BHD Dan BHL RSD Madani 2021
September 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download BHD Dan BHL RSD Madani 2021...
Description
PEDOMAN BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD ) DAN BANTUAN HIDUP LANJUT ( BHL ) RS DAERAH MADANI KOTA KOTA PEKANBARU
PEKANBARU, 3 JULI 2021
DAFTAR ISI
SK PEMBERLAKUAN PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) dan BANTUAN BANTUA N HIDUP LANJUT (BHL)........... (BHL).................... .................. .......................................1 ..............................1 BAB I
PENDAHULUA PENDAHULUAN........ N................. ................. ................. .................. .................. ................... ......................4 ............4
A. DEFINISI....... DEFINISI................ ................. ................. .................. .................. .................. .......................... ..........................4 .........4 1. DEFINISI DEFINISI BHD............ BHD..................... .................. .................. ................. ..................................4 ..........................4 2. DEFINISI DEFINISI BHL........... BHL.................... .................. ................. ................. .................. .................. ...................5 ..........5 B. TUJUAN......... TUJUAN.................. .................. .................. ................. ................. .................. ..................................6 .........................6 C. KETEPATAN KETEPATAN WAKTU PELAKSANAAN PELAKSANAAN......... .................. .............................6 ....................6 BAB II RUANG LINGKUP....... LINGKUP............... ................. .................. .................. ......................................7 .............................7 A.
RUANG LINGKUP BHD...............................................................7
B.
RUANG LINGKUP BHL...............................................................8
BAB III TATA LAKSANA......................................... LAKSANA...................... ............................ ................ ............. ............. .......... ...29 29 A.
LANGKAH LANGKAH – LANGKAH LANGKAH BHD..... BHD.............. .................. ................. ................. .......................29 ..............29
B.
LANGKA LANGKAH H – LANGKAH LANGKAH BHL.... BHL........ ........ ........ ........ ......... ........... ............ ........... ........... ............38 ......38
BAB IV PENUTUP................ PENUTUP................................... ...................................... .................................. ..................... ............ ........40 ..40
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI KOTA PEKANBARU
TENTANG
KEBIJAKAN PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR DAN LANJUTAN
Menimbang
: a. Bahwa pengetahuan staf RSD Madani Kota Pekanbaru dalam
penanggulangan gawat darurat memegang porsi besar dalam menentukan keberhasilan pertolongan kepada pasien. b. Bahw Bahwa a kond kondisi isi gawat gawat darur darurat at pada pada pasi pasien en dapa dapatt terjad terjadii
diman imanas asa aja
dan
meni me nin ngkat gkatka kan n dan dan
kapan pan
saja
karen rena
itu itu
per erlu lu
upaya aya
mem memel elih ihar ara a pen pengeta getahu huan an
ketrampilan personel dalam
sert serta a
menangani penderita gawat
darurat RSD Madani melalui pelatihan
BHD dan BHL.
c. Bah Bahwa wa berdasa berdasarka rkan n pertimb pertimbang angan an sebagai sebagaimana mana dimaksud dimaksud dala da lam m poin poin a dan dan b diat diatas as,, pe perl rlu u dite diteta tapk pkan an ke kepu putu tusa san n Direktur RSD Madani Kota Pekanbaru
Mengingat
: 1. Peratura turan n
Menteri teri
Kese seh hata atan
Nomo No mor17 r1796 96/Me /Menke nkes/ s/PE PER/V R/VII III/2 I/2011 011
Republik lik
Ind Indones nesia
tentan tentang g
regri regrist stras rasii
kesehatan; 2. Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia Indonesia Nomor Nomor 8 tahun tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 3. Undang - undang undang Nomor Nomor 36 tentang Kesehatan Kesehatan Tahun Tahun 2009; 2009; 4. Unda Undang ng-u -und ndan ang g Nomo Nomorr 44 Tahu Tahun n 2009 2009 tent tentan ang g Ruma Rumah h Sakit; 5. Peraturan
Menteri
340/MENKES/PER/III/2010
Kesehatan
RI
Nomor
tentang Klasifikasi Rumah
Sakit; 6. Peratur Peraturan an Menteri Menteri Keseh Kesehatan atan RI RI Nomor Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tentang Perijinan Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
KESA KE SATU TU
: Surat Surat Kepu Keputu tusa san n Di Direk rektu turr RSD RSD Mada Madani ni Kota Kota Peka Pekanba nbaru ru tentang Kebijakan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
KEDU KE DUA A
: Kebi Kebija jaka kan n Pel Pelat atih ihan an Bant Bantua uan n Hi Hidu dup p Das Dasar ar ditu dituju juka kan n ke kepa pada da semua staf RSD Madani sedangkan untuk Pelatihan Bantuan Hidup Lanjutan ditujukan untuk tim Code Blue
KETI KE TIGA GA
: Pemb Pembin inaa aan n Bantua Ban tuan n
dan dan
peng pengaw awas asan an
peny penyel elen engg ggar araa aanp npel elat atih ihan an
Hidup Hidup Dasar Dasar dan lanjutan lanjutan dilakuk dilakukan an oleh oleh komite komite
medik dan komite keperawatan. KEEMPAT KEE MPAT : Surat Surat Ketetapa Ketetapan n ini berlaku berlaku sejak sejak tanggal tanggal ditetapk ditetapkan, an, dan apabila
di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Pekanbaru Pada Tanggal : 03 Juli 2021
Lampiran Keputusan Nomor Tanggal
:
: 03 Juli 2021
KEBIJAKAN PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR DAN LANJUTAN
1. Pelatihan Pelatihan BHD dasar dan lanjutan lanjutan dilaksanakan dilaksanakan oleh Instaldik Instaldik bekerjasama dengan narasumber yang kompeten 2. Pelatiha Pelatihan n internal internal dilaksan dilaksanakan akan setiap setiap 2 tahun sekali. sekali. 3. BHD dasar dasar diikuti oleh oleh seluruh personel personel yang yang ada di RSD Madani Kota Pekanbaru 4. BHD lanjutan lanjutan hanya hanya diikuti diikuti oleh tim code blue yaitu yaitu tenaga dokter, perawat di IGD, perawat HCU, perawat Anestesi. 5. Sertifkasi internal dapat diberikan pada peserta yang telah melaksanakan dan dinyatakan lulus. 6. Pelatihan Pelatihan simulasi simulasi (Code (Code Blue) Blue) wajib wajib dilatihkan dilatihkan untuk melatih ketrampilan BHD.
Ditetapkan di Pekanbaru Pekanbaru Pada Tanggal : 03 Juli 2021
Dr. Arnaldo Eka Putra, Sp.PD
Penata Tingkat I 19761019200604 1 009
BAB I PENDAHULUAN
A. DEFINISI 1. BANTU BA NTUAN AN HI HIDU DUP P DASAR DA SAR (B (BHD) HD)
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Supporl, disingkat disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin mung kin dan bertujua bertujuan n untuk untuk menghen menghentika tikan n proses proses yang yang menuju menuju kematian. AHA
(American (American
mengumumkan Resuscitation)
Hearth
perubahan yang
Association) Association)
prosedur
sebelumnya
CPR
Guidelines Guidelines (Cardio
menggunakan
2015
Pulmonary
A-B-C
(Airway-
Breathing - Circulation) sekarang menjadi C-A-B (Circulation - Airway Breathing). a. C (Circulation) (Circulation) : Mengadakan Mengadakan sirkulasi buatan buatan dengan kompresi kompresi jantung paru. b. A (Airway)
: Menjaga jalan napas tetap terbuka
c. B (Breat (Breathin hing) g) : Vent Ventila ilasi si paru paru dan oksige oksigena nasi si yang yang adek adekuat uat Indikasi Basic life support (BLS) dilakukan pada pasienpasien dengan keadaan sebagai berikut : a. Henti Nafas (respiratory (respiratory arrest) arrest) Henti napas ditandai dengan dengan tidak adanya gerakan dada dan alir aliran an udar udara a pern pernap apas asan an dari dari ko korb rban an / pasi pasien en.. Hent Hentii napa napas s merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke datam darah
untuk
beberapa
menit
dan
jantung
masih
dapat
mensirkulasikan darah ke otak dari organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
b. Henti Jantung (cardiac arrest) Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan tefadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu tergang gu
(tersengal-senga (tersengal-sengal) l)
merupakan merupakan
tanda
awal
akan
tindakan
yang
terjadinya henti jantung. 2. BANTUAN BAN TUAN HIDUP HID UP LANJUT LAN JUT (BHL) (BH L)
Bantuan
Hidup
Lanjut
(BHL)
merupakan
dilakukan secara simultan dengan bantuan hidup dasar dengan tujuan memulihkan dan mempertahankan fungsi sirkulasi spontan sehingga perf pe rfus usii
dan dan
oksi oksige gena nasi si jari jaring ngan an dapa dapatt
sege segera ra dipu dipuli lihk hkan an
dan dan
dipert dip ertah ahank ankan. an. Untu Untuk k menge mengemba mbalik likan an sirku sirkulas lasii secar secara a spont spontan an,, diperluk dipe rlukan an pemberi pemberian an obat obat - obatan serta cairan, diagnosis dengan elektrokardiografi, dan juga terapi fibrilasi. Ketiga tahapan ini dapat dilakuk dila kukan an dengan dengan urutan yang berbeda berbeda - beda tergantung keadaan yang dihadapi. Peralatan yang dipakai pada BHL meliputi alat jalan napas (pipa or orof ofar arin ing, g,
nas nasofar ofarin ing, g,
endo endotr trak ake ea,
sungk ungkup up
muka muka,,
alat alat
isap isap,,
laringoskop, laringosk op, forsep Magil), perlengkapan perlengkapan untuk memasang infus, EKG monitor dengan dengan defibrillator defibrillator arus searah, searah, dan papan datar yang kuat kuat untuk untu k resusita resusitasi. si. Obat Obat - obatan obatan yang yang diperluk diperlukan an adalah adalah golonga golongan n simpatomimetik (adrenalin, noradrenalin, dopamine, ephedrine, efortil, metaraminol, metaramino l, dan isoproterenol), golongan pelumpuh otot (suksinil kolin, pankuronium, atau derivate kurare yang lain), golongan sedatif dan anti kejang, lidokain, prokainamid, atropin, morfin atau petidin, nalokson, bronkodilator, dan cairan infus. Tinjauan pustaka ini akan membaha memb ahas s lebih lebih lanjut lanjut tentang tentang langkah langkah - lang langkah kah BHL serta serta jenis jenis peralatan dan juga obat - obatan yang dipakai.
