Belajar Dari Burung Hud-hud
January 16, 2017 | Author: adeebmoonymoon | Category: N/A
Short Description
Download Belajar Dari Burung Hud-hud...
Description
Taujih Pekanan Riayah Ma’nawiyah Kisah Burung Hud-hud dan Nabi Sulaiman Seekor burung hud-hud berinisiatif melakukan kerja dakwah. Ia mengintai aktivitas suatu kaum yang dengan sebab kabar itulah, sekumpulan umat mendapat hidayah Allah.
ن ن م ن قئا ن ه قد ن الط طني لنر فن ن ف ط ونت ن ن مئا ل ب ن ب كئا ن ي ل أنر ى ال لههد لههد ن أ ل (لع نععذ ذب نن ط ه٢٠) ن ل ن ن ال لغن ئائ بببني ن م ن ن ل ن ن سععل ل ن ذادبئا ن عن ن مك نعع ن ث غ نني لععنر ب نعبنيععد ن ش ب دا أول لذ لب ن ن ددي د ه أول ل نني نععأت بني نذني ب ب ه (فن ن٢١) ن ن ه حن ط ه طئا ن مب بنيعع ن قئا ن ن ح ل جئ لت ه ن ت فن ن م ته ب سععب نإ ن ب بن نب نععإ ن دي ن ب ك ب (إ بن ذععي ون ن٢٢) ن لأ ن ن ن جععد ل ه ط ب بهب ون ب مئا ل ن ل ت بب ن حط ه م ل قنيعع ن ه ا ن ن كه ذ ل ن (٢٣) م ش عن ب ت ب ظني م م ونأوت بني ن ل مل بك ههه ل منرأة د ت ن ل ل ينء ونل ننهئا ع نلر م ش ل م ل “Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat hudhud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.” (An-Naml/27 :22-23) Kisah ini menunjukkan bahwa pada diri seorang prajurit terdapat ciri yaqdzah (selalu sadar akan misi), diqqah (teliti) dalam beramal dan semangat untuk menyadarkan kaum. Hud-hud tidak keluar dari tujuan jamaah dan sarananya, juga tidak melanggar prinsip-prinsip umum atau mengabaikan perintah lainnya yang lebih utama. Tindakan Hud-hud harus dipahami positif, bahwa yang dilakukannya merupakan tindakan memanfaatkan furshah (peluang) untuk menjalankan misi dakwah, bukan untuk tasayyub (lepas control). Selanjutnya dalam kisah ini juga ditunjukka bahwa pada diri pemimpin terdapat sifat kontrol, ketegasan dan penyelesaian persoalan anggotanya, sekecil apapun persoalan itu dan dilakukan oleh anggota serendah apapun jenjangnya. Hud-hud telah manfaatkan kecemerlangan berfikirnya untuk mencari berita suatu kaum karena ia berkeinginan menyampaikan risalah Islam dan mengajak mereka mentauhidkan Allah disertai dengan tindakan yang bijak, presentasi yang gemilang serta keberanian dalam mengemukakan uzur. Seorang dai tentu lebih mulia dari seekor burung Hud-hud yang memiliki inisiatif positif mencari-cari kebaikan. Seorang dai harus lebih terpanggil untuk berinisiatif melakukan perbuatan baik tanpa harus menunggu perintah. Memandang kepada para pemimpin dakwah bahwa tidak seluruh rencana dan program dapat dikerjakan dan dapat dimutaba’ahi, karena itu pengarahan terhadap semua perintah dan kebijakan adalah lebih diutamakan. Kita dapat menyimak bahwa Nabi Sulaiman as. yang dikuatkan dengan wahyu Allah dan ditundukkan untuknya jin dan burung-burung tidak mampu mengetahui semua perkara dan tidak mampu menyerap semua informasi. Karenanya ia memerlukan sedikit informasi dari burung yang kecil yang secara positif merupakan masukan besar bagi dakwah.
Pengecekkan atas keterlambatan burung Hud-hud. Dengan sikap positif yang pada burung Hud-hud, maka alasannya itu diterima. Di lain pihak, Sulaiman berkata :
ن ن ن ال ل ن نقئا ن (٢٧) ن ت ب تأ ل ل ن م ك هن ل ن صد نقل ن سن نن لظ ههر أ ن كئاذ بببني ن م ن
“Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (AN-Naml/27 : 27) Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus menerima alasan keterlambatan tersebut dan membatalkan hukuman yang telah ia janjikan karena alasan yang disampaikan. Alasan burung Hud-hud tersebut mengandung dua kemungkinan: benar atau dusta. Dan kenyataannya kabar burung hud-hud tersebut adalah benar. Dari kabar itulah nabi Sulaiman as. kemudian menyerukan untuk berjihad. Adanya i’tidzar lilqa’id fi ada’il wajib. Jika kita jadikan kisah ini sebagai amal positif, maka kita akan melihat bahwa dalam pemaafan dan menyampaikan alasan terdapat sesuatu yang berharga, ketika pengetahuan burung Hud-hud memberikan manfaat kepada pemimpin. Bahkan Hud-hud menyampaikan dengan ungkapan naba’yaqin (berita penting dan besar yang diyakini kebenarannya), Keberanian burung Hud-hud untuk berbicara kepada nabi Sulaiman a.s. karena kabar yang dibawanya merupakan kabar penting dan nabi Sulaiman a.s. belum mempunyai kabar tersebut. Kalaulah keterlambatnya tanpa ada hal yang akan ia sampaikan, maka dengan segala kelemahannya ia tidak akan mampu berbicara lantang di hadapan pemimpinnya. Hudhur (kehadiran) yang dapat menyelamatkan kita dari uzur kita di hadapan pemimpin adalah hudhur da’wi tarbawi. Sejalan dengan semangat meningkatkan diri dan memperbanyak kader baru, maka kita dituntut untuk selalu hadir dalam kerangka aktivitas da’wah dan tarbiya. Boleh jadi seseorang tidak pernah absen untuk hadir di setiap pertemuan, akan tetapi keikutsertaannya tidak membawa inisiatif positif untuk melakukan aktivitas dakwah dan tarbiyah. Karenanya diantara sikap positif seorang pemimpin adalah memperhatikan dan mengontrol binaanya agar kehadirannya dalam dakwah dan tarbiyah tidak pernah absen. Karena itu kalaupun ia uzur untuk hadir dipertemuan karena alasan syar’i maka tidak serta merta disimpulkan sebagai ketidakhadirannya dalam dakwah, sebelum dilihat kehadirannya pada aktivitas dakwah dan tarbiyah lainnya. Adapun pelajaran spesifik untuk para pemimpin diantaranya: a. Tafaqqudul amiir lil-athba’ (rasa kehilangan seorang pemimpin terhadap pengikutnya). Seorang pemimpin memiliki perhatian terhadap kehadiran binaannya dalam suatu aktifitas. b. Akhdzul amri bilhazm (sangat perhatian terhadap perkara). Seorang pemimpin memiliki wibawa di hadapan pengikutnya dengan menyatakan sikap tegasnya. c. Muhasabah (evaluasi). Seorang pemimpin harus berinisiatif untuk mengevaluasi proses dan hasil tarbiyah yang ia lakukan. d. Tabayyunul ‘udzr (klarifikasi uzur). Seorang pemimpin harus mengklarifikasi alasan keuzuran binaan agar penyikapan yang akan diambil lebih berdampak positif. e. Taqdir kulli udhwin (menghargai masing-masing anggota). Sayyid Quthb berkomentar: “burung hud-hud itu satu ekor dari sekawanan burung hud-hud yang lain dan dari sekian banyak burung yang menjadi pendukung kerajaannya”. Seorang anggota betapapun kondisinya harus dihargai sebagai anggota dan tidak boleh dipandang sebelah mata.
Terakhir pelajaran yang kita lihat yaitu bahwa dengan kerja yang kelihatannya kecil, hanya sekadar mengetahui keadaan dan kondisi keagamaan suatu kaum, dapat menghasilkan prestasi besar, yaitu keislaman Ratu dan rakyatnya. Karena itu diantara sikap positif seorang da’i adalah tidak meremehkan perkara kecil. Allahu A’lam.
View more...
Comments