BEDAH NERACA PT KATARINA UTAMA TBK
May 27, 2018 | Author: Rizal Syaif | Category: N/A
Short Description
Download BEDAH NERACA PT KATARINA UTAMA TBK...
Description
BEDAH NERACA PT KATARINA UTAMA TBK 09 Mar 2010 y y
Harian
Ekonomi Neraca Perbankan
Laba Rina Terjungkal Ledakan Beban Emiten peralatan telekomunikasi PT Katarina Utama Tbk (RINA) mengusung optimis o ptimistis tis dalam menargetkan pendapatan dan laba bersihnya untuk tiga tahun ke depan akan mengalami pertumbuhan. Target pendapatan di 2010 dan 2011 masing-masing ditetapkan Rpl20 miliar dan Rpl80 miliar. neraca Sedangkan target laba bersih di 2010 sebesar Rp30 miliar dan di 2011 Rp45 miliar. Adapun hingga Maret 2009 perseroan sudah membukukan pendapatan senilai Rpl5 miliar dan laba bersih senilai Rp5 miliar. Selain menggeluti industri teknik komunikasi, perseroan juga ak an berekspansi ke bidang perbankan dengan membual mesin automatic teller t eller machine (ATM). Ekspansi ini pun akan dimulai d imulai pada tahun ini (roll out) di kuartal 111 at au kuartal IV. "Kita mau bergerak di perbankan, banyak bank yang mau buat mesin ATM. Kita buka divisi baru untuk pengembangan pe masangan mesin ATM," jelas Direktur Utama RINA Fazli Bin Zainal Abidin, di sela IPO perseroan, pertengahan tahun |alu. Dia menjelaskan, dibutuhkan dana sebesar Rp5 miliar untuk modal memulai di bisnis b isnis ATM ini, di mana hingga saat ini belum mendapatkan keuntungan. "Tapi di 2010 akan dapat memberikan kontribusi 5-10 % (revenue)" ucapnya. Di sisi lain, perseroan juga mempunyai cita-cita unt uk bisa membuka franchise di luar negeri seperti di Kamboja, Vietnam, dan Bangladesh. Bang ladesh. Menurutnya, perseroan ingin menjadi leading engineering services di kawasan Asia dan saat ini sudah menjadi leader di Indonesia. "Di sana (luar negeri) kita yakin bisa karena didukung oleh Ericsson dan Huawei (jadi service provider). Peluang untuk keluar negeri sangat potensial sekali. Bisa keluar dari Indonesia kita harap kita bisa kuat, successful!, successful!, kata dia. Katarina yang merupakan salah satu penyedia jasa pemasangan peralatan telekomunikasi untuk PT Ericsson Indonesia. Ke depan, perusahaan itu berupaya mendapatkan kontrak secara langsung dari dua penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia, yaitu Telkomsel dan Indosat. Belum lama ini, Katarina melangsungkan penawaran u mum perdana {initial public offering/lPO) sebanyak 210 juta saham senilai Rp 33,6 miliar. Pencatatan saham (listing) di BEI dilukukanpada 14 Juli 2009. Katarina Utama juga tengah menjajaki penerbitan saham baru (rights
issue) sekitar Rp 50-100 miliar. miliar. Perusahaan itu menargetkan rights issue dapat t erealisasi pada kuartal 11-2010. Laba Menyusut Sayangnya, pada tahun lalu RINA mencatat penurunan laba bersih sebesar 67,65% di tahun 2009. Penyusutan laba disebabkan melonjaknya pos-pos beban perseroan. Demikian disampaikan dalam keterbukaan informasi informasi Bursa Efek Indonesia (BEI). RINA sepanjang tahun 2009 membukukan pendapatan usaha sebesar Rp29,91 miliar atau naik 35,5 % yoy dibandingkan tahun 2008 sejumlah Rp22,07 miliar. Dari situ perseroan mencatat laba kotor sebesar Rpll,54 milyar, ini berarti terjadi peningkatan hingga 61,4 % yoy dibandingkan tahun sebelumnya Rp7,15 miliar. Hanya saja beban usaha membengkak lebih dari dua kali lipat sehingga laba usaha tergerus 55,2 % yoy menjadi menjad i Kpi. in miliar dari Rp2,91 miliar. Secara keseluruhan kinerja keuangan RINA tak menggembirakan, karena laba setelah pajak merosot hingga 67,7 % menjadi Rp542,31 juta dari Rpl,68 milyar. Total ekuitas yang dikuasai bertambah menjadi Rp98,45 miliar dari Rp64,31 miliar. Peningkatan
beban usaha terutama karena adanya biaya gaji karyawan sebesar Rp 3,475 miliar, naik 144,03% dari sebelumnya Rp 1,424 miliar. Beban jasa profesi pro fesional onal sebesar Rp 2,212 miliar, naik 401,67% dari sebelumnya Rp 440,928 juta. Kemudian beban transportasi sebesar Rp 1,143 miliar, naik 312,38% dari sebelumnya Rp 277,365 juta.
Akibatnya, laba usaha perseroan di akhir 2009 mengalami penurunan sebesar 55,17% menjadi Rp 1,304 miliar miliar dari sebelumnya Rp 2,909 miliar. Peningkatan
juga terjadi pada pos beban lain-lain sebesar 604,12% menjadi Rp 551,575 juta dari sebelumnya Rp 78,335 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan adanya beban keuangan Rp 732,954 juta, naik signifikan dari sebelumnya Rp 112,304 juta. Peningkatan pos beban lain-lain ini membuat perseroan hanya membukukan laba bersih sebesar Rp 542,310 juta, anjlok anjlok 67,65% 67, 65% dari sebelumnya Rp 1,676 miliar.
Sementara pada semester 1-2009, RINA membukukan laba bersih Rp 4,91 miliar, tumbuh 192% dibanding periode sama 2008 sebesar Rp 1,68 miliar. Menurut Direktur Utama Katarina Uta ma Fazil Bin Zainal Abidin, program pro gram efisiensi selama semester semester I yang diterapkan d iterapkan perseroan cukup berhasil. "Itu tercermin pada penurunan beban pokok pendapatan sekitar 48% menjadi Rp 7,79 miliar dari sebelumnya Rp 14,92 miliar," kata Fazil dalam penjelasan resmi kepada Bursa E fek Indonesia (BEI). Dia menjelaskan, penurunan beban pokok pendapatan itu mendorong pertumbuhan laba usaha perseroan per Juni 2009 sekitar 155% menjadi Rp 7,42 miliar dibanding periode sama 2008 sebesar Rp 2,91 miliar.
