BIOKIMIA ASAM AMINO DAN PROTEIN
March 4, 2018 | Author: Iqlima Ramiza Fauzi | Category: N/A
Short Description
LAPORAN BIOKIMIA ASAM AMINO DAN PROTEIN versi powerpoint....
Description
PERCOBAAN 3 Asam amino dan Protein
1. Membuktikan adanya ikatan peptida 2. Memahami reaksi xantoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-macam kandungan dari protein 3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino
Tujuan
Landasan Teori Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (basanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannnya dipersempit yang keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C alfa). (Poedjiadi, 1994) Asam amino merupakan satuan yang menyusun peptida dan protein. Dari demikian banyak ragam struktur yang dapat dijumpai, hanya 20 asam amino saja yang penting dalam protein (Pine et al, 1988)
Asam amino yang diperoleh dari hidrolisis protein adalah asam amino. α artinya, gugus amino berbeda pada atom karbon , yaitu di sebelah gugus α karboksil. Asam amino dikenal dengan nama umum. Masing-masing memiliki singkatan tiga-huruf berdasarkan namanya, yang digunakan bila kita menulis rumus peptide, dan singkatan satu-huruf yang digunakan untuk menjelaskan urutan asam amino dalam suatu protein (Hart et al., 2003)
Alat dan Bahan
Bahan: 1. Asam Nitrat pekat 2. Asam aspartat 3. Lar. CuSO4 4. Lar. NaOH 5. Kasein 6. Urea 7. Albumin 8. Glisin 9. AgNO3 10.HgCl2 11. Ebi 12.Kacang Tanah
Cara Kerja A. UJI BIURET Memanaskan 0.5 gram urea dalam tabung reaksi hingga timbul padatan dan mendinginkannya dalam 3 ml aquades dan menyaringnya
Menambahkan Filtrat urea, Kasein cair, larutan sampel daging sapi dengan 1ml NaOH dan 3 tetes CuSO4
Diamati apa yang terjadi?
Cara Kerja
Glisin
B. UJI XANTOPROTEAT Kasein
Aspartat Sampel Daging Sapi
5 tetes HNO3 pekat
Panaskan
+ NaOH Ekses
Diamati
Cara Kerja Albumin 1 ml
C. Uji Pengendapan dengan Ion Logam Berat Tetes demi tetes
Sampel daging Sapi 1 ml
AgNO 33
Diamati
Cara Kerja Albumin 1 ml
C. Uji Pengendapan dengan Ion Logam Berat Tetes demi tetes
Sampel daging Sapi 1 ml
HgCl22
Diamati
DATA PENGAMATAN
UJI BIURET No . 1.
2.
Sampel Urea
Kasein Cair
Reagen NaOH + CuSO4
NaOH + CuSO4
Pengamatan
Ket
dikocok Biru keunguan
biru
+
Putih keruh keunguan +
Gambar
3.
Sampel NaOH + daging sapi CuSO4
Kuning keruh ada endapan ungu
+
Uji Xantoproteat No . 1.
Sampel Glisin
Reagen HNO3 + dipanaskan
+ NaOH ekses
2.
Kasein
HNO3 + dipanaskan + NaOH ekses
Pengamatan Larutan yang awalnya bening ditambahkan HNO3 p.a kemudian dipanaskan endapan hilang Terdapat endapan putih pada dasar tabung dan warna larutan bening
Ket
-
Putih kuning Terdapat 2 lapisan larutan warna pada dasar tabung berwarna kuning muda keruh, diatasnya kuning pekat.
+
Gambar
3.
Asam Aspartat
HNO3 + dipanaskan + NaOH ekses
4.
Sampel HNO3 + daging sapi dipanaskan + NaOH ekses
Tidak ada perubahan warna tetap bening, terdapat gelembung loncatan gas Tetap bening
Kuning ada 2 lapis + warna pada bagian bawah bening, diatasnya kuning keruh. Terdapat 3 lapis warna pada bg.bawah bening, diatasnya kuning, dan diatasnya kuning pekat
Uji PENGENDAPAN DENGAN ION LOGAM No . 1.
2.
Sampel Albumin
Albumin
Reagen
Pengamatan
+ AgNO3
Mula-mula bening, kemudian ada endapan putih keruh
+ HgCL2
Bening agak keruh
Ket
+
+
Gambar
3.
4.
Sampel daging sapi
+ AgNO3
Kuning lebih bening ada endapan
Sampel daging sapi
+ HgCL2
Kuning sedikit bening ada endapan
+
+
• Uji Biuret Reagen biuret ini digunakan untuk menguji adanya ikatan peptida pada sampel uji. Uji ini menggunakan larutan NAOH dan CuSO4 sebagai reagen. Adanya ikatan peptida (reaksi positif) ditunjukkan dengan perubahan warna larutan yang semula bening menjadi warna ungu. Penambahan NaOH pada larutan protein tersebut yaitu sebagai katalis yang berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan protein.
Pembahasan
Reaksi pada reagen biuret
UREA
Struktur asam amino dalam uji biuret
Reaksi positif terjadi pada semua sampel. Untuk sampel urea bukan merupakan protein, namun karena urea mengandung gugus -NH2(amin) yang mempunyai kesamaan dengan gugus protein sehingga membentuk warna ungu sebagai hasil reksi antara Cu2+ dengan –NH, dimana ion Cu2 oleh karena itu urea memberikan hasil positif pada uji biuret. Pada pemanasan urea terbentuk gelembung gas dan mengeluarkan bau amonia yang sangat menyengat. 2 molekul urea pada suhu tinggi bergabung atau berpolimerisasi membentuk senyawa biuret. Pada kasein cair dan daging sapi terjadi perubahan warna dari putih keruh menjadi putih keruh keunguan. Hal ini menunjukkan adanya reaksi antara ion Cu 2 dan ikatan peptida dalam larutan Intensitas warna ungu pada masing-masing tabung berbeda, dimana intensitas warna yang lebih tinggi menunjukkan ikatan peptida dalam protein lebih banyak.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melakukan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi.
• Uji Xantoproteat Prinsip dari uji ini yaitu nitrasi inti benzene oleh asam nitrat pekat, sehingga menghasilkan reaksi berwarna kuning dan juga orange setelah penambahan alkali. Reaksi xantoproteat ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenil alanin dan triptofan. Karena bersifat aromatik dan ketika direaksikan dengan asam nitrat pekat, cincin aromatik akan menghasilkan senyawa nitro yang berwarna kuning dalam suasana basa (membentuk inti benzene).
Asam Aspartat
Struktur Asam Amino Pada Xantoproteat
Reaksi yang terjadi
Reaksi positif ditunjukkan oleh kasein, dan sampel daging. Dari hasil pengamatan tersebut mengidentifikasikan adanya gugus aromatik pada struktur molekul kasein, dan sampel daging mengandung nitrofenil.
Protein yang mengandung asama amino, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa (adanya penambahan NaOH) akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Gugus Nitrofenil yang teridentifikasi pada sampel daging sapi memberi warna pada larutan kunig-orange yang menandakan belum sepenuhnya terionisasi sempurna. untuk glisin dan asam aspartat menunjukkan hasil negatif dikarenakan kedua jenis protein tersebut tidak bersifat aromatik. Struktur asam aminonya tidak ada gugus aromatiknya.
• Uji Pengendapan dengan Ion Logam Berat Percobaan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi protein berdasarkan sifat protein terhadap logam berat. Pada percobaan ini reagen yang digunakan adalah AgNO3 dan HgCl2.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan. Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan Pada semua sampel terbentuk endapan putih yang menunjukkan bahwa larutan postif membentuk endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi.
Jumlah endapan yang terbentuk dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Reaksi antara logam berat dengan protein menyebabkan putusnya rantai samping pada protein sehingga protein tidak aktif. Endapan putih yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi penetralan antara ion logam sebagai kation dengan molekul-molekul protein sebagai anion, dihasilkan garam netral yang mengendap. anion-anion dari AgNO 3 dan HgCl2 akan menyebabkan suasana larutan menjadi sedikit asam, sehingga protein akan mengkondisikan diri sebagai basa dan sebagian terdapat sebagai anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi dengan ion logam berat membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air.
Dari hasil percobaan uji karbohidrat dapat disimpulkan: 1. Reaksi positif uji adanya ikatan peptida pada sampel, terjadi warna ungu yang tampak setlah sampel direaksikan dengan NaOH dan CuSO 4. 2. Reaksi yang terjadi pada xantoproteat adalah nitrasi pada inti benzene yang terdapat pada molekul protein. Sedangkan reaksi uji biuret ditandai dengan terbentuknya kompleks ungu karena terikatnya asam amino dengan asam amino yang lain oleh Cu2+
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 1989. Kimia Organik Ke-3. Jakarta: Erlangga Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga Poedjadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI Press. Soeharsono. 1994. Biokimia Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Tim Dosen Biokimia. 2015. Petunjuk Praktikum Biokimia untuk Prodi Pendidikan IPA. Semarang: Laboraturium Kimia Organik Wilbraham. 1992. Pengantar Kimia Organik Dan Hayati. Bandung: ITB
View more...
Comments