Berfikir Benar Dan Rasional

December 3, 2018 | Author: Dani Yoga Pratama | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

asadsdf...

Description

BAB 1 PENDAHULUAN 1 . 1 Latar Belakang

manu sia secara kritis Filsafat  adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimeneksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah p roses dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Filsafat merupakan ilmu yang paling tua. Itulah sebabnya orang mengatakan bahwa b ahwa filsafat merupakan ibu dari segala ilmu. Aristoteles dalam Bakry membagi filsafat menjadi empat bagian yaitu: (1) logika; (2) filsafat teoretis yang membawahi tiga caban g ilmu yaitu: fisika, matematika dan biologi; (3) filsafat praktis yang juga melingkupi tiga c abang yakni: etika, ekonomi, dan  politik; serta (4) filsafat filsafat puitika atau kesenian. Filsafat berhubungan dengan logika. Namun, apa yang dimaksud dengan filsafat dan bagaimanakah hubungannya dengan logika? Logika berasal dari kata Yunani kuno k uno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Aristoteles berpendapat bahwa logika merupakan ilmu yang menjadi dasar segala ilmu. Ia merupakan ilmu pendahuluan bagi filsafat. Secara etimologis, kata logika dalam bahasa Indonesia dipungut dari bahasa Belanda yang mulanya berasal dari bahasa Yunani dengan kata sifat logika yang berkaitan dengan kata logos dengan makna kata atau pikiran. Kata atau pikran 1

yang dimaksud di sini adalah yang benar atau yang sehat. Pikiran yang benar atau sehat itu dimanifestasikan dalam bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa logika atau mantiq adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari pikiran sehingga orang yang mempelajarinya itu dapat berpikir dan berbahasa secara benar. Jadi benar bahwa logika adalah bagian dari filsafat. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika  berpikir dan logika bahasa. Yang kemudian berhubungan dengan logika be rpikir rasional dan  benar. Pada makalah ini, logika berpikir benar dan rasional mejadi topik pembahasan kelompok kami.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan adalah : Bagaimana cara kita untuk berfikir benar dan rasional dalam memecahkan masalah ? 1.3 TujuanPenulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : a.

Melatih kami agar bisa berfikir benar dan rasional dalam setiap memecahkan masalah

 b. Agar kami lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang Bagaimana cara kita untuk berfikir benar dan rasional dalam memecahkan masalah 1.4 Metode Penulisan Dari banyak metode yang kami pelajari, kami menggunakan metode kepustakaan. kepustakaan tidak hanya memanfaatkan perpustakaan, perpustakaan , tetapi juga memanfaatkan internet. Kami menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data  –  data  data tentang topik ataupun materi yang kami gunakan untuk makalah ini.

2

BAB 2 PEMBAHASAN A. Berpikir Rasional 2.1 Berpikir Rasional “Here and Now”

Berpikir rasional adalah berpikir tentang masalah ‗sekarang‘ yang kita h adapi yang perlu kita selesaikan dan menjadi prioritas karena masalahnya memang perlu dan penting untung diselesaikan. Berpikir rasional mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan data-data dan fakta yang ada, bukan berdasarkan asumsi-asumsi yang tidak jelas yang membuat kita menjadi tidak efektif bahkan bisa menjadi depresi. Berpikir Rasional diperlukan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Pada kenyataannya kita memang sejak kecil berhadapan dan  berinteraksi dengan hal-hal yang tidak rasional, namun demikian kita tetap hidup dapat hidup dengan keyakinan-keyakinan yang tidak rasional tersebut.

2.2 Berfikir Rasional di Ranah Publik 

Berfikir rasional adalah berfikir menggunakan nalar atas dasar data yang ada untuk mencari kebenaran faktual, kegunaan dan derajat kepentingannya. Berfikir rasional dipakai bila kita ingin maju, ingin mempelajari ilmu. Juga amat perlu bila kita bekerja untuk kepentingan orang banyak, masalah publik, dimana berhadapan dengan bermacam macam orang, tradisi dan kepercayaan, maka kita bakal punya alasan obyektif yang bisa ditunjukkan kepada orang banyak (transparansi), punya alat bukti, punya referensi, bisa diperdebatkan (argumentasi yang logik dan relevan) serta bisa dibandingkan karena  punya alat ukur. Hal hal yang emosional tidaklah demikian. Berfikir rasional lawannya 3

adalah berfikir emosional. Berfikir emosional berguna untuk mendapat rasa senang. Bahagia dan kepuasan pribadi, yang didasari selera. Tolok ukur selera berbeda p ada setiap orang, sesuai tingkat senang dan tidak senangnya seseorang, itu artinya tidak universal. Berfikir emosional menjadi dasar ikatan-ikatan emosional, dan tindakan tindakan emosional. Tetapi sukar dimengerti orang lain. Disini tidak perlu ada fakta atau sesuai fakta, atau pembuktian, cukup dugaan, simbol, atau rekayasa atau fantasi yang keluar dari rasa senang tidak senang, suka tidak suka,  benci, sayang, penghormatan, percaya, kagum, respect, persahabatan, kekeluargaan dll. Misalnya si A bisa begitu cinta (=emosional) kepada seseorang atau su atu ajaran tetapi orang lain tidak habis pikir mengapa dia bisa begitu tergila gila dengan orang itu atau ajaran itu. Cara berfikir spiritual, yang keluar dari keinginan tahu, kagum, juga sangat penting untuk menimbulkan inspirasi, motive dll. Berfikir spiritual, filosofis merupakan kegiatan awal, untuk dijabarkan lebih lanjut melalui pola fikir rasional maupun emosional. Hanya saja  bila motive dan rencana itu berhubungan dengan kepentingan publik atau akan d ijalankan diranah publik maka perlu pertimbangan lain yang rasional. (Berfikir spiritual dalam  pembicaraan disini, saya jadikan satu dengan yang emosional, karena sama sama tidak harus ada data faktual atau pembuktian).

