Bimbingan UKMPPD (UKDI) - Pediatri 2

May 8, 2017 | Author: Avicenna_MSC | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Bimbingan UKMPPD (UKDI) - Pediatri 2...

Description

PEDIATRI 2 BIMBEL UKDI MANTAP dr. Gandi A Febryanto dr. Anindya K Zahra dr. Yuniantika dr. Denise Utami P

PERINATOLOGY

Sepsis Neonatorum • Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan. Mortalitas mencapai 13-25% • Jenis : – Early Onset = Dalam 3 hari pertama, awitan tiba-tiba, cepat berkembang menjadi syok septik – Late Onset = setelah usia 3 hari, sering diatas 1 minggu, ada fokus infeksi, sering disertai meningitis

• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik → diperlukan skrining dan pengelolaan faktor risiko Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.

Risk Factor

• Maternal fever (≥38oC saat persalinan) • KPD > 24jam • Foul smelling amnion Diagnosis • Klinis: 4 sistem @ >1 gejala • KU: Tampak sakit, letargi, tak mau minum, hipotermi/demam, sklerema/skleredema • SCV: takikardia, edema, dehidrasi • S. Resp.: dispnea, takipnea, sianosis • SGI: muntah, diare, kembung, hepatomegali • SSP: Letargi, iritabel, kejang, fontanele bulging (meningitis) • Hematologi:ikterus, splenomegali, perdarahan, leukopenia, rasio I/M > 0,2 • Hasil kultur positif • Darah, urin, CSF bila suspek meningitis -> lakukan LP pada anak < 12 bulan

Tata Laksana Stabilisasi ABC Antibiotik • Ampicilin 100 mg/kgBB/hari (terbagi dalam 2dosis @ 12 jam) + Gentamisisn 5-7,5 mg/kgBB/hari (sekali sehari) • Jika tidak membaik lakukan kultur dan berikan antibiotik yg sesuai

Tangani penyakit penyerta/ komplikasi (kejang, gangguan metabolik, gangguan hematologi, hiperbilirubin, dll)

Tetanus Neonatorum Cause : bacterium Clostridium tetani.

Neonates Diagnosis • Berdasarkan Usia NKB : kurang 36 minggu NCB : 36-42 minggu NLB : > 42 minggu • Berdasarkan BBL KMK : < persentil 10 SMK : persentil 10-90 BMK : > persentil 90

Kurva Lubchenco

How to differentiate? Characteristic

Preterm

At Term

Posture

More relaxed, limbs more extended, body size smaller, head larger in proportion, lanugo is abundant

More subcutaneous fat tissues, rest in a more flexed attitude

Ear

Cartilages are poorly developed

Cartilage well formed

Sole

More rigid, fine wrinkles

Deeply creased

Female genital

Clitoris prominent, labia major gaping

Fully developed

Male genital

Scrotum less pendulous, minimal ruggae, may develop UDT

Testes both in scrotal sac, well developed

Scarf sign

+

Resisting attempt

Reflex response Sluggish or incomplete

Well developed

New Ballard Score Age = (2*score+120) /5)

Lesi

Features of external swelling

Increases after birth

Cross Suture Lines

Marked Blood Loss

Caput succadeneum

Soft, pitting

No

Yes

No

Cephal hematoma

Firm, tense (may calcify and later liquefy)

Yes

No

No

Subgaleal hematome

Firm, fluctuant

Yes

Yes

Yes

Down Syndrome

Children with Down syndrome have multiple malformations, medical conditions, and cognitive impairment because of the presence of extra genetic material from chromosome 21

Spina Bifida Kurangnya asupan asam folat Tubuh bagian bawah dapat terkena dampaknya terutama kaki, bladder, dan usus. Gejala lain dapat berupa: orthopedic deformities, Hydrocephalus, Chiari II malformation (structural defects in the part of the brain that controls balance) Biasanya di setinggi Lumbal

Necrotizing Enterocolitis

Pneumoperitoneum

NEC Bayi dengan NEC mempunyai variasi gejala klinis dan onset bisa secara tersembunyi maupun tiba-tiba. Onset NEC biasanya muncul pada usia <

2 minggu pertama kelahiran sampai 3 bulan pada bayi yang berat lahir sangat rendah.

Tanda umum pada NEC (WHO (2008): a. Distensi perut atau adanya nyeri tekan b. Toleransi minum yang buruk c. Muntah kehijauan atau cairan kehijauan keluar melalui NGT d. Darah pada feses e. Tanda-tanda umum gangguan sistemik : Apneu Terus mengantuk atau tidak sadar Demam atau hipotermi

Apgar Score

Bilirubin Tidak terkonjugasi:Bil I • Bilirubin indirek • Tidak larut dalam air • Berikatan dengan albumin untuk transport • Komponen bebas larut dalam lemak • Komponen bebas bersifat toksik untuk otak

Terkonjugasi:BIL II • Bilirubin direk • Larut dalam air • Tidak larut dalam lemak • Tidak toksik untuk otak

Mengapa bayi mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan? • Meningkatnya produksi bilirubin – Turnover sel darah merah yang lebih tinggi – Penurunan umur sel darah merah • Penurunan ekskresi bilirubin – Penurunan uptake dalam hati – Penurunan konyugasi oleh hati – Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu

Faktor risiko : • BBLR, • Penyakit hemolisis karena inkompatibilitas gologan darah ABO, RHESUS • Asfiksia atau asidosis, • Hipoksia, trauma serebral, • Infeksi sistemik (sepsis neonatorum)

Bilirubin

IKTERUS NON FISIOLOGIS • Awitan terjadi sebelum usia 24 jam • Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam • Tingkat cutoff indirect > 12 mg/dl pada bayi cukup bulan > 15 mg/dl pada bayi prematur • Ikterus bertahan > 14 hari pada bayi cukup bulan > 21 hari pada bayi prematur • Direct bilirubin >20% or >1,5 mg/dL • Kramer 5 • Tanda-tanda penyakit lain

TOO EARLY TOO HIGH

TOO LONG

Ikterus pada neonatus: MENGAPA KITA KHAWATIR ?  bilirubin  bilirubin ensefalopati Kernikterus Tahap 1: Letargi, hipotonia, refleks isap buruk Tahap 2: Demam, hipertonia, opistotonus Tahap 3: Kondisi terlihat membaik Sekuele: Kehilangan pendengaran sensorineural Serebral palsi koreoatetoid Abnormalitas daya pandang

Guideline for Intensive Phototherapy

Guideline for Exchange Transfusion

Penatalaksanaan Terapi sinar Usia

Bayi sehat

Faktor Risiko*

mg/dL  mol/L mg/dL Hari 1

Transfusi Tukar Bayi sehat

Faktor Risiko*

mol/L mg/dL  mol/L mg/dL mol/L

Setiap ikterus yang terlihat

15

260

13

220

Hari 2

15

260

13

220

25

425

15

260

Hari 3

18

310

16

270

30

510

20

340

Hari 4 dst

20

340

17

290

30

510

20

340

* (American Academy of Pediatrics, Subcommittee on hyperbilirubinemia, Management of hyperbil in NB, 2004)

Jaundice pada Bayi yang Mendapat ASI Bayi yang diberi minum lebih awal atau lebih sering mempunyai insiden lebih rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis. Pada bayi yang diberi minum ASI cenderung memiliki kadar bilirubin yg lebih tinggi dalam serumnya, disbanding bayi yang dberikan susu formula.

Bayi yang mendapat ASI

Early Onset Jaundice

Berhubungan dengan breast feeding

Late Onset Jaundice

Berhubungan dengan ASI

Hyperbilirubinemia in breast-fed infants Breast-feeding Jaundice

Breast-milk Jaundice

Onset

During the first week of life

After the first week of life

Etiology

Poor caloric intake and/or dehydration

increased enterohepatic circulation of bilirubin as a result of the presence of beta-glucuronidase in human milk and/or to the inhibition of the hepatic glucuronosyl transferase by a factor such as free fatty acids in some human milk