B. TUJUAN
Tindakan Basic life support (BLS) memiliki berbagai macam tujuan, diantaranya yaitu : 1. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ -
organ vital (otak, jantung dan paru) 2. Mempertahankan hidup dan mencegah kematian 3. Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan 4. Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban 5. Melindungi orang yang tidak sadar 6. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi. 7. Memberikan bantuan ekstemal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
korban yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Bantuan hidup dasar bertujuan untuk oksigenasi darurat dengan tiga langkah, yaitu Airway, Breathing, dan Circulation. Sedangkan bantuan hidup lanjut bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan sirkulasi spontan dengan tiga langkah, yaitu Drugs and fluid treatment, Electrocardiography, dan Fibrillation treatment. Bantuan hidup jangka panjang bertujuan untuk pengelolaan intensif mentasi manusia yang terdiri dari tiga langkah, yaitu Gauging, Human mentation, dan Intensive care.
C. KETE KETEPA PATA TAN N WAKTU WAKTU PELAK PELAKSA SANA NAAN AN
Kemungkinan keberhasilan dalam pcnyelamatan bila terjadi henti nafas dan henti jantung : Keterlambatan
Kemungkinan Berhasil
1 menit
98 dari 100
2 menit
50 dari 100
10 menit
1 dari 100
BAB II RUANG LINGKUP
A. Ruan Ruang g Ling Lingku kup p BHD BHD
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan atau sirkulasi pada henti napas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Pada kondis kon disii napas napas dan denyut denyut jantung jantung berhent berhentii maka sirkulasi sirkulasi darah darah dan transpo tran sportas rtasii oksigen oksigen berhenti berhenti,, sehingg sehingga a dalam dalam waktu waktu singkat singkat organorganorgan org an tubuh tubuh terutam terutama a organ organ vital vital akan akan mengalam mengalamii kerusak kerusakan. an. Organ Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otagk, ki jarena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan gluko glukosa sa maka maka otak otak akan akan menga mengalam lamii kemat kematian ian secar secara a perma permanen nen.. Kematian otak berarti juga kematian si korban. Oleh
karena
itu,
kemampuan
untuk
melakukan
BHD/RJP
(Resusitasi Jantung Paru) sangat diperlukan oleh semua personil Rumah Sakit sebagai peningkatan pelayanan Rumah Sakit. Untuk menunjang hal tersebut, yang dilakukan adalah : 1. Semua personel personel rumah sakit sakit baik klinis amupun amupun non klinis ha harus rus dilatih dengan keterampilan BHD untuk menunjang kecepatan respon untuk BHD di lokasi. 2. Melakukan Melakukan pelatihan berkelanjutan berkelanjutan untuk meningkatkan meningkatkan kemamp kemampuan uan BHD personel.
B. Ruan Ruang g Ling Lingku kup p BHL BHL
Bantuan Hidup Lanjut (BHL) merupakan tindakan yang dilakukan secara simultan dengan bantuan hidup dasar dengan tujuan memulihkan memulihkan dan memperta mempertahank hankan an fungsi fungsi sirkula sirkulasi si sponta spontan n sehing sehingga ga perfusi perfusi dan oksigenasi jaringan dapat segera dipulihkan dan dipertahankan. BHL memiliki tiga tahapan, yaitu terapi obat dan cairan, electrokardiografi, electrokardiografi , dan terapi fibrilasi. 1. Obat Obat – obatan obatan dan dan Cairan Cairan Dalam kasus henti jantung, terapi obat dan cairan merupakan terapi yang paling penting setelah teknik kompresi dada dan defibrilasi. Walaup Wal aupun un terapi terapi obat obat dan cairan cairan itu penting penting,, pemberia pemberianny nnya a jangan jangan sampai mengganggu mengganggu tindakan kompresi dada dan ventilasi. Dalam melakukan melakuk an terapi obat dan cairan
tentunya harus dipikirkan dipikirkan
juga jalur masuknya masuknya obat dan cairan. Jalur yang sering digunakan digunakan dalam resusitasi adalah jalur intravena dan intraosseous. Di bawah ini akan dijelask akan dijelaskan an mengenai mengenai terapi obat dan cairan cairan yang yang meliput meliputii jalur jalur masuknya obat dan cairan dan jenis obat serta cairan yang digunakan dalam bantuan hidup lanjut. a. Jalur obat – obatan obatan dan cairan 1) Jalur Intravena Intravena Perifer Pemberi Pem berian an obat-ob obat-obatan atan dan cairan cairan melalui melalui jalur jalur intrave intravena na perifer sangat penting untuk dilakukan. Tindakan ini harus dilakukan dilakuka n tanpa mengganggu kompresi, airway management, atau terapi defibrilasi. Apabila sudah terdapat jalur vena sentral, maka pemberian obat-obatan dan cairan lebih baik melalui jalur vena
sentral.
Jika
pema pe masa sang ngan an jalu jalurr
belum ve vena na
terpasang
peri perife ferr
haru harus s
jalur
vena
dila dilaku kuka kan n
sentral, sese sesege gera ra
mungkin. Lokasi pemasangan jalur vena perifer yang dianjurkan adalah vena antecubital, jugular eksternal, atau femoralis.
Jika pemasangan jalur vena perifer sulit untuk dilakukan, penyuntikan adrenalin pertama secara intravena dapat dilakukan. Penyuntikan dilakukan menggunakan jarum kecil di vena perifer. Pemberian Pemberia n obat melalui vena perifer kemudian harus dilanjutkan den de ngan gan pembe emberrian ian 20 ml bolu bolus s cair cairan an dan dan atau atau elev elevas asii ekstremi ekst remitas tas yang yang terpasan terpasang g kateter kateter selama selama 10-20 10-20 detik detik agar kerja obat dapat lebih dipercepat. 2)
Jalur Intraosseous Apabila kanulasi kanulasi intravena sulit dilakuka dilakukan, n, maka pemberian pemberian obat-obatan
dan
cairan
melalui
jalur
intraosseous
dapat
dilakukan, terutama pada anak- anak. Jalur intraosseous ini merupakan jalur administrasi obat sementara selama resusitasi terjadi. Setelah keadaan darurat teratasi, maka jalur intraosseous ini harus segera diganti dengan jalur intravena, baik itu vena perifer atau vena sentral. Angka kesuksesan kesuksesan pemasangan pemasangan jalur intraosseous intraosseous pada orang dewasa terbilang cukup rendah, namun masih dapat dilakuk dila kukan an pada pada tibia tibia dan pada pada distal distal radius dan ulna. ulna. Jarum Jarum spinal yang rigid dan berukuran 16-18 gauge dengan stylet atau jarum khusus spinal dapat digunakan digunakan pada distal femur dan anteri ant erior or proks proksima imall tibia tibia.. Jika Jika melak melakuka ukan n pemas pemasan angan gan jalur jalur intraosseous di tibia, maka jarum ditusukkan 2-3 cm dibawah tuberositas tibia dengan sudut 90° menuju bagian tengah tulang atau sedikit inferior untuk menjauhi epifisis. Pemasangan dikataka dika takan n
berhasil berhasil jika
jarum jarum
dapat dapat
berdiri berdiri
tegak tegak
tanpa tanpa
penyangga dan sumsum tulang dapat diaspirasi melalui jarum yang terpasang.