2.3 Berpikir Logika dan Berpikir Emosional

Masing masing punya manfaat dan tempatnya yang sesuai. Jadi untuk kepentingan dan kesenangan pribadi atau kelompok yang punya kepentingan sama, bisa bertindak

4

emosional dengan cara berfikir emosional. Tetapi dalam masyarakat yang luas, yang berbaur, yang bhineka maka kita harus  bertindak dengan menggunakan cara yang rasional, supaya bisa dimengerti dan bisa diikuti alur fikirnya oleh orang banyak. Kita menghargai masing masing orang atau kelompok orang, yang Bhineka itu. Dengan cara berfikir emosionalnya, budaya kelompoknya dalam wadah personal domain, tetapi kitapun harus menjunjung tinggi kepentingan bersama, kepentingan seluruh macam orang di negara ini berupa kebijakan Tunggal, tidak memihak, dengan berfikir yang rasional dalam wadah public domain. Demikianlah secara prinsip, kita haruslah mengenal  pemisahan antara kepentingan publik tidak tercampur dengan kepentingan personal. Kegiatan emosional tetapi tidak berbahaya bagi publik, tidak mengganggu aktifitas  publik, sebaliknya malah bisa menggembirakan publik seperti pementasan budaya, seni, tentu yang demikian, boleh berada di ranah publik. Kadang-kadang justru kepentingan/kegiatan publik terpaksa mengganggu kepentingan personal, seperti  pelebaran jalan, kalau itu memang harus dilakukan, maka harus diberikan kompensasi. Berfikir emosional bisa untuk dirinya sendiri atau kelompoknya sendiri (di personal domain). Tentu diapun bisa juga memakai cara berfikir rasional ini untuk dirinya sendiri atau kelompoknya bila ingin maju. Sedangkan yang rasional dia harus pakai dalam  posisinya sebagai anggota masyarakat yang bhineka di public domain.

Dengan mengenal kedua pola berfikir dan kedua ranah ini maka kita akan bisa menempatkan diri. Pola berfikir dan tindakan yang mana yang cocok untuk urusan  pribadi dan mana yang cocok untuk urusan publik.

5

Kiranya ini menjadi sangat penting untuk menja ga ketertiban masyarakat agar tidak jatuh dalam anarki, korupsi, nepotisme dan terorisme . Anarki d an terorisme hanya terjadi bila kepentingan pribadi atau kelompoknya mau dipaksakan ke kelompok lain (masuk dalam domain personal lain) atau kedalam domain publik . Sedangkan Korupsi dan Nepotisme terjadi bila mereka, para pejabat publik, menggunakan fasilitas publik atau fasilitas negara, untuk kepentingan pribadinya, atau kelompoknya (keluarga dan kroninya). Masih tercampur. Kepentingan publik haruslah sesuatu yang berpotensi dibutuhkan orang banyak, artinya oleh setiap orang anggota, atau setiap kelompok masyarakat, lintas kelompok, di domain  publik itu. Misalnya keamanan, jalan raya pastilah dibutuhkan semua orang. Kalau sampai ada satu kelompok saja dalam domain publik yang tidak membutuhkan masalah itu, maka masalah itu tidak bisa disebut sebagai m asalah publik, tetapi itu adalah masalah  pribadi atau personal. Produk negara, kegiatan kenegaraan, serta cara-cara negara, seperti pemilihan umum, adanya partai politik serta undang undang seharusnya adalah hal hal yang melulu kepentingan publik , kepentingan seluruh lapisan masyarakat yang bhineka tunggal ika. Bukan berorientasi kepada kepentingan kelompok. Kalau yang terjadi adalah kepentingan kelompok, maka kegiatan negara ini seolah olah hanya milik kelompok tertentu, milik rezim tertentu. Tetapi karena pengertian personal issue, public issue dan personal domain serta publik domain belumlah kuat, belum membudaya, maka banyak hal hal yang sifatnya personal atau kelompok atau kedaerahan, sampai saat ini masih berkecimpung dalam public domain, dalam bentuk undang undang, peraturan atau tradisi pejabat.