Usual time of peak bilirubin

3-6 days

5-15 days

Peak TSB

>12 mg/dl

>10mg/dl

Age when TSB 3 weeks

9 weeks

Incidence

12-13%

2-4%

Hemolytic disease as a cause of jaundice? • • • • • •

• • •

Family history of hemolytic disease Bilirubin rise of >0.5 mg/dL/h Failure of phototherapy to lower serum bilirubin levels Ethnicity suggestive of inherited disease (e.g., glucose 6phosphate dehydrogenase deficiency) Onset of jaundice before 24 hours of age Reticulocytosis (>8% at birth, >5% during first 2-3 days, >2% after first week) Changes in peripheral smear (microspherocytosis, anisocytosis, target cells) Significant decrease in hemoglobin Pallor and hepatosplenomegaly

Inkompatibilitas ABO • Infants who are type A or B and whose mothers are type O. • In individuals with type A or B blood, naturally occurring anti-A and anti-B isoantibodies are primarily igM and do not cross the placenta. • However, in type O individuals, isoantibodies are frequently IgG. These antibodies can cross the placenta and cause hemolysis. Although approximately 12% of maternal/infant pairs qualify as "set ups" for ABO incompatibility, < 1% of infants have significant hemolysis.

Diagnostic The diagnosis based on history and laboratory findings: • The typical diagnostic findings : jaundice, pallor (anemia), hepatosplenomegaly, and fetal hydrops in severe cases. • The jaundice typically manifests at birth or in the first 24 hours • Blood tests done on the newborn baby – Biochemistry tests for jaundice – Peripheral blood morphology shows increased reticulocytes. Erythroblasts (also known as nucleated red blood cells) occur in moderate and severe disease. – Positive direct Coombs test (might be negative after fetal interuterine blood transfusion)

• Blood tests done on the mother – Positive indirect Coombs test

• Serological diagnostic : – Golongan ABO – Rh – Other blood group antibodies (Kidd, Lewis, Duffy, MN, P and others)

Tachypnea in Newborns

MAS

•Umumnya bayi post term, kecil masa kehamilan dengan kuku panjang dan kulit terwarnai oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan terdapat mekonium pada cairan ketuban. •Cairan amnion berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental •Tanda sindrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir. •Kadang-kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat empishema atau atelektasis. •Kesulitan benafas saat lahir •Retraksi •Takhipnea •Sianosis •Frekuensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan

Transient Tachypnea of Newborn • respiratory disorder seen shortly after delivery in full-term or late preterm babies • Transient tachypnea of the newborn (TTN) is a self-limited disease • Transient tachypnea is more likely to occur in babies who were: 1. Born before 38 weeks gestation 2. Delivered by C-section, especially if labor has not already started 3. Born to a mother with diabetes • Newborns with transient tachypnea have breathing problems soon after birth, most often within 1 - 2 hours. • Symptoms include: 1. Bluish skin color (cyanosis) 2. Rapid breathing, which may occur with noises such as grunting 3. Flaring nostrils or movements between the ribs or breastbone known as retractions

Metode Kangguru

PEDIATRIC CARDIOLOGY

Rheumatic Fever (Jones Criteria) Required Criteria

Evidence of antecedent Strep infection: ASO / Strep antibodies / Strep group A throat culture

Major Criteria (CaPoCES)

Minor Criteria

Carditis

Fever

Polyarthritis migratory

Arthralgia

Chorea

Previous RF or RHD

Erythema marginatum

Acute phase reactants: ESR / CRP

Subcutaneous Nodules

Prolonged PR interval

1 Required Criteria + 2 Major Criteria + 0 Minor Criteria 1 Required Criteria + 1 Major Criteria + 2 Minor Criteria

Subcutaneous nodule

Erythema Marginatum

Penyakit Jantung Bawaan –Tanda Gejala

Acyanotic vs Cyanotic

Heart auscultation sites –punctum maximum?

Ejection systolic Holosystolic Early diastolic Pandiastolic Continuous murmur

Congenital Heart Disease

Typical Heart Sounds

ASD

S1 normal/mengeras, S2 split lebar dan menetap. Daerah pulmonal terdengar murmur ejeksi sistolik akibat stenosis pulmonal relatif

VSD

Pansistolik murmur, bisa didahului early systolic click. Punctum maximum di SIC III-IV LPS sinistra.

