKa suatu gugus, maka gugus tersebut kehilangan protonnya. Misalnya, gugus –COOH menjadi –COO- dan gugus –NH3+ menjadi NH2.
54
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Larutan lebih bersifat asam pada pH di bawah nilai pKa suatu gugus, dan bentuk terdeprotonasi lebih mendominasi. Seiring naiknya pH sampai di atas nilai pKa suatu gugus, maka gugus tersebut kehilangan protonnya. Misalnya, gugus –COOH menjadi –COO- dan gugus –NH3+ menjadi NH2. Titik isoelektrik suatu asam amino dapat dihitung dengan bantuan nilai-nilai pKa-nya. Sebagai contoh, titik isoelektrik untuk asam glutamat dapat dihitung dengan melihat nilai pKa pada Tabel 28. Pada nilai pH kurang dari 2,2, semua gugus terprotonasi. Berbagai bentuk asam glutamat yang mendominasi hadir pada titik-titik yang berbeda selama titrasi, yakni pada Tabel 2.9. Ketika pH terus naik melewati 2,2, a-karboksil terdisosiasi membentuk zwitterion di sekitar pH 3. pH terus naik melampaui 4,3, dan karboksil rantai samping terdisosiasi sehingga molekul memiliki dua muatan negatif dan satu muatan positif (total muatan menjadi 1). Pada sekitar pH 7 (yakni dalam larutan netral), baik asam glutamat maupun asam aspartat terdapat dalam bentuk glutamat dan aspartat, dengan rantai samping terionisasi. Akhirnya, ketika pH mencapai pKa2, gugus amino terdisosiasi sehingga molekul menjadi bermuatan -2. Dengan demikian, titik isoelektrik diapit oleh dua nilai pKa yakni 2,2 dan 4,3. Maka untuk asam glumatat pHI = (pKa1 + pKaR)/2 = (2,2 + 4,3)/2 = 6,5/2 = 3,25. Titik isoelektrik suatu asam amino adalah rata-rata nilai pKa yang mengapit kedua sisi keadaan isoelektrik.
bentuk glutamat dan aspartat, dengan rantai samping terionisasi.
Akhirnya,
ketika pH mencapai pKa2, gugus amino terdisosiasi sehingga molekul menjadi bermuatan -2.Amino Dengan demikian, titik isoelektrik diapit oleh dua nilai pK55 a yakni Bab 2 Asam dan Peptida 2,2 dan 4,3.
Tabel 2-9 Berbagai bentuk asam glutamat yang mendominasi hadir Tabel 2-9 pada Berbagai bentuk glutamat titik-titik yangasam berbeda selamayang titrasimendominasi hadir pada titik-titik yang berbeda selama titrasi
Titik
Bentuk Bermuatan
A (pH 1)
Besar Muatan +1
COOH CH2 CH2 NH3+
CH
COOH
COOH
B (pH 3,25)
0
CH2 CH2 NH3+
CH
COO-
COO-
C (pH 7)
-1
CH2 CH2 NH3+
CH
Asam Amino dan Peptida
COO-
COO-
D (pH 12) Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
-2 52
CH2 CH2
NH2
Maka, untuk asam glutamat,
CH
COO-
56
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
3. ANALISIS ASAM AMINO Asam-asam amino hasil hidrolisis protein dapat dipisahkan satu sama lain dengan menggunakan kromatografi penukar ion. Tiga macam larutan penyangga pH tinggi dipakai untuk mengelusi asam amino pada kolom kromatografi. Urutan pengelusian tergantung pada muatan asam amino. Asam amino basa (lisin, histidin, dan arginin) paling kuat mengikat muatan negatif resin penukar ion. Teknik ini memungkinkan penentuan asam amino apa saja yang terdapat dalam protein tertentu. Kelimpahan relatif asam-asam amino juga bisa ditentukan dengan mengukur konsentrasi tiap asam amino. Senyawa ninhidrin bereaksi dengan asam amino membentuk warna ungu. Larutan berwarna ungu ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm, lalu konsentrasi relatif tiap asam amino dapat ditentukan. Asam Amino dan Peptida Reaksi asam amino dengan ninhidrin: Reaksi asam amino dengan ninhidrin: O H
OH 2
R
+
COO-
C
OH
NH3
O Ninhidrin
Asam amino
O
O
C
C C
N
C
C
+ R C
C
H + CO2 + 3H2O
O -
O
O Pigmen ungu
amino prolin tidak memberikan warna ungu ketika direaksikan Asam Asam amino prolin tidak memberikan warna ungu ketika dengan ninhidrin, melainkan warna kuning muda yang juga dapat dikuantisasi. direaksikan dengan ninhidrin, melainkan warna kuning muda yang Prolin dapat langsung ditemukan dalam kromatogram selama analisis asam juga dapat dikuantisasi. Prolin dapat langsung ditemukan dalam amino karena tinggi relatif absorban pada panjang gelombang 570 nm kromatogram selama analisis asamgelombang amino karena tinggi relatif absorban merupakan kebalikan pada panjang 440 nm dibandingkan dengan asam-asam amino lainnya. 1,0 0,2 M sitrat, pH 3,3
0,2 M sitrat, pH 4,3
0,35 M sitrat, pH 5,3
Pigmen ungu
Asam amino prolin tidak memberikan warna ungu ketika direaksikan dengan ninhidrin, melainkan Bab 2 Asam Amino dan Peptida warna kuning muda yang juga dapat dikuantisasi. 57 Prolin dapat langsung ditemukan dalam kromatogram selama analisis asam amino karena tinggi relatif absorban pada panjang gelombang 570 nm
pada panjang gelombang 570 nm merupakan kebalikan pada panjang merupakan kebalikan pada panjang gelombang 440 nm dibandingkan dengan gelombang 440 nm dibandingkan dengan asam-asam amino lainnya. Asam Amino dan Peptida asam-asam amino lainnya. 1,0 4.
IKATAN PEPTIDA 0,2 M sitrat, pH 4,3
0,2 M sitrat, pH 3,3
Dalam molekul peptida, asam-asam linear. Gugus
0,35 M sitrat, pH 5,3
-amino dihubungkan secara
-karboksil pada satu asam amino dihubungkan dengan gugus Val
Gly melalui suatu ikatan amida yang dikenal -amino pada asam amino berikutnya Asp
Absorbans
Glu
Ala
Thr Ile NH3 sebagai ikatan peptida . Pembentukan unit peptida bentuk trans lebih disukai Lys
Leu
Ser
Tyr dibanding bentuk cis, karena bentuk cis memiliki efek Met sterik. Panjang-panjang His
ikatan pada unit peptida adalah sebagai berikut. Pro
Phe Arg
Cys
0
Volume eluen
Gambar 2-4 Pemisahan asam amino menggunakan kromatografi penukar ion. Luas Gambar puncak 2-4 Pemisahan asam amino menggunakan kromatografi adalah proporsional dengan jumlah asam amino dalam larutan.
penukar ion. Luas puncak adalah proporsional dengan jumlah asam amino dalam larutan. tidak disukai
lebih disukai
Struktur dan Fungsi Biomolekul 4.Biokimia: IKATAN PEPTIDA
54
Dalam molekul peptida, asam-asam a-amino dihubungkan secara linear. Gugus a-karboksil pada satu asam amino dihubungkan dengan gugus a-amino pada asam amino berikutnya melalui suatu ikatan amida yang dikenal sebagai ikatan peptida. Pembentukan unit peptida bentuk trans Bentuk lebihtrans disukai dibanding bentukBentuk cis, ciskarena bentuk cis memiliki efek sterik. Panjang-panjang ikatan pada unit peptida adalah Ikatan peptida terbentuk oleh reaksi kondensasi, yang memerlukan sebagai berikut. pemasukan energi:
CH3 NH3
+
CH2 COO- +
NH3
+
CH
H2O
COO
-
NH3 H2O
Glisin
Alanin
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
+
CH2 C
H
CH3
N
CH
COO-
O Glisilalanin
55
sebagailinear. ikatan peptida. Pembentukan unit peptida bentuk trans lebih disukai Gugus -karboksil pada satu asam amino dihubungkan dengan gugus dibanding bentuk bentuk melalui cis memiliki efek sterik. Panjang-panjang -amino padacis, asamkarena amino berikutnya suatu ikatan amida yang dikenal ikatan pada unit peptida sebagai sebagai ikatan peptidaadalah . Pembentukan unitberikut. peptida bentuk trans lebih disukai Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 58 dibanding bentuk cis, karena bentuk cis memiliki efek sterik. Panjang-panjang ikatan pada unit peptida adalah sebagai berikut.
tidak disukai
lebih disukai
tidak disukai
lebih disukai
Bentuk trans Bentuk trans
Bentuk cisBentuk cis
Ikatan peptidaIkatan terbentuk oleholehreaksi kondensasi, yang memerlukan peptidaterbentuk terbentuk reaksi kondensasi, yang memerlukan Ikatan peptida oleh reaksi kondensasi, yang memerlukan pemasukan energi: pemasukan energi: pemasukan energi:
CH3
NH3
+
NH3
+
CH2 COO- +
CH2 COO- + Glisin
Glisin
NH3
NH3
+
+
CH3
CH COO
CH
H CH3
H2O
-
COO- H2O
Alanin
H2O+ NH 3
H
CH3
N
CH
CH2 C N CH COO+
NH3 O CH2 C H2O
Alanin
Glisilalanin
COO-
O Glisilalanin
Asam Amino dan Peptida
Pembentukan ikatan-ikatan peptida dalam membentuk suatu ikatan-ikatan peptida dalam membentuk suatu rangkaian rangkaian Pembentukan protein tertentu membentuk suatu pola sebagai berikut: Struktur dan Fungsisuatu Biomolekul proteinBiokimia: tertentu membentuk pola sebagai berikut:
55
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
55
Karakter asam danbasa basapada pada gugus gugus amino dan dan karboksil terlibat terlibat Karakter asam dan amino karboksil dalam pembentukan ikatan. Karakter-karakter ini menghilang setelah setelah dalam pembentukan ikatan. Karakter-karakter ini menghilang kondensasi. Hidrolisis Hidrolisis ikatan peptida untuk melepaskan asam-asam amino kondensasi. ikatan peptida untuk melepaskan asam-asam merupakan proses spontan, tetapi biasanya berlangsung sangat lambat dalam larutan netral. Penamaan peptida dimulai dengan asam amino yang memiliki -NH3+
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
59
amino merupakan proses spontan, tetapi biasanya berlangsung sangat lambat dalam larutan netral. Penamaan peptida dimulai dengan asam amino yang memiliki aNH3+ bebas (ujung N) dengan menggantikan akhiran –in menjadi –il (kecuali asam amino yang terakhir). Asam amino dalam suatu peptida disebut sebagai residu, karena asam-asam amino ini adalah residu yang tertinggal setelah hilangnya air selama pembentukan ikatan peptida. Cara membedakan antara dipeptida glisilalanin dan alanilglisin adalah dengan cara penamaan peptida dimulai dari ujung amino. Dengan demikian, glisilalanin memiliki gugus a-amino bebas pada residu glisin, dan gugus karboksil bebas pada residu alanin. Glisilalanin dan alanilglisin merupakan contoh isomer urutan, yakni terdiri atas asam-asam amino yang sama tetapi tersusun dalam urutan yang berbeda. Senyawa yang terdiri atas dua molekul asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida disebut sebagai dipeptida; sedangkan yang terdiri atas tiga asam amino disebut tripeptida; dan seterusnya. Oligopeptida mengandung beberapa residu asam amino, sedangkan polipeptida mengandung sejumlah besar asam amino. Polipeptida alami yang terdiri atas 50 residu atau lebih disebut sebagai protein.
5. RANTAI POLIPEPTIDA Ke-20 asam amino secara umum memiliki atom karbon pusat (Ca) yang mengikat satu atom hidrogen, gugus amino (NH2), dan gugus karboksil (COOH). Yang membedakan satu asam amino dari yang lainnya yakni rantai samping yang menempel pada Ca melalui valensinya yang ke-empat. Terdapat 20 macam rantai samping yang ditentukan oleh kode genetik; sedangkan yang lainnya terdapat sangat langka sebagai produk dari modifikasi enzimatik setelah translasi. Asam-asam amino tersambung ujung ke ujung selama sintesis protein dengan pembentukan ikatan polipeptida pada saat gugus karboksil di satu asam amino bergabung dengan gugus amino di asam amino berikutnya dengan menghilangkan air (Gambar 2.5). Proses
60
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
ini diulang-ulang seiring dengan bertambah panjangnya rantai. Salah satu akibatnya, gugus amino pada asam amino pertama di suatu rantai polipeptida dan gugus karboksil pada asam amino terakhir tetap utuh, dan rantai tersebut dikatakan memanjang dari ujung amino ke ujung karboksilnya. Pembentukan ikatan-ikatan peptida menghasilkan suatu “rantai utama” atau “tulang punggung” di mana terdapat berbagai macam rantai samping. Atom-atom rantai utama adalah atom karbon Ca tempat menempelnya rantai samping, satu gugus NH terikat pada Ca, dan satu gugus karbonil C’=O dengan atom karbon C’ menempel pada Ca. Unit atau residu ini terikat ke dalam suatu polipeptida oleh ikatan peptida antara atom C’ di satu residu dan atom nitrogen di residu berikutnya. Dengan demikian, unit pengulangan dasar sepanjang rantai utama menurut sudut pandang biokimia atau genetika yakni (NH-CaH-C’=O), yang merupakan residu dari asam amino pada umumnya setelah ikatan peptida terbentuk (lihat Gambar 2.5). Asam amino biasanya dibagi ke dalam tiga kelompok yang ditentukan oleh sifat kimiawi rantai sampingnya. Kelompok pertama terdiri atas asam-asam amino yang memiliki rantai samping hidrofob: Ala (A), Val (V), Leu (L), Ile (I), Phe (F), Pro (P), dan Met (M). Empat residu bermuatan, Asp (D), Glu (E), Lys (K), dan Arg (R), membentuk kelompok kedua. Kelompok ketiga terdiri atas asam-asam amino yang memiliki rantai samping polar: Ser (S), Thr (T), Cys (C), Asn (N), Gln (Q), His (H), Tyr (Y), and Trp (W). Asam amino glisin (G), yang rantai sampingnya hanyalah sebuah atom hidrogen sehingga merupakan asam amino yang paling sederhana, memiliki sifat-sifat khusus dan biasanya dianggap membentuk kelompok keempat atau masuk kelompok pertama. Terdapat cara mudah untuk mengingat kode satu huruf asam amino. Jika hanya satu asam amino dimulai dengan huruf tertentu, huruf itu yang digunakan: C = Cys = Sistein H = His = Histidin I = Ile = Isoleusin
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
61
M = Met = Metionin S = Ser = Serin V = Val = Valin
Asam Amino dan Peptida
Ikatan peptida
Gambar 2-5 Protein dibangun oleh asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida untuk2-5 membentuk rantai oleh polipeptida. karbon pusat (C-alpha) Gambar Protein dibangun asam aminoAtom yang dihubungkan gugus karboksil (COOH), atom menempel aminorantai (NH2),polipeptida. oleh ikatan peptidapada untukgugus membentuk Atom karbon hidrogen (H), dan rantai samping (R). Dalam rantai polipeptida gugus pusat (C-alpha) menempel pada gugus amino (NH2), gugus karboksil karboksil dari asam amino n membentuk ikatan peptida, C-N, pada gugus (COOH), atom hidrogen (H), dan rantai samping (R). Dalam rantai amino dari asam amino n + 1. Satu molekul air dihilangkan dalam proses polipeptida gugus karboksil asam aminoresidu, n membentuk ikatan atom-atom ini. Unit-unit berulang,dari yang disebut dibagi menjadi peptida, C-N, padadan gugus amino dari asam aminorantai n + 1.utama, Satu molekul rantai utama rantai samping. Bagian yang sama persis semua residu, memiliki atom C-alpha pusat menempel air dalam dihilangkan dalam proses ini. Unit-unit berulang, yang disebut pada gugus NH, gugus C’=O,atom-atom dan atom rantai H. Rantai R, samping. yang berbeda pada residu, dibagi menjadi utamasamping dan rantai residu yang berbeda pula, terikat pada atom C-alpha.
Bagian rantai utama, yang sama persis dalam semua residu, memiliki atom C-alpha pusat menempel pada gugus NH, gugus C’=O, dan atom H. Rantai samping R, yang berbeda pada residu yang berbeda pula, terikat pada atom C-alpha. Asam amino biasanya dibagi ke dalam tiga kelompok yang ditentukan
oleh sifat kimiawi sampingnya. Kelompok pertama terdiri atas asamJika lebih dari rantai satu asam amino dimulai dengan huruf tertentu, huruf
dipakai untuk asam rantai amino samping yang paling banyak Ala terdapat: asam itu amino yang memiliki hidrofob: (A), Val (V), Leu (L), Ile A = Alanin (I), Phe (F), ProAla (P),= dan Met (M). Empat residu bermuatan, Asp (D), Glu (E), G = Gly = Glisin
Lys (K), dan Arg (R),= membentuk kelompok kedua. Kelompok ketiga terdiri atas L = Leu Leusin asam-asam amino yang memiliki rantai samping polar: Ser (S), Thr (T), Cys (C), Asn (N), Gln (Q), His (H), Tyr (Y), and Trp (W). Asam amino glisin (G),
62
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
P = Pro = Prolin T = Thr = Treonin Beberapa merupakan huruf bunyi: F R Y W
= = = =
Phe Arg Tyr Trp
= = = =
Fenilalanin Arginin Tirosin Triptofan
Yang lainnya, huruf yang dekat dengan inisial digunakan. Amida memiliki huruf dari tengah alphabet. Molekul yang lebih kecil (D, N, B) di awal alphabet daripada molekul yang lebih besar (E, Q, Z). D N B E Q Z K X
= = = = = = = =
Asp Asn Asx Glu Gln Glx Lys X
= = = = = = = =
Asam aspartat Asparagin Bukan D atau N Asam Glutamat Glutamin Bukan E atau Q Lisin Asam amino yang belum ditentukan
Pada gambar 2.5 menunjukkan salah satu cara untuk memisahkan rantai-rantai polipeptida, yang merupakan cara yang digunakan para ahli biokimia. Ada juga cara lain untuk memisahkan rantai utama menjadi unit-unit berulang, yang dipilih ketika kita ingin menjelaskan sifat struktur protein. Untuk tujuan ini, lebih baik membagi rantai polipeptida menjadi unit-unit peptida yang dimulai dari satu atom Cα ke atom Cα berikutnya (lihat Gambar 2.6). Setiap atom Cα, kecuali yang pertama dan terakhir, masuk ke dalam dua unit peptida. Alasan mengapa membagi rantai dengan cara ini yakni semua atom dalam unit peptida terletak pada bidang datar dengan panjang ikatan dan sudut ikatan yang sangat mendekati serupa dalam semua unit di semua protein. Perhatikan bahwa unit-unit peptida pada rantai utama tidak mengindahkan rantai samping yang berbeda (Gambar 2.6). Kita akan
Asam Amino dan Peptida
Bab 2 Asam Amino dan Peptida yang berbeda (Gambar 2.6).
63
Kita akan menggunakan kedua alternatif
menggunakan kedua alternatif penjelasan rantai polipeptida – yakni penjelasan rantai polipeptida – yakni biokimia dan struktur – dan membahas biokimia dan struktur dan amino membahas protein urutan asam protein dalam arti urutan–asam yang berbeda dandalam urutanarti unit-unit peptida amino yang berbeda dan urutan unit-unit peptida planar. planar.
Ikatan Peptida
Gambar 2-6. Bagian dari rantai polipeptida yang dibagi menjadi unitGambar 2-6 Bagian dari rantai polipeptida yang dibagi unit-unit unit peptida, digambarkan sebagai balok dalammenjadi diagram. Tiappeptida, unit digambarkan sebagai balok dalam diagram. Tiap unit peptida peptida mengandung atom Ca dan gugus C’=Opada residu n dan gugus mengandung atom C dan gugus C’=Opada residu n dan gugus NH dan padaresidu residu n ++1.1.Setiap seperti ini adalah gugus planar NH dan atomatom Ca Cpada Setiapunitunit seperti ini adalah gugus dan kaku dengan jarak ikatan dan sudut ikatan yang diketahui. R1, R2, planar dan kaku dengan jarak ikatan dan sudut ikatan yang diketahui. dan R3 adalah rantai samping yang menempel pada atom C yang unit-unit peptida dalam rantai polipeptida. Gugus R3 adalah rantai samping yang menempel pada atom Ca R1, R2, dan menghubungkan peptida berbentuk planar karena tambahan pasangan electron dari yang menghubungkan peptida dalam rantai polipeptida. Gugus ikatan C=Ounit-unit didelokalisasi pada gugus peptida sehingga rotasi keliling ikatan C-Nplanar dicegah karena oleh suatu penghalang pasangan energi. peptida berbentuk tambahan electron dari ikatan C=O didelokalisasi pada gugus peptida sehingga rotasi keliling Karena unit-unit peptida merupakan gugus yang bersifat kaku yang ikatan C-N dicegah oleh suatu penghalang energi. terikat pada rantai oleh ikatan kovalen pada atom C , maka satu-satunya
Karena unit-unit peptida merupakan gugus yang bersifat kaku yang terikat pada rantai oleh ikatan kovalen pada atom Cα, maka dapat berotasi mengelilingi dua ikatan serupa: ikatan C -C’ dan ikatan N-C satu-satunya derajat kebebasan yang dimiliki yakni rotasi mengelilingi (Gambar 2.7). Sesuai konvensi, sudut rotasi keliling ikatan N-C disebut phi ( ) ikatan ini. Setiap unit dapat berotasi mengelilingi dua ikatan serupa: dan sudut keliling ikatan C -C’ dari atom C yang sama disebut psi ( ). ikatan Cα-C’ dan ikatan N-Cα (Gambar 2.7). Sesuai konvensi, sudut Dengan cara ini,tiap residu asam amino dihubungkan dengan dua sudut rotasi keliling ikatan N-Cαdisebut phi (α) dan sudut keliling ikatan konformasi dan . karena merupakan satu- satunya derajat kebebasan, Cα-C’ dari atom Cα yang sama disebut psi (α). derajat kebebasan yang dimiliki yakni rotasi mengelilingi ikatan ini. Setiap unit
konformasi keseluruhan rantai utama polipeptida ditentukan apabila sudut dan
untuk tiap asam amino ditentukan dengan akurasi tinggi.
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
60
64
Biokimia: Struktur danAmino Fungsi Biomolekul Asam dan Peptida
Gambar Gambar 2-7
2-7 Diagram menunjukkan rantai polipeptida di mana Diagram menunjukkan rantai polipeptida di mana atom-atom rantai utama digambarkan sebagai unit peptida kaku, dihubungkan melalui atom-atom atom-atom rantai utama digambarkan sebagai unit peptida kaku, C . Tiap unit memiliki dua derajat kebebasan; yakni bisa dihubungkanberotasi melaluimengelilingi atom-atom dua Ca. ikatan,Tiap ikatanunit C -C’memiliki dan ikatandua N-C derajat . Sudut disebut phi ( ) dan keliling ikatan C -C’ disebut rotasi keliling N-C kebebasan; yakni bisa berotasi mengelilingi dua ikatan, ikatan Ca-psi ( ). Konformasi atom-atom rantai utama ditentukan oleh nilai kedua C’ dan ikatansudut N-Ca. Sudut rotasi keliling N-Ca disebut phi (f) dan ini untuk tiap asam amino. keliling ikatan Ca-C’ disebut psi (y). Konformasi atom-atom rantai Residuditentukan glisin dapatoleh membentuk berbagai macam konformasi utama nilai kedua sudut ini untuk tiap asam amino. Kebanyakan, kombinasi sudut
dan
untuk suatu asam amino tidak
Dengan cara ini, tiaphalangan residu asam aminorantai dihubungkan diperbolehkan dikarenakan sterik antara samping dan dengan rantai duautama. sudut konformasi φ dan ψ. karena merupakan satusatunya Dengan demikian bisa langsung dihitung kombinasi yang derajat kebebasan, konformasi keseluruhan rantai utama polipeptida diperbolehkan. Karena bentuk D- dan L- asam amino mempunyai orientasi ditentukan apabila sudut φ dan ψ untuk tiap asam amino ditentukan rantai samping yang berbeda dalam kaitannya dengan gugus CO, maka dengan akurasi tinggi. Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
61
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
65
Residu glisin dapat membentuk berbagai macam konformasi Kebanyakan, kombinasi sudut j dan y untuk suatu asam amino tidak diperbolehkan dikarenakan halangan sterik antara rantai samping dan rantai utama. Dengan demikian bisa langsung dihitung kombinasi yang diperbolehkan. Karena bentuk D- dan L- asam amino mempunyai orientasi rantai samping yang berbeda dalam kaitannya dengan gugus CO, maka keduanya memiliki perbedaan sudut j dan y yang diperbolehkan. Protein yang dibangun dari D-asam amino akan mempunyai konformasi yang berbeda dari protein yang ditemukan di alam yang terbuat dari L-asam amino. Karena bentuk L- dan Dsetiap asam amino merupakan bayangan cermin satu sama lain, apakah protein yang dibuat dari residu bentuk D- akan membentuk struktur yang merupakan bayangan cermin dari protein alami? Stephen Kent dan kawan-kawan di Scripps Institute mensintesis bentuk L- serta D- dari HIV-1 protease. Enzim D- terbukti persis sebagai bayangan cermin dari enzim L-. Lebih lanjut, enzim D- dan enzim L- memiliki spesifisitas kiral yang bertolak belakang pada substrat peptida, enzim D- hanya mengenali dan memotong peptida yang terbuat dari Dasam amino. Mungkin pemilihan bentuk L- ketika evolusi terjadi pada kehidupan di bumi adalah pemilihan secara acak dan irrevocable. Pasangan sudut j dan y biasanya diplotkan dalam suatu diagram yang disebut sebagai plot Ramachandran, yang namanya diambil dari biofisikawan India, G.N. Ramachandran, yang pertama kali membuat perhitungan daerah-daerah yang diperbolehkan secara sterik. Gambar 2.8 menunjukkan hasil perhitungan seperti ini serta plot untuk semua asam amino kecuali glisin, yang diambil dari sejumlah protein yang telah ditentukan strukturnya dengan akurat. Tampak bahwa nilai-nilai yang diamati berkelompok di daerah yang diperbolehkan secara sterik. Terdapat satu pengecualian penting. Glisin, dengan hanya satu atom hidrogen sebagai rantai sampingnya, bisa memiliki jauh lebih banyak konformasi daripada residu lainnya, seperti terlihat dalam Gambar 2.8c. Karena itu glisin memiliki peran struktur yang sangat penting; yakni memperbolehkan terjadinya konformasi-konformasi rantai
66
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
utama langka dalam protein. Inilah satu alasan utama mengapa banyak residu glisin yang ada sepanjang urutan protein homolog. Daerah-daerah dalam plot Ramachandran dinamai sesuai dengan konformasi yang dihasilkan dalam suatu peptida jika sudut j dan y yang sesuai diulang dalam asam-asam amino sepanjang rantai. Daerah utama yang diperbolehkan dalam Gambar 2.8a adalah kelompok a-heliks tangan kanan, di kuadran kiri bawah; daerah luas untuk untai beta yang dipanjangkan baik struktur beta paralel maupun antiparalel di kuadran kiri atas; serta daerah kecil yang merupakan kumpulan aheliks tangan kiri di kuadran kanan atas. a-heliks tangan kiri biasanya ditemukan di daaerah loop atau di heliks a putaran tunggal kecil. Rantai-rantai samping ke-20 macam asam amino memiliki sifat kimia yang sangat berbeda dan digunakan untuk berbagai macam fungsi biologis. Namun keragaman sifat kimia ini juga terbatas, dan untuk beberapa fungsi atom logam lebih cocok dan lebih efisien. Reaksi transfer elektron merupakan satu contoh penting. Untungnya, rantai samping histidin, sistein, asam aspartat, dan asam glutamat adalah ligan logam yang baik, dan cukup banyak jumlah protein yang memakai atom logam sebagai bagian intrinsik strukturnya; logam-logam yang sering digunakan antara lain besi, seng, magnesium, dan kalsium. Penggunaan besi yang paling penting dalam sistem biologis yakni dalam darah kita, di mana eritrosit dipenuhi oleh protein pengikat oksigen, hemoglobin. Warna merah darah disebabkan oleh atom besi yang terikat pada gugus heme dalam hemoglobin. Atom besi terikat heme yang serupa terdapat dalam sejumlah protein yang terlibat dalam reaksi transfer elektron, terutama sitokrom. Penggunaan besi juga ditemukan pada enzim ribonukleotida reduktase yang mengkatalisis konversi ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida, yang merupa kan langkah penting dalam sintesis penyusun DNA.
Asam Amino dan Peptida
Bab 2 yang Asammerupakan Amino dankumpulan Peptida -heliks tangan kiri di kuadran kanan atas. tangan kiri biasanya ditemukan di daaerah loop atau di heliks
-heliks
67
putaran tunggal
kecil.
Gambar 2-8 Plot Ramachandran menunjukkan kombinasi yang Gambar 2-8 Plot Ramachandran menunjukkan kombinasi yang diperbolehkan untuk sudut konformasi phi dan psi. Karena phi (psi. ) dan psi ( ) menunjukkan diperbolehkan untuk sudut konformasi phi dan Karena phi (f) dan rotasi dua unit peptida kaku mengelilingi atom C yang sama, psi (y) menunjukkan rotasi duamenghasilkan unit peptida kakusterik mengelilingi atom kebanyakan kombinasi halangan antara atom-atom dalam gugus peptida berbeda maupun antara unit peptida dengan rantai Ca yang sama,samping kebanyakan kombinasi menghasilkan halangan sterik yang menempel pada C . Kombinasi ini tidak diperbolehkan. (a) Daerah berwarna daerah yang diperbolehkan secara antara atom-atom dalam gugusmenunjukkan peptida berbeda maupun antara unit sterik. Area yang diberi label , , dan L menunjukkan perkiraan sudut peptida dengankonformasi rantai yang samping yang menempel pada Ca. Kombinasi ditemukan untuk heliks tangan kanan, untai , dan heliks tangan kiri. (b) Nilai-nilai yang diamati untuk semua tipedaerah residu ini tidak diperbolehkan. (a) Daerah berwarna menunjukkan kecuali glisin. Tiap titik menunjukkan nilai dan untuk satu residu yang diperbolehkan secara sterik. diberi label dan asam amino dalam strukturArea sinar-xyang yang beresolusi tinggi.a, (c)b, Nilai yangL diamati untuk glisin.konformasi Perhatikan bahwa termasuk kombinasi menunjukkan perkiraan sudut yangnilai ditemukan untuk adan heliks yang tidak diperbolehkan untuk asam amino lainnya. tangan kanan, untai b, dan a heliks tangan kiri. (b) Nilai-nilai yang diamati untuk semua tipe residu kecuali glisin. Tiap titik menunjukkan nilai fBiokimia: dan yStruktur untuk satu residu asam amino dalam struktur sinar-x63yang dan Fungsi Biomolekul beresolusi tinggi. (c) Nilai yang diamati untuk glisin. Perhatikan bahwa nilai termasuk kombinasi f dan y yang tidak diperbolehkan untuk asam amino lainnya.
68
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Ribonukleotida reduktase dari Escherichia coli dan mamalia mengandung pusat di-besi (Gambar 2.9) yang bereaksi dengan oksigen dan mengoksidasi rantai samping tirosin di dekatnya, menghasilkan radikal bebas tirosil yang sangat penting untuk katalisis. Kedua atom besi di pusat besi terletak berdekatan satu sama lain dan dijembatani oleh atom-atom oksigen dari rantai samping asam glutamat serta juga oleh satu ion oksigen yang disebut sebagai jembatan m-okso. Sama seperti molekul air, rantai samping asam glutamat, asam aspartat, dan histidin pada protein tersebut melengkapi ruang koordinasi pada atom besi yang berkoordinasi oktahedral. Seng digunakan untuk menstabilkan daerah ikatan DNA pada kelompok faktor transkripsi yang disebut jari seng. Ion-ion seng juga terlibat langsung dalam reaksi katalisis di berbagai enzim dengan cara mengikat molekul substrat dan menyediakan muatan positif yang mempengaruhi susunan elektronik pada substrat sehingga mempermudah reaksi katalisis. Salah satu contoh seperti ini ditemukan dalam enzim alkohol dehidrogenase, yang dalam ragi memproduksi alkohol selama fermentasi dan dalam hati kita mendetoksifikasi alkohol yang telah kita konsumsi dengan cara mengoksidasinya. Enzim ini menyediakan suatu penopang yang terdiri atas tiga ligan seng – satu rantai samping histidin dan dua rantai samping sistein – yang meninggalkan satu atom seng untuk mengikat alkohol sebagai ligan keempat dalam koordinasi tetrahedral (Gambar 2.9b).
6. REAKSI SISTEIN Dua residu sistein di bagian yang berbeda pada rantai polipeptida, tetapi berdekatan dalam struktur tiga dimensi protein, bisa dioksidasi untuk membentuk suatu jembatan disulfida (Gambar 2.10). Disulfida ini biasanya merupakan produk akhir dari oksidasi udara menurut skema reaksi berikut:
Asam Amino dan Peptida
telah kita konsumsi dengan cara mengoksidasinya. Enzim ini menyediakan suatuAmino penopang terdiri atas tiga ligan seng – satu rantai samping histidin Bab 2 Asam danyang Peptida dan dua rantai samping sistein – yang meninggalkan satu atom seng untuk
69
mengikat alkohol sebagai ligan keempat dalam koordinasi tetrahedral (Gambar 2.9b). 2-CH2SH + ½ O2
-CH2-S-S-CH2- + H2O
B
A
Gambar 2-9 Contoh-contoh atom logam intrinsik fungsional penting dalam protein. (a)
Gambar 2-9 Contoh-contoh atom logam intrinsik fungsional Pusat di-besi pada enzim ribonukleotida reduktase. Dua atom besi penting membentuk pusat redoks yang menghasilkan radikal bebas dalam rantai dalam protein.samping (a) Pusat di-besi padaAtom-atom enzimbesiribonukleotida reduktase. tirosin yang berdekatan. dijembatani oleh residu asam glutamate dan atom oksigen bermuatan negatif yang disebut Dua atom besi membentuk pusat redoksatomyang menghasilkan sebagai jembatan -okso. Koordinasi besi dilengkapi oleh rantai radikal samping histidin, asam aspartat, dan asam glutamate serta molekul air. bebas dalam rantai yangkatalitik berdekatan. Atom-atom besi (b) Atomsamping seng yangtirosin aktif secara dalam enzim alkohol dehidrogenase. Atom seng berkoordinasi dengan protein oleh satu rantai dijembatani oleh residu glutamate dan katalisis, atom oksigen bermuatan samping histidinasam dan dua sistein. Selama seng mengikat molekul alcohol dalam posisi sesuai untuk transfer hidrida pada koenzim, negatif yang disebut sebagai jembatan m-okso. Koordinasi atom besi nikotinamid. dilengkapi oleh rantai samping histidin, asam aspartat, dan asam glutamate serta molekul air. (b) Atom seng yang aktif secara katalitik dalam6.enzim REAKSIalkohol SISTEIN dehidrogenase. Atom seng berkoordinasi dengan protein oleh histidin Selama Dua satu residurantai sistein disamping bagian yang berbeda dan pada dua rantai sistein. polipeptida, katalisis,tetapi sengberdekatan mengikat molekul alcohol sesuai untuk untuk transfer dalam struktur tiga dimensidalam protein, posisi bisa dioksidasi membentuk suatu jembatan disulfida (Gambar nikotinamid. 2.10). Disulfida ini biasanya hidrida pada koenzim, merupakan produk akhir dari oksidasi udara menurut skema reaksi berikut:
Reaksi ini membutuhkan suatu lingkungan oksidatif, dan jembatan -CH -S-S-CH - + H O 2-CH SH + ½ O disulfida ini biasanya tidak detemukan dalam protein intrasel, yang menghabiskan umurnya dalam lingkungan reduktif yang esensial. Akan Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 65 tetapi, jembatan disulfida terdapat cukup banyak pada protein ekstrasel yang dikeluarkan dari sel, dan dalam eukariot, pembentukan jembatan ini terjadi di dalam lumen retikulum endoplasma, kompartemen pertama pada jalur pengeluaran. Jembatan disulfida menstabilkan struktur tiga dimensi. Pada beberapa protein, jembatan ini mengikat rantai-rantai polipeptida yang berbeda; misalnya, rantai A dan B pada insulin dihubungkan oleh dua jembatan disulfida di antara rantai-rantai tersebut. Lebih banyak jembatan disulfida 2
2
2
2
2
protein, jembatan ini mengikat rantai-rantai polipeptida yang berbeda; misalnya, rantai A dan B pada insulin dihubungkan oleh dua jembatan disulfida di antara rantai-rantai tersebut. Lebih banyak jembatan disulfida yang Biokimia: Struktur intramolekul dan Fungsi Biomolekul 70 menstabilkan lipatan suatu rantai polipeptida tunggal, maka protein tersebut makin susah untuk degradasi.
Terdapat banyak contoh hal ini, termasuk
intramolekul yang menstabilkan lipatan suatu rantai polipeptida tunggal, protein yang rantai polipeptidanya pendek, seperti racun bisa ular dan inhibitor maka protein tersebut makin susah untuk degradasi. Terdapat banyak protease, yang membutuhkan faktor penstabil tambahan untuk mendapatkan contoh hal ini, termasuk protein yang rantai polipeptidanya pendek, lipatan yang stabil. Saat ini banyak usaha yang dilakukan untuk menempatkan seperti racun bisa ular dan inhibitor protease, yang membutuhkan faktor tambahan jembatan disulfida intramolekul ke dalam enzim dengan cara sitepenstabil tambahan untuk mendapatkan lipatan yang stabil. Saat ini banyak directed mutagenesis, dalam rangka membuat enzim lebih termostabil sehingga usaha yang dilakukan untuk menempatkan tambahan jembatan disulfida lebih berguna untuk penerapan sebagai katalis. intramolekul ke dalam enzimindustri dengan cara site-directed mutagenesis, dalam samping sistein dapat dioksidasi membentuk asamberguna amino sistin rangka Rantai membuat enzim lebih termostabil sehingga lebih untuk yang memiliki jembatan disulfida: penerapan industri sebagai katalis. NH3+
NH3+
CH
CH2
SH + HS
CH2 CH
COO-
COO+ 1/2 O2 NH3+
NH3+ CH
CH2
S
S
+ H2O
CH2 CH
COO-
- Amino dan Peptida Asam COO
Sistin
sistein
sistein
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
66 reduksi
oksidasi
sistin
Ikatan disulfida
Disulfide biasanya merupakan produk akhir dariproduk oksidasi udara menurut GambarGambar 2-102-10Disulfide biasanya merupakan akhir dari oksidasi skema reaksi skematik berikut: udara menurut skema reaksi-CH skematik berikut: -S-S-CH - + H O 2-CH SH + ½ O 2
2
2
2
2
Ikatan disulfida terbentuk antara rantai-rantai samping dua residu sistein. Dua gugus SH dari residu sistein, yang bisa jadi dalam bagian yang berbeda pada urutan asam amino tetapi berdekatan dalam struktur tiga dimensi, dioksidasi untuk membentuk satu gugus S-S (disulfida).
Bab 2 Asam Amino dan Peptida
2-CH2SH + ½ O2
71
-CH2-S-S-CH2- + H2O
Ikatan disulfida terbentuk antara rantai-rantai samping dua residu sistein. Dua gugus SH dari residu sistein, yang bisa jadi dalam bagian yang berbeda pada urutan asam amino tetapi berdekatan dalam struktur tiga dimensi, dioksidasi untuk membentuk satu gugus S-S (disulfida).
Rantai samping sistein dapat dioksidasi membentuk asam amino sistin yang memiliki jembatan disulfida: Jembatan disulfida sering ditemukan dalam struktur tertier protein, yakni jika rantai samping sistein cukup dekat untuk membentuk suatu jembatan. Selain itu, oksidasi gugus –SH bebas pada permukaan protein tertentu dapat menyebabkan dua molekul berbeda menjadi berikatan kovalen karena terbentuknya jembatan disulfida. Ini merupakan proses yang tak diinginkan dalam tubuh, karenanya sel seringkali mengandung zat pereduksi yang mencegah atau membalikkan reaksi tersebut. Zat pereduksi yang paling umum adalah glutation yang mampu mereduksi disulfida teroksidasi kembali menjadi bentuk sulfidril, dengan mengorbankan dirinya sendiri untuk teroksidasi. Sel mengandung sistem pereduksi lain dalam metabolismenya, yang kemudian dapat mereduksi kembali molekul glutation. Ikatan disulfida dapat diputuskan dalam laboratorium dengan menggunakan pereaksi yang mirip seperti glutation, yakni memiliki gugus –SH bebas. Pereaksi yang paling sering dipakai adalah merkaptoetanol, HO-CH2-CH2-SH. Ada pereaksi lain yang lebih kuat dalam mereduksi disulfida (me miliki standar potensial redoks yang lebih rendah), misalnya ditiotreitol yang memiliki dua gugus sulfidril. Oksidasi ditiotreitol menyebabkan tertutupnya cincin lingkar sehingga menghasilkan disulfida yang sangat stabil. Karena itu, ditiotreitol merupakan pereduksi yang lebih kuat daripada merkaptoetanol.
sehingga menghasilkan disulfida yang sangat stabil. Karena itu, ditiotreitol dua gugus sulfidril. Oksidasi ditiotreitol menyebabkan tertutupnya cincin lingkar merupakan pereduksi yang lebih kuat daripada merkaptoetanol. sehingga menghasilkan disulfida yang sangat stabil. Karena itu, ditiotreitol 72
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
merupakan pereduksi lebih kuat daripada merkaptoetanol. CHyang CH2 2 HO
CH
HO HO
SH CH2 CH SH
CH
HO
CH
S CH2 CH S
+ 1/2 O2 HO + 1/2 O2
SH
CH2 HO CH SH Ditiotreitol Tereduksi CH2
HO
CH
S
+
H2O
+
CH2
H2O
HO CH S Ditiotreitol Teroksidasi CH2
Ditiotreitol Tereduksi
Ditiotreitol Teroksidasi
Adanya ikatan disulfida dapat menyebabkan protein tidak bisa melarut, juga tidak bisa ditentukan urutannya. Karena itu oksidasi gugus sulfidril perlu Adanya ikatan dapat disulfida dapat menyebabkan tidakmelarut, bisa Adanya ikatan disulfida menyebabkan protein protein tidak bisa juga dicegah.melarut, Gugusjuga –SHtidak reaktif bisa dihalangi urutannya. oleh berbagai pereaksi kimia, antara bisa ditentukan Karena itu oksidasi tidak bisa ditentukan urutannya. Karena itu oksidasi gugus sulfidril perlu gugus sulfidril perlu dicegah. Gugus –SH reaktif bisa dihalangi oleh lain: dicegah. Gugus –SH reaktif dihalangi berbagai pereaksi kimia,bisa antara lain: oleh berbagai pereaksi kimia, antara 1. Iodoasetat. Pereaksi ini membentuk suatu turunan S-karboksimetil dari lain: 1. Iodoasetat. Pereaksi ini membentuk suatu turunan S-karboksimetil darisistein: residu sistein: residu 1. Iodoasetat. Pereaksi ini membentuk suatu turunan S-karboksimetil dari residu R sistein: SH + I R SH + I 2. N-Etilmaleimida.
CH2
COO-
CH COOdengan Reaksi 2
RS
CH2
COO- + HI
RS CH2 COO- mengakibatkan N -etilmaleimida + HI
2. N-Etilmaleimida. Reaksi dengan N-etilmaleimida mengakibatkan hilangnya absorbansi pereaksi tersebut panjanggelombang gelombang 305 hilangnya absorbansi pereaksi tersebutNpada pada panjang Reaksi dengan -etilmaleimida mengakibatkan 2. N-Etilmaleimida. nm. Karakteristik bisa dimanfaatkan untuk mengukur nm. 305 Karakteristik ini bisa ini dimanfaatkan untuk mengukur jumlah reaksi Asam Amino dan Peptida hilangnya absorbansi pereaksi tersebut pada panjang gelombang 305 jumlah reaksi berikut: berikut:
nm. Karakteristik ini bisa dimanfaatkan untuk mengukur jumlah reaksi berikut:
O
H
C NCH2CH3
C
H
C
R
S
C
+ RSH
C
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul O
N-Etilmaleimida
H
O
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
NCH2CH3 C O
68 68
Bab
3
PROTEIN
1. PENGANTAR Protein merupakan urutan linier dari residu asam-asam amino yang terhubung melalui ikatan peptida. Ikatan peptida adalah ikatan kovalen antara gugus-amino dari satu asam amino dan gugus -karboksil dari asam amino dan gugus-karboksil dari asam amino yang lain. Ikatan peptida memiliki karakter ikatan rangkap parsial dan hampir selalu dalam konfigurasi trans. Ketika dua asam amino digabungkan oleh ikatan peptida, mereka membentuk suatu dipeptida. Penambahan asam amino seterusnya menghasilkan rantai panjang yang disebut oligopeptida dan polipeptida. Protein merupakan polipeptida alami yang memiliki berat molekul lebih dari 5.000. Makromolekul ini sangat berbeda-beda sifat fisiknya, mulai dari enzim yang larut dalam air sampai keratin yang tak larut seperti rambut dan tanduk. Protein memiliki berbagai fungsi biologis yang berbeda-beda pula, yaitu: 1. Katalis enzim. Enzim merupakan protein katalis yang mampu meningkatkan laju reaksi sampai 1012 kali laju awalnya. 2. Transport dan penyimpanan. Banyak ion dan molekul kecil diangkut dalam darah maupun di dalam sel dengan cara berikatan pada protein pengangkut. Contohnya, hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. Zat besi disimpan dalam berbagai jaringan oleh protein ferritin.
74
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
3. Fungsi mekanik. Protein ini menjalankan peranan sebagai pem bentuk struktur. Misalnya, protein kolagen menguatkan kulit, gigi, serta tulang. Membran yang mengelilingi sel dan organel juga mengandung protein yang berfungsi sebagai pembentuk struktur sekaligus menjalankan fungsi biokimia lainnya. 4. Pergerakan. Kontraksi otot terjadi karena adanya interaksi antara ua tipe protein filamen, yaitu aktin dan miosin. Miosin juga memiliki aktivitas enzim yang dapat memudahkan perubahan energi kimia ATP menjadi energi mekanik. 5. Pelindung. Antibodi merupakan protein yang terlibat dalam perusakan sel asing. 6. Proses informasi. Rangsangan luar seperti sinyal hormon atau intensitas cahaya dideteksi oleh protein tertentu yang meneruskan sinyal ke dalam sel. Contoh protein seperti ini misalnya rodopsin yang terdapat dalam membran sel retina. Fungsi-fungsi protein ini berkaitan dengan struktur protein yang masing-masing dapat melakukan ikatan spesifik dengan molekulmolekul tertentu. Misalnya, hemoglobin mengikat oksigen, antibodi mengikat molekul asing tertentu, enzim mengikat molekul substrat tertentu.
2. PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI PROTEIN Langkah pertama dalam pemurnian protein adalah memisahkan molekul protein dari zat terlarut lain yang memiliki berat molekul rendah. Kemudian dilakukan beberapa derajat pemisahan protein yang berbeda-beda, berdasarkan sifat-sifat fisik protein seperti muatan listrik, ukuran molekul, serta kelarutan dalam berbagai macam pelarut. Akhirnya, dilakukan proses kromatografi afinitas yang merupakan proses pemurnian tingkat tinggi yang berdasarkan afinitas spesifik senyawa tertentu yang berikatan dengan suatu padatan.
Bab 3 Protein
75
Molekul protein yang memiliki berat molekul lebih dari 5.000 tidak akan dapat melewati membran selofan. Permeabilitas selektif ini merupakan dasar dari proses dialisis. Proses dialisis biasanya dilakukan dengan menaruh larutan protein ke dalam kantung selofan lalu men celupkan kantung tersebut dalam larutan penyangga. Molekul-molekul kecil akan berdifusi melewati kantung menuju larutan penyangga, sedangkan protein tetap berada dalam kantung. Protein-protein tertentu dapat diendapkan dari campuran ber macam-macam protein. Pengendapan dilakukan dengan menambahkan zat kimia tertentu, yakni: garam netral seperti amonium sulfat (salting out); pelarut organik seperti etanol atau aseton; atau zat pengendap seperti asam trikloroasetat. Protein paling sedikit melarut dalam pelarut apapun bila nilai pH sama dengan titik isoelektriknya (pHI). Pada titik isoelektrik ini protein tidak bermuatan sehingga tolakan elektrostatik antara molekul protein menjadi minimal. Meskipun protein bisa saja memiliki muatan negatif sekaligus muatan positif pada titik isoelektriknya, tetapi muatan totalnya nol. Elektroforesis berarti pergerakan molekul protein bermuatan listrik dalam suatu medan listrik. Prinsip elektroforesis ini dipakai untuk memisahkan molekul-molekul protein yang berbeda. Elektro foresis protein menggunakan kertas atau gel poliakrilamida. Dalam elektroforesis sering digunakan istilah anoda dan katoda yang membingungkan. Perlu diingat bahwa anion adalah ion bermuatan negatif. Dalam elektroforesis, anion bergerak menuju anoda. Kromatografi penukar ion bergantung pada interaksi elektrostatik antara protein bermuatan dengan partikel resin penukar ion yang muatannya berlawanan. Kekuatan tarik menarik antara protein dan partikel resin tergantung pada besarnya muatan protein (juga pH larutan) dan pada konstanta dielektrik medium. Interaksi ini bisa dimodifikasi dengan mengatur pH larutan atau mengatur konsentrasi garam. Pemisahan protein berdasarkan ukuran bisa dilakukan mengguna kan teknik filtrasi gel. Teknik ini bergantung pada kemampuan molekul protein untuk berdifusi ke dalam pori-pori matriks gel dalam
76
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
suatu kolom. Bahan gel yang biasa dipakai adalah dekstran (polimer dari glukosa) yang berbentuk butiran kecil. Bahan ini dijual dengan nama komersial Sephadex, yang terdapat dalam berbagai ukuran poripori. Bila protein berukuran lebih besar daripada pori-pori matriks yang terbesar, maka difusi tidak akan terjadi sehingga protein dielusi dengan cepat. Molekul yang lebih kecil daripada pori-pori yang terkecil akan berdifusi dengan bebas ke dalam semua partikel gel dan dielusi belakangan, yakni setelah dialiri larutan penyangga yang volumenya lebih besar. Struktur dan sifat peptida maupun protein sangat tergantung pada urutan asam amino dalam rantai peptida. Insulin adalah protein yang pertama kali diurutkan susunan asam aminonya secara lengkap (51 residu asam amino), yakni oleh F. Sanger di tahun 1953. Proses pengurutan protein kini dilakukan menggunakan mesin pengurut protein otomatis (automated protein sequencers). Identifikasi asam amino dilakukan secara step-by-step pada ujung N protein, dengan menggunakan proses kimia yang dikenal sebagai degradasi Edman. Asam amino pertama dalam urutan suatu peptida (residu ujung-N) bisa ditentukan dengan cara mereaksikan peptida dengan fenilisotiosianat. Pada pH netral, senyawa fenilisotiosianat bereaksi dengan gugus a-amino. Setelah dilakukan hidrolisis asam lemah, hasil reaksi akan bersiklisasi (melingkar), dengan melepaskan residu yang paling ujung sebagai turunan feniltiohidantoin (PTH). Seluruh proses ini adalah proses degradasi Edman (Gambar 3-1). Turunan PTH lalu dianalisis untuk menentukan asam amino asalnya serta kuantitasnya. Pereaksi lain yang juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi ujung N antara lain dansil klorida dan fluoro-2,4-dinitrobenzen. Senyawa-senyawa ini dapat bereaksi dengan residu ujung amino.
dengan melepaskan residu yang paling ujung sebagai turunan feniltiohidantoin (PTH).
Seluruh proses ini adalah proses degradasi Edman (Gambar 3-1).
Turunan PTH lalu dianalisis untuk menentukan asam amino asalnya serta Bab 3 Protein 77 kuantitasnya.