Adapun pendapatan perusahaan jasa pemasangan, pengujian, serta uji kelayakan berbagai jenis produk dan peralatan telekomunikasi itu turun sekitar 9% dari Rp 22,07 miliar menjadi Rp 20, 14 miliar. pph
Bapepam-LK Periksa Katarina Utama Selasa, 4 Januari 2011 - 09:07 wib
Kantor Bapepam. Foto: okezone JAKARTA
- Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih melakukan pemeriksaan terhadap adanya dugaan penyelewengan dana penawaran saham perdana (initial public offering /IPO) yang dilakukan PT Katarina Utama Tbk (RINA). Kasus tersebut saat ini ditangani oleh Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK. ³Surat pemeriksaannya sudah dikeluarkan. Latar belakang isi surat pemeriksaan ini adalah adanya dugaan penyalahgunaan dana IPO oleh Katarina,´ ujar Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK Sardjito di Jakarta kemarin. Menurutnya, manajemen perusahaan di bidang jasa penyewaan menara tersebut diduga melakukan penyelewengan atas dana IPO 2009 sebesar Rp33,6 miliar. Dana yang sedianya akan digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja, serta menambah kantor cabang, tidak digunakan se-bagaimana mestinya. Hingga saat ini manajemen perseroan belum melakukan realisasi sebagaimana mestinya. Dari dana hasil penawaran umum saham perdana sebesar Rp33,6 miliar, dana yang digunakan hanya berkisar antara Rp4 miliar±Rp5 miliar. Sehingga, besar kemungkinan telah terjadi penyelewengan dana publik sebesar Rp28 miliar±Rp29 miliar. Selain itu, Katarina diduga telah memanipulasi laporan keuangan audit tahun 2009 dengan memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan. Dalam laporan keuangan auditan tahun 2009 tersebut, perseroan mencantumkan adanya piutang dari PT Media Intertel Graha (MIG) sebesar Rp8,606 miliar dan mencantumkan pemasukan pendapatan dari MIG sebesar Rp6,773 miliar. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku dikecewakan manajemen RINA terkait aksi penyelewengan dana publik. BEI saat ini masih mengkaji sejauh mana penyelewengan yang dilakukan manajemen. BEI akan meminta
perusahaan yang bersangkutan melakukan penghapusan pencatatan saham secara sukarela (voluntary delisting) jika perseroan melakukan perubahan komposisi manajemen dan pemegang saham tanpa sepengetahuan otoritas bursa. ³Kalau memang itu dilakukan, kami akan minta mereka untuk membeli kembali saham publiknya, untuk kemudian melakukan delisting. Sebab, kalau kami force delisting, publik akan dirugikan,´ ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito. (juni triyanto)(Koran SI/Koran SI/ade)
Bursa Minta Katarina Hapuskan Sahamnya Rabu, R
29 Desember 2010 - 13:44 wib
Ghita Intan Permatasari - Okezone
Logo Katarina JAKARTA
- Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta PT Katarina Utama Tbk (RINA) untuk melakukan penghapusan saham secara suka rela ( voluntary delisting). "Kami meminta Katarina Utama untuk melakukan volountary delisting apabila terjadi pemindahan pemegang saham tanpa sepengetahuan BEI dan terjadi perubahan manajemen perseroan," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy sugito di Jakarta, Rabu (29/12/2010). Selain itu, bursa juga menuturkan adanya pelanggaran dalam penggunaan dana IPO. sebagai contoh, dana IPO tidak digunakan untuk modal kerja dan sebagainya, lalu adanya perubahan operasional secara significan kurang dari satu tahun. Untuk sementara ini tindakan BEI terkait pelanggaran yang dilakukan perseroan adalah melakukan suspensi atas saham perseroan. Seperti diketahui, RINA diduga menyelewengkan dana IPO sebesar Rp28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp33,6 miliar. Sedangkan realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp4,629 miliar. Jumlah
tersebut jauh lebih rendah dari realisasi yang dilaporkan manajemen RINA kepada BEI per 20 Agustus 2010 sebesar Rp30,423 miliar. RINA mencatatkan 210 juta saham baru ke BEI melalui proses IPO pada 14 Juli 2009. Harga per sahamnya Rp160 per saham atau totalnya senilai Rp33,600 miliar.
Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85 persen atau sebesar Rp2,637 miliar. Artinya dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp30,962 miliar. Namun, Direktur Utama RINA membantah kabar ini dan dirinya mengaku merasa dirugikan kabar yang menyebutkan adanya dugaan penyelewengan dana IPO serta manipulasi laporan keuangan. Perseroan pun telah bertemu dan menindaklanjuti permintaan otoritas pasar modal. "Semua pemberitaan yang ada sekarang merugikan kami," kata Direktur Utama Fazli bin Zainal Abidin. Fazli menjelaskan, seluruh dana IPO sebesar Rp33,9 miliar yang diperoleh saat IPO Juli 2009 lalu telah digunakan sesuai peruntukannya berdasarkan prospektus. Di mana sebesar 36,4 persen untuk membeli peralatan, 54,05 persen untuk modal kerja serta 9,91 persen untuk menambah kantor cabang. "Setelah dikurangi biaya penjamin emisi, seluruh dana IPO telah kami belanjakan semuanya," imbuhnya.(wdi)
RINA Kembali Jelaskan Rincian Dana IPO ke BEI Jum'at, 15 Oktober 2010 - 13:40 wib Rheza Andhika Pamungkas - Okezone
ilustrasi. foto: corbis JAKARTA
- Manajemen PT Katarina Utama Tbk (RINA) akhirnya memberikan kejelasan perincian dana penawaran umum perdana sahamnya (initial public offering /IPO) 14 Juli 2009 kepada pihak Bursa Efek Indonesia (BEI). Rincian penggunaan dana hasil IPO tersebut diberikan Direktur Utama RINA Fazli bin Zainal Abidin seperti dikutip okezone dalam keterbukaan informasi di situs BEI, Jakarta, Jumat (15/10/2010). Menurut Fazli, nilai realisasi hasil IPO pada 14 Juli 2009 berjumlah Rp33,600 miliar, dan dikurangi dengan biaya IPO sebesar Rp2,638 miliar maka hasil bersih IPO sebesar Rp30,962 miliar. Rencananya seperti terungkap dalam prospektus perseroan, seluruh dana tersebut akan digunakan untuk
ekspansi usaha perseroan. Dan ia menjelaskan bahwa rencana tersebut sudah direalisasikan sesuai dengan rencana perseroan. Berikut rinciannya: 1. Pembelian alat kerja sebesar Rp11,159 miliar. 2. Pembelian tools sebesar Rp2,510 miliar. 3. Biaya pemasaran sebesar Rp1,674 miliar. 4. Pengadaan kendaraan sebesar Rp3,347 miliar. 5. Pelatihan dan pengembangan human resources sebesar Rp1,674 miliar. 6. Peningkatan freelance menjadi karyawan sebesar Rp3,347 miliar. 7. Mobilisasi dan demobilisasi antara cabang sebesar Rp837 miliar. 8. Pengembangan usaha sebesar Rp3,347 miliar. 9. Pembukaan kantor baru sebesar Rp3,068 miliar. Adapun dana hasil IPO tersebut tadinya disimpan di dua rekening bank, PT Bank Central Asia cabang KCU Wahid Hasyim Jakarta dan PT CIMB Niaga cabang Gedung BEI Jakarta di mana jangka masa penyimpanan dana di dua rekening tersebut dari 14 Juli 2009 sampai dengan 30 September 2010. Sebelumnya, beredar kabar yang mengatakan RINA diduga menyelewengkan dana IPO sebesar Rp28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp33,6 miliar. Sedangkan realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp4,629 miliar. Jumlah
tersebut jauh lebih rendah dari realisasi yang dilaporkan manajemen RINA kepada BEI per 20 Agustus 2010 sebesar Rp30,423 miliar. RINA mencatatkan 210 juta saham baru ke BEI melalui proses IPO pada 14 Juli 2009. Harga per sahamnya Rp160 per saham atau totalnya senilai Rp33,600 miliar. Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85 persen atau sebesar Rp2,637 miliar. Artinya dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp30,962 miliar. Namun, Direktur Utama RINA membantah kabar ini dan dirinya mengaku merasa dirugikan kabar yang menyebutkan adanya dugaan penyelewengan dana IPO serta manipulasi laporan keuangan. Perseroan pun telah bertemu dan menindaklanjuti permintaan otoritas pasar modal. "Semua pemberitaan yang ada sekarang merugikan kami," kata Direktur Utama Fazli bin Zainal Abidin beberapa waktu lalu. Fazli menjelaskan, seluruh dana IPO sebesar Rp33,9 miliar yang diperoleh saat IPO Juli 2009 lalu telah digunakan sesuai peruntukannya berdasarkan prospektus. Di mana sebesar 36,4 persen untuk membeli peralatan, 54,05 persen untuk modal kerja serta 9,91 persen untuk menambah kantor cabang. "Setelah dikurangi biaya penjamin emisi, seluruh dana IPO telah kami belanjakan semuanya," imbuhnya. Mengenai dugaan manipulasi laporan keuangan seperti yang dituduhkan salah satu pemegang sahamnya, PT Media Intertel Graha (MIG) Fazli juga membantahnya. "Kita tidak bermaksud manipulasi laporan keuangan, semua sesuai aturan dan mekanisme yang ada," tegasnya. MIG, pemilik enam persen saham RINA sebelumnya melaporkan tudingan tersebut ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Manajemen MIG membantah laporan keuangan audit 2009 Katarina yang mencantumkan bahwa MIG memiliki piutang usaha sebesar Rp8,606 miliar kepada Katarina. Fazli menuturkan segala poin yang tertera dalam laporan tersebut telah diaudit Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Dia mengungkapkan hal itu bermula saat MIG, sebagai salah satu pemegang saham RINA menggarap sebuah proyek di luar manajemen perseroan. Untuk pengerjaannya, MIG menggunakan fasilitas dan sumber daya Katarina, seperti tenaga kerja, peralatan hingga ekuitas lainnya. "Itu yang menjadi piutang MIG ke kami," katanya.
Hal itu telah disepakati kedua pihak dalam sebuah kesepahaman dan diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) Katarina beberapa waktu lalu. "Saat RUPS perwakilan MIG tidak menolak laporan keuangan 2009 Katarina, termasuk soal piutang Rp8 miliar itu," katanya. Selain itu kata Fazli, jika laporan keuangan itu dimanipulasi perseroan, tentunya MIG dapat mengajukan keberatan pada KAP, selaku pihak yang mengaudit. "Sesuai aturan, KAP memberikan waktu dua minggu kepada pihak-pihak yang keberatan. Tapi itu tidak dilakukan, mengapa baru sekarang menuduh yang anehaneh," kata Fazli.(ade)
Corsec Katarina Utama Diganti karena Dirundung Masalah? K amis, 14 Oktober 2010 -
16:14 wib
Rheza Andhika Pamungkas - Okezone
ilustrasi. foto: corbis JAKARTA
- PT Katarina Utama Tbk (RINA) terhitung sejak 8 Oktober 2010 mengganti Sekretaris Perusahaannya dari yang lama dijabat oleh Izzuddin Bin Mahmood dengan Arief Budimanta. Hal tersebut dikatakan Direktur Utama RINA Fazli Bin Zainal Abidin kepada BEI seperti dikutip okezone dalam keterbukaan informasi di BEI, Jakarta, Kamis (14/10/2010). "Keputusan ini dibuat dengan catatan, apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya," pungkasnya. Seperti diketahui, RINA diduga menyelewengkan dana IPO sebesar Rp28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp33,6 miliar. Sedangkan realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp4,629 miliar. Jumlah
tersebut jauh lebih rendah dari realisasi yang dilaporkan manajemen RINA kepada BEI per 20 Agustus 2010 sebesar Rp30,423 miliar. RINA mencatatkan 210 juta saham baru ke BEI melalui proses IPO pada 14 Juli 2009. Harga per sahamnya Rp160 per saham atau totalnya senilai Rp33,600 miliar.
Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85 persen atau sebesar Rp2,637 miliar. Artinya dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp30,962 miliar. Namun, Direktur Utama RINA membantah kabar ini dan dirinya mengaku merasa dirugikan kabar yang menyebutkan adanya dugaan penyelewengan dana IPO serta manipulasi laporan keuangan. Perseroan pun telah bertemu dan menindaklanjuti permintaan otoritas pasar modal. "Semua pemberitaan yang ada sekarang merugikan kami," kata Direktur Utama Fazli bin Zainal Abidin. Fazli menjelaskan, seluruh dana IPO sebesar Rp33,9 miliar yang diperoleh saat IPO Juli 2009 lalu telah digunakan sesuai peruntukannya berdasarkan prospektus. Di mana sebesar 36,4 persen untuk membeli peralatan, 54,05 persen untuk modal kerja serta 9,91 persen untuk menambah kantor cabang. "Setelah dikurangi biaya penjamin emisi, seluruh dana IPO telah kami belanjakan semuanya," imbuhnya.(ade)
Bapepam: Kami Terus Periksa Dokumen Katarina Jum'at, 8 Oktober 2010 - 19:29 wib Rheza Andhika Pamungkas - Okezone
Kantor Bapepam. Foto: okezone JAKARTA
- Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengakui saat ini masih terus memeriksa laporan keuangan PT Katarina Utama Tbk (RINA) terkait adanya dugaan penyelewengan dana IPO serta manipulasi laporan keuangan. Namun, saat ini pemeriksaan baru sampai di Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa dan belum sampai kepada Biro Pemeriksaan dan Penyidikan. "Kami masih terus periksa. Saat ini masih di Pak Noorachman di Biro Penilaian Keuangan dan belum dilimpahkan kepada Biro Pemeriksaan dan Penyidikan," ujar Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK Sardjito kepada wartawan saat ditemui di Gedung Bapepam-LK, Jakarta, Jumat, (8/10/2010). Sementara menurut Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa Bapepam-LK Noorachman, pemeriksaan masih terus dilakukan dan pihaknya masih terus meminta dokumen tambahan guna melengkapi pemeriksaan. Seperti diketahui, RINA diduga menyelewengkan dana IPO sebesar Rp28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp33,6 miliar. Sedangkan realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp4,629 miliar.
Jumlah
tersebut jauh lebih rendah dari realisasi yang dilaporkan manajemen RINA kepada BEI per 20 Agustus 2010 sebesar Rp30,423 miliar. RINA mencatatkan 210 juta saham baru ke BEI melalui proses IPO pada 14 Juli 2009. Harga per sahamnya Rp160 per saham atau totalnya senilai Rp33,600 miliar. Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85 persen atau sebesar Rp2,637 miliar. Artinya dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp30,962 miliar. Namun, Direktur Utama RINA membantah kabar ini dan dirinya mengaku merasa dirugikan kabar yang menyebutkan adanya dugaan penyelewengan dana IPO serta manipulasi laporan keuangan. Perseroan pun telah bertemu dan menindaklanjuti permintaan otoritas pasar modal. "Semua pemberitaan yang ada sekarang merugikan kami," kata Direktur Utama Fazli bin Zainal Abidin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa lalu. Fazli menjelaskan, seluruh dana IPO sebesar Rp33,9 miliar yang diperoleh saat IPO Juli 2009 lalu telah digunakan sesuai peruntukannya berdasarkan prospektus. Di mana sebesar 36,4 persen untuk membeli peralatan, 54,05 persen untuk modal kerja serta 9,91 persen untuk menambah kantor cabang. "Setelah dikurangi biaya penjamin emisi, seluruh dana IPO telah kami belanjakan semuanya," imbuhnya. Mengenai dugaan manipulasi laporan keuangan seperti yang dituduhkan salah satu pemegang sahamnya, PT Media Intertel Graha (MIG) Fazli juga membantahnya. "Kita tidak bermaksud manipulasi laporan keuangan, semua sesuai aturan dan mekanisme yang ada," tegasnya. MIG, pemilik enam persen saham RINA sebelumnya melaporkan tudingan tersebut ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Manajemen MIG membantah laporan keuangan audit 2009 Katarina yang mencantumkan bahwa MIG memiliki piutang usaha sebesar Rp8,606 miliar kepada Katarina. Fazli menuturkan segala poin yang tertera dalam laporan tersebut telah diaudit Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Dia mengungkapkan hal itu bermula saat MIG, sebagai salah satu pemegang saham RINA menggarap sebuah proyek di luar manajemen perseroan. Untuk pengerjaannya, MIG menggunakan fasilitas dan sumber daya Katarina, seperti tenaga kerja, peralatan hingga ekuitas lainnya. "Itu yang menjadi piutang MIG ke kami," katanya. Hal itu telah disepakati kedua pihak dalam sebuah kesepahaman dan diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) Katarina beberapa waktu lalu. "Saat RUPS perwakilan MIG tidak menolak laporan keuangan 2009 Katarina, termasuk soal piutang Rp8 miliar itu," katanya. Selain itu kata Fazli, jika laporan keuangan itu dimanipulasi perseroan, tentunya MIG dapat mengajukan keberatan pada KAP, selaku pihak yang mengaudit. "Sesuai aturan, KAP memberikan waktu dua minggu kepada pihak-pihak yang keberatan. Tapi itu tidak dilakukan, mengapa baru sekarang menuduh yang anehaneh," kata Fazli. Corporate Advisor Katarina Dato Yahyuddin Nordin menambahkan perseroan tetap beritikad baik dengan memenuhi panggilan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bapepam-LK. Selanjutnya, perseroan segera menyiapkan dokumen dan bukti otentik yang dibutuhkan. "Rabu 29 September kami ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Jumat 1 Oktober ke Bapepam-LK,´ katanya. Di sisi lain, Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) yang terbentuk menyikapi kondisi ini menuntut haknya yang belum dituntaskan. Dalam sejumlah proyek, tidak sedikit uang karyawan terpakai guna operasional perseroan. Padahal, manajemen selalu berjanji akan melunasi kewajiban itu.
Manajemen pun secepatnya akan membayar segala hak karyawan, sehingga jalan perundingan damai akan terbuka. ³Kalau kewajiban terpenuhi, tidak menutup kemungkinan kita berdamai,´ kata Sekretaris FKPK Marican Rajagukguk. Menanggapi hal itu, Nordin mengatakan, perseroan beritikad baik melakukan perundingan dengan karyawan guna menyelesaikan persoalan. Manajemen menilai, karyawan adalah aset perusahaan guna mendongkrak kinerja. Jika karyawan tidak bekerja akan berdampak negatif terhadap aliran (cash flow) perseroan sehingga tidak bisa membayar hak karyawan. ³Kami bersedia membahas lebih lanjut jika diperlukan,´ tukasnya.(ade)
Dirut Katarina Bantah Tudingan Penggelapan Dana Selasa, 5 Oktober 2010 - 11:18 wib Widi
Agustian - Okezone
Logo Katarina JAKARTA
- Direktur Utama PT Katarina Utama Tbk (RINA) merasa dirugikan kabar yang menyebutkan adanya dugaan penyelewengan dana penawaran umum saham perdana ( I nitial Public Offering/ IPO) serta manipulasi laporan keuangan. Perseroan pun telah bertemu dan menindaklanjuti permintaan otoritas pasar modal. "Semua pemberitaan yang ada sekarang merugikan kami," kata Direktur Utama Fazli bin Zainal Abidin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (5/10/2010). Fazli menjelaskan, seluruh dana IPO sebesar Rp33,9 miliar yang diperoleh saat IPO Juli 2009 lalu telah digunakan sesuai peruntukannya berdasarkan prospektus. Di mana sebesar 36,4 persen untuk membeli peralatan, 54,05 persen untuk modal kerja serta 9,91 persen untuk menambah kantor cabang. "Setelah dikurangi biaya penjamin emisi, seluruh dana IPO telah kami belanjakan semuanya," imbuhnya. Mengenai dugaan manipulasi laporan keuangan seperti yang dituduhkan salah satu pemegang sahamnya, PT Media Intertel Graha (MIG) Fazli juga membantahnya. "Kita tidak bermaksud manipulasi laporan keuangan, semua sesuai aturan dan mekanisme yang ada," tegasnya. Di mana MIG pemilik enam persen saham RINA sebelumnya melaporkan tudingan tersebut ke Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Manajemen MIG membantah laporan keuangan audit 2009 Katarina yang mencantumkan bahwa MIG memiliki piutang usaha sebesar Rp8,606 miliar kepada Katarina. Fazli menuturkan segala poin yang tertera dalam laporan tersebut telah diaudit Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Dia mengungkapkan hal itu bermula saat MIG, sebagai salah satu pemegang saham RINA menggarap sebuah proyek di luar manajemen perseroan. Untuk pengerjaannya, MIG menggunakan fasilitas dan sumber daya Katarina, seperti tenaga kerja, peralatan hingga ekuitas lainnya. "Itu yang menjadi piutang MIG ke kami," katanya. Hal itu telah disepakati kedua pihak dalam sebuah kesepahaman dan diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) Katarina beberapa waktu lalu. "Saat RUPS perwakilan MIG tidak menolak laporan keuangan 2009 Katarina, termasuk soal piutang Rp8 miliar itu," katanya. Selain itu kata Fazli, jika laporan keuangan itu dimanipulasi perseroan, tentunya MIG dapat mengajukan keberatan pada KAP, selaku pihak yang mengaudit. "Sesuai aturan, KAP memberikan waktu dua minggu kepada pihak-pihak yang keberatan. Tapi itu tidak dilakukan, mengapa baru sekarang menuduh yang anehaneh," kata Fazli. Corporate Advisor Katarina Dato Yahyuddin Nordin menambahkan perseroan tetap beritikad baik dengan memenuhi panggilan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bapepam-LK. Selanjutnya, perseroan segera menyiapkan dokumen dan bukti otentik yang dibutuhkan. "Rabu 29 September kami ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Jumat 1 Oktober ke Bapepam-LK,´ katanya. Di sisi lain, Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) yang terbentuk menyikapi kondisi ini menuntut haknya yang belum dituntaskan. Dalam sejumlah proyek, tidak sedikit uang karyawan terpakai guna operasional perseroan. Padahal, manajemen selalu berjanji akan melunasi kewajiban itu. Manajemen pun secepatnya akan membayar segala hak karyawan, sehingga jalan perundingan damai akan terbuka. ³Kalau kewajiban terpenuhi, tidak menutup kemungkinan kita berdamai,´ kata Sekretaris FKPK Marican Rajagukguk. Menanggapi hal itu, Nordin mengatakan, perseroan beritikad baik melakukan perundingan dengan karyawan guna menyelesaikan persoalan. Manajemen menilai, karyawan adalah aset perusahaan guna mendongkrak kinerja. Jika karyawan tidak bekerja akan berdampak negatif terhadap aliran (cash flow) perseroan sehingga tidak bisa membayar hak karyawan. ³Kami bersedia membahas lebih lanjut jika diperlukan,´ tukasnya. (wdi)
Bapepam: Kami Telah Panggil Dirut RINA!
Jum'at, 1 Oktober 2010 - 15:50 wib Rheza Andhika Pamungkas - Okezone
Kantor Bapepam. Foto: okezone JAKARTA
- Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengakui telah memanggil Direktur Utama PT Katarina Utama Tbk (RINA) Fazli bin Zainal Abidin untuk menjelaskan dugaan penggelapan dana hasil penawaran perdana saham (initial public offering /IPO). "Kemarin sudah dipanggil, tetapi belum datang karena masih berada di luar negeri. Tetapi kita akan panggil lagi nanti, tetapi tidak ada batasan waktu, kapan akan memanggilnya, nunggu dia datang dulu," ujar Kepala Biro Sektor Jasa Bapepam-LK Noor Rahman, saat ditemui wartawan di Gedung Bapepam-LK Jakarta, Jumat (1/10/2010). Menurutnya, jika dalam beberapa kali pemanggilan Dirut RINA masih tidak mau, maka dirinya akan melaporkan kepada Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany dan diberikan surat melalui Kepala Biro Penyelidikan dan Pemeriksaan Bapepam-LK Sardjito untuk melanjutkan pemeriksaan. "Dan jika sudah sampai, maka kita memiliki pasal 109 undang-undang pasar modal Indonesia jika kita merasa yang bersangkutan tidak bersikap kooperatif atau mengganggu pemeriksaan maka dapat kita paksa atau dikenakan pidana satu tahun," timpal Sardjito. Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sebenarnya telah memanggil direksi RINA sebelum libur Lebaran. Namun saat itu Direktur Utama RINA yang dianggap memegang kendali perusahaan, tidak kunjung hadir lantaran masih berada di luar negeri. Oleh sebab itu, dalam pertemuan kemarin yang sebenarnya dihadiri direksi RINA minus Dirutnya tersebut BEI masih belum puas dengan apa yang disampaikan direksi RINA tersebut. Seperti diketahui, RINA diduga menyelewengkan dana IPO sebesar Rp28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp33,6 miliar. Sedangkan realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp4,629 miliar. Jumlah
tersebut jauh lebih rendah dari realisasi yang dilaporkan manajemen RINA kepada BEI per 20 Agustus 2010 sebesar Rp30,423 miliar. RINA mencatatkan 210 juta saham baru ke BEI melalui proses IPO pada 14 Juli 2009. Harga per sahamnya Rp160 per saham atau totalnya senilai Rp33,600 miliar. Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85 persen atau sebesar Rp2,637 miliar. Artinya dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp30,962 miliar.(ade)
BEI Minta Keterangan Dirut RINA Minggu Ini! Selasa, 28 September 2010 - 18:17 wib Rheza Andhika Pamungkas - Okezone
ilustrasi JAKARTA
- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan, diperkirakan direksi dan Direktur Utama PT Katarina Utama Tbk (RINA) Fazli bin Zainal Abidin, akan bertemu dengan direksi BEI dalam minggu ini. Pertemuan itu untuk memberikan kejelasan dugaan penyalahgunaan dana Rp28,971 miliar dari total dana hasil Penawaran Perdana Sahamnya (Initial Public Offering/IPO). "Saya sudah mendengar (tentang kasus RINA), kemungkinan dia akan datang," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito kepada wartawan saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (28/9/2010). Menurutnya, dia memang sudah memberikan batasan waktu hingga akhir September ini kepada RINA. Namun dirinya enggan mengungkapkan detail penjelasan yang harus disampaikan kepada manajemen RINA. "Jangan berandai-andai, kita tunggu saja," tegasnya. Sebenarnya, pihaknya sudah memanggil direksi RINA sebelum libur Lebaran. Namun saat itu Direktur Utama RINA yang dianggap memegang kendali perusahaan, tidak kunjung hadir lantaran masih berada di luar negeri. Oleh sebab itu, dalam pertemuan kemarin yang sebenarnya dihadiri direksi RINA minus Dirutnya tersebut BEI masih belum puas dengan apa yang disampaikan direksi RINA tersebut. Sehingga dalam pertemuan kali ini BEI meminta Dirut RINA menyediakan data-data yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Seperti diketahui, RINA diduga menyelewengkan dana IPO sebesar Rp28,971 miliar dari total perolehan IPO sebesar Rp33,6 miliar. Sedangkan realisasi dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp4,629 miliar. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari realisasi yang dilaporkan manajemen RINA kepada BEI per 20 Agustus 2010 sebesar Rp30,423 miliar.
RINA mencatatkan 210 juta saham baru ke BEI melalui proses IPO pada 14 Juli 2009. Harga per sahamnya Rp160 per saham atau totalnya senilai Rp33,600 miliar. Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85 persen atau sebesar Rp2,637 miliar. Artinya dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO sebesar Rp30,962 miliar.(adn)(rhs)
BEI Jatuhkan Sanksi ke Katarina K amis, 23 September 2010 -
16:10 wib
Ilustrasi JAKARTA
- Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya memberikan peringatan tertulis kepada PT. Katarina Utama Tbk (RINA) menyusul dugaan penyelewengan dana penawaran saham umum perdana (Initial Public Offering/IPO) serta penggelembungan aset perseroan. ³Kami berikan peringatan tertulis yang pertama,´ kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito di Jakarta, Kamis (23/9/2010). Dia mengatakan, sanksi peringatan tersebut dijatuhkan karena Direktur Utama Katarina, Fazli Bin Zainal Abidin berkali-kali tidak memenuhi panggilan. ³Sudah berkali-kali dipanggil, tidak memberikan respons,´ katanya. Berdasarkan informasi yang dihimpun Seputar Indonesia (SI), sebagian besar direksi dan pemangku kepentingan perseroan dikabarkan telah melarikan diri ke luar negeri. Yang tersisa dan menetap di Indonesia hanya Direktur Keuangan Izzuddin Mahmood. BEI telah mencoba untuk memanggil dirutnya guna memperoleh keterangan soal dugaan penyelewengan tersebut. Namun hingga kini jajaran manajemen belum memenuhi panggilan tersebut dengan berbagai alasan. ³Kita tunggu saja perkembangannya seperti apa," kata Eddy. Otoritas bursa belum bisa menjelaskan langkah selanjutnya sebelum jajaran manajemen memenuhi panggilan BEI. Namun tidak menutup kemungkinan BEI akan memberikan sanksi tambahan jika masih mangkir. Saat ini semua berpulang pada itikad baik manajemen. Katarina memperoleh dana IPO sebesar Rp33,6 miliar, yang sedianya digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja serta menambah kantor cabang. Faktanya tidak ada realisasi yang signifikan berdasarkan rencana IPO. Perseroan juga diindikasikan melakukan manipulasi laporan keuangan dan melakukan penggelembungan aset dengan memasukkan sejumlah piutang fiktif dari sejumlah perusahaan. (Whisnu Bagus /Koran SI/wdi)
BEI Nantikan Dirut Katarina Beri Penjelasan Rabu,
15 September 2010 - 14:25 wib
Rheza Andhika Pamungkas - Okezone
Logo BEI. Foto: Widi Agustian-Okezone.com JAKARTA
- Kendati Bursa Efek Indonesia (BEI) telah memanggil direksi PT Katarina Utama Tbk (RINA) terkait dengan penyelewengan dana initial public offering (IPO) dan manipulasi laporan keuangan, tapi tampaknya otoritas bursa tersebut belum puas dengan apa yang disampaikan direksi RINA tersebut. "Kita cuma ketemu dengan satu direkturnya yang merangkap corsec, tapi banyak hal yang kelihatannya belum bisa dijawab secara tuntas," jelas Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito di kantornya, Jakarta, Rabu (15/9/2010). Dia menjelaskan, panggilan atas Katarina tersebut dilakukan beberapa saat sebelum Lebaran kemarin, tapi sayangnya Dirutnya tidak hadir. Padahal menurut keterangan-keterangan itu Dirutnya memegang kendali paling besar terhadap keputusan. "Dirutnya sendiri kan berdasarkan keterangan mereka sedang berada di luar negeri selama satu bulan terakhir ini. Kita tetap mengharapkan Dirutnya segera dia hadir di Indonesia, kita berharap mereka ketemu kita," bebernya. Bursa, lanjutnya juga meminta ada permintaan penjelasan juga dari data-data yang diterima pihaknya. "Kita ada konfirmasi ke mereka juga. Kita juga minta data-data pendukung jika seandainya itu dugaandugaan yang kita dengar dari forum komunikasi karyawan itu benar. Kita minta beberapa supporting. Kalau memang tidak benar, ya buktikan dong kepada kami," tegasnya. Nantinya, jika terbukti benar terjadi pelanggaran aturan, maka bursa akan sampaikan ke Bapepam untuk diproses secara hukum. ³Underwriter-nya memang dari Optima Securities tapi sejauh ini dari keterangan mereka sih kita belum mendengar apa-apa. Justeru kita lagi coba dalami," ungkap dia. Dia berharap agar direksi Katarina memberikan penjelasan yang tuntas. "Buktikan dong ke kita. Karena kita belum mendapat suatu statement yang bisa memuaskan kita. Ultimatum tidak bisa kita lakukan, yang bisa kita lakukan suspensi tapi sahamnya nmenjadi tidak bernilai. Mereka mau jual ke mana?" tukasnya.(wdi)
Otoritas
Bursa Kecewa Berat dengan Manajemen Katar ina Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Your browser does not support iframes. Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) kecewa berat dengan performa manajeman PT Katarina Utama Tbk (RINA) terkait penyimpangan dana yang mereka kelola. Masalah penyimpangan ini telah dilaporkan oleh serikat pekerja Katarina yaitu Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FK PK). Menurut Direktur Penilian Perusahaan BEI, Eddy Sugito, pihaknya telah menemukan banyak pelanggaran yang dilakukan oleh manajemen RINA. Namun sanksi maksimal yang bisa dilakukan BEI hanya melakukan suspensi perdagangan saham. Selanjutnya, proses diserahkan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), melalui Biro Pemeriksaan dan Penyidikan (PP). "Kami telah menemui banyak pelanggaran. Indikasinya cukup besar. Kami kecewa berat. Adanya penyimpangan itu (dana IPO). Yang kita lakukan suspend dan kita laporkan ke Bapepam," jelas Eddy di gedung BEI, SCBD, Jakarta, Rabu (29/12/2010). "Juga ada perubahan operasional dalam kurun waktu 1 tahun setelah IPO (Initial Public Offering ), serta penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh manajemen perusahaan," tambahnya. Seperti diketahui manajemen Katarina Utama yang seluruhnya ekspatriat asal Malaysia diduga telah menyelewengkan perolehan dana IPO, penggelembungan aset serta memanipulasi laporan keuangan auditan 2009. Dari perolehan dana IPO sebesar Rp 33,6 miliar, manajemen diduga menggelapkan sebesar Rp 29,6 miliar. Akibatnya, kas perusahaan pun bolong dan manajemen tidak dapat menyelesaikan kewajiban kepada karyawan. Saat ini, hampir seluruh kegiatan operasi Katarina Utama berhenti, sehingga tidak ada pemasukan. Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Bapepam-LK kini tengah mengusut dan memeriksa dugaan penyelewengan dana IPO, penggelembungan aset hingga manipulasi laporan keuangan Katarina. Bahkan BEI siap mengeluarkan opsi penghapusan
pencatatan saham secara sukarela (voluntary delisting ), meskipun sebelumnya harus mendapat persetujuan dari pemegang saham. "Kami meminta tidak ada transfer saham ke p ihak lain, perubahan manajemen yang signifikan pengaruhnya. Kami minta mereka diskusi dengan Bursa," tegas Eddy. (wep/hen)
Sering Didemo, Katarina Tutup Kantor Cabang Medan Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Your browser does not support iframes.
Foto: Whery/detikFinance Jakarta - PT Katarina Utama Tbk (RINA) melakukan penutupan kantor cabang Medan dengan alasan sering terjadi demo oleh karyawan, hingga mengganggu operasional. Dengan penutupan ini maka 24 karyawan RINA otomatis mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Namun menurut Dewan Penasihat Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FK PK), Massa Karya Ginting, penutupan dilakukan secara sepihak tanpa menyelesaikan hak-hak karyawan. "Hasil pertemuan FK PK dengan Fazli (Direktur Utama Katarina Faz li Zainal Abidin) beberapa hari lalu, tidak ada artinya. Niat Fazli untuk berdamai juga hanya akal-akalan," ungkapnya kepada detikFinance di Jakarta, Sabtu (16/10/2010). Massa menyampaikan, kewajiban manajeman untuk membayar gaji karyawan hanya untuk wilayah Jakarta. Itupun dengan menjual aset perusahaan berupa dua mobil operasional. Sedangkan untuk karyawan di wilayah lain, seperti Medan, dan Palembang hingga kini masih
tanda tanya besar. "Janjinya gaji akan dibayarkan kepada seluruh karyawan, ternyata tidak benar. Yang dibayarkan hanya gaji karyawan kanto r Jakarta," kata Massa. Berdasarkan surat manajeman Katarina kepada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan disampaikan, demo yang dilakukan karyawan telah menurunkan kredibilitas nama baik perseroan dimata rekan bisnis. Demo juga dinilai manajeman RINA mengganggu produktifitas pekerjaan. Hal ini mengakibatkan kemampuan perseroan dalam memenuhi kewajiban rutin ataupun pembiayaan operasional Katarina. "Kami telah mengalami kesulitan keuangan untuk membayar gaji dan operasional kantor Medan atau Jakarta. Maka terhitung 8 Oktober 2010, kami menyatakan kantor cabang di Medan ditutup beroperasi dan kami terpaksa menyampaikan permohonan kepada Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja untuk melakukan PHK karyawan Medan sebanyak 24 karyawan," jelas Fazli dalam surat tertulisnya. Atas surat manajeman, FK PK menilai telah terjadi pemutar balikkan fakta dan kebohongan tersebut. Serikat pekerja pun telah menanggapi surat tersebut dan menyampaikannya ke Disnaker Medan dengan tembusan ke berbagai pihak terkait. Manajemen Katarina Utama yang seluruhnya ekspatriat asal Malaysia diduga telah menyelewengkan perolehan dana IPO, penggelembungan aset serta memanipulasi laporan keuangan auditan 2009. Dari perolehan dana IPO sebesar Rp 33,6 miliar, manajemen diduga menggelapkan sebesar Rp 29,6 miliar. Akibatnya, kas perusahaan pun bolong dan manajemen tidak dapat menyelesaikan kewajiban kepada karyawan. Saat ini, hampir seluruh kegiatan operasi Katarina Utama berhenti, sehingga tidak ada pemasukan. Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) kini tengah mengusut dan memeriksa dugaan penyelewengan dana IPO, penggelembungan aset hingga manipulasi laporan keuangan Katarina. (wep/ang)
Karyawan Katarina Ancam Seret Manajemen ke Jalur Hukum Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Your browser does not support iframes.
Foto: Whery/detikFinance Jakarta - Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FK PK) mengancam akan menempuh jalur hukum dan menyeret manajeman PT Katarina Utama Tbk (RINA) dengan pasal dugaan penggelapan dan penipuan.
Menurut Penasihat FK PK, Massa Karya Ginting, upaya hukum yang diupayakan karyawan adalah tuntutan agar manajeman transparan akan penyetoran dana Jamsostek. Selama ini perseroan tidak menyetorkan secara utuh dana asuransi tenaga kerja. "Pemotongan Jamsostek dari gaji karyawan pakai, memakai data slip gaji periode sebelumnya. Misalkan saya gaji Rp 10 juta, kemudian dipotong. Tapi yang disetorkan potongan dari gaji lama saya," ungkapnya saat ditemui di kantor Katarina Jakarta, Selasa (5/10/2010). Bukan hanya itu, bahkan ada karyawan yang bukan anggota Jamsostek namun gaji mereka ikut terpotong asuransi. "Ada dipotong tapi bukan peserta Jamostek, karyawan Katarina di Medan. Kita akan upayakan hukum dengan pasal penggelapan dan penipuan. Kita tunggu tanggapan dari manajeman. Kalau memang tidak digubris juga, kita akan lakukan," tegas Karya. Bahkan, FK PK memiliki bukti bahwa terdapat dana operasional perusahaan yang dipakai Direktur Utama RINA, Fazli bin Zainal Abidin untuk biaya pernikahannya. Jumlahnya mencapai Rp 230 juta. "Ada pembuktian penarikan dana oleh manajeman yang selama ini tertutup. Pakai dana internal untuk pernikahan," paparnya.
Seperti diketahui, FK PK berulang-ulang memberi peringatan kepada manajemen RINA untuk menyelesaikan kewajiban kepada karyawan. Jika tidak FK PK akan ambil alih dengan berbagai opsi, mulai dari kudeta kepemilikan saham ataupun mendorong investor baru ambil alih Katarina. "Kalau tidak ada kejelasan manajemen, FK PK akan mengambil alih Katarina," tegas Sekretaris FK PK, Marincan Rajagukguk waktu itu. Terkait keberatan FK PK atas manajemen RINA yang seluruhnya diisi oleh Warga Negara Malaysia, Fazli pun berjanji akan merombaknya dan memberikan beberapa pos direksi kepada WNI. "Kita akan ubah komposisi kepakaran human resources dengan orang Indonesia. Namun kita harus penuhi ketentuan, melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Direktur Penilian Perusahaan BEI, Eddy Sugito juga mempertanyakan kenapa bisa manajeman RINA tidak kompak dan berjalan sendiri-sendiri. "Mereka yang mengusulkan, artinya sempat dilontarkan dulu oleh beliau (Fazli). Silahkan saja asal terpenuhi dan kalau lokal itu lebih prefer," ucapnya. (wep/ang) Pencatatan Saham PT Katarina Utama Tbk.
Selasa, 14 Juli 2009 17:51
Presiden direktur PT Katarina Utama Tbk, Fazli bin Zainal Abidin (kanan) didampingi presiden komisaris, Teguh Trianung Djoko S (kiri) dengan lugas menjawab pertanyaan wartawan mengenai kinerja perusahaannya dan rencana pengembangan perusahaan itu ke masa yang akan datang, usai mengikuti acara pencatatan saham PT Katarina Utama Tbk di Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 14/07/2009 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jl. Jend. Sudirman Jakarta Selatan. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pemasangan/instalasi jaringan dan pengujian kelayakan dari berbagai jenis produk dan peralatan telekomunikasi ini menawarkan sahamnya sejumlah 210.000.000 lembar dengan harga Rp 160/lembar saham. Diharapkan dengan mencatatkan sahamnya di BEI, PT Katarina Utama Tbk akan mendapatkan akses ke pasar modal dan memujngkinkan untuk mendapatkan sumber pendanaan baru serta menawarkan kesempatan kepada masyarakat agar dapat turut serta memiliki saham PT Katarina. fyina/Mulkan Salmun.
Buruh PT. Katarina Utama, Tbk jual cincin kawin untuk biayai operasional perusahaan
Dimasukkan oleh Ramses D Aruan Senin, 16 Agustus 2010 10:52
Sungguh menyedihkan, cincin kawin harus terlepas dari jari manis Hariono, salah seorang engineer PT. Katarina Utama, Tbk, demi untuk membiayai operasional perusahaan, saat bekerja di lapangan.
Sejak merger dengan Silver Mountain Bhd dan manajemen PT. Katarina Utama dipimpin oleh FZA, warga negara Malaysia, seluruh buruh/peker ja diiming-imingi dengan janji-janji dari pihak manajemen. Janji-janji tersebut disampaikan dalam berbagai kesempatan, pada beberapa kali pertemuan dengan seluruh staff dan pekerja, baik di Medan, Jakarta, dan Palembang. Top manajemen perusahaan berjanji menjalankan bisn is secara transfaran, manusiawi, meningkatkan kesejahteraan pekerja, mengembangkan bisnis secara global, dan masih banyak janji-janji lainnya. Mendengar janji-janji tersebut tentu seluruh pekerja menaruh harapan yang begitu besar dan menyakini masa depan mereka akan lebih baik dan lebih sejahtera. Janji-janji tersebut juga yang memotivasi seluruh pekerja untuk bekerja lebih pro fesional dan memberikan dedikasi serta loyalitasnya yang begitu tinggi terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Sejak menjelang akhir tahun 2008 kepemimpinan manajemen yang baru ini, mulai terasa bahwa janji-janji tersebut satu persatu diingkari. Dana operasional untuk p royek menggunakan dana pribadi pekerja; keterlambatan pembayaran gaji dan THR, dan lain sebagainya. Pada saat ditanyakan dalam berbagai pertemuan dan meeting internal, top manajemen terus menggumbar janjinya, dengan mengatakan mohon tetap bersabar menunggu PT. Katarina Utama, Tbk listing di bursa. Semuanya akan diselesaikan dan dibayarkan, termasuk janji kenaikan upah kerja dan gaji yang akan dibayarkan dengan berlaku surut. Pada
saat Koranburuh meliput aksi demo pekerja PT. Katarina Utama, Tbk (6/8), Hariono menyampaikan kesedihan dan penderitaannya "Coba bayangkan bang, begitu loyalnya kami terhadap perusahaan sampe kami merasa perusahaan ini milik kami sendiri, cincin kawin pernikahan saya yang baru seumur jagung, saya jual demi operasional pekerjaan kami di lapangan dapat terus berjalan". Lebih lanjut Hariono mengatakan "Setelah saham Katarina terjual di bursapun, mereka terus berjanji tanpa kepastian hak-hak dan uang pribadi yang terpakai untuk operasional perusahaan tetap belum juga dibayarkan, betul-betul sedih bang, mereka sama sekali tidak menghargai pengorbanan kami". Lalu teman Hariono menimpali "kalau handphone sudah puluhan terjual untuk operasional perusahaan dan ada beberapa kawan kami, yang kredit kereta (red : sepeda motor) tidak terbayarkan, gara-gara gaji yang tidak dibayarkan pada waktunya, ditarik oleh dealer, sementara pelunasannya hanya tinggal menunggu dua tiga bulan lagi". Dari beberapa sumber, ternyata isu tidak terpenuhinya dana operasional dari perusahaan, bukan
hanya terjadi pada masa penantian masuknya PT. Katarina Utama, Tbk ke Bursa Efek Indonesia(BEI). Setelah listing di Bursa Efek Indonesia (14/7/09) persoalan operasional terus bermasalah. Pada September 2009, menjelang lebaran, PT. Ericsson Indonesia menarik semua proyeknya dari PT. Katarina Utama, Tbk karena target penyelesaiannya tidak tercapai. Penyebabnya gara-gara tidak ada dana operasional. Hal yang sama terulang lagi pada bulan Juli 2010 yang lalu, semua proyek ditarik oleh PT. Ericsson Indonesia, juga karena persoalan tidak adanya dana operasional. "Padahal terhitung sejak Januari 2010 proyek kami sudah semakin banyak, khususnya Juni dan Juli 2010 ini banyak kali (red : sekali) proyek yang bisa didapat karena target lebaran, Marincan Rajagukguk menimpali. "Malu kali kami bang sama Ericsson, Telkomsel, dan perusahaan SP yang lain", "Enggak tau kami bang, uang hasil dari bursa itu dibawa mereka entah kemana, sedihlah", tambah Hariona kepada koranburuh menutup pengaduannya.
Media Intertel Siap Giring Katarina Utama ke Pengadilan Indro Bagus - detikFinance
Your browser does not support iframes.
(Foto: Dok detikFinance) Jakarta - PT Media Intertel Graha (MIG), salah satu pemegang saham PT Katarina Utama Tbk (RINA) menyatakan kesiapannya menggelandang manajemen ke pengadilan lantaran telah menyelewengkan laporan keuangan auditan tahun 2009 dan mencatut nama MIG dalam daftar perusahaan terutang.
"Kami sudah memberikan somasi 2 kali, jika tidak ada respons dari manajemen, ka mi tidak segan-segan untuk maju ke pengadilan," ujar salah seorang staf MIG kepada detikFinance , Selasa (24/8/2010). Menurutnya, manajemen RINA telah melakukan penyelewengan dalam laporan keuangannya. Dalam laporan keuangannya per akhir akhir 2009, memang tercantum kalau MIG memiliki utang sebesar Rp 8,606 miliar. Posisi utang yang sama masih tercantum dalam laporan k euangan semester I-2010. "Padahal MIG tidak punya utang sama sekali kepada RINA. Oleh sebab itu, kami mengirimkan surat somasi ke manajemen RINA. Tapi sepertinya tidak d igubris. Somasi pertama kami layangkan Juli 2010, yang kedua awal Agustus 2010. Hingga saat ini tak ada respon sama sekali," jelasnya. MIG merupakan pemilik 80.000.000 (7,41%) saham RINA. Pemegang saham lainnya adalah PT Silver Mountaine sebanyak 540.000.000 saham (66,67%) dan Mavcap melalui CIMB Investment Bank Bhd sebanyak 136.250.000 saham (19,29%). Sayangnya, Direktur Keuangan RINA Izzudin Mahmood tidak menjawab panggilan telepon detikFinance untuk mengkonfirmasikan hal ini. Namun sebagai catatan, RINA memang tercatat sebagai emiten yang tergolong bandel dalam laporan keuangan. Perusahaan ini baru mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 Juli 2009. Sejak periode itu, RINA mempublikasikan laporan keuangannya sebanyak 5 kali yakni untuk periode triwulan II-2009, triwulan III-2009, triwulan IV-2009, triwulan I-2010 dan triwulan II-2010. Dan setiap kali mengeluarkan laporan keuangannya itu, RINA selalu mengumumkan koreksinya setelah diperingatkan BEI lantaran selalu terdapat kesalahan pencatatan. (dro/qom)
View more...
Comments