Jalur intraosseous ini sangat efektif untuk pemberian cairan kristaloid, koloid, maupun darah. Namun, pemberian obat-obatan melalui jalur ini akan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan jalur intravena intravena sehingga sehingga dosis obat yang diberikan diberikan harus sedikit lebih banyak dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan dalam pemberian melalui jalur intravena. Jalur intraosseous tidak dapat digunakan digunak an terus menerus sebagai sebagai jalur untuk pembe pemberian rian obat dan cairan karena
dapat meningkatkan meningkatkan
resiko terjadinya
osteomyelitis dan sindrom kompartemen. Sehingga sesegera mungkin harus dipindah ke jalur intravena. intravena. Jalur intraosseous intraosseous ini juga kontra indikasi indikasi pada pasien yang memiliki riwayat hiper hipertensi tensi pulmonal pulm onal,, insufis insufisiens iensii pulmonal pulmonal berat, berat, dan right-to right-to-lef -leftt shunts shunts karena dapat mengakibatkan terjadinya fatemboli.
3)
Jalur Endotrakeal Dalam beberapa kasus resusitasi jantung-paru, terkadang pemasangan kateter pada vena perifer atau intraosseous secara cepat sulit untuk dilakukan sehingga jalur endotrakeal ini dapat dijadik dija dikan an alterna alternatif. tif. Jalur Jalur endotra endotrakeal keal dapat dapat dilakuka dilakukan n selama selama terdapat
pipa
menggunakan
endotrakeal endotrakeal
dan
pasien
tidak
sedang
laryngeal mask airway (LMA). Hanya beberapa obat yang dapat diberikan melalui jalur intrapulmonum. Obat-obatan itu meliputi lidokain, epinephrine, epinephrine, atropine, atropine, naloxone, naloxone, dan vasopressin (kecuali
natrium bikarbonat). Jalur intrapulmonum ini tidak
direkomendasikan untuk rutin dilakukan pada keadaan darurat. Jalurr yang Jalu yang direkome direkomenda ndasika sikan n dalam dalam resusit resusitasi asi jantungjantung-par paru u adalah jalur intravena dan intraosseous. Pemberian obat melalui jalur intrapulmonum ini memiliki kecepat kece patan an yang yang kurang kurang efektif efektif dibandi dibanding ng jalur jalur intrave intravena na atau atau intraosseous intraoss eous serta jumlah obat yang masuk secara sistemik melalui jalur ini tidak konsisten. 3 Sehingga dosis yang diberikan 3-10 kali lebih banyak dibanding dengan dosis yang dianjurkan untuk jalur intravena. Obat-obatan tersebut kemudian dilarutkan dalam 10 ml normal salin. 4 Obat-ob Obat-obatan atan selain yang disebutkan disebutkan sebelumnya sebelumn ya tidak boleh diberikan diberikan melalui jalur endotrakeal karena dapat dapat
menyebabkan menyebabkan kerusakan kerusakan pada mukosa atau atau
alveolar. Dosis atropine yang diberikan menurut rekomendasi AHA 2010 201 0 ada 0.1 mg IV untuk untuk mencegah mencegah terjadin terjadinya ya bradik bradikardi ardia a paradoksal. Namun pada AHA 2015, dikatakan bahwa tidak ada cukup bukti yang mendukung penggunaan atropine secara rutin untuk mencegah terjadinya bradikardia pada intubasi pediatrik darurat. Penelitian
terbaru
menyatakan
bahwa
menggunakan
atropine dengan dosis kurang dari 0.1 mg tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya bradikardia atau aritmia. Pemberian obat intra jantung sudah tidak dianjurkan selama RJP karena manfaat yang sedikit
namun memiliki resiko tinggi terjadinya komplikasi. 5 Jalur intra jantung
ini
dapat
menyebabkan menyebabkan
pneumotoraks, pneumotoraks,
cedera
arteri
koronaria, dan gangguan kompresi jantung yang lama. Selain itu, jika peny pe nyun unti tika kan n obat obat tida tidak k seng sengaj aja a meng mengen enai ai otot otot jant jantun ung g
dapa dapatt
menyebabkan menyeba bkan disritmia intraktabel. Pemasangan jalur intra jantung menggunakan jarum panjang dan tipis, melalui intracostal space ke-5 di parasternal ke dalam ruang jantung.
4) Jalur Jalur Intra Intra Muskulus Muskulus Pemberia Pemb erian n obat obat melalui melalui jalu jalurr intra intra muskulus muskulus tidak dianjurk dianjurkan an pada tindakan resusitasi atau kedaruratan karena absorpsi obat dalam otot dan lama kerja obat tidak dapat ditentukan dan dikontrol dengan baik. Jalur intra muskulus juga tidak dapat digunakan untuk pemberian terapi cairan. 5) Jalur Jalur Vena Vena Sentral Sentral Jalu Jalurr
vena vena
sent sentra rall
seba sebaik ikny nya a
dila dilaku kuka kan n
sege segera ra
sete setela lah h
kembali kem balinya nya sirkula sirkulasi si spontan spontan sehingga sehingga tekanan tekanan vena vena sentral sentral dapat dapat dikontrol. Nilai normal dari tekanan vena sentral adalah 3-10 mmHg.2 Pembuluh Pembul uh vena vena yang biasanya kateter vena.
digunakan digunakan
untuk
pemasangan pemasangan
sentral adalah vena kava superior melalui vena jugularis interna kanan. Cara Ca ra pemas pemasang angan an kate kateter ter vena vena sentr sentral al melal melalui ui vena vena jugularis interna kanan dimulai dengan melakukan melakukan prosedur prosedur asepsis pada daerah yang akan dipasang kateter vena sentral sambil mempersiapkan alat yang dibutuhkan untuk memasang kateter vena sentral. Setelah itu, putar kepala pasien kearah kiri, palpasi arteri karotis dengan sebelah tangan dan memasukkan jarum kateter tepat pada lateral arteri karotis, dalam bidang paramedian, 45° kaudal, menembus kulit pada puncak segitiga yang dibentuk oleh dua bagian otot sternokleidomastoideous. Emboli udara harus dicegah pada semua kanulasi vena sentral dengan den gan upaya upaya sebagai sebagai berikut berikut:: kepala kepala pasien pasien sedikit sedikit lebih lebih rendah. Jika pasien sadar hendaknya diminta menahan nafas, sedangkan untuk pasien tidak sadar hendaknya mendapat ventilasi tekanan positif dan pada saat diskoneksi yang tidak dapat dihindarkan, dihindarkan, bagian terbuka hendaknya hendaknya ditutup ditutup dengan jari atau keran. keran.