N
S + H2N
C
H
O
C
C
H NH
R1
C R2
Fenilisotiosianat
pH netral
H
S
H
H
O
N
C
N
C
C
H NH
C
R1
R2 pH asam
H
S N
C
+ H3N
C
Protein
C N H R2 O C H juga bisa R1 digunakan untuk mengidentifikasi ujung N antara Pereaksi lain yang
lain dansilFeniltiohidantoin klorida dan fluoro-2,4-dinitrobenzen. Senyawa-senyawa ini dapat bereaksi denganGambar residu ujung 3-1 amino. Reaksi
Edman Gambar 3-1 Reaksireaksi reaksi degradasi degradasi Edman H3C
N
CH3 NO2
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
73
NO2 O
S
O
F
Cl Dansil klorida
Fluoro-2,4-dinitrobenzen
Banyak protein yang mengandung ratusan residu asam amino, Banyak protein yang mengandung ratusan residu asam amino, sehingga kurang efektif bila dilakukan penentuan seluruh urutan asam
sehingga kurang efektif bila dilakukan penentuan seluruh urutan asam
aminonya sekaligus. Hal ini dikarenakan meningkatnya ketidakpastian pada tiap tahap pengurutan. Akan lebih mudah bila dilakukan pemotongan protein
sehingga kurang efektif bila dilakukan penentuan seluruh urutan asam aminonya sekaligus. Hal ini dikarenakan meningkatnya ketidakpastian pada 78
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
tiap tahap pengurutan. Akan lebih mudah bila dilakukan pemotongan protein terlebih dahulu, agar didapat potongan-potongan protein yang lebih kecil untuk
aminonya sekaligus. Hal ini dikarenakan meningkatnya ketidakpastian
diurutkan. itu, protein bisa saja mengandung jembatan disulfida yang pada Selain tiap tahap pengurutan. Akan lebih mudah bila dilakukan
pemotonganresidu-residu protein terlebih dahulu, agar didapat potongan-potongan menghubungkan sistein pada bagian-bagian rantai yang berbeda protein yang lebih kecil untuk diurutkan. Selain itu, protein bisa saja mengandung jembatan disulfida yang menghubungkan residu-residu proteinsistein dapatpada diurutkan. bagian-bagian rantai yang berbeda atau berjauhan. Ikatan disulfida terlebih dahuluuntuk sebelum protein dapat Salah ini satuharus caradiputuskan yang sering digunakan memotong polipeptida diurutkan. menjadi fragmen-fragmen lebih kecil adalah dengan hidrolisis oleh enzim Salah satu carayang yang sering digunakan untuk memotong tripsin.polipeptida Tripsin adalah pencernaanyang yang diproduksi oleh pankreas. menjadienzim fragmen-fragmen lebih kecil adalah dengan oleh enzimikatan tripsin.peptida Tripsin pada adalahsisi enzim pencernaan Enzimhidrolisis ini menghidrolisis karboksil residuyang lisin dan diproduksi oleh pankreas. Enzim ini menghidrolisis ikatan peptida argininpada (bermuatan positif): sisi karboksil residu lisin dan arginin (bermuatan positif ): atau berjauhan. Ikatan disulfida ini harus diputuskan terlebih dahulu sebelum
Tripsin
R1
Lys
Ala
R1
R2
Lys
COO- + NH3+ Ala
R2
Protein
Enzim lain yang biasa digunakan untuk pemotongan protein secara selektif kimotripsin. Enzim menghidrolisis Enzim lain adalah yang biasa digunakan untukkimotripsin pemotongan protein secaraikatan selektif peptida pada sisiEnzim karboksil residu menghidrolisis aromatik (fenilalanin, tirosin, dansisi adalah kimotripsin. kimotripsin ikatan peptida pada triptofan): karboksil residu aromatik (fenilalanin, tirosin, dan triptofan): Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Kimotripsin
R1
Phe
Ser
74
R1
R2
Phe
COO- + NH3+ Ser
R2
Metode kimia non enzimatik untuk pemotongan polipeptida secara Metoda kimia non menggunakan enzimatik untukpereaksi pemotongan polipeptida secara spesifik spesifik yakni sianogen bromida (CNBr). Pereaksi ini bereaksi dengan residu metionin: yakni menggunakan pereaksi sianogen bromida (CNBr). Pereaksi ini bereaksi dengan residu metionin:
H R1
C O
N
H
H CH
C
CH2
O
N
R2
R1
C O
N
H CH
C
CH2
O
N
R2
Metoda kimia non enzimatik untuk pemotongan polipeptida secara spesifik yakni menggunakan pereaksi sianogen bromida (CNBr). Pereaksi ini bereaksi Bab 3 Protein 79 dengan residu metionin:
H R1
C
N
O
H
H CH
C
CH2
O
N
R1
R2
C
H
N
CH
O
C
N
R2
CH2 O CH2
CH2 S
CH3
C
S
H2O
CN
+
+ Br
CH3
N
Br-
H R1
C O
N
O CH
C
CH2
O
+ H3N
R2
CH2
protein telah dan masing-masing fragmen peptidanya BilaBilaprotein telahdipotong dipotong dan masing-masing fragmen telah ditentukan urutannya, makaurutannya, masalahnyamaka sekarang adalah bagaimana peptidanya telah ditentukan masalahnya sekarang adalah bagaimana menyusun urutan fragmen-fragmen tersebut menyusun urutan fragmen-fragmen tersebut dalam susunan yang benar. dalam Untuk susunan yangdiperlukan benar. Untuk setidaknya set urutan itu, setidaknya dua setitu, urutan fragmen diperlukan peptida, yangdua masing-masing fragmen peptida, yang masing-masing set dipotong pada sisi yang set dipotong pada sisi yang berbeda. berbeda. Sebagian protein mengandung senyawa lain selain asam amino. Sebagian protein mengandung senyawa lain selain asam amino. Protein seperti ini disebut sebagai protein konjugasi. Bagian selain asam amino Protein seperti ini disebut sebagai protein konjugasi. Bagian selain pada protein disebut sebagai gugus bagian asam amino konjugasi pada protein konjugasi disebutprostetik, sebagai sedangkan gugus prostetik, asam amino bagian pada protein sebagai apoprotein. Contohsebagai protein sedangkan asamtersebut aminodikenal pada protein tersebut dikenal apoprotein. Contoh protein konjugasi antara lain glikoprotein dan proteoglikan yang mengandung karbohidrat dalam ikatan kovalen, serta lipoprotein lipid sebagai gugus prostetiknya.75 Biokimia: Struktur danyang Fungsimengandung Biomolekul Tiap protein memiliki berat molekul yang unik. Ukuran atau berat molekul suatu protein pada kondisi tertentu dapat membedakannya dari protein-protein lain. Berat molekul (lebih tepat, berat molekul relatif ), Mr, tidak mempunyai dimensi. Mr menunjukkan massa molekul relatif terhadap 1/12 massa atom 12C. Massa molekul itu sendiri biasanya ditulis dalam satuan dalton (Da) atau kilodalton (kDa), dengan 1 Da adalah 1/12 massa atom 12C (1,66 x 10-24 g). Massa molar adalah massa
80
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
satu mol yang ditulis dalam gram. Ketiga ukuran yang disebutkan tadi memiliki nilai numerik yang sama, tetapi dengan satuan yang berbeda. Sebagai contoh, serum albumin dapat ditulis memiliki berat molekul 66.000, atau massa molekul 66 kDa, atau massa molar 66 kg mol-1. Berat molekul suatu protein ditentukan oleh urutan asam amino, modifikasi post-translasi (misalnya glikosilasi), serta gugus nonpeptida (misalnya logam dan kofaktor). Berat sebenarnya dari suatu rantai polipeptida dapat dihitung dari urutan asam aminonya, tetapi ada perhitungan yang lebih mudah untuk memperkirakan berat kasar polipeptida, yakni perhitungan rule-of-thumb (aturan ibu jari). Perhitungan rule-of-thumb berdasarkan pada proporsi asam-asam amino yang ditemukan dalam sebagian besar protein; sehingga berat molekul didapat dengan mengalikan jumlah residu dengan 110. Protein yang memiliki struktur kuaterner disusun oleh beberapa rantai polipeptida terpisah yang ditahan oleh interaksi non kovalen. Berat molekul komponen rantai polipeptida dalam protein seperti ini dapat ditentukan dalam kondisi disosiasi, yakni 8 M urea untuk melemahkan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofob, dan 1 mM merkaptoetanol untuk memutuskan ikatan disulfida. Dari perbandingan dengan berat molekul keseluruhan, dapat ditentukan jumlah rantai polipeptida yang terlibat dalam struktur awalnya (struktur kuarterner). Berat molekul suatu protein dapat ditentukan menggunakan metode termodinamika, misalnya pengukuran tekanan osmosis, dan juga analisis sedimentasi dalam ultrasentrifuga. Tekan osmosis sensitif terhadap jumlah molekul dalam larutan, sehingga bila massa protein total dalam larutan telah diketahui maka berat molar dapat dihitung. Sedimentasi molekul protein dalam sentrifuga tergantung pada massa molekul. Berat molekul suatu protein juga bisa diperkirakan dengan menggunakan filtrasi gel, atau dari pengukuran kecepatan migrasi molekul melalui gel elektroforesis; hasil pengukuran-pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan sejumlah berat molekul standar yang telah diketahui. Untuk menentukan berat molekul protein secara akurat dapat digunakan teknik spektrometri massa.
Bab 3 Protein
81
Massa molar (M) suatu zat terlarut bisa ditentukan dari pengukuran koefisien sedimentasi (s) dan koefisien difusi (D) menurut persamaan Svedberg: RTs M= D(1 − vρ) dengan R adalah tetapan gas, T adalah suhu mutlak, volume spesifik parsial dari zat terlarut, dan r adalah kerapatan pelarut. Koefisien sedimentasi tergantung pada ukuran, bentuk, dan berat molar zat terlarut. Koefisien sedimentasi ini ditentukan dari kecepatan sedimentasi zat terlarut dalam medan gravitasi suatu ultrasentrifuga. Koefisien difusi tergantung pada ukuran dan bentuk zat terlarut, dan ditentukan dari kecepatan terbentuknya perbatasan antara larutan dan pelarut murni. Koefisian sedimentasi sering ditulis dalam satuan Svedberg (S), yang namanya diambil dari Thé Svedberg, penemu sentrifuga: Koefisien sedimentasi beberapa protein dapat dilihat pada daftar berikut. Protein
Mr
s
Lisozim
14.000
1,9 S
Hemoglobin
64.500
4,5 S
Katalase
248.000
11,3 S
Urease
480.000
18,6 S
Volume yang dibutuhkan untuk mengelusi protein globular dari kolom filtrasi gel merupakan fungsi penurunan dari berat molekul. Bila hasil elusi protein sampel dibandingkan dengan serangkaian berat molekul standar yang telah diketahui, maka perkiraan berat molekul protein sampel dapat diinterpolasi (Gambar 3-2).
Protein Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
82
200
160
120
80 4
5
6
Log Mr Gambar 3-2
Gel filtrasi protein. Serangkaian protein yang Mr-nya berbeda dianalisis dalam kolom Sephadex G-200 untuk mengetahui volume elusi Vel masing-masing. Volume elusi ini diplotkan dalam grafik, dengan dua titik data yang ditunjukkan oleh lingkaran putih tidak dipakai untuk membentuk kurva kalibrasi.
Gambar 3-2 Gel filtrasi protein. Serangkaian protein yang Mr-nya berbeda dianalisis dalam kolom Sephadex G-200 untuk mengetahui volume elusi Vel masing-masing. Volume elusi ini diplotkan dalam grafik, dengan dua titik data yang ditunjukkan oleh lingkaran putih tidak dipakai untuk membentuk Protein Mr Vel (mL) kurva kalibrasi. Dekstran biru* 106 85 Lisozim 14.000 Kimptripsinogen Mr 25.000 Ovalbumin 45.000 Serum albumin 106 65.000 Aldolase 150.000 14.000 Urease 500.000 25.000 Ferritin** 700.000 Ovomukoid** 45.00028.000 Sampel enzim –
* **
200 190 170 150 125 90 92 160 130
Protein Vel (mL) Dekstran biru* 85 Lisozim 200 Kimptripsinogen 190 Ovalbumin 170 Serum albumin *Dekstran biru merupakan 65.000karbohidrat yang berat 150 molekulnya besar yang mengandung molekul Aldolase 150.000 125 pewarna yang terikat secara kovalen. **Tidak digunakan dalam kurva kalibrasi. Urease 500.000 90 Ferritin** 700.000 92 Dalam deterjen natrium dodesil Ovomukoid** 28.000sulfat (SDS), banyak protein 160 yang terpisahkan dan terbuka lipatannya. – Sama seperti volume elusi,130 mobilitas Sampel enzim elektroforesis rantai-rantai polipeptida yang terdenaturasi oleh SDS juga
Dekstran biru merupakan karbohidrat yang berat molekulnya besar yang mengandung molekul pewarna yang terikat secara kovalen.
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Tidak digunakan dalam kurva kalibrasi.
78
Bab 3 Protein
83
Dalam deterjen natrium dodesil sulfat (SDS), banyak protein yang terpisahkan dan terbuka lipatannya. Sama seperti volume elusi, mobilitas elektroforesis rantai-rantai polipeptida yang terdenaturasi oleh SDS juga merupakan fungsi penurunan dari berat molekul. Dengan demikian, berat molekul protein sampel dapat disimpulkan dari mobilitas-mobilitas standar. Dalam teknik filtrasi gel maupun teknik gel elektroforesis, sifat hidrodinamik tergantung pada bentuk molekul. Karena itu harus dianggap bahwa bentuk protein sampel adalah sama dengan bentuk proteinprotein standar (misalnya berbentuk bola, elips, dan sebagainya). Filtrasi gel sangat tergantung pada ukuran efektif, bukan massa. Karena itu, jika kerapatan protein sampel berbeda dengan standar, maka perkiraan berat molekulnya akan tidak tepat. Protein mengikat SDS, dan dianggap bahwa jumlah SDS yang terikat per gram adalah sama untuk semua protein. Perbedaan jumlah ikatan per molekul akan menghasilkan perbedaan muatan total dan mobilitas elektroforesis, sehingga akan didapat besar berat molekul yang salah. Dahulu, penggunaan spektrometri massa untuk menentukan berat molekul makromolekul biologis sangat terbatas. Hal ini dikarenakan penguapan sampel dapat menyebabkan dekomposisi termal. Selama bertahun-tahun telah dikembangkan berbagai teknik untuk mengatasi masalah tersebut, dan sekarang spektrometri massa merupakan alat yang digunakan secara rutin dalam sebagian besar laboratorium biokimia. Metode yang kini digunakan untuk menganalisa sampel antara lain: matrix assisted laser desorption (MALDI), yakni sampel dibungkus dalam matriks organik yang memiliki berat molekul rendah kemudian disinari laser UV; electrospray, yakni protein sampel dibuat larutan asam encer kemudian disemprotkan dari jarum bermuatan positif ke dalam kamar vakum (pelarut yang mengelilingi protein menguap dengan cepat meninggalkan molekul protein yang bermuatan positif ); serta plasma desorption, yakni menggunakan partikel bermuatan yang berenergi tinggi untuk membebaskan sampel dari suatu pendukung logam. Spektrometri massa memiliki ketepatan sampai sekitar 0,01
84
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
% dengan hanya membutuhkan beberapa pikomol sampel, dan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dalam berbagai ukuran, mulai dari asam amino tunggal sampai protein yang lebih besar dari 100 kDa.
3. PELIPATAN PROTEIN Protein biasanya melipat membentuk struktur tiga dimensi yang teratur dan kompak. Untuk memahami fungsi protein, perlu diketahui mengenai konformasi atau pola lipatan tiga dimensi yang dimiliki rantai polipeptida. Banyak poli asam amino buatan tidak memiliki konformasi yang baik sehingga terlihat seperti random coils dalam larutan. Akan tetapi kebanyakan protein biologis alami memiliki struktur lipat yang baik. Beberapa protein seperti keratin rambut serta bulu memiliki bentuk serat dan tersusun dalam struktur linear atau lembaran yang polanya berulang-ulang secara teratur. Protein lainnya seperti enzim, terlipat dalam konformasi globular (bulat) seperti bola yang kompak. Pelipatan protein menjadi struktur kompak berlangsung dengan diiringi penurunan entropi konformasi protein. Konformasi lipat ini dipertahankan oleh sejumlah interaksi nonkovalen lemah yang meredam penurunan entropi. Interaksi-interaksi nonkovalen ini antara lain ikatan hidrogen, interaksi elektrostatik, interaksi hidrofob, dan interaksi van der Waals. Semua interaksi tersebut membuat protein lipat lebih stabil daripada bentuk tak terlipat. Partikel-partikel bermuatan saling berinteraksi satu sama lain menurut hukum Coulomb: Z AZ Bε 2 ∆E = DrAB dengan DE adalah energi interaksi elektrostatik, ZA dan ZB adalah jumlah muatan kedua partikel yang berinteraksi, rAB adalah jarak antara kedua partikel, e adalah muatan elektron, dan D adalah tetapan dielektrik medium. Bila kedua muatan saling berlawanan, energi inter-
Bab 3 Protein
85
aksi menurun saat keduanya saling mendekati, sehingga interaksi terjadi dengan baik. Separuh muatan negatif pada protein (seperti rantai samping Protein karboksilat dalam residu Asp dan Glu) seringkali berinteraksi dengan rantai samping bermuatan positif pada residu Lys, Arg, atau His. Interaksiyang elektrostatik membentuk hidrogen memperkuat ini tarikan elektrostatik jembatan (perhatikangaram, gambar dengan 3.3 berikut beberapa derajat ikatan hidrogen yang memperkuat tarikan elektrostatik ini). (perhatikan gambar 3.3 berikut ini). Glutamat
C O
O Ikatan hidrogen
H H
H
N
N
H
C Arginin
N
H
Gambar 3-3 Jembatan garamantara antara rantai-rantai samping Gambar 3-3 Jembatan garam rantai-rantai samping residu residu Arg danArg Glu. dan Glu. Energi yang menyertaipasangan pasangan dalamsuatu suatuprotein proteinyakni yakni0,5 0,5 – Energi yang menyertai ioniondalam -1 -1 -1 – 1,5 kJ mol untuk interaksi di permukaan, sampai kJ-1 mol 1,5 kJ mol untuk interaksi di permukaan, sampai 15 kJ15 mol untukuntuk interaksi interaksi elektrostatik antara residu-residu yang berada di bagian dalam elektrostatik antara residu-residu yang berada di bagian dalam protein. Dalam protein. Dalam hal ini tetapan dielektriknya lebih rendah daripada air hal ini tetapan dielektriknya lebih rendah daripada air (tetapan dielektrik air (tetapan dielektrik air sebesar 80). sebesar 80). atom maupun molekul saling tarik menarik satu sama Semua Semuaadanya atom maupun salingSuatu tarik menarik lain karena interaksi molekul dipol-dipol. molekul satu tidaksama perlulain memiliki muatan total untuk dapat melakukan interaksi dipolar. karena adanya interaksi dipol-dipol. Suatu molekul tidak perlu memiliki muatan Kerapatan elektron dapat menjadi sangat tidak merata bila atom-atom total untuk dapat melakukan interaksi dipolar. Kerapatan elektron dapat yang berinteraksi mempunyai keelektronegatifan yang berbeda. menjadi sangat tidak merata bila atom-atom yang berinteraksi mempunyai Atom-atom yang paling elektronegatif mempunyai “kelebihan” keelektronegatifan yang berbeda. muatan negatif yang paling besar, yakni atom O (keelektronegatifan Atom-atom yang N paling elektronegatif “kelebihan” muatan negatif sebesar 3,44); (3,04); C (2,55); mempunyai dan H (2,20); seluruhnya dalam skalapaling keelektronegatifan 0,8O– (keelektronegatifan 4. yang besar, yakni atom sebesar 3,44); N (3,04); C (2,55); dan H (2,20); seluruhnya dalam skala keelektronegatifan 0,8 – 4. Interaksi dipolar ini dikenal sebagai interaksi van der Waals. Interaksi
86
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Interaksi dipolar ini dikenal sebagai interaksi van der Waals. Interaksi ini bersifat lemah dan berjarak dekat. Apabila atom-atom dalam interaksi van der Waals berada terlalu dekat satu sama lain, akan terjadi tolakan yang kuat. Energi interaksi van der Waals (Evdw) biasanya diberikan oleh persamaan berikut:
Protein
dengan d adalah jarak interatom, a dan b adalah tetapan positif. Persamaan di
a b E = − vdw Lennard-Jones atas seringkali disebut potensial 6,12 . d 12 d 6 Jarakd optimal untukinteratom, interaksi van derbWaals atom-atom dengan adalah jarak a dan adalahadalah tetapanketika positif. di atas seringkali 6,12daripada Lennard-Jones. yang Persamaan berinteraksi terpisah 0,3 –disebut 0,5 Å potensial lebih besar jumlah jari-jari van Jarak optimal untuk interaksi van der Waals adalah ketika atomder Waals-nya sebagai yang teramati atom yang (didefinisikan berinteraksi terpisah 0,3 jarak – 0,5kontak Å lebihminimum besar daripada jari-jari van der Waals-nya (didefinisikan jarak van kontak antarajumlah atom-atom dalam suatu kristal). Energisebagai interaksi der Waals minimum yang antara atom-atom dalamdihasilkan suatu kristal). Energi -1 biasanya kurang dariteramati 1 kJ mol . Ikatan hidrogen dari suatu interaksi interaksi van der Waals biasanya kurang dari 1 kJ mol-1. Ikatan hidrogen elektrostatik antara atominteraksi hidrogen yang terikat kovalenyang pada atom dihasilkan dari suatu elektrostatik antara secara atom hidrogen terikat secara kovalen atom elektronegatif (sepertielektronegatif O, N, atau S),lain yang elektronegatif (seperti O,pada N, atau S), dengan atom dengan atom elektronegatif lain yang mempunyai pasangan elektron mempunyai pasangan elektron tak berikatan: tak berikatan: O Donor
H
O
C
Akseptor
Meskipun atom hidrogen terikat pada gugus donor, tetapi sebenarnya
Meskipun atom hidrogen terikat pada gugus donor, tetapi
atom sebenarnya tersebut dipakai bersamadipakai baik oleh donorbaik maupun akseptor. Kebanyakan atom tersebut bersama oleh donor maupun
ikatan hidrogen yang terdapat dalam tulang proteinpunggung ikatanakseptor. hidrogenKebanyakan yang terdapat dalam protein berada di antara berada di antara tulang punggung gugus C=O dan N–H, dengan jarak H∙∙∙O sebesar 1,9 – 2,0 Å. Ikatan hidrogen jenis ini diperkirakan jenis menyumbang ini diperkirakan menyumbang sekitar ~5 kJprotein mol-1 pada sekitar ~5 kJ mol-1 pada stabilitas dalamstabilitas larutan protein -1 Ikatan hidrogen ituhidrogen sendiri besarnya bervariasi antara 2 kJ molantara dalamencer. larutan encer. Ikatan itu sendiri besarnya bervariasi 2 kJ -1 sampai 7,5 kJ mol . -1 -1 gugus C=O dan N–H, dengan jarak H···O sebesar 1,9 – 2,0 Å. Ikatan hidrogen
mol sampai 7,5 kJ mol .
Tabel 3-1 Jenis-jenis Interaksi Nonkovalen yang Terlibat dalam Stabilitas Struktur Protein
Energi ikatan
Bab 3 Protein
87
Tabel 3-1 Jenis-jenis Interaksi Nonkovalen yang Terlibat dalam Stabilitas Struktur Protein Interaksi
Contoh
Energi ikatan (kJ mol-1)*
van der Waals
C–H∙∙∙H–C
0,4 – 2,0
Elektrostatik
–COO-∙∙∙H3N+–
0,5 – 15
–N–H∙∙∙O=C–
2,0 – 7,5
–CH2–
~3
Ikatan hidrogen Hidrofob**
* Energi ikatan adalah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan interaksi. ** Nilai ini menggambarkan energi bebas yang dibutuhkan untuk memindahkan gugus –CH2– dari rantai samping nonpolar di bagian dalam protein menuju ke dalam air.
Adanya gugus nonpolar di dalam air akan menurunkan entropi larutan. Karena itu, pemindahan gugus nonpolar dari air ke dalam suatu lingkungan nonpolar akan disertai dengan peningkatan entropi molekul air, yang prosesnya berlangsung secara spontan. Pelipatan rantai protein membentuk konformasi globular yang kompak dapat menghilangkan kontak antara gugus nonpolar dengan air. Molekul air yang dibebaskan akan meningkatkan entropi, sedangkan rantai polipeptida yang terlipat akan mengalami penurunan entropi. Pembungkusan gugus metilen (–CH2–) ke bagian interior protein memiliki energi ~3 kJ mol-1 yang sama kuatnya seperti ikatan hidrogen. Interaksi hidrofob merupakan suatu gaya yang penting dalam pelipatan protein globular yang larut dalam air, sehingga dapat dirumuskan aturan umum: residu hidrofob cenderung terbungkus di bagian interior protein sehingga meminimalisasikan kontaknya dengan air. Bila total energi lipatan suatu protein hanya 40 kJ mol-1, berapa ikatan H yang harus diputuskan untuk dapat merusak strukturnya? Tiap ikatan H rata-rata menyumbang ~5 kJ mol-1 untuk energi stabilisasi, sehingga pemutusan sekitar delapan ikatan seperti itu akan cukup untuk merusak struktur aslinya. Energi stabilisasi kebanyakan protein sangatlah kecil, sehingga pada suhu normal banyak protein yang mengalami fluktuasi kecil yang cepat dalam strukturnya. Hal ini menyebabkan molekul protein cukup mudah dibuka lipatannya atau terdenaturasi. Pendenaturasi protein
Energi stabilisasi kebanyakan protein sangatlah kecil, sehingga pada suhu normal banyak protein yang mengalami fluktuasi kecil yang cepat dalam strukturnya. 88
Hal ini menyebabkan molekulBiokimia: protein Struktur cukup dan mudah Fungsi dibuka Biomolekul
lipatannya atau terdenaturasi.
Pendenaturasi protein yang umum dipakai
antara lain:
yang umum dipakai antara lain: (a) Suhu tinggi (a) Suhu tinggi (b)pH pH ekstrim ekstrim (b) (c)Konsentrasi Konsentrasi tinggi tinggi senyawa-senyawa (c) senyawa-senyawa seperti sepertiurea ureaatau atauguanidin guanidin hidroklorida: hidroklorida: NH2
C
NH2
O Urea
(d) Larutan deterjen seperti + (d)CH Larutan deterjen seperti (CH2)10CH OSO3-Na 3 2
NH2
C
NH2
+
NH2Cl-
Guanidin hidroklorida
natrium natrium
dodesil dodesil
sulfat, sulfat,
CH3(CH2)10CH2OSO3-Na+
Beberapa protein dan enzim yang terdenaturasi telah terdenaturasi sempurna Beberapa protein dan enzim yang telah sempurna oleh
oleh urea dengan jembatan disulfida yang telah tereduksi, dapat melipat kembali seperti keadaan awalnya bila urea dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa informasi untuk pola lipatan yang tepat terdapat dalam urutan asam amino. Ribonuklease (enzim yang menghidrolisis asam ribonukleat) meBiokimia: miliki Struktur empat dan Fungsi Biomolekul 83 ikatan disulfida yang membantu stabilisasi konformasinya. Pada enzim ini ditambahkan 6 M guanidin hidroklorida untuk melemahkan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobnya, serta 1 mM merkaptoetanol untuk mereduksi ikatan disulfida. Hasilnya, seluruh aktivitas enzim menghilang, dan tak ada tanda-tanda residu struktur sekunder. Kemudian guanidin hidroklorida dihilangkan dengan cara dialisis atau filtrasi gel. Hasilnya, aktivitas enzim pulih kembali, konformasi aslinya terbentuk, serta terbentuk pula ikatan disulfida yang tepat seperti asalnya. Banyak protein besar yang membutuhkan bantuan chaperonin untuk dapat melipat dengan tepat. Chaperonin itu sendiri juga merupakan protein. Chaperonin diperkirakan bekerja dengan cara menjerat intermediet-intermediet yang salah melipat, lalu membuka lipatannya sehingga ada kesempatan untuk melipat kembali dengan tepat.
urea dengan jembatan disulfida yang telah tereduksi, dapat melipat kembali
Bab 3 Protein
89
4. STRUKTUR PROTEIN Struktur tiga dimensi protein dapat digambarkan dalam sistem koordinat Cartesian dan menyebutkan koordinat (x, y, z) untuk tiap atom dalam protein. Struktur protein ini bisa digambarkan lebih jelas lagi dengan menyebutkan sudut rotasi (sudut torsi) setiap ikatan dalam protein (Gambar 3-4). Contohnya, konformasi tulang punggung suatu residu asam amino bisa dispesifikasikan dengan menyebutkan sudut torsi f (rotasi mengelilingi ikatan N–Ca), y (rotasi mengelilingi ikatan Ca–C’), dan w (rotasi mengelilingi ikatan N–C’). Posisi nol untuk f yakni bila gugus –N–H trans terhadap ikatan Ca–C’. Sedangkan posisi nol untuk y adalah ketika ikatan Ca–N trans terhadap ikatan –C=O (Gambar 3-4). Sudut torsi ikatan peptida (w) biasanya sebesar 1800. Penggambaran lengkap struktur tiga dimensi suatu protein juga memerlukan pengetahuan mengenai sudut torsi Protein rantai samping c. C
2
Bidang amida 2 H N
C’
0
H1
C
1
R1 H N
’
C
0
C
0
Bidang amida 1
Gambar 3-4 Definisi suduttorsi torsi protein dan f, . Konformasi Gambar 3-4 Definisi sudut protein w, y, danyang c. ditunjukkan Konformasi diperoleh ketika dan semuanya diset pada 180 . yang ditunjukkan diperoleh ketika w, f, dan y semuanya diset pada 1800. Gugus peptida berbentuk planar, hal ini disebabkan ikatan C–N 0
memiliki karakter ikatan rangkap parsial yang beresonansi antara dua bentuk berikut: O
O-
Gambar 3-4
90
Definisi sudut torsi protein dan . Konformasi yang ditunjukkan diperoleh ketika dan semuanya diset pada 1800. Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Gugus peptida berbentuk planar, hal ini disebabkan ikatan C–N
memiliki Gugus karakter ikatanberbentuk rangkap planar, parsialhal yang beresonansi antara dua bentuk peptida ini disebabkan ikatan C–N
memiliki karakter ikatan rangkap parsial yang beresonansi antara dua berikut: bentuk berikut: O-
O C
N
C
H
N H
Panjang ikatan C–N (0,132 nm) merupakan pertengahan antara Protein ikatan tunggal C–N (0,149 nm) dan ikatan pertengahan rangkap C=N antara (0,129 nm). Panjang ikatan C–N (0,132 nm) merupakan ikatan tunggal Karakter ikatan rangkap parsial ini membatasi rotasi yang mengelilingi C–N (0,149 nm) dantrans ikatan rangkap C=N 0ikatan rangkap dan ikatan H dalam posisi ;penataan dalam hal ini sudut 180berada . Konformasi C–N, sehingga atom O,(0,129 C,torsi N, nm). danadalah HKarakter adalah parsial ini suatu membatasi rotasi yang C–N, sehingga pada bidang datar,terdapat denganmengelilingi atom ikatan O danikatan H dalam posisi trans; penataan cis yang biasanya hanya pada peptida X-Pro dalam protein, dalam hal ini sudut torsi w adalah 1800. Konformasi cis yang biasanya atom O, C, sebesar N, dan H adalah berada pada suatu bidang datar, dengan atom O memiliki 00. ikatan peptida X-Pro dalam protein, memiliki w hanya terdapat pada sebesar 00. dipeptida glisilalanin, ikatan mana pada tulang punggung yang Dalam Dalam dipeptida glisilalanin, ikatan mana pada tulang punggung gugus-gugusnya dapat berotasi dengan bebas? Biokimia: dan Fungsidapat Biomolekul 85 yangStruktur gugus-gugusnya berotasi dengan bebas? H +
NH3
CH
C
H
CH3
N
CH2 COO-
O Glisilalanin
Dalam struktur di atas, gugus peptida ditandai dengan garis putusputus. Gugusdipeptida sendiri kaku dan datar,dengan sehinggagaris tidak putus-putus. ada Dalam struktur atas, itu gugus peptida ditandai rotasi yang mengelilingi ikatan antara atom karbon karbonil dengan Gugus peptida itu sendiri kaku dan datar, sehingga tidak ada rotasi yang atom nitrogen (ikatan C’–N). Akan tetapi, rotasi bebas dapat terjadi mengelilingi ikatan antara atomkarbon karbona karbonil dengan atom karbonil nitrogen (ikatan mengelilingi ikatan antara dengan atom karbon (ikatan Ca–C’) di sekitar atom nitrogen dengan atom karbon C’–N). Akan tetapi,dan rotasi bebasikatan dapatantara terjadi mengelilingi ikatan antara karbon a pada alanil (ikatan N–Ca). Dengan demikian, untuk semua dengan atom karbon karbonil (ikatan C –C’) dan di sekitar ikatan antara atom gugus peptida dalam protein terdapat dua ikatan yang dapat berotasi. nitrogen dengan atom karbon
pada alanil (ikatan N–C ). Dengan demikian,
untuk semua gugus peptida dalam protein terdapat dua ikatan yang dapat berotasi.
Bab 3 Protein
91
Tidak semua kombinasi sudut f dan y dapat terbentuk. Banyak yang menimbulkan benturan antara atom-atom dalam residu yang berdekatan. Untuk semua residu kecuali glisin, adanya halangan sterik dari atom-atom rantai samping sangat menurunkan jumlah konformasi yang mungkin terbentuk. Konformasi sudut-sudut f dan y yang tidak menimbulkan benturan dapat diplotkan pada peta konformasi (dikenal juga sebagai plot Ramachandran, yang namanya diambil dari nama ahli kimia yang memulai pekerjaan di bidang ini). Gambar 3-5 memperlihatkan plot Ramachandran untuk alanilalanin. Daerah berarsir ganda menandakan konformasi (kombinasi f dan y) yang tidak terhalang sama sekali. Daerah berarsir tunggal menandakan konformasi dengan sedikit halangan, tetapi masih mungkin terjadi bila distorsiProtein tersebut ditutupi oleh interaksi-interaksi di tempat lain dalam protein. 1800 a p
L
0 R
X
-1800 -1800
0
1800
Gambar Ramachandran Gambar3-5 3-5Plot Plot Ramachandranuntuk untuk alanilalanin. alanilalanin. Jika
Heliks right-handed memiliki nilai
= –570 dan
= –470.
92
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Jika a Heliks right-handed memiliki nilai f = –570 dan y = –470. Apakah a heliks dapat menjadi struktur yang stabil? Ya, Nilai-nilai tersebut termasuk ke dalam daerah yang mungkin terjadi dalam plot Ramachandran, yang ditandai dengan simbol aR dalam Gambar 3-5. Bila sudut torsi tulang punggung suatu polipeptida tetap konstan dari satu residu ke residu berikutnya, maka akan terbentuk struktur berulang yang teratur. Struktur jenis ini bisa berbentuk a-heliks atau b sheet. Melihat dari jari-jari van der Waals pada atom, sudut ikatan, dan bentuk planar ikatan peptida, maka hanya ada dua struktur berulang yang dapat terbentuk tanpa distorsi dan dengan pembentukan ikatan hidrogen yang maksimum. Struktur-struktur tersebut yaitu: 1. a Heliks, ditemukan dalam a-keratin 2. b Sheet (paralel dan antiparalel), contohnya yakni bentuk b pada keratin yang diregangkan serta pada protein sutera Struktur berulang yang teratur seperti ini juga ditemukan dalam pola lipatan protein globular. Banyak protein globular yang rantai polipeptidanya sebagian besar tidak menunjukkan keteraturan dalam lipatan. Daerah-daerah ini mungkin memiliki bagian pendek di mana ditemukan struktur seperti reverse turns, yang seringkali menghubungkan untai-untai b sheet. Daerah-daerah tanpa struktur sekunder yang berulang teratur (daerah tak teratur) sering disebut sebagai daerah yang memiliki konformasi random-coil. Dalam a heliks, tulang punggung polipeptida terlipat sedemikian rupa sehingga gugus –C=O pada tiap residu asam amino berikatan hidrogen dengan gugus –N–H pada residu keempat setelahnya. Sebagai contoh, gugus –C=O residu pertama berikatan dengan gugus –N–H pada residu kelima pada rantai. Tulang punggung a heliks berkeliling memutari sumbu yang panjang, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3-6. Ikatan-ikatan hidrogen berbaris hampir paralel terhadap sumbu ini, dengan rantairantai samping menjulur keluar. Tiap residu berjarak 0,15 nm dari residu berikutnya di sepanjang sumbu. Dibutuhkan 3,6 residu untuk membuat satu putaran lengkap heliks. Meskipun kaidah tangah kiri
Bab 3 Protein
93 Protein
dan kaidah tangan kanan keduanya dapat terjadi, tetapi kaidah tangan kanan lebih disukai secara energetika dengan asam L-amino. H N C-3
H H C-1 N C-2 C C O O H N
H
C-6
N
O
C C-7
C-5 C
O H N
C-9 C
C-10 O
Gambar Gambar 3-6 Kaidah tangan kanan a-heliks. Diagram ini menunjukkan 3-6 Kaidah tangan kanan -heliks. Diagram ini menunjukkan gugus peptida pada bidang dengan karbon pada gugus peptida pada bidang datar, datar, dengan atomatom karbon a pada sambungan antarbidang. sambungan antarbidang. Tiap gugus –C=O dan –N–H berikatan hidrogen (kecuali pada empat Tiap gugus –C=O dan –N–H berikatan hidrogen (kecuali pada residu di tiap ujung rantai), sehingga heliks menjadi sangat stabil. Akan empat residu di tiap ujung rantai), sehingga a heliks menjadi sangat tetapi, pada beberapa asam amino terdapat interaksi rantai samping bisa stabil. Akan tetapi, pada beberapa asam amino terdapatyanginteraksi melemahkan heliks. bisa Hal ini menjadikan konformasi kurang disukai rantai samping yang melemahkan a heliks. heliks Hal ini menjadikan dalam rantai yang mengandung amino seperti itu. yang konformasi a polipeptida heliks kurang disukai banyak dalam asam rantai polipeptida mengandung banyak asam amino seperti itu. Tabel 3-2
Kecenderungan residu-residu asam amino untuk membentuk
heliks
Tabel 3-2heliks Kecenderungan asam untuk Pembentuk Glu, Ala, Leu,residu-residu His, Met, Gln, Trp, Val,amino Phe, Lys, Ile Perusak heliks Pro, membentuk Gly, Tyr, Asn a-heliks Residu yang tak Asp, Thr, Ser, Arg, Cys berpengaruh Pembentuk heliks Glu, Ala, Leu, His, Met, Gln, Trp, Val, Phe, Lys, Ile Perusak heliks
Pro, Gly, Tyr, Asn
berbeda Asp, dengan heliks, Residu yangStruktur tak Thr, Ser, Arg,yakni Cys rantai polipeptida dalam sheet terbentang hampir sempurna (Gambar 3-7(a)). Ikatan hidrogen terdapat berpengaruh di antara untai-untai polipeptida, bukan di dalam untai tunggal (Gambar 3-7(c)).
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
89
Gambar 3-7(c). Struktur-struktur ini sering membentuk lembaran seperti pada Gambar 3-7(b). Kadangkala beberapa lembaran saling menumpuk satu sama
94
lain. Rantai-rantai samping cenderung untuk menjulur ke atas dan ke bawah
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
lembaran seperti pada Gambar 3-7(b), sehingga struktur
sheet lebih disukai
untuk asam-asam amino yang rantai sampingnya relatif kecil seperti alanin dan Rantai samping yang besar dapat menimbulkan halangan sterik di Struktur b berbeda dengan a heliks, yakni rantai polipeptida antara berbagai bagian dari rantai protein. dalam b sheet terbentang hampir sempurna (Gambar 3-7(a)). Ikatan hidrogen terdapat di antara untai-untai polipeptida, bukan di dalam untai tunggal (Gambar 3-7(c)). glisin.
R
Ikatan peptida
R
R
R
R
R
R
(a)
R R
R R
R
R
R R
R R R R
Protein (b)
R O C
C R
ujung C
C
ujung C
N H
C C
O C R Biomolekul Biokimia: Struktur dan Fungsi
O
N
90
H C R
(c)
Gambar 3-7
Struktur
sheet:
(a) segmen polipeptida dalam konformasi
terbentang; (b) lembaran oleh susunan rantai-rantai dalam Gambar 3-7 Struktur b sheet:terbentuk (a) segmen polipeptida polipeptida yang terbentang saling bersebelahan; (c) detail yang menunjukkan ikatan H di antara rantai-rantai polipeptida konformasi terbentang; (b) lembaran terbentuk oleh susunan rantaiyang bersebelahan dalam sheet antiparalel. rantai polipeptida yang terbentang saling bersebelahan; (c) detail yang menunjukkan ikatan Hyang di antara rantai-rantai polipeptida yang Banyak protein globular strukturnya terdiri atas heliks, struktur dalam3-8, b sheet antiparalel. , dan daerah takbersebelahan teratur. Dalam Gambar heliks digambarkan seperti
pita yang melilit, dan struktur arah N
C.
digambarkan oleh panah yang menunjukkan
Sheet paralel memiliki panah-panah yang menunjuk ke arah
yang sama, sedangkan
sheet antiparalel memiliki panah-panah yang saling
Bab 3 Protein
95
Rantai-rantai yang bersebelahan dapat tersusun berjajar ke arah yang sama (ujung N ke ujung C) seperti dalam b sheet paralel, atau berjajar ke arah yang berlawanan seperti dalam b sheet antiparalael, seperti yang diperlihatkan Gambar 3-7(c). Struktur-struktur ini sering membentuk lembaran seperti pada Gambar 3-7(b). Kadangkala beberapa lembaran saling menumpuk satu sama lain. Rantai-rantai samping cenderung untuk menjulur ke atas dan ke bawah lembaran seperti pada Gambar 3-7(b), sehingga struktur b sheet lebih disukai untuk asam-asam amino yang rantai sampingnya relatif kecil seperti alanin dan glisin. Rantai samping yang besar dapat menimbulkan halangan sterik di antara berbagai bagian dari rantai protein. Banyak protein globular yang strukturnya terdiri atas a heliks, struktur b, dan daerah tak teratur. Dalam Gambar 3-8, a heliks digambarkan seperti pita yang melilit, dan struktur b digambarkan oleh panah yang menunjukkan arah N à C. b Sheet paralel memiliki panah-panah yang menunjuk ke arah yang sama, sedangkan b sheet antiparalel memiliki panah-panah yang saling bertolak belakang. Protein b (protein pengikat retinol (gambar a) dan fragmen pengikat antigen (gambar b)) mengandung lebih banyak struktur sekunder b sheet, sedangkan protein a (myoglobin (gambar c)) lebih banyak tersusun oleh a heliks. Protein a/b (triosefosfat isomerase (gambar d)) mengandung campuran a heliks dan b sheet. Protein kolagen (terdapat dalam kulit dan tendon) tersusun oleh sekitar 30 persen prolin dan hidroksiprolin, serta 30 persen glisin. Protein ini memiliki struktur unik, yakni tiga rantainya berkonformasi sangat mirip poliprolin, yang saling teranyam satu sama lain membentuk suatu triple heliks. Ketiga untai ini berikatan hidrogen satu sama lain, yakni –NH dari residu glisin berikatan hidrogen dengan gugus –C=O dari asam amino yang lain. Prolin jarang ditemukan di dalam segmen s heliks. Gugus aamino pada prolin merupakan gugus amino sekunder. Ketika prolin membentuk ikatan peptida melalui gugus aminonya, maka tidak ada lagi hidrogen amida yang dapat membentuk ikatan hidrogen. Selain itu, rantai samping prolin menempel pada gugus a-aminonya, sehingga
96
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
tidak ada rotasi bebas pada ikatan N–Ca, yang membuat prolin tidak Protein bisa membentuk konformasi a heliks yang benar.
(a) Protein Pengikat retinol
(c) Mioglobin
(b) Fragmen Pengikat antigen
(d) Triosefosfat isomerase
Gambar 3-8 Representasi model struktur protein dimana a-heliks
Gambar 3-8 Representasi model struktur protein dimana -heliks digambarkan dengan digambarkan dengan pita bergulung dan untai b digambarkan dengan pita bergulung dan untai digambarkan dengan panah dengan arah N panah dengan arah Nmengandung → C. Protein b mengandung lebih banyak C. Protein lebih banyak struktur -sheet (contohnya: Protein pengikat retinol dan fragmen pengikat antigen pada struktur b-sheet (contohnya: Protein pengikat retinol dan fragmen antibodi sementara protein yang mengandung -heliks yang dominan pengikat antigen pada antibodi sementara protein a yang mengandung contohnya: mioglobin. Protein / mengandung campuran -heliks dan a-heliks yang-sheet dominan contohnya: mioglobin. Protein a/b mengandung (misalnya triosefosfat isomerase).
campuran a-heliks dan b-sheet (misalnya triosefosfat isomerase).
Protein kolagen (terdapat dalam kulit dan tendon) tersusun oleh sekitar
Meskipun tidak dapat membentuk konformasi a heliks, tetapi polipeptida yang hanya tersusun oleh prolin dapat membentuk
30 persen prolin dan hidroksiprolin, serta 30 persen glisin. Protein ini memiliki struktur unik, yakni tiga rantainya berkonformasi sangat mirip poliprolin, yang saling teranyam satu sama lain membentuk suatu triple heliks. Ketiga untai ini berikatan hidrogen satu sama lain, yakni –NH dari residu glisin berikatan
Bab 3 Protein
97
konformasi heliks jenis lain. Heliks poliprolin tidak distabilkan oleh ikatan hidrogen, melainkan oleh efek tolakan sterik timbal balik dari rantai-rantai samping prolil. Residu-residu yang bersebelahan dalam Protein heliks poliprolin terpisahkan dalam jarak 0,31 nm sepanjang sumbu. 80
60
-heliks x 10-3
40
20
0
- 20 200
220
240
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 3-9 Spektrum ORD untuk poli-D-lisin yang menunjukkan spektrum Gambar 3-9 Spektrum ORD untuk poli-D-lisin yang menunjukkan konformasi -heliks dan konformasi tak teratur. (Satuan [ ] -1 .) adalah a-heliks derajat mL dan dm-1 gkonformasi spektrum konformasi tak teratur. (Satuan [a] adalah derajat mL dm-1 g-1.)
Struktur protein terbagi dalam beberapa tingkat (menurut ahli kimia protein
Molekul seperti Denmark, Kai asimetris Linderstrøm-Lang):
karbohidrat, asam amino, dan protein dapat(a)memutar bidang polarisasi suatu sinar polarisasi bidang. Besar Struktur primer : urutan asam amino. Struktur tingkat primer dalam suatu protein yakni urutan linear asamasam amino yang digabungkan satu sama lain oleh ikatan peptida. Urutan ini ditentukan oleh urutan basa nukleotida dalam gen yang
98
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
rotasi tergantung pada konsentrasi zat serta panjang jalur sinar dalam sampel, mirip seperti dalam absorbansi optik. Besar rotasi (serta arah rotasi) juga tergantung pada panjang gelombang cahaya. Ketergantungan rotasi spesifik [a] (ukuran rotasi per unit konsentrasi dan panjang jalur) pada panjang gelombang cahaya dikenal sebagai dispersi perputaran optik (ORD, optical rotatory dispersion). Konformasi suatu protein menambahkan keasimetrisan yang mempengaruhi spektrum ORD. Daerah heliks pada protein terlarut menaikkan spektrum ORD tertentu (Gambar 3-9) yang berlainan dengan daerah tak teratur. Proporsi struktur-struktur yang berbeda dalam suatu protein dapat diperkirakan dengan cara membandingkan spektrum ORD protein sampel dengan standar-standar yang konformasinya telah diketahui. Struktur protein terbagi dalam beberapa tingkat (menurut ahli kimia protein Denmark, Kai Linderstrøm-Lang): (a) Struktur primer: urutan asam amino. Struktur tingkat primer dalam suatu protein yakni urutan linear asam-asam amino yang digabungkan satu sama lain oleh ikatan peptida. Urutan ini ditentukan oleh urutan basa nukleotida dalam gen yang mengkode protein. Termasuk juga dalam struktur primer adalah lokasi ikatan kovalen yang lain. Ikatan ini terutama yakni ikatan disulfida antara residu-residu sistein yang berdekatan dalam ruang tapi bukan dalam urutan asam amino linear. Ikatan silang kovalen ini antara rantai-rantai polipeptida terpisah atau antara bagian-bagian yang berbeda dari rantai yang sama, terbentuk oleh oksidasi gugus SH pada residu sistein yang juga terekspos dalam ruang. Disulfida yang dihasilkan disebut sebagai residu sistin. Ikatan disulfida sering terdapat dalam protein ekstrasel, namun jarang ditemukan dalam protein intrasel. (b) Struktur sekunder : pola lipatan teratur (seperti struktur a heliks dan b sheet) yang distabilkan oleh ikatan hidrogen di antara gugus-gugus peptida yang saling berdekatan dalam rantai. Struktur sekunder dalam protein dapat digambarkan dalam bentuk diagram
sheet) yang distabilkan oleh ikatan hidrogen di antara gugus-gugus peptida yang saling berdekatan dalam rantai. Struktur sekunder dalam
Bab 3 Protein
99
protein dapat digambarkan dalam bentuk diagram topologi (Gambar 310), yang melukiskan orientasi relatif serta kadarnya dalam dua dimensi.
topologi (Gambar 3-10), yang melukiskan orientasi relatif serta Diagram sering digunakan untuk menunjukkan hubungan kadarnyainidalam dua dimensi. Diagram ini sering digunakan untuk menunjukkan hubungan kekerabatan protein. kekerabatan protein. C (a)
1
(b)
1
2
3
2
4
3
5
6
4
8
7
5
6
7
N
8 C
Gambar 3-10 Diagram topologi untuk (a) protein pengikat retinol
Gambar 3-10 Diagram topologi untuk (a) protein pengikat retinol (RBP, retinol (RBP, retinol binding protein) dan (b) triosefosfat isomerase (TPI). Panah binding protein) dan (b) triosefosfat isomerase (TPI). Panah menggambarkan untai b (dinomori dari N kedari C) N dankekotak hitam menggambarkan untai (dinomori C) dan kotak hitam menggambarkan a heliks. Kedua protein tersebut membentuk struktur menggambarkan heliks. Kedua protein tersebut membentuk silinder struktur yang terdiri atas delapan untaiatas b, untai pertama silinder yang terdiri delapan untaiberikatan , untai pertama berikatan hidrogen untai terakhir dalam rangka “menutup” hidrogen dengan untai terakhirdengan dalam rangka “menutup” silinder. Untai Untai dalam RBP, paralel dalam b tersusun silinder. antiparalel dalamtersusun RBP, danantiparalel paralel dalam TPI dandan dikelilingi TPI luar dan a dikelilingi olehmenghubungkan lapisan luar heliks yangb menghubungkan oleh lapisan heliks yang tiap untai dengan tiap untai dengan kepada untai berikutnya dalam silinder.
kepada untai berikutnya dalam silinder.
Struktur tingkat sekunder dalam suatu protein yakni lipatan teratur
Struktur tingkat sekunder dalam suatu protein yakni lipatan
daerah-daerah rantai polipeptida. Tipe lipatan paling teratur daerah-daerah rantai polipeptida. Tipeyang lipatan yangumum palingadalah -heliks -heliks yang miripyang tongkat, umumdan adalah-sheet. a-heliksDalam dan b-sheet. Dalam -heliks mirip asam-asam tong-
kat, asam-asam amino menata dirinya sendiri dalam konformasi heliks teratur. Oksigen karbonil dari tiap ikatan peptida berikatan hidrogen, dengan hidrogen pada gugus amino dari asam amino Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul keempat, dengan ikatan hidrogen yang terletak hamper paralel tehadap sumbu heliks. Dalam suatu -heliks terdapat 3,6 asam amino perputaran heliks yang melingkupi jarak 0,54 nm, dan setiap residu asam amino memiliki panjang 0,15 nm sepanjang sumbu he-
95
100
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
liks. Rantai-rantai samping asam amino semuanya berada di luar silinder heliks, asam-asam amino tertentu lebih sering ditemukan dalam a-heliks daripada yang lainnya. Terutama, Prolin jarang ditemukan dalam daerah a-heliks karena tidak dapat membentuk pola ikatan hidrogen yang tepat karena tidak adanya atom hidrogen pada atom nitrogennya. Karena alasan inilah, asam amino prolin sering ditemukan di ujung a-heliks, dimana ia mengubah arah rantai polipeptida dan mengakhiri heliks. Protein yang berbeda memiliki jumlah rantai polipeptida tunggal pada mioglobin mempunyai delapan a-heliks. Dalam b-sheet, ikatan terbentuk antara ikatan-ikatan peptida baik dalam rantai polipeptida yang berbeda atau dalam daerah yang berbeda dari rantai polipeptida yang sama. Rantai-rantai polipeptida yang berdekatan dalam b-sheet bisa berupa paralel ataupun antiparalel tergantung paa apakah mereka berada dalam arah yang sama atau dalam arah berlawanan. Rantai polipeptida di dalam suatu b-sheet terbentang penuh, dengan ajrak 0,35 nm dari satu atom C ke yang berikutnya. b-sheet selalu sedikit melengkung dan jika beberapa polipeptida termasuk di dalamnya, maka lembaran bisa mendekat untuk membentuk kekakuan dalam banyak protein struktur, misalnya serat sutra, yang hampir seluruhnya terdiri atas tumpukan b-sheet antiparalel. Untuk dapat melipat rapat ke dalam bentuk kompak suatu protein globular, rantai polireptida sering berbalik arah, membuat suatu hairpin atau b-turn. Dalam b-turn ini oksigen karbonil dari satu asam amino berikatan hidrogen dengan hidrogen pada gugus amino dari asam amino keempat. b-turn sering ditemukan menghubungkan ujung-ujung b-sheet antiparalel. Daerah rantai polireptida yang tidak berada dalam struktur sekunder biasa dikatakan memiliki konformasi coil atau loop. Kira-kira setengah bagian rantai polireptida dari suatu protein globular umum memiliki konformasi seperti itu. (c) Struktur supersekunder: pola berulang struktur sekunder yang biasa terdapat pada banyak protein. Contohnya motif b-a-b,
Kira-kira setengah bagian rantai polireptida dari suatu protein globular umum memiliki konformasi seperti itu. Bab(c) 3 Struktur Protein supersekunder : pola berulang struktur sekunder yang biasa 101
terdapat pada banyak protein. Contohnya motif
- - , yang memiliki
yang memiliki segmen sheet, diikuti dengan a heliks, sheet dan suatu segmen suatu sheet, diikutibdengan heliks, dan segmen segmen b sheet keduahidrogen yang berikatan hidrogen dengan b sheet kedua yang berikatan dengan sheet pertama (Gambar 3-11). pertama (Gambar 3-11). Motif-motif lainnya yakni: b hairpin, Motif-motif lainnya yakni: hairpin, yang terdiri atas dua untai yang terdiri atas dua untai b antiparalel; motif aa, terdiri atas dua a antiparalel; motif , terdiri atas dua heliks yang tersusun antiparalel; heliks yang tersusun antiparalel; dan b barrel, dengan b sheet yang dan barrel,suatu dengan sheet yang membentuk suatu silinder. membentuk silinder. COO-
H3+N
Gambar 3-11 Representasi diagram unit lipatan supersekunder b-a-
Gambar 3-11suatu Representasi diagram unit lipatan supersekunder - - panah, dari suatu b dari protein. Daerah-daerah b ditunjukkan dengan protein. Daerah-daerah ditunjukkan dengan panah, sementara sementarasegmen segmen a-heliks ditunjukkan dengan struktur coiled. Posisi -heliks ditunjukkan dengan struktur coiled. Posisi ikatanikatan hidrogen ditunjukkan dengan garis terputus – putus. ikatan-ikatan hidrogen ditunjukkan dengan garis terputus – putus.
(d) (d)Struktur proteinglobular, globular, struktur tertier meStruktur tertier: tertier : untuk untuk protein struktur tertier yakniyakni melipatnya lipatnya segmen-segmen strukturdalam sekunder dalam yang tiga distabilkan dimensi segmen-segmen struktur sekunder tiga dimensi yang distabilkan oleh interaksi antara urutan-urutan yang jauh. Sedangkan untuk protein yang hanya memiliki sedikit a heliks Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul atau struktur b (atau tak terdeteksi sama sekali), struktur tertier97 berarti melipatnya protein dalam tiga dimensi yang distabilkan
102
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
oleh interaksi antara bagian-bagian yang jauh urutannya. Struktur tertier adalah penataan spasial asam amino yang terpisah jauh dalam urutan linearnya serta juga residu-residu yang berdekatan. Selain itu, yang merupakan urutan asam amino yang menentukan struktur tiga dimensi akhir. Dalam protein globular yang larut dalam air seperti mioglobin, gaya dorong utama dibalik kelipatan rantai polipeptida yakni kebutuhan energitika untuk mengubur asam amino non-polar dalam interior hidrofob jauh dari lingkungan air di sekelilingnya, medium hidrofil. Rantai polipeptida melipat dengan spontan sehingga mayoritas rantai samping hidrofobnya terkubur dalam interior, dan mayoritas rantai sampingnya yang bermuatan dan polar berada pada permukaan. Setelah terlipat, konformasi tiga dimensi protein yang aktif biologis (asli) ini dipertahankan tidak hanya oleh interaksi hidrofob, namun juga oleh gaya elektrostatik, ikatan hidrogen, dan jika ada, ikatan disulfida kovalen. Gaya elektrostatik antara lain jembatan garam antara gugus-gugus bermuatan berlawanan dan banyaknya interaksi van der waals yang lemah antara rantai-rantai samping alifatik yang tersusun rapat dalam interior protein. (e) Struktur domain: domain banyak terdapat pada protein globular, terutama yang memiliki massa molekul lebih dari 20 kDa. Protein besar seringkali melipat sedemikian rupa sehingga setiap domain berukuran ~17 kDa. Sebagai contoh, enzim gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase terlipat membentuk dua domain yang masing-masing memiliki fungsi berbeda, yakni salah satu domain berukuran ~16 kDa mengikat kofaktor NAD+, sedangkan domain yang lain merupakan domain katalis berukuran ~21 kDa mengikat substrat gliseraldehid 3-fosfat. (f ) Struktur kuaterner: interaksi antara rantai-rantai polipeptida yang berbeda membentuk suatu struktur oligomer, yang distabilkan hanya oleh ikatan-ikatan nonkovalen.
Bab 3 Protein
103
Protein yang mengandung lebih dari satu rantai polipeptida, misalnya hemoglobin, memunculkan tingkat keempat struktur protein yang disebut struktur kuatner. Struktur tingkat ini yakni penataan spasial sub unit-sub unit ini bisa merupakan ikatan kovalen (misalnya ikatan disulfida) atau interaksi nonkovalen (gaya elektrostatik, ikatan hidrogen, interaksi hidrofob). Protein-protein globular dapat dikelompokkan menurut penyusunan strukturnya. Kelompok a/b memiliki motif b-a-b yang berulang, contohnya antara lain semua enzim glikolisis. Kelompok a + b memiliki b sheet dan a heliks yang tidak saling berhubungan. Kelompok a dan kelompok b hampir seluruhnya terdiri atas a heliks maupun b sheet. Sebagian besar protein toksin termasuk ke dalam kelompok protein jembatan S–S, dengan pusat hidrofob yang kecil dijaga oleh sejumlah besar ikatan disulfida. Contoh kelompok ini antara lain racun kalajengking dan serangga yang hanya tersusun oleh 38 – 40 residu tetapi masing-masing memiliki tiga ikatan disulfida. Volume protein yang berbentuk bola akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat molekul, lebih cepat daripada peningkatan luas permukaan. Untuk menyesuaikan semua gugus bermuatan pada permukaan dengan semua gugus nonpolar dalam interior, terdapat tiga strategi yang mungkin terjadi: 1. Protein besar bisa menunjukkan perubahan komposisi, dengan meningkatnya proporsi rantai samping asam amino nonpolar yang memenuhi volume interior yang membesar. 2. Protein besar bisa melipat membentuk domain-domain yang terpisah, tiap domain menjadi unit lipatan globular yang memiliki interior dan permukaannya sendiri, dan suatu untai yang menghubungkan tulang punggung antar domain. 3. Protein besar bisa melipat menjadi bentuk yang lebih panjang atau bentuk seperti batang.
104
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
5. MOTIF-MOTIF STRUKTUR PROTEIN Penelitian struktur dengan sinar-x memainkan peran utama dalam mengubah ilmu kimia yang pada awal abad ke-20 merupakan ilmu deskriptif menjadi suatu ilmu yang di dalamnya sifat-sifat senyawa baru bisa diprediksi secara teoritis. Ketika W.L. Bragg menyelesaikan struktur kristal yang pertama kalinya, yakni batu garam NaCl, hasilnya mengubah total konsep awal gaya ikatan dalam senyawa-senyawa ion. Struktur hasil kristalografi sinar-x yang pertama untuk molekul protein globular adalah pada mioglobin pada tahun 1958, dan mengejutkan mereka yang mengharapkan struktur dan fungsi protein yang umum dan sederhana seperti struktur DNA untai ganda (double helix) yang sederhana dan indah yang telah ditentukan lima tahun sebelumnya oleh James D. Watson dan Francis Crick. Pada tahun 1958, John Kendrew dari Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology, Cambridge, Inggris, yang menentukan struktur mioglobin dengan resolusi rendah, mengekspresikan kekecewaannya akan kompleksitas struktur tersebut dalam kata-kata berikut: “Mungkin hal yang paling menakjubkan dari molekul tersebut adalah kompleksitasnya dan tidak adanya simetri. Susunan ini tampaknya hampir sama sekali tidak memiliki keteraturan yang mengantisipasi secara instingtif, dan molekul ini lebih rumit daripada yang telah diperkirakan oleh teori struktur protein manapun.” Di sisi lain, mudah untuk memahami bahwa ketidakteraturan struktur seperti itu sebenarnya dibutuhkan oleh protein untuk memenuhi keberagaman fungsinya. Penyimpanan dan transfer informasi dari DNA adalah linear, dan dengan demikian molekul DNA untuk informasi yang sangat berbeda bisa saja mempunyai struktur yang sebenarnya sama. Sebaliknya, protein harus mengenali beribu-ribu macam molekul dalam sel melalui interaksi tiga dimensi mendetail, yang memerlukan struktur molekul protein yang berbeda-beda dan tak teratur. Selain kebutuhan ini, terdapat keteraturan dalam struktur protein, yang paling penting di antaranya yakni struktur sekunder.
Bab 3 Protein
105
Interior molekul protein berisi sebagian besar oleh rantai samping hidrofob. Rantai utama dalam interior disusun dalam struktur sekunder untuk menetralkan atom-atom polarnya melalui ikatan hidrogen. Terdapat dua tipe utama struktur sekunder, α-heliks dan b-sheet. Beta sheet bisa memiliki untai yang paralel, antiparalel, atau campuran. Struktur protein dibangun oleh kombinasi elemen struktur sekunder, α heliks, dan untai β. Elemen-elemen ini membentuk daerah inti yakni interior molekul dan dihubungkan oleh daerah loop pada permukaan. Diagram topologi skematik dan sederhana di mana elemen-elemen struktur sekunder ini ditandai warna terang sangatlah berguna dan sering digunakan. α-heliks atau untai β yang bersebelahan dalam urutan asam amino biasanya juga berdekatan dalam struktur tiga dimensi. Kombinasi tertentu, yang disebut motif, muncul sangat sering, termasuk motif heliks-loop-heliks dan motif hairpin. Suatu motif heliks-loop-heliks pengikat DNA dan motif heliks-loop-heliks pengikat kalsium, masing-masing dengan kebutuhan urutan asam amino dan geometri spesifiknya, digunakan dalam banyak protein berbeda. Motif β-α-β, yang terdiri atas dua untai β paralel digabungkan oleh satu α-heliks, ada dalam hampir semua struktur yang memiliki β-sheet paralel. Empat untai β antiparalel yang disusun dengan cara spesifik membentuk motif kunci Yunani, yang sering ditemukan dalam struktur dengan β-sheet antiparalel. Rantai polipeptida melipat menjadi satu atau beberapa unit terpisah, domain, yang merupakan unit fungsional dasar dan struktur tiga dimensi. Inti domain dibangun dari kombinasi motif kecil dari struktur sekunder, seperti motif α-loop-α, β-loop-β, atau β-α-β. Domain dikelompokkan ke dalam tiga kelompok struktur utama: struktur α, di mana inti dibangun hanya dari α-heliks; struktur β, yang membentuk β sheet antiparalel; dan struktur α/β, di mana kombinasi motif β-α-β membentuk dominasi β sheet paralel dikelilingi oleh α-heliks.
106
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Interior protein bersifat hidrofob Pada saat penelitian resolusi tinggi pada mioglobin telah ada, John Kendrew memperhatikan bahwa asam amino dalam interior protein memiliki rantai samping yang hampir seluruhnya hidrofob. Ini adalah salah satu prinsip dasar penting yang pertama kali muncul dari penelitian struktur protein. Gaya dorong utama untuk melipat molekul protein globular terlarut dalam air adalah dengan memasang rantai-rantai samping hidrofob di dalam interior molekul, sehingga menciptakan inti hidrofob dan permukaan hidrofil. Inti hidrofob ternyata penuh dengan rantai-rantai samping dalam interior protein. Rantai-rantai samping hidrofob yang bentuknya berbeda-beda ini posisinya harus sesuai dengan struktur sekunder dalam interior protein, sehingga memenuhi inti. Dalam beberapa kasus terdapat lubang dalam interior, yang biasanya diisi oleh satu atau lebih molekul air yang berikatan hidrogen dengan gugus polar internal. Molekul-molekul air internal yang terikat ini bisa dikatakan sebagai bagian integral dari struktur protein. Akan tetapi, terdapat masalah besar dengan menciptakan suatu inti hidrofob dari rantai protein. Untuk membawa rantai samping ke dalam inti, rantai utama juga harus melipat ke dalam interior. Rantai utama sangatlah polar dan hidrofil, dengan satu donor ikatan hidrogen, NH, dan satu akseptor ikatan hidrogen, C’=O, pada setiap unit peptida. Dalam lingkungan hidrofob, gugus-gugus polar rantai utama ini harus dinetralkan oleh pembentukan ikatan hidrogen. Masalah ini dipecahkan dengan pembentukan struktur sekunder biasa di dalam interior molekul protein. Struktur sekunder seperti ini biasanya merupakan salah satu dari dua tipe: alpha heliks (a-Heliks) atau beta sheet (β- sheet). Kedua tipe ini dikarakterisasi oleh ikatan hidrogen antara gugus NH dan C’=O rantai utama, yang terbentuk ketika sejumlah residu memiliki sudut phi (f) dan psi (y) yang sama. Elemen struktur sekunder dibentuk dengan cara ini dan dipertahankan oleh inti hidrofob sehingga membentuk rangka yang kaku (rigid) dan stabil. Rangka ini hanya memiliki fleksibilitas yang relatif kecil satu sama lainnya, dan merupakan bagian dari struktur
Bab 3 Protein
107
protein yang paling jelas ditentukan oleh teknik sinar-x maupun NMR. Gugus-gugus fungsi pada protein menempel pada rangka ini, baik secara langsung oleh rantai sampingnya, atau lebih sering dalam daerah loop yang menghubungkan elemen-elemen struktur sekunder yang berdekatan. Kini kita akan melihat lebih dekat pada elemenelemen struktur ini. Alpha (a) heliks adalah elemen penting dari struktur sekunder a-Heliks adalah elemen klasik dari struktur protein. a-Heliks pertama kali dijelaskan pada tahun 1951 oleh Linus Pauling yang bekerja dan meneliti pada California Institute of Technology (Caltech). Ia memperkirakan bahwa struktur ini stabil dan disukai secara energetika dalam protein. Ia membuat prediksi menakjubkan ini atas dasar parameter geometris akurat yang diturunkan untuk unit peptida dari hasil analisis kristalografi struktur pada serangkaian molekul kecil. Prediksi ini segera mendapat dukungan eksperimen kuat dari pola difraksi yang diperoleh oleh Max Perutz di Cambridge, Inggris, dari kristal hemoglobin dan serat keratin. Semuanya ini diverifikasi dari struktur mioglobin resolusi tinggi milik John Kendrew, yang semua struktur sekundernya adalah heliks. a-heliks dalam protein ditemukan ketika suatu bentangan residu berurutan semuanya memiliki pasangan sudut f, y sekitar -600 dan 500, sesuai dengan daerah yang diperbolehkan di kuadran kiri bawah plot Ramachandran. a-Heliks memiliki 3,6 residu per putaran dengan ikatan hydrogen antara C’=O dari residu n dan NH dari residu n + 4 (Gambar 3.12). Dengan demikian semua gugus NH dan C’O diikat oleh ikatan hidrogen kecuali gugus NH pertama dan gugus C’O terakhir pada ujung a heliks. Akibatnya, ujung-ujung a-heliks bersifat polar dan hampir selalu berada pada permukaan molekul protein.
-Heliks memiliki 3,6 residu per putaran dengan ikatan hydrogen antara C’=O dari residu n dan NH dari residu n + 4 (Gambar 3.12). Dengan demikian semua gugus NH dan C’O diikat oleh ikatan hidrogen kecuali gugus NH pertama dan
108
gugus C’O terakhir pada ujung
heliks.
Akibatnya, ujung-ujung -heliks Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
bersifat polar dan hampir selalu berada pada permukaan molekul protein.
3,6 residu
Protein A
C
B
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
D
103
E
Gambar 3-12 a-Heliks adalah salah satu elemen utama struktur Gambar 3-12 elemen utama struktur hidrogen sekunder dalam sekunder dalam-Heliks protein.adalah Atom salah N dansatu O rantai utama berikatan protein. Atom N dan O rantai utama berikatan hidrogen satu sama lain satu sama lain di dalam a heliks. (a) Diagram ideal jalur rantai utama di dalam heliks. (a) Diagram ideal jalur rantai utama dalam heliks. dalam a heliks. Alpha heliks seringkali diilustrasikan dengan Alpha heliks seringkali diilustrasikan dengan cara cara ini. ini. Terdapat 3,6 yang berarti sepanjang 5,4 Å (1,5 Å Terdapat 3,6residu residuper perputaran putarandalam dalam heliks, a heliks, yang berarti sepanjang per residu). (b) Sama seperti (a) tetapi dengan perkiraan posisi untuk 5,4 Å (1,5 Å per residu). (b) Sama seperti (a) tetapi dengan perkiraan atom-atom rantai utama dan ikatan hidrogen. Anak panah menunjukkan posisi untuk atom-atom rantai utama dan ikatan hidrogen. Anak panah arah dari ujung-N ke ujung-C. (c) Diagram skematik suatu heliks. menunjukkan arah dari ujung-N ujung-C. Diagram skematik Atom oksigen berwarnakemerah, dan(c)atom N berwarna biru. Ikatan hidrogen antara O dan N merah Rantai samping ditunjukkan suatu a heliks. Atom oksigen berwarna merah,garis. dan atom N berwarna dengan lingkaran ungu. (d) Model ball-and-stick salah satu -heliks biru. Ikatandalam hidrogen antara O dan N merah garis. Rantai samping mioglobin. Jalur rantai utama berwarna kuning; rantai samping ditunjukkan dengan lingkaran ungu. (d) Model ball-and-stick salah satu(e) Satu berwarna ungu. Atom-atom rantai utama tidak berwarna. putaran -heliksJalur dilihat dari sumbu a-heliks dalam mioglobin. rantai utamaheliks. berwarna kuning; rantai samping berwarna ungu. Atom-atom rantai utama tidak berwarna. (e) Satu putaran a-heliks dilihat dari sumbu heliks. Variasi pada
-heliks di mana rantai bergulung lebih longgar atau lebih
kuat, dengan ikatan hidrogen pada residu n + 5 atau n + 3 dan bukan pada n +
Bab 3 Protein
109
Variasi pada s-heliks di mana rantai bergulung lebih longgar atau lebih kuat, dengan ikatan hidrogen pada residu n + 5 atau n + 3 dan bukan pada n + 4 disebut sebagai p heliks atau 310 heliks. 310 Heliks memiliki 3 residu per putaran dan 10 atom di antara donor dan akseptor ikatan hidrogen. Baik p heliks maupun 310 heliks langka terdapat dan biasanya hanya pada ujung a-heliks atau sebagai heliks putaran tunggal. Bentuk-bentuk ini secara energetika tidaklah disukai, karena atom-atom tulang punggungnya dikemas terlalu ketat dalam 310 heliks dan terlalu longgar dalam p heliks sehingga terdapat lubang di tengahnya. Hanya dalam a-heliks-lah atom-atom tulang punggungnya dikemas sedemikian rupa membentuk struktur yang stabil. Dalam protein globular, a-heliks bervariasi panjangnya mulai dari empat atau lima asam amino sampai lebih dari empat puluh residu. Panjang rata-ratanya sekitar sepuluh residu atau tiga putaran. Jarak per residu pada a-heliks yakni 1,5 Å sepanjang sumbu heliks, atau sekitar 15 Å dari satu ujung ke ujung lainnya pada a-heliks rata-rata. Secara teori suatu a-heliks bisa berupa tangan kanan atau tangan kiri tergantung pada arah perputaran rantai. Akan tetapi, a-heliks tangan kiri tidak diperbolehkan untuk asam amino L- karena kedekatan rantai-rantai samping dan gugus C’O. Maka, a-heliks yang diamati pada protein hampir selalu merupakan tangan kanan. Daerah pendek a-heliks tangan kiri ( 3-5 residu) hanya kadang-kadang terdapat. a-Heliks memiliki momen dipol Semua ikatan hidrogen dalam suatu titik a-heliks berada dalam arah yang sama karena unit-unit peptida berjajar dalam orientasi yang sama sepanjang sumbu heliks. Karena satu unit peptida memiliki momen dipol yang muncul dari perbedaan polaritas gugus NH dan C’O, momen-momen dipol ini juga berjajar di sepanjang sumbu heliks (Gambar 3.13). Efek keseluruhannya yakni total dipol besar untuk a-heliks yang memberikan muatan positif parsial pada ujung amino dan muatan negatif parsial pada ujung karboksi dari a-heliks tersebut. Besarnya momen dipol ini yakni sekitar 0,5 – 0,7 unit muatan pada
110
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
tiap ujung heliks. Muatan-muatan ini diharapkan dapat menarik ligan dengan muatan berlawanan dan ligan bermuatan negatif, terutama jika ligan tersebut memiliki gugus fosfat dan seringkali berikatan pada ujung-N a-heliks. Sebaliknya, ligan bermuatan positif jarang berikatan pada ujung-C. Hal ini mungkin karena selain efek dipol, ujung-N suatu a-heliks memiliki gugus NH bebas dengan geometri yang disukai untuk posisi gugus fosfat oleh ikatan hidrogen tertentu (lihat Gambar 3.13). Pengikatan ligan seperti ini sering terjadi dalam protein; yang memberikan contoh ikatan tertentu melalui konformasi rantai utama di mana rantai samping tidak terlibat. Beberapa asam amino lebih disukai dalam α-heliks Rantai samping asam amino diproyeksikan keluar dari a-heliks (lihat Gambar 3.12e) dan tidak memasukinya, kecuali untuk prolin. Atom terakhir pada rantai samping prolin terikat pada atom N rantai utama, yang membentuk struktur linear Ca-CH2-CH2-CH2-N. Hal ini mencegah atom N untuk berpartisipasi dalam pembentukan ikatan hidrogen dan juga memberikan suatu halangan sterik kepada konformasi a-heliks. Prolin sangat cocok dalam putaran pertama suatu a-heliks, tetapi biasanya menghasilkan bengkokan tajam jika berada di tempat lain dalam heliks tersebut. Bengkokan seperti itu terjadi dalam banyak a-heliks, bukan hanya dalam beberapa yang mengandung prolin di tengahnya. Karena itu, meskipun kita bisa memperkirakan bahwa residu prolin dapat menyebabkan suatu belokan dalam a-heliks, tetapi bukan berarti bahwa semua belokan merupakan akibat dari adanya prolin. Beberapa macam rantai samping ternyata memiliki sifat terpilih yang lemah tetapi pasti untuk berada dalam a-heliks atau tidak. Ala (A), Glu (E), Leu (L), dan Met (M) adalah pembentuk a-heliks yang baik, sedangkan Pro (P), Gly (G), Tyr (Y), dan Ser (S) sangat jelek untuk a-heliks. Pemilihan seperti ini adalah inti bagi seluruh usaha awal untuk memperkirakan struktur sekunder dari urutan asam amino, tetapi tidak cukup kuat untuk memberikan prediksi yang akurat.
Bab 3 Protein
Protein 111
-
Momen dipol
fosfa
A
C
B
Gambar 3-13 Gugus bermuatan negatif seperti ion fosfat seringkali
Gambar 3-13 Gugus bermuatan negatif seperti ion fosfat terikat sama pada ujung terikat pada ujung amino a-heliks. Momen dipol seringkali suatu a-heliks amino -heliks. Momen dipol suatu -heliks sama seperti posibilitas seperti posibilitas ikatan pada hidrogen pada bebas pada ujung ikatan hidrogen gugus NHgugus bebasNH pada ujung heliks menyukai ikatan seperti Dipol Nilai dalam heliks menyukai ikatan ini. seperti(a)ini. (a) satu Dipolunit satupeptida. unit peptida. Nilai kotak memberikan pendekatan muatan fraksional atom-atom dalam unit dalam kotak memberikan pendekatan muatan fraksional atom-atom peptida. (b) Dipol unit peptida dijajarkan sepanjang sumbu -heliks, dalam unityang peptida. (b) Dipolmomen unit peptida dijajarkan sepanjang sumbupositif menciptakan dipol total untuk -heliks tersebut, a-heliks, yang dipol total untuk a-heliks padamenciptakan ujung amino momen dan negatif pada ujung karboksi. (c)tersebut, Gugus fosfat berikatan hidrogen pada ujung NH suatu -heliks. positif pada ujung amino dan negatif pada ujung karboksi. (c) Gugus
fosfat berikatan hidrogen pada ujung NH suatu a-heliks.
Beberapa asam amino lebih disukai dalam -heliks Lokasi yang paling banyak terdapat a-heliks dalam
suatu struktur protein yaknisamping di sepanjang protein, dengan satu sisi heliks Rantai asam bagian amino luar diproyeksikan keluar dari -heliks (lihat berhadapan dengan larutan dan sisi lainnya berhadapan dengan Gambar 3.12e) dan tidak memasukinya, kecuali untuk prolin. Atom terakhir interior hidrofob protein tersebut. Karena itu, dengan 3,6 residu pada rantai samping prolin terikat pada atom N rantai utama, yang membentuk per putaran, ada kecenderungan rantai samping untuk berubah dari struktur C -CH Hal ini atom residu. N untuk 2-CH2-CH 2-N. hidrofoblinear menjadi hidrofil dengan jarak tigamencegah sampai empat Meskipun kecenderungan ini terkadang bisa dan terlihat dalam urutan berpartisipasi dalam pembentukan ikatan hidrogen juga memberikan suatu asam amino, cukup -heliks. kuat untuk struktur, karena halangan sterik tetapi kepadatidak konformasi Prolinprediksi sangat cocok dalam putaran residu yang menghadap larutan bisa bersifat hidrofob sehingga a-heliks pertama suatu -heliks, tetapi biasanya menghasilkan bengkokan tajam jika bisa saja tenggelam seluruhnya dalam protein atau terlihat seluruhnya. berada di tempat lain dalam heliks tersebut.
Bengkokan seperti itu terjadi
dalam banyak -heliks, bukan hanya dalam beberapa yang mengandung prolin di tengahnya. Karena itu, meskipun kita bisa memperkirakan bahwa residu
112
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Urutan berikut menunjukkan contoh-contoh urutan asam amino yang a-heliksnya tenggelam total, tenggelam sebagian, dan terlihat seluruhnya. Urutan asam amino dari tiga a-heliks 1. –Leu-Ser-Phe-Ala-Ala-Ala-Met-Asn-Gly-Leu-Ala2. –Ile-Asn-Glu-Gly-Phe-Asp-Leu-Leu-Arg-Ser-Gly3. –Lys-Glu-Asp-Ala-Lys-Gly-Lys-Ser-Glu-Glu-GluUrutan pertama berasal dari enzim sitrat sintase, 260-270 residu, yang membentuk heliks tenggelam; urutan kedua berasal dari enzim alkohol dehidrogenase, 355-365 residu, yang membentuk heliks yang terbuka sebagian; dan urutan ketiga dari troponin-C, 87-97 residu, yang membentuk heliks terbuka seluruhnya. Residu bermuatan berwarna merah, residu polar biru, dan residu hidrofob hijau. Beta (β) sheet biasanya memiliki untai β yang paralel atau antiparalel Unsur struktur utama yang kedua ditemukan dalam protein globular yakni β-sheet. Struktur ini dibangun dari kombinasi beberapa daerah rantai polipeptida, kebalikan dengan β-heliks, yang dibangun dari satu daerah kontinu. Daerah ini, untai β, biasanya sepanjang 5 sampai 10 residu dan dalam konformasi yang hampir terbentang penuh dengan sudut φ, ψ di dalam daerah struktur luas yang diperbolehkan di kuadran kiri atas pada plot Ramachandran. Untai β ini berjajar berdekatan satu sama lain (lihat gambar 3.14 dan 3.15) sehingga ikatan hidrogen bisa terbentuk antara gugus C’=O di satu untai β dan gugus NH di untai β sebelahnya dan sebaliknya. β Sheet yang terbentuk dari beberapa untai βseperti ini “berlipat-lipat” dengan atom Cα yang sedikit di atas dan di bawah bidang β sheet. Rantai-rantai samping mengikuti pola ini sehingga di dalam untai β mereka juga mengarah ke atas atau ke bawah β sheet. Untai β bisa berinteraksi dalam dua cara untuk membentuk lembaran berlipat-lipat. Yang pertama, asam amino dalam jajaran untai β bisa semuanya ke arah biokimia yang sama, ujung amino ke ujung karboksi, yang lembarannya disebut paralel. Yang kedua, asam amino
gugus NH di untai
sebelahnya dan sebaliknya.
Sheet yang terbentuk dari
seperti ini “berlipat-lipat” dengan atom C yang sedikit di atas
beberapa untai
dan di bawah bidang
Bab 3 Protein
sehingga di dalam untai
sheet.
Rantai-rantai samping mengikuti pola ini
mereka juga mengarah ke atas atau ke bawah
113
sheet.
A
C
B
D
Gambar 3-14 Ilustrasi skematik sheet antiparalel. Sheet adalah unsur utama kedua dari struktur sekunder dalam protein. Untai bisa semuanya antiparalel seperti dalam gambar ini atau semuanya paralel atau campuran seperti digambarkan dalam gambar berikutnya. (a) Konformasi terbentang suatu untai . Rantai samping ditunjukkan sebagai lingkaran ungu. Orientasi untai adalah pada sudut kanan pada (b) dan (c). Untai secara skematik digambarkan sebagai anak
Gambar 3-14 Ilustrasi skematik b sheet antiparalel. b Sheet adalah unsur utama kedua dari struktur sekunder dalam protein. Untai b bisa semuanya antiparalel seperti dalam gambar ini atau semuanya paralel atau campuran seperti digambarkan dalam gambar berikutnya. (a) Konformasi terbentang suatuBiokimia: untaiStruktur b . Rantai samping dan Fungsi Biomolekul ditunjukkan sebagai lingkaran 108ungu. Orientasi untai b adalah pada sudut kanan pada (b) dan (c). Untai b secara skematik digambarkan sebagai anak panah, dari ujung N ke C. (b) Ilustrasi skematik pola ikatan hidrogen dalam b sheet antiparalel. NH dan atom O rantai utama di dalam b sheet berikatan hidrogen satu sama lain. (c) Versi ball-and-stick dari (b). Atom oksigen berwarna merah; atom nitrogen berwarna biru. Atom hidrogen dalam N-H…O berwarna putih. Atom karbon dalam rantai utama, Ca, berwarna hitam. Rantai samping digambarkan oleh satu atom ungu. Orientasi untai b berbeda daripada dalam (a). (d) Ilustrasi lipatan b sheet. Dua untai b antiparalel dilihat dari sisi b sheet. Perhatikan bahwa arah rantai samping, R
114
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
di untai yang berdekatan memiliki arah berlawanan, ujung amino ke ujung karboksi diikuti oleh ujung karboksi ke ujung amino, diikuti oleh ujung amino ke ujung karboksi, dan seterusnya, yang lembarannya disebut antiparalel. Masing-masing bentuk ini memiliki pola ikatan hidrogen yang berbeda. β Sheet antiparalel (Gambar 3.14) memiliki ruang antara pasangan ikatan hidrogen yang sempit serta ruang antar pasangan yang lebar. β-Sheet paralel (Gambar 3.15) memiliki ruang antara ikatan hidrogen berukuran rata-rata yang menjembatani untai b di satu sudut. Di dalam kedua tipe b sheet semua kemungkinan ikatan hidrogen rantai utama terbentuk, kecuali untuk dua untai b sheet yang hanya memiliki satu untai β sebelahnya. Untai-untai b bisa juga berkombinasi menjadi β-sheet Proteincampuran dengan sebagian pasangan untai b paralel dan sebagian antiparalel. panah, dari ujung N ke C. (b) Ilustrasi skematik pola ikatan hidrogen Terdapat ketidakjelasan terhadap b -sheet campuran; hanya sekitar dalam sheet antiparalel. NH dan atom O rantai utama di dalam sheet berikatan hidrogen satu sama lain. (c) Versi ball-and-stick dari 20% untai di dalam b -sheet dari struktur protein yang telah diketahui (b). Atom oksigen berwarna merah; atom nitrogen berwarna biru. Atom hidrogen dalam N-H…O berwarna putih. Atom karbon dalam rantai yang memiliki ikatan paralel di satu sisi dan ikatan antiparalel di sisi utama, C , berwarna hitam. Rantai samping digambarkan oleh satu ungu.mengilustrasikan Orientasi untai berbeda daripada dalam (a). (d) Ilustrasi hidrogen lainnya. Gambar atom 3.16 bagaimana ikatan lipatan sheet. Dua untai antiparalel dilihat dari sisi sheet. bahwa dalam arah rantai suatu samping, R lipatanyang ditekankan. antara untai-untaiPerhatikan b disusun b diikuti -sheet campuran.
A
B
C
Gambar 3-15 b -Sheet paralel. (a) Diagram skematik menunjukkan pola Gambar 3-15 -Sheet paralel. (a) Diagram skematik menunjukkan pola ikatan hidrogen dalam -sheet paralel. (b) Versi ball-and-stick dari (a). ikatan hidrogen dalam b -sheet paralel. (b) Versi ball-and-stick dari (a). Skema warna yang sama digunakan dalam Gambar 3.15c. (c) Diagram menggambarkan lipatan -sheet paralel. Skema warna yang sama skematik digunakan dalam Gambar 3.15c. (c) Diagram skematik menggambarkan lipatan b-sheet paralel. Untai
bisa berinteraksi dalam dua cara untuk membentuk lembaran
berlipat-lipat. Yang pertama, asam amino dalam jajaran untai
bisa semuanya
ke arah biokimia yang sama, ujung amino ke ujung karboksi, yang lembarannya disebut paralel. Yang kedua, asam amino di untai yang berdekatan memiliki arah berlawanan, ujung amino ke ujung karboksi diikuti oleh ujung karboksi ke ujung amino, diikuti oleh ujung amino ke ujung karboksi, dan seterusnya, yang lembarannya disebut antiparalel. Masing-masing bentuk ini memiliki pola ikatan hidrogen yang berbeda.
Sheet antiparalel (Gambar 3.14) memiliki ruang
Untai-untai
bisa juga berkombinasi menjadi -sheet campuran dengan
sebagian pasangan untai
paralel dan sebagian antiparalel.
Terdapat
ketidakjelasan terhadap -sheet campuran; hanya sekitar 20% untai di dalam sheet dari struktur protein yang telah diketahui yang memiliki ikatan paralel di
Bab 3 Protein
115
satu sisi dan ikatan antiparalel di sisi lainnya. Gambar 3.16 mengilustrasikan bagaimana ikatan hidrogen antara untai-untai
disusun dalam suatu
-sheet
campuran.
Protein
Gambaran skematik struktur sekunder protein B
A
Semua penggambaran molekul adalah versi yang disederhanakan dari merupakan atom-atom mekanik, Gambarmolekul (a)sebenarnya, Ilustrasi pilinanyang -sheet. Untai digambar sebagaikuantum panah Gambar 3-16model (a) 3-16 Ilustrasi Untai banakdigambar sebagai dari ujung pilinan amino ke ujung b-sheet. karboksi dari untai dalam penggambaran kumpulan probabilitas sama seperti partikel maupun gelombang. Hal ini sulit skematik ini dari protein tioredoksin dari E. coli pada resolusi 2,8 Å. -Sheet campuran dilihat salah satu ujungnya. (b) Ikatan anak panah dari ujung amino ujung karboksi dari untaitipeb dalam untuk digambarkan. Karenake itu kitadarimenggunakan bermacam-macam hidrogen antara untai dalam -sheet campuran dari protein yang penggambaransama. sederhana, termasuk model space-filling; model ball-and-stick, penggambaran skematik ini dari protein tioredoksin dari E. coli pada dengan atom berbentuk bola dan ikatan berbentuk batang; dan model yang Dalam struktur protein yangdilihat telah diketahui, hampir semuasatu -sheetujungnya. (b) resolusi 2,8 Å.menggambarkan b -Sheet campuran dari salah sifat-sifat permukaan. Penggambaran yang paling mendetil paralel, antiparalel, dan campuran – memiliki untai yang berpilin. Pilinan ini adalah model ball-and-stick. tetapi, struktur protein dengan Ikatan hidrogen untai bAkan dalam b-sheet campuran dari protein selaluantara memiliki putaran tangan yang sama model seperti yang ditunjukkan dalam semua atom digambarkan membingungkan karena sedikitnya informasi yang tersedia Gambar 3.16, yang didefinisikan sebagai pilinan tangan kanan. yang sama. (Gambar 3.17a).
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
A
110
A
B
C
D
Gambar 3-17 (a) Struktur mioglobin memperlihatkan semua atom sebagai lingkaran Gambar 3-17 (a) Struktur mioglobin memperlihatkan atom kecil yang dihubungkan oleh garis lurus. Meskipun hanyasemua rantai samping di permukaan molekul yang diperlihatkan, gambar ini memiliki banyak atom dihubungkan sehingga penggambaranoleh dua dimensi ini sangat sebagai lingkaran kecil yang garisseperti lurus. Meskipun membingungkan dan sangat sedikit informasi yang bisa didapat darinya. hanya rantai samping di permukaan molekul yang diperlihatkan, gambar ini memiliki banyak atom sehingga penggambaran dua dimensi seperti Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 111 ini sangat membingungkan dan sangat sedikit informasi yang bisa didapat darinya. (b-d) Diagram skematik yang dibuat komputer dengan derajat penyederhanaan berbeda untuk struktur mioglobin.
116
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Dalam struktur protein yang telah diketahui, hampir semua b-sheet paralel, antiparalel, dan campuran – memiliki untai yang berpilin. Pilinan ini selalu memiliki putaran tangan yang sama seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.16, yang didefinisikan sebagai pilinan tangan kanan. Gambaran skematik struktur sekunder protein Semua penggambaran molekul adalah versi yang disederhanakan dari model molekul sebenarnya, yang merupakan atom-atom kuantum mekanik, kumpulan probabilitas sama seperti partikel maupun gelombang. Hal ini sulit untuk digambarkan. Karena itu kita menggunakan bermacam-macam tipe penggambaran sederhana, termasuk model space-filling; model ball-and-stick, dengan atom berbentuk bola dan ikatan berbentuk batang; dan model yang menggambarkan sifat-sifat permukaan. Penggambaran yang paling mendetil adalah model ball-and-stick. Akan tetapi, model struktur protein dengan semua atom digambarkan membingungkan karena sedikitnya informasi yang tersedia (Gambar 3.17a). Gambar dua dimensi model seperti ini tidak mungkin diinterpretasikan. Bahkan jika atom-atom rantai samping dilepaskan, masih sulit untuk mendapat informasi berarti dari gambar datar model seperti itu, terutama karena sulit untuk melihat hubungan antara unsur-unsur struktur sekunder. Karena elemen-elemen ini mendominasi struktur, gambar akan menjadi lebih jelas jika disederhanakan dan ditandai dengan suatu cara. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggambarkan jalur rantai polipeptida dengan tiga macam simbol: silinder untuk b -heliks; panah untuk untai β, yang memberikan arah untai dari ujung amino ke ujung karboksi; dan pita untuk bagian sisanya. Diagram skematik seperti ini memberikan gambar yang bagus dan sangat berguna akan struktur protein, tetapi tanpa informasi detil. Detilnya paling baik dipelajari dengan sistem grafik yang bisa dimanipulasi modelnya yang dibuat oleh komputer pada layar; dengan cara ini kekuatan alat grafik membuatnya mungkin untuk mempelajari lebih banyak detail.
dengan sistem grafik yang bisa dimanipulasi modelnya yang dibuat oleh komputer pada layar; dengan cara ini kekuatan alat grafik membuatnya mungkin mempelajari lebih banyak detail. Bab 3 untuk Protein
A
117
B
3-18 Contoh skematik tipe yang dipelopori GambarGambar 3-18 Contoh diagram diagram skematik untuk untuk tipe yang dipelopori oleh Jane oleh JaneRichardson. Richardson. Diagram (a) mengilustrasikan struktur mioglobin Diagram (a) mengilustrasikan struktur mioglobin dalam orientasi yang diagram buatan buatan komputer komputer pada pada Gambar dalam orientasi yangsama sama seperti seperti diagram 2.9b-d. Diagram (b), yang diambil dari J. Richardson, mengilustrasikan Gambar 2.9b-d. Diagram (b), yang diambil dari J. Richardson, struktur enzim triosefosfat isomerase, yang ditentukan pada resolusi 2,5 mengilustrasikan struktur enzim triosefosfat isomerase, yang ditentukan Å dalam laboratorium David Phillips, Oxford University. Diagram seperti bisa dengan mudahlaboratorium didapat dari David database struktur protein, seperti padainiresolusi 2,5 Å dalam Phillips, Oxford PDB, SCOPseperti atau CATH. University. Diagram ini bisa dengan mudah didapat dari database struktur protein, seperti PDB, SCOP atau CATH. Diagram topologi berguna untuk klasifikasi struktur protein Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Untuk tujuan tertentu lebih enak jika melihat penggambaran skematik yang lebih sederhana untuk elemen struktur sekunder, terutama untuk b -sheet. Fitur paling karakteristik dari β-sheet adalah jumlah untai, arah relatif (paralel atau antiparalel), dan bagaimana untaiuntai dihubungkan sepanjang rantai polipeptida. Informasi ini bisa dengan mudah didapat melalui diagram sederhana panah-panah yang berhubungan seperti dalam Gambar 3.19, yang diagram topologi sederhana seperti itu dibandingkan dengan diagram Richardson yang lebih lengkap. Pilinan β-sheet tidak digambarkan dalam diagram topologi ini. Namun demikian, diagram ini sangat membantu jika digunakan untuk membandingkan struktur β dan untuk analisa dan menampilkan data dalam pencarian database komputer untuk strukturstruktur serupa.
112
118
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Protein
Gambar 3-19 b -Sheet biasanya digambarkan hanya dengan panah Gambar 3-19 -Sheettopologi biasanya digambarkan hanyaarah dengan dalam diagram yang menunjukkan tiap panah untai bdalam dan diagram topologi yang menunjukkan arah tiap untai dan bagaimana untai bagaimana untai tersebut dihubungkan satu sama lain sepanjang tersebut dihubungkan satu sama lain sepanjang rantai polipeptida. rantai polipeptida. topologiiniseperti inidibandingkan di sini dibandingkan Diagram Diagram topologi seperti di sini dengan diagram skematik yang lebih untuk berbagai tipe -sheet. dengan diagram skematik yanglengkap lebih lengkap untuk berbagai tipe b(a)- Empat untai. -Sheet antiparalel dalam satu domain dari enzim sheet. (a) Empat untai. b -Sheet antiparalel dalam satu domain dariaspartat transkarbamoilase. Struktur enzim ini telah ditentukan pada resolusi 2,8 enzim aspartat Struktur telahredoks ditentukan Å. transkarbamoilase. (b) Lima untai. -Sheet paralelenzim dalamini protein flavodoksin, yang2,8 strukturnya telahuntai. ditentukan pada resolusi 1,8 Å. (c) Delapan pada resolusi Å. (b) Lima b -Sheet paralel dalam protein untai. Dinding antiparalel dalam pembawa elektron plastosianin. redoks flavodoksin, yang strukturnya telah ditentukan pada resolusi 1,8 Å. (c) Delapan untai. Dinding antiparalel dalam pembawa elektron plastosianin. Motif hairpin
sering muncul dalam struktur protein
Motif paling sederhana yang melibatkan untai daripada motif pengikat kalsium
, lebih sederhana
-heliks, yakni dua untai antiparalel
Protein
Bab 3 Protein
antiparalel baik sebagai pita terisolasi maupun sebagai bagian dari
yang lebih kompleks.
Terdapat pemilihan kuat untuk untai-untai
-sheet
119
untuk
bersebelahan dalam -sheet ketika bersebelahan dalam urutan asam amino Motif hairpin b sering muncul dalam struktur protein dan untuk membentuk motif hairpin
(atau
hairpin). Panjang daerah loop
antara sederhana untai bervariasi tetapi biasanya sepanjang lima sederhana residu. Motif paling yang melibatkan untaiduabsampai , lebih Tidak ada fungsi khusus yang berkaitan dengan yakni motif ini.dua untai antiparalel daripada motif pengikat kalsium α-heliks, Gambar 3.20 menunjukkan kedua kasus, pita bersebelahan dihubungkan oleh contoh satu dari loop. Motif ini,terisolasi yangdandisebut sheet. Pita terisolasi diilustrasikan oleh struktur inhibitor bovine tripsin (Gambar hairpin atau unit b-b, muncul cukup sering; yang terdapat dalam 3.20a), suatu polipeptida kecil yang sangat stabil sepanjang 58 asam amino kebanyakan struktur b antiparalel baik sebagai pita terisolasi maupun yang menginhibisi aktivitas tripsin protease pencernaan. Struktur ini telah sebagai bagian dari b -sheet yang lebih kompleks. Terdapat pemilihan ditentukan pada resolusi 1,0 Å dalam laboratorium Robert Huber di Munich, kuat untuk untai-untaib untuk bersebelahan dalam β-sheet ketika Jerman. Motif hairpin sebagai bagian dari sheet diperlihatkan oleh struktur bersebelahan dalam urutan asam amino dan untuk membentuk motif bisa ular, erabutoxin (Gambar 3.20b), yang mengikat dan menginhibisi reseptor hairpin b (atau b hairpin). Panjang daerah loop antara untai b bervariasi asetilkolin dalam sel syaraf. Strukturnya telah ditentukan pada resolusi 1,4 Å. tetapi biasanya sepanjang residu. Tidak ada fungsi Inti struktur ini adalah dua sheet sampai yang terdirilima atas lima untai yang mengandung dua motif hairpin dan satu untai tambahan. khusus yang berkaitan dengan motif ini.
A
B
Gambar 3-20 Motif hairpin sangat sering dalam -sheet dan dibangun dari dua untai bersebelahan yang dihubungkan oleh daerah loop. Dua contoh motif seperti ini diperlihatkan. (a) Diagram skematik struktur inhibitor bovine tripsin. Motif hairpin (b) Diagram skematik struktur bisa ular erabutoksin. Dua motif hairpin di dalam -sheet.
Gambar 3-20 Motif hairpin sangat sering dalam b -sheet dan dibangun dari dua untai b bersebelahan yang dihubungkan oleh daerah loop. Dua contoh motif seperti ini diperlihatkan. (a) Diagram skematik struktur inhibitor bovine tripsin. Motif hairpin (b) Diagram skematik struktur bisa ular erabutoksin. Dua motif hairpin di dalam b -sheet. Gambar 3.20 menunjukkan contoh dari kedua kasus, pita terisolasi Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 115 dan b sheet. Pita terisolasi diilustrasikan oleh struktur inhibitor bovine tripsin (Gambar 3.20a), suatu polipeptida kecil yang sangat stabil sepanjang 58 asam amino yang menginhibisi aktivitas tripsin protease pencernaan. Struktur ini telah ditentukan pada resolusi 1,0 Å dalam laboratorium Robert Huber di Munich, Jerman. Motif hairpin sebagai
120
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
bagian dari b sheet diperlihatkan oleh struktur bisa ular, erabutoxin (Gambar 3.20b), yang mengikat dan menginhibisi reseptor asetilkolin dalam sel syaraf. Strukturnya telah ditentukan pada resolusi 1,4 Å. Inti struktur ini adalah b sheet yang terdiri atas lima untai yang mengandung dua motif hairpin dan satu untai b tambahan. Motif β-α-β terdiri atas dua untai b paralel Motif hairpin adalah cara sederhana dan sering digunakan untuk menghubungkan dua untai b antiparalel, karena ujung-ujung yang terhubung dalam untai b terletak berdekatan pada ujung yang sama dari b -sheet. Bagaimana untai b paralel terhubung? Jika dua untai bersebelahan dalam urutan asam amino, kedua ujungnya yang harus terhubung berada pada ujung berlawanan dari b -sheet. Rantai polipeptida harus melintasi b -sheet dari satu ujung ke ujung lainnya dan menghubungkan untai β berikutnya dekat dengan titik di mana untai b pertama dimulai. Koneksi crossover seperti ini seringkali dibuat oleh α -heliks. Rantai polipeptida harus berputar dua kali menggunakan daerah loop, dan motif yang terbentk yakni untai β diikuti oleh loop, b -heliks, loop lagi, dan, akhirnya, untai β kedua. Motif ini disebut motif beta-alpha-beta, β-α-β (Gambar 3.21) dan ditemukan sebagai bagian dari hampir semua struktur protein yang memiliki β-sheet paralel. Sebagai contoh, molekul yang diperlihatkan dalam triosefosfat isomerase, seluruhnya dibangun oleh perulangan kombinasi motif ini, dengan dua motif membagi satu untai β. Ini bisa juga disebut sebagai dibangun dari empat motif β-α-β-α berurutan. α-Heliks dalam motif β-α-β menghubungkan ujung karboksi dari satu untai β dengan ujung amino dari untai β berikutnya (lihat Gambar 3.21) dan biasanya terorientasi sedemikian rupa sehingga sumbu heliks kira-kira paralel terhadap untai β. α-Heliks terkemas terhadap untai β sehingga melindungi residu hidrofob pada untai β dari larutan. Maka motif β-α-β terdiri atas dua untai β paralel, satu α-heliks, dan dua daerah loop (kecuali dalam beberapa kasus hubungan antara dua untai β-paralel bukan α-heliks melainkan rantai polipeptida dengan struktur tak beraturan). Daerah loop bisa memiliki panjang
titik di mana untai
pertama dimulai. Koneksi crossover seperti ini seringkali
dibuat oleh -heliks. Rantai polipeptida harus berputar dua kali menggunakan daerah loop, dan motif yang terbentk yakni untai Bab 3 Protein loop lagi, dan, akhirnya, untai
diikuti oleh loop, -heliks, 121
kedua.
Motif ini disebut motif beta-alpha-beta,
- -
(Gambar 3.21) dan
yang sangat berbeda, dari satu atau dua residu sampai lebih dari seratus. ditemukan sebagai bagianfungsi dari hampir semua struktur yang memiliki Kedua loop memiliki yang berbeda. Loop protein (Gambar 3.21) yang sheet paralel. Sebagai contoh, molekul dalam triosefosfat menghubungkan ujung karboksi dari yang untaidiperlihatkan β dengan ujung amino dari α-heliks sering terlibat dalam pembentukan sisikombinasi ikatan fungsional, atau isomerase, seluruhnya dibangun oleh perulangan motif ini, dengan sisimotif aktif,membagi dari struktur-struktur loop ini biasanya dua satu untai . Iniini. bisaDaerah-daerah juga disebut sebagai dibangun dari memiliki urutan asam amino tertentu dalam protein homolog. empat motif - - - berurutan. Sebaliknya, loop lainnya belum diketahui terlibat dalam sisi aktif.
A
B
GambarGambar 3-21 Dua3-21 untai Dua paralel yang bersebelahan biasanya dihubungkan oleh satu untai β paralel yang bersebelahan biasanya -heliks dari ujung-C untai 1 kepada ujung-N untai 2. Kebanyakan dari ujung-C-sheet untai paralel 1 kepada ujung- dari dihubungkan olehprotein satu α-heliks struktur yang mengandung dibangun motif -struktur - seperti ini. Anak menunjukkan untai , β-sheet N untai kombinasi 2. Kebanyakan protein yang panah mengandung dan silinder menunjukkan heliks. (a) Diagram skematik jalur rantai paralel dibangun dari kombinasi motif β-α-β seperti ini. Anak panah utama. (b) Diagram topologi motif - - .
menunjukkan untai β, dan silinder menunjukkan heliks. (a) Diagram β-α-β. skematik (b) Diagram topologi -Heliks jalur dalamrantai motifutama. - - menghubungkan ujungmotif karboksi dari satu
untai
dengan ujung amino dari untai
berikutnya (lihat Gambar 3.21) dan
Motif β-α-β bisa dikatakan sebagai putaran heliks longgar dari satu untai β, mengelilingi ikatan, dan masuk ke untai β berikutnya. Maka motif ini pada prinsipnya bisa mempunyai dua macam “tangan” Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 116 (Gambar 3.22). Intinya, tiap motif β-α-β dalam struktur protein yang diketahui ternyata memiliki tangan yang sama sebagai α-heliks tangan kanan sehingga disebut tangan kanan. Tidak ada penjelasan meyakinkan untuk keteraturan ini, meskipun itulah satu-satunya aturan umum yang menjelaskan bagaimana tiga elemen struktur sekunder disusun relatif satu dengan lainnya. Aturan tangan ini memiliki akibat fungsional dan struktural penting ketika beberapa motif ini dihubungkan menjadi struktur domain.
aturan umum yang menjelaskan bagaimana tiga elemen struktur sekunder disusun relatif satu dengan lainnya.
Aturan tangan ini memiliki akibat
122 Biokimia: Struktur Fungsi Biomolekul fungsional dan struktural penting ketika beberapa motif inidan dihubungkan menjadi
struktur domain.
A
B
GambarGambar 3-22 Motif - -Motif padaβ-α-β prinsipnya bisa memiliki dua 3-22 pada prinsipnya bisa“tangan”. memiliki(a) duaHubungan ini Hubungan dengan heliks atas sheet ditemukan dalamditemukan hampir semua protein “tangan”. (a) inididengan heliks di atas sheet dalam dan disebut tangan kanan karena memiliki tangan yang sama seperti -
hampir semua protein dan disebut tangan kanan karena memiliki tangan yang sama seperti α-heliks tangan kanan. (b) Hubungan tangan kiri dengan heliks di bawah sheet.
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Molekul protein diorganisasikan dalam hierarki struktur Biokimiawan Denmark Kai Linderstrøm-Lang memberikan istilah struktur “primer”, “sekunder”, dan “tertier” untuk menekankan hierarki struktur dalam protein. Struktur primer adalah urutan asam amino, atau dengan kata lain, susunan asam amino sepanjang rantai polipeptida linier. Dua macam protein yang memiliki banyak persamaan dalam struktur primernya dikatakan homolog satu sama lain, dan karena urutan DNAnya juga sangat mirip, biasanya diasumsikan bahwa kedua protein tersebut berkaitan secara evolusionaritas, bahwa keduanya telah berevolusi dari suatu gen leluhur yang sama. Struktur sekunder terdapat sebagian besar sebagai α-heliks dan untai β. Pembentukan struktur sekunder dalam daerah lokal pada rantai polipeptida untuk tujuan tertentu ditentukan oleh struktur primer. Urutan asam amino tertentu memilih α-heliks atau untai β; yang lainnya memilih pembentukan daerah loop. Elemen-elemen struktur sekunder biasanya menata dirinya sendiri dalam motif sederhana, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Motif dibentuk dengan mengemas rantai samping dari b-heliks atau untai β berdekatan satu sama lain.
117
Bab 3 Protein
123
Beberapa motif biasanya bergabung untuk membentuk struktur globular kompak, yang disebut domain. Dalam buku ini kita akan menggunakan istilah struktur tertier sebagai istilah umum baik untuk cara motif disusun menjadi struktur domain maupun untuk cara suatu rantai polipeptida tunggal melipat menjadi satu atau beberapa domain. Dalam penelitian telah ditemukan bahwa jika terdapat homologi urutan asam amino yang besar dalam dua domain di protein yang berbeda, domain-domain ini memiliki struktur tertier serupa. Molekul protein yang hanya memiliki satu rantai disebut protein monomer. Namun sejumlah besar protein memiliki struktur kuaterner, yang terdiri atas beberapa rantai polipeptida identik (subunit) yang bergabung menjadi molekul multimer dengan cara tertentu. Subunitsubunit ini bisa berfungsi secara independen satu sama lain maupun secara kerjasama sehingga fungsi satu subunit tergantung pada keadaan fungsional subunit lain. Molekul protein lain disusun dari beberapa macam subunit dengan fungsi yang berbeda; sebagai contoh, RNA polymerase dari E. coli mengandung lima macam rantai polipeptida. Domain dibangun dari motif struktur Domain dibentuk oleh bermacam kombinasi elemen struktur sekunder dan motif. a-Heliks dan untai β dari motif berdekatan satu sama lain dalam struktur tiga dimensi dan dihubungkan oleh daerah loop. Motif bersebelahan, atau motif yang dibentuk dari daerah struktur primer berurutan dari suatu rantai polipeptida, biasanya saling berdekatan dalam struktur tiga dimensinya (Gambar 3.23). Maka untuk pendekatan pertama suatu rantai polipeptida bisa dianggap sebagai penataan berurutan dari motif-motif sederhana ini. Jumlah kombinasi seperti ini yang ditemukan dalam protein terbatas, dan sebagian kombinasi tampak disukai secara struktural. Maka struktur domain serupa sering muncul dalam protein berbeda dengan fungsi yang berbeda pula dan dengan urutan asam amino yang sama sekali berbeda.
kombinasi tampak disukai secara struktural.
Maka struktur domain serupa
sering muncul dalam protein berbeda dengan fungsi yang berbeda pula dan sekali berbeda. 124 dengan urutan asam amino yang sama Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
A
B
Gambar 3-23 Motif yang bersebelahan dalam urutan asam amino juga biasanya Gambar 3-23 Motif yang bersebelahan dalam urutan asam amino juga bersebelahan dalam struktur tiga dimensi. Triosefosfat isomerase biasanya bersebelahan struktur isomerase dibangundalam dari empat motiftiga- dimensi. - - yang Triosefosfat berurutan baik dalam urutan asam amino (a) maupun dalam struktur tiga dimensi (b). dibangun dari empat motif β-α-β-α yang berurutan baik dalam urutan asam amino (a) maupun dalam struktur tiga dimensi (b). Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Struktur protein bisa dibagi ke dalam tiga kelompok utama Atas dasar pertimbangan sederhana motif yang berhubungan, Michael Levitt dan Cyrus Chothia dari MRC Laboratory of Molecular Biology menurunkan taksonomi struktur protein dan mengelompokkan struktur domain ke dalam tiga kelompok utama: domain α, domain β, dan domain α/β. Dalam struktur α, inti dibangun hanya dari α heliks; dalam struktur β, inti terdiri atas β sheet antiparalel dan biasanya merupakan dua β sheet dikemas berhadapan satu sama lain. Struktur α/β dibuat dari kombinasi motif β-α-β yang membentuk dominasi β sheet paralel dikelilingi oleh α-heliks. Sebagian protein dibangun dari kombinasi motif α dan β yang terpisah dan biasanya membentuk satu β sheet antiparalel kecil di satu bagian domain yang dikemas terhadap sejumlah α heliks. Struktur ini bisa dianggap termasuk dalam kelompok keempat yang kecil yang
119
Bab 3 Protein
125
disebut α + β. Selain kelompok-kelompok ini, terdapat sejumlah protein kecil yang kaya akan ikatan disulfida atau atom logam dan membentuk kelompok khusus. Struktur protein ini tampak sangat dipengaruhi oleh adanya logam atau disulfida dan seringkali seperti versi distorsi dari protein yang lebih umum. Dalam buku ini domain dengan struktur protein yang diketahui dikelompokkan menurut skema Levitt dan Chothia. Pengelompokkan Cyrus Chothia telah membuat suatu database di mana semua struktur protein yang tersedia disusun menurut hierarki ini. Di dalam tiap kelompok, struktur disusun dalam superfamili menurut struktur tertiernya dan, di dalam superfamili, dalam famili menurut fungsi dan homologi urutan.
6. HOMOLOGI URUTAN DAN EVOLUSI PROTEIN Protein myoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen dalam otot. Protein ini termasuk yang pertama kali dipelajari dengan bantuan kristalografi sinar-x, yang menunjukkan struktur globular yang kompak yang terdiri atas delapan segmen a heliks dihubungkan melalui segmen nonheliks pendek. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam darah vertebrata. Struktur hemoglobin serupa dengan struktur myoglobin. Bedanya, hemoglobin tersusun oleh empat rantai dengan struktur kuaterner. Keempat rantai tersebut ditahan oleh interaksi-interaksi nonkovalen dalam suatu penataan geometris tertentu. Terdapat dua tipe utama rantai polipeptida hemoglobin, yaitu rantai a dan rantai b. Rantai polipeptida myoglobin dan kedua tipe rantai hemoglobin sangatlah mirip baik dalam struktur primer maupun struktur tertiernya. Kedua protein tersebut dikatakan homolog. Myoglobin memiliki 153 residu, rantai a hemoglobin memiliki 141 residu, dan rantai b hemoglobin memiliki146 residu. Urutan ini identik di 24 dari 141 posisi dalam protein manusia, dengan banyak perbedaan yang menunjukkan conservative replacement. Hal ini berarti suatu residu asam amino dalam salah satu rantai telah diganti oleh residu yang
126
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
mirip pada posisi yang sesuai dalam rantai lain, misalnya penggantian glutamat oleh aspartat. Perbandingan urutan asam amino rantai hemoglobin dan myoglobin dari berbagai spesies hewan menunjukkan bahwa rantai-rantai yang berasal dari spesies yang berkerabat adalah serupa. Jumlah perbedaan meningkat seiring makin terpisahnya spesies menurut filogenetik. Dengan asumsi bahwa protein berkembang dengan laju konstan, maka jumlah perbedaan antara dua protein homolog akan sebanding dengan waktu penyimpangan dalam evolusi spesies tersebut.