6

Reformasi yang digebrak tahun 1998 mempunyai slogan hapuskan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) adalah gambaran betapa hebatnya waktu itu masalah personal issue masuk dalam publik domain. Kepentingan personal para pejabat masuk menjadi urusan negara. Tetapi saat itu para tokoh reformasi, pimpinan politik dan negara belum mampu menerjemahkan reformasi sampai ke akarnya yaitu menghinda ri tercampurnya masalah  personal masuk public domain. Sampai saat ini belum ada suatu produk hukum yang keluar, yang mengatur secara umum untuk melarang personal issue masuk dalam public domain .Maka menurut hemat saya tujuan reformasi itu macet, KKN masih berjalan terus. Jadi, Reformasi bukanlah kebablasan. Kalau kebablasan artinya kita pernah sampai dan keluar menembusnya. Yang ada adalah kita belum pernah sampai. Tampaknya kita sudah terlalu lama dan sudah terlalu jauh meninggalkan prinsip penting dalam bernegara, yaitu berperilaku menempatkan masalah apa ditempat mana, secara  benar, bukan menempatkannya secara acak . Bila saja kepentingan kelompok tertentu dapat prioritas dipublik domain, itu akan menimbulkan rasa diskriminatif, rasa iri, mengusik rasa keadilan. Kita akan sukar  bersatu, aman dan maju. Maka tidak ada pilihan lain dari pada mengubah perilaku ini sampai ke dasarnya. Kepentingan kelompok seharusnya diurus sendiri oleh kelompoknya. Perubahan perilaku yang didasari penempatan pola pikir itu menjadi infrastruktur  pembangunan mental bangsa.dalam menhadapi masalah publik. Infrastruktur-fisik adalah jalan raya, energi (listrik mis), air bersih, terminal bus, kapal

7

laut, kapal terbang. Kalau itu sudah tersedia dengan baik, maka pembangunan fisik seperti industri, perdagangan, dll akan mudah.. Kita mudah maju. Begitu pula infrastruktur mental dalam hal ini memakai berfikir rasional diranah publik, akan memudahkan para pejabat publik membuat keputusan yang benar, begitu pula seluruh  bangsa ini bisa mengontrol perilaku para pejabat, bangsanya dan dirinya sendiri secara  benar. Kita mudah bersatu, makmur dan maju. Sungguh prihatin dinegara ini masih saja tampak kejadian diranah publik orang bentrok keroyokan satu kelompok dengan kelompok yang lain, demo yang brutal, anarki, menggambarkan perilaku emosional diranah publik, menunjukkan masih rendahnya infrastruktur mental ini. Bahkan digedung DPR, gedung negara untuk memecahkan masalah negara masih ada yang membentuk kubu, fraksi, poros. Yang begini pastilah akan berorientasi pada kepentingan kelompoknya, bukan kepentingan rakyat pada umumnya. Ini menunjukkan belum membudayanya pemikiran diatas bagi kebanyakan orang dan para pejabatnya. Tanpa pengertian yang menyeluruh dan membudaya, dibangsa ini kita akan sukar untuk  berubah. Oleh karena itu untuk bersatu, aman, makmur dan maju tidak ada pilihan lain daripada mengembangkan prinsip ini dalam system yang kuat, dilaksanakan dengan kepimpinan yang bersih serta dijaga oleh aparat yang tangguh. 2.4 Pendapat Tentang Berpikir Rasional

Kami sampai saat ini, masih saja meragukan kegiatan berpikir yang dilakukan. Keraguraguan itu terkait dengan pertanyaan seberapa rasionalkah kegiatan berpikir kami? Tentu saja, menurut kami, berpikir secara rasional atau tidak rasional tidak bisa dibedakan

8

seperti hitam atau putih, tetapi ada gradasinya. Dalam penerimaan akan rasionalitas, maka gradasi yang dimaksudkan adalah kegiatan berpikir dapat dilakukan dari sangat tidak rasional sampai pada sangat rasional. Pada satu titik, kami merasa bahwa apa yang dipikirkan kurang rasional, tetapi pada titik yang lain, kami merasa bahwa apa yang dipikirkan itu cukup atau sangat rasional sehingga layak dinyatakan kepada orang lain. Bagaimana kami sendiri bisa mengetahui bahwa apa yang dipikirkan itu sangat tidak rasional atau kurang rasional atau cukup rasional atau sangat rasional? Berpikir rasional  bagi kami adalah suatu keharusan bagi semua manusia. Dengan kemampuan kerja otak sedemikian rupa, maka hal itu adalah suatu keharusan tak terbantahkan. Bagi sementara orang, ketika suatu pemikiran dikatakan sangat rasional, maka sesungguhnya pemikiran itu juga sangat filosofis. Tentu saja kami sangat mendukung  pendapat ini, walaupun masih banyak orang yang menganggap bah wa esensi filsafat adalah tentang ide-ide atau teori-teori tentang hakek at alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. Hal itu tidaklah salah, seratus persen benar, namun ide-ide dan teori-teori seperti itu selalu dimulai dari argumen-argumen yang rasional, yang starting pointnya adalah premis-premis yang dapat diterima dan tak terbantahkan. Pada titik itu, pemikiran filosofis kemudian mesti memayungi seluruh upaya berpikir manusia, termasuk pemikiran religius yang starting pointnya adalah spekulasi -spekulasi tentang hal-hal yang sakral dan transenden. Selain itu, tradisi pemikiran Barat pun sarat dengan ide tentang berpikir rasional, tidak rasional atau anti-rasional sementara tradisi  pemikiran Timur, Afrika, Pribumi Amerika dan masyarakat-masyarakat tradisional lainnya kurang memperhatikan hal itu, walaupun tetap ada penjelasan-penjelasan tentang klaim-klaim yang mereka bangun.

