Bimbingan UKMPPD (UKDI) - Pediatri 1
May 8, 2017 | Author: Avicenna_MSC | Category: N/A
Short Description
Bimbingan UKMPPD (UKDI) - Pediatri 1...
Description
PAEDIATRIC
The word paediatric and its cognates mean "healer of children"; they derive from two Greek words: παῖς (pais "child") and ἰατρός (iatros "doctor, healer")
dr. Winda Yanuarni Meye dr. Afrilia Intan Pratiwi dr. Reagan Resadita dr. Mike Lauda
OUTLINE MATERI Pediatrik Endokrinologi • Hypoglycemia • Growth Hormone • Thyroid Hormone • DM – Diabetic Keto Acidosis • Kelainan Genetik • Pubertas Prekoksia
Pediatrik Gastrohepatologi • Diare Cair Akut • Diare Persisten • E.coli • Perhitungan cairan • Hepatitis • Gastrointestinal Candidiasis • Lactose intolerant • Intususepsi • Necrotizing enterocolitis
Pediatri Gizi • Pemeriksaan status gizi • Malnutrisi • CDC Growth Chart Interpretation – percentile • Pemberian makanan
Pediatrik Hematoonkologi •Anemia •Anemia hemolitik (Ab incom, RH Incom,AIHA) •Thalassemia •ITP •Breastfed Infant and Vit K •Leukemia in children •ABO Incompatibility
Pediatrik Sosial • Tumbuh kembang anak • Vaksinasi • Congenital deafness • Perkembangan Erickson • Gangguan Masa Anak
Pediatrik Nefrologi • Sindroma Nefrotik • Glomerulonefritis
Others • Muscular Dystrophy • Trauma kepala • Lesi Makulopapular
•Neonatal hypoglycemia •Growth Hormone •Thyroid Hormone •DM – Diabetic Keto Acidosis •Kelainan Genetik •Pubertas Prekoksia
PEDIATRIK ENDOKRINOLOGI & GENETIK
Hipoglikemia Hipoglikemia merupakan kondisi GLUKOSA PLASMA: 1. < 45 mg/dl pada bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala. 2. < 35 mg/dl pada neonatus aterm berusia < 72 jam 3. < 25 mg/dl pada neonatus prematur dan KMK berusia < 1 minggu Anamnesis: • Tremor, jitterness (gerakan tidak beraturan), atau iritabilitas • Kejang, koma • Letargis, apatis • Sulit menyusui, muntah sehingga asupan berkurang • Apneu • High Pitched Cry atau lemah • Sianosis • Beberapa bayi asimptomatik
Manifestasi: • Berkeringat, lapar, tremor, takikardia, pucat, kehilangan nafsu makan • Disorientasi, nyeri kepala, strabismus, Letargi, kejang, koma
Penyebab Hipoglikemia Peningkatan pemakaian glukosa • Neonatus dari ibu penderita DM • Besar Masa Kehamilan • Neonatus dengan eritroblastosis foetalis • Ibu mendapat terapi tokolitik, tiazid • Setelah transfusi tukar
Penurunan produksi/ simpanan glukosa • IUGR • Prematur • Asupan kalori tidak adekuat • Penundaan pemberian asupan
Keduanya • Stres perinatal (Sepsis, syok, asfiksia, hipotermi, resp. distress) • Transfusi tukar • Defek metabolisme karbohidrat • Defisiensi endokrin (insuf adrenal, defisiensi hipotalamus, hipopituitarism)
NEONATAL
ANAK
Perawakan Pendek Kriteria perawakan pendek: • TB < persentil 3 atau -2SD • Kecepatan tumbuh < persentil 25 • Perkiraan TB dewasa dibawah midparental heights
Buku ajar Endokrinologi 1, IDAI 2011
Growth Hormone
Secreted in pulsatile fashion from anterior pituitary gland Regulated by: –Growth hormone-releasing hormone (GHRH) stimulates both the synthesis and the release of GH –Somatostatin inhibits the release of GH •IGF –end product of GH bioeffect –negativefeedback effect on secretion
GH
©Bimbel UKDI MANTAP
©Bimbel UKDI MANTAP
Excess GH Pre-Pubertas - Gigantisme - Pertumbuhan tulang berlebih - Tinggi > 7 feet (2meter) - Macrocephaly - Obesitas - Frontal bossing - Hiperhidrosis - Soft tissue hipethropy
Post Pubertas - Akromegali - Pertumbuhan jaringan kartilago, tangan, kaki, ridge of eyebrow, dagu, dan lidah masih terjadi - Efek metabolik - Peningkatan gula darah peningkatan insulin risiko DM tipe 2 - Penyempitan arteri, serangan jantung
Diagnosis GH Excess
GH Deficiency : Dwarfism Dwarfism is defined as an adult height of less than 4 feet 11 inches (147cm)
• • • • •
Proportional short stature Below-normal velocity of growth Delayed physical maturation Delayed bone age Increased amount of fat around the waist • Delayed tooth development • Delayed onset of puberty
©Bimbel UKDI MANTAP
Thyroid hormone
©Bimbel UKDI MANTAP
Dwarfism Hipopituitarism Penurunan GH
VS
Cretinism
Hipotiroidisme Penurunan T4 dan T3
Proposional, Perawakan pendek, Perawakan pendek, bagian tubuh smart look, bagian tubuh tidak proposional, ekspresi datar, ugly look Mental normal ( Normal IQ)
Retardasi mental ( IQ rendah)
Sexual infantilsm
- Sexual infantilism - Small gonad
©Bimbel UKDI MANTAP
Hipotiroid Kongenital • • • • • •
Anamnesis Kelahiran postdate Retardasi perkembangan Gagal tumbuh/pendek Malas menetek Suara menangis serak Riwayat lahir di daerah endemik kekurangan iodium
• • • • • • • •
Pemeriksaan fisik Ubun ubun besar Dull face Lidah besar Kulit kering Hernia umbilikalis Hipoaktif Mottling, jaundice Sekilas mirip sindrome down
©Bimbel UKDI MANTAP Age: 6 mos
4 mos after L-T4
PPM IDAI jilid 1, 2011
Hipotiroid pada anak Tanda dan gejala • Perawakan Pendek • Delayed Bone Age • Increased Weigh for Heigh /Age • Kesulitan mengikuti pelajaran di sekolan • Gejala mirip pada orang dewasa (konstipasi, intoleransi dingin, puffy face, dll) • Kadang disertai pembesaran kelenjar pituitari dan tiroid
KRETINISME
Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan darah – TSH, fT4, – Darah lengkap – Ibu bisa di periksa antibody
• Radiologis – Bone age – Skintigrafi tiroid
• Screening fungsi tiroid – Dapat di skrining pada usia 2-5 hari atau 2-6 minggu
Terapi L-tiroksin USIA
DOSIS (microgram/kg/hari)
0-3 bulan
10-15
3-6 bulan
8-10
6-12 bulan
6-8
1-5 tahun
4-6
6-12 tahun
3-5
> 12 tahun
2-4
Screening Hypotiroid Congenital
Hipertiroid kongenital Kondisi yang jarang ditemui. Diakibatkan oleh transplasental antibody dari ibu yang memiliki grave disease
• • • •
Manifestasi Fetal Takikardi Aritmia Growth retardation prematuritas
Manifestasi Post natal • • • •
Iritabilitass Takikardi Hipertensi Penambahan berat badan yang buruk • Pembesaran tiroid • Gagal jantung • Mikrosefali
H. Krude, H. Bieberman, Congenital hypertiroid, department of pediatric, Virchow-klinikum, Germany
Diabetes Mellitus Tipe 1 • • • • • •
Bentuk Klasik Polidipsi Poliuri mengompol, infeksi berulang (jamur), tampak dehidrasi Polifagi Penurunan berat badan dalam 2-6 minggu Mudah lelah Biasnya terjadi pada onset remaja
Bentuk Ketoasidosis • Awitan klasik cepat dalam beberapa hari • Sering disertai nyeri perut, sesak nafas, dan letargis
PPM IDAI jilid 1, 2011
Temuan Klinis DM Tipe 1 Px fisik tanpa tanda kegawatan
• • • • • •
Polidipsi, poliuri, polifagi Iritable, penurunan prestasi Infeksi kulit berulang Kandidiasis vagina Gagal tumbuh Biasanya anak berperawakan kurus
Px fisik Disertai kegawatan
• Penurunan BB drastis • Nyeri perut dan muntah berulang • Dehidrasi • Sesak nafas, kusmaul breathing • Syok hipovol
PPM IDAI jilid 1, 2011
Penunjang DM Tipe 1 • • • •
Utama GDS ≥ 200 mg/dL Test OGTT terganggu GDP ≥ 126 mg/dL GD2JPP ≥ 200 mg/dL
tambahan • Kadar C-peptide melihat fungsi sel beta • HbA1c : tiap 3 bulan • Penanda antibodi (ICA, IAA)
PPM IDAI jilid 1, 2011
Tatalaksana • • • • • •
Prinsip pengobatan Pengobatan seumur hidup Pemberian INSULIN Pengaturan makan Olahraga Edukasi Self monitoring blood glucose
Insulin • Dipikirkan jenis dan sediaan • Bisa digunakan Basal Bolus atau Premix • Diberikan oleh spesialis anak, jika memungkinkan subspesialis endokrin
DIABETES MELITUS NEONATAL Klinis
Terapi
• Bentuk hiperglikemia yang muncul pada awal-awal kelahiran (umumnya 1 bulan pertama kehidupan) dan dapat menetap sampai usia 2-3 tahun (biasanya membaik dalam 2 minggu) • Klinis: Poliuria, Dehidrasi, Failure to Thrive, • Etiologi: Kelainan kromosom 6, mutasi gen KCNJ11
• Bolus insulin 0.05 and 0.1 units/kg dalam 15 menit monitoring gula darah 3060 menit masih tinggi, bolus insulin kembali setiap 46 jam jika gula darah masih tinggi setalh 3x bolus, Infus insulin kontinyu 0.01 and 0.05 units/kg /jam (max. 0.1 units/kg /jam) • Target gula darah: 150 200 mg/dL
Neonatal hyperglycemia, Up to date, 2015; Buku ajar endokrinologi anak 1, IDAI 2010
Ketoasidosis Diabetik • Merupakan kedaruratan medis • Kurangnya insulin dalam sirkulasi secara absolut ditunjang dengan meningkatnya counterregulatory hormones : katekolamin, glukagon, kortisol, dan growth hormone • Penegakan diagnosis apabila : – Hiperglikemia, kadar gula darah > 200 mg/dl – PH darah vena < 7.3, bikarbonat 14 hari dan umumnya disebabkan agen non-infeksius
MEKANISME DIARE Osmotik • Terjadi perubahan gradien absorbsi cairan sehingga menimbulkan retensi cairan dalam intralumen usus • Contoh: • Intoleransi laktosa hiperosmotik malabsorbsi cairan • Infeksi rotavirus, Shigella merusak epitel usus malabsorbsi cairan Sekretorik • Tejadi karena adanya sekresi aktif cairan ke intralumen ususoleh substansi endogen yang mengaktivasi mediator intraselular (cAMP, cGMP, Kalsium intraselular) • Contoh: • Infeksi Cholera, rotavirus toxin ke epitel usus sekresi • Substansi empedu, asam lemak, lakastif • Kelainan kongenital (Congenital Chloride Diarrhea) defek pada Na-H exchange atau Cl-/HCO3- exchange Gejala failure to thrive sejak neonatus
MEKANISME DIARE Motilitas • Terjadi perubahan motilitas gastrointestinal yang mempengaruhi kemampuan absorbsi (secara tidak langsung) • Contoh: • Hipomotility stasis inflamasi overgrowth bacterial malabsorbsi • Hipermotility mengurangi waktu transit cairan untuk diabsorbsi
Inflamatorik • Terjadi karena adanya proses peradangan yang menyebabkan destruksi villi usus dan atau disfungsi transporter sehingga menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam rupa mucus, protein dan darah. • Contoh: • Infeksi shigella, Inflamatory Bowel Disease, Celiac Disease (Imunne process)
Pemeriksaan Pada Diare Physical exam
ANAMNESIS • • • • • • •
Feeding history Frequency of stools Number of days Blood and mucus in stools Local reports of cholera outbreak Recent antibiotic or other drug treatment Vomitting Dehydration sign
• • • • • • •
KU, VS, GCS Signs of dehydration Blood in stool Signs of malnutrition Abdominal mass Abdominal distension. Imbalance electrolit
Lab exam •
• •
Stool cultures ≠ routine exam Electrolyte levels if needed Blood Gas Analysis
Tanda Dehidrasi Tanda Utama
• Gelisah/cengeng • lemah/letargi/koma • Haus, turgor kulit abdomen menurun
Tanda gangguan asam basa dan elektrolit
• Nafas kussmaul (asidosis metabolik) • Kembung (hipokalemia) • Kejang (hipo/hiper natremia)
©Bimbel UKDI MANTAP
Derajat Dehidrasi
LANGKAH TUNTASKAN DIARE 5 STEPS5 OF MANAGEMENT FOR DIARRHEA CASE MANAGEMENT
1. NEW REDUCED OSMOLARITY ORALIT
1. DEHYDRATION: Rehydration: PO oralit
2.NUTRITION:
2. CONTINUED FEEDING
3.ZINC
SEVERITY & INCIDENCE
4. RATIONAL ANTIMICROBIAL 3. ETIOLOGY (commonly infection)
4. SUCCES OF PRACTICE:
PHARMACOLOGIC NO ANTIMICROBIAL & ANTIVOMITING
5. PATIENT-DOCTOR COMMUNICATION
Lect. by Prof Prof. dr. S. Yati Soenarto, Ph.D., Sp.AK, WHO 2005 ©Bimbel UKDI MANTAP .