b. Obat Obat – oba obata tan n Obat-obatan yang digunakan dalam BHL ini seperti yang sudah disebutkan sebelumnya memiliki banyak jenis. Namun, obatobatan yang penting untuk diberikan dalam BHL, yaitu adrenalin, amiodaron, amiodaro n, atropine, atropine, lidokain, lidokain, kalsium, magnesium, dan natrium bikarbonat. 1) Adren Adrenali alin n Adrenalin Adrena lin atau epinefrin merupakan merupakan obat yang harus segera sege ra diberika diberikan n pada pada pasien pasien yang mengalami mengalami henti henti jantung jantung selama kurang dari dua menit dan disaksikan. Adrenalin Adrena lin termasuk golongan golongan katekolamin katekolamin yang bekerja pada
reseptor
alfa
dan
beta
sehingga
menyebabkan
vasokonstriksi perifer melalui reseptor alfa adrenergik. Beberapa peneli pen elitia tian n
telah telah menunj menunjuk ukkan kan bahw bahwa a
dengan den gan dosis dosis tinggi tinggi pada pada
pembe pemberia rian n
adren adrenali alin n
pender penderita ita henti henti jantung jantung dapat dapat
memberikan perbaikan klinis (Return of Spontaneous Circulation) dibandingkan dengan pemberian dengan dosis standar. Indikasi pemberian adrenalin adalah pada pasien dengan asistol dan PEA (Pulseless Electrial Activity) dan fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel ventrikel tanpa nadi yang gagal dengan terapi defibrilasi. Adrenalin pada kasus asistol atau PEA diberikan sejak siklus pertama dan diulang setiap 2 siklus berakhir. Sedangkan pada kasus fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa nadi, adrenalin diberikan setelah defibrilasi pertama gagal (setelah defibrilasi kedua dan diulang kembali setiap 2 siklus berakhir). Dosis yang diberikan untuk dewasa adalah 0.51.0 mg secara secara intraven intravena a atau dapat diencer diencerkan kan dengan dengan akuades menjadi 10 ml. Dosis yang digunakan pada
Anak - anak yaitu 10 mcg/kgBB. mcg/kgBB. Adrenalin Adrenalin juga dapat diberikan intratrakea melalui pipa endotrakea (1 ml adrenalin 1:1.000 diencerkan dengan 9 ml akuades steril). Pemberiannya dapat dap at diulang diulang setelah 3-5 menit menit pemberia pemberian n pertama pertama dengan dengan dosis dos is sama seperti seperti dosis dosis pertama pertama.. Setelah Setelah ROSC, ROSC, untuk untuk mencapai tekanan darah adekuat, adrenalin dapat diberikan 120 mcg/menit lewat infus kateter sentral sesegera mungkin. Menurut AHA 2015, penelitian acak terhadap orang dewasa di luar rumah sakit mendapatkan bahwa penggunaan epinefrin berkaitan dengan peningkatan ROSC dan ketahanan hidup bagi pasien yang akan memasuki rumah sakit, tapi tidak berkaitan berkaita n untuk pasien yang akan akan dipulangkan. dipulangkan. Penggunaan Penggunaan epinefrin sewaktu serangan jantung merupakan hal yang wajar namu na mun n
pemb pember eria iann nnya ya
bukan ukan
sebu sebuah ah
keh keharus arusan an
kare karena na
rekomendasi tentang pemberian epinefrin selama serangan jantung telah diturunkan diturunkan sedikit pada pada Kelas Kelas Rekomendasi. Rekomendasi. Pemberian adrenalin memiliki efek yang merugikan, yaitu takiaritmia, hipertensi berat setelah tindakan resusitasi, dan nekrosis jaringan jika terjadi ekstravasasi. Pemberian adrenalin yang dikombin dikombinasik asikan an dengan dengan vasopre vasopressin ssin tidak tidak menimbul menimbulkan kan gejala klinis yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian adrenalin adrenal in itu sendiri, sehingga pemberian adrenalin sebaiknya tidak perlu dikombinasikan dengan vasopressin. 2) Amiodaron Amioidaron Amioida ron merupakan merupakan anti-aritmia anti-aritmia yang memiliki efek pada kanal natrium, kalium, kalsium, dan
juga memblokade memblokade reseptor reseptor alfa dan beta adrenergik. adrenergik. Amiodaron Amiodaron sendirii memiliki farmakokinetik dan farmakologik sendir farmakologik yang kompleks. Penelitian Penelit ian pemberian
menunjukkan adrenalin
bahwa
dapat
pemberian pemberian
meningkatkan
amiodaron amiodaron ROSC
setelah
dibandingkan
dengan den gan tidak tidak diberik diberikan an amiodar amiodaron. on. Amiodaro Amiodaron n diberik diberikan an kepada kepada pasien pas ien dengan dengan fibrilas fibrilasii ventrike ventrikell atau atau ventrik ventrikel el tak takikar ikardi di tanpa tanpa nadi. nadi. Obat ini diberikan diantara fibrilasi ketiga dan keempat pada pasien yang tidak merespon dengan pemberian vasopressor dan terapi defibrillator. Dosis pemberian amiodaron adalah sebagai berikut: 300 mg bolus untuk pemberian pertama kali dan kemudian dapat ditambah 150 mg. Selanjutnya, pemberian amiodaron dapat dilanjutkan dengan pemberian pember ian melalui infus dengan dosis pemberian 15 mg/kgBB selama 24 jam. Pemberian amiodaron ini juga dapat dipertimbangkan sebagai profilaksis profilak sis kambuhnya fibrilasi ventrikel atau takikard takikardii ventrikel. ventrikel. Amiodaron Amiodar on
memiliki
efek
hipotensi hipotensi
dan
bradikardi, bradikardi,
sehingga sehingga
pemberiannya perlu diperhatikan. 3) Atropine Sulfas atropine meningkatkan meningkatkan konduksi atrioven atrioventricular tricular dan autom au tomat atisi isitas tas
nodu nodus s
sinu sinus s
de deng ngan an
efek efek
vago vagolit litik. ik.
Atrop Atropine ine
diindikasikan pada kasus bradikardia yang disertai dengan hipotensi, ventric ven tricular ular ektopi, ektopi, atau atau gejala gejala yang yang berhubun berhubungan gan dengan dengan iskemia iskemia miokardium. Atropine juga dapat diberikan sebagai terapi pada second-degree second -degree heart block, third-degree third-degree heart block, dan irama idioventricular idioven tricular lambat. Atropin sering digunakan pada kasus henti jantung dengan dengan elektrokard elektrokardiografi iografi (EKG) (EKG) asistol asistol atau PEA. PEA.
Ti Tida dak k ada ada penel peneliti itian an yang yang menun menunjuk jukka kan n secar secara a past pastii penggunaan atropine meningkatkan prognosis pada kasus henti jantung irama asistol atau bradisitolik. bradisitolik. Penanganan Penanganan kasus asistol atau PEA yang paling efektif adalah dengan melakukan kompresi dada, ventilasi, ventilasi, dan epinefrin karena dapat meningkatkan meningkatkan perfusi perfusi arteri koroner dan oksigenasi miokardium. Henti jantung dengan irama asistol memiliki prognosis progno sis yang lebih buruk dibandingkan dengan deng an irama irama lainnya lainnya.. Oleh Oleh karena karena atropine atropine memiliki memiliki efek samping yang sangat sedikit, maka penggunaan atropine pada kasus henti jantung dapat dipertimba dipertimbangkan ngkan selain penggunaan penggunaan epinefrin dan oksigenasi. Namun penggunaan secara rutin pada kasus henti jantung tidak direkomendasikan. Dosis yang direkomendasikan pada kasus bradikardia untuk dewasa adalah 0.5 mg IV setiap 3-5 menit dengan total dosis do sis yang yang diber diberika ikan n 3 mg. Untuk Untuk anak anakan anak ak dapat dapat diberi diberika kan n dengan dosis 0.02 mg/kgBB dengan minimum dosis 0.1 mg dan dosis maksimal 1 mg (anak-anak), 3 mg (remaja) yang dapat diulang setiap 35 menit. Dosis pemberian atropine pada kasus irama tanpa denyut untuk orang dewasa adalah 1 mg IV setiap 35 menit dengan total dosis 3 mg. Perlu diperhatikan juga bahwa pemberian atropine dapat menyebabkan irama sinus takikardia setelah resusitasi. 4) Kals Kalsiu ium m Kalsium memegang peranan penting dalam aktivitas saraf dan otot normal. Kalsium biasanya diberikan pada pasien dengan hiperkalemia, hipokalsemia, dan overdosis obat kalsium channel blocker. bloc ker. Kalsium Kalsium sangat sangat diperluk diperlukan an pada pada kasus kasus henti henti jantung jantung karena disosiasi elektromekanis setelah gagal
memulihkan adre ad rena nali lin. n.
Kals Kalsiu ium m
sirkulasi ini ini
spontan
juga juga
dengan
dipe diperl rluk ukan an
bila bila
pemberian
hent hentii
jant jantun ung g
disebabkan oleh karena obat-obatan yang menekan otot jantung. Sumber lain mengatakan pemberian kalsium pada kasus henti jantung tidak dapat mengembalikan mengembalikan sirkulasi sirkulasi spontan dan juga tidak meningkatkan angka survival rate di rumah sakit sehingga pemberian
kalsium
pada
kasus
henti
jantung
tidak
direko dir ekome menda ndasi sikan kan.. Ef Efek ek sampin samping g dari dari pembe pemberia rian n kalsiu kalsium m ini adalah kemungkinan meningkatkan cedera miokardiak dan otak dengan kematian sel-sel miokardiak dan otak serta dapat mengakibatkan nekrosis jaringan dengan ekstravasasi. Dosis Dos is yang yang biasan biasanya ya digunak digunakan an pada pada resusita resusitasi si orang orang dewasa adalah 5-10 ml dari 10% kalsium klorida dihidrat. Atau dapat juga menggunakan sediaan kalsium glukonas dengan dosis 10 ml dari 10% kalsium glukonas. 5) Lidok Lidokain ain Lidokain termasuk dalam golongan natrium channel blocker yang biasanya digunakan sebagai alternatif anti-aritmia. Pemberian lidokain tidak dapat meningkatkan ROSC secara konstan dan tidak berhubungan dengan perbaikan klinis pasien untuk
dapat
amiodaron,
dipulangkan
efektivitas
dari
lidokain
rumah sedikit
sakit. lebih
Dibandingkan rendah
dalam
pencapa penc apaian ian ROSC ROSC pada pada pasien pasien dengan dengan fibrilas fibrilasii vent ventrike rikell atau ventrikel takikardi yang tidak respon terhadap RJP, defibrilasi, dan vasopressor. Dosis pemberian lidokain dibagi menjadi sebagai berikut: dosis awal diberikan 1 mg/kgBB bolus yang dapat ditambah 0.5 mg/kgBB selama resusitasi.
Pemberian
infus
lidokain
untuk
ROSC
tidak
direkomendasikan. Efek samping dari pemberian lidokain adalah bicara tidak jelas (slurred speech), penurunan kesadaran, kejang, hipotensi, bradikardi, dan asistol. Menu Me nurut rut AHA AHA 2015 2015,, tidak tidak terda terdapa patt cukup cukup bukti bukti untuk untuk mendukung penggunaan lidokain secara rutin setelah serangan jantung.
Namun,
inisiasi
atau
kelanjutan kelanjutan
lidokain
dapat
dipertimbangkan segera setelah ROSC dari serangan jantung akibat fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel. ventrikel. Penelitian pada pasien yang selamat dari serangan jantung menunjukkan adanya penurunan dalam insiden fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel berulang,, namun tidak menunjukkan manfaat maupun kerugian berulang jangka panjang. panjang. 6) Magnes Magnesium ium Magnesium merupakan vasodilator dan berperan sebagai kofaktorr dalam kofakto dalam regulasi regulasi natrium, natrium, kalium, kalium, dan kalsium kalsium melewati melewati membrane sel. Magnesium tidak dapat mengembalikan sirkulasi spontan pada pasien dengan henti jantung dan juga tidak memberikan perbaikan klinis atau neurologis sehingga pemberian magnesium tidak direkomendasikan. Magnesium diberikan pada kasus kas us
hipom hipomagn agnes esemi emia, a,
hypok hypokale alemia mia,,
henti henti
jantu jantung ng
yang yang
disebabkan oleh toksisitas digoxin, kasus fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa nadi, dan torsade de pointes. Dosis Dos is yang yang diberika diberikan n adalah adalah 5 mmol magnesium magnesium yang yang dapat diulang 1 kali kemudian diberikan intravena sebanyak 20 mmol/4 jam. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah dapat menyebabkan lemah otot dan
gagal napas pada penggunaan kalsium yang berlebihan. 7) Natrium Natrium Bikarbo Bikarbonat nat Natrium
bikarbonat
merupakan
larutan
alkalin
yang
bercampur dengan ion hydrogen membentuk asam karbonat lemah. Pada kasus henti jantung, resusitasi jantung-paru yang efisien efisie n dan dan venti ventilas lasii yang yang adek adekuat uat dapa dapatt mengu menguran rangi gi penggunaan natrium bikarbonat. Sebagian besar penelitian menyatakan tidak ada keuntungan dari pemberian
natrium
bikarbonat pada pasien henti jantung sehingga pemberian natriu nat rium m bikar bikarbon bonat at secar secara a rutin rutin pada pada pasie pasien n denga dengan n hent hentii jantung tidak tidak direkomendasik direkomendasikan. an. Dosis Do sis awal awal pembe pemberi rian an natri natrium um bikarb bikarbon onat at adala adalah h 1 mmol/kg yang diberikan selama 2-3 menit. Pemberian obat ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan analisis gas darah untuk memantau koreksi asidosis metabolik, sehingga pemberian bikarbonat selanjutnya bisa digunakan rumus seperti berikut : Dosis bikarbonat = defisit basa x 0.25 berat badan. Pemberian natrium bikarbonat dipertimbangkan diberikan pada pasien dengan hyperka hyperkalemia, lemia, terapi asidosis metabolik metabolik yang sudah terdokumentasi, terapi pada overdosis trisiklik anti depr de pres esan an,, dan protracted arrest (leb (lebih ih dari dari 15 meni menit) t).. Efek Efek samping
pemberian
metabo met abolik lik,,
hy hypok pokal alemi emia, a,
Pembe Pe mberia rian n asidosis
natrium
natri natrium um
intraseluler
bikarbonat hype hyperna rnatre tremia mia,,
bikar bikarbo bona natt karena
adalah
kontr kontrain aindik dikasi asi
dapat
semakin
alkalosis
hypero hyperosmo smolar lar.. pada pada
kasu kasus s
memperparah
asidosis jika karbon dioksida yang dihasilkan natrium bikarbonat masuk kedalam sel. Natrium bikarbonat dan
adrenalin
atau
kalsium
tidak
boleh
dicampurkan
bersamaan karena dapat saling menginaktivasi, mengendap, dan menyumbat jalur intravena.
c. Cair Cairan an Pemberian cairan IV selama resusitasi darurat dan bantuan hidup paska resusitasi memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Mengemba Mengembalika likan n kehilangan
volume volume
cairan,
darah darah
penggunaan
sirkulas sirkulasii
normal normal
kombinasi
setel setelah ah
larutan
yang
mengand meng andung ung elektrol elektrolit, it, koloid, koloid, dan sel darah darah merah. merah. Infus Infus gara ga ram m isot isoton onik ik atau atau ko kolo loid id ya yang ng cepa cepatt dan dan masi masiff dapa dapatt menyelamatkan menyelam atkan nyawa, terutama pada kasus perdarahan perdarahan luar atau dalam yang berat. 2) Menge Mengeks kspan pansi si volume volume dara darah h sirku sirkulas lasii norma normall setel setelah ah henti henti jantung dengan cairan kira-kira 10% volume darah taksiran (10 ml/kgBB) guna mengganti volume darah relatif akibat vasodilatasi, penimbunan di vena, dan kebocoran kapiler. 3) Memp Memper erta taha hank nkan an jalu jalurr intr intrav aven ena a terb terbuk uka a untu untuk k pemb pember eria ian n obat dan sekaligus memberikan hidrasi dasar dan kebutuhan glukosa. 4) Meng Mengat atur ur cair cairan an intr intrav aven ena a dala dalam m tubu tubuh h agar agar memp memper erol oleh eh komposisi darah optimal, yaitu kadar elektrolit, osmolaritas, dan tekanan osmotik koloid normal, albumin serum (3-5 gr/dl); hematokrit (30-40%), dan glukosa serum (100-300 mg/dl). Pada pasien syok hipovolemik tanpa henti jantung, atau pada masa pada masa pask paska a hent hentii jant jantun ung, g, dipe diperl rluk ukan an moni monito tori ring ng tekanan teka nan arteri, arteri, aliran aliran urin, urin, dan tekanan tekanan vena vena sentral sentral untuk menuntun penggantian volume. Jenis cairan yang dipilih, yaitu kristaloid
(Ringer Laktat dan NaCl 0.9%) atau koloid, yang dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi.
2. Elektrokardiogra Elektrokardiografi fi Alat pantau elektrokardiografi elektrokardiografi (EKG) adalah alat pantau standar yang wajib disediakan di masing-masing unit gawat darurat karena diagnostik diagnost ik henti jantung mutlak harus ditegakkan ditegakkan melalui pemeriksaan pemeriksaan EKG.. Gambaran EKG Gambaran EKG sangat sangat menentu menentukan kan langkah langkah-- langkah langkah terapi terapi pemuli pem uliha han n yang yang akan akan dil dilaku akuka kan. n. Ada Ada tiga tiga pola pola EKG EKG pada pada henti henti jantung, yaitu asistol ventrikel, Pulseless Electrical Activity (PEA), dan fibrilasi ventrikel.1, 3 a. Asis Asisto toll Vent Ventri rike kell Asistol ventrikel ventrikel merupakan merupakan ketiadaan ketiadaan denyut denyut jantung dengan dengan gambaran EKG yang isoelektris. Paling sering disebabkan oleh hipoksia, asfiksia, dan blok jantung.1 jantung.1
Gambar Ventrikel Asistole
b. Pulseles Pulseless s Electric Electrical al Act Activit ivity y PEA merupakan gambaran EKG yang sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya dikaitkan dengan prognosis yang buruk. PEA adalah suatu keadaan dimana tidak terabanya denyut nadi ketika irama jantung masih terdeteksi oleh EKG. Terda Te rdapa patt jeni jenis-j s-jen enis is PE PEA, A, yaitu yaitu disos disosias iasii elekt elektrom romek ekani anik k (EMD), irama
disosiasi ventricular
pseudoelektromekanik, escape,
irama
irama
bradiasistolik,
idioventrikular, dan
irama
idiovent idio ventriku rikular lar postres postresusit usitasi. asi. EMD merupak merupakan an gambaran gambaran EKG yang paling sering muncul.
EMD merupakan salah satu jenis dari PEA dimana terdapat gamba ga mbara ran n ketia ketiada daan an deny denyut ut deng dengan an EKG EKG ag agon onal al (ane (aneh h atau atau abnormal) atau kadang relatif normal tetapi tidak terdapat pola QRS yang khas. Mekanisme kontraksi tidak efektif sehingga denyut denyut nadi tidak teraba. Disosiasi pseudoelektromekanik merupakan keadaan dimana denyut nadi tidak teraba namun masih ditemukan denyut jantung pada pada gambaran EKG dengan ETCO2 yang tinggi. Disosiasi pseudoelektromekanik
memiliki
prognosis
yang
lebih
baik
dibandingkan dengan EMD. Irama Iram a ventricu ventricular lar escape escape adalah adalah adanya adanya denyut denyut ventrik ventrikel el setel setelah ah hilan hilangn gnya ya nodus nodus atrial atrial sehin sehingga gga gamba gambara ran n EKG EKG akan akan menunjukkan adanya gelombang QRS disertai dengan tidak adanya gelombang Irama bradiasistolik merupakan irama jantung yang terdapat irama ventricular kurang dari 60 kali per menit pada dewasa atau tidak adanya denyut jantung. Sedangkan irama idioventrikular postresusitasi idioventrikular postresusitasi dikarakterisasi dikarakterisasi dengan adanya aktivita akt ivitas s gelomba gelombang ng yang teratur yang yang terlihat terlihat segera segera setelah setelah dilakukan cardioversion pada kasus dimana sebelumnya tidak ada denyut yang teraba.
Gambar Disosiasi Elektromekanik
Gambar Irama Idioventrikular
Gambar Irama Ventricular Escape
c. Fi Fibr bril ilas asii Ventr Ventrik ikel el Fibrilasi ventrikel merupakan keadaan gerak getar ventrikel jantung secara kontinu dan tidak teratur sehingga sehingga tidak bisa memompakan darah ke seluruh tubuh. Gambaran EKG akan tampak osilasi yang khas kompleks QRS. Irama jantung ini paling sering menyebabkan kematian jantung mendadak. Penyebab Penye bab dari dari fibril fibrilas asii ventri ventrike kell dibed dibedak akan an menja menjadi di dua, dua, primer dan sekunder. Mekanisme dari penyebab tersebut masih belum diketahui dengan pasti. Penyebab primer yang paling sering adalah ada lah iskemik iskemik otot jantung, jantung, reaksi obat, terseng tersengat at listrik, listrik, dan katet kateteri erisa sasi si pada pada jantun jantung g yang yang irita iritatif tif.. Seda Sedangk ngkan an penye penyebab bab sekunde sek underr adalah adalah usaha usaha resusita resusitasi si pada pada asistol asistol karena karena asfiksi asfiksia, a, tenggelam, dan akibat perdarahan.
Gambar Fibrilasi Ventrikel
d. Takik Takikard ardii Ventr Ventrike ikell Takikardi ventrikel merupakan takikardi yang bersumber dari ventrikel. Potensi menjadi aritmia yang fatal sangat tinggi akibat menur men urun unnya nya curah curah jantu jantung ng dan dan gagal gagal sirku sirkulas lasi. i. Defin Definisi isi dari dari takik takikar ardi di ventr ventrike ikell adal adalah ah ventr ventriku ikular lar ekstr ekstras asist istol ol yang yang timbul timbul berurut beru rutan an dengan dengan kecepat kecepatan an >100 >100 kali/me kali/menit, nit, takikar takikardi di ven ventrik trikel el juga memiliki memiliki kompleks kompleks QRS yang yang lebar.
Gambar Takikardi Ventrikel
3. Tera Terapi pi Fi Fibr bril ilas asii Terapi fibrilasi merupakan usaha untuk segera mengakhiri disaritmia takikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel menjadi irama sinus norma nor mall deng dengan an mengg mengguna unaka kan n syok syok balik balik listri listrik. k. Syok Syok balik balik listri listrik k menghasi meng hasilkan lkan depolar depolarisas isasii serentak serentak semua semua serat serat otot jantung jantung dan setelah itu jantung akan berkontraksi spontan, asalkan otot jantung mendapatkan oksigen yang cukup dan tidak menderita asidosis. Terapi fibrilasi diindikasikan untuk pasien dengan fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel. Fibrilasi ventrikel merupakan irama yang yan g serin sering g muncu muncull pada pada kasus kasus hent hentii jantu jantung. ng. Penan Penanga gana nan n yang yang palin pa ling g efekt efektif if untuk untuk henti henti jantu jantung ng denga dengan n irama irama terseb tersebut ut adala adalah h dengan defibrilasi. Jantung yang terfibrilasi terfibrilasi akan mengkonsumsi mengkonsumsi oksigen
lebih
banyak
sehingga
akan
memperburuk
iskemia
miokardi miok ardium. um. Defibri Defibrilasi lasi harus harus dilakuka dilakukan n seseger sesegera a mungkin, mungkin, karena karena semakin lama fibrilasi dibiarkan, maka semakin sulit untuk dilakukan defibrilasi dan banyak kerusakan sel jantung yang ireversibel sehingga semakin kecil kemungkinan resusitasi akan berhasil. Defibrillator menyalurkan energi listrik dalam dua bentuk, yaitu monofasi mono fasik k dan bifasik bifasik.. Gelomba Gelombang ng monofas monofasik ik menyalur menyalurkan kan energi energi hanya searah dari satu elektroda ke elektroda lainnya. Gelombang bifasik
membalikkan
arah
energi
dengan
mengubah
polarisasi
elektrod elek troda a dari bagian bagian dimana dimana energi energi tersebut tersebut disalurk disalurkan an sehingga sehingga gelo ge lomb mban ang g dibandingkan
mono monofa fasi sik k
memb membut utuh uhka kan n
gelombang
bifasik.
ener energi gi
Gelombang
ya yang ng
lebi lebih h
bifasik
digunakan pada implantable cardioverter defibrillator
besa besar r
biasanya
(ICD) yang kemudian dapat diadaptasi menjadi eksternal defibrillator. Terda Te rdapa patt hubu hubung ngan an antara antara ukura ukuran n tubuh tubuh dan dan energ energii yang yang dibutuhk dibu tuhkan an untuk untuk defibri defibrilasi lasi.. Anak-an Anak-anak ak membutuh membutuhkan kan energi energi yang lebih sedikit dibanding dewasa dengan serendah-rendahnya 0.5 J/kgBB. Namun, ukuran tubuh tidak terlalu berpengaruh pada dewasa. Beberapa studi menunjukkan bahwa defibrilasi yang sukses dengan menggunakan mengguna kan energi yang rendah (160-200 J). Penelitian Penelitian yang dilakuk dila kukan an di luar dan di rumah rumah sakit sakit menunjuk menunjukkan kan bahwa bahwa terdapa terdapatt kesuksesan defibrilasi yang sama ketika menggunakan 200 J atau lebih rendah dari itu dibandingkan dengan menggunakan 300 J atau lebih. Pada
defibrillator
yang
menggunakan
gelombang
bifasik,
biphasic ic truncated truncated dike dikena nall ada ada dua dua jeni jenis s gelo gelomb mban ang g bifa bifasi sik k yait yaitu u biphas exponential waveform dan rectilinear biphasic waveform. Pada AED,
ener en ergi gi ya yang ng disa disalu lurk rkan an akan akan diat diatur ur se seca cara ra otom otomat atis is oleh oleh alat alat.. Sedangk Sed angkan an pada pada manual manual defibril defibrillato lator, r, akan akan diberik diberikan an range range energi energi yang efektif. Untuk defibrillator dengan jenis biphasic truncated exponential waveform, maka energi yang disediakan berkisar antara
150-200 J dengan tingkat kesuksesan lebih dari 90%. Sedangkan rectilinear linear biphasic biphasic waveform waveform, energi yang untuk un tuk defib defibril rillat lator or jenis jenis recti
disediakan 120 J dengan tingkat kesuksesan yang sama dengan biphasic truncated exponential waveform.
Gelomba Gel ombang ng monofas monofasik ik direkome direkomendas ndasika ikan n pemberia pemberian n energi energi sebes sebesar ar 360 360 Joule Joule untuk untuk dewas dewasa, a, sedan sedangka gkan n gelom gelomban bang g bifas bifasik ik direkomendasikan pemberian energi sebesar 200 Joule. Energi dapat ditingkatkan bertahap apabila keadaan takikardi ventrikel atau fibrilasi ventrik ven trikel el tida tidak k membaik membaik setelah setelah kejutan pertama pertama.. Tipe Tipe bifasik bifasik lebih lebih direkomendasikan untuk melakukan cardioversion karena tipe bifasik memberikan tingkat kesuksesan yang sama dengan menggunakan lebih
sedikit
energy.
Penggunaan
direkomendasikan dibandingkan dengan
gelombang
bifasik
lebih
gelombang monofasik karen penggunaan defibrillator dengan energi energi besar akan meningkatkan potensi kerusakan otot jantung. Sebelum Seb elum memulai memulai terapi terapi fibrilas fibrilasi, i, defibri defibrillat llator or haru harus s diperik diperiksa sa dan dicoba terlebih dahulu kemampuannya memberikan energi mulai dari rendah hingga tinggi. Pedal defibrillator luar (dada) untuk dewasa memiliki diameter 14 cm, sedangkan untuk anak-anak memiliki diamet dia meter er 8 cm, dan dan untuk untuk bayi bayi memili memiliki ki diamet diameter er 4.5 cm. cm. Peda Pedall defibrillator dalam (jantung) pada dada terbuka dewasa adalah 6 cm, untuk anak-anak 4 cm, dan untuk bayi 2 cm. Lokasi pedal defibrillator diletakkan diletakk an dengan posisi anterior-lateral anterior-lateral dengan satu pedal diletakkan diletakkan di ICS keenam pada midaxillary line kiri, sedangkan pedal lainnya diletakkan di ICS kedua parasternal kanan. Jika penderita memiliki payudara besar, pedal kiri dapat diletakkan di bawah payudara dengan menghindari jaringan payudara terkena kejutan.
Gambar Posisi Anterolateral
Gambar Posisi Anteroposterior. Terbagi menjadi posisi anteroleft infrascapular (B) dan antero-right infrascapular (C).
Gambar Algoritma Resusitasi Henti Jantung
BAB III TATA LAKSANA
A. Langkah-lan Langkah-langkah gkah Bantuan Bantuan Hidup Hidup Dasar Dasar (BHD) (BHD)
1. Melakukan Tindakan Keamanan Keamanan (Penolong, (Penolong, Korban dan Lingkunga Lingkungan) n) 2. Evaluas Evaluasii Respon Respon dan dan Kesad Kesadaran aran Korban Korban
Menepuk bahu/menggoyangkan badan penderita
Jika belum merespon, panggil dengan suara keras (Pak… Pak.../Bu…Bu….)
Beri rangsangan nyeri (dapat diberikan penekanan yang keras di pangka pan gkall kuku kuku atau penekanan penekanan dengan dengan mengguna menggunakan kan sendi sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang dada. Namun, pastikan tidak ada tanda cidera di daerah tersebut sebelum melakukannya.
Bila ada respon, biarkan korban pada kondisi semula sambil teriak minta bantuan (code blue…code blue…)
Jika korban belum merespon, lanjutkan langkah 3
3. Cek Cek Ja Jala lan n Nap Napas as Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup, anda harus membukanya. Ada 2 metode untuk membuka jalan napas yaitu : a. Head-tilt/ Head-tilt/chin-li chin-lift ft technique technique
(Teknik tekan dahi/angkat dahi/angkat dagu) : tekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperekstensi leher. b. Jaw-th Jaw-thrust rust maneuve maneuver r
(manuver dorongan rahang) : dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada pa da kepa kepala, la, leher leher atau atau tulan tulang g belak belakan ang g pada pada korba korban. n. Cara Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala korban, tumpukan siku pada lantai, letakkan tangan pada tiap sisi kepala, letakkan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang dengan
ibu jari berada di sekitar mulut, angkat rahang ke atas dengan jari jari anda, dan ibu jari bertugas bertugas untuk membuka mulut dengan mendoro men dorong ng dagu dagu kea rah depan depan sembari sembari mengan mengangkat gkat rahang. rahang. Pastika Pas tikan n anda anda tidak tidak mengger menggerakk akkan an kepala kepala atau leher leher korban korban ketika melakukannya.
4. Call Call For For He Help Berteriak minta bantuan : Aktifkan Code Blue Ruang terdekat menekan #33 pada pesawat telepon, setelah tanda beeb, ucapkan “ Code Blue…Code Blue di ruang (tempat kejadian)… Code Blue..” diulang dua kali, kemudian tutup gagang telepon. 5. Pemeriks Pemeriksaan aan Napas Napas dan dan Nadi seca secara ra Simulta Simultan n Periksa napas dan nadi karotis secara bersamaan setidaknya selama 5 detik, tetapi tidak boleh lebih dari 10 detik. Lakukan pengecekan napas dengan melihat naik-turunnya dada korban, dengarkan dan rasakan dengan pipi udara yang dihembuskan oleh korban. Lakukan pengecekan pengece kan nadi dengan meraba nadi carotis yang ada di leher dengan meletakkan 2 jari di bawah sudut rahang yang ada di sisi penolong.
Jika korban tidak bernapas tetapi nadi teraba (henti napas), berikan bantuan napas sebanyak 10-12 x/menit. Pastikan jalan napas bebas dari sumbatan. Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan pasien tidak respon, maka dikatakan henti jantung. Segera lakukan Resusitasi jantung Paru Paru (RJP). (RJP). 6. Langka Langkah-l h-lan angk gkah ah RJP RJP a) Letakkan Letakkan korban pada permukaan permukaan datar datar dank eras untuk memastikan bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat. b) Past Pastika ikan n dada dada korba korban n terbu terbuka ka untuk untuk meyak meyakink inkan an penem penempat patan an tangan yang benar dan untuk melihat recoil dada. c) Letakka Letakkan n tangan tangan dibagian dibagian tengah tengah dada korban, korban, tumpukan tumpukan salah salah satu pangkal tangan pada daerah setengah bagian bawah tulang dada dan tangan yang lain di atas tangan yang bertumpu tersebut. d) Leng Lengan an haru harus s luru lurus s 900 terh terhada adap p dada dada korban, korban, dengan dengan bahu bahu penolong sebagai tumpuan atas. e) Tekan
dada
dengan dengan
kecepata kecepatan n
100-120
x/menit,
dengan dengan
kedalaman minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm. f) Selam Selama a melak melakuka ukan n penek penekan anan an,, pasti pastika kan n bahw bahwa a dind dinding ing dada dada diberikan kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya semula (recoil penuh). g) Berikan Berikan 2 kali bantuan bantuan napas setiap selesai selesai melakukan melakukan 30 kali penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian
napas.
Pastikan
pemberian bantuan napas.
dada
mengembang
untuk
tiap
7. Evaluasi a) Evaluasi Evaluasi nadi, tanda-tanda tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan pernapasan setiap 5 siklus RJP ( 1 siklus terdiri dari 30 kompresi : 2 ventilasi) b) Jika nadi tidak teraba, teraba, lanjutkan lanjutkan RJP 30:2 selama 5 siklus siklus c) Jika nadi nadi teraba teraba periksa periksa pernapasan pernapasan d) Jika tidak ada napas napas lakukan lakukan napas buatan buatan 10-12 x/menit (l tiupan tiap 5-6 detik) e) Jika nadi dan napas napas ada letakkan ko korban rban pada posisi posisi recovery. f) Evaluasi Evaluasi nadi, 'tanda-tand 'tanda-tanda a sirkulasi' sirkulasi' dan pernapasa pernapasan n tiap 2 menit.
RJP Dewasa dengan 2 Penolong
RJP Dewasa 2 penolong digunakan bila ada penolong kedua. Pada RJP dewasa 2 penolong, satu penolong melakukan melakukan kompresi dada yang lain melak mel akuka ukan n bantu bantuan an napas napas dari dari mulut mulut ke mulut mulut.. Tujua Tujuan n RJP RJP dewas dewasa a 2 penolong adalah untuk mengurangi keletihan penolong dan kompresi dada yang tidak adekuat. Kelelahan dan kompresi dada yang tidak adekuat dapat te terja rjadi di setel setelah ah RJP RJP 2 menit menit sehing sehingga ga dapat dapat di lakuka lakukan n Perg Pergan antia tian n RJP RJP selama 2 menit atau (5 siklus 30 kompresi dan 2 tiupan napas) Langkah- Langkah RJP Dewasa 2 Penolong : Langkah I
Penolong I
Lakukan RJP I penolong dengan 30 kompresi dada di ikuti 2 tiupan napas
Bila terdapat AED, evaluasi irama jantung ikuti perintah AED
Langkah 2
Penolong 2 (harus bisa RJP 2 penolong) datang dan :
Mengatakan 'saya bisa melakukan RJP 2 penolong, dapat saya bantu?'
Langkah 3
Penolong I
Mengiyakan
Menyelesaikan siklus 30 kompresi di ikuti 2 tiupan napas
Langkah 4
Penolong I
Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi
Penolong 2
Menentukan posisi kompresi dada (saat penolong I mengevaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi)
Langkah 5
Penolong I
Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di evaluasi dan tidak ada tandatanda sirkulasi perlakukan sebagai henti jantung), katakana 'nadi tidak teraba' lanjutkan RJP.
Langkah 6
Penolong 2
Lakukan kompresi dada
Selesaikan 30 kompresi
Langkah 7
Penolong I
Berikan Beri kan 2 tiupan tiupan napas napas (setelah (setelah penolong penolong 2 menyeles menyelesaika aikan n tiap 30 kompresi dada) tanpa menghentikan kompresi dada.
Langkah 8
Ulangi siklus RJP
Penolong I : berikan 2 tiupan
Penolong 2 : lakukan 30 kompresi dada
Langkah - Langkah Perpindahan Peran Langkah I
Penolong 2 (yang melakukan kompresi dada)
Meminta pergantian
Langkah 2
Penolong I
Berikan 2 tiupan napas setelah penolong 2 menyelesaikan 30 kompresi dada.
Pindah ke dada korban
Tentukan posisi kompresi dada.
Langkah 3
Penolong 2
Pindah ke kepala korban
Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi
Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di evaluasi dan tidak ada tandatanda sirkulasi perlakukan sebagai henti jantung), katakan 'nadi tidak teraba, lanjutkan RJP'
Langkah 4
Ulangi siklus RJP
Penolong I : lakukan 30 kompresi dada
Penolong 2 : berikan 2 tiupan napas
EVALUASI
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pemapasan setiap 5 siklus RJP 30:2 Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di tentukan dan tidak dapat tandatanda sirkulasi, perlakuan sebagai henti jantung), lanjutkan RJP 30:2
Jika nadi teraba periksa pernapasan
Jika tidak ada napas, lakukan napas buatan 10-12x/menit (1 tiupan
tiap 5-6 detik) Ulangi sampai 10-12 kali tiupan/rnenit.
Jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada posisi recovery.
Evaluasi nadi, 'tanda-tanda sirkulasi' dan pernapasan tiap 2 menit.
POSISI RECOVERY DEWASA
Posisi recovery dilakukan pada korban tidak sadar dengan adanya nadi, nad i, napas, napas, dan 'tanda-t 'tanda-tand anda a sirkulas sirkulasi'. i'. Jalan Jalan napas napas dapat dapat tertutup tertutup oleh oleh lidah, lendir, dan muntahan pada korban tidak sadar yang berbaring terlentang. Masalah-masalah ini dapat di cegah bila dilakukan posisi recovery pada pad a korban korban tersebu tersebutt karena karena cairan cairan dapat dapat mengalir mengalir keluar mulut mulut dengan dengan mudah. Bila tidak di dapatkan tanda-tanda trauma "tempatkan korban pada posisi pos isi recovery recovery”. ”. Posisi Posisi ini menjaga menjaga jalan jalan napas napas tetap tetap terbuka terbuka.. Langkah Langkah-langkah menempatkan korban pada posisi recovery: Langkah I : Posisikan Korban 1) Lipat Lipat lengan lengan kiri korban. korban. Lurusk Luruskan an lengan lengan kanan kanan dengan dengan telapak telapak tang tangan an menghadap ke atas, di bawah paha kanan 2) Lengan Lengan kana kanan n harus harus di lipat lipat di silangk silangkan an di depan depan dada dada dan dan tempelkan punggung tangan pada pipi kiri korban. 3) Dengan Dengan menggu menggunak nakan an tangan tangan anda yang yang lain, tekuk tekuk lutut lutut kanan kanan korba korban n dengan sudut 900.
Langkah 2: Gulingkan Korban Ke Arah Penolong 1) Tempelk Tempelkan an tangan tangan pada pada tangan tangan korban korban yang yang ada ada di pipi. pipi. Gunaka Gunakan n tangan tangan yang lain memegang pinggul korban dan gulingkan korban menuju anda sampai berbaring miring. 2) Gunakan Gunakan
lutut lutut
untuk untuk
menyan menyangga gga
tubu tubuh h
korban korban
saat saat
pada pada
menggulingkannya agar tidak terguling.
Langkah 3 : Posisi Akhir Recovery 1) Pastika Pastikan n kepala kepala (pipi) (pipi) korban korban di di alasi alasi punggun punggung g tanganny tangannya. a. 2) Periksa Periksa posisi posisi tanga tangan n korban korban yang lain lain menggele menggeletak tak bebas bebas dengan dengan telapak menghadap ke atas,
3) Tungkai Tungkai kana kanan n tetap di di pertahan pertahankan kan dalam dalam posis posisii tersebut tersebut 900 pada sendi lutut. 4) Monitor Monitor nadi, nadi, tanda-t tanda-tand anda a sirkulasi sirkulasi dan dan pernapa pernapasan san setiap setiap beberap beberapa a menit.
ALGORITMA BHD Amankan penolong, korban dan lingkungan
Cek respon & kesadaran. Bila tdak ada respon, eriak mina banuan code blue, ruang erdeka menekan #33 sambil
Berikan napas buatan 10-12 x/mnt. Aktifkan bernapas tidak system normal, ada ada nadi tanggap darurat (jika blm dilakukan) setelah 2 menit Terus berikan napas Pada saat ini, dalam semua skenario system tanggapan da daru rura ratt at atau au cada cadang ngan an suda sudah h diaktifkan, serta AED dan pe pera rala lata tan n ga gawa watt da daru rura ratt te tela lah h tersedia.
mengatakan code blue..Code blue di ruang…code blue..
Bernapas normal Panau hingga Ada nadi nadi enaga tm medis
Cek nadi dan napas secara simulan
Lakukan RJP 30 kompresi 2 ventilasi Gunakan AED segera setelah tersedia
AED tersedia
Ya, Ritme dapat di kejut
bergerak
Segera
lanjukan
Periksa ritme detak jantung. Ritme dapat di kejut?
Terapkan 1 kejut. Segera lanjutkan dng RJP ± selama 2 menit (hingga AED memak bolehkan pemeriksaan ritme. Lanjukan hingga tenaga ALS mengambil menga mbil alih korban korban mulai bergerak.
dng
RJP
±
Tidak, Ritme tdk dapat dikejut
selama 2 menit (hingga AED membolehkan pemeriksaan ritme) ritme).. La Lanj njutk utkan an hing hingga ga te tenag naga a ALS mengambil mengambil alih atau korban mulai bergerak.
B. Langkah Langkah – Langkah Langkah Bantuan Bantuan Hidup Hidup Lanjut Lanjut (BHL) (BHL)
1. Komp Kompon onen en BHL BHL a. Pengama Pengamanan nan jalan jalan nafas nafas menggu menggunaka nakan n alat bantu bantu b. Venti Ventilas lasii yang yang adeku adekuat at c. Pembuat Pembuatan an akses akses jalur intraven intravena a atau jalur alterna alternatif tif untuk untuk induksi obat d. Menginte Mengintepret pretasi asikan kan hasil hasil EKG e. Mengupayakan Mengupayakan sirkulasi spontan dengan cara defibrilasi defibrilasi jantung jantung dan penggunaan obat emergensi yang sesuai indikasi 2. Perala ralattan a. Oropharyngeal airway (OPA) atau nasopharyngeal airway (NPA) b. Resucitation Resucitation bag dan dan sungkup sungkup muka atau mesin ventilator. ventilator. c. ETT
dengan
laringoskop,
laryngeal
mask
airway
atau
supraglotic airway device d. Defibri Defibrillat llator, or, baik otomati otomatis s maupun maupun manual manual yang memiliki memiliki monitor irama jantung e. Medikam Medikamenta entasa sa emergen emergensi si dan dan cairan cairan infus infus
3. Prosedur
BAB IV PENUTUP
Demikian Panduan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjutan (BHL) RSD Madani ini kami buat agar dijadikan sebagai dasar dan untuk dilaksanakan sebagai mestinya.
Ditetapkan di Pekanbaru Pada Tanggal : 03 Juli 2021
View more...
Comments