7. PREDIKSI, REKAYASA, DAN RANCANGAN STRUKTUR PROTEIN Dalam waktu lebih dari 3 milyar tahun, berbagai macam molekul protein telah berevolusi menjadi mesin kompleks dari sel dan organisme. Molekul-molekul ini telah berkembang dengan perubahan acak pada gen oleh mutasi titik, exon shuffling, rekombinasi dan transfer gen antar spesies, dalam kombinasi dengan seleksi alam untuk produk gen yang telah memiliki keuntungan fungsional yang membantu dalam keselamatan organisme individu. Jauh sebelum Darwin dan Wallace mengajukan teori evolusi dan Mendel menemukan hukum genetika, petani dan peternak telah mulai mencampuri proses evolusi dalam spesies yang menghasilkan hewan ternak dan tanaman pangan. Dengan kurangnya pengetahuan mengenai teori evolusi dan genetika, pencapaian mereka, dengan mendorong kecepatan dan menggulingkan seleksi alam, adalah hasil mengesankan. Dengan munculnya genetika molekul dan dalam teknik-teknik tertentu untuk manipulasi gen, kini kita telah memasuki era eksploitasi genetik pada organisme yang tidak pernah dibayangkan 50 tahun yang lalu. Kini kita dapat merancang gen-gen untuk memproduksi, dalam organisme peliharaan, produk gen baru untuk keuntungan manusia; kita tidak lagi terbatas untuk menyeleksi gen-gen yang berguna dari mutasi. Akan tetapi, kita hanya pada awal era baru ini, dan sejauh ini kita baru menggores permukaan pengetahuan yang diperlukan untuk rekayasa sebenarnya dan rancangan molekul protein. Kita membedakan
Bab 3 Protein
127
rekayasa protein, yang diartikan memutasikan gen suatu protein yang ada sebagai usaha untuk mengubah fungsinya dengan cara yang bisa diperkirakan, dari rancangan protein, yang mempunyai tujuan lebih ambisius untuk merancang de novo suatu protein untuk memenuhi fungsi yang diinginkan. Proyek genom kini telah menyediakan penjelasan urutan lengkap semua gen dalam lebih dari selusin organisme, dan akan menyediakan lebih banyak lagi urutan genom lengkap dalam dekade berikutnya, termasuk genom manusia. Database ini memberian kesempatan besar untuk analisis dan eksploitasi gen serta proteinnya. Inti dari keuntungan komersil dan intelektual dari informasi genetika ini adalah kemampuan untuk menentukan fungsi produk gen individu. Hampir semua peranan fungsional kini didasarkan atas persamaan urutan dengan protein yang fungsinya telah diketahui. Pengetahuan akan struktur tertier protein adalah penting untuk mengerti dan merekayasa fungsinya. Sayangnya, selain dari keuntungan teknologi tinggi masa kini, penentuan secara eksperimen suatu struktur tertier masih berlangsung lambat dibanding dengan laju akumulasi data urutan asam amino. Hal ini membuat masalah pelipatan, prediksi tepat struktur tertier protein dari urutan asam aminonya, menjadi inti bagi kecepatan progres dalam post-genomic biologi. Karena itu, dalam pembahasan ini kita pertama-tama akan menjelaskan implikasi homologi protein dan metode untuk prediksi struktur sekunder dan tertier sebelum memberikan contoh-contoh rekayasa protein dan rancangan protein. Protein homolog memiliki struktur dan fungsi serupa Istilah homologi seperti digunakan dalam konteks biologi didefinisikan sebagai kesamaan struktur, fisiologi, perkembangan, dan evolusi organisme berdasarkan atas faktor-faktor genetika yang sama. Pernyataan bahwa dua protein merupakan homolog menandakan bahwa gen keduanya telah berevolusi dari satu gen leluhur yang sama. Protein-protein homolog sebagian besar dikenali oleh kesamaan yang begitu banyak dalam urutan asam aminonya. Biasanya, mereka
128
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
juga memiliki fungsi yang serupa meskipun terdapat beberapa penge cualian, yang mana gen untuk enzim-enzim leluhur telah diambil pada tahap akhir dalam evolusi untuk menghasilkan protein dengan fungsi yang berbeda. Suatu contoh diberikan oleh salah satu komponen struktur dalam lensa mata yang homolog dengan enzim glikolisis leluhur laktat dehidrogenase. Sekali gen baru telah dikloning dan diurutkan, pencarian kesamaan urutan asam amino di antara protein yang sesuai dan urutan protein lain harus dilakukan. Biasanya, hal ini dilakukan dengan membandingkan dengan database urutan protein yang diketahui menggunakan salah satu program komputer pengurutan standar. Dua protein dianggap homolog jika memiliki residu asam amino identik dalam sejumlah besar posisi berurutan sepanjang rantai polipeptida. Menggunakan metode statistik berdasar atas perbandingan urutan acak yang dihasilkan komputer, relatif langsung bisa mengetahui berapa posisi yang harus identik untuk identitas statistik antara dua urutan. Akan tetapi, sering ditemukan dua protein dengan identitas urutan di bawah level statistik memiliki fungsi serupa dan struktur tiga dimensi juga serupa. Dalam hal ini, residu-residu yang penting secara fungsional adalah identik dan biasanya residu-residu seperti ini membentuk pola urutan atau motif yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi protein lain yang termasuk dalam famili fungsional yang sama. Seringkali, anggota famili seperti ini juga dianggap homolog, meskipun identitasnya tidak statistik, hanya fungsional. Database untuk famili seperti ini, berdasarkan pada motif urutan identik atau serupa, tersedia dalam World Wide Web dan sangat berguna untuk menentukan fungsi protein baru. Jika urutan asam amino identitas ditemukan dalam protein yang struktur kristalnya diketahui, model tiga dimensi untuk protein baru bisa disusun, menggunakan pemodelan komputer, atas dasar urutan dan struktur tiga dimensi yang diketahui. Model ini lalu dapat berperan sebagai dasar yang bagus untuk identifikasi residu asam amino yang terlibat dalam sisi aktif atau dalam epitop antigen, dan model ini bisa digunakan untuk rekayasa protein, rancangan obat, atau penelitian imunologi.
Bab 3 Protein
129
Karena database urutan berukuran besar dan tumbuh secara eksponensial, saat ini memiliki lebih dari 500.000 urutan protein, maka program pengurutan standar telah dirancang untuk memberikan pilihan antara kecepatan dan ketepatan pencarian. Hasilnya, hanya bekerja dengan baik ketika terdapat identitas urutan derajat tinggi, biasanya 30% atau lebih. Program yang jauh lebih sensitif yang telah dibuat dapat mencari identitas maupun sifat struktur serta untuk keterkaitan dalam sifat fisik berbeda, namun membutuhkan jauh lebih banyak waktu di depan komputer. Penggunaan hati-hati, program seperti ini dapat mengidentifikasi kesamaan struktur dan fungsi yang gagal dilakukan oleh program standar. Pengetahuan mengenai struktur sekunder diperlukan untuk prediksi struktur tertier Apa yang bisa dilakukan oleh metode prediktif jika pencarian urutan gagal untuk mengungkapkan homologi apapun dalam suatu protein dengan struktur tertier yang sudah diketahui? Mungkinkah untuk memodelkan struktur tertier dari urutan asam amino saja? Tidak ada metode masa kini untuk melakukan hal ini dan memperoleh model yang cukup detil untuk bisa digunakan, sebagai contoh, dalam rancangan obat dan rekayasa protein. Akan tetapi, hal ini merupakan area yang sangat aktif dalam penelitian dan hasil yang cukup menjanjikan sedang diperoleh; dalam beberapa kasus dimungkinkan untuk memprediksi tepat tipe protein, α, β, atau α/β, dan bahkan untuk menurunkan perkiraan lipatan yang tepat. Metode prediktif saat ini bergantung pada prediksi struktur sekunder: dengan kata lain, yang mana residu asam amino α-heliks dan mana yang merupakan untai β. Struktur sekunder secara umum tidak bisa diprediksi dengan derajat keyakinan tinggi dengan pengecualian yang mungkin pada heliks transmembran dan kumparan α-heliks. Hal ini menimbulkan keterbatasan dasar dalam prediksi struktur tertier. Sekali struktur sekunder tepat diketahui, kita cukup mengetahui tentang aturan untuk mengemas elemen-elemen struktur sekunder
130
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
satu sama lain untuk menurunkan dengan jumlah yang sangat terbatas kemungkinan lipatan globular stabil. Akibatnya, prediksi struktur sekunder terdapat pada jantung prediksi struktur tertier dari urutan asam amino. Sayangnya untuk metode prediktif, struktur sekunder dan tertier berkaitan erat dalam hal bahwa struktur tertier global mempengaruhi struktur sekunder lokal setidaknya di sebagian daerah rantai polipeptida. Kemampuan urutan pendek tertentu asam amino untuk membentuk α heliks, untai β, atau daerah loop tergantung bukan hanya pada urutan daerah tersebut tetapi juga pada lingkungannya dalam struktur tiga dimensi. Sebagai contoh, dengan menganalisis semua struktur tertier yang telah diketahui, terlihat bahwa daerah peptida sampai sepanjang lima residu dengan urutan asam amino identik merupakan α-heliks dalam satu struktur dan untai β atau loop dalam struktur yang lain. Meskipun saling ketergantungan antara struktur sekunder dan tertier ini menyulitkan prediksi struktur sekunder, namun kadangkala bisa digunakan untuk mengembangkan prediksi seperti itu, dengan suatu skema di mana penentuan awal struktur sekunder digunakan untuk memprediksi tipe struktur domain, sebagai contoh, kumpulan empat heliks atau lapisan α/β. Tipe struktur domain menyebabkan tambahan kecocokan pada kemungkinan struktur sekunder, yang bisa digunakan untuk memperbaiki prediksi struktur sekunder. Metode prediksi untuk keuntungan struktur sekunder dari jajaran protein homolog Lebih dari 20 macam metode telah diajukan untuk prediksi struktur sekunder; yang bisa dikategorikan dalam dua kelompok besar. Metode statistik empiris menggunakan parameter yang diperoleh dari analisis struktur tertier dan urutan yang diketahui. Semua metode seperti ini berdasarkan atas asumsi bahwa urutan lokal dalam daerah pendek pada rantai polipeptida menentukan struktur lokal; seperti yang telah kita lihat, ini bukanlah asumsi yang bisa diterapkan secara universal. Kelompok metode kedua berdasarkan atas kriteria stereokimia, seperti
Bab 3 Protein
131
kekompakan bentuk dengan inti hidrofob yang dikemas rapat dan permukaan polar. Meskipun ketiga metode ini menggunakan pendekatan yang cukup berbeda pada masalah tersebut, namun keakuratan prediksi struktur sekundernya kurang lebih sama. Ketiga metode bisa digunakan untuk menentukan salah satu dari tiga keadaan pada tiap residu: α heliks, untai β, atau loop. Penentuan acak ketiga keadaan ini pada residu dalam rantai polipeptida akan menghasilkan nilai rata-rata 33% keadaan yang diprediksi tepat. Metode-metode ini telah digunakan dalam analisis urutan tunggal dari sejumlah besar struktur sinar-x yang diketahui yang terdiri atas lebih dari 10.000 residu. Untuk definisi tiga keadaan struktur sekunder, keakuratan keseluruhan prediksi adalah sekitar 55%. Penentuan objektif lain juga memberikan hasil yang sama. Akan tetapi, ketika metode prediktif ini digunakan pada serangkaian protein homolog, kekuatan prediktifnya jadi lebih tinggi. Asumsi yang mendasari yakni bahwa struktur sekunder dan tertier lebih dipertahankan selama evolusi daripada urutan asam amino; dengan kata lain, hanya perubahan seperti itu yang tersisa selama evolusi yang mempertahankan struktur tersebut. Akibatnya, pola perubahan residu di dalam protein homolog mengandung informasi spesifik mengenai struktur tersebut. Residu hidrofob yang dipertahankan biasanya berada dalam interior protein dengan probabilitas tinggi sebagai heliks atau untai sheet. Insersi dan delesi hampir selalu terjadi dalam daerah loop dan bukan dalam lipatan yang dibangun dari heliks dan untai. Beberapa program kini tersedia menggunakan jajaran protein homolog untuk prediksi struktur sekunder. Salah satu program, yang disebut PHD, yang dikembangkan oleh Chris Sander dan kawankawan, EMBL, Heidelberg, telah mencapai rata-rata akurasi prediksi sebesar 72% untuk struktur baru. Bagian besar kesalahan (error) yang tersisa berada pada ujung αheliks untai β dan sebagai tambahan, sebagian error muncul karena kesulitan dalam membedakan antara α-heliks dan untai β. Error seperti ini bisa dikoreksi jika kelompok struktur, α, β, atau α/β, bisa didapat dari kombinasi penelitian fisik, sebagai contoh, spektra
132
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
dikroisme sirkular, dan fitur umum prediksi struktur sekunder. Sebagai contoh, jika skema prediksi menetapkan satu atau dua α- heliks pendek di antara banyak untai β dalam suatu protein dari kelompok β, maka terdapat probabilitas tinggi bahwa daerah struktur sekunder tersebut intinya diprediksi dengan tepat namun seharusnya semuanya merupakan untai b. Metode-metode prediktif ini sangat berguna dalam banyak konteks; sebagai contoh, dalam perancangan polipeptida baru untuk identifikasi kemungkinan epitop antigen, dalam analisis motif yang sama dalam urutan yang mengarahkan protein menjadi organel tertentu (misalnya, mitokondria), dan untuk menyediakan model awal untuk prediksi struktur tertier. Banyak urutan asam amino berbeda membentuk struktur tiga dimensi yang serupa Berapa banyak urutan asam amino yang sama sekali berbeda yang dapat membentuk struktur tiga dimensi serupa untuk domain berukuran rata-rata dari 150 residu asam amino? Perhitungan kombinasi sederhana menunjukkan bahwa terdapat total 20150 atau kasarnya 10200 kemungkinan urutan asam amino untuk domain seperti itu, dari 20 macam asam amino dalam protein alami. Jumlah ini jauh lebih besar daripada jumlah atom dalam alam semesta yang diketahui. Perhitungan lebih luas menunjukkan bahwa dari 10200 kemungkinan kombinasi ini kita bisa mengambil sekitar 1038 anggotanya yang memiliki kurang dari 20% identitas urutan asam amino satu sama lain sehingga bisa dianggap memiliki urutan yang berbeda. Dengan kata lain, terdapat 1038 macam cara untuk membangun suatu domain dari 150 asam amino menggunakan 20 asam amino standar sebagai penyusunnya (building blocks). Kita tidak tahu berapa banyak dari jumlah ini yang bisa membentuk struktur tiga dimensi stabil, namun dengan asumsi bahwa satu dari semilyar (109) itu bisa, maka tinggal 1029 kemungkinan lipatan protein. Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bahwa motif struktur sederhana menata dirinya sendiri menjadi
Bab 3 Protein
133
sejumlah terbatas struktur domain yang berbeda secara topologi. Telah diperkirakan dengan alasan yang masuk akal bahwa terdapat sekitar 1000 struktur domain yang berbeda secara topologi. Karena terdapat 1029 kemungkinan urutan berbeda yang dapat melipat menjadi 103 macam struktur, maka terdapat 1026 macam penataan rantai samping dengan kurang dari 20% identitas urutan asam amino yang bisa membentuk lipatan polipeptida serupa. Hanya bagian kecil dari kemungkinan protein ini yang akan ditemukan di alam. Untuk setiap 500 atau lebih macam struktur domain yang sejauh ini telah diamati, kita bisa mengetahui sekitar selusin dari kemungkinan urutan berbeda ini. Bukanlah trivial untuk mengenali pola urutan umum yang sama untuk struktur domain tertentu dari dasar pengetahuan yang terbatas seperti ini. Prediksi struktur protein dari urutan adalah masalah tak terpecahkan Bagaimana memprediksi struktur tiga dimensi suatu protein dari urutan asam aminonya adalah masalah utama yang tak terpecahkan dalam struktur biologi molekul. Kita akan menggunakan program komputer yang bisa memberikan simulasi proses yang berjalan dalam tabung reaksi atau sel hidup ketika suatu rantai polipeptida dengan urutan asam amino tertentu melipat menjadi struktur tiga dimensi yang tepat. Mengapa prediksi pelipatan protein ini begitu sulit? Jawabannya biasanya diformulasikan dalam istilah kompleksitas pencarian melalui semua kemungkinan konformasi rantai polipeptida untuk menemukan yang berenergi rendah. Membutuhkan begitu banyak waktu di depan komputer, selain dari kesulitan yang dibahas dalam perbedaan energi antara molekul terlipat yang stabil dan keadaan tak terlipatnya adalah angka yang kecil tetapi mengandung error yang besar. Dengan realisasi bahwa hanya terdapat jumlah terbatas lipatan stabil dan banyak urutan tak berkaitan yang memiliki lipatan yang sama, para ilmuwan komputasi yang berorientasi biologi mulai melirik apa yang disebut masalah pelipatan kebalikan; pola urutan mana yang cocok dengan lipatan tertentu? Jika pertanyaan ini bisa dijawab, pola
134
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
seperti ini bisa digunakan untuk mencari melalui database urutan genom dan mengambil urutan-urutan yang memiliki lipatan tertentu, seperti lapisan α/β atau lipatan imunoglobulin. Akan tetapi, dengan sejumlah besar kemungkinan urutan yang tak berkaitan untuk tiap lipatan dan jumlah terbatas urutan yang diketahui, variasi dari masalah ini kini dialami oleh banyak kelompok; misalnya, yang mana dari lipatan yang telah diketahui, jika ada, yang paling cocok dengan urutan tertentu? Metodologi yang digunakan disebut sebagai threading karena melibatkan pengaluran urutan tertentu melalui semua lipatan yang diketahui dan untuk tiap lipatan memperkirakan probabilitas bahwa urutan tersebut mempunyai lipatan itu. Progres besar kini telah diraih dalam threading, dan dalam blind test beberapa struktur telah diprediksikan dengan tepat oleh kelompok-kelompok yang berbeda. Metode threading bisa menentukan urutan asam amino kepada lipatan tiga dimensi yang diketahui Metode threading, yang juga disebut sebagai penentuan lipatan protein atau pengenalan lipatan, merupakan area yang menjanjikan dan berkembang dengan cepat dalam komputasi struktur biologi. Tujuannya yakni untuk menentukan bagi tiap urutan protein yang diturunkan dari genom untuk melipat menjadi lipatan yang paling cocok, atau untuk menentukan ada tidaknya lipatan yang diketahui yang cocok dengan urutan tersebut. Tujuan selanjutnya yakni untuk menjajarkan urutan baru dengan tepat pada struktur tiga dimensi lipatan yang cocok untuk menghasilkan model resolusi rendah. Untuk menguji berbagai metode threading, blind test disiapkan, yang disebut sebagai Critical Assessment of Structure Prediction (CASP), di mana partisipan diberikan urutan dan diundang untuk memprediksi lipatan dan membuat penjajaran sebelum struktur tersebut ditentukan secara eksperimen. Di sini kita akan menjelaskan metode yang digunakan oleh salah satu partisipan yang berhasil dalam uji ini, kelompok David Eisenberg dari University of California, Los Angeles.
Bab 3 Protein
135
Kebutuhan yang pertama untuk threading adalah memiliki database semua macam lipatan protein yang telah diketahui. Eisenberg telah menggunakan pustakanya sendiri yang berisi sekitar 800 lipatan, yang merepresentasikan setidaknya lebih dari 6000 simpanan struktur di Protein Data Bank. Kelompok lain menggunakan database yang tersedia di World Wide Web, di mana lipatan disusun secara hierarki menurut kesamaan struktur dan fungsi, seperti SCOP, yang dirancang oleh Alexey Murzin dan Cyrus Chothia di Cambridge, Inggris. Untuk tiap lipatan dicari penjajaran terbaik dari urutan target yang cocok dengan lipatan tersebut; inti harus memiliki residu hidrofob dan residu polar harus berada di luar, daerah heliks dan untai yang diprediksi harus dijajarkan sesuai dengan elemen-elemen struktur sekunder dalam lipatan, dan seterusnya. Untuk mencocokkan penjajaran urutan dengan lipatan, Eisenberg mengembangkan metode cepat yang disebut sebagai metode 3D profil. Lingkungan tiap posisi residu dalam struktur 3D yang diketahui dikarakterisasi atas dasar tiga sifat: (1) Area rantai samping yang ditutupi oleh atom-atom protein lain, (2) Bagian dari area rantai samping yang ditutupi oleh atom-atom polar, dan (3) Struktur sekunder, yang dikelompokkan dalam tiga keadaan: heliks, sheet, dan coil. Posisi residu kemudian dapat dibagi menjadi enam kelompok oleh sifat 1 dan 2, yang berkombinasi dengan sifat 3 menghasilkan 18 kelompok lingkungan. Klasifikasi lingkungan ini memungkinkan struktur protein untuk dikode oleh urutan dalam 18 huruf alfabet, yang tiap hurufnya melambangkan kelompok lingkungan dari suatu posisi residu. Masing-masing dari 20 macam asam amino memiliki pemilihan yang berbeda untuk masing-masing dari 18 kelompok lingkungan; misalnya Leu lebih memilih berada dalam kelompok heliks dengan bagian besar area rantai samping terkubur, sedangkan Asp sangat tidak memilih posisi tersebut. Nilai numerik untuk pemilihan ini, disebut nilai 3D-1D, diturunkan dari serangkaian struktur protein
136
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
resolusi tinggi, bersama dengan rangkaian urutan yang serupa dengan urutan struktur 3D. Ini menghasilkan tabel penilaian yang untuk tiap kelompok lingkungan suatu nilai numerik pemilihan dikaitkan dengan masing-masing dari 20 asam amino. Tabel ini digunakan untuk membuat tabel 3D profil dari struktur protein, di mana tiap posisi residu berada dalam kelompok lingkungan dengan nilai numeriknya untuk pemilihan untuk tiap tipe asam amino. Inti dari metode ini yakni struktur tiga dimensi direduksi menjadi susunan satu dimensi, yang memfasilitasi pencocokan pada urutan satu dimensi. Urutan asam amino target dijajarkan terhadap profil struktur ini sedemikian rupa sehingga pasangan yang paling mungkin – nilai total tertinggi – diperoleh, memungkinkan gaps dan insersi. Penjajaran seperti ini secara konseptual serupa dengan penjajaran dua urutan dan metode serupa telah digunakan. Pencocokan urutan dengan profil struktur 3D untuk lipatan tertentu diekspresikan secara kuantitatif oleh suatu nilai yang disebut sebagai Z-score, yang merupakan angka standar deviasi di atas rata-rata nilai penjajaran untuk urutan lain yang panjangnya sama. Nilai Z-score tinggi berarti terdapat probabilitas tinggi bahwa urutan tersebut memiliki lipatan itu. Metode-metode yang dijelaskan di sini selanjutnya telah dikembangkan dan diperluas oleh Eisenberg, namun pada prinsipnya tetap sama. Kelompok lain menggunakan metode berbeda untuk screening penjajaran urutan-urutan dan kriteria berbeda untuk menilai kecocokan. Manfred Sippl dari University of Salzburg, Austria, telah mengembangkan serangkaian potensial untuk screening dan penilaian penjajaran, intinya yakni untuk memaksimalkan jumlah interaksi hidrofob dan untuk meminimalkan jumlah atom polar terkubur yang tidak berpartisipasi dalam ikatan hidrogen. Potensial ini dan potensial yang serupa kini digunakan oleh banyak kelompok dalam program threading mereka. Lipatan yang tepat dapat diprediksi dengan probabilitas cukup tinggi untuk protein berukuran kecil dan sedang. Namun penjajaran yang tepat suatu urutan pada lipatan yang terpilih kurang akurat.
Bab 3 Protein
137
Protein bisa dibuat lebih stabil melalui rekayasa Rekayasa protein, melalui site-directed mutagenesis DNA, bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan yang sangat spesifik tentang stabilitas protein, dan hasil dari penelitian ini kini sedang digunakan untuk meningkatkan stabilitas enzim yang penting dalam industri. Untuk mengilustrasikan sebagian faktor yang penting untuk stabilitas protein yang telah diungkapkan dalam penelitian rekayasa protein. Lisozim dari bakteriofag T4 merupakan rantai polipeptida sepanjang 164 asam amino yang melipat menjadi dua domain. Tidak ada jembatan disulfida; dua residu sistein dalam urutan asam amino, Cys 54 dan Cys 97, jauh terpisah dalam struktur terlipat. Stabilitas protein wild-type maupun protein mutan diekspresikan sebagai titik leleh, Tm, yang merupakan suhu ketika 50% enzim terinaktivasi selama denaturasi panas reversibel. Untuk lisozim T4 wild-type Tm-nya yakni 41,90 C. Kita akan membahas tiga macam pendekatan untuk merekayasa protein yang lebih termostabil daripada lisozim T4 wild-type, yakni (1) mengurangi perbedaan entropi antara protein terlipat dan tak terlipat, yang dalam prakteknya berarti mengurangi jumlah konformasi dalam keadaan tak terlipat, (2) menstabilkan α-heliks, dan (3) meningkatkan jumlah interaksi hidrofob dalam inti interior. Jembatan disulfida meningkatkan stabilitas protein Semakin besar jumlah konformasi tak terlipat dari suatu protein, maka makin tinggi energi entropi pelipatan protein itu menjadi keadaan dasar tunggalnya. Dengan demikian, mengurangi jumlah konformasi tak terlipat meningkatkan stabilitas keadaan dasar. Cara yang paling jelas untuk menurunkan jumlah konformasi tak terlipat adalah dengan memasukkan ikatan disulfida baru atas dasar pengetahuan akan struktur tertier protein terlipat. Semakin panjang loop di antara residuresidu sistein, maka makin terbatas rantai polipeptida tak terlipat, memberikan lebih banyak stabilisasi struktur terlipat. Namun untuk merancang jembatan seperti itu bukanlah pekerjaan sederhana, karena
138
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
geometri jembatan –CH2-S-S-CH2- dalam protein memiliki batasan konformasi yang cukup sempit, dan deviasi dari geometri ini akan menyebabkan untai menjadi struktur terlipat sehingga mengurangi stabilitas dan bukan meningkatkannya. Karena itu, tidak cukup untuk memilih acak dua residu yang berdekatan dalam ruang untuk membuat jembatan, namun perekayasa protein harus hati-hati memilih pasangan residu dengan konformasi rantai utama yang memenuhi kondisi yang dibutuhkan untuk jembatan disulfida. Mathews membuat perbandingan yang sangat hati-hati antara geometri 295 jembatan disulfida dalam struktur sinar-x yang sudah diketahui dengan kemungkinan pasangan residu asam amino yang cukup dekat satu sama lain dalam struktur lisozim T4 untuk mempermudah jembatan disulfida. Hal ini diikuti dengan minimalisasi energi pada kandidat jembatan disulfida yang paling baik serta analisis stabilisasi interaksi yang terdapat dalam struktur wild-type yang akan hilang oleh mutasi pada residu Cys. Kehilangan seperti ini harus diminimalkan. Tiga kandidat jembatan disulfida tersisa setelah penyaringan ini, salah satunya, Cys 3 – Cys 97, memiliki salah satu residu sistein (Cys 97) yang terdapat dalam wild type. Lima residu asam amino – Ile 3, Ile 9, Thr 21, Thr 142, dan Leu 164 (lihat Gambar 3.24 berikut) – dimutasi menjadi residu Cys dalam eksperimen terpisah sehingga semua jembatan disulfida tunggal (3-97, 9-164, dan 21-142) dan juga kombinasi ikatan disulfida double dan triple dapat terbentuk. Selain itu, residu Cys kedua dari enzim wild-type, Cys 54, dimutasi menjadi Thr untuk menghindari pembentukan jembatan disulfida yang salah selama pelipatan.
terbentuk. Selain itu, residu Cys kedua dari enzim wild-type, Cys 54, dimutasi menjadi Thr untuk menghindari pembentukan jembatan disulfida yang salah
Bab 3 selama Proteinpelipatan.
139
Gambar 3-24. peptidalisozim lisozim bakteriofage T4melipat yang menjadi melipat2 Gambar 3-24.Rantai Rantai peptida dari dari bakteriofage T4 yang domain. Domain terminal N merupakan tipe + . tipe α + β. menjadi 2 domain. Domain terminal N merupakan Glisin dan prolin memiliki efek berlawanan pada stabilitas
Glisin dan prolin memiliki efek berlawanan pada stabilitas
Residu glisin memiliki lebih banyak kebebasan konformasi daripada Residu glisin memiliki lebih banyak kebebasan konformasi daripada asam amino yang lain. Residu glisin pada posisi tertentu dalam protein asam amino yang lain. Residu glisin pada posisi tertentu dalam protein biasanya hanya memiliki satu konformasi dalam struktur terlipat biasanya hanya memiliki satu konformasi dalam struktur terlipat namun bisa namun bisa memilii banyak konformasi berbeda dalam struktur tak memilii konformasi berbeda dalamyang struktur tak sehingga terlipat yang berbeda terlipat yangbanyak berbeda pula dari protein sama berperan dalam keanekaragaman konformasi tak terlipat. Di sisi lain, residu prolin memiliki lebih sedikit kebebasan konformasi dalam struktur tak Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 133 terlipat daripada residu lainnya karena rantai samping prolin kaku oleh adanya tambahan ikatan kovalen pada rantai utama. Cara lain untuk menurunkan jumlah kemungkinan struktur tak terlipat suatu protein, sehingga menstabilkan struktur awal yakni dengan mutasi residu glisin menjadi residu lain dan meningkatkan jumlah residu prolin. Mutasi seperti ini hanya dapat dibuat pada posisi yang tidak mengubah konformasi rantai utama struktur terlipat maupun menyebabkan kontak tak disukai, atau menyebabkan hilangnya kontak yang disukai dengan rantai samping yang bersebelahan.
140
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Kedua tipe mutasi telah dibuat dalam lisozim T4. Mutasi terpilih yakni Gly 77 – Ala, yang menyebabkan meningkatnya Tm sebesar 10 C, dan Ala 82 – Pro, yang meningkatkan Tm sebesar 20 C. Struktur tiga dimensi enzim mutan ini juga ditentukan: mutan Ala 82 – Pro memiliki struktur yang pada dasarnya identik dengan wild type kecuali untuk rantai samping residu 82; hal ini sangat mengindikasikan bahwa efek pada Tm dari Ala 82 – Pro adalah dikarenakan perubahan entropi. Efek seperti ini diharapkan bersifat aditif, sehingga meskipun tiap mutasi hanya memberikan sedikit kontribusi untuk meningkatkan stabilitas, tetapi efek gabungan dari sejumlah mutasi seperti ini akan sangat meningkatkan stabilitas protein. Menstabilkan dipol-dipol pada α-heliks meningkatkan stabilitas Dalam pembahasan sebelumnya kita telah dijelaskan α-heliks sebagai dipol dengan muatan positif pada ujung N dan muatan negatif pada ujung C. Ion negatif, seperti gugus fosfat dalam koenzim atau substrat, biasanya terikat pada ujung positif dipol heliks. α-Heliks yang bukan bagian dari sisi ikatan sering memiliki rantai samping bermuatan negatif pada ujung N atau residu bermuatan positif pada ujung C yang berinteraksi dengan dipole heliks tersebut. Residu dengan dipol menstabilkan bentuk heliks pada peptida sintetik kecil dalam larutan. Apakah residu penstabil heliks ini juga berperan dalam keseluruhan stabilitas protein globular? Dari 11 α-heliks pada lisozim T4, 7 heliks memiliki residu bermuatan negatif dekat dengan ujung N; dua dari empat α-heliks sisanya dipilih untuk penelitian rekayasa untuk menjawab pertanyaan ini (Gambar 3.25). Dua macam protein mutan dengan substitusi tunggal pada ujung N dari masing-masing heliks Ser 38 – Asp dan Asn 144 – Asp, dibuat seperti juga mutan double. Mutan tunggal keduanya menunjukkan peningkatan Tm sekitar 2 0C; efeknya aditif karena mutan double memiliki Tm kira-kira 4 0C lebih tinggi daripada wild type. Nilai ini sebanding dengan 1,6 kcal/mol energi stabilisasi. Dari struktur sinar-x mutan-mutan ini tampak bahwa stabilisasi tersebut dikarenakan in-
Bab 3 Protein
141
teraksi elektrostatik dan bukan karena ikatan hidrogen spesifik antara asam amino tersubstitusi dan ujung heliks. Alan Fersht di Cambridge, Inggris, telah menunjukkan, menggunakan sistem yang berbeda, ribonuklease bakteri kecil, barnase, bahwa residu histidin pada ujungProtein C heliks menstabilkan struktur barnase sebesar sekitar 2,1 kca/mol. Dengan demikian, stabilisasi tinggi pada struktur α-heliks mungkinpertanyaan diperoleh -heliks sisanya dipilih untuk penelitian rekayasa untuk menjawab denganinimenggabungkan beberapa mutasi penstabil heliks seperti ini. (Gambar 3.25).
Gambar 3-25 Struktur lisozim T4 yang menunjukkan lokasi terjadinya Gambar 3-25 Struktur lisozim T4 yang menunjukkan lokasi terjadinya 2 mutasi yang strukturstruktur protein melalui interaksi elektrostatik dengan 2 mutasi yangmenstabilkan menstabilkan protein melalui interaksi dipol-dipol pada -heliks. elektrostatik dengan dipol-dipol pada a-heliks. macam protein mutan dengan substitusi tunggal pada ujung N dari LipatanDua struktur bisa dikurangi ukurannya dengan fungsi tetap masing-masing heliks Ser 38 – Asp dan Asn 144 – Asp, dibuat seperti juga sama. mutan double. Mutan tunggal keduanya menunjukkan peningkatan Tm sekitar Dalam sebagian besar protein, hanya sedikit residu yang 2 0C; efeknya aditif karena mutan double memiliki Tm kira-kira 4 0C lebih tinggi langsung terlibat dalam ikatan ligan atau reseptor; sisa dari proteinnya daripada wild type. Nilai ini sebanding dengan 1,6 kcal/mol energi stabilisasi. membentuk struktur tiga dimensi pada posisi yang tepat bagian Dari struktur sinar-x mutan-mutan ini tampak bahwa stabilisasi tersebut fungsional dari molekul. James Wells dan kawan-kawan di Genentech dikarenakan interaksi elektrostatik dan bukan karena ikatan hidrogen spesifik telah menggunakan phage display untuk mengetahui apakah ikatan antara asam amino tersubstitusi dan ujung heliks. Alan Fersht di Cambridge, epitop bisa ditransfer pada lipatan yang lebih kecil. Ini merupakan Inggris, telah menunjukkan, menggunakan sistem yang berbeda, ribonuklease pertanyaan yang menarik karena lipatan protein seringkali terlihat bakteri kecil, barnase, bahwa residu histidin pada ujung C heliks menstabilkan struktur barnase sebesar sekitar 2,1 kca/mol. tinggi pada struktur
Dengan demikian, stabilisasi
-heliks mungkin diperoleh dengan menggabungkan
beberapa mutasi penstabil heliks seperti ini.
Dalam sebagian besar protein, hanya sedikit residu yang langsung terlibat dalam ikatan ligan atau reseptor; sisa dari proteinnya membentuk struktur tiga dimensi pada posisi yang tepat bagian fungsional dari molekul.
142 James Wells dan kawan-kawan di Genentech Biokimia: Struktur dan Fungsiphage Biomolekul telah menggunakan display untuk mengetahui apakah ikatan epitop bisa ditransfer pada lipatan yang lebih kecil.
Ini merupakan pertanyaan yang menarik karena lipatan
lebih besar daripada yang diperlukan, dan juga produksi protein yang protein seringkali terlihat lebih besar daripada yang diperlukan, dan juga berguna paling efisien jika protein tersebut berukuran kecil. Residu produksi protein yang berguna paling efisien jika protein tersebut berukuran ke-59 domain Z membentuk kumpulan tiga-heliks antiparalel yang kecil. Residu ke-59 domain Z membentuk kumpulan tiga-heliks antiparalel yang mengikat pada bagian Fc dari IgG dengan tetapan disosiasi (Kd) mengikat pada bagian Fc dari IgG dengan tetapan disosiasi (Kd) sebesar 20 sebesar 20 nM. Epitop pengikat Fc bersifat diskontinu, melibatkan nM. Epitop pengikat Fc bersifat diskontinu, melibatkan residu dari heliks 1 serta residu dari heliks 1 serta heliks 2. Heliks ketiga tidak berhubungan heliks 2. Heliks ketiga tidak berhubungan dengan Fc, tetapi diperlukan untuk dengan Fc, tetapi diperlukan untuk menjaga struktur domain pengikat. menjaga struktur domain pengikat. Minimisasi domain Z mempunyai masalah Minimisasi domain Z mempunyai masalah rancangan yang sulit: versi rancangan yang sulit: versi yang lebih kecil harus menjaga penempatan tiga yang lebih kecil harus menjaga penempatan tiga dimensi yang tepat dimensi yang tepat untukyang gugustidak fungsional yang tidak berdekatan dalam untuk gugus fungsional berdekatan dalam urutan. Terlebih urutan. Terlebih lagi, struktur protein yang lebih kecil dari 50 residu relatif lagi, struktur protein yang lebih kecil dari 50 residu relatif jarang, dan jarang, dan hanya terdapat 30 peptida 30 residu dirancang hanya baru-baru inibaru-baru terdapatinipeptida residu yang yang dirancang sebagai sebagai domain stabilgambar (lihat gambar 3-26, berikut ini). domain stabil (lihat 3-26). heliks 3
exoface
interface
intraface
heliks 2
heliks 1
IgG-Fc
A
B
Gambar 3-26 Konstruksi 2 heliks pada domain Z. Gambar 3-26 Konstruksi 2 heliks pada domain Z.
Andrew Braisted dan J.A. Wells membuat phage yang mengandung heliks 1 dan 2 domain Z dan mengembalikan ikatan Fc dari minidomain 38 residu ini dalam tiga tahap (lihat Gambar 3-26). Peptida pertamatama diacak di empat residu hidrofob yang menghubungkan heliks Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 136 3 dalam domain Z lengkap. Urutan konsensus dari pustaka ini mempertahankan residu wild type Ile 17 dan Leu 23 sedangkan residu hidrofob Leu 20 dan Phe 31 termutasi menjadi residu bermuatan Asp dan Lys. Mutan ganda ini mengikat Fc dengan Kd sebesar 3,4 μM, lebih besar daripada peningkatan seratus kali lipat atas fragmen tak .
Bab 3 Protein
143
termutasi, dan mempunyai kenaikan besar dalam kandungan a- heliks seperti diperlihatkan oleh spektroskopi sirkular dikroisme. Permukaan peptida dua heliks ini lalu diubah dari inti protein menjadi permukaan protein. Pustaka kedua menetapkan Asp 20 dan Lys 31 dan mengacak lima posisi pada “intraface” heliks 1 dan heliks 2. Dari pustaka ini, tiga residu baru dipilih pada ujung terbuka dari interface intraheliks, dan Kd untuk peptida ini sekitar 300 nM, meningkat sepuluh kali lipat atas pustaka pertama. Akhirnya, lima pustaka diacak pada bagian ikatan Fc dari kumpulan dua heliks dan mutasi konsensus digabung. Beberapa pustaka menghasilkan mutasi yang meningkatkan ikatan sebesar 2-3 kali lipat, dan keseluruhan kumpulan dua heliks memiliki 12 mutasi dari urutan domain Z. Penyambungan akhir kelima residu ujung-N menghasilkan peptida 33 residu dengan Kd sebesar 40 nM, sangat dekat dengan nilai wild-type yakni 20 nM. Kristalografi sinarx dan spektroskopi NMR menandakan bahwa kedua kumpulan heliks memiliki struktur tiga dimensi yang sama dan epitop pengikat Fc yang sama seperti domain Z. Maka, siklus phage display digunakan untuk membuat permukaan protein yang lebih stabil dan untuk mengemas kembali inti protein. Lipatan yang dihasilkan berukuran setengah kali ukuran domain awalnya tetapi mempertahankan penataan tiga dimensi residu pengikat Fc pada interface. Suatu struktur β telah diubah menjadi struktur α hanya dengan mengubah setengah urutannya Pada tahun 1994 hadiah sebesar $1000 yang disebut tantangan Paracelsus ditawarkan bagi perancang struktur protein yang bisa mengubah satu lipatan protein menjadi yang lainnya dengan tetap memper tahankan 50% urutan aslinya. Kekuatan tantangan ini yakni untuk mengambil satu langkah penting untuk memecahkan masalah pelipatan dengan menentukan fraksi urutan asam amino dari suatu protein yang cukup untuk spesifikasi strukturnya. Atas dasar pengetahuan kita akan protein yang ada di alam, tantangan ini tidak tampak seperti proyek yang dapat dikerjakan dengan mudah: semua protein dengan struktur
144
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
yang diketahui dengan lebih dari 30% identitas urutan terlihat memiliki lipatan identik. Namun, tidak lebih dari tiga tahun sebelum hadiah itu dimenangkan. Pada tahun 1997 kelompok Lynne Regan dari Yale University mengubah protein yang melipat menjadi terutama struktur β-sheet menjadi struktur α-heliks dengan mengubah 50% urutannya. Mereka mulai dari urutan suatu domain, B1, dari protein pengikat IgG yang disebut Protein G. Domain berukuran 56 residu asam amino ini melipat menjadi β sheet empat untai dan satu α heliks (Gambar 3-27). Tujuan mereka yakni untuk mengubah struktur ini menjadi seluruhnya struktur α-heliks yang serupa dengan milik Rop. Tiap subunit Rop adalah sepanjang 63 asam amino dan melipat menjadi dua α heliks yang dihubungkan oleh loop pendek. Tujuh residu terakhir tak berstruktur dan tidak diperhitungkan dalam prosedur rancangan. Dua subunit Rop membentuk kumpulan empat-heliks. Dengan menjajarkan kedua urutan dari ujung aminonya hanya menghasilkan tiga residu identik dalam 56 posisi berjajar. Untuk mempertahankan 50% urutan aslinya, 28 residu bisa diubah dalam domain B1 agar lipatan berubah menjadi struktur mirip Rop. Rasionalisasi untuk perubahan-perubahan ini yakni penggunaan pengetahuan masa kini akan pembentukan heliks dan stabilitas untuk identifikasi dan mengubah subset residu yang merupakan determinan kunci lipatan, dengan mempertimbangkan interaksi lokal dan jarak jauh. Residu dalam domain B1 yang sangat memilih pembentukan b sheet diganti dengan residu yang sangat memilih pembentukan α-heliks, seperti Tyr menjadi Lys dan Leu menjadi Ala, dalam daerah yang dibutuhkan untuk mengubah konformasi. Karena Rop merupakan protein coiledcoil, residu hidrofob dimasukkan dalam posisi a dan d yang cocok pada pengulangan heptad. Di antara perubahan lain terdapat pemasukkan jembatan garam intramonomer antara Arg 16 dan Asp 46 yang ada di antara kedua heliks pada Rop. Protein-protein homolog memiliki struktur tiga dimensi yang serupa. Mereka memiliki daerah inti, lipatan elemen struktur sekunder, dengan lipatan rantai polipeptida yang sangat mirip. Daerah loop yang menghubungkan building block lipatan bisa sangat bervariasi baik
Bab 3 Protein
145
panjangnya maupun strukturnya. Dari database struktur imunoglobulin yang telah diketahui, mungkin saja untuk memprediksi dengan tepat konformasi daerah loop hipervariabel dari antibodi dengan urutan asam amino yang diketahui.
Gambar 3-27 Diagram ribbon struktur domain B1 dari protein G (biru) dan struktur dimer Rop merah. Gambar 3-27 Diagram ribbon domain B1 dari protein G (biru)
Protein
dan dimer
Rop merah).
Metode untuk prediksi struktur sekunder dari serangkaian protein homolog bisa mencapai akurasi sekitar 75%, sebagian besar error Protein-protein homolog memiliki strukturpusat tiga elemen dimensistruktur yang serupa. terdapat pada ujung α-heliks dan untai β. Daerah Mereka ini memiliki daerahdiprediksi inti, lipatandengan elemen tepat struktur sekunder, dengan lipatan sekunder seringkali namun metodenya tidak selalu dengan tepat α-heliks β. rantai polipeptida yangmembedakan sangat mirip.antara Daerah loop dan yanguntai menghubungkan Prediksiblock struktur tertier darisangat urutanbervariasi asam amino problemmaupun building lipatan bisa baikadalah panjangnya utama yang tak terpecahkan dalam struktur biologi molekul. Masalah strukturnya. Dari database struktur imunoglobulin yang telah diketahui, sebaliknya, yakni untuk memprediksi urutan asam amino mana yang sajasuatu untuklipatan memprediksi dengan tepat konformasi daerah loop bisamungkin memiliki yang diinginkan tampak lebih mudah hipervariabel dari antibodi urutan asamdi amino yang diketahui. untuk dipecahkan. Progres dengan besar telah dibuat tahun-tahun terakhir dalam metode yang menentukan suatu lipatan yang telah protein Metodathreading, untuk prediksi struktur sekunder dari serangkaian diketahui urutan yang diberikan dengan mengalurkan homologpada bisa suatu mencapai akurasi sekitar 75%, sebagian besar error terdapat urutan tersebut melalui semua lipatan yang diketahui. pada ujung -heliks dan untai
. Daerah pusat elemen struktur sekunder ini
seringkali diprediksi dengan tepat namun metodanya tidak selalu dengan tepat membedakan antara -heliks dan untai .
146
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Rekayasa protein kini digunakan secara rutin untuk modifikasi molekul protein baik melalui site-directed mutagenesis maupun melalui metode kombinasi. Faktor-faktor yang penting untuk stabilitas protein telah dipelajari, seperti stabilisasi α-heliks dan mengurangi jumlah konformasi dalam keadaan tak terlipat. Metode kombinasi menghasilkan sejumlah besar mutan acak yang jika memiliki sifat-sifat yang diinginkan akan terseleksi in vitro menggunakan phage display. Inhibitor enzim spesifik, meningkatkan aktivitas enzim dan agonis molekul reseptor merupakan contoh-contoh penggunaan metode ini. Molekul protein kecil dengan lipatan yang telah ditentukan sebelumnya bisa dirancang in silico dengan perhitungan energi untuk semua kemungkinan kombinasi dari serangkaian residu asam amino. Suatu lipatan zinc finger yang dirancang stabil tanpa adanya seng menunjukkan tidak adanya kesamaan urutan signifikan dengan urutan protein yang telah diketahui. Progres penting telah dibuat dalam menentukan fraksi dari urutan asam amino suatu protein yang cukup untuk spesifikasi strukturnya. Suatu protein yang melipat menjadi terutama struktur β-sheet telah diubah menjadi struktur α-heliks hanya dengan mengubah 50% urutannya.
8. Metode PENENTUAN STRUKTUR PROTEIN Sebagian besar informasi struktur protein didapat dari analisis kristalografi sinar-x pada kristal protein, serta dari analisis spektroskopi resonansi magnetik inti (nuclear magnetic resonance, NMR) pada larutan protein. Masing-masing teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Struktur myoglobin adalah struktur protein pertama yang ditentukan dengan resolusi yang cukup untuk melacak jejak rantai polipeptida, yakni pada tahun 1960. Sejak saat itu, beribu-ribu struktur yang sesuai dengan ratusan protein kemudian ditentukan. Koordinat atom-atom dalam struktur protein dan asam nukleat kini banyak tersedia di Protein Data Bank, yang dapat diakses via internet (http://www.pdb.bnl.gov).
Bab 3 Protein
147
Persamaan atau aturan pelipatan yang dapat disimpulkan dari data base struktur protein antara lain: 1. Sebagian besar gugus bermuatan berada pada permukaan molekul dan berinteraksi dengan air. Pengecualian untuk aturan ini biasanya adalah pada residu katalis yang penting dalam enzim, yang mungkin terstabilkan secara parsial oleh interaksi polar tertentu di dalam bagian hidrofob molekul. 2. Kebanyakan gugus nonpolar (misalnya hidrokarbon) berada di dalam interior molekul, sehingga menghindari kontak dengan air yang tidak disukai secara termodinamika. Pengecualian untuk aturan ini mungkin berfungsi sebagai sisi pengikat spesifik (specific binding sites) pada permukaan molekul untuk protein atau ligan lain. 3. Ikatan hidrogen maksimal terjadi di dalam molekul. 4. Prolin seringkali mengakhiri segmen a-heliks. Sinar-x mempunyai panjang gelombang yang mendekati panjang jarak antara atom-atom yang berikatan dalam molekul (misalnya, ikatan tunggal karbon-karbon berjarak 1,5 Å, sedangkan panjang gelombang sinar-x dari suatu tabung dengan target tembaga adalah 1,54 Å). Bila sinar monokromatik sinar-x berinteraksi dengan suatu molekul, maka molekul tersebut akan terdifraksi dengan pola difraksi yang menunjukkan informasi mengenai lokasi atom dalam molekul tersebut. Akan tetapi jika sampel berada di dalam larutan, maka molekul tunggal protein akan berorientasi secara acak sehingga akan diperoleh informasi bentuk molekul lengkap dengan resolusi yang sangat rendah. Protein serat dan asam nukleat bisa diinduksikan untuk membentuk gel atau serat yang terorientasi. Difraksi sinar-x pada sampel semacam ini digunakan untuk menentukan jarak segmen yang berulang secara teratur, yakni yang dikarakterisasikan sebagai a-heliks dan b sheet dalam protein serta bentuk A dan B untuk DNA dan RNA. Dalam hal ini, difraksi sinar-x hanya bisa dipakai untuk memeriksa model geometrik yang diusulkan, tetapi bukan untuk menentukan struktur secara objektif.
148
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Penggunaan sinar-x yang paling utama adalah pada sampel kristal tunggal. Struktur molekul yang telah ditemukan terdapat dalam bermacam-macam ukuran, mulai dari beberapa atom sampai virus yang memiliki puluhan ribu atom. Dalam kristal tunggal, semua molekul berada pada kisi-kisi tiga dimensi dengan posisi relatif dan orientasi yang tetap. Intensitas tiap titik dalam pola difraksi dapat diukur, sehingga informasi mengenai struktur tiga dimensi lengkap dapat diperoleh. Kelebihan dan kekurangan kristalografi protein: 1. Teknik ini bisa diterapkan untuk bermacam-macam sampel, antara lain protein, enzim, asam nukleat, dan virus. Teknik ini tidak tergantung pada ukuran molekul. 2. Tidak semua protein bisa dikristalkan, terutama protein membran intrinsik yang harus dilarutkan dalam larutan detergen. 3. Kebanyakan kristal protein tidak berdifraksi membentuk resolusi atom yang sesungguhnya. Untuk itu, urutan protein harus diketahui terlebih dahulu. Struktur tiga dimensi protein lengkap yang pertama kali dipecahkan menggunakan teknik spektroskopi NMR adalah pada tahun 1986. Fenomena NMR berasal dari fakta bahwa tingkat energi inti dengan spin nonzero akan menjadi tak seimbang ketika inti tersebut diletakkan dalam medan magnet. Dengan demikian, energi inti dapat dikacaukan (digerak-gerakkan di antara tingkat-tingkat energi) dengan menerapkan getaran frekuensi radio yang panjang gelombangnya sesuai dengan celah di antara tingkat-tingkat energi tersebut. Pengacauan inti seperti ini memungkinkan pengamatan interaksi skalar dan dipolar inti. Interaksi skalar dapat memberikan informasi mengenai sudut torsi protein, sedangkan interaksi dipolar memberikan informasi mengenai jarak interproton. Struktur protein dihitung menggunakan data urutan asam amino yang dikombinasikan dengan hasil pengukuran sudut-sudut dihedral dan jarak interproton. NMR menganalisis protein dalam bentuk larutan. Molekulmolekul protein bergerak-gerak dalam larutan, sehingga teknik NMR
Bab 3 Protein
149
ini dapat mengukur kuantitas skalar (sudut torsi dan jarak interproton). Hal ini sangat berbeda dengan kristalografi sinar-x yang menganalisis kisi kristal untuk memperoleh “gambaran” vektor molekul. Karena NMR menganalisis protein dalam larutan, maka teknik ini bisa digunakan untuk melacak detil yang rumit dalam dinamika protein. Kelebihan dan kekurangan spektroskopi NMR protein: 1. Teknik ini dapat diterapkan untuk protein dan asam nukleat dalam bentuk larutan. 2. Terdapat batas ukuran, yakni hanya sampai 35 – 40 kDa. Namun hal ini berarti bahwa kebanyakan domain protein dapat dianalisis menggunakan spektroskopi NMR. 3. Resolusi akhir tidak sebagus kristalografi sinar-x, tetapi dapat diperoleh banyak informasi berguna mengenai dinamika protein. Pengetahuan kita sekarang akan hubungan antara struktur dan fungsi molekul protein tidaklah cukup untuk menentukan fungsi protein dari strukturnya saja, meskipun, seperti yang telah kita lihat, homologi struktur dengan protein yang fungsinya telah diketahui kadangkala bisa memungkinkan hal ini. Perlu untuk menggabungkan penelitian biokimia dengan informasi struktur. Penelitian biokimia dan biologi sel bisa memberitahukan pada kita apakah suatu protein merupakan reseptor, molekul transpor, atau suatu enzim serta ligan mana yang bisa terikat padanya, juga efek fungsional dari pengikatan ligan seperti ini. Penelitian struktur tiga dimensi kompleks antara ligan spesifik dan protein kemudian akan memberikan informasi detil tentang bagaimana sisi aktif dibangun dan residu asam amino mana yang terlibat dalam pengikatan ligan. Contoh-contoh yang telah kita jelaskan antara lain interaksi protein-DNA, pengikatan gula pada protein pengangkut gula, dan pengikatan inhibitor pada enzim yang memotong ikatan peptide. Peran spesifik tiap residu asam amino untuk fungsi protein bisa diuji dengan membuat mutasi spesifik pada residu yang dipertanyakan dan memeriksa sifat-sifat protein mutan. Dengan menggabungkan dengan cara ini penelitian fungsi dalam larutan, site-directed mutagenesis oleh
150
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
teknik DNA rekombinan, dan penentuan struktur tiga dimensi, kita kini berada dalam posisi untuk mendapat wawasan segar ke dalam cara kerja molekul protein. Struktur tiga dimensi molekul protein bisa ditentukan secara eksperimen dengan dua macam metode, kristalografi sinar-x dan NMR. Interaksi sinar-x dengan elektron dalam molekul yang tersusun dalam kristal digunakan untuk memperoleh peta densitas-elektron molekul tersebut, yang bisa diinterpretasikan dalam suatu model atom. Kelebihan teknik masa kini, seperti kekuatan komputer termasuk kerja grafis, detektor area elektronik, dan sumber sinar-x yang sangat kuat dari radiasi synchrotron, telah sangat memudahkan penggunaan kristalografi sinar-x. Kristalisasi protein bisa sulit dicapai dan biasanya membutuhkan banyak eksperimen berbeda dengan variasi sejumlah parameter, seperti pH, suhu, konsentrasi protein, dan sifat pelarut dan endapan. Kristal protein mengandung saluran-saluran besar dan lubang-lubang yang dipenuhi oleh pelarut, yang bisa digunakan untuk difusi logam berat ke dalam kristal. Penambahan logam berat diperlukan untuk penentuan fasa pancaran terdifraksi. Struktur sinar-x ditentukan pada berbagai level resolusi. Pada resolusi rendah hanya bentuk molekul yang diperoleh, sedangkan pada resolusi tinggi sebagian besar posisi atom bisa ditentukan dengan akurasi berderajat tinggi. Pada resolusi sedang lipatan rantai polipepitda biasanya terungkap dengan tepat serta juga perkiraan posisi rantai samping, termasuk yang berada pada sisi aktif. Kualitas model tiga dimensi akhir protein tersebut tergantung pada resolusi data sinarx dan pada derajat perbaikan. Dalam struktur yang telah diperbaiki dengan baik, dengan nilai R kurang dari 0,20 pada resolusi sebesar 2,0 Å, perkiraan error dalam posisi atom adalah sekitar 0,1 Å hingga 0,2 Å, sehingga urutan asam amino diketahui. Serat biologis, seperti yang bisa dibentuk oleh DNA dan protein serat, bisa mengandung kristalit dengan molekul yang sangat teratur yang strukturnya pada prinsipnya bisa didapatkan pada resolusi atom dengan kristalografi sinar-x. Namun dalam prakteknya, kristalit ini
Bab 3 Protein
151
jarang seteratur kristal sebenarnya, dan untuk menemukan atom individu perlu untuk memasukkan kecocokan stereokimia dalam analisis sinar-x sehingga strukturnya dapat diperbaiki oleh pemodelan molekul. Dalam NMR, sifat-sifat spin magnet inti atom di dalam suatu molekul digunakan untuk memperoleh daftar kecocokan jarak antara atom-atom dalam molekul, yang dari sini struktur tiga dimensi molekul protein bisa diperoleh. Metode ini tidak membutuhkan kristal protein dan dapat digunakan pada molekul protein dalam larutan pekat. Namun, penggunaannya terbatas pada molekul protein kecil. -oo0oo-
Bab
4
LIPID, MEMBRAN, TRANSPOR, DAN PENSINYALAN
1. PENGANTAR Lipid didefinisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang diekstrak dari organisme hidup menggunakan pelarut yang kepolarannya lemah atau pelarut nonpolar. Definisi ini berdasarkan atas sifat fisik, berlawanan dengan definisi protein, karbohidrat, maupun asam nukleat yang berdasarkan atas struktur kimianya. Istilah lipid mencakup berbagai macam kelompok senyawa yang berbedabeda strukturnya. Perhatikan contoh senyawa-senyawa pada hal 154, yang sebagian besar merupakan lipid. Senyawa 1, 3, dan 5 sampai 9 merupakan lipid karena berasal dari suatu organisme dan larut dalam pelarut organik. Lipid larut dalam pelarut organik karena mengandung karbon dan hidrogen dengan proporsi tinggi sehingga tidak larut dalam air. Senyawa 4 bukan merupakan lipid karena tidak terdapat bebas dalam organisme hidup. Senyawa 2 larut dalam air, tetapi karena senyawa ini adalah anggota kelompok senyawa yang sama seperti senyawa 1, maka biasanya senyawa ini dianggap sebagai lipid.
atas struktur kimianya.
Istilah lipid mencakup berbagai macam kelompok
senyawa yang berbeda-beda strukturnya. Perhatikan contoh senyawa-senyawa berikut, yangStruktur sebagian besar merupakan 154 Biokimia: dan Fungsi Biomolekul lipid: CH3(CH2)14COO-
CH3CH2COO-
(1) Palmitat
(2) Propionat
CH3(CH2)14CH2OH (3) Setil Alkohol (4) Benzen
(5) Limonen Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
(6) Skualen OH
HO
O
O (7) Krisin
HO
Biokimia: Struktur dan Fungsi O Biomolekul
146
(8) Vitamin E O COO
OH
OH (9) Prostaglandin E2
Senyawa 1, 3, dan 5 sampai 9 merupakan lipid karena berasal dari suatu 2. KELOMPOK-KELOMPOK LIPID organisme dan larut dalam pelarut organik. Lipid larut dalam pelarut organik karena mengandung karbondalam dan hidrogen proporsi tinggi Kandungan hidrokarbon lipid dengan diturunkan darisehingga polimerisasi tidak larut dalam air. Senyawa 4 bukan merupakan lipid karena tidak terdapat asetat yang diikuti dengan reduksi rantai yang terbentuk. Misalnya, bebas dalam organisme hidup. Senyawa 2 larut dalam air, tetapi karena polimerisasi asetat menghasilkan senyawa-senyawa berikut: senyawa ini adalah anggota kelompok senyawa yang sama seperti senyawa 1, maka biasanya senyawa ini dianggap sebagai lipid.
2. KELOMPOK-KELOMPOK LIPID
Kandungan hidrokarbon dalam lipid diturunkan dari polimerisasi asetat yang diikuti dengan reduksi rantai yang terbentuk. Misalnya, polimerisasi asetat Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan 155 menghasilkan senyawa-senyawa berikut: Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
1. 1. Rantai hidrokarbon panjang dan dan linear: Rantai hidrokarbon panjang Lipid,linear: Membran, Transpor, dan Pensinyalan
Produk ini merupakan asam lemak, CH3(CH2)nCOOH, yang selanjutnya nCH3COO-
CH3COCH2CO ···
CH3CH2CH2CH2 ···
bisa menghasilkan amina dan alkohol. Lipid yang mengandung asam Produk ini merupakan asam lemak, CH3(CH2)nCOOH, yang selanjutnya
antara Produklain inigliserolipid, merupakan sfingolipid, asam lemak, CHlilin. (CH2)nCOOH, yang lemak serta 3
bisa menghasilkan amina dan alkohol. Lipiddan yang mengandung asam selanjutnya bisa menghasilkan amina alkohol. Lipid yang
2. Hidrokarbon rantai bercabang melalui intermediet karbon-lima yakni lemakmengandung antara lain gliserolipid, lilin. asam lemaksfingolipid, antara lainserta gliserolipid, sfingolipid, serta
isopentena (isopren):
lilin. rantai bercabang melalui intermediet karbon-lima yakni 2. Hidrokarbon
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
147
2. Hidrokarbon rantai bercabang melalui intermediet karbon-lima isopentena (isopren): yakni isopentena (isopren): CH3 3CH3COO-
(CH3 CH
3CH3COO-
(CH3 CH
C 3 CH2 CH C
CH2
terpen
)
(termasuk steroid terpen dan karotenoid)
)
(termasuk steroid dan karotenoid)
3. Struktur linear atau siklik tereduksi secara parsial: 3. Struktur linear atauyang siklikhanya yang hanya tereduksi secara parsial: 3. Struktur linear atau siklik yang hanya tereduksi secara parsial: O nCH 3COO
O
-
nCH 3COO
-
CH 3 CH 3
O
O O
O
COO COO -
n-3
n-3
Produk ini disebut asetogenin (atau disebut juga poliketida). Ba Produk nyak ini disebut asetogenin (atau disebut juga poliketida). Banyak yang merupakan aromatik, jalur pembenProduk ini senyawa disebut ini asetogenin (atau disebut juga yang poliketida). Banyak tukannya merupakan jalur aromatik, utama untuk cincin benzen senyawa yangsintesis jalurpembentukannya pembentukannya senyawainiiniyang yang merupakan merupakan aromatik, yang jalur di alam. Tidak semua senyawa ini termasuk lipid, karena reduksiTidak merupakan sintesis cincin cincinbenzen benzendi dialam. alam.Tidak merupakanjalur jalurutama utama untuk untuk sintesis parsial seringkali meninggalkan gugus yang mengandung oksigen semua senyawa ini lipid, karena reduksiparsial parsialseringkali seringkali semua senyawa ini termasuk termasuk sehingga membuatnya larutlipid, dalamkarena air. reduksi meninggalkan oksigensehingga sehingga membuatnya meninggalkangugus gugusyang yang mengandung mengandung oksigen membuatnya
Ruteair. sintesis untuk lipid-lipid dalam contoh sebelumnya adalah larut dalam air. larut dalam
sebagai berikut: Senyawa 1, 3, dan 9 dibuat melalui rute (1). Senyawa 3, dan9 9dibuat dibuat rute (1). 5 danmelalui 6melalui dibuatrute melalui Senyawa 1, 1, 3,Senyawa dan (1). rute (2). Senyawa 7 dibuat melalui rute (3), dan senyawa 8 melalui rute (2) Senyawa 5 dan dibuat melalui rute (2). Senyawa 5 dan 6 6dibuat melalui rute (2). dan (3).
Rute sintesis untuklipid-lipid lipid-lipiddalam dalam contoh contoh sebelumnya sebagai berikut: Rute sintesis untuk sebelumnyaadalah adalah sebagai berikut:
Senyawa 7 dibuat melalui rute (3), dan senyawa 8 melalui rute (2) dan (3).
Senyawa 7 dibuat melalui rute (3), dan senyawa 8 melalui rute (2) dan (3). Untuk lipid yang disintesis melalui rute (2), unit-unit isopren dihubungkan
Untuk lipid yang disintesis melalui rute (2), unit-unit isopren dihubungkan
156
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Untuk lipid yang disintesis melalui rute (2), unit-unit isopren dihubungkan dengan cara seperti yang ditunjukkan oleh garis putusputus dalam struktur molekul berikut:
Limonen
Skualen HO
O Vitamin E
3. ASAM LEMAK Lebih dari 100 asam lemak terdapat secara alami. Asam lemak ini bervariasi panjang rantainya serta derajat ketidakjenuhannya. Hampir semua asam lemak mempunyai atom-atom karbon yang berjumlah genap. Sebagian besar terdiri atas atom-atom karbon rantai linear, tetapi beberapa memiliki rantai bercabang. Asam lemak dalam keadaan bebas terdapat dalam jumlah sangat sedikit. Kebanyakan asam lemak ditemukan dalam keadaan teresterifikasi sebagai komponen dari lipid lainnya. pKa gugus asam karboksilat adalah sekitar 5. Dalam kondisi fisiologis, gugus asam karboksilat terdapat dalam keadaan terionisasi yang disebut ion asilat, misalnya ion dari asam palmitat adalah palmitat, CH3(CH2)14COO-. Berikut ini adalah beberapa asam lemak yang penting untuk tubuh.
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
157
(a) Jenuh: CH3(CH2)14COOH CH3(CH2)16COOH Asam palmitat Asam stearat (asam heksadekanoat) (asam oktadekanoat) 16:0 18:0 (b) Dalam asam lemak tak jenuh, ikatan rangkap hampir selalu memiliki konformasi cis: CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH Asam palmitoleat (asam cis-9-heksadekenoat) 16:1D9 (c) Dalam asam lemak poli tak jenuh (polyunsaturated), ikatan rangkap jarang yang terkonjugasi: CH3(CH2)4CH=CH–CH2–CH=CH(CH2)7COOH Asam linoleat (asam cis,cis-9,12-oktadekadienoat) 18:2D9,12 Notasi angka digunakan untuk menandai struktur asam lemak. Sebelah kiri tanda titik dua (:) menunjukkan jumlah atom C dalam asam, sedangkan yang sebelah kanan menunjukkan jumlah ikatan rangkap. Posisi ikatan rangkap ditunjukkan oleh superscript D diikuti oleh jumlah karbon di antara ikatan rangkap dengan ujung rantai, dengan karbon pada gugus asam karboksilat diberi nomor 1. Notasi angka, nama sistematis, serta nama trivial untuk tiga asam lemak adalah sebagai berikut: CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH 18:1D9 asam cis-9-oktadekenoat (asam oleat) CH3CH2CH=CH–CH2–CH=CH–CH2–CH=CH(CH2)7COOH 18:3D9,12,15 –seluruhnya cis– asam cis-9,12,15,oktadekatrienoat (asam a-linoleat)
158
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
CH3(CH2)4CH=CH–CH2–CH=CH–CH2–CH=CH–CH2– CH=CH(CH2)3COOH D5,8,11,14 –seluruhnya cis– asam cis-5,8,11,14-eikosatetraenoat 20:4 Lipid, Membran, Transpor, danPensinyalan Pensinyalan Lipid, Membran, Transpor, dan Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan (asam arakhidonat) 0
Asam elaidat (asam trans-9-oktadekanoat), 44 C Asam elaidat (asam trans-9-oktadekanoat), 4400CCtitik leleh yang berbeda pula, Asam elaidat (asam trans-9-oktadekanoat), 44 Asam-asam lemak yang berbeda memiliki a-linoleat, –110C Asam linoleat, –50C; 0asam 0 0 C; asam a-linoleat,–11 –110C C Asam linoleat, –5 misalnya: Asam linoleat, –5 C; asam a-linoleat,
Asam palmitat, 630C; asam stearat, 700C; asam oleat, 130C Perbedaan titik elaidat leleh asam lemak juga terjadi pada asam-asam Asam (asam trans-9-oktadekanoat), 440C lemak yang Perbedaan titik leleh asam lemak juga terjadi pada asam-asam lemak yang yang 0 Konformasi 0pada Perbedaan titik leleh asam lemaka-linoleat, juga terjadi asam-asam jumlah atom karbonnya sama. yang lebih disukai rantai atom lemak Asam linoleat, –5 C; asam –11 C untuk atomkarbonnya karbonnya sama. Konformasi Konformasi yang lebih disukai untuk rantai rantai atom atom Cjumlah jenuh adalah struktur yangsama. panjang dan lurus. Suatu ikatan rangkap cis untuk akan jumlah atom yang lebih disukai menimbulkan bengkokan pada struktur, sehingga lebih juga sukar untuk tersusun Perbedaan titik leleh asam lemak terjadi pada asam-asam jenuhadalah adalah struktur yang panjang dan lurus. Suatu ikatan rangkap cis akan akan CCjenuh struktur yang panjang dan lurus. Suatu ikatan rangkap cis
membentuk kristal daripada molekul yang sehingga panjangnya sama.sukar Ikatan lemak yang jumlah atomjenuh karbonnya sama. lebih Konformasi yang tersusun lebih menimbulkan bengkokan pada struktur, untuk menimbulkan bengkokan pada struktur, sehingga lebih sukar untuk tersusun untuk rantai bengkokan atom C jenuh adalahContohnya: struktur yang panjang dan rangkap disukai trans tidak menimbulkan pada rantai. membentuk kristal daripada molekul jenuh yang panjangnya sama. sama. Ikatan Ikatan membentuk kristal daripada molekul jenuh yang panjangnya
lurus. Suatu ikatan rangkap cis akan menimbulkan bengkokan pada rangkap trans menimbulkan bengkokan pada rantai.membentuk Contohnya: kristal 1. Rantai jenuhtidak struktur, sehingga lebih sukar untukpada tersusun rangkap trans tidak menimbulkan bengkokan rantai. Contohnya: daripada molekul jenuh yang panjangnya sama. Ikatan rangkap trans COOH Rantai jenuh tidak menimbulkan bengkokan pada rantai. Contohnya: 1.1. Rantai jenuh 1. Rantai jenuh 2. Rantai dengan satu ikatan rangkap trans
COOH COOH COOH
2. 2. Rantai dengan satusatu ikatan rangkap trans Rantai dengan ikatan rangkap trans 2. Rantai dengan satu ikatan rangkap trans COOH COOH
3. Rantai dengan satu ikatan 3. Rantai dengan satu ikatan rangkap cis rangkap
cis COOH
3. Rantai dengan satu ikatan rangkap cis 3. Rantai dengan satu ikatan rangkap cis COOH COOH
Molekul lurus dapat disusun lebih rapat dan membentuk kristal yang titik lelehnya lebih tinggi daripada titik leleh molekul bengkok yang ukurannya sama.
Dengan kata lain, lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
159
Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan Molekul lurus dapat disusun lebih rapat dan membentuk kristal Ikatan terdapat banyak ikatanbengkok rangkap trans yang titikrangkap lelehnyacislebih tinggilebih daripada titikdaripada leleh molekul ukurannya sama. Denganlebih katabanyak lain,memastikan lebih banyak energi yang Ikatan rangkap cisjenuh. terdapat daripada ikatan rangkap trans yang dalam yang asam lemak tak Hal ini bahwa lipid dibutuhkanlemak untuk tak memisahkan molekul-molekul lurusbahwa ketika dipanasdalam asam jenuh. titik Hal leleh ini memastikan lipid cair yangpada mengandung asam lemak memiliki rendah dan berwujud kan. mengandung lemak leleh rendah dan berwujud cair pada Ikatanasam rangkap cis memiliki terdapattitik lebih banyak daripada ikatan rangkap suhu fisiologisnya. suhu fisiologisnya. trans dalam asam lemak tak jenuh. Hal ini memastikan bahwa lipid Selain ketidakjenuhan, titik leleh asam lemak juga dipengaruhi oleh yangSelain mengandung asam lemak memiliki titik juga lelehdipengaruhi rendah dan ketidakjenuhan, titik leleh asam lemak oleh adanyaberwujud percabangan. Misalnya, asam stearat (18 karbon) dan asam arakhidat cair pada suhu fisiologisnya. adanya percabangan. Misalnya, asam stearat (18 karbon) dan asam arakhidat 0 Selain ketidakjenuhan, titik leleh asam lemak juga dipengaruhi 0 70 C, (20 (20 karbon) keduanya jenuh dan linear. Titik leleh asam stearat adalah karbon) keduanya jenuh dan linear. Titik leleh asam stearat adalah 70 C, oleh adanya percabangan. Misalnya, asam stearat (18 karbon) dan asam 00 dan dan titikarakhidat leleh asam arakhidat 75 C. Sedangkan asam 10-metilstearat meleleh titik leleh asam arakhidat 75 C. Sedangkan 10-metilstearat meleleh (20 karbon) keduanya jenuh danasam linear. Titik leleh asam 0 0 0 0 stearat 70 C,tetapi dan titik leleh asam arakhidatjarang 75 C.terdapat Sedangkan Akan tetapi asam lemak bercabang dalam suhu 10 C.C.Akan asam lemak bercabang jarang terdapat dalam padapada suhu 10adalah 0 asam 10-metilstearat meleleh pada suhu 10 C. Akan tetapi asam lemak sistem hidup. sistem hidup. bercabang jarang terdapat dalam sistem hidup. CH (CH ) CH(CH ) COOH
CH 33(CH 22 )77CH(CH2 28)8COOH CH 3
CH 3 Asam 10-metilstearat Asam 10-metilstearat
4. GLISEROLIPID
4. GLISEROLIPID 4. GLISEROLIPID
Gliserolipid adalah lipid yang mengandung gliserol dengan gugus
Gliserolipid adalah lipid yang mengandung gliserol dengan gugus gugus hidroksil yang tersubstitusi. Gliserolipid merupakan lipid yang palingdengan melimpah Gliserolipid adalah lipid yang mengandung gliserol hidroksil yang tersubstitusi. Gliserolipid merupakan lipid yang paling
di dalam hewan. Lipid yang mengandung diol (misalnya etilen melimpah glikol hidroksil yangtubuh tersubstitusi. Gliserolipid yang paling melimpah di dalam tubuh hewan.merupakan Lipid yanglipid mengandung diol (etana diol) dan 1,2-propanadiol serta 1,3-propanadiol) memiliki struktur yangglikol di dalam tubuh hewan. Lipid yang mengandung diol (misalnya (misalnya etilen glikol (etana diol) dan 1,2-propanadiol serta etilen 1,3mirip dengan gliserolipid, tetapi hanyayang tersedia kurang darigliserolipid, 1 persen dari jumlah memiliki struktur mirip dengan tetapi (etana propanadiol) diol) dan 1,2-propanadiol serta 1,3-propanadiol) memiliki struktur yang
hanya tersedia kurang dari 1 persen dari jumlah gliserolipid. gliserolipid.
mirip dengan gliserolipid, tetapi hanya tersedia kurang dari 1 persen dari jumlah gliserolipid.
CH2OH HOCH
CH2OH
CH2OH
Gliserol HOCH
CH2OH CH2OH
CH2OH Etilen CH2glikol OH
CH2OH HOCH
CH2OH
CH3
1,2-Propanadiol HOCH
CH3 CH2OH Triasilgliserol netral yang juga dikenal Etilen gliserolipid glikol Gliserol (TAGs) adalah 1,2-Propanadiol
160
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Triasilgliserol (TAGs) adalah gliserolipid netral yang juga dikenal sebagai trigliserida. Dalam TAGs, tiga gugus hidroksil dari gliserol telah teresterifikasi, biasanya oleh asam-asam lemak yang berbeda. Hal Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan ini membuat atom karbon kedua padaLipid, gliserol menjadi separuh kiral. Membran, Transpor, dan Pensinyalan Awalan sn- (stereospecifically numbered) mendahului nama gliserol. Contohnya, CH2O.OCR CH2O.OCR C H C H CH2O.OCR" CH2O.OCR" 1,2,3-Triasil-sn-gliserol
R'CO.O R'CO.O
1,2,3-Triasil-sn-gliserol
Struktur 1-oleoil-2-palmitoil-sn-gliserol adalah
Struktur 1-oleoil-2-palmitoil-sn-gliserol adalah Struktur 1-oleoil-2-palmitoil-sn-gliserol adalah
CH2O.OC(CH2)7CH
CH(CH2)7CH3
CH2O.OC(CH2)7CH CH3(CH2)14CO.OCH
CH(CH2)7CH3
CH3(CH2)14CO.OCH CH2OH CH2OH
Molekul ini merupakan diasilgliserol. Diasilgliserol dan monoasil-
Molekul ini merupakan diasilgliserol. Diasilgliserol dan monoasilgliserol gliserol ditemukan dalam sel dengan jumlah sedikit. Keduanya meruMolekul merupakan diasilgliserol. Diasilgliserol monoasilgliserol ditemukaninidalam sel dengan jumlah sedikit. Keduanya dan merupakan metabolit
pakan metabolit untuk TAGs dan fosfolipid. ditemukan dalam sel dengan jumlah Keduanya TAGs lipid yang palingsedikit. banyak dalam tubuhmerupakan hewan. Hal metabolit untuk TAGs danadalah fosfolipid. dikarenakan TAGs berfungsi sebagai penyimpanan makanan. untukini TAGs danadalah fosfolipid. TAGs lipid yang paling banyak dalam tubuh terdapat hewan. Hal ini TAGs ditemukan dalam sebagian besar sel, tetapi terutama TAGs adalah lipid yang banyak dalam tubuh hewan. Hal ini dalam sel jaringan adiposa di paling mana TAGs membentuk lemakTAGs depotditemukan dikarenakan TAGs berfungsi sebagai penyimpanan makanan. (depot fat). Hidrolisis ikatan ester penyimpanan pada TAGs serta pelepasanTAGs gliserolditemukan dikarenakan TAGs berfungsi sebagai dalam sebagian besar sel, tetapi terutama terdapatmakanan. dalam sel jaringan adiposa dan asam lemak dari jaringan adiposa disebut mobilisasi lemak. Depot dalam sebagian besar sel, tetapi terutama terdapat dalam sel ikatan jaringan adiposa di mana TAGs membentuk lemak (depot ester pada fat merupakan campuran bebasdepot air dari TAGsfat). yangHidrolisis berbeda-beda satu di mana TAGs membentuk lemak depot (depot fat).dari Hidrolisis ester pada sama lain menurut ketiga gugus asil lemaknya. TAGs serta pelepasan gliserol dan asam lemak jaringanikatan adiposa disebut Depot fat mengandung banyak lemak tak jenuh. adiposa Lemak disebut TAGs serta pelepasan gliserol dan asamasam lemak daribebas jaringan mobilisasi lemak. Depot fat merupakan campuran air dari TAGs yang tersebut terdapat dalam wujud cair. Lemak padat hanya terdapat pada mobilisasi fat pada merupakan campuran bebas air dariyang TAGs yang daerahlemak. permukaan enzim dalam cairan sitoplasma berbeda-beda satu Depot samakecil lain menurut ketiga gugus asil lemaknya. memobilisasi tersebut. Lemak juga akanasil membuat berbeda-beda sama lain menurut ketiga gugus lemaknya. Depotsatu fatlemak mengandung banyakpadat asam lemak tak jenuh.jaringan Lemak tersebut adiposa menjadi kaku dan tidak produktif selama tekanan mekanik. mengandung tak terdapat jenuh. Lemak terdapatDepot dalamfat wujud cair. banyak Lemak asam padatlemak hanya pada tersebut daerah terdapat dalam wujudenzim cair. dalam Lemak padat hanya yang terdapat pada daerah permukaan kecil pada cairan sitoplasma memobilisasi lemak permukaan kecil pada dalammembuat cairan sitoplasma yang memobilisasi lemak tersebut. Lemak padatenzim juga akan jaringan adiposa menjadi kaku dan
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
161
Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
Biasanya titik leleh depot fat hanya beberapa derajat di bawah Lipid, depot Membran, Transpor, danhasil Pensinyalan suhu tubuh. Komposisi asam lemak dalam fat merupakan Fosfogliserida adalah gliserolipid polar yang sering juga disebut perpaduan antara kebutuhan untuk menjaga lemak tetap cair dengan kemampuan menyimpan sebanyak mungkin. fosfolipid. Akan untuk tetapi, lipid gliserolipid lain energi yang polar mengandung fosforKetika tetapidisebut tidak Fosfogliserida adalah yang sering juga teroksidasi, asam lemak tak jenuh menghasilkan energi yang lebih kecil mengandung gliseroltetapi, juga disebut fosfolipid. fosfolipid. lipidyang lain yang mengandung fosfor tetapi tidak daripadaAkan asam lemak jenuh berukuran sama. Semua fosfogliserida diturunkan dari asam yakni separuh Fosfogliserida adalah gliserolipid polarsn-gliserol-3-fosfat, yang sering juga disebut mengandung gliserol juga disebut fosfolipid. fosfolipid. Akan tetapi, oleh lipid lain yangtertentu mengandung fosfor hidroksil tetapi tidak asam teresterifikasi dan gugus C-1 Semuafosfat fosfogliserida diturunkanalkohol dari asam sn-gliserol-3-fosfat, yaknipada separuh mengandung gliserol juga disebut fosfolipid. dan C-2 teresterifikasi oleh oleh asamalkohol lemak. tertentu dan gugus hidroksil pada C-1 asam fosfat teresterifikasi Semua fosfogliserida diturunkan dari asam sn-gliserol-3-fosfat, yakni separuh asam oleh alkohol tertentu dan dan C-2 teresterifikasi olehfosfat asamteresterifikasi lemak. CH OH gugus hidroksil pada C-1 dan C-22 teresterifikasi oleh asam lemak. HOCH CH 2OH O CH 2O HOCH CH 2O
P O
OH
OH P OH
asam sn-Gliserol-3-fosfat
OH
asam sn-Gliserol-3-fosfat
Nilai pKa untuk fosfomonoester adalah ~1 dan ~6. Karena itu pada pH fisiologis
Nilai pKa fosfomonoester dan ~6. Karena itu dengan akan terdapat duauntuk bentuk ionik untukadalah asam~1sn-gliserol-3-fosfat, Nilai pK a untuk fosfomonoester adalah ~1 dan ~6. Karena itu pada pH fisiologis pada pH fisiologis akan terdapat dua bentuk ionik untuk asam sndidominasi oleh dianion: akan gliserol-3-fosfat, terdapat dua dengan bentukdidominasi ionik untuk oleh asam dianion:sn-gliserol-3-fosfat, dengan didominasi oleh dianion:
CH2OH
CH2OH
HOCH CH2OH O
HOCH CH2OH O
CH2O HOCH CH2O
O-
CH2O HOCH
P O
O-
OH P O-
CH2O
O P
O-
P O
-
O OH Penamaan dan pengelompokkan fosfogliserida adalah berdasarkan Penamaan dan yang pengelompokkan adalah berdasarkan sifat sifat alkohol mengesterifikasifosfogliserida gliserol fosfat (Tabel 4-1). Dalam kebanyakan fosfogliserida, lemak yang tersubstitusi alkohol yang mengesterifikasi gliserol fosfogliserida fosfatasam (Tabel 4-1). Penamaan dan pengelompokkan adalah berdasarkan sifat pada C-1 adalah asam lemak jenuh, sedangkan pada C-2 adalah asam Dalam kebanyakan fosfogliserida, lemak yang tersubstitusi pada alkohol yang fosfatasam (Tabel 4-1). lemak takmengesterifikasi jenuh. Meskipungliserol fosfogliserida dinamai dalam bentuk tung-
C-1 adalah asam lemak jenuh, sedangkanasam padalemak C-2 adalah asam lemakpada tak Dalam kebanyakan fosfogliserida, yang tersubstitusi jenuh. Meskipun fosfogliserida dinamaipada dalam tunggal, tetapi C-1 adalah asam lemak jenuh, sedangkan C-2 bentuk adalah asam lemak tak
alkohol yang mengesterifikasi gliserol fosfat (Tabel 4-1). Dalam kebanyakan fosfogliserida, asam lemak yang tersubstitusi pada C-1 adalah pada Struktur C-2 adalah asam lemak tak 162 asam lemak jenuh, sedangkan Biokimia: dan Fungsi Biomolekul jenuh.
Meskipun fosfogliserida dinamai dalam bentuk tunggal, tetapi
sebenarnya merupakan campuran senyawa-senyawa dengan gugus X yang gal, tetapi sebenarnya merupakan campuran senyawa-senyawa dengan
gugus X yang oleh samaberbagai teresterifikasi olehasam berbagai macam lemak Bisa sama teresterifikasi macam lemak yang asam berbeda. yang berbeda. Bisa juga terjadi C-1 tereterifikasi (bukan teresterifikasi) oleh alkohol lemak rantai panjang. Fosfogliserida seperti ini dikenal sepanjang. Fosfogliserida bagai plasmalogen:seperti ini dikenal sebagai plasmalogen:
juga terjadi C-1 tereterifikasi (bukan teresterifikasi) oleh alkohol lemak rantai
CH 2O.R R'CO.OCH
O Membran, Transpor, dan Pensinyalan PLipid,OX
CH 2O
OTabel 4-1 Beberapa Kelompok Utama Fosfogliserida
Tabel 4-1 Biomolekul Beberapa Kelompok Utama Biokimia: Struktur dan Fungsi CH2O.OCR R'CO.OCH
Fosfogliserida
O
CH2O
P
OX
O-
Nama X–OH Air
Etanolamin Kolin Serin
Struktur X H
CH 2CH 2NH 3 CH 2CH 2N(CH 3)3 CH2CHNH3
Nama Fosfogliserida (Simbol) Fosfatidat [ion dari asam fosfatidat] (PA) Fosfatidiletanolamin (PE) Fosfatidilkolin (PC) Fosfatidilserin (PS)
COO-
Gliserol
CH2CH(OH)CH2OH
O
Fosfatidilgliserol
CH2CH(OH)CH 2OPOCH2 -
Fosfatidilgliserol (PG) Difosfatidilgliserol [kardiolipin] (DPG)
O HCO.OCR
R'CO.OCH2
Inositol
OH OH OHHO
Fosfatidilinositol (PI)
OH
Sekitar 1 persen dari seluruh fosfogliserida yang terdapat dalam sel hewan
154
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
163
Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan Sekitar 1 persen dari seluruh fosfogliserida yang terdapat dalam sel hewan berada dalam bentuk lisofosfogliserida, yakni dengan hilangnya salah satu substituen asil (biasanya dari C-2). Penamaan lisofosfogliCH2O.OCR serida adalah dengan menambahkan awalan liso- pada nama fosfogliLipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan serida asalnya. Contoh struktur HOCH O berikut ini adalah molekul lisofosfatidilkolin: CH2O P CH2O.OCR OHOCH O
O(CH2)2N(CH3)3
CH2O fosfogliserida P O(CH2)2N(CH 3)3 Glikogliserolipid serupa dengan dalam beberapa hal. Misalnya, Okeduanya sama-sama memiliki bagian hidrofob dan bagian polar (hidrofil).
Bagian polar disebabkan serupa oleh separuh karbohidrat,dalam bukan oleh fosfat Glikogliserolipid dengan fosfogliserida beberapa hal. yang Glikogliserolipid serupa dengan fosfogliserida dalam beberapa hal. Misalnya, Misalnya, keduanya sama-sama memiliki bagian hidrofob dan bagian teresterifikasi. keduanya sama-sama memilikipolar bagian hidrofob dan bagian polar (hidrofil). polar (hidrofil). Bagian disebabkan oleh separuh karbohidrat, Glikogliserolipid yang khas yakni 6- -D-galaktopiranosil- -Dbukan disebabkan oleh fosfat yang teresterifikasi. Bagian polar oleh separuh karbohidrat, bukan oleh fosfat yang Glikogliserolipidyang yangstrukturnya khas yakni adalah 6-a-D-galaktopiranosil-b-Dgalaktopiranosildigliserida, sebagai berikut: teresterifikasi.
galaktopiranosildigliserida, yang strukturnya adalah sebagai berikut:
Glikogliserolipid
yang
khas
yakni 6- -D-galaktopiranosil- -DCH2O.OCR 2OH galaktopiranosildigliserida, yangCHstrukturnya adalah sebagai berikut: R'CO.OCH HO
O
O CHO.OCR CH OH 22 O CH2 CH2OH OOHR'CO.OCH HO O HO CH2O OH OH O CH2 OH
OOH
HO OH
5. SFINGOLIPID
OH
5. SFINGOLIPID Sfingolipid dibangun dari basa terhidroksilasi rantai panjang. Dua basa seperti ini ditemukan dalam hewan, yakni basa sfingosin dan Sfingolipid dibangun dari basa terhidroksilasi rantai panjang. Dua basa dihidrosfingosin (sfinganin). Sfingosin terdapat jauh lebih banyak. 5. SFINGOLIPID seperti ini ditemukan dalam hewan, yakni basa sfingosin dan dihidrosfingosin (sfinganin). Sfingosin terdapat lebih banyak. rantai panjang. Dua basa Sfingolipid dibangun darijauh basa terhidroksilasi
Sfingolipid dibangun dari basa terhidroksilasi rantai panjang. Dua basa seperti ini ditemukan dalam hewan, yakni basa sfingosin dan dihidrosfingosin 164 Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul (sfinganin). Sfingosin terdapat jauh lebih banyak. CH3(CH2)12CH
CHCH
CH +
OH
CH3(CH2)12CH2CH2CH
CH2OH
OH
NH3
CH +
CH2OH
NH3
Sfinganin
Sfingosin
Reaksi antara senyawa serin (a) dengan senyawa palmitat (b) akan
Reaksi antara senyawa serin (a) dengan senyawa Transpor, palmitat dan (b) Pensinyalan akan Lipid, Membran, mengeluarkan CO2, kemudian diikuti dengan reaksi reduksi yang Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan mengeluarkan CO2, kemudian diikuti dengan reaksi reduksi akan akan menghasilkan sfinganin. Rangkaian reaksi ini merupakan sintesis Lipid, Membran, Transpor,yang dan Pensinyalan
sfinganin dalam hidup. menghasilkan sfinganin. Rangkaian reaksi ini merupakan- sintesis sfinganin -sistem OOCCHCH OOCCHCH 2OH OH
CH(CH (CH)2)14 COO CH 33 2 14COO
2
dalam sistem hidup. -
CH 3(CH 2)14COO -
++ OOCCHCH NH NH33 2OH
+
NH(a) 3
(a)
(b)(b)
(a)
(b)
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
156
Ketikagugus gugusamino amino pada pada sfingosin sfingosin atau asam lemak, Ketika atau sfinganin sfinganindiasilasi diasilasioleh oleh asam lemak,
Ketika gugus amino pada sfingosin atau sfinganin diasilasi oleh asam lemak, maka produk yang dihasilkan adalah suatu seramida,
maka produkamino yangdihasilkan dihasilkan adalah atau suatu seramida, Ketika gugus pada sfingosin maka produk yang adalah suatusfinganin seramida,diasilasi oleh asam lemak,
maka produk yang dihasilkan adalah suatu seramida, CHCH
2OH CHCH CH CH CH CH 2OH
CH (CH ) CH
12CH CH 33(CH 22)12
OH NH
CHCH OH CH NH
CH 3(CH 2)12CH
CH 2OH
CO
OH NH CO R
R CO
R
primerdisubstitusi dapat disubstitusi dengan cara, yang Gugus Gugus hidroksihidroksi primer dapat dengan dua cara,dua yang menghasilkan Gugus hidroksi primer disubstitusi dengan cara, yang menghasilkan menghasilkan dua dapat kelompok sfingolipid yaknidua fosfosfingolipid dan dua kelompok sfingolipid yakni fosfosfingolipid dan glikosfingolipid.
glikosfingolipid. dua kelompok sfingolipid yakni fosfosfingolipid dan glikosfingolipid. Gugus hidroksi primer dapat disubstitusi dengan dua cara, yang menghasilkan Dalam fosfosfingolipid, gugus hidroksil primer diesterifikasi oleh kolin fosfat. Dalam fosfosfingolipid, gugus hidroksil primer diesterifikasi oleh
Dalam fosfosfingolipid, hidroksil primer diesterifikasi oleh kolin fosfat. dua kelompok sfingolipid yakni fosfosfingolipid dan glikosfingolipid. Lipid ini dikenal sebagai sfingomyelin: kolin fosfat. Lipid inigugus dikenal sebagai sfingomyelin: Lipid inifosfosfingolipid, dikenal sebagaigugus sfingomyelin: Dalam hidroksil primer diesterifikasi oleh kolin fosfat. O
Lipid ini dikenal sebagai sfingomyelin: CH 3(CH 2)12CH
CH 3(CH 2)12CH
CH 3(CH 2)12CH
CHCH
CH
CHCH CH OH NH CO NH CHCHOH CH
CH 2O
PO O(CH 2)2N(CH 3)3
CH 2O OO P
CH 2O
R CO OH NH
O(CH 2)2N(CH 3)3
O- O(CH 2)2N(CH 3)3 P
O-
Sfingomyelin
R CO Sfingomyelin
Gugus asil lemak (R) yang ditemukan R dalam sfingomyelin yakni: Sfingomyelin
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
165
Gugus asil lemak (R) yang ditemukan dalam sfingomyelin yakni: Lignoserat 24:0 Nervonat 24:1D15 Serebronat 24:0, C-2 terhidroksilasi Dalam glikosfingolipid, gugus hidroksil primer terglikosilasi, yakni tersubstitusi oleh karbohidrat, baik monosakarida atau oligosakarida. Glikosfingolipid yang mengandung gula asam sialat di dalam bagian karbohidratnya disebut gangliosida. Setidaknya telah ditemukan 50 tipe glikosfingolipid, yang berdasarkan atas perbedaan bagian karbohidrat Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan pada molekul. Setiap tipe glikosfingolipid menunjukkan variasi tipe asam lemak yang ditemukan di dalam bagian seramidanya. Beberapa glikosfingolipid yang biasa ditemukan adalah: Beberapa glikosfingolipid yang biasa ditemukan adalah: CHCH
CH3(CH 2)12CH
CH
1 CH 2 Gal
OH NH CO R Galaktosilseramida
CH3(CH2)12CH
CHCH
CH2 1Glc4
CH
1
Gal3
1
Gal3
1
GalNAc
OH NH CO R Globosida
CH3(CH2)12CH
CHCH
CH
CH2 1Glc4
1
Gal4
1
GalNAc
OH NH NeuNAc CO R Tay-Sachs gangliosida
Catatan : :Glc Glc ≡ glukosil; Gal ≡ galaktosil; ≡ N-Asetilgalaktosaminil; NeuNAc ≡ sialil. Catatan glukosil; Gal GalNac galaktosil; GalNac N-Asetilgalaktosaminil;
NeuNAc
sialil.
6. LIPID YANG DITURUNKAN DARI ISOPREN (TERPEN)
166
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
6. LIPID YANG DITURUNKAN DARI ISOPREN (TERPEN) Nama terpen pada mulanya digunakan untuk minyak yang bisa didestilasi uap, yang diperoleh dari terpentin (ekstrak cemara). Diketahui bahwa: 1. Sebagian besar senyawa yang terdapat dalam minyak tersebut memiliki rumus C10H15. 2. Terpen yang memiliki lebih dari 10 karbon, jumlah karbon tersebut biasanya merupakan kelipatan dari lima. Struktur terpen luar biasa beragam. 3. Banyak senyawa serupa yang tak larut dalam air terdistribusi sangat luas, terutama ditemukan dalam banyak tanaman dengan jumlah besar, tetapi juga terdapat dalam sebagian besar organisme hidup lainnya. Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan Terpen dengan 10 atom karbon dikenal sebagai monoterpen. Contohnya: Terpen dengan 10 atom karbon dikenal sebagai monoterpen. Contohnya:
CH2OH
Limonen
Geraniol
Seskuiterpen atom sedangkan karbon, sedangkan Seskuiterpen memilikimemiliki 15 atom15 karbon, diterpen diterpen memiliki 20 atom memiliki 20 atom karbon. Contohnya:
karbon. Contohnya:
CH2OH HOCH2
Limonen
Geraniol
Limonen
Geraniol
Seskuiterpen memiliki 15 atom karbon, sedangkan diterpen memiliki 20 atom Seskuiterpen memiliki 15 atom karbon, sedangkan diterpen memiliki167 20 atom Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan karbon. Contohnya: Seskuiterpen memiliki 15 atom karbon, sedangkan diterpen memiliki 20 atom
karbon. Contohnya: karbon. Contohnya:
CH2OH
CH2OH
CH2OH
HOCH2
HOCH HOCH 2 2
Vitamin A
Farnesol
Farnesol Farnesol
Vitamin A Vitamin A
Triterpen (30 atom karbon) dan tetraterpen (40 atom karbon) dapat membentuk Triterpen (30 (30 atom karbon) dan (40(40 atom karbon) dapatdapat membentuk Triterpen atom dantetraterpen tetraterpen atom karbon) membentuk steroid dan karotenoid. adalah skualen (triterpen) dankarbon) -karoten Triterpen (30 karbon) atomContohnya karbon) dan tetraterpen (40 atom
steroid dan dan karotenoid. Contohnya adalah skualen (triterpen) dan dan -karoten steroid karotenoid. Contohnya adalah skualen (triterpen) -karoten dapat membentuk steroid dan karotenoid. Contohnya adalah skualen (tetraterpen). (tetraterpen). (triterpen) dan b-karoten (tetraterpen). (tetraterpen).
-Karoten -Karoten
-Karoten
Poliisoprenoid terdapat antara lain lain dalam bentuk karet. Tetapi dalam konteks Poliisoprenoid terdapat antara dalam bentuk karet. Tetapikaret. dalamTetapi konteks Poliisoprenoid terdapat antara lain dalam bentuk Poliisoprenoid terdapat antara lainpenting. dalam bentuklebih karet.penting. Tetapi dalam konteks dalam konteks biokimia, ubikuinon dan dolikol biokimia, ubikuinon dandolikol dolikol lebih penting. biokimia, ubikuinon dan lebih
biokimia, ubikuinon dan dolikol lebih penting. O
O
CH3O
O
CH3O
H
H
CH3O
CH2 H
CH2
CH3O
CH3O
CH3O
CH62 - 10
O
O
6 -H10
Ubikuinon
6 - 10 Ubikuinon O Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
H
CH2
CH H 2 CH2
CH2OH
CH2
CH2OH
CH2 18 - 20
CH 182 - 20
CH2OH
Dolikol
Dolikol
18 - 20
Dolikol
Ubikuinon
159
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Menurut strukturnya, steroid merupakan turunan dari hidrokarbon159
aromatikStruktur tereduksi yakni Biomolekul perhidrosiklopentanofenantren. Biokimia: dan Fungsi
159
Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan tereduksi yakni perhidrosiklopentanofenantren. Menurut strukturnya, steroid merupakan turunan dari hidrokarbon aromatik
168
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
12 17 Menurut steroid merupakan turunan dari hidrokarbon aromatik tereduksi yakni strukturnya, perhidrosiklopentanofenantren. 13 11
16
tereduksi yakni perhidrosiklopentanofenantren. D C 1 9 12
10
2
1
2
2
B
11 1
4
14 13
16
D D
7 14 14
6
15
17
13
C C
9 9 5 10 10
AA
3
8
11
A 3
17
12
16 15 15
88
BB
3 Perhidrosiklopentanofenantren 7
4
4
7
5
5
6
6
Perhidrosiklopentanofenantren
Perhidrosiklopentanofenantren Meskipun strukturnya berkaitan dengan fenantren, namun senyawa ini bukan
asetogenin melainkan terpen yangdengan disintesis dalam sistem hidupinidari isopren Meskipun strukturnya berkaitan fenantren, namun senyawa bukan Meskipun strukturnya berkaitan dengan fenantren, namun Meskipun strukturnya berkaitan dengan fenantren, namun senyawa ini bukan asetogenin melainkan terpen yang disintesis dalam sistem hidup dari isopren via skualen.
senyawa ini bukan asetogenin melainkan terpen yang disintesis dalam via skualen. asetogenin melainkan terpenvia yang disintesis dalam sistem hidup dari isopren sistem hidup dari isopren skualen. via skualen.
Fenantren Fenantren
Sterol adalah steroid memiliki satulebih ataugugus lebih hidroksil. gugus hidroksil. Sterol adalah steroid yangyang memiliki satu atau Contohnya
Fenantren SterolContohnya adalah steroid yang satu atau komponen lebih gugusdari hidroksil. Contohnya antara lainmemiliki kolesterol, yakni membran
antara lain kolesterol, yakni komponen dari membran sitoplasma dalam sel
dalam selsuatu hewan; testosteron, suatu hormon; dan asamdalam sel antarasitoplasma lain kolesterol, komponen hewan; testosteron,yakni hormon; dan dari asammembran kolat, suatusitoplasma konstituen dalam suatu konstituen dalam empedu. Sterolkolat, adalah steroid yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil. Contohnya
hewan;empedu. testosteron, suatu hormon; dan asam kolat, suatu konstituen dalam antara lain kolesterol, yakni komponen dari membran sitoplasma dalam sel empedu. hewan; testosteron, suatu hormon; dan asam kolat, suatu konstituen dalam CH 3
empedu. CH3
CH 3
H
H
H
HO
CH3 H
CH3 Kolesterol
H CH 3
H
H
HO H HO
Kolesterol
H
O
Testosteron OO
Asam Kolat
HO
HO HO OH
H Testosteron
Testosteron
OH O
HH
Asam AsamKolat Kola
Asam Kolat
Testosteron Sistem cincin fusi (fused-ring) merupakan Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalanstruktur planar yang sangat penting. 169 Ikatan yang ditunjukkan oleh dan menunjukkan substituen yang
Sistem cincin fusi (fused-ring) merupakan struktur planar yang sangat penting. terletak di depan ( Sistem )Sistem dan belakang ( fusi )fusi bidang sterol. Konfigurasi substituen dua cincin (fused-ring) merupakan struktur planar cincin (fused-ring) merupakan struktur planarya ya
Sistem cincin fusi (fused-ring) merupakan struktur planar yang Ikatan yang yangditunjukkan ditunjukkan oleh oleh dan menunjukk sangat penting. Ikatan dan konformasi cis atau trans. Cincin fusi trans merupakan struktur yang rata, terletak di depan substituen ( ) dan belakang ( ) bidang sterol.(b) Konfigurasi substituen dua menunjukkan yang terletak depan dan (a) terletak dididepan ( ( ) di dan belakang ( ( belakang ) )bidang sterol. Konfigu terletak depan ) dan belakang bidang sterol. Konfigu sedangkan cincin fusi cis merupakan struktur yang bengkok. Kolesterol dan bidang sterol. Konfigurasi substituen dua atom karbon antara kedua atom karbon antara kedua cincin fusi menentukan apakah cincin memiliki atom antara kedua menentukan apaka atom karbon antaramemiliki kedua cincin cincin fusi fusicis menentukan apak testosteron memiliki cincinkarbon fusi trans.cincin cincin fusi menentukan apakah konformasi atau konformasi cis atau trans. Cincin fusi trans merupakan struktur yang rata, trans. Cincin fusi trans merupakan yang rata, sedangkan cincinmerupakan konformasi cis atau Cincin fusi konformasi cisstruktur atau trans. trans. Cincin fusi trans trans merupakan s H sedangkan cincin fusi cis merupakan struktur yang bengkok. Kolesterol H fusi cis merupakan struktur yang bengkok. Kolesterol dan testosteron dan sedangkan cincin sedangkan cincinfusi fusicis cismerupakan merupakanstruktur strukturyang yangbengko bengk testosteron cincin fusi trans. memiliki memiliki cincin fusi trans.
Ikatan ditunjukkan danmenentukan menunjukkan substituen atomyang karbon antara kedua cincin fusi apakah cincin memiliki yang Ikatanoleh yang ditunjukkan oleh dan menunjukka
H fusi testosteron testosteronmemiliki memilikicincin cincin fusitrans. trans.
H
HH Cincin fusi trans
Cincin fusi cis
HH
HH H
Contoh penataan tiga dimensi cincin-cincin pada asam kolat:
HH
H Cincin fusi trans
HH
Cincin fusi cis
Contoh penataan tiga dimensi cincin-cincin pada asam kolat: Cincin Cincinfusi fusitrans trans
Cincin Cincinfusi fusicis ci
Contoh penataan tiga dimensi cincin-cincin pada asam kolat: CH3
C4H8COOH
Contoh tiga H Contohpenataan penataan tigadimensi dimensicincin-cincin cincin-cincinpada padaasam asamkolat: kolat CH3 OH H H
H OH
CH3
C4H8COOH
H OHCH3
CH CH 33 OH H
Karotenoid adalah terhidroksilasi Biokimia: Struktur dan Biomolekul HFungsiturunan H CHdari
HH
CC 4H 8COOH 4H 8COOH
suatu hidrokarbon 161 CH 33 yang disebut karoten (40 OH ataom karbon). Senyawa ini sangat OH terkonjugasi sehingga menyerap sinar tampak. SebagianOH besar pigmen HH kuning dan merah yang terdapat secara Halami merupakan karoten dan HH H OH OH karotenoid. Pigmen-pigmen ini seringkali terlibatOH dalam interaksi antara suatu sistem hidup dengan cahaya. Dalam tubuh hewan, bkaroten (tetraterpen) diubah secara metabolis menjadi vitamin A yang Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul OH OH diperlukan untuk aktivitas visual. Biokimia: Biokimia:Struktur Strukturdan danFungsi FungsiBiomolekul Biomolekul
161
170
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
7. SIFAT LIPID DALAM AIR Dari definisinya diketahui bahwa lipid tidak larut dalam air. Namun kenyataannya lipid terdapat dalam lingkungan air, sehingga sifatnya di dalam air sangat penting dalam sistem biologis. Banyak tipe lipid yang bersifat amfifilik, yang berarti terdiri atas dua bagian yakni daerah hidrokarbon yang nonpolar dan daerah yang polar atau ionik atau keduanya. Istilah amfifilik ini menggantikan istilah amfifatik yang digunakan sebelumnya. Lipid-lipid seperti asam lemak, TAGs, dan kolesterol bukanlah amfifilik karena kepolaran molekul-molekul ini sangat lemah. Sedangkan lipid-lipid seperti ion asilat, fosfogliserida, fosfosfingolipid, dan glikosfingolipid merupakan amfifilik, karena senyawa-senyawa ini memiliki setidaknya satu muatan formal atau banyak gugus hidroksil di salah satu bagian molekulnya. Ketika molekul amfifilik terdispersi dalam air, bagian hidrofobnya (yakni rantai hidrokarbon) memisah dari pelarut dan menyatu dengan bagian-bagian hidrofob molekul lainnya. Hasil pengumpulan ini disebut micelle (untuk kumpulan yang terdispersi dalam air) dan monolayer (untuk yang mengumpul pada perbatasan air-udara). Gambar 41 menunjukkan bagaimana suatu amfifil membentuk suatu monolayer pada permukaan air (molekul amfifilik digambarkan dengan O–– , dengan O merupakan bagian polar dan –– merupakan ekor hidrokarMembran, Pensinyalan bon). Kepala polar bersentuhan denganLipid, air yang polar,Transpor, sehinggadan memastikan bahwa ekor nonpolar berada sejauh mungkin dari air.
H2 O
Gambar 4-1 Suatu amfifil membentuk suatu monolayer pada Gambar 4-1 Suatu amfifil membentuk suatu monolayer pada permukaan air permukaan air
Kecenderungan rantai hidrokarbon untuk menjauh dari pelarut polar (yakni air) dikenal sebagai efek hidrofob. Hidrokarbon tidak membentuk ikatan
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
171
H2 O
Kecenderungan rantai hidrokarbon untuk menjauh dari pelarut Gambar 4-1 Suatu amfifil membentuk suatu monolayer pada permukaan air polar (yakni air) dikenal sebagai efek hidrofob. Hidrokarbon tidak membentuk ikatan hidrogen dengan air, dan suatu hidrokarbon yang Kecenderungan rantai hidrokarbon untuk menjauh dari pelarut polar dikelilingi oleh air akan memudahkan pembentukan ikatan hidrogen (yakni air) dikenal sebagai efek hidrofob. Hidrokarbon tidak membentuk ikatan di antara molekul-molekul air itu sendiri. Kumpulan air akan lebih hidrogen dengan air, dan suatu hidrokarbon yang dikelilingi oleh air akan terstruktur daripada tanpa adanya hidrokarbon. Tanpa hidrokarbon, memudahkan pembentukan ikatan hidrogen di antara molekul-molekul air itu air akan kehilangan entropi sehingga secara termodinamika keadaannya sendiri. Kumpulan air akan lebih terstruktur daripada tanpa adanya kurang disukai. Keadaan seperti ini diubah oleh adanya hidrokarbon hidrokarbon. Tanpa hidrokarbon, air akan kehilangan entropi sehingga secara yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjauh dari air, menyebabkan termodinamika keadaannya kurang disukai. Keadaan seperti ini diubah oleh molekul-molekul air yang ada di dekatnya menjadi lebih tak teratur. adanya hidrokarbon yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjauh dari air, Efek hidrofob seperti ini dikatakan sebagai diarahkan secara entropi menyebabkan molekul-molekul air yang ada di dekatnya menjadi lebih tak (entropically driven). teratur. Efek hidrofob seperti ini dikatakan sebagai diarahkan secara entropi Hanya sejumlah kecil dari lipid amfifilik terdispersi dalam air (entropically driven). yang dapat membentuk suatu monolayer (kecuali air menyebar Hanya sejumlah kecil dari lipid amfifilik terdispersi dalam air yang dapat berupa lapisan yang sangat tipis). Sebagian besar kumpulan lipid akan membentuk suatu monolayer (kecuali air menyebar berupa lapisan yang sangat membentuk micelle. Micelle bisa berbentuk macam-macam, semuanya tipis). Sebagian besar kumpulan lipid akan membentuk micelle. Micelle bisa memuaskan efek hidrofobnya. Gambar 4-2 menunjukkan salah satu berbentuk macam-macam, semuanya memuaskan efek hidrofobnya. Gambar bentuk micelle, yakni micelle bentuk bola. Bentuk micelle lain yang 4-2 menunjukkan salah satu bentuk micelle, yakni micelle bentuk bola. Bentuk dapat terbentuk adalah elips, diskoidal, serta silinder. micelle lain yang dapat terbentuk adalah elips, diskoidal, serta silinder. H 2O
H2 O
Gambar 4-2
H2 O
Satu bentuk micelle, yakni micelle bentuk bola
Gambar 4-2 Satu bentuk micelle, yakni micelle bentuk bola Selain micelle dan monolayer, lipid amfifilik dalam air juga bisa Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 163 membentuk struktur bilayer berupa bola berongga yang tertutup (Gambar 4-3-a). Struktur seperti ini disebut vesicle. Vesicle yakni dua lapis lipid yang rantai-rantai hidrokarbonnya terletak saling berlawnan (Gambar 4-3-b). Bilayer berbentuk lembaran tidak terdapat dalam air,
Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
172
Selain micelle dan monolayer, lipid amfifilik dalam air juga bisa
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
membentuk struktur bilayer berupa bola berongga yang tertutup (Gambar 4-3a). Struktur seperti ini disebut vesicle. Vesicle yakni dua lapis lipid yang rantairantai hidrokarbonnya terletak saling berlawnan (Gambar 4-3-b). Bilayer karena ekor hidrokarbon akan berada di pinggir-pinggir lembaran. Hal berbentuk lembaran tidak terdapat dalam air, karena ekor hidrokarbon akan ini diatasi dengan melingkarnya lembaran membentuk bola berongga berada di pinggir-pinggir lembaran. Hal ini diatasi dengan melingkarnya yang menutup sendiri. lembaran membentuk bola berongga yang menutup sendiri. H2O
H2O
H2O
H2O
H2O
H2O
(a) Bentuk lapisan berongga
Gambar 4-3
(b) Bentuk lembaran (sheet)
Bentuk-bentuk lipid bilayer
Gambar 4-3 Bentuk-bentuk lipid bilayer Struktur micelle maupun bilayer terbentuk melalui gaya-gaya yang bekerja berlawanan, (1) gaya bilayer tarik antara terbentuk rantai-rantai hidrokarbon Struktur micelle yakni: maupun melalui(gayagaya-gaya van der Waals) yang disebabkan oleh(1) efek gaya hidrofob;tarik dan (2) gaya tolakan yang bekerja berlawanan, yakni: antara rantai-rantai antara gugus-gugus kepala polar. hidrokarbon (gaya van der Waals) yang disebabkan oleh efek hidrofob; Batas bawah ukuran micelle ditentukan oleh efek hidrofob. Terdapat dan (2) jumlah gaya minimum tolakanrantai-rantai antara gugus-gugus kepala polar. hidrokarbon yang harus bersatu sebelum kontak Batas bawah ukuran micelle ditentukan oleh efek hidrofob. air-hidrokarbon bisa dihilangkan. Proses penyatuan ini merupakan suatu Terdapat jumlah minimum rantai-rantai hidrokarbon yang harus kerjasama, sehingga micelle memiliki ukuran minimum. Batas atas ukuran bersatu micelle sebelum kontak air-hidrokarbon dihilangkan. ditentukan oleh tolakan kepala-kepala polar. bisa Jika terdapat dua rantai Proses hidrokarbon di tiap gugus kepala polar, maka volumesehingga nonpolar di setiap gugusmemiliki penyatuan ini merupakan suatu kerjasama, micelle adalah dua kali lipat dari ukuran suatu lipid micelle amfifilik yang hanya memilikioleh satu tolakan ukuran kepala minimum. Batas atas ditentukan rantai hidrokarbon. Lipid amfifilik dengan satu rantai hidrokarbon memiliki gaya kepala-kepala polar. Jika terdapat dua rantai hidrokarbon di tiap gugus tolakan yang lebih besar, yang mencegah molekul-molekul lipid berkumpul kepala polar, maka volume nonpolar di setiap gugus kepala adalah dua kali lipat dari suatu lipid amfifilik yang hanya memiliki satu rantai Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 164 hidrokarbon. Lipid amfifilik dengan satu rantai hidrokarbon memiliki gaya tolakan yang lebih besar, yang mencegah molekul-molekul lipid berkumpul terlalu dekat sehingga akan membentuk micelle berukuran kecil. Gaya tolakan yang lebih kecil dan volume hidrokarbon yang lebih besar menyebabkan terbentuknya struktur yang jauh lebih besar, yakni bilayer dan vesicle.
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
173
Panjang rantai hidrokarbon relatif terhadap ukuran gugus kepala polar suatu amfifilik mempengaruhi apakah akan terbentuk micelle atau vesicle di dalam pelarut polar seperti air. Ion asilat dan lisofosfogliserida akan membentuk micelle kecil. Fosfogliserida, fosfosfingolipid, plasma logen, glikogliserolipid, dan glikosfingolipid akan membentuk vesicle dan bilayer. Lipid yang memiliki rantai hidrokarbon lebih panjang akan membentuk micelle berukuran lebih besar. Hal ini dikarenakan perbandingan volume hidrokarbon terhadap kepala akan lebih besar sehingga gaya tarik antara ekor-ekor (gaya van der Waals) lebih besar daripada gaya tolak ionik antara gugus-gugus kepala. Peningkatan kekuatan ion pada medium cair akan menyebabkan terbentuknya micelle yang lebih besar. Kekuatan ionik yang lebih besar ini akan menurunkan gaya tolak ionik antara gugus-gugus kepala sehingga lebih banyak molekul lipid yang akan menyatu. Micelle tidak akan terbentuk pada konsentrasi amfifil yang sangat rendah. Transisi dari molekul yang terpisah-pisah menjadi suatu micelle terjadi pada interval konsentrasi yang sempit yang dikenal sebagai konsentrasi micelle kritis. Kolesterol tidak akan membentuk micelle karena (1) bukan merupakan amfifilik, dan (2) strukturnya berbentuk cincin fusi yang datar dan kaku, sehinggal lebih membentuk suatu padatan daripada cairan, padahal fasa hidrokarbon yang bergerak bebas diperlukan dalam pembentukan micelle. Akan tetapi kolesterol dapat membentuk micelle campuran dengan lipid amfifilik serta dapat memasuki monolayer.
8. ASAM EMPEDU DAN GARAM EMPEDU Asam empedu diproduksi di dalam hati oleh metabolisme kolesterol. Asam empedu merupakan steroid yang terdihidroksilasi atau tertrihidroksilasi dengan 24 atom karbon. Yang termasuk asam empedu antara lain asam kolat, asam deoksikolat, dan asam kenodeoksikolat. Dalam asam empedu, semua gugus hidroksil memiliki orientasi a sedangkan kedua gugus metilnya berorientasi b. Karena itu, salah
asam deoksikolat, dan asam kenodeoksikolat. Dalam asam empedu, semua gugus hidroksil memiliki orientasi
sedangkan kedua gugus metilnya
174
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Membran, Transpor, Pensinyalan berorientasi . Karena itu, salah satu sisi Lipid, molekul akan lebihdanpolar daripada sisi
lainnya. Akan tetapi, molekul asam empedu tidak berbentuk planar melainkan
satu sisideoksikolat, molekul akan lebihkenodeoksikolat. polar daripadaDalam sisi lainnya. Akansemua tetapi, asam dan asam asam empedu, berbentuk bengkok cincin dan B berkonformasi cis. berbentuk molekul asamkarena empedu tidakA berbentuk planar melainkan gugus hidroksil memiliki orientasi sedangkan kedua gugus metilnya bengkok karena cincin A dan B berkonformasi cis. berakumulasi di dalam Asam empedu yang hati akan berorientasi . Karena itu,diproduksi salah satu sisioleh molekul akan lebih polar daripada sisi Asam empedu yang diproduksi oleh hati akan berakumulasi di dalam lainnya. Akan tetapi,bentuk molekul garam asam empedu tidak berbentuk planar melainkan kantungkantung empedu dalam empedu, yakni asam empedu empedu dalam bentuk garam empedu, yakni asam empedudengan berbentuk bengkok karena cincin A dan B berkonformasi cis. dengan gugus asam karboksilat yang berkonjugasi glisin atau gugus asam karboksilat yang berkonjugasi dengan glisindengan atau taurin. taurin. Asam empedu yang diproduksi oleh hati akan berakumulasi di dalam kantung empedu dalam bentuk garam empedu, yakni asam empedu dengan + + NH3CH2COONH3CH2CH2SO3gugus asam karboksilat yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin. Glisin
Taurin NH3CH2CH2SO3-
+
NH3CH2COO-
+
Glisin
Taurin
Contoh struktur garam dari asam glikokolat dan asam taurokolat adalah
Contoh struktur garam dari asam glikokolat dan asam taurokolat Contoh struktur garam dari asam glikokolat dan asam taurokolat adalah sebagaiadalah berikut: sebagai berikut: sebagai berikut:
OH OH
CONHCH COO CONHCH 2COO2-
-
OH
HO
Glikokolat OH
HO
Glikokolat
OH
CONH(CH 2)2SO3-
OH
CONH(CH 2)2SO3HO
OH Taurokolat
Garam HO empedu mempunyai sifat detergen, tetapi tidak membentuk micelle OH
Garam empedu mempunyai sifat detergen, tetapi tidak membentuk tertentu. Taurokolat
micelle tertentu. Garam empedu tidak membentuk micelle. Meskipun garam empedu Garam empedu tidak membentuk micelle. Meskipun garam memiliki suatu kepala polar, tetapi ekor hidrokarbonnya bukanlah hidrokarbon memiliki suatusifat kepala polar, tetapi Garam empedu empedu mempunyai detergen, tetapi ekor tidakhidrokarbonnya membentuk micelle murni karena ada dua atau tiga gugus hidroksil pada salah satu sisi molekul. tertentu. Garam empedu tidak membentuk micelle. Meskipun garam empedu
Bab 4 Lipid, Membran, Transpor, dan Pensinyalan
175
bukanlah hidrokarbon murni karena ada dua atau tiga gugus hidroksil pada salah satu sisi molekul. Selain itu, seperti kolesterol (yang juga tidak membentuk micelle), sistem cincin yang kaku akan membentuk fasa nonpolar yang hampir padat, bukan fasa nonpolar cair. Akan tetapi garam empedu juga dapat membentuk micelle campuran dengan fosfolipid. Struktur kumpulan garam empedu yang sebenarnya belum diketahui, tetapi hampir pasti melibatkan ikatan hidrogen di antara gugusgugus hidroksil dalam molekul yang berdekatan. Namun begitu, garam empedu merupakan detergen yang kuat, dan mampu mengemulsikan lipid makanan di dalam usus untuk membuat lipid tersebut lebih mudah diserang oleh enzim pencernaan. Garam empedu juga diperlukan untuk penyerapan lipid makanan yang sudah dicerna ke dalam sel pada mukosa usus.
9. LIPOPROTEIN PLASMA Plasma darah mengandung sejumlah lipoprotein terlarut, yang diklasifikasikan menurut kerapatannya menjadi empat tipe utama. Kompleks lipid-protein ini berfungsi sebagai sistem transpor lipid. Lipid yang terisolasi tidaklah larut dalam darah, tetapi bisa dibuat larut dan bisa diangkut dengan cara kombinasi dengan protein tertentu membentuk lipoprotein. Terdapat tipe utama lipoprotein dalam darah manusia: (1) kilomikron; (2) very low density lipoprotein (VLDL); (3) low-density lipoprotein (LDL); dan (4) high-density lipoprotein (HDL). Sifat-sifat keempat lipoprotein ini dapat dilihat dalam Tabel 4.2. Komposisi lipoprotein plasma yang berbeda-beda menentukan fungsinya. Yang pasti, lipoprotein yang kaya akan TAGs disintesis oleh hati (yakni VLDL) maupun usus halus (yakni kilomikron), dan mengantarkan lemak netral ke jaringan ekstrahepatik, terutama jaringan adiposa. Lipoprotein yang kehabisan lemak memiliki kerapatan lebih tinggi, yang penting dalam transfer kolesterol.
176
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Tabel 4-2 Lipoprotein Plasma Kerapatan (g mL ) Diameter maksimum (nm) % komposisi:* Protein TAG Fosfolipid Kolesterol dan ester kolesterol -1
Kilomikron VLDL 109) duplikat DNA untai ganda dengan urutan tertentu.
Bab 5 Asam Nukleat
255
Selama proses denaturasi, DNA target untai ganda dipanaskan sampai sekitar 950C untuk memisahkan untai-untai dan menyediakan target DNA untai tunggal. Untuk langkah annealing, campuran reaksi didinginkan untuk membiarkan primer menempel (mengikat) pada tiap untai di lokasi yang spesifik oleh urutannya. Primer ini dipilih dengan hati-hati (dan dibuat dengan alat sintesis DNA otomatis) agar komplementer terhadap urutan target, dan suhu annealing tergantung pada kandungan basa dalam urutan. Suhu yang dipilih biasanya sekitar 500C. Kedua primer menempel pada untai-untai yang berhadapan, mengapit daerah untuk diamplifikasi yang jauhnya kurang dari beberapa kilobasa (meskipun tidak selalu). Primer-primer inilah yang menentukan spesifisitas PCR. Jika dipilih urutan yang berbeda, maka urutan target yang lainlah yang akan diamplifikasi. Selama langkah perpanjangan yang berlangsung pada sekitar 720C, Taq polimerase memperpanjang ujung 3’ hidroksil pada tiap primer dan membuat DNA dengan cara yang tergantung pada templat. Produk yang dihasilkan yakni DNA untai ganda dengan satu untai yang merupakan templat dan untai yang lain merupakan produk yang baru disintesis. Jika kurang dari beberapa menit yang diberikan untuk reaksi ini, maka sintesis DNA terbatas sebanyak kurang dari beberapa kilobasa. Hal ini menjelaskan pilihan pemisahan sisi primer, karena material yang diamplifikasi harus memiliki sisi yang memungkinkan annealing selanjutnya pada primer kedua jika amplifikasi eksponensial adalah yang diinginkan. Diagram dalam Gambar 5-16 melukiskan proses denaturasi, annealing, dan perpanjangan yang menggunakan urutan DNA sampel. Ujung 5’ dan 3’ ditandai, dan urutan di antara sisi-sisi primer digambarkan oleh serangkaian garis putus-putus.
256
5 3
I
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Asam Nukleat
TGACGATACGAGCCAGTGCC - - - - - - GGCTGTGGTCCAAGTGTTGG ACTGCTATGCTCGGTCACGG - - - - - - CCGACACCAGGTTCACAACC
I
3
I
I
5
Denaturasi I
I
5
3
TGACGATACGAGCCAGTGCC - - - - - - GGCTGTGGTCCAAGTGTTGG
ACTGCTATGCTCGGTCACGG - - - - - - CCGACACCAGGTTCACAACC
I
3
I
5
Penempelan primer 5
I
3
I
TGACGATACGAGCCAGTGCC I ACTGCTATGCTCGGTCACGG - - - - - - CCGACACCAGGTTCACAACC 3 I
5
TGACGATACGAGCCAGTGCC - - - - - - GGCTGTGGTCCAAGTGTTGG I 3 CCGACACCAGGTTCACAACC
5 3
I
I
I
5
Pemanjangan 5 3
I
I
TGACGATACGAGCCAGTGCC - - - - - - GGCTGTGGTCCAAGTGTTGG ACTGCTATGCTCGGTCACGG - - - - - - CCGACACCAGGTTCACAACC
I
5
TGACGATACGAGCCAGTGCC - - - - - - GGCTGTGGTCCAAGTGTTGG I ACTGCTATGCTCGGTCACGG - - - - - - CCGACACCAGGTTCACAACC 3
I
3
5
I
I
3
I
5
Gambar 5-16 Proses denaturasi, penempelan primer, dan pemanjangan dalamdenaturasi, Polymerasepenempelan Chain Reactin (PCR) Gambar 5-16 Proses primer, dan pemanjangan dalam Polymerase Chain Reactin (PCR)
Molekul DNA untai ganda (di atas, pada Gambar 5-16) bisa terdiriMolekul atas hampir semua urutan apapun dan dengan panjang yang DNA untai ganda (di atas, pada Gambar 5-16) bisa terdiri atas bervariasi (ditunjukkan oleh garis putus-putus), dan PCR masih tetap hampir semua urutan apapun dan dengan panjang yang bervariasi (ditunjukkan bisa membuat banyak duplikat molekul tersebut. DNA didenaturasi oleh garis putus-putus), dan PCR masih tetap bisa membuat banyak duplikat molekul tersebut. DNA didenaturasi dengan menaikkan suhu, kemudian primer menempel untuk mengapit lokasi yang mengurung daerah tersebut untuk
Bab 5 Asam Nukleat
257
dengan menaikkan suhu, kemudian primer menempel untuk mengapit lokasi yang mengurung daerah tersebut untuk diamplifikasi. Suhu annealing tergantung pada urutan oligonukleotida. Jika kandungan G+C kurang lebih sama untuk kedua primer, maka primer-primer ini harus menempel dengan kuat pada suhu yang kira-kira sama pula. Primer masing-masing mempunyai ujung 3’ yang diarahkan untuk diperpanjang oleh Taq DNA polimerase untuk menyelesaikan sintesis pada tiap templat untai tunggal. Proses ini (disebut siklus) kemudian diulangi beberapa kali. Putaran berulang menghasilkan jumlah besar produk DNA untai ganda hasil amplifikasi dengan panjang yang tepat, yang digambarkan oleh jarak antara ujung-ujung 5’ kedua primer. Diagram dalam Gambar 5-17 menunjukkan langkah-langkah yang terlibat dalam produksi produk DNA untai ganda yang menyertai dua siklus PCR. Tiap untai DNA dan primer digambarkan dengan garis. Dengan mengulangi perputaran melalui kombinasi ketiga langkah (denaturasi, annealing, dan perpanjangan), maka diperoleh peningkatan molekul produk secara eksponensial. Metode PCR digunakan dalam penerapan yang membutuhkan deteksi atau analisis dari sejumlah kecil urutan target asli. Karena itu PCR sangat berguna dalam identifikasi cepat untuk bahan penginfeksi seperti virus dan bakteri, dalam pekerjaan forensik yang sampel buktinya cukup terbatas, dan dalam penelitian yang produk PCR tertentunya bisa diurutkan dan digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. RNA juga bisa diteliti menggunakan PCR dengan menyediakan langkah transkripsi kebalikan (duplikasi RNA menjadi DNA) untuk menghasilkan DNA komplementer yang kemudian diproses dengan PCR. Penempelan primer sangatlah penting karena tahap ini menentukan spesifisitas reaksi PCR dan menentukan urutan DNA yang akan diamplifikasi. Jika tidak ada primer yang bisa berikatan, maka DNA polimerase tidak bisa memperpanjang DNA sehingga tidak ada DNA yang disintesis. Jika hanya satu primer yang berikatan, maka amplifikasi tidak akan eksponensial. Agar PCR dapat berhasil, kedua primer harus menempel.
258
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Asam Nukleat
Denaturasi
Penempelan primer
Pemanjangan
Pengulangan : denaturasi, penempelan primer, pemanjangan
Gambar 5-17 Reaksi PCR
Gambar 5-17 Reaksi PCR
Metoda PCR digunakan dalam penerapan yang membutuhkan
Bab 5 Asam Nukleat
259
DNA polimerase termostabil digunakan dalam PCR. Putaran melalui cakupan suhu tinggi akan mendenaturasi banyak enzim laboratorium yang umum. Hal ini terutama terjadi ketika suhu tertinggi (~950C) digunakan untuk memisahkan untai-untai DNA. Jika DNA polimerase tidak termostabil maka akan terdenaturasi. DNA polimerase termostabil bisa berasal dari organisme seperti bakteri Thermus aquaticus yang tumbuh pada suhu tinggi. -oo0oo-
Bab
6
KATALIS DAN KINETIKA ENZIM
1. KONSEP DASAR KATALISIS ENZIM Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi biokimia. Enzim biasanya terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah di dalam sel, di mana mereka meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi kesetimbangan. Laju reaksi ke depan maupun reaksi kebalikan ditingkatkan oleh faktor yang sama. Faktor ini biasanya sekitar 103 – 1012. Meskipun fenomena fermentasi dan pencernaan telah lama dikenal, tetapi penjelasan pertama tentang enzim baru dibuat oleh Payen dan Persoz ketika mereka menemukan bahwa endapan alkohol dari ekstrak ragi mengandung suatu zat yang tidak tahan panas yang dapat mengubah tepung menjadi gula. Zat dalam penjelasan di atas disebut diastase (dari bahasa Yunani yang berarti “pemisahan”) karena kemampuannya untuk memisahkan dekstrin yang dapat larut dengan butiran tepung yang tidak larut. Diastase menjadi istilah yang biasa digunakan untuk campuran enzim ini sampai tahun 1898, ketika Duclaux mengusulkan penggunaan akhiran –ase dalam nama enzim. Banyak enzim yang dimurnikan dari berbagai sumber, tetapi yang pertama kali mengkristalkan enzim adalah J.B. Sumner. Enzim yang dikristalkan ini berasal dari jack beans. Untuk hasil yang memakan waktu 6 tahun penelitian ini (1924 – 1930),
pertama kali mengkristalkan enzim adalah J.B. Sumner.
Enzim yang
dikristalkan ini berasal dari jack beans. Untuk hasil yang memakan waktu 6 262
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
tahun penelitian ini (1924 – 1930), Sumner mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 1946.
Pekerjaannya didemonstrasikan sekali saja meskipun enzim-
Sumner mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 1946. Pekerjaannya enzim merupakan kesatuan kimiasaja yang berbeda. enzim-enzim merupakan didemonstrasikan sekali meskipun kesatuan kimia dioksida yang berbeda. Gas karbon mudah larut dalam air dan terhidrasi secara Gas karbon dioksida mudah larut dalam air dan terhidrasi secara spontan membentuk asam karbonat, yang terdisosiasi dengan cepat menjadi spontan membentuk asam karbonat, yang terdisosiasi dengan cepat suatu proton dansuatu ion bikarbonat: menjadi proton dan ion bikarbonat: CO2 +
H 2O
H+ +
HCO 3-
Laju reaksi hidrasi untuk 20 mmol L-1 CO2 pada 250C dan pH 7,2 adalah ~0,6
Laju reaksi hidrasi untuk 20 mmol L-1 CO2 pada 250C dan pH 7,2 adalah ~0,6 mmol L-1 s-1. Dalam sel darah merah mamalia, enzim karbonat anhidrase konsentrasi 1 – 2 g per liter sel (Mr = 30.000), sehingga Biokimia:terdapat Struktur dalam dan Fungsi Biomolekul konsentrasi molarnya ~50 x 10-6. Laju reaksi hidrasi dengan adanya enzim karbonat anhidrase dalam kondisi seperti di atas adalah ~50 mol L-1 s-1, yakni mengalami peningkatan laju 8 x 104 kali lipat dari proses tanpa katalis. Terdapat lebih dari 2.500 macam reaksi biokimia dengan enzim spesifik yang membantu peningkatan laju reaksi. Spesies organisme yang berbeda memproduksi variasi struktur enzim yang berbeda pula, sehingga jumlah macam protein enzim dalam seluruh sistem biologis adalah lebih dari 106. Setiap enzim dikarakterisasi oleh spesifisitas substrat kimia (reaktan) serta molekul lain yang mengatur aktivitasnya. Molekul lain ini disebut efektor, yang bisa merupakan aktivator, inhibitor, atau keduanya. Dalam enzim yang lebih kompleks, satu senyawa bisa memiliki salah satu efek, yang tergantung pada kondisi fisik atau kimia lainnya. Enzim berukuran mulai dari kompleks subunit banyak yang besar (disebut enzim multimer, Mr @106) sampai bentuk subunit tunggal yang kecil. Aspartat karbomoiltransferase mengkatalisis pembentukan karbamoil aspartat dari karbamoil fosfat dan aspartat, dalam langkah pertama yang dilakukan untuk biosintesis pirimidin. Enzim yang berasal dari bakteri E. coli ini (Mr = 310.000) terdiri atas 12 subunit, yakni mmol L-1 s-1.
248
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
263
enam regulator dan enam katalis. CTP adalah efektor negatif, yakni menginhibisi enzim tersebut melalui pengikatan pada subunit regulator. ATP adalah efektor positif yang bekerja melalui subunit regulator, sedangkan suksinat menginhibisi reaksi yang terjadi dengan cara berkompetisi langsung dengan aspartat pada sisi aktif. Luas permukaan enzim yang paling kecil sekalipun (seperti ribonuklease, Mr = 12.000) yang ditempati oleh gugus kimia yang akan diikat oleh reaktan, adalah kurang dari 5 persen dari luas total. Daerah ini disebut sisi aktif. Penataan tertentu pada rantai samping asam amino suatu enzim di sisi aktifnya menentukan tipe molekul yang bisa terikat dan bereaksi di situ. Biasanya ada sekitar lima rantai samping seperti itu dalam enzim apapun. Selain itu, banyak enzim yang memiliki molekul-molekul nonprotein kecil yang terhubung dengan sisi aktif atau di dekatnya, yang menentukan spesifisitas substrat. Molekul-molekul ini disebut kofaktor jika terikat secara nonkovalen pada protein, atau disebut gugus prostetik jika terikat secara kovalen. Dalam beberapa enzim, ion logam tertentu diperlukan untuk aktivitasnya. Karbonat anhidrase memiliki satu ion Zn2+ per molekul enzim. Ion logam tersebut berada pada sisi aktif. Aspartat karbamoiltransferase memiliki enam ion Zn2+ per dodekamer, yang diperlukan untuk stabilisasi kompleks. Tanpa Zn2+, heksamer ini akan terdisosiasi.
2. KLASIFIKASI ENZIM Semua enzim diberi nama menurut sistem yang dirancang oleh Komisi Enzim (Enzyme Commission, EC) dari International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), dan berdasarkan pada tipe reaksi yang dikatalisis enzim tersebut. Setiap tipe enzim mempunyai empat digit nomor EC yang spesifik, serta nama yang kompleks namun jelas dan bisa menepis kebingungan tentang enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi yang serupa tetapi tidak identik. Dalam prakteknya, banyak enzim yang lebih dikenal dengan nama umum, yang biasanya berasal dari nama reaktan utamanya yang spesifik, dengan ditambahkan
264
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
akhiran –ase. Beberapa nama umum tidak memiliki akhiran –ase, yang biasanya merupakan enzim yang dipelajari dan diberi nama sebelum klasifikasi sistematik enzim dibuat. Contoh nama-nama enzim yang lazim yakni arginase, yang bekerja pada arginin; dan urease, yang bekerja pada urea. Dua nama umum yang tidak lazim yakni pepsin, suatu enzim proteolitik dalam jalur pencernaan (nomor EC 3.4.23.1); dan rodanese (tiosulfat: sianida sulfurtransferase, EC 2.8.1.1), yang berada dalam hati dan ginjal mamalia untuk mengkatalisis penghilangan sianida dan tiosulfat dari tubuh. Digit pertama dalam nomor EC menunjukkan termasuk kelas mana enzim tersebut, dari enam kelas utama yang ada (Tabel 6-1). Tabel 6-1 Kelas-kelas Utama Enzim Digit Pertama EC Kelas Enzim
Tipe Reaksi yang Dikatalisis
1.
Oksidoreduktase Oksidasi-reduksi. Pendonor hidrogen atau elektron adalah salah satu substratnya.
2
Tranferase
Transfer gugus kimia dari bentuk umum A––X + B→ A + B––X.
3.
Tranferase
Pemotongan hidrolitik pada C––C, C––N, C––O, dan ikatan lainnya.
4.
Liase
Pemotongan (bukan hidrolitik) pada C––C, C––N, C––O, dan ikatan lainnya, meninggalkan ikatan rangkap; atau alternatifnya yakni penambahan gugus pada suatu ikatan rangkap.
5.
Isomerase
Perubahan penataan geometris (spasial) suatu molekul.
6.
Ligase
Ligasi (menghubungkan) dua molekul dengan mengikutsertakan hidrolisis senyawa yang memiliki DG besar untuk hidrolisis.
Digit kedua dalam nomor enzim EC menandakan sub-kelas; sedangkan untuk hidrolase, digit kedua ini menandakan tipe ikatan target kerja enzim (Tabel 6-2).
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
265
Katalis Enzim
Tabel 6-2 Subklasifikasi Hidrolase Dua Digit Pertama EC
Tipe Ikatan Target
O C C O Ester, Nonpeptida, O
3.5 3.1
C
3.6
C
3.3
3.10 3.11
Eter, R
C
O
R' , atau dengan S menggantikan O
O
Peptida, C
N
Halida (X), C C C Nonpeptida,
3.5
X , atau dengan P menggantikan
N
Anhidrida asam, R
3.6
3.9
O
R
O
3.4
3.8
N
O dengan C NR'atau S menggantikan Anhidrida asam,C R O C R , atau Glikolisil, gula
3.2
3.7
S
R , atau dengan S atau P menggantikan C, atau
P
3.7
S
3.8
N
C
C
P
O
C
O
C
R'
C
Halida (X), C N P
3.9
O
X , atau dengan P menggantikan C
N
3.10
S
N
3.11
C
P
Arginase adalah suatu hidrolase yang ada dalam hati organisme
Arginase adalah suatu hidrolase yang ada dalam hati organisme
penghasil urea (ureoteles). Enzim ini mengkatalisis reaksi: penghasil urea (ureoteles). Enzim ini mengkatalisis reaksi:
NH3 C
NH2
NH
H2O
(CH2)3 H
C
NH3
NH2 C NH2
O
(CH2)3
+ H
C
NH3
COO-
COOArginin
NH3
Urea
Ornitin
Nama EC resmi untuk enzim ini adalah L-arginin amidinohidrolase, yang kata terakhirnya berasal dari reaksi pemotongan gugus amidino pada arginin (lingkaran putus-putus dalam persamaan di atas) dengan memasukkan
266
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Nama EC resmi untuk enzim ini adalah L-arginin amidinohidrolase, yang kata terakhirnya berasal dari reaksi pemotongan gugus amidino pada arginin (lingkaran putus-putus dalam persamaan di atas) dengan memasukkan molekul air pada ikatan C––N. Dalam reaksi, ikatan C– –N nonpeptida dipotong, sehingga didapat nomor kedua EC untuk arginase adalah 5. Nomor klasifikasi lengkapnya adalah 3.5.3.1. Angka ketiga adalah subklasifikasi tipe ikatan target enzim, atau gugus yang ditransfer dalam reaksi, atau keduanya. Kategori angka ini bervariasi dari satu kelas EC utama ke kelas berikutnya. Nomor keempat adalah nomor seri enzim.
3. MODE PENINGKATAN LAJU PEMOTONGAN IKATAN Mekanisme dasar suatu enzim dalam meningkatkan laju reaksi kimia dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok. Facilitation of proximity, atau kemudahan kedekatan, yang disebut juga sebagai efek keakraban, yang berarti bahwa laju reaksi antara dua molekul ditingkatkan bila dalam larutan encer keduanya dijaga dalam jarak dekat satu sama lain dalam sisi aktif enzim, sehingga menaikkan konsentrasi efektif reaktan. Katalisis kovalen, yakni rantai-rantai samping asam amino menyediakan sejumlah gugus nukleofilik untuk katalisis. Gugus-gugus nukleofilik ini antara lain RCOO–, R––NH2, aromatik––OH, histidil, R––OH, dan RS–. Gugus-gugus ini menyerang bagian elektrofilik (kekurangan elektron) pada substran untuk membentuk ikatan kovalen antara substran dengan enzim, yakni membentuk suatu reaksi intermediet. Tipe proses ini terutama terbukti pada enzim pentransfer gugus (EC Kelas 2). Dalam pembentukan intermediet yang berikatan kovalen, penyerangan oleh enzim nukleofil (Enz-X dalam contoh di bawah) pada substrat bisa menghasilkan asilasi, fosforilasi, atau glikosilasi pada nukleofil. Menuliskan mekanisme kimia suatu reaksi berarti menggambarkan penataan ulang elektron pada saat substrat diubah menjadi produk melalui suatu keadaan transisi. Cara yang biasanya digunakan untuk
pada nukleofil. Menuliskan mekanisme kimia suatu reaksi berarti menggambarkan Bab 6 Katalisulang dan Kinetika Enzim 267 penataan elektron pada saat substrat diubah menjadi produk melalui suatu keadaan transisi. Cara yang biasanya digunakan untuk melukiskan alur penataan ulang ikatan adalah memakai panahmemakai lengkungpanah yang melukiskan alur penataan ulangdengan ikatan adalah dengan lengkung yang menandakan arah aliran elektron. menandakan arah aliran elektron. Diagram aliran elektron untuk hidrolisis ikatan seperti peptida adalah Diagram aliran elektron untuk hidrolisis ikatan peptida adalah berikut: seperti berikut: H
H O R
H H
C
N
O
H
+
R
R'
H+
H O H
-
C
N+ R'
O
H
H
H
R
O
O
H
C
N+ R'
-O
R
H
C + N+ R'
Katalis O H
H
Enzim
O nukleofilik menyerang karbon karbonil elektrofilik, yang H2O Hnukleofilik menyerang karbon karbonilpada elektrofilik, yang kedua menjadi 2 Perhatikan bahwa dalam intermediet tetrahedral struktur yang dan
menjadi kekurangan elektron karena penarikan elektron kepada kekurangan elektron karena penarikan elektron kepada oksigen karbonil. ketiga, karbon memiliki penataanbahwa tetrahedral yang tetrahedral terdiri ataspada empat oksigen karbonil. Perhatikan dalam biasa intermediet ikatan. struktur yang kedua dan ketiga, karbon memiliki penataan tetrahedral biasa yang terdiri empat ikatan. Biokimia: Struktur dan atas Fungsi Biomolekul 253 Suatu intermediet fosfoenzim dibentuk dalam salah satu tipe katalisis Suatu intermediet fosfoenzim dibentuk dalam salah satu tipe kovalen enzim: katalisis kovalen enzim: O O
R
R
R
Enz-X
R'
Enz-X O
O
P O-
-
O
R'
Enz-X O
O
P + -O
P O-
O
R'
O-
Banyak contoh mekanisme dasar katalisis ini yang bisa ditemukan Banyak contoh mekanismeEC dasar katalisis ini yang ditemukanyakni dalam dalam enzim-enzim Kelas 2. Salah satubisa contohnya heksokinase. enzim-enzim EC Kelas 2. Salah satu contohnya yakni heksokinase. Intermediet kovalen kovalen bisa bisa diserang Intermediet diserang oleh oleh nukleofil nukleofil kedua keduayang yang menyebabkan pelepasan produk. Bila nukleofil kedua adalah air, maka menyebabkan pelepasan produk. Bila nukleofil kedua adalah air, maka reaksi reaksi keseluruhan dinamakan hidrolisis. Banyak nukleofil yang bukan keseluruhan dinamakan hidrolisis. Banyak yangtetapi bukanmerupakan hanya suatu hanya suatu rantai samping asam aminonukleofil pada enzim, gugus asam prostetik, misalnya fosfatmerupakan dalam transaminase. rantaisuatu samping amino pada piridoksal enzim, tetapi suatu gugus umum didefinisikan sebagai proses pemindaprostetik, Katalisis misalnya asam-basa piridoksal fosfat dalam transaminase. han proton dalam keadaan transisi. Proses ini tidak melibatkan pembentukan ikatan kovalen di dalamnya, tetapi reaksi enzimatik keseluruKatalisis asam-basa umum didefinisikan sebagai proses pemindahan proton han bisa melibatkan ini juga.
dalam keadaan transisi.
Proses ini tidak melibatkan pembentukan ikatan
kovalen di dalamnya, tetapi reaksi enzimatik keseluruhan bisa melibatkan ini
kovalen di dalamnya, tetapi reaksi enzimatik keseluruhan bisa melibatkan ini juga. Struktur dan Fungsi Biomolekul Contoh 268 katalisis asam-basa umum dari Biokimia: kimia organik adalah seperti ilustrasi
berikut, tetapi perhatikan bahwa hemiasetal juga terbentuk dalam beberapa
Contoh katalisis asam-basa umum dari kimia organik adalah reaksi enzimatik.
seperti ilustrasi berikut, tetapi perhatikan bahwa hemiasetal juga terbentuk dalam beberapa reaksi enzimatik. Reaksi keseluruhan: Reaksi keseluruhan: CH3 C
CH3 O + CH3
OH
HO
C
OCH 3 Katalis Enzim
H
H
Katalis Enzim Mekanisme reaksi A: Suatu basa (OH-) mempercepat pembentukan Hemiasetal hemiasetal Asetaldehid Metanol
seperti berikut: - (OH-) mempercepat pembentukan Mekanisme Suatu(OH basa Mekanisme reaksi A:- reaksi SuatuA:basa ) mempercepat pembentukan hemiasetal -
CH3 CH3 OHseperti + OH berikut: hemiasetal
seperti berikut: CH3
O + H 2O
Nukleofil
CH 3
OCH
H2O
CH3 O- 3+ H2O
CH3 OH - + OH
C O +dan O Fungsi CH3 C Biokimia: Struktur Biomolekul Nukleofil O
H
H
CH3 Serangan
CH 3
nukleofilik -
C
-
O+ O
CH3
H2O
OCH 3
OCH3
CH3
+ OH-
C OH
H
OCH3
CH3
H2O
+ OH-
C
C O-
H
254
OH
H
H2O
Catatan:H OH- didaur ulang dalam reaksi ini, sehingga bisa dianggap sebagai Serangan
suatu katalis artiulang sebenarnya. Catatan: OHdalam didaur dalam reaksi ini, sehingga bisa dianggap nukleofilik sebagai suatu katalis dalam arti sebenarnya. Mekanisme reaksi B: Katalis asam juga terdapat dalam reaksi, yang Mekanisme reaksi B: Katalis asam juga terdapat dalam reaksi, yang Catatan: OH didaur ulang dalam reaksidiikuti ini, sehingga bisa dianggap sebagai melibatkan pembentukan garam oksonium, reaksioleh dengan alkohol melibatkan pembentukan garam oksonium,oleh diikuti reaksi dengan suatu katalis dalam arti sebenarnya. seperti berikut: alkohol seperti berikut:
CH3B: Mekanisme reaksi
CH3 Katalis asam juga terdapat dalam reaksi, yang +
+
C O + H C O H melibatkan pembentukan garam oksonium, diikuti oleh reaksi dengan alkohol
seperti berikut:
H
H Oksonium
CH3
CH3 C
H
CH3 O
+
H+ O
C
H
H
CH3
CH3
O + H+
CH3
+CH
O 3 C H C O+ OH H
H
CH3 O C H
+ H+
OH
H Oksonium
Dalam contoh di atas, laju pembentukan hemiasetal ditingkatkan dalam asam CH CH3
kuat atau basa kuat. Dalam reaksi lain bisa CH3
3
+ saja
CH3
O hanya salah satu CH3 (basa O atau
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
269
Dalam contoh di atas, laju pembentukan hemiasetal ditingkatkan dalam asam kuat atau basa kuat. Dalam reaksi lain bisa saja hanya salah satu (basa atau asam) yang menjadi katalis. Hidrolisis nitramida adalah peka terhadap katalis basa, tetapi tidak peka terhadap katalis asam. Peningkatan pH menimbulkan peningkatan laju reaksi yang totalnya tanpa pemakaian basa, seperti ditunjukkan dalam reaksi berikut: NH2NO2 + OH- → H2O + NHNO2NHNO2- → N2O + OHOH- bukanlah satu-satunya basa yang dapat mengkatalisis hidrolisis ini. Basa-basa lain seperti asetat juga bereaksi, misalnya, NH2NO2 + CH3COO- → CH3COOH + NHNO2NHNO2- → N2O + OHOH + CH3COOH → H2O + CH3COOMenurut definisi Brønsted-Lowry (dan seperti dalam contoh di atas), suatu asam adalah bagian apapun yang mendonorkan proton, sedangkan basa adalah yang akan menerima proton dari bagian lain. Katalisis asam-basa tidak meningkatkan laju oleh faktor yang lebih besar dari ~100, tetapi bersama dengan mekanisme lain yang bekerja dalam sisi aktif suatu enzim, maka peningkatan laju reaksi enzimatik akan sangat berarti. Rantai samping asam amino asam glutamat, histidin, asam aspartat, lisin, tirosin, dan sistein dalam bentuk terprotonasinya bisa berperan sebagai katalis asam, sedangkan bentuk tidak terprotonasinya sebagai katalis basa. Keefektifan rantai samping sebagai suatu katalis tergantung pada pKa dalam lingkungan sisi aktif, serta pada pH bekerjanya enzim. Perubahan tegangan, distorsi molekul, dan bentuk. Tegangan dalam sistem ikatan reaktan serta pelepasan tegangan ketika keadaan transisi berubah menjadi produk dapat memberikan peningkatan laju reaksi kimia.
lingkungan sisi aktif, serta pada pH bekerjanya enzim. Perubahan tegangan, distorsi molekul, dan bentuk.
Tegangan dalam
Biokimia: Struktur ketika dan Fungsi Biomolekul transisi sistem 270 ikatan reaktan serta pelepasan tegangan keadaan
berubah menjadi produk dapat memberikan peningkatan laju reaksi kimia.
Dua reaksi kimia berikut ini melibatkan hidrolisis ikatan fosfat ester.
Dua reaksi kimia berikut ini melibatkan hidrolisis ikatan fosfat ester. CH2
CH2
O
O
H2O
CH2
CH2
O
OH
P
P -
O
OH
O
O-
O (a)
CH3
CH3
O
O
CH3 O
H2O
P O
+ OH
CH3 OH
P O-
O
O-
(b)
Dalam kondisi standar, reaksi (a) berlangsung 108 kali lebih cepat daripada reaksi (b). Senyawa siklik pada (a) memiliki tegangan ikatan yang cukup besar (energi potensial dalam konfigurasi ini tinggi), yang dilepaskan saat pembukaan cincin selama hidrolisis. Tipe tegangan ini tidak terdapat dalam diester pada (b). Pada enzim, substrat tidak saja bisa terdistorsi (memiliki tegangan), tetapi suatu derajat kebebasan ekstra juga dimasukkan, yakni enzim dengan semua rantai samping asam aminonya. Pengikatan substrat pada enzim melibatkan energi interaksi yang bisa memudahkan katalisis. Untuk peningkatan laju katalitik, harus ada juga suatu destabilisasi keseluruhan pada kompleks enzim-substrat serta suatu peningkatan stabilitas keadaan transisi. Hal ini dilukiskan dalam gambar 6-1. Dalam reaksi tanpa katalis (Gambar 6-1-a), reaktan memiliki probabilitas rendah untuk mengasumsikan konformasi bertegangan yang diperlukan untuk interaksi antara dua gugus reaktif. Agar reaksi bisa berlangsung, molekul harus melewati yang disebut batas energi aktivasi. Dalam reaksi dengan katalis (Gambar 6-1-b), pengikatan
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
256
cincin selama hidrolisis. Tipe tegangan ini tidak terdapat dalam diester pada (b). Pada enzim, substrat tidak saja bisa terdistorsi (memiliki tegangan),
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
271
tetapi suatu derajat kebebasan ekstra juga dimasukkan, yakni enzim dengan semua rantai samping asam aminonya.
Pengikatan substrat pada enzim
reaktan pada enzim menyebabkan pembentukan struktur gabungan melibatkan energi interaksi yang bisa memudahkan katalisis. (kompleks enzim-substrat) dengan kecenderungan substrat yang lebih Untuk peningkatan laju katalitik, harus adatransisi, juga suatu destabilisasi keseluruhan besar untuk membentuk keadaan yakni lebih sedikit energi pada kompleks enzim-substrat serta suatu peningkatan stabilitas keadaan yang terlibat untuk menyatukan gugus-gugus reaktif. Karena itulah transisi. reaksi lebih gambar cepat. 6-1. Hal iniberlangsung dilukiskan dalam
Energi bebas (kJ mol-1)
S
G S
P G0
Koordinat reaksi
+
+
-
Gugus-gugus reaktif
(a) Reaksi yang tidak dikatalisis
Gambar 6-1 Energi aktivasi adalah energi yang lebih rendah untuk reaksi-reaksi yang dikatalisis. Grafik-grafik di atas, tiap skema reaksi menunjukkan energi substrat (yang dilukiskan disini adalah energi potensial dari substrat “yang dibengkokkan”) pada tiap tahap reaksi. Panah menunjukkan, sesuai dengan panjang dan ketebalan, dalam hal ini yakni kecepatan reaksi. DG‡ merupakan energi aktivasi dari keadaan-keadaan transisi molekul, dan DG0 adalah keseluruhan energi bebas dari reaksi. Perubahan-perubahan pada enzim dan substrat menghasilkan pengikatan yang lebih kuat pada keadaan transisi daripada keadaan E.S atau keadaan E.P. Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
257
272
Energi bebas (kJ mol-1)
Biokimia: Struktur danKatalis Fungsi Biomolekul Enzim
G
ES
E+S
E+P G0
E.P
E.S Koordinat reaksi
-
+
-
+
+
-
+
+
+
+
Kompleks E.S
Keadaan transisi E. S
Kompleks E.P
(b) Reaksi yang dikatalisis
Destabilisasi kompleks bisauntuk dibayangkan Gambar 6-1 Energi aktivasi adalahenzim-substrat energi yang lebih rendah reaksi-reaksi yangsebagai dikatalisis. Grafik-grafik di atas, tiap skema reaksi menunjukkan energi distorsi panjang dan(yang sudut ikatan dari energi konfigurasi substrat dilukiskan disini adalah potensial darisebelumnya substrat “yang yang dibengkokkan”) pada tiap tahap reaksi. Panah menunjukkan, sesuai lebih stabil. Hal ini bisa dicapai dengan tarikan atau tolakan elektrodengan panjang dan ketebalan, dalam hal ini yakni kecepatan reaksi. statik oleh gugus substrat dan enzim. Atau, bisatransisi jugamolekul, melibatkan merupakan energi aktivasi dari keadaan-keadaan G pada adalah keseluruhan energi bebas dari reaksi. Perubahandan G desolvasi (penghilangan air) dari gugus bermuatan pada sisi aktif hiperubahan pada enzim dan substrat menghasilkan pengikatan yang lebih kuat pada keadaan transisi daripada keadaan E.S atau keadaan E.P. drofob. Jika suatu substrat diikat tanpa tranformasi yang penting pada enDalam reaksi tanpa katalis (Gambar 6-1-a), reaktan memiliki ergi ikatan untuk membentuk tegangan distorsi, maka pengikatan ini probabilitas rendah untuk mengasumsikan konformasi bertegangan yang akan lebih kuat. Akan tetapi hal ini tidak terlalu mempengaruhi DG‡ diperlukan untuk interaksi antara dua gugus reaktif. Agar reaksi bisa (Gambar 6-1). Namun bila sebagian energi bebas ikatan digunakan berlangsung, molekul harus melewati yang disebut batas energi aktivasi. untuk mendistorsi enzim agar bisa lebih komplementer terhadap benDalam reaksi dengan katalis (Gambar 6-1-b), pengikatan reaktan pada enzim tuk keadaan transisi, maka pengikatan enzim pada substrat akan menmenyebabkan pembentukan struktur gabungan (kompleks enzim-substrat) jadi lebih lemah, sedangkan pengikatan pada keadaan transisi substrat dengan kecenderungan substrat yang lebih besar untuk membentuk keadaan akan lebih itu, pengikatan yang kuat tidak terlalu transisi,kuat. yakni Karena lebih sedikit energi yang terlibat substrat untuk menyatukan gugus-gugus berguna dalam meningkatkan laju reaksi enzim. reaktif. Karena itulah reaksi berlangsung lebih cepat. Misalkan suatu substrat dengan konsentrasi 10-7 mol L-1 menjenuh kan setengah bagian sisi Biomolekul aktif dalam larutan enzim (yakni Kd Biokimia: Struktur dan Fungsi 258= 10-7 mol L-1). Tetapi konsentrasi dalam kondisi fisiologis adalah 10-3 mol L-1. Sisi-sisi enzim jenuh sempurna dalam konsisi fisiologis (yakni 0
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
273
semua sisi telah terisi), sehingga peningkatan laju enzim bukanlah yang akan diperoleh bila energi pengikatan yang besar digunakan untuk mendestabilisasi kompleks enzim-substrat (E.S). Jika sebagian energi ikatan digunakan untuk memasukkan tegangan atau distorsi ke dalam molekul enzim atau substrat, maka ikatan keadaan transisi yang lebih kuat dicapai, dan afinitas ikatan enzim pada substrat akan berkurang. Banyak enzim yang mempunyai afinitas ikatan pada substratnya yang besarnya sekitar rata-rata konsentrasi fisiologis, kemungkinan sebagai akibat dari tekanan evolusioner untuk katalisis efisien. Analisis sinar-x pada kristal karboksipeptidase A (suatu eksopeptidase pankreatik) yang berikatan dengan pseudo substrat (substrat palsu yang Katalis Enzim tidak didegradasi oleh enzim, yakni suatu inhibitor), menunjukkan bahwa ikatan peptida yang peka telah berputar, menyimpang dari konfigurasi planar normal yang biasa terlihat dalam ikatan peptida. Dalam katalisis, kompleks enzim-substrat didestabilisasi dan energi Distorsi ini menimbulkan hilangnya energi resonansi dalam ikatan, dilepaskan ketika pembentukan keadaan transisi. Hal ini menyebabkan enzim yang meningkatkan kepekaannya terhadap serangan hidrolisis. katalisis, kompleks didestabilisasi dan energi mengikat Dalam substrat dengan sangat enzim-substrat kuat dalam keadaan transisi. Beberapa ketika pembentukan keadaan transisi. ini menyebabkan enzimdilepaskan bisa terinhibisi secara dramatis oleh yang Hal disebut analog keadaan enzim mengikat substrat dengan sangat kuat dalam keadaan transisi. -13 transisi. Keadaan transisi sangat pendek ( konsentrasienzim, enzim, v00 biasanya 0 >>konsentrasi dengan konsentrasi enzim dalam campuran Untuk kebanyakan konsentrasi enzim dalam campuran reaksi.reaksi. Untuk kebanyakan enzim, v0 enzim, v0 adalah fungsi hiperbola dari [S]0 (Gambar 6-2). Jika terdapat adalah fungsi hiperbola dari [S]0 (Gambar 6-2). Jika terdapat substrat-substrat substrat-substrat lain (ko-substrat), maka konsentrasinya biasanya lain (ko-substrat), makaselama konsentrasinya dijaga tetap[S]0 konstan dijaga tetap konstan rangkaianbiasanya percobaan dengan yangselama bervariasi.percobaan dengan [S]0 yang bervariasi. rangkaian digunakan, karena bisa saja terjadi degradasi enzim selama reaksi atau inhibisi
v0 (mmol L-1s-1)
Vmax
Vmax/2
Km
2Km [S]0
3Km
4Km
5Km
(mmol L-1)
Gambar 6-2.Hubungan Hubunganhiperbol hiperbol antara kecepatan awal (v0) dan antara kecepatan awal (v0) dan konsentrasi konsentrasi substrat awal([S] ([S]0 dari suatu reaksi katalisis enzim substrat awal suatu reaksi katalisis enzim 0 dari
Gambar 6-2.
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
267
Menten:
Katalis Enzim
282
Vmaks Struktur [S] 0 dan Fungsi Biomolekul d [S] Biokimia: v 0 Persamaan yang menggambarkan dt t 0 Khiperbola [S] 0 yang biasa menunjukkan m data reaksi enzim Gambar 6-2) disebut persamaan MichaelisPersamaan yang(misalnya menggambarkan hiperbola yang biasa menunjukkan Persamaan ini memiliki sifat yakni ketika besar Michaelismaka v0 = Vmaks 0 sangat data reaksi enzim (misalnya Gambar 6-2)[S] disebut persamaan Menten:
Menten: (kecepatan maksimal). Dan ketika v0 = Vmaks/2, maka nilai [S]0 adalah Km, yaitu yang disebut sebagai tetapan Michaelis. d [S] v0 dt t 0
Vmaks [S] 0 K m [S] 0
Persamaan iniGRAFIK memiliki sifat yakni ketika besarbesar maka v0 = Vmaks Vsifat 8. EVALUASI 0 sangat m DAN maks Persamaan ini Kmemiliki yakni [S] ketika [S]0 sangat maka
v0 = Vmaks (kecepatan maksimal). v0 =nilai Vmaks/2 nilaiKm, yaitu (kecepatan maksimal). Dan ketika v0 = Dan Vmaksketika /2, maka [S], 0maka adalah Persamaan Michaelis-Menten bisa disusun ulang ke dalam bentuk[S]0 adalah Km, yaitu yang disebut sebagai tetapan Michaelis. yang disebut sebagai tetapan Michaelis. bentuk baru yang menghasilkan garis lurus ketika satu variabel baru diplotkan terhadap yang lain. Keuntungan dari manipulasi matematik ini yakni (1) Vmaks
8. EVALUASI GRAFIK Km DAN Vmaks
Vmaks dengan cara mencocokkan garis lurus 8. EVALUASI GRAFIK dengan Km DANmudah, dan Km bisa ditentukan
Persamaan Michaelis-Menten bisa disusun ulang ke dalam bentuk-
pada data yang telah ditransformasikan; (2) data pada suatu garis lurus lebih Persamaan Michaelis-Menten bisalurus disusun ke dalam bentuk baru yang menghasilkan garis ketika ulang satu variabel baru bentukmudah diplotkan dideteksiterhadap daripadayang yang berasal dari hiperbola (data yang didapat dari lain. Keuntungan dari manipulasi matematik bentuk baru yang menghasilkan garis lurus ketika satu variabel baru diplotkan ini yakni (1) Vmaks dan ketidaksesuaian Km bisa ditentukan dengan mudah, dengan hiperbola bisa menunjukkan model enzim sederhana); (3) terhadap yang lain. Keuntungan dari manipulasi matematik ini yakni (1) V maks cara mencocokkan garis lurus pada data yang telah ditransformasikan; pengaruh inhibitor pada reaksi bisa dianalisis dengan lebih mudah. Juga lebih data pada suatu garis lurus lebih mudah daripada dan Km(2) bisa ditentukan dengan mudah, dengan cara dideteksi mencocokkan garis lurus dari hiperbola (data yang didapat dari hiperbolaintercept bisa mudah yang dan berasal lebih akurat untuk memperoleh suatu ekstrapolasi dari pada data yang telah ditransformasikan; (2) data pada suatu garis lurus lebih menunjukkan ketidaksesuaian model enzim sederhana); (3) pengaruh suatu plot linear daripada memperkirakan suatu asimtot dengan mata pada mudahinhibitor dideteksipada daripada berasal dengan dari hiperbola (data yang didapat dari reaksi yang bisa dianalisis lebih mudah. Juga lebih hiperbola. mudah lebih akurat untuk memperoleh suatu ekstrapolasi intercept hiperbola bisadan menunjukkan ketidaksesuaian model enzim sederhana); (3) dari suatu plot linear Michaelis-Menten daripada memperkirakan asimtot dengan Transformasi persamaan yang suatu paling banyak digunakan pengaruh inhibitor pada reaksi bisa dianalisis dengan lebih mudah. Juga lebih mata pada hiperbola. adalah persamaan “double reciprocal” Lineweaver-Burk. Michaelis-Menten paling banyak mudah danTransformasi lebih akuratpersamaan untuk memperoleh suatu yang ekstrapolasi intercept dari Persamaan ini diperkenalkan pertama kali Lineweaver-Burk. pada tahun 1935. Dengan digunakan adalah persamaan “double reciprocal” suatu plot linear daripada memperkirakan suatu asimtot dengan mata pada kali Michaelis-Menten, pada tahun 1935. maka mengambil Persamaan resiprok ini daridiperkenalkan kedua sisi pertama persamaan hiperbola. Dengan mengambil resiprok dari kedua sisi persamaan Michaelisdiperoleh Menten,persamaan maka diperoleh Transformasi Michaelis-Menten yang paling banyak digunakan K m Lineweaver-Burk. 1 1 1 adalah persamaan “double reciprocal” v0 Vmaks [S] 0 Vmaks Persamaan ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1935. Dengan mengambil resiprokdata dari(1/[S] kedua sisi maka Plot dari pasangan untuk i = 1, Michaelis-Menten, …, n, dengan n adalah 0,i, 1/v 0,i), persamaan diperoleh jumlah pasangan data, akan memberikan suatu garis lurus dengan ordinat dan
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
283
Plot dari pasangan data (1/[S]0,i, 1/v0,i), untuk i = 1, …, n, dengan Katalis Enzim n adalah jumlah pasangan data, akan memberikan suatu garis lurus dengan ordinat dan absis intercept 1/Vmaks dan -1/Km (Gambar 6-3). 1/v0
1/Vmaks -1/Km
0
1/[S]0
Gambar 6-3 Grafik Lineweaver-Burk, prosedur untuk menentukan 2 parameter kinetik steady-state pada persamaan Michaelis-Menten. Gambar 6-3 Grafik Lineweaver-Burk, prosedur untuk menentukan 2 parameter kinetik steady-state pada persamaan Michaelis-Menten.
Dengan adanya komputer, metode grafik telah digantikan oleh prosedur nonlinear least squares regression dari persamaan kinetik Dengan adanya komputer, metoda grafikMeskipun telah digantikan oleh langsung kepada data yang belum ditransformasikan. demikian, nonlinear prosedur grafik digunakan untuk prosedur least masih squares regression darimemperoleh persamaanpetunjuk kinetik langsung cepat mengenai nilai-nilai parameter steady-state atau untuk mempekepada yang awal belum Meskipun rolehdata perkiraan yangditransformasikan. diperlukan oleh metode numerik.demikian, prosedur grafik masih digunakan untuk memperoleh petunjuk cepat mengenai nilai-nilai parameter steady-state atau untuk memperoleh perkiraan awal yang diperlukan
9. DEFINISI INHIBISI ENZIM
oleh metoda numerik.
Seringkali laju reaksi enzimatik dipengaruhi oleh zat-zat yang bukan merupakan reaktan. Jika terdapat pengurangan laju yang disebabkan oleh suatu senyawa, maka senyawa tersebut dinamakan sebagai inhibi9. DEFINISI INHIBISI ENZIM tor. Peningkatan laju reaksi yang disebabkan oleh suatu aktivator adalah kebalikan dari efek Dalam kaitan dengan inhibitor, penting Seringkali laju inhibitor. reaksi enzimatik dipengaruhi oleh zat-zat yang bukan untuk membedakan antara efek yang diamati dalam percobaan dengan merupakan reaktan. Jika terdapat pengurangan laju yang disebabkan oleh mekanisme (atau model) untuk menjelaskan efek tersebut. suatu senyawa, maka senyawa tersebut dinamakan sebagai inhibitor. Peningkatan laju reaksi yang disebabkan oleh suatu aktivator adalah kebalikan
dari efek inhibitor. Dalam kaitan dengan inhibitor, penting untuk membedakan antara efek yang diamati dalam percobaan dengan mekanisme (atau model) 284
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
untuk menjelaskan efek tersebut.
Terdapat tiga tipe dasar inhibisi, yang didefinisikan dalam istilah derajat
Terdapat tiga tipe dasar inhibisi, yang didefinisikan dalam istilah derajat inhibisi i,inhibisi yakni :i, yakni: i
v0 v0
vi
dengan Dengan v0 adalah reaksi inhibisi, dan vi dan adalah laju reaksi v0 laju adalah laju awal reaksitanpa awal tanpa inhibisi, vi adalah laju awal
awal dengan adanya inhibisi. dengan reaksi adanya inhibisi.
1. Inhibisi nonkompetitif murni dikatakan terjadi bila i tidak terpengaruh oleh konsentrasi substrat. Biokimia: 2. Struktur dan Fungsi Biomolekul Inhibisi kompetitif terjadi bila i menurun pada saat konsentrasi substrat meningkat. 3. Inhibisi antikompetitif atau unkompetitif terjadi bila i meningkat pada saat konsentrasi substrat meningkat. Selain tipe-tipe inhibisi di atas, terdapat juga inhibisi campuran, yang terjadi bila i meningkat atau menurun pada saat konsentrasi substrat meningkat, tetapi besarnya tidak sama seperti pada inhibisi kompetitif murni maupun antikompetitif. Nyatanya, bisa ditunjukkan bahwa secara mekanis, inhibisi nonkompetitif adalah suatu kasus khusus dari inhibisi campuran. Namun secara operasional, inhibisi campuran adalah kombinasi dua tipe dasar dari tiga tipe di atas.
10. PERSAMAAN INHIBISI ENZIM Ungkapan matematis yang menghubungkan laju reaksi dengan konsentrasi inhibitor seringkali cukup rumit, tetapi terdapat empat persamaan sederhana yang merupakan perluasan dari rumus MichaelisMenten. Kinetika dari banyak enzim dapat dijelaskan dengan memuaskan oleh keempat persamaan tersebut. Dalam persamaanpersamaan di Tabel 6.3, [I] adalah konsentrasi inhibitor dan KI serta K’I adalah tetapan inhibisi yang satuannya sama seperti tetapan kesetimbangan disosiasi (mmol L-1).
269
dari banyak enzim dapat dijelaskan dengan memuaskan oleh keempat persamaan tersebut.
Dalam persamaan-persamaan di Tabel 6.3, [I] adalah
konsentrasi inhibitor dan KI serta K’I adalah tetapan inhibisi yang satuannya Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
285
sama seperti tetapan kesetimbangan disosiasi (mmol L-1).
Tabel 6-36-3 Persamaan LajuLaju untuk Empat Enzim Tabel Persamaan untuk EmpatTipe TipeInhibisi Inhibisi Enzim Nonkompetitif Murni
Kompetitif Murni
Vmaks [S] 0
vi (K m i
[S] 0 ) 1
[I] KI [I] Km KI
Km 1
[I] KI
[I] KI
Vmaks [S] 0
vi
i
[I]
Vmaks [S] 0 Antikompetitif [I] K mdan 1VFungsi [S] 0 Biokimia: Struktur Biomolekul maks K I [S] 0 vi [I] K m [S] 1 [I] [S] 0 0K KI I i [I] [I] K m 1 [S] 0 K [S] 0 KI I i [I] [S] 0 Km 1 KI vi
Katalis Enzim
[I] 1 KI
[S] 0
Campuran
Km
Antikompetitif Nonkompetitif Murni Kompetitif Murni
[S] 0
Katalis Enzim
Vmaks [S] 0 Campuran [I] [I] 1 [S] 0 Km 1 [S] V K I maks 0K ' I vi [I] [I] 1 0 [S] 0 K m 1 K m [S] [I] K I K 'I KI K 'I i 0 [I] K m [S][I] [I] 1 Km 1 KK ' I ' [S] 0 KI KI I i [I] [I] 1 [S] 0 Km 1 KI K 'I
vi
270
11. DASAR MEKANIS PERSAMAAN MICHAELIS-MENTEN
11. DASAR MEKANIS PERSAMAAN MICHAELIS-MENTEN
UntukMEKANIS menjelaskan hasil yang diperoleh dalam konversi sukrosa 11. DASAR PERSAMAAN MICHAELIS-MENTEN Untuk menjelaskan hasil yang diperoleh dalam konversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim invertase, pada tahun 1913 Michaelis menjadi glukosa dan fruktosa enzim invertase, padakonversi tahun 1913 Untuk menjelaskan hasiloleh yang diperoleh dalam sukrosa danMichaelis Menten mengusulkan skema reaksi berikut: dan Menten mengusulkan skema reaksi berikut: menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim invertase, pada tahun 1913 Michaelis dan Menten mengusulkan skemak1reaksi berikut: k2 E + S
E + S
k-1 k1
ES
ES
E + P
k2
E + P Dalam reaksi tersebut dianggap k-1besar lebih besar dibandingkan Dalam reaksi tersebut dianggap bahwa k-1 lebih dibandingkan dengan k2. k-1 bahwa
dengan k2. Maka, bagian pertama reaksi tersebut bisa dilukiskan Maka, bagian pertama reaksi tersebut bisa dilukiskan oleh oleh tetapan Dalam reaksi tersebut dianggap bahwa k-1 lebih besar dibandingkan dengan k2. kesetimbangan untuk disosiasi kompleks enzim-substrat: Ks = [E][S]/[ES]. Maka, bagian pertama reaksi tersebut bisa dilukiskan oleh tetapan Konsentrasi S dan E di setiap waktu diturunkan dari kondisi awal yang telah kesetimbangan untuk disosiasi kompleks enzim-substrat: Ks = [E][S]/[ES].
E + S E + S
kk-11 k-1
ES ES
k2
E + P E + P
Dalam reaksi tersebut dianggap bahwa k-1 lebih besar dibandingkan dengan k2. 286 Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Dalam reaksi tersebut dianggap bahwa k-1 lebih besar dibandingkan dengan k2. Maka, bagian pertama reaksi tersebut bisa dilukiskan oleh tetapan Maka, bagian pertama reaksi tersebut bisa dilukiskan oleh tetapan kesetimbangan untuk disosiasi kompleks enzim-substrat: Ks = [E][S]/[ES]. tetapan kesetimbangan untuk disosiasi kompleks enzim-substrat: Ks = [E][S]/[ES]. kesetimbangan untuk disosiasi kompleks enzim-substrat: Konsentrasi S dan E di setiap waktu diturunkan dari kondisi awal yang telah Konsentrasi S dan E di setiap waktu diturunkan dari Ks = [E][S]/[ES]. Konsentrasi S dan E di setiap waktu diturunkan dari kondisi awal yang telah diketahui: kondisi awal yang telah diketahui: diketahui: [S][S]0 + [ES] + [P] 0 = [S] = [S] + [ES] + [P] [E] [E] + [ES] [S]0 = [S] + [P] [E]0 = [E] + [ES] [E]0 = [E] + [ES] [S]0 pada awal reaksi. Menurut percobaan, [S]0 >> [E]0 sehingga [S] Menurut percobaan, [S]0 >> [E]0 sehingga [S] [S]0 reaksi. [S]0 pada padaawal awal reaksi. Menurut percobaan, [S]0 >> [E]0 sehingga [S] Diperoleh: Diperoleh: Diperoleh: ([E] 0 [ES]) [S] 0 Ks ([E] 0 [ES] [ES]) [S] 0 Ks [ES] Persamaan ini bisa diubah susunannya menjadi Persamaan ini bisa diubah susunannya menjadi Katalis Enzim Persamaan ini bisa diubah susunannya menjadi [E] 0 [S] 0 [ES] [E] [S] [ES] K s 0 [S]00 K s [S] 0
Tahap kedua adalah reaksi orde pertama, sehingga Tahap pada keduareaksi pada reaksi adalah reaksi orde pertama, sehingga Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul v0 = k2[ES] v0 = k2[ES] Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
271 271
Karena itu, laju keseluruhan penurunan substrat dilukiskan dengan
Karena itu, laju keseluruhan penurunan substrat dilukiskan dengan
k 2 [E] 0 [S] 0 K s [S] 0 yang akan persis sama seperti bentuk persamaan Michaelis-Menten bila Vmaks v0
akan = k2[E]0 yang dan K Ks. sama seperti bentuk persamaan Michaelis-Menten bila m = persis
Vmaks = k2[E]0 dan Km = Ks. Pada tahun 1925, Briggs dan Haldane memeriksa analisis MichaelisPada tahun 1925, Briggs dan Haldane memeriksa analisis MichaeMenten lis-Menten dan membuat suatusuatu perkembangan penting.Mereka Mereka dan membuat perkembangan penting. tidak tidak mengasumsikan bahwa tahap pertamareaksi reaksi berada berada dalam kesetimbanmengasumsikan bahwa tahap pertama dalam kesetimbangan, gan, melainkan mengasumsikan bahwa konsentrasi kompleks enzimmelainkan mengasumsikan bahwa menurut konsentrasi substrat kadang-kadang berubah waktu, kompleks yakni dalam enzim-substrat keadaan steady state. Keadaan ini ditulis sebagaiyakni matematis berikut kadang-kadang berubah menurut waktu, dalamsebagai keadaan steady state.
Keadaan ini ditulis sebagai matematis sebagai berikut d [ES]
0
Menten dan membuat suatu tidak melainkan mengasumsikan bahwaperkembangan konsentrasi penting. kompleksMereka enzim-substrat melainkan mengasumsikan bahwa konsentrasi kompleks enzim-substrat mengasumsikan bahwa tahap kesetimbangan, kadang-kadang berubah menurutpertama waktu,reaksi yakniberada dalamdalam keadaan steady state. kadang-kadang menurut waktu, yakni dalam keadaan melainkan berubah mengasumsikan bahwa konsentrasi kompleks enzim-substrat steady state. KeadaanBab ini6 ditulis sebagai sebagai berikut Katalis dan Kinetikamatematis Enzim 287 kadang-kadang berubahmatematis menurut waktu, yakniberikut dalam keadaan steady state. Keadaan ini ditulis sebagai sebagai Keadaan ini ditulis sebagai matematis sebagai berikut
d [ES] d dt [ES] 0 d [ES] 0 0 dtdt
Persamaan flux untuk [ES] adalah Persamaan flux untuk [ES] adalah Persamaan flux untuk [ES][ES] adalah Persamaan flux untuk adalah d [ES] d [ES] k1 [E][S] ( k 1 k 2 )[ES] d dt [ES] k1 [E][S] ( k 1 k 2 )[ES] dt k1 [E][S] ( k 1 k 2 )[ES] dt
Bila [S] [S]0, maka
[S]0, maka [S]0, maka Bila [S] Bila[S] Bila [S] [S]0, maka 0 == kk01=[E]0[S]0 k-1 k2)[ES] k1[E]0[S]0––(k (k1[S]0 [S]0 ++k-1 + k+2)[ES] 0 1[E]0[S]0 – (k11[S]0 + k-1 + k2)[ES] 0 = k1[E]persamaan 0[S]0 – (k1[S]0 + k-1 + k2)[ES] Dengan penyusunan ulang ini dan v0 = k2[ES], maka diperoleh penyusunan ulang persamaan v0 =maka k2[ES], maka k2[ES], diperoleh Dengan Dengan penyusunan ulang persamaan ini dan ini v0 =dan Dengandiperoleh penyusunan ulang persamaank 2ini [E] 0dan [S] 0 v0 = k2[ES], maka diperoleh v0 (k 21[E]k 02 )[S] 0 [S] 0 v0 k 2k[E] 0 [S] 0 1k ) ( k 1 2 v0 (k 1k k 2 ) [S] 0 [S] 0 Michaelis-Menten, dengan 1 Persamaan ini juga sama seperti bentuk persamaan k1
Persamaan seperti bentuk oleh persamaan Km ditunjukkan olehini (k-1juga + k2)/ksama k2[E]0. 1 dan V maks ditunjukkan
Michaelis-
Persamaan ini juga samaKm seperti bentuk persamaan Menten, dengan ditunjukkan oleh (k-1 +Michaelis-Menten, k2)/k1 dan Vmaksdengan Persamaan ini juga sama seperti bentuk persamaan Michaelis-Menten, dengan ditunjukkan Km ditunjukkan oleh oleh (k +k2k[E]0. Vmaks ditunjukkan oleh k2[E]0. 2)/k1 dan Hal-hal yang perlu-1diperhatikan antara lain: Km ditunjukkan oleh (k-1 + k2)/k1 dan Vmaks ditunjukkan oleh k2[E]0.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: Karena k2 menunjukkan jumlah Hal-hal 1. yang perlu diperhatikan antara lain: molekul substrat yang diubah menjadi setiap detiknya per molekul enzim, maka k2 diseBiokimia: Strukturproduk dan Fungsi Biomolekul 272 but angka perputaran (turnover number) enzim. Pada umumnya, dalam mekanisme enzim yang lebih kompleks, ungkapan untuk Vmaks oleh k2 yang digantikan oleh ungkapan perban Biokimia: Struktur dandipersulit Fungsi Biomolekul Biokimia: Struktur danjumlah Fungsi produk Biomolekul dingan pada kesatuan tetapan laju, yang disebut kcat. 2. Jika enzim tidak murni, maka konsentrasi aktifnya ([E]0) kemungkinan tidak bisa ditentukan. Meskipun demikian, Vmaks masih bisa diperoleh melalui analisis kinetika steady state. Jadi, untuk menstandarisasi hasil percobaan, maka mengacu pada satu
272 272
288
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
unit enzim (atau katal), yakni banyaknya larutan enzim yang diperlukan untuk mengubah 1 µmol substrat menjadi produk dalam 1 menit, dalam kondisi standar untuk pH, kekuatan ionik, serta suhu. 3. Apabila [S]0 sangat besar dibandingkan dengan Km, maka hampir seluruh E terdapat dalam bentuk ES sehingga enzim tersebut dikatakan jenuh, yakni bekerja pada kecepatan maksimumnya.
12. TURUNAN PERSAMAAN STEADY-STATE Pada dasarnya, ungkapan laju steady-state untuk enzim apapun dengan berapapun jumlah reaktan dapat diturunkan. Dalam prakteknya, prosedur penurunan ini memerlukan banyak tenaga sehingga digunakanlah metode algoritma yang diperkenalkan oleh King dan Altman pada tahun 1956. Metode ini tidak dapat diterapkan untuk (1) reaksi nonenzimatik (konsentrasi setiap reaktan harus >> [E]0), (2) campuran enzim, atau (3) reaksi dengan langkah-langkah nonenzimatik. Metode algoritma ini diterapkan sebagai berikut: 1. Menggambar skema reaksi (pola dasar) dengan panah-panah reaksi menghubungkan semua jenis enzim yang relevan (bentuk bebas dan bentuk kompleks). 2. Menambahkan semua panah reaksi dengan kesatuan tetapan laju yang sesuai. Untuk reaksi ke depan dengan keterlibatan substrat, huruf yang menandakannya ditempatkan dekat dengan tetapan laju dalam skema. Demikian juga dengan reaksi kebalikan yang melibatkan produk. 3. Untuk n bentuk enzim (satu enzim bebas dan sisanya adalah bentuk kompleks atau isomer enzim), pola reaksi digambar dengan jumlah panah n – 1 dan menghasilkan alur yang menuju pada setiap bentuk enzim. Selain itu, tidak diperbolehkan adanya langkah pengulangan tertutup dalam pola tersebut.
dan [E]T adalah konsentrasi enzim total, diberikan oleh hasil panah n – 1 dan menghasilkan alur yang menuju pada setiap bentuk
penjumlahan konsentrasi dan tetapanadanya laju dari setiap pola. enzim. Selain itu, tidak diperbolehkan langkah pengulangan 5.
Bab 6 Katalis dan Kinetikalaju Enzimpembentukan ungkapan untuk
tertutup dalam pola tersebut.
produk keseluruhan 289 diberikan
4. dengan Ungkapan untuk [ESi]·[E]T dengan [ESi] adalah bentuk enzim apapun cara mengalikan konsentrasi kompleks enzim-substrat yang 4. dan Ungkapan untukkonsentrasi [ESi]∙[E]T enzim dengantotal, [ESi]diberikan adalah bentuk enzim [E]T adalah oleh hasil
sesuai (misalnya [ESk]) dengan tetapan laju orde pertama dari
apapun dan [E]T adalah konsentrasi enzim penjumlahan konsentrasi dan tetapan laju dari setiaptotal, pola. diberikan
oleh penguraiannya (misalnya kj): hasil penjumlahan danproduk tetapankeseluruhan laju dari setiap pola. 5. ungkapan untuk laju konsentrasi pembentukan diberikan 5. dengan ungkapan untuk laju pembentukan produk keseluruhan diberikan cara mengalikan konsentrasi kompleks enzim-substrat yang k j [E]T [ESkompleks dengan cara mengalikan konsentrasi enzim-substrat k] sesuai (misalnya [ESk]) dengan tetapan laju orde pertama dari v yang sesuai (misalnya tetapan laju (jumlah [ESk]) seluruhdengan ungkapan untuk [E]orde dan pertama penguraiannya (misalnya kj): dari penguraiannya kj): dengan i 1, ..., n 1) [ES ](misalnya yang berbeda, i
k j [E]T [ES k ] v Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menerapkan metoda algoritma: (jumlah seluruh ungkapan untuk [E] dan dengan i 1, ...melibatkan , n 1) (a) Dalam semua [ES mekanisme yang tidak urutan reaksi i ] yang berbeda,
alternatif, Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menerapkan pembilang pada ungkapan laju hanya akan metode memiliki dua Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menerapkan metoda algoritma:
algoritma: (a) Dalam semua mekanisme yang tidak melibatkan urutan reaksi pada ungkapan lajusedangkan hanya akan memiliki dua kealternatif, depan pembilang dan konsentrasi substrat, lainnya alternatif, pembilang pada ungkapan laju hanya akanyang memiliki dua adalah bagian. Salah satu bagiannya adalah produk dari semua tetapan laju bagian. Salah satu untuk bagiannya adalah produk dari semua tetapan produk yang sesuai reaksi kebalikannya. ke depan dan konsentrasi substrat, sedangkan yang lainnya adalah laju ke depan dan konsentrasi substrat, sedangkan yang (b) Dengan mekanisme yang rumit, adalah mudah untuklainnya melewatkan produk sesuai untuk reaksi kebalikannya. adalahyang produk yang sesuai untuk reaksi kebalikannya. beberapa pola pada yang langkah ke-3 di atas. Rumus untuk menghasilkan (b)(b) Dengan adalah mudah untuk melewatkan Denganmekanisme mekanisme yangrumit, rumit, adalah mudah untuk melewatkan jumlah total (npada – 1)-garis pola untuk m langkah, dengan n adalah beberapa pola langkah ke-3 di atas. Rumus untuk menghasilkan beberapa pola pada langkah ke-3 di atas. Rumus untuk menghasilkan jumlah (n yakni – 1)-garis polamuntuk m langkah, jumlah total (ntotal – 1)-garis pola untuk langkah, dengan n dengan adalah n jumlah bentuk enzim, adalahbentuk jumlah bentuk enzim, yakni jumlah enzim, yakni (a) bagian. Dalam semua mekanisme yang adalah tidak melibatkan urutan reaksi Salah satu bagiannya produk dari semua tetapan laju
Total ( n 1)garis pola m Total ( n 1)garis pola
m n
n 1
m!
m! 1 ( n 1)! ( m n ( n 1)! ( m n 1)!
1)! Katalis Enzim
Persamaandididiatas atas memperkirakan jumlah 1)-garis pola,dengan (c)(c)(c) Persamaan atas memperkirakan jumlah (n(n– –1)-garis pola, Persamaan memperkirakan jumlah (n – 1)-garis pola, dengan dengan beberapa yang mungkin memiliki pengulangan tertutup. Pola pengulangan tertutup ini harus dihilangkan. Jumlah total (n pola dengan pengulangan tertutup sisi-r (Z) adalah – 1)-garis pola dengan pengulangan tertutup sisi-r (Z) adalah
beberapa yang mungkin pengulangan tertutup. beberapa yangtertutup mungkin memiliki pengulangan pengulangan ini memiliki harus dihilangkan. Jumlah totaltertutup. (n –Pola 1)-garis Pola
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
m r Biokimia: Struktur dan FungsiZ Biomolekul n 1 r
(m r )! (n 1 r )!(m n 1)!
274
Karena itu, Z ditentukan untuk cakupan dari 1 sampai n – 1, dan jumlah seluruh nilai Z ini adalah jumlah total pola yang dikeluarkan.
274
m r (m r )! n m1 rr r )!(rm)! n 1)! (n 1 (m Z m r (m r )! n 1 r (n 1 r )!(m n 1)! Z 290 Struktur dan Biomolekul n 1 untuk r n Biokimia: (cakupan 1 r )!dari (m 1)! Fungsi Karena itu, Z ditentukan 1n sampai n – 1, dan jumlah Z
Karena itu, Z ditentukan untuk cakupan dari 1 sampai n – 1, dan jumlah
Karena itu, ditentukan untuk 11sampai 1, dan dan jumlah seluruh nilai iniditentukan adalah jumlah total poladari yang dikeluarkan. Karena itu,Z Z untukcakupan cakupan dari sampai nn –– 1, seluruh nilai Z ini adalah jumlah total pola yang dikeluarkan.
jumlah seluruh nilai Z ini adalah jumlah total pola yang dikeluarkan.
seluruh nilai Z ini adalah jumlah total pola yang dikeluarkan.
steadyDengan menggunakan prosedur turunkanpersamaan persamaan steadyDengan menggunakan prosedurKing-Altman, King-Altman, turunkan lajulaju
Dengan menggunakan prosedur King-Altman, turunkan persastate untuk mekanisme enzim berikut: maan laju steady-state untuk mekanisme enzim berikut: state untuk mekanisme enzim berikut: Dengan menggunakan prosedur King-Altman, turunkan persamaan laju steadystate untuk mekanisme enzim berikut: kk kk A A+ +E E A + E
1 1
2
EA EA
k-1k-1 k1
kk-2 -2 k2
EA
k1A
k1A E yakni: Langkah (1) dan (2): Pola dasar
k3
Langkah (3): Pola reaksi untuk
k3
k-3
E + P
EA
k-1 k1A
k-2
k-3P
E E+ +P P
EA
k-1
E k3
k-3 k-3
EP
Langkah Pola dasar yakni: k-1 dasar k-2 Langkah (1) dan (2):dasar Pola yakni: Langkah (1) (1) dandan (2):(2): Pola yakni: E
k3k3
EP EP
k2
k-3P k-1 k-2
k2
EP
k3 ialah: k-3P k-2 EP
EP
EA
k2
Langkah (3): Pola reaksi untuk EP ialah: k1A
EP
k-1 ialah: Langkah (3): Pola reaksi untuk EP k1A reaksi Langkah (3): Pola untuk EP ialah:
k1A
EP
EP
k-3 P k-1
k2
EP
k-3P
k-3P
k2
EP
EP
Langkah (4): Oleh karena itu,
EP
EP
k2
k-3P
k-3P k-1 EP
k2
k-3P
Langkah (4): Oleh karena[EP] itu,= k1k2[A] + k-1k-3[P] + k2k-3[P]
k2 k2
EP
Langkah (4): karena Oleh karena Dengan caraOleh yang sama, ungkapan jenis enzim yang lain ialah Langkah (4): itu, [EP] = k1itu, k2[A]untuk + k-1kkedua -3[P] + k2k-3[P] [EA] = k1k-2[A] + k-2k-3[P] + k1k3[A]
==kk kk [A] kk22kk-3-3[P] [EP] [A] ++ kk-1-1kkedua k [P] [P] ++jenis [P] Dengan cara yang sama,[EP] ungkapan enzim yang lain ialah k k + k -3-3k [E] = k 11k 22+ untuk -1 3
2 3
-1 -2
Dengan cara yang ungkapan kedua yang lain ialah Dengan cara sama, yang[EA] sama, enzim yang lain = kungkapan + kuntuk [P]kedua + kjenis [A]enzim 1k-2[A]untuk -2k-3 1k3jenis Karena [E] = k-1dk[P] ialah 3 + k2k3 + k-1k-2 v k [EP] k 3 [E][P] [EA] = kdt + k1k3[A] 1k-2[A]3 + k-2k-3[P] [E] = k-1k3 + k2k3 + k-1k-2 Karena d [P] v k 3 [EP] k 3 [E][P] Karena dt Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 275 d [P]
Langkah (4): Oleh karena itu, [EP] = k1k2[A] + k-1k-3[P] + k2k-3[P] Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
291
Dengan cara yang sama, ungkapan untuk kedua jenis enzim yang lain ialah
[EA] == kk11kk-2-2[A] [A] ++ kk-2-2kk-3-3[P] [P] ++ kk11kk33[A] [A] [EA] [E] = [E] k-1k3= +k-1kk2k3 3+ +k2kk-13 k+-2k-1k-2 Karena
Karena v
d [P] dt
Katalis Katalis EnzimEnzim
k 3 [EP] k 3 [E][P]
Katalis Enzim
dan [E]=T [E] = [E]++[EA] [EA] ++[EP] [E]T [EP] dandan [E] T = [E] + [EA] + [EP] maka dan [E]T = [E] + [EA] + [EP] Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul maka maka
275
[E]T {k 3 (k1k 2 [A] k 1k 3 [P] k 2 k 3 [P]) k 3 [P](k 1k 3 k 2 k 3 k 1k 2 )} [E]T {kk 3k(k1[P] k 2 [A]k k k [P] k 2 k 3k[P]k ) [P]k 3 [P] 1k 3 [P] k1k 2 [A] k1k 2 [A] k1k(3 k[A]1k 3 k 1kk 32 k 3k 2 kk3 1kk 21)} k 2 1 3 2 3 2 3
maka
v
v
[E] {k (k k [A] k 1k 3 [P] k 1kk 3[A]k 2 kk3 k k 1kk2 )} 2 k 3 [P] 3 [P](k k1k 2k[A] k )2 k k3 [P] k 1k 1 3 1 3 2 k3 v k1k 2 [A] k T1k 33 [P]1 2 k 2 k 3 [P] k1kdisederhanakan k 1k 3 [P] menjadi k 2 k 3 [P] k1k 2 [A] k 2 k 3 [P] k1k 3 [A] k 1k 3 k 2 k 3 k 1k 2 yang 2 [A]
yang disederhanakan menjadi
yang disederhanakan menjadi
[E]T (k1k 2 k 3 [A] k 1k 2 k 3 [P]) yang disederhanakan menjadi v
v
( k 1k 3
k2 k3
k 1k[E] k1k(k 2k [A] k 3 kk 2 )k[A] k k [P]) 2 ) (k 3 (k 1 1 2 3 1 2 3 T
k2
k 2 )[P]
[E] (k k k [A] k k k [P]) v (k 1k 3 k 2 k 3 k 1k 2 ) T k11 (2k 23 k 3 k1 2 )2[A]3 k 3 (k 1 k 2 k 2 )[P] Jika [P] = 0, (k maka kungkapan k 1k di2 )atas k1 (menjadi k 2 k 3 bentuk k 2 )[A] k 3 (k 1 k 2 k 2 )[P] 1k 3 2 k3
Jika [P] = 0, maka ungkapan di atas menjadi bentuk
Jika [P] = 0, maka ungkapan di atas menjadi bentuk [E]T num1 [A]
Jika [P] =v 0, [E] maka ungkapan di atau atas menjadiv bentukkoefA T (num1)[A]
num1 koef num1 [E] [A] [A] [A] T [E] T [E] (num1)[A] koefA koefA T koefA atau v v [E] T (num1)[A] atau num1 danvvkeduakoef dengan koefisien pembilang ditulis sebagai koefisien penyebut koef koefA[A] koef koef koefA[A] [A] [A] ditulis sebagai koef dan koefA. Ketika pembilang dan penyebut koefAdibagi dengan koefA dengan pembilang ditulis num1 dan dankedua kedua koefisien penyebut dengan koefisien pembilang ditulisdisebagai sebagai num1 koefisien penyebut koefA,koefisien maka bentuk persamaan atas menjadi serupa dengan persamaan koef
koefA[A]
Dengan koefisien pembilang ditulis sebagai num1 dan kedua koefisien ditulis sebagai koef koefA. Ketika pembilang danpenyebut penyebut dibagi dengan Michaelis-Menten. Dengan demikian, analisis ini mengilustrasikan aturan yang ditulis sebagai koefdan dan koefA. Ketika pembilang dan dibagi dengan
penyebut ditulis sebagai koef dan koefA. Ketika pembilang dan penyebut dibagi dengan koefA, maka bentuk persamaan di atas menjadi serupa mekanisme langkah yang hanya melibatkan isomerisasi antara kompleks enzim Michaelis-Menten. Dengan demikian, analisis ini aturan yang Michaelis-Menten. Dengan demikian, analisis ini mengilustrasikan mengilustrasikan aturan yang dengan persamaan Michaelis-Menten. Dengan demikian, analisis ini (dalam penting hal ini EP) tidak mengubah bentuksteady-state persamaan ,laju steady-state . sangat dalam kinetika enzim Perkenalan pada sangat penting dalam kinetika enzim steady-state yakni: kinetika Perkenalan pada mengilustrasikan aturan yang sangat penting , yakni: dalam enzim mekanisme langkah yang hanya melibatkan melibatkan isomerisasi antara enzim steady-state, yakni: Perkenalan pada mekanisme yang hanya mekanisme langkah yang hanya isomerisasilangkah antarakompleks kompleks enzim melibatkan isomerisasi antara kompleks enzim (dalam hal ini EP) (dalam haliniiniEP) EP) tidak mengubah bentuk persamaan . . tidak 13. hal ENZIM-ENZIM MULTIREAKTAN (dalam tidak mengubah bentuk persamaanlaju lajusteady-state steady-state mengubah bentuk persamaan laju steady-state. sangat penting dalam kinetika enzim steady-state yakni: Perkenalan pada koefA, maka bentuk persamaan di atas menjadi koefA, maka bentuk persamaan di menjadi, serupa serupadengan denganpersamaan persamaan
Reaksi enzimatik yang paling umum adalah yang melibatkan dua
substrat atau lebih MULTIREAKTAN dengan banyak produk. 13. ENZIM-ENZIM
13. ENZIM-ENZIM MULTIREAKTAN
Tetapi banyak skema substrat
tunggal yang lebih sederhana diperlukan untuk perkembangan gagasan kinetik
Reaksi enzimatik yang paling umum adalah yang melibatkan dua
mengenai pengaruh pH, yang suhu, paling dan sebagainya pada laju enzim. dua Reaksi enzimatik umum adalah yangreaksi melibatkan
substrat atau lebih dengan banyak produk.
Tetapi banyak skema substrat
Meskipun reaksibanyak multisubstrat cukup rumit,banyak namun skema kinetikanya substrat ataumekanisme lebih dengan produk. Tetapi substrat
2
(dalam hal ini EP) tidak mengubah bentuk persamaan laju steady-state. 292
13. ENZIM-ENZIM MULTIREAKTAN
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Reaksi enzimatik yang paling umum adalah yang melibatkan dua
13. ENZIM-ENZIM MULTIREAKTAN
substrat atau lebih dengan banyak produk.
Tetapi banyak skema substrat
Reaksi enzimatik yang paling umum adalah yang melibatkan dua substrat atau lebih dengan banyak produk. Tetapi banyak skema mengenai pengaruh pH, lebih suhu, dan sebagainya padaperkembangan laju reaksi enzim. substrat tunggal yang sederhana diperlukan untuk gagasan kinetik mengenai pengaruh pH, cukup suhu, dan sebagainya Meskipun mekanisme reaksi multisubstrat rumit, namun pada kinetikanya laju reaksi enzim. Meskipun mekanisme reaksi multisubstrat cukup seringkali dapat dilukiskan oleh persamaan dalam bentuk oleh berikut: rumit, namun kinetikanya seringkali dapat dilukiskan persamaan dalam bentuk berikut: tunggal yang lebih sederhana diperlukan untuk perkembangan gagasan kinetik
v
app Vmaks [A] K mapp [A]
Persamaan ini berlaku bila konsentrasi semua substrat selain A dibuat konstan selama percobaan. Nilai dan adalah fungsi konsentrasi reaktan lain. Biokimia: Struktur Fungsi Biomolekul Pada dan tahun 1963 W.W. Cleland menerbitkan klasifikasi reaksi katalis enzim yang berdasarkan atas jumlah substrat dan produk dalam reaksi. Klasifikasi ini adalah seperti berikut: 1. Reaktansi adalah jumlah substrat atau produk yang penting menurut kinetik dan ditulis dengan suku kata Uni, Bi, Ter, Quad. Contoh soal: Penamaan Cleland untuk reaksi berikut adalah
A A A + B A+B+C
P P + Q P + Q P + Q + R + S
Uni Uni Uni Bi Bi Bi Ter Quad
2. Jika semua substrat ditambahkan pada enzim sebelum pelepasan produk sama sekali, maka mekanismenya disebut sequential. Jika substrat ditambahkan dalam urutan tertentu, maka mekanismenya disebut sequential ordered. Jika tidak ada aturan tertentu pada penambahan substrat atau pelepasan produk, maka mekanismenya disebut sequential random. Apabila satu produk atau lebih dilepaskan sebelum semua substrat telah ditambahkan, maka enzim akan
276
2.
Jika semua substrat ditambahkan pada enzim sebelum pelepasan produk sama sekali, maka mekanismenya disebut sequential.
Jika
substrat ditambahkan dalam urutan tertentu, maka mekanismenya
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
disebut sequential ordered.
293
Jika tidak ada aturan tertentu pada
penambahan substrat atau pelepasan produk, maka mekanismenya disebut sequential random. stabil Apabila atau satu produk dilepaskan terdapat dalam dua bentuk lebih atau yanglebih saling bertukar semua substrat telah ditambahkan, maka enzim akan terdapat antara sebelum bentuk-bentuk tersebut selama reaksi berlangsung, sehingga dalam dua bentuk atau Ping lebih yang saling bertukar antara bentukmekanisme jenis ini stabil disebut Pong. Jika isomerisasi bentukbentuk tersebut selama reaksi berlangsung, sehingga mekanisme jenis bentuk enzim yang stabil dan berbeda terjadi (misalnya EAB dan ini disebut Ping Pong. Jika isomerisasi bentuk-bentuk enzim yang stabil EPQ dalam contoh di bawah), maka kata Iso ditambahkan dalam dan berbeda terjadi (misalnya EAB dan EPQ dalam contoh di bawah),Katalis Enzim penamaan mekanismenya. maka kata Iso ditambahkan dalam penamaan mekanismenya.
Mekanisme BiBiBiBi teratur bisa ditulis sebagai Mekanisme teratur bisa ditulis sebagai berikut: berikut: atau dengan menggunakan konvensi diagram Cleland * sebagai berikut: E + A
k1 k-1
A EPQ
k2
EA + B
EA
Bk4
k-2
EQ + P
k-4
k-3
E + Q
k-5
EPQ
Q Katalis Enzim
P
k5
EQ
k3
EAB
EAB
k1 k-1 k4 k*-4sebagai k2 konvensi k-2 k5 berikut: k-5* sebagai atau dengan menggunakan diagram Cleland atau dengan menggunakan konvensi diagram Cleland Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 277 berikut: A
E
B
EA k1
EAB
k-1
k2
k-2
k3
Q
P
EQ
EPQ
k-3
k4
k-4
k5
E k-5
k
Dalam konvensi Cleland, huruf A,EAB B, C, 3D menandakan substrat, sedangkan P, E EA EPQ EQ E k-3
Q, R, S, menandakan produk yang ditulis sesuai dengan urutan penambahan
Dalam konvensi Cleland, huruf A, B, C, D menandakan substrat,
Dalam konvensi huruf A, B, C, Dproduk menandakan sedangkan P, dan pelepasannya. sedangkan P, Q,Cleland, R, S, menandakan yang substrat, ditulis sesuai dengan Q, R, S,penambahan menandakan produk yang ditulis sesuai dengan panah urutan penambahan dan pelepasannya. * Dalamurutan bentuk aslinya, notasi Cleland hanya memiliki tunggal, sehingga
*dan Dalam bentuk aslinya, notasi Cleland hanya memiliki panah tunggal, pelepasannya. sehingga mekanisme akan ditulishanya seperti berikut: * Dalam bentuk aslinya,ini notasi Cleland memiliki panah tunggal, sehingga
mekanisme ini akan ditulis seperti berikut: mekanisme ini akan ditulis seperti berikut: A B A
E
B
EA E
EA
Q
P Q
P
EAB EAB
EQ EQ
E E
Dengan menggunakan prosedur King-Altman, ungkapan laju untuk mekanisme Bi Bi teratur dalam contoh sebelumnya bisa ditunjukkan Dengan menggunakan prosedur King-Altman, ungkapan laju untuk Dengan menggunakan prosedur King-Altman, ungkapan laju untuk sebagai berikut: mekanisme Bi Bi teratur dalam contoh sebelumnya bisa ditunjukkan sebagai
mekanisme Bi Bi teratur dalam contoh sebelumnya bisa ditunjukkan sebagai berikut:
berikut: v = (k1k2k3k4k5[A][B] – k-1k-2k-3k-4k-5[P][Q]) ÷ {k5k-1(k3k4 + k4k-2 + k-2k-3) + [A]k k (k k + k k + k k ) + [B]k k k k + [P]k k k k
mekanisme Bi Bi teratur dalam contoh sebelumnya bisa ditunjukkan sebagai berikut: Dengan menggunakan prosedur King-Altman, ungkapan laju untuk 294
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
mekanisme dalam contoh sebagai v = (kBi k3kteratur – k-1k-2 k-3k-4k-5sebelumnya [P][Q]) ÷ {k5kbisa k-3) 1k2Bi 4k5[A][B] -1(k3kditunjukkan 4 + k4k-2 + k-2 + [A]k1k5(k3k4 + k4k-2 + k-2k-3) + [B]k2k3k4k5 + [P]k-1k-2k-3k-4 berikut: + [Q]k-1k-5(k3k4 + k4k-2 + k-2k-3) + [A][B]k1k2(k3k4 + k3k5 + k4k5 + k5k-3) v = (k+1k[P][Q]k [A][B] k-4+k-5k[P][Q]) ÷ {k k +(k[A][P]k k-2k-3) 2k3k4k5-4 3k4 + k14kk-2 -2k+ k-5(k3–k-1k-1+k-2 k-1k-3 k-2 -1k-3 + k-2k-35) -1 -3k-4 ++[A]k k34k+4kk-54k+-2 [A][B][P]k + k-2k-3) +1k[B]k k k k + [P]k-1k-2k-3k-4 2k-4k-5(k3 + k-3)} 1k5(k23k [B][Q]k 2k-42(k33 4+ 5k-3) + [B][P][Q]k + [Q]k-1k-5(k3k4 + k4k-2 + k-2k-3) + [A][B]k1k2(k3k4 + k3k5 + k4k5 + k5k-3) + [P][Q]k-4k-5(k3k-1 + k-1k-2 + k-1k-3 + k-2k-3) + [A][P]k1k-2k-3k-4 [B][P][Q]k2bahwa k-4k-5(k3 + k-3)} awal 2k3k 4k-5 + [A][B][P]k 1k2k-4(k3 + k -3) + dianggap Ungkapan+ [B][Q]k ini bisa sangat disederhanakan bila pada
reaksi [P]Ungkapan dan [Q] =ini0.bisa Lagipula, jika [B] jenuh, bila makadianggap pembilang maupun sangat disederhanakan bahwa Ungkapan ini bisa sangat disederhanakan bila dianggap bahwa pada awal penyebut dengan [B] dan limit[B][B]jenuh, ,maka sehingga pada bisa awal dibagi reaksi [P] dan [Q] = 0. mengambil Lagipula, jika reaksi pembilang [P] dan [Q] = 0. penyebut Lagipula, bisa jika dibagi [B] jenuh, maka maupun maupun dengan [B]pembilang dan mengambil persamaannya menjadi limitbisa [B] , sehingga menjadilimit [B] penyebut dibagi dengan persamaannya [B] dan mengambil , sehingga persamaannya menjadi
Katalis Enzim num1[A] 0 koefB koefAB[A] 0 num1[A] dengan num1 dan koefAB serta koefB0 berkaitan dengan persamaan v0 dengan num1 dan koefAB serta koefAB[A] koefB berkaitan dengan persamaan koefB 0 sebelumnya. Oleh Oleh karenakarena itu, ungkapan untuk Vmaks dan KVmaks m diberikan sebelumnya. itu, ungkapan untuk danoleh Km
v0
diberikan oleh
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Vmaks
278
num1 koefAB
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
278
Km
koefB koefAB
untuk parameter-parameter berkaitan denganB Bbisa UngkapanUngkapan untuk parameter-parameter yang yang berkaitan dengan bisa diturunkan dengan yang sama. diturunkan dengan cara yang cara sama.
PENGARUH PADA LAJU REAKSIENZIM ENZIM 14. 14. PENGARUH pHpH PADA LAJU REAKSI Dalam praktek, bisa menemukan nilai nilaipHpH Dalam praktek, bisasaja sajadiinginkan diinginkan untuk untuk menemukan ketika ketika enzim paling efisien mengkatalisis reaksi, yakni pH optimum. optimum . Selain enzimSelain paling mengkatalisis yakni itu,efisien penelitian mengenaireaksi, pengaruh pHpHpada kinetika reaksi itu, penelitian mengenai pengaruh pada pH pada kinetikamengenai reaksi enzimatik dapat enzimatik dapat mengarah pemahaman gugus-gugus fungsi pada apa saja dalam enzim atau substrat yang mungkin dalam mengarah pemahaman mengenai gugus-gugus fungsiterlibat apa saja dalam pengikatan atau katalisis. enzim atau substrat yang mungkin terlibat dalam pengikatan atau katalisis. Hampir
tidak
mungkin
untuk
menggambarkan
secara
lengkap
mengenai pengaruh perubahan pH pada katalis enzim. Banyak rantai samping asam amino dalam enzim yang dapat terionisasi, namun dalam lingkungan
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
295
Hampir tidak mungkin untuk menggambarkan secara lengkap mengenai pengaruh perubahan pH pada katalis enzim. Banyak rantai samping asam amino dalam enzim yang dapat terionisasi, namun dalam lingkungan yang polaritasnya berbeda dengan dalam larutan bebas, dengan demikian pKa-nya kemungkinan berubah secara signifikan. Akan tetapi, dalam eksperimen, adalah mudah untuk menentukan nilai-nilai parameter kinetik steady-state (Km, Vmaks) suatu enzim untuk berbagai kondisi pH. Pengaruh pH yang mungkin terjadi yakni mengubah keadaan ionisasi dari (1) gugus-gugus yang terlibat dalam katalisis, (2) gugusgugus yang terlibat dalam pengikatan substrat, (3) gugus-gugus yang terlibat dalam pengikatan sisi-sisi selain sisi aktif (disebut sisi Katalis efektor Katalis Enzim Enzim alosterik), dan (4) gugus-gugus pada substrat. Keadaan bermuatan yang telah berubah ini akan mempengaruhi afinitas enzim terhadap Skema tipe yang sederhanauntuk untukmenggambarkan menggambarkan Skema tipeMichaelis-Menten Michaelis-Menten yang paling paling sederhana substratnya, serta mempengaruhi laju katalisis. Skema tipe mengenai Michaelis-Menten yangionisasi paling sederhana untuk menggamsecara analitis mengenai pengaruh pengaruh enzim parameter kinetik secara analitis ionisasi enzim pada pada parameter kinetik barkan secara analitis mengenai pengaruh ionisasi enzim pada parameenzim adalah enzim adalah ter kinetik enzim adalah E-E
-
K
K2e2e
EH + S
EH + S K1e
k1
k1
k-1
k-1
EHS
k2
EHS
k2
EH + P
EH + P
K + 1e
EH2
EH2+
K 2e
dengan
dengan dengan K 2e
[E ][H ] [E [EH] ][H ]
K 1e
K 1e
[EH]
[EH][H ] [EH][H [EH 2 ] ]
[EH 2 ]
Ks
Ks
[EH][S] [EH][S] [EHS]
[EHS]
Ungkapan laju sesuai dengan skema di atas dapat diturunkan dengan mudah
Ungkapan laju sesuai dengan skema di atas dapat diturunkan
Ungkapan lajumudah sesuai dengan skema di Michaelis atas dapatdan diturunkan dengan menggunakan analisis kesetimbangan Menten. Konservasi dengan menggunakan analisis kesetimbangan Michaelis dan mudah
Menten.massa Konservasi persamaan massa Michaelis untuk enzim yakni persamaan untukkesetimbangan enzim yakni menggunakan analisis dan Menten. [E]0enzim = [E-] yakni + [EH] + [EHS] + [EH+2+] persamaan massa untuk [E]0 = [E ] + [EH] + [EHS] + [EH2 ] -
+
[EH] [EHS] + [EH2 ] Dengan menggunakan[E] hubungan atas,+ diperoleh 0 = [E ] +di
Konservasi
menggunakan menggunakan analisis analisis kesetimbangan kesetimbangan Michaelis Michaelis dan dan Menten. Menten. Konservasi Konservasi persamaan massa untuk enzim yakni persamaan persamaanmassa massauntuk untukenzim enzimyakni yakni 296
[E]0 = [E--] + [EH] + Biokimia: [EHS] +Struktur [EH2++]dan Fungsi Biomolekul [E] 0 = =[E 2 ]+] [E] [E] -+ ] +[EH] [EH]++[EHS] [EHS]++[EH [EH 0 2 Dengan menggunakan hubungan di atas, diperoleh Dengan menggunakan hubungan didiatas, Dengan menggunakan hubungan di diperoleh atas, diperoleh Dengan menggunakan hubungan atas, diperoleh [E] 0 [E] [EHS] 0 [E] [EHS] 0 K K [H ] [EHS] 2e s K K [H[H] ] 1 1 2 s e K 1 1 [S K 1 2 s e ] K 1e 1 [H 0 ]] [S[S [H[H] ] KK 0 ] 1e 0 1e Karena v0 = k2[EHS], maka = k [EHS], maka Karena v Karena 0v0 = 2k2[EHS], maka Karena v0 = k2[EHS], maka k 2 [E] 0 [S] 0 k 2k[E] v0 0 [S] 0 [E] v0v 2 0 [S] 0 K [H ] 2e 0 K [H[H] ] [S] 0 1 KK 2e s [S] KK K 1e 0 s 1 1 [H ]2 e [S] 0 s [H[H] ] KK 1e 1e
Persamaan ini sesuai dengan persamaan Michaelis-Menten dalam hal Persamaan iniini sesuai persamaan Michaelis-Menten hal Persamaan ini sesuaidengan dengan persamaan Michaelis-Menten dalamdalam hal Persamaan sesuai dengan persamaan Michaelis-Menten dalam hal [E]0, tetapi ungkapan untuk Vuntuk maks, k2Vmaks, ungkapan k [E]0, tetapi 2 ungkapan maks, k 0, tetapi , 2k[E] [E] , tetapi ungkapanuntuk untukVV maks
2
0
K 2e K m K s 1 KK KK KKs 1 1 [H2e]2e m m s [H[H] ]
[H ] [H[H] ] K 1e KK 1e 1e
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai persamaan-persamaan di atas: Hal-hal diperhatikan mengenai persamaan-persamaan didiatas: Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai persamaan-persamaan di Hal-halyang yangperlu perlu diperhatikan mengenai persamaan-persamaan atas:
atas: (a) Untuk nilai [S]0 dan [E]0 yang tetap, persamaan di atas melukiskan kurva berbentuk lonceng dengan puncak maksimum pada pH antara pK1e dan pK2e. Dengan kata lain, plot dari –log (Km nyata) Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul ≡ pKm pH mempunyai bentuk seperti diperlihatkan Biokimia: Struktur danterhadap Fungsi Biomolekul dalam Gambar 9-3, dengan nilai maksimum pKm pada pH = – 1/2 log (K1e∙ K2e). Maka pH optimum untuk reaksi adalah (pK1e + pK2e)/2. (b) Pada pH berapapun, nilai dalam tanda kurung pada persamaan Km di atas akan selalu memiliki nilai > 1, sehingga Km > Ks. (c) Konsentrasi H+ (yakni pH) tidak mempengaruhi Vmaks. (d) Jika [H+] >> K2e, yakni ketika pH rendah (berarti [H+] tinggi), maka persamaannya menjadi
280 280 280
atas akan selalu memiliki nilai > 1, sehingga Km > Ks. (c) Konsentrasi H+ (yakni pH) tidak mempengaruhi Vmaks. + (d)BabJika [H+] dan >>Kinetika K2e, yakni 6 Katalis Enzim ketika pH rendah (berarti [H ] tinggi), maka 297 persamaannya menjadi
Vmaks [S] 0
v0
Ks 1
[H ] K 1e
[S] 0
yang seperti persamaan inhibisi kompetitif 6.3) yangbentuknya bentuknyasama sama seperti persamaan inhibisi kompetitif(Tabel (Tabel 6.3) dengan H+ sebagai inhibitor. dengan H+ sebagai inhibitor. (e) Pada pH rendah, Km +» Ks[H+]/K1e. Karenanya, pKm = pKs + (e)pHPada pH rendah, [H ]/K1e. pH Karenanya, pKmgaris = pKlurus – pK1e, s + pH – pK1e, dan plotKmpKmKsterhadap merupakan dengan dan plot p1. KmDengan terhadap pHyang merupakan garispH lurus dengan kemiringan kemiringan cara sama, pada tinggi, dengan K1e >>1. + K2e >> [H+], KsK2e/[H+] dan pKm = pKsK+1epK2e pH, Dengan caraKm yang= sama, pada pH tinggi, dengan >> K2e– >> [Hdan ], Km plot pKm terhadap pH mempunyai kemiringan –1. Dalam interval = KsK2e/[H+] dan pKm = pKs + pK2e – pH, dan plot pKm terhadap pH pH intermediet, ketika K1e >> [H+] >> K2e, Km » Ks dan plot pKm mempunyai Dalam interval pH intermediet, ketika K1e >> terhadap pH kemiringan merupakan–1. garis horizontal. Karenanya persimpangan Katalis Enzim [H+]horizontal >> K2e, Kini Ks dankedua plot psegmen Km terhadap pH merupakan garis garis garis lurus menghasilkan m dengan perkiraan pK1e dan pK2epersimpangan (Gambar 6-4). horizontal. Karenanya garis horizontal ini dengan kedua segmen garis lurus menghasilkan perkiraan pK1e dan pK2e (Gambar 6pKm
4).
3,0
2,5
2,0
1,5
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul pK1e 1,0 3 6 7 4 5
281
pK2e 8
9
10
11 pH
Gambar 6-4 Plot6-4 dariPlot –logdari (apparent Km = pKm versus untuk enzim. Gambar –log (apparent Km =pHpKm versus pH
untuk enzim. 15. MEKANISME INHIBISI ENZIM
298 15. MEKANISME INHIBISI ENZIM
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Persamaan-persamaan yang diberikan dalam Tabel 7.1 menjelaskan
15.sederhana MEKANISME INHIBISIsifat-sifat ENZIM inhibisi enzim, sehingga bisa disebut secara mengenai sebagai ungkapan pendekatan (phenomenological ). Namun Persamaan-persamaan yang diberikan dalam Tabelexpressions 7.1 menjelaskan
secara penting sederhanauntuk mengenai sifat-sifat inhibisimekanisme-mekanisme enzim, sehingga bisa di- dasar demikian, menggambarkan
sebut sebagai ungkapan pendekatan (phenomenological expressions). Namun demikian, penting untuk menggambarkan mekanisme-mekaMekanisme-mekanisme ini seperti berlakuyang untuk bentuk persamaan-persamaan nisme dasar dengan cara dilakukan Michaelis dan Menten untuk enzim tunggal. Mekanisme-mekanisme ini berlaku untuk beninhibisi. tuk persamaan-persamaan inhibisi. Skema paling sederhana untuk inhibisi kompetitif adalah Skema paling sederhana untuk inhibisi kompetitif adalah dengan cara seperti yang dilakukan Michaelis dan Menten untuk enzim tunggal.
I +
k1
E + S kI
k2
ES
k-1
E + P
Katalis Enzim
k-I
Katalis Enzim
dengan KI = k-I/kI, yakni merupakan tetapan disosiasi kompleks enzim-inhibitor. EI
dengan KI = k-I/kI, yakni merupakan tetapan disosiasi kompleks enzim-inhibitor.
DenganKImenggunakan analisis steady-state Briggs dan Haldane, dengan = k-I/kI, yakni merupakan tetapan disosiasi kompleksdapat enzim-inhibitor. ditunjukkan bahwamenggunakan analisis steady-state Briggs dan Haldane, dapat Dengan Dengan menggunakan analisis steady-state Briggs dan Haldane, Biokimia: Strukturbahwa dan Fungsi Biomolekul 282 ditunjukkan dapat ditunjukkan bahwa k [E] [S] v0
v0
2
k
0
0
k 2 k 2 [E] 0 [S][I] 0 1 [S] 0 k 1k1 k 2 [I] / k k I I 1 [S] 0 k1 k I / kI Vmaks [S] 0 1
Vmaks [S] 0
[I] [I] Km 1 K I
Km 1
KI
[S] 0
[S] 0
Bentuk timbal balik ganda (double reciprocal) untuk inhibisi kompetitif ialah:
Bentuk timbal balik ganda untukinhibisi inhibisi kompetitif ialah: Bentuk timbal balik ganda(double (double reciprocal reciprocal) )untuk kompetitif ialah:
11 11 v0v0 VVmaks maks
K [I][I] 1 1 Kmm 11 Vmaks KKI [S][S] V 0 maks
I
0
Persamaan ini meramalkan bahwa kemiringan plot Lineweaver-Burk
Persamaan ini meramalkan bahwa kemiringan plot Lineweaver-Burk akan meningkat seiring dengan naiknya konsentrasi inhibitor, tetapi intercept
akan meningkat seiring dengan naiknya konsentrasi inhibitor, tetapi intercept pada sumbu 1/v0 (1/Vmaks) tidak akan berubah.
Serangkaian plot untuk
1 v0
1 Vmaks
Km [I] 1 1 Vmaks K I [S] 0
Bab 6 Persamaan Katalis dan Kinetika Enzim 299 ini meramalkan bahwa kemiringan plot Lineweaver-Burk
akan meningkat seiring dengan naiknya konsentrasi inhibitor, tetapi intercept pada sumbu 1/v0 ini (1/Vmeramalkan berubah. Serangkaian plot untuk Persamaan bahwa kemiringan plot Lineweavermaks) tidak akan
Burk akan meningkat seiring konsentrasi dengan naiknya konsentrasi inhibitor, beberapa eksperimen dengan inhibitor yang berbeda-beda, tetapi intercept pada sumbu 1/v0 (1/Vmaks) tidak akan berubah. Serangkaian plot untuk beberapa eksperimen dengan konsentrasi inhibidalam Gambar 6-5-a, yang menunjukkan bahwa inhibisi kompetitif tidak tor yang berbeda-beda, semuanya akan memiliki intercept 1/v0 yang mengubah Vmaksyang . sama seperti diperlihatkan dalam Gambar 6-5-a, yang menunjukkan bahwa mengubah Vmaks. Skemainhibisi paling kompetitif sederhanatidak untuk inhibisi nonkompetitif dan inhibisi Skema paling sederhana untuk inhibisi nonkompetitif dan inhibisi campuran adalah campuran adalah
semuanya akan memiliki intercept 1/v0 yang sama seperti yang diperlihatkan
I
I + E + S
+
k1
k2
ES
k-1
E + P
Katalis Enzim K'I
KI
ESI [S] 0 Vmaks
EI
v0
[I] Persamaan laju yang sesuai ialah 1 K m Persamaan laju yang sesuai ialah K I
Katalis Enzim
[I] 1 [S] 0 K 'I
Vmaks [S] 0
v0
Km 1
[I] KI
1
[I] [S] 0 K 'I
Persamaan ini sesuai dengan persamaan untuk inhibisi campuran
sesuai dengan persamaan inhibisi KI K’ini Namun apabila KI = K’I, untuk maka hasilnyacampuran adalah inhibisi (Tabel 6.3)Persamaan jikaPersamaan I. ini sesuai dengan persamaan untuk inhibisi campuran Biokimia: (TabelStruktur 6.3) dan jikaFungsi KI ≠Biomolekul K’I. Namun
apabila KI = K’I, maka hasilnya283 adalah inhibisi nonkompetitif murni. Dengan demikian dapat terlihat nonkompetitif murni. dapat terlihat bahwa secara mekanis inhibisibahwa nonkompetitif murniDengan adalahdemikian suatu kasus khusus dari inhibisi campuran. secara mekanis inhibisi nonkompetitif murni adalah suatu kasus inhibisidari nonkompetitif murni adalah suatu kasus khusus dari inhibisi campuran. khusus inhibisi campuran. Bentuk timbal balik ganda (double reciprocal) dari persamaan di atas Bentuk timbalbalik balik ganda ) dari dari persamaan di atasdi Bentuk timbal ganda(double (doublereciprocal reciprocal) persamaan untuk inhibisi nonkompetitif murni yakni: untuk inhibisi nonkompetitif murni yakni:murni yakni: atas untuk inhibisi nonkompetitif nonkompetitif murni. demikian terlihat bahwa secara K’I. Namun apabila Kdapat hasilnya adalah inhibisimekanis (Tabel 6.3) jika KI Dengan I = K’I, maka
1 v0
1(1 (1[I]/[I]/ KKI )I ) v0 Vmaks
Vmaks
Km K m
K IK ((11 [I]/[I]/ ) 1 I) Vmaks [S] 0
Vmaks
1 [S] 0
1/v01/ Persamaan meramalkanbahwa bahwa kemiringan kemiringan serta Persamaan ini ini meramalkan sertaintercept intercept intercept Persamaan ini meramalkan bahwa kemiringan serta akan meningkat seiring dengan naiknya v0dalam dalamplot plotLineweaver-Burk Lineweaver-Burk akan meningkat seiring dengan naik 1/v0
dalam
konsentrasi inhibitor, tetapi intercept sumbu 1/[S] tidak akan naiknya 0 (–1/Km) dengan plot Lineweaver-Burk akan pada meningkat seiring
berubah. Serangkaian plot untuk beberapa eksperimen dengan konsentrasi
konsentrasi inhibitor, tetapi intercept pada sumbu 1/[S]0 (–1/Km) tidak akan inhibitor yang berbeda-beda, semuanya akan melalui intercept 1/[S]0 seperti
(1 [I]/K I ) 1 1 (1 [I]/K I ) Km v0 Vmaks bahwa kemiringan Vmaks [S] 0 serta intercept 1/v0 Persamaan ini meramalkan
dalam
plot
Lineweaver-Burk
akan
meningkat
seiring
dengan
naiknya
300 Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul 1/v0 Persamaan ini intercept meramalkan bahwa kemiringan serta konsentrasi inhibitor, tetapi pada sumbu 1/[S]0 (–1/ Km)intercept tidak akan
dalam plot Lineweaver-Burk akan meningkat seiring dengan naiknya berubah. Serangkaian plot untuk beberapa eksperimen dengan konsentrasi
konsentrasi inhibitor, tetapi akan intercept pada sumbu 0 m1/[S]0 (–1/ inhibitornya yang berbeda-beda, semuanya melalui intercept 1/[S] 0 seperti konsentrasi inhibitor, tetapi intercept pada sumbu 1/[S] (–1/K ) tidak akan
Km) tidakSerangkaian akan berubah. ploteksperimen untuk beberapa berubah. plot Serangkaian untuk beberapa denganeksperimen konsentrasi
diperlihatkan dalam Gambar 6-5-b, yang menunjukkan bahwa inhibisi
dengan yang konsentrasi inhibitor yang berbeda-beda, semuanya akan meinhibitor berbeda-beda, semuanya akan melalui intercept 1/[S] 0 seperti
nonkompetitif murni tidak mengubah m. lalui intercept 1/[S]0 seperti Kdiperlihatkan dalam Gambar 6-5-b, yang diperlihatkan dalam Gambar 6-5-b, yang menunjukkan bahwa inhibisi menunjukkan bahwa untuk inhibisi nonkompetitif murni Mekanisme paling sederhana inhibisi antikompetitif ialah tidak mengubah nonkompetitif murni tidak mengubah Km.
Km. I Mekanisme paling sederhana untuk inhibisi antikompetitif ialah
Mekanisme paling sederhana untuk inhibisi antikompetitif ialah
E + S
k1 k-1
E + S
+
I k2 ES +
k1
ES
Kk-1 I
E + P k2
E + P
KI
ESI
ESI
dan persamaan laju yang sesuai adalah
dan persamaan laju yang sesuai adalah
dan persamaan laju yang sesuai adalah
v0
vK0 m
Vmaks [S] 0 V [S] 0 [S] 0 (1maks[I]/K I)
Km
[S] 0 (1 [I]/K I )
Katalis Enzim
DalamDalam halhalini, Lineweaver-Burk terhadap ini, plot plot Lineweaver-Burk 1/v terhadap 1/v0 1/[S] untuk beberapa 1/[S]0 untuk eksperimen dengan konsentrasi inhibitor yanginhibitor berbeda-bedayang akan berbeda-beda beberapa eksperimen dengan konsentrasi menghasilkan garis-garis paralel dengan kemiringan K /V . akan menghasilkan garis-garis paralel dengan kemiringan Km/Vmaks. 0
0
m
maks
Biokimia: StrukturStruktur dan Fungsi Biomolekul Biokimia: dan Fungsi Biomolekul
284 284
1/vo 0,04
1/vo 0,15
[I] = 4K1 [I] = 2K1
[I] = K1
[I] = 4K1 [I] = 0 [I] = 2K1 0,02
0,10 [I] = K1
-1/Km 0,05
[I] = 0 1/Vmaks
-0,05
0,00
0,05
0,15 -0,04
0,10
0,00
0,04
0,08
1/[S]o
0,12 1/[S]o
(b)
(a)
Gambar 6-5 Plot Plot Lineweaver-Burk : 1/v versus 1/[S] untuk (a) inhibisi kompetitif Gambar 6-5 Lineweaver-Burk : 1/v0 versus 1/[S]0 untuk (a) murni dan (b) inhibisi nonkompetitif murni inhibisi kompetitif murni dan (b) inhibisi nonkompetitif murni 0
0
16. ENZIM REGULATOR Kinetika enzim yang telah dibahas di atas bisa disebut sebagai kinetika
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
301
16. ENZIM REGULATOR Kinetika enzim yang telah dibahas di atas bisa disebut sebagai kinetika Michaelis-Menten, yakni dengan plot laju reaksi terhadap konsentrasi substrat yang berupa kurva hiperbola rectangular murni, sedangkan plot dari kebalikan kecepatan awal terhadap kebalikan konsentrasi substrat merupakan garis linear. Banyak reaksi yang melibatkan dua substrat atau lebih juga memberikan plot linear seperti pada satu substrat, dengan konsentrasi awal substrat lainnya dibuat tetap. Banyak enzim yang mematuhi kinetika Michaelis-Menten, tetapi beberapa enzim tidak demikian. Enzim-enzim seperti ini membentuk kurvaKatalis kecepatan Enzim terhadap substrat berupa sigmoidal, bukan hiperbola. Enzim-enzim ini disebut enzim pengatur atau regulator, yang biasanya berada pada Bentuk paling sederhana dari regulasi jalur metabolisme yakni inhibisi permulaan atau titik percabangan dalam jalur metabolisme. suatu enzim oleh produk jalur tersebut. Dalam Gambar 6-6, Ei menandakan Bentuk paling sederhana dari regulasi jalur metabolisme yakni inenzim, A dan B merupakan metabolit, sedangkan tanda lingkaran negatif hibisi suatu enzim oleh produk jalur tersebut. Dalam Gambar 6-6, Ei menandakan inhibisi. tidakBada inhibitor enzim (E1) yang bekerja pada A, menandakan enzim, Jika A dan merupakan metabolit, sedangkan tanda maka konsentrasi B tergantunginhibisi. sepenuhnya pada ada lajuinhibitor sintesis enzim atau lingkaran negatif menandakan Jika tidak Jika laju pemanfaatan B menurun atau B dipasok dari (Epemanfaatannya. ) yang bekerja pada A, maka konsentrasi B tergantung sepenuhnya 1 sumber makaatau konsentrasinya akan naik, mungkin bahkan sampaiB tingkat pada lajuluar, sintesis pemanfaatannya. Jika laju pemanfaatan menurun atau BBdipasok dari sumber akan saat naik, toksik. merupakan inhibitor luar, bagi maka enzimkonsentrasinya pertama, sehingga mungkin bahkan tingkat toksik. B merupakan bagi konsentrasinya naiksampai maka besar inhibisi akan meningkat dan lajuinhibitor sintesis akan enzim pertama, saat konsentrasinya naik inhibition maka besar umpan balik (feedback ) atau inhibisi kontrol menurun. Efek inisehingga disebut inhibisi akan meningkat dan laju sintesis akan menurun. Efek ini disebut inhiumpan balik negatif. Konsep ini juga digunakan untuk menggambarkan sirkuit bisi umpan balik (feedback inhibition) atau kontrol umpan balik negaelektronik. tif. Konsep ini juga digunakan untuk menggambarkan sirkuit elektronik. A
E1
E2
E3
E4
B
Gambar Bentuk paling sederhana dari regulasi jalur metabolisme Gambar 6-6 6-6 Bentuk paling sederhana dari regulasi jalur metabolisme yakni inhibisi suatu enzim oleh produk jalur tersebut. Ei menandakan enzim, A dan B yakni inhibisi suatu enzim oleh produk jalur tersebut. Ei menandakan merupakan metabolit, sedangkan tanda lingkaran negatif menandakan enzim, A dan B merupakan metabolit, sedangkan tanda lingkaran inhibisi. negatif menandakan inhibisi. Kontrol dalam jalur metabolisme bercabang lebih kompleks.
Skema
metabolismenya diperlihatkan dalam gambar 6-7, yakni B bereaksi dengan C,
302
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Kontrol dalam jalur metabolisme bercabang lebih kompleks. Skema metabolismenya diperlihatkan dalam gambar 6-7, yakni B bereaksi dengan C, dan D diproduksi di sepanjang jalur. Untuk kontrol D yang paling efektif, B mesti menginhibisi enzim pertama (E1), sedangkan C mesti mengaktifkan enzim tersebut. Dalam hal ini, jika B dipasok dari sumber eksternal sehingga B >> C, maka B akan menginhibisi sintesisnya sendiri dari A, dan konsentrasi B dan C akan cenderung menjadi sama. Tetapi apabila C >> B, maka C akan mengaktivasi produksi B, yang juga akan cenderung menyamakan konsentrasi B dan C. Aktivasi oleh C ini biasanya merupakan hasil kompetisi C untuk sisi pengikatan yang sama seperti B pada E1, sehingga menurunkan inhibisi Katalis Enzim yang dilakukan oleh B. Enzim pertama dalam sintesis pirimidin, yakni aspartat karbamoiltransferase, dalam E. coli merupakan subyek dari karbamoiltransferase, dalam coliBmerupakan subyek dari kontrol kontrol tipe ini. Dalam halE.ini adalah CTP, C adalah ATP,tipe danini.D Dalamasam hal ini nukleat. B adalah CTP, C adalah ATP, dan D adalah asam nukleat. adalah
E1 A
B D C
Gambar Kontroldalam dalam jalur bercabang Gambar 6-76-7 Kontrol jalurmetabolisme metabolisme bercabang
Biasanya molekulefektor efektor membawa membawa sedikit kemiripan struktural pada Biasanya molekul sedikit kemiripan struktural substrat dari enzim yang dikontrolnya. Dengan demikian ini bukanlah pada substrat dari enzim yang dikontrolnya. Dengankontrol demikian kontrol pengikatan sisi aktif, pada melainkan pada melainkan sisi alternatif yaitusisi sisialinikarena bukanlah karenapada pengikatan sisi aktif, pada ternatif sisi alosterik. Pengaruh pada reaksi di sisi aktif . Pengaruh pada reaksi di sisi aktif disebabkan oleh disebabkan perubahan alosterikyaitu oleh perubahan konformasi protein. konformasi protein. efektor suatu enzim merupakan substratnya, maka efektor disebut JikaJika efektor suatu enzim juga juga merupakan substratnya, maka disebut efektor homotrof. Sedangkan jika efektor tersebut adalahmaka nonsubstrat, homotrof . Sedangkan jika efektor tersebut adalah nonsubstrat, disebut maka disebut heterotrof. heterotrof. Enzim regulator biasanya diidentifikasi oleh deviasi kinetiknya Enzim regulator biasanya diidentifikasi oleh deviasi kinetiknya dari dari kinetika Michaelis-Menten. Plot kecepatan terhadap konsentrasi kinetika Michaelis-Menten. Plot kecepatan terhadap konsentrasi substrat bisa merupakan kurva sigmoidal atau hiperbola modifikasi (Gambar 6-8-a).
Jika
kurva-kurva ini diplotkan dalam bentuk timbal balik ganda (double-reciprocal)
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
303
substrat bisa merupakan kurva sigmoidal atau hiperbola modifikasi Katalis Enzim Katalis Enzim (Gambar 6-8-a). Jika kurva-kurva ini diplotkan dalam bentuk timbal balik ganda (double-reciprocal) Lineweaver-Burk, maka diperoleh grafik nonlinear (Gambar 6-8-b). vvoo
11 22 33
33 2
2 1
1
[S]o
0
[S]o
0
(a) Plot vo versus [S]0 : (1) Sigmoidal; (2) hiperbola; dan (3) hiperbola apparent
(a) Plot vo versus : (1)[S]Sigmoidal; (2) hiperbola; dan (3) hiperbola apparent (a) Plot[S]0 vo versus 0 : (1) Sigmoidal; (2) hiperbola; dan (3) hiperbola apparent 1/vo
1/vo
1
1 2
2 3
3
2
3
3
2 1
1 0
1/[S]o
(b) Data yang sama diplot dalam bentuk double reciprocal. Catatan 1/[S]o bahwa 0 hanya (2) yang berbentuk linier dan karenanya ditandai dengan kinetika hiperbola, sementara (1) adalah concave dan (3) convex.
Data yang sama dalamdouble bentuk double reciprocal. Catatanbahwa bahwa hanya (b) Data yang (b) sama diplot dalamdiplot bentuk reciprocal. Catatan hanya (2) yang berbentuk linier dan karenanya ditandai dengan kinetika Gambar 6-8 dan Sifat kinetik mungkin enzim-enzim regulator (2) yang berbentuk linier ditandai dengan kinetika hiperbola, hiperbola, sementara (1)karenanya adalah yang concave dan (3)dari convex. sementara (1) adalah concave dan (3) convex.
Gambar 6-8 Sifat kinetik yang mungkin dari enzim-enzimenzim-enzim regulator Suatu parameter yang berguna untuk membandingkan
regulator yakni rasio R :
s Gambar 6-8 Sifatparameter kinetik yangberguna mungkin dari enzim-enzim regulator Suatu yang untuk membandingkan enzim-enzim
regulator yakni rasio Rs: Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
288
288
304
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Suatu parameter yang berguna untuk membandingkan enzimenzim regulator yakni rasio Rs: R2= Konsentrasi substrat pada kecepatan maksimal 0,9 Konsentrasi substrat pada kecepatan maksimal 0,1 Untuk enzim Michaelis-Menten, Rs = 81. Untuk kurva sigmoidal, Rs < 81, yakni enzim tersebut menunjukkan kerjasama positif dengan substrat. Kerjasama positif berarti bahwa pengikatan substrat atau laju katalisis (atau keduanya) meningkat seiring dengan naiknya konsentrasi substrat, lebih besar daripada yang terjadi pada enzim MichaelisMenten sederhana. Jika Rs > 81, maka enzim tersebut memperlihatkan kerjasama negatif dengan substrat. Dalam hal ini, pengikatan substrat atau katalisis ketika meningkat akan lebih kecil daripada yang terjadi pada enzim Michaelis-Menten sederhana pada saat konsentrasi substrat naik. Efek heterotrof dan homotrof juga bisa bekerja pada protein pengikat. Contohnya yakni pengikatan O2 pada hemoglobin. Pengikatan satu molekul O2 pada hemoglobin bekerjasama dalam cara positif dengan pengikatan dalam molekul berikutnya, sehingga afinitas hemoglobin untuk O2 meningkat seiring naiknya derajat kejenuhan oleh O2. Ketika kejenuhan fraksional diplotkan terhadap tekanan parsial O2 (ekuivalen dengan konsentrasi O2), maka kurva yang diperoleh bukanlah hiperbola melainkan sigmoidal (Gambar 6-9). Dalam sel darah manusia, efektor heterotrof 2,3-bifosfogliserat (BPG) menurunkan afinitas keempat sisi pengikat O2 dalam tetramer hemoglobin. Pada sisi lain, protein pengikat O2 dalam otot, yakni myoglobin, merupakan subunit tunggal dan tidak memperlihatkan sifat pengikatan O2 sigmoidal, juga tidak dipengaruhi oleh BPG.
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
305 Katalis Enzim
Persentase Saturasi dari Hemoglobin
100 Mioglobin murni
hemoglobin murni Sel-sel darah merah
50
10
20
30
40
50
Tekanan Parsial dari O2 (torr)
6-9 pengikatan Kurva pengikatan oksigen hemoglobin mioglobin GambarGambar 6-9 Kurva oksigen untukuntuk hemoglobin dandan mioglobin
Meskipun hemoglobin bukanlah enzim melainkan protein hemoglobin bukanlah enzim melainkan protein pengikat O2, pengikat O2Meskipun , tetapi penelitian mengenai hemoglobin telah memberikan pemahaman besar akan kerjasama molekul.telah Sifatmemberikan kerjasama pengikatan tetapi penelitian mengenai hemoglobin pemahaman besar O2 akan pada hemoglobin pertama Sifat kali ditemukan Bohr (1903), kerjasama molekul. kerjasama oleh pengikatan O2 padajauh hemoglobin sebelum efek tersebut terlihat pada enzim. Banyak usaha yang dilakukan pertama kali ditemukan oleh Bohr (1903), jauh sebelum efek tersebut terlihat untuk menjelaskan efek tersebut. Karena itu tidak ada salahnya untuk pada enzim. Banyak untuk menjelaskan mengetahui beberapa teoriusaha awal, yang yang dilakukan masih sesuai untuk sekarang. efek tersebut. Karena itu tidak salahnya mengetahui beberapa teori awal, yang Persamaan Hill.adaPada tahununtuk 1909, A.V. Hill mengusulkan bahwa reaksi pengikatan antara hemoglobin (Hb) dan oksigen bisa masih sesuai untuk sekarang. digambarkan oleh reaksi dengan molekularitas n + 1: Persamaan Hill.
Pada tahun 1909, A.V. Hill mengusulkan bahwa reaksi
Hb + nO
Hb(O )n
2 2 pengikatan antara hemoglobin (Hb) dan oksigen bisa digambarkan oleh reaksi
dengan molekularitas n + 1:
dengan n adalah jumlah sisi pengikat O2 dalam molekul hemoglobin. Persamaan untuk kejenuhan fraksional Y (fraksi sisi ikatan yang Hb + nO2 ditempati oleh O2 pada saat tertentu) yakni Hb(O2)n dengan n adalah jumlah sisi pengikat O2 dalam molekul hemoglobin. Persamaan untuk kejenuhan fraksional Y (fraksi sisi ikatan yang ditempati oleh O2 pada saat tertentu) yakni K b ( pO 2 ) n
dengan n adalah jumlah sisi pengikat O2 dalam molekul hemoglobin. Persamaan untuk kejenuhan fraksional Y (fraksi sisi ikatan yang ditempati oleh dengan pO2 adalah tekanan parsial O2 (torr) dan Kb adalah kesatuan tetapan 306 Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul O2 pada saat tertentu) yakni pengikat, yang didefinisikan sebagai Y K b
n K b ( pO 2)) ] [Hb(O 2 n 1[Hb]( K b (ppO O 2))nn
Katalis Enzim
2
dengan pO2 adalah tekanan parsial O2 (torr) dan Kb adalah kesatuan tetapan
dengan pO2 adalah tekanan parsial O2 (torr) dan Kb adalah kesatuan , yangpengikat, didefinisikan sebagai Ypengikat merupakan kuantitas tanpa dimensi sebagai yang memiliki nilai antara 0 – 1, tetapan yang didefinisikan
sedangkan n disebut koefisien Hill. Untuk nilai n sekitar 2,5, kurva sigmoidal Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul [Hb(O 2 ) n ] 290 seperti dalam Gambar 6-9 diperoleh oleh nHill. Fakta bahwa n bukan Kb [Hb]( pO 2 ) merupakan bilangan bulat telah menimbulkan masalah dalam penafsiran mekanis pada data yang dianalisis menggunakan persamaan Hill.antara Teka-teki ini1, Y merupakan kuantitas tanpa dimensi yang memiliki nilai 0 – Y merupakan kuantitas tanpa dimensi yang memiliki nilai antara memunculkan perkembangan model lain. 0 – 1,n sedangkan n disebut koefisien Untuk nilai 2,5, n sekitar disebut koefisien Hill . mekanis UntukHill. nilai n sekitar kurva2,5, sigmoidal sedangkan
kurva sigmoidal seperti dalam Gambar 6-9 diperoleh oleh Hill. Fakta
seperti dalam Gambar 6-9 diperoleh oleh Hill. Fakta bahwa n bukan bahwa n bukan merupakan bilangan bulat telah menimbulkan masalah Jika n = 1 dalam Hill,menimbulkan kurva sepertimasalah apa yang dibentuk oleh merupakan bilanganpersamaan bulat telah dalam penafsiran
dalam penafsiran mekanis pada data yang dianalisis menggunakan n = 1, maka persamaanpersamaan untuk Y akan persamaan tersebut? Bila persamaan Teka-teki inimenggunakan memunculkan perkembangan model mekanis pada dataHill. yang dianalisis Hill.menghasilkan Teka-teki ini mekanis lain. . Telah diketahui bahwa ungkapan Michaelis-Menten hiperbola rectangular memunculkan perkembangan model mekanis lain. Jika n = 1 dalam persamaan Hill, kurva seperti apa yang dibentuk K yang ekuivalen dengan tetapan disosiasi (dengan ditulis dengan m oleh persamaan tersebut? Bila n = 1, maka persamaan untuk Y akansatuan menghasilkan hiperbola rectangular. Telahikatan diketahui bahwapersamaan ungkapan Hill) yang sama (seperti = 1 pula). dalam Sedangkan persamaan persamaan Hill, kurva seperti apa yang dibentuk oleh Jika n Michaelis-Menten ditulis dengan Km yang ekuivalen dengan tetapan biasanya ditulis dengan tetapan yakni nilai numeriknya merupakan n =yang 1,kesatuan, maka persamaan untuk Y akan menghasilkan persamaan tersebut? disosiasi (denganBila satuan sama pula). Sedangkan persamaan ikatan kebalikan dari tetapan disosiasi. (seperti persamaan Hill) biasanya dengan tetapanMichaelis-Menten kesatuan, hiperbola rectangular . Telah diketahuiditulis bahwa ungkapan yakni numeriknya merupakan kebalikan dari tetapan Nilai dan nilai n dalam persamaan Hill dapat ditentukan daridisosiasi. data percobaan. K ditulisKbdengan m yang ekuivalen dengan tetapan disosiasi (dengan satuan Nilai Kb dan n dalam persamaan Hill dapat ditentukan dari Kbikatan dan membuat logaritma Dengan menyusun persamaan untuk data percobaan. Dengan menyusun ulang persamaan untukpersamaan Kb dan pada yang sama pula). ulang Sedangkan persamaan (seperti Hill) membuat logaritma pada kedua sisi, maka diperoleh kedua sisi, maka diperoleh biasanya ditulis dengan tetapan kesatuan, yakni nilai numeriknya merupakan [Hb(O 2 ) n ] kebalikan dari tetapanlog disosiasi. log K b n log( pO 2 ) [Hb] Nilai Kb dan n dalam persamaan Hill dapat ditentukan dari data percobaan.
Atau, bentuk yang lebih dari umum dari ungkapan di atas yakni meng- pada Kb dan membuat logaritma Dengan menyusun ulang persamaan untuk Atau, bentuk yang lebih umum ungkapan di atas yakni menggunakan gunakan kejenuhan fraksional Y pada pengikatan protein oleh substrat
kedua sisi,fraksional maka diperoleh kejenuhan Y pada pengikatan protein oleh substrat S, yakni S, yakni [Hb(O 2 ) n ] log log K b n log( pO 2 ) Y [Hb] log log K b n log[S] 0 1 Y
[Hb] Atau, bentuk yang lebih umum dari ungkapan di atas yakni menggunakan Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
kejenuhan fraksional Y pada pengikatan protein oleh substrat S, yakni
log
Y 1 Y
log K b
307
n log[S] 0
Plot yang dibuat dari sisi sebelah kiri persamaan di atas terhadap log[S]0
Plot yang dibuat dari sisi sebelah kiri persamaan di atas terhadap disebut log[S]0 plot Hill , yangplot menghasilkan perkiraan untuk n dari kemiringannya, disebut Hill, yang menghasilkan perkiraan untuk n dari serta Kb dari intercept ordinat. dari intercept ordinat. serta Kbkemiringannya, Persamaan Adair. Pada tahun 1925, G.S. Adair menyimpulkan bahwa berat molekul hemoglobin adalah sekitar empat kali lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Adair mempostulasikan Biokimia:bahwa Struktur dan Fungsimempunyai Biomolekul empat sisi pengikat O2 yang terpenuhi 291 hemoglobin dalam proses empat langkah berikut:
Hb + O2 HbO2 + O2 Hb(O2)2 + O3 Hb(O2)3 + O2
HbO2 Hb(O2)2 Hb(O2)3 Hb(O2)4
Misalkan satu sisi ikatan pada molekul hemoglobin yang kosong (tidak ada sisi yang ditempati), maka reaksi pengikatan untuk sisi ini bisa dikarakterisasi oleh tetapan kesatuan kesetimbangan K1 = k1/ k-1, dengan k1 dan k-1 adalah kesatuan tetapan laju untuk reaksi ke depan dan reaksi kebalikannya. Tetapan keseimbangan ini disebut tetapan intrinsik karena hanya mengacu pada satu sisi saja. Tetapan ikatan keseluruhan (atau ekstrinsik) berkaitan dengan keempat sisi ikatan sehingga memiliki nilai 4K1. Tetapan ikatan ekstrinsik untuk tiga sisi lainnya juga diungkapkan dalam kaitan dengan tetapan ikatan intrinsik serta yang disebut faktor-faktor statistik, yakni: 3/2K2, 2/3K3, dan 1/4K4. Dengan demikian, fungsi ikatan Adair Y untuk empat sisi diungkapkan sebagai berikut:
Tetapan ikatan ekstrinsik untuk tiga sisi lainnya juga diungkapkan dalam kaitan dengan tetapan ikatan intrinsik serta yang disebut faktor-faktor statistik, yakni: 3/2K2, 2/3K3, dan 1/4K4. Dengan demikian, fungsi Struktur ikatan Adair Y untuk empat 308 Biokimia: dan Fungsi Biomolekul sisi diungkapkan sebagai berikut: Y
jumlah (atau mol) sisi ikatan yang telah ditempati jumlah total (atau mol) sisi ikatan K 1 [X] 3 K 1K 2 [X]2 3 K 1 K 2 K 3 [X]3 K 1 K 2 K 3 K 4 [X] 4 1 4 K 1 [X] 6 K 1 K 2 [X]2 4 K 1 K 2 K 3 [X]3 K 1 K 2 K 3 K 4 [X] 4
dengan [X] kasus pengikatan hemoglobin tertentu. tertentu. 2 dalam dengan [X]= =pOpO dalam kasus pengikatan hemoglobin 2 Cara lain memandang konsep tetapan ikatan ikatan ekstrinsik adalah sebagai Cara lain untuk untuk memandang konsep tetapan ekstrinsik adalah sebagai ikatan dalam percobaan berikut. berikut. Tetapan Tetapan ikatan yang diukuryang dalamdiukur percobaan untuk setiap sisiuntuk dari setiap sisi dari suatu protein polimer atau tergantung pada suatu protein polimer atau enzim tergantung pada enzim jumlah sisi yang tersedia Katalis Enzim jumlah sisi yang tersedia dalam untuk tiap molekul. dalam tiap molekul. Misalnya, tetramer Misalnya, hemoglobin,untuk reaksitetramer ikatan hemoglobin, pertama yakni reaksi ikatan pertama yakni
Hb + O2 Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
k1 k-1
HbO 2 292
Terdapat empat sisi yang tersedia untuk mengikat O2, tetapi hanya Terdapat empat untuk mengikat O2, tetapihukum hanyareaksi satu ikatan satu ikatansisi O2yang yangtersedia dapat terdisosiasi. Maka, menurut kesetimbangan adalah samatetapan dapattetapan terdisosiasi. Maka, ekstrinsik menurut (keseluruhan) hukum reaksi massa, O2 yangmassa, dengan 4k1/k-1 = 4K1. Dengan cara yang sama, tetapan ekstrinsik yang kesetimbangan ekstrinsik (keseluruhan) adalah sama dengan 4k1/k-1 = 4K1. dilambangkan dengan diberikan oleh 3/2K2, dengan K2 adalah tetapan Denganintrinsik. cara yang sama, juga tetapan ekstrinsik yang Demikian = 2/3K dan = 1/4K . dilambangkan dengan K 2e 3 4 Jika tetramer hemoglobin memiliki empat sisi ikatan identik e diberikan oleh 3/2 K 2, dengan K2 adalah tetapan intrinsik. Demikian juga K 3 = yang tidak saling berinteraksi, maka keempatnya akan memiliki nilai tetapan yang sama, yakni K1 = K2 = K3 = K4. Dengan 2/3K3 dan K 4e =ikatan 1/4K4intrinsik . demikian dalam hal ini tidak akan ada kerjasama. Jika tiap langkah Jika tetramer hemoglobinlangkah memiliki empat sisi ikatan pengikatan mempermudah berikutnya, yakni K1 K2 > K3 > K4. Hubungan K1 = K2 =antara K3 = nilai-nilai K4. Dengan dalam hal K ini >tidak yang sama, yang yakni lebih kompleks K bisademikian saja terjadi, misalnya K2 akan 1 < K3 < K4. ada kerjasama. Jika tiap langkah pengikatan mempermudah langkah Model Monod, Wyman, dan Changeux (model MWC) untuk berikutnya, yakni K1 < K2 < K3 < K4, maka akan terjadi kerjasama positif. efek homotrof. K1 > K2 > Kerjasama negatif pada tiap tahapOpengikatan memerlukan nilai-nilai Kerjasama pengikatan pada hemoglobin serta efek alosterik 2 banyak yang enzimlebih membutuhkan di antara Ksisi-sisi yang terjadi, K3 > K4.dalam Hubungan kompleks interaksi antara nilai-nilai bisa saja misalnya K1 > K2 < K3 < K4.
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
309
terpisah jauh dalam ruang. Model MWC diusulkan pada tahun 1965 untuk menyertakan efek alosterik dan efek konformasi dalam penjelasan mengenai kerjasama enzim. Menurut pengamatan, protein yang paling bekerjasama adalah yang memiliki beberapa subunit identik (protomer) dalam tiap molekul (oligomer). Kondisi ini sangat penting untuk kerjasama dalam pengikatan. Model MWC didefinisikan sebagai berikut: 1. Tiap protomer bisa terdapat dalam dua konformasi yang dinamakan R (relaxed) dan T (tense), dengan konformasi T tidak aktif katalis. 2. Semua subunit dari satu oligomer harus memenuhi konformasi yang sama. Untuk protein tetramer, keadaan konformasi R4 dan T4 adalah satu-satunya yang diperbolehkan. Keadaan campuran seperti R3T tidak diperbolehkan. Dengan kata lain, suatu transisi berbarengan berlangsung dalam konversi R4 menjadi T4 dan sebaliknya. 3. Kedua keadaan protein berada dalam kesetimbangan yang tidak tergantung pada ligan (substrat) apapun yang terikat. Untuk suatu tetramer, tetapan kesetimbangannya yakni L = [T4]/[R4] 4. Suatu molekul ligan bisa terikat pada suatu subunit dalam salah satu konformasi, tetapi tetapan asosiasinya berbeda. Untuk setiap subunit R, KR = [RX]/[R][X]
dan untuk tiap subunit T, KT = [TX]/[T][X]
Postulat-postulat ini menyiratkan skema kesetimbangan berlipat ganda untuk protein dan ligan (X):
KT = [TX]/[T][X] Postulat-postulat ini menyiratkan skema Biokimia: kesetimbangan berlipat untuk 310 Struktur dan Fungsiganda Biomolekul protein dan ligan (X): L
R4 4KR[X]
R 4X 3/2KR[X]
R 4X 2 2/3KR[X]
R 4 X3 1/4KR[X]
R 4X 4
T4 4KT[X]
T 4X 3/2KT[X]
T 4X 2 2/3KT[X]
T 4X 3 1/4KT[X]
T 4X 4
Katalis Enzim
Konsentrasi 10 bentuk protein di atas terkait dengan ungkapanungkapan 10 kesetimbangan berikut ini, terkait dengandengan c merupakan rasio KT/ Konsentrasi bentuk protein di atas ungkapan-ungkapan KR. kesetimbangan berikut ini, dengan c merupakan rasio K /K . T
R
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
294
[R 4 X]
4 K R [R 4 ][X]
[R 4 X 2 ]
3 2
K R [R 4 X][X]
[R 4 X 3 ]
2 3
K R [R 4 X 2 ][X] 4 K R3 [R 4 ][X]3
[R 4 X 4 ]
1 4
K R [R 4 X 3 ][X] K R4 [R 4 ][X] 4
[T4 ]
L[R 4 ]
[T4 X]
4 K T [T4 ][X]
4 LcK R [R 4 ][X]
[T4 X 2 ]
6 K T2 [T4 ][X]2
6 Lc 2 K R2 [R 4 ][X]2
[T4 X 3 ]
4 K T3 [T4 ][X]3
4 Lc 3 K R3 [R 4 ][X]3
[T4 X 4 ]
K T4 [T4 ][X] 4
Lc 4 K R4 [R 4 ][X] 4
6 K R2 [R 4 ][X]2
KR dan KT merupakan Faktor-faktor statistik 4, 3/2, dan karena Faktor-faktor statistik 4, lain-lain 3/2, danmuncul lain-lain muncul karena KR dan
KT merupakan tetapanintrinsik. ikatan asosiasi intrinsik. Ungkapan keseluruhan tetapan ikatan asosiasi Ungkapan keseluruhan untuk komplekskompleks tersebut masih membutuhkan parameter ekstrinsik, misalnya KR = [RX]/[R][X] = 3/2[R4X2]/[R4X][X] karena terdapat tiga sisi kosong dalam molekul
[T4 X 3 ]
4 K T [T4 ][X]
4 Lc K R [R 4 ][X]
4 [T4 Xmembutuhkan K [T4 ][X] Lc 4 K R4 [R 4 ][X]ekstrinsik, kompleks tersebut masih parameter misalnya KR = 4] 4 T
4
[RX]/[R][X] = 3/2[R4X2]/[R4X][X] karena terdapat tiga sisi kosong dalam molekul Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim 311 Faktor-faktor statistik 4, 3/2, dan lain-lain muncul karena KR dan KT merupakan
R4X dan dua sisi kosong dalam tiap molekul R4X2. Kejenuhan fraksional Y tetapan ikatan asosiasi intrinsik.
Ungkapan keseluruhan untuk kompleks-
didefinisikan: kompleks tersebut masih membutuhkan ekstrinsik, misalnya KR = untuk kompleks-kompleks tersebutparameter masih membutuhkan parameter
ekstrinsik,= misalnya = [RX]/[R][X] 3/2[R X2]/[R4X][X] karena [RX]/[R][X] 3/2[R4X2]/[RKR karena terdapat=tiga sisi 4kosong dalam molekul 4X][X]
Y
tiga4sisi sisi2 kosong dalam molekul R4X dan dua4sisi dalam [R X ]kosong 3[R 4dalam X 4[R [T4X42X] 2[T X 2 ]kosong 3[T4 X ] 4[T4 X 4 ] Rterdapat dan 2[R dua molekul . Kejenuhan fraksional 4X 4 X] 3 ] tiap 4 X4 ] R 3Y tiap molekul R4X . Kejenuhan 4([Rdidefinisikan: [R 4 X] [R [R 4 X 3 ] fraksional [R 4 X 4 ] Y[Tdidefinisikan: [T4 X] [T4 X 2 ] [T4 X 3 ] [T4 X 4 ]) 2 2] 4] 4X 4] (1 K R [X])3 K R [X] Lc(1 cK R [X])3 K R [X] [R X] 2[R X ] 3[R 4 X 3 ] 4[R X ] [T4 X] 4 4 4 Y (1 K4 [X]) 4 4 L2 (1 cK [X]) 4([R ] R [R X] [R X ] [RR X ] [R X ] [T ] 4
4
4
2
4
3
4
4
4
(1 K R [X]) K R [X] Lc(1 cK R [X]) K R [X] (1 K R [X]) 4 L(1 cK R [X]) 4 3
2[T4 X 2 ] 3[T4 X 3 ] 4[T4 X 4 ] [T4 X] [T4 X 2 ] [T4 X 3 ] [T4 X 4 ])
3
Sisi-n umum model MWC dengan KR[X] =
adalah
Sisi-n umum model MWC dengan KR[X] = a adalah
Sisi-n umum model MWC dengan KR[X] =
Y
Y
adalah
(1 ) n 1 Lc (1 c ) n n 1 n 1 (1 (1 ) ) n LcL((11 cc ) ) n (1
)
n
L(1 c )
1
Katalis Enzim
n
Sifat ungkapan ini untuk berbagai nilai parameter diperlihatkan dalam Gambar Sifat ungkapan ini untuk berbagai parameter diperlihatkan dalam Gambar Sifat ungkapan ini 6-10. untuk berbagai nilai nilai parameter diperlihatkan dalam Gambar Jika L =kurva 0, maka bentuk T protein tidak ada dan Y = K + KR[X]). dan c. Bentuk R[X]/(1 kejenuhan dari persamaan di atas tergantung pada 6-10. 6-10. L dan c. Jikafungsi L = 0,ikatan makahiperbola. bentuk T Dengan protein tidak ada dan Y =jika L = Ininilai menggambarkan cara yang sama, + +KR[X]). menggambarkan fungsi ikatan terjadi hiperbola. , KR[X]/(1 Y = KT[X]/(1 KT[X]). Ini Maka, deviasi dari ikatan hiperbola hanya jika Dengan cara yang sama, jika L = 4, Y = KT[X]/(1 + KT[X]). Maka, bentuk R dari sertaikatan bentuk T keduanya situasi yang digambarkan deviasi hiperbola terjadiada. hanyaJika jikatidak, bentuk R serta bentuk T untuk persamaan Adair berlaku karena independen dan 295 identik pada keduanya ada.danJika tidak, situasi yangikatannya digambarkan untuk persamaan Biokimia: Struktur Fungsi Biomolekul Adair tiap sisi. berlaku karena ikatannya independen dan identik pada tiap sisi. Biokimia: Struktur danbahwa Fungsi persamaan-persamaan Biomolekul Fakta Y di atas menggambarkan 295 Fakta bahwa persamaan-persamaan Y di atas menggambarkan kurva kurva sigmoidal tidaklah jelas kecuali jika c = 0. Dalam hal ini, untuk sigmoidal n = 4, tidaklah jelas kecuali jika c = 0. Dalam hal ini, untuk n = 4, Bentuk kurva kejenuhan dari persamaan di atas tergantung pada nilai L
Y
(1 K R [X])3 K R [X] L (1 K R [X])4
Bila [X] besar dan KR[X] >> L, maka L diabaikan dan Y menghasilkan persamaan ikatan hiperbola.
Pada nilai [X] rendah, maka L
mendominasi penyebut dan kemiringan kurva ikatan saat [X] KR
K R [X] , yakni 1 K R [X]
0 mendekati
, berlawanan dengan kemiringan hiperbola yang mendekati KR. Dalam
312
Biokimia: Struktur Katalis dan Fungsi Biomolekul Enzim
Y 1,0
Y/n L = 100
1,0
L = 10
n=4 n=6
L=1
n=3
L = 1000
0,5
n=2
0,5 L = 10000
n=1
3
6
9
(a)
12
6
3
9
12
Bentuk kurva kejenuhan dari persamaan di atas tergan (b)
danY c. Jika L = 0, maka bentuk T protein tidak ada dan Y = K
c = 0,01 1,0 Ini menggambarkan fungsi ikatan hiperbola. Dengan cara yan c = 0,5 c=1
, Y = KT[X]/(1 + KT[X]). Maka, deviasi dari ikatan hiperbola Katalis Enzim
c = 0,1
bentuk R serta bentuk T keduanya ada. Jika tidak, situasi ya 0,5 c = 0,05 Bentuk kurva kejenuhan dari persamaan di atas tergantung pada nilai L
untuk persamaan Adair berlaku karena ikatannya independen
dan c. Jika L = 0, maka bentuk T protein tidak ada dan Y = KR[X]/(1 + KR[X]).
tiap sisi.
Ini menggambarkan 3fungsi 6ikatan9 hiperbola. Dengan cara yang sama, jika L = 12 , Y = KT[X]/(1 + KFakta deviasi dari ikatan hiperbola terjadi hanya T[X]). Maka, Y dijikaatas bahwa persamaan-persamaan
mengg
(c)
bentuk R serta bentuk T keduanya ada. Jika tidak, situasi yang digambarkan
sigmoidal tidaklah jelas kecuali jika c = 0. Dalam hal ini, untuk
Gambar 6-10 Kurva pengikatan yang dibahas oleh persamaan n-site MWC models dengan KR[X] = a. (a) Pengaruh dari berbagai nilai konstanta isomerasi (L) dengan n=4 dan c=0,01. (b) Pengaruh (1 K berbagai [X]) K [X] Y jumlah sisi-sisi pengikatan dengan c=0,01. (c) (Pengaruh sigmoidal tidaklah(n) jelas kecuali L=100 jika c = 0.dan Dalam hal ini,Luntuk 1n =K4,R [X])4 dari berbagai nilai c, dengan perbandingan KT/KR, dengan L=1000, (1 K [X]) K [X] dan n=4. Y
Gambar 6-10 Kurva pengikatan yang dibahas oleh persamaan n-site MWC models untuk persamaan karena dan identik pada dengan KR[X]Adair = . berlaku (a) Pengaruh dari ikatannya berbagai nilai independen konstanta isomerasi (L) dengan n=4 dan c=0,01. (b) Pengaruh berbagai jumlah tiap sisi. sisi-sisi pengikatan (n) dengan L=100 dan c=0,01. (c) Pengaruh dari berbagai nilai c, dengan perbandingan KT/KR, dengan L=1000, dan 3 n=4. Fakta bahwa persamaan-persamaan Y di atas menggambarkan R R kurva
3
R
R
K R [X]) >>4 L, maka L diabaikan dan Y Bila [X]Biomolekul besar danL K(R1 [X] Biokimia: Struktur dan Fungsi 296
K R [X] , yakni hiperbola. 1 K R [X] Pada
Bila [X] besarBiladan L diabaikan dan, [X] maka >> L, maka L diabaikan dan [X] KR[X] besar dan>>KRL, menghasilkan persamaan ikatan
Y
nilai [X]
yakni menghasilkan persamaan ikatan hiperbola. Pada nilai rendah, menghasilkan persamaan ikatan hiperbola. nilai [X] [X] rendah, L mendominasi penyebut dan Pada kemiringan kurvamaka ikatan saat [X maka L mendominasi penyebut dan kemiringan kurva ikatan saat [X] mendominasi penyebut dan kemiringan kurva ikatan saat [X] 0 mendekati K
R K , berlawanan berlawanan dengan kemiringan hiperbola → 0 mendekati, , berlawanan dengan kemiringan hiperbola yang mendekati KR. Dalamyang mend dengan kemiringan hiperbola ( L 1 ) ( L 1) R
lambang lambang yang mendekati KR. Dalam lambang lim
dY d [X]
KR ( L 1)
KR dY [X] 0 d [X] ( L 1) dan kurva harus merupakan sigmoidal jika L lebih besar dibandingkan 1. [X]
0
lim
Jika
mendominasi penyebut dan kemiringan kurva ikatan saat [X]
0 mendekati
KR , berlawanan dengan kemiringan hiperbola yang mendekati KR. Dalam ( L 1) Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim 313
lambang lim
[X]
0
dY d [X]
KR ( L 1)
dan kurva harus merupakan sigmoidal jika L lebih besar dibandingkan 1. Jika
dan kurva harus merupakan sigmoidal jika L lebih besar dibandingkan
limit L tak terhingga, maka kemiringan adalah nol.adalah nol. 1. Jika limit L tak terhingga, maka awalnya kemiringan awalnya
Model MWC untuk efek heterotrof. Model MWC yang dibahas atasuntuk hanya efek berlaku untuk efek homotrof misalnyadiyang Model di MWC heterotrof . Model MWC seperti yang dibahas atas hanya terjadi pada pengikatan O2 padamisalnya hemoglobin. Tetapi, efek heterotrof berlaku untuk efek homotrof seperti yang terjadi pada pengikatan O2 seringkali teramati pada enzim-enzim regulator. Untuk menyertakan pada hemoglobin. Tetapi, efekMWC, heterotrof seringkali teramati pada enzim-enzim efek ini ke dalam model harus dimasukkan pengikatan ligan kedua Untuk pada keadaan R atau keadaan T, atau DalamMWC, suatu harus regulator. menyertakan efek ini ke keduanya. dalam model model yang disederhanakan, dianggap bahwa substrat X (ligan) hanya Katalis Enzim dimasukkan pengikatan ligan kedua pada keadaan R atau keadaan mengikat pada keadaan R. Untuk pengikatan ligan lainnya, misalnya T, atau keduanya. Dalammengaktivasi suatu modelenzim yang disederhanakan, dianggap bahwa A untuk tersebut, maka harus dibuat suatusubstrat pergeseran kesetimbangan antara keadaan Rharus dan pengikatan keadaan T menuju keadaan R. Oleh karena pada itu, suatu aktivator terikat pada keadaan R. X (ligan) hanya mengikat keadaan R. Untuk ligan lainnya, kepada keadaan R. Oleh karena itu, suatu aktivator harus terikat pada Dengan alasan yangmengaktivasi sama, suatu enzim inhibitor I harus terikat keadaan dan misalnya A untuk maka Ipada harus dibuat T suatu keadaan R. Dengan alasan yang sama,tersebut, suatu inhibitor harus terikat menyebabkan pergeseran enzimkeadaan menjadi inaktifnya. pada keadaan T dan menyebabkan pergeseran enzim menjadi keadaanDengan pergeseran kesetimbangan antara R keadaan dan keadaan T menuju kepada inaktifnya. berbagai analisis seperti sebelumnya, yang berbagai analisisDengan kesetimbangan sepertikesetimbangan yang digunakan digunakan sebelumnya, diperoleh ungkapan Y: diperoleh ungkapan Y:
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Y
(1
)n
(1 ) n 1 [ L(1 ) n /(1
297
)n ]
dengan a = KR[X], b = KI[I], g = KA[A], dan L = [Tn]/[Rn]. Istilah = KIdisebut [I], = K L = [T Istilah L(1 + )n/(1 + )n denganL(1 =+ K R[X], + g)n A[A], dan n]/[Rn]. yang b)n/(1 sebagai koefisien alosterik, bila bernilai maka persamaan atas berbalik fungsi hiperbola. koefisien di alosterik , yangkepada bila bernilai nol makaDengan persamaan di disebutnol sebagai demikian terlihat jelas bahwa peningkatan dalam istilah aktivator g atas berbalik kepada fungsi Dengan demikian terlihatfungsi jelas bahwa akan menurunkan nilai hiperbola. koefisien alosterik sehingga membuat tersebutdalam menjadi lebihaktivator hiperbola. Peningkatan konsentrasi akanalosterik peningkatan istilah akan menurunkan nilaiihibitor koefisien meningkatkan istilah inhibisi b sehingga meningkatkan koefisien alosterik sehingga membuat fungsi tersebut menjadi lebih hiperbola. Peningkatan dan membuat kurva lebih sigmoidal. Kedua efek ini diperlihatkan dalam Gambar 6-11.akan meningkatkan istilah inhibisi sehingga meningkatkan konsentrasi ihibitor koefisien alosterik dan membuat kurva lebih sigmoidal. diperlihatkan dalam Gambar 6-11.
Kedua efek ini
atas berbalik kepada fungsi hiperbola. Dengan demikian terlihat jelas bahwa peningkatan dalam istilah aktivator
akan menurunkan nilai koefisien alosterik
sehingga membuat fungsi tersebut menjadi lebih hiperbola.
314
Peningkatan
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
konsentrasi ihibitor akan meningkatkan istilah inhibisi
sehingga meningkatkan
koefisien alosterik dan membuat kurva lebih sigmoidal.
Kedua efek ini
diperlihatkan dalam Gambar 6-11. Y 1,0
= 0,5 = 1,0 =0 =0
0,5
= 0,5 = 1,0
2
4
6
8
Gambar 6-11 Sifat-sifat dari suatu enzim alosterik MWC dengan adanya efektorGambar 6-11 Sifat-sifat dari suatu enzimdisebabkan alosterik MWC dengan efektor heterotropik. Istilah Aktivator, karena kurva menjadi lebih hiperbolik, didalamnya adaAktivator, istilah inhibitor ( ) yang adanya efektor-efektor heterotropik. Istilah g disebabkan karena kurva menjadi lebih hiperbolik, didalamnya ada istilah inhibitor (b)Biokimia: yang lebih cenderung sigmoid. Kurva dibangun dengan menggunakan Struktur dan Fungsi Biomolekul 298 persamaan dengan L=1000 dan n=4.
Model Koshland, Nemethy, dan Filmer (model KNF). Kegagalan model MWC untuk menjelaskan kerjasama negatif efek heterotrof dan homotrof dalam fungsi ikatan pada suatu protein oligomer telah memicu Koshland et al. (1966) untuk mengembangkan model kerjasama yang lebih umum. Hipotesis induced-fit Koshland pada tahun 1958 untuk spesifitas enzim telah memperluas konsep lock-andkey i. Koshland mengklaim bahwa pengikatan substrat pada enzim menciptakan penataan tiga dimensi yang tepat untuk gugus-gugus reaktifnya sehingga katalisis dapat terjadi. Dugaan abstrak ini diperluas dalam model KNF untuk enzim kerjasama oligomer. Dalam hal ini, perubahan konformasi disebabkan oleh pengikatan substrat pada suatu protomer (subunit). Hal ini berlawanan dengan model MWC yang menjelaskan bahwa kesetimbangan antara keadaan-keadaan subunit
Bab 6 Katalis dan Kinetika Enzim
315
terjadi baik bila substrat terikat maupun bila substrat tidak terikat. Perubahan konformasi dalam protomer dipancarkan pada protomer yang berdekatan untuk mempengaruhi sifat ikatan dan sifat katalisnya. Gagasan dasar ini bisa menjelaskan mengenai kerjasama negatif maupun kerjasama positif. -oo0oo-
Daftar Pustaka
Alberts, B., Bray, D., Lewin, J., Raff, M., Roberts, K., and Watson, J.D., 1994. Molecular Biology of the Cell. 3rd ed. Garland Berg, D.E., and Howe, M.M. 1989. Mobile DNA. American Society for Microbiology. Boyer, P.D., and Krebs, E.G. 1986. The Enzyme, vol 17. Academic Press. Branden, C., and Tooze, J., 1999. Introduction to Protein Structure. 2nd edition, Garland Publishing, Inc. New York Creighton, T.E. 1992. Proteins : Structure and Molecular Properties, 2nd edition, W.H. Freeman Cozzarelli, N.R., and Wang, J.C. 1990. DNA Topology and Its Biological Effects. Cold Spring Harbor Laboratory Press Creighton, T.E. 1992. Protein Folding. W.H. Freeman. Darnell, J., Lodish, H., and Baltimore, D., 1990. Moleculer Cell Biology, 2nd ed. Scientific American Books. Ernster, L. 1992. Molecular Mechanisms in Bioenergetics. Elsevier. Gierasch, L.M., and King, J. 1990. Protein Folding: Deciphering the Second Half of the Genetic Code. American Association for the Advancement of Science. Hames, B.D., Hooper, N.M., and Houghton, J.D. 1997. Instant Notes in Biochemistry. BIOS Scientific Publishers Limited Hawthorne, J.N., and Ansell, G.B. 1982. Phospholipids. Elsevier. Hodgkin, A., 1992. Change & Design: Reminiscences of Science in Peace and War. Cambridge University Press. Kuchel, P.W., and Ralston, G.B. 1998. Biochemistry. 2nd ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA
318
Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul
Lesk, A.M., 1991. Protein Architecture: A Practical Approach. IRL Press. Lewin, B., 1994. Genes V. Oxford University Press. Linder, M.C. 1991. Nutritional Biochemistry and Metabolism. 2nd ed, Elsevier Lippard, S.J., and Berg, J.M., 1994. Principles of Bioinorganic Chemistry. University Science Books Martin, B.R., 1987. Metabolism Regulation, A Molecular Approach. Blackwell Scientific Publications. Meister, A., 1965. Biochemistry of the Amino Acids, 2nd ed, vol 1 and 2. Academic Press Newsholme, E.A., and Leech, A.R., 1983. Biochemistry for the Medical Science. Wiley. Ngili, Y, 2004. Mengenal DNA Mitokondria dan Aplikasinya, Kompas, 2003 Ngili, Y, 2004. Menyekuen Genom Tanaman-Untuk Atasi Masalah Pangan Dunia Masa Depan, Kompas, 2004 Ngili, Y, 2004. Rekayasa Protein dan Prospek Pengembangannya, Pikiran Rakyat. Parker, M.G, 1991. Nuclear Hormone Receptor: Moleculer Mechanism, Cell Function, and Clinical Abnormalities. Academic Press. Perutz, M., 1992. Protein Structure : New Approaches to Disease and Therapy. W.H. Freeman Poortmans, J.R. 1988. Principles of Exercise Biochemistry. Karger Rothman,J.E. 1992. Methods in Enzymology, vol 219: Reconstitution of Intracellular Transport. Academic Press. Saenger, W., 1984. Principles of Nucleic Acid Structure. Springer-Verlag. Schauder, P., Wahren, J., Paoletti, R., Bernardi, R., and Rinetti, M. 1992. BranchedChain Amino Acids: Biochemistry, Physiopathology, and Clinical Sciences. Raven Press. Schleif, R., 1986. Genetics and Molecular Biology. Addison-Wesley. Scriver, C.R., Beaudet, A.L., Sly, W.S., and Valle, D. 1989. The Metabolic Basis of Inherited Disease. 6th. McGraw-Hill. Singer, M., and Berg, P., 1991. Genes dan Genomes. University books. Vance, D.E., and Vance J.E. 1991. Biochemistry of Lipids, Lipoproteins, and Membranes. Elsevier.
Daftar Pustaka
Walsh, C., 1979. Enzymatic Reaction Mechanisms. W.H. Freeman. Watson, J.D., Hopkins, N.H., Robert, J.W., Steitz, J.A., Weiner, A.M., 1987. Molecular Biology of the Gene. 4th ed. Benjamin/Cummings. Watson, J.D., Gilman, M., Witkowski, J., and Zoller, M., 1992. Recombinant DNA, 2nd ed. Scientific American Books.
319
RIWAYAT PENULIS RIWAYAT PENULIS
Yohanis Ngili, Ngili, lahir lahir di di Pulau Pulau Rote, Rote, Kupang Kupang pada tangg Yohanis pada tanggal1979. 23 Agustus 1979. Dasar Pendidikan 23 Agustus Pendidikan dan Menengahn Dasar dan Menengahnya diselesaikan di Tahun 199 diselesaikan di Merauke, Papua. Pada penulis di kota Jayapu Merauke,melanjutkan Papua. Padapendidikannya Tahun 1997, penulis dengan memasuki Program Studi Pendidikan Kim melanjutkan pendidikannya di kota Jayapura, Universitas Cenderawasih. Setelah lulus sarjana, penu dengan memasuki Program Studi Pendidikan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi Kimia, Universitas Cenderawasih. Setelah Departemen Institut Teknologibeasiswa Bandung (ITB) pa lulus sarjana,Kimia penulis mendapatkan tahun 2002, dan lulus tahun 2004. Sekembali dari stu untuk melanjutkan studi di Departemen S-2, penulis dipercaya untuk mengampu Mata Kuli Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) Biokimia Dasar, Biokimia Lanjut, Bioteknologi, Biokim pada tahun 2002, danCenderawasih. lulus tahun 2004. Medis di Universitas Selain mengaj Sekembali dari studi S-2, penulis dipercaya penulis juga aktif mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah, seminar-semin untuk nasional mengampu Kuliah Biokimia Biokimia Lanjut, mendapatk ilmiah danMata internasional. PenulisDasar, beberapa kali berhasil Bioteknologi, Biokimia Medis seperti di Universitas Selain dana riset tingkat nasional Dosen Cenderawasih. Muda, Riset Fundamental, Hib mengajar, penulis juga aktifHibah mengikuti pertemuan-pertemuan Bersaing, Hibah Pekerti, Pascasarjana, dan Programilmiah, Insentif Riset Das Kementerian Negara Selain menulis seminar-seminar ilmiah Riset nasionaldan danTeknologi. internasional. Penulis beberapadi jurnal ilmi terakreditasi yang berhubungan riset DNA manus kali berhasil mendapatkan dana riset dengan tingkat nasional sepertimitokondria Dosen penulis juga Fundamental, aktif dalam Hibah menulis di beberapa Koran Hibah dan Majalah ya Muda, Riset Bersaing, Hibah Pekerti, berhubungan dengan tulisan popular tahun 2007, Pascasarjana, dan Program Insentif Risetilmiah. Dasar Mulai Kementerian Negarakembali penu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan Doktor (S-3) di Progra Riset dan Teknologi. Selain menulis di jurnal ilmiah terakreditasi yang Studi Kimia, ITB dengan keahlian Biokimia. berhubungan dengan risetbidang DNA mitokondria manusia, penulis juga aktif dalam menulis di beberapa Koran dan Majalah yang berhubungan dengan tulisan popular ilmiah. Mulai tahun 2007, kembali penulis mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan Doktor (S-3) di Program Studi Kimia, ITB dengan bidang keahlian Biokimia.