EFEK S AMPING : MUAL MUNTAH
Buku saku, 5 lintas diare, 2011
©Bimbel UKDI MANTAP
Cause
Antibiotic(s)of choice
Alternative(s)
Cholera
Doxycycline Adults: 300 mg once or Tetracycline Children: 12.5 mg/kg 4 times a day x 3 days Adults: 500 mg
Erythromycin Children: 12.5 mg/kg 4 times a day x 3 days Adults: 250 mg
Shigella dysentery b
Amoebiasis
Giardiasis
4 times a day x 3 days Cotrimoxazole Children: 10 mg/kgBB (TMP) divided 2 for 5 days Ciprofloxacin Children: 15 mg/kg 2 times a day x 3 days Adults: 500 mg
2 times a day x 3 days Metronidazole Children: 10 mg/kg 3 times a day x 5 days (10 days for severe disease) Adults: 750 mg 3 times a day x 5 days (10 days for severe disease) Metronidazole d Children: 5 mg/kg 3 times a day x 5 days Adults: 250 mg 3 times a day x 5 days
4 times a day x 3 days
Pivmecillinam Children: 20 mg/kg 4 times a day x 5 days Adults: 400 mg 4 times a day x 5 days Ceftriaxone Children: 50-100 mg/kg
once a day IM x 2 to 5 day
Lect. by Prof Prof. dr. S. Yati Soenarto, Ph.D., Sp.AK, WHO 2005 ©Bimbel UKDI MANTAP
Disentri Definisi • Diare yang disertai darah. • Paling sering disebabkan oleh Shigella, namun dapat pula disebabkan oleh amoeba
Diagnosis • BAB cair, disertai darah. • Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi: – – – – –
Nyeri perut Demam Kejang Letargis Prolaps rektum
• Pemeriksaan feses trofozoit amuba dan Giardia. • Shigellosis lying-down dysentry • Amoebiasis Walking dysentry ©Bimbel UKDI MANTAP
Disentri Indikasi rawat inap -
Anak dengan gizi buruk Bayi muda ( 40 tahun, Imunokompromise, Chronic liver disease ©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Nenny Srimulyani, Sp.A
Akut Abdomen pada Anak
Lect. By dr. Akhmad Mahmudi, Sp.B Sp. BA
Incidence Any age : 5 – 9 months greatest 1st YEAR OF LIFE > 50% CASES > 2 years : 10 –25 % Location : ileocolic 80% Rarity ileoileal, cecocolic, jejunojejunal
INTUSUSEPSI
•
Manifestasi klinis: – – –
•
TRIAS: Nyeri perut mendadak, muntah, feses bercampur darah (red currant jelly stool) Anak menekuk kaki untuk mengurangi nyeri Teraba massa memanjang pada abdomen (Sausage sign)
Penunjang: – – –
Foto polos abdomen Dance’s sign USG Target sign, Pseudo kidney sign Barium Enema Filling defect,
©Bimbel UKDI MANTAP
-Lect. By dr. Akhmad Mahmudi, Sp.B Sp. BA -PPM IDAI
Treatment: 1.Nonoperative •Hydrostatic reduction •Pneumatic reduction •Barium enema reduction : - contra indication : peritonitis, shock,electrolyt imbalance, uremia, distended, obstructive. 2. Operative Recurrent: Nonoperative: Barium enema reduction (4 – 6 %) Operative :milking procedure (3 %)
©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Akhmad Mahmudi, Sp.B Sp. BA
Enterokolitis nekrotikans Definisi Sindrom nekrosis intestinal akut pada neonatus yang ditandai oleh kerusakan dinding intestinal berat akibat proses inflamasi vaskular, mukosa dan metabolik pada usus yang imatur, biasanya terjadi pada neonatus usia 2-3 minggu kehidupan. Faktor risiko: bayi prematur, terlalu dini memberi susu formula.
Manifestasi Klinis
• SISTEMIK – – – – – – – –
Distress napas Letargis atau iritabilitas Suhu tubuh tidak stabil Toleransi minum buruk Asidosis Oliguria Hipotensi Syok sepsis
• SALURAN PENCERNAAN – – – – – –
Distensi abdomen (terisi gas) Eritema dinding abdomen Muntah (bilier, darah) Diare dengan tinja berdarah Residu lambung Tanda-tanda ileus: Bising usus berkurang/menghilang
PPM IDAI 2011
Diagnosis : • Hasil darah: neutropenia, anemia, trombositopenia, kultur darah negatif • Baby Gram Usus besar terdilatasi, Dinding usus besar menebal, pneumatosis intestinalis (gambaran gas pada dinding usus)
Mx : konsul Sp.A setelah stabil, stop enteral feeding, NGT dekompresi,antibiotik broad spectrum, TPN.
•Pemeriksaan status gizi •Malnutrisi •CDC Growth Chart Interpretation – percentile •Pemberian makanan
PEDIATRI GIZI
Interpretation of growth and nutritional status
©Bimbel UKDI MANTAP
WHO interpreting indicator, 2008
Interpretation and causes of abnormal growth nutritional status: Parameter
keterangan
Length/Heigh for Age > +2
-
Hati hati kelainan genetik, Marfan syndrome Kleine felter syndrome, Pubertas prekoks, Tumor secreting GH
Length/Heigh for Age < -2 - Kekurangan energi kronis (too short/stunted) - sakit sakitan - Hipotiroid, Gh defisiensi - Riwayat pendek pada keluarga - Delay puberty - achondroplasia Weigh for Lenght/heigh or BMI for Age > +2
- Overweight - Obese
Weigh for Lenght/heigh or BMI for Age < -2
-
Gizi Kurang Marasmus Kwashiokor Marasmic-kwashiokor
Gizi Buruk KLINIS
BB/TB
Gizi buruk
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
12 bulan
200.000 IU
1 kapsul merah
Gejala Defisiensi vit. A
Tindakan
Diberikan apabila : • Muncul gejala defisiensi vitamin A: ulkus kornea, bercak bitot keratomalasia • Sakit campak dalam 3 bulan terakhir Waktu pemberian: Diberikan sesuai umur pada hari 1,2, dan 14
Bitot spot saja
Tidak perlu obat tetes mata
Nanah atau peradangan
Tetes mata KLORAMFENIKOL atau TETRASIKLIN 1%
Kornea keruh atau ulkus kornea
• Tetes mata KLORAMFENIKOL 1% atau TETRASIKLIN 1% 4x sehari selama 710 hari • Tetes mata ATROPIN 1% 3x sehari selama 3-5 hari
• Pemberian makanan F-75 dalam jumlah sedikit namun sering (Oral atau NGT) • Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase terapi: Zat
Satuan
STABILISASI
TRANSISI
REHABILITASI
Energi
kkal/kgBB/hari
80-100
100-150
150-220
Protein
g/kgBB/hari
1-1,5
2-3
4-6
Cairan
ml/kgBB/hari
130 atau 100 bila edema
150
150-200
• Jika anak masih ASI maka lanjutkan saja ditambah kebutuhan F-75 sebagai berikut: Hari
Frekuensi
Cc/kgBB/kali
Cc/kgBB/hari
1-2
Setiap 2 jam
11
130
3-5
Setiap 3 jam
16
130
6 - dst
Setiap 4 jam
22
130
©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
©Bimbel UKDI MANTAP
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS, WHO 2008
• Mengganti konsumsi F-75 dengan F-100 dalam jumlah dan frekuensi yang sama (selama 2 hari) • Setelah transisi bertahap, berikan: – Makanan lebih sering dalam jumlah yang lebih besar – Kebutuhan kalori: 150-220 kcal/kgBB/hari – Kebutuhan protein; 4-6 g/kgBB/hari
• Nilai progress keberhasilan peningkatan BB: – Buruk: jika < 5 g/kgBB/hari butuh penilaian ulang status – Cukup: 5-10 g/kgBB/hari nilai ulang pemberian makanan, perhatikan tanda-tanda infeksi – Baik: > 10 g/kgBB/hari
• PERHATIKAN GEJALA DINI GAGAL JANTUNG DAN DIARE OSMOTIK ©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
• Pengasuhan maternal yang penuh kasih sayang • Lingkungan stimulasi yang ceria • Terapi bermain selama 15-30 menit/hari • Kegiatan olah fisik segera setelah anak membaik ©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
• Memenuhi kriteria pulang rawat inap • Edukasi ibu mengenai: – Pola makan teratur dengan makanan kaya energi dan protein – Lanjutkan stimulasi – Kontrol kondisi anak pada minggu ke-1, ke-2, ke-4 lalu sebulan sekali selama 6 bulan – Pastikan kelengkapan imunisasi dan suplementasi vitamin A setiap 6 bulan ©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
Kriteria Pulang Rawat Inap • BB/TB >-3SD • Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut • Edema sudah berkurang atau hilang • Anak sadar dan aktif • Selera makan anak sudah baik dan dapat menghabiskan makanan • Komplikasi sudah teratasi • Ibu telah mendapat konseling gizi
Kriteria Sembuh Gizi Buruk • BB/TB ≥ -2SD dan tanpa edema selama 2 minggu • LILA ≥ 12.5 cm dan tanpa edema selama 2 minggu
Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kemenkes 2011 Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS, WHO 2013
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A ©Bimbel UKDI MANTAP
Tatalaksana syok gizi buruk
Pedoman tatalaksana gizi buruk, Kemenkes 2011
Pedoman tatalaksana gizi buruk, Kemenkes 2011
Pemberian Makanan pada Anak Umur 0 – 6 bulan
Makanan ASI eksklusif
6 – 7 bulan
ASI + bubur susu
8 bulan
ASI + bubur tim lumat
9 bulan
ASI + bubur nasi
10 bulan
ASI + nasi tim
11 bulan
ASI + nasi lembek
>12 bulan
Berikan makanan orang dewasa : nasi, lauk pauk, sayur
• MP-ASI: – Mulai diberikan pada usia 6 bulan – Jika ASI tidak cukup maka dapat diberikan paling dini usia 4 bulan – Tidak boleh diberikan lebih lambat dari usia 6 bulan – Hindari makanan mengandung nitrat pada bayi usia < 6 bulan
Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Anak, IDAI 2015
• • • • • • •
Anemia Anemia hemolitik (Ab incom, RH Incom,AIHA) Thalassemia ITP Breastfed Infant and Vit K Leukemia in children ABO Incompatibility
PEDIATRI HEMATOONKOLOGI ©Bimbel UKDI MANTAP
Anemia?
©Bimbel UKDI MANTAP
Laboratory procedures Complete blood cell count with cell indices Reticulocyte count Blood smear examination Bone marrow examination Other laboratory tests ©Bimbel UKDI MANTAP
1. Complete blood cell count with cell indices • CBC: RBC count, Hb, Hct, RBC indices, WBC count, & PLT count •
RBC indices: Indices
definition
Mean corpuscular volume
The MCV is calculated from the RBC count and the hematocrit and indicates the average volume of the RBC in femtoliters (fL), or 10-15 L
Mean corpuscular hemoglobin
The MCH is calculated from the HB and RBC count, indicates the average weight of Hb in the RBC.
Mean corpuscular hemoglobin concentration
The MCHC is calculated from the Hb and Hct and is an expression of the average concentration of Hb in the RBC.
• RDW (Red Blood Cell Distribution width): Mathematical expression of variance within the volume distribution of the erythrocyte population indicates the variation of RBC size (anisocytosis) ©Bimbel UKDI MANTAP
Approach to Anemia: MCV!
MCV Mikrositik Hipokromik
ADB
Penyakit kronik
Besi Serum Thalassemia
N Sideroblastik
MCV Normal
Anemia
Normositik normokromik
Retikulosit
Anemia hemolitik Perdarahan Akut Aplastik
MCV
Defisiensi folat
Makrositik
N/ Leukemia, etc
Defisiensi B12 ©Bimbel UKDI MANTAP
2. Reticulocyte Count Reticulocyte is the latest phase of immature erythrocyte which contain residual ribosomal RNA in peripheral blood which can be precipitated by supravital dyes such as Brilliant Cresyl Blue or New Methylene Blue
Normal Range Circulation Reticulocyte (0.5 – 1.5 %)
©Bimbel UKDI MANTAP
3. Blood smear examination (MDT)
©Bimbel UKDI MANTAP
Morphologic Classification
Normocytic normochromic
Microcytic hypochromic
Macrocytic normochromic
MCV
80-94 fL
94 fL
MCH
27-32 pg
32 g/dL
MCHC
32-36 g/dL
Reticulocyte
Increased/N/ decreased
Increased/N/decreased
decreased
Etiology
Hemolysis, acute bleeding, malignancy, chronic disease
Abnormality Hb synthesis: ID, def of heme synthesis (sideroblastic anemia), def globin synthesis (thalassemia), chronic disease
Megaloblastic: def vit B12/folic acid Nonmegaloblastic: chronic liver disease, chronic hemolytic anemia, etc
©Bimbel UKDI MANTAP
laboratorium hematologi & status besi pada ADB dewasa
Parameter
Anak-anak
Hb (g/dL)
> • Kurang sensitif
Penurunan clotting time:
Peningkatan clotting time:
Penanganan kasar thd spesimen darah
Temperatur meningkat ekstrim
Adanya cairan jaringan (traumatic venipuncture)
Variasi dalam pH
CT>> mengindikasikan defek koagulasi, ttp hasil CT normal tidak mengeksklusi adanya defek koagulasi yang serius
Tabung sering di “tilting”
Tabung kurang bersih
Lecture by dr. Usi Sukorini, Sp.PK
PROTHROMBIN TIME (PT)
ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (APTT)
• Mendeteksi kelainan faktor koagulasi ekstrinsik & jalur bersama
• Mendeteksi kelainan faktor koagulasi instrinsik & jalur bersama
KONDISI PT memanjang: •defisiensi f. II, V, VII, X • penyakit hati • defisiensi vitamin K • hemorrhagic d’s of the newborn (HDN) • DHF • inhibitor f. VII • terapi antikoagulan oral • DIC
KONDISI APTT memanjang: •defisiensi semua faktor koagulasi kec. f. VII dan XIII • hemofilia, vWD (beb) • penyakit hati • defisiensi vitamin K • hemorrhagic d’s of the newborn (HDN) • DHF • inhibitor f. VIII • terapi heparin • DIC Lecture by dr. Usi Sukorini, Sp.PK
BT N
BT >>
Juml Tr >
Juml N
PT N
Contoh Kondisi PT N
Juml N
Liver disease /HDN
APTT >>
BT N
Antiko agulan oral
APTT N Lecture by dr. Usi Sukorini, Sp.PK
PT >>
PT >>
Dengue infection
Jumlah trombosit >
Komplikasi DIC: PT, APTT >> Jumlah trombosit
HEMOFILIA Penyakit gangguan pembekuan darah yang bersifat herediter. Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan kekurangan faktor IX, merupakan penyakit X-linked resesif
Anamnesis • • • • •
Perdarahan spontan/ post trauma Perdarahan sendi (hamartrosis) Perdarahan intrakranial Perdarahan mata, saluran cerna, dsb Riw. Serupa pada keluarga pria
Pemeriksaan fisik • PX FISIK: • Hamartrosis : bengkak, nyeri • Hematom • Tanda peningkatan intrakranial • Perdarahan intrakranial (susp) • Pucat, syok hemorragic – penkes • Hemofilia A dan B tidak bs dibedakan secara klinis ©Bimbel UKDI MANTAP
hamartrosis
HEMOFILIA Pemeriksaan penunjang • Darah tepi • CT >> • APTT >> • PT normal • Kadar faktor VIII, IX
©Bimbel UKDI MANTAP
X linked
©Bimbel UKDI MANTAP
Management Tatalaksana harus bersifat komprehensif dan multidisiplin, sehingga menurunkan mortilitas dan morbiditas
Tatalaksana Umum • • • • • •
Cegah perdarahan Terapi perdarahan akut sedini mungkin < 2 jam Terapi perdarahan berat di RS dg pelayanan hemofilia Minimalisir suntikan IM atau ambil darah vena/arteri Hindari aspirin, NSAID Berikan faktor VIII/IX sebelum prosedur invasif
Perdarahan Akut • RICE • Replacement therapy dalam 2 jam (Sumber f.VIII Kriopresipitat, Sumber f.IX FFP dan konsentrat f.IX) • Respon klinik (-) px kadar inhibitor
Adjuvan • Asam Traneksamat menghentikan perdarahan • Desmopresin Melepaskan faktor VIII dari pool
Defisiensi Vitamin K Merupakan bentuk penyakit perdarahan akibat kekurangan vitamin K, manifestasinya berupa defisiensi kompleks protrombin yang didapat
Anamnesis • Bayi kecil (1-6 bulan), sebelumnya sehat tiba tiba tampak pucat dan malas minum, banyak tidur • Minum asi, tidak mendapat suntikan vit K saat lahir • Kejang fokal
Pemeriksaan fisik • Pucat tanpa perdarahan yang nyata • Peningkatan tekanan intrakranial, UUB Menonjol, penurunan kesadaran, papil edema • Defisit neurologis : kejang fokal, hemoparesis, peresis nervus kranial ©Bimbel UKDI MANTAP
Defisiensi Vitamin K Pemeriksaan Penunjang • Darah lengkap • Pemeriksaan PT dan APTT dapat normal atau memanjang • USG atau CT scan Kepala
Tatalaksana • • • • •
Vit K 1 mg IM selama 3 hari berturut turut Transfusi FFP 10-15ml/kg selama 3 hari Transfusi PRC (sesuai HB) Tatalaksana Kejang dan peningkatan TIK (manitor 0,5-1gram/kgBB/kali) Konsultasi bedah saraf
Pemantauan • UUB, GCS, Kejang • Balance cairan • Monitor tumbuh kembang ©Bimbel UKDI MANTAP
Leukemia in Children CBC
Hb AL AT
Acute
Chronic
(anemia
(anemia)
(leukositosis)
(leukositosis)
(trombositopenia)
- N/ - in CML blast crisis
Diff count blast cells (nucleoli (+))
immature granulocytes (all stage of maturation)
Myeloid (AML)
Lymphoid (ALL)
Myeloid (CML)
80-90% Adult & 12% children Myeloblast >20% Auer rod (+)
Adults Children>> Philadelphia (85%) chromosom Limfoblast >20% 2% children
©Bimbel UKDI MANTAP *Pansitopenia may present in the early sign of leukemia
Lymphoid (CLL) >55 yo Limfositosis >50rb
• • • • •
Tumbuh kembang anak Vaksinasi Congenital deafness Perkembangan Erickson Gangguan Masa Anak
PEDIATRIK SOSIAL
Umur
Gross
Fine
Speech
Personal Social
0 – 3 bln
Angkat kepala 45 derajat, gerakkan kepala kaki tangan
Melihat/ menatap wajah
Ngoceh spontan : ooh aah, bereaksi terhadap suara
Balas senyum, mengenali ibu
3-6 bln
Berbalik dari tengkurap – telentang, angkat kepala 90 derajat
Genggam pensil, meraih benda, meraih tangan sendiri
Suara gembira bernada tinggi
Tersenyum saat bermain sendiri
6-9 bln
Duduk tidak pegangan, merangkak, belajar berdiri
Memungut 2 benda sekaligus, meraup benda kecil
Bersuara tanpa arti : mamama dadada
Tepuk tangan, mencari mainan
9-12 bln
Angkat badan, mau berdiri, jalan dituntun
Mengulurkan badan untuk mengambil mainan, menggenggam pensil
Menirukan bunyi yang didengar, sebut 2 – 3 suku kata tanpa arti
Mengenal keluarga, takut terhadap orang baru
12-18 bln
Berdiri tanpa pegangan, berdiri jongkok berdiri, jalan mundur
Menumpuk 3 kubus, memasukkan kubus ke kotak
Panggil bapak ibu, papa mama
Rasa cemburu, bersaing, menarik – narik tangan ibu
Umur
Gross
Fine
Speech
Personal Social
18 – 24bl
Berlari tanpa jatuh
Menumpuk 4 kubus, menjimpit, menggelindingkan bola
3 – 6 kata berarti
Memegang cangkir, makan minum sendiri, membantu pekerjaan RT
24-36 bl
Jalan naik tangga, menendang bola kecil
Corat coret pada kertas
Bicara baik 2 kata, menyebut 2 benda atau lebih, menunjuk bagian tubuh
Membantu memungut mainan, makan tidak banyak tumpah, melepas pakaian sendiri
36-48 bln
Berdiri 1 kaki selama 2 detik, melompat 1 kaki diangkat, bersepeda roda 3
Gambar garis lurus, menumpuk 8 kubus
2-4 warna, menyebut nama, umur, tempat
Cuci tangan, memakai sepatu, pakai celana panjang,kemeja,ba ju
48-60 bln
Berdiri 1 kaki 6 detik, melompat 1 kaki , menari
Menggambar x, o, orang dengan 3 bagian, kancingkan baju
Sebut nama lengkap tanpa dibantu, senang bertanya, jawab benar nama har/ angka
Berpakaian, gosok gigi, tidak rewel saat ditinggal
Gangguan perkembangan pervasif sebelum usia 3 tahun • Biasanya tidak jelas ada perkembangan normal sbelumnya, tetapi bila ada, kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3 tahun
Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik (reciprocal social interaction) • Kurang respon terhadap emosi orang lain • Kurang modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial • Buruk dalam isyarat sosial • Kurang respon timbal balik sosio-emosional
Hendaya kualitatif dalam komunikasi • Kurang keterampilan bahasa • Kurang dalam permainan imaginatif dan imitasi social • Kurang interaksi timbal balik dalam percakapan baik verbal maupun non verbal • Hendaya dalam variasi irama atau penekanan sebagai modulasi dalam komunikasi
Pola perilaku, minat, dan kegiatan yang terbatas, berulang, dan stereotipik • Bersikap kaku dan rutin dalam kehidupan sehari-hari • Kelekatan terhadap benda yang aneh khususnya benda yang tidak lunak • Stereotipik terhadap minat maupun motoric • Penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau detil lingkungan hidup pribadi
Semua tingkatan IQ dapat ditemukan, namun ¾ kasus terdapat retardasi mental
A U T I S M E
AUTISME TAK KHAS
Gangguan pervasif yang berbeda dari autism dalam hal usia onset maupun tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik • Kelainan menjadi jelas pertama kalinya di usia > 3 tahun • Tidak cukup menunjukkan kelainan dalam satu atau dua dari tiga bidang psikopatologik yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme. • Sering muncul pada individu dengan retardasi mental berat, sehingga pasien tidak mampu menampakkan gejala yang cukup untuk menegakkan diagnosis autisme.
Onset terjadi pada usia 7 – 24 bulan • Pola perkembangan awal tampak normal atau mendekati normal, diikuti kehilangan sebagian atau seluruh keterampilan tangan dan berbicara yang telah didapat, bersamaan dengan kemunduran/perlambatan pertumbuhan kepala (progressive motor deterioration)
Gejala : • Hilang kemampuan gerakan tangan yang bertujuan dan keterampilan manipulatif dari motorik halus yang telah terlatih. • Kehilangan sebagian atau seluruh perkembangan berbahasa. • Hambatan dalam mengunyah makanan dengan baik, penjuluran lidah, dan air liur yang menetes. • Kehilangan ikatan sosial (tampak anak dapat “senyum sosial”, menatap seseorang dengan kosong, tetapi tidak terjadi interaksi sosial dengan mereka pada awal masa kanak (walaupun interaksi sosial dapat berkembang kemudian) • Berdiri dan berjalan cenderung melebar, koordinasi gerak memburuk, serta skoliosis atau kifoskoliosis (50% kasus terdapat atrofi spinal dengan disabilitas motorik berat saat remaja atau dewasa) • Dapat juga timbul spastisitas dan rigiditas (lebih sering pada ekstremitas bawah) dan serangan epileptic mendadak (onset sebelum 8 tahun)
S i n d r o m
R E T T
HOM E
Sindrom ASPERGER
Diagnosis ditentukan oleh kombinasi : • Tidak ada hambatan/keterlambatan umum dalam berbahasa atau kognitif yang secara klinis jelas seperti pada autisme • Ada defisiensi kualitatif dalam fungsi interaksi sosial yang timbal balik, dan • Adanya pola perilaku, perhatian, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik.
Mungkin ada masalah dengan komunikasi seperti pada autisme, tetapi adanya keterlambatan berbahasa yang jelas akan menyingkirkan diagnosis ini
Butir-butir diagnostic ADHD (F90.0) • •
• •
• •
Ciri utama: berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan Berkurangnya perhatian: sering beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, tidak adanya derajat gangguan sensorik atau perseptual yang tidak biasa Hiperaktivitas: kegelisahan yang berlebihan, bila dibandingkan dengan anak usia dan IQ yang sama Gambaran penyerta: kecerobohan dalam hubungan sosial, sembrono dalam situasi yang berbahaya, impulse melanggar tata tertib social Sering terjadi gangguan belajar serta kekakuan motoric Tidak terpenuhinya kriteria gangguan tingkah laku (F91): – Pola tingkah laku disosiatif, agresif atau menentang – Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhatikan tingkat perkembangan anak – Tingkah laku diatas berlanjut selama 6 bulan atau lebih
Tuli Kongenital Definisi
• Tuli kongenital merupakan kondisi tuli konduktif maupun sensorineural yang bermanifestasi langsung saat bayi lahir. • Penyebab tuli kongenital dipengaruhi beberapa factor yaitu genetik dan non-genetik. Faktor Non genetik
• Infeksi maternal: TORCH • Prematur dan BBLR • Obat-obatan dan substansi: Aminoglikosida, alkohol • Trauma persalinan • Asfiksia selama kehamilan • Malformasi
UKDI MANTAB
Faktor Genetik • Autosomal resesif (80%): Alport syndrome, Usher syndrome, Pendred syndrome, JervellLange-Nielsen Sydrome • Autosomal dominan (15%): Waardenburg syndrome, Hemifacial microsomia , TreacherCollins syndrome • X-linked (2%): Otopalatodigital syndrome, Hunter syndrome
VAKSINASI
Vaksin Hidup
Vaksin Inaktif
• Kontraindikasi: imunodefisiensi dan kehamilan • Respon imunitas alami • Dapat dibekukan
• Titer antibodi akan terus menurun sehingga butuh dosis ulangan • Tidak dapat dibekukan
VAKSIN BAKTERI
VS
VAKSIN HIDUP
VAKSIN INAKTIF
•BCG •Oral Typhoid
•Diphteria (toxoid) •Tetanus (toxoid) •Pertusis (Whole cell, Fractional acellular) •Kolera •Meningoccocal (Polysaccharide) •Pneumoccocal (Polysaccharide) •HiB (Polysaccharide) •Typhoid Vi (Polysaccharide, Fractional)
VAKSIN VIRUS •MMR •Campak •OPV •Yellow Fever
•Influenza (Whole cell) •IPV (Whole cell) •Hepatitis A (Whole cell) •Hepatitis B (Fractional) •Rabies
KONTRAINDIKASI VAKSIN Absolut
• Anafilaksis atau hipersensitifitas pada bahan vaksin • Ensefalopati dalam 7 hari pasca vaksin DPT • AIDS (tidak diberikan vaksin BCG , OPV, dan yellow fever) • Imunodefisiensi (keganasan hematologi, tumor, kongenital, terapi imunosupresan) Relatif • Live vaccine : kehamilan, mendapat transfusi darah atau imunoglobulin dalam 3-11 bulan, trombositopenia • Moderate/severe acute illness selain mild disease • Demam >40,5 °C, syok, kejang, menangis > 3jam dalam 48 jam pasca vaksin DPT sebelumnya • Sindrom GBS dalam 6 minggu pasca vaksinasi • Prematur atau BBLR tunggu berat badan >2 kg atau usia 2 bulan (terutama untuk vaksin BCG) WHO guideline for Vaccine in child, (2008)
BUKAN KONTRAINDIKASI VAKSIN Bukan kontraindikasi • Alergi/asma (selain komponen vaksin) • Mild illness : ISPA, diare ringan, otitis media, demam ringan, colds • Dalam terapi antibiotik • Penyakit kronis (jantung, ginjal, hepar, paru) • Cerebral palsy atau down syndome • Malnutrisi atau jaundice • Diketahui atau suspek HIV tanpa tanda dan gejala AIDS • Ibu Menyusui • Riwayat keluarga kejang dan alergi vaksin • Riwayat Demam < 40,5 °C pasca DPT sebelumnya • Riwayat kejang, KIPI pasca DPT dalam keluarga WHO guideline for Vaccine in child, (2008)
Vaksinasi pada HIV •
Pada kasus anak lahir dari ibu HIV (+) maka pemberian vaksin diberlakukan syarat khusus: –
Seluruh jenis vaksinasi boleh dilanjutkan, kecuali BCG dan Yellow Fever – Jika daerah tersebut endemis TB, maka BCG boleh diberikan – Jika fasilitas kurang mendukung untuk menegakan simptomatik HIV(+) maka BCG tetap diberikan (dengan asumsi pasien mungkin masih asimtomatik) – Jika kondisi anak sudah diketahui simptomatik HIV (+), BCG tidak boleh diberikan.
Vaksin
Keterangan
IPV
Pasien dan keluarga serumah
DPT
Pasien dan keluarga serumah
HiB
Pasien dan keluarga serumah
Hep-B*
Sesuai jadwal anak sehat
Hep-A
Sesuai jadwal anak sehat
MMR**
Diberikan umur 12 bulan
Influenza
Tiap tahun diulang
Pneumokok
Secepat mungkin
BCG***
Dianjurkan untuk Indonesia
* Dianjurkan dosis hepatitis B dilipatgandakan 2x ** Diberikan pada asimptomatik HIV atau gejala ringan *** Tidak diberikan bila HIV gejala berat PERMENKES 42/2013 PENYELENGGARAAN IMUNISASI
1. HEPATITIS B • Vaksin Hep-B1 diberikan < 12 jam setelah injeksi Vitamin K1 pada paha berbeda mencegah perdarahan • Bayi dari ibu HBsAg (+) berikan HBIg untuk mencegah infeksi perinatal
2. POLIO • Vaksin Polio-0 OPV (saat lahit atau sebelum pulang) • Vaksin Polio-1,2,3 dan booster OPV atau IPV (minimal IPV 1x) 3. BCG • Vaksin BCG optimal diberikan saat usia 2 bulan • Jika diberikan pada usia >3 bulan uji tuberculin dahulu 4. DTP • Vaksin DTP paling cepat diberikan saat usia 6 minggu • Pada anak usia >7 tahun booster Td dan diulangi setiap 10 tahun • DPaT 12 bulan 1x vaksin dan 1x booster (interval 2 bulan) • Jika diberikan >24 bulan 1x vaksin 7. ROTAVIRUS • Mulai diberikan usia 6-14 minggu • Vaksin Monovalen 2x, Interval 4 minggu, Optimal selesai usia 12 tahun 2x, interval 4 minggu 9. INFLUENZA • Vaksin diberikan setelah usia 6 bulan dan diulangi setiap tahun (1x setiap tahun) • PERTAMA kali vaksin jika usia < 9 tahun, diberikan 2x dengan interval 4 minggu • Dosis vaksin anak usia 6 sampai 10 tahun • Vaksin monovalent 3x (interval 0,1,6 bulan) • Vaksin tetravalent 3x (interval 0,2,6 bulan) COMMON PITTFALS!! • Vaksin polio-0 diberi IPV • Vaksin HB1, HB2 (IDAI), DPT-HiB-HB 1,2,3 (pemerintah), HB3 (IDAI) • Usia 9 bulan diberi MMR bukan Campak
PERMENKES 42/2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI VAKSIN W. DASAR Hep-B BCG Polio DTP HiB Campak W. LANJUTAN Batita Hep-B DTP HiB Campak W. LANJUTAN usia SD Kelas 1 SD: Campak Kelas 1 SD: DT Kelas 2 SD: Td Kelas 3 SD: Td PILIHAN MMR Tifoid Oral Tifoid Parenteral Varisela Hep-A Influenza PCV Rotavirus HPV
Lahir 1 0 1x 1
2
3
4
1
2
3
2 1 1
3 2 2
4 3 3
BULAN 5 6
9
12
15
18
24
3
4
5
6
TAHUN 7 8
9
10
12
1 L L L L Agt Nov Nov Nov 1x Diulangi setiap 5 tahun Diulangi setiap 3 tahun 1x vaksin 2x, interval 6-18 bulan Diulangi setiap tahun 1 2 3 Mono 2x, Penta 3x
L 3x
18
1. MMR • Tetap diberikan sekalipun ada riwayat infeksi MMR atau sudah vaksin campak • Diberikan pada usia 12-18 bulan 2. TIFOID • Ada 2 jenis Oral (usia ≥ 6 tahun) dan Polisakarida Parenteral (usia ≥ 2 tahun) • Oral diberikan pada hari ke 1, 3, 5, dan 7. Diulangi tiap 5 tahun • Parenteral 0,5 mL subkutan atau IM dan Diulangi tiap 3 tahun 3. VARISELA • Vaksin diberikan mulai usia masuk sekolah (5 tahun) --> cukup 1x • Usia ≥ 13 tahun 2x dosis selang 4 minggu
4. HEPATITIS A • Indikasi: populasi risiko tinggi infeksi HAV, anak usia ≥ 2 tahun pada daerah endemis, pasien penyakit hati kronis, pengunjung ke daerah endemis • Vaksin diberikan pada anak usia ≥ 2 tahun 2x dosis interval 6-18 bulan
5. INFLUENZA • Dosis anak usia < 2 tahun 0,25 ml dan usia > 2tahun 0,5 ml • Jika pertama kali mendapat vaksin pada usia ≤ 8 tahun berikan 2 dosis selang 4 minggu • Diulangi setiap tahun 6. PNEUMOKOKUS • Indikasi PPV: anak dengan imunokompromise dan penyakit kronis • Ada 2 jenis PPV 23 (untuk usia > 2 tahun) dan PCV 10, PCV 13 (untuk anak usia < 2 tahun) • PCV diberikan saat usia 2,4,6 bulan (minimal usia 6 minggu dengan interval 4-8 minggu) dan diulangi 12-15 bulan • Jika dosis pertama pada usia 7-12 bulan berikan 2 dosis selang 2 bulan + Booster 1x saat usia > 12 bulan atau minimal 2 bulan dari dosis terakhir • Jika dosis pertama usia > 1 tahun berikan 1 dosis + Booster 1x selang 2 bulan dari dosis terakhir • Jika dosis pertama usia 2-5 tahun cukup 1 dosis
PERMENKES 42/2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI IMUNISASI DASAR
IMUNISASI LANJUTAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Umur
Jenis
0 Bulan
Hepatitis B-0
Sekolah
Jenis
Pelaksanaan
1 Bulan
BCG, Polio 1
Kelas 1 SD
Campak
Agustus
2 Bulan
DPT-HB-Hib 1, Polio 2
DT
November
3 Bulan
DPT-HB-Hib 2, Polio 3
Kelas 2 SD
Td
November
4 Bulan
DPT-HB-Hib 3, Polio 4
Kelas 3 SD
Td
November
9 Bulan
Campak
IMUNISASI LANJUTAN BATITA Umur
Jenis
18 Bulan
DPT-HB-HiB
24 Bulan
Campak
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) Kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program yang biasanya terjadi dalam kurun waktu sebulan paska imunisasi
Reaksi lokal ringan: nyeri, eritema, bengkak daerah suntikan 8cm, abses Reaksi sistemik: demam, lesu, nyeri otot, mengigil Kolaps/syok anafilaksis Sepsis Ensefalitis Kejang akibat demam tinggi, Tetanus Kelemahan otot/kelumpuhan Sindrom Guillain-Barre, Neuritis Brakialis
BAYI DENGAN IBU HEPATITIS B POSITIVE Risiko Penularan • Ibu terinfeksi di trimester I dan II resiko kecil karena antigen dalam darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan anti HBs sudah muncul. • Ibu terinfeksi di trimester III : 50-70% Anamnesis • Banyak kasus infeksi hepatitis B tidak bergejala. • Gejala yang timbul serupa dengan infeksi hepatitis A dan C tetapi mungkin lebih berat dan lebih mencakup keterlibatan kulit dan sendi. • Gejala letargi, anoreksia dan malaise • Gejala lain berupa artralgia atau lesi kulit berupa urtikaria, ruam purpura,makulopapular, akrodermatitis papular, sindrom Gianotti-Crosti Pemeriksaan fisik • Ikterus timbul setelah 6-8 minggu • Hepatosplenomegali • Limfadenopati
BAYI DENGAN IBU HEPATITIS B POSITIVE Pemeriksaan Laboratorium • Bukti klinis pertama infeksi HBV adalah kenaikan serum ALT, yang mulai naik sebelum timbul gejala, sekitar 6-7 minggu sesudah pemajanan. • Periksa kadar HBsAg dan IgM anti-HBc. Kadar antigen akan terdeteksi dalam darah bayi pada usia 6 bulan, dengan kadar puncak pada usia 3-4 bulan. Jangan ambil darah umbilikal karena (1) terkontaminasi dengan darah ibu yang mengandung antigen positif atau sekresi vagina, (2) adanya kemungkinan antigen noninfeksius dari darah ibu.
Tatalaksana • Berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 mL IM dalam 12 jam setelah lahir dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 pada usia 1 dan 6 bulan. • Bila tersedia, berikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) 200 IU (0,5 mL) • Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
Imunoprofilaksis Hepatitis B pada bayi prematur dan BBLR Status HBsAg Ibu
BL ≥ 2000 g
BL < 2000 g
POSITIF
•Vaksin HepB + HBIg (dalam 12 jam) •Imunisasi 3 dosis pada 0,1, dan 6 bulan (usia kronologis) •Periksa anti-HBs dan HBsAg pada Umur 9-15 bulan
•Vaksin HepB + HBIg (dalam 12 jam) •Imunisasi 4 dosis pada 0,1, 2-3 dan 6 bulan (usia kronologis) •Periksa anti-HBs dan HBsAg pada Umur 9-15 bulan
TIDAK DIKETAHUI
•Vaksin HepB (dalam 12 jam) + HBIg (dalam 7 hari) •Periksa HBsAg ibu segera, bila positif maka berikan HBIg segera
•Vaksin HepB + HBIg (dalam 12 jam) •Periksa HBsAg ibu segera, jika tidak dapat dilakukan dalam 12 jam maka berikan HBIg segera
NEGATIF
•Vaksin HepB dalam 12 jam •Vaksin HepB dalam 3 dosis yaitu pada 0,1 dan 6 bulan (usia kronologis)
Vaksin HepB diberikan dalam 30 hari usia kronologis jika klinis stabil Vaksin diberikan 3 dosis yaitu 1-2, 24, dan 6 bulan usia kronologis
Lecture by Prof. dr. Djauhar Ismail, Sp.A(K); Pelatihan Vaksinologi Dasar
OPV vs IPV KEUNTUNGAN
KERUGIAN
OPV
1. 2. 3. 4.
Harga terjangkau Mudah cara pemberian Mengimunisasi secara alami Menimbulkan mucosal immunity pada intestine dan oropharynx 5. Memberikan kekebalan humoral seumur hidup 6. Menimbulkan community immunity
1. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada penerima vaksin (VAPP) 2. Virus aktif yang diekskresi melalui feses dapat ditularkan kepada anak lain 3. Dapat bermutasi menjadi ganas (VDVP) 4. Tidak dapat diberikan pada imudodefisiensi 5. Ekskresi virus melalui virus pada anak sehat berlangsung 4-6 minggu, pada anak imunodefisiensi berlangsung 10 tahun
IPV
1. Memberikan serokonversi yang tinggi 2. Pemberiannya dapat dikombinasi dengan vaksin lain 3. Virus mati sehingga tidak menular 4. Tidak menyebabkan VAPP 5. Tidak bermutasi VDVP 6. Menimbulkan mucosal immunity pada oropharynx
1. Harga mahal 2. Pemeberian harus disuntik 3. Sedikit menimbulkan mucosal immunity pada intestine 4. Tidak memberikan kekebalan alami 5. Tidak memberikan community immunity
Vaccine Vial Monitor
•Sindroma Nefrotik •Glomerulonefritis
PEDIATRIK NEFROLOGI
Nefrotik vs Nefritik
Sindroma Nefrotik Definition • Keadaan klinis yang ditandai dengan gejala proteinuria masif, hipoalbumin, edema dan hiperkolesterol Anamnesis
UKDI MANTAB
• Bengkak pada tubuh (sering kali pada kelopak mata, tungkai, perut) • Penurunan jumlah urine • Urine keruh dan berbusa (akibat protein) Pemeriksaan Fisik • Edema • Asites • Kadang ditemukan hipertensi
Sindroma Nefrotik Pemeriksaan Laboratorium • Proteinuria masif > +2 • Hipoalbuminemia (200 mg/dL • Peningkatan LED • Ureum kreatinin normal/meningkat sedikit
UKDI MANTAB
Kriteria diagnosis
• Anamnesis (edema)+ penunjang (hipoalbumin, hiperkolesterol dan proteinuria)
Sindroma Nefrotik Tatalaksana • Prednison : • Tiap harinya : 60 mg/m2/hari ATAU 2 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis • Intermiten : 40 mg/m2/hari dibagi dalam 3 dosis tiga hari • berturut-turut dalam 7 hari atau dengan dosis alternate (selang sehari) dosis tunggal pada pagi hari. • 2. Siklofosfamid : 2 - 3 mg/kg/hari selama tidak lebih dari 6 minggu sampai 8 minggu • 3. Klorambusil : Dosis 0,1 - 0,2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi dengan kortikosteroid selang sehari.
UKDI MANTAB
Supportif
• Edem anasarka bedrest • Diet protein normal 1,5-2gr/KgBB/har • Diet rendah garam (1-2g/hari) dan diuretik (jika perlu) • Anti hipertensi (jika perlu) • Pemberian albumin 20-25% dengan dosis 1gr/kgbb selama 2-4 jam untuk menarik jaringan dari insterstitial tissue diakhiri dengan pemberian fursemide apabia terjadi edema refrakter, syok, atau kadar albumin 40 mg/m2/jam), hipoalbunemia (≤ 2,5 g/dl)), edema, dan hiperkolesterolemia. Kadang disertai hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.
•
Sindrom nefrotik relaps jarang : Mengalami relaps 40 mg/m2/jam), atau ≥ 2+ selama 3 hari berturut-turut
•
Sindrom nefrotik resisten steroid : Sindrom nefrotik yang dengan pemberian prednison dosis penuh (2 mg/kg/hari) selama 4 minggu tidak mengalami remisi
•
Sindrom nefrotik dependen steroid : Sindrom nefrotik yang mengalami relaps setelah dosis prednison diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh atau dihentikan dalam 14 hari, dan terjadi 2 kali berturut-turut
•
Remisi : Keadaan proteinuria negatif atau trace selama 3 hari berturut-turut
Sindroma Nefritik Definition
• Suatu sindrome yang ditandai dengan hematuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (azotemia) • Nama lain : Glomerulonefritis, Glomerulonefritis pasca steptokokus
UKDI MANTAB
Patogenesis
• Termasuk hipersensitifitas tipe 3 : terjadi penumpukan kompleks imun-antibody pada glomerulus yang menimbulkan respon radang Anamnesis • Riwayat ISPA 1-2 minggu atau infeksi kulit 3-6 minggu • Urine kemerahan/seperti cocacola/cucian daging • Bengkak pada kedua mata • BAK menjadi sedikit
Sindroma Nefritik Pemeriksaan Fisik • • • •
Edema , hipertensi Dapat ditemukan lesi bekas infeksi di kulit Bisa ditemukan Penkes atau Kejang Sering ditemukan hipertensi
UKDI MANTAB
Pemeriksaan Laboratorium • • • • •
Proteinuria Gross Hematuria >10/Lbp Silinder eritrosit (eritrosit cast) ASTO positif Ureum kreatinin meningkat sedikit
Sindroma Nefritik Terapi • Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10hari • Prokain Penisilin 10 hari atau Ampisilin 100 mg/Kg BB/hari Alergi penicilin eritromicin 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis • Diuretik diberikan untuk retensi cairan dan hipertensi
UKDI MANTAB
Supportif
• Istirahat-total : 3 - 4 minggu • Dietetik : rendah protein (1 gm/kg bb/hari), rendah garam (1 gm/hari) • IVFD Glukose 10 - 15 % pada penderita anuria/muntah, bila terjadi anuria selama (5-7 hari) maka dilakukan : • a. Dialisis peritoneum. c. Tranplanstasi. • b. Hemodialisis. • Diuretika : Bila ureum meningkat : “Forced diurestics”
LAIN-LAIN NYA
Differential Dx Lesi Makulopapular Penanda
Campak
Rubeola
Varicella
Exantema subitum/ Roseola Infantum
Prodormal
Demam tinggi 3-4 hari, Non konjunctivitis, batuk spesifik,pembesaran pilek (inkubasi 12 hari) limfonodi, demam ringan, lemas (inkubasi 14-21 hari)
Jarang ada prodormal, apabila ada : demam, pusing, lemas, anoreksia
Demam tinggi 3-4 hari seelum ruam -> muncul ruam -> demam turun
Erupsi kulit
Warna coklat kemerahan, pertama muncul di leher, bakang telinga, muka , memenuhi seluruh tubuh dalam 3 hari, lesi muka dada punggung : bergabung, lesi ekstremitas : sendirisendiri, memudar 5-6 hari, diikuti desquamasi
Evolusi cepat : makulo – papulavesikula – crusta, distribusi sentral badan, erupasi di kulit kepala dan selaput mukosa
“campak mini” berawal di dada -> menyebar ke muka dan extremitas, dalam 2 hari hilang, tidak ada bercak koplik, pada anak usia 1 – 2 tahun
Merah muda, muncul di leher dan mukam menyebar cepat dalam 24-48 jam, kemerhan jarang berlangsung >bintik merah kecil, hari ke3 pudar tanpa desquamasi
Etiologi :human herpes virus G
Penanda
Campak
Rubeola
Pathognomonis
Bercak koplik, dapat berkembang menjadi pneumonia/ efusi pleura
Pembesaran getah bening daerah belakang telinga/ ocipital
Laborat
Kadar titer antibodi pada uji hari pertama meningkat, leukopneia
Virus ditemukan di usap tenggorok, normal/ mild leukopenia
Obat
Vit A 100.00 iu oral dose atau lanjut 1500 iu pada malnutrisi, treatment sesuai komplikasi
Komplikasi
Sub acute sclereosing panencephalitis
Rubella kongenital : trias mata telinga defek jantung
Varicella
Exantema subitum/ Roseola Infantum
FAMA, ELISA, agglutinasi latex
Leukopenia
Acyclovir 80 mg. Kg / hari dalam 5 dosis terbagi selama 5 hari, VZIg
Simptomatik
Dewasa lebih parah -> pneumonia
TRAUMA KEPALA PADA BAYI BARU LAHIR Trauma Kepala Eksternal/ Extracranial Kaput suksedanum
Sefal hematoma
Hematoma subgaleal
pembengkakan eksternal
Lunak, lekukan
Padat, tegang
Padat berair
Bertambah setelah lahir
Tidak
Ya
Ya
Melintasi garis sutura
Ya
Tidak
Ya
Kehilangan darah akut
Tidak
Tidak
Ya
Gejala/ informasi lain
Paling sering ditemui, akumulasi darah/ serum subkutan ektra periosteal
Pendarahan sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum, umunya di parietal, kompikasi ikterus
Darah dibawah galea aponeurois, pembengkakan kulit kepala, ekimosis, anemia/hipovolemia/ shock
Terapi
Tidak perlu
Menghilang dalam 2-8 minggu, foto ro kepala untuk rule out fraktur tengkorak
Trauma Kepala Internal (Intra Cranial) • Paling sering : pendarahan Subdural (73%) • Gejala klinis dalam 24 jam – Respirasi : nafas apneu, sianosis – CNS : kejang, defisit fokal, letargi, hipotonia – Fosa posterior : meningkatnya TIK • Diagnosa : CT, RO kepala • Terapi : konservatif s/d pembedahan
Interpretasi Growth Chart CDC – dengan percentile
View more...
Comments