PDA

Murmur kontinu pada SIC II-III LPS sinistra

ToF

S1 normal, S2 tunggal. Murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal akibat stenosis pulmonal.

Coarctasio Aorta

• Right to left shunt (cyanosis)

Tanda Gejala a. b. c.

d. e. f. g. h. i.

Sianosis Dispnea: Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia biru) umum pada pagi hari. Semakin bertambah usia, sianosis bertambah berat. setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan Denyut pembuluh darah normal Bising sistolik Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu Jari tangan clubbing Serangan sianosis biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau mengedan), dimana tiba-tiba sianosis memburuk sehingga anak menjadi sangat biru, mengalami sesak nafas dan bisa pingsan.

“Tet Spell” • “Tet spells” at 23yo, child becomes cyanotic, may experience syncope

Chest radiograph will show oligaemic lung fields. The cardiac silhouette may be normal size, or enlarged (in the case above, this was from right atrial enlargement due to poor communication between right and left atria via a restricted foramen ovale). Fistulae from the right ventricle to the coronary circulation may be present, particularly if the right ventricle and tricuspid valve are small.

Eisenmenger Syndrome Symptoms: • cyanosis (pale blue or grayish skin due to decreased oxygen in the blood) • dyspnea on exertion (shortness of breath with activity) • shortness of breath at rest • fatigue • chest pain or chest tightness • heart palpitations ("skipping beats" or "racing") • headache • dizziness or syncope (fainting) • paresthesias (numbness and/or tingling of fingers and toes) • blurred vision Complications: • blood clots (e.g., deep vein thrombosis in extremities) • hemorrhage (bleeding) • stroke • brain abscesses • gout • kidney failure

PEDIATRIC RESPIROLOGY

Tuberculosis Pathogenesis

Sistem Skoring TB Anak

klinis

• •

Cut-off point: > 6  TERAPI Adanya skrofuloderma langsung didiagnosis TB

Interpretasi

• Cara : Suntikkan 0,1 ml PPD intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan 48-72 jam setelah penyuntikan  0 - 5 mm : negatif  5 - 9 mm : meragukan  > 10 mm : positif

Bila Negatif: 1. 2. 3.

Tidak ada infeksi TB Masa inkubasi Anergi

Diagnosis TB Anak

©Bimbel UKDI MANTAP

Prinsip Pengobatan TB Anak

©Bimbel UKDI MANTAP

Terapi • Fase Intensif : Kombinasi 3-5 OAT selama 2 bulan awal (2 RHZ) • Fase Lanjutan : Kombinasi 2 OAT selama 4 bulan (4 RH)

Pemantauan TB Anak

©Bimbel UKDI MANTAP

Klasifikasi TB (ATS/CDC modified) Infeksi

Kelas

Kontak

Sakit

Tindakan

0

-

1

+

-

-

+

-

2

+

Profilaksis II

3

+

+

+

terapi

(Tuberkulin)

Profilaksis I

Profilaksis Primer • • • • • •

Mencegah Infeksi TB Kontak (+), Infeksi (-)  uji tuberkulin negatif Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari Selama kontak ada: kontak harus diobati 3-6 bulan Ulang uji tuberkulin: – Negatif: berhasil, stop INH – Positif: gagal, lacak apakah infeksi atau sakit ??

Profilaksis sekunder • Mencegah sakit TB: paparan (?), infeksi (+), sakit (-) • Uji tuberkulin positif • Populasi risiko tinggi – – – –

BALITA, Pubertas Penggunaan steroid yang lama Keganasan Infeksi khusus: campak, pertusis

• Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari • Lama: 6-12 bulan

©Bimbel UKDI MANTAP

Wheezing on Children Diagnosis

Ciri

Asma -Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan  Hipersensiti dengan batuk pilek -> ada pencetus fitas -hiperinflasi dinding dada -Ekspirasi memanjang -Berespon baik terhadap bronkodilator -Riwayat keluarga dengan alergi Bronkiolitis  RSV

-Episode pertama Wheezing pada anak umur pseudomembran

Laryngomalacia The most common cause of chronic stridor, esp in children < 2 y.o.