9

Tentu saja, kami tidak hendak mengatakan bahwa filsafat adalah satu-satunya disiplin yang mengharuskan seluruh manusia yang punya kemampuan berpikir untuk berpikir secara rasional. Namun untuk menjadi bagian dari barisan para pemikir secara filosofis, maka syaratnya adalah terus menerus melatih diri untuk berpikir secara rasional. Filsafat memiliki seperangkat alat untuk digunakan dalam latihan itu. Seperti sepak bola, semakin melatih kemampuan dribbling, semakin baik melakukannya dalam pertandingan yang sebenarnya. Salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh seseorang yang rasional adalah berargumentasi. Melatih kemampuan berargumentasi dengan berangkat dari premis-premis yang telah diterima dan berujung pada konklusi adalah hal yang tak  bisa ditawar lagi. Jadi, mari kita mulai melatih diri untuk berpikir rasional.

B. Bepikir Benar 3.1 Berpikir Positif 

Berpikir positif erat kaitannya dengan berpikir benar. Kedua-duanya penting bagi kehidupan. Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter. Ini juga berarti bahwa k ita bisa menjadi pribadi yang lebih matang, lebih berani menghadapi tantangan, dan melakukan hal-hal yang hebat. Pikiran

10

 positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan atau kelemahan kita, namun  pikiran positif justru akan membuat kita mencari kekuatan kita hari demi hari. Pascal pernah mengutarakan kalimat-kalimat bijak, yang kira-kira bunyinya seperti ini: ―Pikiran positif datang dari kepercayaan, pikiran negatif datang d ari keragu-raguan; rasa takut yang benar adalah rasa takut yang digabungkan dengan harapan, karena itu lahir dari kepercayaan, serta kita berharap pada Tuhan yang kita yakini; sementara rasa takut yang salah digabungkan dengan keputusasaan, karena kita takut pada Tuhan; beberapa orang takut kehilangan-Nya, sementara yang lain takut mencarinya.‖ Jadi, kita tak perlu ragu-ragu akan kemampuan kita. Kita harus percaya pada kemampuan kita. Harga diri yang kita miliki seharusnya bisa membuat k ita kuat dan terus bersikap  positif. Kita juga seharusnya tak pantas untuk menjadikan ‗membuat alasan‘ sebagai kebiasaan kita. Sikap seperti ini tak akan bisa membuat kita menjadi pemenang dalam kehidupan ini. Sikap seperti inilah yang akan membunuh ambisi, melemahkan kemauan, dan membahayakan diri kita sendiri. Orang-orang yang terus menerus dikelilingi oleh ketakutan tak tahu betapa banyaknya  pikiran-pikiran negatif yang mempengaruhi mereka tiap harinya. Mereka membatasi diri mereka sendiri dengan sugesti bahwa keterbatasan mereka menghalangi mereka untuk sukses, dan mereka juga percaya bahwa diri mereka tidak berharga. Mereka tidak berpikir  bagaimana caranya agar sukses, tapi mereka justru berpikir bagaimana mereka bisa gagal. Pernahkah Anda mendengar tentang Washington Irving? Irving adalah seorang sastrawan Amerika yang terkenal dengan karyanya yang berjudul ―The Legend of Sleepy Hollow‖. Suatu ketika, Washington Irving pernah diminta untuk memimpin suatu acara makan malam untuk kedatangan Charles Dickens, namun dia merasa bimbang dan yakin bahwa

11

dirinya tak akan berhasil. Irving ditunjuk sebagai seorang pemimpin perjamuan, dan akhirnya dia menerima tugas tersebut. Tapi, Irving terus menerus mengatakan bahwa dia takut jika dia akan gagal. Saat malam  perjamuan tiba, Irving membuat pembukaan yang bagus, tapi tiba-tiba dia berhenti dan menutup pembicaraannya. Ketika dia duduk, dia berbisik pada teman di sebelahnya, ―Sudah saya bilang, saya pasti gagal… dan itu baru saja terjadi!‖ Cara berpikir Irving tersebut adalah alasan mengapa ia gagal. Seandainya ia berpikir  bahwa dia pasti bisa, bukan pasti gagal, maka saya yakin kejadiannya tidak akan seperti itu. Dalam membangun kebiasaan berpikir positif —  dengan hanya melihat yang terbaik dalam diri Anda dan orang lain, percaya bahwa Anda mampu melakukan hal-hal besar —   perlu ditekankan bahwa pikiran kita memang suatu hal yang akan menentukan keberhasilan kita. Apa yang Anda lakukan kemarin menentukan diri Anda hari ini, dan apa yang Anda lakukan hari ini akan menentukan jadi apa Anda besok. Coba tanyakan pertanyaan berikut: Apakah Anda mendapat manfaat dari berpikir negatif? Apakah Anda ingin memikirkan sesuatu yang akan menghambat diri Anda untuk melakukan hal-hal hebat? Apakah Anda menginginkan pikiran negatif yang pasti akan membawa ketidakpuasan, kesedihan, dan kegagalan? Jika Anda seperti saya, pasti jawaban Anda untuk semua pertanyaan tersebut adalah ‗tidak‘. Namun jika Anda tidak waspada, pikiran semacam itu akan menyelundup masuk ke dalam kepala Anda. Cara yang terbaik untuk mencegahnya adalah dengan terus mengisi pikiran Anda dengan pikiran positif, dengan berpikir bahwa Anda adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang hebat, yang punya kemungkinan tak terbatas, yang terus tumbuh

12

 baik secara mental maupun spiritual, serta terus berjalan menuju keberhasilan. Memang sulit untuk terus berpikir positif ketika keadaan kita berlawanan d engan mimpimimpi kita. Namun, ketika kita membiasakan diri untuk terus berpikir positif, maka kebiasaan tersebut akan menjadi suatu daya tarik bagi kita. Pikiran baik kita lama kelamaan akan menjadi pikiran besar, sehingga kita akan bisa melakukan hal-hal yang kelihatannya mustahil. Dalam buku digitalnya yang berjudul ‖Guaranteed Success Thinking‖, Jim Ewards mencontohkan bahwa kebiasaan berpikir kita bisa diibaratkan dengan bagaimana kita merawat sebuah taman. Benih tanaman adalah pikiran kita, dan bagaimana tukang kebun  bekerja diibaratkan sebagai tindakan kita. Kita, sebagai tukang kebun, harus selalu merawat benih yang ditanam dengan baik. Kita harus membersihkan taman dari kotoran, dan menyingkirkan rerumputan liar yang tumbuh. Kasus ini sama seperti pikiran, yaitu kita harus menyingkirkan hal-hal negatif yang ada dalam kepala kita. Jika kita bisa terus menjaganya, maka suatu saat nanti kita  pasti akan mendapat hasil yang kita inginkan, yaitu bunga atau buah yang manis hasil dari kerja keras kita.

Oleh karena itu, Anda tak boleh meremehkan pikiran yang ada dalam kepala Anda sejak Anda bangun tidur. Pikiran positif ketika Anda mengawali hari akan dapat mengubah rasa takut menjadi keberanian. Pikiran tersebut dapat menggerakkan Anda untuk berbuat hal-hal besar. Berpikir positif sangatlah penting diterapkan dalam hidup, karena pikiran tersebut dapat mempengaruhi Anda untuk melakukan hal-hal yang tepat. Ada banyak orang yang salah

13

mengambil profesi atau bisnis karena mereka tidak berpikir dengan matang dan positif. Mereka tidak bisa membuat pilihan yang tepat bagi hidup mereka. Sidney Smith pernah berkata: ―Jika kita mengibaratkan profesi dalam hidup sebagai lubang di sebuah meja, ada yang  bundar, kotak, dan bujur sangkar; dan manusia sebagai potongan kayu yang bentukn ya sesuai lubang tersebut, maka pada umumnya kita menemukan bahwa orang-orang yang  berbentuk segitiga masuk ke dalam lubang yang kotak, yang bujur sangkar masuk ke lubang segitiga, sementara yang kotak memaksa diri untuk masuk ke lubang yang  bundar.‖

3.2 Berpikir Benar

Bagaimana kita berfikir, maka seperti itulah kehidupan kita. Sebagaimana segala sesuatu  bisa ditebak dengan melihat wadah dan tempatnya. MARCUS AURELIUS, seorang Kaisar Romawi mengatakan, ―Hidup kita dibentuk oleh pikiran kita‖. Dan Rasulullah SAW pernah menasehati kita umatnya dalam sebuah sabda beliau : ‖Barangsiapa yang rela maka baginya kerelaan, dan barangsiapa yang benci maka baginya kebencian‖. Memang demikanlah adakalanya seseorang menerima ujian dan cobaan-Nya dengan dada sempit dan jiwa penuh kemurungan ia merasakan deritanya yang bertindih-tindih dan adapula seorang yang berlapang hati menghadapi kesulitan di hadapan langkah kakinya. Kesadaran bahwa ujian yang menimpanya hanyalah perputaran hidup yang mesti di lewati, kesabaran menjalaninya akan melahirkan kemudahan serta gugurnya dosa dan kesalahan di masa lalu, maka tidakkah kita rela menjalani kepahitan jika itu mampu dan  bisa membersihkan hati dan jiwa ?

14

Dan akhirnya, marilah kita mencoba untuk selalu berfikir benar, memperbaharui akal dan  pandangan dengan Islam yang jauh dari kesempitan, dan insya Allah akan kita jumpai sangat banyak perubahan dalam diri kita. Pergeseran terbaik dan kemajuan-kemajuan terindah yang ada kalanya kita sendiri sulit untuk mempercayainya. Tapi ini adalah jalan yang pasti dan tak akan ada sedikitpun kerugian di dalamnya

3.3 Pendidikan Berpikir Salah.

Di Sekolah (bahkan berlanjut hingga lulus), kita dibiasakan untuk berpikir sesuai benar dengan rumus atau mengikuti pola yang sudah terbukti sukses dan diterima masyarakat. Pola kegiatan ‗berpikir benar‘ ini akan membentuk siklus rutin yang tidak progresif, karena membentuk kebiasaan untuk selalu menghasilkan solusi dengan cara mencari rumus atau metode yang dapat menjawab permasalahannya. Kebiasaan ini akan membentuk mentalitas aplikator (bukan ideator) yang han ya terbiasa mengaplikasikan rumus dan contoh, bukan justru membuat yang baru. Fakta dalam dunia pendidikan memang nampaknya tidak separah generalisasi di atas. Banyak sekolah yang sudah menyuburkan pendidikan kreatif; sebuah studi yang salah satunya menganjurkan untuk berpikir salah. Tapi juga merupakan bagian dari fakta  bahwa masih banyak sekolah yang mengartikan kreativitas sebagai pendidikan keterampilan (bukan kepribadian), sehingga sah saja kalau bentuk pendidikannya berupa kegiatan melukis atau teater, bahkan diposisikan seba gai ekstra kurikuler. Dengan mewujudkan kreativitas sebagai keterampilan bahkan diposisikan sebagai ek stra, maka timbul pandangan bahwa tidak semua orang harus menguasainya bahkan menghayatinya. Kesannya, kalau anda ingin jadi dokter, ahli fisika, ahli hukum, maka anda tidak perlu

15

kreatif. Bila sudah demikian maka jangan salahkan kalau banyak sarjana yang tidak  punya solusi untuk bisa eksis dan bermanfaat dalam masyarakatnya karena ia tidak kreatif. Sarjana sibuk mencari pekerjaan, karena itulah jalur benar dalam berprofesi. Ia tidak terbiasa berpikir salah dalam membentuk eksistensi, sehingga akhirn ya hanya bisa reaktif bahkan pasif pada keadaan. Salah satu cara ‗salah‘ yang sebaiknya kita pikirkan adalah dengan memasukkan unsur  pendidikan kreatif dalam kesetaraan dengan pendidikan moral dan etika di sekolah. Pendidikan moral berupaya membentuk prinsip benar atau salah, memaknai kebaikan atau keburukan. Tanpa pengaruh kreativitas maka moralitas kehilangan esensinya, karena kita hanya memaknai moralitas sebagai tatanan yang harus diikuti, tidak membuka skenario ‗bagaimana jika moralitas itu salah‘ yang justru dapat mengun gkap nilai sesungguhnya dari tatanan moral itu. Tanpa kreativitas maka tidak ada improvisasi tatanan moral, sehingga manusia bentuknya seperti robot yang kaku pada aturan, sehingga kehilangan kemampuan memaknai nilai di balik aturan itu.

3.4 Upaya Berpikir Baik dan Benar

Biasanya orang yang sedang marah atau kalap, tidak dapat berpikir secara akal sehat dan tanpa berpikir secara penalaran, sehingga dalam keadaan seperti ini akal akan dikalahkan oleh emosi yang meledak. Manusia yang marah pasti tanpa adanya kesadaran dan keseimbangan pikiran. Pada akhirnya suatu saat dia akan kecewa oleh tingkahnya sendiri. Orang yang berbahagia dan tenteram hidupnya ialah orang yang memikirkan setiap langkahnya secara akal sehat. Dia melihat kemampuan dirinya dan selalu menarik

16

kesimpulan dari pertimbangan-pertimbangan dengan akal sehat (rasional) Dibawah ini merupakan suatu upaya bagaimana berpikir baik dan benar dengan melakukan cara penalaran, yang konon bisa dipelajari : Harus berpikir secara kritis, hal ini dilakukan agar apabila ad a sesuatu keterangan yang tidak atau belum pasti hendaknya jangan dipercaya begitu saja. Sebelum bertindak sebaiknya harus berpikir lebih dahulu untuk beberapa saat (konsentrasi). Pandangan harus lebih luas daripada pikiran kita sendiri, sehingga harus waspada terhadap prasangka-prasangka sendiri. Jangan menganggap benar apa yang kita sukai dan menolak apa yang kita benci. Berpikir dua kali dan jangan gegabah mengambil keputusan atau mengemukakan  pendapat seakan-akan kebenaran mutlak/terlalu berani tanpa perhitungan. Bersikap terbuka, mungkin pendapat kita dibenarkan/dikoreksi atau ditinggalkan sama sekali atas dasar informasi yang benar. Hendaknya kita berpikir dalam jangka panjang dan berpandangan luas. Kita harus bersikap kritis terhadap apa yang dikemukakan oleh orang lain, untuk check and recheck juga terhadap pendapat sendiri. Kita wajib bersikap optimis, mencari segi-segi positif dalam segala hal dan berdiskusi  juga dalam hal berpikir, serta bersikap simpatik terhadap orang lain. Harus bertaqwa, karena taqwa itu sendiri adalah merupakan sumber kejujuran. Dengan  bertaqwa tentunya akan diikuti oleh kewibawaan. Bersikap jujur, orang banyak belajar dari kesalahann ya sendiri, asal disadari dan diakuinya.

17

Harus belajar terus-menerus Bekerja dengan hatinurani yang tulus dan berpikir secara teratur dan berencana, agar mampu tampil secara profesional.

3.5 Analogi Lampu Lalu Lintas

Tanpa pengaruh kreativitas dalam moral dan etika, orang hanya patuh pada norma, tapi tidak memahami nilainya. Orang hanya patuh pada lampu lalu lintas, tapi tidak mengerti nilai kedisiplinan dan keselamatan. Maka ketika lampu di perempatan itu hijau, maka ia segera maju, tidak peduli bahwa salah satu jalurnya masih macet, juga tidak mau mempertimbangkan nilai bahwa kalau ia maju maka akan memperparah kemacetan. Ia yakin benar bahwa lampu hijau itu benar. Ia tidak punya alternatif berpikir bahwa lampu hijau itu salah. Analogi ini juga berlaku untuk orang yang meyakini bahwa apabila ia melakukan hal yang juga dilakukan oleh orang lain di lingkungannya, itu adalah hal yang benar. Kalau sudah demikian maka jangan disalahkan kalau banyak orang korupsi. Tapi jangan salah menilai; Korupsi sudah pasti bukan produk dari berpikir salah, karena itu sudah ada rumusnya: kalau ingin cepat kaya maka cara termudah adalah korupsi. Mereka yang tidak ingin korupsi pastilah ada yang salah dalam cara berpikirnya.

3.6 Muara Berpikir Salah

Berpikir salah bukan maksudnya berpikir asal-asalan yang p enting salah, atau dilandasi semangat memberontak tanpa alasan, yang sudah pasti benar-benar tidak berguna. Berpikir salah dimaksudkan untuk menyuburkan ide, memperkaya kemungkinan,

18

memotivasi untuk berani berimajinasi dan berpikir sungguh-sungguh dengan semangat membentuk nilai baru yang lebih bermanfaat dan kaya kualitas etika. Berpikir salah  bukan dalam maksud memberanikan orang untuk melanggar lampu merah. Berpikir salah sudah pasti memerlukan referensi dan pemetaan dari be rpikir benar, sehingga sifatnya bukan mengulang dari nol atau mengesampingkan progres yang dapat membuatnya menjadi kegiatan yang tidak efisien dan kontra produktif. Studi berpikir salah akan baik untuk ditanamkan sebagai prinsip penyeimbang ilmu pasti dan akan  berguna bila disuburkan dalam kegiatan produksi ide. 1. Contoh Kasus Berpikir Rasional Hebohnya berita dukun cilik ponari yang didatangi ribuan warga karena bias dianggap  bias menyembuhkan segalam macam penyakit adalah bagian dari gambaran mentalitas  budaya bangsa Indonesia. Fenomena dukun cilik Ponari mencerminkan mantalitas  budaya bangsa Indonesia. Fenomena dukun cilik Ponari mencerminkan mentalitas  budaya mistis yang disebut dengan mentalitas ideasional.

Masyarakat dengan mentalitas budaya ideasional, cenderung ku rang berpikir rasional. Masyarakat ideasional, selalu berharap dapat menyelesaikan masalah dengan cara-cara ajaib, dan cepat seperti sulap seperti dalam cerita-cerita film Aladin. Masyarakat ideasional, selalu berharap dapat menyelesaikan maslah dengan cara-cara ajaib, dan cepat seperti sulap seperti dalam cerita-cerita film Aladin. Masyarakat ideasional sangat  percaya bahwa pada benda-benda keramat, ada ke ajaiban yang dapat memenuhi segala keinginan. Akibatnya, tindakan-tindakan masyarakat ideasional sangat percaya bahwa

19

 pada benda-benda keramat, ada keajaiban yang da pat memenuhi segala keinginan. Akibatnya, tindakan-tindakan masyarakat ideasional, kurang dimengerti dan dipahami oleh akal sehat. Dilihat dari mentalitas budaya rasional, fenomena tindakan-tindakan mas yarakat seperti kasus Ponari, bisa dilihat sebagai sebagai tindakan-tindakan ―bodoh‖ masyarakat yang kurang memperhitungkan pola-pola pikir rasional. Tetapi itulah realitasnya, bahwa mnasyarakat ideasional sangat mempercayai keajaiban-keajaiban sampai menghilangkanpotensi-potensi pikran rasionalnya. Untuk itulah realitasnya, bahwa masyarakat ideasional dalam kasus tertentu mudah sekali terkena tipu daya. Seperti kita ketahui, pernah terjadi penipuan dalam kasus-kasus berbau mistik seperti penggnadaan uang, hipnotis, dan praktek-praktek dukun cabul.

Berpikir Benar Pagi ini, saya berangkat kerja pada jam yang sama seperti hari-hari biasanya. Tapi di tengah jalan saya terjebak macet tidak seperti biasanya. Saya tidak bisa melihat di depan ada apa pastinya, tapi kalau tidak salah mungkin ada acara karnaval anak-anak TK daerah situ. Tetap disitu, saya akan tetap terjebak macet. Akhirnya saya memilih jalan yang lain, memutar, dengan harapan saya bisa lolos dari kemacetan tersebut. Tapi dasar apes, di rute kedua itu saya malah terjebak kemacetan yang lebih parah dari jalan yang pertama. Alhasil, saya terlambat tiba di kantor. Apa pilihan saya salah? Bila langsung melihat hasilnya, tentu anda akan mengatakan saya tolol. Lha wong di rute

20

kedua lebih macet kenapa milih jalan tersebut? Lebih baik kan tetap di rute pertama? Hehe, sayangnya dalam hidup kita tak pernah bisa langsung tahu hasilnya sebelum dilakukan. Diprediksi mungkin bisa, tapi tak menjamin keaku ratannya. Dalam kasus saya di atas, saya tidak menyesal dengan pilihan saya untuk melalui rute kedua. Karena pilihan saya yang salah berdasar pemikiran saya yang benar. Saya berpikir seperti ini; Bila saya tetap berada di jalan pertama, sudah pasti saya akan terjebak macet. Mungkin 10 menit, atau bisa jadi lebih. Bila saya mencoba alternatif lain, yaitu rute kedua, saya mungkin akan terjebak lebih  parah lagi, tapi tentu ada kemungkinan sebaliknya. Mungkin saya bisa lolos dari kemacetan. Ini yang saya sebut dengan ―berpikir benar‖. Dan bagi saya, lebih baik memilih salah karena berpikir benar daripada pilihan benar karena berpikir salah. Salah satu faktor yang kurang dieksplorasi dalam dunia pendidikan kita adalah keberanian untuk berpikir salah. Dari Sekolah Dasar hingga tingkat Tinggi, aktivitas  belajar kita didominasi oleh anjuran untuk selalu berpikir benar, boleh berpikir beda tetapi kalau salah akan seringkali diganjar dengan nilai buruk dan dilecehkan dalam  pergaulan karena dianggap tidak intelek. Kita jadi trauma berpikir salah.

Berpikir Benar dan Rasional (Video) Video ini berjudul Think (Berpikir), menggambarkan betapa pentingnya berpikir. Digambarkan ada seorang individu (sebut saja A) yang bingung mencari tahu, bagaimana caranya melampaui suatu lubang di tembok, yang menghubungkan dengan dunia lain di

21

luar sana. Ketika dia sedang bingung hadirlah orang-orang yang datang menawarkan kebenaran. Ikuti saya ! Kata mereka. Faith (Kepercayaan), membawa A menuju tempat peribadatan, mengajari A, untuk  beribadah. Namun A pergi, bukan itu yang dia cari. Politic (Politik), setelah A pergi dari Faith, lalau dia melihat kerumunan P olitik, dia tertarik dan mendekat ke kerumunnan tersebut. Lalu ingin bergabung, namun mengurungkan niatnya melihat symbol Dollar (Uang) pada pimpinan Politic, yang berbau materialism. Fight (Perjuangan), bertemulah A dengan fight. Namun Akhirnya pergi, setelah melihat symbol senjata, kekuatan yang seolah-olah menjunjung tinggi kekuasaan. Usai, perjalanannya A bertemu orang-orang tersebut lalu, kembalilah A, ke tempat semula, di depan lubang tembok tadi, sambil melanjutkan mencorat-coret, mencari tahu cara masuk ke dalam lubang tembok tersebut. Tak lama kemudian, datang Faith, Politic, dan Fight dengan pengikutnya masing-masing yang kemudian mencoba masuk ke dalam lubang dengan cara masing-masing, yakin caranya sendiri yang paling benar. Namun tidak ada yang berhasil. Lalu A berpikir (THINK), dan menemukan caranya sendiri lalu  berhasil masuk dan melewati lubang tersebut, menemukan dunia baru di luar sana yang ternyata lebih indah. Itulah Reality ( Kenyataan ). Pesan yang disampaikan: Seseorang kadang bingung dengan memecahkan masalah/ memutuskan sesuatu, kemudian kerap mengikuti cara/ajakan orang lain untuk menyelesaikan semua itu.  Namun ternyata apa yang dia ikuti tidak selamanya cocok dan benar adanya. Sampai

22

 pada akhirnya seseorang tersebut tersadar, dan berpikir (THINK) lalu dia akan mampu menyelesaikan semua. Ketika seseorang berpikir, dalam hal ini berpikir benar dan rasional bukan sekedar ikutikut maka dia akan menemukan jawaban. Kemudian mendapat sesuatu yang kadang tidak terbayangkan indahnya.Kebenaran adalah kenyataan itu sendiri (REALITY), kenaran adalah sesuatu yang telah terbukti dan menjadi kenyataan. Berpikir Benar dan Rasional diperlukan dalam keh idupan. Berpikir rasional diperlukan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Dampak dari keyakinan dan perilaku yang tidak rasional tersebut adalah bahwa perilaku kita tidak efektif dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Berfikir rasional dipakai bila kita ingin maju, ingin mempelajari ilmu. Juga amat perlu  bila kita bekerja untuk kepentingan orang banyak dan juga kepentingan kita pribadi. Berpikir benar juga penting terutama untuk menci ptakan kreator-kreator ide baru, yang  bermanfaat bagi kehidupan. Ketika kita berfikir benar maka kemungkinan besar realita yang terjadi akan seperti yang kita fikirkan. Jadi, mari kita mulai melatih diri untuk  berpikir rasional dan benar agar kita tidak salah dalam bertingkah laku.

23

BAB 3 PENUTUP Berpikir rasional adalah berpikir tentang masalah ‗sekarang‘ yang kita hadapi yang perlu kita selesaikan dan menjadi prioritas karena masalahnya memang perlu dan penting untung diselesaikan. Berpikir rasional mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan data-data dan fakta yang ada, bukan berdasarkan asumsi-asumsi yang tidak jelas yang membuat kita menjadi tidak efektif bahkan bisa menjadi depresi.  berfikir yang benar adalah cara berfikir yang sesuia dengan kenyataan konkrit.Tidak berfikir sesuai dengan keinginan atau fikiran kita sendiri yang sifatnya subyektif, karena pada dasarn ya ide atau pikiran berasal dari situasi konkrit atau ke nyataan. Jadi kesimpulannya adalah berfikir rasional dan berfikir benar saling be rkaitan. karena jika kita  berfikir benar untuk memecahkan masalah dengan berfikir benar maka permasalahan yang kita hadapi akan mudah untuk di selesaikan.

24

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF