Bambu Makalah
November 15, 2018 | Author: Zella Purnamaningtyas | Category: N/A
Short Description
bambu...
Description
Bambusa sp. Bambusa sp. SEBAGAI BIOMATERIAL
Disusun oleh: Sessy Faudinna Fathani (19813003) Muslih Hakim (19813024) Nadine Claudia Elvira Suban (19813058) Muhammad Adi Rini (19813099) Ananda Teli R. (19813112)
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
DAFTAR ISI BAB 1 PENGANTAR 1.1 1.2
Latar Belakang ............................................... ..................................................................... ............................................ .............................. ........ 03 Tujuan .......................................... ................................................................ ............................................. ............................................. ......................... ... 04
BAB 2 ISI 2.1
Biologi Komoditas .............................................. .................................................................... ............................................ ......................... ... 05
2.2
Potensi Industri .............................................. .................................................................... .............................................. .............................. ...... 11
2.3
Teknologi ............................................... ..................................................................... ............................................ ...................................... ................ 12
2.4
Industri yang Sudah Ada ........................................... ..................................................................... ........................................ .............. 13
2.5
Manajemen ............................................. ................................................................... ............................................ ...................................... ................ 13
2.6
Market ............................................... ..................................................................... ............................................ ........................................... ..................... 18
2.7
Kebijakan .............................................. .................................................................... ............................................ ....................................... ................. 18
2.8
Aspek Sosial Komoditas ......................................... ............................................................... ........................................... ..................... 18
2.9
Industri Prospektif ............................................ .................................................................. ............................................ ............................19 ......19
BAB 3 KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................ ...................... 21
BAB 1 PENGANTAR 1.1 Latar Belakang
Sekarang kita sudah berada di era globalisasi dengan teknologi yang semakin berkembang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tahun demi tahun meningkat, secara langsung berdampak kepada kebutuhan energi terus meningkat. Karena kebutuhan energi yang meningkat dan diimbangi oleh kemajuan teknologi, kita sebagai manusia wajib menjaga keberlangsungan energi agar di masa depan kita tidak kekurangan energi, karena kita sebagai manusia sangat bergantung kepada energi terutama energi fosil. Dengan mengkembangkan teknologi yang ramah lingkungan yaitu bio-technology kita dapat menghasilkan
energi
yang
dapat
diperbaharui
dan
juga
dapat
menggantikan
kertgantungan kita terhadap energi yang tidak dapat diperbahrui seperti energi fosil. Dan salah satu bidang yang tergantung terhadap energi yang tidak dapat diperbahuri adalahindustri material, industri material sangat bergantung terhadap energi yang tidak dapat diperbaharui oleh karena itu kita wajib mencari alternatif yang baru. Dengan menggunakan
bioteknologi
kita
dapat
membuat
biomaterial
industry,
dengan
menggunakan bahan yang dapat diperbaharui seperti bambu. Bambu adalah tumbuhan yang dapat digunakan untuk menjadi alternatif baru untuk industri material, karena di dunia terdapat 1500 spesies bambu yang bervariasi yang memungkinkan untuk menjadi bahan alternatif untuk industri material. Selain bambu merupakan tumbuhan yang masa panennya
sangat cepat kurang dari 1 bulan, lebih cepat dari kayu. Jadi sangat
memungkinkan apabila kita memanfaatkan bambu sebagai bahan material yang baru. Dengan beralih kepada biomaterial dengan menggunakan bambu, genarasi selanjutnya dapat tetap menikmati energi yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu Bumi juga akan menjadi lebih nyaman untuk kita apabila kita memanfaatkan bioteknologi ini.
1.2 Tujuan
Tujuan mengapa kita menggunakan bambu sebagai biomaterial industrydikarenakan sebagai berikut :
Untuk menjaga keberlangsungan energi.
Potensi dari bambu untuk industri material.
Kegunaan dari bambu yang kurang dimanfaatkan dalam industri material.
BAB 2 ISI 2.1 Biologi Komoditas Bambu merupakan kelompok dari kayu sejati yang hidup berumpun, di seluruh dunia
terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), Terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas, berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang.
Klasifikasi Tanaman Bambu
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Sub classis
: Commelinidae
Ordo
: Cyperales
Familia
: Poaceae
Genus
: Bambusa
Species
: Bambusa sp
Ukuran bambu bervariasi dari ukuran kecil hingga bambu kayu raksasa . Bambu telah berkembang 30 sampai 40 juta tahun yang lalu , setelah punahnya dinosaurus . Bambu adalah tanaman berkayu yang tumbuhnya tercepat di dunia . Bambu dapat tumbuh hingga 91-122 cm / hari ( 3,8-5,0 cm / jam ). Bambu pada umumnya memiliki batang yang berongga, kedap air dan menyebar dengan sistim akar rizoma. Bambu ber-rumpun (clumping) umumnya berasal dari kawasan tropis seperti Indonesia, Burma, Brazil, Columbia, India dan Selatan Cina. Beberapa jenis bambu yang tumbuh di Himalaya dan Andes merupakan rumpun yang tumbuh di iklim sedang yang dapat tumbuh baik di daerah dingin. Bambu merambat (running) umumnya berasal dari iklim sejuk seperti Jepang, Cina Utara, Siberia dan Amerika Utara. Bambu dapat berupak semak, dengan ukuran 3 meter hingga pohon besar dengan tinggi 30 meter. Seperti kebanyakan rerumputan, bambu tumbuh dan berbunga, menghasilkan biji dan mati. Karena bambu sangat jarang berbunga, biasanya dikembangbiakkan secara vegetatif.
Bambu jenis menjalar, biasanya dikembangkan dengan potongan rizomanya. Sedangkan bambu rumpun biasanya dikembangbiakkan dengan potongan batang bambu yang menyertakan ruas yang memiliki bakal tunas. Cabang tunas ini nantinya akan membantuk akar dan menghasilkan rizoma dan batang bambu baru. Batang bambu memiliki rongga dan dibatasi oleh node (buku) tempat tumbuhnya ranting dan daun bambu. Tunas monokotil seperti bambu dan palem tidak memiliki kambium. Kekuatan struktur dan kerasnya batang bambu disebabkan oleh serat dan lignin tracheid yang dimilikinya, yang terdiri atas selulosa. Selain itu batang bambu juga banyak mengandung silica (5%). Meskipun batang bambu bukan merupakan “pohon” sejati, namun bisa sangat keras karena kandungan silica dan ligninnya. Bambu merupakan tumbuhan yang sangat penting secara ekologi dan ekonomi. Ia merupakan salah satu tumbuhan yang paling berguna dan bernilai bagi manusia serta meyediakan bahan makanan utama bagi jenis hewan seperti panda. Beberapa spesies bambu berbunga secara rutin dan mati, fenomena ini masih dipelajari oleh peneliti tanaman. Bambu adalah tumbuhan yang sangat bernilai guna di kawasan tropis, baik pada masa lalu maupun masa kini. Menurut perkiraan bambu digunakan oleh lebih dari setengah populasi dunia setiap harinya. Menurut A. Lewington (Plants For People 1990), ada lebih dari 1000 produk berbeda yang terbuat dari bahan bambu. Anatomi Bambu Batang bambu (culm), merupakan bagian yang paling banyak digunakan oleh manusia. Batang bambu memiliki tiga bagian utama yakni batang, tunggul/bongkot, dan umbi akar Batang: merupakan bagian yang muncul di permukaan tanah, berbantuk lurus dan bulat dan terdiri dari ruas-ruas yang dibatasi oleh sekat antar ruas (buku). Setiap bagian buku bambu (node) memiliki dua cincin, bagian bawah disebut dengan cincin kelopak/pelepah yang merupakan tempat kelopak batang bambu melekat dan sering terlihat bekas kelopak dibambu jika lepas. Sedangkan cincin bagian atas disebut dengan cincin tunas, merupakan bekas yang muncul akibat dari tumbuhnay ruas bambu. Tunggul/bongkot bambu: adalah bagian bawah dari batang, sebagian tertanam di tanah dan sebagian dapat dilihat di permukaan tanah. Bagian ini terhubung lansung dengan sistem akar dan rizoma bambu. Bagian ini merupakan tempat tumbuh mata tunas bambu yang nantinya menjadi rebung dan batang bambu baru, atau dapat tumbuh menjadi rizoma baru. Akar rizoma/umbi: merupakan bagian paling bawah dari bambu yang terdiri dari puluhan bagian-bagian kecil, semakin jauh bagian ini semakin mengecil dan tidak memiliki mata tunas bambu.
Identifikasi Bambu Identifikasi dan klasifikasi spesies bambu bergantung pada observasi dan deskripsi dari semua bagian bambu. Sangat jarang hanya satu bagian saja dapat digunakan untuk mengenal spesies bambu sercara langsung. Biasanya identifikasi dengan
kombinasi karakteristik yang dapat menunjukkan spesies bambu secara tepat. Berikut ini adalah karakteristik dan fitur umum yang dapat digunakan untuk identifikasi bambu. Rizoma. Panjang dan diameter rizoma: pendek dan tebal, panjang dan tipis. Sifat rizoma: sebagai penopang batang, merambat di permukaan, atau merambat di bawah tanah. Kehadiran mata tunas pada rizoma: Ada atau tidak ada Posisi Akar: hanya di sekeliling nodes atau acak. Batang Jarak antar batang: berdekatan dan membentuk rumpun, atau terpisah dan tidak membentuk rumpun rapat. Sifat batang: Tegak lurus, tegak dan melengkung, bersandar, merambat Ukuran batang: TInggi dan diameter Kehadiran nodes: menyendiri atau rapat. Bentuk nodes: Paralel, kecil dibawah dan lebar diatas. Permukaan nodes: licin, tidak. Warna nodes: Hijau, hijau terang, hijau dengan garis putih, kuning dengan garis hijau. Permukaan ruas:Kasar, licin, kasar di bawah dan licin semakin ke atas. Bentuk ruas, bulat, tidak. Isi ruas (jika berongga): Kosong, berdebu, ada cairan. Kelopak Batang Jumlah kelopak batang. Variabel kelopak batang: bentuk sama, tipis, dan panjang di ujung, lebar dan pendek di pangkal, mengecil ke ujung. Warna dan pola kelopak: berbintik, bergaris. Permukaan kelopak: licin, diselimuti rambut, kasar. Tekstur kelopak: Keras, lunak Postur kelopak: tegak, reflex, horizontal. Keberadaan kelopak di batang: tetap ada, lepas dari batang.
Cabang Posisi cabang: dibagian atas batang saja, diseluruh batang. Sifat dan panjang cabang: cabang utama, cabang atas atau bawah. Jumlah cabang: tunggal, dua, tiga. Tempat muncul cabang: pada garis node, diatas node. Postur cabang: horizontal, menyudut ke atas, menyudul ke bawah. Modifikasi: memiliki duri. Daun Sifat daun: Kaku, tegak, menggantung Warna daun: Hijau pada kedua sisi, lebih terang disatu si si. Bentuk daun: linear, meruncing. Ukuran daun: lebar dan panjang Struktur urat daun: terlihat jelas atau tidak terlihat bagian tengah, ada atau tidak ada cabang urat. Bunga Sifat: Tegak, lunak, lentur. Tempat muncul bunga: apakah muncul pada cabang yang memiliki daun, atau bunga bambu muncul pada cabang tanpa daun. Ukuran: Panjang dan lebar bunga. Warna: barwarna hijau atau ungu.
Jenis-Jenis Bambu Bambu memiliki lebih dari 1.000 spesies dengan 100-an genera. Ahli menempatkan bambu dalam tribe Bambuseae dalam family rumput Poaceae, yang merupakan keluarga besar yang terdiri dari lebih 10.000 spesies. Bambu dapat ditemui dalam ukuran kecil (Poa annua) hingga ukuran pohon raksasa (Dendrocalamus giganteus). Keluarga bambu adalah tumbuhan paling penting didunia yang menyediakan mayoritas kebutuhan makanan manusia dan ternak. Rumput-rumputan adalah tumbuhan yang relative baru bagi flora bumi, muncul sekitar 30-40 juta tahun lalu, lama setelah punahnya dinosaurus di permukaan bambu. Pdang rumput telah memberikan sumber makanan terhadap perkembangan mamalia herbivore dan kemudian menyediakan berbagai jenis makanan pada hewan karnivora. Beberapa tanaman yang populer disebut bambu (seperti “lucky bamboo yang tumbuh secara hidroponik untuk hiasan dalam rumah), sebenarnya bukanlah keluarga rumput, tapi merupakan Dreceana sanderana, family Agavaceae, sejenis dengan teratai atau lily air. Bagian ini berisi informasi tentang jenis-jenis dan spesies bambu, baik yang tumbuh di Indonesia maupun di bagian dunia lainnya.
Berikut ini beberapa data genus dan spesies dari bambu: Tabel 2.1.1 Data Genus dan Spesies Genus (Jlh Spesies)
Nama Spesies
Acidosasa (21)
Acidosasa bilamina ,Acidosasa breviclavata, Acidosasa brilletii, Acidosasa chinensis.
Alvimia (3)
Alvimia auriculata, Alvimia gracilis, Alvimia lancifolia
Ampelocalamus (11)
Ampelocalamus actinotrichus, Ampelocalamus anhispidis, Ampelocalamus calcareus
Apoclada (3)
Apoclada arenicola, Apoclada cannavieira
Arberella (7)
Arberella bahiensis, Arberella costaricensis, Arberella dressleri
Arthrostylidium (32)
Arthrostylidium angustifolium, Arthrostylidium auriculatum, Arthrostylidium banaoense
Atractantha (5)
Atractantha amazonica, Alractantha aureolanata, Atractantha cardinalis
Aulonemia (39)
Aulonemia amplissima, Aulonemia aristulata, Aulonemia bogotensis
Bambusa (157)
Bambusa teres , Bambusa textilis , Bambusa textilis 'Maculata', Bambusa textilis 'Purpurascens', Bambusa textilis var. Glabra, Bambusa textilis var. Gracilis, Bambusa thalaw-wa ,Bambusa thorelii ,Bambusa truncata, Bambusa tsangii, Bambusa tulda, Bambusa tuldoides, Bambusa tuldoides 'Nana' ,Bambusa tuldoides, 'Ventricosa Kimmei' ,Bambusa tuldoides 'Ventricosa' ,Bambusa utilis, Bambusa valida, Bambusa variostriata, Bambusa villosula ,Bambusa vinhphuensis, Bambusa viridis ,Bambusa vulgaris Bambusa vulgaris 'Kimmei', Bambusa vulgaris 'Vittata' ,Bambusa vulgaris 'Wamin' ,Bambusa vulgaris var. Constrictinoda, Bambusa wenchouensis ,Bambusa xiashanensis ,Bambusa xueana ,Bambusa yunnanensis
Bashania (6)
Bashania auctiaurita, Bashania faberi
Bonia (5)
Bonia amplexicaulis, Bonia levigata
Borinda (11)
Borinda angustissima
Cephalostachyum
Cephalostachyum burmanicum, Cephalostachyum capitatum,
(17)
Cephalostachyum capitatum var. Decompositum
Chimonobambusa (38)
Chimonobambusa angustifolia, Chimonobambusa armata, Chimonobambusa brevinoda, Chimonobambusa rigidula
Chimonocalamus (16)
Chimonocalamus bicorniculatus,Chimonocalamus burmaensis,Chimonocalamus callosus,Chimonocalamus delicatus
Chusquea
Chusquea sneidernii, Chusquea spadicea, Chusquea spathacea
Colanthelia (7)
Colanthelia burchellii, Colanthelia cingulata,
Criciuma (1) Cryptochloa (9)
Cryptochloa capillata ,Cryptochloa concinna Cryptochloa decumbens Cryptochloa dressleri Cryptochloa granulifera Cryptochloa soderstromii Cryptochloa strictiflora Cryptochloa unispiculata Cryptochloa variana
Genus (Jlh Spesies)
Nama Spesies
Diandrolyra (2)
Diandrolyra bicolor ,Diandrolyra tatianae
Ekmanochloa (2)
Ekmanochloa aristata, Ekmanochloa subaphylla
Elytrostachys (2)
Elyfrostachys clavigera, Elytrostachys typica
Ferrocalamus (2)
Ferrocalamus rimosivaginus, Ferrocalamus strictus
Gigantochloa (37)
Gigantochloa hirtinoda, Gigantochloa holttumiana, Gigantochloa kachinensis
Greslania (1)
Greslania circinnata, Greslania montana ,Greslania multiflora ,Greslania rivularis
Hickelia (4)
Hickelia africana ,Hickelia alaotrensis ,Hickelia madagascariensis, Hickelia perrieri
Genus (Jlh Spesies)
Nama Spesies
Indosasa (27)
Indosasa acutiligulata, Indosasa angustata, Indosasa angustifolia, Indosasa bacquangensis
Kinabaluchloa (2)
Kinabaluchloa nebulosaKinabaluchloa wrayi
Lithachne (4)
Lithachne horizontalism Lithachne humilism Lithachne pauciflora , Lithachne pineti
Olmeca (2)
Olmeca recta mOlmeca reflexa
Olyra (23)
Olyra amapana, Olyra buchtienii, Olyra caudata
2.2 Potensi Industri
Potensi dari bambu untuk dijadikan industri sangatlah banyak, untuk mempermudah, potensi-potensi ini akan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Kerajinan tangan: dibuat dengan menggunakan tenaga manusia manual agar bernilai jual dan seni yang lebih karena unik setiap buahnya dan akan menjadi barang yang hanya tersedia terbatas sehingga bernilai ekonomi yang tinggi. Kerajinan tangan dari bamboo ini mencakup: Nampan dari bambu Kapal hiasan untuk souvenir Anyaman bambu Topeng Gelang kebudayaan Lampu hias Hiasan dinding Kaligrafi Patung dari akar bambu Ikat kepala Sabuk 2. Rebung bambu : material dari bambu atau bambu muda yang dapat di olah menjadi makanan dan bernilai orisinil untuk setiap daerah di asia dan memiliki nilai ekonomis. Rebung adalah tunas muda yang tumbuh dari akar bambu. Penduduk Indonesia maupun Asia umumnya menggunakan rebung sebagai bahan makanan. Selain digunakan sebagai isi lumpia , rebung juga sering digunakan sebagai bahan sayur untuk masakan khas Jawa Tengah. Selain itu, rebung juga diolah menjadi lema.
Saat ini , rebung sudah dapat diolah untuk berbagai macam bahan makanan olahan berbahan dasar rebung seperti tepung rebung yang memiliki kandungan pati tinggi, cuka rebung, keripik rebung, rebung beku, dan asinan rebung.
Rebung memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan dua belas asam amino penting yang sangat diperlukan oleh tubuh. Konsumsi rebung secara teratur diyakini merupakan salah satu tindakan preventif untuk menghambat berbagai jenis penyakit, termasuk kanker. 3. Di proses secara industri: proses secara industry melibatkan proses secara semi otomatis ataupun otomatis. Pemprosessan secara instri ini membuka peluang bagi banyak kalangan karena tentunyaakan membutuhkan banyak sekali bahan baku dan daerah-daerah pinggiran akan cocok sebagai tempat dan penyuplai dari bamboo ini.Bamboo yang di proses secara industry dapat dibagi menjadi banyak kategori berdasarkan bahan yang dipakai: Premium processing (cth: flooring, laminated furniture) Medium value processing (cth:chopsticks, mat boards) Low value and bulk processing (cth:charcoal, paper & pulp) Unprocessed culms (cth: scaffolding and traditional construction.
2.3 Teknologi
Teknologi Pengolahan Bambu Salah satu kelemahan bambu adalah umur pakainya yang relatif singkat (kurang awet). Keawetan alami bambu adalah daya tahan bambu secara alami untuk mencegah kerusakan dari faktor Biologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi umur pakai ini antara lain: waktutebang, umur saat tebang, kandungan pati, pengeringan, cara penyimpanan, iklim dan serangan organisme perusak. Berikut teknologi pengolahan Bambu:
Pengeringan merupakan salah satu cara memperpanjang masa pakai bambu. Batang bambu yang sudah ditebang sebaiknya dikeringkan terlebihdahulu. Pengeringan bambu yang baik adalah dengan cara diangin-anginkan diudara terbuka atau di tempat yang teduh. Pengeringan langsung denganpenjemuran di bawah sinar matahari sebaiknya dihindarkan karena bambu akanretak sehingga mengurangi mutu (Berlian dan Estu, 1995).Bambu yang telah ditebang adakalanya tidak langsung digunakan sehinggaperlu disimpan terlebih dahulu. Cara penyimpanan bambu perlu diperhatikan agarbambu tidak cepat rusak karena hama atau jamur. Bambu sebaiknya disimpan ditempat tempat yang mempunyai pertukaran udara yang baik, kering dan tidakterpengaruh oleh angin atau hujan.Cara penyimpanan bambu yang baik adalahdisandarkan pada dinding.Selain itu, di sekitar tempat penyimpanan bamboo sebaiknya diletakkan gumpalan kapur yang berfungsi sebagai bahan penyerap airdan untuk mencegah pertumbuhan jamur. Jamur berkembang biak pada suhu sekitar 2830 derajat celcius.C dan pada kelembaban 80%. Pengawetan dikenal dua metode pengawetan yaitu pengawetan bambu tanpa bahan kimia (metode tradisional) dan pengawetan bambu dengan bahan kimia. Metode pengawetan bambu tanpa bahan kimia dipandang cocok digunakan dalam pengawetan bambu.Metode ini paling sering digunakan, mudah pelaksanaannya, ekonomis serta bersahabat dengan lingkungan meskipun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metode tersebut hanya efektif terhadap serangan bubuk kayu kering. Pengasapan Teknologi pengawetan ini meskipun sederhana tetapi sudah terbukti keunggulannya. Bambu yang digunakan sebagai rangka atap dapur yang senantiasa terkena asap terbukti lebih tahan lama dan mampu bertahan hingga 15 tahun. Pelaburan Bahan yang dimanfaatkan untuk melabur bambu antara lain aspal, kapur dan minyak tanah. Caranya: bahan-bahan tersebut dilaburkan pada potongan melintang pada bagian pangkal dan ujung batang bambu. Perebusan Metode ini akan membuat bambu resisten terhadap serangan organisme perusak. Pengawetan dengan perebusan dikaitkan dengan sifat Universitas Sumatera Utarazat pati.zat pati pada bambu tidak hanya dapat terurai oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri tetapi juga oleh suhu dan air. Perendaman
Pengawetan bambu dengan cara merendam dibedakan menjadi tiga, yaitu dalam air tergenang, air mengalir dan lumpur. Perendaman dalam air mengalir lebih banyak dilakukan dibanding dalam air menggenang sebab dapat mencegah bau busuk. Jenis bambu yang cocok diawetkan dengan perendaman umumnya adalah yang kadar patinya rendah. 2.4 Industri yang Sudah Ada
Berikut ini adalah contoh dari sekian banyak perusahaan yang telah bergerak di bidang industri pengolahan bambu: Namaperusahaan Bidangolahan M/s Mizoram Venus Bamboo Products (P) Ltd
Bamboo Laminated Board, Door etc.
M/s CeeKee Bamboo & Wood Products (P)
Bamboo Mat Board, Ply Board etc
M/s ZonunMatply (P) Ltd
Bamboo Mat Board, Ply Board etc
M/s Panson Bamboo Chipping Mill
Bamboo Chips
M/s Sena Bamboo Chipping Mill
Bamboo Chips
M/s Grace RTP Bamboo
Bamboo Mat and Ply Board
M/s Ephraim Bamboo Industry
Bamboo Sliver and Mat
M/s L.Z.Bamboo Industry
Raw Bati and Incense Stick
M/s Nutech Bamboo Projects (P)
High Compressed bamboo timber
M/s S.K. Bamboo Vinegar Unit
Bamboo Charcoal & Vinegar
M/s S.K. Bamboo Chipping Mill
Bamboo Chips
PT. Bambu Nusa Verde (BNV)
Bioteknologiperbanyakanbambu
PT. Dekor Asia Jayakarya
Produk bamboo olahantangan
MujurMakmur
Tusuk sate daribambu
PT. Prima Indo Grafika
Pengepakanbambu
Zencraft
Kerajinanhiasanbambu
PT. WarnaKeramik
Ubinbambu
Cv. TolisindoPersada
Material bangunandaribambu
UD. Medan Deli Plastik
Importer bamboo dari china danvietnam
UD. SumberBenih
Penyediabenihbambu
CvSinarGlodok Lestari
Lampuhiasbambu
Cv. KelolaBumi Nusantara
Benihunggultanamanbambuhias
Chiara Souvenir
Souvenir bamboo
PT. SolusiDatta Indonesia
Ubin bamboo
CV. Indonesia Surya Agung Furniture
Furniture bamboo
CV. KaryaBarokah
Bibit tanaman unggul
Cv. BumiCipta Lestari
Material bangunan
Cv. WijayaMandiri
Furniture dan perlengkapan bambu
2.5 Manajemen 2.5.1 Managemen bio-resources Manajemen bio-resorces terdiri dari: -Pemilihan species atau bibit bambu -Penanaman bambu secara masal -Perawatan bambu -Pemananenan Bambu Berikut penjelasannya: Memilih Bibit Bambu
Pilih bambu yang anda inginkan, seperti ukuran, lebar. Pilih bambu sesuai kebutuhan yang anda inginkan, ingat harus bergantung kepada keinginan pasar. Dan jangan lupa, pelajari dulu karakteristik bambu yang ingin anda tanam. Dan bambu yang biasanya sering digunakan adalah bambu Genus Phyllostachys. Karena bambu tersebut sangat produktif. Genus Phyllostachys adalah yang paling akrab di antara bambu ditemukan di dunia beriklim sedang. Kebanyakan spesies asli menengah ke Cina timur, Jepang dan Asia . Ketinggiannya mencapai 6 – 10 metet. Phyllostachys juga menawarkan beberapa bambu yang paling produktif , seperti P. aureosulcata " Yellow Groove " dan P. heteroclada " Air Bambu .Bambu Ini kuat , cepat menyebarnya dan juga bambu yang dapat menahan panas, dingin, serta kekeringan. Dan yang harus diingat bambu ini sangan produktif dan kuat. Untuk pertumbuhan, Batang baru Bambu dapat tumbuh lebih dari satu kaki sehari, muncul dari tanah di bulan April dan mencapai 15 meter pada bulan Juni.
Cara Menanam Bambu dalam sekala besar
Tanam dahulu bibit bambu didalam pot. Agar kita dapatkan bibit unggul. Bibit ini didapatkan dari induk bambu, yang tumbuh disebelah bambu. Tinggal diambil dari tanah bersama akar rhizomanya.
Siapkan barisan lahan .Gunakan traktor untuk membagi lahan untuk menanam bambu. Jangan lupa bersihkan rumput liar agar tanaman bambu tidak berebut nutrisi dengan tanaman liar tersebut.
Sebelum
lahan
dibajak , kita ukur jarak antara
bagian lahan yang dibajak.
Agar memudahkan saat memanen
Bambu.
Ukur jarak antara pohon bambu, setiap jarak tanaman bambu sebaiknya 50 centimeter.Itu juga dapat memudahkan kita untuk memanen serta membantu bibit tanaman bambu berkembang jadi antara bibit bambu tidak berebut nutrisi.
Setekah diukur jarak antara pohon, buatlah lubang untuk menanam bambu. Bisa menggunakan bor, tapi apabila tidak adak bor bisa digunakan skop atau pacul.
Setelah tersedia lubang – lubang untuk bibit bambu, tanamlah bibit bambu pada lubang – lubang tersebut. Dan jangan lupa berikan air kepada bambu yang sudah di tanam.
Saat
bambu
sudah
dikasih air bentuklah, tanah
seperti mangkok agar bambu lebih mudah nahan air.
Cara Memanen Tanaman Bambu
Apabila tinggi dan lebar bambu sudah sesuai yang diharapkan dari setiap jenis misalnya seperti bambu genus Phyllostachys yang biasa digunakan untuk timberland , yang tinggi biasanya bisa mencampai 6 – 20 meter. Kita bisa memanen bambu tersebut saat ketinggiannya sudah sesuai dengan kriteria yang diinginkan tergantung dari permintaan pasar.
Gunakanlah Gergaji mesin untuk memanen bambu, dengan cara memotong bambu tersebut. Jadi mudah dan gampang. Apabila pasar meminta bambu yang ada akarnya, mungkin akarnya bisa dijual untuk industri obat atau makanan . kita bisa gunakan alat i ni :
Sesudah itu pindahkan bambu kedalam tempat penyimpanan untuk dikelola lebih lanjut. Kita bisa menggunakan truk agar lebih mudah.
2.5.2 Managemen hasil produk Yang terdiri dari:
-alat yang digunakan untuk memanen - Pengelolaan bambu pasca panen -untuk industri bangunan -untuk industri makanan -untuk industri mebel Berikut penjelasannya: Cara Mengelola Bambu sesudah masa panen
Untuk bahan material, konsumen biasanya ingin bambu yang siap pakai. Pertama tama kita bersihin bambu dari daun daunnya dengga menggunakan golok atau pisau. Setelah itu bambu harus dijemur oleh sinar matahari agar air pada bambu hilang.
Setelah dijemur bambu kita pisahkan sesuai dengan ukurannya masing masing, misalnya sesuai lebarnya bambu itu. Setelah itu untuk industri material kita buat jenis bambu yang bervariasi. Misalnya untuk atap kita bisa potong tipis tipis bambu tersebut.
Setelah itu bambu siap dijual kepada orang yang membutuhkan bambu untuk membuat rumah atau membuat sesuatu yang membutuhkan bambu. Kita bisa export atau import.
2.6 Market Penjualan bambu tertuju pada : -Bambu bisa dijual kepada kontraktor yang membutuhkan kontruksi untuk bangunan
-Bambu juga pasarkan untuk bahan baku kertas -Bambu dapat dipasarkan dalam bidang farmasi (obat) -Bambu dapat dijual dalam bentuk peralatan rumah tangga dan juaga meubel Sebelumnya bambunya itu dikelola lebih dulu untuk dijual sesuai dengan ke butuhan dalam pasar. Bambu di Indonesia merupakan tanaman yang telah dikenal sejak zaman nenek moyang. Karena itu penyebaran dan penerapannya telah sangat beragam dan tersebar di seluruh Indonesia dengan konsentrasi di jawa dan Sumatra, juga tercatat di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan bali. Sedangkan di papua dan nusa tenggara belum sebanyak di tempat yang disebutkan di awal. Sedangkan bamboo dimanfaatkan sebagai barang yang bernilai ekonomi di semua bagian Indonesia.
2.7 Peraturan Sejauh ini di Indonesia belum ada peraturan pasti untuk mengatur penanaman,penebangan, maupun penggunaan bambu. Karena sejauh ini bambu masih dapat diproduksi oleh kalangan sendiri dan untuk peraturan hutan bambu sejauh ini sama seperti peraturan penebangan kayu secara keseluruhan. 2.8 Aspek Sosial dari Komoditas Dampak keuangan Pro - Kemiskinan : Di tengah-tengah dari pendekatan ini adalah penggunaan pengukuran dampak keuangan pro - miskin. Ini adalah komponen dari dampak keuangan secara keseluruhan terkait dengan pendapatan yang dialirkan , dan pendapatan bagi petani dan usaha kecil dekat dengan sumber . Studi kelayakan menunjukkan bahwa ini biasanya berjumlah sekitar 75 % untuk sektor ini ( kecuali untuk produk seperti bubur / kertas ) . Penciptaan lapangan kerja : jumlah Purna Waktu Equivalent ( FTE ) pekerjaan yang diciptakan dalam pertanian , pra - pengolahan, pengolahan sekunder dan aktivitas terkait seperti transportasi dan pemuatan , perdagangan dan grosir. Jumlah penerima manfaat langsung : jumlah pekerja dan petani memperoleh manfaat langsung dari sektor ini . Jumlah penerima manfaat langsung akan lebih tinggi daripada penciptaan lapangan kerja FTE karena kebanyakan petani hanya menghabiskan sebagian waktu mereka untuk menumbuhkan bambu . Pembagian keuntungan antara pria dan wanita : distribusi persentase analisis manfaat antara laki-laki dan perempuan juga dilakukan untuk setiap rantai pasokan , berdasarkan pangsa penciptaan lapangan kerja . Manfaat distribusi Pedesaan : distribusi penciptaan lapangan kerja sepanjang masingmasing rantai pasokan , antara petani , pedagang , pra - pengolahan dan pekerja pengolahan sekunder , digunakan sebagai ukuran proxy untuk distribusi geografis potensi manfaat dan karenanya potensi manfaat yang ditangkap oleh daerah yang lebih terpencil (masyarakat miskin) . Indikator ringkasan yang digunakan adalah persentase pekerjaan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi masyarakat pedesaan yang diasumsikan dengan penciptaan lapangan kerja seperti: petani , pedagang dan pekerja pengolahan primer.
2.9 Industri Prospektif Bambu di Indonesia sudah sangat banyak industrinya dan di semua bidang sudah ada pengusaha ataupun industri yang memegang peranan. Untuk lebih jelas dari hal ini dapat di
lihat di tabel industry yang telah ada di makalah ini. Kebanyakan dari penelitian tentang bambu di Indonesia telah terimplementasikan di industry karena kebanyakan penelitian tersebut di lakukan ataupun didanai oleh industry yang bersangkutan. Tetapi ada suatu penelitian tentang cara penanaman bambu yang efektif. Penelitian ini lebih kearah para petani bamboo yang memiliki usaha penanaman bambu yang lalu hasilnya akan dilempar ke industry. Sehingga sampai saat ini bambu industri di Indonesia belum memiliki bidang penerapan yang prospektif karena sudah penuh oleh industry-industri menengah di daerah masing-masing. Tanaman bambu memiliki prospek yang sangat menjanjikan di masa depan, ditengah perhatian dunia yang lebih, terhadap perubahan iklim dan perlindungan hutan. Bambu adalah tanaman sumber penghasil kayu yang dapat tumbuh dengan cepat di bumi. Dan merupakan tanaman pengganti kayu dari hutan tropis yang saat ini sudah sangat berkurang akibat dari permintaan yang sangat besar dari industri, oleh karena itu perhatian terhadap produksi bambu mulai meningkat di semua benua baik Asia, Afrika, maupun Amerika. Bagaimanapun juga permintaan bambu secara global tumbuh lebih cepat dari tingkat ketersediaannya. Sehingga peluang bisnis perkebunan bambu masih sangat besar dan terbuka. Dari waktu ke waktu bambu selalu dapat membuktikan sebagai bahan baku yang dapat diandalkan dalam berbagai aplikasi praktis. Di abad 21 ini bambu akan terus menjadi komoditas industri yang semakin berharga. Kita berharap akan semakin sering menemukan lebih banyak produk berbahan baku bambu di pasaran dan juga furniture dari bambu di rumah kita.
BAB 3 KESIMPULAN Keberlangsungan energi pada saat ini menjadi topik yang hangat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat dan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Bambu sebagai salah satu material yang jumlahnya banyak dapat menjawab tantangan kebutuhan energi pada saat ini. Sehingga bambu sangat baik untuk dijadikan biomaterial . Lalu potensi bambu sebagai industri material juga sangat besar. Selain karena faktor penduduk yang sudah dari dulu mengenal bambu sebagai material untuk alat-alat tradisinal, penduduk sekarang juga sudah semakin sadar dengan potensi yang bisa diambil dari bambu. Seperti untuk material pokok pembuatan rumah, kapal dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena tekstur dari bambu serta serat yang sifatnya sangat kuat yang dimiliki oleh bambu. Namun belum banyak masyarakat yang sadar dengan potensi besar yang dimiliki oleh bambu. Hal ini menyebabkan potensi yang dimiliki bambu kurang dimanfaatkan oleh industri material sekarang.
View more...
Comments