Laryngomalacia

Croup Cause: Most commonly Parainfluenza Virus

Dexamethasone dose: 0,6 mg/kgBB single dose, PO/IM/IV

Croup Klasifikasi

Penanganan

Croup Ringan: -Demam -Suara Serak -Batuk Menggonggong -Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah

Corticosteroid (Dexamethasone)

Croup Sedang: -Batuk menggonggong lebih sering -Stridor terdengar walaupun anak tenang -Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

Corticosteroid (Dexamethasone) Monitor dalam 4 jam Membaik -> Edukasi, rawat jalan Jika tidak membaik, tangani sebagai Croup Berat

Croup Berat: -Batuk menggonggong lebih sering -Stridor terdengar jelas -Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam -Anak agitasi dan stressed

- Corticosteroid (Dexamethasone) - Epinefrin rasemik. 2ml adrenalin 1/1000 dalam 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer selama 20 menit, ulangi bila perlu - Oksigenasi

Edukasi, bila membaik -> rawat jalan

Antibiotik tidak seharusnya diberikan

Croup Intubasi dan trakeostomi: Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intubasi sedini mungkin.

EPIGLOTITIS : infeksi pada epiglotis/supraglotis Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh bakteri haemophilus influenza tipe b Gejala 3D: drooling (air liur keluar berlebihan), dysphagia (sulit menelan), dysphonia (suara serak) + stidor.

Epiglottitis

Normal Epiglotis : Halloween Sign

Thumb sign Epiglotitis: Halloween Sign (-)

Epiglotitis

Kondisi Pasien

Terapi/Penanganan

Stable (no airway compromise, respiratory difficulty, stridor, or drooling, and who have only mild swelling on laryngoscopy)

Broad-spectrum antibiotic. Immediate tx. Should not wait for the blood and tissue culture result. More targeted antibiotic. The drug may be changed later, depending on what's causing the epiglottitis.

Unstable (respiratory distress, airway compromise on examination, stridor, inability to swallow, drooling, sitting erect, and deterioration within 8-12 hours)

Jaga patensi jalan nafas: -Awasi ketat Jika diperlukan: intubasi/tracheostomy/ cricothyrotomy/percutaneous transtracheal jet ventilation (PTJV)

Pertusis • Causa: Bordetella Pertusis • Batuk Berat lebih dari 2 minggu • Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi “whooping cough” • Perdarahan Subkonjungtiva • Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi terhadap pertusis • Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk (apneic spell) • Tx: ERITROMISIN 40-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis selama 14 hari

Pertusis Stadium Kataral • Gejala minimal dengan/tanpa demam; rinorea; anoreksia, frekuensi batuk bertambah. Paling infeksius.

Stadium Paroksismal • Batuk paroksismal yang dicetuskan oleh pemberian makan (bayi) dan aktivitas; inspiratory whooping; post-tussive vomiting. Muka merah atau sianosis; mata menonjol; lidah menjulur; lakrimasi; hipersalivasi; distensi vena leher selama serangan; apatis; penurunan BB.

Stadium Konvalesens; • gejala akan berkurang dalam beberapa minggu sampai dengan beberapa bulan; dapay terjadi petekia pada leher/kepala; perdarahan konjungtiva, dan terdengar crackles difus

Usia

Eritromisin

Azitromisin

Alternatif TMP-SMX

Pertusis

6 s.d.a bulan > 6•bulan (maksrawat 2 s.d.ajalan, g/hari)

Remaja

2 g/hari terbagi 4 dosis selama 24 hari

mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis selama 14 hari

48 jam setelah syok teratasi

transfusi Inotropik

naik koloid Tdk ada perbaikan

IV fluid rates – Holiday-Segar

Folikular

Tonsilitis Akut

Tonsilitis

Lakunar Membranosa

Tonsilitis folikular: >GABHS

Tonsilitis lakunaris

Tonsilitis Kronik

Kripte melebar, detritus (+), perlekatan dengan jaringan sekitar

Tx: • • •

Anti Difteri Serum 40.000 IU im/iv Penicillin Prokain 50.000 IU / kgBB / im (7 hari) Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi)

Tonsilitis membranosa: difteri

Tonsillitis Akut Membranosa:

Diphteria

Bull neck

Diseases With Rash

Fever With Rash

Pemberian Vit A • • • •

50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru) 100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru) 200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1 kap merah) Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah pemberian kedua

• Komplikasi campak: – – – – –

Pneumonia Dehidrasi Gizi buruk Ensefalitis OMA

TRIAS RUBELLA CONGENITAL 1. Sensory neural deafness (58% of patients) 2. Eye abnormalities— especially retinopathy, cataract and microphtalmia (43% of patients) 3. Congenital heart disease

Scarlet Fever Group A Streptococcus

Strawberry tongue Sandpaper texture, pastia line

Erythema Infectiosum

“Slapped cheek”

Parvovirus B19

Terapi Thypoid

Mumps Mumps is the classic virus known to cause parotitis. Mumps parotitis is bilateral in 70% of cases and usually follows a 1-2 day prodrome of fever, headache, emesis, and myalgias These diseases spread from person to person through the air. One can easily catch them by being around someone who is already infected.

Complications: Deafness (SNHL), meningitis and/or encephalitis, painful swelling of the testicles or ovaries, and rarely sterility.

Enterobiasis - Causa: Enterobius vermicularis - Manusia adalah satu-satunya host - Sering menyerang anak pada usia sekolah - Symptom: gatal di area anus, memburuk pada malam hari - Drug of choice : Pirantel Pamoat, albendazole

Diagnosis: Scotch tape test/Graham scotch test

PEDIATRIK IMMUNOLOGY

“Non-Toxic Adverse Food Reactions” • Food Allergy – Ingestion of food results in hypersensitivity reactions mediated most commonly by IgE

• Food Intolerance – Ingestion of food results in symptoms not immunologically mediated, e.g: digestive and absorptive limitations of host (e.g., lactase deficiency)

Lactose Intolerance • Inability to digest lactose • Deficiency of the intestinal enzyme lactase that splits lactose into two smaller sugars, glucose and galactose, • Diagnosed by – – – – – –

eliminating lactose from the diet milk challenge breath test blood glucose test stool acidity test intestinal biopsy

Lactose Intolerance • Is a common cause of diarrhea and abdominal discomfort in older children/teenager • Diarrhea • • • •

Flatulence Abdominal pain Abdominal bloating, nausea

Type of Lactose Intolerance • Kongenital  Defisiensi Laktase kongenital akibat mutasi gen – early onset • Primer  induksi produksi laktase menurun, dapat terjadi akibat penurunan frekuensi minum susu setelah dewasa • Sekunder  Adanya penyakit yg merusak mukosa usus halus (penghasil laktase) misal dgn adanya proses infeksi, post op GIT

How to diagnose? •Hydrogen breath test. This is the most accurate lactose intolerance test. Before the test, you need to avoid certain foods and medicines and cigarettes. On the day of the test, you will drink a liquid that contains lactose and then breathe into a machine several times over a couple of hours. If the hydrogen levels in your breath are high, you may have lactose intolerance. This test is not usually done on babies and very young children, because it can cause severe diarrhea. •Lactose tolerance test. This test measures your blood sugar after you eat or drink lactose. After midnight on the night before the test, you should not eat or drink anything. On the day of your test, you will drink a liquid that contains lactose, which may cause gas or pain in your belly. Then your blood will be tested every 30 minutes for 2 hours. If your blood sugar levels do not rise, you may be lactose-intolerant. This test is not done on people who have diabetes. And it is usually not done on babies and very young children

Reaksi Hipersensitivitas

Food Allergy Acute

Food Allergy • Chronic manifestation: – Diarrhea of variable severity

Px Penunjang

PEDIATRIC NEUROLOGI

Kejang Demam : Klasifikasi • Kejang demam sederhana (KDS) • Kejang demam kompleks (KDK):  Sifatnya fokal  Lamanya >15’  Berulang dalam 24 jam

Faktor risiko berulangnya kejang demam • • • •

Riwayat kejang demam dalam keluarga Usia kurang dari 18 bulan Tingginya suhu badan sebelum kejang Lamanya demam sebelum kejang * Bila ada 3 faktor kemungkinan berulang 80% * Bila tidak ada faktor 10-15% * Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama

Pungsi lumbal • Menyingkirkan atau menegakkan diagnosis meningitis • Pada kejang demam pertama @ Umur < 12 bulan: harus dilakukan @ Umur 12-18 bulan: harus difikirkan @ Umur > 18 bulan: tidak dianjurkan, kecuali ada gejala meningitis atau kecurigaan infeksi intrakranial

Terapi Diazepam rectal (0,5-0,75mg/kgBB), atau 5 mg utk. BB10 kg; atau iv 0,2 - 0,5 mg/kgBB/kali kecepatan 0,5-1 ml/menit Tunggu 10 menit + oksigenasi MASIH KEJANG Diazepam dosis kedua Tunggu 10 menit + oksigenasi MASIH KEJANG Diazepam dosis ketiga; atau Fenitoin IV/Fenobarbital IV/IM (15 mg/kgBB) Tunggu 10 menit + oksigenasi MASIH KEJANG Masuk ICU - anestesi umum Midazolam

Skema Tatalaksana Kejang

Pemberian obat rumatan untuk kejang demam diberikan dengan indikasi berikut: · Kejang lama >15 menit

· Kejang fokal · Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. · Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila: * Kejang berulang 2 X atau lebih dalam 24 jam * Kejang demam 4 X atau lebih pertahun · Adanya gangguan perkembangan saraf (CP, mikrosefal)

Terapi Jangka Panjang Obat yang biasa digunakan: - Fenobarbital 4-5 mg / kg BB/hari - Asam Valproat 15-40 mg/kg BB/hari - Fenitoin & carbamazepin tidak efektif untuk pencegahan kejang demam Selama minimal 1 tahun bebas kejang, dengan penurunan dosis bertahap.

Febrile Seizures: Clinical Practice Guideline for the Long-term Management of the Child With Simple Febrile Seizures – AAP Guidelines 2008

absans umum: postiktal langsung sadar absans atipikal: postiktal kesadaran pulih berangsur

Photosensitive Epilepsy People with photosensitive epilepsy have seizures that are triggered by: • Flashing lights • Bold, contrasting visual patterns (such as stripes or checks) • Overexposure to video games Anti-epileptic medicines are available to reduce the risk of a seizure. But people with photosensitive epilepsy should take steps to minimize their exposure to seizure triggers.

(PERDOSSI)

OAE Lini Pertama Tipe Kejang

OAE Lini Pertama Dewasa

OAE Lini Pertama Anak

Lena

VPA LTG

VPA ETX

Mioklonik

VPA

VPA

Tonik Klonik

VPA CBZ PHT PB

VPA CBZ PB

Atonik

VPA

Parsial

CBZ PHT PB OXC LTG TPM GBP

CBZ PHT PB OXC LTG TPM GBP

Tidak Terklasifikasi

VPA

VPA

Treatment Recommendation –Epilepsy “If complete seizure control is accomplished by an anticonvulsant, a minimum of 2 seizure-free years is an adequate and safe period of treatment for a patient with no risk factors” “When the decision is made to discontinue the drug, the weaning process should occur for 3–6 mo, because abrupt withdrawal may cause status epilepticus” National Institute of Health and Clinical Excellence. The diagnosis and management of the epilepsies in adults and children in primary and secondary care. 2012.

Cerebrospinal Fluid Appearance

Opening Pressure

Leukosit

Dominansi leukosit

Protein

Glucose

NORMAL

Clear

children E. coli -> neonates Listeria monocytogenes (listeria)

*)tersedia vaksin

Meningeal Signs Nuchal Rigidity

Kernig’s Sign Brudzinski’s Contralateral Sign

Brudzinski’s Neck Sign

Superior Trunk (C5-C6) Injury: Antara leher dgn bahu teregang → Erb-Duchenne Palsy (Waiter’s Tip) → Paralisis m. deltoid, biceps, brachialis, dan brachioradialis. → Adduksi bahu, rotasi medial lengan, dan ekstensi siku. Parestesia lateral upper limb .

Inferior Trunk (C8-T1) Injury: Tarikan mendadak dan keras upper limb → Klumpke Palsy → Claw hand  Refleks Genggam (-)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF