Batu Apung

November 10, 2018 | Author: DWI ARIF S | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Batu Apung...

Description

MAKALAH BAHAN GALIAN BATU APUNG (PUMICE)

DISUSUN OLEH :

1. AGUS SUPRIADI RIDWAN

(G1C 007 002)

2. LALU RADINAL FASHA

(G1C 007 016)

3. NI WAYAN SRIWIDANI

(G1C 007 027)

4. NUR WILDAWATY

(G1C 007 028)

5. NURAINI YUSUF

(G1C 007 029)

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM 2010

BAB I. PENDAHULUAN

Posisi geografis dan geologis Indonesia yang terletak di daerah tropis, dimana sebagian besar di daerah di Indonesia terletak pada jalur pegunungan berapi. Oleh karena itu, Indonesia sangat kaya dengan jenis-jenis batuan alam, seperti misalnya bahan galian golongan C yang tersebar luas di beberapa daerah di Indonesia. Bahan galian golongan C itu seperti batu kapur/ gamping, batu kali, pasir (pasir urug dan pasir besi), batu bara, genteng, batu kerikil, gypsum, kalsite, manner, pyrite, silt, batu lempung, trass, andesit,  batu apung, dll. Namun dalam makalah ini, kami hanya membahas batu apung. Batu apung atau pumice adalah bahan galian industri yang termasuk golongan C yang cukup berperan dalam sektor industri, baik sebagai bahan utama maupun sebagai   bahan tambahan. Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut di dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen hingga pasir atau   bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada silika, alumina, soda, besi oksida. Warna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerah-merahan, kekuningkuningan, jingga. Bongkah-bongkah di waktu kering dapat terapung diatas air. Penyelidikan umum dan eksplorasi batu apung telah banyak dilakukan di Indonesia, salah satunya di beberapa daerah yang tersebar di pulau lombok, NTB. Pulau Lombok salah daerah penghasil batu apung terbanyak di Indonsia. Eksplorasi secara umum dilakukan dengan tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak membutuhkan   peralatan yang khusus untuk mendapatkannya. Kebanyakan batu apung yang diperoleh dari penambangannya hanya berupa batu apung yang dipisah berdasarkan ukurannya yang kemudian dijual dengan variasi ukuran tersebut. Namun dalam proses pengolahan selanjutnya untuk menghasilkan suatu produk yang berguna, dilakukan oleh perusahaan yang cenderung menggunakan bahan baku batu apung, contohnya industri cat. Batu apung dapat diaplikasikan dalam sektor industri dan sektor konstruksi. Aplikasinya dalam sektor industri cenderung memproduksi barang-barang pelengkap,

seperti cat, plamur, dan semen. Sedangkan pada sektor konstruksi, cenderung menghasilkan bahan baku bangunan, seperti agregar ringan beton. Perkembangan sector industri dan konstruksi, terutama di Negara-negara maju, telah menunjukkan peningkatan yang berarti, dan hal ini mengakibatkan segi permintaan akan batu apung Indonesia terus meningkat. Dari segi pemasokan, produksi batu apung di Indonesia sebagian besar berasal dari daerah Nusa Tenggara Barat dan sisanya dari daerah ternate, pulau Jawa dan lain-lain. Sementara itu, impor batu apung dapat dikatakan tidak ada atau untuk kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi. Di Lombok Barat sedikitnya ada 20 perusahaan pengololahan batuapung yang tersebar di berbagai wilayah. Namun Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat   banyak menuai masalah, terutama masalah lingkungan, dimana sebagian besar    penambangan dilakukan tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Limbah batu apung yang berasal dari pengayakan batu apung itu sendiri telah merusak lingkungan. Hal ini dikarenakan pembuangannya pada lahan yang masih   produktif. Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menaggulangi limbah tersebut. Salah satunya yaitu dengan penggunaan limbah batu apung sebagai bahan bangunan, berupa   batako, paving blok, genteng beton, beton ringan. Hal ini dikarenakan selain sebagai salah satu penggulangan limbah batu apung, juga menjadi salah satu alternatif bahan  bangunan yang ekonomis, serta peluang lapangan kerja bagi masyarakat.

BAB II ISI 2.1 Definisi

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.

Gambar 1. Batu apung

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah Feldspar  Kuarsa Obsidian Kristobalit Tridimit

2.2 Proses pembentukan

Pumice terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara luas secara tiba-tiba. Buih gelas alam dengan gas yang terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma membeku dengan tiba-tiba. Pumice umumya terdapat terdapat sebagai

fragmen yang terlemparkan pada saat saat gunung api dengan

ukuran dari kerikil sampai bongkah. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan, bahan lepas, atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat  pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang dilakukan pada obsidian dari Krakatau, Krakatau, suhu yang yang diperlukan diperlukan untuk megubah obsidian o

menjadi batu apung rata-rata 880 C. Berat jenis obsidian yang semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulis. Pumice berwarna putih abu-abu, kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran lubang yang bervariasi baik berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan lubang yang terorientasi. Kadang-kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit atau kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun ( frost   frost ), ), tidak begitu higroskopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah. 2

Kekuatan tekan antara 30-20 kg/cm . Komposisi utama mineral silikat amorf. Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan batu apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria. Sedangkan mineralmineral yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit. Didasarkan pada cara pembentukan (desposisi), distribusi ukuran partikel (fragmen) dan material asalnya, endapan batu apung dapat diklasifikasikan sebagai  berikut: 

Sub areal



Sub aqueous



  New ardante; yaitu endapan yang dibentuk oleh pergerakan ke luar secara horizontal dari gas dalam lava, yang menghasilkan campuran fragmen dengan  berbagai ukuran dalam suatu bentuk matriks.



Hasil endapan ulang (redeposit).

Gambar 2. Variasi Variasi ukuran batu apung apung

gambar 3. Batu apung size 1-2 cm(triple cm(triple small) small)

gambar 4. Batu apung size 2-3 cm(double cm(double small) small)

gambar 5. Batu apung size 3-5 cm(small) cm(small) Dari metamorfosisnya, hanya daerah-daerah yang relative ada gunung api, akan mempunyai endapan batu apung yang ekonomis. Umur geologi dari endapan-endapan ini antara tersier sampai sekarang. Gunung api yang aktif selama umur geologi tersebut antara lain pada jalur pinggiran laut Pasifik dan jalur yang mengarah dari laut Mediteran ke pegunungan Himalaya kemudian ke India Timur.

2.3 Sifat-sifat batu apung

Sifat-sifat kimia batu apung adalah sebagai berikut: a.

Komposisi kimianya: 

SiO2

: 60,00 60,00 – 75,00% 75,00%



Al2O3

: 12,00 12,00 – 15,00% 15,00%



Fe2O3

: 0,90 0,90 – 4,00% 4,00%



 Na2O

: 2,00 – 5,00% 5,00%



K 2O

: 2,00 2,00 – 4,00% 4,00%



MgO MgO

: 1,00 1,00 – 2,00 2,00% %



CaO

: 1,00 - 2,00% 2,00%



Unsur lainnya

: TiO2, SO3, dan Cl.

b.

Hilang pijar (LOI atau loss of ignition) ignition ) : 6%

c.

pH : 5

d.

Berwarna terang

e.

Meng Mengan andu dung ng buih buih yang yang terb terbua uatt dar darii gel gelem embu bung ng ber berdi dind ndin ing g gel gelas as..

f.

Sifat fisika: 3



Bobot isi isi ruah : 480 – 960 kg/cm



Peresapan air : 16,67%



Gravitasi spesifik : 0,8 gr/cm



Hantaran suara : rendah



Rasio kuat tekan terhadap beban : Tinggi

3



Konduktifitas panas : rendah



Ketahanan terhadap api : s.d 6 jam.

BAB III PENAMBANGAN 3.1 Teknik Penambangan

Batu apung sebagai bahan galian tersingkap tersingkap dekat permukaan, dan relatif tidak  keras. Oleh sebab itu, penambangan dilakukan dengan tambang terbuka atau tambang  permukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila dikehendaki ukuran butir tertebtu tertebtu proses pemecahan  grinding  ( ) dan  pengayakan dapat dilakukan. 1) Eksp Eksplo lorrasi asi Penelusuran keterdapatan endapan batu apung dilakukan dengan mempelajari struktur geologi batuan di daerah sekitar jalur gunung api, antara lain dengan mencari singkapan-singkapan dengan geolistrik atau melakukan pengeboran dan   pembuatan beberapa sumur uji. Selanjutnya, dibuat peta topografi daerah yang diperkirakan mengandung endapan batu apung dengan skala yang besar guna melakukan eksplorasi detail. Eksplorasi detail bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas cadangan dengan lebih pasti. Metode eksplorasi yang digunakan diantaranya adalah dengan pengeboran (bor tangan dan bor mesin) atau dengan  pembuatan sumur uji. Dalam menentukan metode mana yang akan dipakai, harus dilihat kondisi dari lokasi yang akan dieksplorasi, yaitu didasarkan pada peta topografi yang dibuat pada tahap penelusuran (prospeksi). Metode eksplorasi dengan pembuatan sumur uji, diawali dengan membuat pola empat persegi panjang (dapat juga dengan bentuk   bujur sangkar) dengan jarak dari satu titik atau dari sumur uji yang satu ke sumur uji   berikutnya antara 25-50 m. peralatan yang dipakai dalam pembuatan sumur uji diantaranya adalah cangkul, linggis, belincong, ember dan tali. Pada eksplorasi dengan pengeboran dapat dilakukan dengan menggunakan alat  bor yang dilengkapi dengan bailer (penangkap contoh), baik bor tangan ataupun bor  mesin. Dalam eksplorasi ini, dilakukan juga pengukuran dan pemetaan yang lebih

detail untuk digunakan dalam perhitungan cadangan dan pembuatan perencanaan tambang. 2) Penam enamba bang ngan an Pada umumnya, endapan batu apung terletak dekat ke permukaan bumi, sehingga   penambangannya dilakukan dengan cara tambang terbuka dan selektif. Pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dilakukan dengan alat-alat alat-alat sederhana sederhana (secara manual) manual) ataupun dengan alat-alat yang mekanis, seperti bulldozer, scraper , dan lain-lain. Lapisan endapan batu apungnya sendiri dapat digali dengan menggunakan excavator  antara lain backhoe atau  atau   power shovel , lalu dimuat langsung langsung ke dalam truk truk untuk diangkut diangkut ke pabrik pengolahan.

Gamb Gambar ar 6. Eskav Eskavat ator  or 

Gambar 7. 7. Backhoe

Gambar 8. 8. Power Shovel

3) Peng Pengol olah ahan an Untuk menghasilkan batu apung dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan ekspor atau kebutuhan di sector konstruksi dan industri, batu apung dari tambang diolah terlebih dahulu, antara lain dengan menghilangkan pengotor dan mereduksi ukurannya.

Gambar 9. Batu apung yang telah dipilah dipilah sesuai ukuran Secara garis besar, proses pengolahan batu apung terdiri atas:  sorting ); a. Pemi Pemila laha han n ( sorting  ); untuk memisahkan batu apung yang bersih dari batu apung yang masih banyak pengotornya (impuritis), dan dilakukan secara manual atau dengan scalping dengan scalping screens.

Gambar 10. Scalping Scalping Screens

mills, dan roll mills.  b.  b. Pere Peremu muka kan n (crushing ); ); dengan tujuan untuk mereduksi ukuran, dengan menggunakan crusher, hammer mills,

Gambar 11 1 1. Impact crusher

Gambar 1 2. 2. Cone crusher  

Gambar Gambar 13. Roll mill c. Sizing; untuk memilah material berdasarkan ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar, yang dilakukan dengan  screen). menggunakan saringan ( screen).

Gambar 14. Vibrating Vibrating screen d. Peng Penger erin inga gan n (drying  (drying ); ); dilakukan jika material dari tambang banyak mengandung air, yang salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan rotary dryer .

Gambar 15. Rotary Rotary Dryer 

Gambar 16. Proses pengayaan pengayaan batu apung

Bagan penambangan batu apung Digali

Dipecah sesuai ukuran

digiling/dihalus kan

Penjemuran

Gradasi 1≤X≤5 Dipasarkan

Dikemas

Penyortiran Gradasix 200 mesh. Sumber : Industri : Industri Minerals, Bulletin, 1990. Batu apung Media Filtrasi

Sebagai media filtrasi, batu apung banyak digunakan untuk membersihkanlimbah perkotaan dan industry. Karena mempunyai luas area permukaan yang besar serta berpori banyak, sehingga batu apung idea untuk digunakan sebagai agen filtrasi. Suatu badan penelitian berkembang telah menunjukkan apung menjadi media yang efektif untuk penyaringan air minum. Struktur   berbusa dan kemurnian dekat-putih Hess apung membuatnya ideal untuk menangkap dan menahan cyanobacterial racun dan kotoran lainnya yang ditemukan mengotori air minum. Batu apung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dibandingkan media filtrasi lain seperti tanah liat diperluas, antrasit, pasir, dan PFA disinter. Tes dilakukan perbandingan antara pasir unggun dan filter batu apung untuk mengobati air ditemukan apung menjadi keunggulan dalam kinerja kekeruhan penghapusan dan kerugian head. Manfaat batu apung untuk aplikasi pengolahan air meliputi: -Peningkatan tingkat filtrasi -pemanfaatan energy rendah rendah -sebagai alas dasar yang baik dalam medium filtrasi -Lebih besar luas permukaan -Rendah-biaya -Rendah-biaya perawatan filter  -Ekonomis: menghemat pengeluaran modal untuk pembangkit pengobatan limbah baru

Filtrasi Minuman

Pemurnian bahan dan bahkan minuman jadi penting untuk rasa konsistensi dan kualitas. Hal yang sama karakteristik yang membuat  batu apung media filtrasi yang superior untuk air juga berlaku untuk minuman dan cairan lainnya. Batu apung adalah tidak beracun,  benar-benar inert dan sangat serbaguna-dapat tanah secara konsisten terhadap berbagai spesifikasi.

Sebagai penghias lampu hias

Dalam perkembangannya, batu apung banyak digunakan sebagai penghias lampu hias. Seperti yang telah dilakukan oleh Deddy Effendy, perajin asal Yogyakarta, yang memanfaatkan serpihan batu apung untuk mempercantik desain atau model lampu bias  buatannya. Proses pembuatannya dimulai dengan memotong batu apung dengan gergaji mesin menjadi lempengan setebal 2-3 milimeter  dengan panjang dan lebarnya sekitar 10-15 cm.

 Spesifikasi baru apung yang digunakan digunakan . Berikut adalah beberapa contoh spesifikasi batu apung yang digunakan dalam sector industri: a)

Untuk Untuk pigme pigmen n adalah adalah seba sebagai gai beri beriku kut: t: - Hilang Hilang pijar pijar : maks. maks. 5% - Zat terban terbang g : maks. maks. 1% 1% - Lolos Lolos saringa saringan n 300 300 m : min. 70% - Lolos Lolos saringa saringan n 150 150 m : maks. 30%

 b)

Untuk Untuk kerami keramik k tembi tembikar  kar  - SiO2

: 69,80%

- Al2O3

: 17,70%

- Fe2O3

: 1,58%

- MgO

: 0,53% ,53%

- CaO

: 1,49 1,49% %

- Na2O

: 2,45%

- K 2O

: 4,17%

- H2O

: 2,04%

- Kada Kadarr air air

: 21% 21%

- Kuat Kuat lentu lenturr

: 31,89 31,89 kg/cm3 kg/cm3

- Peresa Peresapan pan air

: 16,66 16,66% %

- Berat Berat volume volume

: 1,18 1,18 gr/cm2 gr/cm2

- Keplas Keplastis tisan an

: Plasti Plastiss

- Ukuran Ukuran butir butir

: 15 – 150 mesh mesh

Komposisi bahan untuk keramik tembikar ini terdiri atas  pumice,  pumice, tanah liat, dan kapur dengan perbandingan masing-masing 35%, 60% dan 5%. Penggunaan batu apung ini dimaksudkan untuk mengurangi bobot dan meningkatkan kualitas tembikar. Di samping di sector konstruksi dan industri, industri, batu apung juga dimanfaatkan pada bidang pertanian, pertanian, yaitu sebagai bahan aditif dan substitusi pada tanah  pertanian.

Gambar 2. Batu apung PROSPEK BATU APUNG KEDEPANNYA Prospek Batu Apung

Untuk dapat melihat prospek industri pertambangan batu apung Indonesia di masa mendatang, perlu ditinjau atau dianalisis   beberapa factor atau aspek yang berpengaruh, baik yang mendukung maupun hambatan-hambatannya. Oleh karena data yang diperoleh sangat terbatas, maka analisis hanya dilakukan secara kualitatif. a. Aspek-aspek yang Berpengaruh

Perkembangan industri pertambangan batu apung di Indonesia, baik yang sudah, sedang dilakukan ataupun yang akan dilaksanakan di masa mendatang, diantaranya dipengaruhi oleh aspek-aspek sebagai berikut: 

Ketersediaan potensi Potensi batu apung Indonesia yang tersebar di daerah Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, 3

Bali, dan Ternate, belum dapat diketahui secara pasti. Tetapi diperkirakan memiliki cadangan lebih dari 12 juta m . menurut

Dinas Pertambangan Propinsi NTB, potensi endapan batu apung yang terbesar terdapat di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, 3

dan cadangannya diperkirakan lebih dari 7 juta m . Apabila dilihat dari tingkat produksi sekarang, yaitu sekitar 175.000 ton per tahun, potensi batu apung di Indonesia baru habis lebih dari 40 tahun. Namun, eksplorasi dan inventarisasi endapan batu apung di daerah-daerah tersebut di atas perlu ditingkatkan ditingkatkan ke eksplorasi yang lebih detail, sehingga jumlah cadangan da kualitasnya dapat diketahui dengan pasti. 

Kebijaksanaan pemerintah Aspek yang tidak kalah pentingnya bagi industri pertambangan adalah kebijaksanaan pemerintah, antara lain pencanangan

ekspor di luar minyak dan gas sejak pelita IV, deregulasi di bidang ekspor, dan peningkatan pemanfaatan sumber daya alam. Kebijaksanaan tersebut, pada dasarnya merupakan dorongan bagi para eksportir dan para pengusaha untuk menanamkan investasinya, yang diantaranya adalah di industri pertambangan batu apung. Namun, agar kebijaksanaan pemerintah tersebut lebih  berhasil, bagi industri pertambangan batu apung, masih perlu disertai dengan kemudahan dalam perizinan dan bantuan teknis baik  eksploitasi, serta informasi tentang potensi; terutama untk para pengusaha golongan ekonomi lemah. 

Faktor permintaan Dengan semakin meningkatnya sektor konstruksi dan industri pemakai batu apung di negara-negara maju dan di negara-

negara berkembang lainnya, permintaan akan batu apung telah semakin meningkat. Di sektor konstruksi, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk di dalam negeri, kebutuhan perumahan pun terus meningkat, yang sudah barang tentu pemakaian bahan konstruksi akan naik. Untuk daerah yang dekat dengan lokasi keterdapatan  batu apung, dan sukar mendapatkan batu bata dan genteng genteng yang terbuat dari tanah merah, serta batu untuk untuk pondasi, maka batu apung dapat digunakan sebagai pengganti konstruksi tersebut. Dalam tahun-tahun terakhir ini, pemakaian batu apung untuk agregat ringan, yaitu genteng sudah dilakukan oleh suatu  perusahaan bahan bangunan di Bogor, Jawa Barat dan menghsilkan produk genteng yang lebih ringan serta kuat. Di negara-negara maju penggunaan bahan konstruksi yang ringan dan tahan api untuk pembangunan gedung dan perumahan semakin diutamakan. Dalam hal ini, pemakaian batu apung sanagt sesuai karena di samping ringan juga mudah penanganannya, yaitu dibentuk menjadi agregat dengan ukuran sebagaimana yang diinginkan sehingga mempermudah dan mempercepat proses  pembangunannya. Demikian juga di Negara-negara berkembang, penggunaan batu apung untuk pembangunan perumahan yang mudah dan murah serta aman mulai banyak dilakukan. Semakin meningkat minat masyarakat terhadap pemakaian dari bahan tekstil jenis jean, baik di dalam maupun luar negeri, telah memacu industri tekstil jenis jean untuk berproduksi secara besar-besaran, sehingga pemakaian batu apung sebagai stonewashing terus menigkat. Karena adanya kelebihan dari sifat batu apung dengan menggunakan bahan galian lainnya seperti batu apung dibandingkan dengan menggunakan bahan galian lainnya seperti batu apung dibandingkan dengan menggunakan bahan galian lainnya seperti   bentonit, zeolit, atau kaolin, di Negara-negara maju, pemakain batu apung sebagai filler dalam industri pestisida, mula menunjukkan peningkatan. Jika menggunakan batu apung, pestisida tidak akan tenggelam di dalam air sehingga kerjanya akan relative lebih efektif sedangkan jika menggunakan bentonit atau kaolin, pestisida tersebut akan cepat tenggelam dan kurang efektif. Ketersediaan tersebut di atas terbukti dari tingkat tingkat permintaan (konsumsi dan ekspor) ekspor) batu apng yang hampir setiap tahunnya terus meningkat. Dalam industri keramik jenis gerabah, pemakaian batu apung akan meningkatkan kualitas keramik, yaitu lebih ringan dan lebih kuat. Namun, pemakaian batu apung untuk bahan keramik di dalam negeri saat ini belm banyak berkembang dan masih terus dilakukan penelitian. 

Faktor harga Struktur atau tata niaga batu apung yang berlaku sekarang ini, masih kurang menguntungkan para pengusaha tambang batu

apung. Sebagai contoh, di daerah NUsa Tenggara Barat, pada tahun 1991 harga batu apung di lokasi yambang berkisar antara Rp. 450,00 - Rp. 500,00 per karung, dan di tempat prosessing prosessing sekitar Rp. 700,00 per karung. karung. Jika selesai dip roses akan menghasilkan

 batu apung bersih sekitar 30 kg/karung. Sementara itu, harga batu apung yang di ekspor, jika dihitung dari nilai dan volume ekspor tahun 1991 diperoleh diperoleh harga sebesar Rp. 270,50 per kg. Jika harga tersebut diasumsikan diasumsikan sebagai harga sampa di Negara tujuan ekspor, ongkos transportasi, pajak, dan asuransi, serta ongkos-ongkos lainnya sebesar 40 % dari harga tersebut di atas, maka harga jual batu apung di tempat eksportir sekitar Rp. 165,00 per kg, atau Rp. 4.950,00 per kg. Dengan demikian jelas sekali bahwa batu apung di lokasi tambang sangat rendah. Dengan kata lain, tata niaga batu apung di Indonesia, cenderung lebih banyak menguntungkan pihak eksportir, dibandingkan dengan pengusaha tambangnya sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya perombakan dalam tata niaga batu apung sedemikian rupa, yang dapat lebih mendukung peningkatan industri pertambangan batu apung, serta tetap menguntungkan menguntungkan semua pihak. 

Substitusi Dalam penggunaannya, batu apung dapat disubstitusi dengan material lain. Di sector industri konttruksi, batu apung dapat

diganti oleh kaolin dan feldspar sebagai salah satu bahan baku genteng, saluran air, (gorong-gorong). Untuk dinding bangunan,   penggunaan batu apung apung mendapat persaingan dari bata merah, asbes, kayu papan, dan sebagainya. Di sector industri, industri, serta sebagai bahan baku di industri keramik, dapat disubstitusi dengan bentonit, kaolin, feldspar, dan zeolit yang cenderung mudah untuk mendapatkannya. 

Aspek lainnya Aspek lainnya yang dapat berpengaruh terhadap sector pertambangan, khususnya pertambangan batu apung, a dalah: a)

Masalah tumpang tindih lahan. Pada kenyataannya, banyak potensi batu apung yang terdapat di kawasan perkebunaan, kehutanan (hutan lindung dan

cagar alam), dan k awasan lainnya, sehingga terjadi benturan kepenting, yang akhirnya cenderung potensi batu apung tersebut tidak dapat dimanfaatkan / diusahakan.

  b)

Masalah Masalah transport transportasi asi Meskipun harga batu apung ini relative lebih murah, tetapi karena jarak transportasi dari lokasi terdapatnya batu apung

dengan industri-industri pemakainya cukup jauh, maka industri-industri tersebut cenderung menggunakan bahan galian industri yang lain (substitusinya). (substitusinya). c)

Inform Informasi asi penti penting ng dan dan teknol teknologi ogi pema pemanfa nfaata atan. n. Pada dasarnya, banyak investor yang berminat terhadap industri pertambangan batu apung. Akan tetapi, karena masih

kurangnya informasi tentang data potensi yang lebih akurat, maka para investor tersebut melanjutkan niatnya. Demikian juga halnya, penelitian dan informasi tentang teknologi pemanfaatan batu apung di industri hilir pemakainya, di dalam negeri dirasakan masih perlu ditingkatkan lagi, agar dapat menunjang pengembangan industri pertambangan di masa mendatang. b. Prospek Prospek Batu Apung Apung Indonesia Indonesia

Berdasarkan analisis perkembangan selama periode 1985-1991 dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, prospek industri  pertambangan batu apung Indonesia Indonesia di masa dating (sampai tahun 2000) diperkirakan cukup baik. baik. c. Pemaso Pemasokan kan

Walaupun ada substitusi dari material lain bagi batu apung dan pemanfaatannya di sector industri di dalam negeri yang  belum banyak berkembang, jika dilihat dari sisi potensi yang cukup besar, terus meningkatnya permintaan dari luar negeri, serta kebijaksanaan pemerintah dalam ekspor yang lebih luwes, diperkirakan sisi pemasokan, yaitu produksi dan impor batu apung, akan terus meningkat. 

Produksi Produksi batu apung di masa datang cenderung akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi di dalam negeri sendiri.

Oleh karena itu, untuk proyeksinya proyeksinya digunakan laju pertumbuhan pendapatan pendapatan domestic bruto (GDP) pertahun;antara pertahun;antara lain 3%

(proyeksi rendah), 5% (proyeksi sedang), 7% (proyeksi tinggi), maka produksi batu apung pada tahun 2000 diperkirakan mencapai angka antara 225.100-317.230 225.100-317.230 ton Tabel 6. Proyeksi Produksi Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000 Proyeksi Produksi (Ton)

Produksi pada Tahun 1991

172.554

LP

1997

2000

Rendah (3,00 %)

194.200

225.100

Sedang (5,00 %)

209.740

267.680

Tinggi (7,00 %)

225.100

317.230

 Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun 

Impor  Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi, di masa datang pengilahan batu apung di dalam negeri diperkirakan

semakin maju, dan sudah dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi sebagaimana dibutuhkan oleh industri pemakainya. Dengan demikian, impor batu apung yang semula timbul sebagai akibat kualitasnya tidak dapat memenuhi permintaan industri hilir tersebut, kini dapat dipasok dari dalam negeri sendiri. Dengan demikian, pada tahun 2000 impor batu apung tidak ada lagi. d. Permin Permintaa taan n

Sementara itu, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan bahan konstruksi yang lebih ringan, aman dan mudah penangannya, serta meningkatnya kemajuan teknologi pemanfaatan batu apung di sektor industri, maka permintaan batu apung baik dari dalm maupun luar akan terus meningkat. e. Kons Konsum umsi  si 

Konsumsi batu apung di dalam negeri pada beberapa tahun terakhir ini mulai menunjukkan peningkatan, terutama di sektor  konstruksi. Di masa yang akan datang pun konsumsi batu apung diperkirakan akan terus meningkat. Untuk proyeksinya dihitung dengan laju pertumbuhan GDP 3%, 5%, dan 7%, maka didapat besarnya konsumsi batu apung di dalam negeri pada tahun 2000, antara 65.130-91.770 ton . Tabel 7. Proyeksi Konsumsi Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000 Proyeksi Produksi (Ton)

Produksi pada Tahun 1991

49.917

LP

1997

2000

Rendah (3,00 %)

56.180

65.130

Sedang (5,00 %)

60.670

77.440

Tinggi (7,00 %)

65.430

91.770

 Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun f.

Ekspor  

Proyeksi ekspor untuk pemenuhan permintaan Negara-negara lain, pada tahun 2000 diperkirakan mencapai jumlah antara 184.770-369.390 184.770-369.390 ton (Tabel 3).

Tabel 8. Proyeksi Ekspor Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000 Proyeksi Produksi (Ton)

Produksi pada Tahun 1991

106.161

LP

1997

2000

Rendah (3,00 %)

119.480

138.510

Sedang (5,00 %)

139.150

164.690

Tinggi (7,00 %)

184.770

369.390

 Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun

BAB VI LIMBAH BATU APUNG

Batu apung yang banyak terdapat pada beberapa daerah di Indonesia, mempunyai banyak kegunaan dan sudah banyak  dimanfaatkan oleh masyarakat masyarakat Indonesia, bahkan sudah menjadi bahan komoditif komoditif ekspor Indonesia ke luar negeri. Pabrik-pabrik  Pabrik-pabrik   penggilingan  penggilingan atau penghalusan batu apung di Indonesia juga juga banyak ditemui terlebih pada daerah potensi galian batu apung. Limbah   batu apung yang dihasilkan dihasilkan dari proses penghalusan tersebut tidak dimanfaatkan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sehingga menyebabkan  berkurangnya lahan-lahan produktif produktif masyarakat karena dijadikan sebagai tempat penampungan limbah batu apung. 

Definisi limbah batu apung

Limbah batu apung adalah hasil dari proses pengayakan batu apung yang tidak terpakai lagi karena besarannya kurang dari syarat  pengepakan untuk dipasarkan dipasarkan (besar agregat limbah batu apung berkisar antara 0,1mm – 1cm).



Proses terbentuknya limbah batu apung

Limbah batu apung berasal dari pabrik-pabrik pengolahan batu apung yang merupakan sisa-sisa dari batu apung itu sendiri dan tidak  dapat dipasarkan kepada konsumen karena bentuknya kurang beraturan dan gradasinya lebih kecil dari 1 cm. Limbah batu apung hampir  menyerupai pasir dan kerikil pada umumnya, hanya berat satuannya lebih ringan dan berpori yang membedakannya dengan kerikil biasa. Karena keringanannya itulah, limbah batu apung sangat baik untuk diolah menjadi bahan bangunan yang mempunyai bobot ringan. 

Pemanfaatan limbah batu apung

Limbah batu apung dapat dimanfaatkan sebagai: 

Sebagai pengganti bahan bangunan galian golongan C



Mengurangi pemanfaatan lahan-lahan produktif produktif yang dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah-limbah batu apung.



Peningkatan pendapatan pendapatan masyarakat dengan membuka lapangan kerja baru dengan memanfaatkan limbah batu apung dan tidak terpakai lagi.



Dampak negatif penambangan batu apung di Lombok, NTB

Selain mempunyai efek positif berupa beberapa kegunaannya, batu apung juga mempunyai dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat. Terutama yang terlihat pada pulau Lombok, NTB. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa telah terjadi penurunan harkat kesuburan tanah akibat penambangan. Penurunan kandungan hara makro (N, P, K), C-organik, dan nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) disebabkan oleh penyingkiran lapisan tanah atas dan munculnya lapisan bawah yang bertekstur lebih kasar. Akibat pembongkaran dan pemindahan lapisan atas tersebut maka tanah bekas penambangan batu apung mengandung fraksi pasir lebih besar dari pada tanah yang tak ditambang. Berdasarkan kriteria  pengharkatan yang dikemukakan oleh PPT Bogor (1983), sifat fisik tanah bekas penambangan batu apung memiliki agregat yang tidak mantap, porositas yang sangat tinggi dan permeabilitas yang sangat cepat. Pembalikan lapisan tanah tersebut akan sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman paska penambangan. Degradasi struktur tanah sebagai akibat pembongkaran lapisan olah tanah akan mengakibatkan makin rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya kemampuan tanah memegang air ( water holding  capacity) capacity) dan dapat mempercepat kehilangan hara di dalam tanah.



Tingkat kerusakan lahan akibat Penambangan batu apung

Tingkat kerusakan lahan akibat penambangan galian-C batu apung didekati dengan melihat beberapa faktor: kedalaman galian, luasan penambangan, kemiringan lahan, keberadaan vegetasi dan aktivitas konservasi paska penambangan. Berdasarkan skor  yang digunakan, tingkat kerusakan lahan (rusak berat, sedang dan ringan) bervariasi pada masing-masing lokasi penambangan. Di sentra penambangan batu apung Lombok Barat sekitar 34% termasuk rusak berat, 61% rusak sedang dan 5% rusak ringan. Di Lombok Tengah sekitar 20% rusak berat, 75% rusak sedang dan 5% rusak ringan, sementara di Kabupaten Lombok Timur sekitar 

12% rusak berat, 80% rusak sedang dan 8% rusak ringan. Kerusakan berat tersebut disebabkan oleh penggalian dalam (>3m), lereng yang curam (>20%), dan tanpa adanya upaya pengelolaan lahan konservatif paska penambangan. Penggalian dalam (>3m) ditemukan di beberapa beberapa lokasi penambangan di Lombok bagian utara dan tengah. Penggalian 1,5 – 3 meter merupakan kedalaman penggalian yang paling dominan di semua lokasi. Penggalian dalam (>3 m) pada lahan miring (>20%) dan tebing menimbulkan keruskan yang paling parah, meskipun luas kerusakan relatif sempit. Penggalian dangkal pada pada lahan datar tetapi tanpa adanya revegetasi pasca penggalian juga akan memacu kerusakan lahan pada tahapan berikutnya. Bertambahnya luasan areal lahan penambangan berimplikasi terhadap makin luasnya kerusakan lahan yang terjadi, yang tentunya akan berimplikasi terhadap meningkatnya biaya pemulihan lahan yang diperlukan. Penambangan yang dilakukan pada lahan dengan kemiringan >20 % ditemukan di beberapa tempat yakni di Lombok Utara, Batukliang, dan Pringgasela. Kemiringan lahan penambangan yang paling dominan di semua lokasi berkisar berkisar antara 6 - 10%. Dari semua lokasi penambangan yang diobservasi ternyata sebagian besar belum dilakukan upaya pengelolaan lahan paska  penambangan. Dengan kata lain bekas penambangan sebagian besar masih dibiarkan terlantar tanpa upaya rehabilitasi. Selain tiga aspek yang telah dibahas diatas, aspek luas areal penambangan juga berperan penting dalam menciptakan image tentang tingkat kerusakan lahan. Areal penambangan dengan rata-rata luasan >15 ha ditemukan di Lombok Utara. Areal penambangan dengan luas antara 6-10 ha banyak ditemukan di Lombok Utara dan be berapa lokasi di Kec. Masbagik Lombok Timur. Luas areal penambangan antara 1-5 Ha merupakan areal yang paling banyak ditemukan di semua lokasi penambangan. BAB VII PENUTUP

Batu apung terbentuk dari hasil letusan gunung api. Batuapung atau pumice adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang mngeluarkan materialnya ke udara kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batuapung mempunyai sifat nersikular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung didalamnya. Pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunung api. Sedangkan mineral-mineral mineral-mineral yang terdapat dalam batuapung adalah feldpar, kuarsa, obsidian, cristobalit dan tridimit. Salah satu potensi bahan galian gol C di Lombok Barat adalah batuapung, keberadaannya tersebar di beberapa kecamatan terutama di bagian utara Lombok Barat, seperti Kecamatan Bayan, Gangga, Gangga, Kayangan sebagian lagi di bagian tengah yaitu yaitu kecamatan Narmada dan Lingsar. Keberadaannya Keberadaannya adalah sebagai hasil aktifitas gunung api Rinjani yang kaya akan silika dan mempunyai struktur porous yang terjadi akibat keluarnya gas-gas yang ada didalamnya pada waktu pembentukannya. Di Lombok Barat sedikitnya ada 20 perusahaan pengololahan batuapung yang tersebar di berbagai wilayah. Batuapung di Lombok Barat merupakan komoditi ekspor terutama ke China sebagai salah satu bahan dalam pencucian textile. Pada umumnya  batuapung juga digunakan untuk bahan penggosok, bahan bangunan bangunan ringan dan tahan api, pengisi isolator temperatur tinggi, rendah dan akustik, sebagai bahan penyerap dan saringan. Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat banyak menuai masalah, terutama masalah lingkungan, dimana sebagian besar penambangan dilakukan tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Fadhillah, Said. 2005. Modul Pelatihan AMDAL Pertambangan. Jakarta: Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal Sukandarrumudi. Sukandarrumudi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: UGM Press

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF